Anda di halaman 1dari 95

Hak Cipta © 2018 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dilindungi Undang-Undang

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam
rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh
berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan
dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan
“dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan
sesuai
dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan
yang dialamatkan kepada penulis dan laman http://buku.kemdikbud.go.id atau
melalui email buku@kemdikbud.go.id diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku
ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Bahasa Indonesia/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Edisi Revisi
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.
vi, 258 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII


ISBN 978-602-427-098-8 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-427-101-5 (jilid 3)

1. Bahasa Indonesia -- Studi dan Pengajaran I. Judul


II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 140

Penulis : Saidatul Wafiyah


Pe-review : Pu'ani Anggi Sugiharti
Penelaah 1 : Riska Magfirah Alawiyah
Penelaah 2 : Nur Alif Juliana
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Cetakan Ke-1, 2015 (ISBN 978-602-282-752-8 (jil. 3a))


(ISBN 978-602-282-753-5 (jil. 3b))
Cetakan Ke-2, 2018 (Edisi Revisi)
Disusun dengan huruf Times New Roman, 12 pt.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan Buku Latihan Soal ini.
Buku ini kami susun berdasarkan Kurikulum 2013 sesuai Permendikbud Nomor
37 Tahun 2018 (perubahan atas Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016) Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013. Buku ini
kami tulis dengan pendekatan scientific yang mengedepankan Higher Order Thinking
Skills (HOTS).
Buku ini juga kami sempumakan dengan muatan Nilai Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa dengan harapan peserta didik dapat mengembangkan potensi diri,
perilaku terpuji, jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan, memahami lingkungan
dengan penuh tanggung jawab, jujur dan menjunjung tinggi semangat kebangsaan.
Kompetensi yang dituntut dari seorang guru yang profesional adalah kompetensi
untuk membelajarkan peserta didik dengan baik sehingga mampu menghasilkan
lulusan yang menguasai kompetensi yang dibelajarkan pada tiap jenjang pendidikan.
Hal itu berlaku untuk semua guru semua mata pelajaran. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi yang dewasa ini dipergunakan di sekolah, fokus pembelajaran paling
tidak mencakup tiga hal, yaitu penentuan kompetensi yang akan yang dibelajarkan
pengembangan silabus sebagai bahan ajar, dan penilaian yang dimaksudkan untuk
mengukur capaian kompetensi yang dibelajarkan tersebut oleh peserta didik. Jadi,
pada prinsipnya seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai bahan ajar dan
cara membelajarkannya, melainkan juga bagaimana menilai kadar capaian
kompetensi yang dibelajarkannya itu.
Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum, bagian dari
pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. Maka, pengem bangan sistem evaluasi
hasil pembelajaran haruslah sudah dirancang bersamaan dengan pengembangan suatu
kurikulum sehingga terjadi keselarasan dengan komponen kurikulum yang lain. Lewat
penilaian itu dapat diperoleh informasi tentang seberapa baik keberhasilan peserta
didik belajar dan guru membelajarkan peserta didik, dan karenanya ia sekaligus dapat
berfungsi sebagai umpan balik. Artinya, berdasarkan informasi dari penilaian itu dapat
dilakukan "peninjauan kembali"" terhadap kurikulum yang bersangkutan. Dalam
kaitan ini penilaian dapat dipandang sebagai kontrol kualitas kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan. Oleh karena itu, penilaian harus mendapat perhatian yang
secukupnya dalam proses pembelajaran apapun kurikulum yang dilaksanakan.
Diharapkan, Buku Latihan Soal ini dapat membantu peserta didik untuk lebih
memahami materi yang diajarkan sehingga meraih prestasi belajar yang optimal.
Akhir kata, selamat belajar dan selalu berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Hormat kami,

Penyusun
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
Bab 1 Menulis Surat Lamaran Pekerjaan................................................
A. Mengidentifikasi isi dan sistematika surat lamaran pekerjaan....
B. Memformulasikan Unsur Surat Lamaran Pekerjaan...................
C. Menyajikan Simpulan dan Unsur Isi Surat.................................
D. Menyusun Surat Lamaran Pekerjaan...........................................
E. Melaporkan Kegiatan Membaca Buku .......................................
Tugas Evaluasi.............................................................................
Bab 2 Teks Cerita Sejarah.......................................................................
A. Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Cerita Sejarah .............
B. Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah..............
C. Mengonstruksi Nilai Novel Sejarah ke Teks Eksplanasi.............
D. Menulis Novel Sejarah Pribadi...................................................
Tugas Evaluasi.............................................................................
Bab 3 Teks Editorial................................................................................
A. Memahami Teks Editorial...........................................................
B. Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Editorial.........................
C. Ciri-Ciri dan Struktur Teks Editorial...........................................
D. Kaidah Kebahasaan Teks Editorial..............................................
E. Menyunting dan Mengabstraksi Teks Editorial...........................
Tugas Evaluasi.............................................................................
Bab 4 Cerita Fiksi dalam Cerpen............................................................
A. Mengidentifikasi Unsur Pembangunan Teks Cerita Pendek.......
B. Menelaah Struktur dan Aspek Kebahasaan Teks Cerita .............
Tugas Evaluasi.............................................................................
BAB 5 Menikmati Novel........................................................................
A. Menafsir Pandangan Pengarang Kehidupan Tugas Mandiri.......
B. Menganalisis Isi Dan Kebahasaan Novel....................................
C. Menyajikan Hasil Interpretasi Pandangan Pengarang.................
D. Merancang Novel........................................................................
Tugas Evaluasi.............................................................................
BAB 6 Menyajikan Gagasan Melalui Artikel.........................................
A. Mengevaluasi Informasi Fakta Dan Opini Sebuah Artikel ........
B. Menyusun Opini Dalam Bentuk Artikel......................................
C. Menganalisis Kebahasaan Artikel Atau Buku Ilmiah...............
D. Mengonstruksi Artikel Berdasarkan Fakta..................................
Tugas Evaluasi.............................................................................
BAB 7 Menilai Karya Melalui Kritik Dan Esai......................................
A. Membandingkan Kritik Dan Esai................................................
B. Menyusun Kritik Dan Esai..........................................................
C. Menganalisis Sistematika Kebahasaan Kritik Dan Esai ............
ii
D. Mengonstruksi Kritik Sastra Dan Esai........................................
E. Mengidentifikasi Menuliskan Nilai Pengayaan Dan Buku.........
Tugas Evaluasi.............................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................

iii
BAB 1
Menulis Surat Lamaran Pekerjaan

Surat lamaran pekerjaan adalah surat yang dibuat oleh seseorang untuk melamar
pekerjaan disuatu perusahaan, kantor atau instansi tertentu. Secara garis besar surat
lamaran pekerjaan terbagi menjadi dua macam yaitu surat lamaran kerja berdasarkan
iklan dan surat lamaran kerja berdasarkan inisiatif sendiri. Surat lamaran kerja
termasuk ke dalam golongan surat resmi atau dinas sehingga dalam penulisanya
terdapat aspek-aspek tertentu yang harus diperhatikan.
Surat lamaran pekerjaan berisi permohonan untuk bekerja pada suatu tempat.
Untuk mendalami surat lamaran pekerjaan, kamu harus banyak membaca dan
belajaran menyusun surat lamaran pekerjaan. Dengan ini menyampaikan permohonan
kepada Bapak/Ibu, agar kiranya dapat diangkat menjadi pegawai di perusahaan yang
Bapak/Ibu pimpin, dengan jabatan sebagai staf keuangan.
1
Sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu, bersama ini saya lampirkan :Selain itu,
kamu juga harus memperhatikan isi, sistematika dan kebahasaan yang terdapat pada
surat lamaran pekerjaan. Setelah hal tersebut terpahami dengan baik, kamu akan
mudah menyusun surat lamaran pekerjaan sesuai apa yang kamu butuhkan.

A. Mengidentifikasi isi dan sistematika surat lamaran pekerjaan

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1) menentukan isi dan sistematika dalam surat lamaran pekerjaan;
dan
2) menemukan hal-hal penting dalam surat lamaran

Pernahkah kamu mengamati surat lamaran pekerjaan? Temuan apa yang kamu
dapatkan? Coba bandingkan dengan surat lamaran berikut ini.

Jakarta, 4 November 2008

Yth. Pimpinan Personalia PT JAYA SENTOSA


di Jakarta
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : Firdaus;
tempat, tanggal lahir : Jakarta, 29 Agustus 1980;
jenis kelamin : laki-laki;
agama : Islam;
pendidikan/jurusan : S-1 Akuntansi;
alamat : Jalan Kramat Jati Nomor 25, Jakarta;
pusat nomor telepon/hp : 08123456789.

Dengan ini menyampaikan permohonan kepada Bapak/Ibu, agar kiranya


dapat diangkat menjadi pegawai di perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin, dengan
jabatan sebagai staf keuangan.
Sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu, bersama ini saya lampirkan :
1. fotokopi ijazah terakhir beserta transkripnya yang telah dilegalisasi masing-
masing (satu) lembar;
2. pasfoto ukuran 3×4 cm sebanyak 4 (empat) lembar;
3. fotokopi Kartu Pencari Kerja (AK. I) yang telah dilegalisasi sebanyak 1 (satu)
lembar;
4. surat keterangan kesehatan;
5. surat keterangan kelakuan baik.

Demikian permohonan ini disampaikan, besar harapan saya kiranya Bapak/

2
Ibu dapat mempertimbangkannya, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima
kasih.

Hormat saya,

Firdaus

(Sumber: http://www.contohsuratdinas.com)

Mulailah dengan melihat kerapian dan kebersihan surat. Jika ditulis tangan,
apakah tulisannya ditata dengan baik, tanpa ada huruf yang salah? Jika digunakan
komputer, apakah format tulisan dan cetak hasilnya baik dan jelas? Berdasarkan
contoh di atas, segi kerapian dan kebersihan belumlah mencukupi. Tata letak
komponen surat belum diperhatikan dengan baik. Begitupun dengan mekanisme
penulisan tanda baca, susunan baris, dan kebenaran tanda baca.
Hal terpenting lainnya yang harus diperhatikan di dalam sebuah surat lamaran
adalah bahasa yang digunakan. Pertama-tama, surat tersebut menggunakan bahasa
formal. Ya, surat lamaran memang bukan surat pribadi yang diperuntukkan bagi
teman atau saudara. Surat lamaran termasuk surat pribadi untuk lembaga resmi. Jadi,
wajar jika bahasa surat lamaran harus formal (seperti dalam contoh di atas), bukan
bahasa gaul.
Coba cermati surat lamaran dalam contoh. Dilihat dari segi promosi diri pelamar,
apakah sudah ada bagian yang menjelaskan promosi diri pelamar. Berdasarkan surat
tersebut, penulis lamaran pekerjaan dalam contoh belum mempromosikan dirinya.
Promosi yang baik tercermin pula pada bahasa yang impresif. Contohnya, ”Saya
selalu siap untuk mendedikasikan diri secara profesional untuk bergabung dalam tim
perusahaan yang Ibu/Bapak pimpin.” Tentulah kita harus menghindari diri dari tulisan
yang bertele-tele. Kemukakan persoalan itu secara efektif. Coba baca kembali, apakah
kamu terkesan dengan pernyataan dalam surat tersebut.
Dilihat dari bagiannya, surat lamaran terdiri atas bagian surat dan riwayat hidup.
Kedua bagian ini cukup ditampilkan dalam satu halaman untuk surat dan antara 3–4
halaman untuk riwayat hidup. Artinya, tampilkan isi riwayat hidup hanya bagian
pengalaman yang penting, masukkan pendidikan formal dan nonformal; pengalaman
organisasi dan prestasi yang relevan; serta kemukakan integritas pelamar secara jujur.
Bagian surat diawali dengan pernyataan umum (tesis). Pernyataan umum ini
berfungsi sebagai informasi awal terkait dengan pekerjaan yang akan dilamar. Untuk
menguatkan pernyataan umum (tesis), penulis lamaran harus memberikan
argumentasi.
Berdasarkan contoh surat sebelumnya, yang menjadi tesis adalah sebagai berikut.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : Firdaus;

3
tempat, tanggal lahir : Jakarta, 29 Agustus 1980;
jenis kelamin : laki-laki;
agama : Islam;
pendidikan/jurusan : S-1 Akuntansi;
alamat : Jalan Kramat Jati Nomor 25, Jakarta Pusat;
nomor telepon/hp : 08123456789.
Dengan ini menyampaikan permohonan kepada Bapak/Ibu, agar kiranya dapat
diangkat menjadi pegawai di perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin, dengan jabatan
sebagai staf keuangan.
Di dalam surat lamaran terdapat pula argumentasi. Berikut ini adalah kutipan
argumentasi surat lamaran pekerjaan.
Sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu, bersama ini saya lampirkan :

1. fotokopi Ijazah terakhir beserta transkripnya yang telah dilegalisasi


masingmasing 1 (satu) lembar;
2. pasfoto ukuran 3×4 cm sebanyak 4 (empat) lembar;
3. fotokopi Kartu Pencari Kerja (AK. I) yang telah dilegalisasi sebanyak 1 (satu)
lembar;
4. surat keterangan kesehatan;
5. surat keterangan kelakuan baik.
Demikian permohonan ini disampaikan, besar harapan saya kiranya Bapak/ Ibu
dapat mempertimbangkannya, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

Jika dicermati paparan di atas, surat lamaran tergolong ke dalam jenis eksposisi.
Sesuai dengan pengertiannya bahwa surat lamaran pekerjaan adalah surat dari
seseorang yang memerlukan pekerjaan kepada orang atau pejabat yang dapat
memberikan pekerjaan atau jabatan. Melalui surat lamaran, pelamar menyampaikan
permohonan untuk diterima sebagai pegawai. Permohonan ini tentulah harus
mengandung tesis dan tesis harus didukung argumentasi yang kuat agar yang akan
menerima pelamar merasa yakin dengan permohonannya.
Surat lamaran pekerjaan bersifat formal. Keformalan surat lamaran dapat
ditandai dari informasi mengenai sumber awal informasi tersebut. Contohnya, surat
untuk melamar pekerjaan menjadi karyawan ataupun jabatan tertentu diperoleh dari
pengumuman resmi pemerintah atau perusahaan yang dipublikasi melalui media
massa, baik berupa surat maupun iklan. Dalam hal ini, pelamar dalam surat
lamarannya perlu menyebutkan sumber lamaran tersebut pada alinea atau paragraf
pembuka. Jika lamaran itu tidak berdasarkan pada suatu sumber, tentu tidak
diperlukan penyebutan sumber pada alinea pembuka.
Penjenisan Surat Lamaran
Berdasarkan jenis pembuatannya, surat lamaran pekerjaan dapat dikelompokkan ke
dalam dua jenis.
1. Surat lamaran pekerjaan yang digabungkan dengan riwayat hidup (curriculum
vitae). Dalam cara ini, riwayat hidup termasuk isi surat karena isinya berupa

4
gabungan. Cara ini juga disebut dengan model gabungan.
2. Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup. Dalam cara ini riwayat
hidup merupakan lampiran dan cara ini disebut model terpisah.
Di dalam praktiknya, jenis yang sering dipakai adalah model terpisah.
Walaupun dalam pembuatannya memerlukan dua kali kerja, model ini lebih digemari
oleh pelamar kerja karena suratnya tidak terlalu panjang.
Di dalam surat lamaran pekerjaan akan ditemukan hal-hal penting yang harus
dilampirkan. Sebagai seorang pelamar pekerjaan harus cermat di dalam menulis surat
agar semua data menjadi argumentasi yang kuat. Di samping lampiran, segi lain yang
harus dipahami seorang penulis surat lamaran pekerjaan adalah isi dan sistematika
surat. Perhatikan contoh surat lamaran pekerjaan berikut ini!

Balikpapan, 20 November 2015

Yth. Direktur CV Multimedia Utama


Jalan D.I. Panjaitan 57, Balikpapan

Dengan hormat,
Menanggapi iklan pada harian Kaltim Post tanggal 15 November 2015 tentang
penerimaan pegawai baru, dengan ini saya mengajukan lamaran untuk jabatan
supervisor alat berat.

Adapun kualifikasi diri saya:


nama : Suroyo Sinambela, S.T.;
tempat, tanggal lahir : Tulungagung, 31 Oktober 1981;
pendidikan : S-1 Teknik Mesin;
alamat : Jalan Meratus Nomor 276, BalikpapanBalikpapan, 20
November 2015
Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini saya lampirkan:
1. fotokopi ijazah,
2. daftar riwayat hidup, dan
3. surat keterangan catatan kriminal.
Besar harapan saya atas terkabulnya lamaran ini.

Hormat saya

Suroyo Sinambela, S.T.

(Sumber: Romadi dan Rustamaji, 2010: 4)

Berdasarkan surat lamaran pekerjaan di atas dapat diketahui bahwa isi dari surat

5
lamaran meliputi tempat/tanggal, alamat, salam pembuka, isi surat, salam penutup,
tanda tangan, dan nama terang. Isi surat terdiri atas unsur nama, tempat dan tanggal
lahir, pendidikan, alamat, serta beberapa hal yang dilampirkan. Hal-hal penting yang
dilampirkan antara lain daftar riwayat hidup, fotokopi ijazah terakhir, sertifikat, Surat
Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), dan pasfoto. Kadang-kadang
instansi/lembaga juga meminta persyaratan lain, seperti surat keterangan pengalaman
kerja, surat keterangan berbadan sehat, dan surat izin orang tua.
Menentukan Isi dan Sistematika Surat Lamaran
Setelah mencermati dan memahami surat lamaran pekerjaan pada uraian
sebelumnya, cobalah kamu bandingkan dengan surat pribadi untuk teman berikut ini.
Perbandingan dapat dilihat dari segi unsur surat sebagai jenis teks eksposisi. Tuliskan
jawabanmu seperti pada kolom berikut ini! Sebagai pembanding, amati surat berikut
ini!

Jayapura, 1 Maret 2015

Teruntuk Sahabatku, Arumi


di Jakarta

Perjalanan waktu rupanya tak seperti yang aku bayangkan. Dalam setahun,
selepas kita bersama, aku merasa terlalu lama. Hari-hari yang selalu kita lewati begitu
indah dan mengasyikkan. Namun, kini kita harus berpisah. Mudahmudahan kamu
dalam keadaan sehat dan selalu ceria. Sekali waktu aku ingin sekali berjumpa.
Mudah-mudahan liburan akhir tahun ini aku bisa berkunjung ke Jakarta dan bisa
bertemu denganmu.

Salam,

Anggi Wanggai

B. Memformulasikan Unsur Kebahasaan Surat Lamaran Pekerjaan

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. memahami unsur-unsur kebahasaan surat lamaran pekerjaan; dan
2. membandingkan unsur kebahasaan yang terdapat pada surat lamaran
pekerjaan.

Setelah mencermati surat lamaran pekerjaan, dapatkah kamu melihat bahasa


yang digunakan? Adakah ketentuan-ketentuan yang harus kamu perhatikan?
Bagaimana dengan surat lamaran pekerjaan yang diambil dari berbagai sumber?
Kamu akan diarahkan untuk dapat memahami unsurunsur kebahasaan yang digunakan
pada surat lamaran pekerjaan. Ketentuanketentuan yang harus diperhatikan dalam
surat lamaran pekerjaan terkait dengan bahasa yang digunakan adalah sebagai berikut.

6
1. Menggunakan bentuk surat yang standar.
2. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.
3. Menggunakan kata-kata yang sopan.
4. Menggunakan kata pengantar yang jelas, singkat, padat, informatif, dan tepat
sasaran.
5. Tulisan bersih, mudah dibaca, dan sesuai dengan kaidah ejaan.
6. Melengkapi bagian-bagian surat dengan norma bahasa surat (seperti penulisan
unsur hal, tempat/tanggal, alamat, salam pembuka, isi surat, salam penutup,
tanda tangan, dan nama terang).
Memahami Unsur Kebahasaan Surat Lamaran Pekerjaan
Untuk mengasah kemampuanmu dalam memahami unsur-unsur kebahasaan surat
lamaran pekerjaan, carilah unsur-unsur kebahasaan surat lamaran pekerjaan di bawah
ini. Kemudian, jelaskanlah hal tersebut berdasarkan hasil pengamatanmu!

Bandung, 14 September 2015

Hal : Lamaran Pekerjaan

Yth. HRD Manager PT. Moge Laksana Maju


Jl. Kintamani Luhur No. 8, Bandung

Dengan Hormat,

Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari harian surat kabar Pikiran Rakyat,
perusahaan Bapak/Ibu membuka lowongan kerja untuk beberapa posisi. Melalui surat
lamaran ini, saya ingin mengajukan diri untuk melamar kerja di instansi yang
Bapak/Ibu pimpin, guna mengisi posisi yang dibutuhkan saat ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Aisyah Watanabe
Tempat/tanggal lahir : Bandung, 10 Mei 1991
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMK Perhotelan Pasundan III Bandung
Alamat : Jl. Pasundan Raya No. 7 RT/RW 001/003
Telepon : 08123896447887
Untuk melengkapi beberapa data yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan
Bapak/Ibu pimpinan di waktu yang akan datang, saya lampirkan juga kelengkapan
data diri sebagai berikut:
• pasfoto ukuran 3x4,
• fotokopi KTP Bandung,
• daftar riwayat hidup,
• fotokopi ijazah terakhir,
• fotokopi SKHUN,
• fotokopi sertifikat kompetensi, dan

7
• fotokopi sertifikat PKL.
Demikian surat lamaran kerja ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
sejujurjujurnya. Atas perhatian serta kerja sama dari Bapak/Ibu pimpinan, saya
ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Aisyah Watanabe

(Sumber:http: makalahproposal.blogspot.com)

Membandingkan Unsur Kebahasaan Surat Lamaran Pekerjaan


Setelah memahami unsur kebahasaan pada surat lamaran pekerjaan, bandingkan
dua surat lamaran pekerjaan yang ada di bawah ini! Berilah tanda pada masing-
masing surat lamaran pekerjaan di bawah ini!
Surat lamaran pekerjaan 1

Banyumas, 15 November 2013


Hal: Lamaran Pekerjaan
Yth. Pimpinan PT BAHTERA
Jalan Pramuka No. 1 Banyumas

Dengan hormat,
Berdasarkan informasi lowongan kerja pada situs https://
bursakerjabanyumasblogspot.com pada tanggal 12 November 2013 bahwa PT
SEJAHTERA membutuhkan staf administrasi, bersama ini saya bermaksud melamar
pekerjaan tersebut.
Adapun keterangan mengenai diri saya adalah sebagai berikut:
Nama : Anggraita Mustika
Tempat/tanggal lahir : Banyumas, 29 Agustus 1995
Usia : 18 Tahun
Pendidikan terakhir : SMK
Alamat : Mandirancan RT 02 RW 03
Kec. Kebasen Kab. Banyumas
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan beberapa berkas sebagai berikut:
1. daftar riwayat hidup,
2. fotokopi ijazah terakhir beserta transkip nilai,
3. fotokopi KTP,
4. fotokopi SKCK,
5. fotokopi surat keterangan dokter, dan
6. pasfoto terbaru ukuran 4×6 cm.

8
Demikian surat permohonan kerja ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Besar
harapan saya untuk dapat diterima di perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin.

Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Anggraita Mustika

Surat Lamaran Pekerjaan 2

Yogyakarta, 20 Oktober 2008

Hal : Lamaran Calon PNS


Lampiran : 5 (lima) berkas

Yth. : Kepala Dinas Pendidikan


Kabupaten Sleman
di Sleman
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Budi Sugiharto
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 17 Juni 1983
Alamat : Jalan Malioboro Nomor 21 Yogyakarta
Ijazah, jurusan : SMK Bidang Kealian Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian Akuntansi tahun 2007
Dengan ini mengajukan lamaran menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pendidikan Kabupaten Sleman.
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan:
1. daftar riwayat hidup,
2. fotokopi ijazah SMK,
3. surat keterangan catatan kepolisian dari polri,
4. surat pernyataan kesehatan dari dokter,
5. surat pernyataan tidak berkedudukan sebagai PNS/CPNS,
6. kartu kuning, dan
7. pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar.

Atas kebijaksanaan Bapak, saya mengucapkan terima kasih

9
Hormat saya,

Budi Sugiharto

C. Menyajikan Simpulan Sistematika dan Unsur-Unsur Isi Surat Lamaran


Pekerjaan

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. mengidentifikasi sistematika dan unsur-unsur surat lamaran pekerjaan secara
visual; dan
2. menyimpulkan sistematika dan unsur-unsur isi surat lamaran pekerjaan.

Pada subbab selanjutnya kamu akan diajak untuk menyajikan simpulan


sistematika dan unsur-unsur isi surat lamaran pekerjaan. Agar kamu dapat
mengidentifikasi sistematika dan unsur-unsur isi yang terdapat pada surat lamaran
pekerjaan, perhatikan materi yang disajikan pada subbab ini dengan cermat dan
sungguh-sungguh.
Secara umum, sistematika surat lamaran pekerjaan meliputi tempat dan
tanggal pembuatan surat, lampiran dan perihal, alamat surat, salam pembuka, alinea
pembuka, isi, penutup, salam penutup, serta tanda tangan dan nama terang.
Berikut penjelasan dari masing-masing komponen sistematika surat lamaran
pekerjaan tersebut.
1. Tempat dan tanggal pembuatan surat
Tempat dan tanggal pembuatan surat ditempatkan di pojok kanan atas
tanpa titik di akhir karena bukan merupakan kalimat.
Contoh: Papua Barat, 28 Agustus 2015
2. Lampiran dan hal
a. Kata ’Lampiran’ dan ’hal’ tidak disingkat, seperti lamp.
b. Angka dalam kolom lampiran ditulis menggunakan huruf.
Contoh: Lampiran : Empat lembar
Hal : Pemberitahuan
3. Alamat surat
a. Tidak menggunakan kata ”Kepada”.
b. Alamat disarankan tidak lebih dari tiga baris.
c. Jabatan tidak boleh menggunakan jenis kelamin seperti Bapak atau Ibu.
d. Tulisan ”Jalan” pada alamat tidak boleh disingkat.
e. Tidak menggunakan titik di masing-masing akhir barisnya.
Contoh:
Yth. Manager Sukses Mandiri

10
Jalan M. Yamin Nomor 02, Kalibata
Jakarta
4. Salam Pembuka
Setelah kata ”Dengan hormat” digunakan tanda baca koma (,).
Contoh:
Dengan hormat,
Berdasarkan . . . . . . . . . .
5. Alinea pembuka
Alinea pembuka sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan sopan agar
para pihak atau instansi yang membacanya tidak tersinggung. Di dalam alinea
ini juga sudah harus muncul pernyataan umum yang menggambarkan diri
pelamar (tesis).
6. Isi
Dalam isi terdapat hal-hal berikut.
a. Identitas
Isi identitas berisi keterangan berupa nama, tempat tanggal lahir, alamat,
pendidikan terakhir dan dapat ditambah lagi sesuai dengan keperluan. Di
dalam menuliskan keterangan tersebut, huruf awal kata digunakan huruf kecil.
Contoh: nama : Nitriana Safitri
tempat tanggal lahir : Jakarta, 7 Januari 1995
pendidikan terakhir : S-1 Sastra Inggris
alamat : Dukuhturi, Bumiayu, Brebes, 52273
b. Maksud dan tujuan
Maksud dan tujuan merupakan keterangan tentang alasan pengirim atau
pelamar pekerjaan menulis surat.
c. Menyatakan lampiran
Dalam lamaran pekerjaan terdapat beberapa lampiran tentang syarat yang
sudah diminta oleh instansi yang membutuhkan pekerja. Oleh karena itu,
pelamar harus memenuhi lampiran yang diminta tersebut. Kemudian, di setiap
rincian digunakan tanda baca titik koma (;) dan di akhir lampiran digunakan
baca titik (.).
Contoh: fotokopi ijazah yang sudah dilegalisasi;
fotokopi kartu tanda penduduk;
pasfoto ukuran 3×4 dua lembar.
7. Penutup
Di dalam surat lamaran pekerjaan, isi penutup haruslah menunjukkan
keantusiasan pelamar pekerjaan kepada instansi yang dituju.
Contoh:
Demikian surat lamaran pekerjaan ini saya buat. Besar harapan saya untuk
dapat menjadi bagian dari perusahaan . . . .
8. Salam penutup
Jika di awal ada salam pembuka, tentulah diakhiri salam penutup. Sebagai
surat lamaran, salam penutup menjadi sangat penting. Salam penutup sebagai
bentuk etika, sopan santun, dan penghormatan.
11
Contoh: Hormat saya,
9. Tanda tangan dan nama terang
Tanda tangan ini biasanya berada di pojok kanan bawah surat, lalu di
bawahnya ditulis nama lengkap.
Contoh: Hormat saya,
(Ttd)
Nitriana Safitri

D. Menyusun Surat Lamaran Pekerjaan

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. menentukan isi, sistematika, dan kebahasaan surat lamaran pekerjaan; dan
2. menyusun surat lamaran pekerjaan dengan memperhatikan isi, sistematika,
dan kebahasaan.

Pada pembahasan sebelumnya, kamu telah belajar mengidentifikasi


sistematika dan unsur-unsur isi surat lamaran pekerjaan. Selain itu, kamu juga sudah
mempelajari unsur kebahasaan surat lamaran pekerjaan. Menyusun atau menulis surat
lamaran pekerjaan sebenarnya tidak sulit. Apabila akan menulis surat lamaran
pekerjaan sebaiknya sesuaikan dengan perusahaan/instansi yang dituju. Surat lamaran
pekerjaan juga disesuaikan dengan sistematika penulisannya. Oleh karena itu,
perbanyaklah referensi untuk mempermudah dalam menulis surat lamaran pekerjaan.
Berikut ini disajikan tips dalam membuat surat lamaran pekerjaan.
1. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.
2. Menulis dengan susunan format rapi.
3. Melengkapi data sesuai dengan keperluan.
4. Melampirkan surat pendukung seperti sertifikat pengalaman kerja.
E. Melaporkan Kegiatan Membaca Buku

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. menemukan butir-butir penting dari buku nonfiksi (buku pengayaan) dan nilai-
nilai dari buku fiksi yang dibaca; dan
2. melaporkan kegiatan membaca buku dalam bentuk rekaman tertulis dalam
buku laporan membaca.

Pernahkah kamu membaca buku-buku ilmu pengetahuan, selain buku teks


pelajaran? Setelah kamu membacanya, bagaimana tanggapanmu mengenai isi buku
tersebut? Pada pelajaran ini kamu akan belajar bagaimana melaporkan buku yang
dibaca. Buku tersebut adalah buku nonfiksi, berupa buku pengayaan. Untuk dapat
melaporkannya, kamu harus membaca dan memahami isi yang terkandung di dalam
buku.

12
Menemukan Butir-Butir Penting dari Buku Nonfiksi (Buku Pengayaan) dan
Nilai-Nilai dari Buku Fiksi yang Dibaca
Kegiatan membaca sangat berguna. Dari kegiatan membaca, kita memperoleh
banyak pengetahuan, wawasan, atau informasi berharga. Banyak sumber bacaan yang
dapat kamu baca. Namun, saat ini kamu belajar dari membaca buku nonfiksi. Salah
satu jenis buku nonfiksi adalah buku-buku pengayaan. Buku-buku ini akan
memperkaya pengetahuan, keterampilan, dan sikapmu.
Marilah mempersiapkan kegiatan membaca buku nonfiksi sebagai proyek
membaca minggu ini. Buku tersebut harus kamu selesaikan dalam seminggu. Oleh
karena itu, biasakan membawa buku tersebut ke mana pun kamu bepergian.
Sempatkanlah untuk membaca.
Proyek membaca ini dilaporkan secara mandiri. Langkah-langkah berikut dapat
kamu jadikan sebagai panduan.
1. Carilah buku nonfiksi (buku pengayaan) di perpustakaan atau di toko buku.
Buku yang kamu baca bukan buku teks pelajaran. Bacalah buku tersebut
selama satu minggu.
2. Jika kamu memiliki uang, pergilah ke toko buku. Carilah buku nonfiksi yang
dapat kamu miliki untuk dibaca.
3. Siapkan untuk membaca. Siapkan buku tulis dan alat tulis untuk melaporkan
kegiatan membaca minggu ini.
4. Tuliskanlah judul buku, nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan kota terbit.
5. Amatilah daftar isi buku tersebut. Bacalah sekilas daftar isinya, lalu
tuliskanlah, ada berapa bab isi buku tersebut.
6. Sebelum membaca secara menyeluruh, berdasarkan daftar isi buku, susun
pertanyaan yang mungkin akan kamu dapatkan dari isi buku. Pada buku
laporan membaca, tuliskanlah pertanyaan-pertanyaan yang ingin didapatkan
jawabannya dari membaca buku.
7. Mulailah membaca. Jika buku itu milikmu, tandailah butir-butir penting dari
setiap subbab yang dibaca. Jika buku itu milik perpustakaan, setiap kamu
membaca butir-butir penting, tuliskanlah pada buku laporan membaca.
8. Pada setiap akan memulai membaca, tuliskan terlebih dahulu hari, tanggal,
dan waktu membaca agar kegiatanmu terdata.
9. Lakukanlah kegiatan membaca buku tersebut selama satu minggu.
10. Jika sudah selesai membaca buku, susunlah laporan kegiatan tersebut dalam
buku rekaman tertulis kegiatan membaca. Untuk membantu melaporkan
kegiatan membaca, berikut ini contoh format yang dapat kamu buat.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!


1. Hal hal apakah yang dicantumkan dalam kepala surat?
Jawab : ________________________________________________
2. Sebutkan bagian-bagian surat!
Jawab : ________________________________________________
3. Sebutkan macam-macam surat!
Jawab : ________________________________________________
13
4. Jelaskan yang dimaksud surat dinas!
Jawab : ________________________________________________
5. Hal-hal apakah yang perlu diperhatikan dalam penulisan alamat!
Jawab : ________________________________________________
Rangkuman

1. Surat lamaran pekerjaan berisi permohonan untuk bekerja pada suatu tempat.
Hal yang perlu dikemukakan di dalam surat lamaran adalah identitas diri, jasa
yang dapat diberikan, pendidikan, kecakapan keahlian, serta pengalaman
(kualifikasi).
2. Menurut jenis pembuatannya surat lamaran pekerjaan terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Surat lamaran pekerjaan yang digabungkan dengan riwayat hidup
(curriculum vitae); dan
b. Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup.
3. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam surat lamaran pekerjaan.
a. Gunakan bahasa yang baik dan benar.
b. Gunakan kata-kata yang sopan.
c. Gunakan kata pengantar yang jelas, singkat, padat, informatif, dan tepat
sasaraan.
d. Jaga agar tulisan bersih, mudah dibaca, sesuai dengan kaidah ejaan.
e. Lengkapi bagian-bagian surat (hal, tempat/tanggal, alamat, salam
pembuka, isi surat, salam penutup, tanda tangan, dan nama terang).
4. Sistematika surat lamaran kerja
a. Tempat dan tanggal pembuatan surat
b. Lampiran dan perihal
c. Alamat surat
d. Salam pembuka
e. Alinea pembuka
f. Isi
g. Penutup
h. Salam penutup
i. Tanda tangan dan nama terang
5. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat surat lamaran
pekerjaan.
a. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.
b. Format penulisan tersusun rapi dengan bahasa yang jelas.
c. Surat lamaran kerja hendaknya ditulis secara manual atau ditulis tangan.
d. Lengkapi dengan data-data yang dibutuhkan oleh perusahaan tempat
melamar kerja.
e. Lampirkan surat pendukung seperti sertifikat pengalaman kerja

14
F. Y
G. R

BAB 2
Teks Cerita Sejarah

Novel sejarah merupakan sebuah genre yang penting dan sering ditulis di
negara-negara Barat. Negara-negara tersebut menanamkan pentingnya sejarah
dalam pendidikan. Novel sejarah membantu memperkenalkan dan mengakrabkan
suatu masyarakat pada masa lalu bangsanya. Dengan demikian, pendidikan dalam
novel dapat menanamkan akar pada bangsanya.
Seorang sastrawan yang sering kali menggunakan fakta-fakta sejarah sebagai
latar untuk mengisahkan tokoh-tokoh fiksinya bermaksud untuk mengisahkan kembali
seorang tokoh sejarah dalam berbagai dimensi kehidupannya, seperti emosi pribadi
tokoh, tragedi yang menimpanya, kehidupan keluarga dan masyarakat, serta
pandangan politiknya. Misalnya, novel Roro Mendut versi Mangunwijaya dan versi
Ajip Rosidi; Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Segala Bangsa, dan Rumah Kaca
karya Pramoedya Ananta Toer; Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. yang
15
mengisahkan kehidupan Soekarno ketika menjalin rumah tangga dengan Inggit
Garnasih; Novel Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil karya Remy Silado.
Contoh lain novel The da Vinci Code karya Dan Brown.
Novel sejarah adalah novel yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan
tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang
terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif atau
deskriptif. Novel sejarah termasuk dalam teks naratif jika disajikan dengan
menggunakan urutan peristiwa dan urutan waktu. Namun, jika novel sejarah disajikan
secara simbolisasi verbal, novel tergolong ke dalam teks deskriptif.

A. Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Cerita Sejarah

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. mendata informasi penting dalam teks sejarah (novel);
2. mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah (novel); dan
3. membedakan teks cerita sejarah (novel sejarah) dengan teks sejarah

Pernahkah kamu membaca novel yang berlatar belakang sejarah? Misalnya,


novel Arus Balik dan Mangir karya Pramoedya Ananta Toer atau novel-novel sejarah
lain yang berlatar belakang sejarah Kerajaan Majapahit berjudul Kemelut Majapahit
karya SH. Mintarja. Membaca novel (termasuk novel sejarah) dapat dilakukan dengan
cepat. Perlu diusahakan agar membaca novel selesai dalam satu kurun waktu tertentu.
Misalnya, satu jam selesai sebagai tahap pengenalan dengan membaca cepat. Perlu
ditumbuhkan kesadaran terhadap diri sendiri bahwa membaca pada mulanya berat,
tetapi jika sudah terbiasa akan menjadi ringan. Orang-orang yang sudah terbiasa
membaca akan dengan mudah membaca novel dengan cepat.
Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai novel ulang (rekon). Supaya
tidak terjadi kesalahpahaman atas frasa “novel ulang”, berikut ini penjelasan tentang
jenis-jenis novel ulang. Berdasarkan jenisnya, novel ulang terdiri atas tiga jenis, yakni
rekon pribadi, rekon faktual, dan rekon imajinatif.
1. Rekon pribadi adalah novel yang memuat kejadian dan penulisnya terlibat
secara langsung.
2. Rekon faktual (informasional) adalah novel yang memuat kejadian faktual
seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.
3. Rekon imajinatif adalah novel yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan
dan diceritakan secara lebih rinci.
Berdasarkan penjelasan di atas, novel sejarah tergolong ke dalam rekon
imajinatif. Artinya, novel tersebut didasarkan atas fakta-fakta sejarah yang kemudian
dikisahkan kembali dengan sudut pandang lain yang tidak muncul dalam fakta
sejarah. Misalnya, kegemaran, emosi, dan keluarga.
Dalam menikmati novel sejarah, mula-mula kamu membacanya secara
cepat. Dalam hal ini kamu dapat mengamati bagian tokoh sejarah yang dikisahkan,

16
karakter yang digambarkan, dan kejadiannya. Misalnya, setelah membaca novel
Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. terbitan Sinar Harapan tahun 1981, kamu
mampu mengenali bahwa novel ini sangat dekat dengan sejarah. Data-data faktual,
seperti tempat kejadian dan tokohnya, benar adanya.
Ramadhan K.H. kemudian merekonstruksinya menjadi novel. Novel ini
mengisahkan cerita romantis Ibu Inggit dengan Soekarno (Bapak Proklamator
Indonesia). Imajinasi pengarang muncul saat ingin memberikan makna tentang peran
Ibu Inggit dalam pembentukan seorang pribadi yang kelak akan menjadi presiden
pertama negeri ini. Ibu Inggit-lah yang mengayomi, memelihara, dan mengantar
Soekarno ke dalam kedudukannya sebagai tokoh nasional. Peran ini bukanlah sebagai
“kawan politik”, tetapi sebagai dua sosok yang saling memahami.
Inggit Garnasih yang usianya 12 tahun lebih tua dari Soekarno berperan
sebagai istri, kawan, dan ibu yang menginginkan setiap suami, sahabat, dan anaknya
sukses dalam kehidupannya. Peran ini dapat dijalankan secara simpatik oleh Inggit.
Soekarno di dalam asuhan kejiwaan ibu Inggit dapat diantarkan ke pintu gerbang
pucuk pimpinan nasional. Secara simbolis mengandung makna bahwa Ibu Inggit
benar-benar mendampingi suaminya selama masa terberatnya dalam perjuangan.
Soekarno dibentuk oleh Ibu Inggit menjelma menjadi pimpinan bangsa. Inilah yang
diimajinasikan oleh pengarang, yang secara historis, simbolisasi ini tidak muncul
dalam buku-buku sejarah tentang Soekarno dan tentang Inggit Garnasih: bahwa Ibu
Inggit memegang peranan besar dalam riwayat pembentukan negeri ini. Hanya
perannya tidak muncul ke publik karena lebih banyak di belakang layar, “bagai
seorang ibu yang hanya memberi, tetapi tak pernah meminta”. Ibu Inggit adalah Ibu
Indonesia dalam menjelmakan seseorang menjadi pemimpin besar.
Plot penceritaan novel sangat bergantung pada tokoh Soekarno selama
perjuangannya untuk menjadi tokoh politik penting Indonesia. Tokoh Inggit menjadi
“saksi mata” atas semua novel. Teknik orang pertama (aku) yang digunakan hanya
untuk mengisahkan kejadian di sekitar Soekarno dan bukan tentang dirinya sendiri.
Melalui teknik ini, pengarang lebih dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran
seorang istri pejuang nasional yang kurang dikenal secara publik.
Mendata Informasi dalam Teks Sejarah
Kegiatan mendata informasi penting dalam novel sejarah tentu akan
berbeda dengan mendata informasi penting dalam teks sejarah. Informasi penting
dalam novel sejarah lebih mengarah kepada fakta sejarah yang dijadikan latar
penceritaan serta imajinasi penulis atas fakta tersebut. Seperti dipaparkan pada
pengantar sebelumnya, novel Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H.
mengandung fakta sejarah tentang masa perjuangan awal Soekarno dan kehidupan
rumah tangganya dengan Inggit Garnasih. Di samping tokoh, fakta sejarah yang
digunakan adalah latar tempat, seperti Sukamiskin (sebuah nama kecamatan di Kota
Bandung dan juga menjadi nama Lapas), Banceuy sebuah nama kelurahan di Kota
Bandung dekat alun-alun Kota Bandung serta Kota Bandung itu sendiri, Surabaya saat
Soekarno melakukan perjalanan dengan kereta api, Endeh dengan membentuk
rombongan sandiwara kisah perjalanannya dari Bengkulu ke Padang.
Pusat penceritaan novel sejarah Kuantar ke Gerbang terletak pada tokoh
17
Soekarno.Namun bukan tentang Soekarno itu sendiri, melainkan kisah kejadian di
sekitarnya. Imajinasi pengarang ini secara leluasa banyak mengungkap perasaan dan
pikiran tokoh Inggit Garnasih. Menurut Sumardjo (1991:57), imajinasi pengarang
terhadap tokoh Inggit Garnasih dengan jasajasanya sering berubah menjadi semacam
gugatan meskipun ini tak banyak dan hadir secara tersamar (implisit, pen.). Kesan
Jacob Sumardjo sangat beralasan karena dalam buku-buku sejarah tentang Soekarno,
Inggit Garnasih sangat jarang dikupas. Padahal, jasa-jasanya sangat besar dalam
mengantarkan Soekarno ke panggung politik nasional dan menjadi Bapak Bangsa.
Penulis mengharapkan agar Inggit Garnasih semakin banyak dikupas dalam sejarah
Indonesia.
Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Sejarah
Novel sejarah, seperti juga novel-novel lainnya, termasuk dalam genre teks
cerita ulang. Novel sejarah juga mempunyai struktur teks yang sama dengan struktur
novel lainnya yaitu orientasi, pengungkapan peristiwa, rising action, komplikasi,
evaluasi/resolusi, dan koda.
1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu,
tempat, maupun peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan
mengenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.
2. Pengungkapan peristiwa
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai
masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
3. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan
berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4. Puncak konflik (turning point, komplikasi)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar
dan mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib
beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan
masalahnya atau gagal.
5. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian
tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami
peristiwa puncak itu. Pada bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir
dari kondisi ataupun nasib akhir yang dialami tokoh utama.
6. Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya
sebagai penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh
pengarang atau dengan mewakilkannya pada seorang tokoh. Hanya saja tidak
setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih banyak
menyerahkan simpulan akhir ceritanya itu kepada para pembacanya. Mereka
dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.

B. Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah


18
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
1. menganalisis kebahasaan teks cerita (novel) sejarah; dan
2. menjelaskan makna kias yang terdapat dalam teks cerita (novel) sejarah

Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah


Membaca novel sejarah tidak dapat dilepaskan dari bahasa yang digunakan.
Seperti diketahui bersama bahwa bahasa novel sejarah yang dianut adalah bahasa
yang digunakan dalam karya sastra pada umumnya, yakni konotatif dan emotif. Hal
ini berbeda dengan bahasa ilmiah yang denotatif dan rasional. Sekalipun konotatif dan
emotif, bahasa novel tetap mengacu kepada bahasa yang digunakan masyarakat
(konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya. Penggunaan bahasa konotatif
dan emotif diwujudkan pengarang dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan
beragam gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan (style).
Seorang pembaca, menurut Teeuw (1984:318), harus memiliki kompetensi
sastra, yakni keseluruhan konvensi yang memungkinkan pembacaan dan pemahaman
karya sastra. Konvensi ini memungkinkan munculnya prinsip bahwa setiap karya
sastra pada dasarnya merupakan pengejawantahan suatu sistem yang harus dikuasai
oleh pembaca agar mampu memahami karya yang dibacanya. Konvensi ini sifatnya
beraneka ragam, mulai dari bersifat umum sampai khusus, seperti kovensi yang
membedakan teks sastra dari yang bukan sastra; prosa dari puisi; novel detektif, novel
sejarah, dan novel fiksi ilmiah; dan pantun, gurindam, sampai syair. Sifat ini ditambah
lagi dengan konvensi sosial yang mengiringi gejala sastra dalam setiap masyarakat,
seperti konvensi bahasa, konvensi budaya, dan konvensi sastra.
Bahan dasar novel sejarah adalah bahasa. Bahasa merupakan sistem tanda
yang digunakan oleh masyarakat. Tanda itu bermakna dan disepakati oleh masyarakat.
Menurut Teeuw (1984:96), di dalam sistem tanda itu tersedia perlengkapan konseptual
yang sulit dihindari karena merupakan dasar pemahaman dunia nyata dan sekaligus
merupakan dasar komunikasi antaranggota masyarakat. Namun, di sisi lain, sistem
bahasa juga memiliki sifat-sifat yang khas (Teeuw, 1984:97), yakni lincah, luwes,
longgar, malahan licin dan licik, serta penuh dinamika sehingga memberikan segala
macam kemungkinan untuk pemanfaatan yang kreatif dan orisinal (termasuk dari segi
konsep).
Dalam sistem bahasa di dunia, tidak satu pun sistem bahasa yang universal.
Artinya, sistem bahasa yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu akan berbeda
dengan sistem bahasa yang dimiliki oleh masyarakat lainnya. Perbedaan ini yang
pertama dan terutama adalah latar belakang budaya dari masyarakatnya yang tidak
termanifestasi dalam sistem tanda bahasa secara eksplisit. Oleh karena itu,
pemahaman suatu novel yang menjadikan bahasa sebagai bagian dari sistem sastra
akan tergantung pula pada budaya yang melatarbelakangi novel tersebut.
Beberapa kaidah kebahasaan yang berlaku pada novel sejarah adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau.

19
Contoh:
a. Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas
asrama telah menyelesaikan tugasnya.
b. Dalam banyak hal, Gajah Mada bahkan sering mengemukakan pendapat-
pendapat yang tidak terduga dan membuat siapa pun yang mendengar akan
terperangah, apalagi bila Gajah Mada berada di tempat berseberangan
yang melawan arus atau pendapat umum dan ternyata Gajah Mada terbukti
berada di pihak yang benar.
2. Menggunakan banyak kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis, temporal), Seperti: sejak saat itu, setelah itu, mula mula,
kemudian.
Contoh:
a. Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan
tenangtenang masuk ke kadipaten.
b. ”Sejak sekarang kau sudah boleh membuat rancangan yang harus
kaulakukan, Gagak Bongol. Sementara itu, di mana pencandian akan
dilakukan, aku usahakan malam ini sudah diketahui jawabnya.”
3. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (kata
kerja material)
Contoh:
Di depan Ratu Biksuni Gayatri yang berdiri, Sri Gitarja duduk bersimpuh.
Emban tua itu melanjutkan tugasnya, kali ini untuk Sekar Kedaton Dyah
Wiyat yang terlihat lebih tegar dari kakaknya, atau boleh jadi merupakan
penampakan dari isi hatinya yang tidak bisa menerima dengan tulus
pernikahan itu. Ketika para Ibu Ratu menangis yang menulari siapa pun untuk
menangis, Dyah Wiyat sama sekali tidak menitikkan air mata. Manakala
menatap segenap wajah yang hadir di ruangan itu, yang hadir dan melekat di
benaknya justru wajah Rakrian Tanca. Ayunan tangan Gajah Mada yang
menggenggam keris ke dada prajurit tampan itu masih terbayang melekat di
kelopak matanya.
4. Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung
sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Misalnya,
mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan,
menanyakan, menyatakan, menuturkan.
Contoh:
a. Menurut Sang Patih, Galeng telah periksa seluruh kamar Syahbandar dan
ia telah melihat banyak botol dan benda-benda yang ia tak tahu nama dan
gunanya
b. Riung Samudera menyatakan bahwa ia masih bingung dengan semua
penjelasan Kendit Galih tentang masalah itu.
5. Menggunakan banyak kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan
atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental), misalnya, merasakan,
menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mentakan, menganggap.
Contoh:
20
a. Gajah Mada sependapat dengan jalan pikiran Senopati Gajah Enggon.
b. Melihat itu, tak seorang pun yang menolak karena semua berpikir
c. Patih Daha Gajah Mada memang mampu dan layak berada di tempat yang
sekarang ia pegang
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda
(”….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
”Mana surat itu?”
”Ampun, Gusti Adipati, patik takut maka patik bakar.” “Surat apa, Nyi Gede,
lontar ataukah kertas?”
”Lon… lon… lon… kertas barangkali, Gusti, patik tak tahu namanya. Bukan
lontar.”
”Bukankah bukan hanya surat saja telah kau terima? Adakah real Peranggi
pernah kau terima juga?”
”Ada, Gusti real mas, Patik mohon ampun, karena tiada mengetahui adakah itu
real Peranggi atau bukan.”
”Real Peranggi, dua,” Sang Adipati mendengus menghinakan, ”dan gelang,
bukan?” “Demikianlah, Gusti, dan gelang.”
”Dan kalung, dan cincin mas, semua bermata zamrud dan mutiara. Bukan?”
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan
tokoh, tempat, atau suasana.
Contoh:
Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan
mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-
masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada,
bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada
jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak
bercanda, tetapi tidak dengan Patih Daha Gajah Mada, sang pemilik wajah
yang amat beku itu.

C. Mengonstruksi Nilai-Nilai dalam Novel Sejarah ke dalam Teks


Eksplanasi

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1. mengidentifikasi nilai-nilai dalam novel sejarah;


2. mengaitkan nilai-nilai dalam novel sejarah dengan kehidupan saat ini; dan
3. menyusun kembali nilai-nilai dari novel sejarah ke dalam teks ekspansi.

Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Novel sejarah


Karya sastra yang baik, termasuk novel sejarah, selalu mengandung nilai
(value). Nilai tersebut dikemas secara implisit dalam alur, latar, tokoh, dan tema. Nilai

21
yang terkandung dalam novel antara lain nilai-nilai budaya, nilai moral, nilai agama,
nilai sosial, dan nilai estetis.
1. Nilai budaya adalah nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan
yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.
Contoh:
Dan bila orang mendarat dari pelayaran, entah dari jauh entahlah dekat, ia
akan berhenti di satu tempat beberapa puluh langkah dari dermaga. Ia akan
mengangkat sembah di hadapannya berdiri Sela Baginda, sebuah tugu batu
berpahat dengan prasasti peninggalan Sri Airlangga. Bila ia meneruskan
langkahnya, semua saja jalanan besar yang dilaluinya, jalanan ekonomi
sekaligus militer. Ia akan selalu berpapasan dengan pribumi yang berjalan
tenang tanpa gegas, sekalipun di bawah matari terik. Sumber: Pramoedya
Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG, 2000
Nilai budaya dalam kutipan di atas adalah nilai budaya Timur yang
mengajarkan hidup tenang, tidak terburu-buru, segala sesuatunya harus
dihubungkan dengan alam.
2. Nilai moral/etik adalah nilai yang dapat memberikan atau memancarkan
petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika atau moral.
Contoh:
”Juga Sang Adipati Tuban Arya Teja Tumenggung Wilwatikta tidak bebas dari
ketentuan Maha Dewa. Sang Hyang Widhi merestui barang siapa punya
kebenaran dalam hatinya. Jangan kuatir. Kepala desa! Kurang tepat
jawabanku, kiranya? Ketakutan selalu jadi bagian mereka yang tak berani
mendirikan keadilan. Kejahatan selalu jadi bagian mereka yang mengingkari
kebenaran maka melanggar keadilan. Dua-duanya busuk, dua-duanya sumber
keonaran di atas bumi ini…,” dan ia teruskan wejangannya tentang kebenaran
dan keadilan dan kedudukannya di tengah-tengah kehidupan manusia dan para
dewa. Sumber: Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG, 2000
Nilai moral dalam kutipan di atas adalah ketakutan membela kebenaran
sama buruknya dengan kejahatan karena sama-sama melanggar keadilan.
3. Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan atau bersumber pada
nilai-nilai agama.
Contoh:
Kala itu tahun 1309. Segenap rakyat berkumpul di alun-alun. Semua
berdoa, apa pun warna agamanya, apakah Siwa, Buddha, maupun Hindu.
Semua arah perhatian ditujukan dalam satu pandang, ke Purawaktra yang tidak
dijaga terlampau ketat. Segenap prajurit bersikap sangat ramah kepada siapa
pun karena memang demikian sikap keseharian mereka. Lebih dari itu,
segenap prajurit merasakan gejolak yang sama, oleh duka mendalam atas
gering yang diderita Kertarajasa Jayawardhana
Sumber: Gajahmada: Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara, Langit
Kresna Hariadi
Nilai agama dalam kutipan tersebut tampak pada aktivitas rakyat dari
berbagai agama mendoakan Kertarajasa Jayawardhana yang sedang sakit.
22
4. Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antara individu
dalam masyarakat.
Contoh:
Sebagian terbesar pengantar sumbangan, pria, wanita, tua, dan muda,
menolak disuruh pulang. Mereka bermaksud menyumbangkan tenaga juga.
Maka jadilah dapur raksasa pada malam itu juga. Menyusul kemudian datang
bondongan gerobak mengantarkan kayu bakar dan minyak-minyakan. Dan api
pun menyala dalam berpuluh tungku.
Sumber: Pramoedya Ananta Toer, Mangir, Jakarta, KPG, 2000
Dalam kutipan di atas, nilai sosial tampak pada tindakan menyumbang
dan kesediaan untuk membantu pelaksanaan pesta perkawinan.
5. Nilai estetis, yakni nilai yang berkaitan dengan keindahan, baik keindahan
struktur pembangun cerita, fakta cerita, maupun teknik penyajian cerita.
Contoh:
Betapa megah dan indah bangunan itu karena terbuat dari bahanbahan
pilihan. Pilar-pilar kayunya atau semua bagian dari tiang saka, belandar
bahkan sampai pada usuk diraut dari kayu jati pilihan dengan perhitungan
bangunan itu sanggup melewati waktu puluhan tahun, bahkan diharap bisa
tembus lebih dari seratus tahun. Tiang saka diukir indah warna-warni, kakinya
berasal dari bahan batu merah penuh pahatan ukir mengambil tokoh-tokoh
pewayangan, atau tokoh yang pernah ada bahkan masih hidup. Bangunan itu
berbeda-beda bentuk atapnya, pun demikian dengan bentuk wajahnya.
Halaman tiga istana utama itu diatur rapi dengan sepanjang jalan ditanami
pohon tanjung, kesara, dan cempaka. Melingkar- lingkar di halaman adalah
tanaman bunga perdu.
Sumber: Gajahmada: Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara, Langit
Kresna Hariadi.
Nilai estetis dalam kutipan di atas terkait dengan teknik penyajian cerita.
Teknik yang digunakan pengarang adalah teknik showing (deskriptif). Teknik
ini efektif untuk menggambarkan suasana, tempat, waktu sehingga pembaca
dapat membayangkan seolah-olah menyaksikan dan merasakan sendiri.

D. Menulis Novel Sejarah Pribadi

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. menyusun kerangka novel sejarah berdasarkan peristiwa sejarah; dan
2. mengembangkan kerangka menjadi novel sejarah.

Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya novel cerita sejarah memiliki latar
belakang peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi. Ketika kamu hendak menulis
sebuah novel sejarah tentang seseorang atau bahkan dirimu sendiri, hal yang pertama
harus kamu lakukan adalah menentukan peristiwa sejarah (peristiwa yang terjadi di
masa lalu) yang akan kamu kembangkan menjadi novel sejarah.

23
Dalam novel sejarah, penulis menceritakan peristiwa-peritiwa yang dialami para
tokohnya dengan menggunakan latar peristiwa sejarah. Menulis novel sejarah berarti
mengemas fakta sejarah dengan rekaan penulis. Rekaan yang dimaksud tentulah harus
didasarkan pengetahuan yang baik dari penulis. Misalnya, pengetahuan tentang tokoh
Inggit Garnasih dalam novel Kuantar ke Gerbang yang dimiliki Ramadhan K.H.
sangat memadai sehingga ia dapat mengkhayalkannya secara baik.
Pada kesempatan ini kamu akan belajar menulis novel sejarah. Misalnya, untuk
membantu mengawali cerita dengan mudah, gunakan sudut pandang orang pertama.
Dengan sudut pandang orang pertama ini kamu akan menggunakan tokoh ”aku”
sebagai tokoh utamanya. Meskipun demikian, peristiwa yang dialami tokoh ”aku”
akan direka menjadi novel sejarah.
Menyusun Kerangka Novel Sejarah Berdasarkan Peristiwa Sejarah
Untuk memudahkan penyusunan novel sejarah, kamu harus menentukan
peristiwa sejarah yang akan menjadi latar cerita. Peristiwa sejarah yang menjadi dasar
penulisan novel sejarah adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lalu.
Wujudnya dapat berupa peristiwa yang berkaitan dengan hidup orang banyak atau
hidup seseorang. Setelah menentukan peristiwa sejarah, kamu harus menyusun
kerangka atau gambaran singkat cerita sejarah yang akan ditulis.
Para penulis karya sastra sangat cermat dalam menulis. Sebelum menulis,
mereka akan mencari ilham dengan banyak membaca. Gola Gong memulai menulis
setelah membaca koran atau majalah. Kemudian, ia memaksimalkan indra
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Peristiwa-peristiwa
di sekitar kita dijadikan sumber penulisan. Ia pun mencari, menggali, dan
menemukannya. Ia melakukan observasi ke lapangan, melakukan wawancara dengan
narasumber, melakukan cek dan ricek, ditambah dengan pemanfaatan rumus 5W+1H.
Langkah berikutnya adalah membuat sinopsis untuk setiap bab novel, membuat
karakter para tokoh, serta menggambarkan latar tempat, waktu, dan suasana. Selain
mempermudah kita menulis, cara ini untuk menghindari adanya pekerjaan lain, seperti
menerima telepon, orang tua minta bantuan ke warung, ada teman ngajak bermain,
dan sebagainya. Sekalipun ditinggalkan, kita tak pernah takut kehilangan sesuatu
karena semuanya sudah direkam.
Dengan cara tersebut, lahirlah sebuah karya novel Kupu-Kupu Pelangi atau
cerpen ”Kidung Pagi di Klewer”. Saat berlibur di Solo, tiap pagi ia jalan-jalan. Jika
lapar, mampir untuk makan nasi liwet. Suatu hari saya duduk di depan sebuah bank.
Lalu, satpam bank datang dan duduk di sebelah. Wawancara pun terjadi. Begitupun
saat saya makan nasi liwet di Pasar Klewer. Penjual saya wawancarai. Ada unsur yang
saya peroleh dari peristiwa ini: who (satpam dan pedagang nasi liwet) serta where
(Pasar Klewer). Benak saya ngelayap ke mana-mana. Lalu, istri saya tiba-tiba
bercerita tentang anak temannya yang harus dioperasi karena salah obat. Usus halus
anak itu mendesak-desak usus besarnya. Saya jadi tertarik untuk menggabungkannya.
Jadilah sebuah cerpen tentang sepasang suami istri (satpam dan pedagang nasi liwet)
yang sedang kesusahan mengumpulkan uang untuk biaya operasi anaknya. (Dikutip
dari Gola Gong ”Dari Peristiwa ke Fiksi: Cara Jitu Melihat sesuatu dengan Jeli”
dalam Salman Faridi, ed., 2003, Proses Kreatif Penulis Hebat, Bandung: Dar! Mizan).
24
Cara yang dilakukan Gola Gong adalah contoh menulis dengan strategi
inkuiri.
Mula-mula penulis melihat peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Mengajukan
beragam pertanyaan untuk memperdalam pemahaman kita atas peristiwa tersebut.
Menjawab pertanyaan dengan cara meringkas, menggambarkan karakter tokoh, serta
latar. Mengembangkannya menjadi sebuah karya serta mengakhiri cerita dengan
solusi tertentu.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!

1. Jelaskan bagian-bagian yang terdapat dalam cerita teks sejarah!


Jawab : ________________________________________________
2. Sebutkan alasan-alasan pentingnya mempelajari sejarah!
Jawab : ________________________________________________
3. Sebutkan langkah langkah penulisan teks sejarah!
Jawab : ________________________________________________
4. Jelaskan yang dimaksud dengan teks editorial!
Jawab : ________________________________________________
5. Sebutkan perbedaan teks editorial dengan teks lainnya!
Jawab : ________________________________________________
6. Sebutkan stuktur teks editorial
Jawab : ________________________________________________
7. Sebutkan kaidah teks sejarah! Jawab:
Jawab : ________________________________________________
8. Jelaskan yang dimaksud orientasi! Jawab:
Jawab : ________________________________________________
9. Jelaskan yang dimaksud adverbial frekuensi! Jawab:
Jawab : ________________________________________________
10. Jelaskan yang dimaksud kata kerja material!
Jawab : ________________________________________________

Rangkuman

1. Novel sejarah adalah novel yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan


tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang
terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif atau
deskriptif, dan disajikan dengan daya khayal pengetahuan yang luas dari
pengarang.
2. Struktur novel sejarah adalah orientasi, pengungkapan peritiwa, rising action,
komplikasi, evaluasi/resolusi, dan koda.
3. Novel sejarah banyak mengandung nilai-nilai yang disajikan secara implisit
dan eksplisit. Sebagian dari nilai tersebut masih sesuai dengan kehidupan saat
ini.

25
4. Kaidah kebahasaan teks cerita sejarah adalah banyak menggunakan (a)
kalimat bermakna lampau; (b) kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis, temporal); (c) kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan
(kata kerja material); (d) kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung
sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang; (e) kata
kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh
(kata kerja mental); (f) dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda
(”….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung; dan (g) kata-kata
sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana.

BAB 3
TEKS EDITORIAL

Teks editorial adalah sebuah artikel dalam surat kabar yang merupakan pendapat

26
atau pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa yang aktual atau sedang menjadi
perbincangan hangat pada saat surat kabar itu diterbitkan. Isu atau masalah aktual itu
dapat berupa masalah politik, sosial, maupun masalah ekonomi yang berkaitan dengan
politik. Contoh isu yang diangkat misalnya tentang kenaikan bbm, reshuffle kabinet,
kebijakan impor, editorial. Teks editorial biasanya akan muncul secara rutin di koran
atau majalah.
Teks editorial merupakan opini atau pendapat yang ditulis oleh redaksi sebuah
media terhadap isu aktual di masyarakat. Opini yang diulis oleh redaksi tersebut
dianggap sebagai pandangan resmi suatu penerbit atau media terhadap suatu isu
aktual.
Meskipun teks editorial adalah opini atau pendapat, namun dalam penulisannya
tidak bisa sembarangan. Penulisan pendapat atau opini harus dilengkapi dengan fakta,
bukti dan argumentasi yang logis.
Kompetisi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, Senin, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengelola, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.

A. MEMAHAMI TEKS EDITORIAL

Berpulangnya Pahlawan Kemanusiaan


Jumlah tenaga medis yang meninggal selama menangani Covid-19 terus
bertambah. Mereka bekerja keras melawan pandemi, mengesampingkan
kepentingan pribadi demi kemanusiaan. Kematian tenaga medis tersebut
berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan kepatuhan masyarakat terhadap
protokol kesehatan.
Terhitung per Kamis 15 Oktober 2020, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
mencatat ada total 136 dokter meninggal akibat Covid-19. Terdiri dari 71
dokter umum, 63 dokter spesialis, dan dua dokter residen. Tersebar dari 18
wilayah provinsi dan 66 wilayah kota/kabupaten. Padahal tenaga medis yang
menangani tidak hanya dokter saja. Ada perawat dan bagian-bagian lain yang
menjadi satu kesatuan tim medis. Hingga 10 November 2020, tercatat 323
tenaga medis meninggal.
Tenaga medis merupakan aset negara. Bila nyawa tenaga medis terus
berkurang, maka penanganan pandemi akan semakin sulit. Terlepas dari
angka-angka, setiap nyawa yang hilang tidak dapat tergantikan oleh keluarga
yang ditinggalkan. Jumlah kematian tenaga medis yang terus meningkat,
27
indikasi bahwa pemerintah dan masyarakat kurang berempati pada perjuangan
mereka. Bila kebijakan tidak dibenahi, serta kepatuhan masyarakat terus
menurun, berapa banyak lagi tenagal medis yang harus gugur.
Kalimat Fakta:
Fakta dalam contoh di atas terdapat dalam data-data yang diambil dari IDI,
yang terdapat dalam paragraf kedua.
Kalimat Opini:
Sementara opini dalam editorial tersebut terdapat dalam kalimat di paragraf
akhir, yaitu, "Jumlah kematian tenaga medis yang terus meningkat, indikasi
bahwa pemerintah dan masyarakat kurang berempati pada perjuangan
mereka".

B. STRUKTUR DAN KAIDAH KEBAHASAAN TEKS


OPINI/EDITORIAL
1. Pengertian Teks Editorial
Teks editorial merupakan teks yang berisi pendapat pribadi seseorang
terhadap suatu isu/masalah aktual. Isu tersebut meliputi masalah politik,
sosial atau pun masalah ekonomi yang memiliki hubungan secara
signifikan dengan politik.
Teks editorial/opini rutin ada di koran atau majalah, yang
pengungkapan teks ini harus dilengkapi dengan bukti, fakta maupun alasan
yang logis supaya pembaca atau pendengar bisa menerima.
Editorial merupakan salah satu rubrik yang ada di media massa cetak
seperti koran, majalah, atau buletin. Editorial biasanya menjadi sebuah
cara untuk merespon suatu isu atau permasalahan dan memberikan
tawaran solusi di akhir teks. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
lugas.
Editorial dalam suatu media massa cetak biasanya berada dalam
rubrik yang sama, yakni opini. Di dalam rubrik ini terdapat editorial,
artikel, dan surat pembaca. Ketiga ragam opini ini biasanya berada di
bagian tengah surat kabar atau majalah. Jika dicermati satu demi satu
setiap rubrik, halaman awal biasanya berisi headline news (berita utama).
Pada bagian ini, tulisan hanya bersifat memberi tahu pembaca. Pada
halaman-halaman berikutnya biasanya berisi berita yang lebih spesifik,
misalnya berita yang terkait dengan kejadian berdasarkan tempat, diikuti
berita luar negeri, baru kemudian opini. Penempatan ini dimaksudkan agar
pembaca tidak serta-merta dihadapkan pada bacaan yang serius. Setelah
memiliki wawasan yang cukup mengenai berita hari tersebut, pembaca
akan lebih mampu memahaminya jika dilanjutkan dengan membaca opini.
Pada pembelajaran sebelumnya, kamu sudah mengetahui bahwa teks
editorial membahas permasalahan yang terjadi (berita) yang aktual,
fenomenal, dan kontroversial. Artinya, penulis teks editorial akan
memulainya dengan cara mendata peristiwa-peristiwa yang berkembang di
masyarakat. Peristiwa peristiwa tersebut dapat berupa peristiwa
28
pendidikan, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertanian, lahan,
hutan, laut, dan sebagainya, baik di level nasional maupun global.
Peristiwa-peristiwa itu kemudian diklasifikasi ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan keterjadiannya (aktualitas), keluarbiasaannya
(fenomenal), dan keterbantahannya (kontroversial). Jika ukuran-ukuran
tersebut sudah terpenuhi, editorial dapat dibuat oleh redaktur. Sebagai
sebuah media massa, daya tarik sebuah opini akan menentukan publik
menerima untuk membacanya atau tidak. Artinya, daya tarik atau dapat
juga disebut ”daya jual” menjadi sangat penting diperhatikan saat redaktur
membuat teks editorial. Keuntungan bagi pembaca, mereka akan dapat
mengetahui secara persis isu-isu yang berkembang disertai pemahaman
yang memadai. Tentulah pemahaman ini dapat dijadikan suatu dasar
berpijak di dalam menanggapi persoalan-persoalan yang muncul serta
solusi yang dapat ditawarkan. Misalnya, bagi penulis opini atau pengambil
kebijakan atau para pengusaha, dan sebagainya.
Kamu pasti pernah membaca koran, bukan? Setiap hari, redaktur
selalu membuat artikel yang menyoroti berita aktual yang sedang terjadi.
Pembahasan dalam artikel tersebut biasanya disertai kritik dan saran
terhadap peristiwa aktual yang sedang terjadi.
Dengan membaca editorial kita tidak hanya sekadar tahu peristiwa
yang sedang terjadi seperti saat kita membaca berita. Namun, dengan
membaca editorial kita pun akan lebih memahami dan bisa bersikap kritis.
Hal ini karena di dalam editorial ada pendapat-pendapat (penulis, redaksi)
yang bisa memperjelas pemahaman kita tentang peristiwa/keadaan yang
menjadi ulasannya. Dengan sering membaca ataupun menyimak editorial
kita diharapkan lebih bijak di dalam menanggapi suatu berita; lebih
dewasa di dalam menghadapi suatu persoalan yang terjadi di lingkungan
sekitar kita.
Membedakan Fakta dan Opini dalam Teks Editorial Pada
pembelajaran sebelumnya kamu sudah mengetahui bahwa teks editorial
dapat diasumsikan sebagai sikap atau pandangan redaksi media terhadap
suatu peristiwa. Sikap ini diawali dengan rumusan pernyataan umum atau
tesis atas peristiwa yang terjadi di masyarakat. Redaktur menguatkannya
dengan argumentasi-argumentasi. Kemudian, redaktur memberikan
pendapat dan saran yang ditegaskan pada paragraf terakhir. Artinya, di
dalam teks editorial akan selalu terdapat fakta dan opini. Fakta adalah hal,
keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-
benar terjadi. Dengan kata lain, fakta merupakan potret tentang keadaan
atau peristiwa. Oleh karena itu, fakta sulit terbantahkan karena dapat
dilihat, didengar, atau diketahui oleh banyak pihak. Namun, fakta bisa saja
berubah jika ditemukan fakta baru yang lebih jelas dan akurat.
Menganalisis Struktur Teks Editorial, Editorial termasuk ke dalam
jenis teks eksposisi, seperti halnya ulasan dan teks-teks sejenis diskusi.
Dengan demikian, struktur umum dari teks editorial meliputi pengenalan
29
isu (tesis), argumentasi, dan penegasan.
1. Pengenalan isu
Pengenalan isu merupakan bagian pendahuluan teks editorial.
Fungsinya adalah mengenalkan isu atau permasalahan yang akan
dibahas dalam bagian berikutnya. Pada bagian pengenalan isu
disajikan peristiwa persoalan aktual, fenomenal, dan kontrovesial.
2. Penyampaian pendapat/argumen
Bagian ini merupakan bagian pembahasan yang berisi tanggapan
redaksi terhadap isu yang sudah diperkenalkan sebelumnya.
3. Penegasan
Penegasan dalam teks editorial berupa simpulan, saran atau
rekomendasi. Di dalamnya juga terselip harapan redaksi kepada para
pihak terkait dalam menghadapi atau mengatasi persoalan yang terjadi
dalam isu tersebut.
2. Tujuan Teks Editorial/Opini
Tujuan teks editorial/opini di antaranya sebagai berikut.
a. Mengajak pembaca untuk ikut berpikir dalam masalah (isu/topik) yang
sedang hangat terjadi di kehidupan sekitar.
b. Memberikan pandangan kepada pembaca terhadap isu yang sedang
berkembang.
3. Manfaat Teks Editorial/Opini
Teks editorial memberi informasi kepada pembaca, untuk merangsang
pemikiran dan terkadang mampu menggerakkan pembaca untuk bertindak.
4. Fungsi Teks Editorial/Opini
Fungsi teks editorial di antaranya sebagai berikut.
a. Fungsi tajuk rencana umumnya menjelaskan berita dan akibatnya pada
masyarakat.
b. Mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan
sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh.
c. Terkadang ada analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan
masyarakat akan kemungkinan yang bisa terjadi.
d. Meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.

C. CIRI-CIRI DAN STRUKTUR TEKS EDITORIAL


Ciri-ciri teks editorial/opini di antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Tema tulisannya selalu hangat (sedang berkembang dibicarakan secara
luas oleh masyarakat), aktual dan faktual. Mengandung fakkabogadi)
2. Bersifat sistematis dan logis.
3. Tajuk rencana merupakan opini/pendapat yang bersifat argumentatif.
4. Menarik untuk dibaca karena penggunaan kalimatnya yang singkat, padat,
dan jelas.
Struktur Teks Editorial
Struktur yang menyusun teks editorial/opini sama dengan struktur yang
telah membangun teks eksposisi, tiga struktur teks editorial/opini.
30
1. Pernyataan pendapat (tesis), bagian berisi sudut pandang penulis mengenai
masalah yang dibahas, biasanya sebuah teori yang akan diperkuat oleh
argumen.
2. Argumentasi, alasan atau bukti yang digunakan guna memperkuat
pernyataan dalam tesis, walau secara umum argumentasi diartikan untuk
menolak suatu pendapat. Argumen bisa berbentuk pertanyaan umum/data
hasil penelitian, pernyataan para ahli, maupun fakta-fakta berdasarkan
referensi yang bisa dipercaya.
3. Penyataan/penegasan ulang pendapat (reiteration), bagian berisi penegasan
ulang pendapat yang didorong oleh fakta di bagian argumentasi guna
memperkuat/menegaskan, ada di bagian akhir teks.

D. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS EDITORIAL


Tidak jauh berbeda dengan kaidah kebahasaan yang dipakai di teks
prosedur kompleks, di ciri kebahasaan teks editorial juga menggunakan verba
material, berikut kaidah kebahasaan teks editorial:
1. Adverbia yakni ditujukan agar pembaca meyakini teks yang dibahas,
dengan menegaskan menggunakan kata keterangan (adverbia frekuentatif),
kata yang biasa digunakan yaitu, selalu, biasanya, sering, kadang-kadang,
sebagian besar waktu, jarang, dan lainnya.
2. Konjungsi yakni kata penghubung pada teks, contohnya, bahkan.
3. Verba material yakni verba yang menunjukkan perbuatan fisik/peristiwa.
4. Verba relasional yakni verba yang menunjukkan hubungan intensitas
(pengertian A adalah B) dan milik (mengandung pengertian A mempunyai
B).
5. Verba mental yaitu verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat,
merasa), afeksi (misalnya suka, khawatir) dan kognisi (misalnya berpikir,
mengerti), pada verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan
fenomena.

E. MENYUNTING DAN MENGABSTRAKSI TEKS OPINI/EDITORIAL


Teks opini adalah teks yang berisi perkiraan, pikiran, pendapat, atau
anggapan tentang suatu hal. Menyunting teks opini adalah kegiatan
memperbaiki teks opini sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa teks opini. Ciri
yang paling menonjol adalah penggunaan teks opini antara lain yang
berhubungan dengan adverbia, konjungsi, verba (material, relasional, dan
mental) dan kosa kata. Sebelum teks opini diterbitkan perlu disunting terlebih
dahulu. Sebuah teks opini disunting karena ingin menjaga kualitas teks
tersebut. Menyunting naskah tersebut diperlukan untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan dalam sebuah teks opini. Menyunting merupakan
langkah terakhir dari tahap penyusunan suatu teks opini sebelum teks tersebut
diterbitkan.
Dalam menyunting teks opini ada hal-hal yang harus diperhatikan
misalnya, sebelum mulai menyunting teks opini, penyunting wajib mencari
31
informasi mengenai kaidah penulisan teks opini, Hal-hal yang mungkin akan
diubah dalam teks oleh penyunting wajib dikonsultasikan dengan penulis teks
opini, Dalam kegiatan menyunting teks opini punyunting naskah tidak boleh
menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau telah disuntingnya. Oleh
karena itu, ada beberapa bagian teks opini yang harus dipahami dalam
menyunting struktur dan kaidah-kaidah teks opini. Cara menyunting teks opini
antara lain sebagai berikut.
1. Pengimbuhan
Pengimbuhan menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan
makna kata. Keteraturan itu dapat dimanfaatkan untuk mengungkapkan
makna konsep yang berbeda. Berikut ini terdapat contoh bentuk
berimbuhan yang menunjukkan pertalian makna tersebut. Tugas kalian
adalah mencari bentuk berimbuhan lainnya untuk melengkapi kolom yang
kosong.
2. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan. Reduplikasi juga
merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun
sebagian. Dalam reduplikasi terjadi perubahan makna gramatikal, sehingga
terjadi satuan yang berstatus kata. Ada tiga macam bentuk reduplikasi,
yaitu reduplikasi fonologis, reduplikasi morfemis, dan reduplikasi
sintaksis. Reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena
pengulangannya hanya bersifat fonologis artinya bukan atau tidak ada
pengulangan leksem. Misalnya dada, tubi-tubi, dan kupu-kupu termasuk
reduplikasi fonologis karena bentuk dasarnya bukan dari da, tubi, dan
kupu. Reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atas
leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Dan
reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang
menghasil satuan yang berstatus klausa, jadi berada di luar cakupan
morfologi. Contoh, asam asam dimakannya juga mangga itu.
3. Konjungsi
Hubungan antar kalimat yang membentuk kalimat majemuk selain
ditandai oleh kata penghubung (konjungsi) juga ditandai oleh koma (,)
atau titik koma (;). Jika hubungan ini menunjukkan ketidaklogisan, salah
satu penyebabnya adalah penggunaan konjungsi yang tidak tepat. Berikut
diberikan beberapa contoh kalimat majemuk yang menggunakan
konjungsi. Jika penggunaan konjungsi berikut sudah tepat, berilah tanda
(√) pada kolom (B). Akan tetapi, jika penggunaan konjungsi dalam kalimat
berikut tidak logis, berilah tanda (V) pada kolom (S).
4. Kalimat Majemuk
Kesejajaran unsur kalimat pada kalimat majemuk setara itu
diperlukan. Kesejajaran itu meliputi jenis kalimat ataupun urutan unsur
kalimatnya. Sebagai contoh, jika kalimat pertama yang menjadi unsur
kalimat majemuk setara itu berupa kalimat nomina, pengisi predikatnya
berupa nomina, kalimat kedua dan kalimat selanjutnya juga harus berupa
32
kalimat nominal. Selanjutnya, jika kalimat pertama dalam kalimat
majemuk setara itu berupa kalimat transitif, kalimat kedua dan selanjutnya
juga harus berupa kalimat transitif. Misalnya sebagai berikut.
a. Para pegawai negeri menerima gaji setiap awal bulan dan dibelanjakan
sebagian untuk keperluannya sehari-hari.
b. Penulisan laporan itu dilakukan oleh kelompok V, tetapi kelompok I
menyempurnakan.
Kedua contoh kalimat majemuk setara di atas tidak memperlihatkan
kesejajaran. Ketidaksejajaran tersebut dapat dilihat dari kata yang dicetak
miring sebagai unsur pengisi kalimat majemuk setara. Kedua kalimat ini
dapat diperbaiki seperti berikut.
a. Para pegawai negeri menerima gaji setiap awal bulan dan
membelanjakannya sebagian untuk keperluannya sehari-hari.
b. Penulisan laporan itu dilakukan oleh kelompok V, tetapi
disempurnakan oleh kelompok I.
Buatlah lima contoh kalimat majemuk setara lainnya.
a. Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia tergolong negara
berkembang.
b. Juhariyah pergi ke pasar sedangkan Ragil berangkat ke bengkel.
c. Syifa telah mempelajari secara mendalam ilmu ekonomi dan
perbankan syariah, setelah itu ia mendirikan bank sendiri.
d. Aku sedang membaca buku dan Adikku sedang mengerjakan PR-nya
di ruang tamu. e. Susanto terkenal akan kejujurannya tetapi kakaknya
terkenal karena ketidak jujurannya.
Salah satu ciri yang membedakan induk kalimat dan anak kalimat
adalah kemandirian. Induk kalimat mempunyai kemandirian jika
dibandingkan dengan anak kalimat. Seperti yang terlihat pada contoh
berikut ini.
a. Ketika ayah datang, ibu sedang membersihkan halaman belakang.
b. Rani kecewa karena proposal penelitiannya tidak disetujui oleh
promotomya.
c. Cerita pendek ini sangat bagus meskipun hanya dikerjakan selama
sebulan.
Unsur kalimat (a) ibu sedang membersihkan halaman belakang: (b)
Rani kecewa; serta (c) Cerita pendek ini sangat bagus merupakan induk
kalimat karena dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri,
tidak bergantung pada unsur lainnya. Buatlah sepuluh kalimat majemuk
lainnya yang memiliki unsur induk kalimat.
5. Abstraksi Teks
Abstraksi adalah ringkasan, intisari, atau garis besar. Mengabstraksi
teks opini adalah meringkas teks opini dengan menuliskan garis besar teks
tersebut dalam beberapa kalimat yang padu. Abtsraksi harus
memperhatikan bagian-bagian penting dari suatu teks untuk disusun
menjadi sebuah garis besar yang lengkap.
33
Tugas Evaluasi

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!


1. Jelaskan yang dimaksud menyunting teks!
Jawab : ________________________________________________
2. Buatlah contoh lima kata majemuk setara!
Jawab : ________________________________________________
3. Jelaskan yang dimaksud abstraksi!
Jawab : ________________________________________________
4. Sebutkan perbedaan antara teks editorial dengan yang lain!
Jawab : ________________________________________________
5. Jelasan yang dimaksud paragraf deduktif dan induktif!
Jawab : ________________________________________________
6. Apakah teks editorial sama dengan tajuk rencana?
Jawab : ________________________________________________
7. Jelaskan dan sebutkan yang dimaksud kata keterangan atau adverbia
frekuentatif!
Jawab : ________________________________________________
8. Sebutkan ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks editorial?
Jawab : ________________________________________________
9. Sebutkan konjungsi yang digunakan dalam teks editorial?
Jawab : ________________________________________________
10. Jelaskan tentang verba mental!
Jawab : ________________________________________________

34
BAB 4
CERITA FIKSI DALAM CERPEN

Sebenarnya apa itu fiksi? Pengertian fiksi adalah sebuah prosa naratif yang
sifatnya imajinasi atau karangan non-ilmiah dari penulis 'dan bukan berdasarkan
kenyataan. Dengan kata lain, fiksi tidak terjadi di dunia nyata dan hanya berdasarkan
imajinasi atau pikiran seseorang.
Walaupun fiksi hanya imajinasi penulis, namun fiksi tetap masuk akal dan bisa
mengandung kebenaran yang bisa mendra-matisasikan hubungan-hubungan antar
manusia. Kata "Fiksi" bersal dari bahasa Inggris yaitu "Fiction" yang artinya rekaan
atau khayalan.
Cerita fiksi adalah karya sastra yang berisi centa rekaan atau didasari dengan
angan-angan (fantasi) dan bukan berdasarkan kejadian nyata, hanya berdasarkan
imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang diolah berdasarkan pengalaman, wawasan,
pandangan, tafsiran,.kecendikiaan, penilaian nya terhadap berbagai peristiwa, baik
peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.
Kompetisi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
35
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
Tanah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.7 Menilai isi dua buku fiksi (kumpulan cerita pendek atau kumpulan
puisi) dan satu buku pengayaan nonfiksi) yang dibaca.
3.8 Menafsir pandangan pengarang terhadap kehidupan dalam novel yang
dibaca.
4.7 Menyusun laporan hasil diskusi buku tentang satu topik.
4.8 Menafsir pandangan pengarang terhadap kehidupan dalam novel yang
dibaca.
A. MENGIDENTIFIKASI UNSUR PEMBANGUN TEKS CERITA
PENDEK
1. Mengenal Teks Cerita Pendek
Cerpen (cerita pendek) adalah jenis karya sastra berbentuk prosa dan
bersifaat fiktif yang menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang
dialami oleh suatu tokoh secara ringkas disertai dengan berbagai konflik
dan terdapat penyelesaian atau solusi dari masalah yang dihadapi.
Ciri-ciri cerpen
a. Terdiri kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
b. Selesai dibaca dengan sekali duduk.
c. Bersifaat fiktif.
d. Hanya mempunyai 1 alur saja (alur tunggal).
e. Isi dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari
f. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.
g. Bentuk tulisan yang singkat (lebih pendek dari novel).
h. Penokohan dalam cerita pendek sangat sederhana..
i. Mengangkat beberapa peristiwa saja dalam hidup.
j. Kesan dan pesan yang ditinggalkan sangatlah mendalam sehingga si
pembaca ikut merasakan isi dari cerita pendekk tersebut.
Struktur teks cerita pendek tersebut dapat dilihat pada bagan berikut!
2. Mengenal Struktur Teks Cerita Pendek
Struktur teks cerpen dibedakan menjadi enam bagian.
a. Abstrak, merupakan ringkasan atau inti cerita yang akan
dikembangkan menjadi rangkaian peristiwa. Abstrak bersifat opsional
artinya sebuah teks cerpen boleh tidak memakai abstrak.
b. Orientasi, adalah struktur yang berisi pengenalan latar cerita yang
berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan
cerpen.
c. Komplikasi, berisi urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab
akibat, pada struktur ini Anda mendapatkan karakter atau watak pelaku
cerita karena beberapa kerumitan mulai bermunculan.
d. Evaluasi, adalah struktur konflik yang terjadi yang mengarah pada
36
klimaks mulai mendapatkan pemecahannya/penyelesainnya.
e. Resolusi, pada struktur ini pengarang mengungkapkan solusi yang
dialami tokoh.
f. Koda, merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik dari
suatu teks oleh pembacanya.
penggalan-penggalan cerpen "Senyum Karyamin" karya Ahmad Thohari.
a. Abstrak
Mereka tertawa bersama. Mereka, para pengumpul batu itu,
memang pandai bergembira dengan cara menertawakan diri mereka
sendiri. Dan Karyamin tidak ikut tertawa, melainkan cukup tersenyum.
Bagi mereka, tawa atau senyum sama-sama sah sebagai perlindungan
terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol kemenangan
terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap
licinnya tanjakan. Pagi itu senyum Karyamin pun menjadi tanda
kemenangan atas perutnya yang sudah mulai melilit dan matanya yang
berkunang-kunang.
b. Orientasi
Karyamin melangkah pelan dan sangat hati-hati. Beban yang
menekan pundaknya adalah pikulan yang digantungi dua keranjang
batu kali. Jalan tanah yang sedang didakinya sudah licin dibasahi air
yang menetes dari tubuh Karyamin dan kawan-kawan, yang pulang
balik mengangka batu dari sungai ke pangkalan material di atas sana.
Karyamin sudah berpengalaman agar setiap perjalanannya
selamat. Yakni berjalan menanjak sambil menjaga agar titik berat
beban dan badannya tetap berada pada telapak kaki kiri atau kanannya.
Pemindahan titik berat dari kaki kiri ke kaki kanannya pun harus
dilakukan dengan baik. Karyamin harus memperhitungkan tarikan
napas serta ayunan tangan demi keseimbanga yang sempurna.
c. Komplikasi
Sebelum habis mendaki tanjakan, Karyamin mendadak berhenti.
Dia melihat dua buah sepeda jengki diparkir di halaman rumahnya.
Denging dalam telinganya terdengar semakin nyaring. Kunang kunang
di matanya pun semakin banyak. Maka Karyamin sungguh-sungguh
berhenti dan termangu.
Dibayangkan istrinya yang sedang sakit harus menghadapi dua
penagih bank harian. Padahal Karyamin tahu, istrinya tidak mampu
membayar kewajibannya hari ini, hari esok, hari lusa, dan entah hingga
kapan, seperti entah kapan datangnya tengkulak yang telah setengah
bulan membawa batunya.
d. Evaluasi
"Ya, kamu memang mbeling. Min. Di gerumbul ini hanya kamu
yang belum berpartisipasi. Hanya kamu yang belum setor uang dana
Afrika, dana untuk menolong orang-orang yang kelaparan di sana.
Nah, sekarang hari terakhir. Aku tak mau lebih lama kau persulit."
37
Karyamin mendengar suara napas sendiri. Samar-samar Karyamin
juga mendengar detak jantung sendiri. Tetapi Karyamin tidak melihat
bibir sendiri yang mulai menyungging senyum.
e. Resolusi
Kali ini Karyamin tidak hanya tersenyum, melainkan tertawa
keras-keras. Demikian keras sehingga mengundang seribu lebah masuk
ke telinganya. Seribu kunang masuk ke matanya. Lambungnya yang
kampong berguncang-guncang dan merapuhkan keseimbangan seluruh
tubuhnya. Ketika melihat tubuh Karyamin jatuh terguling ke lembah
Pak Pamong berusaha menahannya. Sayang, gagal.
3. Melengkapi Teks Cerita Pendek
Teks cerpen dan novel merupakan karya sastra yang berbentuk prosa.
Pembeda teks cerpen dan teks novel adalah tema, penokohan, panjang
cerita, perubahan hidup tokoh utama, dan jumlah halaman. Teks cerpen
dan teks novel terkadang disajikan tidak lengkap atau numpang. Untuk
melengkapi teks cerpen dan teks novel tersebut, Anda harus memahami isi
teks cerpen dan teks novel yang disajikan. Kalimat tepat untuk melengkapi
teks cerpen dan teks novel adalah kalimat yang berkaitan dengan kalimat
sebelum dan sesudahnya. Cara melengkapi teks cerpen dan novel tersebut,
Anda harus menemukan kata kunci yang bisa dijadikan jembatan untuk
menghubungkan maksud cerita.

B. MENELAAH STRUKTUR DAN ASPEK KEBAHASAAN TEKS


CERITA PENDEK
Pengulangan (Repetisi), Kata Ganti, dan Kata Penghubung (Transisi)
dalam Teks Cerita Pendek kalian diharapkan dapat mengenali unsur
kebahasaan yang membuat utuh sebuah paragraf yang ditandai dengan adanya
pengulangan (repetisi), kata ganti, dan kata penghubung (transisi).
Pengulangan (repetisi) adalah mengulang kata kunci yang ada dalam teks
itu. Kata ganti dipakai untuk menghindari pengulangan seperti berikut ini.
Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau
bertakhta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar
kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah
juga dengan Raja Pengging. Kata "beliau" dan "raja ini" merupakan kata ganti
untuk menghindari pengulangan. Prabu Baka diganti "beliau" atau "raja ini".
Kata transisi adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia yang menghubungkan
satu gagasan dengan gagasan lain, di antaranya oleh karena itu, dengan
demikian, di samping itu, atau meskipun demikian.
Anda diminta mengisi unsur kebahasaan yang lainnya berdasarkan teks
"Candi Prambanan" itu. Berikut ini contoh kalimat agar kamu paham.
1. Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau
bertakhta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan
besar kekuasaannya. (pengulangan atau repetisi).
2. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan oleh bantuan orang kuat yang
38
bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso
karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung. (kata ganti).
3. Bandung Bondowoso tertarik pada Roro Jonggarng. Oleh karena itu, ia
berusaha untuk memenuhi sayembara membangun candi dengan waktu
semalam. (transisi).
Membandingkan cerpen yang dibaca
Pada pelajaran sebelumnya telah diketahui jenis-jenis karya sastra. Salah
satu karya sastra adalah prosa. Salah satu prosa adalah cerita pendek atau
cerpen. Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen
mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa,
dan pengalaman. Tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan nasib.
Dengan kata lain, cerpen adalah cerita yang mengandung masalah tunggal atau
sederhana. Cerpen dibedakan dengan novel yang merupakan cerita panjang
yang mengandung masalah kompleks.
Salah satu materi yang berkaitan dengan cerpen adalah membandingkan
dua teks cerpen. Membandingkan dua teks cerita pendek diperlukan untuk
mengetahui perbedaan dan persamaan antara teks cerita pendek yang satu dan
yang lainnya. Selain itu, membandingkan teks cerita pendek dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan analisis terhadap unsur-unsur intrinsik sebuah teks
karya sastra, terutama struktur isi dan ciri bahasanya.
Adapun struktur isi teks cerpen dan ciri kebahasaan teks cerpen adalah
sebagai berikut.
Struktur isi teks cerpen:
1. Abstrak: ringkasan atau inti cerita. Abstrak dalam cerpen bersifat opsional.
2. Orientasi: pengenalan latar cerita berupa waktu, ruang, dan suasana
terjadinya peristiwa dalam cerpen. Orientasi juga merupakan sarana
pengekspresian watak, baik secara fisik maupun psikis.
3. Komplikasi: berisi urutan kejadian, tetapi setiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
4. Evaluasi: pada tahapan ini, konflik yang terjadi diarahkan pada
pemecahannya sehingga mulai tampak penyelesaiannya.
5. Resolusi: pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik
yang dialami tokoh. Resolusi berkaitan dengan koda.
6. Koda adalah reorientasi. Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang
dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks. Koda bersifat opsional.
Ciri kebahasaan teks cerpen:
1. Adanya gaya bahasa/majas yang bersifat konotatif.
2. Adanya kalimat yang menjelaskan peristiwa yang terjadi.
3. Bentuk tulisan singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
4. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
Perhatikan dua kutipan teks cerpen berikut!
Teks 1
"Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?"
39
tanya Haji Saleh.
"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu
sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang.Tapi engkau
melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri,
sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu
egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak
memedulikan mereka sedikit pun."

(Dikutip dari cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis)


Teks 2
"Dari siapa itu, Liem?" Mamaku malah bertanya lagi.
"Dari Nyonya Ling, Ma."
"Bukan Nyonya, Liem..., tapi, nona. Nona Ling," kata Mamaku membetulkan
ucapanku. Mungkin, ini pembetulan yang kesekian ratus kalinya.
"Kenapa harus nona, Ma, Nyonya Ling 'kan sudah tua? Kata Nyonya Ling
sendiri, umurnya sekarang 75 tahun."
"Tapi, dia belum punya suami, Liem."
"Kenapa dia belum bersuami, Ma?" "Dia masih menunggu seseorang datang,
Liem."
"Kapan orang itu datang, Ma?"
(Dikutip dari cerpen "Ketika Bumi Tak Merestui Cinta" karya Insan Purama)
Mari bandingkan!
Teks 1
Tema : seorang haji yang egois; rajin beribadah, tetapi tidak
memedulikan nasib anak dan istrinya.
Amanat : hidup tidak boleh egois.
Penokohan : haji Saleh egois.
Teknik pelukisan tokoh : watak tokoh Haji Saleh digambarkan melalui tanggapan
tokoh lain.
Ciri kebahasaan : mengandung kalimat yang berisi peris-tiwa seorang haji
yang egois.
Teks 2
Tema : seorang anak dan ibunya yang sedang membicarakan seorang
perempuan bernama Ling.
Amanat : mesti sabar dalam menghadapi ujian.
Penokohan : Ling yang sabar.
Teknik pelukisan tokoh : watak tokoh Ling digambarkan melalui dialog antartokoh.
Ciri kebahasaan : mengandung kalimat yang mengandung peristiwa seorang
perempuan tua yang sabar menunggu seseorang.

Tugas
Evaluasi

40
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!
1. Sebutkan struktur yang membangun teks cerita pendek!
Jawab: ________________________________________________
2. Apakah yang dimaksud orientasi?
Jawab: ________________________________________________
3. Apakah yang dimaksud resolusi?
Jawab: ________________________________________________
4. Jelaskan yang dimaksud komplikasi!
Jawab: ________________________________________________
5. Sebutkan ciri kebahasaan teks cerpen!
Jawab: ________________________________________________
6. Sebutkan ciri-ciri teks sejarah!
Jawab: ________________________________________________
7. Sebutkan ciri-ciri teks sejarah sebagai peristiwa!
Jawab: ________________________________________________
8. Apakah yang dimaksud komplikasi?
Jawab: ________________________________________________
9. Apakah yang dimaksud alur progresif?
Jawab: ________________________________________________
10. Sebutkan dan jelaskan fungsi tokoh cerita?
Jawab: ________________________________________________
C. N
D. O
E. P
F. Q
G. R

Kompetensi Dasar
41
3.8 Menafsirkan pandangan pengarang terhadap kehi dupan dalam novel yang dibaca.
3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.
4.8 Menyajikan hasil interpretasi terhadap pandangan pengarang, baik secara lisan
maupun tulis.
4.9 Merancang novel atau novelet dengan memperhati kan isi dan kebahasaan, baik
secara lisan maupun tulis.
Materi Inti Pembelajaran
Menafsir Pandangan Pengarang terhadap Kehidupan
Menganalisis Isi dan Kebahasaan Novel
Menyajikan Hasil Interpretasi Pandangan Pengarang
Merancang Novel

Bab 4
Menikmati novel
Apersepsi
Membaca merupakan kegiatan yang memiliki banyak manfaat. Membaca dapat
digunakan sebagai aktivitas pengisi waktu senggang sekaligus sebagai aktivitas untuk
menambah wawasan. Banyak teks bacaan yang dapat dibaca sesuai dengan minat
yang Anda miliki.
Novel merupakan salah satu buku bacaan yang bersifat fiksi. Jenis buku ini banyak
diminati karena sebagian besar orang berpendapat buku ini lebih mudah dicerna dan
sering kali menyuguhkan cerita sehari-hari yang dekat dengan kehidupan pembaca.
Apakah Anda juga suka membaca novel? Pada pelajaran ini, Anda akan belajar
menginterpretasi novel dan merancang novel.
Memahami Struktur dan Ciri Kebahasaan Novel Setiap teks pasti memiliki
struktur yang memperlihatkan sistem berpikir penulisnya. Demikah pula halnya
novel. Novel sebagai sebuah teks juga dibangun atas beberapa strukturnya. Struktur
yang ada dalam novel adalah abstrak orientasi komplikasi evaluasi resolusi koda.
Struktur tersebut yang saling melengkapi dan saling berhubungan akan mendukung
kekuatan cerita.
Mengingat hakikat prosa adalah narasi (cerita) maka di dalamnya ada pelaku
cerita (tokoh), rangkaian cerita (alur), pokok masalah yang dicentakan (tema), siapa
yang menyampaikan cerita (percenta), serta tempat waktu, dan suasanan seperti apa
cerita itu berlangsung (latar), Itulah yang kemudian disebut unsur intrinsik prosa atau
teks cerita fiksi. Berikut ini adalah unsur-unsur intrinsik novel
Ringkasan Materi
Novel merupakan salah satu wujud karya kreatif di bidang prosa fiksi. Novel
berisi kisah hidup tokoh-tokoh di dalamnya dengan segala konflik yang dialaminya.
Novel memiliki isi yang lebih panjang daripada cerpen sehingga membaca novel tidak
dapat dilakukan hanya dalam satu kali duduk. Selain itu, konflik yang dialami tokoh
dalam novel lebih banyak dan rumit daripada cerpen sehingga konflik di dalamnya
cenderung menyebabkan perubahan nasib tokoh-tokohnya.
42
A. Menafsirkan pandangan pengarang terhadap kehidupan
Novel merupakan karya sastra yang mengungkapkan pengalaman hidup seorang
tokoh dan mencerminkan kehidupan masyarakat. Dengan membaca novel, akan ada
banyak pesan dan pelajaran yang dapat diambil. Apa yang Anda rasakan setelah
membaca novel?
Novel memiliki dunianya sendiri, suatu dunia kehidupan yang tidak harus sama
dengan kenyataan hidup sehari-hari. Anda dipersilakan untuk menikmati setiap kisah,
mengambil hikmah, hingga memberikan suatu penafsiran mengenai pandangan
pengarang terhadap kehidupan. Dalam hal ini, Anda dapat mengaitkan kehidupan
sosial pengarang melalui novel yang Anda baca sehingga Anda bisa memahami
maksud yang ingin disampaikan pengarang melalui tulisannya.
Perhatikan kutipan novel berikut!
"Ayah sudah datang, sajikanlah nasi itu, Mak. Saya pun sudah lapar," kata
Mariamin, budak yang berusia tujuh tahun itu.
"Baik," jawab si ibu, lalu meletakkan tikar yang tengah dianyamnya,
"panggillah ayahmu, supaya kita bersama-sama makan. Ini sudah hampir
setengah delapan, nanti Riam terlambat datang ke sekolah."
Setelah itu Mariamin pun pergilah ke bawah mendapatkan ayahnya. Ibunya
pergi ke kamar makan menyediakan makanan untuk mereka itu anak-beranak.
Tiada berapa lama Mariamin datang seraya berkata, "Ayah belum hendak
makan."
"Di manakah ia sekarang?" tanya si ibu.
"Di muka rumah itu, lagi bercakap-cakap dengan orang lain. la sudah
kupanggil, tetapi ia menyuruhku makan dahulu."
"Baiklah, anakku dahulu makan, hari sudah tinggi. Ibulah nanti kawan ayahmu
makan."
Sedang anak itu makan, ibunya meneruskan pekerjaannya, menganyam tikar.
Meskipun ia dapat membeli tikar di pasar dengan uang dua rupiah, tiadalah suka la
mengeluarkan uangnya, kalau tidak perlu. Benar uang dua rupiah itu tiada seberapa,
bila dibandingkan dengan kekayaan mereka itu. Tetapi ia seorang perempuan dan ibu
sejati.
Bukanlah orang miskin saja yang harus berhemat, orang yang berada pun patut
demikian juga. Daripada uang dikeluarkan dengan percuma, lebih baik diberikan
kepada orang yang papa, Demikianlah pikiran Mak Mariamin. Anaknya itu pun
diajarkan berpikiran demikian, bibit hati kasihan ditanamkannya ke dalam kalbu
anaknya itu. Betul itu tiada susah baginya, karena anaknya itu lahir membawa tabiat si
ibu. Syukur tiada seperti si bapak, orang yang kurang beradab itu. Tadi pagi sebelum
Mariamin makan, ibunya telah menyuruh dia membawa beras dan ikan serta beberapa
butir telur kepada seorang perempuan tua yang amat miskin. Tempatnya ada sekira-
kira sepal dari rumahnya. Oleh sebab melalui jalan yang sejauh itulah, maka
Mariamin jadi lapar, sebagai katanya tadi. Pekerjaan itu. yakni mengantar-antarkan
sedekah ke rumah orang lain, tiadalah paksaan bagi Mariamin tetapi itulah
kesukaannya. Kadang-kadang ia tegur ibunya, sebab terlampau lama tinggal
43
bercakap-cakap di rumah orang yang menerima pembawaannya itu, Mariamin amat
bersenang hati campur gaul dengan orang miskin, tiadalah pernah ia memandang
orang yang serupa itu dengan hati yang jijik sebagai beribu-ribu anak orang kaya.
"Riam, Riam!" panggil seorang budak laki-laki dari bawah.
Mariamin berlari ke jendela itu, karena suara itu telah dikenalnya.
Dengan tersenyum ia berkata. "Naiklah sebentar Angkang, aku hendak bertukar
baju lagi".
"Lekaslah sedikit, Riam, biarlah kunanti di sini. la sudah hampir masuk sekolah,
kawan-kawan sudah dahulu," jawab Aminu'ddin, seraya ia melihat matahari yang
sedang naik itu. Takutlah ia, kalau-kalau akan terlambat.
Setelah Mariamin turun, mereka itu pun berjalanlah bersama-sama menuju
rumah sekolah, dengan langkah yang cepat. Budak yang dua itu berjalan serta dengan
riangnya, tiada ubahnya sebagai orang yang bersaudara yang karib. Persahabatan
siapa lagi yang lebih rapat daripada mereka itu; bukankah mereka itu masih dekat lagi
dengan perkaumannya? Kelakuan mereka itu pun bersamaan, yang seorang setuju
dengan kehendak seorang. Lebih karib dan rapat lagi mereka itu, sesudah Aminu'ddin
melepaskan adiknya itu daripada bahaya banjir dahulu itu.
Sumber: azab dan sengsara, merari siregar
Kehidupan pengarang dapat meliputi kebiasaan, adat atau etika yang berlaku di
sekitar pengarang, perasaan, serta pola pikir. Berdasarkan kutipan novel tersebut,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam kutipan novel. Budaya makan
bersama keluarga selalu dilakukan bersama-sama (lengkap; ayah, ibu, dan
anak). Jika ada sesuatu hal yang di luar kebiasaan terjadi, anak diperbolehkan
makan terlebih dahulu. Sementara istri harus tetap mengunggu suaminya.
Kutipannya sebagai berikut.
........
"Ayah sudah datang, sajikanlah nasi itu Mak, saya pun sudah lapar,"...
"Baik,... Panggillah ayahmu, supaya kita bersama-sama makan..."
"Ayah belum hendak makan"...
"Baiklah anakku dahulu makan, hari sudah tinggi. Ibulah nanti kawan ayahmu
makan."
2. Anak harus menurut perintah ibunya. Kutipannya sebagai berikut.
"Pekerjaan itu, yakni mengantar-antarkan sedekah ke rumah orang lain,
tiadalah paksaan bagi Mariamin..."
3. Perasaan dan pola pikir yang digunakan dalam novel sangat sederhana dan
sesuai dengan realitas. Hal ini ditunjukkan saat Ibu Mariamin menjelaskan
kepada Mariamin tentang mengapa ada orang kaya dan mengapa ada orang
miskin. Penjelasan tersebut.
diungkapkan secara sederhana, bijaksana, dan masuk akal. Kutipannya sebaga
berikut.
........
Sedang anak itu makan, ibunya meneruskan pekerjaannya, menganyam tika
Meskipun ia dapat membeli tikar di pasar dengan uang dua rupiah, tiadalah suka
44
mengeluarkan uangnya, kalau tidak perlu. Benar uang dua rupiah itu tiada seberap
bila dibandingkan dengan kekayaan mereka itu. Tetapi ia seorang perempuan d ibu
sejati. Bukanlah orang miskin saja yang harus berhemat, orang yang berada p patut
demikian juga. Daripada uang dikeluarkan dengan percuma, lebih baik diberik kepada
orang yang papa. Demikianlah pikiran Mak Mariamin. Anaknya itu pun diajark
berpikiran demikian; bibit hati kasihan ditanamkannya ke dalam kalbu anaknya Betul
itu tiada susah baginya, karena anaknya itu lahir membawa tabiat si ibu. Sy tiada
seperti si bapak, orang yang kurang beradab itu. Tadi pagi sebelum Maria makan,
ibunya telah menyuruh dia membawa beras dan ikan serta beberapa butir t kepada
seorang perempuan tua yang amat miskin. Tempatnya ada sekira-kira s dari
rumahnya. Oleh sebab melalui jalan yang sejauh itulah, maka Mariamin jadi la
sebagai katanya tadi. Pekerjaan itu, yakni mengantar-antarkan sedekah ke rumah a
lain, tiadalah paksaan bagi Mariamin, tetapi itulah kesukaannya. Kadang-kadang ia
ibunya, sebab terlampau lama tinggal bercakap-cakap di rumah orang yang mene
pembawaannya itu. Mariamin amat bersenang hati campur gaul dengan orang m
tiadalah pernah ia memandang orang yang serupa itu dengan hati yang jijik se beribu-
ribu anak orang kaya.

Tugas Evaluasi

Kerjakan sesuai perintah!


Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama. Setelah itu tafsirkan maksud
pengaran terhadap kehidupan yang disampaikan melalui novel tersebut.

Apa pun yang Terjadi


Placa de Catalunya. Tempat itu sudah menjadi semacam kiblat bagi para
backpacker. Kepada sesama backpacker aku bertanya tentang pekerjaan-pekerjaan
cepat dengan bayaran per jam. Di beberapa kota, menggunakan tenaga backpacker
telah menjadi kebiasaan setiap musim panas.
Seorang backpacker Australia mengatakan di luar Barcelona ada yang perlu
tukang cat dan tukang angkat-angkat furnitur karena mereka sedang membuka
beberapa toko. Aku ke tempat itu dan bekerja dengan harapan dapat segera
mengumpulkan uang. Bayaran pekerjaan itu sangat murah, namun aku tak punya
pilihan lain. Aku bekerja keras dan sepanjang waktu berdoa agar kaus Figo itu tidak
keburu disambar orang lain.
Setiap ada "kesempatan", aku mengunjungi Nou Camp, markas besar klub
kegemaranku lainnya, yaitu Barcelona FC. Di toko resmi Barca aku membeli kaus
yang akan kukirimkan untuk Pelatih Toharun dan di pekarangan Nou Camp
kutemukan bus museum Barcelona FC yang terkenal itu. Dengan bus itu dahulu
pemain-pemain Barca melakukan tur. Real Madrid dan Barcelona FC adalah tim-tim
hebat dan aku adalah penggemar sepak bola cantik, tak peduli apa pun klubnya.
Namun, tim sepak bola kegemaranku nomor satu tetap PSSI.
Sesekali aku mengintip-intip, kalau-kalau latihan Barca boleh disaksikan publik.

45
Jika boleh, aku melompat masuk, dan kulihat para pemain Barcelona FC, nun jauh
150 meter di sebelah sana, Suatu ketika kulihat pengumuman lowongan pekerjaan
tidak tetap sebagai pembantul umum untuk latihan klub junior Barca. Pekerjaan ini
dilakukan setiap malam. Aku melamar, yang caranya adalah mengikuti tanda panah
pada poster pengumuman menuju sebuah ruangan, untuk menjumpai seseorang
bernama Margarhita Vargas. itu,
Ketika melangkah menuju ruangan dimaksud, aku sama sekali tak
membayangkan akan Margarhita seperti aku telah menemui Adriana. Dan aku tak
keliru. Margarhita Vargas berbadan tegap dan tampak sangat fit. Umumnya mungkin
45 tahun dan segala hal tentang dirinya adalah kaku. Rok panjangnya berbahan tebal
yang kaku. Kemejanya yang jelas kemeja laki-laki itu kaku. Kerah kemeja itu kaku.
Bingkai kacamatanya kaku. Rambutnya yang disemir hitam itul kaku.
Kupandangi sekeliling ruangan kantornya dan segera tahu bahwa jabatan
pembantu umum untuk-sebuah klub sepak bola di Spanyol bukanlah sebuah pekerjaan
favorit. Kantor itu seperti telah terbiasa menghadapi orang yang keluar masuk kerja
seenaknya. Margarita sendiri seperti telah berpengalaman menghadapi pekerja
rendahan. Kukatakan kepadanya bahwa aku tak mengerti bahasa Spanyol.
“Aku telah bekerja di Barca selama dua puluh lima tahun," katanya sambil
tersenyum kaku, dengan bahasa Inggris yang juga kaku, waktu kutatap sebuah foto
yang tersemat di dinding.
Margarhita memang sudah tegap sejak dulu. Dua puluh lima tahun? Tapi aku tak
terkejut. Elemen-elemen intrinsik pemain sepak bola adalah faktor produksi yang tak
terpengaruh inflasi dan nilai tukar, karena itu sepak bola merupakan salah satu bisnis
paling solid di muka bumi, dari zaman ke zaman.
Ketika aku masuk tadi, Margarhita tampak sedikit putus asa. Besar dugaanku
karena dia kekurangan pegawai dan tak seorang pun mau melamar. Sekarang dia
berubah karena di matanya pasti aku yang tampak putus asa. Pekerjaan ini memang
cocok untuk orang orang yang putus asa.
Sumber: Sebelas Patriot, Andrea Hirata

B. Menganalisis Isi dan Kebahasaan Novel


Kejadian dalam novel memang tidak benar-benar terjadi. Akan tetapi, nilai
budaya atau pesan yang terdapat dalam novel dapat mencerminkan keadaan
masyarakat saat karya tersebut diciptakan. Untuk mengetahui pesan dari isi novel,
Anda perlu melakukan analisis,
1. Menganalisis Isi Novel Berdasarkan Unsur Intrinsiknya
Novel merupakan karya sastra berbentuk prosa. Mengingat hakikat prosa
adalah narasi (cerita) maka di dalamnya ada pelaku cerita (tokoh), rangkaian
cerita (alur). pokok masalah yang diceritakan (tema), slapa yang
menyampaikan cerita (pencerita). serta tempat, waktu, dan suasana seperti apa
cerita itu berlangsung (latar). Itulah yang kemudian disebut unsur intrinsik
prosa atau teks cerita fiksi. Berikut adalah unsur-unsur intrinsik novel.

a. Tema
46
Semua bentuk karangan, baik narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi,
dan deskripsi memiliki tema. Tema merupakan ide pokok atau makna yang
terkandung dalam sebuah cerita. Tema adalah pokok pikiran atau pokok
pembicaraan dalam sebuah cerita yang hendak disampaikan pengarang
melalui jalinan cerita.
Tema dalam sebuah novel dapat diwujudkan secara tersirat dan tersurat.
Tema secara tersirat dapat diketahui ketika selesai membaca novel secara
keseluruhan. Misalnya, tema pendidikan yang digunakan dalam novel
Laskar Pelangi. Pada kutipan novel berikut, tema disampaikan secara
tersirat.
Murid-murid di sekolah dasar tersebut mengeluhkan kondisi kelasnya
yang sebenarnya tidak layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Bu Mus lantas menunjukkan sel yang digunakan oleh Pak Kamo di sebuah
penjara di Bandung. Di tempat itulah beliau menjalani hukuman dan setiap
hari belajar, setiap waktu membaca buku. Sejak saat itu, murid-murid Bu
Mus tidak lagi mempersoalkan kondisi kelasnya yang buruk.
Semua bentuk karangan, baik narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi,
dan deskripsi memiliki Dorfema Cerpen novel, atau roman berbentuk
karangan narasi, sehingga memiliki tema. Tema merupakan ide pokok atau
makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema adalah pokok pikiran
atau pokok pembicaraan dalam sebuah cerita yang hendak disampaikan
pengarang melalui jalinan cerita Jadi, cerita tidak hanya berisi rentetan
kejadian yang disusun dalam sebuah bagan, tetapi juga adminkan
pengarang tidak hayang dibeberkan pada umumnya mengandung
permasalahan. Namun demikian, pengarang tidak hanya berhenti pada
pokok persoalan saja. Pengarang menyertakan pula pemecahan atau jalan
keluamya Pandangan pengarang tentang bagaimana bersikap dan mencari
solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut menjadi tema dari suatu
karangan.
Pada novel yang baik, tema justru tersamar dalam seluruh elemen
Pengarang menggunakan teknik dialog antartokoh untuk mengungkapkan
jalan pikiran, perasaan, kejadian-kejadian, dan setting centa untuk
mempertegas tema. Mencan makna sebuah novel pada dasamya ialah
mencari tema yang terkandung dalam novel tersebut. Makin banyak
implikasi persoalan yang dikandung sebuah novel, makin baik karena
novel itu akan kaya penafsiran. Novel semacam ini biasanya tidak
menjemukan pembaca karena mengajak berpikir pembacanya Novel yang
berbobot bertema universal dan bersifat monumental. Sebuah novel dapat
memiliki beberapa tema, tetapi selalu ada satu tema utama.
b. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca. Ada beberapa cara mengungkapkan pesan, yaitu secara eksplisit
(tersirat) di mana pengarang mengemukakan pesannya secara tidak
langsung serta secara implisit (tersurat) di mana pengarang
47
mengemukakan pesarinya secara langsung (tertera dalam cerita).
Amanat tersimpan dalam jalinan keseluruhan isi cerita. Oleh sebab itu,
untuk menemukan amanat, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga
paragraf maupun satu atau dua bab, tetapi harus membaca keseluruhan
cerita sampai selesai. Alur/Plot.
c. Alur/plot
Plot atau alur atau jalan cerita adalah jalinan peristiwa dalam karya
sastra untuk mencapai efek tertentu. Dengan kata lain, plot adalah
rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab-akibat
(kausalitas). Peristiwa-peristiwa dalam cerita berhubungan satu sama lain.
Peristiwa pertama menimbulkan peristiwa kedua, begitu seterusnya.
Berdasarkan hubungan tersebut, setiap cerita mempunyai pola plot sebagai
berikut.
a.Perkenalan keadaan.
b.Pertikaian/konflik mulai terjadi.
c.Konflik berkembang menjadi semakin rumit.
d.Klimaks.
e.Peleraian/solusi/penyelesaian.
Dilihat dari segi keeratan hubungan antarperistiwa, plot dibedakan
menjadi dua, yaitu plot erat dan plot longgar, Sebuah cerita memiliki plot
erat apabila hubungan antarperistiwa terjalin sangat padu dan padat
sehingga tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan. Sebaliknya,
sebuah cerita memiliki plot longgar apabila hubungan antarperistiwa
terjalin kurang erat sehingga ada bagian -bagian peristiwa yang dapat
dihilangkan dan penghilangan itu tidak akan mengganggu jalannya cerita.
Berdasarkan akhir cerita, plot dapat dibedakan menjadi tiga yaitu.
a.plot ledakan (cerita berakhir mengejutkan)
b.plot lembut (cerita berakhir sebagai bisikan/tidak mengejutkan); dan plat
c.plot lembut-meledak (campuran).
Berdasarkan rangkaian peristiwanya, plot dibedakan menjadi tiga jenis
a. plotr ot maju (linier);
b. plot mundur (flashback); dan
c. plot gabungan
Menurut sifatnya, plot dibedakan menjadi tiga yaitu,
a. Plot terbuka
Akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Lebih
b. Plot tertutup
Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneuskan jalan cerita.
Lebih di titik beratkan pada permasalahan besar
c. Plot campuran (terbuka dan tertutup)
Alur/plot disebut juga jalan cerita. Wujudnya berupa peristiwa-peristiwa
yang disusun saling berkaitan menurut hukum sebab-akibat dari awal sampai
akhir cerita. Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai
48
efek tertentu. Alur cerita dalam sebuah novel dapat berupa alur maju, alur
mundur, atau alur campuran.
1) Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai urutan waktu
kejadian atau cerita yang bergerak ke depan.
2) Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai urutan
waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
3) Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
d. Tokoh dan penokohan
Tokoh merupakan unsur novel yang ber fungsi untuk menggerakkan alur
cerita. Tokoh adalah pemegang peran dalam roman, novel, atau drama. Watak
adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah
laku, budi pekerti, serta tabiat. Adapun penokohan adalah penciptaan citra
tokoh dalam karya sastra. Penokohan dalam sebuah cerita dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu tokoh protagonis (baik), antagonis (jahat), dan
tritagonis. Ada tiga cara untuk melukiskan watak tokoh, yakni dengan teknik
analitik (pengarang langsung menceritakan watak tokoh), dramatik (pengarang
melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung, tetapi melalui tempat tinggal,
lingkungan, percakapan antartokoh, perbuatan, tingkah laku, dan reaksi
terhadap kejadian), serta campuran (gabungan antara teknik analitik dan teknik
dramatik).
Tokoh dan penokohan (perwatakan) Tokoh adalah individu yang berperan
dalam cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Dalam karya sastra,
khusushya fiksi dan drama, penulis menciptakan tokoh-tokoh dengan berbagai
watak penciptaan yang disebut penokohan.
Tokoh dibedakan menjadi empat, yaitu tokoh utama (protagonis), tokoh
yang berlawanan dengan pemeran utama (antagonis), tokoh pelerai
(tritagonis), dan tokoh bawahan. Tokoh utama (protagonis) adalah tokoh yang
memegang peran utama dalam cerita. Tokoh utama terlibat dalam semua
bagian cerita. la bersifat sentral. Tokoh yang karakteristiknya berlawanan
dengan tokoh utama disebut tokoh antagonis. Tokoh ini berperan untuk
mempertajam masalah dan membuat cerita menjadi hidup dan menarik. Tokoh
tritagonis adalah tokoh yang tidak memegang peran utama dalam cerita. Tokoh
tritagonis biasanya tidak terlibat dalam semua bagian cerita. Keberadaannya
berperan sebagai penghubung antara tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh
bawahan disebut juga tokoh figuran yang tidak sentral kedudukannya dalam
cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau
mendukung tokoh utama.
Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh cerita, baik keadaan
lahir maupun batinnya termasuk keyakinannya, pandangan hidupnya, adat-
istiadat, dan sebagainya. Yang diangkat pengarang dalam karyanya adalah
manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu penokohan merupakan unsur
cerita yang sangat penting. Melalui penokohan, cerita menjad lebih nyata
dalam angan pembaca. Ada tiga cara yang digunakan pengarang untuk
49
melukiskan watak tokoh centa, yaitu dengan cara langsung, tidak langsung,
dan kontekstual. Pada pelukisam secara langsung, pengarang langsung
melukiskan keadaan dan sifat si tokoh, misalnya cerewet nakal, jelek, baik,
atau berkulit hitam. Sebaliknya, pada pelukisan watak secara tidak langsung
pengarang secara tersamar memberitahukan keadaan tokoh cerita.
Watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, dan tingkah laku
tokoh, bahkan dan penampilannya. Watak tokoh juga dapat disimpulkan
melalui tokoh lain yang menceritakan secara tidak langsung. Pada pelukisan
kontekstual, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan
pengarang untuk mengacu kepada tokoh.
Ada tiga macam cara untuk melukiskan atau menggambarkan watak para
tokoh dalam cerita.
a. Cara analitik
Pengarang menceritakan atau menjelaskan watak tokoh cerita secara
langsung
b. Cara dramatik
Pengarang tidak secara langsung menceritakan watak tokoh seperti pada
cara analiti) melainkan menggambarkan watak tokoh dengan cara:
1) melukiskan tempat atau lingkungan sang tokoh.
2) menampilkan dialog antartokoh dan dari dialog-dialog itu akan tampak
watak para toko cerita, serta
3) menceritakan tingkah laku, perbuatan, atau reaksi tokoh terhadap suatu
peristiwa
c. Cara gabungan analitik dan dramatik Pengarang menggunakan kedua cara
tersebut secara bersamaan dengan anggapan bahw keduanya bersifat saling
melengkapi.
d. Latar
Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya
peristiwa atau cerita. Adapun jenis-jenis latar, yaitu latar waktu, latar
tempat, dan latar suasana. Latar waktu adalah keterangan tentang kapan
peristiwa dalam novel tersebut terjadi, misalnya, pagi hari, siang hari, atau
malam hari. Latar tempat menunjukkan keterangan tempat peristiwa itu
terjadi, misalnya di rumah, di kamar, di dalam bus, di halaman, atau di
Jakarta. Latar suasana menggambarkan suasana peristiwa yang terjadi,
misalnya suasana gembira, sedih, atau romantis.
Latar atau setting adalah penggambaran mengenai waktu, tempat, dan
suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Tokoh-tokoh dalam
cerita hidup pada tempat dan waktu (masa) tertentu, Karena itu, peristiwa-
peristiwa yang dialami tokoh-tokoh cerita terjadi pada tempat dan waktu
(mata) tertentu pula: Jadi, di mana peristiwa itu terjadi dan kapan waktu
terjadinya, itulah yang disebut latar atau setting.
Berikut contoh latar dalam novel.

14 Agustus. Satu lebih tiga puluh lima menit. Siang itu daerah Senen panas
50
sekali. Di Stasiun Senen, Genta dengan bawaannya yang super banyak,
menikmati makan siang di salah satu restoran Padang di situ.
Latar waktu dalam kutipan novel di atas adalah 14 Agustus, latar tempat di
stasiun Senen, dan latar suasananya ialah cuaca yang sangat panas. f.
Sudut Pandang/Pusat Pengisahan
e. Sudut pandang atau pusat pengisahan
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam
membawakan cerita. Sudut pandang merupakan tempat penulis
memandang ceritanya. Dari tempat itulah penulis bercerita tentang tokoh,
peristiwa, tempat, dan waktu dengan gayanya sendiri.
f. Dua macam kedudukan pengarang dalam cerita sebagai berikut.
1) Sudut Pandang Orang Pertama atau Akuan Sudut pandang orang
pertama adalah pengarang yang menjadi salah satu tokoh. Dalam hal
ini, pengarang menyebut dirinya dengan sebutan "Aku" atau "Saya".
2) Sudut Pandang Orang Ketiga atau Diaan
Dalam sudut pandang orang ketiga, pengarang tidak terlibat dalam cerita.
Pengarang hanya sebagai pencerita dan menyebut pelaku utama dengan
sebutan "Dia". Sudut pandang orang ketiga dapat dikelompokkan menjadi
dua, sebagai berikut.
1) Sudut pandang orang ketiga pengarang sebagai peninjau, yaitu jika
yang diceritakan hanya yang terlihat atau terdengar.
2) Sudut pandang orang ketiga pengarang serba tahu, yaitu pengarang
menceritakan isi hati dan pikiran-pikiran tokoh.g. Gaya Bahasa
Sudut pandang atau point of view disebut juga pusat pengisahan. Sudut
pandang adalah posisi pencerita dalam menyampaikan ceritanya. Dengan
kata lain, sudut pandang menyangkut cara pengarang menempatkan diri
atau mengambil posisi dalam menuturkan cerita. Sudut pandang pencerita
ada empat macam, yaitu sebagai berikut.
a. Objective point of view
Dalam teknik ini, pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi,
seperti Anda melihat film dalam televisi. Para tokoh hadir dengan
karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke
dalam pikiran para pelaku.
b. Omniscient point of view
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya, la
tahu segalanya, la bisa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk
melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkannya.
c. Point of view orang pertama
Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal pula
dengan teknik sudut pandang "aku". Hal ini sama halnya seperti
seseorang mengajak berbicara pada orang lain.
d. Point of view orang ketiga
Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang
sebagai pihak ketiga. Jadi, pengarang hanya "menitipkan"
51
pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang ketiga. ("dia") dapat
juga menggunakan nama orang.
g. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas seorang pengarang dalam
mengungkapkan ide atau gagasannya melalui cerita. Dengan kata lain,
gaya bahasa adalah cara pengarang mengung kapkan gagasannya melalui
bahasa yang di gunakannya. Pengarang memilih kata-kata yang tepat dan
menyusun kalimat dengan menggunakan gaya tertentu sesuai dengan ciri
khas kepribadiannya.
Ungkapan kata-kata dalam sastra tidak hanya memiliki makna dari kata
itu, tetapi sarat dengan simbol-simbol. Oleh sebab itu, bahasa dalam sastra
banyak menggunakan ungkapan-ungkapan, idiom, bidal/pepatah,
peribahasa, dan gaya bahasa.
2. Menganalisis Unsur Kebahasaan Novel
Bahasa sastra berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam komunikasi
sehari hari. Sastra menggunakan bahasa dengan sifatnya sendiri. Bahasa yang
digunakan tidak hanya mementingkan arti, tetapi juga mementingkan bobot isi
dan keluasan tafsir. Ciri-ciri kebahasaan novel sebagai berikut.
a. Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung disebut juga konjungsi, Konjungsi adalah kata atau
ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat,
Konjungsi terbagi menjadi dua macam, yaitu konjungsi koordinatif dan
konjungsi subordinatif.
1) Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menggabungkan kata
atau klausa yang berstatus sama, misalnya kata dan, tetapi, atau,
bahkan, tambahan. dan namun. Contoh: Aku ingin berangkat sekolah,
namun hujan belum reda.
2) Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua
unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat. Contoh
kata penghubung subordinatif atributif ialah yang. Kata penghubung
subordinatif tujuan, seperti agar, supaya, dan biar.
b. Kata Ganti/Kata Rujukan
Kata rujukan adalah kata yang merujuk pada kata lain yang telah
diungkapkan sebelumnya. Kata rujukan merupakan suatu kata yang
merujuk pada kata lain yang sudah digunakan sebelumnya dan
menunjukkan keterikatannya. Kata nujukan dibedakan menjadi tiga
macam, sebagai berikut.
1) Rujukan benda atau hal, seperti ini, itu, dan tersebut.
2) Rujukan tempat, seperti di sini, di situ, dan di sana.
3) Rujukan persona atau orang, seperti dia, la, mereka, dan beliau.
Kalimat Kompleks Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan
52
sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama atau lebih dari satu
struktur. Kalimat majemuk dapat dibentuk dari paduan beberapa
kalimat tunggal. Kalimat majemuk dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. d.
Susunan Paragraf
c. Suman paragraf
Novel merupakan karangan yang berbentuk prosa. Prosa memiliki susunan
paragraf yang bebas. Kalimat-kalimatriya dirangkai dalam bentuk yang
tidak terbatas oleh aturan seperti puisi. Rangkaian kalimatnya tidak harus
diwujudkan sebagai bait-bait atau baris-baris sajak. Susunan paragraf
dalam novel sesuai keinginan dari penulis.
d. Ragam Bahasa Idiolek
Setiap novel memiliki tata bahasa yang berbeda-beda. Tata bahasa yang
berbeda-beda sesuai latar belakang kebahasaan pengarang. Ragam bahasa
idiolek yang dimiliki satu novel tidak sama dengan novel lainnya. Idiolek
menyebabkan tata bahasa maupun pilihan kata dalam suatu novel bersifat
perseorangan. Sifat perseorangan tersebut timbul karena adanya ciri khas
dari pribadi penulis. f. Tata Kalimat Lentur dan Padu.
e. Tata kalimat lentur dan padu
Kalimat dalam novel disusun secara fleksibel. Satu novel dapat disusun
hanya dari kalimat tidak langsung, seperti monolog. Suatu novel juga bisa
disusun dari gabungan kalimat tidak langsung dan kalimat langsung.
Umumnya, novel terdiri atas kalimat tidak langsung sekaligus kalimat
langsung. Setiap kalimat selalu berhubungan dengan kalimat lain sehingga
menciptakan kepaduan cerita. 9.
f. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan penulis untuk mengungkapkan
suatu hal. Dalam novel, diperbolehkan menggunakan kata tidak baku.
Misalnya, pada kalimat tidak langsung yang mengandung ragam bahasa
lisan atau bahasa percakapan, seperti nggak atau ngapain. Novel yang
menceritakan tentang suatu kebudayaan daerah juga akan banyak
menggunakan pilihan kata dari bahasa daerah tersebut.
g. Kata Bermakna Denotatif dan Konotatif
Terdapat banyak kosakata dalam sebuah novel. Kata dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kata yang bermakna denotasi dan konotasi. Kata
bermakna denotasi digunakan untuk menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Adapun kata bermakna konotasi digunakan untuk
menggambarkan kiasan atas suatu keadaan demi menciptakan kesan
keindahan. Oleh karena itu, di dalam novel sering dijumpai ungkapan
(idiom), majas, dan peribahasa.
h. Penulisan sesuai PUEBI

Meskipun diperbolehkan menggunakan kata tidak baku, dalam hal


penulisan tata kalimat dalam novel harus sesuai ejaan Bahasa Indonesia
53
yang baik. Misalnya, dalam pemakaian huruf kapital, huruf miring, landa
baca, dan kutipan. Penulisan yang baik harus sesuai Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Tugas Kelompok
Kerjakan sesuai perintah! Bersama teman sebangku Anda, bacalah
kutipan novel berikut lalu analisislah unsur intrinsik dan kebahasannya.
Sejak beberapa hari hujan turun dengan kepadatan musim yang tidak
dapat ditahan. Cucian yang lembap bergantungan pada tali-tali yang
direntangkan ayahku dari dinding satu diding ke sinsing yang lain di dalam
sepen di samping dapur.
Ayam-ayam kerjanya terkantuk-kantuk sepanjang hari tanpa mendapat
kesempatan berjemur karena menghilangnya matahari. Beberapa ekor
yang lebih giat, turun dari tenggeran, keluar kandang buat menengok
kesibukan di balik kurungan mereka. Berdiri di teritisan, kadang-kadang
mereka beruntung dapat mencegat keong-keong lembut yang muncul entah
dari mana dan hendak mengarungi limpahan air, menyeberangi latar yang
memisahkan bagian rumah induk dengan dapur, kamar mandi, dan
sebagainya. Seekor atau dua lainnya naik tangga berubin hendak masuk ke
dalam emper. Begitu orang lalai, mereka masuk ke dalam ruangan makan,
berjalan tenang-tenang seperti seseorang yang menikmati udara sejuk di
sore hari, hingga pada saat ketahuan oleh siapa pun, disusul oleh suara
usiran yang penuh amarah garang. Namun binatang-binatang berotak kecil
itu hanya takut kepada ayahku. Jika yang mengusir mereka pembantu kami
atau ibuku atau aku sendiri, mereka merasa tenang seolah-olah mengerti
kelemahan hati kami. Sedangkan di dapur, pada hari-hari lembap seperti
itu, ibuku selalu mendapat kunjungan si Blirik dengan enam anaknya yang
kuning bersih.
Setiap kali ada telur menetas, ayahku memisahkan induk bersama
anaknya. Mereka dikurung di bawah sangkar anyaman bambu dan
ditidurkan di dalam sepen tempat menyimpan barang. Pada musim-musim
baik, ada kalanya sampai tiga atau empat induk yang menetaskan telur-
telumnya. Berarti paling sedikit dua puluh anak ayam kecil-kecil yang
harus dipertahankan dari segala macam kekejaman dunia. Pada waktu
iklim mengizinkan, sampai mereka berumur seminggu, barulah ibu atau
ayahku membiarkan induk-induk ayam itu keluar dari pelataran sampai ke
kebun di samping Salah rumah. seorang mencacahnya, Sisa-sisa tangkal
serta kupasan sayur dan buah selalu dikumpulkan. pembantu atau kami
sendiri biasa memotongnya kecil-kecil, hampir membagikannya kepada
ayam di pelataran dan itik di kebun belakang. lalu mema
Pagi itu aku bangun seperti biasa, setelah semua kakakku berangkat
ke sekolah. Kudapati ibuku duduk di sudut ruang makan, di atas sebuah
amben rendah yang menurut ingatanku selalu ada di sana. Di depannya,
agak menjorok ke emper yang terlindung oleh atap luas hingga ke pinggir
latar. Penjual sayuran dan berbagai bahan makanan Embok Blanjan,
54
karena jajakan dagangannya. Perempuan itu biasa kami sebut yang setiap
hari lewat, a ibuku berbelanja bahan makanan daripadanya. Di kampung
ada beberapa penjual semacam itu yang lewat. Tetapi yang menjadi
langganan kami selalu sama karena ibuku tidak suka berganti penjual.
Biasanya memang setiap penjaja memiliki daerah penjualan masing-
masing. Mereka pada umumnya saling mengenal, bertemu di Pasar Johar
atau Pasar Bulu tempat mereka membeli dagangan. Mereka menjinjing
bakul besar, satu atau dua bertumpukan di punggung, diikat erat oleh
selendang yang diselempangkan pada kedua bahu dan disimpulkan kedua
ujungnya di depan dada. Di atas kepala, mereka menyunggi sebuah atau
beberapa tampah berisi barang dagangan pula.
Penjaja bahan makanan itu juga selalu membawa berbagai jajanan,
makanan asin atau manis yang sedap lezat, dibungkus rapi dengan daun
pisang.
Embok Blanjan mengemasi dagangan. Dimasukkannya kembali
dagangannya ke dalam bakul atau ke atas tampah.
"Untuk besok pagi apa yang perlu, Nyonya?"
"Tidak ada. Saya kira engkau tidak usah datang."
"Saya akan ambil ikan bandeng langsung dari pinggir laut,
lebih murah. Nyonya tidak mau?"
Tidak. Di belakang banjir. Nanti sore bapaknya anak-anak mau
cari ikan di sana. Biasanya besar-besar."
Sumber: Sebuah Lorong di Kotaku, NH Dini

C. Menyajikan Hasil Interpretasi Pandangan Pengarang


Anda sudah memahami struktur dan cara menganalisis unsur novel. Setelah
membaca novel, Anda seharusnya dapat menemukan pandangan pengarang
terhadap kehidupan dalam novel tersebut. Pandangan pengarang terhadap
kehidupan ini dapat tercermin dalam nilai yang terkandung dalam novel.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel sebagai berikut.
1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila
atau baik buruk tingkah laku.
2. Nilai sosial, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di dalam
masya rakat.
3. Nilai keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai pendidikan, yaitu nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah
laku dari buruk ke baik (pengajaran).
5. Nilai keindahan, yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang
menarik/menyenang kan.
6. Nilai etika, yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam
kehidupan.
7. Nilai politis, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemerintahan.
8. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.
9. Nilai psikologis, menyangkut masalah eksistensi diri manusia,
55
kebimbangan, ketakutan, dendam, dan hal lain yang dialami oleh manusia.
Nilai psikologis berhubungan dengan kejiwaan dalam diri manusia.
Setelah menemukan pandangan penulis novel terhadap berbagai aspek
dalam kehidupan, Anda dapat menuangkannya dalam bentuk uraian dalam beberapa
paragraf. Dalam uraian Anda tersebut, Anda bisa mengutip kutipan-kutipan di dalam
novel untuk menguatkan pandangan pengarang yang Anda temukan.

Tugas Mandiri

Kerjakan sesuai perintah! Bacalah kembali penggalan novel Sebuah Lorong di


Kotaku sebelumnya, kemudian temukan pandangan pengarang terhadap beberapa
aspek kehidupan. Tulislah jawaban di buku tugas, kemudian kumpulkan hasilnya
kepada guru.

D. Merancang Novel
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dengan menulis, seseorang
dapat mengungkapkan perasaan dan pendapatnya. Menulis dalam sastra berarti
mengungkapkan perasaan pribadi, orang lain, atau lingkungan sekitar. Salah satu
bentuk keterampilan menulis dalam sastra adalah menulis novel.
Gagasan-gagasan yang bagus hendaknya dituangkan ke dalam tulisan dan disusun
dengan baik sehingga dapat dirangkai menjadi karya tulis yang memadai. Ada
langkah-langkah yang dapat membantu Anda untuk menulis novel. Berikut langkah-
langkah untuk menulis sebuah novel. Langkah pertama untuk Tema merupakan unsur
utama dan pertama yang harus diperhatikan karena tema membuat sebuah novel
adalah menentukan tema novel.
1. Menentukan Tema
Langkah pertama untuk membuat sebuah novel adalah menentukan tema
novel Tema merupakan unsur utama dan pertama yang harus diperhatikan
karena tema merupakan pokok pikiran yang akan dikemukakan pengarang
kepada pembaca. Sebagai pokok persoalan, tema merupakan sesuatu yang
netral. Tema dapat menyangkut masalah sosial, politik-ekonomi, moral,
agama, ketuhanan, persahabatan, dan spiritual.
2. Menentukan Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin sedemikian rupa
sehingga menggerakkan jalan cerita dari awal, tengah, hingga mencapai
klimaks dan akhir cerita. Ada banyak cara untuk menyusun alur cerita. Dua di
antaranya dengan cara kronologis dan flashback. Cara kronologis, yakni
merangkai peristiwa demi peristiwa awal sampai akhir berdasarkan urutan
waktu. Cara flashback (bolak-balik), yaitu menceritakan peristiwa masa lalu di
tengah cerita. Biasanya alur ini dipakal jika pengarang memerlukan latar
belakang yang mendalam.
3. Menciptakan Tokoh Utama
Menetapkan tokoh dan penokohan penting untuk dilakukan saat membuat
sebuah novel. Penokohan ini bisa tentang gambar fisik (jenis kelamin, wajah,
56
mata, rambut, pakaian, umur, pekerjaan, cara berjalan, dan sebagainya),
gambaran kejiwaan, serta emosi (perilaku, kesedihan, kemarahan, dan
sebagainya). nome 4.
4. Menciptakan Tokoh Pendukungnded
Meskipun bukan tokoh utama, kehadiran tokoh pendukung akan memainkan
peranan yang penting dalam cerita yang Anda tulis. Tokoh lawan dan tokoh
pendukung ini merupakan bagian utuh dari alur yang Anda bangun bural
5. Menulis Teks Cerita
Langkah selanjutnya adalah menulis teks cerita sesuai kerangka alur yang
sudah dibuat. Cerita dibangun sesuai tema, alur, serta tokoh dan penokohan
yang telah dibuat sebelumnya sesuai struktur yang membangun teks cerita
fiksi. Menulis sebuah novel harus sesuai kaidah kebahasaan yang berlaku.

Tugas Mandiri

Kerjakan sesuai perintah!

Buatlah satu novel singkat dengan tema dan pengembangan cerita sesuai
imajinasi Anda. Tulislah teks cerita yang Anda bangun sesuai dengan tema, alur, serta
tokoh dan penokohan yang telah Anda buat sebelumnya, sesuai dengan struktur yang
membangun teks cerita fiksi. Setelah selesai, bacakan sinopsis karangan Anda di
depan kelas. Mintalah pendapat dari teman atau guru mengenai hasil karya Anda.

Kosakata

Tugas Mandiri

Konjungsi : kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan


antarkalimat
Nobel :karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku
Plot :jalan (alur) cerita.

 Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!

1. Sebutkan Penokohan dalam sebuah cerita dapat dibedakan menjadi tiga


macam?
Jawab : ________________________________________________
2. Sebutkan Makna kata dibedakan menjadi dua macam?
Jawab : ________________________________________________
3. Sebutkan Kalimat kompleks dibentuk dari paduan beberapa kalimat?
Jawab : ________________________________________________
4. Alur cerita dalam sebuah novel dapat berupa!
57
Jawab : ________________________________________________
5. Alur mundur disebut juga alur?
Jawab : ________________________________________________
6. Latar waktu mendeskripsikan apa?
Jawab : ________________________________________________
7. Nilai yang berkaitan dengan keindahan kebahasaan dalam sastra disebut nilai?
Jawab : ________________________________________________
8. Kata yang digunakan untuk mengungkapkan makna yang sebenarnya disebut
apa?
Jawab : ________________________________________________
9. Novel merupakan karangan yang berbentuk apa?
Jawab : ________________________________________________
10. Pesan yang disampaikan penulis dalam karyanya disebut apa?
Jawab : ________________________________________________

58
Kompetensi Dasar
3.10 Mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini dalam sebuah artikel yang
dibaca.
3.11 Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah.
4.10 Menyusun opini dalam bentuk artikel.
4.11 Mengonstruksi sebuah artikel dengan memperhatikan fakta dan kebahasaan.
Materi Inti Pembelajaran
Mengevaluasi Informasi Berupa Fakta dan Opini, dalam Sebuah Artikel yang Dibaca
Menyusun Opini dalam Bentuk Artikel
Menganalisis Kebahasaan Artikel dan/atau Buku Ilmiah
Mengonstruksi Artikel Berdasarkan Fakta

Bab 5
Menyajikan gagasan melalui artikel

Apersepsi
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memperoleh informasi, salah satu
caranya dengan kegiatan membaca. Artikel merupakan salah satu sumber bacaan yang
kaya akan informasi. Apakah Anda sering membaca artikel di media cetak atau media
internet? Artikel di dalam majalah atau surat kabar umumnya digolongkan sebagai
karangan eksposisi, yaitu karangan yang biasanya berisi penjelasan penjelasan yang
bersifat informatif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, keuangan,
agama, kesehatan, keluarga, ilmu, hukum, teknologi, dan kesastraan. Pada pelajaran
ini, Anda akan mempelajari tentang artikel. Bagaimana cara memahami isi artikel?
Apakah yang dimaksud fakta dan opini dalam artikel? Bagaimana pula unsur
kebahasaan dalam artikel? Agar mengetahui jawabannya, pelajarilah materi berikut
dengan cermat!

59
Ringkasan Materi
Tulisan atau teks berbentuk artikel berisi beragam informasi yang bermanfaat untuk
menambah wawasan dan pengetahuan Anda. Isi yang disajikan mencakup berbagai
bidang. Anda dapat menulis artikel sendiri jika mengetahui bagian-bagian isinya dan
kaidah kebahasaannya.

A. Mengevaluasi Informasi Berupa Fakta dan Opini dalam Sebuah Artikel yang
Dibaca

1. Pengertian dan Ciri Artikel


Artikel adalah tulisan atau karangan dengan panjang tertentu yang dibuat
untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dan sebagainya) dan
bertujuan menyampaikan suatu informasi berupa gagasan dan fakta untuk
dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur. Sementara itu, Kuncoro
menjelaskan artikel adalah tulisan lepas yang dibuat seseorang, lazimnya
bukan orang yang berada dalam redaksi media bersangkutan, untuk mengupas
masalah aktual dan masalah kontroversi tertentu. Ada dua hal yang
digarisbawahi dalam sebuah artikel, yaitu masalah aktual dan masalah
kontroversi.
Sebagian besar artikel ditulis untuk dimuat di media massa. Artikel dalam
media massa memiliki tujuan tertentu yang mana tujuan tersebut tergantung
jenis media yang memuat artikel tersebut. Berikut beberapa tujuan penulisan
artikel.
a. Menginformasikan (to Inform)
Penulisan artikel bertujuan untuk menginformasikan. Maksudnya, artikel
merupakan tempat untuk menginformasikan peristiwa atau hal-hal penting
yang perlu diketahui khalayak.
b. Mendidik (to Educate)
Tulisan artikel di sebuah media massa dapat menyajikan ilmu pengetahuan
sehingga mendorong perkembangan intelektual yang dibutuhkan para
pembaca.
c. Menghibur (to Entertain)
Artikel mempunyai tujuan untuk menghibur pembacanya. Maksudnya,
artikel dapat digunakan sebagai tempat yang dapat memberikan hiburan
atau rasa senang kepada pembacanya.
d. Memengaruhi (to Influence)
Tulisan dalam artikel dapat mempengaruhi pembaca. Artinya, tulisan yang
ada dalam artikel memberikan pengaruh kepada pembaca, baik pengaruh
yang bersifat pengetahuan, perasaan, maupun tingkah laku.
e. Memberikan respons sosial (to responsibility)
Memberikan Respons Sosial (to Social Responsibility) Tulisan artikel
dapat memberikan respons sosial. Maksudnya, pembaca dapat menanggapi
tentang fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjad dengan
adanya artikel di media massa.
60
Artikel merupakan tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas
tuntas suatu masalah tertentu. Di samping karakteristik tersebut, artikel mempunyai
ciri-ciri berikut.
a. Artikel ditulis berdasarkan fakta, bukan sekadar khayalan atau mitos yang
belum terjamin kebenarannya.
b. Bersifat faktual dan informatif, maksudnya tulisan dalam artikel
mengungkapkan informasi yang berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c. Di dalam artikel terdapat opini atau analisis pemikiran-pemikiran penulis.
Opini yang ditulis dalam artikel bukanlah opini yang sembarangan. Opini
dalam artikel dikuatkan atau didasari oleh data valid berupa hasil penelitian
sebelumnya, teori, dan fakta yang ditulis ke dalam artikel.
d. Ditulis dengan metode penulisan yang sistematis. Hal ini bertujuan agar semua
informasi dalam artikel dapat diterima masyarakat luas
e. Menggunakan ragam bahasa yang resmi dan baku. Penggunaan bahasa resmi
dan baku akan membuat bahasa artikel ilmiah terasa padat dan berisi. Ragam
bahasa resmi bercirikan lugas, logis, denotatif, dan efektif.

2. Memahami Isi Artikel


Isi artikel itu diupayakan senantiasa menarik bagi pembaca. Anda dapat
mengetahui isi artikel lewat ide pokoknya. Ide pokok merupakan inti atau pokok
paragraf. Ide pokok disebut juga gagasan pokok yang biasanya tercantum dalam
kalimat utama. Ide pokok didukung oleh ide-ide penjelas. Berikut langkah-langkah
menemukan ide pokok setiap paragraf dalam teks artikel.
a. Membaca setiap paragraf dalam bacaan dengan cermat.
b. Mencermati kalimat pertama hingga terakhir, lalu menemukan kalimat utama
paragraf tersebut. Jika kalimat utama berada di awal paragraf disebut paragraf
deduktif, bila kalimat utama teks terdapat pada akhir disebut paragraf induktif,
dan bila terdapat pada awal dan akhir paragraf disebut paragraf campuran.

3. Membedakan Fakta dan Opini dalam Artikel


Di dalam artikel majalah atau surat kabar, pembaca akan menemukan fakta
dan opini yang disajikan secara beriringan. Oleh karena itu, Anda harus cermat agar
dapat membedakannya. Perhatikan kutipan artikel berikut!
1) Di Indonesia, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak, seperti
digariskan dalam Pasal 31 UUD 1945. (2) Adapun yang menjadi masalah
adalah apakah semua anak di Indonesia sudah dapat mengakses pendidikan?
Di atas kertas, sekolah memang gratis, namun di lapangan masih banyak
ditemukan "Juran" yang harus dibayar oleh siswa kepada sekolah.
Kalimat nomor (1) pada kutipan di atas termasuk fakta. Ciri kalimat atau
pernyataan fakta adalah dapat dibuktikan kebenarannya, memiliki data yang akurat,
bersifat objektif, mengandung pertanyaan dengan unsur pertanyaan dari 5W + 1 H,
informasinya berasal dari kejadian yang sebenarnya dan memuat data yang bersifat
kualitatif (data pernyataan) atau kuantitatif (data angka).
61
Adapun kalimat nomor 2) pada kutipan di atas termasuk opini. Opini
merupakan pendapat, ide, atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau
preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi, namun bersifat tidak objektif
karena belum mendapat pengujian. Opini dapat pula berupa sebuah pernyataan
tentang sesuatu yang berlaku di masa depan. Kebenaran atau kesalahan atas
pernyataan tersebut tidak dapat langsung ditentukan. Opini bisa berbentuk
pertimbangan atau saran yang biasanya dilengkapi alasan-alasan untuk memperkuat
atau membuktikan kebenarannya.
Fakta dan opini memang saling berkaitan, namun keduanya tetaplah berbeda.
Berikut cara-cara untuk membedakan fakta dan opini dengan memperhatikan kalimat
kalimat yang disampaikan.
a. Menelusuri Kebenarannya
Untuk dapat menentukan sebuah fakta, Anda harus menemukan bukti-bukti
yang akurat guna menelusuri kebenaran sebuah peristiwa atau pernyataan
yang didapat, misalnya mencari tahu waktu, lokasi, proses kejadian, ataupun
hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa atau pernyataan tersebut. Selanjutnya,
Anda harus melihat kekuatan kebenaran dari kalimat yang disampaikan.
Kalimat fakta biasanya didukung dengan data-data, seperti contoh, tabel, dan
grafik. Jika per didengar. pernyataan tersebut dapat ditelusuri kebenarannya
karena dapat dilihat, didengar atau dibuktikan, peristiwa atau pernyataan
tersebut termasuk fakta. Jika peristiwa atau pernyataan tersebut tidak dapat
diuji dengan indra dan sulit dibuktikan kebenarannya, peristiwa atau
pernyataan tersebut termasuk opini. Menelusuri Keobjektifan dan
Kesubjektifan
b. Menelusuri keobjektifan dan kesubjektifan
Fakta dan opini dapat ditentukan dengan melihat sifat dari kalimat yang
disampaikan. Kalimat yang disampaikan dapat bersifat objektif atau subjektif.
Kalimat yang bersifat objektif cenderung mengungkapkan kejadian apa
adanya dan sesuai kenyataan, sedangkan kalimat yang bersifat subjektif
cenderung melibatkan perasaan atau pemikiran penulis. Kalimat yang objektif
merupakan fakta, sedangkan kalimat yang subjektif cenderung merupakan
sebuah opini.
c. Memperhatikan Kata Khusus
Kalimat opini biasanya bersifat subjektif. Kalimat yang bersifat subjektif
memiliki ciri-ciri menggunakan kata-kata opini atau prediksi, contohnya saya
rasa, seharusnya, menurut saya, bisa jadi, kemungkinan, dianggap, dan bisa
disebut. Jika sebuah kalimat menggunakan kata-kata tersebut, kalimat tersebut
termasuk opini.
d. Menalar Kalimat
Kalimat yang berupa fakta biasanya mudah diterima akal pikiran. Untuk
memastikan sebuah kalimat tergolong fakta atau opini, Anda harus melibatkan
nalar atau perasaan ketika membacanya. Jika kalimat yang dibaca
menimbulkan rasa tidak setuju atau cenderung tidak masuk akal, kalimat
tersebut merupakan opini.
62
Tugas Mandiri
Kerjakan sesuai perintah! Bacalah artikel berikut, kemudian identifikasilah
fakta dan opini yang terdapat di dalamnya. Kerjakan di buku tugas, kemudian
kumpulkan hasil pekerjaan Anda kepada guru.

Sayur dan Buah Bukan Sekadar Pelengkap Makanan


Kita semua pasti kenal sayur asem, sayur labu, atau sayur nangka. Menu
ini memang mengandung kata "sayur di dalamnya, namun sering kali hanya
mengandung sedikit sekali jenis sayuran. Bagi sebagian masyarakat Indonesia,
sayur dan buah masih dianggap sebagai pelengkap makan yang kerap hanya
menjadi "hiasan" dengan porsi saji yang sedikit. Nasi dan lauk saja sudah
dianggap cukup, yang penting kenyang, padahal itu masih kurang. Inilah yang
membuat kurangnya konsumsi sayur dan buah di Indonesia.
Mengapa kita harus banyak makan buah dan sayur? Faktanya, masyarakat
Indonesia memang kurang mengonsumsi sayur dan buah. Berdasarkan data
Departemen Pertanian tahun 2013, masyarakat Indonesia baru makan sayuran
sebanyak 40,35 kg/tahun, sedangkan untuk buah baru sekitar 34,55 kg/tahun.
Bandingkan dengan rekomendasi badan Porn Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu
konsumsi sayuran idealnya 91,25 kg/tahun dan buah 73 kg/tahun
Mengonsumsi cukup sayur dan buah adalah satu cara untuk membentengi
diri dari penyakit. Sayur dan buah dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan
tubuh akan zat gizi penting, yaitu serat, vitamin, mineral, enzim pencemaan,
dan air, yang tidak dapat ditemukan secara keseluruhan di produk makanan
lain. Sayur dan buah memiliki peran penting bagi kesehatan tubuh. Serat yang
dikandung sayur dan buah bermanfaat untuk kesehatan saluran pencernaan,
membantu menjaga kadar lemak, dan membantu membuat rasa kenyang.
Kandungan vitamin dari buah dan sayur dengan warna yang berbeda juga
menjaga kesehatan setiap anggota tubuh, seperti mencegah sariawan dan
menjaga kesehatan mata. Kandungan antioksidan dalam sayur dan buah
berwarna ungu berperan mencegah kerusakan sel yang menyebabkan penuaan
dini, memicu kanker dan penyakit jantung, serta mencegah banyak penyakit,
seperti penyakit pencernaan, kencing manis, hiperkolesterol, dan
obesitas/kegemukan.
Badan kesehatan PBB (WHO) merekomendasikan 400 gram buah dan sayur
per hari atau 4,5 mangkuk dari berbagai jenis buah dan sayur per hari. UU
Kesehatan merekomendasikan 3-5 porsi sayur dan 2-3 porsi buah. Karena
kandungan gizi dalam setiap buah tidak sama, disarankan untuk makan
beragam buah untuk meningkatkan kelengkapan kandungan gizi yang
dibutuhkan.

B. Menyusun Opini dalam Bentuk Artikel


Artikel ditulis berdasarkan pandangan (views) penulisnya sehingga artikel
mengandung opini. Meskipun demikian, opini tersebut berdasarkan fakta yang ada.
Opini dapat berubah menjadi fakta apabila dapat dibuktikan kebenarannya. Untuk itu,
63
Anda perlu memahami perbedaan antara fakta dan opini. Ciri-ciri fakta sebagai
berikut.
1. Bersumber dari kejadian atau peristiwa atau halatau objek yang ada di sekitar
kita. Oleh karena itu, fakta selalu bersifat faktual (sesuai kenyataan atau apa
adanya).
2. Kebenarannya dapat dibuktikan sesuai kejadian, peristiwa, hal, atau objek
yang diungkapkan atau dilaporkan.
3. Mengedepankan hasil temuan dan sering kali menggunakan kutipan dari
berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya "Berdasarkan tulisan
Leonardo da Vinci...", "Mengutip kata Shakespeare...", atau "Menurut hasil
survei yang dilakukan oleh BSI...".
4. Kejadiannya sudah terjadi dan biasanya disertai waktu kejadian. Misalnya,
"Kebakaran yang terjadi di Tanah Abang, Senin kemarin telah memakan
delapan orang korban jiwa".
5. Pengungkapannya dalam bentuk kalimat berita atau pernyataan. Contoh: Saat
ini, internet telah dimanfaatkan orang Indonesia untuk berbagai keperluan.

Adapun ciri-ciri opini sebagai berikut.


1. Bersumber dari hasil pemahaman seseorang mengenai fakta atau apa saja,
kemudian diungkapkan dalam pernyataan. Oleh karena itu, opini bisa benar
dan bisa salah.
2. Kebenaran opini bergantung pada dua hal, yakni kebenaran faktanya dan
kebenaran pemahamannya. Oleh karena itu, kebenaran opini bersifat relatif,
yakni tergantung kebenaran fakta, pemahaman, dan cara pengungkapannya.
3. Menggunakan kata-kata menurut saya, menurut hemat saya, atau berdasarkan
sepengetahuan saya karena kalimat opini adalah bentuk pendapat pribadi.
4. Belum pasti kejadiannya atau informasi yang terkandung belum dibuktikan
kebenarannya sehingg biasanya diawali dengan kata-kata, seperti menurut
saya, sepertinya, dan saya rasa.
5. Penggunaan dalam kalimat berita atau pernyataan. Contoh: Penggunaan
internet oleh orang Indonesia cenderung digunakan dalam hal-hal negatif.
Pernyataan ini bisa benar bisa salah, bergantung kenyataan yang ada.

Tugas Kelompok
Kerjakan sesuai perintah!
Bersama teman sebangku Anda, carilah sebuah artikel tentang kesehatan,
kemudian bacalah dengan saksama. Tentukan opini dan fakta yang terdapat dalam
teks. Setelah itu, susunlah kembali opini dan fakta tersebut menggunakan gaya
penulisan Anda sendiri.

C. Menganalisis Kebahasaan Artikel dan atau Buku Ilmiah


Artikel umumnya ditulis karena ada fenomena yang terjadi, kemudian
direspons oleh penulisnya dengan gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikirannya
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Agar tulisan tersebut mudah dipahami
64
masyarakat, penyusunan artikel perlu memperhatikan unsur kebahasaan.
Berikut unsur kebahasaan yang harus diperhatikan.
1. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kelas kata yang memberikan keterangan
di dalam kata lain. Adverbia digunakan untuk menyatakan penda pat, misalnya
biasanya, hampir, hanya/saja, jarang, kadang-kadang, sangat, amat dan lebih,
sebagian besar waktu, segera, selalu, senantiasa, dan sering. Adverbia
ditujukan agar pembaca meyakini teks yang dibahas dengan menegaskan
menggunakankata keterangan (adverbia frekuentatif). Kata yang biasa
digunakan, yaitu selalu, bia sanya, sering, kadang-kadang, sebagian besar
waktu, dan jarang. Adverbia juga meru pakan bahasa yang dapat
mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan pembaca,
diperlukan ekspresi kepastian yang bisa dipertegas dengan kata keterangan
atau adverbia frekuentatif.
2. Kata Hubung (Konjungsi)
Konjungsi atau kata hubung adalah kata yang menghubungkan dua satuan
bahasa yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Ada berbagai macam konjungsi
dalam bahasa Indonesia, misalnya konjungsi dan, tetapi, serta sehingga.
Konjungsi yang banyak dijumpai pada artikel sebagai berikut.
a. Konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama,
berikutnya.
b. Konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti selain
itu, sebagai contoh, misalnya, padahal, dan justru.
c. Konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat, seperti sejak dan
sebelumnya.
d. Konjungsi yang menyatakan harapan, seperti supaya dan agar.
3. Kosakata
Kosakata adalah perbendaharaan kata-kata. Supaya teks artikel mampu
meyakinkan pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya
konten teks yang menarik tersebut mencakup hal-hal berikut.
a. Aktual, yaitu sedang menjadi pembicaraan di masyarakat atau baru saja
terjadi.
b. Fenomenal, yakni luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra.
c. Imajinasi, yaitu daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan).
d. Modalitas, yaitu cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu
imajinasi dalam komunikasi antarpribadi (barangkali, harus, dan
sebagainya).
e. Nukilan, yaitu kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda.
f. Teks opini, yaitu teks yang merupakan wadah untuk mengemukakan
pendapat atau pikiran. Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang memberi
penjelasan kata benda. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma atau
tanda pisah atau tanda kurung.

65
Tugas Kelompok
Kerjakan sesuai perintah! Guru akan membagi siswa di kelas Anda menjadi enam
kelompok. Bacalah artikel dan ulasan buku ilmiah berikut, kemudian analisislah
kaidah kebahasaan dua teks tersebut. Selanjutnya, bandingkan dan temukan
perbedaan kaidah kebahasaannya bila ada. Bekerjasamalah bersama anggota
kelompok Anda.

Teks 1
Segudang Manfaat Telur
Telur sudah biasa menjadi bahan makanan yang sangat mudah ditemukan,
terutama di Indonesia. Tak hanya mudah ditemukan, telur juga sangat mudah untuk
diolah menjadi berbagai macam olahan masakan. Telur memiliki banyak manfaat.
Meskipun demikian, tak semua orang bisa mengonsumsi telur lantaran kerap
dijadikan kambing hitam atas tingginya kolesterol.
Banyak anggapan yang menuding jika telur merupakan salah satu penyebab
kolesterol tinggi. Berdasarkan suatu penelitian, konsumsi telur yang wajar, umumnya
tidak akan meningkatkan kadar kolesterol seseorang. Konsumsi telur yang dianggap
wajar adalah satu butir telur sehari. Bahkan, salah satu studi telah menunjukkan
dengan mengonsumsi tiga butir telur per hari masih dianggap aman pada beberapa
orang yang tidak memiliki kecenderungan kolesterol tinggi.
Manfaat telur pertama yang bisa Anda rasakan adalah bisa membantu fungsi
penglihatan agar selalu sehat. Salah satu fungsi penglihatan mata kita dipegang oleh
sel-sel saraf dalam suatu area bernama retina. Bagian mata ini sangat rentan terhadap
paparan radikal bebas dan faktor penuaan yang mengakibatkan kerusakan atau
degenerasi pada area ini. Inilah yang membuat fungsi penglihatan seseorang akan
terganggu. Dengan mengonsumsi telur, dapat menghambat proses penuaan tersebut.
Hal ini dikarenakan telur memiliki kandungan dua antioksidan, yaitu leutin dan
zeaxanthin. Keduanya terbukti secara ilmiah bisa membantu memperbaiki kerusakan
retina.
Antioksidan di dalam telur juga bisa membantu menurunkan risiko katarak dan
melindungi fungsi mata secara keseluruhan. Ada juga kandungan vitamin A di dalam
telur yang turut menjaga ketajaman penglihatan dan melindungi mata dari kerusakan.
Selain kandungan proteinnya yang sangat baik, ada kandungan baik di dalam telur
lainnya, seperti vitamin D, asam amino, zat besi, dan zinc. Keseluruhan kandungan
nutrisi ini merupakan zat pembangun yang berkontribusi untuk kesehatan kuku.
Manfaat telur lainnya adalah dapat membantu dalam pembentukan otot dan
pertumbuhan rambut. Hal ini dikarenakan adanya kandungan protein yang cukup
tinggi dalam satu butir telur. Seperti yang telah diketahui bahwa protein sangat
diperlukan untuk membangun sel-sel di dalam tubuh. Apabila Anda ingin
mendapatkan rambut sehat dan tebal, telur dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan
dalam pemenuhan nutrisi harian. Tak hanya dikonsumsi, telur juga bisa Anda jadikan
sebagai salah satu bahan pembuatan masker rambut untuk mengoptimalkan kilaunya.
Dengan melihat rendahnya resiko kolesterol yang sebenarnya dan banyaknya
manfaat telur, kini anda tidak perlu ragu lagi untuk memasukan bahan makanan ini ke
66
dalam menu harian.
Teks 2

Judul buku : Budi Daya Buah dalam Pot


Pengarang : Ir. Bambang Cahyono
tahun terbit : 2007
Kota terbit : Jakarta
Nama penerbit : CV Sinar Cemerlang Abadi
Jumlah halaman : vi+74 halaman
Budi daya tanaman buah-buahan dalam pot (tabulampot) merupakan salah satu
peningkatan produksi buah-buahan melalui penggunaan lahan sempit dengan
memanfaatkan pot sebagai tempat bertanam. Dalam fungsinya, tabulampot banyak
membantu para pecinta anaman yang tidak memiliki lahan atau halaman yang luas. Di
samping itu, metode ini baru menjadi pemecah kebuntuan saat orang-orang cenderung
bosan merawat tanaman hias yang pada pelaksanaan sehari-harinya hanya berujung
pada pembentukan bunga atau Tabulampot menawarkan tantangan bagi pembentukan
fisik tanaman. Tabulampot tanaman karena tanaman buah yang semestinya ditanam di
lahan yang para pecinta yang luas nyatanya dapat ditanam di dalam pot. Hal ini
tentunya membutuhkan teknik tersendiri.
Beberapa perawatan rutin setelah menanam harus dilakukan agar proses
penanaman tabulampot bisa berjalan dengan baik. Dari sekian banyak tanaman buah
yang dibudidayakan dengan metode tabulampot, tidak semuanya dapat memberikan
hasil yang baik. Namun di balik itu semua, tabulampot bisa menjadi lahan bisnis yang
sangat menjanjikan di masa depan. Selain buah yang dihasilkan, faktor nilai tambah
dari tanaman buah dalam pot berupa nilai keindahan dalam pot serta kebersihan pot
tanaman. Buku ini dikemas dengan sampul yang berwarna dan sederhana sehingga
menarik minat para pembaca. Gaya bahasa penulisan pun mudah dimengerti.
Sayangnya, sebagian gambar penjelas tidak berwarna sehingga sukar dipahami karena
gambar kurang jelas.

D.Mengonstruksi Artikel Berdasarkan Fakta


Setelah memahami fakta dan opini dalam artikel, selanjutnya Anda akan belajar cara
mengungkapkan pandangan mengenai suatu topik dalam bentuk teks artikel. Sebelum
menyusun sebuah opini dalam bentuk artikel, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar dapat menjadi artikel yang baik. Syarat tulisan agar dapat dikatakan
sebagai artikel yang baik sebagai berikut.
1. Penulis artikel harus mengetahui dan memahami pembaca.
2. Memiliki topik atau gagasan secara cermat.
3. Artikel menyajikan gagasan pokok secara eksplisit.
4. Memahami segi teknis penerbitan.
5. Terdapat outline.
6. Artikel ditulis dengan paragraf yang berbobot.
7. Artikel menggunakan bahasa yang hidup.
8. Artikel ditutup dengan paragraf yang kuat.
67
9. Artikel memberi ilustrasi yang segar dan menarik.
Artikel mengandung ragam bahasa yang hidup, komunikatif, dan populer.
Artinya, menulis artikel untuk media massa menggunakan bahasa jurnalistik yang
jelas, menarik, populer, dan komunikatif. Di samping itu, artikel harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai berikut.
1. Bersifat faktual dan aktual.
2. Tulisan artikel harus orisinal, belum pernah dimuat di media lain.
3. Tidak menyerang pribadi lain atau pihak tertentu.
4. Tidak melanggar kesusilaan.
5. Mengandung unsur ilmiah populer, bukan ilmiah teknis.
6. Mengandung gagasan sentral yang jelas, bukan sekadar pernyataan lepas.
7. Mengutamakan gagasan sendiri, bukan merangkum pendapat atau pernyataan
orang lain.
8. Tidak mengandung unsur yang menyinggung atau menghina salah satu suku,
agama, ras, dan golongan (SARA) ataupun kehormatan negara lain.
9. Tidak mengandung tulisan yang dapat dikategorikan menghina pejabat negara,
pemerintah ataupun kepala negara.
10. Secara eksplisit atau implisit tidak mengandung paham ideologi yang dilarang
pemerintah atau bertentangan dengan Pancasila.
11. Bukan merupakan peradilan dengan penggunaan media.
12. Materi bukan merupakan promosi yang bersifat komersial tentang suatu
produk usaha secara langsung.
Artikel berbentuk karangan prosa dalam media massa yang membahas pokok masalah
secara lugas. Agar pembahasan pokok masalah dalam artikel dapat fokus pada
masalah dan memadai, Anda perlu mengetahui struktur artikel. Teks artikel terdiri atas
bagian-bagian berikut.
1. Struktur Artikel Opini
Untuk menyusun teks berbentuk artikel, Anda harus memahami struktur yang
menyusun teks tersebut. Struktur teks artikel terdiri atas bagian-bagian berikut.

a. Pendapat/Thesis Statement
Bagian ini berisi topik atau permasalahan yang akan dikemukakan. Dalam
bagian ini juga dapat disampaikan dasar-dasar teori atau fakta yang
berkaitan dengan opini yang hendak dikemukakan.
b. Argumentasi
Argumentasi merupakan bagian yang berisikan pendapat atau pandangan
penulis artikel terhadap masalah yang telah dikemukakan di bagian thesis
statement. Opini yang dikemukakan pada bagian ini harus sesuai
permasalahan yang telah dikemukakan di awal.
c. Pernyataan Ulang/Reiteration
Pernyataan ulang merupakan bagian akhir teks artikel. Bagian ini berisi
penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan oleh penulis agar
pembaca yakin dengan pandangan atau pendapat tersebut. Bagian ini juga
bisa disebut bagian kesimpulan.
68
2. Menyusun Argumentasi
Bagian terpenting dalam artikel opini adalah argumentasi. Argumentasi yang
Anda kemukakan harus kuat. Artinya, argumentasi harus didukung data aktual
karena artikel opini pada umumnya bersifat aktual yang berisi analisis
subjektif terhadap suatu permasalahan. Argumentasi yang dibangun harus
konstruktif agar pesan dalam tulisan dapat diserap secara baik oleh pembaca.
Selain itu, argumentasi tersebut harus memberikan solusi yang komprehensif.
3. Penggunaan Bahasa
Bahasa dalam artikel bersifat ilmiah populer, berbeda dengan bahasa ilmiah
pada umumnya. Penggunaan bahasa perlu diperhatikan untuk melihat sasaran
pembacanya. Kecenderungan pembaca teks artikel adalah membaca tulisan
yang tidak terlalu panjang. mudah dibaca, dan mudah dipahami. Oleh karena
itu, pada saat membuat opini, gunakan bahasa yang komunikatif, tidak bertele-
tele, dan ringkas penyajiannya.
Inti dari paragraf opini adalah dapat ditemukan kata atau kalimat yang
menunjukkan bahwa itu adalah sebuah pendapat pribadi ataupun pandangan
seseorang yang belum tentu benar, hanya berdasarkan pemikiran seseorang.
Artikel disusun dengan beberapa pola penyusunan. Berikut pola-pola
penyusunan artikel.

1. Pola ini memecah topik


yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang Pola Pemecahan
Topik ditemakan menjadi subtopik atau subbagian yang lebih sempit.
Setelah itu, dapat dilakukan analisis terhadap masing-masing subtopik
tersebut.
2. Pola Masalah dan Pemecahannya
Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah, baik masalah pokok
maupun apa masalah tambahan, namun masih berada dalam lingkup pokok
bahasan utama. Selanjutnya, masalah tersebut dianalisis sesuai pendapat
pakar/ahli terkait bidang ilmu beberapa yang bersangkutan.
3. Pola Kronologi Pola kronologi
menyajikan artikel sesuai kronologi, urutan, kesinambungan, dan
keberlanjutan sesuatu itu terjadi. Pola ini dipaparkan secara runut dan
runtut
4. Pola Pendapat dan Alasan Pemikiran
Pola pendapat dan alasan pemikiran dipakai jika penulis menyampaikan
pendapat gagasan/pendapatnya sendiri, kemudian berargumen secara jelas
tentang hal tersebut.
5. Pola Pembandingan
Pola ini sama seperti gaya penulisan komparatif, yaitu membandingkan
dua aspek atau lebih dari satu topik, lalu menunjukkan persamaan atau
perbedaan.
Dalam menggali gagasan dan argumentasi, gunakan kalimat yang efektif,
efisien, dan mudah dimengerti. Jika menggunakan istilah asing atau bahasa daerah,
69
buatlah padanan kata dalam bahasa Indonesia. Untuk menyusun teks artikel berisi
opini, harus diperhatikan penanda-penanda opini. Beberapa penanda opini sebagai
berikut.
1. Menggunakan kutipan kata-kata seseorang yang ditandai tanda baca petik dua
("...")
2. Menggunakan sudut pandang penulis dalam bentuk penafsiran terhadap fakta.
3. Menggunakan kata yang tidak pasti, penandanya menggunakan kata mungkin.
4. Menggunakan kata yang bertujuan menyampaikan sesuatu, seperti sebaiknya,
saran, dan rasanya. dan pendapat.

Tugas Mandiri
Kerjakan sesuai perintah!

Tulislah sebuah artikel dengan topik yang berkaitan dengan permasalahan


remaja. Susunlah artikel dengan memperhatikan petunjuk penyusunan artikel
sebagai panduan Anda dalam menulis. Periksalah kembali keruntutan isi dan
ketepatan bahasa dalam tulisan Anda sebelum dikumpulkan kepada guru.

Kosakata
Artikel :karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam
majalah atau surat kabar
Aktual :sedang menjadi pembicaraan orang banyak
Informatif :bersifat memberi informasi; bersifat menerangkan
Karakter Anak Bangsa
Menulis artikel dapat mengasah kreativitas menulis. Kreativitas merupakan
kemampuan Individu yang dapat digali dari diri setiap manusia. Kreativitas
harus dipupuk agar dapat dimanfaatkan secara postitif. Jika Anda memiliki
kreativitas dalam bidang tertentu, Anda harus terus mengasahnya. Kreativitas
yang terasah dengan baik dapat ditekuni sebagai sumber penghasilan. Jangan
bosan-bosan untuk menggali potensi diri.

 Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!


1. Kalimat fakta biasanya didukung dengan data-data, seperti apa?
Jawab : ________________________________________________
2. Bagian akhir artikel umumnya berupa?
Jawab : ________________________________________________
3. Topik-topik yang dikembangkan dalam paragraf pada artikel
senantiasa berkaitan dengan penyampaian?
Jawab : ________________________________________________
4. Bagian poin atau inti masalah/perbincangan atau hal yang menjadi
perbincangan dengan berpegang teguh pada suatu pendirian dalam
artikel disebut apa?
Jawab : ________________________________________________
5. Informasi yang didasarkan pada temuan di lapangan disebut!
70
Jawab : ________________________________________________
6. Bahasa yang digunakan dalam artikel bersifat apa?
Jawab : ________________________________________________
7. Kebenaran opini bergantung pada dua hal, yakni?
Jawab : ________________________________________________
8. Inti atau pokok paragraf disebut apa?
Jawab : ________________________________________________
9. Artikel bertujuan menyampaikan suatu informasi berupa apa?
Jawab : ________________________________________________
10. Hal penting yang dianggap menentukan kualitas artikel yakni apa?
Jawab : ________________________________________________

71
Kompetensi Dasar
3.12 Membandingkan kritik sastra dan esai dari aspek pengetahuan dan pandangan
penulis.
3.13 Menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan esai.
3.14 Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah buku pengayaan
(nonfiksi) dan satu buku drama (fiksi).
4.12 Menyusun kritik dan esai dengan memperhatikan aspek pengetahuan dan
pandangan penulis, baik secara lisan maupun tulisan.
4.13 Mengonstruksi sebuah kritik atau esai dengan memperhatikan sistematika dan
kebahasaan, baik secara lisan maupun tulisan.
4.14 Menulis refleksi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah buku
pengayaan (nonfiksi) dan satu buku drama (fiksi), baik secara lisan maupun tulisan.
Materi Inti Pembelajaran
Membandingkan Kritik dan Esai
Menyusun Kritik dan Esai
Menganalisis Sistematika serta Kebahasaan Kritik
Mengonstruksi Kritik Sastra dan Esai
Mengidentifikasi dan Menuliskan Nilai-Nilai dalam Buku Pengayaan dan Buku
Drama

Bab 6
Menilai Karya Melalui Kritik Dan Esai
Apersepsi
Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki
pekerjaan. Kritik berasal dari bahasa Yunani kritikos yang berarti "dapat
72
didiskusikan".
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari
sudut pandang pribadi penulisnya. Di dalam esai berisi tentang opini, pandangan atau
ekspresi pribadi dari penulis mengenai sebuah hal yang sedang terjadi atau
berlangsung di masyarakat.
Kritik dan esai merupakan bentuk tulisan sebagai hasil apresiasi terhadap karya
tulis fiksi maupun nanfiksi Pandangan, kesan, atau penilaian tertiadap karya sastra
dapat disampaikan melalui kritik dan esai Pandangan, kesan, atau penilaian terhadap
karya sastra dapat di sampaikan melalui kritik dan esai Pernahkah Anda membaca
atau bahkan menulis kritik sastra dan esai?
Pada bab ini, Anda akan belajar menulis kritik sastra dari esai Selain itu, Anda juga
akan belajar memben penilaian terhadap buku pengayaan dan buku drama yang
dibaca. Hal utama dalam menulis ketiga tulisan tersebut adalah keobjektifan Sudah
siapkah Anda mengasah kemampuan dalam menulis?
Rangkuman Materi
Agar dapat menyusun kritik dan esai dengan baik, seseorang harus memahami dan
mendalami sastra dan teori sastra Paling tidak. Anda harus mengerti betul tentang
karya yang akan Anda kritik atau yang akan Anda jadikan sebagai bahan esai.

A.Membandingkan Kritik dan Esal


Sebelum lebih lanjut membahas mengenai proses penulisan kritik dan esai, Anda
perlu memahami yang dimaksud dengan kritik dan esai serta masing-masing
unsurnya.
1. Kritik Sastra
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kritik sastra Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kadang-kadang disertai uraian dan partimbangan baik
buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat dan sebagainya bahwa HB
Yassin kritik kesusastraan adalah pertimbangan baik atau buruk suatu hasil ke
susastraan Pertimbangan du disertai dengan alasan mengenai isi à dan bentuk
karya sastra Widyamartaya dan Sudiati berpendapat bahwa kritik sastra adalah
pengamatan yang teliti perbandingan yang tepat, dan pertimbangan yang adil
terhadap baik-buruknya kualitas, nilai, serta kebenaran suatu karyan sastra.
Salah satu fungsi kritik sastra adalah membina dan mengembangkan sastra
Melalui kritik sastra, kritikus berusaha manunjukkan struktur sebuah karya
sastra,memberikan penilaian, menunjukan kekuatan Dan kelemahannya serta
memberkan alternatif untuk pengembangan karya sastra tersebut.
 Ciri-Ciri Kritik Sastra
Kritik yang baik adalah kesan pribadi yang member isyarat kepada
pembaca untuk membaca buku yang sedang dibicarakan. Di samping itu,
sebuah kritik sastra yang baik hendaknya mempunyai beberapa cin
berikut:
1). Memberikan tanggapan terhadap objek kajian (hasil karya sastra)
2). Memberikan pertimbangan baik dan buruk sebuah karya sastra
3). Bersifat objektif
73
4). Memberikan solusi atau kritik-konstruktif
5). Tidak menduga-duga
6). Memaparkan penilaian pribadi tanpa memuat ide ide
 Jenis-Jenis Kritik Sastra
Jenis kritik sastra dapat dibadakan berdasarkan bentuk, pelaksanaan,
serta orientasi terhadap karya sastra.
1). Berdasarkan bentuknya, yaitu kritik teoritis dan kritik terapan
a. Kritik teoritis adalah kritik sastra yang bekerja atas dasar prinsip-prinsip
umum untuk menetapkan seperangkat istilah yang berhubungan,
pembedaan-pembedaan, dan kategori-kategori untuk diterapkan pada
pertimbangan dan interpretasi karya sastra maupun penerapan "kriteria"
(standar atau norma) untuk menilai karya sastra dan pengarangnya.
b. Kritik terapan merupakan diskusi karya sastra tertentu dan penulisnya
Misalnya, buku Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esal
Jilid II (1962) yang mengkritik sastrawan dan karyanya. di antaranya
Mohammad All, Nugroho Notosusanto, dan Subagio Sastrowardoyo.
2). Berdasarkan orientasi terhadap karya sastra, yaitu kritik mimetik, kritik
pragmatis, kritik ekspresif, dan kritik objektif
a. Kritik mimetik adalah kritik yang bertolak pada pandangan bahwa karya
sastra merupakan tiruan atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia
Kritik ini cenderung mengukur kemampuan suatu karya sastra dalam
menangkap gambaran kehidupan yang dijadikan suatu objek
b. Kritik pragmatik adalah kritik yang disusun berdasarkan pandangan bahwa
sebuah karya sastra disusun untuk mencapai efek tertentu kepada pembaca,
seperti efek kesenangan, estetika, pendidikan, dan sebagainya Model kritik
ini cenderung memberikan penilaian terhadap suatu karya berdasarkan
ukuran keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut
c. Kritik ekspresif adalah kritik yang menekankan kepada kebolehan penulis
dalam mengekspresikan atau mencurahkan idenya ke dalam wujud sastra.
Kritik ini cenderung menimbang karya sastra dengan memperlihatkan
kemampuan pencurahan, kesejatian, atau visi penyair yang secara sadar
atau tidak tercermin dalam karya tersebut
d. Kritik objektif adalah kritik sastra yang menggunakan pendekatan
bahwasuatu karya sastra adalah karya yang mandiri Karya ini menekankan
padaunsur intrinsik.
2. Esai
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya Esai sebagai satu bentuk karangan dapat
bersifat informal dan formal Esal informal mempergunakan bahasa percakapan
dengan bentuk sapaan saya dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan
pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya senus Pengarang
mempergunakan semua persyaratan penulisan
Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis
tentang subjek tertentu Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian pendahuluan
74
yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subjek bahasan dan
pengantar tentang subjek, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang
subjek dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan
menyebutkan kembali ide pokok ringkasan dari tubuh esa atau menambahkan
beberapa observasi tentang subjek.
 Ciri-Ciri Esai
Teks esai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1) Berbentuk prosa
Artinya esai disajikan dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan
penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
2) Memiliki gaya pembeda
Seorang penulis esal yang baik akan membawa cin dan gaya yang khas yang
membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
3) Selalu tidak utuh
Penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dan objek dan subjek
yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan
kepada pembaca.
4) Memenuhi keutuhan kriteria penulisan
Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki
kesatuan dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan
pengembangan, sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan
kesimpulan yang logis Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak
membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.

5) Singkat
Maksud dari cin ini yaitu dapat dibaca atau diselesaikan pembacaannya
dengan santai dalam waktu kurang lebih dua jam.
6) Mempunyai ciri pribadi
Hal yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah cin
personal Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis
sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya pikirannya, dan
dugaannya kepada pembaca.
 Jenis-Jenis Esai
1) Esai deskriptif
Esai jenis ini dapat menuliskan objek atau subjek apa saja yang dapat
menarik perhatian pengarang Esai jenis ini bisa mendeskripsikan sebuah
rumah, sepatu, pantai dan sebagainya.
2) Esat tajuk
Esai jenis ini dapat dilihat di surat kabar atau majalah Esai ini memiliki
fungsi menyatakan pandangan dan sikap surat kabar atau majalah tersebut
terhadap isu tertentu Dengan esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk
opini pembaca Esai semacam ini tidak perlu mencantumkan nama penulis.
3) Esai cukilan
Cin khas esai ini memperbolehkan penulis membeberkan beberapa segi dari
75
kehidupan individual seseorang kepada pembaca Melalui cukilan itu.
pembaca bisa mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang
dibeberkan Di sini penulis tidak menuliskan biografi la hanya memilih
bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
4) Esai pribadi
Esai ini hampir sama dengan esai cukilan Akan tetapi, esai pribadi ditulis
sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri Penulis akan menyatakan
saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara tentang saya dan
pandangan saya tentang hidup la membuka tabir tentang dirinya sendin.
5) Esai reflektif
Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada baca serius Penulis
mengungkapkan secara mendalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati tentang
topik yang penting berhubungan dengan hidup Misalnya, kematian politik.
pendidikan, dan hakikat manusiawi Esai ini ditujukan kepada cendekiawan.
6) Esai kritik
Pada esai ini penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya
lukisan, tarian, pahat, patung, teater, dan kesusastraan Fsai ini
membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis
tentang karya seni Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

Tugas Kelompok
Kerjakan sesuai perintahnya!

1. Bersama teman sebangku Anda, bacalah dan pahamilah isi kritik Dan esai
berikut.

Teks 1

Mozaik Sastra Indonesia


Mungkin sebagian orang masih punya pendapat, sastra adalah bidang marginal
terkucil dan gegap-gempita kesenian panggung dan televisi sekarang ini Kita hanya
menyaksikan eksistensi sastra pada panggung-panggung mini, atau acara bedah buku,
temu penulis dengan pembaca yang pengunjungnya bisa kita hitung dengan jari
Namun, biar begitu adanya, eksistensi sastra bukan tidak berguna.
Sastra bercita rasa tinggi akan sangat penting manfaatnya sebagai kontrol ter-
hadap kesenian (bahkan kebudayaan) hasil produk pasar bebas yang serba instan,
imitatif, pasaran, dan rendah nilai estetiknya. Tentu untuk membangun sastra yang
berkualitas, kritik sastra harus ditempatkan pada sentral diskursus Beragam perspektif
harus disiapkan untuk melihat sesuatu yang tidak pernah kila duga-duga.
Hadirnya buku ini tentu penting bagi pembaca untuk lebih mudah melihat
keragaman analisis para pegiat sastra kritikus, dan akademis yang selama ini serius
terlibat dan meneliti perkembangan sastra Indonesia Melalui proses seleksi yang
cukup serius, sang editor, Kinayati Djojosuroto, mengemas 21 esai karya dari 21
kritikus sastra menjadi satu buku berjudul Mozaik Sastra Indonesia. Di dalamnya
76
memuat karya-karya dua generasi. Generasi tua diwakili Asrul Sani, Aref Budiman
Abdul Hadi WM, dan Wilson Nadeak Sementara itu, kritikus sastra muda yang hadir
antara lain Agus R Sarjono. Agus Noor, Ahmad Subhanuddin Alwy, dan Binhad
Nurrahmat Ada juga tulisan dan para akademisi seperti Maman S Mahayana, Sunaryo
Basuki KS Suroso, dan Yusrizal KW. Tulisan-tulisan yang terkumpul di dalamnya
berasal dari naskah-naskah yang pernah diterbitkan di media cetak, seperti Majalah
Horizon. Kompas, Republika, dan Media Indonesia dan lain lam Antologi ini
diklasifikasi menjadi 6 topik.
Bagian pertama membicarakan tentang sastra dan konteks Perbincangan dalam
bab ini mengarah pada keterkaitan antara sastra, politik, sosial dan ideologi Artinya,
pengarang ingin menyampaikan realitas sosial-politik, religi, dan budaya dalam
bingkai sastra. Esai-esai pada bagian ini setidaknya akan menyegarkan dahaga dunia
sastra Indonesia yang selama ini mengalami kekurangan kritik sastra.
Bagian kedua, menyoal sastra dan imajinasi, di mana pembicaraan seputar
peranan imajinasi dalam karya sastra ditelaah secara detail dan mendalam.
Bagian ketiga, sastra dan pluralisme, menyoroti kreativitas karya sastra yang
selalu terikat oleh variabel lain yang berdampak pada sukses atau gagalnya sastrawan
dalam mengomunikasikan bahasa. Dijelaskan, sastra tanpa media komunikasi akan
mati, pembaca tidak akan bisa menikmati Masih serupa dengan perbincangan sastra
dan konteks, soal pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia cukup banyak
dibicarakan dalam bagian ini.
Pada bagian keempat, Mozaik Sastra Indonesia, pembaca akan disuguhi proses
kreatif para penulis sastra dalam menciptakan percikan percikan ide yang memiliki
nilai estetika puisi. Di dalam bab ini, pembicaraan tentang kesaksian kreatif berpuisi
dalam memahami warna lokal sastra, latar sosial, dan religi dalam karya sastra juga
mendapat tempat.
Bagian kelima, membahas soal sastra cyber. Hadirnya teknologi informasi di
Indonesia berdampak pada perkembangan sastra dengan wajah baru dan unik Sastra
cyber merupakan fenomena penting yang tidak mungkin diabaikan dalam
perbincangan sastra Indonesia Era cyber telah menjadikan komunikasi antarmanusia
lebih cepat Seiring dengan itu, para sastrawan baru pun bermunculan melalui internet
Pembicaraan sastra cyber pun makin menarik karena ternyata mempunyai ciri khas
yang berbeda dengan sastra media cetak.
Bagian keenam kita akan diajak bertamasya pada proses kreativitas pengarang
Tema ini selalu menjadi topik hangat yang selalu dibutuhkan, terutama sastrawan
pemula Dari sini kita akan melihat tentang suka-duka sastrawan dalam memproduksi
ide penulisan.
Seperti yang pemah dikatakan oleh Radhar Panca Dahana, Sastra memang
semestinya dikembalikan kepada pembaca, baik secara leoretis maupun praktis Di
tingkat teoretis penyingkiran pembaca dalam penelaahan sastra, membuat sastra itu
sendiri hanya berputar dalam lingkaran analitik antara para kritikus, ambisi penerbit
atau biografi pengarangnya (Faiz Manshur, jurnalis).

Teks 2
77
Pentingnya Sastra Bagi Generasi Muda
Oleh Edy Firmansyah
Sejatinya sastra merupakan unsur yang amat penting yang mampu memberikan
wajah manusiawl, unsur-unsur keindahan, keselarasan keseimbangan, perspektif
harmoni, irama, proporsi, dan sublimasi dalam setiap gerak kehidupan manusia dalam
menciptakan kebudayaan Apabila hal tersebut tercabut dari akar kehidupan manusia,
menusia tidak lebih dan sekadar hewan berakal
Untuk itulah sastra harus ada dan selalu harus diberadakan Sayangnya, untuk
kita, bangsa Indonesia sastra dan kesenian nyatanya kian terpinggirkan dari kehidupan
berbangsa Padahal, kita adalah bangsa yang berbudaya.
Dalam dunia pendidikan sastra dianggap hafalan belaka. Siswa mengenal novel-
novel sastra seperti Sengsara Membawa Nikmat. Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan
sebagainya hanya karena mereka terpaksa atau mungkin dipaksa menghafal beberapa
sinopsis dari beberapa karya yang benar-benar singkat yang ada dalam buku
pelajaran, yang mereka khawatirkan muncul ketika ujian Akibatnya bagi siswa sastra
hanyalah aktivitas menghafal mencatat, ujian, dan selesai Metodenya hampir sama
dari tahun ke tahun, dan generasi ke generasi, sehingga minal terhadap dunia sastra
benar benar tidak terlintas di beriak kebanyakan generasi kita.
Fenomena semacam itu semakin parah melanda generasi muda di daerah daerah
terutama daerah pedalarnan. Walaupun tidak bisa dipungkiri, hal itu juga melanda
generasi muda di perkotaan.
Beberapa waktu lalu penulis sempat berbincang-bincang dengan seorang guru
bahasa Indonesia sebuah sekolah favorit di Pamekasan, Madura, di sebuah warung
kopi sebelah rumah Iseng-iseng, penulis bertanya tentang perkembangan sastra siswa-
siswinya.
Jawabannya sungguh mengejutkan "Yah, menurut saya, yang terpenting bagi
mereka adalah mampu menjawab soal-soal UAN yang berkenaan dengan sastra
Sebab, malu rasanya jika nilai bahasa Indonesia jeblok Sangat ironis jawaban seperti
itu
Selang beberapa waktu kemudian, setelah pembicaraan saya dengan guru bahasa
Indonesia itu, terjadi peristiwa yang mengejutkan di Pamekasan Adalawuran
antarpelajar atau tepatnya tawuran antarkelas yang dilakukan oleh beberapa siswa dari
sekolah terfavorit di Pamekasan. Namun, entah karena apa, peristiwa ini tidak
diekspos oleh media massa, bahkan koran lokal sekalipun Padahal dalam tawuran ifu
dua orang siswa harus dirawat intensif di RSUD Pamekasan Tentu saja terjadinya
tawuran tersebut, kesalahan tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya kepada siswa.
Sekolah pun mestinya memiliki tanggung jawab penuh untuk merefleksi diri
mengapa tawuran antarpelajar sering terjadi akhir-akhir ini. Sebab ada kemungkinan
kesalahan dalam mendidik dan memberikan metode pendidikan. Salah satunya jelas
karena kurangnya pengayaan terhadap sastra.
Sastra adalah vitamin batin, kerja otak kanan yang membuat halus sikap hidup
insani yang jika benar benar dimatangkan akan mampu menumbuhkan sikap yang
lebih santun dan beradab. Tentu akan lain ceritanya jika sekolah lebih
mengembangkan sastra kepada siswa-siswinya Ambil contoh kecil, misalnya
78
pengembangan berpuisi.
Selain keseimbangan olah jiwa, kepekaan terhadap lingkungan yang memiliki
unsur-unsur keindahan, siswa akan semakin mengerti tentang hakikat dan nilai-nilai
kemanusiaan Jiwa kemanusiaan semakin tebal, maka jiwa-jiwa kekerasan yang ada
dalam diri manusia akan tenggelam dengan sendinnya Sebab, jarang sekali puisi dan
kekerasan tampil dalam tubuh kalimat yang sama.
Terkait dengan itu. beberapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa
ternyata berpuisi sebagai salah satu bagian dari sastra selain mampu memanajemen
stres, yang merupakan pemicu dari lahimya tindak kekerasan juga memberikan efek
relaksasi serta mencegah penyakit jantung dan gangguan pernapasan. Oleh sebab itu
tidak bisa lagi kita mengelak dengan mengatakan bahwa sastra hanyalah permainan
kata-kata. Kata kata yang dibolak-balik diakrobatkan diliuk-liukan di udara imajinasi
agar terkesan wah, indah dan bersahaja bagi siapa saja yang membacanya Ternyata
dari hasil penelitian di atas sastra mampu menduduki posisi sebagai terapi allematit
terhadap beberapa penyakit. Oleh sebab itu, menjadi wajar bahwa penulis di sini
sangat menekankan untuk sekolah agar terus-menerus memberkan waktu yang lebih
banyak pada siswanya untuk melatih imajinasi melalui karya-karya sastra, baik itu
puisi, cerpen, teater, maupun drama.
Selain untuk memupuk minat terhadap sastra dan mengembangkan imajinasinya
sebagai penunjang pengetahuan yang lainnya, diharapkan juga nantinya mampu
melahirkan para budayawan dan sastrawan lerkenal sebagai pengganti pendekar sastra
pilih tanding yang tidak produktif lagi karena usia dan satu per satu telah
meninggalkan kita Sebut saja Hamid Jabbar Mochtar Lubis, dan Pramudya Ananta
Toer.
Salah salu cara adalah sekolah harus membuka lowongan pekerjaan untuk
seniman seniman profesional yang cenderung urakan di mata masyarakat untuk
menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia sebagai pengganti dari guru bahasa
Indonesia lulusan universitas yang selalu terikat dengan kurikulum sehingga
kebanyakan dari mereka tidak mampu mengembangkan minat sastra pada siswa
siswinya Bisa juga dengan memberikan waktu khusus untuk para seniman, sastrawan
muda berbakat untuk membenkan pelajaran sastra.
B. Menyusun Kritik dan Esai
Penting bagi seorang kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-
ilmu lain yang berkaitan dengan karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya
sastra, latar belakang karya sastra, dan ilmu lain yang terkait. Kritik sastra
memungkinkan suatu karya dapat dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai.
Seorang kritikus sastra mengurai pemikiran, paham-paham, filsafat, pandangan hidup
yang terdapat dalam suatu karya sastra Apabila Anda memiliki sikap yang
bertanggung jawab, orang lain pun akan memberikan kepercayaan dan rasa hormat
kepada Anda.
Setain kritik dikenal juga esal baik esai sastra maupun esal nonsastra Dalam esai
penulis membahas suatu objek yang aktual dengan menggunakan sudut pandang
pritiadi Esa berisi pendapat atau pandangan pribadi penulis terhadap suatu objek Esai
berupaya meyakinkan pembaca untuk menerima pendapat atau pandangan.
79
Kritik maupun esai sastra sesungguhnya dapat dimanfaatkan mengakrabkan
masyarakat dengan dunia sastra Untuk mencapai hal tersebut prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan ketika menulis kritik dan esai sastra sebagai berikut.
1. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas dan hasil ulasannya
harus memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab musabab yang
berkaitan dengan suatu peristiwa yang nyata Jadi, yang terpenting bukan apa
yang diulas tetapi bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.
2. Mempunyai pemahaman atau pengenalan sejumlah konsep dasar
pengetahuan kesusastraan.
3. Pendekatan yang digunakan harus jelas, apakah persoalan didekati dengan
pendekatan faktual atau imajinatif? Pendekatan faktual maksudnya
mendekati pokok persoalan fakta dan datanıya sebagaimana diserap
pancaindra Pendekatan imajinatif maksudnya mendekati pokok persoalan
berdasarkan apa yang dibayangkan atau diangankan
4. Membaca sebanyak-banyaknya karya sastra sebelumnya atau karya sastra
pada zamannya Cara ini dapat memberikan dasar bagi kita untuk
menempatkan karya sastra dalam konteks sejarahnya, apakah terna karya itu
benar-benar baru atau hanya mengulang saja.
5. Mempunyai sikap objektit, terbuka, dan adil Jika kita mengungkapkan
kelemahan karya sastra tersebut kita juga harus mengungkapkan
kelebihannya dengan disertai bukti bukti otentik.
6. Penyajian dan gaya bahasa yang digunakan sebaiknya sederhana dan lugas
Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, jangan samar samar, harus dapat
dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan
kebenarannya.

Tugas mandiri
Kerjakan sesuai perintahnya!

1. Bacalah sebuah cerpen bertema persahabatan


2. Buatlah kalimat kritik berdasarkan cerpen tersebut
3. Setelah itu, datalah bagian-bagian menarik dari cerpen yang bisa Anda
jadikan sebagai bahan esai. Selanjutnya, buatlah kalimat esal berdasarkan hal
menarik tersebut.

C.Menganalisis Sistematika serta Kebahasaan Kritik dan Esal Sastra

1. Menganalisis Sistematika Kritik dan Esai Sastra


Menurut Maman S Mahayana, esal sastra yang ditulis di berbagai media
massa sesungguhnya termasuk kategori kritik sastra umum Oleh karena itu,
sistematika penyusunan sastra dan esai pada dasarnya hampir sama, yaitu
menggunakan struktur berikut
a. Pernyataan Pendapat/Tesis
Paragraf pendahuluan berisi pernyataan pendapat atau tesis. Pada
80
dasarnya, bagian ini berisi pengantar yang memadai tentang topik bahasan
yang hendak ditulis Gagasan yang ditulis dalam paragraf ini memberikan
gambaran tentang gagasan atau pembahasan yang akan ditulis pada bagian
isi
Unsur yang paling penting dalam paragraf pendahuluan adalah kalimat
tesis Kalimat tesis merupakan gagasan utama kritik maupun esai yang
dinyatakan secara jelas dan eksplisit Kalimat tesis ini berfungsi sebagai
pengontrol gagasan yang hendak disampaikan pada bagian isi
b. Argumen
Bagian isi atau inti merupakan penjabaran dari gagasan utama yang
dinyatakan dalam kalimat tesis. Penjabaran gagasan utama ini diwujudkan
dalam beberapa paragraf Bagian int umumnya terdin dari beberapa
gagasan utama (minimal dua) Setiap gagasan utama ditulis dan dijabarkan
dalam satu paragraf. Setiap paragrafisi mendiskusikan gagasan-gagasan
yang lebih spesifik dan lebih detail agar argumen lebih meyakinkan.
Gagasan spesifik ini merupakan kalimat pendukung yang berfungsi
sebagai penjelasan yang logis atas argumen yang disampaikan penulis.
c. Penegasan Ulang
Bagian penutup disajikan dalam satu paragraf simpulan yang dimaksudkan
untuk mengakhiri pembahasan topik Paragraf ini biasanya berisi
rangkuman dari pokok pikiran yang telah disampaikan penulis. Paragraf
penutup juga bisa berupa penegasan atas pendapat yang telah dijabarkan di
bagian isi dengan maksud agar pembaca mengetahui secara persis posisi
penulis atas masalah yang ditulis
Dalam teks kritik, pendapat/tesis yang disampaikan adalah hasil penilaian terhadap
sebuah karya sastra. Argumen yang disajikan berupa data-data objektif dalam karya
serta alasan yang logis. Penegasan ulang dalam kritik bisa berupa ringkasan atau
pengulangan kembali tesis dalam kalimat yang berbeda
Dalam teks esat, pendapat/tesis yang disampaikan adalah pandangan penulis
terhadap objek atau fenomena yang disorotinya Argumen yang disajikan berupa
alasan yang logis dan subjektif Penegasan ulang pada esai bisa berupa ringkasan atau
pengulangan kembali.

2. Menganalisis Kebahasaan
Sebagai teks eksposisi, teks kritik dan esai secara umum juga memiliki
kaidah kebahasaan yang hampir sama dengan teks eksposisi Kaidah
kebahasaan dalam kritik dan esai sebagai berikut.
a. Menggunakan kalimat persuasif
Kalimat persuasif merupakan kalimat yang besifat membujuk secara
halus supaya menjadi yakin.
b. Menyertakan pernyataan berupa fakta untuk mendukung atau
membuktikan kebenaran pendapat penulis/pengarang. Contoh Terdapatnya
bias gender dalam cerpen ini menimbulkan pertanyaan besar dipembaca.
Kenapa hal tersebut terjadi? Bukankah Nadia seorang perempuan? Dia
81
seharusnya menjunjung nilai-nilai feminisme yang memperjuangkan
kesetaraan perempuan dan laki-laki, seperti yang dilakukan oleh para
penulis perempuan lainnya, seperti Fatima Mernissi Nawalel Saadaw,
Wardah Hafidz, dan Lies Marcoes Natsir
c. Menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau
mengomentari Contoh Pemanfaatan atau lebih tepatnya eksplorasi setiap
kata dan kalimat tampak begitu cermal dalam usahanya untuk merangkai
setiap peristiwa Eka seperti hendak menunjukkan dinnya sebagal
"eksperimentar yang sukses, bukan lantaran faktor kebetulan Ada
kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap peristiwa dan kemudian
menjadikannya struktur cerita. Di balk tu, tampak pula adanya semacam
kekhawatiran untuk tidak melakukan kelalaian yang tidak perlu
d. Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahas Contoh
Topik pada teks esai yang membahas fim, misalnya film "Batman" Istilah-
istilah film yang digunakan, antara lain orisinalitas, trilog Nolan, planetary,
remote control, alegori, dan candide Anda bisa menggunakan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, bak cetak maupun versi daring dan kamus istilah
bidang film untuk mencari arti istilah-istilah tersebut
e. Menggunakan kata kerja merital
Hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi yang bersifat argumentatif dan
bertujuan mengemukakan sejumlah pendapat. Kata kerja yang antara lain memendam,
mengandalkan mengidentifikasi mengingatkan, menegaskan dan menentukan Contoh:
1) Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen.
2) Dengan hanya mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita
tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah
(Halimunda).
3) Kadang kala muncul di sana sini pola kalimat yang menigingatkan kita pada
style penulis Melayu Tionghoa.
4) Tiap kali kita memang bisa mengidentifikasinya dari sebuah topeng kelelawar
yang itu-itu juga.

Tugas Kelompok
Kerjakan sesuai dengan perintahnya!

Bentuklah kelompok beranggota 4-5 siswa. Bacalah kembali kritik dan esal sastra
yang Anda gunakan pada tugas Subbab A Bersama kelompok Anda, identifikasilah
struktur serta kebahasan kritik dan esai tersebut.

D.Mengonstruksi Kritik Sastra dan Esai


Bagaimana menulis kritik dan esai? Antara menulis kritik dan menulis esai
sebenarnya tidak ada perbedaan yang berarti Adapun yang menjadi sasarannya adalah
unsur-unsur pembentuk karya sastra yang dikritik, baik unsur-unsur intrinsik maupun
ekstrinsik, terutama yang dalam karya tersebut dipandang menonjol
Sebelum menulis kritik dan esai sastra, Anda sebaiknya terlebih dahulu
82
menempatkan karya sastra secara proporsional. Artinya, Anda harus menganggap
bahwa karya sastra yang akan Anda analisis adalah benar-benar mumi sebuah karya
sastra tanpa ada niatan niatan tertentu yang akan menghancurkan atau mematikan
kreativitas karya sastra itu sendin ataupun pengarangnya.
1. Mengonstruksi Kritik Sastra
Dalam kritik sastra terkandung kritik yang meliputi empathal, yaitu
mendeskripsikan. menganalisis, menafsirkan, dan menilai:
a. Deskripsi merupakan tahap kegiatan memaparkan data apa adanya,
misalnya mengklasifikasikan data sebuah cerpen atau novel berdasarkan
urutan cerita mendeskripsikan nama-nama tokoh, mendata latar tempat dan
waktu, dan mendeskripsikan alur setiap bab atau episode.
b. Analisis adalah menguraikan unsur unsur-unsur Yang membangun karya
sastra Dan menarik hubungan antara unsur-unsur tersebut.
c. Menafsirkan dapat diartikan sebagai memperjelas maksud karya sastra
dengan cara:

a) memusatkan interpretasi kepada ambiguitas kias, atau kegelapan dalam


karyasastra.
b) memperjelas makna karya sastra dengan jalan menjelaskan unsur-unsur dan
jenis karya sastra. Seorang kritikus yang baik tidak lantas terpukau terhadap
apa yang sedang dinikmati atau dihayatinya, tetapi dengan kemampuan
rasionalnya seorang kritikus harus mampu membuat penafsiran-penafsiran
sehingga karya sastra itu datang secara utuh.
d. Penilaian dapat diartikan menunjukkan nilai karya sastra dengan bertitik
tolak dari analisis dan penafsiran yang telah dilakukan Dalam hal ini,
penilaian seorang kritikus sangat bergantung pada aliran-aliran, jenis-jenis,
dan dasar-dasar kritik sastra yang dianut.

2. Mengonstruksi Esai Ssastra


Berbeda dengan kritik yang menyajikan kelebihan dan kelemahan karya, esai
membahas tentang objek atau fenomena dari sudut pandang yang dianggap menarik
oleh penulisnya. Hal yang dibahas kadang-kadang bukan merupakan hal yang penting
bagi orang lain, tetapi kejelian penulis dalam memilih aspek yang acap kali diabaikan
orang lain, serta kemampuannya menyajikan dalam bahasa yang mengalir lancar
membuat esai menjadi menarik. Adapun langkah-langkah untuk membuat/menulis
esai sebagai berikut.

a. Menentukan tema atau topik


b. Membuat garis besar ide yang akan dibahas
c. Menuliskan pendapat sebagai penulis dengan kalimat yang singkat dan jelas.
d. Menulis tubuh esai, memulai dengan memilah poin penting yang akan
dibahas, lalu membuat beberapa subtema pembahasan agar pembaca lebih
mudah memahami maksud dari gagasan, selanjutnya mengernbangkan
subtema yang telah dibuat sebelumnya.
83
e. Membuat paragraf pertama yang bersifat sebagai pendahuluan (alasan e
belakang penulisan esai) serta argumen.
f. Membuat Kesimpulan.

Tugas Mandiri
Kerjakan sesuai perintahnya!

Buatlah sebuah kritik atau esai mengenai perkembangan sastra di Indonesia,


kemudian kumpulkan kepada guru Anda untuk mendapat penilaian Kumpulkan dalam
bentuk print out.

E. Mengidentifikasi dan Menuliskan Nilai-Nilai dalam Buku Pengayaan dan


Buku Drama
Selain unsur intrinsik dan ekstrinsik, setiap karya sastra baik itu puisi, prosa,
drama, maupun nonfiksi diciptakan secara sadar oleh penulisnya Penulis teks secara
sadar memberikan pesan melalui karyanya Pesan penulis kepada pembaca atau
pendengar karyanya disebut dengan amanat Pesan atau amanat tersebut disampaikan
penulis dengan harapan pembaca atau pendengar mampu mendapatkan nilai-nilai
tertentu setelah membaca atau mendengar karyanya Nilai-nilai yang dikandung
sebuah teks meliputi :
1. Nilai pendidikan
2. Nilai keagamaan dan religious
3. Nilai sosial
4. Nilai keindahan
5. Nilai budaya
6. Nilai moral

Tugas Kelompok
Kerjakan sesuai perintahnya!

Barsama teman sebangku Anda carilah contoh kutipan buku pengayaan dan naskah
drama Bacalah kemudian identifikasikanlah nilai-nilai yang terkandung dalam kutipan
buku pengayaan serta naskah drama tersebut.

Kosakata
Esai : karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut
pandang pribadi penulisnya
Kritik : kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan
baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat
Objektif :mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau
pandangan pribadi
Sastra : bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa
sehari-hari)

84
“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya.”
(Mahatma Gandhi)

“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah


seolah engkau hidup selamanya.”
(Mahatma Gandhi)

Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Hakim, Nadliful. 2015. Makalah. ”Pasar tunggal ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 Peluang atau Ancaman?”

Kedaulatan Rakyat. 2014. Kedaulatan Rakyat, 6 Januari 2014. ”Kado Tahun

Baru 2014 Pertamina”.

Kompas. 2011. Kompas, 28 November 2011. ”Jembatan Mahakam yang

Diresmikan Tahun 2002 Ambruk!”

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini,

Kolom, dan Resensi Buku. Jakarta: Erlangga.

85
Muhammad, Damhuri. Kompas Minggu, 29 September 2013. Lelaki Ragi dan

Perempuan Santan.

Nurbaya, St. (Ed.). 2011. Bahasa Indonesia :Panduan Menulis Karya Ilmiah.

Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2004. Materi Pokok Keterampilan Dasar

Menulis. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Tohari, Ahmad. 2011. Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia.

Waluyo, Herman J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta:

Hanindita Graha Widya.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Sumber Internet:

http// www.tempo.co edisi 12 Mei 2015

http://nasional.sindonews.com edisi Kamis, 30 Juli 2015

https://id.wikipedia.org/wiki/Ronggeng_Dukuh_Paruk

Berbahasa-bersastra.blogspot.com

www.allchussna.wordpress.com
www.goodreads.com
www.jophouse.com

86
87
88

Anda mungkin juga menyukai