I WAYAN PUTRAYASA
NIM: 1914101054
OLEH:
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR
PENGESAHAN
Anggota Penguji
Mengetahui,
Ketua Jurusan Dharma Sastra
Putu Subawa,S.Pd.,M.Pd.H.
NIP. 197007052007101002
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Peranan Kertha
Kabupaten Tabanan” beserta isinya adalah benar-benar kerya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan dan mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian
I Wayan Putrayasa
NIM. 1914101054
iv
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha-Nya penulis dapat menyusun dan
Kabupaten Tabanan” dalam waktu yang telah ditentukan. Proposal ini penulis
susun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar sarjana (S1)
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Dr. I Gede Suwindia, S.Ag., M.A selaku Ketua STAHN Mpu Kuturan
proposal ini.
3. Putu Ary Prasetya Ningrum, S.H.,M.H selaku Ketua Prodi Hukum Hindu
v
4. Bapak Putu Subawa,S.Pd.,M.Pd.H selaku Pembimbing I yang telah
ini
proposal ini.
proposal ini.
proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari sempurna
baik dari penulisan, materi, maupun isinya. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para
kritik serta saran-saran dari Bapak, Ibu, saudara sekalian yang bertujuan untuk
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
vii
BAB I
PENDAHULUAN
perubahan adalah bagian dari pada kehidupan. Demikian juga yang kita rasakan
sekarang ini di Bali, telah banyak perubahan yang terjadi. Semua perubahan itu
terjadi tidak terlepas dari posisi Bali sebagai pulau Wisata, yang dikunjungi oleh
Bali dari sisi ekonomi, dimana asset pariwisata dapat dijadikan dan merupakan
juga badan usaha swasta. Seperti halnya sekarang ini orang yang datang ke Bali
tidak hanya untuk berwisata namun mereka membuka usaha yang beraneka ragam
tentang perubahan yang terjadi di Bali dalam hal Krama (warga) desanya, yang
tidak lagi dihuni oleh Krama (warga) asli Bali yang bersifat homogen namun
sudah berubah menjadi suatu masyarakat yang heterogen. Dimana Krama yang
tinggal dan menetap di Bali sudah terdiri dari bermacam suku, ras, agama, bahkan
berasal dari berbagai negara yang berbeda. Keadaan yang seperti itu tentunya
akan memberikan beragam unsur dan corak yang berbeda di Bali, yang berakibat
hidup yang berbeda. Juga terjadinya silang budaya yang harus dicermati dan
8
9
sebagai pulau wisata yang dapat berakibat langsung maupun tidak langsung
terhadap keamanan dan stabilitas nasional, serta dapat meruntuhkan persatuan dan
tersebut di atas penerapan sanksi awig-awig desa adat di Bali sangatlah diperlukan
karena awig-awig desa adat merupakan benteng pertahanan paling kuat di Bali.
Oleh karena bagaimanapun perubahan yang terjadi di Bali adalah terjadi juga di
wilayah desa adat lain, dimana di dalam wilayah desa adat sekarang ini sudah
terjadi beraneka ragam bentuk perubahan yang salah satunya adalah di bidang
pawongan (masyarakat), yang tidak hanya dihuni oleh Krama asli namun sudah
dihuni pula oleh Krama pendatang yang berasal dari suku, ras, agama yang
berbeda.
hidup dan berkembang sebelumnya yang dimiliki oleh krama desa adat.
dapat merugikan desa adat itu sendiri dan dapat pula meruntuhkan kesatuan dan
persatuan yang telah ada dan hidup dalam desa adat. Keadaan tersebut tidak hanya
dialami oleh desa adat tertentu saja, namun dialami juga oleh sebagaian besar desa
adat di Bali. Salah satunya adalah Desa Adat Mekarsari, yang pernah mengalami
10
sebagai subyek pembangunan. Oleh karena itu, UU Desa berkaitan dengan cara
perlengkapan dari pemerintah daerah. Desa adat, dalam teori, merupakan warisan
dari pemerintahan kolektif lokal. Organisasi ini telah diwariskan dari generasi ke
generasi dan terus dihormati dan dikejar oleh sesepuh dan masyarakat desa adat
agar dapat berperan dalam memajukan kesejahteraan dan identitas sosial budaya
Sumatera Utara, marga di Sumatera bagian selatan, tiuh atau pekon di Lampung,
11
di-
12
Toraja dan negeri di Maluku. Provinsi Bali mengenal dua definisi desa. Pertama-
tama, menurut batas yang tersirat dan tersurat dalam hukum pedesaan, itu adalah
"desa" dalam arti hukum nasional. Dalam konteks ini, desa menjalankan berbagai
fungsi pemerintahan atau utilitas, sehingga disebut "Dinas Desa" atau "Desa
Administratif". Dalam pengertian kedua, desa, yaitu desa adat atau desa
pakraman, mengacu pada masyarakat adat yang terfokus pada ikatan adat dan
terkait dengan kehidupan tiga pura besar (Kahyangan Tiga). Ada persyaratan yang
berbeda untuk membentuk basis desa adat dan formal, sehingga luas dan jumlah
desa formal pendukung terkadang berbeda dengan desa adat, karena di Bali, desa
saat itu, Undang-Undang Desa Nomor 5 Tahun 1979 tidak secara umum
mengakui keberadaan desa adat, yang pada saat itu Pemerintah Bali mengeluarkan
6 Tahun 1986 tentang Desa Adat Bali diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi
Bali Nomor 3 Tahun 2001, dan yang terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 2003. Revisi, Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001
terakhir ditetapkan fungsi, peran dan peran desa sebagai kesatuan masyarakat adat
masyarakat Bali. Menurut Astara dalam Satrya dkk (2017), Desa Dinas dan Desa
Harmoni antara Guancun dan Pakramancun menghasilkan "satu tubuh dan dua
kepala". Menurut Pitana (2017) oleh Satrya dkk., Keharmonisan hubungan Dinas
13
Desa dan Desa Pakraman disebabkan adanya kemungkinan, antara lain: (1) Luas
dan jumlah penduduk desa formal dibandingkan dengan Desa Pakraman. Luas dan
populasi yang sama, (2) Satu desa dinas dari beberapa desa pakraman, (3) satu
desa pakraman teridri dari beberapa desa dinas, (4) satu desa dinas dari beberapa
Desa adat merupakan salah satu lembaga organisasi sosial yang bersifat
tradisional di Bali. Desa pakraman memiliki beberapa hak otonomi, salah satunya
adalah otonomi dalam sosial ekonomi yang merupakan kekuasaan untuk mengatur
Menurut ilmu hukum adat, desa merupakan masyarakat hukum adat yang teratur,
bersifat tetap, mempunyai kekuasaan sendiri, serta kekayaan sendiri berupa benda
yang kelihatan dan tidak kelihatan mata (Ter Haar, 1960: 16). Dalam Peraturan
Daerah Provinsi Bali No. 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi, dan Peranan
Desa Adat dirumuskan bahwa: Desa Adat sebagai Desa Dresta adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu
kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat Umat Hindu secara
turun temurun dalam ikatan Khayangan Tiga (Khayangan Desa) yang mempunyai
wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah
tangganya sendiri. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 06 tahun 1986 kemudian
diganti dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 tahun 2003 tentang Desa
Pakraman, yang mengganti istilah Desa Adat dengan Desa Pakraman, namum
Penyusunan awig-awig desa bersumber dari falsafah Tri Hita Karana, yaitu
mengatur keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sebagai lembaga peradilan di desa, maka dari itu peneliti tertarik mengangkat
Ruang lingkup masalah dalam penulisan ini terbatas pada peranan kertha
Kabupaten Tabanan
15
Setiap penelitian dilakukan oleh peneliti sudah tentu ada tujuan yang
hendak dicapai, karena melalui tujuan yang jelas akan mendapatkan hasil,
petunjuk yang ingin dicapai titik adapun tujuan dalam penelitian ada dua yaitu
tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus sebagai berikut:
secara tertulis
Buleleng .
Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dasar berpijak bagi
diteliti, titik dasar-dasar teori yang digunakan sudah tentu ada kaitannya
dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dimaksud agar dalam penelitian
1. Teori Kewenangan
Negara. Wewenang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai hak
17
Nasional,
18
dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif
dan dengan begitu dapat menciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan
H.R. adalah “Kewenangan yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang, adalah
sesuatu bidang pemerintahan atau bidang urusan tertentu yang bulat, seperti
urusan-urusan pemerintahan”.
Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kewenangan yang tidak terbatas, yaitu
sebagai bagian dari upaya mewujudkan keadilan. Bentuk nyata dari kepastian
setiap orang dapat memperkirakan apa yang akan dialami jika melakukan
yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis.
Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi
undangan.
bahwa di dalam “common law system” yang didominasi oleh hukum tak
berlakunya asas “stare decisis” atau “the binding force of precedent”, yaitu
kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan , bahwa yang berhak
yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga aturan tersebut memiliki
aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hu kum berfungsi
sebagai suatu peraturan yang harus ditaati. Kaitannya den gan itu, Peter
individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan
karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat
mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
terhadap individu.
23
putusan yang satu dengan putusan hakim yang lainnya untuk kasus serupa
Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tidak diatur oleh
hukum, artinya dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi kare na
adanya peraturan itu harus dipulihkan seperti sedia kala (Budiartha, 2016:7).
3. Konsep Peran
Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata
peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia pengertian peran adalah bagian dari tugas utama yang harus
peranan’(Soekanto,
2002:243).
“peran dapat diartikan sebagai orientasi dan konsep dari bagian yang
dimainkan oleh suatu pihak dalam oposisi sosial. Dengan peran
tersebut, sang pelaku baik itu individu maupun organisasi akan
berperilaku sesuai harapan orang atau lingkungannya. Peran juga
24
tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga
dapat mempengaruhi bagaimana suatu peran tersebut harus dijalankan. Peran yang
1. Peran Aktif
Peran aktif merupakan peran yang diberikan oleh anggota kelompok oleh
2. Peran Partisipatif
3. Peran
Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa peran adalah suatu
sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
Hasil Penelitian
Guna memperoleh data hasil penelitian yang valid, maka dalam perolehan
metode sangat perlu dipergunakan dalam penelitian secara sistematis agar relevan,
dengan melihat dari segi-segi hukum yang sesuai dengan peraturan perundang-
satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebenaran, yaitu dengan
penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode yuridis empi ris.
diteliti adalah Pemerintaha Desa di Bali baik desa dinas maupun desa adat.
Wawancara
28
(Library Research). Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
yakni perilaku warga masyarakat, melalui penelitian. Data sekunder, antara lain,
pengumpulan data yang digunakan adalah melalui studi dokumentasi atau melalui
Dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis alat pengumpul data, yaitu studi
dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan wawancara atau
interview. Studi Dokumentasi diberi pengertian sebagai langkah awal dari setiap
merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis
yang nyata;
a. Kwalitas pewawancara;
melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-
teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini disebut
kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang telah.
Adapun Analisis data dalam penelitian hukum memiliki sifat Deskriptif Sifat analisis
memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana
adalah suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif
analisis, yaitu data yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan serta juga
tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
31
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Marling dan Rina maryana .Hukum konservasi lingkungan sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, penerbit mitra wacana media,Jakarta ,2015,
Hlm, 152.
Azmi Fendri,Pengaturan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam
pemanfaatan sumberdaya mineral dan batu bara,PTRaja grafindo,
Jakarta,2016,Hlm 173
Andi Mattalatta, 2009, Politik Hukum Perundang-Undangan, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 6 No. 4-Desember, Jakarta; Direktorat Jendral Peraturan
Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM RI, h. 574
CST Kansildan Christine, Hukum tata Negara republic
Indonesia,Jakarta,2008,Hlm 18
Djoko Imbawani Atmadjaja,Hukum Dagang Indonesia,Setara pres,Malang,Hlm
224. 25
Encik Muhammad Fauzan, Hukum Tata Negara Indonesia,Setara press,
Malang,2017, Hlm .136.
Governance, CetakanKedua, PT RefikaAditama, Bandung, h. 55.
Hanif nurcholis Teori dan praktik pemerintahan dan otonom daerah, Penerbit
Grasindo, Jakarta,2005, hlm 66.
Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System; A Social Science Perspective,
New York; Russel Sage Foundation, h. 10.
M. Achmad Santosa, “Penegakaan Hukum Lingkungan : Kajian Praktek dan
Gagasan Pembaruan” Jurnal Hukum lingkungan, ICEL, Jakarta, hlm. 75.
32