Penulis
Elina Tasichi
NIM : 1815401012
Pembimbing,
NIK. 11.10.10.026
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Jurusan DIII Kebidanan,
NIK. 11.10.10.026
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua STIKes Salsabila Serang Ketua Jurusan DIII Kebidanan
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini dengan lancar, dan
tepat pada waktunya dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, PADA NY.H
UMUR 39 TAHUN G4P3A0 UK 39 MINGGU DI PMB MUMUN M S.ST.SKM
KAMPUNG CIPACUNG KABUPATEN PANDEGLANG”. Laporan Asuhan
Kebidanan Komprehensif ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Salsabila Serang.
Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini disusun sebagai upaya untuk
menggambar pengalaman nyata yang didapatkan melalui asuhan kebidanan secara
langsung kepada pasien di lahan praktek yang diikuti oleh mahasiswi kebidanan.
Kegiatan Asuhan Kebidanan ini dimulai sejak ibu tersebut hamil, melahirkan, masa
nifas, sampai pada asuhan bayi baru lahir.
iv
3. Ika Lustiani S.ST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan DIII Kebidanan dan Dosen
Pembimbing Asuhan Kebidanan Komprehensif yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, koreksi serta nasihat sehingga laporan Asuhan Kebidanan
Komprehensif ini dapat terselesaikan.
4. Sandy Nurlaela Rachman S.ST.M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan dukungan, bimbingan dan arahan serta nasihat selama
penulis menempuh pendidikan.
5. Bidan Mumun M S.ST.SKM selaku pemilik lahan praktek dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan Komprehensif sekaligus yang telah memberikan izin di lahan
prakteknya.
6. Seluruh Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Salsabila
Serang yang telah membantu mendidik di dalam proses belajar mengajar selama
ini.
7. Orang tua tercinta Bapak Teguh Tasichi dan Ibu Sumarni serta adik tersayang
Elsa Cahya Tasichi yang tiada henti-hentinya memberikan semangat dan
dukungan baik dari segi material maupun spiritual.
8. Teman spesial Qeis Al Hafis yang selalu setia menemani dan memberikan
support selama perkuliahan berlangsung, dan dalam menyelesaikan penyususnan
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Sahabat yang selalu memberikan semangat dan perhatian dalam proses
membelajaran, Aprilia Lestari, Dila Nurhikmah, Arlianti Barqiah dan Brigcicha
Pricilia serta menemani dengan setia menyeselsaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah
ini.
10. Teman-temanku seperjuangan angkatan XV terimakasih untuk kenangan, tawa
dan tangis yang tak terlupakan. Semoga Allah memudahkan jalan kita.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan
Komprehensif ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dan dapat diterima serta
bermanfaat bagi kita semua.
Elina Tasichi
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................8
C. Manfaat Penulisan...................................................................................9
D. Sistematika Penulisan..............................................................................10
vii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Masa Kehamilan......................................................................................124
B. Masa Persalinan......................................................................................134
C. Masa Nifas..............................................................................................145
D. Bayi Baru Lahir.......................................................................................150
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................154
B. Saran........................................................................................................156
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................158
viii
DAFTAR TABEL
2.5. Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi ...................70
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran XII : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Bayi Baru
Lahir 6 Hari
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan suatu negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal karena sebab
yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. 99% dari semua
kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 830 wanita meninggal karena
komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari. Salah satu
target di bawah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk
mengurangi rasio kematian ibu bersalin global menjadi kurang dari 70 per
100.000 kelahiran, dengan tidak ada negara yang memiliki angka kematian ibu
lebih dari dua kali rata-rata global. Wanita meninggal akibat komplikasi selama
dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan
hampir 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah
melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan
eklampsia), komplikasi dari persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO,
2018).
Menurut World Health Organization (WHO, 2017) menunjukkan bahwa
angka kematian bayi (AKB) turun dalam tahun-tahun terakhir. Pada tahun 2017
Angka Kematian Bayi sebanyak 29 kematian per 1000 kelahiran hidup. Hasil
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017). Menunjukkan bahwa
Angka Kematian Bayi (AKB) turun. Pada tahun 2017 Angka Kematian Bayi
sebanyak 24 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut mengalami penurunan
dibanding hasil SDKI tahun 2012, yaitu sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut Permenkes RI dalam program SDGs bahwa target sistem kesehatan
nasional yaitu pada goals ke 3 menerangkan bahwa pada 2030 seluruh negara
1
2
fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) dan akses sarana transportasi dalam
menjangkau fasilitas kesehatan (Ima Azizah dan Oktiaworo, 2017).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sudah mengalami penurunan
pada periode tahun 1994-2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000
KH, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 KH, tahun 2002 sebesar 307 per
100.000 KH, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH, namun pada tahun 2012,
AKI meningkat kembali menjadi 359 per 100.000 KH. Angka kematian bayi
dapat dikatakan mengalami penurunan terus menurun dan pada SDKI 2012
menunjukan angka 32 per 1.000 KH (SDKI 2012). Hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015 AKI maupun AKB menunjukan penurunan (AKI 305 per
100.000 KH dan AKB 22,23 per 1.000 KH) Penyebab Angka Kematian Bayi
adalah kelainan kongenital, peneumonis, sepsis, prematuritas, kuning, cedera
lahir, tetanus neonatorum, deficiency nutrisi (KemenKes, 2017). Penyebab
tingginya angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah perdarahan, eklamsia,
aborsi tidak aman (unsafe abortion), partus lama dan infeksi (Profil Kesehatan
Indonesia, 2017).
Angka Kematian Bayi (AKB ) di Indonesia menurut SDKI mencapai 34
per 1000 kelahiran hidup ditahun 2007, terus mengalami penurunan menjadi 32
per 1000 kelahiran hidup di tahun 2012, dan terus mengalami penurunan menjadi
24 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2017. Penyebabnya adalah bayi lahir berat
badan rendah, asfiksia, tetanus, infeksi, dan lain-lain (SDKI, 2017).
Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia
Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana,
hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per
100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara Nairobi Summit dalam rangka
ICPD 25 (International Conference on Population and Development ke25) yang
diselenggarakan pada tanggal 12-14 November 2019 menyatakan bahwa
5
tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia
sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengakhiri
kematian ibu saat hamil dan melahirkan.
Jumlah AKI di Provinsi Banten pada tahun 2017 jumlah kematian Ibu di
Provinsi Banten mengalami penurunan yaitu 230 jiwa. Penyebab langsung
kematian ibu di Provinsi Banten pada tahun 2018 adalah Hipertensi dalam
kehamilan, perdarahan, infeksi 12 jiwa, gangguan sistem peredaran darah
(jantung, stroke, dll) 45 jiwa, gangguan metabolik 3 jiwa dan lain-lain 56 jiwa.
Dan pada tahun 2020 jumlah kematian ibu di Provinsi Banten yaitu 237 jiwa
(Dinkes Provinsi Banten 2020).
Sedangkan AKB di Provinsi Banten pada tahun 2018 mengalami
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, penyebab langsung kematian neonatal
di Provinsi Banten pada tahun 2018 adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
371 jiwa, asfiksia 268 jiwa, tetanus neonatorum 11 jiwa, infeksi/sepsis 47 jiwa,
kelainan kongenital 95 jiwa dan lain-lain 141 jiwa. Dan pada tahun 2020 jumlah
kematian Bayi di Provinsi Banten yaitu 1.068 Jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi
Banten 2020).
Jumlah kematian ibu (AKI) di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2019
sebanyak 34 jiwa, penyebabnya diantaranya perdarahan 14 jiwa, Hipertensi
dalam kehamilan 6 jiwa, gangguan sistem peredaran darah 5 jiwa dan lain-lain 15
jiwa. Dan pada tahun 2020 jumlah kematian ibu di Kabupaten Pandeglang yaitu
47 jiwa, penyebab kematian ibu di tahun 2020 yaitu, perdarahan 13 jiwa,
Hipertensi dalam kehamilan 14 jiwa, infeksi 1 jiwa, gangguan sistem peredaran
darah (Jantung, Stroek, dll) 7 jiwa, lain-lain 12 jiwa, ( Dinkes Provinsi Banten,
2020).
Jumlah angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Pandeglang pada tahun
2020 sebanyak 121 jiwa per angka kelahiran hidup, dimana penyebab kematian
bayi disebabkan oleh Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 23 jiwa, Asfiksia
6
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukan pengkajian data pada Asuhan Komprehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
b. Dilakukan interpretasi data pada Asuhan Komprehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
c. Dilakukan analisa diagnosa dan masalah potensial pada Asuhan
Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB
Pada Ny. H di PMB Mumun M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
d. Dilakukan tindakan segera dan kolaborasi pada Asuhan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di
PMB Mumun M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
e. Dilakukan rencana tindakan pada Asuhan Kompehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
f. Dilakukan tindakan pelaksanaan pada Asuhan Komprehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
9
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan serta
mengaplikasikan asuhan kebidanan komprehensif dan sebagai bahan evaluasi
diri dalam menerapkan teori kebidanan kedalam praktik kebidanan secara
langsung pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dan KB.
2. Bagi Lahan Praktik
Penulis berharap hasil asuhan ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
tempat lahan praktik dan lahan praktik juga dapat memberikan informasi
tentang kehamilan pada ibu yang memeriksakan kehamilan sebagai upaya
untuk meningkatan mutu pelayanan kebidanan dimulai dari kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta pelayanan KB sesuai dengan standar
kebidanan yang berlaku.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi agar dapat dimanfaatkan atau sebagai
perbandingan laporan karya tulis ilmiah untuk angkatan selanjutnya dan juga
sebagai sumber bacaan dan sebagai bahan kajian, sehingga mahasiswa dapat
meningkatkan wawasan pengetahuan.
10
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari lima Bab yaitu:
1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan yang merupakan BAB I berisikan tentang
latar belakang masalah yang di bahas, tujuan penulisan meliputi : tujuan
umum, tujuan khusus, manfaat penulisan meliputi : bagi penulis, bagi lahan
praktik, bagi institusi, dan sisitematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori
Dalam tinjauan teori yang merupakan BAB II berisikan berbagai teori
yang berhubungan dengan asuhan yang diberikan sesuai dengan kasus yang
ditemukan. Teori ini meliputi kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
KB.
3. BAB III Tinjauan Kasus
Bab ini berisi tentang hasil dari asuhan kebidanan yang diberikan yang
dituangkan dalam bentuk tinjauan kasus, mulai dari Antental Care (ANC),
intranatal Care (INC), Post Natal Care (PNC), Bayi Baru Lahir (BBL) dan
KB Pada kasus Ny. H.
4. BAB IV Pembahasan
Bab ini merupakan pembahasan yang membahas asuhan yang
diberikan dimana dalam bab ini dilakukan perbandingan antara hasil asuhan
kebidanan yang dilakukan dengan teori yang dituliskan.
5. BAB V Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari asuhan kebidanan dan
mengemukakan saran- saran yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan.
6. Daftar Pustaka
7. Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Pengertian
1
2
ekor akan ditinggalkan. Bersatunya inti sel telur dan spermatozoon akan
tumbuh menjadi zigot. Zigot mengalami pertumbuhan dan perkembangan
melalui 3 tahap selama kurang lebih 280 hari. Tahap – tahapnya meliputi
periode implantasi ( 7 hati pertama), periode embrionik (7 minggu berikutnya)
dan periode fetus (7 bulan berikutnya). Selama 2 – 4 hari pertama setelah
fertilisasi, zigot berkembang dari 1 sel menjadi kelompok 16 sel (morula).
Morula kemudian tumbuh dan berdiferensiasi menjadi 100 sel. Selama periode
ini, zigot berjalan di sepanjang tuba fallopi setelah itu masuk ke uterus dan
tertanam dalam endometrium uterus (kamariyah, Nurul Dkk, 2014).
nyeri dan tegang. Nyeri tersebut juga dapat timbul secara tiba-tiba
pada saat perut ibu dilakukan palpasi (periksa raba) dan saat periksa
dalam.
7) Teraba ballotement
Ballotement adalah pantulan pada saat rahim digoyangkan.
Memeriksa kontraksi ini dilakukan dengan cara memegang bagian
rahim yang mengeras sambil sedikit digoyangkan sehingga akan terasa
bahwa rahim tersebut bergoyang.
b. Tanda pasti hamil
Ada beberapa tanda yang memastikan adanya kehamilan, meliputi:
1) Gerakan janin yang dilihat dan dirasakan. Ibu merasakan gerakan janin
ketika usia kehamilan 16 minggu atau awal bulan kelima. Gerakan
janin akan lebih terasa di pagi hari atau saat ibu beristirahat. Bahkan,
pada usia kehamilan > 22 minggu, ibu dapat melihat gerakan janin
pada saat janin bergerak.
2) Denyut jantung janin (DJJ). Terlihat dan terdengar denyut jantung
janin dengan bantuan alat.
a) Didengar menggunakan alat Doppler mulai usia kehamilan 12
minggu.
b) Didengar menggunakan stetoskop monokuler Leannec mulai
usia kehamilan 20 minggu.
c) Dicatat dengan feto-electro kardiogram mulai usia kehamilan 6
minggu. 4) Dilihat dengan ultrasonografi (USG) mulai usia
kandungan 6 minggu.
sejajar dengan Hodge III – 12 bagian terendah janin sudah masuk PAP –
11 (Mochtar, 2012).
a. Trimester I
b. Trimester II
a. Trimester III
1) Plasenta Previa
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh
ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada
dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri.
Gejala-gejala yang ditunjukkan seperti:
a) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisaterjadi
secara tiba-tiba dan kapan saja.
b) Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada
bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidakdapat mendekati
pintu atas panggul.
c) Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
2) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara
normalplasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya:
18
2) Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan
mungkin menandakan pre eklampsia.
Tabel 2.1
Besar tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
Tabel 2.2
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi Interval % perlindungan Masa
perlindungan
TT 1 Pada kunjungan 0 % Tidak ada
ANC pertama
TT 2 4 minggu 80% 3 tahun
27
setelah TT 1
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal
atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit. (Ummi Hani,
dkk. 2014)
g. Kunjungan Ulang
Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah,
dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia
merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir. (Prawirohardjo,
2016).
B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan sel selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika proses terjadinya pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR
2017).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan
dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum dapat dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (Affandi, 2017).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau bantuan/kekuatan
sendiri (Lailiyana, dkk, 2018).
4. Tahapan Persalinan
Persalinan dbagi menjadi 4 kala yaitu:
a. Kala 1
Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). (JNPK-KR, 2017).
Proses ini terbagi menjadi dua fase yaitu:
1) Fase Laten
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangusng selama 40 detik atau lebih.
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara
atau primigravida) atau ebih dari 1 cm hingga 2 cm (multripara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam dari pembukaan 3 cm
sampai pembukaan 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam dari pembukaan 4
cm sampai 9 cm dan berlangsung sangat cepat.
c) Fase deselarasi yaitu Pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2 jam
dari pembukaan 9 sampai pembukaan lengkap. (Ina, 2014).
39
b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks (10),
dilanjutkan dengan upaya menorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua persalinan disebut juga sebagai kala
pengeluaran bayi. Kala II berlangsung 1 jam pada multigravidan dan
berlangsung 2 jam pada primigravida. (JNPK-KR, 2017). Gejala dan tanda
kala dua persalinan adalah:
1) ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/ atau vaginanya.
3) Perenium menonjol.
4) Vulva dan sfingte ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
myometrium mulai berkontaksi, uterus berbentuk bulat (discoid)dan
tinggi fundus berada 3 jari dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah alpukat dan fundus setinggi pusat (seringkali mengarah ke sisis
kanan).
2) Tali pusat memanjang.tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(tanda Ahfeld).
3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
retroplasenter (diantara tempat implantasi dan permukaan maternal
plasenta) akan melepas plasenta (dengangaya gravitasi) dari tempat
perlekatannya di dinding uterus. Jika kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruang antara dinding uterus dan plasenta telah melebhi
kapasitas tampungnya maka darah tersembut keluar dari tepi plasenta
yang terlepas.
d. Kala IV
Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi lahir dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum. (Ina, 2014). Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir dalam dua jam setelah itu . Selama du jam pertama
pasca persalinan:
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yag
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
2) Masase uterus membuat uterus berkontraksi baik setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika
ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
41
3) Pantau temperatus tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca
persalinan,. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa
yang diperlukan.
4) Nilai jumlah darah yang keluar. Periksa perenium dan vagina setiap 15
menit selama satu jam pertama setiap 30 menit selama jam kedua kala
empat.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagimana melakukan masase jika uterus
menjadi lembek.
6) Minta anggota keluarga memeluk bayi, bersihkan dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, ataur posisi ibu
agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring,. Jaga
agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup bauk, kemudian
berika bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI (JNPK-
KR, 2017).
5. Sebab-sebab terjadinya Persalinan.
Menurut (Yuni Fitriana & Widi Nurwiandani, 2018: 8) sebab-sebab
mulainya persalinan diantranya:
a. Penurunan kadar progesterone
Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim, sedangkan
hormon progesterone dapat menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhirnya kehamilan kadar progesterone menurun
sehingga timbul his. Hal inilah yang menandakan sebab-sebab mulainya
persalinan.
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
42
c. Keteangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
terenggang oleh karena isinya.
d. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya memegang peranan,
oleh karena itu, pada anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang di hasilkan oleh decidua, di sangka menjadi salah
satu penyebab permulaan persalinan.
2) Mengejan
Yang paling memegang kendali atau yang paling menentukan
dalam tahapan persalinan adalah proses mengejan ibu yang dilakukan
dengan benar ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama dengan
intruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta untuk menarik nafas
panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadilalu dibuang secara
perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin
dengan mengejan sekuat mungkin. Bila mengikuti intruksi dengan baik,
pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bisa dihindari.
Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen ke janin.
c. Passenger
Pasangger terdri dari:
1) Janin
Bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin,
posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalannya persalinan.
Biasanya kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain janin akan
dengan mudah menyusul.
2) Plasenta
Plasenta juga harus melaui jalan lahi, plasenta juga dianggap
sebagaipenumpang atau passenger yang menyertai janin namun plasenta
jarang menghambat pada persalinan normal.
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membrane yang
kuat dan ulet tetai lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regang membrane janindengan demikian
pembentukan komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan
sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan.
44
e. Penolong (Bidan)
Yaitu mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin.
7. Mekanisme persalinan normal
Mekanisme jalan lahir menurut (Elisabeth,2016) diantarnya adalah:
a. Penurunan kepala
Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul (PAP) biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi ringga, masuknya kepala
melewati PAP yaitu bila sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir
tepat diantara simpisis dan promontorumnya.
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringgan,
fleksi juga bertambah pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat kearah
dada janinsehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar
disebabkan karena tertahan dinding serviks, pelvis dan lantai pelvis, rotasi
dalam (putaran fleksi dalam). Putaran fleksi dalam adalah pemutaran dari
bagian depansedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
janin memutar kebawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala bagian
terendah ialah bagian ubun-ubun kecil dab bagian inilah yang akan memutar
kedepan ke arah simfisis.
c. Rotasi dalam / Putar paksi dalam
Makin turunnya kepala kepala janin dalam jalan lahir kepala janin
akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga panggul
atau diameter anterior posterior kepala janin akan bersesuaian dengan
diameter terkecil antero posterior pintu bawah panggul (PBP). Hal ini
mungkin karena kepala janin bergerak seperti spiral atau skrup sewaktu
turun dalam jalan lahir. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala
akan membentuk sudut 45°. Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam
dan ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis.
45
d. Ekstensi
Sesudah turun kepala janin sampai dasar pangugul dan ubunubun
kecil berada dibawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin.
Disebabkan karena sumbu jalan lahir pada PAP mengarah ke atas sehingga
kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya.
e. Rotasi Luar (putaran Flaksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami resusitasi yaitu
kepala bayi memutar kembali kearah panggul anak untuk menghilangkan
torsi pada lahir yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintas pintu
dalam keadaan miring di dalam rongga panggul dan kepala bayi juga
melanjurkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
iskiadikum sepihak.
f. Ekspulsi
Setelah putaran fleksi luar bahu depan sampai bawah simfisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang, setelah kedua bahu
lahir selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan
lain.
Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala II, yaitu : Ibu
merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang
semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol,
vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka. Memastikan kelengkapan
peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru
lahir atau resusitasi siapkan : tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi), alat
penghisap lender, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Menggelar kain diperut bawah ibu, Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat
suntik steril sekali pakai di dalam partus set. Kemudian memakai celemek
plastik serta melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
mengeringkan tangan dengan tissue dan handuk pribadi yang bersih dan
kering. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik
dengan menggunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril
(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
dan siku anterior bayi serta menjaga bayi terpegang baik. Setelah tubuh dan
lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang ke dua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu
sisi dan jar-jarilainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
Lakukan penilaian (selintas) Apakah bayi cukup bulan? Apakah air ketuban
jernih, tidak bercampur mekonium? Apakah bayi menangis kuat dan/atau
bernapas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah
satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru
lahir dengan asfiksia (melihat penuntun belajar resusitasi bayi asfiksia). Bila
semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke penanganan bayi baru lahir normal.
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu.
kunci pada sisi lainnya, Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah disediakan. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit
ibubayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada atau perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting susu atau areola mame ibu. Selimuti ibu-bayi dengan kain
kering dan hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi
akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasl menyusu.
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas sympisi),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat
kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-
atas(dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lepas setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya kemudian ulangi kembali
prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
untuk melakukan stimulasi puting susu. Bila pada penekanan bagian bawah
dinding depan uterus kearah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali
pusat kearah distal maka lanjutkan dorongan kea rah kranial hingga plasenta
dapat dilahirkan. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya di tegangkan
( jangan ditarik secarakuat terutama jika uterus tidak berkontraksi ) sesuai
dengan sumbuhalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas) jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
51
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk
mencari dan menemukan puting ibunya.
10. Partograf
a. Definisi Partograf
54
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2017)
b. Tujuan utama penggunaan partograf
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam, menilai kualitas kontraksi dan
penurunan bagian terbawah.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinana terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, konsisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yag
diberikan, dimana semua itu harus dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
c. Penggunaan partograf
1) Partograf harus digunakan Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
Partograf harusdigunkan untuk semua persalinan, baik normal maupun
patologis .Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan
dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yangmemberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. (Spesialis
Obstetri,Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka.
55
No Simbol Keterangan
1 U Selaput Utuh
Tabel 2.4
Simbol Penyusupan Tulang Janin
No Molase Keterangan
1 0 Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat di palpasi
2 1 Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
56
15) Protein, Aseton, dan Volume urin : Catatlah setiap ibu berkemih. Bila
temuan-temuan melintas kearah kanan dari arah waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin
dan segera mencari rujukan yang tepat. Keuntungan pelaksanaan
partograf antara lain :
1) Tersedia cukup waktu melakukan rujukan (sekitar 4 jam) setelah
perjalanan persalinan melewati garis waspada.
2) Dipusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk mengambil
tindakan sehingga tercapai well brown baby dan well health mother.
C. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandung kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas juga
diartikan sebagai masa post partum atau masa sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar dari Rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan ( Asih, 2016).
Masa nifas atau purperium dini dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca
persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta penyedian pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,imunisasi dan nutrisi bagi ibu
(Sarwono, 2016).
Tujuan masa nifas yaitu menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologik.Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi seharihari.Memberikan pelayanan keluarga berencana,
mendaoatkan kesehatan emosi (Yanti, 2014).
Tabel 2.5
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Normal 50 gram
(Sumber: Marmi 2015)
61
b. Kontaksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang
di perkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauteri
yang sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlengketan antara plasenta dan dinding
uterus menjadi nekrosis dan lepas.
c. Afterpains dalam minggu pertama sesudah bayi lahir mugkin ibu mengalami
kram perut yang berlangsung sebentar mirip dengan kram ketika menstruasi,
keadaan ini di sebut afterpains, yang di timbulkan oleh kontraksi uterus pada
waktu mendorong gumpalan darah di dalam uterus
d. Tempat plasenta dengan involusi uterus ini maka lapisan luar dari decidua
yang mengelilingi tempat plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan , suatu campuran antara darah
yang di namakan lochea yang menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik tadi
adalah karena pertumbuhan endometrium.
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lochea terbagi empat jenis yaitu: lochea rubra,
sanguinulenta, dan lochea serosa atau alba (Walyani. dkk, 2017). Berikut ini
adalah beberapa jenis lochea menurut Walyani. dkk, 2017 yang terdapat
pada wanita masa nifas, yaitu ;
1) Lochea rubra (cruenta)
Berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, set-set desidua, vernikscaseosa, lanugo, dan mekonium selama
2 hari pasca persalina.Inilah lochea yang akan keluar selama dua sampai
tiga hari postpartum.
2) Lochea Sangunulenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada
hari ke 3 sampai ke 7 pasca persalina.
62
3) Lochea serosa
Adalah lochea berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat
dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hati
ke 7 sampai hari ke 14 pasca persalinan. Lochea alba mengandung
terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.
4) Lochea alba
Adalah lochea yang terakhir, dimulai dari hari ke 14 kemudian
makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau
dua minggu berikutny. Bentuknya seperti cairan putih berbentu krim
serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
Tabel 2.6
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas
Kunjunga Waktu Asuhan
n
I 6-8 Jam - Mencegah perdarahan masa nifas karena
post atonia uteri.
partum - Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
- Pemberian ASI awal - Melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
- Menjaga bayi tetap hangat dengan cara
mencegah hipotermi
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran,
atau sampai bayi dan ibu dalam keadaan
64
stabil.
II 6 hari post - Memastikan involusi uterus berjalan normal :
partum uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal,, tidak ada bau.
- Menuilai adanya demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
- Memastiakn ibu mendapat cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tandatanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuahan pada bayi tentang tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi setiap hari.
III 2 minggu - Asuhan pada 2 minggu post partum sama
post dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
partum 6 hari post partum
IV 6 minggu - Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
post ibu selama masa nifas.
partum - Memberikan konseling KB secara dini.
(Sumber: Yanti 2014)
pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka
laserasi biasanya telah sembuh.
6) Kebutuhan perawatan payudara
Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita
hamil, supaya puting lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Gunakan bra yang menyokong payudara,
apabila putting susu lecet oleskan air susu yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui.
7) Latihan senam nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami
perubahan fisik. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan
menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan
pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak,
karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam
melahirkan) dapat membantu Rahim kembali kebentuk semula.
1. Pengertian
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28
har), sesudah kelahiran dimana ada tiga masa yaitu neonatus adalah bayi
berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir, neonatus dini
adalah usia –7 hari dan neonatus lanjut adalah usia 7-28 hari (Sholichah, Nanik,
2017).
69
Pada bayi baru lahir normal asuhan dapat diberikan pada jam pertama
kelahiran yang dilanjutkan hingga 24 jam setelah kelahiran, sebaiknya asuhan
pada bayi diberikan secara standar dengan memperhatikan riwayat bayi selama
kehamilan, proses persalinan dan keadaan bayi setelah kelahira (Yupita, 2017).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram (Runjati, dkk,
2018). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Dwiendra, 2014). Klasifikasi neonatus
menurut Marni (2015) yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari ( 37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan( postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut berat lahir :
1) Berat lahir rendah : <2500 gram.
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.
2) Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.
Menurut JNPK-KR tahun 2017 BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui
cara :
a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Jika pada saat lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas akibat
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
71
Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau
diselimuti dikurang denganberat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan pada waktu yang tepat setelah kondisi stabil yaitu umumnya
tidak kurang dari 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam
pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahaykan kesehatan BBL (JNPK-KR, 2017).
d. Persiapan Tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi
yang datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan
atau lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan terjaga dari
tiupan angina.
e. Penilaian awal BBL
Untuk bayi segera setelah lahir,letakan bayi diatas kain bersih dan
kering yang disiapkan pada perut bawah ibu segera lakukan penilaian awal
dengan menjawab pertanyaan. a. Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernafas tanpa kesulitan ? b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas ?
c. Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan resusitai bayi baru lahir.
f. Mencegah kehilangan panas
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih hangat
3) Selimuti bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Merawat tali pusat
7) Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke putung tali
g. Pemberian ASI
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru
lahir harus mendapatkan ASi satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu memeluk
bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi segera setelah tali pusat di
klem atau dipotong.
h. Pencegahan infeksi pada mata
74
Keuntungan rawat gabung yaitu ibu dengan mudah menyusui kapan saja
bayi menginginkannya sehingga ASI juga akan cepat keluar, ibu dapat
merawat bayinya sendiri dan tidak terpapar dengan banyak petugas
sehingga infeksi nosocomial dapat dicegah, serta dengan rawat gabung
ibu dan bayi akan terjadi proses lekat sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan psikologis bayi, bayi mendapat kehangatan, rasa aman,
dan terlindungi serta ibu merasa bangga karena dapat memberikan yang
terbaik bagi bayinya.(Elisabeth, 2015)
2) Apakah bayi kecil atau besar, berat badan normal bayi baru lahir yaitu
2500-4000 gram. Kenaikan berat badan bayi pada tahun pertama
kehidupan yaitu 700-1000 gram/bulan pada triwulan I, 500-600
gram/bulan pada triwulan II, 350-450 gram/bulan pada triwulan III, dan
250-350 gram/bulan pada triwulan IV.
Tabel 2.7
Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Umur Berat Badan (kg)
1 Bulan 3,0-4,3
2 Bulan 3,6-5,2
3 Bulan 4,4-6,0
4 Bulan 4,7-6,7
5 Bulan 5,3-7,3
6 Bulan 5,8-7,8
7 Bulan 6,2-8,3
8 Bulan 8,6-9,8
9 Bulan 7,0-9,0
10 Bulan 7,3-9,3
11 Bulan 7,6-9,9
12 Bulan 7,8-10,2
(Sumber: Maryunani 2014)
76
8. Imunisasi BBL
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam
mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang
mendapatkan prioritas.
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi
penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sedini mungkin kepada bayi dan anakanak.
yang disebabkan oleh bakteri difteri. Pertusis adalah penyakit batuk rejan
yang disebabkan oleh bakteri pertusis. Tetanus adalah penyakit kejang yang
disebabkan oleh bakteri tetanus yang terjadi pada bayi kurang dari 1
bulan.Gejala Difteri yaitu demam mendadak, radang pada tenggorokan,
hilang nafsu makan, sakit waktu menelan,dan sesak nafas. Pertusis : Bayi
menderita batuk dan pilek, dengan hidung berair dan disertai panas.
Tetanus : tiba-tiba bayi tidak mau menyusu, mulut mencucu seperti mulut
ikan, demam dan kejang.Waktu Pemberian DPT diberikan 3 kali yaitu pada
usia 2, 3 dan 4 bulan (sebelum anak berusia 1 tahun) dengan interval (jarak)
minimal 1 bulan. Di suntikan secara IM dengan dosis pemberian 0,5 ml.
Efek samping nya yaitu gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat penyuntikan. Untuk mengantisipasi gejala
tersebut dapat di berikan obat penurun panas (Tando, 2016).
e. Polio, yaitu Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio yaitu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio dan dapat mengakibatkan
kelumpuhan yang menetap.Gejala polio yaitu lumpuh layu dan nyeri pada
tungkai.Waktu Pemberian imunisasi polio 4 kali sebelum anak berusia 1
tahun dengan jarak minimal 1 bulan. Di berikan secara oral atau melalui
mulut, 1 dosis adalah dua tetes. Tidak terdapat efek samping pada imunisasi
polio(Tando, 2016).
f. Campak, yaitu Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak
yaitu penyakit menular yang menimbulkan demam dan merah-merah pada
kulit yang disebabkan oleh virus campak. Gejala campak yaitu panas tinggi,
mata merah dan sakit bila terkena cahaya, batuk atau pilek serta timbul
bercak-bercak merah pada kulit.Waktu Pemberian imunisasi campak 1 kali
pada usia 9 bulan. Pemberian imunisasi campak ulangan pada usia 6-7 tahun
(kelas 1 SD). Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara Subcutan pada
lengan kiri atas. Efek samping nya yaitu hingga 15% pasien dapat
mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-
80
Tabel. 2.8
Jadwal Imunisasi
UMUR 1 12+*
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
(BULAN) 0 *
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
HB 0 (0-24 Jam)
BCG
*Polio
*DPT-HB-Hib 1
*Polio 2
*DPT-HB-Hib 2
Polio 3
*DPT-HB-Hib 3
*Polio 4
*IPV
Campak
82
Kket :
9. ASI Eksklusif
83
a. Pengertian
Air Susu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air
susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain (Perbup Sleman no. 38 tentang IMD dan ASI Eksklusif, 2015). ASI
Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim. Pemberian ASI ini
dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan (Haryono, an Setianingsih, 2014).
b. Manfaat ASI
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
b) ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindugi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit
dan jamur.
c) ASI sebagai nutrisi, ASI merpakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan
bayi.
d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang, kontak kulit dini akan
berpengaruh terhadap perkebangan bayi. Walaupun seorang ibu dapat
memberikan kasih saying dengan memberikan susu formula, tetapi
menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar.
Perasaan aman sangat penting untuk membangun dasar kepercayaan
bayi yaitu dengan mulai mempercayai orang lain (ibu), maka
selanjutnya akan timbul rasa percaya diri pada anak.
e) Mengupayakan pertumbuhan yang baik, bayi yang mendapat ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
84
E. Keluarga Berencana
1. Pengertian KB
2. Tujuan KB
a. Metode Alamiah
1) Metode Amenore Laktasi
MAL adalah metode yang mengandalkan pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif untuk menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat
yang hars dipenuhi yaitu ibu belum mengalami haid lagi, bayi disusui
secara eksklusif dan sering sepanjang siang dan malam dan bayi berusia
kurang dari 6 bulan. Indikasi metode MAL yaitu:
2) Metode Kalender
Metode kalender adalah metode alamiah dengan menghindari
senggama pada masa subur.
3) Coitus Interuptus (senggama terputus)
Coitus interuptus adalah keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina
sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan
dapat dicegah.
4) Metode Lendir/ Mukosa Serviks
c) Krim
c. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil kombinasi
Pil kominasi bekerja dengan cara menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit dilalui oleh
sperma, dan mengganggu pergerakan tuba sehingga transportasi telur
terganggu, pil ini di minum setiap hari.
2) Pil progestin
Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan.
3) Suntikan 1 bulan
Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, sehingga penetrasi sperma terganggu. Suntikan ini dilakukan
secara IM dan diberikan setiap bulan.
4) Suntikan 3 bulan
Metode ini sangat efektif dan aman, dapat dipakai pada ibu yang
sedang menyusui.
5) Implant
Kontrasepsi implant menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menjadikan selaput Rahim tipis dan mengurangi transportasi
sperma. Implant dimasukan dibawah kulit dan dapat bertahan hingga 3-7
tahun.
d. Alat Kontasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR dimasuka ke dalam uterus. AKDR menghambat kemampuan
sperma untuk masuk ke tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum ueti, mencegah sperma dan ovum bertemu, menvegah
implantasi dalam uterus.
e. Kontrasepsi Mantap
90
1) Pada wanita: Tubektomi degan cara menutup tuba falopi (mengikat atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2) Pada pria: Vasektomi kontrasepsi dengan cara menghentikan kapasitas
produksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi
(Kemenkes, 2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pasien Ny. H, umur 39 tahun, suku Sunda, kebangsaan Indonesia, agama Islam,
pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), seorang ibu rumah tangga, telah menikah
dengan Tn.H, umur 45 tahun, agama Islam, suku Sunda, kebangsaan Indonesia
pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di
Kp.Cipacung. Ini merupakan pernikahan yang pertama untuk kedua pasangan dan
sudah 17 tahun menikah. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang ke 4 pernah
melahirkan 3 kali tidak pernah keguguran.
1
2
epilepsi, asma, hemofilia, dan kelainan jiwa, dan keturunan kembar tidak
ada.
ada, arah memanjang, linea nigra, striae tidak ada, jaringan parut / post
operasi tidak ada.
bawah pusat sebelah kiri perut ibu, frekuensi 147x/menit, teratur. Perkusi
refleks patella kanan dan kiri (+) positif.
ketuban pecah. Istirahat yang cukup : Tidur diawal waktu dibawah jam 10
malam tidur kurang lebih 8 jam dalam sehari. Memberikan therapy obat
tablet Fe 1x1 dengan dosis 60mg.
Menganjurkan ibu kunjungan ulang rutin atau segera jika ada
keluhan Melakukan Pendokumentasian dengan SOAP.
Pada hari Senin tanggal 15 Februari 2021 pukul 02.00 WIB, Ny. H usia
39 tahun datang ke PMB Mumun M S.ST.SKM diantar oleh suami dengan
keluhan mules-mules sejak pukul 21.00 WIB keluar lendir darah sejak pukul
01.00 WIB dan belum keluar air-air. Ibu mengatakan HPHT tanggal 15 Mei
2020 dengan tafsiran persalinan tanggal 22 Februari 2021, ibu mengatakan ini
hamil anak ke 4 pernah melahirkan 3 kali tidak pernah keguguran. Ibu
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sedang diderita, dan tidak
memiliki riwayat oprasi.
Kelenjar tyroid pada leher tidak ada pembengkakan, tumor tidak ada,
kelenjar getah bening tidak ada pembengkakan. Pada dada dan axila
pembesaran mamae ada, simetris, benjolan/tumor tidak ada, puting susu
menonjol, areola susu hiperpigmentasi, kolostrum tidak ada. Pembengkakan
kelenjar getah bening pada axila tidak ada, nyeri tidak ada, posisi tulang
belakang lordosi fisiologis, nyeri pinggang tidak ada.
Pada pukul 07.00 WIB Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan
kuat, dan ada dorongan ingin meneran.
meneran tanpa bersuara. Mendekatkan alat partus set, hacting set, resus set,
obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi. Memimpin dan menolong
persalinan dengan asuhan persalinan normal (APN). Melakukan inisisasi
menyusu dini (IMD). Menilai bayi baru lahir dan melakukan
pendokumentasian.
3. Persalinan pada kala III Tanggal 15 Februari 2021 Pukul 07.25 WIB
Pukul 07.25 WIB ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan
ibu mengatakan masih merasa mulas.
Pada pukul 07.35 WIB ibu mengatakan senang atas kelahiran bayi
dan plasentanya, ibu mengatakan masi merasa mulas dan lemas.
Jumlah perdarahan kala I tidak ada, kala II ±60 cc, kala III 30 cc,
kala IV ±135 cc, total ±225 cc. penyulit komplikasi tekanan darah tinggi
tidak ada, kejang tidak ada, infeksi tidak ada lain-lain tidak ada. BAK 2
kali/hari , BAB tidak.
pembesaran ada, simetris kiri dan kanan, benjolan/ tumor tidak ada, putting
susu menonjol, areola susu hyperpigmentasi, kolostrum ada, axila
pembengkakan kelenjar limfe axilier tidak ada, dan tidak ada nyeri saat
ditekan, posisi tulang belakang fisiologis, pinggang nyeri tidak.
Pada abdomen pembesaran tidak ada, linea nigra, striae ada, jaringan
parut/post oprasi tidak ada. Uterus tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik. Anogenitalia pengeluaran lochea warna merah,
konsistensi cair, jumlah ±40 cc, tidak terdapat laserasi, kandung kemih
kosong, haemorhoid tidak ada. Ekstremitas tidak ada varises, kemerahan
tidak ada, kekuatan sendi normal, oedem pada tangan dan jari tidak ada,
oedem pada 2 tungkai tidak ada, bentuk bagian atas/lengan simetris, bentuk
bagian bawah/kaki simetris. Reflex patella kanan dan kiri positif (+). Data
penunjang pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain-lain tidak
dilakukan.
jam sekali dan anjurkan ibu cebok dengan bersih. Menjelaskan tanda bahaya
nifas : Demam tinggi, payudara bengkak dan merah, sakit kepala berat,
lochea berbau, keluar nanah dari jalan lahir. Menganjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup jika bayi tidur ibu ikut tidur namun tidak terlalu
mengikuti jadwal tidur bayi. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
tali pusat dengan tidak membubuhi dengan apapun hanya dengan kasa
kering. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan atau
indikasi tanda bahaya nifas. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi yang didapat yaitu keadaan ibu baik, kontraksi uterus baik,
TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, tidak ada perdarahan.
Obat telah diberikan. Ibu mengerti dan memahami dengan apa yang telah
disampaikan bidan. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.
Kunjungan rumah pertama pada hari ke-6 nifas yaitu pada tanggal 21
Februari 2021 pukul 16.30 WIB, ibu mengatakan masih keluar flek-flek ibu
mengatakan tidak ada keluhan ibu mengatakan melahirkan anak ke 4 pada
tanggal 15 Februari 2021. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data objektif
yaitu keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran compos
mentis. Tanda-tanda vital yaitu TD : 110/70 mmHg, N : 84 kali/menit, R : 22
kali/menit, S : 36,5 ˚C. Mata kelopak mata tidak odema, konjungtiva tidak
pucat, sklera tidak ikterik, pengeluaran ASI lancar, kontraksi keras, TFU
pertengahan pusat dan sympisis, kandung kemih kosong. Anogenital bersih,
lochea berwarna merah kecoklatan (sanguinolenta) ±6 cc.
Pada kunjungan nifas ke-6 minggu tanggal 29 Maret 2021 pukul 15.30
WIB didapatkan data subjektif ibu tidak ada keluhan.
By. Ny. H lahir pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 08.25 WIB, jenis
kelamin Laki-laki, berat badan 3.300 gram, panjang badan 49 cm. Riwayat
persalinan sekarang jenis persalinan spontan, ditolong oleh bidan, lama
persalinan kala I 5 jam , kala II 25 menit, kala III lamanya 10 menit. Ketuban
pecah spontan, warna jernih, tidak bau, komplikasi persalinan ibu dan bayi
tidak ada, keadaan bayi baru lahir hidup (menangis kuat, tonus otot aktif,
warna kulit kemerahan).
Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi iga, lingkar dada 32
cm. Bahu dan lengan atas ukuran dan bentuk normal, simetris kiri dan kanan,
gerakan normal. Kelengkapan jari lengkap, reflek moro (+), refleks grasphing
(+), lingkar lengan 11 cm. Abdomen simetris , tidak cekung / kembung,
penonjolan tali pusat tidak ada perdarahan tali pusat tidak ada.
Tungkai dan kaki ukuran dan bentuk normal. Simetris kiri dan kanan,
gerakan normal. Kelengkapan jari lengkap. Refleks babynski (+).
Punggung tiadak ada spina bifida, Anus ada. Refleks Tonic Neck (+).
Warna kulit tidak sianosis. Data penunjang tidak dilakukan.
bahwa bayi ibu dalam keadaan sehat Suhu 36,6 ◦c, pernapasan 37 x/menit
teratur, HR 137 x/menit teratur, BB 3.300 gram, PB saat lahir 49 cm.
Evaluasi : Keadaan bayi baik, tidak ada perdarahan tali pusat, salep
mata dan vit K sudah diberikan, bayi belum mendapatkan ASI. Ibu mengerti
dan memahami dengan apa yang telah disampaikan bidan dan ibu bersedia
melakukannya. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.
sklera tidak ikterik. Dada simetris, tidak ada retraksi iga. Abdomen terlihat
sedikit cembung, tali pusat sudah puput, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan disekitar tali pusat. Anogenital normal dan bersih.
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menghubungkan antara teori dan kasus dari hasil
studi kasus pada Ny. H G4P3A0 Usia Kehamilan 36 Minggu 6 hari. Mulai dari
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi baru lahir, dan Keluarga Berencana (KB). Di
PMB Mumun M S.ST.SKM di Kabupaten Pandeglang-Banten. Periode Januari 2021
sampai dengan Februari 2021.
A. Masa Kehamilan
Berdasarkan buku Kesehatan Ibu dan Anak yang ibu miliki, ibu
melakukan kunjungan sebanyak 7 kali selama hamil. 2 kali pada kehamilan
trimester pertama, 2 kali pada kehamilan trimester dua, 4 kali pada kehamilan
trimester tiga, yang menyatakan bahwa pemeriksaan antenatal yang lengkap
adalah minimal sebanyak 6 kali yaitu 2 kali pada trimester kesatu (0-12 minggu),
1 kali pada trimester kedua (>12minggu - 24 minggu), dan 3 kali pada trimester
ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran), dimana minimal 2 kali ibu hamil
harus kontak dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan 1 kali di trimester 3).
Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan jika ada
keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Hal ini sesuai dengan (Kemenkes
RI 2020).
Ibu rutin melakukan kunjungan ANC hampir setiap bulannya. Pada
trimester III penulis melakukan ANC pada ibu sebanyak 2 kali yang didampingi
oleh pembimbing. yang menyatakan bahwa setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya 3 kali kunjungan selama trimester III (minggu ke-24 sampai
persalinan). Hal ini sesuai dengan (Kemenkes RI, 2020).
1
2
Pada kunjungan pertama di trimester III ini ibu mengatakan tidak ada
keluhan. Berdasarkan pengkajian data subjektif pada Ny. H mengatakan ini
perkawinan pertama, lama perkawinan 17 tahun, umur istri waktu kawin 22
tahun, dan umur suami waktu kawin 28, riwayat laktasi ASI eksklusif 6
bulan.. Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan HPHT tanggal 15 Mei 2020
bahwa salah satu tanda gejala kehamilan adalah Amenorea (terlambat datang
bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
de Graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Dengan mengetahui
hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat
ditentukan perkiraan persalinan. seperti teori yang disampaikan (Kumalasari,
2015).
kosong sehingga di pagi hari timbul rasa mual, bahkan sampai muntah. Hal ini
sesuai dengan teori Astuti (2017).
untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan untuk mengetahui
apakah kepala sudah masuk panggul atau belum. hal ini sesuai dengan teori
(Walyani, 2015).
terjadi IUFD dalam kehamilan dan bisa terjadi perdarahan saat persalinan. Hal
ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2016).
Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik. TD : 110/70 mmHg, R :24 x/menit, s : 36,7°C, N : 87x/menit,
DJJ : 120 x/menit (teratur) presentasi janin kepala.
B. Masa Persalinan
Ny. H datang ke bidan pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 02.00 WIB
dengan usia kehamilan ibu saat ini 39 minggu. Persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta dan sel selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika proses terjadinya pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat
12
Pada kontak pertama saat proses persalinan ibu memasuki kala I fase
aktif yaitu dengan hasil pemeriksaan pembukaan serviks 4 cm, yaitu fase aktif,
berlangsung serviks membuka mulai dari 4 cm. hal ini sesuai dengan teori
(JNPK-KR, 2017).
Pada saat anamnesa Ny. H mengatakan mandi 2 kali dalam sehari dan
mengganti pakaian dalam 2-3 kali dalam sehari. yang mengatakan bahwa ibu
hamil harus menjaga kebersihan dirinya. Selanjunya Ny. H mengatakan bahwa
selama kehamilan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,
mengepel, memasak dan mencuci piring. Hal ini sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 2016).
Leopolod I bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada
difundus. Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada
disebelah kanan atau kiri ibu. Leopold IV bertujuan untuk mengetahui bagian
janin yang ada dibawah dan untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk
panggul atau belum. Didapatkan hasil Leopold I: dibagian fundus ibu teraba
bulat, lunak, tidak melenting, Leopold II: Di sebelah kiri perut ibu teraba bagian
kecil-kecil janin dan disebelah kanan perut ibu teraba tahanan memanjang seperti
papan dibagian, Leopold III: dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, dan
sudah tidak bias digoyangkan, Leopold IV: divergen 3/5. Pada pengukuran TFU
ibu didapatkan hasil 33 cm pada usia kehamilan 39 minggu, yang menyatakan
bahwa TFU pada usia kehamilan 39 minggu adalah 3 jari dibawah prosesus
xiphoideus. sesuai dengan teori (Walyani,2015).
Pada jam 06.00 WIB Ny. H Ibu mengatakan mulasnya semakin sering,
kemudina dilakukan pemeriksaan dalam, ibu memasuki kala I fase aktif yaitu
14
dengan hasil pemeriksaan pembukaan serviks 8 cm, yaitu fase Aktif, dengan
tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik, yang
menyatakan dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multripara) disebut kala I fase
aktif hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,2017).
Proses persalinan kala I pada ibu berlangsung selama 5 jam, Lama kala I
pembukaan untuk primigravida berlangsung 12 jam dengan pembukaan 1 cm
perjam dan pembukaan multigravida 8 jam dengan pembukaan 2 cm per jam.
Proses persalinan lebih cepat dari pada perkiraan. hal ini tidak sesuai dengan
teori (Oktariana, 2016).
Pada proses persalinan pada kala II Ny. H ini dilakukan perencanaan dan
pelaksanaan yaitu memberikan ibu dukungan emosional dan pendekatan agar ibu
tidak merasa cemas dan takut untuk menghadapi proses, menganjurkan ibu untuk
memilih pendamping persalinan seperti suami, keluarga , mengajarkan ibu teknik
relaksasi sewaktu ada his, dengan cara meminta ibu untuk menarik napas
panjang, tahan napas sebentar, kemudian dilepaskan melalui mulut dengan cara
meniup, menganjurkan ibu untuk memilih posisi senyaman mungkin selama
persalinan, menganjurkan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
nutrisi jika memungkinkan, memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB dan
BAK, menyiapkan alat partus set ( gunting tali pusat, klem umbilikal, klem,
setengah koher, gunting episiotomi, kateter), heacting set ( pinset anatomis,
pinset sirurgis, spuit 3cc, lidocain, gunting benang, klem penjepit jarum, cutget,
jarum heacting), resusitasi set, obatobatan ( Vitamin K, salep mata, oksitosin )
16
Pada pukul 07.00 WIB ibu mengatakan mules-mules semakin sering dan
ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka dan
dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva dan vagina tidak ada kelainan,
dinding vagina tidak ada benjolan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
ketuban negatif, presentasi kepala, ubunubun kecil kanan depan, penurunan
kepala Hodge IV, molase tidak ada. Berdasarkan pemeriksaan diatas bahwa ibu
sudah memasuki kala II, yang menyatakan bahwa Kala dua persalinan dimulai
dari pembukaan lengkap serviks (10), dilanjutkan dengan upaya menolong bayi
keluar dari jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi, yang gejalanya
yaituadalah:ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.,
ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/ atau vaginanya,
perenium menonjol, vulva dan sfingte ani membuka, meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR 2017).
Dari hasil pemeriksaan dalam vulva dan vagina tidak ada kelainan,
dinding vagina tidak ada benjolan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
ketuban positif, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan
kepala Hodge IV, molage tidak ada. Berdasarkan pemeriksaan diatas bahwa ibu
sudah memasuki kala II, yang menyatakan bahwa ada tanda gejala kala II
Pembukaan lengkap (10 cm). Tampak bagian kepala janin melalui introitus
vagina. Rasa ingin meneran saat kontraksi. Dorongan pada rektum atau vagina.
Perineum terlihat menonjol. Vulva dan spingter ani membuka. Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah. hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).
sampai kepergelangan kaki. Setelah bayi lahir bugar pukul 12.30 WIB, letakan
kepala bayi lebih rendah dari kaki, kemudian nilai apakah bayi menangis/tidak
megap-megap dan pakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif. Kemudian
letakan bayi diatas perut ibu.
Pukul 07.25 WIB bayi lahir bugar, menangis kuat, jenis kelamin laki-
laki. Setelah bayi lahir letakan kepala bayi lebih rendah dari kaki. Kemudian nilai
kemudian nilai apakah bayi menangis/tidak megapmegap dan pakah tonus otot
bayi baik/bayi bergerak aktif, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dan
hangatkan serta keringkakn bayi menggunakan kain (JNPK-KR,2017).
Memastikan janin tunggal dengan cara meraba perut ibu namun tidak
memasase karena plasenta belum lahir dan akan membuat rahim berkontraksi
dan didapat janin tungga hal ini sesuai dengan teory (JNPKKR,2017).
Persalinan kala III pada ibu berlangsung selama 10 menit. Pada proses
kala III berjalan dengan baik. Bahwa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya
proses pengeluaran plasenta. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit
setelah bayi lahir. Hal ini sesuai dengan teori (Mutmainnah et al, 2017).
39 tahun P4A0 partus kala III. Data dasar di peroleh dari data subjektif dan
objektif. yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini dilakukan
dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan diagnosis yang
akan ditegakan dalam batas diagnosis kebidanan intranatal. Hal ini sesuai dengan
teori (Walyani,2015).
Pada kala III Ny. H dilakukan asuhan manajemen aktif kala III (MAK
III) yaitu memberikan suntikan oksitosin dalama 1 menit pertama setelah bayi
lahir, melakukan peregangan talipusat terkendali dan melakukan masase fundus
uteri. Tujuan MAK III aadalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah selama kala III persalinan dibandingkan dengan pelepasan
plasenta secara spontan. Dan tidak terdapat kesenjangan antara teori (JNPK-
KR,2017) dan praktik.
Melakukan IMD yaitu letakkan bayi telungkup di dada ibu untuk kontak
kulit ibu dengan bayi diharuskan ibu dan bayi tidak mengenakan pakaian
sehingga dada bayi menempel pada dada ibunya, letakan bayi diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau areola ibu. Biarkan bayi
melakukan kontak kulit di dada ibu selama 1 jam. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhun
tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman
yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Bagi ibu Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone oksitosin,
prolaktin, dan secara psikologis dapat mengeluarkan ikatan batin antara ibu dan
bayi. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2016).
Plasenta lahir pukul 07.35 WIB. Yaitu saat plasenta muncul di introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
21
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).
Setelah plasenta lahir lalu lakukan masase fundus uteri dengan cara
letakkan telapak tangan di fundus uteri dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar searah jarum jam dengan lembut sehingga uterus berkontraksi (fundus
teraba kasar) selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).
Pada pukul 07.05 WIB hasil pemeriksaan ibu baik dan masih dalam
tahap normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan bahwa kala IV dimulai dari saat
lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2
jam pertama. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV : Tingkat Kesadaran
Penderita. TandaTanda Vital : Tekanan darah, Nadi, Pernafasan, Suhu. Kontraksi
Uterus. Tinggi Fundus Uterus (TFU). Kandung Kemih. Perdarahan. (JNPK-KR,
2017).
setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal , tingkatkan frekuensi
observasi dan penilaian kondisi ibu. Hal tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR,
2017).
C. Masa Nifas
1. Nifas 6 Jam
2. Nifas 6 hari
3. Nifas 2 minggu
Pada pemeriksaan TFU pada 2 minggu ini TFU sudah tidak teraba. Hal
ini sesuai dengan teori (Mulati, Erna, 2015), bahwa TFU pada masa nifas 2
minggu sudah tidak teraba. Dalam pemeriksaan lochea hasil pemeriksaan
26
pada Ny. M ditemukan lochea berwarna kuning (serosa), hal ini sesuai dengan
teori Walyani,dkk (2017) bahwa lochea pada masa nifas 7-14 hari adalah
berwarna kuning (serosa) sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kasus.
4. Nifas 6 minggu
gizi seimbang yaitu cukup protein, mineral dan vitamin. Ibu nifas dianjurkan
untuk minum air minimal 3 liter/hari, mengkonsumsi suplemen zat besi
minimal selama 3 bulan postpartum. Segera setelah melahirkan, ibu
mengkonsumsi suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU
By. Ny. H bayi lahir normal jenis kelamin Laki-laki, berat badan 3.300
gram, panjang badan 49 cm, yang menyatakan bahwa Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat
lahir 2500-4000 gram. Hal ini sesuai dengan teori (Runjati, dkk, 2018).
28
Pada bayi Ny. H kemudian dilakukan penilaian bayi baru lahir yaitu,
Apakah bayi cukup bulan ? Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-
megap? Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif? Hal ini sesuai dengan
teori (JNPK-KR,2017), bahwa jika penilaian bayi baru lahir meliputi 3 aspek
yaitu bayi lahir cukup bulan, bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap
dan tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif.
Asuhan pada bayi Ny. H dilakukan asuhan bayi baru lahir normal yaitu
menjaga kehangatan bayi, membersihkan jalan napas (jika perlu), mengeringkan,
memantau tanda bahaya, klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, melakukan Inisiasi Menyusu Dini, memberi suntikan Vitamin K1 setelah
IMD, beri salep mata antibiotika tertasiklin 1%, melakukan pemerksaan fisik,
memberi imunisasi Hepatitis B kira-kira 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1 .
Hal ini sesuai dengan teori JNPKKR (2017).
Berat badan bayi baru lahir yaitu 3.300 gram. Hal ini sesuai dengan teori
Runjati, dkk (2018), yang menyebutkan bahwa berat badan bayi baru lahir
normal yaitu 2500 gram - 4000 gram.
Penulis juga memberikan asuhan bayi baru lahir yaitu memberikan salep
mata Tetrasiklin 1%, diberikan injeksi Vit K 1 mg secara intramuskular di paha
kiri anterolateral bayi. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2017), yang
menyatakan bahwa bayi baru lahir diberikan injeksi Vit K 1 mg untuk mecegah
perdarahan pada BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian BBL dan salep mata untuk pencegahan infeksi matapada BBL.
29
Pada kunjungan 6 hari, keadaan umum bayi baik dengan berat badan
3500 gram, refleks menghisap baik. Bayi telah di suntik HB0 setelah 1 jam
pemberian Vitamin K1. Hal ini sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi
menurut (Rinawati, 2018). menyatakan bahwa Imunisasi hepatitis berbentuk cair,
terdapat vaksin B-PID (Prefill Inection Device) yang diberikan sesaat setelah
lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari.
Bayi sudah dapat menyusui tanpa di jadwal. Hal ini sesuai dengan teori
(Kemenkes, 2015), bahwa pada bayi baru lahir memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit serta memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi seharihari. Tali pusat puput dalam waktu 4 hari. Hal ini
tidak sesuai dengan teori Tando (2016), yang menyatakan bahwa tali pusat mulai
kering, mengerut, dan akhirnya terlepas setelah 7-10 hari.
30
Pada pemeriksaan bayi usia 6 minggu berat badan badan bayi Ny. H
yaitu 4.900 gram, pada kunjungan 6 minggu bayi telah diberikan imunisasi BCG
dan polio 1 yaitu pada saat bayi Ny. H berusia 1 bulan. Hal ini sesuai dengan Hal
ini sesuai dengan teori (IDAI, 2017), yang menyatakan bahwa imunisasi BCG
dan polio diberikan pada saat bayi berusia 1 bulan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuhan Antenatal
Pada kasus Ny. H dalam masa kehamilan dilakukan pengkajian mulai dari
trimester III dengan kunjungan antenatal sebanyak 2 kali. Pada kunjungan
antenatal pertama ibu di ilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan data ibu G4P3A0 trimester III dan kadar Hb 11,9 g/dL dan kondisi
ibu dalam keadaan normal. Pada kunjungan ANC I dan ANC II kondisi ibu baik
dan tidak ada keluhan.
2. Asuhan Intranatal
1
2
Kala III berjalan normal dengan melakukan manajemen aktif kala III dan
berlangsung selama 10 menit. Ini sesuai dengan teori yang mengatakan Bahwa
setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini sesuai
dengan teori teori (Mutmainnah et al,2017).
3. Asuhan Postnatal
Pada kunjungan Nifas 6 hari ibu tidak mengeluh apapun, keadaan ibu
baik, ibu sudah dapat mengerjakan pekerjaan rumah. Penatalaksanaan yang
diberikan sama dengan pada nifas 6 jam yaitu menganjurkan ibu untuk istirahat
cukup. Menganjurkan maknan bergizi. Ibu mengerti dan keadaan ibu baik.
Pada kunjungan Nifas 2 minggu ibu tidak mengeluh apapun serta ibu
sudah merencanakan untuk menggunakan KB. Penatalaksanaan yang diberikan
yaitu sama dengan kunjungan sebelumnya mengingatkan ibu kembali untuk
3
4. Asuhan Neonatal
Keadaan bayi baru lahir normal dan tidak terdapat kelainan. Asuhan
segera pada bayi baru lahir yang diberikan antara lain mengeringkan badan bayi
dan tetap menjaga kehangatan, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan
Inisiasi Menyusui Dini dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu serta diberikan
salp mata Tetrasiklin 1% dan penyuntikan Vitamin K.
B. Saran
1. Bagi Klien
4. Bagi Mahasiswa
1
2
Kemenkes P. 2015. buku ajar kesehatan ibu dan anak continuum of carelife cycle.
cet. 2. jakarta: pusdiklatnakes kemenkes.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
____________. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Avaliable from :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilk
ese hatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-
2017.pdf (diakses 15 Mei 2021).
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu 2020
Kamariyah, dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa & Praktisi
Keperawatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan
Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Jakarta: Salemba Medika
Kuswanti, Ina.S. Si. T, M. Kes. 2014. Asuhan kehamilan. Yogyakarta : PT. Pustaka
Pelajar.
Lailiyana, dkk. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC.
Mandriwati G, Dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC
Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani A. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Trans Info Media.
Mi’raj, Mhd. Wahyudin. (2017). “Implementasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Desa
Tasik Seminar Kecamatan Koto Gasib Tahun 2015”. ”. JOM FISIP, Vol.
4, No. 1. “Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Ibu Ke-91
Tahun2019”https://www.menpppa.go.id/index.php/page/read/84/2422/ped
omanpenyelenggaraanperingatanhari-ibu-ke-91-tahun-2019, (diakses 15
Mei 2021).
3
Mulati, Erna dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : GAVI dan
Kemenkes RI.
Mutmainah annisa ui, dkk. 2017. Asuhan Persalinan Normal & Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: CV.ANDI OFFSET.
Nugroho, Taufan.,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nur Sholichah, Nanik Puji Lestari. 2017. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.
Y (Hamil, Bersalin, Nifas, Bbl, Dan K menurur Jurnal Komunikasi
Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017.
Prawirohardjo, Sarwono.2016. Ilmu Kebidanan. Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Putrono, Wagiyo,Ns.2016. asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & bayi baru
lahir fisiologis dan patologis. Yogyakata :CV.Andi
Rohani, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
Rustikayanti, N.R, et all. 2016. Perubahan psikologis pada Ibu Hamil Trimester III.
The Southeast Asian Journal of Midwifery. 2(1): 45-46.
Siwi Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
__________________. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). (2017). Jakarta : BKKBN, BPS,
Kementerian Kesehatan, dan ICF International.
Tando NM. 2016.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Karyuni PE,
editor. Jakarta: EGC.
Walyani, S. E. & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press