KELOMPOK STUDI
LAPANGAN
DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KOTA
CILEGON
Disusun oleh :
Kelompok 2
LAPORAN KELOMPOK
STUDI LAPANGAN
DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KOTA CILEGON
PERSANDIAN DAN STATISTIK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 PESERTA DIKLAT PKP ANGKATAN CCIV (204)
Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Studi Lapangan Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan CCIV (204) Kelompok 2 pada
XXXXX Kota Sumedang Provinsi Jawa Barat, yang berlangsung pada
tanggal 19 – 20 Juni 2023. Terselesaikannya pelaksanaan studi lapangan
dan penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan dan
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Iwan Kurniawan selaku Kepala BPSDM Hukum dan HAM,
beserta jajaran penyelenggara Pelatihan Kepemimpinan Pengawas
Angkatan CCIV Tahun 2023;
2. Bapak Maman Mauludin, SH, M.SI. selaku Sekretaris Daerah Kota
Cilegon;
3. Bapak Eko Budianto dan Bapak Dr. Edy Santoso, SH, MH selaku
pendamping dalam Studi Lapangan yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam Menyusun Laporan Kelompok Studi
Lapangan;
4. Bapak Agus Zulkarnain, S.STP., M.Si selaku Kepala Dinas
Komunikasi dan Informatika, Kota Cilegon beserta jajarannya;
5. Bapak Nurohma, S.IP, M.Si selaku fasilitator pelaksanaan studi
lapangan;
6. Teman-teman seperjuangan peserta PKP BPSDM Kementerian
Hukum dan HAM RI Angkatan CCIV (204) Kelompok 2 Tahun 2023;
7. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penulisan yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu.
i
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan
demi perbaikan di masa depan. Semoga laporan ini bermanfaat dan
membawa dampak positif bagi orang banyak.
Kelompok 2
ii
PESERTA STUDI LAPANGAN PELATIHAN
KEPEMIMPINAN PENGAWAS ANGKATAN CCIV TAHUN
2023 KELOMPOK 2
iii
DAFTAR ISI
iv
2. Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana, Anggaran ... 16
3. Deskripsi Kinerja Organisasi Pelayanan Publik .............. 18
BAB III KEY SUCCESS FACTOR DAN LESSON LEARNT .......... 21
A. Key Success Factor .............................................................. 21
1. Keunggulan Strategi dan Manajemen Kinerja Pelayanan
Publik ............................................................................... 21
2. Keberlangsungan Keunggulan Strategi dan Manajemen
Kinerja Pelayanan Publik ................................................. 22
B. Lesson Learnt ....................................................................... 25
1. Peran Kepemimpinan ...................................................... 25
2. Inovasi ............................................................................. 25
3. Kompetensi dan Pemberdayaan SDM............................. 26
4. Pembangunan Jejaring Kerja dan Kolaborasi Pemangku
Kepentingan..................................................................... 26
5. Penerapan Manajemen Kinerja ..................................... 27
6. Penerapan Manajemen Risiko ......................................... 27
7. Planning & Budgeting ...................................................... 29
8. Pemanfaatan Teknologi ................................................... 29
BAB III PENUTUP ........................................................................... 31
A. Kesimpulan ........................................................................... 31
B. Rekomendasi ........................................................................ 32
Dokumentasi .................................................................................... 33
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
STUDI LAPANGAN KINERJA ORGANISASI 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Adminitrator Negara Nomor 5
Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pelatihan Struktural Kepemimpinan
dan Keputusan Kepala LAN Nomor 374/K.1/PDP.07 Tahun 2022 tentang
Kurikulum Pelatihan Struktural Kepemimpinan bahwa salah satu kurikulum
pada agenda tahap IV adalah Agenda Aktualita Kepemimpinan yaitu Studi
Lapangan Pelayanan Publik. Deskripsi mata diklat tersebut adalah
membekali peserta dangan kemampuan mengaktualisasikan kapasitas
kepemimpinan melayani melalui pengalaman best practice pengendalian
pelayanan publik dan aplikasinya dalam aksi perubahan dalam peningkatan
kualitas pelayanan melalui pembelajaran studi lapangan pelayanan publik.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya mengadopsi atau
mengadaptasi best practice.
Pengertian studi lapangan adalah salah satu proses kegiatan
mengungkapkan fakta-fakta melalui observasi/pengamatan dan wawancara
dalam proses memperoleh keterangan atau data dengan terjun langsung ke
lapangan. Dari hasil studi lapangan, suatu organisasi dapat memperoleh
gambaran dalam (insight) mengenai kondisi kinerja organisasi sehingga
dapat mengadopsi best practice untuk meraih sasaran yang diinginkan.
Perlu diketahui bahwa kegiatan studi lapangan tidaklah harus peristiwa
yang dilakukan kali waktu, namun bisa juga merupakan kegiatan
berkesinambungan sehingga organisasi dapat memperoleh manfaat dalam
meraih praktek aktifitas organisasi yang terbaik buat organisasi.
Kegiatan studi lapangan ini dinilai sangat penting mengingat setiap peserta
diwajibkan untuk dapat mengamati sehingga dapat
B. Tujuan
1. Penerapan studi lapangan mempunyai tujuan untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif dengan memperbaiki kinerja usaha, meningkatkan produktifitas,
memperbaiki mutu produk dan pelayanan dengan menggunakan kinerja pesaing
utama sebagai pembanding. Kegiatan Studi Lapangan yang dilakukan pada Dinas
Komunikasi dan Informasi Kota Cilegon bertujuan:
1. Mendukung pencapaian tujuan Pelatihan Kepemimpinan Administrator
dalam meningkatkan Profesionalisme Aparatur Sipil Negara
(ASN).
2. Mengumpulkan mengidentifikasi data dan informasi menemukan kunci
dan rahasia keberhasilan (Key Succes factor) serta menyiapkan
rencana proyek perubahan dengan mengadopsi dan mengadaptasi dari
best practice.
3. Menemukan lesson learnt dari best practice pada Dinas Komunikasi
dan Informasi Kota Cilegon
4. Adopsi dan adaptasi lesson learnt untuk ide / gagasan aksi perubahan.
BAB II
PROFIL PEMERINTAH KOTA CILEGON
A. Gambaran Umum
1. Sejarah
Kota Cilegon merupakan salah satu daerah Industri ternama di Provinsi
Banten yang dikenal dengan kota Baja. Tidak tanggung-tanggung, Cilegon
disebut mampu menghasilkan sekitar enam juta ton baja setiap tahunnya,
sekaligus menjadikannya sebagai pusat industri manufaktur baja terbesar tak
hanya di Indonesia tapi juga di kawasan Asia Tenggara. Dilansir dari Dinas
Pariwisata Provinsi Banten, nama 'Cilegon' berasal dari paduan kata 'Ci' atau
'Cai' yang dalam bahasa Sunda memiliki arti 'air' dan 'Legon' atau 'Melegon'
berarti 'lengkungan' sehingga kata Cilegon diambil dari istilah kubangan air
atau rawa yang mencerminkan kondisi wilayah kota tersebut dahulu.
Dalam sejarahnya, Cilegon telah menghadapi berbagai fase perkembangan
mulai dari masa Kesultanan Banten pada 1651. Kala itu, Cilegon masih
berwujud tanah rawa dan perkampungan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan
Banten. Barulah pada masa kejayaannya, Kesultanan Banten melakukan
pemugaran daerah di Serang dan Cilegon dengan membuka jalur
perlintasan yang menghubungkan Jawa dan Sumatera. Sejak saat itu, mulai
banyak orang yang memilih menetap di Cilegon. Berjarak hanya 15 kilometer
dari pusat Kesultanan Banten, Cilegon terkenal sebagai pusat penyebaran
Islam di Provinsi Banten. Cilegon bahkan masih menjaga budaya keislaman
hingga saat ini.
Salah satu ikon yang mencerminkan kebudayaan Islam di Cilegon ditandai
dengan masih berdirinya Al Khairiyah, sebuah perguruan Islam peninggalan
pahlawan nasional Brigadir Jenderal KH Syamun, seorang tokoh agama
berpengaruh sekaligus tentara yang sangat disegani. Pahlawan yang pernah
menjadi Komandan Batalyon PETA Pembela Tanah Air (PETA) pada periode
1942 - 1945 itu juga merupakan keturunan KH Wasyid yang memimpin
pemberontakan bersejarah Geger Cilegon pada 9 Juli 1888 silam. Peristiwa
bersejarah itu terjadi atas dasar ketidakpuasan masyarakat dan para Ulama
di Banten termasuk Cilegon terkait kebijakan yang ditetapkan pemerintah
kolonial Belanda. Saat itu Belanda melalui kebijakan politik Pax Neerlandica
berupaya menyatukan wilayah-wilayah jajahannya di Nusantara, baik melalui
perjanjian dan pendekatan militer.
Memasuki tahun 1962, sebuah infrastruktur manufaktur baja pertama
bernama Pabrik Baja Trikora berdiri di Cilegon. Hal ini sekaligus menandai
masuknya Cilegon pada babak baru era industri. Berkat Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 1970 tanggal 31 Agustus 1970, industri baja
semakin berkembang pesat dan turut berdampak pada sektor lain seperti
perdagangan, jasa hingga meningkatkan jumlah penduduk di wilayah
tersebut. Seiring perkembangan, penduduk Cilegon yang dulunya bekerja
sebagai petani pun berubah menjadi buruh dan pedagang. Peraturan itu juga
yang kemudian mengubah nama Pabrik Baja Trikora menjadi yang sekarang
dikenal sebagai PT Krakatau Steel.
Tak lama, Kota Cilegon juga memasuki era Reformasi. Melalui Undang-
Undang (UU) No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah
pusat semakin memberikan keleluasaan bagi Cilegon dalam mengatur
pemerintahannya. Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan
peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya
dukungan kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah.
Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU Nomor 15 tahun 1999 tentang
pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah
Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif Cilegon berubah menjadi
Kotamadya Cilegon pada 27 April 1999. Cilegon pun memiliki institusi
pemerintahan sendiri dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kota Cilegon, seperti dikutip dari Biro Pemkesra Provinsi
Banten.
Semakin meningkatnya dinamika dan tuntutan masyarakat akan peningkatan
kualitas pelayanan dasar kepada masyarakat, pemerintah kota Cilegon
bersama DPRD Kota Cilegon kemudian menetapkan Peraturan daerah
nomor 15 tahun 2002 tentang Pembentukan 4 Kecamatan Baru, sehingga
kota Cilegon kini memiliki 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Cilegon,
Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Pulomerak, Kecamatan Cibeber,
2. Letak Geografis
Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada dibagian paling ujung
sebelah Barat Pulau Jawa dan terletak pada posisi : 5°52'24" - 6°04'07"
Lintang Selatan (LS), 105°54'05" - 106°05'11" Bujur Timur (BT). Secara
administratif wilayah berdasarkan UU No.15 Tahun 1999 tentang
terbentuknya Kotamadya Kawasan Tingkat II Depok dan Kotamadya
Kawasan Tingkat II Cilegon pada tanggal 27 April 1999, Kota Cilegon benar
batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara: bersamaan batasnya dengan Kecamatan Bojonegara
(Kabupaten Serang)
b. Sebelah Barat: bersamaan batasnya dengan Selat Sunda
c. Sebelah Selatan: bersamaan batasnya dengan Kecamatan Anyer dan
Kecamatan Mancak (Kabupaten Serang)
d. Sebelah Timur: bersamaan batasnya dengan Kecamatan Kramatwatu
tepat di wilayah serdang (Kabupaten Serang)
Cilegon memiliki wilayah yang relatif landai di kawasan tengah dan pesisir
barat sampai timur kota, tetapi di wilayah utara cilegon topografi menjadi
berlereng karena bersamaan batasnya langsung gunung batur, sedangkan di
wilayah selatan topografi menjadi sedikit berbukit-bukit terutama wilayah yang
bersamaan batasnya langsung dengan Kecamatan Mancak.
Kota ini memiliki wilayah strategis yang bertalian langsung dengan selat
sunda, dan terhubung dengan jalan tol Jakarta - Merak. Selain itu rencana
pembangunan Jembatan Selat Sunda yang nantinya hendak terkoneksi
dengan jalan lingkar selatan Kota Cilegon menambah tingkat konektivitas
Kota ini dengan kawasan lain di sekitarnya.
3. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Kota Cilegon,
Banten mencapai 434,9 ribu jiwa. Rinciannya, sebanyak 220,9 ribu laki-laki
dan 214 ribu perempuan. Rasio jenis kelamin di Kota Cilegon mencapai 103.
Artinya, terdapat sekitar 103 laki-laki pada setiap 100 perempuan di Kota Baja.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Cilegon setiap tahunnya sepanjang 2010-
2020 sebesar 1,49%. Kepadatan penduduk di kota tersebut tercatat sebesar
2,47 ribu jiwa per kilometer persegi (km2).
Dilihat berdasarkan kecamatan, Citangkil menjadi wilayah di Kota Cilegon
yang memiliki jumlah penduduk tertinggi, yakni 79,9 ribu jiwa. Sedangkan,
Grogol merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah, yakni 42,4
ribu jiwa.
Cibeber menjadi kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi
sebesar 2,47%, sedangkan yang terendah ada di Jombang sebesar 0,79%.
Kepadatan penduduk tertinggi dimiliki oleh Jombang sebesar 5,6 ribu
jiwa/km2, sementara yang terendah di Ciwandan sebesar 966 jiwa/km2.
4. Lambang Daerah
Dasar Hukum : Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 2 Tahun 2000 Tentang
Lambang Daerah Kota Cilegon
10. Ombak melambangkan warga Kota Cilegon yang energik dan Dinamis.
11. Laut Dan Jangkar melambangkan Kota cilegon sebagai kota pelabuhan
yang menjadi jembatan pulau jawa dan sumatera.
12. Roda Gerigi melambangkan Kota Cilegon sebagai kota Industri.
13. Motto AKUR SEDULUR JUJUR ADIL MAKMUR melambangkan motto
yang dipegang Kota Cilegon
6. Struktur Organisasi
Organisasi Perangkat Daerah sebagai wadah penyelenggaraan
pemerintahan,pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan menjadi
penentu keberhasilan pencapaian tujuan pemerintah daerah dalam
mewujudkan reformasi birokrasi haruslah kokoh. Struktur organisasi
Pemerintah Kota Cilegon mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang ditindaklanjuti melalui
Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 16 Tahun 2012 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kota Cilegon. Susunan Organisasi Pemerintah Kota
Cilegon terdiri dari:
a. Walikota dan Wakil WaliKota Cilegon;
b. Sekretaris Daerah;
c. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas Daerah, Lembaga Teknis
Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Kecamatan dan Kelurahan;
d. Dinas Daerah adalah Dinas Daerah Kota Cilegon;
BAB III
Key Success Factor dan Lesson learnt dari Dinas Komunikasi
dan Informasi Kota Cilegon
8. Pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan teknologi informasi bisa dilihat dari pelaksanaan kegiatan
kedinasan pegawai Diskominfosanditik Kota Cilegon dengan
menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), dengan
dibangunnya aplikasi e-office sebagai sarana penunjang pelaksanaan
tugas sehari hari dan aplikasi Tahu Sumedang untuk kebutuhan
masyarakat. Dimana dua aplikasi ini yang menjadikan Kota Cilegon
sebagai tolak ukur pemerintah daerah yang mampu mewujudkan
Sumedang Digital Transformation. Pengelolaan sosial media yang
sangat baik dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat yang
dilakukan manusia dari mulai pendidikan, bisnis dan organisasi, hal ini
mendorong pemerintah dan penyedia informasi dan penyediaan kanal
aduan dengan membangun aplikasi Qlue. Pemanfaatan Teknologi juga
diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat
Sumedang dengan membuat Sekolah Gazebo yang merupakan
pembangunan pos wifi gratis untuk anak sekolah yang digunakan untuk
mengakses informasi dan belajar online.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi lapangan pada Dinas Komunikasi dan Informasi
Kota Cilegon, banyak hal positif yang dapat diadaptasi atau diadopsi oleh
peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan CCIV diantaranya :
1. Peran dan dukungan pimpinan kepada jajaran sangatlah penting
dalam membangun kinerja instansi pemerintah yang baik.
2. Strategi pengembangan struktur, dalam peningkatan kinerja pegawai
sangatlah penting untuk menunjang pelayanan didalam instansinya
dengan menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya
pegawai yang profesional.
3. Penyusunan dan pelaksanaan rencana strategis (Renstra) sesuai
dengan yang telah ditetapkan sehingga target kinerja sesuai dengan
output yang diinginkan, dan dilakukan perubahan seperlunya.
4. Pada strategi pengembangan atau penyederhanaan sistem prosedur
terdapat penyederhanaan terhadap proses standar pelayanannya agar
masyarakat mendapatkan pelayanan publik yang cepat, efektif dan
menghemat waktu.
5. Strategi pengembangan infrastruktur, antara lain dengan penyediaan
fasilitas, pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang layanan, alat
transportasi yang digunakan sebagai aset kantor dalam
melangsungkan kegiatan kedinasannya, seperti mobil dan motor.
6. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi hal
yang paling utama dalam menuju World Class Goverment, seperti
komputerisasi yang guna membantu kinerja pegawai dan
pembangunan inovasi pelayanan publik.
7. Peningkatan kompetensi pegawai harus menjadi satu hal yang
diperhatikan dengan memberikan kesempatan bea siswa maupun
short course bekerjasama dengan Universitas dalam negeri maupun
luar negeri.