2019
Ramadani, Putri
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14593
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TRADISI MAKAN NASI HADAP – HADAPAN MASYARAKAT MELAYU
KISARAN KABUPATEN ASAHAN ( 1989 – 2009 )
Skripsi
Dikerjakan
O
L
E
H
NAMA : PUTRI RAMADANI
NIM : 140706044
MEDAN
2019
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
berkat ridho dan hidhayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
kekurangan, tata bahasa yang kurang sempurna karena keterbatasan yang penulis
miliki. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas perhatian pembaca dan penulis
Putri Ramadani
NIM 140706044
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan Skripsi ini, tidaklah terlepas dari dukungan oleh berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis
banyak menerima bimbingan, petunjuk, dan bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak baik yang bersifat moral maupun material. Pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
penulis. Serta Wakil Dekan I, II, III beserta staf Pegawai Fakultas Ilmu
Budaya.
2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum., selaku ketua program studi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU serta Ibu Dra. Nina Karina, M.SP.,
3. Ibu Dra. Farida Hanum Ritonga, M.SP., selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu memberikan arahan dan dorongan, serta terima kasih atas jasa
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
selama penulis menjadi mahasiswa baik di dalam maupun di luar jam
pelajaran. Tidak lupa juga kepada Staf Administrasi Program Studi Ilmu
5. Kepada kedua orang tua tercinta Guslinawati Marpaung dan Haris Setia
Putera yang selama ini telah membantu penulis dalam bentuk perhatian,
kasih sayang, semangat, serta doa yang tiada henti – hentinya mengalir
Juga untuk kakak dan abang tercinta Nurhari Santi dan Muhammad
Ibu Rismah, Bapak Setiamin, dan Ibu Lismawaty Panjaitan yang telah
beliau.
khususnya kepada Aprina Dewi Samosir, Azmila Lubis, dan Juliani yang
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat terbaikSyahri
9. Serta masih banyak lagi pihak – pihak yang sangat berpengaruh dalam
proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata untuk semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini
semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Putri Ramadani
NIM 140706044
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
ABSTRAK… ...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.3 Adat yang Teradat ...............................................................................28
3.1. Tata Cara dan Pelaksanaan Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan di
Kisaran ................................................................................................32
3.2. Jenis – Jenis Makanan Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan 38
3.3. Pantun dan Doa Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan. .........41
5.1. Kesimpulan............................................................................................62
5.2. Saran......................................................................................................64
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...66
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
Kisaran didiami oleh banyak suku yaitu Melayu, Batak Toba, Jawa, Minang,
Banjar, Aceh, Tionghoa dan Tamil. Jumlah suku terbesar didominasi oleh suku
penduduknya terdiri dari orang Melayu, hamba Batak, dan beberapa orang Cina yang
kelihatan sakit dan sengsara, yang penghasilannya hanya menjual madat dan
berjudi1.
pelaksanaannya dan akan mengubah status bukan hanya dari kedua mempelai
hubungan kekeluargaan, bahkan dapat pula menggeser hak serta kewajiban untuk
1
Tengku Luckman Sinar.Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.
( Medan : Yayasan Kesultanan Serdang , 2006 ). Hlm.121
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sementara anggota kerabat lainnya.Setiap upacara pernikahan mempunyai arti
penting baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota kekerabatan kedua
belah pihak.
pelaksanaannya yaitu tradisi makan nasi hadap-hadapan. Tradisi ini tidak hanya
berlaku untuk pernikahan adat Melayu di Asahan saja melainkan seluruh suku
Melayu. Tradisi makan nasi hadap-hadapan merupakan suatu proses awal makan
bersama antara suami dan istri yang baru menikah. Makan nasi hadap hadapan
ini adalah bagian dari tradisi pada pernikahan suku Melayu. Di lingkungan suku
menjalin komunikasi atau hubungan antara suami dan istri agar lebih
samping itu makan nasi hadap hadapan juga merupakan media komunikasi bagi
Melayu ini memiliki berbagai kearifan (wisdom) yang hidup, tumbuh, dan
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pasangan hidup, nilai kebersamaan antara dua pihak kerabat besar, menimbang
oleh seseorang yang dituakan atau seseorang yang ahli berpantun (telangkai). Urutan
istirahat minum, makan bersama dan merebut ayam panggang. Adapun inti
kegiatan dari tradisi ini adalah saat merebut ayam panggang. Nasi yang di tempatkan
dalam wadah dan di dalamnya terdapat ayam panggang diletakkan di depan kedua
disembunyikan dalam nasi. Konon siapa yang duluan mendapatkan ayam tersebut,
maka yang bersangkutan akan lebih berkuasa memerintah dalam rumah tangga 3 .
Akan tetapi jika yang terpegang adalah kaki atau sayap ayam, dipercaya suami akan
selalu merantau.
Tradisi makan nasi hadap – hadapan ini merupakan salah satu kebesaran
khusus kepada semenda terutama bagi kaum wanita, oleh karena itu cara makannya
2
Muhammad Takari.dkk,Adat Perkawinan Melayu : Fungsi, Terapan , dan Gagasannya
( Medan : USU Press,2014 ), Hlm.11
3
Tengku Luckman Sinar, Adat Budaya Melayu : Jati Diri dan Kepribadian ( Medan :
Penerbit FORKALA Sumatera Utara, 2005 ), Hlm.76
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pun harus sesopan – sopannya 4 . Untuk menjalankan tradisi makan nasi hadap –
hadapan biasanya kedua pengantin dan beberapa kaum wanita dari kedua belah pihak
yang hadir.Dari makanan dan buah – buahan yang disediakan pad tradisi makan nasi
hadap – hadpan itu, apabila dimakan oleh kedua mempelai, biasanya dapat diafsirkan
Pada acara makan nasi hadap – hadapan biasanya disediakan Nasi minyak
yang diletakkan di atas dulang yang terbuat dari perak yang di dalamnya
berlomba – lomba untuk mencari keberadaan ayam tersebut. Siapa yang lebih dahulu
mendapatkan ayam tersebut maka dialah yang akan menentukan rumah tangga kelak.
Tetapi selain itu, hal ini juga bermaksud agar kedua mempelai lebih saling mengenal
satu sama lain. Selesai makan, kedua pengantin disuruh mengambil kue atau buah –
buahan. Jika yang diambil buah pala, berarti agak kurang beruntung kehidupannya.
Jika timun yang dimakan maka kehidupan akan tawar atau biasa – biasa saja. Jika
betik atau pepaya, maka setelah melalui kesulitan akan mendapatkan keberuntungan
dalam hidupnya. Jika yang diambil lepat bugis / berinti berarti akan selalu setia
senantiasa suami dan istri. Jika yang diambil buah melaka berarti hidup sejahtera.
Jika yang terambil kue lasidah berarti susah punya anak. Jika yang terambil kue
4
O.K. Moehad Sjah, Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Medan
: USU Press, 2012 ), Hlm.43
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Di dalam kebudayaan Melayu, khususnya di Asahan upacara adat
perkawinan ini, sejak awal dilakukan dalam suasana tradisi lisan.Artinya adalah
beragamnya adat perkawinan Melayu, baik ditinjau dari sisi wilayah budaya,
Sejak adanya kerajaan Asahan pada tahun 1630, apabila ada acara perkawinan, maka
selalu dilaksanakan tradisi makan nasi hadap – hadapan. Tradisi seperti ini hanya
dilakukan oleh keluarga kerajaan dan kaum bangsawan. Tradisi makan nasi hadap –
hadapan ini mulanya dilakukan oleh keluarga kerajaan dan kaum bangsawan Melayu
di Asahan. Tradisi ini mulai dilakukan pada masa pemerintahan sultan asahan ke III
yaitu Sultan Rumsyah yang berkuasa hingga tahun 1760. Dalam pelaksanaan tradisi
makan nasi hadap – hadapan ini, alat perlengkapan makan serta pahar tempat nasi,
5
Ibid., Hlm.10
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenis – jenis makanan yang disediakan sangat beragam dan bervariasi.
makanan utamanya adalah : nasi minyak atau nasi lado yang di atasnya di tutup
dengan ulam raja dan ulam kenikir. Di dalam nasi di masukkan ayam yang di masak
utuh, bisa di panggang atau di goreng maupun di masak kuning. Kemudian, kue –
kue yang di sediakan adalah kue cucur dan kue lasidah. Di dalam hidangan tradisi
makan nasi hadap – hadapan ini juga disediakan manisan berupaseperangkat halwa
yang terbuat dari berbagai buah misalnya betik / pepaya, yang telah dibentuk,
pekasam durian, pekasam bawang, buah asam gelugur muda, buah kundur, buah
mergat,buah renda,belimbing, bunga betik, dan cabai. Juga disediakan halwa buah
pala kering yang di bentuk bunga dan halwa buah pala basah yang disajikan di atas
piring – piring perak. Selain itu di hidangkan beberapa pinggan berisi ulam mentah
seperti : pucuk betik, daun pegaga, daun kemangi, daun ulam raja,pucuk putat, pucuk
melinjo, pucuk buah kuini dan ulam yang dimasak, yang dibentuk bermacam –
macam benda seperti betik yang berbentuk burung, ikan, dan kacang panjang yang
dibentuk perahu.
Sedangkan untuk lauk pauk yang istimewa disediakan ikan sembam, udang
galah digoreng atau direbus dan di panggang, pais kepah, ayam panggang, anyang
kepah, masakan khusus kepala kambing, nasi minyak, kari kambing, pajri terong,
dan nanas, dan berbagai buah – buahan dan tak lupa pula dihidangkan srikaya. Juga
disediakan soto, roti jala, kerabu, anyang, santan durian, santan bacang, kolak
pisang, dan berbagai macam gulai seperti gulai asam, gulai pindang. Gulai masak
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
putih, gulai lemak : labu, ikan, daging, pisang muda. Gulai kari : kari ikan, kari
daging, kari terong. Juga terdapat berbagai macam kue – kue lainnya seperti kue
lumpang, kue kekaras, kue talam, kue sesagun, serabi, lepat pulut hitam, buah
Melaka, dan nasi manis. Prosesi nasi hadap – hadapan ini saat akan dilakukan
makanan – makanan yang disediakan di atas seprah putih yang bersulam dan
berenda.
Prosesi pelaksanaan tradisi makan nasi hadap – hadapan pada masa itu juga
dilakukan dari pagi hingga sore hari, dan pada pembuatan makanan – makanannya
pelaksanaanya, tradisi makan nasi hadap - hadapan setiap akan memulai ungkapan
Sejak tahun 1989, tradisi makan nasi hadap – hadapan bukan hanya
dilakukan oleh suku Melayu saja, akan tetapi telah dilakukan oleh seluruh suku yang
ada di Kisaran. apabila ada acara perkawinan akan dilakukan makan nasi hadap –
hadapan. Tetapi makanan yang disajikan hanya beberapa jenis saja, tidak sebanyak
seperti yang dilakukan dahulu. Piring – piring serta alat makan yang digunakan tiak
lagi terbuat dari perak, akan tetapi hanya piring kaca biasa. Makanan yang
disediakan pun tidak lagi diletakkan di atas seprah putih bersulam, akan tetapi hanya
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan uraian diatas penulis memutuskan untuk meneliti perubahan
pada tradisi makan nasi hadap - hadapan dalam etnis Melayu khususnya Melayu
Asahan di Kisaran dalam periode atau kurun waktu tahun 1989 hingga 2009.
Perubahan signifikan apa saja yang terjadi di dalam adat istiadat tersebut khususnya
tradisi makan nasi hadap – hadapan ini, yang telah diketahui terpapar oleh budaya
yaitu :
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
dikembangkan oleh penulis, maka yang menjadi uraian selanjutnya adalah apa yang
menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini, serta manfaatyang akan didapat penulis
nantinya, karena poada dasarnya salah satu landasan awal dalam melakukan
penelitian inin adalah perlunya diperhatikan beberapa tujuan dan manfaat yang
Mengetahui bagaimana proses tradisi makan nasi hadap – hadapan pada 1989
- 2009.
makan nasi hadap – hadapan dan faktor - faktor seperti apa yang
Untuk lebih memperkenalkan apa itu upacar adat nasi hadap – hadapan dalam
kebudayaan.
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk menjadi sebuah karya tulis sebagai syarat menjadi sarjana satra
kebudayaan Melayu. Salah satunya adalah tradisi makan nasi hadap – hadapan yang
Tengku Luckman Sinar dalam bukunya yang berjudul Adat Budaya Melayu
jati Diri dan Kepribadian (2005) menjelaskan bahwa setiap orang melayu adalah
islam. Bukan saja status nasional tetapi juga agama. Buku ini juga menjelaskan
Makan Nasi Hadap – Hadapan ini merupakan salah satu dari kebesaran Melayu
Semenda.
T.H.M.Lah Husny dalam bukunya yang berjudul Butir – Butir Adat Melayu
menjalankan resam dan adat budaya Melayu sesuai dengan aturan dan tata cara yang
telah dilakukan oleh leluhur sebelumnya. Adat pada etnik Melayu mencakup empat
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ragam, yaitu : adat yang sebenar adat, adat yang diadatkan, adat yang teradat, dan
adat istiadat.
Penelitian adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sistematik dan teliti
empat kegiatan yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi yang menjadi
1. Heuristik, Pengumpulan data atau sumber yang berasal dari tahun 1989
hingga tahun 2009 dan pengumpulan bahan-bahan lisan , bahan tertulis, serta bukti
fisik yang bersifat relevan dengan judul penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan
dengan judul, Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan dalam Masyarakat Melayu
6
Tavi Supriana, Metode Penelitian Sosial Ekonomi,( Medan : USU Press, 2016 ), Hlm. 1
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Jenis Data
Adapun jenis – jenis data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Data Lisan, penulis menggunakan data lisan sebagai sumber primer. Hal ini
disebabkan karena judul penelitian yang diangkat oleh peneliti memiliki tema yang
termasuk dalam kategori sejarah kontemporer dimana para pelakunya masih hidup
dan mampu mengingat kejadian tersebut. Pengumpulan sumber primer ini dilakukan
tersebut adalah orang – orang yang telah melakukan tradisi makan nasi hadap –
hadapan di Kisaran sejak tahun 1989 hinggga tahun 2009, penulis memiliki tiga
informan kunci, yaitu Rismah selaku bidan pengantin yang akan membantu kedua
pengantin dalam menjalankan tradisi makan nasi hadap – hadapan, Setiamin selaku
telangkai yang membawakan prosesi acara makan nasi hadap – hadapan, serta
Lismawaty Panjaitan selaku pembuat makanan untuk tradisi makan nasi hadap –
hadapan.
b. Data Tertulis, penulis menggunakan data tertulis sebagai sumber sekunder. Hal ini
sebagai sumber untuk memperkuat serta membuktikan fakta – fakta dari data lisan
yang telah ditemukan dalam penelitian lapangan. Adapun sumber – sumber tertulis
yang akan digunakan berupa buku referensi, buku teks, jurnal, majalah, Koran, serta
berbagai jenis laporan dan dokumen serta manuskrip ( jika ada ) yang sesuai
berhubungan dengan tema skripsi yang diangkat penulis. Misalnya, buku karya
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Luckman Sinar yang berjudul Kebudayaan Melayu Sumatera Timur dan karyanya
yang lain yang berjudul Adat Budaya Melayu Jati Diri dan Kepribadian selain itu
juga ada literatur lain berjudul Butir – Butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera
2. Lokasi Penelitian
Adapun yang di maksud dengan lokasi penelitian di dalam proposal ini adalah lokasi
di mana penulis akan mendapatkan data lisan dengan melakukan wawancara dengan
c. Data Fisik atau Arkeologi. Adapun data fisik yang dimaksud berupa foto – foto
yang di ambil saat proses tradisi makan nasi hadap – hadapan berlangsung. Serta
rekaman audio seperti kaset dan video film yang kesemuanya berasal dari arsip
2. Kritik sumber atau verifikasi sumber, Dalam hal ini terdapat dua tahap yaitu
kritik eksternal dan kritik internal. Pertama, kritik eksternal merupakan mengkritik
berdasarkan keaslian sumber atau keautentikannya, seperti menilai buku dari ejaan
yang digunakan, kertas yang digunakan sudah sesuai atau tidak dengan tahun
diterbitkan dan lainnya ( untuk sumber yang berusia ratusan tahun) . Kedua, kritik
kredibilitas, seperti penilaian buku dilihat dari isinya benar atau hanya fiktif belaka.
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akan tetapi dalam penulisan skripsi ini, peneliti hanya akan menggunakan kritik
internal untuk sumber tulisan yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Sehingga
dapat ditentukan apakah informaasi yang ditemukan dari buku, majalah dan koran
tersebut sudah benar dan dapat disesuaikan dengan data lisan yang diperoleh penulis
dari pelaksana tradisi makan nasi hadap – hadapan itu sendiri. Misalnya, di dalam
buku karya Luckman Sinar yang berjudul “Kebudayaan Melayu Sumatera Timur” di
nyatakan bahwa dalam tradisi nasi hadap – hadapan siapa yang lebih dahulu
menemukan ayam yang di dalam nasi maka akan menjadi pihak yang akan
memerintah dalam rumah tangganya kelak. Maka, pernyataan di dalam buku ini
perlu di verifikasikan kepada para informan kunci apakah hal tersebut memang benar
3. Interpretasi yaitu tahap dimana penulis akan menuangkan semua ide yang
fakta-fakta logis yang didapat berdasarkan bahan-bahan yang sudah dikritik sehingga
dapat dihubungkan satu sama lainnya dan menjadi kesatuan yang masuk akal.
suatu kisah atau penyajian yang berarti, ataupun penulisan interpretasi yang
7
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ,( Yogyakarta : Bentang, 2005 ). Hlm 102
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dituangkan secara sistematis dan kronologis 8 . Merupakan tahap terakhir dalam
metode yang akan dilakukan atau digunakan untuk penulisan ini. Dalam tahap ini
penulis akan menjabarkan hasil penelitian sesuai dengan data yang telah diperoleh
secara kronologis dan sistematis dimulai dari tahun 1989 hingga tahun 2009.
8
LouisGottschalk, Mengerti Sejarah. ( Jakarta: UI Press, 2008 ).Hlm 25.
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
berada pada 2◦03’ - 3◦26’ Lintang Utara, 99◦1’ - 100◦0’ Bujur Timur dengan
ketinggian 0-1000 meter di atas permukaaan laut. Luas Kabupaten Asahan adalah
3.799,39 Km2 ( 379.939 Ha ) dan terdiri dari 25 kecamatan dan 204 desa / kelurahan.
Kabupaten Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan.musim hujan dan musim kemarau biasanya
ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan
angin musim timur yang terjadi antara bulan Maret - September, namun pada bulan
Maret dan September ada kemungkinan hujan tetap turun karena gerakan angin yang
tidak tentu, sehingga musim kemarau di Asahan berlangsung antara bulan April
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sampai bulan September. Sedangkan musim hujan berlangsung karena bertiupnya
angin musim barat yang terjadi diantara bulan September – Maret, sehingga musim
Wilayah Kota Kisaran seluas 71,88 Km2, atau 1,89% dari total wilayah
Kabupaten Asahan. Secara geografis Kota Kisaran terletak diantara 90◦11’ - 100◦30’
berikut :Sebelah Utara terdapat Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan
Wilayah Kota Kisaran bila ditinjau dari segi geografi fisik berada di dataran
berada di antara 0 – 5% dibagian barat, dan 5-15% dibagian Timur dan Selatan
kecamatan, sedangkan perbukitan berada di bagian utara kota. Ketinggian dari atas
Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera
Utara).Kota ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat,
serta Kereta Api. Kota Kisaran adalah daerah yang beriklim tropis dengan dua
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.Kota Kisaran memiliki temperatur
udara maksimum sebesar 38◦ C dan minimum 28◦ C dengan kelembaban udara
sebesar 80%.banyaknya curah hujan 1.980 mm pertahun dan rata – rata 165 mm per
Kisaran sendiri merupakan sebuah kota yang terbagi menjadi dua kecamatan,
yaitu kisaran barat dan kisaran timur. Tiap kecamatan terbagi ke dalam beberapa
kelurahan, yaitu :
2) Kelurahan Bunut
4) Kelurahan Sidomukti
5) Kelurahan Sidodadi
6) Kelurahan Dadimulyo
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13) Kelurahan Tebing Kisaran
2) Kelurahan Teladan
3) Kelurahan Mutiara
4) Kelurahan Selawan
8) Kelurahan Lestari
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2. Kisaran dan Kebiasaan Umum Masyarakatnya
Asahan pada tahun 2012, jumlah penduduk di kota Kisaran mencapai 125.740,
55.969 jiwa dan Kecamatan Kisaran Timur sebesar 69.771 jiwa. Jumlah keseluruhan
dari penduduk Kota Kisaran adalah 16.55% dari total penduduk Kabupaten Asahan.
budayanya bersifat plural. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik
bahwa persentase agama sebagai berikut yaitu 88.87% penduduk beragama islam,
dengan jumlah penduduk 75% Melayu yang sering juga disebut Melayu Asahan atau
Melayu Batubara. Ada pula suku Batak yang berasal dari Toba, Simalungun, dan
Mandailing. Suku Batak Toba adalah etnis Batak yang paling banyak di daerah ini,
sementara di wilayah perkotaan lebih banyak didiami orang bersuku Tionghoa. Suku
Jawa selaku transmigran yang telah pindah dari pulau Jawa ke Sumatera sejak tahun
1974 juga banyak mendiami wilayah Kisaran, Asahan terutama di dekat wilayah
perkebunan.
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebagian besar orang – orang suku Melayu Asahan yang berdiam di tepi
perikanan darat. Daerah pesisir Batubara sangat terkenal dengan hasil lautnya,
biasanya dijual kepada tengkulak – tengkulak, dan sisanya dikonsumsi sendiri atau
dengan tanaman padi, karet, dan kelapa sawit. Masyarakat yang tinggal di tepi pantai
pekerjaan menebang hutan dan hasilnya kemudian dijual ke pabrik papan yang ada
di sekitar daerah tersebut. Seperti halnya cara penjualan hasil perikanan, penjualan
adalah bertenun, yang dikenal dengan nama kain songket batubara. Kegiatan
tambahan. Keahlian bertenun di daerah ini sudah berkembang sejak abad ke – 18.
Motif hiasannya khas dan biasanya warna dasarnya dalah hijau tua dan biru tua.
Samapai sekarang, bertenun merupakan salah satu jenis mata pencaharian yang
masih bertahan di daerah ini. Pekerjaan lain yang umumnya juga dilakukan oleh
kaum wanita adalah menganyam tikar. Kegiatan menjadi penganyam tikar ini
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mereka pelajari dari pendatang - pendatang cina yang masuk ke daerah ini 300 tahun
lalu.
Suku Jawa selaku transmigran yang telah pindah dari pulau Jawa ke
Sumatera pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi ada
juga yang bekerja sebagai buruh – buruh perkebunan dan berdagang sayur di pasar.
Pada tahun 1932, beberapa penduduksuku Jawa juga datang membuka lahan dengan
jarak 4 kilometer dari wilayah perkampungan Melayu. Orang – orang dari suku Jawa
ini berasal dari buruh perkebunan yang berbatasan langsung dengan Desa Meranti,
salah satu desa di Kisaran. Mereka membuka lahan setelah pulang bekerja dari
waktu tiga tahun bagi para penggarap awal suku Jawa ini untuk bisa mulai
bervariasi ada yang bekerja sebagai petani, peternak, pegawai pemerintahan dan
guru. Akan tetapi pada umumnya kebanayakan dari orang – orang tionghoa memiliki
mata pencaharian sebagai pedagang. Hal ini karena pada umumnya orang tionghoa
adalah para pedagang yang ulung. Orang Tionghoa juga termasuk suku yang tekun,
Suku Batak yang berasal dari Toba, Simalungun, dan Mandailing, pada
umunya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Akan tetapi banyak
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
juga suku – suku Batak. Khususnya suku Batak Toba dan Mandailing yang menjadi
yang menjadi tenaga pengajar ( guru ) di beberapa sekolah negeri maupun swasta di
Kisaran.
Suku Melayu merupakan suku asli yang awalnya mendiami wilayah Kisaran,
Kab. Asahan. Sifatnya yang terbuka dan fleksibel, maka tidaklah mengherankan jika
tradisi Melayu di Kisaran sudah menjadi sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh
penduduk Kisaran itu sendiri, bahkan oleh para suku pendatang yang bukan bersuku
Melayu. Hal ini bisa terjadi karena untuk ikut melaksanakan tradisi Melayu tidak ada
beretnis Melayu, menyebabkan para suku pendatang yang memilih untuk berdomisili
di Kisaran untuk mengikuti adat dan budaya masyarakat setempat. Hal ini
sangat menerima perubahan maupun modernisasi dalam tradisi dan budaya yang di
jalankan oleh masyarakat setempat. Sehingga tidak terjadi diskriminasi antar suku di
terus dijalankan di Kisaran hingga saat ini, bahkan seiring dengan berjalannya waktu
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kerap dilakukan oleh masyarakat kisaran lainnya. Tidak hanya yang bersuku Melayu
saja. Hal tersebut dikarenakan Melayu identik dengan Islam , jadi siapa saja yang
Melayu itu adalah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam perbauran
ikatan perkawinan antar suku bangsa serta memakai adat resam bahasa Melayu
Antara lain Malayu itu terdiri dari dua suku kata yaitu Mala dan Yu yang artinya
negeri. Ada juga yang menyebut Melayu atau Melayur yang berarti tanah tinggi
dalam bahasa Tamil. Dalam bahasa Sansekrit disebut Malaya yang berarti nama
pohon yang harum, yang menerangkan bahwa Malaya dahulu Negeri Gaharu yang
terkenal.
Melayu dalam bahasa Jawa berarti lari . Serta ada lagi menyebutkan Melayu
dari kata Pamalayu9, yang berasal dari bahasa sastra jawa kuno yang berarti perang
melawan Melayu, seperti yang terdapat di Palembang, dan masih banyak lagi.
Nama-nama Melayu itu sendiri bukan datangnya dari luar melainkan dari dalam
sendiri. Artinya orang Melayu itu sendiri yang menamakan dirinya Melayu, sesuai
9
Berasal dari sastra Jawa kuno yang berarti perang melawan Melayu.Sebuah diplomasi
melalui kewibawaan militer yang dilakukan kerajaan Singhasari di bawah perintah Sri Kertanagara
tahun 1275 – 1292 terhadap kerajaan Melayu di Dharmasraya, Jambi.
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan sifat-sifatnya sampai sekarang ini yaitu sopan santun, ramah tamah, dapat
bahasa, dan lain-lain. Maka untuk mencapai sikap ini haruslah dia memelayukan atau
melujurkan rasa sifat angkara, murka, sombong, takabur dari cakap yang karup.
Utara bagian timur. Daerahnya membentang dari dataran pantai ke barat hingga
sampai ke dataran berbukit-bukit, mulai dari Kabupaten Aceh Timur, Langkat, Deli,
Serdang, Batubara, Asahan, dan sampai ke Labuhan Batu. Sedangkan yang disebut
dengan orang Melayu Pesisir Sumatera Timur adalah turunan dari campuran antara
orang Melayu Sumatera Utara tadi dengan suku bangsa pendatang dari Arab, India,
Johor, Melaka, Portugis, dan berbagai etnik seperti suku Aceh, Karo, Mandailing,
Jawa, Bugis, Minangkabau, dan lain-lain, yang merasa dan mengamalkan adat
resam Melayu serta beragama Islam, serta memakai bahasa Melayu dalam kehidupan
kebudayaan suku Melayu ini, sehingga sekarang menjadi suatu persepsi umum di
kawasan ini, bahwa masuk Melayu sama artinya dengan masuk Islam.
Asahan di Kisaran tetaplah menjalankan resam dan adat budaya Melayu sesuai
10
T.H.M. Lah Husny, Butir – Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur, ( Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. 1986
). Hlm. 34
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan aturan dan tata cara yang telah dilakukan oleh para leluhur sebelumya.
Menuurut La husni adat pada Etnik Melayu tercakup dalam empat ragam yaitu:
(1) adat yang sebenar adat, (2) adat yang di adatkan, (3) adat yang teradat,
Pada umumnya adat berfungsi untuk membentuk akhlak dan budi masyarakat
Melayu itu sendiri, yang bersifat preventif (pencegahan) terhadap kemungikinan hal-
hal yang bersifat negatif. Adat sepintas lalu seperti membendung hak-hak
Bagi suku Melayu, bukan sesuatu yang tertulis itu penting, melainkan
tujuan, niat, dan perasaannya itulah yang utama. Hampir seluruh adat dan budaya
Adat sebenar adat ini menurut konsep etnosains Melayu adalah: penuh tidak
melimpah, berisi tak kurang, terapung tak hanyut, terendam tak basah. Yang besar di
besarkan, yang tua dihormati, yang kecil disayangi, yang sakit diobati, yang bodoh
11
Ibid,.Hlm.61
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diajari, yang benar diberi hak, yang tinggi tidak menghimpit, yang pintar tidak
menipu, hidup berpautan, makan berpadanan. Jadi, ringkasnya hidup itu harusnya
harmonis, baik mencakup diri sendiri, bernegara, dan lingkungan hidupnya. Tidak
ada hidup yang bernafsi-nafsi. Inilah adat yang tidak boleh berubah12.
harkat dan martabat puak Melayu akan kembali sebagaimana sediakala “bersatu dan
kukuh.” Yaitu pokok adat yang harus di pegang kukuh dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya oleh masyarakat Melayu itu sendiri dalam kehidupan sosial
dan budayanya.
Adat yang diadatkan adalah suatu yang berbeda anatara daerah Melayu
dengan daerah lainnya, walaupun dasar semula adalah sama, tetapi karena pengaruh
alam dan perbauran setempat disebabkan oleh perbedaan baik adat, bahasa, agama,
tempat, dan lain sebagainya sehingga perbedaan ini membawa resam dan adatnya
12
Ibid,.Hlm.232
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Adat yang diadatkan ini dalah sesuatu yang telah diterima untuk dijadikan
kebiasaan atau peraturan yang dibuat atas mufakat bersama oleh masyarakatnya,
sesuai denganukuran yang patut dan benar, yang dapat di modifikasi sedemikian
Menurut Lah Husni, adat yang teradat adalah suatu kebiasaan pihak lain lalu
diambil atau diserap karena serasi oleh oleh suatu kebudayaan tertentu dan akhirnya
menjadi suatu kebiasaan sehingga menjadi adat. Banyak golongan lain yang telah
menjadi kebiasaan suku Melayu. Contohnya dari segi gaya atau pakaian, teknologi,
gaya hidup yang diserap dari tradisi Barat. Walaupun Melayu merupakan
kebudayaan yang terbuka, yang mau menerima unsur kebudayaan dari luar tetapi
tidak mau menerima secara mentah-mentah. Tetapi disaring sesuai dengan kaidah
Merupakan tata laku atau kebiasaan yang secara turun temurun dari generasi
ke generasi lain sebagai warisan budaya. Sehingga kuat integrasinya dengan pola-
hukum, dan aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Banyak kita jumpai adat
13
Ibid,.Hlm. 233
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adat bertutur sapa, adat penabalan, adat memberi gelar, dan lain-lain. Tentu saja adat
Suku Melayu merupakan suku asli yang awalnya mendiami Kisaran, Asahan.
Dan dengan sifatnya yang terbuka dan fleksibel. Dan hal di atas menjelaskan bahwa
suku Melayu khususnya yang berada di Asahan ( Kisaran ) merupakan suku yang
akan tetapi juga masih memiliki prinsip dan memegang teguh resam – resam tertentu
mereka. Baik dari bentuk symbol adat kedaerahan dan juga religiusitas di
budaya lain. Hal ini membuktikan bahwa kebudayaan adalah suprastruktur dari nilai
– nilai yang didukung oleh organisasi social yang sesuai, sehingga dapat membentuk
suatu konfigurasi atau kerangka dasar yang memiliki bentuk dan makna sehingga
Sumatera Utara. Pada umumnya mereka menggunakan adat istiadat Melayu dan
beragama Islam. Di tambah lagi dengan kearifan lokal masyarakat Melayu seperti
senandung dan berpantun, yang juga sama halnya dengan setiap acara adat
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perkawinan, sunatan rasul, dan upacara – upacara lainnya. Rahyono mengutarakan
kekhawatirannya bahwa jika lokal genius hilang atau musnah, maka kepribadian
Bangsa pun memeudar. Kearifan lokal merupakan pembentuk identitas yang inheren
sejak lahir. Kearifan lokal tidak membutuhkan pemaksaan, Kearifan lokal mampu
menumbuhkan harga diri dan percaya diri dan Kearifan lokal mampu meningkatkan
berguna bagi siapa saja, sehingga orang asing yang ingin bertemu Datuk mudah
syukuran, dan upacara – upacara ritual14. Masyarakat Melayu Asahan saat ini masih
menjunjung tinggi nilai – nilai kesopanan, nilai adat istiadatnya serta bertutur lemah
silaturrahminya.
Asahan ini memiliki kesamaan dengan etnik Melayu lainnya, namun tetap ada
perbedaan dengan ciri khas Melayu itu sendiri seperti bahasa Melayu Batubara dan
14
T.S.Sinar, Kearifan Lokal Berpantun Dalam Perkawinan Adat Batubara, ( Medan : USU Press,
2016 ). Hlm.44
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
songket Batubara, dan lain sebagainya. Namun demikian masyarakat Melayu di
daerah ini lebih kepada klaim Melayu meskipun secara luas penduduk yang
mendiami Asahan bukan hanya orang Melayu saja akan tetapi tetap yang ditonjolkan
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
3.1. Tata Cara dan Pelaksanaan Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan di
Kisaran
upacara adat yang biasanya dilakukan, yaitu merisik, jamu sukut, meminang, ikat
janji, mengantar bunga sirih, akad nikah, berinai, berandam, bersanding, nasi hadap –
hadapan, mandi berdimbar, mandi selamat, dan meminjam. Akan tetapi pada
pembahasan skripsi ini hanya akan menjelaskan tentang makan nasi hadap –
hadapan.
Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan salah satu dari 13 upacara
adat dalam pernikahan masyarakat Melayu, makan nasi hadap – hadapan disebut
juga astakona ∕setakona15. Tradisi makan nasi hadap – hadapan terkadang juga di
istilahkan makan nasi bunga. Makan nasi hadap – hadapan ini selalu dilakukan pada
Pada awalnya tradisi ini dilakukan untuk mengenalkan kedua mempelai yang
baru menikah. Serta untuk mengumpulkan keluarga kedua belah pihak agar
mempererat tali silaturahmi. Makan nasi hadap – hadapan ini juga bertujuan untuk
15
Tengku Luckman Sinar,Adat Perkawinan dan Tata Rias PengantinMelayu, ( Medan :
Yayasan Kesulatanan Serdang, 1990 ). Hlm.6
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menceritakan atau menunjukkan keahlian wanita yang mampu memasak berbagai
macam hidangan dan makanan. Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan
Adapun tata cara pelaksanaaan tradisi makan nasi hadap – hadapan adalah
sebagai berikut :
Mencabut bunga
Makan nasi hadap – hadapan pada permulaan acaranya di buka oleh inang
pengasuh atau telangkai. Pada awalnya akan di mulai dengan berpantun. Adapun
permainan mencabut bunga ini adalah mencabut bunga yang di letakkan di atas
dulang berisi nasi minyak yang merupakan hidangan utama dalam makan nasi hadap
– hadapan ini. Mencabut bunga ini dilakukan setelah pemberian cemetuk yang biasa
telangkai. Apabila laki – laki yang lebih dahulu berhasil mencabut bunga tersebut
berarti dikatakan dia adalah suami yang pandai mencari nafkah dan akan
mengharumkan nama keluarga kelak. Dan jika perempuan yang lebih dahulu berhasil
mencabut bunga berarti dia adalah istri yang pintar mengelola keuangan serta
16
Amran Kasimin, Istiadat PerkahwinanMelayu,( Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1989 ). Hlm 46
17
O.K. Moehad Sjah, Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, (
Medan : USU Press, 2012 ). Hlm 42
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mengambil nasi segenggam
jalankan oleh tukang andam. Nasi segenggam di ambil kemudian diletakkan kedalam
piring masing – masing. Yang nantinya nasi minyak segenggam ini akan di suapkan
kelak,jika pada pengambilan nasi tersebut nasinya rapi dan tidak ada tumpah dan
berserakan maka dikatakan pasangan tersebut adalah istrinya orang yang pintar
pengambilan nasi tersebut berserakan atau tumpah, berarti mereka dikatakan orang
yang boros dan tidak pintar menyimpan atau mengelola keuangan dalam berumah
tangga.
Mencari ayam
nasi minyak yang telah disediakan di depan kedua mempelai. Adapun kedua
mempelai akan mulai mencari potongan ayam yaitu bagian ayam yang di masak
secara utuh. Sesuai dengan aba – aba yang akan di berikan oleh telangkai.
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Apabila sang istri mendapatkan kaki atau sayap ayam maka dipercaya suami
akan selalu merantau18. Dan jika yang di dapatkan adalah paha ayam berarti lambang
kesuburan. Dan jika sang suami mendapatkan kepala ayam, maka dipercaya akan
Suap – suapan
Acara suap - suapan merupakan salah satu adat utama dari serangkaian
pelaksanaan nasi hadap – hadapan. Adapun nasi yang akan di sulangkan oleh masing
– masing mempelai kepada satu sama lain ialah nasi minyak yang telah di ambil
segenggam dan diletakkan di dalam piring dan kemudian diatasnya di letakkan juga
ayam yang telah ditemukan di dalam dulang. Adapun maksud dari acara suap –
suapan ini adalah untuk membangun keakraban dan kemesraan diantara suami dan
istri. Karena pada umumnya orang – orang Melayu menikahkan anaknya melalui
sistem perjodohan, sehingga pasangan yang menikah tersebut belumlah terlalu kenal
dan akrab.
lambang pengabdian istri kepada suaminya, kemudian santap pun dimulai, dan
diikuti dengan yang lainnya. Istri menyendokkan nasi ke piring suaminya satu
macam mengambilkan lauk pauk serba satu macam agar dapat mencicipi hidangan
tersebut. Ada juga dilakukan suap – suapan dimana suami menyuapkan dan
18
Ibid., Hlm.43
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemudian sebaliknya. Begitu juga menyuapkan air minum, agar makanan tidak
tercekik di leher19.
Selesai makan, kedua pengantin disuruh mengambil kue atau buah . maksud
dilakukannya hal ini adalah untuk menetukan bagaimana nasib atau peruntungan
rumah tangga pasangan tersebut nantinya di masa yang akan datang. Jika pala
diambil, berarti agak masam peruntungan. Jika timun yang dimakan maka kehidupan
akan tawar. Jika betik, maka setelah melaui peruntungan yang keras akan manis
jadinya. Jika yang terambil lepat bugis / berinti berarti akan selalu setia senantiasa
suami dan istri. Jika yang terambil buah melaka berarti hidup sejahtera. Jika yang
terambil kue lasidah berarti susah punya anak. Dan jika yang terambil kue cucur
Adapun minum dengan tangan bersilang ini adalah salah satu bagian dari
tradisi makan nasi hadap – hadapan yang diakukan setelah selesai makan saling
bersuap – suapan. Dengan keadaan tangan yang sedang bersilang pasangan suami
istri tersebut haruslah bisa meminum air yang ada di gelas tersebut, meskipun agak
sulit dan harus saling bergantian meminum air minum tersebut. Tradisi yang
19
Edi Ruslan Pe Amanriza, Senarai Upacara : Adat Perkawinan Melayu Riau, (Riau :Unri
Press, 2000 ).Hlm. 162
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rumah tangganya kelak akan terdapat kesulitan dan kemudahan dan hal tersebut baik
Makan bersama ini adalah akhir dari serangkaian acara dalam tradisi makan
nasi hadap – hadapan. Pada acara ini seluruh keluarga dari kedua mempelai yang
ikut menyaksikan acara tadi akan melakukan kegiatan makan secara bersama – sama
Upacara makan nasi hadap – hadapan ini di lengkapi dengan jambar serba
dihidangkan khusus untuk kaum wanitanya dan ibu – ibu terhormat yang telah di
undang untuk mengikuti tradisi ini. Oleh karena itu, cara makannya pun haruslah
Pembagian makanan
Setelah selesai acara makan bersama tersebut, maka bunga – bunga pagar
yang telah di isi dengan berbagai macam manisan dan halwa serta permen dan
manisan akan dibagikan kepada seluruh keluarga yang menghadiri prosesi tradisi
20
Ibid,.Hlm.44
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Membagikan seluruh makanann yang telah disediakan dalam prosesi tradisi
makan nasi hadap – hadapan ini tidak boleh ada yang bersisa. Semua jenis makanan
dari nasi utama, manisan atau halwa hingga selendang kue dan agar – agar atau
hongkue yang telah disediakan tersebut harus dibagikan kepada semua orang yang
menghadiri dan ikut makan bersama di dalam prosesi tradisi makan nasi hadap –
hadapan ini21. Hal ini bermakna bahwa rezeki itu dapat dicari dan dinikmati bersama
– sama. Jadi janganlah suka membuang – buang rezeki dan jika memilki rezeki
berlebih hendaklah saling berbagi satu sama lain, terutama kepada orang – orang
yang membutuhkan.
3.2. Jenis – Jenis Makanan Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan
Dalam tradisi makan nasi hadap – hadapan terdapat beberapa jenis makanan
yang akan di hidangkan sebagai syarat berlangsungnya acara makan nasi hadap –
hadapan. Adapun beberapa macam makanannya yaitu makanan utama, halwa dan
Makanan utama dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu
nasi dalam dulang yang biasanya berisi nasi minyak,atau nasi berbumbu
lainnya.
Ayam yang di masak utuh, bisa di panggang atau di goreng maupun di masak
kuning.
21
Wawancara dengan ibu Guslinawati Marpaung pada tanggal 20 Mei 2018.
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telur bulat yang direbus dan kemudian di beri bumbu.
Halwa dan manisan dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu
Halwa buah betik dalam berbagai bentuk yang di sajikan khusus dalam
Buah mergat
Buah renda
Bunga pagar dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selendang kue dalam hidangan tradisi makan nasi hadap – hadapan yaitu
Agar – agar dan hongkue yang berbentuk buah dan hewan seperti terong dan
Bolu ubi
Terdapat juga berbagai macam ulam dalam hidangan tradisi makan nasi hadap –
hadapan yaitu
Ulam timun, yang disediakan dalam bentuk mentah dan hanya di iris. .
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ulam sambal kelapa, yang di campur dengan irisan bawang dan cabai serta
Sambal tempoyak.
3.3. Pantun dan Doa Dalam Tradisi Makan Nasi Hadap – Hadapan.
23
Wawancara dengan Ibu Lismawati Panjaitan pada tanggal 11 Juli 2018
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
budi mulia elok tabiat
hidup sentosa rumah tangga kekal24
Doa
24
Edi Ruslan Pe Amanriza, Senarai Upacara : Adat Perkawinan Melayu Riau, (Riau :Unri
Press, 2000 ).Hlm. 163
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berucap sudah, berkatapun sudah
Dibilas pula dengan doa
Maka sempurnalah perjamuan malam ini
Selamat berlangsung keujung acara
Maka acara akan dilanjutkan
Dengan member kesempatan
Kepada encik – encik, tuan – tuan, puan – puan
Para jemputan yang kami muliakan
Untuk menyampaikan ucapan selamat
Sambil bersalam – salaman
Kepada kedua pengantin yang berbahagia
Beserta ayah bunda tercinta
santap malam bersama
dipermaklumkan kepada hadirin, hadirat
bahwa selesai bersalam salaman
tuan – tuan, puan – puan sekalian
dipersilakan langsung
santap malam bersama
nasi sudah terhidang
lauk sudah menanti
santap sendiri mengenyangkan
santap beramai mengenyangkan
maka kami silahkan para jemputan majelis santap
malamini untuk merasakan, hidangan yang sudah
disediakan
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
silahkan!
doa oleh seseorang yang di tunjuk oleh ahli bait ( atau dalam hal ini juga bisa juga
dilakukan oleh telangkai ) setelah acara makan nasi hadap – hadapan selesai
dilaksanakan25.
Pembawa acara
Adapun orang yang membawakan acara pada tradisi makan nasi hadap –
hadapan ini adalah seorang host yang merangkap sebagai bidan pengantinyang bisa
disebut inang pengasuh atau tukang andam. Akan tetapi jika tidak ada seorang inang
pengasuh atau tukang andam atau tukang andam tidak bisa membawakan acara
makan nasu hadap – hadapan ini maka seorang telangkai yang melakukan acara
meminang juga boleh membawakan acara makan nasi hadap – hadapan ini jika
berkenan.
Perwakilan kerabat
hadap – hadapan ini adalah kaum semenda terutama ibu – ibu dari keluarga kedua
25
Ibid.,Hlm 160
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengantin. Akan tetapi jika tidak ada lagi wanitanya maka boleh digantikan oleh
Hal yang paling di tekankan adalah dari kedua mempelai terdapat keluarga
atau kerabat yang masing – masing hadir serta duduknya bersamping – sampingan
sehingga dapat terjalin komunikasi selama makan nasi hadap – hadapan berlangsung.
Sehingga, pada akhir acara muncul kedekatan yang mempererat tali silaturahmi26.
26
Wawancara dengan Sarpun pada tanggal 22 Juli 2018
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
nasi hadap – hadapan di Kisaran pada tahun 1989 – 2009 ialah sebagai berikut
1) Mak Andam
Orang yang memainkan peranan penting pada acara perkawinan dan makan
nasi hadap – hadapan ialah mak andam atau yang biasa di sebut bidan pengantin.
Tidak ada ketetapan maupun syarat – syarat tertentu untuk menggunakan bidan
pengantin jika ada yang memerlukannya. Bayaran atau upah yang diberikan juga
berbeda – beda sesuai dengan tempat dilakukannya acara tersebut serta jumlah
pakaian yang akan dikenakan.Tujuan utama dipanggilnya mak andam ini adalah
untuk menghias pengantin, baik pengantin perempuan maupun pengantin laki – laki
sakit atau tidak sadarkan diri ( pingsan ) secara tiba – tiba karena terlalu lelah. Mak
27
Amran Kasimin, Istiadat PerkahwinanMelayu,( Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1989 ). Hlm 44
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yaitumelaksanakan upacara mengandam pengantin perempuan yang tujuannya untuk
membuat wajah sang pengantin berseri dan bercahaya di hari pernikahannya. Hal
lain yang dilakukannya yaitu mencukur rambut dibagian dahi pengantin perempuan.
Tujuannya untuk melihat apakah sang pengantin masih dara atau tidak. Akan tetapi
saat ini ramalan tersebut sudah tidak dilakukan lagi. Selanjutnya dilakukan
pencukuran rambut di tangan dan leher, yang dilanjutkan dengan mencukur alis yang
dilakukan dengan doa – doa yang bermaksud agar wajah menjadi berseri.
Hal yang selanjutnya dilakukan mak andam ialah istiadat berlangir, yaitu
menyapukan bedak dingin kebagian badan yang telah dicukur. Kemudian mandi
sebanyak tiga timba. Sambil membaca selawat. Dan selama semua hal di atas
dilakukan pengantin dilarang melihat cermin. Dan bahan- bahan yang telah
digunakan dibungkus dan dibuang ke sungai. Hal ini dilakukan karena kegiatan
mandi ini juga bertujuan untuk membuang sial pada badan dan menjauhkan segala
bala dan mala petaka sepanjang hari perkawinan28. Hal ini dilakukan sehari sebelum
acara perkawinan.
Pada saat acara berlangsung di hari selanjutnya, Mak andam bertugas merias
kedua pengantin. Biasanya pengantin perempuan akan dihias langsung oleh Mak
andam sedangkan pengantin laki – laki akan dihias oleh asisten yang telah
dipekerjakan oleh Mak andam. Mak andam akan terus mendampingi pengantin
28
Ibid., Hlm.45
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perempuan setelah selesai dihias, dikarenakan pakaian yang digunakan serta
perhiasan – perhiasan yang dipakai oleh pengantin perempuan sangat banyak dan
berat. Oleh karena itu, sebelum majelis bersanding berlangsung sembari menunggu
kedatangan pengantin laki - laki, segala kebutuhan yang di perlukan dan hal - hal
yang ingin dilakukan oleh pengantin perempuan akan dibantu oleh Mak andam.
Apabila rombongan pengantin laki – laki telah datang dan majelis bersanding
akan dimulai, maka Mak andam akan membantu pengantin perempuan keluar dari
tawar yang dilakukan oleh kedua orang tua kedua pasangan dan sanak saudara yang
lebih tua yang dihormati. Setelah upacara tepung tawar majelis bersanding
dilanjutkan dengan upah – upah dengan balai. Terdapat tiga jenis balai, yaitu balai
tujuh tingkat untuk keluarga kerajaan, balai lima tingkat untuk keluarga bangsawan,
serta balai tiga tingkat untuk masyarakat biasa. Upah – upah ini dilakukan agar
kedua pasangan yang menikah memiliki semangat untuk membina hidup baru.
Setelah itu, barulah dilakukan acara makan nasi hadap – hadapan yang dibantu oleh
Mak andam.
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada awal tahun 1989, dilakukannya tradisi makan nasi hadap – hadapan
pembawa acaranya adalah tukang andam atau yang sekarang biasa memiliki sebutan
bidan pengantin. Akan tetapi sejak memasuki awal tahun 2000 an peran bidan
pengantin sudah berubah artinya dari tukang andam yang ikut membantu
pelaksanaaan tradisi dalam pernikahan menjadi tukang hias atau perias pengantin
Sehingga para bidan pengantin tidak lagi bisa atau mampu menjadi pembawa
acara tradisi makan nasi hadap – hadapan ini. Sehingga peran telangkai yang
awalnya hanya meminang saja bertambah menjadi pembawa acara makan nasi hadap
– hadapan. Maka dari itu, pembawa acaranya tidak lagi dilakukan tukang andam,
menghubungkan kedua keluarga, penghulu telangkai selaku wakil pihak laki – laki
akan memuji si pihak laki – laki ini, menceritakan segala perilakunya yang baik –
penolakan dari pihak keluarga perempuan sehingga pihak lelaki merasa terhina.
29
Wawancara dengan Bapak Masdar pada tanggal 19 Juli2018.
30
Abdul Latiff Abu Bakar. Pantun dan Ungkapan Indah Adat PerkahwinanMelayu.( Melaka
: Institut Seni Malaysia. 2004 ).Hlm 169
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2) Jenis - Jenis Makanan
Jenis nasi induk yang digunakan pada pelaksanaannya tradisi makan nasi
hadap – hadapan ini di tahun 1989hanya menggunakan nasi minyak atau nasi
berbumbu seperti nasi lado. Akan tetapi di awal tahun 2003, saat para bidan
pengantin tidak lagi menjadi penyedia makanan untuk tradisi makan nasi hadap –
hadapan maka orang – orang pada umumnya tidak lagi membuat nasi berbumbu
untuk hidangan utama raja dan permaisuri. Akan tetapi nasi yang digunakan adalah
nasi yang lebih mudah dan cepat pembuatannya seperti nasi goreng, nasi lemak, dan
nasi kuning31.
Jenis – jenis makanan pengiring nasi induk seperti bunga pagar dan
selendang kue pun jenisnya sudah berubah. Dimana pada tahun 1989 bunga pagar
yang digunakan adalah halwa dan manisan serta asinan tradisional seperti halwa
nenas, halwa betik, sekarang sudah diganti dengan permen karet, permen coklat, dan
jelly cup instan. Selendang kue yang biasanya berisikan kue lumpang, kue karas –
karas, ikan sembam, soto,dan kembang Loyang sudah diganti dengan bolu pandan,
bolu cappuccino, serta agar – agar yang dibentuk buah dan bunga32.
Jenis – jenis makanan yang di gunakan sebagai perencah atau penghias nasi
induk pun telah diganti yang dulunya adalah ulam raja atau ulam kenikir maupun
timun sejak tahun 2000 telah diganti dengan telur dadar sebagai penutupnya.
Bahkan, di tahun 2004, penggunaan ayam utuh untuk di sembunyikan di dalam nasi
31
Wawancara dengan Bapak Setiamin pada tanggal 1 Agustus 2018.
32
Wawancara dengan Ibu Lismawati Panjaitan pada tanggal 11 Juli 2018.
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
induk telah diganti dengan cincin atau gelang dan jam tangan bahkan perhiasan
lainnya.
3) Pakaian Adat
Pakaian adat yang digunakan saat melangsungkan tradisi makan nasi hadap –
hadapan ini pun telah berubah di mana dulunya di awal era 1989 Jenis pakaian yang
dipakai pengantin adalah pakaian khas Melayu : pakaian puteri perak33. Sejak awal
tahun 2001 hal tersebut tidak lagi di haruskan. Terutama di Kisaran, pengantin boleh
saja menggunakan pakaian adat lain, selain suku Melayu seperti : pakaian Minang /
pakaian Jawa / pakaian Arab / pakaian Cina / pakaian Indiadi saat melakukan tradisi
makan nasi hadap – hadapan ini padahal sudah diketahui bahwa makan nasi hadap –
pernikahannya telah melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan. Akan tetapi
pelaksanaan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan pada masa kesultanan
sangat berbeda dengan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan oleh masyarakat
Kisaran, Asahan. Pada masa kesultanan makanan yang disediakan pada makan nasi
hadap – hadapan di sebut hidangan raja dan permaisuri. Pada masa globalisasi saat
ini, karena sudah terlampau banyak aspek – aspek dalam tradisi tersebut yang telah
33
Zainal Abidin Borhan. Adat Istiadat Melayu Melaka. ( Kuala lumpur : Institute Kajian
Sejarah dan Patriotism Malaysia, Percetakan Seasons.Sdn.Bhd. 1996 ).Hlm. 84
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenis makanan yang di hidangkan dalam hidangan raja dan permaisuri , yaitu
o Makanan utama : Nasi minyak, seekor ayam panggang atau ayam yang
o Ulam : Ulam raja atau kenikir, yang disediakan dalam bentuk mentah.Ulam
yang disediakan dalam bentuk mentah dan hanya di iris. Ulam sambal kelapa,
yang di campur dengan irisan bawang dan cabai serta kencur yang telah di
o Halwa : cermai, buah belimbung, limau kuih, buah kasturi, nenas, asam
gelugur, buah pala. Buah papaya, buah kabung, buah petis kambing, nangka,
o Kue kering : bunga melur, kue guli guli, buah kanah, lengkar, bunga rampai,
kekaras, dederam, sesagun, wajik gula pasir, wajik gula merah, dodol gula
o Kue pengiring : penganan talam, kasturi, agar – agar, kue lapis, tape, pulut
tetal.
o Bubur : bubur sumsum, bubur tebak, cendol, bubur mata kucing, bubur beras
34
Wawancara dengan Ibu Lismawati Panjaitan pada tanggal 11 Juli 2018.
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Junjungan
pulut dan telur yang di berikan oleh tuan rumah kepada tamu yang telah menghadiri
acara makan nasi hadap – hadapan. Hal ini karena telur dianggap sebagai lambang
kemakmuran dan ikatan persaudaraan dan persahabatan antara tuan rumah dengan
para tetamu. Tuan rumah merasa terkilan jika tidak menghadiahkan telur pada
tamunya dan tamu merasa kurang lengkap jika pulang dengan tangan kosong35.
Akan tetapi, sejak tahun 1994, praktik pemberian junjungan telah sedikit
berubah dimana yang awalnya isi junjungan yang di berikan adalah telur, junjungan
yang di berikan adalah nasi dan makanan yang telah dihidangkan di acara makan
nasi hadap – hadapan tersebut. Padahal hidangan itu seharusnya dimakan bersama di
Bahkan pada akhir tahun 1989 tradisi makan nasi hadap – hadapan yang
mulanya hanya dilakukan oleh orang beretnis Melayu, sudah ikut dilakukan oleh
orang – orang etnis lainnya di Kisaran. Seperti etnis Mandailing, Toba, bahkan Jawa.
menyebabkan makan nasi hadap – hadapan ikut dilakukan seluruh etnis di Kisaran,
35
Ibid,.Hlm.86
36
Wawancara dengan ibu Wardah Tanjung pada 17 Juli 2018.
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
beradaptasi dengan penduduk asli Kisaran, Asahan dengan cara mengadopsi salah
satu tradisi ∕ adat istiadat Melayu yaitu makan nasi hadap – hadapan.
Diketahui bahwa, tradisi yang di adopsi adalah tradisi makan nasi hadap –
hadapan. Tradisi makan nasi hadap – hadapan ikut dilaksanakan etnis lain karena
sifat tradisinya yang berbentuk permainan sakral akan tetapi tetap berkesan
membawa suasana ceria dan penuh semangat. Sehingga sangat sesuai dilakukan di
Satu hal lagi yang menyebabkan tradisi makan nasi hadap – hadapan sangat
digemari oleh masyarakat Kisaran pada umumnya adalah karena tidak adanya syarat
– syarat tertentu yang harus di penuhi jika ingin melakukan tradisi makan nasi hadap
– hadapan ini. Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan tradisi mengucap dan tepung
tawar yang sangat sakral dan penuh dengan syarat – syarat tertentu agar dapat
dilakukan, bahkan hanya orang – orang tertentu yang bisa menepungtawari pihak
37
Wawancara dengan ibu Guslinawati Marpaung pada tanggal 20 Mei 2018.
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perubahan – perubahan dalam bentuk serta aturan – aturan organisasi sosial38. Dan
dalam perubahan sosial terdapat dua perubahan yaitu perubahan kecil dan perubahan
besar. Perubahan kecil adalah perubahan – perubahan yang terjadi pada unsur –
unsure struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung dan berarti bagi
masyarakat. Perubahan mode pakaian yang digunakan dalam acara makan nasi hadap
– hadapan misalnya, mode pakaian yang dikenakan saat melakukan tradisi makan
nasi hadap – hadapan sudah mengalami perubahn yang mana dulunya sebelum tahun
1989 hanya menggunakan pakaian yang dijahit sendiri, yang kainnya didapat dari
hantaran pihak pengantin laki – laki. Namun pada saat ini pakaian yang akan
digunakan oleh kedua pengantin sudah disediakan langsung oleh perias pengantin
atau yang dapat disewa, serta mode pakaian dapat disesuaikan dengan selera calon
pengantin.
Tradisi makan nasi hadap- hadapan adalah salah satu tradisi dalam budaya
perkawinan suku Melayu. Sesuai dengan sifat khas suku Melayu yang fleksibel dan
sangat menerima pembaruan, maka dapat diketahui bahwa tradisi makan nasi hadap
berikut :
38
Dalam skripsi Asmidar. 2014. Perubahan Tradisi Perkawinan Etnis Melayu di Desa
Bentayan Hilir Kecamatan Batu Hampar Kabupaten Rokan Hulu, Pekanbaru. Fisip : Universitas
Riau.
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Faktor pendorong terjadinya perubahan
mengemukakan ada empat kemungkinan yang akan terjadi dari pengaruh globalisasi
di masa yang akan datang. Pertama, homogenisasi global, dimana kultur barat akan
mendominasi seluruh dunia. Seluruh dunia akan menjadi jiplakan gaya hidup, pola
konsumsi, nilai dan norma, serta gagasan dan keyakinan masyarakat Barat.
Kedua, versi khusus dari proses homogenisasi global yang disebut kejenuhan
yang bertumpu pada dimensi waktu, makin pelnan makin bertahap masyarakat
pinggiran menyerap pola kultur Barat, karena kultur lokal menjenuhkan mereka.
Dalam waktu jangka panjang, setelah melewati beberapa generasi maka bentuk,
kultur Barat yang diterima. Bentrokan dengan nilai kultur pribumi makin merusak
modernisasi yang dipengaruhi oleh kultur Barat melalui dialog dan pertukaran yang
lebih seimbang seperti interaksi yang terjadi sehari – hari. Seperti yang dikemukakan
oleh Hannesz di atas maka arus globalisasi yang membawa budaya dari luar yang di
39
Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial . ( Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012
).Hlm. 105
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terima masyarakat dan menyebabkan masyarakat Kisaran tidak lagi melakukan
Sistem pendidikan formal yang maju merupakan salah satu faktor yang
yang maju ini juga menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan pada tradisi makan
Sistem pendidikan yang baik dan didukung oleh kurikulum adaptif dan
Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai – nilai tertentu bagi
manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal – hal yang baru
dan bagaimana berpikir secara ilmiah, sehingga dapat berpikir secara objektif.
Dengan kemampuan penalaran seperti itu akan membekali orang yang mendapat
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Cara pemikiran seperti diataslah yang menyebabkan terjadinya perubahan –
perubahan pada tradisi makan nasi hadap – hadapan. Tradisi ini berusaha disesuaikan
dengan kebutuhan zaman oleh orang – orang yang melaksanakannya. Oleh karena
itu, tidak lah mengherankan jika tradisi makan nasi hadap m- hadapan semakin
3. Faktor materialisme
tradisi makan nasi hadap – hadapan. Sebagaimana kita ketahui bahwa materialisme
adalah segala sesuatu yang sifatnya kebendaan yang menempati ruang dan memiliki
volume. Dalam hal ini segala macam benda yang digunakan untuk melakukan tradisi
Makan nasi hadap – hadapan telah dilakukan oleh suku Melayu Asahan sejak
berdirinya kesultanan Asahan pada tahun 1630-an dan seperti kita ketahui telah
berlalu beberapa abad sejak saat itu. Sejak tahun 1989, telah banyak terjadi
perubahan pada benda – benda berupa alat yang digunakan dalam acara makan nasi
Hal ini terjadi di sebabkan oleh sudah tidak adanya lagi keturunan bangsawan
dan keluarga kerajaan yang melakukan acara makan nasi hadap – hadapan secara
tradisional, karena sejak tahun tersebut sudah tidak ada lagi kesultanan. Orang –
orang di Kisaran yang awalnya hanya melihat saja bagaimana pelaksanaan acara
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
makan nasi hadap – hadapan ini pun mulai tertarik untuk melakukan tradisi ini,
hanyalah rakyat biasa yang tidak mempunyai banyak biaya dan mereka juga ingin
melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan itu juga, maka mulailah
menyediakan beberapa selendang kue nya, nasi utama yang digunakan, serta ayam
yang diganti dengan telur ayam saja sehingga biaya yang digunakan lebih murah dan
mampu dijangkau oleh masyarakat biasa yang bukan dari keluarga kerajaan dan
keturunan bangsawan.
perubahan pada aspek – aspek tradisi makan nasi hadap – hadapan. Sebagaimana
diketahui bahwa penduduk asli yang mendiami wilayah Kisaran, Asahan adalah
masyarakat mayoritas bersuku Melayu. Akan tetapi sejak kedatangan berbagai suku
lain terutama suku Batak Toba dan mandailing bahkan suku Minang. Terjadi sedikit
perubahan dari pelaksanaan tradisi pelaksanaan karena para suku pendatang berusaha
mengikuti tradisi masyarakat Melayu setempat akan tetapi karena terlalu banyak
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jenis Resam dan Adat Budaya Melayu dan mereka selaku suku pendatang tidak
Maka dari itu, mereka hanya ikut melaksanakan apa yang mereka lihat dan
dianggap ciri khas yang menarik. Karena sifat makan nasi hadap – hadapan yang
menghebohkan dan bersuka ria, hal tersebutlah yang paling diingat oleh penduduk
pendatang sehingga hanya hal tersebut yang dilakukan. Karena tidak ada lagi yang
melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan secara tradisional, maka acara makan
nasi hadap – hadapan yang dilakukan pun yang telah disederhanakan. Sehingga
pantun – pantun pun tidak lagi dilantunkan pada acara makan nasi hadap – hadapan
terjadinya perubahan pda tradisi makan nasi hadap – hadapan. Di Indonesia sendiri
banyak sekali terdapat berbagai ragam suku dan kebudayaan. Karena banyaknya
akulturasi.
Akulturasi sendiri berarti suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kebuayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu
sendiri.
Oleh karena itu, proses akulturasi yang dilakukan oleh masyarakat Kisaran,
Asahan adalah dengan mengadopsi salah satu aspek kebudayaan Melayu kedalam
budaya mereka. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat suku Toba, Jawa,
Minang dan Mandailing. Yaitu dengan dengan mengadopsi tradisi makan nasi hadap
Karena telah mengalami proses akulturasi, maka tradisi makan nasi hadap –
disediakan dalam makan nasi hadap – hadapan pun semakin sedikit. Bunga pagar
yang biasanya berupa halwa ( manisan buah ) telah diganti dengan permen karena
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
5.1. Kesimpulan
pernikahannya telah melakukan tradisi makan nasi hadap – hadapan. Akan tetapi
pelaksanaan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan pada masa kesultanan
sangat berbeda dengan makan nasi hadap – hadapan yang dilakukan oleh masyarakat
Kisaran, Asahan. Pada masa kesultanan makanan yang disediakan pada makan nasi
Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan salah satu dari 13 upacara
adat dalam pernikahan masyarakat Melayu, makan nasi hadap – hadapan disebut
juga astakona ∕setakona40. Tradisi makan nasi hadap – hadapan terkadang juga di
istilahkan makan nasi bunga. Makan nasi hadap – hadapan ini selalu dilakukan pada
Pada awalnya tradisi ini dilakukan untuk mengenalkan kedua mempelai yang
baru menikah. Serta untuk mengumpulkan keluarga kedua belah pihak agar
mempererat tali silaturahmi. Makan nasi hadap – hadapan ini juga bertujuan untuk
40
Tengku Luckman Sinar,Adat Perkawinan dan Tata Rias PengantinMelayu, ( Medan :
Yayasan Kesulatanan Serdang, 1990 ). Hlm.6
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
macam hidangan dan makanan. Tradisi makan nasi hadap – hadapan merupakan
berikut :
Mencabut bunga
Mencari ayam
Suap – suapan
Pembagian makanan
Setelah selesai acara makan bersama tersebut, maka bunga – bunga pagar
yang telah di isi dengan berbagai macam manisan dan halwa serta permen dan
manisan akan dibagikan kepada seluruh keluarga yang menghadiri prosesi tradi
Pada akhir tahun 1989 tradisi makan nasi hadap – hadapan yang mulanya
hanya dilakukan oleh orang beretnis melayu, sudah ikut dilakukan oleh orang –
orang etnis lainnya di Kisaran. Seperti etnis Mandailing, Toba, bahkan Jawa. Setelah
41
Amran Kasimin, Istiadat PerkahwinanMelayu,( Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1989 ). Hlm 46
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nasi hadap – hadapan ikut dilakukan seluruh etnis di Kisaran, di ketahui sebuah
penduduk asli Kisaran, Asahan dengan cara mengadopsi salah satu tradisi ∕ adat
Tradisi makan nasi hadap – hadapan ikut dilaksanakan etnis lain karena sifat
tradisinya yang berbentuk permainan sakral akan tetapi tetap berkesan membawa
suasana ceria dan penuh semangat. Sehingga sangat sesuai dilakukan di hari yang
Satu hal lagi yang menyebabkan tradisi makan nasi hadap – hadapan sangat
digemari oleh masyarakat Kisaran pada umumnya adalah karena tidak adanya syarat
– syarat tertentu yang harus di penuhi jika ingin melakukan tradisi makan nasi hadap
– hadapan ini. Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan tradisi mengucap dan tepung
tawar yang sangat sakral dan penuh dengan syarat – syarat tertentu agar dapat
dilakukan, bahkan hanya orang – orang tertentu yang bisa menepungtawari pihak
5.2. Saran
Dalam hal ini, saran yang di berikan penulis adalah supaya kebudayaan
dengan sifat Melayu yang terbuka dan fleksibel sangat mudah dipengaruhi oleh
42
Wawancara dengan ibu Guslinawati Marpaung pada tanggal 20 Mei 2018.
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pergerakan zaman sehingga terjadi perubahan – perubahan tertentu dalam
pelaksanaan makan nasi hadap – hadapan itu sendiri tetaplah di jaga sehingga dalam
pelaksanaannya tradisi makan nasi hadap – hadap terus menjadi permainan yang
mengundang kebahagiaan tetapi tetap bersifat sacral dan di junjung tinggi arti dari
pelaksanaannya.
Untuk pelaksana tradisi makan nasi hadap – hadapan yang tidak beretnis
melayu agar selalu melaksanankan tradisi makan nasi hadap – hadapan sesuai
dengan resam serta adat dan budaya Melayu sebagaimana dilakukan oleh etnis
Melayu setempat.
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
I. Sumber Buku
Abu Bakar,Abdul Latiff . 2004. Pantun dan Ungkapan Indah Adat Perkahwinan
Melayu.Melaka : Institut Seni Malaysia.
Abdurrahman, Dudung.1999.Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana
Ilmu.
Amanriza,Edi Ruslan Pe. 2000. Senarai Upacara : Adat Perkawinan Melayu Riau.
Riau :Unri Press
Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan. 2015. Asahan Dalam Angka 2015. Asahan
: BPS Kabupaten Asahan.
__________________.2010. Kecamatan Kisaran Timur Dalam Angka 2010. Asahan
: BPS Kabupaten Asahan.
__________________.2010. Kecamatan Kisaran Barat Dalam Angka 2010. Asahan
: BPS Kabupaten Asahan.
Borhan,Zainal Abidin. 1996. Adat Istiadat Melayu Melaka. Kuala Lumpur : Institute
Kajian Sejarah dan Patriotism Malaysia, Percetakan Seasons.Sdn.Bhd
Breman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Geertz,Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisisus.
Gottschalk, Louis. 2008. Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press.
Husny, T.H.M.Lah.1986. Butir – Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur. Jakarta
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah.
_______________.1984. Upacara Perkawinan Adat Melayu Sumatera Timur.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kasimin,Amran. 1989 . Istiadat Perkahwinan Melayu : Satu Kajian Perbandingan.
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Bentang.
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lubis, Joharis.dkk.2012. Sejarah Melayu Batubara. Jakarta : Halaman Moeka
Publishing.
Marono, Nanang. 2012 . Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Sinar Graffika Offset.
Moehad Sjah,O.K. 2012. Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera
Timur. Medan : USU Press.
Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta : Wedatama
Widyasastra.
Siahaan, E.K. 1991. Makanan : Wujud, Variasi, dan Fungsinya Serta Cara
Penyajiannya Daerah Sumatera Utara. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Sinar, Tengku Luckman. 2005. Adat Budaya Melayu : Jati Diri dan Kepribadian.
Medan : FORKALA Sumatera utara.
__________.2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur.
Medan : Yayasan Kesultanan Serdang.
__________. 2002.Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan : USU Press.
__________. 2003. Kronik Mahkota Kesultanan Serdang. Medan : Penerbit Yandira
Agung.
Sinar, T.S.2011.Kearifan Lokal Berpantun Dalam Perkawinan Adat
Batubara.Medan : USU
Supriana , Tavi. 2016. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Medan : USU Press.
Takari , Muhammad.dkk.2014. Adat Perkawinan Melayu : Fungsi, Terapan , dan
Gagasannya. Medan : USU Press.
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan Komunikasi UIN Sumatera Utara, Medan : volume XLI, nomor 1,
Januari – Juni 2017.
Proborini, Diansasi,dkk. 2017. “ Analisis Aspek Diplomasi Kultural Dalam
Ekspedisi Pamalayu, 1275 – 1294 M “. Jurnal Analisis Hubungan
Internasional, Universitas Airlangga : volume 6, no.2 , Agustus 2017.
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bhghghBAB IV : PERUBAHAN PADA TRADISI MAKAN NASI HAD Daftar
Informan
Nama : Setiamin
Usia : 51 tahun
Usia : 65 tahun
Nama : Masdar
Usia : 57 tahun
Usia : 56 tahun
Usia : 50 tahun
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pekerjaan : Wiraswasta
Usia : 51 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Harlina
Usia : 54 tahun
Pekerjaan : Guru
Nama : Rismah
Usia : 72 tahun
Nama : Rufi’ah
Usia : 77 tahun
Nama : Ayu
Usia : 62 tahun
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nama : Haris Syah Putera
Usia : 67 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Thamrin
Usia : 82 tahun
Pekerjaan : Telangkai
Nama : Nurhayati
Usia : 89 tahun
Nama : Khaidir
Usia : 77 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Sarpun
Usia : 88 tahun
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nama : Ningsih
Usia : 66 tahun
Nama : Riana
Usia : 60 tahun
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber : Arsip Pribadi
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber : Arsip Pribadi
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tradisi makan nasi hadap – hadapan sebelum tahun 1989
77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tradisi makan nasi hadap – hadapan tahun 1989
1. Mencabut bunga
2. Suap – suapan
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
1. Mencabut bunga
79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Makanan yang tersedia
1. Mencabut bunga
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Mencari Ayam
3. Suap – suapan
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Minum dengan tangan bersilang
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tradisi makan nasi hadap – hadapan tahun 2009
1. Mencabut bunga
2. Suap - suapan
83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Minum dengan tangan bersilang
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
1. Jenis – jenis makanan yang tersedia dalam tradisi makan nasi hadap –
hadapan
Sumber foto : arsip pribadi tahun 2006 Sumber foto : arsip pribadi
tahun 2006
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber foto : arsip pribadi ( 2006 )
2. Bunga pagar
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5
Pantun
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Suami menjadi beringin di tengah padang
Tempat bernaung di hari panas
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Setepak sirih sejuta pesan
Bangun kota bersatu padu
Kepada mempelai kita doakan
Rumah tangga damai sejahtera selalu
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA