Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah apresiasi prosa fiksi
Dosen Pengampu
Tarida Ilham Manurung, M.Pd
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
berangkaikan salam kita hadiahkan kepada ruh junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW,
semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafaat di yaumil akhir kelak nanti. Aamiin
aamiin aamiin yarabbal’alamin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi dengan
materi 12 Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Karya Sastra. Dalam makalah ini diharapkan dapat
membuka wawasan berpikir di bidang terkait dengannya. kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian nilai-nilai kehidupan dalam karya Sastra.
2. Untuk mengetahui pngertian nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra menurut para ahli.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pengertian Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Karya Sastra Menurut Para Ahli
1. Menurut Prof. Dr. H. A. Mukti Ali, MA., nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra adalah
nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam cerita atau karya sastra, yang dapat membantu
pembaca atau penonton untuk memahami arti kehidupan dan mengembangkan kepribadian yang
baik. (Ali, 2017)
2. Menurut Drs. H. Nurdin, M.Pd., nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra adalah nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita atau karya sastra, yang dapat membantu pembaca atau penonton
untuk memahami dan menghargai perbedaan, serta memahami pentingnya kerjasama dan
persahabatan. (Nurdin, 2019)
3. Menurut Prof. Dr. A. Teeuw, nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra adalah nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam karya sastra, yang dapat membantu pembaca atau penonton
untuk memahami dan menghargai budaya yang berbeda-beda (Teeuw, 1984)
4. Menurut Dr. A. Warisman, M.Pd., nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra adalah nilai-
nilai yang terkandung dalam cerita atau karya sastra, yang dapat membantu pembaca atau
penonton untuk memahami pentingnya menghargai dan menjaga lingkungan, serta
mengembangkan sikap saling menghargai dan saling menghormati. ( Warisman, 2017)
Contoh dari karya sastra yang menunjukkan nilai kebersamaan dan solidaritas sosial adalah
novel To Kill a Mockingbird karya Harper Lee. Karakter-karakter dalam novel ini, seperti
Atticus Finch dan Calpurnia, memperjuangkan keadilan dan memperkuat hubungan sosial
mereka dengan mendukung dan melindungi satu sama lain dari tekanan dan kekerasan sosial.
e. Mendorong penerimaan dan pengampunan
Agama seringkali mendorong manusia untuk menerima dan memaafkan kesalahan orang lain.
Dalam karya sastra, tema tentang penerimaan dan pengampunan seringkali diungkapkan melalui
interaksi antar karakter dalam cerita. Karakter-karakter yang mampu menerima dan memaafkan
kesalahan orang lain cenderung mencapai kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup mereka.
Contoh dari karya sastra yang menunjukkan nilai penerimaan dan pengampunan adalah novel
The Kite Runner karya Khaled Hosseini. Karakter utama, Amir, harus memaafkan dirinya
sendiri dan menerima kesalahan yang telah dilakukan pada temannya Hassan, dan akhirnya
menemukan kedamaian dalam hidupnya.
3. Nilai Sosial
Nilai kehidupan sosial dalam karya sastra merujuk pada nilai-nilai yang berkaitan
dengan hubungan antara individu dengan masyarakat atau komunitas di sekitarnya. Nilai ini
meliputi moral dan etika yang memandu perilaku individu dalam berinteraksi dengan orang lain
dan masyarakat secara umum. Beberapa contoh nilai kehidupan sosial dalam karya sastra
meliputi empati, toleransi, keadilan, kesetaraan, persatuan, dan solidaritas.
Dalam karya sastra, nilai kehidupan sosial dapat diekspresikan melalui karakter-karakter yang
mewakili berbagai tipe individu dalam masyarakat, serta melalui plot atau jalan cerita yang
memperlihatkan bagaimana hubungan antar individu mempengaruhi keadaan sosial di
sekitarnya. Melalui karakter-karakter dan plot, pengarang dapat menyampaikan pesan moral
tentang pentingnya nilai-nilai kehidupan sosial dan implikasi dari perilaku yang bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut.
Sebagai contoh, dalam kisah To Kill a Mockingbird karya Harper Lee, nilai kehidupan sosial
yang penting seperti toleransi, keadilan, dan persatuan diekspresikan melalui karakter-karakter
seperti Atticus Finch, seorang pengacara yang berjuang untuk memperjuangkan keadilan dan
merangkul toleransi dalam masyarakat yang masih dibedakan berdasarkan warna kulit. Melalui
plot, pengarang memperlihatkan konsekuensi dari perilaku intoleran dan berprejudis, dan
menggambarkan bagaimana solidaritas dapat mengatasi kesulitan dan membawa perubahan
dalam masyarakat. (Lee, 1960)
Dalam karya sastra, nilai kehidupan sosial juga dapat menyoroti isu-isu sosial yang ada
di dalam masyarakat, seperti diskriminasi, kesenjangan sosial, dan konflik antar kelompok.
Melalui karakter-karakter dan plot yang memperlihatkan berbagai sudut pandang yang berbeda,
pengarang dapat membantu pembaca memahami dan mempertimbangkan perspektif yang
berbeda tentang isu-isu sosial tersebut.
Dengan demikian, karya sastra dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan
moral dan nilai-nilai kehidupan sosial yang penting bagi masyarakat.
4. Nilai Budaya
Dalam karya sastra, nilai kehidupan budaya dapat diungkapkan melalui cerita, karakter,
dan setting. Sastra memiliki kemampuan untuk memperkenalkan pembaca pada budaya yang
berbeda dari mereka sendiri dan membantu mereka memahami nilai-nilai yang mendasari
budaya tersebut. Nilai-nilai kehidupan budaya yang diekspresikan dalam sastra dapat mencakup
cara hidup, sistem nilai, keyakinan, tradisi, dan sejarah.
Sebagai contoh, dalam novel Things Fall Apart karya Chinua Achebe, nilai kehidupan budaya
Nigeria pra-kolonial diekspresikan melalui karakter-karakter seperti Okonkwo, seorang petani
yang bangga dengan tradisi dan budaya Ibunya. Melalui cerita, novel ini memperlihatkan nilai-
nilai yang dianut oleh masyarakat Igbo, seperti martabat pria, hubungan keluarga, dan sistem
kepercayaan mereka yang unik. Melalui karakter-karakter seperti Okonkwo, pembaca
diperkenalkan pada cara hidup dan budaya Nigeria yang berbeda dari budaya mereka sendiri.
(Achebe, 1958)
Dalam karya sastra, nilai kehidupan budaya juga dapat diekspresikan melalui setting atau latar
tempat. Sebagai contoh, novel The Joy Luck Club karya Amy Tan memperlihatkan nilai-nilai
kehidupan budaya Tionghoa-Amerika melalui setting di San Francisco dan China. Melalui
setting yang realistis, pembaca dapat merasakan dan memahami budaya Tionghoa-Amerika
yang unik dan nilai-nilai yang penting bagi masyarakat tersebut. ( Murakami, 1987)
Dalam karya sastra, nilai kehidupan budaya juga dapat ditunjukkan melalui bahasa dan gaya
penulisan. Sebagai contoh, karya sastra dari pengarang Jepang seperti Haruki Murakami dan
Yukio Mishima sering kali menampilkan bahasa dan gaya penulisan yang mencerminkan
budaya Jepang. Melalui gaya penulisan ini, pembaca dapat merasakan dan memahami budaya
Jepang yang berbeda dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut.
Dengan demikian, sastra memiliki potensi besar untuk mengekspresikan nilai kehidupan budaya
dalam berbagai cara yang berbeda, dan memungkinkan pembaca untuk memahami dan
menghargai keberagaman budaya dalam dunia yang semakin terhubung.
5. Nilai Pendidikan
Nilai kehidupan pendidikan dalam karya sastra dapat diekspresikan melalui karakter-
karakter cerita yang menunjukkan nilai-nilai seperti keseriusan, ketekunan, kecerdasan, dan
keinginan untuk belajar. Sastra dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi pembaca untuk
mengejar pendidikan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Sebagai contoh, dalam novel The Catcher in the Rye karya J.D. Salinger, karakter utama Holden
Caulfield menunjukkan keinginan untuk belajar meskipun ia merasa kesulitan dalam
menemukan tujuannya dalam hidup. Meskipun Holden sering gagal di sekolah, ia tetap merasa
tertarik dengan pengetahuan dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat tentang dunia di sekitarnya.
Melalui karakter seperti Holden, pembaca dapat memahami pentingnya pendidikan dan
kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidup. Selain karakter, nilai kehidupan pendidikan
juga dapat diungkapkan melalui plot atau jalan cerita. Sebagai contoh, dalam kisah Great
Expectations karya Charles Dickens, karakter Pip mengalami perjalanan pendidikan yang berat
dan memperlihatkan nilai-nilai seperti ketekunan dan keberanian dalam menghadapi rintangan.
Melalui plot ini, pembaca diperkenalkan pada konsep bahwa pendidikan bukanlah sesuatu yang
mudah, tetapi merupakan perjalanan yang penuh dengan tantangan yang dapat membantu
seseorang tumbuh dan berkembang sebagai individu.
Dalam kesimpulan, nilai kehidupan pendidikan dalam sastra dapat ditemukan melalui
karakter, plot, dan tema. Sastra dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi pembaca untuk
mengejar pendidikan dan mengeksplorasi kemampuan mereka secara penuh.
6. Nilai Etika
Dalam karya sastra, nilai kehidupan etika dapat diungkapkan melalui cerita, karakter,
dan plot. Sastra memiliki kemampuan untuk memperlihatkan konsekuensi dari tindakan yang
tidak etis dan mengilustrasikan pentingnya nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, dan tanggung
jawab sosial.
Sebagai contoh, dalam novel Crime and Punishment karya Fyodor Dostoevsky, nilai kehidupan
etika memainkan peran penting dalam plot dan karakter. Karakter utama, Raskolnikov,
mengambil keputusan untuk membunuh seorang wanita kaya sebagai tindakan yang dia anggap
sebagai bagian dari tugasnya sebagai manusia luar biasa. Namun, tindakan ini membuatnya
merasa bersalah dan menyebabkan penderitaan psikologis yang mendalam. Melalui plot dan
karakter, Dostoevsky menunjukkan konsekuensi dari tindakan yang tidak etis dan mengajarkan
pembaca tentang pentingnya integritas dan tanggung jawab sosial.
Contoh lainnya adalah novel The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald, di mana karakter
utama, Jay Gatsby, terus-menerus berusaha untuk merebut kembali cinta masa lalunya dengan
cara-cara yang tidak etis dan curang. Melalui cerita, novel ini memperlihatkan konsekuensi dari
tindakan yang tidak etis, seperti kerusakan pada hubungan dan kehancuran moralitas individu.
Dalam hal ini, Fitzgerald memperlihatkan pentingnya nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan
tanggung jawab sosial dalam menjaga keseimbangan antara keinginan pribadi dan kepentingan
masyarakat. Dalam kedua contoh ini, nilai kehidupan etika diekspresikan melalui karakter, plot,
dan cerita yang disampaikan oleh pengarang. Sastra memainkan peran penting dalam membantu
pembaca memahami dan menginternalisasi nilai-nilai etika yang penting untuk kehidupan
mereka. (Fitzgerald, 2004)
Selain itu, nilai kehidupan etika juga dapat diungkapkan dalam karya sastra melalui
konflik moral yang dihadapi oleh karakter-karakter dalam cerita. Dalam konflik ini, pembaca
diperkenalkan pada pilihan-pilihan sulit yang harus dibuat oleh karakter-karakter, dan
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan etis yang mendasar seperti kebenaran, keadilan, dan
tanggung jawab. Dalam menghadapi konflik ini, karakter-karakter dalam karya sastra dapat
memperlihatkan nilai-nilai etis seperti integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab yang dapat
menjadi inspirasi bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari
7. Nilai Estetika
Nilai kehidupan estetika dalam karya sastra berkaitan dengan pengalaman keindahan dan
kepuasan yang diperoleh pembaca melalui karya sastra. Sastra memainkan peran penting dalam
menciptakan pengalaman estetika dengan cara menyajikan penggambaran yang indah dan puitis,
serta dengan memperlihatkan keindahan bahasa dan struktur cerita. Hal ini dapat
membangkitkan emosi, imajinasi, dan refleksi dalam diri pembaca.
Karya sastra dapat memperlihatkan pengalaman estetika melalui gaya bahasa dan metafora yang
menarik, serta penyampaian karakter dan plot yang kompleks. Sebagai contoh, dalam karya
sastra seperti The Catcher in the Rye karya J.D. Salinger, pengarang menggambarkan karakter
utama, Holden Caulfield, sebagai seorang remaja yang merenungkan kehidupan dan mengalami
perubahan emosional yang kompleks. Penggunaan bahasa yang kuat dan penggambaran yang
detail menciptakan pengalaman estetika yang mendalam bagi pembaca, yang dapat
memperlihatkan pentingnya mencari makna dalam kehidupan. (Salinger, 1951)
Contoh lainnya adalah karya sastra seperti One Hundred Years of Solitude karya Gabriel Garcia
Marquez, di mana pengarang menciptakan dunia imajiner yang indah dan penuh warna, serta
plot yang kompleks yang menggabungkan elemen-elemen magis dan realistis. Dalam novel ini,
Marquez memperlihatkan nilai kehidupan estetika melalui penyampaian yang indah dan penuh
warna, serta melalui plot dan karakter yang menarik dan kompleks. (Marquez, 1970)
Dalam kedua contoh ini, nilai kehidupan estetika diekspresikan melalui gaya bahasa,
penggambaran, dan plot yang menarik dan kompleks. Sastra memainkan peran penting dalam
menciptakan pengalaman estetika yang dapat membangkitkan imajinasi, emosi, dan refleksi
dalam diri pembaca.
8. Nilai Politik
Nilai kehidupan politik dalam karya sastra merujuk pada penggambaran dan refleksi
tentang kehidupan politik dalam masyarakat melalui cerita, karakter, dan plot yang disampaikan
oleh pengarang. Sastra dapat membantu membuka pemahaman kita tentang bagaimana politik
mempengaruhi kehidupan manusia, baik dalam skala individual maupun sosial.
Melalui karya sastra, pembaca dapat memperoleh wawasan tentang bagaimana politik
mempengaruhi kehidupan manusia. Pengarang dapat menggunakan karakter dan plot untuk
memperlihatkan bagaimana politik dapat mempengaruhi perilaku manusia dan memengaruhi
kehidupan sehari-hari. Karya sastra juga dapat digunakan untuk memperlihatkan bagaimana
politik dapat menghasilkan ketidakadilan, diskriminasi, dan ketegangan dalam masyarakat.
Contoh karya sastra yang memperlihatkan nilai kehidupan politik adalah Animal Farm karya
George Orwell. Novel ini menggunakan cerita tentang seekor babi yang memimpin
pemberontakan hewan-hewan di sebuah peternakan untuk memperlihatkan bagaimana
kekuasaan politik dapat memengaruhi kehidupan masyarakat. Melalui cerita ini, Orwell
mengilustrasikan bagaimana kekuasaan dapat menyalahgunakan kekuasaannya dan menindas
rakyat. Karya sastra lain yang memperlihatkan nilai kehidupan politik adalah A Tale of Two
Cities karya Charles Dickens. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan masyarakat selama
Revolusi Perancis, dan memperlihatkan bagaimana politik dapat mempengaruhi kehidupan
individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dickens memperlihatkan bagaimana revolusi dan
politik dapat memicu konflik dan kekerasan, dan bagaimana kehidupan masyarakat dapat
diubah secara drastis oleh perubahan politik.
Dalam kedua contoh ini, nilai kehidupan politik diekspresikan melalui cerita, plot, dan
karakter yang digunakan oleh pengarang untuk memperlihatkan bagaimana politik
mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat. Sastra dapat membantu membuka
pemahaman kita tentang pentingnya partisipasi politik, keadilan, dan hak asasi manusia dalam
kehidupan manusia. (Frank, 2009)
9. Nilai Patriotik
Nilai kehidupan patriotik dalam karya sastra merujuk pada penggambaran dan refleksi
tentang cinta dan semangat kebangsaan dalam masyarakat melalui cerita, karakter, dan plot yang
disampaikan oleh pengarang. Sastra dapat membantu membuka pemahaman kita tentang
bagaimana rasa patriotisme mempengaruhi kehidupan manusia, baik dalam skala individual
maupun sosial. Melalui karya sastra, pembaca dapat memperoleh wawasan tentang bagaimana
rasa cinta tanah air dapat memengaruhi perilaku manusia dan memotivasi mereka untuk
bertindak demi kepentingan bangsa dan negara. Pengarang dapat menggunakan karakter dan
plot untuk memperlihatkan bagaimana rasa patriotisme dapat memengaruhi sikap dan tindakan
seseorang terhadap masyarakat dan negara.
Contoh karya sastra yang memperlihatkan nilai kehidupan patriotik adalah "Merah
Putih" karya Andrea Hirata. Novel ini mengisahkan tentang seorang remaja bernama Ikal yang
bersama teman-temannya berusaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat dan
bangsanya. Melalui cerita ini, Hirata memperlihatkan bagaimana rasa patriotisme dapat
memotivasi seseorang untuk bertindak dan memperjuangkan kebaikan bangsa dan negara.
Karya sastra lain yang memperlihatkan nilai kehidupan patriotik adalah "Bumi Manusia" karya
Pramoedya Ananta Toer. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan manusia di masa penjajahan
Belanda di Indonesia. Melalui cerita ini, Toer memperlihatkan bagaimana rasa cinta tanah air
dapat memotivasi seseorang untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan negaranya.
Dalam kedua contoh ini, nilai kehidupan patriotik diekspresikan melalui cerita, plot, dan
karakter yang digunakan oleh pengarang untuk memperlihatkan bagaimana rasa cinta tanah air
dapat mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang terhadap masyarakat dan negara. Sastra
dapat membantu membuka pemahaman kita tentang pentingnya rasa nasionalisme, semangat
kebangsaan, dan cinta tanah air dalam kehidupan manusia. (Davis anj Jenkins, 2017)
Dalam kedua contoh ini, nilai kehidupan historis diekspresikan melalui cerita, plot, dan karakter
yang digunakan oleh pengarang untuk memperlihatkan bagaimana peristiwa sejarah dan konteks
sosial tertentu dapat mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang terhadap masyarakat dan
negara. Sastra dapat membantu membuka pemahaman kita tentang pentingnya memahami
sejarah dan konteks sosial dalam kehidupan manusia. (Imhoff and J. Aaron, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
12 nilai-nilai kehidupan dalam karya sastra memiliki peran penting dalam membangun
karakter, tema, dan plot dalam sebuah karya sastra. Nilai-nilai ini mencerminkan aspirasi,
keyakinan, dan pandangan dunia penulis, serta memengaruhi bagaimana pembaca memahami
dan menafsirkan karya tersebut. Setiap nilai memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada
pembaca dan masyarakat, tergantung pada konteks sejarah, budaya, dan sosial yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, memahami nilai-nilai tersebut dapat membantu kita lebih
memahami dan menghargai karya sastra sebagai refleksi dari kehidupan manusia dan
masyarakatnya.
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnadi, Yudi. 2019. "Nilai-nilai Kehidupan dalam Karya Sastra: Analisis Terhadap Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata." Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 1(1): 13-22.
Hamka. 1938. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Jakarta: Bulan Bintang.
Zipes, J. (2015). The Original Folk and Fairy Tales of the Brothers Grimm: The Complete First Edition.
Princeton University Press.
Shakespeare, W. (2000). Romeo and Juliet (3rd ed.). Edited by Jill L. Levenson. Oxford University
Press.
Salinger, J.D. The Catcher in the Rye. Little, Brown and Company, 1951.
Marquez, Gabriel Garcia. One Hundred Years of Solitude. Harper & Row, 1970.
Davis, Alex, and Lee M. Jenkins. Patriotism and Nationalism in Literature. Edinburgh University Press,
2017.
John Kucich and Dianne F. Sadoff, eds. "Victorian Afterlife: Postmodern Culture Rewrites the
Nineteenth Century." University of Minnesota Press, 2000.
Rivkin, Julie, and Michael Ryan, eds. "Literary Theory: An Anthology." 2nd ed., Blackwell, 2004.
Imhoff, Sarah, and J. Aaron Sanders, eds. "The Cambridge Companion to Historical Fiction." Cambridge
University Press, 2010.