Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.

S USIA 2O TAHUN P1A0 POST PARTUM 6 HARI NORMAL DI BPS MARIA SUROSO, S.S T BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh: OLITA SISTIA AB/A/Y.210.673

AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG 2013 LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP Ny. S 20 TAHUN P1A0 POST PARTUM 6 HARI NORMAL DI BPS Hj. MARIA SUROSO BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan didepan tim penguji dalam ujian akhir program pendididkan diploma III kebidanan adila pada : Hari Tanggal Menyetujui Pembimbing : Kamis : 13 juni 2013

Hj. MARIA SUROSO, S.ST

LEMBAR PENGESAHAN Diterima Dan Disahkan Oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Pada : Hari Tanggal Penguji I Septi Ristiyana, S.ST NIK.2011101020 : kamis : 20 juni 2013 Penguji II Ervina Irawati.H, S. SiT NIK.2009111019 MENGESAHKAN Direktur Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Sustiana, Amd.Keb, SKM NIDN.030208804 CURRICULUM VITAE

Nama NIM Tmpt/tggl lahir Alamat Institusi

: Olita Sistia : AB/A/Y/2010.673 : Bangun Rejo, 6 Oktober 1992 : Sinar Banten, Kec. Bekri, Kab. Lampung Tengah : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung

Angkatan

: 2010 (2010/2013)

Biografi 1998

1. TK DARMA WANITA PTP NUSANTARA IIV (PERSERO) Bekri, Lampung Tengah 19972. SD Negeri 2 Sinar Banten Kec. Bekri, Kab. Lampung Tengah tahun 1998-2004 3. SMP Negeri 2 Bangun Rejo, Lampung Tengah tahun 2004-2007 4. SMA KARTIKATAMA KOTA METRO 2007-2010 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung sejak tahun 2010 hingga saat ini.

MOTTO Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.

HALAMAN PERSEMBAHAN Ucapan syukur saya sampaikan kepada Allah SWT, Sholawat dan salam saya sampaikan kepada Rasulullah SAW, yang selalu menjadi sumber inspirasi saya Kupersembahkan untuk cahaya hidupku , yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya yang selalu memanjatkan doa dalam setiap sujudnya yaitu kedua orang tuaku, untuk emaku tercinta SUHARTI NINGSIH Sosok yang pertama dari tujuan hidupku, yang selalu membangkitkanku disaat terpuruk dari hidupku. Terima kasih ya Allah telah Kau berikan padaku malaikat- Mu, dan lahirkan aku dari rahimnya dan untuk Bapaku tercinta SISWADI sosok yang selalu menjadi panutanku, yang selalu mengajarkanku arti dari hidup untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan agar hidup jauh lebih bermakna. Juga kakaku FATMOKO HADI dan kakak iparku MELINDA EKA PUTRI yang sudah menjadi teladan untuku dan tak lupa untuk

adik adiku yang sangat kusayangi IRAWAN PRANATA, FATMAWATI RAHMA AGHIL, RIZKY HEQSHA yang menjadi penyemangat dan sumber inspirasi disaat ku merasa letih dan berharap kalian mampu menjadi sosok yang jauh lebih baik Penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada Mami Syahridawati Rambe S.ST, atas upaya Mami Memambantu saya dalam kesediaan mami membimbing saya dalam studi kasus ini. Kepada Ibu MARIA SUROSO, S.ST DAN Ibu RINI PALUPI,S.Kep, terima kasih atas segala bimbingan yang telah ibu berikan. Saya ingin mengucapkan terima kasih karena Ibu bersedia mendengarkan kegelisahan saya di detik-detik mendekati sidang Karya Tulis Ilmiah dan atas nasehat yang Ibu berikan sehingga saya dapat lebih fokus untuk memberikan yang terbaik ketika presentasi. Untuk seluruh dosen dan staf akademi kebidanan adila terima kasih telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami dan tak bosan-bosan mengumpulkan kami untuk memberikan semangat dan menginggatkan kami jika kami berbuat salah. Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada temen-teman sejawat yang telah banyak membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu NOVITA MALA, WIDYA FEBRUARITA, YULISTIA NINGSH, UTARI, YESI ANDRIANI, NURAINI,dan KELUARGA KAMAR SAUNA yang ada disaat suka dan duka. Dan untuk seseorang yang selalu memberikan dukungannya kepada ku, DICKY NOVIARDI ku ucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungan nya.

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat, Ridho dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudulASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP Ny.S UMUR 20 Tahun P1A0 POST PARTUM 6 HARI NORMAL DI BPS MARIA SUROSO DI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Adapun maksud dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian program Diploma III Kebidanan ADILA Bandar Lampung. Dalam menyusun proposal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, namun berkat bimbingan yang telah diberikan serta bantuan dan dukungan dari semua pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Sustiana,Amd.Keb,SKM selaku Direktur Akbid ADILA Bandar Lampung. 2. Ibu Maria Suroso, S. ST selaku dosen pembimbing Akademi 3. Seluruh Staf Dosen Program Diploma IIIKebidanan ADILA Bandar Lampung 4. Teman teman seperjuangan dan sealmamater Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan dimasa yang akan datang semoga penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan menambah ilmu pengetahuan. (Amin)
Wassalamualiakum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI

A. B. C. D. E. A. B. C.

Halaman Judul................................................................................................ i Lembar Persetujuan........................................................................................ ii Lembar Pengesahan........................................................................................ iii Curriculum Vitae............................................................................................ iv Motto.............................................................................................................. vi Halaman Persembahan................................................................................... vii Kata Pengantar............................................................................................... ix Daftar Isi........................................................................................................ xi Daftar Tabel................................................................................................... xiii Daftar Lampiran............................................................................................. xiv Bab I Pendahuluan Latar Belakang............................................................................. 1 Tujuan........................................................................................... 6 Ruang Lingkup............................................................................. 7 Manfaat Penelitian........................................................................ 8 Metode Penelitian......................................................................... 9 Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan Teori Medis masa nifas.................................................. 12 Tinjauan teori asuhan kebidanan ................................................ 55 Landasan Hukum Kewenangan Bidan....................................... 76 Bab III Tinjauan Kasus Pengkajian................................................................................... 81 Matrik.......................................................................................... 91 Bab IV Pembahasan Pengkajian ................................................................................. 96 Data Objektif ............................................................................ 103 Interperensi Data......................................................................... 108 Diagnose Potensial ..................................................................... 109 Tindakan Segera.......................................................................... 110 Interverensi ................................................................................. 111 Implementasmi ........................................................................... 113 Evaluasi....................................................................................... 116 Bab V Penutup Simpulan...................................................................................... 118 Saran............................................................................................ 120 Daftar Pustaka Lampiran

A. B. A. B. C. D. E. F. G. H. A. B.

DAFTAR TABEL Tabel 1Kenaikan Berat Badan Dihubungkan Usia Bayi....................................25 Tabel 2 Involusi Uterus......................................................................................38

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Dinas Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Studi Kasus Lampiran 4 :Lealet Lampiran 5 : Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan kebidanan sangat memengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam tindakan kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan perawatan bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan profesional, bidan perlu mengembangkan ilmu dan kiat asuhan kebidanan yang salah satunya adalah harus mampu mengintegrasi model konseptual, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas (Saleha, 2009; h. 2) 1

Kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian dunia oleh karena itu pada bulan september 2000 diadakan United Nations Millenium Deklaration. Deklarasi ini sebagai Millenium Development Goals (MDGS) dengan target pencapain pada tahun 2015. MDGS berisi 8 buah tujuan pembangunan millenium yaitu pengetasan kemiskinan dan kelaparan, pemerataan pendidikan, mendukung persamaan gender, mengurangi kematian anak, meningkatkan kesejahteraan ibu hamil, melawan HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kemitraan global. MDGS ke 5 memiliki target mengurangi angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015. (WHO.MDGs,2010)http://www.waspada.cp.id/index.php?option=comcontent&view=article&vi ew=article&id=158076:penurunan-akkib secarakomprehensif &catid=25:article & Itemid=44. Menurut data WHO (Word Health Organitation) 2011, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika di bandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO (Word Health Organitation), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil, bersalin dan 25% selama masa post partum.

Berdasarkan survey demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, secara keseluruhan lebih dari delapan ibu mendapatkan perawatan nifas, dengan rincian 70% mendapat perawatan dalam dua hari sesudah melahirkan, 6% dalam waktu 3-6hari, dan 7% dalam 7-41 hari sesudah melahirkan, sabanyak 16% tidak pernah mendapat perawatan masa nifas atau perawatan sesudah 41 hari melahirkan (SDKI, 2008).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukan bahwa hampir semua bayi (95%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Hasil berikutnya dari hasil SDKI 2007 adalah sebanyak 44% bayi baru lahir mendapat ASI dalam 1 jam setelah lahir dan 62% bayi mendapat ASI pada hari pertama. Proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama paling rendah yaitu 43% untuk bayi yang dilahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan, dan tertinggi 54% untuk bayi lahir tanpa pertolongan/orang awam. Sebanyak 65% bayi telah mendapatkan makanan selain ASI sejak dini (prelacteal feed). Hanya 32% bayi di Indonesia mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan (Badan penerbit IDAI, 2010). Di Provinsi Lampung jumlah kematian maternal tahun 2003 sebanyak 98 kasus meningkat menjadi 145 kasus pada tahun 2004 tetap sama, pada tahun 2005 sebanyak 145 kasus, dan menurun pada tahun 2006 sebanyak 103 kasus dan menjadi 145 kasus pada tahun 2008, pada tahun 2009 sebanyak 122 kasus dan pada tahun 2010 sebanyak 99 kasus. AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus. (Profil Dinkes Provinsi Lampung, 2012)

Sedangkan di kota Bandar lampung, berdasarkan data sensus tahun 2009 yaitu 69,7%, angka ini lebih tinggi dan tahun 2006 yaitu 69,4%, angka kematian ibu (AK)) di kota Bandar lampung selama periode waktu 2005-2006 cenderung fluktuatif yaltu pada tahun 2005 sebesar 16 kasus, pada tahun 2006 menjadi 22 kasus, tahun 2007 menjadi 2 kasus, tahun 2008 menjadi 26 kasus, dan pada tahun 2009 menjadi 14 kasus dan 15.608 dan kelahiran hidup. Kasus kematian ibu yang terjadi di kota Bandar lampung pada tahun 2008, terjadi pada ibu hamil 6 kasus, (42,85%), ibu bersalin 4 kasus (28,57%), dan ibu nifas 4 kasus (28,57%), sedangkan pada tahun 2010 terjadi peningkatan kembali menjadi 19 kasus, dilihat dan penyebabnya tampak bahwa pada tahun 2010

terjadi karena perdarahan, 7 kasus ekiamsi, dan sebab lain, 5 kasus (Profil Kota Bandar Lampung, 2012). Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun, tidak semua interpensi sesuai bagi suatu negara dapat dengan serta merta dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan dinegara lain.(Saleha, 2009; h. 2) Status nutrisional pada masa laktasi memiliki dampak langsung pada kesehatan maternal dan bayi selama masa nifas. Intake nutrisi pascapersalinan harus ditingkatkan untuk mengatasi kebutuhan energi selama menyusui. (Prawiridihardjo, 2010; h. 360) Berdasarkan hasil survey di 2 BPS di Kota Sepang peneliti memperoleh hasil di BPS MariaSuroso, S. ST terdapat 25% dari 101 ibu bersalin mengalami payudara penuh dan BPS Tuti terdapat 5% dari 20 ibu bersalin mengalami payudara penuh. Oleh karena itu penulis mengambil judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Maria Suroso, S. ST di Bandar Lampung Tahun 2013 sebagai latar belakang menyusun Karya Tulis Ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013

1.3 1.3.1

Tujuan Tujuan Umum Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan manajemen

1.3.2

kebidanan. Tujuan khusus

1.3.2.1

Diharapkan dapat melaksanakan pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013

1.3.2.2

Diharapkan dapat melaksanakan identifikasi diagnose/masalah aktual Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013

1.3.2.3

Diharapkan dapat melaksanakan antisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013

1.3.2.4

Diharapkan dapat melaksanakan tindakan segera/kolaborasi Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013

1.3.2.5

Diharapkan dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj.MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013

1.3.2.6

Diharapkan dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj.MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013

1.3.2.7 1.4 1.4.1

Diharapkan dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal di BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST Tahun 2013 Ruang Lingkup Sasaran Ny. S Umur 20 Tahun P1A0 Post Partum 6 hari Normal 1.4.2 Tempat BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST 1.4.3 Waktu Dilaksnakan pada tanggal 26 Mei 29 Mei 2013 Manfaat Penulis Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus selanjutnya Bagi Lahan Praktek Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek. 1.5.3 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu-ibu masa nifas tentang pentingnya mengetahui asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan

1.5 1.5.1 1.5.2

1.5.4

merawat bayi sehari hari Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat mengaplikasikan pada penanganan nifas normal 1.5.5 Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan kepada ibu masa nifas agar ibu dapat mengetahui asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi 1.6 1.6.1 tetap hangat dan merawat bayi sehari hari Metodologi dan Teknik Memperoleh Data Metodologi Penulisan Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode penulisan,dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk 1.6.2 memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. (Notoatmodjo, 2005; h. 138). Teknik memperoleh data

Untuk memperoleh data, tehnik yang digunakan sebagai berikut: a. Data Primer Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) (Notoatmodjo, 2005: h. 102) Wawancara dilakukan dengan cara : a) Auto anamnesa Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien mengenai penyakitnya. 2) Pengkajian Fisik Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya menggunakan caracara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Prihardjo, 2007; h. 2-3). b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. (http://nagabiru86.wordtress.com/2009/06/12/data sekunder/data primer) 1) Studi Pustaka Adalah hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoretis dari suatu penelitian. Telah kita ketahui bahwa perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan 1) Wawancara

sebagainya dapat memperoleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikemukakan oleh berbagai ahli.(Notoatmodjo, 2005; h. 63-64). 2) Studi Dokumenter Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatancatatan di dalam kartu klinik ( Notoatmodjo, 2005; h. 62).

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Toeri Medis 1. Konsep Dasar Masa Nifas 1.1 Pengertian Masa nifas adalah (Puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira kira 6 minggu. (Saifuddin, 2009: h. 123) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini pengobatan dan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjad, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo, 2010; h. 356)

Masa 12

nifas

(puerperium

)dimulai

setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu. Dalam bahasa latin waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut Puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari masa persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. (Nanny, 2011; h. 1) Masa Nifas (pueperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode pueperium disebut puerpura. Pueperium (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. (Ambarwati, 2009; h. 1)

1.2

Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan untuk untuk ibu nifas meliputi perawatan bayi baru lahir ( standar 13 ), penanganan 2 jam pertama setelah persalinan (standar 14 ), serta pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas (standar 15 ) apabila merujuk pada kompetensi 5 (standar kompetensi bidan ) maka prinsip asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas dan menyusui harus yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat .jika dijabarkan lebih luas sasaran asuhan kebidanan masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 1.3

Peningkatan kesehatan fisik dan Psikologis Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian makanan anak dan peningkatan dan penimbangan hubungan antara ibu dan anak yang baik Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu Imunisasi ibu terhadap tetanus. (Nanny, 2011; h. 1) Tujuan Masa Nifas

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Meningkatkan kesejahteraan fisik dan fsikologis bagi ibu dan bayi Mencegah, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila diperlukan Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus Imunisasi ibu terhadap tetanus Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan anak serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak. (Jannah, 2011; h. 14)

1.4

Tahapan Masa Nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut: a. Puerperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktifitas layaknya wanita normal lainya

b. Puerperiun intermediat Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat alat genitalia yang lamanya sekitar 6 8 minggu c. Poerperium remote Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. (Nanny, 2011: h. 4) 1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas 1) Kunjungan pertama, 6-8 jam setelah persalinan yang bertujuan untuk: a) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan akan terjadinya atonia uteri. b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan ,segera merujuk bila perdarahan terus menerus berlanjut.Memberikan konseling pada ibu dan anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri. c) Konseling tentang pemberian ASI awal. d) Melakukan bonding attachment antara ibu dan bayi yang baru dilahirkannya. e) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

f)

Jika petugas kesehatan menolong persalinan ibu dan bayi yang baru dilahirkn untuk 2 jam pertama atau sampai keadaan iu dan bayinya stabil.

2) Kunjungan kedua , 6 hari setelah persalinan , yang bertujuan untuk: a. b. c. d. e. Memastikan proses involusi uteri berjalan dengan normal. Evaluasi adanya tanda-tanda demam ,infeksi , atau perdarahan abnormal Memastikan ibu cukup makan ,minum, dan istirahat. Memastikan ib u menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan pada bayi. Sama seperti kunjungan kedua. 4) Kunjungan ke empat ,6-8 minggu setelah persalinan ,yang bertujuan untuk: a. Menanyakan penyulit-penyulit yang ada ( Jannah, 2011; h. 14 - 16) b. Memberi konseling untuk ber KB

3) Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah perslinan ,yang bertujuan untuk :

1.6 a.

Isu Terbaru Perawatan Masa Nifas Beberapa isu terbaru mengenai perawatan masa nifas adalah sebagai berikut: Mobilisasi dini Senam nifas bertujuan untuk mengurangi bendungan lokia dalam lahir, memperlancar peredaran darah sekitar alat kelamin, dan mempercepat normalisasi alat kelamin.

b. Rooming in (perawatan ibu dan anak dalam satu ruang / kamar) c. Meningkatkan pemberian ASI, bonding attachment, mengajari ibu, cara perawatan bayi terutama pada ibu primipara, dimulai dengan penerapan inisiasi menyusui dini. d. Pemberian ASI Untuk meningkatkan volume ASI pada masa nifas, ibu dapat memberi terapi pijat pada bayi.(Nanny, 2011; h. 5) 2. Proses Laktasi dan Menyusui 2.1 Anatomi dan fisiologi payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik .payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit diatas otot dada ,fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk

susu nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan menyusui 800 gram.payudara pada pria tidak berkembang kecuali dirangsang dengan hormon dan pada wanita terus berkembang pada purbertas ,sedangkan selama kehamilan terutama berkembang pada pada masa menyusui. a. Struktur Makroskopis Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut : 1. Cauda axillaris Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila 2. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm.letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.pada warna ini bergantung pada corak kulit dan adnya kehmilan, pada wanita yang kulitnya berwarna kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan sedangkan pada waita kulit hitam maka warnanya lebih gelap selama hamil.warna yang sudah berubah tidak akan kembali kebentuk semula sebelum hamil. 3. Papilla mammae (puting susu ) Terletak setinggi interkosta IV, berhubungan dengan adanya variasi bentuk dan ukuran payudara ,maka letaknya akan bervariasi .pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari ductus laktiferus ,ujung-ujung serat syaraf ,pembuluh darah ,pembuluh getah bening ,serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi ductus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi ,sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut .bentuk putting susu ada empat macam yaitu bentuk normal, pendek / datar, panjang dan terbenam. (Saleha, 2011; h. 7 - 9) b. Struktur mikroskopis Payudara tersusun atas jaringan kelenjar ,tetapi jg mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit.jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 15-20 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jringan fibrosa.struktur dalamnya dikatakan menerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah .setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bngunan-bangunan sebagai berikut : 1. Alveoli

Merupakan unit terkecil yang memproduksi susu ,bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma , sel otot polos, dan pembuluh darah.payudara terdiri atas 15-25 lobus. Masing masing lobus terdiri atas 20-40 lobulus.selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem ductus ), sehingga menyerupai suatu pohon.ASI disalurkan dari alveolus kedalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa ductulus bergabung membentuk sauran yng lebih besar ( ductus laktiferus ) 2. Duktus laktiferus Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactiferus 3. Ampulla Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar ,merupkan tempat penyimpanan air susu.amula terletak dibwah areola 4. Lanjutan dari setiap ductus laktiferus Meluas dari ampula smpai muara papilla mamae (Nanny, 2011; h. 9 - 10) 2.1 Fisiologi Pengeluaran ASI Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Pembentukan kelenjar payudara Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari ductus yang baru, percabanganpercabangan dan loulus, yang dipengaruhi hormon plasenta dan korpus luteum.hormon-hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin ,laktogen plasenta ,karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid, dan hormon pertumbuhan. Pada timester pertama kehamilan ,prolaktin dari adenohipofisis/hipofisis anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum.pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat olehestrogen dan progesteron ,tetapi jumlah prolktin meningkat ,hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. Pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifn dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu yng telah didemonstrasikan kebenaranya bahwa seorang ibu yang melahirkan byi berumur empat bulan dimana bayinya meninggal ,tetapi keluar kolostrum b. Pembentukan air susu

Pada ibu yang menyusui memiliki dua refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut: 1. Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum ,namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi .setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korfus luteum membut estrogen dan progesteron sangat berkurang ,ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.Ransangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui modula spinalis hipotalamus yag akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan seabaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. (Nanny, 2011; h. 12) 2. Reflek let Down Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan kehipofisis posterior (neurohipofisis)yang kemudian dikeluaran oksitosin (Nanny, 2011; h.13) Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah: a. b. c. d. Melihat bayi; Mendengarkan suara bayi; Mencium bayi; Memikirkan untuk menyusui bayi. Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk memperoleh ASI adalah sebagai berikut : a. Refleks Rooting Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan putting susu apabila ia di letakkan dipayudara

b.

Refleks menghisap (sucking)

Saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti putting susu sampai kelangit keras dan punggung lidah.refleks ini melibatkan rahang, lidah, dan pipi c. Refleks menelan (swalowing) Gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola,sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi.(Saleha Sitti, 2009; h.16) Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak adalah sebagai berikut: a. b. c. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting Sebelum disusukan, payudara terasa tegang Berat badan naik sesuai dengan usi Kenaikan berat badan dihubungkan dengan usia bayi
Usia 1-3 bulan 4-6 bulan 7-9 bulan 10-12 bulan 5 bulan 1 tahun Kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan 600 gr/ bulan 400 gr/ bulan 300 gr/ bulan Dua kali berat badan waktu lahir Tiga kali berat badan waktu lahir

d.

Jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam.

e.

Bayi lebih sering berkemih, sekitar 8 kali sehari. (Saleha, 2009; h.16) Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam glandula pituitaria posterior akibat langsung refleks ini ialah dikeluarkannya oksitosin dari pituitaria posterior. Hal ini akan menyebabkan sel-sel miopitel ( sel keranjang atau sel laba-laba )disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh ampulae.refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit misalnya jahitan perineum dengan demikian, penting untuk menempatkan ibu dalam posisi yang nyaman , santai, dan bebas dari sakit , terutama pada jam-jam menyusukan anaknya

3. Pengeluaran ASI susu /oksitosin

2.2

Manfaat Pemberian ASI

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya memberikan mamfaat untuk bayi saja melainkan untuk ibu, keluarga, dan negara. a. Manfaat ASI untuk bayi adalah : 1) Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi 2) Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain :lemak, karbohidrat, protein, garam, mineral, serta vitamin.ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama satu bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua. 3) ASI mengandung zat protektif Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI maka bayi jarang mengalami sakit.zat-zat protektif mengandung : a. Laktobasilus bifidus Mengubah latosa menjadi asam laktat dan asam asetat yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme b. Laktoferin Mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman c. Lisozim Merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan anti imflamatori bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E.coli dan Salmonella, serta menghancurkan dinding sel bakteri terdapat dalam ASI dalam konsentrasi 5.000 kali lebih banyak dari susu sapi d. Komplemen C3 dan C4 membuat daya obsenik Mengandung Imunoglobulin (IgC, IgM, IgA, IgD, dan IgE) (Nanny, 2011; h.18) b. Manfaat Bagi Ibu 1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepatkembali rahim kebentuk semula. 2) Mencegah anemia defisiensi zat besi 3) Mempercepat ibu kembali keberat badan sebelum hamil 4) Menunda kesuburan 5) Menimbulkan perasaan dibutuhkan 6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium

c.

Manfaat Bagi Keluarga

1) Mudah dalam proses pemberiannyaMengurangi biaya rumah tangga 2) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat d. Manfaat Bagi Negara 1) Penghemat untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan 2) Penghemat devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui 3) Mengurangi polusi 4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.(Saleha, 2009; h. 32 - 33) 2.3 Tanda Bayi Cukup ASI a. Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut.Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir c. e. f. Bayi akan buang air kecil (BAK) 6-8 kali sehari Payudara terasa lembek yang menandakan ASI telah habis Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal d. Ibu dapat mendengarkan pada saat Bayi menelan ASI

g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) sesuai grafik pertumbuhan h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya) i. j. 2.4 Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup Bayi menyusu dengan kuat kemudian melemah dan tertidur pulas. (Nanny, 2011; h. 24) ASI Ekslusif ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, kelurga, maupun negara.( Nanny, 2011; h. 25) 2.5 Cara Merawat Payudara Bidan dapat mengajarkan kepada ibu bagaimana cara merawat payudara dan perawatan tersebut dapat dilakukan oleh ibunya sendiri, ibu dapat melakukan perawatan payudara selama menyusui dengan cara sebagai berikut : a. Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan

b. Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui untuk mencegah lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum menggunakan pakaian. Lecet dan retak pada puting susu tidak berbahaya c. Jika ibu mengalami mastitis/ tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI d. Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu diantaranya adalah bintik / garis merah panas pada payudara, teraba gumpalan / bengkak pada payudara demam (Rukiah, 2011; h. 29) 2.6 Masalah Dalam Pemberian ASI Akibat pemberian ASI yang tidak adekuat, payudara ibu dapat mengalami masalah-masalah dalam pemberia ASI : 1) a. Putting Susu lecet Bayi tidak menyusu ke kalang payudara, karena kesalahan dalam tehnik menyusui puting susu menggunakan bahan-bahan tersebut c. Penyakit monilialis pada putting susu yang berasal dari monilialis pada mulut bayi yang menular ke puting susu d. Frenulum lidah bayi pendek, sehingga bayi susah menghisap sampai kekalang payudara, setelah itu dan karenanya hisapan hanya sampai keputing susu e. 2) Teknik ibu menghentikan bayi menyusui kurang tepat.(Suherni dkk, 2008; h. 55) Payudara Bengkak Bedakan antara payudara penuh dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh terasa berat pada payudara, panas, dan keras; bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa / diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Penyebab Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kuntinu sehingga sisa ASI yang terkumpul pada duktus. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusuikan dini, perlekatan yang kurang baik, mungkin kurang ASI dikeluarkan, dan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Hal ini dapat terjadi karena, pada hari ketiga setelah melahirkan.Selain itu penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih yang dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. 3 ) NPK-KR, 2007)

b. Putting susu terpapar (ada sisa) bahan-bahan seperti sabun, krim, alkohol, dll karena mencuci

Gejala. Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sementara pada payudara penuh; payudara terasa berat, panas,dan keras; bila ASI dikeluarkan tidak ada demam. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah payudara bengkak adalah sebagai berikut. a. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar b. Menyusui bayi tanpa jadwal (on demand) c. Keluarkan ASI dengan tangan/ pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi d. Jangan memberikan minuman lain kepada bayi e. Lakukan perawatan payudara pasca-persalinan. (Nanny, 2011; h. 40) 3) a. c. Tersumbatnya saluran laktiferus atau duktus laktiferus Penyebabnya: Pemakaian BH yang terlalu ketat. Terjadinya penyumbatan karena ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terjadi keadaan payudara bengkak seperti yang diterang pada payudara bengkak. Tanda dan Gejala: a. 4) a. c. Benjolan terlihat dengan jelas dalam perabaan lunak Mastitis atau radang payudara Penyababnya: Payudara membengkak dan tidak disusukan secara tepat dan benar BH terlalu ketat infeksi pada payudara bila terjadi luka atau lecet sedikit, karena daya tahan rendah b. Puting susu lecet menyebabkan terjadinya infeksi payudara bengkak d. Asupan nutrisi ibu terlalu sehat, disertai kurang beristirahat sehingga memudahkan terjadinya b. Terasa nyeri, dari adanya pembengkakan yang terlokalisasi b. Tekanan jari-jari ibu ketika menyusui

Tanda dan Gejala: a. Radang (bengkak) dan terasa nyeri setempat

b. Warna yang merah pada seluruh payudara atau hanya setempat. c. 5) Payudara yang keras dan berbenjol-benjol. Abses pada payudara Bila penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada payudara tidak sempurna maka, infeksi akan berat sehingga terjadi abses. Tanda dan gejala: a. c. Payudara lebih berwarna merah mengkilat dari sebelumnya saat baru terjadi radang. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah (Suherni dkk, 2008; h. 55 - 56) b. Ibu merasa lebih sakit d. Demam (temperatur meningkat ) dan sakit.

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 3.1 Perubahan Sistem Reproduksi 1) Uterus Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada digaris tengah , kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira kira sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira kira 100 gr. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut. 1. Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi. 2. Autolisis Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus . Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar 5 kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

3. Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini untuk membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis. Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh darah getah bening.(Nanny, 2011; h. 55 57)

Tabel 4.1 Involusi Uterus


Involusi Bayi lahir Uri lahir Satu minggu Dua minggu Enam minggu Delapan minggu Tinggi Uteri Fundus Berat Uterus (gr) 1000 750 500 350 50 60 30 Diameter Bekas Dekat Plasenta (cm) 12, 5 7, 5 34 12 Keadaan Serviks

Setinngi pusat 2 jari dibawah pusat Pertengahan pusat-simfisis Tak teraba diatas simfisis Bertamabh kecil Sebesar normal

Lembek Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari Akhir minggu pertama dapat memasuki 1 jari

2) Involusi Tempat Plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3 4 cm dan pada akhir nifas 1 2 cm. Penyembuhan luka bekas bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.(Nanny, 20011; h. 57) 3) Perubahan Ligamen

Ligamen ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur menciut kembali seperti sediakal. Tidak jarang zligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang juga wanita mengeluh kandunganya turun setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendur.(Nanny, 20011; h.58) 4) Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak.(Nanny, 2011; h. 58) 5) Lokhea Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. (Saleha, 2009; h. 55). Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.(Nanny, 2011; h. 58) Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina yang normal.Lochea mempunyai bau yang amis / anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi. (Ambarwati, 2009; h. 78) Jenis-jenis lokia berdasarkan warna dan waktu keluarnya : 1. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisasisa selaput kebutuhan, sel sel desidua verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama hari pasca persalinan. 2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kunig darah bersih dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.

3. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. 4. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Lokia alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit. Dimulai dari hari ke-14 sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel sel desidua. (Saleha, 2009; h. 56) 5. Lochia Purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk 6. Lochiostatis: lochia tidak lancar keluarnya (Suherni et. All,2008; h.79) 6) Perubahan pada vagina dan perineum Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu ke- 4, walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memimpin secara permanen. Mukosa tetap atropik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai mentruasi dimulai kembali.penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. (Nanny, 2011; h. 58) 7) Perubahan Sistem Pencernaan a. Nafsu makan Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan.Setelah benar benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperolah makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan sering ditemukan. b. Motilitas Secara khas, penurunan tonus dan motalitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. c. Pengosongan usus Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini dapat disebabkan karena tonus otot menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. (Nanny, 2011; h. 61 - 62)

8) Perubahan Sistem Urinarius Peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, trauma akibat kelahiran, dan efek induksi anastesi yang mengahambat fungsi neural pada kandung kemih menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun dan lebih rentan untuk menimbulakan distensi kandung kemih, kesulitan buang air kecil dan terjadi infeksi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang timbul segera setelah ibu melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebihan karena keadaan ini bisa menghambat kontraksi uterus berjalan dengan normal. Statis urinaria juga dapat meningkatkan terjadinya infeksi saluran kemih. Saluran kemih kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada : 1. Keadaan status kesehatan 2. Lamanya partus kala dua dilalui 3. Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. (Maryunani, 2009; h. 17 19 )

9) a.

Perubahan Sistem Endokrin Hormon plasenta Hormon plasenta (HCG) menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

b. Hormon pituitary Prolaktin darah akan meningkatdenga cepat pada wanita tidak menyusui prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler( minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. c. Hypotalamik pituitary Ovarium Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Menstruasi pertama ini sering bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron. d. Kadar estrogen Terjadi kadar penurunan kadar estrogen yang bermakna setelah persalinan sehingga aktivitas prolaktin juga sedang meningkat dapat memengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

10) Perubahan sistem musculoskeletal Otot - otot uterus berkontraksi tot segera setelh persalinan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan yang menunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihanlatihan tertentu. 11) Perubahan Tanda-Tanda Vital a. Suhu badan Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan meningkat sedikit (37,50C 380C)sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.biasanya pada hari ke-3 suhu badan akan meningkat lagi karena adanya pembentukan ASI.payudara akan menjadi bengkak,dan berwarna merah karena banyaknya ASI, bila suhu tidak turun kemungkinan terjadi infeksi. b. Nadi Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit, denyut nadi ibu postpartum biasanya akan lebih cepat, bila melebihi 100 kali/menit kadaan ini termasuk abnormaldan keadaan ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. c. Tekanan Darah Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan lebih rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang lainnya.tekanan darah akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi postpartum. d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi,bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran cerna. 12) Perubahan Sistem Kardiovaskuler a. b. Denyut jantung,volume secukupnya dan curah jantung meningkat selama hamil. Segera setelah melahirkan keadaan tersebut akan meningkat lebih tinggi lagi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi utero/plasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. c. Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium 2-3 minggu setelah melahirkan curah jantung berada pada tingkat sebelum hamil

14) Perubahan Sistem Hematologi a. b. c. Leukosit normal selama kehamilan rata-rata 12.000/mm.selama 10-12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 15.000-20.000/mm merupakan hal umum Kadar hemoglobin dan hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal masa nifas sebagai akibat volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah yng berubah-ubah Perubahan komponen darah terjadi saat masa nifas, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah berfluktusi namun dalam 1 minggu pasca-persalinan biasanya semua akan kembali kedaan semula. (Jannah, 2011; h. 74 77 ) 4. Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu. Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu: a. Taking On Pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya meniru tapi sudah membanyangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Pengalaman yang berhubungan dengan masa lalu dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan, serta harapan untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya masa lalu b. Taking in Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan menandakan tidak berlangsung normal c. Taking Hold Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadi orang tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut. Cenderung menerima nasihat bidan d. Letting Go Periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu yang bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarganya (Nanny, 2011; h. 65 - 66) 5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan yaitu waktu pada keadaan tidak hamil.untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas ,maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya Kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain : a. Nutrisi dan Cairan Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dbanding selama hamil. Rata-rata kandungan air susu yag dihasilkan oleh ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui.(Nanny vivian, 2011; h. 71) b. Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum terlentang ditempat tidur selama 7-14 hari setelah melahirkan,ibu postpartum sudah diperbolehkan untuk berjalan-jalan dalam 24-28 jam postpartum.

Keuntungannya 1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation 2) Faal usus dan kandun kemih lebih baik 3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara mearawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makanan 4) Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomi) menurut penelitian yang saksama early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka jahitan, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus uteri.(Saleha Sitti, 2009; h.72) c. 1. 2. 3. 4. Eliminasi Buang Air Kecil Dalam 6 jam pertama postpartum pasien sudah harus dapat buang air kecil Jika semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih, dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan. Misalnya infeksi. Bidan harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing sesegera mungkin setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi postpartum Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang untuk melahirkan bayi Buang Air Besar 1. 2. 3. Dalam 24 jam pertama postpartum pasien harus sudah dapat buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus ,semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar Semakin lama feses didalam usus, feses semakin mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus Anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak minum air putih.(Jannah Nurul, 2011; h. 90 - 91)

d.

Kebersihan

Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu postpartum: 1. 2. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.pastikan ibu mengerti cara membersihkan diri dari daerah vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang baru kemudian membersihkan daerah anus 3. 4. e. Ganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari.apabila dibiarkan dan tidak diganti akan menyebabkan luka pada daerah vagina menjadi infeksi Cuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan.(Jannah Nurul, 2011; h. 91 - 92) Istirahat dan Tidur Anjurkan ibu untuk: 1. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan 2. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur 3. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan lahan 4. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira kira 2 jam dan malam 7 8 jam.(Suherni dkk, 2008; h.104) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal: a. c. f. 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. (Saifudin, 2009; h. 127) Aktivitas Seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi syarat berikut ini: Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu datah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam vagina tampa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. 2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan, keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.(Saleha, 2009; h. 75) b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

g.

Latihan dan Senam Nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita, involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.sebagi akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu.cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsung seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas .(Saleha, 2009; h. 75) B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Menurut varney (1997), proses penyelesaian masalah merupakn salah satu upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuna berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosis atau masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan kolaborasi atau kerjasama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya. Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney (1997), yaitu sebagai berikut : 1. Pengumpulan data dasar Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukaan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauna catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data laboraturium dan membandingkannya dengan hasil studi. Semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien a) Data Subyektif 1) Biodata yang mencakup identitas pasien. a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati, 2009;h.131). b. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati, 2009;h.131). b. Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati, 2009;h.131).

c. d.

Suku Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2009;h.132). Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya (Ambarwati, 2009;h.132). Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi(http:repository.usu.ac.id/bitstream/../3/Chapter%20II.pdf) Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih baik (Nielsen et al., 2001). Wanita berpendidikan tinggi memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal daripada wanita yang berpendidikan rendah (Matthews et al., 2001). Penelitian Simanjuntak (2000), menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu terhadap kunjungan antenatal care. (http:repository.usu.ac.id/bitstream/../3/Chapter%20II.pdf) Pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan hamil.html) Berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi dibagi dalam 3 kategori yakni rendah/dasar ( SD dan SMP sederajat), sedang/menengah (SMA sederajat), dan tinggi (perguruan tinggi). (http://nenkiuedubio.blogspot.com/2011/04/klasifikasi-pendidikan.html/2013/11/06/pukul 23:09 WIB ) oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. (http://hidayatunmukaromah.blogspot.com/2011/08/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-

e.

Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2009;h.132). f. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2009;h.132). 2) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa nifas(Ambarwati, 2009;h.132) Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu-minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009 ; h.92) 3) Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu. Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa hamil ini(Ambarwati, 2009;h.133) b. Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. (Ambarwati, 2009;h.133) c. Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2009;h.133). 4) Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses kehamilanya (Ambarwati, 2009 ; h.133). 5) Riwayat obstetrik a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati, 2009 ; h.134). b. Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalnan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2009 ; h.134).

6) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa(Ambarwati, 2009;h.134). 7) Pola kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zatt gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan. e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Saleha, 2009; hal. 71-72). b. Pola eliminasi a) Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2009 ; h.136). b) Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perektal ( Saleha, 2009,h;73). c) biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. (Ambarwati, 2009;h.80) c. Pola istirahat sebagai berikut.

Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat kesembuhan (Ambarawati, 2009 ; h.136) Istirahat yang cukup untuk ibu masa nifas yaitu pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat : 1) Mengurangi jumlah ASI 2) Memperlambat ivolusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan 3) Depresi (Suherni dkk, 2009 ; h.104-105) d. Personal hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. (Saleha, 2009; h.73) e. Pola seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhisyarat berikut ini : a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saleha, 2009 ; h.75) 8) Kehidupan Sosial Budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan (Ambarwati, 2009 : h.134) 9) Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2009;h.134).

10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a.

Nutrisi Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.

1. Kebutuhan kalori ibu rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi perlu memenuhi syarat, seperti : susunannya harus seimbang, porsinya cukup, dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna. 2. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau mati. 3. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh (Nanny, 2011; h. 71). b. Eliminasi Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perektal (Saleha, 2009,h;73). Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup (Ambarwati, 2009;h.80). c. Istirahat Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat kesembuhan (Ambarawati, 2009 ; h.136) Istirahat yang cukup untuk ibu masa nifas yaitu pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :

1) Mengurangi jumlah ASI 2) Memperlambat ivolusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan 3) Depresi (Suherni etc.all, 2009 ; h.104-105) d. Personal hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, e. a. dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009;h.73). Hubungan Seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhisyarat berikut ini : Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saleha, 2009 ; h.75) f. Riwayat psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2009;h.134). b) Data Objektif Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data objektif ini adalah : 1) Vital sign a. Suhu badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C. sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009 ; h.61). b. Nadi dan pernafasan Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/meni setelah partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas

umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009 ; h.61). c. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum. (Nanny, 2011; h. 60) 2) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki a. Payudara Menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopouse. pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI (Ambarwati, 2009;h.7). b. Keadaan abdomen Involusi uterus Bayi lahir Uri lahir Satu minggu Dua minggu Enam minggu Delapan minggu (Saleha, 2009 ; h.57) c. Keadaan Anogenital Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu (Jannah, 2011; h.112). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia mempunyai bau amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda pada setiap wanita (Saleha, 2009 ; h.58). : setinggi pusat : 2 jari dibawah pusat : pertengahan pusat-simfisis : tak teraba diatas simfisis : bertambah kecil : sebesar normal

Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lender yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan (Saleha, 2009 ;h.56). Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala yang bergerak maju, pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu post partum. ( Jannah, 2011 ; h.113). 2. Interprestasi data Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Data tersebut di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Soepardan, 2008;h.99). a) Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.

Data dasar meliputi : b) Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien 1) Data subjektif Data yang didapat dari anamnesa pasien 2) Data objektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Soepardan, 2008;h.99) 3. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2008;h.100). 4. Identifikasi dan penerapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lainya sesuai dengan kondisi klien, melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawat klinis (Soepardan, 2008;h.100).

5. Perencanaan asuhan secara menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2009:143). Rencana asuhan yang diberikan terhadap Ny. S adalah : 1. Beritahu ibu tetang hasil pemeriksaan 2. Jelaskan keluhan yang dirasakan oleh ibu 3. Anjurkan pada ibu untuk mendapat cukup makanan dan cairan 4. Beritahu pada ibu pentingnya istirahat tidur 5. Beritahu pada ibu mengenai asuhan pada bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari. 6. Ajarkan pada ibu pengeluaran ASI jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi atau ibu merasa payudara penuh 7. Beritahu ibu untuk tetap hanya memberikan ASI secara esklusif pada bayinya. 6. Pelaksanaan perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efesien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya (Soepardan, 2008;h.102). 1. 2. 3. Memberitahu ibu tetang hasil pemeriksaan bahwa ibu masih dalam keadaan normal yaitu TD 90/60 mmHg, Pernafasan 22 x/menit, nadi 88 x /menit, Suhu 36 0c Menjelaskan keluhan yang dirasakan oleh ibu bahwa Ny.S dalam keadaan normal karena payudara tidak terlihat bengkak, jika menyusui ASI dikeluarkan tidak mengalami demam. Menganjurkan pada ibu untuk mendapat cukup makanan dan cairan dengan diit berimbang yaitu karbohidrat (nasi, jagung, kentang), protein (ikan, telur, tempe, tahu) vitamin yang cukup (buah dan sayur), dan minum sedikitnya 3 liter air tiap hari. 4. Memberitahu pada ibu pentingnya istirahat tidur yaitu dengan mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira kira 2 jam dan malam 7 8 jam. 5. Memberitahu pada ibu mengenai asuhan pada bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari yaitu dengan cara bayi harus selalu diberi ASI minimal 2-3 jam, selalu menjaga kebersihan, kehangatan, dan keamanan bayi dengan mengganti popok bayi sesuai keperluan,cuci

tangan, dan membersihkan bayi secara teratur terutama setelah BAB dan BAK serta tidak meninggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga. 6. a. b. c. Mengajarkan pada ibu pengeluaran ASI jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi atau ibu merasa payudara penuh yaitu Mencucui tangan lalu duduk atau berdiri dengan nyaman, pegang wadah ASI dekat payudaranya Letakan ibu jarinya dipayudara, diatas puting susu dan areola , dibalik ibu jari. Kemudian menekan payudara dengan jari jari lainya. Tekan dan lepaskan, tidak boleh menimbulkan rasa sakit, jika tersa sakit berarti tekniknya salah.Pada awalnya ASI tidak keluar, tetapi jika dilakukan penekanan beberapa kali, ASI akan menetes keluar. d. 7. Peras satu payudara sekurang kurangnya 3 5 menit, sehingga aliran menjadi pelan. Beritahu ibu untuk tetap hanya memberikan ASI secara esklusif pada bayinyaselama 6 bulan tidak diberi makanan apapun Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan. secar terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Wildan, 2008 h; 39). Ibu sudah mengerti keadaanya dari hasil pemeriksaan Ibu mengerti keluhan yang dirasakan masih dalam batas normal. Ibu bersedia mendapat cukup makanan dan cairan Ibu bersedia akan memenuhi kebutuhan istirahat tidur Ibu mengerti cara, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari. Ibu bersedia melakukan tindakan pengeluaran ASI jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi atau ibu merasa payudara penuh 7) Ibu akan tetap hanya memberikan ASI secara esklusif pada bayina 1) 2) 3) 4) 5) 6) C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: a. Kewenangan normal: Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a) Pelayanan Kesehatan Ibu 1) Ruang lingkup: a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

7. Evaluasi

c. e. f.

Pelayanan persalinan normal Pelayanan ibu menyusui Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

d. Pelayanan ibu nifas normal

2) Kewenangan: a. c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif e. f. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum Penyuluhan dan konseling b. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifasFasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini

g. Bimbingan pada kelompok ibu hamil h. Pemberian surat keterangan kematian i. Pemberian surat keterangan cuti bersalin b) Pelayanan Kesehatan Anak 1) Ruang lingkup: a. c. Pelayanan bayi baru lahir Pelayanan anak balita b. Pelayanan bayi d. Pelayanan anak pra sekolah

2) Kewenangan a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, b. perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat c. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan e. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

g. Pemberian konseling dan penyuluhan h. Pemberian surat keterangan kelahiran i. Pemberian surat keterangan kematian c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan: 1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi: 1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit 2) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter) 3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan 4) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah 6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas 7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya 8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi 9) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar

kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter. (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171) Diambil pada tanggal 15 Juni 2012, pukul 10.25 WIB

1. Alasan Datang Ibu mengatakan akan memeriksakan keadaanya 2. Keluhan Utama Ibu mengatakan payudaranya terasa panas dan keras 3. Riwayat kesehatan a. Sekarang Ibu mengatakan tidak mengalami penyakit apapun yang menyertai kehamilannya, riwayat penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, PMS) penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hipertensi), Penyakit berat seperti (Jantung, Ginjal, Paru-paru). b. Yang lalu Ibu mengatakan ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, PMS) penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hipertensi, Jantung, Ginjal, Paru-paru) dan ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit yang berhubungan dengan penyakit organ reproduksi. c. Keluarga Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti seperti (TBC, Hepatitis, PMS) penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hipertensi, Jantung, Ginjal, Paru-paru), tidak ada riwayat gemelli dan cacat bawaan. 4. Riwayat Obstetri a. Riwayat Haid Menarche Siklus Lama Volume : 13 tahun : 30 hari : 4 sampai 7 hari : 2 kali ganti pembalut dalam sehari

Teratur/tidak : Teratur

Warna Bau Flour Albus

: Merah kehitaman : Amis : Tidak ada

Disminorhea : Ada

b. Riwayat kehamilan sekarang (data di dapat dari KMS) 1) HPHT 2) Taksiran Persalinan 3) Tanggal bersalin 4) Frekuensi ANC 5) Suntik TT 5.1 : 21 Agustus 2012 : 28 Mei 2013 : 20 Mei 2013 : 5 kali : 2 kali

Penyuluhan yang sudah di dapatkan : ASI ekslusif

5. Riwayat KB Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi karena ini anak pertama. 6. Pola kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dan minum 6-7 gelas/hari : Makan 3 kali sehari tetapi ibu tidak makan yang mengandung protein hewani dan minum 7-8 gelas/ hari b. Pola Eliminasi : Ibu BAB 1x sehari konsistensi keras dan BAK 8-10x sehari, bau khas, warna jernih kekuningan : Ibu BAB 1x sehari konsistensi lembek dan BAK 2-3x dalam sehari, bau khas, warna jernih c. Pola Istirahat :Ibu tidur 1 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari : Ibu tidur siang 1 jam dan 4 jam pada malam hari d. Personal Hygiene

a hamil

a nifas

a hamil

a nifas

ma hamil

ma nifas

m hamil

:Ibu mengatakan selama hamil mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali dalam seminggu, ganti celana dalam 3 kali sehari atau bila celana dalam lembab. :Ibu mengatakan sudah bisa BAK sendiri kekamar mandi dan jika dalam sehari keramas 2x sehari dan mengganti celama dalam dan pembalut 2x/hari. e. Pola Seksual : Ibu mengatakaan melakukan hubungan seksual selama kehamilan 2 kali dalam seminggu pada TM II tetapi pada TM III tidak pernah karena ibu takut. : Ibu mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual selama nifas

ma nifas

hamil

a nifas

7. Riwayat Psikososial a. Status Perkawinan : syah : Baik : Ibu shalat 5 waktu : ibu belum pernah melakukan shalat b. Status emosional 8. Riwayat spiritual a. Selama hamil b. Selama nifas A. Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum Kesadaran Keadaan emosional 2. Tanda-tanda vital TD Pernafasan Nadi Suhu 3. Pemeriksaan Fisik a. Kepala: Warna rambut : Hitam dan lurus : 90/60 mmHg : 22 : 88 : 36 0c x/menit x/menit : Baik : Compos Mentis : Stabil

Ketombe Benjolan b. Wajah: Hiperpigmentasi Pucat Edema c. Mata: Simetris Kelopak mata Konjungtiva Skelera d. Hidung: Simetris Polip Kebersihan e. Mulut: Warna bibir Pecah-pecah Sariawan Gusi berdarah Gigi f. Telinga: Simetris

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Ya, kanan dan kiri : Tidak oedem : merah muda : Putih : Ya, kanan dan kiri : Tidak ada pembesaran : Bersih : Merah muda : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Bersih : Ya, kanan dan kiri : Tidak ada : Ya, kanan dan kiri : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Gangguan pendengaran g. Leher: Simetris Pembesaran kelenjar tiroid Pembesaran vena jugularis h. Ketiak: Pembesaran kelenjar limfe i. Dada: Retraksi Bunyi mengi dan ronchi

: Tidak ada : Tidak ada

j.

Payudara: Simertris Pembesaran Putting susu Benjolan Konsisitensi Pengeluaran : Ya, kanan dan kiri : Ada : Menonjol : Ada sekitr areola : Tidak ada : Keras : ada : Ya, kanan dan kiri : Tidak ada : tidak ada : agak keras : Kosong : TFU : pertengahan pusat ke simfisis : Merah kehitaman : tidak ada laserasi : Lochea sanguilenta : Tidak ada hemoroid : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Hiperpigmentasi areola mamae

k. Punggung dan pinggang: Simetris Nyeri ketuk l. Abdomen: Pembesaran Konsistensi Kandung kemih Uterus m. Anogenital: Vulva Perineum Pengeluaran pervaginam Anus n. Ektremitas bawah: Oedema Kemerahan Varices

Reflex patella : (+) kanan dan kiri 4. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan 5. Data Penunjang a. Riwayat persalinan sekarang Tempat melahirkan Penolong : BPS Hj. MARIA SUROSO, S. ST : Bidan 1. Ibu

Jenis persalinan Lama persalinan Catatan waktu Kala I Kala II Kala III Kala IV Plasenta Lahir plasenta Ukuran Berat Panjang tali pusat Perineum 2. Bayi Lahir tanggal / pukul Berat badan Panjang badan Nilai Apgar Jenis kelamin Cacat bawaan Masa gestasi

: Spontan : 11 Jam 20 menit : 8 jam 30 menit : 0 jam 45 menit : 0 jam 5 menit : 2 jam : Lengkap : 11.50 wib : 20 cm : 500 gram : 50 cm : tidak ada laserasis : 20 Mei 2013 / 11.45 wib : 3000 gram : 49 cm : 7/9 : Laki - laki : Tidak ada : aterm

Ketuban pecah 15 menit, spontan.

Anda mungkin juga menyukai