(KIR)
DAMPAK KETIDAKPEDULIAN MASYARAKAT
MINANGKABAU TERHADAP PERAN NINIAK
MAMAK KHUSUSNYA
NAGARI SUAYAN KECAMATAN AKABILURU
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
PROVINSI SUMATERA BARAT
i
HALAMAN PENGESAHAN
Dampak Ketidakpedulian Masyarakat Minangkabau Terhadap Peran Niniak
Kelas : X IPA 2
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
(matematika) (Sosiologi)
Mengetahui :
Kepala Madrasah
Rudianto,S.Pd,M.M.Pd
i
ABSTRAK
Karya tulis ilmiah remaja dengan judul “Dampak Ketidakpedulian Masyarakat
Minangkabau Terhadap Peran Niniak Mamak Khususnya Nagari Suayan Kecamatan
Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatra Barat” disusun untuk
menambah wawasan penulis dan pembaca tentang dampak yang terjadi di Minangkabau jika
peran mamak dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak dianggap lagi dan juga untuk memenuhi
tugas karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional ( UN ).
Penulis mengangkat karya tulis ini dikarenakan sudah mulai lunturnya budaya
Minangkabau, khususnya peran niniak mamak dalam kehidupan masyarakat. Karya tulis ini
diharapkan mampu memberikan gambaran bagi masyarakat tentang situasi saat ini serta
mencarikan solusi dalam mengatasi masalah yang timbul, agar tercipta kehidupan masyarakat
yang harmonis di Nagari Suayan khususnya dan Minangkabau pada umumnya.
Karya tulis ini disusun dengan metode kuantitatif dengan menyebarkan angket kepada
beberapa masyarakat nagari Suayan dan beberapa niniak mamak yang ada di nagari Suayan.
Selain itu, karya tulis ini juga disusun dengan metode kualiatatif dengan mengadakan
wawancara bersama masyararakat di lingkungan nagari Suayan.
ii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kemudian shalawat dan
Penyelesaian karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yaitu :
4. Keluarga besar Sapeda Unto selaku sahabat penulis yang telah memberikan
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
Karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada semuanya, agar karya tulis ini
lebih baik lagi. Atas kritik dan saran, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................................i
ABSTRAK ..................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iv
A. Minangkabau................................................................................................................. 4
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara majemuk yang menjadikan Indonesia memiliki
beragam kebudayaan. Banyaknya kebudayaan di Indonesia menjadikan
masyarakatnya juga memiliki beragam pola dan aturan hidup. Salah satunya adalah
kebudayaan Minangkabau. Sistem adat Minangkabau dicetuskan oleh dua orang
bersaudara yaitu Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang. Datuk
Katumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang demokratis. Sedangkan
Datuk Parpatih Nan Sabatang mewariskan sistem adat Bodi Chaniago yang egaliter.
Dua sistem adat ini dikenal dengan keselarasan yang saling mengisi membentuk
sistem masyarakat.
Suatu landasan yang menjadi pondasi di adat Minangkabau adalah adat dan
budaya kekerabatan menurut garis keturunan menurut garis ibu dengan prinsip “anak
dipangku, kamanakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan”. Prinsip
hubungan seperti itu, tidak hanya menyangkut antara ayah dan anak-anaknya, tetapi
juga hubungan dengan para kamanakan. Niniak mamak adalah seorang laki-laki dari
suatu kaum telah dituakan dan jadi “tampek baiyo dan bamolah” (bermusyawarah)
walupun ia masih muda. Dalam hal ini termasuk mamak kepala jurai dan mamak
kepala waris dalam kaum, apakah dia alim ulama, cadiak pandai, pemuka masyarakat,
buruh, petani atau sebagai pejabat sekalipun. Karena itu kita sering mendengar dalam
pertemuan dan rapat-rapat kata-kata yang diucapkan oleh penceramah atau pembicara
menyebutkan “Niniak mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai.
1
Dampak dari aturan tersebut adalah berkurangnya peran niniak mamak dalam
kehidupan masyarakat nagari. Fungsi niniak mamak telah digantikan oleh Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) buatan Pemerintah Orde Baru. Tumbangnya
Orde Baru dan lahirnya Era Reformasi tahun 1998 menimbulkan keinginan
masyarakat Minangkabau untuk kembali menghidupkan lembaga niniak mamak dalam
nagari.
B. Identifikasi Masalah
Seiring perkembangan zaman, adat istiadat mulai tergoyahkan oleh berbagai
pengaruh-pengaruh luar. Begitu juga dengan adat istiadat Minangkabau, salah satunya
adalah keberadaan niniak mamak di Minangkabau. Oleh karena itu, identifikasi
masalah mengenai dampak ketidakpedulian masyarakat Minangkabau terhadap peran
niniak mamak khususnya di Nagari Suayan Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima
2
Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat, akan dikumpulkan dan selanjutnya akan
dilakukan penelitian sesuai dengan batasan kemampuan penulis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, rumusan penelitian
ini adalah “Bagaimana dampak ketidakpedulian masyarakat terhadap peran niniak
mamak di Minangkabau khususnya Nagari Suayan Kecamatan Akabiluru Kabupaten
Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat terhadap kehidupan masyarakat itu
sendiri?”
D. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui dampak ketidakpedulian masyarakat Minangkabau terhadap peran
niniak mamak
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, menambah wawasan tentang pentingnya peran niniak mamak dalam
kehidupan masyarakat Minangkabau dan memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah
(KTI)
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minangkabau
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan
dengan suatu legenda yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo tersebut, konon pada
suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang
dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat
setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan
menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat
menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak kerbau yang
lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu
langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau
besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama
Minangkabau, yang berasal dari ucapan "Manang kabau" (artinya menang kerbau).
Kisah tambo ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan
bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Pariangan
menggunakan nama tersebut. Selanjutnya penggunaan nama Minangkabau juga
digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari Minangkabau, yang terletak di
Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek
moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut
tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding fakta serta
cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat banyak.
Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus
Salatin yang juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus
wakilnya untuk meminta Sang Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain
tersebut untuk menjadi raja mereka.
Niniak mamak adalah sebuah sifat yang ditujukan kepada orang terkemuka dan
disegani dalam nagari di Minangkabau. Gelar penghulu yang juga disebut datuak
adalah salah satu komponen penting niniak mamak di Minangkabau sebuah
kebesaran dan terhormat, sebab dialah yang akan diamba gadang nan kadijunjuang
tinggi (dibesarkan dan ditinggikan), Pai tampaek batanyo , pulang tampek babarito (
Orang yang selalu diminta petunjuknya sebelum melakukan suatu pekerjaan oleh anak
kemenakannya dan orang yang dihormati dan disegani tempat kembali melaporkan
setiap selesai melakukan tugas kesukuan). Begitu mulia kedudukan niniak mamak di
tengah masyarakatnya.Niniak mamak adalah kelompok penentu setiap keputusan yang
menyangkut hajat orang banyak dalam masyarakat di alam Minangkabau. Maka setiap
tindak tanduk dan prilaku masyarakat Minangkabau harus berdasarkan kesepakatan
Niniak mamak. Sebaliknya, tidak akan terlaksana dan tidak akan diakui ketika
pekerjaan menyangkut kepentingan oang banyak tanpa persetujuan niniak mamak
nan gadang basa batuah ( dibesarkan dan dituakan).
5
Niniak mamak adalah seorang laki-laki dalam suatu kaum yang didahulukan
salangkah, ditinggikan sarantiang. Mereka punya kedudukan kuat dalam kaumnya.
Niniak mamak adalah seorang laki- laki dari suatu kaum telah dituakan dan jadi
“tampek baiyo dan bamolah”. Setiap suku haruslah memiliki niniak mamak. Tidak
ada kewajiban bahwa niniak mamak haruslah dari golongan kaya ataupun telah
dewasa, apakah dia ulama, cerdik pandai, pemuka masyarakat, buruh, petani sekalipun
juga bisa diangkat menjadi niniak mamak. Karena niniak mamak hanyalah simbol
kepemimpinan dalam suku sedangkan yang menjalankan tugasnya adalah panungkek
(wakil niniak mamak). Niniak mamak tidak hanya menjabat dalam kaumnya namun ia
juga menjabat dalam nagari dengan membuat suatu badan yang disebut Kerapatan
Adat Nagari (KAN). Kan dianggotai oleh niniak mamak yang diutus dari setiap jorong
3 orang. Niniak mamak bertugas menyelesaikan perselisihan mengenai tanah pusako.
Sebagai anggota niniak mamak adalah perwakilan dari kaumnya dalam pemerintahan
nagari yang mewakili konstituentenya untuk menyampaikan dan memperjuangkan
anspirasi kaum yang dipimpinnya serta untuk membantu menyelesaikan berbagai
persoalan yang timbul pada kemenakannya dalam nagari,”Andiko di dalam kampuang
kusuak nan kamanyalasai karuah nan kamampajaniah”. Di antara para niniak mamak
itu dipilih satu yang akan menjadi ketuanya itulah yang dinamakan ketua KAN.
Orang-orang yang tergabung dalam KAN inilah yang disebut niniak mamak,”Niniak
mamak dalam nagari pai tampek batanyo pulang tampek babarito”(Niniak mamak
dalam nagari pergi tempat bertanya pulang tempat berberita). Jabatan niniak mamak
adalah sebagai pemenang sako datuak secara turun temurun menurut garis keturunan
ibu dalam sistem matrilineal. Sebagai pemimpin adat maka dia memelihara, menjaga,
mengawasi, mengurusi dan menjalankan seluk beluk adat. Dia adalah pemimpin dan
pelindung kaumnya atau anak kemenakannya menurut sepanjang adat. Keberadaan
niniak mamak di tengah masyarakat lebih jauh terlihat dalam pepetah petitih kato
pusako. “Bakbaringin di tangah koto, Ureknyo tampek baselo, Batangnyo tampek
basanda. Dahannyo tampek bagantuang, Daunnyo tampek bataduah kahujanan,
Tampek balinduang kapanehan, nan didahulukan salangkah, Nan ditinggikan
sarantiang, Kapai tampek batanyo, Kapulang tampek babarito”(Seperti pohon
beringin di tengah kota, akarnya tempat bersila duduk, batangnya tempat bersandar,
dahannya tempat bergantung, daunnya tempat berteduh bila hujan, tempat berteduh
bila kepanasan).
6
Adapun kedudukan niniak mamak dalam kebudayaan masyarakat adalah:
1) Kedudukan dalam adat, nagari dan masyarakat
Di Minangkabau banyak unsur yang berperan berbasis di lembaga
Kerapatan Nagari (KN) sekarang Kerapatan Adat Nagari (KAN). Diantara
unsur yang terpenting, unsur fungsional talitigo sapilin dan tungku tigo
sajarang, yakni unsur niniak mamak dipimpin penghulu atau datuak, unsur
ulama dipimpin ketua majelis ulama nagari dan atau tuanku, dan unsur
cadiak pandai dipimpin yamng cerdik cendekia dan atau yang piawai. Di
dalam kelembagaan penghulu atau datuk secara umum ada urang nama 4
jinih, yakni: penghulu, manti, malin dan dubalang. (Yunus 2015, 325)
Menurut Neparli (2017) mengatakan tugas niniak mamak di tingkat
adat, nagari, dan masyarakat ialah:
a. Rapat dengan datuk-datuk (anggota KAN) lain untuk memecahkan
persoalan apa yang timbul dan terjadi, dan jalan apa yang harus
ditempuh, begitupun sengketa yang terjadi dalam masyarakat.
b. memikirkan dan memecahkan persoalan pembangunan nagari,
kampung halaman, dan rumah tangganya, dan mendorong anak
kemenakan untuk melaksanakan barek sapikua ringan
sajenjeng(bergotong-royong) dalam pelaksanaan pembangunan seperti
gedung sekolah, kantor, mesjid, jalan raya, kebersihan nagari dan
kampung.
c. menjadi seorang pemimpin yang tulus dan ikhlas dalam membantu
setiap kegiatan nagari dan menyukseskan lancarnya jalan pemerintahan
nagari serta memikirkan kemajuan nagari dalam segala bidang
8
c. Mamak sebagai pembimbing
Mamak sangat dituntut sekali peranannya dalam membimbing
kemenakan. Peran mamak sebagai pembimbing kemenakan ini
terhadap kemenakan laki- laki telah mempersiapkan kemenakannya
agar suatu saat bisa menggantikan kedudukannya sebagai seorang
mamak, bila ia soerang penghulu mempersiapkannya untuk menjadi
seorang penghulu.(Zulfahmi 2003, 76). Dalam upacara adat misalnya
batagak penghulu atau datuak niniak mamak selalu memberi
kesempatan kepada kemenakan untuk mencoba ikut aktif dalam acara
tersebut.hal ini dimaksukan untuk mendidik kemenakannya agar
mandiri atau wawasan berfikir kearah kehidupan bermasyarakat, agar
suatu saat ketika kemenakannya sudah dewasa dapat menjadu
pemimpin yang disegani orang. (Rafflis 2017)
Di dalam kaummya, mamak befungsi dalam menghadapi dan
menyelesaikan persoalan kaummnya, namun apabila belum didapat
kepuasan, maka berikunya barulah penghulu yang akan melakukan
tugasnya, hal itu pun telah digambarkan oleh pepatah:
Kamanakan baraja ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Panghulu barajo kapado alua dam patuik (Anwar 1997, 15)
(kemenakan belajar kepada mamak, mamak belajar kepada
penghulu, dan penghulu belajar kepada yang benar dan patut).
C. Sumatera Barat
Sumatera Barat adalah sebuah propinsi di Indonesia yang terletak di pulau
Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya, wilayah
provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah, dataran tinggi
Bukit Barisan di sebelah timur, dan sejumlah di lepas pantainya seperti Kepulauan
Mentawai. Dari utara ke Selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km2 ini
berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau Jambi dan Bengkulu.
Sumatera Barat adalah rumah bagi etnis Minangkabau, walaupun wilayah adat
Minagkabau sendiri lebih luas dari wilayah administratif Provinsi Sumatera Barat saat
ini. Provinsi ini berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas beragama
Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah
9
administratif pada kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali Kabupaten Kepulauan
Mentawai) dinamakan sebagai nagari.
PRRI berdasarkan Undang- Undang darurat no 19 tahun 1957, Provinsi
Sumatera Tengah dipecah lagi menjadi tiga provinsi yakni Provinsi Sumatera Barat,
Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung
dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, digabungkan ke dalam provinsi Jambi
sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah Kampar, Rokan Hulu, dan Kuantan
Singingi ditetapkan masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Selanjutnya ibu kota
provinsi Sumatera Barat yang baru ini masih tetap di Bukittinggi.. Bahasa resmi
Sumatera Barat adalah bahasa Indonesia, bahasa utamanya Minang, Melayu, Batak,
Mentawai, dan Tamil. Lagu daerah Sumatera Barat yaitu, Ayam Den Lapeh,
Kampuang Nan Jauah di Mato, Kambanglah Bongo, dan Minangkabau. Rumah Adat
Minangkabau adalah Rumah Gadang dengan senjata tradisionalnya Karih, Karambiak
dan Ruduih.
Moto: -
10
Kantor Bupati Lima Puluh Kota
Dasar -
hukum
Tanggal -
peresmian
Pemerintahan
APBD
Populasi
- 103,91 jiwa/km2
11
Kepadatan
Demografi
Pembagian administratif
- 13
Kecamatan
-Kelurahan 180
Batas Wilayah
E. Kecamatan Akabiluru
Akabiluru
Kecamatan
Negara Indonesia
Pemerintahan
12
Jumlah penduduk 25.631 Jiwa
Nagari/kelurahan 7 Nagari
13
F. Nagari Suayan
Suayan adalah sebuah nagari yang berada di wilayah Kecamatan Akabiluru,
Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Terdapat 4 jorong
yaitu: Jorong Suayan Tinggi, Suayan Randah, Suayan Sariak dan Batu Baroguang.
Nagari ini berada di lembah Bukit Sarang Elang dan Bukit Sugiran. pekerjaan
masyarakat bertani dan seperti kebanyakan Nagari di Sumatera Barat, masyarakat
Suayan kebanyakan pergi merantau. Mereka merantau ke Malaysia, Aceh, Jakarta,
Riau, Medan dan daerah lainnya. Bukit Sarang Elang berbatasan dengan Kabupaten
Agam. Nagari ini punya tempat penghasil batu cincin yaitu Bukit Parmato suayan
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Menurut (Semi
1993:23), penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-
angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep
yang sedang dikaji secara empriris. Sedangkan kuantitatif mengutamakan angka –
angka.Empriris berarti berdasarkan pengalaman, terutrama yang diperoleh dari
penemuan, percobaan, dan pengamatan yang telah dilakukan. Berdasarkan tujuan
penelitian dan permasalahan, metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan teknik analisis isi. Penelitian kualitatif dengan metode deskriptif,
artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, bukan
berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel.
Data dan sumber data penelitian ini adalah jawaban dari angket yang
diberikan kepada masyarakat dan kalangan niniak mamak serta wawancara yang
dilakukan oleh penulis dengan masyarakat dan niniak mamak yang berada di
Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
C. Instumen Penelitian
Data penelitian ini dikumpulkan secara deskriptif dengan tahapan berikut (1)
mengamati perubahan masyarakat yang tidak peduli peran ninik mamak di
Minangkabau (2) Melakukan wawancara bersama masyarakat dan ninik mamak di
15
Nagari Suayan Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi
Sumatera Barat (3) Melakukan pengambilan data dengan cara memberikan angket
kepada 50 orang masyarakat dan 20 orang ninik mamak yang berada di Nagari Suayan
Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (4)
Mengumpulkan data dan melakukan analisis terhadap data tersebut, kemudian
membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh
Tahap akhir dari penelitian ini menyimpulkan dan menulis laporan. Dalam
penelitian ini, teknik pengabsahan data yang digunakan adalah teknik uraian rinci.
Menurut (Moleong 2005:338), teknik uraian rinci ini menuntut peneliti agar
melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat
mungkin yang menggambarkan konteks serta tempat penelitian yang diselenggarakan.
Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkana oleh
pembaca agar pembaca dapat memehami temuan-temuan yang diperoleh.
1. Kamera 3. Hp / Recorder
16
DAFTAR PUSTAKA
M.D. Mansoer (1970), Sedjarah Minangkabau, Jakarta: Bhratara.
Nadra. Merekonstruksi Bahasa Minangkabau. Padang: Andalas University Press.2006
Nasroen, M. (1971). Dasar Filsafat Adat Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang.
Navis, A.(1986). Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan. Jakarta: PT
Pustaka Grafiti
Sjarifoedin Tj.A, Amir. Minangkabau dari Dinasti Iskandar Zulkarnain sampai
Tuanku Imam Bonjol. Jakarta: PT Gria Media Utama. 2011
Zulfahmi, HB, Lintas Budaya dan Adat Minang Kabau, Jakarta : PT. kartika Insan
Lestari, 2003
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Lima_Puluh_Kota&oldid=1443
9818"
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sumatera_Barat&oldid=14329601
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pernikahan_Minangkabau&oldid=137412
17