Oleh :
FATMAWATI
PSW.B.2012.IB.0008
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. IdentitasDiri
1. Nama : Fatmawati
2. Tempat/ tanggallahir : Bente, 5 Juni 1994
3. Agama : Islam
4. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
5. Alamat : Desa Bente kecamatan Kabawo
B. Identitas Orang Tua
1. Nama Ayah danIbu : La Siba danWaLeko
2. Alamat : Desa BenteKecamatanKabawo
C. Pendidikan
1. Tamat Sekolah Dasar (SD) Negeri 11Kabawo Tahun 2006
2. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kabawo Tahun 2009
3. Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kabawo Tahun 2012
4. Mengikuti Pendidikan Diploma (DIII) Kebidanan di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna Tahun 2012 sampai sekarang.
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan
judul “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny “M” Ibu
Nifas dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna mulai tangga l25 s.d. 28 April 2015“ tepat pada waktunya. Adapun penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII
Kebidanan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. Penghargaan
yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tidak henti penulis hanturkan pada Ibu
Fitrianingsih, S.ST selaku Pembimbing I dan ibu Asrini, S.ST selaku Pembimbing
II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, kesabaran, petunjuk,
pengarahan, dan dorongan, maupun moril yang begitu sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Kabupaten Muna dan Sebagai Penguji Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan kepada penulis
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta mengikuti pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Seluruh jajaran Dosen dan para staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang
telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
vi
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
LembarPersetujuan........................................................................................ ii
Lembar Pengesahan....................................................................................... iii
Riwayat Hidup............................................................................................... iv
Kata Pengantar............................................................................................... v
Daftar Isi........................................................................................................ vii
Daftar Tabel................................................................................................... ix
Daftar Gambar............................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................. 6
C. Tujuan Telaah..................................................................................... 6
D. Manfaat Telaah.................................................................................. 8
E. Metode Telaah.................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan......................................................................... 11
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 13
A. Telaah Pustaka................................................................................... 13
1. Masa Nifas................................................................................... 13
2. Bendungan ASI............................................................................ 32
B. Konsep Manajemen Kebidanan......................................................... 42
1. Pengertian Manajemen Kebidanan.............................................. 42
2. Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas............. 43
3. Langkah-langkah Manajemen...................................................... 53
C. Dokumentasian (SOAP)..................................................................... 72
BAB III STUDI KASUS.............................................................................. 73
A. Pengumpulan Data Dasar................................................................... 73
vii
viii
viii
ix
DAFTAR TABEL
ix
x
DAFTAR GAMBAR
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masa yang cukup penting bagi tenaga
berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor
dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan
Masa nifas merupakan masa rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian masa nifas terjadi pada 24 jam
masa nifas.
kematian ibu, namun dengan meningkatnaya persediaan darah dan sistem rujukan,
maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
1
2
Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada
payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah persalinan. Salah satu penyebab
bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam. Puting susu yang terbenam akan
menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Payudara yang
bengkak jika tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah
infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis
umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara.
Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu
mencatat bahwa angka kematian ibu nifas meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2009
ibu nifas sebanyak 80 % atau sekitar 860.000 dan yang meninggal dunia sekitar 20 %
karena perdarahan dan infeksi. Sementara pada tahun 2011 jumlah ibu nifas
angka kematian ibu nifas sebanyak 25 % akibat perdarahan, infeksi dan penyebab
lainnya. Menurut WHO, dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe
sering terasa penuh, tegang, dan nyeri, walaupun tidak disertai dengan demam.
Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan
Pada Oktober yang lalu dikejutkan dengan hasil perhitungan angka kematian
ibu (AKI) menurut Survei Demograsi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang
menunjukan peningkatan (dari 228 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup).
kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang
banyak ditemui dan dapat berlangsung dalam waktu lama. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama, angaka mobiditas pada ibu nifas salah satunya
disebabkan oleh bendungan ASI, pada tahun 2009 ditemukan ibu nifas dengan
susu datar sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu, kadang – kadang pengeluaran
susu juga terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta
anak yang mendapatkan ASI Eksklusif. Angka ini masih jauh di bawah angka global
yang juga rendah, di mana hanya 32,6% anak yang disusui eksklusif.
55% ibu menyusui. Pada hakekatnya semua wanita dapat menyusui dari penelitian
terhadap 900 ibu sekitar Jabodetabek (2008) di peroleh bahwa 98% ibu-ibu tersebut
menyusui,akan tetapi selama masa menyusui tersebut ada kalanya timbul masalah-
4
masalah seperti ibu mengalami mastitis, puting susu lecet, abses payudara dan puting
payudara dan teknik menyusui yang tidak benar. Kurangnya perawatan payudara ini
ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui. Adanya kesibukan keluarga dan
tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban
ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
"Dari berbagai sumber data dapat saya simpulkan bahwa perkembangan cakupan
yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita
mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia
Tenggara," kata Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan Pekan
antara petugas kesehatan dan masyarakat ternyata juga belum optimal. Hanya sekitar
60% masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40 % tenaga
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena
adanya pembantasan waktu menyusui. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu
Suatu hal yang menggembirakan adalah hampir seluruh bayi yaitu 95,4% di
perkotaan dan 96,7% di pedesaan pernah disusui dan terus diberikan sampai anak
berusia 23,9 bulan. Gambaran ini menunjukan bahwa kita perlu berkonsentrasi penuh
untuk menyukseskan peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sehingga target
susu ibu (ASI) Eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan adalah 65,93%. Angka ini
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 56,6% dan kota
Meskipun menduduki urutan kedua tertinggi dalam pemberian air susu ibu (ASI)
Jumlah ibu nifas di Kabupaten Muna pada tahun 2013 yaitu 5863 orang, dan
pada tahun 2014 yaitu 5671 orang. Pada tahun 2013 ibu yang memberikan ASI
ekslusif pada bayinya yaitu 1930 orang sedangkan tahun 2014 yang memberikan ASI
eklusif pada bayinya yaitu 1984 orang. (Profil Dinkes kabupaten muna).
6
Jumlah ibu nifas di Puskesmas Kabawo tahun 2012 yaitu 266 orang yang
memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang sedangkan tahun 2013 yaitu
262 orang dan yang memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang. Pada
tahun 2014 yaitu 263 orang dan yamg memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak
5 orang. Pada awal survei dari bulan Januari s.d Mei 2015 yang memiliki komplikasi
Sehingga dari data yang ada penulis tertarik untuk mengadakan studi kasus
yang berjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada
ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 April
2015.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum.
ibu nifas Pada Ny “M” Dengan Bendungan ASI Di wilayah Kerja Puskesmas
Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015
2. Tujuan Khusus.
2015.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Teoritis.
a. Bidang kesehatan
b. Bagi penulis
Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembangkan studi kasus
berikutnya
9
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Pendidikan.
dalam mengatasi masalah ibu nifas khususnya masalah bendungan ASI serta
dapat digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan untuk studi
kasus selanjutnya.
b. Bagi Lahan
dalam mengatasi masalah ibu nifas serta memberikan perawatan ibu nifas
E. Metode Telaah
Dalam penulisan Studi Kasus ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan.
Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya antara lain: membaca buku
2. Studi Kasus.
kebidanan yang telah diberikan pada klien dengan bendungan ASI untuk
a. Anamnase
b. Observasi
Dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung keadaan dan pola hidup
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki
d. Pemeriksaan Penunjang
3. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber
dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjang yaitu hasil
pemeriksaan diagnostik.
4. Diskusi
Penulis mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang
Studi Kasus.
F. Sistematika Penulisan
ilmiah ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam
karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai
berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Tinjauan pustaka berisi tentang telaah pustaka dan konsep manajemen kebidanan,
a. Telaah pustaka yang berisi tentang masa nifas meliputi pengertian masa nifas,
berisi tentang laktasi, konsep dasar bendungan ASI meliputi pengertian, tanda
kebidanan.
Studi kasus berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan
4. Bab IV Pembahasan
Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran, lalu
membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus dibuat bukan hanya
jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika hasil telaah sesuai teori
harus diberikan penjelasan, termasuk hal-hal yang mendukung kondisi yang ada.
hasilnya demikian. Dengan fokus pada aspek teoritik dan aspek telaah.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. selain itu dalam pembuatan studi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Masa Nifas
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
puerperium.
3) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
4) Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai
6) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya pasenta
7) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
8) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
minggu.
9) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
10) Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
11) Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan setelah
12) Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
Rukiyah, 2011).
masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama
1). Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
1) Involusio
a) Mobilisasi dini
anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
b) Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan
jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu postpartum
tidak tejadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusio
uterus.
c) Menyusui
Pada proses menyusui ada reflex let down dari isapan bayi merangsang
d) Usia
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
involusi uterus.
e) Parietas
2) Subinvolusio
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang
a) Subinvolusio uterus
b) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi.
d) Subinvolusio ligament
sedia kala.
18
e) Subinvolusio seviks
f) Subinvolusio lochea
Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti
h) Subinvolusio perineum
tujuan untuk :
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
1) Anatomi payudara
mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah
200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa ukuran
600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
lemak.
variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula.
Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakam muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan
terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
21
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot”
kedalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada
bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bias
2) Fisiologis Payudara
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen
yang yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan
sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting
dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan refleks aliran timbul akibat
a) Reflex prolaktin
mengisap
tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini
f. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai
usia 6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari
buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-
b) Menjarangkan kehamilan
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium
1) Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah bayi lahir.
butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10.
3) ASI Matur
kolostrum, ASI transisi dan ASI matur, yang disajikan pada Tabel.
kursi.
25
(1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
(2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
di depan.
(3) Perut bayi menempel badan ibu, kepal bayi menghadap payudara.
(4) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus.
(6) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan
mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
terkosongkan.
27
3) Menyendawakan bayi
bayi:
ini akan menonjol keluar seperti keadaan seperti normal. Jika dengan
memakai breast sbield atau dengan pompa ASI atau dapat ditarik dengan
menggunakan spoit.
menyusui, yaitu tidak menyusu sampai kalang payudara. Bila bayi menyusu
hanya pada puting susunya, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena
gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah,
Pengeluaran air susu tidak lancar disebabkan karena puting susu jarang
diisap.
Penatalaksanaan :
b) Payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atau dengan pompa
ASI/ payudara.
analgetika.
5) Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara. Payudara bengkak yang tidak disusui
6) Abses payudara
a) Subinvolusi uteri
pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri
a) Bendungan ASI
(3) Keluhan : mammae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat.
memberikan estradiol.
infeksi mammae.
2. Bendungan ASI
a. Pengertian
sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu adalah
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe
kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat
terjadi setelah hari ketiga melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat
serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus.
Keadaan ini disebut sebagai bendungan air susu atau “caked breast”, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan biasa disertai dengan kenaikan
merupakan procursor reguler untuk terjadinya laktasi. Apabila hal ini tidak
akibat overdistensi sistem lacteal oleh air susu. Demam nifas akibat distensi
payudara sering terjadi. Lamanya panas yang terjadi berkisar 4-16 jam dan
suhu tubuhnya berkisar dari 38 hingga 390C. Sesudah bayi lahir dan plasenta
keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor
dikeluarkannya lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-
tanda kemerahan dan demam. Ibu dianjurkan untuk terus memberikan air susu
kepada bayinya. Bila payudara terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu,
(Sarwono Prawirahardjo 2009). Gejala bendungan Air susu ini juga di tandai
dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari
Bendungan Air Susu Ibu di sebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,
Prawirahardjo 2009).
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu
dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
34
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,
peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan,
maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak
d. Pencegahan
1) Menyusui bayinya segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang
benar.
kebutuhan bayi.
e. Penatalaksanaan
menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan
Kalau perlu di beri supresi laktasi untuk sementara agar bendungan terkurangi
dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan pijitan. Keadaan ini pada
umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu dengan
35
4) Keluarkan air susu dari bagian depan payudara sehingga puting jadi lunak.
5) Susukan bayi 2 sampai 3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feading) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.
(5) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan
atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
bendungan teratasi.
(7) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
(8) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan
(12) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
rasa sakit.
f. Perawatan payudara
mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan
dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan
payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan
payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan
Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari
diatas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil
meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu. Lakukan hal yang
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah panggkal payudara ke arah
puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu
tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua
tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan .
Mengurut payudara
Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir
Cara lain dalam perawatan payudara yang sering dilakukan oleh tenaga
1) Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan
pakaian atas.
2) Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau
4) Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral
5) Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan
pengurutan dari pangkal kearah puting. Lakukan sebanyak 20-30 kali pada
tiap payudara.
41
8) Meletakan waskom dibawah payudara dan dan menggunakan was lap yang
1. Pengertian
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan
1) Tujuan umum
anak.
2) Tujuan khusus
a) Uterus
(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gram.
43
(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
(3) Satu minggu, ligament uterus dan postpartum tinggi fundus uteri
(4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
b) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
(1) Lochea rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput
7 hari postpartum.
(3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
c) Serviks
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keaadaan
e) Perineum
f) Payudara
(2) Kolostrum adalah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi.
2) Sistem perkemihan
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas
47
berkisar antara 1500 ml. 200-200ml hilang pada saat persalinan; 500-800
ml hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada saat
nifas.
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0c -38 0c)
kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan naik lagi. Pada
hari ketiga suhu badan akan naik karena ada pembentukan ASI, buah
(b). Nadi
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini
tertunda.
(d). Pernapasan
denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernapasan
pernapasan.
proses involusi.
1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama
2). Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan.
3). Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa
2). Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
nyaman.
nifas.
1) Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan olehn tubuh untuk keperluan
sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
porsi yang cukup, tidak terlalu asin, pedas, berlemak, tidak mengandung
pelindung.
2) Ambulasi
(a) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam.
(b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien
pada hari ke tiga belum buang air besar maka diberikan laksan
supersitoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara
4) Kebersihan diri
Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar
mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mammae yang
5) Istirahat
6) Seksual
7) Keluarga Berencana
Setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun. Pada dasarnya ibu
tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh enam bulan
8) Pemberian ASI/laktasi
(a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah
disusukan.
(c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI
ekslusif).
(e) Diluar menyusui jangan memberikan dot / kempeng pada bayi, tapi
yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan Evaluasi.
1) Data Subyektif
(1) Nama
(2) Umur
(3) Agama
(4) Pendidikan
(6) Pekerjaan
(7) Alamat
diperlukan.
b) Keluhan Utama
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri
serta seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat
c) Riwayat Kesehatan
atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang
bayinya.
55
d) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
e) Riwayat Obstetrik
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus atau tidak, jumlah anak,
lalu.
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
f) Riwayat KB
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
56
h) Data Psikososial
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini
(1) Kekecewaan emosional yang meliputi rasa puas dan takut yang
(3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.
i) Data Pengetahuan
(1) Nutrisi
(2) Eliminasi
(3) Istirahat
sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat cukup dapat
mempercepat penyembuhan.
58
mengeluarkan lochea.
(5) Aktivitas
melakukan ambulasi.
2) Data obyektif
a) Vital sign
yang dialaminya.
(a) Nadi berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi diatas 100
kelainan.
bulan pengobatan.
b) Pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik.
(a) Simetris/tidak.
bau biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
61
c) Data penunjang
keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah
1) Diagnosa kebidanan
a) Data subyektif
keluhan.
b) Data obyektif
tanda-tanda vital.
2) Masalah
a) Data obyektif
b) Data obyektif
yang berlanjut / bendungan ASI . Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada
menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. (Rukiyah
segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan dengan
e. Perencanaan (Langkah V)
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan
2) Kebersihan Diri
b) Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK.
3) Istirahat
a) Cukup istirahat.
4) Gizi
5) Perawatan payudara
6) Hubungan seksual
7) Keluarga berencana
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang
rasa sakit.
a) Sangga payudara
sakit.
67
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan
1) Mengobservasi meliputi:
a) Keadaan umum.
b) Kesadaran.
pernapasan.
2) Kebersihan Diri
b) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai
BAK.
3) Istirahat
a) Memberi sarana ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.
sehari-hari.
4) Gizi
dan mineral.
5) Perawatan payudara
6) Hubungan seksual
7) Keluarga berencana
keinginannya.
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
teratasi.
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang
rasa sakit.
a) Sangga payudara
sakit.
Agar orang lain mengetahui apa yang telah di laksanakan oleh bidan melalui proses
pertanyaan, baik secara langsung pada pasien ibu nifas maupun kepada keluarga
pasien. Untuk pasien yang bisu, bagian data di belakang huruf “S” di beri huruf
“O” atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
O : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
respon ibu terhadap masa nifas. Masalah terjadi belum termasuk dalam rumusan
merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subyektif
maupun obyektif.
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam
asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M dengan bendungan ASI di wilayah kerja
puskesmas kabawo kabupaten muna tanggal 25 s.d 28 April 2015 di awali dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi serta di lanjutkan dengan
A. MANAJEMEN
Pernikahan ke : 1/ 1
Ibu mengatakan :
48 cm.
Tidak ada penyakit yang di derita sekarang baik penyakit menular maupun
tidak menular.
DM.
penyakit turunan.
74
5) Riwayat Reproduksi
a) Riwayat haid
Menarche : 13 Tahun
Perlangsungan : Normal
b) Riwayat obstetri
Ibu mengatakan:
48 cm.
a) Nutrisi
(1) Kebiasaan
Makan 3 kali sehari, makanan pokok nasi ,sayur, ikan, dan buah,
b) Kebutuhan eliminasi
(1) Kebiasaan
Buang air besar 1 kali/ hari , buang air kecil 4-5 kali/ hari.
Jarang buang air besar dan buang air kecil 3-4 kali/ hari.
c) Istrahat
(1) Kebiasaan
d) Personal Hygiene
(1) Kebiasaan
8) Data biopsikosiospiritual
9) Pemeriksaan Fisik
b) Kesadaran kompesmentis.
c) Tanda-tanda vital
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37,4 0c
Pernapasan : 23 x/menit
(2) Wajah/muka
(3) Mata
(4) Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
77
(5) Telinga
di belakang telinga.
Inspeksi : Bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,
(7) Leher
(8) Payudara
bila dipencet.
(9) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut agak
kendor.
78
diastasis (-).
lengkap.
aktual pada Ny.“M” yaitu, PIA0 masa nifas hari ke-III dengan bendungan ASI.
79
1. PIA0
Data subjektif :
Ibu mengatakan:
Data objektif :
a. Striae livide adalah kulit perut tampak seolah-oleh retak, warnanya berubah
b. Linea nigra (garis hitam) adalah garis vertikal berwarna hitam gelap yang
terlihat di bawah perut ibu selama hamil. linea nigra timbul karena
estrogen pada ibu hamil,linea nigra timbul sekitar trimester ke dua dan
lembek/kendor.
Data subjektif :
Data objektif :
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
b. Pada involusio uterus jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
hari postpartum.
Data subjektif :
Ibu mengatakan:
Data objektif:
Payudara bengkak dan keras, puting susu masuk kedalam, terdapat nyeri
sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
b. Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena
bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan
c. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin
atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan
ASI. Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang
menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
Tindakan segera yaitu melakukan perawatan payudara dan tidak ada data yang
a. Tujuan
b. Kriteria
b) Puting susu sudah menonjol dan bayi dapat menyusu dengan baik.
b) Kesadaran composmentis.
c) Tanda-tanda vital :
f) Kebutuhan eliminasi yaitu ibu BAB 1x/hari, dan BAK 3-4 kali/hari.
c. Rencana tindakan
1) Umum
bidan.
badan pasien.
2) Bendungan ASI
a) Kompres kedua payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian.
84
penyakit.
86
a. Umum
b. Bendungan ASI
1) Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara
87
bergantian.
Hasil : Kedua payudara terasa lembek dan rasa nyeri ibu sedikit
berkurang.
Hasil : ibu mengerti dan sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.
Hasil : Ibu sudah mengganti baju dan sarung serta pembalut telah
4) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah
a. Keadaan umum ibu baik, payudara masih bengkak, keras, terasa nyeri, ASI
sudah keluar sedikit-sedikit, puting sudah mulai keluar, bayi belum menyusu.
2) Puting susu sudah menonjol dan bayi sudah menyusu dengan baik.
89
2) Kesadaran kompesmentis
3) Tanda-tanda vital
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 23 x/menit
Suhu : 37 0c
5) Proses laktasi berjalan dengan baik yaitu ASI yang keluar adalah ASI
peralihan.
varney pada Ny.M dengan bendungan ASI, maka penulis akan merangkum
Pendokumentasian
dalam 7 langkah varney dan akan di persingkat menjadi pendokumentasian pada ibu
nifas dengan bendungan ASI di wilayah kerja puskesmas kabawo kabupaten muna
Pernikahan ke : 1/ 1
cm.
b. Kesadaran kompesmentis.
c. Tanda-tanda vital :
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37,4 0c
Pernapasan : 23 x/menit
benjolan, ekspresi wajah meringis bila nyeri, tidak pucat, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena
pada areola mammae, payudara teraba bengkak dan keras, tidak ada
dipencet, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut kendor, TFU 3 jari
bawah pusat dan kontraksi uterus baik, tidak terjadi diastasis, tampak
darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak ada varises,
tidak ada luka bekas jahitan, tidak ada hemoroid, pada ekstremitas atas
92
dan bawah, kuku bersih dan berwarna merah muda, tidak ada oedema
dipunggung tangan, tidak ada varises, homan sign (-), refleks patella kiri
ASSESMENT ( A )
PLANNING ( P )
a. Umum
b. Bendungan ASI
1. Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara
bergantian.
Hasil : Kedua payudara terasa lembek dan rasa nyeri ibu sedikit berkurang.
Hasil : Ibu mengerti dan sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.
b. Personal hygiene
Hasil : Ibu sudah mengganti baju dan sarung serta pembalut telah diganti
sebanyak 2 kali.
pada bayi.
94
e. KB pasca salin
4. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah terus-
menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada wajah
e. KB pasca salin
Hasil : Ibu mau ber-KB.
3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa
nifas yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan
lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas,
tidak dapat BAB/BAK, pandangan kabur,
payudara bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut.
5. Menganjurkan pada ibu agar banyak mengonsumsi
makanan yang dapat merangsang produksi air susu
ibu
Hasil : Ibu makan kacang-kacangan dan sayuran.
100
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
Ibu Nifas pada Ny.M dengan Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo
dan analisis data atau fakta yang dikumpulkan dari beberapa data subyektif dan
obyektif. Pada tahap ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena
pada saat mengumpulkan data, orang tua maupun keluarga terbuka dalam
diangkat. Data yang diambil oleh penulis terfokus pada masalah yang dialami oleh
klien.
Pada tinjauan pustaka data subyektif pada ibu nifas dengan bendungan ASI
yaitu di tandai dengan ibu mengeluh payudara bengkak dan keras, nyeri pada
payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 6 hari setelah persalinan. Data obyektif pada
ibu nifas bendungan ASI yaitu pada hasil pemeriksaan terdapat pembengkakan
100
101
payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali
disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan
demam. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam.
(Prawirohardjo, 2010).
Pada kasus Ny. M dengan bendungan ASI data subyektifnya yaitu ibunya
mengeluh buah dadanya teras bengkak, keras,dan nyeri. Pada data obyektif hasil
pemeriksaan payudara teraba keras, bengkak, puting susu masuk kedalam, terdapat
Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi
kasus pada Ny.M tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Eva Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan
bendungan ASI di BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar
Lampung tahun 2013 yaitu pada data subyektif ibunya mengeluh bengkak pada
payudara dan nyeri pada saat menyusui, keras saat diraba dan berdasarkan hasil
pemeriksaan data obyektifnya terdapat puting susu sebelah kanan masuk kedalam,
yang di temukan pada pasien, diagnosa tersebut adalah P1A0, post partum hari ke-III
Pada tinjauan pustaka data subyektif bendungan ASI yaitu ibu merasa cemas
karena payudaranya bengkak dan terasa sakit bila menyusui. Kebutuhan ibu nifas
dengan bendungan ASI adalah penjelasan tentang penyebab penjelasan supaya ibu
tidak cemas dan di buat rencana untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan
tersebut. Data obyektif pada bendungan ASI tanda gejalanya yaitu mammae teraba
bengkak, keras, dan nyeri, putting susu yang mendatar sehingga bayi sulit menyusui,
disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan
Pada kasus Ny. M dengan bendungan saluran ASI muncul masalah yaitu pada
data subyektif ibu mengeluh cemas akan payudaranya karena bengkak, dan terasa
nyeri, bayi tidak dapat menyusu karena ASI tidak keluar sehingga membutuhkan
informasi tentang keadaan dirinya (bendungan ASI) dan perawatan payudara untuk
mengatasi keluhan ibu. Data obyektif pada pemeriksaan payudara teraba keras,
bengkak, puting susu masuk kedalam, terdapat nyeri tekan, ada pengeluaran ASI
Dengan demikian antara tinjauan pustaka dengan studi kasus pada Ny.M
tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva
Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS
DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013
yaitu, ibu cemas akan keadaan payudara karena bengkak, dan terasa nyeri, disertai
103
bayi yang tidak dapat menyusu sehingga membutuhkan informasi tentang keadaan
dirinya (bendungan ASI) dan perawatan payudara untuk mengatasi keluhan ibu.
mungkin akan terjadi atau yang dialami oleh klien berdasarkan pengumpulan data dan
observasi, apabila terdapat kondisi yang tidak normal dan tidak mendapatkan
kemungkinan infeksi mammae (mastitis). Bendungan ASI jika tidak disusui secara
adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah radang pada payudara. Bakteri
yang menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui
Pada studi kasus Ny.M dilahan praktek, jika tidak segera ditangani maka
keadaan ibu akan berlanjut pada terjadinya mastitis. Namun hal ini tidak terjadi
karena ibu sudah mendapat penanganan yang tepat. Dengan demikian antara tinjauan
pustaka dan kasus pada Ny.M tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas
dengan bendungan ASI di BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara
Bandar Lampung tahun 2013 yaitu, jika tidak segera ditangani maka akan berlanjut
pada mastitis.
104
Pada langkah perlunya tindakan segera dan kolaborasi, tindakan yang harus
segera dilakukan oleh bidan pada kasus bendungan ASI yaitu asuhan kerja mandiri
yang dapat di tangani di rumah, tidak perlu kolaborasi dan berkonsultasi dengan
melakukan perawatan payudara. Tidak ada data yang mendukung untuk di lakukan
Dengan demikian antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M tidak terjadi
kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti
tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI
ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013 yaitu,
dengan cara melakukan perawatan payudara. Tidak ada data yang mendukung untuk
dilakukan kolaborasi dengan dokter ahli karena diagnosa potensial tidak muncul.
E. Perencanaan Tindakan
tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu sebelumnya harus didiskusikan dengan
klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan yang
diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa terlebih
dahulu.
105
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang rasa
sakit.
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
perbanyak minum.
n)
a) Sangga payudara
Pada kasus Ny.M dengan bendungan ASI rencana tindakan yang diberikan,
dibagi dalam tiga rencana asuhan yaitu tindakan umum, bendungan ASI, Health
Education (HE).
1. Tindakan umum yang dilakukan pada kasus Ny.M yaitu informasikan pada ibu
2. Bendungan ASI yaitu kompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin
3. Health Education yaitu anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya, ajarkan
pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar, berikan Health Education (HE)
tentang nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat
ASI esklusif, KB pasca salin, jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk,
oedema pada wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat
BAB/BAK, pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit, sepakati dengan ibu
kunjungan ulang.
107
Hal ini menandakan antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M sebagian
kecil terdapat kesenjangan dikarenakan pada tinjauan pustaka Health Education (HE)
terfokus pada masalah penanganan bendungan ASI sedangkan pada kasus Ny.M
health education (HE) secara umum pada ibu nifas seperti Health Education (HE)
tentang nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat
ASI esklusif, KB pasca salin dan jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti
tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI
ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013 yaitu,
bahaya masa nifas dan tidak menganjurkan ibu untuk menggunakan KB setelah
melahirkan.
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat
dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan klien serta kerja
sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.
d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa
g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.
h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang rasa
sakit.
k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
perbanyak minum.
1) Umum
2) Bendungan ASI
(a) Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara
bergantian.
(c) Memberikan Health Education (HE) tentang nutrisi dan gizi seimbang,
salin.
(d) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah
Dengan demikian antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M ada sebagian
kecil terdapat kesenjangan hal ini dikaarenakan karena pada tinjauan pustaka terfokus
pada masalah penanganan bendungan ASI sedangkan pada kasus Ny.M health
110
education (HE) secara umum pada ibu nifas seperti Health Education (HE) tentang
nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat ASI
esklusif, KB pasca salin dan jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti
tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI
dikarenakan pada Health Education (HE) tidak dijelaskan tentang tanda-tanda bahaya
masa nifas dan tidak menganjurkan pada ibu untuk menggunakan KB setelah
dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan dukungan dari ibu dan
keluarga klien.
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah
vital terutama tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, bendungan ASI dapat teratasi,
keadaan puting susu, ASI sudah keluar, bayi sudah menyusu, (Ambarwati, 2010).
kebidanan dengan bendungan saluran ASI selama 4 hari, evaluasi yang diperoleh
adalah bendungan ASI teratasi, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, ibu dapat
111
menyusui bayinya dengan benar keadaan umum ibu baik, tekanan darah
antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M ada kesesuaian dan tidak ditemukan
kesenjangan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti
tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI yaitu bendungan
ASI teratasi, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, ibu dapat menyusui bayinya
dengan benar, keadaan umum ibu baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 37 °C. Tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang
BAB V
PENUTUP
Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna tanggal 25 s.d
28 April 2015, maka penulis menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
dadanya terasa bengkak, keras dan nyeri, puting susu masuk kedalam, bayi tidak
menyusu karena ASI tidak keluar dan data obyktif diperoleh dari pemeriksaan
fisik yaitu pada payudara bengkak, teraba keras, puting susu masuk kedalam, ada
teliti dan akurat sehingga didapatkan diagnosa PIA0, postpartum hari ke-III
dengan bendungan ASI yang disertai masalah yang dialami Ny. M adalah buah
dadanya terasa bengkak, keras dan nyeri, puting susu masuk kedalam, bayi tidak
menyusu karena ASI tidak keluar sehingga pencegahan secara dini begitu
112
113
terjadinya mastitis. Namun hal ini tidak terjadi karena sudah mendapatkan
penanganan segera.
7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny ”M” yaitu pada tanggal 25 s.d 28
April 2015 maka di dapatkan hasil yaitu keadaan Ny”M” bendungan ASI
teratasi, puting susu sudah menonjol, bayi sudah dapat menyusu dengan baik,
dibuat dalam bentuk SOAP yang merupakan ringkasan dari 7 langkah Varney.
9. Telah dilakukan follow up asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M dengan
B. Saran
1. Agar karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah
2. Dengan adanya karya tulis ini kita dapat melihat betapa penting dilakukannya
3. Dengan adanya karya tulis ini para pembaca khususnya mahasiswa dapat
menambah wawasan dan pengetahuan terutama tentang masalah ibu nifas patologi
dengan bendungan ASI sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat dan
yang dapat mengarah kearah patologi, sehingga dapat mencegah kejadian yang
tidak diharapkan.
5. Sehingga dengan adanya karya tulis ini, bila benar-benar terjadi bendungan ASI
DAFTAR PUSTAKA
Estiwidani, Dwiana, Meilani, Niken & Widyasih, Hesty. (2011) Konsep Kebidanan.
Yogyakarta, Fitramaya.
http://www.google.com/stikes-kusuma-husada.ac.id.penelitian-bendungan-ASI.com di
Akses tanggal 9 Juni 2013 Pukul 09.30 WITA.
http://yuniochyrosiati.blogspot.com/2012/11/Dampak-bendungan-ASI.com di Akses
tanggal 9 Juni 2013 pukul 09.30 WITA.
http://ryandefinta.blogspot.com/2013/02/masa-nifas-dan-cara-menyusui-yang
benar.html diakses tanggal 9 Juni Pukul 09.30 WITA
http://2.bp.blogspot.com/-UxliaryzLXU/UYtorXu162I/AAAAAAAABHw/9BW4
8Ifmow/s1600/Perawatan-Payudara-Ibu-Menyusui.webp di Akses tanggal 9
Juni 2013 pukul 09.30 WITA.
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Media
Marmi (2011) Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Setyo Retno, Wulandari & Handayani S. (2011) Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas. Yogyakarta, Gosyen Publishing.
Siwi, Elisabeth & Purwoastuti, Endang (2015) Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta, PUSTAKA BARU PRESS.
Sulistyawati, Ari (2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta,
Andi.
Sumintar. 2008 http://www.f-buzz.com/wp-content/uploads/2008/08/susu-ibu.jpg;
Varney, Jan M. Kriebs & Carolyn L. Gegor (2012) Buku Saku Bidan. Jakarta, EGC.
117
Tabel : pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.M P1A0, post partum hari ke-