Anda di halaman 1dari 29

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI

PENGGUNAAN METODE DISCOVERY LEARNING PADA PESERTA


DIDIK KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH KENDARI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini bangsa Indonesia sedang berupaya meningkatkan sumber

daya manusia hal tersebut tidak lepas dari usaha untuk dapat bersaing di era

globalisasi mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) yang sangat pesat. Oleh sebab itu lembaga pendidikan dituntut untuk

mampu meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kreatif dan

berkualitas serta mampu bersaing dalam menghadapi tantangan dan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia menyesuaikan

dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, perlu adanya pembaharuan dalam system pendidikan secara terarah

dan terencana. Upaya mencerdaskan bangsa Indonesia di lakukan dengan cara

meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana yang di tuangkan dalam

Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 11 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan

dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu

bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.1

1
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.

1
Akhir-akhir ini pendidikan di Indonesia mengalami kemerosotan dalam

bidang membaca, sains dan matematika. berada pada tingkat yang rendah.

Disebutkan bahwa hasil survey dari PISA (Program for Internasional Student

Assesment) tahun 2019 memperlihatkan bahwa negara Indonesia berada

diperingkat rendah. Lebih lanjut disampaikan bahwa tingkat membaca pelajar

Indonesia menempati urutan ke-70 dari 78 negara dengan skor 396. Dari hasil

tes tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Indonesia masihlah

rendah dan jauh dibandingkan dengan negara-negara lain.2

Kondisi tersebut jelas menunjukan bahawa terjadinya ketimpangan yaitu

antara harapan dengan kenyataan. Harapan dari adanya pendidikan nasional

yaitu mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sehingga dapat

bersaing di era global dengan negara-negara lain. Namun kondisi yang terjadi

adalah sebaliknya. Ketimpangan tersebut menjadikan adanya masalah yaitu

kualitas pendidikan yang masih kurang maksimal.

Kualitas pendidikan salah satunya ditentukan oleh suasana kondusif

dalam proses belajar. Suasana kondusif sangat mempengaruhi kondisi peserta

didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang

semakin kondusif, maka tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya

akan semakin tinggi dan sebaliknya. Lebih lanjut kondusifitas proses belajar

di kelas juga dipengaruhi oleh kemampuan profesionalisme guru dalam

mengajar. “pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai

komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya”. Komponen-

2
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/07/10225401/skor-pisa-2018-peringkat-
lengkap-sains-siswa-di-78-negara-ini-posisi. (Dikutip pada tanggal 23 desember 2019 pukul 21)

2
komponen yang saling berhubungan dalam pembelajaran yaitu tujuan, materi,

media dan strategi pembelajaran. Maka dengan kemampuan guru

mengorganisir pembelajaran dengan baik, dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik.3

Guru merupakan tenaga pendidik yang sangat menentukan proses

pembelajaran di sekolah. Profesionalisme guru PAI sangat berperan dalam

membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup

secara optimal. Islam mengajarkan umatnya agar menuntut ilmu seperti dalam

firman Allah Swt.

ٍ‫ َف لَ و اَل َن َف ر ِم ن ُك ِّل فِ ر قَ ة‬8ۚ ً‫ون لِ ي ْن ِف ر وا َك افَّ ة‬ ِ


ْ ْ َ ْ ُ َ َ ُ‫ان الْ ُم ْؤ م ن‬ َ ‫َو َم ا َك‬
‫ين َو لِ ُي ْن ِذ ُر وا َق ْو َم ُه ْم إِ َذ ا َر َج عُ وا‬
ِ ‫ِم ْن ُه ْم طَ ائِ َف ةٌ لِ يَ َت َف َّق ُه وا يِف ال ِّد‬
َ ‫إِ لَ ْي ِه ْم لَ َع لَّ ُه ْم حَيْ َذ ُر‬
‫ون‬
Terjemahan: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan diantara mereka beberapaorang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya”. (QS. At-Taubah : 122)4

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 ayat 1

menyebutkan bahwa beban guru mencakup kagiatan pokok yaitu

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan

3
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik Dan Penilaian. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, h. 21.
4
Departemen Agama RI. 2018. Alquran dan Terjemahan. Jakarta Timur: CD. Darus
Sunnah. Cet. 15, h. 164

3
tugas tambahan.5 Oleh karenanya guru haruslah professional menjalankan

tugasnya sebagai pendidik. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang di

inginkan.

Dalam mencapai tujuan pendidkan khususnya pembelajaran pada mata

pelajaran PAI di SMA Muhammadiyah Kendari masih banyak yang

mengalami kesulitan dan kurangnya konsentrasi peserta didik dalam

mempelajari mata pelajaran Pendidikan agama islam. Hal ini terlihat dari

rendahnya nilai mata pelajaran PAI dibandingkan dengan nilai beberapa mata

pelajaran lainya. Di lihat dari nilai peserta didik yang mendapatkan nilai di

bawah KKM 80% dan 20% diatas rata-rata. Bertitik tolak dari hal tersebut

perlu pemikirkan dan tindakan yang harus di lakukan agar peserta didik dalam

mempelajari konsep-konsep pelajaran PAI tidak mengalami kesulitan.

Oleh sebab itu penggunaan metode pembelajaran di rasa sangat

penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep pelajaran PAI.

Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki

kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan

topikatau pokok bahasan harulah tepat. Sedangkan penggunaan metode

“Discovery Learning” di harapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik

dalam proses belajar, sehingga aktivtas tersebut tidak hanya di dominasi oleh

guru, dengan demikian peserta didik akan terlibat secara fisik, emosional, dan

intelektual yang pada giliranya akan berpengaruh pada hasil belajar peserta

didik.
5
Depdiknas. 2012. Undang-Undang Guru Dan Dosen. Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Cet.
3 h. 27.

4
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui

Penggunaan Discovery Learning Pada Peserta Didik Kelas XI Di SMA

Muhammadiyah Kendari’’ dalam mengatasi. penelitian ini memang sangat

perlu dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada

mata pelajaran PAI dan juga guru agar lebih kreatif dalam mengembangkan

pengetahuan dan ilmu yang dimiliki.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atasa maka penulis mengemukakan

beberapa permasalahan adalah:

1. Bagaimana gambaran hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMA

Muhammadiyah Kendari?

2. Bagaimana penerapam metode Discovery Learning pada peserta didik di

SMA Muhammadiyah Kendari?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik setelah di terapkannya

metode discovery learning Di SMA Muhammadiyah Kendari?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar Pendidikan Agama Islam di

SMA Muhammadiyah Kendari

2. Untuk mengetahui penerapam metode Discovery Learning pada peserta

didik di SMA Muhammadiyah Kendari

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah di

terapkannya metode discovery learning Di SMA Muhammadiyah Kendari.

5
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pelajaran untuk memperkaya

pengetahuan ilmiah tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI

Melalui Metode Discovery Learning Pada Peserta Didik Kelas XII

Di Sma Muhammadiyah Kendari

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak sekolah dalam rangka

perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik, dapat meningkatkan terjalinnya kerjasama dalam

lingkungan sekolah, serta dapat memberikan referensi dalam

meningkatkan kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar

c. Memperluas wawasan bagi guru tentang strategi pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

d. Untuk menambah kepustakaan dalam usaha meningkatkan mutu

pendidikan itu sendiri khususnya pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam guna menciptakan generasi yang berpengetahuan

sempurna.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pelaku pendidikan, hasil penelitian dapat di jadikan sebagai

informasi bagi para pelaku pendidikan tentang strategi guru dalam

6
mengatasi perhatian peserta didik di sekolah SMA Muhammadiyah

Kendari, sehingga dapat menjadi acuan dalam peningkatan mutu

pendidikan.

b. Bagi Guru/pendidik, hasil penelitian dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk menentukan strategi guru dalam mengatasi

perhatian peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Bagi peserta didik, hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar Pendidikan agama islam pada peserta didik di kelas XII

IPS SMA Muhammadiyah Kendari melalui strategi guru dalam

pembelajaran.

d. Bagi peneliti, peneliti mampu menggunakan strategi yang sesuai

dengan materi pembelajaran tertentu. Serta peneliti mempunyai

pengetahuan dan wawasan mengenai strategi guru dan

mengembangkan potensi guru dalam mengelolah pembelajaran dalam

kelas.

E. DEFINISI OPERASIONAL

a. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam adalah kemampuan yang diperoleh

peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar Pendidikan Agama Islam,

baik segi kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga individu tersebut

dalam menjalani kehidupannya berlandaskan kepada al-Qur’an dan

Hadits sebagai sumber Pendidikan Islam.

b. Model Pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran

kegiatan pembelajarannya berdasarkan penemuan yang sesuai dengan

7
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya

memberikan hasil yang paling baik.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Penegertian Hasil Belajar

Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadinya

perubahan pada diri siswa, baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun

dalam sikapnya. Indikator pada perubahan ini biasanya akan nampak pada

proses belajarnya. Pengertian belajar adalah proses perubahan prilaku

berkat pengalaman dan latihan.6

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.7

Sedangkan Ernes ES Hilgard mengatakan, learning is the proces

by which an activity originates or is charged throuht training procedures

(whether in the laboratory or in the natural environments) as

distingueshed from changes by factor not attributable to training. Artinya,

seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan

cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah.

Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses

dasar daripada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia

melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya

6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2010. h. 10
7
Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. h. 30

9
berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah

hasil dari belajar. Kita hidup dan belajar menurut yang kita pelajari, belajar

itu bukan sekedar pengalaman. Semakin kita berperan aktif terhadap

proses belajar mengajar, maka akan semakin efektif matari yang

disampaikan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil

berajar peserta didik di sekolah yang secara garis besarnya dapat di bagi

dalam 3 bagian yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor

pendekatan belajar.

a. Faktor Internal

Faktor internal mencakup jasmani dan psikologi. Faktor

jasmaniah (fisiologi) peserta didik terdiri dari kondisi kesehatan dan

kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan

pendengarannya.

1. Faktor fisiologis

Faktor ini pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan berlainan belainan belajarnya dari orang yang

dalam keadaan kelelahan.8

8
Syaiful Bahri Djamarah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, h. 189

10
2. Faktor Psikis

Faktor ini dalah kondisi yang berhubungan rohaniah siswa

dapat mempengaruhi kualitas perolehan pembelajaran. Namun

diantara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang

lebih esensi adalah tingkat kecerdasannya, sikap, bakat dan minat.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta

didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial. Faktor

sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi

sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat

pada umumnya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan

representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan

hasil belajar peserta didik.

Sedangkan faktor non sosial adalah faktor lingkungan yang

bukan sosial seperti: keadaan suhu, kelembapan udara, waktu (pagi,

siang malam), tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.

Udara tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu

penerapan. Suhu udara yang terlalu panas menyebabkan anak didik

kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal di dalamnya. Oleh kerena

itu, keadaan suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap proses

dan hasil belajar anak didik di sekolah.9

Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil


9
Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, h. 178

11
belajar peserta didik. Di samping itu, diantara faktor eksternal yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar ialah peranan faktor guru atau

fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khsusnya dalam pelajaran

yang berlaku dewasa ini peranan guru dan keterlibatannya masih

menempati posisi yang penting. Dalam hal ini efektifitas pengelolahan

faktor bahan, lingkungan, dan instrument sebagai faktor-faktor utama

yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, hampir keseluruhannya

bergantung pada guru.

B. Metode Metode Discovery Learning

1. Pengertian Metode

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat

metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan

semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani

yang berarti cara atau jalan. Metode merupakan perencanaan secara

menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur,

tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada

suatu pendekatan tertentu.10 Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu

pendekatan yang sudah jelas kebenarannya, sedangkan metode bersifat

prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-langkah. Metode

bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam pembelajaran dikerjakan

melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai


10
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru
Algensindo. h. 76
Kurniasih, Sani. 2014. Strategi – Strategi Pembelajaran” Alfabeta:Bandung. h. 64

12
dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses

belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem

dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan

secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk

mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.

2. Metode Discovery Learning

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut

Kurniasih & Sani discovery learning didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam

bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Selanjutnya, Sani mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan

konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui

pengamatan atau percobaan.11

Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan bahwa

discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar

aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang

diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. 12 Melalui belajar

penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba

memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Wilcox dalam Hosnan,

Sani, 2014. Pembelajaran saintifik untuk kurikulum 2013.Jakarta: Bumi Aksara, h. 97


11

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad21.


12

Bogor: Ghalia Indonesia, h. 282

13
menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa

didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka

sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong

siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang

memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka

sendiri.13

Metode discovery merupakan pembelajaran yang menekankan

pada pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-

ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara

aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk

pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa

memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui

pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner dalam

Kemendikbud, mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan

baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-

contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.14 Penggunaan discovery

learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi 15 aktif dan

kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.

Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara

keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa menemukan informasi

sendiri. Sardiman dalam Kemendikbud, mengungkapkan bahwa dalam


13
Ibit; h. 281
14
Kemendikbud. 2014. Permendikbud No. 103 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pembelajaran.Jakarta: Kemendikbud, h. 4

14
mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai

pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan

belajar siswa sesuai dengan tujuan.15

Menindak lanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para

ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu

proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak

lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri

suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.

Islam telah memberikan anjuran untuk belajar atau menuntut ilmu

dari sejak buaian sampai liang lahat. Belajar ditunjukkan dalam wahyu

pertama dimana allah berfirman sebagai berikut: (Q.S Al-Mujadalah: 11)

Terjemahan: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan


kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Mujadalah: 11)16

C. Langkah-langkah Metode Discovery Learning

Langkah-langkah Metode Discovery Learning Pengaplikasian model

discovery learning dalam pembelajaran, terdapat beberapa tahapan yang

15
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.54 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, h. 4
16
Departemen Agama RI. 2018. Alquran dan Terjemahan. (Jakarta Timur: CV. Darus
Sunnah, h. 544

15
harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani mengemukakan langkah-langkah

operasional model discovery learningyaitu sebagai berikut:17

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa.

3. Memilih materi pelajaran.

4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswasecara induktif.

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,

ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

Adapun Prosedur Metode Discovery Learning sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang) Pada tahap ini siswa di

hadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian

dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan

untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah

pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah) Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang

relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan

dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3. Data collection (pengumpulan data) Tahap ini siswa diberi kesempatan

untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca

17
Kurniasih dan Sani. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena
2014, h. 68-71

16
literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk

menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

4. Data processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui

wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai

pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswaakan mendapatkan

pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat

pembuktian secara logis.

5. Verification (pembuktian) Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan

secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang

ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil

pengolahan data.

6. Generalization (menarik kesimpulan)Tahap generalisasi/menarik

kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat

dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah

yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

D. Keunggulan Discovery learning

Adapun keunggulan Discovery learning sebagai berikut:

a. Mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak

kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/

pengenalan siswa.

17
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/ individual

sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.

c. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan

maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

d. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memliki

motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

e. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada

diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

f. Berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar

saja, membantu bila diperlukan.

Adapaun Kelemahan Metode Discovery Learning sebagai berikut:

a. Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.

b. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan

sekitarnya dengan baik.

c. Jika kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil

d. Bagi guru dan siswa sudah biasa dengan perencanan dan pengajaran

tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik

penemuan.

e. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu

mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan

perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

18
f. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara

kreatif

E. Penelitian Yang Relevan

Berikut adalah penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan

judul penelitian yang dibahas oleh peneliti

1. Yunita, Nayiah 2012 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Melalui Penerapan Model Discovery Learning Pecahan Di Kelas III

SDN I Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung” dari

hasil penelitian yang telaj dilaksanakan dengan penerapan model

discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di

kelas diperoleh peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan

pada siswa dikelas III SDN I Wonorejo Kecamatan Pagerworo

Kabupaten Tulungagung

2. Mardika, Bella (2015) dalam skripsinya dengan judul Penggunaan

Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan

Aktivitas Dan Hasil Belajar Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas Ii Sd

Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

menyimpulkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu pada siswa

kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung

3. Husnah, Ismaul (2017) dalam skripsinya dengan judul Peningkatan

Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Tema

1 Kelas Iv Sd Negeri 1 Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung,

19
menyimpulkan bahwa penggunaan model discovery learningdalam

meningkatkan 37 aktifitas dan hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran dan senantiasa memotivasi siswa untuk lebih antusias

dalam mengikuti proses pembelajaran.

F. Kerangka Berfikir

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses

pembelajaran adalah metode yang digunakan guru dalam pembelajaran.

Pada prinsipnya penggunaan metode digunakan untuk mencapai semua

tujuan pembelajaran, namun tidak semua metode dapat di

implementasikan pada semua mata pelajaran, karena setiap metode

memiliki ciri khas tersendiri. Guru haris mampu memilih metode yang

tepat dan cocok dengan keadaan peserta didik dan karakteristik mata

pelajaran.

Metode Discovery Learning sebagai sebuah metode yang

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Karena metode

ini efekti untuk membantu peserta didik meningkatkan motivasi belajar,

sehingga peserta didik mampu meningkatkan aktifitas dan hasil

belajarnya. Apabila tujuan pembelajaran dapat di capai secara maksimal

berarti guru telah berhasil dalam kegiatan pembelajaran.

Metode Discovery Learning dapat juga mengimplementasikan

dalam pembelajaran PAI. Selama ini pembelajaran PAI dinilai kurang

maksimal karena hanya mengandalkan metode ceramah tanpa di imbangi

20
metode lainnya yang lebih kreatif. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar

peserta didik yang menurun. Ddengan metode discovery learning,

konsentrasi belajar peserta didik akan meningkat. Karena metode ini

mengedepankan aspek penemuan yang sesuai dengan pencarian

pengetahuan yang aktif. Sehingga pembelajaran dapat menenangkan

peserta didik. Kerangka berfikir ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Adapaun Kerangka Berfikir dari Penelitrian ini adalah sebagai

berikut:

Pembelajaran SMA Muhammadiyah Kendari

Guru PAI Peserta didik

Tindakan

Metode discovery learning

Pembelajaran efektif

Peningkatan Hasil Belajar


Siswa

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas adalah penelitian praktis yang bertujuan uantuk memperbaiki dan

mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran di dalam kelas. Dengan

melaksanakan kegiatan ini diharapkan akan ditemukan sebuah solusi yang

dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam

pembelajaran di dalam kelas. Menurut susilo penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh pendidik di kelas atau di sekolah tempat

mengajar, dengan menekankan penyempurnaan atau peningkatan praktik dan

proses dalam pembelajaran.18

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(Class room Action Research). Penelittian tindakan kelas biasa disingkat

PTK, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi informasi

bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan peserta didik.

Sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha

untuk meningkatkan hasila belajar PAI melalui penggunaan metode discovery

learning pada peserta didik di SMA Muhammadiyah Kendari.

Berdasarkan jenis penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya,

rancangan atau desain PTK yang digunakan adalah menggunakan model PTK

Kemmis & Mc. Taggart yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi

18
Susilo, Panduan Penlitian Tindakan Kelas,(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007), h. 16

22
langkah-langkah: Perencanaan (plan), Melaksanakan tindakan (act),

Melaksanakan pengamatan (observe), dan Mengadakan refleksi atau analisis

(reflection).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Kendari tahun ajaran

2019/2020. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai

Oktober. 2019

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subjek penelitian

adalah peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah Kendari yang terdiri dari

20 peserta didik dengan komposisi perempuan 14 orang dan laki-laki 6 orang.

D. Sumber Data

a. Sumber data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada

pemgumpul data. Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh

secara langsung dengan cara membagikan beberapa pertanyaan kepada

responden yaitu guru Pendidikan Agama Islam oleh ibu katinem, yang

mengajar di SMA Muhammadiyah Kendari oleh

b. Sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Sumber data tersebut adalah data hasil belajar

yang dikumpulkan oleh orang lain yaitu data pendukung dalam penelitian

ini Kepala Sekolah dan administrasi SMA Muhammadiyah. Jenis data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aktivitas, tempat

atau lokasi, dokumentasi atau arsip. Terikat dengan penelitian ini yang

23
akan dijadikan sumber data adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA

Muhammadiyah Kendari tentang hasil belajar peserta didik.

E. Teknik Analisis Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik sebagai berikut:

1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.19 Dalam

penelitian ini observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang

meningkatkan hasila belajar PAI melalui penggunaan metode discovery

learning pada peserta didik di SMA Muhammadiyah Kendari.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data dengan cara memperoleh daftar

nama peserta didik yang digunakan sebagai sempel penelitian. Tekniknya

yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

buku, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya.20

3. Tes

Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk

mengukur tanah. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata tes adalah

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang

19
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 158.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 206

24
harus dijalankan.21 Tes adalah serentetan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan intelegensi, kemampuan dan

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 22 Tes adalah seperangkat

rangsangan (Stimuli) yang mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar

bagi penemtapan skor angka.23 Tes ini bertujuan mengetahui hasil belajar

PAI melalui metode discovery learning pada peserta didik kemampuan

membaca Alquran peserta didik melelui pembelajaran qiro’ah.

F. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas ini diawali dengan

perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),

mengobservasi dan mengevaluasi porses dan hasil tindakan (observastian

and evaluatian),

Melakukan refleksi (reflecting), keempat tahapan ini diulang secara

terus menerus sampai indikator keberhasilan yang telah ditentukan dapat

tercapai.24

21
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2001) h.
43
22
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.
32
23
S. Margono, Op.Cit, h. 170
24
Suharsimi Arikuntho dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.
104

25
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah

sebagai berikut:25

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan
Refleksi
SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

Hasil

Gambar 3.1 Alur Siklus dalam PTK Adaptasi dari Arikunto26

G. Teknik Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan tidak akan bermakna jika

tidak dianalisis. Analisis merupakan bagian yang amat penting dalam

metode ilmiah, karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan

bermakna dalam masalah penelitian.27

25
Ibid, h.16
26
Suharsimi ,Arikunto,dkk. Op.Cit. h.73
27
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h. 346

26
Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan

keaktifan siswa dalam belajar melalui metode pembelajaran Discoveri

Learning. Tujuan analisis data ini adalah untuk menjawab permasalahan

penelitian yang telah dirumuskan untuk mendeskripsikan data penelitian

maka dilakukan analisis sebagai berikut.

1. Analisis Data Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Dalam menganalisis pengamatan terhadap aktivitas guru dan

Peserta didik yang telah diamati selama proses kegiatan belajar

mengajar berlangsung dengan menggunakan penerapan pembelajaran

Discoveri Learning, maka analisis yang digunakan dengan memakai

rumus sebagai berikut:

R
NP = X 100
SM

Keterangan:

NP :Jumlahketuntasan

R : Jumlahskor yang dicapaipesertadidik

SM :Jumlahskor ideal

100 :jumlahbilangantetap

Tabel 3.1 Kategori Kriteria Penilaian Hasil pengamatan Guru

N Nilai KategoriPenilaian
O
1. 86-100 Baiksekali

2. 71-75 Baik

3. 60-70 Cukup

27
4. 50 Gagal

2. Analisis Hasil Belajar PAI

Dalam menganalisis data pengamatan hasil belajar Pendidikan

Agama Islam siswa yang telah diamati selama proses kegiatan belajar

mengajar berlansung di dalam kelas XI dengan menggunakan metode

Discovery Learning, maka analisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut.

Sedangkan rumus yang digunakan dalam menghitungkeberhasilan

dan ketuntasanpesertadidikadalah sebagai berikut:

R
NP = X 100
SM

Keterangan:

NP :Jumlah ketuntasan invidual

R : Jumlah skor yang dicapai peserta didik

SM :Jumlah skor ideal

100 :jumlah bilangan tetap

Rumus persentase keberhasilan mengatasi kesulitan membaca Alquran

JL
S= X 100
JS

Keterangan:

S = Presentase nilai yang dicari

JL = Jumlah peserta didik yang lulus

28
JS = Konstanta (bilangan tetap)

Tabel 3.2 Kriteria taraf Keberhasilan Tindakan

TingkatanKeberhasilan Huruf Bobot Prediksi


Presentase< 81,<26% A 4 Sangatbaik
62,5%<Presentase< 81,26% B 3 Baik
43,75%<Presentase<62,5% C 2 Cukupbaik
25% <Presentase<43,75% D 1 Tidakbaik

F. Indikator Penelitian

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila proses dan hasil atau nilai

yang diperoleh peserta didik memcapai standar yang ditentukan.

1. Dari segi proses dikategorikan berhasil apabila mencapai 70% sesuai

dengan proses tindakan kelas.

2. Dari segi hasil tindakan dikategorikan berhasil apabila mencapai 70%.

Hasil ini sebagiamana telah di tetapakan pada nilai KKM

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis

Penelitian Tindakan Kelas jika metode discovery learning di terapkan

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI SMA

Muhammadiyah Kendari, maka dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

29

Anda mungkin juga menyukai