Anda di halaman 1dari 49

INSTITUT TRANSPORTASI DAN LOGISTIK TRISAKTI

PROPOSAL TESIS
ANALISIS EFEKTIFITAS, EFESIENSI DAN KONTRIBUSI
PELAYANAN KEPELABUHANAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

NURUL SYAHIDA
21C606001130

PROGRAM MAGISTER MANAJEMAN LOGISTIK DAN


TRANSPORTASIJURUSAN TRANSPORTASI LAUT
JAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas segala berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian tesis dengan judul “Analisis Efektivitas, Efesiensi
dan Kontribusi Penerimaan Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kepulauan Anambas”

Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai
derajat Magister Manajemen pada Program Studi Pasca Sarjana Intitut Transportasi
dan Logistik Trisakti.

Di dalam proses penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan


dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan tepat
waktu. Oleh karena itu, ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :

1. Dr.Ir. Endang Sugiharti, Msi


2. ….

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran beserta
kritikan yang membangun sangat diharapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Anambas, 8 Desember 2022

Nurul Syahida

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …. ............................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 3
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 9
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 10
BAB II PENDAHULUAN
2.1 Tinjaun Teori .................................................................................... 3
2.1.1 Otonomi Daerah ......................................................................... 11
2.1.2 Pendapatan Daerah Pengertian Pendapatan Daerah ................... 13
2.1.3 Retribusi Daerah ......................................................................... 14
2.1.4 Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan ........................................... 18
2.1.5 Hubungan Retribusi Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah ... 19
2.1.6 Kontribusi Retribusi Daerah ....................................................... 20
2.1.7 Efesiensi Retribusi Daerah .......................................................... 20
2.1.8 Efektifitas Retribusi Daerah ........................................................ 20
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 31
3.3 Defenisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 31
3.4 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 32
3.5 Teknis Pengumpulan Data................................................................. 32

ii
3.6 Tahapan dan Teknik Analisi Data...................................................... 33
3.7 Metode Analisis................................................................................. 33
3.7.1 Otonomi Daerah ................................................................. 33
3.7.2 Analisis Efektifitas ............................................................ 34
3.7.3 Analisis Efesiensi .............................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Realisasi Retribusi Daerah dan Total Belanja Dinas Perhubungan


Kabupaten Kepulauan Anambas Periode 2018-2022........................... 7

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Realisasi Pendapatan Asli Daerah .................................. 4


Gambar 2 Grafik Realisasi Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan ............... 6
Gambar 3 Diagram Teori Penelitian ............................................................ 32
Gambar 4 Paradigma Penelitian .................................................................. 32
Gambar 5 Model Struktural ......................................................................... 33
Gambar 6 Gambar State Of Art ................................................................... 35

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas wilayah yang besar di dunia.
Dengan wilayah yang sedemikian luas, maka pemerintah pusat tidak mungkin
mampu mengoptimalkan pembangunan di seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu dalam menjalankan kepemerintahan, Indonesia menerapkan sistem
desentralisasi yang diimplementasikan dalam bentuk otonomi daerah. Otonomi
daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah
daerah memiliki wewenang untuk melaksanakan pemerintahan dan pembangunan di
wilayahnya sendiri. Sistem otonomi daerah diharapkan mampu membangun negara
secara lebih efisien karena implementasi pembangunan dilaksanakan di daerah secara
langsung.
Konsekuensi diberlakukannya otonomi daerah yakni pemerintah daerah
kabupaten/kota harus mampu mandiri dalam penyelenggaraan pemerintah,
menentukan arah kebijakan pembangunan serta kemandirian dalam program-program
pembangunan. Oleh karena itu pemerintah kabupaten/kota dituntut untuk
meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, menggali, mengelola dan
menggunakan sumbersumber keuangan sendiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengelola sejumlah urusan
untuk kemudian menjadi sumber pembiayaan pemerintah daerah. Sumber pendapatan
yang potensial di daerah diserahkan pengelolaannya kepada daerah.
Hal ini sangat membantu pembangunan di Indonesia karena pemerintah daerah
tentu akan sangat memahami potensi-potensi dan sumber daya alam apa yang ada di
daerahnya, sehingga pemerintah daerah dapat mengoptimalkan potensi dan sumber
daya tersebut dalam meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Menurut UU Nomor

1
23 Tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh
daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber
PAD yang tertulis di dalam undang-undang di atas adalah pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lainlain pendapatan
asli daerah yang sah. Sumber-sumber keuangan yang berasal dari PAD,
pendanaannya diusahakan dan dikelola sendiri oleh daerah.
Komponen yang berperan penting terhadap PAD selain pajak, bersumber dari
retribusi daerah. Pengelolaan retribusi daerah menurut Undang-Undang Nomor 34
tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, terdiri atas : retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.
Retribusi daerah merupakan salah satu potensi pendapatan daerah yang dapat
digali untuk peningkatan dan keberlangsungan anggaran di daerah yang dipungut
oleh negara terhadap pengguna jasa. Tony Marsyahrul mengemukakan “Retribusi
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan oleh
pemerintah” . Lebih lanjut Mardiasmo mengemukakan bahwa retribusi adalah
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah), pengertian retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut Ahmad Yani (2002 : 56), retribusi
jasa usaha adalah pembayaran atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sektor swasta.
Pasal 285 UU Pemda mengelompokkan bahwa retribusi daerah merupakan salah
satu sumber pendapatan daerah, dimana pemungutan retribusi dibayar langsung oleh

2
mereka yang menikmati suatu layanan, dan biasa dimaksudkan untuk menutup
sebagian atau seluruhnya. Salah satu pungutan retribusi daerah adalah pungutan
terhadap pelayanan kepelabuhanan, yaitu pembayaran atas pelayanan penyediaan
kegiatan usaha, fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang dimiliki dan atau
dikelola oleh Pemerintah daerah setempat. Retribusi daerah dalam bentuk Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan termasuk dalam jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana
tertuang dalam ketentuan Pasal 127 UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
g. Retribusi Rumah Potong Hewan;
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
j. Retribusi Penyeberangan di Air; dan
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi


pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas
kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan dalam berlayar,
tempat perpindahan intri dan atau antar moda serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan ruang wilayah.
Lasse dalam Iklasul (2022) pelabuhan diartikan juga sebagai area tempat kapal
dapat melakukan kegiatan pemuatan atau pembongkaran kargo, termasuk dalam area
dimaksud suatu lokasi dimana kapal dapat antri menunggu giliran atau tunggu
perintah aktivitas. Dapat pula diartikan sebagai terminal dan area dimana kapal-kapal

3
memuat atau membongkar muatan di dermaga, di lokasi labuh, di bui pelampung atau
sejenisnya dan mencangkup perairan tempat menunggu giliran mendapatkan
pelayanan. Sasono dalam ikhlasul (2022) pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan bongkar muat barang yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, pelayanan dan kegiatan penunjang
pelabuhan, serta sebagai tempat transportasi.
Retribusi pelayanan kepelabuhan yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pembayaran atas jasa pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya
dilingkungan pelabuhan yang disediakan dimiliki, dan di kelola oleh pemerintah
daerah (Mader, 2018)
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa retribusi pelayanan kepelabuhanan adalah
pendapatan yang di peroleh dari pungutan pengguna jasa kepelabuhanan yang di
sediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. Retribusi pelayanan
kepelabuhan tersebut kemudian akan menjadi penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang termasuk kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Gambar 1 Grafik Realisasi Pendapatan Asli Daerah

PAD KAB.KEPULAUAN ANAMBAS

1.211.349.156.455,2
0 1.122.660.844.535,0
0
900.945.548.727,00
826.203.547.586,75 846.945.501.498,60

2018 2019 2020 2021 2022

Sumber : Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Anambas 2018-2022, diolah

4
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kabupaten Kepulauan
Anambas sejak tahun 2018 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, pada Triwulan
ke III tahun 2022 pendapatan asli daerah (PAD) mengalami penurunan. Penurunan
yang terjadi pada pendapatan asli daerah tidak terlepas dari sumber sumber
pendapatan asli daerah,baik itu pajak daerah, retribusi daerah hasil pengelolaan
kekayaan yang dipisahkan, serta lain lain PAD yang sah, penurunan yang terjadi
mencerminkan bahwa penyelenggaraan otoomi daerah belum maksimal (Dirasmi &
Soleh, 2016).
Menurut Yoduke & Ayem (2015) pajak daerah dan retribusi daerah merupakan
sumber pendapatan daerah yang pentig dalam mejalankan otonomi daerah guna
membiayai penyelenggaraan dan pembangunan daerah. Pajak daerah merupakan
pungutan yang bersifat wajib kepada masyarakat tanpa adanya janji penerimaan
manfaat Kembali secara langsung sedangkan retribusi daerah merupakan kewenangan
daerah untuk menarik imbalan masyarakat yang memerlukan pelayanan dan
menerima manfaat secara langsung.
Adapun Pelabuhan yang menjadi fokus penelitian ini adalah pelabuhan tarempa.
Pelabuhan Tarempa adalah sebuah pelabuhan yang terletak di Tarempa
Barat, Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. Pelabuhan
Tarempa merupakan jalur ekspor terbesar di Kepulauan Riau. Data tersebut
berdasarkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang
menyebutkan bahwa nilai ekspor provinsi Kepulauan Riau pada bulan Januari 2019
dengan nilai USD 352,87 Juta. Setelah itu diikuti oleh Pelabuhan Belakang Padang
dengan nilai USD 143, 33 Juta, Pelabuhan Kabil dengan nilai USD 114,11 Juta dan
pelabuhan Sekupang dengan nilai USD 98,01 Juta. Pelabuhan Tarempa ini juga
merupakan pelabuhan bagi kapal penumpang seperti kapal Ferry dan KM Bukit Raya
milik PT Pelni yang membawa penumpang dari Tarempa ke Tanjung Pinang dan
sebaliknya. Namun potensi tersebut tidak sejajar dengan penerimaan Retribusi Jasa
Kepelabuhanan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan laut merupakan salah satu sumber penerimaan yang potensial untuk

5
dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu menata
dan memfasilitasi pelabuhan laut agar dapat memberikan sumbangan bagi
pembangunan ekonomi (Daud dan Marini, 2017). Data retribusi pelayanan pelabuhan
di Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Grafik 1 berikut ini.

Gambar 2 Grafik Realisasi Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

Realisasi Retribusi Pelayananan Kepelabuhanan

REALISASI RETRIBUSI PELAYANANAN KEPELABUHANAN

55.238.000,00
50.471.000,00

41387000

14196000
8964000

2018 2019 2020 2021 2022

Sumber : Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Anambas 2018-2022, diolah

Berdasarkan Grafik Realisasi Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan diatas dapat


dapat diketahui bahwa Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Kabupaten Kepulauan
Anambas mengalami penurunan selama lima tahun terakhir. Dimana penurunan
terendah terjadi pada Triwulan III pada tahun 2022 dengan jumlah penerimaan
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan sebesar Rp 8.964.000,00 sedangkan penerimaan
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan tertinggi pada tahun 2018 dengan jumlah Rp
55.238.000,00.

6
Berdasarkan wawancara awal yang telah dilakukan terhadap pihak Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Faktor yang menyebabkan
rendahnya penerimaan retribusi Jasa Usaha yaitu Pelayanan Kepelabuhanan adalah
masih kurang maksimalnya pengelolaan Dinas Perhubungan dalam mencapai terget
retribusi daerah yang telah ditetapkan. Sehingga partipasi masyarakat juga kurang
dalam meningkatkan retribusi pelayanan kepelabuhanan yang dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah.
Efisiensi Retribusi Daerah mengukur besarnya biaya pemungutan
yang digunakan terhadap realisasi penerimaan retribusi itu sendiri (Puspitasari, 2014).
Efisiensi Retribusi Daerah digunakan untuk mengukur bagian dari hasil Retribusi
yang digunakan untuk menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka
pengelolaan Retribusi Daerah, apabila perhitungan angka efisiensi menghasilkan
angka yang kecil dari suatu pokok target/pencapaian maka suatu komponen dari
terget/pencapaian (Pajak Daerah/Retribusi Daerah) yang diperoleh memiliki nilai
efesiensi yang baik. Berikut Tabel Realisasi Retribusi Daerah dan Total Belanja
Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Anambas:

Tabel 1 Realisasi Retribusi Daerah dan Total Belanja Dinas Perhubungan Kabupaten
Kepulauan Anambas Periode 2018-2022 (dalam rupiah)
Realisasi Retribusi Total Belanja Dinas
Tahun
Daerah Penghasil
2018 55.238.000,00 75.183.000,00
2019 50.471.000,00 287.437.500,00
2020 41.387.000,00 35.000.000,00
2021 14.196.000,00
2022 8.964.000,00

Sumber : Badan Keuangan Kabupaten Kepulauan Anambas 2018-2022, diolah

7
Berdasarkan Tabel 1 merupakan tabel Realisasi Retribusi Daerah dengan
Total Belanja Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Anambas selama lima tahun
terakhir yaitu Tahun 2018-2022. Dari table tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
selisih yang cukup besar antara Realisasi Retribusi Daerah dengan Total Belanja
Dinas Penghasil.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Magdalena (2019) Kinerja pemerintah
daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio
yang dicapai kurang dari satu atau dibawah seratus
persen. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.
Dengan hasil penelitian rata-rata efisiensi penerimaan retribusi terminal di
Dinas Perhubungan Kabupaten Sikka selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2013-
2017 termasuk dalam criteria tidak efisien. Hasil ini menunjukkan Dinas
Perhubungan Kabupaten Sikka tidak efisien dalam merealisasikan penerimaan
retribusi terminal.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rifurariani et.al (2020), Hasil
analisis menunjukkan bahwa retribusi pelabuhan adalah salah satu sumber PAD
bagi Kota Sorong dan memberikan kontribusi cukup besar. Mader (2018),
menyatakan bahwa retribusi pelayanan kepelabuhanan hanya memberikan
kontribusi sebesar 19,5%, sedangkan 80,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang artinya adanya sumber yang lebih besar yang berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bulungan selama tahun 2007-2013. Daud
et.al (2017), menyatakan bahwa Jumlah penumpang kapal penyeberangan
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pendapatan retribusi pelayanan
pelabuhan laut sebagai bagian dari penambahan pendapatan daerah.
Penerimaan retribusi jasa usaha akan sangat menunjang pendapatan dan
pembangunan daerah jika dikelola dengan baik. Berdasarkan Latar Belakang diatas
maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efektivitas,
Efesiensi dan Kontribusi Penerimaan Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kepulauan Anambas”.

8
1.2 Identifikasi Masalah
1. Berdasarkan latar belakang penelitian dapat diketahui bahwa adanya
penurunan tingkat realisasi penerimaan Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
dari tahun 2018 hingga Triwulan III tahun 2022.
2. Rendahnya tingkat kontribusi retribusi pelayanan kepelabuhanan Kabupaten
Kepulauan Anambas terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan
Anambas.
3. Terdapat selisih anggaran yang cukup besar antara Realisasi Retribusi Daerah
dan Total Belanja Dinas

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan
tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adapun ruang lingkup penelitian terkait Penerimaan Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan Kabupaten Kepulauan Anambas
2. Analisis efektifitas, efesiensi dan kontribusi dilakukan pada penerimaan
Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Kabupaten Kepulauan Anambas.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka, yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kontribusi Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun
2018-2022?
2. Bagaimana Tingkat Efektifitas Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) di Kabupaten Kepulauan
Anambas 2018-2022?

9
3. Bagaimana Tingkat Efesiensi Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) di Kabupaten Kepulauan
Anambas 2018-2022?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.5.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah
( PAD ) di Kabupaten Kepulauan Anambas
2. Untuk mengetahui Efektifitas Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) di
Kabupaten Kepulauan Anambas
3. Untuk mengetahui Efesiensi Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) di
Kabupaten Kepulauan Anambas

1.5.2 Manfaaat
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi menjadi tambahan ilmu
pengetahuan khususnya dalam analisis efektifitas dan kontribusi
retribusi pelayanan kepelabuhanan terhadap pendapatan asli daerah
di Kabupaten Kepulauan Anambas.
2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau
alternative tambahan dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Otonomi Daerah
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
penyempurnaan dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pada Pasal 1 ayat 6
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan:

“Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Daerah otonom yang
dimaksud menurut Pasal 1 ayat 12 yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah: “Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Di Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah salah satunya dilakukan dengan cara


desentralisasi. Pengertian desentralisasi tercantum pada Pasal 1 ayat 6 yang

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan berbunyi:


“Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat
kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.” Dengan adanya desentralisasi,
peran pemerintah pusat di daerah semakin dikurangi, begitupun peran pemerintah
provinsi yang perannya tidak lagi terlalu signifikan pada kabupaten/kota di bawah
naungannya. Sehingga paradigma yang dikembangkan saat ini yaitu pendelegasian
fungsi dan wewenang yang besar kepada pemerintah Kabupaten/Kota.

Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan


masyarakat yang ada di suatu daerah. Pengembangan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah agar dapat memperbaiki potensi dan kekhasa daerah
masingmasing. Hal ini bertujuan untuk membuktikan kemampuan pemerintah

11
daerah dalam mengurus dan melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah.
Prinsipprinsip pemberian otonomi daerah menurut Undangundang No. 32 Tahun
2004 adalah sebagai berikut :

1. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas- luasnya


dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
Pemerintah diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah
untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat.

2. Prinsip ekonomi yang nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani
urusan pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan
kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi
dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak terlalu sama dengan daerah lainnya,
adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah
otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan
tujuan dan maksud dengan pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Pemerintah daerah dikatakan berhasil melaksanakan otonomi daerah bisa dilihat


dari adanya kemajuan perekonomian dan pembangunan infakstruktur yang baik
pada daerah tersebut. Ada beberapa indikator keberhasilan otonomi daerah sebagai
berikut :

a. setiap daerah tingkat II mampu mengurus rumah tangganya sendiri.


b. Semua urusan pemerintah yang berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan layak
untuk diserahkan kepada daerah tingkat II telah dilaksanakan.

c. Perangkat peraturan berupa peraturan pemerintah tentang penyerahan urusan


telah ditinjau kembali dan diselaraskan dengan nuansa pembangunan yang
diarahkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara).

12
d. Pendapatan asli daerah yang meningkat memungkinkan untuk mendukung
secara seimbang sesuai dengan kebutuhandan dan dapat memungkinkan
terjadinya pertumbuhan prekonomian daerah.

2.1.2. Pengertian Pendapatan Daerah


Pendapatan Daerah adalah hak bagi pemerintah daerah dan dalam periode tahun
yang bersangkutan dapat diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
(Sutiyono, 2009). Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 285, pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah, pendapatan lain daerah yang sah dan pendapatan Transfer.

Definisi dari Pendapatan Asli Daerah atau yang biasa disingkat menjadi PAD
tercantum dalam Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sebagai berikut:

“Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang


diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang undangan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

Berdasrkan Pasal 6 undang-undang no. 33 tahun 2004 sumber Pendapatan Asli


Daerah berupa :

a. Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-undang no.38 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah memiliki definisi “Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

b. Retribusi Daerah
Dalam undang-undang no. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

13
Daerah memliki definisi “Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,
adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.”

c. Hasil pengelolahan kekakyaan daerah yang dipisahkan


Berupa dari berbagai laba, baik atas penyertaaan pada BUMN, BUMD, ataupun
perusahaan swasta.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.


Berdasrakan pasal 6 ayat 2 Undang-undang no.33 tahun 2004, jasa giro,
penerimaan bunga, penjualan kekayaan daerah, komisi penjualan, pengadaan
barang atau jasa yang berasal dari daerah merupakan pendapatan lain-lain PAD
yang sah.

2.1.3. Retribusi Daerah.


2.1.3.1. Pengertian Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Sebagian besar jenis retribusi
dipungut oleh kabupaten dan kota sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.
Retribusi daerah sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi
sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah untuk
meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat, sehingga pungutan
retribusi daerah perlu diintensifkan dan ditangani lebih serius, sehingga untuk
mendukung realisasi tersebut diperlukan kebijakan pemerintah dalam
mengoptimalisasikan peran daerah, utamanya dalam penetapan sumber-sumber
penerimaan daerah.

2.1.3.2. Empat ciri-ciri Retribusi Daerah :


• Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah.
• Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis.
• Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk.

14
• Retribusi dikenakan pada tiap-tiap orang atau badan yang menggunakan jasa
yang disiapkan oleh daerah.

2.1.3.3. Tujuan Retribusi Daerah.


Tujuan dari retribusi daerah pada dasarnya mempunyai persamaan pokok dengan
tujuan pemungutan pajak yang dilaksanakan oleh neara ataupun juga pemerintah
daerah. berikut tujuan dari retribusi daerah

• Tujuan utama ialah untuk dapat mengisi kas negara atau juga kas daerah guna
memenuhi kebutuhan rutinnya.

• Tujuan tambahan ini ialah untuk mengatur kemakmuran masyarakat daerah


melalui jasa yang diberikan dengan secara langsung kepada masyarakat.

2.1.3.4. Prinsip Penetapan Retribusi Daerah


Prinsip serta juga sasaran penetapan tarif retribusi ini dibedakan berdasarkan
golongan retribusi, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha serta juga
Retribusi Perizinan Tertentu. Penggolongan ini didasarkan pada jenis pelayanan
serta perizinan. Pelayanan daerah itu bisa atau dapat berupa pelayanan umum, yakni
pelayanan yang konsumsinya itu memberikan suatu manfaat secara individu serta
juga bermanfaat bagi masyarakat umum serta juga pelayanan yang sifatnya itu
privat berupa pelayanan yang ketersediaannya itu sangat terbatas oleh pihak swasta
(jasa umum). Selengkapnya prinsip dan sasaran tarif adalah:

• Tarif Retribusi Jasa Umum Ini ditetapkan dengan cara memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan,
serta harga efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya tersebut
dimaksud meliputi biaya operasi serta juga pemeliharaan, biaya bunga, serta
biaya modal.

• Tarif Retribusi Jasa Usaha Ini didasarkan dari tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak. Keuntungan yang layak ini merupakan keuntungan
yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha itu dilakukan dengan secara efisien
serta juga berorientasi pada harga pasar.

15
• Tarif Retribusi Perizinan Tertentu Ini didasarkan dari tujuan untuk menutup
sebagian atau juga seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Biaya dari penyelenggaraan pemberian izin tersebut melingkupi
dari pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penata usahan, serta
penerbitan dokumen izin dan juga biaya dampak buruk dari pemberian izin
tersebut.

2.1.3.5. Klasifikasi Retribusi Daerah


Berdasrakan Undang- undang no.34 tahun 2000 pasal 18 ayat 1, objek retribusi
ialah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah yang
terbagi dalam tiga jenis yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

• Retribusi jasa umum


Retribusi Jasa Umum merupakan retribusi yang dibebankan oleh pemerintah
daerah kepada wajib retribusi atas jasa yang telah disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau Badan Jenis Retribusi jasa umum berdasarkan
Undang-Undang no. 28 tahun 2009 pasal 110-124 yaitu : a. Retribusi Pelayanan
Kesehatan.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.


c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil.
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat.
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.
f. Retribusi Pelayanan Pasar.
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta.
j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus.
k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair.
l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

16
m. Retribusi Pelayanan Pendidikan.
n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Retribusi Jasa Usaha


Retribusi Jasa Usaha yaitu retribusi yang dikenakan atas jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena sektor swasta
juga dapat menyediakan jasa tersebut. Jenis Retribusi Jasa Usaha yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 110-124 yaitu : a. Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah.

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan


c. Retribusi Tempat Pelelangan
d. Retribusi Terminal
e. Retribusi Tempat Khusus Parki
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
g. Retribusi Rumah Potong Hewan
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
j. Retribusi Penyeberangan di Air
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Retribusi Perizinan Tertentu


Retribusi Perizinan Tertentu yaitu retribusi yang dikenakan atas kegiatan tertentu
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan oleh pemerintah
daerah guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 Pasal 110-124 yaitu : a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol


c. Retribusi Izin Gangguan.

2.1.3.6. Subjek dan Objek Retribusi Daerah

17
Menurut UU No. 28 tahun 2009 tetntang pajak daerah dan retribusi daerah
menyatakan bahwa subjek retribusi daerah terbagi atas

a. Subjek retribusi jasa umum (pasal 125) adalah orang pribadi/ badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

b. Subjek retribusi jasa usaha (pasal 139) adalah orang pribadi/badan yang
mengunakan/menikmati pelayanan jasa usaha bersangkutan.

c. Subjek retribusi perizina (pasal147) adaah orang pribadi/ badan yang


memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.

2.1.3.7. Objek retribus daerah (undang-undang no. 28 tahun 2009) terdiri atas :
a. Objek Jasa umum (Pasal 109) pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan 16 pemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Objek Jasa usaha (Pasal 126) pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

• pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang


belum dimanfaatkan secara optimal.

• pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belu. disediakan secara


memadai oleh pihak swasta.

c. Objek jasa perizinan (pasal 140) pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah
daerah kepada orang peribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan
dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu demi melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

2.1.4 Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan


Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu
lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan dalam
berlayar, tempat perpindahan intri dan atau antar moda serta mendorong

18
perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan ruang wilayah.
Menurut Lasse (2014:4) pelabuhan diartikan juga sebagai area tempat
kapal dapat melakukan kegiatan pemuatan atau pembongkaran kargo, termasuk
dalam area dimaksud suatu lokasi dimana kapal dapat antri menunggu giliran atau
tunggu perintah aktivitas. Dapat pula diartikan sebagai terminal dan area dimana
kapal-kapal memuat atau membongkar muatan di dermaga, di lokasi labuh, di bui
pelampung atau sejenisnya dan mencangkup perairan tempat menunggu giliran
mendapatkan pelayanan. Menurut Sasono (2012:49) pelabuhan adalah tempat
yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, pelayanan dan
kegiatan penunjang pelabuhan, serta sebagai tempat transportasi.
Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009,
pelabuhan adalah tempat terdirinya atas daratan dan atau perairan dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pengusaha yang dipergunakan sebagai
tempat bersandar, naik turun penumpang, dan atau bongkar buat barang, berupa
terminal dan tempat berlabu kapal yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra atau antar moda transportasi.
Peraturan Daerah yang di keluarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) beserta Bupati Kabupaten Simeulue, Qanun Daerah No. 27
Tahun 2017 tentang Retribusi Pelayanan Kepelabuhan, pasal 1 ayat 9 menyatakan
bahwa Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan,
termasuk fasilitas lainnya dilingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki dan
atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Retribusi pelayanan kepelabuhan yang
selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas jasa pelayanan jasa
kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya dilingkungan pelabuhan yang disediakan
dimiliki, dan di kelola oleh pemerintah daerah (Mader, 2018). Dari definisi di atas
disimpulkan bahwa retribusi pelayanan kepelabuhanan adalah pendapatan yang
diperoleh dari pungutan pengguna jasa kepelabuhanan yang di sediakan, dimiliki

19
dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. Retribusi pelayanan kepelabuhan
tersebut kemudian akan menjadi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
termasuk kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2.1.6 Hubungan Retribusi Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah

Retribusi daerah merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah


yang mempunyai peranan cukup besar terhadap pelaksanaan otonomi daerah
untuk merealisasi pendapatan asli daerah. Daerah mempunyai kewenangan dalam
memungut semua jenis retribusi daerahnya. Peran serta masyarakat dalam 20
membayar retribusi sangat diharapkan untuk meningkatkan penerimaan retribusi
daerah. Semakin besar jumlah penerimaan retribusi daerah maka akan semakin
besar pula jumlah penerimaan pendapatan asli daerah. Dengan demikian, adanya
hubungan antara retribusi daerah dengan pendapatan asli daerah yaitu jika jumlah
penerimaan retribusi daerah mengalami kenaikan maka pendapatan asli daerah
juga mengalami kenaikan (Usman, 2015).

Retribusi Daerah sebagai salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah


memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Oleh sebab itu retribusi
daerah harus dikelola secara profesional dan transparan dalam rangka optimalisasi
dan usaha meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran pendapatan dan belanja
daerah melalui intensifikasi pemungutannya dan ektensifikasi subyek dan obyek
pajak daerah kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah sangat
besar. Hasil penelitian Asyraf et.al (2019) menunjukkan bahwa retribusi daerah
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah, karena peranan retribusi daerah
sangat penting untuk sumbangan keuangan daerah sehingga bias digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah.

2.1.7 Kontribusi Retribusi Daerah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kontribusi sendiri


artinya adalah sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi (T.Guritno
1992:76) kontribusi merupakan segala sesuatu atau semua yang diberikan secara
bersamaan dengan pihak lain tujuannya untuk biaya, kerugian tertentu atau

20
bersama. maka kontribusi disini dapat berarti sebagai sumbangan yang diberikan
oleh Retribusi Pasar terhadap besarnya Retribusi Daerah.

2.1.8 Efesiensi Retribusi Daerah

Menurut Halim (2008:234), efisiensi adalah rasio yang menggambarkan


perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Menurut Mahmudi
(2015:85) efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau
pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut. Menurut Halim (2004:90) yang menjelaskan bahwa
efisiensi adalah pengukur besarnya biaya pemungutan yang digunakan terhadap
realisasi penerimaan Efisiensi retribusi pelayanan kepelabuhanan menggambarkan
pencapaian realisasi penerimaan retribusi pelayanan Kepelabuhanan dengan
menggunakan sumber daya dan biaya pemungutan retribusi pelayanan
Kepelabuhanan yang terendah. Efisiensi retribusi pelayanan Kepelabuhanan dapat
diketahui dengan mengambil data biaya pemungutan retribusi pelayanan
Kepelabuhanan dengan data realisasi penerimaan retribusi pelayanan
Kepelabuhanan.

2.1.9 Efektifitas Retribusi Daerah

Effective merupakan Bahasa inggris dari efektif yang berarti sesuatu yang
dilakukan berhasil, ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan
(Moridu, 2017) atau disimpulkan dengan seberapa jauh tercapainya suatu target
yang telah ditentukan sebelumnya (Yuliastuti & Dewi, 2017). Target retribusi yaitu
suatu jumlah yang telah ditentukan dan harus tercapai selama setahun anggaran
(Rosa, 2012 dalam Yoduke & Ayem, 2015). Efektivitas retribusi daerah merupakan
perbandingan antara realisasi dan target penerimaan retribusi daerah, agar dalam
melakukan pungutan dapat digunakan sebagai ukuran kebarhasilan (Puspita &
Rohman, 2014).

21
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

JURNAL 1 Analisis Retribusi Pelayanan


Kepelabuhanan Dalam Upaya
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Simeulue
Ikhlasul Amal. 2022. Fakultas
Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas
PENULIS, TAHUN TERBIT
Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat
2022
VARIABEL PENELITIAN Dengan variabel bebas yaitu Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan dan variabel
terikat Pendapatan Asli Daerah.
METODE 1. Desain Penelitian
2. Populasi dan Sampel
3. Sumber dan Teknik Pengumpulan
Data
4. Operasional Variabel
5. Metode Analisis

HASIL 1. Hasil pengujian mengunakan


analisis kontribusi, dapat
disimpulkan bahwa variabel
retribusi pelayanan kepelabuhanan
tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan asli daerah
pada Kabupaten Simeulue tahun
2014 – 2019, tetapi tetap
berpengaruh positif terhadap
penerimaan pendapatan asli daerah.

22
2. Berdasarkan hasil pengujian dan
perbandingan nilai hitung t dan
nilai tabel t, dengan nilai 5,0604 >
2,1319, diketahui bahwa terdapat
hubungan yang berarti (signifikan)
antara retribusi pelayanan
kepelabuhan dengan pendapatan
asli daerah.

KESIMPULAN 1. Berdasarkan Hasil analisis


menunjukkan bahwa retribusi
pelayanan kepelabuhanan adalah
salah satu sumber pendapatan asli
daerah bagi Kabupaten Simeulue
dan memberikan kontribusi yang
masih sangat kurang. Hasil
pengujian mengunakan analisis
kontribusi, dapat disimpulkan
bahwa variabel retribusi pelayanan
kepelabuhanan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan
asli daerah pada Kabupaten
Simeulue tahun 2014 – 2019, tetapi
tetap berpengaruh positif terhadap
penerimaan pendapatan asli
daerah.
2. Berdasarkan hasil analisa
hubungan antara retribusi
pelayanan kepelabuhanan dengan
pendapatan asli daerah dengan

23
korelasi sebesar 0,930** dan
signifikansi sebesar 0,007 < 0,05.
Sesuai dengan hasil analisis,
koefisien korelasi retribusi
pelayanan kepelabuhanan bernilai
positif yaitu 0,930** maka korelasi
kedua variabel bersifat searah.
Artinya jika retribusi pelayanan
kepelabuhanan tinggi maka
pendapatan asli daerah juga tinggi.
Berdasarkan hasil pengujian dan
perbandingan nilai hitung t dan
nilai tabel t, dengan nilai 5,0604 >
2,1319, diketahui bahwa terdapat
hubungan yang berarti (signifikan)
antara retribusi pelayanan
kepelabuhan dengan pendapatan
asli daerah.
JURNAL 2 Analisis Pengaruh Keberadaan Pelabuhan
Terhadap Perekonomian Di Pulau
Sulawesi

Abdul Rakhman1), Neneng 2), Asni

Saputri 3). Amiruddin Akbar Fisu


PENULIS, TAHUN TERBIT
4).2020. Program Studi Teknik Sipil,

Universitas Andi Djemma.


VARIABEL PENELITIAN Pelabuhan, PDRB, Perekonomian

METODE 1. Pengumpulan Data


2. Pendekatan dan Teknik Analisis

HASIL 1. Hasil analisis menunjukkan


keberadaan pelabuhan pengumpan

24
regional, pelabuhan pengumpan lokal
dan pelabuhan utama berpengaruh
terhadap PDRB dan pertumbuhan
ekonomi dengan model regresi
sederhana yang dilakukan diperoleh P-
Value edangkan pada daerah yang
tidak memiliki pelabuhan pengumpan
lokal, PDRB dan pertumbuhan
ekonomi rendah
2. Hal ini tentu saja sesuai dengan
penelitian yang dilakukan bahwa
Semakin banyak pelabuhan
pengumpan regional, pelabuhan
pengumpan lokal dan pelabuhan
utama, maka semakin meningkat nilai
PDRB dan pertumbuhan ekonomi di
daerah tersebut karena proses
transportasi barang dan jasa yang baik
dan lancar akan mengakibatkan tingkat
kesejahteraan penduduknya merata.

Oleh karena itu, dengan adanya


peningkatan pelabuhan pengumpan
lokal akan dapat menurunkan PDRB
dan pertumbuhan ekonomi di daerah
tersebut. Selain itu , penerimaan daerah
dari pelabuhan pengumpan lokal tidak
begitu optimal karena penerimaan
pajak dan retribusi daerah tidak
maksimal dikumpulkan oleh
pemerintah daerah karena pelabuhan
pengumpan lokal hanya berfungsi

25
sebagai penyeberangan masyarakat
daerah setempat.

KESIMPULAN Hasil analisis menunjukkan


keberadaan pelabuhan pengumpan
regional,pelabuhan pengumpan
lokal dan pelabuhan utama
berpengaruh terhadap PDRB dan
pertumbuhan ekonomi dengan
model regresi sederhana yang
dilakukan diperoleh P-Value
sebesar 0.000125 R Square
sebesar = 0,20394 artinya bahwa
pengaruh keberadaan pelabuhan
terhadap PDRB hanya memiliki
kontribusi sebesar 20,4%. Pengaruh
tersebut signifikan karena hasil
pengujian ditemukan nilai F
hitung sebesar 16,65237. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
pelabuhan pengumpan
regional, pelabuhan pengumpan
lokal dan pelabuhan utama
memiliki pengaruh yang kecil
terhadap PDRB dan pertumbuhan
ekonomi di pulau Sulawesi.
Sedangkan pada daerah yang tidak
memiliki pelabuhan pengumpan
lokal, PDRB dan pertumbuhan
ekonomi rendah dengan hasil
penelitian sebesar 1.1098%.

26
Dengan model regresi sederhana
yang dilakukan diperoleh R Square
sebesar = 0,01098% artinya bahwa
sebesar 1.1098% pelabuhan
tersebut tidak berpengaruh besar
terhadap PDRB dan pertumbuhan
ekonomi.
JURNAL 3 Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Di Kabupaten Barru
Khairunnisa N. 2021. Program Studi
Ekonomi Pembangunan, Fakultas
PENULIS, TAHUN TERBIT
Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah
VARIABEL PENELITIAN 1. Retribusi Pasar
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
METODE 1. Identifikasi system penerimaan
retribusi pasar
2. Analisis laju pertumbuhan retribusi
pasar Analisis kontribusi
HASIL Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan
menyajikan data mengenai data
retribusi pasar dan data pendapatan asli
daerah. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa tingkat
pertumbuhan penerimaan retribusi
pasar Kabupaten Barru selama lima
tahun anggaran yaitu dari tahun
anggaran 2015-2019 adalah tidak
berhasil dan kontribusi retribusi pasar

27
terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) selama priode tersebut
masih kurang berkontribusi. Hal ini
dikarenakan pemerintah khususnya
kolektor pasar belum maksimal dalam
pengelolaan retribusi pasar.
KESIMPULAN 1. Kontribusi retribusi pasar terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) Dinilai
berkontribusi namun hanya sebesar
1,85%. Di mana, berdasarkan kriteria
dan indikator penilaian yang dipakai
menjelaskan bahwa kontribusi
tersebut dinilai masih kurang, karena
kontribusi rata-ratanya berada
dibawah 2%.
2. Tingkat pertumbuhan penerimaan
retribusi pasar Kabupaten Barru
selama lima tahun anggaran yaitu dari
tahun anggaran 2015-2019 adalah
befluktuasi dengan rata-rata sebesar
9,74%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan pemerintah dalam
meningkatkan dan mempertahankan
penerimaan pendapatan asli daerah
disektor retribusi pasar adalah tidak
berhasil.

JURNAL 4 Penerimaan Retribusi Pasar dalam Upaya


Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Kota Tidore Kepulauan
Dessy Ayuni M. Toduho, David Paul Elia
PENULIS, TAHUN TERBIT Saerang, dan Inggriani Elim. 2014. Jurnal
EMBA, Volume 2 No. 2

28
VARIABEL PENELITIAN 1. Retribusi Pasar
2. Retribusi Daerah
3. Pendapatan Asli Daerah
METODE 1. Pengumpulan data primer dan
sekunder
2. Analisis data
3. Penarikan kesimpulan
HASIL Efektifitas penerimaan Retribusi Pasar
pada tahun 2009 realisasi retribusi
pasar belum mencapai target dengan
presentase 73%, pada tahun 2010
menurun dengan presentase 68%, pada
tahun 2011 dengan presentase 69.5%
(meningkat 1,5%) pada tahun 2012
pun belum mencapai target, menurun
menjadi 64% namun pada tahun 2013
melampau target dengan presentase
111%, maka tingkat efektifitas
retribusi pasar pada tahun 2009-2012
masih belum efektif sedangkan tahun
2013 sudah sangat efektif karena telah
mencapai presentasi lebih dari 100%.

KESIMPULAN Penerimaan retribusi pasar sudah


memberikan kontribusi yang kurang/kecil
terhadap retribusi daerah Kota Tidore
Kepulauan tahun 2009-2013. Presentase
tahun ke tahun mengalami penurunan,
walaupun kontribusi retribusi pasar masih
kecil terhadap PAD akan tetapi cukup

29
berarti dalam pembiayaa penyelenggaraan
pemerintahan.
JURNAL 5 Pengaruh Retribusi Pelayanan
Kepelabuhan Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Bulungan
Tahun 2007-2013
Peri Mader. 2018. Fakultas Ekonomi
PENULIS, TAHUN TERBIT
Pembangunan. Universitas Kaltara
VARIABEL PENELITIAN 1. Retribusi pelayanan kepelabuhan
2. Pendapatan Asli Daerah
METODE 1. Melakukan pengumpulan data primer
dan sekunder
2. Melakukan analisis
HASIL 1. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
Kabupaten Bulungan dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaen
Bulungan selama tahun 2007 – 2013
memiliki hubungan sebesar 0.449 atau
44,9% berdasarkan perhitungan
koefisien (r)
2. Retribusi Pelayanan Keplabuhanan
Kabupaten Bulungan memiliki
hubungan yang tidak signifikan
terhadap Pendapata Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Bulungan selama
tahun 2007- 2013
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dikabupaten bulungan selama setahun
2007-2013 dimana Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan hanya
memberi sebesar 19,5%, sedangkan
80,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang artinya adanya sumber yang

30
lebih besar yang berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupate
Bulungan selama tahun 2007-2013
KESIMPULAN Meskipun tingkat hubungan Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan terhadap
Pendapatan Asli Daerah sedang dan
memiliki hubungan yang tidak
signifikan selama 7 tahun terakhir ini
tetapi Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan yang merupakan salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah
juga memiliki pengaru yang positif
terhadap penerimaan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Bulungan. Karena
itu diharapkan pemerintah Daerah
Kabupaten Bulungan lebih
memperhatikan dan melakukan upaya
agar dapat terus meningkat Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan di
Kabupateb Bulungan.

31
Grand Theory Financial Management

Midrange Theory Transport Management

Kuantitatif
Applied Theory

Kuantitatif
Mix Method

Pendapatan Asli Daerah Retribusi daerah Efektifitas Retribusi Daerah Kontribusi Retribusi Daerah

Gambar 3
Diagram Teori Penelitian

Pendapatan Asli Daerah Retribusi Daerah


- Penerimaan Pajak - Jasa Umum
- Retribusi Daerah - Jasa Usaha
- Hasil Pengelolaan Kekayaan - Retribusi Penerimaan
yang dipisahkan
- Lain-lain PAD yang sah

Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan

Efektifitas Retribusi Daerah


- Target Penerimaan Retribusi
- Realisasi Penerimaan Retibusi

Kontribusi Retribusi Daerah


- Realisasi Penerimaan Retribusi
- Realisasi PAD

Gambar 4
Paradigma Penelitian

32
XI.1 XI.1
Pendapatan Asli
Retribusi Daerah
XI.2 Daerah XI.2

XI.3
XI.3

Retribusi
Pelayanan
Kepelabuhanan

ZI.1 Efektifitas YI.1


Kontribusi
Retribusi Retribusi
Daerah Daerah
ZI.2 YI.2

Gambar 5
Model Struktural

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel


Variabel Dimensi Indikator
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Penerimaan Pajak
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Jasa Umum
Retribusi Daerah Jasa Usaha
Retribusi Perizinan
laba atas pernyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD
Hasil Pengelolaan
Pendapatan Asli Daerah laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
Kekayaan yang
1. Ikhlasul A, 2022 negara/BUMN
dipisahkan
2. Peri M, 2018 laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swasta maupun kelompok masyarakat
Lain-lain PAD yang sah
Jasa giro.
Pendapatan Bunga.
Lain-lain PAD
Pendapatan Bunga.
yang sah
Komisi, Potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan, pengadaan barang ataupun jasa oleh
pemerintah.
Retribusi pelayanan kesehatan
Retribusi
Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
1. Ikhlasul A, 2022
Retribusi pengantian biaya cetak kartu tanda
2. Peri M, 2018 Jasa Umum
penduduk dan akte catatan sipil
3. Chrismesi P, 2020
Retribusi pelayanan parker di tepi jalan umum
Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan

33
Variabel Dimensi Indikator
mayat
Retribusi pasar
Retribusi pengujian kendaraan bermotor
Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
Retribusi penggantian biaya cetak peta
Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus
Retribusi pengelolan limbah cair
Retribusi pelayanan tera ulang
Retribusi pelayanan pendidikan
Retribusi penggendalian menara telekomunikasi
Retribusi pemakaian kekayaan daerah
Retribusi pasar grosir/pertokoan
Retribusi tempat pelelangan
Retribusi terminal
Jasa Usaha Retribusi tempat parkir khusus
Retribusi tempat penginapan/persinggahan/villa
Retribusi rumah potong hewan
Retribusi pelayanan kepelabuhanan
Retribusi tempat rekreasi dan olahraga
Retribusi izin mendirikan bangunan.
Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol.
Retribusi Perizinan Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol.
Retribusi izin trayek.
Retribusi izin usaha perikanan.
Efektifitas Retribusi Daerah Anggaran capaian Penerimaan Retribusi Pelayanan
Target Penerimaan
1. Yuniarti R, 2021 Kepelabuhanan yang telah ditentukan Pemerintah
Retribusi
2. Sisca, Habel T, 2019 Daerah
Realisasi Realisasi Anggaran Penerimaan Retribusi Pelayanan
Penerimaan Kepelabuhanan yang telah ditentukan Pemerintah
Retribusi Daerah
Kontribusi Retribusi Daerah Realisasi Realisasi Anggaran Penerimaan Retribusi Pelayanan
1. Yuniarti R, 2021 Penerimaan Kepelabuhanan yang telah ditentukan Pemerintah
2. Sisca, Habel T, 2019 Retribusi Daerah
Realisasi PAD Realisasi Anggaran PAD

34
Lingkup Penelitian Bidang yang Diteliti Posisi Penelitian

Kontribusi Pelayanan
Kepelabuhanan terhadap
PAD (Ikhlasul A, 2022)

Undang-Undang No.33
Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah

Pendapatan Asli
Daerah Pengaruh Retribusi Pelayanan
Kepelabuhanan terhadap
PAD, (Peri M 2018)
Kebaruan hal-hal yang
diteliti : sumber-sumber PAD
dan substansi PAD
Kontribusi Pelayanan
Kepelabuhanan terhadap
PAD (Ikhlasul A, 2022)

Pengaruh Retribusi Pelayanan


Retribusi Daerah Kepelabuhanan terhadap
PAD, (Peri M, 2018)
Kebaruan hal-hal yang
diteliti : Substansi Retribusi
Daerah serta pengaruh
terhadap PAD
Analisis Efektifitas Dan
Kontribusi Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli
Daerah, (Yuniarti R, 2021)

Analisis Peranan Retribusi


Daerah Pendapatan Asli Daerah,
Efektifitas Retribusi Daerah (Sisca, Habel T, 2019)

Analisis Efektifitas Dan


Kontribusi Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli
Daerah, (Yuniarti R, 2021)

Analisis Peranan Retribusi


Kontribusi Retribusi Daerah Daerah Pendapatan Asli Daerah,
(Sisca, Habel T, 2019) Kebaruan hal-hal yang
diteliti : Substansi analisis
Gambar 6 State Of Art efektifitas dan kontribusi
Realisasi Retribusi daerah 35
36
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menerapkan pendekatan kuantitatif studi kasus. Penelitian


studi kasus memahami, menelaah, dan kemudian menafsirkan makna yang didapat
dari fenomena yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
memperoleh gambaran tentang kontribusi pendapatan retribusi pelayanan
kepelabuhanan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Kepulauan Anambas.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diangkat mengenai penerimaan daerah di


sector retribusi pelayanan Kepelabuhanan, pemilihan lokasi dalam penelitian ini
dilaksanakan di Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan
mengambil data waktu rencana mulai dari tahun 2018-2022. Sedangkan jangka
waktu penelitian yang dilakukan mulai dari bulan September sampai dengan bulan
April 2023.

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38)


adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan
untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini,
definisi operasional variabelnya adalah sebagai berikut:

a. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan


Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban

36
arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan
keamanan dalam berlayar, tempat perpindahan intri dan atau antar moda
serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap
memperhatikan ruang wilayah.

b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan asli daerah (original local government revenue) atau disingkat
PAD, adalah penerimaan dari sumber-sumber didalam wilayah suatu
daerah tertentu, yang dipungut berdasarkan Undang-undang yang berlaku.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau
data pendukung yang diperoleh dengan cara memanfaatkan data atau arsip-arsip
dari instansi yang terkait dengan permasalahan tersebut di Badan Keuangan Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas. Data sekunder adalah pengumpulan data dengan
mempelajari masalah yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

3.4. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengambil data


dari dokumen-dokumen, atau bukti tertulis berupa laporan data, khususnya data
mengenai retribusi pelayanan Kepelabuhanan dan PAD beberapa tahun
terakhir. Data yang dimaksud merupakan data yang diambil dari Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas.

2. Wawancara

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan


memberikan beberapa pertanyaan kepada pihak terkait yang ada pada Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas

37
3.5. Tahapan dan Teknik Analisis Data.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan agar tercapainya


tujuan penelitian. Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini :

1. Peneliti akan mengumpulkan data serta mencatat semua data sesuai dengan
dokumentasi dan wawancaa mengenai pemungutan retribusi pelayanan
kepelabuhanan

2. Dari data target dan realisasi peneliti akan memasukan menggunakan analisis
kontribusi, efektifitas dan efesiensi retribusi pelayanan kepelabuhanan dalam
peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

3. Selanjutnya, peneliti akan menyimpulkan bagaimana hasil analisis dan


merumuskan alternative yang dapat menjadi pilihan bagi permasalahan terkait.

3.6 Metode Analisis


3.6.1 Analisis Kontribusi

Kontribusi adalah besaran sumbangan yang diberikan atas sebuah kegiatan


yang dilaksanakan, (Handoko, 2013). Analisis kontribusi retribusi pelayanan
kepelabuhanan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontirbusi yang
dapat disumbangkan dari penerimaan retribusi pelayanan kepelabuhanan terhadap
pendapatan asli daerah, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan retribusi
pelayanan kepelabuhanan terhadap pendapatan asli daerah, (Handoko, 2013).
Rumus perhitungan kontribusi:

38
Tabel 3.1 Klasifikasi Pengukuran Kontribusi

Kontribusi Presentase Kriteria

0,00 %- 10% Sangat Kurang

10,10 %- 20 % Kurang

20,10 %- 30 % Sedang

30,10 %- 40 % Cukup baik

40,10 %- 50 % Baik

> 50 % Sangat baik

Sumber : Depdagri, Kemendagri No 690.900.327 tahun 1996

Dari tabel kontribusi diatas digunakan untuk mengetahui seberapa besar


kontribusi pemungutan retribusi pasar terhadap retribusi daerah. menunjukkan
bahwa apabila persentase yang dicapai diatas 50 persen maka berarti sangat baik
dan persentase yang dicapai kurang dari 10 persen yang berarti sangat kurang.

3.6.2 Analisis Efektifitas

Efektivitas retribusi daerah adalah nilai yang dihitung berdasarkan persentase


perbandingan realisasi dan target penerimaan retribusi daerah (Nur Hidayat & Reza
Pahlevi, 2016).

Kriteria dalam menilai efektivitasretribusi daerah adalah sebagai berikut:

39
Tabel 3.2 Klasifikasi Kriteria Nilai Efektifitas Retribusi Daerah

Kontribusi Presentase Kriteria

Daiatas 100% Sangat Efektif

90-100% Efektif

80-90 % Cukup Efektif

60-80 % Kurang Efektif

Kurang dari 60
Tidak Efektif
%
Sumber : Renggo,Yuniarti tahun 2021

3.6.3 Analisis Efesiensi

Menurut Halim (2004:90) yang menjelaskan bahwa efisiensi adalah


pengukur besarnya biaya pemungutan yang digunakan terhadap realisasi
penerimaan. Efisiensi retribusi pelayanan kepelabuhanan menggambarkan
pencapaian realisasi penerimaan pelayanan kepelabuhanan dengan menggunakan
sumber daya dan biaya pemungutan retribusi pelayanan kepelabuhanan yang
terendah. Efisiensi retribusi pelayanan kepelabuhanan dapat diketahui dengan
mengambil data biaya pemungutan retribusi pelayanan kepelabuhanan dengan data
realisasi penerimaan retribusi pelayanan kepelabuhanan. Efisiensi retribusi
pelayanan kepelabuhanan mengukur besarnya biaya pemungutan yang digunakan
terhadap realisasi penerimaan retribusi itu sendiri. Rasio efisiensi retribusi
pelayanan kepelabuhanan dapat dihitung dengan rumus (Halim 2008:234):

40
Kriteria dalam menilai Efesiensi retribusi daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Rasio Efisiensi Retribusi Daerah

Kontribusi Presentase Kriteria

> 100% Tidak Efesien

>90-100% Kurang Efeis

80-90 % Cukup Efektif

60-80 % Kurang Efektif

Kurang dari 60
Tidak Efektif
%

Menurut Halim (2008: 234), kinerja pemerintah daerah dalam melakukan


pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai
kurang dari satu atau dibawah seratus persen. Semakin kecil rasio efisiensi
berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.

41
DAFTAR PUSTAKA

Amal, I. (2022). Analisis dan Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan. Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, 1-27.
Aryanto, P. B. (2020). Efektivitas Dan Pertumbuhan Retribusi Tambat Labuh Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari
Kota Tegal. Program Studi D-III Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, 1-5.
Habel Taime, S. (2019). Analisis Peranan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Mimika. Jurnal Kritis Volume III Nomor ISSN 2579-7875, 2-13.
Inggriani Elim, D. D. (2014). Penerimaan Retribusi Pasar Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah. Jurnal EMBA Vol.2 ISSN 2303-1174 , 1091-1099.
Mader, P. (2018). Pengaruh Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Bulungan Tahun 2007-2013. Universitas Kaltara Fakultas
Ekonomi Pembangunan, 1-23.
Mujibussalim, Muhammad Fakhziatuddin Mahdi Syahbandir;. (2018). Efektifitas Retribusi
Terminal Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Law Jurnal Vol. 2(1) ISSN : 2580-
9059, 134-136.
Pagiu, C. (2020). Analisis Efektifitas Penerimaan Retribusi Jasa Usaha dan Kontribusinya
Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Economix Volume 8,
2-6.
Renggo, Y. R. (2021). Efektifitas dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD di Kabupaten
Sumba Timur. Jurnal Ekonomika, Volume 12 Nomor 2 e-ISSN 2685-2977, 141-146.
Samosir, M. S. (2019). Analisis Potensi, Efektifitas dan Efesiensi Retribusi Terminal Pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Sikka. Jurnal Projemen UNIPA Maumere ISSN : 2354-7898, 65-
74.
Sri Ayem, R. (2015). Analisis Efektifitas, Efesiensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Serta
Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bantul Tahun 2009-2014.
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 , 31-34.

Anda mungkin juga menyukai