Anda di halaman 1dari 231

PENGARUH RASIONALITAS WISATAWAN, DAYA TARIK WISATA,

PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KUNJUNGAN KE TEMPAT WISATA,


TERHADAP PENGELOLAAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DESA
WISATA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN
KARANGANYAR

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister


Program Studi Sosiologi

Oleh:

Ika Agustina

S252108003

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023

i
PENGARUH RASIONALITAS WISATAWAN, DAYA TARIK WISATA,
PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KUNJUNGAN KE TEMPAT WISATA,
TERHADAP PENGELOLAAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DESA
WISATA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN
KARANGANYAR

TESIS

Oleh:
Ika Agustina
S252108003

Tim Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tanggal


Tangan
Ketua Dr. Argyo Demartoto, M.Si.
NIP. 19650825 199203 1 003 .................... ....................

Sekretaris Dr.Trisni Utami, M.Si.


NIP. 19631014 198803 2 001 .................... ....................

Pembimbing I Dr. LV Ratna Sakuntalawati, M.Si.


NIP. 19600414 198601 2 002 .................... ....................

Pembimbing II Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., DEA.


NIP. 19701215 198802 1 001 ......................
....................
.
Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal Agustus 2023

Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS Kepala Program Studi Magister
Sosiologi

Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si. Dr. Trisni Utami, M.Si.
NIP. 19610825 198601 2 001 NIP. 19631014 198803 2 001

ii
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Ika Agustina dengan Nomor
Induk Mahasiswa (NIM) S252108003, sebagai Mahasiswa Pascasarjana Program
Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Saya menyatakan dengan sunggug-sungguh bahwa tesis yang berjudul
“Pengaruh Rasionalitas Wisatawan, Daya Tarik Wisata, Pengambilan Keputusan,
Kunjungan Ke Tempat Wisata Terhadap Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan
Desa Wisata Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar” adalah
karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiasi serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang ditulis oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai
acuan dalam naskah tesis dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata
di dalam naskah terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan FISIP UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan tesis), maka Program Studi Pascasarjana Sosiologi
FISIP UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
UNS dan Program Studi Pascasarjana Sosiologi FISIP UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Agustus 2023

Yang membuat Pernyataan

Ika Agustina

iv
MOTTO

“Education does not change the world. Education changes people, people change
the world”
Paulo Freire

“Dibutuhkan tekad besar untuk mencapai setiap impian. Diperlukan proses


panjang untuk meraih kesuksesan. Bermula pada sebuah harapan dan hanya akan
berakhir indah, bila kamu setia menyelesaikan.”
Merry Riana

“Saya diingatkan sekali lagi bahwa mimpi ketika dipecah menjadi tujuan konkret,
menjadi rencana yang dapat dicapai dan kerja keras serta komitmen terhadap
suatu visi akan menuai hasil.”
Maudy Ayunda

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya tesis ini untuk

Yang Terkasih
Ibu Tatik Sri Ratih
Bapak Triwanta
Almh. Mbah Darni
Mbah Sir Samsuri
Adik Dwi Putri Syahbilla

Yang Tersayang
Keluarga Besar, Sahabat, dan Kerabat

Yang Kubanggakan
Pascasarjana Sosiologi 2021
Almamater UNS

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT,
atas karunia dan rahmat-Nya lah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengaruh Rasionalitas Wisatawan, Daya Tarik Wisata, Pengambilan Keputusan,
Kunjungan ke Tempat Wisata Terhadap Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan Desa
Wisata Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar” yang merupakan
syarat kelulusan untuk mendapat gelar Magister Sosial di Program Studi
Pascasarjana Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna,
hal tersebut disadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis berharap atas kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang Sosiologi khususnya dalam bidang
Pariwisata.

Surakarta, Agustus 2023

Penulis

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Selama menyelesaikan penyusunan tesis ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu, khususnya:

1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan


kekuatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.
2. Ibu Tatik dan Bapak Tri yang selama ini telah membantu penulis dalam
bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-
hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam
menyelesaikan tesis.
3. Almh. Mbah Putri dan Mbah Kakung yang telah memberikan dukungan,
semangat, serta doa yang selalu mengalir demi kelancaran dan kemudahan
bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.
4. Adik tercinta, Dwi Putri Syahbilla yang telah memberikan dukungan,
semangat serta perhatian kepada penulis.
5. Ibu Dr. LV. Ratna Devi Sakuntalawati, M.Si. selaku pembimbing pertama
penulis yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, perhatian, dan
semangat yang tiada henti mengantarkan penulis sampai menyelesaikan
tesis ini.
6. Bapak Dr. Ahmad Zuber, S.Sos. DEA. selaku pembimbing kedua penulis
yang telah membimbing dan meluangkan waktu untuk penulis.
7. Ibu Dr. Trisni Utami, M.Si. selaku Kepala Program Studi Pascasarjana
Sosiologi dan Sekretaris Penguji tesis yang telah membantu penulis dalam
kegiatan akademik dan memberi semangat untuk menyelesaikan tesis.
8. Bapak Dr. Argyo Demartoto, M.Si. selaku Ketua Penguji tesis yang telah
membantu penulis dalam kegiatan akademik dan memudahkan penulis
untuk menyelesaikan tesis.
9. Ibu Astri selaku Admin Program Studi Pascasarjana Sosiologi yang telah
membantu penulis dalam urusan administrasi akademik.

viii
10. Mas Alfi Ertando selaku teman dekat penulis yang telah memberikan
semangat, dukungan, doa, dan waktunya untuk menemani penulis
menyelesaikan tesis.
11. Sahabat penulis yaitu Anggun Deristani, Dini Hapsari, Febrian, dan Wahyu
Apriliyaningsih yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, dan
mewarnai hari-hari penulis.
12. Sahabat kuliah Pascasarjana Sosiologi 2021 yaitu Bayu Pranoto, Binti
Masruroh, Kasirul Mubarok, Muh. Taufiq Yuhry, dan Muhlis Adi Putra
yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, dan bantuan kepada
penulis.
13. Sahabat penulis yang tergabung dalam grup SMP yaitu Dafrida Nur
Angraeni, Shahdat Maulani, Siti Halimatus Sa’diyah, dan Sholehah yang
telah memberikan semangat, dukungan, dan doa.
14. Sahabat penulis yang tergabung dalam grup SMA yaitu Antonetta Meirefin
dan Klaudia Epifani telah memberikan semangat, dukungan, dan doa.
15. Sahabat penulis yang tergabung dalam grup Kuliah S1 yaitu Dita Ayu
Mustika, Luluk Dwi Parwati dan Titin Marliyana yang telah menyemangati
dan memberikan dukungan.
16. Para pejabat Desa Berjo yang telah memudahkan proses administrasi dan
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
17. Segenap responden yang sangat kooperatif untuk membantu penulis dalam
pengumpulan data.
Semoga amal dan budi baik yang telah membantu dan memberikan
semangat dan doa pada diri penulis akan mendapatkan balasan dari Allah
SWT.
Surakarta, Agustus 2023

Penulis

ix
ABSTRAK

Ika Agustina. S252108003. 2023. “Pengaruh Rasionalitas Wisatawan, Daya


Tarik Wisata, Pengambilan Keputusan, Kunjungan ke Tempat Wisata
Terhadap Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan Desa Wisata Berjo
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar”. Tesis. Pembimbing : Dr.
LV. Ratna Devi Sakuntalawati, M.Si dan Dr. Ahmad Zuber, S.Sos, DEA. Program
Studi Pascasarjana Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Pariwisata berkelanjutan bertujuan untuk melindungi lingkungan, sehingga


menjaga daya dukung lingkungan. Untuk mencapai kelangsungan lingkungan
wisata yang berkelanjutan, perlu didirikan desa wisata. Wisatawan akan tertarik
mengunjungi tempat wisata jika mendapatkan kepuasan. Kepuasan ini diperoleh
berdasarkan pengambilan keputusan. Suatu keputusan dapat dikatakan rasional
jika rencana yang dipilih sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Rasionalitas juga
terkait dengan daya tarik wisata. Tujuan penelitian menjelaskan pengaruh
rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan
kuantitatif. Lokasi penelitian adalah Desa Berjo tepatnya di Air Terjun Jumog dan
Telaga Madirda. Populasinya adalah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata.
Sampel sebanyak 100 responden. Teknik pengambilan sampel adalah convenience
sampling. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 26. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan
pariwisata berkelanjutan disebabkan oleh pengaruh langsung, pengaruh tidak
langsung, pengaruh berkorelasi, pengaruh palsu. Koefisien analisis jalur adalah
0,457. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan dijelaskan oleh rasionalitas
wisatawan sebesar 9% dan persentase varians yaitu 91% dapat dijelaskan oleh
sebab-sebab lain.

Kata Kunci : rasionalitas wisatawan; daya tarik wisata; pengambilan keputusan;


kunjungan ke tempat wisata; pengelolaan pariwisata berkelanjutan; desa wisata.

x
ABSTRACT

Ika Agustina. S252108003. 2023. “The Influence of Tourist Rationality,


Tourist Attraction, Decision Making, Visits to Tourist Attractions on
Sustainable Tourism Management Berjo Tourism Village, Ngargoyoso
District, Karanganyar Regency”. Thesis. Supervisor : Dr. LV. Ratna Devi
Sakuntalawati, M.Si. and Dr. Ahmad Zuber, S.Sos. DEA. Sociology Postgraduate
Study Program. Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University
of Surakarta.

Sustainable tourism aims to protect the environment, thereby maintaining


environmental carrying capacity. To achieve the viability of a sustainable tourist
environment, it is necessary to establish a tourist village. Tourists will be
interested in visiting tourist attractions if they get satisfaction. This satisfaction is
obtained based on decision making. A decision can be considered rational if the
plan chosen is in accordance with the desired goals. Rationality is also related to
tourist attraction. The purpose of the study explains the influence of tourist
rationality on sustainable tourism management. The research method is an
explanatory study with a quantitative approach. The research location is Berjo
Village, precisely at Jumog Waterfall and Madirda Pond. The population is
tourists visiting tourist villages. A sample of 100 respondents. The sampling
technique is convenience sampling. Test validity and reliability using SPSS 26.
The results showed that the influence of tourist rationality on sustainable tourism
management caused by direct effect, indirect effect, correlated effect, spurious
effect. The path analysis coefficient is 0,457. Sustainable tourism management is
explained by the rationality of tourists at 9% and percentage of variance, i.e.,
91%, can be explained by other causes.

Keywords : tourist rationality; tourist attraction; decision making; visits to tourist


attractions; sustainable tourism management; tourist villages.

xi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS..........................................................iv


MOTTO..................................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
UCAPAN TERIMA KASIH..............................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................x
ABSTRACT...........................................................................................................xi
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xix
GLOSARIUM.......................................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................11
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................12
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................14
A. Penelitian Terdahulu..........................................................................................14
B. Landasan Teori..................................................................................................21
1. Teori Pilihan Rasional...................................................................................21
2. Teori Daya Tarik Wisata...............................................................................22
3. Teori Pengambilan Keputusan.......................................................................24
4. Teori Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan.................................................25
C. Definisi Konsep.................................................................................................26
1. Rasionalitas....................................................................................................26
2. Daya Tarik Wisata.........................................................................................28
3. Pengambilan Keputusan................................................................................30
4. Kunjungan ke Tempat Wisata.......................................................................32
5. Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan...........................................................32
6. Desa Wisata...................................................................................................33

xii
7. Wisatawan......................................................................................................34
D. Definisi Konsep dan Definisi Operasional........................................................35
E. Kerangka Berpikir.............................................................................................38
F. Hipotesis............................................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................41
A. Jenis Penelitian..................................................................................................41
B. Lokasi Penelitian...............................................................................................41
C. Populasi dan Sampel.........................................................................................41
1. Populasi Penelitian.........................................................................................41
2. Sampel Penelitian..........................................................................................42
3. Teknik Sampling............................................................................................43
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................................44
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................................56
F. Instrumen Pengumpulan Data...........................................................................58
G. Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................................................58
H. Teknik Analisis Data.........................................................................................63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................72
A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian......................................................................72
1. Kondisi Umum Kabupaten Karanganyar.......................................................72
2. Kondisi Umum Desa Wisata Berjo...............................................................73
3. Kondisi Umum Objek Wisata........................................................................74
B. Profil Responden...............................................................................................76
C. Deskripsi Respon Wisatawan............................................................................79
D. Hasil Uji Statistik..............................................................................................82
1. Deskripsi Variabel.........................................................................................82
2. Hubungan antar Variabel.............................................................................101
3. Uji Asumsi...................................................................................................105
4. Analisis Jalur...............................................................................................108
a. Pengaruh Rasionalitas Wisatawan terhadap Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan..........................................................................108
b. Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan.........................................................................124
c. Pengaruh Rasionalitas Wisatawan dengan Pengambilan
Keputusan Wisatawan.............................................................................130

xiii
d. Pengaruh Pengambilan Keputusan dengan Kunjungan
ke Tempat Wisata...................................................................................133
e. Pengaruh Kunjungan ke Tempat Wisata dengan Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan..........................................................................135
5. Uji Validasi.................................................................................................138
E. Pembahasan....................................................................................................141
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...................................149
A. Kesimpulan......................................................................................................149
B. Implikasi..........................................................................................................155
C. Saran................................................................................................................158
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................160
LAMPIRAN........................................................................................................169

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Kerangka Teoritis.................................................................................26


Bagan 2. 2 Kerangka Berpikir................................................................................39

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Model Didasarkan pada Teori...........................................................65


Gambar 3. 2 Model Diagram Jalur.........................................................................68
Gambar 3. 3 Diagram Jalur dari Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan...............68
Gambar 3. 4 Model Sub Struktur I.........................................................................69
Gambar 3. 5 Model Sub Struktur II.......................................................................70
Gambar 4. 1 Peta Administratif Kabupaten Karanganyar......................................72
Gambar 4. 2. Peta Curah Hujan Kabupaten Karanganyar......................................73
Gambar 4. 3 Diagram Jalur..................................................................................102
Gambar 4. 4 Grafik Uji Asumsi Normalitas Data................................................105
Gambar 4. 5 Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas............................................106
Gambar 4. 6 Diagram pengaruh Rasionalitas Wisatawan terhadap
Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan............................................108
Gambar 4. 7 Diagram Model Sub Struktur I........................................................111
Gambar 4. 8 Diagram Model Sub Struktur II......................................................113
Gambar 4. 9 Diagram model pengaruh daya tarik wisata terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan..............................................125

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Daftar Pengunjung Wisata Tahun 2022................................................11


Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.............................................................................15
Tabel 2. 2 Definisi Konsep dan Definisi Operasional............................................35
Tabel 3. 1 Daftar Pengunjung Wisatawan Tahun 2022.........................................42
Tabel 3. 2 Jenis Variabel, Nama Variabel, Definisi Konsep,
Definisi Operasional, Item, dan Skala Pengukuran...............................45
Tabel 3. 3 Data yang Diperlukan, Jenis Data dan Sumber Data............................56
Tabel 3. 4 Suggested Reliability and Validity Standards.......................................59
Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Rasionalitas Wisatawan........................................................................59
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Butir Petanyaan untuk Variabel.............................60
Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Pengambilan Keputusan........................................................................60
Tabel 3. 8 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Kunjungan Ke Tempat Wisata..............................................................61
Tabel 3. 9 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan..................................................61
Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian.........................................63
Tabel 3. 11 Indikator Variabel...............................................................................66
Tabel 4. 1 Potensi Wisata Desa Berjo....................................................................74
Tabel 4. 2 Data Jumlah Wisatawan Air Terjun Jumog..........................................75
Tabel 4. 3 Data Jumlah Wisatawan Telaga Madirda............................................76
Tabel 4. 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..........................76
Tabel 4. 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden......................77
Tabel 4. 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan..............................78
Tabel 4. 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.................................78
Tabel 4. 8 Variabel Rasionalitas Wisatawan..........................................................85
Tabel 4. 9 Variabel Daya Tarik Wisata..................................................................87
Tabel 4. 10 Variabel Pengambilan Keputusan.......................................................90

xvii
Tabel 4. 11 Variabel Kunjungan ke Tempat Wisata..............................................95
Tabel 4. 12 Variabel Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan..................................98
Tabel 4. 13 Terminologi Analisis Jalur dan Penjelasannya.................................103
Tabel 4. 14 Estimasi Koefisien Jalur....................................................................119
Tabel 4. 15 Pedoman Penafsiran terhadap Koefisien Korelasi............................121
Tabel 4. 16 Model dan SE of Estimate dari Model Summary.............................138
Tabel 4. 17 Variabel-Variabel dan Standard Deviation.......................................139

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian.........................................................................170


Lampiran 2 Output Hasil Uji Validasi & Reliabilitas..........................................179
Lampiran 3 Uji Asumsi Analisis Jalur.................................................................185
Lampiran 4 Hasil Komputasi Analisis Deskriptif................................................189
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian..........................................................................192
Lampiran 6 Dokumentasi.....................................................................................195

xix
GLOSARIUM

Daya Dukung Lingkungan : Kemampuan lingkungan hidup untuk


mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antar keduanya.
Daya Tarik Wisata : Segala sesuatu yang mempunyai keunikan,
kemudahan, dan nilai yang berwujud
keanekaragaman, kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau kunjungan para wisatawan.
Desa Wisata : Suatu daerah tujuan wisata atau disebut
pula destinasi pariwisata, yang
mengintegrasikan daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku.
Pariwisata Berkelanjutan : Pariwisata yang memperhitungkan dampak
ekonomi, sosial dan lingkungan pada masa
sekarang dan masa yang akan datang,
menangani kebutuhan wisatawan, industri,
lingkungan dan masyarakat.
Pengambilan Keputusan : Suatu pemilihan alternatif terbaik dari
beberapa alternatif secara sistematis untuk
digunakan sebagai suatu cara pemecahan
masalah.

xx
Pengelolaan : Proses yang memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan
Rasionalitas : Suatu pola pikir dimana seseorang
cenderung berpikir, bersikap dan bertindak
berdasarkan logika dan nalar individu.
Uji Asumsi Klasik : Uji prasyarat yang dilakukan sebelum
melakukan analisis lebih lanjut terhadap
data yang telah dikumpulkan.
Wisatawan : Individu yang melakukan perjalanan ke
tempat yang bukan tempat tinggalnya
dengan tujuan utama untuk liburan,
rekreasi, atau kegiatan lain yang tidak
berkaitan dengan kegiatan bisnis.
Uji F : Uji untuk melihat bagaimana pengaruh
semua variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
Uji Godness of Fit : Uji untuk menentukan apakah sebuah
populasi mengikuti distribusi tertentu atau
tidak.
Uji T : Uji untuk menentukan kebenaran atau
kepalsuan hipotesis yang menyatakan
bahwa diantara dua buah sampel yang
diambil secara random dari populasi yang
sama, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan

xxi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun


2009 Tentang Kepariwisataan, pasal 2, poin h, menyatakan bahwa
kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas berkelanjutan.
Kepariwisataan berkelanjutan menekankan bahwa penduduk lokal harus
dilibatkan dalam kegiatan pariwisata danberbagi secara adil dalam manfaat
ekonomi, sosial, dan budaya, khususnya dalam penciptaan pekerjaan baik
secara langsung dan tidak langsung. Kepariwisataan berkelanjutan
menurut Kode Etik Kepariwisataan Dunia pasal 3, poin 1, bertujuan untuk
menjaga lingkungan hidup dalam rangka memperoleh pertumbuhan
ekonomiyang handal, berkelanjutan, dan berkesinambungan.
Kepariwisataan berkelanjutan diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan
generasi sekarang dan mendatang secara berkeadilan.
Daya dukung lingkungan sebagai bagian dari kepariwisataan
berkelanjutan diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan bab V ayat 1 poin d, dimaksudkan
sebagai perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran
strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Hal
tersebut didukung dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
pasal 1, poin 7 menyatakan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan untuk mendukung peri kehidupan manusia,
makhluk hidup lain, dan keseimbangan antara keduanya. Penjelasan
tentang daya dukung lingkungan hidup dalam Undang-Undang ini adalah
kemampuan lingkungan hidup dalam menampung kegiatan pariwisata
yang tidak merusak alam. Kegiatan pariwisata yang berhubungan dengan
penduduk lokal dan wisatawan akan berpengaruh terhadap daya dukung

1
lingkungan (carrying capacity) (Sunaryo, 2013). Pengembangan wisata
cenderung lebih mengutamakan mutu atraksi wisata serta pelayanan agar
dapat meningkatkan minat dan kepuasan wisatawan. Hal tersebut bertujuan
agar jumlah kunjungan mengalami peningkatan di daerah wisata. Namun
sebaliknya upaya perlindungan area wisata dari aspek lingkungan masih
sering diabaikan, salah satunya adalah daya dukung lingkungan (Lucyanti
et al., 2013)
Daya dukung lingkungan merupakan indikator rujukan atau
referensi pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Selain itu, daya dukung
lingkungan merupakan jumlah maksimum pengunjung yang boleh
mengunjungi satu tempat wisata pada saat bersamaan tanpa menyebabkan
kerusakan lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya, dan penurunan
kualitas yang merugikan bagi kepuasan wisatawan (Siswantoro, 2012).
Seperti yang diungkapkan oleh Lucyanti et al., (2013) bahwa daya dukung
lingkungan dapat menentukan kualitas kepuasan dan kenyamanan
wisatawan dalam menikmati aktivitas wisata. Hal ini dikarenakan daya
dukung lingkungan berkaitan erat dengan jumlah wisatawan yang datang.
Apabila daya dukung lingkungan rendah maka dapat mengurangi
kenyamanan dan kepuasan wisatawan karena banyaknya wisatawan.
Ukuran daya dukung ini pun bersifat regional, tergantung pada karakter
tiap-tiap kawasan desa wisata. Menurut Ardika (2018), tolok ukur daya
dukung dilihat dari kontak fisik wisatawan dengan objek-objek wisata
yang ada, kepuasan wisatawan, dan perilaku penduduk lokal.
Guna mewujudkan daya dukung lingkungan berbasis pariwisata
berkelanjutan menurut Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 13 Tahun
2018 Tentang Penetapan Desa Wisata Bab III perlu dibentuk kawasan
wisata pedesaan. Tujuan pengembangan desa wisata menyatakan bahwa
memberdayakan masyarakat setempat untuk bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan pengelolaan lingkungannya agar pengembangan kawasan
wisata pedesaan atau desa wisata memanfaatkan potensi lingkungan guna
kepentingan daya tarik wisata. Lebih lanjut, menurut Peraturan Bupati

2
Karanganyar Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Penetapan Desa Wisata Pasal
7 poin B yang menyatakan bahwa salah satu jenis pengembangan desa
wisata dilakukan dengan cara mengembangkan daya tarik wisata.
Mengacu pada paparan di atas, pengembangan desa wisata untuk
pariwisata berkelanjutan melibatkan komunitas lokal dengan dukungan
fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Tujuannya untuk menjaga lingkungan hidup dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Dalam rangka menjaga fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup diperlukan desa wisata untuk pengembangan
wisata pedesaan dengan memanfaatkan potensi lingkungan guna
kepentingan daya tarik wisata. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Sukmana & Suryawan (2016) menyatakan bahwa kondisi lingkungan fisik
daya tarik wisata seperti iklim, tata air, topografi, tanah, dan geologi
mempunyai daya dukung lingkungan terhadap kelayakan sebagai daerah
tujuan wisata. Kondisi daya dukung lingkungan dengan adanya
peningkatan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara setiap bulan
sangat memengaruhi adanya pengembangan pada kawasan wisata.
Masyarakat, pengelola wisata, dan wisatawan antusias menjaga kelestarian
kawasan wisata. Daya dukung lingkungan fisik yang tinggi memengaruhi
kondisi lingkungan fisik yang layak sebagai daerah tujuan wisata.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Suherlan et al.,
(2022), bahwa masyarakat yang belum sadar wisata merupakan salah satu
penghambat dalam mewujudkan desa wisata berkelanjutan. Potensi wisata
alam, budaya, dan buatan belum sepenuhnya dikelola untuk manfaat
masyarakat desa. Masyarakat masih fokus pada sektor pertanian dan
perkebunan dalam rangka memenuhi kehidupan sehari-hari. Sektor
pariwisata belum menjadi pilihan utama, bahkan masyarakat cenderung
hanya melihat aktivitas wisatawan. Kelompok pemuda yang tergabung
dalam kelompok sadar wisata juga masih lemah dalam hal pemahaman
mengenai kepariwisataan. Lebih lanjut dalam segi pengelolaan lingkungan,
wisatawan belum mampu menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu,

3
daya dukung lingkungan tergolong rendah karena potensi masyarakat,
aktivitas wisatawan, dan sumber daya yang belum dikelola dengan baik.
Penelitian Eviana & Yusrini (2019) berfokus pada daya dukung
lingkungan dengan kerusakan lingkungan. Daya dukung lingkungan
mencakup pada penilaian daya dukung lingkungan ekologis, sosial, dan
ekonomi. Daya dukung lingkungan dinilai berdasarkan tingkat pemerataan
wisatawan pada zona wisata yang berfokus pada pembagian spot atraksi
wisata yang disediakan oleh pengelola wisata. Tingkat koefisien indeks
gini bernilai 0.9742 yang berarti terjadi ketimpangan yang tinggi pada
distribusi wisatawan. Artinya, wisatawan yang berada di suatu daerah
wisata tersebut melebihi daya dukung lingkungan. Ketimpangan distribusi
wisatawan yang tinggi menimbulkan potensi kerusakan lingkungan yang
tinggi karena daya dukung lingkungannya rendah.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Kusumastuti & Pamungkas
(2018) yang menyatakan bahwa daya dukung lingkungan rendah
berdasarkan beberapa aspek yaitu aspek fisik, aspek ekologis, dan aspek
sosial. Aspek fisik berkaitan dengan infrastruktur wisata yang belum
optimal, aspek ekologis terdapat penurunan kualitas lingkungan ditandai
dengan adanya pencemaran sampah, aspek sosial ditandai dengan adanya
keramaian pada masing-masing spot atraksi wisata yang menimbulkan
kesan ketidakpuasan wisatawan. Lingkungan mempunyai kemampuan
terbatas dalam mendukung kehidupan manusia. Pada waktu tertentu ketika
kondisi lingkungan sudah melebihi daya dukungnya maka akan terjadi
ketidakseimbangan kondisi lingkungan yang akan menyebabkan terjadinya
kerusakan.
Berdasarkan semua hasil penelitian (Sukmana & Suryawan,
Suherlan, Eviana & Yusrini, dan Kusumastuti & Pamungkas) menyatakan
bahwa kondisi lingkungan fisik yang rendah menyebabkan daya dukung
lingkungan yang rendah. Daya dukung lingkungan rendah disebabkan
karena potensi kerusakan alam tinggi. Ini menunjukkan adanya
kesenjangan dengan yang seharusnya yaitu untuk menjaga fungsi dan
daya dukung
4
lingkungan hidup diperlukan desa wisata dengan memanfaatkan potensi
lingkungan untuk meningkatkan kunjungan ke tempat wisata merupakan
isu dari pariwisata berkelanjutan.
Pada masa sekarang ini, banyak masyarakat melakukan kunjungan
ke tempat wisata sebagai bentuk rekreasi dan hiburan. Rutinitas harian
yang padat membutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga seseorang akan
mudah jenuh sehingga membutuhkan rekreasi dan hiburan untuk dapat
menyegarkan kembali jasmani dan rohani (Hilman, 2019). Wisatawan
pada umumnya akan tertarik mengunjungi tempat wisata apabila mereka
memperoleh kepuasan tersendiri dari tempat wisata tersebut. Kunjungan ke
tempat wisata berkaitan dengan kunjungan yang dilakukan oleh sebagian
individu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, dan mempelajari
keunikan daya tarik wisata.
Kunjungan ke tempat wisata dapat dilihat melalui empat penilaian
antara lain pelayanan, sarana dan prasarana, objek & daya tarik wisata
alam, dan keamanan. Menurut Syahadat (2006) menyatakan bahwa bila
pelayanan tinggi, sarana dan prasarana tinggi, objek dan daya tarik wisata
alam tinggi, dan keamanan tinggi akan meningkatkan kunjungan ke tempat
wisata.
Namun pada kenyataannya, menurut penelitian Febrianti &
Suprojo (2019) menyatakan bahwa kunjungan ke tempat wisata menurun
dikarenakan tidak adanya pembaharuan fasilitas wisata sehingga
wisatawan yang sudah berkunjung tidak ingin berkunjung kembali karena
tidak menarik lagi untuk didatangi dengan fasilitas yang sama di tempat
wisata tersebut. Ariska (2020) menyatakan bahwa sarana dan prasarana
wisata yang kurang lengkap mengakibatkan kunjungan ke tempat wisata
menurun. Wiradipoetra & Brahmanto (2016) menyatakan bahwa rusaknya
daya tarik wisata dapat memengaruhi penurunan kunjungan ke tempat
wisata. Apriani et al., (2020) menyatakan bahwa keamanan objek wisata
yang rendah akan memengaruhi penurunan kunjungan ke tempat wisata.

5
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahadat,
Febrianti & Suprojo, Ariska, Wiradipoetra & Brahmanto, dan Apriyani
bahwa kunjungan ke tempat wisata tergolong rendah sehingga
menunjukkan kesenjangan dengan kunjungan ke tempat wisata yang
seharusnya tergolong tinggi.
Isu kunjungan ke tempat wisata berkaitan dengan penentuan suatu
pilihan tempat wisata untuk mencapai keputusan yang optimal melihat dari
penilaian kunjungan tersebut sesuai dengan kebutuhan atau keinginan
wisatawan yang meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi terhadap alternatif kunjungan, dan tindakan berkunjung (Muksin
& Sunarti, 2018).
Pengambilan keputusan terdiri dari empat tahap. Pertama,
kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan didasarkan oleh
calon wisatawan, yang selanjutnya menjadi pertimbangan apakah
perjalanan tersebut memang harus dilakukan atau tidak. Kedua, pencarian
dan penilaian informasi. Ketiga, keputusan melakukan perjalanan wisata.
Keempat, persiapan perjalanan dan pengalaman wisata (Pitana & Gayatri,
2005).
Kondisi pengambilan keputusan wisatawan berdasarkan hasil-hasil
penelitian adalah sebagai berikut: Penelitian Rahman (2016) menyatakan
bahwa pengambilan keputusan wisatawan sudah pada tahap keempat yaitu
tindakan berkunjung. Tindakan berkunjung wisatawan tergolong rendah,
hal ini terjadikarena wisatawan merasa kurang puas dengan daya tarik
wisata, sehingga wisatawan tidak akan datang kembali. Lebih lanjut,
penelitian Febrika et al. (2013) menyatakan bahwa pengambilan keputusan
wisatawan sudah berada pada tahap tindakan berkunjung wisatawan.
Tahap tindakan berkunjung wisatawan rendah karena kurangnya akses
transportasi dan kurangnya atraksi wisata yang disediakansehingga
wisatawan tidak merekomendasikan kepada orang lain. Penelitian Utami
(2009) menyatakan bahwa pengambilan keputusan wisatawan sudah pada
tahap keempat yaitu tahap tindakan berkunjung. Tahap tindakan
berkunjung wisata tergolong
6
rendah karena menunjukkan bahwa terdapat 42,35% responden tidak
memilih desa wisata sebagai prioritas pilihan tempat wisata yang akan
dikunjungi. Penelitian Aprilia et al. (2017) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan wisatawan berada dalam kategori rendah.
Pengambilan keputusan wisatawan sudahberada pada tahap tindakan
berkunjung wisatawan. Hal ini menunjukkan para wisatawan kurang
berminat untuk berkunjung berkaitan dengan media informasi daya tarik
wisata yang kurang menarik serta fasilitas yang tersedia masih sedikit.
Padahal seharusnya kondisi pengambilan keputusan wisatawan
sesuai dengan penelitian Ita (2018) menyatakan bahwa pengambilan
keputusan dikatakan tinggi apabila sudah memenuhi keempat tahapan
sampai tahap evaluasi kepuasan wisatawan dengan respon wisatawan yang
positif. Hal ini dilihat dari tingginya persentase kepuasan wisatawan
dipengaruhi oleh faktor sosial (ajakan keluarga), faktor pribadi (gaya
hidup), dan faktor psikologis (daya tarik wisata). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rahman, Febrika, Utami, Aprilia, dan Ita,
bahwa pengambilan keputusan wisatawan di suatu wisata tergolong rendah
sehingga menunjukkan kesenjangan dengan pengambilan keputusan
wisatawan yang seharusnya tergolong tinggi.
Pengambilan keputusan wisatawan didasarkan oleh rasionalitas
wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata. Secara umum, dapat
digariskan bahwa rasionalitas dalam pengambilan keputusan berarti
pemilihan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan melalui cara-cara
yang terbaik (Stanovich et al., 2016). Secara lebih rinci Hastie & Dawes
(2010) mengemukakan bahwa sebuah tindakan dapat disebut rasional
apabila memenuhi beberapa kriteria. Pertama, tindakan dilandasi oleh
pertimbangan yang menyeluruh terhadap seluruh alternatif tindakan lain
yang tersedia. Pada penelitian ini, wisatawan seharusnya
mempertimbangkan seluruh kemungkinan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam berpariwisata. Kedua, pemilihan alternatif tindakan
tersebut diambil berdasarkan pertimbangan terhadap konsekuensi atau
hasil yang menyertai setiap
7
alternatif tindakan. Artinya, ketika wisatawan memilih alternatif kegiatan
dalam berwisata, maka sudah dipertimbangkan konsekuensi dari pilihan
tersebut. Alternatif tindakan yang dipilih adalah memberikan hasil yang
terbaik bagi wisatawan.
Sebuah keputusan dapat dianggap rasional apabila sebuah rencana
dipilih guna mencapai tujuan yang akan dicapai. Pada pengambilan sebuah
keputusan, rasionalitas memberikan bobot pada keputusan yang diambil.
Berdasarkan hal tersebut, rasionalitas merupakan suatu hal yang sangat
penting dan dibutuhkan data pendukung yang valid (B. E. Putra, 2019).
Menurut penelitian Biroli et al., (2015) menyatakan bahwa
wisatawan dikatakan rasional jika kegiatan wisata yang dilakukan
didasarkan pada pemenuhan tujuan. Pada pemenuhan tujuan wisata,
wisatawan dibagi menjadi dua jenis yaitu wisatawan eksistensial dan
wisatawan rekreasional. Wisatawan eksistensial merupakan wisatawan yang
berfokus pada kebutuhan spiritual, sehingga tindakan yang dilakukan
dalam wisata ziarah berupa tindakan ziarah. Wisatawan yang mengunjungi
wisata ziarah ini datang dengan kesungguhan hati yang mana dilakukan
secara sukarela oleh masing-masing wisatawan. Wisatawan rekreasional
merupakan wisatawan yang datang ke tempat wisata dengan tujuan
mencari kesenangan.
Berdasarkan penelitian Kumala et al., (2017), terdapat faktor yang
memengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata yaitu faktor
rasional dan faktor irasional. Wisatawan dikatakan rasional ketika
pengambilan keputusan untuk mengunjungi suatu objek wisata didasarkan
pada pemenuhan tujuan untuk menikmati sumber-sumber wisata, fasilitas
wisata, kondisi lingkungan dan keadaan geografis. Sedangkan, dikatakan
irasional ketika pengambilan keputusan untuk mengunjungi suatu objek
wisata didasarkan pada dorongan bawah sadar meliputi lingkup pergaulan
dan ikatan keluarga, pengaguman pribadi, hubungan masyarakat.
Penelitian Nugroho (2022) menyatakan bahwa wisatawan generasi
X sebanyak 81% memiliki kebutuhan berwisata untuk mempererat

8
hubungan dengan keluarga dan kerabat serta sebanyak 19% bertujuan
untuk merelaksasikan diri dari kebosanan atau kejenuhan atas segala
aktivitas yang telah dijalani. Sedangkan generasi Y sebanyak 78,1%
memiliki kebutuhan berwisata untuk mempererat hubungan dengan
keluarga dan kerabat serta sebanyak 12,5% bertujuan untuk
merelaksasikan diri dari kebosanan atau kejenuhan atas segala aktivitas
yang telah dijalani. Hal ini berkaitan dengan faktor irasional wisatawan
didasarkan pada dorongan bawah sadar yaitu ikatan keluarga dan
pengaguman pribadi. Penelitian Azman & Elsandra (2020) menyatakan
bahwa terdapat 86,2% wisatawan memiliki tujuan wisata untuk bermain
serta 48% memiliki tujuan wisata berdasarkan prestise (gengsi). Hal ini
berkaitan dengan faktor irasional wisatawan didasarkan pada pengaguman
pribadi dan lingkup pergaulan. Pada kenyataannya, menurut hasil
penelitian Ester et al., (2020) menyatakan bahwa alasan wisatawan
berkunjung ke tempat wisata dipengaruhi oleh tersedianya fasilitas dan
sarana wisata. Hal ini berkaitan dengan faktor rasional wisatawan
didasarkan pada fasilitas wisata. Selain itu pertimbangan pengambilan
keputusan juga terkait dengan daya tarik wisata.
Mengacu pada Surat Keputusan Peraturan Bupati Karanganyar
Nomor13 Tahun 2018 mengenai daya tarik wisata, menjadi salah satu
aspek yang penting untuk meninjau keberlanjutan wisata pedesaan.
Menurut Goeldner (2008) komponen daya tarik wisata yang harus dimiliki
yaitu: attraction (atraksi), accessibility (aksesibilitas), amenity (fasilitas)
dan ancillary (pelayanan tambahan).
Atraksi merupakan komponen yang signifikan dalam menarik
wisatawan di suatu tempat wisata jika kondisinya mendukung untuk
dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Amenitas merupakan segala
macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama
berada di daerah tujuan wisata. Aksesibilitas merupakan hal yang paling
penting dalam kegiatan pariwisata dimana segala macam transportasi
ataupun jasa transportasi menjadi akses penting dalam pariwisata.
Pelayanan tambahan yang disediakan pengelola wisata maupun
9
pemerintah daerah untuk tujuan

10
wisata. Paparan tersebut merupakan isu yang seharusnya dari daya tarik
wisata.
Pada kenyataannya, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Chaerunissa & Yuniningsih (2020) bahwa pengelolaan atraksi desa wisata
belum optimal. Selain itu, mengenai akses jalan menuju tempat wisata
belum cukup baik. Pengembangan fasilitas yang ada masih kurang seperti
pengadaan toko cendera mata dan toilet umum yang belum ada. Terakhir,
pada fasilitas tambahan cukup baik terdapat pengelolaan paket wisata bagi
pengunjung, namun jumlah pemandu wisata masih terbatas.
Penelitian (Setiawan, 2015) yang berkaitan dengan empat
komponen daya tarik wisata ternyata tidak terdapat atraksi wisata baik
atraksi alam, budaya, maupun buatan, tidak memiliki akses jalan yang
baik, tidak ada fasilitas seperti hotel, villa, homestay, cottage, ataupun
restoran dan tidak ada pelayanan tambahan seperti Tourist Information
Center (TIC), jasa pemandu, atau lembaga kepariwisataan lainnya.
Hal ini didukung dengan penelitian Sari et al., (2022) terkait
pengembangan daya tarik wisata terdapat akses yang kurang baik ditandai
dengan jalan yang masih sempit, kurangnya fasilitas yang tersedia seperti
penginapan dan fasilitas pendukung. Berdasarkan semua hasil penelitian
(Chaerunissa & Yuniningsih, Setiawan, dan Sari) yang dipaparkan di atas,
dapat dikatakan bahwa daya tarik wisata kurang optimal sehingga
menunjukkan kesenjangan dengan yang seharusnya yaitu bahwa empat
komponen daya tarik suatu wisata harus berjalan optimal.
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang
mempunyai potensi daya tarik wisata berupa pariwisata dalam bentuk
sumber daya alam. Pada bidang pariwisata, Kabupaten Karanganyar
memiliki banyak objek wisata alam, Menurut data pada tahun 2021, Desa
Berjo menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbanyak di
Kabupaten Karanganyar sebanyak 8 miliar (Suhamdani, 2021). Desa Berjo
memiliki enam objek wisata unggulan yaitu Air Terjun Jumog, Telaga
Madirda, Taman Hutan Raya, Kampung Gunung, Candi Sukuh, dan
Tenggir Park.
11
Namun, dari keenam objek wisata tersebut yang hingga saat ini baru
tergarap optimal dan memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) hanya Air Terjun Jumog dan Telaga Madirda.
Berikut ini merupakan data daftar pengunjung wisata di Telaga
Madirda dan Air Terjun Jumog pada tahun 2022:
Tabel 1. 1 Daftar Pengunjung Wisata Tahun 2022
DAFTAR PENGUNJUNG WISATA TAHUN 2022
NO BULAN TELAGA MADIRDA AIR TERJUN JUMOG
1 MEI 9383 37678
2 JUNI 4910 24903
3 JULI 4924 25166
4 AGUSRUS 2862 15880
5 SEPTEMBER 3154 19523
6 OKTOBER 3949 15852
7 NOVEMBER 3019 12660
8 DESEMBER 4887 20514
JUMLAH PENGUNJUNG 37088 172176
RATA-RATA PENGUNJUNG 4636 21522
Sumber: BUMDES Berjo 2022
Berdasarkan tabel 1.1, jumlah pengunjung di Telaga Madirda dan
Air Terjun Jumog pada bulan Mei – Desember tahun 2022 sebanyak
37.088 dan 172.176 wisatawan. Rata-rata wisatawan di kedua objek wisata
tersebut sebanyak 4.636 dan 21.522 wisatawan. Dari data tersebut,
menunjukkan rata-rata wisatawan tergolong tinggi. Hal ini berpengaruh
terhadap jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Desa Berjo.
Berdasarkan isu yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Pengaruh Rasionalitas Wisatawan, Daya Tarik Wisata,
Pengambilan Keputusan Wisatawan, Kunjungan Ke Tempat Wisata,
Terhadap Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan Desa Wisata Berjo
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar”.

B. Rumusan Masalah
a. Terletak pada derajat kategori apakah rasionalitas wisatawan, daya
tarik wisata, pengambilan keputusan, kunjungan ke tempat wisata,
dan pengelolaan pariwisata berkelanjutan desa wisata?

12
b. Adakah pengaruh antara rasionalitas wisatawan terhadap
pengambilan keputusan ?
c. Adakah pengaruh antara daya tarik wisata terhadap pengambilan
keputusan?
d. Adakah pengaruh antara pengambilan keputusan terhadap
kunjungan ke tempat wisata?
e. Adakah pengaruh antara kunjungan ke tempat wisata terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan?
f. Adakah pengaruh secara bersama-sama antara rasionalitas
wisatawan, daya tarik wisata, pengambilan keputusan, kunjungan
ke tempat wisata, terhadappengelolaan pariwisata berkelanjutan
desa wisata?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan derajat kategori rasionalitas wisatawan, daya
tarik wisata, pengambilan keputusan, kunjungan ke tempat wisata,
dan pengelolaan pariwisata berkelanjutan desa wisata
b. Untuk menjelaskan pengaruh antara rasionalitas wisatawan
terhadap pengambilan keputusan
c. Untuk menjelaskan pengaruh antara daya tarik wisata terhadap
pengambilan keputusan.
d. Untuk menjelaskan pengaruh antara pengambilan keputusan
terhadap kunjungan ke tempat wisata.
e. Untuk menjelaskan pengaruh antara kunjungan ke tempat wisata
terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
f. Untuk menjelaskan pengaruh secara bersama-sama antara
rasionalitas wisatawan, daya tarik wisata, pengambilan keputusan,
kunjungan ke tempat wisata, terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan desa wisata.

13
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Aspek Akademis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran
terhadap dunia akademis dan titik tolak untuk melakukan penelitian
yang lebih mendalam tentang pengaruh rasionalitas wisatawan,
daya tarik wisata, pengambilan keputusan, kunjungan ke tempat
wisata, terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan Desa Wisata.
b. Bagi Aspek Praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di bidang
sosiologi pariwisata.
2) Menjadi salah satu kajian untuk penelitian ilmiah tentang
rasionalitas wisatawan, daya tarik wisata, pengambilan
keputusan, kunjungan ke tempat wisata, terhadap pengelolaan
pariwisata berkelanjutan desa wisata Berjo Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian mengenai rasionalitas wisatawan, daya tarik wisata,


pengambilan keputusan, kunjungan ke tempat wisata, terhadap pengelolaan
pariwisata berkelanjutan Desa Wisata Berjo, peneliti melakukan beberapa
penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu diperlukan untuk mendapatkan
gambaran awal mengenai topik penelitian. Berikut beberapa penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini:

15
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No Jurnal Judul dan Peneliti Variabel Teori Metode Kesimpulan Research Gap Penelitian
Peneliti
1. Jurnal Analisis Komponen Daya Tarik Teori Daya Kualitatif Desa Wisata Cibeusi Perbedaan variabel :
Kinerja Vol. Daya Tarik Desa Desa Wisata Tarik Wisata Dengan menerapkan empat - Rasionalitas wisatawan
18 No. 4, Wisata, Henita Safitri, Cooper Pendekatan komponen daya tarik - Pengambilan keputusan
2022 Dadan Kurniansyah studi kasus wisata yaitu atraksi
- Kunjungan ke tempat
(attraction), aksesibilitas wisata
(accessibilities), fasilitas - Pengelolaan pariwisata
(amenities) dan fasilitas berkelanjutan

tambahan (ancillary
Persamaan variabel:
services) yang dapat
- Daya tarik wisata
dikatakan sudah memiliki
- Perbedaan metode:
daya tarik wisata secara
Kuantitatif
umum. Hal ini karena tiga
komponen daya tarik Perbedaan teori:
sudah terpenuhi, hanya - Teori pilihan rasional
- Teori pengambilan
saja masih terdapat
keputusan
aksesibilitas yang perlu - Teori pengelolaan
lebih ditingkatkan lagi pariwisata berkelanjutan
kualitasnya.

16
No Jurnal Judul dan Peneliti Variabel Teori Metode Kesimpulan Research Gap Penelitian
Peneliti
2. Jurnal Ilmu Pengaruh Daya Daya tarik Teori Kuantitatif Variabel daya tarik wisata dan Perbedaan variabel:
Manajemen Tarik Wisata dan wisata, Amenitas dengan amenitas berpengaruh positif - Rasionalitas wisatawan
Terapan Vol. Amenitas Terhadap amenitas, Spillane metode survei dan signifikan terhadap - Pengambilan keputusan
3 Keputusan dan dan keputusan berkunjung
- Kunjungan ke tempat
No. 6, 2022 Berkunjung keputusan menggunakan wisatawan untuk melakukan wisata
Wisatawan pada berkunjung analisis data kunjungan pada desa wisata - Pengelolaan pariwisata
Desa Wisata Partial Least Kabupaten Kerinci. berkelanjutan

Kabupaten Kerinci, Square (PLS) Persamaan variabel:


Budi Susianto,
- Daya tarik wisata
Johannes Johannes,
Persamaan metode:
dan Syahmardi
- Kuantitatif
Yacob. dengan metode
survei

Perbedaan teori:
- Teori pilihan rasional
- Teori pengambilan
keputusan
- Teori pengelolaan
pariwisata
berkelanjutan

17
No Jurnal Judul dan Peneliti Variabel Teori Metode Kesimpulan Research Gap Penelitian
Peneliti
3. Jurnal Analisa Rasionalitas Rasionalitas Teori Tindakan Penelitian Wisatawan ziarah dibagi Perbedaan variabel:
Sosiologi Wisatawan Wisata wisatawan Sosial Max kualitatif menjadi dua jenis: wisatawan - Daya tarik wisata
Vol. 4 Pilgrim (Studi Weber dan dengan eksistensial dan rekreasi. - Pengambilan keputusan
No. 2, 2015 Fenomenologi dan Tipe pendekatan Sedangkan pengetahuan - Kunjungan ke tempat
Terhadap Rasionalitas fenomenologi wisatawan pada wisata ziarah wisata
Wisatawan di Stephen dapat diklasifikasikan menjadi - Pengelolaan pariwisata
Kawasan Wisata Kalberg dua: ziarah modern dan ziarah berkelanjutan
Pilgrim Desa mencari kesenangan. Faktor Persamaan variabel:
Gunungpring, yang mendorong ziarah - Rasionalitas wisatawan
Kecamatan Muntilan, modern adalah pemenuhan Perbedaan metode:
Kabupaten diri dan yang menarik adalah
- Kualitatif
Magelang),Alfan budaya. Para wisatawan yang
Perbedaan teori:
Biroli telah melakukan tindakan
- Teori pilihan rasional
sosial di wisata ziarah, maka
- Teori pengambilan
akan muncul rasionalitas dan keputusan
mengandung makna pada
- Teori pengelolaan
wisatawan yang melakukan pariwisata
berbagai aktivitas dalam berkelanjutan
wisata ziarah.

18
No Jurnal Judul dan Peneliti Variabel Teori Metode Kesimpulan Research Gap Penelitian
Peneliti
4. Pariwisata, Analisis Persepsi Persepsi Teori Minat Metode Kualitas daya tarik wisata Perbedaan variabel:
Vol.3 No. 2, Wisatawan Mengenai Wisatawan, Berkunjung kuantitatif menurut persepsi wisatawan - Rasionalitas
2016 Penurunan Kualitas Penurunan dan Teori dengan dalam kondisi yang rendah wisatawan

Daya Tarik Wisata Kualitas Daya Tarik analisis atau kurang menarik. Minat - Pengambilan
keputusan
Terhadap Minat Daya Tarik Wisata regresi linear berkunjung wisatawan juga
- Kunjungan ke tempat
Berkunjung, Faikar Wisata, sederhana rendah. Penurunan kualitas wisata
Adam Wiradipoetra, dan Minat daya tarik berpengaruh - Pengelolaan pariwisata
Erlangga Brahmanto signifikan terhadap turunnya berkelanjutan
Kunjungan
Persamaan variabel:
minat berkunjung wisatawan.
- Daya tarik wisata

Persamaan metode:
- Kuantitatif
Perbedaan teori:
- Teori pilihan rasional
- Teori pengambilan
keputusan
- Teori pengelolaan
pariwisata
berkelanjutan

19
No Jurnal Judul dan Peneliti Variabel Teori Metode Kesimpulan Research Gap Penelitian
Peneliti
5. Jurnal Pengelolaan Desa Pengelolaan Teori Penelitian ini Pengelolaan Desa Wisata Perbedaan variabel:
Destinasi Wisata Belimbing Pariwisata pengelolaan menggunakan Belimbing meliputi enam - Rasionalitas wisatawan
Pariwisata Menuju Pariwisata Berkelanjutan yang deskriptif aspek yaitu organisasi, - Daya tarik wisata
Vol. 3 Berkelanjutan dikemukakan kualitatif keuangan, pemasaran, - Pengambilan keputusan
No. 1, 2015 Kecamatan Pupuan, oleh Husein produksi dan operasi, sumber - Kunjungan ke tempat
Kabupaten Tabanan, Umar (2005) daya manusia, dan aspek wisata
Bali Digna Merian sistem informasi Persamaan variabel:
Andriani, I Nyoman manajemen. Penelitian ini - Pengelolaan pariwisata
Sunarta. menunjukkan bahwa pihak berkelanjutan
pengelola telah berupaya dan Perbedaan metode:
menyediakan secara - Kualitatif
maksimal berbagai aspek
Perbedaan teori:
yang dibutuhkan wisatawan.
- Teori pilihan rasional
Namun, banyak hal-hal yang
- Teori daya tarik wisata
masih perlu dibenahi,
- Teori pengambilan
termasuk mengatasi
keputusan
permasalahan pengelolaan
- Teori pengelolaan
yang dihadapi agar dapat
pariwisata berkelanjutan
berjalan secara optimal
pariwisata berkelanjutan.

20
No Jurnal Judul dan Peneliti Variabel Teori Metode Kesimpulan Research Gap Penelitian
Peneliti
6. Journal of Risk and Pengambilan Teori set. Metode Kelompok wisatawan dengan Perbedaan variabel:
Travel Uncertainty Travel keputusan Teori dipilih kuantitatif tingkat pendidikan dan - Rasionalitas wisatawan
Research Vol. Decision-Making: karena dengan frekuensi perjalanan yang - Daya tarik wisata
57 Tourist and memungkinkan analisis tinggi mengambil keputusan - Kunjungan ke
No. 1, 2018 Destination untuk fokus varians satu berkunjung ke tujuan wisata tempat wisata
Perspective, Marion pada proses arah Kruskal- dengan risiko dan - Pengelolaan pariwisata
Karl. daripada hasil Wallis sebagai ketidakpastian tinggi. berkelanjutan
dari proses metode non- Kelompok wisatawan usia Persamaan variabel:
pilihan. parametrik. tinggi menghindari tujuan - Pengambilan keputusan
wisata dengan risiko dan Persamaan metode:
ketidakpastian tinggi. - Metode kuantitatif
7. Advances in Makotek as a Pengelolaan Teori daya Metode Para wisatawan tertarik untuk Perbedaan variabel:
Economics, Tourist Attraction in pariwisata tarik wisata kualitatif menonton upacara adat
- Rasionalitas wisatawan
Business and Munggu Village, berkelanjutan dengan Makotek karena mengandung - Pengambilan keputusan
Management Bali, Gede pendekatan ideologi estetika dan ideologi - Kunjungan ke
Research Yoga Kharisma interdisipliner aktualisasi diri. Makotek tempat wisata
Pengelolaan pariwisata
(AEBMR) Pradana, I Wayan sampai saat ini dapat
berkelanjutan
Vol. 52, 2018 Pantiyasa dikembangkan karena
memberikan kontribusi Persamaan variabel:
- Daya tarik wisata
ekonomi kreatif.

21
Berdasarkan pada tabel 2.1 tentang penelitian terdahulu dapat
dikemukakan bahwa kebaharuan dari penelitian ini terletak pada variabel
yang digunakan. Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan
adalah pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Sedangkan pada variabel
independen yang digunakan adalah rasionalitas wisatawan, daya tarik
wisata, pengambilan keputusan, dan kunjungan ke tempat wisata. Selain itu,
metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif. Teori yang
digunakan juga berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Pada
penelitian ini digunakan empat teori yang berbeda, teori pertama yang
digunakan adalah teori pilihan rasional untuk melihat hubungan antara
rasionalitas wisatawan dengan pengambilan keputusan. Teori kedua yang
digunakan adalah teori daya tarik wisata untuk melihat hubungan antara
daya tarik wisata dengan pengambilan keputusan. Teori ketiga yang
digunakan adalah teori pengambilan keputusan untuk melihat hubungan
antara pengambilan keputusan dengan kunjungan ke tempat wisata. Teori
keempat yang digunakan adalah teori pengelolaan pariwisata berkelanjutan
untuk melihat hubungan antara kunjungan ke tempat wisata dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
B. Landasan Teori
1. Teori Pilihan Rasional
Rasionalitas merupakan suatu pola pikir dimana individu
cenderung bersikap dan bertindak berdasarkan logika dan nalar.
Rasionalitas mengarah pada keyakinan dengan alasan individu percaya
dan bertindak sesuai logika (Fajar, 2021). Rasionalitas menyangkut dua
aspek, yaitu aspek yang berkaitan dengan pemahaman dan kelogisan
dalam pengambilan keputusan (Isfandiar, 2015).

Pola pikir individu yang logis memunculkan pilihan rasionalyang


didasarkan pada tujuan. Individu yang berpikir logis merupakan individu
yang memiliki cara berpikir runtut, masuk akal dan berdasarkan fakta-
fakta objektif tertentu (Sutrisno, 2004). Pilihan rasional individu

22
merupakan cara berpikir rasional individu untuk melakukan suatu
tindakan berdasarkan tujuan tertentu dan tujuan itu ditentukan oleh
pilihan (preferensi) (Bashofi & Saffanah, 2019).
Individu selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan atau alternatif-
alternatif dalam pengambilan keputusan. Setelah individu berada pada
situasi pengambilan keputusan, maka individu akan melakukan tindakan
untuk mempertimbangkan, menganalisis, melakukan prediksi, dan
menentukan pilihan terhadap pilihan-pilihan yang ada (Desmita, 2007).
Menurut Coleman, suatu pilihan pengambilan keputusan dapat
dikatakan rasional jika pilihan tersebut diambil dengan tujuan
memaksimalkan hasil yang diinginkan. Setelah menentukan pilihan yang
tepat, individu akan bertindak rasional (Ritzer, 2012). Tindakanrasional
menurut Weber berhubungan dengan pertimbangan yang sadar akan
pilihan individu (Bashofi & Saffanah, 2019). Tindakan rasional
berhubungan dengan pilihan yang dipertimbangkan dengan rasio akal
individu, lalu ditindaklanjuti dengan tindakan yang nyata (Coleman,
1990). Tindakan rasional yang dilakukan individu akan memengaruhi
pengambilan keputusan yang tepat.
Pada penelitian ini, teori pilihan rasional dapat membuktikan
hubungan variabel rasionalitas wisatawan dan variabel pengambilan
keputusan karena individu yang berpikir secara logis akan bertindak
rasional untuk mengambil keputusan sesuai dengan pilihan-pilihan yang
tersedia.

2. Teori Daya Tarik Wisata


Daya tarik wisata berkaitan dengan sesuatu yang menjadi daya
tarik bagi wisatawan dalam memengaruhi pengambilan keputusan
mengunjungi suatu tempat wisata (Suwena, 2017). Menurut Spillane
(1997), adapun hal yang menjadi daya tarik wisatawan untuk
mengunjungi tempat wisata yaitu keindahan alam dengan berbagai
variasinya, kondisi iklim, kebudayaan dan atraksinya, sejarah dan

23
legendaris, ethnicity dengan sifat kesukuannya, dan aksesibilitas berupa
kemudahan untuk mencapainya.
Keindahan alam merupakan pemandangan alam di suatu tempat
wisata yang masih asri dan jarang ditemui di tempat wisata lain.
Keindahan alam merupakan salah satu objek yang dijual untuk kegiatan
pariwisata baik wisata alam, ekowisata, ataupun bentuk wisata lainnya
(Parma, 2010). Kondisi iklim basah dan udara yang sejuk di tempat
wisata sangat mendukung wisatawan untuk mengunjunginya (Suamadi &
Sidauruk, 2013). Kebudayaan dan atraksi merujuk pada berbagai bentuk
pertunjukan atau tontonan karya dan hasil karya seni, adat istiadat atau
tradisi, serta tata cara upacara keagamaan yang unik dan menarik
(Zaenuri, 2012). Sejarah dan legendaris dapat berupa peninggalan sejarah
yang berada di tempat wisata. Peninggalan sejarah merupakan sesuatu
yang ditinggalkan dalam bentuk prasasti, naskah kuno, candi, monumen,
keratin, fosil, artefak, tari daerah, dan cerita rakyat (Dewi et al., 2021).
Ethnicity dengan sifat kesukuannya merupakan tempat wisata yang masih
mempertahankan kegiatan-kegiatan yang lekat dengan masyarakat
setempat. Aksesibilitas berkaitan dengan kemudahan akses atau
perjalanan untuk menuju ke tempat wisata (Nabila & Widiyastuti, 2018).
Keenam hal tersebut merupakan bagian dari daya tarik wisata.
Bila daya tarik wisata di suatu objek wisata bagus, maka akan
meningkatkan pengambilan keputusan wisatawan. Begitu pun sebaliknya,
jika daya tarik wisata di suatu objek wisata tidak bagus, maka dapat
dipastikan juga pengambilan keputusan berkunjung wisatawan akan
menurun (Lebu et al., 2019).
Sesuai dengan penelitian ini, teori daya tarik wisata dapat
membuktikan hubungan variabel daya tarik wisata dengan variabel
pengambilan keputusan karena semakin tinggi daya tarik wisata, maka
akan memengaruhi tingginya pengambilan keputusan wisatawan.

24
3. Teori Pengambilan Keputusan
Menurut Kotler & Kevin Lane Keller (2009), pengambilan
keputusan individu melalui empat tahap, yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif pilihan, dan tindakan berkunjung.
Tahapan pertama, proses berkunjung dimulai saat calon wisatawan
mengenali kebutuhan dengan mempersepsikan perbedaan antara keadaan
yang diinginkan dan situasi faktual yang memadai untuk berwisata.
Tahapan kedua, calon wisatawan ingin mencari informasi lebih banyak
mengenai suatu tempat wisata yang dimulai ketika wisatawan
memandang bahwa kebutuhan berwisata tersebut bisa dipenuhi dengan
berkunjung ke tempat wisata. Tahapan ketiga, calon wisatawan
menggunakan informasi untuk mengevaluasi alternatif pilihan sesuai
dengan keputusan wisatawan. Berdasarkan pemilihan atau evaluasi yang
telah dilakukan akan terbentuk tindakan untuk mengunjungi daerah
tujuan wisata. Tahapan keempat, calon wisatawan memutuskan
melakukan tindakan berkunjung.
Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, wisatawan yang sudah
memenuhi keempat tahapan pengambilan keputusan tersebut dan
hasilnya sesuai ekspektasi, maka akan terjadi kunjungan ke tempat
wisata. Kunjungan ke tempat wisata merupakan suatu aktivitas wisata
yang dilakukan oleh sebagian atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara (Setiyorini et al., 2018).
Apabila wisatawan sudah mencapai keempat tahap pengambilan
keputusan yaitu memutuskan tindakan berkunjung, maka akan
memengaruhi berkunjung tidaknya ke tempat wisata. Berkaitan dengan
penelitian ini, teori pengambilan keputusan dapat membuktikan
hubungan variabel pengambilan keputusan dengan variabel kunjungan ke
tempat wisata karena individu yang mengambil keputusan untuk
berkunjung akan memengaruhi adanya kunjungan ke tempat wisata.

25
4. Teori Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan
Pengelolaan menurut teori pengelolaan pariwisata berkelanjutan
Septari Nurseptiani meliputi tiga aspek yaitu lingkungan, ekonomi, sosial
budaya. Pada aspek lingkungan berkaitan dengan kealamian dan
keindahan pemandangan, kesejukan udara di sekitar tempat wisata,
kebersihan tempat wisata, ketersediaan tempat parkir, kondisi air,
ketersediaan fasilitas toilet, kebersihan fasilitas toilet, keasrian tanaman
di sekitar tempat wisata,dan ketersediaan tempat sampah.
Aspek ekonomi berkaitan dengan atribut kualitas layanan dan
kepuasan yang terdiri dari tarif tiket masuk, harga makanan dan
minuman, harga paket wisata, tarif tiket parkir, harga cendera mata, tarif
jasa pemandu lokal, kesempatan kerja bagi masyarakat, dan keberadaan
fasilitas pendukung di tempat wisata. Aspek sosial budaya terdiri dari
keramahtamahan staf dalam memberikan pelayanan, informasi mengenai
tempat wisata beserta aktivitasnya, kesediaan staf untuk membantu,
keramahtamahan masyarakat lokal, ketersediaan penunjuk jalan, fasilitas
internet, ketersediaan cendera mata berciri khas lokal, kuliner berciri khas
lokal, keamanan dan kenyamanan selama di tempat wisata, pengalaman
baru yang bersifat tradisional, aksesibilitas, atraksi budaya, pengelolaan
atraksi budaya, dan lokasi tempat wisata (Nursetiani, 2018).
Ketiga aspek ini berkaitan dengan kunjungan ke tempat wisata.
Semakin tinggi kunjungan ke tempat wisata, maka semakin tinggi
pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Pengelolaan pariwisata
berkelanjutan menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
artinya pengelolaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi
wisatawan tanpa mengorbankan potensi pemenuhan kebutuhan dan
aspirasi wisatawan di masa mendatang (Widiarta, 2016).
Kebutuhan dan aspirasi wisatawan dapat dilihat dari kunjungan
ke tempat wisata. Kebutuhan wisatawan yang dimaksud merupakan
kebutuhan untuk menikmati pelayanan, sarana prasarana, objek dan daya

26
tarik wisata. Aspirasi wisatawan berkaitan dengan sarana prasarana
wisata yang belum terpenuhi (Renaldy et al., 2018).
Pada penelitian ini, teori pengelolaan pariwisata berkelanjutan
dapat menghubungkan variabel kunjungan ke tempat wisata dengan
variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan karena individu yang
melakukan kunjungan wisata akan memengaruhi pengelolaan pariwisata
berkelanjutan yang dilihat dari aspek lingkungan, sosial budaya, dan
ekonomi di suatu tempat wisata.
Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, dapat digambarkan
kerangka teoritis dengan lima variabel sebagai dugaan sementara.
Kerangka teoritis yang tergambar ini kemudian memunculkan suatu
hipotesis, yaitu terdapat pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y3 melalui
Y1 dan Y2, pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y3 melalui Y1 dan Y2,
pengaruh langsung X1 terhadap Y1, pengaruh langsung X2 terhadap Y1,
pengaruh langsung Y1 terhadap Y2, pengaruh langsung Y2 terhadap Y3
yang ditampilkan pada berikut:

Bagan 2. 1 Kerangka Teoritis

C. Definisi Konsep
1. Rasionalitas
Rasionalitas merupakan kemampuan individu dalam berpikir logis,
tepat, masuk akal, serta terencana yang mampu menghasilkan tindakan
maupun keputusan berdasarkan berbagai pertimbangan guna mencapai
tujuan (Handani & Hidayat, 2018). Adapula Simon (1972) mengatakan

27
bahwa rasionalitas menunjukkan cara berpikir maupun tindakan yang
mengarah pada pencapaian tujuan dengan segala keterbatasan yang ada.
Menurut Baron (2008) rasionalitas merupakan sebuah ukuran yang
bersifat normatif digunakan ketika individu mengevaluasi keyakinan-
keyakinan dan keputusan-keputusan yang diambil dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan yang dimilikinya.
Serupa dengan pandangan Baron, Stanovich & West menjelaskan
bahwa rasionalitas merupakan cara berpikir yang mengarah pada
tindakan yang sesuai dengan tujuan dan sebuah keyakinan yang didukung
oleh bukti-bukti yang tersedia (Stanovich et al., 2014). Rasionalitas
merupakan cara berpikir dalam bertindak sesuai dengan nalar dan logika
manusia untuk memenuhi rencana jangka panjang dengan
mempertimbangkan segala risiko dan manfaat yang didapatkan (Rahmat,
2022). Rasionalitas merupakan kemampuan cara berpikir yang baik dan
melibatkan penalaran sehingga dapat dimanifestasikan ke dalam bentuk
keputusan yang optimal (Zikrinawati, 2017).
Adapun Karim (2011) menyatakan bahwa rasionalitas merupakan
cara berpikir individu yang melakukan tindakan secara rasional (masuk
akal) dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang akan
menjadikan individu lebih buruk. Secara umum, rasionalitas dapat
diartikan sebagai cara berpikir yangdidasarkan pada pikiran yang logis
dan evaluatif terhadap keyakinan dengan mempertimbangkan risiko dan
manfaat.
Indikator rasionalitas menurut Hastie & Dawes (2010) terdiri dari
cara berpikir logis wisatawan memiliki pertimbangan terhadap beberapa
pilihan yaitu memilih satu pilihan yang didasarkan pada konsekuensi
pilihan yang akan terjadi, mempertimbangkan risiko yang akan terjadi,
dan menentukan keputusan pilihan yang dipilih berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai.
Sedangkan indikator dalam penelitian ini terdiri dari, cara
individu dalam berpikir logis dengan didukung bukti-bukti yang
tersedia serta

28
mempertimbangkan risiko; cara individu dalam berpikir logis dengan
didukung bukti-bukti yang tersedia serta mempertimbangkan manfaat;
cara individu dalam berpikir evaluatif dengan didukung bukti-bukti yang
tersedia serta mempertimbangkanrisiko; dan cara individu dalam berpikir
evaluatif dengan didukung bukti-bukti yang tersedia serta
mempertimbangkan manfaat.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka konsep dalam
rasionalitas merupakan cara berpikir logis dan evaluatif terhadap
keyakinan yang didukung dengan bukti-bukti yang tersedia serta
mempertimbangkan risiko juga manfaat untuk menghasilkan tindakan
maupun keputusan optimal.

2. Daya Tarik Wisata


Daya tarik wisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahandan
nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan ketempat wisata.
Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi
wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata tertentu (Yoeti,
2002).
Menurut Zaenuri (2012), daya tarik wisata merupakan sesuatu
yang memiliki daya tarik untuk dilihat dan dinikmati sehingga layak
dijual ke pasar wisata. Suwantoro (1997) mengatakan bahwa daya tarik
wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan
ke suatu daerah tujuan wisata.
Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang dapat menarik
wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata dengan
menikmati keunikan yang berada di dalamnya (Yoeti, 2002).Daya tarik
wisata dibagi menjadi dua yaitu objek wisata dan atraksi wisata. Menurut
Zaenuri (2012), objek wisata merupakan daya tarik wisata yang bersifat
statis dan tangible serta tanpa perlu ada persiapan terlebihdahulu untuk
menikmatinya (Yoeti, 1985). Atraksi wisata merupakan daya tarik wisata
yang dapat dilihat melalui pertunjukan dan membutuhkan persiapan

29
bahkan memerlukan pengorbanan untukmenikmatinya (Zaenuri, 2012).
Secara garis besar, terdapat empat kelompok daya tarik wisata yang
menarik wisatawan datang kedaerah tujuan wisata (Yoeti, 2008), yaitu:
i. Natural Attraction, terdiri dari pemandangan laut, pantai, telaga,
danau, air terjun, hutan raya, kebun raya, agrowisata, gunung
merapi, termasuk pula dalam kelompok ini adalah flora dan fauna.

ii. Build Attraction, terdiri dari bangunan dengan arsitek yang


menarik, seperti rumah adat, candi, bangunan kuno dan modern.
iii. Cultural Attraction, terdiri dari peninggalan sejarah, cerita rakyat,
kesenian tradisional, museum, upacara keagamaan, festival
kesenian dan semacamnya.
iv. Social Attraction, terdiri dari tata cara hidup suatu masyarakat,
ragam bahasa, upacara pernikahan, khitanan, dan kegiatan sosial
lainnya.
Dari keempat daya tarik wisata di atas yang menjadi fokus
penelitian ini adalah daya tarik wisata alam (natural attraction). Menurut
Cooper, indikator dalam penilaian daya tarik wisata terdiri dari empat
aspek utama yaitu: attraction (atraksi), accessibilities (aksesibilitas),
amenity (fasilitas), dan ancillary (fasilitas pendukung)(Rindani, 2016).
Selain itu, menurut (Yoeti, 2002) menyatakan bahwa daya tarik
wisata memiliki tiga unsur yaitu: something to see (sesuatu yang dapat
dilihat), seperti keindahan atau keunikan alam; something to do (sesuatu
yang dapat dilakukan), seperti melakukan aktivitas wisata; dan something
to buy (sesuatu yang dapat dibeli) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
dalam berwisata. Pada penelitian ini, sesuai unsur di atas terdapat sesuatu
yang dilihat seperti keindahan alam; sesuatu yang dilakukan seperti
berfoto, memberi makan ikan, dan berenang; serta sesuatu yang dapat
dibeli yaitu berbelanja.

30
Konsep daya tarik wisata terdiri dari dua indikator yaitu sesuatu
yang menarik dan sesuatu yang mendorong wisatawan untuk berkunjung.
Sesuatu yang menarik yaitu keindahan alam, kondisi iklim, kebudayaan
dan atraksinya, sejarah dan legendaris, ethnicity dengan sifat
kesukuannya, dan aksesibilitas. Sesuatu yang mendorong yaitu dorongan
untuk melepaskan diri dari rutinitas, dorongan untuk melakukan kegiatan
penyegaran, dorongan untuk menikmati kegembiraan dengan bermain,
dorongan untuk mempererat hubungan kekerabatan, dorongan untuk
menunjukkan gengsi, dorongan untuk dapat melakukan interaksi sosial
dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi,
dorongan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa
memberikansuasana menyenangkan, dorongan untuk melihat sesuatu yang
baru, mempelajari orang lain dan/atau daerah lain, atau mengetahui
kebudayaan etnis lain, dorongan untuk lebih mengenali diri sendiri di
tempat baru, dan dorongan untuk merealisasikan keinginan untuk
berwisata.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka konsep daya tarik
wisata dalam penelitian ini merupakan segala sesuatu yang dapat menarik
dan mendorong wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata
dengan menikmati keunikan yang berada di dalamnya.
3. Pengambilan Keputusan
Menurut Bowo (2008), pengambilan keputusan merupakan proses
menentukan satu pilihan dari beragamnya alternatif pilihan terbaik yang
dilakukan secara rasional dan tidak dalam waktu singkat. Böhm & Brun
(2008) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai suatu proses
melakukan evaluasi terhadap dua atau lebih pilihan yang ada dalam rangka
menentukan kemungkinan hasil yang terbaik. Menurut Hasan & Khadafi
(2004) menyatakan pengambilan keputusan merupakan suatu pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk
ditindaklanjuti sebagai suatu cara memecahkan masalah.
Menurut Eisenfuhr (2011), pengambilan keputusan merupakan
proses menentukan pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil

31
yang diinginkan. Kahneman & Tversky (1979) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan proses memilih alternatif dengan cara
mengeliminasi pilihan yang kurang penting secara bertahap berdasarkan
evaluasi melalui alternatif-alternatif yang ada. Jika beberapa alternatif
tidak memiliki standar minimum, maka alternatif itu dieliminasi dari
kumpulan pilihan.
Menurut Simon (1993), pengambilan keputusan merupakan suatu
bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin akan
dipilih melalui mekanisme tertentu dengan harapan menghasilkan suatu
keputusan yang terbaik. Menurut Terry (2003), pengambilan keputusan
merupakan pemilihan alternatif tindakan dari dua alternatif pilihan atau
lebih untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui satu pilihan di
antara alternatif-alternatif yang memungkinkan.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu tindakan individu yang dipilih dan diambil berdasarkan
pemilihan alternatif pilihan dengan cara mengeliminasi pilihan yang
kurang penting secara bertahap sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sebelum melakukan perjalanan wisata, calon wisatawan terlebih
dahulu melakukan suatu proses berpikir untuk sampai pada keputusan
yang menyangkut kapan akan melakukan perjalanan, berapa lama, ke
mana, dengan cara bagaimana dan sebagainya. Pengambilan keputusan ini
sangat penting artinya bagi pembangunan pariwisata terkait dengan
berbagai fakta yang memengaruhi keputusan.
Secara lebih rinci, (Solso et al., 2008) membagi indikator
pengambilan keputusan berdasarkan tindakan individu yang dipilih dan
diambil berdasarkan pemilihan alternatif pilihan. Tindakan individu yang
dipilih melalui beberapa tahap yaitu pengenalan kebutuhan wisatawan,
pencarian informasi, pemilihan alternatif pilihan, dan tindakan
berkunjung. Berdasarkan berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli,
maka konsep pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah suatu
tindakan individu yang dipilih dan diambil berdasarkan pemilihan
alternatif pilihan

32
dengan cara mengeliminasi pilihan yang kurang penting secara bertahap
untuk menghasilkan suatu keputusan yang terbaik.
4. Kunjungan ke Tempat Wisata
Kunjungan ke tempat wisata merupakan kunjungan yang dilakukan
oleh wisatawan pada suatu tempat wisata (Rahmadhani, 2021). Kunjungan
ke tempat wisata merupakan kunjungan selama di tempat wisata yang
dilakukan oleh sebagian atau sekelompok individu dengan tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, dan mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Suryadana & Octavia, 2015).
Menurut Dinas Pariwisata, kunjungan ke tempat wisata merupakan
sekelompok individu yang berkunjung di objek wisata tertentu, sesuai
dengan objek wisata yang terpilih dalam menikmati perjalanan wisatanya.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka konsep kunjungan
ke tempat wisata dalam penelitian ini adalah kunjungan selama ditempat
wisata yang dilakukan oleh sebagian atau sekelompok individu dengan
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, dan mempelajari keunikan daya
tarik wisata.
5. Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan
Menurut Atmosudirjo (1982), pengelolaan merupakan suatu
aktivitas pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya yang akan digunakan
dalam kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan juga dapat
diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya secara berkelanjutan (Rudy & Mayasari, 2019). Maka, dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan merupakan suatu proses dan aktivitas
pemanfaatan sumber daya yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Pariwisata berkelanjutan menurut Federation of Nature and
National Parks merupakan segala bentuk pengelolaan dan aktivitas
pariwisata yang harus memperhatikan integritas lingkungan, ekonomi,
sosial, dan kesejahteraan dari sumber daya alam dan budaya yang ada
untuk jangka waktu yang lama (Sunarta & Arida Sukma, 2017). Menurut
Weaver (2012) pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata
yang dapat
33
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
masa depan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Menurut The World
Tourism Organization, pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu
upaya untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan agar bisa meningkatkan
peluang untuk masa depan pariwisata (Sulistyadi et al., 2021).
Menurut Sugiama (2011), pariwisata berkelanjutan disebut dengan
alternative tourism yaitu pariwisata yang dikembangkan dengan
memenuhi kebutuhan hidup, memperhatikan budaya masyarakat setempat,
dan kelestarian alam sehingga dapat diwariskan kepada generasi
mendatang. Menurut (Arida Sukma & Sukma, 2012) menyatakan bahwa
pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang erat kaitannya dengan
upaya untuk menjamin sumber daya alam, sosial, dan budaya yang
dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata generasi sekarang sehingga
generasi mendatang dapat menikmati sumber daya tersebut. Maka, konsep
pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang mempertimbangkan
pemanfaatan sumber daya alam, sosial, dan budaya untuk dapat diwariskan
kepada generasi mendatang.
Merujuk pada pendapat para ahli, maka konsep pengelolaan
pariwisata berkelanjutan dalam penelitian ini adalah aktivitas pemanfaatan
serta pengelolaan sumber daya yang memperhatikan potensi alam, sosial,
dan budaya untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan saat ini tanpa
mengurangi kebutuhan generasi mendatang.
6. Desa Wisata
Salah satu fokus pengembangan yang dilakukan oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah desa wisata sebagai wisata
alternatif. Desa wisata (rural tourism) merupakan jenis daya tarik wisata
yang terdiri dari keseluruhan pengalaman pedesaan, atraksi alam, tradisi,
dan unsur-unsur yang unik yang dapat menarik minat wisatawan (Joshi,
2012). Lebih lanjut, menurut Yuliati & Suwandono (2016) menyatakan
bahwa desa wisata merupakan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi,

34
dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam sebuah struktur kehidupan
masyarakat serta menyatu dengan tradisi yang berlaku.
Menurut Peraturan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor 26 Tahun 2010 menyatakan bahwa desa wisata merupakan suatu
bentuk kesatuan antara akomodasi, atraksi, sarana, dan prasarana
pendukung wisata yang disajikan dalam suatu tatanankehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tradisi yang berlaku. Desa wisata
menurut Priasukmana & Mulyadin (2001) merupakan suatu kawasan
pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasanayang mencerminkan
keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
istiadat, keseharian masyarakat, memiliki arsitektur bangunan dan struktur
tata ruang desa yang khas, kegiatan perekonomian yang unik dan menarik
serta mempunyai potensi untuk dikembangkan berbagai komponen
kepariwisataan.
Wiendu (1993) menjelaskan desa wisata merupakan suatu bentuk
tempat wisata yang memiliki atraksi wisata menyesuaikan dengan
kehidupan dan tradisi masyarakat yang berlaku serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung. Desa wisata merupakan kawasan pedesaan yang
dijadikan sebagai atraksi wisata yang mencerminkan keaslian pedesaan
dan kehidupan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan masyarakat, serta
tetap menjaga adat istiadatyang berlaku.
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka konsep desa wisata
dalam penelitian ini adalah suatu desa yang menyajikan atraksi wisata,
tradisi masyarakat, kehidupan ekonomi, dan unsur-unsur unik yang
mampu menarik wisatawan serta diintegrasikan dengan akomodasi dan
fasilitas pendukung lainnya.

7. Wisatawan
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
Wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalananuntuk kesenangan
atau melakukan suatu urusan dengan meninggalkan domisilinya
(Sangkaeng et al., 2014). Menurut (Sugiama, 2011), wisatawan merupakan

35
individu atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata dengan maksud
untuk beristirahat, berbisnis, berobat atau melakukan kunjungan keagamaan
serta perjalanan studi. Sama halnya dengan pengertian wisatawan menurut
(Wahyulina et al., 2018) menyatakan bahwa wisatawan merupakan pelaku
(konsumen) yang melakukan kegiatan untuk kunjungan wisata maupun
suatu perjalanan secara terencana demi mendapatkan kepuasan diri sendiri.
Wisatawan juga merujuk pada seseorang atau sekelompok orang
yang meninggalkan daerah asal untuk mengunjungi suatu daerah selama
24 jam lebih dengan tujuan bersenang-senang (Eddyono, 2021). Menurut
Schmoll (1997), wisatawan merupakan individu atau kelompok individu
yang merencanakan kemampuan daya beli yang dimilikinya untuk
melakukan perjalanan dengan tujuan rekreasi dan liburan.
Berdasarkan definisi para ahli, maka konsep wisatawan dalam
penelitian ini adalah individu atau kelompok individu yang melakukan
perjalanan meninggalkan domisilinya untuk mengunjungi daerah wisata
dengan tujuan tertentu seperti beristirahat dan bersenang-senang.

D. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

Tabel 2. 2 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional


1. Rasionalitas Cara wisatawan 1. Cara wisatawan
Wisatawan dalam berpikir logis dalamberpikir logis
dan evaluatif terhadapkeyakinan
terhadap keyakinan dengandidukung
dengan didukung bukti-bukti yang
bukti-bukti yang tersedia serta
tersedia serta mempertimbangkan
mempertimbangkan risiko dan manfaat
risiko dan manfaat untuk
untuk menghasilkan menghasilkan tindakan

36
tindakan maupun maupunkeputusan
keputusan optimal. optimal.
2. Cara wisatawan
dalamberpikir evaluatif
terhadap
keyakinandengan
didukung bukti-bukti
yang tersedia serta
mempertimbangkan
risiko dan manfaat
untuk menghasilkan
tindakan maupun
keputusan optimal.
2. Daya tarik Segala sesuatu yang 1. Sesuatu yang menarik
wisata dapat menarik dan wisatawan.
mendorong 2. Sesuatu yang
wisatawan untuk mendorong wisatawan.
mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata
dengan menikmati
keunikan yang
berada di dalamnya.
3. Pengambilan Suatu tindakan 1. Tindakan individu
Keputusan individu yang dipilih yangdipilih
dan diambil berdasarkanpemilihan
berdasarkan alternatif pilihan
pemilihan alternatif dengan cara
pilihan dengan cara mengeliminasi pilihan
mengeliminasi yang kurang penting
pilihan yang kurang secara bertahap untuk
penting secara menghasilkan suatu

37
bertahap untuk keputusan yang
menghasilkan suatu terbaik.
keputusan yang 2. Tindakan individu
terbaik. yangdiambil
berdasarkanpemilihan
alternatif pilihan
dengan cara
mengeliminasi pilihan
yang kurang penting
secara bertahap untuk
menghasilkan suatu
keputusan yang
terbaik.
4. Kunjungan Kunjungan selama 1. Kunjungan selama di
ke Tempat di tempat wisata tempat wisata yang
Wisata yang dilakukan oleh dilakukan oleh
sebagian atau sebagian atau
sekelompok individu sekelompok individu
dengan tujuan dengan tujuan rekreasi.
rekreasi, 2. Kunjungan selama di
pengembangan tempat wisata yang
pribadi, dan dilakukan oleh
mempelajari sebagian atau
keunikan daya tarik sekelompokindividu
wisata. dengan tujuan
pengembangan pribadi.
3. Kunjungan selama di
tempat wisata yang
dilakukan oleh
sebagian atau
sekelompok individu

38
dengan tujuan
mempelajari keunikan
daya tarik wisata.
5. Pengelolaan Aktivitas 1. Aktivitas pemanfaatan
pariwisata pemanfaatan sumber daya yang
berkelanjutan serta pengelolaan memperhatikan potensi
sumber daya yang alam, sosial, dan
memperhatikan budaya untuk
potensi alam, sosial, memenuhi kebutuhan
dan budaya untuk para wisatawan saat ini
memenuhi tanpa mengurangi
kebutuhan para kebutuhan generasi
wisatawan saat ini mendatang.
tanpa mengurangi 2. Aktivitas pengelolaan
kebutuhan generasi sumber daya yang
mendatang. memperhatikan potensi
alam, sosial, dan
budaya untuk
memenuhi kebutuhan
para wisatawan saat ini
tanpa mengurangi
kebutuhan generasi
mendatang.

E. Kerangka Berpikir
Pengelolaan pariwisata berkelanjutan berjalan apabila wisatawan
memiliki rasionalitas yang dilihat dari cara wisatawan dalam berpikir logis
untuk menghasilkan tindakan maupun keputusan optimal dan cara
wisatawan dalam berpikir evaluatif untuk menghasilkan tindakan maupun
keputusan optimal. Selain itu, pengelolaan pariwisata berkelanjutan berjalan
apabila wisatawan dapat menikmati daya tarik wisata yang dilihat dari
sesuatu yang

39
menarik wisatawan, sesuatu yang mendorong wisatawan, dan sesuatu yang
dinikmati wisatawan.
Rasionalitas wisatawan dan daya tarik wisata menjadi pendukung
pengambilan keputusan untuk melakukan kunjungan ke tempat wisata. Saat
pengambilan keputusan, wisatawan perlu mempertimbangkan tindakan
individu yang dipilih dan diambil berdasarkan pemilihan alternatif pilihan
dengan cara mengeliminasi pilihan yang kurang penting secara bertahap
untuk menunjang kunjungan ke tempat wisata yang dilihat dari kunjungan
selama di tempat wisata dengan tujuan rekreasi, pengembangan diri, dan
mempelajari keunikan daya tarik wisata. Selain itu, cara wisatawan dalam
berpikir logis dan evaluatif berkaitan dengan pertimbangan tindakan yang
dipilih dan diambil sehingga dapat melakukan kunjungan ke tempat wisata
sesuai tujuan wisata. Wisatawan dalam berwisata juga mempertimbangkan
daya tarik wisata untuk melakukan kunjungan ke tempat wisata.

Bagan 2. 2 Kerangka Berpikir


F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh langsung rasionalitas wisatawan terhadap
pengambilan keputusan.
2. Ada pengaruh langsung daya tarik wisata terhadap pengambilan
keputusan.

40
3. Ada pengaruh langsung pengambilan keputusan terhadap
kunjungan wisata.
4. Ada pengaruh langsung kunjungan wisata terhadap pengelolaan
pariwisata berkelanjutan.
5. Ada pengaruh tidak langsung rasionalitas wisatawan terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui pengambilan
keputusan dan kunjungan ke tempat wisata.
6. Ada pengaruh tidak langsung daya tarik wisata terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui pengambilan
keputusan dan kunjungan ke tempat wisata.

41
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti merupakan penelitian
eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksplanatori
merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-
variabel yang memengaruhi hipotesis. Oleh karena itu, penelitian ini dapat
digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan agar dapat menjelaskan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sesuai hipotesis penelitian
(Sugiyono, 2017).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Desa Wisata Berjo yang berfokus pada
dua tempat wisata yaitu Air Terjun Jumog dan Telaga Madirda.Lokasi
tersebut dipilih karena Desa Wisata Berjo merupakan penyumbang kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar di Kabupaten Karanganyar.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yangberkunjung ke
Air Terjun Jumog dan Telaga Madirda. Maka, unit analisis dalam
penelitian ini adalah individu wisatawan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei. Menurut Sugiyono (2017)
mengatakan metode survei digunakan untuk mendapatkan data dengan
pengumpulan yang terstruktur menggunakan kuesioner. Maka, perlu
dilakukan pengambilan sampel dari populasi. Berikut ini tabel populasi
responden (wisatawan) yang pernah mengunjungi objek wisata Telaga
Madirda & Air Terjun Jumog pada bulan Mei - Desember 2022.

42
Tabel 3. 1 Daftar Pengunjung Wisatawan Tahun 2022

DAFTAR PENGUNJUNG WISATA TAHUN 2022


NO BULAN TELAGA MADIRDA AIR TERJUN JUMOG
1 MEI 9383 37678
2 JUNI 4910 24903
3 JULI 4924 25166
4 AGUSRUS 2862 15880
5 SEPTEMBER 3154 19523
6 OKTOBER 3949 15852
7 NOVEMBER 3019 12660
8 DESEMBER 4887 20514
JUMLAH PENGUNJUNG 37088 172176
RATA-RATA PENGUNJUNG 4636 21522
Sumber: BUMDES DESA BERJO 2022
Melalui tabel di atas, populasi wisatawan yang pernah
mengunjungi kedua objek wisata di Desa Wisata Berjo tahun 2022
yaitu pada Telaga Madirda sebanyak 37.088 orang dan Air Terjun
Jumog sebanyak 172.176 orang.

2. Sampel Penelitian
Untuk mengetahui besarnya sampel yang diambil, penelitian
ini menggunakan rumus sebagai berikut:
p. q
𝑛 = (𝑍)2
(𝑆𝐸)2
Keterangan :
n : besarnya sampel yang akan ditarik
z : besarnya satuan standar deviasi
p dan q : proporsi sub-sub sampel
SE : standar error

(0,5) × (0,5)
100 = (𝑍)2 (0,10)
2
0,25
100 = (𝑍)2
0,01
100 = (𝑍) × 25
2

43
100
𝑍2 = 25
𝑍  2
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan besarnya Z yaitu 2
dengan interval kepercayaan 95,4% dengan standar error  10% dan
proporsi sub-sub sampel ditentukan p : q  0,5 : 0,5 dimana p
merupakan proporsi laki-laki sebanyak 50% dan q merupakan proporsi
perempuan sebanyak 50% (Slamet, 2006).

Atas dasar pertimbangan diatas, maka sampel yang harus


diambil pada objek wisata Telaga Madirda sebanyak 50 unit dan Air
Terjun Jumog sebanyak 50 unit analisis individu wisatawan ditandai
dengan heteroginitas tertinggi berdasarkan jenis kelamin.
3. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian. Teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian. Teknik sampling dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Menurut
Sugiyono (2017), nonprobability sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Nonprobability sampling terdiri dari systematic sampling,
quota sampling, convenience sampling, purposive sampling,
saturation sampling, dan snowball sampling.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan convenience
sampling, dimana peneliti semata-mata memilih siapa saja responden
yang ditemui peneliti di tempat penelitian (Slamet, 2006). Cara
pengambilan sampel dengan convenience sampling dalam penelitian
ini dapat dilakukan dengan menyebarkan secara acak wisatawan yang
sedang mengunjungi objek wisata Telaga Madirda dan Air Terjun
Jumog.

44
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Pengujian model teoritis dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa bentuk hubungan antar variabel yang mencakup lima
variabel penelitian sebagai berikut :
Variabel eksogen merupakan variabel yang memengaruhiatau
menjadi sebab berubahnya variabel dependen (Sugiyono,
2018).Variabel eksogen merupakan variabel independen. Variabel
eksogen dalam penelitian ini adalah :
1. Rasionalitas wisatawan.
2. Daya tarik wisata.
Variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat atas adanya variabel independen. Variabel
endogen bisa sebagai variabel dependen dan bisa juga sebagai
variabel intervening. Variabel intervening merupakan sebab
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
(Sugiyono, 2018). Variabel endogen dalam penelitian ini adalah :
1. Pengambilan keputusan.
2. Kunjungan ke tempat wisata.
3. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan.

Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci mengenai


variabel penelitian dan definisi operasional di dalam tabel 3.2:

45
Tabel 3. 2 Jenis Variabel, Nama Variabel, Definisi Konsep, Definisi Operasional, Item, dan Skala Pengukuran

Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
1. Variabel Rasionalitas Cara wisatawan 1. Cara wisatawan 1. Apakah saudara 1. Tidak
Independen Wisatawan dalam berpikir logis dalam berpikir logis mempertimbangkan mempertimbangkan
dan evaluatif dengan dengan didukung risiko untuk risiko
didukung bukti- bukti-bukti yang menghasilkan 2. Kurang
bukti yang tersedia tersedia serta tindakan atau mempertimbangkan
serta mempertimbangkan keputusan optimal? risiko
mempertimbangkan risiko untuk 3. Netral
risiko dan manfaat menghasilkan 4. Mempertimbangkan
untuk menghasilkan tindakan maupun risiko
tindakan maupun keputusan optimal. 5. Sangat
keputusan optimal. mempertimbangkan
risiko
2. Cara wisatawan 2. Apakah saudara 1. Tidak
dalam berpikir logis mempertimbangkan mempertimbangkan
dengan didukung manfaat untuk manfaat
bukti-bukti yang menghasilkan 2. Kurang
tersedia serta tindakan atau mempertimbangkan
mempertimbangkan keputusan optimal? manfaat
manfaat untuk 3. Netral
menghasilkan 4. Mempertimbangkan
tindakan maupun manfaat
keputusan optimal. 5. Sangat
mempertimbangkan
manfaat

46
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
3. Cara wisatawan 3. Apakah saudara 1. Tidak
dalam berpikir mempertimbangkan mempertimbangkan
evaluatif dengan baik buruknya risiko baik buruknya risiko
didukung bukti- untuk menghasilkan 2. Kurang
bukti yang tersedia tindakan atau mempertimbangkan
serta keputusan optimal? baik buruknya risiko
mempertimbangkan 3. Netral
risiko 4. Mempertimbangkan
untuk menghasilkan baik buruknya risiko
tindakan maupun 5. Sangat
keputusan optimal. mempertimbangkan
baik buruknya risiko
4. Cara wisatawan 4. Apakah saudara 1. Tidak
dalam berpikir mempertimbangkan mempertimbangkan
evaluatif dengan ada tidaknya manfaat baik buruknya
didukung bukti- ketika memutuskan manfaat
bukti yang tersedia untuk berwisata untuk 2. Kurang
serta menghasilkan mempertimbangkan
mempertimbangkan tindakan atau baik buruknya
manfaat keputusan optimal? manfaat
untuk menghasilkan 3. Netral
tindakan maupun 4. Mempertimbangkan
keputusan optimal. baik buruknya
manfaat
5. Sangat
mempertimbangkan
baik buruknya
manfaat

47
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
2. Variabel Daya Segala sesuatu yang 1. Segala sesuatu 1.1 Apakah saudara 1. Tidak tertarik
Independen Tarik dapat menarik dan yang dapat tertarik terhadap 2. Kurang tertarik
Wisata mendorong menarik keindahan alam di 3. Netral
wisatawan dengan wisatawan dengan tempat wisata? 4. Tertarik
menikmati keunikan menikmati 5. Sangat tertarik
untuk mengunjungi keunikan untuk
suatu daerah tujuan mengunjungi suatu
wisata dengan daerah tujuan
menikmati keunikan wisata
yang berada di
dalamnya.
1.3 Apakah saudara 1. Tidak tertarik
tertarik dengan 2. Kurang tertarik
kearifan lokal yang 3. Netral
ada di tempat 4. Tertarik
wisata? 5. Sangat tertarik
1.4 Apakah saudara
tertarik dengan
fasilitas ditempat
wisata?
1.5 Apakah saudara
tertarik dengan
akses menuju
tempat wisata?

48
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
2. Sesuatu yang 2.1 Apakah saudara 1. Tidak terdorong
mendorong terdorong untuk 2. Kurang
wisatawan dengan melepaskan diri terdorong
menikmati dari rutinitas di 3. Netral
keunikan untuk tempat wisata? 4. Terdorong
mengunjungi 2.2 Apakah saudara 5. Sangat terdorong
suatu daerah terdorong untuk
tujuan wisata. melakukan
kegiatan yang
menyenangkan
(bermain air,
berenang,
memberi makan
ikan, bermain
perahu,
berendam) di
tempat wisata?
3. Variabel Pengambilan Suatu tindakan 1. Tindakan individu 1.1 Apakah saudara 1. Tidak memilih
Dependen Keputusan individu yang dipilih yang dipilih memilih kebutuhan
dan diambil berdasarkan kebutuhan berwisata
berdasarkan alternatif pilihan berwisata dari 2. Kurang memilih
pemilihan alternatif dengan cara berbagai alternatif kebutuhan
pilihan dengan cara mengeliminasi pilihan dengan berwisata
mengeliminasi pilihan yang cara 3. Netral
pilihan yang kurang kurang penting. mengeliminasi 4. Memilih
penting secara pilihan-pilihan kebutuhan
bertahap untuk wisata untuk berwisata
menghasilkan suatu memutuskan 5. Sangat memilih
keputusan yang berwisata? kebutuhan
terbaik. 1.2 Apakah saudara berwisata
memilih

49
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
informasi dari 1. Tidak memilih
berbagai alternatif informasi wisata
pilihan dengan 2. Kurang memilih
cara informasi wisata
mengeliminasi 3. Netral
pilihan-pilihan 4. Memilih
wisata untuk kebutuhan
memutuskan informasi wisata
berwisata? 5. Sangat memilih
informasi wisata
1.3 Apakah saudara
memilih tujuan
wisata dari 1. Tidak
berbagai alternatif memilih
pilihan dengan tujuan wisata
cara 2. Kurang memilih
mengeliminasi tujuan wisata
pilihan-pilihan 3. Netral
wisata untuk 4. Memilih tujuan
memutuskan wisata
berwisata? 5. Sangat memilih
tujuan wisata
1.4 Apakah saudara
memilih
berkunjung dari 1. Tidak memilih
berbagai alternatif tempat
pilihan untuk berkunjung
memutuskan 2. Kurang memilih
berwisata? tempat berkunjung
3. Netral

50
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
4. Memilih tempat
berkunjung
5. Sangat memilih
tempat berkunjung

2. Tindakan individu 2.1 Apakah saudara 1. Tidak pernah


yang diambil menentukan salah menentukan
berdasarkan satu kebutuhan kebutuhan
pemilihan berwisata dari berwisata
alternatif pilihan berbagai alternatif 2. Kurang pernah
dengan cara pilihan kebutuhan menentukan
mengeliminasi dengan cara kebutuhan
pilihan yang mengeliminasi berwisata
kurang penting. pilihan untuk 3. Netral
memutuskan 4. Pernah
tujuan berwisata? menentukan
kebutuhan
berwisata
5. Sangat pernah
menentukan
kebutuhan
berwisata

2.2 Apakah saudara 1. Tidak mencari


mencari informasi informasi
wisata dari wisata
berbagai alternatif 2. Kurang mencari
pilihan kebutuhan informasi wisata
dengan cara 3. Netral
mengeliminasi 4. Pernah mencari
pilihan untuk informasi wisata

51
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
memutuskan 5. Sangat mencari
tujuan berwisata? informasi wisata

2.3 Apakah saudara 1. Tidak


menentukan menentukan
tujuan wisata dari tujuan wisata
berbagai alternatif 2. Kurang menentukan
pilihan dengan tujuan wisata
cara 3. Netral
mengeliminasi 4. Pernah menentukan
pilihan-pilihan tujuan wisata
wisata untuk 5. Sangat menentukan
memutuskan tujuan wisata
berwisata?
1. Tidak menentukan
2.4 Apakah saudara tindakan
menentukan berkunjung
tindakan 2. Kurang menentukan
berkunjung dari tindakan
berbagai alternatif berkunjung
pilihan untuk 3. Netral
memutuskan 4. Pernah menentukan
berwisata? tindakan
berkunjung
5. Sangat menentukan
tindakan
berkunjung
4. Variabel Kunjungan Kunjungan selama 1. Kunjungan selama 1.1 Apakah saudara 1. Tidak
Dependen ke Tempat di tempat wisata di tempat wisata sering melakukan Pernah
Wisata yang dilakukan oleh yang dilakukan kunjungan wisata 2. Kurang Sesuai
sebagian maupun dengan tujuan 3. Netral

52
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
sekelompok individu wisatawan dengan kesenangan 4. Pernah
dengan tujuan tujuan rekreasi. (hiburan)? 5. Sangat Sesuai
rekreasi, 1.2 Apakah saudara
pengembangan
sering melakukan
pribadi dan
mempelajari kunjungan wisata
keunikan daya tarik dengan tujuan
wisata. pendidikan?

2. Kunjungan selama 2.1 Apakah saudara 1. Tidak


di tempat wisata sering melakukan Pernah
yang dilakukan kunjungan wisata 2. Kurang Sesuai
oleh sebagian atau 3. Netral
dengan tujuan
sekelompok 4. Pernah
individu dengan pengembangan 5. Sangat Sesuai
pengembangan pribadi (outbond)?
pribadi. 2.2 Apakah saudara
sering melakukan
kunjungan wisata
dengan tujuan
pengembangan
diri (camping)?

3. Kunjungan selama 3.1 Apakah saudara 1. Tidak


di tempat wisata sering melakukan Pernah
yang dilakukan kunjungan wisata 2. Kurang Sesuai
oleh sebagian atau dengan tujuan 3. Netral
sekelompok mempelajari 4. Pernah
individu dengan keunikan daya 5. Sangat Sesuai
tujuan mempelajari tarik wisata?

53
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
keunikan daya 3.2 Apakah saudara
tarik wisata. sering melakukan
kunjungan wisata
dengan tujuan
wisata kuliner?

5. Variabel Pengelolaan Aktivitas 1. Aktivitas 1.1 Apakah saudara 1. Sangat tidak


Dependen Pariwisata pemanfaatan pemanfaatan sudah melihat dimanfaatkan
Berkelanjutan serta pengelolaan sumber daya yang aktivitas 2. Kurang
sumber daya yang memperhatikan dimanfaatkan
pemanfaatan dan
memperhatikan potensi alam, 3. Netral
potensi alam, sosial, sosial, dan budaya pengelolaan sumber 4. Dimanfaatkan
dan budaya untuk untuk memenuhi daya alam yang 5. Sangat
memenuhi kebutuhan para dimanfaatkan oleh dimanfaatkan
kebutuhan para wisatawan saat ini pengelola wisata?
wisatawan saat ini tanpa mengurangi
tanpa mengurangi kebutuhan 1.2 Apakah saudara
kebutuhan generasi generasi
sudah melihat
mendatang. mendatang.
aktivitas
pemanfaatan dan
pengelolaan fasilitas
wisata yang
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata?
1.3 Apakah saudara
sudah melihat
aktivitas
pemanfaatan dan

54
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
pengelolaan potensi
ekonomi desa yang
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata?

1.4 Apakah saudara


sudah melihat
aktivitas
pemanfaatan dan
pengelolaan potensi
pokdarwis yang
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata?

1.5 Apakah saudara


sudah melihat
aktivitas
pemanfaatan dan
pengelolaan wisata
kuliner yang
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata?
1.6 Apakah saudara
sudah melihat
aktivitas
pemanfaatan dan
pengelolaan wisata

55
Jenis Nama
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Item Skala Pengukuran
Variabel
religi yang
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata?

56
E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
wisatawan, dengan pengisian kuesioner. Data primer tersebut meliputi: (1)
Rasionalitas wisatawan, (2) Daya tarik wisata, (3) Pengambilan keputusan,
(4) Kunjungan ke tempat wisata, (5) Pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Data sekunder diperoleh dari pencatatan data yang telah tersedia di tempat
wisata (Telaga Madirda & Air Terjun Jumog). Jenis data sekunder ini
meliputi data:
(1) keadaan umum lokasi penelitian seperti keadaan geografis dan iklim (2)
peta lokasi penelitian (3) data jumlah wisatawan yang berkunjungke tempat
wisata.
Jenis data yang dikumpulkan baik primer maupun sekunder, pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Data yang Diperlukan, Jenis Data dan Sumber Data

Sumber
No Data yang Diperlukan Jenis Data
Data
P S

1 Rasionalitas Wisatawan √ Responden

2 Daya Tarik Wisata √ Responden

3 Pengambilan Keputusan √ Responden

4 Kunjungan Ke Tempat √ Responden


Wisata

5 Pengelolaan Pariwisata √ Responden


Berkelanjutan
6 Keadaan umum √ Kantor
lokasi penelitian Statistik

57
No Data yang Diperlukan Jenis Data Sumber
Data
P S

7 Peta lokasi penelitian √ Kantor


statistik
8 Data jumlah wisatawan √ BUMDes
yang berkunjung ke tempat
wisata

Keterangan :
P = Primer
S = Sekunder

Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang


berhubungan dengan kegiatan survei. Kuesioner disusun berdasarkan seluruh
variabel penelitian. Variabel memiliki indikator, masing-masing indikator
terdiri dari beberapa ukuran. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
dikembangkan dari masing-masing indikator. Setiap pertanyaan dinilai
berdasarkan skala Likert. Penilaian didasarkan pada persepsi dan penilaian
responden terhadap pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan kenyataan
yang ada.
Skala pengukuran untuk seluruh variabel penelitian adalah skala
ordinal, oleh karena itu perlu dilakukan transformasi linear agar distribusi
nilai dari variabel-variabel yang sedang diteliti dapat mengikuti kurva dengan
distribusi normal atau setidak-tidaknya mendekati normal, selanjutnya
dilakukan analisis dengan Analisis Jalur (Path Analysis).
Selain kuesioner, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan di awal kegiatan survei,
yaitu pengumpulan data dengan sumber data lokasi (tempat). Dokumentasi,
pengumpulan data dengan sumber data berbentuk dokumen dan foto.

58
F. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan instrumen
pengumpul data berikut :
a. Kuesioner sebagai pedoman wawancara yang digunakan untuk
mengadakan wawancara langsung dengan objek penelitian untuk
mengumpulkan data kuantitatif.
b. Panduan pengamatan, untuk melakukan pengamatan langsung
(observasi), yaitu data dikumpulkan berdasarkan pengamatan
langsung di lapangan.
c. Daftar dokumen yang hendak dikumpulkan.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas


Penelitian ini melibatkan variabel-variabel yang diukur dengan
sejumlah indikator. Validitas dan reliabilitas merupakan atribut untuk
instrumen. Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut memang
semestinya digunakan sebagai pengukur objek yang akan diukur. Kevalidan
instrumen dapat ditunjukkan dengan korelasi antar item indikator
menggunakan koefisien korelasi biasa (Pearson). Menggunakan kriteria ini,
semua koefisien korelasi antar item secara statistik signifikan jika nilai
koefisien korelasi lebih besar dari nilai koefisien korelasi batas kritis.

Rumus korelasi Pearson atau korelasi Product Moment adalah sebagai


berikut:

𝑟𝑥 = 𝑁 ∑ 𝑋F– (∑ 𝑋)(∑ F)
√[𝑁 ∑ 𝑋2– (∑ 𝑋)2][𝑁 ∑ F2– (∑ F)2]
𝑦

Keterangan:
rxy : koefisien korelasi Y : distribusi nilai Y
X : distribusi nilai X N : jumlah
responden
Menghitung korelasi antara setiap item pertanyaan dengan skor total,
menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan bantuan Program
Statistical Product and Service Solution (SPSS). Selanjutnya, membandingkan

59
koefisien korelasi hasil hitung dengan koefisien korelasi batas kritis pada taraf
signifikansi tertentu (α=0,05).

Kriteria valid dan reliabel untuk pengujian validitas dan reliabilitas


digunakan standar reliabilitas dan validitas yang disarankan (Suggested
Reliability and Validity Standards) dari Barker et al., (2002), seperti tertera
berikut:
Tabel 3. 4 Suggested Reliability and Validity Standards
No Criteria Reliability Validity
1 Good 0,80 0,50
2 Acceptable 0,70 0,30
3 Marginal 0,60 0,20
4 Poor 0,50 0,10
Sumber : Barker et al. (2002)
Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Rasionalitas
Wisatawan diperoleh kesimpulan bahwa dari 4 (empat) item pertanyaan
yang diajukan dinyatakan valid dengan  = 0,05.
Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Rasionalitas Wisatawan

Pertanyaan rhitung Sign (2 tailed)  Keputusan

1 0,446 0,014 0,05 Valid

2 0,822 0,000 0,05 Valid

3 0,541 0,002 0,05 Valid

4 0,704 0,000 0,05 Valid

Sumber: Hasil uji statistik korelasi Pearson (Product Moment)


Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Daya Tarik Wisata
diperoleh kesimpulan bahwa dari 11 (sebelas) item pertanyaan yang
diajukan dinyatakan valid dengan  = 0,05.

60
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Butir Petanyaan untuk Variabel
Daya Tarik Wisata

Pertanyaan rhitung Sign (2 tailed)  Keputusan

1 0,415 0,023 0,05 Valid

2 0,247 0,000 0,05 Valid

3 0,651 0,000 0,05 Valid

4 0,473 0,008 0,05 Valid

5 0,814 0,000 0,05 Valid

6 0,565 0,000 0,05 Valid

Sumber: Hasil uji statistik korelasi Pearson (Product Moment)

Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Pengambilan


Keputusan diperoleh kesimpulan bahwa dari 6 (enam) item pertanyaan
yang diajukan dinyatakan valid dengan  = 0,05.
Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Pengambilan Keputusan

Pertanyaan rhitung Sign (2 tailed)  Keputusan

1 0,659 0,000 0,05 Valid

2 0,614 0,000 0,05 Valid

3 0,645 0,000 0,05 Valid

4 0,714 0,000 0,05 Valid

5 0,674 0,000 0,05 Valid

6 0,697 0,000 0,05 Valid

Sumber : Hasil uji statistik korelasi Pearson (Product Moment)

61
Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Kunjungan Ke
Tempat Wisata diperoleh kesimpulan bahwa dari 6 (enam) item pertanyaan
yang diajukan dinyatakan valid dengan  = 0,05.
Tabel 3. 8 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Kunjungan Ke Tempat Wisata

Pertanyaan rhitung Sign (2 tailed)  Keputusan

1 0,811 0,000 0,05 Valid

2 0,919 0,000 0,05 Valid

3 0,837 0,000 0,05 Valid

4 0,419 0,024 0,05 Valid

5 0,458 0,012 0,05 Valid

6 0,359 0,005 0,05 Valid

Sumber: Hasil uji statistik korelasi Pearson (Product Moment)

Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Pengelolaan


Pariwisata Berkelanjutan diperoleh kesimpulan bahwa dari 6 (enam) item
pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid dengan  = 0,05.
Tabel 3. 9 Hasil Uji Validitas Butir Pertanyaan untuk Variabel
Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

Pertanyaan rhitung Sign (2 tailed)  Keputusan


1 0,625 0,000 0,05 Valid
2 0,310 0,000 0,05 Valid
3 0,337 0,000 0,05 Valid
4 0,480 0,000 0,05 Valid
5 0,477 0,000 0,05 Valid
6 0,576 0,000 0,05 Valid
Sumber: Hasil uji statistik korelasi Pearson (Product Moment)

62
Instrumen dikatakan reliabel jika memberikan hasil pengukuran
yang sama ketika digunakan untuk mengukur objek yang sama dalam
waktu yang berbeda atau digunakan untuk mengukur sejumlah objek
identik secara kurang lebih bersamaan. Instrumen suatu konsep dikatakan
reliabel jika memiliki statistik Alpha Cronbach sekurang-kurangnya 0,70.
Namun beberapa peneliti mensyaratkan nilai ini cukup sekurang-
kurangnya 0,50 (Dahlan, 2014).

Rumus uji cronbach alpha:

𝑘 ∑ 𝑠𝑖2
𝑟= 51 − 2 8
𝑘−1 𝑠𝑡

Keterangan:
r : koefisien
reliabilitas Cronbach Alpha : banyaknya
item
∑𝑠2𝑖 : jumlah varians item
𝑠𝑡2
: varians total
Rumus untuk varians total dan varians item:

∑ 𝑋𝑡2 (∑ 𝑋𝑡)2
𝑠𝑡2 = −
𝑛 𝑛2

𝐽𝐾𝑖 𝐽𝐾𝑠
𝑆𝑖2 = −
𝑛 𝑛2

63
JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kudrat subjek
Hasil uji Reliabilitas didapat dari perhitungan menggunakan
programStatistical Product and Service Solutions (SPSS) dan pengujian
reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Dikatakan
reliabel dengan standar dapat diterima (acceptable) jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,70, seperti penjelasan yang terdapat di tabel
3.5.
Berdasarkan perhitungan dari masing-masing variabel dengan 
= 0,05 diperoleh hasil uji Reliabilitas instrument sebagai berikut:

Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Cronbach Nilai Kritis Keputusan

1 Rasionalitas 0,760 0,70 Reliabel


Wisatawan

2 Daya Tarik Wisata 0,852 0, 70 Reliabel

3 Pengambilan 0,835 0, 70 Reliabel


Keputusan

4 Kunjungan Ke 0,771 0, 70 Reliabel


Tempat Wisata

5 Pengelolaan 0,718 0, 70 Reliabel


Pariwisata
Berkelanjutan

Sumber: Hasil uji statistik Crinbach Alpha

H. Teknik Analisis Data


Data kuantitatif yang diperoleh dari responden akan dianalisis dengan
Analisis Jalur. Penelitian yang berjudul “Pengaruh RasionalitasWisatawan,
Daya Tarik Wisata, Pengambilan Keputusan, Kunjungan ke Tempat Wisata

64
Terhadap Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan” memiliki lima variabel, maka
yang akan penulis lakukan adalah :
a. Memeriksa validitas dan reliabilitas instrumen setiap variabel.
b. Mencari besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen secara gabungan maupun secara parsial.
c. Menguji kecocokan model didasarkan data riset dengan teori yang
ada.
d. Melakukan penguraian korelasi antar variabel dengan melihat
pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
Perhitungan analisis jalur menggunakan teknik regresi linier, maka
asumsi umum regresi linear adalah sebagai berikut (Sarwono, 2011), yaitu:
a. Model regresi harus layak. Kelayakan diketahui jika angka
signifikansi pada ANOVA sebesar < 0,05.
b. Prediktor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak.
Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate <
Standard Deviation.
c. Koefisien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji
t. Koefisien regresi signifikan jika t hitung > t tabel (nilai kritis).
d. Memenuhi persyaratan uji asumsi untuk regresi majemuk.
Langkah-langkah uji analisis jalur adalah sebagai berikut (Sarwono,
2011; Riduan & Kuncoro, 2011):
1. Merancang model berdasarkan teori.
2. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural.
3. Menghitung koefisien jalur berdasarkan koefisien regresi.
4. Uji secara keseluruhan hipotesis statistik yang dirumuskan.
Kaidah pengujian dengan menggunakan uji F.
5. Uji secara individu dari hipotesis statistik yang dirumuskan.
Kaidah pengujian dengan menggunakan uji t.
6. Validasi hasil analisis.
7. Meringkas dan menyimpulkan.
Penjelasan mengenai langkah-langkah uji analisis jalur yaitu:

65
(1) Merancang model berdasarkan teori
Model secara teoritis telah didapatkan seperti pada
bagan 2.1 yaitu tentang rancangan model pengelolaan
pariwisata berkelanjutan dengan pendekatan pengambilan
keputusan. Berdasarkan penelusuran landasan teori dan
konsep kaitannya dengan pengaruh antar variabel adalah
sebagai berikut:
a) Rasionalitas wisatawan memengaruhi pengambilan
keputusan (diteori Coleman, 2009)
b) Daya tarik wisata memengaruhi pengambilan keputusan
(diteorikan Spillane, 1997)
c) Pengambilan keputusan memengaruhi kunjungan ke tempat
wisata (diteorikan Kotler & Keller, 2009)
d) Kunjungan ke tempat wisata memengaruhi pengelolaan
pariwisataberkelanjutan (diteorikan Nurseptiani, 2018)
Berdasarkan teori yang telah terbangun maka model berdasarkan
teori adalah sebagai berikut:

Wisatawan
(X1) Pengelolaan
Pengambilan Kunjungan Pariwisata
Keputusan ke Tempat Berkelanjutan
(Y1) Wisata (Y2) (Y3)

Daya Tarik
Wisata (X2)

Gambar 3. 1 Model Didasarkan pada Teori


Adapun indikator-indikator dari hubungan tersebut dapat dilihat
pada tabel indikator variabel.

66
Tabel 3. 11 Indikator Variabel

Variabel Indikator
1. Rasionalitas
1. Cara wisatawan dalam berpikir logis dengan
Wisatawan
didukung bukti- bukti yang tersedia serta
(X1)
mempertimbangkan risiko untuk
menghasilkan tindakan maupun keputusan
optimal.
2. Cara wisatawan dalam berpikir logis
terhadap keyakinan dengan didukung bukti-
bukti yang tersedia serta mempertimbangkan
manfaat untuk menghasilkan tindakan
maupun keputusan optimal.
3. Cara wisatawan dalam berpikir evaluatif
terhadap keyakinan dengan didukung bukti-
bukti yang tersedia serta
mempertimbangkan risiko untuk
menghasilkan tindakan maupun keputusan
optimal.
4. Cara wisatawan dalam berpikir evaluatif
terhadap keyakinan dengan didukung bukti-
bukti yang tersedia serta
mempertimbangkan manfaat untuk
2. Daya Tarik
menghasilkan tindakan maupun keputusan
Wisata
optimal.
(X2)
1. Sesuatu yang menarik wisatawan untuk
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata
dengan menikmati keunikan yang berada di
dalamnya.
2. Sesuatu yang mendorong wisatawan untuk
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata
dengan menikmati keunikan yang berada di
dalamnya.
67
68
Variabel Indikator
3. Pengambilan 1. Tindakan individu yang dipilih berdasarkan
Keputusan alternatif pilihan dengan cara mengeliminasi
(Y1) pilihan yang kurang penting.
2. Tindakan individu yang ditentukan
berdasarkan alternatif pilihan dengan cara
mengeliminasi pilihan yang kurang penting.

4. Kunjungan ke 1. Kunjungan selama di tempat wisata yang


Tempat Wisata dilakukan wisatawan dengan tujuan rekreasi.
(Y2) 2. Kunjungan selama di tempat wisata yang
dilakukan wisatawan dengan tujuan
pengembangan pribadi.
3. Kunjungan selama di tempat wisata yang
dilakukan wisatawan dengan tujuan
mempelajari keunikan daya tarik wisata.
5. Pengelolaan 5. Aktivitas pemanfaatan sumber daya yang
Pariwisata memperhatikan potensi alam, sosial, dan
Berkelanjutan budaya untuk memenuhi kebutuhan para
(Y3) wisatawan saat ini tanpa mengurangi
kebutuhan generasi mendatang.
6. Aktivitas pengelolaan sumber daya yang
memperhatikan potensi alam, sosial, dan
budaya untuk memenuhi kebutuhan para
wisatawan saat ini tanpa mengurangi
kebutuhan generasi mendatang.

69
Berangkat dari variabel-variabel yang dikaji, maka model diagram
jalur adalah sebagai berikut:

Rasionalitas
Wisatawan (X1)

Pengambilan Kunjungan Pengelolaan


Keputusan ke Tempat Pariwisata
(Y1) Wisata (Y2) Berkelanjutan
(Y3)
Daya Tarik
Wisata (X2)

Є1 Є2 Є3

Gambar 3. 2 Model Diagram Jalur


Keterangan:

Є : residual/error term

Adapun model diagram jalur yang terbangun dengan X 1 dan X2


sebagai variabel eksogen, Y1, Y2, dan Y3 sebagai variabel endogen adalah
sebagai berikut:

Gambar 3. 3 Diagram Jalur dari Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

70
(2) Jalur di dalam Persamaan Struktural.
Struktur Jalur dari diagram jalur Pengelolaan Pariwisata
Berkelanjutan terdiri dari 2 (dua) Sub Struktur.
Sub Struktur 1:
Є1

Rasionalitas Py1Є1
Wisatawan
Py1
(X1)
Pengambilan
Keputusan (Y1)

Daya Tarik Py1x2


Wisata(X2)

Gambar 3. 4 Model Sub Struktur I


Hipotesis yang menyatakan: Rasionalitas Wisatawan (X 1) dan
Daya Tarik Wisata (X2) terhadap variabel Pengambilan Keputusan
(Y1). didapatkan persamaan pertama (I), sebagai berikut:

Y1 = Py1x1X1 + Py1x2X2 + Py1Є1Є1.................................................(3.4)

71
Sub Struktur II

Gambar 3. 5 Model Sub Struktur II


Hipotesis yang menyatakan: variabel Rasionalitas
Wisatawan (X1) variabel Daya Tarik Wisata (X2) variabel
Pengambilan Keputusan (Y1) variabel Kunjungan ke Tempat
Wisata (Y2) berpengaruh terhadap variabel Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan (Y3), didapatkan persamaan pertama
(III) sebagai berikut:

Y3 = Py3x1 X1 + Py3x2 X2 + (Py3y2) Y2 + Py3Є3 Є3...................................(3.9)

(3) Menghitung koefisien jalur berdasarkan koefisien regresi yang


dilakukan dengan bantuan Program SPSS 18.
(4) Uji secara keseluruhan hipotesis statistik yang dirumuskan. Kaidah
pengujian dengan menggunakan uji F yang dilakukan dengan bantuan
Program SPSS 18.
(5) Validasi hasil analisis
Hasil analisis dengan menggunakan analisis jalur yang dibantu
program SPSS dapat divalidasi dengan cara sebagai berikut (Sarwono,
2011;Solimun, 2002; Riduan & Kuncoro, 2011):
a) Untuk menilai kelayakan model digunakan nilai probabilitas atau
nilai signifikansi (sig). Nilai Sig didapat dari hasil perhitungan
ANOVA didalam tabel ANOVA. Ketentuannya jika nilai sig <
0,05

72
maka model mempunyai kelayakan tinggi. Jika sebaliknya, maka
kelayakan model adalah rendah.
b) Untuk menilai ketepatan prediktor (variabel independen),
digunakan nilai standard error of estimate. Ketentuannya jika
angka standard error of estimate lebih kecil dari standard
deviation maka predictor memiliki kelayakan yang tinggi.
Standard error of estimate diperoleh pada tabel Model Summary
dan Standard Deviation diperoleh dalam tabel Descriptive
Statistic.
c) Untuk menguji kelayakan nilai koefisien regresi, digunakan nilai t
dalam tabel coefficient. Ketentuanya adalah sebagai berikut,
koefisien regresi dinyatakan signifikan jika nilai t hitung lebih
besar dari nilai t tabel (nilai kritis).
d) Untuk melihat kesesuaian (goodness of fit) model dengan teori,
digunakan nilai R2. Ketentuannya jika nilai R2 mendekati 1, maka
model memiliki kesesuaian dengan teori semakin baik. Nilai R 2
diperoleh dari tabel Model Summary.
e) Uji validitas model dekomposisi Analisis Jalur dari Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan. Uji validitas dilakukan dengan
membandingkan koefisien jalurhitung dengan koefisien korelasi
tabel. Hal ini dimungkinkan karena koefisien jalur pada
hakikatnya merupakan koefisien korelasi sederhana yang
terkoreksi (Supardi, 2016).

73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian


1. Kondisi Umum Kabupaten Karanganyar
a. Keadaan Alam
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 76.778,64 Ha serta
mempunyai 17 Kecamatan. Kabupaten Karanganyar secara astronomis
terletas antara 110040” – 110070” Bujur Timur dan 7028” – 7046” Lintang
Selatan. Secara letak administrasi, Kabupaten Karanganyar mempunyai
batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Barat : Kota Surakarta & Kabupaten Boyolali
2) Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur & Kabupaten Magetan
3) Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
4) Sebelah Selatan: Kabupaten Wonogiri & Kabupaten Sukoharjo

Gambar 4. 1 Peta Administratif Kabupaten Karanganyar


Secara administratif, Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17
Kecamatan dan 177 desa atau kelurahan. Kecamatan yang terdiri dari
Kecamatan Karanganyar, Colomadu, Matesih, Mojogedang,
Gondangrejo, Jaten, Jatipuro, Jatiyoso, Jenawi, Jumantono, Jumapolo,
Karangpandan, Kebakramat, Kerjo, Ngargoyoso, Tasikmadu, dan
Tawangmangu.

74
b. Keadaan Iklim
Kabupaten Karanganyar terletak pada ketinggian rata-rata 511 m di
atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperature 22-31 0.
Rata-rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berada di atas
permukaan laut sebesar 511 m. Adapun wilayah terendah di Kabupaten
Karanganyar berada di Kecamatan Kebakkramat yang hanya 80 m dan
wilayah tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang mencapai
2000 m di atas permukaan laut.
Kondisi iklim di Kabupaten Karanganyar adalah tropis dengan
musim hujan dan musim kemarau yang silih berganti sepanjang tahun.
Berdasarkan perkembangan data, curah hujan tertinggi terjadi pada
Bulan November dan Desember. Sedangkan yang terendah pada Bulan
Agustus dan September.

Gambar 4. 2. Peta Curah Hujan Kabupaten Karanganyar


2. Kondisi Umum Desa Wisata Berjo
a. Keadaan Alam
Desa Berjo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar yang terletak di kaki Gunung Lawu, tepatnya
di ketinggian ± 1500 mdpl, dengan suhu udara rata-rata ± 22℃,
memiliki struktur tanah yang subur dan beriklim tropis, sehingga
Desa Berjo

75
sangat cocok sebagai daerah pertanian. Desa Berjo memiliki luas
wilayah 1623,865 Ha dan memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Desa Girimulyo
2) Sebelah Timur : Hutan Lawu
3) Sebelah Selatan : Kecamatan Tawangmangu
4) Sebelah Barat : Desa Puntukrejo
Dari luas wilayah tersebut, Desa Berjo terbagi atas enam Dusun,
antara lain: Dusun Tagung, Dusun Berjo, Dusun Gandu, Dusun Gero,
Dusun Tambak, dan Dusun Tlogo. Desa Berjo memiliki berbagai
macam jenis wisata yang berkembang dengan baik dan menjadi
destinasi wisata yang digemari wisatawan di Kabupaten Karanganyar
antara lain:

Tabel 4. 1 Potensi Wisata Desa Berjo

No. Jenis Potensi Wisata Objek


Telaga Madirda,
1 Potensi Wisata Alam Grojogan Jumog, Taman
Hutan Raya
Candi Sukuh, Situs
2 Potensi Wisata Sejarah
Planggatan
Kesenian Lesung, Thek-
3 Potensi Wisata Budaya
Thek
4 Potensi Wisata Buatan Outbond, Taman Bunga
Kripik & Abon Jamur,
5 Potensi Home Industri
Geplak Wortel
Sumber: Data Primer (2023)

3. Kondisi Umum Objek Wisata


a. Kondisi Air Terjun Jumog
Air terjun Jumog terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Air Terjun ini memiliki
ketinggian sekitar 30 meter. Letak Air Terjun hanya berkisar 500 meter
sebelah barat dari Candi Sukuh. Aliran air terjun memiliki tiga cabang,
yaitu Klueng, Kusumajati, dan Jubleg. Untuk sampai ke lokasi air
terjun,
76
wisatawan harus menuruni anak tangga sebanyak 116 anak tangga
(Daniswari, 2022).
Objek Wisata Air Terjun Jumog sebagai salah satu objek wisata
alam dengan julukan “Surga yang hilang”. Air Terjun yang terbelah
menjadi 2 sehingga disebut Air Terjun Kembar dan berada di
ketinggian 1000 mdpl. Kondisi air terjun alami, bersih, tidak bercampur
dengan lumpur dan sumber Air Terjun Jumog berasal dari mata air yang
muncul dari sela-sela bebatuan yang berada di sebelah timur kurang
lebih 800 meter yang belum terkontaminasi oleh limbah. Harga tiket
masuk Air Terjun Jumog yaitu Rp. 20.000/wisatawan (M. A. Sari,
2018).
Menurut data daftar wisatawan tahun 2022, pada bulan Mei-
Desember sebanyak 172.176 wisatawan yang berkunjung. Data jumlah
wisatawan Air Terjun Jumog antara bulan Mei – Desember 2022 pada
Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Data Jumlah Wisatawan Air Terjun Jumog
No. Bulan Jumlah Pengunjung
1 Mei 37678
2 Juni 24903
3 Juli 25166
4 Agustus 15880
5 September 19523
6 Oktober 15852
7 November 12660
8 Desember 20514
Total Pengunjung 172176
Rata-Rata Pengunjung 21522
Sumber: BUMDES Berjo (2022)

b. Kondisi Telaga Madirda


Telaga Madirda adalah wisata alam yang potensial dan strategis
berupa danau kecil dengan sumber air dari lereng Gunung Lawu.
Telaga Madirda berada di Dusun Tlogo, Berjo, Ngargoyoso,
Karanganyar dengan ketinggian 900 m di atas permukaan laut
(Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, 2023). Hal ini

77
menjadikan Telaga

78
Madirda salah satu objek wisata di Desa Berjo yang menawarkan udara
segar, sejuk, dan keindahan alam yang masih terjaga. Beberapa
fasilitas hiburan yang ditawarkan adalah gazebo, camping ground,
flying fox, spot foto. Objek wisata Telaga Madirda buka setiap hari
baik saat weekday mulai pukul 08.00–16.00 WIB dan weekend mulai
pukul 08.00–17.30 WIB. Tiket masuk ke objek wisata ini adalah Rp
15.000,00 untuk wisatawan lokal maupun asing. Rata-rata jumlah
wisatawan antara bulan Mei – Desember 2022 adalah 4636. Data
jumlah wisatawan Telaga Madirda antara bulan Mei – Desember 2022
pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Data Jumlah Wisatawan Telaga Madirda
No. Bulan Jumlah Pengunjung
1 Mei 9383
2 Juni 4910
3 Juli 4924
4 Agustus 2862
5 September 3154
6 Oktober 3949
7 November 3019
8 Desember 4887
Total Pengunjung 37088
Rata-Rata Pengunjung 4636
Sumber: BUMDES Berjo (2022)
B. Profil Responden
Sampel pada penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke tempat
wisata Air Terjun Jumog dan Telaga Madirda di Desa Wisata Berjo Kabupaten
Karanganyar. Berdasarkan hasil perhitungan sampel yang telah dilakukan
peneliti, maka didapat jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100
wisatawan.
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Profil responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini sebagai
berikut:
Tabel 4. 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


1 Laki-Laki 50 50%

79
2 Perempuan 50 50%

80
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
3 Total 100 100%
Sumber: Data Primer (2023)
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dari 100
responden yang digunakan pada penelitian ini terdapat 50% responden berjenis
kelamin laki-laki dan 50% responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini
sesuai dengan perhitungan sampel yang digunakan.
2. Berdasarkan Usia Responden
Profil responden berdasarkan usia responden pada penelitian ini
terdapat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4. 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden

No. Rentang Usia Frekuensi Persentase


1 17 – 27 67 67%
2 28 – 38 17 17%
3 39 - 49 6 6%
4 50 - 60 7 7%
5 61 - 71 3 3%
6 Total 100 100%
Sumber: Data Primer (2023)
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rentan usia
responden yang paling banyak sekitar 17 hingga 27 tahun sebanyak 67%
merupakan kategori usia produktif untuk berkunjung ke tempat wisata. Kondisi
ini menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan yang berkunjung tergolong usia
produktif dengan kesehatan yang bagus, sehingga diperkirakan pada usia ini
orang lebih suka melakukan perjalanan. Sebaliknya, kelompok usia yang
paling sedikit berkunjung ke tempat wisata adalah kelompok usia lebih dari 61
tahun sebanyak 3%, yaitu terdiri dari orang tua dan lansia. Kondisi pada
kelompok usia tersebut secara umum sudah sangat menurun baik dari sisi
Kesehatan maupun produktivitasnya (Koranti et al., 2017).

81
3. Berdasarkan Pendidikan Responden
Profil responden berdasarkan pendidikan responden pada penelitian ini
terdapat pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4. 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Persentase


1 SMP 3 3%
2 SMA/SMK 29 29%
3 D3/S1 60 60%
4 S2 8 8%
5 Total 100 100%
Sumber: Data Primer (2023)
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan terakhir responden yang berkunjung saat beragam, hal ini
menunjukkan bahwa yang berwisata tidak hanya diminati oleh tingkat sekolah
menengah pertama (SMP) karena biaya tiket yang murah, tetapi juga diminati
oleh tingkat menengah atas, sarjana, dan pascasarjana. Berdasarkan persentase
tersebut diketahui sebanyak 60% wisatawan didominasi dengan pendidikan
terakhir D3/S1.
4. Berdasarkan Pekerjaan Responden
Profil responden berdasarkan pekerjaan responden pada penelitian ini
terdapat pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4. 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase


1 Pegawai Negeri 16 16%
2 Pegawai Swasta 54 54%
3 Mahasiswa/Pelajar 23 23%
4 Ibu Rumah 2 2%
Tangga
5 Tidak Bekerja 4 4%
6 Pensiunan 1 1%

82
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
7 Total 100 100%
Sumber: Data Primer (2023)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
responden yang berkunjung paling banyak adalah pegawai swasta sebanyak
54% dikarenakan mereka telah mandiri secara finansial sehingga bebas untuk
mengalokasikan pendapatan sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan
mempunyai waktu luang saat mengambil cuti atau libur akhir pekan (Pratama
et al., 2020).
C. Deskripsi Respon Wisatawan
1. Informasi Wisata
Wisatawan memperoleh informasi terkait Air Terjun Jumog dan
Telaga Madirda dari berbagai sumber. Sebagian besar wisatawan
mendapatkan informasi mengenai tempat wisata tersebut melalui
informasi lisan dari keluarga, saudara, teman, dan relasi sebanyak 58%
responden. Sedangkan informasi melalui media elektronik berupa
televisi, radio, dan internet sebanyak 42% responden. Hal ini
menunjukkan bahwa penyebaran melalui media lisan lebih masif
informasinya kepada masyarakat luas daripada melalui media massa atau
elektronik.
2. Tujuan Kunjungan Wisata
Wisatawan dalam mengunjungi tempat wisata dilatarbelakangi
oleh beragam tujuan, salah satunya adalah tujuan rekreasi atau liburan
sebanyak 97% responden dan tujuan penelitian atau pendidikan sebanyak
3% responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan
yang berkunjung ke tempat wisata Air Terjun Jumog dan Telaga Madirda
bertujuan untuk rekreasi atau liburan.
3. Sifat Kunjungan Wisata
Wisatawan dalam mengunjungi Air Terjun Jumog dan Telaga
Madirda terdiri dari tiga sifat kunjungan wisata yaitu sebagai tujuan
utama, sebagai tempat persinggahan (transit), dan tujuan berikutnya
setelah berkunjung ke objek wisata lain. Wisatawan yang memilih kedua
83
tempat

84
wisata tersebut sebagai tujuan utama sebanyak 72% responden dan yang
memilih sebagai tempat persinggahan (transit) sebanyak 6% responden.
Selain itu, wisatawan yang memilih kedua tempat wisata tersebut sebagai
tujuan berikutnya setelah berkunjung ke objek wisata lain sebanyak 22%
responden. Hal ini menunjukkan bahwa Air Terjun Jumog dan Telaga
Madirda masih menjadi tujuan utama wisata.
4. Intensitas Kunjungan Wisata
Intensitas wisatawan dalam berkunjung ke tempat wisata berbeda-
beda. Sebanyak 54% wisatawan baru pertama kali berkunjung ke tempat
wisata Air Terjun Jumog dan Telaga Madirda. Wisatawan yang
berkunjung sebanyak 2 kali yaitu 27% responden. Sedangkan yang
berkunjung selama 3-5 kali yaitu 13% responden. Terakhir, yang
berkunjung selama lebih dari 5 kali yaitu 6% responden. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan baru pertama kali
mengunjungi tempat wisata tersebut.
Wisatawan yang sudah pernah berkunjung lebih dari satu kali,
terakhir kali mengunjungi tempat wisata tersebut lebih dari 6 bulan yang
lalu sebanyak 43% responden. Sedangkan wisatawan yang terakhir kali
berkunjung 1-3 bulan yang lalu sebanyak 13% responden. Terakhir,
wisatawan yang terakhir kali berkunjung kurang dari satu bulan yang lalu
sebanyak 6% responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
wisatawan yang pernah berkunjung sudah lama tidak berkunjung
kembali.
5. Waktu Kunjungan Wisata
Wisatawan yang berkunjung ke Air Terjun Jumog dan Telaga
Madirda memiliki waktu kunjungan yang berbeda-beda sesuai dengan
alokasi waktu senggang. Sebagian besar wisatawan melakukan
kunjungan wisata pada waktu akhir pekan (hari Sabtu dan Minggu)
sebanyak 54% responden. Sedangkan sebanyak 36% responden
melakukan kunjungan wisata pada hari libur. Terakhir, sebanyak 10%
responden melakukan kunjungan wisata pada hari kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan melakukan kunjungan
85
wisata pada akhir pekan.

86
Sebagian besar wisatawan melakukan kunjungan wisata di pagi
hari sebanyak 56% responden. Wisatawan yang melakukan kunjungan
wisata di siang hari sebanyak 38% responden. Sedangkan wisatawan
yang melakukan kunjungan wisata di sore hari sebanyak 6% responden.
Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan wisata pagi hari menjadi opsi
pilihan terbanyak dipilih oleh wisatawan.
6. Kelompok Kunjungan Wisata
Wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata bersama dengan
kelompoknya terdiri dari kelompok teman, kelompok keluarga, dan
kelompok wisata. Wisatawan yang berkunjung bersama temannya
sebanyak 54% responden. Wisatawan yang berkunjung bersama
keluarganya sebanyak 37% responden. Sedangkan wisatawan yang
melakukan kunjungan bersama kelompok wisata sebanyak 9%
responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan yang
berkunjung ke tempat wisata bersama temannya.
7. Sarana Transportasi Kunjungan Wisata
Wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata menggunakan
alat transportasi berupa kendaraan pribadi (motor dan mobil) dan bus.
Wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi sebanyak 90%
responden. Sedangkan wisatawan yang menggunakan bus sebanyak 10%
responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan
mengunjungi tempat wisata menggunakan kendaraan pribadi baik motor
maupun mobil.
8. Waktu Tempuh Kunjungan Wisata
Wisatawan dalam berkunjung ke tempat wisata yaitu Air Terjun
Jumog dan Telaga Madirda menempuh lama perjalanan waktu yang
berbeda-beda. Wisatawan yang menempuh waktu perjalanan selama
kurang dari 30 menit sebanyak 5% responden. Wisatawan yang
menempuh waktu perjalanan selama 30 menit sampai 1 jam sebanyak
31% responden. Wisatawan yang menempuh waktu perjalanan selama 1
– 2 jam sebanyak 43% responden. Wisatawan yang menempuh waktu
perjalanan
87
2 – 5 jam sebanyak 16% responden. Sedangkan wisatawan yang
menempuh waktu perjalanan selama lebih dari 6 jam sebanyak 5%
responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan
menempuh waktu perjalanan selama 1 – 2 jam sesuai dengan wilayah
tempat tinggal masing-masing sehingga bisa disimpulkan bahwa
sebagian besar wisatawan berdomisili di daerah yang dekat dengan
tempat wisata.
D. Hasil Uji Statistik
1. Deskripsi Variabel
a. Deskripsi Variabel Rasionalitas Wisatawan
Untuk mengukur variabel rasionalitas wisatawan dalam
penelitian ini menggunakan dua indikator dengan jumlah empat
pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh data
pada tabel sebagai berikut:

88
Tabel 4. 8 Variabel Rasionalitas Wisatawan
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
Rasionalitas Berpikir Mempertimbangkan 0 0 0 0 0 0 6 6 94 94 100 100
1 : Tidak mempertimbangkan
Wisatawan logis risiko 2 : Kurang mempertimbangkan
3 : Netral
4 : Mempertimbangkan
5 : Sangat Mempertimbangkan
Mempertimbangkan 0 0 1 1 0 0 6 6 93 93 100 100 1 : Tidak mempertimbangkan
manfaat 2 : Kurang mempertimbangkan
3 : Netral
4 : Mempertimbangkan
5 : Sangat Mempertimbangkan
Berpikir Mempertimbangkan 0 0 1 1 0 0 8 8 91 91 100 100 1 : Tidak mempertimbangkan
evaluatif baik buruknya 2 : Kurang mempertimbangkan
risiko 3 : Netral
4 : Mempertimbangkan
5 : Sangat Mempertimbangkan
Mempertimbangkan 0 0 1 1 0 0 8 8 91 91 100 100 1 : Tidak mempertimbangkan
ada tidaknya 2 : Kurang mempertimbangkan
manfaat 3 : Netral
4 : Mempertimbangkan
5 : Sangat Mempertimbangkan
Sumber: Data Primer (2023)

85
Berdasarkan tabel 4.8 menyatakan bahwa sebagian besar
wisatawan sangat mempertimbangkan risiko sebelum memutuskan
berkunjung ke tempat wisata (94%) dan wisatawan yang sangat
mempertimbangkan baik buruknya risiko yang akan dihadapi
sebanyak 91%. Demikian juga untuk mempertimbangkan manfaat
yang akan diperoleh ketika berkunjung ke tempat wisata (93%) dan
wisatawan yang sangat mempertimbangkan ada tidaknya manfaat
yang akan diperoleh sebanyak 91%. Jika dilihat dari rasionalitas
wisatawan maka 1% responden rasionalitas wisatawan terkategori
rendah, 1% responden rasionalitas wisatawan terkategori sedang dan
98% responden terkategori tinggi.

b. Deskripsi Daya Tarik Wisata


Untuk mengukur variabel daya tarik wisata dalam penelitian
ini terbagi atas dua indikator yang terdiri dari 6 pertanyaan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh data pada tabel sebagai
berikut:

86
Tabel 4. 9 Variabel Daya Tarik Wisata
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
Daya Sesuatu Ketertarikan 0 0 0 0 0 0 38 38 62 62 100 100
1 : Tidak tertarik
Tarik yang terhadap 2 : Kurang tertarik
Wisata Menarik keindahan alam 3 : Netral
Wisatawan 4 : Tertarik
5 : Sangat Tertarik
Ketertarikan 0 0 1 1 0 0 32 32 67 67 100 100 1 : Tidak tertarik
dengan kearifan 2 : Kurang tertarik
lokal (makanan 3 : Netral
khas, flora, fauna, 4 : Tertarik
mitos) yang ada di 5 : Sangat Tertarik
tempat wisata
Ketertarikan 0 0 3 3 0 0 51 51 46 46 100 100
1 : Tidak tertarik
dengan fasilitas 2 : Kurang tertarik
yang ada di tempat 3 : Netral
wisata 4 : Tertarik
5 : Sangat Tertarik
Ketertarikan 0 0 18 18 0 0 50 50 32 32 100 100 1 : Tidak tertarik
dengan akses 2 : Kurang tertarik
menuju tempat 3 : Netral
wisata 4 : Tertarik
5 : Sangat Tertarik

87
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
Sesuatu Dorongan untuk 0 0 0 0 0 0 50 50 50 50 100 100
1 : Tidak terdorong
yang melepaskan diri 2 : Kurang terdorong
mendorong dari rutinitas 3 : Netral
wisatawan
4 : Terdorong
5 : Sangat Terdorong
Dorongan untuk 0 0 3 3 0 0 46 46 51 51 100 100 1 : Tidak terdorong
melakukan 2 : Kurang terdorong
kegiatan yang 3 : Netral
menyenangkan 4 : Terdorong
(bermain air,
5 : Sangat Terdorong
berenang,
memberi makan
ikan, bermain
perahu, berendam)
di tempat wisata
Sumber: Data Primer (2023)

88
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62% responden
menyatakan sangat tertarik dengan keindahan alam di tempat wisata.
67% responden menyatakan ketertarikan dengan kearifan lokal
(makanan khas, flora, fauna, mitos) yang ada di tempat wisata.
Sedangkan 51% responden menyatakan tertarik dengan fasilitas yang
ada di tempat wisata. 50% responden menyatakan tertarik dengan
fasilitas yang ada di tempat wisata. Responden yang berkunjung ke
tempat wisata sebanyak 50% merasa sangat terdorong untuk
melepaskan diri dari rutinitas dan 51% responden sangat terdorong
untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan (bermain air,
berenang, memberi makan ikan, bermain perahu, berendam) di tempat
wisata. 79% responden tertarik dengan fasilitas dan akses menuju
tempat wisata. 96% responden merasa terdorong untuk melepaskan
diri dari rutinitas dan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Jika
dilihat dari daya tarik wisata maka terdapat 0% responden terkategori
rendah, 20% responden terkategori sedang dan 80% terkategori tinggi.

c. Deskripsi Variabel Pengambilan Keputusan


Untuk mengukur variabel pengambilan keputusan dalam
penelitian ini terbagi atas dua indikator yang terdiri dari enam
pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh data pada
tabel sebagai berikut:

89
Tabel 4. 10 Variabel Pengambilan Keputusan
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % F % f %
Pengambilan Tindakan Tindakan 0 0 0 0 0 0 49 49 51 51 100 100 1 : Tidak memilih
Keputusan yang memilih salah 2 : Kurang memilih
Dipilih satu kebutuhan 3 : Netral
berwisata 4 : Memilih
(tempat makan,
5 : Sangat Memilih
kebutuhan rasa
aman, fasilitas
bermain anak,
dapat berbelanja
dengan nyaman,
kebutuhan
memberi makan
ikan dan
berenang) dari
berbagai
alternatif pilihan
kebutuhan
Tindakan 0 0 0 0 0 0 49 49 51 51 100 100 1 : Tidak memilih
memilih 2 : Kurang memilih
informasi wisata 3 : Netral
(media cetak, 4 : Memilih
media
5 : Sangat Memilih
elektronik,

90
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % F % f %
informasi lisan,
biro perjalanan
wisata) dari
berbagai
alternatif pilihan
informasi
Tindakan 0 0 1 1 0 0 44 44 55 55 100 100 1 : Tidak memilih
memilih tujuan 2 : Kurang memilih
wisata (rekreasi, 3 : Netral
penelitian, 4 : Memilih
pengembangan
5 : Sangat Memilih
diri, olahraga,
ritual) dari
berbagai
alternatif pilihan
tujuan
Tindakan Tindakan yang 0 0 0 0 0 0 41 41 59 59 100 100 1 : Tidak menentukan
yang menentukan 2 : Kurang menentukan
menentukan salah satu 3 : Netral
kebutuhan 4 : Menentukan
berwisata
5 : Sangat menentukan
(tempat makan,
kebutuhan rasa
aman, fasilitas
bermain anak,

91
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % F % f %
dapat berbelanja
dengan nyaman,
kebutuhan
memberi makan
ikan dan
berenang) dari
berbagai
alternatif pilihan
kebutuhan
Tindakan yang 0 0 0 0 0 0 37 37 63 63 100 100 1 : Tidak menentukan
menentukan 2 : Kurang menentukan
tujuan wisata 3 : Netral
(rekreasi, 4 : Menentukan
penelitian,
5 : Sangat menentukan
pengembangan
diri, olahraga,
ritual) dari
berbagai
alternatif pilihan
tujuan

92
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % F % f %
Tindakan 0 0 2 2 0 0 53 53 45 45 100 100 1 : Tidak mencari
menentukan 2 : Kurang mencari
informasi wisata 3 : Netral
(media cetak, 4 : Mencari
media
5 : Sangat Mencari
elektronik,
informasi lisan,
biro perjalanan
wisata) dari
berbagai
alternatif pilihan
informasi
Sumber: Data Primer (2023)

93
Berdasarkan tabel 4.10, 51% responden sangat memilih salah satu
kebutuhan berwisata (tempat makan, kebutuhan rasa aman, fasilitas
bermain anak, dapat berbelanja dengan nyaman, kebutuhan memberi
makan ikan dan berenang) dari berbagai alternatif pilihan kebutuhan dalam
pengambilan keputusan. 51% responden sangat memilih informasi wisata
(media cetak, media elektronik, informasi lisan, biro perjalanan wisata) dari
berbagai alternatif pilihan informasi. 55% responden sangat memilih tujuan
wisata (rekreasi, penelitian, pengembangan diri, olahraga, ritual) dari
berbagai alternatif pilihan tujuan. 59% responden sangat menentukan salah
satu kebutuhan berwisata (tempat makan, kebutuhan rasa aman, fasilitas
bermain anak, dapat berbelanja dengan nyaman, kebutuhan memberi
makan ikan dan berenang) dari berbagai alternatif pilihan kebutuhan.
63% responden sangat menentukan tujuan wisata (rekreasi,
penelitian, pengembangan diri, olahraga, ritual) dari berbagai alternatif
pilihan tujuan. 53% responden mencari informasi wisata (media cetak,
media elektronik, informasi lisan, biro perjalanan wisata) dari berbagai
alternatif pilihan informasi. 93% responden memilih informasi wisata
melalui media cetak, media elektronik, informasi lisan, biro perjalanan
wisata dan memilih tujuan wisata dari berbagai alternatif pilihan.
Sedangkan 97% responden yang menentukan informasi wisata melalui
media cetak, media elektronik, informasi lisan, biro perjalanan wisata dan
memilih tujuan wisata dari berbagai alternatif pilihan. Jika dilihat dari
pengambilan keputusan maka terdapat 7% responden terkategori rendah,
65% responden terkategori sedang dan 28% terkategori tinggi.

d. Deskripsi Variabel Kunjungan Ke Tempat Wisata


Untuk mengukur variabel daya tarik wisata dalam penelitian ini
terbagi atas satu indikator yang terdiri dari 6 pertanyaan. Berdasarkan hasil
penelitian, maka diperoleh data pada tabel sebagai berikut

94
Tabel 4. 11 Variabel Kunjungan ke Tempat Wisata

Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan


1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
Kunjungan Berdasarkan Wisatawan sering 0 0 0 0 0 0 26 26 74 74 100 100 1 : Tidak pernah
ke Tempat tujuan melakukan 2 : Kurang sering
Wisata kunjungan wisata 3 : Netral
dengan tujuan 4 : Sering
kesenangan
5 : Sangat sering
(hiburan)
Wisatawan sering 0 0 0 0 0 0 39 39 61 61 100 100
1 : Tidak pernah
melakukan 2 : Kurang sering
kunjungan wisata 3 : Netral
dengan tujuan 4 : Sering
pendidikan
5 : Sangat sering
Wisatawan sering 0 0 0 0 0 0 38 38 62 62 100 100 1 : Tidak pernah
melakukan 2 : Kurang sering
kunjungan wisata 3 : Netral
dengan tujuan 4 : Sering
pengembangan
5 : Sangat sering
pribadi (outbound)
Wisatawan sering 0 0 0 0 0 0 31 31 69 69 100 100 1 : Tidak pernah
melakukan 2 : Kurang sering
kunjungan wisata 3 : Netral
dengan tujuan
4 : Sering

95
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
pengembangan 5 : Sangat sering
pribadi (pelatihan)
Wisatawan sering 0 0 0 0 0 0 31 31 69 69 100 100 1 : Tidak pernah
melakukan 2 : Kurang sering
kunjungan wisata 3 : Netral
dengan tujuan 4 : Sering
mempelajari
5 : Sangat sering
keunikan daya tarik
wisata
Wisatawan sering 0 0 0 0 0 0 23 23 77 77 100 100 1 : Tidak pernah
melakukan 2 : Kurang sering
kunjungan wisata 3 : Netral
dengan tujuan 4 : Sering
wisata kuliner
5 : Sangat sering
Sumber : Data Primer (2023)

96
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74% responden menyatakan
wisatawan sangat sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan
kesenangan (hiburan). 61% responden wisatawan sangat sering
melakukan kunjungan wisata dengan tujuan pendidikan. 62% responden
wisatawan sangat sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan
pengembangan pribadi (outbound). 69% responden sangat sering
melakukan kunjungan wisata dengan tujuan pengembangan pribadi
(pelatihan) dan melakukan kunjungan wisata dengan tujuan mempelajari
keunikan daya tarik wisata. 77% responden sangat sering melakukan
kunjungan wisata dengan tujuan wisata kuliner. Jika dilihat dari
kunjungan ke tempat wisata maka terdapat 9% responden terkategori
rendah, 51% responden terkategori sedang dan 39% terkategori tinggi.
e. Deskripsi Variabel Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan
Untuk mengukur variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan
dalam penelitian ini terdiri dari enam pertanyaan. Berdasarkan hasil
penelitian, maka diperoleh data pada tabel sebagai berikut:

97
Tabel 4. 12 Variabel Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan


1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
Pengelolaan Berdasarkan Wisatawan sudah 0 0 0 0 0 0 14 14 86 86 100 100 1 : Tidak dimanfaatkan
Pariwisata sumber daya melihat aktivitas 2 : Kurang dimanfaatkan
Berkelanjutan pemanfaatan dan 3 : Netral
pengelolaan 4 : Dimanfaatkan
sumber daya alam
5 : Sangat dimanfaatkan
(mata air, banyak
pepohonan,
rentetan lahan
rerumputan,
habitat ikan,
keindahan
bukit, biodiversitas
flora dan fauna)
yang dimanfaatkan
oleh pengelola
wisata
Wisatawan sudah 0 0 0 0 0 0 7 7 93 93 100 100 1 : Tidak dimanfaatkan
melihat aktivitas 2 : Kurang dimanfaatkan
pemanfaatan dan 3 : Netral
pengelolaan 4 : Dimanfaatkan
sumber daya benda
5 : Sangat dimanfaatkan
berupa fasilitas
wisata yang

98
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata
Wisatawan sudah 0 0 0 0 0 0 4 4 96 96 100 100 1 : Tidak dimanfaatkan
melihat aktivitas 2 : Kurang dimanfaatkan
pemanfaatan dan 3 : Netral
pengelolaan 4 : Dimanfaatkan
sumber daya sosial
5 : Sangat dimanfaatkan
(partisipasi
masyarakat lokal
dan pokdarwis)
yang dimanfaatkan
oleh pengelola
wisata
Wisatawan sudah 0 0 0 0 0 0 5 5 95 95 100 100 1 : Tidak dimanfaatkan
melihat aktivitas 2 : Kurang dimanfaatkan
pemanfaatan dan 3 : Netral
pengelolaan 4 : Dimanfaatkan
sumber daya
5 : Sangat dimanfaatkan
ekonomi
(partisipasi
pedagang) yang
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata
Wisatawan sudah 0 0 0 0 0 0 21 21 79 79 100 100 1 : Tidak dimanfaatkan
melihat aktivitas

99
Variabel Indikator Item Kategori Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5
f % f % f % f % f % f %
pemanfaatan dan 2 : Kurang dimanfaatkan
pengelolaan 3 : Netral
sumber daya 4 : Dimanfaatkan
kuliner) yang 5 : Sangat dimanfaatkan
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata
Wisatawan sudah 0 0 0 0 0 0 67 67 33 33 100 100 1 : Tidak dimanfaatkan
melihat aktivitas 2 : Kurang dimanfaatkan
pemanfaatan dan 3 : Netral
pengelolaan 4 : Dimanfaatkan
sumber daya
5 : Sangat dimanfaatkan
budaya yang
dimanfaatkan oleh
pengelola wisata
Sumber: Data Primer (2023)

100
Berdasarkan tabel 4.11. menunjukkan bahwa 86% responden
menyatakan sangat dimanfaatkan sumber daya alam (mata air, banyak
pepohonan, rentetan lahan rerumputan, habitat ikan, keindahan bukit,
biodiversitas flora dan fauna) yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata.
93% responden menyatakan sangat dimanfaatkan sumber daya benda
berupa fasilitas wisata yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata. 96%
responden menyatakan sangat dimanfaatkan sumber daya sosial
(partisipasi masyarakat lokal dan pokdarwis) yang dimanfaatkan oleh
pengelola wisata. 95% responden menyatakan sumber daya ekonomi
(partisipasi pedagang) yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata. 75%
responden menyatakan sangat dimanfaatkan sumber daya kuliner) yang
dimanfaatkan oleh pengelola wisata. 33% responden menyatakan sumber
daya budaya yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata. Jika dilihat dari
pengelolaan pariwisata berkelanjutan, maka terdapat 17% responden
terkategori rendah, 50% responden terkategori sedang dan 33%
terkategori tinggi.
2. Hubungan antar Variabel
Hubungan antar variabel yang berkaitan dengan pengujian
hipotesis, diuji dengan menggunakan statistik Analisis Jalur. Hipotesis
yang akan diuji adalah:
Hipotesis I:
H0 : Tidak ada pengaruh rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan
pariwisata berkelanjutan.
Ha : Ada pengaruh rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan.
Hipotesis II:
H0. : Tidak ada pengaruh daya tarik wisata terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan.

101
Ha : Ada pengaruh daya tarik wisata terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan.
Adapun diagram jalur yang hendak diuji adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 3 Diagram Jalur


Keterangan:
Variabel Eksogen:
X1 = Rasionalitas Wisatawan
X2 = Daya Tarik Wisata
Variabel Endogen:
Y1 = Pengambilan Keputusan
Y2 = Kunjungan ke Tempat Wisata
Y3 = Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan
𝜌 ij = Estimasi kooefisien jalur variabel i ke variabel j
∈I = Error atau residu untuk variabel i
Dalam penggunaan analisis jalur, diperlukan terminologi dan
penjelasannya yang akan digunakan selama proses analisis:

102
Tabel 4. 13 Terminologi Analisis Jalur dan Penjelasannya

Terminologi Penjelasan
Variabel Eksogen Variabel sebab sebelum semua
variabel dependen dalam model
analisis jalur. Variabel eksogen
harus selalu variabel independen.
Dalam penelitian ini, variabel
eksogen adalah rasionalitas
wisatawan dan daya tarik wisata.
Variabel Endogen Variabel sebab sesudah semua
variabel independen atau sebelum
semua variabel dependen dalam
model analisis jalur. Variabel
endogen dapat merupakan sebab di
tengah hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen
yang disebut variabel intervening.
Dalam penelitian ini variabel
pengambilan keputusan dan
kunjungan ke tempat wisata adalah
variabel intervening sekaligus
sebagai variabel endogen. Variabel
pengelolaan pariwisata berkelanjutan
adalah variabel endogen.
Direct effect Jalur yang menghubungkan di
dalam model kausal antara dua

103
Terminologi Penjelasan

variabel tanpa perantara variabel


ketiga.
Indirect effect Jalur yang menghubungkan di
dalam model kausal antara dua
variabel melalui perantara variabel
ketiga
Correlated effect Efek korelasi dalam model analisa
jalur
Spurious effect Efek yang tidak terjelaskan dalam
model analisis jalur
Error term (Є) Semua sebab perubahan yang tidak
ditetapkan dalam variabel
dependen sebesar √1 − 𝑅2
Total effect Pengaruh total dari suatu variabel
ke variabel yang lain merupakan
jumlah dari seluruh direct effect,
indirect effect, correlated effect dan
spurious effect.
Rho (𝜌) Estimasi Koefisien Jalur
B* Standardized Koefisien

Analisis jalur diolah melalui perhitungan regresi yang


dilakukan dengan pertolongan program SPSS 18 (Statistical
Product and Service Solutions). Hal ini dilakukan karena akan
mengestimasi koefisien jalur dan menunjukkan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dinyatakan secara
langsung oleh dugaan parameter populasi yang bersifat kausal.

104
Estimasi koefisien jalur dilambangkan “P” dan nilainya diambil
dari “Beta” dalam Standardized Coefficients yang tertera di tabel
coefficients perhitungan regresi (B*).

Sebelum data dianalisis menggunakan analisis jalur,


terlebih dahulu dilakukan uji asumsi analisis jalur dengan
melakukan uji asumsi regresi majemuk, yang terdiri dari uji
asumsi normalitas data, uji asumsi heteroskedastisitas, uji asumsi
autokorelasi dan uji asumsi multikolinearitas.
3. Uji Asumsi
a. Uji Asumsi Normalitas Data
Deteksi melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
grafik. Dasar pengambilan keputusan:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas
Adapun hasil uji asumsi normalitas data dengan bantuan
program SPSS adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 4 Grafik Uji Asumsi Normalitas Data

105
Hasil uji asumsi normalitas data menunjukkan bahwa data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Deteksi adanya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu Y adalah residual Y (Y Prediksi – Y Sesungguhnya).
Dasar pengambilan keputusan:
1) Jika tidak ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola
yang teratur (contoh: bergelombang, melebar, kemudian
menyempitkan) maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Adapun hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan bantuan program
SPSS adalah sebagai berikut:

Gambar 4. 5 Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas

106
Hasil uji menunjukkan tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Uji Asumsi Autokorelasi
Deteksi adanya autokorelasi dengan melihat Durbin-Watson. Kriteria
dalam pengujian Durbin Watson yaitu (Sujarweni, 2016: 232):
1) Jika 0 < d < dL, berarti ada autokorelasi positif
2) Jika 4 – dL < d < 4, berarti ada auto korelasi negative
3) Jika 2 < d < 4 – dU atau dU < d < 2, berarti tidak ada autokorelasi positif
atau negative
4) Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, pengujian tidak meyakinkan.
Untuk itu dapat digunakan uji lain atau menambah data
5) Jika nilai du < d < 4-du maka tidak terjadi autokorelasi
Keterangan:
dU: batas bawah pada Durbin Watson
dL: batas atas pada Durbin Watson
Hasil perhitungan Durbin – Watson dengan bantuan program SPSS
adalah 2,137 dan pada tabel batas bawah pada Durbin Watson adalah 1,7582
sehingga hasil dari du < d < 4-du = 1,7582 < 2,137 < 2,285. Artinya, tidak
terdapat autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi.
d. Uji Asumsi Multikolienaritas
Deteksi terjadi multikolienaritas pada variabel-variabel independen
jika korelasi antar variabel independent/bebas sangat tinggi atau mendekati
1. Hasil perhitungan korelasi antar variabel independen dengan bantuan
program SPSS didapat sebagai berikut:
1) Korelasi antara variabel rasionalitas wisatawan terhadap variabel
pengambilan keputusan sebesar 0,351.

107
2) Korelasi antara variabel rasionalitas wisatawan terhadap variabel
pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,413.
3) Korelasi antara variabel daya tarik wisata terhadap variabel
pengambilan keputusan sebesar 0,128.
4) Korelasi antara variabel daya tarik wisata terhadap variabel sebesar
pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,199.
5) Korelasi antara variabel pengambilan keputusan terhadap kunjungan ke
tempat wisata sebesar 0,814.
6) Korelasi antara variabel kunjungan ke tempat wisata terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,693.
Hasil perhitungan korelasi antar variabel independent/bebas tidak ada
yang sangat tinggi atau yang mendekati 1. Jadi tidak terjadi
multikolienaritas antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah
yang tidak terjadi multikolienaritas.
4. Analisis Jalur
a. Pengaruh Rasionalitas Wisatawan terhadap Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan
Untuk mengetahui pengaruh dua variabel tersebut diperlukan
perhitungan disertai analisis hubungan langsung (direct) di antara
kedua variabel. Ada tidaknya pengaruh dilihat melalui perhitungan
regresi dengan melakukan estimasi koefisien jalur. Diagram yang
terbangun adalah sebagai berikut:
∈3
𝜌y3∈3
𝜌y3x1
Rasionalitas Pengelolaan Pariwisata
Wisatawan (X1) Berkelanjutan (Y3)

Gambar 4. 6 Diagram pengaruh Rasionalitas Wisatawan terhadap


Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

108
Hipotesis yang terbangun adalah:
H0: Tidak ada pengaruh antara rasionalitas wisatawan terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan
Ha: Ada pengaruh antara rasionalitas wisatawan terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan
Persamaan yang didapat sebagai berikut:
Y3 = 𝜌y3x1X1 + 𝜌y3∈3∈3
Estimasi koefisien jalur:
𝜌y3x1 = B*y3x1 (Standardized Coefficients)

𝜌y3∈3 = B1 − 𝑅2y3x1
Berdasarkan perhitungan regresi dan melihat nilai Standardized
Coefficients, maka:
𝜌y3x1 = 0,413

𝜌y3∈3 = B1 − 𝑅2y3x1
= √1 − 0,171 = √0,829 = 0, 910
Jadi persamaan koefisien jalur:
Y3 = 0,413 X1 + 0,910 ∈3
Dari persamaan ini dapat dijelaskan bahwa:
1) Setiap pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel
rasionalitas wisatawan ada peningkatan nilai 0,413 satuan pada
variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
2) Terdapat nilai 0,910 satuan dalam variabel pengelolaan pariwisata
berkelanjutan yang dijelaskan oleh variabel diluar rasionalitas
wisatawan, atau terdapat (0,910)2 x 100% = 91% varians pada
variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang tidak
terjelaskan oleh proses kausal yang dihipotesiskan.

109
Untuk mengetahui layak dan tidaknya model regresi untuk
memprediksi variabel dependen, maka dari perhitungan ANOVA
atau F test, didapat Fhitung = 20, 163 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Oleh karena probabilitas 0,000 < 0,05, maka model regresi layak dan
dapat digunakan untuk memprediksi pengelolaan pariwisata
berkelanjutan atau dapat dikatakan rasionalitas wisatawan
berpengaruh terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Pengelolaan pariwisata berkelanjutan dijelaskan oleh
rasionalitas wisatawan sebesar 9%. Sisa persentase varians yaitu,
91% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain, atau diketahui
sebesar 0,910 sebagai koefisien non determinasi ganda yang tidak
dijelaskan dalam struktur kausal.
Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh kedua variabel,
ditunjukkan dalam tabel coefficients, yaitu uji t untuk rasionalitas
wisatawan dengan pengelolaan pariwisata berkelanjutan, thitung =
4,490
𝛼hitung = 0,005 lebih kecil (<) dari 𝛼tabel = 0,05. Jadi, terdapat
pengaruh langsung yang signifikan antara rasionalitas wisatawan
terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebenarnya tidak hanya
dipengaruhi secara langsung (direct effect) oleh rasionalitas
wisatawan saja, tetapi dipengaruhi secara tak langsung melalui
pengambilan keputusan dan kunjungan ke tempat wisata (indirect
effect), dipengaruhi oleh korelasi antara rasionalitas wisatawan
dengan daya tarik wisata (correlated effect) dan dipengaruhi oleh
variabel-variabel yang tak terjelaskan (spurious effect) oleh hubungan
kausal yang dihipotesiskan.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh (koefisien jalur)
antara rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata
110
berkelanjutan yang disebabkan oleh direct effect, indirect effect,
correlated effect, dan spurious effect, diperlukan estimasi koefisien
jalur yang diperoleh dari 3 model Sub Struktur dari struktur diagram
jalur model pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Diagram-diagram
model sub struktur tersebut adalah sebagai berikut:

Model Sub Struktur 1

Gambar 4. 7 Diagram Model Sub Struktur I


Hipotesis yang terbangun:
H0: Tidak ada pengaruh antara rasionalitas wisatawan (X1) dan daya
tarik wisata (X2) terhadap pengambilan keputusan (Y1).
Ha: Ada pengaruh antara rasionalitas wisatawan (X1) dan daya tarik
wisata (X2) terhadap pengambilan keputusan (Y1).

Persamaan pertama (I) yang didapat adalah sebagai berikut:


Y1 = 𝜌y1x1X1 + 𝜌y1x2X2 + 𝜌y1∈1 ∈1

Estimasi koefisien jalur:


𝜌y1x1 = B*y1x1
𝜌y1x2 = B*y1x2

111
𝜌y1∈1 = B1 − 𝑅2y1. x1x2

112
Berdasarkan perhitungan regresi dan melihat nilai 𝛽 Standardized
Coefficients maka:
𝜌y1x1 = 0,408
𝜌y1x2 = 0,229

𝜌y1∈ = B1 − 𝑅2y1. x1x2 = √1 − 0,173 = √0,827 = 0,909


1

Jadi, persamaan koefisien jalur yang didapat adalah sebagai berikut:


Y1 = 0,408 X1 + 0,229 X2 + 0,909 ∈1
Dari persamaan ini dapat dijelaskan bahwa:
1) Setiap pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel
rasionalitas wisatawan (X1) ada peningkatan nilai 0,408 satuan
pada variabel pengambilan keputusan.
2) Setiap pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel daya
tarik wisata (X2) ada peningkatan nilai 0,229 satuan pada
variabel pengambilan keputusan.
3) Terdapat nilai 0,909 satuan dalam variabel pengambilan
keputusan yang dijelaskan oleh variabel di luar variabel
independen yang digunakan dalam model Sub Struktur 1 atau
terdapat (0,909)2 x 100% = 82,6% varians pada variabel
pengambilan keputusan yang tidak terjelaskan oleh proses
kausal yang dihipotesiskan.
Untuk mengetahui layak dan tidak layaknya model regresi
untuk memprediksi variabel dependen, maka dari perhitungan
ANOVA atau F test, didapat F hitung = 10,117 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih
kecil dari 0,05, maka model regresi layak dan dapat digunakan
untuk memprediksi pengambilan keputusan atau dapat dikatakan
rasionalitas wisatawan dan daya tarik wisata berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan.

113
Adapun pengaruhnya secara bersama-sama sebesar 17,4%
dan dapat dikatakan bahwa 17,4% dari varians pengambilan
keputusan diterangkan (disebabkan) oleh rasionalitas wisatawan
dan daya tarik wisata. Sisa persentase varians, yaitu 82,6% masih
dapat diterangkan oleh varians lain atau diketahui sebesar 0,826
sebagai koefisien non determinasi ganda yang tidak dapat
dijelaskan dalam struktur kausal.
Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel yang
dihipotesiskan, ditunjukkan dalam tabel coefficients, yaitu uji t
untuk rasionalitas wisatawan dengan pengambilan keputusan,
thitung
= 4,279 𝛼hitung = 0,005 yang lebih kecil (<) dari 𝛼tabel = 0,05. Jadi,
ada pengaruh langsung yang signifikan antara rasionalitas
wisatawan terhadap pengambilan keputusan. Uji t untuk daya tarik
wisata dengan pengambilan keputusan, thitung = 2,403, 𝛼hitung =
0,000 yang lebih kecil (<) dari 𝛼tabel = 0,05. Jadi, ada pengaruh
langsung yang signifikan antara daya tarik wisata terhadap
pengambilan keputusan.

Model Sub Struktur II

Gambar 4. 8 Diagram Model Sub Struktur II

114
Hipotesis yang terbangun adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara rasionalitas wisatawan (X1),
daya tarik wisata (X2), pengambilan keputusan (Y1) terhadap
kunjungan ke tempat wisata (Y2).
Ha : Ada pengaruh antara rasionalitas wisatawan (X1), daya tarik
wisata (X2), pengambilan keputusan (Y1 ) terhadap kunjungan
ke tempat wisata (Y2).

Persamaan kedua (II) adalah sebagai berikut:


Y2 = 𝜌y2x1X1 + 𝜌y2x2X2 + 𝜌y2y1Y1 + 𝜌y2∈2 ∈2

Estimasi koefisien jalur :


𝜌y2x1 = B*y2x1
𝜌y2x2 = B*y2x2
𝜌y2y1 = B*y2y1

𝜌y2∈2 = B1 − 𝑅2y2. x1x2y1


Berdasarkan perhitungan regresi dan melihat nilai 𝛽 Standardized
Coefficients maka :
𝜌y2x1 = 0,309
𝜌y2x2 = 0,222
𝜌y2y1 = 818

𝜌y2∈2 = B1 − 𝑅2y2. x1x2 = B1 − 0,665 = B0,335 = 0,578


Jadi, persamaan koefisien jalur yang didapat adalah sebagai berikut:
Y2 = 0,309 X1 + 0,222 X2 + 0,818 X2 + 0,578 ∈2
Dari persamaan ini dapat dijelaskan bahwa :
1) Setia pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel
rasionalitas wisatawan (X1) ada peningkatan nilai 0,309 satuan
pada variabel kunjungan ke tempat wisata.
115
2) Setiap pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel daya
tarik wisata (X2) ada peningkatan nilai 0,222 satuan pada variabel
kunjungan ke tempat wisata.
3) Setiap pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel
pengambilan keputusan (Y1) ada peningkatan nilai 0,818 satuan
pada variabel kunjungan ke tempat wisata.
4) Terdapat nilai 0,578 satuan dalam variabel kunjungan ke tempat
wisata yang dijelaskan oleh variabel di luar variabel independen
yang digunakan dalam model Sub Struktur II atau terdapat
(0,578)2 x 100% = 33,4% varians pada variabel kunjungan ke
tempat wisata yang tidak terjelaskan oleh proses kausal yang
dihipotesiskan.
Untuk mengetahui layak dan tidak layaknya model regresi
untuk memprediksi variabel dependen, maka dari perhitungan
ANOVA atau F test, didapat Fhitung = 63,498 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) lebih kecil
dari 0,05, maka model regresi layak dan dapat digunakan untuk
memprediksi kunjungan ke tempat wisata atau dapat dikatakan
rasionalitas wisatawan dan daya tarik wisata berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan.
Adapun pengaruhnya secara bersama-sama sebesar 66,6% dan
dapat dikatakan bahwa 66,6% dari varians kunjungan ke tempat
wisata diterangkan (disebabkan) oleh rasionalitas wisatawan dan
daya tarik wisata. Sisa persentase varians, yaitu 33,4% masih
dapat diterangkan oleh varians lain atau diketahui sebesar 0,334
sebagai koefisien non determinasi ganda yang tidak dapat
dijelaskan dalam struktur kausal.
Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel yang
dihipotesiskan, ditunjukkan dalam tabel coefficients, yaitu uji t

116
untuk rasionalitas wisatawan dengan kunjungan ke tempat wisata,

117
thitung = 0, 372 , 𝛼hitung = 0,002 yang lebih kecil (<) dari 𝛼tabel =
0,05. Jadi, ada pengaruh langsung yang signifikan antara
rasionalitas wisatawan terhadap kunjungan ke tempat wisata. Uji t
untuk daya tarik wisata dengan kunjungan ke tempat wisata,
thitung = 0,551,
𝛼hitung = 0,027 yang lebih kecil (<) dari 𝛼tabel = 0,05, dan thitung =
12,599, 𝛼hitung = 0,000 yang lebih kecil (<) dari 𝛼tabel = 0,05,
Jadi, ada pengaruh langsung yang signifikan antara rasionalitas
wisatawan, daya tarik wisata, dan pengambilan keputusan
terhadap kunjungan ke tempat wisata.

Model Sub Struktur III

Gambar 4.7. Diagram Model Sub Struktur III

Hipotesis yang terbangun:


H0 : Tidak ada pengaruh rasionalitas wisatawan (X 1), daya tarik
wisata (X2), dan kunjungan ke tempat wisata (Y 2) terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan (Y3).
Ha : Ada pengaruh rasionalitas wisatawan (X1), daya tarik wisata
(X2), dan kunjungan ke tempat wisata (Y2) terhadap

118
pengelolaan pariwisata berkelanjutan (Y3).

119
Persamaan ketiga (III) adalah sebagai berikut :
Y3 = 𝜌y3x1X1 + 𝜌y3x2 X2 + (𝜌y3y2) Y2 + 𝜌y3∈3 ∈3
Estimasi koefisien jalur :
𝜌y3x1 = B*y3x1
𝜌y3x2 = B*y3x2
𝜌y3y2 = B*y3y2

𝜌y3∈3 = B1 − 𝑅2y3. x1x2y2


Berdasarkan perhitungan regresi dan melihat nilai 𝛽 Standardized
Coefficients maka :
𝜌y3x1 = 0,311
𝜌y3x2 = 0,190
𝜌y3y2 = 0,586

𝜌y3∈ = B1 − 𝑅2y3. x1x2y2 = B1 − 0,573 = √0,427= 0,653


3

Jadi, persamaan koefisien jalur yang didapat adalah sebagai


berikut: Y3 = 𝜌y3x1X1 + 𝜌y3x2 X2 + (𝜌y3y2) Y2 + 𝜌y3∈3 ∈3
= 0,311 X1 + 0,190 X2 + 0,586 Y2 + 0,653∈3
Dari persamaan ini dapat dijelaskan bahwa:
1) Setia pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel
rasionalitas wisatawan (X1) ada peningkatan nilai 0,311 satuan
pada variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
2) Setiap pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel daya
tarik wisata (X2) ada peningkatan nilai 0,190 satuan pada variabel
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
3) Setiap pada perubahan nilai 1 (satu) satuan pada variabel
kunjungan ke tempat wisata (Y2) ada peningkatan nilai 0,586
satuan pada variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan.

120
4) Terdapat nilai 0,653 satuan dalam variabel pengelolaan pariwisata
berkelanjutan yang dijelaskan oleh variabel di luar variabel
independen yang digunakan dalam model Sub Struktur III atau
terdapat (0,653)2 x 100% = 18,1% varians pada variabel
pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang tidak terjelaskan oleh
proses kausal yang dihipotesiskan.
Untuk mengetahui layak dan tidak layaknya model regresi
untuk memprediksi variabel dependen, maka dari perhitungan
ANOVA atau F test, didapat Fhitung = 42,928 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih
kecil dari 0,05, maka model regresi layak dan dapat digunakan
untuk memprediksi pengelolaanpariwisata berkelanjutan atau
dapat dikatakan rasionalitas wisatawan,
daya tarik wisata, kunjungan ke tempat wisata berpengaruh
terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Adapun
pengaruhnya secara bersama-sama sebesar 81,9% dan dapat
dikatakan bahwa 81,9% dari varians pengelolaan pariwisata
berkelanjutan diterangkan (disebabkan) oleh rasionalitas
wisatawan, daya tarik wisata, dan kunjungan ke tempat wisata.
Sisa persentase varians, yaitu 18,1% masih dapat diterangkan
oleh varians lain atau diketahui sebesar 0,181 sebagai koefisien
non determinasi ganda yang tidak dapat dijelaskan dalam
struktur
kausal.
Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel yang
dihipotesiskan, ditunjukkan dalam tabel coefficients, yaitu uji t
untuk rasionalitas wisatawan dengan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan, thitung = 4,309 ; 𝛼hitung = 0,000 yang lebih kecil (<)
dari 𝛼tabel = 0,05. Jadi, ada pengaruh langsung yang signifikan

121
antara rasionalitas wisatawan dengan pengelolaan pariwisata

122
berkelanjutan. Uji t untuk daya tarik wisata dengan pengelolaan
pariwisata berkelanjutan, thitung = 2,697, 𝛼hitung = 0,008 yang lebih
besar (<) dari 𝛼tabel = 0,05. Jadi, ada pengaruh langsung yang
signifikan antara daya tarik wisata dengan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan. Uji t untuk kunjungan ke tempat wisata dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan, thitung = 8,290 , 𝛼hitung =
0,000 yang lebih kecil (<) dari 𝛼tabel = 0,05. Jadi, ada pengaruh
langsung yang signifikan antara kunjungan ke tempat wisata
dengan pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada model Sub Struktur
I, II, dan III maka estimasi koefisien jalur adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 14 Estimasi Koefisien Jalur

Jalur Koefisien Jalur


Pengambilan Keputusan – 0,464
Rasionalitas Wisatawan (𝜌y1x1)
Pengambilan Keputusan – 0,330
Daya Tarik Wisata (𝜌y1x2)
Kunjungan ke Tempat Wisata – 0,309
Rasionalitas Wisatawan (𝜌y2x1)
Kunjungan ke Tempat Wisata – 0,222
Daya Tarik Wisata (𝜌y2x2)
Kunjungan ke Tempat Wisata – 0,840
Pengambilan Keputusan (𝜌y2y1)
Pengelolaan Pariwisata 0,311
Berkelanjutan – Rasionalitas
Wisatawan (𝜌y3x1)

123
Jalur Koefisien Jalur
Pengelolaan Pariwisata 0,190
Berkelanjutan – Daya Tarik
Wisata (𝜌y3x2)
Pengelolaan pariwisata 0,731
berkelanjutan – Kunjungan ke
tempat wisata (𝜌y3y2)
Sumber: Hasil perhitungan regresi

Gambar 4.8. Diagram Jalur dengan koefisien jalur


Hasil estimasi koefisien jalur digunakan untuk mengetahui
besarnya koefisien jalur yang disebabkan oleh direct effect,
indirect effect, corelated effect, dan sporious effect. Untuk
mengetahui koefisien jalur (r’) atau Total Efek atau pengaruh
rasionalitas wisatawan dengan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan, dibutuhkan hasil perhitungan korelasi antara
rasionalitas wisatawan dengan daya tarik wisata. Hasil
perhitungan korelasi sebesar 0,248. Perhitungan koefisien jalur
pengelolaan pariwisata berkelanjutan dengan rasionalitas
wisatawan yang disebabkan oleh direct effect, indirect effect,
correlated effect

124
pada daya tarik wisata dan spurious effect adalah sebagai
berikut:
r’y3x1 = 𝜌y3x1 + (𝜌y3y2)( 𝜌y2y1)( 𝜌y1x1)( 𝜌y2x1) +
(𝜌y3y2)( 𝜌y2y1)( 𝜌y1x2)( 𝜌y2x2)( rx1x2) + (𝜌y3x2)(rx1x2)
= 0,311 + (0,731)(0,840)(0,464)(0,309) +
(0,731)(0,840)(0,330)(0,222)(0,248) + (0,190)(0,248)
= 0,311 + 0,088 + 0,011 + 0,047 = 0,457

Hasil koefisien jalur sebesar 0,457 menunjukkan bahwa


jika terjadi perubahan nilai 1 (satu) satuan pada rasionalitas
wisatawan, melalui daya tarik wisata dan melalui kunjungan
ke tempat wisata, menimbulkan perubahan nilai 0,457 satuan
pada pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh digunakan
pedoman penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
dikemukakan oleh Sugiyono (1999).

Tabel 4. 15 Pedoman Penafsiran terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (1999)

Pedoman penafsiran tingkat hubungan koefisien korelasi


yang digunakan untuk menafsir kuat lemahnya koefisien jalur, pada
hakekatnya merupakan koefisien korelasi sederhana yang terkoreksi
antar suatu variabel bebas terhadapvariabel terikat (Supardi, 2016).
Berdasarkan penafsiran koefisien korelasi pada tabel 4.15, maka : r’y3x1
= 0,457, memiliki tingkat pengaruh sedang.

125
Ada perubahan pada besaran koefisien jalur rasionalitas
wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang
disebabkan pengaruh langsung, pengaruh tak langsung, pengaruh
korelasi dan pengaruh variabel lain yang tak terjelaskan dalam
struktur model sebesar 0,457. Adapun hipotesis yang diuji adalah:
H0 = Tidak ada pengaruh rasionalitas wisatawan dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan
Ha = Ada pengaruh rasionalitas wisatawan dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan

Koefisien korelasi tabel (df = 98; sig=0,05) = 0,1654


r’y3x1 = 0,457. r’y3x1 > rtabel . 0,457 > 0,1654.
Jadi H0 ditolak, Ha diterima.
Keputusan:
a. Oleh karena Ha diterima, maka dinyatakan bahwa ada
pengaruh rasionalitas wisatawan dengan pengelolaan
pariwisata berkelanjutan.
b. Adapun besaran pengaruh rasionalitas wisatawan terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui pengambilan
keputusandan kunjungan ke tempat wisata yang disebabkan
oleh direct effect, indirect effect, correlated effect, spurious
effect adalah 0,457.
Hal ini diperkuat dengan tingginya pengelolaan pariwisata
berkelanjutan. Menurut data, responden yang berkunjung menyatakan
bahwa sumber daya sosial dilihat dari partisipasi antara masyarakat
lokal dan kelompok sadar wisata dalam kegiatan wisata. Partisipasi ini
terlihat dalam pengelolaan parkir dan pengelolaan tiket wisata.
Selanjutnya, sumber daya ekonomi dilihat dari partisipasi pedagang
yang berjualan setiap hari dengan wisatawan. Selain itu, terdapat

126
sumber daya kuliner di Telaga Madirda terdiri dari penjual buah-
buahan sebanyak 4 kios dan penjual makanan sebanyak 5 kios. Lebih
lanjut, di Air Terjun Jumog terdiri dari 8 kios buah-buahan dan 6 kios
makanan. Buah-buahan yang dijual di Telaga Madirda dan Air
Terjun
Jumog memiliki banyak kesamaan seperti buah manga, buah
semangka, buah melon, buah jambu, dan buah naga. Buah-buahan
yang dijual sebagian besar diperoleh dari hasil perkebunan masyarakat
sekitar. Sedangkan makanan yang dijual berbeda di kedua tempat
tersebut, di Telaga Madirda menjual makanan seperti pentol kuah, mie
instan, dan nasi goreng sedangkan di Air Terjun Jumog menjual
makanan seperti sate kelinci dan soto ayam. Sumber daya budaya di
Telaga Madirda terdiri dari upacara adat Dawuhan yang dilaksanakan
setiap tahun pada bulan November oleh masyarakat lokal memiliki
tujuan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas limpahan air yang
ada di Telaga. Sedangkan di Air Terjun Jumog terdapat acara kesenian
musik angklung yang dimainkan oleh pemuda karang taruna dari Desa
Berjo yang bernama Angklung Kasta.
Keempat sumber daya tersebut dimanfaatkan oleh pengelola
untuk mengelola tempat wisata agar hasilnya maksimal dan disukai
oleh wisatawan sehingga mereka sering berkunjung. Pengelolaan
pariwisata berkelanjutan yang tinggi dipengaruhi oleh tingginya
rasionalitas wisatawan. Tingginya rasionalitas wisatawan dipengaruhi
secara tidak langsung oleh pengambilan keputusan wisatawan dan
kunjungan ke tempat wisata. Rasionalitas wisatawan dipengaruhi oleh
pengambilan keputusan yang baik dan akan meningkatkan kunjungan
ke tempat wisata. Sebelum berkunjung ke tempat wisata, wisatawan
akan mempertimbangkan risiko sebelum memutuskan berkunjung,
mempertimbangkan baik buruknya risiko yang akan dihadapi,
127
mempertimbangkan manfaat yang akan diperoleh ketika berkunjung,
dan mempertimbangkan ada tidaknya manfaat yang akan diperoleh.
Pertimbangan tersebut memengaruhi pengambilan keputusan dan
kunjungan ke tempat wisata.
Pengambilan keputusan dilihat dari wisatawan yang memilih
dan menentukan pilihan tentang berbagai alternatif pilihan
kebutuhan yaitu, satu, kebutuhan berwisata yang terdiri dari adanya
tempat makan, kebutuhan rasa aman (penjagaan kendaraan di tempat
parkir, penjagaan barang di musholla, fasilitas bermain anak yang
ramah), dapat berbelanja dengan nyaman, kebutuhan memberi makan
ikan dan berenang. Kedua, memilih dan menentukan informasi wisata
yang terdiri dari informasi wisata dari media cetak, media elektronik
(koran, brosur, dan majalah), informasi lisan (dari mulut ke mulut),
biro perjalanan wisata (travel dan Event Organizer wisata). Ketiga,
memilih dan menentukan tujuan wisata yang terdiri dari rekreasi,
penelitian, pengembangan diri (camping dan edukasi lingkungan),
olahraga (jalan sehat), dan ritual (upacara adat Dawuhan). Kelima
pilihan tujuan wisata berkaitan dengan kunjungan ke tempat wisata
terdiri dari tujuan kesenangan (hiburan), tujuan pendidikan, tujuan
pengembangan pribadi (outbound), pengembangan pribadi (pelatihan),
tujuan mempelajari keunikan daya tarik wisata, dan tujuan wisata
kuliner. Maka, dapat disimpulkan bahwa tingginya rasionalitas
wisatawan akan memengaruhi tingginya pengelolaan pariwisata
berkelanjutan melalui pengambilan keputusan dan kunjungan ke
tempat wisata.
b. Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Pengelolaan Pariwisata
Berkelanjutan
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh langsung (direct effect)
antar kedua variabel dilakukan perhitungan regresi untuk membuat

128
estimasi koefisien jalurnya. Diagram yang terbangun dari hubungan
kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

𝜌y3Є3

Pengelolaan
Daya Tarik
𝜌y3x2 Pariwisata
Wisata (X2) Berkelanjutan (Y3)

Gambar 4. 9 Diagram model pengaruh daya tarik wisata terhadap


pengelolaan pariwisata berkelanjutan

Hipotesis yang terbangun adalah:


H0 : Tidak ada pengaruh daya tarik wisata terhadap pengelolaan
pariwisata berkelanjutan.
Ha : Ada pengaruh daya tarik wisata terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan.

Persamaan yang terbangun adalah sebagai berikut :

Y3 = 𝜌y3x2 X2 + 𝜌y3Є3 Є3

Estimasi koefisien jalur :


𝜌y3x2 = B*y3x2 𝜌y3Є3 = √1 − R2y3x2

Berdasarkan perhitungan regresi dan melihat nilai Standardized


Coefficients maka 𝜌y3x2 = 0,190

𝜌y3Є3 = √1 − R2y3x2 = √1 − 0,039 = 0,980


Jadi persamaan koefisien jalur :
Y3 = 0,190 X2 + 0,980 Є3

129
Dari persamaan ini dapat dijelaskan bahwa :
1) Setiap ada perubahan nilai 1(satu) satuan pada variabel daya tarik
wisata ada perubahan nilai 0,190 satuan pada variabel pengelolaan
pariwisata berkelanjutan.
2) Terdapat nilai 0,980 satuan dari variabel pengelolaan pariwisata
berkelanjutan dijelaskan oleh variabel diluar variabel daya tarik
wisata. Atau terdapat (0,980)2 x 100% = 96,04% variabilitas dari
variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang tidak dijelaskan
oleh proses kausal yang dihipotesiskan.
Untuk mengetahui layak dan tidaknya model regresi untuk
memprediksi variabel dependen, maka dari perhitungan ANOVA
atau F test, didapat F hitung = 4,029 dengan tingkat signifikansi 0,047.
Oleh karena probabilitas (0,047) lebih kecil dari 0,05, maka model
regresi layak dan dapat digunakan untuk memprediksi pengelolaan
pariwisata berkelanjutan. Atau dapat dikatakan daya tarik wisata
berpengaruh terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Pengelolaan pariwisata berkelanjutan dapat dijelaskan oleh
variabel daya tarik wisata sebesar 3,96%. Sisanya (96,04%)
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar variabel daya tarik
wisata.
Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh kedua variabel,
ditunjukkan dalam tabel coefficients, yaitu uji t yang thitung = 2,007
yang akan dibandingkan dengan ttabel = ± 1,654 (df = 98;a = 0,05).
Ternyata thitung > ttabel atau 4,223 > 0,1654. Jadi ada pengaruh
langsung yang signifikan antara daya tarik wisata terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebenarnya tidak hanya
dipengaruhi secara langsung (direct effect) oleh daya tarik wisata
saja, tetapi dipengaruhi secara tak langsung melalui
pengambilan
130
keputusan dan kunjungan ke tempat wisata (indirect effect),
dipengaruhi oleh korelasi antara daya tarik wisata dengan
rasionalitas wisatawan (correlated effect) dan dipengaruhi oleh
variabel-variabel yang tak terjelaskan (spurious effect) oleh
hubungan kausal yang dihipotesiskan.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh (koefisien jalur)
daya tarik wisata terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan
yang disebabkan oleh direct effect, indirect effect, correlated effect
dan spurious effect,diperlukan estimasi koefisien jalur yang
diperoleh dari 3 model sub struktur daristruktur diagram jalur model
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Estimasi koefisien jalur telah didapatkan pada perhitungan
terdahulu dengan menggunakan diagram model Sub Struktur I
(Gambar 4.5.), II (Gambar 4.6.) dan III (Gambar 4.7.). Perhitungan
selanjutnya digunakan diagram Jalur dengan koefisien jalur
(Gambar 4.9.).
Perhitungan koefisien jalur (r’) pengelolaan pariwisata
berkelanjutan dengan daya tarik wisata disebabkan oleh direct
effect, indirect effect, correlated effect pada rasionalitas wisatawan
dan spurious effect adalah sebagai berikut:

r’y3x2 = 𝜌y3x2 + (𝜌y3y2) ( 𝜌y2x2) (𝜌y2y1)(𝜌y1x2) + (𝜌y3y2) (𝜌y2x2) ( 𝜌y2y1)( 𝜌y1x2)

(rx1x2) + (𝜌y3x1)(rx1x2)

= 0,190 + (0,731)(0,222)(0,840)(0,330) + (0,731)(0,222)(0,840)(0,330)


(0,248) + (0,311)(0,248)

= 0,190 + 0,044 + 0,044 + 0,077

= 0,355

131
Hasil koefisien jalur sebesar 0,355 menunjukkan bahwa jika
terjadi perubahan nilai 1 (satu) satuan pada daya tarik wisata melalui
pengambilan keputusan dan melalui kunjungan ke tempat wisata,
menimbulkan perubahan nilai sebesar 0,355 satuan pada
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh digunakan
pedoman penafsiran terhadap koefisien korelasi yang dikemukakan
oleh Sugiyono (1999).Berdasarkan penafsiran koefisien korelasi
pada tabel 4.15, maka : r’y3x2 = 0,355, memiliki tingkat pengaruh
rendah.
Ada perubahan pada besaran koefisien jalur daya tarik wisata
terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang disebabkan
pengaruh langsung, pengaruh tak langsung, pengaruh korelasi dan
pengaruh variabel lain yang tak terjelaskan dalam struktur model
sebesar 0,355. Adapun hipotesis yang diuji adalah:

H0 = Tidak ada pengaruh tak langsung daya tarik wisata dengan


pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Ha = Ada pengaruh tak langsung daya tarik wisata dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Koefisien korelasi tabel (df= 98; sig=0,05) = ± 0,1654

r’y3x2 = 0,355. r’y3x2 > rtabel . 0,355 > 0,1654.

Jadi H0 ditolak, Ha diterima.

Keputusan:
(1) Oleh karena Ha diterima, maka dinyatakan bahwa ada pengaruh
tak langsung daya tarik wisata dengan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan.
(2) Adapun besaran pengaruh daya tarik wisata terhadap

132
pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui pengambilan
keputusan dan

133
kunjungan ke tempat wisata yang disebabkan oleh direct effect,
indirect effect, correlated effect, spurious effect adalah 0,355.
Hasil penelitian diperjelas dengan data dari wisatawan bahwa
keindahan alam di Telaga Madirda terdiri dari suhu udara yang dingin,
kenampakan Ikan Koi di sekitar Telaga, suasana air Telaga yang
dingin, keindahan tanaman disekitar Telaga, dan keindahan alam di
Air Terjun Jumog terdiri dari suhu udara yang tinggi dan
pemandangan Air Terjun yang indah. Kedua, kearifan lokal yang ada
di Telaga Madirda seperti makanan hangat saat suhu udara dingin dan
terdapat acara adat Dawuhan yang dilaksanakan pada tanggal 27
Oktober setiap tahunnya sedangkan kearifan lokal yang ada di Air
Terjun Jumog seperti makanan khas sate kelinci dan acara kesenian
musik angklung yang dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu.
Ketiga, fasilitas yang ada di Telaga Madirda yaitu terdapat spot
foto dengan tulisan Telaga Madirda, memberikan makan Ikan di
sekitar kolam, wahana becak air atau bebek-bebekan, wahana
camping, toilet, tempat sampah, tempat duduk di sekitar telaga dan
terdapat wifi berbayar. Sedangkan di Air Terjun Jumog terdapat
fasilitas tempat duduk untuk makan dan menikmati pemandangan Air
Terjun, wahana kolam renang, toilet, tempat sampah, dan disediakan
wifi berbayar. Ketiga komponen daya tarik wisata menjadi faktor
penarik wisatawan untuk berkunjung. Hal ini menjadi faktor
pendorong wisatawan untuk melepaskan diri dari rutinitas dan
melakukan kegiatan yang menyenangkan (bermain air, berenang,
memberi makan ikan, bermain perahu, berendam) di tempat wisata.
Hal-hal tersebut memengaruhi pengelolaan pariwisata
berkelanjutan di tempat wisata menjadi bagus. Daya tarik wisata
memengaruhi pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui

134
pengambilan keputusan dan kunjungan ke tempat wisata. Wisatawan
dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan daya tarik
suatu wisata sehingga jika daya tarik wisatanya bagus maka
wisatawan akan melakukan kunjungan ke tempat wisata. Peningkatan
kunjungan ke tempat wisata menyebabkan pengelola wisata semakin
aktif menyediakan daya tarik terdiri dari penyediaan tempat duduk
untuk menikmati keindahan alam, penyediaan tempat makan,
penyediaan makanan untuk Ikan Koi, penyediaan spot foto,
penyediaan taman, penyediaan musholla, penyediaan tempat parkir
yang luas, penyediaan kolam renang, penyediaan toilet, penyediaan
tempat sampah, penyediaan wahana becak air atau bebek-bebekan,
penyediaan wahana camping, dan penyediaan Wifi berbayar karena
sinyal terbatas. Selain itu, pengelola wisata juga memanfaatkan dan
mengelola sumber daya sosial, ekonomi, kuliner, dan budaya. Oleh
sebab itu, daya tarik wisata memengaruhi pengelolaan pariwisata
berkelanjutan.
c. Pengaruh Rasionalitas Wisatawan dengan Pengambilan Keputusan
Wisatawan
Perhitungan koefisien jalur (r’) rasionalitas wisatawan
dengan pengambilan keputusan yang disebabkan oleh direct effect
(hubungan Rasionalitas Wisatawan dengan Pengambilan Keputusan)
dan correlated effect (korelasi antara Rasionalitas Wisatawan
dengan Daya Tarik Wisata), dengan menggunakan diagram jalur
dengan koefisien jalur (Gambar 4.8.), adalah sebagai berikut :
r’y1x1 = 𝜌y1x1 + 𝜌y1x2 rx1x2
= 0,408 + (0,229)(0,248)
= 0,408 + 0,056
= 0,464

135
Hasil koefisien jalur sebesar 0,464 menunjukkan bahwa jika
terjadi perubahan nilai 1 (satu) satuan pada rasionalitas wisatawan,
menimbulkan perubahan nilai 0,464 satuan pada pengambilan
keputusan.
Untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh digunakan
pedoman penafsiran terhadap koefisien korelasi yang dikemukakan
oleh Sugiyono (1999).Berdasarkan penafsiran koefisien korelasi
pada tabel 4.15, maka : r’y1x1 = 0,464, memiliki tingkat pengaruh
sedang.

Jika diuji apakah pengaruh tak langsung rasionalitas


wisatawan dengan pengambilan keputusan signifikan atau tidak,
maka diperlukan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh tak langsung rasionalitas wisatawan dengan
pengambilan keputusan wisatawan.
Ha : Ada pengaruh tak langsung rasionalitas wisatawan dengan
pengambilan keputusan wisatawan.
Hipotesis ini akan diuji dengan membandingkan koefisien
jalur yaitu r’y1x1 dengan koefisien korelasi tabel (df= 98; sig=0,05) =
± 0,1654. r’y1x1 = 0,464. r’y1x1 > rtabel . 0,464 > 0,1654.
Jadi H0 ditolak, Ha diterima.

Keputusan:
1) Ada pengaruh tak langsung rasionalitas wisatawan dengan
pengambilan keputusan.
2) Adapun besaran pengaruh rasionalitas wisatawan dengan
pengambilan keputusan yang disebabkan oleh direct effect dan
correlated effect adalah 0,464.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan data dari wisatawan
bahwa sebelum berkunjung, wisatawan akan berpikir logis dan
berpikir evaluatif. Berpikir logis ketika wisatawan
136
mempertimbangkan risiko dan manfaat yang akan diperoleh di
tempat wisata. Sedangkan berpikir evaluatif ketika wisatawan
mempertimbangkan baik buruknya risiko dan ada tidaknya manfaat
yang akan diperoleh di tempat wisata.
Wisatawan yang berpikir logis berkaitan dengan tindakan
yang dipilih. Tindakan yang dipilih terdiri dari, pertama, memilih
salah satu kebutuhan berwisata yang terdiri dari adanya tempat makan,
kebutuhan rasa aman (penjagaan kendaraan di tempat parkir, penjagaan
barang di musholla, fasilitas bermain anak yang ramah), dapat
berbelanja dengan nyaman, kebutuhan memberi makan ikan dan
berenang. Kedua, memilih informasi wisata berupa media cetak (koran,
brosur, dan majalah), media elektronik (televisi, handphone), informasi
lisan (dari mulut ke mulut), biro perjalanan wisata (travel dan Event
Organizer wisata). Ketiga, memilih tujuan wisata yang terdiri dari
rekreasi, penelitian, pengembangan diri (camping dan edukasi
lingkungan), olahraga, ritual.
Setelah wisatawan berpikir logis dan memilih tindakan yang
dipilih, maka wisatawan akan berpikir evaluatif berkaitan dengan
tindakan menentukan. Ketika wisatawan sudah mempertimbangkan
baik dan buruknya risiko dan ada tidaknya manfaat di tempat wisata
maka, akan menentukan salah satu kebutuhan berwisata, mencari
informasi wisata, dan menentukan tujuan wisata yang sesuai dengan
yang disediakan di tempat wisata. Oleh karena itu, rasionalitas
wisatawan memengaruhi pengambilan keputusan.
Selain itu, pengambilan keputusan dipengaruhi oleh daya
tarik wisata. Daya tarik wisata terdiri dari sesuatu yang menarik dan
sesuatu yang mendorong wisatawan. Sesuatu yang menarik
wisatawan terdiri dari keindahan alam (suhu udara, kenampakan
Ikan

137
Koi, suasana air), kearifan lokal (makanan khas, acara kesenian,
upacara adat), fasilitas (spot foto, memberi makan ikan, wahana
permainan, wahana camping, toilet, tempat sampah, tempat duduk di
sekitar telaga dan terdapat wifi berbayar), dan akses (dekat dengan jalan
raya dan mudah dilalui kendaraan pribadi). Sedangkan sesuatu yang
mendorong wisatawan terdiri dari dorongan untuk melepaskan diri dari
rutinitas dan melakukan kegiatan yang menyenangkan (bermain air,
berenang, memberi makan ikan, bermain perahu, berendam) di tempat
wisata.
Sesuatu yang menarik dan mendorong wisatawan berkaitan
dengan pengambilan keputusan wisatawan yang terdiri dari memilih
tindakan yang dipilih dan melakukan tindakan yang ditentukan.
Keindahan alam, kearifan lokal, fasilitas wisata, dan kemudahan akses
jalan menjadi pertimbangan dalam tindakan memilih salah satu
kebutuhan wisata sebagai sesuatu yang sangat diperlukan oleh
wisatawan. Selain itu, dalam tindakan memilih informasi wisata juga
akan mempertimbangkan hal-hal yang menjadi daya tarik wisata.
Terakhir, tindakan memilih tujuan wisata juga disesuaikan oleh
sesuatu yang menarik.
Setelah memilih tindakan untuk pengambilan keputusan
berdasarkan sesuatu yang menarik, maka wisatawan akan menentukan
tindakan berdasarkan sesuatu yang mendorong wisatawan untuk
berkunjung. Dorongan untuk melepaskan diri dari rutinitas dan
melakukan kegiatan yang menyenangkan menjadi pertimbangan
dalam menentukan tempat wisata.
d. Pengaruh Pengambilan Keputusan dengan Kunjungan ke
Tempat Wisata
Perhitungan koefisien jalur (r’) pengambilan keputusan
dengan kunjungan ke tempat wisata yang disebabkan oleh direct
138
effect (hubungan antara Pengambilan Keputusan dengan Kunjungan
ke Tempat Wisata), indirect effect dan correlated effect (korelasi
antara Rasionalitas Wisatawan dengan Daya Tarik Wisata), dengan
menggunakan diagram jalur dengan koefisien jalur (Gambar 4.8.),
adalah sebagai berikut :
r’y2y1 = 𝜌y2y1 + 𝜌y1x2 𝜌y2x2 + 𝜌y2x2 𝜌y1x1 rx1x2
= 0,818 + (0,222)(0,408) + (0,222)(0,408)(0,248)
= 0,818 + 0,090 + 0,022
= 0,930
Hasil koefisien jalur sebesar 0,930 menunjukkan bahwa jika
terjadiperubahan nilai 1 (satu) satuan pada pengambilan keputusan,
menimbulkan perubahan nilai 0,930 satuan pada kunjungan ke
tempat wisata. Untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh
digunakan pedoman penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
dikemukakan oleh Sugiyono (1999). Berdasarkan penafsiran koefisien
korelasi pada tabel 4.15, maka : r’y2y1= 0,930, memiliki tingkat
pengaruh sangat kuat. Jika diuji apakah pengaruh tak
langsung pengambilan keputusan dengan kunjungan ke
tempat wisata signifikan atau tidak,
maka diperlukan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh tak langsung pengambilan keputusan
dengan kunjungan ke tempat wisata.
Ha : Ada pengaruh tak langsung pengambilan keputusan dengan
kunjungan ke tempat wisata.
Hipotesis ini kan diuji dengan membandingkan koefisien jalur
yaitu r’y2y1 dengan koefisien korelasi tabel (df= 98; sig=0,05) = ±
0,1654. r’y2y1 = 0,930. r’y2y1 > rtabel . 0,930 > 0,1654. Jadi H0 ditolak,
Ha diterima.

Keputusan:

139
1) Ada pengaruh tak langsung pengambilan keputusan dengan
kunjungan ke tempat wisata.

2) Adapun besaran pengaruh pengambilan keputusan dengan


kunjungan ke tempat wisata yang disebabkan oleh direct effect,
indirect effect dan correlated effect adalah 0,930.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan dalam berpikir
logis dan berpikir evaluatif akan memilih dan menentukan salah satu
kebutuhan berwisata, informasi wisata, dan tujuan wisata sebelum
berkunjung ke tempat wisata sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, wisatawan dalam pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh sesuatu yang menjadi daya tarik wisata. Sesuatu yang
menarik dan sesuatu yang mendorong menjadi bagian dari pengambilan
keputusan.
Salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah
memilih dan menentukan tujuan wisata. Tujuan wisata berkaitan
dengan kunjungan ke tempat wisata yang terdiri dari tujuan kesenangan
(hiburan), tujuan pendidikan, tujuan pengembangan diri (camping dan
edukasi lingkungan), tujuan mempelajari keunikan daya tarik wisata
(penelitian), dan tujuan wisata kuliner. Sebelum melakukan kunjungan
ke tempat wisata, wisatawan akan mempertimbangkan tujuannya untuk
berwisata disesuaikan dengan kebutuhan berwisata yang diperlukan dan
informasi wisata yang menarik. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan memengaruhi kunjungan wisatawan ke tempat
wisata.
e. Pengaruh Kunjungan ke Tempat Wisata dengan Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan
Perhitungan koefisien jalur (r’) daya tarik wisata dengan
kunjungan ke tempat wisata yang disebabkan oleh direct effect

140
(hubungan antara Kunjungan ke Tempat Wisata dengan Pengelolaan
Pariwisata Berkelanjutan), indirect effect dan correlated effect
(korelasi Rasionalitas Wisatawan dengan Daya Tarik Wisata),
dengan menggunakan diagram jalur dengan koefisien jalur (Gambar
4.8.), adalah sebagai berikut:
r’y3y2 = 𝜌y3y2 + 𝜌y2y1 𝜌y1x1 𝜌y1x2 + 𝜌y3y2 rx1x2

= (0,586) + (0,818) (0,408) (0,222) + (0,586)(0,248)


= 0,586 + 0,074 + 0,145 = 0,805
Hasil koefisien jalur sebesar 0,805 menunjukkan bahwa jika
terjadi perubahan nilai 1 (satu) satuan pada daya tarik wisata melalui
kunjungan ke tempat wisata menimbulkan perubahan nilai sebesar
0,805. Untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh digunakan
pedoman penafsiran terhadap koefisien korelasi yang dikemukakan
oleh Sugiyono (1999). Berdasarkan penafsiran koefisien korelasi pada
tabel 4.15, maka : r’y2x2 = 0,805, memiliki tingkat pengaruh kuat.
Jika diuji apakah pengaruh tak langsung daya tarik wisata
dengan pengambilan keputusan signifikan atau tidak, maka
diperlukan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh tak langsung kunjungan ke tempat
wisata dengan pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Ha : Ada pengaruh tak langsung kunjungan ke tempat wisata
dengan pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Hipotesis ini akan diuji dengan membandingkan koefisien
jalur yaitu r’y2x2 dengan koefisien korelasi tabel (df= 98; sig=0,05) =
± 0,1654. r’y2x2 =0,805. r’y1x2 > rtabel. 0,805 > 0,1654. Jadi H0 ditolak,
Ha diterima.
Keputusan :

141
1) Ada pengaruh tak langsung kunjungan ke tempat wisata dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.

2) Adapun besaran pengaruh kunjungan ke tempat wisata dengan


pariwisata berkelanjutan yang disebabkan oleh direct effect,
indirect effect dan correlated effect adalah 0,805.
Hasil penelitian diperjelas dengan data dari wisatawan yang
menyatakan bahwa berpikir logis dan berpikir evaluatif berkaitan
dengan pengambilan keputusan. Selain itu, daya tarik wisata juga
berkaitan dengan pengambilan keputusan. Ketika wisatawan
menentukan tujuan berwisata akan berkaitan dengan kunjungan ke
tempat wisata. Kunjungan ke tempat wisata berkaitan dengan tujuan
wisata. Tujuan wisata yang ingin dipenuhi oleh wisatawan di tempat
wisata berkaitan dengan aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan yang
dilakukan oleh pengelola wisata. Pengelola wisata melakukan
aktivitas untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang
dimiliki seperti sumber daya sosial, sumber daya ekonomi, sumber
daya kuliner, dan sumber daya budaya agar dapat menfasilitasi tujuan
wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata.
Tujuan wisata terdiri dari tujuan kesenangan (hiburan), tujuan
pendidikan, tujuan pengembangan diri (camping dan edukasi
lingkungan), tujuan mempelajari keunikan daya tarik wisata
(penelitian), dan tujuan wisata kuliner. Berikut ini akan dijelaskan
keterkaitan tujuan wisata dengan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan: Pada tujuan wisata berupa tujuan kesenangan,
wisatawan ingin melihat tampilan hiburan berupa acara kesenian dan
upacara adat maka pengelola wisata akan memanfaatkan dan
mengelola sumber daya budaya yang dimiliki. Selanjutnya, tujuan
pendidikan, pengembangan diri, dan tujuan mempelajari keunikan
daya tarik wisata berkaitan
142
dengan wisatawan yang ingin mendapatkan edukasi lingkungan di
tempat wisata maka pengelola wisata akan memanfaatkan sumber
daya sosial. Tujuan wisata kuliner, wisatawan ingin mencicipi
makanan khas di tempat wisata, maka pengelola wisata memanfaatkan
dan mengelola sumber daya ekonomi dan kuliner. Maka, dapat
dikatakan bahwa kunjungan ke tempat wisata memengaruhi
pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
5. Uji Validasi
a. Untuk menilai kelayakan model digunakan nilai probabilitas atau
nilai signifikansi (sig). Nilai Sig didapat dari hasil perhitungan
ANOVA didalam tabel ANOVA. Pada rangkuman tabel anova
untuk model Sub Struktur I, II dan III, nilai signifikansi < 0,05.
Artinya model mempunyai kelayakan tinggi.
b. Untuk menilai ketepatan prediktor (variabel eksogen), digunakan
nilai standard error of estimate. Ketentuannya jika angka standard
error of estimate lebih kecil (<) dari standard deviation maka
predictor memiliki kelayakan yang tinggi. Standard error of
estimate diperoleh pada tabel Model Summary dan Standard
Deviation diperoleh dalam tabel Descriptive Statistic. Berikut
adalah rangkuman standard error of estimate dari Model Summary
sub struktur I,II dan III.

Tabel 4. 16 Model dan Standard Error of Estimate dari


Model Summary Sub Struktur I, II, dan III

Model Standard error of


estimate
Sub Struktur I 0,91894841
Sub Struktur II 0,58784192
Sub Struktur III 0,66364188

143
Sumber: Hasil Perhitungan Regresi model Sub Struktur I,II dan III
Rangkuman Standard Deviation diperoleh dalam tabel Descriptive
Statistic:
Tabel 4. 17 Variabel-Variabel dan Standard Deviation
Variabel Standard
Deviation
Rasionalitas Wisatawan (X1) 0,960
Daya Tarik Wisata (X2) 0,976
Pengambilan Keputusan (Y1) 1,801
Kunjungan ke Tempat 1,255
Wisata (Y2)
Pengelolaan Pariwisata 1,089
Berkelanjutan (Y3)
Sumber: Hasil perhitungan Standard Deviation

Pada model sub struktur I, nilai standard error of estimate


sebesar 0, 91894841 < 0,960 (variabel rasionalitas wisatawan),
0,976 (variabel daya tarik wisata). Kesimpulan kedua variabel
eksogen yang digunakan sebagai prediktor sudah benar.
Pada model sub struktur II, nilai standard error of estimate
sebesar 0,58784192 < 0,960 (variabel rasionalitas wisatawan), 0,976
(variabel daya tarik wisata), 1,801 (variabel pengambilan keputusan)
dan 1,225 (variabel kunjungan ke tempat wisata). Kesimpulan kedua
variabel eksogen yang digunakan sebagai prediktor sudah benar.
Pada model Sub Struktur III, nilai standard error of estimate
sebesar 0,66364188 < 0,960 (variabel rasionalitas wisatawan), 0,976
(variabel daya tarik wisata), 1,225 (variabel kunjungan ke tempat
wisata), dan 1,089 (variabel pengelolaan pariwisata berkelanjutan).
Kesimpulan ketiga variabel eksogen yang digunakan sebagai
prediktor sudah benar.
c. Kesesuaian (goodness of fit) antara model yang dibangun dengan
data yang dimiliki. Untuk menilai fit model digunakan koefisien
determinasi nilai (R2). Ketentuannya jika nilai R2 mendekati 1, maka

144
model memiliki kesesuaian dengan data yang dimiliki semakin baik.
Nilai R2 diperoleh dari tabel Model Summary. Pada model sub struktur
I, diperoleh nilai R2y1.x1x2 sebesar 0,173. Nilai tersebut masih jauh
dari 1. Hal ini disebabkan karena pada variabel pengambilan
keputusan terkategori sedang dan berbeda dengan variabel
rasionalitas wisatawan dan daya tarik wisata yang terkategori tinggi.
Pada model sub struktur II, diperoleh nilai R2y2.x1x2y1 sebesar
0,665. Nilai tersebut sudah mendekati 1. Hal ini disebabkan karena
variabel rasionalitas wisatawan dan daya tarik wisata terkategori tinggi
dan pengambilan keputusan dan kunjungan ke tempat wisata terkategori
sedang. Pada variabel pengambilan keputusan terdapat dua parameter
yang memiliki selisih kecil sebesar 2% yang menyebabkan kategorinya
tergolong sedang. Sedangkan pada variabel kunjungan ke tempat wisata
terdapat satu parameter yang memiliki selisih sebesar 22% yang
menyebabkan kategorinya sedang.
Pada model sub struktur III, diperoleh nilai R2y3.x1x2y2 sebesar
0,573. Nilai tersebut masih jauh dari 1. Hal ini dikarenakan pada
variabel kunjungan ke tempat wisata dan pengelolaan pariwisata
berkelanjutan terkategori sedang. Pada variabel pengelolaan
pariwisata berkelanjutan terdapat satu parameter yang memiliki
selisih sebesar 34% yang menyebabkan kategorinya sedang.
Berdasarkan besaran R2, dapat dikatakan bahwa antara model
dengan data yang dimiliki belum memiliki kesesuaian yang
maksimal. Hal ini disebabkan dalam penelitian sosial data yang
diambil merupakan data ordinal.

145
E. Pembahasan
1. Kategori derajat pada rasionalitas wisatawan, daya tarik wisata,
pengambilan keputusan, kunjungan ke tempat wisata, dan pengelolaan
pariwisata berkelanjutan
Rasionalitas wisatawan terletak dalam kategori tinggi dinyatakan
responden sebesar 98%. Tingginya rasionalitas wisatawan dilihat dari wisatawan
sebelum pergi ke Telaga Madirda dan Air Terjun Jumog, mereka sangat
memperhatikan akses berupa jalan menuju ke tempat wisata dan akses kendaran
pribadi untuk masuk. Selain itu, mereka juga sangat mempertimbangkan apa
yang dapat diperoleh di tempat wisata, seperti dapat menikmati makanan sate
kelinci dan bisa berenang di Air Terjun Jumog. Sedangkan di Telaga Madirda,
wisatawan dapat menikmati keindahan telaga dengan menikmati makanan hangat
(pentol, mie ayam, dan soto) juga bisa mencoba wahana bebek-bebekan sembari
main air.
Daya tarik wisata terletak dalam kategori tinggi dinyatakan responden
sebesar 80%. Tingginya daya tarik wisata dilihat dari sesuatu yang menarik dan
sesuatu yang mendorong wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata. Wisatawan
yang berpergian ke Telaga Madirda dan Air Terjun Jumog tertarik dengan
keindahan alam, kearifan lokal, fasilitas, dan akses yang ditawarkan oleh
pengelola wisata. Setelah itu, wisatawan akan terdorong untuk melepaskan diri
dari rutinitas dan melakukan kegiatan yang menyenangkan di tempat wisata yang
difasilitasi oleh pengelola wisata.
Pengambilan keputusan terletak dalam kategori sedang dinyatakan
responden sebesar 65%. Kategori sedang dalam pengambilan keputusan dilihat
dari tindakan yang dipilih dan tindakan yang ditentukan wisatawan sebelum
berkunjung ke tempat wisata. Tindakan yang dipilih terdiri dari memilih
kebutuhan berwisata (adanya tempat makan, kebutuhan rasa aman (penjagaan
kendaraan di tempat parkir, penjagaan barang di musholla, fasilitas bermain anak
yang ramah), dapat berbelanja dengan nyaman, kebutuhan memberi makan ikan

146
dan berenang), tindakan yang ditentukan yaitu tindakan yang sudah dipilih lalu

147
dipertimbangkan menjadi tindakan yang akan dilakukan. Terdapat 51%
responden yang sudah menentukan kebutuhan dengan jelas dan masih ada 49%
responden yang hanya memilih saja tetapi tidak memikirkan kebutuhan wisata.
Oleh karena selisihnya sangat kecil hanya 2% bedanya sehingga masuk dalam
kategori sedang. Sedangkan pada pilihan informasi wisata terdapat 51%
responden yang sudah memilih dan memilah informasi dengan baik dan masih
ada 49% responden yang hanya memilih saja tidak memilah. Oleh karena
selisihnya sangat kecil hanya 2% bedanya sehingga masuk dalam kategori
sedang walaupun mayoritas responden memilih atau menjawab skala “sangat
memilih” pada indikator yang
lain.
Kunjungan ke tempat wisata terletak dalam kategori sedang dinyatakan
responden sebesar 51%. Kategori sedang dalam kunjungan ke tempat wisata
dilihat dari pilihan wisatawan yang memilih kunjungan wisata berdasarkan
tujuan pendidikan dan tujuan pengembangan diri (camping dan edukasi
lingkungan). Terdapat 61% responden yang sudah sangat sering melakukan
kunjungan ke tempat wisata berdasarkan tujuan pendidikan dengan frekuensi >10
kali kunjungan dan masih ada 39% responden yang sering melakukan kunjungan
ke tempat wisata berdasarkan tujuan pendidikan dengan frekuensi 5-10 kali
kunjungan. Oleh karena selisihnya sebesar 22% bedanya sehingga masuk dalam
kategori sedang.
Sedangkan pada kunjungan wisata berdasarkan tujuan pengembangan diri
(camping dan edukasi lingkungan) terdapat 62% responden yang sudah sangat
sering melakukan kunjungan dengan frekuensi >10 kali kunjungan dan masih ada
38% responden yang sering melakukan kunjungan ke tempat wisata berdasarkan
pengembangan diri (camping dan edukasi lingkungan) dengan frekuensi 5-10
kali kunjungan. Oleh karena selisihnya sebesar 24% bedanya sehingga masuk
dalam kategori sedang meskipun mayoritas responden menjawab skala “sangat
sering” pada indikator yang lain.

148
Pengelolaan pariwisata berkelanjutan terletak dalam kategori sedang
dinyatakan responden sebesar 50%. Kategori sedang dalam pengelolaan pariwisata

149
berkelanjutan dilihat dari pilihan wisatawan yang lebih banyak memilih jawaban
“dimanfaatkan” pada aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
budaya. Terdapat 33% responden menjawab sangat dimanfaatkan karena
wisatawan melihat atau menyaksikan acara kesenian di Telaga Madirda dan Air
Terjun Jumog dan masih ada 67% responden yang menjawab dimanfaatkan
karena wisatawan belum melihat atau menyaksikan acara kesenian yang ada di
tempat wisata tersebut. Oleh karena selisihnya sebesar 34% bedanya sehingga
masuk dalam kategori sedang meskipun mayoritas responden menjawab skala
“sangat sering” pada indikator yang lain.
2. Pengaruh Rasionalitas Wisatawan Terhadap Pengelolaan Pariwisata
Berkelanjutan
Hasil penelitian tentang pengaruh langsung ( r’) antara rasionalitas
wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,311.
Pengaruh antara rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan melalui pengambilan keputusan dan kunjungan ke tempat
wisata, (r’) sebesar 0,457. Jika diperbandingkan antara pengaruh langsung
dengan pengaruh tak langsung tersebut yaitu r’ y3x1 = 0,311 < r’y3.x1y1y2 = 0,457.
Ini memberikan makna bahwa rasionalitas wisatawan berpengaruh terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan jika melalui pengambilan keputusan dan
kunjungan ke tempat wisata.
Hasil penelitian ini jika dikonfirmasi dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
Teori Coleman menyatakan bahwa berkaitan dengan penelitian, tindakan
rasional didasarkan pada pilihan (kebutuhan wisata, informasi wisata, dan tujuan
wisata) yang termasuk ke dalam pengambilan keputusan. Pilihan tersebut
dipertimbangkan dengan rasio akal individu, lalu ditindaklanjuti dengan tindakan
yang nyata (Coleman, 1990). Wisatawan yang berpikir rasional dalam
mengambil keputusan mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

150
mempertimbangkan risiko, mempertimbangkan baik buruknya risiko,
mempertimbangkan manfaat, dan mempertimbangkan ada tidaknya manfaat.
Selanjutnya, menurut teori Kotler & Kevin Lane Keller (2009)
menyatakan bahwa pengambilan keputusan melalui empat tahap yaitu
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif pilihan, dan
tindakan berkunjung. Wisatawan yang sudah memenuhi keempat tahapan
pengambilan keputusan tersebut dan hasilnya sesuai ekspektasi, maka akan
terjadi kunjungan ke tempat wisata. Jadi, wisatawan sudah mencapai tahap
keempat pengambilan keputusan yaitu memutuskan tindakan berkunjung, maka
akan melakukan kunjungan ke tempat wisata.
Teori Septari Nurseptiani menyatakan bahwa kunjungan ke tempat wisata
berkaitan dengan kebutuhan dan aspirasi wisatawan. Kebutuhan wisatawan yang
dimaksud merupakan kebutuhan untuk menikmati pelayanan, sarana prasarana,
objek dan daya tarik wisata. Sedangkan aspirasi wisatawan berkaitan dengan
sarana prasarana wisata yang belum terpenuhi (Renaldy et al., 2018). Kebutuhan
dan aspirasi wisatawan berkaitan dengan aspek yang terdapat di pengelolaan
pariwisata berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial
budaya.
Jadi, ketika wisatawan mempertimbangkan risiko, baik buruknya risiko,
manfaat, dan ada tidaknya manfaat dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan pilihan kebutuhan wisata, informasi wisata, dan tujuan wisata untuk
menentukan kunjungan ke tempat wisata. Kunjungan ke tempat wisata berkaitan
dengan kebutuhan dan aspirasi wisatawan yang dipenuhi oleh tempat wisata
sehingga terjadi kunjungan ke tempat wisata yang tinggi dan pengelolaan
pariwisata berkelanjutan dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, ekonomi, dan
sosial budaya menjadi optimal.
Temuan penelitian ini diperkuat oleh Biroli et al. (2015) yang menyatakan
bahwa wisatawan yang berpikir rasional merupakan wisatawan yang melakukan
kunjungan wisata berdasarkan tujuan wisata. Berdasarkan tujuan wisata,

151
wisatawan dibagi menjadi dua yaitu, wisatawan eksistensial dan wisatawan
rekreasional.

152
Wisatawan eksistensial merupakan wisatawan yang mengunjungi tempat wisata
untuk kebutuhan spiritual dan wisatawan rekresional merupakan wisatawan yang
mengunjungi tempat wisata untuk tujuan relaksasi atau mencari kesenangan. Pada
penelitian ini, yang menjadi responden adalah wisatawan rekreasional. Wisatawan
berpikir rasional mempertimbangkan tujuan wisata untuk mengunjungi tempat
wisata.
Temuan penelitian ini didukung oleh Eryani & Ibrahim (2014)
menyatakan bahwa faktor – faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan
sebagai berikut:
a. kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan didasarkan oleh calon
wisatawan, yang selanjutnya ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut
memang harus dilakukan atau tidak; b. pencarian dan penilaian informasi. Hal ini
dilakukan dengan menghubungi agen perjalanan, mempelajari bahan-bahan
promosi (brosur, leaflet, media massa), atau mendiskusikan dengan mereka yang
telah berpengalaman terlebih dahulu; c. keputusan melakukan perjalanan wisata.
Keputusan ini meliputi antara lain daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi,
jenis akomodasi, cara bepergian, dan aktivitas yang akan dilakukan di daerah
tujuan wisata; d. persiapan perjalanan dan pengalaman wisata. Faktor-faktor
tersebut berkaitan dengan rasionalitas wisatawan dalam mempertimbangkan
kebutuhan dan pencarian informasi wisata. Ini adalah cara wisatawan dalam
berpikir logis. Sedangkan keputusan dan persiapan perjalanan wisata adalah cara
wisatawan dalam berpikir evaluatif. Jadi, penelitian ini mendukung hasil
penelitian tentang pengaruh rasionalitas wisatawan dengan pengambilan
keputusan sebesar, t = 4,279.
Ketika wisatawan sudah mengambil keputusan maka akan terjadi
kunjungan ke tempat wisata. Temuan penelitian ini diperkuat dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Renaldy et al. (2018) menyatakan bahwa kunjungan ke
tempat wisata berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan aspirasi wisata.
Pemenuhan kebutuhan wisata terkait dengan kebutuhan untuk menikmati

153
pelayanan, sarana prasarana, objek dan daya tarik wisata. Aspirasi wisatawan
berkaitan dengan sarana prasarana wisata yang belum terpenuhi. Pemenuhan

154
kebutuhan dan aspirasi wisata sudah dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. Jadi, penelitian ini mendukung hasil penelitian tentang pengaruh
pengambilan keputusan dengan kunjungan ke tempat wisata sebesar t = 2,734.
Temuan penelitian Andriani & Sunarta (2015) menyatakan bahwa
wisatawan yang melakukan kunjungan ke tempat wisata yang terpenuhi
kebutuhan dan aspirasi wisatanya akan semakin optimal aspek-aspek pengelolaan
pariwisata berkelanjutannya. Aspek tersebut terdiri dari aspek lingkungan, aspek
sosial dan budaya, dan aspek ekonomi. Aspek lingkungan berkaitan dengan
menyajikan keindahan alam sebagai atraksi utama. Sedangkan aspek sosial dan
budaya berkaitan dengan kebudayaan dan kearifan lokal. Aspek ekonomi
berkaitan dengan aktivitas ekonomi wisatawan di tempat wisata. Maka, penelitian
ini mendukung hasil penelitian tentang pengaruh kunjungan ke tempat wisata
dengan pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar t = 8,290. Berdasarkan
pembahasan tersebut, maka peneliti meyakini bahwa terdapat pengaruh antara
rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui
pengambilan keputusan dan kunjungan ke tempat wisata.
3. Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Pengelolaan Pariwisata
Berkelanjutan
Hasil penelitian tentang pengaruh langsung ( r’) antara daya tarik wisata
terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,355. Pengaruh antara
daya tarik wisata terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui
pengambilan keputusan dan kunjungan ke tempat wisata, ( r’) sebesar 0,190. Jika
diperbandingkan antara pengaruh langsung dengan pengaruh tak langsung
tersebut yaitu r’y3x2 = 0,355 < r’y3.x2y1y2 = 0,190. Ini memberikan makna bahwa
daya tarik wisata berpengaruh terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan jika
melalui pengambilan keputusan dan kunjungan ke tempat wisata.
Hasil penelitian ini jika dikonfirmasi dalam penelitian adalah sebagai
berikut :

155
Teori Spillane (1997) menyatakan bahwa hal yang menjadi daya tarik
wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata yaitu keindahan alam dengan
berbagai variasinya, kondisi iklim, kebudayaan dan atraksinya, sejarah dan
legendaris, ethnicity dengan sifat kesukuannya, dan aksesibilitas berupa
kemudahan untuk mencapainya.
Lebih lanjut, teori Kotler & Kevin Lane Keller (2009) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan wisata harus melalui empat tahapan yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif pilihan, dan tindakan
berkunjung. Wisatawan yang sudah memenuhi keempat tahapan pengambilan
keputusan tersebut dan hasilnya sesuai ekspektasi, maka akan terjadi kunjungan
ke tempat wisata. Jadi, wisatawan yang sudah mencapai tahap keempat
pengambilan keputusan yaitu memutuskan tindakan berkunjung, maka akan
melakukan kunjungan ke tempat wisata.
Teori Septari Nurseptiani menyatakan bahwa kunjungan ke tempat wisata
berkaitan dengan kebutuhan dan aspirasi wisatawan (Renaldy et al., 2018).
Kebutuhan dan aspirasi wisatawan berkaitan dengan aspek yang terdapat di
pengelolaan pariwisata berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan
aspek sosial budaya.
Jadi, wisatawan dalam memilih tempat wisata mempertimbangkan hal-hal
yang berkaitan dengan daya tarik wisata yaitu keindahan alam dengan berbagai
variasinya, kondisi iklim, kebudayaan dan atraksinya, sejarah dan legendaris,
ethnicity dengan sifat kesukuannya, dan aksesibilitas berupa kemudahan untuk
mencapainya. Hal-hal tersebut akan memengaruhi pengambilan keputusan yang
tinggi. Pengambilan keputusan dikatakan tinggi ketika wisatawan sudah sampai
pada tahap empat, yaitu tindakan berkunjung. Maka, pengambilan keputusan yang
tinggi akan memengaruhi kunjungan ke tempat wisata. Kunjungan ke tempat
wisata berkaitan dengan kebutuhan dan aspirasi wisatawan yang dipenuhi oleh
tempat wisata sehingga terjadi kunjungan ke tempat wisata yang tinggi dan
pengelolaan

156
pariwisata berkelanjutan dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, ekonomi, dan
sosial budaya menjadi optimal.
Temuan ini diperkuat dengan penelitian (Lebu et al., 2019) tentang daya
tarik wisata yang terdiri dari empat komponen, yaitu atraksi, aksesibilitas,
amenitas atau fasilitas, dan fasilitas pendukung. Pertama, atraksi wisata
merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan yang terdiri dari
atraksi wisata alam, atraksi wisata budaya, dan atraksi buatan manusia. Kedua,
aksesibilitas merupakan sarana dan akses menuju tempat wisata seperti akses jalan
raya, ketersediaan sarana transportasi. Ketiga, amenitas merupakan segala
fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan
selama berada di tempat wisata. Keempat, fasilitas pendukung berkaitan dengan
ketersediaan organisasi (Pokdarwis) atau tour guide dalam menemani wisatawan.
Keempat komponen tersebut menjadi pertimbangan wisatawan dalam mengambil
keputusan untuk berkunjung ke tempat wisata. Jadi, penelitian ini mendukung
hasil penelitian tentang pengaruh daya tarik wisata dengan pengambilan
keputusan sebesar, t = 2,403.
Adapun temuan penelitian Renaldy et al. (2018) yang mendukung hasil
penelitian tentang pengaruh pengambilan keputusan dengan kunjungan ke tempat
wisata sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Begitu juga, penelitian
Andriani & Sunarta (2015) sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yang
mendukung hasil penelitian tentang pengaruh kunjungan ke tempat wisata dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka
peneliti meyakini bahwa terdapat pengaruh antara daya tarik wisata terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan melalui pengambilan keputusan dan
kunjungan ke tempat wisata.

157
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap data penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kategori derajat pada masing-masing variabel terdiri dari :
a. Rasionalitas wisatawan terkategori tinggi. Wisatawan sangat
mempertimbangkan risiko dan manfaat berkunjung ke tempat wisata.
Setelah mempertimbangkan kedua hal tersebut, wisatawan akan
mempertimbangkan baik buruknya risiko dan ada tidaknya manfaat
dalam berwisata.
b. Daya tarik wisata terkategori tinggi. Daya tarik wisata terdiri dari
sesuatu yang menarik dan sesuatu yang mendorong. Wisatawan sangat
tertarik dengan kearifan lokal meliputi makanan khas, flora, fauna, dan
mitos-mitos yang ada di tempat wisata. Selain itu, wisatawan juga
sangat tertarik dengan keindahan alam. Wisatawan tertarik dari segi
fasilitas dan akses menuju tempat wisata. Lebih lanjut, wisatawan
terdorong untuk melepaskan diri dari rutinitas dan melakukan kegiatan
yang menyenangkan (bermain air, berenang, memberi makan ikan,
bermain perahu, dan berendam di tempat wisata). Pengambilan
keputusan terkategori sedang.
c. Pengambilan keputusan terdiri dari tindakan memilih dan tindakan
menentukan keputusan untuk berkunjung ke tempat wisata. Wisatawan
sangat memilih kebutuhan berwisata dari berbagai alternatif pilihan,
sangat memilih informasi wisata yang didapatkan, dan sangat memilih
tujuan wisata yang dituju. Setelah itu, wisatawan akan sangat
menentukan tindakan kebutuhan berwisata yang dibutuhkan, sangat

158
menentukan tujuan wisata, dan menentukan informasi wisata yang
didapat.
d. Kunjungan ke tempat wisata terkategori sedang. Kunjungan ke tempat
wisata terdiri dari kunjungan ke tempat wisata berdasarkan tujuan
kesenangan (hiburan), pendidikan, pengembangan pribadi,
pengembangan pelatihan, mempelajari keunikan daya tarik wisata, dan
wisata kuliner. Wisatawan dalam melakukan kunjungan ke tempat
wisata sangat sering melakukan kunjungan dengan tujuan wisata
kuliner dan kesenangan.
e. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan terkategori sedang. Wisatawan
melihat aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ekonomi
(partisipasi pedagang) dan sumber daya sosial (partisipasi masyarakat
lokal dan pokdarwis) yang dikelola oleh pengelola wisata sangat
dimanfaatkan. Selain itu, wisatawan melihat pemanfaatan dan
pengelolaan dalam sumber daya alam, sumber daya benda (fasilitas),
dan sumber daya kuliner. Sedangkan pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya budaya menurut responden sudah dimanfaatkan oleh
pengelola wisata.
2. Ada pengaruh langsung antara rasionalitas wisatawan terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,413 (estimasi koefisien
jalur). Pengelolaan pariwisata berkelanjutan dijelaskan oleh rasionalitas
wisatawan sebesar 9% sedangkan yang 91% dijelaskan oleh variabel lain.
3. Ada pengaruh tak langsung antara rasionalitas wisatawan terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,457 yang disebabkan oleh
direct effect, indirect effect, correlated effect, dan spurious effect.
Rasionalitas wisatawan melalui pengambilan keputusan dan kunjungan ke
tempat wisata berpengaruh terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan. Pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:

159
Wisatawan yang bertindak rasional didasarkan pada tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai salah satunya melalui
pemanfaatan sumber daya. Pemanfaatan sumber daya menjadi unsur
dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Tindakan rasional
berhubungan dengan pilihan yang dipertimbangkan dengan rasio akal
individu, lalu ditindaklanjuti dengan tindakan yang nyata (Coleman,
1990). Septari Nurseptia menyatakan bahwa dalam pengelolaan
pariwisata berkelanjutan di tempat wisata menjadi salah satu
pertimbangan wisatawan dalam mempertimbangkan pengambilan
keputusan wisata (Nursetiani, 2018).
Pengambilan keputusan yang sesuai dengan ekspektasi
wisatawan, maka akan memengaruhi berkunjung tidaknya wisatawan
ke tempat wisata. Kebutuhan dan aspirasi wisatawan dapat dilihat dari
kunjungan ke tempat wisata. Kebutuhan wisatawan yang dimaksud
merupakan kebutuhan untuk menikmati pelayanan, sarana
prasarana,objek dan daya tarik wisata. Aspirasi wisatawan berkaitan
dengan sarana prasarana wisata yang belum terpenuhi (Renaldy et al.,
2018). Pengambilan keputusan yang sesuai ekspektasi wisatawan
dalam menentukan tempat wisata akan memengaruhi berkunjung
tidaknya wisatawan ke tempat wisata. Hal ini berkaitan dengan
penilaian wisatawan terhadap ketiga aspek pengelolaan pariwisata
berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek
budaya.
4. Ada pengaruh langsung antara daya tarik wisata terhadap pengelolaan
pariwisata berkelanjutan sebesar 0,190 (estimasi koefisien jalur).
Pengelolaan pariwisata berkelanjuta dijelaskan oleh variabel daya
tarik wisata sebesar 3,96%. Sedangkan yang 96,04% dijelaskan
variabel yang lain.
5. Ada pengaruh tidak langsung antara daya tarik wisata terhadap
pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,355 yang disebabkan

160
oleh direct effect, indirect effect, correlated effect, dan spurious effect.
Daya tarik wisata melalui pengambilan keputusan dan melalui kunjungan
ke tempat wisata berpengaruh terhadap pengelolaan pariwisata
berkelanjutan. Pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:
Menurut Spillane (1997) bahwa hal yang menjadi daya tarik
wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata berkaitan dengan ketiga
aspek pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang diterapkan desa wisata.
Daya tarik wisata yang bagus akan menyebabkan aspek-aspek
pengelolaan pariwisata berkelanjutan dimanfaatkan secara optimal. Daya
tarik wisata memiliki dua komponen yaitu sesuatu yang menarik dan
sesuatu yang mendorong wisatawan. Komponen daya tarik tersebut jika
sudah bisa menarik dan mendorong wisatawan untuk berkunjung, maka
pengelolaan pariwisata berkelanjutan di desa wisata akan semakin
dimanfaatkan.
Pengambilan keputusan merupakan keputusan wisatawan untuk
mengatasi masalah dengan memanfaatkan semua informasi yang
diketahui dan kemudian mengeksplorasi berbagai alternatif yang dapat
dipilih dan diambil. Kebutuhan dan keinginan wisatawan merupakan
bagian dari dua komponen daya tarik wisata untuk berkunjung ke tempat
wisata (G. B. P. A. Putra & Wulandari, 2023). Wisatawan dalam
melakukan kunjungan ke tempat wisata memiliki tujuan tertentu. Pada
masa sekarang ini, banyak wisatawan melakukan kunjungan ke tempat
wisata sebagai bentuk rekreasi dan hiburan. Rutinitas harian yang padat
membutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga seseorang akan mudah
jenuh dan membutuhkan rekreasi dan hiburan untuk dapat menyegarkan
kembali jasmani dan rohani (Hilman, 2019).
Kunjungan ke tempat wisata berkaitan dengan kunjungan yang
dilakukan oleh sebagian individu dengan tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, dan mempelajari keunikan daya tarik wisata. Daya tarik wisata

161
terkait keindahan alam maka tujuan kunjungan ke tempat wisata terkait

162
dengan tujuan rekreasi, ketertarikan wisatawan terhadap kearifan lokal
berkaitan dengan tujuan wisatawan untuk melakukan pengembangan
pribadi, dan ketertarikan wisatawan terhadap fasilitas dan aksesibilitas
tempat wisata berkaitan dengan tujuan mempelajari keunikan daya tarik
wisata. Tujuan kunjungan ke tempat wisata juga berkaitan dengan aspek-
aspek pengelolaan yang disediakan oleh tempat wisata.
6. Ada pengaruh tak langsung antara rasionalitas wisatawan dengan
pengambilan keputusan sebesar 0,464 (estimasi koefisien jalur). Pengaruh
antar kedua variabel ini disebabkan oleh direct effect dan correlated effect.
Hal ini terjadi karena wisatawan selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan
atau alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Setelah individu
berada pada situasi pengambilan keputusan, maka individu akan
melakukan tindakan untuk mempertimbangkan, menganalisis, melakukan
prediksi, dan menentukan pilihan terhadap pilihan-pilihan yang ada
(Desmita, 2007). Sebelum individu mengambil keputusan, rasionalitas
berperan penting dalam aspek yang berkaitan dengan pemahaman dan
kelogisan dalam pengambilan keputusan (Isfandiar, 2015).
7. Ada pengaruh tak langsung antara daya tarik wisata dengan pengambilan
keputusan sebesar 0,330 yang disebabkan oleh direct effect dan correlated
effect. Daya tarik wisata berkaitan dengan sesuatu yang menarik
wisatawan dalam memengaruhi pengambilan keputusan mengunjungi
suatu tempat wisata (Suwena, 2017). Menurut Spillane (1997), terdapat
enam hal yang menjadi daya tarik wisatawan dalam menentukan keputusan
untuk mengunjungi suatu tempat wisata.
8. Ada pengaruh tak langsung antara pengambilan keputusan dengan
kunjungan ke tempat wisata sebesar 0,930. Pengaruh kedua variabel
disebabkan oleh direct effect dan correlated effect. Menurut Kotler &
Kevin Lane Keller (2009), pengambilan keputusan individu melalui empat
tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif

163
pilihan, dan tindakan berkunjung. Wisatawan yang sudah memenuhi
keempat tahapan pengambilan keputusan tersebut dan hasilnya sesuai
ekspektasi, maka akan terjadi kunjungan ke tempat wisata. Kunjungan ke
tempat wisata merupakan suatu aktivitas wisata yang dilakukan oleh
sebagian atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara
(Setiyorini et al., 2018).
9. Ada pengaruh tak langsung antara kunjungan ke tempat wisata dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan sebesar 0,805. Pengaruh kedua
variabel disebabkan oleh direct effect dan correlated effect. Menurut
penelitian Septari Nurseptiani meliputi tiga aspek yaitu lingkungan,
ekonomi, sosial budaya. Pada aspek lingkungan berkaitan dengan kealamian
dan keindahan pemandangan, kesejukan udara, kebersihan, ketersediaan
tempat parkir, kondisi air, ketersediaan dan kebersihan fasilitas toilet,
keasrian tanaman di sekitar tempat wisata, dan ketersediaan tempat
sampah. Aspek ekonomi berkaitan dengan atribut kualitas layanan dan
kepuasan yang terdiri dari tarif tiket masuk, harga makanan dan minuman,
harga paket wisata, tarif tiket parkir, harga cendera mata, tarif jasa
pemandu lokal, kesempatan kerja bagi masyarakat, dan keberadaan
fasilitas pendukung di tempat wisata. Aspek sosial budaya terdiri dari
keramahtamahan pengelola dalam memberikan pelayanan, informasi
mengenai tempat wisata beserta aktivitasnya, keramahtamahan masyarakat
lokal, ketersediaan penunjuk jalan, fasilitas internet, ketersediaan cendera
mata berciri khas lokal, kuliner berciri khas lokal, keamanan dan
kenyamanan selama di tempat wisata, pengalaman baru yang bersifat
tradisional, aksesibilitas, atraksi budaya, pengelolaan atraksi budaya,dan
lokasi tempat wisata (Nursetiani, 2018). Ketiga aspek ini berkaitan dengan
kunjungan ke tempat wisata.

164
B. Implikasi
B.1. Implikasi Teoritis
Teori pilihan rasional Coleman yang berkaitan dengan rasionalitas
mengenai wisatawan yang berpikir rasional untuk memaksimalkan tujuan
yang ingin dicapai. Berpikir rasional berarti mempertimbangkan baik
buruknya risiko dan ada tidaknya manfaat dalam mengunjungi suatu tempat
wisata. Dalam penelitian ini rasionalitas wisatawan yang terjadi adalah sangat
mempertimbangkan hal tersebut. Individu yang berpikir rasional akan
dihadapkan pada banyak alternatif pilihan keputusan yang akan dipilih dan
diambil. Teori ini dapat diterapkan untuk melihat suatu pilihan pengambilan
keputusan dikatakan rasional jika pilihan tersebut dipilih dan diambil dengan
tujuan memaksimalkan hasil yang diinginkan. Setelah menentukan pilihan
yang tepat, individu akan bertindak rasional (Ritzer, 2012). Tindakan rasional
yang dilakukan individu akan memengaruhi pengambilan keputusan yang
tepat. Teori pilihan rasional mampu menjelaskan pengaruh antara rasionalitas
wisatawan dengan pengambilan keputusan
Teori yang kedua yaitu teori daya tarik wisata dari Spillane
menyatakan bahwa daya tarik wisata terdiri dari dua komponen yaitu sesuatu
yang menarik dan sesuatu yang mendorong wisatawan. Komponen tersebut
berkaitan dengan pengambilan keputusan. Bila daya tarik wisata di suatu
objek wisata bagus, maka akan meningkatkan pengambilan keputusan
wisatawan. Jika daya tarik wisata di suatu objek wisata tidak bagus, maka
dapat dipastikan juga pengambilan keputusan berkunjung wisatawan akan
menurun (Lebu et al., 2019). Teori daya tarik wisata mampu menjelaskan
pengaruh antara daya tarik wisata dengan pengambilan keputusan.
Teori ketiga yaitu teori pengambilan keputusan menurut Kotler &
Keller menyatakan pengambilan keputusan individu melalui empat tahap, yaitu
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif pilihan, dan
tindakan berkunjung. Berdasarkan keempat tahapan tersebut, wisatawan yang

165
sudah memenuhi dan hasilnya sesuai ekspektasi, maka akan terjadi kunjungan
ke tempat wisata. Teori pengambilan keputusan mampu menjelaskan pengaruh
antara pengambilan keputusan dengan kunjungan ke tempat wisata.
Teori keempat yaitu teori pengelolaan pariwisata berkelanjutan dari
Septari Nurseptiani menyatakan bahwa terdapat tiga aspek dalam pengelolaan
pariwisata berkelanjutan. Ketiga aspek tersebut yaitu lingkungan, ekonomi,
sosial budaya dan berkaitan dengan kunjungan ke tempat wisata. Semakin
tinggi kunjungan ke tempat wisata, maka semakin tinggi pengelolaan
pariwisata berkelanjutan. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan menurut
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata artinya pengelolaan yang dapat
memenuhi kebutuhan dan aspirasi wisatawan tanpa mengorbankan potensi
pemenuhan kebutuhan dan aspirasi wisatawan di masa mendatang (Widiarta,
2016). Kebutuhan dan aspirasi wisatawan dapat dilihat dari kunjungan ke
tempat wisata. Kebutuhan wisatawan yang dimaksud merupakan kebutuhan
untuk menikmati pelayanan, sarana prasarana, objek dan daya tarik wisata.
Aspirasi wisatawan berkaitan dengan sarana prasarana wisata yang belum
terpenuhi (Renaldy et al., 2018). Teori pengelolaan pariwisata berkelanjutan
mampu menjelaskan pengaruh antara kunjungan ke tempat wisata dengan
pengelolaan pariwisata berkelanjutan. Keseluruhan teori yang digunakan dalam
penelitian ini bertujuan sebagai perantara untuk membuktikan adanya pengaruh
rasionalitas wisatawan terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan.

B.2. Implikasi Metodologis


Penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode survei
yang memiliki fungsi bersifat teoritis, artinya menguji sejumlah hipotesis
dengan cara menerangkan hubungan antar variabel. Penggunaan statistik
analisis jalur mampu mendapatkan besaran pengaruh antara variabel terhadap
variabel lain. Kelebihan metode survei dapat menghindari “bias” peneliti
karena sifatnya yang

166
objektif, tanpa memasukkan perasaan peneliti, bebas nilai dan hasil survei ini
tidak diragukan keabsahan datanya.
Data ditarik dari sampel yang diperoleh menggunakan interval
kepercayaan 95% dan standar error ± 5%. Sampel penelitian mampu
menghasilkan generalisasi data terhadap populasi yang sejenis dengan populasi
penelitian. Akan tetapi, terdapat kelemahan dari metode survei yaitu tidak
memberikan kesempatan peneliti untuk meneliti hal lain di luar rancangan
sehingga persentase pengaruh dalam variabel masih kurang dari 10%.
Selain itu, terbatas pada penampilan data “apa yang dinyatakan
responden, bukan mengapa individu menyatakan demikian”. Survei sangat
rentan terhadap kesalahan. Hal ini dikarenakan yang menjadi dasar
pengumpulan data yaitu sampel dan kebenaran hasil survei berkaitan dengan
besar kecilnya sampling error. Apabila terdapat kesalahan dalam pengambilan
sampel, maka hasilnya tidak lagi terjelaskan terhadap populasi yang diteliti.

B.3. Implikasi Empiris


Keterbatasan penelitian ini terletak pada penyebaran kuisioner terhadap
responden di dua lokasi penelitian yaitu, Telaga Madirda dan Air Terjun
Jumog. Keterbatasan tersebut yaitu kesulitan menyesuaikan responden
berdasarkan heterogenitas jenis kelamin, artinya jenis kelamin responden sudah
ditentukan jumlahnya dalam penentuan sampel yaitu 50 berjenis kelamin laki-
laki dan 50 berjenis kelamin perempuan sehingga peneliti harus melakukan
rekapitulasi perhitungan jumlah responden setiap selesai turun lapangan. Selain
itu, keterbatasan mencari responden di tempat wisata juga menjadi kendala
peneliti dalam mendapatkan responden yang mau mengisi kuisioner sehingga
perlu pendekatan lebih lanjut kepada responden agar memahami maksud dan
tujuan peneliti.

167
C. Saran
Berdasarkan temuan dan implikasi penelitian, maka disarankan beberapa hal
sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Daerah


Berdasarkan hasil penelitian, tingginya rasionalitas wisatawan
dalam melakukan kunjungan ke tempat wisata dipengaruhi oleh tingginya
pengelolaan pariwisata berkelanjutan khususnya desa wisata. Hal ini
menjadi penting untuk dikaji lebih lanjut agar pengelolaan desa wisata
berkelanjutan di Kabupaten Karanganyar semakin bagus dan meningkat
karena akan memengaruhi tingginya kunjungan wisatawan. Selain itu juga
akan berdampak pada meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kecamatan Ngargoyoso. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan meliputi
tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi,
dan aspek sosial budaya. Ketiga aspek tersebut yang dinilai oleh wisatawan
yang berkunjung ke desa wisata sehingga perlu adanya kerjasama dengan
pengelola wisata untuk mengatur dan turut menjaga pariwisata tersebut.
2. Bagi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek-aspek pengelolaan
pariwisata berkelanjutan sudah dinilai dimanfaatkan oleh responden. Untuk
meningkatkan kunjungan ke tempat wisata, perlu adanya pengelolaan dan
pemanfaatan daya tarik wisata. Salah satunya mengenai fasilitas yang
tersedia, Sebagian besar wisatawan menjawab sangat tertarik dan sangat
terdorong dengan segala keunikan yang dimiliki desa wisata sehingga
kelompok sadar wisata diharapkan mampu menjaga dan mengelola fasilitas
yang tersedia dan kebersihan alam yang menjadi alasan desa wisata
tersebut dikenal oleh wisatawan.

168
3. Bagi Masyarakat
Berdasarkan temuan menunjukkan bahwa masyarakat ikut
merasakan dampak dari adanya desa wisata ini. Hal ini bisa dimanfaatkan
oleh masyarakat yang memiliki keahlian suatu bidang yang berkaitan
dengan penjualan produk sehingga dapat menghasilkan pendapatan. Selain
itu, masyarakat yang berjualan di tempat wisata tersebut diharapkan bisa
memberikan inovasi pada produk penjualannya sesuai dengan kekhasan
daerah tempat wisata. Terakhir, disarankan masyarakat tetap
mempertahankan kearifan lokal dan keindahan alam yang asri karena
menurut hasil analisis peneliti, wisatawan sangat tertarik dengan kearifan
lokal dan keindahan alam yang dilestarikan oleh masyarakat sekitar.
4. Bagi Peneliti Lain
Berdasarkan temuan dan analisis data, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan merumuskan variabel dan indikator lain yang
masih terdapat relevansi dengan rasionalitas wisatawan, daya tarik wisata,
pengambilan keputusan, kunjungan ke tempat wisata, dan pengelolaan
pariwisata berkelanjutan sebab masih ada variabel lain yang berkaitan
dengan variabel tersebut. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi
atau acuan untuk memahami analisis jalur pengaruh antara variabel
rasionalitas wisatawan terhadap variabel pengelolaan pariwisata
berkelanjutan melalui variabel daya tarik wisata, variabel pengambilan
keputusan, dan variabel kunjungan ke tempat wisata.

169
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D., & Sunarta, I. 2015. Pengelolaan Desa Wisata Belimbing Menuju
Pariwisata Berkelanjutan Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali. Jurnal
Destinasi Pariwisata, 3(1), 17–23.
Apriani, N. L., Suharsono, N., & Tripalupi, L. E. 2020. Persepsi Wisatawan Terhadap
Objek Daya Tarik Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 12(1), 97–106.
Aprilia, E. R., Sunarti, & Pangestuti, E. 2017. Pengaruh Daya Tarik Wisata dan
Fasilitas Layanan Terhadap Kepuasan Wisatawan di Pantai Balekambang
Kabupaten Malang. Jurnal Administrasi Bisnis, 51(2), 16–21.
Ardika, I. G. 2018. Kepariwisataan Berkelanjutan Rintis Jalan Lewat Komunitas.
Kompas Media Nusantara.
Arida Sukma, N., & Sukma, N. 2012. Buku Ajar Pariwisata Berkelanjutan. Sustain
Press.
Ariska, W. 2020. Analisis Faktor Tingkat Kunjungan Wisatawan Pada Kawasan
Objek Wisata Candi Muara Takus. Universitas Islam Riau.
Atmosudirjo, P. 1982. Administrasi dan Manajemen Umum. Ghalia Indonesia.
Azman, H. A., & Elsandra, Y. 2020. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Minat
Kunjungan Berulang Wisatawan Milenial ke Bukittinggi. AMAR (Andalas
Management Review), 4(1), 1–17.
Barker et al. 2002. Research Methods In Clinical Psychology. John Wiley & Sons
Ltd. Baron, J. 2008. Thinking and deciding. Cambridge University Press.
Bashofi, F., & Saffanah, W. M. 2019. Pilihan Rasional Mahasiswa Difabel dalam
Memilih Jurusan Keguruan di IKIP Budi Utomo Malang. Simulacra, 2(2), 149–
164.

170
Biroli, A., Kartono, D. T., & Demartoto, A. 2015. Rasionalitas Wisatawan Wisata
Pilgrim (Studi Fenomenologi Terhadap Wisatawan Di Kawasan Wisata Pilgrim
Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang). Jurnal Analisa
Sosiologi, 4(2), 60–74.
Böhm, G., & Brun, W. 2008. Intuition And Affect In Risk Perception And Decision
Making. Judgment and Decision Making, 3(1), 1–4.
Bowo, A. 2008. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah. Universitas
Gunadarma.
Chaerunissa, S. F., & Yuniningsih, T. 2020. Analisis Komponen Pengembangan
Pariwisata Desa Wisata Wonolopo Kota Semarang. Universitas Diponegoro.
Coleman, J. S. 1990. Foundations of Social Theory. Belknap Press Of Harvard
University Press.
Dahlan, S. 2014. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat : Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS Edisi 6. Epidemiologi
Indonesia.
Daniswari, D. 2022. Air Terjun Jumog Karanganyar: Rute Menuju Lokasi, Harga
Tiket, Jam Buka, dan Aktivitas.
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya.
Dewi, C. K., Aditia Ismaya, E., & Purbasari, I. 2021. Pemanfaatan Wisata Api Abadi
Mrapen sebagai Edukasi Wisata Bersejarah bagi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Multikultural Indonesia, 4(2), 64–71.
Eddyono, F. 2021. Pengelolaan Destinasi Pariwisata (Issue 1). Uwais Inspirasi
Indonesia.
Eisenfuhr, F. 2011. Decision Making. Academy of Management Review, 19(2), 312–
330.
Eryani, A., & Ibrahim, M. 2014. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan Wisatawan
untuk Berkunjung ke Objek Wisata Istana Siak Sri Indrapura Kabupaten Siak
Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik, 1(1), 1–15.

171
Ester, A., Syarifah, H., & ZA Zainurossalamia Saida. 2020. Pengaruh daya tarik
wisata citra destinasi dan sarana wisata terhadap kepuasan wisatawan citra niaga
sebagai pusat cerminan budaya khas kota samarinda. Jurnal Manajemen, 12(1), 145–
153. Eviana, N., & Yusrini, L. 2019. Daya Dukung Lingkungan Wista di Taman
Wisata
Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk Jakarta. Jurnal Eduturisma., 4(1), 1–20.
Fajar, S. 2021. Batu dan Air, antara Rasional dan Irasional. Universitas
Muhammadiyah Metro.
Febrianti, D., & Suprojo, A. 2019. Analisis Dampak Wisata Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 8(3), 75–82.
Febrika, A., Achnes, S., & Agus, A. K. 2013. Analisis Keputusan Pengunjung Dalam
Memilih Objek Wisata Taman Rekreasi Alam Mayang Sebagai Tujuan Wisata di
Kota Pekanbaru [Universitas Riau].
Goeldner. 2008. Tourism : Principles, Practices, Philosophies 11th Edition. John
Wiley & Sons.
Handani, S. W., & Hidayat, R. 2018. Jaringan Nomologis Rasionalitas Epistemik
dengan Inteligensi dan Perfeksionisme. Gadjah Mada Journal of Psychology
(GamaJoP), 4(1), 25–41.
Hasan, I., & Khadafi, M. S. 2004. Pokok - Pokok Materi Teori Pengambilan
Keputusan. Ghalia Indonesia.
Hastie, R., & Dawes, R. M. 2010. Rational Choice in an Uncertain World: The
Psychology of Judgment and Decision Making 2nd Edition. SAGE Publication.
Hilman, Y. A. 2019. Ponorogo is Wonderfull (Perkembangan Pariwisata di
Kabupaten Ponorogo dalam Perspektif Kewilayahan). Calina Media.
Isfandiar, A. A. 2015. Melacak Teori Rasionalitas Ekonomi berbasis Islamic Ethics.
Muqrasid (Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah), 6, 23–41.
Ita, H. 2018. Pengaruh Iklan dan Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan
Pembelian Citra Hand & Body Lotion Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang. UIN Raden Fatah Palembang.

172
Joshi, P. 2012. A Stakeholder Networking for Sustainable Rural Tourism
Development in Konkan Region of Maharashtra State (India). Narayangaon:
College of Agricultural Economics and Marketing, 1(9).
Kahneman, D., & Tversky, A. 1979. Prospect Theory: An Analysis of Desicion
Under Risk. Journal of The Econometric Society, 47(2), 263–291.
Karim, A. A. 2011. Ekonomi Mikro Islami. Rajagrafindo Persada.
Koranti, K., Sriyanto, & Lestiyono, S. 2017. Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap
Sarana Di Wisata Taman Wisata Kopeng. Jurnal Ekonomi Bisnis, 22(3), 242–254.
Kotler, P., & Kevin Lane Keller. 2009) Manajemen Pemasaran (B. Molan (ed.); 13th
ed.). PT Indeks.
Kumala, M., Soelistyo, A., & Nuraini, I. 2017. Analisis Potensi Sektor Pariwisata
Sebagai Sektor Unggulan Di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1,
474– 481.
Kusumastuti, A. H., & Pamungkas, A. 2018. Identifikasi Potensi dan Permasalahan
Daya Dukung Lingkungan berdasarkan Aspek Daya Dukung Fisik, Daya
Dukung Ekologis, dan Daya Dukung Sosial pada Pantai Baron, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal Teknik ITS, 7(1), 55–59.
Lebu, C. F. K., Mandey, S. L., & Wenas, R. S. 2019. Pengaruh Lokasi, Persepsi
Harga Dan Daya Tarik Wisata Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Di
Objek Wisata Danau Linow. Jurnal EMBA, 7(4), 5505–5513.
Lucyanti, S., Hendrarto, B., & Izzati, M. 2013. Penilaian Daya Dukung Wisata di
Obyek Wisata Bumi Perkemahan Palutungan Taman Nasional Gunung Ciremai
Propinsi Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam Dan Lingkungan 2013, 232–240.
Muksin, D. R. M., & Sunarti. 2018. Pengaruh Motivasi Terhadap Keputusan
Berkunjung Wisatawan di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Jurnal
Administrasi Bisnis, 55(1), 196–203.
Nabila, A. D., & Widiyastuti, D. 2018. Kajian Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas
untuk Pengembangan Pariwisata Umbul Ponggok di Kabupaten Klaten.

173
Nugroho, S. H. S. 2022. Studi Komparasi Proses Pengambilan Keputusan Berwisata
Antara Generasi X Dan Generasi Z (Studi Pada Wisatawan Yang Berkunjung
Ke Bali). Universitas Katholik Soegijapranata Semarang.
Nursetiani, S. 2018. Persepsi Wisatawan Kawasan Pantai Parangtritis Terhadap
Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan. Universitas Gajah Mada.
Parma, I. P. G. 2010. Kontribusi Pariwisata Alternatif Dalam Kaitannya Dengan
Kearifan Lokal dan Keberlangsungan Lingkungan Alam. Jurnal Media
Komunikasi FIS Univ. Pendidikan Ganesha, 9(2), 45–57.
Pitana, I. G., & Gayatri, P. G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi.
Pratama, M. A., Sudana, I., & Wijaya, N. 2020. Analisis Pola Perjalanan Dan
Aktivitas Wisatawan Milenial Mancanegara Ke Desa Pecatu, Badung. Jurnal
IPTA, 8(1), 1. https://doi.org/10.24843/ipta.2020.v08.i01.p01
Priasukmana, S., & Mulyadin, R. M. 2001. Pembangunan Desa Wisata: Pelaksanaan
Undang-undang Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi, 2(1), 37–44.
Putra, B. E. 2019. Implementasi Teknik Pengambilan Keputusan untuk
Mengembangkan Mutu Pendidikan di Sekolah.
Putra, G. B. P. A., & Wulandari, N. L. A. A. 2023. Pengaruh Daya Tarik Wisata ,
Fasilitas Wisata dan Citra Destinasi Terhadap Keputusan Berkunjung
Wisatawan Pada Obyek Wisata Taman Sari Buwana Tradisional Farming di
Kabupaten Tabanan. Widya Amrita: Jurnal Manajemen, Kewirausahaan Dan
Pariwisata, 3(2), 397–407. https://doi.org/10.32795/widyaamrita.v3i2.2501
Rahmadhani, E. A. 2021. Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah UMKM,
Dan Atraksi Wisata Terhadap Pendapatan Pelaku Usaha Di Sekitar Obyek
Wisata (Studi Pada Perayaan Larung Sesaji Telaga Sarangan Kabupaten
Magetan). Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Rahman, A. 2016. Hubungan Daya Tarik Wisata Dengan Keputusan Pengunjung ke
Pantai Pasir Jambak Padang. Universitas Negeri Padang.
Rahmat, P. 2022. Konsep Tindakan Rasionalitas Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi
Islam. JIBF Madina, 3(2), 1–23.

174
Renaldy, A., Fithria, A., & Aryadi, M. 2018. Persepsi dan Aspirasi Wisatawan
Terhadap Pengembangan Objek Wisata di Desa Hulu Banyu Kecamatan
Loksado Hulu Sungai Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 01(2), 171–183.
Riduan, & Kuncoro, E. A. 2011. Cara Menggunakan dan Mamaknai Path Analysis
(Analisis Jalur). Alfabeta.
Rindani, L. 2016. Kepuasan Wisatawan Tentang Daya Tarik Wisata Pantai Air
Manis Padang. Universitas Negeri Padang.
Ritzer, G. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar.
Rudy, D. G., & Mayasari, I. D. A. D. 2019. Prinsip - Prinsip Kepariwisataan dan Hak
Prioritas Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata berdasarkan Undang -
Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Jurnal Kertha
Wicaksana, 13(2), 73–84.
Sangkaeng, S., Mananeke, L., & Oroh, S. G. 2014. Pengaruh Citra, Promosi Dan
Kualitas Pelayanan Objek Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Objek
Wisata Taman Laut Bunaken Sulawesi Utara. Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 3(3), 1089–1100.
Sari, M. A. 2018. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog Di
Karanganyar Jawa Tengah. http://repository.stipram.ac.id/642/
Sari, N. K. M., Wahyuningsih, E., & B, K. W. 2022. Daya Dukung Wisata Alam Air
Terjun Segenter di Taman Hutan Raya. 05(62), 125–136.
Sarwono, J. 2011. Mengenal Path Analysis : Sejarah, Pengertian, Dan Aplikasi.
Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, 11(2), 285–296.
Schmoll, G. A. 1997. Tourism Promotion: Marketing Background, Promotion
Techniques and Promotion Planning. Tourism International Press.
Setiawan, I. B. D. 2015. Identifikasi Potensi Wisata Beserta 4A (Attraction, Amenity,
Accessibility, Ancilliary) Di Dusun Sumber Wangi, Desa Pemuteran, Kecamatan
Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Universitas Udayana.

175
Setiyorini, A., Farida, U., & Kristiyana, N. 2018. Pengaruh Promosi Melalui Media
Sosial, Word of Mouth, Dan Daya Tarik Wista Terhadap Keputusan Berkunjung
Wisatawan Obyek Wisata Gunung Beruk Karangpatihan Balong. ISOQUANT :
Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 2(2), 12.
Simon, H. A. 1972. Theories of Bounded Rationality. In Decision and Organization:
Vol. Chapter 8 (pp. 161–176).
Simon, H. A. 1993. Decision Making: Rational, Nonrational, and Irrational.
Educational Administration Quarterly, 29(3), 392–411.
Siswantoro, H. 2012. Kajian Daya Dukung Lingkungan Wisata Alam Taman Wisata
Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar. Universitas Diponegoro.
Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Sebelas Maret University Press.
Solimun. 2002. Multivariate Analysis: SEM, LISREL & Amos. Malang University
Press.
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. 2008. Psikologi Kognitif. Erlangga.
Spillane, J. 1997. Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya. Kanisius.
Stanovich, K. E., West, R. F., & Toplak, M. E. 2014. Rationality, Intelligence, and
the Defining Features of Type 1 and Type 2 processing. 80–91.
Stanovich, K. E., West, R. F., & Toplak, M. E. 2016. The Rationality Quotient:
Toward a Test of Rational Thinking. The MIT Press.
Suamadi, & Sidauruk, T. 2013. Kajian Potensi Wisata Air Terjun Ponot Di Desa
Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 5(2), 12–26.
Sugiama, A. G. 2011. Ecotourism: Pengembangan Pariwisata Berbasis Konservasi
Alam. Guardaya Intimarta.
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. In Bandung: Alfabeta.
Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.

176
Suhamdani. 2021. Desa Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar Sukses Sebagai Desa Kaya
Dengan PAD Tembus Rp 8 Miliar Per tahun. Joglosemarnews.
Suherlan, H., Adriani, Y., Evangelin, B. C., & Rahmatika, C. 2022. Keterlibatan
Masyarakat dalam Mendukung Program Desa Wisata: Studi Deskriptif Kualitatif
pada Desa Wisata Melung, Kabupaten Banyumas. BARISTA: Jurnal Kajian
Bahasa Dan Pariwisata, 9(1), 99–111. https://doi.org/10.34013/barista.v9i01.623
Sukmana, B. D., & Suryawan, I. B. 2016. Daya Dukung Lingkungan Fisik Terhadap
Kelayakan Daya Tarik Wisata Taman Tirta Gangga Desa Ababi Kabupaten
Karangasem. Jurnal Destinasi Pariwisata, 4(1), 7.
Sulistyadi, Y., Eddyono, F., & Entas, D. 2021. Indikator Perencanaan Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan. Aura.
Sunarta, N., & Arida Sukma, N. 2017. Pariwisata Berkelanjutan. Cakra Press.
Sunaryo. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia. Gava Media.
Supardi, U. S. 2016. Aplikasi Statistika dalam Penelitian : Konsep Statistika yang
Lebih Komprehensif. PT Prima Ufuk Semesta.
Suryadana, M. L., & Octavia, V. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. Alfabeta.
Sutrisno, H. 2004. Metodologi Research Jilid 3. Andi.
Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi.
Suwena, W. 2017. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Pustaka Larasan.
Syahadat, E. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan di
Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP). Jurnal Penelitian Sosial Dan
Ekonomi Kehutanan, 3(1), 17–40.
Terry, G. R. 2003. Prinsip - Prinsip Manajemen. Bumi Aksara.
Utami, S. S. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen
Dalam Mempergunakan Jasa Transportasi PT. Solo Central Taxi di Surakarta.
Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 9(1), 33–44.

177
Wahyulina, S., Darwini, S., Retnowati, W., & Oktaryani, S. 2018. Persepsi
Wisatawan Muslim Terhadap Sarana Penunjang Wisata Halal Dikawasan Desa
Sembalun Lawang Lombok Timur. Jmm Unram - Master of Management
Journal, 7(1), 32– 42.
Weaver, D. B. 2012. Organic, Incremental and Induced Paths To Sustainable Mass
Tourism Convergence. Journal Tourism Management.
Widiarta, I. N. 2016. Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun Sebagai
Bagian Dari Warisan Budaya Dunia. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 2(2),
124–142.
Wiendu, N. 1993. Concept, Perspective and Challenges. 2–3.
Wiradipoetra, F. A., & Brahmanto, E. 2016. Analisis Persepsi Wisatawan Mengenai
Penurunan Kualitas Daya Tarik Wisata Terhadap Minat Berkunjung. Pariwisata,
3(2), 129–137.
Yoeti, O. A. 1985. Pemasaran Pariwisata. Angkasa.
Yoeti, O. A. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita.
Yoeti, O. A. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata (Ed. revisi). Angkasa.
Yuliati, E., & Suwandono, D. 2016) Arahan Konsep dan Strategi Pengembangan
Kawasan Desa Wisata Nongkosawit Sebagai Destinasi Wisata Kota Semarang.
Ruang, 2(4), 263–272.
Zaenuri, M. 2012. Perencanaan Strategis Kepariwisataan Daerah : Konsep dan
Aplikasi. e-Gov Publishing.
Zikrinawati, K. 2017. Konvergensi Dan Divergensi Rasionalitas Epistemik Dengan
Intelegensi Dan Maximizer. Universitas Gajah Mada.

178
LAMPIRAN

179
Lampiran 1
Kuisioner Penelitian

180
KUISIONER PENELITIAN WISATAWAN OBJEK WISATA TELAGA
MADIRDA DAN AIR TERJUN JUMOG DESA WISATA BERJO
KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Responden yang terhormat,
Dalam rangka penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Rasionalitas
Wisatawan, Daya Tarik Wisata, Pengambilan Keputusan, Kunjungan ke
Tempat Wisata Terhadap Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan” pada jurusan
S2 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Sebelas Maret, maka saya :
Nama : Ika Agustina
NIM : S252108003
Memohon kesediaan waktu Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sebagai wisatawan Objek
Wisata Telaga Madirda dan Air Terjun Jumog untuk mengisi kuisioner ini dalam
rangka membantu memberikan alternatif jawaban yang tersedia untuk melengkapi
data-data penelitian peneliti. Kuisioner ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh
antara rasionalitas wisatawan, daya tarik wisata, pengambilan keputusan, kunjungan
ke tempat wisata terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan Desa Wisata Berjo
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.
Dalam pengisian kuisioner ini disarankan untuk membaca petunjuk penelitian
yang terdapat pada awal setiap bagian dengan seksama sebelum menjawab
pertanyaan sesuai dengan pendapat masing-masing responden. Peneliti menjamin
kerahasiaan identitas dan setiap jawaban responden.
Atas perhatian dan kesediannya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Hormat saya,

Ika Agustina
(Mahasiswa Universitas Sebelas Maret)

181
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

Mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang telah


disediakan dengan teliti sehingga tidak ada jawaban yang salah dan kosong. Terima
kasih atas partisipasinya.

Petunjuk pengisian 1 : Isilah bagian-bagian di bawah ini.

IDENTITAS DIRI RESPONDEN

a. Nama lengkap :
b. Alamat :
c. Jenis Kelamin :
d. Umur :
e. Pendidikan :
f. Pekerjaan :

Petunjuk pengisian 2 : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang
(X) pada jawaban yang Bapak/Ibu pilih.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Darimanakah anda mengetahui objek wisata ini?
a. Dari media cetak (koran, majalah, brosur, leaflet, poster)
b. Dari media elektronik (televisi, radio, dan internet)
c. Dari informasi lisan (keluarga, saudara, teman, sekolah, relasi)
d. Dari biro perjalanan wisata
e. Lainnya (sebutkan)…………………………….
2. Apa tujuan anda datang berkunjung ke objek wisata ini?
a. Rekreasi/liburan d. Ritual
b. Penelitian/pendidikan e. Lainnya (sebutkan)…………….
c. Olahraga
3. Apa sifat kunjungan anda ke objek wisata ini?
a. Sebagai tujuan utama
b. Tujuan berikutnya setelah berkunjung ke objek wisata lainnya
c. Hanya untuk persinggahan (transit)
d. Lainnya (sebutkan)…………………………….
4. Sudah berapa kali berkunjung ke objek wisata dalam jangka waktu setahun ini?
a. Pertama kali c. 3-5 kali
b. 2 kali d. Lebih dari 5 kali

182
5. Apabila bukan kunjungan pertama, kapan terakhir berkunjung ke objek wisata ini?
a. Kurang dari 1 bulan yang lalu c. 3-6 bulan yang lalu
b. 1-3 bulan yang lalu d. Lebih dari 6 bulan yang lalu
6. Kapan biasanya anda mengunjungi objek wisata ini?
a. Akhir pekan c. Hari libur
b. Hari kerja
7. Kapan waktu kunjungan wisata yang sering anda lakukan?
a. Pagi hari c. Sore hari
b. Siang hari d. Lainnya…………….
8. Bersama siapa saja biasanya anda berkunjung ke objek wisata ini?
a. Sendiri d. Kelompok wisata
b. Teman e. Lainnya:…………….
c. Keluarga
9. Sarana transportasi apa yang anda gunakan menuju objek wisata ini?
a. Jalan Kaki d. Angkutan umum
b. Kendaraan pribadi :……………. e. Lainnya:…………….
c. Bus
10. Berapa lama perjalanan yang harus anda tempuh untuk mencapai lokasi ini?
a. < 30 menit d. 2-5 jam
b. 30 menit - < 1 jam e. Lainnya :…………….
c. 1 - < 2 jam

Petunjuk pengisian 3 : Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pengalaman


wisata Bapak/Ibu dengan tanda centang (🗸).

B. VARIABEL RASIONALITAS WISATAWAN


Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TM KM N M SM
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu mempertimbangkan risiko (menuju ke
dan berada di) tempat wisata saat memutuskan
berkunjung ke tempat wisata ini?
2. Apakah Bapak/Ibu mempertimbangkan manfaat yang di dapat
di tempat wisata saat memutuskan berkunjung ke tempat
wisata ini?
3. Apakah Bapak/Ibu mempertimbangkan baik buruknya
risiko (menuju ke dan berada di) saat memutuskan
berkunjung ke tempat wisata ini?

183
Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TM KM N M SM
(1) (2) (3) (4) (5)
4. Apakah Bapak/Ibu mempertimbangkan ada tidaknya
manfaat yang di dapat di tempat wisata saat memutuskan
berkunjung ke tempat wisata ini?

Keterangan :
TM : Tidak Mempertimbangan
KM : Kurang Mempertimbangkan
N : Netral
M : Mempertimbangkan
SM : Sangat Mempertimbangkan

C. VARIABEL DAYA TARIK WISATA


Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TT KT N T ST
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu tertarikterhadap keindahan alam di
tempat wisata ini?
2. Apakah Bapak/Ibu tertarik dengan kearifan lokal (makanan
khas, flora, fauna, mitos) yang ada di tempat wisata ini?
3. Apakah Bapak/Ibu tertarik dengan fasilitas yang ada di
tempat wisata ini?
4. Apakah Bapak/Ibu tertarik dengan akses menuju tempat
wisata ini?

Keterangan :
TT : Tidak Tertarik
KT : Kurang Tertarik
N : Netral
T : Tertarik
ST : Sangat Tertarik

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TT KT N T ST
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu terdorong untuk melepaskan diri dari
rutinitas di tempat wisata ini?

184
Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TT KT N T ST
(1) (2) (3) (4) (5)
2. Apakah Bapak/Ibu terdorong untuk melakukan kegiatan yang
menyenangkan (bermain air, berenang, memberi makan ikan,
bermain perahu, berendam) di tempat wisata ini?

Keterangan :
TT : Tidak Terdorong
KT : Kurang Terdorong
N : Netral
T : Terdorong
ST : Sangat Terdorong

D. VARIABEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TM KM N M SM
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu memilih salah satu kebutuhan
berwisata (tempat makan, kebutuhan rasa aman, fasilitas
bermain anak, dapat berbelanja dengan nyaman,
kebutuhan memberi makan ikan dan berenang) dari
berbagai alternatif pilihan kebutuhan?
2. Apakah Bapak/Ibu memilih informasi wisata (media cetak,
media elektronik, informasi lisan, biro perjalanan wisata) dari
berbagai alternatif pilihan informasi?
3. Apakah Bapak/Ibu memilih tujuan wisata (rekreasi,
penelitian, pengembangan diri, olahraga, ritual) dari
berbagai alternatif pilihan tujuan?

Keterangan :
TM : Tidak Memilih
KM : Kurang Memilih
N : Netral
M : Memilih
SM : Sangat Memilih

185
Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TM KM N M SM
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu menentukan salah satu kebutuhan
berwisata (tempat makan, kebutuhan rasa aman, fasilitas
bermain anak, dapat berbelanja dengan nyaman,
kebutuhan memberi makan ikan dan berenang) dari
berbagai alternatif pilihan kebutuhan?
2. Apakah Bapak/Ibu menentukan tujuan wisata (rekreasi,
penelitian, pengembangan diri, olahraga, ritual) dari berbagai
alternatif pilihan tujuan?

Keterangan :
TM : Tidak Menentukan
KM : Kurang Menentukan
N : Netral
M : Menentukan
SM : Sangat Menentukan

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TM KM N M SM
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu mencari informasi wisata (media
cetak, media elektronik, informasi lisan, biro
perjalanan wisata) dari berbagai alternatif pilihan
informasi?

Keterangan :
TM : Tidak Mencari
KM : Kurang Mencari
N : Netral
M : Mencari
SM : Sangat Mencari

186
E. KUNJUNGAN KE TEMPAT WISATA

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TP KS N P SS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kunjungan
wisata dengan tujuan kesenangan (hiburan)?
2. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kunjungan wisata
dengan tujuan pendidikan?
3. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kunjungan
wisata dengan tujuan pengembangan pribadi
(outbound)?
4. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kunjungan
wisata dengan tujuan pengembangan pribadi
(pelatihan)?
5. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kunjungan
wisata dengan tujuan mempelajari keunikan daya
tarik wisata?
6. Apakah Bapak/Ibu sering melakukan kunjungan
wisata dengan tujuan wisata kuliner?
Keterangan :
TP : Tidak Pernah
KS : Kurang Sering
N : Netral
P : Pernah
SS : Sangat Sering

F. PENGELOLAAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TD KD N D SD
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Apakah Bapak/Ibu sudah melihat aktivitas
pemanfaatan sumber daya alam (mata air, banyak
pepohonan, rentetan lahan rerumputan, habitat ikan,
keindahan bukit, biodiversitas flora dan fauna) yang
dimanfaatkan oleh pengelola wisata?

187
Pilihan Jawaban
No Pertanyaan TD KD N D SD
(1) (2) (3) (4) (5)
2. Apakah Bapak/Ibu sudah melihat aktivitas
pemanfaatan sumber daya benda berupa fasilitas
wisata yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata?
3. Apakah Bapak/Ibu sudah melihat aktivitas
pemanfaatan sumber daya sosial (partisipasi
masyarakat lokal dan pokdarwis) yang
dimanfaatkan oleh pengelola wisata?
4. Apakah Bapak/Ibu sudah melihat aktivitas
pemanfaatan sumber daya ekonomi (partisipasi
pedagang) yang dimanfaatkan oleh pengelola
wisata?
5. Apakah Bapak/Ibu sudah melihat aktivitas
pemanfaatan sumber daya kuliner) yang
dimanfaatkan oleh pengelola wisata?
6. Apakah Bapak/Ibu sudah melihat aktivitas
pemanfaatan sumber daya budaya yang
dimanfaatkan oleh pengelola wisata?

Keterangan :
TD : Tidak Dimanfaatkan D : Dimanfaatkan
KD : Kurang Dimanfaatkan SD : Sangat Dimanfaatkan
N : Netral

188
Lampiran 2
Output Hasil Uji Validasi & Reliabilitas

189
Correlations
CORRELATIONS
/VARIABLES=X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=LISTWISE.
Correlations
P1 P2 P3 P4
Pearson
.446* .822** .541* .704**
Rasionalitas Correlation
Wisatawan Sig. (2-tailed) .014 .000 .002 .000
N 30 30 30 30

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*


Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**

Keterangan :
P1 : Mempertimbangkan risiko
P2 : Mempertimbangkan manfaat
P3 : Mempertimbangkan baik buruknya risiko
P4 : Mempertimbangkan ada tidaknya manfaat

Reliability
RELIABILITY
/VARIABLES=X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.760 4

Correlations
CORRELATIONS
/VARIABLES=X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

P5 P6 P7 P8 P9 P10
Daya Pearson .415* .247** .651** .473* .814** .565**
Tarik Correlation
Wisata Sig. (2-tailed) .023 .000 .000 .008 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30

190
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).* Correlation is
significant at the 0.01 level (2-tailed).**

Keterangan :
P5 : Ketertarikan terhadap keindahan alam
P6 : Ketertarikan dengan kearifan lokal (makanan khas, flora, fauna, mitos) yang
ada di tempat wisata
P7 : Ketertarikan dengan fasilitas yang ada di tempat wisata
P8 : Ketertarikan dengan akses menuju tempat wisata
P9 : Dorongan untuk melepaskan diri dari rutinitas
P10 : Dorongan untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan (bermain air,
berenang, memberi makan ikan, bermain perahu, berendam) di tempat wisata

Reliability
RELIABILITY
/VARIABLES=X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.

Reliability Statistics
Cronbach's Alphaa N of Items
.852 6

Correlations
CORRELATIONS
/VARIABLES=Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

P11 P12 P13 P14 P15 P16

Pearson
.659** .614** .645** .714** .674** .694**
Correlation
Pengambilan
Keputusan Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*


Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**

191
Keterangan :

P11 : Tindakan memilih salah satu kebutuhan berwisata (tempat


makan, kebutuhan rasa aman, fasilitas bermain anak, dapat
berbelanja dengan nyaman, kebutuhan memberikan makan
ikan, dan berenang) dari berbagai alternatif pilihan kebutuhan.
P12 : Tindakan memilih informasi wisata (media cetak, media
elektronik, informasi lisan, biro perjalanan wisata) dari
berbagai alternatif pilihan informasi.
P13 : Tindakan memilih tujuan wisata (rekreasi, penelitian,
pengembangan diri, olahraga, ritual) dari berbagai alternatif
pilihan tujuan.
P14 : Tindakan menentukan salah satu kebutuhan berwisata (tempat
makan, kebutuhan.
P15 : Tindakan menentukan salah satu kebutuhan berwisata (tempat
makan, kebutuhan rasa aman, fasilitas bermain anak, dapat
berbelanja dengan nyaman, kebutuhan memberikan makan
ikan, dan berenang) dari berbagai alternatif pilihan kebutuhan.
P16 : Tindakan yang menentukan tujuan wisata (rekreasi, penelitian,
pengembangan diri, olahraga, ritual) dari berbagai alternatif
pilihan tujuan.
P17 : Tindakan mencari informasi wisata (media cetak, media
elektronik, informasi lisan, biro perjalanan wisata) dari
berbagai alternatif pilihan informasi.

Reliability
RELIABILITY
/VARIABLES=Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL
Reliability Statistics
Cronbach's Alphaa N of Items
.835 6

Correlations
CORRELATIONS
/VARIABLES=Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6 Y2
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

192
Correlations

P16 P17 P18 P19 P20 P21

Pearson Correlation .811** .919** .837** .419* .458** .359**


Kunjungan ke Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .024 .012 .005
Tempat Wisata
N 30 30 30 30 30 30

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*


Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**

Keterangan :
P16 : Wisatawan sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan kesenangan
atau hiburan
P17 : Wisatawan sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan pendidikan
P18 : Wisatawan sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan
pengembangan
pribadi (outbound)
P19 : Wisatawan sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan
pengembangan pribadi atau pelatihan
P20 : Wisatawan sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan mempelajari
keunikan daya tarik wisata
P21 : Wisatawan sering melakukan kunjungan wisata dengan tujuan wisata kuliner

Reliability
RELIABILITY
/VARIABLES=Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability Statistics
Cronbach's Alphaa N of Items
.771 6

Correlations
CORRELATIONS
/VARIABLES=Y3.1 Y3.2 Y3.3 Y3.4 Y3.5 Y3.6 Y3
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

193
Correlations

P19 P20 P21 P22 P23 P24


Pengelolaan
Pearson
Pariwisata .625** .310** .337** .480** .477** .576**
Correlation
Berkelanjutan
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*


Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**

Reliability
RELIABILITY
/VARIABLES=Y3.1 Y3.2 Y3.3 Y3.4 Y3.5 Y3.6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL
Reliability Statistics
Cronbach's Alphaa N of Items
.718 6

Keterangan :
P13 : Wisatawan sudah melihat aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya alam (mata air, banyak pepohonan, rentetan lahan rerumputan, habitat
ikan, keindahan bukit, biodiversitas, flora, dan fauna)
P14 : Wisatawan sudah melihat aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya benda berupa fasilitas wisata yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata
P15 : Wisatawan sudah melihat aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya sosial (partisipasi masyarakat lokal dan pokdarwis) yang dimanfaatkan
oleh pengelola wisata
P16 : Wisatawan sudah melihat aktivitas pemnafaatan dan pengelolaan sumber
daya ekonomi (partisipasi pedagang) yang dimanfaatkan oleh pengelola
wisata
P17 : Wisatawan sudah melihat aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya kuliner yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata
P18 : Wisatawan sudah melihat aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya budaya yang dimanfaatkan oleh pengelola wisata

194
Lampiran 3
Uji Asumsi Analisis Jalur

195
Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Daya Kunjungan Pengelolaan
Rasionalitas Tarik Pengambilan ke Tempat Pariwisata
Wisatawan Wisata Keputusan Wisata Berkelanjutan
N 100 100 100 100 100
Normal Mean 19.63 26.58 27.17 28.04 28.82
a,b
Parameters Std. .960 .976 1.821 1.255 1.095
Deviation
Most Absolute .380 .466 .186 .168 .235
Extreme Positive .350 .334 .130 .126 .141
Differences Negative -.380 -.466 -.186 -.168 -.235
Test Statistic .380 .466 .186 .168 .235
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000c .000c .000c .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

196
Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Uji Asumsi Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the Durbin-


Model R R Square
Square Estimate Watson
1 .762a .581 .563 .724 1.7582
a. Predictors: (Constant), Kunjungan ke Tempat Wisata, Daya Tarik Wisata, Rasionalitas
Wisatawan, Pengambilan Keputusan
b. Dependent Variable: Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

197
Uji Asumsi Multikolinearitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 2.000 2.909 .687 .493
Rasionalitas .314 .079 .275 3.977 .000 .923 1.084
Wisatawan
Daya Tarik Wisata .169 .075 .150 2.250 .027 .988 1.012
Pengambilan .146 .065 .243 2.237 .028 .374 2.673
Keputusan
Kunjungan ke .719 .093 .823 7.690 .000 .385 2.598
Tempat Wisata
a. Dependent Variable: Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

198
Lampiran 4
Hasil Komputasi Analisis Deskriptif

199
Frequency Table

Kategori Rasionalitas Wisatawan

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Rendah 1 1.0 1.0 1.0
Sedang 1 1.0 1.0 2.0
Valid
Tinggi 98 98.0 98.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Daya Tarik Wisata

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Sedang 20 20.0 20.0 20.0
Valid Tinggi 80 80.0 80.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Pengambilan Keputusan

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Rendah 7 7.0 7.0 7.0
Sedang 66 66.0 66.0 73.0
Valid
Tinggi 27 27.0 27.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

200
Kategori Kunjungan Ke Tempat Wisata

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Rendah 9 9.0 9.0 9.0
Sedang 52 52.0 52.0 61.0
Tinggi 39 39.0 39.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Rendah 17 17.0 17.0 17.0
Sedang 50 50.0 50.0 67.0
Tinggi 33 33.0 33.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

201
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian

202
203
204
Lampiran 6
Dokumentasi

205
206

Anda mungkin juga menyukai