Anda di halaman 1dari 18

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (RAP)

Posted on April 9, 2011 by nuranimahabbah

1.1 Latar Belakang

Munculnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Studi RAP yakni Riwayat
Alamiah Penyakit mempelajari bagaimana suatu penyakit dapat timbul dan tersebar. Studi ini
diduga mempunyai manfaat dalam mengetahui bagaimana pencegahan penyakit yang seharusnya
dilakukan. Jika ada sebab pastilah ada sumbernya. Maka, pada makalah kali ini penyusun akan
menjabarkan bagaimana proses suatu penyakit terjadi, struktur kejadian seperti masa inkubasi
bahkan mencoba menerapkan level of prevention dalam penjabarannya, agar penyakit tersebut
dapat tertangani dan teratasi tanpa mengabaikan dasar-dasar ilmu epidemiologi yang telah ada.

Telah diketahui bahwa perkembangan zaman di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi
membawa dampak lingkungan yang besar terhadap lingkungan, maka dari situlah penyakit yang
pada umumnya bersifat biasa saja menjadi suatu penyakit yang lebih bersifat patogen, dan
adanya transisi epidemiologi merupakan salah satu buktinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan proses perkembangan penyakit secara alamiah (RAP) dan pola


perkembangan penyakit.

2. Menjelaskan masa inkubasi berbagai macam penyakit.

3. Menjelaskan Epidemiological Iceberg & Spectrum of Illness.

4. Menjelaskan konsep tingkat pencegahan penyakit (level of Prevention).

5. Menjelaskan manfaat RAP dalam epidemiologi

1.3 Tujuan Penyusunan

1. Untuk mengetahui bagaimana kaitan Riwayat Alamiah Penyakit dengan masa inkubasi
berbagai macam penyakit untuk mengetahui konsep pencegahannya menurut ilmu epidemiologi.

1.4 Manfaat Penyusunan

1. Menjadi referensi bagi penyusun dan mahasiswa lainnya.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan.

1.5 Sistematika Penyusunan

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penyusunan

1.4 Manfaat Penyusunan

1.5 Sistematika Penyusunan

Bab II Pembahasan

2.1 Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)

2.2 Pola Perkembangan dan Spektrum Penyakit

2.3 Epidemiological Iceberg

2.4 Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)

2.5 Manfaat RAP dalam epidemiologi

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Daftar pustaka

PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)

Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of Disease) adalah perkembangan suatu penyakit
tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit
berlangsung secara natural.

Pembagian RAP

Pada umumnya secara umum RAP dibagi menjadi 3 tahap, yakni tahap patogenesis, pre-
patogenesis (masa inkubasi, penyakit dini dan penyakit lanjut), dan tahap pasca patogenesis
(penyakit akhir). Pada pembahasan kali ini, saya akan membahasnya secara rinci riwayat alamiah
suatu penyakit, agar mudah menghafal, maka kita golongkan RAP dalam 5 tahap :

1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)


Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi
di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk
ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan
tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

2. Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)

Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum
nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Masa inkubasi adalah
tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab
penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Misalnya seperti kolera 1-2 hari, yang bersifat
menahun misalnya kanker paru, AIDS dll. Berikut informasi tentang masa inkubasi berbagai
macam penyakit:

Tabel 2.1

Masa Inkubasi Berbagai Macam Penyakit

NO PENYAKIT PENGERTIAN GEJALA KLINIS MASA INKUBASI

1 Shigelosis Disentri Basiler Penyakit diare yang disebabkan oleh : Shigella, contohnya
Sh. Dysenteriae, Sh. Flexneri, Sh. Boydii, Sh. Sonnei Demam

Nyeri kepala

Nyeri perut hebat

Diare sedikit-sedikit bercampur lendir kemerahan 2 hari

2 Herpes Simplek Herpes simplek adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa,
bersifat kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simplek herpes virus homanis. Infeksi
herpes dapat menimbulkan implikasi (kesimpulan) serius apabila terjadi pada mata, sekitar
serviks, pada bayi baru lahir, atau pada individu yang kekebalannya tertekan. Infeksi herpes pada
mata menyebabkan keratitis herpatika. (Loetfia, 2007 : 47) Vesikel berkelompok yang nyeri
dapat timbul setelah kontak primer dengan virus tersebut. Infeksi primer dapat terjadi pada
sembarang tempat di kulit. Masa inkubasi sekitar 5 hari (berkisar antara 2-12 hari). (Mandal,
2006)

3 Hepatitis (Radang Hati/Liver)Hepatitis virus akut adalah : penyakit radang hati akut
karena infeksi virus hepatotropik Umumnya melalui 4 tahap:

Masa tunas/inkubasi

Masa prodormal/preikterik : 3 10 hari

Masa ikterik : 1 2 minggu


Masa penyembuhan : 3 4 bulan Masa tunas/inkubasi:

Virus Hb A : 14 45 hari

Virus Hb B : 40 180 hari

Virus Hb NANB : 15 60 hari

Virus delta : 40 180 hari

4 Parotitis (Gondongan) Penyakit infeksi akut akibat virus mumps. Sering menyerang anak-
anak, terutama usia 2 tahun ke atas sampai kurang lebih 15 tahun. Ada beberapa lokasi yang
diserang seperti kelenjar ludah di bawah lidah, di bawah rahang, dan di bawah telinga (parotitis)
Demam

Pusing

Mual

Nyeri otot Masa inkubasi sekitar 14-24 hari setelah penularan yang terjadi lewat
droplet.

5 Hepatitis A Penyakit Hepatitis Adisebabkan oleh virus yang disebarkan oleh


kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal oral), bukan melalui aktivitas seksual
atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara
hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan lebih berbahaya
dibanding Hepatitis A. Lesu

Lelah

Kehilangan nafsu makan

Mual

Muntah

Sakit kepala Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28
hari.

6 Kusta/Lepra Penyakit kusta disebut juga lepra (leprosy) atau Morbus Hansen, dan nama
lain di India: Korh, Vaahi (Kala Vaah), Motala/ Motali Mata, Pathala dan Bada Dukh (Kandouw,
2000). Nama tersebut berbeda karena daerah yang berbeda menyebutkan lain, seperti pathala di
Sondwa dan Korh dan Kala Vaa di Thandla (Bhopal, 2002). Umumnya ditemukan dalam
2 (dua) bentuk Pause basiler (PB) dan Multi basiler (MB) dan menurut WHO untuk menentukan
kusta perlu adanya 4 (empat) criteria, yaitu :
Ditemukannya lesi kulit yang khas

Adanya gangguan sensasi kulit

Penebalan saraf tepi

BTA positif dari sediaan sayatan kulit 3-20 tahun, (Agusni, 2001).

Tabel 2.2

Pembagian Masa Inkubasi PMS (Penyakit Menular Seksual)

NO. JENIS PMS PENYEBAB MASA INKUBASI

1 Herpes

Herpes Zoster

Herpes Simplex

Virus Zoster

Terdapat dua tipe herpes simlex. Herpec simplec tipe satu disebabkan oleh Virus Herpes
Simplex HSV-1, sedangkan Herpes Simplex tipe dua disebabkan oleh virus HSV-2.
7 sampai 12 hari

2 Sifilis Infeksi bakteri Treponema pallidum Stadium Dini (primer) 9 10 hari

Stadium II (sekunder) 6 8 minggu

Stadium III (Laten) 3 7 tahun setelah infeksi

Sifilis Tersier 10 20 tahun setelah infeksi primer

3 GonoreKuman Neisseria gonorrhoeae 1 14 hari, dengan rata-rata 2 5 hari

4 Trikomoniasis Parasit Trichomonas Vaginalis 3 28 hari

5 Kutil Kelamin/Kandiloma Akuminata/Jengger Ayam Human Papiloma Virus


(HPV) tipe tertentu dengan kelainan berua fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. 1 8 bulan
(rata-rata 2 3 bulan)

6 Klamidia Bakteri Chlamydia trachomatis 7 12 hari


3. Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease)

Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah
jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit
segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini tergantung
daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah
(self care).

4. Tahap penyakit lanjut

Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani serta tidak
memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada
tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini
penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.

5. Tahap penyakit akhir

Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :

a) Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan
sebelumnya/bebeas dari penyakit)

b) Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya
tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari
serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.

c) Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak
lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya
tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya
membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena
dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)

d) Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit
tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu
masih tetap berada dalam keadaan sakit.

e) Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,
sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini
bukanlah keadaan yang diinginkan.

2.2 Pola Perkembangan dan Spektrum Penyakit


Spektrum penyakit adalah berbagai variasi tingkatan simptom dan gejala penyakit menurut
intensitas infeksi atau penyakit pada penderitanya, dari yang ringan, sedang sampai yang berat
dengan komplikasi pada organ-organ vital.

Intensitas infeksi dan derajat penyakit bergantung kepada:

1. Agent jenis kuman, jumlah kuman, kualitas (virulensi kuman, toksisitas), kemampuan
biologis, dsb.

2. Host manusia umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis (hormonal), daya tahan tubuh,
genetik, faktor gizi, lingkungan yang melemahkan, dsb

Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai sampai pada jatuh sakitnya seseorang, tetapi
cenderung untuk menyebar. Beberapa komponen dalam proses terinfeksinya penyakit ialah
sebagai berikut:

1. Agent

2. Reservoir

3. Portals of entry and exit

4. Mode of transmission

5. Immunity

Dalam proses perjalanan penyakit, perpindahan agen dari pejamu ke reservoir atau sebaliknya,
harus melalui pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian untuk
berpindah ke penderita baru lainnya, kuman akan melalui pintu keluar (portal of exit).

Portal of entry/portal of exit, ialah:

Melalui konjungtiva, yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit mata
tertentu.

Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan): melalui droplet sewaktu reservoir/
penderita bicara, bersin, atau batuk atau melalui udara pernapasan.

Melalui Pencernaan: baik bersama ludah, muntah maupun bersama tinja.

Melalui saluran urogenitalia: biasanya bersama-sama dengan urine atau zat lain yang
keluar melalui saluran tersebut.

Melalui lukapada kulit ataupun mukosa.

Secara mekanik: seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit tertentu.
Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan potensial yang
baru, harus berjalan melalui suatu lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang
disebut jalur penularan (Mode of Transmission). Secara garis besarnya, jalur penularan (Mode of
Transimission) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Penularan langsung: yakni penularan yang terjadi secara langsung dari penderita atau
reservoir, ke pejamu potensial yang baru, sedangkan,

2. Penularan tidak langsung: adalah penularan yang terjadi melalui media tertentu; seperti
media udara (air borne), melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vektor (vector
borne).

2.3 Epidemiological Iceberg

Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merupakan sebuah metafora (perumpamaan) yang


menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh lebih besar daripada bagian
yang terlihat di atas air. Artinya, pada kebanyakan masalah kesehatan populasi, jumlah kasus
penyakit yang belum diketahui jauh lebih banyak daripada jumlah kasus penyakit yang telah
diketahui. Fenomena gunung es menghalangi penilaian yang tepat tentang besarnya beban
penyakit (disease burden) dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesungguhnya, serta
pemilihan kasus yang representatif untuk suatu studi. Mempelajari hanya sebagian dari kasus
penyakit yang diketahui memberikan gambaran yang tidak akurat tentang sifat dan kausa
penyakit tersebut. (Morris, 1975; Duncan, 1987, dikutip Wikipedia, 2010).

2.4 Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)

Konsep tingkat pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian
dengan menggunakan langkahlangkah yang didasarkan pada data/ keterangan bersumber hasil
analisis/ pengamatan/ penelitian epidemiologi.

Tingkatan pencegahan penyakit:

a) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) seperti promosi kesehatan dan


pencegahan khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab, lingkungan & pejamu. Langkah
pencegahaan di faktor penyebab misalnya, menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi,
pasteurisasi, strerilisasi, penyemprotan insektisida) agar memutus rantai penularan. Langkah
pencegahan di faktor lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi
lingkungan & perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu misalnya
perbaikan status gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.

b) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) seperti diagnosis dini serta pengobatan
tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang yang dianggap menderita (suspect) &
terancam menderita. Tujuannya adalah untuk diagnosis dini & pengobatan tepat (mencegah
meluasnya penyakit/ timbulnya wabah & proses penyakit lebih lanjut/ akibat samping &
komplikasi). Beberapa usaha pencegahannya ialah seperti pencarian penderita, pemberian
chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu).

c) Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan terhadap cacat dan
rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan
sampai mengalami cacat & bertambah parahnya penyakit juga kematian dan rehabilitasi
(pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis & sosial

2.5 Manfaat RAP dalam epidemiologi

Studi tentang RAP merupakan bagian dari studi epidemiologi, dikarenakan terdapat:

a) Studi etiologi menemukan penyebab

b) Studi prognostik mempelajari faktor risiko dan perkiraan akhir penyakit

c) Studi intervensi mengetahui effectiveness , dan efficiency program pemberantasan dan


pencegahan penyakit.

Dari RAP diperoleh beberapa informasi penting:

Masa inkubasi atau masa latent.

Kelengkapan keluhan (symptom) sebagai bahan onformasi dama menegakkan diagnosis

Lama dan beratnya keluhan yang dialami oleh penderita kejadian penyakit menurut
musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya

Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan mudah


dideteksi lokasi kejadian penyakit.

Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis
penyakit.

Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi untuk pencegahan
penyakit.

Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai perjalanan
penyakit dapat dengan mudah ditemukan titik potong yang penting dalam upaya pencegahan
penyakit.

Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya diarahkan pada fase paling awal. Lebih
awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan. Keterlambatan diagnosis akan berkaitan
dengan keterlambatan terapi.
3.1 Kesimpulan

Studi RAP merupakan bagian dari ilmu epidemiologi. RAP atau Riwayat Alamiah Penyakit
menjelaskan bagaimana suatu penyakit dapat terinfeksi dan tersebar dalam tubuh manusia,
dengan adanya masa inkubasi yang berbeda dari berbagai macam penyakit maka kita dapat
memprediksi pencegahan penyakit tersebut agar tidak terlampau parah dan tersebar luas.
Memperhatikan beberapa faktor baik faktor penyebab dan risiko maka kami penyusun melihat
adanya hubungan sebab akibat yang terjadi di antara keduanya. Kita dapat melakukan tahap
pencegahan penyakit atau level of prevention jika kita mengetahui dengan jelas bagaimana
riwayat suatu penyakit tercebut dapat terjadi, dan kita bisa mengetahui teknik atau pengobatan
apa yang sesuai bagi penyakit tersebut.

3.2 Daftar Pustaka

1. Bustan mn. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

2. Gerstman. 2003. Epidemiology Kept Simple. California: Willey Liss.

3. Juwono, Sugeng. Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian Epidemik
Penyakit. 2011

4. Lalusu, Yusnita Erni. Pengantar epidemiologi. 2011

5. 5. Murti, Bisma. Modul Perkuliahan Fakultas Kedoketran UNS.


RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Dr. Suparyanto, M.Kes

Apa Itu Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur
tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya

Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit


Untuk diagnostik masa inkubasi berguna untuk Dx penyakit atau masalah kesehatan dalam
KLB
Untuk pencegahan rantai penyakit memotong rantai pemberantasan/ pencegahan
penyakit
Untuk terapi makin awal Tx diberikan hasil makin baik

Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit


Tahap Prepatogenesis
Tahap Patogenesis
Tahap Pasca Patogenesis: Sembuh, Kronik/ Karier, Cacat, Mati

Tahap Prepatogenesis
Kondisi Host masih normal/sehat
Sudah ada interaksi antara Host dan Agent, tetapi Agent masih diluar Host
Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah Host jadi lebih rentan atau Agent jadi
lebih virulen Agent masuk ke Host (memasuki tahap patogenesis)

Tahap Patogenesis
Tahap Inkubasi tahap mulai masuknya Agent kedalam Host, sampai timbul gejala sakit
Tahap penyakit dini tahap mulainya timbul gejala penyakit dalam keadaan awal (ringan)
Tahap penyakit lanjut tahap penyakit telah berkembang pesat dan menimbulkan kelainan
patologis dan gejalanya

Tahap Post Patogenesis


Tahap penyakit akhir tahap berakhirnya perjalanan penyakit, dapat dalam bentuk;
Sembuh sempurna Agent hilang, Host pulih dan sehat kembali
Sembuh dengan cacat Agent hilang, penyakit tidak ada Host tidak pulih sempurna (ada
bekas gangguan/cacat)
Karier Agent masih ada, Host pulih gangguan Agent masih ada (minimal)

Gambar Riwayat Alamiah Penyakit


UPAYA PENCEGAHAN

Gambar Tingkat Upaya Pencegahan

Primordial Prevention (Pencegahan Tingkat Awal)

Menghindari obesitas
Menghindari rokok
Perilaku hidup bersih dan sehat
Mengindari bahan pengawet, pewarna
Makan bergizi seimbang
Istirahat cukup
Olah raga teratur
Primary Prevention (Pencegahan Tingkat Pertama)
Pendidikan kesehatan
Imunisasi
PSN-3M
Konsul genetika
Sterilisasi alat
Memakai sarung tangan
Memaki masker

Secondary Prevention (Pencegahan Tingkat Kedua)


Diagnosis awal
Pengobatan cepat dan tepat
Kemo-profilaksis
Screening (pencarian penderita dengan gejala umum)

Tertiary Prevention
Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah
Mencegah: kematian, kecacatan
Rehabilitasi: fisik, mental, sosial

Tugas Individu
Apakah yang dimaksud dengan riwayat alamiah penyakit
Seseorang yang sedang dalam masa inkubasi, apakah orang tersebut pasti menderita sakit?
Jelaskan
Seorang penderita kanker stadium akhir. Apakah masih dapat dilakukan pencegahan? Jelaskan
Jelaskan perbedaan sembuh, karier dan cacat
Sebutkan apa upaya yang dapat dilakukan seseorang agar dapat selalu sehat

Referensi
Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten,
Bandung, ITB
perjalannan penyakit diare
A. Riwayat Alamiah Penyakit

1. Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun virus diantaranya
rotavirus, E.coli, dan shigella. Penyebaran mikroorganisme in dapat terjadi melalui jalan fecal dan oral. Pada
tahap ini belum di temukan tanda-tanda penyakit bila daya tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak
terserang penyakit dan apabila daya tubuh penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam
tubuh

2. Patogenesis

a. tahap inkubas

Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam tubuh dengan menginfeksi usus baik
pada jeyenum,ileum dan colon. Setelah virus menginfeki usus virus menembus sel dan mengadakan lisis
kemudian virus berkembang dan memproduksi enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar 2-4hari,pasien
sudah buang air bessar lebih dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.

b. Tahap Penyakit Dini

- Kehilangan cairan 5% berat badan.

- Kesadaran baik (somnolen).

- Mata agak cekung.

- Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.

- Berak cair 1-2 kali perhari.

- Lemah dan haus.

- Ubun-ubun besar agak cekung.


c. Tahap Penyakit Lanjut

- Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.

- Keadaan umum gelisah.

- Rasa haus (++)

- Denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat.

- Mata cekung

- Turgor dan tonus otot agak berkurang.

- Ubun-ubun besar cekung.

- Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.

- Selaput lendir agak kering.

d. Tahap Akhir

- Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.

- Keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis.

- Denyut nadi cepat sekali

- Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam).

- Ubun-ubun besar cekung sekali.

- Mata cekung sekali.

- Turgor/tonus kurang sekali.

- Selaput lendir kurang/asidosis.


Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien dapat sembuh sempurna tetapi bila
tahap ini tidak mendapat penanganan yang baik maka dapat mengancam jiwa(kematian).

B. Analisis triad epidemiologi


1. Host
factor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah

a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit

apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk ke dalam tubuh,apabila daya tahan
tubuh jelek dan host tidak memelihara personal hygiene yang baik maka virus dengan mudah nasuk dalam
tubuh host.

b. Umur

kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada kelompok usia 21-40th (51,2%) dan pada anak-
anak (75%) jadi diare lebih sering menyerang pada anak-anak.

c. Jenis kelamin

jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare sekitar 86,8% dan jumlamnya lebih banyak
dari pada perempuan sekitar 21% di karenakan laki-laki kurang bias memelihara personal hygiene yang baek.

d. Adat kebiasaan

bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka sangat mudah virus masuk dalam tubuh.

2. Agent
a. Golongan biologi

virus: retovirus, E.coli, Shigella dan salmonella, virus colerae

b. golongan fisik

diare di sebabkan karena infeksi pada usus,

3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik

keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena diare .daerah dengan stuktur
keadaan geografis kurang baik lebih sering terkena diare di karenakan kurang pengetahuan.
b. Lingkungan non fisik

Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta adapt kebiasaan yang kurag baik atau perilaku
yang kurang baik dalam memelihara personal hygiene sangat berpontensial terjadinya diare

c. Linkungan biologis

lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang kurang terjaga kebersihannya seperti
kotoran binatang maka dapat dengan mudah virus masuk dalam tubuh apabila host tidak menjaga
kebersihan. Virus dari diare dapat dibawa oleh human reservoir.

C. Tingkat Pencegahaan Massalah Kesehatan


1 Pencegahan Primer
pencegahan dapat di lakukan pada prepatogenesi yaitu dengan :

a. melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan.

b. melakukan pencegahan dengan metode preventif:

1.memelihara personal hygiene yang baik

2.menutup makanan supaya tidak di hinggapi lalat

3.menjaga kebersihan alat-alat makan ddan minum

4.mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

2. Pencegahan Skunder
a. Tahap inkubasi

Pada tahap ini pasien dapat di beri :

1.diberi orallit

2.makanan harus di teruskan bakan di tingkatkan selama diare untuk menhindari efek buruk pada status gizi

3.berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi

b. Tahap penyakit dini

1. 3jam pertama berikan oralit sesuai dengan ketentuan.

2. Setelah 3-4jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian anak kemudian oilih rencana A, B, atau C
untuk melanjutkan pengobatan:

a. bila tidak ada rehidrasi, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur
b. bila tanda menunjukan dehidrasi ringan atau sedang tawarkan makanan susu dan sari buah,

c. bila tanda menunjukan dehidrasi berat maka secepatnya rehidrasi cairan dan amati dengan seksama
anak.

c. Penyakit lanjut

Berikan antibiotic seperti tetrasiklin , doksisiklin dan berikan cairan melalui intra vena

d. Tahap akhir

biasanya pasien diamati kurang lebih 6jam setelah pemberian oralit terus berikan antibiotic dan berikan
caiarn intra vena. Pada tahap ini bila penanganan baik pasien bisa sembuh sempurna.

Anda mungkin juga menyukai