Anda di halaman 1dari 118

Darti Rumiatun

PENGERTIAN IMUNISASI

 Adalah suatu cara untuk meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa, tidak
terjadi penyakit.
Dilihat dari cara timbulnya terdapat 2 jenis
kekebalan yaitu :
 Kekebalan Pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari
luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri.
Contohnya :
kekebalan janin yang diperoleh dari ibu.
Pemberian ATS (Anti Tetanus serum)
Kekebalan pasif tidak berlangsung lama
 Kekebalan Aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh
tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti
imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif
biasanya berlangsung lama.
POKOK-POKOK KEGIATAN PENYELENGGARAAN
IMUNISASI DI INDONESIA

Permenkes No. 12 tahun 2017 ttg Penyelenggaraan


Imunisasi
Bentuk-bentuk Penyelenggaraan Imunisasi :
1. Imunisasi Rutin
2. Imunisasi Tambahan
3. Imunisasi Khusus Kegiatan Imunisasi Tertentu
terhadap PD3I dalam situasi khusus biasanya dalam
wilayah luas dan waktu tertentu,
Imunisasi Rutin
 Imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus diberikan
dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan
 Imunisasi rutin terbagi atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan
 Berdasar kelompok usia sasaran :
 Imunisasi pada bayi
 Imunisasi pada WUS
 Imunisasi pada anak sekolah
 Berdasarkan tempat pelayanan :
 Di dalam gedung
 Di luar gedung
 Di Institusi Swasta
1. Imunisasi Dasar
 Imunisasi diberikan pada bayi sebelum berusia 1tahun
 Imunisasi yang diberikan :
 hepatitis B;
 poliomyelitis;

 tuberkulosis;
 difteri;
 pertusis;
 tetanus;

 pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b


(Hib); dan
 campak.
2. Imunisasi Lanjutan

 merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan


tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar
 Imunisasi lanjutan diberikan :
 Anak usia dibawah dua tahun (Baduta)  difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, meningitis dan campak
 Anak usia sekolah dasar  difteri, tetanus, campak
 Wanita usia subur  tetanus dan difteri
Imunisasi Tambahan

Imunisasi yang dilakukan atas ditemukannya masalah dari hasil


pemantauan atau evaluasi  periode tertentu dan dananya
khusus
1. Backlog Fighting : upaya aktif untuk melengkapi imunisasi
dasar pada anak yang berumur di bawah 3 tahundesa
Non UCI (Universal Child Imunization) 2 thn berturut2
2. Crash Program :kegiatan yang ditujukan pada satu wilayah
yang memerlukan intervensi cepat untuk mencegah
terjadinya KLB  desa non UCI 3 thn berturut2
Imunisasi Khusus

 Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang


dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi
tertentu
IMUNISASI WAJIB : PROGRAM PENGEMBANGAN
IMUNISASI (PPI)

 Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin)


 Vaksin DPT ( Difteria, pertusis, Tetanus), Vaksin DT
(Difteria, Tetanus)
 Vaksin Tetanus
 Vaksin Campak (Morbili) dan Rubella (MR)
 Vaksin Poliomielitis
 Vaksin Hepatitis B
 HIB (Pentavalen)
BCG

 Bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif


terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
 VaksinBCG mengandung kuman BCG (Bacillus
Calmette- Guerin) yang masih hidup.
Cara Imunisasi

 Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan


ketika bayi baru lahir sampai umur 12 bulan,
tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi
BCG cukup diberikan satu kali saja. Sesuai
kesepakatan penyuntikan BCG dilakukan di lengan
kanan atas.
 Dosis yang diberikan 0,05 ml, intracutan.
Reaksi Imunisasi

 Biasanyasetelah suntikan BCG bayi tidak akan


menderita demam. Bila ia demam setelah
imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan
lain. Untuk hal ini agar konsultasikan dengan
dokter.
Efek Samping

 Umumnya jarang dijumpai efek samping. Mungkin


terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
setempat yang terbatas dan biasanya sembuh
sendiri walaupun lambat.
Indikasi Kontra

 Tidakada larangan untuk melakukan imunisasi


BCG, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC
atau menunjukkan uji Mantoux positif.
Vaksin DPT ( Difteria, pertusis,
Tetanus), Vaksin DT (Difteria,
Tetanus)

 Bertujuan untuk menimbulkan kekebalan


aktif dalam waktu yang bersamaaan
terhadap penyakiit difteria, pertusis (batuk
rejan) dan tetanus.
Cara Imunisasi

 Imunisasidiberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2


bulan dengan selang waktu antara dua
penyuntikan minimal 4 minggu.
 Untuk DT diberikan pada usia sekolah (BIAS =
Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
 Dosis yang diberikan 0,5 ml, intramuskular.
Reaksi Imunisasi

 Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam


ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat
suntikan selama 1 – 2 hari.
Efek Samping

 Kadang terdapat efek samping yang lebih berat,


seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya
disebabkan oleh unsur pertusisnya.
Indikasi Kontra

 Tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah


dan anak yang menderita penyakit kejang demam
kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak
dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita
batuk rejan dalam tahap awal atau pada penyakit
gangguan kekebalan (defisiensi imun).
 Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang
berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan
diberikan DPT lagi melainkan DT saja (tanpa P).
Vaksin Poliomielitis

 Bertujuanuntuk menimbulkan kekebalan aktif


terhadap penyakit polio.
Jenis

 OPV (Oral Polio Vaccine)


 IVP (Inactived Poliomieliis Vaccine) secara Sub
cutan dalam sebanyak 0,5 ml
Cara Imunisasi

 Imunisasidiberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2


bulan dengan selang waktu antara dua pemberian
minimal 4 minggu. Vaksin diberikan 2 tetes per-
oral.
Reaksi Imunisasi

 Reaksi yang mungkin terjadi biasanya tidak ada,


mungkin pada bayi akan terdapat berak-berak
ringan.
Efek Samping

 Hampir tidak terdapat efek samping. Bila ada,


mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak
seperti pada penyakit polio sebenarnya.
Indikasi Kontra

 Padaanak dengan diare berat atau yang sedang sakit


parah, imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan.
Demikian pula pada anak yang menderita penyakit
gangguan kekebalan (defisiensi imun) tidak diberikan
imunisasi polio. Alasan untuk tidak memberikan
vaksin polio pada keadaan diare berat ialah
kemungkinan terjadinya diare yang lebih parah.
Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam,
atau diare ringan imunisasi polio dapat diberikan
seperti biasanya.
Vaksin Campak (Morbili) dan RUBELLA
(MR)
 Bertujuanuntuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak dan penyakit rubella
(campak jerman)
Cara Imunisasi

 Vaksin campak diberikan pada umur 9 bulan dan


18 bulan, dosis 0,5 ml sub-kutan dalam.
 Diulang lagi saat Sekolah dasar (kelas I).
Reaksi Imunisasi

 Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi.


Mungkin terjadi demam ringan dan tampak sedikit
bercak merah pada pipi di bawah telinga pada
hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan. Mungkin pula
terdapat pembengkakan pada tempat suntikan.
Efek Samping

 Sangatjarang, mungkin dapat terjadi kejang yang


ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10 – 12
setelah penyuntikan.
Vaksin Hepatitis B

 Bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif


terhadap penyakit hepatitis B
Cara Imunisasi
 Diberikan
sejak bayi dilahirkan dan diberikan lagi
bersamaan dengan DPT
Reaksi Imunisasi
 Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam
ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat
suntikan selama 1 – 2 hari
Efek Samping
 Selama pemakaian 10 tahun ini tidak dilaporkan
adanya efek samping yang berarti.
HIB (Haemophilus Influenzae type B)

 Untukmencegah penyakit meningitis (radang


selaput otak) juga mencegah pneumonia
Efek samping

 Cukupringan, kalaupun ada nyeri tempat


penyuntikan
IMUNISASI YANG DIANJURKAN

 Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)


 Vaksin Demam Tifoid
 Vaksin Hepatitis A
 Vaksin Cacar Air (Varisela)
 Vaksin Rabies (Penyakit Anjing Gila)
 Vaksin influenza
 Vaksin HPV (Human Papiloma Virus)
Jadwal Imunisasi
UMUR VAKSIN TEMPAT
Bayi lahir di rumah:
0 bulan HB 0 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu*
2 bulan DPT/HB1,Polio2 Posyandu*
3 bulan DPT/HB2, Polio3 Posyandu*
4 bulan DPT/HB3, Polio4 Posyandu*
9 bulan Campak Posyandu*
Bayi lahir di RS/RB/Bidan Praktek:
0 bulan HB 0, BCG, Polio RB/RS/Bidan
1
2 bulan DPT/HB1, Polio2 RB/RS/Bidan/#
3 bulan DPT/HB2, Polio3 RB/RS/Bidan/#
4 bulan DPT/HB3, Polio4 RB/RS/Bidan/#
9 bulan Campak RB/RS/Bidan/#
IMUNISASI ANAK SEKOLAH PEMBERIAN IMUNISASI DOSIS

Kelas 1 DT 0,5 cc
Campak 0,5 cc
Kelas 2 TT 0,5 cc
Kelas 3 TT 0,5 cc

IMUNISASI PEMBERIAN SELANG WAKTU MASA DOSIS


IMUNISASI PEMBERIAN PERLINDUNGAN
MINIMAL

TT WUS T1 - - 0,5 cc
T2 4 minggu setelah 3 Tahun 0,5 cc
T1

T3 6 Bulan setelah T2 5 Tahun 0,5 cc


T4 1 Tahun setelah T3 10 Tahun 0,5 cc

T5 1 Tahun setelah T4 25 Tahun 0,5 cc


A. Menyiapkan Pelayanan Imunisasi
(lanjutan….)

2) Pelayanan Imunisasi di Lapangan


(outreach)
• Jika di dalam ruangan maka harus cukup
terang dan cukup ventilasi.
• Jika di tempat terbuka dan di dalam cuaca
yang panas, pilihlah tempat yang teduh.

41
A. Menyiapkan Pelayanan Imunisasi (lanjutan….)
Dalam mengatur tempat imunisasi, pastikan bahwa:
 pintu masuk terpisah dari pintu keluar agar tidak terjadi penumpukan
antrian
 mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
 melaksanakan kegiatan system 5 meja yaitu pelayanan terpadu
lengkap yang mencakup 5 program (Gizi, KB, Diare KIA, dan
Imunisasi)
 jumlah pengunjung yang ada di tempat imunisasi atau tempat lain
dibatasi sehingga tidak penuh sesak;
 Segala sesuatu yang diperlukan ( safety box, kit KIPI, dll) berada
dalam jangkauan atau dekat dengan meja imunisasi anda.

42
B. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

1. Penyuluhan
Berisi tentang:
 kegunaan imunisasi,
 efek samping dan cara
penanggulangannya serta
 kapan dan dimana pelayanan imunisasi
berikutnya akan diadakan

43
B. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

2. Pemeriksaan Sasaran (Skrining) Dan Pengisian


Register
Setiap sasaran sebaiknya diperiksa dan diberi
semua vaksin sesuai jadwal imunisasi.

 Tentukan usia dan status imunisasi terdahulu


sebelum diputuskan vaksin mana dan dosis
keberapa yang akan diberikan
 Jarak Pemberian antar dosis vaksin (DPT/HB,
Polio) minimal 4 minggu
44
B. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
 Untuk imunisasi TT WUS:
 Jika memiliki kartu TT, berikan dosis sesuai dengan
jadual pemberian TT nasional.
 Jika tidak memiliki kartu TT, tanyakan apakah ia pernah
mendapatkan dosis TT di masa lalu:
 Jika TIDAK: berikan dosis pertama TT dan anjurkan
kembali sesuai dengan jadual pemberian TT nasional
 Jika YA: berapa banyak dosis yang telah diterima
sebelumnya dan berikan dosis berikutnya secara
berurutan.
 Jika ia tidak bisa mengingat atau tidak tahu, sebaiknya
berikan dosis kedua kepadanya dan anjurkan untuk
datang lagi untuk menerima dosis berikutnya.

45
Latihan skrining (I):
1. WUS lahir tahun 1985, datang untuk ANC anak ke 3. Hasil
anamnesa : saat catin WUS tidak disuntik/ imunisasi. Saat
hamil anak ke 1 mendapat imunisasi 2 kali, saat hamil anak
ke 2 mendapat imunisasi 2 kali. Berapa status TT WUS
tersebut? Apakah WUS diberi imunisasi saat ANC sekarang?
Berapa kali?

2. WUS usia 37 tahun, datang untuk ANC anak ke 2. Hasil


anamnesa : saat catin WUS mendapat imunisasi 2 kali. Saat
hamil anak ke1 mendapat imunisasi 2 kali. Berapa status TT
WUS? Apakah WUS diberi imunisasi saat ANC sekarang?
Berapa kali?

46
SKRINING STATUS TT pada WUS
RIWAYAT Skrining WUS umur 32 th Skrining WUS umur 37 th
CATIN - +  T1
- +  T2
HAMIL I + T1 +  T3
+  T2 +
+ T3 Status skrining  T3
HAMIL II
+
DIIMUNISASI TT 1x  TT4
HAMIL III
Status skrining T3

DIIMUNISASI TT 1x  TT4

47
Kasus 1-6
Sdh Berapa kali
Perlu TT
No Umur imunisasi Terakhir saat hamil Jarak?
di ANC?
Sdh
Tetanus Berapa
ini? kali
Perlu TT
No Umur imunisasi Terakhir saat hamil Jarak?
di ANC?
Tetanus ini?
1 20 tahun 0 kali belum pernah
1 20 tahun 0 kali 2belum
tahunpernah
yang
2 20 tahun 1 kali lalu
2 20 tahun 1 kali 2 1tahun
tahunyang lalu
yang
3 25 tahun 2 kali lalu
3 25 tahun 2 kali 1 2tahun
tahunyang lalu
yang
4 25 tahun 2 kali lalu
4 25 tahun 2 kali 2 tahun yang lalu
4 tahun yang
5
5 25
25 tahun
tahun 33 kali
kali 4 tahunlalu
yang lalu
1 tahun yang
6 30 tahun
30 tahun 3 kali 1 tahunlalu
yang lalu 48
Kasus 1-6
Sdh
Sdh Berapa
Berapa kali
kali
Perlu
Perlu TT
TT
No
No Umur
Umur imunisasi
imunisasi Terakhir
Terakhir saat hamil
saat hamil Jarak?
Jarak?
di
di ANC?
ANC?
Tetanus
Tetanus ini?
ini?

1
1 20
20 tahun
tahun 00 kali
kali belum
belum pernah
pernah Ya 2 kali 1 bulan

2
2 20
20 tahun
tahun 11 kali
kali 22 tahun
tahun yang
yang lalu
lalu Ya 2 kali 6 bulan

3 25 tahun 2 kali 1 tahun yang lalu Ya 1 kali  

4 25 tahun 2 kali 2 tahun yang lalu Ya 1 kali  

5 25 tahun 3 kali 4 tahun yang lalu Ya 1 kali  

6 30 tahun 3 kali 1 tahun yang lalu Ya 1 kali  


49
6. Kontra indikasi pemberian imunisasi
Tiga kontraindikasi imunisasi:
 Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat
merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin
berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas > 380C
merupakan kontraindikasi pemberian DPT/HB1 dan
campak.
 Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang
menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS,sedangkan
vaksin lainnya sebaiknya diberikan.
 Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian
imunisasi kepada bayi yang sakit, jangan berikan
imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi jika bayinya
sudah sehat.
Bayi yang mengalami kondisi ini sebaiknya
diimunisasi:

· alergi atau asma (kecuali jika diketahui ada alergi terhadap


komponen khusus dari vaksin yang disebutkan di atas);
· sakit ringan seperti infeksi saluran pernafasan atau diare dengan
suhu dibawah 38,50C;
· riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah
imunisasi;
· pengobatan antibiotik;
· dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi HIV dengan tidak
menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS; tanda-tanda dan
gejala AIDS kecuali BCG
· riwayat sakit kuning pada kelahiran.
Bayi yang mengalami kondisi ini sebaiknya
diimunisasi

· anak diberi ASI;


· sakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru,
ginjal atau liver;
· kondisi syaraf stabil seperti kelumpuhan otak karena luka
atau Down’s Syndrome;
· prematur atau berat lahir rendah;
· Sebelum atau pasca operasi
· kurang gizi;
Cara dan lokasi penyuntikan

Vaksin BCG DPT/HB Campak Polio HB Uniject

Tempat Lengan Paha tengah Lengan Mulut Paha sebelah


suntikan kanan atas bagian luar Kiri Atas kanan bagian
luar tengah luar

Cara Intrakutan Intramuskular Sub Kutan Diteteskan Intramuskular


Penyuntikan

Dosis 0.05 cc 0.5 cc 0.5 cc 2 tetes 0.5 cc


 Vaksin: Produk biologis (bakteri, virus, toxoid) yang
dilemahkan / dimatikan atau rekombinan  menimbulkan
kekebalan specifik secara aktif thd penyakit tertentu.
 Jenis – jenis vaksin program imunisasi di Indonesia: BCG,
Polio, Campak, Hepatitis B, DPT/HB, TT, DT
Pengenalan vaksin program imunisasi
Pengolongan
 Dasar asal antigen
a. Bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated)
 Virus  OPV, campak, yellow faver, Hepatitis B
 Bakteri  BCG
b. Bibit penyakit dimatikan (inactivated)
 Virus  IVP
 Bakteri  Pertusis.

 Dulu  Dasar penyimpanan


 Vaksin Bacterial  BCG, DPT, DT, TT
 Vaksin Viral  OPV, Campak. HB recombinan
 Vaksin Bacterial-Viral  DPT/HB

 Dasar Sensitve suhu.


 FS (freeze Sensitive)  Hept B, , DPT, DT, TT, DPT-HB
 HS (Heat Sensitive)  BCG, OPV, Campak
Jenis pelarut

 Diluent(pelarut)
 4 ml NaCl 0,9 %  BCG Paris 1173 P2
 1 ml Sauton SSI  BCG Danis strain
 5 ml aquabidest steril  Campak
BCG strain Paris no.1173. P2

 Bentuk beku-kering.
 Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC, pelarut pada suhu kamar
 Kadaluarsa 12 bulan, pelarut 60 bulan.
 Indikasi  kekebalan aktip terhadap tuberkulosa
 Kemasan 1 box isi 10 Amp, pelarut 4 ml NaCl 0,9 % untuk setiap ampul
 Dosis  0,05 ml / dosis pada intrakutan
 Pelarut didinginkan pada suhu + 2 s/d + 8 OC minimal 12 jam sebelum
dipakai
 Setelah dilarut vaksin hanya bertahan 3 jam
Microbakterium Bovis, Danish Strain 1331

 Bentuk beku-kering.
 Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC, pelarut pada suhu kamar
 Kadaluarsa 12 bulan, pelarut 60 bulan.
 Indikasi  kekebalan aktip terhadap tuberkulosa
 Kemasan 1 box isi 10 vial, pelarut 1 ml NaCl 0,9 % untuk setiap vial
 Dosis  0,05 ml / dosis pada intrakutan
 Pelarut didinginkan pada suhu + 2 s/d + 8 OC minimal 12 jam sebelum
dipakai
 Setelah dilarut vaksin hanya bertahan 4 jam
DPT / HB.

Bentuk Cairan.

Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,

Kadaluarsa 24 bulan

Indikasi
  kekebalan aktip Difteri, tetanus dan Hept B.
Kemasan
 1 box isi 10 vial, @ 5 dosis (2,5 ml)
Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis
  0,5 ml / dosis pada intra muskuler
Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan
 paling lama 4
minggu.dengan ketentuan :
Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang, Tidak
terendam air, Sterilitas terjaga, VVM kondisi A / B
Vaksin dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC

D T.

 Bentuk Cairan.
 Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,
 Kadaluarsa 24 bulan
 Indikasi  kekebalan aktip Difteri dan tetanus .
 Kemasan 1 box isi 10 vial, @ 10 dosis (5 ml)
 Setiap vial ditempelkan VVM.
 Dosis  0,5 ml / dosis pada intra maskuler atau Subkutan dalam
 Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan paling lama 4
minggu.dengan ketentuan :
 Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang, Tidak terendam
air, Sterilitas terjaga, VVM kondisi A / B
 Vaksin dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC
T T.

Bentuk Cairan.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,
Kadaluarsa 24 bulan
Indikasi  kekebalan aktip tetanus .
Kemasan 1 box isi 10 vial, @ 10 dosis (5 ml)
 Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis  0,5 ml / dosis pada intra maskuler atau Subkutan dalam
Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan paling lama 4
minggu.dengan ketentuan :
 Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang, Tidak
terendam air, Sterilitas terjaga, VVM kondisi A / B
 Vaksin dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC
Polio.

 Bentuk Cairan + pipet (dropper).


 Kadaluarsa Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC  6 bln, - 15 s/d – 25 OC  2 thn
 Indikasi  kekebalan aktip terhadap polomyelitis.
 Kemasan 1 box isi 10 vial, @ 10 dosis (5 ml)
 Kemasan pipet 1 box isi 10 pipet.
 Setiap vial ditempelkan VVM.
 Dosis  0,5 ml / dosis pemberian secara Oral
 Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan paling lama 2 minggu.dengan ketentuan :
 Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang, Tidak terendam air, Sterilitas terjaga, VVM kondisi A
/B
Campak strain Cam 70

 Bentuk beku-kering.
 Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC, pelarut pada suhu kamar
 Kadaluarsa 24 bulan, pelarut 60 bulan.
 Indikasi  kekebalan aktip terhadap penyakit Campak
 Kemasan 1 box isi 10 Amp, pelarut 5 ml aquabidest steril untuk
setiap vial
 Dosis  0,5 ml / dosis pada subkutan
 Pelarut didinginkan pada suhu + 2 s/d + 8 OC minimal 12 jam sebelum
dipakai
 Setelah dilarut vaksin hanya bertahan 6 jam atau 8 jam  diskusi
Hepatitis B PID recombinan.

Bentuk Cairan.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,
Kadaluarsa 26 bulan
Indikasi  kekebalan aktip terhadap infeksi virus Hept B.
Kemasan 1 box isi 100 pough, @ 1 dosis
Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis  0,5 ml / dosis pada intra maskuler
 Vaksin dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC (- 0,5 dalam 30 menit)
Alat pemantau suhu.

 Pemantau suhu panas


 VCCM (Vaksin Cold Chain Monitor)
 VVM (Vial Vaksin Monitor)

 Pemantau suhu dingin


 Freeze tag  I strip ?
Pemantau suhu panas

 VCCM
 Tipe-tipe VVM

 VVM-30. tahan > 30 hari pada 37°C


 (High stability vaccines seperti HepB, TT, DT)

 VVM-14, tahan > 14 hari pada 37° C


 (Medium stability vaccines seperti DPT-HB dan Campak)

 VVM-2, tahan > 2 hari pada 37°C


 (Least stable vaccines, seperti Polio)
Catatan:
 perbedaan tipe VVM hanya dapat diketahui saat penempelan di
pabrik vaksin
Stability of vaccine / vvm modul / WHO ref
Pemantau suhu panas

 VVM.

A
√ Segi empat lebih terang dari lingkaran.
Gunakan vaksin bila belum kedaluarsa.


Segi empat berubah gelap tapi lebih terang
B dari lingkaran.
Gunakan vaksin lebih dahulu bila belum
kedaluarsa.

C x Batas untuk tidak digunakan lagi:


Segi empat berwarna sama dengan
lingkaran.
JANGAN GUNAKAN VAKSIN

D x
Melewati Batas Buang:
Segi empat lebih gelap dari lingkaran.
JANGAN GUNAKAN VAKSIN
Vaksin vial monitor

Mana yang boleh digunakan ?


Pemantau suhu dingin

 Freeze Tag.

Baik Buruk
Kesimpulan : Vaksin tidak dapat digunakan
1. Expired date (kadaluarsa) telah berakhir.
2. Vaksin dengan VVM yang telah menjadi C
atau D
3. Vaksin TT, DT, DPT-Hept B, PID Hept B beku
atau pernah beku.
4. Vaksin yang pernah terendam air.
5. Vaksin yang labelnya telah hilang.
6. Vaksin yang kemasannya telah pecah
7. Vaksin yang telah direkonstruksi (dioplos) seperti
BCG, Campak dan waktunya telah berakhir.
A. Penggunaan alat suntik dan teknik penyuntikan yang aman

Pengertian:
Peyuntikan yang aman (safety injection), suatu kondisi:

• Sasaran imunisasi memperoleh kekebalan terhadap suatu penyakit


dalam rangka menurunkan prevalensi penyakit.

• Tidak ada dampak negative berupa kecelakaan atau penularan penyakit


pasca imunisasi pada sasaran maupun petugas

• Secara tidak langsung tidak menimbulkan kecelakaan atau penularan


infeksi pada masyarakat dan lingkungan terkait
74
a. Semprit sekali pakai / Auto Disable Syringe (ADS)

Semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri


dan hanya dapat dipakai sekali

Uniject
Soloshot
Destroject
Univec
Terumo
K1
Medeco inject

75
Keuntungan Semprit sekali pakai :

 Alat ini hanya bisa digunakan sekali


 Mengeliminasi penyebaran penyakit dari pasien ke pasien
 Menghemat waktu untuk mensterilisasi

41
Langkah-langkah penggunaan ADS :

77
Langkah2 penggunaan Semprit sekali pakai

1. Keluarkan semprit dari bungkus plastik


2. Pasang jarum pada semprit bila jarum belum terpasang
3. Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum
4. Masukkan jarum ke dalam botol vaksin, ujung jarum
berada di bawah permukaan vaksin
5. Tarik piston untuk mengisi semprit. Piston secara
otomatis akan berhenti setelah melewati tanda
0,05/0,5 ml dan terdengar bunyi klik
6. Tekan/dorong piston hingga isi semprit sesuai dosis
0,05/0,5 ml
7. Lepaskan jarum dari botol, keluarkan sisa gelembung
udara pada semprit
8. Lakukan penyuntikan. Setelah penyuntikan piston secara
otomatis akan mengunci dan semprit tidak bisa
digunakan lagi.
43
b. Alat suntik Prefilled Injection Device (PID)
Jenis alat suntik yang telah berisi vaksin dosis
tunggal dari pabriknya.

Contoh: - Hepatitis B
- Tetanus Toksoid

Keuntungan:
-Mencegah vaksin dari kontaminasi
-Memastikan dosis yang tepat
-Vaksin & Semprit dalam set yang sama
-Mengurangi vaksin terbuang

44
Langkah-langkah penggunaan PID
Langkah2 Penggunaan PID

1. Keluarkan PID dari kemasan


2. Dorong dengan cepat penutup jarum ke dalam port
3. Jarak antara penutup jarum dan port akan hilang dan terasa ada klik
4. Keluarkan penutup jarum
5. Pegang PID pada port dan suntikkan jarum ke lokasi suntikan
6. Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk mengeluarkan vaksin.
7. Sesudah reservoir kempes, tarik PID keluar

46
c. Semprit & Jarum sekali buang

 Semprit hanya bisa dipakai sekali dan dibuang, tidak direkomendasikan


untuk suntikan dalam imunisasi karena resiko penggunaan kembali semprit
dan jarum disposable menyebabkan resiko infeksi tinggi (WHO,UNICEF &
UNFPA, 1999)
d. Teknik penyuntikan

- Cara penyuntikan imunisasi


Lokasi suntikan pada bayi
• Prosedur penyuntikan :
 Mengunakan ADS baru dan steril.
 Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak rusak &
belum kedaluarsa.
 Tidak menyentuh jarum.
 Membersihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu
kering.
 Menyuntikkan vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
 Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
 Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas
kering baru hingga darah berhenti.
 Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box
tanpa melakukan penutupan kembali jarum suntik
(recapping)
Intrakutan
Suntikan BCG diberikan pada
lengan kanan atas.
• Dosis 0,05cc, disuntikkan
ke dalam lapisan kulit
dengan pelan-pelan
(intrakutan).
• Untuk memberikan
suntikan intrakutan secara
tepat,harus menggunakan
jarum pendek yang sangat
halus (10mm, ukuran 26).
Intramuskular

Suntikan diberikan pada paha


tengah luar secara intramuskular
dengan dosis 0,5 cc
Cara Pemberian :
• Letakkan bayi dengan posisi miring di
atas pangkuan ibu dengan seluruh kaki
telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki
bayi.
• Pegang paha dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
• Masukkan jarum dengan sudut 900.
• Tekan seluruh jarum langsung ke
bawah melalui kulit sehingga masuk ke
dalam otot. Suntikkan pelan-pelan untuk
mengurangi rasa sakit.
Subkutan Suntikan campak diberikan pada lengan
kiri atas secara subkutan dengan dosis
0,5 cc
Cara Pemberian :
• Atur bayi dengan posisi miring di
atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki
bayi. Gunakan jari-jari kiri anda
untuk menekan ke atas (mencubit)
lengan bayi
• Cepat tekan jarum ke dalam kulit
yang menonjol ke atas dengan sudut
450.
• Untuk mengontrol jarum, peganglah
ujung semprit dengan ibu jari dan
jari telunjuk anda tetapi jangan
sentuh jarum.
Prosedur pelarutan vaksin
 Menggunakan pelarut yg tepat dan berasal dari produsen
yg sama.
 Memperhatikan kedaluarsa pelarut.
 Memperhatikan VVM dan kedaluarsa vaksin
 Hanya melarutkan vaksin bila telah ada sasaran
imunisasi.
 Saat melarutkan vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus
sama (2-8 oC).
 Memperhatikan tindakan aseptik dalam pelarutan
 Hanya menggunakan satu semprit untuk satu vial vaksin.
Setelah dipergunakan semprit langsung dibuang ke
safety box.
 Mencatat jam pelarutan vaksin
 Tidak mempergunakan vaksin bila telah lewat “masa
pakai” setelah pelarutan.
B. Pemberian Vaksin Yang Tepat Secara Aman

Penyuntikan Vaksin Yang Tepat Secara Aman Meliputi:


 Kualitas vaksin yang terjamin
 Penyuntikan yang steril
 Melarutkan vaksin secara benar
 Lokasi suntikan yang tepat
 Penapisan indikasi kontra
 Teknik penyuntikan yang benar
Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi

Praktek tidak tepat Reaksi hebat yang mungkin timbul


setelah imunisasi
Suntikan tidak steril
 Penggunaan kembali semprit dan jarum sekali Infeksi seperti abses lokal di tempat
buang suntikan, gejala sepsis, toxis shock
 Sterilisasi semprit dan jarum yang tidak syndrome atau kematian
memadai
 Vaksin atau pelarut yang terkontaminasi
Penyebaran infeksi melalui darah seperti
hepatitis B,C, HIV

Kesalahan pencampuran

 Kocokan vaksin yang tidak memadai


 Pencampuran dengan pelarut yang tidak tepat
Abses lokal
Vaksin tidak efektif
 Obat mengganti vaksin atau pelarut
Efek negatif dari obat, misal insulin,
oksitosin, agen untuk mengurangi
 Penggunaan kembali vaksin yang telah dicampur
dengan pelarut pada pelayanan berikutnya tegangan otot
Kematian
Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi

Praktek tidak tepat Reaksi hebat yang mungkin


timbul setelah imunisasi

Reaksi lokal atau abses


Suntikan di tempat yang salah
 BCG diberikan di bawah kulit
Reaksi lokal atau abses
(subcutaneous)
Kerusakan syaraf statik
 DTP/DT/TT terlalu superfisial
 Suntikan ke dalam pantat (bokong)

Reaksi lokal dari vaksin berlebih


Pengangkutan/penyimpan vaksin Vaksin tidak efektif
yang salah
 VVM berubah warna
 Gumpalan vaksin serab (adsorbed)
ad 1. Cara2 Meningkatkan Keamanan Penyuntikan

a. Menyiapkan bundling (vaksin, ADS, kotak pengaman semprit)


b. Menyiapkan vaksin hanya pada waktu akan memberikan suntikan
c. Jangan biarkan jarum terpasang di atas tutup botol vaksin
d. Ikuti petunjuk penyimpanan dan penggunaan vaksin
e. Ikuti prosedur yang aman untuk mencampur vaksin
f. Gunakan semprit sekali pakai
g. Antisipasi terjadinya gerakan mendadak anak selama penyuntikan
Jangan Membuka Karet Penutup

INGAT !!! Vaksin atau menyedot langsung


dari vial
Jangan meninggalkan jarum
suntik tertanam dalam vial.

•Jangan Menyiapkan suntikan


sebelum anak / sasaran hadir

94
ad 2. Praktek Penyuntikan Yang Tidak Aman

a. Praktek yang dapat membahayakan penerima suntikan


b. Praktek yang dapat membahayakan petugas kesehatan
c. Praktek yang dapat membahayakan masyarakat
C. Pencegahan Luka Tusukan Jarum Dan Infeksi

Tusukan jarum dapat terjadi :


 Jika petugas kesehatan menutup kembali jarum atau berjalan sementara membawa semprit dan
jarum bekas
 Jika pasien khususnya anak-anak tidak dalam posisi yang aman ketika mereka menerima suntikan
 Jika praktek-praktek pembuangan yang tidak aman membiarkan orang atau hewan terkena semprit
atau jarum bekas
Penanganan limbah tidak aman
Cara Mencegah Luka Tusukan Jarum dan Infeksi

1. Mengurangi keinginan untuk memegang jarum


dan semprit
2. Memegang semprit dan jarum dengan aman
3. Mengatur tataletak tempat pelayanan imunisasi

4. Mengatur posisi anak yg tepat untuk penyuntikan


5. Mempraktekkan pembuangan sampah medis tajam
secara aman
ad.2.Memegang semprit dan jarum dengan aman

PENTING: Jika anda menyentuh bagian-bagian ini, buang semprit


dan jarum dan ambil semprit yang baru dan steril.
ad.4. Mengatur posisi anak yang tepat
untuk penyuntikan
Posisi anak ketika divaksinasi
.
Lengan yg satu Tangan yg lain
dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk

Tungkai anak
dijepit paha ibu
Pencegahan tertusuk jarum :
Posisi bayi ketika diimunisasi
ad. 5. Pembuangan sampah semua benda
medis tajam secara aman

Bab 4 Penyuntikan yang Aman 103


Menggunakan Kotak Pengamanan (safety box)
 Kotak tahan air dan tusukan

Pembuatan dan penggunaan kotak pengaman

Jika kotak pengaman tidak


digunakan, tutup pembuka
kotak di bagian atas
Simpan kotak pengaman di tempat
kering, aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak dan
masyarakat umum, sampai kotak ini
telah dibuang dengan aman.

Kotak pengaman hanya untuk


tempat pembuangan semprit

Setelah pelayanan di posyandu kotak


pengaman dibawa kembali ke
Puskesmas
Jangan membuang ADS dalam safety box
melebihi ¾ box  mencegah tertusuk jarum
D. Pemantauan
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Semua kejadian sakit dan kematian


yang terjadi dalam masa satu bulan
setelah imunisasi dan diduga karena imunisasi
Bagan Maturasi Perjalanan
Program Imunisasi
KIPI meningkat Kepercayaan
Cakupan Kepercayaan masyarakat
Pra masyarakat meningkat Eradikasi
meningkat
vaksinasi menurun, kembali
terjadi KLB

Imunisasi
Penyakit stop

KLB
un a n
si
im kup
isa
Ca

Eradikasi
penyakit

I
Kasus KIP

(Chen RT, 1999)


Klasifikasi Lapangan KIPI, Penyebab KIPI
(WHO, 1999)

 Reaksi vaksin
 Kejadian yang disebabkan atau dipicu oleh vaksin yang telah diberikan
secara benar, yang disebabkan oleh sifat-sifat yang dimiliki vaksin.

 Kesalahan Program
 Kejadian yang disebabkan oleh kesalahan dalam menyiapkan,
menangani atau cara pemberian vaksin.
Klasifikasi Lapangan KIPI
(WHO, 1999) Lanjutan…
 Koinsiden
 Kejadian yang terjadi sesudah imunisasi tetapi bukan disebabkan oleh vaksin (faktor kebetulan).

 Reaksi suntikan
 Kejadian, berupa kecemasan atau rasa sakit karena penyuntikan dan bukan karena vaksin.

 Tidak diketahui
 Penyebab kejadian belum dapat ditentukan.
Vaksin Reaksi Onset interval Angka per juta dosis

BCG Adenitis supuratif 2 – 6 bulan 100 – 1.000


BCG osteitis 1 – 12 bulan 1 – 700
Disseminated BCGitis 1 – 12 bulan 2

Hepatitis B Anafilaksis 0 – 1 jam 1–2


Sindrom Guillan-Barré (jenis 1 – 6 minggu 5
vaksin : plasma-derived)

Campak/ Kejang demam 5 – 12 hari 333


MMRa) Trombositopenia (kurang platelet) 15 – 35 hari 33
Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 50

Vaksin Polio Vaccine Associated Paralytic


4 – 30 hari 1,4 – 3,4b)
oral Poliomyelitis (VAPP)
Tetanus Neuritis brakhialis 2 – 28 hari 5 – 10
Anafilaksis 0 – 1 jam 1–6
Abses steril 1 – 6 minggu 6 - 10

DTP Menangis menjerit berkepanjangan 0 – 24 jam 1.000 – 60.000


(>3 jam)
Kejang demam 0 – 3 hari 570c)
Episode hipotonik hiporensponsif 0 – 24 jam 570
Anafilaksis/syok 0 – 1 jam 20
Ensefalopati 0 – 3 hari 0 – 1d)
Surveilans KIPI
Pengertian :
Kegiatan untuk mendeteksi dini, merespon kasus KIPI dengan cepat dan tepat serta mengurangi
dampak negatif terhadap imunisasi untuk kesehatan individu dan program imunisasi
Tujuan Kegiatan Surveilans KIPI

 Mendeteksi, memperbaiki dan mencegah kesalahan program


 Mengidentifikasi peningkatan rasio KIPI yang tidak wajar pada batch vaksin atau merek vaksin
tertentu
 Memastikan bahwa suatu kejadian yang di duga KIPI merupakan koinsidens
 Menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi
Pe ne muan Kas us
Informa s i da ri M a s yara kat
Pe tuga s Kes ehatan
24 ja m

Pe la ca kan
Konfirmas i : Pos itif atau ne ga tif
 Identifikas i : Ka s us
Vaks in
Pe tuga s Pe tuga s Pus ke sma s
Ta ta la ks a na
Sika p M a s yarakat
 Tungga l/berkelompok
 Apa ka h a da kas us la inyangs erupa

Ana lis is (Seme nta ra)


Klas ifikas i KIPI Tim KIPI
 Pe nyebabKIPI Kabupate n/Kota

Tindak La njut
Pe ngobata n
Pus kes ma s RS
 Komunika s i
 Pe rbaikan M utu Pelaya nan

Dina s Ke s
Kab./Kota

La pora n Kas us
Inve s tigas i Komda KIPI KomNas
 Pe mantauan KIPI Propins i PP-KIPI

Langkah kegiatan dari penemuan kasus KIPI sampai pelaporan


Pelaporan KIPI

Yang Harus dilaporkan :


1. Indentitas
2. Jenis vaksin, batch, kedaluarsa, siapa yang memberi, dll
3. Nama dokter /petugas kesehatan yg bertanggung jawab
4. Adakah KIPI pada imunisasi terdahulu
5. Gejala klinis yg timbul dan diagnosis
6. Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam)
7. Waktu timbulnya gejala KIPI setelah imunisasi
8. Gejala sisa setelah dirawat/sembuh
9. Cara penyelesaian KIPI (kronologis)
10. Adakah tuntutan dari keluarga
Bermain peran
Pemain :
 Kader, Orang tua, Bayi, Bidan desa, Kepala puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten
 Skenario :
 Bidan desa mendapat informasi dari kader, bahwa ada bayi yang
setelah mendapat imunisasi di posyandu mengalami kejang2. Keluarga
bayi tidak membawa anaknya ke tenaga kesehatan karena tidak
biaya. Keluarga menduga anaknya sakit akibat diimunisasi. Bidan
melaporkan kasus diduga KIPI ke kepala puskesmas. Kemudian Kapus
dan bidan desa segera menyiapkan melakukan pelacakan.
 Pada waktu pelacakan bidan dan kapus memeriksa kondisi anak dan
menanyakan riwayat penyakit yg dialami. Diputuskan anak harus
dirawat di rumah sakit karena kejang dan demam tinggi masih terus
ada. Petugas kesehatan (Dokter/bidan) memberikan pengobatan dan
penanganan sementara sebelum dirujuk di RS
 Kapus melaporkan kasus diduga KIPI ke dinas kesehatan
kabupaten/kota, kemudian dinas kesehatan kabupaten/kota
melakukan investigasi didampingi kepala puskesmas, dan menganalisis
penyebab kasus KIPI (menentukan klasifikasi lapangan). Setelah
laporan lengkap dinkes kabupaten/kota melaporkan ke provinsi
KESIMPULAN
PENYUNTIKAN YANG AMAN

Melindungi
Petugas kesehatan,
penerima imunisasi dan
masyarakat
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai