Oleh :
A. Identitas Diri
4. Agama: Islam
B. Pendidikan
sampai sekarang
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma III di Akademi kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak hambatan dan kesulitan
yang dijumpai namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak
setinggi-tingginya kepada ibu Rosdiana Ita, SST selaku pembimbing I dan Bapak
sangat berharga.
Dalam penyusunan Studi Kasus ini tidak terlepas pula dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini dengan penuh
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
v
2. Ibu Wa Ode Siti Asma, SST, M.Kes selaku Pudir I Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna dan sekaligus sebagai penguji Karya Tulis
Ilmiah.
3. Ibu Yanti, SST selaku Pudir III Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten
Muna.
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
pendidikan.
5. Direktur, Kepala Ruangan Delima dan Rekam Medik RSUD Kabupaten Muna
Muna.
6. Terkhusus kepada ibunda tercinta Alm. Arifati Diu yang telah mengajarkan
cinta, kasih sayang dan kesabaran serta doa yang selalu dipanjatkan kepada
kehidupan serta doa dan pengorbanan materi maupun non materi yang
7. Untuk sahabat-sahabatku Ninang, Isran, Ifa, Harlin, Sita, Hazriani, Sarti, Bijal,
Dahlia, dan warga Kos tidak lupa, kalian adalah sahabat terbaikku yang selalu
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Angkatan 2013, serta pihak yang
vi
tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas dorongan, semangat
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
imbalan yang setimpal atas jerih payah dari semua pihak yang telah memberikan
bantuandan semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua, amin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 28
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 28
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 28
2. Karakteristik Responden ......................................................... 31
B. Pembahasan .................................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38
A. Kesimpulan ................................................................................... 38
B. Saran .............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 39
Lampiran-Lampiran
ix
DAFTAR TABEL
x
INTISARI
Hasil penelitian : Dari 116 orang ibu bersalin dengan ketuban pecah dini,
berdasarkan umur sebanyak 32 orang (27,59%), ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini berdasarkan paritas sebanyak 83 orang (71,55%) yaitu pada paritas <1
dan >3, sedangkan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berdasarkan kehamilan
ganda sebanyak 1 orang (0,86%).
Kesimpulan : Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berdasarkan umur
sebanyak 32 orang (27,59%). Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini
berdasarkan paritas sebanyak 83 orang (71,55%).Ibu bersalin yang mengalami
ketuban pecah dini dengan kehamilan ganda sebanyak 1 orang (0,86%).
Kata kunci: Persalinan, Ketuban Pecah Dini
Daftar pustaka : 15 Literatur (2008-2015)
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar
kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan
disertai keadaan sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong
meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar
99% dari seluruh kematian ibu terjadi dinegara berkembang. Sekitar 80% kematian
Menurut WHO kematian maternal adalah kematian seorang wanita pada saat
hamil atau dalam kurun waktu 40 hari sesudah berakhirnya kehamilan. Oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan. Penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi dapat
kematian ibu dan perinatal yang tinggi antara lain pendarahan post partum, eklamsi
dan infeksi dan merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan.
1
2
kebidanan. KPD dengan usia kehamilan cukup bulan akan berhadapan dengan dua
sesarea dalam proses persalinan atau menunggu persalinan spontan yang akan
menaikkan terjadinya infeksi. Sedang KPD pada umur kehamilan kurang bulan kalau
kehamilannya akan segera diakhiri harus dapat dipastikan bahwa bayi yang akan lahir
akan mampu mengatasi masalah-masalah yang akan terjadi pada kehidupan di luar
rahim.
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Angka kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi tenggara pada tahun 2014 sebanyak 205 per 100.000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian ibu diprovinsi sulawesi tenggara tahun 2014 sebanyak 65 per
2 orang (3,07%), dan lain-lain 23 orang (35,38%) Sedangkan jumlah kematian ibu
yang terjadi di Kabupaten Muna tahun 2014 sebanyak 13 kasus (Dinkes Sultra,
2014).
Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membrane adalah keadaan
yang di maksud adalah kontraksi uterus yang teratur disertai pembukaan / pendataran
3
serviks, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadi infeksi. Salah satu
fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan
Pada survei awal yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2014 didapatkan ibu yang mengalami kejadian ketuban
pecah dini sebanyak 99 kasus (22,04%) dari 449 persalinan. Sedangkan pada tahun
2015 ibu yang mengalami kejadian ketuban pecah dini sebanyak 116 kasus (26,7%)
dari 441 persalinan. Dilihat dari data tahun 2014 dan tahun 2015 kejadian ketuban
pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mengalami peningkatan
sebesar 4,3 %.
penelitian tentang Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoretis
selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai pedoman / acuan bagi institusi pendidikan untuk penulisan karya tulis
ilmiah berikutnya.
c. Bagi Responden
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Persalinan
a. Pengertian
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks lalu janin turun kejalan lahir. Kelahiran
adalah proses janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu
dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan adalah rangkaian proses
6
7
timbul his.
2) Teori Oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
3) Peregangan Otot-Otot
4) Pengaruh Janin
5) Teori Prostaglandin
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah nutrisi, hal ini
dibelakang serviks, bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat
c. Jenis-Jenis Persalinan
1) Persalinan Spontan
belakang kepala ( LBK ) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
2) Persalinan Buatan
3) Persalinan Anjuran
e. Tahap-Tahap Persalinan
Dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Pada
a) Fase Laten
b) Fase Aktif
Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum.
a. Pengertian
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut sebagai ketuban pecah dini
biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstrasel amnion, korion dan
Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-
tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada
tanda tanda inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah
pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
Prevalensi KPD berkisar 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat aterm, 8-10%
wanita hamil datang dengan KPD dan 30-40% dari kasus KPD merupakan
dan permulaan persalinan disebut periode laten. Bila periode laten terlalu
panjang dan ketuban sudah pecah, maka terjadi infeksi yang dapat
1) Umur Ibu
Usia reproduksi yang normal pada umur 20 35 tahun, karena pada usia
wanita hamil pada umur < 20 tahun, dianggap sebagai kehamilan risiko
11
2) Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan, baik hidup maupun mati. Ibu
Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan
Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman di tinjau dari kejadian ketuban
pecah dini. Paritas 1 (satu) dan paritas tinggi (3) mempunyai angka
kejadian ketuban pecah dini lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, maka
lebih tinggi kemungkinan terjadi ketuban pecah dini. Risiko pada paritas
3) Kehamilan Ganda
terdapat dua atau lebih embrio janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi
apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi membelah secara
dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel
yang lebih tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, dalam
waktunya.
kombinasi keduanya.
5) Pekerjaaan
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu
6) Usia kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
c. Etiologi
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
otot-otot leher atau leher rahim ( serviks ) yang terlalu lunak dan lemah,
3) Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
14
4) Makrosomia
5) Hidramnion
( Chepalopelvic Disproporsi).
8) Korioamnionitis
genetik).
13) Serviks (Leher Rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
d. Patofisiologi
a) Devaskularisasi
2008 ).
16
vagina
2) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
untuk sementara.
4) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
f. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah
pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau
yang meliputi :
vagina.
servikalis.
17
dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta
serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit
g. Komplikasi
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil
koriamnionitis (radang pada klorin dan amnion). Selain itu kejadian proplas
h. Penatalaksanaan
dilema bagi sebgaian besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan,
18
kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikan insiden besar cesar, dan
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara aktif harus dipastikan
bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif
janin.
Resiko yang lebih tinggi sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru sudah
1) Konservatif
d) Bila usia kehamilan 32-34 mainggu , masih keluar air ketuban, maka
premature).
2) Aktif
5%, dimulai 4 tetes per menit , tiap jam dinaikan 4 tetes sampai
maksimum 40 tetes/menit.
c) Bila ada tanda infeksi : beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan
B. Landasan Teori
20
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (<37
minggu. KPD yang memanjang adalah adalah ketuban pecah dini yang terjadi
2010).
penelitian ini antara lain umur ibu, paritas, dan kehamilan ganda.
Usia ibu hamil terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun)
mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini
dikarenakan dibawah umur 20 tahun dari segi biologis fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan
segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan
emosional. Sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan fungsi
ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih
tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku
(kurang elastis) dari pada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak
kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun bagi
ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan
hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur dan paritas. Faktor resiko
ketuban pecah dini pada kembar dua 50% dan kembar tiga 90%. Hamil ganda
C. Kerangka Konsep
22
Umur
Kehamilan Ganda
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
D. Pertanyaan Penelitian
23
umur ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015 ?
2015 ?
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Suatu
fenomena yang terjadi pada suatu kelompok subyek tertentu, tanpa membuat
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami
ketuban pecah dini yang tercatat di buku register Rumah Sakit Umum Daerah
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi.
Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu bersalin yang
24
25
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah Umur, Paritas dan
Kehamilan Ganda
Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah Ketuban Pecah Dini
(KPD)
E. Defenisi Operasional
AlatUk
No Variabel DefenisiOperasional KriteriaObyektif Skala
ur
1. Dependent
2. 1. Ketuban - Ketuban pecah dini - - -
pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum
terdapatnya tanda
persalinan
3. 2. Independent
- Umur Ibu - Lama seseorang - Beresiko : Ceklist Nominal
individu hidup sejak <20 &>35 tahun
dinyatakan dalam - Tidak beresiko :
hitungan tahun 20-35 tahun
F. InstrumenPenelitian
Untuk pengambilan data dalam penelitian ini yaitu data sekunder dengan
dengan cara pengambilan data melalui buku register yang ada di RSUD
1. Pengolahan Data
kalkulator.
2. Analisis Data
Keterangan :
p = Persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah Populasi
k = Konstanta (100%)
27
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
institusi yang ditujukan kepada kantor Badan Kesbang Pol dan Linmas
Kabupaten Muna, kemudian dari kantor Badan Kesbang Pol dan Linmas
kabupaten muna membawa surat izin penelitian ke rumah sakit umum daerah
kabupaten muna.
2. Tahap pelaksanaan
sampel
Pada tahap ini disusun laporan sebagai tahaap akhir dari penelitian.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Letak Geografis
b. Sejarah Singkat
penjajahan Belanda oleh mantri yang berkebangsaan Belanda. Pada saat itu
dua orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali
ke negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter
dokter Soeparjo dengan sebutan dokter jawa. Beliau tamatan dari sekolah
28
29
1940 seorang dokter asal China bernama dokter Pang Ing Ciang
dokter Pang Ing Ciang sangat disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau
dokter Post. Dokter Post mempunyai dua orang asisten sehingga sebagian
kepemimpinan dokter Post tidak berlangsung lama, beliau hanya satu tahun
lamanya.
Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang
berasal dari Belgia. Dokter Lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada
tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan
rehabilitasi yang di prakarsai oleh Bupati Muna Laode Rasyid, SH. Ini
selama 3 tahun dan sejak itu tahun masa kepemimpinan Rumah Sakit
sebagai salah satu rumah sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian
c. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
2. Karakteristik Responden
sesuai dengan tujuan penelitian dan di sajikan dalam bentuk tabel dan di sertai
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan
Umur di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
<20 &>35 32 27,59
20-35 84 72,41
Jumlah 116 100
ketuban pecah dini pada umur <20 &>35 tahun sebanyak 32 orang
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan
Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
Paritas Frekuensi (f) Persentase (%)
<1&>3 83 71,55
2-3 33 28,45
Jumlah 116 100
ketuban pecah dini paling banyak pada paritas <1 &>3 berjumlah 83 orang
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan
Kehamilan Ganda di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun
2015
Kehamilan Ganda Frekuensi (f) Persentase (%)
Ya 1 0,86
Tidak 115 99,14
Jumlah 116 100
Tabel 5
Distribusi Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
Karakteristik ibu Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur 32 27,59
Paritas 83 71,55
Kehamilan Ganda 1 0,86
Jumlah 116 100
pecah dini paling banyak pada paritas yaitu 83 orang (71,55%), umur 32
B. Pembahasan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang
dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini disebabkan oleh serviks
rendah, kelainan genetik), pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi
sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Penyebab umum ketuban pecah dini
abdomen. .
ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015
didapatkan 116 kasus ketuban pecah dini. Untuk lebih jelasnya maka hasil
1. Umur
dini paling banyak pada ibu dengan umur 20 sampai 35 tahun yaitu 84 orang
dengan peresentase 72,41%, sedangkan pada ibu dengan umur <20 dan >35
tahun yaitu 32 orang dengan peresentase 27,59%. Penelitian ini tidak sesuai
dengan teori yang ada bahwa Umur ibu yang <20 tahun, termasuk umur telalu
muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga
rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan umur >35 tahun tergolong
umur yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan
Selain teori penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Ruth canaya Br Sihotang dkk mengenai hubungan umur ibu dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Ambarawa tahun 2013 didapatkan hasil dari 388
responden ibu yang berumur <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 198 orang
lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang berumur 20-35 tahun hanya 190
orang. Akan tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
ketuban pecah dini di rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2009
bahwa sebagian besar respondenadalah ibu bersalin yang berumur 20-35 tahun
Pada penelitian ini ibu bersalin yang berumur 20-35 dengan KPD lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu bersalin yang berumur <20 tahun dan >35
kesadaran masyarakat untuk tidak menikah dan hamil di usia muda dan
penyulit-penyulit yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Selain itu penelitian
2. Paritas
banyak pada ibu dengan paritas <1 dan >3 yaitu 83 orang dengan persentase
71,55%, sedangkan pada ibu dengan paritas 2 sampai 3 yaitu 33 orang dengan
presentase 28,45%.
pecah dini paling banyak pada paritas <1 dan >3. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa paritas <1 dan >3 mempunyai angka kejadian ketuban
pecah dini lebih tinggi. Sedangkan paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang
ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini
lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih
Lowing, dkk mengenai gambaran ketuban pecah dini di RSUP Prof Dr. R. D.
Kondou Manado bahwa pada ibu bersalin dengan KPD lebih banyak
di RSUD Kabupaten Muna tahun 2015 berstatus paritas <1 dan >3 sebanyak 83
orang dengan presentase 71,55%, sedangkan pada ibu dengan paritas 2 sampai
bahwa wanita yang baru sekali mengalami persalinan akan lebih berisiko
mengalami ketuban pecah dini daripada wanita yang berstatus paritas multipara
3. Kehamilan ganda
sedangkan pada ibu dengan kehamilan tunggal berjumlah 115 orang dengan
presentase 99,14%.
kehamilan ganda. Hal ini berbeda dengan teori bahwa kehamilan kembar dapat
ganda adalah kehamilan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat
memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun bagi ibu. Oleh
hamil yang intensif. Faktor resiko ketuban pecah dini pada kembar dua 50%
dan kembar tiga 90%. Hamil ganda dapat memungkinkan ketegangan rahim
ketuban pecah dini seperti umur, paritas, pekerjaan, dan usia kehamilan. Hal ini
A. Kesimpulan
1. Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berdasarkan umur sebesar
27,59%
2. Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berdasarkan paritas sebesar
71,55%
3. Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan kehamilan ganda
sebesar 0,86%
B. Saran
pecah dini. Selain itu, bidan juga harus menyarankan kepada pasien agar rutin
ini dengan menggali faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ketuban
pecah dini pada ibu bersalin sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Canaya, Fitria & Yulia. (2013). Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini di RSUD Ambarawa. (Online). Perpusnwu.web.id
Joshua, Rudy & Maya. (2015). Gambaran Ketuban Pecah Dini di RSUP Prof DR.
R. D. Kandou Manado. (Online). Http://download.portalgaruda.org
Purwoastuti, E & Elisabeth. (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk
Kebidanan. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.