Anda di halaman 1dari 32

USULAN PENELITIAN

EFEKTIFITAS PERATURAN DAERAH TENTANG


USAHA BIRO PERJALANAN WISATA DI PROBINSI
BALI
STUDI KASUS : PENEGAKAN PERDA DI
KABUPATEN TABANAN

I GEDE ADI YOGA NARIANA


1914101064

PROGRAM STUDI HUKUM HINDU


JURUSAN DHARMA SASTRA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN
SINGARAJA
2023

1
USULAN PENELITIAN

EFEKTIFITAS PERATURAN DAERAH TENTANG USAHA BIRO


PERJALANAN WISATA DI PROBINSI BALI
STUDI KASUS : PENEGAKAN PERDA DI KABUPATEN TABANAN

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI UNTUK DIUJI


OLEH:

Pembimbing I: Pembimbing II

Gede Yoga Satrya Wibawa,S.H., M.H. Putu Ersa Rahayu Dewi, M.Pd.
NIP.198807012019031010 NIP. 19940402219208

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIFITAS PERATURAN DAERAH TENTANG USAHA BIRO


PERJALANAN WISATA DI PROBINSI BALI
STUDI KASUS : PENEGAKAN PERDA DI KABUPATEN TABANAN

USULAN PENELITIAN INI TELAH DIUJI DAN DISETUJUI


PADA TANGGAL 09 FEBRUARI 2023

Ketua, Sekretaris,

Gede Yoga Satrya Wibawa,S.H., M.H. Putu Ersa Rahayu Dewi, M.Pd.
NIP.198807012019031010 NIP. 19940402219208

Anggota,
Penguji I,

I Nyoman Adi Susila, S.H., M.H.


NIP. 198807012019031010

Mengetahui
Ketua Jurusan Dharma Sastra

Putu Subawa,S.Pd.,M.Pd.H.
NIP.197007052007101002

iii
KATA PENGANTAR

Om, Swastyastu

Angayubagia penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha-Nya penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan proposal yang berjudul: “Efektifitas Peraturan Daerah Tentang

Usaha Biro Perjalanan Wisata Di Probinsi Bali, Studi Kasus : Penegakan

Perda Di Kabupaten Tabanan” dalam waktu yang telah ditentukan. Proposal ini

penulis susun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar sarjana

(S1) dilingkungan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja.

Dengan telah berhasilnya menyusun proposal ini, maka sudah sewajarnya

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang

terhormat :

1. Dr. I Gede Suwindia, S.Ag., M.A selaku Ketua STAHN Mpu Kuturan

Singaraja, yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan

proposal ini.

2. Bapak Putu Subawa,S.Pd.,M.Pd.H selaku Ketua Jurusan Dharma Sastra,

STAHN Mpu Kuturan Singaraja, telah banyak memberikan arahan yang

sangat membantu dalam penyusunan proposal ini.

3. Putu Ary Prasetya Ningrum, S.H.,M.H. selaku Ketua Prodi Hukum

Hindu STAHN Mpu Kuturan Sigaraja yang membantu selalu memberi

petunjuk dan arahan positif sehingga sangat membantu dalam

penyusunan Proposal.

iv
4. Bapak Gede Yoga Satrya Wibawa, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang

telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Bapak Putu Ersa Rahayu Dewi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan

proposal ini.

6. Para Informan yang banyak memberikan informasi dalam menyelesaikan

proposal ini.

7. Teman-teman yang banyak memberikan bantuan dalam penyusunan

proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari

sempurna baik dari penulisan, materi, maupun isinya. Hal ini disebabkan

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh

karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan

dari para pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis sangat

mengaharapkan kritik serta saran-saran dari Bapak, Ibu, saudara sekalian

yang bertujuan untuk memperbaiki proposal ini. Semoga proposal ini ada

manfaatnya.

Om Santi, Santih, Santih, Om.


Singaraja, 10 Februari 2023

Peneliti

v
DAFTAR ISI
USULAN PENELITIAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................11
1.3 Ruang Lingkup Masalah.....................................................................................12
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................................12
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................................13
1.6. Landasan Teoritis................................................................................................13
1.6.1. Teori Kewenangan.......................................................................................13
1.6.2. Teori Desentralisasi......................................................................................15
16.3 Teori efektivitas hukum.................................................................................18
1.7. Metode Penelitian................................................................................................21
1.7.1. Jenis Penelitian.......................................................................................21
1.7.3 Data dan Sumber Data..................................................................................22
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................23
1.7.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data.........................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan sektor yang sangat penting dalam pendapatan

perekonomian Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya. Sektor

pariwisata merupakan salah satu dari tiga penghasil devisa utama bagi negara.

Masyarakat Bali sebagian besar mengandalkan pariwisata sebagai mata

pencaharian mereka. Bali merupakan tujuan wisata baik bagi wisatawan

domestik maupun mancanegara. Berdasarkan data jumlah kunjungan wisman ke

Bali yang tercatat di Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dari tahun 2015 sampai

dengan tahun 2019 yaitu tahun 2016 sebanyak 4.927,97 orang, tahun 2017

sebanyak 5.697.793 orang, tahun 2018 sebanyak 6.070,47 orang, tahun 2019

sebanyak 6.275.210 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman

ke Indonesia dari tahun 2016 hingga 2019 pertumbuhan kunjungan wisman ke

Bali tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman ke

seluruh Indonesia. Tahun 2016 sebanyak 11.519.275 orang,tahun 2017 sebanyak

14.039.799 orang, tahun 2018 sebanyak 15.806.191 orang, dan tahun 2019

sebanyak 16.106.954 orang. Berdasarkan data di atas, Bali merupakan

penyumbang lebih dari sepertiga jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

Indonesia setiap tahunnya. Hal ini tidak hanya berdampak pada perekonomian

Indonesia, tetapi juga perekonomian Bali khususnya. Wisatawan yang datang

berkunjung ke Bali tidak hanya murni untuk berlibur, ada juga yang bekerja,

7
belajar, perjalanan bisnis sambil berlibur tentunya. Biasanya wisatawan

mempercayakan perjalanannya kepada travel agent yang ada di Bali.

Kita sering mendengar istilah biro perjalanan. Agen perjalanan adalah solusi

liburan yang praktis. Berlibur atau traveling merupakan salah satu kegiatan

favorit untuk menghabiskan waktu luang di hari libur. Banyak orang melakukan

perjalanan, mengunjungi berbagai destinasi wisata baik dalam kota, luar kota

bahkan luar negeri untuk melepas penat dari rutinitas sehari-hari.Perkembangan

zaman yang semakin maju, sektor pariwisata juga berkembang. Sehingga muncul

berbagai peluang bisnis baru yang salah satunya adalah biro perjalanan. Agen

perjalanan menawarkan berbagai produk dan paket wisata ke berbagai tujuan

kepada publik atas nama perusahaan pemasok. Keberadaan biro perjalanan ini

penting bagi industri pariwisata.Biro perjalanan dapat membantu para wisatawan

untuk membuat rencana liburan. Mereka juga akan memastikan supaya

perjalanan tersebut menjadi kenangan yang tidak terlupakan bagi klien mereka.

Biro perjalanan merupakan kegiatan ekonomi yang berupa pemberian jasa dalam

rangka perjalanan seperti pembelian tiket, pengurusan paspor atau visa,

penginapan dan acara darma wisata / travel. Biro perjalanan sebagai suatu

kegiatan usaha niaga yang menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada

seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan

utama berwisata. Berikut ini adalahruang lingkup biro perjalanan yaitu membuat,

menyelenggarakan dan menjual paket wisata perjalanan. Mengurus transportasi

bagi perorangan atau rombongan yang akan mengikuti wisata. Melakukan

pemesanan akomidasi, restoran hingga tempat wisata di berbagai tempat. Dengan

8
mengurus dokumen perjalanan seperti paspor dan visa, Membuat travel guide,

Melayani konvensi. Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya tentang keuntungan

dan keuntungan menggunakan biro perjalanan untuk mengatur atau merencanakan

liburan mereka. Ada yang beranggapan bahwa dengan menggunakan biro

perjalanan akan menjadi kurang leluasa dan berbagai masalah lainnya. Oleh

karena itu, tidak sedikit orang yang memilih untuk mengatur perjalanannya secara

mandiri. Namun, menggunakan biro perjalanan juga akan memberikan berbagai

keuntungan. Berikut adalah beberapa manfaat dari biro perjalanan,yaitu:

1. Perjalanan adalah keahlian mereka. Menggunakan jasa biro

perjalanan berarti kita mendapatkan bantuan dari para ahli di bidang

ini. Mereka dilatih untuk tahu. Memahami dan beradaptasi dengan

semua bentuk perjalanan yang berbeda. Mereka akan meneliti

berbagai informasi tentang rencana perjalanan klien dan

menyampaikan detail penting termasuk saran perjalanan, berita

terbaru, kondisi cuaca, dan dokumen yang diperlukan untuk tujuan

wisata.

2. Pengetahuan tentang destinasi wisata. Sebagai pakar industri, agen

perjalanan memiliki pengetahuan luas tentang tempat-tempat wisata

di seluruh dunia. Tak hanya itu, mereka juga terus mengupdate

informasi seputar destinasi wisata terbaru. Agen perjalanan juga

memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai informasi yang

dapat membantu menjawab berbagai pertanyaan atau permasalahan

wisatawan.

9
3. Kemudahan dan kenyamanan. Agen perjalanan menawarkan

kemudahan karena setiap aspek liburan atau perjalanan wisatawan

disatukan dalam satu rencana yang komprehensif.Ini termasuk

meneliti dan menyarankan tujuan, serta mengatur penerbangan,

akomodasi, transportasi bandara, dan wisata.

4. Hemat biaya perjalanan. Beberapa orang berpikir bahwa

menggunakan biro perjalanan akan menambah biaya yang

dibutuhkan. Namun, menggunakan jasa mereka justru bisa membantu

menghemat biaya perjalanan Anda, lho. Agen-agen ini memiliki

perjanjian eksklusif dengan vendor yang membantu menurunkan

biaya. Selain itu, travel agent ini juga memiliki informasi yang luas

mengenai promo-promo yang ada dan dapat memberikan saran kapan

waktu terbaik untuk melakukan pemesanan.

5. Relasi dan jaringan. Membangun relasi dan networking dengan travel

agent dapat membantu kita merencanakan liburan yang tak

terlupakan. Jika grameds memiliki hubungan baik dengan mereka,

Anda dapat meminta mereka merencanakan tur sesuai minat Anda.

Selain itu, Grameds juga dapat memanfaatkan hubungan dengan

travel agent dan jaringannya untuk menyediakan hal-hal seperti

pemilihan kamar hotel dan menu makanan.

6. Bantuan pribadi selama perjalanan. Agen perjalanan dapat

memberikan bantuan kepada klien mereka ketika mereka menghadapi

masalah dalam perjalanan mereka. Intinya mereka akan mengurus

10
segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan Anda. Misalnya

mengurus dokumen perjalanan agar tidak bingung, tidak perlu

membayar tiket transportasi dan tiket wisata karena sudah

terakumulasi dengan travel agent, perjalanan menjadi lebih aman, dan

mendapatkan informasi lebih banyak tentang travel jadi bahwa

perjalanan lebih baik.

7. Kurangi stres. Merencanakan dan mengatur liburan bisa melelahkan

dan membuat stres. Belum lagi masalah yang dihadapi selama

perjalanan. Menggunakan biro perjalanan dapat membantu kita

mengurangi stres. Mereka akan mengurus semua kebutuhan dan

masalah yang berkaitan dengan perjalanan kita. Kami hanya cukup

duduk manis dan menikmatinya tanpa stres tentang masalah ini.

8. Sebagai salah satu komponen penting dalam industri pariwisata, agen

perjalanan memiliki tugas yang cukup penting. Tugas tersebut antara

lain: Sebagai informasi perjalanan atau wisata. Setiap biro perjalanan

harus memberikan informasi perjalanan yang diperlukan kepada klien

atau wisatawan.Mereka harus memberikan informasi terkini, akurat

dan tepat waktu mengenai tujuan perjalanan, akomodasi, kunjungan

atau ekskursi, kegiatan belanja, imigrasi, paspor, visa, prosedur

kepabeanan, peraturan kesehatan dan keamanan serta berbagai

perizinan yang diperlukan untuk melakukan perjalanan ke daerah

tertentu. dan informasi lainnya. Penyusunan rencana perjalanan

Rencana perjalanan turis digunakan untuk mengidentifikasi asal,

11
tujuan, dan semua titik pemberhentian pada rencana perjalanan turis

atau non-turis. Rencana ini terdiri dari berbagai elemen dan dirancang

melalui studi pasar yang terperinci. Agen perjalanan menyiapkan

rencana perjalanan untuk paket wisata. Penjualan dan pemesanan

tiket pesawat/ akomodasi lainnya. Sebuah biro perjalanan menjual

berbagai produk wisata. Penjualan dan pemesanan tiket pesawat atau

akomodasi lainnya masih menjadi salah satu sumber pendapatan

utama mereka. Agen perjalanan melakukan fungsi penjualan dan

pemesanan tiket atas nama berbagai maskapai penerbangan.

Membuat paket wisata dan harga. Biro perjalanan telah menyiapkan

paket wisata dan akan menjualnya kepada wisatawan. Pembuatan dan

penetapan harga paket wisata sangat bergantung pada kemampuan

agen terkait seberapa efektif dia dapat bernegosiasi dengan pemasok.

9. Reservasi merupakan fungsi yang sangat penting dari semua

jenistravel agent. Sebuah biro perjalanan secara konsisten bekerja

sama dengan sektor akomodasi,sektor transportasi, dan organisasi

hiburan lainnya untuk memesan kamar dan tempat duduk pada

program budaya dan transportasi. Asuransi perjalanan Beberapa biro

perjalanan skala besar melakukan fungsi tambahan dalam melayani

klien mereka. Asuransi perjalanan melindungi pelancong dari orang

tersebut dan kehilangan bagasi karena berbagai insiden terkait

perjalanan dan berbagai masalah lainnya. Layanan penukaran mata

uang Beberapa agen perjalanan memiliki lisensi dari pemerintah

12
untuk menyediakan layanan penukaran uang bagi wisatawan dan

wisatawan. Menyelenggarakan konferensi atau konvensi Agen

perjalanan skala besar juga menawarkan paket konvensi atau

konferensi lengkap yang mencakup pendaftaran peserta, penjemputan

peserta, penyediaan proyektor overhead, proyektor slide, TV, VCR,

stan informasi, tur, dan sebagainya.

10. Saking menjanjikannya bisnis travel, tidak jarang ditemukan agen

travel yang didirikan tanpa izin. Banyak Biro Perjalanan Wisata

(BPW) yang tidak memiliki izin beroperasi secara online di Provinsi

Bali menerima pengaduan dari Biro Perjalanan Wisata dan Agen

Perjalanan Resmi yang telah memiliki izin Usaha Jasa Perjalanan

Wisata. Biro Perjalanan Dinas di Bali sangat dirugikan dengan

adanya Biro Perjalanan Wisata yang tidak memiliki izin Usaha Jasa

Perjalanan Wisata yang beroperasi secara online. Biro Perjalanan

Wisata tanpa izin ini dengan mudah menarik para tamu dengan hanya

menggunakan perantara internet (website) tanpa pegawai dan alamat

kantor yang jelas serta memberikan harga yang jauh lebih murah dari

harga yang ditetapkan oleh Biro Perjalanan Dinas resmi.

11. Selain merugikan biro perjalanan dinas yang telah memiliki izin

usaha, biro perjalanan dinas yang tidak berizin juga merugikan

pemerintah, dimana biro perjalanan dinas tidak membayar pajak

sehingga tidak memberikan kontribusi atau pendapatan bagi

pemerintah daerah. Konsumen atau wisatawan tentunya juga dapat

13
dirugikan oleh agen perjalanan yang tidak memiliki izin usaha,

misalnya yang mengarah pada praktik penipuan atau tidak adanya

tanggung jawab keselamatan bagi wisatawan yang melakukan wisata

berbahaya seperti arung jeram. Penertiban biro perjalanan wisata

yang tidak memiliki izin ini harus dilakukan sebagai upaya

peningkatan pelayanan dan keamanan pariwisata di Provinsi Bali.

Namun hingga saat ini penanggulangan terhadap biro travel online

masih kurang, harus ada pengawasan dan penegakan hukum serta

sanksi yang tegas terhadap biro travel online yang tidak memiliki izin

usaha. Penertiban juga bertujuan untuk melihat kebutuhan Bali

terhadap travel agent, mengingat saat ini jumlah tour operator di Bali

sudah melebihi kebutuhan, apalagi sebagian besar travel agent telah

beroperasi di Kabupaten Badung dan Denpasar, bahkan di dua

kabupaten tersebut. Klungkung dan Karangasem. Biro perjalanan

12. Komando Gubernur Bali tidak tinggal diam terhadap masalah travel

agent yang sangat merugikan pemerintah dan wisatawan, sehingga

pada tahun 2012 pemerintah provinsi Bali mengeluarkan Peraturan

Daerah (Perda) provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bali.

Wisata Budaya. Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, maka peraturan daerah harus dibuat dengan

baik sesuai dengan asas pembentukan peraturan perundang-undangan

yang baik. Berdasarkan Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, prinsip pembentukan

14
peraturan perundang-undangan yang baik antara lain kejelasan tujuan;

lembaga atau pejabat pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis,

hierarki, dan material muatan; dapat dilaksanakan; kegunaan dan

efektivitas; kejelasan formulasi; dan keterbukaan. Tentang dasar

pertimbangan pencantuman kearifan lokal dalam peraturan daerah,

bahwa: a. Secara filosofis penataan kepariwisataan harus sesuai

dengan nilai-nilai Pancasila yang diasosiasikan dengan isi Pasal 18b

Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang salah satunya adalah nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat, pada dasarnya juga disebut budaya masyarakat. Hal ini

sejalan dengan pernyataan “tidak ada masyarakat yang tidak memiliki

budaya dan sebaliknya”. Begitu juga di Bali dimana budaya yang

dimaksud dalam wisata budaya Bali adalah budaya yang dijiwai oleh

ajaran agama Hindu dan mengandung unsur kearifan lokal, dalam hal

ini filosofi Tri Hita Karana menjadi potensi utamanya. b. Secara

yuridis, mengacu pada Pasal 236 Ayat(4) UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa suatu Perda dapat

memuat materi muatan lokal, dalam hal ini juga kearifan lokal di

dalamnya. Kemudian juga disebutkan dalam Pasal 5 UU No. 10

Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan bahwa kepariwisataan

diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi kearifan lokal. c.

Secara sosiologis, terdapat konsep-konsep kearifan lokal diBali yang

perlu dikaitkan dengan penataan pariwisata Bali Bali sebagai

15
pedoman. Misalnya, konsep Tri Hita Karana dijadikan landasan

aktualisasi. pariwisata di Bali. Penerapan Tri Hita Karana sendiri

dalam kehidupan umat Hindu diwujudkan melalui: 1) Hubungan

manusia dengan Tuhannya (Parhyangan) yang dimanifestasikan oleh

Tuhan Yadnya. 2) Hubungan antara manusia dengan sesamanya

(Pawongan) yang diwujudkan dengan Pitra, Penerimaan dan Yadnya

Manusia. 3) Hubungan manusia dengan lingkungan alam

(Palemahan) yang dimanifestasikan oleh Bhuta yadnya. Unsur

kearifan lokal memiliki dasar pertimbangan yang kuat untuk

dimasukkan ke dalam muatan peraturan daerah, dalam hal ini

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pariwisata Budaya. Dikatakan cukup kuat karena memiliki landasan

pemikiran, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. Beranjak

dari hal tersebut, dalam Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012

mengatur dalam materi muatannya beberapa hal mengenai kearifan

lokal, seperti peraturan tentang penyelenggaraan pariwisata, usaha

pariwisata, pengembangan destinasi pariwisata, pengembangan

produk dan daya tarik wisata yang harus dimiliki. karakteristik

budaya Bali

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaturan tentang biro perjalanan wisata di Provinsi Bali?

2. Bagaimanakah efektivitas peraturan daerah tentang kepariwisataan budaya

16
bali dalam menghadapi biro perjalanan wisata yang tidak berijin ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penulisan ini terbatas pada Efektivitas

Peraturan Daerah tentang Usaha Biro Perjalanan Wisata di Provinsi Bali

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Setiap penulisan karya ilmiah memiliki tujuan ataupun maksud tertentu,

adapun yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah:

1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara

tertulis

2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

3. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum.

4. Untuk mengetahui Ruang lingkup masalah dalam penulisan ini terbatas pada

efektivitas Peraturan Daerah tentang Usaha Biro Perjalanan Wisata di Provinsi

Bali

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah:

1. Untuk memahami pengaturan tentang biro perjalanan wisata di Provinsi Bali

17
2.Untuk menemukan efektivitas peraturan daerah tentang kepariwisataan budaya

bali dalam menghadapi biro perjalanan wisata yang tidak berijin

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Untuk dapat memperkaya pengembangan teori ilmu pengetahuan

guna menambah pustaka hukum yang berkaitan dengan hukum

pariwisata

2. Untuk memperoleh pemahaman dan gambar tentang perjalanan wisata

1.5.2. .Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan masukan kepada pemerintah tentang usaha biro

perjalanan wisata

2. Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi pemerintah Daerah tentang

Usaha Biro Perjalanan Wisata di Provinsi Bali

1.6. Landasan Teoritis

1.6.1. Teori Kewenangan

Wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda

“bevoegdheid"(yang berarti wewenang atau berkuasa).“Wewenang merupakan

bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan (Hukum

Administrasi), karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar

wewenang yang diperolehnya.Keabsahan tindakan pemerintahan diukur

18
berdasarkan wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.Perihal

kewenangan dapat dilihat dari Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi

kepada Badan Publik dan Lembaga Negara dalam menjalankan

fungsinya.Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-

undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum”.SF.

Marbun,1997,(hal.154)

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai

dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan disetiap negara

hukum. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan

harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.

Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang, yaitu suatu

kemampuan untuk melakukan suatu tindakan-tindakan hukum tertentu. Pengertian

kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sama dengan

wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang pengertian wewenang dalam

kaitannya dengan kewenangan sebagai berikut:

“Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaa


yang berasal dari Kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang-Undang)
atau dari Kekuasaan Eksekutif/Administratif.Kewenangan adalah
kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan
terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang
bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu
saja.Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang.Wewenang
adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik".
Prajudi Atmosudirdjo, 1981,(hal.29)

Indroharto mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh secara atribusi,

delegasi, dan mandat, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

19
“Wewenang yang diperoleh secara “atribusi”, yaitu pemberian
wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang
pemerintah yang baru".Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu
wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN yang telah
memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan
atau Jabatan TUN lainnya.Jadi, suatu delegasi selalu didahului oleh
adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak terjadi suatu
pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari Badan
atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain”. Indroharto,1993,(hal.90)
Menurut Stroink dan Steenbeek sebagaimana dikutip oleh Ridwan, engemukakan
pandangan yang berbeda,sebagai berikut:
“Bahwa hanya ada dua cara untuk memperoleh wewenang, yaitu
atribusi dan delegasi. Atribusi berkenaan dengan penyerahan wewenang
baru,sedangkan delegasi menyangkut pelimpahan wewenang yang telah
ada (oleh organ yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada
organ lain; jadi delegasi secara logis selalu didahului oleh atribusi).
Mengenai mandat, tidak dibicarakan mengenai penyerahan wewenang
atau pelimbahan wewenang.Dalam hal mandat tidak terjadi perubahan
wewenang apapun (dalam arti yuridis formal), yang ada hanyalah
hubungan internal”. Ridwan,HR.,2003,(hal.74)

Menurut Philipus M.Hadjon mengatakan bahwa:

“Setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas


kewenangan yang sah.Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber,
yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.Kewenangan atribusi lazimnya
digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang
dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan
yang berasal dari “pelimpahan”. Philipus M. Hadjon,1994,(,hal.7)

1.6.2. Teori Desentralisasi

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

menentukan bahwa “Pemerintah Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Kota

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan”. Ini artinya bahwa pemerintah daerah dapat menjalankan dan

mengatur pemerintahannya tanpa campur tangan dari pemerintah pusat,

20
kewenangan ini diberikan agar pemerintah daerah lebih dapat memperhatikan

danmemajukan daerahnya dengan sumber pendapatan asli daerah yang dimiliki

setiap permasalahan yang terjadi didaerah dapat segera teratasi dengan adanya hak

otonomi tersebut.

Pada pasal 1 angka 2 UU Pemda, Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dalam penyelenggaraan unsur pemerintahan di daerah,

maka dilaksanakan melalui 3 (tiga) asas yaitu: Siswanto Sunarno,2005,(h.7.)

1. Asas Desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem NKRI.

2. Asas Dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah pada Gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertial di

wilayah tertentu.

3. Asas Tugas Pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah

dan/desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota desa

untuk melaksanakan tugas tertentu.

Pengertian Desentralisasi dalam pasal 1 angka 2 UU Pemda,Desentralisasi

adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah

21
otonom berdasarkan Asas Otonomi. Menurut J in het veld menyajikan beberapa

kebaikan dari asas desentralisasi yaitu:

1. Desentralisasi memberikan penilaian yang lebih tepat terhadap daerah dan

penduduk yang beraneka ragam;

2. Desentralisasi meringankan beban pemerintah, karena pemerintah pusat tidak

mungkin mengenal seluruh dan segala kepentingan dan kebutuhan setempat

dan tidak mungkin mengetahui bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut;

3. Dengan desentralisasi dapat meringankan beban yang melampaui batas dari

perangkat pusat yang disebabkan tunggakan kerja;

4. Pada desentralisasi unsur individu atau daerah lebih menonjol karena dalam

ruang lingkup yang sempit seseorang dapat lebih mempergunakan

pengaruhnya daripada masyarakat luas;

5. Pada desentralisasi masyarakat setempat dapat kesempatan ikut serta dalam

penyelenggaraan pemerintah tidak hanya sebagai objek;

6. Desentralisasi meningkatkan turut sertanya masyarakat setempat dalam

melakukan kontrol terhadap segala tindakan dan tingkah laku pemerintah, ini

dapat menghindari pemborosan dalam hal tertentu, desentralisasi dapat

meningkatkan daya guna dan hasil guna.

Dengan asas desentralisasi pemerintah daerah dituntut untuk dapat

meningkatkan daerahnya baik dari segi pendapatan maupun sumber daya

manusianya sehingga dengan asas ini Pemerintah Daerah diberikan kewenangan

untuk mengatur daerahnya dengan baik, dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia melalui pemberian hibah dan bantuan sosial di provinsi Bali.

22
16.3 Teori efektivitas hukum

Secara konsepsional, inti dari penegakan hukum terletak pada kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang

mantap serta sikap tindakan sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk

menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Soerjono Soekanto mengemukakan ada 5 faktor yang dapat digunakan untuk

mengukur efektivitas hukum yaitu: Soerjono Soekanto, 2004,(,h.7.)

1) Faktor hukumnya sendiri;

2) Faktor penegak hukum;

3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4) Faktor masyarakat;

5) Faktor kebudayaan.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, karena merupakan

esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur daripada efektivitas

penegakan hukum Siswanto Sunarno,2005,(h.7.). Efektivitas hukum ini dapat pula

dikaji melalui pemikiran Friedman melalui tiga elemen dalam sistem hukum yakni

substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Struktur hukum, yaitu

keseluruhan institusi-institusi hukum yang ada beserta aparatnya, substansi hukum

yaitu keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang tertulis

maupun tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan dan kultur hukum, yaitu

23
opini-opini, kepercayaan- kepercayaan (keyakinan-keyakinan), kebiasaan-

kebiasaan cara

berpikir, dan cara bertindak, baik dari para penegak hukum maupun dari warga

masyarakat, tentang hukum dan berbagai fenomena yang berkaitan dengan

hukum. Achmad Ali, op.cit.,h.204. Teori mengenai efektivitas hukum ini

digunakan untuk menganalisis permasalahan kedua yakni hambatan dalam

pelaksanaan retrukturisasi yang ditelaah dari berbagai aspek.

1.6.4. Konsep Tindakan Pemerintah

Dalam meyelenggarakan tugas pemerintahan, maka pemerintah

melakukan tindakan-tindakan pemerintahan. Para sarjana mempergunakan istilah

yang berbeda-beda mengenai tindakan pemerintahan (bestuurshandeling).

Philipus M. Hadjon dan Kuntjoro Purbopranoto menggunakan istilah “tindak

pemerintahan”. Utrecht menyebutnya dengan “perbuatan administrasi negara”,

Van Vollenhoven menggunakan istilah “tindakan pemerintah”, Sedangkan

Baschan Mustafa menyebutnya dengan istilah “perbuatan administrasi negara”.

Menurut penulis istilah yang cocok mengartian “bestuurshandeling"

adalah pendapat dari Philipus M. Hadjon dan Kuntjoro Purbopranoto, yaitu tindak

pemerintahan. Bestuur berarti pemerintahan dan handeling berani tindak, yang

menurut Philipus M.Hadjon berarti tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh

administrasi negara dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Philipus

M.Hadjon,1985,(,hal.1). Tindak pemerintahan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu Pertama, tindak pemerintahan yang berdasarkan hukum

24
(rechtshandelingen) dan Kedua, tindak pemerintahan yang berdasarkan fakta

(vetliyke handeling).

Menurut C.J.N. Versteden, tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang

tidak ada relevansinya dengan hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan

akibat-akibat hukum. Sedangkan mengenai pengertian tindakan hukum, menurut

H.J. Romeijn tindakan hukum administrasi merupakan suatu pernyataan kehendak

yang muncul dari organ administrasi dalam keadaan khusus yang dimaksudkan

untuk menimbulkan suatu akibat hukum dalam bidang administrasi. Menurut

J.B.J.M.ten Berge,tindakan hukum adalah tindakan yang dimaksudkan untuk

menciptakan hak dan kewajiban. Tindakan hukum inilah yang penting bagi

hukum administrasi. Tindak pemerintahan yang berdasarkan hukum kemudian

dibedakan mcnjadi tindakan hukum publik dan tindakan hukum privat. Tindakan

yang berdasarkan hukum public kemudian dibagi lagi menjadi tindakan sepihak

(eenzydig) dan berbagai pihak (meerzijdige). Philipus M. Hadjon, Op.Cit.,(hal.3).

Tindakan hukum sepihak dibagi lagi menjadi interne beschikking (keputusan yang

dibuat untuk menyelenggarakan hubungan-hubungan dalam (lingkungan) alat

Negara yang membuatnya) dan externe beschikking (keputusan yang dibuat untuk

menyelenggarakan hubungan-hubungan antara dua atau lebih alat Negara).

25
1.7. Metode Penelitian

Guna memperoleh data hasil penelitian yang valid, maka dalam perolehan

hasil penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, metode-

metode sangat perlu dipergunakan dalam penelitian secara sistematis agar relevan,

efisien dan praktis.

Dalam rangka pemecahan permasalahan yang ada di skripsi ini menggunakan

metode penelitian yuridis empiris. Pendekatan secara yuridis yaitu dengan melihat

dari segi-segi hukum yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sedangkan pendekatan empiris yaitu pendekatan masalah dengan

melakukan penelitian di lapangan. Jenis penelitian ini merupakan salah satu cara

yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebenaran, yaitu dengan

membandingkan aturan yang ada dengan pelaksanaan atau kenyataan dalam

masyarakat (das sollen dan das sein).

1.7.1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan

konsisten.

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode

yuridis empiris. Metode yuridis yaitu suatu metode penulisan hukum yang

berdasarkan pada teori-teori hukum, literatur-literatur dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan metode empiris yaitu suatu

metode dengan melakukan observasi atau penelitian secara langsung ke lapangan

26
guna mendapatkan kebenaran yang akurat dalam proses penyempumaan penulisan

skripsi ini. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah Pemerintaha Provinsi Bali

baik desa dinas maupun desa adat.

1.7.2 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau

untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini

menggambarkan tentang Pelaksanaan pemerintahan desa dinas dan desa adat.

1.7.3 Data dan Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini data yang dipergunakan adalah

bersumber pada:

a. Data primer yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini bersumber

atau diperoleh dari penelitian di lapangan yang dilakukan dengan cara

penelitian di Provinsi Bali. Adapun sumber data primer merupakan sumber

data yang diperoleh narasumber yaitu beberapa Kepala Desa yang ada di

setiap kabupaten di Bali, unsur Pemerintah Provinsi Bali dan pihak

Akademisi yang memiliki kompetensi tentang sistem administrasi Negara

dan pemerintahan.

27
b. Data sekunder, yaitu data diperoleh dengan melakukan penelitian

kepustakaan (library research) yang terdiri dari:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat seperti : Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Dearah.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, yaitu meliputi buku-buku, literatur, makalah,

tesis, skripsi, dan bahan-bahan hukum tertulis lainnya yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian, disamping itu, juga dipergunakan bahan-

bahan hukum yang diperoleh melalui electronic research yaitu melalui

intemet dengan jalan mengcopy (download) bahan hukum yang diperlukan.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui studi dokumentasi. Bahan

hukum yang diperolehnya, diinfentarisasi dan diidentifikasi serta kemudian

dilakukan pengklasifikasian bahan-bahan sejenis, mencatat dan mengolahnya

secara sistematis sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Tujuan dari

tehnik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori,

pendapat-pendapat, penemuan-penemuan yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian.

1) Teknik studi dokmnen

Teknik studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pada

28
benda-benda berbentuk tulisan, dilakukan dengan cara mencari, membaca,

mempelajari dan memahami data-data sekunder yang berhubungan dengan hukum

sesuai dengan permasalahan yang dikaji yang berupa buku-buku, majalah,

literatur, dokumen, peraturan yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

2) Teknik wawancara

Metode wawancara adalah metode untuk mengumpulkan data dengan

cara tanya jawab. Dalam penelitian ini wawancara yang merupakan teknik untuk

memperoleh data dilapangan dipergunakan untuk menunjang dari data-data yang

diperoleh melalui studi dokumen. Dimana Peneliti sebagai penanya dan Sumber

Informan sebagai obyak yang akan dimintai keterangan dan informasi terkait

penelitian tersebut. Pedoman daftar penanyaan dibuat secara sistematis dan telah

disiapkan oleh peneliti.

1.7.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil dari pengumpulan

data sehingga siap dipakai untuk dianalisa. Bambang Waluyo, 2002,(,hal. 72)

Teknik pengolahan data dilakukan secara kwalitatif, dimana dalam pegolahannya

tidak menggunakan angka-angka, tabel ataupun grafik. Dalam menganalisa data

yang telah dikumpulkan maka dipergunakan teknik analisis kwalitatif yaitu data

yang dikumpulkan baik yang bersumber dari data primer maupun data sekunder

adalah merupakan data naturaistik yang terdiri atas kata-kata yang tidak diolah

menjadi angka-angka. Dari keseluruhan data yang terkumpul akan diolah dan

dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola

29
dan tema, dikatagorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data

dengan data lainnya. Setelah dilakukan alalisis secara kwalitatif kemudian data

akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistematis untuk memperoleh

kesimpulan dari permasalahan yang dikemukakan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Waluyo. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek.Jakarta.Sinar Grafik.

Fakultas Hukum Univ. Udayana. 2009. Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

Indroharto. 1993.Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata

Usaha Negara.Pustaka Harapan.Jakarta.

Kuntjoro Purbopranoto.1978.Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan

Peradilan Administrasi Negara,Cetakan Kedua.Alumni.Bandung.

Peter Mahmud Marzuki.2005. Penelitian Hukum, Prenada Media. Jakarta.

Philipus M. Hadjon. 1985. Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Tindak

Pemerintahan (Bestuurshandeling).Surabaya.Djumali.

Philipus M. Hadjon. 1994. Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam

Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih,Pidato Penerimaan jabatan

Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Airlangga, Surabaya.

Prajudi Atmosudirdjo.1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta.Ghalia

Indonesia.

Ridwan HR.2006,Hukum Administrasi Negara. Jakarta.PT. Raja Grafindo

Persada.

Ridwan. HR .2003.Hukum Administrasi Negara.Yogyakarta

31
SF.Marbun.1997.Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di

Indonesia.Liberty.Yogyakarta.

Siswanto Sunarno. 2005. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta Sinar

Grafika.

Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta.UI Press.

Soerjono Soekanto.2004.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.

Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

32

Anda mungkin juga menyukai