Anda di halaman 1dari 103

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Sejarah Skripsi Sarjana

2019

Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan


Masyarakat Melayu Kisaran Kabupaten
Asahan ( 1989 – 2009 )

Ramadani, Putri
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14593
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TRADISI MAKAN NASI HADAP – HADAPAN MASYARAKAT MELAYU
KISARAN KABUPATEN ASAHAN ( 1989 – 2009 )

Skripsi
Dikerjakan
O
L
E
H
NAMA : PUTRI RAMADANI
NIM : 140706044

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena

berkat ridho dan hidhayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

TRADISI MAKAN NASI HADAP – HADAPAN MASYARAKAT MELAYU

KISARAN KABUPATEN ASAHAN ( 1989 – 2009 ).

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan, tata bahasa yang kurang sempurna karena keterbatasan yang penulis

miliki. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan serta kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas perhatian pembaca dan penulis

hanya bisa berharap semoga penulisan Skripsi ini bermanfaat.

Medan, 7 Februari 2019


Penulis

Putri Ramadani
NIM 140706044

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan Skripsi ini, tidaklah terlepas dari dukungan oleh berbagai

pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis

banyak menerima bimbingan, petunjuk, dan bantuan serta dorongan dari berbagai

pihak baik yang bersifat moral maupun material. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara. Juga selaku dosen pembimbing akademik

penulis. Serta Wakil Dekan I, II, III beserta staf Pegawai Fakultas Ilmu

Budaya.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., selaku ketua program studi Ilmu

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU serta Ibu Dra. Nina Karina, M.SP.,

selaku sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah.

3. Ibu Dra. Farida Hanum Ritonga, M.SP., selaku dosen pembimbing skripsi

yang selalu memberikan arahan dan dorongan, serta terima kasih atas jasa

dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini yang tidak akan pernah penulis lupakan.

4. SeluruhBapak/Ibu dosen diProgram Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah menurunkan ilmunya

kepada penulis, baik dari segi pengetahuan, pengalaman, serta wawasan

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
selama penulis menjadi mahasiswa baik di dalam maupun di luar jam

pelajaran. Tidak lupa juga kepada Staf Administrasi Program Studi Ilmu

Sejarah, Bapak Ampera yang telah banyak membantu penulis selama

penulis menjadi mahasiswa.

5. Kepada kedua orang tua tercinta Guslinawati Marpaung dan Haris Setia

Putera yang selama ini telah membantu penulis dalam bentuk perhatian,

kasih sayang, semangat, serta doa yang tiada henti – hentinya mengalir

demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Juga untuk kakak dan abang tercinta Nurhari Santi dan Muhammad

Taufik. Terima kasih banyak telah memberikan dukungan, semangat serta

perhatian kepada penulis.

6. Terima kasih kepada seluruh informan yang telah memberikan informasi

ketika penulis melakukan penelitian untuk skripsi ini, terutama kepada

Ibu Rismah, Bapak Setiamin, dan Ibu Lismawaty Panjaitan yang telah

bersedia meluangkan waktu di tengah padatnya jadwal dan kesibukan

beliau.

7. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan Ilmu Sejarah 2014,

khususnya kepada Aprina Dewi Samosir, Azmila Lubis, dan Juliani yang

telah memberikan banyak masukan serta dukungan kepada penulis,

semoga persahabatan tetap terus berjalan dengan baik.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat terbaikSyahri

Rezki Putri Hindriyani.

9. Serta masih banyak lagi pihak – pihak yang sangat berpengaruh dalam

proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata untuk semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini

semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Medan, 7 Februari 2019


Penulis

Putri Ramadani
NIM 140706044

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan tradisi


makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan oleh Masyarakat Kisaran, kabupaten
Asahan sejak tahun 1989 hingga tahun 2009. Penelitian ini juga berusaha untuk
menjelaskan apa yang menjadi penyebab terjadinya perubahan pada pelaksanaan
tradisi makan nasi hadap – hadapan ini, sebagaimana diketahui bahwa sejak 1989
tradisi tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Melayu saja di Kisaran. Akan tetapi,
juga dilakukan oleh suku – suku lainnya di Kisaran, Kabupaten Asahan.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang menurut Kuntowijoyo
terdiri dari empat tahapan, yaitu : Heuristik atau pengumpulan sumber, Kritik
yang biasa disebut verifikasi sumber data yang telah diperoleh, Interpretasi atau
penafsiran data yang telah dikritik, dan Historiografi atau penulisan data yang telah
dikumpulkan secara sistenaris dan kronologis . Dari hasil penelitian ditemukan tujuh
acara yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan adat pernikahan
Melayu di Kisaran adalah sebagai berikut. Mencabut bunga, mengambil nasi
segenggam, mencari ayam, suap – suapan, minum dengan tangan bersilang, acara
makan bersama, dan pembagian makanan. Hasil penelitian tersebut juga dapat
menentukan apa saja faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
signifikan baik dari segi penggunaan pantun, hingga peran Mak Andam yang kerap
kali mengalami perubahan dan pergeseran peran pada tradisi makan nasi hadap –
hadapan.

Kata Kunci : Tradisi, Perubahan, Makan Nasi Hadap-Hadapan

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... ii

ABSTRAK… ...............................................................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................9

1.4. Tinjauan Pustaka ................................................................................10

1.5. Metode Penelitian ..............................................................................11

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KISARAN ASAHAN

2.1. Letak Geografis Kisaran Kabupaten Asahan ....................................16

2.2. Kisaran dan Kebiasaan Umum Masyarakatnya.................................20

2.3. Masyarakat Melayu di Kisaran, Kabupaten Asahan .........................24

2.3.1 Adat yang Sebenar Adat ......................................................................26

2.3.2 Adat yang Diadatkan ..........................................................................27

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.3 Adat yang Teradat ...............................................................................28

2.3.4 Adat Istiadat ........................................................................................28

BAB III TRADISI MAKAN NASI HADAP - HADAPAN DAN

PELAKSANAANNYA DI KISARAN TAHUN 1989 - 2009

3.1. Tata Cara dan Pelaksanaan Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan di

Kisaran ................................................................................................32

3.2. Jenis – Jenis Makanan Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan 38

3.3. Pantun dan Doa Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan. .........41

3.4. Pembawa Acara Serta Perwakilan Kerabat Yang MelaksanakanTradisi

Makan Nasi Hadap – Hadapan ...........................................................44

BAB IV PERUBAHAN PADA TRADISI MAKAN NASI HADAP – HADAPAN

DI KISARAN TAHUN 1989 - 2009

4.1. Analisis Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan

Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan Tahun 1989 - 2009................46

4.2. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Pada Tradisi Makan

Nasi Hadap – Hadapan Tahun 1989 – 2009 .......................................54

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan............................................................................................62

5.2. Saran......................................................................................................64

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...66

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kisaran didiami oleh banyak suku yaitu Melayu, Batak Toba, Jawa, Minang,

Banjar, Aceh, Tionghoa dan Tamil. Jumlah suku terbesar didominasi oleh suku

Jawa.Namun demikian, kebudayaan yang berkembang bukanlah budaya Jawa

meskipun mereka termasuk dalam kelompok mayoritas di Kisaran. Akan tetapi

tetaplah kebudayaan asli Kisaran yang berkembang hingga sekarang yaitu

kebudayaan Melayu. Seperti yang dinyatakan John Anderson dalam bukunya

“Mission to the Eastcoast Sumatera “ saat mengunjungi Asahan ia menyatakan

penduduknya terdiri dari orang Melayu, hamba Batak, dan beberapa orang Cina yang

kelihatan sakit dan sengsara, yang penghasilannya hanya menjual madat dan

berjudi1.

Kebudayaan Melayu sendiri mampu berkembang dan menyebar dengan cepat

karena mayoritas masyarakat Kisaran adalah pemeluk agama Islam. Sebagaimana

kita ketahui kebudayaan Melayu sangat identik dengan Islam.Pelaksanaan

pernikahan merupakan proses kehidupan penting yang mengandung tradisi di dalam

pelaksanaannya dan akan mengubah status bukan hanya dari kedua mempelai

namun juga akan mengubah sistem kekerabatan yang mempengaruhi sifat

hubungan kekeluargaan, bahkan dapat pula menggeser hak serta kewajiban untuk

1
Tengku Luckman Sinar.Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.
( Medan : Yayasan Kesultanan Serdang , 2006 ). Hlm.121

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sementara anggota kerabat lainnya.Setiap upacara pernikahan mempunyai arti

penting baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota kekerabatan kedua

belah pihak.

Proses pernikahan adat Melayu Asahan memiliki tradisi dalam

pelaksanaannya yaitu tradisi makan nasi hadap-hadapan. Tradisi ini tidak hanya

berlaku untuk pernikahan adat Melayu di Asahan saja melainkan seluruh suku

Melayu. Tradisi makan nasi hadap-hadapan merupakan suatu proses awal makan

bersama antara suami dan istri yang baru menikah. Makan nasi hadap hadapan

ini adalah bagian dari tradisi pada pernikahan suku Melayu. Di lingkungan suku

Melayu zaman dahulu sebagian besar pernikahan banyak dilakukan melalui

perjodohan, sedangkan kedua pasangan belum saling mengenal. Dalam upaya

menjalin komunikasi atau hubungan antara suami dan istri agar lebih

menghilangkan rasa kekakuan maka dilaksanakanlah makan nasi hadap-hadapan. Di

samping itu makan nasi hadap hadapan juga merupakan media komunikasi bagi

keluarga besar kedua belah pihak sehingga lebih terjalinnya hubungan

silaturrahmi yang lebih akrab.

Dalam kajian lebih jauh dan mendalam, sebenarnya adat perkawinan

Melayu ini memiliki berbagai kearifan (wisdom) yang hidup, tumbuh, dan

berkembang dalam kebudayaan Melayu secara luas. Di antara kearifan yang

terdapat di dalamnya adalah menjaga kesinambungan generasi Melayu, menjaga

dan mengembangkan peradaban Melayu, kebijaksanaan dalam menentukan

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pasangan hidup, nilai kebersamaan antara dua pihak kerabat besar, menimbang

dan memutuskan dengan tepat berdasarkan musyawarah untuk mencapai

mufakat, menjaga turai (susunan) sosial, dan lain-lainnya2.

Di dalam pelaksanaannya, tradisi makan nasi hadap-hadapan dipimpin

oleh seseorang yang dituakan atau seseorang yang ahli berpantun (telangkai). Urutan

dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan yaitu: perkenalan, memetik bunga,

istirahat minum, makan bersama dan merebut ayam panggang. Adapun inti

kegiatan dari tradisi ini adalah saat merebut ayam panggang. Nasi yang di tempatkan

dalam wadah dan di dalamnya terdapat ayam panggang diletakkan di depan kedua

mempelai, kemudian kedua pengantin berebutan mengambil ayam yang

disembunyikan dalam nasi. Konon siapa yang duluan mendapatkan ayam tersebut,

maka yang bersangkutan akan lebih berkuasa memerintah dalam rumah tangga 3 .

Akan tetapi jika yang terpegang adalah kaki atau sayap ayam, dipercaya suami akan

selalu merantau.

Tradisi makan nasi hadap – hadapan ini merupakan salah satu kebesaran

melayu pada upacara nikah kawin sekaligus merupakan bentuk penghormatan

khusus kepada semenda terutama bagi kaum wanita, oleh karena itu cara makannya

2
Muhammad Takari.dkk,Adat Perkawinan Melayu : Fungsi, Terapan , dan Gagasannya
( Medan : USU Press,2014 ), Hlm.11
3
Tengku Luckman Sinar, Adat Budaya Melayu : Jati Diri dan Kepribadian ( Medan :
Penerbit FORKALA Sumatera Utara, 2005 ), Hlm.76

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pun harus sesopan – sopannya 4 . Untuk menjalankan tradisi makan nasi hadap –

hadapan biasanya kedua pengantin dan beberapa kaum wanita dari kedua belah pihak

yang hadir.Dari makanan dan buah – buahan yang disediakan pad tradisi makan nasi

hadap – hadpan itu, apabila dimakan oleh kedua mempelai, biasanya dapat diafsirkan

bagaimana keberlangsungan pengantin itu di masa yang akan datang.

Pada acara makan nasi hadap – hadapan biasanya disediakan Nasi minyak

yang diletakkan di atas dulang yang terbuat dari perak yang di dalamnya

disembunyikan seekor ayam yang telah dimasak. Kedua pengantin kemudian

berlomba – lomba untuk mencari keberadaan ayam tersebut. Siapa yang lebih dahulu

mendapatkan ayam tersebut maka dialah yang akan menentukan rumah tangga kelak.

Tetapi selain itu, hal ini juga bermaksud agar kedua mempelai lebih saling mengenal

satu sama lain. Selesai makan, kedua pengantin disuruh mengambil kue atau buah –

buahan. Jika yang diambil buah pala, berarti agak kurang beruntung kehidupannya.

Jika timun yang dimakan maka kehidupan akan tawar atau biasa – biasa saja. Jika

betik atau pepaya, maka setelah melalui kesulitan akan mendapatkan keberuntungan

dalam hidupnya. Jika yang diambil lepat bugis / berinti berarti akan selalu setia

senantiasa suami dan istri. Jika yang diambil buah melaka berarti hidup sejahtera.

Jika yang terambil kue lasidah berarti susah punya anak. Jika yang terambil kue

cucur berarti hidup agak susah kelak.

4
O.K. Moehad Sjah, Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Medan
: USU Press, 2012 ), Hlm.43

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Di dalam kebudayaan Melayu, khususnya di Asahan upacara adat

perkawinan ini, sejak awal dilakukan dalam suasana tradisi lisan.Artinya adalah

institusi perkawinan ini berlangsung melalui kelisanan, atau bentuk-bentuk

verbal. Dalam tradisi lisan ini, enkulturasi budaya ditumpukan pada

kemampuan menyerap, mengingat, menerapkan, dan mengembangkannya. Dalam

kenyataan di lapangan, enkulturasi budaya secara lisan ini, menyebabkan sangat

beragamnya adat perkawinan Melayu, baik ditinjau dari sisi wilayah budaya,

kemampuan tokoh-tokoh adat dalam menerjemahkan konsep budaya, kedalaman

wawasan dan keilmuan, serta aspek-aspek lainnya5.

Sejak adanya kerajaan Asahan pada tahun 1630, apabila ada acara perkawinan, maka

selalu dilaksanakan tradisi makan nasi hadap – hadapan. Tradisi seperti ini hanya

dilakukan oleh keluarga kerajaan dan kaum bangsawan. Tradisi makan nasi hadap –

hadapan ini mulanya dilakukan oleh keluarga kerajaan dan kaum bangsawan Melayu

di Asahan. Tradisi ini mulai dilakukan pada masa pemerintahan sultan asahan ke III

yaitu Sultan Rumsyah yang berkuasa hingga tahun 1760. Dalam pelaksanaan tradisi

makan nasi hadap – hadapan ini, alat perlengkapan makan serta pahar tempat nasi,

semua terbuat dari perak.

5
Ibid., Hlm.10

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenis – jenis makanan yang disediakan sangat beragam dan bervariasi.

makanan utamanya adalah : nasi minyak atau nasi lado yang di atasnya di tutup

dengan ulam raja dan ulam kenikir. Di dalam nasi di masukkan ayam yang di masak

utuh, bisa di panggang atau di goreng maupun di masak kuning. Kemudian, kue –

kue yang di sediakan adalah kue cucur dan kue lasidah. Di dalam hidangan tradisi

makan nasi hadap – hadapan ini juga disediakan manisan berupaseperangkat halwa

yang terbuat dari berbagai buah misalnya betik / pepaya, yang telah dibentuk,

pekasam durian, pekasam bawang, buah asam gelugur muda, buah kundur, buah

mergat,buah renda,belimbing, bunga betik, dan cabai. Juga disediakan halwa buah

pala kering yang di bentuk bunga dan halwa buah pala basah yang disajikan di atas

piring – piring perak. Selain itu di hidangkan beberapa pinggan berisi ulam mentah

seperti : pucuk betik, daun pegaga, daun kemangi, daun ulam raja,pucuk putat, pucuk

melinjo, pucuk buah kuini dan ulam yang dimasak, yang dibentuk bermacam –

macam benda seperti betik yang berbentuk burung, ikan, dan kacang panjang yang

dibentuk perahu.

Sedangkan untuk lauk pauk yang istimewa disediakan ikan sembam, udang

galah digoreng atau direbus dan di panggang, pais kepah, ayam panggang, anyang

kepah, masakan khusus kepala kambing, nasi minyak, kari kambing, pajri terong,

dan nanas, dan berbagai buah – buahan dan tak lupa pula dihidangkan srikaya. Juga

disediakan soto, roti jala, kerabu, anyang, santan durian, santan bacang, kolak

pisang, dan berbagai macam gulai seperti gulai asam, gulai pindang. Gulai masak

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
putih, gulai lemak : labu, ikan, daging, pisang muda. Gulai kari : kari ikan, kari

daging, kari terong. Juga terdapat berbagai macam kue – kue lainnya seperti kue

lumpang, kue kekaras, kue talam, kue sesagun, serabi, lepat pulut hitam, buah

Melaka, dan nasi manis. Prosesi nasi hadap – hadapan ini saat akan dilakukan

makanan – makanan yang disediakan di atas seprah putih yang bersulam dan

berenda.

Prosesi pelaksanaan tradisi makan nasi hadap – hadapan pada masa itu juga

dilakukan dari pagi hingga sore hari, dan pada pembuatan makanan – makanannya

dilakukan oleh keluarga pihak perempuan secara bersama – sama. pada

pelaksanaanya, tradisi makan nasi hadap - hadapan setiap akan memulai ungkapan

untuk berbicara akan di iringi dengan pantunyang salingberbalas - balasan.

Sejak tahun 1989, tradisi makan nasi hadap – hadapan bukan hanya

dilakukan oleh suku Melayu saja, akan tetapi telah dilakukan oleh seluruh suku yang

ada di Kisaran. apabila ada acara perkawinan akan dilakukan makan nasi hadap –

hadapan. Tetapi makanan yang disajikan hanya beberapa jenis saja, tidak sebanyak

seperti yang dilakukan dahulu. Piring – piring serta alat makan yang digunakan tiak

lagi terbuat dari perak, akan tetapi hanya piring kaca biasa. Makanan yang

disediakan pun tidak lagi diletakkan di atas seprah putih bersulam, akan tetapi hanya

di atas karpet atau ambal biasa.

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan uraian diatas penulis memutuskan untuk meneliti perubahan

pada tradisi makan nasi hadap - hadapan dalam etnis Melayu khususnya Melayu

Asahan di Kisaran dalam periode atau kurun waktu tahun 1989 hingga 2009.

Perubahan signifikan apa saja yang terjadi di dalam adat istiadat tersebut khususnya

tradisi makan nasi hadap – hadapan ini, yang telah diketahui terpapar oleh budaya

asing sehingga peluang terjadinya akulturasi, enkulturasi, dan asimilasi setelah

mengalami difusi sejak awal kemunculannya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusunlah permasalahan yang

hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian sekaligus menjaga

sinkronisasi dalam uraian penelitian. Untuk mempermudah memahami permasalahan

dalam penelitian ini, maka penulis menspesifikasikan beberapa pokok permasalahan,

yaitu :

 Bagaimana proses tradisi makan nasi hadap – hadapan pada masyarakat

Melayu Asahan tahun 1989 – 2009 ?

 Bagaimana latar belakang terjadinya perubahan pada tradisi makan nasi

hadap – hadapan dan faktor – faktor apa yang menyebabkan terjadinya

perubahan signifikan pada tradisi tersebut dalam periode 1989 – 2009 ?

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah melihat apa yang menjadi akar permasalahan yang akan

dikembangkan oleh penulis, maka yang menjadi uraian selanjutnya adalah apa yang

menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini, serta manfaatyang akan didapat penulis

nantinya, karena poada dasarnya salah satu landasan awal dalam melakukan

penelitian inin adalah perlunya diperhatikan beberapa tujuan dan manfaat yang

nantinya dapat memberikan penjelasan, baik kepada penulis sendiri maupun

pembaca sehingga akhirnya dapat dikembangkan dalam masyarakat luas.

Adapun tujuan daripada penelitian ini adalah :

 Mengetahui bagaimana proses tradisi makan nasi hadap – hadapan pada 1989

- 2009.

 Mengetahui Bagaimana latar belakang terjadinya perubahan pada tradisi

makan nasi hadap – hadapan dan faktor - faktor seperti apa yang

menyebabkan terjadinya perubahan signifikan pada tradisi tersebut dalam

periode 1989 – 2009.

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

 Untuk lebih memperkenalkan apa itu upacar adat nasi hadap – hadapan dalam

etnis melayu asahan.

 Untuk menambah literature dalam penulisan sejarah khususnya sejarah

kebudayaan.

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
 Untuk menjadi sebuah karya tulis sebagai syarat menjadi sarjana satra

jurusan ilmu sejarah.

1.4. Tinjauan Pustaka

Tengku Luckman Sinar dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Melayu

Sumatera Timur (2002) menjelaskan tentang adat istiadat pernikahan dalam

kebudayaan Melayu. Salah satunya adalah tradisi makan nasi hadap – hadapan yang

terdapat dalam rangkaian upacara adat di dalam pernikahan Melayu.

Tengku Luckman Sinar dalam bukunya yang berjudul Adat Budaya Melayu

jati Diri dan Kepribadian (2005) menjelaskan bahwa setiap orang melayu adalah

islam. Bukan saja status nasional tetapi juga agama. Buku ini juga menjelaskan

tahapan adat istiadat perkawinan masyarakat melayu sumatera timur.

O.K. Moehad Sjah dalam bukunya yang berjudul Adat Perkawinan

Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur ( 2012 ) menjelaskan bahwa Upacara

Makan Nasi Hadap – Hadapan ini merupakan salah satu dari kebesaran Melayu

dalam upacara nikah kawin, sekaligus merupakan penghormatan khusus kepada

Semenda.

T.H.M.Lah Husny dalam bukunya yang berjudul Butir – Butir Adat Melayu

Pesisir Sumatera Timur ( 1986 ) menjelaskan bahwa masyarakat Melayu tetaplah

menjalankan resam dan adat budaya Melayu sesuai dengan aturan dan tata cara yang

telah dilakukan oleh leluhur sebelumnya. Adat pada etnik Melayu mencakup empat

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ragam, yaitu : adat yang sebenar adat, adat yang diadatkan, adat yang teradat, dan

adat istiadat.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sistematik dan teliti

untuk menjawab permasalahan penelitian. Penulisan sejarah sangat bertumpu pada

empat kegiatan yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi yang menjadi

langkah operasional dalam penulisan sejarah6.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diuraikan langkah-langkah dalam

penelitian sejarah sebagai berikut:

1. Heuristik, Pengumpulan data atau sumber yang berasal dari tahun 1989

hingga tahun 2009 dan pengumpulan bahan-bahan lisan , bahan tertulis, serta bukti

fisik yang bersifat relevan dengan judul penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan

penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan

dengan mengumpulkan data primer dengan metode wawancara. Penelitian

kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan sumber sekunder yang berhubungan

dengan judul, Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan dalam Masyarakat Melayu

Kisaran Kabupaten Asahan ( 1989 – 2009 ).

6
Tavi Supriana, Metode Penelitian Sosial Ekonomi,( Medan : USU Press, 2016 ), Hlm. 1

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Jenis Data

Adapun jenis – jenis data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :

a. Data Lisan, penulis menggunakan data lisan sebagai sumber primer. Hal ini

disebabkan karena judul penelitian yang diangkat oleh peneliti memiliki tema yang

termasuk dalam kategori sejarah kontemporer dimana para pelakunya masih hidup

dan mampu mengingat kejadian tersebut. Pengumpulan sumber primer ini dilakukan

dengan metode wawancara dengan menggunakan informan kunci.Informan kunci

tersebut adalah orang – orang yang telah melakukan tradisi makan nasi hadap –

hadapan di Kisaran sejak tahun 1989 hinggga tahun 2009, penulis memiliki tiga

informan kunci, yaitu Rismah selaku bidan pengantin yang akan membantu kedua

pengantin dalam menjalankan tradisi makan nasi hadap – hadapan, Setiamin selaku

telangkai yang membawakan prosesi acara makan nasi hadap – hadapan, serta

Lismawaty Panjaitan selaku pembuat makanan untuk tradisi makan nasi hadap –

hadapan.

b. Data Tertulis, penulis menggunakan data tertulis sebagai sumber sekunder. Hal ini

dikarenakan data – data yang di temukan dalam penelitian kepustakaan digunakan

sebagai sumber untuk memperkuat serta membuktikan fakta – fakta dari data lisan

yang telah ditemukan dalam penelitian lapangan. Adapun sumber – sumber tertulis

yang akan digunakan berupa buku referensi, buku teks, jurnal, majalah, Koran, serta

berbagai jenis laporan dan dokumen serta manuskrip ( jika ada ) yang sesuai

berhubungan dengan tema skripsi yang diangkat penulis. Misalnya, buku karya

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Luckman Sinar yang berjudul Kebudayaan Melayu Sumatera Timur dan karyanya

yang lain yang berjudul Adat Budaya Melayu Jati Diri dan Kepribadian selain itu

juga ada literatur lain berjudul Butir – Butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera

Timur karya T.H.MLah Husny.

2. Lokasi Penelitian

Adapun yang di maksud dengan lokasi penelitian di dalam proposal ini adalah lokasi

di mana penulis akan mendapatkan data lisan dengan melakukan wawancara dengan

beberapa informan kunci .

 Kisaran Timur, kab. Asahan.

c. Data Fisik atau Arkeologi. Adapun data fisik yang dimaksud berupa foto – foto

yang di ambil saat proses tradisi makan nasi hadap – hadapan berlangsung. Serta

rekaman audio seperti kaset dan video film yang kesemuanya berasal dari arsip

pribadi para informan kunci.

2. Kritik sumber atau verifikasi sumber, Dalam hal ini terdapat dua tahap yaitu

kritik eksternal dan kritik internal. Pertama, kritik eksternal merupakan mengkritik

berdasarkan keaslian sumber atau keautentikannya, seperti menilai buku dari ejaan

yang digunakan, kertas yang digunakan sudah sesuai atau tidak dengan tahun

diterbitkan dan lainnya ( untuk sumber yang berusia ratusan tahun) . Kedua, kritik

internal dikenal sebagai pemilihan sumber berdasarkan kesahihan sumber atau

kredibilitas, seperti penilaian buku dilihat dari isinya benar atau hanya fiktif belaka.

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akan tetapi dalam penulisan skripsi ini, peneliti hanya akan menggunakan kritik

internal untuk sumber tulisan yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Sehingga

dapat ditentukan apakah informaasi yang ditemukan dari buku, majalah dan koran

tersebut sudah benar dan dapat disesuaikan dengan data lisan yang diperoleh penulis

dari pelaksana tradisi makan nasi hadap – hadapan itu sendiri. Misalnya, di dalam

buku karya Luckman Sinar yang berjudul “Kebudayaan Melayu Sumatera Timur” di

nyatakan bahwa dalam tradisi nasi hadap – hadapan siapa yang lebih dahulu

menemukan ayam yang di dalam nasi maka akan menjadi pihak yang akan

memerintah dalam rumah tangganya kelak. Maka, pernyataan di dalam buku ini

perlu di verifikasikan kepada para informan kunci apakah hal tersebut memang benar

dan sesuai dengan tradisi nasi hadap – hadapan pada umumnya.

3. Interpretasi yaitu tahap dimana penulis akan menuangkan semua ide yang

telah didapatkan melalui sumber – sumber.Menyimpulkan kesaksian atau sumber

yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik ataupun penafsiran

fakta-fakta logis yang didapat berdasarkan bahan-bahan yang sudah dikritik sehingga

dapat dihubungkan satu sama lainnya dan menjadi kesatuan yang masuk akal.

Interpretasi yang dilakukan peneliti bersifat deskriptif7.

4. Historiografi,penyusunan data sumber yang dapat dipercaya itu menjadi

suatu kisah atau penyajian yang berarti, ataupun penulisan interpretasi yang

7
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ,( Yogyakarta : Bentang, 2005 ). Hlm 102

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dituangkan secara sistematis dan kronologis 8 . Merupakan tahap terakhir dalam

metode yang akan dilakukan atau digunakan untuk penulisan ini. Dalam tahap ini

penulis akan menjabarkan hasil penelitian sesuai dengan data yang telah diperoleh

secara kronologis dan sistematis dimulai dari tahun 1989 hingga tahun 2009.

8
LouisGottschalk, Mengerti Sejarah. ( Jakarta: UI Press, 2008 ).Hlm 25.

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KISARAN ASAHAN

2.1. Letak Geografis Kisaran, Kabupaten Asahan

Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan

berada pada 2◦03’ - 3◦26’ Lintang Utara, 99◦1’ - 100◦0’ Bujur Timur dengan

ketinggian 0-1000 meter di atas permukaaan laut. Luas Kabupaten Asahan adalah

3.799,39 Km2 ( 379.939 Ha ) dan terdiri dari 25 kecamatan dan 204 desa / kelurahan.

Untuk administrasi wilayah sendiri, kabupaten Asahan berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kabupaten Batu Bara

Sebelah selatan : Kabupaten Labuhan Batu Utara

Sebelah barat : Kabupaten Simalungun

Sebelah timur : Selat Malaka

Seperti umumnya daerah – daerah lainnya yang berada di Sumatera Utara,

Kabupaten Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim

yaitu musim kemarau dan musim hujan.musim hujan dan musim kemarau biasanya

ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan

terjadinya musim.Berlangsungnya musim kemarau bersamaan dengan bertiupnya

angin musim timur yang terjadi antara bulan Maret - September, namun pada bulan

Maret dan September ada kemungkinan hujan tetap turun karena gerakan angin yang

tidak tentu, sehingga musim kemarau di Asahan berlangsung antara bulan April

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sampai bulan September. Sedangkan musim hujan berlangsung karena bertiupnya

angin musim barat yang terjadi diantara bulan September – Maret, sehingga musim

hujan berlangsung antar bulan Oktober sampai Februari.

Wilayah Kota Kisaran seluas 71,88 Km2, atau 1,89% dari total wilayah

Kabupaten Asahan. Secara geografis Kota Kisaran terletak diantara 90◦11’ - 100◦30’

-36◦22’ LU .Kota Kisaran , Kabupaten Asahan memiliki batas wilayah sebagai

berikut :Sebelah Utara terdapat Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan

Meranti.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Dadap.Sebelah Barat

berbatasan dengan Kecamatan Pulo Bandring danKecamatan Rawang Panca Arga

.Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Joman.

Wilayah Kota Kisaran bila ditinjau dari segi geografi fisik berada di dataran

rendah. Bentuk permukaan lahannya bervariasi. Dari permukaan datar dan

bergelombang hingga berbukit. Kemiringan lahan di wilayah kota Kisaran ini

berada di antara 0 – 5% dibagian barat, dan 5-15% dibagian Timur dan Selatan

kecamatan, sedangkan perbukitan berada di bagian utara kota. Ketinggian dari atas

permukaan laut berada diantara 100 – 500 meter.

Kisaran merupakan ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera

Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera

Utara).Kota ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat,

serta Kereta Api. Kota Kisaran adalah daerah yang beriklim tropis dengan dua

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.Kota Kisaran memiliki temperatur

udara maksimum sebesar 38◦ C dan minimum 28◦ C dengan kelembaban udara

sebesar 80%.banyaknya curah hujan 1.980 mm pertahun dan rata – rata 165 mm per

bulan dengan intensitas hujan pada kualifikasi sedang.

Kisaran sendiri merupakan sebuah kota yang terbagi menjadi dua kecamatan,

yaitu kisaran barat dan kisaran timur. Tiap kecamatan terbagi ke dalam beberapa

kelurahan, yaitu :

Kecamatan Kisaran Barat terdiri dari 13 kelurahan :

1) Kelurahan Sei Renggas

2) Kelurahan Bunut

3) Kelurahan Bunut Barat

4) Kelurahan Sidomukti

5) Kelurahan Sidodadi

6) Kelurahan Dadimulyo

7) Kelurahan Kisaran Baru

8) Kelurahan Mekar Baru

9) Kelurahan Kisaran Barat

10) Kelurahan Tegal Sari

11) Kelurahan Sendang Sari

12) Kelurahan Kisaran Kota

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13) Kelurahan Tebing Kisaran

Kecamatan Kisaran Timur terdiri dari 12 kelurahan :

1) Kelurahan kisaran timur

2) Kelurahan Teladan

3) Kelurahan Mutiara

4) Kelurahan Selawan

5) Kelurahan Siumbut – Umbut

6) Kelurahan Siumbut Baru

7) Kelurahan Karang Anyer

8) Kelurahan Lestari

9) Kelurahan Gambir Baru

10) Kelurahan Sentang

11) Kelurahan Kisaran Naga

12) Kelurahan Kedai Ledang

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2. Kisaran dan Kebiasaan Umum Masyarakatnya

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Badan Pusat Statistik Kabupaten

Asahan pada tahun 2012, jumlah penduduk di kota Kisaran mencapai 125.740,

dengan pembagian wilayah penyebaran untuk Kecamatan Kisaran Barat sebesar

55.969 jiwa dan Kecamatan Kisaran Timur sebesar 69.771 jiwa. Jumlah keseluruhan

dari penduduk Kota Kisaran adalah 16.55% dari total penduduk Kabupaten Asahan.

Masyarakat Kisaran merupakan salah satu komunitas yang agama dan

budayanya bersifat plural. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik

bahwa persentase agama sebagai berikut yaitu 88.87% penduduk beragama islam,

9.15% beragama Kristen protestan, 1.03% beragama Buddha, 0.94% beragama

katolik, 0.02% beragama Hindu.

Penduduk Kisaran, Kabupaten Asahan sebahagian besar bersuku Melayu,

dengan jumlah penduduk 75% Melayu yang sering juga disebut Melayu Asahan atau

Melayu Batubara. Ada pula suku Batak yang berasal dari Toba, Simalungun, dan

Mandailing. Suku Batak Toba adalah etnis Batak yang paling banyak di daerah ini,

sementara di wilayah perkotaan lebih banyak didiami orang bersuku Tionghoa. Suku

Jawa selaku transmigran yang telah pindah dari pulau Jawa ke Sumatera sejak tahun

1974 juga banyak mendiami wilayah Kisaran, Asahan terutama di dekat wilayah

perkebunan.

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebagian besar orang – orang suku Melayu Asahan yang berdiam di tepi

pantai bermata pencaharian di bidang perikanan, baik perikanan laut maupun

perikanan darat. Daerah pesisir Batubara sangat terkenal dengan hasil lautnya,

terutama karena julukannya sebagai “ kota kerang “. Hasil tangkapan mereka

biasanya dijual kepada tengkulak – tengkulak, dan sisanya dikonsumsi sendiri atau

dijadikan ikan asin.

Ada juga yang mengembangkan mata pencaharian di bidang pertanian,

dengan tanaman padi, karet, dan kelapa sawit. Masyarakat yang tinggal di tepi pantai

umumnya berkebun kelapa. Yang hasilnya dijadikan kopra. Untuk memperoleh

penghasilan tambahan ada pula yang secara sembunyi – sembunyi melakukan

pekerjaan menebang hutan dan hasilnya kemudian dijual ke pabrik papan yang ada

di sekitar daerah tersebut. Seperti halnya cara penjualan hasil perikanan, penjualan

hasil pertanian yang dihasilkan juga dijual kepada tengkulak.

Jenis mata pencaharian lain yang berkembang pada masyarakat Batubara

adalah bertenun, yang dikenal dengan nama kain songket batubara. Kegiatan

bertenunumumnya dilakukan oleh kaum wanita sebagai sumber penghasilan

tambahan. Keahlian bertenun di daerah ini sudah berkembang sejak abad ke – 18.

Motif hiasannya khas dan biasanya warna dasarnya dalah hijau tua dan biru tua.

Samapai sekarang, bertenun merupakan salah satu jenis mata pencaharian yang

masih bertahan di daerah ini. Pekerjaan lain yang umumnya juga dilakukan oleh

kaum wanita adalah menganyam tikar. Kegiatan menjadi penganyam tikar ini

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mereka pelajari dari pendatang - pendatang cina yang masuk ke daerah ini 300 tahun

lalu.

Suku Jawa selaku transmigran yang telah pindah dari pulau Jawa ke

Sumatera pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi ada

juga yang bekerja sebagai buruh – buruh perkebunan dan berdagang sayur di pasar.

Pada tahun 1932, beberapa penduduksuku Jawa juga datang membuka lahan dengan

jarak 4 kilometer dari wilayah perkampungan Melayu. Orang – orang dari suku Jawa

ini berasal dari buruh perkebunan yang berbatasan langsung dengan Desa Meranti,

salah satu desa di Kisaran. Mereka membuka lahan setelah pulang bekerja dari

perkebunan, sehingga perkampungan tersebut di beri nama Kampung Tempel. Butuh

waktu tiga tahun bagi para penggarap awal suku Jawa ini untuk bisa mulai

memanfaatkannya menjadi lahan pertanian.

Mata pencaharian orang – orang Tionghoa di Kisaran, Asahan sangatlah

bervariasi ada yang bekerja sebagai petani, peternak, pegawai pemerintahan dan

guru. Akan tetapi pada umumnya kebanayakan dari orang – orang tionghoa memiliki

mata pencaharian sebagai pedagang. Hal ini karena pada umumnya orang tionghoa

adalah para pedagang yang ulung. Orang Tionghoa juga termasuk suku yang tekun,

serta giat dalam bekerja.

Suku Batak yang berasal dari Toba, Simalungun, dan Mandailing, pada

umunya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Akan tetapi banyak

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
juga suku – suku Batak. Khususnya suku Batak Toba dan Mandailing yang menjadi

pegawai pemerintahan, dan karyawan swasta di perusahaan – perusahaan. Ada juga

yang menjadi tenaga pengajar ( guru ) di beberapa sekolah negeri maupun swasta di

Kisaran.

Suku Melayu merupakan suku asli yang awalnya mendiami wilayah Kisaran,

Kab. Asahan. Sifatnya yang terbuka dan fleksibel, maka tidaklah mengherankan jika

tradisi Melayu di Kisaran sudah menjadi sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh

penduduk Kisaran itu sendiri, bahkan oleh para suku pendatang yang bukan bersuku

Melayu. Hal ini bisa terjadi karena untuk ikut melaksanakan tradisi Melayu tidak ada

syarat – syarat tertentu yang harus dilakukan.

Sesuai dengan pribahasa di manabumi dipijak, di situlangit dijunjung, dapat

dinyatakan bahwa masyarakat Kisaran dengan mayoritas sebesar 75% penduduknya

beretnis Melayu, menyebabkan para suku pendatang yang memilih untuk berdomisili

di Kisaran untuk mengikuti adat dan budaya masyarakat setempat. Hal ini

menyebabkan munculnya kebiasaan masyarakatnya untuk bersifat terbuka dan

sangat menerima perubahan maupun modernisasi dalam tradisi dan budaya yang di

jalankan oleh masyarakat setempat. Sehingga tidak terjadi diskriminasi antar suku di

kalangan masyarakat Kisaran itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas tidaklah mengherankan jika tradisi Melayu

terus dijalankan di Kisaran hingga saat ini, bahkan seiring dengan berjalannya waktu

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kerap dilakukan oleh masyarakat kisaran lainnya. Tidak hanya yang bersuku Melayu

saja. Hal tersebut dikarenakan Melayu identik dengan Islam , jadi siapa saja yang

beragama Islam boleh menjalankan tradisi Melayu.

2.3. Masyarakat Melayu di Kisaran, Kabupaten Asahan

Menurut Tengku H. Muhammad Lah Husni, yang di maksud dengan suku

Melayu itu adalah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam perbauran

ikatan perkawinan antar suku bangsa serta memakai adat resam bahasa Melayu

secara sadar dan berkelanjutan.

Terdapat berbagai macam pendapat orang dengan sebutan kata Melayu.

Antara lain Malayu itu terdiri dari dua suku kata yaitu Mala dan Yu yang artinya

negeri. Ada juga yang menyebut Melayu atau Melayur yang berarti tanah tinggi

dalam bahasa Tamil. Dalam bahasa Sansekrit disebut Malaya yang berarti nama

pohon yang harum, yang menerangkan bahwa Malaya dahulu Negeri Gaharu yang

terkenal.

Melayu dalam bahasa Jawa berarti lari . Serta ada lagi menyebutkan Melayu

dari kata Pamalayu9, yang berasal dari bahasa sastra jawa kuno yang berarti perang

melawan Melayu, seperti yang terdapat di Palembang, dan masih banyak lagi.

Nama-nama Melayu itu sendiri bukan datangnya dari luar melainkan dari dalam

sendiri. Artinya orang Melayu itu sendiri yang menamakan dirinya Melayu, sesuai
9
Berasal dari sastra Jawa kuno yang berarti perang melawan Melayu.Sebuah diplomasi
melalui kewibawaan militer yang dilakukan kerajaan Singhasari di bawah perintah Sri Kertanagara
tahun 1275 – 1292 terhadap kerajaan Melayu di Dharmasraya, Jambi.

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan sifat-sifatnya sampai sekarang ini yaitu sopan santun, ramah tamah, dapat

menyesuaikan diri tiada ingin membesar-besarkan diri, berbudi luhur, berbudi

bahasa, dan lain-lain. Maka untuk mencapai sikap ini haruslah dia memelayukan atau

melujurkan rasa sifat angkara, murka, sombong, takabur dari cakap yang karup.

Suku-suku Melayu pesisir Sumatera Timur berdiam di Provinsi Sumatera

Utara bagian timur. Daerahnya membentang dari dataran pantai ke barat hingga

sampai ke dataran berbukit-bukit, mulai dari Kabupaten Aceh Timur, Langkat, Deli,

Serdang, Batubara, Asahan, dan sampai ke Labuhan Batu. Sedangkan yang disebut

dengan orang Melayu Pesisir Sumatera Timur adalah turunan dari campuran antara

orang Melayu Sumatera Utara tadi dengan suku bangsa pendatang dari Arab, India,

Johor, Melaka, Portugis, dan berbagai etnik seperti suku Aceh, Karo, Mandailing,

Jawa, Bugis, Minangkabau, dan lain-lain, yang merasa dan mengamalkan adat

resam Melayu serta beragama Islam, serta memakai bahasa Melayu dalam kehidupan

sehari-hari 10 . Karena kuatnya kedudukan dan peranan agama Islam di dalam

kebudayaan suku Melayu ini, sehingga sekarang menjadi suatu persepsi umum di

kawasan ini, bahwa masuk Melayu sama artinya dengan masuk Islam.

Sama halnya dengan masyarakat Melayu pada umumnya komunitas Melayu

Asahan di Kisaran tetaplah menjalankan resam dan adat budaya Melayu sesuai

10
T.H.M. Lah Husny, Butir – Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur, ( Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. 1986
). Hlm. 34

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan aturan dan tata cara yang telah dilakukan oleh para leluhur sebelumya.

Menuurut La husni adat pada Etnik Melayu tercakup dalam empat ragam yaitu:

(1) adat yang sebenar adat, (2) adat yang di adatkan, (3) adat yang teradat,

dan (4) adat istiadat11.

Pada umumnya adat berfungsi untuk membentuk akhlak dan budi masyarakat

Melayu itu sendiri, yang bersifat preventif (pencegahan) terhadap kemungikinan hal-

hal yang bersifat negatif. Adat sepintas lalu seperti membendung hak-hak

azasmanusia, kemerdekaan, dan kebebasan individu. Kemerdekaan dan kebebasan

itu haruslah mempunyai norma-norma dalam lingkungan tertentu yang dilengkapi

dengan pedoman-pedoman serta aturan-aturan hidup. Ditambah lagi jika ia tiada

melaksanakan ajaran agama. Hilang rasa malu, hilang martabat kemanusiaan,

sehingga hilanglah pengertian hak dan kewajiban dan batas-batas kemanusiaan.

Bagi suku Melayu, bukan sesuatu yang tertulis itu penting, melainkan

tujuan, niat, dan perasaannya itulah yang utama. Hampir seluruh adat dan budaya

Melayu dipengaruhi oleh ajaran agama Islam.

2.3.1 Adat yang Sebenar Adat

Adat sebenar adat ini menurut konsep etnosains Melayu adalah: penuh tidak

melimpah, berisi tak kurang, terapung tak hanyut, terendam tak basah. Yang besar di

besarkan, yang tua dihormati, yang kecil disayangi, yang sakit diobati, yang bodoh

11
Ibid,.Hlm.61

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diajari, yang benar diberi hak, yang tinggi tidak menghimpit, yang pintar tidak

menipu, hidup berpautan, makan berpadanan. Jadi, ringkasnya hidup itu harusnya

harmonis, baik mencakup diri sendiri, bernegara, dan lingkungan hidupnya. Tidak

ada hidup yang bernafsi-nafsi. Inilah adat yang tidak boleh berubah12.

Dengan melaksanakan pokok adat yang tersebut di atas, mudah-mudahan

harkat dan martabat puak Melayu akan kembali sebagaimana sediakala “bersatu dan

kukuh.” Yaitu pokok adat yang harus di pegang kukuh dan dilaksanakan

sebagaimana mestinya oleh masyarakat Melayu itu sendiri dalam kehidupan sosial

dan budayanya.

2.3.2 Adat yang Diadatkan

Adat yang diadatkan adalah suatu yang berbeda anatara daerah Melayu

dengan daerah lainnya, walaupun dasar semula adalah sama, tetapi karena pengaruh

alam dan perbauran setempat disebabkan oleh perbedaan baik adat, bahasa, agama,

tempat, dan lain sebagainya sehingga perbedaan ini membawa resam dan adatnya

sendiri, yang dikehendaki oleh masyarakatnya, dan diwarisi oleh leluhurnya.

12
Ibid,.Hlm.232

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Adat yang diadatkan ini dalah sesuatu yang telah diterima untuk dijadikan

kebiasaan atau peraturan yang dibuat atas mufakat bersama oleh masyarakatnya,

sesuai denganukuran yang patut dan benar, yang dapat di modifikasi sedemikian

rupa dan fleksibel13.

2.3.3 Adat yang Teradat

Menurut Lah Husni, adat yang teradat adalah suatu kebiasaan pihak lain lalu

diambil atau diserap karena serasi oleh oleh suatu kebudayaan tertentu dan akhirnya

menjadi suatu kebiasaan sehingga menjadi adat. Banyak golongan lain yang telah

menjadi kebiasaan suku Melayu. Contohnya dari segi gaya atau pakaian, teknologi,

gaya hidup yang diserap dari tradisi Barat. Walaupun Melayu merupakan

kebudayaan yang terbuka, yang mau menerima unsur kebudayaan dari luar tetapi

tidak mau menerima secara mentah-mentah. Tetapi disaring sesuai dengan kaidah

resam Melayu itu sendiri khususnya Islam.

2.3.4 Adat Istiadat

Merupakan tata laku atau kebiasaan yang secara turun temurun dari generasi

ke generasi lain sebagai warisan budaya. Sehingga kuat integrasinya dengan pola-

pola prilaku masyarakat, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, norma,

hukum, dan aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Banyak kita jumpai adat

istiadat dalam kehidupan sehari-hari contohnya adat perkawinan, adat berkeluarga,

13
Ibid,.Hlm. 233

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adat bertutur sapa, adat penabalan, adat memberi gelar, dan lain-lain. Tentu saja adat

itu tidak bertentangan dengan norma-norma tertentu.

Suku Melayu merupakan suku asli yang awalnya mendiami Kisaran, Asahan.

Dan dengan sifatnya yang terbuka dan fleksibel. Dan hal di atas menjelaskan bahwa

suku Melayu khususnya yang berada di Asahan ( Kisaran ) merupakan suku yang

sangat mudah mengintegrasikan budayanya dengan kebiasaan masyarakat setempat

akan tetapi juga masih memiliki prinsip dan memegang teguh resam – resam tertentu

yang sudah dilakukan dari generasi ke generasi.

Masyarakat Kisaran identik dengan suku Melayu dalam perilaku keseharian

mereka. Baik dari bentuk symbol adat kedaerahan dan juga religiusitas di

masyarakat. Melayu Asahan di Kisaran memiliki persinggungan dengan budaya –

budaya lain. Hal ini membuktikan bahwa kebudayaan adalah suprastruktur dari nilai

– nilai yang didukung oleh organisasi social yang sesuai, sehingga dapat membentuk

suatu konfigurasi atau kerangka dasar yang memiliki bentuk dan makna sehingga

dapat memberikan kesatuan pada pemikiran dan perasaan.

Suku Melayu Asahan merupakan salah satu kaum yang masyarakatnya

tinggal secara turun – temurun tetap mendiami kawasan sekitarsungai Asahan,

Sumatera Utara. Pada umumnya mereka menggunakan adat istiadat Melayu dan

beragama Islam. Di tambah lagi dengan kearifan lokal masyarakat Melayu seperti

senandung dan berpantun, yang juga sama halnya dengan setiap acara adat

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perkawinan, sunatan rasul, dan upacara – upacara lainnya. Rahyono mengutarakan

kekhawatirannya bahwa jika lokal genius hilang atau musnah, maka kepribadian

Bangsa pun memeudar. Kearifan lokal merupakan pembentuk identitas yang inheren

sejak lahir. Kearifan lokal tidak membutuhkan pemaksaan, Kearifan lokal mampu

menumbuhkan harga diri dan percaya diri dan Kearifan lokal mampu meningkatkan

martabat Bangsa dan Negara.

Kuatnya tali silaturahmi masyarakat Melayu, menjadikan masyarakat tersebut

berguna bagi siapa saja, sehingga orang asing yang ingin bertemu Datuk mudah

untuk menemukannya. Dalam tradisi lisan, penyampaian dari penduduk

biasanyamenggunakan bahsa daerah setempat dapat terlihat pada acara perkawinan,

syukuran, dan upacara – upacara ritual14. Masyarakat Melayu Asahan saat ini masih

menjunjung tinggi nilai – nilai kesopanan, nilai adat istiadatnya serta bertutur lemah

lembut, baik dalam berkata maupun berbuat sehingga memperkuat tali

silaturrahminya.

Kultur masyarakatMelayu yang masih melekat pada perilaku dan mentalitas

masyarakatnya membuktikan bahwa daerah yang didiami masyarakat Melayu

merupakan daerah yang religius. Meskipun secara historis Melayu di Kabupaten

Asahan ini memiliki kesamaan dengan etnik Melayu lainnya, namun tetap ada

perbedaan dengan ciri khas Melayu itu sendiri seperti bahasa Melayu Batubara dan

14
T.S.Sinar, Kearifan Lokal Berpantun Dalam Perkawinan Adat Batubara, ( Medan : USU Press,
2016 ). Hlm.44

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
songket Batubara, dan lain sebagainya. Namun demikian masyarakat Melayu di

daerah ini lebih kepada klaim Melayu meskipun secara luas penduduk yang

mendiami Asahan bukan hanya orang Melayu saja akan tetapi tetap yang ditonjolkan

adalah etnik Melayunya.

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III

TRADISI MAKAN NASI HADAP – HADAPAN DAN PELAKSANAANNYA

DI KISARAN TAHUN 1989 – 2009

3.1. Tata Cara dan Pelaksanaan Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan di

Kisaran

Di dalam tradisi Melayu, terutama adat pernikahan terdapat 13 macam

upacara adat yang biasanya dilakukan, yaitu merisik, jamu sukut, meminang, ikat

janji, mengantar bunga sirih, akad nikah, berinai, berandam, bersanding, nasi hadap –

hadapan, mandi berdimbar, mandi selamat, dan meminjam. Akan tetapi pada

pembahasan skripsi ini hanya akan menjelaskan tentang makan nasi hadap –

hadapan.

Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan salah satu dari 13 upacara

adat dalam pernikahan masyarakat Melayu, makan nasi hadap – hadapan disebut

juga astakona ∕setakona15. Tradisi makan nasi hadap – hadapan terkadang juga di

istilahkan makan nasi bunga. Makan nasi hadap – hadapan ini selalu dilakukan pada

resepsi pernikahan oleh masyarakat Kisaran.

Pada awalnya tradisi ini dilakukan untuk mengenalkan kedua mempelai yang

baru menikah. Serta untuk mengumpulkan keluarga kedua belah pihak agar

mempererat tali silaturahmi. Makan nasi hadap – hadapan ini juga bertujuan untuk

15
Tengku Luckman Sinar,Adat Perkawinan dan Tata Rias PengantinMelayu, ( Medan :
Yayasan Kesulatanan Serdang, 1990 ). Hlm.6

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menceritakan atau menunjukkan keahlian wanita yang mampu memasak berbagai

macam hidangan dan makanan. Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan

permainan sakral yang dilakukan pengantin yang sifatnya bersuka ria16.

Adapun tata cara pelaksanaaan tradisi makan nasi hadap – hadapan adalah

sebagai berikut :

 Mencabut bunga

Makan nasi hadap – hadapan pada permulaan acaranya di buka oleh inang

pengasuh atau telangkai. Pada awalnya akan di mulai dengan berpantun. Adapun

permainan mencabut bunga ini adalah mencabut bunga yang di letakkan di atas

dulang berisi nasi minyak yang merupakan hidangan utama dalam makan nasi hadap

– hadapan ini. Mencabut bunga ini dilakukan setelah pemberian cemetuk yang biasa

disebut bertukar cincin17.

Kedua mempelai berebutan untuk mengambil bunga, dengan di pandu oleh

telangkai. Apabila laki – laki yang lebih dahulu berhasil mencabut bunga tersebut

berarti dikatakan dia adalah suami yang pandai mencari nafkah dan akan

mengharumkan nama keluarga kelak. Dan jika perempuan yang lebih dahulu berhasil

mencabut bunga berarti dia adalah istri yang pintar mengelola keuangan serta

menyimpan penghasilan suaminya kelak.

16
Amran Kasimin, Istiadat PerkahwinanMelayu,( Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1989 ). Hlm 46
17
O.K. Moehad Sjah, Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, (
Medan : USU Press, 2012 ). Hlm 42

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
 Mengambil nasi segenggam

Pengambilan nasi ini dilakukan oleh kedua pengantin yang di bantu di

jalankan oleh tukang andam. Nasi segenggam di ambil kemudian diletakkan kedalam

piring masing – masing. Yang nantinya nasi minyak segenggam ini akan di suapkan

di acara selanjutnya. Makna pelaksanaan mengambil nasi segenggam ini adalah

untuk menentukan bagaimana nantinya nasib keuangan pasangan suami istrinya

kelak,jika pada pengambilan nasi tersebut nasinya rapi dan tidak ada tumpah dan

berserakan maka dikatakan pasangan tersebut adalah istrinya orang yang pintar

menyimpan uang ( mengelola keuangan rumah tangga ) dan apabila saat

pengambilan nasi tersebut berserakan atau tumpah, berarti mereka dikatakan orang

yang boros dan tidak pintar menyimpan atau mengelola keuangan dalam berumah

tangga.

 Mencari ayam

Adapun acara memperebutkan ayam yang di sembunyikan di dalam sedulang

nasi minyak yang telah disediakan di depan kedua mempelai. Adapun kedua

mempelai akan mulai mencari potongan ayam yaitu bagian ayam yang di masak

secara utuh. Sesuai dengan aba – aba yang akan di berikan oleh telangkai.

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Apabila sang istri mendapatkan kaki atau sayap ayam maka dipercaya suami

akan selalu merantau18. Dan jika yang di dapatkan adalah paha ayam berarti lambang

kesuburan. Dan jika sang suami mendapatkan kepala ayam, maka dipercaya akan

menjadi pemimpin rumah tangga yang baik.

 Suap – suapan

Acara suap - suapan merupakan salah satu adat utama dari serangkaian

pelaksanaan nasi hadap – hadapan. Adapun nasi yang akan di sulangkan oleh masing

– masing mempelai kepada satu sama lain ialah nasi minyak yang telah di ambil

segenggam dan diletakkan di dalam piring dan kemudian diatasnya di letakkan juga

ayam yang telah ditemukan di dalam dulang. Adapun maksud dari acara suap –

suapan ini adalah untuk membangun keakraban dan kemesraan diantara suami dan

istri. Karena pada umumnya orang – orang Melayu menikahkan anaknya melalui

sistem perjodohan, sehingga pasangan yang menikah tersebut belumlah terlalu kenal

dan akrab.

Pengantin perempuan membasuh tangan pengantin laki – laki. Ini merupakan

lambang pengabdian istri kepada suaminya, kemudian santap pun dimulai, dan

diikuti dengan yang lainnya. Istri menyendokkan nasi ke piring suaminya satu

macam mengambilkan lauk pauk serba satu macam agar dapat mencicipi hidangan

tersebut. Ada juga dilakukan suap – suapan dimana suami menyuapkan dan

18
Ibid., Hlm.43

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemudian sebaliknya. Begitu juga menyuapkan air minum, agar makanan tidak

tercekik di leher19.

Selesai makan, kedua pengantin disuruh mengambil kue atau buah . maksud

dilakukannya hal ini adalah untuk menetukan bagaimana nasib atau peruntungan

rumah tangga pasangan tersebut nantinya di masa yang akan datang. Jika pala

diambil, berarti agak masam peruntungan. Jika timun yang dimakan maka kehidupan

akan tawar. Jika betik, maka setelah melaui peruntungan yang keras akan manis

jadinya. Jika yang terambil lepat bugis / berinti berarti akan selalu setia senantiasa

suami dan istri. Jika yang terambil buah melaka berarti hidup sejahtera. Jika yang

terambil kue lasidah berarti susah punya anak. Dan jika yang terambil kue cucur

berarti hidup agak susah kelak.

 Minum dengan tangan bersilang

Adapun minum dengan tangan bersilang ini adalah salah satu bagian dari

tradisi makan nasi hadap – hadapan yang diakukan setelah selesai makan saling

bersuap – suapan. Dengan keadaan tangan yang sedang bersilang pasangan suami

istri tersebut haruslah bisa meminum air yang ada di gelas tersebut, meskipun agak

sulit dan harus saling bergantian meminum air minum tersebut. Tradisi yang

dilakukan ini berusaha memberikan makna bahwa dalam menjalankan kehidupan

19
Edi Ruslan Pe Amanriza, Senarai Upacara : Adat Perkawinan Melayu Riau, (Riau :Unri
Press, 2000 ).Hlm. 162

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rumah tangganya kelak akan terdapat kesulitan dan kemudahan dan hal tersebut baik

susah maupun senang haruslah selalu dapat dilalui bersama.

 Acara makan bersama

Makan bersama ini adalah akhir dari serangkaian acara dalam tradisi makan

nasi hadap – hadapan. Pada acara ini seluruh keluarga dari kedua mempelai yang

ikut menyaksikan acara tadi akan melakukan kegiatan makan secara bersama – sama

yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi diantara kedua keluarga.

Upacara makan nasi hadap – hadapan ini di lengkapi dengan jambar serba

istimewa yang bermakna sebagai penghormatan khusus kepada semenda, yang

dihidangkan khusus untuk kaum wanitanya dan ibu – ibu terhormat yang telah di

undang untuk mengikuti tradisi ini. Oleh karena itu, cara makannya pun haruslah

sopan dan tanpa tumpah dan disisihkan20.

 Pembagian makanan

Setelah selesai acara makan bersama tersebut, maka bunga – bunga pagar

yang telah di isi dengan berbagai macam manisan dan halwa serta permen dan

manisan akan dibagikan kepada seluruh keluarga yang menghadiri prosesi tradisi

makan nasi hadap – hadapan ini.

20
Ibid,.Hlm.44

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Membagikan seluruh makanann yang telah disediakan dalam prosesi tradisi

makan nasi hadap – hadapan ini tidak boleh ada yang bersisa. Semua jenis makanan

dari nasi utama, manisan atau halwa hingga selendang kue dan agar – agar atau

hongkue yang telah disediakan tersebut harus dibagikan kepada semua orang yang

menghadiri dan ikut makan bersama di dalam prosesi tradisi makan nasi hadap –

hadapan ini21. Hal ini bermakna bahwa rezeki itu dapat dicari dan dinikmati bersama

– sama. Jadi janganlah suka membuang – buang rezeki dan jika memilki rezeki

berlebih hendaklah saling berbagi satu sama lain, terutama kepada orang – orang

yang membutuhkan.

3.2. Jenis – Jenis Makanan Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan

Dalam tradisi makan nasi hadap – hadapan terdapat beberapa jenis makanan

yang akan di hidangkan sebagai syarat berlangsungnya acara makan nasi hadap –

hadapan. Adapun beberapa macam makanannya yaitu makanan utama, halwa dan

manisan, bunga pagar, selendang kue.

Makanan utama dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu

 nasi dalam dulang yang biasanya berisi nasi minyak,atau nasi berbumbu

lainnya.

 Ayam yang di masak utuh, bisa di panggang atau di goreng maupun di masak

kuning.

21
Wawancara dengan ibu Guslinawati Marpaung pada tanggal 20 Mei 2018.

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
 Telur bulat yang direbus dan kemudian di beri bumbu.

 Telur dadar sebagai penutup nasi dalam dulang.

Halwa dan manisan dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu

 Halwa buah betik dalam berbagai bentuk yang di sajikan khusus dalam

jambar berisi seperangkat halwa lainnya22.

 Buah asam gelugur muda.

 Buah mergat

 Buah renda

 Halwa nenas dan cabai

 Kue cucur dan lasidah.

 Halwa buah pala kering dan basah.

Bunga pagar dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu

 Sepasang merak yang di dalamnya terdapat kuaci

 Bunga pagar dari kuping gajah.

 Bunga pagar dari permen karet.

 Bunga pagar dari coklat koin.

 Bunga pagar dari manisan kelapa.

 Bunga pagar dari manisan papaya berantai.

 Bunga pagar dari permen telur cicak.


22
Wawancara dengan Ibu Riana pada tanggal 23 Juli 2018.

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selendang kue dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu

 Agar – agar dan hongkue yang berbentuk buah dan hewan seperti terong dan

wortel serta ikan.

 Ikan panggang dan ikan sembam.

 Soto dan roti jala.

 Pais kepah, kari ikan, dan gulai asam

 Bolu pandan dan bolu kopi.

 Bolu ubi

 Kue malaka, kue lumpang dan kekaras.

 Kue lapis dan kue talam.

 Kembang Loyang dan nasi manis.

 Kerabu dan anyang

 Santan durian dan santan bacang.

Terdapat juga berbagai macam ulam dalam hidangan tradisi makan nasi hadap –

hadapan yaitu

 Ulam timun, yang disediakan dalam bentuk mentah dan hanya di iris. .

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
 Ulam sambal kelapa, yang di campur dengan irisan bawang dan cabai serta

kencur yang telah di kukus23.

 Ulam raja atau kenikir, yang disediakan dalam bentuk mentah.

 Ulam kacang panjang, yang direbus kemudian di bentuk seperti kapal.

 Sambal tempoyak.

3.3. Pantun dan Doa Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan.

Orangan berhelat memasang kandil


kandil di pasang bersumbu tiga
isteri taat suami adil
rumah yang kecil rasa di surga

Jika ingin hidup bertuah


luruskan biat dadapun lapang
suami istri tahan bersusah
turun temurun hidupkan senang

Untuk menjadi orang yang mulia


elok budi kenakan jasa
adat hidup berumah tangga
pahit manis sama dirasa

Supaya selamat dunia akhirat


teguhkan iman banyakkan amal

23
Wawancara dengan Ibu Lismawati Panjaitan pada tanggal 11 Juli 2018

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
budi mulia elok tabiat
hidup sentosa rumah tangga kekal24

Adapun doa dalam acara makan nasi hadap – hadapan yaitu :

Doa

Encik – encik, tuan – tuan, puan – puan


Yang berbahagia
Semua gawai karena adat
Sempurna kerja beserta doa
Maka untuk menyempurnakan kerja
Sesuai dengan adat yang biasa
Pada mala mini kita panjatkan doa
Untuk kebahagiaan dan kesejahteraan
Aman sentosa
Baik kepada kedua pengantin
Maupun kepada kita semua
Kami jemput bapak pohan
Kiranya berkenan untuk
Memimpin doa bersama
Doa ( para hadirin berdoa masing – masing dalam hati )
Ucapan selamat
Para jemputan yang kami muliakan

24
Edi Ruslan Pe Amanriza, Senarai Upacara : Adat Perkawinan Melayu Riau, (Riau :Unri
Press, 2000 ).Hlm. 163

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berucap sudah, berkatapun sudah
Dibilas pula dengan doa
Maka sempurnalah perjamuan malam ini
Selamat berlangsung keujung acara
Maka acara akan dilanjutkan
Dengan member kesempatan
Kepada encik – encik, tuan – tuan, puan – puan
Para jemputan yang kami muliakan
Untuk menyampaikan ucapan selamat
Sambil bersalam – salaman
Kepada kedua pengantin yang berbahagia
Beserta ayah bunda tercinta
santap malam bersama
dipermaklumkan kepada hadirin, hadirat
bahwa selesai bersalam salaman
tuan – tuan, puan – puan sekalian
dipersilakan langsung
santap malam bersama
nasi sudah terhidang
lauk sudah menanti
santap sendiri mengenyangkan
santap beramai mengenyangkan
maka kami silahkan para jemputan majelis santap
malamini untuk merasakan, hidangan yang sudah
disediakan

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
silahkan!

Perumpaan di atas adalah salah satu contoh bagaimana dilaksanakannya pembacaan

doa oleh seseorang yang di tunjuk oleh ahli bait ( atau dalam hal ini juga bisa juga

dilakukan oleh telangkai ) setelah acara makan nasi hadap – hadapan selesai

dilaksanakan25.

3.4. Pembawa Acara Serta Perwakilan Kerabat Yang Melaksanakan Tradisi

Makan Nasi Hadap – Hadapan

 Pembawa acara

Adapun orang yang membawakan acara pada tradisi makan nasi hadap –

hadapan ini adalah seorang host yang merangkap sebagai bidan pengantinyang bisa

disebut inang pengasuh atau tukang andam. Akan tetapi jika tidak ada seorang inang

pengasuh atau tukang andam atau tukang andam tidak bisa membawakan acara

makan nasu hadap – hadapan ini maka seorang telangkai yang melakukan acara

meminang juga boleh membawakan acara makan nasi hadap – hadapan ini jika

berkenan.

 Perwakilan kerabat

Perwakilan kerabat yang di utamakan untuk menghadiri acara makan nasi

hadap – hadapan ini adalah kaum semenda terutama ibu – ibu dari keluarga kedua

25
Ibid.,Hlm 160

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengantin. Akan tetapi jika tidak ada lagi wanitanya maka boleh digantikan oleh

saudara laki – laki ataupun suaminya.

Hal yang paling di tekankan adalah dari kedua mempelai terdapat keluarga

atau kerabat yang masing – masing hadir serta duduknya bersamping – sampingan

sehingga dapat terjalin komunikasi selama makan nasi hadap – hadapan berlangsung.

Sehingga, pada akhir acara muncul kedekatan yang mempererat tali silaturahmi26.

26
Wawancara dengan Sarpun pada tanggal 22 Juli 2018

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV

PERUBAHAN PADA TRADISI MAKAN NASI HADAP – HADAPAN DI

KISARAN TAHUN 1989 - 2009

4.1. Analisis Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Tradisi

Makan Nasi Hadap – Hadapan Tahun 1989 - 2009

Adapun perubahan – perubahan yang terjadi pada pelaksanaan tradisi makan

nasi hadap – hadapan di Kisaran pada tahun 1989 – 2009 ialah sebagai berikut

1) Mak Andam

Orang yang memainkan peranan penting pada acara perkawinan dan makan

nasi hadap – hadapan ialah mak andam atau yang biasa di sebut bidan pengantin.

Tidak ada ketetapan maupun syarat – syarat tertentu untuk menggunakan bidan

pengantin jika ada yang memerlukannya. Bayaran atau upah yang diberikan juga

berbeda – beda sesuai dengan tempat dilakukannya acara tersebut serta jumlah

pakaian yang akan dikenakan.Tujuan utama dipanggilnya mak andam ini adalah

untuk menghias pengantin, baik pengantin perempuan maupun pengantin laki – laki

sekaligus mengendalikan agar majlis bersanding berjalan dengan baik27.

Mak andam juga bisa menyembuhkan pengantin perempuan apabila ia jatuh

sakit atau tidak sadarkan diri ( pingsan ) secara tiba – tiba karena terlalu lelah. Mak

andam bertugas sehari sebelum hari pernikahan dilaksanakan. Ontohnya

27
Amran Kasimin, Istiadat PerkahwinanMelayu,( Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1989 ). Hlm 44

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yaitumelaksanakan upacara mengandam pengantin perempuan yang tujuannya untuk

membuat wajah sang pengantin berseri dan bercahaya di hari pernikahannya. Hal

lain yang dilakukannya yaitu mencukur rambut dibagian dahi pengantin perempuan.

Tujuannya untuk melihat apakah sang pengantin masih dara atau tidak. Akan tetapi

saat ini ramalan tersebut sudah tidak dilakukan lagi. Selanjutnya dilakukan

pencukuran rambut di tangan dan leher, yang dilanjutkan dengan mencukur alis yang

dilakukan dengan doa – doa yang bermaksud agar wajah menjadi berseri.

Hal yang selanjutnya dilakukan mak andam ialah istiadat berlangir, yaitu

menyapukan bedak dingin kebagian badan yang telah dicukur. Kemudian mandi

berlimau, yaitu membasuh / memandikan pengantin perempuan dengan air bersih

sebanyak tiga timba. Sambil membaca selawat. Dan selama semua hal di atas

dilakukan pengantin dilarang melihat cermin. Dan bahan- bahan yang telah

digunakan dibungkus dan dibuang ke sungai. Hal ini dilakukan karena kegiatan

mandi ini juga bertujuan untuk membuang sial pada badan dan menjauhkan segala

bala dan mala petaka sepanjang hari perkawinan28. Hal ini dilakukan sehari sebelum

acara perkawinan.

Pada saat acara berlangsung di hari selanjutnya, Mak andam bertugas merias

kedua pengantin. Biasanya pengantin perempuan akan dihias langsung oleh Mak

andam sedangkan pengantin laki – laki akan dihias oleh asisten yang telah

dipekerjakan oleh Mak andam. Mak andam akan terus mendampingi pengantin

28
Ibid., Hlm.45

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perempuan setelah selesai dihias, dikarenakan pakaian yang digunakan serta

perhiasan – perhiasan yang dipakai oleh pengantin perempuan sangat banyak dan

berat. Oleh karena itu, sebelum majelis bersanding berlangsung sembari menunggu

kedatangan pengantin laki - laki, segala kebutuhan yang di perlukan dan hal - hal

yang ingin dilakukan oleh pengantin perempuan akan dibantu oleh Mak andam.

Apabila rombongan pengantin laki – laki telah datang dan majelis bersanding

akan dimulai, maka Mak andam akan membantu pengantin perempuan keluar dari

kamar hias untuk didudukkan di pelaminan. Setelah itu, keluarga pengantin

perempuan akan menyambut kedatangan rombongan tersebut dan setelah kedua

pengantin telah duduk di pelaminan maka majelis bersanding dapat dilakukan.

Pelaksanaan majelis bersanding awalnya dimulai dengan upacara tepung

tawar yang dilakukan oleh kedua orang tua kedua pasangan dan sanak saudara yang

lebih tua yang dihormati. Setelah upacara tepung tawar majelis bersanding

dilanjutkan dengan upah – upah dengan balai. Terdapat tiga jenis balai, yaitu balai

tujuh tingkat untuk keluarga kerajaan, balai lima tingkat untuk keluarga bangsawan,

serta balai tiga tingkat untuk masyarakat biasa. Upah – upah ini dilakukan agar

kedua pasangan yang menikah memiliki semangat untuk membina hidup baru.

Setelah itu, barulah dilakukan acara makan nasi hadap – hadapan yang dibantu oleh

Mak andam.

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada awal tahun 1989, dilakukannya tradisi makan nasi hadap – hadapan

pembawa acaranya adalah tukang andam atau yang sekarang biasa memiliki sebutan

bidan pengantin. Akan tetapi sejak memasuki awal tahun 2000 an peran bidan

pengantin sudah berubah artinya dari tukang andam yang ikut membantu

pelaksanaaan tradisi dalam pernikahan menjadi tukang hias atau perias pengantin

yang hanya mengurusi pakaian, riasan, dan pelaminan saja.

Sehingga para bidan pengantin tidak lagi bisa atau mampu menjadi pembawa

acara tradisi makan nasi hadap – hadapan ini. Sehingga peran telangkai yang

awalnya hanya meminang saja bertambah menjadi pembawa acara makan nasi hadap

– hadapan. Maka dari itu, pembawa acaranya tidak lagi dilakukan tukang andam,

tetapi di lakukan oleh telangkai29.

Telangkai berarti penghubung dan ia menjalankan fungsinya menghubungkan

kedua keluarga dengan cara diplomasi. Sebagai orang yang berperan

menghubungkan kedua keluarga, penghulu telangkai selaku wakil pihak laki – laki

akan memuji si pihak laki – laki ini, menceritakan segala perilakunya yang baik –

baik. Dan memuliakan kedudukannya dalam masyarakat supaya tidak terjadi

penolakan dari pihak keluarga perempuan sehingga pihak lelaki merasa terhina.

Pertemuan selanjutnya ialah persetujuan yang disampaikan kepada penghulu

telangkai. yang dinyatakan dengan bahasa kiasan ( merendah diri )30.

29
Wawancara dengan Bapak Masdar pada tanggal 19 Juli2018.
30
Abdul Latiff Abu Bakar. Pantun dan Ungkapan Indah Adat PerkahwinanMelayu.( Melaka
: Institut Seni Malaysia. 2004 ).Hlm 169

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2) Jenis - Jenis Makanan

Jenis nasi induk yang digunakan pada pelaksanaannya tradisi makan nasi

hadap – hadapan ini di tahun 1989hanya menggunakan nasi minyak atau nasi

berbumbu seperti nasi lado. Akan tetapi di awal tahun 2003, saat para bidan

pengantin tidak lagi menjadi penyedia makanan untuk tradisi makan nasi hadap –

hadapan maka orang – orang pada umumnya tidak lagi membuat nasi berbumbu

untuk hidangan utama raja dan permaisuri. Akan tetapi nasi yang digunakan adalah

nasi yang lebih mudah dan cepat pembuatannya seperti nasi goreng, nasi lemak, dan

nasi kuning31.

Jenis – jenis makanan pengiring nasi induk seperti bunga pagar dan

selendang kue pun jenisnya sudah berubah. Dimana pada tahun 1989 bunga pagar

yang digunakan adalah halwa dan manisan serta asinan tradisional seperti halwa

nenas, halwa betik, sekarang sudah diganti dengan permen karet, permen coklat, dan

jelly cup instan. Selendang kue yang biasanya berisikan kue lumpang, kue karas –

karas, ikan sembam, soto,dan kembang Loyang sudah diganti dengan bolu pandan,

bolu cappuccino, serta agar – agar yang dibentuk buah dan bunga32.

Jenis – jenis makanan yang di gunakan sebagai perencah atau penghias nasi

induk pun telah diganti yang dulunya adalah ulam raja atau ulam kenikir maupun

timun sejak tahun 2000 telah diganti dengan telur dadar sebagai penutupnya.

Bahkan, di tahun 2004, penggunaan ayam utuh untuk di sembunyikan di dalam nasi

31
Wawancara dengan Bapak Setiamin pada tanggal 1 Agustus 2018.
32
Wawancara dengan Ibu Lismawati Panjaitan pada tanggal 11 Juli 2018.

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
induk telah diganti dengan cincin atau gelang dan jam tangan bahkan perhiasan

lainnya.

3) Pakaian Adat

Pakaian adat yang digunakan saat melangsungkan tradisi makan nasi hadap –

hadapan ini pun telah berubah di mana dulunya di awal era 1989 Jenis pakaian yang

dipakai pengantin adalah pakaian khas Melayu : pakaian puteri perak33. Sejak awal

tahun 2001 hal tersebut tidak lagi di haruskan. Terutama di Kisaran, pengantin boleh

saja menggunakan pakaian adat lain, selain suku Melayu seperti : pakaian Minang /

pakaian Jawa / pakaian Arab / pakaian Cina / pakaian Indiadi saat melakukan tradisi

makan nasi hadap – hadapan ini padahal sudah diketahui bahwa makan nasi hadap –

hadapan merupakan tradisi Melayu.

Pada awal berdirinya Kesultanan Asahan di tahun 1630-an pada adat

pernikahannya telah melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan. Akan tetapi

pelaksanaan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan pada masa kesultanan

sangat berbeda dengan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan oleh masyarakat

Kisaran, Asahan. Pada masa kesultanan makanan yang disediakan pada makan nasi

hadap – hadapan di sebut hidangan raja dan permaisuri. Pada masa globalisasi saat

ini, karena sudah terlampau banyak aspek – aspek dalam tradisi tersebut yang telah

berubah seiring dengan perkembangan aman dan globalisasi.

33
Zainal Abidin Borhan. Adat Istiadat Melayu Melaka. ( Kuala lumpur : Institute Kajian
Sejarah dan Patriotism Malaysia, Percetakan Seasons.Sdn.Bhd. 1996 ).Hlm. 84

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenis makanan yang di hidangkan dalam hidangan raja dan permaisuri , yaitu

o Makanan utama : Nasi minyak, seekor ayam panggang atau ayam yang

dimasak kuning, telur balado.

o Ulam : Ulam raja atau kenikir, yang disediakan dalam bentuk mentah.Ulam

kacang panjang, yang direbus kemudian di bentuk seperti kapal.Ulam timun,

yang disediakan dalam bentuk mentah dan hanya di iris. Ulam sambal kelapa,

yang di campur dengan irisan bawang dan cabai serta kencur yang telah di

kukus34. Sambal tempoyak.

o Halwa : cermai, buah belimbung, limau kuih, buah kasturi, nenas, asam

gelugur, buah pala. Buah papaya, buah kabung, buah petis kambing, nangka,

durian belanda, kundur.

o Kue kering : bunga melur, kue guli guli, buah kanah, lengkar, bunga rampai,

kekaras, dederam, sesagun, wajik gula pasir, wajik gula merah, dodol gula

putih, dodol gula merah. Koya kacang, kue bangkit.

o Kue pengiring : penganan talam, kasturi, agar – agar, kue lapis, tape, pulut

tetal.

o Bubur : bubur sumsum, bubur tebak, cendol, bubur mata kucing, bubur beras

belanda, bubur pulut hitam.

34
Wawancara dengan Ibu Lismawati Panjaitan pada tanggal 11 Juli 2018.

52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Junjungan

Junjungan adalah bawaan berupa senampan makanan yang biasanya berisi

pulut dan telur yang di berikan oleh tuan rumah kepada tamu yang telah menghadiri

acara makan nasi hadap – hadapan. Hal ini karena telur dianggap sebagai lambang

kemakmuran dan ikatan persaudaraan dan persahabatan antara tuan rumah dengan

para tetamu. Tuan rumah merasa terkilan jika tidak menghadiahkan telur pada

tamunya dan tamu merasa kurang lengkap jika pulang dengan tangan kosong35.

Akan tetapi, sejak tahun 1994, praktik pemberian junjungan telah sedikit

berubah dimana yang awalnya isi junjungan yang di berikan adalah telur, junjungan

yang di berikan adalah nasi dan makanan yang telah dihidangkan di acara makan

nasi hadap – hadapan tersebut. Padahal hidangan itu seharusnya dimakan bersama di

dalam rumah diadakannya acara tersebut36.

Bahkan pada akhir tahun 1989 tradisi makan nasi hadap – hadapan yang

mulanya hanya dilakukan oleh orang beretnis Melayu, sudah ikut dilakukan oleh

orang – orang etnis lainnya di Kisaran. Seperti etnis Mandailing, Toba, bahkan Jawa.

Dan, setelah dilakukan penelusuran dan penelitian ke lapangan , apa yang

menyebabkan makan nasi hadap – hadapan ikut dilakukan seluruh etnis di Kisaran,

di ketahui sebuah pribahasa, di manabumi dipijak, di situlangit dijunjung. Jadi,

sebagai etnis pendatang, masyarakat selain yang beretnis Melayu berusaha

35
Ibid,.Hlm.86
36
Wawancara dengan ibu Wardah Tanjung pada 17 Juli 2018.

53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
beradaptasi dengan penduduk asli Kisaran, Asahan dengan cara mengadopsi salah

satu tradisi ∕ adat istiadat Melayu yaitu makan nasi hadap – hadapan.

Diketahui bahwa, tradisi yang di adopsi adalah tradisi makan nasi hadap –

hadapan. Tradisi makan nasi hadap – hadapan ikut dilaksanakan etnis lain karena

sifat tradisinya yang berbentuk permainan sakral akan tetapi tetap berkesan

membawa suasana ceria dan penuh semangat. Sehingga sangat sesuai dilakukan di

hari yang sangat berbahagia seperti pesta pernikahan.

Satu hal lagi yang menyebabkan tradisi makan nasi hadap – hadapan sangat

digemari oleh masyarakat Kisaran pada umumnya adalah karena tidak adanya syarat

– syarat tertentu yang harus di penuhi jika ingin melakukan tradisi makan nasi hadap

– hadapan ini. Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan tradisi mengucap dan tepung

tawar yang sangat sakral dan penuh dengan syarat – syarat tertentu agar dapat

dilakukan, bahkan hanya orang – orang tertentu yang bisa menepungtawari pihak

yang telah selesai mengucap37.

4.2. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Pada Tradisi Makan

Nasi Hadap – Hadapan Tahun 1989 – 2009

Menurut Kingsley Davis bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari

perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya

yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan

37
Wawancara dengan ibu Guslinawati Marpaung pada tanggal 20 Mei 2018.

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perubahan – perubahan dalam bentuk serta aturan – aturan organisasi sosial38. Dan

dalam perubahan sosial terdapat dua perubahan yaitu perubahan kecil dan perubahan

besar. Perubahan kecil adalah perubahan – perubahan yang terjadi pada unsur –

unsure struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung dan berarti bagi

masyarakat. Perubahan mode pakaian yang digunakan dalam acara makan nasi hadap

– hadapan misalnya, mode pakaian yang dikenakan saat melakukan tradisi makan

nasi hadap – hadapan sudah mengalami perubahn yang mana dulunya sebelum tahun

1989 hanya menggunakan pakaian yang dijahit sendiri, yang kainnya didapat dari

hantaran pihak pengantin laki – laki. Namun pada saat ini pakaian yang akan

digunakan oleh kedua pengantin sudah disediakan langsung oleh perias pengantin

atau yang dapat disewa, serta mode pakaian dapat disesuaikan dengan selera calon

pengantin.

Tradisi makan nasi hadap- hadapan adalah salah satu tradisi dalam budaya

perkawinan suku Melayu. Sesuai dengan sifat khas suku Melayu yang fleksibel dan

sangat menerima pembaruan, maka dapat diketahui bahwa tradisi makan nasi hadap

– hadapan juga mengalami perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Adapun

faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut adalah sebagai

berikut :

38
Dalam skripsi Asmidar. 2014. Perubahan Tradisi Perkawinan Etnis Melayu di Desa
Bentayan Hilir Kecamatan Batu Hampar Kabupaten Rokan Hulu, Pekanbaru. Fisip : Universitas
Riau.

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Faktor pendorong terjadinya perubahan

Perubahan pada masyarakat tradisional biasanya dipengaruhi oleh masuknya

arus Globalisasi, seperti yang dikemukakan oleh Hannerz, 39 di mana Hannerz

mengemukakan ada empat kemungkinan yang akan terjadi dari pengaruh globalisasi

di masa yang akan datang. Pertama, homogenisasi global, dimana kultur barat akan

mendominasi seluruh dunia. Seluruh dunia akan menjadi jiplakan gaya hidup, pola

konsumsi, nilai dan norma, serta gagasan dan keyakinan masyarakat Barat.

Kedua, versi khusus dari proses homogenisasi global yang disebut kejenuhan

yang bertumpu pada dimensi waktu, makin pelnan makin bertahap masyarakat

pinggiran menyerap pola kultur Barat, karena kultur lokal menjenuhkan mereka.

Dalam waktu jangka panjang, setelah melewati beberapa generasi maka bentuk,

makna , dan penghayatan kultur lokal akan lenyap di masyarakat. Inilah

homogenisasi dimensi historis. Ketiga, kerusakan kultur pribumi dan kerusakan

kultur Barat yang diterima. Bentrokan dengan nilai kultur pribumi makin merusak

nilai kultur Barat yang diterima.

Dan yang keempat, disebut dengan kedewasaan, dimana penerimaan

modernisasi yang dipengaruhi oleh kultur Barat melalui dialog dan pertukaran yang

lebih seimbang seperti interaksi yang terjadi sehari – hari. Seperti yang dikemukakan

oleh Hannesz di atas maka arus globalisasi yang membawa budaya dari luar yang di

39
Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial . ( Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012
).Hlm. 105

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terima masyarakat dan menyebabkan masyarakat Kisaran tidak lagi melakukan

tradisi makan nasi hadap – hadapan dengan tradisional sebagaimana mestinya

merupakan faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya perubahan pada tradisi

makan makan nasi hadap – hadapan.

2. Faktor sistem pendidikan formal yang maju

Sistem pendidikan formal yang maju merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan budaya. Sistem pendidikan formal

yang maju ini juga menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan pada tradisi makan

nasi hadap – hadapan.

Sistem pendidikan yang baik dan didukung oleh kurikulum adaptif dan

fleksibel sangant mampu mendorong terjadinya perubahan – perubahan sosial dan

budaya. Misalnya, pendidikan formal disekolah yang mengajarkan berbagai macam

pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa.

Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai – nilai tertentu bagi

manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal – hal yang baru

dan bagaimana berpikir secara ilmiah, sehingga dapat berpikir secara objektif.

Dengan kemampuan penalaran seperti itu akan membekali orang yang mendapat

sistem pendidikan formal untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat

memenuhi kebutuhan zamannya atau tidak.

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Cara pemikiran seperti diataslah yang menyebabkan terjadinya perubahan –

perubahan pada tradisi makan nasi hadap – hadapan. Tradisi ini berusaha disesuaikan

dengan kebutuhan zaman oleh orang – orang yang melaksanakannya. Oleh karena

itu, tidak lah mengherankan jika tradisi makan nasi hadap m- hadapan semakin

kedepan semakin bersifat modern karena disesuaikan dengan perubahan zaman.

3. Faktor materialisme

Materialisme merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan pada

tradisi makan nasi hadap – hadapan. Sebagaimana kita ketahui bahwa materialisme

adalah segala sesuatu yang sifatnya kebendaan yang menempati ruang dan memiliki

volume. Dalam hal ini segala macam benda yang digunakan untuk melakukan tradisi

makan nasi hadap – hadapan.

Makan nasi hadap – hadapan telah dilakukan oleh suku Melayu Asahan sejak

berdirinya kesultanan Asahan pada tahun 1630-an dan seperti kita ketahui telah

berlalu beberapa abad sejak saat itu. Sejak tahun 1989, telah banyak terjadi

perubahan pada benda – benda berupa alat yang digunakan dalam acara makan nasi

hadap – hadapan ini.

Hal ini terjadi di sebabkan oleh sudah tidak adanya lagi keturunan bangsawan

dan keluarga kerajaan yang melakukan acara makan nasi hadap – hadapan secara

tradisional, karena sejak tahun tersebut sudah tidak ada lagi kesultanan. Orang –

orang di Kisaran yang awalnya hanya melihat saja bagaimana pelaksanaan acara

58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
makan nasi hadap – hadapan ini pun mulai tertarik untuk melakukan tradisi ini,

karena terlihat sangat menyenangkan dengan suasana bersuka ria.

Akan tetapi, karena keterbatasan masyarakat Kisaran yang pada umumnya

hanyalah rakyat biasa yang tidak mempunyai banyak biaya dan mereka juga ingin

melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan itu juga, maka mulailah

disederhanakan acara makan nasi hadap – hadapan ini.

Masyarakat Kisaran hanya melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan

sesuai dengan kemampuan keluarga mereka masing – masing baik dalam

menyediakan beberapa selendang kue nya, nasi utama yang digunakan, serta ayam

yang diganti dengan telur ayam saja sehingga biaya yang digunakan lebih murah dan

mampu dijangkau oleh masyarakat biasa yang bukan dari keluarga kerajaan dan

keturunan bangsawan.

4. Faktor pengaruh - pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Pengaruh – pengaruh dari kebudayaan lain juga mempengaruhi terjadinya

perubahan pada aspek – aspek tradisi makan nasi hadap – hadapan. Sebagaimana

diketahui bahwa penduduk asli yang mendiami wilayah Kisaran, Asahan adalah

masyarakat mayoritas bersuku Melayu. Akan tetapi sejak kedatangan berbagai suku

lain terutama suku Batak Toba dan mandailing bahkan suku Minang. Terjadi sedikit

perubahan dari pelaksanaan tradisi pelaksanaan karena para suku pendatang berusaha

mengikuti tradisi masyarakat Melayu setempat akan tetapi karena terlalu banyak

59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jenis Resam dan Adat Budaya Melayu dan mereka selaku suku pendatang tidak

terlalu mengerti apa saja resam – resam tersebut.

Maka dari itu, mereka hanya ikut melaksanakan apa yang mereka lihat dan

dianggap ciri khas yang menarik. Karena sifat makan nasi hadap – hadapan yang

menghebohkan dan bersuka ria, hal tersebutlah yang paling diingat oleh penduduk

pendatang sehingga hanya hal tersebut yang dilakukan. Karena tidak ada lagi yang

melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan secara tradisional, maka acara makan

nasi hadap – hadapan yang dilakukan pun yang telah disederhanakan. Sehingga

pantun – pantun pun tidak lagi dilantunkan pada acara makan nasi hadap – hadapan

seperti pada awalnya dulu dilakukan pada masa kesultanan.

5. Faktor percampuran kebudayaan

Faktor percampuran kebudayaan juga merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya perubahan pda tradisi makan nasi hadap – hadapan. Di Indonesia sendiri

banyak sekali terdapat berbagai ragam suku dan kebudayaan. Karena banyaknya

budaya inilah memperbesar kemungkinan terjadinya percampuran budaya atau

akulturasi.

Akulturasi sendiri berarti suatu proses sosial yang timbul manakala suatu

kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu

kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam

60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kebuayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu

sendiri.

Oleh karena itu, proses akulturasi yang dilakukan oleh masyarakat Kisaran,

Asahan adalah dengan mengadopsi salah satu aspek kebudayaan Melayu kedalam

budaya mereka. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat suku Toba, Jawa,

Minang dan Mandailing. Yaitu dengan dengan mengadopsi tradisi makan nasi hadap

– hadapan ke dalam adat perkawinan yang dilakukan.

Karena telah mengalami proses akulturasi, maka tradisi makan nasi hadap –

hadapan mengalami beberapa perubahan yang disesuaikan dengan masyarakat yang

mengadopsi kebudayaan tersebut. Sehingga makanan khas Melayu yang biasanya

disediakan dalam makan nasi hadap – hadapan pun semakin sedikit. Bunga pagar

yang biasanya berupa halwa ( manisan buah ) telah diganti dengan permen karena

faktor akulturasi ini.

61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pada awal berdirinya kesultanan Asahan di tahun 1630-an pada adat

pernikahannya telah melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan. Akan tetapi

pelaksanaan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan pada masa kesultanan

sangat berbeda dengan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan oleh masyarakat

Kisaran, Asahan. Pada masa kesultanan makanan yang disediakan pada makan nasi

hadap – hadapan di sebut hidangan raja dan permaisuri.

Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan salah satu dari 13 upacara

adat dalam pernikahan masyarakat Melayu, makan nasi hadap – hadapan disebut

juga astakona ∕setakona40. Tradisi makan nasi hadap – hadapan terkadang juga di

istilahkan makan nasi bunga. Makan nasi hadap – hadapan ini selalu dilakukan pada

resepsi pernikahan oleh masyarakat Kisaran.

Pada awalnya tradisi ini dilakukan untuk mengenalkan kedua mempelai yang

baru menikah. Serta untuk mengumpulkan keluarga kedua belah pihak agar

mempererat tali silaturahmi. Makan nasi hadap – hadapan ini juga bertujuan untuk

menceritakan atau menunjukkan keahlian wanita yang mampu memasak berbagai

40
Tengku Luckman Sinar,Adat Perkawinan dan Tata Rias PengantinMelayu, ( Medan :
Yayasan Kesulatanan Serdang, 1990 ). Hlm.6

62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
macam hidangan dan makanan. Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan

permainan sakral yang dilakukan pengantin yang sifatnya bersuka ria41.

Urutan pelaksanaaan tradisi makan nasi hadap – hadapan adalah sebagai

berikut :

 Mencabut bunga

 Mengambil nasi segenggam

 Mencari ayam

 Suap – suapan

 Minum dengan tangan bersilang

 Acara makan bersama

 Pembagian makanan

Setelah selesai acara makan bersama tersebut, maka bunga – bunga pagar

yang telah di isi dengan berbagai macam manisan dan halwa serta permen dan

manisan akan dibagikan kepada seluruh keluarga yang menghadiri prosesi tradi

makan nasi hadap – hadapan ini.

Pada akhir tahun 1989 tradisi makan nasi hadap – hadapan yang mulanya

hanya dilakukan oleh orang beretnis melayu, sudah ikut dilakukan oleh orang –

orang etnis lainnya di Kisaran. Seperti etnis Mandailing, Toba, bahkan Jawa. Setelah

dilakukan penelusuran dan penelitian ke lapangan , apa yang menyebabkan makan

41
Amran Kasimin, Istiadat PerkahwinanMelayu,( Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1989 ). Hlm 46

63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nasi hadap – hadapan ikut dilakukan seluruh etnis di Kisaran, di ketahui sebuah

pribahasa, di manabumi dipijak, di situ langit dijunjung. Jadi, sebagai etnis

pendatang, masyarakat selain yang beretnis Melayu berusaha beradaptasi dengan

penduduk asli Kisaran, Asahan dengan cara mengadopsi salah satu tradisi ∕ adat

istiadat Melayu yaitu makan nasi hadap – hadapan.

Tradisi makan nasi hadap – hadapan ikut dilaksanakan etnis lain karena sifat

tradisinya yang berbentuk permainan sakral akan tetapi tetap berkesan membawa

suasana ceria dan penuh semangat. Sehingga sangat sesuai dilakukan di hari yang

sangat berbahagia seperti pesta pernikahan.

Satu hal lagi yang menyebabkan tradisi makan nasi hadap – hadapan sangat

digemari oleh masyarakat Kisaran pada umumnya adalah karena tidak adanya syarat

– syarat tertentu yang harus di penuhi jika ingin melakukan tradisi makan nasi hadap

– hadapan ini. Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan tradisi mengucap dan tepung

tawar yang sangat sakral dan penuh dengan syarat – syarat tertentu agar dapat

dilakukan, bahkan hanya orang – orang tertentu yang bisa menepungtawari pihak

yang telah selesai mengucap42.

5.2. Saran

Dalam hal ini, saran yang di berikan penulis adalah supaya kebudayaan

Melayu Asahan di Kisaran tetap dilestarikan meskipun sebagaimna diketahui

dengan sifat Melayu yang terbuka dan fleksibel sangat mudah dipengaruhi oleh

42
Wawancara dengan ibu Guslinawati Marpaung pada tanggal 20 Mei 2018.

64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pergerakan zaman sehingga terjadi perubahan – perubahan tertentu dalam

pelaksanaan tradisinya. Terutama tradisi makan nasi hadap – hadapan, meskipun

telah mengalami perubahan tertentu di dalam pelaksanaanya, hendaklah makna dari

pelaksanaan makan nasi hadap – hadapan itu sendiri tetaplah di jaga sehingga dalam

pelaksanaannya tradisi makan nasi hadap – hadap terus menjadi permainan yang

mengundang kebahagiaan tetapi tetap bersifat sacral dan di junjung tinggi arti dari

pelaksanaannya.

Untuk pelaksana tradisi makan nasi hadap – hadapan yang tidak beretnis

melayu agar selalu melaksanankan tradisi makan nasi hadap – hadapan sesuai

dengan resam serta adat dan budaya Melayu sebagaimana dilakukan oleh etnis

Melayu setempat.

65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

I. Sumber Buku

Abu Bakar,Abdul Latiff . 2004. Pantun dan Ungkapan Indah Adat Perkahwinan
Melayu.Melaka : Institut Seni Malaysia.
Abdurrahman, Dudung.1999.Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana
Ilmu.
Amanriza,Edi Ruslan Pe. 2000. Senarai Upacara : Adat Perkawinan Melayu Riau.
Riau :Unri Press
Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan. 2015. Asahan Dalam Angka 2015. Asahan
: BPS Kabupaten Asahan.
__________________.2010. Kecamatan Kisaran Timur Dalam Angka 2010. Asahan
: BPS Kabupaten Asahan.
__________________.2010. Kecamatan Kisaran Barat Dalam Angka 2010. Asahan
: BPS Kabupaten Asahan.
Borhan,Zainal Abidin. 1996. Adat Istiadat Melayu Melaka. Kuala Lumpur : Institute
Kajian Sejarah dan Patriotism Malaysia, Percetakan Seasons.Sdn.Bhd
Breman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Geertz,Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisisus.
Gottschalk, Louis. 2008. Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press.
Husny, T.H.M.Lah.1986. Butir – Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur. Jakarta
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah.
_______________.1984. Upacara Perkawinan Adat Melayu Sumatera Timur.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kasimin,Amran. 1989 . Istiadat Perkahwinan Melayu : Satu Kajian Perbandingan.
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Bentang.

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lubis, Joharis.dkk.2012. Sejarah Melayu Batubara. Jakarta : Halaman Moeka
Publishing.
Marono, Nanang. 2012 . Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Sinar Graffika Offset.
Moehad Sjah,O.K. 2012. Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera
Timur. Medan : USU Press.
Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta : Wedatama
Widyasastra.
Siahaan, E.K. 1991. Makanan : Wujud, Variasi, dan Fungsinya Serta Cara
Penyajiannya Daerah Sumatera Utara. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Sinar, Tengku Luckman. 2005. Adat Budaya Melayu : Jati Diri dan Kepribadian.
Medan : FORKALA Sumatera utara.
__________.2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.
Medan : Yayasan Kesultanan Serdang.
__________. 2002.Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan : USU Press.
__________. 2003. Kronik Mahkota Kesultanan Serdang. Medan : Penerbit Yandira
Agung.
Sinar, T.S.2011.Kearifan Lokal Berpantun Dalam Perkawinan Adat
Batubara.Medan : USU
Supriana , Tavi. 2016. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Medan : USU Press.
Takari , Muhammad.dkk.2014. Adat Perkawinan Melayu : Fungsi, Terapan , dan
Gagasannya. Medan : USU Press.

II. Sumber Jurnal


Azhari, Khairuddin Ikhwan, dkk. 2017. “ Identitas Etnik Melayu Batubara “. Jurnal
Antropologi Sumatera. Medan : volume 15, nomor 1, Desember 2017.
Mailin,dkk. 2017. “ Akuluturasi Nilai Budaya Melayu dan Batak Toba Pada
Masyarakat Melayu Kota Tanjung Balai “. MIQOT . Fakultas Ilmu Dakwah

67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan Komunikasi UIN Sumatera Utara, Medan : volume XLI, nomor 1,
Januari – Juni 2017.
Proborini, Diansasi,dkk. 2017. “ Analisis Aspek Diplomasi Kultural Dalam
Ekspedisi Pamalayu, 1275 – 1294 M “. Jurnal Analisis Hubungan
Internasional, Universitas Airlangga : volume 6, no.2 , Agustus 2017.

III. Sumber Internet


Asmidar. 2014. Skripsi : Perubahan Tradisi Perkawinan Etnis Melayu di Desa
Bentayan Hilir Kecamatan Batu Ampar Rokan Hilir. Fisip : Universitas Riau.
Diniari, Embun Bening. 2018. “ Pembagian Waktu dan Perubahan Musim “. http
://blog.ruangguru.com/pembagian-waktu-dan-perubahan-musim.html
Diakses pada tanggal 15 Desember 2018.
Yuwono, Jenny. 2012. “ Transmigrasi Dari Masa ke Masa “. http ://www.
Academia.edu/9927462/transmigrasi-dari-masa-ke-masa.html Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2018.
http ://Kisaransumaterautara.blogspot.com/2012/11/sejarah-dan-peninggalan-kota-
kisaran.html Diakses pada tanggal 3 Januari 2019.
https ://kbbi.kemendikbud.go.id, Diakses pada tanggal 7 Januari 2019.

68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bhghghBAB IV : PERUBAHAN PADA TRADISI MAKAN NASI HAD Daftar

Informan

 Nama : Setiamin

Usia : 51 tahun

Pekerjaan : Guru / telangkai

 Nama : Lismawaty panjaitan

Usia : 65 tahun

Pekerjaan : Pembuat nasi hadap – hadapan

 Nama : Masdar

Usia : 57 tahun

Pekerjaan : Dosen / Telangkai

 Nama : Guslinawaty Marpaung

Usia : 56 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Nama : Wardah Tanjung

Usia : 50 tahun

69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pekerjaan : Wiraswasta

 Nama : Mustari hanim

Usia : 51 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

 Nama : Harlina

Usia : 54 tahun

Pekerjaan : Guru

 Nama : Rismah

Usia : 72 tahun

Pekerjaan : Bidan Pengantin

 Nama : Rufi’ah

Usia : 77 tahun

Pekerjaan : Bidan Pengantin

 Nama : Ayu

Usia : 62 tahun

Pekerjaan : Bidan Pengantin

70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
 Nama : Haris Syah Putera

Usia : 67 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

 Nama : Thamrin

Usia : 82 tahun

Pekerjaan : Telangkai

 Nama : Nurhayati

Usia : 89 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Nama : Khaidir

Usia : 77 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

 Nama : Sarpun

Usia : 88 tahun

Pekerjaan : Pembuat Nasi Hadap - Hadapan

71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
 Nama : Ningsih

Usia : 66 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Nama : Riana

Usia : 60 tahun

Pekerjaan : Pembuat Nasi Hadap - Hadapan

72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1

Peta Kecamatan Kisaran Timur

Sumber foto : https ://ms.wikipedia.org/wiki/Kisaran_Timur_Asahan di akses pada

tanggal 6 Januari 2019.

73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2

Tradisi makan nasi hadap – hadapan pada masa kesultanan Asahan

Sumber : Arsip Pribadi

74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber : Arsip Pribadi

75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber : Arsip Pribadi

76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tradisi makan nasi hadap – hadapan sebelum tahun 1989

Sumber foto : arsip pribadi

Sumber foto : arsip pribadi

77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tradisi makan nasi hadap – hadapan tahun 1989

1. Mencabut bunga

2. Suap – suapan

Sumber foto : arsip pribadi tahun 1989

78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3

Tradisi makan nasi hadap – hadapan setelah tahun 1989

1. Mencabut bunga

2. Minum dengan tangan bersilang

Sumber foto : arsip pribadi tahun 1999

79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Makanan yang tersedia

Sumber foto : arsip pribadi tahun 1999

Tradisi makan nasi hadap – hadapan tahun 2005

1. Mencabut bunga

80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Mencari Ayam

3. Suap – suapan

Sumber foto : arsip pribadi tahun 2005

81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Minum dengan tangan bersilang

5. Makanan yang disediakan

Sumber foto : arsip pribadi tahun 2005

82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tradisi makan nasi hadap – hadapan tahun 2009

1. Mencabut bunga

2. Suap - suapan

Sumber foto : arsip pribadi tahun 2009

83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Minum dengan tangan bersilang

Sumber foto : arsip pribadi tahun 2009

84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4

1. Jenis – jenis makanan yang tersedia dalam tradisi makan nasi hadap –

hadapan

Sumber foto : arsip pribadi tahun 2006 Sumber foto : arsip pribadi
tahun 2006

85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber foto : arsip pribadi ( 2006 )

2. Bunga pagar

Sumber foto : arsip pribadi tahun 2006

Sumber foto : arsip pribadi tahun 2006

86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5

Pantun

Pandai – pandai meniti buih


Agar selamat badan keseberang
Wahai pengantin intan terpilih
Taburlah kasih semaikan sayang

Suami istri hendaklah sadar


Sehabis terang datanglah kelam
Suami istri jangan seperti lapit tikar
Turun pagi pulang tengah malam

Kesetiaan baiknya sama di dukung


Walaupun gading retak juga
Suami istri jangan seperti lantai nibung
Di susun rapat nak renggang juga

Wahai pengantin suami istri


Taburlah kasih kesanak sekampung
Kalau pandai membawa diri
Mertuanya lebih dari ibu bapak kandung

Menghias diri baik kelakuan


Menyenangkan hati siapa memandang
Kaum sekampung merasa puas
Istri menjadi suri tauladan

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Suami menjadi beringin di tengah padang
Tempat bernaung di hari panas

Suami istri harus seiya


Selalu damai serta rukun
Bila dapat sahabat setia
Engkau hanyut dia terjun

Kedua pengantin duduk berdekat


Hadirin dan hadirat
Kerjakan suruh di pakai nasehat
Insya allah selamat dunia akhirat

Yang dikasihi kedua pengantin duduk berdekat


Yang dihormati hadirin wal hadirat
Petuah orang tua serta firman allah di dalam ayat
Surat lukman mengajar anak dengan nasehat

Tanah deli pesona jaman


Beranjak sila selamat bahagia
Kedua pengantin memang sepadan
Tak ubah pinang di belah dua

Perbaungan negeri berkota


Pantai cermin tempat tamasya
Jika nak rukun berumah tangga
Elok jauhkan silang sengketa

88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Setepak sirih sejuta pesan
Bangun kota bersatu padu
Kepada mempelai kita doakan
Rumah tangga damai sejahtera selalu

Perang bertih dan bunga rampai


Tiup seruling gendang di palu
Majelis penyambutan sungguh ramai
Menyambut datangnya pengantin baru

Kalau kehulu menempa parang


Parang sudah hatipun lega
Kalau dahulu hidup seorang
Sekarang sudah berumah tangga

Pangeran bergelar datuk penghulu


orangnya kuat hatipun tabah
suami datang sambut dipintu
hitunglah penat kasih bertambah

89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai