Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN

CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX PLANNING


(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2017-2021)

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:

Astri Nopianti
5552190037

JURUSAN S1- AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG BANTEN

2023
ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT, yang telah

memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kita khususnya penulis, serta

shalawat dan salam kehadiran Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang kita

harapkan syafaatnya di hari akhir nanti, sampai saat ini penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Akuntansi dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan

Corporate Governance Terhadap Tax Planning Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021”.

Penulis menyadari, bahwa sesungguhnya penulisan dan penyusunan

proposal skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan nasehat serta pengarahan

dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas

penulis mengucapkan terima kasih yang telah membantu dan memberi dorongan

kepada penulis sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Tri Lestari, Ph.D, CA selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan,

saran, dan motivasi yang diberikan.

2. Bapak Mukhtar, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan saran

dan motivasi yang diberikan.

3. Bapak/Ibu Dosen selaku staf pengajar yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu persatu, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan.
iv

4. Terimakasih kepada keluarga besar saya yang selalu memberikan

semangat kepada saya sehingga saya semangat menulis proposal skripsi

ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih Proposal Skripsi ini

tidak luput dari berbagai kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan

kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya proposal skripsi

ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi semua pihak.

Serang, 06 Maret 2023

Penulis

Astri Nopianti

5552190037
v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................11
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................13
2.1 Landasan Teori.......................................................................................13
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory).......................................................13
2.1.2 Pajak...................................................................................................14
2.1.3 Tax Planning........................................................................................15
2.1.4 Profitabilitas........................................................................................19
2.1.5 Leverage.............................................................................................23
2.1.6 Corporate Governance........................................................................26
2.2 Kerangka Pemikiran...............................................................................32
2.3 Pengembangan Hipotesis.......................................................................35
2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax Planning.................................35
2.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap Tax Planning........................................37
2.3.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Planning............38
2.3.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Planning................................40
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................42
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................42
3.2 Definisi Oprasional Variabel..................................................................42
3.2.1 Variabel Independen...........................................................................42
3.2.2 Variabel Dependen..............................................................................45
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................47
vi

3.3.1 Populasi...............................................................................................47
3.3.2 Sampel................................................................................................48
3.4 Sumber Data...........................................................................................48
3.5 Metode Pengumpulan Data....................................................................49
3.6 Teknik Analisis.......................................................................................50
3.6.1 Statistik Deskriptif...........................................................................50
3.6.2 Uji Asumsi Klasik...............................................................................51
3.6.3 Uji Hipotesis.......................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Pajak.......................................................................................1

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................30

Tabel 3.1 Indikator Variabel..................................................................................46


viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian...........................................................................33

Gambar 2.2 Model Penelitian................................................................................34


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia mewajibkan negaranya untuk patuh terhadap pajak,

pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang paling besar untuk menunjang

peningkatan pembangunan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendapatan

Negara bersumber dari penerimaan pajak, penerimaan Negara bukan pajak, dan

penerimaan hibah.

Pemerintah dalam menjalankan kegiatan pembangunan dan kegiatan

pemerintahannya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana itu sendiri

dikumpulkan dari potensi-potensi sumber daya yang dimiliki oleh Negara, baik itu

hasil dari kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Iuran masyarakat ini

berbentuk pembayaran pajak yang menjadi dana utama yang dipergunakan oleh

pemerintah dalam melakukan pembangunan yang sedang dilaksanakan ataupun

yang akan dijalankan (Rahmadini, 2019).


2

Tabel 1.1

Realisasi Target Penerimaan Pajak Periode 2017-2021


(Dalam Jumlah Triliun)

Tahun Target Realisasi Presentase Realisasi

2017 Rp. 1.283,37 Rp. 1.147,5 89%

2018 Rp. 1.424 Rp. 1.315,93 92%

2019 Rp. 1.377,6 Rp. 1.332,1 84%

2020 Rp. 1.198,82 Rp. 1.072,1 89%

2021 Rp. 1.229,6 Rp. 1.277,7 104%

Sumber : Direktorat Jendral Pajak

Data diatas menampilkan besarnya indikasi penerimaan pajak setiap tahun

mengalami peningkatan meskipun upaya peningkatan potensi pendapatan fiskal

hingga tahun ini belum mencapai tujuan. Dari tabel tersebut dapat diketahui

bahwa penerimaan pajak diindonesia pada APBN tahun 2017-2021 pada

kenyataannya sulit untuk merealisasikan target pajak sebesar 100% atau bahkan

lebih, namun pada tahun 2021 menunjukan presentase realisasi target penerimaan

pajak mengalami kenaikan sebesar 104% walaupun masih belum sesuai dengan

target. Sedangkan dari tahun 2017-2021 belum ada yang mencapai target.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Pasal Umum Perpajakan pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa pajak adalah

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan


3

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara dan sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Tidak dapat dipungkiri, pajak memegang peranan yang sangat penting

dalam mendukung kemandirian finansial suatu bangsa. Besar kecilnya pajak akan

menentukan kapasitas anggaran Negara dalam membiayai pengeluaran Negara,

baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin.

Pajak bagi perusahaan merupakan salah satu komponen biaya yang mengurangi

laba perusahaan. Tidak sedikit wajib pajak terutama badan usaha yang melakukan

penghindaran pajak baik secara legal (tax avoidance) bahkan ilegal atau

penggelapan pajak (tax evasion) (Honggo dan Marlinah, 2019).

Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan adalah

membayar pajak. System perpajakan yang digunakan di Indonesia adalah self

assessment dalam pemungutan pajak yang artinya wajib pajak diberikan

kesempatan untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri jumlah pajak

terutang nya. Hal ini memberi celah bagi para wajib pajak yang nakal untuk dapat

memperkecil nilai pajak yang disetorkannya kepada Negara dengan melakukan

berbagai cara perencanaan pajak (tax planning) (Angelia, 2020).

Tax planning merupakan suatu treatmen yang dilaksanakan oleh entitas

bisnis guna mengurangi biaya yang harus ditanggung dalam hal setoran pajak

sebagai akibat dari bisnis yang dijalani. Seperti diketahui tujuan utama entitas

bisnis adalah untuk memperoleh laba dari bisnis. Biaya yang tinggi yang harus

ditanggung oleh perusahaan akibat dari pajak mengakibatkan pelaku usaha


4

mencari cara agar biaya ini dapat ditekan agar pajak yang disetorkan ke negara

menjadi berkurang. Ini yang mendasari terjadinya praktik perencanaan pajak yang

banyak dilakukan oleh entitas bisnis (Rahmadini & Ariani, 2019).

Profitabilitas (ROA) adalah suatu pendekatan yang dapat menggambarkan

profitabilitas pada perusahaan. Banyaknya laba yang diperoleh perusahaan dengan

memanfaatkan total asset yang dimilikinya dapat ditunjukan dari pendekatan

ROA. ROA dapat menghitung kinerja perusahaan dalam memperoleh keuntungan

yang terlepas dari pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin bagus performa

perusahaan dengan memakai asset dalam mendapatkan laba bersih. Tingkat

profitabilitas suatu perusahaan berpengaruh negative dengan tarif pajak efektif.

Perusahaan yang memiliki profit tinggi memiliki peluang untuk melakukan tax

planning karena perusahaan menganggap pajak mengurangi labanya (Nurjanah

dan Susyanti, 2017).

Leverage merupakan tingkat hutang yang digunakan perusahaan dalam

melakukan pembiayaan. Dalam kaitannya dengan pajak, apabila perusahaan

memiliki kewajiban pajak tinggi maka perusahaan akan memiliki utang yang

tinggi pula. Oleh sebab itu perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran

pajak. Pengukuran leverage adalah dengan menggunakan persentase dari total

hutang terhadap ekuitas perusahaan pada suatu periode yang disebut juga Debt to

Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang

membandingkan jumlah Hutang terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para

peneliti dan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika

dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham.
5

Semakin tinggi angka DER maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang

semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya (Saputra dan Asyik, 2017).

Selain profitabilitas dan leverage, peneliti akan menganalisis mengenai

keterkaitan corporate governance terhadap tax planning. Cara perusahaan dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya di pengaruhi oleh struktur corporate

governace. Munculnya kasus-kasus prihal upaya untuk melakukan tindakan

penghindaran pajak dengan meminimalkan besar tanggungan perpajakannya,

menghasilkan perdebatannya untuk pihak tata kelola perusahaan yang

menghasilkan fakta bahwasannya system tata kelola perusahaan atau Good

Corporate Governance yang baik belum dijalankan sepenuhnya pada perusahaan

yang berada di Indonesia. Hal tersebut dapat mengakibatkan kurangnya informasi

bahwa perusahaan kurang tepat menyajikan informasi dengan fakta yang

diberikan serta mendesak perusahaan agar menghindari besarnya tanggungan

pajak terutang yang dibebankan, oleh sebab itu perusahaan lebih menjurus untuk

melakukan kecurangan (Oktaviana & Kholis, 2019).

Mekanisme tata kelola pada dasarnya terdiri dari pengendalian di dalam

atau internal dan pengendalian lingkungan atau eksternal. Mekanisme corporate

governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Institusional

dan Komite Audit. Kepemilikan Institusional merupakan jumlah saham yang

dimiliki oleh institusi dan blockholders pada akhir pencatatan. Institusi disini

dapat berupa perusahaan penginvestasi, perusahaan dibidang asuransi, ataupun

lembaga yang memiliki karakteristik sama dengan perusahaan yang telah

disebutkan. Sedangkan blockholders merupakan individu atau perorangan yang


6

memiliki jumlah saham diatas 5% dimana individu tersebut bukan termasuk

kedalam kategori kepemilikan manajerial (Rahmadini dan Ariani, 2019).

Menurut Rosalia dan Sapari (2017) komite audit dibentuk oleh dewan

komisaris untuk bertanggung jawab dalam mengawasi dan memeriksa laporan

keuangan, pengendalian internal, dan proses audit. Peraturan ikatan komite audit

yang dikutip oleh Effendi (2009:25), menjelaskan komite audit adalah suatu

komite yang bekerja secara professional dan independen yang dibentuk oleh

dewan komisaris dan dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan

memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan

fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko,

pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-

perusahaan (Rahmadini dan Ariani, 2019).

Jenis fenomena Tax Planning yang terjadi di Indonesi. PT. Bentoel

Internasional Investama. PT. Bentoel Internasional Investama merupakan

perusahaan rokok terbesar kedua setelah HM Sampoerna di Indonesia. Beberapa

media juga menyoroti temuan Tax Justice Network yang melaporkan adanya

praktik penghindaran pajak oleh anak perusahaan British American Tobacco

(BAT) di Indonesia yakni PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Pasalnya,

Negara disebut-sebut menanggung kerugian US$13,7 juta per tahun. Berdasarkan

laporan Tax Justice Network, anak perusahaan BAT di Indonesia melakukan

penghindaran pajak dengan langkah-langkah yang diambil adalah dengan cara

membayarkan utang bunga melalui pihak yang terkait langsung oleh perusahaan

serta pembayaran penggunaan property, bayaran dan biaya teknologi informasi.


7

Metode ini dilaksanakan dengan cara mentransfer melewati filial perusahaan BAT

yang berlokasi di wilayah yang menjalin persetujuan perpajakan bersama

Indonesia.

(Jakarta, DDTCNews, 2019).

Kasus selanjutnya, PT. Kalbe Farma Tbk. Di tahun 2017, perusahaan

memperoleh surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) sejumlah Rp. 527,85

miliar mengenai pajak penghasilan dan PPN tahun 2016 (Kalbe Farma 2017).

Dengan diterbitkannya SKPKB oleh Direktorat Jenderal Pajak ini

mengindikasikan bahwa perusahaan berusaha meminimalkan pajak yang

dibayarkan dengan melakukan tindakan penghindaran pajak yang dicatat oleh

perusahaan di Indonesia.

Dalam fenomena tersebut merupakan bukti bahwa Tax planning beberapa

tahun ini menjadi isu yang penting untuk mendapatkan perhatian lebih.

Perusahaan (wajib pajak) melaksanakan tax planning guna meminimalkan beban

pajak terutangnya, sehingga mereka dapat meminimumkan beban pajak yang

harus mereka bayar terhadap negara tanpa bertentangan dengan undang-undang

perpajakan yang berlaku. Perencanaan pajak merupakan langkah entitas dalam

melakukan penghematan pajak.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka terdapat beberapa peneliti yang

dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu mengenai perencanaan pajak (Tax

Planning). Diantaranya peneliti Rahmadini dan Ariani (2019) yang menunjukan

bahwa profitabilitas dan leverage berpengaruh signifikan terhadap tax planning.


8

Sedangkan menurut Arinda (2017) profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap tax planning. Angelia menjelaskan bahwa profitabilitas perpengaruh

positif dan signifikan terhadap tax planning. Dan penelitian yang dilakukan oleh

Janah, Susyanti, dan Salim. (2017) Profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap tax planning. Sedangkan menurut Kasir (2020) menunjukan

bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap Tax Planning. Rahmadini., dan

Ariani (2019) memperoleh hasil bahwa corporate governance yang di proksikan

dengan komite audit berpengaruh signifikan terhadap tax planning.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas dan dari uraian

mengenai beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki

hasil berbeda, serta menunjukan simpulan yang beragam dengan variabel yang

berbeda sehingga mendorong peneliti untuk menguji kembali konsistensi hasil

penelitian terdahulu. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan

menggunakan data sampel yang terbaru oleh karena itu penulis akan melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Corporate

Governance Terhadap Tax Planning Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021”.


9

1.2 Rumusan Masalah


Bersumber dari latar belakang yang telah dijabarkan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Tax Planning pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2017-2021?

2. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Tax Planning pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2017-

2021?

3. Apakah Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Tax Planning

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada periode 2017-2021?

4. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Tax Planning pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2017-2021 ?
1

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Planning pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2017-2021.

2. Untuk menguji pengaruh Leverage terhadap Tax Planning pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada

periode 2017-2021.

3. Untuk menguji pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Planning

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada

periode 2017-2021.

4. Untuk menguji pengaruh Komie Audit terhadap Tax Planning pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada

periode 2017-2021.
1

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Bagi wajib pajak, hasil riset dapat menjadi pedoman ataupun acuan

mengenai pembayaran pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang beraku di

indonesia serta praktik penghindaran pajak seperti apa yang dilarang untuk

diimplementasikan didalam kehidupan sehari-hari.

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan,

menambah wawasan khususnya dibidang perpajakan dan dapat menjadi panduan

dan acuan bagi peneliti selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Bagi perusahaan, hasi riset ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan peraturan perpajakan dan juga membuat

keputusan yang akan diterapkan khususnya dalam masalah perpajakan.

Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

kebijakan dan peraturan perpajakan agar penerimaan pajak di indonesia

meningkat setiap tahunnya.


1
1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara

pemilik kepentingan (Principle) dengan manajer (agent) dalam mengelola

perusahaan. Principle adalah suatu kelompok yang memiliki kepentingan dengan

perusahaan dan mendelegasikan wewenang yang mereka punya kepada si agesnt

yaitu manajemen. Jensen dan Mecling pada tahun 1996 menjelaskan bahwa teori

agensi adalah teori yang membahas tentang hubungan antara principle ataupun

pemilik saham yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan dengan agent

atau manajemen yang bertugas untuk menjalankan perusahaan sesuai dengan

kebutuhan pemilik saham tersebut.

Jansen dan Meckling mendeskripsikan akan ada dua masalah yang akan

timbul pada teori keagenan, yaitu:

a. Moral hazard, yaitu masalah yang akan timbul jika agen melakukan

tindakan yang tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati

sebelumnya.

b. Adverse selection, yaitu permasalahan yang timbul dimana principal tidak

mengetahui alasan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh agen,

apakah didasari oleh informasi yang handal atau karena adanya unsur

kepentingan.
1

Adapun hubungan antara teori agensi dengan tax planning dapat dilihat dari

kepentingan perusahaan untuk mendapatkan laba dengan kewajiban atas

pembayaran pajak yang akan dibayarkan atas laba tersebut. Permasalahannya

terjadi antara pemungut pajak yang disebut fiskus dengan manajemen perusahaan.

Fiskus berharap jumlah pajak yang diterima akan besar, sementara dilain sisi

manajemen berusaha untuk mengecilkan jumlah pajak yang dibayarkan walaupun

pertumbuhan laba meningkat (Rahmadini dan Ariani 2019.)

2.1.2 Pajak
2.1.2.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara, termasuk

Indonesia yang mengandalkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan

negara yang utama (Dalimunthe, 2018).

Penentu dalam kebijakan pembayaran pajak adalah wakil rakyat di Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) bersama eksekutif. Hasil dari keputusan politik

bersama antara wakil rakyat dan eksekutif harus dituangkan dalam bentuk

Undang-Undang Perpajakan. Alasannya, agar pemberian sebagian harta kekayaan

rakyat secara wajib kepada negara tanpa kontraprestasi tidak disebut perampokan

atau perampasan harta kekayaan rakyat oleh negara, hal ini karena rakyat

dianggap sudah menyetujui penarikan pajak itu sendiri. Tujuan dibuatnya

kebijakan perpajakan itu kedalam bentuk undang-undang adalah agar mengikat

semua orang untuk mematuhinya dan tercipta keadilan dan kepastian hukum

dalam pelaksanaannya (Dalimunthe, 2018).


1

2.1.2.2 Fungsi Pajak

Pajak yang dikenakan kepada masyarakat mempunyai dua fungsi

(Dalimunthe, 2018) yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Finansial)

Fungsi finansial adalah untuk mengumpulkan dana yang diperlukan

pemerintah untuk membiayai pengeluaran belanja negara guna

kepentingan dan keperluan seluruh masyarakat. Dengan demikian, fungsi

budgetair yaitu pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah guna

mendapatkan uang sebanyak-banyaknya untuk pengeluaran pemerintah

dan pembangunan Negara.

2. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Fungsi regulerend bertujuan untuk memberikan kepastian hukum.

Terutama dalam menyusun undang-undang pajak senantiasa perlu

diusahakan agar ketentuan yang dirumuskan jangan menimbulkan

interpretasi yang berbeda, antara fiskus dan wajib pajak.

2.1.3 Tax Planning


2.1.3.1 Pengertian Tax Planning

Menurut William H. Hoffman seorang ahli dan penulis buku memberikan

penjelasan bahwa Tax Planning adalah suatu upaya wajib pajak untuk mendapat

penghematan pajak atau tax saving melalui prosedur penghindaran pajak atau tax

avoidance dengan secara sistematis sesuai ketentuan UU perpajakan yang berlaku.

Biasanya salah satu yang dilakukan dalam manajemen perpajakan akan


1

dilakukannya dengan tetap mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku alias

legal. Diamana legal yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

penghematan pajak dengan cara memanfaatkan hal-hal yang tidak terdapat dan

tidak diatur di dalam undang-undang sehingga tidak akan ada pelanggaran

konstitusi atau undang-undang perpajakan yang berlaku.

2.1.3.2 Strategi Tax Planning

Adapun strategi-strategi dalam melakukan tax planning (Rahman dan Mersa,

2020) yaitu:

1. Tax Saving, yakini upaya wajib pajak menghindari hutang pajaknya

dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada

pajak pertambahan nilainya.

2. Tax Avoidance, yakni upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan

yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih dalam kerangka

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil

jumlah pajak yang terhutang.

3. Mengindari Pelanggaran Atas Peraturan Perpajakan, yakni dengan

menguasai peraturan pajak yang berlaku.

4. Menunda pembayaran kewajiban pajak, yakni dengan menunda

pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan berlaku dapat

dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN.


1

2.1.3.3 Motivasi Tax Planning

Secara umum motivasi dilakukannya tax planning yaitu untuk

memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return) karena pajak dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi perusahaan atau suatu tindakan

dalam operasi perusahaan. Untuk melakukan investasi melalui analisis yang

cermat dan pemanfaatan peluang dan menggunakan kesempatan yang ada dalam

ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan

perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama (karena

pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu) (Rahman dan Mersa, 2020).

2.1.3.4 Tujuan Tax Planning

Tujuan utama tax planning adalah mencari berbagai celah yang dapat

ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan (loopholes), agar perusahaan dapat

membayar pajak dalam jumlah minimal (Dalimunthe, 2018).

Ada 3 macam cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menekan jumlah

pajaknya, yaitu:

1. Tax Avoidance, yaitu strategi dan tehnik penghindaran pajak yang

dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak

bertentangan dengan ketentuan perpajakan, yaitu dengan memanfaatkan

kelemahan yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan

itu sendiri.

2. Tax Evasion, yaitu strategi dan teknik penghindaran pajak yang dilakukan

secara ilegal dan tidak aman bagi wajib pajak. Hal ini dilakukan dengan
1

cara melakukan penghindaran pajak yang bertentangan dengan ketentuan

perpajakan, karena tidak berada dalam koridor undang-undang dan

peraturan perpajakan yang berlaku.

3. Tax Saving, yaitu tindakan penghematan pajak dengan cara yang legal dan

aman karena tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan

perpajakan. Perencanaan pajak yang baik yang digunakan oleh perusahaan

adalah menggunakan tax avoidance dan tax saving karena tidak melanggar

undang-undang perpajakan.

2.1.3.5 Manfaat Tax Planning

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam tax planning (Sinta, 2018)

yaitu:

1. Penghematan kas keluar tax planning dapat menghemat pajak yang

merupakan biaya bagi perusahaan.

2. Mengatur aliran kas (Cash Flow) tax planning dapat mengestimasi

kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga

perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

3. Memaksimalkan gaji karyawan jika pajak dapat dianggap sebagai unsur

pengurang penghasilan, maka dengan memanfaatkan tax planning yang

tepat akan meminimalkan biaya tersebut sehingga karyawan akan

memperoleh penghasilan lebih dari selisih pajak yang diminimalkan.


1

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio utama dalam sebuah laporan keuangan

perusahaan, karena tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

sebesar-besarnya, sedangkan rasio profitabilitas digunakan untuk melihat seberapa

besar keefektifan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Seringkali rasio

profitabilitas digunakan dalam pengambilan keputusan suatu manajemen oprasi

maupun investor dan kreditor. Bagi investor laba merupakan satu-satunya tolak

ukur perubahan nilai efek suatu perusahaan. Bagi kreditor laba merupakan

pengukuran arus kas operasi yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber

pembayaran bunga dan pokok pinjaman (Saputra dan asyik, 2017).

2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Laba

tersebut diperoleh dari modal yang dimilikinya. Teori Profitabilitas sebagai salah

satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk

mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien.

Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang

diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Tujuan

akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh

laba atau keuntungan yang maksimal.

Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan

keputusan. Untuk dapat menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan haruslah

berada dalam keadaan menguntungkan (Profitable). Pemilik perusahaan dan

terutama
2

pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena

disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan.

Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai

evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Dalam kegiatan

operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin

kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan

menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan

akan dapat tercapai. Pengguna semua sumber daya tersebut memungkinkan

perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari

pendapatan oleh penjualan yang dikurangkan dengan beban pokok penjualan dan

beban-beban lainnya.

2.1.4.2 Tujuan Profitabilitas

Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan, tidak hanya bagi pemilik usaha

atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutaman pihak-

pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan

penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.


2

d. Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri.

e. Mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan,

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

f. Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan.

g. Dan tujuan lainnya.

2.1.4.3 Manfaat Profitabilitas

Pofitabilitas memiliki manfaat tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau

manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak

yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahan. Sementara itu

manfaat yang diperoleh dari rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam

satu periode.

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

f. Manfaat lainnya.
2

2.1.4.4 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen

secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang

diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik

rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya

perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada lima,

yaitu:

a. Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi

pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan

kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin

besar Gross Profit Margin semakin baik keadaan operasi perusahaan

karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih

rendah dibandingkan dengan penjualan.

b. Operating Profit Margin merupakan perbandingan antara laba usaha

dan penjualan. Operating Profit Margin merupakan rasio yang

menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima

atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan. Hal ini terlihat dari

nilai Operating Profit Margin terjadi penurunan rasio yang tidak stabil

bahwa perusahaan tersebut kurang mampu menghasilkan pendapatan.

c. Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari tingkat volume usaha tertentu. Net Profit

Margin dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan,

yaitu sejauh mana kemampuan menekan biaya-biaya yang ada di


2

perusahaan. Semakin tinggi. Net Profit Margin maka suatu perusahaan

semakin efektif dalam menjalankan Operasinya.

d. Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment merupakan

rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan

dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang

tersedia didalam perusahaan Hal ini terlihat dari nilai yang tidak stabil

bahwa perusahaan tersebut kurang mampu menghasilkan laba.

e. Return on Equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah

pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu

pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik

perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham

preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan.

2.1.5 Leverage

Selain profitabilitas, rasio keuangan kedua yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Leverage. Leverage merupakan suatu rasio keuangan yang

menunjukan hubungan antara hutang perusahaan dengan modal yang dimiliki

perusahaan. Menurut Saputra dan asyik (2017) rasio leverage adalah untuk

mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Pengukuran dalam

rasio keuangan leverage ini adalah dengan menggunakan presentase terhadap total

hutang dengan modal perusahaan yang disebut juga dengan Debt to Equity Ratio.

DER merupakan rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk membayar kembali hutang yang ada dengan menggunakan modal yang ada,
2

semakin tinggi nilai ini tentunya semakin berisiko keuangan perusahaan tersebut.

Semakin tinggi DER menunjukan komposisi total hutang (jangka pendek dan

jangka panjang) semakin besar disbanding dengan total modal sendiri, sehingga

berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar. Meningkatnya

beban terhadap kreditur menunjukan sumber modal perusahaan sangat tergantung

dengan pihak luar. Selain itu besarnya beban hutang yang ditanggung perusahaan

dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan (Saputra dan asyik,

2017).

2.1.5.1 Tujuan Leverage

Berikut adalah beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio

leverage yaitu:

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak

lainnya

2. (Kreditor).

3. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)

4. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal

5. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang

6. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

pengelolaan aktiva
2

7. Untuk menilai dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang

8. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih,

terdapat sekian kalinya modal sendirinya yang dimiliki.

2.1.5.2 Sumber-Sumber Leverage

Sumber-sumber leverage dapat berasal dari modal asing (modal yang

berasal dari luar perusahaan) yaitu berupa hutang kepada supplier, hutang kepada

pegawai, hutang kepada perusahaan lain, hutang kepada bank dan hutang kepada

investor dalam bentuk obligasi, serta dapat berasal dari modal sendiri (modal yang

berasal dari dalam perusahaan) tepatnya pada saham preferen.

2.1.5.3 Jenis-Jenis Leverage

1. Leverage oprasi (operating lavarage) terjadi setiap saat perusahaan

menggunakan asset yang menimbulkan biaya tetap. Apabila perusahaan tidak

menggunakan biaya yang tetap, dengan kata lain semuanya variabel, maka

perusahaan aka berada dalam posisi yang menguntungkan. Pada saat perusahaan

mengurangi kegiatannya, biayanya juga akan berkurang secara proporsional juga.

Selama harga jual masih lebih tinggi daripada biaya variabelnya, perusahaan

tersebut akan memperoleh laba.

2. Leverage Keuangan (financial leverage) yaitu perubahan biaya

keuangan (yang sifatnya tetap) yang lebih kecil akan mengakibatkan perubahan

harga yang besar. Misalnya, biaya bunga, biaya pinjaman, dan lain-lain yang

berhubungan dengan hutang.


2

2.1.6 Corporate Governance


Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain system

yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Menurut Forum for

Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Corporate Governance adalah suatu

proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai

pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

stakeholder lainnya (Saputra dan asyik, 2017).

Corporate governance didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur

yang dapat digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang saham / pemilik modal,

komisaris/dewan pengawas, dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha

dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Organization

for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan, corporate

governance adalah seperangkat hubungan antara manajemen perusahaan,

pemegang saham, pemilik perusahaan, dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Corporate governance juga mencangkup struktur tujuan perusahaan yang telah

ditetapkan, dan cara mencapai tujuan tersebut serta pemantauan kinerja.


2

Dalam penelitian ini Corporate governance diproksikan melalui

Kepemilikan Institusional dan Komite Audit.

2.1.6.1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan jumlah saham perusahaan

oleh lembaga keuangan non bank dimana lembaga tersebut mengelola dana atas

nama orang lain. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan

usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga

dapat menghalangi prilaku manajer yang mementingkan kepentingannya sendiri

yang pada akhirnyaakan merugikan pemilik perusahaan. Semakin besar

kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan

dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Keberadaan kepemilikan institusional dapat menunjukan mekanisme

corporate governance yang kuat yang dapat digunakan untuk memonitor

manajemen perusahaan. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen

perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk

menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham.

Berikut adalah kelebihan-kelebihan kepemilikan institusional

1. Memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk

mendapatkan informasi.

2. Memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi, sehingga

dapat menguji tingkat keandalan informasi.


2

3. Secara umum memiliki relasi bisnis yang lebih kuat dengan

manajemen.

4. Memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat

atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

5. Lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat

meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat

harga.

2.1.6.2 Komite Audit

Komite audit memiliki peranan penting dalam good corporate governance

disuatu perusahaan. Keefektifan mereka dalam mengawasi pengelolaan keuangan

dan mengamati proses pelaporan keuangan merupakan hal yang penting untuk

mendorong adanya laporan financial yang terpercaya. Hal ini penting untuk

menumbuhkan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut.

Komite audit dituntut untuk mendapat bertindak secara independen,

independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dengan moralitas yang

melandasi integrasinya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan

pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga

sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan

internal auditor.

Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris, sehingga komite audit hanya

bertanggung jawab terhadap dewan komisaris. Komite audit bertugas untuk

melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan


2

fungsi direksi dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan

tugas penting berkaitan dengan system pelaporan keuangan. Dalam melaksanakan

tugasnya komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses

data perusahaan.

Di Indonesia, peraturan mengenai pembentukan komite audit diatur dalam

Peraturan Bapepam. Peraturan ini dibuat melalui surat edaran No.SE-

03/PM/2000. Peraturan ini merekomendasikan bahwa setiap emiten dan

perusahaan public harus memiliki komite audit. Komite audit sekurang-kurangnya

terdiri dari 3 orang yang salah satunya haruslah komisaris independen yang juga

berperan sebagai ketua komite.


3

Penelitian Terdahulu

Sudah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap tax planning.

Berikut ini adalah hasil dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya

mengenai tax planning terutama yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh

penulis.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Jurnal Variabel Hasil Penelitian

1 Kasir Pengaruh Pajak X1 : Pajak X1 : Tidak


Tangguhan dan tangguhan berpengaruh
Sekolah Leverage signifikan
Tinggi Ilmu Terhadap X2 : Leverage
Ekonomi Perencanaan X2 : Berpengaruh
Pajak pada Signifikan
Indonesia
Membangun Perusahaan Sektor
Perbankan yang
(2020) terdaftar di
Kompas 100
Tahun 2015-2018

2 Ika Nur Janah Pengaruh X1 : Leverage X1 : Tidak


leverage, berpengaruh
Jeni Susyanti X2 : Profitability
Profitability, signifikan
Agus Salim Ukuran X3 : Ukuran X2 : Tidak
Perusahaan dan Perusahaan
(2017) berpengaruh
Proporsi
Kepemilikan X4 : Proporsi signifikan
Institusional kepemilikan X3 : Tidak
terhadap Tax institusional berpengaruh
Planning signifikan
(Studi Empiris X4 :Tidak
Perusahaan berpengaruh
Manufaktur signifikan
3

yang listing di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2015-
2017)

3 Mendy Pengaruh X1 : Profitability X1 :


Angelia Profitability dan Berpengaruh
X2 : Leverage positif dan
Leverage
(2020) signifikan
terhadap Cash
Holdingdengan
X2 :
Tax Planning
Berpengaruh
sebagai Variabel
negatif dan
Intervening
signifikan

4 Indah Pengaruh X1 : X1 :
Rahmadini Profitabilitas, Profitabilitas Berpengaruh
Leverage, dan signifikan
Nita Erika X2 : Leverage
Corporate
Ariani X2 :berpengaruh
Governance X3 :
signifikan
(2019) terhadap Kepemilikan
Perencanaan institusional X3 : Tidak
Pajak pada berpengaruh
Perusahaan X4 : Komisaris
signifikan
Manufaktur Independen
yang terdaftar di X4 :
X5 : Komite
Bursa Efek Berpengaruh
Audit
Indonesia Tahun signifikan
2014-2017
X5 :
Berpengaruh
signifikan

5 Shelawati Pengaruh X1 : X1 : Tidak


Arinda Profitabilitas, Profitabilitas berpengaruh
Leverage, signifikan
(2017) X2 : Leverage
Corporate
X2 :
Governance dan X3 : Corporate Berpengaruh
Ukuran governance signifikan
Perusahaan
terhadap Tax X4 : ukuran X3 : Tidak
3

Planning perusahaan berpengaruh


signfikan

X4 : Tidak
berpengaruh
signifikan

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang sebelumnya

telah dijelaskan, maka peneliti ini menghasilkan sebuah kerangka pemikiran.

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan variabel

independen dengan dependen. Berikut ini adalah kerangka penelitian yang

digambarkan dalam penelitian ini


3

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Teori Agensi

Hubungan
Kontrak

Agen
Prinsipal
Kepemilikan Institusional

Asimetris Informasi

Komite Audit
Opportunistic Moral Hazard

Penelitian ini menggunakan agency theory dalam menjelaskan


Profitabilitas
permasalahan penelitian. Konflik kepentingan merupakan esensi dari
Tax Planning
permasalahan keagenan yang Leverage
muncul dari pendelegasian fungsi pengelolaan dari

principal pada agen (Jensen dan Meckling, 1996). Berdasarkan asumsi bahwa

kedua belah pihak (manajer dan investor ) sama-sama bersifat utility maximize
Corporate
Governance
3

(memaksimalkan keuntungan dirinya) maka akan muncul konflik antara kedua

belah pihak.

Gambar 2.2

Model Penelitian

Profitabilitas

(XI)

Leverage

(X2)
Tax
Planning
Kepemilikan Institusional

(X3)

Komite Audit

(X4)
3

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax Planning

Profitabilitas adalah rasio utama dalam sebuah laporan keuangan

perusahaan, karena tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

sebesar-besarnya, sedangkan rasio profitabilitas digunakan untuk melihat seberapa

besar keefektifan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Seringkali rasio

profitabilitas digunakan dalam pengambilan keputusan suatu manajemen oprasi

maupun investor dan kreditor. Bagi investor laba merupakan satu-satunya tolak

ukur perubahan nilai efek suatu perusahaan. Bagi kreditor laba merupakan

pengukuran arus kas oprasi yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber

pembayaran bunga dan pokok pinjaman (Saputra dan asyik, 2017).

Kesehatan keuangan suatu perusahaan adalah indikatornya nilai

profitabilitas signifikan. Semakin tinggi nilai dari rasio profitabilitas, maka

semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya, sehingga

dapat menghasilkan laba yang optimal. Laba optimal merupakan tolak ukur bagi

investor terhadap penilaian sutau perusahaan, sedangkan bagi kreditor laba

merupakan pengukuran arus kas oprasi yang nantinya dapat digunakan sebagai

sumber pembayaran bunga. Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukan hasil

kinerja manajemen perusahaan itu maksimum.

Profitabilitas (ROA) merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba, sehingga ROA merupakan factor penting dalam pengenaan

pajak penghasilan (PPh) bagi perusahaan. Ketika laba perusahaan yang diperoleh

meningkat, maka jumlah pajak penghasilanpun akan meningkat sesuai dengan


3

peningkatan laba perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi

memiliki peluang untuk memposisikan dari dalam tax planning yang dapat

menekan jumlah beban kewajiban perpajakan. Demikian perusahaan yang

memiliki perencanaan pajak yang baik maka akan memperoleh pajak yang

optimal dan cenderung perusahaan untuk melakukan tax avoidance akan

menurun.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Angelia (2020) menunjukan

profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax planning hal ini

diperkuat oleh penelitian Rahmadini dan Ariani (2019) yang menunjukan

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tax planning. Dari uraian diatas,

maka hipotesis yang diuji :

H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Tax Planning


3

2.3.2 Pengaruh Leverage Terhadap Tax Planning

Leverage merupakan tingkat hutang yang digunakan perusahaan dalam

melakukan pembiayaan. Leverage merupakan penambahan jumlah utang yang

mengakibatkan timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga atau interest dan

pengurangan beban pajak penghasilan WP Badan. Adanya pembayaran bunga

tersebut menjadi salah satu komponen untuk mengurangi laba yang diperoleh

perusahaan dimana bunga yang timbul dapat meminimalisir besarnya pajak yang

menjadi kewajiban dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Tingkat utang

yang tinggi mengindikasikan adanya aktivitas perencanaan pajak yang tinggi pada

perusahaan. Hal ini karena adanya utang akan memperkecil biaya pajak dengan

tujuan agar biaya yang seharusnya untuk membayar pajak dapat dimanfaatkan

untuk membayar utang yang dimiliki tersebut dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran lain.

Hasil penelitian yang dilakukan Rahmadini dan Ariani (2019) didukung

Arinda (2017) menunjukan leverage berpengaruh signifikan terhadap perencanaan

pajak. Hubungan positif yang diperoleh pada penelitian ini karena saat kewajiban

perusahaan tinggi, perusahaan memanfaatkan bunga sebagai upaya meminimalisi

pajak. Dari uraian diatas, maka hipotesis yang diuji:

H2 : Leverage berpengaruh terhadap tax planning


3

2.3.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Planning

Kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak ataupun institusi luar

perusahaan merupakan kepemilikan institusional, kepemilikan saham tersebut bisa

dimiliki oleh institusi bidang pemerintahan, institusi bidang keuangan, institusi

hukum, institusi swasta serta institusi-institusi yang lain (Pratomo dan Rana,

2021). Kepemilikan institusional mempunyai kedudukan yang cukup berarti

didalam suatu industry, sebab dengan terdapatnya kepemilikan institusional

ataupun kepemilikan yang dipunyai oleh pihak luar maka akan semakin tingginya

tingkatan pengawasan terhadap manajemen suatu perusahaan sehingga akan

meminimalisir aksi manajemen dalam melaksanakan perencanaan pajak.

Kepemilikan institusional pula dapat memonitoring konflik yang mungkin

berlangsung antara manajer dengan pemegang saham (investor).

Orientasi dari kepemilikan institusional adalah bagaimana

memaksimumkan kesejahteraan (profit) yang akan diperoleh pada akhir periode.

Perusahaan kan melakukan tax avoidance ataupun tidak menjadi kewenangan

manajemen perusahaan. Apabila kegiatan ini dapat menguntungkan bagi

kesejahteraan kepemilikan institusional maka mereka akan tetap mendukung

setiap kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan. Pemilik institusional memiliki

insentif untuk memastikan bahwa manajemen membuat keputusan yang dapat

memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham institusional sehingga hanya

berfokus pada manajemen laba.

Kepemilikan institusional akan mendorong manajer selalu menunjukan

kinerja yang baik dihadapan para pemegang saham yang nantinya akan membawa
3

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi

akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor

institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer (Jamil,

dan Afriyenti, 2019).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Rahmadini dan Ariani, 2019

menunjukan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan

terhadap tax planning, sedangkan penelitian yang dilakukan Ayem dan Tia, 2019

menunjukan hasil kepemilikan institusional berpengaruh signifikan. Dari uraian

diatas maka hipotesis yang akan diuji;

H3: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Tax Planning


4

2.3.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Planning

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit adalah

suatu satu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk

oleh dewan komisaris, dengan demikian tugasnya adalah membantu dan

memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan

fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko,

pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-

perusahaan.

Keberadaan komite audit ini, berperan dalam pengawasan terhadap

manajemen perusahaan, karena akan menjadi penghubung antara manajemen

perusahaan dengan dewan komisaris maupun pihak ekstern lainnya. Komite audit

juga mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk

mewujudkan laporan keuangan yang disususn melalui proses pemeriksaan dengan

integritas dan obyektivitas dari auditor. Keberadaan komite audit yang semakin

tinggi, menyebabkan corporate governance mengalami peningkatan kualitas

perusahaan dan memperkecil terjadinya tax planning. Jika jumlah komite audit

kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan peraturan BEI maka akan

meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan minimalisasi laba untuk

kepentingan pajak.
4

Menurut POJK No. 55/POJK 04/2015 komite audit ialah suatu komite

yang didirikan, diangkat serta diberhentikan oleh dewan komisaris perusahaan.

Banyaknya anggota harus sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, dimana

antara lain ialah dewan komisaris independen yang akan merangkap sebagai

pimpinan komite audit, sedangkan dua lainnya ialah pihak eksternal yang netral.

Komite audit dibentuk dalam suatu perusahaan ialah salah satunya untuk

menolong dalam melaksanakan pemeriksaan ataupun penelitian terhadap

pelaksanaan peranan direksi dalam mengelola perusahaan tercatat secara

professional serta independen. Tidak hanya itu, komite audit juga memiliki tugas

dalam melaksanakan pengawasan atas perbedaan kepentingan serta kecurangan

yang dilakukan oleh karyawan ataupun manajemen disuatu perusahaan. (Pratomo

dan Rana, 2021).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Rahmadini dan Ariani

(2019) menunjukan proksi komite audit berpengaruh signifikan terhadap

perencanaan pajak. Dari uraian diatas, maka hipotesis yang akan diuji:

H4 : komite audit berpengaruh terhadap tax planning

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap tax planning

H2 : Leverage berpengaruh terhadap tax planning

H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax planning

H4 : Komite audit berpengaruh terhadap tax planning


4

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan jenis penelitian kausal komperatif yaitu penelitian yang meneliti hubungan

sebab akibat antara dua variabel atau lebih, untuk menguji pengaruh profitabilitas,

leverage, dan corporate governance terhadap tax planning, pendekatan kuantitatif

adalah jenis penelitian yang pendekatannya menggunakan skala numerik (angka).

Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan

keuangan perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel penelitian dan

terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun 2017-2021 yang diperoleh melalui

situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), www.idx.co.id dan situs resmi

perusahaan sampel terkait yang dapat diakses.

3.2 Definisi Oprasional Variabel

3.2.1 Variabel Independen

Menurut (Sugiyono, 2017:39) variabel independen sering disebut sebagai

variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut

sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat).

Dalam penelitian ini variabel independen atau variabel bebas yang

digunakan yaitu terdiri dari profitabilitas, leverage dan corporate governance.


4

a. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba, penelitian yang dilakukan oleh Saputra dan asyik

(2017) membuktikan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang

tinggi akan semakin mengungkapkan kewajiban pajaknya. Pengukuran

profitabilitas adalah dengan menggunakan Return On Asset (ROA).

Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan

setelah pengurangan biaya-biaya modal. Menurut Saputra dan asyik

(2017) Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukan

hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

Return On Asset (ROA) menunjukan kemampuan perusahaan dengan

menggunakan seluruh aktiva yang dimikiki untuk menghasilkan laba

setelah pajak “Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan rumus

ROA yaitu:

ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%


Total Aset

b. Leverage

Pengukuran leverage adalah dengan menggunakan presentase dari

total hutang terhadap ekuitas perusahaan pada suatu periode yang

disebut juga Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER)
4

adalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas.

Rasio ini sering digunakan para analisis dan para investor untuk

melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas

yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham. Rasio ini

menggambarkan sampai sejauh mana modal yang dimiliki dapat

menutupi utang-utang kepada pihak luar (Saputra dan asyik, 2017).

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

DER = Jumlah Hutang


Modal sendiri

c. Komite Audit

Komite audit merupakan angota-anggota yang dibentuk oleh

dewan komisaris yang memiliki pemahaman memadai tentang

pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.

Kualifikasi terpenting dari anggota komite audit terletak pada common

sense, kecerdasan dan suatu pandangan yang independen. Komite audit

ini dapat diukur dengan menghitung jumlah komite audit yang terdapat

di sebuah perusahaan yang terdaftar di BEI (Honggo dan Marlinah,

2019)

Komite audit dapat diukur dengan rumus berikut :

Komite Audit = Jumlah anggota komite

audit
4

d. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan jumlah saham yang dimiliki

oleh institusi dan blockholders pada akhir pencatatan. Institusi disini

dapat berupa perusahaan penginvestasi, perusahaan dibidang asuransi,

ataupun lembaga yang memiliki karakteristik sama dengan perusahaan

yang telah disebutkan. Sedangkan blockholders merupakan individu

atau perorangan yang memiliki jumlah saham diatas 5% dimana

individu tersebut bukan termasuk kedalam kategori kepemilikan

manajerial.

Rumus untuk kepemilikan institusional:

Kepemilikan Institusional = saham yang dimiliki institusional x100%


Jumlah saham yang diterbitkan

3.2.2 Variabel Dependen

Menurut (Sugiyono 2017:39) variabel dependen sering juga disebut

sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering

disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Pengukuran tax planning dalam penelitian ini menggunakan Tax Retention

Rate (TRR) untuk mengetahui ukuran efektivitas manajemen pajak. Rumus Tax

Retention Rate

TRR = Laba bersih


Laba sebelum pajak
4

Tabel 3.1

Definisi Oprasional

No Nama Definisi Variabel Indikator Sumber


Variabel

1 Profitabilitas Profitabilitas Rahmadini


merupakan dan Ariani
kemampuan Laba bersih
(2019)
perusahaan dalam setelah pajak
memperoleh laba ROA= x100%

Total Aset

2 Leverage Leverage merupakan Jumlah Hutang Rahmadini


presentasi dari total dan Ariani
hutang terhadap DER= (2019)
ekuitas perusahaan Modal Sendiri
pada suatu periode

3 Komite Audit Badan pemeriksaan Honggo


dan pengawasan dan
tentang proses Marlinah
pelaporan keuangan (2019)
dan kontrol internal
yang dibentuk oleh
dewan komisaris dan
bertanggungjawab
kepada dewan Komite Audit =
komisaris dengan Jumlah anggota
tugas dan tanggung komite audit
jawab utama
memastikan prinsip-
prinsip Corporate
Governance
terutama transparansi
dan
disclosurebditerapka
n secara konsisten
dan memadai oleh
para eksekutif.

4 Kepemilikan Kepemilikan Pratomo


Institusional institusional dan Rana
4

merupakan (2021)
kepemilikan saham
oleh pihak institusi
lain yaitu
kepemilikan oleh
perusahaan atau
lembaga lain.
Kepemilikan saham Kepemilikan
oleh pihak-pihak institusional =
yang terbentuk
institusi seperti
perusahaan asuransi, saham yang dimiliki
bank, perusahaan institusional
investasi dan
kepemilikan institusi x100%
lain.
Jumlah saham yang
diterbitkan

5 Tax Planning Perencanaan pajak Syafiqurra


merupakan proses hman
tindakan untuk (2020)
menyusun dan
merencanakan setiap
transaksi yang akan
dilakukan oleh
perusahaan sehingga TRR = Laba Bersih
transaksi tersebut
Laba sebelum pajak
hanya dikenakan
tarif pajak yang
minimal.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut (Sugiyono, 2017:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.
4

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017 sampai dengan tahun 2021.

3.3.2 Sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling dengan teknik berdasarkan pertimbangan tertentu (judgement

sampling). Judgement sampling merupakan teknik penarikan sampel atas penilian

terhadap karakteristik anggota sempel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Adapun kriteria-kriteria yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

secara konsisten dalam kurun waktu 2017-2021;

2. Memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember;

3. Tidak mengalami kerugian selama tahun 2017 sampai 2021;

4. Memiliki dan menyajikan data terkait variabel penelitian yang

diperlukan selama tahun 2017-2021;

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang

telah ada.

1. Untuk mencari perusahaan menggunakan www.okesaham.com

dan www.eddyelly.com
4

2. Untuk mencari apakah perusahaan melaporkan laporan

keuangan atau tidak dapat dilihat dari www.idx.co.id

3. Untuk mendapatkan apakah perusahaan mengalami laba atau

rugi dapat dilihat dari laporan keuangan yang diakses dari

www.idx.co.id

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2017:224).

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan jenis data

sekunder. Dalam membuat penelitian ini, metode pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Pustaka Metode pengumpulan data dengan mempelajari teori atau

literatur baik dari buku, tesis, skripsi, jurnal dan internet berkaitan dengan

pembahasan penelitian untuk menyusun kajian pustaka dan metode

penelitian yang berkaitan dengan variabel dan objek penelitian ini.

2. Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan mengumpulkan data dan

dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian. Dalam penelitian ini

pengumpulan sumber data dokumen itu berupa laporan tahunan dari

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta dari

masing-masing website resmi perusahaan selama periode 2017-2021.


5

3.6 Teknik Analisis

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif. Metode analisis kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini melakukan analisis

terhadap statistic deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Uji hipotesis

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Menurut (Sugiyono, 2017:147) statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sedangkan

menurut (Gozali, 2016) Statistic deskriptif digunakan untuk memberikan

informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang diuji. Statistic deskriptif

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean),

medium, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi.


5

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan untuk memberikan

keyakinan bahwa data yang digunakan dan model penelitian dapat mewakili

ketetapan estimasi dan tidak bias. Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data

sekunder ini, maka peneliti melakukan 4 uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2016).

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu

(1). Analisis Grafik;

Metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal

(Ghozali, 2016). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2016).

(2). Analisis Statistik;

Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2016).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:


5

H0 : Jika nilai signifikan < 0,05, maka data residual berdistribusi tidak

normal.

H1 : Jika nilai signifikan > 0,05, maka data residual berdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF) yang menunjukkan setiap variabel manakah yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya (Ghozali, 2016). Nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =

1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolonieritas. Multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤

0,10 dan nilai VIF ≥ 10

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain (Ghozali,2016).

Ada beberapa cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas yaitu:

(1). melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)

yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID (Ghozali, 2016). Jika ada

pola tertentu, seperti titiktitik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka


5

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada

pola yang jelas, sertatitik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

(2). Uji Glejser;

Uji Glejser dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Jika nilai signikan < 0,05, maka terjadi heteroskedastisitas.

H1 : Jika nilai signifikan > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali,

2016).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi

autokorelasi yaitu:

(1). Uji Durbin-Watson;

Dasar pengambilan keputusannya yaitu angka DW diatas +2 berarti

ada autokorelasi negatif, angka DW diantara -2 sampai +2 berarti tidak

ada autokorelasi, dan angka DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi

positif.

(2). Run test;

Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan

bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali, 2016).

Run Test dilakukan dengan membuat hipotesis:


5

H0 : Jika sig. < 5%, maka residual tidak random atau terjadi

autokorelasi.

H1 : Jika sig. > 5%, maka residual random atau tidak terjadi

autokorelasi.

3.6.3 Uji Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis Regresi Berganda

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan

variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen

(variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai ratarata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2016).

Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda sebagai model

dalam analisisnya. Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan,

penelitian ini menggunakan koefisien determinasi, uji statistik F, dan uji

statistik T. analisis ini digunakan untuk menguji seberapa jauh dan

bagaimana arah dari variabel independen mempengaruhi variabel

dependen. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut:

TRR = α + β1PROF + β2LEV + β3KI + β4KA + e

Keterangan:

TRR = Tax Planning

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

PROF = Profitabilitas (ROA) (X1)


5

LEV = Leverage (DER) (X2)

KI = Kepemilikan Institusional (X3)

KA = Komite Audit (X4)

e = error term

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen, dengan nilai

antara nol dan satu. Setiap tambahan satu variabel independen maka R 2

pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, oleh karena itu banyak

peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat

mengevaluasi mana model regresi yang terbaik (Ghozali, 2016). Jika

R2 mendekati 1 (semakin besar nilai R2), menunjukkan bahwa variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen.

2. Uji F (Uji Kelayakan Model)

Uji F digunakan untuk menguji joint hipotesa bahwa b1, b2, dan b3

secara simultan sama dengan nol (Ghozali, 2016).

Adapun kriteria pengujian adalah:


5

H0 : Jika nilai signifikan uji F > 0,05, maka semua variabel

independen secara serentak tidak signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

H1 : Jika nilai signifikan uji F < 0,05, maka semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

3. Uji t (Pengujian Secara Persial)

Tujuan dilakukan uji hipotesis adalah untuk menentukan apakah

jawaban teoretis yang terkandung dalam pernyataan hipotesis

didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis dalam proses

pengujian data. Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).

Adapun kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat level of

significant α = 5% dan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, yaitu

Apabila nilai signifikansi t < 0,05, maka H0 ditolak, artinya ada

pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap

variabel dependen. Dan apabila nilai signifikansi t > 0,05, maka H0

didukung, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara satu variabel

independen terhadap variabel dependen.


5

DAFTAR PUSTAKA

Andini R, D. Andika A & Pranaditya A. 2016. Pengaruh GCG (Good corporate

governance dan Profitabilitas) Terhadap penghindaran pajak dengan

ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.

Angelia M. 2020. Pengaruh Profitability dan Leverage Terhadap Cash Holding

dengan Tax Planning sebagai Variabel Intervening. Jurnal Magister

Akuntansi Trisakti. Vol.7 No.2 September 2020: 101-120: ISSN:

2339 0859.

Arinda, S. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Corporate Governance dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Planning. Jurnal Akuntansi.

Bashiru M, Ba’ba S & Bukar M. 2020. The impact of corporate governance

attributes on tax planning of listed Nigerian conglomerate companies. Vol.

10, No. 5, 2020, Pg. 229-238. Internasional Journal of Academic Research

in Business & Social Sciences.

Dalamunthe, & Mohd I. 2018. “Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap

Manajemen Laba pada Sub Sektor Pertambangan Logam dan

Mineral yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Mutiara

Akuntansi Volume 3 No. 2 Oktober 2018.

Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program IBM SPSS 23.

Edisi Kedelapan. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang.


5

Hasnati, SH, M.Hum. 2014. Komisaris Independen & Komite audit. Organ

perusahaan yang berperan untuk mewujudkan good corporate governance di

Indonesia. ISBN : 978-602-7709-91-1.

Hidayati N & Fidiana. 2017. Pengaruh corporate social responsibility dan good

corporate governance terhadap penghindaran pajak. Jurnal ilmu dan

riset akuntansi (JIRA) 6 (3), 2017.

Honggo K & Marlinah A. 2019. Pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan,

dewan komisaris independen, komite audit, sales growth, dan leverage

terhadap penghindaran pajak. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 21, No. 1a

1, Nov 2019, Hlm. 9-26. Akreditasi Sinta3 SK No. 23/E/KPT/2019.

Jamil S, NR E, & Afriyenti M. 2019. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap

nilai perusahaan dimoderasi oleh corporate social responsibility (Studi

empiris pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI

Tahun 2015-2017). Jurnal Eksplorasi Akuntansi. Vol. 1. No 1. Seri D,

Februari 2019, Hal 487-503.

Kasir. 2020. Pengaruh Pajak Tangguhan dan Leverage Terhadap Perencanaan

Pajak Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Kompas

100. Jurnal Riset Bisnis dan Investasi. Vol. 6, No. 1 April 2020: ISSN:

2460-8211.

Nurjanah I, Susyanti J, dan Salim A. 2019. Pengaruh leverage, profitability,

ukuran Perusahaan dan proporsi kepemilikan institusional terhadap Tax

Planning (studi empiris Perusahaan manufaktur yang listing dibursa


5

efek Indonesia periode 2015-2017). E-Jurnal Riset Manajemen, 13

15.

Oktaviana D & Kholis N. 2019. Corporate Governance dan Profitabilitas

Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 23 No. 2,

Decembet 2021, Hlm. 217-228.

Pratomo D & Rana. 2021. Pengaruh kepemilikan institusional, komisaris

independen dan komite audit terhadap penghindaran pajak. Jurnal

Akuntansi, Vol 8 No. 1, Januari 2021. Universitas Telkom.

Rahman F & Mersa A.N. 2020. Perencanaan pajak dan beban pajak tangguhan

terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. JAMDI (Jurnal Akuntansi Multi Dimensi) 3 (2),

2020.

Ramadini I, & Ariani N.E. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Corporate

Governance Terhadap Perencanaan Pajak Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 1, 2019 Halaman

131 143.

Rosalia & Sapari. 2017. Leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan

penjualan, proporsi komisaris independen dan kualitas audit terhadap

tax avoidance. Jurnal akuntansi dan keuangan.


6

Saputra M.D.R & Asyik N.F. 2017. Pengaruh profitabilitas, leverage dan

corporate governance terhadap tax avoidance. Jurnal ilmu dan riset

akuntansi (JIRA) 6 (8), 2017

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. CV.

Alfabeta, Bandung.

Sutisman E, Wahyuni N & Sari R. 2022. Manajemen keuangan 2. Pengertian

financial leverage.

Syafiqurrahman M & Suranta S. 2020. Pengaruh komite-komite penunjang dewan

komisaris terhadap tax planning dengan struktur kepemilikan keluarga

sebagai variabel pemoderasi (Studi empiris perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Journal Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa. Vol. 4 No. 1 April 2020.

Tia I & Ayem S. 2019. Pengaruh perencanaan pajak, kebijakan dividen, dan

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan (Studi kasus perusahaan

LQ45 yang tercatat dalam bursa efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Pajak

Dewantara 1 (2), 181-193, 2019.

Anda mungkin juga menyukai