Anda di halaman 1dari 58

IDENTIFIKASI ALASAN IBU HAMIL DALAM PEMILIHAN PENOLONG

PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASALEPA


KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh :

Erfiana
NIM : 2013.IB.0062

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE


AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

IDENTIFIKASI ALASAN IBU HAMIL DALAM PEMILIHAN PENOLOMNG


PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASALEPA
KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Juli 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, S.ST Umi Kulsum, S.ST

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kab. Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.

LEMBAR PENGESAHAN

ii
Karya Tulis Ilmiah telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

TIM PENGUJI

1.Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes. (....................................................)

2.Rosdiana, S.ST (....................................................)

3.Umi Kulsum, S.ST (....................................................)

Raha, Juli 2016


Pembimbing I Pembimbing II

Rosdiana, S.ST Umi Kulsum, S.ST

Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kab. Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.

RIWAYAT HIDUP

iii
A.IDENTITAS
1. Nama : Erfiana
2. Nim : PSW. 2013. IB. 0062
3. Tempat/ tanggal lahir : Kondongia, 27 Desember 1994
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
6. Alamat : Desa Kombungo, Kecamatan Lasalepa
B.PENDIDIKAN
1. SD : SD Negeri 11 Lambiku Tahun 2007
2. SMP : SMP Negeri 1 Napabalano Tahun 2010
3. SMA : SMA Negeri 1 Napabalano Tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 mengikuti pendidikan D III Kebidanan di Akademi Kebidanan

Paramata Raha Kabupaten Muna yang direncanakan selesai tahun 2016.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada kata yang paling indah selain mengucap puji syukur kepada Sang

Maha Pencipta Allah SWT, karena hanya rahmat dan ridho-Nya sehingga Karya Tulis

iv
Ilmiah ini dengan judul Identifikasi Alasan Ibu Hamil Dalam Pemilihan Penolong

Persalinan Di wilayah Kerja Puskesmas lasalepa Kabupaten Muna Tahun 2016

dapat selesai tepat waktu.

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti penulis

haturkan kepada Rosdiana, S.ST selaku pembimbing I dan Umi Kulsum, S.ST selaku

pembimbing II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi, petunjuk,

pengarahan dan dorongan baik moril maupun materil yang begitu sangat berharga.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten

Muna.
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Paramata

Raha Kabupaten Muna, dan sekaligus Menjadi Pengiji.

3. Bapak La Gala selaku Kepala Puskesmas Lasalepa

4. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten

Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan

dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


5. Ayahanda La Ode Siri dan Ibunda Wa Ode Kaendea yang paling kucintai yang telah

mendidik, membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus,

serta doa restu dan pengorbanan yang tiada henti-hentinya hingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan ini. Serta saudara-saudaraku tercinta Ratna Gane, Sardadi,

Wa Ode Narsi, Rahman, Rahim, Saira, Nurma yang telah mendukung penulis dengan

doa dan harapan agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

v
6. Sahabat-sahabatku Siti Fatimah , Hasti, Sri , Herianti, Ila dan Yuli yang berbagi

suka duka atas kebersamaan kalian selama menyelesaikan pendidikan ini. Seluruh

temanku tingkat III dan semua pihak sebutkan satu persatu yang telah membantu dan

memotivasi selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha

Kabupaten Muna.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna baik dari

segi materi maupun penulisannya. Penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Raha, Agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan.......................................................................................... iii
Riwayat Hidup.................................................................................................. iv
Kata Pengantar.................................................................................................. v
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Tabel...................................................................................................... x
Intisari............................................................................................................... xi
Bab I Pendahuluan........................................................................................ 1

vi
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 5
Bab II TinjauanPustaka............................................................................... 6
A. Telaah Pustaka............................................................................... 6
1.. Kehamilan................................................................................. 6
2.. Abortus..................................................................................... 14
3.. Abortus Inkomplit..................................................................... 19
4.. Faktor-faktor yang Mempengruhi Abortus Inkokplit............... 21
B..Landasan Teori.............................................................................. 27
C..Kerangka Konsep......................................................................... 30
D. Pertanyaan Penelitan.................................................................... 30
Bab III Metode Penelitian.............................................................................. 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................... 31
B. Subjek Penelitian........................................................................... 31
C. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 32
D. Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... 32
E. Kriteria Objektif dan Defenisi Operasional................................... 32
F. Instrumen Penelitian...................................................................... 34
G. Cara Analisis Data......................................................................... 34
H. Rencana Penelitian......................................................................... 35
BAB IV Pembahasan...................................................................................... 36
A.Hasil Penelitian............................................................................. 36
B. Pembahasan................................................................................. 41
BAB V Kesimpulan dan Saran.................................................................... 47
A.Kesimpulan.................................................................................... 47
B. Saran............................................................................................ 47
DaftarPustaka................................................................................................. 48
Lampiran-lampiran

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Rumah Ibu dengan Tempat


Persalinan di Wilayah Kerjah Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna
31
Tahun 2016

Tabel 2. Berdasarkan Pengalaman Ibu Sebelumnya di Wilayah Kerjah


31
Puskesmas Lasalep aKabupaten Muna 2016

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Biaya Persalinan di Wilayah


31
Kerjah Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna Tahun 2016

viii
INTISARI

Erfiana (2013.IB.0062) Identifikasi Alasan Ibu Hamil dalam Pemilihan Penolong


Persalinan Di Wilayah Kerjah Puskemas Lasalepa Kabupaten Muna Tahun 2016 di
bawah bimbingan Rosdiana dan Umi Kulsum.

Latar Belakang: Berdasarkan data ibu hamil penolong persalinan di puskesmas


Lasalepa yang berkaitan dengan fasilitas penolong persalinan sudah digunakan
dengan optimal oleh masyarakat karena banyaknya informasi kepada masyarakat dan
sosialisasi bahwa persalinan di Puskesmas bagus dan kalau ada indikasi di puskesmas
peralatanya ada.

Hasil Penelitian: Berdasarkan jarak rumah ibu dengan tenpat penolong persalinan yang >500
m sebesar 21, (67,7%). sedangkan < 500 m sebesar 10 (32,2%), pengalaman sebelumnya yang
puas 28, (87,1%). Sedangkan yang kurang puas sebesar 3, (12,9%) dan biaya persalinan mahal
sebesar 18 (58,1%), sedangkan yang mengatakan murah sebesar 13, (41,9%).

Kesimpulan: Jarak rumah ibu dengan tenpat penolong persalinan yang >500 m sebesar ,
(67,7%). sedangkan < 500 m sebesar (32,2%).berdasarkan pengalaman sebelumnya yang puas
(87,1%). Sedangkan yang kurang puas sebesar (12,9%), biaya persalinan mahal sebesar
(58,1%). sedangkan yang mengatakan murah sebesar (41,9%).

Kata Kunci : Penolong Persalinan, jarak, pengalaman sebelumnya, biaya


Daftar Pustaka : 12 (2006-2016)

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi kesehatan tingkat dunia, World Health Organization (WHO)

memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan

dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara

berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya

komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (Anonim, 2015).


Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata-rata AKI

tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, laporan dari daerah

yang diterima Kementrian Kesehatan menunjukan jumlah ibu yang meninggal karena

kehamilan dan pada persalinan pada 2013 sebanyak 519 (Anonim, 2015).
Angka kematian ibu di Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu lima tahun

terakhir menunjukan trend menurun yakni dari tahun 2011 terdapat 342 AKI/100.000

KH, tahun 2012 sebanyak 277, tahun 2013 sebanyak 240 dan tahun 2014 sebanyak 205.

Bila dibandingkan dengan target MDGS 2015 yaitu sebanyak 105 AKI/100.000 KH

(Anonim, 2014).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muna dalam tiga tahun

terakhir bahwa angka kematian ibu hamil tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebanyak

4 orang, tahun 2014 sebanyak 1 orang, dan pada tahun 2015 sebanyak 2 orang
Cakupan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Lasalepa tahun

2013 dengan sasaran 5936 orang cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar

5514 dan oleh tenaga non kesehatan sebesar 422. Pada tahun 2014 sasaran ibu bersalin

1
2

berjumlah 5674 orang pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

adalah 5397 orang dan dukun adalah 277 orang. ada tahun 2015 sasaran ibu bersalin

berjumlah 4276 orang pertolongan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan

adalah 4096 orang dan dukun adalah 180 orang. Pada tahun 2016 sasaran ibu bersalin

berjumlah 106 orang pertolongan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan

adalah105 dan dukun adalah 1 orang (Dinkes, 2016).


Berdasarkan data ibu hamil penolong persalinan di puskesmas Lasalepa yang

berkaitan dengan fasilitas penolong persalinan sudah digunakan dengan optimal oleh

masyarakat karena banyaknya informasi kepada masyarakat dan sosialisasi bahwa

persalinan di Puskesmas bagus dan kalau ada indikasi di puskesmas peralatanya ada.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul, Identifikasi Alasan Ibu Hamil dalam Pemilihan Penolong Persalinan

di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna Tahun 2016?.


B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah

penelitian ini adalah Bagaimana gambaran alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong

persalinan 2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong persalinan

di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna tahun 2016.

2. Tujuan Khusus
3

a. Mengidentifikasi alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong persalinan

berdasarkan jarak di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Tahun 2016.


b. Mengidentifikasi Alasan ibu hamil dalam penolong persalinan berdasarkan

pengalaman sebelumnya di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Tahun 2016.


c. Mengidentifikasi alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong persalinan

berdasarkan biaya di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang

menyokong perkembangan ilmu pengetahuan khusus yang terkait dengan

Identifikasi alasan Ibu Hamil Dalam Pemilihan Penolong Persalinan.


2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
a. Bagi peneliti, untuk penerapan ilmu pengetahuan dalam membuat karya

tulis sebagai salah satu pengalaman belajar di Akademi Kebidanan Paramata

Raha Kabupaten Muna.


b. Bagi tempat penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran tentang

alasan pemilihan penolong persalinan dan menjadi rencana tindak lanjut

di Wilayah Kerja Puskemas Lasalepa Kabupaten Muna.


c. Bagi institusi jarak, dapat dijadikan sebagai perbendaharaan

perpustakaan/referensi penelitian bagi Akademi Kebidana Paramata Raha

Kabupaten Muna.
d. Bagi masyarakat, hasil penelitian dapat dijadikan gambaran masyarakat

khususnya bagi ibu hamil untuk mengetahui resiko pada persalinan apa bila di

tolong non nakes.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin

turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban

didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan

kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan


5

peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama Sembilan bulan.

Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran

petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya

komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan

pada ibu bersalin.


Persalinan adalah serangkayan kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulsn 37-42 minggu lahir spontan,tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin,di susul dengan pengeluaran plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu ( Naomi 2013).


Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serfiks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya

plasenta secara lengkap.( Naomi, 2013).

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan

yang aman di lakukan oleh tenaga kesehatan kompoten, yaitu spesialis

kebidanan , dokter umum dan bidan.

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada


5
masarakat adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan didan.(Eny

2011).

Persalinan dibagi dalam 4 (empat) kala, yaitu:

1) Kala 1 dimulai dari saat persalinan dimulai sampai pembukaan lengkap (10

cm). Proses ini berlangsung antara 18-24 jam terbagi dalam dua fase, yaitu

fase laten (8 jam) serviks membuka tiga cm dan fase aktif (7 jam) serviks

membuka dari empat sampai sepuluh cm, kontraksi lebih kuat dan sering

selama fase aktif.


6

2) Kala II dimulai pembukaan serviks lengkap sepuluh cm sampai bayinlahir.

Proses ini biasanya berlangsung dua jam pada primi satu jam pada multipara.

3) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4) Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama post

partum (Saifuddin, 2009).

2. Jenis- jenis persalinan

Jenis-jenis persalinan terdiri dari :

a. Persalinan spontan yaitu bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan

sendiri dan adanya faktor-faktor yang berperan dalam persalinan seperti kekuatan

mendorong janin keluar (power) yang meliputi adanya his (kontraksi uterus),

kontraksi otot-otot dinding perut dari kontraksi dinding diafragma Faktor janin

jalan lahirpun sangat berperan .sehingga pada waktu persalinan akan terjadi

perubahan-perubahan pada uterus, serviks,vagina dan panggul.

b. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. Pemberian rangsangan dengan

induksi oksitosin adalah memperbaiki his,sehingga serviks dapat membuka. Satu

ciri khas oksitosin ialah hasil pemberiannya tampak dalam waktu singkat. Oleh

karena itu tidak ada gunanya untuk memberikan oksitosin hanya diberikan dalam

beberapa jam saja, kalau ternyata tidak ada kemajuan persalinan. Indikasi

persalinan anjuran ini dihentikan dan ibu di istrahatkan. Indikasi persalinan

anjuran adalah pada distosia servikalis (Saifuddin,2009).

c. Persalinan buatan adalah bila proses persalinan spontan dan anjuran tidak dapat

dilakukan atau atas adanya indikasi sehingga proses persalinan dengan bantuan
7

tenaga dari luar salah satunya adalah secsio secarea. Indikasi untuk persalinan

buatan seperti pada plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,

rupture uteri mengancam, partus lama, distosia serviks, preklamsia dan hipertensi

dan malpresentasi janin.

d. Persalinan normal

Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir normal dengan presentase belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

janin (Saifuddin 2009).

3. Penolong Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran

plasenta dan selaput janin dari ibu (JNPK-KR, 2007 Penolong pesalinan merupakan

salah satu bagian dari pelayanan antenatal care.(Aniskristi 2011). peningkatan

pelayanan antenatal, penerimaan gerakan keluarga berenana, melaksanakan

persalinan bersih dan aman dan meningkatan pelayanan obstetric esensial dan

darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman

memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai ketrampilan dan alat

untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih.. Pelayanan pertolongan

persalinan adalah suatu bentuk pelayanan terhadap persalinan ibu melahirkan yang

dilakukan oleh penolong persalinan baik oleh tenakes seperti dokter dan bidan atau

non tenakes seperti dukun.( Aniskristi 2011).

4. Jenis-jenis penolong persalinan

Jenis jenis penolong persalinan adalah :


8

a. Bidan

Definisi bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan 2007 adalah

seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui

di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi

untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk

melakukan praktik bidan.

Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting

dalam bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas dan

menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan

asuhan kepada bayi baru lahir (prenatal care). Asuhan ini termasuk tindakan

pencegahan deteksi kondisi abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan

medic dan melaksanakan tindakan kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan

medik. Dia mempunyai tugas penting dalam pendidikan dan konseling, tidak

hanya untuk klien tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat (Aniskristi, 2011)

Pada saat ini, ada dua jenis bidan, yaitu mereka yang mendapat

pendidikan khusus selama tiga tahun dan perawat yang kemudian di didik

selama satu tahun mengenai kebidanan dan disebut sebagai perawat bidan.

Salah satu tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah

BPS (Bidan Praktek Swasta) Menurut Journal Aniskristi (2011) BPS adalah satu

wahana pelaksanaan praktik seorang bidan di masyarakat. Praktik pelayanan

bidan perorangan (swasta), merupakan penyediaan pelayanan kesehatan, yang

memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya

dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Setelah bidan melaksanakan

pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan


9

bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya.

Penyebaran dan pendistribusian badan yang melaksanakan praktik perlu

pengaturan agar dapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin

dengan masyarakat yang membutuhkannya. Tarif dari pelayanan bidan praktik

akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan transparans, sehingga

masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan Bidan Praktik Perorangan

(swasta).

Layanan kebidanan dimaksudkan untuk sebisa mungkin mengurangi

intervensi medis. Bidan memberikan pelayanan yang dibutuhkan wanita hamil

yang sehat sebelum melahirkan. Cara kerja mereka yang ideal adalah

bekerjasama dengan setiap wanita dan keluarganya untuk mengidentifikasi

kebutuhan fisik, social dan emosional yang unik dari wanita yang melahirkan.

Layanan kebidanan terkait dengan14 usaha untuk meminimalisir episiotomi,

penggunaan forcep, epidural dan operasi sesar (Aniskristi, 2011).

b. Dokter Spesialis Kandungan

Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil spesialis

kandungan. Pendidikan yang mereka jalani difokuskan untuk mendeteksi dan

menangani penyakit yang terkait dengan kehamilan, terkadang yang terkait

dengan proses melahirkan. Seperti halnya dokter ahli bedah.

Dokter spesialis kandungan dilatih untuk mendeteksi patologi. Ketika

mereka mendeteksinya, seperti mereka yang sudah pelajari, mereka akan

memfokuskan tugasnya untuk melakukan intervensi medis. Dokter spesialis

kandungan menangani wanita hamil yang sehat, demikian juga wanita hamil

yang sakit dan beresiko tinggi. Ketika mereka menangani wanita hamil yang
10

sehat, mereka sering melakukan intervensi medis yang seharusnya hanya

dilakukan pada wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis.

Di sebagian besar negara dunia, tugas dokter kandungan adalah untuk

menangani wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan kritis.

Baik dokter spesialis kandungan maupun bidan bekerja lebih higienis

degan ruang lingkup hampir mencakup seluruh golongan masyarakat.

Umumnya, mereka hanya dapat mengulangi kasus-kasus fisiologis saja,

walaupun dokter spesialis secara teoritis telah dipersiapkan untuk menghadapi

kasus patologis. Jika mereka sanggup, harus segera 15 merujuk selama pasien

masih dalam keadaan cukup baik.

Walaupun mereka dapat menanggulangi semua kasus, tetapi hanya

sebagian kecil saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan

karena biaya yang terlalu mahal, jumlah yang terlalu sedikit dan penyebaran

Jyang tidak merata. Dilihat dari segi pelayanan, tenaga ahli ini sangat terbatas

kegunaannya. Namun, sebetulnya mereka dapat memperluas fungsinya dengan

bertindak sebagai konseptor program obstetri yang pelaksanaannya dapat

dilakukan oleh dokter spesialis atau bidan (Aniskristi, 2011)

c. Dukun

Pengertian dukun biasanya seorang wanita sudah berumur 40 tahun ke atas,

pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat

panggilan tugas ini (Aniskristi, 2011). Menurut Journal Aniskristi (2011), jenis

dukun terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Dukun terlatih : Dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga

kesehatan dan telah dinyatakan lulus.


11

2) Dukun tidak terlatih : Dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga

kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Penolong persalinan oleh dukun mengenai pengetahuan tentang fisiologis

dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh

karena atau apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya,

bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya

berdasarkan pengalaman dan kurang profesional. Berbagai kasus sering

menimpa seorang ibu atau bayi sampai pada kematian ibu dan anak

(Aniskristi, 2011). Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok

yang sangat dipercayai di kalangan masyarakat. Mereka memberikan

pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar.

Apabila pelayanan selesai mereka lakukan, sangat diakui oleh masyarakat

bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan

dengan bidan. Umumnya masyarakat merasa nyaman dan tenang bila

persalinannya ditolong oleh dukun atau lebih dikenal dengan bidan

kampung, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun tersebut sangat

terbatas karena didapatkan secara turun temurun (tidak berkembang)

(Aniskristi, 2011). Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan

kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk

melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan

dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda12

bahaya dalam kehamilan dan persalinan, selain itu dapat juga mengenal

tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta

pertolongan pada bidan. Dukun yang ada harus ditingkatkan


12

kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun dalam

mengurangi angka kematian dan angka kesakitan (Aniskristi, 2011).

5. Alasan Pemilihan Penolong Persalinan

Dalam jurnal Novi Kila Firani (2015) ada berbagai macam alasan yang

di utarakan para ibu dalam memilih penolong persalinan, namun dapat

di kategorikan dalam alasan ekonomi, persepsi kopetensi penolong, kenyamanan/

tidak repot, dan sikap penolong.

a. Sedangkan ibu yang memilih bidan untuk perawatan kehamilan dan rencana

persalinan mengajukan alasan sebagai berikut :

1) Keterjangkauan biaya.

2) Kompetensi yang dimiliki petugas dan persalinan yang higienis.

3) Rasa nyaman bersalin di rumah bersalin dan tidak di rumah Sikap yang

menyedulur (kekeluargaan), sehingga para ibu merasa dapat berkomunikasi

dengan bebas tanpa rasa malu karena sama sama wanita.

b. Para ibu yang memilih dokter dalam perawatan kehamilan dan persalinan

mengutarakan alasanya sebagai berikut:

1) Dokter dianggap memiliki kopetensi/kemampuan teknik yang tinggi,

sehingga mereka merasa mantap.

2) Dengan pengalaman yang mereka miliki, para ibu merasa bahwa, dokter

akan sanggup mengatasi masalah yang mungkin muncul selama proses

persalinan. Pemilihan dokter lebih banyak di tentukan oleh kemudahan

untuk mencapai dokter (jarak), disamping itu juga mempertimbangkan

repotasi dokter yang diperoleh teman-teman/tetangga atau saudara yang


13

merasa puas dengan pelayanan dokter tertentu yang kemudian

direkomendasikan pada orang lain

3) Ramah dan halus.

4) Biaya dapat di selesaikan dengan kemampuan. Semua ibu menyatakan

bahwa memang persalinan dengan dokterblebih mahal, namun ini bukan

harga mati, karena dapat disesuaikan dengan kemampuan dengan cara

memilih RB/RSB dan kelas perawatan.

c. Mereka yang menilih dukun bayi sebagai penolong persalinan dengan alasan

sebagai berikut:

1) Pertimbangan ekonomi /biaya yang ringan.

2) Dukungan memberikan pelayanan paripurna,baik untuk ibu maupun bayi,

yakni dengan merawat bayi sampai puput (tali pusat terlepas) dan sampai ibu

selapan (40 hari pasca persalinan).

3) Bersalin di rumah dengan dukun memberi rasa aman,nyaman dan sering

karena keadaan di rumah maupun orang orang yang serba kekeluargaan

(suami, mertua, orang tua) serta tidak repot harus pergi dari rumah.

4) Reputasi dukun yang baik,seperti ramah, sabar, dan semua selamat.

5) Rumah sakit/rumah bersalin memberikan rasa takut karena jarum suntik,

pengguntingan dan sebagainya, serta berulang ulang di lakukan pemeriksaan

dalam (Novi Khila, 2015).

6. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Alasan Ibu Hamil dalam Pemilih penolong

persalinan

Pemilihan penolong selama masa kehamilan ,persalinan, dan masa nifas

bukanlah suatu proses yang sederhana. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam
14

proses pengambilan keputusan tersebut, hal ini terjadi pada perempuan yang hamil

ataupun ibu yang melahirkan.

Faktor faktor tersebut sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan ibu adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap

pencarian pertolongan persalinan di pedesaan disamping faktor jarak ke tempat

pelayanan kesehatan dan status ekonomi. Pada faktor pendidikan dan

pengetahuan, terbukti bahwa ibu atau bapak yang berpendidikan SMA (Sekolah

Menengah Atas) ke atas lebih baik pencapiannya yaitu di atas 80% ke tenaga

kesehatan. Sedangkan kisaran antara 20-30% ibu atau bapak yang berpendidikan

SD (Sekolah Dasar)-SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau tidak sekolah

memilih bersalin yang ditolong oleh tenaga non kesehatan (dukun). pendidikan

ibu juga mempengaruhi pemilihan jenis tenaga, penolong persalinan mengingat

bahwa pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam

memutuskan suatu hal, termasuk penolong persalinan. Pendidikan itu yang

kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga

perilakunya masih sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku

kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan. Pendidikan ibu disini

dikategorikan kurang bilamana ia hanya memperoleh ijazah hingga SMP atau

pendidikan lainnya yang setara ke bawah, pendidikan ini hanya mencukupi

pendidikan dasar 9 tahun. Sementara pendidikan reproduksi baru diajarkan

secara lebih mendetail di jenjang pendidikan SMA ke atas. Tingkat kepercayaan

ibu hamil terhadap kemampuan dukun bayi yang dipengaruhi oleh faktor

pendidikan yang rendah. Dimana faktor pendidikan yang rendah mempengaruhi


15

ibu hamil dalam memilih bersalin dengan tenaga non kesehatan (dukun)

(Heny, 2015 ).

b. Jarak

Fasilitas kesehatan berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.

Jarak rumah terhadap lokasi fasilitas pelayanan kesehatan , ada batas tertentu

sehinga orang masih mau berpergian untuk mencari pelayanan, batan ini

di pengaruhi oleh kodisi jalan, jenis kendaraan, kemampuan untuk membayar

ongkos, jalan dan berat ringanya penyakit.jarak merupakan kemudahan

jangkauan masarakat kefasilitas kesehatan yang tersedia. Jarak yang terlalu jauh

dan sulit di tempuh akan menyebabkan masarakat enggan untuk datang ke

fasilitas kesehatan. Mereka lebih memilih tempat pelayanan kesehatan yang

jaraknya tidak terlalu jauh dari wilayah tempat tinggal mereka (Utami, 2013).

c. Biaya

Salah satu kesiapan yang diperlukan untuk menyambut kehadiran

si buah hati adalah biaya persalinan. Hal ini sangat penting agar si buah hati

mendapatkan jaminan perawatan yang sangat baik dari kedua orang tuanya.

Sebaiknya calon orangtua sejak dini sudah membuat persiapan dana dengan cara

menabung. Sehingga bila waktu persalinan yang ditunggu-tunggu tiba, biaya

yang dibutuhkan sudah ditangan.

Menyiapkan biaya persalinan yang seharusnya dipikirkan oleh para calon

ibu, sebagai berikut :

1) Biaya persalinan sebaiknya dipersiapkan segera setelah Anda dinyatakan

hamil. Untuk itu, mulailah membuat anggaran keperluan yang dibagi dalam
16

beberapa pos biaya, misalnya biaya sebelum melahirkan dan biaya setelah

melahirkan. Bila kehamilan ini bukan kehamilan pertama, maka pengalaman

pada kehamilan sebelumnya bisa digunakan sebagai referensi persiapan.

2) Bisa memulainya dengan melakukan survei biaya persalinan di rumah sakit

yang diminati. Perlu diingat bahwa biaya persalinan dipengaruhi oleh

tindakan-tindakan yang diambil dokter kandungan dan Anda pun harus

mempersiapkan hal itu. Biasanya rumah sakit memiliki paket tertentu yang

sudah termasuk biaya persalinan serta perawatan selama beberapa hari pasca

persalinan. Jangan segan bertanya ke beberapa lokasi yang sesuai dengan

biaya di anggarkan.(Anonim 2014).

3) Tanyakan secara jelas mengenai fasilitas penggantian biaya persalinan lewat

asuransi yang di ikuti. Cari tahu berapa dana penggantiannya atau kelas

perawatan yang bisa digunakan, juga prosedur klaim dan lampiran dokumen

yang diperlukan agar tidak kerepotan nantinya.

4) Dalam menyiapkan dana persalinan, sebaiknya menggunakan opsi biaya

terbesar (misalnya harus Caesar, dirawat di kamar kelas 1 atau VIP, NICU

dll). Ini perlu di cross-check ke (Calon) tempat Anda akan melahirkan.

Meski Anda berharap persalinan di bidan misalnya, Anda juga tetap harus

bersiap jika ada kondisi yang kurang menyenangkan.

5) Untuk menghemat dana, Harus bisa melakukan proses persalinan dan

kontrol kehamilan di tempat yang berbeda. Misalnya menggunakan jasa

bidan untuk mengontrol kehamilan, namun saat persalinan dengan dokter

kandungan.
17

6) Saat menyiapkan biaya persalinan, Karna memiliki waktu terbatas, yakni

maksimal 9 bulan. Untuk itu, sebaiknya simpan dana tersebut dalam bentuk

tabungan atau deposito saja. Apabila ada dana berlebih, Harus tetap

menghematnya untuk biaya perawatan setelah bersalin.

7) Apabila dana Terbatas, jangan tergiur untuk membeli perlengkapan bayi

yang memerlukan biaya besar. Beli perlengkapan yang benar-benar

dibutuhkan, seperti pakaian dengan jumlah secukupnya saja. Sementara

untuk kebutuhan lain, seperti stroller, boks bayi, atau mainan, sebaiknya

dipikirkan belakangan saja. Biasanya akan ada kado dari teman-teman dan

sanak keluarga. Memanfaatkan barang estafet dari keluarga besar juga bisa

dipertimbangkan untuk menghemat biaya. Untuk memenuhi kebutuhan

busana ketika hamil, pilihlah busana yang dapat disesuaikan dalam kondisi

usia kandungan berapapun, sehingga Anda tidak terlalu banyak membeli

busana hamil.

8) Siapkan biaya tak terduga. Hal ini dibutuhkan agar proses pengambilan

keputusan dalam proses persalinan tidak terhalangi oleh faktor finansial. ada

pun dapat mengajukan pinjaman lunak dari jauh hari kepada keluarga atau

perusahaan untuk berjaga-jaga.

9) Bagi calon orangtua yang memang memiliki budget persalinan yang terbatas

karena kondisi finansial keluarga yang juga terbatas , bisa menggunakan

fasillitas dari pemerintah berupa Jampersal (Jaminan Persalinan) yang

dibentuk khusus oleh pemerintah untuk mengurangi angka kematian ibu dan

bayinya. Anda juga bisa meminta bantuan pihak desa atau pemerintah daerah

setempat untuk mengurus pengadaan Jaminan Persalinan ini. Dengan adanya


18

program dan fasilitas Jaminan Persalinan ini, keselamatan ibu dan bayi

sedikit akan berkurang lebih terjamin dan biaya melahirkan jauh lebih kecil.

10) Pemberian ASI atau air susu ibu secara ekslusif juga akan membantu

keuangan keluarga karena tidak perlu keluar uang untuk membeli susu

formula. Selain itu, bayi juga menjadi lebih sehat sehingga tidak sering sakit

dan mengeluarkan biaya berobat. Namun pada umumnya, usia nol bulan

sampai dua tahun merupakan usia yang memerlukan perhatian lebih karena

bayi rentan mengalami sakit. Oleh karena itu, asuransi kesehatan dengan

manfaat rawat jalan akan dapat bermanfaat. Terlebih jika mendapat fasilitas

pasuransi kesehatan dari tempat orang tua bekerja, jangan sungkan

menanyakan batasan manfaat asuransi yang diberikan (Anonim 2014).

Pengalaman persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi ibu dalam

memilih penolong persalinan,karena melalui pengalaman dapat timbul

persepsi yang positif tentang persalinan oleh dukun dan persepsi yang positif

tentang manfaat persalinan oleh tenaga kesehatan /bidan .persepsi tentang

ancaman berhubungan langsung dengan pemilihan penolong persalinan,

karena tindakan indifidu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit

akan di dorong oleh keseriusan penyakit tersebut atau ancaman yang di

lihatnya bila ibu hamil merasa ada ancaman kesehatan terhadap diri dan

bainya maka ibu akan mencari petugas kesehatan /bidan sebagai penolong

persalinan.persepsi tentang manfaat adalah keyakinan sese orang bahwa

manfaat dari perilaku yang direkomendasikan lebih besar dari segala

hambatan .bila se orang ibu hamil yakni akan manfaat persalinan dengan
19

tenaga kesehatan, sebagai penolong persalinan walaupun ada hambatan

hambatan yang di hadapi (Masita dkk, 2010).

B. Landasan Teori

Pemilihan penolong selama masa kehamilan ,persalinan, dan masa nifas bukanlah

suatu proses yang sederhana. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam proses

pengambilan keputusan tersebut, hal ini terjadi pada perempuan yang hamil ataupun ibu

yang melahirkan.

a. Jarak

Fasilitas kesehatan berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan. Jarak

rumah terhadap lokasi fasilitas pelayanan kesehatan , ada batas tertentu sehinga

orang masih mau berpergian untuk mencari pelayanan, batan ini di pengaruhi oleh

kodisi jalan, jenis kendaraan, kemampuan untuk membayar ongkos, jalan dan berat

ringanya penyakit.jarak merupakan kemudahan jangkauan masarakat kefasilitas

kesehatan yang tersedia. Jarak yang terlalu jauh dan sulit di tempuh akan

menyebabkan masarakat enggan untuk datang ke fasilitas kesehatan. Mereka lebih

memilih tempat pelayanan kesehatan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari wilayah

tempat tinggal mereka.

b. Pengalaman Sebelumnya

Pengalaman persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi ibu dalam memilih

penolong persalinan,karena melalui pengalaman dapat timbul persepsi yang positif

tentang persalinan oleh dukun dan persepsi yang positif tentang manfaat persalinan

oleh tenaga kesehatan /bidan .persepsi tentang ancaman berhubungan langsung

dengan pemilihan penolong persalinan, karena tindakan indifidu untuk mencari

pengobatan dan pencegahan penyakit akan di dorong oleh keseriusan penyakit


20

tersebut atau ancaman yang di lihatnya bila ibu hamil merasa ada ancaman

kesehatan terhadap diri dan bainya maka ibu akan mencari petugas kesehatan /bidan

sebagai penolong persalinan.persepsi tentang manfaat adalah keyakinan sese orang

bahwa manfaat dari perilaku yang di koremendasikan lebih besar dari segala

hambatan .bila se orang ibu hamil yakni akan manfaat persalinan dengan tenaga

kesehatan, sebagai penolong persalinan walaupun ada hambatan hambatan yang

di hadapi.

c. Biaya

Salah satu kesiapan yang diperlukan untuk menyambut kehadiran si buah hati

adalah biaya persalinan. Hal ini sangat penting agar si buah hati mendapatkan

jaminan perawatan yang sangat baik dari kedua orang tuanya. Sebaiknya calon

orangtua sejak dini sudah membuat persiapan dana dengan cara menabung.

Sehingga bila waktu persalinan yang ditunggu-tunggu tiba, biaya yang dibutuhkan

sudah ditangan.

C. Kerangka Konsep

Jarak

Pemilihan Penolong
Pengalaman
persalinan
Sebelumya

Biaya

Ket.:

: Variabel bebas
21

: Variabel Terikat

: Hubungan Antar Variabel

Gambar 1. Kerangka Konsep

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong persalinan

berdasarkan jarak di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Tahun 2016?


2. Bagaimana gambaran alasan ibu hamil dalam penolong persalinan berdasarkan

pengalaman sebelumya di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Tahun 2016 ?


3. Bagaimana gambaran alasan ibu hamil dalam penolong persalinan berdasarkan biaya

di di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Tahun 2016 ?

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian dekskriptif dengan pendekatan observasi dan

survey yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui alasan ibu hamil dalam

pemilihan tenaga penolong persalinan.


B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian yang dimaksud adalah semua ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna sebanyak 66 Orang


2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini mengunakan tehnik penarikan sampel total

sampling artinya Seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai sampel

yang berjumlah 31 orang ibu hamil. Adaun kriteria sampel tersebut sebagai berikut:
22

a. Kriteria Inklusi :Ibu mau menjadi responden, trimester III di Wilayah Kerja

Puskesmas Lasalepa yang terdaftar di register puskesmas Sampai Juli 2016.


b. Kriteria ekslusi : Semua ibu Hamil Trimester I dan II.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini telah di laksanankan pada bulan Agustus tahun 2016.
2. Tempat
Tempat penelitian telah dilaksanakan di Desa Labone, Bonea, Labunti, Parida,

Lasalepa, Bangunsari, Kombungo Kabupaten Muna.

D. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel independen dalam penelitian ini yaitu jarak, pengalaman sebelumnya.

Dan biaya. Sedangakan variabel dependen dalam penelitian ini adalah alasan ibu hamil
22

dalam pemilihan penolong persalinan.


E. Definisi Operasional

Tabel. 1 Defenisi Operasonal

N Variabel Defenisi Operasional Kriteria Alat Skala


o Obyektif Ukur

1. Dependen
Pemilihan Yang di maksud penolong adalah a.Tenaga Kesehatan : Kuesioner
penolong keputusan ibu untuk memilih Dokter/Bidan
persalinan. penolong persalinanya nanti. b.Tenaga nonmedis:
Independen dukun
Alasan ibu
2 hamil
a. Jarak
Jarak antara rumah ibu dengan a. Jauh : > 500 m
tempat penolong persalinan / tempat b. Dekat : 500 m Nominal
Kuesioner
bersalin

b. Pengalaman Tangapan ibu terhadap penolong a. Puas:Ibu tetap Kuesioner Nominal


persalinan persalinan sebelumnya. memilih penolong
sebelumnya persalinan yang lalu.
b. Kurang Puas:Ibu
tidak memilih
kembali penolong
persalinan yang lalu. Kuesioner Nominal

c . Biaya Kemampuan ibu hamil dalam a. Relatif Murah.


menyiapkan biaya persalinan. b. Relatif Mahal.
23

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi variabel

variabel yang di teliti.


G. Pengolahan dan Cara Analisis Data
Data yang digunakan tentang penolong persalianan dan sumber data yang gunakan

langsung adalah data primer yang diperoleh langsung dari kusioner di Wilayah Kerja

Puskesmas Lasalepa.
1. Pengolahan data
a. Editing adalah memeriksa kelengkapan jawaban responden dan menghitung

jumlah kuesioner yang kembali.


b. Coding adalah melekukan kode untuk masing masing pertanyaan.
c. Skoring adalah menilai masing masing item dengan mengunakan perhitungan

kalkulator kemudian di sajikan dalam bentuk tabel.


d. Tabulasi / Tabulating adalah Setelah di beri nilai maka data tribusi untuk

memudahkan dalam analisis data.mengelompokan hasil kuesioner.

e. Analiting (Analisis Data) Adalah Dalam melakukan analisis khususnya data

penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dianalisis secara univariat.

2. Analisis data
Data dilakukan dengan cara manuall dengan mengunakan kakulator dan

metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang ada

diolah dan diuraikan dalam bentuk tababel dan dinarasikan.


Rumus yang di gunakan yaitu:
24

Keterangan:

f = Frequensi setiap kategori variabel

P = Persentase

n = Jumlah sampel

H. Jalanya Penelitian

Jalanya penelitian yang telah di lakukan di bagi dalam beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Mengurus Surat Pengantar dari institusi Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna

selanjutnya guna di Sampaikan pada Kepala Kesbang Pol Kabupaten Muna

sebelum melakukan pengumpulan data di wilayah kerja Puskesmas Lasalepa

Kabupaten Muna.

2. Tahap Pelaksanaan

Melapor kepada Kepala Puskesmas kemudian melakukan penelitian dengan

mengunjungi ruma kerumah, lalu membagikan kuesioner, mengisi kuesioner

berdasarkan jarak, pengalaman sebelunmya, biaya. Yang di ambil berdasarkan

jawaban ibu di kuesioner.

3. Tahap Pengelolaan dan Analisis Data

Data yang di kumpulkan kemudian diolah, di analisis dan disajikan dalam


bentuk tabel distribusi frekuensi.
4. Tahap Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Pada tahap ini di susun suatu laporan dari penelitian ini.
25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas Lasalepa
a. Letak Geografis
Letak geografis Kecamatan Lasalepa terletak di jazirah Sulawesi Tenggara

dan di bagian Utara pulau Muna sebelah Selatan garis katulistiwa yakni 4 06

5015 Lintang Selatan dan diantara 122 0 7 - 1230 15 Bujur barat.Dengan

batas wilayah adalah sebagai berikut :


1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Napabalano
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batalaiworu
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton Utara
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kusambi.
b. Keadaan Demografi
Jumlah peduduk kecamatan Lasalepa yang menjadi sasaran pelayanan

kesehatan di puskesmas yaitu 10.884, yang terdiri desa Labone berjumlah 2.241,

desa Bonea berjumlah 1.863, desa Labunti berjumlah 2.281, desa Parida

berjumlah 1.305, desa Lasalepa berjumlah 1.080, desa Bangunsari berjumlah

1.326 dan desa Kombungo berjumlah 788 jiwa.

c. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan di Puskesmas Lasalepa

No. Jenis ketenagaan PNS PTT Honorer Pengabdi Jumlah

1 Dokter Umum 1 0
26
2 S2 Kesehatan 0
26

3 S1 Kesmas 3 3 7
1
4. S1 Keperawatan 1 1 2

5 S1 Gizi 1 1

6 D3 Gizi 1 1

7 D3 Gigi 0

8 D3 kesling 1 1

9 D3 kebidanan 3 3 3 6 15

10 D1 Kesling 1 1

11 D3 Farmasi 1 1

12 D3 Keperawatan 6 12 13 31

13 SMA (Administrasi) 1 3 4

Jumlah 19 3 21 22 64

2 Karakterestik Responden
Melalui penelitian yang di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa

Kabupaten Muna sejak di laksanakan pada tanggal 7 Juli s/d 12 Juli 2016 untuk

mengetahui karateristik ibu dalam pemilihan penolong persalinan, maka dalam

penelitian ini di lakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, setelah data

tersebut di kumpul, kemudian di lakukan pengolahan, sesuai tujuan penelitian dan

disajikan dalam bentuk tabel dan disertai penjelasan, sebagai berikut:

Tabel 2. Disribusi Frekuensi Alasan Ibu Hamil Dalam Pemilihan Penolong


Persalinan Bersasarkan Jarak, Pengalaman Sebelumnya, Biaya Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna Tahun 2016

NO Alasan Bidan Dukun Jumlah Persentase


%
1 Jarak
a. Jauh 13 8 21 67,7%
b. Dekat 10 0 10 32,3%
Jumlah 23 8 31 100%
2 Pengalaman
Sebelumnya
a. Puas 15 7 22 70,9%
27

b. Tidak Puas 3 0 3 9,6%


Jumlah 18 7 25 100%
3 Biaya
a. Mahal 12 7 18 58,1%
b. Murah 11 2 13 41.9%
Jumlah 23 7 31 100%
Sumber: Data Primer 2016
Pada Tabel 2. Menjelaskan dari 31 responden, jarak rumah ibu dengan tempat

persalinan > 500 m berjumlah 21 responden (67,7 %). sedangkan < 500 m 10

responden.(32,2%).
Pada Tabel 2. Menjelaskan bahwa dari 31 responden yang puas 22 responden,

(70,9%) sedangkan yang kurang puas berjumlah 3 responden(9,6%). Pada Tabel

2. Menjelaskan bahwa dari 31 responden yang mengatakan biaya persalinan mahal

18 responden (58,1%) sedangkan yang memilih murah 13 responden(41,9%).

B. Pembahasan
Melalui penelitian yang di lakukan dalam rangka untuk mengetahui

penyebab ibu dalam penelitian penolong persalinan yang di lakukan di Wilayah

Keja Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna pada tanggal 8 Agustus s/d 14

Agustus Tahun 2016. maka secara terperinci hasil akan dibahas sebagai berikut:

1. Jarak

Fasilitas kesehatan berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.

Jarak rumah terhadap lokasi fasilitas pelayanan kesehatan , ada batas tertentu

sehinga orang masih mau berpergian untuk mencari pelayanan, batan ini di
28

pengaruhi oleh kodisi jalan, jenis kendaraan, kemampuan untuk membayar

ongkos, jalan dan berat ringanya penyakit.jarak merupakan kemudahan

jangkauan masarakat kefasilitas kesehatan yang tersedia. Jarak yang terlalu jauh

dan sulit di tempuh akan menyebabkan masarakat enggan untuk datang ke

fasilitas kesehatan. Mereka lebih memilih tempat pelayanan kesehatan yang

jaraknya tidak terlalu jauh dari wilayah tempat tinggal mereka (Utami, 2013).

Jarak dalam hal ini akses merupakan salah satu pertimbangan untuk

memilih tempat melahirkan. Jarak yang jauh >5 km tidak menghalangi

customer umum dan member untuk melahirkan di RBG. Pada customer umum

dan member yang melahirkan di luar RBG jarak yang dekat (<2km) tidak

menjadi prioritas utama, dimana nilainya lebih besar daripada jarak yang

lain.Pada customer umum lebih dominan ke arah atas yaitu jarak semakin dekat,

hal ini menggambarkan bahwa jarak menja diprioritas pemilihan tempat

persalinan. Peran keluarga dan kebiasaan yang terjadi didalamnya dapat

mempengaruhi pilihan-pilihan persalinan selanjutnya.Pengalaman dari orang

yang sudah pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan informasi

yang berharga (Kohn,2009 dan Parson & MacLaran, 2009). Peranan penolong

persalinan sangat penting bagi ibu melahirkan. Selain adanyarasa kepercayaan

sehingga bisa menaikkan kepercayaan diri atau sugesti positif, hal inijuga terkait

dengan keamanan persalinan, (AM.Mairah 2014).

Keterjangkauan didasarkan atas persepsi jarak dan ada tidaknya kendaraan

pribadi maupun umum untuk mencapai sarana kesehatan terdekat. Responden

yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan

masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat
29

sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan olehbidan

membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena

jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat

pelayanan, akses terhada psarana kesehatan dan transportasi merupakan salah

satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat

pelayanan kesehatan. Pada waktu memilih dukun bayi, jarak dari rumah

ke tempat dukun tersebut sangatmempengaruhi. Lebih nyaman melahirkan

di rumah sendiri dengan memanggil dukun bayi Rumah dukun bayinya dekat

sehingga lebih cepat datang dari pada harus ke tempat lain yanglebih jauh.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden diketahui

bahwa responden yang tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya beralasan karena letak rumahnya yang jauh dari sarana kesehatan

penolong persalinan. Alasan lain yang dikemukakan responden adalah tidak

memiliki alat transportasi maupun alat komunikasi untuk

menjemput/menghubungi bidan di desa tersebut. Kendala itu akan semakin berat

ketika responden melahirkan pada malam hari.

Di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu kebanyakan ibu hamil lebih

memilih Dukun bayi dengan alasan mereka merupakan tetangga sendiri, sikap

mereka terhadap masyarakat lebih baik, tiap hari dijenguk, bayinya dirawat

sampai umur 40 hari, jarak dukun dari rumah lebih dekat dan kurangnya

transportasi juga mempengaruhi pemilihan penolong persalinan pada dukun.

Jalan yang akan dilalui menuju puskesmas juga tidak memadai, sehingga

memiliki risiko terhadap ibu hamil, bahkan melewati beberapa kali sungai untuk

bisa sampai ke tempat sarana kesehatan. Sebagian besar responden 35,0 % yang
30

terjangkau aksesnya menuju sarana kesehatan memilih bidan untuk menolong

persalinan, dan sebagian besar 87,3 % responden yang tidak terjangkau aksesnya

memilih dukun bayi untuk menolong persalinannya. Responden yang memilih

pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan masyarakat yang

jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat sedangkan responden

yang memilih 8 pertolongan persalinan oleh bidan membutuhkan waktu yang

lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena jaraknya yang lebih jauh.

Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses terhadap

sarana kesehatan dan transportasi merupakan salah satu pertimbangan keluarga

dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan, (Lia 2011).

Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatanMenurut Agustinus, (2010).

salah satu penyebab keterlambatan ibu bersalin untuk mendapatkan pelayanan

yang tepat adalah akibat jarak yang tidak terjangkau. Jarak yang terlampau jauh

dan tidak tersedianya sarana transportasi menyebabkan ibu hamil memilih

persalinan di rumah dengan bantuan dukun, sehingga apabila mengalami

komplikasi saat persalinan tidak segera mendapatkan pertolongan yang

memadai. Hal ini sering menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Di Nigeria, ibu hamil yang mengalami perdarahan pada saat persalinan,

sering mengalami kematian di perjalanan menuju pusat layanan kesehatan

modern. Hal ini sering disebabkan oleh jarak yang terlampau jauh dan tidak

tersedianya sarana transportasi, (Agustinus 2010).

Pada Tabel 2, Menjelaskan bahwa dari 31 responden, jarak rumah ibu

dengan tempat persalinan > 500 m berjumlah 21 responden (67,7%) di mana


31

yang memilih nakes berjumlah 13 responden (61,9%) dan yang tidak memilih

nakes berjumlah 7 responden (33,3%). sedangkan < 500 m 10 responden.

(32,3%) di mana yang memilih nakes berjumlah 7 responden (70%). sedangkan

yang tidak memilih nakes berjumlah 0. Responden (0%).

Penelitian yang di lakukan Lia Amalia di Wilaya Kerka Puskesmas

Molopatodu Kecamatan bogomeme Kabupaten Lia, (2010). di mana ibu yang

memilih jarak tidak terjangkau dengan tenaga kesehatan sebanyak 63 orang

(51,21%). Dari 63 ibu tersebut yang di tolongn bidan sebanyak 8 orang

(12,69%). Dan di tolong dukun sebanyak 55 orang, ( 87,30%).

Dan ibu yang memiliki jarak terjangkau sebanyak 60 orang (48,78%). dari

60 orang tersebut yang di tolong bidan sebanyak 21 orang (35%) dan yang

ditolong dukun sebanyak 39 orang (65%).

Hasil peerbandingan bertolak belakang, hal ini disebabkan karena

semakin banyaknya bidan yang di tempatkan di suatu desa dan semakin

banyaknya penyuluhan atau kegiatan yang bersangkutan dengan kesehatan Ibu

dan anak yang melibatkan masyarakat, sehinga masyarakat lebi memilih tenaga

kesehatan termasuk memilh bidan sebagai tenaga penolong persalinan.

2. Pengalaman Sebelumnya

Pengalaman persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi ibu dalam

memilih penolong persalinan,karena melalui pengalaman dapat timbul persepsi

yang positif tentang persalinan oleh dukun dan persepsi yang positif tentang

manfaat persalinan oleh tenaga kesehatan /bidan .persepsi tentang ancaman

berhubungan langsung dengan pemilihan penolong persalinan, karena tindakan

indifidu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan di dorong


32

oleh keseriusan penyakit tersebut atau ancaman yang di lihatnya bila ibu hamil

merasa ada ancaman kesehatan terhadap diri dan bainya maka ibu akan mencari

petugas kesehatan /bidan sebagai penolong persalinan.persepsi tentang manfaat

adalah keyakinan sese orang bahwa manfaat dari perilaku yang

di koremendasikan lebih besar dari segala hambatan .bila se orang ibu hamil

yakni akan manfaat persalinan dengan tenaga kesehatan, sebagai penolong

persalinan walaupun ada hambatan hambatan yang di hadapi, (Masita dkk 210).

Menurut jurnal Agustinus, (2010). ketakutan merupakan faktor utama

yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan yang seharusnya tanpa rasa nyeri.

akibatnya rasa takut dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap lancarnya

his dan pembukaan. Hal ini biasanya dialami oleh wanita yang mempunyai

pengalaman tidak menyenangkan dalam kehamilan sebelumnya. Dengan

demikian urutan kelahiran keberhasilan persalinan sebelumnya sangat

berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan pada anak berikutnya.

Oleh sebab itu untuk kehamilan yang berisiko besar disarankan agar ditangani

oleh NAKES yang profesional dengan peralatan yang lebih lengkap (Agustinus

2010).

Berdasarkan hasil penelit Aira, (2012). masih terdapat sebagian kecil ibu

hamil yang memilih bersalin di rumah sendiri dan ditolong oleh paraji.

Hal ini perlu diwaspadai karena persalinan tersebut tidak aman dan dapat

membahayakan ibu dan bayi. Persalinan hendaknya dilakukan di fasilitas

kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam kebidanan.

Dari hasil penelitian Aira, berdasarkan riwayat pertolongan persalinan

sebelumnya, lebih dari sebagian besar ibu memiliki riwayat persalinan di rumah
33

dan ditolong oleh paraji. Sebagian besar ibu hamil yang memilih bersalin

dirumah dan ditolong oleh paraji dikarenakan pada persalinan sebelumnya

selalu melahirkan di rumah dengan paraji.

Pengalaman persalinan dan kehamilan terdahulu akan sangat

mempengaruhi terhadap pemilihan penolong persalinan, dimana ibu

yang sebelumnya persalinan ditolong oleh dukun dan tidak memiliki

masalah saat proses persalinan akan mempunyai peluang lebih besar untuk

memilih dukun untuk persalinan berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian Aira,

terdapat juga ibu hamil yang memiliki riwayat pertolongan persalinan di

rumah dan ditolong oleh paraji, namun untuk persalinan yang sekarang ibu

hamil tersebut sudah berencana untuk bersalin di fasilitas kesehatan dan ditolong

oleh tenaga kesehatan. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti

pengaruh dari orang terdekat maupun pihak profesional kesehatan, serta

perasaan tentang nilai risiko kehamilan.

Menurut Aira (2010), saat ini pemilihan layanan maternal semakin sering

dibuat berdasarkan saran dari pihak profesional. Selain itu, output dari

pengalaman seseorang dapat berbeda-beda sehingga ibu hamil akan

memiliki kecenderungan yang berbeda pula terhadap pengalamannya

pertolongan persalinan tersebut. jika dikaitkan dengan teori Health Belief Model

dari Rosenstock (1966) dalam Bensley (2008) bahwa melalui pengalaman

dapat timbul persepsi yang positif tentang ancaman persalinan dengan

dukun dan persepsi yang positif tentang manfaat persalinan dengan tenaga

kesehatan. Sehingga bila ibu telah mempunyai persepsi yang positif, maka

ibu akan memilih tenaga kesehatan. dimana berdasarkan hasil penelit Aira
34

pada saat pretest menunjukkan bahwa sebagian besar ibu sudah memilih

bersalin di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan. Hal ini

merupakan pilihan yang baik bagi ibu hamil dimana sudah memilih pertolongan

persalinan yang aman. Berdasarkan hasil penelit Aira, sebagian besar ibu

hamil yang memilih bersalin di tenaga kesehatan lebih memilih bidan dari pada

tenaga kesehatan yang lain, seperti perawat dan dokter kandungan. Hal ini

bisa disebabkan karena mudahnya memperoleh akses pelayanan kesehatan

seperti praktik bidan sehingga mudah mendapatkan pertolongan persalinan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelit Aira bahwa motivasi ibu hamil dan ibu

meneteki yang memanfaatkan untuk mau memeriksakan dirinya ke pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh bidan, sebagian besar menyatakan masing-masing

atas kemauan sendiri, dan sebagian lainnya untuk yang memanfaatkan pelayanan

menyebutkan karena ikutikutan. pengaruh edukasi persiapan persalinan aman

terhadap pemilihan penolong dan tempat persalinan dapat terlihat pada hasil

posttest. Dari hasil uji statistik statist ik disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh edukasi terhadap pemilihan penolong dan tempat persalinan. Pada

kelompok intervensi terdapat perbedaan pemilihan penolong dan tempat

persalinan pada pretest dengan posttest, dimana hasil posttest pada kelompok

intervensi menunjukkan data bahwa t idak ada lagi ibu hamil yang memilih

bersalin di rumah dan ditolong oleh paraji. Sementara pada kelompok kontrol

tidak terdapat perubahan ibu hamil yang awalnya memilih bersalin di rumah

sendiri dan memilih paraji. Hal ini disebabkan oleh keterpaparan ibu

hamil pada kelompok intervensi terhadap edukasi persiapan persalinan aman


35

sehingga ibu hamil mendapatkan pengetahuan tentang pemilihan penolong dan

tempat persalinan yang aman, (Aira dkk 2012).

Pada Tabel 2, Menjelaskan bahwa dari 31 responden yang puas 22

responden (70,9%). di mana yang memilih nakes berjumlah 15 responden

(71,4%) dan yang tidak memilih nakes berjumlah 7 responden (71,4%).

sedangkan yang kurang puas berjumlah 3 responden (9,6%).di mana yang

memilih nakes berjumlah 3 responden (100%) dan yang tidak memilih nakes

berjumlah 0 responden (0%).

Dari hasil perbandingan tidak bertolak belakang, karena berbagai faktor

salasatunya adanya informasi dan kesadaran masrakat tentang pentingnya

persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan dan kesadaran ini perlu

ditingkatkan,selain itu kualitas pelayanana dari tenaga kesehatan juga perlu di

tingkatkan, sehinga masyarakat tetap memilih tenaga kesehatan.

3.Biaya

Salah satu kesiapan yang diperlukan untuk menyambut kehadiran si buah

hati adalah biaya persalinan. Hal ini sangat penting agar si buah hati

mendapatkan jaminan perawatan yang sangat baik dari kedua orang tuanya.

Sebaiknya calon orangtua sejak dini sudah membuat persiapan dana dengan cara

menabung. Sehingga bila waktu persalinan yang ditunggu-tunggu tiba, biaya

yang dibutuhkan sudah ditangan, (Anonim 2014).

Faktor biaya sangat berpengaruh kesiapan ibu dalam melahirkan, hal ini

berkaitan dengan pendapatannya sehubungan dengan biaya yang di keluarkan

saat persalinan, jumlah biaya yang harus di keluarkan, kesesuaian biaya dengan
36

harapan dan fasilitas yang diberikan, program jam persal dan kemungkinan

biaya lain diluar biaya persalinan yang di bebankan.

Pada pertanyaan pertama, jawaban ibu bersalin oleh bidan cenderung

berpendapat bahwa biaya untuk membayar persalinan di bidan adalah murah.

Tetapi ada seorang ibu yang membandingkan dengan biaya persalinan kedukun,

ibu mengatakan bila di bandingkan persalinan oleh dukun ibu berpendapat lebih

murah di dukun.

Dalam hal fasilitas yang di peroleh baik ibu yang bersalin di bidan dan

dukun sudah mengatakan kesesuaiannya antara yang dibayar dengan fasilitas

yang diberikan/sudah sesuai harapan.Untuk pelaksanaan program jam persal

(jaminan persalinan),bahwa dari ibu yang bersalin di bidan jawaban tentang jam

persal bervariasi, ada yang ragu menjawab karena tidak tahu persis atau hanya

mendengar dari teman-temannya. Pernyataan ibu yang bersalin di bidan antar

alain ibu tidak tahu persis karena ibu tidak ditawari dan mendapat penggantian

biaya dari jam sostek,ada yang mengatakan pernah ditawari untuk memilih

memakai jam persal atau jam sostek dan setahu ibu jam persal untuk orangyang

tidak mampu, ada yang mendengar dari temannya bahwa jampersal untuk

meringankan biaya dan tetap akan dikenai biaya tetapi tidak penuh dan ada yang

mengatakan jam persal itu tidak bayar alias gratis, (Anadkk) 2014).

Hasil penelitian Agustinus dkk, (2010). menunjukkan bahwa mahalnya

biaya persalinan dan alasan kenyamanan sebagian besar ibu hamil di Kabupaten

Purworejo lebih memilih melahirkan di rumah dengan pertolongan dukun.


37

Sebagai contoh saat ini biaya untuk kelahiran normal di kamar kelas tiga di

rumah sakit swasta sekitar Rp. 390.000,00 sedangkan biaya untuk pelayanan

gawat darurat s ekitar 16 sampai 20 juta rupiah, (Agustinus 2010).

Pada Tabel 2, Menjelaskan bahwa dari 31 responden yang mengatakan

biaya persalinan mahal 18 responden, (58,1%). di mana yang memilih nakes

berjumlah 12 responden, (66,7%). dan yang tidak memilih nakes berjumlah 7

responden, (38,8%). sedangkan yang memilih murah 13 responden(41,9%). di

mana yang memilih nakes berjumlah 11 responden, (84,6%). dan yang tidak

memilih nakes berjumlah 2 responden, (15,4%).

Penelitian yang dilakukan Elita Ivanna Gultan dan Anwar Hassan

menunjukan bahwa dari 95 responden. Yang menyatakan biaya persalinan mahal

sebanyak 48 orang, (45,26%). dimana yang memilih bidan sebanyak 41 orang

(95,34%) dan memilih dukun hanya 2 orang (4,65%). Sedangkan yang

mengatakan biaya persalinan murah sebanyak 52 orang, (54,73%). di mana yang

memilih bidan sebanyak 47 orang, (90,38%). dan yang memilih dukun hanya

5 orang, (9,61%).

Hasil perbandingan bertolak belakang, kerna kelompok responden yang

mengatakan biaya persalinan mahal, kena mereka tidak mempunyai kartu

jaminan pemeliharaan kesehatan, dan yang mengatakan murah memiliki karu

jaminan pemeliharaan kesehatan, dan sekelompok orang yang mampu / berada.

ini dikarenakan pertolongan persalinan oleh bidan lebih aman dan telah memiliki

persiapan untuk penanganan awal jika terjadi suatu hal yang tidak di inginkan.

Biaya tidak lebih penting dari pada keselamatan ibu dan anak.
38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Identifikasi alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja

Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna berdasarkan jarak rumah ibu dengan tenpat

penolong persalinan yang >500 m sebesar (67,7%). sedangkan < 500 m sebesar

(32,2%).
2. Identifikasi alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong persalinan berdasarkan

pengalaman sebelumnya yang puas sebesar (87,1%). Sedangkan yang kurang puas

sebesar (12,9%)
39

3. Identifikasi alasan ibu hamil dalam pemilihan penolong persalinan di Wilayah Kerja

Puskesmas lasalepa Kabupaten Muna berdasarkan biaya persalinan mahal sebesar

(58,1%). sedangkan yang mengatakan murah sebesar (41,9%)


B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada maka penulis memberikan saran:

1. Bidan memberikan penyuluhan yang berkesinambungan kepada masarakat

mengenai pemilihan penolong persalinan, manfaat tenaga kesehatan di desa secara

optimal serta tentang bahaya bahaya pada saat hamil dan bersalin bila di tolong oleh

tenaga yang tidak profesianal.

2. Perlu meningkatkan sosialisasi langsung kemasyarakat mengenai adanya peraturan

daerah tentang tarif pelayanan kesehatan utamanya pertolongan persalinan pada

tenaga kesehatan dari pihak puskesmas, serta sosialisai tentang Kartu Indonesia

Sehat (KIS).
3. Pihak puskesmas untuk mengusulkan pengadaan alat tranportasi (mobil) agar
40
memudahkan ibu ketempat pelayanan masyarakat.
40
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. (2011). Fakror-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemilihan


Penolong Persalinan. Diakses tanggal 20 Agustus 2016.

Ambrawati, Eny Retna dan Rismintari Sriati. (2011). Asuhan Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Aniskristi. (2011). Gambaran Pemilihan Penolong Persalinan Ibu Primigravida


Berdasarkan Karateristik. Diakses tanggal 27 Juni 2016.

Anonim. (2014). 1. Pedoman Ibu Hamil Cara Mempersiapkan Biaya Persalinan


Sibuah Hati. Diakses tanggal 11 Agustus 2016.

Anonim. (2014). 2. Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara. Diakses tanggal 17 Juli
2016.

Anonim. (2015). 1. Angka kematian Ibu Masih Tinggi Cita Cita RA Kartini Belum
Tercapai 2015. Diakses tanggal 11 Agustus 2016.

Anonim. (2015). 2. Data Angka Kematian Ibu Menurut WHO. Diakses tanggal 11
Agustus 2016.

Astuti, Ana Puji, Martha Irene Kartasurya, Ayun Sriatmi. (2014). Analisis Alasan
Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kabupaten Semarang.
Diakses tanggal 20 Agustus 2016.

Disrinama, Maisarah AM. (2014). Rekomendasi Peningkatan Pemanfaatan Layanan


Persalinan Normal Di Klinik Pratama Rawat Inap Rumah Bersalin Gratis
Rumah Zakat. Diakses tanggal 20 Agustus 2016.

Firani, Nofi Kila. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Dengan
Perilaku Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan. Diakses tanggal 27 juni
2016.

Mardela Aira, Putri Restuning, Widiasih Mira Trisyani. (2012). Rencana Pemilihan
Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Hamil Setelah di Berikan Pendidikan
Kesehatan Tentang Persiapan Persalinan Aman. Diakses tanggal 20 Agustus
2016.

Masita, Novita Heni, Puita Erlin. (2013). Pemilihan Penolong Persalinan. Diakses
tanggal 11 Agustus 2016.

42
43

Saifuddin, Abdul Bari. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Setiabudi, Utami. (2013). Analisis Alasan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu
Bersalin di Kabupaten Semarang. Diakses tanggal 11 Agustus 2016.

Sugiarto, Oleh Agustinus. (2013). Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Terhadap
Pemilihan Penolong Persalinan. Diakses tanggal 20 Agustus 2016.

Tando, Naomy Marie, (2013). .Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : In Media.

Wijayanti, Heny Noor, (2015). Hubungan Tingkat Kepercayaan Ibu Hamil Terhadap
Kemampuan Dukun Bayi Dengan Pemilihan Jenis Tenaga Penolong Persalinan
di Puskesmas Bacak Kabupaten Semarang. Diakses tanggal 11 Agustus 2016.
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamt :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang


berjudulIdentifikasi alasan Ibu Hamil dalam Pemilihan Penolong Persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Lasalepa Kabupaten Muna Tahun 2016

Yang di lakukan oleh:

Nama : ERFIANA

NIM : 2013.1B.0062

Sesuai dalam prosedur penelitian ,maka saya memberikan jawaban sebenar-


benarnya atas pertanyaan yang di berikan dan tidak akan menuntut terhadap segala
kemungkinan yang akan terjadi dalam penelitian ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya ,untuk di


gunakan semestinya.

Raha, 2016

Responden

(.....................................)
LEMBAR PERTANYAAN /KUISIONER
DENTIFIKASI ALASAN IBU HAMIL DALAM PEMILIHAN PENOLONG
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASALEPA
TAHUN 2016

Tanggal :

NO.Responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN

1. Siapa yang akan di pilih ibu dalam proses persalinanya nanti ?


a. Tenaga Kesehatan (Bidan, Dokter ahli, Dokter)
b. Tenaga Non Kesehatan ( Dukun )

2.Apa alasan ibu memilih tenaga tersebut ?

3.Berapa jauh jarak rumah ibu dengan jarak penolong persalinan / tempat bersalin:

4. Untuk ibu dengan persalinan lebih dari I, siapa yang menolong persalinan
sebelumnya ?

5. Menurut Ibu bagaimana biaya yang harus di keluarkan untuk melakukan proses
persalinan pada bayi tersebut?

a. Relatif mura:

b. Relatif mahal:
IDENTIFIKASI ALASAN IBU HAMIL DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LASALEPA KABUPATEN MUNA TAHUN 2016

PENOLONG PENGALAMAN
NO NAMA UMUR PENDID PEKERJAAN PERSALINAN JARAK SEBELUMNYA BIAYA
IKAN
BIDAN DUKUN JAUH DEKAT PUAS KURANG MAHAL MURAH
PUAS

1 NY.R 40 Tahun SD Wiraswasta

2 NY.K 26 Tahun SMP IRT

3 NY.U 32 Tahun SMP IRT

4 NY.M 32 Tahun SMA IRT

5 NY.N 29 Tahun SMA IRT

6 NY.D 34 Tahun SMP IRT

7 NY.I 35 Tahun SMA IRT

8 NY.N 20 Tahun SMA DI -

9 NY.H 19 Tahun SMP IRT

10 NY.W 35 Tahun SD IRT

11 NY.W 27 Tahun TS PETANI

12 NY.W 36 Tahun SMP PETANI

13 NY.W 27 Tahun TS PETANI

14 NY.N 20 Tahun SMP PETANI


15 NY.W 33 Tahun SMP PETANI

16 NY.W 32 Tahun TS IRT

17 NY.H 37 Tahun SD IRT

18 NY.W 33 Tahun TS IRT

19 NY.S 27 Tahun SMA IRT -

20 NY.N 20 Tahun SD IRT -

21 NY.S 34 Tahun SD IRT -

22 NY.R 18 Tahun SMK IRT -

23 NY.E 32 Tahun SD IRT -

24 NY.H 35 Tahun SMA IRT

25 NY.N 43 Tahun SD PETANI

26 NY.R 33 Tahun SMA IRT

27 NY.S 28 Tahun SMP IRT

28 NY.N 27 Tahun SMA IRT

29 NY.N 42 Tahun SMA IRT

30 NY.R 22 Tahun SMP IRT

31 NY.O 28 Tahun SMP IRT

Total 23 8 21 10 22 3 18 13

Anda mungkin juga menyukai