Oleh
NIM : A.111.18.0153
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
USM
Tim Review
ii
HALAMAN IDENTITAS
NIM : A.111.18.0153
iii
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmah
Kuliah Seminar Proposal Program Pendidikan Strata Satu (S-1) pada Fakultas Hukum
Universitas Semarang. Penyusunan Seminar Proposal ini tidak akan berjalan lancar
tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak lain, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya
1. Bapak Andy Kridasula, S.E., M.M., Selaku Rektor Universitas Semarang, yang
2. Ibu B. Rini Heryanti, S.H., M.H., Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
yang telah memberikan kesempatan yang sangat berharga kepada Penulis untuk
3. Ibu Subaidah Ratna Juita, S.H.,M.H. selaku Sekretaris Progdi S1 Ilmu Hukum
Proposal;
4. Ibu Dhian Indah Astanti, S.H.,M.H selaku Dosen Wali dalam penelitian penulis
iv
petunjuk dan kemudahan dengan segala ketulusan dan kebaikannya berkenan
Seminar Proposal ini, yang telah banyak memberikan petunjuk dan kemudahan
Proposal ini, oleh karena itu penulis mohon maaf dan menerima kritik dan saran yang
membangun untuk Seminar Proposal ini. Penulis berharap Seminar Proposal ini dapat
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
ii
3.5. Metode Analisis Data ............................................................................... 30
JADWAL KEGIATAN............................................................................................. 31
iii
BAB I PENDAHULUAN
negara dalam hal ini adalah pemerintah. Salah satu sila Pancasila yang dijadikan
ideologi bangsa yaitu sila ke lima “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Maka baik pemerintah pusat maupun pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
Republik Indonesia 1945 alinea ke-IV yaitu “memajukan kesejahteraan umum dan
umum. Kesejahteraan umum dalam penelitian ini akan difokuskan pada pemenuhan
menimbulkan dampak, yaitu salah satunya sulitnya pemenuhan tempat tinggal yang
layak bagi penduduk. Kondisi seperti ini sangat banyak di jumpai khususnya di
wilayah perkotaan. Penduduk yang semakin bertambah disertai arus urbanisasi yang
kota dengan lingkungan yang tidak memadai serta sarana dan prasarana penunjang
1
yang sangat minim. Daerah yang tidak memiliki prasarana yang memadai akan
kenyamanan.
Data penduduk Indonesia di tahun 2015 sebanyak 258,4 juta jiwa, sedangkan
di bulan Juni 2021 angka penduduk Indonesia mencapai 272.229.372 jiwa dan terus
Republik Indonesia, menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera, lahir
dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat.2 Data tahun 2019, luas kawasan permukiman kumuh di Indonesia mencapai
87.0000 hektar.3 Hal ini merupakan tantangan bagi Pemerintah untuk memenuhi
permukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur dibutuhkan peningkatan kualitas
1
Badan Pusat Statistik, “Statistik Indonesia 2021”, (online), (https://www.bps.go.id/, diakses
3 Oktober 2021), 2021.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 28 Ayat 1.
3
Kementerian PUPR, “Kawasan Kumuh 2019”, (https://data.pu.go.id/dataset/kawasan-
kumuh, diakses 3 Oktober 2021), 2021.
4
Peraturan Menteri PUPR Nomor 2 Tahun 2016.
2
pembangunan yang fokusnya adalah mewujudkan permukiman layak huni tanpa
dan mendukung “Gerakan 100-0-100”, yaitu 100 persen akses air minum layak, 0
persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak. Program KOTAKU
5
Kementerian PUPR, “Tentang Program Kotaku”, (http://kotaku.pu.go.id/page/6880/tentang-
program-kota-tanpa-kumuh-kotaku, diakses 3 Oktober 2021), 2021.
6
Ibid.
3
Tabel 1.1.
LOKASI KAWASAN
NO LUAS KAWASAN KUMUH (HA)
KUMUH
1. Mangunharjo 1,56
2. Mangkangkulon 3,79
3. Mangkangwetan 13,59
4. Genuksari 6,19
5. Banjardowo 3,38
6. Terboyokulon 0,62
7. Trimulyo 6,00
8. Tambakharjo 2,67
9. Ngemplak Simongan 1,32
10. Krobokan 16,16
11. Brumbungan 2,68
12. Bangunharjo 4,00
13. Kembangsari 5,00
14. Jagalan 1,36
15. Miroto 7,00
16. Kauman 2,00
17. Pekunden 5,00
18. Sekayu 2,32
19. Bugangan 8,34
20. Rejosari 1,30
21. Mlatiharjo 11,52
22. Mlatibaru 3,93
23. Rejomulyo 8,43
24. Kemijen 15,86
25. Tanjungmas 37,63
4
26. Bandarharjo 33,44
27. Panggung Kidul 26,00
28. Kuningan 23,09
29. Dadapsari 27,24
30. Jomblang 1,10
31. Karanganyar Gunung 1,67
32. Gemah 5,50
33. Muktiharjo Kidul 13,76
34. Penggaron Kidul 2,19
35. Lamper Lor 4,71
36. Lamper Kidul 1,53
37. Peterongan 1,33
38. Lamper Tengah 7,39
39. Tandang 3,12
40. Sendangguwo 4,36
41. Rowosari 7,07
42. Meteseh 10,42
43. Sawah Besar 6,14
44. Kaligawe 7,35
45. Tambakrejo 5,23
46. Gayamsari 1,57
47. Purwosari 3,45
48. Jatibarang 0,86
49. Ngesrep 0,59
50. Padangsari 0,49
51. Jabungan 11,68
52. Tinjomoyo 5,53
53. Srondol Kulon 3,67
54. Gedawang 5,54
5
55. Patemon 0,14
56. Sekaran 3,19
57. Sadeng 2,47
58. Sukorejo 2,60
59. Nongkosawit 3,77
60. Wonosari 3,12
61. Kalipancur 1,32
62. Purwoyoso 1,65
Jumlah 415,93
Sumber : Dokumen Pelaksanaan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Jawa Tengah,
2020.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Kota Semarang memiliki luas
kawasan kumuh yang tinggi di Jawa Tengah dengan luasan kumuh sebesar ±415,83
pusat dan pinggiran kota dengan tingkat kumuh ringan hingga berat. Permasalahan
utama permukiman kumuh adalah jalan, drainase, air bersih dan sanitasi yang
lingkungannya.
6
penelitian ini akan di fokuskan pada kecamatan Semarang Timur.7 Dalam penelitian
2014 sampai 2019 luas kumuh awal Kecamatan Semarang Timur sangat tinggi yaitu
Semarang Timur termasuk baik salah satu contohnya yaitu di Kelurahan Rejosari
Kecamatan Semarang Timur menerapkan target yang dikenal dengan target seratus
kosong seratus (100 0 100). Maksud dari target seratus kosong seratus yaitu 100%
8
akses air bersih, 0% kawasan kumuh, dan 100% sanitasi yang baik. Melalui target
7
Ibid, halaman 3.
8
Ibid, halaman 3.
7
1.2.Rumusan Masalah
Tahun 2016
8
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang berguna
1. Manfaat Teoritis
hukum khususnya Hukum Administrasi Negara yaitu dalam hal Program Kota
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
dating.
Sebagai bahan masukan bagi instansi dalam hal ini Kementerian Perumahan dan
c. Bagi Masyarakat
9
1.4. Keaslian Penelitian
terdapat penelitian terdahulu yang mempunyai karakteristik relatif sama. Namun tetap
memiliki perbedaan dalam hal subjek penelitian, lokasi penelitian, variabel penelitian,
atau metode analisis yang digunakan. Berikut data penelitian yang pernah dilakukan
Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan yang dilakukan Stefani pada
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
dokumentasi, Teori yang digunakan adalah teori Duncan untuk melihat efektivitas
adalah terletak pada lokus penelitian, pada penelitian ini lokus berada pada
9
Stefani, “Efektivitas program KOTAKU dalam pembangunan infrastruktur di Kelurahan
Polonia Kecamatan Medan Polonia Kota Medan”, (Jurnal USU, 2019).
10
2. Model Pengembangan Masyarakat melalui Program Tanpa Kumuh (KOTAKU) di
Desa Krajan Kulon, Kaliwungu Kendal yang dilakukan oleh Indah Nur
sosial yang menekankan pada tujuan, proses dan hasil melalui penyadaran,
meneliti tentang program Kotaku. Perbedaan terletak pada objek penelitian yang
KOTAKU.
Semanggi Kota Surakarta yang dilakukan oleh Sri Yuniani dan Gusti Putri Dhini
Rosyida, dalam jurnal Wacana Publik Vol. 1 No. 2 pada tahun 2017. Penelitian ini
kolaborasi sesuai dengan SE DJCK No. 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum
10
Indah Nur Fitrianingsih, “Model Pengembangan Masyarakat melalui Program Tanpa
Kumuh (KOTAKU) di Desa Krajan Kulon, Kaliwungu Kendal” (Jurnal UIN Walisongo, 2017).
11
Program KOTAKU tidak semua prinsip berjalan sebagaimana semestinya11.
ini dengan penelitian terdahulu diatas yaitu penelitian yang penulis lakukan
antara ketiga skripsi di atas sehingga, karya ilmiah ini adalah asli dan bukan
1.5. Sistematika
Adapun sistematika dalam laporan Bimbingan Karya Ilmiah ini terbagi dalam
BAB I : Pendahuluan
sistematika penulisan.
Dalam bab ini berisi uraian tentang pemikiran yang berisi teori
11
Sri Yuniani dan Gusti Putri Dhini Rosyida, “Kolaborasi dalam Perencanaan Program Tanpa
Kumuh (KOTAKU) di Kelurahan Semanggi Kota Surakarta” (Jurnal Wacana Publik Vol. 1 No. 2,
2017)
12
secara sistematis, karena Tinjauan Pustaka ini nantinya akan
Dalam bab ini berisi uraian mengenai garis besar metode yang
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
perilaku seorang actor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu
lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu. Pengertian
kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif memadai untuk keperluan
analisis kebijakan publik. Oleh karena itu, diperlukan batasan atau konsep kebijakan
Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa
yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencangkup banyak hal. Batasan lain
“kebijakan public adalah apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan dan tidak
dilakukan14.
12
James Anderson, Public Policy Making, (2012).
13
Robert Eyestone, The Threads of Policy; A Study in Policy Leadership. (Indianapolis: Bobbs-Merril,
2012), halaman 18.
14
Thomas R. Dye (1975), Undestanding Public Policy, Edition 10, (2017)
14
Kebijakan-kebijakan tersebut akan dapat temukan dalam bidang kesejahteraan
sebagainya. Kebijakan tersebut ada yang berhasil tetapi banyak yang gagal maka dari
kegagalan itu perlu mengkaji kebijakan yang dikeluarkan itu pemerintah dalam
sebagai berikut :
Kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang di usulkan oleh seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-
hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau
merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.15
bebas dari pemerintah yang sering disebut dengan istilah fries ernessen. Namun
individu atau warga, tanpa alasan yang patut. Pejabat Administrasi Negara tidak
15
Budi Winarno, Kebijakan dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Presindo,
2021), halaman 16.
15
kesejahteraan sosial, hak-hak sipil, masalah luar negeri dan sebagainya); dan (2)
departemen); (3) Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya: kebijakan masa
Reformasi, kebijakan masa Orde Baru, dan kebijakan masa Orde Lama). Kategori
Kebijakan Substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah, seperti kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), kebijakan
kriteria orang disebut miskin dan bagaimana prosedur untuk memperoleh raskin.
masyarakat tertentu atau individu. Sebagai contoh: kebijakan subsidi BBM dan
contoh: kebijakan pajak progresif, kebijakan asuransi kesehatan gratis bagi orang
miskin.
16
2. Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan re-distributif
sasaran, misalnya kebijakan libur hari Natal dan Libur hari Idul Fitri
3. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang
dengan private goods adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau
pelayanan untuk pasar bebas, misalnya pelayanan pos, parker umum dan
perumahan.
administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu16. Sedangkan Van
yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara
bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan disalurkan untuk
sasaran.
16
Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), halaman 93.
17
Implementasi merupakan sebuah upaya untuk menciptakan hubungan yang
kebijakan menjadi tindakan kebijakan guna mewujudkan hasil akhir yang diinginkan.
dipengaruhi oleh dua variabel besar yaitu isi kebijakan (content of policy) dan
5. Pelaksanaan program
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor
2. Karakteristik institusi
18
pembangunan yang adil (berkeadilan, yaitu berjuang menangani kumuh untuk
keadilan pembangunan. Strategi yang dilakukan untuk menangani kawasan kumuh ini
melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) antara lain melakukan pendekatan
penanganan kawasan kumuh yang terfokus dan tuntas. Dalam perencanaan ini,
tujuan penanganan tercapai tanpa memunculkan masalah baru (kumuh baru), strategi
ekonomi, dislokasi kumuh dan membangun kolaborasi antar pelaku, serta program
pusat bergeser menjadi program yang mendukung daerah masyarakat. Pada tahun
2017 Pemerintah telah melakukan perubahan dengan difasilitasi Tim KOTAKU Kota
mengadvokasi Pemda dan stakeholders, serta menjadikan Pemda sebagai aktor utama
mewujudkan konsep “100-0-100”, yaitu 100 persen akses universal air minum dan
sanitasi, serta 0 persen pemukiman kumuh, dan 100 persen hibah sanitasi. Program
KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program yang dilaksanakan secara nasional
19
penanganan permukiman kumuh yang mengintegrasikan berbagai sumber daya dan
yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan
karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh dari aspek fisik sebagai
berikut:
20
2. Kondisi bangunan tidak memenuhi syarat, tidak teratur dan memiliki kepadatan
tinggi
3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat. Khusus untuk bidang kecipta
a. Jalan lingkungan
b. Drainase lingkungan
d. Pengelolaan persampahan
f. Pengamanan kebakaran
indikator dari gejala kumuh dalam proses identifikasi lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh. Selain karakteristik fisik, karakteristik non fisik pun perlu
diidentifikasi guna melengkapi penyebab kumuh dari aspek non fisik seperti perilaku
1. Bangunan Gedung
b. Kepadatan tinggi tidak sesuai dengan ketentuan dalam rencana tata ruang
21
c. Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis sistem struktur, pengamatan petir,
2. Jalan Lingkungan
a. Kondisi permukaan jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan dengan aman dan
nyaman
4. Drainase Lingkungan
b. Menimbulkan bau
6. Pengelolaan Persampahan
22
7. Ruang Terbuka Publik
b. Ketidaktersediaan lahan untuk ruang terbuka non hijau atau ruang terbuka
public (RTP)
8. Pengamanan Kebakaran
kota kumuh atau tidak. Dengan adanya indikator tersebut, maka akan lebih
kawasan kumuh sehingga dapat ditanggulangi agar tidak lagi tergolong dalam
indikator kumuh.
23
c. Tersusunnya rencana penanganan permukiman kumuh tingkat kabupaten/kota dan
e. Terlaksananya aturan bersama sebagai upaya perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat masyarakat dan pencegahan kumuh. Pencapaian tujuan program dan tujuan
guna mengatasi masalah kumuh yang masih banyak di Indonesia, bahkan di kotakota
besar juga tidak luput dari masalah kumuh ini. Permukiman yang layak huni dapat
ditetapkan
a. Drainase
b. Air bersih/minum
c. Pengelolaan persampahan
24
d. Pengelolaan air limbah
e. Pengamanan kebakaran
permukiman kumuh.
yang baik, dan adanya Ruang Terbuka Hijau, maka program ini dapat dikatakan
berhasil.
25
BAB III METODE PENELITIAN
ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan
jalan menganalisisnya17. Selain itu metode penelitian juga merupakan cara untuk
ilmiah. Adapun metode yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah
sebagai berikut :
Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu metode yang harus tepat dan
sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan serta harus sistematis dan konsisten.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis
yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi,
penelitian yang selain menggunakan asas dan prinsip hukum dalam meninjau,
17
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2014), hlm. 18.
26
melihat, dan menganalisa masalah-masalah, penelitian ini juga meninjau bagaimana
penelitian yuridis sosiologis yaitu rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang
bersifat apa adanya tanpa ada rekayasa dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih
menekankan pada makna. Jenis penelitian ini dipergunakan karena dalam penelitian
ini akan meneliti dan mengamati proses bekerjanya hukum yaitu Permen PUPR
metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
gambaran tentang suatu keadaan pada suatu waktu tertentu (gambaran pada waktu
Kota Tanpa Kumuh Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 2 Tahun 2016.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2017),
halaman 29.
27
3.3. Metode Penentuan Sampel
Sampling yang mana didasarkan pada ciri-ciri sifat-sifat atau karakteristik tertentu
yang merupakan ciri utama populasi, juga subyek yang diambil harus benar-benar
dilakukan dengan teliti19. Populasi dalam penelitian ini adalah Implementasi Program
Kota Tanpa Kumuh di Kota Semarang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
tahun 2020
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian
berupa informasi yang berkaitan dengan permasalahan20. Data primer yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penulis melakukan observasi dan wawancara ke lapangan
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. data
sekunder diperoleh berdasarkan pengalaman yang mendalam dari pihak lain sebagai
19
Ibid., halaman 29
20
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat
(Jakarta, Rajawali Press, 2014) halaman 1.
28
sumber data atau diperoleh berdasarkan studi pustaka, penelitian pihak lain dan atau
studi dokumen (putusan pengadilan, data statistik dan sebagainya). Data sekunder di
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat dan berdasarkan
yuridis yang membuat orang taat pada hukum22. Bahan hukum primer yang
dan Pemukiman
atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang bersifat tidak mengikat yang
berasal dari buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan
21
Ibid., halaman 25
22
Peter M. Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013),
halaman 181
23
Ibid., halaman 25
29
Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku – buku
Bahan hukum tersier adalah bahan – bahan yang memberikan petunjuk dan
24
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder sehingga
hukum tersier dapat berupa kamus hukum, artikel, ensiklopedia, dan sebagainya
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu
kualitatif yaitu berupa analisa terhadap data yang telah diperoleh baik data primer
maupun sekunder. Penarikan kesimpulan secara induktif yaitu pengambilan dari hal-
hal yang bersifat umum ke khusus, agar penelitian ini lebih mudah dipaham
24
Ibid., halaman 29
25
Ibid., halaman 27
30
JADWAL KEGIATAN
1. Persiapan : 15 hari
31
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Presindo, 2021.
Peter M. Marzuki, Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2013.
Bobbs-Merril, 2012.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
2017.
Jurnal :
Walisongo, 2017).
Sri Yuniani dan Gusti Putri Dhini Rosyida, “Kolaborasi dalam Perencanaan Program
32
Stefani, “Efektivitas program KOTAKU dalam pembangunan infrastruktur di
2019).
Undang-Undang:
2002.
Sekretariat Menteri. Peraturan Menteri PUPR Nomor 2 Tahun 2016. Jakarta, 2016.
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor
Website :
33