Anda di halaman 1dari 43

PERKEMBANGAN

KB DI INDONESIA
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu mengidentifikasi
perkembangan KB di Indonesia

Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu memahami sejarah KB di Indonesia
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia
Mahasiswa mampu menguraikan Organisasi-organisasi
KB di Indonesia
SEJARAH KB
DI LUAR
NEGERI
 Upaya Keluarga Berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang-orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris
yaitu Marie Stopes (19880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan
buruh.
 Di Amerika Serikat dikenal dengan Margareth Sanger (1883-1966) dengan program
“birth control” nya merupakan pelopor KB Modern.
 Pada tahun 1917 didirikan National Birth Control League dan pada Nopember 1921
diadakan American National Birth Control Conference yang pertama.
 Pada tahun 1925 ia mengorganisir Konferensi International di New York yang
menghasilkan pembentukan International Federation of Birth Control League.
 Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif di dalam pembentukan International
Committee on Planned Parenthood yang dalam konferensinya di New Delhi pada tahun
1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF).
Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Lady Rama Ran dari India sebagai
pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF tersebut.
SEJARAH KB
DI INDONESIA
 Sejalan dengan perkembangan KB di luar negeri,
di Indonesia telah dilakukan usaha membatasi
kelahiran secara tradisional dan bersifat individual.
Dalam kondisi angka kematian bayi dan ibu
yang melahirkan di Indonesia cukup tinggi,
upaya mengatur kelahiran tersebut makin meluas
terutama di kalangan dokter. Sejak tahun 1950-an
para ahli kandungan berusaha mencegah angka
kematian yang terlalu tinggi dengan merintis
Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
1 4 7

2 5 8

6 9
3
Periode Perintisan (1950an – 1966)
 23Desember 1957  : pembentukan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau
Indonesia Planned Parenthood Federation
(IPPF). 

 Tahun1967 : PKBI diakui sebagai badan


hukum oleh Departemen Kehakiman.
PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga-
keluarga yang sejahtera melalui 3 macam usaha
pelayanan yaitu :
Periode Keterlibatan Pemerintah
dalam Program KB Nasional
 Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi
Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya
menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran
dalam keluarga sebagai hak asasi manusia.
 Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden Soeharto
pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius
mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga
berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”.
Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk
Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program KB
dijadikan Program Nasional.
 Pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden No.
26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat
Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968
 Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi
segala aspirasi yang ada di dalam masyarakat di
bidang Keluarga Berencana.
 Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan
atau Lembaga yang dapat menghimpun segala
kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta
terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.
 Padatanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga
Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat
Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga
ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi
Pemerintah.
Periode Pelita I (1969-1974)
 Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun
1970 dan sebagai Kepala BKKBN adalah dr. Suwardjo
Suryaningrat.
 Dua tahun kemudian, pada tahun 1972 keluar Keppres No. 33
Tahun 1972 sebagai penyempurnaan Organisasi dan tata kerja
BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung
dibawah Presiden.
 Pada Periode Pelita I dikembangkan Periode Klinik (Clinical
Approach).
Periode Pelita II (1974-1979)
Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang
semula berorientasi pada kesehatan ini mulai
dipadukan dengan sektor-sektor pembangunan
lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan Integratif
(Beyond Family Planning). Dalam kaitan ini pada
tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis Pendidikan
Kependudukan sebagai pilot project.
Periode Pelita III (1979-1984)
 Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif)
yang didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui
organisasi/institusi masyarakat dan pemuka masyarakat, yang
bertujuan untuk membina dan mempertahankan peserta KB yang
sudah ada serta meningkatkan jumlah peserta KB baru.
 Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi operasional yang
baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang
bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat
mempercepat penurunan fertilitas.
 Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE
dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass
Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.
Periode Pelita IV (1983-1988)
 Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono
Suyono sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono
Suryaningrat yang dilantik sebagai Menteri Kesehatan.

 Pada periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan


pada tanggal 28 Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara
penerimaan peserta KB Lestari di Taman Mini Indonesia Indah.
Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye LIngkaran
Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat
pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.
Periode Pelita V (1988-1993)
 Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono Suyono.
 Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas petugas dan
sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian diluncurkan
strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS).
 Pada periode ini ditetapkan UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan,
maka kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan
keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
Periode Pelita VI (1993-1998)
 Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan Keluarga” yang
bertujuan untuk menggalakan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB nasional.
 Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai dengan 19
Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri Negara
Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN setingkat
Kementerian.
 Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan merangkap
sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan berselang dengan terjadinya gerakan reformasi,
maka Kabinet Pembangunan VI mengalami perubahan menjadi Kabinet Reformasi
Pembangunan Pada tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono Suyono menjadi Menteri
Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan Kemiskinan, sedangkan Kepala BKKBN
dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus Oka sekaligus menjadi Menteri Kependudukan.
Periode Pasca Reformasi
 Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-
undangan yang telah ada, Program Keluarga Berencana
Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan
kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan
kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui
pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan
keluarga.
 Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah
ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000. 
 Pada tahun 2009, diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, dimana BKKBN kemudian direstrukturisasi
menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan
koordinasi.
Berdiri sejak 23 Desember 1957, Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) merupakan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
mempelopori gerakan Keluarga Berencana di
Indonesia. Lahirnya PKBI dilatarbelakangi oleh
keprihatinan para pendiri PKBI, yang terdiri dari
sekelompok tokoh masyarakat dan ahli kesehatan
terhadap berbagai masalah kependudukan dan
tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
Visi, Misi dan Strategi PKBI
VISI
Pusat Unggulan (Center of Excellence) Pengembangan Program dan Advokasi Kesehatan
Seksual dan Reproduksi yang mandiri pada tahun 2020
MISI
Mengembangkan pusat informasi, edukasi dan konseling serta pelayanan kesehatan seksual
dan reproduksi ditekankan pada  pelayanan Keluarga Berencana  yang berkualitas, berbasis
hak dan berperspektif jender, melalui peningkatan peran PKBI yang profesional, kredibel, 
mandiri dan berkelanjutan.
Memberdayakan masyarakat, agar mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya dan
berperilaku bertanggungjawab dalam hal Kesehatan Seksual dan Reproduksi.
Mempengaruhi para pengambil kebijakan untuk memberikan dukungan dan komitmen atas
terjaminnya pemenuhan hak-hak seksual dan reproduksi
STRATEGI
Strategi I:  Mengembangkan model-model dan standar pelayanan kesehatan
seksual dan  reproduksi  yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Strategi II:  Memberdayakan masyarakat untuk memperjuangkan  hak seksual
dan reproduksi  bagi dirinya dan orang lain.
Strategi III:  Mengembangkan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS,
HIV dan AIDS.
Strategi IV:  Melakukan advokasi di semua tingkatan organisasi kepada
parapengambil kebijakan untuk menjamin pemenuhan hak-hak dan kesehatan
seksual dan reproduksi.
Strategi V:  Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya organisasi.
Program PKBI
 Pemberdayaan Masyarakat
 Pusat Informasi dan Layanan Remaja
 Layanan KB dan Kespro
 Respon Bencana
 Advokasi dan Komunikasi
VISI DAN MISI
 VISI
Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas

MISI
 Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.
 Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
 Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
 Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
 Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten.
Tiga Nilai Revolusi Mental
 Integritas (jujur, dipercaya, disiplin, bertanggung
jawab, dan tidak munafik)
 Etos kerja (kerja keras, kerja cerdas, berdaya saing,
optimis, inovatif, dan produktif)
 Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, dan
berorientasi pada kemaslahatan umum)
Tugas BKKBN
“Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana”
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BKKBN
menyelenggarakan fungsi:
 Perumusan kebijakan nasional, pemaduan dan sinkronisasi kebijakan di bidang KKB;
 Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang KKB;
 Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan KB;
 Penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi di bidang KKB;
 Penetapan perkiraaan pengendalian penduduk secara nasional;
 Penyusunan desain Program KKBPK;
 Pengelolaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB);
 Pengelolaan dan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk kebutuhan Pasangan Usia
Subur (PUS) nasional;
 Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga
Lanjutan...
 Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan
tingkatnasional dalam pengendalian pelayanan dan pembinaan
kesertaan ber-KB dan Kesehatan Reproduksi (KR);
 Pengembangan desain program pembangunan keluarga melalui
pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
 Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan
tingkat nasional dalam pembangunan keluarga melalui ketahanan dan
kesejahteraan keluarga;
 Standardisasi pelayanan KB dan sertifikasi tenaga penyuluh
KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB);
 Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian
penduduk dankeluarga berencana; dan
 Pembinaan, pembimbingan dan fasilitas di bidang KKB.
Selain menyelenggarakan fungsi tersebut, BKKBN juga
menyelenggarakan fungsi:

 Penyelenggaraan pelatihan, penelitian dan


pengembangan di bidang KKB;
 Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas
administrasi umum di lingkunganBKKBN;
 Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawab BKKBN;
 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
BKKBN; dan
 Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di
bidang KKB.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkembangan KB di Indonesia
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkembangan KB di Indonesia
Sosial Ekonomi
 Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi
penduduk Indonesia di pengaruhi oleh perkembangan dan
kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program
KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat
karena berkaitan dengan kemampuan untuk membeli alat
kontrasepsi yang digunakan.
 Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu
negara akan lebih baik karen dengan anggota keluarga
yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan
kesejahteraan dapat terjamin.
Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien
dalam memilih metode kontrasepsi, faktor – faktor
ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat
mengenai berbagai metode, kepercayaan religius,
serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai
resiko kehamilan dan status wanita.
Pendidikan

Orang yang berpendidikan akan mempunyai


pengetahuan yang baik tentang KB. Sehingga dia
akan ikut berpartisipasi menjadi akseptor KB.
Agama
 Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien
dalam memilih metode.
 Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada KB alami.
 Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang
sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam
tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor
wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak
teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat
menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang bersembahyang.
 Di sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan
makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat
menjadi masalah.
Status Wanita

Status wanita dalam masyarakat dapat mempengaruhi


kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai
metode kontrasepsi didaerah daerah yang status wanitanya
meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih
besar untuk membayar metode – metode yang lebih mahal serta
memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga
di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat
sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode,
misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami
sebelum layanan KB dapat diperoleh.
RINGKASAN
 Upaya Keluarga Berencana di luar negeri berdiri atas inisiasi Margareth Sanger (1883-
1966) yang mendirikan International Planned Parenthood Federation (IPPF) pada tahun
1952.
 Di Indonesia telah dilakukan usaha membatasi kelahiran hingga pada tahun 1957,
didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana yang berkembang menjadi Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), namun dalam kegiatan penerangan dan
pelayanan masih dilakukan terbatas.
 Pada tahun 1967 Presiden Soeharto dan pemerintahannya turut serta dalam upaya KB
dan tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968 dengan status sebagai Lembaga
Semi Pemerintah. Lembaga ini berkembang menjadi Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970. Pada tahun
2009, diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia terdiri dari faktor
penghambat dan faktor pendukung
Sumber
 Prijatni,
Ida. Dkk. 2016. Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Berencana. Jakarta : PPSDM
Kemenkes RI.
 Yuhedi, Lucky Taufika. 2015. Buku Ajar
Kependudukan & Pelayanan KB. Jakarta : EGC
 Web Resmi BKKBN (www.bkkbn.go.id)
 Web Resmi PKBI (www.pkbi.or.id)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai