Anda di halaman 1dari 172

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN,

PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, PADA NY.H


UMUR 39 TAHUN G4P3A0 UK 36 MINGGU 6 HARI
DI PMB MUMUN M S.ST.SKM KAMPUNG
CIPACUNGKABUPATEN PANDEGLANG
(Periode Januari 2021 s.d Februari 2021)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan

Penulis

Elina Tasichi
NIM : 1815401012

JURUSAN DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG
SK Menristekdikti RI Nomor : 107/KPT/I/2018
Alamat : Jl. Raya Serang-Pandeglang No. 33 (Pal-6) Kemanisan-Curug-Kota Serang-
Banten Kode pos : 42172 Telp/Fax : (0254) 250354Email:stikessalsabila@gmail.com
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui, Diperiksa, Dipertahankan


dan Siap Diujikan Dihadapan Tim Penguji KTI
STIKes Salsabila Serang

Pembimbing,

Ika Lustiani, S.ST., M.Kes

NIK. 11.10.10.026

Mengetahui/Menyetujui
Ketua Jurusan DIII Kebidanan,

Ika Lustiani, S.ST., M.Kes

NIK. 11.10.10.026

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah di Uji


Pada hari Rabu tanggal 23 Bulan Juni 2021
Oleh tim penguji KTI STIKes Salsabila Serang

Penguji I, Penguji II,

Ika Lustiani S.ST.M.kes Mumun M S.ST.SKM


NIK.11.10.10.026 NIP : 197005081991032006

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua STIKes Salsabila Serang Ketua Jurusan DIII Kebidanan

Fathiyati, S.ST,. M.Kes Ika Lustiani, S.ST., M.Kes


NIK. 11.10.10.026 NIK. 11.10.10.026

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini dengan lancar, dan
tepat pada waktunya dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, PADA NY.H
UMUR 39 TAHUN G4P3A0 UK 39 MINGGU DI PMB MUMUN M S.ST.SKM
KAMPUNG CIPACUNG KABUPATEN PANDEGLANG”. Laporan Asuhan
Kebidanan Komprehensif ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Salsabila Serang.
Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini disusun sebagai upaya untuk
menggambar pengalaman nyata yang didapatkan melalui asuhan kebidanan secara
langsung kepada pasien di lahan praktek yang diikuti oleh mahasiswi kebidanan.
Kegiatan Asuhan Kebidanan ini dimulai sejak ibu tersebut hamil, melahirkan, masa
nifas, sampai pada asuhan bayi baru lahir.

Dalam penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini penulis


banyak mendapat bimbingan, bantuan, saran, dorongan, dan semangat dari berbagi
pihak, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:

1. Pembina Yayasan Multi Karya Banten


2. Fathiyati, S.ST.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Salsabila Serang.

iv
3. Ika Lustiani S.ST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan DIII Kebidanan dan Dosen
Pembimbing Asuhan Kebidanan Komprehensif yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, koreksi serta nasihat sehingga laporan Asuhan Kebidanan
Komprehensif ini dapat terselesaikan.
4. Sandy Nurlaela Rachman S.ST.M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan dukungan, bimbingan dan arahan serta nasihat selama
penulis menempuh pendidikan.
5. Bidan Mumun M S.ST.SKM selaku pemilik lahan praktek dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan Komprehensif sekaligus yang telah memberikan izin di lahan
prakteknya.
6. Seluruh Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Salsabila
Serang yang telah membantu mendidik di dalam proses belajar mengajar selama
ini.
7. Orang tua tercinta Bapak Teguh Tasichi dan Ibu Sumarni serta adik tersayang
Elsa Cahya Tasichi yang tiada henti-hentinya memberikan semangat dan
dukungan baik dari segi material maupun spiritual.
8. Teman spesial Qeis Al Hafis yang selalu setia menemani dan memberikan
support selama perkuliahan berlangsung, dan dalam menyelesaikan penyususnan
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Sahabat yang selalu memberikan semangat dan perhatian dalam proses
membelajaran, Aprilia Lestari, Dila Nurhikmah, Arlianti Barqiah dan Brigcicha
Pricilia serta menemani dengan setia menyeselsaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah
ini.
10. Teman-temanku seperjuangan angkatan XV terimakasih untuk kenangan, tawa
dan tangis yang tak terlupakan. Semoga Allah memudahkan jalan kita.

Semoga semua dukungan, bantuan, bimbingan dan arahannya yang telah


diberikan mendapatkan balasan yang sesuai dari Allah SWT.

v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan
Komprehensif ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dan dapat diterima serta
bermanfaat bagi kita semua.

Serang, Mei 20201

Elina Tasichi

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................8
C. Manfaat Penulisan...................................................................................9
D. Sistematika Penulisan..............................................................................10

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Kehamilan...............................................................................................11
B. Persalinan................................................................................................43
C. Nifas........................................................................................................68
D. Bayi Baru Lahir.......................................................................................78
E. Keluarga Berencana ...............................................................................95

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Masa Kehamilan......................................................................................100
B. Persalinan (Intranatal Care).....................................................................107
C. Masa Nifas (Postnatal)............................................................................133
D. Bayi Baru Lahir (Neonatus)....................................................................118

vii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Masa Kehamilan......................................................................................124
B. Masa Persalinan......................................................................................134
C. Masa Nifas..............................................................................................145
D. Bayi Baru Lahir.......................................................................................150

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................154
B. Saran........................................................................................................156

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................158

viii
DAFTAR TABEL

2.1. Besar Tinggi Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan ......................................35

2.2. Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid ..............................................36

2.3. Simbol Air Ketuban ......................................................................................65

2.4. Simbol Penyusupan Tulang Janin .................................................................65

2.5. Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi ...................70

2.6. Asuhan Yang Diberikan Sewaktu Kunjungan Masa Nifas ...........................73

2.7. Pertumbuhan Berat Badan Bayi ....................................................................85

2.8. Jadwal Imnusiasi ...........................................................................................91

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Penapisan Ibu

Lampiran II : Nomenklatur Kebidanan

Lampiran III : Informed Consent

Lampiran IV : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (Varney) dan (SOAP) pada


Ibu Hamil ANC Pertama

Lampiran V : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Ibu Hamil


ANC Kedua

Lampiran VI : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (Varney) dan (SOAP) pada


Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif

Lampiran VII : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Ibu Bersalin


Kala II

Lampiran VIII : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Ibu Bersalin


Kala III

Lampiran IX : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Ibu Bersalin


kala IV

Lampiran X : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (Varney) dan (SOAP) pada


Bayi Baru Lahir 1 Jam

Lampiran XI : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Bayi Baru


Lahir 6 Jam

x
Lampiran XII : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Bayi Baru
Lahir 6 Hari

Lampiran XIII : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Bayi Baru


Lahir 2 Minggu

Lampiran XIV : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Bayi Baru


Lahir 6 Minggu

Lampiran XV : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (Varney) dan (SOAP) pada


Ibu Nifas 6 Jam

Lampiran XVI : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Ibu Nifas 6


Hari

Lampiran XVII : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Ibu Nifas 2


Minggu

Lampiran XVIII : Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP) pada Ibu Nifas 6


Minggu

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan suatu negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal karena sebab
yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. 99% dari semua
kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 830 wanita meninggal karena
komplikasi kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari. Salah satu
target di bawah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk
mengurangi rasio kematian ibu bersalin global menjadi kurang dari 70 per
100.000 kelahiran, dengan tidak ada negara yang memiliki angka kematian ibu
lebih dari dua kali rata-rata global. Wanita meninggal akibat komplikasi selama
dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan
hampir 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah
melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan
eklampsia), komplikasi dari persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO,
2018).
Menurut World Health Organization (WHO, 2017) menunjukkan bahwa
angka kematian bayi (AKB) turun dalam tahun-tahun terakhir. Pada tahun 2017
Angka Kematian Bayi sebanyak 29 kematian per 1000 kelahiran hidup. Hasil
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017). Menunjukkan bahwa
Angka Kematian Bayi (AKB) turun. Pada tahun 2017 Angka Kematian Bayi
sebanyak 24 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut mengalami penurunan
dibanding hasil SDKI tahun 2012, yaitu sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut Permenkes RI dalam program SDGs bahwa target sistem kesehatan
nasional yaitu pada goals ke 3 menerangkan bahwa pada 2030 seluruh negara

1
2

berusaha menurunkan Angka Kematian Bayi setidaknya hingga 12 per 1000


kelahiran hidup (Permenkes RI, 2015).
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh
dari target MDGs (sekarang SDGs) tahun 2015, meskipun jumlah persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang
belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan
lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan
perdarahan postpartum. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu
hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil
yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda 35
tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun).
Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai
adalah menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup pada
SDKI 2012 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019
(Kemenkes, 2019).
Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting karena
berhubungan dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian.
Walaupun angka kematian maternal telah menurun dari tahun ke tahun dengan
adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan di rumah sakit serta
adanya fasilitas transfusi darah, namun perdarahan masih tetap merupakan faktor
utama dalam kematian ibu. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah
mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat
kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan (Kemenkes, 2015).
Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
menunjukkan gangguan atau komplikasi kehamilan yang dialami oleh wanita 15-
49 tahun yang memiliki kelahiran hidup terakhir dalam 5 tahun sebelum survei.
Delapan dari sepuluh (81%) wanita tidak mengalami komplikasi selama hamil.
3

Di antara wanita yang mengalami komplikasi kehamilan, 5% mengalami


perdarahan berlebihan, masing-masing 3% mengalami muntah terus menerus dan
bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala yang disertai kejang, serta
masing-masing 2% mengalami mulas sebelum 9 bulan dan ketuban pecah dini.
8% wanita mengalami keluhan kehamilan lainnya, di antaranya demam tinggi,
kejang dan pingsan, anemia serta hipertensi. Persentase wanita yang tidak
mengalami komplikasi selama hamil menurun dari 89% pada SDKI 2007
menjadi 81% pada SDKI 2017.
Pendarahan berlebihan masih menjadi gejala komplikasi kehamilan
terbanyak yang dilaporkan, dengan persentase yang sedikit meningkat dari SDKI
2007 dari 3% menjadi 5% SDKI 2017. Salah satu dari pola karakteristik dan
latar belakang komplikasi pada kehamilan tersebut adalah sepuluh persen wanita
yang mengalami pendarahan berlebihan, bayinya meninggal saat umur 1 bulan
dan 8% bersalin melalui metode bedah caesar.
Penyebab Angka Kematian Bayi adalah asfiksia (kesulitan bernafas),
laturitas, hipotermi dan infeksi. Kesehatan ibu yang tidak baik dan penyakit ibu
yang tida diobati dengan benar juga dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 350.000 bayi setiap
tahunnya. (WHO, 2018).
Faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal terdiri dari empat
faktor, yaitu: 1) faktor ibu yang meliputi umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan,
status gizi, status anemia, kunjungan antenatal care, jenis persalinan, jarak
kehamilan, paritas, umur kehamilan dan status kesehatan ibu, 2) faktor bayi yang
meliputi kondisi bayi ketika lahir serta komplikasi yang menyertainya seperti
jenis kelamin, Ikterus, kelainan kongenital, sepsis, BBLR, asfiksia, kelainan
pernapasan, dan lain- lain. 3) faktor pelayanan kesehatan yang terdiri dari
penolong persalinan, tempat persalinan dan sistem rujukan, 4) faktor geografis
atau lingkungan yang meliputi jarak ke fasilitas kesehatan baik fasilitas
kesehatan primer (klinik/ 3 puskesmas/ praktik bidan/praktik dokter) ataupun
4

fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) dan akses sarana transportasi dalam
menjangkau fasilitas kesehatan (Ima Azizah dan Oktiaworo, 2017).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sudah mengalami penurunan
pada periode tahun 1994-2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000
KH, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 KH, tahun 2002 sebesar 307 per
100.000 KH, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH, namun pada tahun 2012,
AKI meningkat kembali menjadi 359 per 100.000 KH. Angka kematian bayi
dapat dikatakan mengalami penurunan terus menurun dan pada SDKI 2012
menunjukan angka 32 per 1.000 KH (SDKI 2012). Hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015 AKI maupun AKB menunjukan penurunan (AKI 305 per
100.000 KH dan AKB 22,23 per 1.000 KH) Penyebab Angka Kematian Bayi
adalah kelainan kongenital, peneumonis, sepsis, prematuritas, kuning, cedera
lahir, tetanus neonatorum, deficiency nutrisi (KemenKes, 2017). Penyebab
tingginya angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah perdarahan, eklamsia,
aborsi tidak aman (unsafe abortion), partus lama dan infeksi (Profil Kesehatan
Indonesia, 2017).
Angka Kematian Bayi (AKB ) di Indonesia menurut SDKI mencapai 34
per 1000 kelahiran hidup ditahun 2007, terus mengalami penurunan menjadi 32
per 1000 kelahiran hidup di tahun 2012, dan terus mengalami penurunan menjadi
24 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2017. Penyebabnya adalah bayi lahir berat
badan rendah, asfiksia, tetanus, infeksi, dan lain-lain (SDKI, 2017).
Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia
Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana,
hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per
100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara Nairobi Summit dalam rangka
ICPD 25 (International Conference on Population and Development ke25) yang
diselenggarakan pada tanggal 12-14 November 2019 menyatakan bahwa
5

tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia
sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengakhiri
kematian ibu saat hamil dan melahirkan.
Jumlah AKI di Provinsi Banten pada tahun 2017 jumlah kematian Ibu di
Provinsi Banten mengalami penurunan yaitu 230 jiwa. Penyebab langsung
kematian ibu di Provinsi Banten pada tahun 2018 adalah Hipertensi dalam
kehamilan, perdarahan, infeksi 12 jiwa, gangguan sistem peredaran darah
(jantung, stroke, dll) 45 jiwa, gangguan metabolik 3 jiwa dan lain-lain 56 jiwa.
Dan pada tahun 2020 jumlah kematian ibu di Provinsi Banten yaitu 237 jiwa
(Dinkes Provinsi Banten 2020).
Sedangkan AKB di Provinsi Banten pada tahun 2018 mengalami
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, penyebab langsung kematian neonatal
di Provinsi Banten pada tahun 2018 adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
371 jiwa, asfiksia 268 jiwa, tetanus neonatorum 11 jiwa, infeksi/sepsis 47 jiwa,
kelainan kongenital 95 jiwa dan lain-lain 141 jiwa. Dan pada tahun 2020 jumlah
kematian Bayi di Provinsi Banten yaitu 1.068 Jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi
Banten 2020).
Jumlah kematian ibu (AKI) di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2019
sebanyak 34 jiwa, penyebabnya diantaranya perdarahan 14 jiwa, Hipertensi
dalam kehamilan 6 jiwa, gangguan sistem peredaran darah 5 jiwa dan lain-lain 15
jiwa. Dan pada tahun 2020 jumlah kematian ibu di Kabupaten Pandeglang yaitu
47 jiwa, penyebab kematian ibu di tahun 2020 yaitu, perdarahan 13 jiwa,
Hipertensi dalam kehamilan 14 jiwa, infeksi 1 jiwa, gangguan sistem peredaran
darah (Jantung, Stroek, dll) 7 jiwa, lain-lain 12 jiwa, ( Dinkes Provinsi Banten,
2020).
Jumlah angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Pandeglang pada tahun
2020 sebanyak 121 jiwa per angka kelahiran hidup, dimana penyebab kematian
bayi disebabkan oleh Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 23 jiwa, Asfiksia
6

58 jiwa, Tetanus Neonatorum 6 jiwa, Kelainan Kongenital dan Sepsis 18 jiwa.


Dan lain-lain 16 jiwa. ( Dinkes Provinsi Banten, 2020).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di PMB
Mumun M S.ST.SKM pada tahun 2020 tidak ditemukan kejadian kematian pada
ibu dan bayi, hal ini dikarenakan oleh beberapa factor diantaranya tidak
ditemukan komplikasi pada saat hami, bersalin, nifas, Bayi Baru Lahir (BBL),
serta penatalaksanaan yang di berikan PMB Mumun M S.ST.SKM sudah sesuai
dengan standar profesi bidan.
Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan kelima Millenium
Development Goals (MDGs) yang harus dicapai oleh 191 negara anggota PBB
pada tahun 2015, termasuk Indonesia, tetapi Hingga tahun 2015, ternyata target
MDGs tersebut tidak dapat dicapai. Hal ini memang sudah diprediksi
sebelumnya, karena permasalahan di Indonesia sangat kompleks. Untuk
menggantikan program MDGs yang tidak tercapai maka dibentukalah
Sustainable Development Goals (SDGs).
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah kesepakatan
pembangunan berkelanjutan baru, masa berlakunya 2015-2030 disepakati oleh
lebih dari 190 negara berisikan 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan.
Program SDGs (sustainable Development Goals) merupakan program yang salah
satunya adalah mempunyai target untuk mengurangi AKI dan AKB. SDGs
(sustainable Development Goals), mempunyai target untuk mengurangi AKI
yaitu kurang dari 70 per 100.000 KH pada tahun 2030 serta berusaha
menurunkan AKB setidaknya hingga 12 per 1000 KH.
Penurunan AKI merupakan salah satu target Kementerian Kesehatan.
Untuk menurukkan AKI dan AKB Kementrian kesehatan melakukan upaya
percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu
mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
7

perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan


cuti hamil dan melahirkan dan pelayanan keluarga berencana, sebagai upaya
untuk menurunkan AKI dan AKB. Upaya yang diakukan pemerintah untuk
menurunkan AKI dilihat dari beberapa program yang telah dilaksanakan antara
lain Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke puskesmas di kabupaten/kota; safe
motherhood initiative, program yang memastikan semua perempuan
mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama
kehamilan dan persalinannya (tahun 1990); dan Gerakan Sayang Ibu pada tahun
1996 (Mi’raj, 2017). Selain itu, telah dilakukan penempatan bidan di tingkat desa
secara besar besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir kepada masyarakat. Upaya lainnya yaitu
strategi Making Pregnancy Safer (tahun 2000). Selanjutnya pada tahun 2012
diluncurkan Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam
rangka menurunkan AKI dan neonatal sebesar 25% (Rahmi, 2016).
Upaya lain yang dilakukan untuk mempercepat penurunana AKI dapat
dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil. Frekuensi
minimal ditiap trimester (TM) yaitu satu kali pada TM I (0-12 minggu), satu kali
pada TM II (13-27 minggu) dan dua kali pada TM III (28-persalinan). (Profil
Kesehatan RI; 2018).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membua
studi kasus komprenhensif dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB pada Ny. H umur 39
tahun G4P3A0 di Praktek Mandiri Bidan (PMB) Mumun M S.ST.SKM di
Pandeglang-Banten”.
8

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Menambah wawasan, meningkatkan pemahaman, menambah


pengalaman nyata tentang asuhan kebidanan komprehnsif dan mampu
melakukan asuhan kebidanan komprehensif mulai dari Kehamilan, Persalinan,
Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB dengan menggunakan manajemen kebidanan
Pada Ny. H usia 39 tahun G4P3A0 usia kehamilan 36 Minggu 6 hari di PMB
Mumun M.S.ST.SKM di Pandeglang-Banten.

2. Tujuan Khusus
a. Dilakukan pengkajian data pada Asuhan Komprehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
b. Dilakukan interpretasi data pada Asuhan Komprehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
c. Dilakukan analisa diagnosa dan masalah potensial pada Asuhan
Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB
Pada Ny. H di PMB Mumun M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
d. Dilakukan tindakan segera dan kolaborasi pada Asuhan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di
PMB Mumun M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
e. Dilakukan rencana tindakan pada Asuhan Kompehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
f. Dilakukan tindakan pelaksanaan pada Asuhan Komprehensif Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di PMB Mumun
M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
9

g. Dilakukan evaluasi tindakan pada Asuhan Komprehensif Kehamilan,


Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Ny. H di PMB Mumun M
S.ST.SKM Pandeglang-Banten.
h. Dilakukan pendokumentasian tindakan Asuhan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB Pada Ny. H di
PMB Mumun M S.ST.SKM Pandeglang-Banten.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan serta
mengaplikasikan asuhan kebidanan komprehensif dan sebagai bahan evaluasi
diri dalam menerapkan teori kebidanan kedalam praktik kebidanan secara
langsung pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dan KB.
2. Bagi Lahan Praktik
Penulis berharap hasil asuhan ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
tempat lahan praktik dan lahan praktik juga dapat memberikan informasi
tentang kehamilan pada ibu yang memeriksakan kehamilan sebagai upaya
untuk meningkatan mutu pelayanan kebidanan dimulai dari kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta pelayanan KB sesuai dengan standar
kebidanan yang berlaku.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi agar dapat dimanfaatkan atau sebagai
perbandingan laporan karya tulis ilmiah untuk angkatan selanjutnya dan juga
sebagai sumber bacaan dan sebagai bahan kajian, sehingga mahasiswa dapat
meningkatkan wawasan pengetahuan.
10

D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari lima Bab yaitu:

1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan yang merupakan BAB I berisikan tentang
latar belakang masalah yang di bahas, tujuan penulisan meliputi : tujuan
umum, tujuan khusus, manfaat penulisan meliputi : bagi penulis, bagi lahan
praktik, bagi institusi, dan sisitematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori
Dalam tinjauan teori yang merupakan BAB II berisikan berbagai teori
yang berhubungan dengan asuhan yang diberikan sesuai dengan kasus yang
ditemukan. Teori ini meliputi kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
KB.
3. BAB III Tinjauan Kasus
Bab ini berisi tentang hasil dari asuhan kebidanan yang diberikan yang
dituangkan dalam bentuk tinjauan kasus, mulai dari Antental Care (ANC),
intranatal Care (INC), Post Natal Care (PNC), Bayi Baru Lahir (BBL) dan
KB Pada kasus Ny. H.
4. BAB IV Pembahasan
Bab ini merupakan pembahasan yang membahas asuhan yang
diberikan dimana dalam bab ini dilakukan perbandingan antara hasil asuhan
kebidanan yang dilakukan dengan teori yang dituliskan.
5. BAB V Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari asuhan kebidanan dan
mengemukakan saran- saran yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan.
6. Daftar Pustaka
7. Lampiran
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian

Menurut federasi obstetric ginekologi internasional, kehamilan


didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari sifat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender kehamilan (Walyani,
2015).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir,kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalendar internasinal (Kumalasari, 2015: 1)
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita
yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan (Mandriwati, 2016).
Menurut Reece dan Hobins kehamilan terjai ketika seorang wanita melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang mengakibatkan bertemunya sel
telur dan sel sperma yang disebut pembuahan atau fertilisasi (Mandriwati, dkk,
2017).
Menurut (Syaifudin 2014), kehamilan terbagi menjadi 3 trimester yaitu:
1) Trimester satu berlangsung dalam 12 minggu.

1
2

2) Trimester kedua 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke-27).


3) Trimester ketiga 13 minggu, ( minggu ke 28 hingga ke-42).

Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah


bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau (gestasi)
berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama
mestruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu,karena dihitung
(tanggal bersatunya seperma dengan sel telur) yang terjadi dua minggu
setelahnya (Kamariyah dkk,2014).

2. Proses terjadinya kehamilan


Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah
bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan berlangsung selama
40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia
kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal
konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang terjadi dua minggu
setelahnya (kamariyah, Nurul, Dkk, 2014).
Fertilisasi merupakan peleburan antara inti sperma spermatozoa dengan
inti sel telur. Proses fertilisasi ini dapat terjadi di bagian ampula tuba fallopi
atau uterus. Spermatozoa menuju masa apa saja yang berbentuk telur yang
ditemuinya, dan hanya sedikit yang mencapai ovum sebenarnya. Spermatozoa
yang berhasil menemukan ovum akan merusak korona radiate dan zona
pelusida yang mengelilingi membrane sel ovum, lalu spermatozoa akan
melepaskan enzim termasuk hialuronidase, yang disimpan di akrosom dalam
kepala spermatozoon. Enzim dari banyak spermatozoa akan merusak korona
radiate dan zona pelusida sehingga spermatozoa dapat menerobos masuk ke
ovum. Begitu sebuah spermatozoon berhasil menembus membrane sel ovum,
konfigurasi membrane ovum langsung berubah sehingga spermatozoa lain tidak
dapat masuk. Hanya kepala spermatozoon yang masuk ke dalam ovum, bagian
3

ekor akan ditinggalkan. Bersatunya inti sel telur dan spermatozoon akan
tumbuh menjadi zigot. Zigot mengalami pertumbuhan dan perkembangan
melalui 3 tahap selama kurang lebih 280 hari. Tahap – tahapnya meliputi
periode implantasi ( 7 hati pertama), periode embrionik (7 minggu berikutnya)
dan periode fetus (7 bulan berikutnya). Selama 2 – 4 hari pertama setelah
fertilisasi, zigot berkembang dari 1 sel menjadi kelompok 16 sel (morula).
Morula kemudian tumbuh dan berdiferensiasi menjadi 100 sel. Selama periode
ini, zigot berjalan di sepanjang tuba fallopi setelah itu masuk ke uterus dan
tertanam dalam endometrium uterus (kamariyah, Nurul Dkk, 2014).

3. Tanda dan Gejaga Kehamilan


Untuk dapat menegakkan kehamilan maka dapat ditetapkan dengan
melakukan penelitian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil sehingga bidan
dapat mendiagnosa kehamilan. Menurut Astuti (2017), tanda-tanda kehamilan
dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Tanda tidak pasti (Presumtif)
1) Amenorrhea
Biasanya, seorang wanita akan mengalami menstruasi setiap
bulan. Hari datangnya menstruasi bergantung pada siklus atau
kebiasaan wanita itu sendiri baik di awal, tengah maupun di akhir
bulan. Tidak menstruasi dapat menandakan kehamilan, tetapi dapat
juga merupakan tanda gangguan atau penyakit fisik yang berat, syok,
kelelahan akibat perjalanan, pasca-operasi, bahkan gelisah pun dapat
menyebabkan menstruasi terlambat.
2) Mengidam
Mengidam adalah perasaan menginginkan sesuatu, dapat
berbentuk makanan, barang ataupun tindakan tertentu. Pada saat
hamil, wanita membutuhkan banyak zat gizi, misalnya vitamin dan
mineral (zat kapur dan zat besi). Cadangan zat besi yang ada di tubuh
4

ibu sekarang harus dibagi dengan janin yang dikandungnya sehingga


jumlah vitamin dan mineral ibu menjadi berkurang. Oleh sebab itu,
tubuh mengadakan kompensasi (bereaksi) untuk memenuhi kebutuhan
zat besi tersebut sehingga mencari makanan yang mengandung cukup
banyak zat besi dan kapur.
3) Pingsan
Pada wanita hamil, terjadi pengenceran darah akibat proses
kehamilan. Kekentalan darah yang berkurang menyebabkan zat
penting misalnya oksigen dan sari makanan, tidak dapat dialirkan
dengan baik di dalam tubuh. Jika salah satu saja organ tubuh, misalnya
otak mengalami kekurangan oksigen, hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya pingsan, terutama jika berada di tempat ramai yang sesak
dan padat.
4) Perdarahan sedikit
Terjadi perdarahan yang biasanya muncul pada hari ke-11
sampai dengan hari ke-14 setelah haid, berwarna merah muda, sedikit
(bercak), dengan lama 1-3 hari. Darah ini kemungkinan berasal dari
tempat tertanamnya sel telur yang sudah dibuahi di dalam rahim. Hal
ini bisa terjadi akibat kelelahan dari aktivitas yang dilakukannya.
5) Suhu tubuh naik
Metabolisme (pembakaran kalori) di dalam tubuh wanita hamil
menjadi lebih cepat. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi zat gizi
bagi ibu dan janin. Oleh sebab itu, suhu tubuh akan meningkat 2-3ᴼc
dari biasanya sehingga ibu merasa sedikit demam.
6) Penciuman lebih sensitif
Peningkatan hormon esterogen yang drastis juga menyebabkan
terjadi pelebaran pembuluh darah, termasuk yang ada di daerah
hidung dan sekitarnya sehingga kerja saraf penciuman menjadi lebih
5

sensitif. Kemampuan untuk mencium bau-bau menjadi lebih tajam,


misalnya kopi, bumbu, aroma masakan, parfum dan asap rokok.
7) Mual dan muntah
Mual dan muntah pada ibu hamil disebabkan oleh pengaruh
peningkatan hormon progesteron dan hormon human chorionic
gonadotropin (HCG) yang terjadi selama kehamilan. Hormon ini
menyebabkan kerja lambung dan usus menjadi lambat sehingga
makanan yang ada di lambung pun lambat dicerna. Selain itu, hormon
ini juga menyebabkan peningkatan asam lambung sehingga ibu
menjadi mual. Asam lambung akan meningkat di malam hari ketika
lambung kosong sehingga di pagi hari timbul rasa mual, bahkan
sampai muntah. Pada awal kehamilan, biasanya ibu mengalami
penurunan nafsu makan. Namun, hal ini akan menghilang seiring
berkurangnya rasa mual dan muntah.
8) Lelah
Hormon progesteron menyebabkan terjadi penurunan fungsi
beberapa organ tumbuh sehingga tubuh bekerja keras untuk
menstabilkan dan membantu kerja organ tersebut. Salah satu organ
yang dipengaruhi adalah lambung. Lambatnya proses pencernaan
makanan menyebabkan kebutuhan oksigen di lambung meningkat
sehingga oksigen untuk organ lain, misalnya mata, otak dan organ
lainnya menjadi berkurang. Oleh sebab itu, timbul perasaan
mengantuk, lelah dan lemas.
9) Payudara membesar
Pada awal kehamilan, tepatnya 1-2 minggu setelah kehadiran
menstruasi terlambat, timbul rasa nyeri dan tegang di payudara. Hal ini
disebabkan oleh hormon esterogen dan progesteron yang merangsang
kantong air susu dan kelenjar montgomery di payudara sehingga
membesar sebagai persiapan untuk menyusui kelak. Rasa nyeri dan
6

tegang juga diikuti oleh pembesaran payudara secara bertahap. Rasa


nyeri ini hampir sama depan ketika rasa nyeri saat menstruasi.
10) Sering berkemih
Pada awal kehamilan, ibu akan sering berkemih. Hal ini
disebabkan oleh penenbalan rahim yang terisi janin dan terus
membesar. Rahim tersebut berada di bawah kandung kemih sehingga
menekan kandung kemih dan menimbulkan rangsangan untuk
berkemih lebih awal, tanpa menunggu kandung kemih penuh seperti
biasanya. Produksi urine juga bertambah karena adanya peningkatan
sirkulasi darah cairan di dalam tubuh ibu.
11) Sembelit
Ibu hamil biasanya akan timbu sembelit (susah buang air
besar) yang terjadi 2-3 hari sekali. Hal ini disebabkan oleh hormon
steroid yang meningkat sehingga menyebabkan peristaltik atau kerja
usus menjadi lambat. Kotoran menjadi lambat dikeluarkan, sedangkan
cairan yang tersisa terus diserap. Akibatnya, kotoran menjadi keras dan
sulit dikeluarkan. Selain itu, penekanan rahim terhadap usus besar juga
menyebabkan kerja usus halus dan usus besar menjadi lambat.
12) Pigmentasi kulit
Warna kulit di wajah, payudara (bagian areola), perut, paha dan
ketiak biasanya bertambah gelap. Muncul bercak kehitaman atau
kecokelatan yang disebut hiperpigmentasi. Hal ini merupakan
pengaruh hormon dalam kehamilan. m. Epulsi Gusi dan mukosa
(selaput lendir) menjadi mudah berdarah akibat pembuluh darah yang
melebar selama kehamilan. n. Varises Pelebaran pembuluh darah vena
sering terjadi pada wanita hamil, tetapi biasanya pada triwulan akhir
kehamilan.
7

b. Tanda Mungkin Hamil


1) Perut membesar
Perut yang besar sangat identik dengan adanya kehamilan.
Pada wanita yang memang benar hamil, perut akan ikut membesar
karena rahim yang membesar. Namun, tidak semua perut yang
membesar merupakan akibat kehamilan, mungkin saja akibat faktor
kegemukan atau terdapat penyakit pada abdomen, misalnya tumor
atau adanya cairan di rongga perut (asites).
2) Uterus membesar
Dengan kehamilan yang sehat, uterus pun akan membesar
sedikit demi sedikit sesuai dengan usia kehamilan tersebut. Namun
demikian, pembesaran uterus dapat juga terjadi akibat suatu penyakit,
misalnya mioma uteri, kista atau kanker stadium lanjut.
3) Tanda hegar
Melunaknya segmen bawah rahim. Pemeriksaan ini dilakukan
oleh tenaga medis, dengan cara melakukan pemeriksaan dalam dengan
tangan kanan dan tangan kiri berada di atas fundus. Dengan penekanan
ke arah dalam, pemeriksa dapat merasakan kedua tangan seolah-olah
bertemu.
4) Tanda chadwick
Terjadi perubahan warna pada portio, yang pada awalnya
berwarna merah muda, menjadi kebiru-biruan. Selaput lendir dan
vagina pun berwarna keungu-unguan.
5) Tanda piscacek
Terjadi pembesaran dan pelunakan yang tidak simetris pada
tempat hasil konsepsi (tempat implantasi) tertanam.
6) Braxton-hicks
Ibu yang hamil dapat merasakan kontraksi yang timbul
sesekali, tepatnya berada di perut bagian bawah, misalnya perasaan
8

nyeri dan tegang. Nyeri tersebut juga dapat timbul secara tiba-tiba
pada saat perut ibu dilakukan palpasi (periksa raba) dan saat periksa
dalam.
7) Teraba ballotement
Ballotement adalah pantulan pada saat rahim digoyangkan.
Memeriksa kontraksi ini dilakukan dengan cara memegang bagian
rahim yang mengeras sambil sedikit digoyangkan sehingga akan terasa
bahwa rahim tersebut bergoyang.
b. Tanda pasti hamil
Ada beberapa tanda yang memastikan adanya kehamilan, meliputi:
1) Gerakan janin yang dilihat dan dirasakan. Ibu merasakan gerakan janin
ketika usia kehamilan 16 minggu atau awal bulan kelima. Gerakan
janin akan lebih terasa di pagi hari atau saat ibu beristirahat. Bahkan,
pada usia kehamilan > 22 minggu, ibu dapat melihat gerakan janin
pada saat janin bergerak.
2) Denyut jantung janin (DJJ). Terlihat dan terdengar denyut jantung
janin dengan bantuan alat.
a) Didengar menggunakan alat Doppler mulai usia kehamilan 12
minggu.
b) Didengar menggunakan stetoskop monokuler Leannec mulai
usia kehamilan 20 minggu.
c) Dicatat dengan feto-electro kardiogram mulai usia kehamilan 6
minggu. 4) Dilihat dengan ultrasonografi (USG) mulai usia
kandungan 6 minggu.

4. Menentukan Umur Kehamilan


Menentukan umur kehamilan sangat penting untuk memperkirakan
persalinan sehingga memungkinkan perawat dan dokter mengkaji serta
mengevaluasi perkembangan kehamilan menurut (Kamariyah, dkk. 2014).
9

a. Menggunakan Rumus Neagle


Rumus Neagle menggunakan usia kehamilan yang berlangsung 288
hari. Perkiraan kelahiran dihitung dengan menentukan hari pertama haid
terakhir yang kemudian 288 hari. Rumus Neagle dapat dihitung dengan
menambahkan hari pertama haid terakhir dengan dan bulannya ditambah
sembilan. Atau hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, dan tahun
ditambah satu. Usia kehamilan dan tafsiran persalinan dapat dihitung dari
HPHT (Prawirohardjo, 2014).
b. Rumus McDonald
Tinggi fundus uteri (TFU) cm x 2/7 = usia kehamilan dalam bulan.
Tinggi fundus uteri (TFU) cm x 8/7 = usia kehamilan dalam minggu.
Pertimbangan pada pengguna pengukuran tinggi fundus meliputi faktor
hidramnion, kehamilan kembar, janin yang sangat besar, dan obesitas
memengaruhi akurasi pengukuran. Untuk wanita yang berat badannya lebih
dari 100 kg hasil pengukuran kurang 2 cm. Perbedaan teknik pengukuran
dapat memberikan hasil yang berbeda, tenaga kesehatan perlu
menstandarkan pendekatan jika pengukuran serial dilakukan oleh lebih dari
satu orang.
1. Gerakan janin
Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba. Gerakan
janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18
minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu. (Kuswanti,
2014).
2. Tinggi fundus
Tinggi fundus uteri di ukur pada setiap kali kunjungan, mengukur
TFU juga dapat dilakukan metode lain yaitu menurut tinggi fundus uteri
dari simfisis. Rumus perkiraan berat badan janin dapat menggunakan
cara jhonson Tausak yaitu: TFU (cm) – (11,12,13) x 155 gram bagian
terendah janin belum masuk Hodge III – 13 bagian terendah janin
10

sejajar dengan Hodge III – 12 bagian terendah janin sudah masuk PAP –
11 (Mochtar, 2012).

5. Perubahan Fisiologis dalam Masa Kehamilan


Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi dan
berlanjut sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi dan
fisiologis yang terjadi pada wanita hamil, diantaranya:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Vagina dan Vulva
Vagina sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan vaskularisasi atau
penumpukan pembuluh darah dan pengaruh hormon esterogen yang
menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda
Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan
ketebalan mukosa vagina, pelunakan jaringan penyambung, dan
hipertrofi (pertumbuhan abnormal jaringan) pada otot polos yang
merenggang, akibat perenggangan ini vagina menjadi lebih lunak.
Respon lain pengaruh hormonal adalah seksresi sel-sel vagina
meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan bersifat sangat asam
karena adanya peningkatan PH asam sekitar (5,2 – 6). Keasaman ini
berguna untuk mengontrol pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri
penyebab penyakit (Kumalasari, Intan. 2015)
2. Uterus/ Rahim
Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus rahim sebagai ruang
untuk menyimpan calon bayi yang sedang tumbuh. Perubahan ini
disebabkan antara lain:
a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
b) Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan perkembangan
jaringan abnormal) yang meyebabkan otot-otot rahim menjadi lebih
11

besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena


pertumbuhan janin.
c) Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim selama
hamil.
Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm dengan
berat 50 gram (Sunarti, 2013: 43). Uterus bertambah berat sekitar
70-1.100 gram selama kehamilan dengan ukuran uterus saat umur
kehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas > 4.000
cc. Pada perubahan posisi uterus di bulan pertama berbentuk
seperti alpukat, empat bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan
berbentuk bujur telur. Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar
telur ayam, umur dua bulan kehamilan sebesar telur bebek, dan
umur tiga bulan kehamilan sebesar telur angsa (Kumalasari, Intan.
2015). Dinding – dinding rahim yang dapat melunak dan elastis
menyebabkan fundus uteri dapat didefleksikan yang disebut
dengan Mc.Donald, serta bertambahnya lunak korpus uteri dan
serviks di minggu kedelapan usia kehamilan yang dikenal dengan
tanda Hegar. Perhitungan lain berdasarkan perubahan tinggi fundus
menurut Kusumawati (2008) dalam Sartika, Nita. (2016) dengan
jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis maka diperoleh,
usia kehamilan 22-28 minggu : 24-26 cm, 28 minggu : 26,7 cm, 30
minggu : 29-30 cm, 32 minggu : 29,5-30 cm, 34 minggu : 30 cm,
36 minggu : 32 cm, 38 minggu : 33 cm, 40 minggu : 37,7 cm.
3. Serviks
Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan massa dan
kandungan air meningkat sehingga serviks mengalami penigkatan
vaskularisasi dan oedem karena meningkatnya suplai darah dan terjadi
penumpukan pada pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi lunak
12

tanda (Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic) perubahan ini dapat


terjadi pada tiga bulan pertama usia kehamilan.
4. Ovarium
Manuaba mengemukakan dengan adanya kehamilan, indung telur
yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Pada
kehamilan ovulasi berhenti, corpus luteum terus tumbuh hingga terbentuk
plasenta yang mengambil alih pengeluaran hormon estrogen dan
progesteron.
5. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh Melanocyte Stimulating Hormone atau hormon yang
mempengaruhi warna kulit pada lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis (kelenjar pengatur hormon adrenalin).
Hiperpigmentasi ini terjadi pada daerah perut (striae gravidarum), garis
gelap mengikuti garis diperut (linia nigra), areola mamae, papilla
mamae, pipi (cloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi
ini akan berkurang dan hilang.
6. Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan
semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk
memproduksi makanan pokok untuk bayi baru lahir.
Perubahan yang terlihat diantaranya:
a) Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini dikarenakan karena
adanya peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplai darah
yang meningkat akibat oerubahan hormon selama hamil.
b) Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit payudara yang
membesar dan terlihat jelas.
13

c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul


areola mamae sekunder atau warna tampak kehitaman pada puting
susu yang menonjol dan keras.
d) Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah sekitar puting
payudara yang terletak di dalam areola mamae membesar dan dapat
terlihat dari luar. Kelenjar ini mengeluarkan banyak cairan minyak
agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi
tempat berkembang biak bakteri.
e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat. Mulai kehamilan
16 minggu, cairan yang dikeluarkan bewarna jernih. Pada kehamilan
16 minggu sampai 32 minggu warna cairan agak putih seperti air
susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir,
cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak
mengandung lemak. Cairan ini di sebut kolostrum.

b. Sistem Sirkulasi Darah (Kardiovaskular)

Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih besar


daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi hemodelusi atau
pengenceran darah. Volume darah ibu meningkat sekitar 30%50% pada
kehamilan tunggal, dan 50% pada kehamilan kembar, peningkatan ini
dikarenakan adanya retensi garam dan air yang disebabkan sekresi
aldosteron dari hormon adrenal oleh estrogen. Cardiac output atau curah
jantung meningkat sekitar 30%, pompa jantung meningkat 30% setelah
kehamilan tiga bulan dan kemudian melambat hingga umur 32 minggu.
Setelah itu volume darah menjadi relatif stabil (Kumalasari, Intan. 2015).
14

c. Perubahan Sistem Pernafasan (Respirasi)

Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran rahim, wanita


hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas, hal ini disebabkan karena
usus tertekan ke arah diafragma akibat dorongan rahim yang membesar.
Selain itu kerja jantung dan paru juga bertambah berat karena selama hamil,
jantung memompa darah untuk dua orang yaitu ibu dan janin, dan paru-paru
menghisap zat asam (pertukaran oksigen dan karbondioksida) untuk
kebutuhan ibu dan janin.

d. Perubahan Sistem Perkemihan (Urinaria)

Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat karena menyaring darah


yang volumenya meningkat sampai 30%-50% atau lebih, serta pembesaran
uterus yang menekan kandung kemih menyebabkan sering berkemih. Selain
itu terjadinya hemodelusi menyebabkan metabolisme air makin lancar
sehingga pembentukan air seni pun bertambah. Faktor penekanan dan
meningkatnya pembentukan air seni inilah yang menyebabkan meningkatnya
frbeberapa hormon yang dihasilkan yaitu hormoekuensi berkemih. Gejala ini
akan menghilang pada trimester 3 kehamilan dan diakhir kehamilan
gangguan ini akan muncul kembali karena turunya kepala janin ke rongga
panggul yang menekan kandung kemih.

e. Perubahan Sistem Endokrin

Plasenta sebagai sumber utama setelah terbentuk menghasikan hormon


HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) hormon utama yang akan
menstimulasi pembentukan esterogen dan progesteron yang di sekresi oleh
korpus luteum, berperan mencegah terjadinya ovulasi dan membantu
mempertahankan ketebalan uterus. Hormon lain yang dihasilkan yaitu
hormon HPL (Human Placenta Lactogen) atau hormon yang merangsang
15

produksi ASI, Hormon HCT (Human Chorionic Thyrotropin ) atau hormon


penggatur aktivitas kelenjar tyroid, dan hormon MSH (Melanocyte
Stimulating Hormon) atau hormon yang mempengaruhi warna atau
perubahan pada kulit.

f. Perubahan Sistem Gastrointestinal

Perubahan pada sistem gasrointestinal tidak lain adalah pengaruh dari


faktor hormonal selama kehamilan. Tingginya kadar progesterone
mengganggu keseimbangan cairan tubuh yang dapat meningkatkan
kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot polos, hal ini
mengakibatkan gerakan usus (peristaltik) berkurang dan bekerja lebih lama
karena adanya desakan akibat tekanan dari uterus yang membesar sehingga
pada ibu hamil terutama pada kehamilan trimester 3 sering mengeluh
konstipasi/sembelit. Selain itu adanya pengaruh esterogen yang tinggi
menyebabkan pengeluaran asam lambung meningkat dan sekresi kelenjar
air liur (saliva) juga meningkat karena menjadi lebih asam dan lebih banyak.
Menyebabkan daerah lambung terasa panas bahkan hingga dada atau sering
disebut heartburn yaitu kondisi dimana makanan terlalu lama berada
dilambung karena relaksasi spingter ani di kerongkongan bawah yang
memungkinkan isi lambung kembali ke kerongkongan (Kumalasari, Intan.
2015).

6. Perubahan Psikologis dalam Masa Kehamilan

a. Trimester I

Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adaptasi pada ibu


hamil dan pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian, penyesuaian seorang ibu hamil terhadap kenyataan bahwa dia
sedang hamil. Fase ini sebagian ibu hamil merasa sedih dan ambivalen. Ibu
16

hamil mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan depresi teruma


hal itu serign kali terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan yang tidak
direncanakan. Namun, berbeda dengan ibu hamil yang hamil dengan
direncanakan dia akan merasa senang dengan kehamilannya. Masalah hasrat
seksual ditrimester pertama setiap wanita memiliki hasrat yang berbeda-
beda, karena banyak ibu hamil merasa kebutuhan kasih sayang besar dan
cinta tanpa seks.

b. Trimester II

Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang baik,


yakni ketika ibu hamil merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan. Di trimester kedua ini ibu hamil akan mengalami dua
fase, yaitu fase praquickening dan pasca-quickening. Di masa fase
praquickening ibu hamil akan mengalami lagi dan mengevaluasi kembali
semua aspek hubungan yang dia alami dengan ibunya sendiri. Di trimester
kedua sebagian ibu hamil akan mengalami kemajuan dalam hubungan
seksual. Hal itu disebabkan di trimester kedua relatif terbebas dari segala
ketidaknyamanan fisik, kecemasan, kekhawatiran yang sebelumnya
menimbulkan ambivalensi pada ibu hamil kini mulai mereda dan menuntut
kasih sayang dari pasangan maupun daeudari keluarganya (Rustikayanti,
2016).

a. Trimester III

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase penantian


dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai menyadari
kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak
sabar dengan kehadiran seorang bayi. Ibu hamil kembali merasakan
ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung, merasa dirinya tidak
17

menarik lagi. Sehingga dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan.


Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua menjadi menurun
karena abdomen yang semakin membesar menjadi halangan dalam
berhubungan (Rustikayanti, 2016).

7. Tanda Bahaya pada Ibu Hamil


a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah
perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak
dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri (Pantiawati
2015).

1) Plasenta Previa
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh
ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada
dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri.
Gejala-gejala yang ditunjukkan seperti:
a) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisaterjadi
secara tiba-tiba dan kapan saja.
b) Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada
bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidakdapat mendekati
pintu atas panggul.
c) Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
2) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara
normalplasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya:
18

a) Deteksi dini tempat pelepasan ke luar dari serviks dan terjadilah


perdarahan ke luar atau perdarahan tampak.
b) Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta.
(perdarahan tersembunyi/perdarahan kedalam).
c) Solutio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda
yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena seluruh
perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah
perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
d) Perdarahan disertai nyeri, juga di luar his karena isi rahim.
e) Nyeri abdomen pada saat dipegang.
f) Palpasi sulit dilakukan.
g) Fundus uteri makin lama makin naik.
h) Bunyi jantung biasanya tidak ada.

b. Sakit kepala yang berat

Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal


dalam kehamilan.Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius
adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Kadangkadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsia.

c. Penglihatan kabur Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu


dapat berubah dalam kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah:

1) Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah


perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur dan
berbayang.
19

2) Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan
mungkin menandakan pre eklampsia.

d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada


muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan
keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung
atau pre eklampsia.

e. Keluar cairan pervaginam

1) Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester ketiga.


2) Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.
3) Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm
(sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.
4) Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II.
5) Persalinan, bisa juga belum pecah saat mengedan.

f. Gerakan janin tidak terasa

1) Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester ke-3.


2) Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5
atau ke 6 beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.
3) Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah.
4) Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
20

g. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang


mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang
setelah beristirahat.

h. Anemia dalam kehamilan

Anemia adalah kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah


atau Hemoglobin (Hb) (Kemenkes, 2013). Anemia adalah suatu penyakit
dimana kadar Heomoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Dikatakan anemia sedang bila kadar Hb <10 gr/dl. Disebut anemia berat jika
Hb 7-8 gr/dl, atau bila < 6 gr/dl disebut anemia gravis.Wanita tidak hamil
mempunyai nilai normal 12-15 gr/dl dan hematokrit 35-54 %. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau 2 kali pada trimester I dan 1 kali
pada trimester akhir. Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang
mengindikasikan adanya bahaya terhadap kehamilan yang apabila tidak
tertangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi yang bahkan dapat
menyebabkan kematian. Terdapat beberapa tanda bahaya pada
kehamilanyaitu: 1) Muntah terus dan tidak bisa makan, 2) Demam tinggi, 3)
Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang, 4) Janin
dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya, 5) Pendarahan pada
hamil muda dan hamil tua, 6) Air ketuban keluar sebelum waktunya 7)
Demam, menggigil dan berkeringat, bila ibu berada di daerah endemis
malaria, menunjukkan adanya gejala penyakit malaria, 8) Terasa sakit pada
saat kencing atau keluar keputihan atau gatal-gatal di daerah kemaluan., 9)
Batuk lama (lebih dari 2 minggu), 10) Jantung berdebar-bedar atau nyeri di
dada, 11) Diare berulang, 12) Sulit tidur dan cemas berlebihan (Kemenkes
RI, 2017).
21

8. Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil Trimester III

Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III menurut (Walyani, 2015),


yaitu :
a. Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang anda
bawa yaitu bayi dalam kandungan.
b. Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang susah
bernapas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah diafragma menekan
paru ibu, tapi setelah kepala bayi yang sudah turun kerongga panggul ini
biasanya pada 2-3 minggu sebelum persalinan maka akan merasa lega dan
bernapas lebih muda.
c. Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan penurunan bayi ke PAP
membuat tekanan pada kandung kemih ibu.
d. Kontraksi perut, brackton-hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit yang
ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat.
e. Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental dan pada
persalinan lebih cair.

9. Ante Natal Care ( ANC )


a. Pengertian Ante Natal Care

Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh


perawat kepada ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara fisik,
psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta
mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi
peran baru sebagai orang tua (Wagiyo & Putrono, 2016).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga


kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar
22

pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan


(SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan,
dokter, bidan dan perawat (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018).

b. Tujuan Antenatal Care

Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap ibu


hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.(Kemenkes RI, 2018).
Menurut teori (Walyani,2015) pengawasan antenatal secara khusus
bertujuan untuk:
2) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
3) Miningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social
ibu dan juga bayi.
4) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
5) Mempersiapkan persalinann cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu dengan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
6) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
7) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dengan ,menerima kelahiran
bayi.
c. Jadwal kunjungan antenatal care

Jadwal kunjungan antenatal care menurut Kementrian Kesehatan RI


(2020) Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care minimal enam kali
yaitu :
23

1) Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan


yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan dan interpersonal yang baik,
untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama,
sebaiknya sebelum minggu ke 8. Kontak pertama dapat dibagi menjadi
K1 murni dan K1 akses. K1 murni adalah kontak pertama ibu hamil
dengan tenaga kesehatan pada kurun waktu trimester 1 kehamilan.
Sedangkan K1 akses adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan pada usia kehamilan berapapun. Ibu hamil seharusnya
melakukan K1 murni, sehingga apabila terdapat komplikasi atau faktor
risiko dapat ditemukan dan ditangani sedini mungkin.

2) Kunjungan ke-4 (K4)

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang


memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama kehamilannya
minimal 4 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester pertama (0-
12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (>12minggu -24 minggu), dan 2
kali pada trimester ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran).
Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan (jika ada
keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan).

3) Kunjungan ke-6 (K6)


K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama kehamilannya
minimal 6 kali selama kehamilannya dengan distribusi waktu: 2 kali
24

pada trimester kesatu (0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua


(>12minggu - 24 minggu), dan 3 kali pada trimester ketiga (>24 minggu
sampai dengan kelahiran), dimana minimal 2 kali ibu hamil harus kontak
dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan 1 kali di trimester 3). Kunjungan
antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan jika ada
keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Jika kehamilan sudah
mencapai 40 minggu, maka harus dirujuk untuk diputuskan terminasi
kehamilannya. Pemeriksaan dokter pada ibu hamil dilakukan saat :

Kunjungan 1 di trimester 1 (satu) dengan usia kehamilan kurang


dari 12 minggu atau dari kontak pertama. Dokter melakukan skrining
kemungkinan adanya faktor risiko kehamilan atau penyakit penyerta
pada ibu hamil termasuk didalamnya pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Apabila saat K1 ibu hamil datang ke bidan, maka bidan tetap melakukan
ANC sesuai standar, kemudian merujuk ke dokter.

Kunjungan 5 di trimester 3 . Dokter melakukan perencanaan


persalinan, skrining faktor risiko persalinan termasuk pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) dan rujukan terencana bila diperlukan.

d. Standar pelayanan antenatal care

Standar pelayanan antenatal care meliputi minimal empat kali


(anamnesis, dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama), mengenali
kehamilan risiko tinggi/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
IMS/ infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan
kesehatan, serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas, data
tercatat dengan tepat pada setiap kunjungan, bila di temukan kelainan
mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus
25

sesuai dengan standar dan memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut


(Kemenkes RI, 2020)

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan


Pengukuran tinggi badan dilakukan pada kunjungan pertama. Bila
tinggi badan ibu kurang dari 145 cm maka ibu memiliki faktor resiko
untuk panggul sempit sehingga kemungkinan sulit untuk bersalin secara
pervaginam. Berat badan ibu hamil harus diperiksa setiap kali
kunjungan. Penambahan berat badan selama kehamilan minimal 1
kg/bulan dan maksimal 2 kg/bulan.
2) Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan. Tekanan
darah normal 120/80 mmHg. Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
maka terdapat faktor resiko hipertensi dalam kehamilan.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Pengukuran hanya dilakukan pada saat kunjungan pertama. LILA
kurang dari 23,5cm menunjukan ibu hamil menderita Kekurangan Energi
Kronis (KEK) dan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
Pengukuran TFU dilakukan setiap kali kunjungan yang bertujuan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai umur kehamilan.

Tabel 2.1
Besar tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan

Usia kehamilan Tinggi fundus

12 minggu 2 jari di atas tulang simfisis

16 minggu Pertengahan antara simfisis pusat


26

22 minggu Setinggi pusat

28 mingg Pertengahan px dan pusat

32 minggu Pertengahan antara pusat-px 2 jari


atas pusat

36 minggu 3 jari di bawah px

38 minggu Setinggi prosesus xifoideus (px

40 minggu 3 jari di bawah px

(Sumber: Kemenkes RI, 2020)

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus


toksoid sesuai status imunisasi.
Imunisasi TT diberikan untuk mencegah tetanus neonatorum.
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat
ditemukan pada kunjungan pertama. Memberikan imunisasi TT
disesuaikan dengan status TT ibu.

Tabel 2.2
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi Interval % perlindungan Masa
perlindungan
TT 1 Pada kunjungan 0 % Tidak ada
ANC pertama
TT 2 4 minggu 80% 3 tahun
27

setelah TT 1

TT 3 6 bulan setelah 95% 5 tahun


TT 2
TT 4 1 tahun setelah 99% 10 tahun
TT 3
TT 5 1 tahun setelah 99% 25 tahun/ seumur
TT 4 hidup
(Sumber: Kemenkes RI, 2020)

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan


Tablet tambah darah (tablet besi) dan asam folat untuk mencegah
anemia pada Ibu hamil, ibu hamil harus mendapatkan tablet besi minimal
90 tablet selama kehamilannya yang diberikan pada kunjungan pertama.
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Pada trimester III dilakukan penentuan presentasi janin, hal ini
dilakukan untuk mengetahui letak janin pada usia kehamilan 36 minggu.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan dengan retang DJJ normal 120-160 kali per menit.
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal
dan konseling, termasuk keluarga berencana)
Memberikan penjelasan mengenai perawatan kehamilan, pencegahan
kelainana bawaan, persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas,
perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga Berencana (KB), dan
imunisasi pada bayi serta Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) terdiri dari yaitu: lokasi tempat ibu tinggal, identitas
ibu hamil, tafsiran persalinan, penolong persalinan, fasilitas tempat
persalinan, calon pendonor darah, transportasi, adanya perencanaan
28

persalinan termasuk pemakaian KB, tatalaksana pengambilan keputusan


yang tepat dan cepat bila terjadi komplikasi selama kehamilan,
persalinan, nifas. Penjelasan ini diberikan secara bertahap sesuaidengan
masalah dan kebutuhan ibu.
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan golongan darah,
pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan protein dalam urin, glukosa
urin, pemeriksaan HIV dilakukan wajib dengan adanya program
pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA), tes pemeriksaan darah
lainnya seperti malaria, sifilis, HBsAg.
10) Tatalaksana kasus.
Melaksanakan tatalaksana yang tepat sesuai dengan masalah
yang dialami serta ditangani dengan standar dan kewenangan bidan.
Apabila ditemukan masalah-masalah yang tidak dapat ditangani segera
dilakukan rujukan sesuai dengan sistem rujuk.
e. Pemeriksaan Pada Ibu Hamil
Adapun pemeriksaan pada ibu hamil menurut Kamariyah, Dkk. 2014
adalah Pengkajian pada ibu hamil perlu dilakukan untuk memantau kondisi ibu
hamil dan kesejahteraan janin. Pengkajian yang dilakukan oleh petugas
kesehatan meliputi kemampuan klien dan keluarganya menyesuaikan diri
dengan kehamilan : gejala fisik seperti berat badan, edema, perdarahan,
konstipasi, sakit kepala, tekanan darah, suhu tubuh, tinggi fundus dan denyut
jantung janin (DJJ). Tanda – tanda vital juga dilakukan saat melakukan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik merupakan skrining dini terhadap kelainan
pada ibu hamil dan janin sehingga penanganan dapat segera dilaksanakan untuk
meminimalkan komplikasi. Pemeriksaan fisik ibu hamil dilakukan secara head
to toe (kepalahingga-kaki).
Pemeriksaan pertama pada pemeriksaan fisik, kepala dan leher ibu di
inspeksi untuk mata normalnya konjungtiva tidak anemis. Jika konjungtiva
29

anemis, menunjukan adanya anemia karena kekurangan protein dan Fe sebagai


sumber pembentukan eritrosit (sel darah merah). Inspeksi pada hidung dilihat
apakah hidung tampak bersih, tidak ada secret, jika ada secret akan
mengganggu jalannya nafas. Inspeksi pada mulut dan gigi dilihat apakah
giginya utuh, tidak ada gigi berlubang, gigi yang berlubang dapat menjadi port
de entry bagi mikroorganisme dan bias beredar secara sistemik. Kemudian
dilakukan palpasi kelenjar tyroid normalnya sedikit pembesaran tyroid yang
menyebar, kelenjar tyroid yang membesar menunjukan adanya infeksi,
ditunjang dengan tanda yang lain, seperti : hipertermi, nyeri dan bengkak.
Pemeriksaan kedua, dada dan abdomen ibu di palpasi dan inspeksi
puting susu, payudara, dan aksila normalnya pembesaran payudara dengan
peningkatan pola vascular, aerola menjadi gelap dengan penonjolan tuberkel,
terdapat cairan encer berwarna kuning yang keluar dari puting pada akhir
kehamilan. Dan dilakukan palpasi, inspeksi, auskultasi, perkusi abdomen,
adanya pembesaran uterus, striae gravidarum, linea, dan terdengar denyut
jantung janin.
Pemeriksan ketiga tekanan darah normanya 110/70 sampai 120/80
mmHg, >140/90 mmHg sudah tidak normal, serta dilakukan pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) normalnya 23,5 cm. LILA kurang dari 23,5 cm
menunjukan status nutrisi ibu hamil kurang.
Pemeriksaan tanda – tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan,
dan suhu ibu. Nadi dan suhu di atas normal menunjukan adanya infeksi.
Tekanan darah yang meningkat menunjukan adanya hipertensi dalam kemalilan
(preklampsia) dan harus mendapatkan tindakan untuk mencegah terjadinya
eklampsia.
Pemeriksaan abdomen bertujuan untuk memberikan informasi tentang
posisi janin setelah usia kehamilan 13 minggu. Maneuver leopold membantu
menentukan posisi dan presentasi janin, serta dengan auskultasi denyut jantung
janin memberikan indikasi tentang kondisi janin. Aktivitas janin dikaji dengan
30

menanyakan pada ibu tentang frekuensi pergerakan janin. Manuver leopold


bertujuan untuk menentukan posisi janin melalui palpasi abdomen secara
sistematis. Pemeriksaan leopold terdiri atas : leopold I, leopold II, leopold III,
leopold IV
1) Pemeriksaan Leopold I
Digunakan untuk mengetahui bagian janin yang ada di fundus dan
mengukur tinggi fundus uteri (TFU). Caranya dengan meminta klien
menekuk kakinya, dan abdomen dikumpulkan ke tengah untuk menentukan
fundus uteri. Abdomen bagian atas kemudian diraba, apakah lunak atau
keras. Jika lunak maka bokong, dan jika keras makan kepala bayi.
a) Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah
keras, bundar, dan melenting.
b) Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah
lunak, kurang bundar, dan kurang menelnting.
c) Fundus kosong apabila posisi janin melintang pada Rahim.
2) Pemeriksaan Leopold II
Tujuan pemeriksaan Leopold II adalah menentukan bagian janin yang
ada di samping kanan dan kiri perut ibu, caranya meraba salah satu sisi
samping perut ibu dengan menekan sisi lainnya. Hasil pemeriksaan berupa
punggung kanan (puka) atau punggung kiri (puki). Bagian punggung akan
keraba jelas, rata, cembung, kaku tidak bias digerakan. Bagian – bagian
terkecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, dan menonjol.
3) Pemeriksaan Leopold III
Tujuan pemeriksaan Leopold III adalah mentukan prentaasi janin dan apakh
sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau belum.
4) Pemeriksaan Leopold IV
Tujuan pemerikssan Leopold IV adalh untuk mengetahui seberapa bagian
presentasi janin masuk pintu atas panggul (PAP).
31

Pemeriksaan urogenital, meliputi kebersihan, pengeluaran seperti


lender atau keputihan.
Pemeriksaan ekstemitas dikaji apakah ada varises, odema tungkai dan
reflex patella. Varises dan edema terjadi karena terdapat gangguan sirkulasi
dari ekstremitas bawah menuju jantung akibat dari penekanan uterus
terhadap vena femoralis sehingga aliran darah balik ke vena cava inferior
terhambat dan bendungan di vena bawah (Nurul Kamariyah. Dkk, 2014).
Pemeriksaan Laboratorioum digunakan untuk memberikan informasi
dasar untuk mengkaji nutrisi pada awal sampai akhir kehamilan.
Hemoglobin dan hematocrit adalah tes praktis yang dilakukan dalam
perawatan pernatal rutin untuk mengevaluasi status zat besi ibu hamil. Kadar
HB ibu hamil terjadi jika produksi sel darah merah meningkat, nilai normal
hemoglobin (12 sampai 19 gr %) dan nilai normal hematocrit (37% sampai
47%). (Nurul Kamariyah. Dkk, 2014)
f. Informasi Pada kunjungan ANC
Informasi pada kunjungan Atenatal Care :
1) Kunjungan trimester pertama (kurang dari 14 minggu)
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
ibu hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan
pencegahan seperti Tetanus Neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan, memulai persiapan
kelahiran bayi dan untuk menghadapi komplikasi, mendorong perilaku yang
sehat (gizi, latihan dan kebersihan serta istirahat).
2) Kunjungan trimester II (14 minggu - 28 minggu)
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsi (tanda ibu tentang gejala-gejala preeklampsi, pantau tekanan
darah, evaluasi oedema dan periksa urine untuk mengetahui proteinuria).

3) Kunjungan trimester III (Antara minggu 28-36 minggu)


32

Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui


apakah ada kehamilan ganda.
4) Kunjungan trimester III (setelah 36 minggu)

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal
atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit. (Ummi Hani,
dkk. 2014)
g. Kunjungan Ulang

Kunjungan antenatal adalah kontak antara ibu hamil dan petugas


kesehatan yang memberi pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. dalam standar pelayanan kebidanan, setiap wanita
hamil memerlukan minimal empat kali kunjungan selama periode antenatal:

1) Satu kali pada triwulan pertama (umur kehamilan 0 – 14 minggu).


2) Satu kali pada triwulan kedua (umur kehamilan 14 – 28 minggu).
3) Dua kali pada triwulan ketiga (umur kehamilan 28 – 36 minggu dan
sesudah minggu ke – 36 ). (Prawirohardjo, 2016).

Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah,
dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia
merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir. (Prawirohardjo,
2016).

h. Asuhan Kebidanan Yang Diberikan Pada Saat Kehamilan

Asuhan kebidanan yang diberikan adalah :


1) Gizi : Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori / hari,
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup
cairan.
2) Latihan : Normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
33

3) Perubahan fisiologi : Tambah berat badan, perubahan pada payudara,


tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa
panas, dan/atau varises.
4) Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada,
daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
5) Memberitahukan pada ibu kapan kembali untuk pemantauan lanjutan
kehamilan. (Prawirohardjo, 2016)

B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan sel selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika proses terjadinya pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR
2017).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup


dari dalam uterus kedunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepalayang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin
(Elisabeth, 2017).
34

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan
dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum dapat dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (Affandi, 2017).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau bantuan/kekuatan
sendiri (Lailiyana, dkk, 2018).

2. Tujuan asuhan persalinan

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan


hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal. Kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan normal ialah sebagai
berikut:

a. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi,


misalnya mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung tangan sesuai
dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih bagi proses
persalinan dan kelahiran bayi.
b. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah
bayi lahir termasuk penggunaan partograf.
c. Memberikan asuhan saying ibu secara rutin selama persalinan,
pascapersalinan, dan nifas.
35

d. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.


e. Menhindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya, seperti episiotomy
rutin, kateterisasi dan penghisapan lendir supaya untuk mencegah
perdarahan pasca persalinan.
f. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan
menghangatkan tubuh bayi , memberikan ASI secara dini, mengenal sejak
dini komplikasi.
g. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk
dalam masa nifas dini secara rutin.
h. Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara ini bahaya
yang mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi baru lahir (Sarwono
Prawirohadjo, 2016).

3. Tanda - Tanda Persalinan

1) Adanya kontraksi Rahim


Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan adalah
adanya tanda yang dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut
berirama, teratur, dan involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk
menyiapkan mulut rahim untuk membesar dan meningkatkan aliran darah di
dalam plasenta. Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang
secara teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Perut akan
mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan proses kontraksi akan
lebih sering terjadi. Mulanya kontraksi terasa seperti sakit pada punggung
bawah berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut mirip dengan mules
saat haid. Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas
dekat saluran telur keseluruh rahim, kontraksi rahim terus berlangsung
sampai bayi lahir (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
36

2) Keluarnya lendir bercampur darah


Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir servik pada
awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang
tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir
yang berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh
kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim
menjadi lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud dengan bloody
slim. Bloody slim paling sering terlihat sebagai lendir bercampur darah
yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni.
Ketika melihat lebih sering, wanita sering kali berfikir bahwa ia melihat
tanda persalinan. Bercak darah tersebut biasanya akan terjadi beberapa hari
sebelum kelahiran tiba, tetapi tidak perlu khawatir dan tidak perlu tergesa-
gesa ke rumah sakit, tunggu sampai rasa sakit diperut atau bagian belakang
dan dibarengi oleh kontraksi yang teratur. Jika keluar pendarahan hebat, dan
banyak seperti menstruasi segera ke rumah sakit (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
3) Keluarnya Air Ketuban
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban.
Selama Sembilan bulan masa gestasi bayi aman melayang dalam cairan
amnion. Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban
yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Ketuban mulai pecah
sewaktu-waktu sampai pada saat persalinan. Kebocoran cairan amniotik
bervariasi dari yang mengalir deras sampai yang menetes sedikit demi
sedikit, sehingga dapat ditahan dengan memakai pembalut yang bersih.
Tidak ada rasa sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan alirannya
tergantung pada ukuran, dan kemungkinan kepala bayi telah memasuki
rongga panggul ataupun belum (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
37

Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah,


maka sudah saatnya bayi harus keluar. Bila ibu hamil merasakan ada cairan
yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak bisa ditahan lagi,
tetapi tidak disertai mulas atau tanpa sakit, merupakan tanda ketuban pecah
dini, yakni ketuban pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, sesudah
itu akan terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi. Bila ketuban pecah
dini terjadi, terdapat bahaya infeksi terhadap bayi. Ibu akan dirawat sampai
robeknya sembuh dan tidak ada lagi cairan yang keluar atau sampai bayi
Normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih, dan tidak berbau
(Walyani dan Purwoastuti, 2015)

4) Dilatasi dan effacement


Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-pertama aktivitas
uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian
aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat. Membukanya leher
rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang berkembang. Tanda ini tidak
dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam.
Petugas akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan pematangan,
penipisan, dan pembukaan leher rahim. Servik menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan, kematangan servik
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
Tanda dan gejala persalinan termasuk penipisan dan pembukaan
serviks, kontraksi uterus yang regular dan mengakibatkan peubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) dan keluarnya cairan lender
bercampur darah (“show”) melalui vagina (JNPK-KR, 2017).
38

4. Tahapan Persalinan
Persalinan dbagi menjadi 4 kala yaitu:

a. Kala 1
Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). (JNPK-KR, 2017).
Proses ini terbagi menjadi dua fase yaitu:
1) Fase Laten
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangusng selama 40 detik atau lebih.
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara
atau primigravida) atau ebih dari 1 cm hingga 2 cm (multripara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam dari pembukaan 3 cm
sampai pembukaan 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam dari pembukaan 4
cm sampai 9 cm dan berlangsung sangat cepat.
c) Fase deselarasi yaitu Pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2 jam
dari pembukaan 9 sampai pembukaan lengkap. (Ina, 2014).
39

b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks (10),
dilanjutkan dengan upaya menorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua persalinan disebut juga sebagai kala
pengeluaran bayi. Kala II berlangsung 1 jam pada multigravidan dan
berlangsung 2 jam pada primigravida. (JNPK-KR, 2017). Gejala dan tanda
kala dua persalinan adalah:
1) ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/ atau vaginanya.
3) Perenium menonjol.
4) Vulva dan sfingte ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi


obyektif) yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap.
2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
c. Kala III
Kala tiga pesalinan disebut juga sebagai kala uri atau pengeluaran
plasenta. Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan otot uterus
(myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari didnding uterus.setelah lepas
(dengan gaya gravitasi) plasenta akan turun kebawah uterus atau kedalam
vaginan. (JNPK-KR, 2017). Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini:
40

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
myometrium mulai berkontaksi, uterus berbentuk bulat (discoid)dan
tinggi fundus berada 3 jari dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah alpukat dan fundus setinggi pusat (seringkali mengarah ke sisis
kanan).
2) Tali pusat memanjang.tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(tanda Ahfeld).
3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
retroplasenter (diantara tempat implantasi dan permukaan maternal
plasenta) akan melepas plasenta (dengangaya gravitasi) dari tempat
perlekatannya di dinding uterus. Jika kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruang antara dinding uterus dan plasenta telah melebhi
kapasitas tampungnya maka darah tersembut keluar dari tepi plasenta
yang terlepas.
d. Kala IV
Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi lahir dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum. (Ina, 2014). Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir dalam dua jam setelah itu . Selama du jam pertama
pasca persalinan:
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yag
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
2) Masase uterus membuat uterus berkontraksi baik setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika
ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
41

3) Pantau temperatus tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca
persalinan,. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa
yang diperlukan.
4) Nilai jumlah darah yang keluar. Periksa perenium dan vagina setiap 15
menit selama satu jam pertama setiap 30 menit selama jam kedua kala
empat.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagimana melakukan masase jika uterus
menjadi lembek.
6) Minta anggota keluarga memeluk bayi, bersihkan dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, ataur posisi ibu
agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring,. Jaga
agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup bauk, kemudian
berika bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI (JNPK-
KR, 2017).
5. Sebab-sebab terjadinya Persalinan.
Menurut (Yuni Fitriana & Widi Nurwiandani, 2018: 8) sebab-sebab
mulainya persalinan diantranya:
a. Penurunan kadar progesterone
Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim, sedangkan
hormon progesterone dapat menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhirnya kehamilan kadar progesterone menurun
sehingga timbul his. Hal inilah yang menandakan sebab-sebab mulainya
persalinan.
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
42

c. Keteangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
terenggang oleh karena isinya.
d. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya memegang peranan,
oleh karena itu, pada anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang di hasilkan oleh decidua, di sangka menjadi salah
satu penyebab permulaan persalinan.

6. Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut (Walyani,2016) menjelaskan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi


persalinan diantaraya adalah:

a. Passage (jalan lahir)


Passage merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh kanin terdiri
dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin
dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
2) Bagian lunak otot-otot, jaringan-jaringan, liament-ligament.
b. Power (His dan Mengejan)
Kekuatan yang mendorong jalan dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament.
1) His
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang
terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.
43

2) Mengejan
Yang paling memegang kendali atau yang paling menentukan
dalam tahapan persalinan adalah proses mengejan ibu yang dilakukan
dengan benar ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama dengan
intruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta untuk menarik nafas
panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadilalu dibuang secara
perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin
dengan mengejan sekuat mungkin. Bila mengikuti intruksi dengan baik,
pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bisa dihindari.
Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen ke janin.
c. Passenger
Pasangger terdri dari:
1) Janin
Bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin,
posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalannya persalinan.
Biasanya kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain janin akan
dengan mudah menyusul.
2) Plasenta
Plasenta juga harus melaui jalan lahi, plasenta juga dianggap
sebagaipenumpang atau passenger yang menyertai janin namun plasenta
jarang menghambat pada persalinan normal.
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membrane yang
kuat dan ulet tetai lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regang membrane janindengan demikian
pembentukan komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan
sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan.
44

e. Penolong (Bidan)
Yaitu mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin.
7. Mekanisme persalinan normal
Mekanisme jalan lahir menurut (Elisabeth,2016) diantarnya adalah:
a. Penurunan kepala
Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul (PAP) biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi ringga, masuknya kepala
melewati PAP yaitu bila sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir
tepat diantara simpisis dan promontorumnya.
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringgan,
fleksi juga bertambah pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat kearah
dada janinsehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar
disebabkan karena tertahan dinding serviks, pelvis dan lantai pelvis, rotasi
dalam (putaran fleksi dalam). Putaran fleksi dalam adalah pemutaran dari
bagian depansedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
janin memutar kebawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala bagian
terendah ialah bagian ubun-ubun kecil dab bagian inilah yang akan memutar
kedepan ke arah simfisis.
c. Rotasi dalam / Putar paksi dalam
Makin turunnya kepala kepala janin dalam jalan lahir kepala janin
akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga panggul
atau diameter anterior posterior kepala janin akan bersesuaian dengan
diameter terkecil antero posterior pintu bawah panggul (PBP). Hal ini
mungkin karena kepala janin bergerak seperti spiral atau skrup sewaktu
turun dalam jalan lahir. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala
akan membentuk sudut 45°. Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam
dan ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis.
45

d. Ekstensi
Sesudah turun kepala janin sampai dasar pangugul dan ubunubun
kecil berada dibawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin.
Disebabkan karena sumbu jalan lahir pada PAP mengarah ke atas sehingga
kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya.
e. Rotasi Luar (putaran Flaksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami resusitasi yaitu
kepala bayi memutar kembali kearah panggul anak untuk menghilangkan
torsi pada lahir yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintas pintu
dalam keadaan miring di dalam rongga panggul dan kepala bayi juga
melanjurkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
iskiadikum sepihak.
f. Ekspulsi
Setelah putaran fleksi luar bahu depan sampai bawah simfisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang, setelah kedua bahu
lahir selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan
lain.

8. Asuhan Persalinan Normal

a. Tujuan Asuhan Persalinan Normal

Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan, dalam upaya


mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek saying ibu dan saying bayi. Menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui upaya yang terintergrasi dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjadi pada tingkat yang optimal (JNPK-KR, 2017).
46

b. Langkah-langkah APN Menurut (JNPK-KR, 2017)

Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala II, yaitu : Ibu
merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang
semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol,
vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka. Memastikan kelengkapan
peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru
lahir atau resusitasi siapkan : tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi), alat
penghisap lender, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Menggelar kain diperut bawah ibu, Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat
suntik steril sekali pakai di dalam partus set. Kemudian memakai celemek
plastik serta melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
mengeringkan tangan dengan tissue dan handuk pribadi yang bersih dan
kering. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik
dengan menggunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril
(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati dari


anterior (depan) ke posterior (belakang) dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air DTT. Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang,
buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia, jika terkontaminasi lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% pakai sarung tangan
DTT/steril untuk melaksanakan langkah lanjutan. Melakukan pemeriksaan
47

dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban masih


utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
sarung tangan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5 %
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan
setelah itu tutup kembali partus set.

Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda


(relaksasi) untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,
mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan kedalam partograf. Beritahukan
pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik,
kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada,
jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.
Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. Jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu di posisikan
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin
meneran atau timbul kontraksi yang kuat. bimbing ibu agar dapat meneran
secara benar dan efektif, dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. bantu ibu mengambil
posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang
dalam waktu lama), anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi,
48

anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu, berikan


cukup asupan cairan peroral (minum), menilai DJJ setiap kontraksi uterus
selesai, segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan di pimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) meneran
pada primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida.

Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang


nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit. Letakkan handuk yang bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 sebagai alas bokong ibu. Buka tutup
partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan. Pakai
sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Setelah tampak kepala
bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, Tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk memperthankan posisi fleksi dan
membantu lahirnya kepala. Ajurkan ibu untuk meneran secara efektif atau
bernapas cepat dan dangkal. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher secara kuat,
klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut. Setelah
kepala lahir, Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar yang
berlangsung secara spontan. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang
kepala bayi secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan
menyangga kepala dan bahu belakang, tangan yang lain menelusuri lengan
49

dan siku anterior bayi serta menjaga bayi terpegang baik. Setelah tubuh dan
lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang ke dua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu
sisi dan jar-jarilainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
Lakukan penilaian (selintas) Apakah bayi cukup bulan? Apakah air ketuban
jernih, tidak bercampur mekonium? Apakah bayi menangis kuat dan/atau
bernapas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah
satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru
lahir dengan asfiksia (melihat penuntun belajar resusitasi bayi asfiksia). Bila
semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke penanganan bayi baru lahir normal.
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu.

Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya 1 bayi yang lahir


(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda ( gemelli). Beritahu ibu bahwa
ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. Dalam waktu 1
menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit secara IM (intramuskular)
di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 2-3 cm dari pusar. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan
yang lain untuk Mendorong isi tali pusat ke arah ibu dan klem tali pusat pada
sekitar 2cm distal dari klem pertama. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut, Ikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
50

kunci pada sisi lainnya, Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah disediakan. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit
ibubayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada atau perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting susu atau areola mame ibu. Selimuti ibu-bayi dengan kain
kering dan hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi
akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasl menyusu.

Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas sympisi),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat
kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-
atas(dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lepas setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya kemudian ulangi kembali
prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
untuk melakukan stimulasi puting susu. Bila pada penekanan bagian bawah
dinding depan uterus kearah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali
pusat kearah distal maka lanjutkan dorongan kea rah kranial hingga plasenta
dapat dilahirkan. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya di tegangkan
( jangan ditarik secarakuat terutama jika uterus tidak berkontraksi ) sesuai
dengan sumbuhalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas) jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
51

menegangkan tali pusat ulangi pemberian oksitosi 10 unit IM, lakukan


kateterisasi ( gunakan tekhnik aseptic) jika kandung kemih penuh, minta
keluarga untuk menyiapkan rujukan, ulangi tekanan dorso-kranial dan
penegangan tali pusat 15 menit berikutnya, jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta
manual.

Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan


kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem ovum DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase


uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras), Lakukan tindakan yang diperlukan (komprensi bimanual internal,
kompresi aorta abdominalis, tampon kondomkateter )jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil atau masase. ( lihat
penatalaksanaan taonia uteri). Evaluasi kemungkinan perdarahan dan
laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi
drajat 1 atau drajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan. Periksa
kedua sisi plasenta ( maternal-fetal) pastikan plsenta telah dilahirkan
lengkap. Masukan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
vervaginam. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan
52

kateterriisasi. Celupkan tangan yang masih memkai sarung tangan kedalam


larutan klorin 0,5 %, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air
dtt tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadiyang bersih dan kering. Ajarkan ibu/ kelurga cara melakukan
masasse uterus dan menilai kontraksi. Memeriksa nadi ibu dan pastikan
keadaan umum ibu baik. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan
darah.Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60x/menit). Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi
dan segera merujuk kerumah sakit. Jika bayi nafas terlalu cepaat atau sesak
nafas, segera tujuk ke RS rujukan. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan
hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibubayi dalam
satu selimut. Bersihkan ibu daripaparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah di
ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Menggunakan larutan klorin 0,5%, lalu
bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. Tempatkan
semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
( 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. Buang bahan-
bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai dekontaminasi
tmpat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. Celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk prbadi yang bersih dan kering pakai saung tangan bersih/ DTT
untuk memberikan Vitamin K1 (1 mg) intra muskuler di paha kiri bawah
lateral dan salep mata profilaksis infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran.
Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan ( setelah 1 jam kelahiran bayi). Pastikan
53

kondisi bayi tetap baik ( pernafasan normal 40-60 kali/menit dan


temperature tubuh normal 36.5-37.5˚C) setiap 15 menit setlah 1 jam
pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan
bawah lateral. Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
dapat di susukan. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam didalam larutan klorin 0.,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering. Untuk dokumentasi Lengkapi
partograf ( halaman depan dan belakang).

9. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk
mencari dan menemukan puting ibunya.

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi adalah membantu


stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan
dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan
mencegah infeksi nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal
karena pengeluaran meconium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden
icterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih
tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat
badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone
oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat mengeluarkan ikatan batin
antara ibu dan bayi. (Prawirohardjo, 2016)

10. Partograf
a. Definisi Partograf
54

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2017)
b. Tujuan utama penggunaan partograf
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam, menilai kualitas kontraksi dan
penurunan bagian terbawah.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinana terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, konsisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yag
diberikan, dimana semua itu harus dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
c. Penggunaan partograf
1) Partograf harus digunakan Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.
Partograf harusdigunkan untuk semua persalinan, baik normal maupun
patologis .Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan
dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yangmemberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. (Spesialis
Obstetri,Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka.
55

d. Pencatatan Halaman depan partograf


Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:
1) Denyut Jantung Janin : Catat setiap 1/2 jam
2) Air Ketuban : Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina.
Tabel 2.3
Simbol Air Ketuban

No Simbol Keterangan

1 U Selaput Utuh

2 J Selaput ketuban, air ketuban Jernih

3 M Air ketuban bercampur Meconium

4 D Air ketuban bercampur Darah

5 K Tidak ada cairan ketuban / Kering

(Sumber: JNPK-KR, 2017)

4) Molase (Penyusupan Tulang Janin)

Tabel 2.4
Simbol Penyusupan Tulang Janin

No Molase Keterangan
1 0 Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat di palpasi
2 1 Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
56

3 2 Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindidh,


tapi masih dapat di pisahkan
4 3 Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan
tidak dapat di pisahkan

(Sumber: JNPK-KR, 2017)

5) Pembukaan mulut rahim (Serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi


tanda silang (x)
6) Penurunan : mengacu pada bagian kepala ( dibagi 5 bagian ) yang
teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis: catat
dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
7) Waktu : meyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah
pasien diterima
8) Jam : Catat jam sesungguhnya
9) Kontraksi : Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-
tiap kontraksi dalam hitungan detik.
a) Kurang dari 20 detik
b) Antara 20 dan 40 detik
c) Lebih 40 detik
10) Oksitoksin : Jika memakai oksitoksin, catatlah banyaknya oksitoksin
per volume cairan infuse dalam tetesan permenitnya.
11) Obat yang diberikan : Catat obat lain yang diberikan
12) Nadi : catatlah setiap 1/2 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (•)
13) Tekanan darah : catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
14) Suhu badan : Catatlah setiap 2 jam
57

15) Protein, Aseton, dan Volume urin : Catatlah setiap ibu berkemih. Bila
temuan-temuan melintas kearah kanan dari arah waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin
dan segera mencari rujukan yang tepat. Keuntungan pelaksanaan
partograf antara lain :
1) Tersedia cukup waktu melakukan rujukan (sekitar 4 jam) setelah
perjalanan persalinan melewati garis waspada.
2) Dipusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk mengambil
tindakan sehingga tercapai well brown baby dan well health mother.

e. Pencatatan Halaman belakang partograf


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan
yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru
lahir). Itulah sebabnya bagian ini di sebut sebagai Catatan Persalian. Nilai
dan catatan asuhan yang di berikan pada ibu dalam masa nifas terutama
selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai,
terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah di isi dengan lengkap
dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana
telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman (Ilmu
Kebidanan Sarwono, 2016).
Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :
1) Data atau Informasi Umum
2) Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV, Asuhan Bayi Baru Lahir, Asuhan
BBL denga. Asfiksia.( JNPK-KR, 2017).
58

C. Nifas
1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta


dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau ±40 hari (Elisabeth, 2017).

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandung kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas juga
diartikan sebagai masa post partum atau masa sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar dari Rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan ( Asih, 2016).

Masa nifas atau purperium dini dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca
persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta penyedian pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,imunisasi dan nutrisi bagi ibu
(Sarwono, 2016).

Masa nifas merupakan masa setelah melahirkan bayi dan plasenta


sampai 6 minggu atau 40 hari, masa tersebut sangat penting bagi seorang
wanita karena merupakan masa pemulihan untuk mengembalikan alat
kandungan serta fisik ibu ke kondisi seperti sebelum hamil (Astuti Yuli Reni,
2015).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Menurut Elisabeth (2017), tujuan diberikanya asuhan pada ibu selama masa
nifas antara lain:
59

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi sertaperawatan bayi
sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.mendapatkan kesehatan emos.

Tujuan masa nifas yaitu menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologik.Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi seharihari.Memberikan pelayanan keluarga berencana,
mendaoatkan kesehatan emosi (Yanti, 2014).

3. Tahapan Masa Nifas


Masa nifas terbagi menjadi 3 periode (Elisabeth,2017) yaitu:
a. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan Karena
atonia uteri, oleh sebab itu tenaga kesehatan harus dengan teratur melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,tekanan darah dan suhu.
b. Periode pasca salin awal (early postpartum) 24 jam- 1minggu.
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uterus dalam
keadaan normal, tidk ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya.
c. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 minggu-6 minggu.
Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
60

4. Fisiologi Masa Nifas


a. Pengecilan rahim atau involusi

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan


sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu peristiwa penting
dalam masa nifas, disamping proses laktasi uterus ibu yang baru melahirkan
masih membesar, jika di raba dari luar TFU kira-kira 1 jari bawah pusat
sedang nya beratnya lebih kurang 1 kg. Hal ini di sebabkan karena
banyaknya darahdalam dinding rahim yang mengalir dalam pembuluh darah
yang membesar.Sampai hari kedua uterus masih membesar dan setelah itu
berangsur-angsur menjadi kecil. Kalau di ukur TFU waktu nifas pada hari ke
3 kira kira 2 atau 3 jari bawah pusat. Hari ke lima pada pertengahan antara
pusat dan simphysis. Hari ketujuh kira kira 2 atau 3 jari atas simphysis, hari
ke sembilan kira-kira satu jari diatas simphysis dan setelah hari kesepuluh
biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba semuanya ini di sebabkan
karena pembrian darah dalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga otot-
otot menjadi kecil (Marmi, 2015).

Tabel 2.5
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Normal 50 gram
(Sumber: Marmi 2015)
61

b. Kontaksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang
di perkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauteri
yang sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlengketan antara plasenta dan dinding
uterus menjadi nekrosis dan lepas.
c. Afterpains dalam minggu pertama sesudah bayi lahir mugkin ibu mengalami
kram perut yang berlangsung sebentar mirip dengan kram ketika menstruasi,
keadaan ini di sebut afterpains, yang di timbulkan oleh kontraksi uterus pada
waktu mendorong gumpalan darah di dalam uterus
d. Tempat plasenta dengan involusi uterus ini maka lapisan luar dari decidua
yang mengelilingi tempat plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan , suatu campuran antara darah
yang di namakan lochea yang menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik tadi
adalah karena pertumbuhan endometrium.
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lochea terbagi empat jenis yaitu: lochea rubra,
sanguinulenta, dan lochea serosa atau alba (Walyani. dkk, 2017). Berikut ini
adalah beberapa jenis lochea menurut Walyani. dkk, 2017 yang terdapat
pada wanita masa nifas, yaitu ;
1) Lochea rubra (cruenta)
Berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, set-set desidua, vernikscaseosa, lanugo, dan mekonium selama
2 hari pasca persalina.Inilah lochea yang akan keluar selama dua sampai
tiga hari postpartum.
2) Lochea Sangunulenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada
hari ke 3 sampai ke 7 pasca persalina.
62

3) Lochea serosa
Adalah lochea berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat
dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hati
ke 7 sampai hari ke 14 pasca persalinan. Lochea alba mengandung
terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.
4) Lochea alba
Adalah lochea yang terakhir, dimulai dari hari ke 14 kemudian
makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau
dua minggu berikutny. Bentuknya seperti cairan putih berbentu krim
serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

5. Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas


a. Fase taking ini
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
b. Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase / periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak
mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
c. Fase letting go
Fase letting go merupakan fae menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan . ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya
sudah meningkat (Maryunani, 2015).
63

6. Program Kebijakan Nasionan Masa Nifas


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit
empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul.

Tabel 2.6
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas
Kunjunga Waktu Asuhan
n
I 6-8 Jam - Mencegah perdarahan masa nifas karena
post atonia uteri.
partum - Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
- Pemberian ASI awal - Melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
- Menjaga bayi tetap hangat dengan cara
mencegah hipotermi
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran,
atau sampai bayi dan ibu dalam keadaan
64

stabil.
II 6 hari post - Memastikan involusi uterus berjalan normal :
partum uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal,, tidak ada bau.
- Menuilai adanya demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
- Memastiakn ibu mendapat cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tandatanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuahan pada bayi tentang tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi setiap hari.
III 2 minggu - Asuhan pada 2 minggu post partum sama
post dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
partum 6 hari post partum
IV 6 minggu - Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
post ibu selama masa nifas.
partum - Memberikan konseling KB secara dini.
(Sumber: Yanti 2014)

7. Tanda Bahaya Nifas


Sebagian besar kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas
yang normal. Akan tetapi, 15-20 % diperkirakan akan mengalami gangguan
atau komplikasi. Gangguan tersebut dapat terjadi secara mendadak dan
biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap tenaga
kesehatan, ibu hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali
tanda bahaya. Tanda bahaya pada ibu di masa nifas antara lain :
65

a. Perdarahan Pasca Persalinan


Perdarahan yang banyak, segera atau dalam 1 jam setelah melahirkan,
sangat berbahaya dan merupakan penyebab kematian ibu paling sering.
Keadaan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 2 jam.
Ibu perlu segera ditolong untuk penyelamatan jiwanya. Perdarahan pada
masa nifas (dalam 42 hari setelah melahirkan) yang berlangsung terus
menerus disertai bau tak sedap dan demam, juga merupakan tanda bahaya.
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir menunjukkan adanya infeksi.
Hal ini bisa disebabkan karena metritis, abses pelvis, infeksi luka perineum
atau karena luka abdominal.
c. Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejangkejang.
Bengkak pada wajah, tangan dan kaki bila disertai tekanan darah tinggi
dan sakit kepala (pusing).
d. Demam lebih dari 2 hari
Demam lebih dari 2 hari pada ibu nifas bisa disebabkan oleh infeksi.
Apabila demam disertai keluarnya cairan berbau dari jalan lahir,
kemungkinan ibu mengalami infeksi jalan lahir. Akan tetapi apabila demam
tanpa disertai keluarnya cairan berbau dari jalan lahir, perlu diperhatikan
adanya penyakit infeksi lain seperti demam berdarah, demam tifoid, malaria,
dsb.
e. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit
Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit bisa disebabkan karena
bendungan payudara, inflamasi atau infeksi payudara.
9. Kebutuhan Masa Nifas
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti keadaan seperti sebelum hamil. Untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan masa nifas, maka ibu nifas
membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang
66

cukup dan sebagainya. (Walyani,2017). Kebutuhan dasar nifas adalah sebagai


berikut:
a. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhaan gizi pada ibu nifas terutama bila menyusui
akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembhan karena habis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup. Nutrisi yang
dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus
untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan asi.
Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori.
b. Kebutuhan cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolism tubuh.
Minumlah cukup cairan untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan
tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari postpartum,
minum kapsul Vit A 200.000 unit.
c. Kebutuhan ambulasi
Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua system tubuh, terutama
fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga
membantu mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai dan membantu
kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Dalam 2 jam
setelah bersalin ibu harus sudah bisa mobilisasi, dilakukan secara perlahan-
lahan dan bertahap.
d. Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB
1) Miksi
a) Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apapun. Kebanyakan pasien dapat melakukan
BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
b) Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadangkadang wanita
mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
67

janin dan spasme oleh iritasi musculus spinchter selama persalinan,


juga karenanya adanya odema.
c) Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan
rangsangan untuk berkemih dengan mengompres vesica urinaris
dengan air hangat, jika ibu belum bisa melakukan maka ajarkan ibu
untuk berkemih sambil membuka kran air, jika tetap belum bisa
melakukannya makan dapat dilakukan kateterisasi.
2) Defekasi
a) Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut
dengan luka episiotomy.
b) Bila sampai 3-4 hari ibu belum buang air besar. Sebaiknya diberikan
obat rangsangan per oral atau per rektal.
3) Kebersihan diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu,merawat perenium dengan baik
dengan menggunakan antiseptic dan selalu diingat bahwa membersihkan
perenium dari arah depan ke belakang.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatankegiatan rumah tangga
secara perlahan. Kurang istirahat akan mempengaruhi didalam berbagai
hal, diantaranya mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarah, serta menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya.
5) Kebutuhan seksual
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual
kembali setelah 6 minggu. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas
68

pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka
laserasi biasanya telah sembuh.
6) Kebutuhan perawatan payudara
Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita
hamil, supaya puting lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Gunakan bra yang menyokong payudara,
apabila putting susu lecet oleskan air susu yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui.
7) Latihan senam nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami
perubahan fisik. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan
menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan
pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak,
karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam
melahirkan) dapat membantu Rahim kembali kebentuk semula.

E. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Neonatus adalah bayi baru baru lahir 28 hari pertama kehidupan


(Rudolph, 2015). Bayi baru lahir adalaloh bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL merupakan penyesuaian fisiologis berupa
adaptasi dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi,2015).

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28
har), sesudah kelahiran dimana ada tiga masa yaitu neonatus adalah bayi
berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir, neonatus dini
adalah usia –7 hari dan neonatus lanjut adalah usia 7-28 hari (Sholichah, Nanik,
2017).
69

Pada bayi baru lahir normal asuhan dapat diberikan pada jam pertama
kelahiran yang dilanjutkan hingga 24 jam setelah kelahiran, sebaiknya asuhan
pada bayi diberikan secara standar dengan memperhatikan riwayat bayi selama
kehamilan, proses persalinan dan keadaan bayi setelah kelahira (Yupita, 2017).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram (Runjati, dkk,
2018). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Dwiendra, 2014). Klasifikasi neonatus
menurut Marni (2015) yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari ( 37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan( postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut berat lahir :
1) Berat lahir rendah : <2500 gram.
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.
2) Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.

2. Manajemen Bayi Baru Lahir Normal


a. Penilaian
1) Bayi cukup bulan
2) Bayi menangis atau bernapas/ tdak megap-megap
70

3) Tonus otot bayi baik/ nayi bergerak aktif


b. asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1) Jaga kehangatan bayi.
2) Bersihkan jalan nafas (jika perlu)
3) keringkan.
4) Pemantauan tanda bahaya.
5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa mebubuhi apapun, kira-kira 2
menit setelah bayi lahir (atau setelah bidan menyuntikan oksitosin
kepada ibu) untuk memberi waktu pada talipusat mengalirkan darah
(dengan demikian juga zat besi) kepada bayi.
6) Lakukan inisiasi menyusu dini
7) Beri suntikan Vit K1 1 mg intramuscular, di paha kiri anterolateral.
8) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1 % pada kedua mata.
9) Lakukan pemeriksaan fisik.
10) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 Ml intramuscular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setekah pemberiaan K1 (JNPKKR, 2017).

3. Mekanisme kehilangan panas

Menurut JNPK-KR tahun 2017 BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui
cara :
a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Jika pada saat lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas akibat
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
71

panastubuh bayi melalui mekanisme konduksi aoabila bayi diletakan diatas


benda-benda tersebut.
c. Konveksi adalah panas tubuh yang terjadi pada bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangana yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan
panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angina, hembusan
udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.

4. Mencegah Kehilangan Panas


a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan tubuh (bayi tanpa membersihkan verniks) mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk
atau kain yang kering, biarkan bayi diatas perut ibu.
b. Letakan bayi di dada ibu agara ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan dan usahakan kedua
bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari putting
payudara ibu.
c. Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi dikepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
dikepala bayi. Bagian kepala bayi mempunyai luas permukaan yang relative
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian ersebut tidak
tertutup.
d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi
dan bayi selesai IMD. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan
terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
72

Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau
diselimuti dikurang denganberat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan pada waktu yang tepat setelah kondisi stabil yaitu umumnya
tidak kurang dari 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam
pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahaykan kesehatan BBL (JNPK-KR, 2017).

5. Kebutuhan Dasar BBL


Menurut Affandi (2017), kebutuhan dasar BBLmeliputi pencegahan
infeksi, penilaian awal BBL, mencegah kehilangan panas, merawat tali pusat,
pemberian ASI, profilaksis perdarahan BBL dan pemberian imunisasi
hepatitisB.
a. Pencegahan Infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme atau
terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat
setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi maka sebelum
menangani BBL pastikan penolong persalinan dan pemberian asuhan BBL
telah melakukan upaya pencegahan infeksi.
b. Cuci Tangan
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
makai sarung tangan bayi pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c. Persiapan Alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah di
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet
penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan lendir
dengan alat tersebut. Jangan menggunakan bola karet pengisap yang sama
untuk lebih darisatu bayi. Pastikan semua pakaian,handuk,selimut dan kain
yang digunakan sudah dalam keadaan bersih.
73

d. Persiapan Tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi
yang datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan
atau lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan terjaga dari
tiupan angina.
e. Penilaian awal BBL
Untuk bayi segera setelah lahir,letakan bayi diatas kain bersih dan
kering yang disiapkan pada perut bawah ibu segera lakukan penilaian awal
dengan menjawab pertanyaan. a. Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernafas tanpa kesulitan ? b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas ?
c. Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan resusitai bayi baru lahir.
f. Mencegah kehilangan panas
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih hangat
3) Selimuti bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Merawat tali pusat
7) Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke putung tali
g. Pemberian ASI
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru
lahir harus mendapatkan ASi satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu memeluk
bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi segera setelah tali pusat di
klem atau dipotong.
h. Pencegahan infeksi pada mata
74

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin 1%.


Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah
kelahiran.
i. Profilaksis perdarahan bayi baru lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg
intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk pencegahan perdarahan
bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir.
j. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu bayi.

6. Tanda Bahaya Bari Baru Lahir


a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 x/menit
b. Terlalu hangat ( > 38°C) atau terlalu dingin (< 36°C)
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar
d. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
f. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau
busuk, keluar cairan, pernapasan sulit.
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer,
sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah.
h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus. (Kemenkes RI, 2015)
7. Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Periksa penampilan umum bayi
1) Rawat gabung pada bayi Rawat gabung adalah suatu cara perawatan
dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan
ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh.
75

Keuntungan rawat gabung yaitu ibu dengan mudah menyusui kapan saja
bayi menginginkannya sehingga ASI juga akan cepat keluar, ibu dapat
merawat bayinya sendiri dan tidak terpapar dengan banyak petugas
sehingga infeksi nosocomial dapat dicegah, serta dengan rawat gabung
ibu dan bayi akan terjadi proses lekat sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan psikologis bayi, bayi mendapat kehangatan, rasa aman,
dan terlindungi serta ibu merasa bangga karena dapat memberikan yang
terbaik bagi bayinya.(Elisabeth, 2015)
2) Apakah bayi kecil atau besar, berat badan normal bayi baru lahir yaitu
2500-4000 gram. Kenaikan berat badan bayi pada tahun pertama
kehidupan yaitu 700-1000 gram/bulan pada triwulan I, 500-600
gram/bulan pada triwulan II, 350-450 gram/bulan pada triwulan III, dan
250-350 gram/bulan pada triwulan IV.

Tabel 2.7
Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Umur Berat Badan (kg)
1 Bulan 3,0-4,3
2 Bulan 3,6-5,2
3 Bulan 4,4-6,0
4 Bulan 4,7-6,7
5 Bulan 5,3-7,3
6 Bulan 5,8-7,8
7 Bulan 6,2-8,3
8 Bulan 8,6-9,8
9 Bulan 7,0-9,0
10 Bulan 7,3-9,3
11 Bulan 7,6-9,9
12 Bulan 7,8-10,2
(Sumber: Maryunani 2014)
76

3) Apakah bayi kurus atau gemuk


4) Apakah kaki, tangan, tubuh, dan kepala memiliki ukuran yang normal.
Panjang badan bayi baru lahir 48-52 cm, lingkar dada 3038 cm, lingkar
kepala 33-35 cm. lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan
akan meningkat setelah usia 6 bulan.
5) Bayinya tegang atau rileks, aktif atau pendiam
6) Dengarkan suara tangisan apakah ada tanda bayi sakit
7) Perhatikan apakah bayi lemas, lemah atau tidak sadar
8) Jika bayi tampak lemah berarti bayi kekurangan kadar gula dalam darah.
b. Periksa tanda-tanda vital bayi :
1) Amati tarikan napas bayi selama 1 menit penuh, normal pernapasan bayi
yaitu 30-60 x/menit.
2) Denyut jantung bayi normal yaitu antar 120-160x/menit.
3) Suhu normal bayi yaitu 36,5°C – 37°C. keadaan telanjang dan basah pada
bayi baru lahir dapat menyebabkan bayi mudah kehilangan panas
(Elisabeth, 2015)
c. Bantu bayi untuk agar tetap menyusu dengan cara menganjurkan ibu
menyusui bayinya setiap 2 jam sekali. Bayi cukup ASI ditandai dengan
banyak BAK dan berat badan meningkat. (Elisabeth, 2015)
d. Merawat tali pusat bayi, yaitu dengan mengikat, memotong tali pusat, dan
membungkus longgar dengan kasa bersih/steril serta menjaga tali pusat bayi
agar tetap kering dan bersih. Puntung tali pusat akan lepas sendiri setelah
mengalami proses nekrosis menjadi kering pada hari ke-6 sampai hari ke-8.
Salah satu cara yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah
dengan menggunakan pembalut kasa bersih yang sering diganti. Selain itu,
sebagaimana juga disarakan oleh WHO, penelitian sebaiknya lebih
diarahkan pada antiseptic dan zat-zat pengering tradisional seperti ASI atau
kolostrum (Elisabeth, 2015)
77

e. Melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu untuk membantu


menstabilkan pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan incubator, mencegah infeksi dan membuat bayi
menjadi lebih tenang serta memperkuat kekuatan batin antara ibu dan bayi.
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga pola
tidur yang lebih baik.
f. Pemberian salap mata yaitu untuk mencegah terjadinya konjungtivitis pada
bayi baru lahir yang biasanya muncul setelah 2 minggu pada bayi dengan ibu
yang menderita penyakit menular seperti gonorae dan klamidiasis. Yang
diberikan yaitu salap antibiotik berupa salap mata eritromisin dan tetrasiklin
(Kemenkes RI, 2015)
g. Pemberian Vitamin K yaitu untuk mencegah perdarahan akibat defisiensi
vitamin K1 (PDVK) sebanyak 1 mg diberikan secara intramuskular
(Kemenkes RI, 2015)
h. Melakukan pengukuran berat badan dan panjang badan.

8. Imunisasi BBL

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam
mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang
mendapatkan prioritas.
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi
penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sedini mungkin kepada bayi dan anakanak.

Jenis imunisasi sesuai Permenkes terdiri atas imunisasi terhaadap


penyakit hepatitis B, poliomyelitis, tuberculosis, difteri, pertusisis, pneumonia
dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib)dan
campak.
78

a. Hepatitis B, vaksin hepatitis B PID adalah vaksin rekombinan yang telah


diinaktivitaskan dan bersifat non – infeksi, berasal dari HbsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi
DNA rekombinan. Pemberian imunisasi aktif vaksin hepatitis B yang tepat
sesuai dengan dosis yang direkomendasikan akan memberikan respons
protektif. Pada neonatus dan bayi, penyuntikan vaksin dilakukan di
anterolateral paha. Efek samping berupa reaksi lokal, seperti rasa sakit,
kemerahan, dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan dan biasanya
hilang setelah 2 hari (Tando, 2016).
b. BCG (Bacillus Calmetic-Guerin), merupakan vaksin hidup sehingga tidak
diberikan kepada pasien dengan gangguan imun jangka panjang (leukemia,
pengobatan steroid jangka panjang, HIV). Tujuan imunisasi BCG bukan
untuk mencegah TBC, melainkan untuk mengurangi resiko TBC berat,
seperti TBC meningitis dan TBC milier. Imunisasi ini diberikan kepada bayi
berusia dua bulan atau kurang. Dosis untuk bayi (usia kurang dari satu
tahun) adalah 0,05 ml, diberikan melalui suntikan intrakutan didaerah insersi
muskulus deltoideus kanan (lengan atas kanan). Efek samping imunisasi
BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Setelah
1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang
berubah menjadi pustula. Kemudian pecah menjadi luka. Namun luka
tersebut tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
meninggalkan tanda parut (Tando, 2016).
c. HiB (Haemophylus Influenza Type B) vaksin ini diberikan 3 kali yaitu pada
usia 2, 3 dan 4 bulan (sebelum anak berusia 1 tahun) dengan interval (jarak)
minimal 4 minggu. Di suntikan secara IM dengan dosis pemberian 0,5 ml
(Tando, 2016).
d. DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus), yaitu Imunisasi yang diberikan untuk
mencegah penyakit DPT yaitu Difteri adalah penyakit menular yang
menimbulkan demam mendadak dan sakit pada tenggorokan dan hidung
79

yang disebabkan oleh bakteri difteri. Pertusis adalah penyakit batuk rejan
yang disebabkan oleh bakteri pertusis. Tetanus adalah penyakit kejang yang
disebabkan oleh bakteri tetanus yang terjadi pada bayi kurang dari 1
bulan.Gejala Difteri yaitu demam mendadak, radang pada tenggorokan,
hilang nafsu makan, sakit waktu menelan,dan sesak nafas. Pertusis : Bayi
menderita batuk dan pilek, dengan hidung berair dan disertai panas.
Tetanus : tiba-tiba bayi tidak mau menyusu, mulut mencucu seperti mulut
ikan, demam dan kejang.Waktu Pemberian DPT diberikan 3 kali yaitu pada
usia 2, 3 dan 4 bulan (sebelum anak berusia 1 tahun) dengan interval (jarak)
minimal 1 bulan. Di suntikan secara IM dengan dosis pemberian 0,5 ml.
Efek samping nya yaitu gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat penyuntikan. Untuk mengantisipasi gejala
tersebut dapat di berikan obat penurun panas (Tando, 2016).
e. Polio, yaitu Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio yaitu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio dan dapat mengakibatkan
kelumpuhan yang menetap.Gejala polio yaitu lumpuh layu dan nyeri pada
tungkai.Waktu Pemberian imunisasi polio 4 kali sebelum anak berusia 1
tahun dengan jarak minimal 1 bulan. Di berikan secara oral atau melalui
mulut, 1 dosis adalah dua tetes. Tidak terdapat efek samping pada imunisasi
polio(Tando, 2016).
f. Campak, yaitu Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak
yaitu penyakit menular yang menimbulkan demam dan merah-merah pada
kulit yang disebabkan oleh virus campak. Gejala campak yaitu panas tinggi,
mata merah dan sakit bila terkena cahaya, batuk atau pilek serta timbul
bercak-bercak merah pada kulit.Waktu Pemberian imunisasi campak 1 kali
pada usia 9 bulan. Pemberian imunisasi campak ulangan pada usia 6-7 tahun
(kelas 1 SD). Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara Subcutan pada
lengan kiri atas. Efek samping nya yaitu hingga 15% pasien dapat
mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-
80

12 hari setelah vaksinasi. Demam ringan dapat diatasi dengan pemberian


terapi penurun demam serta jika terjadi kemerahan dapat dilakukan kompres
hangat (Tando, 2016).
81

Tabel. 2.8
Jadwal Imunisasi

CATATAN IMUNISASI ANAK

UMUR 1 12+*
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
(BULAN) 0 *
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi

HB 0 (0-24 Jam)                          

BCG                          

*Polio                          

*DPT-HB-Hib 1                          
*Polio 2                          
*DPT-HB-Hib 2                          
Polio 3                          
*DPT-HB-Hib 3                          
*Polio 4                          
*IPV                          
Campak                          
82

Kket :

  : Jadwal tepat pemberian imunissai dasar lengkap


Waktu yang masih diperbolehkan untuk pemberian imunissai dasar
  : lengkap
Waktu Pemberian imunisasi bagi anak di atas 1 tahun yang belum
 
: lengkap
Waktu yang tidak diperbolehkan untuk pemberian imunissai dasar
 
lengkap.

(Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2017)


g. Vaksin Measies, Mups, and Rubella (MMR)
Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi bertujuan untuk mencegah
penyakit campak, gondongan, dan rubella, Vaksin MMr merupakan vaksin
kering dan mengandung vaksin hidup. Vaksin harus di simpan pada suhu 2-8
C atau lebih dan terlindungi dari sinar matahari. Vaksin harus di gunakan
dalam satu jam setelah di larutkan dan di letakan di tempat yang sejuk dan
terlindungi dari cahaya agar vaksin tetap stabil dan tidak kehilangan
potensinya. Vaksin kehilangan potensi pada suhu 22-25 C. Dosis pemberian
vaksin adalah satu kali 0,5 ml melaluli intramuscular atau subkutan dalam.
Vaksin MMR di berikan kepada anak yang berusia 15-18 bulan untuk
menghasilkan serokonversi terhadap ketiga virus tersebut. Vaksin MMR di
berikan minimal satu buan sebelum atau sesudahatau setelah imunisasi lain.
Apabila anak telah mendapatkan imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan,
imunisasi campak ke-2 pada usia 5-6 thn tidak perlu di berikan. Vaksin ulang
di berikan pada usia 10-12 thn atu 12-18 thn sebelum purbertas (Tando
2016).

9. ASI Eksklusif
83

a. Pengertian
Air Susu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air
susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain (Perbup Sleman no. 38 tentang IMD dan ASI Eksklusif, 2015). ASI
Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim. Pemberian ASI ini
dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan (Haryono, an Setianingsih, 2014).

b. Manfaat ASI
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
b) ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindugi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit
dan jamur.
c) ASI sebagai nutrisi, ASI merpakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan
bayi.
d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang, kontak kulit dini akan
berpengaruh terhadap perkebangan bayi. Walaupun seorang ibu dapat
memberikan kasih saying dengan memberikan susu formula, tetapi
menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar.
Perasaan aman sangat penting untuk membangun dasar kepercayaan
bayi yaitu dengan mulai mempercayai orang lain (ibu), maka
selanjutnya akan timbul rasa percaya diri pada anak.
e) Mengupayakan pertumbuhan yang baik, bayi yang mendapat ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
84

setelah periode perinatal yang baik dan mengurangi kemungkinan


obesitas. Frekuensi menyusu yang sering juga dibuktikan bermanfaat
karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan
berat badan bayi hanya sedikit.
2) Manfaat ASI bagi ibu
1) Mengurangi kejadian kanker payudara, pada saat menyusui hormone
esterogen mengalami penurunan, sementara itu tanpa aktivitas
menyusui, kadar hormone esterogen tetap tinggi dan inilah yang
menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya
keseimbangan hormone esterogen dan progesterone.
2) Mencegah perdarahan pasca persalinan, perangsangan pada payudara
ibu oleh hisapan bayi akan diteruskan ke otak dan ke kelenjar
hipofisis yang akan merangsang terbentunya hormone oksitosin.
Oksitosin membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah
terjadinya perdarahan paca persalinan.
3) Mempercepat pengecilan kandungan, sewaktu menyusui terasa perut
ibu mulas yang menandakan kandungan berktraksi da degan demikian
pengecilan kandunga teradi lebih cepat.
4) Dapat digunakan sebagai metode KB sementara, meyusui secara
eksklusif dapat mejarangkan kehamilan. Rata-rata jarak kelahira ibu
yag meyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyusui adalah
11 bulan. Hormon yag mempertahankan laktasi bekerja menekan
hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya
kesuburan. ASI yang digunakan sebagai metode KB sementara
dengan syarat bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali
dan ASI diberikan secara eksklusif.
5) Mempercepat kembali ke berat badan semula, selama hamil, ibu
meimbun lemak dibawak kulit. Lemak ini akan terpakai utuk
85

membetuk ASI, sehigga apabila ibu tidak menyusui, lemak tersebut


akan tetap tertimbu di dalam tubuh.
3) Manfaat ASI bagi keluarga
1) Aspek ekonomi
2) Aspek psikologis
3) Aspek kemudahan
(Kementerian Kesehatan RI, 2017)
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak
manfaat bagi bayi dan ibu.Manfaat bagi bayi diantaranya adalah
perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal baik di Negara berkembang
dan di Negara industri.Meyusui meningkatkan kecerdasan, kehadiran di
sekolah, dan dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi ketika
kehidupan dewasa (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
c. Posisi Menyusui
Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu, mulut dan dagunya
berdekatan dengan payudara, areola tidak akan bisa terlihat dengan jelas
(areola masuk seluruhnya kedalam mulut bayi), dapat melihat bayi
malakukan hisapan yang lamban dan dalam dan menelan ASI, bayi terlihat
tenang dan senang, ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu.

d. Tanda bayi ckup ASI


Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih
sampai kuning muda, bayi sering buang air besar warna kekuningan dan
berbiji, bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup (bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik), bayi setidaknya
menyusu 10-12 kali dalam sehari, payudara ibu terasa lembut dan kosong
setiap kali selasai menyusui, ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI
setiap kali bayi menyusu dan berat badan bayi selalu bertambah.
86

E. Keluarga Berencana
1. Pengertian KB

Keluarga berencana adalah upaya untuk peningkatan kepedulian dan serta


peran masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera. Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Marmi, 2016).

Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah


dan jarak anak yang diinginkan.Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi
atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.Prisip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma lakilaki mencapai dan membuahi telur
wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang di dalam rahim (Purwoastuti, 2015).

Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma


(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014).

2. Tujuan KB

Tujuan umum yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam


rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan
kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Tujuan
khusus yaitu meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga
berencana dengan cara pengaturan jarak kehamilan (Purwoastuti, 2015).
87

Tujuan KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai kekuatan sosial


ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
(Pusdiklatnakes, 2015).

3. Macam-macam Metode Kontrasepsi

a. Metode Alamiah
1) Metode Amenore Laktasi
MAL adalah metode yang mengandalkan pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif untuk menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat
yang hars dipenuhi yaitu ibu belum mengalami haid lagi, bayi disusui
secara eksklusif dan sering sepanjang siang dan malam dan bayi berusia
kurang dari 6 bulan. Indikasi metode MAL yaitu:
2) Metode Kalender
Metode kalender adalah metode alamiah dengan menghindari
senggama pada masa subur.
3) Coitus Interuptus (senggama terputus)
Coitus interuptus adalah keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina
sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan
dapat dicegah.
4) Metode Lendir/ Mukosa Serviks

Metode lendir/ mukosa serviks adalah metode keluarga berencana


alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi
dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi. Metode lendir/ mukosa serviks adalah
metode KB alamiah melalui pengamatan lendir vagina yang diambil pada
88

pagi hari.Caranya dengan memantau lendir servik yang keluar dari


vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam
hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan
perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk
periksa ke dalam vagina
5) Metode Suhu Basal
Tubuh Suhu basal tubuh adalah badan asli, yaitu suhu terendah
yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat
(tidur). Mengenali masa subur dengan mengukur suhu badan secara teliti
dengan termometer khusus yang bias mencatat perubahan suhu sampai
0,1 ºC untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil, suhu tubuh
wanita.

b. Metode Penghalang (Barier)


1) Kondom
Alat kontrasepsi yang dapat menghalangi terjadinya pertemuan
sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah
ke dalam saluran reproduksi perempuan.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap bentuk cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang dimasukan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks sehingga sperma tida dapat mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas.
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk menom-
aktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk:
a) Aerosol (busa)
b) Tablet vagina, supositoria
89

c) Krim
c. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil kombinasi
Pil kominasi bekerja dengan cara menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit dilalui oleh
sperma, dan mengganggu pergerakan tuba sehingga transportasi telur
terganggu, pil ini di minum setiap hari.
2) Pil progestin
Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan.
3) Suntikan 1 bulan
Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, sehingga penetrasi sperma terganggu. Suntikan ini dilakukan
secara IM dan diberikan setiap bulan.
4) Suntikan 3 bulan
Metode ini sangat efektif dan aman, dapat dipakai pada ibu yang
sedang menyusui.
5) Implant
Kontrasepsi implant menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menjadikan selaput Rahim tipis dan mengurangi transportasi
sperma. Implant dimasukan dibawah kulit dan dapat bertahan hingga 3-7
tahun.
d. Alat Kontasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR dimasuka ke dalam uterus. AKDR menghambat kemampuan
sperma untuk masuk ke tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum ueti, mencegah sperma dan ovum bertemu, menvegah
implantasi dalam uterus.
e. Kontrasepsi Mantap
90

1) Pada wanita: Tubektomi degan cara menutup tuba falopi (mengikat atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2) Pada pria: Vasektomi kontrasepsi dengan cara menghentikan kapasitas
produksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi
(Kemenkes, 2015).
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pasien Ny. H, umur 39 tahun, suku Sunda, kebangsaan Indonesia, agama Islam,
pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), seorang ibu rumah tangga, telah menikah
dengan Tn.H, umur 45 tahun, agama Islam, suku Sunda, kebangsaan Indonesia
pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di
Kp.Cipacung. Ini merupakan pernikahan yang pertama untuk kedua pasangan dan
sudah 17 tahun menikah. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang ke 4 pernah
melahirkan 3 kali tidak pernah keguguran.

A. Masa Kehamilan (Antenatal)

a. Trimester Pertama (0-12 Minggu)


Pada trimester 1 ibu memeriksakan kehamilannya yang pertama di
PMB Mumun M S.ST.SKM. Pada waktu trimester 1 ibu mengalami keluhan
mual muntah dipagi hari dan ibu mendapatkan penyuluhan mengenai
perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester I yaitu perubahan hormon
progesteron yang meningkat menimbulkan gejala mual dan muntah, cara
mengatasinya yaitu makan sedikit tapi sering, yang mengandung karbohidrat
misalnya biskuit dan makanan yang tidak berbau menyengat dan yang tidak
merangsang ibu merasa mual seperti makan yang berminyak dan lain-lain.
b. Trimester Kedua (13-27 Minggu)
Pada trimester II ibu memeriksakan kehamilannya di Posyandu. Ibu
tidak mengalami keluhan, selama trimester II ini ibu melakukan 1 kali
pemeriksaan. Pergerakan janin sudah mulai terasa pada usia kehamilan ± 20
minggu. Ibu diberikan therapy obat Fe 1x1 sehari diminum pada malam hari
menggunakan air putih, tidak boleh air teh, kopi, atau susu karena dapat

1
2

menghambat penyerapan obat. Dan kalsium 1x1 diminum pagi hari


menggunakan air putih, tidak boleh air teh, kopi, atau susu karena dapat
menghambat penyerapan obat.
c. Trimester ketiga (28-40)
1. Kunjungan Pertama tanggal 28 Januari 2021 pukul 10.50 WIB

Ny. H datang ke PMB Mumun M S,ST.SKM mengatakan ingin


memeriksakan kehamilannya, pada kunjungan ini ibu mengatakan tidak
ada keluhan. Riwayat menstruasi : haid pertama umur 13 tahun, lamanya
7 hari, teratur, siklus 28 hari, sifat darah cair dan menggumpal, banyaknya
2-3 kali ganti pembalut/hari, tidak ada dysmenorhoe.

Riwayat kehamilan dan persalinan masa lalu, ibu mengatakan ini


kehamilan yang ke 4, pernah melahirkan 3 kali dan tidak pernah
keguguran, Riwayat laktasi ASI eksklusif 6 bulan

Riwayat kehamilan sekarang, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)


tanggal 15 Mie 2020, tafsiran persalinan 22 Februari 2021, umur
kehamilan saat ini 36 minggu 6 hari. Pada trimester ketiga ini ibu
melakukan ANC sebanyak 2 kali pemeriksaan dan ibu mengatakan tidak
ada keluhan, ibu mendapat penyuluhan tentang, gizi seimbang, tanda
bahaya kehamilan, persiapan persalinan, tanda-tanda persalinan dan
istirahat yang cukup dari bidan. Pergerakan janin pertama kali umur ±16
minggu, pergerakan janin lebih dari 10 kali dalam 24 jam. Ibu udah
melakukan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Imunisasi TT I pada tanggal
10 November 2020, TT II pada tanggal 10 Desember 2020

Riwayat KB yaitu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. Ibu


tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik seperti penyakit jantung,
ginjal, asma, hepatitis, diabetes mellitus, dan epilepsi. riwayat operasi
tidak ada. Riwayat penyakit keturunan tidak ada seperti diabetes melitus,
3

epilepsi, asma, hemofilia, dan kelainan jiwa, dan keturunan kembar tidak
ada.

Kebiasaan sehari-hari yaitu diet/makan sehari 3 kali dengan menu


nasi, lauk, pauk, bauh dan sayur. Perubahan makan yang dialami selama
hamil yaitu tidak ada perubahan. Istirahat selama 8 jam dalam 24 jam.
Mandi 2 kali dalam sehari. Pekerjaan ibu memasak dan mencuci.
Merokok tidak pernah. Ganti celana dalam sehari 2-3 kali/hari.
Memelihara binatang tidak pernah. Kebiasaan eliminasi BAB 1 kali
dalam sehari, BAK ±8 kali dalam sehari.

Dari pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum ibu baik,


kesadaran composmentis. Tinggi badan 158 cm, berat badan 51 kg.
Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, pernafasan
24x/menit, suhu 36,6 0C, nadi 87x/menit. Berat badan sebelum hamil 40
kg. LILA 24,5 cm.

Dari hasil pemeriksaan khusus didapatkan inspeksi pada kepala


rambut distribusi lebat merata, warna hitam, hygiene bersih. Muka tidak
ada chloasma gravidarum, oedema tidak ada. Kelopak mata tidak oedema,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Hidung septum berada
ditengah, tidak ada polip. Telinga simetris, tidak ada serumen. Bibir tidak
sianosis, lidah bersih. Gigi caries tidak ada, hygiene bersih. Kelenjar
tyroid pada leher tidak ada pembengkakan, tumor tidak ada, kelenjar
getah bening tidak ada pembengkakan.

Pada dada dan axila mamae pembesaran mamae ada, simetris


kanan dan kiri, benjolan/tumor tidak ada, puting susu menonjol, areola
susu hyperpigmentasi, kolostrum tidak ada, axila pembengkakan kelenjar
limfe axiler tidak ada, dan tidak ada nyeri tekan, posisi tulang belakang
lordosis fisiologis, nyeri pinggang tidak ada. Pada abdomen pembesaran
4

ada, arah memanjang, linea nigra, striae tidak ada, jaringan parut / post
operasi tidak ada.

Pemeriksaan pada anogenital kebersihan ya, oedema tidak ada,


varises tidak ada, pengeluaran pervaginam tidak ada, pembengkakan
kelenjar bartholini tidak ada, rasa nyeri tidak ada, haemoroid tidak ada,
luka parut pada perineum tidak ada. Pada ekstremitas varises tidak ada,
kemerahan tidak ada, kekuatan sendi normal, oedema pada tangan dan
jari tidak ada, oedema pada 2 tungkai tidak ada, bentuk bagian atas /
lengan simetris, bentuk bagian bawah / kaki simetris.

Palpasi : Leopold I : Dibagian fundus perut ibu teraba bulat lunak,


tidak melenting, Leopold II : Dibagian kiri perut ibu teraba tahanan
memanjang, dan dibagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin,
Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, melenting dan
bagian terendah belum masuk PAP, Leopold IV : Tidak dilakuka. TFU
31cm, TBBJ (31-13) x 155 = 2.790 gram. Auskultasi DJJ (+) positif,
tempat terdengar jelas pada satu tempat yaitu punctum maksimum di 2
jari di bawah pusat sebelah kiri perut ibu, frekuensi 147x/menit, teratur.
Perkusi refleks patella kanan dan kiri (+) positif. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium Haemoglobin 11,9 gr/dl %, protein urine negatif (-), reduksi
urin negatif (-).

Dari hasil pemeriksaan diatas didapatkan diagnosa Ny. H umur 39


tahun G4P3A0 usia kehamilan 36 minggu 6 hari. Janin tunggal hidup
presentasi kepala.

Asuhan yang diberikan yaitu Memberikan informed consent


kepada ibu untuk persetujuan pemeriksaan Memberitahukan hasil
pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik, TD: 110/70
mmHg, S: 36,6 ⸰C, R: 24x/menit, N: 87x/menit, TFU: 31 cm, DJJ:
5

147x/menit (teratur) usia kehamilan 36 minggu 6 hari, janin tunggal


hidup presentasi kepala, pemeriksaan laboratorium Hb: 11,9 g/dL, protein
urien (-) negatif, reduksi (-) negatif.
Memberikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan di Trimester III
yaitu menganjurkan ibu konsumsi Gizi seimbang : Karbohidrat (nasi,
jagung, kentang), protein (ikan, telur, tempe, tahu), vitamin (buah dan
sayur), mineral (air putih dan susu). Memberitahukan ibu tanda bahaya
pada kehamilan : Mual muntah secara terus menerus, demam tinggi
pergerakan janin berkurang, bagian tubuh membengkak, terjadi
perdarahan dari jalan lahir, ketuban pecah dini sebelum waktunya dan
menganjurkan ibu untuk segera datang ke tenaga kesehatan apa bila
tanda-tanda tersebut terjadi pada ibu. Memberitahukan persiapan
persalinan : Identitas ibu, kartu asuransi, perlengkapan ibu dan bayi,
pendamping, kendaraan, dana. Tanda-tanda persalinan : Keluar lendir
darah, mulas secara teratur dalam 10 menit sekali, keluar air-air atau
ketuban pecah. Istirahat yang cukup : Tidur diawal waktu dibawah jam 10
malam tidur kurang lebih 8 jam dalam sehari. Memberikan therapy obat
tablet Fe 1x1 dengan dosis 60mg.
Menganjurkan ibu kunjungan ulang rutin atau segera jika ada
keluhan Melakukan Pendokumentasian.
Evaluasi yang didapatkan yaitu Ibu mengerti dengan apa yang
telah dijelaskan oleh bidan dan ibu bersedia melakukan anjuran dari
bidan.

2. Kunjungan kedua tanggal 04 Februari 2021 pukul 10.50 WIB

Ny. H datang ke PMB Mumn M S.ST.SKM mengatakan ingin


kunjungan ulang tidak ada keluhan, ibu mengatakan ini hamil ke 4,
pernah melahirkan 3 kali, tidak pernah keguguran. Ibu mengatakan sangat
senang terhadap kehamilannya saat ini . Dari pemeriksaan umum
6

didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. Tanda-


tanda vital yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, pernapasan 24x/menit,
suhu 36,7˚C, nadi 87 x/menit.

Dari hasil pemeriksaan khusus didapatkan inspeksi pada kepala


rambut distribusi merata, warna hitam hygiene bersih, muka tidak ada
chloasma gravidarum, oedema tidak ada, mata : kelopak mata tidak
oedema, konjungtiva tidak anemis dan skleranya tidak ikterik, hidung
septum berada ditengah, telinga simetris kiri dan kanan, mulut : bibir
tidak sianosis, lidah bersih, gigi caries tidak ada, hygine bersih, kelenjar
tyroid tidak ada pembengkakan, tumor tidak ada, kejenjar getah bening
tidak ada pembengkakan.

Pada dada dan axila mamae pembesaran mamae ada, simetris


kanan dan kiri, benjolan/tumor tidak ada, puting susu menonjol, areola
susu hyperpigmentasi, kolostrum tidak ada, axila pembengkakan kelenjar
limfe axiler tidak ada, dan tidak ada nyeri tekan, posisi tulang belakang
lordosis fisiologis, nyeri pinggang tidak ada. Pada abdomen pembesaran
ada, arah memanjang, linea nigra, striae tidak ada, jaringan parut / post
operasi tidak ada.

Pemeriksaan abdomen, ada pembesaran, arah memanjang, linea


nigra, tidak ada striae, dan tidak ada jaringan parut, TFU 33 cm,
pemeriksaan palpasi Leopold I : difundus ibu teraba bulat, lunak, tidak
melenting, Leopold II : disebelah kiri perut ibu teraba tahanan
memanjang, disebelah kanan perut ibu teraba bagian keci-kecill janin,
Leopold III : dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, melenting dan
belum masuk PAP, Leopold IV : tidak dilakukan TBBJ = ( 33-13) x 155 =
3.100 gram. DJJ = 148 kali/menit. Auskultasi DJJ (+) positif, tempat
terdengar jelas pada satu tempat yaitu punctum maksimum di 2 jari di
7

bawah pusat sebelah kiri perut ibu, frekuensi 147x/menit, teratur. Perkusi
refleks patella kanan dan kiri (+) positif.

Pemeriksaan pada anogenital kebersihan ya, oedema tidak ada,


varises tidak ada, pengeluaran pervaginam tidak ada, pembengkakan
kelenjar bartholini tidak ada, rasa nyeri tidak ada, haemoroid tidak ada,
luka parut pada perineum tidak ada. Pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan lain-lain tidak dilakukan.

Dari hasil pemeriksaan dapat ditegakan diagnosa yaitu Ny. H


umur 39 tahun yaitu hamil 37 minggu 6 hari. Pada didapatkan diagnose
Janin tunggal hidup presentasi kepala.

Sesuai dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, maka asuhan yang


diberikan yaitu : Memberikan informed consent kepada ibu untuk
persetujuan pemeriksaan Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu
dan janin dalam keadaan baik, TD: 110/70 mmHg, S: 36,7 ⸰C, R:
24x/menit, N: 87x/menit, TFU: 33 cm, DJJ: 147x/menit.
Memberikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan di Trimester III
yaitu menganjurkan ibu konsumsi Gizi seimbang : Karbohidrat (nasi,
jagung, kentang), protein (ikan, telur, tempe, tahu), vitamin (buah dan
sayur), mineral (air putih dan susu). Memberitahukan ibu tanda bahaya
pada kehamilan : Mual muntah secara terus menerus, demam tinggi
pergerakan janin berkurang, bagian tubuh membengkak, terjadi
perdarahan dari jalan lahir, ketuban pecah dini sebelum waktunya dan
menganjurkan ibu untuk segera datang ke tenaga kesehatan apa bila
tanda-tanda tersebut terjadi pada ibu. Memberitahukan persiapan
persalinan : Identitas ibu, kartu asuransi, perlengkapan ibu dan bayi,
pendamping, kendaraan, dana. Tanda-tanda persalinan : Keluar lendir
darah, mulas secara teratur dalam 10 menit sekali, keluar air-air atau
8

ketuban pecah. Istirahat yang cukup : Tidur diawal waktu dibawah jam 10
malam tidur kurang lebih 8 jam dalam sehari. Memberikan therapy obat
tablet Fe 1x1 dengan dosis 60mg.
Menganjurkan ibu kunjungan ulang rutin atau segera jika ada
keluhan Melakukan Pendokumentasian dengan SOAP.

B. Persalinan (Intranatal Care)


1. Persalinan pada kala I fase aktif pada tanggal 15 Februari 2021 pukul
02.00 WIB)

Pada hari Senin tanggal 15 Februari 2021 pukul 02.00 WIB, Ny. H usia
39 tahun datang ke PMB Mumun M S.ST.SKM diantar oleh suami dengan
keluhan mules-mules sejak pukul 21.00 WIB keluar lendir darah sejak pukul
01.00 WIB dan belum keluar air-air. Ibu mengatakan HPHT tanggal 15 Mei
2020 dengan tafsiran persalinan tanggal 22 Februari 2021, ibu mengatakan ini
hamil anak ke 4 pernah melahirkan 3 kali tidak pernah keguguran. Ibu
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sedang diderita, dan tidak
memiliki riwayat oprasi.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran


composmentis, tekanan darah 120/80 mmhg, nadi 84 kali/menit, pernafasan
24 kali/menit, suhu 36,5˚C, berat badan 53 kg, berat badan sebelum hamil 40
kg, LILA 25 cm.

Dari hasil pemeriksaan khusus didapatkan inspeksi pada kepala


rambut distribusi merata, warna hitam, hygiene bersih. Muka tidak ada
cloasma gravidarum, oedema tidak ada. Kelopak mata tidak oedema,
konjungtiva merah muda, sklera putih. Hidung bersih, septum ditengah, tidak
ada polip. Telinga simetris, bersih, tidak ada serumen. Bibir merah muda,
lidah bersih. Gigi caries tidak ada, hygiene bersih.
9

Kelenjar tyroid pada leher tidak ada pembengkakan, tumor tidak ada,
kelenjar getah bening tidak ada pembengkakan. Pada dada dan axila
pembesaran mamae ada, simetris, benjolan/tumor tidak ada, puting susu
menonjol, areola susu hiperpigmentasi, kolostrum tidak ada. Pembengkakan
kelenjar getah bening pada axila tidak ada, nyeri tidak ada, posisi tulang
belakang lordosi fisiologis, nyeri pinggang tidak ada.

Pada abdomen pembesaran sesuai umur kehamilan, arah memanjang,


linea nigra, striae tidak ada, jaringan parut/post operasi tidak ada. Pada
anogenital tampak bersih, oedema tidak ada, varises tidak ada, tidak ada
pengeluaran pervaginam, pembengkakan kelenjar bartolini tidak ada, rasa
nyeri tidak ada, haemoroid tidak ada, luka parut pada perineum tidak ada.

Pada ekstremitas varises tidak ada, kemerahan tidak ada, kekuatan


sendi normal, oedema pada tangan dan jari tidak ada, odema pada 2 tungkai
tidak ada, bentuk bagian atas / lengan simetris, bentuk bagian bawah / kaki
simetris.

His 3 kali dalam 10 menit lamanya 25 detik. Palpasi Leopold I pada


bagian fundus ibu teraba bulat, lunak, dan tidak melenting. Leopold II pada
bagian kanan perut ibu teraba tahanan memanjang seperti papan, pada bagian
kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin. Leopold III pada bagian bawah
perut ibu teraba bagian bulat, keras, melenting dan tidak dapat digoyangkan
bagian terendah janin sudah masuk PAP. Leopold IV Divergen 3/5. TFU 33
cm, ( 33 – 12 ) X 155 = 3.255 gram. Auskultasi DJJ positif, frekuensi 148
x/menit, teratur.

Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi inpartu, pukul 02.10 WIB


oleh bidan. Dinding vagina tidak ada kelainan, portio teraba, konsistensi tipis
lunak, pembukaan serviks 4 cm, ketuban positif, presentasi fetus kepala,
10

posisi ubun-ubun kecil kanan depan , penurunan bagian terendah di Hoodge


II.

Perkusi reflex patela kanan dan kiri positif. Pemeriksaan laboratorium


sudah dilakukan pada kunjungan sebelumnya.

Dari hasil pemeriksaan diatas didapatkan diagnose Ny. H umur 39


tahun G4P3A0 usia kehamilan 39 minggu hari inpartu kala 1 fase aktif. Janin
tunggal hidup presentasi kepala. Masalah pada ibu tidak ada.

Asuhan yang dibderikan yaitu melakukan informed conset atas


tindakan yang dilakukan yakni pertolongan persalinan. Memberitahukan hasi
pemeriksaan, bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik, TD: 120/80mmHg, S:
36,5 ºC, R: 24x/menit, N: 84x/menit, dan saat ini ibu sedang dalam proses
persalinan pembukaan 4 cm. Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping
persalinan sesuai dengan keinginan dan pilihan ibu. Memberikan ibu suport
mental yakinkan ibu bahwa ibu bisa melewati proses persalinan dengan lancar
dan selamat. Memberikan ibu nutrisi disela-sela his bisa dengan roti dan teh
manis agar ibu memiliki tenaga saat meneran. Menganjurkan ibu untuk
rileksasi yaitu tarik nafas dari hidung keluar lewat mulut. Mengajarkan ibu
tehnik meneran yaitu gigi bertemu gigi, mata melihat keperut, kedua tangan
dilipatan paha meneran tanpa mengeluarkan suara. Menganjurkan ibu untuk
tidak menahan BAB dan BAK. Memantau DJJ disela-sela his setiap 30 menit
sekali. Menyiapakan partus set, hactinh set, resus set, obat-obatan dan
perlengkapan ibu dan bayi. Memantau kemajuan persalinan dengan partograf.

Evaluasi yang didapatkan yaitu ibu sudah mengerti apa yang


dijelaskan oleh bidan dan mau melakukan anjuran bidan.
11

2. Kala II (Tanggal 15 Januari 2021 pukul 07.00 WIB)

Pada pukul 07.00 WIB Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan
kuat, dan ada dorongan ingin meneran.

Dari pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum ibu baik,


kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 84 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu 36,5˚C, his 5 kali
dalam 10 menit lamanya 45 detik, DJJ 148 kali/menit, kandung kemih
kosong.

Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi kemajuan persalinan


pukul 07.00 WIB oleh bidan. Dinding vagina tidak ada kelainan, portio
sudah tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban utuh (+), presentasi
fetus belakang kepala, posisi ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan
hodge IV, molase tidak ada.

Dari hasil pemeriksaan maka dapat ditegakan diagnose Ny. H usia 39


tahun G4P3A0 hamil 39 minggu inpartu kala II. Diagnosa janin tunggal hidup
presentasi kepala.

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu Memberikan informed consent


kepada ibu. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan
ibu dan janin dalam keadaan baik, hasil pemeriksaan ibu sudah pembukaan
lengkap yaitu 10 cm, ibu boleh meneran saat ada his atau kontraksi.
Memberikan ibu support mental, agar ibu tidak cemas saat proses persalinan.
Menghadirkan pendamping persalinan pilihan ibu. Menganjurkan ibu untuk
memilih posisi senyaman mungkin. Menganjurkan ibu untuk rileksasi disela
selsa his dengan cara tarik nafas lewat hidung buang lewat mulut.
Mengajarkan ibu tehnik meneran yang baik dan benar yaitu kepala sedikit
diangkat mata melihat kearah perut gigi bertemu gigi, tangan dilipatan paha
12

meneran tanpa bersuara. Mendekatkan alat partus set, hacting set, resus set,
obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi. Memimpin dan menolong
persalinan dengan asuhan persalinan normal (APN). Melakukan inisisasi
menyusu dini (IMD). Menilai bayi baru lahir dan melakukan
pendokumentasian.

Evaluasi tanggal 15 Februari 2021, Pukul 07.25 WIB bayi lahir


spontan, bugar jenis kelamin Laki-laki, berat badan 3.300 gram, panjang
badan 49 cm.

3. Persalinan pada kala III Tanggal 15 Februari 2021 Pukul 07.25 WIB

Pukul 07.25 WIB ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan
ibu mengatakan masih merasa mulas.

Didapatkan data objektif keadaan umum baik, kesadaran


composmentis, tanda-tanda vital : TD : 110/70mmHg, S : 36,5ºC, N :
84x/menit, R : 23x/menit. TFU sepusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong, pengeluaran darah ±30 cc, tali pusat Nampak didepan vulva.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan diagnosa


Ny. H usia 39 tahun P3A0 partus kala III.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah memberikan informed


consent kepada ibu. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
dan bayinya dalam keadaan baik. Memastikan tidak ada janin kedua.
Melakukan MAK III yaitu menyuntikan oxsytosin 10 IU secara IM kepada
ibu, melakukan PTT dan lihat tanda-tanda pelepasan plasenta, lalu lahirkan
plasenta secara dorso kranial sampai plasenta lahir lengkap, lakukan masase
fundus uteri searah jarum jam selama 15 detik. Melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta, robekan jalan lahir dan jumlah perdarahan.
13

Melakukan pendokumentasian. Melanjutkan pemantauan kala IV selama 2


jam.

Evaluasi yang didapatkan yaitu pukul 07.35 WIB, Plasenta lahir


spontan lengkap, selaput plasenta utuh, kotiledon lengkap, diameter plasenta
20 cm, tebal plasenta 3 cm, insersi sentralis, panjang tali pusat ±50 cm, berat
plasenta ±500 gram.

4. Persalinan pada kala IV Tanggal 15 Februari 2021 Pukul 07.35 WIB

Pada pukul 07.35 WIB ibu mengatakan senang atas kelahiran bayi
dan plasentanya, ibu mengatakan masi merasa mulas dan lemas.

Hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran compos


mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, respirasi 23
kali/menit, suhu 36,5˚C, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong, pengeluaran darah ± 60 cc.

Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa Ny. H usia 20


tahun P4A0 partus kala IV.

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu Memberikan informed consend


kepada ibu. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa. Melakukan
pengecekan laserasi tidak ada laserasi. Memberikan rasa aman dan nyaman
kepada ibu. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu. Menganjurkan
ibu untuk istirahat. Melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam setiap 15
menit sekali dija pertama setiap 30 menit sekali dijam kedua. Melakukan
pendokumentasian.

Evaluasi : Keadaan ibu baik dilakukan pemantauan selama 2 jam


TTV: TD: 100/70mmHg S: 36,5ºC, N: 83x/m, R: 23x/m TFU: 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik , kandung kemih kosong, perdarahan ±135 cc
14

C. Masa Nifas (Postnatal)


1. Nifas 6 Jam tanggal 15-02-2021 pukul 13.00 WIB

Ny. H berumur 39 tahun, agama Islam, suku Sunda, kebangsaan


Indonesia, pendidikan SD, pekerjaan seorang IRT, telah menikah dengan Tn.
A umur 45 tahun, agama Islam, suku Sunda, kebangsaan Indonesia,
pendidikan SD, bekerja sebagai Wiraswasta, Alamat Kp. Cipacung
Pandeglang.

Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 15-02-2021 pada pukul 13.00


WIB. Ibu mengatakan masih merasa lemas dan merasa senang atas kelahiran
bayinya. Riwayat persalinan spontan, indikasi inpartu, tanggal 15-02-2021
pukul 07.25 WIB, jenis kelamin anak yang dilahirkan laki-laki, berat badan
3.300 gram, PB 49 cm, keadaan umum Bayi Baru lahir (BBL) hidup, proses
persalinan ketuban pecah puku 07.00 WIB spontan, lamanya kala I 5 jam
tidak ada penyulit, lamanya kala II 1 jam 25 menit tidak ada penyulit,
lamanya kala III 10 menit tidak ada penyulit, plasenta lahir lengkap,
perineum tidak ada laserasi.

Jumlah perdarahan kala I tidak ada, kala II ±60 cc, kala III 30 cc,
kala IV ±135 cc, total ±225 cc. penyulit komplikasi tekanan darah tinggi
tidak ada, kejang tidak ada, infeksi tidak ada lain-lain tidak ada. BAK 2
kali/hari , BAB tidak.

Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda


vital : TD 120/80 mmHg, S :36,5◦c, Nadi 83 x/menit, R :23 x/menit.

Dari hasil pemeriksaan khusus didapatkan inspeksi pada kepala,


rambut distribusi merata, warna hitam, hygine bersih, muka tidak ada
cloasma gravidarum, odema tidak ada, mata kelopak mata tidak oedema,
kelenjar getah bening tidak ada pembengkakan. Pada dada dan axila mamae
15

pembesaran ada, simetris kiri dan kanan, benjolan/ tumor tidak ada, putting
susu menonjol, areola susu hyperpigmentasi, kolostrum ada, axila
pembengkakan kelenjar limfe axilier tidak ada, dan tidak ada nyeri saat
ditekan, posisi tulang belakang fisiologis, pinggang nyeri tidak.

Pada abdomen pembesaran tidak ada, linea nigra, striae ada, jaringan
parut/post oprasi tidak ada. Uterus tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik. Anogenitalia pengeluaran lochea warna merah,
konsistensi cair, jumlah ±40 cc, tidak terdapat laserasi, kandung kemih
kosong, haemorhoid tidak ada. Ekstremitas tidak ada varises, kemerahan
tidak ada, kekuatan sendi normal, oedem pada tangan dan jari tidak ada,
oedem pada 2 tungkai tidak ada, bentuk bagian atas/lengan simetris, bentuk
bagian bawah/kaki simetris. Reflex patella kanan dan kiri positif (+). Data
penunjang pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain-lain tidak
dilakukan.

Dari hasil pemeriksaan diatas didapatkan diagnosa Ny. H umur 39


tahun P4A0 post partum 6 jam.

Asuhan yang diberikan yaitu Berikan informed consent atas tindakan


yang dilakukan, dan ibu menyetujui informed consent. Memberitahukan
hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, TD: 120/80mmHg, S:
36,5ºC, R: 23x/m, N: 83x/m. Menganjurkan ibu konsumsi makanan bergizi
seimbang : karbohidrat (nasi, jagung, kentang), protein (ikan, telur, tempe,
tahu), vitamin (sayur dan buah). Menganjurkan ibu memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun
kepada bayinya. Mengajarkan ibu cara menyususi yang baik dan benar yaitu
seluruh puting ada ditengah mulut bayi pastikan bayi menghisap tanpa
bersuara karena bisa menyebabkan puting ibu lecet. Menganjurkan untuk
menjaga personal hygiene dengan sering mengganti pembalut maksimal 4
16

jam sekali dan anjurkan ibu cebok dengan bersih. Menjelaskan tanda bahaya
nifas : Demam tinggi, payudara bengkak dan merah, sakit kepala berat,
lochea berbau, keluar nanah dari jalan lahir. Menganjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup jika bayi tidur ibu ikut tidur namun tidak terlalu
mengikuti jadwal tidur bayi. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
tali pusat dengan tidak membubuhi dengan apapun hanya dengan kasa
kering. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan atau
indikasi tanda bahaya nifas. Melakukan pendokumentasian.

Evaluasi yang didapat yaitu keadaan ibu baik, kontraksi uterus baik,
TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, tidak ada perdarahan.
Obat telah diberikan. Ibu mengerti dan memahami dengan apa yang telah
disampaikan bidan. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.

2. Nifas 6 Hari tanggal 21-02-2021 pukul 16.30 WIB

Kunjungan rumah pertama pada hari ke-6 nifas yaitu pada tanggal 21
Februari 2021 pukul 16.30 WIB, ibu mengatakan masih keluar flek-flek ibu
mengatakan tidak ada keluhan ibu mengatakan melahirkan anak ke 4 pada
tanggal 15 Februari 2021. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data objektif
yaitu keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran compos
mentis. Tanda-tanda vital yaitu TD : 110/70 mmHg, N : 84 kali/menit, R : 22
kali/menit, S : 36,5 ˚C. Mata kelopak mata tidak odema, konjungtiva tidak
pucat, sklera tidak ikterik, pengeluaran ASI lancar, kontraksi keras, TFU
pertengahan pusat dan sympisis, kandung kemih kosong. Anogenital bersih,
lochea berwarna merah kecoklatan (sanguinolenta) ±6 cc.

Berdasarkan hasil pemeriksaan maka didapat diagnosa Ny. H usia 39


tahun P4A0 post partum 6 hari.
17

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu Memberrikan informed consent


atas tindakan yang dilakukan dan ibu menyetujui informed consent.
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan
ibu baik. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat yang cukup. Menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yaitu perbanyak
konsumsi makanan yang mengandung banyak protein seperti telur, ikan,
tempe, tahu, sayuran hijau untuk memperbanyak produksi ASI. Menjelaskan
tentang tanda bahaya pada masa nifas yaitu seperti demam tinggi, pengeluaran
cairan yang berbau dari vagina, jika ada salah satu tanda tersebut segera
datang ke tenaga kesehatan terdekat. Memberitahu pada ibu bahwa akan ada
kunjungan ulang 2 minggu post partum pada tanggal 08-01-2020, dan ibu
menyetujuinya, melakukan pendokumentasian.

3. Nifas 2 Minggu tanggal 01-03-2021 pukul 10.00 WIB

Pada tanggal 01 Maret 2021 pukul 10.00 WIB dilakukan kunjungan


nifas minggu ke-2 didapatkan data subjektif ibu mengatakan tidak ada
keluhan.

Didapatkan data objektif yaitu keadaan umum baik, keadaan emosional


stabil, kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital yaitu TD : 110/70 mmHg,
N : 84 kali/menit, R : 23 kali/menit, S : 36,5˚C. Mata kelopak mata tidak
odema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, payudara tidak ada
benjolan, tidak ada bendungan ASI dan pengeluaran ASI lancar. Abdomen
TFU tidak teraba, kandung kemih kosong. Anogenital lochea berwarna kuning
kecoklatan (serosa) jumlah ± 2cc, tidak ada laserasi.

Berdasarkan hasil pem eriksaan maka didapat diagnosa : Ny. H usia 39


tahun P4A0 post partum 2 minggu.
18

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu Memberrikan informed


consent atas tindakan yang dilakukan dan ibu menyetujui informed
consent. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa keadaan ibu baik. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat yang
cukup. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang yaitu perbanyak konsumsi makanan yang mengandung
banyak protein seperti telur, ikan, tempe, tahu, sayuran hijau untuk
memperbanyak produksi ASI. Menjelaskan tentang tanda bahaya pada
masa nifas yaitu seperti demam tinggi, pengeluaran cairan yang berbau
dari vagina, jika ada salah satu tanda tersebut segera datang ke tenaga
kesehatan terdekat. Memberikan KIE tentang alat kontrasepsi yang
cocok ibu menyusui yaitu menggunakan kondom, metode amenorea
laktasi, senggama terputus, suntik 3 bulan, IUD, implant, dan ibu mau
memilih alat kontrasepsi kb suntik 3 bulan yang tidak menghambat
produksi asi. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 6 minggu
setelah melahirkan atau segera jika ada keluhan pada ibu dan bayinya.
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

4. Nifas 6 Minggu tanggal 29-03-2021 pukul 10.00 WIB

Pada kunjungan nifas ke-6 minggu tanggal 29 Maret 2021 pukul 15.30
WIB didapatkan data subjektif ibu tidak ada keluhan.

Didapatkan data objektif yaitu keadaan umum baik, keadaan


emosional stabil, kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital yaitu Tekanan
Darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu 36,0
˚C. Mata kelopak mata tidak odema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik. Payudara mamae tidak ada benjolan, tidak ada bendungan ASI,
pengeluaran ASI lancar. Anogenital vulva bersih,post heacting
kering,perdarahan tidak ada.
19

Berdasarkan hasil pemeriksaan maka didapat diagnosa : Ny. H usia 39


tahun P4A0 post partum 6 minggu.

Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri seperti


kebersihan rambut, kuku, mulut, payudara, dan vagina dengan mandi
minimal 2 kali sehari dan menganti celana dalam jika merasa lembab.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dengan menyesuaikan jam
istirahat bayi. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat seperti
nasi, kentang gandum, protein seperti ikan, telur dan daging, vitamin seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran, kalsium seperti susu dan ikan, dan mineral
sepeti air putih dengan kebutuhan cairan yaitu 2 liter/hari. Memastikan ibu
sudah memilih alat kontrasepsi dan ibu sudah menggunakan alat kontrasepsi
yaitu kb suntik 3 bulan. Melakukan pendokumentasian.

D. Bayi Baru Lahir (Neonatus)


1. Neonatus 1 jam pada tanggal 15-02-2021

By. Ny. H lahir pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 08.25 WIB, jenis
kelamin Laki-laki, berat badan 3.300 gram, panjang badan 49 cm. Riwayat
persalinan sekarang jenis persalinan spontan, ditolong oleh bidan, lama
persalinan kala I 5 jam , kala II 25 menit, kala III lamanya 10 menit. Ketuban
pecah spontan, warna jernih, tidak bau, komplikasi persalinan ibu dan bayi
tidak ada, keadaan bayi baru lahir hidup (menangis kuat, tonus otot aktif,
warna kulit kemerahan).

Pemeriksaan umum : keadaan umum baik, tanda-tanda vital : Suhu


36,6˚C, pernafasan 37 kali/menit, frekuensi jantung 137 kali/menit teratur, BB
bayi saat lahir 3.300 gram, BB bayi sekarang : 3.300 gram, PB bayi saat lahir
49 cm, PB bayi sekarang 49 cm.
20

Melakukan pemeriksaan secara sistemik, kepala tidak ada caput


succedaneum, tidak ada chepal hematom, tidak ada kelainan bawaan, ubun-
ubun datar tidak ada kelainan, Ukur lingkar kepala FO: 33 cm, SOB: 32 cm
MO: 35 cm. Telinga simetris, letak daun telinga normal. Mata simetris,
kebersihan bersih. Hidung septum ditengah, telinga simetris kiri dan kanan,
pernapasan cuping hidung tidak ada. Mulut tidak sianosis, tidak ada
hipersalivasi, tidak ada labioschiziz. Refleks Rooting (+), Refleks Sucking (+)
Refleks Swallowing (+). Leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,
Refleks tinik neck (+).

Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi iga, lingkar dada 32
cm. Bahu dan lengan atas ukuran dan bentuk normal, simetris kiri dan kanan,
gerakan normal. Kelengkapan jari lengkap, reflek moro (+), refleks grasphing
(+), lingkar lengan 11 cm. Abdomen simetris , tidak cekung / kembung,
penonjolan tali pusat tidak ada perdarahan tali pusat tidak ada.

Genetalia testis sudah turun kedalam skrotum, penis berlubang, letak


lubang normal, tidak ada kelainan bawaan. Miksi dan meconeum sudah ada
pada tanggal 15 Februari 2021, pukul 07.40 WIB. Data penunjang tidak
dilakukan.

Tungkai dan kaki ukuran dan bentuk normal. Simetris kiri dan kanan,
gerakan normal. Kelengkapan jari lengkap. Refleks babynski (+).

Punggung tiadak ada spina bifida, Anus ada. Refleks Tonic Neck (+).
Warna kulit tidak sianosis. Data penunjang tidak dilakukan.

Maka didapat diagnosa yaitu Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa


Kehamilan Usia 1 Jam.

Asuhan yang diberikan yaitu memberikan Informed consent atas


tindakan yang akan dilakukan oleh bidan. Memberitahu hasil pemeriksaan
21

bahwa bayi ibu dalam keadaan sehat Suhu 36,6 ◦c, pernapasan 37 x/menit
teratur, HR 137 x/menit teratur, BB 3.300 gram, PB saat lahir 49 cm.

Memberitahukan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin dengan


tidak dijadwal jika bayi tidur lebih dari 2 jam bangunkan bayi untuk
memberikan ASI. Memberitahukan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya
dengan memakaikan pakaian hangat, menjauhkan dari AC dan kipas angin
dan dijemur saat pagi hari. Memberitahukan tanda bahaya pada bayi baru lahir
: tidak mau menyusu, demam disertai kejang, tidur seharian tanpa jeda,
bernafas cepat, menangis merintih, keluar cairan seperti darah atau nanah dari
mata, suhu tubuh dingin. Mmberitahukan perawatan tali pusat cukup
menggunakan kasa kering tidak dibubuhi dengan apapun. Melakukan
penyuntikan vit.k 1 mg secara IM. Melakukan penyuntikan HB.0 0,5 mg
secara IM, 1j am setelah pemberian vit.k Memberikan salep mata tetrasiklin
1%. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan pada bayinya.
Melakukan pendokumentasian.

Evaluasi : Keadaan bayi baik, tidak ada perdarahan tali pusat, salep
mata dan vit K sudah diberikan, bayi belum mendapatkan ASI. Ibu mengerti
dan memahami dengan apa yang telah disampaikan bidan dan ibu bersedia
melakukannya. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.

2. Neonatus 6 hari pada tanggal 21-02-2021

Tanggal 21 Februari 2021 pukul 16.30 WIB dilakukan kunjungan


rumah pertama. Ibu mengatakan keadaan bayinya baik, dan tali pusat sudah
puput di hari kelima. Dilakukan pemeriksaan pada bayi yaitu : Keadaan
umum baik, suhu : 36,6˚C, pernafasan : 38 kali/menit, denyut jantung : 137
kali/menit, BB : 3500 gram, PB : 49 cm, LK : 34 cm, LD : 33 cm, Kepala
tidak ada caput succedaneum dan tidak ada chepal hematoma. Muka tidak
sianosi dan tidak pucat. Mata tidak ada infeksi, konjungtiva tidak anemis,
22

sklera tidak ikterik. Dada simetris, tidak ada retraksi iga. Abdomen terlihat
sedikit cembung, tali pusat sudah puput, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan disekitar tali pusat. Anogenital normal dan bersih.

Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan diagnosa: By.Ny.H


neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari.

Adapun asuhan yang diberikan pada bayi adalah : Memberikan


informed consent kepada ibu untuk pemeriksaan. Memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu, HR: 137x/m, R: 38x/m, S: 36,6ºC,
Memberitahukan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin dengan tidak
dijadwal jika bayi tidur lebih dari 2 jam bangunkan bayi untuk memberikan
ASI. Memberitahukan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya dengan
memakaikan pakaian hangat, menjauhkan dari AC dan kipas angin dan
dijemur saat pagi hari. Memberitahukan tanda bahaya pada bayi baru lahir :
tidak mau menyusu, demam disertai kejang, tidur seharian tanpa jeda,
bernafas cepat, menangis merintih, keluar cairan seperti darah atau nanah
dari mata, suhu tubuh dingin. Menganjurkan ibu untuk datang ke tenaga
kesehatan terdekat jika ada keluhan atau indikasi tanda bahaya pada bayi.
Melakukan pendokumentasian.

3. Neonatus 2 minggu pada tanggal 01-03-2021

Tanggal 01 Maret 2021 pukul 10.00 WIB dilakukan kunjungan rumah


yang ke dua. Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan keadaan bayi saat ini
baik, Dilakukan pemeriksaan pada bayi yaitu : Keadaan umum baik, suhu :
36,7˚C, pernafasan: 36 kali/menit, denyut jantung: 137 kali/menit, BB :
3.800 gram, PB : 50 cm. Muka tidak sianosis dan tidak pucat. Mata tidak ada
infeksi, kelopak mata tidak odema, konjungtiva tidak anemis, seklera tidak
ikterik. Dada simetris, tidak ada retraksi iga.
23

Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan diagnosa : By.Ny.H


Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu.

Adapun asuhan yang diberikan pada bayi adalah : Memberikan


informed consent atas tindakan yang akan dilakukan, dan ibu sudah
menyetujuinya. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
kondisi bayi baik. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kehangatan
bayi agar tidak kedinginan. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap
memberikan ASI sesering mungkin. Menganjurkan kepada ibu untuk
menjemur bayinya pada pagi hari. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda
bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak mau menyusu, kesulitan bernafas,
tidur terus tanpa bangun untuk makan, warna kulit bayi biru, suhu tubuh bayi
terlalu dingin atau terlalu panas, suara tangisannya tidak seperti biasanya.
Jika ada salah satu tanda diatas ibu dianjurkan untuk segera datang ketenaga
kesehatan terdekat. Memberitahu ibu untuk tidak memberikan apapun pada
daerah pusar bayi. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayi nya.

4. Neonatus 6 minggu pada tanggal 29-03-2021

Tanggal 29 Maret 2021 pukul 15.30 WIB dilakukan kunjungan rumah


yang ke tiga. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayi nya sudah mendapatkan
imunisasi BCG dan Polio 1.

Dilakukan pemeriksaan pada bayi yaitu : Keadaan umum baik, suhu


: 36,7ºC, pernafasan : 36 kali/menit, denyut jantung : 137 kali/menit,BB :
4.900 gram, PB : 51 cm. Muka tidak sianosis dan tidak pucat. Mata tidak ada
infeksi, kelopak mata tidak odema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik. Dada simetris, tidak ada retraksi iga, Abdomen kembung, Anogenital
bersih.
24

Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan diagnosa : By. D usia 6


minggu.

Adapun asuhan yang diberikan pada bayi adalah : Berikan informed


consent atas tindakan yang akan dilakukan, dan ibu menyetujui informed
consent. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kondisi
bayinya sehat dan berat badannya bertambah. Menganjurkan kepada ibu
untuk tetap menjaga kehangatan bayi. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap
memberikan ASI pada bayinya setiap 2 jam sekali. Menganjurkan ibu untuk
membawa bayinya secara rutin ke Posyandu untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan bayinya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menghubungkan antara teori dan kasus dari hasil
studi kasus pada Ny. H G4P3A0 Usia Kehamilan 36 Minggu 6 hari. Mulai dari
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi baru lahir, dan Keluarga Berencana (KB). Di
PMB Mumun M S.ST.SKM di Kabupaten Pandeglang-Banten. Periode Januari 2021
sampai dengan Februari 2021.

A. Masa Kehamilan
Berdasarkan buku Kesehatan Ibu dan Anak yang ibu miliki, ibu
melakukan kunjungan sebanyak 7 kali selama hamil. 2 kali pada kehamilan
trimester pertama, 2 kali pada kehamilan trimester dua, 4 kali pada kehamilan
trimester tiga, yang menyatakan bahwa pemeriksaan antenatal yang lengkap
adalah minimal sebanyak 6 kali yaitu 2 kali pada trimester kesatu (0-12 minggu),
1 kali pada trimester kedua (>12minggu - 24 minggu), dan 3 kali pada trimester
ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran), dimana minimal 2 kali ibu hamil
harus kontak dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan 1 kali di trimester 3).
Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan jika ada
keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Hal ini sesuai dengan (Kemenkes
RI 2020).
Ibu rutin melakukan kunjungan ANC hampir setiap bulannya. Pada
trimester III penulis melakukan ANC pada ibu sebanyak 2 kali yang didampingi
oleh pembimbing. yang menyatakan bahwa setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya 3 kali kunjungan selama trimester III (minggu ke-24 sampai
persalinan). Hal ini sesuai dengan (Kemenkes RI, 2020).

1
2

1. Kunjungan pertama pada tanggal 28 Januari 2021 pukul 10.50 WIB

Pada kunjungan pertama di trimester III ini ibu mengatakan tidak ada
keluhan. Berdasarkan pengkajian data subjektif pada Ny. H mengatakan ini
perkawinan pertama, lama perkawinan 17 tahun, umur istri waktu kawin 22
tahun, dan umur suami waktu kawin 28, riwayat laktasi ASI eksklusif 6
bulan.. Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan HPHT tanggal 15 Mei 2020
bahwa salah satu tanda gejala kehamilan adalah Amenorea (terlambat datang
bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
de Graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Dengan mengetahui
hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat
ditentukan perkiraan persalinan. seperti teori yang disampaikan (Kumalasari,
2015).

Penghitungan Tafsiran Persalinan (TP) Ny. M dengan menggunakan


rumus Naegle yaitu dihitung dari tanggal haid terakhir hari +7, bulan +9
(untuk bulan januari sampai dengan maret) dan didapatkan TP 22 Desember
2019. Hal ini sesuai dengan teori Kumalasari (2015) yang menyatakan bahwa
untuk mengetahui tafsiran persalinan menggunakan Rumus Naegle.

Pada kehamilan trimester pertama ibu mengalami keluhan mual.


Dalam hal ini bidan telah memberikan konseling bahwa mual adalah hal yang
fisiologis dan ibu di anjurkan untuk makan sedikit tapi sering, makan biskuit
sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari, yang menyatakan bahwa mual
dan muntah pada ibu hamil disebabkan oleh pengaruh peningkatan hormon
progesteron dan hormon human chorionic gonadotropin (HCG) yang terjadi
selama kehamilan. Hormon ini menyebabkan kerja lambung dan usus menjadi
lambat sehingga makanan yang ada di lambung pun lambat dicerna. Selain itu,
hormon ini juga menyebabkan peningkatan asam lambung sehingga ibu
menjadi mual. Asam lambung akan meningkat di malam hari ketika lambung
3

kosong sehingga di pagi hari timbul rasa mual, bahkan sampai muntah. Hal ini
sesuai dengan teori Astuti (2017).

Pada kehamilan ini Ny. H merasakan gerakan janin pada umur 16


minggu. bahwa gerakan janin dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan
16-20 minggu karena di usia tersebut dinding uterus mulai menipis dan
gerakan janin menjadi lebih kuat frekuensi normal gerakan janin ≥10 kali
perhari dan pada usia kehamilan 4 bulan janin mulai diberikan nyawa. Hal ini
sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2016).

Pada saat dilakukan pengkajian ibu sudah mendapatkan imunisasi


TT1,TT2 dan TT3. TT1 pada tanggal 10 November 2020, TT2 pada tanggal
10 Desember 2020. TT ini bertujuan untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum yang disebabkan oleh persalinan yang ditolong oleh dukun,
peralatan yang tidak steril, menggunakan alat-alat yang tidak bersih saat
pemotongan tali pusat dan tali pusat yang dibubuhi oleh obat-obatan
tradisional seperti kopi, abu dan sebagainya. (Kemenkes RI, 2018).

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang pernah atau


yang sedang diderita seperti penyakit jantung, ginjal, asma, hepatitis, diabetes
melitus, hipertensi dan epilepsi. Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, epilepsi, asma, hemopilia, dan
kelainan jiwa, ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi, dan ibu
mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar. Pola eliminasi Ny.
H BAB 1 kali sehari dan BAK ± 8 kali sehari. Sering miksi (buang air kecil).
Hal ini disebabkan oleh penenbalan rahim yang terisi janin dan terus
membesar. Rahim tersebut berada di bawah kandung kemih sehingga
menekan kandung kemih dan menimbulkan rangsangan untuk berkemih lebih
awal, tanpa menunggu kandung kemih penuh seperti biasanya. Produksi urine
4

juga bertambah karena adanya peningkatan sirkulasi darah cairan di dalam


tubuh ibu. Hal ini sesuai dengan teori Astuti (2017).

Kenaikan berat badan Ny. H selama kehamilan ini yaitu 11 Kg yang


menyatakan bahwa penambahan berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5-
16,5 Kg. Kenaikan berat badan normal dapat terjadi karena selama hamil ibu
mengalami peningkatan nafsu makan serta mau mengikuti anjuran bidan yaitu
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti nasi (mengandung karbohidrat),
lauk-pauk (mengandung protein), sayuran hijau dan buahbuahan
(mengandung vitamin), bahwa ibu hamil yang berada pada status gizi baik
dan terdapat kenaikan berat badan, sudah pasti ibu hamil tersebut
memperhatikan jumlah dan gizinya selama hamil. hal ini sesuai dengan teori
(Walyani, 2015).

Pada saat pemeriksaan Antenatal Care ibu dilakukan pengukuran


tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Respirasi 24x/mnt, suhu
36,6 ºC dan Nadi 87 x/mnt, yang menyebutkan bahwa Tekanan darah yang
normal Tekanan darah normal berkisar systoe/diastole: 100/60-120/80 mmHg.
Hal ini sesuai dengan teori (Walyani,2015).

Berdasarkan pemeriksaan fisik pada Ny. H dalam batas normal. yang


menyatakan bahwa pemeriksaan fisik diagnostik : Pemeriksaan seluruh tubuh
secara baik dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe). Hal ini sesuai
dengan teori (Kamariyah, Dkk. 2014).

Ibu dilakukan pemeriksaan abdominal secara Leopold yang bertujuan


untuk mengetahui letak janin. bahwa palpasi abdomen dilakukan secara
leopold yaitu dari leopold I-IV. Leopolod I bertujuan untuk mengetahui TFU
dan bagian janin yang ada difundus. Leopold II bertujuan untuk mengetahui
bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri ibu. Leopold IV bertujuan
5

untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan untuk mengetahui
apakah kepala sudah masuk panggul atau belum. hal ini sesuai dengan teori
(Walyani, 2015).

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU Ny. H yaitu 31 cm dan


sekitar 2 jari dibawah prosesus xipoideus, bahwa pada usia kehamilan 36
minggu 6 hari TFU sekitar 2 jari di bawah prosesus xipoideus, sehingga tidak
terdapat kesenjangan pada teori dan praktek. hal ini sesuai dengan yang
disampaikan (Walyani, 2015)

Menurut prawirohardjo 2012, bawha rumus penghitungan TTBJ yaitu


bila kepala diatas atau pada spina ishiadica makan n=13. (TFU dalam cm-n) x
155 gram. Tetapi bila kepala dibawah spina ishiadica mana n=11. Penulis juga
melakukan penghitungan taksiran berat badan janin iu dengan rumus Mc
Donald yaitu (31-13) x 155 = 2.790 gram, sehingga tidak terdapat
kesenjangan pada teori dan praktek.

Ny. H dilakukan pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) didapatkan


hasil frekuensinya 147 kali/menit dan teratur. yang menyatakan bahwa DJJ
normal adalah 120-160 kali/menit, apabila DJJ lebih dari 160x/mnt dapat
menyebabkan vetal distress atau gawat janin dan bisa menyebabkan IUFD.
Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2016).

Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan kadar Hb ibu normal yaitu


11,9 g/dL. yang menyatakan bahwa Hb normal pada ibu hamil yaitu (11
g/dL), anemia ringan (8-11 g/dL), dan anemia berat < 8. Pemeriksaan Hb pada
ibu hamil sebaiknya dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28
kehamilan. Hal ini sesuai dengan teori (Kuswanti, 2014).

Pada saat pemeriksaan protein urine Ny. H tidak terdapat adanya


kekeruhan. yang menyatakan bahwa kadar protein dalam urine dinyatakan
6

berdasarkan timbulnya kekeruhan pada urine karena padatnya atau kasarnya


kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung
protein atau tidak untuk mendeteksi gejala preeklamsia. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ny. M tidak ada indikasi terjadinya pre eklampsia. Hal ini
sesuai dengan teori (Kuswanti, 2014).

Pemeriksaan reduksi urine pada Ny. H tidak mengalami perubahan


warna. yang menyatakan bahwa pemeriksaan reduksi urine dikatakan normal
apabila larutan tidak memberikan warna tetap biru atau sedikit kehijau-
hijauan. Reduksi urine yaitu untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urine.
Dalam pemeriksaan pada ibu hamil sangat diperlukan apakah ibu hamil
mempunyai penyakit Diabetes Melitus (DM). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ny. M tidak ada indikasi terjadinya diabetes melitus. Hal ini sesuai
dengan teori (Kuswanti, 2014).

Dari hasil pemeriksaan diatas didapatkan diagnosa Ny. H umur 39


tahun G4P3A0 hamil 36 Minggu 6 hari. Janin tunggal hidup presentasi
kepala. Data dasar di peroleh dari data subjektif yaitu ibu mengatakan bahwa
ini kehamilan pertamanya, belum pernah melahirkan dan belum pernah
keguguran. yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini di
lakukan dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan
diagnosis yang akan di tegakan dalam menentukan diagnosis kebidanan
antenatal dari data-data yang telah dikumpulkan. Pada kehamilan Ny. H
berjalan dengan normal atau fisiologis sehingga masalah dan kebutuhan tidak
ada, identifikasi diagnosa/masalah potensial tidak ada, kebutuhan tindakan
segera seperti mandiri, kolaborasi dan rujukan tidak ada karena kehamilan Ny.
H berjalan secara fisiologis. Hal ini sesuai dengan teori (Walyani,2015).
7

Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan ibu dalam batas normal


tidak ada masalah potensial dan tidak melakukan tindakan kolaborasi/tindakan
rujukan pada Ny. H Yang menyatakan bahwa Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, dalam manajemen
kolaborasi bidan akan menentukan langkah berikutnya. Kelengkapan data
yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan. Hal ini sesuai
dengan teori menurut (Walyani, 2015).

Pada kehamilan Ny. H berjalan dengan normal atau fisiologis sehingga


masalah dan kebutuhan tidak ada, identifikasi diagnosa/masalah potensial
tidak ada, kebutuhan tindakan segera seperti mandiri, kolaborasi dan rujukan
tidak ada karena kehamilan Ny. H berjalan secara fisiologis.

Memberikan ibu KIE mengenai Nutrisi : menganjurkan ibu untuk


mengkonsumsi makanan yang begizi, mengandung protein,
vitamin,karbohidrat, serat, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
buahbuahan. yang menyatakan bahwa ibu hamil setiap harinya membutuhkan
2.500 kalori dan protein 85 gram/hari. Hal ini sesua dengan teori
(Prawirohardjo,2016).

Memberitahu Tanda bahaya kehamilan yaitu Tanda bahaya kehamilan


adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya terhadap kehamilan
yang apabila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi
yang bahkan dapat menyebabkan kematian. Terdapat beberapa tanda bahaya
pada kehamilanyaitu: 1) Muntah terus dan tidak bisa makan, 2) Demam
tinggi, 3) Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang,
4) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya, 5) Pendarahan
pada hamil muda dan hamil tua, 6) Air ketuban keluar sebelum waktunya 7)
Demam, menggigil dan berkeringat, bila ibu berada di daerah endemis
malaria, menunjukkan adanya gejala penyakit malaria, 8) Terasa sakit pada
8

saat kencing atau keluar keputihan atau gatalgatal di daerah kemaluan., 9)


Batuk lama (lebih dari 2 minggu), 10) Jantung berdebar-bedar atau nyeri di
dada, 11) Diare berulang, 12) Sulit tidur dan cemas berlebihan (Kemenkes RI,
2017).

Memberitahukan ibu tanda-tanda persalinan yaitu Keluar lendir darah


dari vagina ibu. Adanya mulas yang semakin sering dan kuat. Keluar air
ketuban yang tidak bisa ditahan dari vagina ibu. Adanya keinginan untuk
meneran seperti ingin BAB. Yang menyatakan bahwa tanda persalinan adalah
Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah (Bloody Show) sebagai hasil proliferasi
kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher
rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga
menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah
dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang
menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka. Kadang-
kadang ketuban pecah dengan sendirinya yang menimbulkan pengeluaran
cairan, normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih, dan tidak
berbau. Hal ini sesuai dengan teori sakit (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Memberitahukan ibu persiapan persalinan yaitu menyiapkan biaya


persalinan, memilih tempat persalinan, menyiapkan transportasi, penolong/
tenagakesehatan (bidan / dokter), pendonor darah, perlngkapan ibu dan bayi
baju ibu dan bayi, popok, kain bersih, pembalut, sarung tangan dan srung kaki
bayi).

Penulis juga menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup. yang


menyatakan bahwa ibu hamil dianjurkan untuk istirahat yang cukup untuk
mencegah terjadinya anemia karena kekurangan tidur dan bekerja tidak terlalu
berat. Kurang tidur juga dapat menyebabkan stress pada ibu hamil serta bisa
9

terjadi IUFD dalam kehamilan dan bisa terjadi perdarahan saat persalinan. Hal
ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2016).

Dan penulis menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 7 hari


kemudian atau segera jika ada keluhan. yang menyatakan bahwa setiap wanita
hamil memerlukan sedikitnya 2 kali kunjungan selama trimester III. Pada
kehamilan trimester III ini kunjungan ANC bertujuan untuk memeriksa
keadaan ibu dan janin secara menyeluruh untuk mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya resiko yang akan dihadapi dalam kehamilan maupun
persalinan dan upaya mempersiapkan dan waspada terhadap segala sesuatu
yang akan terjadi. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2016).

2. Kunjungan kedua tanggal 04 Februari 2021 pukul 10.50 WIB

Pada tanggal 04 Februari 2021 pukul 10.50 WIB Ny. H dilakukan


pemeriksaan kehamilan yang kedua dan didapatkan hasil data subjektif yaitu
ibu mengatakan tidak ada keluhan. Dari hasil pemeriksaan obyektif
didapatkan keadaan umum ibu baik, pemeriksaan TTV dengan hasil normal,
dan pemeriksaan head to toe dengan hasil normal.

Dari hasil pemeriksaan palpasi, Leopold I Pada bagian fundus ibu


teraba bulat, lunak, dan tidak melenting. Leopold II Pada bagian kiri perut ibu
teraba tahanan memanjang seperti papan, pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian kecil-kecil janin. Leopold III Pada perut bagian bawah ibu teraba
bagian bulat, keras, melenting dan bagian terendah janin belum masuk PAP.
Leopold IV tidak dilakukan. TFU 33 cm, TBBJ (33-13) x 155 = 3100 gram.
Auskultasi DJJ positif, tempat terdengar jelas pada satu tempat tiga jari di
bawah pusat sebelah kanan perut ibu, frekuensi 148 x/menit, teratur.

Dari pengkajian data didapatkan diagnosa G4P3A0 hamil 36 minggu 6


hari. Pada janin didapatkan diagnosa janin tunggal hidup presentasi kepala.
10

Penatalaksaan yang diberikan yaitu, melakukan informed consent kepada ibu


dan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan.

Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik. TD : 110/70 mmHg, R :24 x/menit, s : 36,7°C, N : 87x/menit,
DJJ : 120 x/menit (teratur) presentasi janin kepala.

Memberikan KIE tentang menganjurkan ibu untuk makan-makanan


yang bergizi yaitu yang mengandung karbohidrat( nasi, kentang), protein
(ikan, telur, daging), vitamin ( buah, sayur), mineral (susu, air putih) dan
menganjurkan ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan yang memicu tekanan
darah ibu tinggi seperti mie, bakso, serta menganjurkan ibu untuk tidak
memasak yang terlalu asin .

Memberi dukungan pada ibu untuk tidak cemas dengan keadannya,


serta ibu harus menjaga pola maknnya.

Memberitahu ibu tanda- tanda bahaya kehamilan yaitu demam tinggi,


pandangan kabur, sakit kepala hebat, bengkak pada kaki dan tangan,
perdarahan dari vagina, jika ada tanda-tanda tersebut anjurkan ibu segera
periksa ke tenaga kesehatan terdekat.

Memberitahu ibu persiapan persalinan yaitu menyiapkan biaya


persalinan, memilih tempat persalinan, menyiapkan transportasi, penolong/
tenagakesehatan (bidan/dokter), pendonor darah, perlngkapan ibu dan bayi
baju ibu dan bayi, popok, kain bersih, pembalut, sarung tangan dan srung kaki
bayi).

Pada pemeriksaan kehamilan rutin ibu dilakukan pelayanan/standar


asuhan kebidanan 10 T yaitu Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan, Pengukuran tekanan darah., Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA),
11

Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), Penentuan status imunisasi


tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi,
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan,
Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), Pelaksanaan temu
wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk
keluarga berencana), Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya) dan Tatalaksana kasus. Hal
ini sesuai dengan teori Kemenkes (2018). Pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan harus sesuai dengan standar.

Secara keseluruhan tidak ada kelainan maupun komplikasi yang terjadi


pada ibu, hal ini dikarenakan ibu mau bekerjasama dan mau mengikuti
anjuran yang diberikan oleh bidan. ibu juga mengerti akan pentingnya
kesehatan dirinya dan kehamilannya serta pentingnya persiapan persalinan
nanti.

B. Masa Persalinan

Riwayat kehamilan sekarang ibu mengataakan ini hamil pertama, belum


pernah melahirkan dan belum pernah keguguran. Ibu mengatakan HPHT tanggal
15 Maret 2019.

Ny. H datang ke bidan pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 02.00 WIB
dengan usia kehamilan ibu saat ini 39 minggu. Persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta dan sel selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika proses terjadinya pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat
12

dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan atau


pembukaan serviks. Hal ini sesuai dengan teori JNPKKR (2017).

Ibu datang dengan keluhan mules-mules pada tanggal 15 Februari 2021,


ibu mengatakan mules-mulas sejak pukul 21.00 WIB, sudah keluar lendir campur
darah sejak pukul 01.00 WIB dan belum keluar air-air. Sehingga ibu segera
memeriksakan kehamilanya ke bidan, yang menyatakan bahwa tanda-tanda
persalinan salah satunya adalah rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks dan kadang-kadang ketuban pecah
dengan sendirinya. Hal ini sesuai dengan teori (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Pada kontak pertama saat proses persalinan ibu memasuki kala I fase
aktif yaitu dengan hasil pemeriksaan pembukaan serviks 4 cm, yaitu fase aktif,
berlangsung serviks membuka mulai dari 4 cm. hal ini sesuai dengan teori
(JNPK-KR, 2017).

Pada saat anamnesa Ny. H mengatakan mandi 2 kali dalam sehari dan
mengganti pakaian dalam 2-3 kali dalam sehari. yang mengatakan bahwa ibu
hamil harus menjaga kebersihan dirinya. Selanjunya Ny. H mengatakan bahwa
selama kehamilan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,
mengepel, memasak dan mencuci piring. Hal ini sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 2016).

Penulis melakukan pemeriksaan umum yaitu keadaan umum, kesadaran,


tanda-tanda vital dalam batas normal dan pemeriksaan fisik ibu dalam batas
normal. Pemeriksaan abdomen mengalami pembesaran sesuai usia kehamilan,
arah memanjang dan terdapat linea alba. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
anogenital dan didapatkan hasil anogenital bersih, tidak ada kelainan dan ada
pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah. Dilakukan pemeriksaan palpasi
13

abdomen dan didapatkan hasil kontraksi ibu 3 x 10’25”. Dilakukan pemeriksaan


secara Leopold. Bahwa palpasi abdomen dilakukan secara leopold yaitu dari
leopold I-IV.

Leopolod I bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada
difundus. Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada
disebelah kanan atau kiri ibu. Leopold IV bertujuan untuk mengetahui bagian
janin yang ada dibawah dan untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk
panggul atau belum. Didapatkan hasil Leopold I: dibagian fundus ibu teraba
bulat, lunak, tidak melenting, Leopold II: Di sebelah kiri perut ibu teraba bagian
kecil-kecil janin dan disebelah kanan perut ibu teraba tahanan memanjang seperti
papan dibagian, Leopold III: dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, dan
sudah tidak bias digoyangkan, Leopold IV: divergen 3/5. Pada pengukuran TFU
ibu didapatkan hasil 33 cm pada usia kehamilan 39 minggu, yang menyatakan
bahwa TFU pada usia kehamilan 39 minggu adalah 3 jari dibawah prosesus
xiphoideus. sesuai dengan teori (Walyani,2015).

Ny. H dilakukan pemeriksaan DJJ dan didapatkan hasil 148 x/menit..


yang menyatakan bahwa DJJ normal adalah (120-160 kali/menit). Hal ini sesuai
dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Berdasarkan pemeriksaan di atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. H


umur 39 tahun G4P3A0 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif. Janin tunggal
hidup presentasi kepala. Data dasar di peroleh dari data subjektif dan objektif.
yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa dilakukan identifikasi yang
benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-
data yang telah dikumpulkan.

Pada jam 06.00 WIB Ny. H Ibu mengatakan mulasnya semakin sering,
kemudina dilakukan pemeriksaan dalam, ibu memasuki kala I fase aktif yaitu
14

dengan hasil pemeriksaan pembukaan serviks 8 cm, yaitu fase Aktif, dengan
tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik, yang
menyatakan dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multripara) disebut kala I fase
aktif hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,2017).

Penulis melakukan pemeriksaan umum yaitu keadaan umum, kesadaran,


tanda-tanda vital dalam batas normal dan pemeriksaan abdomen mengalami
pembesaran sesuai usia kehamilan, arah memanjang dan terdapat linea alba.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan anogenital dan didapatkan hasil anogenital
bersih, tidak ada kelainan dan ada pengeluaran pervaginam lendir bercampur
darah.

Dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen dan didapatkan hasil kontraksi


ibu 4 x 10’40”. Dilakukan pemeriksaan secara Leopold. Bahwa palpasi abdomen
dilakukan secara leopold yaitu dari leopold I-IV. Didapatkan hasil Leopold I:
dibagian fundus ibu teraba bulat, lunak, tidak melenting, Leopold II: Di sebelah
kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin dan disebelah kanan perut ibu teraba
tahanan memanjang seperti papan dibagian, Leopold III: dibagian bawah perut
ibu teraba bulat, keras, dan sudah tidak bias digoyangkan, Leopold IV: divergen
3/5. Pada pengukuran TFU ibu didapatkan hasil 33 cm.

Ny. H dilakukan pemeriksaan DJJ dan didapatkan hasil 148 x/menit..


yang menyatakan bahwa DJJ normal adalah (120-160 kali/menit). Hal ini sesuai
dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Berdasarkan pemeriksaan di atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. H


umur 39 tahun G4P3A0 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif. Janin tunggal
hidup presentasi kepala. Data dasar di peroleh dari data subjektif dan objektif.
15

yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa dilakukan identifikasi yang


benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-
data yang telah dikumpulkan.

Proses persalinan kala I pada ibu berlangsung selama 5 jam, Lama kala I
pembukaan untuk primigravida berlangsung 12 jam dengan pembukaan 1 cm
perjam dan pembukaan multigravida 8 jam dengan pembukaan 2 cm per jam.
Proses persalinan lebih cepat dari pada perkiraan. hal ini tidak sesuai dengan
teori (Oktariana, 2016).

Pada proses persalinan dipantau menggunakan partograf tujuannya


untuk memantau his, DJJ, nadi, tekanan darah, pemeriksaan dalam. bahwa His,
Nadi, DJJ setiap 30 menit sekali. Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam sekali,
pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali atau jika ada indikasi. Pemantauan ini
dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kegawatan pada ibu dan janin. Hal ini
sesuai dengan teori (Prawihardjo, 2016).

Pada proses persalinan pada kala II Ny. H ini dilakukan perencanaan dan
pelaksanaan yaitu memberikan ibu dukungan emosional dan pendekatan agar ibu
tidak merasa cemas dan takut untuk menghadapi proses, menganjurkan ibu untuk
memilih pendamping persalinan seperti suami, keluarga , mengajarkan ibu teknik
relaksasi sewaktu ada his, dengan cara meminta ibu untuk menarik napas
panjang, tahan napas sebentar, kemudian dilepaskan melalui mulut dengan cara
meniup, menganjurkan ibu untuk memilih posisi senyaman mungkin selama
persalinan, menganjurkan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
nutrisi jika memungkinkan, memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB dan
BAK, menyiapkan alat partus set ( gunting tali pusat, klem umbilikal, klem,
setengah koher, gunting episiotomi, kateter), heacting set ( pinset anatomis,
pinset sirurgis, spuit 3cc, lidocain, gunting benang, klem penjepit jarum, cutget,
jarum heacting), resusitasi set, obatobatan ( Vitamin K, salep mata, oksitosin )
16

dan APD lengkap ( celemek, google, sepatu boot/sandal tertutup, handskuun


steril ) dan memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
seperti DJJ, His, nadi setiap 30 menit, setiap 2 jam dilakukan pemantauan TD
dan setiap 4 jam dilakukan pemantauan pemeriksan dalam seperti pembukaan
serviks. Melakukan pendokumentasian. Yang menyatakan bahwa rencana asuhan
yang menyeluruh dalam langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan
aman. Hal ini sesuai dengan teori (Sulistyorini, 2014).

Pada pukul 07.00 WIB ibu mengatakan mules-mules semakin sering dan
ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka dan
dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva dan vagina tidak ada kelainan,
dinding vagina tidak ada benjolan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
ketuban negatif, presentasi kepala, ubunubun kecil kanan depan, penurunan
kepala Hodge IV, molase tidak ada. Berdasarkan pemeriksaan diatas bahwa ibu
sudah memasuki kala II, yang menyatakan bahwa Kala dua persalinan dimulai
dari pembukaan lengkap serviks (10), dilanjutkan dengan upaya menolong bayi
keluar dari jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi, yang gejalanya
yaituadalah:ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.,
ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/ atau vaginanya,
perenium menonjol, vulva dan sfingte ani membuka, meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR 2017).

Ibu dilakukan pemeriksaan abdominal secara palpasi Leopold bahwa


palpasi abdomen dilakukan secara leopold yaitu dari leopold I-IV. Leopolod I
bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada difundus. Leopold II
bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri ibu.
Leopold IV bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan
untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum. hal ini sesuai
dengan teori (Walyani, 2015).
17

Hasil pemeriksaan abdomen kontraksi yang dirasakan 5 X 10’ 45”


bahwa pada kala II ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin.
Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. hal tersebut sesuai dengan teori (Rukiyah, 2014).

Dari hasil pemeriksaan dalam vulva dan vagina tidak ada kelainan,
dinding vagina tidak ada benjolan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
ketuban positif, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan
kepala Hodge IV, molage tidak ada. Berdasarkan pemeriksaan diatas bahwa ibu
sudah memasuki kala II, yang menyatakan bahwa ada tanda gejala kala II
Pembukaan lengkap (10 cm). Tampak bagian kepala janin melalui introitus
vagina. Rasa ingin meneran saat kontraksi. Dorongan pada rektum atau vagina.
Perineum terlihat menonjol. Vulva dan spingter ani membuka. Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah. hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Berdasarkan pemeriksaan di atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. H


umur 39 tahun G4P3A0 hamil 39 minggu inpartu kala II. Janin tunggal hidup
intra uterin presentasi kepala. Data dasar di peroleh dari data subjektif dan
objektif.

Persalinan kala II ibu berlangsung 25 menit. Persalinan kala II proses ini


biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Hal ini sesuai
dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Asuhan yang penulis lakukan selama kala II tidak berbeda dengan


asuhan yang diberikan pada kala I, yaitu melakukan informed consent kepada ibu
dan keluarga atas tidakan yang akan dilakukan. Memberitahu hasil pemeriksaan
kepada ibu dan keluarga bahwa ibu memasuki proses persalinan. Menganjurkan
ibu untuk memilih posisi senyaman mungkin seperti miring kiri, duduk dan
jongkok. Menganjurkan ibu untuk relaksasi di sela-sela His yaitu tarik nafas
18

panjang dari hidng dan dikeluarkan melalui mulut secara perlahan.


Menganjurkan iu untuk meneran jika ada His yaitu dengan pandangan lurus ke
depan ke arah perut, tangan berada di lipatan paha, gigi bertemu gigi, tidak
bersuara dan tidak boleh mengangkak bokong saat meneran. Memantau DJJ
setiap 5-10 menit sekali atau saat tidak ada kontraksi. Mendekatkan partus set,
hecting set, dan obat-obatan yang diperlukan.

Menolong persalinan dengan teknik 60 langkah APN : memastikan alat


lengkap. Memakai APD, membuka spuit no tuch, patahkan ampul. Mencuci
tangan di air mengalir dengan 6 langkah menggunakan sabun, kemudian
keringkan. Memakai handscoon one hand dan masukan oxytosin 10 IU kedalam
spuit. Mendekatkan alat untuk melakukan vulva hygine yaitu bengkok dan kapas
DTT. Memakai handscoon yang satunya kemudian melakukan pemeriksaan
dalam, masukan jari tengah kedalam vagina secara perlahan, diikuti dengan jari
telunjuk, tangan kiri berada di fundus, didapatkan : V/V :T.A.K, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, ketuban (+), presentasi belakang kepala, posisi UUK
kanan depan, penurunan Hodge III+, molase tidak ada. Mencuci tangan dilarutan
clorin 0,5 % kemudian cuci tangan di air mengalir dan keringkan. Memeriksa
DJJ satu menit penuh, DJJ 142 x/menit. Memasangkan handuk dan parnel diatas
perut ibu. Memimpin persalinan normal Setelah kepala bayi berdiameter 5-6 cm
didepan vulva, maka bidan siap menolong persalinan dan memakai handscoon.
Lakukan hand maneuver Letakan 4 jari atas vertex agar kepala bayi tetap fleksi,
tangan kanan menekan perineum untuk mencegah robekan pada saat ada his,
anjurkan ibu untuk relaksasi yaitu tarik nafas panjang dari hidung keluarkan
melalui mulut, jika ada his lagi anjurkan ibu untuk meneran kembali sampai
kepala bayi lahir, jika kepala bayi lahir pindahkan tangan kiri memeriksa leher
bayi untuk memastikan ada atau tidaknya lilitan tali pusat, kemudian biarkan
bayi melakukan putar paksi luar, kedua tangan melakukan bipariental, kemudian
curam keatas melahirkn bahu belakang, setelah bahu lahir sanggah bahu telusuri
19

sampai kepergelangan kaki. Setelah bayi lahir bugar pukul 12.30 WIB, letakan
kepala bayi lebih rendah dari kaki, kemudian nilai apakah bayi menangis/tidak
megap-megap dan pakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif. Kemudian
letakan bayi diatas perut ibu.

Pukul 07.25 WIB bayi lahir bugar, menangis kuat, jenis kelamin laki-
laki. Setelah bayi lahir letakan kepala bayi lebih rendah dari kaki. Kemudian nilai
kemudian nilai apakah bayi menangis/tidak megapmegap dan pakah tonus otot
bayi baik/bayi bergerak aktif, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dan
hangatkan serta keringkakn bayi menggunakan kain (JNPK-KR,2017).

Memastikan janin tunggal dengan cara meraba perut ibu namun tidak
memasase karena plasenta belum lahir dan akan membuat rahim berkontraksi
dan didapat janin tungga hal ini sesuai dengan teory (JNPKKR,2017).

Pada hasil pemeriksaan Objektif didapatkan bahwa keadaan fisik ibu


dalam batas normal dan adanya salah satu tanda pelepasan plasenta yaitu uterus
globuler, tali pusat memanjang, dan semburan darah tiba-tiba. bahwa setelah
lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Tanda-tanda lepasnya
plasenta yaitu perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri (Uterus Globuler),
tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva dan semburan
darah tiba-tiba. Hal tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Persalinan kala III pada ibu berlangsung selama 10 menit. Pada proses
kala III berjalan dengan baik. Bahwa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya
proses pengeluaran plasenta. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit
setelah bayi lahir. Hal ini sesuai dengan teori (Mutmainnah et al, 2017).

Penulis sudah memberitahu hasil pemeriksaan yang telah diperiksa pada


Ny. H. Berdasarkan pemeriksaan diatas dapat di tegakkan diagnosa Ny.H umur
20

39 tahun P4A0 partus kala III. Data dasar di peroleh dari data subjektif dan
objektif. yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini dilakukan
dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan diagnosis yang
akan ditegakan dalam batas diagnosis kebidanan intranatal. Hal ini sesuai dengan
teori (Walyani,2015).

Pada kala III Ny. H dilakukan asuhan manajemen aktif kala III (MAK
III) yaitu memberikan suntikan oksitosin dalama 1 menit pertama setelah bayi
lahir, melakukan peregangan talipusat terkendali dan melakukan masase fundus
uteri. Tujuan MAK III aadalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah selama kala III persalinan dibandingkan dengan pelepasan
plasenta secara spontan. Dan tidak terdapat kesenjangan antara teori (JNPK-
KR,2017) dan praktik.

Melakukan IMD yaitu letakkan bayi telungkup di dada ibu untuk kontak
kulit ibu dengan bayi diharuskan ibu dan bayi tidak mengenakan pakaian
sehingga dada bayi menempel pada dada ibunya, letakan bayi diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau areola ibu. Biarkan bayi
melakukan kontak kulit di dada ibu selama 1 jam. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhun
tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman
yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Bagi ibu Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone oksitosin,
prolaktin, dan secara psikologis dapat mengeluarkan ikatan batin antara ibu dan
bayi. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2016).

Plasenta lahir pukul 07.35 WIB. Yaitu saat plasenta muncul di introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
21

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Setelah plasenta lahir lalu lakukan masase fundus uteri dengan cara
letakkan telapak tangan di fundus uteri dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar searah jarum jam dengan lembut sehingga uterus berkontraksi (fundus
teraba kasar) selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Pada pukul 07.05 WIB hasil pemeriksaan ibu baik dan masih dalam
tahap normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan bahwa kala IV dimulai dari saat
lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2
jam pertama. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV : Tingkat Kesadaran
Penderita. TandaTanda Vital : Tekanan darah, Nadi, Pernafasan, Suhu. Kontraksi
Uterus. Tinggi Fundus Uterus (TFU). Kandung Kemih. Perdarahan. (JNPK-KR,
2017).

Berdasarkan pemeriksaan di atas dapat di tegakkan diagnosa Ny. H


umur 39 tahun P4A0 Partus kala IV. Data dasar di peroleh dari data subjektif dan
objektif. Yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini di
lakukan dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan
diagnosis yang akan di tegakan dalam batas diagnosis kebidanan intranatal. Hal
ini sesuai dengan teori (Walyani,2015).

Mengajarkan ibu untuk melakukan masase uterus sendiri yaitu dengan


meletakan tangan ibu di bagian perut kemudian putar searah jarum jam sampai
kontraksi benar-benar baik dan darah yang dikeluarkan sedikit. Hal tersebut
sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017).

Melakukan pemantauan kala IV, selama 2 jam pertama pasca persalinan.


Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar
22

setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal , tingkatkan frekuensi
observasi dan penilaian kondisi ibu. Hal tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR,
2017).

C. Masa Nifas
1. Nifas 6 Jam

Penulis melakukan kunjungan nifas sebanyak 4 kali yaitu nifas 6 jam,


6 hari, 2 minggu dan 6 minggu post partum pada Ny. H yang menyatakan
bahwa paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi. Masa nifas atau puerperium dimulai
sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi dan nutrisi bagi ibu. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo,
2016).

Pada pemeriksaan 6 jam post partum penulis melakukan konseling


pada ibu dan keluarga tentang nutrisi, istirahat, pemberian ASI awal dan
mencegah perdarahan. Hal ini sesuai dengan teori Maryuni (2015) bahwa
pada 6 jam post partum harus dilakukan konseling tentang mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
23

Berdasarkan pemeriksaan nifas 6 jam telah di dapat diagnosa yaitu


Ny. H P4A0 post partum 6 jam. Data dasar diperoleh dari data subjektif yaitu
ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu. Hal ini sesuai
dengan teori Walyani (2015) yang menyatakan bahwa untuk menegakan
diagnosa tahap ini di lakukan dengan melakukan interpretasi data dasar yang
akan di lakukan yang ditemukan pada saat pengkajian.

Penulis melakukan pemeriksaan kontraksi uterus baik, tinggi fundus


uteri (TFU) dengan hasil 2 jari di bawah pusat, bahwa setelah plasenta lahir
tinggi fundus uteri berada di 2 jari dibawah pusat. Tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan praktek, masa nifas Ny. H berjalan secara fisiologis. Sehingga
masalah, kebutuhan identifikasi diagnose atau masalah potensial, tindakan
segera atau kolaborasi atau rujukan tidak dilakukan. hal ini sesuai dengan
teori (Mulati, Erna, 2015). Sedangkan pada pemeriksaan lochea, hasil
pemeriksaan lochea berwarna merah segar (rubra). Hal ini sesuai dengan teori
Walyani,dkk (2017) bahwa lochea rubra merupakan lochea pertama yang
mulai keluar setelah persalinann dan berlanjut selama 2 hingga 3 hari masa
nifas. Berwarna merah, yang terdiri dari darah segar, sisa plasenta, dinding
Rahim, lemak bayi, lanugo dan meconium pada hari pertama sampai hari ke
tiga lochea ibu berwarna merah segar.

Asuhan yang diberikan pada ibu adalah menganjurkan ibu untuk


istirahat yang cukup agar tidak kelelahan seperti tidur siang 2 jam dan malam
8 jam, karena kurang tidur akan memperlambat involusi uterus yang akhirnya
akan menyebabkan perdarahan dan depresi pada ibu. yaitu menganjurkan ibu
untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dan
menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumahtangga biasa perlahan-
lahan serta tidur siang selagi bayi tidur. Hal ini sesuai dengan teori
(Walyani,2017).
24

Penulis memberitahu ibu tentang Asi Esklusif selama 6 bulan tanpa


diberi makanan tambahan apapun sesuai dengan permintaan dan kebutuhan
bayi. Teknik menyusui yang benar, mengajarkan ibu teknik menyusui yang
benar yaitu dengan mengatur posisi bayi dan ibu senyaman mungkin saat
menyusui. Asi Esklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara
esklusif bayi adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal
(setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti : susu
formula, sari buah, air putih, madu, air the dan tanpa tambahan makanan padat
seperti buah-buahan, biscuit, bubur susu, bubur nasi dan tim. Hal ini sesuai
dengan teori (Elisabeth,2015)

2. Nifas 6 hari

Berdasarkan kunjungan nifas 6 hari post partum asuhan yang


diberikan yaitu tentang nutrisi, istirahat dan pemberianf ASI eksklusif. Hal ini
sesuai dengan Mayuni (2015) yaitu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan
involusi uterus berjalan normal, menilai adanya infeksi, memastikan ibu
mendapat cukup makanan, cairan dan pola istirahat, memastikan ibu
menyusui bayinya dengan baik, memberikan informasi tentang asuhan bayi
sehari-hari.

Penulis melakukan pemeriksaan fisik dan lochea pada ibu dan


didapatkan hasil TFU pada nifas 6 hari yaitu pertengahan simfisis dan pusat.
Hal ini sesuai dengan teori Kemenkes RI (2015), yang menyatakan bahwa
TFU 1 minggu yaitu pertengahan simfisis dan pusat dengan berat uterus 500
gram. Pada pemeriksaan 6 hari ini pemeriksaan lochea terdapat lochea
sanguinolenta. Hal ini sesuai dengan teori Walyani,dkk (2017) yang
menyatakan bahwa lochea pada 3-7 hari yaitu merah kecoklatan
(sanguinolenta) dan tidak ada bau, yang terdiri dari sisa darah dan lendir.
25

Asuhan yang diberikan pada nifas 6 hari yaitu Memberikan informed


consent atas tindakan yang akan di lakukan pada ibu. Memberitahukan hasil
pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik tanda – tanda vital dalam batas
normal. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk mengonsumsi makanan
tinggi protein seperti : putih telur, ikan dan kacang – kacangan, mengingatkan
ibu untuk istirahat yang cukup yaitu 8 jam sehari dan tidur apabila bayi
sedang tidur, mengingatkan ibu cara perawatan luka perenium yaitu : menjaga
luka agar terhindar dari air, debu dan kotoran lainnya dan ganti perban sehari
sekali. Mengingatkan ibu tanda bahaya nifas, yaitu : pengeluaran darah
berbau, demam tinggi, bengkak, merah dan terasa nyeri pada payudara,
bengkak, wajah kaki dan tangan, jika ibu mengalami salah satu tanda segera
periksa ke bidan. Memberitahu ibu kunjungan ulang akan dilakukan 1 minggu
kemudian, dan melakukan pendokumentasian hal ini sesuai dengan teori
Runjati, dkk (2018), bahwa kebutuhan ibu pada masa nifas ialah nutrisi dan
cairan, ambulasi,Istirahat dan Tidur, eliminasi, kebersihan diri.

3. Nifas 2 minggu

Berdasarkan kunjungan nifas 2 minggu post partum asuhan yang


dilakukan sama halnya seperti pada kunjungan nifas 6 hari yaitu tentang
nutrisi, istirahat dan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan teori
Maryuni (2015), yaitu pemeriksaan memastikan involusi uterus berjalan
normal, menilai adanya infeksi, memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan pola istirahat, memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik,
memberikan informasi tentang asuhan bayi sehari-hari, memberikan konseling
tentang alat-alat kontrasepsi.

Pada pemeriksaan TFU pada 2 minggu ini TFU sudah tidak teraba. Hal
ini sesuai dengan teori (Mulati, Erna, 2015), bahwa TFU pada masa nifas 2
minggu sudah tidak teraba. Dalam pemeriksaan lochea hasil pemeriksaan
26

pada Ny. M ditemukan lochea berwarna kuning (serosa), hal ini sesuai dengan
teori Walyani,dkk (2017) bahwa lochea pada masa nifas 7-14 hari adalah
berwarna kuning (serosa) sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kasus.

4. Nifas 6 minggu

Berdasarkan kunjungan nifas 6 minggu, asuhan yang dilakukan yaitu


tentang istirahat, nutrisi, memastikan ibu sudah memilih alat kontasepsi. Hal
ini sesuai dengan teori menurut Maryuni (2015), yaitu memastikan ibu untuk
memilih alat kontasepsi atau yang sesuai dengan kebutuhan. Pada
pemeriksaan TFU sudah tidak teraba dan sudah normal. Hal ini sesuai dengan
teori Kemenkes RI (2015) yang menyatakan bahwa pada masa nifas 6 minggu
tinggi fundus uteri ibu kembali normal, pengeluaran lochea berwarna putih
(alba). Hal ini sesuai dengan teori Walyani,dkk (2017) bahwa lochea pada
masa nifas 6 minggu yaitu lochea yang keluar berwarna putih (alba)
merupakan lochea yang mulai keluar pada hari ke-14 berwarna putih yang
mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan selaput
jaringan yang mati. Penulis memastikan Ny. H sudah memilih alat
kontrasepsi, dan ibu sudah menggunakan alat kontrasepsi suntik yaitu depo 3
bulan karena depo 3 bulan yang tidak mengganggu produksi ASI, yang
menyatakan bahwa kontrasepsi suntikan yang dapat diberikan pada ibu
menyusui adalah suntikan yang berbasis progestin. Hal ini sesuai dengan teori
(Hariyanti, 2017).

Penulis juga menginformasikan selama masa nifas ibu tidak perlu


pantang makanan kecuali ibu mempunyai riwayat alergi. Menganjurkan ibu
untuk makanan yang bergizi yang dapat menambah kualitas ASI. Hal ini
sesuai dengan teori Runjati, dkk (2018), bahwa ibu menyusui dianjurkan
untuk mengkonsumsi tambahan kalori sebesar 500 kal/hari, menu makanan
27

gizi seimbang yaitu cukup protein, mineral dan vitamin. Ibu nifas dianjurkan
untuk minum air minimal 3 liter/hari, mengkonsumsi suplemen zat besi
minimal selama 3 bulan postpartum. Segera setelah melahirkan, ibu
mengkonsumsi suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU

Penulis juga melakukan asuhan kebidanan selama masa nifas pada


Ny. H Asuhan yang dilakukan yaitu menjaga kebersihan diri, menganjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup, mobilisasi, asupan nutrisi yang baik, cara
menyusui yang baik, anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara,
mengajarkan posisi menyusui yang baik, memberikan konseling keluarga
berencana. Hal ini sesuai dengan teori menurut (Walyani dkk,2017), yang
menyatakan bahwa perencanaan dan pelaksanaan asuhan kebidanan yang
diberikan selama periode nifas yaitu menjaga kebersihan diri, menganjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup, mobilisasi, asupan nutrisi yang baik, cara
menyusui yang baik, anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara,
mengajarkan posisi menyusui yang baik, memberikan konseling keluarga
berencana.

Proses nifas pada Ny. H secara keseluruhan berjalan dengan normal


tanpa adanya masalah, hal ini dikarenakan ibu mau mengikuti anjuran dan
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh penulis. Dan ibu sudah melakukan
KB suntik 3 bulan.

D. Bayi Baru Lahir

By. Ny. H bayi lahir normal jenis kelamin Laki-laki, berat badan 3.300
gram, panjang badan 49 cm, yang menyatakan bahwa Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat
lahir 2500-4000 gram. Hal ini sesuai dengan teori (Runjati, dkk, 2018).
28

Riwayat persalinan sekarang jenis persalinan normal, ditolong oleh


bidan, lama persalinan kala I 5 jam, kala II 25menit, kala III lamanya 10 menit.
ketuban dilakukan amniotomi, warna jernih, tidak bau, komplikasi persalinan ibu
dan bayi tidak ada, keadaan bayi baru lahir.

Pada bayi Ny. H kemudian dilakukan penilaian bayi baru lahir yaitu,
Apakah bayi cukup bulan ? Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-
megap? Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif? Hal ini sesuai dengan
teori (JNPK-KR,2017), bahwa jika penilaian bayi baru lahir meliputi 3 aspek
yaitu bayi lahir cukup bulan, bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap
dan tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif.

Asuhan pada bayi Ny. H dilakukan asuhan bayi baru lahir normal yaitu
menjaga kehangatan bayi, membersihkan jalan napas (jika perlu), mengeringkan,
memantau tanda bahaya, klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, melakukan Inisiasi Menyusu Dini, memberi suntikan Vitamin K1 setelah
IMD, beri salep mata antibiotika tertasiklin 1%, melakukan pemerksaan fisik,
memberi imunisasi Hepatitis B kira-kira 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1 .
Hal ini sesuai dengan teori JNPKKR (2017).

Berat badan bayi baru lahir yaitu 3.300 gram. Hal ini sesuai dengan teori
Runjati, dkk (2018), yang menyebutkan bahwa berat badan bayi baru lahir
normal yaitu 2500 gram - 4000 gram.

Penulis juga memberikan asuhan bayi baru lahir yaitu memberikan salep
mata Tetrasiklin 1%, diberikan injeksi Vit K 1 mg secara intramuskular di paha
kiri anterolateral bayi. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2017), yang
menyatakan bahwa bayi baru lahir diberikan injeksi Vit K 1 mg untuk mecegah
perdarahan pada BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian BBL dan salep mata untuk pencegahan infeksi matapada BBL.
29

Setelah 1 jam pemberian injeksi Vit K 1 mg, diberikan injeksi imunisasi


HB0 di paha kanan anterolateral. Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2017)
yang menyatakan bahwa bayi baru lahir harus diberikan imunisasi yaitu HB0
dosis 0,5 ml di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah
pemberian Vit K 1 mg.

Di dapatkan diagnosa neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia


6 jam. Data dasar di peroleh dari data objektif yaitu bahwa bayi lahir cukup bulan
dengan usia kehamilan 39 minggu, sesuai masa kehamilan dengan berat lahir
3.300 gram dan panjang badan 49 cm. Hal ini sesuai dengan teori Walyani (2015)
yang menyatakan bahwa untuk menegakan diagnosa tahap ini di lakukan dengan
melakukan interpretasi data dasar terhadap kemungkinan diagnosis yang akan di
tegakan dalam diagnosis kebidanan bayi baru lahir dan pengumpulan data.

Pada kunjungan 6 hari, keadaan umum bayi baik dengan berat badan
3500 gram, refleks menghisap baik. Bayi telah di suntik HB0 setelah 1 jam
pemberian Vitamin K1. Hal ini sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi
menurut (Rinawati, 2018). menyatakan bahwa Imunisasi hepatitis berbentuk cair,
terdapat vaksin B-PID (Prefill Inection Device) yang diberikan sesaat setelah
lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari.

Bayi sudah dapat menyusui tanpa di jadwal. Hal ini sesuai dengan teori
(Kemenkes, 2015), bahwa pada bayi baru lahir memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit serta memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi seharihari. Tali pusat puput dalam waktu 4 hari. Hal ini
tidak sesuai dengan teori Tando (2016), yang menyatakan bahwa tali pusat mulai
kering, mengerut, dan akhirnya terlepas setelah 7-10 hari.
30

Pada usia 2 minggu bayi Ny. H mengalami peningkatan berat badan


menjadi 3.800 gram. Karena bayi mendapatkan cukup ASI. Hal ini sesuai dengan
teori (Walyani,2015) yang menyatakan bahwa bayi yang mendapatkan cukup ASI
bayi akan tumbuh dengan baik dan mengalami penambahan berat badan.

Pada kunjungan 2 minggu ini juga penulis Menganjurkan ibu untuk


membawa bayinya imunisasi BCG saat usianya 1 bulan hal ini sesuai dengan
teori Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2017) Pemberian vaksin BCG
dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan pada
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.

Pada pemeriksaan bayi usia 6 minggu berat badan badan bayi Ny. H
yaitu 4.900 gram, pada kunjungan 6 minggu bayi telah diberikan imunisasi BCG
dan polio 1 yaitu pada saat bayi Ny. H berusia 1 bulan. Hal ini sesuai dengan Hal
ini sesuai dengan teori (IDAI, 2017), yang menyatakan bahwa imunisasi BCG
dan polio diberikan pada saat bayi berusia 1 bulan.

Penulis memberikan asuhan sesuai dengan teori (Kemenkes, 2015) yaitu


menjaga kebersihan bayi, memastikan bayi mendapat cukup ASI, dan perawatan
tali pusat dan Ny. M sudah membawa bayinya ke PMB untuk mendapatkan
imunisasi BCG pada tanggal 25 Januari 2020.karena imunisasi sangat penting
bagi bayi. Berdasarkan anjuran IDAI (2017) imunisasi dasar BCG diberikan pada
bayi berusia 0-2 bulan, sehingga pemberian imunisasi pada Bayi Ny. H tidak
menyimpang dari teori dan program yang ditetapkan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan komprehensif yang telah dilakukan pada Ny.


H sesuai dengan kebutuhan pasien melalui upaya pendekatan manajemen
kebidanan sejak usia kehamilan 36 minggu 6 hari sampai postpartum 6 minggu
termasuk neonatus di PMB Mumun M S.ST.SKM Kabupaten Pandeglang-Banten,
dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Asuhan Antenatal

Pada kasus Ny. H dalam masa kehamilan dilakukan pengkajian mulai dari
trimester III dengan kunjungan antenatal sebanyak 2 kali. Pada kunjungan
antenatal pertama ibu di ilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan data ibu G4P3A0 trimester III dan kadar Hb 11,9 g/dL dan kondisi
ibu dalam keadaan normal. Pada kunjungan ANC I dan ANC II kondisi ibu baik
dan tidak ada keluhan.

2. Asuhan Intranatal

Proses persalinan Ny. H kala 1 berlangsung selama 5 jam dengan lancar


dan aman ditolong secara asuhan persalinan normal, tidak terjadi perdarahan
dan tidak terdapat laserasi perineum, pada kala II pemantauan kondisi janin dan
ibu sesuai dengan partograf dan tidak melewati garis waspada.

Pada kala II berlangsung normal, tidak ada penyulit selama proses


kelahiran bayi. Lama kala II adalah 25 menit.

1
2

Kala III berjalan normal dengan melakukan manajemen aktif kala III dan
berlangsung selama 10 menit. Ini sesuai dengan teori yang mengatakan Bahwa
setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini sesuai
dengan teori teori (Mutmainnah et al,2017).

Kala IV dilakukan observasi tanda-tanda vital ibu, TFU, kontraksi,


kandung kemih dan perdarahan selama 2 jam, setiap 15 menit pada jam
pertama, setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan (JNPK-KR, 2017). Keadaan ibu dan bayi baik.

3. Asuhan Postnatal

Pada masa Nifas Ny. H dilakukan pemantauan sebanyak 4 kali


pemeriksaan yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu postpartum. Pada
kunjungan 6 jam ibu mengatakan masih merasa lemas dan ibu merasa senang
atas kelahiran bayinya. Penatalaksanaan yang diberikan adalah menganjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup. Menganjurkan ibu unutk makan-makanan
bergizi Memberitahu ibu perawatan luka perenium. Ibu harus tetap melakukan
mobilisasi serta memberikan ASI kepada bayinya secara on demand. Ny. H
sudah mengerti setelah mendapat penjelasan.

Pada kunjungan Nifas 6 hari ibu tidak mengeluh apapun, keadaan ibu
baik, ibu sudah dapat mengerjakan pekerjaan rumah. Penatalaksanaan yang
diberikan sama dengan pada nifas 6 jam yaitu menganjurkan ibu untuk istirahat
cukup. Menganjurkan maknan bergizi. Ibu mengerti dan keadaan ibu baik.

Pada kunjungan Nifas 2 minggu ibu tidak mengeluh apapun serta ibu
sudah merencanakan untuk menggunakan KB. Penatalaksanaan yang diberikan
yaitu sama dengan kunjungan sebelumnya mengingatkan ibu kembali untuk
3

istirahat cukup, konsumsi makanan bergizi dan memberikan KIE tentang KB


(alat kontrasepsi). Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran yang diberikan.

Pada kunjungan 6 minggu Ny. H tidak memiliki keluhan dan memilih


menggunakan KB suntik 3 Bulan.

4. Asuhan Neonatal

Keadaan bayi baru lahir normal dan tidak terdapat kelainan. Asuhan
segera pada bayi baru lahir yang diberikan antara lain mengeringkan badan bayi
dan tetap menjaga kehangatan, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan
Inisiasi Menyusui Dini dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu serta diberikan
salp mata Tetrasiklin 1% dan penyuntikan Vitamin K.

Pada kunjungan 6 jam bayi diberikan imunisasi HB0, pada kunjungan 6


hari pertumbuhan bayi Ny. H berjalan normal. Pada kunjungan 2 minggu berat
badan naik, dan pada kunjungan 6 minggu pertumbuhan dan perkembangan
berjalan normal. Selanjutnya menganjurkan ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan tambahan makanan apapun selain
ASI, dan membawa bayinya setiap bulan ke posyandu, untuk mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan bayinya serta mendapatkan imunisasi lanjutan.

B. Saran

1. Bagi Klien

Diharapkan ibu dapat melaksanakan dan melanjutkan secara mandiri


semua informasi dan asuhan yang telah diberikan oleh penulis serta
mengembangkan pengetahuannya.
4

2. Bagi Lahan Praktek

Bagi lahan prakek diharapkan dapat mempertahankan bahkan terus


memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang
berkualitas kepada ibu hamil, bersalin, dan bayi agar dapat mendeteksi sedini
mungkin komplikasi yang akan terjadi sehingga dapat ditangani lebih dini
secara tepat agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan
bayi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Perlunya memperbaharui sumber referensi yang akan digunakan dalam


penyusunan Laporan Tugas Akhir sehingga dapat mengetahui perkembangan
ilmu kebidanan terkini dan perlunya menambah sarana penunjang dalam
kegiatan asuhan kebidanan komprehensif agar kegiatan dapat berjalan dengan
lancar.

4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat memperdalam ilmu pengetahuan yang di terima di


institusi dan lahan praktek, serta lebih teliti dalam menemukan
kesenjangankesenjangan yang di temukan sehingga akan memperoleh hasil
yang akurat dan setiap mahasiswa dapat terus menerapkan manajemen dan
asuhan kebidanan dan meningkatkan keterampilan sesuai dengan standar
profesi kebidanan yang dilakukan secara komprehenshif dan dapat mengatasi
kesenjangan yang terkadang timbul antara teori dengan praktek di lahan serta
dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdiana. 2015. “Determinan Kematian Bayi di Kota Payakumbuh” Jurnal Kesehatan


Masyarakat Andalas Vol. 9 No. 2
Affandi. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.
APN. 2017. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR
Asih Yusari & Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Astuti, Sri. dkk. (2017). Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga.
Astuti, Yuli Reni. 2015.Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui. Jakarta: Trans
Info Media.
Azwar, Saifuddin. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman (2015). Peraturan Bupati Sleman Nomor 38
Tahun 2015 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2016.
Avaliable from : http://diskes.baliprov.go.id/PROFIL- KESEHATAN-
PROVINSI-BALI2 (diakses tanggal 20 Mei 2021).
DINKES Provinsi Banten. 2020. AKI dan AKB Banten. Banten : DINKES Privinsi
Banten.
Dwiendra Octa R, dkk. 2014 Buku ajar asuhan kebidanan neonatus, bayi / balita
dan anak prasekolah untuk para bidan—ed 1,cet1. Yogyakarta:Depublish
Hani, Ummi. Kusbandiyah, Jiarti dkk.2014. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Fisiologis. Malang: Salemba Medika.
Hariyanti, 2017. Perbedaan Produksi ASI pada Akseptor KB Suntik Kombinasi dan
Progestin di BPS Anugerah Kabupaten Malang. Skripsi
Haryono R, Setianingsih, S. 2014. Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
IDAI. Jadwal Imunisasi 2017. Jakarta: IDAI

1
2

Kemenkes P. 2015. buku ajar kesehatan ibu dan anak continuum of carelife cycle.
cet. 2. jakarta: pusdiklatnakes kemenkes.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
____________. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Avaliable from :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilk
ese hatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-
2017.pdf (diakses 15 Mei 2021).
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu 2020
Kamariyah, dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa & Praktisi
Keperawatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan
Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Jakarta: Salemba Medika
Kuswanti, Ina.S. Si. T, M. Kes. 2014. Asuhan kehamilan. Yogyakarta : PT. Pustaka
Pelajar.
Lailiyana, dkk. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC.
Mandriwati G, Dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC
Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani A. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Trans Info Media.
Mi’raj, Mhd. Wahyudin. (2017). “Implementasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Desa
Tasik Seminar Kecamatan Koto Gasib Tahun 2015”. ”. JOM FISIP, Vol.
4, No. 1. “Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Ibu Ke-91
Tahun2019”https://www.menpppa.go.id/index.php/page/read/84/2422/ped
omanpenyelenggaraanperingatanhari-ibu-ke-91-tahun-2019, (diakses 15
Mei 2021).
3

Mulati, Erna dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : GAVI dan
Kemenkes RI.
Mutmainah annisa ui, dkk. 2017. Asuhan Persalinan Normal & Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: CV.ANDI OFFSET.
Nugroho, Taufan.,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nur Sholichah, Nanik Puji Lestari. 2017. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.
Y (Hamil, Bersalin, Nifas, Bbl, Dan K menurur Jurnal Komunikasi
Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017.
Prawirohardjo, Sarwono.2016. Ilmu Kebidanan. Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Putrono, Wagiyo,Ns.2016. asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & bayi baru
lahir fisiologis dan patologis. Yogyakata :CV.Andi
Rohani, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
Rustikayanti, N.R, et all. 2016. Perubahan psikologis pada Ibu Hamil Trimester III.
The Southeast Asian Journal of Midwifery. 2(1): 45-46.
Siwi Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
__________________. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). (2017). Jakarta : BKKBN, BPS,
Kementerian Kesehatan, dan ICF International.
Tando NM. 2016.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Karyuni PE,
editor. Jakarta: EGC.
Walyani, S. E. & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai