Anda di halaman 1dari 43

USULAN PENELITIAN

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI


TERHADAP PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA TUMANGGAL
KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

Oleh:
Tri Astuti Lestari
20180209024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS SOSIAL, EKONOMI, DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
PURWOKERTO
2023
USULAN PENELITIAN

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI


TERHADAP PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA TUMANGGAL
KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

Oleh:
Tri Astuti Lestari
NIM: 20180209024

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian pada


Pendidikan Strata Satu

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS SOSIAL, EKONOMI, DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
PURWOKERTO
2023

ii
USULAN PENELITIAN

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI


TERHADAP PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA TUMANGGAL
KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

Oleh:
Tri Astuti Lestari
NIM: 20180209024

Diterima dan disetujui


Tanggal: .............................................

Pembimbing I, Pembimbing II,

Siti Ma’sumah, S.E., M.Si., CRA, CRP, CIAP Riztina Dwi Setyasih, S.Ak., M.Ak
NIPPPK. 198305102023212033 NPP. 19940202 202208 270

Mengetahui:
Wakil Dekan,

Chamid Sutikno, S.IP., M.Si.


NPP. 199101162 201810 1 113

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ........................................................................... 6
1. Teori Sinyal (Signalling Theory) .......................................... 6
2. Akuntabilitas ......................................................................... 7
3. Transparansi ......................................................................... 8
4. Pengelolaan Dana Desa ........................................................ 9
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 16
C. Kerangka Berpikir....................................................................... 19
D. Perumusan Hipotesis .................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ........................................................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 25
D. Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran ......................... 27
E. Metode Pengumpulan Data......................................................... 29
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 29
G. Metode Analisis Data ................................................................. 30
H. Pengujian Hipotesis .................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap tahun, pemerintah pusat telah menganggarkan dana desa yang
cukup besar untuk diberikan dan dikelola desa sendiri. Data Kementerian
Keuangan memperlihatkan bahwa dana desa telah dianggarkan tahun 2015
sebesar Rp20,7 triliun, sehingga setiap desa rata-rata mendapatkan alokasi sekitar
Rp. 280 juta. Selanjutnya, anggaran dana desa pada tahun 2016 meningkat
menjadi Rp46,98 triliun dengan rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sekitar
Rp. 628 juta, sedangkan dana desa pada tahun 2017 kembali meningkat menjadi
Rp. 60 triliun dengan rata-rata setiap desa mendapatkan alokasi sekitar Rp. 800
juta (Kemenkeu, 2019). Bahkan, Pagu Dana Desa tahun 2022 telah ditetapkan
sebesar 68 triliun rupiah dan dialokasikan kepada 74.961 desa di 434
kabupaten/kota seluruh Indonesia. Jumlah ini menurun sebesar 4 triliun rupiah
dibandingkan pagu Dana Desa tahun lalu. Secara keseluruhan, Dana Desa telah
disalurkan sebesar 400,1 triliun rupiah sejak tahun 2015. Dana Desa telah
digunakan untuk membangun berbagai infrastruktur di desa, seperti jalan desa;
embung; irigasi; jembatan; pasar desa; fasilitas air bersih; drainase; sumur; serta
sejumlah infrastruktur lainnya.
Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI menemukan
adanya beberapa permasalahan utama pengelolaan dana desa, baik pada aspek
pembinaan maupun pengawasannya (Sartono, 2019). Permasalahan pada aspek
pembinaan pengelolaan dana desa, antara lain belum adanya regulasi penetapan
standar akuntansi pemerintahan desa dan regulasi penyelenggaraan dan
pembinaan aparatur desa yang lengkap. Di sisi lain, permasalahan pada aspek
pengawasan pengelolaan dana desa, antara lain perencanaan dan pengawasan
oleh pemerintah daerah yang belum mempertimbangkan faktor risiko. Hal
tersebut terlihat dari adanya pemerintah daerah yang tidak memiliki rencana dan
pemetaan masalah dalam pembuatan kegiatan pengawasan (DPR RI, 2019).

1
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 tahun 2014 menjelaskan bahwa
pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhaan dari semua kegiataan
pemerintahan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
dan pertangungjawaban keuangan desa. Permasalahan terletak pada tata kelola
organisasi pemerintahan yang sampai saat ini belum mampu menerapkan konsep
yang kuat dalam implementasi menjaga penggeloaan kegiatan yang akan
dilakukan. Sedangkan dalam menerapkan prinsip tata kelola yang baik diperlukan
konsep yang mampu membantu untuk memperbaiki salah satunya adalah konsep
Governance (Dwiyanto, 2021).
Praktik good governance yang baik akan menjadikan kualitas
pemerintahan yang lebih baik, sehingga akan menurunkan angka korupsi dan
pemerintahan akan lebih fokus pada kepentingan masyarakat (Dwiyanto, 2021).
Pelaksanaan pemerintahan desa yang melibatkan partisipasi masyarakat luas juga
dapat menciptakan pemerintah yang demokratis untuk menuju pemerintahan
yang baik (good governance). Meningkatnya tuntutan masyarakat atas
penyelenggaraan pemerintahan yang baik harus disikapi dengan serius agar tidak
terjadi kecurangan. Oleh sebab itu, agar terwujudnya sistem pemerintahan yang
baik, diperlukan partisipasi masyarakat sangat, karena pemerintah dan
masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aparatur desa
harus lebih transparan kepada masyarakat dalam menyelenggarakan tata kelola
pemerintahan desa, dan memberikan efek jera bagi oknum yang melanggar
peraturan agar tidak menjadi contoh untuk aparatur lain. Sedangkan masyarakat
sebagai elemen pokok dalam pemerintahan desa juga harus diberi ruang untuk
mengambil bagian dalam membangun sistem pemerintahan dan pembangunan
negara yang maju dan kuat.
Pelaksanaan otonomi daerah yang dilakukan dengan baik akan membuka
peluang untuk mereformasi praktik penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
Proses kebijakan akan menjadi lebih partisipatif, transparan, responsif,
dan akuntabel terhadap semua stakeholders di daerah. Untuk pemilihan tempat
penelitian ini dilaksanakan di Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan observasi penelitian pendahuluan yang

2
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 September 2022, hasil menunjukkan
bahwa pengelolaan dana desa di Desa Tumanggal secara keseluruhan sudah
bagus meliputi pelaporan tanggung jawab yang tepat waktu, memberikan
informasi tentang ABPDesa pada baliho di lingkungan desa, kemudian
melibatkan masyarakat dalam perencanaan kegiatan dalam musyawarah desa,
Namun ada suatu hal yang menghambat dalam pelaksanaanya seperti yang
disampaikan oleh infoman selaku kepala desa menyebutkan bahwa dalam
pengaplikasian di lapangan masih ditemui beberapa masalah seperti perencanaan
waktu yang kurang maksimal dan masyarakat yang susah diatur karena
kurangnya kesadaran terhadap pentingnya peraturan pemerintah desa.
Permasalahan lain tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana
desa yang banyak ditemui adalah transparansi dalam memberikan informasi yang
digunakan oleh pemerintah Desa, hal ini sangat penting diterapkan agar
kepercayaan masyarakat terhadap pembangungan dan pemberdayaan desa
meningkat seperti pemasangan papan informasi yang memanfaatkannya secara
baik, sedangkan yang terjadi di Desa Tumanggal, mereka mempunyai papan
informasi tetapi hanya sebatas formalitas dan informasi yang disajikan
merupakan data lama dan tidak diperbaharui. Seperti pengertian transparansi
yang terbuka seharusnya pemerintah desa memberikan informasi mengenai
rincian dana desa serta penggunaan dana desa secara rutin setiap penerimaan
Dana Desa.
Penelitian yang dilakukan Riska Dwi Astuti (2021) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap pengeloalaan dana
desa. Akuntabilitas dan transparansi secara bersama-sama atau secara simultan
berpengaruh secara positif terhadap pengelolaan alokasi dana desa (ADD).
Sedangkan penelitian Norni (2020) menyatakan tidak terdapat pengaruh
akuntabilitas dan transparansi terhadap pengeloalaan dana desa.
Dengan permasalahan tersebut sehingga banyak hal yang harus dikaji
berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes), sehingga kegiatan penelitian penelitian mengenai permasalahan
tersebut sangat penting dilaksanakan, yaitu dengan melaksanakan penelitian

3
untuk mencermati pengelolaan APBDes yang Akuntabel dan Transparan. Maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam judul
“Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Pengelolaan Dana
Desa di Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh akuntabilitas terhadap pengelolaan Dana Desa
Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga?
2. Apakah terdapat pengaruh transparansi terhadap pengelolaan Dana Desa
Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga?
3. Apakah terdapat pengaruh secara simultan akuntabilitas dan transparansi
terhadap Pengelolaan Dana Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis secara parsial pengaruh akuntabilitas
terhadap pengelolaan Dana Desa Tumanggal Kecapatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis secara parsial pengaruh transparansi
terhadap pengelolaan Dana Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis secara simultan pengaruh akuntabilitas
dan transparansi terhadap Pengelolaan Dana Desa Tumanggal Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah;

4
1. Bagi Pemerintah Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga
Bagi pemerintah desa temuan penelitian dapat digunakan sebagai
masukkan dalam menata pemerintahan desa yang baik dan bersih hingga
akhirnya tercapai otonomi daerah yang ideal terutama dalam pengendalian
sektor publik.
2. Bagi Peneliti
Dapat menjadi salah satu tambahan referensi dalam mata kuliah
akuntansi sektor publik dan juga sebagai salah satu bahan rujukan contoh
penelitian lapangan mengenai masalah akuntabilitas dan transparasi terhadap
pengelolan dana desa.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai acuan serta pendukung penelitian yang akan
datang dan berkaitan dengan pengelolaan dana desa.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal memberikan gambaran bahwa sinyal atau isyarat
merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen lembaga yang memberi
petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
lembaga. Teori ini mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara
lembaga yang memiliki nilai tinggi dengan lembaga yang memiliki nilai
rendah (Brigham dan Houston, 2018).
Spence adalah yang pertama untuk memodelkan sinyal kesetimbangan
secara formal, dia melakukannya dalam konteks pasar kerja. Suatu
perusahaan terdorong untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada
pihak eksternal dikarenakan adanya teori sinyal. Teori sinyal didasarkan pada
asumsi bahwa informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan diterima oleh
para pengguna laporan keuangan atau masing-masing pihak yang tidak sama.
Hal ini disebabkan karena adanya asimetri informasi tersebut. Informasi dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan investasi para investor. Kualitas
informasi dalam laporan keuangan dapat dinilai dari berbagai sudut pandang,
yaitu keakuratan, relevan, kelengkapan informasi dan ketepatan waktu
(Connelly et al., 2021).
Teori sinyal menjelaskan terkait bagaimana seharusnya suatu
perusahaan memberikan sinyal yang berguna bagi para pengguna laporan
keuangan. Sinyal yang diberikan perusahaan berupa informasi seperti laporan
keuangan perusahaan terkait dengan upaya manajemen dalam mengelola
perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Sinyal ini berupa
informasi yang menyatakan bahwa perusahaan A lebih baik daripada
perusahaan B atau perusahaan lainnya. Sinyal juga dapat berupa informasi

6
yang dapat dipercaya terkait gambaran atau prospek perusahaan di masa yang
akan datang (Brigham dan Houston, 2018).

2. Akuntabilitas
Akuntabilitas (accountability) adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban, menjawab, dan menjelaskan kinerja dan tindakan
seseorang atau badan hukum atau pimpinan suatu organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban tersebut. Mardiasmo (2019) membagi akuntabilitas ke
dalam dua macam, yaitu “akuntabilitas vertikal dan horisontal”. Akuntabilitas
vertikal adalah “pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas
yang lebih tinggi seperti pertanggungjawaban unit-unit dinas kepada
pemerintah daerah, pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan
pemerintah pusat kepada MPR”. Sedangkan akuntabilitas horisontal
merupakan “pertanggungjawaban kepada masyarakat luas”.
Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan proses
pengelolaan keuangan daerah mulai dai perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pertanggungjawaban, serta pengawasan harus benar-benar
dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan DPRD
terkait dengan kegagalan maupun keberhasilannya sebagai bahan evaluasi
tahun berikutnya. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui
pengelolaan keuangan akan tetapi berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas penerapan serta pelaksanaan pengelolaan keuangan
daerah tersebut.
Menurut Solihin indikator minimum akuntabilitas, yaitu:
a. Adanya kesesuaian antara peaksanaan dengan standar prosedur
pelaksanaan.
b. Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam
pelaksanaan kegiatan.
c. Adanya Output dan Outcome yang terukur.

7
Perangkat indikator akuntabilitas yaitu adanya Standart Operating
Procedure dalam Penyelenggaraan urusan pemerintah atau dalam
penyelenggaaraan kewenangan/pelaksanaan kebijakan, mekanisme
pertanggung-jawaban, laporan tahunan, laporan pertanggungjawaban, sistem
pemantauan kerja penyelenggara negara, sistem pengawasan, dan mekanisme
Reward and Punishment.
Menurut Sulistoni Pemerintah yang accountable memiliki ciri-ciri,
sebagai berikut:
a. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara
terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat.
b. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.
c. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan dan pemerintahan.
d. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan
publik secara proporsional.
e. Adanya sarana bagi publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian
pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.
Adapun, indikator yang digunakan BAPPENAS sebagaimana dikutip
Nugroho (2022), untuk mengukur nilai suatu akuntabilitas, adalah: (1)
Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan;
(2) Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam
pelaksanaan kegiatan; (3) Adanya output dan outcome yang terukur.

3. Transparansi
Transparansi merupakan salah satu prinsip keberhasilan dalam
melakukan tata kelola, transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan dalam
hal penyampaian informasi kepada publik. Menurut Mardiasmo (2019),
transparansi merupakan “keterbukaan (openness) pemerintah dalam
memberikan informasi terkait dengan kegiatan pengelolaan sumber daya
publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi”. Pemerintah wajib
memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan

8
untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Prinsip
transparansi diwujudkan dalam perencanaan ADD (Alokasi Dana Desa) yang
melibatkan perangkat desa, BPD sebagai wakil masyarakat desa, LPMD
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) sebagai mitra pemerintah desa
dalam pengerjaan kegiatan fisik, dan tokoh masyarakat dalam pengambilan
keputusan untuk mengelola dana desa (Putra, Sinarwati, & Wahyuni, 2020).
Permendagri nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah pada pasal 4 ayat 7 menyebutkan bahwa transparansi
adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah (Kemendagri, 2022).
Krina sebagaimana dikutip Nugroho, dkk. (2022), menyebutkan
indikator-indikator penilaian transparansi adalah: (1) Penyediaan informasi
yang jelas; (2) Kemudahan akses informasi; (3) Menyusun suatu mekanisme
pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau permintaan untuk
membayar uang suap; (4) Meningkatkan arus informasi melalui kerja sama
dengan media massa dan lembaga non pemerintah. Dengan indikator tersebut,
kita dapat melihat bahwa transparansi merupakan perangkat vital untuk
menghubungkan kebutuhan publik untuk kepentingan publik dalam
menjalankan pemerintahan di daerahnya sendiri.

4. Pengelolaan Dana Desa


Dana Desa adalah “dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa”
(Kemenkeu, 2022). Dana desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa,
pengelolaannya dilakukan dalam rerangka pengelolaan keuangan desa.
Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,

9
partisipatif, dan dilaksanakan secara tertib dan disiplin anggaran (Pemerintah
Desa Panggungharjo, 2020).
Dana Desa merupakan salah satu pendapatan desa (terbesar) yang
bersumber dari APBN dan disalurkan ke rekening kas desa melalui rekening
kas daerah dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta Peraturan
Menteri Desa dan Peraturan Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut
mengenai penganggaran, penyaluran, pemanfaatan hingga
pertanggungjawaban pelaporan Dana Desa. Tahun 2021, total Pagu Dana
Desa sebesar Rp72 triliun yang disalurkan untuk 74.961 desa dengan realisasi
per 10 Januari 2022 sebesar Rp71,85 triliun pada 74.939 desa.
Dalam website resmi Sekertariat Kabinet Republik Indonesia
menjelaskan, sebagai berikut:
“Dana Desa disalurkan dalam dua kategori, yaitu Reguler dan
Mandiri. Kategori tersebut ditentukan berdasarkan hasil penilaian
yang dilakukan setiap tahun serta ditetapkan oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes
PDTT). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu)
Nomor 94/PMK.07/2021, penyaluran Dana Desa Reguler dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu: Tahap I (40 persen) bulan Januari; Tahap II
(40 persen) bulan Maret; dan Tahap III (20 persen) bulan Juni.
Sementara, penyaluran Dana Desa Mandiri dilakukan dalam 2 tahap,
yaitu Tahap I (60 persen) bulan Januari; dan Tahap II (40 persen)
bulan Maret. Realisasi penyaluran secara Reguler per 10 Januari 2022
sebesar Rp46,12 triliun (73.198 desa), sedangkan secara Mandiri
sebesar Rp1,37 triliun (1.741 desa)”. (Website Resmi Sekertariat
Kabinet: https://setkab.go.id/, diakses pada 5 Oktober 2022)

Pengelolaan keuangan desa adalah “keseluruhan kegiatan yang


meliputi Perencanaan, penatausahaan, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa” (Kemenkeu, 2022). Pengelolaan
keuangan desa diatur berdasarkan hukum Permendagri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Pengelolaan keuangan desa

10
dikelola dalam masa 1 tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember, Kemudian rencana keuangan tahunan
pemerintah desa dituangkan dalam Anggaran Pendapatran dan Belanja Desa,
Sedangkan Alokasi Dana Desa Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun
2014 adalah Bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh kab/kota
bearnya minimal 10% dari dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus ADD bersumber dari APBD.
Dalam Pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa mempunyai
kewenangan yaitu menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
APBDesa,menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan
desa,menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa,
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa,
menetapkan PTPKD (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa),
PTPKD terdiri dari Sekretaris Desa, Kepala Seksi, dan Bendahara. Sekretaris
Desa bertindak selaku koordinator PTPKD, Sekretaris Desa selaku
koordinator PTPKD mempunyai tugas, menyusun dan melaksanakan
Kebijakan Pengelolaan APBDesa, menyusun Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa, perubahan APBD PTPKD dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBDesa, melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa, menyusun pelaporan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa, melakukan verifikasi terhadap
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa.
Kepala Seksi Mempunyai tugas yaitu menyusun rencana pelaksanaan
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya melaksanakan kegiatan dan/atau
bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam
APBDesa, melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban
anggaran belanja kegiatan, mengendalikan pelaksanaan kegiatan, melaporkan
perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa, menyiapkan
dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Kemudian
Bendahara di jabat oleh staf pada Urusan Keuangan, Bendahara mempunyai
tugas: menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan, dan

11
mempertanggung-jawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran
pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.
Dalam Pengeolaan keuangan desa dibagi menjadi beberapa tahap,
sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa
Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1) Sekretaris Desa (Sekdes) menyusun Raperdes (Rancangan Peraturan
Desa) tentang APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa)
yang akan dibahas dan disepakati antara Kades (Kepala Desa) dan
BPD (Badan Permusyawaratan Desa).
2) APBDes disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat paling
lambat bulan Oktober tahun berjalan.
3) APBDes dievaluasi oleh Bupati/Walikota selama maksimal 20 hari
kerja, dan Kepala Desa harus melakukan penyempurnaan selama 7
hari, jika APBDes dinyatakan tidak sesuai dengan Raperdes.
4) Prioritas penggunaan dana desa ditetapkan dalam musyawarah desa
antara BPD, Pemdes (Pemerintah Desa), dan unsur masyarakat.
b. Tahap Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa
Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka
pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa
khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah pemerintah desa dilarang melakukan
pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam
peraturan desa. Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada
jumlah tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional
pemerintah desa, Pengaturan jumlah uang dalam kas desa ditetapkan
dalam Per Bupati/Wakota. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban
APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa

12
tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa pengeluaran desa
tidak termasuk untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan
operasional perkantoran yang ditetapkan dalam Perkades, Penggunaan
biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang
telah disahkan oleh Kepala Desa.
Teknis pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan keuangan desa
berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 adalah, sebagai berikut:
1) Pengeluaran dan penerimaan dana dilaksanakan melalui rekening Kas
Desa atau sesuai ketetapan pemerintah kabupaten/kota dengan
dukungan bukti yang lengkap dan sah.
2) Pemdes dilarang melakukan pungutan selain yang telah ditetapkan
dalam Perdes.
3) Bendahara Desa dapat menyimpan uang dalam Kas Desa yang
besarannya ditetapkan dengan Perbup/Perwali (Peraturan
Bupati/Peraturan Walikota).
4) Pengadaan barang dan/atau jasa di desa diatur dengan Perbup/Perwali.
5) Penggunaan biaya tak terduga harus dibuat rincian RAB (Rencana
Anggaran Belanja) dan disahkan oleh Kades.
c. Tahap Penatausahaan Pengelolaan Keuangan Desa
Dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014 Penatausahaan
Keuangan Desa adalah seabagai berikut:
1) Tahapan ini wajib dilaksanakan oleh Bendahara Desa.
2) Pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran kas.
3) Melakukan tutup buku setiap akhir bulan.
4) Mempertanggungjawabkan pengelolaan dana melalui laporan.
5) Laporan pengelolaan dana disampaikan setiap bulan kepada Kades
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
6) Menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan
Buku Bank.

13
d. Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan
Desa
Dalam melakukan pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan
desa, Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan ABPDesa
ke Bupati/Walikota melalui Camat berupa Laporan Semester I dan
Semester Akhir Tahun.
1) Kades menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota melalui Camat
yang terdiri atas laporan realisasi pelaksanaan APBDes semester
pertama dan semester akhir tahun.
2) Laporan pertanggungjawaban realisasi Pelaksanaan APBDes
disampaikan setiap akhir tahun anggaran yang terdiri ataspendapatan,
belanja, dan pembiayaanyang ditetapkan dengan Perdes.
3) Lampiran format laporan terdiri atas:
a) Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes tahun
anggaran berjalan.
b) Kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran berjalan.
c) Program pemerintah danpemerintah daerah yangg masuk ke desa.
Laporan realisasi pelaksanaan APBDes paling lambat pada
semester I yaitu bulan jui tahun berjalan dan untuk semester II aling
lambat akhir bulan januari tahun berikutnya. Kemudian Laporan
Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan
maksimal satu bulan setelah akhir tahun anggaran berkenan, Setelah itu
kedua laporan tersebut diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis
dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat
(Permendagri No. 113 Tahun 2014).
Berdasarkan pantauan, sebagaimana disajikan dalam Website Resmi
Sekertariat Kabinet (https://setkab.go.id/, diakses pada 5 Oktober 2022),
selama Tahun 2021, secara umum permasalahan Dana Desa dapat dilihat dari
aspek perencanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban, sebagai berikut:

14
a. Perencanaan
1) Adanya perubahan kebijakan, sehingga perlu dilakukan beberapa
kali refocusing anggaran;
2) Proses penyusunan dan pengesahan perda dan/atau perkades yang
terlambat, salah satunya karena jabatan kepala daerah atau kepala desa
masih kosong; dan
3) Perbedaan indikator antar kementerian/lembaga (K/L) dalam
pelaksanaan evaluasi pembangunan desa sehingga menimbulkan
kebingungan dalam mengukur capaian kemajuan desa, seperti Indeks
Desa Membangun (IDM), Indeks Pembangunan Desa (IPD), Profil
Desa dan Kelurahan (Prodeskel), serta Evaluasi Perkembangan Desa
dan Kelurahan (Epdeskel).
b. Pengelolaan
1) Pemanfaatan Dana Desa belum sesuai dengan prioritas;
2) Pemanfaatan Alokasi Dana Desa untuk COVID-19 kurang optimal,
hanya melakukan dokumentasi foto untuk pertanggungjawaban
administratif namun kegiatan tidak dilaksanakan;
3) Sisa Dana Desa di Rekening Kas Umum Negara (RKUN) yang tidak
disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) karena adanya
perbedaan antara jumlah desa berdasarkan peraturan bupati/wali kota
dengan jumlah desa berdasarkan data DJPK; dan
4) Adanya permasalahan hukum yang menimpa kepala desa akibat
penyalahgunaan Dana Desa.
c. Pertanggungjawaban
Disebabkan oleh keterlambatan administrasi pertanggungjawaban
dan/atau pelaporan oleh pemerintah desa atau pemerintah daerah sehingga
berpengaruh pada penyaluran dana desa tahap selanjutnya.
Prioritas Penggunaan Dana Desa sesuai Permendes Nomor 19 Tahun
2017 prioritasnya untuk pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat
desa, pemerintah desa dalam melakukan pembangunan desa harus mengarah
untuk pengadaan, pembangunan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana

15
desa, kemudian untuk pemberdayaan masyakat desa, seperti: Peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, pengembangan kapasitas
dan ketahanan masayarakat desa, pengembangan sistem informasi desa,
kemudian dukungan dalam pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar,
permodalan dan pengelolaan usaha ekonomi produktif, pengelolaan usaha
ekonomi, pengelolaan pelestarian lingkungan hidup, pengembangan
kerjasama antar desa dan kerjasama desa dengan pihak II, dan dukungan
kemampuan dalam menghadapi dan menangani bencana alam.

B. Penelitian Terdahulu
Tabel 1.
Penelitian Terdahulu
Perbedaan
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 Nugroho, Pengaruh Hasil penelitian Perbedaannya
Wahyuningsih, Akuntabilitas, tersebut menunjukan pada tahun, objek
dan Alliyah Transparansi, Dan bahwa seluruh penelitian,
(2022): Partisipasi Masyarakatvariabel yang diteliti, variabel
Terhadap Pengelolaan yakni akuntabilitas, partisipasi
Dana Desa (Studi transparansi dan masyarakat, dan
Kasus Pada 10 partisipasi pada studinya
Pemerintah Desa Di masyarakat yaitu 10 desa.
Kecamatan Tahunan berpengaruh positif
Kabupaten Jepara). dan signifikan
terhadap pengelolaan
dana desa pada
pemerintah desa di
Kecamatan Tahunan
Kabupaten Jepara
2 Riska Dwi Pengaruh Transparansi Hasil penelitian Perbedaanya pada
Astuti (2021) Dan Akuntabilitas menunjukkan bahwa tahun dan
Terhadap Pengelolaan Transparansi dan desanya, serta
Keuangan Desa Di Akuntabilitas pada pengelolaan
Desatamalate berpengaruh positif keuangan.
Kabupaten Takalar. dan signifikan
terhadap Pengelolaan
Keuangan Desa.
Dengan demikian
Transparansi yang

16
baik akan
berpengaruh terhadap
tingkat Akuntabilitas
yang baik, sehingga
secara signifikan
dapat meningkatkan
Pengeolaan
Keuangan Desa
Pemerintah Desa
Tamalate Kabupaten
Takalar.
3 Kartika Delsya Akuntabilitas Hasil penelitian Perbedaanya
(2019) Pengelolaan Dana menyimpulkan Penggunaan pada
Desa Di Desa Lancang bahwa Pemerintah penelitian
Kuning Kecamatan Desa Lancang terdahulu adalah
Bintan Utara Kuning sudah menggunakan
Kabupaten Bintan Akuntabel dalam Metode kualitatif,
Tahun 2017. pengelolaan dana dengan variabel
desa. Adanya laporan hanya
masyarakat kepada akuntabilitas serta
kejaksaan tidak lain pengolahan dana
adalah kurangnya desa.
pemahaman
masyarakat dan
kurangnya sosialisasi
dari Pemerintah
Desa.
4 Putra Adi Pengaruh Hasil penelitian Perbedaan pada
Kurniawan Transparansi, menunjukan bahwa variabel peran
(2019) Akuntabilitas Dan transparansi dan perangkat desa,
Peran Perangkat Desa akuntabilitas serta studi pada
Terhadap Pengelolaan berpengaruh positif satu kecamatan.
Keuangan Desa (Studi terhadap pengelolaan
Pada Desa se- keuangan desa. Peran
Kecamatan Wates perangkat desa tidak
Kabupaten Kulon berpengaruh terhadap
Progo). pengelolaan
keuangan desa.
5 Afrijal (2018) Pengaruh Transparansi Hasil penelitian Perbedaanya
dan Akuntabilitas menunjukkan bahwa adalah pada
Terhadap Pengelolaan akuntabilitas hipotesisnya, pada
Dana Desa (Studi berhubungan positif penelitian dahulu
Kasus di Desa Pekon dengan pengelolaan pada partial tidak
Sri Melati Kecamatan dana desa, berpengaruh.
Wonosobo Kabupaten transparansi tidak
Tanggamus). berhubungan positif

17
dengan pengelolaan
dana desa, dan secara
parsial transparansi
dan akuntabilitas
mempunyai
hubungan yang
positif terhadap
pengelolaan dana
desa.
6 Wahyuni Penerapan Hasil penelitian ini Perbedaan pada
(2019), Akuntabilitas Dan menunjukkan bahwa metode
Transparansi dalam pengelolaan penggunaanya
Pengelolaan Alokasi alokasi dana desa yaitu metode
Dana Desa Dalam dalam pembangunan kualitatif, serta
Pembangunan Desa desa di Desa Kuta pengalokasiannya.
(Studi Kasus Desa Bakti Secara
Kuta Bakti Kecamatan Keseluruhan mulai
Babul Makmur dari akuntabilitas dan
Kabupaten Aceh transparansi, sudah
Tenggara). cukup baik, akan
tetapi masih memiliki
cukup banyak
kelemahan dan
kekurangan. Hal
tersebut dibuktikan
dalam pengelolaan
alokasi dana desa,
pemerintah telah
menerapkan prinsip
akuntabilitas, yaitu
dengan melibatkan
masyarakat dalam
perencanaan
pengalokasian dana
desa (musyawarah
desa), akan tetapi
hanya sampai
perencanaan saja
selebihnya dijalankan
oleh pemerintah desa
tanpa melibatkan
aparat desa dalam
mengelola dana desa
tersebut. Kemudian
penerapan
transparansi sesuai

18
dengan pelaksanaan
ketiga mekanisme
tersebut, penerapan
transparansi dalam
pengelolaan alokasi
dana desa di Desa
Kuta Bakti dikatakan
kurang baik, hal
tersebut dikarenakan
kurangnya
pemerintah
menerapkan prinsip
transparansi yaitu
dengan tidak
sepenuhnya
melibatkan
masyarakat Desa
Kuta Bakti dalam
pengelolaan dana
desa dan kurangnya
keterbukaan dalam
pengelolaan dana
desa tersebut.

C. Kerangka Berpikir
Kedudukan desa telah diperjelas dalam undangundang Nomor 6 Tahun
2014. Lahirnya undang-undang ini dimaksudkan untuk menimbang kembali
bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan
mengurus kepentingan setempat, dan untuk melindungi serta memberdayakan
desa agar menjadi lebih kuat, maju, mandiri, dan demokratis dalam menjalankan
pemerintahan sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil,
makmur, dan sejahtera. Dalam undang-undang ini, dijelaskan bahwa desa akan
mendapatkan dana sebesar 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang telah disalurkan dari tahun 2015 lalu. Dana ini dimaksudkan untuk
pembangunan desa, pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana prasarana

19
desa, pembangunan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan secara berkelanjutan.
Desa Tumanggal merupakan salah satu desa di Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga yang menerima dana desa yang cukup besar. Untuk
pengelolaan dana tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan sebagai pedoman
pengelolaan keuangan untuk desa, agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengelolaan. Selain itu, pengawasan dari pemerintah juga dibutuhkan agar
penggunaan dana desa tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta
untuk menghindari terjadinya penyelewengan terhadap dana tersebut.
Pembangunan dan penerapan akuntabilitas dan transparansi yang tepat, jelas, dan
nyata sangat diperlukan sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil, bersih, dan bertanggung jawab.
Tahap dalam pengelolaan dana desa, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pertanggungjawaban.

Berikut adalah gambaran kerangka berpikir penelitian ini:

Akuntabilita
s H1
(X1) Pengelolaan
Dana Desa
(Y)
Transparasi H2
(X2)

H3

Gambar 2.1. Kerngka Berpikir

20
D. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Pengelolaan Keuangan Dana Desa
Akuntabilitas menurut Mardiasmo (2019) adalah sebagai bentuk
kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelasanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik. Akuntabilitas adalah kewajiban pemegang
amanah/agent/kepala desa dan aparatnya untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak
pemberi amanah (principals) yang memiliki hak dan kewenangan untuk
meminta pertanggung jawaban tersebut.
Akuntabilitas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki
hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Jika
akuntabilitas dalam suatu pemerintah desa memiliki kualitas yang baik, maka
pengelolaan dana desa yang dimilikinya pun akan semakin efektif. Hal ini
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaa dan Sulistyowati (2019),
Nugroho, dkk. (2022), Putra dan Rasmini (2019), Hermawan et al (2021),
Oktaria dan Alexandro (2021), serta Ulya (2021) menyatakan bahwa
akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan dana
desa. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, makadapat
disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H1: “Akuntabilitas Laporan Keuangan Desa secara parsial Berpengaruh
Positif dan Signifikan terhadap Pengelolaan Keuangan Desa”

2. Pengaruh Transparansi terhadap Pengelolaan Keuangan Dana Desa

21
Transparansi adalah suatu bentuk keterbukaan dalam sebuah
pelaporan keuangan didalam pemerintahan maupun di sektor swasta. Laporan
keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk
lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, PSAP No. 1
menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan,
pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan
keuangan.
Menurut PP No. 24 tahun 2005 menjelaskan bahwa laporan keuangan
disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
selama satu periode pelaporan. Penyajian informasi yang utuh dalam laporan
keuangan akan menciptakan transparasi dan nantinya akan menciptakan
akuntabilitas. Penyajian laporan keuangan adalah salah satu bentuk kebutuhan
transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang
berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber
daya publik (Mardiasmo, 2019).
Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan bentuk
pertanggungjawaban pemerintah baik pusat maupun daerah berupa
laporankeuangan daerah kepada pengguna laporan pemerintah. Sasaran
pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan dan peraturan
perundangundangan yang berlaku mencakup penerimaan, penyimpangan dan
pengeluaran uang oleh instansi pemerintah. Semakin baik penyajian laporan
keuangan pemerintah maka akan berimplikasi terhadap peningkatan
terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Pemerintah Desa sebagai agen bertanggung jawab terhadap penyajian
laporan keuangan kepada pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dan
juga kepada masyarakat karena merupakan pertanggungjawaban publik.
Pemerintah Desa memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan akuntabilitas
untuk memenuhi kebutuhan para pengguna laporan keuangan, demi

22
terlaksananya transparansi keuangan kepada publik sesuai peraturan yang
berlaku. Tugas para pegawai dalam menyusun laporan keuangan di dalam
instansi Pemerintah Desa harus mematuhi peraturan yang berlaku salah
satunya yaitu PP No. 24 Tahun 2005. Apabila penyajian laporan keuangan
dilaksanakan sesuai PP No. 24 tahun 2005 maka akan tercipta transparansi
dan nantinya akan menciptakan akuntabilitas.
Jika suatu pemerintah desa menerapkan prinsip transparansi yang baik
dan benar, maka pengelolaan dana desa pada pemerintah tersebut akan
semakin membaik. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Putra dan Rasmini (2019), Astuti (2021), Hermawan et.al (2021), Oktaria dan
Alexandro (2021), Ulya (2021), Nugroho, dkk. (2022), Afrijal (2018), serta
Jaa dan Sulistyowati (2019) menyatakan bahwa transparansi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengelolaan dana desa.Tingkat Kecurangan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diturunkan hipotesis:
H2: “Transparansi secara parsial Berpengaruh Positif dan Signifikan
terhadap Pengelolaan Keuangan Desa”

3. Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Secara Simultan Terhadap


Pengelolaan Dana Desa
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang dana
desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dana desa
merupakan dana yang bersumber dari APBN (Anggaran Pengeluaran dan
Belanja Negara) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
(Direktorat Jenderal perimbangan dan keuangan, 2017) Dana desa diadakan
sebagai wujud pengakuan negara terhadap kesatuan masyarakat hukum yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat, dan hak asal usul atau hak tradisional, serta meningkatkan
kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa.

23
Jika akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dana desa dapat
diterapkan dengan baik oleh suatu pemerintah desa, maka akan semakin
efektif pengelolaan dana desanya. Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jaa dan Sulistyowati (2019), Nugroho, dkk. (2022), Afrijal
(2018), Putra dan Rasmini (2019), Hermawan et al (2021), Oktaria dan
Alexandro (2021) Astuti (2021), serta Ulya (2021) menyatakan bahwa
akuntabilitas dan transparansi secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengelolaan dana desa. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian sebelumnya, makadapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H3: “Akuntabilitas dan Transparansi secara Simultan berpengaruh
Positif dan Signifikan terhadap Pengelolaan Dana Desa”

24
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada
pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
angka sebagai tolak ukur yang bertujuan untuk menguji hipotesis kemudian
diambil kesimpulan (Sugiyono, 2019). Penelitian ini didesain menggunakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pengujian hipotesis. Penelitian ini
dilakukan untuk menguji pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap
pengelolaan dana desa di Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tumanggal Kecamatan
Pengadegan Kabupaten Purbalingga. Waktu penelitian rencananya akan
dilakukan pada bulan Mei 2023.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2019), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi juga diartikan sebagai keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Stakeholder Pemerintah Desa
Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga, yang
terdiri dari Kepala Desa, Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), Lembaga Kemayarakatan Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama

25
serta elemen masyarakat desa lainnya (Ketua RT dan RW), yang keseluruhan
berjumlah 124 orang.
Tabel 3.1 Rincian Stakeholder Pemerintahan Desa
No. Stakeholder Pemerintah Desa Jumlah
1 Kepala Desa 1
2 Perangkat Desa 12
3 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) 5
4 Rukun Tetangga (RT) 17
5 Rukun Warga (RW) 5
6 Badan Usaha Milik Desa (Bumdes ) 7
7 Forum Kesehatan Desa (FKD) 15
8 PKK 22
9 Kader Posyandu 40
Jumlah Total Populasi 124

2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2019), menjelaskan bahwa dinamakan penelitian sampel
apabila bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel,
maksudnya adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang
berlaku bagi populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan Slovin dengan rumus:

n=

Dimana:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan, misalnya 0,1 %.

Berdasarkan perhitungan rumus di atas, maka jumlah sampel


penelitian sebanyak 55 responden. Adapun teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Proportional Simple Random Sampling.
Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek
dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya
subyek dalam tiap strata atau wilayah. Dalam penelitian ini jumlah sampel
sebanyak 55 responden, diambil tersebar pada populasi stakeholder
pemerintahan desa, sebagai berikut:

26
Tabel 3.2 Pengambilan Sampel Tiap-tiap Stakeholder
No. Stakeholder Jumlah Responden Pembulatan
1 Kepala Desa 1*
Perangkat Desa
2 x 55 = 5,32 5
Badan
3 Permusyawaratan x 55 = 2,22 2
Desa (BPD)
Rukun Tetangga
4 (RT) x 55 = 7,54 8
Rukun Warga
5 (RW) x 55 = 2,22 2
Badan Usaha
6 Milik Desa x 55 = 3,10 3
(Bumdes )
Forum
7 Komunikasi Desa x 55 = 6,65 7
(FKD)
PKK
8 x 55 = 9,76 10
Kader Posyandu
9 x 55 = 17,74 17**
Jumlah 55
* Khusus untuk kepala desa tidak dilakukan penghitungan dan
langsung diambil sebagai sampel penelitian
**Untuk menggenapkan menjadi 55, sampel pada kader posyandu
dibulatkan menjadi 17.

D. Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran


1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2019). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Pengelolaan
Dana Desa (Y). Pengelolaan Keuangan Desa didefiniskan sebagai
keseluruhan kegitan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggung jawaban keuangan desa. Dalam penelitian ini,
pengelolan dana desa yang dilakukan oleh pemerintahan Desa Tumanggal
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga. Adapun Indikatornya, yaitu:

27
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggung
jawaban keuangan desa.
2. Variabel Independen (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), serta
variabel yang memberi pengaruh terhadap hasil (Sugiyono, 2019). Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu Akuntabilitas (X1) dan Transparansi (X2).
a. Variabel Akuntabilitas (X1)
Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban tim pelaksana
pengelolaan keuangan desa kepada masyarakat, dimana kepala desa
sebagai penanggungjawab utama. Dalam hal ini adalah penerapan prinsip
akuntabilitas pengelolaan dana desa yang diterapkan di Desa Tumanggal
Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga. Adapun Indikatornya
yaitu: (1) Proses Pembuatan sebuah keputusan secara tertulis; (2) Akurasi
dan kelengkapan informasi; (3) Kejelasan dari sasaran kebijakan dan
dikomunikasikan; (4) Penyebarluasan informasi melalui media masa
akses publik; dan (5) Sistem informasi manajemen dan monitoring hasil.
b. Variabel Transparansi (X2)
Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktifitas pengelolaan sumber
daya publik kepada pihak yang membutuhkan yaitu masyarakat. Dalam
hal ini adalah penerapan prinsip transparansi pengelolaan dana desa yang
diterapkan di Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga. Adapun indikatornya, yaitu: (1) Ada tidaknya kerangka kerja
hukum; (2) Adanya akses masyarakat; (3) Adanya audit yang independent
dan efektif; dan (4) Adanya keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
keputusan.
3. Variabel Pengukuran
Variabel pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala likert,
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

28
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2019). Untuk setiap
pilihan jawaban diberi skor, skor tersebut seperti di bawah ini:
Tabel 3.3 Skala Likert
Tanda Keterangan Skor
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
KS Kurang Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1

E. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer berupa kuesioner
yang diberikan kepada responden. Kuesioner atau angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2019). Teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan yang berdasarkan indikator-indikator dari variabel
penelitian dimana responden dibatasi dalam menjawab dengan memberikan
daftar jawaban dan responden hanya bisa memilih pilihan jawaban yang telah
disediakan oleh peneliti. Kuesioner diberikan kepada responden yang merupakan
Stakeholder Pemerintah Desa Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan
Kabupaten Purbalingga yang telah ditetapkan menjadi sampel penelitian ini,
yakni sebanyak 55 responden.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2019). Untuk menguji validitas dari kuesioner digunakan
rumus korelasi product moment sebagai berikut:

29
n XY   X  Y 
r
n X 2

  X  n Y 2   Y 
2 2

Keterangan:
r = Koefisien Korelasi Product Moment
X = Nilai dari item
Y = Nilai total dari item
n = Jumlah sampel
Dengan tingkat keyakinan 95% atau α = 0,05 dan df (n-2) maka bila:
r > r tabel berarti kuesioner dikatakan valid
r ≤ r tabel berarti kuesioner dikatakan tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Terdapat dua cara yang dapat
digunakan, yaitu composite (construct) reliability dan variance extracted.
Cut-off value dari construct reliability adalah minimal 0,70 sedangkan cut-off
value untuk variance extracted minimal 0,50 (Ghozali, 209).

G. Metode Analisis Data


Metode analisis data penelitian ini menggunakan perhitungan statistik
dengan penerapan SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows
25. Setelah data yang dibutuhkan penelitian ini telah diperoleh, selanjutnya
dilakukan analisis data penelitian, terdiri dari metode analisis statistik deskriptif,
uji asumsi klasik, koefisien determinasi dan uji hipotesis. Penjelasan mengenai
metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2019).

30
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan hasil analisis data yang memenuhi syarat
pengujian, maka diperlukan pengujian asumsi klasik untuk pengujian asumsi
klasik untuk pengujian statistik, yang meliputi:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Model regresi yang baik adalah data yang berdistrbusi normal atau
mendekati normal (Ghozali, 2019). Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini
menggunakan uji non statistik paramatik kolmogorof-smirnov dimana
dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikan lebih besar dari
0,05 maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika probabilitas
signifikan lebih kecil dari 0,05 data tersebut didistribusikan secara tidak
normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik:
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan data distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2019).

31
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik akan menyesatkan apabila tidak
berhati-hati secara visual terlihat normal, namun secara statistik bisa
sebaliknya. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis
(Ghozali, 2019), yaitu:
H0: Data residual berdistribusi normal
HA: Data residual tidak berdistribusi normal
Jika signifikansi < 0,05 berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan signifikan dengan data normal baku, berarti
data tersebut tidak normal atau H0 ditolak.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,
2019). Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan nilai toleransi masing-masing variabel
dependennya. Model regresi yang baik tidak toleransi diantara varabel
independen. Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas
jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka dapat disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2019).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, penelitian
ini menggunakan uji gletser. Dalam pengambilan keputusan dilihat dari
koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikan diatas 0,05 maka
dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun jika

32
sebaliknya, probabilitas signifikan dibawah 0,05 maka dapat disimpulkan
terdapat gejala heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2019). Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam satu model regresi
dilakukan melalui pengujian terhadap uji Durbin –Watson ( uji DW) dan
hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi ( r = 0)
H1 : ada autokorelasi ( r 0)

Dengan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah


sebagai berikut:
Tabel 3.4 Dasar Pengambilan Keputusan Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl
Tidak ada autokorelasi positif No desision
Tidak ada korelasi negatif Tolak dl d du
Tidak ada korelasi negatif No desision
Tidak ada autokorelasi, positif atau 4 dl d 4
negatif Tidak ditolak 4 du d 4 dl

du d 4 du

3. Analisis Regresi Berganda


Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 23, sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa model
yang digunakan adalah normal dan tidak mengandung gejala multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi kemudian dilakukan uji hipotesis untuk
melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali,
2019). Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui keakuratan
hubungan antara pengaruh akuntabilitas dan transparansi sebagai variabel yang

33
mempengaruhi (variabel independen), yakni pengelolaan dana desa dengan
persamaan:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 +e
Keterangan:
Y = Pengelolaan Dana Desa
α = Konstanta
β1,β2 = Koefisien Regresi
X1 = Akuntabilitas
X2 = Transparansi
e = Error (kesalahan pengganggu)

H. Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerapkan variansi variabel dependen. Koefisisen
determinasi (R²) dinyatakan dalam bentuk prosentase. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang digunakan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2019).
2. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen atau variabel penjelas secara individual
terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat nilai
signfikansi lebih kecil dari 0,05 dengan koefisisen regresi adalah signifikan
pada tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2019). Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis H1, H2, dan H3.
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis yang digunakan adalah satu arah
(one – tailed).

34
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti (2019). Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat


dalam Pengelolaan Dana Desa terhadap Pemberdayaan Masyarakat pada
Desa Woro Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang. Skripsi Universitas
Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Astuti, Riska Dwi (2021). Pengaruh Transparansi Dan Akuntabilitas Terhadap


Pengelolaan Keuangan Desa Di Desatamalate Kabupaten Takalar. Skripsi.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.

DPR RI (2019). Pengelolaan Dana Desa Masih Bermasalah.


http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/25283/t/Pengelolaan+Dana+Desa+Masi
h+Bermasalah. Diakses tanggal 23 September 2022

Farida, V., Jati, W. A., & Harventy R., (2018). Analisis Akuntabilitas Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang.
Jurnal Akademi Akuntansi, 1(1), 64–73.

Ghozali, Imam. (2019). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS
23. Semarang. UNDIP.

Hermawan et.al. (2021). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi


Masyarakat terhadap Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa
Purworejo Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal
Akuntansi Aktiva Universitas Muhammadiyah Metro. Metro.

Kemenkeu (2022). Peraturan Pemerintah RI No 22 Tahun 2015 tentang Perubahan


atas Pertaruran Pemerntah No 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari APBN. Diakses tanggal 2 Oktober 2022 dari
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2015/22TAHUN2015PP.pdf.

Kemenkeu (2020). Buku Saku Dana Desa. Diakses tanggal 5 Oktober 2022 dari
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2017/12/Buku-Saku-
DanaDesa-ttd-menteri-final-cover_opt.pdf.

Mardiasmo. 2019. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.

Nugroho, P.S., Wahyuningsih, P. dan Alliyah, S. (2022). Pengaruh Akuntabilitas,


Transparansi, Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Dana Desa
(Studi Kasus Pada 10 Pemerintah Desa Di Kecamatan Tahunan Kabupaten
Jepara). Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol.23 No.(01).

35
Putra & Rasmini. (2019). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi
Masyarakat pada Efektivitas Pengelolaan Dana Desa. Skripsi FEB
Universitas Udayana. Bali.

Rahadian, A. H. (2010). Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik.


Jurnal Ilmiah STIAMI, 57–70.

Rahajeng, M. M. 2020. “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam


Pengelolaan Dana Desa Di Desa Wlahar Wetan Kecamatan Kalibagor
Kabupaten Banyumas.” Public Policy and Managament Inquiry. 4(2):163–
74.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


ALFABETA.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

United Nations Development Program (UNDP) (1997). Governance for sustainable


human development. Diakses tanggal 1 Oktober 2022 dari
http://OpeningDiscussion-Paper-Governance-for-Sustainable-
Development.pdf.

Widayanti, R., Masitoh, E., & Dwi, A. (2019). Penerapan Azas Pengelolaan
Keuangan Desa: Tinjauan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 di Wilayah
Wonogiri Jawa Tengah. Jurnal FEB UNMUL Kinerja, 16(1), 10–21.

36
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Berilah jawaban dengan tanda (√) pada setiap pernyataan dalam kuesioner ini sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
Nama : ....................................................................................................
Jenis Kelamin : ....................................................................................................
o Perempuan
o Laki-Laki
Umur : ....................................................................................................
o < 20 tahun
o 20 – 35 tahun
o > 35 tahun
Stakeholder : ....................................................................................................
o Kepala Desa
o Perangkat Desa
o Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
o Rukun Tetangga (RT)
o Rukun Warga (RW)
o Badan Usaha Milik Desa (Bumdes )
o Forum Komunikasi Desa (FKD)
o PKK
o Kader Posyandu

Pertanyaan yang diajukan disediakan 5 pilihan jawaban dengan ketentuan sekala


sebagai berikut:
1. Sangat Setuju diberi Sekor 5 (SS)
2. Setuju diberi Sekor 4 (S)
3. Netral diberi Sekor 3 (RR)
4. Tidak Setuju diberi Sekor 2 (TS)
5. Sangat Setuju diberi Sekor 1 (STS)

37
A. Pernyataan tentang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
No Pertanyaan SS S N TS STS
Pembuatan Keputusan di tulis Secara Tertulis
Tahapan pengelolaan dana desa melibatkan
1
masyarakat
Anggaran disajikan secara terbuka dan
2
tertulis yang mudah dipahami masyarkat
Akurasi dan Kelengkapan Informasi
Angaran dana desa disajikan secara cepat dan
3
tepat kepada masyarakat
Inforamsi dana desa dilaporkan dengan bukti
4 bukti yang dapat dipahamai oleh masyarakat
luas
Kejelasan dari sasaran kebijakan dan
dikomunikasikan
Proses dan pertanggungjawaban dana desa
5
dilaporkan secara priodik dan terus-menerus
Penyajian dana desa telah menyertakan
6
informasi masa lalu
Penyebarluasan Informasi Melalui Media
Masa Dan Akses Publik
Informasi diberikan secara terbuka kepada
7
masyarakat
Infomrasi disebarluaskan dalam bentuk
8
pengumuman dalam pemanfaatan dana desa
Sistem Informasi manajemen dan Monitoring
Hasil
Dalam mengevaluasi dana desa, hanya
9 membandingkan target dengan realisasi/
sesungguhnya
Dana desa dipertanggungjawabkan kepada
10 otoritas yang lebih tinggi (vertical) dan
kepada masyarakat luas (horizontal)

38
B. Pernyataan tentang Transparansi Pengelolaan Dana Desa
No Pertanyaan SS S N TS STS
Ada Tidaknya Kerangka Kerja Hukum
Adanya peraturan yang mengatur pengelolaan
11
dana desa
Adanya pembagian peran dan tanggung
12
jawab yang dari pengelolaan dana desa
Adanya Akses Masyarkakat
Adanya kemudahan masyarakat dalam
13 mengakses rencana dan pengalokasian dana
desa
Adanya sarana publikasi rencana dan
14
pengalokasian dana desa
Adanya Audit Yang Independent dan Efektif
Masyarakat dapat memberikan kritik dan
15 saran terhadap rencana dan anggaran
pengalokasian dana desa
Adanya satuan pengawasan yang melakukan
16 pengawasan secara independent terhadap
rencana dan anggran pengalokasian dana desa
Adanya Keterlibatan Masayrakat Dalam
Pembuatan Keputsan Dana desa
Masyarkat dilibatkan dalam rencana dan
17
penganggran pengalokasian dana desa
Adanya peran masyarakat yang dilibatkan
18
dalam penyusunan laporan dana desa

39

Anda mungkin juga menyukai