A. Latar Belakang
Pendidikan ramah anak atau Sekolah Ramah Anak (SRA) lahir dari dua hal besar yaitu :
1. Adanya amanat yang harus diselenggarakan Negara untuk memenuhi hak anak sebagaimana
tercantum dalam Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi Indonesia pada Tahun 1990
2. Adanya tuntutan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak yang jelas pada pasal 54 yang berbunyi:
(1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari
tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh
pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau masyarakat
3. Selain itu adanya program Sekolah Ramah Anak juga dilatarbelakangi adanya proses pendidikan
yang masih menjadikan anak sebagai obyek dan guru sebagai pihak yang selalu benar, mudah
menimbulkan kejadian bullying di sekolah/madrasah. Data KPAI (2014-2015) tentang Kasus
Kekerasan (Kekerasan Fisik, Psikis, Seksual dan Penelantaran Terhadap Anak), sebanyak 10%
dilakukan oleh guru. Bentuk-bentuk kekerasan yang banyak ditemukan berupa pelecehan
(bullying), serta bentuk-bentuk hukuman yang tidak mendidik bagi peserta didik, seperti
mencubit (504 kasus), membentak dengan suara keras (357 kasus) dan menjewer (379 kasus),
Data KPAI 2013.
4. Sekolah Ramah Anak lahir juga tidak terlepas dari adanya Program untuk mengembangkan Kota
Layak Anak karena di dalam Kota Layak Anak 2 pemenuhan 31 Hak anak salah satunya melalui
adanya Sekolah Ramah Anak. Sekolah Ramah Anak merupakan salah satu indikator penting dari
evaluasi Kota Layak Anak.
B. Pengertian
1. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-
hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab.
2. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam
segala kegiatan, kehidupan sosial,serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak.
3. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusif dan
nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan anak laki-laki
termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus.
C. Konsep
Apakah Konsep SRA ?
Singkatnya, menurut laman KPL, Sekolah Ramah Anak merupakan upaya mewujudkan pemenuhan
hak dan perlindungan anak saat berada di sekolah selama delapan jam, melalui upaya sekolah untuk
menjadikan sekolah:
Bersih
Aman
Ramah
Indah
Inklusif
Sehat
Asri
Nyaman
Jika disingkat, gerakan SRA itu adalah BARISAN yang membuat lingkungan sekolah sangat
kondusif untuk mendukung program belajar mengajar anak-anak.
Sejatinya, SRA tak bisa diwujudkan hanya dengan mengandalkan sekolah saja. Menurut
KemenPPPA, penerapan Sekolah Ramah Anak (SRA) dilaksanakan dengan merujuk enam komponen
penting, yaitu:
1) Adanya komitmen tertulis yang dapat dianggap sebagai kebijakan tentang SRA oleh sekolah. Ini
artinya, sekolah memang benar-benar akan menjalankan program ini sesuai dengan perencanaan
pelaksanaan yang ditetapkan oleh sekolah itu sendiri.
2) Pelaksanaan proses pembelajaran yang ramah anak di sekolah. Artinya anak bisa merasakan
kenyamanan di lingkungan sekolahnya, seperti perlakuan dari guru dan teman-teman di
sekitarnya.
3) Adanya para pendidik dan tenaga kependidikan yang terlatih serta memahami hak-hak anak.
Artinya pendidik memang memiliki kompetensi di bidangnya dan bisa memperlakukan anak
sesuai hak yang si Anak miliki.
4) Sarana dan prasarana di sekolah yang ramah anak. Ini artinya anak merasa nyaman terhadap
fasilitas di sekolah yang ia gunakan. Anak tidak merasa takut atau terancam dari segi keselamatan.
5) Partisipasi dari anak-anak sendiri dalam pelaksanaan program ini. Tentunya ini terkait dengan
perilaku anak dalam bersosialisasi di sekolah, termasuk taat kepada tata tertib sekolah.
6) Partisipasi dari orangtua sebagai pendidik utama, lembaga-lembaga masyarakat, dunia usaha
untuk mendukung sekolah, dan bahkan para alumni sekolah. Orangtua juga perlu memantau
kegiatan anak di sekolah, dan juga perilakunya. Didik ia untuk bersikap sepatutnya di sekolah.
Jika Orang tua berhasil mendidik anaknya sendiri untuk bisa bersosialisasi dengan baik di sekolah,
berarti Orang tua juga turut membantu terlaksananya program SRA ini.
D. Tujuan
Tujuan disusunnya Kebijakan Sekolah Ramah Anak adalah untuk dapat memenuhi,
menjamin dan melindungi hak anak, serta memastikan bahwa satuan pendidikan mampu
mengembangkan minat, bakat dan kemampuan anak serta mempersiapkan anak untuk bertanggung
jawab kepada kehidupan yang toleran, saling menghormati, dan bekerjasama untuk kemajuan dan
semangat perdamaian. Satuan pendidikan diharapkan tidak hanya melahirkan generasi yang cerdas
secara intelektual, namun juga melahirkan generasi yang cerdas secara emosional dan spiritual.
”.