Disusun Oleh :
Nama : Jessiana Ade Novita
NIM : 194719
Jurusan : Pariwisata
Jenjang : Strata Satu / S-1
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
Jessiana Ade Novita
194719
Yogyakarta, ...........
Dr. Dra. Damiasih, MM., M.Par., CHE., CGSP Moch. Nur Syamsu, SPt., M.Par., CHE., CGSP
NIDN. 0504086902 NIDN. 0506036302
ii
STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM GEDUNG SATE SEBAGAI
DESTINASI WISATA UTAMA DI BANDUNG
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh :
Jessiana Ade Novita
194719
Artikel Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pariwisata (S.Par.)
Tanggal : ……………………
iii
STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM GEDUNG SATE SEBAGAI
DESTINASI WISATA UTAMA DI BANDUNG
Disusun Oleh :
Apabila saya melakukan hal tersebut, maka dengan ini saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan saya.
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Disusun Oleh :
v
MOTTO
Matius 5 : 16
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas rahmat dan kebaikan Tuhan
Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat, nikmat, serta kesehatan sehingga
proses pembuatan artikel ilmiah dengan judul Stratrgi Pengembamgan Museum
Gedung Sate Sebagai Destinasi Utama di Bandung dapat penulis selesaikan
dengan baik.
vii
juga berharap agar artikel ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca dari
berbagai kalangan. Penulis memohon maaf jika selama proses penyusunan
artikel ilmiah banyak melakukan kesalahan, baik berbentuk lisan maupun
tulisan, yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
viii
ABSTRACT
Gedung Sate is one of the old and historic buildings in the city of
Bandung. This building was formerly called as Gouvernments Bedrijven (GB)
was built starting in 1920 and completed in 1924. Although it is an heritage
building, Gedung Sate is still stand firmly. Even after Indonesia’s independence,
precisely in 1980s until now, this building is functioned as the office of West Java
governor. Because the building is the center of the activities of the Government of
West Java province, Gedung Sate gets the nickname ‘White House of Bandung’.
As a tourist place, this destination is able to impress the visitors. Therefore, this
building in addition to having its own history, Gedung Sate is also very iconic
and often used as spot photographed by the visitors. With the architecture of the
Dutch building makes this building very interesting to watch or to be a spot
photography. Not only look around and take pictures, some people who come
here are also there who do filming or shooting. This research was aimed to
identifying the strategics of tourism development in Gedung Sate as the main
destination tourist place of Bandung. The type of this research was descriptive
through documentation study approach. This research use the qualitative method.
This qualitative method is carried out through guided interviews, studies
bibliography, observation, and documentation. To avoid if there is a bias in the
results of the study, a cross check is carried out with the method triangulation,
namely data collected through multiple sources from interviews, observation, and
document analysis. Strategy determination is done by using a SWOT analysis. .
The results of the
research showed that Gedung Sate is keep running the development of tourism
year by year. The progress showed that any results such as procurement of new
concept. Gedung Sate carries concept of a smart museum that adapts museum
content to the demands of the younger generation. Therefore, apart from showing
off the collection, it also puts forward adcanced technology.
ix
Keyword : historical place, tourism development, Gedung Sate.
ABSTRAK
x
Daftar Isi
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................v
MOTTO.................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
Daftar Isi................................................................................................................ix
BAB I.....................................................................................................................11
A. Latar Belakang............................................................................................11
B. Rumusan Masalah.......................................................................................13
C. Tujuan Penelitian........................................................................................13
D. Manfaat Penelitian......................................................................................13
G. Sistematika Tulisan.....................................................................................15
BAB II...................................................................................................................16
A. Kajian Literatur...........................................................................................16
B. Kajian Teori................................................................................................17
1. Pengertian Pariwisata..............................................................................17
BAB III..................................................................................................................21
xi
A. Metode........................................................................................................21
1. Jenis Penelitian........................................................................................21
2. Kerangka Pikir.........................................................................................22
3. Analisis SWOT.......................................................................................22
B. Data.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peninggalan sejarah di Indonesia dapat dikatakan tersebar cukup luas
terutama di kota-kota yang dulunya merupakan pusat pemerintahan Hindia-
Belanda seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung. Peninggalan sejarah di Indonesia
merupakan suatu kekayaan budaya yang harus dijaga, dikembangkan, dan dirawat
keberadaannya. Adanya eksistensi dari peninggalan bersejarah ini dapat
memberikan keuntungan yaitu masyarakat Indonesia dapat belajar dan mendapat
informasi mengenai sejarah Indonesia.
Salah satu peninggalan sejarah yang dapat diamati langsung adalah
bangunan. Beberapa bangunan sejarah yang ada di Indonesia yaitu Lawang Sewu,
Istana Maimun, Gedung Sate. Berbagai bangunan bersejarah yang tersebar di
Indonesia memiliki kisah sejarahnya masing-masing.
Sebagian besar dari banguna peninggalan sejarah tersebut dialih-fungsikan
menjadi museum. Salah satunya yaitu Gedung Sate yang terletak di Kota
Bandung. Gedung Sate merupakan ikon dari Kota Bandung karena merupakan
salah sau destinasi unggulan di Bandung. Gedung Sate dikenal sebagai bangunan
di Kota Bandung yang paling terkenal karena selain atapnya yang unik, Gedung
Sate juga merupakan kantor pusat pemerintahan Jawa Barat. Gedung Sate
memiliki ornamen tusuk sate pada menara sentralnya.
Gedung Sate adalah bangunan monumental yang memiliki gaya arsitektur
unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur unik Indo-Eropa (Indo
Europeeschen architectuur stijl). Dibangun pada tahun 1920-1924, bangunan ini
dirancang oleh Ir. Jr Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks, Gemeente van
Bandoeng yang diketuai oleh V.L Sloors. Saat itu, Gedung Sate merupakan kantor
Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan)
dan di sisi timur laut terdapat gedung Hoofdbureau Post Telegraaf en
Telefoondiest (Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon). Gedung Sate diresmikan
xiii
menjadi museum pada 8 Desember 2017. Letaknya berada di Gedung Sate dengan
luas kurang lebih 500 meter. Di dalamnya terdapat benda-benda bersejarah dan
informasi mengenai proses pembangunan dan sejarah serta perjuangan para
pahlawan dalam membangun dan mempertahakan Gedung Sate.
Museum Gedung Sate memberlakukan sistem museum tour dimana
pengunjung harus mengikuti tour yang telah disiapkan dan akan diberikan oleh
pihak museum dengan mengunjungi setiap ruangan yang akan dipimpin oleh
seorang tour guide. Ruangan tersebut adalah zona pengenalan, zona eksplorasi,
audiovisual, dan zona interaksi.
Sejak diresmikan menjadi museum, Gedung Sate memiliki daya tarik
tersendiri bagi wisatawan. Perkembangan dan pembangunan kian dilakukan oleh
pihak pengelola. Pihak pengelola tidak hanya terfokus kepada atraksi di dalam
museumnya saja, tetapi pada kenyataannya pengelola juga menambahkan atraksi
tambahan seperti pengadaan taman di halaman sekitar Gedung Sate.
Pembangunan wisata Gedung Sate kian dilakukan dan diprioritaskan oleh Dinas
Pariwisata Kota Bandung. Kepala Bidang Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Azis Zulficar Aly Yusca, SStp, MSi.
mengatakan bahwasannya Kompleks Gedung Sate akan terus digiatkan
pembangunannya dan akan terus dikembangkan sebagai destinasi wisata yang
ramah bagi pejalan kaki dengan pembangunan pedesterian hingga mencapai
Monju (Monumen Juang).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dibutuhkan strategi atau
perancangan yang dapat menguraikan tentang langkah apa saja yang perlu
dilakukan oleh pihak pengelola guna mencapai tujuan dalam pengembangan
wisata agar Gedung Sate terus meningkat eksistensinya sebagai destinasi utama
dan ikonik di Bandung.
xiv
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah :
D. Manfaat Penelitian
Dalam artikel ilmiah ini penulis berharap dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada berbagai pihak. Manfaat yang diharapkan adalah :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu dalam proses
pembelajaran mengenai peninggalan atau bangunan sejarah Indonesia
dan sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan pengembangan wisata.
2. Manfaat praktis
xv
a. Bagi Pendidik dan Calon Pendidik
Menambah ilmu pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang
strategi untuk mengembangkan wisata unggulan khususnya wisata
sejarah.
b. Bagi Anak Didik
Anak didik diharapkan dapat memperoleh referensi dan ilmu
tambahan mengenai pengembangan wisata
c. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
mengembangkan wisata unggulan terutama wisata sejarah.
xvi
fokus pada strategi pengembangan Gedung Sate sebagai wisata sejarah yang
berada di Kota Bandung dan penulis masih mengangkat strategi pengembangan
wisata dalam Jurnal Ilmiah Foreign Case Study (FCS) sebagai bentuk
kesinambungan penulisan ilmiah.
G. Sistematika Tulisan
Penulisan karya tulis ini terdiri lima bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub
pembahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Bab pertama pendahuluan, menguraikan tentang latar be;akang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
linearitas tema penelitian dan sistematika tulisan dalam penulisan artikel
ilmiah ini.
2. Bab kedua menguraikan tentang kajian literatur yang mencocokan
penelitian sebelumnya dengan penelitian penelitian saat ini. Kajian teori
yang meliputi pengertian-pengertian yang berhubungan dengan tema
penelitian dalam penulisan artikel ilmiah ini.
3. Bab ketiga dalam penulisan artikel ilmiah ini akan menyajikan tentang
metode penulisan dan jenis data yang digunakan, baik yang berhubungan
dengan teknik sampling, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data
sampai teknik analisis data.
4. Bab keempat menguraikan hasil kajian dan pembahasan mengenai
penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini juga dikemukakan pendapat atau
ide gagasan yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang
berlandaskan pada informasi serta teori-teori yang ada.
5. Bab lima adalah bagian akhir, yang berisi bab penutup dalam penulisan
artikel ilmiah ini, dalam bab tersebut disampaikan kesimpulan dan saran
yang diperoleh dari hasil penulisan artikel ilmiah ini.
xvii
BAB II
KAJIAN LITERATUR DAN KAJIAN TEORI
A. Kajian Literatur
Pariwisata merupakan segala aspek yang meliputi beberapa elemen seperti
wisatawan, daerah tujuan wisatawan, perjalanan, industry pariwisata, dan
sebagainya. Pariwisata di Indonesia merupakan penyokong yang paling tinggi
dalam sumber devisa negara. Hal ini didukung oleh kekayaan wisata yang
membentang secara luas dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya menawarkan
wisata alam, Indonesia juga memiliki beragam wisata lainnya seperti wisata
bahari, wisata kuliner, wisata budaya, wisata sejarah, dan lain sebagainya. Di
antara kategori wisata tersebut, wisata sejarah dinilai penting untuk diperhatikan
dan dijadikan sebagai destinasi utama mengingat bangsa ini pernah melalui cerita
panjang yang terekam oleh bangunan bersejarah.
Pengembangan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menjadikan
sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna (Alwi Hasan dkk,
2005:269). Pengembangan adalah sebuah proses atau aktivitas memajukan
sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan meremajakan
atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi lebih menarik dan
berkembang. Pengembangan pariwisata yaitu usaha untuk meningkatkan atau
melengkapi fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan agar
merasa nyaman saat berada di tempat wisata.
Pada umumnya pengembangan pariwisata selalu mengikuti siklus hidup
pariwisata sehingga dapat menentukan posisi pariwisata yang akan
xviii
dikembangkan. Cooper and Jakson (1997:121). Pengembangan merupakan suatu
proses, cara, perbuatan menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna
dan berguna (Alwi Hasan dkk, 2005:269). Pengembangan adalah sebuah proses
atau aktivitas memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian
rupa dengan meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi
lebih menarik dan berkembang. Pengembangan pariwisata yaitu usaha untuk
meningkatkan atau melengkapi fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh para
wisatawan agar merasa nyaman saat berada di tempat wisata. Berdasarkan potensi
dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata perlu dilakukan secara
berkelanjutan untuk kepentingan masa depan dan untuk melindungi sumber daya
dari dampak pengembangan yang mungkin menyebabkan gangguan kultural dan
sosial karena tujuan dari pengembangan sendiri adalah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan sumber daya yang telah ada.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Pariwisata
Menghilangkan rasa lelah, jenuh, bahkan stress yang diakibatkan oleh
tuntutan pekerjaan adalah salah satu kebutuhan manusia. Salah satu upaya untuk
mencegah hal tersebut yaitu dengan berwisata. UU No. 10 Tahun 1990
mengungkapkan bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-
usaha yang terkait di bidang tersebut.
Pariwisata berasal dari dua kata yaitu Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan
sebagai banyak, berkali-kali,berputar-putar atau lengkap. Sedangkan Wisata dapat
diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan
kata “travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu maka kata “pariwisata” dapat
juga diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar
dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dalam bahasa Inggris disebut juga
dengan istilah “Tour”. (Yeoti, 1991). Pariwisata adalah kegiatan perpindahan
orang untuk sementara waktu ke destinasi di luar tempat tinggal dan tempat
xix
bekerjanya dan melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan juga penyiapan-
penyiapan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka. (Pitana dan Gyatri, 2005).
xx
kepariwisataan meliputi: Industri Pariwisata, Destinasi Pariwisata, Pemasaran,
dan Kelembagaan Kepariwisataan.
Pengembangan kepariwisataan tidak luput dari pembangunan
berkelanjutan, menurut Undnag-Undnag No. 9 Tahun 1990 tentang
kepariwisataan pasal 5 menyatakan bahwa Pembangunan Objek dan Daya Tarik
Wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-
objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata kemudian pasal 6 menyatakan
bahwa pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya.
b. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat.
c. Kelestarian budaya dan lingkungan hidup.
d. Kelangsungan pariwisata itu sendiri
xxi
Oxford, heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki
suatu bangsa atau negara selama bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian
penting dari karakter mereka. Dalam buku Heritage: Management,
Interpretation, Identity, Peter Howard memaknakan heritage sebagai segala
sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam.
Selama ini warisan budaya lebih ditujukan pada warisan budaya secara publik,
seperti berbagai benda yang tersimpan di museum.
xxii
Keunikan dan karakter kawasan heritage tersebut berkaitan dengan
sejarah perkembangan fisik sebuah kota. Perkembangan yang terjadi
pada kota dapat dirasakan hingga saat ini, baik dari pola perkembangan
kota berdasarkan sumbu tertentu atau bahkan pada penggunaan kembali
(re-use) bangunan tua dengan fungsi baru. Keunikan dan karakter
kawasan heritage tersebut mampu menarik perhatian banyak orang untuk
datang berkunjung, sehingga fungsinya berubah menjadi kawasan wisata
heritage.
BAB III
METODE DAN DATA
A. Metode
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif untuk memperoleh
data dan sumber dari objek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan uraian dan pembahasan mengenai Strategi Pengembangan Gedung
Sate Sebagai Destinasi Wisata Unggulan di Bandung.
Menurut Moleong (2017:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian kualitatif menurut Hendryadi, et. al, (2019:218) merupakan proses
penyelidikan naturalistik yang mencari pemahaman mendalam tentang fenomena
sosial secara alami.
Penelitian kualitatif menekankan pada kualitas bukan kuantitas dan data-
data yang dikumpulkan bukan berasal dari kuisioner melainkan berasal dari
wawancara, observasi langsung dan dokumen resmi yang terkait lainnya.
Penelitian kualitatif juga lebih mementingkan segi proses daripada hasil yang
didapat. Hal tersebut disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang
xxiii
diteliti akan jauh lebih jelas jika diamati dalam proses.
2. Rerangka Pikir
B. PENGUMPULAN DATA
DOKUMENTASI
Analisis SWOT
STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA GEDUNG SATE
PENERAPAN
xxiv
3. Analisis SWOT
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk mengidentifikasi
masalah internal dan eksternal. Penulis menekankan pada pentingnya peran faktor
internal maupun faktor eksternal guna menyusun strategi perencanaan ide dan
penyelesaian masalah secara efektif. Analisis SWOT merupakan suatu analisis
yang di dalamnya mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Analisis SWOT merupakan instrumen perencanaan
strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan
kelemahan, dan kesempatan eksternal dan ancaman, instrumen ini memberikan
cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah
strategi. Penulis juga menggabungkan dua komponen analisis yang terdiri dari :
Strength-Opportunity (S-O) dan Weakness-Opportunity (W-O) dengan berdasar
Kekuatan (Strength) dan pemanfaatan Peluang (Opportunity) serta pencegahan
Kelemahan (Weakness) dengan Peluang (Opportunity).
Menurut Freddy (2013), analisis SWOT adalah analisa yang didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang
(Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weakness) dan ancaman (Threats).
Selanjutnya Gitosudarmo (2011:115) menyatakan kata SWOT merupakan
pendekatan dari Strengths, Weakness, Opportunity and Threats yang dapat diterjemahkan
menjadi: Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut sering
disingkat menjadi “KEKEPAN”. Dalam metode pendekatan ini kita harus memikirkan
tentang apa saja yang kita miliki, kelemahan apa saja yang melekat pada diri atau
organisasi dan kita juga harus melihat kesempatan atau opportunity yang terbuka dan
akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman, gangguan, hambatan serta
tantangan (AGHT) yang menghadang di depan kita.
B. Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah jenis data yang dikumpulkan secara langsung dari
sumber utamanya seperti melalui wawancara, survei, eksperimen, dan sebagainya.
xxv
Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari data yang
telah ada sebelumnya. Pada awalnya, data sekunder merupakan data primer yang
telah dikumpulkan oleh orang lain sebelumnya, baik digunakan untuk kepentingan
penelitian maupun untuk disimpan di database saja. Menurut Sugiyono (2018:456)
data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian
ini yang menjadi sumber data sekunder adalah sesuai dengan Undang-Undang,
buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan penelitian.
xxvi
Menurut Sugiyono (2014:145), Observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikologis. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sevilla
(1993) Observasi atau pengamatan dalam arti sederhana merupakan
proses dimana peneliti melihat situasi dari penelitian. Untuk
metodenya harus sesuai yang digunakan pada penelitian yang berupa
pengamatan interaksi atau kondisi dari belajar mengajar, tingkah laku
dan juga interaksi dari kelompok.
b. Wawancara
Penulis melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi-
informasi dalam proses pengambilan data. Dalam proses pengumpulan
data dan informasi, penulis melakukan wawancara dengan pihak
pengelola Gedung Sate. Setelah semua informasi selesai terkumpul,
penulis mengubahnya ke dalam bentuk penulisan deskriptif yang mana
sebelumnya adalah berbentuk penulisan dialog. Penulis menanyakan
setidaknya lima pertanyaan yang telah disiapkan. Pertanyaan tersebut
bersinggungan dengan pengembangan wisata yang meliputi fasilitas,
daya tarik, pengelolaan, dan lain sebagainya. Wawancara ini dilakukan
dengan tatap muka secara langsung dengan pihak Badan Pengelola
Gedung Sate dan juga melalui media sosial.
Susan Stainback (dalam Sugiyono 2016;318) mengemukakan
bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal
yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat
ditemukan melalui observasi.
c. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2016:329) Teknik dokumentasi merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Melalui teknik ini, peneliti dapat mengetahui
seluruh kondisi gudang dari lingkungan kerja, kondisi meja kerja, dan
kebersihan ruang kerja.
xxvii
Dalam melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi,
penulis mengambil beberapa gambar di area lokasi Gedung Sate dan
beberapa gambar mengenai museum, taman, dan aktivitas wisatawan.
xxviii
Langkah yang terakhir dalam analisis data adalah conclusion
drawing/verification atau penarikan kesimpulan/verifikasi.
Dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.252) bahwa: Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan
d. Teknik Analisis Data
Penelitian ini mengunakan analysis SWOT untuk mengetahui
aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan wisata Gedung Sate.
Setelah itu mengidentifikasi factor-faktor tersebut dalam strategi
perencanaan yang akan diambil oleh pihak Badan Pengelola Gedung
Sate untuk menjadi dasar dalam penerapan dan menentukan langkah
dan streategi dalam pengembangan objek penelitian.
Menurut John Tukey istilah teknik dalam menganalisis data
penelitian adalah prosedur untuk menganalisis data. Prosedur ini
mencakup teknik menafsirkan data yang sudah dianalisa dan cara
merencanakan teknik pengumpulan data penelitian sehingga analisis
menjadi lebih cepat.
xxix
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa
Barat, dan juga kota terbesar ketiga di Indonesia sekaligus menjadi
ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota ini dijuluki sebagai Kota Kembang
karena dahulu kota ini dikenal sangat cantik. Banyak pohon dan bunga
yang tumbuh. Selain itu, Kota Bandung juga disebut dengan Paris van
Java karena pada zaman dahulu pemerintah Belanda menjadikan Kota
Bandung sebagai kota destinasi wisata. Kota Bandung dikelilingi oleh
berbagai pegunungan yang berfungsi sebagai hutan, pertanian,
perkebunan, dan perikanan yang tersebar di Jawa Barat. Namun
meskipun Kota Bandung tidak memiliki potensi wisata alam sebagai
daya tarik wisata utama ekologi, Kota Bandung memiliki posisi yang
strategis sebagai penunjang kebutuhan wisata seperti kebutuhan
akomodasi (hotel), kebutuhan berbelanja (mall), dan kebutuhan
kuliner. Secara administrative, Kota Bandung terbagi menjadi 30
kecamatan dan 151 desa. Menurut Direktorat Jenderal Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah
penduduk di Kota Bandung tahun 2021 mencapai 2.530.000 jiwa
xxx
dengan luas wilayah 166,59 kilometer. Artinya, kepadatan penduduk
di Kota Bandung yaitu sebesar 15.170 ribu per kilometer persegi.
Kota Bandung menyimpan banyak peninggalan sejarah khususnya
bangunan bersejarah peninggalan pemerintah colonial Hindia-Belanda.
Peninggalan sejarah tersebut didominasi oleh bangunan-bangunan
kuno yaitu seperti Museum Konferensi Asia Afrika, Gedung Indonesia
Menggugat, Gedung Sate, Gedung Merdeka, dan sebagainya. Selain
itu, Kota Bandung juga memiliki sekitar 1.700 cagar budaya yang
tersebar hampir rata. Pemerintah Kota Bandung telah mencanangkan
beberapa program untuk mempertahankan cagar budaya agar tidak
rapuh atau hilang.
Kota Bandung juga terkenal sebagai kota pelajar terbaik se-Asia
Tenggara. Data ini diambil dari peringkat Quacquarelli Symonds (QS)
World University Rankings yang memuat daftar kota terbaik bagi
pelajar di Indonesia tahun 2023. Dalam penilaian QS World University
Ranking, Kota Bandung memiliki lima kampus terbaik di Indonesia di
antaranya adalah Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran,
Universitas Pendidikan Indonesia, Institut Seni Budaya Indonesia, dan
Universitas Katolik Parahyangan. Kota Bandung adalah salah satu kota
wisata kuliner yang terkenal. Kota ini memiliki beragam macam
kuliner, dari mulai makanan utama sampai ke jajanan pinggir jalan
(street food). Wisatawan yang datang ke Kota Bandung tidak akan
merasa kesusahan mencari makanan karena di semua sudut kota ini
penuh dengan pilihan kuliner dan jajanan. Adapun makanan khas Kota
Bandung yang dikenal banyak kalangan yaitu Mie Kocok, Cuanki,
Seblak, Batagor, Siomay, Pisang Bolen, dll. Selain itu, Kota Bandung
juga menawarkan oleh-oleh yang diminati banyak kalangan wisata.
Oleh-oleh yang paling diincar ketika wisatawan mengunjungi kota ini
adalah baju, tas, sepatu, boneka, karena kota ini juga dikenal sebagai
pusat fashion-fashion dengan harga terjangkau namun kualitas dan
xxxi
modelnya bagus. Tempat oleh-oleh di Kota Bandung sudah tersebar
luas, terutama di wilayah Cibaduyut, Cihampelas, dan Braga.
xxxii
mendatangi bangunan bersejarah seperti museum, karena di Kota
Bandung ada banyak sekali museum seperti Museum Geologi,
Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Gedung Sate. Museum Sri
Baduga, Museum Pendidikan Nasional, Museum Pos Indonesia,
Museum Puspa Iptek Sundial, dan masih banyak lagi. Banyak hal yang
dapat wisatawan dapatkan ketika mengunjungi museum. Tidak hanya
bernostalgia, museum juga memberikan banyak hal yang mengedukasi
serta membuka wawasan baru mengenai sejarah di Indonesia.
Wisatawan dapat mempelajari apa saja yang telah terjadi di masa
lampau, melihat benda-benda yang berkaitan dengan peristiwa atau
tokoh bersejarah, dan wisatawan juga dapat mengambil foto dengan
background klasik ala museum yang menambah nilai ke-estetik-an
sebuah gambar. Pihak Pemerintah Kota Bandung mendukung penuh
semua program yang berkaitan dengan pengembangan wisata museum.
Hal ini membuahkan hasil positif karena museum akan selalu
mengalami pariwisata berkelanjutan dan tidak dilupakan masyarakat
seiring berkembangnya waktu.
2. Profil Tempat Penelitian
Museum Gedung Sate berlokasi di Jalan Diponegoro
No.22, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung.
Museum ini mulai beroperasi sejak tahun 2017. Museum ini
menyajikan wisata edukasi seperti film, teknologi informasi,
arsitektur, sejarah, desain,dan teknik sipil. Museum Gedung Sate
juga menyajikan mengenai sejarah pembangunan dan arsitektur
Gedung Sate, sejarah pemerintahan Kota Bandung, sampai profil
Gubernur Jawa Barat dari masa ke masa. Pembangunan dan
pengembangan museum ini dilator belakangi oleh tingginya minat
pengunjung (wisatawan) yang ingin belajar dan mencari tahu lebih
lanjut tentang gedun pemerintahan Provinsi Jawa Barat, namun
karena minimnya akses untuk masuk ke gedung utama, gubernur
dan wakil gubernur memutuskan untuk menjadikan lantai
xxxiii
basement bagian selatan dijadikan sebagai museum. Museum
Gedung Sate dirancang untuk meningkatkan semangat perjuangan
dan kesadaran pelestarian budaya. Dalam pembangunannya,
museum ini diprakarsai oleh gubernur, wakil gubernur, dan tim
ahli.
Museum ini merupakan museum yang berbasis teknologi
multimedia. Mengusung tema dan konsep teknologi interaktif,
sebagian besar penyajian di museum ini dikemas menggunakan
cara yang berbeda dan unik. Misalnya seperti desain penulisan
informasi singkat tentang sejarah Kota Bandung yang dikemas di
dalam dinding infografis yang dilengkapi dengan beberapa layar
video singkat di sekitarnya. Penyajian di museum ini dilengkapi
juga dengan audio visual yang menggambarkan barang atau
diorama yang dijelaskan. Disini juga terdapat Smart Screen
Interactive yang menyajikan bagian sisi pembangunan Gedung
Sate. Terdapat juga ruang audio visual yang memfasilitasi
wisatawan untuk menikmati pemutaran film tentang sejarah
Gedung Sate. Ada juga teknologi Augmented Reality (AR) yang
dapat memberi kesan seolah-olah wisatawan sedang berada di
suasana pembangunan Gedung Sate. Selain itu, yang tak kalah
menarik adalah adanya Magic Floor yang membuat wisatawan
dapat kagum dan takjub akan teknologi unik ini. Teknologi lainnya
seperti virtual reality, proyeksi 4D, layar interaktif pun ada di
dalam museum ini.
Museum Gedung Sate dinilai merupakan tempat wisata
yang sangat menarik bagi wisatawan. Selain harga tiket masuk
yang terjangkau, di area Museum Gedung Sate terdapat taman
hiburan rakyat yang dapat dinikmati wisatawan secara gratis di
antaranya adalah Taman Gasibu, Taman Lansia, Taman Lambang
Provinsi Jawa Barat. Jadi ketika wisatawan ingin mencari tempat
untuk bersantai setelah atau sebelum mengunjungi Museum
xxxiv
Gedung Sate, wisatawan dapat mendatangi taman-taman tersebut.
Letaknya tidak jauh dari museum dan di taman-taman tersebut
lengkap dengan pilihan jajanan kuliner, tempat duduk, spot foto,
dan toilet umum.
Sejak pertama kali dibuka untuk umum, museum ini telah
dikunjungi oleh lebih dari 150.000 pengunjung. Harga tiket masuk
mematok lima ribu rupiah per orang dengan jam kunjungan wisata
mulai dari jam 09.00 WIB sampai 16.00 WIB. Museum tutup
setiap hari Senin. Untuk dapat masuk dan menikmati isi museum,
wisatawan sebaiknya melakukan reservasi terlebih dahulu.
Reservasi dapat dilakukan melalui resepsionis atau melalui situs
web museumgedungsate.org.
3. Deskripsi Informan
Deskripsi merupakan pemaparan informasi yang memuat hal-hal
penting tentang perilaku atau sifat sebuah sumber atau populasi yang
diteliti. Deskripsi informan ini didapat dari hasil wawancara yang telah
dilakukan selama kegiatan penelitian dilaksanakan. Penelitian kali ini
menggunakan 30 informan, pengumpulan informan 30 orang
merupakan informan wawancara sebagai dasar untuk memperoleh data
yang valid dan sah. Berikut ini merupakan diagram presentase informan
yang telah didapat :
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan kegiatan penelitian sebanyak 30 orang yang
meliputi wisatawan pengunjung Museum Gedung sate, hasil
dari 30 informan tersebut terdiri dari 12 orang laki-laki dan 18
orang perempuan. Demikian diagram jenis kelamin informan
dapat dilihat sebagai berikut.
xxxv
Grafik 1. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
b. Usia
Dari grafik di bawah ini dapat disimpulkan bahwa wisatawan
yang berkunjung berdasarkan usia adalah berkisar antara 26-
30 tahun sebanyak 10 orang, 15-19 tahun 8 orang, 30 tahun ke
atas sebanyak 8 orang, dan 20-25 tahun 4 orang. Dari hasil
tersebut, mayoritas pengunjung adalah berusia sekitar 26-30
tahun.
xxxvi
Grafik 3. Karakteristik Informan Berdasarkan Asal
d. Pekerjaan
Karakteristik informan berdasarkan pekerjaan dibagi menjadi
6 yaitu Pegawai Swasta, Pelajar atau Mahasiswa, Wiraswasta,
Ibu Rumah Tangga, TNI/POLRI/PNS, dan Lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian wawancara 30 informan
diperoleh data Pegawai Swasta sebanyak 9 orang, Pelajar atau
Mahasiswa 7 orang, Wiraswasta sebanyak 5 orang,
TNI/POLRI/PNS 3 orang, dan 2 orang yang memiliki kategori
pekerjaan “Lainnya”.
xxxvii
dikatakan lokasinya strategis karena sudah biasa menjadi jalur lalu
lalang masyarakat setempat maupun wisatawan. Jalannya pun
mudah ditemukan, lebar, dan jarang sekali terjadi kemacetan.
Namun terdapat salah satu kendala yaitu untuk menuju Museum
Gedung Sate, wisatawan harus keluar terlebih dahulu dari gedung
utama, lalu harus berjalan sekitar 500 meter. Aksesnya tidak dapat
dijangkau melalui kawasan dalam gedung utama, tetapi harus
keluar dan melewati jalan utama (jalan raya).
2). Fasilitas
Pengelola Museum Gedung Sate telah menyediakan beberapa
fasilitas lengkap yang cukup mendukung kegiatan wisata. Fasilitas
yang disediakan yaitu seperti toilet, lahan parkir, mushola, food
court, papan informasi, peta petunjuk, dan tempat sampah. Hal ini
sangat menjawab kebutuhan wisatawan sebagaimana mestinya dan
dapat dikategorikan dalam kriteria layak. Kebersihan juga selalu
menjadi hal yang prima dan mendapat perhatian khusus dari pihak
pengelola.
3). Sumber Daya Manusia
Pengelola Museum Gedung Sate selalu mencoba untuk
memaksimalkan Sumber Daya Manusia yang ada untuk ikut andil
dalam mengelola museum ini. Pemerintah dan pengelola terfokus
terhadap pemberdayaan anak-anak generasi milenial untuk menjadi
bagian dalam pengelolaan dan pengembangan Museum Gedung
Sate. Adapun anak-anak milenial tersebut diambil dari seluruh
mahasiswa dari universitas yang tersebar di Kota Bandung. Hal ini
disebabkan karena menurut pemerintah dan pengelola, anak-anak
milenial cenderung memiliki etos kerja, kreatifitas, antusiasme
yang lebih tinggi. Adapun, tujuan lain yaitu mempersiapkan anak-
anak muda yang siap menghadapi dunia kerja. Sinergi antara pihak
pengelola dan anak-anak milenial ini dinilai cukup mampu
bekerjasama dengan baik.
xxxviii
4). Hubungan Antar Sumber Daya Manusia
Hubungan antar sumber daya manusia dinilai cukup
menghasilkan kekompakan dan sinergitas yang sangat baik.
Mereka dapat mengatur keseluruhan konsep jam kunjung wisata,
menyepakati peraturan, dan memberikan layanan prima terhadap
wisatawan yang datang. Sehingga terbentuk pula hubungan yang
baik antara pengelola dan wisatawan.
5). Pendanaan
Pendanaan untuk pembangunan Museum Gedung Sate
seluruhnya ditanggung oleh pihak pemerintah karena museum ini
merupakan milik pemerintah. Pemerintah berperan besar dalam
pengadaan sarana prasarana yang baik di museum ini. Sedangkan
keuntungan yang didapat dari hasil penjualan tiket masuk,
dialokasikan ke dalam kas pengelola untuk menambah atau
memperbaiki fasilitas yang dibutuhkan.
6). Pelayanan
Pihak pengelola mempunyai visi untuk memberikan pelayanan
terbaik terhadap wisatawan, mendampingi wisatawan untuk belajar
memahami isi museum, dan juga mendengar keluhan wisatawan
yang ada.
7). Kebersihan
Museum Gedung Sate menjaga ketat kebersihan dengan
mengadakan tempat sampah organic dan anorganik. Tidak hanya
itu, pengelola juga mengerahkan petugas kebersihan yang selalu
mengontrol setiap sudut museum.
8). Potensi
Potensi yang dimiliki Museum Gedung Sate dalam
mempertahankan sejarah telah dikelola dan dimanfaatkan dengan
baik. Pemanfaatannya pun dikemas dengan konsep yang sangat
anti-mainstream dan mengikuti perkembangan zaman. Hal ini
xxxix
dapat menjadikan Museum Gedung Sate kedepannya selalu
berkelanjutan dan tidak akan hilang eksistensinya. Pengelola selalu
mencari inovasi baru untuk perkembangan konsep wisata
mengingat museum ini memiliki potensi yang cukup besar dalam
pariwisata sejarah.
sangat mudah.
xl
sangat baik dan ter-koordinir.
oleh pemerintah.
wisatawan segan.
xli
berkunjung untuk menikmati isi museum, mencoba teknologi baru, atau sekadar
berfoto di area museum yang mana konsep museum ini hanya dapat ditemukan di
Museum Gedung Sate.
4). Target Pasar
Target atau pangsa pasar Museum Gedung Sate dari berbagai
umur dan dari semua kalangan yang ada, karena kegiatan wisata yang ditawarkan
dapat dinikmati oleh siapa saja yang ingin belajar mengetahui mengenai sejarah
Gedung Sate dan Kota Bandung.
5). Promosi
Untuk memenuhi target pasar dan mengundang wisatawan untuk
berkunjung, pengelola gencar melakukan promosi melalui akun sosial media
seperti di Instagram, Tiktok, Facebook, dan website. Dari akun sosial media
tersebut, pengelola mendapat kemudahan untuk menjangkau calon wisatawan dan
juga dengan mudahnya menampilkan penawaran yang ada di Museum Gedung
Sate.
6). Teknologi
Pihak pengelola telah dan akan terus mengoptimalkan teknologi
dalam pengembangan Museum Gedung Sate. Mulai dari kegiatan promosi yang
memanfaatkan sosial media hingga aktivitas dan fasilitas pendukung di museum
pun dikemas dengan kecanggihan teknologi.
Sate.
xlii
2. Tingginya minat wisatawan untuk -
wisatawan mancanegara.
kalangan.
efektif.
pengembangan wisata.
xliii
5. Matriks SWOT
Dari hasil analisis pengaruh faktor lingkungan internal dan eksternal di
atas, data tersebut dapat disusun menjadi sebuah tabel matriks SWOT
yang berisi strategi pengembangan wisata Museum Gedung Sate
dengan rumus S-O, W-O, S-T, W-T, sebagai berikut :
xliv
Faktor Internal Strength Weakness
5. Seluruh pendanaan
xlv
Threats Strategi S-T Strategi W-T
Gedung Sate museum dari berbagai sumber yang antara berbagai pihak yang
pesaing dalam hubungan atau korelasi dengan barang sejarah dan bisa juga
Berdasarkan hasil dari analisis tabel matriks SWOT di atas, yang terdapat
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, sehingga diperoleh strategi dengan
rumus berikut; S-O, W-O, S-T, W-T maka hasilnya dapat dijabarkan sebagai
berikut :
xlvi
2. Menambah kegiatan dan atraksi seperti magic floor agar wisatawan
kendaraan pribadi.
xlvii
dan dukungan yang dilakukan pemerintah adalah dengan
mengadakan banyak event dan seminar kepada pengelola dan
wisatawan mengenai edukasi kreatif. Edukasi kreatif merupakan
salah satu metode pembelajaran yang dinilai dapat mengikuti
perkembangan zaman dimana seluruh penerapannya berfokus pada
kreatifitas. Seluruh materi pembelajaran yang diberikan tentunya
dikemas secara berbeda dan lebih menarik dari segi alur pemikiran,
bahasa yang digunakan, rangkaian acara, dan lain sebagainya. Jika
pihak pengelola Museum Gedung Sate mengadakan berbagai
seminar, workshop atau event yang mengambil konsep edukasi
kreatif, maka akan ada banyak target pasar yang memiliki minat
untuk bergabung. Namun, alangkah lebih baiknya jika kegiatan
tersebut dilakukan secara rutin atau setiap beberapa bulan sekali
agar terus menaikkan antusias dan minat wisatawan.
Mengingat keistimewaan Museum Gedung Sate, museum
ini sangat digadangkan sebagai pencetus pertama museum yang
memiliki konsep teknologi dimana seluruh kegiatannya didasarkan
oleh penggunaan teknologi modern seperti Augmented Reality
(AR), Virtual Reality (VR), Magic Floor, Mini Theatre, Hologram,
dan masih banyak lagi. Artinya, museum ini telah memiliki
branding yang kuat terhadap produk dan penawarannya. Hal ini
mendukung kuat tingginya minat kunjungan wisata yang tidak
hanya berkunjung untuk berfoto atau melihat koleksi museum,
namun juga untuk mencoba kecanggihan teknologi yang tidak bisa
dirasakan di museum lainnya. Museum ini adalah satu-satunya
museum yang mengusung konsep technology based.
Aksesibilitas menuju Museum Gedung Sate dinilai sudah
cukup baik dimana wisatawan dapat dengan mudahnya menemukan
keberadaannya dikarenakan letaknya di pinggir jalan raya atau di
belakang gedung utama persis. Untuk dapat menuju ke museum ini,
wisatawan perlu berjalan sekitar 750 meter dari halaman utama
xlviii
Gedung Sate. Pihak petugas keamanan menyarankan jika ingin tiba
lebih cepat, wisatawan diharuskan menaiki kendaraan pribadi atau
angkot yang biasa disebut bandros oleh masyarakat lokal. Lahan parkir
di area Museum Gedung Sate dicampur dengan parkir pegawai
pemerintahan. Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus bagi
pengelola untuk dapat cermat lagi dalam mengatur parkir agar tidak
semrawut. Kebersihan di dalam museum sudah cukup baik, adanya
petugas kebersihan dinilai sangat membantu budaya kebersihan
museum. Namun, ada beberapa fasilitas yang perlu perawatan ekstra
khususnya di bidang kebersihan. Fasilitas tersebut yaitu toilet dan
mushola umum. Letaknya yang lumayan berjarak dengan museum
ternyata membuatnya kurang terawat. Penerangan yang kurang, lantai
yang kotor, ruangan yang bau, dan air yang kadang tidak mengalir
membuat wisatawan kurang nyaman ketika memakai fasilitas ini. Hal
lain yang mendapat kritikan dari wisatawan yaitu tidak aktifnya food
court yang terdapat di area museum. Padahal jika memungkinkan
untuk diaktifkan kembali, dapat menjawab kebutuhan wisatawan untuk
istirahat atau bersantai di dalam food court.
Pihak pengelola dan pemerintah memiliki kriteria tersendiri
dalam me-rekrut sumber daya manusia. Kriteria tersebut lebih terfokus
pada generasi milenial atau anak-anak muda atau mahasiswa yang
dinilai lebih energetik, aktif, kritis, inisiatif, dan memiliki antusiasme
yang tinggi. Selain itu, alasan mengapa dipilihnya anak-anak muda
adalah untuk mempersiapkan generasi milenial agar dapat
menumbuhkan etos kerja dan menambah wawasan serta pengalaman.
Hubungan yang tercipta antara pihak pengelola, anak-anak muda, dan
pemerintah dinilai cukup baik, kompak, dan terkoordinir. Semua
elemen yang menjadi bagian dari pengelolaan Museum Gedung Sate
ini mampu menghasilkan kerjasama dan sinergitas yang baik. Adapun
dalam kegiatan promosi, pihak pengelola sudah sangat gencar dan
aktif. Dengan memanfaatkan sosial media, akun instagram Museum
xlix
Gedung Sate mampu meraih 12.800 followers atau pengikut. Angka ini
dibilang cukup fantastis jika dibandingkan dengan museum lainnya.
Dalam perkembangannya, promosi yang dilakukan sangat mengikuti
zaman atau dapat dikatakan up to date. Pengelola kerap membuat ide
konten kreatif dengan membuat foto atau video yang didesain
semenarik mungkin dan tentunya mendapat perhatian wisatawan.
2. Jawaban Rumusan Masalah
a. Bagaimana rancangan atau strategi pengembangan wisata
yang efektif untuk mengembangkan wisata Museum Gedung
Sate?
Dari hasil penelitian, maka dapat dijawab mengenai bagaimana
rancangan atau strategi pengembangan wisata Museum Gedung Sate,
berikut adalah penjabaran jawabannya :
1. Mengoptimalkan penggunaan teknologi terbaru dalam
penawaran produk atau isi museum. Pengelola terus mencari
inovasi baru yang dapat menciptakan teknologi yang dinilai
dapat dikemas menjadi produk wisata. Untuk mencapainya,
pengelola dan pemerintah melakukan kerjasama dengan berbagai
lembaga atau organisasi yang bergerak di bidang teknologi. Hal
terpenting sebelum diluncurkannya teknologi tersebut dalam
museum adalah adanya ujicoba teknologi.
2. Memberdayakan sumber daya manusia yang memiliki potensi
dalam keberlanjutan wisata Museum Gedung Sate. Pihak
pengelola dan pemerintah memiliki kriteria tersendiri dalam me-
rekrut sumber daya manusia. Kriteria tersebut lebih terfokus
pada generasi milenial atau anak-anak muda atau mahasiswa
yang dinilai lebih energetik, aktif, kritis, inisiatif, dan memiliki
antusiasme yang tinggi. Selain itu, alasan mengapa dipilihnya
anak-anak muda adalah untuk mempersiapkan generasi milenial
agar dapat menumbuhkan etos kerja dan menambah wawasan
serta pengalaman.
l
b. Bagaimana peran pihak pengelola dan pemerintah dalam
pengembangan wisata Museum Gedung Sate agar diminati
oleh wisatawan?
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara
dengan pengelola, maka diperoleh jawaban sebagai berikut :
Peran pihak pengelola dalam pengembangan wisata Museum
Gedung Sate sangatlah penting. Pengelola museum terus melakukan
adanya brainstorming dalam diskusi atau rapat mingguan yang
membahas langkah nyata dalam meningkatkan minat wisatawan.
Adapun langkah nyata yang dilakukan yaitu :
(a). Memperkenalkan, mendayagunakan, dan meningkatkan
kualitas produk atau penawaran wisata;
(b). Melakukan evaluasi mengenai apa saja yang menjadi
hambatan, kendala, atau kegagalan.
(c). Melakukan dan mencari informasi mengenai inovasi baru
dalam pemaparan koleksi museum dengan cara yang berbeda, unik,
dan dapat diterima konteksnya oleh wisatawan.
c. Apa saja langkah yang dilakukan pengelola Museum Gedung
Sate dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan 3 tahun ke
depan guna meningkatkan minat dan jumlah kunjungan
wisatawan?
Langkah yang telah dilakukan pengelola 3 tahun terakhir :
1. Membangun akun sosial media seperti instagram dan website
resmi Museum Gedung Sate. Sejak tahun 2020, pengelola
mulai berkonsentrasi untuk mengembangkan akun sosial media
mereka untuk kegiatan promosi. Pengelola rutin membuat
postingan berupa instastory, feeds foto, dan feeds reels. Dalam
kegiatan ini, pengelola memiliki prinsip yaitu mengikuti trend
sosial media yang relevan dengan berjalannya waktu. Semua
ide kreatif dalam membuat konten instagram ataupun website
diatur agar terlihat ciamik dan unik serta memikat perhatian.
Dalam pengaturannya untuk membuat konten pun pengelola
memperhatikan desain, copywriting, dan algoritma sosial media
sehingga akun instagram Museum Gedung Sate dapat tertata
dengan baik bahkan memiliki 12.800 followers atau pengikut.
2. Melaksanakan dan membuat program baru yaitu Online Tour
dimana program ini dimulai dari sejak awal pandemi covid-19.
Banyaknya minat wisatawan yang ingin berkunjung namun
karena keterbatasan dan adanya penutupan tempat wisata yang
disebabkan oleh covid-19 membuat pengelola terpaksa untuk
mencari alternatif dan inovasi agar museum tetap dapat
li
dinikmati oleh wisatawan meskipun secara online (daring)
melalui zoom.
3. Mengadakan berbagai event seperti workshop dan seminar
yang dapat diikuti oleh wisatawan dan masyarakat luas.
Workshop atau seminar ini tidak hanya dilakukan secara
offline, namun juga dapat diikuti secara online atau daring.
Workshop dan seminar yang diadakan kebanyakan mengambil
tema pemanfaatan dan pelestarian kebudayaan dan sejarah.
Adapun acara-acara ini tidak dipungut biaya (gratis).
Pengadaan program ini dimulai sejak awal tahun 2020.
Sedangkan langkah-langkah yang akan dilakukan pengelola
dalam kurun waktu 3 tahun kedepan adalah sebagai berikut :
1. Mengubah tatanan ruang museum agar lebih lega dan
spacious sehingga wisatawan dapat menikmati isi museum
tanpa berdesakan. Langkah ini menjadi poin yang sangat
urgent bagi pengelola mengingat banyaknya keluhan dari
wisatawan yang menginginkan museum diperluas.
2. Menjalin kerjasama dengan UMKM Kota Bandung untuk
penjualan produk-produk wisata yang menjadi kearifan lokal
Kota Bandung seperti kerajinan tangan kaos, sepatu, tas, dan
kopi. Pengadaan pojok UMKM di halaman museum telah
dirancang oleh pengelola untuk menjual produk lokal dan
juga untuk membantu usaha masyarakat.
3. Mengadakan panggung hiburan seperti Live Music dan
pameran di halaman museum. Hal ini dilakukan untuk
mewujudkan permintaan wisatawan yang menginginkan
adanya panggung hiburan agar halaman museum lebih
terkesan ramai dan hidup. Pelaksanaan panggung hiburan ini
ditargetkan akan dimulai pertengahan tahun 2023 dan
diadakan setiap weekend.
lii
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
satunya adalah Gedung Sate yang di dalamnya terdapat museum yang unik
pengembangan wisata yang cukup pesat dan telah membuahkan hasil yang
manis saat ini. Dimulai dari potensi yang dimiliki, sumber daya manusia
Buah yang manis ini tentunya tidak lepas dari adanya peran
Gedung Sate.
dinilai menjadi hal yang membuat museum ini terkesan istimewa. Strategi
lain yaitu dengan menambah atraksi atau daya tarik wisata yang dapat
B. Saran
liii
agar penerangan dan kebersihannya lebih terjaga sehingga dapat
2. Menambah koleksi isi museum agar tidak monoton dan lebih lengkap
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
liv
Aditha, Agung P. 2015 . Pengembangan Wisata Pedesaan Berbasis Budaya Yang
berkelanjutan Di Desa Wisata Srowolan Sleman. Yogyakarta : Jurnal
Kepariwisataan Stipram, Vol 9 No 2 (2015): 61-76. http ://ejournal.
Stipram .net
Indonesiatripnews.com. 2020. Zulfikar, Aziz, Kepala Bidang Industri Pariwisata,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
https://indonesiatripnews.com/berita/tandai-seratus-tahun-gedung-sate-
menjadi-destinasi-wisata-kota-bandung/ (diakses 29 November 2022)
Nurdiansyah, Candra Nova (2019) Implementasi Augmented Reality (Ar) Dengan
Metode Marker Dan Markerless Pada Objek Dan Benda Bersejarah Di
Museum Gedung Sate. Other thesis, Universitas Komputer Indonesia.
Saputra, M Ryan. 2019. Strategi Pengembangan Wisata di Kawasan Gunung
Andong Magelang: Universitas Diponegoro.
https://media.neliti.com/media/publications/209088-strategi-
pengembangan-wisata-di-kawasan.pdf
lv