Anda di halaman 1dari 96

ii

SKRIPSI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS DI RSUD BARRU

OLEH:
HASPIATI HASYIM
BK.1909233

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal inidiajukan oleh

Nama : Haspiati Hasyim

NIM : BK. 1909233

Program Studi : Diploma IV Kebidanan

Judul : Faktor Risiko Kejadian Abortus di RSUD Barru

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Dipertahankan Pada

Sidang Hasil Penelitian Di Hadapan Dewan Penguji.

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : November 2020

Pembimbing :

Muliyana, S.Tr. Keb., M.Keb

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS


DI RSUD BARRU

Telah Berhasil Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji

Pada Tanggal : 26 November 2020

Dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk


memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi
Diploma IV Kebidanan Klinik

Dewan Penguji
1. Muliyana, S.Tr. Keb., M.Keb ( )
(Pembimbing)

2. Sukmawati, S.ST., M.Keb ( )


(Penguji I)

3. Yudiarsi Eppang, S.ST., M.Kes ( )


(Penguji II)

Mengetahui,

Wakil Ketua Bidang Akademik Ketua Program Studi


STIKes Graha Edukasi Makassar STIKes Graha Edukasi Makassar

Ns. Rusli Taher, S.Kep.,M.Kes. Sukmawati, S.ST.,M.Keb.


NIDN : 09 200890 02 NIDN : 09 231191 01
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Haspiati Hasyim

NIM : BK. 1909233

Program Studi : Diploma IV Kebidanan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi


dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Abortus di RSUD Barru”
Adalah benar hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
STIKES Graha Edukasi Makassar.

Makassar, November 2020

Haspiati Hasyim

iv
BIODATA PENULIS

A. Identitas

1. Nama : Haspiati Hasyim


2. NIM : BK. 1909233
3. Tempat /Tanggal Lahir : Bottoe, 20 Januari 1974
4. Suku : Bugis
5. Agama : Islam
6. Alamat : BTN Amaro, Barru

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Centre Bottoe Tahun 1986

2. SMP Negeri Padaelo Tahun 1989

3. SPK Depkes Pare-Pare Tahun 1992

4. PPB Depkes Pare-Pare 1993

5. D3 Kebidanan Politeknik Kesehatan Makassar Tahun 2005

6. Stikes Graha Edukasi Makassar Tahun 2020

v
ABSTRAK

Program Studi Diploma IV Kebidanan


STIKES Graha Edukasi Makassar
Skripsi, November 2020

Haspiati Hasyim : BK.1909233


Faktor Risiko Kejadian Abortus di RSUD Barru
Dibimbing Oleh Muliyana
(x + 72 halaman + 2 tabel + 2 Lampiran).

Abortus merupakan salah satu penyebab kematian ibu.


Pendekatan etiologi merupakan cara terbaik dalam upaya menurunkan
mortalitas dan morbiditas akibat abortus yang kejadiannya dipengaruhi
oleh beberapa faktor risiko.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang


berhubungan dengan kejadian abortus di RSUD Barru Tahun 2020.
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain penelitian
kasus kontrol.

Pengumpulan data diperoleh dari data rekam medis 99 pasien abortus


dan kontrol sebesar 200 ibu yang tidak abortus. Kemudian data
dianalisa dengan uji Chi-square. Hasil analisis menunjukkan bahwa
paritas (p = 0,010) dan riwayat abortus sebelumnya (p = 0,033)
merupakan faktor risiko dan mempunyai hubungan bermakna dengan
kejadian abortus. Sedangkan usia ibu (p = 0,949) tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan kejadian abortus.

Daftar Pustaka : 19 Literatur (2016-2018).


Kata Kunci : Abortus, Usia ibu, paritas, Riwayat abortus sebelumnya.

vi
ABSTRACT

Midwifery Diploma IV Study Program


STIKES Graha Education Makassar
Skripsi, November 2020

Haspiati Hasyim: BK. 1909233


Risk Factors for Abortion at Barru Hospital
Supervised by Muliyana
(x + 72 pages + 2 tables + 2 attachments).

Abortion is one of the causes of maternal death. The etiological approach


is the best way to reduce mortality and morbidity due to abortion, which is
influenced by several risk factors.

This study aims to determine what factors are associated with the
incidence of abortion at the Barru Hospital in 2020. This research is an
observational analytic study with a case-control study design.

Data collection was obtained from medical records of 99 abortion


patients and control of 200 mothers who did not abort. Then the data
were analyzed by using the Chi-square test. The analysis showed that
parity (p = 0.010) and previous abortion history (p = 0.033) were risk
factors and had a significant relationship with the incidence of abortion.
Meanwhile, maternal age (p = 0.949) did not have a significant
relationship with the incidence of abortion.

Bibliography: 19 Literatures (2016-2018).


Keywords: Abortion, maternal age, parity, history of previous
abortion.

vii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan dapat

menyelesaikan proposal dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Abortus di

RUSD Barru” tepat pada waktunya. Penyusunan proposal ini disusun

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Terapan (S.Tr Keb) program studi D-IV Kebidanan di STIKES Graha

Edukasi Makassar.

Penyusunan proposal ini terselesaikan atas bantuan banyak pihak.

Penyusun sangat berterima kasih kepada pihak yang telah membantu

proses pengerjaan proposal ini dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan proposal ini, adapun pihak-pihak tersebut antara lain :

1. Ibu Juliani Sirajuddin, SKM, M.Kes selaku Ketua Yayasan STIKes

Graha Edukasi Makassar.

2. Ibu Dr. Nurhikmah, SKM., S.ST., M.Kes selaku Ketua STIKes Graha

Edukasi Makassar

3. Ibu Sukmawati, S.ST., M.Keb selaku Ketua Prodi D-IV Bidan klinik

STIKes Graha Edukasi Makassar

4. Ibu Muliyana, S.Tr. Keb., M.Keb selaku pembimbing yang begitu

banyak memberikan masukan dan meluangkan waktunya

menyelesaikan proposal ini

5. Ibu Sukmawati, S.ST., M.Keb sebagai penguji I yang bersedia menguji

kami

viii
6. Ibu Yudiarsi Eppang, S.ST., M.Kes sebagai penguji II yang bersedia

menguji kami.

7. Seluruh dosen dan staf STIKES Graha Edukasi Makassar yang telah

memberikan bimbingan kepada peneliti selama menjadi mahasiswi.

8. Ucapan terima kasih kepada Muhammad Alidin S.Kep. Ns, Suami

peneliti dengan segala dukungan, motivasi, jerih payah, ketulusan dan

ketabahan dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan

ini. Dan juga anak-anak peneliti Nurul Rezki Awaliah dan Nur Akmar

Fauzan sebagai penyemangat dan support yang besar kepada peneliti.

9. Kepada semua rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, yang telah memberikan bantuan.

Semoga segala bantuan, bimbingan dan saran yang diberikan

kepada peneliti, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Barru, November 2020

Penulis,

Haspiati Hasyim

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iv

BIODATA PENULIS ............................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................ vi

ABSTRACT ..........................................................................................vii

KATA PENGANTAR ............................................................................viii

DAFTAR ISI........................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

A. Rumusan Masalah............................................................. 3

B. Tujuan Penelitian .............................................................. 3

C. Manfaat Penelitian ............................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 5

A. Tinjauan Umum Tentang Abortus..................................... 5

B. Pengaruh Faktor Risiko Dengan Kejadian Abortus......... 23

C. Penelitian Terkait............................................................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................. 27

x
B. Hipotesis ........................................................................... 27

C. Definisi Operasional........................................................... 28

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................... 29

A. Jenis Penelitian ................................................................. 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................. 30

C. Populasi ............................................................................ 30

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 35

E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi................................................. 31

F. Pengolahan Data............................................................... 31

G. Analisa Data...................................................................... 32

H. Alur Penelitian ................................................................... 34

BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................. 35

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 35

B. Hasil Penelitian ................................................................... 38

C. Pembahasan....................................................................... 47

BAB VI KESIMPULAN

A. Kesimpulan........................................................................55

B. Saran.................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................57

LAMPIRAN ........................................................................................ 59

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terkait.........................................................................25

Tabel 2. Definisi Operasional, Alat Ukur-Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala

Variabel......................................................................................................28

Tabel 3. Distribusi Subjek Menurut Usia di RSUD Barru Tahun 2020......39

Tabel 4. Distribusi Subjek Menurut Paritas di RSUD Barru Tahun 2020. .41

Tabel 5. Distribusi Subjek Menurut Riwayat Abortus Sebelumnya di RSUD

Barru Tahun 2020......................................................................................42

Tabel 6. Distribusi Subjek Menurut Usia dengan Kejadian Abortus di

RSUD Barru Tahun 2020..........................................................................43

Tabel 7. Distribusi Subjek Menurut Paritas dengan Kejadian Abortus di

RSUD Barru Tahun 2020...........................................................................44

Tabel 8. Distribusi Subjek Menurut Riwayat Abortus Sebelumnya...........46

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep....................................................................27

Gambar 2. Alur Penelitian..........................................................................34

Gambar 3. Distribusi Subjek Menurut Usia di RSUD Barru Tahun 2020. .39

Gambar 4. Distribusi Subjek Menurut Paritas di RSUD Barru Tahun 2020

....................................................................................................................41

Gambar 5. Distribusi Subjek Menurut Riwayat Abortus Sebelumnya di

RSUD Barru Tahun 2020...........................................................................42

Gambar 6. Grafik hubungan usia ibu dengan kejadian abortus di RSUD

Barru Tahun 2020......................................................................................44

Gambar 7. Grafik hubungan paritas ibu dengan kejadian abortus di RSUD

Barru Tahun 2020......................................................................................45

Gambar 8. Grafik hubungan riwayat abortus ibu dengan kejadian abortus

di RSUD Barru Tahun 2020.......................................................................47

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Observasi

Lampiran II : Hasil SPSS

Lampiran III : Judul Proposal

Lampiran IV : Surat Pengambilan Data

Lampiran V : Surat Ijin Penelitian

Lampiran VI : Surat Telah Melakukan Penelitian

Lampiran VII : Lembar Konsul

Lampiran VIII : Dokumentasi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan

terdapat 830 kematian wanita tiap 100.000 kelahiran hidup akibat

komplikasi kehamilan dan persalinan. Angka kematian ibu di

Negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibanding di Negara

maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di Negara

maju hanya 12 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(WHO,2018).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan barometer

pelayanan kesehatan ibu di suatu Negara. Bila AKI masih tinggi

berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik. Sebaliknya bila AKI

rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik.Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018 jumlah

persalinan sebanyak 33,8/ 100.000 kelahiran hidup dan jumlah

komplikasi mencapai 11,3 per 100.000 kelahiran hidup (Lili Fajriah,

2018).

Upaya pemerintah dalam mengurangi AKI sudah

dilakukan melalui program Sustainable Development Goals

(SDGs) dengan menyediakan pelayanan Ante Natal Care (ANC)

dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih,

meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan


2

unmeet need yang dilakukan melalui peningkatan akses

dankualitas pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan

reproduksi, serta upaya lainnya, namun saat ini belum

mencapai tujuan yang diharapkan (Prawirohardjo S. 2018).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Selatan (2019), menyebutkan bahwa abortus adalah penyebab

kesembilan kematian Ibu yakni sebesar 7,6%. Sedangkan jumlah

kematian ibu tahun 2017 sebanyak 115 kasus, meningkat pada

tahun 2018 nyang mencapai 139 kasus. Sementara data per Juni

tahun 2019 sudah mencapai 75 kasus, dengan penyebab

terbanyak adalah pendarahan yaitu 40%, hipertensi 35%.

Rumah Sakit Umum Daerah Barru merupakan rumah sakit

rujukan termasuk untuk kasus obstetri dan ginekologi. Jumlah

kasus kejadian abortus di kamar bersalin RSUD Barru mengalami

fluktuasi yaitu pada tahun 2017 sebanyak 47 kasus dari 596 total

pasien masuk. Mengalami peningkatan tahun 2018 sebanyak 71

kasus dari 738 total pasien Sedangkan tahun 2019 total pasien

masuk 982 dan yang mengalami abortus 63 kasus dan tahun 2020

meningkat per September 128 kasus.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa faktor risiko

terjadinya abortus diantaranya adalah usia maternal, riwayat

terjadinya abortus pada kehamilan sebelumnya, konsumsi rokok

dan alkohol, kondisi psikologis ibu, interval kehamilan, riwayat


3

penggunaan obat kontrasespsi berupa pil, rendahnya indeks

massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan, tingkat pendidikan, usia

paternal dan sering berganti-ganti pasangan sex. Namun masih

sedikit penelitian yang membahas mengenai faktor risiko terjadinya

abortus di daerah Kabupaten Barru.

Sehubungan dengan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang faktor risiko kejadianabortus di RSUD Barru.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor

apakah yang berpengaruh terhadap kejadian abortus di RSUD

Barru

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor apakahyangberpengaruh

terhadap kejadian abortus di RSUD Barru.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil terhadap

kejadian abortus di RSUD Barru.

2) Untuk mengetahui pengaruh paritas terhadap kejadian

abortus di RSUD Barru.

3) Untuk mengetahui pengaruh riwayat kejadian abortus

sebelumnya terhadap kejadian abortus di RSUD Barru.


4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang kebidanan khususnya tentang

abortus.

2. Manfaat Aplikatif

Meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar

pemerintah agar angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi

baru lahir dapat menurun dan dapat meningkatkan program

kesehatan ibu dan anak di wilayah KabupatenBarru.

3. Manfaat Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor risiko

yang mempengaruhi kejadian abortus.

4. Manfaat Peneliti Selanjutnya

Menambah referensi dan memberikan pengetahuan

pada masyarakat mengenai faktor-faktor risiko yang

berpengaruh terhadap abortus sehingga masyarakat dapat

melakukan upaya pencegahan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Abortus

a. Definisi Abortus

Menurut Dorland edisi 30(2020) abortus adalah janin yang

dikeluarkan dengan berat kurang dari 500 gram atau memiliki usia

gestasional kurang dari 20 minggu pada waktu dikeluarkan dari

uterus sehingga tidak memiliki angka harapan untuk hidup.

Sedangkan menurut Prawirohardjo (2018) abortus adalah

ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

(Etik Sulistiyorini, 2018).

b. Anatomi dan Fisiologi Uterus

Uterus adalah organ yang terdiri atas suatu badan (korpus),

yang terletak di atas penyempitan rongga uterus (orifisium

internum uteri), dan suatu struktursilindris di bawah, yaitu serviks,

yang terletak di bawah orifisium internum uteri. Uterus adalah

organ yang memiliki otot yang kuat dengan ukuran panjang 7

cm, lebar 4 cm, dan ketebalan 2,5 cm.Bagian korpus atau badan

hampir seluruhnya berbentuk datar pada permukaan anterior, dan

terdiri dari bagian yang cembung pada bagian posterior. Rongga

yang terdapat di korpusuteri disebut kavum uteri (rongga rahim).


6

Pada bagian atas korpus, terdapat bagian berbentuk bulat yang

melintang di atas tuba uterine disebut fundus. Serviks berada

pada bagian yang lebih bawah, dan dipisahkan dengan korpus

oleh ismus.Serviks uteri dibagi atas (1) pars vaginalis servisis

uteri yang dinamakan porsio; (2) pars supravaginalis servisis uteri

yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina(Putri Nurvita

Rochmawati,2018).

Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga

pelvis, tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan ikat dan

ligament yang menyokongnya. Ligamen yang memfiksasi uterus

adalah senagai berikut (Mescher AL, 2017).

a. Ligamentum cardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang terpenting yang mencegah

supaya uterus tidak turun. Terdiri atas jaringan ikat tebal

yang berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah

lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak

pembuluh darah, antara lain vena dan arteria uterina.

b. Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang menahan uterus supaya

tidak banyak bergerak. Berjalan dari serviks bagian belakang

kiri dan kanan, ke arah os sakrum kiri dan kanan.


7

c. Ligamentum rotundum kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang menahan uterus dalam

antefleksi. Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke

daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-

kadang terasa sakit di daerah inguinal di daerah inguinal

waktu berdiri cepat, karena uterus berkontraksi kuat dan

ligamentum rotundum menjadi kencang serta mengadakan

tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan pun teraba

kencang dan terasa sakit bila dipegang.

d. Ligamentum latum kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan dari

uterus ke lateral. Tidak banyak mengandung jaringan ikat.

Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian peritoneum viserale

yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai

lipatan. Di bagian dorsal ligamentum ini ditemukan indung telur

(ovarium sinistrum et dekstrum). Untuk memfiksasi uterus,

ligamentum latum ini tidak banyak artinya.

e. Ligamentum infundibulo-pelvikum kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang menahan tuba Falloppii. Berjalan

dari arah infumdibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya

ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan

vena ovarika.
8

Di samping ligamen tersebut di atas ditemukan pada

sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri ligamentum ovarii

proprium kiri dan kanan yang menahan ovarium. Ligamentum

ovarii proprium ini embriologis berasal dari gubernakulum. Jadi,

sebenarnya berasal seperti ligamentum rotundum yang juga

embriologis berasal dari gubernaculum (Dorland WA, 2020).

Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus

uteri, diliputi oleh peritoneum viserale yang mudah sekali

digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesiko-

uterina.

Uterus diberi darah oleh arteria uterina kiri dan kanan

yang terdiri atas ramus asendens dan ramus desendens.

Pembuluh darah ini berasal dari arteria Iliaka Interna (disebut

juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum

latummasuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm

dari forniks lateralis vagina.

Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke

uterus adalah arteria Ovarika kiri dan kanan. Arteria ini

berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui ligamentum

infundibulo-pelvikum mengikuti tuba Falloppii, beranastomosis

dengan ramus asendens arteria uterina di sebelah lateral, kanan

dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteri-arteri tersebut di

atas terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke


9

vena Hipogastrika.Inervasi uterus terutama atas system

sarafsimpatetik dan untuk sebagian terdiri atas sistem

parasimpatetik dan serebrospinal. Sistem parasimpatetik

berada di dalam panggul di sebelah kiri dan kanan os

sacrum, berasal dari saraf sakral 2, 3, dan 4, yang selanjutnya

memasuki pleksus Frankenhäuser.

Sistem simpatetik masuk ke rongga panggul sebagai

pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan

promontorium terus ke bawah menuju ke pleksus

Frankenhäuser. Pleksus ini terdiri atas ganglion-ganglion

berukuran besar dankecil yang terletak terutama pada dasar

ligamentum sakrouterina. Serabut-serabut saraf tersebut di

atas memberi inervasi pada miometrium dan endometrium.

Kedua sistem simpatetik dan parasimpatetik mengandung unsur

motorik dan sensorik. Kedua sistem bekerja antagonistic.

Saraf simpatetik menimbulkan kontraksi dan vasokonstriksi,

sedangkan yang parasimpatetik sebaliknya, yaitu mencegah

kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi (Elise R, Patrick T,

2016).

Saraf yang berasal dari torakal 11 dan 12 mengandung

saraf sensorik dari uterus dan meneruskan perasaan sakit dari

uterus ke pusat saraf (serebrum). Saraf sensorik dari serviks

dan bagian atas vagina melalui saraf sakral 2, 3 , dan 4,


10

sedangkan dari bagian bawah vagina melalui nervus

pudendus dan nervus ileoinguinalis.

c. Patofisiologi

Pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam

desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal

tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau

seluruhnya, sehingga merupakan bagian benda asing

dalam uterus.Keadaaninimenyebabkanuterus berkontraksi

untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8minggu

hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya

karenavillikorialesbelum menembus desidua secara mendalam.

Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales

menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta

tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak

perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang

mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah janin, disusul

beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang telah lengkap

terbentu. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera

terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai

persalinan dalam bentuk miniatur (Prawirohardjo S, 2018).

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam

berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau

tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentukyangjelas(blighted


11

ovum); mungkin pula janin lahir-mati atau dilahirkan hidup.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam

waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah.

Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola

karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisanya

terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging.

Bentuk lain adalah molaa tuberose; dalam hal ini amnion

tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion

dan korion (Dorland WA, 2020).

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan

dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan karena

cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi

agak gepeng(fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut Ia

menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetuspapiraseus).

Kemungkinan lain pada janin-mati yang tidak lekas

dikeluarkan ialah terjadinya maserasi: kulit terkelupas,

tengkorak menjadi lembek,perut membesar karena terisi cairan,

dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan (WHO, 2016).

d. Klasifikasi Abortus

Menurut terjadinya, Prawirohardjo (2018) membagi abortus

menjadi tiga jenis yaitu:

a. Abortus provokatus didefinisikan sebagai prosedur untuk

mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan baik oleh orang-


12

orang yang tidak memiliki ketrampilan yang diperlukan atau

dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal

atau keduanya.

b. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan

atas indikasimedik. Pertimbangan demi menyelamatkan

nyawa ibu dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu

spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit

Dalam, dan spesialis Jiwa. Bila perlu dapat ditambah

pertimbangan oleh tokoh agama terkait.

c. Abortus Spontan adalah abortus yang terjadi dengan

sendirinya tanpa adanya tindakan apa pun. Berdasarkan

gambaran kliniknya, dibagi menjadi berikut:

1) Abortus Imminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman

terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam,

ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik

dalam kandungan.

2) Abortus Insipiens

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan

serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,

akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan

dalam proses pengeluaran.

3) Abortus Inkompletus
13

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih

terpancang pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram.

4) Abortus Kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin

kurang dari 500 gram.

5) Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus

telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20

minggu namun keseluruhan hasil konsepsi itu tertahan

dalam uterus selama 6 minggu atau lebih.

6) Abortus Habitualis

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3

kali atau lebih berturut-turut. Penderita abortus habitualis

pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali,

tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus

secara berturut-turut.

Abortus habitualis disebabkan oleh adanya kelainan

yang menetap yang paling mungkin adalah kelainan

genetik, kelainan anatomis saluran reproduksi, kelainan

hormonal, infeksi, kelainan faktor imunologis atau penyakit


14

sistemik.

7) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik

Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi

pada alat genitalia. Abortus septik ialah abortus yang

disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh

atau peritoneum (septikemia atauperitonitis). Kejadian ini

merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang

paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang

memperhatikan asepsis dan antisepsis. (Setia Pranata,

2016)

5. Epidemiologi

Angka kejadian abortus sulit ditentukan karena abortus

provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah

terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas usia

kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda

sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat.

6. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa

faktor.Umumnya abortus didahului oleh kematian janin, antara

lainLili (Fajriah, 2018):

a. Faktor Janin

Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah

gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta.


15

Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada

trimester pertama, yakni:

1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan

embrio,atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau

poliploidi).

2) Embrio dengan kelainan lokal.

3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).

b. Faktor maternal

1) Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin

yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester

pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui

penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang

terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh

mikroorganisme penyebabnya (Rimonta Febby

Gunanegara, 2016).

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus:

a) Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes

simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak,

hepatitis, polio, dan ensefalomielitis.

b) Bakteri, misalnya Salmonella typhi.

c) Parasit, misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium.

2) Penyakit vaskular, misalnya hipertensi vaskular.


16

3) Kelainan endokrin

Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesterone

tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid;

defisiensi insulin.

4) Faktor imunologis

5) Kelainan uterus

Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa),

serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.

6) Faktor psikosomatik.

c. Faktor Eksternal

1) Radiasi

Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu

pertamadapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi

dapat menyebabkan keguguran.

2) Obat-obatan

Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya

tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16

minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut

tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan

penyakit ibu yang parah.

3) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang

mengandung arsen dan benzen.

7. Gejala Klinis
17

a. Abortus Iminens

Abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan

perdarahan pervaginam pada usia kehamilan kurang dari 20

minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada

keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium

uteri masih tertutup besarnya uterus masih sesuai

dengan usia kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif.

Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan

janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah

sudah terjadi pelepasan atau belum (Prawirohardjo S, 2018).

b. Abortus Insipiens

Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang

sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan

pembukaan serviks uterus dan usia kehamilan. Besar uterus

masih sesuai dengan usia kehamilan dengan tes urin

kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati

pembesaran uterus yang masih sesuai dengan usia

kehamilan, gerak janin dan gerak jantung masih jelas walau

mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat

penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan

pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus

c. Abortus Kompletus

Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah


18

menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit.

Besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan

secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin

biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.

Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus

ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau

hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak

perlu diberikan.

d. Abortus Inkompletus

Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam

uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis

masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau

menonjol pada ostium uteri eksternum.Perdarahan

biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau

sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang

menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga

perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan

anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi

dikeluarkan.

e. Missed Abortion

Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan

apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak


19

seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu

sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya

semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder

pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion

juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa

sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada

pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu

minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada

pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil,

kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak

beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda

kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4

minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan

penjedalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga

perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan

kuretase.

f. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik

Gejala dan tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah,

takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang

membesar dan lembut, serta nyeri tekan. Pada laboratorium

didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis. Bila sampai

terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas


20

tinggi, menggigil, dan tekanan darah turun.

8. Diagnosis

a. Klinis

Dapatkan anamnesis lengkap dan lakukan pemeriksaan fisik

umum (termasuk panggul) pada setiap pasien untuk

menentukan kemungkinan diperlukannya pemeriksaan

laboratorium tertentu atau pemeriksaan lainnya untuk

mendeteksi adanya penyakit atau status defisiensi

(Prawirohardjo S, 2018).

Secara klasik, gejala-gejala abortus adalah kontraksi uterus

(dengan atau tanpa nyeri suprapubik) dan perdarahan vagina

pada kehamilan dengan janin yang belum viabel.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pada banyak kasus, pemeriksaan serum untuk kehamilan

sangat berguna. Pemeriksaan laboratorium paling sedikit

harus meliputi biakan dan uji kepekaan mukosa serviks atau

darah (untuk mengidentifikasi patogen pada infeksi) dan

pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus,

penentuan kadar progesterone berguna untuk mendeteksi

kegagalan korpus luteum. Jika terdapat perdarahan, perlu

dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan

silang serta panel koagulasi.


21

9. Diagnosis Banding

Kehamilan ektopik dibedakan dari abortus spontan dengan

adanya tanda dan gejala berupa nyeri pelvis unilateral atau

nyeri pada massa adneksa. Disminore membranosa mugkin

sangat mirip dengan abortus spontan, tetapi tidak ada desidua

dan vili pada silinder endometrium dan uji kehamilan (bahkan

dengan RIA) negative. Hiperestrogenisme dapatmenyebabkan

endometrium berproliferasi hebat dengan gejala kram dan

perdarahan. Molahidatiform biasanya berakhir dengan abortus (<5

bulan) tetapi ditandai dengan kadar hCG yang sangat tinggi dan

tidak adanya janin. Mioma pedunkulata atau neoplasia serviks

juga dapat dikacaukan dengan abortus spontan(Elise R, Patrick T,

2016).

10.Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan,

perforasi, infeksi, dan syok.

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari

sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian

transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi

apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada


22

uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini,

penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda

bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan

tergantung dari luas dan bentuk perforasi dikerjakanlah

penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus

pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan

persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas;

mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih dan

usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya

perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk

menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada

perlukaan pada alat-alat lain, untuk selanjutnya mengambil

tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi keadaan.

c. Infeksi

d. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok

hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

11.Prognosis

Dengan pengecualian serviks inkompeten, angka

kesembuhan setelah tiga kali abortus spontan berkisar antara 70

sampai 85 persen, tanpa memperhatikan terapi apa yang

diberikan, kecuali bila diterapi dengan suatu abortifasien.

Dengan kata lain, angka kegagalan lebih tinggi, tetapi tidak jauh
23

lebih tinggi daripada yang diperkirakan pada kehamilan.

Tidak didapatkan bukti bahwa wanita yang mengalami

abortus spontan habitualis mempunyai resiko lebih tinggi

untuk memperoleh anak yang abnormal, bila akhirnya dia hamil

sampai aterm. (Sastrawinata, 20015)

B. Pengaruh Faktor Risiko Dengan Kejadian Abortus

1. Usia

Berdasarkan teori S. Prawirahardjo pada kehamilan usia muda

keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima

kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilanya

tidak dipelihara dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi

stress. Dan akan meningkatkan resiko terjadinya abortus. Kejadian

abortus berdasarkan usia 42,9 % terjadi pada kelompok usia di

atas 35 tahun, kemudian diikuti kelompok usia 30 sampai dengan

34 tahun dan antara 25 sampai dengan 29 tahun. Hal ini

disebabkan usia diatas 35 tahun secara medik merupakan usia

yang rawan untuk kehamilan. Selain itu, ibu cenderung memberi

perhatian yang kurang terhadap kehamilannya dikarenakan sudah

mengalami kehamilan lebih dari sekali dan tidak bermasalah pada

kehamilan sebelumnya. Pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan

ibu sudah menurun. Akibatnya, ibu hamil pada usia itu mempunyai

kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak premature,

persalinan lama, perdarahan, dan abortus. Abortus spontan yang


24

secara klinis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita berusia

kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada wanita berusia lebih

dari 40 tahun. (Sarwono, 2018)

2. Paritas

Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin.

Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah.

Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu

diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan

dan nifas. Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan

paritas ibu (Rimonta Febby Gunanegara, 2016).

3. Riwayat abortus sebelumnya

Menurut Prawirohardjo (2018) riwayat abortus pada

penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus

berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi

menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya

risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila

pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi

meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan

adalah 30 - 45%.

4. Jarak Kehamilan

Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari

2 tahun,rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik.

Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada


25

kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami

persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus). Insidensi

abortus meningkat pada wanita yang hamil dalam3 bulan setelah

melahirkan aterm.

C. Penelitian Terkait

Tabel 1. Penelitian Terkait

Metode Perbedaan
Nama, Tahun, Tujuan
No Penelitian Hasil
Peneliti Penelitian
Dan Sampel
1 Maternity dan Mengetahui Metode Ada Pada
Neonatal Vol 1 hubungan analitik hubungan penelitian
No 2016, umur ibu dengan antara umur sekarang
Elvira Junita hamil pendekatan ibu hamil menggunakan
dengan cross dengan pendekatan
kejadian sectional. kejadian case control
abortus Sampel yang abortus study dengan
digunakan menambahkan
(p 0.032)
132 dengan variable
simple paritas dan
sampling riwayat
jenuh abortus
sebelumnya
2 Dinamika Mengetahui Metode Tidak ada Pada
Kesehatan, vol hubungan analitik hubungan penelitian
12 No 12, paritas dengan bermakna sekarang
tahun 2016, dengan pendekatan paritas menggunakan
Dede kejadian cross dengan pendekatan
Mahdiyah, Dwi abortus sectional. kejadian case control
Rahmawati, Sampel yang abortus study dengan
Ayu Lestari digunakan menambahkan
(p 0.562)
122 dengan variable umur,
simple dan riwayat
random abortus
sampling sebelumnya..
3 Rimonta Febby Untuk Penelitian (p-Value Pada
26

Gunanegara1, mengetahui deskriptif 0,824>0,05) penelitian


Donny hubungan analitik sekarang
Tidak
Pangemanan2, riwayat dengan menggunakan
terdapat
Gabriel Yange abortus rancangan pendekatan
hubungan
Valasta3 sebelumnya penelitian case control
yang
dengan cross study. Dan
bermakna
kejadian sectional. membahas
dengan
abortus abortus secara
kejadian
umum.
abortus
inkomplit.
4 Etik Mengetahui Jenis Tidak ada Pada
Sulistiyorini, hubungan penelitian hubungan penelitian
2018 antara analitik antara sekarang
anemia dengan anemia menggunakan
dalam pendekatan dalam pendekatan
kehamilan retrospektif. kehamilan case control
dengan Tekhnik dengan study dan
kejadian pengambilan kejadian tidak meneliti
abortus sampel abortus tentang
dengan total dengan hasil anemia
sampling x hitung
=1,120 < x
tabel 9,488.
5 Surya, Vol. 7 Mengetahui Desain Wanita hamil Pada
No. 1, April besarnya penelitian yang penelitian
2018, Faizatul analitik memiliki sekarang
kontribusi observasional
Ummah faktor risiko faktor risiko I menggunakan
dengan lebih berisiko pendekatan
I terhadap pendekatan
komplikasi 2,8 kali case control
case control.
kehamilan. mengalami study dengan
Sampel komplikasi menambahkan
kasus kehamilan variable umur,
dibandingkan paritas dan
diambil
secara wanita hamil riwayat
exhaustive abortus
tidak
sampling. sebelumnya.
memiliki
faktor risiko.
P value <
0.05
BAB III
27

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen

1. Usia Maternal Kejadian Abortus


2. Paritas
3. Riwayat Abortus
sebelumnya

Gambar 1. Kerangka Konsep


Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Penghubung

B. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif (Ha):

a. Ada pengaruh usia ibu hamil terhadap kejadian abortus di

RSUD Barru.

b. Ada pengaruh paritas terhadap kejadian abortus di RSUD

Barru.

c. Ada pengaruh riwayat kejadian abortus sebelumnya terhadap

kejadian abortus di RSUD Barru.

2. Hipotesis Null (Ho) :

a. Tidak ada pengaruh usia ibu hamil terhadap kejadian abortus di

RSUD Barru.

b. Tidak ada pengaruh paritas terhadap kejadian abortus di RSUD

27
28

Barru.

c. Tidak ada pengaruh riwayat kejadian abortus sebelumnya

terhadap kejadian abortus di RSUD Barru.

C. Defenisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional, Alat Ukur-Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala Variabel.
No Variabel Defenisi Operasional Alat Kriteria Skala
Ukur Objektif
1 Usia Ibu Usia atau banyaknya Melihat 1 = Ordinal
tahun kalender yang rekam usia<20
telah dijalani oleh ibu medis tahun dan
sesuai yang tertera usia>35
pada KTP atau kartu tahun
identitas lain yang 2 = Usia
tercatat di bagian 20-35
rekam medis RSUD tahun
Barru Tahun 2020.
Dalam penelitian ini,
dihitung dengan
pembulatan ke 26
tahun 9 bulan
dibulatkan 26 tahun
2 Paritas Ibu Jumlah persalinan Melihat 1= Ordinal
yang pernah dialami rekam Paritas<1
ibu, baik yang berakhir medis dan >5
dengan kelahiran 2= Paritas
hidup ataupun mati 1-5
yang tercatat di bagian
rekam medis RSUD
Barru Tahun 2020

3 Riwayat Riwayat abortus yang Melihat 1 = Nominal


abortus pernah dialami oleh ibu rekam Pernah
sebelumya yang menjadi subjek medis 2 = Tidak
penelitian yang tercatat pernah
di bagian rekam medis
RSUD Barru Tahun
2020
29

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat observasional

analitik dengan desain case control study, yaitu salah satu bentuk

rancangan penelitian yang mengikuti proses perjalanan penyakit

ke arah belakang berdasarkan waktu (retrospektif). Penelitian

kasus kontrol bersifat observasional, berarti intervensi tidak

dilakukan oleh peneliti, tetapi dilakukan oleh alam atau orang yang

bersangkutan dan peneliti hanya mengadakan pengamatan

secara pasif terhadap proses perjalanan penyakit secara alamiah

Peneliti melakukan pengukuran pada variabel terikat

(dependent) terlebih dahulu yaitu memilih kasus ibu hamil yang

mengalami abortus dan kontrol yaitu ibu hamil tidak abortus.

Sedangkan variabel bebas (independent) yaitu ibu hamil, peneliti

kemudian melakukan observasi untuk mengetahui paparan yang

dialami ibu pada waktu lalu (retrospektif), dengan cara

menganalisis atau membandingkan antara dua kelompok tertentu

yaitu kelompok kasus dengan kelompok kontrol.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Barru

29
30

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2020

C. Populasi

Populasi pada penelitian ini semua ibu hamil yang pernah dirawat

atau berkunjung di RSUD BarruTahun 2020.

D. Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel ini mengacu pada penjelasan

Arikunto (2016) yang menyebutkan bahwa jika sampel populasinya

kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil

keseluruhan. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dari

100, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih. Jika

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau

studi populasi atau sensus.

Kelompok kasus adalah semua pasien abortus yang

didiagnosa oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi di RSUD Barru

pada tahun 2020, yaitu sebanyak 99 orang, sedangkan jumlah

kelompok kontrol diambil dengan perbandingan 1:2 dengan

jumlah kasus yaitu seluruh pasien yang tidak mengalami abortus di

RSUD Barru pada tahun 2020 yang diambil dengan cara purposive

sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, dimana dari jumlah

semulasebanyak 128 kasus abortus dan 200 pasien yang tidak


31

mengalami abortus, menjadi 99 kasus abortus dan 200pasien

yang tidak mengalami abortus, yang untuk selanjutnya diikutkan

dalam penelitian ini.

E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi Kelompok Kasus

Semua yang didiagnosa sebagai abortus oleh dokter ahli

Obstetri dan Ginekologi di RSUD BarruTahun 2020.

2. Kriteria Inklusi Kelompok Kontrol

Semua pasien yang tidak mengalami abortus di RSUD Barru

Tahun 2020.

3. Kriteria Eksklusi:

Pasien yang didiagnosa sebagai abortus dan tidak

abortus oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi di RSUD

Barru Tahun 2020, namun catatan rekam mediknya tidak

lengkap yaitu di dalamnya tidak mencakup variabel penelitian,

yaitu:

1. Usia ibu.

2. Paritas ibu.

3. Riwayat abortus sebelumnya.

F. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual dan

menggunakan komputer dengan fasilitas SPSS 16.0. Tahapan yang

dilakukan dalam pengolahan data ini adalah:


32

1. Cleaning (membersihkan data)

Sebelum diolah, data yang telah terkumpul terlebih dahulu

dilakukan pengecekan agar tidak ada data yang double dan

menyingkirkan data yang tidak sesuai kriteria inklusi.

2. Editing (menyunting data)

Pengeditan dilakukan untuk mengecek kelengkapan dan kejelasan

pencatatan data.

3. Coding (mengkode data)

Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data

yaitu memberikan kode pada data yang diperoleh. Pemberian

kode dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh.

4. Entry data (memasukkan data)

Memasukkan data ke komputer untuk dianalisis menggunakan

program SPSS 16.0 untuk Windows.

G. Analisa Data

Data dianalisis secara komputerisasi perangkat lunak

pengolahan data dengan analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel,baik variabel bebas maupun terikat dari

kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan tabel distribusi

frekuensi.
33

2. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara dua variabel, atau bisa juga digunakan

untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara variabel

bebas dengan variabel tergantung dengan menggunakan

uji chi square.


34

H. Alur penelitian

Pengumpulan Data Awal : Di RumahSakitUmum Daerah


Barru

MenentukanPopulasi : Semuaibuhamil
sampel : ibu yang mengalami abortus dan tidak abortus yang
memenuhikriteriainklusi dan eksklusi

Hipotesis

Pengumpulan Data Kuesioner

Variabel

Independen Dependen

Analisis Data

Penyajian Data

Kesimpulan dan saran


35

Gambar 2. Alur Penelitian

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Latar Belakang

Rumah Sakit Umum Daerah Barru adalah salah satu

SKPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Barru yang

merupakan unsur penunjang penyelenggaraan pemerintah

daerah dibidang Pelayanan Kesehatan. Demi peningkatan mutu

pelayanan kesehatan maka pada tahun 2004 Pemerintah

Kabupaten Barru mendirikan bangunan rumah sakit yang baru

dan memindahkan operasional Rumah Sakit Umum Daerah

Barru dari Jalan Sultan Hasanuddin ke Jl. Lasawedi sedangkan

gedung RSU yang lama di renovasi dan dibangun gedung yang

baru yaitu Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Barru.

Sejak beroperasinya di Jl. Lasawedi, RSUD Kabupaten

Barru terus mengalami perbaikan dan pengembangan,

diantaranya penambahan dokter spesialis anak, penyakit dalam,

patologi klinik, Bedah, obgyn dan pelayanan operasi.

2. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah Barru terletak pada:

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Lingkungan Mattirowalie


36

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan Lawae

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lingkungan


35
Magganjeng

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan Lembae

3. Aspek Legalitas

RSUD Kabupaten Barru adalah Rumah Sakit Kelas D

yang telah ditingkatkan statusnya berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 348/MENKES/SK/III/2010 tanggal 11

Maret 2010 menjadi Kelas Type C. Sifat bisnisnya adalah

lembaga Non Profit yang lebih menekankan pada aspek

pelayanan sosial kepada masyarakat utamanya masyarakat

yang berada dibawah garis kemiskinan dan sekaligus sebagai

rumah sakit rujukan di didalam lingkup Kabupaten Barru dan

kabupaten-kabupaten yang berbatasan langsung dengan

kabupaten Barru.

4. Visi, Misi, Motto, Falsafah, Tujuan

a. Visi :

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Barru dapat

dirumuskan sebagai berikut :

“ Menjadi Rumah Sakit yang Mandiri, Modern dan

Profesional di Tahun 2021 “


37

Makna Visi tersebut adalah :

a) Menjadi Modern : Bahwa Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Barru dalam melaksanakan pelayanan kesehatan

sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

b) Mandiri : Bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Barru

mampu melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.

c) Pelayanan Kesehatan Profesional : Bahwa seluruh aktivitas

dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan harus sesuai

standar pendidikan dan spesialisasi yang berlandaskan hukum

dan keagamaan.

b. Misi :

Untuk menunjukkan visi tersebut maka Rumah Sakit

Umum Daerah Barru menetapkan misi sebagai berikut :

a) Mewujudkan system pelayanan kesehatan yang bermutu dan

berkualitas.

b) Mewujudkan pelayanan kesehatan atas dasar paradigma sehat

berdasarkan standar pelayanan prima dan profesionalisme.

c) Meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengembangan

Sumber Daya Manusia.

d) Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana

Rumah Sakit sesuia dengan Perkembangan Teknologi

Kedokteran.
38

e) Meningkatkan kesejahteraan, Profesionalisme dan kemandirian

pegawai Rumah Sakit.

c. Motto

Motto Rumah Sakit Umum Daerah Barru sebagai berikut:

“ Kesehatan dan Kepuasan anda adalah tujuan kami (Your Health

And Satisfaction is Our Goal ”

d. Falsafah

Falsafah Rumah Sakit Umum Daerah Barru sebagai berikut:

“ Menjadi Rumah Sakit yang lebih mandiri, modern, dan

professional berlandaskan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa untuk mewujudkan masyarakat yang madani ”

e. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai RSUD Barru Tahun 2016

berdasarkan Review Renstra RSUD Barru Tahun 2016-2021,

yaitu:

a) Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan Rumah

Sakit

b) Mengoptimalkan kinerja keuangan Rumah Sakit

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai analisis faktor risiko abortus di

RSUD Barru diperoleh sebanyak 299 sampel, terdiri dari 200

sampel kelompok kontrol (tidak abortus) dan 99 sampel kelompok


39

kasus ( abortus).

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan

karakteristik masing-masing variabel tergantung dan terikat yang

diteliti. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kejadian

abortus, sedangkan variabel bebasnya yaitu usia ibu, paritas,

dan riwayat abortus. Jenis datanya berupa kategorik dengan

tabel berupa angka dan presentase untuk menjelaskan masing

masing kelompok dalam variabel. Data penelitian yang dihasilkan

berupa data sekunder dari RSUD Barru Tahun 2020. Di bawah ini

rincian hasil analisis univariat yaitu sebagai berikut :

a. Usia Ibu

Gambaran distribusi kelompok usia ibu yang mengalami

abortus dan melahirkan dengan normal dapat dilihat pada tabel

dan grafik berikut :

Tabel 3. Distribusi Subjek Menurut Usia di RSUD Barru Tahun 2020


Usia Kasus % Kontrol %
<20 dan >35 19 19,2 39 19,5
20-35 80 80,8 161 80,5
Jumlah 99 100 200 100

Usia

20-35
<20 dan >35

Gambar 3. Distribusi Subjek Menurut Usia di RSUD


Barru Tahun 2020
40

Usia ibu yang mengalami abortus dikelompokkan

menjadi dua kategori, yaitu risiko rendah (20-35 tahun) dan

risiko tinggi (dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun). Pada

pasien yang mengalami abortus ada sebanyak 19 (19,2%)

pasien yang berusia <20 dan >35 tahun dan ada 80 (80,8%)

pasien yang berusia 20-35 tahun. Pada pasien yang tidak

mengalami abortus jumlah pasien yang berusia <20 dan >35

tahun jumlahnya yaitu sebesar 39 (19,5%) pasien, dan pasien

yang berusia 20-35 tahun yaitu sebesar 161 (80,5%) pasien.

b. Paritas

Gambaran distribusi kelompok paritas pada abortus dan

persalinan normal dapat dilihat pada tabel dan grafik

berikut:

Tabel 4. Distribusi Subjek Menurut Paritas di RSUD Barru Tahun 2020


Paritas Kasus % Kontrol %
<1 dan >5 47 47,5 64 32
1-5 55 52,5 136 68
Jumlah 99 100 200 100

Sales

1 smp 5
<1 dan >5
41

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari mereka

yang mengalami abortus, ada sebanyak 52 (52,5%)

pasien yang memiliki paritas 1-5 dan ada sebanyak 47

(47,5%) pasien yang memiliki paritas <1 dan >5.

Sedangkan pada kelompok yang tidak mengalami

abortus terdapat 64 (32,0%) pasien yang memiliki

paritas <1 dan >5 dan terdapat 136 (72,3%) orang yang

memiliki paritas 1-5.

c. Riwayat Abortus Sebelumnya

Gambaran distribusi subjek berdasarkan riwayat abortus

sebelumnya pada abortus dan persalinan normal dapat

dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel 5. Distribusi Subjek Menurut Riwayat Abortus Sebelumnya di RSUD Barru


Tahun 2020
Riwayat Kasus % Kontrol %
Abortus
Pernah 28 28,3 35 17,5
Tidak pernah 71 71,7 165 82,5
Jumlah 99 100 200 100

Riwayat Abortus
Pernah
Tidak Pernah
42

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien

yang mengalami abortus, ada sebanyak 71 (71,7%) pasien

yang pernah mengalami abortus sebelumnya dan terdapat

28 (28,3%) pasien yang tidak memiliki riwayat abortus

sebelumnya. Sedangkan pada kelompok yang tidak

mengalami abortus, ada 35 (17,5%) pasien yang pernah

mengalami abortus sebelumnya dan sebanyak 165 (82,5%)

pasien yang tidak memiliki riwayat abortus sebelumnya.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui

hubungan dan besarnya nilai Odds Ratio faktor risiko

(variabel independen), dengan tingkat kemaknaan 95%.

Adanya hubungan antara faktor risiko dengan kejadian

abortus inkomplit ditunjukkan dengan nilai p<0,05; nilai

OR>1, dan CI 95% tidak mencakup nilai 1. Secara lengkap

distribusi faktor risiko pada kejadian abortus dapat dilihat

pada tabel berikut :

a. Hubungan Usia dengan Kejadian Abortus


43

Tabel 6. Distribusi Subjek Menurut Usia dengan Kejadian Abortus di RSUD Barru
Tahun 2020
Abortus
Jumlah P
Usia Kasus Kontrol OR
value
N % N % N %
<20->35 19 19,2 39 19,5 58 19,4
20-35 80 80,8 161 80,5 241 80,6 0,980 0,949
Jumlah 99 100 299 100 299 100

Hasil analisis hubungan antara usia ibu dengan

kejadian abortus diperoleh bahwa ada sebanyak 19

(19,2%) ibu yang berusia <20 dan >35 tahun yang

mengalami abortus. Sedangkan diantara ibu yang berusia

20-35 tahun ada 80 (80,4%) yang mengalami abortus.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,949 maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian abortus

antara ibu yang berusia <20 dan >35 tahun dengan ibu

yang berusia 20-35 tahun (tidak ada hubungan yang

signifikan antara usia dengan kejadian abortus). Dari

hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio sebesar

0,980, artinya usia dapat mengurangi efek terjadinya

abortus.
44

180
160
140
120
100
<20 dan >35
80 Column1
60
40
20
0
abortustidak abortus

Gambar 6. Grafik hubungan usia ibu dengan kejadian abortus di RSUD Barru
Tahun 2020

b. Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus

Tabel 7. Distribusi Subjek Menurut Paritas dengan Kejadian Abortus di RSUD Barru
Tahun 2020
Abortus
Jumlah P
Paritas Kasus Kontrol OR
value
N % N % N %
<1 dan >5 47 47,5 64 32 111 36,5
1-5 52 52,5 136 68 188 62,9 1,921 0,010
Jumlah 99 100 299 100 299 100
45

Hasil analisis hubungan antara paritas dengan

kejadian abortus diperoleh bahwa ada sebanyak 47 (47,5%)

pasien yang memiliki paritas <1 dan >5 yang mengalami

abortus. Sedangkan diantara pasien yang memiliki paritas

1-5 ada 52 (52,5%) pasien yang mengalami abortus.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,010 maka dapat

disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian abortus

antara pasien yang memiliki paritas <1 dan >5 dengan

pasien yang paritasnya 1-5 (ada hubungan yang signifikan

antara paritas dengan kejadian abortus). Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai OR=1,921, artinya ibu yang

paritasnya <1 dan >5 mempunyai peluang 2 kali untuk

mengalami abortus.

140
120
100
80
1 smp 5
60 Column1
40
20
0
abortus tidak abortus

Gambar 7. Grafik hubungan paritas ibu dengan kejadian abortus


di RSUD Barru Tahun 2020
46

c. Hubungan Riwayat Abortus Sebelumnya dengan Kejadian

Abortus

Tabel 8. Distribusi Subjek Menurut Riwayat Abortus Sebelumnya

Riwayat Abortus P
Jumlah OR
Abortus Kasus Kontrol value
NH % N a% N % s i
Pernah 28 28,3 35 17,5 63 21,1
Tidak Pernah 71 71,7 165 82,5 236 78,9 1,659 0,033
Jumlah 99 100 299 100 299 100

hubungan antara riwayat abortus sebelumnya dengan kejadian abortus

diperoleh bahwa ada sebanyak 28 (28,3%) pasien yang memiliki

riwayat abortus sebelumnya mengalami abortus. Sedangkan

diantara pasien yang tidak memiliki riwayat abortus sebelumnya ada 71

(71,7%) pasien yang mengalami abortus. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p = 0,033 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

abortus antara pasien yang memiliki riwayat abortus sebelumnya

dengan pasien yang tidak memiliki riwayat abortus sebelumnya (ada

hubungan yang signifikan antara riwayat abortus sebelumnya dengan

kejadian abortus). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =


47

1,659, artinya ibu yang memiliki riwayat abortus

sebelumnya mempunyai peluang 2 kali untuk mengalami

abortus.

180
160
140
120
100
pernah
80 Column1
60
40
20
0
abortus tidak abortus

Gambar 8. Grafik hubungan riwayat abortus ibu dengan kejadian abortus di RSUD
Barru Tahun 2020

C. Pembahasan

a. Hubungan Usia dengan Kejadian Abortus

Hasil analisis hubungan antara usia ibu dengan

kejadian abortus diperoleh bahwa ada sebanyak 19

(19,2%) ibu yang berusia <20 dan >35 tahun yang

mengalami abortus. Sedangkan diantara ibu yang

berusia 20-35 tahun ada 80 (80,4%) yang mengalami

abortus. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,949

maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi

kejadian abortus antara ibu yang berusia <20 dan >35

tahun dengan ibu yang berusia

20-35 tahun (tidak ada hubungan yang signifikan


48

antara usia dengan kejadian abortus). Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio sebesar

0,980, artinya usia dapat mengurangi efek terjadinya

abortus.

Tidak adanya hubungan usia ibu dengan kejadian

abortus didukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Ruhmiatie (2016) di RS Roemani

Muhammadiyah Semarang yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan (nilai p = 0,249) antara usia ibu

hamil dengan kejadian abortus. Goetzinger (2017)

dalam penelitiannya menyampaikan bahwa wanita

dengan usia yang lebih tua memiliki perhatian yang

lebih tinggi terhadap perilaku hidup sehat seperti rutin

mengonsumsi vitamin prenatal, diet yang baik dan

olahraga serta menjauhi gaya hidup tidak sehat bila

dibandingkan wanita yang lebih muda. Penelitian

Lukitasari (2017) di RSU H.M Ryacudu menyebutkan

hasil yang berbeda bahwa terdapat hubungan

bermakna (nilai p = 0,0001) antara

usia dengan kejadian abortus. Subyek yang berusia

lebih dari atau sama dengan 35 tahun mempunyai

peluang sekitar 3,5 kali untuk mengalami kejadian

abortus dibandingkan subyek yang berusia kurang dari


49

35 tahun. Demikian pula yang dengan penelitian

Raden (2017) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang

mendapatkan hasil bahwa usia merupakan faktor risiko

dari kejadian abortus setelah dilakukan uji statistik chi

square (nilai p = 0,001).

Menurut peneliti adanya perbedaan hasil penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan

karena perbedaan jumlah sampel yang diambil dan

lokasi dilaksanakannya penelitian dengan

penelitian sebelumnya. Diketahui bahwa semakin

besar sampel yang dianalisis akan semakin besar

menghasilkan kemungkinan berbeda bermakna. Selain

itu, karena kejadian abortus dipengaruhi oleh banyak

faktor kemungkinan ada pengaruh faktor lain yang tidak

ikut diteliti.

b. Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus

Hasil analisis hubungan antara paritas dengan

kejadian abortus diperoleh bahwa ada sebanyak 47

(47,5%) pasien yang memiliki paritas <1 dan >5 yang

mengalami abortus. Sedangkan diantara pasien yang

memiliki paritas 1-5 ada 52 (52,5%) pasien yang

mengalami abortus. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0,010 maka dapat disimpulkan ada perbedaan


50

proporsi kejadian abortus antara pasien yang memiliki

paritas <1 dan >5 dengan pasien yang paritasnya 1-5

(ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan

kejadian abortus). Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR=1,921, artinya ibu yang paritasnya <1

dan >5 mempunyai peluang 2 kali untuk mengalami

abortus.

Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Cunningham et al (2019) bahwa risiko abortus

semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.

Pada kehamilan rahim ibu akan teregang oleh adanya

janin dan bila terlalu sering melahirkan rahim akan

semakin lemah sehingga rentan dan berisiko untuk

terjadinya keguguran. Bila ibu telah melahirkan 4 orang

anak atau lebih, maka harus waspada adanya

gangguan kehamilan, persalinan dan nifas. Demikian

pula yang dinyatakan oleh Mochtar bahwa

persalinan yang pertama kali (primipara)

biasanya mempunyai risiko relatif tinggi terhadap ibu

dan anak, kemudian risiko ini menurun pada paritas

kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada

paritas keempat dan seterusnya. Hal ini disebabkan

karena pada ibu dengan primipara belum pernah


51

memiliki pengalaman melahirkan. Sedangkan pada

grandemultipara, elastisitas uterus telah menurun.

Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian

sebelumnya yaitu menurut Wadud di RS

Muhammadiyah Palembang (2016) yang

mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna

(p=0,002) antara paritas dengan kejadian abortus

imminens. Demikian pula dengan penelitian Mariani di

RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang

menunjukkan nilai p = 0,007. Hal ini berarti terdapat

hubungan antara paritas dengan kejadian abortus. Pada

penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Lukitasari

(2016) di RS H.M Ryacudu Kotabumi Lampung

Utara menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan (nilai p = 0,0001) antara frekuensi persalinan

dengan kejadian abortus. Namun hasil penelitian ini

tidak sesuai dengan penelitian Mahdiyah di Ruang

Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin yang mendapatkan bahwa tidak terdapat

hubungan bermakna (p = 0,562) antara paritas dengan

kejadian abortus. Peneliti menyebutkan bahwa hal ini

dikarenakan paritas bukan faktor utama penyebab


52

abortus. Demikian pula dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuni (2012) di wilayah puskesmas

Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

yang mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan

(nilai p = 0,14) antara paritas dengan kejadian abortus.

c. Hubungan Riwayat Abortus Sebelumnya dengan Kejadian

Abortus

Hasil analisis hubungan antara riwayat

abortus sebelumnya dengan kejadian abortus diperoleh

bahwa ada sebanyak 28 (28,3%) pasien yang memiliki

riwayat abortus sebelumnya mengalami abortus.

Sedangkan diantara pasien yang tidak memiliki riwayat

abortus sebelumnya ada 71 (71,7%) pasien yang

mengalami abortus. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =

0,033 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi

kejadian abortus antara pasien yang memiliki riwayat

abortus sebelumnya dengan pasien yang tidak memiliki

riwayat abortus sebelumnya (ada hubungan yang

signifikan antara riwayat abortus sebelumnya dengan

kejadian abortus). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR = 1,659, artinya ibu yang memiliki riwayat abortus

sebelumnya mempunyai peluang 2 kali mengalami abortus.

Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh


53

Prawirohardjo bahwa kejadian abortus meningkat pada

wanita yang memiliki riwayat abortus sebelumnya. Setelah

satu kali mengalami abortus spontan, memiliki risiko 15%

untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah

dua kali, risikonya meningkat sebesar 25%. Beberapa

studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah tiga kali

abortus berurutan adalah 30-45%. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Baba et al (2016) di Osaka,

Jepang yang mendapatkan bahwa terdapat

peningkatan risiko abortus pada wanita yang memiliki

riwayat abortus sebelumnya yang dibuktikan dengan

hasil OR sebesar 1,98 pada wanita dengan riwayat

abortus sebanyak 1 kali, OR 2,36 pada wanita yang

memiliki2 kali riwayat abortus dan OR 8,73 pada yang

pernah mengalami 3 atau lebih abortus sebelumnya.

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Lukitasari

(2016) di RS H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara yang

mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

(nilai p = 0,0001) antara riwayat abortus yang dimiliki ibu

dengan kejadian abortus. Penelitian lain menurut

Wahyuni (2016) di wilayah puskesmas Sungai Kakap

Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat bahwa ada

hubungan (nilai p = 0,04) antara riwayat abortus dengan


54

kejadian abortus. Selain itu pasien yang pernah

mengalami abortus akan cencerung mengalami abortus

sebesar 2,8 kali dibandingkan pasien yang tidak pernah

mengalami abortus. Namun berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Gustina (2016) di Rumah Sakit

Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung yang

menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan (nilai p= 0,437) antara kejadian abortus

dengan riwayat abortus sebelumnya. Demikian pula

dengan penelitian Kusniati (2016) yang dilakukan di

Banyumas menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna (nilai p = 0,302) antara riwayat abortus

sebelumnya dengan kejadian abortus. Helgstrand dan

Andersen (2005) juga menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara riwayat abortus sebelumnya dengan

kejadian abortus.
55

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara usia ibu, paritas, dan riwayat abortus sebelumnya

dengan kejadian abortus. Berdasarkan hasil analisis dan

pengujian statistik maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Usia dengan kejadian abortus tidak menunjukkan

hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,949 dengan

signifikansi 0,05. Kelompok Ibu hamil dengan usia

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun tidak

mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian

abortus.

2. Paritas dengan kejadian abortus menunjukkan

hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,010

dengan signifikansi 0,05. Kelompok ibu hamil dengan

paritas primipara dan multigrande lebih memiliki

kecenderungan untuk mengalami kejadian abortus

dibandingkan dengan multipara.

3. Riwayat abortus dengan kejadian abortus

55
56

menunjukkan hubungan yang bermakna dengan nilai p

= 0,033 dengan signifikansi 0,05. Kelompok ibu hamil

yang mempunyai riwayat abortus sebelumnya

mempunyai kecenderungan untuk mengalami abortus.

B. Saran

Dengan melihat hasil dan kesimpulan terhadap faktor

risiko ibu hamil yang berkaitan dengan kejadian abortus,

penulis menyarankan :

1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti

kelainan menetap pada ibu yang mempengaruhi

kejadian abortus sehingga dapat menurunkan angka

kejadian abortus dan meneliti beberapa variabel lain yang

belum terdapat pada penelitian ini untuk mendapatkan

informasi lebih dalam mengenai faktor-faktor risiko

kejadian abortus.

2. Untuk masyarakat diharapkan dapat berperan

serta dalam upaya penurunan kejadian abortus

dengan ikut serta dalam program keluarga berencana,

sehingga waktu untuk hamil dan jumlah anak

dapat direncanakan dengan baik.


57

DAFTAR PUSTAKA

1. Trends in Maternal Mortality. Switzerland: World Health Organization;


2016.

2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2018.

3. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017. Sulsel: Dinas


Kesehatan; 2017.

4. Riset Dasar Kesehatan 2010. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan kementrian Kesehatan RI Tahun
2017.

5. Setia Pranata, FX Sri Sadewo.Kejadian Keguguran, Kehamilan Tidak


Direncanakan dan Pengguguran di Indonesia.Bulletin of Health
System Research. 2016.

6. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia


2015. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS); 2010.

7. Elise R, Patrick T. Paternal age and maternal age are risk factors
for miscarriage; results of a multicentre European study.
Human Reproduction. 2016;

8. Dorland WA. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 30. Mahode


AA, translator. Jakarta: EGC; 2020.

9. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. 13 th ed.


USA: McGraw-Hill Education; 2017

10. Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of The Incidence of


Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2008. World Health
Organization; 2016

11. Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9.
Jakarta: EGC; 2009.
58

12. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu


Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Handini S, Sari
LA, editor. Jakarta: EGC; 2014.

13. Maternity dan Neonatal Vol 1 No 2 2016, hubungan umur ibu hamil
dengan kejadian abortus, Elvira Junita.

14. Dinamika Kesehatan, vol 12 No 12, tahun 2016, Dede Mahdiyah, Dwi
Rahmawati, hubungan paritas dengan kejadian abortus. Ayu Lestari

15. Rimonta Febby Gunanegara1, Donny Pangemanan2, Gabriel Yange


Valasta3. hubungan riwayat abortus sebelumnya dengan kejadian
abortus.

16. Etik Sulistiyorini, 2018. hubungan antara anemia dalam kehamilan


dengan kejadian abortus.

17. Surya, Vol. 7 No. 1, April 2018, Faizatul Ummah, Mengetahui


besarnyakontribusi faktor risiko I terhadap komplikasi kehamilan.

18. Putri Nurvita Rochmawati, Endang Zulaicha, S.Kp , Sulastri, S.


Kp.,M.Kes. 2018. Faktor yang mempengaruhi abortus.

19. Lili Fajriah, 2018. faktor-faktor risiko yangmenyebabkan kejadian


abortus pada ibu hamil
59

LEMBAR OBSERVASI

No Nama Umur (Tahun) Paritas Riwayat Abortus Ket


1 Ny. I 24 0 0 Tidak Abortus
2 Ny. N 24 0 0 Tidak Abortus
3 Ny. M 37 1 0 Tidak Abortus
4 Ny.S 25 0 0 Abortus
5 Ny. N 38 3 3 Abortus
6 Ny. H 33 1 0 Tidak Abortus
7 Ny. S 31 0 0 Tidak Abortus
8 Ny. K 19 1 1 Tidak Abortus
9 Ny. E 19 0 0 Abortus
10 Ny. N 28 0 0 Tidak Abortus
11 Ny. N 28 0 0 Tidak Abortus
12 Ny. H 20 0 0 Abortus
13 Ny. R 30 1 0 Tidak Abortus
14 Ny. Y 29 3 1 Tidak Abortus
15 Ny. W 19 0 0 Abortus
16 Ny. S 24 1 0 Abortus
17 Ny. S 30 2 0 Tidak Abortus
18 Ny. K 16 0 0 Tidak Abortus
19 Ny. R 34 1 0 Tidak Abortus
20 Ny. H 26 1 1 Tidak Abortus
21 Ny. D 34 0 1 Tidak Abortus
22 Ny. F 35 0 0 Tidak Abortus
23 Ny. H 29 1 0 Abortus
24 Ny. S 25 3 2 Abortus
25 Ny. D 24 1 0 Tidak Abortus
26 Ny. S 21 0 0 Tidak Abortus
27 Ny. R 35 5 1 Tidak Abortus
28 Ny. I 34 6 0 Abortus
29 Ny. M 21 0 0 Tidak Abortus
30 Ny. N 28 2 1 Tidak Abortus
31 Ny. N 19 0 0 Tidak Abortus
32 Ny. H 34 2 1 Abortus
33 Ny. W 43 4 0 Tidak Abortus
34 Ny. S 20 1 0 Tidak Abortus
35 Ny. L 20 1 0 Tidak Abortus
36 Ny. D 37 1 0 Tidak Abortus
60

37 Ny. M 45 2 0 Abortus
38 Ny. A 25 3 2 Abortus
39 Ny. N 26 0 0 Tidak Abortus
40 Ny. N 40 2 0 Tidak Abortus
41 Ny. R 33 3 0 Tidak Abortus
42 Ny. N 18 1 0 Tidak Abortus
43 Ny. M 36 2 1 Tidak Abortus
44 Ny. A 35 4 0 Tidak Abortus
45 Ny. D 30 2 1 Abortus
46 Ny. H 28 0 0 Abortus
47 Ny. Z 37 2 1 Tidak Abortus
48 Ny. M 26 0 0 Tidak Abortus
49 Ny. R 26 1 0 Tidak Abortus
50 Ny. M 22 0 0 Tidak Abortus
51 Ny. W 31 3 0 Tidak Abortus
52 Ny. K 35 3 0 Abortus
53 Ny. I 25 0 0 Abortus
54 Ny. N 25 0 0 Tidak Abortus
55 Ny. S 28 0 0 Tidak Abortus
56 Ny. S 29 0 0 Tidak Abortus
57 Ny. A 29 0 0 Tidak Abortus
58 Ny. N 23 0 0 Tidak Abortus
59 Ny. N 22 0 0 Tidak Abortus
60 Ny. P 34 2 1 Tidak Abortus
61 Ny. F 20 0 0 Tidak Abortus
62 Ny. F 29 0 0 Abortus
63 Ny. A 28 0 0 Abortus
64 Ny. N 35 1 0 Tidak Abortus
65 Ny. J 31 3 0 Tidak Abortus
66 Ny. S 23 0 0 Tidak Abortus
67 Ny. E 20 0 0 Abortus
68 Ny. L 35 1 0 Tidak Abortus
69 Ny. E 25 1 0 Tidak Abortus
70 Ny. U 32 1 1 Tidak Abortus
71 Ny. R 20 2 1 Abortus
72 Ny. R 21 0 0 Tidak Abortus
73 Ny. N 18 0 0 Tidak Abortus
74 Ny. N 28 2 0 Abortus
75 Ny. N 20 0 0 Tidak Abortus
76 Ny. R 32 2 2 Tidak Abortus
77 Ny. R 25 0 0 Tidak Abortus
78 Ny. H 37 2 0 Tidak Abortus
61

79 Ny. F 27 0 0 Abortus
80 Ny. R 20 0 0 Abortus
81 Ny. N 27 0 0 Tidak Abortus
82 Ny. P 26 0 0 Tidak Abortus
83 Ny. M 47 6 1 Tidak Abortus
84 Ny. S 24 0 0 Tidak Abortus
85 Ny. S 31 2 0 Tidak Abortus
86 Ny. A 31 4 0 Tidak Abortus
87 Ny. M 37 2 0 Abortus
88 Ny. W 27 1 0 Tidak Abortus
89 Ny. D 35 3 0 Tidak Abortus
90 Ny. N 31 2 0 Tidak Abortus
91 Ny. D 36 2 0 Abortus
92 Ny. N 25 0 0 Tidak Abortus
93 Ny. R 21 0 0 Tidak Abortus
94 Ny. W 30 0 0 Tidak Abortus
95 Ny. H 24 0 0 Abortus
96 Ny. T 35 5 2 Tidak Abortus
97 Ny. R 39 0 1 Tidak Abortus
98 Ny. K 26 1 0 Tidak Abortus
99 Ny. S 38 3 1 Tidak Abortus
100 Ny. S 40 3 0 Tidak Abortus
101 Ny. K 26 1 0 Tidak Abortus
102 Ny. S 26 3 0 Abortus
103 Ny. H 49 1 1 Abortus
104 Ny. S 40 3 0 Tidak Abortus
105 Ny. P 26 0 0 Tidak Abortus
106 Ny. R 29 1 0 Tidak Abortus
107 Ny. D 30 0 0 Abortus
108 Ny. R 30 0 0 Abortus
109 Ny. I 25 1 0 Tidak Abortus
110 Ny. S 28 0 0 Tidak Abortus
111 Ny. R 40 2 1 Tidak Abortus
112 Ny. H 32 3 0 Tidak Abortus
113 Ny. R 29 1 1 Abortus
114 Ny. S 31 0 0 Tidak Abortus
115 Ny. R 20 0 0 Tidak Abortus
116 Ny. A 20 0 1 Tidak Abortus
117 Ny. N 39 0 0 Abortus
118 Ny. N 27 1 0 Abortus
119 Ny. N 28 1 0 Tidak Abortus
120 Ny. H 20 0 1 Tidak Abortus
62

121 Ny. K 28 2 0 Tidak Abortus


122 Ny. N 34 6 1 Abortus
123 Ny. W 30 0 0 Abortus
124 Ny. H 35 1 0 Tidak Abortus
125 Ny. M 31 2 1 Tidak Abortus
126 Ny. R 26 2 0 Tidak Abortus
127 Ny. H 36 2 1 Tidak Abortus
128 Ny. K 19 0 0 Tidak Abortus
129 Ny. S 37 2 0 Abortus
130 Ny. A 36 2 0 Tidak Abortus
131 Ny. N 24 1 1 Tidak Abortus
132 Ny. D 20 0 0 Tidak Abortus
133 Ny. S 57 6 0 Tidak Abortus
134 Ny. N 20 1 1 Tidak Abortus
135 Ny. A 28 1 0 Tidak Abortus
136 Ny. H 34 0 0 Abortus
137 Ny. S 31 2 2 Abortus
138 Ny. J 24 1 3 Tidak Abortus
139 Ny. R 24 1 0 Tidak Abortus
140 Ny. R 40 2 0 Tidak Abortus
141 Ny. M 33 2 0 Abortus
142 Ny. R 34 3 1 Tidak Abortus
143 Ny. M 31 1 0 Tidak Abortus
144 Ny. R 20 0 0 Tidak Abortus
145 Ny. N 36 3 1 Abortus
146 Ny. H 30 1 1 Tidak Abortus
147 Ny. Y 29 3 1 Tidak Abortus
148 Ny. A 40 5 2 Tidak Abortus
149 Ny. H 25 2 0 Tidak Abortus
150 Ny. A 37 2 1 Abortus
151 Ny. O 27 1 0 Tidak Abortus
152 Ny. M 24 1 0 Tidak Abortus
153 Ny. R 33 2 0 Tidak Abortus
154 Ny. N 19 1 0 Tidak Abortus
155 Ny. H 28 3 0 Abortus
156 Ny. S 40 6 0 Abortus
157 Ny. M 28 1 0 Tidak Abortus
158 Ny. M 34 3 0 Tidak Abortus
159 Ny. V 19 0 0 Tidak Abortus
160 Ny. H 30 0 0 Abortus
161 Ny. N 26 3 0 Abortus
162 Ny. R 36 2 1 Tidak Abortus
63

163 Ny. D 43 3 3 Tidak Abortus


164 Ny. D 25 1 0 Tidak Abortus
165 Ny. E 21 0 0 Abortus
166 Ny. H 33 1 0 Abortus
167 Ny. R 35 5 1 Tidak Abortus
168 Ny. S 28 1 1 Tidak Abortus
169 Ny. E 23 0 1 Tidak Abortus
170 Ny. N 41 3 0 Tidak Abortus
171 Ny. A 23 0 0 Tidak Abortus
172 Ny. E 25 0 0 Abortus
173 Ny. T 24 1 0 Abortus
174 Ny. M 30 0 0 Abortus
175 Ny. D 40 0 0 Tidak Abortus
176 Ny. R 27 2 0 Tidak Abortus
177 Ny. S 30 2 0 Tidak Abortus
178 Ny. F 33 0 0 Tidak Abortus
179 Ny. M 28 1 0 Tidak Abortus
180 Ny. N 35 3 0 Abortus
181 Ny. D 22 1 1 Abortus
182 Ny. R 45 0 0 Tidak Abortus
183 Ny. N 23 0 1 Tidak Abortus
184 Ny. R 20 2 0 Tidak Abortus
185 Ny. F 36 0 0 Tidak Abortus
186 Ny. I 26 0 0 Abortus
187 Ny. N 37 2 0 Abortus
188 Ny. N 25 0 0 Abortus
189 Ny. N 27 1 0 Tidak Abortus
190 Ny. S 28 1 0 Tidak Abortus
191 Ny. S 35 4 0 Tidak Abortus
192 Ny. R 28 2 0 Tidak Abortus
193 Ny. A 20 0 0 Abortus
194 Ny. K 24 1 0 Tidak Abortus
195 Ny. S 25 2 0 Tidak Abortus
196 Ny. U 24 0 0 Tidak Abortus
197 Ny. M 30 2 0 Tidak Abortus
198 Ny.N 18 0 0 Abortus
199 Ny. R 25 1 0 Abortus
200 Ny. R 29 0 0 Abortus
201 Ny. M 30 0 0 Abortus
202 Ny. I 23 0 0 Tidak Abortus
203 Ny. A 24 1 0 Tidak Abortus
204 Ny. A 27 0 0 Tidak Abortus
64

205 Ny. A 30 1 0 Abortus


206 Ny. R 27 0 0 Abortus
207 Ny. K 27 2 0 Tidak Abortus
208 Ny. S 24 1 0 Tidak Abortus
209 Ny. N 31 4 0 Tidak Abortus
210 Ny. R 18 0 0 Tidak Abortus
211 Ny. S 31 2 0 Abortus
212 Ny. U 20 0 0 Tidak Abortus
213 Ny. S 39 2 0 Tidak Abortus
214 Ny. S 31 2 0 Tidak Abortus
215 Ny. S 29 1 0 Abortus
216 Ny. H 36 6 1 Abortus
217 Ny. D 24 1 0 Tidak Abortus
218 Ny. E 20 1 0 Tidak Abortus
219 Ny. M 28 3 0 Abortus
220 Ny. R 24 4 0 Abortus
221 Ny. N 20 0 0 Tidak Abortus
222 Ny. S 27 1 0 Tidak Abortus
223 Ny. S 34 2 0 Tidak Abortus
224 Ny. M 24 0 0 Tidak Abortus
225 Ny. I 19 0 0 Abortus
226 Ny. I 28 0 0 Abortus
227 Ny. R 28 2 0 Tidak Abortus
228 Ny. A 22 0 0 Tidak Abortus
229 Ny. R 34 1 2 Abortus
230 Ny. S 30 0 1 Abortus
231 Ny. R 33 5 0 Tidak Abortus
232 Ny. N 43 5 0 Tidak Abortus
233 Ny. J 37 1 2 Tidak Abortus
234 Ny. I 32 3 2 Tidak Abortus
235 Ny. M 28 3 0 Abortus
236 Ny. S 32 6 1 Abortus
237 Ny. R 33 1 0 Tidak Abortus
238 Ny. M 21 0 0 Tidak Abortus
239 Ny. N 17 1 0 Tidak Abortus
240 Ny. S 31 2 0 Abortus
241 Ny. N 40 6 0 Abortus
242 Ny. E 26 2 0 Tidak Abortus
243 Ny. A 18 1 0 Tidak Abortus
244 Ny. H 22 0 0 Tidak Abortus
245 Ny. N 24 1 0 Tidak Abortus
246 Ny. M 30 3 1 Abortus
65

247 Ny. J 35 1 3 Abortus


248 Ny. S 29 1 0 Tidak Abortus
249 Ny. N 39 1 0 Tidak Abortus
250 Ny. W 44 0 0 Abortus
251 Ny. T 28 2 1 Abortus
252 Ny. S 33 1 0 Tidak Abortus
253 Ny. R 21 1 0 Tidak Abortus
254 Ny. N 26 0 0 Abortus
255 Ny. S 27 0 0 Abortus
256 Ny. D 23 1 0 Tidak Abortus
257 Ny. H 31 1 0 Tidak Abortus
258 Ny. M 29 1 0 Tidak Abortus
259 Ny. R 22 2 0 Abortus
260 Ny. S 29 3 0 Abortus
261 Ny. E 24 2 1 Abortus
262 Ny. E 26 1 0 Tidak Abortus
263 Ny. R 30 1 0 Tidak Abortus
264 Ny. H 35 3 0 Tidak Abortus
265 Ny. H 31 2 0 Abortus
266 Ny. A 34 3 1 Abortus
267 Ny. A 30 6 0 Abortus
268 Ny. Y 27 1 0 Tidak Abortus
269 Ny. J 34 3 0 Tidak Abortus
270 Ny. Y 27 1 0 Tidak Abortus
271 Ny. H 32 2 1 Abortus
272 Ny. H 27 1 1 Abortus
273 Ny. A 32 0 0 Abortus
274 Ny. A 40 4 1 Abortus
275 Ny. T 29 1 0 Tidak Abortus
276 Ny. R 23 1 0 Tidak Abortus
277 Ny. I 30 1 0 Tidak Abortus
278 Ny. N 25 0 1 Abortus
279 Ny. A 29 0 0 Abortus
280 Ny. F 28 1 0 Tidak Abortus
281 Ny. S 21 1 0 Tidak Abortus
282 Ny. B 32 3 1 Abortus
283 Ny. R 20 2 0 Abortus
284 Ny. S 27 2 0 Tidak Abortus
285 Ny. J 33 1 0 Tidak Abortus
286 Ny. A 33 2 0 Abortus
287 Ny. R 26 0 0 Abortus
288 Ny. J 31 1 0 Tidak Abortus
66

289 Ny. A 36 2 0 Tidak Abortus


290 Ny. H 30 0 1 Abortus
291 Ny. A 20 0 0 Abortus
292 Ny. N 26 0 0 Tidak Abortus
293 Ny. H 21 1 0 Tidak Abortus
294 Ny. S 31 1 0 Tidak Abortus
295 Ny. M 34 3 0 Tidak Abortus
296 Ny. T 24 0 0 Tidak Abortus
297 Ny. H 38 1 0 Tidak Abortus
298 Ny. H 36 2 0 Tidak Abortus
299 Ny. R 34 1 0 Tidak Abortus
67

LAY OUT SPSS

kriteria umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
risiko rendah ( usia 20 - 35 ) 241 80.6 80.6 80.6
Valid risiko tinggi ( usia < 20 dan > 35 ) 58 19.4 19.4 100.0
Total 299 100.0 100.0

Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 102 34.1 34.1 34.1
1 86 28.8 28.8 62.9
2 56 18.7 18.7 81.6
3 33 11.0 11.0 92.6
Valid
4 7 2.3 2.3 95.0
5 6 2.0 2.0 97.0
6 9 3.0 3.0 100.0
Total 299 100.0 100.0

kriteria paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Risiko rendah (paritas 1- 5) 188 62.9 62.9 62.9
Valid risiko tinggi ( paritas < 1 dan >5 ) 111 37.1 37.1 100.0
Total 299 100.0 100.0

riwayat abortus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 236 78.9 78.9 78.9
1 50 16.7 16.7 95.7
Valid 2 9 3.0 3.0 98.7
3 4 1.3 1.3 100.0
Total 299 100.0 100.0

kriteria riwayat Abortus


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
risiko rendah 236 78.9 78.9 78.9
Valid risiko tinggi 63 21.1 21.1 100.0
Total 299 100.0 100.0

kejadian abortus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
tidak abortus 200 66.9 66.9 66.9
Valid abortus 99 33.1 33.1 100.0
Total 299 100.0 100.0
68

Crosstabs
kriteria umur * kejadian abortus

kejadian abortus Total


tidak abortus abortus
Count 161 80 241
% within kriteria umur 66.8% 33.2% 100.0%
risiko rendah ( usia 20 - 35 )
% within kejadian abortus 80.5% 80.8% 80.6%
% of Total 53.8% 26.8% 80.6%
kriteria umur
Count 39 19 58
risiko tinggi ( usia < 20 dan > % within kriteria umur 67.2% 32.8% 100.0%
35 ) % within kejadian abortus 19.5% 19.2% 19.4%
% of Total 13.0% 6.4% 19.4%
Count 200 99 299
% within kriteria umur 66.9% 33.1% 100.0%
Total
% within kejadian abortus 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.9% 33.1% 100.0%

Tests of Homogeneity of the Odds Ratio


Chi-Squared Df Asymp. Sig. (2-sided)
Breslow-Day .000 0 .
Tarone's .000 0 .

Tests of Conditional Independence


Chi-Squared Df Asymp. Sig. (2-sided)
Cochran's .004 1 .949
Mantel-Haenszel .008 1 .927
Under the conditional independence assumption, Cochran's statistic is asymptotically
distributed as a 1 df chi-squared distribution, only if the number of strata is fixed, while the
Mantel-Haenszel statistic is always asymptotically distributed as a 1 df chi-squared
distribution. Note that the continuity correction is removed from the Mantel-Haenszel
statistic when the sum of the differences between the observed and the expected is 0.

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate .980
ln(Estimate) -.020
Std. Error of ln(Estimate) .311
Asymp. Sig. (2-sided) .949
Lower Bound .533
Common Odds Ratio
Upper Bound 1.805
Asymp. 95% Confidence Interval
Lower Bound -.630
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound .591
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000
assumption. So is the natural log of the estimate.
69

kriteria paritas * kejadian abortus

Crosstab
kejadian abortus Total
tidak abortus abortus
Count 136 52 188
% within kriteria paritas 72.3% 27.7% 100.0%
Risiko rendah (paritas 1- 5)
% within kejadian abortus 68.0% 52.5% 62.9%
kriteria % of Total 45.5% 17.4% 62.9%
paritas Count 64 47 111
% within kriteria paritas 57.7% 42.3% 100.0%
risiko tinggi ( paritas < 1 dan >5 )
% within kejadian abortus 32.0% 47.5% 37.1%
% of Total 21.4% 15.7% 37.1%
Count 200 99 299
% within kriteria paritas 66.9% 33.1% 100.0%
Total
% within kejadian abortus 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.9% 33.1% 100.0%

Crosstab

Tests of Homogeneity of the Odds Ratio


Chi-Squared Df Asymp. Sig. (2-sided)
Breslow-Day .000 0 .
Tarone's .000 0 .

Tests of Conditional Independence


Chi-Squared Df Asymp. Sig. (2-sided)
Cochran's 6.794 1 .009
Mantel-Haenszel 6.126 1 .013
Under the conditional independence assumption, Cochran's statistic is asymptotically
distributed as a 1 df chi-squared distribution, only if the number of strata is fixed, while the
Mantel-Haenszel statistic is always asymptotically distributed as a 1 df chi-squared
distribution. Note that the continuity correction is removed from the Mantel-Haenszel
statistic when the sum of the differences between the observed and the expected is 0.

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate 1.921
ln(Estimate) .653
Std. Error of ln(Estimate) .252
Asymp. Sig. (2-sided) .010
Lower Bound 1.172
Common Odds Ratio
Upper Bound 3.147
Asymp. 95% Confidence Interval
Lower Bound .159
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 1.147
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000
assumption. So is the natural log of the estimate.
70

kriteria riwayat Abortus * kejadian abortus

Crosstab
kejadian abortus Total
tidak abortus abortus
Count 165 71 236
% within kriteria riwayat Abortus 69.9% 30.1% 100.0%
risiko rendah
% within kejadian abortus 82.5% 71.7% 78.9%
kriteria riwayat % of Total 55.2% 23.7% 78.9%
Abortus Count 35 28 63
% within kriteria riwayat Abortus 55.6% 44.4% 100.0%
risiko tinggi
% within kejadian abortus 17.5% 28.3% 21.1%
% of Total 11.7% 9.4% 21.1%
Count 200 99 299
% within kriteria riwayat Abortus 66.9% 33.1% 100.0%
Total
% within kejadian abortus 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.9% 33.1% 100.0%

Tests of Homogeneity of the Odds Ratio


Chi-Squared Df Asymp. Sig. (2-sided)
Breslow-Day .000 0 .
Tarone's .000 0 .

Tests of Conditional Independence


Chi-Squared Df Asymp. Sig. (2-sided)
Cochran's 4.630 1 .031
Mantel-Haenszel 3.991 1 .046
Under the conditional independence assumption, Cochran's statistic is asymptotically
distributed as a 1 df chi-squared distribution, only if the number of strata is fixed, while the
Mantel-Haenszel statistic is always asymptotically distributed as a 1 df chi-squared
distribution. Note that the continuity correction is removed from the Mantel-Haenszel
statistic when the sum of the differences between the observed and the expected is 0.

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate 1.859
ln(Estimate) .620
Std. Error of ln(Estimate) .291
Asymp. Sig. (2-sided) .033
Lower Bound 1.052
Common Odds Ratio
Upper Bound 3.286
Asymp. 95% Confidence Interval
Lower Bound .051
ln(Common Odds Ratio)
Upper Bound 1.190
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1.000
assumption. So is the natural log of the estimate.
71

Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in Analysis 299 100.0
Selected Cases Missing Cases 0 .0
Total 299 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 299 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
tidak abortus 0
Abortus 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Observed Predicted
kejadian abortus Percentage Correct
tidak abortus abortus
tidak abortus 200 0 100.0
kejadian abortus
Step 0 Abortus 99 0 .0
Overall Percentage 66.9
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.703 .123 32.745 1 .000 .495

Variables not in the Equation


Score df Sig.
ko_paritas 6.794 1 .009
Variables
Step 0 ko_riwayat_abortus 4.630 1 .031
Overall Statistics 13.831 2 .001

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square Df Sig.
Step 13.851 2 .001
Step 1 Block 13.851 2 .001
Model 13.851 2 .001
72

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 365.854a .045 .063
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001.

Classification Tablea
Observed Predicted
kejadian abortus Percentage Correct
tidak abortus abortus
tidak abortus 193 7 96.5
kejadian abortus
Step 1 Abortus 93 6 6.1
Overall Percentage 66.6
a. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
ko_paritas .799 .263 9.246 1 .002 2.224 1.329 3.723
Step 1a ko_riwayat_abortus .815 .304 7.196 1 .007 2.260 1.246 4.101
Constant -2.820 .606 21.679 1 .000 .060
a. Variable(s) entered on step 1: ko_paritas, ko_riwayat_abortus.
73

YAYASAN GRAHA EDUKASI MAKASSAR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GRAHA EDUKASI MAKASSAR
SK Mendiknas RI. No. 246/D/O/2006
Rekomendasi Depkes RI. No. HK. 03.2.4.1.04580
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.13, Makassar

PERMOHONAN JUDUL SKRIPSI


STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

Kepada Yth :
Muliyana, S.ST., M.Keb
Di-
Tempat

Dengan hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Haspiati Hasyim
Nim : BK. 1909233
Jurusan : D4 Kebidanan
Dengan ini mengajukan permohonan Judul Skripsi di STIKES Graha
Edukasi Makassar
Adapun judul yang di usulkan antara lain :

1. FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS DI RSUD BARRU


2. HUBUNGAN STATUS GRAVIDA DAN UMUR IBU HAMIL
DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD
BARRU
3. PENGARUH PERDARAHAN ANTEPARTUM TERHADAP
KEJADIAN BBLR DI RSUD BARRU
Diketahui Yang mengajukan :
Pembimbing

Muliyana, S.ST., M.Keb Haspiati Hasyim


NIM : BK. 1909233
Makassar, Oktober 2020
Penanggung Jawab
Program Studi D-IV Kebidanan

Sukmawati, S.ST., M.Keb


74
75
76
77
78
79
80
81
82

Anda mungkin juga menyukai