Anda di halaman 1dari 11

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (RAP)

Posted on April 9, 2011 by nuranimahabbah

1.1 Latar Belakang

Munculnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Studi RAP
yakni Riwayat Alamiah Penyakit mempelajari bagaimana suatu penyakit dapat
timbul dan tersebar. Studi ini diduga mempunyai manfaat dalam mengetahui
bagaimana pencegahan penyakit yang seharusnya dilakukan. Jika ada sebab
pastilah ada sumbernya. Maka, pada makalah kali ini penyusun akan menjabarkan
bagaimana proses suatu penyakit terjadi, struktur kejadian seperti masa inkubasi
bahkan mencoba menerapkan level of prevention dalam penjabarannya, agar
penyakit tersebut dapat tertangani dan teratasi tanpa mengabaikan dasar-dasar
ilmu epidemiologi yang telah ada.

Telah diketahui bahwa perkembangan zaman di bidang ilmu pengetahuan maupun


teknologi membawa dampak lingkungan yang besar terhadap lingkungan, maka
dari situlah penyakit yang pada umumnya bersifat biasa saja menjadi suatu
penyakit yang lebih bersifat patogen, dan adanya transisi epidemiologi merupakan
salah satu buktinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan proses perkembangan penyakit secara alamiah (RAP) dan pola


perkembangan penyakit.

2. Menjelaskan masa inkubasi berbagai macam penyakit.

3. Menjelaskan Epidemiological Iceberg & Spectrum of Illness.

4. Menjelaskan konsep tingkat pencegahan penyakit (level of Prevention).

5. Menjelaskan manfaat RAP dalam epidemiologi

1.3 Tujuan Penyusunan

1. Untuk mengetahui bagaimana kaitan Riwayat Alamiah Penyakit dengan masa


inkubasi berbagai macam penyakit untuk mengetahui konsep
pencegahannya menurut ilmu epidemiologi.

1.4 Manfaat Penyusunan

1. Menjadi referensi bagi penyusun dan mahasiswa lainnya.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan.

1.5 Sistematika Penyusunan


Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penyusunan

1.4 Manfaat Penyusunan

1.5 Sistematika Penyusunan

Bab II Pembahasan

2.1 Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)

2.2 Pola Perkembangan dan Spektrum Penyakit

2.3 Epidemiological Iceberg

2.4 Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)

2.5 Manfaat RAP dalam epidemiologi

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Daftar pustaka

PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)

Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of Disease) adalah perkembangan suatu


penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya
sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
Pembagian RAP

Pada umumnya secara umum RAP dibagi menjadi 3 tahap, yakni tahap patogenesis,
pre-patogenesis (masa inkubasi, penyakit dini dan penyakit lanjut), dan tahap pasca
patogenesis (penyakit akhir). Pada pembahasan kali ini, saya akan membahasnya
secara rinci riwayat alamiah suatu penyakit, agar mudah menghafal, maka kita
golongkan RAP dalam 5 tahap :

1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)


Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi
interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar
tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum
ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat
dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

2. Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)

Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit
belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Masa
inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit.
Misalnya seperti kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS
dll. Berikut informasi tentang masa inkubasi berbagai macam penyakit:

Tabel 2.1

Masa Inkubasi Berbagai Macam Penyakit

NO PENYAKIT PENGERTIAN GEJALA KLINIS MASA INKUBASI

1 Shigelosis Penyakit diare yang Demam 2 hari


Disentri disebabkan oleh : Shigella,
Basiler contohnya Sh. Nyeri kepala
Dysenteriae, Sh. Flexneri,
Nyeri perut
Sh. Boydii, Sh. Sonnei
hebat

Diare sedikit-
sedikit
bercampur
lendir
kemerahan

2 Herpes Herpes simplek adalah Vesikel berkelompok Masa inkubasi


Simplek penyakit yang mengenai yang nyeri dapat sekitar 5 hari
kulit dan mukosa, bersifat timbul setelah kontak (berkisar antara
kronis dan residif, primer dengan virus 2-12 hari).
disebabkan oleh virus tersebut. Infeksi (Mandal, 2006)
herpes simplek herpes primer dapat terjadi
virus homanis. Infeksi pada sembarang
herpes dapat menimbulkan tempat di kulit.
implikasi (kesimpulan)
serius apabila terjadi pada
mata, sekitar serviks, pada
bayi baru lahir, atau pada
individu yang
kekebalannya tertekan.
Infeksi herpes pada mata
menyebabkan keratitis
herpatika. (Loetfia, 2007 :
47)

3 Hepatitis Hepatitis virus akut Umumnya melalui 4 Masa


(Radang adalah : penyakit radang tahap: tunas/inkubasi:
Hati/Liver) hati akut karena infeksi
virus hepatotropik Masa Virus Hb A
tunas/inkubasi : 14 45
hari
Masa
prodormal/preik Virus Hb B
terik : 3 10 : 40 180
hari hari

Masa ikterik : 1 Virus Hb


2 minggu NANB : 15
60 hari
Masa
penyembuhan : Virus
3 4 bulan delta : 40
180 hari

4 Parotitis Penyakit infeksi akut akibat Demam Masa inkubasi


(Gondongan) virus mumps. Sering sekitar 14-24
menyerang anak-anak, Pusing hari setelah
terutama usia 2 tahun ke penularan yang
Mual
atas sampai kurang lebih terjadi lewat
15 tahun. Ada beberapa Nyeri otot droplet.
lokasi yang diserang
seperti kelenjar ludah di
bawah lidah, di bawah
rahang, dan di bawah
telinga (parotitis)

5 Hepatitis A Penyakit Hepatitis A Lesu Masa inkubasi


disebabkan oleh virus yang berlangsung 18-
disebarkan oleh Lelah 50 hari dengan
kotoran/tinja penderita rata-rata kurang
Kehilangan
biasanya melalui makanan lebih 28 hari.
nafsu makan
(fecal oral), bukan
melalui aktivitas seksual
atau melalui darah. Mual
Hepatitis A paling ringan
dibanding hepatitis jenis Muntah
lain (B dan C). Sementara
Sakit kepala
hepatitis B dan C
disebarkan melalui media
darah dan aktivitas seksual
dan lebih berbahaya
dibanding Hepatitis A.

6 Kusta/Lepra Penyakit kusta disebut juga Umumnya ditemukan 3-20 tahun,


lepra (leprosy) atau Morbus dalam 2 (dua) bentuk (Agusni, 2001).
Hansen, dan nama lain di Pause basiler (PB) dan
India: Korh, Vaahi (Kala Multi basiler (MB) dan
Vaah), Motala/ Motali Mata, menurut WHO untuk
Pathala dan Bada Dukh menentukan kusta
(Kandouw, 2000). Nama perlu adanya 4
tersebut berbeda karena (empat) criteria,
daerah yang berbeda yaitu :
menyebutkan lain, seperti
pathala di Sondwa dan Ditemukannya
Korh dan Kala Vaa di lesi kulit yang
Thandla (Bhopal, 2002). khas

Adanya
gangguan
sensasi kulit

Penebalan saraf
tepi

BTA positif dari


sediaan sayatan
kulit

Tabel 2.2

Pembagian Masa Inkubasi PMS (Penyakit Menular Seksual)

NO. JENIS PMS PENYEBAB MASA INKUBASI

1 Herpes 7 sampai 12 hari

Herpes
Zoster
Herpes
Simplex

Virus Zoster

Terdapat
dua tipe
herpes
simlex.
Herpec
simplec tipe
satu
disebabkan
oleh Virus
Herpes
Simplex
HSV-1,
sedangkan
Herpes
Simplex tipe
dua
disebabkan
oleh virus
HSV-2.

Sifilis Infeksi bakteri Treponema pallidum Stadium Dini


2 (primer) 9
10 hari

Stadium II
(sekunder) 6
8 minggu

Stadium III
(Laten) 3 7
tahun
setelah
infeksi

Sifilis Tersier
10 20
tahun
setelah
infeksi
primer

3 Gonore Kuman Neisseria gonorrhoeae 1 14 hari, dengan


rata-rata 2 5 hari

4 Trikomoniasis Parasit Trichomonas Vaginalis 3 28 hari

5 Kutil Human Papiloma Virus (HPV) tipe 1 8 bulan (rata-


Kelamin/Kandilom tertentu dengan kelainan berua rata 2 3 bulan)
a fibroepitelioma pada kulit dan
Akuminata/Jengge mukosa.
r Ayam

6 Klamidia Bakteri Chlamydia trachomatis 7 12 hari

3. Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease)

Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini
penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas
sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak,
bisa bertambah parah. Hal ini tergantung daya tahan tubuh manusia itu sendiri,
seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).

4. Tahap penyakit lanjut


Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani serta
tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka
penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup
lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan
yang intensif.

5. Tahap penyakit akhir


Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :

a) Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi


seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)

b) Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi


kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial)
dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh
penjamu.
c) Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala
penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit
penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan
dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri,
tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi
sumber penularan penyakit (human reservoir)

d) Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala
penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan.
Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.

e) Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat


diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal
dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.

2.2 Pola Perkembangan dan Spektrum Penyakit

Spektrum penyakit adalah berbagai variasi tingkatan simptom dan gejala penyakit
menurut intensitas infeksi atau penyakit pada penderitanya, dari yang ringan,
sedang sampai yang berat dengan komplikasi pada organ-organ vital.

Intensitas infeksi dan derajat penyakit bergantung kepada:

1. Agent jenis kuman, jumlah kuman, kualitas (virulensi kuman, toksisitas),


kemampuan biologis, dsb.

2. Host manusia umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis (hormonal), daya


tahan tubuh, genetik, faktor gizi, lingkungan yang melemahkan, dsb

Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai sampai pada jatuh sakitnya
seseorang, tetapi cenderung untuk menyebar. Beberapa komponen dalam proses
terinfeksinya penyakit ialah sebagai berikut:

1. Agent

2. Reservoir

3. Portals of entry and exit

4. Mode of transmission

5. Immunity

Dalam proses perjalanan penyakit, perpindahan agen dari pejamu ke reservoir atau
sebaliknya, harus melalui pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita
baru dan kemudian untuk berpindah ke penderita baru lainnya, kuman akan melalui
pintu keluar (portal of exit).
Portal of entry/portal of exit, ialah:

Melalui konjungtiva, yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit


mata tertentu.

Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan): melalui droplet sewaktu


reservoir/ penderita bicara, bersin, atau batuk atau melalui udara
pernapasan.

Melalui Pencernaan: baik bersama ludah, muntah maupun bersama tinja.

Melalui saluran urogenitalia: biasanya bersama-sama dengan urine atau zat


lain yang keluar melalui saluran tersebut.

Melalui lukapada kulit ataupun mukosa.

Secara mekanik: seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit


tertentu.

Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan


potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu lingkaran perjalanan khusus atau
suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan (Mode of Transmission). Secara
garis besarnya, jalur penularan (Mode of Transimission) dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:

1. Penularan langsung: yakni penularan yang terjadi secara langsung dari


penderita atau reservoir, ke pejamu potensial yang baru, sedangkan,

2. Penularan tidak langsung: adalah penularan yang terjadi melalui media


tertentu; seperti media udara (air borne), melalui benda tertentu (vechicle
borne), dan melalui vektor (vector borne).

2.3 Epidemiological Iceberg

Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merupakan sebuah metafora


(perumpamaan) yang menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es
jauh lebih besar daripada bagian yang terlihat di atas air. Artinya, pada kebanyakan
masalah kesehatan populasi, jumlah kasus penyakit yang belum diketahui jauh
lebih banyak daripada jumlah kasus penyakit yang telah diketahui. Fenomena
gunung es menghalangi penilaian yang tepat tentang besarnya beban penyakit
(disease burden) dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesungguhnya, serta
pemilihan kasus yang representatif untuk suatu studi. Mempelajari hanya sebagian
dari kasus penyakit yang diketahui memberikan gambaran yang tidak akurat
tentang sifat dan kausa penyakit tersebut. (Morris, 1975; Duncan, 1987, dikutip
Wikipedia, 2010).

2.4 Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)


Konsep tingkat pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian dengan menggunakan langkahlangkah yang didasarkan pada
data/ keterangan bersumber hasil analisis/ pengamatan/ penelitian epidemiologi.

Tingkatan pencegahan penyakit:

a) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) seperti promosi


kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab, lingkungan
& pejamu. Langkah pencegahaan di faktor penyebab misalnya, menurunkan
pengaruh serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi, strerilisasi, penyemprotan
insektisida) agar memutus rantai penularan. Langkah pencegahan di faktor
lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi lingkungan &
perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu misalnya
perbaikan status gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.

b) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) seperti diagnosis dini


serta pengobatan tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang yang
dianggap menderita (suspect) & terancam menderita. Tujuannya adalah untuk
diagnosis dini & pengobatan tepat (mencegah meluasnya penyakit/ timbulnya
wabah & proses penyakit lebih lanjut/ akibat samping & komplikasi). Beberapa
usaha pencegahannya ialah seperti pencarian penderita, pemberian
chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu).

c) Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan


terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit tertentu.
Tujuannya ialah mencegah jangan sampai mengalami cacat & bertambah parahnya
penyakit juga kematian dan rehabilitasi (pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/
psikologis & sosial

2.5 Manfaat RAP dalam epidemiologi

Studi tentang RAP merupakan bagian dari studi epidemiologi, dikarenakan terdapat:

a) Studi etiologi menemukan penyebab

b) Studi prognostik mempelajari faktor risiko dan perkiraan akhir penyakit

c) Studi intervensi mengetahui effectiveness , dan efficiency program


pemberantasan dan pencegahan penyakit.

Dari RAP diperoleh beberapa informasi penting:

Masa inkubasi atau masa latent.

Kelengkapan keluhan (symptom) sebagai bahan onformasi dama


menegakkan diagnosis
Lama dan beratnya keluhan yang dialami oleh penderita kejadian penyakit
menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya

Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan


mudah dideteksi lokasi kejadian penyakit.

Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan


jenis penyakit.

Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi untuk


pencegahan penyakit.

Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai


perjalanan penyakit dapat dengan mudah ditemukan titik potong yang
penting dalam upaya pencegahan penyakit.

Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya diarahkan pada fase paling
awal. Lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan. Keterlambatan
diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.

3.1 Kesimpulan

Studi RAP merupakan bagian dari ilmu epidemiologi. RAP atau Riwayat Alamiah
Penyakit menjelaskan bagaimana suatu penyakit dapat terinfeksi dan tersebar
dalam tubuh manusia, dengan adanya masa inkubasi yang berbeda dari berbagai
macam penyakit maka kita dapat memprediksi pencegahan penyakit tersebut agar
tidak terlampau parah dan tersebar luas. Memperhatikan beberapa faktor baik
faktor penyebab dan risiko maka kami penyusun melihat adanya hubungan sebab
akibat yang terjadi di antara keduanya. Kita dapat melakukan tahap pencegahan
penyakit atau level of prevention jika kita mengetahui dengan jelas bagaimana
riwayat suatu penyakit tercebut dapat terjadi, dan kita bisa mengetahui teknik atau
pengobatan apa yang sesuai bagi penyakit tersebut.

3.2 Daftar Pustaka

1. Bustan mn. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

2. Gerstman. 2003. Epidemiology Kept Simple. California: Willey Liss.

3. Juwono, Sugeng. Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian


Epidemik Penyakit. 2011

4. Lalusu, Yusnita Erni. Pengantar epidemiologi. 2011

5. 5. Murti, Bisma. Modul Perkuliahan Fakultas Kedoketran UNS.

Anda mungkin juga menyukai