Oleh :
I KETUT LANUS
1914101074
PROGRAM STUDI HUKUM AGAMA HINDU
JURUSAN DHARMA SASTRA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN
SINGARAJA
2023
USULAN PENELITIAN
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Anggota
Penguji I
Mengetahui,
Ketua Jurusan Dharma Sastra
Putu Subawa,S.Pd.,M.Pd.H.
NIP. 197007052007101002
iii
SURAT PERNYATAAN
benar-benar kerya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan mengutip
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya
ini.
I Ketut Lanus
NIM. 1914101074
iv
KATA PENGANTAR
Om, Swastyastu
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha-Nya penulis dapat
Hukum Pemerintah Desa” dalam waktu yang telah ditentukan. Proposal ini
penulis susun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar sarjana (S1)
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Dr. I Gede Suwindia, S.Ag., M.A selaku Ketua STAHN Mpu Kuturan
proposal ini.
3. Putu Ary Prasetya Ningrum, S.H.,M.H selaku Ketua Prodi Hukum Hindu
v
5. Ibu Putu Ersa Rahayu Dewi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak
proposal ini.
proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari sempurna
baik dari penulisan, materi, maupun isinya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca. Akhirnya
dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengaharapkan kritik serta saran-
saran dari Bapak, Ibu, saudara sekalian yang bertujuan untuk memperbaiki
Singaraja, 5 Pebruari
2023
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
theorien) 12
vii
1.6.3. Teori Kewenangan .............................................................................. 21
viii
BAB I
PENDAHULUAN
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara
merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat
Rogers (Rochajat,dkk: 2011:3) adalah perubahan yang berguna menuju sustu sistem
daripada pemerintahan pusat. Seperti yang kita ketahui, masih bayak desa yang
merata diseluruh pelosok wilayah NKRI, baik yang tinggal di daerah perdesaan
1
Dewasa ini, pemerataan pembangunan, bahkan sampai desa yang berada di
pelosok sudah mulai terealisasikan. Berbagai usaha telah dilakukan, pun dengan
2014, setidaknya terdapat lima hal penting tentang pembangunan masyarakat antara
lain, Pertama, mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk
membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari
pemerintah desa untuk membuat kebijakan misalnya dalam UUD 1945 Pasal 18
ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
2
atas daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) UUD
1945 ditegaskan bahwa “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Dari isi UUD 1945 tersebut bisa kita lihat bahwa pemerintah
dana untuk menjalankan programnya. Ada beberapa sumber dana yang dimiliki
asli, alokasi APBN, bagian hasil pajak dan retribusi daerah, bantuan keuangan dari
APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, hibah dan sumbangan dari pihak ketiga,
serta dana desa. Sebagai informasi tambahan, pendapatan asli desa merupakan
pendapatan yang didapat desa atas berbagai hal, seperti hasil usaha, hasil aset,
swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lainnya. Pada Pasal 1 angka 2 PP
60/2014jo. PP 8/2016 juga mengartikan dana desa adalah dana yang bersumber dari
APBN yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota
3
Dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa
sesungguhnya setiap desa mempunyai potensi sebagai sumber pendapatan asli desa.
Apabila desa melaksanakan kewenangan asal usul dan kewenangan berskala desa
maka peluang untuk memperoleh pendapatan asli desa terbuka lebar. Dalam
Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang wilayahnya terdiri atas satu
pulau, yaitu pulau Bali dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Diantara pulau kecil
tersebut, Nusa Penida adalah pulau terbesar yang letaknya berada di tenggara pulau
Pulau Bali berbentuk seperti sebuah kipas yang direntangkan, pada bagian
ini sekaligus sebagai batas alam antara Bali bagian utara dan Bali bagian selatan.
Gunung Agung merupakan gunung yang tertinggi di Bali dengan tinggi mencapai
Dengan letak geografisnya yang membuat Bali kaya akan objek wisata
alamnya. Bali dan pariwisata merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Sebagai daerah tujuan wisata utama, tidak hanya dari keindahan alam tetapi juga
karena keunikan seni budayanya yang menjadi daya tarik wisatawan asing maupun
4
local. Oleh karena itu, sektor pariwisata menjadi andalan bukan hanya oleh
Bali memiliki potensi yang sangat besar di dunia pariwisata, banyak faktor
yang akan menunjang potensi ini. Bali dianugerahkan memiliki alam yang indah
mulai dari pantai, laut, sungai, danau, gunung, dan hutan. Semua objek alam ini
sangat potensial untuk dijadikan objek wisata contohnya seperti Pantai Dreamland
yang merupakan objek wisata sangat terkenal. Pantai ini terletak di Kecamatan
Pecatu, Kabupaten Badung. Tidak hanya menyuguhkan pesona pasir putih khas
Bali selatan, pantai ini juga terletak diantara tebing-tebing yang membuat
Keunggulan budaya Bali juga tidak lepas dari penunjang pariwisata di Bali
yang tak kalah menarik. Kehidupan masyarakat Bali sangat erat dengan agama
hindunya sehingga setiap upacara keagamaan merupakan objek yang sangat khas.
Tempat ibadah umat hindu yaitu Pura memiliki daya tarik wisatawan yang sangat
kuat karena pementasan tari-tarian dan tradisi yang diminati oleh wisatawan.
Pura Uluwatu merupakan pura yang terletak pada kaki bali yaitu di Desa
Pecatu. Pura Uluwatu juga menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan.
Pada hari-hari tertentu disana akan menampilkan pementasan tari kecak, yang
Menurut Somantri (2017), selain Pura Uluwatu, Pura Taman Ayun yang
berarti taman yang indah juga menjadi objek wisata yang sering dikunjungi.
Halaman pura ditata sedemikian indah yang dikelilingi oleh kolam ikan. Pada pura
5
ini terdapat museum ogoh-ogoh yang dimana ogoh-ogoh sendiri merupakan
Potensi yang sangat penting dalam kegiatan pariwisata adalah sarana dan
souvenir, dan sarana olahraga. Bali memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.
(Somantri, 2017)
Daerah ini dipenuhi dengan berbagai penginapan dari yang standar hingga yang
efektif agar kehidupan pariwisata di Bali tidak berhenti. Temuan lainnya yang juga
Dengan adanya potensi sebesar ini, tak heran jika desa-desa yang ada di
masyarakat. Pastinya tidak hanya dari sektor pariwisatanya yang berkembang tetapi
memberdayakan masyarakat desa itu sendiri agar sesuai dengan prinsip utama
6
yaitu, desa membangun. Fokus dari prinsip ini adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan usaha produktif sesuai potensi dan sumber daya
warga di sekitar desa itu sangat terbantu dari sektor ekonomi. (Limanseto, 2021)
Desa Mekarsari merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Tabanan
yang memiliki potensi menjadi desa wisata yang cukup besar. Destinasi utama di
desa ini adalah wisata air terjun leke-leke atau yang dikenal dengan nama kipuan
kebo. Lokasi air terjun ini berada di jalur Denpasar-Singaraja searah dengan objek
wisata bedugul. Harga yang terjangkau dengan pesona alam yang amat indah
menjadikan objek wisata ini sangat ramai dikunjungi wisatawan tidak hanya local
besar yang dimiliki untuk menjadi desa wisata. Pemerintah disana berperan sebagai
fasilitator yang memberikan atau menyediakan fasilitas dan pengelola objek wisata.
wisata. Kebijakan yang dimaksud mulai dari yang terpenting adalah kebijakan
7
anggaran, dikarenakan tanpa anggaran kebijakan lain tidak akan bernilai. Yang
kedua terkait dengan kebijakan fasilitas yang akan diberikan oleh pemerintah desa,
kemudian juga perlu diprioritaskan adalah pelatihan sumber daya manusia serta
tujuan yang hendak dicapai, karena melalui tujuan yang jelas akan
dalam penelitian ada dua yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan
8
1.4.1 Tujuan Umum
manfaat baik secara teori maupun praktek detik adapun manfaat yang peneliti
9
1.5.1. Manfaat Teoritis
2. Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi para praktisi hukum terkait
Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dasar berpijak bagi
titik dasar-dasar teori yang digunakan sudah tentu ada kaitannya dengan
permasalahan yang diteliti. Hal ini dimaksud agar dalam penelitian didapatkan hasil
10
Menurut penulis istilah yang cocok mengartian “bestuurshandeling”
adalah pendapat dari Philipus M. Hadjon dan Kuntjoro Purbopranoto, yaitu tindak
menurut Philipus M. Hadjon berarti tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
hukum administrasi merupakan suatu pernyataan kehendak yang muncul dari organ
hukum adalah tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan hak dan kewajiban.
mcnjadi tindakan hukum publik dan tindakan hukum privat. Tindakan yang
(eenzydig) dan berbagai pihak (meerzijdige). Tindakan hukum sepihak dibagi lagi
11
externe beschikking (keputusan yang dibuat untuk menyelenggarakan hubungan-
golongan besar, yaitu teori absolut atau teori pembalasan (vergeldings theorien),
teori relatif atau teori tujuan (doel theorien), dan teori menggabungkan (verenigings
theorien).
Menurut teori ini pidana dijatuhkan karena orang telah melakukan kejahatan.
Pidana sebagai akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada
orang yang melakukan kejahatan. Jadi dasar pembenarannya terletak pada adanya
kejahatan itu sendiri. Seperti dikemukakan Johanes Andenaes bahwa tujuan primer
dari pidana menurut teori absolut ialah untuk memuaskan tuntutan keadilan. Sedang
absolut ini terlihat dari pendapat Imanuel Kant dalam bukunya Filosophy of Law,
mempromosikan tujuan/kebaikan lain, baik bagi si pelaku itu sendiri maupun bagi
masyarakat. Tapi dalam semua hal harus dikenakan hanya karena orang yang
ganjaran seperti perbuatannya dan perasaan balas dendam tidak boleh tetap ada
pada anggota masyarkat. Itu sebabnya teori ini disebut juga teori pembalasan.
berikut: Teori pembalasan menyatakan bahwa pidana tidaklah bertujuan untuk yang
12
praktis, seperti memperbaiki penjahat. Kejahatan itu sendirilah yang mengandung
unsur-unsur untuk dijatuhkan pidana, pidana secara mutlak ada, karena dilakukan
oleh penganut teori absolut atau teori pembalasan ini, maka yang menjadi sasaran
utama dari teori ini adalah balas dendam. Dengan mempertahankan teori
pembalasan yang pada prinsipnya berpegang pada “pidana untuk pidana”, hal itu
absolut ini terbagi atas pembalasan subjektif dan pembalasan objektif. Pembalasan
itu, apabila pidana itu dijatuhkan dengan tujuan semata-mata hanya untuk
membalas dan menakutkan, maka belum pasti tujuan ini akan tercapai, karena
dalam diri si terdakwa belum tentu ditimbulkan rasa bersalah atau menyesal,
mungkin pula sebaliknya, bahkan ia menaruh rasa dendam. Menurut hemat penulis,
membalas atau menakutkan si pelaku dengan suatu pidana yang kejam memperkosa
rasa keadilan. Berat ringannya pidana bukan merupakan ukuran untuk menyatakan
Pidana yang berat bukanlah jaminan untuk membuat terdakwa menjadi sadar,
mungkin juga akan lebih jahat. Pidana yang ringan pun kadang-kadang dapat
merangsang narapidana untuk melakukan tindak pidana kembali. Oleh karena itu
13
usaha untuk menyadarkan narapidana harus dihubungkan dengan berbagai faktor,
misalnya apakah pelaku tindak pidana itu mempunyai lapangan kerja atau tidak.
Apabila pelaku tindak pidana itu tidak mempunyai pekerjaan, maka masalahnya
akan tetap menjadi lingkaran setan, artinya begitu selesai menjalani pidana ada
kecenderungan untuk melakukan tindak pidana kembali. Ada beberapa ciri dari
kembali pelanggar.
Dilihat dari sejarahnya mungkin teori ini dipandang tepat pada zamannya.
Akan tetapi dalam konteks perkembangan masyarakat yang semakin beradab, maka
sulit untuk menjelaskan bahwa seseorang dipidana hanya karena orang telah
melakukan kejahatan. Meskipun rasa dendam ada pada setiap diri manusia dan
kelompok masyarakat, akan tetapi pemikiran yang rasional jelas tidak bijak untuk
perasaan dendam pada tindakan yang lebih bermartabat dan bermanfaat. Dalam
konteks sistem hukum pidana Indonesia, karakteristik teori pembalasan jelas tidak
14
sesuai (bertentangan) dengan filosofi pemidanaan berdasarkan sistem
Teori relatif atau teori tujuan juga disebut teori utilitarian, lahir sebagai reaksi
terhadap teori absolut. Secara garis besar, tujuan pidana menurut teori relatif
pemidanaan yaitu :
maatschappelijke orde);
dari terjadinya kejahatan. (het herstel van het doer de misdaad onstane
maatschappelijke nadeel);
Tentang teori relatif ini Muladi dan Barda Nawawi Arief menjelaskan, bahwa:
orang yang telah melakukan suatu tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan
tertentu yang bermanfaat. Oleh karena itu teori ini pun sering juga disebut teori
tujuan (utilitarian theory). Jadi dasar pembenaran adanya pidana menurut teori ini
adalah terletak pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan “quia peccatum est”
15
melakukan kejahatan). Jadi tujuan pidana menurut teori relatif adalah untuk
mencegah agar ketertiban di dalam masyarakat tidak terganggu. Dengan kata lain,
pendapatnya dapat dijadilan landasan dari teori ini. Menurut Jeremy Bantham
bahwa manusia merupakan makhluk yang rasional yang akan memilih secara sadar
kesenangan dan menghindari kesusahan. Oleh karena itu suatu pidana harus
ditetapkan pada tiap kejahatan sedemikian rupa sehingga kesusahan akan lebih
c. menekan kejahatan;
Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, teori relatif ini dibagi dua yaitu:
Prevensi umum bertujuan untuk menghindarkan supaya orang pada umumnya tidak
tidak melanggar. Prevensi umum menekankan bahwa tujuan pidana adalah untuk
16
memidana pelaku kejahatan, diharapkan anggota masyarakat lainnya tidak akan
lagi. Dalam hal ini pidana itu berfungsi untuk mendidik dan memperbaiki
narapidana agar menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna. Dari uraian
di atas dapat dikemukakan beberapa karakteristik dari teori relatif atau teori
utilitarian, yaitu:
(misal karena sengaja atau culpa) yang memenuhi syarat untuk adanya
pidana;
pencegahan kejahatan.
tetapi baik unsur pencelaan maupun unsur pembalasan tidak dapat diterima
kesejahteraan masyarakat.
Selanjut Muladi dan Arief mengatakan bahwa teori relatif (teori tujuan)
berporos pada tiga tujuan utama pemidanan, yaitu: Preventif, Deterrence, dan
17
Karena latar belakang pelaku kejahatan dan jenis kejahatan yang beragam. Dari
gambaran di atas, teori tujuan ini juga tidak terlepas dari berbagai kelemahannya.
makhluk yang rasional yang akan memilih secara sadar kesenangan dan
motif yang beragam. Tidak semua kejahatan dapat dilakukan dengan rasional,
dalam melakukan kejahatan tidak jarang manusia melakukan tidak atas dasar
rasionya tapi lebih pada dorongan emosional yang kuat sehingga mengalahkan
rasionya. Ini artinya dari sisi motif kejahatan dapat diklasifikasikan atas kejahatan
Menurut teori gabungan bahwa tujuan pidana itu selain membalas kesalahan
ketertiban. Teori ini menggunakan kedua teori tersebut di atas (teori absolut dan
teori relatif) sebagai dasar pemidanaan, dengan pertimbangan bahwa kedua teori
yaitu :
18
masyarakat diabaikan jika tujuannya untuk memperbaiki masyarakat; dan
pidana itu, namun ada satu hal yang tidak dapat dibantah, yaitu bahwa pidana itu
narapidana. Demikian juga halnya dengan pidana penjara merupakan sarana untuk
melampaui batas apa yang perlu dan sudah cukup untuk dapat
masyarakat, tetapi tidak boleh lebih berat dari suatu penderitaan yang
3. Teori integratif yang menganggap harus ada keseimbangan antara kedua hal
di atas.
Saleh juga mengemukakan bahwa pidana mengandung hal-hal lain, yaitu bahwa
pidana diharapkan sebagai sesuatu yang akan membawa kerukunan dan pidana
adalah suatu proses pendidikan untuk menjadikan orang dapat diterima kembali
19
ideologis, dan yuridis filosofis dengan dilandasi oleh asumsi dasar bahwa tindak
kerusakan individual dan sosial yang diakibatkan oleh tindak pidana. Perangkat
b. perlindungan masyarakat,
d. pengimbalan/pengimbangan.
memperhatikan bukan saja rasa keadilan dalam kalbu masyarakat, melainkan harus
mampu menganalisis relasi timbal balik antara si pelaku dengan si korban. Dari
sejumlah pendapat ahli hukum pidana mengenai tujuan pidana dan pemidanaan
dan pemidanaan itu tidaklah tunggal, misalnya untuk pembalasan semata, atau
untuk pencegahan saja. Akan tetapi penulis sependapat bahwa tujuan pidana dan
Teori gabungan pada hakekatnya lahir dari ketidakpuasan terhadap gagasan teori
pembalasan maupun unsur-unsur yang positif dari kedua teori tersebut yang
kemudian dijadikan titik tolak dari teori gabungan. Teori ini berusaha untuk
20
menciptakan keseimbangan antara unsur pembalasan dengan tujuan memperbaiki
pembalasan
Negara. Wewenang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai hak
atau kekuasaan untuk bertindak. Kewenangan tidak hanya diartikan sebagai hak
dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif
dan dengan begitu dapat menciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan
warga negara).
21
Selain kewenangan tersebut pemerintah juga memiliki kebebasan bertindak
mengatakan Freies Ermessen adalah suatu kebebasan yang diberikan kepada badan
Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kewenangan yang tidak terbatas, yaitu
pemerintah ini tidak boleh mengakibatkan kerugian kepada masyarakat, harus dapat
2. Adanya kebebasan
interprestasi; 3. Adanya
delegasi perundang-
undangan;
1.7.Metode Penelitian
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
22
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
Metodelogis berarti sesuai dengan metode atau cara-cara tertentu, sistematis dan
Ilmu hukum mengenal dua jenis penelitian yakni penelitian hukum normatif dan
menggunakan landasan teoritis dan menggunakan bahan hukum yang terdiri atas
normatif, karena terdapat tataran norma yang konflik. Norma konflik yang
dimaksud yaitu dalam penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK dengan cara
arbitrase yang diinginkan oleh para pihak, maka putusan tersebut bersifat final dan
23
arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para
pihak.
Namun dalam Pasal 56 ayat (2) UUPK menyatakan bahwa para pihak dapat
hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut. Sehingga jika diteliti
BPSK yang dimana putusan tersebut bersifat final dan mengikat. Sehingga dengan
Arbitrase dan APS dengan Pasal 56 ayat (2) UUPK saling kontradiktif.
peran informasi.
Pada penelitian hukum normatif, bahan hukum yang dipergunakan yaitu bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder. Yang termasuk Bahan hukum primer
24
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
Penyelesaian Sengketa.
25
dan bahan hukum sekunder, dan kemudian dilakukan identifikasi terhadap bahan-
1.7.5. Analisis
bahan hukum secara bermutu dengan bentuk kalimatbyang teratur, runtun, logis dan
analisa.
Analisis bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik deskriptif,
Penelitian hukum aspek empiris dikenal dengan model analisis seperti Data
tersebut diatas sangat tergantung dari sifat penelitian dan sifat data yang
sifatnya eksploratif dan deskriptif. Dalam hal ini data yang dikumpulkan data
naturalistic yang terdiri atas kata-kata yang tidak diolah menjadi angka-angka, data
sukar diukur dengan angka, bersifat monografis atau berwujud kasus- kasus
sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi, hubungan antar variable
26
tidak jelas, sampel lebih bersifatnon probalitas, dan pengumpulan data
Observasi. Penelitian dengan teknik analisis kualitatif juga sering disebut dengan
analisis deskriptif kualitatif maka keseluruhan data yang dikumpul baik data
primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun
data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan thema, diaktagorisasikan dan
interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi social, dan dilakukan
Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara
DAFTAR PUSTAKA
27
Koeswadji, 1995, Perkembangan Macam-macam Pidana Dalam Rangka
Pembangunan
Hukum Pidana, Cetakan I, Citra Aditya Bhakti, Bandung.
Kuntjoro Purbopranoto, 1978, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan
Peradilan
Administrasi Negara, Cetakan Kedua, Alumni, Bandung.
Philipus M. Hadjon, 1985, Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Tindak
Pemerintahan
(Bestuurshandeling), Djumali, Surabaya.
Prakoso dan Nurwachid, 1998, Studi Tentang Pendapat-pendapat Mengenai
Efektifitas Pidana
Mati di Indonesia Dewasa Ini, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Ridwan H.R, 2011, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Ketujuh, Rajawali Pers,
Jakarta.
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Siswanto Sunarno, 2005, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia,
Jakarta.
28