Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 6 GAKY

A. Definisi dan Klasifikasi

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) atau Iodine Deficiency Disorder (IDD)
merupakan segala gangguan yang timbul pada suatu populasi di mana semua gangguan
tersebut akan tercegah dengan asupan yodium yang cukup pada penduduknya. Defisiensi
yodium akan terjadi jika asupan yodium tidak adekuat sesuai dengan rekomendasi asupan
yodium harian. (jurnal

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan
karena tubuh kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama. GAKY merupakan salah
satu masalah gizi utama di Indonesia yang mempunyai kaitan dengan gangguan
perkembangan mental dan kecerdasan, sehingga semakin besar angka prevalensi masalah
GAKY akan semakin menurunkan potensi sumber daya manusia.

Apabila di suatu daerah dijumpai penderita gondok lebih dari 10% maka daerah tersebut
dinyatakan daerah GAKY dan harus dilakukan tindakan penanggulangan GAKY.

B. Prevalensi GAKY

Berdasarkan data WHO pada tahun 2003 menyatakan dari 192 negara sebanyak 36,5%
dari seluruh populasi di dunia mengalami kekurangan yodium. Dengan data tertinggi di
Eropa (59,9%), terendah di Amerika (10,1%) dan Asia Tenggara sebesar 30,3%. Pada
tahun 2007, WHO memperkirakan hamper 2 miliar orang mengalami kekurangan
yodium, dimana sepertiganya adalah anak usia sekolah. Data penelitian tahun 2007, dari
193 negara sebanyak 31,5% dari populasi anak usia sekolah (6-12 tahun) di dunia
mengalami kekurangan yodium. Dengan data tertinggi di Eropa (52,4%) dan terendah di
Amerika (10,6%). Sedangkan di Asia Tenggara sebesar 30,3%.

Untuk data di Indonesia, berdasarkan hasil survey nasional pada tahun 2003, TGR pada
anak sekolah sekitar 11,1%. Survei nasional evaluasi GAKY ini menunjukkan bahwa
35,8% kabupaten termasuk endemic ringan, 13,1% kabupaten endemic sedang, dan 8,2%
kabupaten endemic berat.
C. Penilaian Status GAKY
Nilai EYU dibagi menjadi 6 kategori yaitu IDD berat (<20 μg/L), IDD sedang ( 20-49,9
μg/L), IDD ringan (50 – 99,9 μg/L), normal (100 –199,9), resiko IIH (200 – 299,9), dan IHH
(>300 μg/L). Hasil analisis EYU diketahui bahwa responden dengan IDD berat tidak ada (0%),
IDD sedang 6 orang (8,7%), IDD ringan 13 orang (18,8%) , normal 27 orang (39,1%), resiko
IIH 17 orang (24,6%), dan IIH 6 orang (8,7%). Pengukuran status GAKY untuk populasi suatu
kelompok biasanya digunakan EYU sebagai indikator. Menurut Aritonang (2003) dan
Djokomoeljanto (2002), bahwa kandungan yodium urine sama dengan level intake yodium dan
dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi yodium. Status EYU responden secara umum
dapat dikatakan normal karena rata-rata kadar EYU responden sebesar 138,51 μg/L . Hal itu di
duga dari konsumsi bahan makanan sumber yodium baik dan konsumsi garam beryodium baik,
sehingga dapat memenuhi kecukupan yodium dalam tubuh. Sedangkan konsumsi zat
goitrogenik yang rendah dapat juga berpengaruh pada nilai EYU tinggi menjadi normal, karena
zat oitrogenik bersifat menghambat penyerapan yodium (Wilson dan Foster cit Thaha,2000).
Hasil analisis menunjukkan status GAKY responden dengan menggunakan metode palpasi.
Untuk menentukan status GAKY dengan melihat pembesaran kelenjar gondoknya digunakan
metode palpasi ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu grade 0 (tidak ada pembesaran, grade 1
(teraba tapi tak tampak pembesarannya), dan grade 2 (teraba dan tampak dalam keadaan
normal). Hasil analisis palpasi diperoleh bahwa sebanyak 48 orang (69,6%) masuk dalam
grade 0 (tidak ada pembesaran), dan 21 orang (30,4%) masuk dalam grade 1 (teraba tetapi tak
tampak adanya pembesaran), sedangkan tidak ada responden yang masuk grade 2.

D. Etiologic GAKY

Adriani M, Wijatmadi B, 2012, Pengantar Gizi Masyarakat, Kencana, Jakarta

Penyebab gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)

1. Penyebab langsung
a. Akibat kekurangan zat yodium
Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Pada umumnya wanita
dan anak perempuan mempunyai kecenderungan lebih mudah kena penyakit
gondok daripada laki-laki. Masa paling peka terhadap kekurangan yodium pada
waktu usia meningkat dewasa (puber). Bila tubuh kekurangan yodium, kadar
tiroksin dalam darah menjadi rendah. Kadar tiroksin yang rendah akan
merangsang kelenjar pituitary untuk memproduksi lebih banyak hormone yang
disebut TSH (tyroid stimulating hormone) .
b. Bahan goitrogenik
Adanya zat goitrogenik pada bahan makanan merupakan faktor lain yang ikut
memengaruhi terjadinya GAKY di suatu daerah. Beberapa jenis bahan makanan
yang mempunyai sifat goitrogenik adalah kubis (species brassica), kedelai
mentah, dan singkong yang belum dimasak. Cara kerja zat goitrogenik ini adalah
secara kompetisi dengan menghambat penangkapan yodium oleh sel kelenjar
gondok dan mengganggu proses iodisasi pada pembentukan hormone tiroksin.
c. Defisiensi protein
Sel tiroid adalah sel kelenjar yang mengekspresikan protein dalam bentuk
glikoprotein besar yang dinamakan tiroglobulin. Setiap molekul tiroglobulin
mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosin merupakan substrat penting yang
berkaitan dengan yodium untuk membentuk hormone tiroid.
d. Unsur sekelumit (trace element)
Seperti unsur selenium (Se) dalam tubuh yang menyebabkan tubuh lebih rentan
terhadap unsur-unsur Pb, Rb, Hg, dan Cu. Jika asupan ini berlebihan akan
membentuk ikatan yang kuat dengan yodium dalam tubuh, sehingga terbentuk
senyawa kompleks yang sulit dipecahkan yang berakibat yodium di dalam tubuh
tidak dapat digunakan dan berdampak pada kurangnya hormone tiroid yang akan
terefleksi dengan meningkatnya produksi TSH
e. Ekses yodium
Asupan dalam sehari harus menjamin kadar Plasma Inorganik Iodine (PII) 0,10
g/dl jika kadarnya dibawah 0.08 akan menimbulkan gondok sehingga asupan
yodium minimal 70g/hari.
f. Genetik
Faktor genetic dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap kejadian
GAKY, dan memang mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan
kelenjar tiroid, contohnya ada kecenderungan bahwa penderita gondok lebih
banyak wanita daripada pria. Faktor ini banyak disebabkan karena keabnormalan
fungsi faali daripada kelenjar tiroid
2. Penyebab tidak langsung
Banyak ditemukan di daerah yang tanahnya mengandung kadar yodium yang rendah
sehingga hasil produksi tanaman setempat juga berkadar yodium yang rendah pula.
a. Faktor geografis
Kemungkinan yang dapat menyebabkan rendahnya kandungan yodium dalam
tanah adalah: 1) adanya erosi yang menyebabkan yodium hilang ke laut 2) tanah
sarang (tanah lahar, kapur) yang tidak dapat menyimpan air sehingga air bersama
yodium yang larut di dalamnya akan meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam
3) eksploitasi tanah yang berlebihan dan pencemaran limbah tanah pertanian
sehingga tanah menjadi terlalu asam/ basa.
b. Faktor non geografis
Berperan penting untuk daerah dengan suplai makanan utama, di mana daerah
tersebut suplai makanannya sangat tergantung dari daerah lain, di mana daerah
tersebut termasuk daerah gondok endemis yang air dan tanahnya mengandung
yodium yang rendah.
E. Dampak/ Akibat GAKY

Dampak yang paling serius dari GAKY adalah gangguan pada perkembangan janin.
Penelitian di Eropa menyatakan bahwa yodium mengurangi ukuran tiroid pada ibu dan bayi
baru lahir, dan beberapa dapat menurunkan kadar TSH ibu. Asupan yodium juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan anak. Menurut penelitian pada 5 negara di Asia menyatakan bahwa
konsumsi garam beryodium berhubungan dengan peningkatan berat badan per usia dan
lingkar lengan atas bayi.

UNICEF menggambarkan dampak GAKY dalam suatu piramida. Sebanyak 1-10% sebagai
puncak “gunung es” (yang kelihatan) adalah dampak fisik dalam bentuk kretin dan
pembesaran kelenjar gondok. Sedang di bawahnya (5-30%) sedikit tersembunyi tetapi apabila
diperhatikan dengan seksama mereka sudah menderita gondok tingkat sedang dan ringan dan
pengurangan tingkat kecerdasan. Dan bagian kaki dari piramida sebesar 30-70% adalah
dampak GAKY yang tersembunyi yaitu kerusakan sel-sel otak, hilangnya produktivitas kerja
dan gangguan metabolisme energi. (Sarlan, AG 2019, Gangguan Akiibat Kekurangan
Yodium (GAKY), ALPRIN, Semarang)
F. Pencegahan dan Penanggulangan GAKY
Pencegahan GAKY:
a. Secara relative, hanya makanan laut yang kaya akan yodium: sekitar 100g/ 100gr.
Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium tidak
tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap 3,6, atau 12 bulan atau suntikkan
ke dalam otot setiap 2 tahun (arisman, 2004)
b. Mengurangi bahan makanan zat gitrogenik: masalah yang membuat GAKY sulit diatasi
karena garam yang beredar di masyarakat sebagian besar tidak mengandung yodium, tidak
memenuhi standard nasional Indonesia (SNI) atau standard industry Indonesia (SII).
Penanggulangan GAKY harus dimulai dari akar masalah yaitu kurangnya persediaan dan
peredaran garam konsumsi beryodium di pasar karena kurangnya produksi dan distribusi oleh
sentra garam rakyat, industry kecil menengah maupun industry besar. Sehingga perlu adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi garam rakyat secara nasional yang merupakan
produsen utama garam beryodium. Dikarenakan sebagian besar pegaraman dikelola oleh
masyarakat disekitar sentra garam dengan pengetahuan yang rendah dan teknik pegaraman yang
sederhana, sehingga produktivitas lahan, kualitas, dan kuantitas garam produksi masih rendah
serta belum memenuhi standard SNI dan masih memerlukan proses pencucian lebih lanjut untuk
meningkatkan kualitas garam. (Sudarto, 2007, Penanggulangan GAKY melalui peningkatan
kualitas produksi dan distribusi garam beryodium, no.1 hh 31)
Penanggulangan GAKY terbagi atas dua yaitu jangka panjang dan jangka pendek, dengan uraian
sebagai berikut:
a. Jangka panjang
 Komunikasi infomasi dan edukasi (KIE) merupakan sebuah strategi pemberdayakan
masyarakat dan komponen terkait agar mempunyai visi dan misi yang sama untuk
menanggulangi GAKY melalui kegiatan permasyarakatan informasi, advokasi,
pendidikan/ penyuluhan tentang ancaman GAKY bagi kualitas sumber daya manusia
dan pentingnya mengkonsumsi garam beryodium, law enforcement, hak memperoleh
kapsul beryodium
 Melakukan kegiatan surveilans yang berguna untuk mengetahui luas dan beratnya
masalah pada situasi terakhir, mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas,
memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk intervensi,
mengetahui sasaran yang paling tepat dan mengevaluasi keberhasilan program
 Iodisasi garam merupakan kegiatan fortifikasi garam Kalium Iodat (KOI3) yang
bertujuan agar semua garam yodium yang dikonsumsi masyarakat mengandung
yodium minimal 30 ppm
b. Jangka pendek
Dengan melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium untuk mempercepat
peerbaikan status yodium masyarakat bagi daerah endemic sedang dan berat pada
kelompook rawan. Kapsul minyak beryodium 200mg diberikan pada Wanita Usia Subur
(WUS) sebanyak 2 kapsul/ tahun, sedangkan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD
kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun (dinkes.pidiekab.go.id.2017)

Anda mungkin juga menyukai