Anda di halaman 1dari 129

i

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


PADA NY “M” DENGAN BENDUNGAN ASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KABAWO KABUPATEN MUNA
TANGGAL 25 S.D 28 APRIL 2015

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh :

FATMAWATI
PSW.B.2012.IB.0008

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE


AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas


pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna
Tanggal 25 s.d. 28 April 2015

Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI

1. Sitti Dhia Ul Haq, S.ST., M.Kes (…...............…………..........)

2. Fitria Ningsih, S.ST (….........……….......….........)

3. Asrini, S.ST (…...............…….................)

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

iii
iv

RIWAYAT HIDUP

A. IdentitasDiri
1. Nama : Fatmawati
2. Tempat/ tanggallahir : Bente, 5 Juni 1994
3. Agama : Islam
4. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
5. Alamat : Desa Bente kecamatan Kabawo
B. Identitas Orang Tua
1. Nama Ayah danIbu : La Siba danWaLeko
2. Alamat : Desa BenteKecamatanKabawo
C. Pendidikan
1. Tamat Sekolah Dasar (SD) Negeri 11Kabawo Tahun 2006
2. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kabawo Tahun 2009
3. Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kabawo Tahun 2012
4. Mengikuti Pendidikan Diploma (DIII) Kebidanan di Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna Tahun 2012 sampai sekarang.

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan
judul “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny “M” Ibu
Nifas dengan Bendungan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna mulai tangga l25 s.d. 28 April 2015“ tepat pada waktunya. Adapun penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII
Kebidanan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna. Penghargaan
yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tidak henti penulis hanturkan pada Ibu
Fitrianingsih, S.ST selaku Pembimbing I dan ibu Asrini, S.ST selaku Pembimbing
II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, kesabaran, petunjuk,
pengarahan, dan dorongan, maupun moril yang begitu sangat berharga.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :

1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Kabupaten Muna dan Sebagai Penguji Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan kepada penulis
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta mengikuti pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
3. Seluruh jajaran Dosen dan para staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang
telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

v
vi

4. Ibu Wajib, S.ST selaku bidan kordinator puskesmas kabawokabupaten munayang


telahmembantu baik waktu dan tenaga serta bimbingan yang tidak ada henti
sampai akhir penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Orang tuaku Ayahanda La Sibadan IbundaWaLekoyang paling kucintai dan
kusayangi, yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun material
serta do’a restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama mengikuti
pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT tetap menjaga orang-orang yang paling
kucintai dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya.
6. Seluruh Keluarga Besarku dan kakak serta adik-adikku Harianto, Maulid,
Hasnawati yang banyak membantu mulai dari awal mengikuti pendidikan sampai
akhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan, kekuatan lahir dan batin agar mereka dapat juga melanjutkan sekolah
dengan sebaik mungkin.
7. Sahabat-sahabatku Nia, Eka putu, Ati, Rasna dan semua rekan-rekan seangkatan
serta yang pernah menjadi temanku terima kasih atas do’a kalian dan terima kasih
juga telah memberi warna dalam kehidupan persahabatan ini.
8. Semua pihak yang turut membantu dalam terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan pada penulis akan
mendapatkan pahala yang setimpal dariTuhan Yang Maha Esa.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak kekurangan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Studi Kasus ini.Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun pihak lain yang
membutuhkannya.

Raha , Juli 2015

Penulis

vi
vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................... i
LembarPersetujuan........................................................................................ ii
Lembar Pengesahan....................................................................................... iii
Riwayat Hidup............................................................................................... iv
Kata Pengantar............................................................................................... v
Daftar Isi........................................................................................................ vii
Daftar Tabel................................................................................................... ix
Daftar Gambar............................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................. 6
C. Tujuan Telaah..................................................................................... 6
D. Manfaat Telaah.................................................................................. 8
E. Metode Telaah.................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan......................................................................... 11
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 13
A. Telaah Pustaka................................................................................... 13
1. Masa Nifas................................................................................... 13
2. Bendungan ASI............................................................................ 32
B. Konsep Manajemen Kebidanan......................................................... 42
1. Pengertian Manajemen Kebidanan.............................................. 42
2. Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas............. 43
3. Langkah-langkah Manajemen...................................................... 53
C. Dokumentasian (SOAP)..................................................................... 72
BAB III STUDI KASUS.............................................................................. 73
A. Pengumpulan Data Dasar................................................................... 73

vii
viii

B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual............................................... 79


C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial........................................... 82
D. Menilai perlunya intervensi segera, Konsultasi dan Kolaborasi....... 82
E. Perencanaan Asuhan Kebidanan........................................................ 83
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan (Implementasi)............................... 87
G. Evaluasi Keefeksifan Asuhan............................................................ 89
H. Pendokumentasian............................................................................. 90
I. Catatan Perkembangan....................................................................... 95
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 99
A. Pengumpulan data dasar.................................................................... 99
B. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Aktual....................................... 100
C. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial.................................... 102
D. Menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi......... 103
E. Perencanaan Asuhan Kebidanan......................................................... 103
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan......................................................... 106
G. Evaluasi............................................................................................... 109
BAB V PENUTUP........................................................................................ 111
A. Kesimpulan......................................................................................... 111
B. Saran.................................................................................................... 113
Daftarpustaka................................................................................................. 114
Lampiran-lampiran

viii
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Program Asuhan Masa Nifas................................................................. 19

Tabel 2 : Perbedaan Kandungan Kolostrum, ASI Transisi, dan ASI Matur........ 24

Tabel 3 : Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum............ 43

ix
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 :Posisi-Posisi dalam Menyusui dan Menyandawakan bayi............... 26

Gambar 2 : Macam-Macam Posisi Dalam Menyusui......................................... 26

Gambar 3 : TeknikMenyusui yang BaikdanBenar............................................. 28

Gambar 4 : Teknik menyokong payudara.......................................................... 37

Gambar 5 : Gerakan memutar satu payudara..................................................... 38

Gambar 6 : Gerakan memutar kedua payudara.................................................. 38

Gambar 7 : Mengurut payudara.......................................................................... 39

Gambar 8 : perawatan payudara pada ibu menyusui.......................................... 39

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan hal yang penting diperhatikan guna menurunkan

angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masa yang cukup penting bagi tenaga

kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan yang kurang

maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Bahkan dapat

berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari

penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor

dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan

perhatian yang tinggi pada masa ini. (Sulistyawati, 2009)

Masa nifas merupakan masa rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian terjadi

setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian masa nifas terjadi pada 24 jam

pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi pada

masa nifas.

Selama ini, perdarahan pasca persalinan merupakan faktor penyebab angka

kematian ibu, namun dengan meningkatnaya persediaan darah dan sistem rujukan,

maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

Macam-macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis,

peritonitis, infeksi saluran kemih, bendungan ASI, mastitis, abses payudara.

Bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mammae (mastitis).

1
2

Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada

payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah persalinan. Salah satu penyebab

bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam. Puting susu yang terbenam akan

menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan

areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Payudara yang

bengkak jika tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah

infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis

umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara.

Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu

yang berlanjut / bendungan ASI. (Elisabeth, 2015)

Menurut laporan badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

mencatat bahwa angka kematian ibu nifas meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2009

ibu nifas sebanyak 80 % atau sekitar 860.000 dan yang meninggal dunia sekitar 20 %

karena perdarahan dan infeksi. Sementara pada tahun 2011 jumlah ibu nifas

mengalami peningkatan 5 % dari tahun sebelumnya atau sekitar 928.000 dengan

angka kematian ibu nifas sebanyak 25 % akibat perdarahan, infeksi dan penyebab

lainnya. Menurut WHO, dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe

akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen

pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara

sering terasa penuh, tegang, dan nyeri, walaupun tidak disertai dengan demam.

Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan

ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis.


3

Pada Oktober yang lalu dikejutkan dengan hasil perhitungan angka kematian

ibu (AKI) menurut Survei Demograsi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang

menunjukan peningkatan (dari 228 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000

kelahiran hidup).

Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah

kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang

banyak ditemui dan dapat berlangsung dalam waktu lama. Diperkirakan bahwa 60%

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa

nifas terjadi dalam 24 jam pertama, angaka mobiditas pada ibu nifas salah satunya

disebabkan oleh bendungan ASI, pada tahun 2009 ditemukan ibu nifas dengan

bendungan ASI sebanyak 28 orang dari 50 ibu nifas (Depkes, 2009).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya terjadinya bendungan ASI yaitu puting

susu datar sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu, kadang – kadang pengeluaran

susu juga terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta

pembuluh limfe (Manuaba, I.Gde (2002)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3%

anak yang mendapatkan ASI Eksklusif. Angka ini masih jauh di bawah angka global

yang juga rendah, di mana hanya 32,6% anak yang disusui eksklusif.

Survey Demografi kesehatan Indonessia (SDKI) tahun 2009 menunjukan bahwa

55% ibu menyusui. Pada hakekatnya semua wanita dapat menyusui dari penelitian

terhadap 900 ibu sekitar Jabodetabek (2008) di peroleh bahwa 98% ibu-ibu tersebut

menyusui,akan tetapi selama masa menyusui tersebut ada kalanya timbul masalah-
4

masalah seperti ibu mengalami mastitis, puting susu lecet, abses payudara dan puting

terbenam. Masalah-masalah tersebut biasanya timbul karna kurangnya perawatan

payudara dan teknik menyusui yang tidak benar. Kurangnya perawatan payudara ini

disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan payudara

Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-

ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui. Adanya kesibukan keluarga dan

pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan

perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan

angka kejadian bendungan ASI. (Depkes RI, 2006).

Di Indonesia, anjuran dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33

tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban

ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan.

"Dari berbagai sumber data dapat saya simpulkan bahwa perkembangan cakupan

pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah dan menunjukkan perkembangan

yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita

mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia

Tenggara," kata Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan Pekan

ASI Sedunia 2012 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (19/9/2012).

Selain itu, Menkes juga menyatakan bahwa penyebarluasan informasi di

antara petugas kesehatan dan masyarakat ternyata juga belum optimal. Hanya sekitar

60% masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40 % tenaga

kesehatan terlatih yang bisa memberikan konseling menyusui.


5

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara

telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang

tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat

menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena

adanya pembantasan waktu menyusui. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu

puting susu yang terbenam. (Prawirohardjo, 2011;hal 652).

Suatu hal yang menggembirakan adalah hampir seluruh bayi yaitu 95,4% di

perkotaan dan 96,7% di pedesaan pernah disusui dan terus diberikan sampai anak

berusia 23,9 bulan. Gambaran ini menunjukan bahwa kita perlu berkonsentrasi penuh

untuk menyukseskan peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sehingga target

sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan Republik

Indonesia (Depkes RI) dapat dipenuhi.

Sementara di Sulawesi Tenggara, jumlah ibu menyusui yang diberikan Air

susu ibu (ASI) Eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan adalah 65,93%. Angka ini

jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 56,6% dan kota

Meskipun menduduki urutan kedua tertinggi dalam pemberian air susu ibu (ASI)

Eksklusif dibandingkan dengan 9 kabupaten atau kota lainnya di Propinsi Sulawesi

Tenggara yakni 73,4%.

Jumlah ibu nifas di Kabupaten Muna pada tahun 2013 yaitu 5863 orang, dan

pada tahun 2014 yaitu 5671 orang. Pada tahun 2013 ibu yang memberikan ASI

ekslusif pada bayinya yaitu 1930 orang sedangkan tahun 2014 yang memberikan ASI

eklusif pada bayinya yaitu 1984 orang. (Profil Dinkes kabupaten muna).
6

Jumlah ibu nifas di Puskesmas Kabawo tahun 2012 yaitu 266 orang yang

memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang sedangkan tahun 2013 yaitu

262 orang dan yang memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak 3 orang. Pada

tahun 2014 yaitu 263 orang dan yamg memiliki komplikasi bendungan ASI sebanyak

5 orang. Pada awal survei dari bulan Januari s.d Mei 2015 yang memiliki komplikasi

bendungan ASI sebanyak 5 orang.

Sehingga dari data yang ada penulis tertarik untuk mengadakan studi kasus

yang berjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada

Ny “M” dengan Bendungan ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten

Muna Tanggal 25 s.d 28 April 2015”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penulisan studi kasus meliputi Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ibu nifas Pada Ny “M” dengan Bendungan

ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Tanggal 25 s.d 28 April

2015.

C. Tujuan Telaah

1. Tujuan Umum.

Mampu melaksanakan Manajemen dan pendokumentasian Asuhan Kebidanan

ibu nifas Pada Ny “M” Dengan Bendungan ASI Di wilayah Kerja Puskesmas

Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015

dengan menggunakan 7 langkah Varney.


7

2. Tujuan Khusus.

a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny “M” dengan

Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang

dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

b. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah aktual pada Ny “M”

dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten

Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

c. Dapat merumuskan dan menegakan diagnosa/masalah potensial pada Ny

“M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan

masalah pada Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas

Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April

2015.

e. Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny “M” dengan

Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang

dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

f. Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan yang telah disusun pada

Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.


8

g. Dapat mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada

Ny “M” dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam Asuhan

Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny “M” dengan Bendungan ASI di

wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada

tanggal 25 s.d 28 April 2015.

i. Melakukan follow up Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan Ny “M”

dengan Bendungan ASI di wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten

Muna yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

D. Manfaat Telaah

1. Manfaat Teoritis.

a. Bidang kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang

nifas dengan bendungan ASI..

b. Bagi penulis

Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembangkan studi kasus

berikutnya
9

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Pendidikan.

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan

dalam mengatasi masalah ibu nifas khususnya masalah bendungan ASI serta

dapat digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan untuk studi

kasus selanjutnya.

b. Bagi Lahan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan informasi untuk

meningkatkan asuhan manajemen kebidanan yang diterapkan terhadap klien

dalam mengatasi masalah ibu nifas serta memberikan perawatan ibu nifas

yang baik dan benar.

c. Manfaat bagi Penulisan.

Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.

E. Metode Telaah

Dalam penulisan Studi Kasus ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan.

Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya antara lain: membaca buku

dari berbagai sumber dan mengakses data melalui internet.


10

2. Studi Kasus.

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah

melalui asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosa/

masalah aktual mapun potensial, melakukan tindakan segera atau kolaborasi,

perencanaan, implementasi atau evaluasi serta mendokumentasikan asuhan

kebidanan yang telah diberikan pada klien dengan bendungan ASI untuk

memperoleh data yang akurat, maka penulis menggunakan teknik:

a. Anamnase

Penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya guna

mendapatkan keterangan/informasi yang di perlukan untuk memberikan

asuhan kebidanan pada klien tersebut.

b. Observasi

Dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung keadaan dan pola hidup

klien dengan cermat secara fisik dan keluarga.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki

(head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.


11

3. Studi Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber

dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjang yaitu hasil

pemeriksaan diagnostik.

4. Diskusi

Penulis mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang

menangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen pembimbing

Studi Kasus.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang karya tulis

ilmiah ini, yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam

karya tulis ini dapat dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai

berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan

telaah, manfaat telaah, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berisi tentang telaah pustaka dan konsep manajemen kebidanan,

untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a. Telaah pustaka yang berisi tentang masa nifas meliputi pengertian masa nifas,

tahapan masa nifas, kebijakan pemerintah tentang masa nifas. Kemudian


12

berisi tentang laktasi, konsep dasar bendungan ASI meliputi pengertian, tanda

dan gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan.

b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian, pedoman penerapan pada

masa nifas, langkah-langkah manajemen kebidanan dan dokumentasi asuhan

kebidanan.

3. Bab III Studi Kasus

Studi kasus berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa dan

masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, perlunya tindakan

segera/kolaborasi dan konsultasi, rencana asuhan, implementasi dan evaluasi.

Kemudian berisi tentang pendokumentasian dan catatan perkembangan.

4. Bab IV Pembahasan

Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran, lalu

membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus dibuat bukan hanya

jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika hasil telaah sesuai teori

harus diberikan penjelasan, termasuk hal-hal yang mendukung kondisi yang ada.

Uraian tersebut memuat penjelasan secara teoritik tentang mekanisme mengapa

hasilnya demikian. Dengan fokus pada aspek teoritik dan aspek telaah.

5. Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. selain itu dalam pembuatan studi

kasus ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

1) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

2) Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta

(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali kesaluran

reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini disebut

puerperium.

3) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan

seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

4) Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya

masa nifas ini yaitu kira – kira 6-8 minggu.

5) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan,

penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan. Proses masa nifas

berkisar antara 6 minggu atau 40 hari.


13
14

6) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya pasenta

sampai dengan 6 minngu (42 hari) setelah itu.

7) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan.

8) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6

minggu.

9) Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran

yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi

kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

10) Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang

dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya

memerlukan waktu 6-12 minggu. (Elisabeth, 2015).

11) Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan setelah

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

12) Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Ai Yeyeh

Rukiyah, 2011).

Dari pengertian-pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama

kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.


15

b. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :

1). Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,

atau tahun.(Elisabeth, 2015).

c. Involusio dan Subinvolusio Masa Nifas

1) Involusio

Involusio uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu

organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan

uterus setelah melahirkan.Involusio uteri adalah mengecilnya kembali

rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal.

Proses involusio dapat terjadi secara cepat atau lambat, factor-

faktor yang mempengaruhi involusio uterus antara lain:

a) Mobilisasi dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah

anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah

karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi

uterus yang diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang


16

terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam

uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang

diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut mengecil.

b) Status gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan

jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu postpartum

maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari

kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan

pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk

menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu postpartum dengan status

gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga

tidak tejadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusio

uterus.

c) Menyusui

Pada proses menyusui ada reflex let down dari isapan bayi merangsang

hipofise posterior mengeluarkan hormone oxytosin yang oleh darah

hormone ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi

sehingga proses involusi uterus terjadi.

d) Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses

penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak.

Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein,


17

serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan

protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan

penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini menghambat

involusi uterus.

e) Parietas

Parietas mempengaruhi involusio uterus, otot-otot yang terlalu sering

teregang memerlukan waktu yang lama.

2) Subinvolusio

Subinvolusio adalah kegagalan perubahan fisiologi pada sistem

reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang

reproduktif. Subinvolusio dapat terjadi pada :

a) Subinvolusio uterus

Subinvolusio uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola

normal involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana

mestinya sehingga proses pengecilan uterus terlambat.

b) Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi.

c) Subinvolusio tempat plasenta

Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah.

d) Subinvolusio ligament

Yaitu kegagalan ligament dan diafragma pelvis vasia kembali seperti

sedia kala.
18

e) Subinvolusio seviks

Yaitu kegagalan seviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil.

f) Subinvolusio lochea

Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea.

berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.

g) Subinvolusio vulva dan vagina

Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti

semula setelah beberapa hari postpartum.

h) Subinvolusio perineum

Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan.

d. Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan

tujuan untuk :

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya.


19

Tabel 1. PROGRAM ASUHAN DAN KEBIJAKAN TEKNIK MASA NIFAS


Kunju Waktu Tujuan
ngan
1 6-8 jam a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.
setelah b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
persalinan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan ibu untuk mempercepat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2 6 hari a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
setelah fundus di bawah umbilcus tidak ada perdarahan abnormal, dan
persalinan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
3 2 minggu a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
setelah fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan
persalinan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda deman, infeksi, atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami
setelah atau bayinya.
persalinan b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Elisabeth, 2015).

e. Anatomi dan Fisiologi payudara

1) Anatomi payudara

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara

horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan


20

subkutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis

mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah

200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa ukuran

600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas

fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan

biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan

oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan

lemak.

Ada 3 bagian utama payudara, yaitu korpus (badan), areola, papilla

atau puting. Areola mammae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting

susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penapisan dan

penimbunan pigmen pada kulitnya.

Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya

variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula.

Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakam muara dari

duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler

sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan

menybabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal

akan menarik kembali puting susu tersebut.

Ada 4 macam bentuk puting yaitu bentuk normal/umum,

pendek/datar, panjang dan terbanam. Namun bentuk-bentuk puting ini tidak

terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
21

susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot”

kedalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada

bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bias

menyusu dengan baik.

2) Fisiologis Payudara

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat terjadi

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen

yang yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar

estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh proklaktin lebih

dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan

lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis,

sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting

dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan refleks aliran timbul akibat

perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

a) Reflex prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada

puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa

ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk

mengeluarkan hormone proklatin kedalam darah. Melalui sirkulasi

prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi ASI. Jumlah

prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan


22

dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi

mengisap

b) Refleks Aliran (let down reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga

mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin.

Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat

juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down adalah

tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini

dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.

f. ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif adalah

bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai

usia 6 bulan, tanpa makanan tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari

buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-

buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim.

Manfaat ASI ekslusif yaitu :

1) Manfaat bagi bayi

a) ASI sebagai nutrisi.

b) ASI sebagai kekebalan.

c) ASI meningkatkan jalinan kasih saying


23

2) Manfaat bagi ibu menyusui

a) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta

mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula

b) Menjarangkan kehamilan

c) Lebih cepat langsing kembali

d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

e) Lebih ekonomis dan murah

f) Tidak merepotkan dan hemat waktu

g) Portabel dan praktis

h) Memberi kepuasan pada ibu

g. Komposisi Gizi dalam ASI

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium

laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam :

1) Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ketiga setelah bayi lahir.

Kolostrum merupakan cairan agak kental berwarna kekuning-kuningan

disbanding dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung

butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:

a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap

untuk menerima makanan.

b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga

dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.


24

c) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari

berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan.

2) ASI Masa Transisi

ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10.

3) ASI Matur

ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya.

Di bawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara

kolostrum, ASI transisi dan ASI matur, yang disajikan pada Tabel.

Tabel 2. PERBEDAAN KANDUNGAN KOLOSTRUM, ASI


TRANSISI, DAN ASI MATUR
ASI ASI
KANDUNGAN KOLOSTRUM
TRASISI MATUR
Energy (kg/kal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,4-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
(Elisabeth, 2015)

h. Cara Menyusui Yang Benar

1) Cara menyusui dengan sikap duduk:

a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi pendek

agar kaki tidak tergantung dengan punggung bersandar di sandaran

kursi.
25

b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada

puting, dengan manfaat sebagai desinfektan dan menjaga

kelembapan puting susu.

c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi dengan posisi

bayi di atas pangkuan ibu dengan cara :

(1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.

Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong ditahan dengan

telapak tangan ibu.

(2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu

di depan.

(3) Perut bayi menempel badan ibu, kepal bayi menghadap payudara.

(4) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus.

(5) Ibu menetap bayi dengan kasih sayang.

(6) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan

ibu jari menekan payudara bagian atas areola.

(7) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks)

dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh

sisi mulut bayi.

(8) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola

dimasukkan ke mulut bayi. (Setyo, 2011).


26

Gambar 1 : Posisi-Posisi dalam menyusui dan Menyandawakan bayi

Gambar 2 : Macam Macam Posisi Dalam Menyusui

2) Melepaskan isapan bayi

a ) Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,

sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain.

b) Cara melepas isapan bayi: jari kelingking ibu dimasukkan ke

mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

c) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum

terkosongkan.
27

d) Setelah selesai menyusui, ASI dikelurkan sedikit kemudian

dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan

kering dengan sendirinya. (Setyo Retno, 2011).

3) Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengelurkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan

bayi:

a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu lalu

usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.

4) Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar

a) Bayi dalam keadaan tenang

b) Mulut bayi terbuka lebar

c) Bayi menempel betul pada ibu

d) Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara

e) Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi

f) Bayi Nampak pelan pelan menghisap dengan kuat

g) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis


28

Gambar 3 : Teknik Menyusui yang Baik dan Benar

i. Masalah Menyusui pada masa nifas

1) Puting susu datar/ tertarik kedalam

Penanganannya adalah dengan pengurutan puting susu, posisi puting susu

ini akan menonjol keluar seperti keadaan seperti normal. Jika dengan

pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan

memakai breast sbield atau dengan pompa ASI atau dapat ditarik dengan

menggunakan spoit.

2) Puting susu nyeri

Kebanyakan puting susu nyeri disebabkan oleh kesalahan dalam teknik

menyusui, yaitu tidak menyusu sampai kalang payudara. Bila bayi menyusu

hanya pada puting susunya, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena

gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada

ibunya akan terjadi nyeri pada puting susunya.


29

3) Puting susu lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi

lecet. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah,

tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.

4) Bengkak pada payudara

Pengeluaran air susu tidak lancar disebabkan karena puting susu jarang

diisap.

Penatalaksanaan :

a) Payudara dikompres dengan air hangat.

b) Payudara diurut sehingga air susu mengalir keluar, atau dengan pompa

ASI/ payudara.

c) Bayi disusui lebih sering.

d) Untuk menghilangkan rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet

analgetika.

5) Mastitis

Mastitis adalah radang pada payudara. Payudara bengkak yang tidak disusui

secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Puting susu lecet akan

memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengakak.

6) Abses payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini

disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.


30

j. Keadaan Abnormal yang menyertai kala nifas

Beberapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas, keadaan

abnormal tersebut adalah sebagai berikut :

1) Keadaan abnormal pada rahim

a) Subinvolusi uteri

Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat.

Penyebab terjadinya involusio uteri adalah terjadi infeksi pada

endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan

darah, atau mioma uteri.

b) Perdarahan kala nifas sekunder

Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24

jam pertama setelah persalinan. Penyebab utama perdarahan kala nifas

sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi

pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri

bersama dengan kehamilan dan inversio uteri.

c) Flegmasia alba dolens

Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis

yang mengenai pembuluh darah vena femoralis

2). Keadaan abnormal pada payudara

a) Bendungan ASI

(1) Karena sumbatan pada saluran ASI.


31

(2) Tidak dikosongkan seluruhnya.

(3) Keluhan : mammae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu

badan meningkat.

(4) Penanganan : mengosongkan ASI dengan masase atau pompa,

memberikan estradiol.

b) Mastitis dan Abses Mammae

(1) Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan

infeksi mammae.

(2) Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus

aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan

demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan mammae, dan

terjadi perubahan warna kulit mammae.

2. Bendungan ASI

a. Pengertian

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan

duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu adalah

terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan

limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan

suhu badan. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe

pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi yang

disebabkan overdistensi dari saluran system laktasi. (Sarwono, 2005).


32

Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan

vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui tidak

kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat

terjadi setelah hari ketiga melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat

serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada

duktus.

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal,

payudara sering mengalami distensi, menjadi keras dan berbenjol-benjol.

Keadaan ini disebut sebagai bendungan air susu atau “caked breast”, sering

menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan biasa disertai dengan kenaikan

suhu yang sepintas. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena

normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara yang

merupakan procursor reguler untuk terjadinya laktasi. Apabila hal ini tidak

teratasi maka akan mengakibatkan terjadinya mastitis. Keadaan ini bukan

akibat overdistensi sistem lacteal oleh air susu. Demam nifas akibat distensi

payudara sering terjadi. Lamanya panas yang terjadi berkisar 4-16 jam dan

suhu tubuhnya berkisar dari 38 hingga 390C. Sesudah bayi lahir dan plasenta

keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor

dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitari laktogenik hormon

(prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak

dikeluarkannya lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini

menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi oleh air susu, tetapi


33

untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-

sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar

tersebut. (Prawirahardjo, 2009).

b. Gejala bendungan Air Susu Ibu (ASI)

Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan

payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta

seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-

tanda kemerahan dan demam. Ibu dianjurkan untuk terus memberikan air susu

kepada bayinya. Bila payudara terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu,

sebaiknya air susu di keluarkan dulu untuk menurunkan ketegangan payudara.

(Sarwono Prawirahardjo 2009). Gejala bendungan Air susu ini juga di tandai

dengan payudara bengkak dan keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari

sampai 5 hari setelah persalinan. (Elisabeth, 2014).

c. Faktor Penyebab Bendungan Air Susu Ibu (ASI)

Bendungan Air Susu Ibu di sebabkan oleh pengeluaran air susu yang

tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,

terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan

dapat pula karena adanya adanya pembatasan waktu menyusu. (Sarwono

Prawirahardjo 2009).

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.

Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu

dan akibatnya terjadi bendungan ASI. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak
34

menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,

maka akan menimbulkan bendungan ASI. Dalam masa laktasi, terjadi

peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila

bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan,

maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak

dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

d. Pencegahan

1) Menyusui bayinya segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang

benar.

2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand).

3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi

kebutuhan bayi.

4) Jangan memberikan minuman lain pada bayi.

5) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase dan sebagainya).

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bendungan air susu di lakukan dengan pemakaian

kutang untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan

menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan

dengan pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.

Kalau perlu di beri supresi laktasi untuk sementara agar bendungan terkurangi

dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan pijitan. Keadaan ini pada

umumnya akan menurun dalam beberapa hari dan bayi dapat menyusu dengan
35

normal. (Sarwono Prawirahardjo 2009).

Penatalaksanaan umum bendungan air susu adalah sebagai berikut :

1) Sangga payudara ibu dengan bra yang pas.

2) Kompres payudara dengan menggunakan air hangat selama 5 menit.

3) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.

4) Keluarkan air susu dari bagian depan payudara sehingga puting jadi lunak.

5) Susukan bayi 2 sampai 3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand

feading) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar.

6) Pada masa-masa awal bila bayi yang menyusu tidak mampu

mengosongkan payudara, mungkin di perlukan pompa atau pengeluaran air

susu secara manual dari payudara.

7) Letakan kain dingin dan kompres dengan es pada payudara setelah

menyusui atau setelah payudara di pompa.

8) Bila perlu berikan parasetamol 3x500 mg untuk mengurangi nyeri kemudian

lakukan evaluasi setelah 3 hari.(Pelayanan Kesehatan Edisi I, 2013)

a) Bila ibu menyusui

(1) Susukan sesering mungkin.

(2) Kedua payudara disusukan.

(3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.

(4) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,

sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.


36

(5) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan

atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.

(6) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai

bendungan teratasi.

(7) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.

(8) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan

pengurang rasa sakit.

(9) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak,

bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.

(10) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.

(11) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan

tubuh dan perbanyak minum.

(12) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

(13) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

b) Bila ibu tidak menyusui

(1) Sangga payudara

(2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan

rasa sakit.

(3) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.

(4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.


37

f. Perawatan payudara

Indikasi perawatan payudara dilakukan pada payudara yang tidak

mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan

puting tidak menonjol/masuk ke dalam. Terdapat beberapa cara dalam

melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui.

Cara pemijatan payudara pada ibu menyusui yang dilakukan 2 kali

sehari sejak hari ke dua persalinan yaitu :

Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil

dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan

berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.

Teknik menyokong payudara

Selanjutnya buatlah derakan memutar sambil menekan dari pangkal

payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan

gerakan seperti ini pada payudara kanan.


38

Gerakan memutar satu payudara

Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara dua

payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan

melepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.

Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari

diatas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil

meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu. Lakukan hal yang

sama pada payudara kanan.

Gerakan memutar kedua payudara


39

Lalu sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain

mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah panggkal payudara ke arah

puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu

tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara. Luncurkan kedua

tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan .

ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.

Mengurut payudara

Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI.

Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir

yang tak kalah penting, mencegah bendungan ASI pada payudara.

Gambar 5. Perawatan payudara pada ibu menyusui


40

Cara lain dalam perawatan payudara yang sering dilakukan oleh tenaga

kesehatan di klinik yaitu :

1) Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan

pakaian atas.

2) Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau

baby oil selama 2-3 menit.

3) Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan

gerakan memutar dari dalam keluar.

4) Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral

keluar, apabila didapat puting tidak menonjol lakukan penarikan.

5) Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan

melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua

payudara dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan kedepan

sambil menghentakan payudara. Pengurutan dilakukan 20-30 kali.

6) Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan

pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20-

30 kali. Lakukan pada kedua payudara.

7) Langkah selanjutnya, dengan menggunakan sendi-sendi jari posisi tangan

mengepal, tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan

pengurutan dari pangkal kearah puting. Lakukan sebanyak 20-30 kali pada

tiap payudara.
41

8) Meletakan waskom dibawah payudara dan dan menggunakan was lap yang

dibasahi air hangat.

9) Mengguyur payudara kurang lebih 5 kali kemudian di lap dengan waslap

bergantian dengan air dingin, masing-masing 5 kali guyuran kemudian di

akhiri dengan air hangat.

10) Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang dibahu.

11) Memakai BH yang dapat menopang payudara.

B. Konsep Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir logis dan

sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi

seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang

menjadi tanggung jawabnya. (Elisabeth, 2015).

Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 manajemen kebidanan adalah

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Menurut Depkes RI, 2005 manajemen kebidanan adalah metode dan

pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan

dalam memberikan asuhan kepada individu, keluarga dan masyarakat.


42

2 Metode Penerapan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

a. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu :

1) Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh

anak.

2) Tujuan khusus

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.

b) Melaksanakan skrining yang komprehensif.

c) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu dan bayinya.

d) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.

e) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Elisabeth, 2015).

b. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000

gram.
43

(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah

pusat dengan berat uterus 750 gram.

(3) Satu minggu, ligament uterus dan postpartum tinggi fundus uteri

teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram.

(4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis dengan berat uterus 350 gram.

(5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan

berat uterus 50 gram. Perubahan sistem perkemihan.

Tabel 3. PERUBAHAN-PERUBAHAN NORMAL PADA UTERUS


SELAMA POST PARTUM
Waktu TFU Bobot uterus Diameter uterus Palpasi
serviks
Pada Setinggi pusat 900-1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak
akhir
persalinan
Akhir 1 450-500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat sympisis
minggu 2
ke 1
Akhir Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm
minggu
ke 2
Akhir Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
minggu
ke 6
(Ambarwati, 2010).

b) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Macam-macam lochea :

(1) Lochea rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium,

selama 2 hari postpartum.


44

(2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, 3-

7 hari postpartum.

(3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 postpartum.

(4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

(5) Locheastasis: lochea tidak lancer keluarnya.

c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,

ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6

minggu persalinan serviks menutup.

d) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keaadaan

kendor. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara bila labia menjadi lebih menonjol.

e) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali


45

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari pada

keadaan sebelum melahirkan.

f) Payudara

Perubahan pada payudara dapat meliputi:

(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan

hormone prolaktin setelah persalinan

(2) Kolostrum adalah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada

hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.

(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses

laktasi.

2) Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan oedema leher buli-buli

sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang

pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,

kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter

yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

3). Sistem gastrointestinal

Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun


46

asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,

gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum

melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat

menghalaangi keinginan ke belakang.

4). Perubahan sistem endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam

postpartum. Progesteron turun pada hari ke-3 postpartum. Kadar prolaktin

dalam darah berangsur-angsur hilang.

5). Perubahan sistem kardiovaskuler

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera

setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang

mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh

darah kembali keukuran semula.

6). Perubahan sistem Hematologi

Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah berkisar

15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara

25.000-30.000 merupakan manifestasi adanya infeksi partus lama, dapat

meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan

tekanan darah, volume plasma dan volume sel darah merah.

Pada 2-3 hari postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2

% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas
47

berkisar antara 1500 ml. 200-200ml hilang pada saat persalinan; 500-800

ml hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada saat

nifas.

7). Perubahan tanda-tanda vital

(a). Suhu badan

24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0c -38 0c)

sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan

kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan naik lagi. Pada

hari ketiga suhu badan akan naik karena ada pembentukan ASI, buah

dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila

suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,

mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain.

(b). Nadi

Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi itu akan meningkat lebih cepat.

Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini

mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang

tertunda.

(c). Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi

postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.


48

(d). Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernapasan

juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran

pernapasan.

8). Perubahan sistem musculoskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi

dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat

proses involusi.

c. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Fase-fase yang dialami ibu pada masa nifas yaitu:

1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama

sampai hari kedua melahirkan.

2). Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan.

3). Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

d. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa

nifas antara lain :


49

1). Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai

dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis

selama masa nifas.

2). Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3). Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

4). Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu

dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5). Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6). Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang

baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

7). Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

mengidentifikasi, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melakukannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah

komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode

nifas.

8). Memberikan asuhan secara profesional.

e. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1) Nutrisi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan olehn tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui


50

akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena

sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk

menyehatkan bayi. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah

porsi yang cukup, tidak terlalu asin, pedas, berlemak, tidak mengandung

alkohol, nikotin serta pengwet atau pewarna. Disamping itu harus

mengandung sumber energy, sumber pembangun, dan sumber pengatur dan

pelindung.

2) Ambulasi

Disebut juga early embulation, adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas

mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24-28 jam postpartum.

3) Eliminasi : BAB atau BAK

(a) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam.

(b) Defekasi

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien

pada hari ke tiga belum buang air besar maka diberikan laksan

supersitoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara

teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang

banyak, makanan cukup serat, olahraga.


51

4) Kebersihan diri

Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar

mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mammae yang

dilanjutkan perawatan perineum.

5) Istirahat

Anjurkan ibu untuk :

(a) Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.

(b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

(c) Kembali kekegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.

(d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk

istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.

6) Seksual

Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka

koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum.

7) Keluarga Berencana

Setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun. Pada dasarnya ibu

tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh enam bulan

belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap

metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontraksi jauh lebih aman.

8) Pemberian ASI/laktasi

Hal-hal yang dibutuhkan kepada pasien :


52

(a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah

disusukan.

(b) Ajarkan cara menyusui yang benar.

(c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI

ekslusif).

(d) Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand).

(e) Diluar menyusui jangan memberikan dot / kempeng pada bayi, tapi

berikan ASI dengan sendok.

(f) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan

frekuensi pemberian ASI.

3. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan

yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan Evaluasi.

Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut varney :

a. Tahap Pengumpulan Data Dasar (Langkah 1)

Penumpulan data dasar atau pengkajian adalah mengumpulkan

semua data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Langkah

ini merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.


53

1) Data Subyektif

a) Biodata yang mencangkup identitas pasien.

(1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari

agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.

(2) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental

dan fisiknya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun

rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

(3) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing

atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

(4) Pendidikan

Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.

(5) Suku/ Bangsa

Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

(6) Pekerjaan

Yaitu untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.


54

(7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan.

b) Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa

nifas, misalnya pasien meraarena adanya luka jahitan pada perineum.

Gejala bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan

payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri

serta seringkali di sertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat

tanda-tanda kemerahan dan demam. Salah satu penyebab bendungan ASI

adalah puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009)

c) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat Kesehatan yang Lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat

atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang

dapat mempengaruhi pada masa ini.

(2) Riwayat Kesehatan Sekarang.

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan ada

penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan

bayinya.
55

(3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan

bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.

d) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau

tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan

dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.

e) Riwayat Obstetrik

(1) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu.

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus atau tidak, jumlah anak,

cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang

lalu.

(2) Riwayat Persalinan Sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan

bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk

mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak

yang biasa berpengaruh pada masa nifas saat ini.

f) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi

jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi

serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
56

g) Kehidupan Sosial Budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat-istiadat yang

akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas

misalnya pada kebiasaan pantang makan.

h) Data Psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita

banyak mengalami perubahan emosi/ psikologis selama masa nifas

sementara ia menyesuaikan diri menjsdi seorang ibu. Cukup sering ibu

menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi

tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues

sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang

dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini

sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah factor.

Penyebab yang paling menonjol adalah :

(1) Kekecewaan emosional yang meliputi rasa puas dan takut yang

dialami kebanyakan wanita hamil selama kehamilan dan persalinan.

(2) Rasa sakit masa nifas awal.

(3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum.

(4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah

meninggalkan rumah sakit.

(5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.


57

Menjelaskan pengkajian psikologis :

(1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.

(2) Respon ibu terhadap bayinya.

(3) Respon ibu terhadap dirinya.

i) Data Pengetahuan

Untuk mengetahui sebarapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan

setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.

j) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.

(1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan, makanan pantang.

(2) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar

meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan

buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan jumlah.

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien

tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan

musik, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat

sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat cukup dapat

mempercepat penyembuhan.
58

(4) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh

terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih

mengeluarkan lochea.

(5) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu

dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini

mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat

reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah

kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika

melakukan ambulasi.

2) Data obyektif

Dalam menghadapi masa nifas dari klien, seorang bidan harus

mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam

keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian

data obyektif adalah :

a) Vital sign

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi

yang dialaminya.

(1) Temperatur/ Suhu

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa

nifas pada umumnya disebabkan oleh keluarnya cairan pada


59

waktu melahirkan, selain itu biasa juga disebabkan karena

istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.

Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh

kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai ˃ 38 0C adalah

mengarah tanda-tanda infeksi.

(2) Nadi dan Pernapasan

(a) Nadi berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi diatas 100

x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu

infeksi, hal ini salah satunya bias diakibatkan oleh proses

persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.

(b) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan

karena adanya vitium kordis.

(c) Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami

bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai

serendah-rendahnya 40 sampai 50 x/menit, beberapa alasan

telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum

ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu

kelainan.

(d) Pernapasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu

sekitar 20-30 x/menit.


60

(3) Tekanan Darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum,

tetapu keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila

tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2

bulan pengobatan.

b) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan

pemeriksaan fisik.

(1) Keadaan buah dada dan putting susu

(a) Simetris/tidak.

(b) Konsistensi, ada pembengkakan atau tidak.

(c) Puting menonjol/tidak, lecet/tidak.

(2) Keadaan abdomen

(a) Uterus normal ditandai dengan kokoh, berkontrasi baik, tidak

berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.

Abnormal ditandai dengan lembek, diatas ketinggian fundal

saat masa postpartum segera.

(b) Kandung kemih : bisa buang air/tidak bias buang air.

(3) Keadaan Genetalia

(a) Lochea normal ditandai dengan : merah hitam (lochia rubra),

bau biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
61

(ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau

sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).

(b) Abnormal ditandai dengan merah terang, bau busuk,

mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan

penggantian pembalut 0-2 jam).

(c) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka

episiotomi / robekan, hecting.

(d) Keadaan anus : hemorrohoid.

(e) Keadaan ekstremitas : varises, oedema, dan reflex patella.

c) Data penunjang

Gejala bendungan Air susu di tandai dengan payudara bengkak dan

keras, nyeri pada payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 5 hari setelah

persalinan. (Elisabeth, 2014).

b. Interprestasi Data Dasar (Langkah II)

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

dinterprestasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam

rencana asuhan terhadap pasien, masalah yang sering berkaitan dengan

pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.


62

1) Diagnosa kebidanan

Diagnose dapat ditegakan yang berkaitan dengan para, abortus, anak

hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.

Data dasar meliputi :

a) Data subyektif

Pernyataan ibu tentan g persalinan, apakah pernah abortus atau

tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang

keluhan.

b) Data obyektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil

pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital.

2) Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.

Data dasar meliputi :

a) Data obyektif

Data yang didapat dari hasil anamneses pasien.

b) Data obyektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.

Gejala utama bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya

pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras,

kadang terasa nyeri serta seringkali di sertai peningkatan suhu


63

badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan

demam. Salah satu penyebab terjadinya bendungan ASI adalah

puting susu yang terbenam. (Sarwono Prawirahardjo 2009)

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam

menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,

bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

c. Identifikasi diagnosis/masalah potensial (Langkah III)

Langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis

potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan

pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah

diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah

ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya

terjadi mastitis. Mastitis merupakan peradangan payudara. Mastitis

biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu

yang berlanjut / bendungan ASI . Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada

payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,

menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. (Rukiyah

dan Yulianti, 2010; h.350).


64

d. Antisipasi Masalah (Langkah IV)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Penatalaksanaan bendungan ASI di lakukan dengan pemakaian kutang

untuk menyangga payudara dan pemberian analgetika, dianjurkan menyusui

segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu di keluarkan dengan

pompa dan di lakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.

e. Perencanaan (Langkah V)

Langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah yang sebelumnya

yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak

hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga barkaitan dengan kerangka pedoman

antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.

Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,

ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan

pada kasus ini adalah :

1) Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus, anjuran ibu untuk segera berkemih,

observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.


65

2) Kebersihan Diri

a) Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.

b) Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK.

3) Istirahat

a) Cukup istirahat.

b) Beri pengertian manfaat istirahat.

c) Kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

4) Gizi

a) Makan bergizi, bermutu dan cukup kalori.

b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.

c) Minum tablet fe / zat besi.

d) Minum vitamin A (200.000 unit).

5) Perawatan payudara

a) Jaga kebersihan payudara

b) Beri ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.

6) Hubungan seksual

Beri peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan.

7) Keluarga berencana

Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.

Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu :

1) Bila ibu menyusui

a) Susukan sesering mungkin.


66

b) Kedua payudara disusukan.

c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.

d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,

sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.

e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau

pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.

f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan

teratasi.

g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.

h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang

rasa sakit.

i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat

untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.

j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.

k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh

dan perbanyak minum.

l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2) Bila ibu tidak menyusui

a) Sangga payudara

b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa

sakit.
67

c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.

d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

f. Pelaksanaan (Langkah VI)

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langakah-langkah yang sebelumnya

yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyelurah tidak

hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita

tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.

Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial,

ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal- hal yang perlu dilakukan

pada kasus ini adalah :

1) Mengobservasi meliputi:

a) Keadaan umum.

b) Kesadaran.

c) Tanda-tanda vital dengan mengukur tekanan darah, suhu, nadi,

pernapasan.

d) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

e) Menganjuran ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung

kemih penuh akan menghambat proses involusio uteri.

f) Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar

pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.


68

2) Kebersihan Diri

a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.

b) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai

BAK.

3) Istirahat

a) Memberi sarana ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.

b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat

menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusio berjalan lambat

sehingga menyebabkan perdarahan.

c) Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan

sehari-hari.

4) Gizi

a) Mengkonsumsi makan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori,

sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin

dan mineral.

b) Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.

c) Minum tablet fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.

d) Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI.

5) Perawatan payudara

a) Menjaga kebersihan payudara

b) Memberi ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.


69

6) Hubungan seksual

Memberi peringatan hubungan seksual kapan boleh dilakukan.

7) Keluarga berencana

Menganjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan

keinginannya.

Menurut Elisabeth (2015) penatalaksanaan bendungan ASI yaitu :

1) Bila ibu menyusui

a) Susukan sesering mungkin.

b) Kedua payudara disusukan.

c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.

d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,

sehingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut bayi.

e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau

pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.

f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan

teratasi.

g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.

h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang

rasa sakit.

i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat

untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.

j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.


70

k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh

dan perbanyak minum.

l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.Sangga

payudara ibu dengan bra yang pas.

2) Bila ibu tidak menyusui

a) Sangga payudara

b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa

sakit.

c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.

d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

g. Mengevaluasi ( Langkah VII)

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa

yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang

diberika, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap

aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau

merencanakan kembali yang belum terlaksana.

C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan

Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah.

Agar orang lain mengetahui apa yang telah di laksanakan oleh bidan melalui proses

sistematis maka di lakukan pendokumentasian dalam format SOAP, yakni :


71

S : Data diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian

dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, baik secara langsung pada pasien ibu nifas maupun kepada keluarga

pasien. Untuk pasien yang bisu, bagian data di belakang huruf “S” di beri huruf

“O” atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.

O : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan

pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik

dilakukan dengan cara inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi.

A : Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada

respon ibu terhadap masa nifas. Masalah terjadi belum termasuk dalam rumusan

diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan bidan,

maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul

merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subyektif

maupun obyektif.

P : Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari

pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien.

Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan

rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke

dalam informed consent .(Elisabeth, 2015).


72

BAB III

STUDI KASUS

Pada bab ini akan di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam

asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M dengan bendungan ASI di wilayah kerja

puskesmas kabawo kabupaten muna tanggal 25 s.d 28 April 2015 di awali dengan

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi serta di lanjutkan dengan

pendokumentasian dan catatan perkembangan.

A. MANAJEMEN

1. Langkah I. Identifikasi Data Dasar

a. Identitas Istri/ Suami

Nama : Ny.M/ Tn.A

Umur : 19 tahun/ 21 tahun

Suku : Muna/ Muna

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : SMP/ SMA

Pekerjaan : IRT/ Wiraswasta

Pernikahan ke : 1/ 1

Lama menikah: ± 1 tahun

Alamat : Desa Lamaeo


73

b. Data Biologis/ Fisiologis

1) Keadaan ibu sekarang

Ibu mengatakan :

a) Buah dadanya bengkak, keras, dan terasa nyeri.

b) Puting susunya masuk kedalam.

c) Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar.

d) Bayinya diberikan susu formula.

e) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.

f) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.

g) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan

48 cm.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Tidak ada penyakit yang di derita sekarang baik penyakit menular maupun

tidak menular.

3) Riwayat Kesehatan yang Lalu

a) Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi, malaria,

DM.

b) Belum pernah di operasi, tidak memiliki riwayat alergi dan

ketergantungan obat serta tidak ada riwayat gemeli dalam keluarga.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular dan

penyakit turunan.
74

5) Riwayat Reproduksi

a) Riwayat haid

Menarche : 13 Tahun

Siklus Haid : 28-30 Hari

Durasi : 5-7 Hari

Perlangsungan : Normal

Dismenorhoe : Tidak ada.

b) Riwayat obstetri

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : tidak ada.

6) Riwayat Nifas Sekarang

Ibu mengatakan:

a) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.

b) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.

c) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan

48 cm.

7) Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar

a) Nutrisi

(1) Kebiasaan

Makan 3 kali sehari, makanan pokok nasi ,sayur, ikan, dan buah,

nafsu makan baik, minum 6-8 gelas/ hari.

(2) Selama sakit

Tidak ada perubahan.


75

b) Kebutuhan eliminasi

(1) Kebiasaan

Buang air besar 1 kali/ hari , buang air kecil 4-5 kali/ hari.

(2) Selama sakit

Jarang buang air besar dan buang air kecil 3-4 kali/ hari.

c) Istrahat

(1) Kebiasaan

Tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 8 jam.

(2) Selama sakit

Tidur tidak teratur karena terganggu dengan rasa nyeri.

d) Personal Hygiene

(1) Kebiasaan

Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali dalam 1

minggu menggunakan sampo, sikat gigi 2 kali sehari, pakaian

dalam diganti setiap kali lembab.

(2) Selama sakit

Tidak ada perubahan selama sakit.

8) Data biopsikosiospiritual

Kehamilan di rencanakan dengan suami, kehamilan di respon baik oleh

suami dan keluarga kemudian ibu tidak melakukan ibadah 5 waktu.


76

9) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum ibu baik.

b) Kesadaran kompesmentis.

c) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 89 x/menit

Suhu : 37,4 0c

Pernapasan : 23 x/menit

d) Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

(1) Kepala dan rambut

Inspeksi : Kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok.

Palpasi : Tidak ada benjolan.

(2) Wajah/muka

Inspeksi : Ekspresi meringis bila nyeri, tidak pucat.

Palpasi : Tidak ada oedema.

(3) Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pergerakan bola mata baik,

konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus.

(4) Hidung

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada

polip.
77

Palpasi : TTidak ada nyeri tekan

(5) Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan

sekret tampak polister dan tidak ada pembengkakan

di belakang telinga.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

(6) Mulut dan gigi

Inspeksi : Bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada karies gigi,

tidak ada sariawan

(7) Leher

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar

limfe, tidak ada pelebaran vena jugularis.

(8) Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, puting susu masuk kedalam,

hyperpigmentasi pada areola mammae.

Palpasi : Payudara bengkak dan keras, tidak ada benjolan,

terdapat nyeri tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit

bila dipencet.

(9) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut agak

kendor.
78

Palpasi : TFU 3 jari bawah pusat dan kontraksi uterus baik,

diastasis (-).

(10) Genitalia dan anus

Inspeksi : Tampak darah berwarna kuning kecoklatan dan

berbau khas, tidak ada varises, tidak ada luka bekas

jahitan, dan tidak ada hemoroid.

Palpasi : Tidak ada oedema.

(11) Ekstremitas atas

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku bersih dan berwarna

merah muda, jari-jari kaki lengkap

Palpasi : Tidak ada oedema dipunggung tangan.

(12) Ekstremitas bawah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, kuku

bersih dan berwarna merah muda, jari-jari kaki

lengkap.

Palpasi : Tidak ada oedema, homan sign (-).

Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+) .

2. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual.

Setelah dilakukannya pengumpulan data maka ditegakkan diagnosa masalah

aktual pada Ny.“M” yaitu, PIA0 masa nifas hari ke-III dengan bendungan ASI.
79

1. PIA0

Data subjektif :

Ibu mengatakan:

a. Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.

b. Melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA.

Data objektif :

a. Nampak striae livide dan linea nigra.

b. Tonus otot perut kendor

Analisis dan interprestasi

a. Striae livide adalah kulit perut tampak seolah-oleh retak, warnanya berubah

agak hiperemik dan kebiru-biruan.

b. Linea nigra (garis hitam) adalah garis vertikal berwarna hitam gelap yang

terlihat di bawah perut ibu selama hamil. linea nigra timbul karena

peningkatan produksi pigmen melamin terkait peningkatan hormon

estrogen pada ibu hamil,linea nigra timbul sekitar trimester ke dua dan

berakhir setelah persalinan.

c. Perbedaan antara primigrafida dan multigrafida adalah pada tonis otot

tegang untuk primigrafida sedangkan intuk multigrafida tonus otot perut

lembek/kendor.

2. Post partum hari ke-III

Data subjektif :

Ibu mengatakan melahirkan tanggal 22-04-2015, Jam: 08.10 WITA.


80

Data objektif :

a. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat

b. Tampak pengeluaran lochia rubra

Analisis dan interprestasi

a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

b. Pada involusio uterus jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses

prolitik berangsur-angsur akan mengecil dan setiap kalinya tinggi fundus

uteri akan turun 1 jari di bawah pusat (ilmu kebidanan 2010).

c. Lochia rubra (cruenta): beriasi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban,sel-sel desidua,verniks kaseosa,lanugo,dan mekonium, selama 2

hari postpartum.

3. Dengan bendungan ASI

Data subjektif :

Ibu mengatakan:

a. Buah dadanya bengkak, keras dan terasa nyeri.

b. Bayinya tidak menyusu karena ASI tidak keluar.

c. Puting susunya masuk kedalam.

d. Bayinya diberikan susu formula.


81

Data objektif:

Payudara bengkak dan keras, puting susu masuk kedalam, terdapat nyeri

tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit bila dipencet.

Analisis dan Interprestasi

a. Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan

duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Bendungan air susu

adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran

vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri

disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).

b. Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena

bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan

akibatnya terjadi bendungan ASI.

c. Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin

atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan

ASI. Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang

produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai

menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di

dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat

menimbulkan bendungan ASI.

3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial.

Potensial terjadinnya mastitis.


82

4. Langkah IV. Perlunya Tindakan Segera Dan Kolaborasi

Tindakan segera yaitu melakukan perawatan payudara dan tidak ada data yang

mendukung untuk tindakan kolaborasi.

5. Langkah V. Rencana Asuhan

a. Tujuan

1) Bendungan ASI dapat teratasi.

2) Masa nifas berlangsung normal.

b. Kriteria

1) Bendungan ASI teratasi di tandai dengan :

a) ASI keluar dengan lancar.

b) Puting susu sudah menonjol dan bayi dapat menyusu dengan baik.

c) Ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.

2) Masa nifas berlangsung normal di tandai dengan :

a) Keadaan umum ibu baik.

b) Kesadaran composmentis.

c) Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 100-120 / 60-90 mmHg

Nadi : 60-100 kali / menit

Pernapasan : 16-24 kali / menit

Suhu : 36,5 0c-37,5 0c

d) Involusio uteri berlangsung normal, di tandai dengan kontraksi uterus

baik (teraba bundar dank keras), pengeluaran lochia sesuai dengan


83

fisiologisnya seperti lochia rubra berlangsung 1-3 hari, lochia

sanguelenta berlangsung 3-7 hari, lochia serosa berlangsung 7-14 hari,

lochia alba setelah 2 minggu

e) Proses laktasi berjalan baik

1) ASI kolostrum berlangsung 1-3 hari

2) ASI peralihan berlangsung 4-10 hari

3) ASI matur berlangsung 11 hari dan seterusnya

f) Kebutuhan eliminasi yaitu ibu BAB 1x/hari, dan BAK 3-4 kali/hari.

c. Rencana tindakan

1) Umum

a) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan

Rasional : Dengan informasi yang akurat ibu dapat mengerti dan

memahami keadaannya serta mau bekerja sama dengan

bidan.

b) Mengobservasi tanda-tanda vital :

Rasional : Tanda-tanda vital dilakukan memantau naik turunnya suhu

badan pasien.

2) Bendungan ASI

a) Kompres kedua payudara dengan air hangat dan air dingin secara

bergantian.
84

Rasional : Pengompresan payudara dengan air hangat di lakukan agar

payudara menjadi lembek dan dan air dingin untuk

mengurangi rasa nyeri.

b) Lakukan perawatan payudara

Rasional : Perawatan payudara di lakukan agar ASI keluar sehingga

tidak terjadi bendungan air susu.

c) Tarik puting susu dengan menggunakan spoit

Rasional : Penarikan puting susu dengan spoit bertujuan untuk

merangsang puting susu keluar atau menonjol.

d) Lakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablet/hari,

amoxillin 3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.

Rasional : Dengan memberikan obat parasetamol sehingga dapat

mencegah ibu agar tidak demam dan nyeri, amoxillin

untuk mencegah infeksi, dan vitamin untuk memperbaiki

kondisi ibu dan mempercepat proses pemulihan.

3) Health Education (HE)

a) Anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin.

Rasional : Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya

sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap,

maka akan menimbulkan bendungan ASI.


85

b) Ajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar

Rasional : Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan

puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri

pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau

menyusui bayinya dan terjadi bendungan.

c) Berikan Health Education (HE) tentang :

(1) Nutrisi dan gizi seimbang.

Rasional : Gizi pada ibu menyusui sangat penting bagi kesehatan

ibu dan pertumbuhan bayinya karena zat-zat gizi yang

dikonsumsi ibu akan terkandung di dalam ASI.

(2) Personal hygiene terutama daerah genetalia.

Rasional : Dengan menjaga kebersihan diri dan genitalia dapat

mencegah terjadinya infeksi genitelia/jalan lahir dan

memberikan suasana nyaman pada ibu.

(3) Istirahat yang cukup

Rasional: Istirahat yang cukup bertujuan untuk mengoptimalkan

kondisi tubuh ibu.

(4) Manfaat ASI eksklusif.

Rasional : Dengan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan pada bayi

dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap

penyakit.
86

(5) KB pasca salin.

Rasional : Dengan mennganjurkan ibu untuk ber-KB setelah

melahirkan sehingga dapat menjarangkan kehamilan.

d) Jelaskan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah

terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak

pada wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat

BAB/BAK, pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit.

Rasional : Untuk mencegah komplikasi yang berkelanjutan.

e) Sepakat dengan ibu untuk dilakukan kunjungan ulang.

Rasional : Dengan adanya kunjungan sehingga dapat memantau

kelainan-kelainan yang akan terjadi.

d. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan

Tanggal 25 April 2015 Jam : 08.20 WITA

a. Umum

1) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan.

Hasil : Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini.

2) Mengobservasi tanda-tanda vital:

Hasil : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 89 x/menit, pernapasan 23

x/menit Suhu 37,4 0c.

b. Bendungan ASI

1) Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara
87

bergantian.

Hasil : Kedua payudara terasa lembek dan rasa nyeri ibu sedikit

berkurang.

2) Melakukan perawatan payudara.

Hasil : ASI sudah keluar sedikit-sedikit dan bendungan ASI berkurang.

3) Menarik puting susu dengan menggunakan spoit.

Hasil : puting susu sudah mulai keluar.

4) Melakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablet/hari,

amoxilin 3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.

Hasil : Ibu mau minum obat secara rutin.

c. Health Education (HE)

1) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Hasil : bayi belum dapat menyusu dengan baik.

2) Mengajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar.

Hasil : ibu mengerti dan sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.

3) Memberikan Health Education (HE) tentang :

(a) Nutrisi dan gizi seimbang

Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3kali/hari.

(b) Personal hygiene

Hasil : Ibu sudah mengganti baju dan sarung serta pembalut telah

diganti sebanyak 2 kali.


88

(c) Istirahat yang cukup

Hasil : Ibu siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam.

(d) Manfaat ASI esklusif

Hasil : Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat pemberian ASI

eksklusif pada bayi.

(e) KB pasca salin.

Hasil : Ibu mau ber-KB.

4) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah

terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada

wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat BAB/BAK,

pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit.

Hasil : Ibu tidak mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.

5) Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada tanggal 26 April 2015.

Hasil : ibu sepakat dengan bidan.

e. Langkah VII. Evaluasi Keefektifan Asuhan

Tanggal 25 April 2015 Jam : 08.40 WITA

a. Keadaan umum ibu baik, payudara masih bengkak, keras, terasa nyeri, ASI

sudah keluar sedikit-sedikit, puting sudah mulai keluar, bayi belum menyusu.

b. Bendungan ASI dapat teratasi di tandai dengan :

1) ASI sudah keluar dengan lancar.

2) Puting susu sudah menonjol dan bayi sudah menyusu dengan baik.
89

3) Ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.

c. Masa nifas berlangsung normal di tandai dengan

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran kompesmentis

3) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 23 x/menit

Suhu : 37 0c

4) Kontraksi uterus baik dan ada pengeluaran lochia sanguilenta.

5) Proses laktasi berjalan dengan baik yaitu ASI yang keluar adalah ASI

peralihan.

6) Kebutuhan eliminasi yaitu ibu sudah BAK dan BAB.

Setelah dilakukannya manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah

varney pada Ny.M dengan bendungan ASI, maka penulis akan merangkum

manajemen tersebut dalam 7 langkah pendokumentasian yang dikenal dengan

SOAP, untuk lebih jelas dapat dilihat pada uraian berikut.


90

Pendokumentasian

Pada langkah ini telah di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan

dalam 7 langkah varney dan akan di persingkat menjadi pendokumentasian pada ibu

nifas dengan bendungan ASI di wilayah kerja puskesmas kabawo kabupaten muna

tanggal 25 s.d 28 April 2015.

A. Identitas Suami Istri

Nama : Ny.M/ Tn.A

Umur : 19 tahun/ 21 tahun

Suku : Muna/ Muna

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : SMP/ SMA

Pekerjaan : IRT/ Swasta

Pernikahan ke : 1/ 1

Lama menikah : ± 1 tahun

Alamat : Desa Lamaeo

1. Data Subjektif (S)

a) Buah dadanya bengkak, keras, dan terasa nyeri.

b) Puting susunya masuk kedalam.

c) Bayinya tidak menyusu karena ASI keluar tidak keluar.

d) Bayinya diberikan susu formula.

e) Melahirkan anak pertama dan tidak pernah keguguran.

f) Melahirkan secara normal tanggal 22 April 2015, Jam: 08.10 WITA.


91

g) Melahirkan bayi perempuan, berat badan 2.900 gram, panjang badan 48

cm.

2. Data Objektif (O)

a. Keadaan umum ibu baik.

b. Kesadaran kompesmentis.

c. Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 89 x/menit

Suhu : 37,4 0c

Pernapasan : 23 x/menit

d. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

Kepala dan rambut bersih, dan tidak rontok, tidak ada

benjolan, ekspresi wajah meringis bila nyeri, tidak pucat, tidak ada

oedema, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena

jugularis, pada payudara puting susu masuk kedalam, hyperpigmentasi

pada areola mammae, payudara teraba bengkak dan keras, tidak ada

benjolan, terdapat nyeri tekan, pengeluaran ASI sedikit-sedikit bila

dipencet, tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut kendor, TFU 3 jari

bawah pusat dan kontraksi uterus baik, tidak terjadi diastasis, tampak

darah berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas, tidak ada varises,

tidak ada luka bekas jahitan, tidak ada hemoroid, pada ekstremitas atas
92

dan bawah, kuku bersih dan berwarna merah muda, tidak ada oedema

dipunggung tangan, tidak ada varises, homan sign (-), refleks patella kiri

dan kanan (+).

ASSESMENT ( A )

Diagnosa : P1A0, post partum hari ke-III, dengan bendungan ASI,

Potensial : Terjadinya mastitis.

Tindakan segera : Melakukan perawatan payudara.

PLANNING ( P )

Tanggal 25 April 2015 Jam : 08.20 WITA

a. Umum

1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan

Hasil : Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini

2. Mengobservasi tanda-tanda vital :

Hasil : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 89 x/menit, pernapasan 23 x/menit,

Suhu 37,4 0c.

b. Bendungan ASI

1. Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara

bergantian.

Hasil : Kedua payudara terasa lembek dan rasa nyeri ibu sedikit berkurang.

2. Melakukan perawatan payudara.

Hasil : ASI sudah keluar sedikit-sedikit.


93

3. Menarik puting susu dengan menggunakan spoit.

Hasil : Puting susu sudah mulai keluar .

4. Melakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablet/hari, amoxilin

3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.

Hasil : Ibu mau minum obat secara rutin.

c. Health Education (HE)

1. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Hasil : bayi belum dapat menyusu dengan baik.

2. Mengajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar.

Hasil : Ibu mengerti dan sudah dapat menyusui bayinya dengan benar.

3. Memberikan Health Education (HE) tentang :

a. Nutrisi dan gizi seimbang

Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3kali/hari.

b. Personal hygiene

Hasil : Ibu sudah mengganti baju dan sarung serta pembalut telah diganti

sebanyak 2 kali.

c. Istirahat yang cukup

Hasil : Ibu siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam.

d. Manfaat ASI esklusif

Hasil : Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat pemberian ASI eksklusif

pada bayi.
94

e. KB pasca salin

Hasil : Ibu mau ber-KB.

4. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah terus-

menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada wajah

dan ekstremistas, hipertensi, badan panas, tidak dapat BAB/BAK, pandangan

kabur, payudara bengkak dan sakit.

Hasil : Ibu tidak mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.

5. Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada tanggal 26 April 2015.

Hasil : Ibu sepakat dengan bidan.


95

CATATAN PERKEMBANGAN IBU NIFAS PADA NY ”M” DENGAN BENDUNGAN ASI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABAWO KABUPATEN MUNA
TANGGAL 26 S.D 28 APRIL TAHUN 2015

NO HARI/ DATA DATA OBYEKTIF ASSESMENT PLANNING


TANGGAL SUBYEKTIF
1 Minggu, 1) Ibu mengatakan 1) Keadaan umum ibu baik. Diagnosa:P1A0, post a. Umum
26/04/2015 buah dadanya 2) Kesadaran kompesmentis. partum hari ke-4, 1. Meminta persetujuan ibu untuk tindakan yang akan
masih bengkak 3) Tanda-tanda vital : dengan bendungan di lakukan.
dan nyeri. - Tekanan darah: 110/70 ASI. Hasil : ibu kooperatif dan memberi respon yang
2) Ibu mengatakan mmHg. Potensial : terjadinya positif.
bayinya tidak - Nadi : 84 x/menit. mastitis. 2. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan.
puas menyusu - Suhu : 37,2 0c. Tindakan segera Hasil : ibu mengerti dengan keadaannya saat ini.
karena air - Pernapasan :20x/menit. yaitu melakukan 3. Mengobservasi tanda-tanda vital :
susunya keluar 4) Ekspresi wajah meringis perawatan payudara. - Tekanan darah : 110/70 mmHg.
sedikit-sedikit. jika nyeri dan tidak ada - Nadi : 84 x/menit.
oedema. - Suhu : 37,2 ºC
5) Konjungtiva merah - Pernapasan : 20x/menit.
mudah, sklera mata tidak 4. Mengobservasi BAB dan BAK.
ikterus. Hasil : Ibu sudah BAB dan BAK
6) Tidak ada pembesaran b. Bendungan ASI
kelenjar tiroid, tidak ada 1. Melakukan perawatan payudara.
pembesaran kelenjar Hasil : ASI sudah keluar sedikit-sedikit dan
limfe, tidak ada distensi bendungan ASI sedikit berkurang.
vena jugularis pada leher. 2. Mengeluarkan air susu dengan pompa ASI.
7) Tinggi fundus uteri 3 jari Hasil : air susu keluar ± 20 cc.
di bawah pusat, kontraksi c. Health Education (HE)
uterus baik. 1. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
8) Payudara bengkak dan sesering mungkin.
keras, puting susu mulai Hasil : Bayi belum dapat menyusu dengan baik.
keluar sedikit, ada 2. Mengajarkan ibu cara menyusui yang yang benar.
pengeluaran ASI sedikit- Hasil : Ibu mengerti dan sudah dapat menyusui
sedikit bila di pencet. bayinya dengan benar.
96

9) Nampak pengeluaran 3. Memberikan Health Education (HE) tentang :


lochia sanguelenta. b. Nutrisi dan gizi seimbang
Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3 kali/
hari.
c. Personal hygiene terutama daerah genetalia.
Hasil : Ibu sudah mengganti pembalut
sebanyak 2 kali.
d. Istirahat yang cukup
Hasil : Ibu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam
± 8 jam
e. Manfaat ASI esklusif
Hasil: Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat
pemberian ASI eksklusuf pada bayi.
f. KB pasca salin
Hasil : Ibu mau ber-KB.
4. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan
lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak
dapat BAB/BAK, pandangan kabur, payudara
bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu tidak mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut.
5. Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada
tanggal 27 April 2015.
Hasil : Ibu sepakat
2. Senin, 1.) Ibu 1) Keadaan umum ibu baik Diagnosa:P1A0, post a. Umum
27/04/2015 mengatakan 2) Kesadaran kompesmentis partum hari ke-5, 1. Meminta persetujuan ibu untuk tindakan yang akan
buah dadanya 3) Tanda-tanda vital : dengan bendungan di lakukan.
masih bengkak - Tekanan darah : 110/70 ASI. Hasil : ibu kooperatif dan memberi respon yang
dan nyeri. mmHg Potensial : terjadinya positif.
2.) Ibu - Nadi : 82 kali/menit mastitis. 2. Memnginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
mengatakan - Suhu : 37 0c Tindakan segera yaitu Hasil : ibu mengerti dengan keadaannya saat ini
bayinya tidak - Pernapasan:20 melakukan perawatan 3. Mengobservasi tanda-tanda vital :
puas menyusu kali/menit. payudara. Hasil :
97

karena air 4) Ekspresi wajah meringis - Tekanan darah : 110/70 mmHg.


susunya keluar jika kesakitan dan tidak - Nadi : 82 x/menit.
sedikit-sedikit. ada oedema. - Suhu : 37 ºC
5) Konjungtiva merah - Pernapasan : 20x/menit.
mudah, sklera mata tidak 4. Memandikan bayi.
ikterus Hasil : Ibu merasa nyaman.
6) Tidak ada pembesaran b. Bendungan ASI
kelenjar tiroid, tidak ada 1. Melakukan perawatan payudara.
pembesaran kelenjar Hasil : Perawatan payudara telah dilkukan dan
limfe, tidak ada distensi bendungan ASI sudah mulai berkurang.
vena jugularis pada leher 2. Mengeluarkan air susu dengan pompa ASI.
7) Tinggi fundus uteri Hasil : air susu keluar keluar ± 30 cc dan puting
pertengahan simpisis susu menonjol.
pusat, kontraksi uterus c. Health Education (HE)
baik 1. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.
8) Payudara sudah mulai Hasil : Bayi elum dapat menyusu dengan baik.
lembek dan tidak terlalu 2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan
keras, puting susu sudah benar.
mulai keluar Hasil : Ibu sudah dapat menyusui bayinya dngan
9) Nampak pengeluaran benar.
lochia sanguelenta 3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan
lahir/vagina, lochea berbau busuk, oedema pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak
dapat BAB/BAK, pandangan kabur, payudara
bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya
masa nifas.
4. Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang pada
tanggal 28 April 2015.
Hasil : ibu sepakat
98

3 Selasa, 1) Ibu 1) Keadaan umum ibu baik Diagnosa:P1A0, post a. Umum


28/04/2015 mengatakan 2) Kesadaran kompesmentis partum hari ke-6. 1. Meminta persetujuan ibu untuk tindakan yang akan
payudaranya 3) Tanda-tanda vital : Potensial : - di lakukan.
sudah tidak - Tekanan darah : 110/70 Tindakan segera : - Hasil : ibu kooperatif dan memberi respon yang
bengkak dan mmHg positif.
air susunya - Nadi : 82 kali/menit. 2. Memnginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
sudah keluar - Suhu : 37 0c 3. Hasil : ibu mengerti dengan keadaannya saat ini
dengan lancar - Pernapasan : 20 x/menit 4. Mengobservasi tanda-tanda vital :
2) Ibu 4) Wajah tidak pucat dan Hasil :
mengatakan tidak ada oedema. - Tekanan darah : 110/70 mmHg.
bayinya 5) Konjungtiva merah - Nadi : 80 x/menit.
menyusu mudah, sklera mata tidak - Suhu : 37 ºC
dengan baik ikterus. - Pernapasan : 20x/menit.
6) Tidak ada pembesaran 5. Memandikan bayi.
kelenjar tiroid, tidak ada Hasil : bayi merasa nyaman
pembesaran kelenjar b. Health Education (HE)
limfe, tidak ada distensi 1. Menganjurkan pada ibu untuk sering menyusui
vena jugularis pada leher bayinya
7) Tinggi fundus uteri Hasil : Ibu sudah dapat menyusui bayinya.
pertengahan simpisis 2. Mengajarkan ibu cara menyusui yang yang benar.
pusat, kontraksi uterus Hasil : Ibu mengerti dan sudah dapat menyusui
baik. bayinya dengan benar.
8) Payudara tidak bengkak, 2. Memberikan Health Education (HE) tentang :
tidak sakit, puting susu a. Nutrisi dan gizi seimbang
sudah menonjol dan ASI Hasil : Ibu makan nasi, ikan, dan sayur 3 kali/
sudah lancar keluar. hari.
9) Nampak pengeluaran b. Personal hygiene
lochia sanguelenta Hasil : Ibu sudah mengganti baju, sarung serta
pembalut telah diganti sebanyak 2 kali.
c. Istirahat yang cukup
Hasil : Ibu tidur siang ± 2 jam dan tidur malam
± 8 jam
d. Manfaat ASI esklusif
Hasil: Ibu mengerti tentang pentingnya manfaat
pemberian ASI eksklusuf pada bayi.
99

e. KB pasca salin
Hasil : Ibu mau ber-KB.
3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa
nifas yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan
lahir/vagina, lochea berbau busuk, bengkak pada
wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas,
tidak dapat BAB/BAK, pandangan kabur,
payudara bengkak dan sakit.
Hasil : Ibu mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut.
5. Menganjurkan pada ibu agar banyak mengonsumsi
makanan yang dapat merangsang produksi air susu
ibu
Hasil : Ibu makan kacang-kacangan dan sayuran.
100

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan

studi kasus pada pelaksanaan Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Ibu Nifas pada Ny.M dengan Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna pada tanggal 25 s.d 28 April 2015.

A. Pengumpulan Data Dasar

Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai landasan dalam

proses asuhan kebidanan, tahap ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan,

dan analisis data atau fakta yang dikumpulkan dari beberapa data subyektif dan

obyektif. Pada tahap ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena

pada saat mengumpulkan data, orang tua maupun keluarga terbuka dalam

memberikan informasi yang di butuhkan berhubungan dengan keadaan klien sehingga

memudahkan penulis dalam pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang

diangkat. Data yang diambil oleh penulis terfokus pada masalah yang dialami oleh

klien.

Pada tinjauan pustaka data subyektif pada ibu nifas dengan bendungan ASI

yaitu di tandai dengan ibu mengeluh payudara bengkak dan keras, nyeri pada

payudara, terjadi setelah 3 hari sampai 6 hari setelah persalinan. Data obyektif pada

ibu nifas bendungan ASI yaitu pada hasil pemeriksaan terdapat pembengkakan

100
101

payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali

disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan

demam. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam.

(Prawirohardjo, 2010).

Pada kasus Ny. M dengan bendungan ASI data subyektifnya yaitu ibunya

mengeluh buah dadanya teras bengkak, keras,dan nyeri. Pada data obyektif hasil

pemeriksaan payudara teraba keras, bengkak, puting susu masuk kedalam, terdapat

nyeri tekan, dan suhu 37,4 ºC.

Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi

kasus pada Ny.M tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Eva Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan

bendungan ASI di BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar

Lampung tahun 2013 yaitu pada data subyektif ibunya mengeluh bengkak pada

payudara dan nyeri pada saat menyusui, keras saat diraba dan berdasarkan hasil

pemeriksaan data obyektifnya terdapat puting susu sebelah kanan masuk kedalam,

payudara bengkak, keras, terdapat nyeri tekan, dan suhu 37 0C.

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual

Berdasarkan data yang telah di kumpulkan, terdapat diagnosa atau masalah

yang di temukan pada pasien, diagnosa tersebut adalah P1A0, post partum hari ke-III

dengan bendungan ASI.


102

Pada tinjauan pustaka data subyektif bendungan ASI yaitu ibu merasa cemas

karena payudaranya bengkak dan terasa sakit bila menyusui. Kebutuhan ibu nifas

dengan bendungan ASI adalah penjelasan tentang penyebab penjelasan supaya ibu

tidak cemas dan di buat rencana untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan

tersebut. Data obyektif pada bendungan ASI tanda gejalanya yaitu mammae teraba

bengkak, keras, dan nyeri, putting susu yang mendatar sehingga bayi sulit menyusui,

pengeluaran susu terkadang terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit, seringkali

disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan

demam (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Pada kasus Ny. M dengan bendungan saluran ASI muncul masalah yaitu pada

data subyektif ibu mengeluh cemas akan payudaranya karena bengkak, dan terasa

nyeri, bayi tidak dapat menyusu karena ASI tidak keluar sehingga membutuhkan

informasi tentang keadaan dirinya (bendungan ASI) dan perawatan payudara untuk

mengatasi keluhan ibu. Data obyektif pada pemeriksaan payudara teraba keras,

bengkak, puting susu masuk kedalam, terdapat nyeri tekan, ada pengeluaran ASI

sedikit-sedikt bila dipencet, dan suhu 37,4 ºC.

Dengan demikian antara tinjauan pustaka dengan studi kasus pada Ny.M

tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva

Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS

DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013

yaitu, ibu cemas akan keadaan payudara karena bengkak, dan terasa nyeri, disertai
103

bayi yang tidak dapat menyusu sehingga membutuhkan informasi tentang keadaan

dirinya (bendungan ASI) dan perawatan payudara untuk mengatasi keluhan ibu.

C. Identifikasi Diagnosa dan masalah Potensial

Pada langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah potensial yang

mungkin akan terjadi atau yang dialami oleh klien berdasarkan pengumpulan data dan

observasi, apabila terdapat kondisi yang tidak normal dan tidak mendapatkan

penanganan segera dapat membawa dampak yang berbahaya pada klien.

Pada tinjauan pustaka, terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari

kemungkinan infeksi mammae (mastitis). Bendungan ASI jika tidak disusui secara

adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Mastitis adalah radang pada payudara. Bakteri

yang menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui

luka puting susu (Setyo Retno, 2011).

Pada studi kasus Ny.M dilahan praktek, jika tidak segera ditangani maka

keadaan ibu akan berlanjut pada terjadinya mastitis. Namun hal ini tidak terjadi

karena ibu sudah mendapat penanganan yang tepat. Dengan demikian antara tinjauan

pustaka dan kasus pada Ny.M tidak terjadi kesenjangan. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti tentang asuhan kebidanan masa nifas

dengan bendungan ASI di BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara

Bandar Lampung tahun 2013 yaitu, jika tidak segera ditangani maka akan berlanjut

pada mastitis.
104

D. Menilai Perlunya Interfensi Segera/Kolaborasi

Pada langkah perlunya tindakan segera dan kolaborasi, tindakan yang harus

segera dilakukan oleh bidan pada kasus bendungan ASI yaitu asuhan kerja mandiri

yang dapat di tangani di rumah, tidak perlu kolaborasi dan berkonsultasi dengan

dokter ahli. (Setyo Retno, 2011).

Berdasarkan keluhan pada Ny. M tindakan yang di lakukan yaitu segera

melakukan perawatan payudara. Tidak ada data yang mendukung untuk di lakukan

kolaborasi dengan dokter ahli.

Dengan demikian antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M tidak terjadi

kesenjangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti

tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI

ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013 yaitu,

dengan cara melakukan perawatan payudara. Tidak ada data yang mendukung untuk

dilakukan kolaborasi dengan dokter ahli karena diagnosa potensial tidak muncul.

E. Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan asuhan kebidanan, menurut Varney, Helen bahwa rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu sebelumnya harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan yang

diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa terlebih

dahulu.
105

Penatalaksanaan bendungan ASI menurut (setyo retno wulandari, 2011) yaitu:

1. Bila ibu menyusui

a) Susukan sesering mungkin.

b) Kedua payudara disusukan.

c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.

d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih

mudah memasukannya kedalam mulut bayi.

e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa

dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.

f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.

g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.

h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang rasa

sakit.

i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk

membantu memperlancar pengeluaran ASI.

j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.

k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan

perbanyak minum.

l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

n)

2. Bila ibu tidak menyusui


106

a) Sangga payudara

b) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.

c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral.

d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

Pada kasus Ny.M dengan bendungan ASI rencana tindakan yang diberikan,

dibagi dalam tiga rencana asuhan yaitu tindakan umum, bendungan ASI, Health

Education (HE).

1. Tindakan umum yang dilakukan pada kasus Ny.M yaitu informasikan pada ibu

hasil pemeriksaan. observasi tanda-tanda vital.

2. Bendungan ASI yaitu kompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin

secara bergantian, lakukan perawatan payudara, tarik puting susu dengan

menggunakan spoit/ pompa ASI, lakukakan pemberian obat-obatan yaitu

paracetamol 3x1 tablet/hari, amoxillin 3x1 tablet/hari, vitamin 3x1 tablet/hari.

3. Health Education yaitu anjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya, ajarkan

pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar, berikan Health Education (HE)

tentang nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat

ASI esklusif, KB pasca salin, jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas

yaitu keluar darah terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk,

oedema pada wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat

BAB/BAK, pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit, sepakati dengan ibu

kunjungan ulang.
107

Hal ini menandakan antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M sebagian

kecil terdapat kesenjangan dikarenakan pada tinjauan pustaka Health Education (HE)

terfokus pada masalah penanganan bendungan ASI sedangkan pada kasus Ny.M

health education (HE) secara umum pada ibu nifas seperti Health Education (HE)

tentang nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat

ASI esklusif, KB pasca salin dan jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti

tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI

ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013 yaitu,

Dikarenakan pada Health Education (HE) tidak dijelaskan tentang tanda-tanda

bahaya masa nifas dan tidak menganjurkan ibu untuk menggunakan KB setelah

melahirkan.

F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan

rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat

dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan klien serta kerja

sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.

Penatalaksanaan bendungan ASI yaitu:

1. Bila ibu menyusui

a) Susukan sesering mungkin.

b) Kedua payudara disusukan.


108

c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.

d) Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih

mudah memasukannya kedalam mulut bayi.

e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa

dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.

f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.

g) Untuk mengurangi rasa sakit kompres air hangat dan air dingin.

h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penrurun demam dan pengurang rasa

sakit.

i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk

membantu memperlancar pengeluaran ASI.

j) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.

k) Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan

perbanyak minum.

l) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

Pada studi kasus Ny.M, penulis melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan

rencana asuhan yaitu :

1) Umum

(a) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan

(b) Mengobservasi tanda-tanda vital


109

2) Bendungan ASI

(a) Mengompres kedua payudara dengan air panas dan air dingin secara

bergantian.

(b) Melakukan perawatan payudara.

(c) Menarik puting susu dengan menggunakan spoit/ pompa ASI.

(d) Melakukan pemberian obat-obatan yaitu parasetamol 3x1 tablethari,

amoxilin 3x1 tablet/hari, dan vitamin 3x1 tablet/hari.

3) Health Education (HE)

(a) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya.

(b) Mengajarkan pada ibu cara menyusui bayinya dengan benar.

(c) Memberikan Health Education (HE) tentang nutrisi dan gizi seimbang,

personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat ASI esklusif, KB pasca

salin.

(d) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu keluar darah

terus-menerus dari jalan lahir/vagina, lochea berbau busuk, oedema pada

wajah dan ekstremitas, hipertensi, badan panas, tidak dapat BAB/BAK,

pandangan kabur, payudara bengkak dan sakit.

(e) Menyepakati dengan ibu kunjungan ulang.

Dengan demikian antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M ada sebagian

kecil terdapat kesenjangan hal ini dikaarenakan karena pada tinjauan pustaka terfokus

pada masalah penanganan bendungan ASI sedangkan pada kasus Ny.M health
110

education (HE) secara umum pada ibu nifas seperti Health Education (HE) tentang

nutrisi dan gizi seimbang, personal hygiene, istirahat yang cukup, manfaat ASI

esklusif, KB pasca salin dan jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti

tentang asuhan kebidanan masa nifas dengan bendungan ASI di BPS DESI

ANDRIANI, Amd.Keb Teluk Belitung Utara Bandar Lampung tahun 2013

dikarenakan pada Health Education (HE) tidak dijelaskan tentang tanda-tanda bahaya

masa nifas dan tidak menganjurkan pada ibu untuk menggunakan KB setelah

melahirkan. Semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya

dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan dukungan dari ibu dan

keluarga klien.

G. Evaluasi Keefektifan Asuhan

Evaluasi manajemen kebidanan merupakan langkah akhir dari proses

manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,

membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan,

memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah

diimplementasikan, evaluasi yang dilakukan meliputi keadaan umum ibu, tanda-tanda

vital terutama tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, bendungan ASI dapat teratasi,

keadaan puting susu, ASI sudah keluar, bayi sudah menyusu, (Ambarwati, 2010).

Berdasarkan hasil peneliti lain, hasil akhir dalam melaksanakan asuhan

kebidanan dengan bendungan saluran ASI selama 4 hari, evaluasi yang diperoleh

adalah bendungan ASI teratasi, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, ibu dapat
111

menyusui bayinya dengan benar keadaan umum ibu baik, tekanan darah

110/70mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 37° C, Dengan demikian

antara tinjauan pustaka dan kasus pada Ny.M ada kesesuaian dan tidak ditemukan

kesenjangan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Meri Yanti

tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI yaitu bendungan

ASI teratasi, puting susu menonjol, ASI keluar lancar, ibu dapat menyusui bayinya

dengan benar, keadaan umum ibu baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80

x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 37 °C. Tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang

dari evaluasi tinjauan pustaka.


112

BAB V

PENUTUP

Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.M dengan

Bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna tanggal 25 s.d

28 April 2015, maka penulis menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Dalam melakukan pengkajian terhadap Ny. M di wilayah kerja Puskesmas

Kabawo Kabupaten Muna dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data

subyektif dengan mewawancarai Ny. M sehingga didapatkan keluhan buah

dadanya terasa bengkak, keras dan nyeri, puting susu masuk kedalam, bayi tidak

menyusu karena ASI tidak keluar dan data obyktif diperoleh dari pemeriksaan

fisik yaitu pada payudara bengkak, teraba keras, puting susu masuk kedalam, ada

nyeri tekan, ASI keluar sedikit-sedikit bila dipencet .

2. Dalam penentuan diagnosa/masalah aktual terhadap kasus Ny. M di wilayah

kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna dengan mengumpulkan data secara

teliti dan akurat sehingga didapatkan diagnosa PIA0, postpartum hari ke-III

dengan bendungan ASI yang disertai masalah yang dialami Ny. M adalah buah

dadanya terasa bengkak, keras dan nyeri, puting susu masuk kedalam, bayi tidak

menyusu karena ASI tidak keluar sehingga pencegahan secara dini begitu

penting agar keluahan ibu dapat teratasi .

112
113

3. Menganalisa dan menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa/ masalah

potensial terjadinya pada Ny”M” Dengan bendungan ASI yaitu potensial

terjadinya mastitis. Namun hal ini tidak terjadi karena sudah mendapatkan

penanganan segera.

4. Tindakan segera yang dilakukan melakukan perawatan payudara dan kolaborasi

dengan Dokter Obgyn tidak dilakukan.

5. Rencana tindakan pada kasus Ny. M di wilayah kerja Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna dengan dibagi dalam 3 rencana asuhan diantaranya tindakan

umum, eklamsia postpartum dan edukasi.

6. Penatalaksanaan kasus Ny. M di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten

Muna dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.

7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny ”M” yaitu pada tanggal 25 s.d 28

April 2015 maka di dapatkan hasil yaitu keadaan Ny”M” bendungan ASI

teratasi, puting susu sudah menonjol, bayi sudah dapat menyusu dengan baik,

keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.

8. Telah dilakukannya pendokumentasian asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M

dengan bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna

dibuat dalam bentuk SOAP yang merupakan ringkasan dari 7 langkah Varney.

9. Telah dilakukan follow up asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M dengan

bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna selama 3

hari sampai keluhan ibu teratasi.


114

B. Saran

1. Agar karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah

wawasan pembacanya sehingga proses perkuliahan dapat berjalan baik.

2. Dengan adanya karya tulis ini kita dapat melihat betapa penting dilakukannya

perawatan payudara pada ibu hamil sehingga dapat mencegah terjadinya

bendungan ASI karena putting susu yang terbenam.

3. Dengan adanya karya tulis ini para pembaca khususnya mahasiswa dapat

menambah wawasan dan pengetahuan terutama tentang masalah ibu nifas patologi

dengan bendungan ASI sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat dan

sesuai dengan masalah yang terjadi.

4. Diharapkan dalam pemberian asuhan bidan dapat mengidentifikasi suatu keadaan

yang dapat mengarah kearah patologi, sehingga dapat mencegah kejadian yang

tidak diharapkan.

5. Sehingga dengan adanya karya tulis ini, bila benar-benar terjadi bendungan ASI

pada masa nifas dapat dicegah sedini mungkin


115

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra


Cendikia offset.

Arini H., (2012) Mengapa Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta, flashbooks.

Dinas Kesehatan Kabupaten Muna (2015) Profil Kesehatan Kabupaten Muna.

Estiwidani, Dwiana, Meilani, Niken & Widyasih, Hesty. (2011) Konsep Kebidanan.
Yogyakarta, Fitramaya.

http://www.google.com/stikes-kusuma-husada.ac.id.penelitian-bendungan-ASI.com di
Akses tanggal 9 Juni 2013 Pukul 09.30 WITA.

http://yuniochyrosiati.blogspot.com/2012/11/Dampak-bendungan-ASI.com di Akses
tanggal 9 Juni 2013 pukul 09.30 WITA.

http://ryandefinta.blogspot.com/2013/02/masa-nifas-dan-cara-menyusui-yang
benar.html diakses tanggal 9 Juni Pukul 09.30 WITA
http://2.bp.blogspot.com/-UxliaryzLXU/UYtorXu162I/AAAAAAAABHw/9BW4
8Ifmow/s1600/Perawatan-Payudara-Ibu-Menyusui.webp di Akses tanggal 9
Juni 2013 pukul 09.30 WITA.

Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Media

Marmi (2011) Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono (2011) Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Putaka


Jogyakarta: CV Andi Offset

Prawirohardjo, Sarwono (2009) Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
116

Prawirohardjo, Sarwono (2005) Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Setyo Retno, Wulandari & Handayani S. (2011) Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas. Yogyakarta, Gosyen Publishing.

Siwi, Elisabeth & Purwoastuti, Endang (2015) Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta, PUSTAKA BARU PRESS.

Sulistyawati, Ari (2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta,
Andi.
Sumintar. 2008 http://www.f-buzz.com/wp-content/uploads/2008/08/susu-ibu.jpg;

Varney, Jan M. Kriebs & Carolyn L. Gegor (2012) Buku Saku Bidan. Jakarta, EGC.
117

Tabel : pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.M P1A0, post partum hari ke-

III di wilayah kerja puskesmas kabawo kabupaten muna.


No Asuhan Kebidanan Waktu pelaksanaan Ket
25-4- 26-4- 27-4- 28-4-
15 15 15 15
1 Menginformasikan pada ibu hasil √ √ √ √
pemeriksaan.
2 Mengobservasi tanda-tanda vital, √ √ √
3 Mengobservasi BAB dan BAK. √ √
4 Mengompres kedua payudara √ √ √
dengan air hangat
5 Melakukan perawatan payudara √ √ √
6 Menarik puting susu dengan √
menggunakan spoit.
7 Mengeluarkan air susu dengan √ √
pompa ASI
8 Mengajarkan pada ibu cara √ √ √ √
menyusui bayinya dengan benar
9 Menganjurkan pada ibu untuk √ √
menyusui bayinya sesering
mungkin
10 Menatalaksanakan pemberian √
obat-obatan yaitu parasetamol 3x1
tablet/hari, amoxillin 3x1
tablet/hari, dan vitamin 3x1 √ √
tablet/hari.
11 Memberikan health education √ √ √
pada ibu tentang ASI esklusif,
nutrisi, personal Hygiene, istirahat √
yang cukup, KB pasca salin
12 Menjelaskan pada ibu tentang √ √ √ √
tanda-tanda bahaya masa nifas.
13 Menganjurkan pada ibu untuk √
makan makanan yang dapat
merangsang produksi air susu ibu.
14 Memandikan bayi √ √
15 Menyepakati dengan ibu √ √ √
kunjungan ulang
118
119

Anda mungkin juga menyukai