Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

BEST PRACTICE KEPALA SEKOLAH

PENANAMAN KARAKTER MELALUI PEMANFATAN TAMAN


EDUKASI LALU LINTAS MINI DI SD NEGERI 2
PENYANGKRINGAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Uji Kompetensi Kepala Sekolah
(UKKS)

Oleh :
SOFIAH, S.Pd.
NIP. 19640216 198304 2 001

SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PENYANGKRINGAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL
PROVINSI JAWA TENGAH
2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah saya :


a. Nama : Sofiah, S.Pd.
b. NIP : 19640216 198304 2 001
c. Pangkat/golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan : Kepala Sekolah
e. Unit kerja : SD Negeri 2 Penyangkringan

Menyatakan bahwa Best Practice dengan judul : “Penanaman Karakter melalui


Pemanfatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini di SD Negeri 2 Penyangkringan” adalah
benar-benar karya penulis dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam Best Practice ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Demikian pernyataan ini penulis buat, dan apabila di kemudian hari terbukti
pernyataan ini tidak benar, maka penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan
perundanng-undangan yang berlaku.

Weleri,
Yang Membuat Pernyataan

Sofiah, S.Pd.
NIP. 19640216 198304 2 001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN BEST PRACTICE KEPALA SEKOLAH

PENANAMAN KARAKTER MELALUI PEMANFATAN TAMAN


EDUKASI LALU LINTAS MINI DI SD NEGERI 2
PENYANGKRINGAN

Telah disetujui oleh : Pengawas Dabin


Pada Hari, Tanggal : ..........

Yang Menyetujui,
Pengawas Dabin Penulis

Tri Muryanto, S.Pd., M.Si. Sofiah, S.Pd.


NIP. 19611030 198304 1 003 NIP. 19640216 198304 2 001

Mengetahui,
Koordinator Wilayah Kecamatan Bidang Pendidikan
Kecamatan Weleri

Lilik Mulyani, S.Pd., M.Si.


NIP. 19660404 198608 2 003

iii
ABSTRAK

Sofiah (2021). Penanaman Karakter melalui Pemanfatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini di
SD Negeri 2 Penyangkringan.

Latar belakang masalah dalam best practice ini adalah pengembangan pendidikan karakter di
SD Negeri 2 Penyangkringan masih kurang, khususnya karakter religius, disiplin, toleransi dan
tanggungjawab. Karakter tersebut merupakan hal yang harus ditanamkan secara terus menerus
melalui pembiasaan. Aspek-aspek karakter yang dikembangkan di SD Negeri 2 Penyangkringan
meliputi pembiasaan yang ditunjang dengan pemanfaatan sarana dan prasarana.
Laporan best practice ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Pemanfaatan Taman Edukasi
Lalu Lintas Mini untuk menanamkan karakter di SD Negeri 2 Penyangkringan, 2) Karakter yang
muncul dalam pembelajaran etika berlalu lintas melalui pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas
Mini, 3) Faktor penghambat pada penerapan pembelajaran etika berlalu lintas, 4) Cara mengatasi
faktor penghambat pada penerapan pembelajaran etika berlalu lintas.
Berdasarkan pembahasan mengenai penanaman karakter melalui pemanfatan Taman Edukasi
Lalu Lintas Mini di SD Negeri 2 Penyangkringan dapat disimpulkan bahwa: 1) Pemanfaatan
Taman Edukasi Lalu Lintas Mini untuk Menanamkan Karakter di SD Negeri 2 Penyangkringan
dilakukan melalui pembelajaran etika berlalu lintas yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran
sehari-hari yang dilakukan secara harian, mingguan, bulanan dan periodik, 2) Dalam pelaksanaan
pembelajaran etika berlalu lintas di SD Negeri 2 Penyangkringan nilai karakter yang muncul dalam
pendidikan etika berlalu lintas diantaranya adalah religius, disiplin, toleransi, dan tanggungjawab
3) Faktor penghambat keberlangsungan pendidikan etika berlalu lintas di SD Negeri 2
Penyangkringan yaitu area sekolah yang sempit, dan faktor lingkungan yang tidak bisa dikontrol
oleh pihak sekolah karena menjadi wewenang dari orangtua, 4) Cara mengatasi faktor yang
menghambat dalam hal penerapan pendidikan etika berlalu lintas di SD Negeri 2 Penyangkringan
adalah mengadakan komunikasi antara guru dan orangtua, menyesuaikan penggunaan taman lalu
lintas, meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan bekerjasama dengan pihak kepolisian.

Kata kunci : Penanaman Karakter, Taman Edukasi Lalu Lintas Mini

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan Best
Practice ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Lilik Mulyani, S.Pd., M.Si., selaku Korwilcam Bidik Kecamatan Limbangan yang
telah memberikan sarana dan kemudahan dalam bimbingan dan pelaksanaan
penelitian.
2. Bapak Tri Muryanto, S.Pd., M.Si., selaku Pengawas Dabin Korwilcam Bidik
Kecamatan Weleri yang telah memberikan nasehat dan bimbingan dengan penuh
semangat selama penyusunan laporan Best Practice ini.
3. Para guru SD Negeri 2 Penyangkringan yang telah memberi bantuan moral dan
senantiasa membantu dan memberikan motivasi dalam pelaksanaan kegiatan ini.
4. Keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat tanpa henti.
5. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu selama penyusunan laporan Best Practice ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiiin.

Weleri,
Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN i
JUDUL ............................................................................................... ii
PERNYATAAN iii
KEASLIAN ................................................................................ iv
LEMBAR v
PERSETUJUAN .................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
.. ix
KATA x
PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR
ISI ...........................................................................................................
DAFTAR
TABEL ...................................................................................................
DAFTAR
GAMBAR ..............................................................................................
DAFTAR
LAMPIRAN ..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


...
A. Latar Belakang 1
B. Masalah ............................................................. 2
C. Rumusan 3
D. Masalah ...................................................................... 3
Tujuan ......................................................................................
..
Manfaat ....................................................................................
..
BAB II KAJIAN 5
PUSTAKA ...........................................................................

vi
A. Pendidikan 5
Karakter ...................................................................
B. Strategi Untuk Menerapkan Pendidikan Karakter 6
B. Taman Edukasi Lalu Lintas 9
Mini ..............................................
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 11
...
A. Profil SD Negeri 2 11
Penyangkringan ...........................................
B Pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini untuk
Menanamkan Karakter di SD Negeri 2 12
Penyangkringan ...........
C Karakter yang Muncul dalam Pembelajaran Etika Berlalu
Lintas melalui Pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas 15
Mini .
D Faktor Penghambat pada Penerapan Pembelajaran Etika
Berlalu 16
Lintas .............................................................................
E Cara Mengatasi Faktor Penghambat pada Penerapan
Pembelajaran Etika Berlalu Lintas melalui Pemanfaatan
Taman Edukasi Lalu Lintas 17
Mini ...............................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 18
...
A. Simpulan .................................................................................. 18
B .. 18
Rekomendasi ...........................................................................
...
DAFTAR 20
PUSTAKA .............................................................................................
LAMPIRAN- 22
LAMPIRAN .....................................................................................

vii
viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2020/2021 ..................................................... 11
2. Data Gedung dan Meubelair .................................................................................... 11
3. Data Guru SD Negeri 2 Penyangkringan Tahun Pelajaran 2020/2021 ................... 12

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Taman Edukasi Lalu Lintas Mini ......................................................................... 10

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Kegiatan ............................................................................................ 23

xi
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan sebagai suatu proses mempunyai dua sisi yang saling berkaitan,
pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih
kepada transfer normatif (transfer of values). Tujuan akhir pendidikan adalah
menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai iman
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan menegaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Bebagai hambatan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional banyak
dialami oleh lembaga-lembaga pendidikan, khususnya pada tingkat sekolah dasar
(SD). Banyak sekolah dasar (SD), baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan
menghadapi hambatan yang harus segera diatasi. Penanaman karakter merupakan
salah satu cara untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi. Berbagai upaya
dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanamkan karakter pada siswa sebagaimana
yang diamanatkan undang-undang. Masing-masing sekolah mempunyai cara tersendiri
dalam menanamkan karakter pada diri siswa agar dapat menjadi pribadi yang baik di
masa mendatang.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, tidak semua sekolah dasar (SD) dapat
menanamkan karakter pada siswa dengan baik, sebagaimana yang terjadi di SD Negeri
2 Penyangkringan. Keterbatasan sarana prasarana menjadi salah satu hambatan yang
terjadi dalam menanamkan karakter pada siswa di SD Negeri 2 Penyangkringan.
Berbagai upaya perlu dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi hambatan tersebut.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat sumber belajar yang menarik dan
memuat pendidikan karakter sesuai amanat undang-undang. Dengan adanya sumber
belajar tersebut, siswa nampak antusias mengikuti kegiatan pembelajaran baik di
dalam maupun di luar kelas berbasis praktik.
2

Kegiatan pembelajaran yang hanya berlangsung di dalam kelas nampak kurang


efektif dalam menanamkan karakter pada siswa. Guru cenderung menggunakan
metode ceramah dalam menyampaikan materi. Hal ini berdampak pada rendahnya
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, khususnya etika berlalu lintas.
Penanaman karakter yang dilaksanakan sejak dini, diharapkan dapat menjadikan
masyarakat Indonesia lebih berkarakter dan dapat mengurangi angka pelanggaran lalu
lintas yang sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Mengingat angka kecelakaan
lalu lintas di Indonesia yang tergolong tinggi, menerapkan pendidikan karakter sejak
dini melalui pembelajaran etika berlalu lintas digunakan sebagai upaya meminimalisir
angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia.
Pemanfaatan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran
perlu dilakukan agar pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari meningkat.
Kepala sekolah memiliki inisiatif untuk membuat “Taman Edukasi Lalu Lintas Mini”
yang dapat menarik minat siswa agar dapat belajar etika berlalu lintas dengan nyaman
dan riang gembira. Pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode dan media,
misalnya menggunakan metode bercerita dengan menggunakan media buku
bergambar serta metode simulasi yang dapat melibatkan siswa aktif dlaam melakukan
kegiatan pembelajaran. Taman Edukasi Lalu Lintas Mini dapat digunakan sebagai area
bermain dan media pengenalan lalu lintas kepada siswa. Pembelajaran yang dikemas
secara menarik didukung dengan praktik dapat memudahkan siswa menerima setiap
materi yang disampaiakn oleh guru, khususnya terkait dengan penanaman karakter.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis selaku Kepala
Sekolah tertarik untuk menyusun laporan best practice dengan judul “Penanaman
Karakter melalui Pemanfatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini di SD Negeri 2
Penyangkringan”.

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana latar belakang yang telah dikemukanan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini untuk menanamkan
karakter pada siswa di SD Negeri 2 Penyangkringan?
2. Karakter apa sajakah yang muncul dalam pembelajaran etika berlalu lintas melalui
pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini?
3

3. Faktor apa sajakah yang menjadi penghambat pada penerapan pembelajaran etika
berlalu lintas?
4. Bagaimana cara mengatasi faktor penghambat pada penerapan pembelajaran etika
berlalu lintas?

C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat, laporan best practice ini
bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini untuk
menanamkan karakter pada siswa di SD Negeri 2 Penyangkringan.
2. Mendeskripsikan Karakter yang muncul dalam pembelajaran etika berlalu lintas
melalui pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini.
3. Mendeskripsikan Faktor penghambat pada penerapan pembelajaran etika berlalu
lintas.
4. Mendeskripsikan Cara mengatasi faktor penghambat pada penerapan pembelajaran
etika berlalu lintas.

D. Manfaat
Berdasarkan paparan di atas, maka manfaat laporan best practice ini sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Laporan best practice ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai penanaman
karakter pada siswa di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
1) Menjadi wujud tindakan nyata sehingga dapat memecahkan masalah tentang
pelaksanaan nilai-nilai karakter di sekolah.
2) Memberikan masukan mengenai program-program yang dilakukan dalam
mengimplementasikan penanaman karakter melalui pemanfaatan sarana dan
prasarana.
3) Sebagai bahan evaluasi mengenai implementasi penanaman karakter melalui
pemanfaatan sarana dan prasarana di Sekolah Dasar.
4

b. Bagi Guru
1) Sebagai bahan evaluasi mengenai implementasi penanaman karakter melalui
pemanfaatan sarana dan prasarana yang dilaksanakan oleh guru.
2) Sebagai refleksi untuk meningkatkan upaya penanaman karakter melalui
pemanfaatan sarana dan prasarana bagi siswa.
c. Bagi Siswa
1) Menanamkan karakter dalam kehidupan sehari-hari, terutama etika berlalu
lintas.
2) Meningkatkan kesadaran siswa terhadap etika berlalu lintas.
5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter
Menurut Agus Wibowo (2012), mengungkapkan bahwa pendidikan karakter
adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur
kepada siswa sehingga mereka mempunyai karakter yang baik dan menerapkan serta
mempraktekkannya dalam kehidupan sehai-hari baik dalam keluarga, masyarakat, dan
negara. Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai pendidikan budi pekerti plus,
yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak efektif. Pendidikan
karakter ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan dan seorang siswa akan
menjadi cerdas emosinya. Karena kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting bagi
siswa untuk menyongsong masa depan.
Selanjutnya menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya
membawa siswa ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif,
dan akhirnya pada pengamalan nilai secara nyata. Melalui pendidikan karakter
diharapkan siswa Sekolah Dasar mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari. Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Dasar di
Indonesia baik negeri maupun swasta.
Mengacu pada beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
luhur kepada siswa agar terbentuk kepribadian yang berkarakter baik dan ditunjukkan
dalam kesehariannya dalam berperilaku baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, dan
lingkungan. Pendidikan karakter tidak cukup hanya dengan memberikan pengetahuan
tentang adanya nilai-nilai karakter namun juga melibatkan perasaan sehingga mampu
untuk membedakan baik buruk sebuah nilai yang akan menentukan tindakan apa yang
akan diambil dan akhirnya diwujudkan dalam tindakan dan perbuatan yang sesuai
dengan nilai- nilai yang dianutnya setelah melalui proses pengetahuan hingga merasuk
ke dalam perasaan.
Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun
2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter ntuk menjadikannya sebagai gerakan
6

nasional. Kebijakan PPK ini menjadi bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM). Aspek-aspek perilaku yang menjadi sasaran perubahan adalah perubahan
cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Secara konseptual,
Pendidikan karakter sendiri memiliki banyak konsep. Lickona menetapkan tujuh
unsur-unsur karakter dasar yang harus ditanamkan kepada siswa, meliputi:
1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty)
2. Belas kasih (compassion)
3. Kegagahberanian (courage)
4. Kasih sayang (kindness)
5. Kontrol diri (self-control)
6. Kerja sama (cooperation)
7. Kerja Keras (diligence or hard work)
Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter menjelaskan
bahwa PPK dilaksanakan dengan menerapkan delapan belas nilai-nilai Pancasila
dalam pendidikan karakter. Penguatan nilai-nilai karakter yang dilaksanakan untuk
pendalaman dan/atau pengayaan dan extrakulikuler, yaitu penguatan nilai-nilai
karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja
sama, dan kemandirian Siswa secara optimal. Kegiatan-kegiatan dalam rangka PPK
dapat dilaksanakan baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Kegiatan
ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan krida, karya ilmiah, latihan olah bakat/olah
minat, dan kegiatan keagamaan, serta kegiatan penghayatan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

B. Strategi Untuk Menerapkan Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai, kebiasaan-
kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna mewujudkan individu yang dewasa
dan bertanggung jawab. Pembelajaran pendidikan karakter tidak bisa dilangsungkan
hanya dengan ceramah saja, namun juga diperlukan strategi yang tepat. Darmiyati
(2011: 175) mengungkapkan ada tujuh strategi untuk menerapkan pendidikan karakter.
Strategi tersebut diantaranya adalah.
1. Tujuan, sasaran, dan target yang akan dicapai harus jelas dan konkret.
2. Pendidikan karakter akan lebih efektif dan efisien kalau dikerjakan tidak hanya oleh
sekolah, melainkan harus ada kerjasama antara sekolah dengan orangtua siswa.
7

Sekolah perlu bekerjasama secara sinergis dengan keluarga, agar sekolah bisa
melakukan perubahan pada diri orang tua, sebagai syarat berhasilnya
pengembangan karakter siswa.
3. Menyadarkan pada semua guru akan peran yang penting dan bertanggung jawab
dalam keberhasilan melaksanakan dan mencapai tujuan pendidikan karakter.
4. Kesadaran guru akan perlunya “hidden curriculum”, dan merupakan instrument
yang amat penting dalam pengembangan karakter siswa. Kurikulum tersembunyi
ini ada perilaku guru, khususnya dan berinteraksi dengan para siswa, yang disadari
atau tidak akan berpengaruh besar pada diri siswa.
5. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus menekankan pada daya kritis dan
kreatif siswa.
6. Kultur sekolah harus dimanfaatkan dalam pengembangan karakter siswa. Nilai-
nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma, semboyan-semboyan sampai kondisi
fisik sekolah yang ada perlu dipahami dan dibuat sedemikian rupa sehinga dapat
mengembangkan karakter siswa.
7. Pada hakikatnya salah satu fase pendidikan karakter adalah merupakan proses
pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di sekolah yang dapat
dimonitor dan dikontrol oleh kepala sekolah dan guru.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi dalam
pendidikan karakter yaitu dengan mengupayakan seluruh komponen dan
mensinergikan ke dalam pendidikan karakter itu sendiri sehingga dalam
pelaksanaanya tercapai secara optimal.
Dalam menanamkan pendidikan karakter Guru memerlukan strategi-strategi
yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan karakter. Strategi yang dapat
dilakukan Guru dalam mengembangkan pendidikan karakter menurut Heritage
Foundation (Tahana, 2011: 119) yakni:
1. Menetapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode
yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat
secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkret, bermakna serta
relevan dalam konteks kehidupannya.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar
dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa
ancaman, dan memberikan semangat.
8

3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan


berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good,
dan acting the good.
4. Metode pengajaran yang memperlihatkan keunikan-keunikan masing-masing siswa,
yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan 9 aspek kecerdasan manusia.
5. Seluruh pendekatan menerapkan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate
Practices
6. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh
sekolah. Yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan sekolah harus
berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan perhatian pada
kesejahteraan lainnya.
7. Model (contoh) perilaku positif. Bagian terpenting dari penerapan lingkungan yang
supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh perhatian
dan penuh penghargaan dari guru dalam interaksinya dengan siswa.
8. Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna, termasuk
dalam kehidupan di kelas dan sekolah. Sekolah harus menjadi lingkungan yang
demokratis sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan
tindakannya, serta untuk merefleksi atas hasil tindakan.
9. Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial-emosional, seperti
mendengarkan ketika orang lain bicara, mengenali dan mengelola emosi,
menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang
menghargai kebutuhan (kepentingan masing-masing).
10. Melibatkan siswa dalam wacana moral. Isi moral dalah esensi pendidikan siswa
untuk menjadi potensial, moral manusia.
11. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa.
12. Tidak ada siswa yang terabaikan. Tolok ukur yang sesungguhnya dari kesuksesan
sekolah termasuk pendidikan “semua” siswa untuk mewujudkan seluruh potensi
mereka dengan membantu mereka mengembangkan bakat khusus dan kemamouan
mereka, dan dengan membangkitkan pertumbuhan intelektual, etika, dan emosi
mereka.
Sudaryanti (2012: 5-8) mengungkapkan bahwa pembentukan karakter siswa usia
dini dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan terprogram, kegiatan spontan dan
keteladanan. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan dengan penjadwalan
9

secara terus menerus. Kegiatan ini juga sering kali disebut sebagai kegiatan
pembiasaan karena memang sasaran dari kegiatan ini adalah untuk membiasakan
perilaku tertentu yang dianggap mendasar dan penting bagi pola kehidupan siswa
saat ini maupun ketika siswa itu dewasa.

C. Taman Edukasi Lalu Lintas Mini


Pengembangan pendidikan karakter siswa sebagai bagian dari kompetensi di
Abad 21 dan bagaimana menata fasilitas dan infrastruktur sekolah sebagai
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam bentuk pemanfaatan atau
optimalisasi area belajar. Setiap sekolah diharapkan mampu mengakomodasi ruang
yang dapat diubah menjadi ruang belajar yang tepat untuk siswa di setiap sudut atau
koridor kelas (Kemdikbud, 2017: 19). Hal ini berkaitan erat dengan keberhasilan
sekolah dalam memberikan pelayanan yang maksimal sebagaimana yang diamanatkan
undang-undang.
Berbagai inovasi yang dilakukan penulis selaku Kepala Sekolah merupakan
bagian dari observasi yang dilakukan secara berkesinambungan terhadap kebutuhan
sekolah. Penataan fasilitas dan infrastruktur sekolah sebagai implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah dalam bentuk pemanfaatan atau optimalisasi area belajar perlu untuk
segera dilaksanakan. Kepala sekolah senantiasa melakukan evaluasi terhadap
program-program yang telah dibuat, baik untuk jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Hasil observasi Kelapa Sekolah memperoleh beberapa temuan,
diantaranya masih terdapat sudut sekolah yang belum digunakan untuk menunjang
penanaman karakter di SD Negeri 2 Penyangkringan.
Berdasarkan fakta dan kebutuhan tersebut dibuatlah solusi optimalisasi sudut
sekolah menjadi Taman Edukasi Lalu Lintas Mini. Tujuan dari program ini adalah
mengoptimalisasi sudut sekolah yang tidak berfungsi optimal menjadi Taman Edukasi
Lalu Lintas Mini yang mempunyai fungsi untuk menunjang kegiatan pembelajaran di
sekolah. Sementara dalam jangka panjang, hasil yang diinginkan bukan hanya
memiliki kebiasaan belajar di mana saja tetapi dapat meningkatkan minat siswa dalam
belajar. Siswa memiliki kesempatan untuk menggunakan waktu luang secara lebih
efektif dan lebih banyak interaksi antara guru dan siswa. Kepala sekolah
memungkinkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini
sekolah menjadi area belajar yang menyenangkan.
10

Taman Edukasi Lalu Lintas Mini merupakan suatu tempat atau area di dalam
sekolah yang diatur sedemikian rupa untuk mengakomodasi kegiatan belajar mengajar
dan menumbuhkan minat belajar siswa, khususnya etika berlalu lintas. Taman Edukasi
Lalu Lintas Mini ini dibuat berdasarkan kondisi aktual sudut sekolah yang sebelumnya
tidak digunakan. Dengan mengoptimalkan penggunaan Taman Edukasi Lalu Lintas
Mini menjadi taman yang bermanfaat dan memiliki fungsi sebagai ruang tunggu siswa
sebelum jam belajar dimulai, dan juga merupakan salah satu cara dan upaya untuk
menanamkan karakter pada siswa.
Ide awal yang mendasari dibuatnya Taman Edukasi Lalu Lintas Mini adalah
keresahan penulis selaku Kepala Sekolah terhadap makin tingginya tingkat kecelakaan
lalu lintas di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya pengguna jalan yang
kurang memperhatikan etika berlalu lintas. Kenyataan tersebut erat kaitannya dengan
kurangnya penanaman karakter sejak dini, terutama pada tingkat sekolah dasar. Peran
sekolah dalam menanamkan karakter pada siswa sangat berpengaruh pada
perkembangan karakter siswa di kemudian hari. Diharapkan dengan adanya Taman
Edukasi Lalu Lintas Mini, karakter siswa dapat berkembang dengan optimal.
Taman Edukasi Lalu Lintas Mini berada di halaman samping sekolah yang
berada di dekat parkir guru dan karyawan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini digunakan
untuk pendidikan etika berlalu lintas dan area bermain siswa. Proses pengerjaan
Taman Edukasi Lalu Lintas Mini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan dan
dibiayai menggunakan Dana BOS sesuai dengan alokasi indikator penggunaan dana
yang telah ditetapkan. Taman Edukasi Lalu Lintas Mini berupa miniatur jalan raya
disertai rambu-rambu lalu lintas yang dikemas secara menarik dan menyenangkan bagi
siswa.

Gambar 2.1. Taman Edukasi Lalu Lintas Mini


11

BAB III PEMBAHASAN

A. Profil SD Negeri 2 Penyangkringan


1. Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2020/2021
Jumlah Siswa
No Kelas Jumlah Rombel
L P Jml

1 I 1 14 14 28
2 II 1 23 12 35
3 III 2 25 23 48
4 IV 2 17 25 42
5 V 1 18 18 36
6 VI 2 32 22 54
Jm
l 129 114 243
2. Data Gedung dan Meubelair
No
. Uraian Jumlah Ruang Luas (m2)
1 Gedung Sekolah 4 9 512
2 Ruang KS 1 1 21
3 Rumah KS - - -
4 Rumah Guru 1 1 84
5 Rumah Penjaga 1 1 40
6 Ruang Perpustakaan 1 1 72
7 Ruang UKS 1 1 16
8 Kamar Kecil/WC 7 7 25
9 Bangku/Meja Murid 186 103 83
10 Meja/Kursi Guru 9 6 3
11 Meja/ Kursi Tamu 2 2 -
12 Almari 18 7 11
13 Papan tulis 12 12 -
14 Alat Peraga IPA 5 3 2
15 Alat Peraga 7 5 2
12

Matematika
16 Alat Peraga IPS/Bahasa 6 5 1

3. Data Guru SD Negeri 2 Penyangkringan Tahun Pelajaran 2020/2021


No Jabatan
. Nama Guru NIP
19640216 198304 2 Kepala Sekolah
1 Sofiah, S.Pd 001
19690306 200212 2 Guru Kelas VI
2 Ida Noor Setyawati, S.Pd 004 A
19760803 201406 1 Guru Kelas IV
3 Misbakhusiroj, S.Pd 002 B
19881218 201903 2 Guru Kelas VI
4 Siska Arianti, S.Pd 004 B
5 Hastoro Imam HS, S.Pd - Guru Kelas II
6 Mahathir Anwar, S.PdI - Guru Kelas III B
Guru Kelas IV
7 Wahyu Aji K, S.Pd - A
8 Sukrisworo, S.Pd - Guru Kelas V
9 K. Fahrunisa, S.Pd - Guru Kelas I
10 Moh Robiin - Penjaga Sekolah

B. Pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini untuk Menanamkan Karakter di


SD Negeri 2 Penyangkringan
Pendidikan etika berlalu lintas merupakan bagian dari pendidikan budi pekerti
(pendidikan karakter) yang bukan hanya meliputi ranah kognitif, namun juga meliputi
ranah psikomotorik. Zarkasi (Mulyasa, 2011:8) mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter sangat terkait dengan manajemen dan pengelolaan institusinya. Keberhasilan
pendidikan etika berlalu lintas yang merupakan bagian dari pendidikan karakter juga
terkait dengan manajemen dan pengelolaan institusinya. Pengelolaan institusi yang
dimaksudkan adalah bagaimana pembelajaran pendidikan etika berlalu lintas
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan kegiatan pendidikan. Di
SD Negeri 2 Penyangkringan sendiri, manajemen lembaga atau pengelolaannya sudah
13

baik di mana proses penerapannya melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan


penilaian.
Penerapan pendidikan etika berlalu lintas terintegrasi dengan semua kegiatan
yang dilakukan di sekolah. Pendidikan etika berlalu lintas dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran, dan kegiatan pembudayaan yang dilaksanakan melalui
pembiasaan. Pengembangan pendidikan etika berlalu lintas dapat dilakukan melalui
pengintegrasian dalam kegiatan pembelajaran, pengembangan diri dan budaya
sekolah. Proses penerapan pendidikan etika berlalu lintas dilakukan dengan langkah
mengintegrasikan pendidikan etika berlalu lintas ke dalam kegiatan pembelajaran. Hal
ini ditandai dengan masuknya indikator capaian perkembangan pendidikan etika
berlalu lintas ke dalam perencanaan pembelajaran yakni dalam program tahunann
program semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini untuk Menanamkan Karakter di
SD Negeri 2 Penyangkringan dilakukan melalui pembelajaran etika berlalu lintas yang
terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran sehari-hari. Sesuai pengamatan yang telah
dilakukan oleh penulis, terdapat kegiatan mengelilingi rute lalu lintas di Taman
Edukasi Lalu Lintas Mini dengan dua cara yakni dengan berjalan/berlari dan dengan
menggunakan sepeda. Berjalan/berlari dan bersepeda melewati rute jalan di Taman
Edukasi Lalu Lintas Mini merupakan kegiatan pembelajaran etika berlalu lintas yang
terintegrasi dengan pengembangan fisik motorik. Dengan kegiatan mengelilingi rute
tersebut, pemahaman siswa tentang simbol-simbol lalu lintas dapat meningkat. Selain
untuk mengembangan pengetahauan dan pemahaman mengenai berlalu lintas,
kegiatan berkeliling di Taman Edukasi Lalu Lintas Mini dapat juga mengembangkan
rasa kepedulian siswa terhadap lingkungannya.
Guru mengajak siswa bernyanyi dan mengadakan tanya jawab mengenai
rambu-rambu lalu lintas. Tanya jawab dipilih agar siswa menggali ingatannya kembali
tentang rambu-rambu lalu lintas yang telah diajarkan dan memiliki rasa penasaran
terhadap rambu-rambu yang belum diketahui. Guru memberikan sedikit cerita
mengenai lalu lintas dengan buku cerita yang ada di perpustakaan. Dalam bercerita
guru juga menggunakan metode simulasi, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Siswa dibiasakan berdo’a sebelum melakukan sesuatu termasuk membiasakan
siswa berdo’a sebelum naik kendaraan. Pembiasaan berdo’a sebelum naik kendaraan
14

bertujuan untuk membiasakan siswa selalu menjaga keselamatan diri. Selain berdo’a
pembiasaan yang dilaksanakan adalah menggunakan helm saat menggunakan motor.
Hal ini terlihat siswa yang diantar menggunakan sepeda motor selalu menggunakan
helm. Rak helm penuh dengan helm anak-anak. Rak helm menjadi fasilitas sekolah
yang mendukung pembelajaran/pendidikan etika berlalu lintas. Pesan yang
disampaikan guru sebelum pulang sekolah juga mengandung tujuan untuk
mengingatkan siswa agar selalu menjaga keselamatan diri. Pesan yang disampaikan
misalnya mengingatkan siswa jika bersepeda pelan-pelan dan berada di lajur sebelah
kiri. Tidak hanya mengajarkan dan membiasakan siswa untuk menjaga keselamatan
diri sendiri, dalam pendidikan etika berlalu lintas SD Negeri 2 Penyangkringan juga
mengajarkan pada siswa untuk menjaga keselamatan antar pengguna jalan. Memberi
pengertian kepada siswa melalui cerita ataupun dengan bernyanyi.
Sekolah bekerjasama dengan orangtua dalam pembelajaran etika berlalu lintas.
Orangtua menyiapkan helm dan sekolah menyediakan fasilitas rak helm untuk
meletakkan helm yang digunakan. Tidak hanya menyediakan fasilitas, pihak sekolah
yaitu guru juga memberi pengertian kepada siswa kegunaan helm pada saat
berkendara. Kerjasama antara sekolah dan orangtua diharapkan dapat memaksimalkan
keberhasilan dari tujuan pendidikan etika berlalu lintas. SD Negeri 2 Penyangkringan
selalu menjalin kerjasama dengan orangtua dalam semua kegiatan yang dilaksanakan.
Pembelajaran tentang rambu-rambu lalu lintas dilaksanakan melalui bernyanyi,
tanya jawab maupun melalui cerita. Rambu lalu lintas tidak hanya diajarkan di dalam
kelas namun siswa juga dibiasakan dengan slogan-slogan. Rambu lalu lintas yang
diajarkan di SD Negeri 2 Penyangkringan diantaranya adalah rambu-rambu
peringatan, rambu-rambu larangan, rambu-rambu perintah dan rambu-rambu petunjuk.
Rambu peringatan yang diajarkan diantaranya seperti rambu pengatur lalu lintas,
rambu peringatan tikungan ke kanan, rambu peringatan tikungan ke kiri dan rambu
peringatan lainnya. Rambu larangan yang diajarkan diantaranya larangan parkir,
larangan berhenti, larangan masuk bagi kendaraan bermotor ataupun tidak bermotor.
Rambu perintah diantaranya rambu-rambu wajib berhenti, wajib mengikuti arah ke
kiri, wajib megikuti arah ke kanan. Rambu-rambu petunjuk diantaranya petunjuk zona
parkir, pompa bahan bakar, petunjuk pertolongan pertama dan petunjuk tempat ibadah.
Pembelajaran etika berlalu lintas yang dilaksanakan di SD Negeri 2
Penyangkringan tidak hanya dilaksanakan oleh guru saja, namun sekolah bekerjasama
15

dengan POLSEK Weleri dalam pelaksanaan pembelajaran etika berlalu lintas. Bentuk
kerjasama yang dilaksanakan diantaranya adalah melakukan pembelajaran langsung
mengenai etika berlalu lintas. Pembelajaran biasanyadilaksanakan bersama-sama di
aula sekolah. Selain pembelajaran langsung pihak sekolah selalu bekerjasama dengan
POLSEK Weleri pada saat melakukan pembelajaran di luar sekolah. Bentuk kerjasama
yang dilakukan yaitu sekolah selalu menggunakan front rider saat melaksanakan
pembelajaran diluar sekolah. Selain itu sekolah juga bekerjasama dengan pihak
POLSEK Weleri untuk menertibkan jalan di depan sekolah.

C. Karakter yang Muncul dalam Pembelajaran Etika Berlalu Lintas melalui


Pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini
Pendidikan karakter yang merupakan salah satu segmen ranah efektif, akan
memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap keberhasilan pendidikan di
Indonesia. Dalam hal ini pendidikan etika berlalu lintas merupakan bagian dari
pendidikan karakter. Pendidikan Etika Berlalu Lintas diberikan melalui berbagai
kegiatan, pembelajarannya dikemas dalam berapa hal antara lain berdoa sebelum naik
kendaraan, memakai perlengkapan naik kendaraan, sikap ketika membonceng sepeda
motor, ketika duduk di mobil, berani menegur orang tua yang melanggar rambu lalu
lintas, menyanyikan lagu-lagu keselamatan dijalan, tepuk tangan cara menyeberang
jalan supaya aman, bermain peran cara menyeberang jalan, serta mewarnai gambar
beretika lalu lintas.
Pendidikan etika berlalu lintas yang merupakan bagian dari pendidikan budi
pekerti atau pendidikan karakter, tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam pembelajaran
etika berlalu lintas juga telah menanamkan nilai karakter. Karakter yang ada dalam
pembelajaran etika berlalu lintas diantaranya adalah:
1. Religius
Religius merupakan sikap atau perilaku patuh terhadap ajaran agamanya.
Dalam pembelajaran pendidikan etika berlalu lintas nilai pembentuk karakter
religius muncul pada capaian perkembangan menjaga keselamatan diri. Hal ini
terjadi pada saat pembiasaan berdo’a sebelum naik kendaraan. Pembiasaan berdo’a
sebelum naik kendaraan dilaksanakan pada saat berdo’a akan pulang dan pada saat
melakukan perjalanan field trip bersama.
2. Disiplin
16

Karakter disiplin muncul dalam pelaksanaan pembelajaran etika berlalu


lintas. Dalam capaian perkembangan menunjukkan ketertiban diri sendiri karakter
disiplin terlihat jelas kemunculannya. siswa dibiasakan untuk disiplin dalam aturan
berlalu lintas, misalnya saat berkendara siswa dibiasakan untuk selalu
menggunakan helm, disiplin dengan rambu-rambu lalu lintas.
3. Toleransi
Pelaksanaan pembelajaran etika berlalu lintas bertujuan untuk menciptakan
rasa saling hormat dan saling menghargai antara para pengguna jalan. Tujuan dari
pelaksanaan pendidikan etika berlalu lintas di SD Negeri 2 Penyangkringan
dilaksanakan dengan cara bernyanyi. Isi dari lagu berisi tata cara menyeberang
jalan, sehingga berisi pesan pesan untuk saling menghargai sesama pengguna jalan,
misalnya memberi isyarat saat akan menyeberang, memberi kesempatan pada
sesama pengguna jalan yang lain.
4. Tanggungjawab
Nilai tanggungjawab ditanamkan dalam pembelajaran etika berlalu lintas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran etika berlalu lintas di SD Negeri 2
Penyangkringan, nilai tanggungjawab terdapat pada saat siswa mengerjakan tugas,
siswa dibiasakan untuk menyelesakaikan tugas dan kewajibannya. Selain tertanam
pada saat mengerjakan tugas, nilai tanggungjawab juga melekat pada pembiasaan
siswa untuk melaksanakan kewajiban dalam mentaati peraturan lalu lintas.
Kedisiplinan, tanggung jawab, taat aturan dan banyak karakter lainnya yang ada
dalam pembelajaran etika berlalu lintas. Dalampembelajaran ELL ini yang paling
menonjol adalah kedisplinan. Pembelajaran ini merupakan pembiasaan sehingga
karakter yang ingin dikembangkan tertanam pada diri siswa.

D. Faktor Penghambat pada Penerapan Pembelajaran Etika Berlalu Lintas


Dalam Pelaksanaan pendidikan etika berlalu lintas di SD Negeri 2
Penyangkringan terdapat faktor penghambat. Faktor penghambat tersebut berpengaruh
terhadap penerapan pendidikan etika berlalu lintas di SD Negeri 2 Penyangkringan.
Faktor penghambat dalam penerapan pendidikan etika berlalu lintas di SD Negeri 2
Penyangkringan diantaranya adalah area sekolah yang sempit, sehingga penggunaan
Taman Edukasi Lalu Lintas Mini tidak dapat dilakukan secara maksimal. Dikarenakan
area sekolah yang sempit maka Taman Edukasi Lalu Lintas Mini digunakan untuk
17

tempat parkir guru dan karyawan. Hal ini yang menyebabkan penggunaan Taman
Edukasi Lalu Lintas Mini tidak dapat digunakan secara maksimal. Hal lain yang
menjadi hambatan yakni faktor lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap guru
mendapatkan beberapa temuan diantaranya lingkungan sekitar yang belum mematuhi
dan peduli aturan lalu lintas sehingga menjadi contoh siswa yang tidak baik. Fasilitas
seperti Taman Edukasi Lalu Lintas Mini di sekolah yang masih kurang dikarenakan
lahan sekolah yang sempit. Orang tua juga masih ada yang kurang peduli dengan
aturan lalu lintas. Hal yang demikian tentunya berpengaruh terhadap keberhasilan
program sekolah yang berkaitan dengan peran orang tua dalam mendidik siswa di
rumah.

E. Cara Mengatasi Faktor Penghambat pada Penerapan Pembelajaran Etika


Berlalu Lintas melalui Pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini
Cara mengatasi faktor yang menghambat dalam penerapan pendidikan etika
berlalu lintas di SD Negeri 2 Penyangkringan dilakukan dengan beberapa cara. Cara-
cara yang digunakan oleh SD Negeri 2 Penyangkringan dalam mengatasi faktor
penghambat tersebut antara lain dengan menyesuaikan penggunaan Taman Edukasi
Lalu Lintas Mini untuk pembelajaran misalnya memindahkan parkir dan memberi tahu
siswa contoh-contoh pelanggaran lalu lintas. Penggunaan halaman sebagai tempat
parkir dipindahkan di sudut sekolah yang tidak digunakan dan bekerjasama pihak
kepolisian untuk menertibkan jalanan depan sekolah. Selanjutnya, cara mengatasi
faktor yang menghambat dalam hal penerapan pendidikan etika berlalu lintas di SD
Negeri 2 Penyangkringan adalah mengadakan komunikasi antara guru dan orangtua,
menyesuaikan penggunaan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini, meningkatkan kerjasama
dengan orangtua dan bekerjasama dengan pihak kepolisian.
18

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai penanaman karakter melalui pemanfatan
Taman Edukasi Lalu Lintas Mini di SD Negeri 2 Penyangkringan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pemanfaatan Taman Edukasi Lalu Lintas Mini untuk Menanamkan Karakter di SD
Negeri 2 Penyangkringan dilakukan melalui pembelajaran etika berlalu lintas yang
terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan secara
harian, mingguan, bulanan dan periodik.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran etika berlalu lintas di SD Negeri 2
Penyangkringan nilai karakter yang muncul dalam pendidikan etika berlalu lintas
diantaranya adalah religius, disiplin, toleransi, dan tanggungjawab.
3. Faktor penghambat keberlangsungan pendidikan etika berlalu lintas di SD Negeri 2
Penyangkringan yaitu area sekolah yang sempit, dan faktor lingkungan yang tidak
bisa dikontrol oleh pihak sekolah karena menjadi wewenang dari orangtua.
4. Cara mengatasi faktor yang menghambat dalam hal penerapan pendidikan etika
berlalu lintas di SD Negeri 2 Penyangkringan adalah mengadakan komunikasi
antara guru dan orangtua, menyesuaikan penggunaan taman lalu lintas,
meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan bekerjasama dengan pihak
kepolisian.

B. Rekomendasi
Mengacu pada simpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah, lebih meningkatkan inovasi program terhadap pendidikan
karakter siswa dan diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu
seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil dan membantu siswa
untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan mereka sendiri untuk mencapai kesuksesan hidup.
2. Bagi Guru, pendidikan karakter di sekolah dapat diterapkan melalui keteladanan
yang dilakukan guru dan juga dapat ditanam melalui pembiasaan secara terus
menerus..
19

3. Bagi Tim Pelaksana Program Sekolah, agar lebih memperhatikan analisa kebutuhan
sekolah dan administrasi program sekolah. Kontrol keadaan sarana dan prasarana
hendaknya dilakukan secara rutin baik oleh penanggungjawab maupun semua
warga sekolah sehingga bisa segera diperbaiki atau dilengkapi.
4. Bagi Dinas Pendidikan, agar terus memberikan bimtek dan sosialisasi tentang
pengelolaan program sekolah.
5. Bagi Pemerintah, agar memfasilitasi sekolah khususnya dalam bidang pengelolaan
program pemenuhan kebutuhan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
20

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Ali Ibrahim. 2003. Pendidikan Karakter Dalam Prespektif Modern. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2003.

Andrianto Tuhana Taufiq. 2011. Mengembangkan Karakter Sukses siswa Di Era Cyber,
Jogjakarta : AR Ruzz Media.

Ahmad Tafsir. 2001. Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa Melalui Mata
Pelajaran Umum. Gema PWKGA Edisi April.

Direktorat PSMP. 2010. Grand Design Pendidikan Karakter. Dirjen Manajemen


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

Direktorat PSMP. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar. Dirjen


Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta; Depdiknas.

Direktorat PSMP. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Dirjen Manajemen Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

Hidayatullah. M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.


Surakarta : Yuma Pustaka.

Kesuma. Dharma. Dkk. 2013 Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung; PT. Remaja Rosdakarya..

Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Remaja Rosdakarya

Muslich. Mansur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional. Jakarta ; PT. Bumi Aksara.

Martianto. Hastuti. 2002. Pendidikan Karakter: Paradigma Baru dalam Pembentukan


Manusia Berkualitas. Bogor: IPB.

Nasution. Muslimin. 2008. Pendidikan Kurikulum Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya.

Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

PP No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

PP No 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan

Sabda Syaifuddin. 2006. Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq.. Ciputat Quantum
Teaching. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
21

Sofyatiningrum. 2009. Kurikulum Berciri Keagamaan. (Makalah). Dalam Prosiding


Pertemuan Dan Presentase Ilmiah Hasil penelitian Bidang Pendidikan. Jakarta:
Balitbang Depdiknas.

Sukandi Ujang. Belajar Aktif. Jakarta: Pusat Kurikulum.2010

UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31 ayat (3)

UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wibowo Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa


Berkepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf. Jamil. 2009. Reorientasi Pengembangan Profesionalitas Guru di Pidie Jaya. Banda
Aceh: IAIN Ar-Raniry.
22

LAMPIRAN-LAMPIRAN
23

DOKUMENTASI KEGIATAN

Foto Keterangan

Papan Nama SD Negeri 2


Penyangkringan Kecamatan Weleri
Kabupaten Kendal

Kepala Sekolah beserta Guru SD


Negeri 2 Penyangkringan

Tahap awal proses pembuatan Taman


Edukasi Lalu Lintas Mini
24

Proses pembuatan pondasi dan


urugan Taman Edukasi Lalu Lintas
Mini

Rambu-rambu lalu lintas yang akan


digunkaan pada Taman Edukasi Lalu
Lintas Mini

Rambu-rambu lalu lintas telah


terpasang dengan baik
25

Pengecatan Taman Edukasi Lalu


Lintas Mini menggunakan warna-
warna yang cerah disertai gambar-
gambar agar menarik bagi siswa

Taman Edukasi Lalu Lintas Mini


dilengkapi dengan rambu-rambu lalu
lintas dan marka jalan

Taman Edukasi Lalu Lintas Mini siap


digunakan untuk menunjang
penanaman karakter siswa di SD
Negeri 2 Penyangkringan

Anda mungkin juga menyukai