Anda di halaman 1dari 11

TUGAS (GAKY)

GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat

Dosen pengampu: Prof.Dr.dr.Oktia Woro KH, M.Kes

Oleh:

1. Rengganis Prisklatiwi 6411413153


2. Devi Triandari 6411413181
3. Nurina Salsabila 6411413185
Rombel 06

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi yang ada di Indonesia. Masalah gizi ini dapat menimpa siapa
saja yang kekurangan asupan yodium dan atau mengalami gangguan
penyerapan yodium karena konsumsi zat goitrogenik yang tinggi
(Notoatmodjo, 2007). Menurut Almatsier (2009), ibu hamil memiliki resiko
GAKY yang lebih serius karena GAKY bukan hanya berdampak pada ibu
tapi juga pada janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang menderita GAKY
dapat mengalami keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan, kretinisme, dan
hipotiroid. Kretinisme merupakan akibat yang berbahaya, karena selain
perkembangan fisik, perkembangan otak juga dapat terhambat.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi nilai ekskresi yodium urin
(EYU) defisit ( <100 µg / L ) tertinggi dialami oleh ibu hamil dengan
proporsi 24,3 diatas ibu menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak umur
6-12 tahun.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana Etiologi penyakit GAKY?
1.2.2. Bagaimana Epidemiologi penyakit GAKY?
1.2.3. Bagaimana angka kejadian GAKY?
1.2.4. Apa tanda dan gejala GAKY?
1.2.5. Bagaimana diagnosis individu GAKY?
1.2.6. Bagaimana diagnosis masyarakat GAKY?
1.2.7. Apa program yang dilakukan untulk menanggulangi GAKY?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui bagaimana Etiologi penyakit GAKY.
1.3.2 Mengetahui bagaimana
1.3.3 Mengetahui bagaimana
1.3.4 Menjelaskan apa tanda dan gejala GAKY.
1.3.5 Mengetahui bagaimana diagnosis individu GAKY.
1.3.6 Mengetahui bagaimana diagnosis masyarakat GAKY.
1.3.7 Menjelaskan apa program yang dilakukan untulk menanggulangi GAKY.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Etiologi
Etiologi Gondok Kekurangan yodium merupakan penyebab utama gondok
endemik dan terdapat di daerah-daerah dimana tanahnya tidak
mengandung banyak yodium, hingga produk yang dihasilkannya juga
miskin akan yodium. Kekurangan yodium menyebabkan hiperplasia tiroid
sebagai adaptasi terhadap kekurangan tersebut. Zat goitrogen seperti yang
ditemukan pada kubis dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok,
begitu pula dengan beberapa bahan makanan lain misalnya kacang tanah,
kacang kedele, singkong, bawang merah, bawang putih. Flour dan kalsium
menghambat penggunaan yodium oleh tiroid hingga merupakan goitrogen
juga. Air minum yang kotor diduga terdapat zat goitrogen yang dapat
dihilangkan jika dimasak. Faktor keturunan dapat mengurangi kapasitas
fungsi tiroid atau gangguan pada reabsorbsi iodium oleh tubulus ginjal
(Pudjiadi, 2002).
2.2.Epidemiologi
Garam beryodium adalah garam yang telah diIodisasi sesuai dengan SNI
dan mengandung yodium sebanyak 30ppm untuk konsumsi manusia atau
ternak dan industri pangan. Di Indonesia, upaya penanggulangan GAKY
difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium. Target yang
harus dicapai dalam program penanggulangan GAKY ini yaitu:
1. 90% rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (>30
ppm) secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota.
2. Median EYU secara rata-rata nasional propinsi dan kabupaten/kota
adalah 100-299 µg/L.
Survei prevalensi dan pemetaan GAKY pada awal pelaksanaan
Proyek IP-GAKY (1997/1998) menunjukkan bahwa secara nasional angka
rata-rata Total Goiter Rate (TGR) – atau lebih dikenal sebagai angka
gondok total adalah 9,8% dan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi
garam beryodium dengan kadar cukup hanya 62,1%. Hasil survei tahun
2003 menunjukkan bahwa prevalensi TGR ini masih cukup besar yaitu
sekitar 11,1%, namun konsumsi garam beryodium telah mengalami
peningkatan menjadi 73,26%.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa cakupan
konsumsi garam mengandung yodium cukup (30ppm) masih jauh dari
target USI (Universal salt Iodization) 90%. Yaitu baru tercapai 62,3%
rumah tangga di Indonesia yang mengonsumsi garam beriodium. Bahkan,
dari sampel di 30 Kabupaten/Kota, hanya 24,5% rumah tangga yang
menggunakan garam beriodium sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI),
yakni 30-80 ppm KIO3. Demikian pernyataan Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI,
Dr. dr. Trihono, MSc, pada pembukaan Seminar Nasional Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Yogyakarta, Kamis pagi (29/11).
Kabalitbangkes menyebutkan, terdapat enam provinsi yang sudah
mencapai target konsumsi garam beryodium, diantaranya Sumatera Barat,
Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat.
2.3.Angka kejadian
Angka kejadian GAKY lebih sering ditemukan di daerah pegunungan,
hal ini dikarenakan komponen tanahnya yang sedikit mengandung
yodium. Kandungan yodium yang rendah di pegunungan disebabkan
terjadinya pengikisan yodium oleh salju atau air hujan, sehingga hal
tersebut menyebabkan pula kandungan yodium dalam makanan juga
sangat rendah. Air tanah, air dari sumber mata air, atau air dari sungai di
daerah pegunungan tidak mengandung yodium yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh manusia, demikian pula halnya dengan ternak
serta tanaman yang tumbuh di pegunungan hampir tidak mengandung
yodium sama sekali. Karena sebab itulah, maka angka kejadian GAKY
lebih sering ditemukan di daerah pegunungan dibandingkan dengan daerah
pantai.
Secara global, GAKY telah menjadi masalah di lebih kurang 118
negara yang mencederai 1,572 juta orang, sekitar 12% penduduk dunia
(sekitar 655 juta orang) menderita gondok, 11,2 juta mengalami kretin,
dan 43 juta menderita gangguan mental dengan berbagai tingkatan. Hasil
survey nasional evaluasi Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY)
di Indonesia tahun 2003, menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten endemis
ringan, 13,1% kabupaten endemis sedang, dan 8,2% kabupaten endemis
berat.
Menurut Freddy pada tahun 1999 prevalensi gondok berdasarkan letak
geografis yang diolah berdasarkan prevalensi gondok pada anak sekolah
menunjukkan bahwa prevalensi gondok tertinggi ditemukan di daerah
dataran tinggi sebesar 30.3%, disusul daerah dataran rendah(8.7%) dan di
daerah rawa hanya sebesar 2.8%. Dengan uji proporsi ditemukan
perbedaan yang bermakna antara prevalensi gondok di daerah dataran
tinggi dan rendah serta perbedaan bermakna antara dataran tinggi dan
rawa.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan persentase cakupan garam
cukup yodium di Jawa Tengah sebanyak 80,1%. Survey Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonosobo tahun 2013 menunjukkan masih terdapat desa atau
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Kertek II dengan cakupan garam
cukup yodium kurang dari 90%, yaitu Desa Purbosono (87,3%) dan Desa
Pagerejo (83,3%). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada
10 WUS (Wanita Usia Subur) di wilayah kerja Puskesmas Kertek II, dari
hasil pemeriksaan palpasi terdapat 6 WUS (60%) teridentifikasi gondok
grade 1 dan 1 WUS (10%) teridentifikasi gondok grade 2, dan dari hasil
pengujian garam beryodium menggunakan Iodine Test, 30% garam yang
dikonsumsi mengandung kadar yodium kurang dari 30 ppm dan 10%
garam tidak mengandung yodium. Dari 7 WUS yang mengalami gondok,
3 diantaranya menggunakan garam tidak cukup yodium yaitu kadar
yodium kurang dari 30 ppm (Lestari dkk, 2013).
2.4.Tanda dan Gejala
Gejala Penyakit Gondok
GAKY merupakan salah satu permasalahan gizi yang sangat serius,
karena dapat menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan
antaralain ;Gondok, Kretenisme, Reterdasi Mental dll. Penyakit gondok
biasanya dapat dilihat secara kasatmata dengan munculnya pembengkakan
pada leher bagian depan bawah, pada posisi dimana kelenjar tiroid
berada.Pada bayi dan anak- anak gejala tambahan yang dapat dilihat
adalah gangguan tumbuh kembang dan kretinisme (kekerdilan). Gejala
yang timbul akibat kekurangan iodium secara terus-menerus dalam jangka
waktu lama disebut sebagai GAKY (Gangguan Akibat Kurang Iodium).
Penderita kurang iodium ringan dapat tidak menunjukkan gejala apa-apa
sehingga sering tidak disadari. Disamping itu karena tak terasa sakit,
kadang penyakit gondok ini sering diabaikan. Padahal hasil penelitian di
berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 42 juta
penduduk di Indonesia tinggal di daerah endemis gondok, yaitu daerah
yang tanahnya kekurangan iodium.
Perkembangan penyakit gondok dapat dikategorikan dalam lima tahapan
yaitu:
1. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal,
dan dengan palpasi tidak teraba.
2. Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah
maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari
penderita.
3. Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat
dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari
Grade IA.
4. Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan
dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IB.
5. Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat padajarak 6 meter atau
lebih.
2.5. Diagnosa individu
Urutan pemeriksaan kelenjar gondok adalah sebagai berikut:

a. Orang (sampel) yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap


pemeriksa
b. Pemeriksa melakukan pengamatan di daerah leher depan bagian bawah
terutama pada lokasi kelenjar gondoknya
c. Amatilah apakah ada pembesaran kelenjar gondok (termasuk tingkat II
atau III)
d. Kalau bukan, sampel disuruh menengadah dan menelan ludah. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah yang ditemukan adalah kelenjar
gondok atau bukan. Pada gerakan menelan, kelenjar gondok akan ikut
terangkat keatas.
e. Pemeriksa berdiri di belakang sampel dan lakukan palpasi. Pemeriksaan
meletakkan dua jari telunjuk dan dua jari tengahnya pada masing-
masing lobus kelenjar gondok. Kemudian lakukan palpasi dengan
meraba dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah.
f. Menentukan (mendiagnosis) apakah orang/sampel menderita gondok
atau tidak.
Apabila salah satu atau kedua lobus kelenjar lebih kecil dari ruas
terakhir ibu jari orang yang diperiksa, berarti orang tersebut normal.
Apabila salah satu atau kedua lobus ternyata lebih besar dari ruas terakhir
ibu jar orang yang diperiksa maka orang tersebut menderita gondok.
Dalam melakukan palpasi gondok, pemeriksa harus memperhatkan kondisi
sebagai berikut:

a. Cahaya hendaknya cukup menerangi bagian leher orang yang diperiksa


b. Pada saat mengamati kelenjar gondok, posisi mata pemeriksa harus
sejajar (horisontal) dengan leher orang yang diperiksa
c. Palpasi (perabaan) jangan dilakukan dengan tekanan terlalu keras atau
terlalu lemah. Tekanan yang terlalu keras akan mengakibatkan kelenjar
masuk atau pindah ke bagian belakang leher, sehingga pembesaran
tidak teraba.
2.6.Diagnosa masyarakat
Apabila sebagian besar masyarakat di suatu daerah terdiagnosis
mengalami GAKY, sehingga masyarakat tersebut digolongkan ke dalam
daerah dengan tingkat kejadian GAKY tinggi.
2.7.Program yang dapat dilakukan
Cara penanggulangan yang paling mudah untuk memastikan terpenuhinya
kebutuhan yodium bagi penduduk adalah melalui penambahan unsur
yodium dari luar (supplementasi). Suplementasi yodium di Indonesia
selama ini dilaksanakan melalui dua cara yaitu:
1. Upaya jangka pendek yang dilaksanakan melalui distribusi kapsul
yodiol bagi Wanita Usia Subur (WUS) termasuk wanita hamil dan
menyusui di daerah endemik berat dan sedang. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memotong rantai resiko GAKY bagi penduduk
yang tinggal di daerah beresiko tinggi, guna mengantisipasi lahirnya
anak-anak yang menderita GAKY.
2. Suplementasi yodium jangka panjang dilaksanakan melalui program
fortifikasi yodium (penambahan yodium) pada makanan yang umum
dikonsumsi oleh semua orang secara rutin setiap hari (www.gizi.net,
2003).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan
tubuh walaupun dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila
diabaikan dapat menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh
dalam kehidupan semua orang.
Gaky merupakan masalah gizi yang sangat serius, karena dapat
menyebabkan berbagai penyakit gangguan seperti gondok, kreatinisme
dan keterlambatan pertumbuhan dan kecerdasan.
3.2. Saran
Dengan memberikan sumber informasi mengenai masalah gaky pada
masyarakat itu sudah membantu melakukan pencegahan, penanggulangan
dan pengobatan terhadap penyakit gaky.
DAFTAR PUSTAKA

Mutiara Kasih, Lestari dkk. 2013. Hubungan Antara Kadar Yodium Garam
Dengan Kejadian Gondok Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa
Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. STIKES Ngudi
Waluyo.
Novita, Afika. 2014. http://apikanovita.blogspot.co.id/2014/04/makalah-
gangguan-akibat-kekurangan.html
Saidin, Sukati. 2009.Hubungan Keadaan Geografi Dan Lingkungan Dengan
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). Media Litbang Kesehatan.
Vol. XIX No. 02
Wijayanti, Gratiana E. Penyakit Gondok penyebab, gejala dan konsekuensinya
bagi perkembangan janin, anak-anat, dan remaja dan
penanggulangannya. Purwokerto : Universitas Soedirman

Anda mungkin juga menyukai