BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah hal baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di
negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia.Kehidupan manusia tak dapat dipisahkan dari
masalah kekurangan konsumsi pangan , sehingga kita sering menemukan ketidak mampuan masyarakat
dalam hal pengelolaan makanan yang baik sesuai dengan standar gizi kesehatan.
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) adalah peningkatan status gizi yang merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas hidup dan produktivitas kerja.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) khususnya Gondok telah lama dikenal di
Indonesia.Hal ini terlihat dari adanya patung-patung tokoh pewayangan yang ditampilkan dengan leher
yang membesar karena Gondok.Tidak hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di
beberapa daerah dengan mudah dapat di jumpai penderita Gondok.
GAKY merupakan salah satu permasalahan gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan berbagai
penyakit yang mengganggu kesehatan antara lain ; Gondok, Kretenisme, Reterdasi Mental dll.
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pengaruh/dampak GAKY begitu luas, sejak masih dalam
kandungan, setelah lahir sampai dewasa. Yang sangat mengkhawatirkan akibatnya pada susunan syaraf
pusat, karena akan bepengaruh pada kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat dikemudian hari
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang masalah kekurangan konsumsi
pangan yang merupakan salah satu permasalahan gizi yang sangat serius, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu membahas tentang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
C. TUJUAN
D. MANFAAT
4. Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Gizi dan Terapi Diet
5. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan penyusunan
makalah dengan topic yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang mempunyai nilai sangat penting untuk
dikonsumsi oleh tubuh.
Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air. Yodium merupakan
zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Yodium
diperlukan tubuh dalam pembentukan hormon tiroksin untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari janin sampai dewasa.
Garam Beryodium adalah suatu garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (Kalium Iodat) sebanyak 30-8-
ppm.
GAKY merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat kekurangan
Yodium ini dapat menimbulkan penyakit, salah satu yang sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat
adalah Gondok.
Dalam saluran pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi Iodida yang mudah
diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida intra/ekstraseluler. Iodium tersebut kemudian
memasuki kelenjar tiroid untuk disimpan. Setelah mengalami peroksidasi akan melekat dengan residu
tirosin dari tiroglobulin. Struktur cincin hidrofenil dari residu tirosin adalah iodinate ortho pada grup
hidroksil dan berbentuk hormon dari kelenjar tiroid yang dapat dibebaskan (T3 dan T4) (Linder, 1992).
Iodium adalah suatu bagian integral dari hormon tridothyronine tiroid (T3) dan thyroxin (T4). Hormon
tiroid kebanyakan menggunakan, jika tidak semua, efeknya melalui pengendalian sintesis protein. Efek-
efek tersebut adalah efek kalorigenik, kardiovaskular, metabolisme dan efek inhibitor pada pengeluaran
thyrotropin oleh pituitary (Sauberlich, 1999).
Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk terikat-plasma dengan
protein pembawa. Thyroxine-terikat protein merupakan pembawa hormon tiroid utama yang beberapa
di antaranya juga terikat dengan thyroxin-terikat prealbumin (Sauberlich, 1999).
Tingkat bebasnya hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor oleh hipotalamus yang kemudian
mengontrol tingkat pemecahan proteolitis T3 dan T4 dari tiroglobulin dan membebaskannya ke dalam
plasma darah, melalui tiroid stimulating hormon (TSH). Kadar T4 plasma jauh lebih besar dari pada T3,
tetapi T3 lebih potensial dan turn overnya lebih cepat. Beberapa T3 plasma dibuat dari T4 dengan
jalan deiodinasi dalam jaringan non-tiroid. Sebagian besar dari kedua bentuk terikat pada protein
plasma, terutama thyroid-binding-globulin (TBG), tetapi hormon yang bebas aktivitasnya pada sel-sel
target. Dalam sel-sel target dalam hati, banyak dari hormon tersebut didegradasi dan iodidat
dikonversikan untuk digunakan kembali kalau memang dibutuhkan (Linder, 1992).
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian iodium (120 mg)
yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat
dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon tiroid. Selanjutya T3 dan T4 mengalami metabolisme dalam
hepar dan dalam jaringan lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan
empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari
reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin.
C. Ekologi Kekurangan Yodium
Sebagian besar yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan salju dan hujan)
pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir ke laut. Kondisi ini,
terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia, walau dapat juga terjadi di lembah sungai.
Yodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh sinar matahari
menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun kira-kira 400.000 ton
yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara
kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik.
Yodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam rentang
1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama ini.
Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat lepasnya.
Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium tersebut akan terus
berkurang kadar yodiumnya.
Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi yodium akan menetap. Akibatnya, populasi manusia dan
hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut
akan menjadi kekurangan yodium
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan
karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus menerus dalam waktu yang lama yang
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI,
1996). Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan
yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli
dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988).
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah
pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang
berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar iodium rendah.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat
dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia. Kelompok
masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur
(WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar
tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan
minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia sekolah di
Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van
der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978
dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang
dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang
besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya
iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu
daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan
Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di
Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti
daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan
tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi
iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik
(Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam
bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna,
karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah
masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok,
sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat
menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan
hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun +
umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete
cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing
wuluh dan cuka).
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar
thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum,
hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan
tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari
kelenjar thyroid akhirnya menurun.
F. Gejala
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti :
Reterdasi mental
Gangguan pendengaran
Gangguan bicara
G. Klasifikasi
1. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan dengan palpasi tidak teraba.
2. Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal, dan palpasi teraba
lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3. Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan tengadah maksimal dan
dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
4. Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi teraba lebih besar dari
Grade IB.
5. Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih.
1. Pada Fetus
- Abortus
- Steel Birth
- Kretin Neuroligi
- Kretin Myxedematosa
- Defek Psikomotor
2. Pada Neonatal
- Hipotiroid
- Gondok Neonatal
- Juvenile Hipothyroidesm
4. Pada Dewasa
- Hipotiroid
Mengingat dalam garam beryodium terdapat unsure natriun, maka konsumsi garam beryodium harus
dibatasi. Kelebihan mengkonsumsi natrium dapat memicu timbulnya Stroke yaitu pecahnya pembuluh
darah pada otak yang dapat menyebabkan kematian.
J. Kebutuhan Yodium
Menurut Hetzel (1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100 150 mg
perhari. Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi
lebih kecil daro 50 mg/g kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium sangat
bervariasi antar berbagai wilayah di dunia, diperkirakan sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali
RDA). Adapun kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain :
Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut sebagian dapat dipergunakan untuk keperluan
aktivitas kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya
perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi iodium tidak mencukupi kebutuhan maka bayi
atau janin yang dikandung akan mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak berkurang),
gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir, kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian
setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan pertumbuhan
tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan mengalami gangguan
aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh akan mengalami penyesuaian yang pada akhirnya akan
mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang dikenal dengan sebutan gondok (Djokomoeldjanto, 1993
dan WHO, 1994).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Dampak GAKY
1. Terhadap Pertumbuhan
2. Kelangsungan Hidup
Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses pertumbuhan fetus
intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan intelegensi tepat mutlak perlu
untuk manifestasi yang sempurna di kemudian hari.
Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan perkembangan fetus ibu
hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium.
Patofisiologi yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang. Sumbangan pengetahuan di atas tidak
hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa yang terjadi di daerah dengan defisiensi
berat saja (dengan adanya sindrom GAKI, lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik
miksudematosa maupun kretin tipe nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.
- Pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan menyebabkan
besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya dapat dikurangi dengan
pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin
endemic.
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai dengan retardasi
mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang agak jarang terjadi
adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting
untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal kehamilannya maka
transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester pertama
kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada rendahnya kadar hormon tiroid
pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon
tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada
kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.
Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir berhubungan erat
dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir, otak baru mencapai sepertiga,
kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya
sangat tergantung pada kecukupan yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak
normal.
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini dapat dilakukan
dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi lahir untuk
pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan kadar T4
kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk mempunyai kadar
yodium urin kurang dari 25 mg pergram kreatinin, kejadian hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per
1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok
sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000
kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka hipotiroidisme akan
menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental,
serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai
dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok.
Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi sekolah
dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal dari daerah yang
berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan
kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya
bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas.
Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki
prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar hipofisis adalah kadar T4
dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang
rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang
rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal ini
merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat kembali normal bila
diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan
bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap
tidak dapat kembali normal.
- Pada Dewasa
Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi adalah
hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada kelenjar tiroid yang
berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh
kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi.
3. Perkembangan Intelegensia
Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah normal.
Terjadinya defisit IQ Point pada gilirannya akan berdampak pada program wajib belajar 9 tahun, karena
banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pelajaran dan mengalami drop out.
Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal.
Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium.quot;; Iodium dalam
makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida yang dikonsumsi diserap dari
sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan anak. Dampak yang
ditimbulkan dari kekurangan konsumsi yodium yang berada dalamtubuh, akan sangat buruk akibatnya
bagi kecerdasan anak, karena bisa menurunkan 11-13 nilai IQ anak.. Di antara penyakit akibat
kekurangan iodium adalah gondok dan kretinisme. Ada dua tipe terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme
neurology seperti kekerdilan yang digolongkan dengan mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula
kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid (gondok) di mana kelenjar tiroid yang terletak di bawah
larynx sebelah kanan dan kiri depan trakea mengekskresi tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon
beriodium lain yang dihubungkan dengan pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat.
Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu
dipenuhi. Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus mengancam. Baik bayi, anak, remaja, bahkan
dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok, gangguan fungsi mental dan fisik,
maupun kelainan pada system saraf. Semua penyakit dan berbagai kelainan lainnya yang disebabkan
oleh defisiensi unsur kimia berlambang I ini , kini disebut dengan GAKY ( Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium ). Selain akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan
yodium akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang juga bisa
muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan mengakibatkan keguguran maupun
bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Bahkan, tidak sedikit bayi yang
terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya.
4. Pertumbuhan Sosial
Dampak social yang ditimbulkan oleh GAKY berupa terjadinya gangguan perkembangan mental, lamban
berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini sulit dididik dan di motivasi.
5. Perkembangan Eokonomi
GAKY akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin dan lesu sehingga
akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan mempengaruhi hasil pendapatan keluarga.
B. Permasalahan
4. Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium dengan garam non
yodium.
5. Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus menerus serta
belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium.
6. Pendistribusian garam beryidium masih belum merata terutama untuk daerah-daerah terpencil.
C. Pemecahan Masalah
2. Adanya pengawasan mutu terhadap produksi garam beryodium oleh instansi terkait.
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral tentang perlunya penggunaan garam beryodium dalam
rumah tangga.
4. Pemberitahuan kepada masyarakat oleh petugas kesehatan tentang cara pengolahan makanan yang
mengandung yodium.
5. Pendristribusian garam-garam beryodium ke daerah terpencil secara merata oleh instansi terkait
dalam hal ini dinas perindustrian.
6. Melakukan pelacakan kasus dan survey desa bermasalah secara cepat jika ditemukan kasus Gondok.
D. Penanggulangan
1. Memberikan kapsul Yodium bagi ibu hamil terutama daerah endemik gondok.
3. Kerjasama Lintas sektoral tentang pembagian garam yodium secara gratis di daerah endemik
gondok.
4. Peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung yodium seperti sayuran dan ikan laut.
5. Cek up secara teratur bagi penderita gondok jika mempunyai permasalahan dengan pembesaran
kelenjar tiroid.
Letakkan di tempat yang sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari
langsung.
Pengujian mutu garam beryodium secara sederhana menggunakan cairan iodina test dan tradisional
menggunakan ; singkong segar, garam yang akan diuji, asam cuka 25%.
Agar penggunaan garam bisa terserap oleh tubuh dengan baik, yang harus dilakukan yakni mengetahui
bagaimana cara mengunakan garam beryodium dengan benar :
1. Konsumsi garam yodium dengan cukup
Kekurangan garam beryodium tidak hanya menyebabkan penyakit gondok, tetapi juga mempengaruhi
kecerdasan otak anak, untuk itu konsumsi garam yodium dengan cukup, jelas ahli gizi yang betugas di
Puskesmas Peneleh sejak tahun 2007 itu.
Lanjut ia jelaskan bahwa, tubuh manusia membutuhkan zat KIO3 (Kalium Iodat) dengan ukuran 30-
80ppm. Akibat kekurangan zat itu bisa mengakibatkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium).
GAKY merupakan masalah gizi yang serius karena dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kreatin
(ganguan pada pertumbuhan anak), serta kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari dapat
pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Untuk memenuhi garam yodium dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selain mengkonsumsi garam
yang beryodium setiap hari juga mereka wajib minum kapsul yodium sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis
pemberian kapsul yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun cukup kapsul setiap tahunnya, laki-laki
berumur 6-20 tahun cukup dengan 2 kapsul pertahun. Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui
konsumsi 1 kapsul dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35 tahun minum 2 kapsul setiap tahunnya.
Namun ahli gizi yang menamatkan pendidikan di Politeknik Kesehatan (Poltekes) Malang ini
mengungkapkan bahwa konsumsi yodium yang berlebih bisa mengakibatkan hiperteroid. Hiperteroid
yakni kondisi suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan hormon-hormon tiroid yang beredar
dalam darah dalam jumlah yang berlebihan.
Garam beryodium terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi.
Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena hormon tiroidnya berlebih.
Gejala lain yang kerap terjadi, keringat berlebihan, pergerakan usus besar meningkat, gemetaran,
kehilangan berat badan serta aliran darah menstruasi tidak teratur, jelasnya pada tim ehealth.
Untuk menghindari pengaruh efek samping dari konsumsi garam beryodium yang berlebihan, maka
dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram garam atau 2 gram tiap 1.000 kilo
kalori, atau satu sendok teh setiap hari.
Cara untuk menilai mutu garam beryodium tidak sulit, yaitu dengan test kit yodina yang telah tersedia di
Puskesmas dan apotik. Ambil garam, kemudian tetesi dengan cairan yodina. Warna yang timbul
dibandingkan dengan petunjuk warna yang ada pada kit. Garam yang bermutu baik akan menunjukkan
warna biru keunguan. Semakin berwarna tua, semakin baik mutu garam.
Tetapi untuk lebih simpel, gunakan tepung kanji yang dicampur dengan garam lalu teteskan dengan
jeruk nipis, jika warnanya berubah menjadi keunguan , itu artinya mengandung yodium, ucap laki-laki
yang akrab disapa Edo ini.
Selain itu, pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan singkong parut caranya sebagai berikut :
singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan diperas tanpa diberi air. Tuang 1 sendok teh perasan
singkong parut ke dalam gelas bersih. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.
Tambahkan 2 sendok teh cuka makan berkadar 25%. Aduk sampai rata, dan tunggu beberapa menit.
Apabila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung yodium. Semakin berwarna
pekat, semakin baik mutu garam. Sebab, garam yang tak beryodium tidak akan mengalami perubahan
warna setelah diperiksa dengan cairan yodina maupun cairan singkong parut.
Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak tembus pandang. Tujuannya
untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar dengan matahari. Kandungan yodiumnya bisa
menguap jika terpapar dengan matahari. Juga perhatikan tempat garam sebaiknya tutup dengan rapat,
jika membiarkan tutup terbuka, maka yodium bisa menguap.
Perlu anda ketahui bahwa langkah-langkah itu tidak berarti sama sekali jika cara memasaknya salah.
Karena kandungan yodiumnya akan berubah dan tidak bereaksi sebelum diserap oleh tubuh.
Cara yang biasa dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang dibubuhkan ke dalam
makanan saat panas mendidih. Alasannya jika tidak begitu masakan kurang sedap. Namun cara yang
sudah dilakukan oleh para ibu-ibu tersebut salah, karena zat yodium garam akan hilang ketika terkena
panas mendidih tersebut.
E. Terapi
a. Farmakologi
Parasetamol
Efek Samping : Reaksi hipersensitif, bila diberikan dalam dosis tinggi dapat merusak hati.
Amoksisilin
Indikasi : Infeksi Saluran Nafas, Saluran Kemih, dan Kelamin. Infeksi lain seperti Salmonella sp, Shigella,
kulit, luka selulitis, furunkulosis.
Interaksi Obat : Probenesid meningkatkan waktu paruh amoksisilin dalam plasma, Alupurinol
meningkatkan insiden kemerahan pada kulit, menurunkan efektifitas kontrasepsi oral.
Recovit
Kandungan : Vitamin. A 5000 iu, Vitamin B1 10 mg, Vitamin B2 15 mg, Vitamin B6 5 mg, Vitamin B12 5
mg, Vitamin C 200 mg, Vitamin E 15 iu, Vitamin D 400 iu, nicotinamide 50 mg, kalium iodide, calsium
pantothenate, ferrofumarete, zink sulfat.
Sirup vitamin Zn
Kandungan : Vitamin. A 1250 iu,Vitamin D 200 iu, Vitamin C 20 iu, Vitamin B1 1 mg, Vitamin B2 1 mg,
Vitamin B6 o,6 gr, Vitamin B12 2 g, Vitamin d-Panthenol 3 mg, Elemental iron + 1,5 mg, Calsium + 20
mg, Phosporus + 15 mg, Manganese + 0,25 mg, Zinc + 0,25 mg, Magnesium + 1,5 mg, Potasium + 1,25
mg, Lysine 12, 5 mg, Hydrochloride Inositol 2,5 mg, Choline + 2,5 mg,
Indikasi : Sebagai suplement diet untuk profilaksis dan pengobatan, defisisensi Fe dan vitamin serta
mineral.
Dosis : 5 ml/hari.
b. Non Farmakologi
Bahan Makanan yang cukup banyak mengandung Yodium adalah Bahan makanan yang berasal dari
laut. Dalam ikan laut bisa mencapai 830 mg/kg.
Bandingkan dengan daging yang kandungan yodiumnya hanya 50 mg/kg, dan telur hanya 93 mg/kg.
Selain ikan laut, cumi-cumi juga mengandung yodium cukup tinggi, yaitu sekitar 800 mg/kg. Yang paling
tinggi kandungan yodiumnya adalah rumput laut (ganggang laut), khususnya yang berwarna coklat.
Banyaknya yodium yang dibutuhkan tubuh kita per hari, minimal sekitar 100 mg.
Karena itu, kalau kita mengkonsumsi ikan laut basah sebanyak 100 g/hari, artinya sudah mencukupi.
Atau, kalau rumput laut coklat diolah menjadi hidangan yang lezat, dengan 2-5 gr/hari/orang, kebutuhan
yodium sekeluarga sudah dapat terpenuhi.
Sumber yodium lain yang mudah kita temui adalah garam. Yang dimaksud disini adalah garam
beryodium dengan kadar yodium antara 30-80 ppm (part per million).
Iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda tergantung asal
jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan iodium pada buah dan sayur tergantung pada jenis tanah.
Kandungan iodium pada jaringan hewan serta produk susu tergantung pada kandungan iodium pada
pakan ternaknya. Pangan asal laut merupakan sumber iodium alamiah. Sumber lain iodium adalah
garam dan air yang difortifikasi (Muchtadi. dkk, 1992). Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Sauberlich, (1999) bahwa makanan laut dan ganggang laut adalah sumber iodium yang paling baik.
Penggunaan garam beriodium di Amerika Serikat diberikan sebagai sumber iodium penting. Di USA
konsumsi garam beriodium per hari per orang mendekati 10 12 gram dimana garam tersebut
mengandung 76 mg iodium per gram.
Soehardjo (1990) mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi pangan yang kaya iodium dapat menekan
atau bahkan mengurangi besarnya prevalensi gondok. Berikut Gibson (1990) menyebutkan rata-rata
kandungan iodium dalam bahan makanan antara lain : Ikan Tawar 30 mg; Ikan Laut 832 mg; Kerang
798 mg; Daging 50 mg; Susu 47 mg; Telur 93 mg; Gandum 47 mg; Buah-buahan 18 mg; Kacang-kacangan
30 mg dan Sayuran 29 mg.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Harper,
Deaton and Driskel, 1985). Dengan demikian diharapkan untuk mengkonsumsi pangan yang beraneka
ragam sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh kerja tubuh.
Di negara-negara berkembang konsumsi iodium paling banyak diperoleh dari makanan yang berasal
dari laut mengingat air laut mengandung iodium cukup tinggi. Menurut Nurlaila, dkk (1997) rumput
laut dapat digunakan sebagai bahan subtitusi dalam pengembangan produk sumber iodium antara lain
barupa 1) kelompok produk makanan selingan / makanan jajanan ; 2) kelompok produk lauk-pauk ; 3)
kelompok produk sayur-sayuran.
Tingkat konsumsi pangan hasil laut terus meningkat dari tahun 1968, 1978, 1988 dan 1993 berturut-
turut 9.9 ; 11.6 ; 15.4 ; dan 17 kg sedangkan target nasional yang harus dicapai sebesar 18.6 kg per
kapita per tahun. Hal ini menandakan bahwa tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih rendah atau di
bawah tingkat konsumsi ikan tersebut. Tetapi masih terdapat beberapa wilayah di Indonesia seperti
Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Kalimantan Tengah dan Timur mempunyai tingkat
konsumsi pangan hasil laut tinggi melebihi dua kali jumlah konsumsi target nasional (Muhammad dan
Guntur, 1996).
Di USA dan Kanada peningkatan konsumsi iodium adalah dengan suplementasi, misalnya dengan garam
dapur (garam beriodium) dan juga dalam medikasi dan zat-zat pendiagnosis. Di Indonesia garam
termasuk dalam sembilan bahan pangan pokok yang diperlukan oleh masyarakat dan oleh karena itu
merupakan bahan makanan penting. Secara normal jumlah garam yang dikonsumsi per orang per hari
adalah sekitar 5 15 gram sedangkan yang dianjurkan yaitu tidak melebihi 6 gram atau satu sendok teh
setiap hari. Hal ini disebabkan karena apa bila konsumsi garam berlebihan dapat memicu timbulnya
berbagai penyakit lain seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi (DitJen Pembinaan Kesehatan
Masyarakat, 1995).
Hasil survei nasional membuktikan bahwa status GAKY di sebagian besar daerah di Indonesia membaik
secara nyata. Kriteria diatas didasarkan atas TGR anak sekolah, namun TGR wanita hamil selalu lebih
tinggi. TGR anak sekolah yang baik (non-endemik / ringan) belum menjamin bahwa wanita hamil di
daerah tersebut bebas dari rawan GAKY, untuk ini diperlukan tolok ukur tambahan. Di daerah lain (
Maluku, NTB, NTT dsb) masih termasuk endemi berat. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan
gondok ini, tetapi faktor utama masih tetap defisiensi yodium.
Adalah Angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan semua stadium pembesaran kelenjar
gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR digunakan untuk menentukan
tingkat endemisitas GAKY.
TGR anak sekolah untuk tingkat nasional tahun 1996/1998 adalah 9.8% sedangkan tahun 2003 adalah
11.1%. Propinsi dengan TGR tertinggi tahun 1996/1998 maupun tahun 2003 adalah Maluku yaitu 33.39%
dan 31.6%. Propinsi dengan TGR yang terendah tahun 1996/1998 adalah Riau yaitu 1.1% sedangkan
tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0.7%. Intensitas dari kekurangan yodium dapat dilihat dari pembesaran
kelenjar gondok.
Hubungan TGR Anak Sekolah dengan Konsumsi Garam Beriodium Rumah Tangga Hubungan antara TGR
dan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dalam suatu daerah adalah negatip,
berarti semakin tinggi proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium semakin rendah
TGR.
Indikator TGR telah sejak lama digunakan di Indonesia dalam survei maupun sebagai dasar penetapan
kebijakan program penanggulangan GAKY. TGR tidak menunjukkan penurunan dalam 1998-2003
walaupun dilaksanakan program penanggulangan intensif. Masalah yang sering dijumpai pada palpasi
kelenjar tiroid adalah inter-observervariation (variasi antar palpator) demikian juga nilai sensitivitas dan
spesifisitas. Sebagian pakar dan lembaga yang kompeten di bidang GAKY yang tidak lagi
merekomendasikan penggunaan indikator TGR untuk memantau kemajuan eliminasi GAKY.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh walaupun
dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila diabaikan dapat menimbulkan efek atau dampak yang
cukup berpengaruh dalam kehidupan semua orang.
2. GAKY merupakan masalah gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan berbagai penyakit
gangguan seperti Gondok, kreatinisme dan keterlambatan pertumbuhan dan kecerdasan.
5. Penanggulangan yang paling baik untuk gangguan akibat kekurangan yodium adalah dengan
pencegahan, salah satunya dengan penyebaran informasi tentang pentingnya mengkonsumsi garam
beryodium, pemberian kapsul pertahun pada masyarakat yang terkena penyakit Gondok
6. Kebutuhan Yodium orang dewasa diperkirakan 150 mikrogram/hari, bagi wanita hamil sekitar 75
mikrogram/ hari dan kebutuhan Yodium bagi ibu menyusui mencapai 200 mikrogram/hari.
B. SARAN
1. Diharapkan adanya peran serta aktif masyarakat dalam menggunakan garam yodium.
2. Diharapkan adanya penyebaran informasi tentang pentingnya garam beryodium oleh tenaga
kesehatan kapada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
2. Lisdiana, Ir, Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar
Lampung 1998
5. Lisdiana, Ir, Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar
Lampung 1998