Anda di halaman 1dari 66

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN

PASAR TRADISIONAL DAN TOKO MODERN


DALAM RANGKA MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN
JOMBANG

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan syarat penyusunan skripsi pada Program Sarjana
Terapan Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh

CAMELIA RIZKI HANA

NPP. 29.0916

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PUBLIK


FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2021

0
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


PENATAAN PASAR TRADISIONAL
DAN TOKO MODERN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH DI KABUPATEN JOMBANG

Oleh : Camelia Rizki Hana

Nomor Pokok Praja : 29.916

Fakultas : Politik Pemerintahan

Program Studi : Kebijakan Publik

Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 30 Juni 2000

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal Oktober 2021

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr. H. Mansyur Achmad, M.Si Dra. Swani Sona Saragih, M.Si


NIP.19611231 198910 1 001 NIP.19680628 199303 2 012

0
0
0
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Judul Proposal Skripsi : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN
PASAR TRADISIONAL DAN TOKO
MODERN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH DI KABUPATEN JOMBANG
Nama : Camelia Rizki Hana
Nomor Pokok Praja : 29.0916
Prodi : Kebijakan Publik
Fakultas : Politik Pemerintahan
Tempat dan Tgl Lahir : Jombang, 30 Juni 2000
telah diuji dan dinyatakan lulus pada hari Jumat tanggal 15 bulan Oktober
tahun 2021 di hadapan Tim Penguji pada Sidang Ujian Proposall Skripsi
yang terdiri dari :

N Nama Kedudukan Tanda Tangan


o
(…………………...
1 Dr. H. Mansyur, M.Si Ketua
)

Sekretaris (…………………...
Dr. Dolf Eduard
2
Mitteboga, M.M )

(…………………...
3 Dra. Swani Sona Anggota
Saragih, M. Si )

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr. H. Mansyur, M.Si Dra. Swani Sona Saragih, M.Si


Pembina Utama Muda (IV/c) Penata Tk. I (III/d)
NIP.19611231 198910 1 001 NIP.19680628 199303 2 012
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kebijakan Publik

i
Anwar Rosshad, SH, M.Si
Pembina Tk.I (IV/b)
NIP.19660727 1999503 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan proposal skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PENATAAN PASAR TRADISIONAL DAN TOKO MODERN

DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI

KABUPATEN JOMBANG” tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal

kalender akademik program studi Diploma 4 di Institut Pemerintahan

Dalam Negeri. Proposal Skripsi ini disusun untuk diajukan guna

pengembangan kompetensi keilmuan terapan pemerintahan dan syarat

penyusunan skripsi pada Program Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan

Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Pada penulisan proposal skripsi ini penulis menyadari bahwa masih

jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan waktu yang digunakan

dalam penulisan maupun keterbatasan penulis sendiri. Penulisan proposal

skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bimbingan,

arahan, serta dukungan dari berbagai pihak yang tentunya sangat

berharga dan sangat membantu penulis. Ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh keluarga besar,

terutama doa dari orang tua penulis Ayahanda Suhartana dan Ibunda

tersayang Sunarti serta Saudari Kandung Adinda Raissa Salinda Hana

yang tiada pernah berhenti mengalir doanya agar diberikan kemudahan

i
dalam setiap langkah penulis untuk menyelesaikan penulisan proposal

skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Hadi Prabowo, MM., selaku Rektor Institut Pemerintahan

Dalam Negeri.

2. Bapak Dr. Andi Pitono, S.Sos, M.Si., selaku Dekan Fakultas Politik

Pemerintahan.

3. Bapak Anwar Rosshad, SH. M.Si., selaku Ketua Prodi Kebijakan

Publik.

4. Bapak Prof. Dr. Murtir Jedawi, SH. S. Sos, M.Si., selaku Direktur

IPDN Kampus Sulawesi Selatan.

5. Bapak Dr. H Mansyur Achmad, M.Si, selaku dosen pembimbing I

dan Ibu Dra. Swani Sona Saragih, M.Si, selaku dosen pembimbing

II yang selalu memberikan arahan, bimbingan serta pemikirannya

dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

6. Bapak Wiku Birawa Filipe Diaz Quinta, S.STP yang telah bersedia

untuk meluangkan waktunya bertukar pikiran dengan penulis serta

memberikan gambaran awal terkait permasalahan kebijakan yang

akan diangkat dalam penelitian.

7. Seluruh rekan penulis yang telah bersedia menjadi teman diskusi

serta memberikan dorongan motivasi kepada penulis selama

penyelesaian proposal skripsi ini.

ii
8. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan proposal skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang

sesuai dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga menyampaikan

permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan ini

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk baik

yang berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan proposal skripsi ini. akhir

kata penulis mengaharapkan proposal skripsi ini dapat memberikan

manfaat kedepannya bagi seluruh pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jatinangor, Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI


LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................9
1.4 Kegunaan Penelitian..............................................................10
1.4.1 Kegunaan Teoritis..................................................................10
1.4.2 Kegunaan praktis...................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................11
2.1 Deskripsi Penelitian Sebelumnya..........................................11
2.2 Landasan Teoritik Dan Legalistik..........................................14
2.2.1 Landasan Teoritik.......................................................14
2.2.1.1 Konsep Implementasi kebijakan.......................15
2.2.1.2 Konsep Kebijakan Publik..................................20
2.2.1.3 Pasar................................................................21
2.2.1.4 Toko modern....................................................22
2.2.1.5 Peraturan Zonasi..............................................23
2.2.1.6 Pendapatan Asli Daerah..................................24
2.2.2 Landasan Legalistik....................................................26
2.2.2.1 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007
Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern...........................26

iv
2.2.2.2 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56
Tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman,
Penataan, Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern.....................................27
2.2.2.3 Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor
14 Tahun 2020 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern.....................................28
2.2.2.4 Peraturan Bupati Jombang Nomor 71 Tahun
2020 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Jombang
Nomor 59 Tahun 2020 tentang Moratorium Izin Usaha
Toko Modern...................................................................29
2.3 Kerangka Pemikiran..............................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................32
3.1 Pendekatan Penelitian...........................................................32
3.2 Operasionalisasi Konsep.......................................................33
3.3 Sumber Data dan Informan...................................................34
3.3.1 Sumber data...............................................................34
3.3.2 Informan.....................................................................35
3.4 Instrumen Penelitian..............................................................37
3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................37
3.6 Teknik Analisa Data...............................................................41
3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian................................................43
3.7.1 Jadwal Penelitian.......................................................43
3.7.2 Lokasi Penelitian........................................................44
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................45
LAMPIRAN.................................................................................................48

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Data Jumlah Minimarket.............................................................6


Tabel 1. 2 Data Jumlah Pasar, Toko Modern, dan Toko Peracangan di
Kabupaten Jombang Tahun 2021................................................................6
Tabel 1. 3 Data Jumlah Pendapatan Asli Daerah Yang Bersumber Dari
Hasil Retribusi Daerah Di Kabupaten Jombang..........................................7

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu 11

Tabel 3. 1 Operasionalisasi Konsep..........................................................34


Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama Tahun
Akademik 2021/2022.................................................................................43

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle...............19


Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran..............................................................31
Gambar 3. 1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data.................................41

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

kehidupan perekonomian masyarakat dalam mendukung pemenuhan

kebutuhan. Seiring dengan perkembangan zaman pasar mulai

mengalami perkembangan dimulai dari pasar tradisional hingga modern.

Munculnya toko-toko modern dengan segala kelebihan fasilitas yang

dimilikinya mempengaruhi perubahan pola beli masyarakat yang mulai

meninggalkan pasar tradisional beralih ke toko modern. Peningkatan

pertumbuhan toko modern yang begitu pesat berbanding terbalik dengan

pasar tradisional memicu tumbuhnya persaingan antara pasar tradisional

dan toko modern serta dapat mempengaruhi perkonomian masyarakat

yang kehidupannya bergantung pada pasar tradisional sehingga akan

berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu poin terpenting

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selaras dengan salah satu

tujuan dari terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya

toko modern dapat mendorong pertumbuhan ekonomi namun harus

memperhatikan kesejahteraan masyarakat sehingga diperlukan

keseimbangan dan keselarasan antara toko modern dan pedagang kecil

dalam hal ini pasar tradisional. Disisi lain dengan adanya pasar tradisional

1
2

dan toko modern dapat menambah pendapatan asli daerah melalui

retribusi daerah. Pendapatan daerah mendorong daerah untuk

melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Pasar tradisional menurut Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007

pada pasal 1 ayat 2 memiliki definisi :

“pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah


daerah, swasta, badan usaha milik daerah termasuk kerjasama
dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan
tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah,swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha
skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang melalui
tawar menawar.”
Sedangkan definisi Toko modern menurut Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan

Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern

pada pasal 1 ayat (6) merupakan toko yang menggunakan sistem

pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis-jenis barang secara eceran

yang berbentuk Swalayan, Minimarket, Supermarket, Department Store,

Hypermarket ataupun Grosir dalam bentuk perkulaan.

Dilihat dari definisi diatas, pasar tradisional dan toko modern

memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Pada pasar tradisonal terjadi

interaksi langsung antara penjual dengan pembeli dalam bentuk proses

tawar menawar. Selain itu kondisi fisik pasar tradisional yang memiliki

bangunan temporer, semi permanen dan permanen sangat jauh bila

dibandingkan dengan kondisi fisik toko modern yang memiliki bangunan


3

lebih mewah dengan segala kelebihan fasilitas yang dimiliki. Ditambah

dengan asumsi masyarakat yang berpendapat bahwa kondisi lingkungan

pasar yang kumuh, jorok serta harga yang tidak stabil karena adanya

proses tawar menawar didalamnya membuat masyarakat lebih memilih

beralih ke toko modern yang dinilai lebih bersih, nyaman dengan harga

yang pasti. Disamping itu, masyarakat dapat melayani dirinya sendiri

dalam memilih barang-barang kebutuhan dengan ketersediaan barang

barang kebutuhan di toko modern yang cukup beragam. Beberapa toko

modern juga menawarkan berbagai diskon dan juga hadiah bagi para

pembeli sehingga hal tersebut membuat daya tarik sendiri bagi

masyarakat untuk beralih ke toko modern. Hal ini sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan Andriani dan Ali yang menjelaskan hadirnya

berbagai pasar modern yang mempunyai fasilitas lebih dibandingkan

dengan pasar tradisional membuat cukup banyak masyarakat yang lebih

memilih beralih ke toko modern(dalam Setyawan et al., 2015).

Perkembangan pasar modern dalam hal ini toko modern yang

dinilai cukup pesat tentu akan dapat mempengaruhi perekonomian

masyarakat yang bergantung pada pasar tradisional. Cukup banyak

masyarakat yang beralih ke toko modern membuat eksistensi pasar

tradisional akan menurun dan digantikan oleh toko modern. Toko modern

sebagai bagian dari tuntutan dari masyarakat di era modern yang

menginginkan kehidupan dengan fasilitas yang nyaman, didukung dengan

kegiatan yang efektif dan efisien. Akan tetapi, dengan pesatnya


4

perkembangan pasar modern serta tidak diimbangi dengan

perkembangan pasar tradisional membuat banyaknya keluhan

masyarakat yang bergantung pada pasar tradisional akan kehilangan

pelanggan serta akan berpengaruh pada pendapatan mereka dan pada

akhirnya akan mempengaruhi perkonomian masyarakat.

Mengatasi hal tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan Dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

peraturan ini dikeluarkan dengan tujuan menjaga keberadaan pasar

tradisional ditengah perkembangan toko modern yang begitu pesat agar

tumbuhnya persaingan yang sehat antara pelaku pasar tradisional dan

toko modern. untuk memperkuat regulasi yang telah dikeluarkan,

pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56 Tahun

2014 tentang perubahan atas peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70

Tahun 2013 tentang Pedoman, Penataan, Dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. Peraturan ini

mencakup pembatasan jarak antara pasar tradisional dan toko modern,

perizinan pendirian toko modern serta pengelolaan dan pengaturan pasar

tradisional.

Di kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur adanya toko modern

juga menjadi permasalahan, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kasus

warga yang menolak berdirinya toko modern. dan semakin banyaknya

kehadiran toko modern diarea sekitar pasar tradisional dan area


5

pemukiman warga (Arifin 2020). Hal ini menimbulkan permasalahan

terancamannya keberadaan pasar tradisional yang ada di kabupaten

Jombang. permasalahan yang sebenarnya terjadi timbul akibat dari

masyarakat yang lebih memilih menggunakan toko modern dibandingkan

dengan pasar tradisional.

Guna menjaga keseimbangan ekonomi untuk terciptanya

kesejahteraan masyarakat pelaku usaha di pasar tradisional dan toko

modern serta mendorong sinergitas antara pasar tradisional dan toko

modern dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintah

kabupaten Jombang mengeluarkan regulasi berupa Peraturan Daerah

Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2020 tentang perubahan kedua

atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman

Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan

Toko Modern sebagai solusi dalam mengatur batasan pengoperasian toko

modern. Regulasi ini diperkuat dengan adanya Peraturan Bupati Jombang

Nomor 71 Tahun 2020 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Jombang

Nomor 59 Tahun 2020 tentang Moratorium Izin Usaha Toko Modern di

kabupaten Jombang sebagai langkah yang diambil pemerintah dalam

rangka mengendalikan keberadaan toko modern yag saat ini menjamur

agar tidak mematikan usaha masyarakat kecil sekitar. Dapat kita lihat data

perkembangan jumlah minimarket serta data jumlah pasar, toko modern,

toko peracangan pada tahun 2021 di kabupaten Jombang sebagai

berikut :
6

Tabel 1. 1 Data Jumlah Minimarket

No. Tahun Jumlah


1 2019 137
2 2020 160
3 2021 180

Tabel 1. 2 Data Jumlah Pasar, Toko Modern, dan Toko Peracangan di


Kabupaten Jombang Tahun 2021

1 Jumlah pasar daerah 17


2 Jumlah pasar desa 25
3 Jumlah toko modern 180
4 Jumlah warung/toko peracangan 6889
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Jombang,2021
Dari data diatas dapat dilihat perkembangan jumlah minimarket/

toko modern di kabupaten Jombang cukup pesat serta ditambah dengan

perbandingan jumlah pasar dengan jumlah toko modern yang ada

dikabupaten Jombang cukup jauh. Disamping itu banyaknya jumlah

warung/toko peracangan milik masyarakat di kabupaten Jombang yang

menjadi sumber penghasilan mereka. Keberadaan toko modern

dikabupaten Jombang tentunya akan mempengaruhi perekonomian

masyarakat sekitar yang perekonomiannya bertumpu pada sektor pasar

dan usaha kecil seperti warung/ toko peracangan. Keadaan ini apabila

tidak dikendalikan dengan baik maka akan timbulnya permasalahan pada

masyarakat. Pendapatan mereka akan terus berkurang dengan

menurunnya pola beli masyarakat pada pasar tradisional dan berpindah

ke pasar modern. Diperkuat dengan menurunnya laju pertumbuhan

ekonomi kabupaten Jombang pada tahun 2020 dengan minus 1,98

persen dan sektor pedagangan sebagai salah satu kontributor


7

perekonomian kabupaten Jombang yang mengalami minus (BPS

Kabupaten Jombang 2020).

Disisi lain adanya pasar tradisional dan toko modern juga akan

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di kabupaten Jombang.

dimana sumber pendapatan asli daerah salah satunya bersumber dari

retribusi pasar dan juga retribusi ijin usaha toko modern yang termasuk

kedalam hasil retribusi daerah. hal tersebut dapat dilihat pada data

pendapatan asli daerah dari sumber retribusi daerah berikut :

Tabel 1. 3 Data Jumlah Pendapatan Asli Daerah Yang Bersumber Dari


Hasil Retribusi Daerah Di Kabupaten Jombang

No Tahun Jumlah

1. 2018 45.495.075.890,00

2. 2019 32.824.675.930,00

3. 2020 27.422.368.619,95

Sumber : BPKAD Kabupaten Jombang (diolah oleh Peneliti, 2021)

Data tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah pendapatan asli

daerah kabupaten Jombang yang bersumber dari hasil retribusi daerah.

salah satu penyebabnya dipengaruhi oleh sektor pasar dengan maraknya

toko modern yang ada di Kabupaten Jombang.

Melihat dari kebijakan pemerintah kabupaten Jombang dalam

peraturan daerah kabupaten Jombang nomor 14 tahun 2020 tentang

perubahan kedua atas peraturan daerah nomor 16 tahun 2012 tentang

pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan


8

dan toko modern pada pasal 4 ayat (1) huruf e dimana jarak antara pusat

perbelanjaan dan toko modern lainnya maupun antara pusat perbelanjaan

dan toko modern dengan pasar tradisional dan toko pracangan/toko

kelontong yang telah ada sebelumnya paling dekat dengan radius 3.000

m. Berbeda dengan yang terjadi dilapangan seperti toko modern di dusun

cukir, desa cukir, kecamatan diwek yang berlokasi berdekatan dengan

pasar tradisional (Rachman 2019). Didalam peraturan tersebut juga

dijelaskan bahwa adanya pembatasan jam operasional toko modern.

namun dalam pelaksanaannya banyak toko modern yang tidak mematuhi

aturan tersebut bahkan ada yang menerapkan buka 24 jam, hal tersebut

sudah jelas menyalahi aturan yang berlaku.

Melihat fenomena semakin maraknya toko modern dan banyaknya

kasus melanggar kebijakan yang telah dikeluarkan di Kabupaten Jombang

inilah yang menjadi perhatian peneliti untuk melakukan penelitian terkait

kebijakan penataan pasar tradisional dan toko modern karena kebijakan

ini menyangkut keberlangsungan perekonomian masyarakat Jombang

yang pada akhirnya memberikan dampak pada pendapatan asli daerah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti memiliki

ketertarikan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Implementasi

Kebijakan Penataan Pasar Tradisional dan Toko Modern Dalam

Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Jombang”
9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

peneliti merumuskan masalah penelitian yang akan diteliti yakni sebagai

berikut

1. Bagaimana implementasi kebijakan penataan pasar tradisional dan

toko modern dalam rangka meningkatkan pendapatan Asli Daerah

di kabupaten Jombang?

2. Apa faktor penghambat dalam kebijakan penataan pasar tradisional

dan toko modern di kabupaten Jombang ?

3. Bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan pelaksanaan

kebijakan penataan pasar tradisional dan toko modern di

kabupaten Jombang

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sesuai dengan

rumusan permasalahan diatas yakni sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern di kabupaten Jombang

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam kebijakan penataan

pasar tradisional dan toko modern di kabupaten Jombang

3. Untuk mengetahui upaya apa saya yang dilakukan dalam

mengatasi hambatan pelaksanaan kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern di kabupaten Jombang


10

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teori

ataupun konsep ilmu yang telah dipelajari dan didapatkan dalam proses

belajar di kelas agar dapat diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat

serta dapat memberikan kontribusi positif dalam penataan pasar

tradisional dan toko modern berdampak baik bagi perekonomian

masyarakat dan peningkatan pendapatan asli daerah.

1.4.2 Kegunaan praktis

Adapun kegunaan penelitian secara praktis yakni sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Jombang, dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan ataupun saran dan masukan dalam

pengembangan kebijakan penataan pasar tradisional dan toko

modern sehingga berdampak baik bagi perekonomian masyarakat

yang berujung peningkatan pendapatan asli daerah.

2. Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri, dapat digunakan sebagai

sumber referensi dan sumbangan pikiran bagi penelitian

selanjutnya

3. Bagi Penulis, dapat menambah ilmu, pengetahuan dan wawasan

serta pengalaman praktik sesuai dengan teori sebagai bekal yang

dapat digunakan ketika terjun di lapangan nantinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Penelitian Sebelumnya

Pada bagian ini akan mempaparkan secara argumentatif terhadap

hasil-hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan tema

penelitian yang akan diambil oleh peneliti. Terdapat tiga penelitian terbaru

yang akan peneliti sajikan untuk melihat perbedaan dan persamaan

sehingga peneliti mampu melihat posisi penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti. Hasil penelitian tersebut akan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu

Nama
Penelitian Judul Metode
Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian Penelitian
Penelitian
Wira Implementasi Untuk mengetahui Metode Hasil dari implementasi
Lesmana, Peraturan implementasi penelitian Peraturan Daerah
Rita Daerah Peraturan Daerah kuantitatif Kabupaten Bogor Nomor 11
Rahmawati, Kabupaten Kabupaten Bogor dengan Tahun 2012 dalam
Muhamad Bogor Nomor Nomor 11 Tahun pendekatan penataan minimarket
YGG Seran 11 Tahun 2012 2012 tentang deskriptif diperoleh skor rata-rata
(Jurnal dalam Penataan Penataan sebesar 3,24 menurut
Governansi,2 Minimarket Minimarket, untuk penafsiran berada pada
017) mengetahui faktor- kategori sedang. Hasil ini
faktor penghambat menunjukkan pelaksanaan
dalam implementasi Peraturan Daerah tersebut
dan menganalisis belum sepenuhnya di
upaya untuk implementasikan
mengatasi
hambatan tersebut
Hasan Bisri , Implementasi Untuk menganalisis Metode Implementasi kebijakan
Umiyati Idris, Kebijakan implementasi penelitian penataan dan pembinaan
Mardianto Penataan dan kebijakan penataan kualitatif pasar tradisional, pusat
(Jurnal Pembinaan dan pembinaan dengan perbelanjaan dan toko
Administrasi Pasar pasar tradisional, pendekatan modern yang dilakukan oleh
Publik, 2019) Tradisional, pusat perbelanjaan, deskriptif pemerintah kota Palembang
Pusat dan toko modern di dalam bentuk pelaksanaan
Perbelanjaan kota Palembang pembinaan, pengawasan
dan Toko dan evaluasi terhadap
Modern di Kota pengelolaan Pusat
Palembang Perbelanjaan, dan Toko

11
12

Modern dilakukan oleh


Walikota sudah berjalan
cukup baik namun perlu
ditingkatkan dalam hal
komunikasi
Adi Saputera Implementasi Untuk mengetahui Metode Implementasi kebiajak
Nugraha , Kebijakan Implementasi Penelitian berkaitan dengan pendirian
Muhammad Penerapan kebijakan penerapan Yuridis toko modern tidak
Bahri Yadi , Zonasi Dalam zonasi dalam empiris komprehensif karena
Sodya An Penataan penataan lokasi kemitraan yang
Nuryazza Lokasi Pasar pasar tradisional dan diamanatkan dalam
(Jurnal Lex Tradisional dan toko modern di peraturan presiden tidak
Suprema, Vol. Pasar Modern Kabupaten Paser diatur lebih lanjut pada
3 No. 1 Maret serta faktor faktor permendagri. Adapun
2021) yang mendukung Faktor yang mempengaruhi
dan menghambat implementasi kebijakan
implementasi adalah faktor hukum, faktor
kebijakan penegak hukum, faktor
sarana dan fasilitas, faktor
masyarakat dan faktor
budaya

Sumber : Diolah peneliti dari berbagai sumber, 2021

Dari penelitian terdahulu yang terdiri dari tiga penelitian bahwa

penelitian yang pertama yaitu Artikel Jurnal dalam Jurnal Governansi yang

ditulis oleh Wira Lesmana, Rita Rahmawati, dan Muhamad YGG Seran

pada tahun 2019 dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah

Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2012 dalam Penataan

Minimarket”. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah metode penelitian kuantitatif dan pendekatan deskriptif

yang berbeda dengan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini.

sedangkan persamaan yang ada adalah fokus penelitian. Adapun hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa Hasil dari implementasi

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2012 dalam

penataan minimarket diperoleh skor rata-rata sebesar 3,24 menurut

penafsiran berada pada kategori sedang. Hasil ini menunjukkan


13

pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut belum sepenuhnya di

implementasikan (Lesmana, Rahmawati, and Seran 2017).

Penelitian sebelumnya yang kedua dilakukan oleh Hasan Bisri,

Umiyati Idris, dan Mardianto yang berupa Jurnal artikel dalam Jurnal

administrasi publik tahun 2019 dengan judul “Implementasi Kebijakan

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern di Kota Palembang”. Menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang memiliki persamaan dengan

metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Perbedaan

dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

terletak pada fokus serta lokasi penelitian. Adapun hasil dari penelitian ini

menunjukkan Implementasi kebijakan penataan dan pembinaan pasar

tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern yang dilakukan oleh

pemerintah kota Palembang sudah berjalan cukup baik namun perlu

ditingkatkan dalam hal komunikasi(Basri et al. 2019).

Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Adi

Saputera Nugraha , Muhammad Bahri Yadi , dan Sodya An Nuryazza

berupa artikel jurnal dalam Jurnal Lex Suprema, Vol. 3 No. 1 pada Maret

2021 yang berjudul “Implementasi Kebijakan Penerapan Zonasi Dalam

Penataan Lokasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern”. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian yuridis empirik yang berbeda dengan

yang akan digunakan oleh peneliti. Persamaan terletak pada fokus

penelitian. Adapun hasil penelitian menunjukkan Implementasi kebijakan


14

berkaitan dengan pendirian toko modern tidak komprehensif karena

kemitraan yang diamanatkan dalam peraturan presiden tidak diatur lebih

lanjut pada permendagri. sedangkan Faktor yang mempengaruhi

implementasi kebijakan adalah faktor hukum, faktor penegak hukum,

faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat dan faktor budaya (Nugraha,

Yadi, and Nuryazza 2021).

2.2 Landasan Teoritik Dan Legalistik

2.2.1 Landasan Teoritik

Landasan teoritik merupakan bagian penting dalam proses

penelitian. Hal ini membantu peneliti dalam memecahkan permasalahan

dengan menggunakan teori yang berhubungan sebagai faktor yang

mendukung sebuah penelitian. Sehingga masalah penelitian yang ditemui

dapat dikembangkan oleh peneliti. Sejalan dengan pemikiran Sugiyono

(2016:52), bahwa perlu adanya landasan teori agar penelitian memiliki

dasar yang kuat dan tidak hanya sekedar proses coba coba (trial and

eror). Teori memiliki tiga fungsi secara umum, yakni untuk menjelaskan

(explanation), memprediksi (prediction), dan mengendalikan suatu gejala

(control).

2.2.1.1 Konsep Implementasi kebijakan

Implementasi Kebijakan merupakan salah satu tahapan proses dari

suatu kebijakan publik. Implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai

tahapan pelaksanaan suatu kebijakan. Kebijakan publik tidak memiliki arti

tanpa adanya implementasi kebijakan. selaras dengan yang dikemukakan


15

oleh Purwanto dan Sulistyastuti bahwa “berbagai tujuan kebijakan tentu

tidak akan tercapai dengan sendirinya tanpa kebijakan tersebut

diimplementasikan(Purwanto and Sulistyastuti 2015:13). Menurut Abdul

Wahab (dalam Tahir:2021) mengatakan bahwa

“implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan


dasar, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, namun dapat pula
berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif
yang penting atau keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan
tersebut mengidentifikasi masalah yang diatasi, menyebutkan
secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara
untuk menstruktur/ mengatur proses implementasinya”
Hal ini berarti bahwa setelah adanya keputusan yang diambil maka

selanjutnya bagaimana keputusan tersebut diimplementasikan.

Sementara itu yang dimaksud dengan implementasi kebijakan

publik adalah bentuk pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pihak-pihak yang saling berkaitan sehingga dalam mengurangi terjadinya

penyimpangan kebijakan (Luankali,2007:34). Selain itu batasan dalam

implementasi kebijakan publik dinyatakan oleh Van Horn (Wahab,

2012 :163) bahwa implementasi sebagai suatu perbuatan yang dilakukan

oleh individu/pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang

ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

kebijakan.

Untuk mengukur terlaksana atau tidaknya suatu kebijakan publik

diperlukan indikator-indikator tertentu. indikator indikator ini ditetapkan

dalam sebuah bentuk model implementasi kebijakan. Ada beberapa

model implementasi kebijakan publik (Tahir 2020:89-140) diantaranya


16

model implementasi kebijakan Goerge C. Edwars III, Donald Van Meter

dan Carel Van Horn, Merilee S. Grindle.

Dari beberapa pendapat ahli yang telah peneliti uraikan diatas

maka peneliti memilih menggunakan teori implementasi yang telah

dirumuskan oleh Merile S. Grindle. Menurut Grindle (dalam Tahir:

2020:74) mengemukakan teori implementasi merupakan sebuah proses

politik dan administrasi. Teori ini memandang bahwa Implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh dua variabel besar yakni isi kebijakan (content

of policy) dan konteks/lingkungan kebijakan (context of policy). Dalam

teori ini Grindle menyatakan bahwa proses implementasi kebijakan hanya

dapat dijalankan apabila tujuan dan sasaran yang telah dirinci diawal,

program-program aksi yang sudah dirancang, dan telah teralokasikan

dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut.

Isi kebijakan (content of policy) mencakup

1) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan. Indikator ini melihat

dalam suatu pelaksanaan kebijakan tentu melibatkan berbagai

macam kepentingan dan sejauhmana kepentingan tersebut

berpengaruh terhadap implementasi kebijakan.

2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan. Suatu kebijakan harus

memiliki manfaat yang berdampak positif dalam proses

implementasi yang akan dilaksanakan.

3) Derajat perubahan yang diinginkan. Pada setiap kebijakan yang

telah dikeluarkan pasti mempunyai target yang akan dicapai.


17

Indikator ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar perubahan

yang ingin dicapai dalam proses implementasi kebijakan dengan

skala yang jelas.

4) Kedudukan pembuat kebijakan. Dalam melaksanakan suatu

kebijakan, pembuat kebijakan mempunyai peranan penting. Maka

indikator ini menjelaskan dimana kedudukan pengambilan

keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan

5) Siapa pelaksana program. Kebijakan tidak dapat berjalan tanpa

adanya pelaksana kebijakan. Untuk itu diperlukan pelaksana

kebijakan yang berkompeten dan cakap agar kebijakan tersebut

terlaksana dengan baik.

6) Sumber daya yang dikerahkan. Dikeluarkannya kebijakan harus

didukung oleh sumber daya yang mendukung agar dalam

pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

Konteks Kebijakan (context of policy) mencakup

1) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat. Perlunya

diperhitungkan kekuasaan, kepentingan dan strategi yang

digunakan oleh aktor kebijakan agar pelaksanan suatu

implementasi kebijakan dapat berjalan lancar.

2) Karakteristik lembaga dan penguasa. Keberhasilan kebijakan yang

dilaksanakan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga

indikator ini menjelaskan karakteristik dari lembaga dan penguasa

yang akan mempengaruhi suatu kebijakan


18

3) Kepatuhan serta daya tanggap pelaksana. Hal ini merupakan

bagian penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Indikator ini

harus menjelaskan sejauhmana kepatuhan dan daya tanggap dari

pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Implementasi kebijakan yang ditentukan oleh isi dan konteks/

lingkungan kebijakan yang diterapkan, sehingga dapat diketahui apakah

dalam menjalankan suatu kebijakan para pelaksana kebijakan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan, serta apakah kebijakan mempunyai

pengaruh terhadap suatu lingkungan, maka tingkat perubahan yang

diharapkan akan dapat terjadi.

Gambar 2. 1 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Melaksanakan kegiatan dipengaruhi oleh :


Isi kebijakan
Tujuan Kepentingan yang dipengaruhi Hasil kebijakan
Kebijakan Tipe manfaat Dampak pada
Derajat perubahan yang diharapkan masyarakat, individu
Letak pengambilan keputusan dan kelompok
Pelaksana program Perubahan dan
Sumber daya yang dilibatkan penerimaan oleh
Konteksi implementasi masyarakat
Kekuasaan, kepentigan dalam strategi aktor
Tujuan yang terlibat
yang ingin Karakteristik lembaga dan penguasa
dicapai Kepatuhan dan daya tanggap

Program yang
Program aksi dan dijalankan seperti yang
proyek individu direncanakan?
yang didesain dan
dibiayai

Mengukur keberhasilan

Sumber : Grindle, dalam Tahir Arifin, 2020:75


19

Sesuai dengan yang telah peneliti jabarkan diatas, bahwa

penelitian ini menggunakan teori Merilee S. Grindle (dalam Leo Agustino,

2016:142) yang diukur dari proses perolehan hasil (tercapai atau tidaknya

tujuan yang dikehendaki). Hal tersebut dapat dilihat dari dua hal berikut :

1. Dilihat dari proses, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan telah sesuai dengan yang telah ditentukan dengan

melihat pada aksi kebijakannya.

2. Tercapainya tujuan kebijakan. Dengan melihat dua faktor yaitu

dampak pada masyarakat, dan tingkat perubahan yang terjadi pada

masyaratkan serta penerimaan oleh kelompok sasaran.

Peneliti memilih menggunakan indikator dari teori tersebut karena

dipandang lebih tepat dan sesuai untuk mengukur perolehan hasil

(tercapai atau tidaknya tujuan yang dikehendaki) pada Implementasi

Kebijakan penataann pasar tradisional dan toko modern dalam rangka

meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Jombang. Sehingga

memudahkan peneliti dalam memecahkan permasalahan. Pada akhirnya

teori ini bertujuan sebagai tolak ukur dalam menilai keberhasilan atau

tidaknya kebijakan yang telah dikeluarkan serta dampak dan perubahan

yang terjadi ditengah masyarakat.

2.2.1.2 Konsep Kebijakan Publik

Secara umum kebijakan publik (public policy) terdiri atas dua kata

yakni kebijakan dan publik. Secara etimologi menurut Kamus Besar


20

Bahasa Indonesia (KBBI) kata kebijakan berasal dari kata “Bijak” yang

artinya menggunakan akal, budidaya, pandai dan mahir.

Beberapa ahli mengungkapkan konsep pemikiran yang terkait

dengan kebijakan. Menurut Thomas R. Dye (2008:1) “ Public policy is

what ever goverments choose to do or not to do”. Pengertian ini memiliki

arti bahwa kebijakan publik dibuat oleh pemerintah bukan swasta dan

kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak

dilakukan oleh pemerintah. Selanjutnya menurut David Easton

(Luankali,2007:1) “bahwa kebijakan publik sebagai alokasi nilai-nilai

secara otoratif untuk keseluruhan masyarakat”. Hal ini berarti bahwa

ketika pemerintah membuat suatu kebijakan publik, maka itu pula

pemerintah mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat. Untuk

membuat suatu kebijakan diperlukan tahapan tahapan proses. Menurut

Dunn terdiri atas penyusunan masalah/ rumusan masalah, formulasi

kebijakan/ forecasting, adopsi kebijakan/ rekomendasi, implementasi

kebijakan/ monitoring, dan penilaian kebijakan/ evaluasi.

Pengertian terakhir dari kebijakan publik yang akan diuraikan

adalah pengertian kebijakan publik menurut Charles O. Jones (dalam

Tahir, 2020:28) yang menjelaskan bahwa

“kebijakan publik adalah sebuah tindakan pemerintah yang terdiri


dari komponen-komponen :
1. Goals atau tujuan yang diinginkan,
2. Plans yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan,
3. Programs, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan
4. Decisions atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk
menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan
mengevaluasi program,
21

5. Effect, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau


tidak, primer atau sekunder)”.

Dari beberapa pendapat yang telah peneliti sebutkan diatas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah suatu tidakan yang

sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang didalamnya

terdapat upaya untuk memilih berbagai alternaltif yang ada dalam rangka

mencapai suatu tujuan.

2.2.1.3 Pasar

Dalam peraturan menteri perdagangan dijelaskan pengertian Pasar

yang merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk

melaksanakan transaksi, sarana interaksi sosial budaya masyarakat, dan

pengembangan ekonomi masyarakat. sedangkan menurut Said Sa’ad

Mathon (dalam Aliyah, 2014) pasar merupakan sebuah mekanisme yang

mempertemukan penjual dan pembeli agar terjadinya transaksi atas

barang dan jasa, baik dalam bentuk produksi dan juga penentuan harga.

Toni (dalam Aliyah, 2014) juga menjelaskan bahwa pasar juga merupakan

dasar ekonomi yang dapat mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan

masyarakat.

Menurut Herman Malano (2011:13) dengan adanya pasar berperan

sebagai “representarif dari ekonomi rakyat, ekonomi kelas bawah serta

tempat bergantung para pedagang dengan skala kecil dan menengah”.

Herman juga mengatakan bahwa pasar tradisional sebagai tumpuan para

pelaku usaha kecil seperti petani, peternak, pengrajin, atau produsen


22

lainnya selaku pemasok(Malano 2011:13). Serta pada pasar banyak

penduduk Indonesia yang masih mengandalkan pasar untuk pemenuhan

kehidupan mereka sehari hari yang identik dengan kelompok masyarakat

menengah kebawah. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah

dikemukakan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar

merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan

transaksi ekonomi dimana cakupan transaksi ekonomi tersebut lebih

cenderung diperuntukkan bagi ekonomi menengah kebawah.

2.2.1.4 Toko modern

Toko modern merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

untuk melakukan transaksi jual beli secara tidak langsung(Nugraha, Yadi,

and Nuryazza 2021). Yang dimaksud dalam hal ini pembeli melayani

kebutuhannya sendiri dan harga telah tercantum pada barang yang akan

diberi sehingga tidak terjadi proses tawar-menawar. Hal ini selaras

dengan yang dikemukakan Malano(2011:76) yang mengatakan toko

modern sebagai

“pasar yang mengandung pengertian tidak jauh berbeda dengan


pasar tradisional, namun didalamnya pembeli dan penjual tidak
berinteraksi langsung melainkan pembeli melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan
pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh
pramuniaga. Barang-barang yang dijual diantaranya: buah, sayur,
daging, pakaian, dan barang-barang yang tahan lama.”

Dari pendapat yang telah dijelaskan, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa toko modern merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli


23

secara tidak langsung yang memberikan kelebihan fasilitas dalam

pelayanan.

2.2.1.5 Peraturan Zonasi

Peraturan Zonasi merupakan merupakan aturan yang digunakan

sebagai alat untuk mengatur penggunaan lahan. Menurut Babcock (dalam

Nugraha, Yadi, and Nuryazza 2021) “Zoning is division of a municipality

into districts for the purpose of regulating the use of private land”. Dalam

peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 dijelaskan bahwa “Peraturan

Zonasi adalah ketentuan-ketentuan pemerintah daerah setempat yang

mengatur pemanfaatan ruang dari unsur-unsur pengendalian yang

disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata

ruang”.

Berkaitan dengan penataan pasar tradisional dan toko modern

yang ditentukan dalam Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 peraturan

zonasi ini termasuk didalamnya dengan mengacu pada rencana tata

ruang wilayah kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang

kabupaten/kota. Peraturan zonasi yang digunakan dalam penataan pasar

tradisional dan toko modern dalam bentuk pembatasan jarak antara toko

modern dan pasar tradisional yang sudah ada serta memperhatikan

kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, keberadaan pasar tradisional,

usaha kecil dan menengah yang ada di lingkungan masyarakat.


24

2.2.1.6 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh

daerah dari sumber-sumber daerah yang terdapat dalam wilayahnya

sendiri dan dipungut berdasarkan peraturan daerah atas peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Melalui pendapatan asli daerah dapat

dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah

dan pembangunan daerah (Baldric,2017:23). PAD dianggap sebagai

alternaltif untuk mendapatkan dana tambahan yang dapat diperuntukkan

guna berbagai keperluan yang ditentukan oleh daerah itu sendiri.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 157 tentang

Pemerintah Daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri atas

pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba badan usaha milik daerah,

penerimaan dari dinas-dinas daerah dan penerimaan lain-lain.

Diantara sumber-sumber pendapatan asli daerah berasal dari

retribusi daerah. Retribusi daerah merupakan pungutan atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus diberikan pemerintah daerah dan

diperuntukkan kepentingan orang pribadi atau badan (Baihaqqi, dalam

Asih & Irawan, 2018) Dalam hal ini jasa merupakan kegiatan berupa

usaha atau pelayanan yang menyediakan barang, fasilitas atau

kemanfaatan lain dapat dinikmati oleh pribadi atau badan, sehingga

apabila seseorang mengingikan jasa yang telah pemerintah sediakan, ia

wajib membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jasa


25

diberikan oleh pemerintah daerah meliputi jasa umum, jasa usaha, dan

perizinan tertentu.

Retribusi jasa umum merupakan retribusi atas jasa yang telah

disediakan oleh pemerintah daerah dengan tujuan kepentingan umum dan

kemanfaatan umum dan dapat dinikmati oleh pribadi maupu badan. Jenis

retribusi jasa umum meliputi retribusi pelayanan kesehatan, pelayanan

kebersihan, pengantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte

catatan sipil, pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, pelayanan

parker di tepi jalan umum, pelayanan pasar, pengujian kendaraan

bermotor, pemeriksaan alat pemadam kebakaran, pengantian biaya cetak

peta, dan pengujian kapal perikanan. Pada retribusi jasa usaha yang

merupakan retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah dengan

menganut prinsip komersial karena dapat juga disediakan oleh sektor

swasta yang meliputi a) Retribusi pemakaian kekayaan daerah, b)

Retribusi pasar grosir atau pertokoan, c) Retribusi tempat pelelangan, d)

Retribusi terminal, e) Retribusi tempat khusus parker, f) Retribusi tempat

penginapan, g) Retribusi penyedotan kakus, h) Retribusi rumah potong

hewan,dan i) Retribusi pelayanan pelabuhan kapal. Dalam hal ini

keberadaan pasar tradisional dan toko modern memberikan kontribusi

terhadap pendapatan asli daerah melalui retribusi yang harus dibayarkan

kepada pemerintah daerah.


26

2.2.2 Landasan Legalistik

Landasan legalistik berhubungan dengan peraturan yang mengatur

sebuah permasalahan. Dalam mengatasi permasalahan penataan pasar

tradisional dan toko modern pemerintah telah melakukan berbagai upaya.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan

kebijakan atau regulasi yang terkait dengan permasalahan tersebut.

2.2.2.1 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern

Peraturan presiden nomor 112 tahun 2007 tentang penataan dan

pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern pada

pasal 4 ayat (1) huruf a dan b menyebutkan bahwa pendirian pusat

perbelanjaan dan toko modern wajib : a) memperhitungkan kondisi sosial

ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan

usaha menengah yang ada di wilayah bersangkutan. b) memperhatikan

jarak antara Hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada

sebelumnya. Dalam peraturan presiden ini dijelaska bahwa pendirian

pusat perbelanjaan dan toko modern harus memperhatikan perekonomian

masyarakat sekitar, serta adanya pengaturan jarak antara pusat

perbelanjaan dan toko modern degan pasar tradisional.


27

2.2.2.2 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56 Tahun 2014

tentang perubahan atas peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman, Penataan, Dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko

Modern

Peraturan menteri perdagangan nomor 56 tahun 2014 tentang

perubahan atas peraturan menteri perdagangan nomor 70 tahun 2013

tentang pedoman, penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat

perbelanjaan dan toko modern dalam pasal 3 ayat (3) menyebutkan

bahwa penataan yang berkaitan dengan jumlah pasar tradisional, pusat

perbelanjaan dan toko modern serta jarak antara pusat perbelanjaan dan

toko modern dengan pasar tradisional harus mempertimbangkan

beberapa hal antara lain tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk

dimasing –masing daerah sesuai data sensus BPS tahun terakhir; Potensi

ekonomi daerah setempat; aksesbilitas wilayah; dukungan keamanan dan

ketersediaan infrastruktur; perkembangan pemukiman baru; pola

kehidupan masyarakat setempat; serta jam kerja toko modern yang

sinergi dan tidak mematikan usaha toko eceran tradisional di sekitarnya.

Hasil pertimbangan yang telah dijelaskan dalam peraturan ini

kemudian dijadikan dasar oleh pemerintah daerah dalam memberikan izin

pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern. hal ini bertujuan agar

tercipta keseimbangan dan keselarasan antara toko modern dan pasar

tradisional.
28

2.2.2.3 Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun

2020 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah

Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko

Modern

Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2020

tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012

tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan Dan Toko Modern pada pasal 4 ayat (1) dijelaskan bahwa

dalam pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern selain minimarket

wajib dan harus memenuhi kententuan melakukan analisa kondisi sosial,

ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, UMKM yang berada

di wilayah yang bersangkutan. Pada poin selanjutnya juga dijelaskan

bahwa jarak antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan pusat

perbelanjaan dan toko modern dengan pasar tradisional dan toko

pracangan/toko kelontong yang telah ada sebelumnya paling dekat

dengan radius 3.000 m.

Analisa yang telah dijelaskan pada pasal ayat (1) digunakan

sebagai pertimbangan dalam pemberian izin bedirinya pusat perbelanjaan

dan toko modern. izin yang wajib dimiliki oleh para pelaku usaha

dijelaskan pada pasal 11 dimana IUP2T untuk pasar tradisional, IUPP

untu pertokoan dan pusat perdagangan, IUTM untuk minimarket,

supermarket, departemen store dan perkulakan. Izin ini diterbitkan oleh


29

bupati yang kewenangannya dilimpahkan kepada Badan Pelayanan

Perizinan atas rekomendasi yang diberikan oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Pasar.

Selanjutnya dalam hal pemberian sanksi bagi pusat perbelanjaan

dan toko modern yang sudah berdiri namun tidak sesuai dengan

kentetuan perizinan dijelaskan pada pasal 18A bahwa akan dikenakan

sanksi administratif dalam bentuk teguran tertulis, penutupan sementara,

penutupan dan pembongkaran.

2.2.2.4 Peraturan Bupati Jombang Nomor 71 Tahun 2020 tentang

perubahan atas Peraturan Bupati Jombang Nomor 59

Tahun 2020 tentang Moratorium Izin Usaha Toko Modern

Peraturan Bupati Jombang Nomor 71 Tahun 2020 tentang

perubahan atas Peraturan Bupati Jombang Nomor 59 Tahun 2020 tentang

Moratorium Izin Usaha Toko Modern pada pasal 1 ayat 8 mengaskan

bahwa “moratorium usaha toko modern adalah penangguhan atau

penundaan izin usaha toko modern” . pemerintah kabupaten jombag,

dalam hal ini bupati melakukan moratorium izin usaha toko modern

diwilayah kabupaten Jombang hingga penggundangan Peraturan Daerah

Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2020 tentang perubahan kedua

atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman

Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan

Toko Modern. dengan adanya moratorium ini maka beberapa izin

ditangguhkan antara lain penerbitan keterangan rencana kabupaten


30

(KRK), verifikasi surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan

pemantauan lingkunngan hidup (SPPL), penertiban rekomendasi izin

mendirikan bangunan (IMB) toko modern, rekomendasi untuk izin

operasional usaha toko modern, serta penertiban izin operasional usaha

toko modern. hal ini bertujuan untuk mengendalikan keberadaan toko

modern agar tidak mematikan usaha masyarakat kecil.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori dihubungkan dengan berbagai faktor yang telah didentifikasi peneliti

sebagai masalah penting (Una Sekaran dalam Sugiono, 2016). Kerangka

penelitian ini membantu peneliti dalam menemukan titik terang mengenai

apa yang telah diteliti. Berikut kerangka berfikir yang digunakan peneliti

dalam melakukan penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Penataan

Pasar Tradisional dan Toko Modern dalam Rangka Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Jombang :


31

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56 Tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman, Penataan, Dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2020 tentang perubahan kedua atas
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
Peraturan Bupati Jombang Nomor 71 Tahun 2020 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Jombang
Nomor 59 Tahun 2020 tentang Moratorium Izin Usaha Toko Modern

Kebijakan Penatan Pasar Tradisional dan Toko Modern

Implementasi Kebijakan Penatan Pasar Tradisional dan Toko Modern di Kabupaten Jombang

Isi Kebijakan (content of policy) Konteks Kebijakan (context of policy)


Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor
Jenis manfaat yang akan dihasilkan yang terlibat
Derajat perubahan yang diinginkan Karakteristik lembaga dan penguasa
Kedudukan pembuat kebijakan Kepatuhan serta daya tanggap pelaksana.
Siapa pelaksana program
Sumber daya yang dikerahkan

Faktor Penghambat implementasi kebijakan penataan pasar


tradisional dan toko modern
Upaya mengatasi hambatan

Meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Jombang

Sumber : diadaptasi oleh penulis menurut model implementasi Kebijakan


Meerile S. Grindle
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan seluruh kegiatan dalam suatu

penelitian yang dimulai dari perumusan masalah hingga membuat suatu

kesimpulan penelitian. Dilihat dari jenis data yang digunakan terdapat dua

jenis pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan metode penelitian yang

menggunakan data berupa angka untuk menganalisis keterangan tentang

suatu permasalahan yang diteliti dan menggunakan analisis

statistik(Sugiyono 2016:8). Sedangkan Pendekatan kualitatif merupakan

metode penelitian yang dilakukan dengan menggumpulkan data yang

umumnya bersifat kualitatif. Pendekatan ini berusaha menafsirkan dan

memahami makna suatu kejadian hubungan tingkah laku manusia dalam

keadaan tertentu menurut kacamata peneliti sendiri(Usman and Akbar

2017:121).

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan pendekatan

kualitatif dengan alasan peneliti ingin memahami kejadian atau peristiwa

yang sedang terjadi dan berkaitan langsung dengan subjek penelitian

dengan menggunakan cara deskripsi. Sehingga jenis pendekatan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif dengan

32
33

metode deskriptif. Pendekatan kualitatif deskriptif yang memusatkan

perhatian penelitian terhadap pemecahan suatu permasalahan yang

sedang terjadi dilapangan(Sugiyono 2016:205). Peneliti mencoba melihat

secara langsung fenomena yang terjadi dilapangan dan mengungkapkan

serta mendeskripsikan fenomena yang sebenarnya terjadi dengan

mendokumentasikan fakta-fakta ilmiah di lapangan.

Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif yang digunakan dalam

pernelitian ini dimaksudkan untuk memperolah fakta-fakta dilapangan

mengenai implementasi kebijakan penataan pasar tradisional dalam

rangka meningkatkan pendapatan asli daerah di kabupaten Jombang

serta mendeskripsikan fakta-fakta tentang pelaksanaan kebijakan

penataan pasar tradisional dan toko modern dengan merujuk pada data

yang ada sehingga terlihat pengaruh terhadap pendapatan asli daerah di

Kabupaten Jombang. selain itu, dengan pendekatan kualitatif peneliti

mampu mengungkap situasi yang menghambat serta upaya untuk

mengatasi hambatan dalam implementasi kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern.

3.2 Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi adalah suatu petunjuk atau sifat atau nilai dari

obyek atau kegiatan yang memiliki karakteristik tertentu dan telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik

kesimpulannya(Sugiyono 2016:38). Sedangkan konsep merupakan

sekumpulan teori yang berkaitan dengan suatu objek (Umar,2004:51).


34

Konsep digunakan untuk menggambarkan sekelompok objek yang

memiliki persamaan ciri-ciri. Maka dapat disimpulkan operasional konsep

merupakan suatu petunjuk yang didasarkan atas persamaan sifat suatu

objek yang akan diamati untuk menggambarkan karakteristik objek dalam

penelitian serta hal hal yang dianggap penting.

Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang diambil oleh peneliti

yang telah dipaparkan pada bab 1 dan 2, maka operasionalisasi konsep

dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3. 1 Operasionalisasi Konsep


KONSEP DIMENSI INDIKATOR
(1) (2) (3)
Implementa Kebijkan Penataan Pasar Isi kebijakan 1. Kepentingan yang dipegaruhi
si Kebijakan Tradisional dan Toko Modern oleh kebijakan
Penataan merupakan kebijakan yang 2. Jenis manfaat yang akan
Pasar mengatur penataan pasar tradisional dihasilkan
Tradisional dan toko modern menggunakan 3. Derajat perubahan yang
dan Toko peraturan zonasi sesuai dengan diinginkan
Modern analisa kondisi wilayah. 4. Kedudukan pembuat kebijakan
Dalam 5. Siapa pelaksana program
Rangka Pendapatan Asli Daerah merupakan 6. Sumber daya yang dikerahkan
Meningkatk pendapatan yang diperoleh daerah
an dari sumber-sumber daerah yang Konteks 1. Kekuasaan, kepentingan dan
Pendapata terdapat dalam wilayahnya sendiri kebijakan strategi aktor kekuasaan
n Asli dan dipungut berdasarkan peraturan 2. Karakteristik lembaga dan
Daerah di daerah atas peraturan perundang- penguasa
Kabupaten undangan yang berlaku. 3. Kepatuhan serta daya tanggap
Jombang pelaksana

3.3 Sumber Data dan Informan


3.3.1 Sumber data

Sumber data merupakan salah satu komponen terpenting dalam

suatu penelitian. Sumber data berkaitan dengan darimana peneliti dapat

memperoleh data. Kesalahan dalam memilih dan memahami sumber data

dapat mempengaruhi kualitas data hasil dari penelitian. Terdapat dua

sumber data penelitian, yaitu :


35

a. Sumber data primer, yaitu sumber yang memberikan secara

langsung terkait data kepada pengumpul data (Sugiyono

2016:137). Adapun yang menjadi sumber data primer pada

penelitian ini adalah para pihak yang terkait secara langsung dalam

implementasi kebijakan penataan pasar tradisional dan toko

modern di Kabupaten Jombang baik pembuat kebijakan, pelaksana

kebijakan serta sasaran dari kebijakan itu sendiri.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber yang tidak memberikan

secara langsung terkait data, hal ini dapat melalui perantara

maupun dalam bentuk dokumen(Sugiyono 2016:137). Dalam

penelitian ini yang digunakan sebagai sumber data sekunder

berupa dokumen tertulis baik dalam bentuk laporan, legislasi

maupun catatan yang terkait dalam implementasi kebijakan

penataan pasar tradisional dan toko modern di Kabupaten

Jombang.

3.3.2 Informan

Informan merupakan orang yang dapat memberi informasi terkait

dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian yang sedang

dilaksanakan(Idrus, 2009:23). Dalam melakukan suatu penelitian peneliti

harus mampu menentukan informan secara tepat agar dapat memperoleh

data yang sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian. Sehingga

informasi yang diperoleh mampu menjawab pertanyaan penelitian.


36

Dalam penelitian kualitatif, penentuan informan sering

menggunakan teknik purposive sampling dan snowball

sampling(Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

purposive sampling untuk menentukan informan berdasarkan

pertimbangan tertentu, salah satunya informan dinilai sebagai orang yang

paling memahami mengenai situasi/objek yang akan diteliti.

Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel tersebut dalam

penelitian ini dengan memilih informan yang mempunyai informasi yang

valid berkaitan dengan permasalahan yang hendak diteliti yaitu mengenai

implementasi kebijakan penataan pasar tradisional dan toko modern

dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten

Jombang. dimana informan dalam melihat sebuah kebijakan diambil dari

pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan penerima kebijakan.

adapun yang dipilih menjadi informan dalam penelitian ini bersifat

sementara dan dapat berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi

dilapangan sebagai berikut :

NO. INFORMAN JUMLAH


(orang)
1 Kepala dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten 1
jombang
2 Kepala bidang perdagangan disperindag kabupaten jombang 1
3 Kepala bidang pasar disperindag kabupaten jombang 1
4 Kepala Bidang penegakan perda dan peraturan kepala daerah 1
satpol PP kabupaten Jombang
5 Kepala Bidang Pendapatan Badan Pendapatan Daerah 1
Kabupaten Jombang
6 Petugas Penataan Disperindag Kabupaten Jombang 1
7 Pemilik Toko Modern 3
8 Pedagang Pasar Tradisional/Pemilik Toko Kelontong 3
Jumlah 12
37

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian/alat penelitian merupakan salah satu hal

utama yang mempengaruhi kualitas penelitian(Sugiyono 2016:222).

Dalam penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri bertindak sebagai

instrument/alat penelitian atau disebut sebagai Human Instrument. Dalam

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai implementasi

kebijakan penataan pasar tradisional dan toko modern di kabupaten

Jombang peneliti mempunyai fungsi untuk menetapkan fokus penelitian,

memilih informan dalam penelitian, melakukan pengumpulan data,

memberikan penilaian terhadap kualitas data yang diperoleh,

menganalisis data, menafsirkan dan menyimpulkan hasil penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam

penelitian, karena tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan bisa mendapatkan data yang sesuai dengan standar

yang ditetapkan oleh peneliti(Sugiyono 2016:224). Dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data sesuai dengan kondisi atau fenomena nyata

yang terjadi dilapangan, sumber data primer dengan teknik pengumpulan

terfokus pada observasi serta wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Catherine Marshall, Gretchen

B. Rossman (dalam Sugiyono, 2016:225) bahwa “the fundamental methos

relied on by qualitative researchers for gathering information are,


38

participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing,

document review”. Dari penjelasan tersebut, teknik pengumpulan data

yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala-gejala yang menjadi fokus peneliti(Usman and Akbar

2017:90). Pengumpulan data dengan melakukan observasi membuat

peneliti menangkap informasi yang berhubungan dengan fokus

penelitian menggunakan alat indra terutama mata dan telinga serta

diperlukan daya ingat yag cukup tinggi dalam pelaksanaannya. Namun

peneliti memiliki keterbatasan sebagai manusia dengan sifat pelupa,

sehingga diperlukan catatan-catatan, alat elektronik sebagai alat bantu

dalam observasi. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady

Akbar(2017:91) terdapat jenis-jenis teknik observasi yaitu observasi

partisipasi, observasi sistematis dan observasi eksperimen.

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti adalah dengan melakukan observasi dalam bentuk mengamati

gejala atau peristiwa di lapangan yang menjadi fokus peneliti serta

menggunakan alat bantu berupa catatan-catatan atau alat elektronik

dan peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan yang tengah

terjadi. Dalam kata lain peneliti menggunakan teknik observasi

partipasi yang mengamati secara langsung bagaimana implementasi

kebijakan penataan pasar tradisional dan toko modern di Kabupaten


39

Jombang sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai dengan

harapan pemerintah dan masyarakat.

2. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab secara langsung dengan

menggunakan lisan antara dua orang atau lebih(Usman and Akbar

2017:93). Menurut esterbeg (dalam Sugiyono, 2016:231) wawancara

merupakan pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk

bertukar informasi dan ide melalui sesi tanya jawab, sehingga dapat

ditemukan makna dalam suatu topik atau kejadian tertentu. Dalam

pengumpulan data menggunakan wawacara terdapat beberapa

macam wawancara yang dapat digunakan. Menurut Esterbeg (dalam

Sugiyono, 2016:233-235) mengemukakan macam-macam wawancara

yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur dan tidak

terstruktur.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data dengan menggunakan wawancara terhadap narasumber yang

terlibat secara langsung dalam implementasi kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern di Kabupaten Jombang dengan

menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan terkait

permasalahan tersebut, namun peneliti tidak menutup diri apabila

dalam wawancara narasumber atau informan memberikan informasi

secara terbuka diluar pedoman pertanyaan yang dimiliki oleh peneliti.

Dengan kata lain peneliti menggunakan wawacara semiterstruktur


40

dalam penelitian ini untuk mengetahui situasi dilapangan yang tidak

bisa didapatkan melalui observasi.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan teknik dokumentasi

dimana peneliti pengambil data yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian melalui dokumen-dokumen. Dokumen yang

dikumpulkan dapat dalam bentuk catatan, gambar, karya-karya yang

bersifat monumental dari seorang. Dokumen yang didapatkan

digunakan sebagai penunjang data hasil dari observasi dan

wawancara (Sugiyono 2016:240). Sehingga dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan dokumen yang menjadi arsip milik Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jombang selaku pihak

pelaksana kebijakan penataan pasar tradisional dan toko modern serta

beberapa dokumen lain yang terkait dalam kebijakan ini.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan ketiga teknik

pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas yang dikenal dengan

metode triangulasi data. Adapun yang dimaksud dengan triangulasi data

menurut Sugiyono (2016:241) adalah penggabungan beberapa teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dengan harapan data

yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas da pasti. Adapun gambaran

metode triangulasi data menurut Sugiyono (2016:242) sebagai berikut:


41

Gambar 3. 1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Observasi Partisipatif

Sumber data
Wawancara mendalam
sama
Dokumentasi

Sesuai dengan gambar diatas peneliti mengumpulkan data yang sama

dari ketiga teknik pengumpulan data terkait implementasi kebijakan

penataan pasar tradisional dan toko modern dalam rangka meningkatkan

pendapatan asli daerah di kabupaten jombang untuk menjawab

pertanyaan pada rumusan masalah penelitian.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan hal penting dalam penelitian untuk

memberikan makna dalam memecahkan permasalahan penelitian

sehingga dapat mencapai tujuan akhir dari penelitian. dalam penelitian

kualitatif teknik analisis data belum ditemukan pola yang jelas karena data

yang diperoleh merupakan data kualitatif dengan variasi data yang cukup

tinggi (Sugiyono 2016:243). Menurut Bogyan (dalam Sugiyono, 2016:244)

analisis data merupakan proses menyusun data secara sistematis yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data (hasil wawancara, observasi,

dokumentasi), sehingga dapat mudah difahami dan hasil akhir temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain.


42

Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles and

Huberman(dalam Sugiyono, 2016:246) dilakukan secara interaktif dan

terus menerus sampai selesai, sehingga didapatkan data jenuh. Adapun

aktifitas dalam analisis data kualitatif sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dalam analisis data kualitatif diartikan sebagai proses

memilih data yang berkaitan dengan hal-hal pokok, memfokuskan

pada data yang dinilai penting serta mencari tema dan pola dari

data yang telah dikumpulkan. Hal ini dilakukan untuk memberikan

gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti dalam pengambilan

data selanjutnya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Peyajian data merupakan langkah selanjutnya dalam analisis data

kualitatif. Data yang telah direduksi dapat disajikan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, dan sejenisnya. Melalui penyajian data

peneliti dapat memahami gambaran yang sedang terjadi dan

memudahkan untuk merencanakan rencana kerja peneliti

selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan (Verification/Conclusion Drawing)

Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif adalah dengan

menarik kesimpulan dan verifikasi data. Setelah data dikumpulkan,

direduksi serta disajikan maka ditarik kesimpulan. Pada penelitian

kualitatif kesimpulan dapat menjawab rumusan masalah yang telah


43

dirumuskan namun bisa jadi tidak, karena masalah dan rumusan

masalah kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang setelah

melihat fenomena dilapangan.

Dengan tahapan analisis yang telah disebutkan oleh peneliti,

analisis data yang digunakan bertujuan untuk menyederhanakan data

sehingga mudah dipahami dan dapat ditarik kesimpulan. Selanjunya hasil

analisis dikaitkan dengan teori normatif yang ada sehingga mampu

menjawab pertanyaan dan memecahkan permasalahan terkait

implementasi kebijakan penataan pasar tradisional dan toko modern di

kabupaten Jombang.

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dan penyusunan skripsi akan dilaksanakan

berdasarkan pada kalender Akademik tahun 2021/2022. Adapun jadwal

tahapan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut

ini.

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama


Tahun Akademik 2021/2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022
JENIS
NO. AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
KEGIATAN
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
Judul,
Bimbingan dan
1. Penyusunan
Proposal
Skripsi

2. Pengumpulan
44

Proposal Skripsi

Ujian Proposal
3.
Skripsi

Perbaikan
4.
Proposal Skripsi

Persiapan dan
5. Pembekalan
Penelitian

Penelitian dan
6. Pengumpulan
Data Skripsi

Bimbingan dan
7. Penyusunan
Skripsi

8. Ujian Skripsi

Perbaikan dan
9. Pengumpulan
Skripsi

Sumber : Kalender Akademik IPDN 2021/2022


Keterangan : = Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

3.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih sesuai dengan judul yang diangkat

dalam penelitian akan dilaksanakan di Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Jombang dan beberapa data diambil pada

beberapa Kecamatan di Kabupaten Jombang sesuai dengan topik

permasalahan yang diambil peneliti terkait Implementasi Kebijakan

Penataan Pasar Tradisional dan Toko Modern Dalam Rangka

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku

Agustino, L. 2016. Dasar Dasar Kebijakan Publik. Jakarta: Alfabeta.

Baldric, S. 2017. Akuntansi Sektor Publik Edisi 2. Yogyakarta: UPP.

Dye, T. R. 2008. Understanding Public Policy. New Jersey: Prentice-Hall


Inc.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. 2nd ed. ed. Yayat
Sri Hayati. Jakarta: Erlangga.

Luankali, B. 2007. Analisis Kebijakan Publik Dalam Proses Pengambilan


Keputusan. Jakarta: Amelia Press.
Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional: Potret Ekonomi
Rakyat Kecil. Jakarta: PT Gramedia.
Purwanto, Erwan Agus, and Sulistyastuti. 2015. Implementasi Kebijakan
Publik (Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia). cetakan II.
Yogyakarta: Gava Media.
Sugiyono. 2016. alfabeta Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D. 23rd ed. Bandung.
Tahir, Arifin. 2020. Kebijakan Publik Dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. cetakan ke. Bandung: Alfabeta.
Usman, Husaini, and Purnomo Setiady Akbar. 2017. Metodologi Penelitian
Sosial. 3rd ed. ed. Restu Damayanti. Jakarta: Bumi Aksara.
Umar. 2004. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Wahab, S. A. 2012. Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko
Modern
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
perubahan atas peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun
2013 tentang Pedoman, Penataan, Dan Pembinaan Pasar

45
46

Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern


Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2020 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
Peraturan Bupati Jombang Nomor 71 Tahun 2020 tentang perubahan atas
Peraturan Bupati Jombang Nomor 59 Tahun 2020 tentang
Moratorium Izin Usaha Toko Modern
C. Jurnal

Aliyah, Istijabatul. 2014. “Penguatan Sinergi Antara Pasar Tradisional Dan


Modern Dalam Rangka Mewujudkan Pemerataan Pembangunan
Ekonomi Kerakyatan.” Jurnal Arsitektur Universitas Bandar
Lampung 2(4): 22–31.
Asih, Surya, and Irawan. 2018. “Pengaruh Kontribusi Pajak Daerah,
Pendapatan Asli Daerah,Retribusi Daerah Dan Bagi Hasil Pajak
Terhadap Belanja Daerah Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai
Variabel Moderating Pemerintah Kabupaten Dan Kota.” Jurnal
Akuntansi Bisnis dan Publik 9(1): 177–91.
Basri, Hasan, and Umiyati Idris. 2019. “Implementasi Kebijakan Penataan
Dan Pembinaan Pasar Tradisional , Pusat Perbelanjaan Dan Toko
Modern Di Kota Palembang.” Jurnal Administrasi Publik 23: 37–50.
Lesmana, Wira, Rita Rahmawati, and Muhamad Y G G Seran. 2017.
“Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11
Tahun 2012 Dalam Penataan Minimarket.” Jurnal Governansi
3(11): 1–12.
Nugraha, Adi Saputera, Muhammad Basri Yadi, and Sodya An Nuryazza.
2021. “Implementasi Kebijakan Penerapan Zonasi Dalam Penataan
Lokasi Pasar Tradisional Dan Pasar Modern.” Jurnal Lex Suprema
3(1): 599–613.
Setyawan, Eka Indriya, Bhimo Rizky Samudro, and Yoga Pasca Pratama.
2015. “Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta Mengenai
Pasar Tradisional Dan Pasar Modern.” Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan 15(1): 77–93.

D. Internet dan Sumber Lainnya

Arifin, Zainul. 2020. “Bangunan Disegel, Pendirian Minimarket Di


Pedesaan Jombang Ditolak Warga.” Jurnaljatim.com.
47

ttps://jurnaljatim.com/2020/09/bangunan-disegel-pendirian-
minimarket-di-pedesaan-jombang-ditolak-warga/(Agustus 29,2021).
BPS Kabupaten Jombang. 2020. “Kabupaten Jombang Dalam Angka
2021.” In Jombang.
Rachman, Taufiqur. 2019. “Pedagang Pasar Tradisional Keluhkan
Maraknya Toko Modern Di Kota Santri.” Akurasinews.com.
https://www.akurasinews.com/2019/09/16/pedagang-pasar-
tradisional-keluhkan-maraknya-toko-modern-di-kota-santri/
(Agustus 29, 2021).
48

LAMPIRAN
LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

Dalam penelitian Implementasi Kebijakan Penataan Pasar Tradisional

dan Toko Modern Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

di Kabupaten Jombang, peneliti menggunakan kode symbol untuk tiap-

tiap informan. Selanjutnya akan diberikan pertanyaan-pertanyaan

menggunakan format kode symbol seperti dibawah ini :

1. Kepala dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten

jombang,dengan kode I1

2. Kepala bidang perdagangan disperindag kabupaten jombang,dengan

kode I2

3. Kepala bidang pasar disperindag kabupaten jombang, dengan kode I3

4. Kepala Bidang penegakan perda dan peraturan kepala daerah satpol

PP kabupaten Jombang, dengan kode I4

5. Kepala Bidang Pendapatan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Jombang, dengan kode I5

6. Petugas Penataan Disperindag Kabupaten Jombang, dengan kode I6

7. Pemilik Toko Modern, dengan kode I7

8. Pedagang Pasar Tradisional/Pemilik Toko Kelontong, dengan kode I8

Dibawah ini disajikan table pembagian materi pertanyaan sesuai

dengan kode yang telah dijelaskan.


49

KONSEP DIMENSI INDIKATOR KODE


INFORMAN
Implementasi Isi 1. Kepentingan yang I1,I2,I3
Kebijakan kebijakan dipegaruhi oleh
Penataan kebijakan
Pasar 2. Jenis manfaat yang akan I1,I2,I3,I5,I6,I7,I8
Tradisional dihasilkan
dan Toko 3. Derajat perubahan yang I1,I2,I3,I5,I6,I7,I8
Modern diinginkan
Dalam 4. Kedudukan pembuat I1, I7,I8
Rangka kebijakan
Meningkatkan 5. pelaksana program I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,
Pendapatan I8
Asli Daerah di 6. Sumber daya yang I1,I2,I3,I6,I7,I8
Kabupaten dikerahkan
Jombang
Konteks 1. Kekuasaan, kepentingan I1,I2,I3,I4
kebijakan dan strategi aktor
kekuasaan
2. Karakteristik lembaga I1,I2,I3
dan penguasa
3. Kepatuhan serta daya I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,

tanggap pelaksana I8

Berikut pedoman wawancara dari masing-masing indikator:

A. Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan

1. Apakah ada kepentingan tertentu yang mempengaruhi

kebijakan penataan toko modern dan pasar tradisional ?

2. Apakah dalam memberikan rekomendasi izin pendirian toko

modern terdapat kepentingan tertentu yang mempengaruhi

kebijakan ?

B. Jenis manfaat yang dihasilkan


50

1. Apa manfaat yang didapatkan dari kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern ?

2. Apa upaya yang dilakukan oleh dinas perindustrian dan

perdagangan kabupaten Jombang dalam mengoptimalkan

manfaat dari kebijakan penataan pasar tradisional dan toko

modern ?

3. Bagaimana pengaruh manfaat kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern terhadap pendapatan asli daerah ?

C. Derajat perubahan yang diinginkan

1. Apa perubahan yang diinginkan pelaku usaha pasar tradisional

dan toko modern terhadap kebijakan penataan toko modern dan

pasar tradisional ?

2. Apa upaya yang dilakukan oleh dinas perindustrian dan

perdagangan dalam pelaksanaan kebijakan pasar tradisional

dan toko modern sesuai dengan keinginan masyarakat?

3. Apa yang pemerintah harapkan dalam kebijakan penataan

pasar tradisional dan toko modern terhadap pendapatan asli

daerah ?

D. Kedudukan pembuat kebijakan

1. Bagaimana kedudukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

dalam mengambil keputusan terkait penataan pasar tradisional

dan toko modern ?


51

2. Bagaimana partisipasi pelaku usaha pasar tradisional dan toko

modern dalam pengambilan keputusan yang diambil pemerintah

terkait kebijakan tersebut?

E. Pelaksana program

1. Siapa saja stakeholder yang memiliki pengaruh dan terlibat

dalam implementasi kebijakan penataan pasar tradisional dan

toko modern di kabupaten Jombang ?

2. Apakah pelaksanaan kebijakan penataan pasar tradisional dan

toko modern dikabupaten Jombang telah berjalan dengan

lancar ?

3. Apa saja program yang dijalankan oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dalam mendukung penataan toko modern dan

pasar tradisional

4. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan program terkait

penataan toko modern dan pasar tradisional?

F. Sumber daya yang dikerahkan

1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana dalam

menunjang implementasi kebijakan penataan pasar tradisional

dan toko modern di kabupaten Jombang?

2. Apakah kualitas Sumber daya manusia berpengaruh dalam

pelaksanaan kebijakan penataan pasar tradisional dan toko

modern di kabupaten Jombang?

G. Kekuatan, kepentingan dan strategi aktor kebijakan


52

1. Bagaimana strategi yang digunakan oleh aktor kebijakan dalam

ketercapaian penataan kebijakan penataan pasar tradisional

dan toko modern di kabupaten Jombang?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam mengatasi

permasalahan toko modern yang tidak mentaati peraturan?

H. Karakteristik lembaga dan penguasa

1. Apa saja tugas pokok dan fungsi yang dimiliki Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dalam menjalankan penataan

toko modern dan pasar tradisional?

2. Apa peran yang dimiliki Disperindag dalam pelaksanaan

penataan toko modern dan pasar tradisional?

I. Kepatuhan serta daya tanggap penguasa

1. Bagaimana ketaatan yang dimiliki pelaku usaha toko modern

dalam menjalankan pelaksanaan kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern ?

2. Bagaimana daya tanggap pelaku usaha pasar tradisional dan

masyarakat dalam menjalankan kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern?

3. Bagaimana kesesuaian implementasi kebijakan penataan

pasar tradisional dan toko modern dengan peraturan yang ada?

4. Apakah para stakeholder telah sesuai menjalankan tugas dan

fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan penataan pasar

tradisional dan toko modern di kabupaten Jombang ?


53

Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2017. Metodologi

Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai