Anda di halaman 1dari 132

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN

PADA Tn.” N ” DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS


DI RUANG HEMODIALISA DI RSUD
LABUANG BAJI PROVINSI
SULAWESI SELATAN

Oleh :

MAYA ALLU M
132 645

AKADEMI KEPERAWATAN ANGING


MAMMIRI PROVINSI SULAWESI SELATAN
2016
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN
PADA Tn.” N ” DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS
DI RUANG HEMODIALISA DI RSUD
LABUANG BAJI PROVINSI
SULAWESI SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh :

MAYA ALLU M
132 645

AKADEMI KEPERAWATAN ANGING


MAMMIRI PROVINSI SULAWESI SELATAN
2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas pribadi

Nama : Maya Allu M

Tempat Tanggal Lahir : Takalar, 03 januari 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Makassar

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karaeng Bontotangnga No. 40

No. Hp : 082188845913

Pendidikan yang telah di tempuh


SD Inpres BTN IKIP II Tamalate : Tahun 2001 - 2007

SMP Negeri 21 Makassar : Tahun 2007 - 2010

SMA Negeri 09 Makassar : Tahun 2010 - 2013

UPTD Akper Anging Mammiri Prov Sul-Sel : Tahun 2013 - 2016

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena atas

rahmat dan hidayah-Nya jugalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

karya tulis ilmiah ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan taslim,

mudah-mudahan selaluh tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Pembawa

umat manusia dari alam jahiliyah yang penuh kebohongan dan keterbelakangan ke

alam imaniah.

Kepada Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Yallu Bahar Mapparenta S.Sos dan

Ibunda Murniati Yallu yang telah mengasuh, mendidik, membina, menyayangi,

memberikan banyak motivasi dan restunya serta doa dan materi kepada penulis

dalam menyelesaikan proposal karya tulis ini. Tiada kata yang paling indah selain

kata syukur, tiada kata paling bermakna selain terimah kasih, tiada kata yang bisa

saya ungkapkan untuk menggambarkan kebahagiaan yang telah beliau berikan

mulai dari kandungan sampai saat ini, jasa-jasa beliau tak akan bisa aku balas

sampai akhir hayatku.

Penyusunan karya tulis ini bermaksud untuk menguraikan secara singkat

mengenai : “Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Kecemasan Pada Tn. “N”

Dengan Gagal Ginjal Kronis Di Ruang Hemodialisa RSUD Labuang Baji

Provinsi Sulawesi Selatan“. Yang sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma III Akademi Keperawatan Anging Mammiri

Provinsi Sulawesi Selatan.

v
Walaupun dalam penyusunan proposal Karya Tulis ini penulis menemui

beberapa kendala dan kerja keras penulis serta bantuan pembimbing akhirnya Karya

Tulis ini dapat diselesaikan.

Untuk itu segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis haturkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Labuang Baji Provinsi

Sulawesi Selatan beserta seluruh staff telah memberi kesempatan kepada

saya untuk melakukan penelitian tugas akhir program Karya Tulis Ilmiah.

2. Dr. Hj. Halwatiah, S.Kep, Ns, M.Kes, MM, CMH, CWCCA Selaku Direktur

Akademi Keperawatan Anging Mammiri Provinsi Sulawesi Selatan

3. Hj. Hastuti, S.Kep , Ns, M.Kes, CMH, CWCCA Selaku pembimbing sekaligus

penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk

memberikan bimbingan dan masukan selama proses dalam menyelesaikan

proposal karya tulis ilmiah ini.

4. Baharuddin, SKM, M.Pd, M,kes, CMH, CWCCA Selaku pembimbing

sekaligus penguji yang telah membimbing sekaligus penguji yang telah

membimbing, membantu, memotivasi, dan memberikan masukan- masukan

dal penulisan proposal karya tulis ilmiah ini

5. Muhiddin, S.Kep, Ns, M.Kes, CMH, CWCCA Selaku penguji yang telah

memberikan masukan–masukan selama ujian karya tulis ilmiah

6. Dosen beserta staf UPTD Akper Anging Mammiri Provinsi Sulawesi Selatan

yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama

proses pendidikan di Akper Anging Mammiri .

vi
7. Irma Andryanis S.Kep, Ns. Selaku pembimbing akademik yang banyak

membantu dan memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah hingga

akhir program pendidikan Akper Anging Mammiri .

8. Buat orang Terdekatku Amal Achmad S.kom serta sahabat-sahabatku Kartini

Nursyam, Nurlaila, Khusnul Fatimah, Mutmainnah, Rahmawati, Nurul

ZamZam, dan Melati Nurrembulan, senantiasa memberikan motivasi dan

banyak membantu selama kuliah hingga penyusunan proposal Karya Tulis

ilmiah ini. Buat teman-teman seperjuanganku Di Keperawatan Jiwa , ST

Rahayana, Nurlaila, Kartini Nursyam, Khusnul Fatimah, Ratnawati Kahar, Nur

Wahidawati, Muh Irsan Septiawan, Muh Ikram, dan senior terbaikku Zulkifar

Amd.Kep yang telah banyak membantu dan saling memberi semangat dan

dukungan. Buat rekan-rekan angkatan 2013-2016 khususnya III F yang telah

banyak membantu dalam pelajaran, terima kasih banyak teman-teman

semoga kalian semua sukses. Semua pihak yang tidak dapat penulis

cantumkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam

penyusunan karya tulis ini hingga selesai.

Tidak dapat dipingkiri bahwa proposal karya tulis ini masih jauh dari

kata sempurna baik substansi, kondisi maupun metode penulisan masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritiknya yang bersifat

konstruktif dari berbagai pihak merupakan penghargaan bagi penulis untuk

kesempurnaan penulisan selanjutkan dan dengan lapang dada penulis

haturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga ALLAH SWT

vii
memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan yang diberikan.

Amin.

Akhir kata penulis berharap semoga proposal karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan sebagai pedoman bagi tenaga

kerja paramedik khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk

mencapai profesionalisme dalam meningkatkan mutu pelayanan,

terkhususnya bagi penulis sendiri.

Makassar ,… Juni 2016

Maya Allu M

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................................iii

HALAMAN PENGESEHAN.................................................................................................iv

KATA PENGANTAR...............................................................................................................v

DAFTAR ISI................................................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.......................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................1

B. RUMUS MASALAH....................................................................................................5

C. TUJUAN PENELITIAN..............................................................................................5

D. MANFAAT PENELITIAN..........................................................................................6

E. SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................9

A. TINJAUAN UMUM TENTANG GANGGUAN

KECEMASAN.............................................................................................................9

B. TINJAUAN UMUM TENTANG GAGAL

GINJAL KRONIS.....................................................................................................40

ix
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................................47

A. PENGKAJIAN.............................................................................................................47

B. KLASIFIKASI DATA................................................................................................55

C. POHON MASALAH.................................................................................................57

D. ANALISA DATA.........................................................................................................57

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................60

F. INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................60

G. IMPLEMENTASI & EVALUASI..........................................................................64

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................70

A. GAMBARAN KASUS..............................................................................................70

BAB V KESIMPULAN..........................................................................................................86

A. KESIMPULAN............................................................................................................86

B. SARAN...........................................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1. ANSIETAS RINGAN........................................................................................11

TABEL 2. ANSIETAS SEDANG.....................................................................................12

TABEL 3. ANSIETAS BERAT.........................................................................................14

TABEL 4. ANSIETAS PANIK...........................................................................................15

TABEL 5. RESPON FISIOLOGIS TERHADAP ANSIETAS.............................29

TABEL 6. RESPON FISIOLOGI KOGNITIF.............................................................30

TABEL 7. ANALISA DATA................................................................................................57

TABEL 8. STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN...................................................60

TABEL 9. STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA..........................................62

TABEL 10. INPLEMENTASI & EVALUASI SP PASIEEN.................................64

TABEL 11. INPLEMENTASI & EVALUASI SP KELUARGA............................67

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

World Health Organization (WHO) badan dunia yang menangani

masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental

dengan menjadikan isu global WHO, mengangkat beberapa jenis

gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy.

Keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang

perlu mendapatkan perhatian. Fenomena gangguan jiwa pada saat ini

mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan setiap tahun di

berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.

Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2013). Ada sekitar

450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Masalah

gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi

masalah yang sangat serius.(www.e-.com/gangguan -jiwa).

Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa sudah cukup

memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total

penduduk. Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yang ada di seluruh

Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat

mencapai 2,5 juta orang. Penderita gangguan jiwa dengan usia di atas 15

1
tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1

juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan data

tersebut diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia mengalami masalah

gangguan mental emosional, sedangkan pada tahun 2013 jumlah

penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta (DEPKES, 2013)

Gangguan jiwa memiliki gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis.

Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. terutama jenis

ansietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental

yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga

gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan

bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. (Ermawati,dkk,2014)

Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan

mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Sumber

penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

yaitu faktor somatik (somatogenik) yaitu Neuroanatomi, Neurofisiologi,

neurokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, faktor-faktor

pre dan peri – natal. Sebagai contoh dari keadaan fisik atau faktor somatik

yang mempengaruhi masalah psikososial seseorang adalah penyakit

gagal ginjal kronis.(Giovanni, 2011)

Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Khusus Daerah

(RSKD) Provinsi sulawesi selatan, pada tahun 2009 yang menderita

gangguan jiwa 12.557 orang, dan pada tahun 2010, Meningkatnya jumlah

2
penderita gangguan jiwa secara keseluruhan yang di rawat di Rumah

Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 12.914

orang. Meningkat pesat Pada tahun 2011, jumlah penderita gangguan

jiwa yang dirawat mencapai 12.960 orang. (Tirto, 2014)

Di Rumah Sakit Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah

kunjungan rawat jalan dengan diagnosa gagal ginjal. pada tahun 2010

sebanyak 3413 kunjungan, tahun 2011 sebanyak 3333 kunjungan, tahun

2012 sebanyak 2567 kunjungan, tahun 2013 (Januari – maret) jumlah

kunjungan sebanyak 1078 kunjungan, tahun 2014 sebanyak 54

kunjungan, dan pada tahun 2015 sebanyak 186 kunjungan (Rekam Medik

RS. Labuang Baji Makassar, 2016). Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

merupakan salah satu dari beberapa Rumah Sakit di Kota Makassar yang

menyediakan pelayanan hemodialisis.(Clinar S, Barlas GU, Alpha SE

2013).

Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan hanya dengan meminum obat, meskipun ada alternatif

cangkok ginjal, namun jumlah donor yang tersedia sangat sedikit dan

biayanya pun sangat mahal, maka hampir sebagian besar penderita gagal

ginjal kronis harus melakukan cuci darah seumur hidupnya sehingga

penyakit gagal ginjal kronis dapat menyebabkan pasien mengalami

3
permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial

yang dirasakan sebagai kondisi yang menekan (Iskandarsyah, 2010).

Permasalahan psikologis yang dialami pasien gagal ginjal kronik

ditunjukkan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal

kronik khususnya pada tingkat kecemasan penderita. Melihat masalah

yang dihadapi para penderita gagal ginjal, memungkinkan penderita gagal

ginjal mengalami gangguan kecemasan dimana kecemasan merupakan

salah satu gangguan yang ada pada psikologis manusia. Penelitian

tentang kecemasan pada penderita gagal ginjal kronis perlu dilakukan

agar dapat mengetahui kecemasan apa saja yang dominan dihadapi para

penderita gagal ginjal kronis. (Toya, 2010)

Mengedentifikasikan bahwa dari 45 orang yang menjalani terapi

hemodialisis, terdapat : 6 orang (13%) tidak mengalami kecemasan, 9

(20%) orang mengalami lecemasan ringan, 22 pasien (49%) mengalami

kecemasan sedang, 7 (16%) pasien mengalami kecemasan berat , 1

pasien (2%) panik. Dari penelitiann sebelumnya ditemukan hubungan

yang bermakna, dari factor pendidikan, lamanya terapi, dan komplikasi

yang menjalani hemodialisis dengan kecemasan pasien dengan menjalani

terapi. (Toya, 2010)

Perawat sebagai tenaga kesehatan seharusnya memiliki kemampuan

untuk mengurangi atau menghilangkan rasa kecemasan yang berlebihan

pada saat akan menghadapi pengobatan rutin dengan biaya yang sangat

4
mahal. Oleh sebab itu perlu pengetahuan tentang asuhan keperawatan

pada pasien Gagal Ginjal Kronis yang telah mengalami kecemasan.

Berdasarkan uraian di atas penulis perlu mengetahui untuk

melakukan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa

Gangguan Kecemasan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronis ”

B. RUMUSAN MASALAH

Pada karya tulis ini yang menjadi rumusan masalah adalah

“bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan

Kecemasan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronis” ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Dilakukannya Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Kecemasan

Pada Klien Gagal Ginjal Kronis.

2. Tujuan Khusus

a. Dilakukannya pengkajian Asuhan Keperawatan jiwa Gangguan

Kecemasan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronis.

Ditetapkannya diagnosa Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan

Kecemasan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronis.

b. Dibuatnya rencana tindakan Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan

Kecemasan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronis.

5
c. Dilaksanakannya implementasi Asuhan Keperawatan Jiwa

Gangguan Kecemasan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronis.

d. Dilakukannya pendokumentasian Asuhan Keperawatan Jiwa

Gangguan Kecemasan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronis.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Penulis`

a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

di Akper Anging Mammiri Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan Asuhan

Keperawatan Asuhan Jiwa Gangguan Kecemasan Pada Klien

Dengan Gagal Ginjal Kronis.

2. Institusi Pendidikan

a. Menambah bahan pustaka untuk memenuhi jumlah bahan bacaan

di perpustakaan.

b. Sebagai referensi bagi warga kampus dalam melakukan penelitian

atau asuhan keperawatan selanjutnya.

6
3. Klien dan Keluarga

a. Memberikan informasi tentang penyakit dengan Gangguan

Kecemasan pada klien Gagal Ginjal kronis selama Asuhan

Keperawatan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan memahami karya tulis ini, penulis memberikan

gambaran isi dari setiap BAB sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan dan menggambarkan tentang hal-hal yang melatar

belakangi penulisan karya tulis, tujuan penyusunan yang ingin

dicapai baik secara umum maupun khusus, metode penulisan

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan landasan teori dari masalah yang

akan di teliti meliputi kecemasan, penyakit Gagal Ginjal Kronik,

tinjauan keperawatan dan tinjauan proses keperawatan.

BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi,

waktu penelitian instrument penelitian dan etika penelitian.

7
BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum tempat

penelitian, hasil penelitian, pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan

dan saran.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG GANGGUAN KECEMASAN

1. Konsep Gangguan Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-

samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang

menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan

memeperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan,

persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap

kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak

psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.(Ermawati,

dkk, 2014)

b. Etiologi (penyebab)

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang

mengalami ansietas (Hawari, 2008) Antara lain sebagai berikut :

9
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,

mudah tersinggung.

2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3) Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.

4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6) Keluhan-keluhan somatik, nisalnya rasa sakit pada otot dan

tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar,

sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan,

sakit kepala dan sebagainya

c. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu

yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi

sensori meningkat dan membantu individu menfokuskan

10
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,

bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri (videbeck,

2008). Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya.

Tabel 1. Ansietas Ringan


Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas Ringan (1)Tidak nyaman (1)Gerakan tidak tenang

Adalah Ansietas (2)Gelisah (2)Perhatikan tanda


normal dimana (3)Insomnia peningkatan ansietas
motivasi individu ringan (3)Bantu klien
pada keseharian (4)Perubahan menyalurkan energy
dalam batas nafsu makan secara konstruktif
kemampuan ringan (4)Gunakan obat bila
untuk melakukan (5)Peka perlu
dan (6)Pengulangan (5)Dorong pemecahan
memecahkan pertanyaan masalah
masalah (7)Perilaku (6)Berikan informasi
meningkat mencari akurat dan fuktual
perhatian (7)Sadari penggunaan
(8)Peningkatan Mekanisme
kewaspadaan pertahanan
(9)Peningkatan (8)Bantu dalam
persepsi mengidentifikasi
pemecahan keterampilan koping
masalah yang berhasil

11
(10) Mudah (9) Pertahankan cara
marah yang tenang dan
tidak terburu
(10) Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi

Sumber : Sulastri, 2013


2) Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang merupakan perasaan yang

mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda :

individu menjadi gugup atau agitasi (videbeck, 2008).

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat


melakukan sesuatu yang lebih terarah.

Tabel 2. Ansietas Sedang

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Ansietas sedang (1) Perkembangan (1) Pertahankan sikap

adalah cemas dari ansietas tidak tergesa-gesa,


yang ringan tenang bla
mempengaru-hi (2) Perhatikan berurusan dengan
pengetahuan terpilih dari klien
baru dengan lingkungan (2) Bicara dengan sikap
penyempitan (3) Konsentrasi tenang, tegas
lapangan hanya pada meyakinkan
tugas-tugas (3) Gunakan kalimat

12
persepsi individu yang pendek dan
sehingga (4) Suara bergetar sederhana
individu (5) Ketidaknyaman (4) Hindari menjadi
kehilangan jumlah waktu cemas, marah, dan
pegangan tetapi yang digunakan melawan
dapat mengikuti (6) Takipnea (5) Dengarkan klien
pengarahan (7) Takikardia (6) Berikan kontak fisik
orang lain. (8) Perubahan dengan menyentuh
dalam nada lengan dan tangan
suara klien
(9) Gemetar (7) Anjurkan klien
(10) Peningkatan menggunakan tehnik
ketegangan otot relaksasi
(11) Menggigit kuku, (8) Ajak klien untuk
memukulkan – mengungkapkan
mukulkan jari, perasaannya
menggoyangkan (9) Bantu klien
kaki dan mengenali dan
mengetukkan menamai
jari kaki ansietasnya

Sumber : Sulastri, 2013

3) Kecemasan Berat

Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada

ancaman, memperlihatkan respon takut dan distress (videbeck,

2008). Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada

sesuatu yang terperinci, spesifik, dan tidak dapat berpikir

13
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan.

Tabel 3. Ansietas Berat


Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat (1) Ketegangan otot (1) isolasi klien dalam

lapanagan persepsi berat lingkungan yang


menjadi sangat (2) hiperventilasi aman dan tenang
menurun . individu (3) kontak mata (2) biarkan perawatan
cenderung buruk dan kontak sring
memikirkan hal (4) pengeluaran sampai konstan
yang sangat kecil keringat (3) berikan obat-
saja dan meningkat obatan klien
mengabaikan hal (5) bicara cepat dan melakukan hal
yang lain. Individu nada suara tinggi untuk dirinya
tidak mampu berfikir (6) serampangan sendiri
realistis dan (7) mondar mandir, (4) observasi adanya
membutuhkan berteriak tanda-tanda
banyak (8) meremas tangan, peningkatan
pengarahan, untuk gemetar agitasi
dapat memusatkan (9) lapang persepsi (5) jangan menyentuh
pada daerah lain. terbatas klien tanpa permisi
(10) proses berpikir (6) yakinkan klien
terpecah bahwa dia aman
(11) Sulit berfikir (7) kaji keamanan
(12) Penyesalan dalam lingkungan
masalah buruk sekitarnya
(13) Tidak mampu

14
mempertimbang
kan informasi
(14) Hanya
memerhatikan
ancaman
(15) Perubahan
kardiovaskuler
(16) takut
(17) bingung
(18) menarik diri
(19) penyangkalan
(20) konstipasi
Sumber : Sulastri, 2013

4) Tingkat Panik

Dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa

di terror Tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan

pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik,

menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain,

persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.

Tabel 4. Ansietas Panik


Deskripsi Batasan karakter Intervensi
Panik adalah (1)Hperaktif/ (1) tetap bersama

tingkat dimana imobilitasi berat klien : minta


individu berada (2)Rasa terisolasi bantuan
pada bahaya yang ekstrim (2) jika mungkin
terhadap diri sendiri (3)Kehilangan hilangkan

15
Dan orang lain desitegrasi beberapa
Serta dapat kepribadian stressor fisik dan
menjadi diam atau (4)Sangat goncang psikologis dari
menyerang dengan dan otot-otot lingkungan
cara kacau tegang (3) bicara dengan
(5)Ketidakmampuan tenang, sikap
untuk meyakinkan,
berkomunikasi menggunakan
dengan kalimat nada suara yang
yang lengkat rendah
(6)Dstorsi persepsi (4) katakana pada
dan penilaian klien bahwa anda
yang tidak (staf) tidak akan
realisitik terhadap membahayakan
lingkungan dan dirinya sendiri
ancaman atau orang lain
(7)Perilaku kacau (5) isolasikan klien
dalam usaha pada daerah
melarikan diri yang aman dan
(8)Menyerang nyaman
(6) lanjut dengan
perawatan
ansietas berat

Sumber : Sulastri, 2013

16
d. Penilaian Kecemasan

Berdasarkan Perilaku Sewaktu Wawancara :

Perilaku sewaktu wawancra, di tandai dengan gelisah

(memainkan tangan atau jari-jari, meremas-remas tangan, menarik-

narik rambut, menggigit-gigit bibir), tidak tenang (bergerak terus,

tidak dapat duduk dengan tenang), jari gemetar, mengerutkan dahi

atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan

cepat, dan muka merah (Yusuf AH, dkk. 2015)

Cara penilaian item kecemasan di atas :

Gejala kecemasan dapat diukur dengan Hamilton Anxiety rating

Scale ( HARS ) yang mengandung 14 item sebagai berikut :

a. Perasaan cemas

Cemas firasat buruk

Takut Akan fikiran sendiri mudah tersinggung

b. Ketegangan

Merasa tegang Lesu

Tidak Bisa Istirahat Mudah Terkej

Mudah Menangis Gemetar

Gelisah
c. Ketakutan

Pada gelap Pada orang lain

17
Ditinggal sendiri Pada binatang

Pada keramaian lalu lintas Pada kerumunan orang


banyak

d. Gangguan tidur

Sukar tidur Terbangun malam hari.

e. Gangguan kecerdasan

Sukar konsentrasi Daya ingat menurun

Daya ingat buruk

f. Perasaan depresi

Hilangnya minat sedih,

Kurangnya kesenangan pada hobi

Bangun tidur dalam perasaan buruh-buruh.

g. Gejala somatic (otot)

Sakit dan nyeri otot-otot Suara tidak stabil.

Gigi mengerutuk

h. Gejala sensorik

Tinritus (telinga berdenging) Penglihatan kabur

Muka merah atau pucat Perasaan ditusuk-tusuk

i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

Denyut jantung cepat Berdebar-debar

Nyeri dada Denyut nadi mengeras

18
j. Gejala pernapasan

Sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal (pencernaan)

Sulit menelan Perut mules

Nyeri sebelum dan sesudah makan Mual muntah

Buang air besar lembek Konstipasi.

l. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

Sering buang air kecil Tidak datang bulan

Darah haid berlebihan Darah haid sedikit

Masa haid berkepanjangan Masa haid sangat pendek

Ereksi melemah Ereksi hilang


m. Gejala otonom

Mulut kering Muka merah

Mudah keringat Kepala pusing

Kepala terasa berat Kepala terasa sakit

Bulu-bulu berdiri

n. Perilaku sewaktu wawancara

Mengkerutkan dahi atau kening Muka tegang

Tonus otot meningkat Napas pendek dan cepat

19
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai

dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Skor <14 = tidak ada kecemasan


2) Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan

3) Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang

4) Skoe 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat

5) Skor 42 sampai dengan 56 = panik

e. Proses Terjadinya Kecemasan

1) Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam

kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan

(Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat

berupa :

a) Peristiwa traumatik, berkaitan dengan krisis yang dialami

individu baik krisis perkembangan atau situasional.

b) Konflik emosional, yang di alami individu tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara

keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan

pada individu.

20
c) Konsep diri terganggu, akan menimbulkan ketidakmampuan

individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan

kecemasan.

d) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk

mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena

merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat

mempengaruhi konsep diri individu.

f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga

menangani stress akan memepengaruhi individu dalam

berespon terhadap konflik yang di alami karena pola

mekanisme koping individu banyak di pelajari dalam

keluarga.

g) Riwayat gangguan kecemasan dalam kelaurga akan

memepengaruhi respons individu dalam berespons terhadap

konflik dan mengatasi kecemasannya.

h) Medikasi, pengobatan yang mengandung benzodizepin,

karena obat ini dapat menekan neurotransmitter gamma

amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktifitas neuron

di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2) Faktor Presipitasi

21
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam

kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya

kecemasan(Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

a) Ancaman terhadap integritas fisik ketegangan yang

mengancam integritas fisik yang meliputi :

(1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis

normal (misalnya : hamil).

(2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksii

virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan ,

kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal.

(1) Sumber internal

kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah

dan tempat kerja, penyesusaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam harga diri.

(2) Sumber eksternal

kehilangan orang yang di cintai, perceraian, perubahan

status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

22
f. Pohon Masalah

Kerusakan interaksi sosial Effect

Gangguan Alam perasaan : Cemas Core Problem

Koping individu inefektif Causa

g. Penatalaksanaan

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap

pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan

yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), Psikologik

atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti

uraian berikut :

1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a) Makan yang bergizi dan seimbang.

b) Tidur yang cukup.

c) Cukup olahraga.

d) Tidak merokok.

e) Tidak meminum minuman keras.

2) Terapi Psikofarma

Terapi Psikofarma merupakan pengobatan untuk cemas

dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan

23
fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di

sususnan saraf pusat oatak (limbic system).

3) Terapi Somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering di jumpai sebagai

gejala atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk

menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat

diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan.

4) Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara

lain :

a) Psikoterapi suportif, untuk memeberikan motivasi, semangat

dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa

putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

b) Psikoterapi re-eduktif, memberikan pendidikan ulang dan

koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi

kecemasan.

c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memeperbaiki

kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami

goncangan akibat stressor.

24
d) Psikoterapi kognitif, untumg memulihkan fungsi kognitif

pasien, yaitu kemampuan untuk berfikir secara rasional,

kosentrasi dan daya ingat.

e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan

menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat

menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi

stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan

kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor

penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor

pendukung.

g) Terapi psikoreligius, untuk meningkatkan keimanan

seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan

daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan

yang merupakan stressor psikososial.

h. Dokumentasi Asuhan Keperawatan.

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap

tahap proses keperawatan yang meliputi dokumen pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan

keperawatan, dan evaluasi.

25
2. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Kecemasan

a. Pengkajian

1) Faktor Predisposisi.

Menurut Sulastri (2013) Berbagai teori telah dikembangkan

untuk menjelaskan asal ansietas :

a) Teori Psikoanalitik.

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara

dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego

atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen

yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b) Teori Interpersonal.

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak

adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas

juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti

perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan

kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah

mengalami perkembangan ansietas yang berat.

26
c) Teori Perilaku.

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang

pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam

kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng

berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada

kehidupan selanjutnya.

d) Kajian Keluarga.

Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal

yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang

tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan

ansietas dengan depresi.

e) Kajian Biologis.

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma

neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran

utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan

ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah

dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat

nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas

27
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2) Faktor Presipitasi

Menurut sulastri (2013) Stressor pencetus mungkin berasal dari

sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat

dikelompokkan menjadi 2 kategori :

a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau

menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup

sehari- hari.

b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat

membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang

terintegrasi seseorang.

c) Perilaku.

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui

perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung

melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam

upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan

meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

28
Tabel 5. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas
Sistem Tubuh Respons
Palpitasi.
Kardiovaskuler Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Pernafasan Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.

Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Neuromuskular Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.

Kehilangan nafsu makan.


Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Gastrointestinal Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.

29
Tidak dapat menahan kencing.
Perkemihan Sering kencing.

Rasa terbakar pada mukosa.


Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Kulit Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 6. Respon Perilaku Kognitif


Sistem Respons
Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Perilaku Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.

Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Kognitif Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.

30
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.

Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Afektif Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

b. Sumber Koping

Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan

menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Kemampuan

penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya

dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang

menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

(Yusuf AH, dkk, 2015)

31
c. Mekanisme Koping

Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai

mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan

ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan

penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat

ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius. (Yusuf AH, dkk,

2015)

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis

mekanisme koping :

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari

dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis

tuntutan situasi stress :

a) Perilaku menyerang (agresif)

b) Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan

agar memenuhi kebutuhan

c) Perilaku menarik diri.

d) Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik

secara fisik maupun secara psikologis.

e) Perilaku kompromi.

f) Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan

dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk

mencapai tujuan.

32
2) Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas

ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar

dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka

mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap

stress dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan

ketidakseimbangan

Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :

a) Kompensasi.

Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan

citra diri dengan secara tegas menonjolkan

keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

b) Penyangkalan (Denial).

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan

mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini

paling sederhana dan primitif.

c) Pemindahan (Displacemen).

Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada

seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang

mengancam terhadap dirinya.

d) Disosiasi.

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari

kesadaran atau identitasnya.

33
e) Identifikasi (Identification).

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia

kagumi dengan mengambil atau menirukan pikiran-pikiran,

prilaku dan selera orang tersebut.

f) Intelektualisasi (Intelektualization).

Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk

memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

g) Introjeksi (Intrijection).

Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi

terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan

superego).

h) Fiksasi.

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek

tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran) sehingga

perkembangan selanjutnya terhalang.

i) Proyeksi.

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri

kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional

dan motivasi tidak dapat ditoleransi.

j) Rasionalisasi.

Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut

34
alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak

menjatuhkan harga diri.

k) Reaksi formasi.

Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung

bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang

sebenarnya.

l) Regressi.

Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku

yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi

marah, merusak, melempar barang, meraung.

m) Represi.

Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau

ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan

pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh

mekanisme ego yang lainnya.

n) Acting Out.

Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya

terhalang.

o) Sublimasi.

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya

dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami

halangan dalam penyalurannya secara normal.

35
p) Supresi.

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme

pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi

yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang

suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang

dapat mengarah pada represif berikutnya.

q) Undoing

Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan

sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi

sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

d. Diagnosa

Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :

1) Kecemasan

e. Intervensi

Kecemasan :

1) Tujuan umum : mengatasi gangguan ansietas klien.

2) Tujuan khusus

a) Klien mampu membina hubungan saling percaya

b) Klien mampu mengenal ansietas

c) Klien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi

36
d) Klien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik

relaksasi untuk mengatasi ansietas

e) Klien mampu mempraktekkan tehnik relaksasi nafas dalam.

3) Strategi Pelaksanaan

a) SP 1 p

Identifikasi stressor cemas, identifikasi koping maladaptif

dan akibatnya, Bantu perluas lapang persepsi, latih tehnik

relaksasi nafas dalam, membimbing memasukkan dalam

jadwal kegiatan.

b) SP 2 p

Validasi masalah dan latihan sebelumnya, latih koping

beraktivitas, membimbing memasukkan dalam jadwal

kegiatan. Validasi masalah dan latihan sebelumnya, Latih

koping, Hipnotis lima jari, membimbing memasukkan dalam

jadwal kegiatan.

c) SP 1 K

Mendiskusikan tentang masalah ansietas pada klien yang

dirasakan keluarga, menjelaskan pengertian, tanda dan

gejala, dan proses terjadinya ansietas, menjelaskan cara

merawat ansietas, melatih dan membimbing keluarga.

37
Cara merawat : Ansietas, anjurkan membantu klien sesuai

jadwal dan memeberikan pujian.

d) SP 2 K

Melatih keluarga menciptakan lingkungan dan suasana yang

mendukung perawatan ansietas, mengenal tanda dan gejala

kekambuhan Ansietas dan follow up ke fasilitas pelayanan

kesehatan secara teratur. Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas di rumah, termasuk minum obat, dan

mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh

keluarga.

f. Implementasi

Klien dengan gangguan ansietas umum atau gangguan panik

(sulastri, 2013) :

1) Tetap bersama klien dan beri dukungan

2) Jaga agar tuntutan terhadap klien gtetap minimum

3) Batasi stimulus lingkungan (misal, matikan suara musik yang

keras)

4) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik (misal, berjalan-

jalan) guna melepaskan energi

5) Beri pengobatan ansiolitik yang diresepkan secara teratur

6) Bantu klien teknik pernafasan relaksasi

38
7) Bantu klien teknik koping aktivitas

g. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi ini dilakukan secara

terus menerus pada respon ansietas klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang perlu

dievaluasi meliputi (Sulastri, 2013) :

1) Klien mengidentifikasi respons ansietasnya sendiri

2) Klien mengidentifikasi stressor-stressor di masa lalu atau saat

ini yang berperan dalam munculnya respons ansietas.

3) Klien menggunakan strategi koping perilaku simtomatis

4) Klien mengidentifikasi dan berpatisipasi secara aktif dalam

rencana pengobatan yang berkesinambungan.

5) Apakah interaksi sosial klien membaik

6) Apakah tingkat depresi pascatrauma menghilang

7) Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan diarahkan

dengan adekuat.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

S = Respon subjektif terhaadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

39
O = Respon objektif terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

A= Analisa ulang terhadap subjektif untuk menyimpulkan apakah

masalah tetap tau muncul masalah baru atau ada dating yang

kontraindikasi dengan masalah yang ada.

P = Perencananaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada

klien.

B. TINJAUAN UMUN TENTANG GAGAL GINJAL KRONIS

1. Pengertian

Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempenrtahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan

asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya di bagi menjadi dua

kategori yaitu kronis dan akut. Gagal ginjal kronis merupakan

perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap

nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible),

gagal ginjal akut sering kali berkaitan dengan penyakit kritis,

berkembang pesat dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan

biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit

kritisnya. (price & Wilson, 2006).

40
Menurut Mc Clellan (2006) dijelaskan bahwa gagal ginjal kronis

merupakan kondisi penyakit pada ginjal yang persistem

(keberlangsungan ≥ 3 bulan) dengan :

a. Kerusakan ginjal.

b. Kerusakan Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan angka GFR ≤

60 ml/menit/1.73 m2

2. Etiologi

Penyebab yang sering adalah diebetes mellitus dan hipertensi.

Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis,

yaitu (Robinson, 2013) :

a. Penyakit glomerular kronis (Glomerulernfritis)

b. Infeksi kronis (Pyelonefritis Kronis, Tuberkolosis)

c. Kelainan congenital (Polikistik Ginjal)

d. Penyakit vaskuler (Renal Nephrosclerosis)

e. Obstruksi saluran kemih (Nephrolithisis)

f. Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)

g. Obat-obatan nefrotoksik (Aminoglikosida).

41
3. Manifestasi Klinis

Berikut ini tanda dan gejala yang ditunjukan oleh Gagal Ginjal Kronis

(Robinson, 2013, Judith, 2006):

a. Ginjal dan gastrointestinal

Timbul hipotensi, mulut kering, punurunan turgor kulit,

kelemahan, ,mual dan muntah. Kemudian terjadi penurunan

kesadaran (Somnolen) dan nyeri kepala yang hebat dampak dari

peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan

akhirnya otot mengalami kelemahan. Tanda pelingkas adalah

terjadinya penurunan urine output dengan stadimentasi yang tinggi.

b. Kardiovaskuler

Biasanya terjadi hipertensi, aritmea kardiomyopati, uremic

parcarditis, gagal jantung, edema periolbital dan edema perifer.

c. Respiratory system

Terjadi edema pulmonal, nyeri pleura friction rub dan efusi pleura,

sputum yang kental dan sesak nafas.

d. Gastro intestinal

Adanya inflamasi userasi pada mukosa dan pendarahan gusi dan

kemungkinan juga di sertai parotitis, esofagitis, gastritis lesi pada

usus halus / usus besar.

42
e. Integument

Kulit pucak, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering, dan

menunjukan adanya purpura, ekimosis, peteciae, timbunan urea

pada kulit.

f. Neurologis

Adanya keram pada otot reflex kedutan, daya memori menurun,

apatis rasa kantuk meningkat pusing, dan kejang.

g. Endoktrin

Penurunan libido, gangguan siklus menstruasi pada wanita,

inpoten, penurunan sekresi sperma, kerusakan metabolisme

karbohidrat.

h. Hematopoitik

Terjadi anemia penurunan waktu hidup sel darah merah,

trombositopenia (dampak dari dealisis) adanya perdarahan.

i. Muskolosketal

Nyeri pada sending dan tulang, deminiralisasi tulang, fraktur

patologis, dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).

4. Patofisiologi

Fungsi ginjal menurun secara drastic yang berasal dari nefron.

Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20%-50% dalam hal GFR. Pada

penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala

azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi, dan sesekali terjadi

43
anemia. Selain itu selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka

keseimbangan cariran dan elektrolitpun terganggu. Pada hakekatnya

tanda dan gejala gagal ginjal kronis hampir sama dengan gagal ginjal

akut, namun awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari

gagal ginjal kronis membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh

sistem tubuh dan sering mengakibatkan komplikasi (Madara, 2008).

5. Pemeriksaan

Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk

menegakkan diagnosa gagal ginjal kronis (Baughman 2008):

a. Biokimiawi

Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan

kreatinin plazma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui

fungsi ginjal adalah dengan analisa creatinine (klirens kreatinin).

Selain pemeriksaan fungsi ginjal (Renal Function Test),

pemeriksaan kadar elektrolit juga harus dilakukan untuk

mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh sebagai

bentuk kinerja ginjal.

b. Urinalisis

Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/ tidaknya infeksi pada ginjal

atau ada/ tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan

parenkim ginjal.

44
c. Ultrasonografi Ginjal

Imagin (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan informasi

yang mendukung untuk menegekkan diagnosis gagal ginjal.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis adalah untuk

mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan

keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup

klien. Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal kronis

membutuhkan penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan

meminimalisir komplikasi dan meningkatkan harapan hidup klien. Oleh

karena itu beberapa hal yang harus di perhatikan dalam melakukan

penatalaksanaan pada klien gagal ginjal kronik (Robinson, 2013;

Baughman 2008) :

a. Perawatan kulit yang baik

b. Jaga kebersihan oral

c. Beri dukungan nutrisi

d. Pantau adanya hiperkalimea

e. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia

f. Kaji status hidrasi dengan hati-hati

g. Control tekanan darah

h. Pantau ada/ tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi

45
i. Latih klien napas dalam dan batuk efektif untuk mencegahnya

terjadinya kegagalan napas akibat obstruksi.

j. Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan (pada

perawatan luka operasi).

k. Obsevasi adanya tanda-tanda perdarahan

l. Observasi adanya gejala neurologis

m. Atasi komplikasi dari penyakit

n. Laporkan segera jika ditemui tanda-tanda perikaditis (friction, rub,

dan nyeri dada)

o. Tata laksana dialysis/ transplantasi ginjal.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis

adalah (Baughman, 2008) :

a. Penyakit tulang

b. Penyakit kardiovaskuler

c. Anemia

d. Disfungsi seksual.

46
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tgl masuk RS : 15 – 03 - 2014


Tgl pengkajian : 02 – 6 – 2016

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Identitas klien

Nama : Tn. “ N “

Umur : 51 thn / 24 – Mei - 1965

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cakalang 4 No. 6

Suku bangsa : Suku Makassar

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh Harian

No.RM : 269176

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. “ M “

Umur : ± 50 thn

Alamat : Jl. Cakalang 4 No. 6

47
Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan klien : Istri Pasien

2. Alasan masuk

Pasien masuk di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan

menjalani terapi Hemodialisa karena penyakit Gagal Ginjal Kronis.

3. Keluhan saat ini ( Sekarang )

Pasien mengatakan jantungnya terasa berdebar-debar, dan batuk

disertai secret atau lendir. Pasien mengatakan sesak nafas,

bengkak pada seluruh tubuh, nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri

di dada.

4. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit CHF

(Congestive Heart Failure), dan Hipertensi.

5. Riwayat pengobatan fisik

Pasien menjalani terapi hemodialisa selama ± 2 tahun terakhir dan

pasien mengkonsumsi obat antibiotik Erythromycin 250 mg 3x2 /

hari.

6. Masalah keperawatan

Kecemasan Berat ( Pengkajian HARS Skor 31 )

48
7. Penilaian kecemasan

Gejala kecemasan dapat diukur dengan Hamilton Anxiety rating

Scale ( HARS ) yang mengandung 14 item sebagai berikut :

a. Perasaan cemas

Cemas firasat buruk

Takut Akan fikiran sendiri mudah tersinggung

b. Ketegangan

Merasa tegang Lesu

Tidak Bisa Istirahat Mudah Terkejut

Mudah Menangis Gemetar

Gelisah

c. Ketakutan

Pada gelap Pada orang lain

Ditinggal sendiri Pada binatang

Pada keramaian lalu lintas Pada kerumunan

banyak

d. Gangguan tidur

Sukar tidur Terbangun malam hari.


e. Gangguan kecerdasan

Sukar konsentrasi Daya ingat menurun

Daya ingat buruk

49
f. Perasaan depresi

Hilangnya minat sedih,

Kurangnya kesenangan pada hobi

Bangun tidur dalam perasaan buruh-buruh.

g. Gejala somatic (otot)

Sakit dan nyeri otot-otot Suara tidak stabil.

Gigi mengerutuk
h. Gejala sensorik

Tinritus (telinga berdenging) Penglihatan kabur

Muka merah atau pucat Perasaan ditusuk-tusuk


i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

Denyut jantung cepat Berdebar-debar

Nyeri dada Denyut nadi mengeras


j. Gejala pernapasan

Sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal (pencernaan)

Sulit menelan Perut mules

Nyeri sebelum dan sesudah makan Mual muntah

Buang air besar lembek Konstipasi.

l. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

Sering buang air kecil Tidak datang bulan

Darah haid berlebihan Darah haid sedikit

Masa haid berkepanjangan Masa haid sangat pendek

50
Ereksi melemah Ereksi hilang
m. Gejala otonom

Mulut kering Muka merah

Mudah keringat Kepala pusing

Kepala terasa berat Kepala terasa sakit

Bulu-bulu berdiri

n. Perilaku sewaktu wawancara

Mengkerutkan dahi atau kening Muka tegang

Tonus otot meningkat Napas pendek dan cepat

Jumlah skor : 31

Kesimpulan : dari jumlah skor yang diperoleh pasien Termasuk

kategori kecemasan berat

8. Pemeriksaan fisik a.

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 180/80 MmHg

Nadi : 95x / menit

Suhu : 36,7˚C

Pernapasan : 23x / menit

b. Keluhan fisik

Pasien mengatakan sering bantuk disertai secret atau lendir

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan :158 cm

51
9. Psikososial

Genogram

Keterangan : : Laki - laki

: Perempuan

: pasien

: Meninggal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

Generasi I : Orang tua pasien dan ayah mertua pasien telah

meninggal dunia Karena faktor usia sedangkan ibu

mertua pasien masih hidup hingga saat ini.

52
Generasi II : pasien anak kedua dari dua bersaudara dan istri

pasien anak ketiga dari empat bersaudara.

Generasi III : pasien memiliki anak berjumlah 9 orang, 4 laki-laki 5

perempuan, dan sekarang pasien sedang menjalani

terapi hemodialisa di RSUD Labuang Baji.

10.Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga besar

pasien yang mengidap penyakit yang sama dengan pasien.

11.Riwayat sosial

a. Pola social

Menurut pasien orang terdekatnya adalah keluarga. Pasien

mengatakan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan spiritual

yang diadakan dilingkungan ibadah yaitu mesjid. Dalam

melakukan hubungan dengan orang lain pasien mengatakan

membatasi hubungan dengan orang lain karena pasien merasa

tidak ingin di bebani oleh siapapun kecuali keluarganya sendiri.

b. Obat-obatan yang di konsumsi

Pasien mengatakan hanya mengkonsumsi makanan dan obat

diresepkan oleh dokter seperti vitamin dan obat antibiotik

Erythromycin 250 mg 3x2 / hari.

53
12.Status mental dan emosi

a. Penampilan

Tidak ada kecacatan fisik yang dialami pasien dan dalam

berpakaian pasien nampak rapi namun pasien nampak

berkeringat walaupun hanya berbaring di tempat tidur

b. Tingkah laku

Pasien nampak tegang saat menjalani terapi Hemodialisa,

sukar tidur, pasien mengatakan sering gelisah di malam

hari,pasien nampak pucat dan pasien mengatakan cemas

pada penyakitnya saat ini.

Masalah Keperawatan : Kecemasan

c. Pola komunikasi

Pola komunikasi pasien kurang baik, pasien sulit berkonsentrasi

dengan baik dengan pertanyaan yang diberikan, pasien nampak

mengkerutkan keningnya juga wajahnya tegang sewaktu di

wawancara, walaupun beberapa pertanyaan bisa di jawab.

d. Mood dan afek

Pasien merasa pasrah dengan terapi yang di jalani sekarang

namun merasa cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini,

pasien mengatakan sudah tidak bersemangat lagi pada

hobinya yaitu bernyanyi, pasien mengungkapkan rasa takutnya

terhadap keramaian lalu lintas, dan binatang khususnya pada

ular.

54
e. Proses pikir

Dalam proses pikir pasien nampak sedikit lambat dan cukup

sulit dimengerti, pasien sulit mengingat tentang masalalunya

f. Persepsi

Persepsi pasien tidak ada masalah dan pasien tidak

mengalami halusinasi.

g. Kognitif

Pasien nampak kurang cepat tanggap mengenai perhitungan

dan perkalian.

B. KLASIFIKASI

DATA DS :

1. pasien mengatakan cemas dengan kondisi kesehatannya saat

ini.

2. Pasien mengatakan kadang mempunyai firasat buruk tentang

kesehatannya.

3. Pasien mengatakan masih merasa tegang saat menjalani terapi

hemodialisa dan sukar tidur saat malam hari juga sering gelisah.

4. Pasien mengatakan takut pada keramaian lalu lintas, dan pada

binatang khususnya ular.

5. Pasien mengatakan susah mengingat masa lalu.

6. Pasien mengatakan kepalanya terasa berat dan pusing.

7. Pasien mengatakan sudah tidak bersemangat lagi pada

hobinya yaitu bernyanyi.

55
8. Pasien mengatakan saat menjalani terapi Hemodialisa kadang

– kadang dadanya terasa berdebar-debar.

9. Pasien mengatakan sulit menelan saat makan

10.Pasien mengatakan nyeri dada sering mual muntah.

11.Pasien mengatakan sulit BAB dan mengalami konstipasi

12.Pasien mengatakan sering buang air kecil

13. Pasien mengatakan mudah berkeringat di malam hari, dan juga

mudah berkeringat walaupun kurang beraktivitas.

DO :

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 180/80 mmHg

Nadi : 95 kali/ menit

Suhu : 36,7 °C

Pernapasan : 23 kali/ menit

b. Pasien nampak cemas.

c. Pasien nampak pucat.

d. Pasien nampak lemah.

e. Pasien nampak lesu.

f. Pasien nampak gemetar.

g. Pasien nampak gelisah.

h. Pasien nampak hanya berbaring dan sesekali duduk di tempat

tidur.

i. Pasien nampak tidak nafsu makan dan makanannya tidak habis.

56
j. Pasien tampak mengkerutkan dahi atau keningnya dan

nampak tegang sewaktu di wawancara.

k. Skala HARS : jumlah skor 31

C. POHON MASALAH

Kerusakan Interaksi sosial Effect

Gangguan suasana perasaan : Cemas Core Problem

Koping individu inefektif Causa

D. ANALISA DATA

No Data Masalah

1. Ds: Kecemasan Berat


a. pasien mengatakan cemas dengan

kondisi kesehatannya saat ini.

b. Pasien mengatakan kadang

mempunyai firasat buruk tentang

kesehatannya.

c. Pasien mengatakan masih merasa

tegang saat menjalani terapi

hemodialisa dan sukar tidur saat

malam hari juga sering gelisah.

57
d. Pasien mengatakan takut pada

keramaian lalu lintas, dan pada

binatang khususnya ular.

e. Pasien mengatakan susah

mengingat masa lalu.

f. Pasien mengatakan kepalanya

terasa berat dan pusing.

g. Pasien mengatakan sudah tidak

bersemangat lagi pada hobinya

yaitu bernyanyi.

h. Pasien mengatakan saat menjalani

terapi Hemodialisa kadang –kadang

dadanya terasa berdebar-debar.

i. Pasien mengatakan sulit

menelan saat makan

j. Pasien mengatakan nyeri

dada sering mual muntah.

k. Pasien mengatakan sulit BAB

dan mengalami konstipasi

l. Pasien mengatakan sering buang

air kecil

m. Pasien mengatakan mudah

berkeringat di malam hari, dan juga

58
mudah berkeringat walaupun kurang

beraktivitas.

Do:

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 180/80 mmHg

Nadi : 95 x/ menit

Suhu : 36,7 °C

Pernapasan : 23 x/ menit

b. Pasien nampak cemas.

c. Pasien nampak pucat.

d. Pasien nampak lemah.

e. Pasien nampak lesu.

f. Pasien nampak gemetar.

g. Pasien nampak gelisah.

h. Pasien nampak hanya

berbaring dan sesekali duduk di

tempat tidur.

i. Pasien nampak tidak nafsu

makan dan makanannya

tidak habis.

j. Pasien tampak mengkerutkan

dahi atau keningnya dan nampak

tegang sewaktu di wawancara.

59
k. Skala HARS : jumlah skor 31

Tabel 7. Analisa data

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kecemasan Berat

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan 1. Pasien Setelah SP 1 Pasien


Berat mampu pertemuan pasien
mengenal mampu : 1. Diskusikan
kecemasan Mengatasi proses masalah yang
terjadinya dirasakan
2. Psien masalah pasien saat
mampu kecemasan munculnya
mengatasi kecemasan
kecemasan
melalui 2. Jelaskan cara
tehnik latihan tehnik
relaksasi relaksasi tarik
nafas dalam nafas dalam
dan Distraksi.
3. Pasien
mampu
mengatasi 3. Anjurkan pasien
kecemasan untuk
dengan memasukan ke
distraksi jadwal harian.

60
Setelah SP 2 Pasien
4. Pasien
mampu
mengatasi
pertemuan Pasien
kecemasan
mampu : 1. Diskusikan
melalui
Pasien bisa kembali kepada
hipnotis
memahaminya Pasien tentang
lima jari
dan manfaat yang
menjalankannya telah di
5. pasien
di setiap ajakrkan pada
mampu
kecemasan pertemuan
mengatasi
muncul dan pertama (
kecemasan
memasukkan ke Evaluasi
melalui
jadwal kegiatan Kecemasan)
kegiatan
harian.
spiritual
2. Jelaskan cara
latihan hipnotis
diri sendiri (
latihan 5 jari
dan latihan
Kegiatan
Spiritual
3. Anjurkan

Pasien untuk
memasukan ke
jadwal harian

Tabel 8. Strategi Pelaksanaan Pasien

61
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan 1. Keluarga Setelah SP 1 Keluarga
Berat mampu pertemuan
mengenal keluarga mampu 1. Diskusikan
masalah : masalah yang
kacemasan menyebutkan dirasakan
pasien dan pengertian, dalam merawat
masalah tanda dan gejala, pasien
merawat proses terjadinya kecemasan.
pasien masalah
kecemasan kecemasan 2. Jelaskan
pengertian,
2. Mengenal tanda dan
pengertian, gejala, dan
tanda dan proses
gejala, terjadinya
proses kecemasan dan
terjadinya mengambil
masalah keputusan
kecemasan merawat pasien.
3. Latih keluarga

3. Keluarga cara merawat


mampu dan
merawat membimbing
pasien pasien untuk
dengan mengatasi
kecemasan kecemasan.

62
4. Keluarga Setelah SP 2 Keluarga
mampu pertemuan
menciptakan keluarga mampu 1. Latih keluarga
lingkungan : menciptakan
dengan Menciptakan suasana
kecemasan lingkungan yang keluarga dan
mendukung lingkungan yang
perawatan mendukung
5. Keluarga kecemasan perawatan
mampu pasien. kecemasan
mengenal pasien.
tanda dan
gejala 2. Diskusikan
kekambuhan tanda dan gejala
kecemasan munculnya
kecemasan
6. Keluarga yang
mampu memerlukan
melakukan rujukan segera
follow up ke ke fasilitas
faislitas kesehatan.
pelayanan
kesehatan
3. Anjurkan follow

up ke fasilitas
pelayanan
kesehatan
secara teratur.

Tabel 9. Strategi pelaksanaan Keluarga

63
G. INPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari
No. Tanggal Implementasi Evaluasi

1 kamis SP 1 Pasien ( 12.00 ) ( 12.30 )


2 juni 1. Membina hubungan S:
2016 saling percaya – Pasien menjawab salam “
2. Membantu pasien Waalaikum salam “
mengenal kecemasan – Pasien mengatakan “ saya
3. Melatih klien teknik merasa cemas saat saya
relaksasi dan teknik memikirkan penyakit yang
distraksi saya alami sekarang “ .
4. Memasukkan dalam – Pasien mengatakan “
jadwal kegiatan harian baiklah ajarkan saya cara
mengurangi kecemasan
dengan latihan teknik
relaksasi nafas dalam dan
distraksi “
– Pasien mengatakan “ saya
merasa tenang setelah
mengikuti latihan yang
perawat ajarkan yaitu teknik
relaksasi nafas dalam dan
distraksi “.
– Pasien mengatakan “
InshaAllah saya akan
melakukan latihan tersebut
dengan jadwal yang
diberikan “
O:

64
– Pasien nampak melakukan
teknik relaksasi nafas dalam
dan distraksi ( bernyanyi lagu
daerah dan berbincang-
bincang dengan keluarga
– Pasien nampak tenang.
– Skor HARS 26 (kecemasan
sedang)
A : SP 1 pasien tercapai
P : Lanjut ke SP 2 Pasien

( 16.00 )
S:
SP 2 Pasien ( 15.30 )
2. Jumat 1. Evaluasi kecemasan
– Pasien mengatakan “ saya
3 juni sudah terapkan latihan
pasien
2016
relaksasi nafas dalam dan
2. Menjelaskan manfaat
beraktivitas seperti
teknik relaksasi nafas
bernyanyi, alhamdulillah
dalam dan distraksi
ada hasilnya untuk diri saya
3. Melatih pasien hipnotis
sendiri “
lima jari dan
– Pasien mengatakan “ iya
menganjurkan kegiatan
saya sudah mengerti
spiritual sesuai
tentang manfaat dari
keyakinan pasien
latihan tersebut membuat
4. Memasukkan dalam
saya jadi tenang dan emosi
jadwal kegiatan harian
saya bisa terkontrol
dengan latihan tersebut “
– Pasien mengatakan “ saya
sangat merasa tenang
dengan latihan hipnotis lima

65
jari ”
– Pasien mengatakan “
setelah sholat, saya selalu
berzikir kepada Allah SWT
lalu perasaan saya
kembali tenang ”
– Pasien mengatakan “
InshaAllah saya akan
melakukan latihan
tersebut dengan jadwal
yang diberikan “
O:
– Pasien nampak bisa
memperagakan
teknik hipnotis lima
jari dan Spiritual
– Pasien nampak mampu
memperagakan latihan
relaksasi nafas dalam
– Pasien nampak rileks
– Skor HARS 22 (kecemasan
sedang)
A : SP 2 Pasien tercapai
P : pertahankan intervensi
Tabel 10. Implementasi dan Evaluasi Sp Klien

66
Hari
No. Tanggal Implementasi Evaluasi

1. jumat SP 1 Keluarga ( 16.00 ) Sabtu 4 juni 2016 ( 16.00 )


3 juni S:
2016 1. Diskusikan masalah – Keluarga mengatakan “ Tn.N
yang dirasakan dalam selalu gelisah, marah-marah
merawat pasien tanpa sebab, kepala pusing,
kecemasan. dan juga nafsu makannya
2. Jelaskan pengertian, berkurang ”
tanda dan gejala, dan – Keluarga mengatakan “ kami
proses terjadinya sudah mengerti dari tanda
kecemasan dan dan gelaja kecemasan dan
mengambil keputusan sebagian gejalanya ada
merawat pasien. pada suami saya Tn.N “ .
3. Latih keluarga cara – Keluarga mengatakan “ saya
merawat dan akan membimbing Tn.N saat
membimbing pasien melakukan latihan
untuk mengatasi mengatasi kecemasannya“
kecemasan. – Keluarga mengatakan “ saya
akan membimbing Tn.N
sesuai jadwal yang di
berikan ”
O:
– Keluarga nampak mengerti
dari pengertian, tanda dan
gejala kecemasan
– Keluarga nampak
membimbing pasien
melakukan tehnik relaksasi
nafas dalam

67
– Keluarga nampak
membimbing pasien
melakukan distraksi
seperti bernyanyi
– Keluarga nampak
membimbing pasien
melakukan hipnotis lima jari
– Keluarga nampak
membimbing pasien
melakukan kegiatan
kegiatan spiritual
A : SP 1 Keluarga tercapai
P : Lanjut ke SP 2 Keluarga

2. sabtu Sabtu 4 juni 2016 ( 16.20 )


SP 2 Keluarga (16.20 )
4 juni S:
2016 – Keluarga mengatakan “ Tn.N
1. Latih keluarga
lebih nyaman ketika
menciptakan suasana
rumahnya bersih dan
keluarga dan
senang jika anggota
lingkungan yang
keluarganya lengkap, “
mendukung perawatan
– Keluarga mengatakan “ Tn,N
kecemasan pasien.
masih sering pusing, ketika
2. Diskusikan tanda dan
menjalani terapi
gejala munculnya
Hemodialisa”
kecemasan yang
– Keluarga mengatakan “
memerlukan rujukan
alhamdulillah Tn.N rutin
segera ke fasilitas
setiap jam di periksa
kesehatan.
tekanan darahnya oleh
3. Anjurkan follow up ke
suster ketika menjalani
fasilitas pelayanan

68
kesehatan secara terapi Hemodialisa dan
teratur. diberikan resep obat oleh
Dokter”
– Keluarga mengatakan “
alhamdulillah Tn.N rutin cuci
darah 2 kali seminggu
( senin dan kamis ) di RSUD
Labuang Baji selama 2
tahun setengah ”
O:
– Keluarga nampak mengerti
untuk menciptakan
lingkungan nyaman dalam
upaya mengatasi
kecemasan Tn.N
– Keluarga paham
memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan
dengan baik.
A : SP 2 Keluarga tercapai
P : pertahankan intervensi

Tabel 11. Implemntasi dan Evaluasi Sp Keluarga

69
BAB IV

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN KASUS

Berdasarkan hasil pengkajian yang di lakukan mulai dari hari

kamis, tanggal 2 juni – 4 juni 2016, data yang di dapatkan dari pasien

adalah : Tn. ” N ” , umur 51 tahun, jenis kelamin laki-laki, pasien

menganut agama Islam, status pasien menikah, pendidikan terakhir

pasien SMP, pekerjaan pasien tidak ada, pasien berasal dari kota

Makassar, dan bertempat tinggal di jl.Cakalang 4 No. 6.

Pasien sebelumnya pernah di rawat RSUD Labuang Baji

dengan penyakit Congestive Heart Failure CHF dan Hipertensi,

namun sekarang ini pasien menjalani terapi Hemodialisa RSUD

Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan di antar oleh anaknya.

Keadaan saat ini ketika di wawancarai RSUD Labuang Baji

pasien : Tn. ‘’ N ’’ pasien mengatakan, badan terasa lemas, kurang

nafsu makan, pasien mengatakan cemas dengan kondisi

kesehatannya saat ini di karenakan penyakit yaitu Gagal Ginjal

Kronis, pasien masih merasa tegang saat menjalani terapi

Hemodialisa, pasien mengatakan dadanya terasa berdebar-debar,

gelisah dan pasien mudah berkeringat di malam hari.

Keluarga pasien semuanya sehat secara fisik dan tidak ada

anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengannya,

pasien merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. pasien berperan

70
sebagai kepala rumah tangga, orang yang sangat berarti bagi pasien

adalah keluarga dia juga sering ke keluarganya, terutama kepada

istrinya.

Pasien selalu ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang di

laksanakan oleh lingkungan ibadah seperti mesjid. Dalam melakukan

hubungan dengan orang lain pasien mengatakan membatasi

hubungan dengan orang lain karena pasien merasa tidak ingin di

bebani oleh siapapun kecuali keluarganya sendiri

Berdasarkan hasil observasi di dapatkan, data pasien saat

berinteraksi, pasien nampak cemas, pasien Nampak gelisah, pasien

nampak tegang, pasien mengatakan dadanya terasa berdebar-debar,

pasien nampak sulit berkonsentrasi saat di ajak bicara, pasien

Nampak lemah, pasien mengatakan sulit tidur saat malam hari.

Dalam bab ini penulis akan menguraikan secara singkat tentang

kesenjangan anatara teori dan kasus nyata yang akan di dapatkan

penulis pada pasien : Tn. “ N ’’ yang di rawat RSUD Labuang Baji

Provinsi Sulawesi Selatan dengan masalah utama gangguan

kecemasan Gagal Ginjal Kronis yang di lakukan pada tanggal 2 juni

s/d 4 juni 2016 melalui pendekatan proses keperawatan yang di

lakukan meliputi : Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi

dan Evaluasi.

71
1. Pengkajian

Menurut teori yang dikemukakan Sulistiawati, S.Kep, M.Kes

2011 pengkajian merupakan tahap awal dari poses dasar

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Pengumpulan data yang

dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Data pengkajian kesehatan jiwa dikelompokkan menjadi faktor

predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,

sumberkoping dan kemampuan koping yang di miliki pasien.

Adapun tanda dan gejala kecemasan berat yang terdapat

dalam teori menurut Sulastri (2013) yaitu :

Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,

pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat dan nada suara

tinggi, serampangan, mondar mandir, berteriak, meremas tangan,

gemetar, lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah, Sulit

berfikir, penyesalan masalah buruk, tidak mampu

mempertimbangkan informasi, hanya memerhatikan ancaman,

perubahan kardiovaskuler, takut, bingung, menarik diri

penyangkalan, konstipasi, mual dan muntah, perubahan

kardiovaskuler.

Sedangkan berdasarkan HARS yang dikategorikan dalam

kecemasan berat yaitu skor yang memiliki nilai 28-41.

72
Pada pembahasan ini penulis fokus membahas tentang

perbedaan antara teori dan kasus berdasarkan tanda dan gejala

yang dikemukakan oleh Sulastri.

Adapun tanda dan gejala yang ditemukan dalam kasus

yaitu pasien mengatakan cemas dengan kondisi kesehatannya

saat ini, pasien mengatakan masih merasa tegang saat menjalani

terapi hemodialisa dan sukar tidur saat malam hari juga sering

gelisah, pasien mengatakan takut pada keramaian lalu lintas, dan

pada binatang khususnya ular, pasien mengatakan kepala terasa

berat dan pusing, pasien mengatakan sudah tidak bersemangat

lagi pada hobinya yaitu bernyanyi, pasien mengatakan saat

menjalani terapi Hemodialisa kadang–kadang dadanya terasa

berdebar-debar, pasien mengatakan dadanya sering nyeri dan

perut sering mual muntah, pasien mengatakan sulit Buang Air

Besar (BAB), pasien mengatakan sering buang air kecil (BAK)

pasien mengatakan mudah berkeringan di malam hari, dan juga

mudah berkeringat walaupun kurang beraktivitas, pasien nampak

cemas, pasien nampak pucat, pasien nampak mudah marah,

pasien nampak gemetar, pasien nampak lemah, pasien nampak

hanya berbaring dan sesekali duduk di tempat tidur, pasien

tampak mengkerutkan dahi atau keningnya sewaktu di

wawancara, wajah pasien tampak tegang sewaktu di wawancara.

73
Kecemasan dapat memicu terjadinya pelepasan hormone

epinefrin dan dopamine yang menyebabkan terjadinya peningkatan

denyut jantung dan penurunan diameter pembuluh darah sehingga

terjadi peningkatan tekanan darah (Baughman Diane C, 2000)

Pada saat fikiran seseorang dijangkiti rasa takut sistem saraf

otonom menyebabkan tubuh bereaksi secara mendalam, proses

pencernaan dan berhubungan dengan usus berhenti, pembuluh

darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal melepas

adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah dialirkan keseluruh tubuh

sehingga menjadi tegang dan selanjutnya tidak bisa istirahat.

Sebaliknya substansi yang berkaitan dengan relaksasi seperti

endofrin menurun, hal ini akan meningkatkan ketegangan otot pada

kepala dan merasa pusing ( Price SA, 2006).

Sedangkan emosi yang terjadi pada pasien yang nampak

mudah marah dan nada suaranya tinggi dikarenakan kadar

adrenalin dan kadar neurotransmitter meningkat yang disebabkan

oleh stimulus dalam lingkungan dibuktikan bahwa kesehatan

seseorang dapat sebagai predisposisi kecemasan di sertai

gangguan fisik yang menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi stressor (Yusuf AH, dkk, 2015).

Sering buang air kecil (BAK) dikarenakan ketidakmampuan

menahan kencing lebih lama akibat gangguan pada saraf yang

terdapat di pangkal uretra. Makin besar volume urine di kandung

74
kemih makin besar pula dorongan untuk mengeluarkannya

sehingga suatu saat yang bersangkutan sulit menahannya. (Daniel

S. Wibowo, 2013)

Pasien sering berkeringat dimalam hari dan juga walaupun

kurang beraktivitas di karenakan efek dari penyakit gagal ginjal kronis

yang menyebabkan sistem metabolisme pasien terganggu. Akhirnya

ginjal pasien mengalami kekurangan cairan dan akibatnya ginjal

pasien sudah tidak berfungsi lagi selama 2 tahun terakhir dan pasien

melakukan terapi Hemodialisa (Daniel S. Wibowo, 2013).

Kesenjangan yang ditemukan penulis setelah melakukan

perbandingan data yang disebutkan dalam teori tetapi tidak

ditemukan dalam kasus seperti, ketegangan otot berat, kontak mata

buruk, serampangan, berteriak, mondar-mandir, peningkatan

persepsi pemecahan masalah, menarik diri, bingung. Hal tersebut

terjadi karena reaksi emosi bervariasi pada setiap individu dalam

menghadapi stressor dan pasien juga selalu berusaha untuk

meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dialaminya saat ini adalah

suatu cobaan atau ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada

dirinya serta adanya dukungan dari keluarga (terutama istri), namun

ada juga data yang terdapat pada kasus tetapi tidak ditemukan dalam

teori seperti pasien mengatakan sering buang air kecil (BAK)

dikarenakan dikarenakan ketidakmampuan menahan kencing lebih

lama akibat gangguan pada saraf yang terdapat di pangkal uretra.

75
Makin besar volume urine di kandung kemih makin besar pula

dorongan untuk mengeluarkannya sehingga suatu saat yang

bersangkutan sulit menahannya ini disebabkan karena faktor

penyakit pasien yaitu Gagal Ginjal Kronis.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penderita

gangguan kecemasan menurut buku konsep dasar keperawatan

kesehatan jiwa oleh sulistiawati, s.kep.M.kes 2011 adalah :

a. Kerusakan interaksi sosial

b. Gangguan suasana perasaan : Cemas

c. Koping tidak efektif

Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi sosial Effect

Gangguan suasana perasaan : Cemas Core Problem

Koping individu inefektif Causa

Menurut Stuart (2013), seseorang yang mengalami

gangguan fisik seperti cidera, maupun operasi (sebelum/sesudah)

akan mudah mengalami kelelehan fisik sehingga lebih mudah

mengalami kecemasan.

76
Setelah melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada pasien Tn “N” yaitu : kecemasan berat.

Hal tersebut berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan

pada Tn.” N ” saat melakukan pengkajian dan didukung oleh

pengkajian kecemasan dengan HARS ( Hamilton Anxiety Rating

Scale ) yang mendapatkan skor 31 ( kecemasan berat ).

3. Perencanaan

Rencana keperawatan di susun untuk mengatasi masalah

pasien, sesuai dengan masalah pasien yaitu gangguan kecemasan

tindakan keperawatan yang di rencanakan mengacu pada tujuan

khusus yang dapat dicapai pada pasien dan keluarga :

a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya

b. Pasien mampu mengenal kecemasan

c. Pasien mampu mengatasi kecemasan melalui teknik relaksasi

d. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik

relaksasi untuk mengatasi kecemasan

e. Pasien mampu memperaktikkan tehnik relaksasi hipnotis 5 jari

f. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual.

g. Keluarga mampu mengenal masalah kecemasan pasien dan

masalah merawat pasien kecemasan

h. Mengenal pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya

masalah kecemasan

77
i. Keluarga mampu merawat pasien dengan kecemasan

j. Keluarga mampu menciptakan lingkungan dengan kecemasan

k. Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kekambuhan

kecemasan

l. Keluarga mampu melakukan follow up ke fasilitas pelayanan

kesehatan

Intervensi atau rencana keperawatan di susun

berdasarkan diagnosa keperawatan yang di temukan. Rencana

keperawatan tidak berbeda antara landasan teori dengan

tujuan khusus, proses tersebut pada dasarnya meliputi tujuan,

kriteria, rencana tindakan yang di berikan sesuai dengan

masalah yang di temukan.

Faktor pendukung adalah pasien dan keluarga

kooperatif saat penulis melakukan intervensi, mudah dilakukan

sehingga bisa lebih mempercepat proses penyembuhan pasien

dan intervensi di atas di rasa tepat guna untuk pasien. Faktor

penghambat adalah penulis tidak sepenuhnya bisa mengawasi

pasien.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang di berikan pada pasien Tn.

“ N ” dengan gangguan kecemasan : Gagal Ginjal Kronis

disesuaikan dengan perencanaan keperawatan yang mengacu

pada masalah pasien. Selama pelaksanaan tindakan keperawatan

78
terhadap pasien Tn. “ N ” saya tetap memperhatikan kebutuhan

dan respon klien baik secara verbal maupun non verbal.

Adapun implementasi yang di berikan adalah :

a. Pada hari kamis, 02 juni 2016 pukul 12.00 wita selama 30

menit implementasi yang diberikan untuk pasien yaitu :

1) Membina hubungan saling percaya

Dengan terbinanya hubungan antara perawat dan

pasien, perawat sebagai penolong dapat membantu pasien

sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk

mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia pada pasien. Hubungan saling percaya adalah

dasar hubungan terpadu yang mendukung pasien dalam

mengatasi perasaan cemas (Stuart, 2013).

2) Membantu pasien mengenal kecemasan

Dengan mengetahui tentang kecemasan dapat

meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi cemas

yang dirasakan (Wilkinson & Ahern, 2015).

3) Melatih pasien teknik relaksasi dan distraksi

Burns (2002) mengatakan ada beberapa manfaat yang

diperoleh dari teknik relaksasi dan distraksi, antara lain

: menurunkan ketegangan otot mengurangi tingkat

kecemasan, masalah-masalah yang berhubungan dengan

stress seperti hipertensi, sakit kepala dan insomnia.

79
4) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Untuk mengetahui apakah latihan yang diajarkan

kemarin dilakukan oleh kemarin dilakukan oleh pasien dan

berapa kali dilakukan dalam sehari

b. Pada hari jumat, 03 juni 2016 pukul 15.30 wita selama 30

menit implementasi yang diberikan untuk pasien yaitu :

1) Mengajarkan cara teknik hipnotis lima jari, membantu

pasien memperagakan teknik hipnotis lima jari

Cemas merupakan masalah emosi yang berhubungan

dengan rasa takut dan kegelisahan yang dapat menimbulkan

ketegangan yang berlebihan. Dengan hipnoterapi (hipnotis

lima jari), dapat membuat tubuh menjadi rileks dan

mengurangi tingkat kecemasan (Perdana,M., 2011).

2) Menganjurkan pasien untuk mengatasi kecemasan melalui

kegiatan spiritual, menganjurkan pasien untuk memasukkan

kedalam jadwal kegiatan hari.

Kegiatan spiritual dapat menumbuhkan keyakinan pada

pasien akan kesembuhan yang akan dicapai. Doa juga

memberikan kekuatan dan dapat memulihkan fisik pasien

gagal ginjal kronis sehingga berada dalam kondisi baik.

Perasaan cemas pada pasien merupakan respon psikologis.

Bila kecemasan psikologis ini tidak di atasi dengan baik akan

mempengaruhi kondisi fisik seperti koordinasi gerak dan

80
gerak reflek yang memperburuk kondisi pasien. Kegiatan

spiritual dapat menurunkan hormone-hormon yang

berhubungan dengan cemas, sehingga pasien gagal ginjal

kronis dapat mengurangi rasa cemas dan memperoleh

kondisi fisik yang baik (Perdana, M., 2011).

c. Sedangkan pada pukul 16.00 wita implementasi yang diberikan

untuk keluarga yaitu :

Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat

pasien kecemasan, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala,

proses terjadinya kecemasan dan mengambil keputusan

merawat pasien, melatih keluarga cara merawat dan

membimbing pasien untuk mengatasi kecemasan.

Menurut Aprinawati (2007), dukungan keluarga diketahui dapat

memberikan pengaruh bagi kecemasan.

d. Pada hari sabtu 04 juni 2016 pukul 16.20 implementasi yang

diberikan untuk keluarga yaitu melatih keluarga menciptakan

lingkungan yang mendukung perawatan kecemasan pasien,

mendiskusikan tanda dan gejala munculnya kecemasan yang

memerlukan rujukan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan

secara teratur (SP II K).

Dalam melakukan implementasi keperawatan pasien dan

keluarga sangat kooperatif dan melakukan setiap latihan yang

diberikan.

81
5. Evaluasi

Tahap akhir proses keperawatan adalah pelaksanaan

evaluasi yang dilaksanakan setelah implementasi yang telah

dilakukan. Pada tahap ini masalah kecemasan yang timbul pada

Tn. “ N “ dalam diagnosa keperawatan dapat teratasi. a. Evaluasi

SP 1 pasien :

Menurut Smeltzer (2003) Prinsip yang mendasari

penurunan kecemasan oleh teknik relaksasi terletak pada

fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari

sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostastis

lingkungan internal individu. Dengan merelaksasikan otot-otot

skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh

peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke

daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Selain itu teknik

relaksasi nafas dalam mudah dilakukan dan tidak memerlukan

alat relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak

membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja

atau sewaktu-waktu.

Dari hasil evaluasi penulis, pasien menjawab salam

“Waalaiukum salam”, pasien mengatakan mau belajar cara

mengurangi kecemasan dengan latihan teknik relaksasi nafas

dalam dan distraksi, pasien mengatakan merasa lebih tenang

82
setelah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam,

penurunan skala HARS dari skor 31 (kecemasan berat) skor

HARS 26 yaitu yaitu kecemasan sedang (HARS : firasat buruk,

mudah tersinggung, merasa tegang, lesu, mudah terkejut,

gemetar, tidak bisa istirahat, gelisah, takut pada binatang

(ular), sukar tidur, sukar konsentrasi, daya ingat buruk,

hilangnya minat, muka merah, kepala pusing, cemas, takut

pada keramaian lalu lintas, terbangun malam hari, nyeri dada,

berdebar-debar, konstipasi, sering buang air kecil, mulut

kering, mudah berkeringat, kepala terasa berat, muka tegang).

Dari data tersebut hasil SP 1 Pasien tercapai dikarenakan

adanya bina hubungan saling percaya.

b. Evaluasi SP 2 Pasien

Menurut Guyton and Hall (2007), ketika terdapat

rangsangan berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai,

memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan

menimbulkan suatu persepsi. Dari hipokamus rangsanngan

yang telah mempunyai makna di kirim ke amiglida yang akan

membentuk pola respon perilaku yang sesuai dengan makna

rangsangan yang di terima. Pemberian teknik hipnotis lima jari

sangat membantu dalam menurunkan kecemasan. Hipnotis

lima jari adalah salah satu teknik relaksasi dengan metode

83
pembayangan atau imajinasi yang menggunakan 5 jari sebagai

alat bantu.

Dari hasil evaluasi penulis, pasien mengatakan melakukan

teknik relaksasi yang kemarin sebanyak 5 kali dan sudah

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian, pasien

mengatakan mau belajar cara mengurangi kecemasan dengan

latihan yang kedua yaitu teknik hipnotis lima jari, pasien

mengatakan merasa sangat rileks dan nyaman setelah

melakukan latihan teknik hipnotis 5 jari, pasien nampak mampu

memperagakan latihan relaksasi nafas dalam, pasien nampak

sudah bisa memperagakan teknik hipnotis 5 jari, klien nampak

rileks, terjadi penurunan skala HARS dari skor 26 (kecemasan

sedang menjadi skor HARS 22 yaitu tetap di tingkatan kecemasan

sedang yaitu mudah tersinggung, merasa tegang, lesu, mudah

terkejut, tidak bisa istirahat, gelisah, takut pada binatang (ular),

sukar tidur, sukar konsentrasi, hilangnya minat, muka merah,

kepala pusing, cemas, takut pada keramaian lalu lintas, terbangun

malam hari, nyeri dada, konstipasi, sering buang air kecil, mulut

kering, mudah berkeringat, kepala terasa berat, muka tegang).

Dari data-data tersebut di dapatkan hasil SP 2 belum tercapai

yang masih dalam kategori kecemasan sedang dikarenakan

adanya hambatan penulis tidak sepenuhnya bisa mengawasi

pasien dan pasien nampak mudah

84
marah tanpa sebab dikarenakan ketika saat melakukan

pengkajian HARS respon emosi pasien meningkat kondisi ini

terjadi sebab faktor emosional pasien masih labil.

c. Evaluasi SP 1 Keluarga dan SP 2 Keluarga

Menurut Aprianawati (2007), dukungan keluarga diketahui

dapat memberikan pengaruh bagi kecemasan.

Evaluasi yang dilakukan penulis yaitu keluarga mengatakan tidak

tahu bagaimana cara merawat pasien dengan kecemasan,

keluarga mengatakan selalu menemani pasien dan tidak

meninggalkan pasien sendiri, keluarga mengatakan kecemasan

adalah kekhawatiran yang tidak jelas yang ditandai dengan

adanya perasaan tegang, gelisah, mudah terkejut, dan sulit tidur

pada malam hari, keluarga mengatakan sudah mengerti

kecemasan dengan cara teknik relaksasi nafas dalam, keluarga

pasien mengatakan selalu berusaha menciptakan suasana yang

tenang dan menyenangkan untuk pasien, keluarga mengatakan

mengerti tentang tanda dan gejala kecemasan, keluarga

mengatakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa digunakan

yaitu puskesmas dan rumah sakit. Dari data-data yang didapatkan

hasil SP 1dan SP 2 keluarga tercapai.

85
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sesuai dengan judul karya tulis ilmiah ini yaitu “Asuhan

Keperawatan Gangguan Kecemasan Pasa Klien Tn.”N” Dengan

Gagal Ginjal Kronis Di Ruang Hemodialisa RSUD Labuang Baji

Provinsi Sulawesi Selatan”

1. Pada pengkajian data yang ditemukan pada kasus gangguan

kecemasan pada Tn.”N” dengan gagal ginjal kronis yaitu pasien

merasa cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini, gelisah,

kepala pusing, dada terasa berdebar-debar, nampak tegang saat

di wawancara.

2. Diagnose keperawatan yang ditemukan yaitu kecemasan berat

dengan causa penyakit gagal ginjal kronis rentang waktu menjalani

terapi hemodialisa dan didukung oleh pengkajian kecemasan dengan

HARS yang mendapatkan skor 31 (kecemasan berat).

3. Dalam menyusun rencana keperawatan di susun berdasarkan teori

yang ada dan disesuaikan dengan kondisi Tn.” N ” untuk mencapai

tujuan keperawatan sesuai kriteria yang diharapkan pada Tn.” N ”.

4. Implementasi keperawatan yang di lakukan pada Tn.” N ” sesuai

dengan implementasi keperawatan yang ada dalam teori dan

disesuaikan dengan kondisi Tn.” N ”.

86
5. Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses

keperawatan dimana dari keempat strategi pelaksanaan yang

dilakukan tercapai sesuai dengan tujuan.

B. SARAN

Adapun saran dimana tujuannya untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan jiwa terutama pada pasien gangguan

kecemasan dengan Gagal Ginjal Kronis dalam memberikan

penanganan serta perawatan yang tepat pada pasien, bagi :

1. Perawat

Diharapkan dalam memberikan pelayanan dan meningkatkan

komunikasi terapeutik kepada pasien, sehingga dapat

mempercepat proses penyembuhan pasien.

2. Institusi

Diharapkan dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada

mahasiswa secara maksimal, sehingga mahasiswa mendapatkan

gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan dengan jelas.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat lebih meningkatkan pengkajian dengan baik

melalui penyusunan rencana kerja dengan baik dalam

mendapatkan data yang akurat.

87
DAFTAR PUSTAKA

Aprianawati. (2007). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan


Kecemasan. Fakultas Psikologi UGM : Yogyakarta

Baughman, Diane C. (2000). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. EGC:


Jakarta.

Burns, R.B. (2002). Konsep Diri (Teori, Pegukuran, Perkembangan dan


Perilaku). Arcan: Jakarta

Clinar S, Barlas GU, Alpha SE. (2013). Stressors and coping strategies in
hemodilysis patients Dirawat Inap Penyakit Dalam RS Labuang Baji
Prov. Sul-Sel, 2013. http://id.scribd.com/doc/210054439/75512334-
gagal-ginjal-kronis Diakses 16 januari 2016

Daniel S. Wibowo. (2013). Anatomi Fungsional Elementer & Penyakit yang


Menyertainya. Grasindo: Jakarta

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Depkes RI: Jakarta

E-Jurnal. (2012). Gangguan Kecemasan.www.e-.com/gangguan-jiwa. diakses


23 november 2015

Ermawati,dkk. (2014). Asuhan Keperawatan jiwa. Trans Info Medika:


Jakarta

Giovanni. (2011). Available at. http:Giovanni.Wordpress.com/2015/06/04/ciri-


ciri gangguan kecemasan. Diakses 23 november 2015

Guyton & Hall. (2007). Asuhan Keperawatan Psikososial. Grasindo: Jakarta

Hawari. (2008). Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. FKUI:


Jakarta

Iskandarsyah, (2010). Gangguan sistem perkemihan. Nuha Medika: Jakarta

Judith. (2006). Managing choric Disorders.Lippincott Williams & Wilkins :


Philadelphia
Keliat. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta

Madara B, Denino VP. (2008). Phatofisiology Second Edition. Jones And


Bartlett Publishers Inc : London

Perdana, Medya. (2011). Pengaruh Kegiatan Spiritual Terhadap Tingkat


Kecemasan PAda Pasien. http://www.digilib.stikesmuh-pkj.ac.id/e-
skripsi/index. Tanggal akses 3 november 2015.

Prabowo Eko. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan,


Nuha Medika : Surabaya

Price SA. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


volume 2. EGC : Jakarta

Robinson JM. (2013). Proffesional Guide to Disease Tenth Edition. Lipincott


Williams & wilkins : Philedelphia

Smeltzer. (2003). Gangguan Kecemasan dan Prinsip Kecemasan. Nuha


Medika: Yogyakarta

Sulastri, S.Kep. Ns. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa.Trans Info Media :


Jakarta

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi I. EGC :


Jakarta

Sulistiawati. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Kecemasan. Nuha


Medika: Yogjakarta

Stuart, G.W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC : Jakarta.

Tirto Jiwo. (2014). Gangguan Kecemasan.www.tirtojiwo./wp-kuliah-


enxiety.pdf . Diakses 23 november 2015
Toya,Putu (2010). Studi Tentang Gangguan Harga Diri Rendah Pada Klien
Gagal Ginjal Kronis yang Dirawat Inap Penyakit Dalam RSUD Dr.
SoetomoSurabaya.http://id.scribd.com/doc/210054439/75512334-
gagal-ginjal-kronis . Diakses 23 november 2015

Videbeck. Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Wilkinson, J.M & ahern, N.R. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9 Nanda NIC NOC. EGC : Jakarta

Yusuf AH, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba
Medika: Jakarta
Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas
Sistem Tubuh Respons
Palpitasi.
Kardiovaskuler Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Pernafasan Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.

Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Neuromuskular Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.

Kehilangan nafsu makan.


Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Gastrointestinal Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.

Tidak dapat menahan kencing.


Perkemihan Sering kencing.

Rasa terbakar pada mukosa.


Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Kulit Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif


Sistem Respons
Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Perilaku Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.

Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Kognitif Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Afektif Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Adapun Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan tipe


ansietas adalah : (Sulastri, 2013)

a) Ansietas Ringan

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas Ringan  Tidak nyaman  Gerakan tidak tenang

Adalah Ansietas  Gelisah  Perhatikan tanda


normal dimana  Insomnia ringan peningkatan ansietas
motivasi individu  Perubahan  Bantu klien
pada keseharian nafsu makan menyalurkan energy
dalam batas ringan secara konstruktif
kemampuan untuk  Peka  Gunakan obat bila
melakukan dan  Pengulangan perlu
memecahkan pertanyaan  Dorong pemecahan
masalah  Perilaku masalah
meningkat mencari  Berikan informasi
perhatian akurat dan fuktual
 Peningkatan  Sadari penggunaan
kewaspadaan Mekanisme pertahanan
 Peningkatan  Bantu dalam
persepsi mengidentifikasi
pemecahan keterampilan koping
masalah yang berhasil
 Mudah marah  Pertahankan cara yang
tenang dan tidak
terburu
 Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi

Sumber : Sulastri, 2013

b) Ansietas Sedang

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas sedang  Perkembangan  Pertahankan sikap

adalah cemas dari ansietas tidak tergesa-gesa,


yang ringan tenang bla berurusan
mempengaru-hi  Perhatikan dengan klien
pengetahuan baru terpilih dari  Bicara dengan sikap
dengan lingkungan tenang, tegas
penyempitan  Konsentrasi meyakinkan
lapangan persepsi hanya pada  Gunakan kalimat yang
sehingga individu tugas-tugas pendek dan
kehilangan individu sederhana
pegangan tetapi  Suara bergetar  Hindari menjadi
dapat mengikuti  Ketidaknyaman cemas, marah, dan
pengarahan orang jumlah waktu melawan
lain. yang digunakan  Dengarkan klien
 Takipnea  Berikan kontak fisik
 Takikardia dengan menyentuh
 Perubahan lengan dan tangan
dalam nada klien
suara  Anjurkan klien
 Gemetar menggunakan tehnik
 Peningkatan relaksasi
ketegangan otot  Ajak klien untuk
 Menggigit kuku, mengungkapkan
memukulkan – perasaannya
mukulkan jari,  Bantu klien mengenali
menggoyangka-n dan menamai
kaki dan ansietasnya
mengetukkan jari
kaki

Sumber : Sulastri, 2013


c) Ansietas Berat

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Pada ansietas  Perasaan  isolasi klien dalam

berat lapanagan terancam lingkungan yang


persepsi menjadi  Ketegangan otot aman dan tenang
sangat menurun . yang berlebihan  biarkan perawatan
individu  Diaphoresis dan kontak sring
cenderung  Perubahan sampai konstan
memikirkan hal pernafasan  berikan obat-obatan
yang sangat kecil  Nafas panjang klien melakukan hal
saja dan  Hiperventilasi untuk dirinya sendiri
mengabaikan hal  Dispnea  observasi adanya
yang lain. Individu  Pusing tanda-tanda
tidak mampu  Perubahan peningkatan agitasi
berfikir realistis gastrointestinal  jangan menyentuh
dan membutuhkan  Mual dan muntah klien tanpa pemirsa
banyak  Rasa terbakar  yakinkan klien bahwa
pengarahan, untuk pada ulu hati dia aman
dapat  Semdawa  kaji keamanan dalam
memusatkan pada  Anoreksia lingkungan sekitarnya
daerah lain.  Diare atau
konstipasi
 Perubahan
kardiovaskuler
 Takikardia
 Palpitasi
 Rasa tidak
nyaman pada
prekorkardia
 Berkurangnya
jarak persepsi
secara berat
 Ketidakmampuan
untuk
berkonsentrasi
 Rasa terbakar
 Kesulitan dan
ketidaktepatan
 Pengungkapan
 Aktivitas yang
tidak berguna
 bermusuhan

Sumber : Sulastri, 2013

d) Panik

Deskripsi Batasan karakter Intervensi

Panik adalah  Hperaktif/  tetap bersama


tingkat dimana imobilitasi berat klien : minta
individu berada  Rasa terisolasi bantuan
pada bahaya yang ekstrim  jika mungkin
terhadap diri  Kehilangan hilangkan
sendiri desitegrasi beberapa stressor
Dan orang lain kepribadian fisik dan psikologis
Serta dapat  Sangat goncang dari lingkungan
menjadi diam dan otot-otot  bicara dengan
atau menyerang tegang tenang, sikap
dengan cara  Ketidakmampuan meyakinkan,
kacau untuk menggunakan
berkomunikasi nada suara yang
dengan kalimat rendah
yang lengkat
 katakana pada
 Dstorsi persepsi klien bahwa anda
dan penilaian yang (staf) tidak akan
tidak realisitik membahayakan
terhadap dirinya sendiri atau
lingkungan dan orang lain
ancaman  isolasikan klien
 Perilaku kacau pada daerah yang
dalam usaha aman dan nyaman
melarikan diri  lanjut dengan
 Menyerang perawatan
ansietas berat

Sumber : Sulastri, 2013


FORMAT PENGKAJIAN KECEMASAN

Tgl masuk RS :

Tgl pengkajian :

I. IDENTITAS

a. Identitas klien

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Alamat :

Suku bangsa :

Status perkawinan :

Pendidikan :

Pekerjaan :

No.RM :

b. Identitas penanggung jawab

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Hubungan dengan klien :


II. ALASAN MASUK

III. KELUHAN UTAMA

IV. KELUHAN SAAT INI (GAGAL GINJAL KRONIS)

V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

VI. RIWAYAT PENGOBATAN FISIK

VII. MASALAH KEPERAWATAN

VIII. PENILAIAN KECEMASAN

Gejala kecemasan dapat diukur dengan Hamilton Anxiety rating

Scale ( HARS ) yang mengandung 14 item sebagai berikut :

a. Perasaan cemas

Cemas firasat buruk

Takut Akan fikiran sendiri mudah tersinggung


b. Ketegangan

Merasa tegang Lesu

Tidak Bisa Istirahat Mudah Terkej

Mudah Menangis Gemetar

Gelisah

c. Ketakutan

Pada gelap Pada orang lain

Ditinggal sendiri Pada binatang

Pada keramaian lalu lintas Pada kerumunan orang

banyak

d. Gangguan tidur

Sukar tidur Terbangun malam hari.

e. Gangguan kecerdasan

Sukar konsentrasi Daya ingat menurun

Daya ingat buruk

f. Perasaan depresi

Hilangnya minat sedih,

g. Gejala somatic (otot)

Sakit dan nyeri otot-otot Suara tidak stabil.


Gigi mengerutuk
h. Gejala sensorik

Tinritus (telinga berdenging) Penglihatan kabur

Muka merah atau pucat Perasaan ditusuk-tusuk


i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

Denyut jantung cepat Berdebar-debar

Nyeri dada Denyut nadi mengeras

j. Gejala pernapasan

Sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal (pencernaan)

Sulit menelan Perut mules

Nyeri sebelum dan sesudah makan Mual muntah


Buang air besar lembek Konstipasi.

l. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

Sering buang air kecil Tidak datang bulan

Darah haid berlebihan Darah haid sedikit

Masa haid berkepanjangan Masa haid sangat pendek

Ereksi melemah Ereksi hilang


m. Gejala otonom

Mulut kering Muka merah

Mudah keringat Kepala pusing

Kepala terasa berat Kepala terasa sakit

Bulu-bulu berdiri
n. Perilaku sewaktu wawancara

Mengkerutkan dahi atau kening Muka tegang

Tonus otot meningkat Napas pendek dan cepat

Jumlah skor :

Kesimpulan :

IX. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah :

Nadi :

Suhu :

Pernapasan :

b. Keluhan fisik

Klien mengatakan sering bantuk disertai secret atau lendir

Berat badan :

Tinggi badan :

X. PSIKOSOSIAL

Genogram

XI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


XII. RIWAYAT SOSIAL

a. Pola social

b. Obat-obatan yang di komsumsi

XIII. STATUS MENTAL DAN EMOSI

a. Penampilan

b. Tingkah laku

c. Pola komunikasi

d. Mood dan afek

e. Proses pikir

f. Persepsi

g. Kognitif
(Kamis 2 Juni 2016 pukul 12:30 wita) Latihan 1 untuk pasien :
pengkajian ansietas dan latihan teknik relaksasi ( Tarik nafa dalam dan
dstraksi)

Orientasi :

“ selamat pagi pak…

Perkenalkan nama saya Maya allu M bisa d panggil Maya, saya Maya
mahasiswa Akper Anging Mammiri yang meneliti di Rumah sakit Labuang
Baji. Nama bapak siapa ? senang di panggil apa ? bagaimana perasaan
bapak hari ini ?Ooo, jadi bapak semalam gelisah, tidak bisa tidur, merasa
khawatir ?apa yang bapak lakukan saat bapak merasa cemas ? “

“ baiklah, bagaimana kalau sekarang kita berbincang selama 30 menit ?


tujuannya agar bapak dapat mengatasi rasa cemas yang bapak alami “

“ kita berbincang-bincang dimana pak ? baiklah kita akan berbincang-bincang


di ruangan ini “

Kerja :

“ tadi bapak katakana, bapak merasa gelisah, tidak bisa tidur, dan merasa
cemas. Coba bapak ceritakan lebih lanjut tentang perasaan bapak ? apa
yang bapak sedang pikirkan ? apa yang bapak lakukan terkait dengan
perasaan tersebut ? apa yang terjadi sehingga bapak merasa gelisah ? jadii,
bapak merasa khawatir karena memikirkan penyakit yang bapak alami … ada
lagi hal lain yang menyebabkan bapak khawatir ? apa yang bapak rasakan
saat bapak khawatir ? dan apa yang ibu lakukan ketika perasaan bapak
muncul ? jadi saat khawatir yang ibu alami sulit tidur, gelisah, sakit kepala,
pusing jantung berdebar-debar , dan ibu tidak tau apa yang dilakukan ? baik
bapak saya akan menjelaskan bahwa apa yang bapak rasakan tadi
merupakan tanda dan gejala dari cemas.

“ untuk mengatasi itu saya akan ajarkan latihan tarik nafas dalam dan
dsitraksi. Conyoh : bapak tempatkan pada posisi nyaman yang bapak
rasakan, kemudian tutup mata, pikirkan kondisi yang membuat bapak cemas,
kemudian tarik nafas tahan kira-kira 5-10 dekit. Lalu keluarkan melalui mulut
dengan perlahan-lahan.”

“ yaa bagus sekali pak..! coba ulangi sekali lagi. Bagus sekali pak.” Setelah
bapak latihan nafas dalam, bapak bisa mengaihkan keccemsan bapak
dengan anak bapak.”

Terminasi :

“ Baik bapak latihan hari ini saya rasa cukup, bagaimana perasaan bapak
setelah ita latihan hari ini ? coba bapak peragakan kembali latihan tarik nafas
dalam? Dua kali ? baiklah jam berapa bapak akan latihan.

Ini adla jadwal kegiatan, kita isi sesuai kemauan bapak yaitu jam 08.00 dan
jam 16.00 kegiatan ibu tarik nafas dalam. Jam 10.00 dan 15.00 kegiatan
bapak adalah bernyanyi karena hoby bapak suka menyanyi kan pak.. jika
bapak melakukannya sendiri tanpa diingatkan bapak tulis. Kita mulai hari ini
ya pak..

“ besok saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang perasaan


yang bapak alami setelah latihan dan kita akan melanjutkan latihan hipnotis
diri sendiri dan melakukan kegiatan spiritual. Waktunya seperti sekarang ini
ya pak.. tempatnya di rumah bapak..

Selamat siang pak..


(Jumat 3 Juni 2016 pukul 16:00 wita) Latihan 2 untuk pasien : Evaluasi
ansietas, manfaat tehnik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri
( latihan 5 jari ) dan kegiatan spiritual.

Orientasi :

“ selamat sore pak.. masih ingat nama saya ? benar bapak…

“ bagaiamana perasaan bapak hari ini ? apakah bapa meras gelisah,


khawatir, sulit tidur ?”

“ apakah latihan yang kemarin kita sepakati sudah bapak lakukan? Waah
hebat… apa saja bapak ? itu bapak lakukan secara mandiri, bantuang atau
tergantung ? hebat pak… coba praktekkan kembali latihan yang sudah bapak
lakukan kemarin ? bagus…

“ baiklah pak, bagaimana kalau sekarang kita lanjutkan untuk latihan yang ke
2? Bagaimana kalau kita latihan yang ke 2 selama 20 menit ? bapak mau,
kita latihan dimana ? bagaimana kalau di ruang tamu bapak saja “

Kerja :

“ bapak tadi sudah bagus bisa mempraktekan kembali latihan yang pertama,
sekarang kita akan latihan ke 2 yaitu latihan hpnotis lima jari dan kegiatan
spiritual. Kegiatan spiritual bisa bapak lakukan sesuai dengan keyakinan
bapak, untuk latihan hpnotis 5 jari. Caranya bapaki tarik nafas dalam terlebih
dahulu sampai bapak benar-benar nyaman, kemudian pejamkan mata dan
ikuti perintah saya yah pak ? satukan ibu jari bapak dengan ari telunjuk :
bayangkan kondisi bapak sehat, satukan ibu jari dengan jari tengah :
bayangkan bahwa bapak berada di tengah-tengah oranf yang bapak sayangi
sehingga bapak benar-benar merasa bahagia. Satukan ibu jari dengan jari
manis : bayangkan prestasi yang pernah bapak capai sehingga bapak
merasa berharga bagi keluarga dan orang lain. Satukan ibu jari dan jari
kelingking : bayangkan tempat terindah yang pernah bapak kunjungi
sehingga bapak merasakan kembali situasi yang bahagia itu. Baik bapak
sekarang tarik nafas, hembuskan pelan-pelan melaui mulut, ok tarik nafas
nafas kembali hembuskan melalui mulut sambil bapak membuka mata pelan-
pelan.

Terminasi :

“ bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini ? “ coba bapak sebutkan


kembali langkah-langkah melakukan latihan hipnotis lima jari dan kegiatan
spiritual ? bagus pak… baik pak, dalam satu hari mau berapa kali bapak
latihan ini ? dua kali ? baiklah jam berapa bapak akan latihan.

“ ini jadwal kegiatan, kita isi sesuai kemauan bapak yaitu untuk latihan yang
kemarin tetap kita lanjutkan ditambah dengan latihan ini ya pak ?? besok
saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang
bapak alami. Waktunya seperti sekarang ini ya bu. Tempatnya disini saja.

Selamat sore pak..

(Jumat 3 Juni 2016 pukul 16:30 wita) Latihan 1 untuk keluarga : melatih
cara merawat dan membimbing pasien : mengatasi ansietas

Mendiskusikan masalah ansietas pada pasien yang di rasakan keluarga


menjelaskan pengertian tanda dan gejala, dan proses terjadinya ansietas
menjelaskan cara merawat ansietas. Melatih dan membimbing cara keluarga
merawat : ansietas, anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan member
pujian.
Orientasi :

“ selamat siang bapak/ibu, perkenalkan saya Maya.. bagaiamana perasaanya


hari ini ? apakah bapak/ibu mengetahui masalah cemas yang di alami Tn.N ?
dari masalah Tn.N apa saja bapak dan ibu lakukan ? baiklah, kalau begitu
sekarang kita akan membicarakan tentang masalah cara merawat Tn.N dan
berlatih cara membimbing Tn.N. berapa lama kita akan bicara bu? Bailah,
kalau begitu 40 menit kita akan berdiskusi, tepatnya mau dimana ?

Kerja :

“ bapak ibu sebelum saya mau Tanya masalah apa yang dirasakan dalam
merawat Tn.N? kalau terkait dengan rasa cemas bagaimana bapak/ibu ? owh
bapak ibu tidak mengerti apa yang bapak ibu harus lakukan menghadapi
masalah cemas Tn.N. baiklah bapak ibu, tadi saya sdah menanyakan kepada
Tn.N tentang kecemasan dan melatih cara mengatasi cemas. Sekarang saya
akan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
cemas. Jadi, cemas adalah perasaan was-was. Khawatir atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Seperti Tn.N
bu, tanda dan gejalanya banyak, diantaranya gelisah, berkeringat, tanda
gemetar, sakit kepala dan sulit tidur, lelah, sulit berfikir dan mudah lupa,
mudah marah, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Ketakutan
atas sesuatu yang tidak jelas. Merasa tidak berharga, bicara berlebihan dn
cepat perasaan tidak aman, tidak mampu melakukan kegiatan harian merasa
tidak bahagia, sedih dan sering menangis. Kalau menurut ibu bagaimana
dengan Tn.N ? ada ya.. tanda-tanda yang sudah disebutkan ?

“ sekarang apa yang ibu dan keluarga harus lakukan ? selama ini apa yang
sudah dilakukan ? bagus ibu selalu sudah mengingatkan Tn.N . untuk bisa
mengatasi cemasnya dengan melakukan latihan relaksasi nafas dalam
seperti yang saya telah ajarkan kepada Tn.N dan juga bapak ibu. Ibu juga
bisa mengingatkan dan membimbing Tn.N untuk melakukan latihan hipnotis
lima jari seperti yang telah saya ajarkan kepada Tn.N dan juga kepada bapak
ibu. Ibu juga bisa membantu mengatasi kecemasan Tn.N dengan
menyediakan fasilitas yang di perlukan Tn.N untuk mengatasi rasa
cemasnya. Baik bu bapak sudah mengetahui cara mengatasi cemas
bagaimana kalau sekarang kita praktekan bersama langsung dengan Tn.N ?
bagus sekalii,, apa yang ibu bapak sudah lakukan tadi. Jadi , bapak ibu dapat
membantu Tn.N untuk melakukannya. Jadwalnya sudah ada di Tn.N ya buu ..

Terminasi :

Bagaimana perasaannya setelah kita diskusi dan latihan bersama tentang


cara mengatasi cemas ? sekarang coba ibu jelaskan lagi cara membimbing
Tn.N mengatasi cemas ? bagus sekeli ibu masih ingat, nanti jangan lupa ibu
ingatkan Tn.N, ibu lihat di jadwal kegiatan Tn.N. harus melakukan latihan
relaksasi nafas dalam (2 kali sehari), melakukan kegiatan / distraksi untuk
mengatasi kecemasan (2 kali sehari). Kapan kita dapat bertemu lagi?
Bagaimana kalau besok? Pertemuan selanjutnya, kita akan bicara tentang
menciptakan lingkungan yang nyaman untuk mengatasi kecemasan Ny.D.
baiklah Pak/Bu, kita ketemu lagi besok jam 10 pagi, selamat siang Pak/Bu.
(Jumat 3 Juni 2016 pukul 17:00 wita) Latihan 2 untuk keluarga: melatih
keluarga menciptakan lingkungan dan suasana yang mendukung
keperawatan ansietas, mengenal tanda dan gejala kekambuhan ansietas dan
follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Orientasi :

“Selamat siang Bu/ Bapak ? Masih ingat dengan saya Maya’? bagaimana
perasaannya hari ini ? apakah ibu?bapak masih belum mengerti dengan
tanda dan gejala cemas yang muncul pada Tn.N. ? apakah latihan yang
sudah disepakati kemarin ibu sudah lakukan ? bagus sekali ibu. Baiklah,
kalau begitu sekarang kita akan membicarakan tentang bagaimana
menciptakan lingkungan dan suasana yang mendukung keperawatan
ansietas. Mengenal tanda dan gejala kekambuhan ansietas dan follo up ke
fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Berapa lama kita anak bicara Bu? Baiklah, kalau begitu 30 menit kita
berdiskusi tempatnya di sini saja ya Bu?

Kerja :

“Bapak/Ibu tadi sudah bagus memperaktekan dan membimbing Tn.N.


mengatasi cemas. Nah.. sekarang kita akan berlatih bagaiman menciptakan
lingkungan dan suasana yang dapat mendukung perawatan cemas pada
Tn.N. “kemudian kita akan berdiskusi tentang tanda dan gejala kekambuhan
cemas dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Nah.. Ibu, lingkungan
yang nyaman dan tenang adalah lingkungan yang dapat mendukung proses
perawatan cemas “berikan pilihan pada Tn.N. untuk memilih lingkungan yang
paling nyaman menurut Tn.N. dalam proses penyembuhannya. Nah..
bapak/ibu masih ingat tanda gejala dan kecemasan yang kita diskusikan
kemarin ? iya, bagus Bu jika tanda dan gejala tersebut belum hilang dalam
jangka waktu yang cukup lama bapak atau ibu bisa langsung merujuk ke
pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas atau rumah sakit atau
dokter praktek untuk mendapatkan pengobatan. Bagaimana kalau sekarang
kita pulang kembali apa yang sudah kita diskusikan tadi. Bagus sekali apa
yang sudah ibu/bapak lakukan tadi.

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan langsung merawat Tn.N.


tadi ? coba bapak/ibu ulangi kembali, apa saja harus kita lakukan untuk
mendukung proses perawatan cemas pada Tn.N. ? ya… bagus sekali Bu..
nah.. bapak/ibu dapat melatih cara merawat ansietas pada Tn.N. tadi dua kali
dalam sehari dan menfaatkan fasilitas kesehatan dengan tepat.. baiklah
bapak/ibu, kita ketemu lagi besok jam 16:00 Sore untuk membicarakan lagi
latihan cara merawat Tn.N. ya.. kalau begitu saya permisi dulu selamat sore
bapak/ibu.

Anda mungkin juga menyukai