PENDAHULUAN
Faktor resiko dari PJK ada faktor resiko yang dapat diperbaiki (reversible) dan
faktor resiko yang tidak bisa diubah (non-modifiable). Faktor resiko seperti umur,
jenis kelamin, anatomi pembuluh koroner dan faktor metabolisme adalah faktor
alamiah yang sudah tidak dapat diubah. Sedangkan hipertensi adalah sebagai faktor
resiko dari PJK yang masih dapat diperbaiki (Bustan, 2007).
1
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan:
hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang
disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem
peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada
umumnya terjadi pada manusia yang sudah berusia setengah umur yaitu lebih dari 40
tahun(Gunawan,2001).
2
Hiperkolesterolemia sendiri diyakini mengganggu fungsi endotel dengan
meningkatkan produksi radikal bebas oksigen. Radikal ini menonaktifkan
oksidanitrat, yaitu faktor endothelial-relasing utama. Apabila terjadi hiperlipidemia
kronis, lipoprotein tertimbun dalam lapisan intima ditempat meningkatnya
permeabilitas endotel. Pemajanan terhadap radikal bebas dalam sel endotel dinding
arteri menyebabkan terjadinya oksidasi LDL-C, yang berperan dan mempercepat
timbulnya plak ateromatosa. Oksidasi LDL-C diperkuat oleh kadar HDL-C yang
rendah, diabetes mellitus, defisiensi enstrogen, hipertensi, dan adanya derivate
merokok. Sebaliknya, kadar HDL-C yang tinggi bersifat protektif terhadap timbulnya
CAD bila terdiri atas sedikitnya 25% kolesterol total (Price&Loiraine, 2005).
3
belum banyaknya data penelitian tentang konsentrasi monosit pada penderita
hipertensi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.
- Apakah ada hubungan antara peningkatan tekanan darah dengan kadar monosit
serum.
- Apakah semua penderita hipertensi yang melakukan pemeriksaan kadar
monosit berisiko mengalami aterosklerosis.
1.3. Hipotesis
4
- Mengetahui berapa banyak penderita hipertensi
yang melakukan pemeriksaan monosit berisiko
terkena penyakit kardiovaskular.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Hipertensi
2.1.1.1Definisi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arterial di atas nilai relatif normal.
Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer yang
terkalibrasi setiap 6 bulan untuk memastikan ketepatan pengukuran. Pengukuran
tekanan darah dilakukan untuk menilai kesehatan kardiovaskuler, termasuk skrining
hipertensi dan monitoring pengobatan pasien hipertensi (Lim, 2009).
Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 150-
180 mmHg. Tekanan diastolik biasanya juga akan meningkat dan tekanan diastolik
yang tinggi misalnya 90-120 mmHg atau lebih, akan berbahaya karena merupakan
beban jantung (Kaplan,1998).
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang akan berlanjut kesuatu organ targen seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kanan/left ventricle
hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke
yang membawa kematian tinggi (Bustan, 2007).
2.1.1.2 Epidemiologi
6
penyakit jantung di indonesia.Sejumlah 85 90 % hipertensi tidak diketahui
penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau
idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya
(hipertensi skunder). Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder
dan sangat tergantung dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6%
pasien hipertensi sekunder sedangkan dipusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%.
Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu gangguan
sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini
karena komplikasi jantung. Juga dapat menyebabkan stroke, gagal ginjal, atau
gangguan retina mata (Panggabean, 2009).
7
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII
8
2.1.1.4 Etiologi
1 Genetika
Apabila riwayat hipertensi didapat pada orang tua maka terjadinya hipertensi primer
pada seseorang akan cukup besar. hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen.
Faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Menurut sebagian ahli kesehatan sebagian besar kasus hipertensi dipengaruhi
oleh faktor keturunan. Hal ini terbukti dengan ditemukanya kejadian bahwa hipertensi
lebih banyak terjadi pada monozigot dibanding heterozigot (Susanto, 2010).
2 Obesitas
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita yang obesitas lebih tinggi dari
penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas. terbukti bahwa daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibanding penderita hipertensi dengan berat badan normal (Susanto, 2010).
3 Stres lingkungan
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. stres yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi (Susanto, 2010).
9
4 Jenis kelamin
Pada umumnya intensitas pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun pada usia
pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia
diatas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000).
5 Pertambahan usia
Berbagai penelitian telah menemukan hubungan antara berbagai faktor resiko
terhadap timbulnya hipertensi. berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata
prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia.
hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis serta pelebaran pembuluh darah
adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. dari berbagai penelitian yang
dilakukan diindonesia menunjukkan penduduk yang berusia diatas 20 tahun sudah
memiliki faktor resiko penderita hipertensi (Susanto, 2010).
6 Asupan garam berlebih
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume
plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. keadaan ini akan diikuti oleh
peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi
keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal. pada hipertensi primer
(esensial) mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan adanya faktor lain
yang berpengaruh.
Natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi. natrium dan
klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler. konsumsi natrium yang berlebihan
menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. untuk
menormalkannya kembali, cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. meningkatnya volume cairan ekstra tersebut
menyebabkan meningkatkan volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya
hipertensi (Susanto, 2010).
10
7 Gaya hidup yang kurang sehat
Faktor faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada
pembuluh darah turut berperan terhadap munculnya penyakit hipertensi. faktor faktor
tersebut antara lain merokok, asupan makan lemak jenuh, dan tingginya kolestrol
dalam darah. selain faktor faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi antara lain alkohol, gangguan mekanisme natrium yang mengatur jumlah
cairan tubuh, dan faktor hormon yang mempengaruhi tekanan darah (Susanto, 2010).
8 Obat obatan
Obat pencegah kehamilan, steroid, dan obat anti infeksi dapat meningkatkan tekanan
darah. beberapa jenis obat dapat menaikkan kadar insulin. penggunaan obat-obatan
tersebut dalam jangka waktu yang panjang mengakibatkan tekanan darah naik secara
permanen yang merupakan ciri khas penderita hipertensi (Susanto, 2010).
9 Akibat penyakit lain
Hipetensi muncul bukan karena suatu penyebab secara pasti, namun jika dikaji lebih
jauh, tiap-tiap penderita memiliki suatu sebab yang dominan meski bersifat spesifik
dan pada tingkat individu. sedangkan secara umum hipertensi terjadi sebagai akibat
komplikasi berbagai faktor.
Oleh karena itu, pencegahan penyakit hipertensi dengan menjalankan gaya hidup
sehat menjadi sangat penting (Susanto, 2010).
11
- Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjaldan
filtrasi glomerulus.
- Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler (Corwin, 2009).
2.1.1.6 Klasifikasi
Labil (perbatasan)
Esensial benigna
Esensial maligna
12
Koarktasio aortaSaraf : porfiria, poliomyelitis, peningkatan tekanan
intracranial, sindrom diensefalik, ensefalitis timah hitam, transeksi medulla
spinalis (Chung, 1995).
2.1.1.7 Patofisiologi
2.1.1.8 Diagnosa
Tekanan darah sebesar 140/90 mmHg dinyatakan tinggi untuk satu kali
pengukuran saja belum bisa mendasari diagnosis, karena tekanan darah kita bervariasi
13
dalam sehari sebaiknya dilakukan beberapa pengukuran dalam kondisi yang sama,
hanya bila hasilnya sangat tinggi yaitu angka sistolik 210 mmHg atau lebih dan angka
diastolik 120 mmHg atau lebih, maka diagnosis boleh diambil berdasarkan hanya satu
pengukuran (Sidabutar R.P, 1990).
Agar yakin bahwa hasil pengukuran yang didapat akan akurat, sebaiknya tidak
merokok, makan dalam jumlah banyak atau minum minuman beralkohol atau kafein
sebaiknya 30 menit sebelum pengukuran dilakukan faktor faktor ini dapat
menyebabkan kenaikan sementara tekanan darah (Sidabutar R.P, 1990).
2.1.1.9 Penatalaksanaan
14
6. Mengurangi faktor resiko PJK dalam hal memperbaiki LVH (left ventricle
hypertrophy) dan mencegah pembentukan atherosklerosis
7. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina
8. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut
9. Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, Edema, rasa
lelah mual, dan muka merah
10. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien
11. Melindungi jantung terhadap resiko infark
12. Tidak menggangu gaya dan kualitas hidup penderita misalnya ngantuk dan
batuk.
15
A. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat obatan Penatalaksanaan hipertensi, disamping perlu diperhatikan
oleh seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat
pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang
penting diperhatikan (Nurkhalida, 2003).
Strategi pengobatan hipertensi harus dimulai degan perubahan gaya hidup
berupa diet rendah garam, berhenti merokok, mengurangi komsumsi alkhol, aktivitas
fisik yang teratur dan penurunan berat badan bagi pasien dengan berat badan lebih.
Selain dapat juga menurunkan tekanan darah, perubahan gaya hidup juga terbukti
meningkatkan efektivitas obat antihipertensi dan menurunkan resiko kardiovaskular.
Untuk hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko dan tanpa target organ damage
(TOD), perubahan pola hidup dapat dicoba sampai 12 bulan. Sedangkan bila disertai
kelainan penyerta (compelling indications) seperti gagal jantung, pasca infark
miokard, penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan riwayat stroke, maka terapi
farmakologi harus dimulai lebih dini mulai dari hipertensi tingkat 1. Bahkan untuk
pasien dengan kelainan ginjal atau diabetes, pengobatan dimulai pada tahap
prehipertensi dengan target TD <130/80 mmHg (Nafrialdi, 2009).
B. Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi
primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi
berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit koardiovaskuler
atau faktor risiko lain (Suyono&Slamet, 2001).
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (firsX3t line drug) yang lazimdigunakan
untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu : Diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik,
penghambat reseptor angiotensin (angiotensin-reseptor bloker, ARB), antagonis
kalsium (Nafrialdi, 2009).
16
Pada JNC Vll, penyekat reseptor alfa adrenergik tidak dimasukkan dalam
kelompok obat lini pertama. Sedangkan pada JNC sebelumnya termasuk lini pertama.
Selain itu dikenal juga kelompok obat yang dianggap lini kedua yaitu: penghambat
saraf adrenergik, agonis sentral, dan Vasodilator (Nafrialdi, 2009).
2.1.1.10 Pencegahan
Upaya pencegahan
1. Pencegahan primordial
2. Promosi kesehatan
3. Proteksi spesifik : kurangi garam sebagai salah satu faktor resiko
4. Diagnosis dini : skrining, pemeriksaan check up
5. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal
awal keluhan
2.1.1.11 Komplikasi
17
sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja
jantung secara umum. Tanda tanda adanya komplikasi yaitu : sesak napas.
3) Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian diluar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang
ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah
darah.
4) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana ginjal tidak dapat berfungsi sebagai
mana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna (Martiani&tantan, 2007).
2.1.1.12 Prognosa
Pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ
yang diserangnya. Faktor faktor yang mempengaruhi prognosis seseorang penderita
hipertensi adalah:
1. Etiologi hipertensi ; hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini akan
lebih baik prognosisnya.
2. Umur ; usia muda mempunyai prognosis yang kurang baik dibanding dengan
usia lebih tua.
3. Jenis kelamin ; umumnya wanita lebih bisa mentolerir lebih baik terhadap
kenaikan tekanan dibanding dengan pria.
4. Suku / ras ; orang hitam diamerika mempunyai prognosis lebih jelek dibanding
orang berkulit putih.
5. Sifat hipertensi ; tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik
prognosisnya.
6. Komplikasi ; adanya komplikasi memperberat prognosis.
18
7. Banyaknya faktor resiko lain ; ada tidaknya faktor resiko lain seperti DM atau
kolestrolemis bisa memperburuk hipertensi (Bustan, 2007).
2.1.2 Monosit
Berbagai jenis sel darah putih, bersama sama disebut leukosit, memiliki nukleus
dan tidak berwarna dalam keadaan segar. Bentuknya yang bulat dalam peredaran
darah, tapi berupa sel amuboid pleiomorfik dalam jaringan, atau pada substratpadat
invitro. Leukosit digolongkan sebagai leukosit granular atau leukosit nongranular,
tergantung ada tidaknya granul spesifik dalam sitoplasmanya. Leukosit granular
mencakup eosinofil, basofil, dan neutrofil. Leukosit nongranular mencakup limfosit
dan monosit. Jumlah leukosit dalam sirkulasi bekisar antara 5000-9000 per milimeter
kubik darah, tetapi jumlah ini bervariasi sesuai umur, bahkan pada waktu berbeda
sepanjang hari bervariasi sesuai umur. Jumlah leukosit dalam jaringan dan organ
sangat besar, tetapi tidak dapat dihitung. Variasi kecil dalam jumlah leukosit tidak
mempunyai arti klinik, tetapi adanya infeksi dalam tubuh dapat meningkatkan
leukosit sampai 20.000 bahkan 40.000 permilimeter kubik darah. Jumlah relatif
sebagai jenis leukosit, disebut hitung jenis leukosit, biasanya cukup konstan: neutrofil
55-60%, eosinofil 1-3%,basofil 0-0,7%, limfosit 25-33%, dan monosit 3-7%. Proses
penyakit berbeda yang mempengaruhi jumlah beberapa jenis sel lebih banyak dari
pada yang lain, dan hitung jenis seringkali membantu diagnosis (Bloom&Fawcett,
2002).
19
Aterosklerosis adalah suatu penyakit arteri berukuran besardan sedang akibat
terbentuknya lesi lemah yang disebut plak ateromatosa pada permukaan dalam
dinding arteri (Guyton, 2007).
Satu kelainan yang dapat diperiksa secara dini dipembuluh darah yang menjadi
cikal bakal aterosklerosis adalah kerusakan endotel vaskular. hal ini selanjutnya
meningkatkan paparan molekul adhesi pada sel endotel dan menurunkan kemampuan
endotel tersebut untuk melepaskan nitric oxide dan zat lain yang membantu
mencegah perlekatan makromolekul, trombosit, dan monosit pada endotel vaskular
terjadi, monosit, dan lipid (kebanyakan berupa lipoprotein berdensitas rendah) yang
beredar, mulai menumpuk ditempat yang mengalami kerusakan. Monosit melalui
endotel, memasuki lapisan intima dinding pembuluh, dan berdiferensiasi menjadi
makrofag, yang selanjutnya mencerna dan mengoksidasi setumpukan lipoprotein,
sehingga penampilan makrofag menyerupai busa.sel busa makrofag ini kemudian
bersatu pada pembuluh darah dan membentuk fatty streak yang dapat dilihat (Guyton,
2007).
Dengan berjalannya waktu, fatty streak menjadi lebih besar dan bersatu, dan
jaringan otot polos serta jaringan fibrosa disekitarnya berproliferasi untuk membentuk
plak yang makin lama makin besarmakrofag juga melepaska zat yang menimbulkan
inflamasi dan proliferasi lebih lanjut dan jaringan fibrosa dan otot polos pada
permukaan dalam dinding arteri (Guyton, 2007).
20
menopouse. faktor resiko penting yang merupakan predisposisi terhadap
aterosklerosis mencakup merokok, hipertensi, diabetes, dan tingginya kolestrol serum
(Aaronson et al, 2008).
21
oleh sel sel busa. sitokin bekerja pada sel sel otot polos vaskular pada media,
kemudian sitokin bermigrasi kedalam intima, berproliferasi, dan menyekresi
sejumlah kolagen dan protein jaringan ikat lain secara abnormal. seiring dengan
waktu, akumulasi sel otot polos dan jaringan ikat pada intima membentuk selubung
fibrosa pada bagian dalam dinding arteri. dibawah selubung ini, pembentukan dan
perburukan sel busa yang terus terjadi akan membentuk lapisan lipid ekstraselular
(terutama kolestrol dan kolesteril ester) dan debris selular.sel sel busa yang tetap aktif
seringkali terlokalisasi pada tepi atau bahu lesi. dibawah lipid, lapisan medial sel otot
polos melemah dan mengalami atrofi (Aaronson et al, 2008).
22
2.2 Kerangka konsep
DISFUNGSI ENDOTEL
ATHEROSKLEROSIS
JANTUNG OTAK
PJK STROKE
MAKROFAG
MONOSIT
NORMAL
200-1000/L
2.3 Hipotesa
Ada hubungan antara peningkatan tekanan darah dengan terjadinya
peningkatan monosit pada pasien yang berusia >40 tahun.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat yang menderita hipertensi yang berada
dikota medan dan kemudian akan dilakukan pemeriksaan kadar monosit di
laboratorium klinik Prodia Jl.S.Parman No.17/223G, Medan, Sumatra utara,
Indonesia. Waktu pelaksanaan penelitian ini terhitung mulai Februari 2014 sampai
dengan Maret 2014.
3.3.1. Populasi
Populasi target (target populasi) adalah keseluruhan subyek yang dibatasi oleh
karakteristik klinis dan demografis yaitu masyarakat yang menderita hipertensi pada
orang dewasa..
Populasi terjangkau atau populasi sumber adalah bagian dari populasi target yang
dibatasi oleh tempat dan waktu yaitu semua penderita hipertensi pada orang dewasa
yang berada dikota medan.
24
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berada di kota
medan yang terjadi pada orang dewasa, yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi.
Untuk menentukan total besar sampel minimal maka digunakan rumus besar
sampel untuk koefisien korelasi tunggal yaitu :
(Z + Z) 2
n= +3
0,5 In ((1+r)/(1-r))
25
Dimana :
(Dorffel et al,1999).
(Z+Z) 2
n= +3
0,5 In ((1+r)/(1-r))
2
(1,645 + 0,842)
n= +3
0,5 In ((1+0,48)/(1-0,48))
n = 20
Maka berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total besar sampel minimal
adalah 20 orang (Sastroasmoro, 2011).
26
3.6 Teknik sampling
27
3.7 Rancangan pelenelitian
POPULASI
PURPOSIVE SAMPLING
SAMPEL
28
3.9 Definisi Operasional
3.9.1 Monosit
Monosit membentuk 2-10% sel darah putih. Saat monositmatur, sel ini pindah
dari darah dan menuju jaringan, saat menjadi magrofag. Magrofag dapat
menghancurkan patogen dengan fagositosis dan dapat meningkatkan respon imun.
Sel ini juga menghilangkan dan hancur karena penuaan dan rusak. Dalam sistem
magrofag monosit, yang kadang disebut sistem retikuloendotelium, terdiri dari
komponen tubuh, yaitu monosit dan magrofag. Beberapa monosit dapat bergerak,
sedangkan yang lain tidak bergerak. Sistem ini terdiri dari : histosis dijaringanikat,
mikroglia diotak, sel kupffer di hati, makrofag alveolus diparu, dan sistem yang ada
dilimpa. Makrofag merupakan fagosit aktif (Holland, 2008).
Pemeriksaan Untuk kadar Monosit : Darah vena yang diambil dari daerah vena
mediana cubiti dengan spuit sebanyak 5cc. sebelum darah tersebut disenfeksi dengan
alkhol 70%. Darah dimasukan dalam tabung berisi EDTA dengan cara dilepas
jarumnya dan dialirkan pelan-pelan sebanyak 2cc. setelah tabung itu dipilin untuk
mencampur EDTA dengan darah. Sisa darah dimasukan dalam tabung tanpa
antikoagulan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunologi.
29
Nilai rujukan menurut(Lewis SM,2001).
Skala : Numerik
darah rutin
3.9.2 Hipertensi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arterial di atas nilai relatif normal.
Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer yang
terkalibrasi setiap 6 bulan untuk memastikan ketepatan pengukuran. Pengukuran
tekanan darah dilakukan untuk menilai kesehatan kardiovaskuler, termasuk skrining
hipertensi dan monitoring pengobatan pasien hipertensi (Lim, 2009).
30
pulsasi arteri radialis. Kemudian tekanan diturunkan dengan kecepatan 2 mmHg
perdetik sambil mendengar bunyi Korotkoff (Lim, 2009).
Skala : Numerik
31
3.10 Alat dan Bahan
32
9. Bila sampel tersebut bersedia mengikuti penelitian ini, maka sampel
harus menandatangani Informed Consent (Principle of Autonomy and
Respect).
10. Setelah sampel bersedia dan menandatangani informed consent, maka
peneliti akan mengirim pasien ke Laboratorium klinik prodia Medan
untuk dilakukan pemeriksaan kadar monosit.
11. Selanjutnya pasien akan dikirim ke laboratorium klinik prodia medan
untuk melakukan pemeriksaan kadar monosit. Prinsip pemeriksaan
monosit adalah pemeriksaan darah rutin.
12. Seluruh data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan
teknik analisis data yang telah dipilih.
33
3.13 Masalah etika
34
DAFTAR PUSTAKA
Aida Amelda (2011). Membandingkan kadar lipoprotein (a) pada pasien stroke
iskemik dengan dan tampa diabetes Melitus. FK Universitas Andalas.phD
Thesis
Dorffel V.Y, Christoph Latsch, Bruno Stuhlmuller, Stefan Schreiber, Susann Scholze,
Gerd R. Burmester and Jurgen Scholze. (1999). Hipertensi. Preactivated
Peripheral Blood Monocytes in Patients With Essential Hypertension.
Dallas: American Heart Association,p:116
35
Grau, J.A (2004). Leukosit count as an Independent Predictor of Ischemic events.
Stroke. ; 35. ;1147-52
Junaidi l (2000). Pencegahan dan pengobatan stroke. Jakarta. Buana Ilmu Populer: 4-
28
Lewis SM (2001). Reference ranges and normal values. In: Dacie and Lewis Practical
Hematology 9 ed. Churchill livingstone.London
36
Philip l. Aaronson, Jeremy P.T.Ward (2008). At a Glance Siistem Kardiovaskuler,
Edisi 3. Jakarta : Erlangga Medical Series,pp: 81
Susanto (2010). Cekal (cegah dan tangkal) Penyakit Modren, ed 1.Jakarta:C.V andi
offset,pp:12-17
Suyono, Slamet (2001). Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II.FKUI, Jakarta: Balai
Pustaka:253, 454-459,463-464
37