Typhoid fever is a disease of the digestive tract that often affects children
and even adults as well as an endemic disease (a disease that is always there in the
community all the time despite the small number of cases). The highest incidence
of typhoid fever occur in developing countries as one the major causes of
morbidity mortality in densely populated areas, poor sanitation and high
urbanization numbers. This study aimed to carry out midwifery care in child "Y"
age of 3 years and 7 months with typhoid fever in RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo.
Method used was a 5-steps technique with midwifery management, namely
the assessment of data, determination of diagnosis, planning and implementation
of midwifery care, evaluated, and documented in the form of SOAP.
Assessment of the results of the child "Y" age of 3 years and 7 months with
typhoid fever, mother said her son’s temperature was heat up down, especially at
night cough for one week. Exmination results: weak general state, the temperature
was 38,5 ºC, dirty white colour of tongue rednes of the tongue tip edges.
Midwifery care the implemented were observing vital sings, observation of fluid
intake output every 6 hours, giving alow-fiber diet high in protein diet did not
course gas, coll aboration with medical team in therapy: Intra venous flurd D5 ½
NS 1100 cc/24 hours, Ceftriaxon 2x500 mg, Antrain 150 mg if the temperature
37,5 ºC – 38,5 ºC, Paracetamol 3x150 mg if the temperature 38,5 ºC – 40 ºC.
The results showed there was a compahility between procedure and theory
about compress administration. Suggestions for health workers that expected that
midwives can immediately identify the signs and symptoms of typhoid fever that
can be anticipated or immediate action, plan the midwifery care in infants with
typhoid fever in order to avoid hepatitis.
LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang sering
menyerang anak-anak bahkan juga orang dewasa serta merupakan penyakit
endemik (penyakit yang selalu ada di masyarakat sepanjang waktu walaupun
dengan angka kejadian yang kecil) (Bunga, dkk, 2012).Insiden tertinggi demam
tifoid terjadi di negara berkembang karena salah satu penyebab utama morbiditas
dan mortalitas di daerah padat penduduk, sanitasi buruk dan angka urbanisasi
yang tinggi (Wardana, dkk, 2011).
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus
demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta penderita, dengan 500.000
hingga 600.000 kematin tiap tahunnya. Negara yang paling tinggi terkena demam
tifoid adalah negara di kawasan Asia Tengah (Pakistan, Bangladesh, India) dan
Asia Tenggara (Indonesia dan Vietnam).Menurut Sarwono (2010) Setiap
tahunnya sekitar 50.000 orang meninggal dari jumlah penderita tifoid antara 350-
810 orang per 100.000 populasi penduduk Indonesia. Rata-rata terdapat 900.000
kasus, 91 % pada umur 3-19 tahun dengan 20.000 kematian setiap tahun (Bunga,
dkk, 2012). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid
juga menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, dengan jumlah orang yang
meninggal sebesar 274 orang dan Case Fatality Rate sebesar 0,67% (Pramitsari,
2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Mojokerto Selama tahun 2010
dilaporkan terjadi 1.896 kelahiran hidup. Dari sekian banyak kelahiran, tercatat 13
kasus lahir mati (0,68 %), 22 kasus kematian bayi, dan 1 kasus kematian balita
dengan AKABA terlaporkan 0,5 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kota
Mojokerto, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Wahidin
Sudiro Husodo, jumlah balita sakit dari bulan Januari sampai Desember 2014
yang diperoleh dari catatan Rekam Medik (RM) didapatkan 250 kasus balita sakit,
yang dikategorikan balita sakit dengan demam tifoid 10 anak (4%), sakit diare 149
anak (59,6), sakit DHF sebanyak 12 anak (4,8%) dan sakit radang tenggorokan
sebanyak 9 anak (3,6%). Jumlah balita sakit bulan Januari sampai Maret 2015
yang diperoleh dari catatan Rekam Medik (RM) didapatkan 100 kasus balita sakit,
yang dikategorikan balita sakit dengan demam tifoid 16 anak (16%), sakit diare 50
anak (50%), sakit DHF sebanyak 11 anak (11%) dan sakit radang tenggorokan 5
anak (5%).
Demam tifoid merupakan infeksi terjadi pada saluran pencernaan.Basil
diserap di usus halus melalui pembuluh limfe masuk kedalam peredaran darah
sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar
disertai nyeri pada perabaan. Basil masuk kembali kedalam peredaran darah
(bakteremia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid
usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak
peyeri.Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.Gejala
demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus (Ngastiyah, 2005).
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan, memelihara
kebersihan lingkungan serta minum air putih yang dimasak sampai mendidih.
Anak dibiasakan buang air besar di toilet dan disetiap keluarga hendaknya
mempunyai toilet sendiri-sendiri, toilet yang baik adalah toilet yang disiram serta
ditutup sehingga tidak ada lalat.Anak yang sudah sekolah dinasehat agar tidak
membeli makanan yang tidak ditutup atau yang tidak bersih (Nursalam, 2005).
Upaya pengobatan dapat dilakukan dengan mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal dengan cara pemberian kompres, pemberian nutrisi yang cukup
dalam bentuk lunak, rendah serat, dan tidak mengandung gas, perawatan diri dan
membantu mobilisasi secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien serta
penatalaksanaan medis dalam pemberian antibiotik, seperti kloramfenikol,
amoksilin atau juga kotrimoksazol (Hidayat, 2009).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah teknik 5 langkah manajemen
kebidanan yaitu pengkajian data, penentuan diagnosa, perencanaan asuhan
kebidanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan, mengevaluasi, dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.Penelitian ini dilakukan di RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo.
REKOMENDASI
Diharapkan ibu balita dapat mengetahui lebih awal tanda-tanda tifoid
dengan datang ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih
sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
berlanjut.
Bidan atau tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi tanda dan
gejala penyakit demam tifoid sehingga dapat melakukan antisipasi atau tindakan
segera, mereancanakaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid
agar tidak terjadi hepatitis.
Rumah sakit untuk lebih ditingkatkan mutu pelayananya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid secara
optimal melalui penanganan cepat dan tepat.
Hendaklah laporan tugas akhir ini digunakan sebagai sumber bacaan atau
refrensi untuk menambah wawasan khususnya tentang balita sakit dengan demam
tifoid.
ALAMAT CORRESPONDENSI:
Nama : Ilfa Istya Indah
No. HP : 085746380193
Email : Ilfa.istya23@gmail.com
Alamat : Dusun Pontang Tengah, RT:033 RW: 009, Ambulu- Jember