Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FAKTOR DETERMINAN DAN UPAYA PENANGGULANGAN


KEJADIAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANG YODIUM (GAKY) PADA
ANAK USIA SEKOLAH
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Perkuliahan Gizi Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu: Irwan Budiono S.KM, M.Kes(Epid).

Oleh
Ningrum Pangestu
NIM. 6411412164
Rombel 5

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu

masalah gizi di Indonesia dan juga merupakan masalah kesehatan masyarakat


yang serius karena berdampak pada kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
manusia. GAKY merupakan defisiensi yodium yang berlangsung lama karena
pola konsumsi pangan yang kurang mengandung yodium sehingga mengganggu
fungsi kelenjar tiroid. Hal ini kemudian menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih
keras, sehingga secara perlahan membuat kelenjar tiroid membesar (hiperplasi)
sehingga menyebabkan gondok.
Data dari WHO tahun 2005, tercatat ada 130 negara di dunia mengalami
masalah GAKY, sebanyak 48 % tinggal di Afrika dan 41 % di Asia Tenggara dan
sisanya di Eropa dan Pasifik Barat. Banyak negara di dunia yang berhasil dalam
penanggulangan GAKY, seperti Amerika Serikat, Negara-negara di Eropa Timur,
Republik Rakyat China dan lain-lain, akan tetapi banyak pula Negara yang kurang
berhasil, pada umumnya di Asia dan Afrika salah satu diantaranya adalah
Indonesia.
Survei Nasional Pemetaan GAKY di seluruh Indonesia pada Tahun 1998
ditemukan 33 % kecamatan di Indonesia masuk kategori endemik, 21 % endemik
ringan, 5 % endemik sedang dan 7 % endemik berat. (Dep, kes, 2003). Prevalensi
GAKY pada anak sekolah dasar secara nasional pada Tahun 1990 sebesar 27,7 %,
terjadi penurunan menjadi 9, 3 % pada Tahun 1998. Namun pada Tahun 2003
kembali meningkat menjadi 11,1 % (Tim Penanggulangan GAKY Pusat, 2005).
Dampak GAKY bukan hanya berupa pembesaran kelenjar gondok, namun
dapat berakibat lebih buruk yaitu penurunan tingkat kecerdasan yang dimulai pada
masa janin hingga dewasa. Semakin muda usia ketika mengalami GAKY maka
akan semakin berat pula akibatnya, terutama pada susunan saraf pusat yang
disebut kretin endemik tipe neurologik yang terbentuk sejak dalam kandungan.
Program penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
di Indonesia sudah dimulai sejak Tahun 1974, dengan pemilihan lokasi di daerah
endemik berat dan endemik sedang. Hasil nyata dari program ini, yaitu terjadi

penurunan prevalensi GAKY dari 27,2% pada Tahun 1988 menjadi 9,8 % Tahun
1998.
Faktor-faktor determinan kejadian GAKY penting sekali untuk diketahui.
Terutama faktor determinan kejadian GAKY pada anak sekolah, karena kelompok
anak usia sekolah merupakan asset bangsa yang harus mendapat perhatian lebih,
khusunya dalam hal kesehatan.
1.2

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY) ?
2. Apa saja faktor-faktor determinan dari kejadian gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY) pada anak usia sekolah ?
3. Bagaimana upaya penanggulangan kejadian gangguan

akibat

kekurangan yodium (GAKY) terutama pada anak usia sekolah ?


1.3

Tujuan
1. Mengetahui pengertian gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
2. Mengetahui faktor-faktor determinan dari kejadian gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY) pada anak usia sekolah.
3. Mengetahui Bagaimana upaya penanggulangan kejadian gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) terutama pada anak usia sekolah ?

BAB II
ISI
2.1

Pengertian Gangguang Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


Yodium berperan penting dalam sintesa hormon tiroid. Tiroksin (T4) dan

Triiodotironin (T3) sangat penting dalam menentukan perkembangan fisik dan


mental yang normal pada hewan serta manusia, dalam pembentukan dan
perkembangan otak, serta pengaturan temperatur tubuh. Defisiensi pada hormon

tiroid akan menyebabkan retardasi pertumbuhan dan kematangan pada hampir


semua sistem organ (Jayakrishnan & Jeeja, 2002)
Menurut Depkes RI (2004), yodium adalah mineral yang terdapat di alam
baik di tanah maupun air dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh
tubuh manusia untuk membentuk hormon tiroksin. Menurut Almatsier (2004),
yodium dalam tubuh jumlahnya sangat sedikit (kurang dari 0,00004% berat badan
tubuh atau setara 15-23 mg). Sebanyak 75% dari yodium tersebut berada di
kelenjar tiroid, sedangkan sisanya terdapat pada jaringan lain terutama di kelenjar
ludah, payudara, lambung dan ginjal. Sementara dalam darah yodium berbentuk
yodium bebas atau terikat dengan protein (protein-bound iodine/PBI).
Gangguan Akibat Kurang Yodium atau GAKY adalah sekumpulan gejala
yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus
menerus dalam jangka waktu cukup lama (Hetzel, 1993). Sementara menurut
Depkes RI (2004), GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang serius mengingat dampaknya mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu perkembangan
kecerdasan, perkembangan sosial dan dan perkembangan ekonomi.
2.2
2.2.1

Faktor Determinan Kejadian GAKY Pada Anak Usia Sekolah


Faktor Geografi
Prevalensi gondok tertinggi ditemukan di daerah dataran tinggi yaitu

sebesar 30.3%, disusul daerah dataran rendah (8.7%) dan di daerah rawa hanya
sebesar 2.8%. Hal tersebut dikarenakan dataran tinggi atau pegunungan biasanya
miskin yodium akibat pengikisan permukaan tanah yang mengandung banyak
yodium. Sebaliknya tanah di dataran rendah kemungkinan terkikis lebih kecil
sehingga diduga kandungan yodium masih normal.
2.2.2 Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, khususnya sayuran dapat
menurunkan kadar hormon tiroid yang kemudian akan memicu terjadinya
kejadian gondok.
2.2.3 Cemaran Pb
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wirjatmadi. B di Jawa Timur
pada tahun 2004, ditemukan bahwa kejadian gondok di dataran rendah bukan

karena kekurangan yodium melainkan karena adanya Blocking Agent berupa


Pb. Pb akan menghambat pembentukan hormon tiroid karena Pb akan membentuk
ikatan yang kuat dengan yodium.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Samsudin di Jogyakarta menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara kadar Pb dalam darah dengan fungsi
kelenjar tiroid. Menurut penelitian tersebut, orang yang terpapar cemaran Pb
mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk terkena gondok daripada orang yang
tidak terpapar cemaran Pb.
2.2.4 Defisiensi Selenium
Defisiensi selenium dapat menyebabkan tubuh rentan terhadap masuknya
unsur Pb, Hg dan Cu. Kemudian seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa
asupan Pb yang berlebihan dapat menghambat pembentukan hormon tiroid karena
Pb akan membentuk ikatan yang kuat dengan yodium.
2.2.5 Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Vitamin A (KVA)
Untoro mengungkapkan bahwa pada penderita KEP terdapat kemungkinan
terjadinya gangguan penyerapan yodium, sehingga akan memperberat masalah
GAKY, terutama apabila konsumsi yodium terbatas.
Penelitian yang dilakukan oleh Widardo menunjukkan bahwa anak yang
diberi intervensi selenium dan vitamin A mempunyai status yodium yang lebih
baik

dibandingkan

dengan

kelompok

pembanding.

Hal

tersebut

jelas

membuktikan bahwa KVA mempunyai pengaruh terhadap metabolisme yodium


dalam tubuh.
2.2.6 Ketersediaan dan Kualitas Garam Beryodium
Tersedianya garam beryodium di rumah tangga dengan kualias yang baik
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kejadian GAKY di masyarakat.
Kadar yodium dalam garam yang dianjurkan adalah 30 ppm. Kadar yodium dalam
garam dapat menurun karena penyimpanan garam yang tidak ditutup rapat
sehingga garam menguap dan kandungan yodium berkurang.
2.2.7 Konsumsi Makanan Kaya Yodium
Konsumsi makanan kaya yodium (ikan laut, ikan asin dan ikan teri) yang
rendah akan mengakibatkan rendahnya kadar yodium urin. Sebalinya, semakin
tinggi konsumsi makanan kaya yodium maka kadar yodium urin juga semakin
tinggi.
2.2.8 Asupan Energi dan Protein

Asupan energi secara tidak langsung dapat mempengaruhi metabolisme


yodium, jika asupan energi kurang dari kebutuhan normal maka asupan protein
akan diambil sebagai sumber energi. kurangnya asupan protein akan menghambat
metabolisme yodium, karena metabolisme yodium dari tahap awal sampai akhir
selalu membutuhkan protein.
2.2.9 Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
cadangan yodium dalam tubuh, hal tersebut terjadi karena sebagian besar
cadangan yodium disimpan pada jaringan lemak.
2.2.10 Konsumsi Pangan Goitrogenik
Zat Goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan
fungsi tiroid secara langsung dan tidak langsung. Pangan goitrogenik akan
berpengaruh terhadap kejadian GAKY di suatu wilayah apabila dikonsumsi dalam
jumlah besar. Pengaruh zat goitrogenik dapat mengganggu transportasi yodium,
mempengaruhi proses organifikasi dan penggabungan di dalam kelenjar tiroid,
mempengaruhi sekresi hormon tiroid dan mempengaruhi utilisasi dari hormoon
tiroid.
2.2.11 Kandungan Yodium dalam Sumber Air
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Mali, pemberian yodium dalam
air rata-rata 163 g/L selama satu tahun dapat menurunkan prevalensi gondok dari
53% menjadi 29%. Penelitian serupa juga dilakukan di Burkina Faso, dan
Republik Afrika Tengah dan terbukti bahwa yodisasi air dapat menurunkan
prevalensi gondok.
2.2.12 Penanganan Garam
Kadar yodium dalam garam dapat mengalami penurunan karena berbagai
faktor selama penyimpanan, transportasi dan proses pengolahan makanan. Ada
hubungan perlakuan panas, kandungan air, pH dan retensi yodium.
2.2.13 Pengetahuan Orang Tua (Ibu)
Berdasarkan penelitian, rendahnya asupan yodium pada anak terjadi
karena kurangnya pendidikan ibu tentang GAKY (OR = 2,9) dan tingkat
pendidikan ibu yang rendah (OR = 2,6).
2.3

Upaya Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

2.3.1

(GAKY)
Program Penanggulangan GAKY Nasional

Pada awal tahun 1980-an Indonesia melakukan upaya pemberian LUGOL,


suntikan

lipiodol,

garam

beriodium,

kapsul

minyak

beriodium

untuk

menanggulangi masalah defisiensi yodium. Tetapi kemudian upaya ini dihentikan


karena masalah operasional, seperti tidak terjangkaunya sasaran serta biaya
operasional yang tinggi. Kemudian setelah WHO/ICCIDD/UNICEF dalam tahun
1990 menetapkan target hilangnya kelahiran kretin baru pada tahun 2000,
profilaks yodium dilaksanakan melalui pengadaan garam beriodium dan
pemberian kapsul minyak beriodium 200000 g. Namun kemudian pada tahun
2009 penggunaan kapsul minyak beriodium dibatasi dan hanya dapat digunakan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Program garam beriodium untuk semua telah dicanangkan. Namun banyak
kendala yang menyertai pelaksanaan program ini seperti ketersediaan garam,
garam bermutu rendah, sehingga biaya produksi garam beriodium semakin tinggi
bahkan lebih tinggi dari harga jual. Keadaan ini juga ditambah dengan rendahnya
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi garam beriodium.
2.3.2 Upaya Peningkatan Penanggulangan GAKY pada Anak Usia Sekolah
Secara umum, penyebab tingginya prevalensi GAKY pada anak usia
sekolah adalah kurangnya sarana dan prasarana, konseling garam beriodium,
kurangnya pengetahuan petugas tentang program GAKY, kurangnya dana,
manajemen program penanggulangan GAKY yang masih kurang dan kurangnya
pemberdayaan karyawan serta masyarakat.
Pendidikan yang rendah dari masyarakat, sosial ekonomi yang rendah,
pengetahuan yang kurang tentang akibat kekurangan iodium pada kecerdasan
anak sekolah, perlakuan terhadap makanan/garam beriodium yang salah, kurang
terlibatnya petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Upaya promotif dan preventif yaitu sosialisasi dan advokasi (penyuluhan)
Program Penanggulangan GAKY yang lebih luas kepada masyarakat dengan
diseminasi informasi kepada seluruh jajaran kesehatan dan tokoh masyarakat,
Gerakan Sadar Pangan dan Gizi, perilaku masyarakat dalam pengertian
bagaimana perlakuan yang benar terhadap garam beriodium 85,72%, mengenal
kelainan akibat gondok sejak dini, berupaya untuk meningkatkan gizi keluarga
secara mandiri dan terus berupaya untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan anak, keluarga dan lingkungan.

Strategi kuratif dan rehabilitatif yaitu meningkatkan status gizi individu,


keluarga dan masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga dan masyarakat, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan di luar Puskesmas secara aktif dengan meningkatkan keterpaduan lintas sektor
dan lintas program serta memberikan pelayanan yang profesional (dokter,
pelaksana gizi, paramedis yang sudah terlatih).
Memberikan pelayanan kesehatan untuk masalah KEP dan GAKY secara
menyeluruh yang meliputi konseling diet, pengobatan medis, penanganan masalah
GAKI secara terpadu dengan pembentukan tim

learning

di Puskesmas dan

meningkatkan cara kerja tim.


BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kejadian GAKY

pada anak usia sekolah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
geografis, penggunaan pestisida, cemaran Pb, defisiensi selenium, KEP dan KVA,
ketersediaan dan kualitas garam beryodium, konsumsi makanan kaya yodium,
asupan energy dan protein, status gizi, konsumsi pangan goitrogenik, kandungan
yodium dalam sumber air, penanganan garam serta pengetahuan orang tua
terutama ibu.
Program penanggulangan GAKY di Indonesia telah dilakukan sejak dulu
yaitu pada tahun 1980-an yang dimulai dengan pengadaan garam beriodium,
suntikan lipiodol,

serta kapsul minyak

beriodium.

Upaya

peningkatan

penanggulangan GAKY pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti melakukan penyuluhan mengenai program GAKY pada masyarakat
terutama ibu-ibu serta peningkatan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Basuki. 2012. Status Iodium Di Indonesia Saat Ini : Perlunya
Penajaman Sasaran. Gizi Indonesia. Volume 1, No. 35 tahun 2012.
http://ejournal.persagi.org/go/index.php/Gizi_Indon/article/viewFile/118/1
15. Diunduh pada 22 November 2014.
KESMAS.
2013.
Pengertian
dan
Dampak
GAKY.
(online).
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/11/pengertian-dan-dampakgaky-2.html. Diakses pada 28 November 2014.
Oktarina. 2009. Upaya Meningkatkan Penanggulangan Gaki pada Anak Sekolah
Di Daerah Gondok Endemik Berat Di Kota Surabaya. Jurnal Manajemen
Pelayanan
Kesehatan.
Volume
12,
No.
3
tahun
2009.
http://jurnal.ugm.ac.id/jmpk/article/viewFile/2548/2282. Diunduh pada 22
November 2014.
Ritanto, Mus, Joko. 2003. Faktor Risiko Kekurangan Yodium pada Anak Sekolah
Dasar Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Tesis Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat pada Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
Rusnelly. 2006. Determinan Kejadian GAKY pada Anak Sekolah Dasar Di
Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi Sumatera
Selatan. Tesis Magister Gizi Kesehatan Masyarakat pada Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Saidin, Sukati. 2009. Hubungan Keadaan Geografi dan Lingkungan dengan
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). Media Litbang Kesehatan.
Volume
XIX,
No.
2
Tahun
2009.

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/download/892/1
699. Diunduh pada 22 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai