Anda di halaman 1dari 22

1

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

SOSIALISASI TENTANG UPAYA PENCEGAHAN TINDAK


PIDANA PENCURIAN BAGI REMAJA DI KELURAHAN
KANDANG KECAMATAN KAMPUNG MELAYU
KOTA BENGKULU

Diajukan sebagai syarat mengikuti KUKERTA ke XXX


di Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. Bengkulu

Disusun Oleh :

NAMA : Dina Alvionita


NPM : 16010202

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH


BENGKULU
2019
2

HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Judul penelitian : Sosialisasi Tentang Upaya Pencegahan


Tindak Pidana Pencurian Bagi Remaja Di
Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung
Melayu Kota Bengkulu
Bidang Ilmu : Hukum Pidana
Peneliti
a. Nama lengkap : Dina Alvionita
b. NPM : 16010202
c. Program Studi : Ilmu Hukum
d. Nomor HP : 089531741991
e. Alamat surel (e-mail) : Dinaalvionita11@gmail.com
f. Alamat Rumah : Jln. Bumi Ayu 4 RT 06 RW 02 No. 29
Kecamatan Selebar Kota Bengkulu

Bengkulu, 21 Mei 2019


Mengetahui Peserta Kukerta,
Dosen Pembimbing Lapangan

Pedi Riswandi, SE.,M.Ak Dina Alvionita


NPP. 0212100163 Npm. 16010202

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Dr. Dodo Sutardi, M.Pd


NIP.195910061987031002

ii
3

PRAKARTA

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat yang dilimpahkan Oleh-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah Ini. Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini merupakan pembahasan laporan
program Individu KUKERTA XXX dengan judul KARYA TULIS ILMIAH:
Sosialisasi Tentang Upaya Pencegahan Tindak Pidana Pencurian Bagi Remaja Di
Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu. KTI diajukan
sebagai syarat sah untuk lolos program Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) Ke
XXX Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu.
Saya juga menyadari bahwa KTI ini masih jauh dari kata sempurna serta
masih juga bersifat sederhana, mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan
yang saya miliki. Pada kesempata ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan KTI, khusnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Yulfiperius, Msi, selaku Rektor Universitas Prof. Dr. Hazairin,
SH Bengkulu.
2. Dr. Dodo Sutardi, M.Pd, Selaku PLT lembaga penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat (LPPM) Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengulu.
3. Ibu Dwikari, SH, MH, selaku Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Hazairin, SH
Bengkulu.
4. Dosen pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan bimbingan
dengan pengarahan dalam penyusunan proposal dan laporan Karya Tulis
Ilmiah.
5. Ketua dan Panitia Kukerta XXX Tahun 2019
Akhir kata, saya berharap karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
sumbangan nyata bagi kemajuan Kelurahan Kandang pada khususnya, dan bagi
pihak yang memerlukannya

Bengkulu, Mei 2019


Penyusun

Asep Arianto
16030024

iii
4

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Permasalahan .................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Pencurian .......................................................................... 3
2.1.2 Unsur-unsur Pencurian ....................................................................... 4
2.1.3 Ancaman Pidana, Tuntutan Pidana, Putusan Pidana .......................... 7
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendorong Terjadinya Tindak Pidana 9
2.2 Rencana Kegiatan ................................................................................. 11

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN


3.1 Tujuan Kegiatan ............................................................................... 13
3.2 Manfaat Kegiatan ............................................................................ 13

BAB IV METODOLOGI PELAKSANAAN


4.1 Program Kegiatan ............................................................................. 14
4.2 Lokasi Kegiatan ................................................................................ 14
4.3 Kondisi Potensi Lokasi Kegiatan ..................................................... 14
4.4 Instrumen Kegiatan .......................................................................... 15
4.5 Teknik Pelakanaan Kegiatan ........................................................... 15
4.6 Teknik Analisis Kegiatan ................................................................. 15
4.7 Jadwal Rencana Kegiatan ................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelurahan Kandang dahulunya merupakan kelurahan dalam wilayah
Kecamatan Selebar, namun sesuai dengan Perda Kota Bengkulu Nomor 1 Tahun
2001 tentang Pemekaran Wilayah Kecamatan, Kecamatan Selebar dimekarkan
menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Selebar dan Kecamatan Kampung Melayu
terhitung sejak bulan Juli tahun 2005. Kelurahan Kandang termasuk dalam
wilayah kecamatan Kampung Melayu. Oleh karena Kelurahan Kandang memiliki
wilayah yang cukup luas, maka dimekarkan menjadi 4 kelurahan yaitu, Kelurahan
Kandang, Kelurahan Kandang Mas, Kelurahan Sumber Jaya dan Kelurahan Teluk
Sepang. Kelurahan Kandang terdiri atas 4 Rukun Warga (RW) dan 24 Rukun
Tetangga (RT), dengan luas wilayah 216 Ha.
Warga Kelurahan Kandang tidak pernah lupa akan tujuan mereka dibawa
oleh nenek dan orang tua mereka bertransmigrasi ke Sumatra, yaitu untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga, yang dimulai dengan
bercocok tanam atau bertani, beternak,perbengkelan, industri kecil dan rumah
tangga, berdagang dan ada pula yang bekerja sebagai buruh tani di salah satu PT
Perkebunan Teh milik swasta yang dahulu merupakan milik Belanda.
Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas penulis memberikan judul
KTI ini : “Sosialisasi Tentang Upaya Pencegahan Tindak Pidana Pencurian Bagi
Remaja Di Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu”.
Penulis bermaksud akan melakukan penyuluhan Hukum secara umum baik
mengenai Hukum Pidana maupun Hukum Perdata, di ikuti dengan tanya jawab
yang di ajukan oleh masyarakat yang berkaitan langsung dengan kebutuhan
mereka dalam menghadapi permasalahan di tengah kehidupan bermasyarakat
pada masa yang akan datang.

1
2

1.2 Permasalahan
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan hukum
sebagai berikut Bagaimana Sosialisasi Tentang Upaya Pencegahan Tindak Pidana
Pencurian Bagi Remaja Di Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu
Kota Bengkulu:
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Pencurian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata “curi” adalah
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan
sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti “pencurian” proses, cara, perbuatan.
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur - unsurnya dirumuskan dalam
pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang
berbunyi : "Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling
banyak Rp. 900.000.000,00" (Kartini Kartono, 2005)
Untuk lebih jelasnya, apabila dirinci rumusan itu terdiri dari unsur-unsur
objektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur keadaan yang
melekat pada benda untuk dimiliki secara sebagian ataupun seluruhnya milik
orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud, yang ditujukan untuk
memiliki, dan dengan melawan hukum).
Sedangkan secara istilah banyak pendapat yang mengemukakan definisi
mengenai mencuri :
1. Menurut Sabiq, mencuri adalah mengambil barang orang lain secara
sembunyi-sembunyi.
2. Menurut Ibnu Arafah, orang arab memberi definisi, mencuri adalah orang
yang datang dengan sembunyi-sembunyi ke tempat penyimpanan barang
orang lain untuk mengambil apa-apa yang ada di dalamnya yang pada
prinsipnya bukan miliknya.
3. Menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, mencuri
adalah mengambill barang orang lain (tanpa izin pemiliknya) dengan cara
sembunyi-sembunyi dan mengeuarkan dari tempat penyimpanannya.

3
4

4. Menurut Al-Jaziri (1989:756), mencuri adalah prilaku mengamsil barang


orang lain minimal satu nisab atau seharga satu nisab, dilakukan orang berakal
dan baligh, yang tidak mempunyai hak milik ataupun syibih milik terhadap
harta tersebut dengan jalan sembunyi-sembunyi dengan kehendak sendiri
tanpa paksaan orang lain, tanpa perbedaan baik muslim, kafir dzimni, orang
murtad, laki-laki, perempuan, merdeka ataupun budak.
5. Menurut A. Djazuli dalam bukunya Fiqh Jinayah, pencurian mempunyai
makna perpindahan harta yang dicuri dari pemilik kepada pencuri.
6. Menurut Mahmud Syaltut (kata Rahmat Hakim), ”Pencurian adalah
mengambil harta orang lain dengan sembunyi-sembunyi yang dilakukan oleh
orang yang tidak dipercayai menjaga barang tersebut”.
7. Sedangkan dalam bukunya Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq berpendapat bahwa
yang dimaksud mencuri adalah mengambil barang orang lain secara
sembunyi-bunyi (Saparinah Sadli, 1998).

2.1.2 Unsur-Unsur Pencurian


1. Unsur-Unsur Objektif
a. Unsur perbuatan mengambil (wegnemen)
Dari adanya unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukan
bahwa pencurian adalah berupa tindak pidana formill. Mengambil adalah
suatu tingkah laku psoitif/perbuatan materill, yang dilakukan dengan
gerakan-gerakan yang disengaja. Pada umumnya menggunakan jari dan
tangan kemudian diarahkan pada suatu benda, menyentuhnya, memegang,
dan mengangkatnya lalu membawa dan memindahkannya ke tempat lain
atau dalam kekuasaannya. Unsur pokok dari perbuatan mengambil harus
ada perbuatan aktif, ditujukan pada benda dan berpindahnya kekuasaan
benda itu ke dalam kekuasaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka
mengambil dapat dirumuskan sebagai melakukan perbuatan terhadap suatu
benda dengan membawa benda tersebut ke dalam kekuasaanya secara
nyata dan mutlak.
5

Unsur berpindahnya kekuasaan benda secara mutlak dan nyata adalah


merupaka syarat untuk selesainya perbuatan mengambil, yang artinya juga
merupakan syarat untuk menjadi selesainya suatu perbuatan pencurian
yang sempurna (Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992)
b. Unsur benda
Pada objek pencurian ini sesuai dengan keterangan dalam Memorie
van toelichting (MvT) mengenai pembentukan Pasal 362 KUHP adalah
terbatas pada benda-benda bergerak (roerend goed). Benda-benda tidak
bergerak, baru dapat menjadi objek pencurian apabila telah terlepas dari
benda tetap dan menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap
benda yang berwujud dan bergerak ini sesuai dengan unsur perbuatan
mengambil.
Benda yang bergerak adalah setiap benda yang sifatnya dapat
berpindah sendiri atau dapat dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata).
Sedangkan benda yang tidak bergerak adalah benda-benda yang karena
sifatnya tidak dapat berpindah atau dipindahkan, suatu pengertian
lawandari benda bergerak.
c. Unsur sebagian maupun seluruhnya milik orang lain
Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup sebagian
saja, sedangkan yang sebagian milik pelaku itu sendiri. Contohnya seperti
sepeda motor milik bersama yaitu milik A dan B, yang kemudian A
mengambil dari kekuasaan B lalu menjualnya. Akan tetapi bila semula
sepeda motor tersebut telah berada dalam kekuasaannya kemudian
menjualnya, maka bukan pencurian yang terjadi melainkan penggelapan
(Pasal 372 KUHP).
2. Unsur-Unsur Subjektif
a. Maksud untuk memiliki
Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur pertama
maksud (kesengajaan, berupa unsur kesalahan dalam pencurian, dan kedua
unsur memilikinya. Dua unsur itu tidak dapat dibedakan dan dipisahkan
satu sama lain. Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain
6

itu harus ditujukan untuk memilikinya, dari gabungan dua unsur itulah
yang menunjukan bahwa dalam tindak pidana pencurian, pengertian
memiliki tidak mengisyaratkan beralihnya hak milik atas barang yang
dicuri ke tangan pelaku, dengan alasan. Pertama tidak dapat mengalihkan
hak milik dengan perbuatan yang melanggar hukum, dan kedua yang
menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya (subjektif) saja. Sebagai
suatu unsur subjektif, memiliki adalah untuk memiliki bagi diri sendiri
atau untuk dijadikan barang miliknya. Apabila dihubungkan dengan unsur
maksud, berarti sebelum melakukan perbuatan mengambil dalam diri
pelaku sudah terkandung suatu kehendak (sikap batin) terhadap barang itu
untuk dijadikan sebagai miliknya (Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana,
2000)
b. Melawan hukum
Menurut Moeljatno, unsur melawan hukum dalam tindak pidana
pencurian yaitu Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud
memiliki itu ditunjukan pada melawan hukum, artinya ialah sebelum
bertindak melakukan perbuatan mengambil benda, ia sudah mengetahui
dan sudah sadar memiliki benda orang lain itu adalah bertentangan dengan
hukum. Karena alasan inilah maka unsur melawan hukum dimaksudkan ke
dalam unsur melawan hukum subjektif. Pendapat ini kiranya sesuai
dengan keterangan dalam MvT yang menyatakan bahwa, apabila unsur
kesengajaan dicantumkan secara tegas dalam rumusan tindak pidana,
berarti kesengajaan itu harus ditujukan pada semua unsur yang ada
dibelakangnya (Lamintang, 1984)
Berikut ini adalah pasal KUHP yang mengatur tentang kejahatn curanmor
beserta pasal yang memiliki keterikatan dengan kejahatan curanmor:
1. Pencurian dengan Pemberatan yang diatur dalam pasal 363 KUHP
2. Pencurian dengan Kekerasan yang diatur dalam pasal 365 KUHP
3. Tindak Pidana penadahan yang diatur dalam pasal 480 KUHP
7

2.1.3 Ancaman Pidana, Tuntutan Pidana, Putusan pidana


1. Acaman Pidana
Ancaman pidana adalah hukuman atau sanksi pidana yang diancamkan
kepada orang yang melakukan suatu perbuatan pidana. Jadi untuk setiap tindak
pidana selalu ada ancaman pidana bagi mereka yang melanggarnya. Ancaman
pidana ini berbeda-beda untuk setiap tindak pidana, bisa berupa pidana mati,
pidana penjara, atau pidana kurungan maupun pidana denda. Ancaman pidana ini
bisa dilihat dari bunyi pasal-pasal dalam setiap undang-undang yang mengatur
mengenai tindak pidana, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Untuk
setiap tindak pidana disebutkan maksimal ancaman pidana yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku tindak pidana, misalnya untuk tindak pidana pencurian dalam Pasal
362 KUHP maksimalnya adalah pidana penjara selama lima tahun (Dali
Mutiar,1981).
Dalam beberapa undang-undang selain maksimal pidana yang dapat
dijatuhkan juga disebutkan minimal pidana yang dapat dijatuhkan, misalnya
perkosaan terhadapa anak dalam Pasal 81 UU Perlindungan Anak maksimal
dipidana paling lama 15 (lima belas) tahun dan minimal 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Karena ancaman pidana selalu
dicantumkan dalam setiap pasal yang mengatur mengenai tindak pidana, maka
sepanjang perbuatan yang dilakukan masuk dalam kualifikasi tindak pidana yang
sama maka ancaman pidana juga sama. Jadi untuk setiap perbuatan mengambil
barang milik orang lain yang termasuk dalam tindak pidana pencurian maka
maksimal ancaman pidana juga sama yaitu lima tahun penjara, tanpa melihat
apakah yang dicuri itu emas, pohon kakao, ataupun sandal jepit (Dali Mutiar,1981)
2. Tuntutan Pidana
Tuntutan pidana adalah permohonan jaksa (penuntut umum) kepada
pengadilan (majelis hakim) atas hasil persidangan. Jadi tuntutan pidana baru
muncul apabila pelaku tindak pidana sudah disidangkan di pengadilan dan
pemeriksaan dinyatakan selesai oleh hakim. Dalam tuntutan pidana apabila
penuntut umum berpendapat pelaku tindak pidana terbukti bersalah melakukan
8

tindak pidana maka meminta agar pengadilan menjatuhkan pidana kepada pelaku
tindak pidana tersebut. Dalam tuntutan pidana ini akan disebutkan berapa lama
pidananya, lamanya pidana ini bisa sama dengan maksimal ancaman pidana, lebih
rendah atau dalam hal tertentu melebihi maksimal ancaman pidana (Dali
Mutiar,1981)
3. Putusan Pidana
Setelah diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan maka pelaku
tindak pidana yang disidangkan (terdakwa) maka selanjutnya pengadilan (majelis
hakim) akan menjatuhkan putusan pidana. Apabila pengadilan berpendapat
terdakwa terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana dan tidak
ada alasan pembenar maupun pemaaf yang dapat melepaskan dari
pertanggungjawaban pidana maka selain dinyatakan bersalah melakukan pidana
maka juga akan dijatuhi pidana. Mengenai berapa lama pidana yang dijatuhkan
apakah sama dengan maksimal ancaman pidana atau sama dengan tuntutan pidana
penuntut umum atau berbeda dari keduanya, tentu telah melalui pertimbangan
baik dalam memperimbangkan unsur tindak pidana maupun dalam hal yang
memberatkan dan meringankan pada diri terdakwa, yang kesemuanya dapat
dibaca pada pertimbangan hakim dalam setiap putusan yang dibuatnya.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendorong Terjadinya Tindak Pidana


Pencurian
Terjadinya suatu tindak pidana pencurian banyak sekali faktor-faktor yang
melatar belakanginya. Selain faktor dari diri pelaku sebagai pihak yang
melakukan suatu tindak pidana pencurian, banyak faktor lain yang mendorong
dapat terjadinya suatu tindak pidana pencurian.yang terjadi dalam masyarakat.
Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan dapat terjadinya suatu tindak
pidana pencurian. Yaitu faktor internal dan faktor external. Kedua faktor tersebut
akan dipaparkan dalam sub bab di bawah (Muladi dan Barda Nawawi Arief,
1992).
9

1. Faktor Internal
a. Niat Pelaku
Niat merupakan awal dari suatu perbuatan, dalam melakukan
tindak pidana pencurian niat dari pelaku juga penting dalam faktor
terjadinya perbuatan tersebut. Pelaku sebelum melakukan tindak
pidana pencurian biasanya sudah berniat dan merencanakan bagaimana
akan melakukan perbuatannya. Yang sering terjadi adalah pelaku
merasa ingin memiliki barang yang dipunyai oleh korban,
b. Keadaan Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam
kehidupan manusia. Maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana
pencurian kerap kali muncul yang melatarbelakangi sesorang
melakukan tindak pidana pencurian.
c. Moral dan Pendidikan
Moral disini berarti tingkat kesadaran akan norma-norma yang
berlaku di dalam masyarakat. Semakin tinggi rasa moral yang dimiliki
oleh seseorang, maka kemungkinan orang tersebut akan melanggar
norma-norma yang berlaku akan semakin rendah. Kesadaran hukum
seseorang merupakan salah satu faktor internal yang dapat menentukan
apakah pelaku dapat melakukan perbuatan yang melanggar norma-
norma di masyarakat.
2. Faktor External
a. Lingkungan Tempat Tinggal
Lingkungan yang dimaksud disini merupakan daerah dimana
penjahat berdomisili atau daerah-daerah di mana penjahat malakukan
aksinya. Selain itu lingkungan disini juga bias diartikan sebagai
lingkungan dimana si korban tinggal.
b. Penegak Hukum
Sebagai petugas Negara yang mempunyai tugas menjaga ketertiban
dan keamanan masyarakat, peran penegak hukum disini juga memiliki
andil yang cukup besar dalam terjadinya tindak pidana pencurian.
10

Penegak hukum disini bukan hanya polisi saja, melainkan Jaksa selaku
Penuntut Umum dan Hakim selaku pemberi keputusan dalam
persidangan. Peran serta penegak hukum yang memiliki peran strategis
adalah polisi. Polisi selaku petugas Negara harus senantiasa mampu
menciptakan kesan aman dan tentram di dalam kehidupan
bermasyarakat. Apabila dalam masyarakat masih sering timbul tindak
pidana, khususnya tindak pidana pencurian berarti Polisi belum
mampu menciptakan rasa aman di dalam masyarakat.
c. Korban
Kelengahan korban juga menjadi salah satu faktor pendorong
pelaku untuk melakukan tindak pidana pencurian. Pada keadaan
masyarakat saat ini dimana tingkat kesenjangan di dalam masyarakat
semakin tinngi.

2.1.5 Dampak Negatif Mencuri


Dalam sebuah perkara atau perbuatan pasti ada di dalamnay hukum sebab
akibat yang itu tidak bisa lepas dan selalu mengikuti. Dalam hal pencurian yang
notabene adalah perbuatan jahat, maka di balik perbuatan tersebut adanya dampak
negatif yang merugikan terhdap orang lain maupun terhadap diri sendiri (Muladi
dan Barda Nawawi Arief, 1992).
1. Dampak terhadap pelakunya
Dampak yang akan di alami bagi pelaku pencurian atas perbuatanya
tersebut antara lain:
a. Mengalami kegelisahan batin, pelaku pencurian akan selaludikejar-kejar
rasa bersalah dan takut jika perbuatanya terbongkar
b. Mendapat hukuman, apabila tertangkap, seorang pencuri akan
mendapatkan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku
c. Mencemarkan nama baik, seseorang yang telah terbukti mencuri nama
baiknya akan tercemar di mata masyarakat
d. Merusak keimanan, seseorang yang mencuri berarti telah rusak imanya.
Jika ia mati sebelum bertobat maka ia akan mendapat azab yang pedih
11

2. Dampak terhadap korban pencurian


Dampak dari pencurian bagi korban diantaranya:
a. Menimbulkan kerugian dan kekecewaan, peristiwa pencurian akan sangat
merugikan dan menimbulkan kekecewaan bagi korbanya
b. Menimbulkan ketakutan, peristiwa pencurian menimbulkan rasa takut bagi
korban dan masyarakat karena mereka merasa harta bendanya terancam
c. Munculnya hukum rimba, perbuatan pencurian merupakan perbuatan yang
mengabaikan nilai-nilai hukum. Apabila terus berlanjut akan
memunculkan hukum rimba dimana yang kuat akan memangsa yang
lemah.

2.2 Rencana Kegiatan


Sebagaimana Peran Mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, suatu hal
yang penting di harapkan bahwa mahasiswa dapat melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik, maka penulis bersama-sama dengan rekan mahasiswa yang lain
khususnya rekan satu kelompok KUKERTA Fakultas Hukum Unihaz Bengkulu
bermaksud akan melakukan perubahan ke arah yang lebih terbaik bagi masyarakat
yaitu dengan memberikan penyuluhan Hukum minimal 3 ( Tiga) kali Pertemuan.
a. Penyuluhan Hukum Agraria
b. Penyuluhan Sosialisasi Tentang Upaya Pencegahan Tindak Pidana Pencurian
Bagi Remaja Di Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu Kota
Bengkulu
RencanaKegiatan ini akan di tentukan waktunya yang paling tepat setelah
melakukan rapat/ pertemuan dengan masyarakat, dan akan di cantumkan dalam
jadwal kegiatan.
12

Mulai

Studi Literatur/ Pustaka Survei Lokasi

Sosialisasi Tentang Upaya Pencegahan Tindak Pidana


Pencurian Bagi Remaja Di Kelurahan Kandang Kecamatan
Kampung Melayu Kota Bengkulu

Pengumpulan Data

Data Primer Data Skunder


 Observasi  Data
 Wawancara penduduk
Pengolahan Data

Analisa Data

Ya Tidak
Hasil

BAB II
Selesai
13

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN

3. 1. TUJUAN KEGIATAN
1. Melakukan perubahan meningkatkan pengetahuan hukum masyarakat
Mekar Sari
2. Memberi solusi meningkatkan usaha pertanian masyarakat.
3. Memberi solusi memecahkan persoalan sosial di tengah masyarakat,
sehingga memberikan stabilitas sosial dan menjaga kerukunan dan
ketentraman masyarakat.

3.2. MANFAAT KEGIATAN


1. Untuk Mahasiswa :
Mempersiapkan diri dapat terjun di tengah tengah masyarakat
mengerjakan hal-hal yang positif yang berguna bagi diri sendiri
maupun orang lain
2. Untuk Masyarakat :
Mendapatkan informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan
kemampuan untuk kesejahteraan dan ketentraman hidup
bermasyarakat.
.

13
14

BAB IV
METODE PELAKSANAAN

4.1 Program Kegiatan


Program Kegiatan Kukerta Fakultas Hukum Unihaz Bengkulu yaitu
Sosialisasi Tentang Upaya Pencegahan Tindak Pidana Pencurian Bagi
Remaja Di Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu,
yaitu dengan cara :
1. Memberikan penyuluhan dengan kepada masyarakat agar mudah dalam
memahami pencegahan Pencurian Bagi Remaja
2. Memberikan motivasi pencegahan Pencurian Bagi Remaja
3. Memberikan kesempatan bagi masyarakat yang kurang mengerti dengan cara
tanya jawab

4.1 Lokasi Kegiatan


Dalam melaksanakan program sosialisasi akan dilakukan pada saat
pelaksanaan Kukerta Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu

4.2 Kondisi Potensi Lokasi Kegiatan


Jumlah penduduk Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu pada
tahun 2019 berdasarkan data dari Kecamatan Kampung Melayu berdomisili di
Kelurahan 26 Teluk Sepang sebesar 2.703 jiwa, Kelurahan Padang Serai sebesar
2585 jiwa, Kelurahan Sumber Jaya sebesar 6841 jiwa, Kelurahan Kandang Mas
sebesar 6912, dan pada Kelurahan Kandang sebesar 5269 jiwa. Kampung Melayu
terdiri dari 6 Kelurahan, yaitu Teluk Sepang, Padang Serai, Sumber Jaya,
Kandang Mas, Kandang dan Muara Dua. Dari 6 Kelurahan tersebut, ada 4
Kelurahan yang akan saya teliti, yaitu Kelurahan Padang Serai, Sumber Jaya,
Kandang Mas, dan Kandang

14
15

4.3 Instrumen Kegiatan


Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Yang dibutuhkan pada saat penyuluhan adalah buku-buku mengenai tindak pidana
pencurian serta Undang-undang dan peraturan mengenai hukum Pencurian, Buku,
Pena, dan materi mengenai pencurian

4.4 Teknik Pelaksanaan Kegiatan


Dalam melaksanakan penyuluhan Sosialisasi Penyuluhan Upaya Tentang
Pencegahan Tindak Pidana Pencurian Di Kelurahan Kandang dengan melakukan
pendekatan kepada pemuka masyarakat, aparatur desa, dan anak-anak di
Kelurahan Kandang. Mendengarkan keluhan-keluhan dari masyarakat tentang
informasi upaya pencegahan tindak pidana pencurian bagi remaja Di Kelurahan
Kandang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu

4.5. Teknik Analisis Kegiatan


Kegiatan ini akan dimulai dengan membuat forum diskusi dan tanya jawab
untuk masyarakat Kelurahan Kandang. Adapun wujud nyata dari kegiatan
penyuluhan dan forum diskusi ini adalah sebuah momentum yang dapat
memberikan sebuah kesadaran dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
upaya pencegahan tindak pidana pencurian bagi remaja Di Kelurahan Kandang
Kecamatan Kampung Melayu Kabupaten Kepahiang

4.6. Jadwal Rencana Kegiatan

Kegiatan KUKERTA Fakultas Hukum Unihaz Bengkulu dengan judul


upaya pencegahan tindak pidana pencurian bagi remaja Di Kelurahan Kandang
Kecamatan Kampung Melayu Kabupaten Kepahiang Berikut Jadwal Kegiatan
pelaksanaan Program Kegiatan KUKERTA Fakultas Hukum Unihaz Bengkulu:
16

Tabel I. Jadwal Kegaiatan


Minggu
No Kegiatan
1 2 3 4 5

1 Persiapan Proposal
2 Pengajuan Proposal
3 Survei Dan Observasi Lokasi
4 Pengumpulan Data Sekunder
5 Pengumpulan Data Primer
6 Analisa Dan PengolahanData
Primer Dan Data Sekunder
7 Penyusunan draf laporan
8 Seminar laporan
9 Pengumpulan laporan
17

DAFTAR PUSTAKA

Dali Mutiara, 1981, dalam buku Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid 1,
Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Kartini Kartono, 2005, Patologi Sosial, jilid I, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta,

Lamintang, 1984, Delik Khusus Tindak Pidana Kesusilaan. Mandar Madju,


Bandung,

Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992, “Teori-Teori dan Kebijakan Pidana”,
Bandung: Alumni

Moeljatno, 2000, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta.

Saparinah Sadli, 1998, dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan
Kebijakan Pidana, Cet. II, Penerbit Alumni, Bandung,
18

BIODATA PESERTA
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap DINA ALVIONITA
2. NPM 16010202
3. Tempat Tanggal Lahir Bengkulu, 11 April 1997
4. Alamat Asal Jln. Bumi Ayu 4 RT 06 RW 02 No. 29
Kecamatan Selebar Kota Bengkulu
5. Alamat Rumah Jln. Bumi Ayu 4 RT 06 RW 02 No. 29
Kecamatan Selebar Kota Bengkulu
6. Nomer Telpon -
7. Nomer Hp 089531741991
8. Status Mahasiswa
9. Status Perkawinan Belum Menikah
10. Alamat E-mail Dinaalvionita11@gmail.com
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. PROGRAM SD SMP SMA
2. Nama Sekolah SDN 79 SMP 09 SMA N 1
3. Tahun Masuk 2003 2009 2012
4. Tahun Lulus 2009 2012 2015
III. PENGALAMAN ORGANISASI
No TAHUN NAMA ORGANISASI JABATAN
1. 2012 OSIS Anggota
2. - - -
3. - - -
Semua data saya isikan dan saya cantumkan dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian
hari ternyata dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Proposal Karya Tulis
Ilmiah.

Bengkulu, Mei 2019


Peserta KUKERTA,

DINA ALVIONITA
16010202

Anda mungkin juga menyukai