Anda di halaman 1dari 35

USULAN PENELITIAN

PERAN DESA ADAT DALAM PENGENDALIAN


MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH DESA
MEKARSARI PASCA DITETAPKANNYA
PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN
2019

OLEH :

I MADE ADI ARTHA


1914101057

PROGRAM STUDI HUKUM AGAMA HINDU


JURUSAN DHARMA SASTRA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN
SINGARAJA
2023
USULAN PENELITIAN

PERAN DESA ADAT DALAM PENGENDALIAN MINUMAN


BERALKOHOL DI WILAYAH DESA MEKARSARI PASCA
DITETAPKANNYA PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN
2019

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI UNTUK DIUJI


OLEH:

Pembimbing I Pembimbing II

Putu Ersa Rahayu Dewi, M. Pd I Nyoman Adi Susila, S.H., M.H.


NIP. 19880701201901010 NIP. 1989112020121003

ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN

PERAN DESA ADAT DALAM PENGENDALIAN MINUMAN


BERALKOHOL DI WILAYAH DESA MEKARSARI PASCA
DITETAPKANNYA PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN
2019

USULAN PENELITIAN INI TELAH DIUJI DAN DISETUJUI PADA


TANGGAL 09 FEBRUARI 2023

Ketua Penguji Sekretaris Penguji

Putu Ersa Rahayu Dewi, M.Pd I Nyoman Adi Susila, S.H., M.H.
NIP. 19880701201901010 NIP. 1989112020121003

Anggota
Penguji

Gede Yoga Satrya Wibawa,S.H., M.H


NIP. 198807012019031010

Mengetahui
Ketua Jurusan Dharma Sastra

Putu Subawa,S.Pd.,M.Pd.H.
NIP. 197007052007101002

iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Peran

Desa Adat Dalam Pengendalian Minuman Beralkohol di Wilayag Desa

Mekarsari Pasca Ditetapkannya Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun

2019.” beserta isinya adalah benar-benar kerya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan dan mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya

ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Singaraja, 9 Februari 2023


Yang membuat pernyataan

I Made Adi Artha


NIM. 1914101057

iv
v

KATA PENGANTAR

Om, Swastyastu

Angayubagia penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha-Nya penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan proposal yang berjudul: “Peran Desa Adat
Dalam Pengendalian Minuman Beralkohol di Wilayag Desa Mekarsari
Pasca Ditetapkannya Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2019.”
dalam waktu yang telah ditentukan. Proposal ini penulis susun dalam rangka
memenuhi persyaratan untuk meraih gelar sarjana (S1) dilingkungan Sekolah
Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Dengan telah berhasilnya
menyusun proposal ini, maka sudah sewajarnya penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Dr. I Gede Suwindia, S.Ag., M.A selaku Ketua STAHN Mpu Kuturan
Singaraja, yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan
proposal ini.

2. Bapak Putu Subawa,S.Pd.,M.Pd.H selaku Ketua Jurusan Dharma Sastra,


STAHN Mpu Kuturan Singaraja, telah banyak memberikan arahan yang
sangat membantu dalam penyusunan proposal ini.

3. Putu Ary Prasetya Ningrum, S.H.,M.H selaku Ketua Prodi Hukum Hindu
STAHN Mpu Kuturan Sigaraja yang membantu selalu memberi petunjuk
dan arahan positif sehingga sangat membantu dalam penyusunan Proposal.

4. Ibu Putu Ersa Rahayu Dewi, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal
ini.

v
5. Bapak I Nyoman Adi Susila, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal
ini.

6. Para Informan yang banyak memberikan informasi dalam menyelesaikan


proposal ini.

7. Teman-teman yang banyak memberikan bantuan dalam penyusunan


proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari sempurna
baik dari penulisan, materi, maupun isinya. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para
pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengaharapkan
kritik serta saran-saran dari Bapak, Ibu, saudara sekalian yang bertujuan untuk
memperbaiki proposal ini. Semoga proposal ini ada manfaatnya.

Om Santi, Santih, Santih, Om.

Singaraja, 5 Pebruari 2023

Peneliti

vi
vii

DAFTAR ISI

USULAN PENELITIAN................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................iii

SURAT PERNYATAAN...............................................................................iv

KATA PENGANTAR....................................................................................v

BAB I...............................................................................................................9

PENDAHULUAN..........................................................................................9

1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................9

1.2. Rumusan Masalah..................................................................15

1.3. Ruang Lingkup Masalah........................................................15

1.4. Tujuan Penelitian...................................................................15

1.4.1 Tujuan Umum......................................................................15

1.4.2 Tujuan Khusus.....................................................................16

1.5. Manfaat Penelitian.................................................................16

1.5.1 Manfaat Teoritis..................................................................16

1.5.2. Manfaat Praktis...................................................................16

1.6. Landasan Teoritis Dan Kerangka..........................................17

vii
1.6.1. Landasan Teori...................................................................17

1.6.1.1. Teori sistem hukum.........................................................17

1.6.2 Kerangka Berfikir................................................................24

1.7.Metode Penelitian.......................................................................25

1.7.1. Jenis Penelitian...................................................................25

1.7.2. Sifat Penelitian....................................................................26

1.7.3. Data dan Sumber Data........................................................27

1.7.5. Pengolahan dan Analisis Data............................................30

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................33

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah Negara dengan menganut system pemerintahan

yang otonom. Pengertian otonomi daerah tertuang pada UU No. 23 tahun 2014

pasal 1 ayat 6, otonom daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Dengan adanya otonomi daerah , diharapkan kinerja pemerintah untuk

masyarakat dapat dilakukan secara maksimal. Setiap daerah memiliki wewenang

untuk mengembangkan daerahnya masing-masing tanpa adanya tekanan dari

pemerintahan lain.

Setiap daerah berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan

potensinya. Wilayah Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau

sehingga akan cukup membantu pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.

Setiap daerah memiliki potensi yang berbedabeda untuk dikembangkan.

Pengembangan daerah dapat dilihat dari potensi yang dimikinya, salah

satunya potensi tersebut adalah sektor pariwisata. Pariwisata indonesia memiliki

peranan besar dalam memulihkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pariwisata

Indonesia memilki karakteristik dan potensi yang sangat besar seperti kekayaan

alam, keregaman budaya, keragaman suku, keragaman jenis makanan, keragaman

jenis kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Tentu saja hal ini menjadi daya tarik

9
10

tersendiri dalam kamajuan sektor pariwisata. Salah satu potensi ini juga berbeda

disetiap kewilayahan daerah. Pariwisata paling populer saat ini adalah daerah Bali

terkenal dengan pariwisatanya yang mendunia.

Potensi kewilayahan Provinsi Bali ditunjang dari pariwisata. Pengelolaan

pengembangan pariwisata yang cukup baik akan mendukung peningkatan

kunjungan wisatawan. Dampak positif seperti, terjalinnya interaksi antara

wisatawan dengan penduduk daerah setempat, baik dari bidang

ekonomi,kemasyarakatan maupun budaya. dalam bidang ekonomi tentujnya

membantu kesejahteraan masyarakat, dengan adanya pariwisata akan menambah

lapangan pekerjaan baru bagi pengangguran. Pariwisata dibali menjadi sektor

unggulan dalam meningkatkan penghasilan daerah. Pariwisata Bali menjadi salah

satu destinasi wisata yang tersohor di seluruh dunia dan destinasi terfavorit urutan

ke-4 dalam daftar Best of the Best 2022 dan merupakan destinasi terpopuler di

Asia.

Perkembangan pariwisata yang pesat juga harus didukung oleh

perkembangan berbagai jenis sector untuk penunjang kebutuhan wisatawan.

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, berbagai fasilitas pendukung seperti

restoran, art shop, pasar seni, tempat hiburan dan sarana rekreasi berkembang

pesat menjadi kawasan pemukiman wisata dan kawasan wisata. Toh wisatawan

yang berkunjung ke Bali memiliki banyak pilihan untuk menikmati liburannya

dari Bali dan pada akhirnya organisasi pariwisata seperti PHRI (PHRI), ASITA

dan organisasi pariwisata Bali lainnya memilih berwisata dari Bali.


Perkembangan destinasi wisata di Bali telah mempengaruhi kehidupan

sosial ekonomi masyarakat dan mengalami pergeseran dari non pariwisata

menjadi penyedia jasa pariwisata yang dipandang lebih menjanjikan dari segi

tingkat pendapatan. Pengembangan berbagai gaya hidup dengan memanfaatkan

situs pariwisata, seperti wisata penunjang gaya hidup dan jasa pengembangan

usaha.

Kebiasaan tersebut telah berakulturasi dengan budaya dan masyarakat

lokal. Salah satunya adalah perkembanga hiburan malam yang menjadi daya tarik

wisatawan yang berkunjung ke Bali. Hiburan malam adalah daya tarik khusus

wisatawan domestic isi liburan anda di Bali hanya dengan hanya mendengarkan

musik atau nikmati minuman yang tersedia di bar,bar atau disko dan dengan

konstruksi sarana dan prasarana yang memadai, Bali adalah magnet bagi

wisatawanwisatawan mancanegara dan lokal.

Pembangunan infrastruktur dilakukan menjadikan Bali surga bagi

wisatawan pada saat yang sama ada masalah yang ada. Tentu hal ini tidak dapat

dipisahkan dengan interaksi antar manusia lokal. Namun, keberadaan tempat

hiburan malam tidak sepenuhnya terasa memberi manfaat bagi masyarakat

setempat. Ada aktivitas di malam hari hingga dini hari hari berpengaruh pada

kehidupan sosial masyarakat setempat. Sehingga hal ini menyebabkan daerah

tempat tinggal mereka menjadi tidak aman dan tidak nyaman. Tingkat kejahatan

cukup tinggi untuk membuat masyarajat sekitar tidak lagi merasakan kegiatan

wisata yang menguntungkan.

11
12

Bali sebagai salah satu tujuan pariwisata dunia telah dikunjungi oleh

berbagai karakteristik wisatawan dan salah satunya mereka adalah turis tua. Ingat

Bali menawarkan pesona alam, budaya, dan wisata alternatif. sebuah zona

pariwisata yang keberadaannya telah diakui kawasan wisata Bali. Bali juga

memiliki banyak pilihan restoran, dan sarana hiburan lain yang dianggap demikian

hanya untuk menghabiskan waktu luang segala usia dan juga untuk wisatawan

lanjut usia. Di Sanur sering terjadi bertemu wisatawan berkelas seperti turis tua

mengingat usianya mereka rata-rata berusia 55 tahun ke atas dan mereka telah

mencapai usia pensiun. Musafir ini terutama dari Eropa dan Australia. Sedangkan

wisatawan yang berasal dari Jepang dan China/Taiwan memiliki segmen anak

muda sampai dewasa.

Dari pengamatan pertama anda dapat melihatnya bahkan jika Bali

melakukannya dikembangkan sebagai kawasan wisata yang padat konstruksi dan

tentu saja diikuti oleh kepadatan lalu lintas, tapi Bali masih tetap dipilih sebagai

tempat menghabiskan waktu senggang bagi wisatawan lanjut usia. Bali itu dicintai

oleh segala usia dengan kegiatan rekreasi yang dapat Anda lakukan mereka adalah

alam, petualangan, rekreasi, relaksasi dan penyembuhan, olahraga, budaya,

hiburan, kuliner. Sedangkan kegiatan Rekreasi untuk pelancong senior di wilayah

tersebut adalah menikmati alam dan jalan-jalan, rekreasi,relaksasi, olah raga

ringan, makan dan minum alkohol, restoran, mereka juga berpartisipasi dalam

kegiatan budaya hiburan di hotel tempat anda menginap atau di restoran yang

banyak tersedia di Bali.


Dampak lain dari maraknya tempat hiburan selain memiliki imbas yang

positif terhadap jumlah wisatawan yang datang. Dampak negative dari

perkembangan usaha hiburan ini adalah peredaran narkoba dan minuman keras.

Hal ini sudah melekat dan menjadi gaya hidup para wisatawan yang harus di

waspadai sehingga akan menimbulkan dampak yang besar terhadap masyarakat.

Minuman alkohol menjadi leluasa di jual di masyarakat hal ini tidak

hanya untuk menyediakan para wisatawan. seiring dengan perkembangnya

pariwisata hal ini menjadi lumrah di masyarakat. Konsumsi minuman beralkohol

saat ini telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian orang perusahaan di

Indonesia. Dimulai dengan mencoba lalu akhirnya terhubung. Bahkan jika

levelnya konsumsi minuman beralkohol di Indonesia termasuk terendah di dunia.

Tapi data WHO (2010) menyebutkan konsumsi minuman alkohol di Indonesia 0,6

liter alkohol murni per kapita per tahun. Menurut data dari penelitian kesehatan.

Dasar (Riskesda) Tahun 2007, selama tahun 2007 ada tiga provinsi dengan

prevalensi peminum alkohol terbanyak ada di Nusa Tenggara Timur (17,7%),

Sulawesi Utara (17,4%) dan Gorontalo (12,3%). Sementara itu, minum peminum

dari pecandu alkohol ini, sebagian besar tetap tiga provinsi di perdesaan (5,1%)

dengan tingkat mayoritas pendidikan adalah lulusan SLTA (6,0%) berusia antara

25 dan 34 tahun (6,7%).

Dalam masa perkembangannya, remaja mereka cenderung terlibat dalam

berbagai masalah. Masalah yang dihadapi oleh remaja yaitu mencakup banyak

hal, salah satunya adalah konsumsi obat-obatan terlarang (minuman beralkohol

dan kokain)(Santrock, 2002). Di Indonesia, minuman beralkohol itu adalah zat

13
14

yang sangat dikonsumsi sebagai remaja. Berdasarkan data yang diperoleh dari

World Organisasi Kesehatan (WHO) tahun 2011, Indonesia tahun 1990-2006

sebesar 16,47% remaja (15-24 tahun) mengkonsumsi minuman beralkohol, 42%

adalah orang daerah perkotaan dan sebagian besar memiliki status sosial ekonomi

menengah ke bawah. Bir itu adalah jenis minuman beralkohol yang paling

melimpah sebagian besar (98%) dikonsumsi di Indonesia. Kuantitas mereka

cenderung stabil selama 5 tahun terakhir. Berdasarkan data dari WHO di

Indonesia, usia di mana legal untuk membeli minuman beralkohol dia adalah

orang berusia 21 tahun. Pada Faktanya, banyak anak muda yang berusia di bawah

21 tahun tahun dengan mengkonsumsi minuman beralkohol. Di Indonesia,

masyarakat sudah mulai mengkonsumsi minuman beralkohol pada usia 15 yaitu

kategori remaja yang tidak bisa mendapatkan Tanda Pengenal yang Disetujui

Pemerintah yaitu mendapatkan KTP (KARTU IDENTITAS). Ini bisa disebabkan

oleh salah satunya itu adalah kurangnya kontrol atas sirkulasi minuman

beralkohol.

Tanpa kita sadari bawasanya dampak dari minuman berakohol tidak baik

untuk kesehatan terutama pada kalangan remaja. Alkohol merupakan zat

psikotropika yang sering disalahgunakan. Kebiasaan meminum minuman keras

hingga mabuk dapat menyebabkan kemaksiatan kesadaran diri dan efek psikologis

dan fisiknya. Menurut para ahli, minuman beralkohol bisa membahayakan

kesehatan tubuh dan dapat mengganggu tatanan sosial seperti perkelahian,

kenakalan remaja, perbuatan asusila bahkan remaja yang semakin sering tidak

memilikinya norma dan cenderung sulit mengendalikan emosinya.


Hal ini menjadi perhatian pemerintah daerah dan juga pemerintah desa

Mekarsari yang terletak di Kabupaten Tabanan. Sebagai salah satu daerah dengan

pengembangan wisata yang saat ini mengalami perkembangan Pemerintah desa

Mekarsari tidak dapat dipungkiri dampak dari perkembangan wisata juga akan

mereka rasakan. Hal ini harus mereka antisipasi sejak dini agar tidak terjadi

penurunan kualitas pemuda karena tergerus dengan adanya dampak negative dari

berkembangnya pariwisata.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di perlukan pangaturan dan

pembatasan peredaran minuman keras di wilayah desa mekarsari perlu

dilaksanalam melalui pemberlakuan kembali Peraturan Daerah (Perda) Provinsi

Bali Nomor 5 tahun 2012 tentang Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol

Provinisi Bali.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peranan desa adat mekarsari dalam pengendalian

peredaran minuman beralkohol di kalangan generasi muda ?

2. Faktor apakah yang mempengaruhi pengendalian peredaran minuman

beralkohol di wilayah desa adat mekarsari ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penulisan ini terbatas pada Peran Desa

Adat dalam pengendalian minuman beralkohol oleh generasi muda di

wilayah Desa Mekarsari

15
16

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Setiap penulisan karya ilmiah memiliki tujuan ataupun maksud tertentu,

adapun yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah:

1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah


secara tertulis

2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada

bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

3. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum.


4. Untuk mengetahui Ruang lingkup masalah dalam penulisan ini

terbatas pada Peran Desa Adat dalam pengendalian minuman

beralkohol oleh generasi muda di wilayah Desa Mekarsari

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah:

1. Untuk memahami peranan desa adat mekarsari dalam pengendalian

peredaran minuman beralkohol di kalangan generasi muda

2. Untuk menemukan Faktor apakah yang mempengaruhi pengendalian

peredaran minuman beralkohol di wilayah desa adat mekarsari

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk dapat memperkaya pengembangan teori ilmu pengetahuan guna

menambah pustaka hukum yang berkaitan dengan hukum perijinan

2. Untuk memperoleh pemahaman dan gambar tentang hukum

pemerintahan Daerah
1.5.2. Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan masukan kepada pemerintah dalam memberikan

perlindungan kepada masyarakat.

2. Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi generasi muda dalam

pengendalian minuman beralkohol.

1.6. Landasan Teoritis Dan Kerangka

1.6.1. Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dasar berpijak

bagi peneliti dalam mengadakan pembahasan terhadap masalah-masalah

yang diteliti, titik dasar-dasar teori yang digunakan sudah tentu ada

kaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dimaksud agar dalam

penelitian didapatkan hasil analisis yang dapat dipertanggungjawabkan.

1.6.1.1. Teori sistem hukum

Dalam negara hukum, sistem hukumnya harus tersusun dalam tata norma

hukum secara hirarkis dan tidak boleh saling bertentangan diantara norma-

norma hukumnya baik secara vertikal maupun horizontal. Sehingga jika

terjadi konflik antar norma-norma tersebut maka akan tunduk pada norma-

norma logisnya, yakni norma-norma dasar yang ada dalam konstitusi. Andi

Mattalatta, 2009, (h. 574) Lawrence M. Friedman, mengemukakan bahwa,

“The legal systemwould be nothing more than all these subsystems put

together”. Lawrence M. Friedman,( h. 10) Lawrence M. Friedmanjuga

17
18

menyatakan bahwa, “A legal system in actual operation is a complex

organism in which structure, substance, and culture interest”. Lawrence M.

Friedman, 1975,( h. 14)

Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa, dalam sistem hukum terdapat

sub sistemsub sistem hukum sebagai satu kesatuanyang saling

berinteraksiSuatu sistem hukum dalam operasi aktualnya merupakan sebuah

organisme kompleks dimana struktur, substansi, dan kultur berinteraksi.Sub

sistem hukum dalam hal ini adalah substansi hukum, struktur hukum, dan

budaya hukum.Ketiga sub sistem inilah yang sangat menentukan apakah

suatu sistem dapat berjalan atau tidak.Menurut Lawrence M. Friedman,

substansihukum (legal substance) dan struktur hukum (legal

structure)yakni :

“The structure of a system is its skeletal frame work; it is the permanent

shape,the institutional body of the system, the tought, rigid bones that keep

the process flowing within bounds, we describe the structure of a judicial

system when we talk about the number of judges, the jurisdiction of court,

how higher courts are stacked on top of lower courts, what persons are

attached to various court, and what their roles consist of. The substance is

composed of substantive rules and rules about how institutions should

behave. Lawrence M. Friedman, 1975,( h. 15)

Lawrence M. Friedman juga mengemukakan mengenai budaya hukum

(legal culture) bahwa, “It is the element of social attitude and value”.
Lawrence M. Friedmanjuga menyatakanbahwa, “Legal culture refers, then,

to those parts of general culture-customs, opinions, ways of doing and

thinking-that bend social forces toward or away from the law and in

particular ways”. Lawrence M. Friedman, 1975,( h. 15) Dapat dipahami dari

uraian dalam teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman bahwa, sistem

hukum terdiri dari sub sistem-sub sistem hukum yang saling berinteraksi,

yakni

1. Substansi hukum (legal substance) substansi hukum tersusun dari

peraturanperaturan dan ketentuan mengenai bagaimana institusi-

institusiitu harus berprilaku.

2. Struktur hukum (legal structure) struktur sebuah sistem adalah

kerangka badannya; ia adalah bentuk permanennya, tubuh

institusional dari sistem tersebut, tulang-tulang keras yang kaku yang

menjaga agar proses mengalir dalam batasbatasnya. Struktur sebuah

sistem yudisial terbayang ketika kita berbicara tentang jumlah para

hakim, yurisdiksi pengadilan, bagaimana pengadilan yang lebih

tinggi berada di atas pengadilan yang lebih rendah, dan orang-orang

yang terkait dengan berbagai jenis pengadilan.

3. Budaya hukum (legal culture)adalah elemen sikap dan nilai sosial,

yang mengacu pada bagian-bagian yang ada pada kultur umum-adat

kebiasaan, opini-opini, cara bertindak dan berpikiryang

mengarahkan kekuatan-kekuatan sosial menuju atau menjauh dari

19
20

hukum dan dengan cara-cara tertentu. Lawrence M. Friedman, 2013,

(H.17)

Mengacu padapendapat Lawrence Meir Friedman mengenai teori sistem hukum,

Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa :

“Struktur mencakup wadah ataupun bentuk dari sistem tersebut yang,


umpamanya mencakup tatanan lembaga-lembaga hukum formal,
hubungan antara lembagalembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya, dan seterusnya. Substansi mencakup isi norma-norma
hukum beserta perumusannya maupun acara untuk menegakkannya
yang berlaku bagi pelaksana hukum maupun pencari keadilan.
Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti)
dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).” Soerjono
Soekanto, 2011,(h 59)

Hukum sebagai kontrol sosial dari pemerintah (law is governmental

social control), sebagai aturan dan proses sosial yang mencoba mendorong

perilaku, baik yang berguna atau mencegah perilaku yang buruk. Di sisi lain

kontrol sosial adalah jaringan atau aturan dan proses yang menyeluruh yang

membawa akibat hukum terhadap perilaku tertentu, misalnya aturan umum

perbuatan melawan hukum. Lawrence Friedman, (hal. 3.)

Tidak ada cara lain untuk memahami sistem hukum selain melihat

perilaku hukum yang dipengaruhi oleh aturan keputusan pemerintah atau

undang-undang yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Jika

seseorang berperilaku secara khusus adalah karena diperintahkan hukum

atau karena tindakan pemerintah atau pejabat lainnya atau dalam sistem

hukum.
1.6.1.2. Teori Kewenangan

Wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan

istilah Belanda “bevoegdheid” (yang berarti wewenang atau berkuasa).

“Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam


Hukum Tata Pemerintahan (Hukum Administrasi), karena
pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar
wewenang yang diperolehnya.Keabsahan tindakan pemerintahan
diukur berdasarkan wewenang yang diatur dalam peraturan
perundangundangan.Perihal kewenangan dapat dilihat dari
Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi kepada Badan
Publik dan Lembaga Negara dalam menjalankan
fungsinya.Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan
oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan
perbuatan hukum”. SF. Marbun, 1997 (hal. 154)
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai

dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan disetiap

negara hukum. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan pemerintahan dan

kenegaraan harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan

oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah

wewenang, yaitu suatu kemampuan untuk melakukan suatu tindakan-

tindakan hukum tertentu. Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan

kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang pengertian wewenang dalam

kaitannya dengan kewenangan sebagai berikut :

“Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaa


yang berasal dari Kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang-Undang)
atau dari Kekuasaan Eksekutif/Administratif.Kewenangan adalah
kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan
terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu
yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil
tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-

21
22

wewenang.Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu


tindak hukum publik”. Prajudi Atmosudirdjo, 1981 Jakarta (hal. 29)

Indroharto mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh secara atribusi,

delegasi, dan mandat, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

“Wewenang yang diperoleh secara “atribusi”, yaitu pemberian


wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam
peraturan perundangundangan.Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu
wewenang pemerintah yang baru”.Pada delegasi terjadilah pelimpahan
suatu wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN yang
telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif
kepada Badan atau Jabatan TUN lainnya.Jadi, suatu delegasi selalu
didahului oleh adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu
tidak terjadi suatu pemberian wewenang baru maupun pelimpahan
wewenang dari Badan atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain”.
Indroharto, 1993, ( hal. 90 )

Menurut Stroink dan Steenbeek sebagaimana dikutip oleh Ridwan,

mengemukakan pandangan yang berbeda, sebagai berikut :

“Bahwa hanya ada dua cara untuk memperoleh wewenang, yaitu


atribusi dan delegasi. Atribusi berkenaan dengan penyerahan wewenang
baru, sedangkan delegasi menyangkut pelimpahan wewenang yang telah
ada (oleh organ yang telah memperoleh wewenang secara atributif
kepada organ lain; jadi delegasi secara logis selalu didahului oleh
atribusi). Mengenai mandat, tidak dibicarakan mengenai
penyerahan wewenang atau pelimbahan wewenang.Dalam hal
mandat tidak terjadi perubahan wewenang apapun (dalam arti yuridis
formal), yang ada hanyalah hubungan internal”. Ridwan, HR., 2003 (hal.
74)

Menurut Philipus M. Hadjon mengatakan bahwa:

“Setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas


kewenangan yang sah.Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber,
yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.Kewenangan atribusi lazimnya
digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang
dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan
yang berasal dari “pelimpahan”. Philipus M. Hadjon, 1994 (hal. 7)
1.6.1.3. Teori Evektifitas Hukum

Secara konsepsional, inti dari penegakan hukum terletak pada kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah

yang mantap serta sikap tindakan sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian

pergaulan hidup. Soerjono Soekanto mengemukakan ada 5 faktor yang dapat

digunakan untuk mengukur efektivitas hukum yaitu: (Soekanto, 2004:7)

1) Faktor hukumnya sendiri;


2) Faktor penegak hukum;
3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4) Faktor masyarakat;
5) Faktor kebudayaan.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, karena

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur daripada

efektivitas penegakan hukum. Efektivitas hukum ini dapat pula dikaji melalui

pemikiran Friedman melalui tiga elemen dalam sistem hukum yakni substansi

hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Struktur hukum, yaitu keseluruhan

institusi-institusi hukum yang ada beserta aparatnya, substansi hukum yaitu

keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang tertulis

maupun tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan dan kultur hukum, yaitu

opini-opini, kepercayaan-kepercayaan (keyakinan-keyakinan), kebiasaan-

kebiasaan, cara berpikir, dan cara bertindak, baik dari para penegak hukum

maupun dari warga masyarakat, tentang hukum dan berbagai fenomena yang

berkaitan dengan hukum.

23
24

Teori mengenai efektivitas hukum ini digunakan untuk menganalisis

permasalahan kedua yakni hambatan dalam pelaksanaan retrukturisasi yang

ditelaah dari berbagai aspek.


1.6.2 Kerangka Berfikir

Peran Desa Adat dalam Pengendalian Minuman


Beralkohol di Wilayah Desa Mekarsari Pasca
Ditetapkannya Peraturan Gubernur Bali Nomor 1
Tahun 2019 tentang

2. Bagaimanakah Peranan desa 1. Bagaimanakah Peranan desa


adat mekarsari dalam adat mekarsari dalam
pengendalian Peredaran pengendalian Peredaran
minuman beralkohol di minuman beralkohol di
kalangan generasi muda kalangan generasi muda

Teori Sistem Hukum 1. Teori Kewenangan


2. Teori Eektifitas Hukum

Metodelogi Penelitian Empiris

Hasil Penelitian

25
26

1.7.Metode Penelitian

Guna memperoleh data hasil penelitian yang valid, maka dalam

perolehan hasil penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh

karena itu, metode-metode sangat perlu dipergunakan dalam penelitian

secara sistematis agar relevan, efisien dan praktis.

Dalam rangka pemecahan permasalahan yang ada di skripsi ini

menggunakan metode penelitian yuridis empiris. Pendekatan secara

yuridis yaitu dengan melihat dari segi-segi hukum yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pendekatan

empiris yaitu pendekatan masalah dengan melakukan penelitian di

lapangan. Jenis penelitian ini merupakan salah satu cara yang dapat

ditempuh untuk mendapatkan kebenaran, yaitu dengan

membandingkan aturan yang ada dengan pelaksanaan atau kenyataan

dalam masyarakat (das sollen dan das sein).

1.7.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian Penelitian ini Penulis menggunakan penelitian Empiris

(penelitian dokrinal) dengan ciri-ciri sebagai berikut :

• Beranjak dari adanya kesenjangan dalam norma/asas hukum;

• Tidak menggunakan hipotesis;

• Menggunakan landasan teoritis; dan

• Menggunakan bahan hukum yang terdiri atas bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.


Penelitian hukum normatif menurut Kelsen adalah penelitian terhadap

norma hukum yang normanya sebagai keharusan (sollen). Wyasa Putra Ida

Bagus, 2015( h. 151) Menurut pendapat Rony Hanitijo Sumitro Penelitian

menyebutkan, bahwa Hukum Normatif merupakan penelitian kepustakaan

yaitu penelitian terhadap data sekunder, yang dipandang dari sudut kekuatan

mengikatnya, data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tersierRony Hanitijo Soemitro, 1998, , (hal.. 11-

12) Dalam penelitian hukum normatif ini ”lazimnya hukum diartikan

sebagai kaidah atau norma”, yang menurut Soerjono Soekanto menyebutkan

bahwa kaidah atau norma mempakan patokan atau pedoman perilaku

manusia yang pantas. Soerjono Soekanto, 1986, (hal.43.) Dalam hal ini yang

perlu diperhatikan pula bahwa; dalam penelitian hukum, adanya kerangka

konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis menjadi syarat yang sangat

penting Soerjono Soekanto dan Sri Pamudji , 1994, (hal.8.) sehingga akan

mengarah kepada permasalahan. Dalam penelitian ini beranjak dari

kesenjangan dan kekaburan norma atau tidak jelas (Vague normen) yang

dapat ditemukan dalam Pergub Hibah dan Bansos ketika ditinjau dari

persepektif Pasal 298 ayat (5) UU Pemda.

1.7.2. Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini dipergunakan tiga jenis pendekatan yaitu:

a. Pendekatan Perundang-Undangan

Yaitu Peraturan Gubernur Bali Nomor 29 Tahun 2016 tentang Pedoman

27
28

Pembenrian Hibah dan Bantuan Sosial, Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

b. Pendekatan analisa konsep hukum.

Dalam pendekatan konsep hukum ini akan dilihat kesenjangan yang

terjadi dalam peraturan perundang-undangan yang diteliti yang

kemudian dikaitkan dengan teoriteori hukum yang digunakan dalam

penelitian ini.

c. Pendekatan kasus.

Pendekatan kasus dalam hal ini di teliti mengenai bagaimana

implementasi dari Peraturan yang ditetapkan, apakah sudah sesuai atau

mengalami permasalahan yang dikarenakan oleh adanya kesenjangan

norma tersebut.

1.7.3. Data dan Sumber Data

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang dapat berupa rancangan

peraturan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku hukum, jurnal

ilmiah, surat kabar (koran) dan internet yang tulisannya dibuat oleh scholar
atau jurist yang mempunyai kualifikasi tinggi. Peter Mahmud Marzuki,

2010, (h. 156.)

Menurut Sunaryati Hartono, menyebutkan tentang bahan-bahan hukum

dalam penelitian normatif, yang membedakan bahan hukum menjadi bahan

hukum primer (primery sources or authorities) dan bahan hukum sekunder

(secondairy sources or authorities). Sunaryati Hartono, 1994,( hal..134)

Dalam penelitian normatif ini, bahan-bahan hukum yang akan

dipergunakan terdiri dan bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan

hukum sekunder

Bahan Hukum Primer (primary resource atau authoritative record) terdiri

dari:

1. Undang-Undang Dasar 1945 dengan perubahan yang terakhir.

2. Undang Undang 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

4. PeraturanPerundang-undangan.

Peraturan Gubernur Bali yang berkaitan dengan penyelenggaraan

pemberian hibah dan Bantuan Sosial di Procinsi Bali..

Peraturan-Peraturan Kebijakan yang berkaitan dengan

pemberian Hibah dan

Bantuan Sosial.

Bahan-Bahan Hukum Sekunder (secondary resource atau not

authoritative), terdiri dan :

29
30

Buku-buku (Text book) yang berkaitan dengan, Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah, Hukum Publik dan Hukum Administrasi Negara

danPerundangaUndangan.

Jurnal-Jurnal hukum, khususnya dalam bidang Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah dan Keuangan Daerah.

Karya tulis Hukum atau pandangan ahli hukum yang berbentuk Disertasi,

Hasil Penelitian , majalah dan Makalah

Bahan-Bahan Hukum bidang Hukum Pemerintahan, Administrasi Negara

dan

Keuangan Negara yang diproleh di internet.

Bahan hukum tertier (tertiary resource), Bahan hukum tersier menurut

Peter Mahmud Marzuki merupakan bahan non hukum yang digunakan untuk

menjelaskan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder,

seperti kamus, ensiklopedia, dan lainlain. Peter Mahmud Marzuki , Op.Cit,

( h. 163.)

Menurut Sunaryati Hanono, menyebutkan tentang bahan-bahan hukum

dalam penelitian normatif yang membedakan bahan hukum menjadi bahan

hukum primer (primery sources or authorities) dan bahan hukum sekunder

(secondairy sources or authorities). Sunaryati Hartono, 1994, ,( hal..134)

Dalam penelitian normatif ini, bahan-bahan hukum yang akan

dipergunakan terdiri dari bahan~bahan hukum primer dan bahan-bahan

hukum sekunder. Tehnik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini

adalah mempergunakan teknik gabungan antara teknik bola salju (snow


balling/snow ball methode), dengan sistem kartu (card system), untuk

memproleh semua peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

permasalahan yang dikaji.

Langkah pertama dilakukan inventarisasi dengan mengkoleksi dan

pengorganisasian bahan-bahan hukum ke dalam suatu sistem informasi

sehingga memudahkan kembali melakukan penelusuran bahan-bahan hukum

tersebut.

Bahan hukum dikumpulkan dengan Studi dokumen, yakni dengan

melakukan pencatatan terhadap sumber bahan hukum primer dan sekunder.

Bahan hukum tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi, inventarisasi,

dengan cara pencatatan atau pengutipan, ikhtisar, dan kartu ulasan. Masing-

masing akan diberi identitas: sumber bahan yang dikutip, topik yang dikutip

dan halaman dari sumber kutipan, selanjutnya diklasifikasikan menurut

sistematika rencana tesis, sehingga ada kartu untuk bahan Bab I, II dan

seterusnya kecuali bagian-bagian penutup. Kemudian dilakukan kualifikasi

bahan hukum. Sunaryati Hartono, 1994,( hal..150)

1.7.5. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah melakukan klasifikasi bahan-bahan hukum, baik bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, maka teknik analisis bahan-bahan

hukum dengan mempergunakan:

a. Tehnik Deskripsi, adalah teknik dasar analisa yang tidak dapat

dihindari penggunaannya. Deskripsi berarti uraian apa adanya terhadap

31
32

suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non

hukum

b. Tehnik Interpretasi berupa penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam

Ilmu Hukum seperti penafsiran gramatikal, historis, sistematis,

teleologis, kontektual dan lainlain.

c. Teknik konstruksi berupa pembentukan konstruksi yuridis dengan

melakukan analogi dan pembalikan proposisi (acontrario).

d. Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju

atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti

terhadap suatu pandangan, proposisi, peryataan rumusan nora,

keputusan, baik yang tertera dalam bahan primer maupun dalam bahan

sekunder.

e. Teknik argumentasi tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena

penilaian hars didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran

hukum. Dalam pembahasan permasalahan hukum makin banyak

argumen makin menunjukkan kedalaman penalaran hukum.

f. Teknik sistematisasi adalah berupa upaya mancari kaitan rumusan

suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan

perundangan-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak

sederajat.

Dalam tesis ini teknik analisa bahan hukum, sesuai dengan kedua

permasalahan dititik beratkan pada pada interpretasi dan kontruksi hukum,


karena demokrasi mengandung norma kabur (vague normen) serta

ketidakjelasan dalam makna demokrasi dan diperlukan pembentukan

konstruksi yuridis dengan melakukan analogi. Sedangkan sistematika dan

evaluasi pada kaidah/norma peraturan perundangan-undangan mengenai

Pemerintahan Daerah, Keuangan Daerah dan perjenjangan Perundang-

Undangan.

Jika ada atau terdapat pertentangan atau konflik di dalam aturan-aturan

hukum, dilakukan interpretasi terhadap aturan hukum tersebut, karena

metode ini merupakan sarana atau alat untuk mengetahui makna Undang-

Undang”. Sudikno Mertokusumo, 1993, (, hal..l3.)

Sehingga pada akhirnya dapat diketahui jalan keluar dalam

menyelesaikan adanya konflik Norma dalam peraturan Perundang-undangan

yang ada. Untuk dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat

33
34

DAFTAR PUSTAKA
.
Andi Mattalatta, 2009, Politik Hukum Perundang-Undangan, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 6 No. 4-Desember, Jakarta; Direktorat Jendral Peraturan
Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM RI.
I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi: Problematika Konstitusi
Indonesia Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang, hal.162.
Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta.
Joeniarto,1968, Negara Hukum, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada,
Yogyakarta.
K.C. Wheare, 1975, Modern Constitutions, London Oxpord University Press.
Kuntjoro Purbopranoto, 1978, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan
Peradilan Administrasi Negara, Cetakan Kedua, Alumni, Bandung.
Lawrence M Friedman, 1975, The Legal Sistem, A Social Science Perspective,
Rusell Sage Foundation, New York.
Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System; A Social Science Perspective,
New York; Russel Sage Foundation.
Lawrence M. Friedman, 2013, Sistem Hukum: Persepektif Ilmu Sosial,
diterjemahkan oleh: M. Khozim, Nusa Media.
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Cet-ke.6, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Philipus M. Hadjon, 1985, Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Tindak
Pemerintahan (Bestuurshandeling), Djumali, Surabaya.
Philipus M. Hadjon, 1994, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam
mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Pidato Penerimaan jabatan Guru
Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga,
Surabaya.
Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia,
Jakarta .
Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis , 2008,Program Studi
Magister Ilmu Hukum, Denpasar.
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 113. Ridwan, HR., 2003, Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta, UII Pres.
Rony Hanitijo Soemitro, 1998, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Ghalia Indonsia.
SF. Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Pamudji , 1994, Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta.
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia
Press,Jakarta.
Soerjono Soekanto, 2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudikno Mertokusumo, 1993, Bab- Bab Tentang Penemuan Hukum , PT .Citra
Aditya Bakti,Bandung.
Sudjito Bin Atmoredjo, Negara Hukum Dalam Perspektif Pancasila, dalam
KongrePancasila kerjasama dengan Mahkamah Konstitusi RI dan Gadjah
Mada, Balai Senat UGM, Yogyakarta.
Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke -20,
Alumni Bandung.
Wyasa Putra Ida Bagus, 2015, Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu Hukum, Udayana
University Press, Denpasar.

35

Anda mungkin juga menyukai