Anda di halaman 1dari 83

Kode/Nama Rumpun Ilmu: 772 / Pendidikan Matematika

LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR

KARAKTERISASI CONJECTURE SISWA DALAM PEMECAHAN


MASALAH GENERALISASI POLA

TAHUN KE-1 DARI RENCANA 1 TAHUN

PENGUSUL

SUTARTO, S.Pd., M.Pd


NIDN : 0815068502

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(IKIP MATARAM)
SEPTEMBER 2016

i
ii
RINGKASAN

Salah satu standar penalaran mulai dari pra TK sampai SMA dalam NCTM
adalah membuat dan menyelidiki conjecture matematis dan dalam kurikulum
2013 salah satu kompetensi dasar matematika adalah memahami pola dan
menggunakannya untuk menduga dan membuat generalisasi. Membuat dan
menyelidiki conjecture adalah penting karena berfungsi sebagai dasar untuk
mengembangkan wawasan baru dan meningkatkan kajian lebih lanjut. Conjecture
adalah pernyataan yang masuk akal, tapi yang kebenarannya belum dapat
dipastikan, dengan kata lain, belum diyakini kebenarannya namun tidak memiliki
contoh penyangkal.
Penelitian ini mendeskripsikan karakterisasi conjecture yang dihasilkan
oleh siswa dalam pemecahan masalah generalisasi pola. Tujuan jangka panjang
yang ingin dicapai adalah untuk memahami perbedaan proses berpikir siswa
dalam membangun conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola
sehingga perbedaan proses berpikir tersebut dapat dipahami dan diberikan solusi
dalam pembelajaran matematika.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap menggunakan instrumen
bantu yaitu Tugas Pemecahan Masalah Generalisasi Pola (TPMGP) dan
wawancara. Pada tahap pertama, siswa menyelesaikan TPMGP sambil think
alouds, peneliti fokus mengamati kegiatan siswa melalui komputer sambil
menulis catatan penting yang akan dikonfirmasi pada saat wawancara. Pada tahap
kedua, wawancara berbasis tugas untuk mendalami dan mengklarifikasi
karakteristik conjecture yang dihasilkan siswa serta menjaring data yang belum
diperoleh melalui think alouds. Data yang telah diperoleh tersebut di analisis
dengan tahapan mentranskrip data, mereduksi data, kategorisasi data,
menggambar struktur berpikir, dan membuat kesimpulan..
Hasil penelitian tentang karakterisasi conjecture siswa dalam pemecahan
masalah generalisasi pola terdiri dari conjecture yang diperoleh berdasarkan
proses global conjecturing dan proses local conjecturing. Proses global
conjecturing dalam pemecahan masalah generalisasi pola, terjadi pada tahap aksi,
dimana siswa mengamati dan mengorganisir kasus secara utuh sebagai dasar
untuk membangun conjecture. Proses local conjecturing dalam pemecahan
masalah generalisasi pola terjadi pada tahap aksi, dimana siswa mengamati dan
mengorganisir kasus secara terpisah sebagai dasar untuk membangun conjecture.
Proses local conjecturing dikelompokkan menjadi dua, yaitu proses local
conjecturing berdasarkan proximity dan local conjecturing berdasarkan contrast.
Proses local conjecturing berdasarkan proximity adalah proses membangun
conjecture berdasarkan faktor kedekatan, sedangkan proses local conjecturing
berdasarkan contrast adalah proses membangun conjecture berdasarkan faktor
perbedaan.

iii
PRAKATA

Dengan memanjat puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat
limpahan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga disertasi
“Karakterisasi Conjecture Siswa dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola”
ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada:
1. Rektor IKIP Mataram yang telah memberikan izin dan bantuan dana untuk
menempuh studi S3 Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Malang.
2. Rektor Universitas Negeri Malang yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan selama menempuh studi.
3. Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd. selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
4. Dr. H. Abdur Rahman As’ari, M.Pd., M.A. selaku koordinator program studi
pendidikan matematika pascasarjana UM yang telah memberikan dorongan
dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan laporan kemajuan
ini, serta pengarahan nya selama menempuh studi.
5. Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si. selaku promotor yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan yang berupa pemikiran, saran, dan
komentar yang sangat berharga kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal hingga terselesaikan nya laporan kemajuan ini.
6. Dr. Subanji, M.Si. selaku ko-promotor I yang telah banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan yang berupa gagasan, pemikiran, saran, dan
komentar yang sangat berharga kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal hingga terselesaikan nya laporan kemajuan ini.
7. Dr. Sisworo, M.Si. selaku ko-promotor II yang telah banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan yang berupa gagasan, pemikiran, saran, dan

iv
komentar yang sangat berharga kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal hingga terselesaikan nya laporan kemajuan ini..
8. Dr. Sudirman, M.Si. dan Dr. Makbul Muksar, M.Si. selaku validator yang
telah memberikan masukan demi kesempurnaan instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini.
9. Kepala Sekolah dan guru matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Malang, SMP
Negeri 3 Malang, SMP Negeri 5 Malang, SMP Negeri 1 Ponorogo, SMP
Negeri 1 Kempo, dan SMP Negeri 7 Dompu yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis melaksanakan penelitian di sekolah tersebut dan
membantu kelancaran selama pelaksanaan penelitian.
10. Segenap mahasiswa Pascasarjana S3 Pendidikan Matematika Universitas
Malang angkatan 2013 yang dengan penuh keakraban memberikan dorongan
moral dan segenap bantuan dalam penulisan disertasi ini.
11. Teristimewa dan rasa terima kasih yang sangat pribadi disampaikan kepada
Bapak dan Ibu ku tercinta Zainuddin ADT (Almarhum) dan Siti Ramlah yang
telah banyak memberikan motivasi dan do’a sehingga penulis kuat dalam
menghadapi dinamika hidup, lebih-lebih dalam penulisan disertasi ini. Ma
dan Muma terima kasih banyak untuk segalanya.
12. Teristimewa untuk Intan Dwi Hastuti, S.Pd., M.Pd. (istri tercinta) dan
Adzkiya Handayani Sutarto (putri tercinta) yang tanpa henti selalu
memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi dalam penulisan disertasi ini.
Teriring do’a yang tulus semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut
mendapat pahala dari oleh Allah SWT, dan semoga disertasi ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Amin

Mataram, September 2016


Penulis,

Sutarto

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................... iii
PRAKATA .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah........................................................................ 5
1.3. Tujuan khusus ............................................................................. 5
1.4. Urgensi penelitian ....................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Conjecture ................................................................................... 6
2.2. Tipe dan tahapan conjecturing .................................................... 7
2.3. Conjecture dalam pemecahan masalah matematika .................... 8
2.4. Pemecahan masalah matematika ................................................ 11
2.5. Generalisasi pola ........................................................................ 13

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Jenis penelitian ............................................................................ 14
3.2. Subjek penelitian ........................................................................ 14
3.3. Instrumen Penelitian ................................................................... 14
3.4. Prosedur penelitian ...................................................................... 14
3.5. Teknik pengumpulan data .......................................................... 15
3.6. Teknik analisis data ..................................................................... 16

BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


4.1. Anggaran biaya ........................................................................... 17
4.2. Jadwal penelitian ........................................................................ 17

BAB 5 HASIL YANG DICAPAI


5.1. Hasil Pengembangan Instrumen Bantu ...................................... 18
5.2 Hasil Pemilihan Subjek ............................................................... 19
5.3 Paparan Data Penelitian ............................................................... 19
5.4 Publikasi Artikel Penelitian di Seminar Nasional ....................... 58
5.5 Publikasi Artikel di Seminar Internasional ................................. 58
5.6 Publikasi Artikel Ilmiah di Jurnal Internasional ......................... 58
5.7 Disertasi ....................................................................................... 58
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ........................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60

vi
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tugas Pemecahan Masalah Generalisasi Pola ........................... 63
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ............................................................... 64
Lampiran 3. Validator Instrumen Bantu ....................................................... 65
Lampiran 4. Artikel Seminar Nasional ......................................................... 72
Lampiran 5. Artikel Seminar International ................................................... 73
Lampiran 6. Artikel Jurnal International ....................................................... 75
Lampiran 7.Surat Keterangan Lulus .............................................................. 76

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu standar penalaran mulai dari pra TK sampai SMA dalam NCTM
(2000: 48) adalah membuat dan menyelidiki conjecture matematis. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa membuat conjecture adalah penting karena berfungsi sebagai
dasar untuk mengembangkan wawasan baru dan meningkatkan kajian lebih lanjut.
Dalam kurikum 2013 dinyatakan bahwa salahsatu kompetensi dasar matematika
adalah memahami pola dan menggunakannya untuk menduga dan membuat
generalisasi (kesimpulan). Menghasilkan conjecture adalah salah satu tahapan dari
penemuan matematis (Lakatos, 1976), penalaran (Reid, 2002: 12), dan berpikir
matematis (Mason, Burton & Stacey, 2010).
Menurut Subanji (2011: 5) penalaran merupakan proses berpikir yang
memiliki karakteristik tertentu, yaitu pola berpikir logis atau proses berpikirnya
bersifat analitis. Pola berpikir logis berarti menggunakan logika tertentu,
sedangkan bersifat analitis merupakan konsekuensi dari pola berpikir tertentu
Conjecture adalah pernyataan yang masuk akal, tapi yang kebenarannya
belum dapat dipastikan, dengan kata lain, belum diyakini kebenarannya namun
tidak memiliki contoh penyangkal Mason, Burton, & Stacey (2010: 58). Menurut
Canada & Castro (2005: 402) bahawa conjecture adalah pernyataan berdasarkan
fakta empiris, yang belum divalidasi. Sedangkan menurut Sutarto, dkk (2014:
128) conjecture merupakan suatu pernyataan yang dihasilkan dari proses
penalaran tapi kebenarannya belum dapat dipastikan.
Conjecture dihasilkan dari proses conjecturing. Sutarto, dan Subanji
(2014: 3) proses conjecturing adalah proses menghasilkan conjecture melalui
penalaran. Mason, Burton, & Stacey (2010: 59) menjelaskan bahwa conjecturing
adalah proses siklus yang dimulai dengan mengartikulasikan conjecture (sambil
membuat, dan mempercayai conjecture); memeriksa conjecture mencakup semua
kasus dan contoh-contoh yang diketahui; mencurigai conjecture. mencoba untuk
membantahnya dengan mencari kasus atau contoh penyangkal; mendapatkan
2

sense mengapa conjecture tersebut benar, atau bagaimana memodifikasi, pada


contoh-contoh baru (kembali ke tahap awal). Dalam proses conjecturing Cañadas,
Deulofeu, Figueiras, Reid, & Yevdokimov (2007: 58) juga menjelaskan lima
karakteristik conjecturing yang familiar dalam pendidikan matematika dan
dianggap sebagai tipe dalam proses yang lebih besar dari conjecturing yaitu
Induksi empiris dari sejumlah berhingga kasus diskrit, Induksi empris kassus
dinamis, analogi, abduction, dan conjecturing berdasarkan presepsi.
Conjecture dan pemecahan masalah merupakan bagian penting dari
aktivitas matematis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Cañadas,
Deulofeu, Figueiras, Reid, & Yevdokimov (2007: 55) yaitu banyak peneliti yang
menyarankan bahwa pemecahan masalah dan conjecturing merupakan bagian
penting dari aktivitas matematis. Menurut NCTM (2000: 29) pemecahan masalah
merupakan salah satu dari standar matematika sekolah merupakan pusat
penyelidikan dan aplikasi yang seharusnya diwujudkan melalui kurikulum
matematika untuk memberikan konteks bagi pembelajaran dan penerapan ide-ide
matematika.
Conjecture dan pemecahan masalah merupakan dua hal yang saling
berhubungan. Cañadas, Deulofeu, Figueiras, Reid, & Yevdokimov (2007: 56)
pemecahan masalah dan conjecturing sebagai kegiatan matematika yang terjalin
dalam banyak cara. Dalam NCTM (2000: 57) pemecahan masalah berarti terlibat
dalam tugas yang solusi belum diketahui sebelumnya. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa melakukan matematika berarti melibatkan penemuan, conjecture adalah
jalur utama untuk penemuan. Proses investigasi terjadi dalam pemecahan masalah,
dalam proses investigasi salah satu tahapanya adalah perumusan dan pengujian
conjectures (Yeo & Yeap, 2010).
Kontribusi yang signifikan terhadap topik conjecture telah banyak diteliti.
Dalam pembelajaran matematika (Bergqvist, 2005; Lee & Sriraman, 2010;
Mason, 2002; Yevdokimov, 2005; Lin, 2006; Baru-baru ini Lin & Tsai, 2013).
Penelitian yang dilakukan Bergqvist (2005) yaitu menganalisis bagaimana siswa
memverifikasi conjecture dan bagaimana keyakinan guru terkait dengan
prosesnya. Mason (2002) menunjukkan pentingnya atmosfer conjecturing. Lee &
Sriraman (2010) menjelaskan tenatng conjecturing melalui masalah open classical
3

analogy. Yevdokimov (2005) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis


efektif untuk mengorganisir pemikiran siswa yang mengarah pada menghasilkan
conjecture. Lin (2006) merancang aktivitas conjecturing matematis untuk
mendorong aktivitas berpikir dan membangun. Lin & Tsai (2013) mendisain tugas
yang melibatkan siswa SD dalam aktivitas conjecturing dan membuktikan.
Penelitian tentang conjecture dalam pemecahan masalah juga telah diteliti
oleh (Cañadas, Deulofeu, Figueiras, Reid, & Yevdokimov, 2007; Martha & Alma,
2011; Reid, 2002). Cañadas, Deulofeu, Figueiras, Reid, & Yevdokimov (2007)
menjelaskan tentang tipe dan tahapan conjecturing yang familier dalam
pendidikan matematika. Martha & Alma (2011) mengunakan beberapa
representasi untuk membuat dan memferifikasi conjecture. Reid (2002)
mendeskripsikan pola penalaran yang diamati dalam kegiatan matematika siswa
kelas 5. Di tengah semua penelitian ini, bagaimanapun, terdapat kurang kejelasan
tentang karakterisasi conjecture siswa dalam pemecahan masalah generalisassi
pola.
Pemecahan masalah merupakan salah satu dari lima standar proses
matematika sekolah yang diuraikan dalam National Council of Teacher
Mathematics, lebih lanjut dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan pusat
penyelidikan dan aplikasi yang seharusnya diwujudkan melalui kurikulum
matematika untuk memberikan konteks bagi pembelajaran dan penerapan ide-ide
matematika (NCTM, 2000: 256). Menurut Sutarto (2011) mengatakan pemecahan
masalah matematika penting untuk diperhatikan dan diajarkan karena merupakan
salah satu aspek penting dari matematika dan kemampuan pemecahan masalah
matematika bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam
matematika tetapi merupakan keterampilan dasar yang akan digunakan dalam
masalah kehidupan sehari-hari siswa.
Klasifikasi Yevdokimov (2005) tentang masalah "terbuka" dan "tertutup"
mirip dengan Polya (1973) bahwa masalah dalam matematika terdiri dari masalah
menemukan (problem to find), dan masalah membuktikan (problem to prove).
Masalah menemukan yaitu hasil penemuannya bisa berupa teori maupun praktis,
konkrit atau abstrak, termasuk teka teki. Asalah membuktikan bertujuan untuk
4

menunjukan suatu kebenaran pernyataan, bahwa suatu pernyataan itu bernilai


benar atau salah.
Salah satu masalah matematika yang melibatkan conjecture adalah
generalisasi pola. Menurut Kaput (1999) aktifitas siswa tentang generalisasi data
dan hubungan matemtis dapat dibangun melalui conjecture. Conjecture sangat
penting dalam analisis pola (Pathak, 2008: 81). Generalisasi pola merupakan
aspek penting dalam matematika yang terdapat dalam setiap topik dan merupakan
sesuatu yang disorot dalam pengajaran di hampir semua tingkatan (Dindyal,
2007). Sedangkan menurut Küchemann (2010) menyatakan generalisasi harus
menjadi inti dari kegiatan matematika di sekolah. Dalam generalisasi tidak
terlepas dari analisis pola.
Pola merupakan ide yang mendasari pemikiran matematis. Menurut Vogel
(2003: 445) analisis pola, mendeskripsikan pola, dan sifat-sifatnya merupakan
salah satu tujuan dari matemtika. Sedangkan menurut Mulligan, Mitcelmore,
English, & Robertson (2003: 796) menyatakan hampir semua matematika
didasarkan pada pola dan struktur.
Generalisasi dalam matematika berbeda dengan generalisasi dalam
pendidikan matematika. Generalisasi dalam matemtika terletak padda konten
matematis dan validitas klaim (conjecture) dari pada dunia psikologis anak.
Generalisasi (sering dikenal sebagai teorema) jika dan hanya jika didukung oleh
bukti yang valid, jika generalisasi tersebut belum didukung oleh bukti yang valid
disebut conjecture. Sedangkan generalisasi dalam pendidikan matematika tidak
dapat mengabaikan psikologis anak. Caraher & Martinez (2008:3) menyatakan
bahwa anak tidak hanya cukup menggunakan notasi/simbol tetapi juga harus
merepresentasikan dan memberikan alasan matematis, membuat kesimpulan dan
generalisasi menurut cara mereka.
Generalisasi pola dapat menggunakan penalaran induksi dan abduction.
Menurut Pierce dalam Radford (2007) kesamaan pola yang telah digeneralisasi
diistilahkan abduction atau prediksi umum. Rivera & Becker (2007: 97)
menyatakan bahwa abduction mempunyai peranan penting dalam pembentukan
pola dan generalisasi serta berbeda dengan induksi. Generalisasi yang berdasarkan
pada penelaran induktif disebut conjecture (Ramussen & Miceli, 2008)
5

Berdasarkan uraian di atas, conjecture memainkan peranan penting dalam


pemecahan masalah generalisasi pola. Conjecture dalam generlaisasi pola dapat di
bangun dari dua penalaran yaitu penalaran induksi empiris dari sejumlah
berhingga kasus diskrit dan abduction, generalisasi pola merupakan salah satu
tujan pembelajaran matematika dan belum ada kajian tentang karakterisasi
conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola. Oleh karena itu akan
diteliti karakterisasi conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola .
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah bagaimana karakterisasi conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi
pola?.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah bagaimana karakterisasi
conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola.
1.4. Urgensi Penelitian
Karakteristik conjecture yang dihasilkan oleh siswa dalam menyelesaikan
masalah generalisasi pola dapat membantu guru dalam mengajarkan matematika,
guru dapat memahami perbedaan karakteristik conjecture siswa sehingga dapat
membatu siswa sesuai dengan karakteristik masing-masing. Penelitian ini akan
dijadikan dasar pijakan untuk penyelesasian disertasi, khususnya pada teori
tentang conjecture dalam penyelesaian masalah generalisasi pola. Penelitian ini
akan ditindak lanjuti pada disertasi yang akan mendeskripsikan proses berpikir
siswa dalam membangun conjecture pada pemecahan masalah generalisasi pola,
dimana karakteristik conjecture dijadikan sebagai dasar pijakan.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Conjecture
Conjecture adalah kata benda, menurut kamus bahasa inggris conjecture
adalah terkaan, perkiraan, atau dugaan Echols (1996). Dalam bentuk kata kerja
conjecturing adalah menerka, memperkirakan atau menduga. Dalam penelitian
ini conjecture berarti dugaan, sedangkan conjecturing berarti menduga dan tetap
menggunakan istilah asli yaitu conjecture dan conjecturing .
Conjecture merupakan suatu pernyataan yang dihasilkan dari proses
penalaran tapi kebenarannya belum dapat dipastikan (Sutarto dkk, 2014). Menurut
Mason, Burton, & Stacey (2010) conjecture adalah pernyataan yang masuk akal,
tapi kebenarannya belum dapat dipastikan, dengan kata lain, belum diyakini
kebenarannya namun tidak memiliki contoh penyangkal. Canada & Castro (2005)
menyatakan bahawa conjecture adalah pernyataan berdasarkan fakta empiris,
yang belum divalidasi. Cañadas, dkk., (2007) menyatakan bahwa proses
conjecturing menggunakan berbagai jenis penalaran.
Conjecturing juga diartikan sebagai proses mental dalam menghasilkan
conjecture menggunakan berbagai penalaran. Menurut Mason, Burton, dan
Stacey (2010) bahwa conjecturing adalah proses siklus yang dimulai dengan
tahapan Mengartikulasikan conjecture (sambil membuat dan meyakini
conjecture); memeriksa conjecture mencakup semua kasus dan contoh-contoh
yang dikenal; mencurigai conjecture. Cobalah untuk membantahnya dengan
mencari kasus atau contoh penyangkal; menggunakannya untuk membuat prediksi
yang dapat diperiksa; Mendapatkan rasa mengapa conjecture tersebut benar, atau
bagaimana memodifikasi, pada contoh baru (kembali ke tahap awal).
Dalam Ontario Ministry of Education (2005) mengatakan bahwa conjecture
adalah menebak atau memprediksi dengan bukti yang kurang. Artinya Conjecture
sama dengan tebakan (guess), prediksi atau perkiraan berdasarkan informasi yang
diketahui, tebakan, prediksi, atau perkiraan yang tidak berdasarkan informasi yang
diketahui bukan atau tidak dinamakan Conjecture. Menurut Calder dkk (2006)
7

conjecture matematis sering memiliki sepukulasi awal dan Dreyfus (1999)


menunjukan, conjecture memiliki unsur tebakan logis. Tebakan logis adalah
tebakan yang berdasarkan informasi yang diketahui, bukan asal menebak.
Sedangkan Fischbein (1987) menganggap conjecture sebagai ungkapan dari
intuisi.
2.2. Tipe dan Tahapan Conjecturing
Cañadas, dkk., (2007) menguraikan lima karakteristik conjecturing yang
familiar dalam pendidikan matematika dan dianggap sebagai tipe dalam proses
yang lebih besar dari conjecturing yang terdiri dari conjecturing tipe induksi
empiris dari bilangan berhingga kasus diskrit, Induksi empiris dari kasus dinamis,
analogi, abduction dan conjecturing berdasarkan persepsi. Pengamatan empiris
conjecturing menunjukkan bahwa proses terjadi secara bertahap, beberapa di
antaranya terjadi sebelum yang lainnya.
1. Tipe 1: Induksi empiris dari sejumlah berhingga kasus diskrit.
Conjecture ini dapat dibuat berdasarkan pengamatan dari bilangan
berhingga kasus diskrit, di mana pola yang diamati konsisten. Tipe conjecture ini
sering ditemukan dalam masalah yang melibatkan angka. Dalam beberapa situasi,
tapi tidak semua, conjecture tersebut dapat dibuktikan dengan induksi matematika
setelah aturan umum telah ditemukan. Tahapan kategorisasi untuk
menggambarkan conjecturing tipe 1 adalah sebagai berikut: mengamati kasus,
mengorganisir kasus, mencari dan memprediksi pola, merumuskan conjecture,
memvalidasi conjecture, generalisasi conjecture, membenarkan generalisasi.
2. Tipe 2: Induksi empiris dari kasus dinamis.
Conjecture ini dapat dibuat dari aturan umum yang menggambarkan sifat
dari rangkaian peristiwa yang terkait secara dinamis. Dasar conjecture ini adalah
bilangan yang terjadi secara kontinu, bagaimanapun, hanya sebagian dari bilangan
hingga yang mungkin dicatat sebagai aturan umum conjecture. Tahapan
conjecturing tipe 2 adalah sebagai berikut: memanipulasi situasi dinamis melalui
kasus kontinu, mengamati sifat invarian dalam situasi tesebut, merumuskan
conjecture bahwa sifat berlaku dalam kasus lain, memvalidasi conjecture,
generalisasi conjecture, membenarkan generalisasi.
3. Tipe 3: Analogi.
8

Conjecture ini dapat dibuat dengan analogi sesuatu yang sudah diketahui
faktanya. Aturan umum conjecture atas dasar aturan umum lain yang sudah
diketahui, atau conjecture fakta tertentu atas dasar fakta lain yang diketahui.
Tahapan conjecturing tipe 3 adalah sebagai berikut: mengamati dua kasus,
mencari kesamaan antara kasus-kasus, merumuskan conjecture berdasarkan
kesamaan, memvalidasi conjecture, generalisasi conjecture, membenarkan
generalisasi.
4. Tipe 4: Abduction
Conjecture ini dapat dibuat dari aturan umum yang akan menjelaskan suatu
kejadian yang tak bisa dijelaskan. Aturan umum dalam conjecture berdasarkan
atas kasus, contoh atau kejadian. Tahapan Conjecturing tipe 4 adalah sebagai
berikut: mengamati kasus, mengamati ciri yang mengejutkan atau signifikan dari
kasus, merumuskan conjecture bahwa ciri berlaku untuk kasus yang lain,
memvalidasi conjecture, generalisasi conjecture, membenarkan generalisasi
5. Tipe 5: Conjecturing berdasarkan persepsi
Conjecture ini dapat dibuat dari representasi visual masalah atau translasi
persepsi suatu pernyataan. Dasar dari tipe conjecture ini adalah representasi
terhadap masalah baik secara konkrit atau sebagai gambaran mental. Tahapan
conjecturing tipe 5 adalah sebagai berikut: menerjemahkan masalah menjadi
representasi persepsi, membangun representasi mental pribadi dari unsur-unsur
matematika yang terlibat, mengamati persepsi representasi ciri khusus,
merumuskan conjecture berdasarkan pada representasi ciri khusus,
menerjemahkan justifying atau formalizing, generalisasi conjecture, membenarkan
generalisasi.
2.3. Conjecture dalam pemecahan masalah matematika
Salah satu visi matematika sekolah adalah guru membantu siswa membuat,
memperbaiki, dan mengeksplorasi conjecture atas dasar bukti dan menggunakan
berbagai penalaran dan teknik bukti untuk memastikan atau menyangkal
conjecture tersebut (NCTM, 2000).
Conjecture dan menyelesaikan masalah merupakan dua hal yang saling
berhubungan karena dalam menyelesaikan masalah siswa terlibat dalam
penemuan, dan penemuan membutuhkan conjecture sebagai salah satu prosesnya
9

(Sutarto, dkk, 2014). Cañadas, dkk., (2007) menyatakan bahwa pemecahan


masalah dan conjecturing sebagai kegiatan matematika yang terjalin dalam
banyak cara. Sedangkan menurut Yeo & Yeap (2010), proses penemuan terjadi
dalam proses pemecahan masalah, dalam proses investigasi salah satu tahapanya
adalah perumusan dan pengujian conjectures. Dalam NCTM (2000) dijelaskan
bahwa bekerja dalam matematika melibatkan penemuan dan conjecture adalah
jalan utama untuk penemuan.
Conjecturing dan Pemecahan masalah merupakan bagian penting dari
aktivitas matematis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Cañadas, dkk.,
(2007) yaitu banyak peneliti yang menyarankan bahwa pemecahan masalah dan
conjecturing adalah bagian penting dari aktivitas matematis. Menurut NCTM
(2000) berpikir matematis dan keterampilan penalaran, termasuk membuat
conjecture adalah penting karena berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan
wawasan baru dan meningkatkan kajian lebih lanjut. Conjecturing muncul ketika
individu menghadapi masalah yang tidak dikenal atau ketidakpastian.
Cañadas, dkk., (2007) menunjukan conjecturing dalam pemecahan
masalah matematika yang diberikan sebagai apersepsi dalam pembelajaran
matematika. Seorang guru SMP bertanya di kelasnya tentang menemukan
hubungan antara jumlah bilangan genap yang lebih besar dari 4 dan jumlah dari
dua bilangan prima ganjil. Berikut adalah beberapa hubungan yang dapat
ditemukan siswa:
6=3+3 16 = 3 + 13 = 5 + 11
8=3+5 18 = 5 + 13 = 7 + 11
10 = 3 + 7 = 5 + 5 20 = 3 + 17 = 7 + 13
12 = 5 + 7 .........
14 = 3 + 11 = 7 + 7 30 = 7 + 23 = 11 + 19 = 13 + 17
Setelah beberapa saat bekerja pada masalah ini, salah satu anak berseru, "hal ini
bisa berlangsung seterusnya. Tidak ada akhir untuk itu". Hal yang diucapkan anak
tersebut secara implisit disebut conjecture Goldbach bahwa setiap bilangan genap
yang lebih besar dari 4 dapat ditulis sebagai jumlah dari dua bilangan prima
ganjil. Penjelasan conjecture yang dihasilkan oleh siswa berdasarkan tahapan
induksi empiris dari sejumlah berhingga kasus diskrit adalah sebagai berikut.
10

Proses conjecturing dalam menyelesaikan masalah conjecture Goldbach:


Ketika mengamati titik awal kasus tertentu adalah pengalaman dengan kasus-
kasus tertentu dari masalah yang diajukan. Sebagai contoh conjecture Goldbach
diberikan di atas (Soal 1), tahap mengamati kasus-kasus tertentu mungkin terbatas
untuk mengamati satu atau dua kasus: 8 = 3 + 5, 18 = 7 + 11.
Pengorganisasian kasus tertentu melibatkan penggunaan strategi untuk
melakukan sistematisasi dan memfasilitasi pekerjaan dengan kasus-kasus tertentu.
Strategi yang paling umum digunakan adalah organisasi kasus-kasus tertentu
dengan daftar data atau tabel.
Mencari dan memprediksi pola mirip dengan "pola mengamati" Reid
(2002) tetapi hanya mengamati pola. Ketika seseorang mengamati pengulangan
dan situasi yang biasa yang bersifat gambaran bahwa pola mungkin berlaku untuk
kasus berikutnya yang tidak diketahui dengan baik. Perhatikan bahwa perbedaan
conjecture akan berlaku untuk semua kasus, karena hanya kasus berikutnya saja
yang dianggap. Dalam contoh Goldbach, pola yang diamati "Semua bilangan
genap dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari dua bilangan prima" dan salah
satu prediksinya yaitu "32 juga dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua bilangan
prima".
Merumuskan conjecture, berarti membuat pernyataan tentang semua
kemungkinan kasus yang terjadi, berdasarkan fakta-fakta empiris, tetapi dengan
unsur keraguan. Conjecture adalah suatu pernyataan yang belum divalidasi.
"Mungkin semua bilangan genap bisa dinyatakan sebagai jumlah dari dua
bilangan prima" rumusan untuk contoh conjecture Goldbach.
Memvalidasi conjecture, seperti "pengujian" Reid, melibatkan antara
membuat prediksi dan memverifikasi kebenaran prediksi yang diperoleh dari
beberapa metode independen. Penetapan kebenaran conjecture ini untuk kasus
baru tertentu tetapi tidak pada umumnya. Sebagai contoh Goldbach, memprediksi
bahwa "32 juga dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua bilangan prima" dapat
diperiksa dengan mencari dua bilangan prima (misalnya, 3 + 29) yang jumlahnya
adalah 32.
Generalisasi conjecture, melibatkan perubahan, Duval (Canadas, dkk.,
2007) menyebutkan "nilai epistemik", dari conjecture yang mungkin ke aturan
11

umum yang berlaku. Hal ini adalah perubahan pada pernyataan tersebut yang
diyakini. Jika seseorang percaya bahwa conjecture Goldbach adalah benar secara
umum, maka seseorang menggeneralisasinya. Jika tidak, tetap conjecture.
Melihat contoh tambahan tidak cukup untuk membenarkan generalisasi.
Membenarkan generalisasi conjecture mencakup pemberian alasan yang
menjelaskan conjecture tersebut, mungkin dengan maksud meyakinkan orang lain
bahwa generalisasi dibenarkan. Jika diperlukan, orang bisa membuat bukti
matematis sebagai justifikasi yang menjamin kebenaran conjecture tersebut.
Sejauh ini, belum ada yang berhasil untuk membenarkan conjecture Goldbach.
2.4. Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah merupakan bagian penting dari aktivitas matematis.
NCTM (2000) menguraikan bahwa pemecahan masalah merupakan pusat
penyelidikan dan aplikasi dan harus terjalin dalam seluruh kurikulum matematika
untuk memberikan konteks belajar dan menerapkan ide-ide matematika. Sutarto
(2011) mengatakan pemecahan masalah matematika penting untuk diperhatikan
dan diajarkan karena merupakan salah satu aspek penting dari matematika.
Kemampuan pemecahan masalah matematika bukan sekedar keterampilan
untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi merupakan keterampilan
dasar yang akan digunakan dalam masalah kehidupan sehari-hari siswa.
Pemecahan masalah memainkan peran penting dalam kurikulum karena beberapa
alasan: (1) dapat membangun pengetahuan matematika baru, (2) dapat
memecahkan masalah yang timbul dalam matematika dan dalam konteks lain, (3)
dapat menerapkan dan mengadaptasi berbagai strategi pemecahan masalah, dan
(4) memantau dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika (NCTM,
2000).
Menurut Sriraman (2003) bahwa situasi masalah mencakup (1) tugas yang
konseptual, (2) pada hakikatnya subjek mampu memahami dengan pembelajaran
sebelumnya oleh organisasi tugas atau orisinalitas, (3) tidak dapat dikerjakan
dengan prosedur yang familiar atau akrab, (4) siswa mengalami kebingungan
dalam situasi masalah, tapi tidak mengalami kebingungan yang sangat atau artinya
masih bisa dijangkau untuk dikerjakan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa suatu soal dapat dikatakan sebagai masalah matematika jika soal tersebut
12

dapat dijangkau untuk diselesaikan oleh siswa akan tetapi tidak dapat diselesaikan
dengan prosedur rutin.
Klasifikasi Yevdokimov tentang masalah "terbuka" dan "tertutup" mirip
dengan Polya (1945) membedakan antara masalah untuk membuktikan dan
masalah untuk menemukan. Dalam masalah membuktikan, tujuannya adalah
untuk menyimpulkan jika pernyataan, tanpa menyatakan ambiguitas, benar atau
salah. Tipe masalah kedua disebut "masalah untuk menemukan" atau masalah
konstruksi yang memiliki tujuan menemukan objek tertentu yang memenuhi
kondisi masalah dengan menghubungkan data dan variabel yang tidak diketahui.
Kesuksesan siswa dalam menyelesaikan masalah merupakan tujuan penting
dalam pembelajaran matematika. Beberapa tahapan yang harus dilewati siswa
agar siswa sukses dalam menyelesaikan masalah. Menurut Polya ada empat
tahapan dalam menyelesaikan masalah, yaitu (1) memahami masalah, (2)
membuat rencana, (3) melaksanakan rencana, dan (4) melihat kembali.
Selanjutnya dalam kerangka kerja multidimensional pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Carlson & Bloom (2005) bahwa ada empat tahap dalam
pemecahan masalah yaitu: (1) orientasi, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan, dan (4)
memeriksa.
Selanjutnya Polya mengemukakan empat langkah dalam memecahkan
masalah. Keempat langkah tersebut adalah: (1) memahami masalah
(understanding the problem) meliputi memahami berbagai hal yang ada pada
masalah seperti apa yang tidak diketahui, apa saja data yang tersedia, apa syarat-
syaratnya, dan sebagainya. Pada tahap ini, siswa dapat melakukan beberapa
langkah yang diperlukan untuk mengerti masalah, seperti membuat sketsa gambar,
mengenal notasi yang digunakan, mengelompokan bagian dan syarat-syarat, dan
sebagainya; (2) merencanakan pemecahan (devising a plan) meliputi berbagai
usaha untuk menemukan hubungan masalah dengan masalah lainnya atau
hubungan antar data dengan hal yang tidak diketahui, dan sebagainya. Pada
akhirnya seseorang hams memiliki suatu rencana pemecahan; (3) melaksanakan
pemecahan (Cariying out the plan) termasuk memeriksa setiap langkah
pemecahan, apakah langkah yang dilakukan sudah benar atau dapat dibuktikan
13

bahwa langkah tersebut benar; dan (4) memeriksa kembali (looking back)
meliputi menguji tahap pemecahan yang dihasilkan.
2.5. Generalisasi Pola
Pola merupakan ide yang mendasari pemikiran matematis. Menurut Vogel
(2005) analisis pola, mendeskripsikan pola, dan sifat-sifatnya merupakan salah
satu tujuan dari matemtika. Sedangkan menurut Mulligan, dkk., (2011: 796)
menyatakan bahwa hampir semua matematika didasarkan pada pola dan struktur.
Anak dalam melakukan generalisasi pola berusaha menuliskan bilangan
bilangan yang mewakili banyaknya pola dan urutan kesatu ke urutan berikutnya.
Kemudian mengamati perubahan bilangan satu ke bilangan berikutnya, untuk
mendapatkan aturan umum pola. Hasil penelitian Raford (2006), menemukan
bahwa anak dalam melakukan generalisasi pola melihat fitur-fitur umum dan
bilangan yang diberikan kemudian menggeneralisasikan bilangan-bilangan ini
dalam urutan berikutnya.
Untuk menggeneralisasikan pola, tidak cukup hanya menyatakan aturan
umum dan urutan pola. Anak dituntut memberikan ekspresi aturan umum pola ini
secara aljabar. Generalisasi pola sebagai rute aljabar terletak pada gagasan tentang
sifat korespondensi antara aljabar dan generalisasi. Ketika siswa mengekspresikan
aturan umum suatu pola tentunya memerlukan simbol aljabar. Proses inilah yang
dikatakan sebagai generalisasi. Generalisasi yang berdasarkan pada penelaran
induktif disebut conjecture (Ramussen & Miceli, 2008)
Dalam konteks generalisasi pola bergambar. Tingkatan awal yang
disampaikan (Radford, 2003, Radfor, 2006) generalisasi faktual, yaitu generalisasi
berdasarkan tindakannya numerik dalam bentuk skema operasional yang masih
terikat pada tingkat numerik, namun memungkinkan siswa untuk hampir nyata
dalam mengatasi kasus tertentu secara berhasil". Generalisasi berikutnya disebut
generalisasi kontekstual melibatkan penggantian setiap referensi untuk tahap
tertentu, termasuk ritme dan menunjuk, dengan "objectifying linguistik" tindakan
yang dilakukan tidak pada tahap konkret tetapi pada tingkat abstrak. Misalnya,
istilah “menambahkan" gambar 'dan " gambar berikutnya" dan tingkatan yang
terakhir symbolic adalah tipe generalisasi yang berhubungan dengan objek aljabar
atau simbol yang tidak terbatas pada objek tertentu.
14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini mengungkap
karakterisasi conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola .
3.2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP atau
MTs karena sudah mempelajari pola bilangan.
3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri: (1) Peneliti
sebagai instrumen utama dan (2) Instrumen bantu yang terdiri dari pedoman
wawancara bertujuan untuk dijadikan acuan pada saat pelaksanaan penelitian,
wawancara dilakukan untuk memperjelas dan mendalami masalah atau
mengklarifikasi conjecture siswa yang di utarakan dalam think aloud. dan Tugas
Pemecahan masalah generalisasi pola (TPMGP) adalah tugas untuk tes tertulis
yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang conjecture siswa dalam
pemecahan masalah generalisasi pola.
3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian ini mengungkap karakterisasi conjecture dalam pemecahan
masalah generalisasi pola berdasarkan prosedur penelitian yang akan dibagi dalam
beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti akan melakukan kegiatan sebagai
berikut: (1) menyempurnakan proposal, (2) menyiapkan instrumen yang valid atau
instrumen yang telah divalidasi, (3) menyiapkan perangkat pengambilan data
berupa alat perekam audio visual (handycam) dan alat perekam suara, dan (4)
mengkondisikan siswa yang akan dilibatkan dalam proses pengambilan data.
b. Pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data akan dilakukan kegiatan yang meliputi
pemberian TPMGP dengan think aloud . Peneliti tidak melakukan intervensi
apapun dengan siswa selama siswa menyelesaikan masalah. Dalam tahap ini
15

peneliti hanya fokus pada alat perekam audio visual (handycam) untuk merekam
proses siswa ketika mereka menyelesaikan masalah. Selanjutnya hasil rekaman ini
digunakan peneliti sebagai bahan untuk melakukan wawancara pada setiap subjek.
c. Analisis data
Pada tahap analisis data, kegiatan yang akan dilakukan setelah memperoleh
data meliputi: (1) mentranskrip data yang diperoleh dari think aloud dan
wawancara), (2) mereduksi data, (3) pengkodean data, (4) mendeskripsikan
karakterisasi conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola , dan (5)
penarikan kesimpulan. Alur prosedur penelitian disajikan pada gambar 3.2
berikut.

Gambar 3.1 Alur prosedur penelitian


3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang di
analisis secara induktif, artinya upaya pencarian data bukan dimaksudkan untuk
membuktikan hipotesis, namun lebih merupakan pembentukan abstraksi
berdasarkan bagian-bagian/satuan-satuan yang telah dikumpulkan, setelah itu
dikelompok-kelompokkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap
karakterisasi conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Data subjek penelitian terdiri dari melakukan tes untuk mengetahui
karakteristik conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola dan
berdasarkan hasil karakteristik tersebut akan dipilih minimal 2 subjek untuk
setiap karakteristik.
b. Pengambilan data terdiri dari (1) tes menggunakan TPMGP dengan think
aloud, (2) melakukan wawancara yaitu bertujuan untuk mengetahui
karakteristik conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola, (3)
merekam aktivitas siswa dalam menyelesaikan TPMGP dengan alat perekam
audio visual (handycam), perekam suara dan dokumentasi penelitian.
16

c. Peneliti sebagai instrumen, mengamati, mengumpulkan, menganalisis dan


menafsirkan data penelitian.
d. Perolehan data, Perolehan data yang maksud adalah hasil pekerjaan TPMGP
siswa dengan think aloud, wawancara, dan hasil pengamatan.
3.6. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
kualitatif. Salah satu teknik analisis data yang digunakan adalah Metode
Perbandingan Tetap (constant comparative method). Secara umum proses analisis
data meliputi: reduksi data, katagorisasi data, sintesis, dan diakhiri dengan
penyusunan hipotesis kerja. Dalam penelitian ini, analisis data dimodifikasi secara
khusus sesuai analisis kebutuhan penelitian kualitatif yang dikembangkan oleh
Creswell (2012).
Hasil dan pengumpulan data yaitu hasil pengamatan pencliti sebagai
instrumen, hasil kerja mahasiswa (TPMGP ) dengan think aloud dan wawancara
seperti dikemukakan di atas dan selanjutnya dianalisis. Uraian analisis data dalam
penelitian ini sebagai berikut. alur analisis data disajikan pada gambar 3.6 berikut.

Data TPMGP dengan think aloud


Dan wawancara yang valid

Mentranskrip

Kategorisasi/penyajian data

Reduksi Data

Telaah Data

Penarikan Simpulan
Gambar 3.2 Alur analisis data
17

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Anggaran Biaya


Estimasi anggaran yang dibutuhkan selama penelitian disajikan pada tabel
4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian
No Jenis Pengeluaran Biaya Yang
Diusulkan (Rp)
1. Gaji Upah (maksimum 20 %) 8.240.000
2. Bahan Habis Pakai dan Peralatan (40-50%) 18.540.000
3. Perjalanan (15-25 %) 8.240.000
4. Lain-lain: publikasi, seminar, laporan, lainnya sebutkan
(Maks. 15%) 6.180.000
Jumlah 41.200.000

4.2. Jadwal Penelitian


Jadwal penelitian disusun dalam bentuk bar chart sebagaimana Tabel 4.2.
di bawah ini:
Tabel 4.2. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Mei Jun Jul Ags Sep Okt Des
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus izin penelitian
b. Mengadakan pertemuan dengan guru
yang mengajar pada kelas yang akan
digunakan untuk penelitian
c. Menyusun jadwal penelitian
d. Menyiapkan istrumen
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Validasi instrumen
b. Pengumpulan data
c. Menganalisis data yang terkumpul
d. Pengecekan keakuratan data
3. Tahap penyusunan Laporan
4. Tahap publikasi hasil penelitian
18

BAB 5 HASIL YANG DICAPAI

Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian yang meliputi: (5.1) hasil
pengembangan instrumen pendukung penelitian, (5.2) hasil pemilihan subjek
penelitian, (5.3) pemaparan hasil penelitian. (5. 5) seminar nasional. (5.6) seminar
internasional. (5.7) Jurnal Internasional. Uraian terhadap masing-masing hasil
penelitian tersebut disajikan secara berturut-turut sebagai berikut.

5.1 Hasil Pengembangan Instrumen Bantu


Instrumen bantu dalam penelitian ini terdiri dari pedoman wawancara dan
Tugas Pemecahan Masalah Generalisasi Pola (TPMGP) akan diuraikan sebagai
berikut:
a. TPMGP adalah tes tertulis yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang proses conjecturing yang dilakukan siswa dalam pemecahan masalah
generalisasi pola. Penyusunan TPGMP dimulai dengan penyusunan TPMGP,
selanjutnya dilakukan validasi oleh ahli, draf TPMGP yang valid, selanjutnya
diuji keterbacaan sampai draf tersebut layak untuk dipakai dalam penelitian.
TPMGP dapat dilihat pada Lampiran 2
TPMGP yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil
penyesuaian dari pendapat Cañadas, dkk, (2007) bahwa conjecturing tipe
induksi empiris dari bilangan berhingga kasus diskrit sering ditemukan dalam
masalah yang melibatkan bilangan dengan pola yang konsisten, instrumen
yang digunakan oleh Cañadas (2005) tentang penalaran induktif adalah “what
is the maximum number of regions you can get in the plane if you draw of
straight lines?” dan instrumen yang digunakan Radford (2006) tentang
generalisasi pola.
Lembar tugas pemecahan masalah divalidasi oleh ahli, yaitu 2 (dua) ahli
pendidikan matematika dan 1 (satu) ahli matematika. Validasi tersebut dilakukan
untuk memenuhi kriteria validasi isi. Kriteria validasi diidentifikasi dalam tiga
komponen, yaitu (1) penilaian materi; (2) penilaian bahasa; dan (3) penilaian
umum. Berdasarkan hasil validasi tersebut, diperoleh banhawa instrumen Tugas
Pemecahan Masalah Generalisasi pola layak digunakan.
b. Pedoman wawancara bertujuan untuk dijadikan acuan pada saat pelaksanaan
penelitian. Pedoman wawancara yang dibuat juga disesuaikan dengan kondisi
pada saat penelitian di lapangan, yang bertujuan untuk menggali informasi
proses conjecturing yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan TPMGP.
Pedoman wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1.
Perdoman wawancara divalidasi oleh ahli, yaitu 2 (dua) ahli pendidikan
matematika dan 1 (satu) ahli matematika. Validasi tersebut dilakukan untuk
memenuhi kriteria validasi isi. Kriteria validasi diidentifikasi dalam tiga
komponen, yaitu (1) penilaian materi; (2) penilaian bahasa; dan (3) penilaian
umum. Berdasarkan hasil validasi tersebut, diperoleh banhwa pedoman
wawancara pola layak digunakan dengan perbaikan. Selanjutnya peneliti
memperbaiki pedoman wawancara tersebut berdasarkan masukan validator. Hasil
validasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
19

5.2 Hasil Pemilihan Subjek


Proses pemilihan subjek penelitian dilakukan di beberapa sekolah yaitu 1)
kelas VIII SMP Negeri 1 Malang, 2) kelas VIII SMP Negeri 3 Malang, 3) kelas
VIII SMP Negeri 5 Malang, 4) kelas VIII SMP Negeri 1 Ponorogo, 5) SMP
Negeri 1 Kempo, dan 6) SMP Negeri 7 Dompu. Dari enam sekolah tersebut,
diperoleh 39 subjek yang menghasilkan conjecture secara simbolik. Hasil
pemilihan subjek untuk setiap kategori disajikan pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel. 5.1 Hasil Pemilihan Subjek Penelitian


Jumlah Calon Subjek Setiap Kategori
Jumlah
Proses local Conjecturing
No Sekolah calon Proses Global
Berdasarkan Berdasarkan
subjek Conjecturing
proximity contrast
1 SMP Negeri 1 15 siswa 3 siswa 1 siswa 3 siswa
Malang
2 SMP Negeri 3 14 siswa 3 siswa 2 siswa 1 siswa
Malang
3 SMP Negeri 5 16 siswa 4 siswa 2 siswa 2 siswa
Malang
4 SMP Negeri 1 17 siswa 3 siswa 1 siswa 2 siswa
Ponorogo
5 SMP Negeri 1 50 3 2 2
Kempo
6 SMP Negeri 7 30 2 1 2
Dompu
Jumlah 142 siswa 18 siswa 9 siswa 12 siswa

5.3 Paparan Data Penelitian


a. Paparan Data Subjek S1
Bagian ini akan menguraikan tentang conjecture yang diperoleh berdasarkan
proses global conjecturing yang dilakukan oleh subjek S1 berdasarkan tahapan
proses conjecturing. Tahapan proses conjecturing terdiri dari mengamati kasus,
mengorganisir kasus, mencari dan memprediksi pola, merumuskan konjektur,
memvalidasi konjektur, menggeneralisasi konjektur dan membenarkan konjektur.
Dalam menggeneralisasi konjektur rumus umum untuk menentukan
banyaknya persegi pada gambar ke , subjek S1 telah menyadari bahwa gambar
ke-1, gambar ke-2, dan gambar ke-3 membentuk sebuah pola. Pada tahap
mengamati kasus, subjek S1 mengamati dan menghitung jumlah persegi secara
utuh, tanpa membedakan persegi hitam dan persegi putih. Pada gambar ke-1 ada 7
persegi, gambar ke-2 ada 11 persegi dan gambar ke-3 ada 15 persegi. Berikut
pernyataan subjek S1 berdasarkan petikan data think alouds.
S1: “Berarti, ini pertama-tama di cari dulu ada berapa kotaknya?. Di
gambar ke satu ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (menghitung gambar ke-1), 7
persegi. Di gambar kedua ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 (menghitung
gambar ke-2), 11 persegi. Gambar ke tiga ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15 (menghitung gambar ke-3), 15 persegi”.

Hal ini diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam mengamati kasus pada Gambar
5.1 berikut.
20

Gambar 5.1 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Mengamati Kasus

Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1 ada 7, gambar ke-2 ada 11,
dan gambar ke-3 ada 15, subjek S1 mengorganisir kasus dengan cara mengurutkan
pola barisan bilangan. Mengurutkan pola barisan bilangan dengan menuliskan
gambar ke-1, gambar ke-2, gambar ke-3, secara berturut-turut 7, 11, 15. Berikut
hasil kerja subjek S1 dalam mengorganisir kasus pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Mengorganisir Kasus

Pada tahap selanjutnya, subjek S1 mencari dan memprediksi pola dengan


cara menghitung selisih antara gambar ke-2 dan gambar ke-1, gambar ke-3 dan
gambar ke-2 serta berpikir tentang gambar selanjutnya. Selisih gambar ke-2 dan
ke-1 adalah 11 − 7 = 4, gambar ke-3 dan ke-2 adalah 15 − 11 = 4, berdasarkan
selisih tersebut subjek S1 memprediksi gambar ke-4 juga ditambah 4. Berikut
pernyataan subjek S1 berdasarkan petikan data think alouds.
S1 : “Sekarang coba dicari dulu selisih dari gambar ke-1 ke gambar ke-2
dan gambar ke-2 ke gambar ke-3. Dari gambar ke-1 sama ke-2, berarti
11 − 7 = 4, berarti ini ditambah 4. Terus gambar ke-2 ke gambar ke-3,
15 − 11 berarti 4, berarti tambah 4 juga. Berarti dibuat gambar ke-4
nya di tambah 4 juga, 15 + 4 = 19”.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam mengorganisir kasus,
mencari dan memprediksi pola pada Gambar 5.3 berikut.

Gambar 5.3 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Mencari Dan Memprediksi Pola

Pada tahap merumuskan konjektur, subjek S1 yaitu melihat selisih atau


penambahan dari masing-masing gambar. Penambahan dari gambar ke-1 ke
gambar ke-2 adalah 4, gambar ke-2 ke gambar ke-3 adalah 4, dan gambar ke-3 ke
gambar ke-4 juga 4. Berdasarkan penambahan tersebut, subjek S1 merumuskan
konjektur rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi pada gambar ke
21

= + 4. Selanjutnya subjek S1 memvalidasi konjektur dengan mencoba rumus


− = + 4 pada gambar ke-1, = 1 + 4 = 5. Setelah menghitung jumlah
persegi pada gambar ke-1 dengan rumus, selanjutnya subjek S1 mencocokkan
jumlah persegi pada gambar ke-1yang diperoleh dengan rumus dan jumlah persegi
yang telah diketahui. Setelah mencocokkan, subjek S1 mengatakan bahwa rumus
− nya salah. Berikut pernyataan subjek S1 berdasarkan petikan data think
alouds.
S1: “Huuu (sambil berpikir), berarti sekarang, coba, mungkin saja
rumusnya = + 4. Sekarang di coba buat gambar ke-1, gambar ke-1
berarti nya tambah satu, 1 + 4 = 5, berarti sama dengan 5 persegi.
Ga sama kayak yang di soal, berarti rumus ini salah”

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.4 berikut.

Gambar 5.4 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur

Setelah menyadari bahwa konjektur yang dirumuskan salah, subjek S1


melakukan mencoba strategi baru untuk merumuskan konjektur, yaitu dengan cara
mencari angka awal sebelum di tambahkan empat dengan memanfaatkan rumus
− = + 4. Subjek S1 mencari angka awal dengan menghitung selisih
jumlah persegi gambar ke-1 dikurangi 4, gambar ke-2 dikurangi 4 dan gambar ke-
3 juga dikurangi 4. Hasil pengurangannya berturut turut 3, 7, 11. Selanjutnya
subjek S1 menyadari bahwa angka awal yang dicari belum tepat, karena angka
awalnya masih beda. Berikut pernyataan subjek S1 berdasarkan petikan data think
alouds.
S1: “Sekarang (sambil berpikir), berarti coba mencari angka awalnya pakai
rumus yang tadi, eee 7 = + 4, Ooo... ini buat yang gambar ke-1,
berarti 7 − 4 = , 7 − 4 itu 3, berarti 3 = . Sekarang buat gambar ke-
2, itu 11 = + 4, 11 − 4 = , 7 = . Gambar ke-3, eh itu 15 = + 4,
15 − 4 = , 15 kurangi 4 itu 11, terus 11 sama dengan . Ini angka
awalnya masih berbeda (sambil berpikir), berarti harus pakai cara lain”

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.5 berikut.

Gambar 5.5 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Merumuskan Konjektur


22

Subjek S1 selanjutnya menggunakan cara lain yaitu mencari angka awal


sebelum ditambahkan 4 kali dengan cara memisalkan sebagai angka awal.
Gambar ke-1= + (4 × n), 7 = + (4 × 1), 7 = + 4 maka = 3. Gambar
ke-2 = + (4 × n), 11 = + (4 × 2), 11 = + 8 maka = 3. Dari dua angka
awal tersebut, subjek S1 menyimpulkan bahwa angka awal sebelum ditambahkan
4 kali adalah 3. Berikut pernyataan subjek S1 berdasarkan petikan data think
alouds.
S1: “Berarti harus pakai cara lain, huu (berpikir), coba gambar ke-1 sama
dengan, kita misalkan saja itu angka awalnya, sama dengan + (4 ×
). Empatnya ini dari selisih-selisihnya tadi. Gambar ke-1 kan tadi 7,
7 = + (4 × ). Huu, kan gambar ke-1 itu 7 = + (4 × 1), 7 =
tambah, 4 kali 1 kan 4, berarti tambah 4. Sekarang 7 − 4 = , 3 = .
Dari gambar ke-1 pakai rumus tadi itu, angka awalnya 3. Sekarang
coba di yang gambar ke-2, gambar ke-2 = + 4 × . Gambar kedua
tadi kan ada 11 perseginya, 11 = + (4 × ), ini kan pola ke-2 ya,
berarti 11 = + 4, nya di ganti sama 2, karena pola ke-2. 11 = +
(4 × 2) itu 8 berarti tambah 8, 11 − 8 = , 11 − 8 itu 3, 3 = . Dari
hasil yang ini, angka awalnya juga 3, berarti angka awalnya itu 3.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam mencari angka awal pada
Gambar 5.6 berikut

Gambar 5.6 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Mencari Angka Awal

Setelah menemukan angka awal tersebut, subjek S1 merumuskan konjektur


rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi pada gambar − =3+
(4 × ). Selanjutnya subjek S1 melakukan validasi konjektur berdasarkan jumlah
persegi pada gambar ke-4 = 3 + (4 × ), 19 = 3 + (4 × 4), 19 = 3 + 16,
19 = 19. Berikut pernyataan subjek S1 berdasarkan petikan data think alouds.
S1: “ Berarti rumus terakhir, rumus akhirnya itu yang benar aaa… jumlah
persegi = 3 + (4 × ). Kalau coba buat yang gambar ke-4 siapa tau
aja salah, gambar ke-4 = 3 + 4 × . Gambar ke 4 kan harusnya 19.
Ea.. 3 + 4 kali pola ke-4, berarti 3 + 16. Gambar ke-4 itu kan tadi 19,
19 = 3 + 16, 3 + 16 juga 19”

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.7 berikut
23

Gambar 5.7 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur

Pada tahapan selanjutnya, subjek S1 meyakini bahwa rumus umum untuk


menentukan banyaknya persegi pada gambar ke − dari pola yang terbentuk
adalah 3 + (4 × ). Subjek S1 meyakini rumus umum yang dihasilkan adalah
benar setelah melakukan validasi. Dengan meyakini rumus umum tersebut, maka
subjek S1 telah menggeneralisasi konjektur yang dihasilkan. Berikut petikan think
alouds subjek S1 berikut.
S1: “Berarti rumus terakhir--, rumus akhirnya itu yang benar aaa, jumlah
persegi = 3 + (4 × ). Kalau coba buat yang gambar ke-4 siapa tau
aja salah, gambar ke-4 = 3 + 4 × . Gambar ke 4 kan harusnya 19.
Ea.. 3 + 4 kali pola ke-4, berarti 3 + 16. Gambar ke-4 itu kan tadi 19,
19 = 3 + 16, 3 + 16 juga 19. Berarti sudah benar rumusnya”.

Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S1 berikut.
P 14 : Ok. Yakin tidak dengan rumus yang adik peroleh ini?
S1 14 : Yakin.
P 15 : Apa yang membuat adik bisa yakin dengan rumus ini?
S1 15 : Iya, karena sudah di coba (tersenyum)

Pada tahap membenarkan generalisasi, subjek S1 menunjukkan contoh


tertentu seperti yang telah dilakukan pada saat memvalidasi konjektur. Contoh
tertentu yang dimaksud yaitu mencari jumlah persegi gambar ke-4 menggunakan
rumus umum 3 + (4 × ). Selanjutnya mencocokkan jumlah persegi yang
dihasilkan dengan rumus tersebut dan cara manual seperti hasil kerja subjek S1
pada Gambar 4.6 dengan tujuan meyakinkan orang lain bahwa konjektur yang
dihasilkan adalah benar. Berikut petikan wawancara peneliti dengan subjek S1.
P 17 : Ooo gitu, ok. Terakhir, bagaimana cara nya adik menjelaskan
ke orang lain atau membuktikan ke orang lain bahwa rumus
umum yang adik peroleh ini benar?
S1 17 : Iya dengan cara membuktikannya dan memberitahukan ini dari
mana, ini dari mana gitu (sambil menunjuk Hasil kerjanya).
P 18 : Ok, bagaimana cara adik membuktikannya?
S1 18 : Membuktikannya pakai kayak gini tadi (sambil menunjuk Hasil
kerjanya). Terus dibandingkan dengan yang sudah diketahui di
soal, begitu.
24

Struktur berpikir subjek S1 dalam pemecahan masalah generalisasi pola


berdasarkan tahapan proses conjecturing disajikan pada Diagram 5.1.

Diagram 4.1 Struktur berpikir Subjek S1 dalam Pemecahan Masalah


Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing

Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur

Mengamati kasus Memvalidasi konjektur

Mengorganisir kasus Menggeneralisasi konjektur

Mencari dan memprediksi Membenarkan konjektur


pola
25

b. Paparan Data Subjek S2

Bagian ini akan menguraikan tentang proses global conjecturing yang


dilakukan oleh subjek S2 berdasarkan tahapan proses conjecturing. Tahapan
proses conjecturing terdiri dari mengamati kasus, mengorganisir kasus, mencari
dan memprediksi pola, merumuskan konjektur, memvalidasi konjektur,
menggeneralisasi konjektur dan membenarkan konjektur.
Dalam menggeneralisasi konjektur rumus umum untuk menentukan
banyaknya persegi pada gambar ke − , subjek S2 mengamati kasus dengan cara
mengamati dan menghitung jumlah persegi secara utuh, tanpa membedakan
persegi hitam dan persegi putih. Jumlah gambar ke-1 ada 7 persegi, gambar ke-2
ada 11 persegi, dan gambar ke-3 ada 15 persegi. Berikut pernyataan subjek S2
berdasarkan petikan data think alouds.
S2: “Pada soal ini kita akan menemukan bahwa, pada gambar pertama
ada--, pada gambar pertama, kita akan menemukan 7 persegi,
sedangkan pada gambar ke-2, kita akan menemukan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11 (menghitung gambar ke-2), 11 persegi. Untuk gambar ke-3,
kita akan menemukan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
(menghitung gambar ke-3), ada 15 persegi”.

Hal ini diperkuat oleh petikan wawancara antara peneliti dan subjek S2 berikut.
P 04 : Saat pertama membaca masalah ini, apa yang pertama kali adik
pikirkan?
S2 04 : Karena kita disuruh mencari banyaknya persegi pada gambar
ke-n, berarti pertama-tama, kita harus menemukan pola nya
dulu, cara menemukannya, kita liat dari gambar pertama, kita
liat ada berapa persegi di sana, ternyata ada 7 persegi,
digambar ke-2 ada 11, dan digambar ke-3 ada 15. Dari, pola
seperti ini nanti, kita akan menemukan rumus tersendiri untuk
mencari persegi-persegi selanjutnya.

Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar
ke-3, subjek S2 mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk
mengaitkan gambar ke-1 dengan 7 (jumlah persegi gambar ke-1), gambar ke-2
dengan 11 (jumlah persegi gambar ke-2), dan gambar ke-3 dengan 15 (jumlah
persegi gambar ke-3). Hasil kerja subjek S2 dalam mengorganisir kasus dapat
dilihat pada Gambar 5.8 berikut.

Gambar 5.8 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Mengorganisir Kasus,


26

Pada tahap selanjutnya, subjek S2 mencari dan memprediksi pola dengan


cara menghitung penambahan dari gambar ke-1 ke gambar ke-2, gambar ke-2 ke
gambar ke-3, dan berpikir bahwa gambar selanjutnya juga bertambah 4. Berikut
pernyataan subjek S2 berdasarkan petikan data think alouds dan petikan data .
S1 : Dari pola ini, kita akan menemukan bahwa, setiap beranjak pada satu
pola ke pola lain, maka masing-masing gambar akan di tambah 4
persegi. Misalnya gambar ke-1 ke gambar ke-2, akan bertambah 4
persegi. Gambar ke-1 ke gambar ke-3 akan bertambah 8 persegi, itu
polanya (berpikir). Pertambahan pola, apa itu namanya?, pertambahan
persegi dari 1 gambar ke gambar lain, itu masing-masing 4 persegi.

Hal ini juga diperkuat oleh petikan data wawancara peneliti dan subjek S2 serta
hasil kerja subjek S2 dalam mengorganisir kasus, mencari dan memprediksi pola
pada Gambar 5.9.
P 06 : Ok, pola selanjutnya bagaimana maksudnya adik?
S2 06 : Pada gambar pertama kan ada 7, gambar ke-2 ada 11,
sedangkan pada gambar ke-3 ada 15. Jadi bisa dipastikan untuk
gambar ke-4 nanti ada 19 persegi, kenapa? karena tiap pindah,
dari satu--, misalnya gambar 1 ke gambar 2, itu akan bertambah
4, dari gambar 2 ke gambar 3 nanti akan bertambah 4 persegi,
jadi dari gambar ke-3ke gambar ke 4 nanti bertambah 4 persegi
lagi, begitu seterusnya.

Gambar 5.9 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Mencari dan Memprediksi Pola

Pada tahap merumuskan konjektur, subjek S2 memperhatikan jumlah


persegi gambar ke-1 ada 7, gambar ke-2 ada 11, dan gambar ke-3 ada 15. Dengan
memperhatikan jumlah persegi tersebut dan persegi selanjutnya selalu bertambah
4, maka subjek S2 merumuskan konjektur rumus untuk menentukan banyaknya
persegi pada gambar − = 7 + 4 . Selanjutnya subjek S2 memvalidasi
konjektur dengan mencari jumlah persegi gambar ke-5 dengan cara manual dan
rumus − = 7 + 4 . Dengan cara manual subjek S2 menuliskan jumlah
persegi gambar − 5 = 7 + 4 + 4 + 4 + 4 = 7 + 28 = 35, dengan
menggunakan rumus − = 7 + 4 = 7 + 4 × 5 = 7 + 20 = 27. Setelah
mengetahui jumlah persegi gambar ke-5 dengan cara manual dan rumus berbeda.
Subjek S2 menyadari adanya kesalahan dari rumus yang dihasilkan, selanjutnya
subjek S2 mencoba rumus untuk mencari jumlah persegi gambar −1= 7+
4 = 7 + 4(1) = 7 + 5 = 11 dan mencocokkan dengan jumlah persegi gambar
ke-1 yang sudah diketahui ada 7. Dari hasil mencocokkan, S2 menyadari bahwa
27

konjektur yang dihasilkan ada kekeliruan. Berikut pernyataan subjek S2


berdasarkan petikan data think alouds.
S2: “Gambar ke-n, gambar ke-n (berpikir), misalnya saja kita akan mencari
gambar pertama kita sudah pasti akan menemukan--, bisa menentukan
7 persegi, gambar ke-2 sesuai pola kita akan menemukan 11 persegi,
pada gambar ke-3 kita akan menemukan 15 persegi. Jadi dapat
dirumuskan, jika kita ingin mencari gambar ke-n, itu ada berapa
persegi?, kita gunakan rumus 7 + dikali 4 atau sama dengan 7 + 4 .
Misalnya saja kita akan mencari gambar ke--,pola paling dekat,
gambar ke-5, kalau kita memakai cara manual, berarti 7 ditambah 4,
ditambah 4, tambah 4, tambah 4, 7 ditambah 28 ada 35, kalau pakai
cara manual. Tapi kalau kita pakai rumus, 7+4 , berarti 7 ditambah 4
kali, eee 4 kali (berpikir ), sik, sebentar, 1, 2, 3, 4, 5. Satu (berpikir ),
maaf, maaf, salah, salah, salah, bentar, 7, kalau misalnya kita mau cari
persegi, gambarke-1 itu ada 7, gambar ke-2 ada 11, gambar ke-3 ada
15. Kalau misalnya kita pakai rumus 7 + 4 dan ingin mencari gambar
ke-1, berarti sama dengan 7 + 4 × 1 = 7 + 4 = 11, berarti ada
sesuatu, ada satu kekeliruan dari rumus ini (berpikir), ada suatu
kekeliruan dari rumus ini”.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S2 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.10 berikut.

Gambar 5.10 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur

Setelah mengetahui bahwa konjektur yang dihasilkan ada kekeliruan, subjek


S2 kembali ke tahap proses dengan cara mengotak-atik rumus tersebut untuk
mencari polanya. Subjek S2 menyadari bahwa jumlah persegi gambar pertama
ada 7. Berdasarkan rumus 7 + 4 , untuk gambar pertama tidak perlu
menambahkan 4 cukup menuliskan 7, untuk gambar ke-2 7 + 4 empat nya ada
1, untuk gambar ke-3 7 + 4 + 4 empat nya ada 2. Berikut pernyataan subjek S1
berdasarkan petikan data think alouds.
S2: “Karena pada gambar pertama kita sudah menemukan, bahwa ya,
perseginya itu ada 7, kita tidak perlu menggunakan 4 , kita cukup--,
28

untuk pola pertama kita cukup menuliskan 7. Jadi untuk pola-pola


setelahnya, itu kan, berarti 7 + 4, empat nya hanya 1kali, itu untuk pola
ke-2. Untuk pola ke-3 7 + 4 + 4, empat nya hanya 2 kali.

Setelah menyadari gambar ke-1 tidak perlu menambahkan 4 cukup


menuliskan 7, gambar ke-2 empat nya ada 1, gambar ke-3 empat nya ada 2.
Selanjutnya subjek S2 merumuskan konjektur untuk menentukan banyaknya
persegi pada gambar − = 7 + ( − 1) × 4 atau dapat disederhanakan
menjadi − = 7 + 4( − 1). Setelah itu, subjek S2 memvalidasi konjektur
yang dihasilkan dengan menggunakan contoh tertentu yaitu melihat kembali
kecocokan jumlah persegi gambar ke-5 secara manual dan menggunakan rumus
− = 7 + 4( − 1). Dengan cara manual S2 menuliskan jumlah persegi
gambar − 5 = 7 + 4 + 4 + 4 + 4 = 7 + 28 = 35, dengan rumus −5=
7 + 4(5 − 1) = 7 + 4(4) = 7 + 16 = 23. Setelah mengetahui ada perbedaan
antara perhitungan manual dengan perhitungan menggunakan rumus. S2
mengecek lagi perhitungan manualnya dan menyadari bahwa jumlah persegi
gambar − 5 bukan 35 melainkan 7 + 4 + 4 + 4 + 4 = 7 + 16 = 23 dan
mengatakan hasilnya sama 23. Berikut pernyataan subjek S2 berdasarkan petikan
data think alouds.

S2: Jadi kekeliruannya itu, harusnya rumus yang kita pakai itu 7 + ( −
1) × 4, jadi sama dengan 7 + 4( − 1). Kita sudah menemukan
rumusnya, coba kita masukan ke…, ke pola, ke--, untuk menentukan
gambar yang lain, misalnya saja, kembali ke tadi gambar ke-5. Kalau
kita hitung manual, harusnya 7 + 4 + 4 + 4 + 4 (sambil menunjuk Hasil
kerjanya), ada berapa tadi?, 7 + 4 + 4 + 4 + 4 (hitung ulang lagi
sambil menunjuk Hasil kerjanya), berarti sama dengan 7 + 28 = 35,
coba kita pakai gambar yang--, coba kita pakai rumus yang sudah kita
temukan tadi 7 + 4 , ke berarti 5 − 1 = 4 , 7 + 4, dikali, 7+4
(berpikir ), ooo salah, salah, maaf saya cek lagi. Eeee 7 + 4 + 4 + 4 +
4 kan, bukan 7 + 28, tapi 7 + 16. Huu aduh ya Allah, yang ini tu 23,
pola kelima itu jumlahnya 23. Kita masukan ke sini (sambil menunjuk
Hasil kerjaya), jadi 7 + 4( − 1), 7 + 4(5 − 1) = 7 + 4 × 4, berarti
7 + 16, hasilnya sama 23”.
29

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S2 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.11.

Gambar 5.11 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur

Pada tahapan selanjutnya, subjek S2 meyakini bahwa rumus umum untuk


menentukan banyaknya persegi pada gambar ke − dari pola yang terbentuk
adalah 7 + 4( − 1). Subjek S2 meyakini rumus umum yang dihasilkan adalah
benar setelah melakukan validasi. Dengan meyakini rumus umum tersebut, maka
subjek S2 telah menggeneralisasi konjektur yang dihasilkan. Berikut petikan
wawancara peneliti dan subjek S2.
P 12 : Ok, terus, apakah adik yakin dengan rumus yang adik dapatkan
ini?
S2 12 : Yakin
P 13 : Bagaimana caranya adik bisa yakin, kalau rumusnya itu
benar?
S2 13 : Kan, eee pada rumus pertama, saya, saya menggunakan rumus
itu untuk mencari banyaknya persegi pada gambar ke-5. Itu
cara saya untuk meyakinkan apakah rumus saya benar atau
salah?, dan ternyata, rumus awal saya itu salah. Jadi untuk
meyakinkan saya apakah rumus saya yang terakhir itu betul-
betul sesuai. Saya gunakan rumus itu untuk mencari banyaknya
persegi pada gambar ke-5. Cara manual ada 23, dengan rumus
akhir 7+4(n-1) = 7+4, gambar ke-5 berarti 5-1 = 7+4×4,
7+16 = 23. Oh ternyata, rumus saya yang terakhir itu memang
benar dan memang benar kesalahannya itu ada pada 4n.

Pada tahap membenarkan generalisasi, subjek S2 menunjukkan contoh


tertentu seperti yang telah dilakukan pada saat memvalidasi konjektur. Contoh
tertentu yang dimaksud yaitu mencari jumlah persegi gambar ke-6 dan ke-7
dengan cara manual dan menggunakan rumus − = 7 + 4( − 1).
Selanjutnya mencocokkan antara jumlah persegi yang dihasilkan secara manual
dan menggunakan rumus dengan tujuan meyakinkan orang lain bahwa konjektur
yang dihasilkan adalah benar. Dengan cara manual subjek S2 menuliskan gambar
30

ke-1 ada 7, gambar ke-2 ada 11, gambar ke-3 ada 15, gambar ke-4 ada 19, gambar
ke-5 ada 23, gambar ke-6 ada 27, gambar ke-7 ada 31 dan seterusnya. Dengan
menggunakan rumus 7 + 4( − 1), gambar − 6 = 7 + 4(6 − 1) = 7 + 20 =
27, gambar − 7 = 7 + 4(7 − 1) = 7 + 24 = 31. Selanjutnya S2 mengatakan
jumlahnya sama antara jumlah persegi yang diperoleh secara manual dan
menggunakan rumus, begitu juga untuk gambar-gambar yang lainnya. Berikut
petikan wawancara peneliti dengan subjek S2.
P 15 : Ok. Bagaimana sih kalau ada pertanyaan ini adik, bagaimana
caranya adik meyakinkan orang lain bahwa rumus yang adik
dapatkan ini, memang benar atau sesuai, untuk meyakinkan ke
orang lain?
S2 15 : Saya akan menggunakan, menggunakan rumus tersebut untuk
mencari, mencari banyaknya persegi pada gambar lain,
misalnya pada gambar ke-6, ke-7, atau ke-8 itu secara berturut-
turut dengan rumus saya. Jika memang hasilnya benar, maka
rumus saya itu kan berarti sesuai, berarti benar dengan, benar
dengan polanya. Maka secara otomatis mereka akan percaya
dengan rumus saya.
P 16 : Benar dengan pola bagaimana maksudnya adik?
S2 16 : Dengan, dengan pola--, dengan pola yang--, dengan rumus.
P 17 : Kalau ada yang adik mau tulis, tulis saja di belakangnya!
S217 : Huu, iya. Gambar pertama kan ada 4, ee, ada 7, gambar ke-2
ada 11, gambar ke-3 ada 15, ke-4 ada 19, ke-5 ada 23, ke-6 ada
27, ke-7 ada, ada 31 dan seterusnya. Kalau misalnya saya
ketemu teman, lalu teman saya itu menanyakan kebenaran
rumus saya. Saya akan menuliskan rumus--, pertama-tama saya
akan menuliskan rumus tersebut di samping soal ini 7+4(n-1).
Karena di soal tersebut kita sudah, eee kita sudah tahu banyak
nya persegi hingga gambar ke-3, saya akan cari untuk, saya
akan cari banyaknya persegi untuk gambar-gambar
selanjutnya. Misalnya kita mau cari gambar ke-5, ke-6, ke-6
saja ya, kita pakai pola saya 7+4(6-1), 7+4×5, 7+20 = 27,
hasilnya sama. Kita coba dengan gambar yang lainnya,
misalnya gambar ke-7, 7+4(7-1), 7+4×6, 7+24 = 31, hasilnya
juga sama. Berarti kan secara otomatis rumus saya sesuai atau
memang bisa digunakan untuk mencari banyaknya persegi
pada gambar-gambar yang lain, atau pada gambar selanjutnya.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S2 dalam membenarkan generalisasi

pada Gambar 5.12 berikut.


31

Gambar 5.12 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Membenarkan Generalisasi

Struktur berpikir subjek S2 dalam pemecahan masalah generalisasi pola


berdasarkan tahapan proses conjecturing disajikan pada Diagram 5.2.

Diagram 5.2 Struktur Berpikir Subjek S2 dalam Pemecahan Masalah


Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
32

Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur

Mengamati kasus Memvalidasi konjektur

Mengorganisir kasus Menggeneralisasi konjektur

Mencari dan memprediksi Membenarkan konjektur


pola

c. Paparan Data Subjek S3

Bagian ini akan menguraikan tentang proses local conjecturing berdasarkan


proximity yang dilakukan oleh subjek S3 berdasarkan tahapan proses conjecturing.
Tahapan proses conjecturing terdiri dari mengamati kasus, mengorganisir kasus,
mencari dan memprediksi pola, merumuskan konjektur, memvalidasi konjektur,
menggeneralisasi konjektur dan membenarkan konjektur.
Dalam menggeneralisasi konjektur rumus umum untuk menentukan
banyaknya persegi pada gambar ke − , subjek S3 mengamati kasus dengan cara
mengamati dan menghitung jumlah persegi secara terpisah berdasarkan faktor
kedekatan, tanpa membedakan persegi hitam dan persegi putih. Pada gambar ke-1
ada 5 persegi mendatar, 1 persegi kanan atas, dan 1 persegi kiri bawah. Pada
gambar ke-2 ada 7 persegi mendatar, 2 persegi kanan atas, dan 2 persegi kiri
bawah, sedangkan pada gambar ke-3 ada 9 persegi mendatar, 3 persegi kanan atas,
dan 3 persegi kiri bawah. Berikut pernyataan subjek S3 berdasarkan petikan data
think alouds.
S3: “Di sini ada 3 gambar yang berisi kubus, kubus, dari gambar yang
pertama, dapat dilihat kubus yang mendatar ada 5, ini gambar pertama,
lalu kubus yang berdiri di atas itu ada 1, kubus yang berdiri dibawah ini
juga ada 1. Lalu pada gambar ke-2, mendatar itu, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
mendatar nya tujuh, berdirinya, berdirinya 2, lalu berdiri ke atas dua,
berdiri ke bawah juga dua. Pada gambar ke-3 mendatar nya ini, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9 mendatar nya sembilan, berdiri ke atas itu 3, berdiri ke
bawah juga 3”

Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, ke-2, dan ke-3, subjek S3
mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk mengaitkan gambar ke-1
dengan 5 persegi mendatar, 1 persegi kanan atas, dan 1 persegi kiri bawah.
Gambar ke-2 dikaitkan dengan 7 persegi mendatar, 2 persegi kanan atas, dan 2
persegi kiri bawah, sedangkan gambar ke-3 dikaitkan dengan 9 persegi mendatar,
3 persegi kanan atas, dan 3 persegi kiri bawah. Berikut hasil kerja subjek S3 dalam
mengorganisir kasus pada Gambar 4.13.
33

Gambar 5.13 Hasil Kerja Subjek S3 dalam Mengorganisir Kasus

Pada tahap selanjutnya, subjek S3 mencari dan memprediksi pola dengan


cara menghitung penambahan antara gambar ke-1 ke gambar ke,2 dan gambar ke-
2 ke gambar ke-3 dan berpikir tentang gambar selanjutnya. Untuk persegi yang
mendatar, penambahan gambar ke-1 ke gambar ke-2 adalah 2. Penambahan dari
gambar ke-2 ke gambar ke-3 adalah 2. Berdasarkan penambahan dari gambar ke-1
ke gambar ke-2 dan gambar ke-2 ke gambar ke-3 . tersebut subjek S1 menyatakan
bahwa polanya bertambah 2, dan memprediksi persegi mendatar gambar ke-4
adalah 11. Untuk yang kanan atas dan kiri bawah, gambar ke-1 ke gambar ke-2,
ke gambar ke-3 dan seterusnya selalu bertambah 1. Berikut pernyataan subjek S3
berdasarkan petikan data think alouds.
S3 : Kalau dilihat dari polanya, gambar 1, gambar 2 dan gambar 3. Gambar
1 ke gambar 2 bertambah dua, gambar 2 ke gambar 3 bertambah dua
jadi ini bertambah dua.

Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S3 serta hasil
kerja subjek S3 dalam mencari dan memprediksi pola pada Gambar 5.14.
P 05 : Oh gitu, ok apa yang pertama kali adik pikirkan saat
membaca masalah ini?
S3 05 : Aa, kalau dilihat dari gambarnya gitu, itu polanya yang
mendatar bertambah 2 itu, terus yang berdiri itu juga
bertambah, bertambah terus.
P 06 : Bertambah bagai mana maksudnya?
S3 06 : Kalau yang mendatarkan bertambah 2, kalau yang berdiri
itu, gambar ke-1 itu kan 1, jadi berdirinya ke bawah 1. Kalau
gambar ke-2, ini berdirinya ke bawah 2, jadikan dari 1 ke
gambar ke-2 selisihnya 1, terus ke gambar ke-3 selisihnya
juga 1, dan seterusnya.

Gambar 5.14 Hasil Kerja Subjek S3 dalam Mencari dan Memprediksi Pola

Pada tahap merumuskan konjektur, subjek S3 memperhatikan persegi


mendatar gambar pertama yang berjumlah 5. Dengan memperhatikan hal tersebut,
34

subjek S3 merumuskan konjektur yaitu rumus untuk menentukan banyaknya


persegi mendatar adalah + 5. Untuk persegi kanan atas dan kiri bawah, pada
gambar ke-1 jumlahnya persegi kanan atas ada 1, kiri bawah juga 1 sehingga
jumlah totalnya 2. Pada gambar ke-2 jumlahnya persegi kanan atas ada 2, kiri
bawah juga 2, sehingga jumlah totalnya 4. Pada gambar ke-3 jumlahnya persegi
kanan atas ada 3, kiri bawah juga 3 sehingga jumlah totalnya 6. Dari jumlah total
persegi kanan atas dan kiri bawah gambar ke-1, ke-2, dan ke-3 berturut-turut 2, 4,
6 maka disimpulkan rumus untuk menentukan banyaknya persegi kanan atas dan
kiri bawah adalah × 2. Berdasarkan rumus umum banyaknya persegi mendatar
dan persegi kanan atas dan kiri bawah, subjek S3 merumuskan konjektur rumus
untuk menentukan banyaknya persegi gambar − = 5 + + × 2.
Selanjutnya subjek S3 memvalidasi konjektur dengan gambar −1= 5+1+
1 × 2 = 8. Setelah menghitung jumlah persegi gambar ke-1 dengan rumus dan
melihat kesesuaian dengan jumlah persegi pada gambar ke-1 yang telah diketahui,
subjek S3 mengatakan bahwa rumus − nya salah. Berikut pernyataan subjek
S3 berdasarkan petikan data think alouds.
S3:“5 + (berpikir), kan gambar, gambar 1, gambar ke-1 mendatar,
mendatar, berdirinya, kotak yang berdiri, itu ada, yang ke bawah satu
yang ke atas satu, jadi 1 kan, hasilnya 2. Jadi gambar ke-1 maka kotak
berdirinya dua, gambar ke-2 kotak berdirinya empat, gambar ke-3 kotak
berdirinya enam, maka dapat disimpulkan, yang kotak yang berdiri itu,
gambar ke titik-titik di kali dua, jadi 5 + + × 2, coba, saya
masukkan ke gambar 1 5 + 1 (berpikir), oh salah”.

Setelah mengetahui bahwa konjektur yang dirumuskan salah, subjek S3


mencoba merumuskan konjektur baru yaitu 5 × + × 2. Selanjutnya subjek S3
memvalidasi konjektur dengan gambar − 1 = 5 × 1 + 1 × 2 = 7, hasilnya
benar, terus untuk gambar ke-2 yang jumlah persegi mendatar ada 7, maka subjek
S3 menuliskan 7 × 2 + 1 × 2 = 9, dan mengatakan salah karena jumlah persegi
gambar ke-2 jumlah keseluruhannya sama dengan 11. Berikut pernyataan subjek
S3 berdasarkan petikan data think alouds.
S3: “Mungkin 5 × jadi 5 × 1 + 1 × 2 = 7, ini gambar ke-1 sudah benar.
Coba yang gambar ke-2 itu… (berpikir) 5, 7, 9, ini 7 × 1 + 1 × 2 = 9, 2
jadi ini (berpikir), ini kan jumlah gambar 1 kan, jumlah keseluruhannya
tujuh, terus jawabnya benar tujuh, kalau ini 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11 (menghitung jumlah gambar ke-2, ini tu keseluruhannya 11, tapi kok
hasilnya 9, berarti salah”

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S3 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.15 berikut.

Gambar 5.15 Hasil Kerja Subjek S3 dalam Merumuskan Konjektur


35

Selanjutnya, subjek S3 menggunakan cara lain seperti yang pernah diajarkan


guru matematikanya, bahwa dalam menyelesaikan masalah seperti ini, tidak harus
langsung melainkan dapat dikali lalu ditambah. Berdasarkan hal tersebut, subjek
S3 merumuskan konjektur baru untuk persegi mendatar yaitu 2 dikali gambar ke
berapa di tambah sisanya. Misalnya, gambar − 1 subjek S3 menuliskan
2 × 1 = 3, agar hasil jumlahnya 5 maka 3 harus di tambah 2. Selanjutnya dicoba
untuk gambar − 2 = 2 × 2 = 4, kalau tambah 2 hasilnya 6, berarti harus
ditambah 3. Terus untuk gambar − 3 = 2 × 3 + 4 = 10, selanjutnya subjek S3
menyatakan rumusnya salah, karena jumlah persegi mendatar gambar ke-3 adalah
9. Untuk memastikan hal tersebut, subjek S3 menghitung lagi jumlah persegi
mendatar gambar ke-3, diperoleh jumlahnya 9 dan mengatakan tapi ini hasilnya
10 seharusnya 9. Berikut pernyataan subjek S3 berdasarkan petikan data think
alouds.
S3: “mungkin bisa menggunakan dikali lalu ditambah. Pada gambar 1 itu
kan mendatar nya 5, 2 dikali gambar ke-1, jadikan gambar ke-1 maka
dikalikan 1, kalau gambar ke-2 dikalikan 2, gambar ke-3 dikalikan 3.
Gambar ke-1 2 maka dikali 1, lalu ditambah 2 × 1 kan 3, jadi hasilnya 3
ditambah berapa hasilnya bisa jadi 5, maka 3 tambah 2 sama dengan 5,
jadi rumusnya itu, coba kita, kita coba pada gambar ke-2 juga, 2 × 2 +
2 (berpikir), tambah 3, kalau tambah 2 kan jadinya 6, jadi berapa yang
bisa, jadi bisa 7, ditambahkan dengan 3 hasilnya nanti 7, kalau gambar
ke-3 1, 2 dikali 3 ditambah 4 sama dengan 2 × 2 empat, tapi kok salah
(berpikir), 2 × 3 enam, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 (menghitung jumlah
persegi mendatar gambar ke-3), 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 (menghitung lagi
jumlah persegi mendatar gambar ke-3), tapi ini hasilnya 10, seharusnya
9 (berpikir).”

Setelah menyadari hasil yang diperoleh tidak sesuai, subjek S3 berusaha


untuk merumuskan konjektur dengan melihat penambahan masing-masing persegi
mendatar adalah 2. Kemudian subjek S3 mencoba lagi untuk gambar ke-4 yang
jumlahnya ada 11 persegi dengan menggunakan rumus 2 × gambar ke − 4 + 5 =
2 × 4 + 5 = 13 hasilnya salah. Di tambah 5 untuk gambar ke-4 karena gambar
ke-1 ditambah 2 (2 × 1 + 2 = 5), gambar ke-2 ditambah 3 (2 × 2 + 3 = 7), dan
gambar ke-3 ditambah 4 (2 × 3 + 4 = 10). Dalam uraian ini subjek S3 belum
menyadari adanya kesalah perhitungan pada 2 × 1 + = 5. Berikut pernyataan
subjek S3 berdasarkan petikan data think alouds.
S3: “Polanya kan tambah 2, tambah 2, coba ke gambar ke-4 maka kalau
ada gambar ke-4 ini, jumlah kontak mendatar nya 11 jadi kalau pakai
rumus yang 2, jadi 2 dikali gambar ke berapa ditambah, 2 kali gambar
ke-4 ditambah, 2x4 ini tambah 5, soalnya, polanya itu 2 × 1 + 2 = 5,
2 × 2 + 3 = 7, tapi kok salah (berpikir).

Setelah mengetahui rumus yang dihasilkan salah, subjek S3 melihat kembali


perhitungannya tentang 2 × 1 + 2 = 5, 2 × 3 + 3, 2 × 4 + 3 dan menyadari
bahwa 2 × 1 + 2 = 5 salah, seharus 2 × 1 = 2, jadi untuk bisa berjumlah 5, harus
di tambah 3 bukan 2. Selanjutnya, subjek S3 menemukan pola untuk persegi
mendatar yaitu 2 × 1 + 3 = 5, 2 × 2 + 3 = 7, 2 × 3 + 3 = 9 lalu 2 × 4 + 3 =
11. Berdasarkan pola tersebut, subjek S3 merumuskan konjektur rumus umum
36

banyak nya persegi mendatar ke-n adalah 2 × + 3. Sedangkan untuk persegi


kanan atas dan kiri bawah mengikuti gambarnya ( + ), misalnya gambar ke-1
kanan atas 1 dan kiri bawah 1, gambar ke-2 kanan atas 2 dan kiri bawah 2, gambar
ke-3 kanan atas 3 dan kiri bawah 3 dan seterusnya. Dari uraian tersebut, subjek S3
merumuskan konjektur rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi
gambar − = 2 × + 3 + + . Selanjutnya, subjek S3 memvalidasi
konjektur tersebut dengan gambar ke-4 dan berpikir hasilnya adalah 11. Setelah
melakukan perhitungan gambar − 4 = 2 × 4 + 3 + 4 + 4 = 19, subjek S3
sempat berpikir dan menyadari bahwa yang dimaksud 11 adalah jumlah persegi
mendatar gambar ke-4. Berikut petikan think alouds subjek S3 berikut.
S3: “Aduh aku bingung, humm, gimana ya? (berpikir), 2 × 1 + 2 = 5,
2 × 3 + 3, 2 × 4 + 3 (berpikir), nah ini salah, jadi saya itu, 2 × 1
hasilnya kan 2 tambah 2, tambah, seharusnya ditambah 3 bukan
ditambah 2, nanti 2 × 1 + 3 = 5, 2 × 2 + 3 = 7, 2 × 3 + 3 = 9 lalu
2 × 4 + 3 = 11 maka rumus untuk yang kotak mendatar itu sama
dengan 2 kali gambar ke berapa, 2 kali ini, kalau misalnya, maka
rumusnya itu, rumus umumnya 2 × + 3 ini untuk yang mendatar
sedangkan kalau yang untuk yang berdiri, kalau, berdiri ke atas kalau
gambar ke-1 berdiri ke atas 1, gambar ke-2 berdiri ke atasnya 2,
gambar ke-3 berdiri ke atasnya 3, kalau gambar ke bawah juga, kalau
berdiri ke bawahnya juga sama, gambar ke-1 berdiri ke bawahnya juga
1, gambar ke-2 berdiri ke bawahnya 2, gambar ke-3 berdiri ke
bawahnya 3, jadi cuman ditambahi dengan gambar ke berapa, soalnya
kotak yang berdiri itu sama kayak gambar keberapanya, jadi rumus
umumnya 2 × + 3 + + , coba kita, coba, kita coba lagi ke gambar,
misalnya ke gambar ke-4, gambar ke-4 itu 2 × 4 + 3 + 4 + 4 kan nanti
hasilnya 11, 2 × 4 + 3 + 4 + 4 = 19, eh (berpikir), ce, ohhh nanti
hasilnya tu, yang mendatar, maksud saya yang 11 itu hasilnya yang
mendatar, yang mendatar hasilnya 8 + 3 ya hasilnya 11, lalu yang
berdiri gambar ke-3, yang berdiri 3, gambar ke-4 maka yang berdiri
akan 4 juga jadi 11 + 8 = 19. maka dapat disimpulkan rumus umumnya
itu 2 × + 3 + + selesai.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S3 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.16 berikut.

Gambar 4.16 Hasil Kerja Subjek S3 dalam Merumuskan Konjektur


37

Pada tahapan selanjutnya, subjek S3 meyakini bahwa rumus umum untuk


menentukan banyaknya persegi pada gambar ke − dari pola yang terbentuk
adalah 2 × + 3 + + dimana 2 × + 3 untuk persegi mendatar dan +
untuk persegi kanan atas dan kiri bawah. Subjek S3 meyakini rumus umum yang
dihasilkan adalah benar setelah melakukan validasi. Dengan meyakini rumus
umum tersebut, maka subjek S3 telah menggeneralisasi konjektur yang dihasilkan.
Berikut petikan think alouds subjek S3 berikut.
S3: “dapat disimpulkan rumus umumnya itu 2 × + 3 + + selesai.”.

Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S3 berikut.

P 17 : Ok, yakin ga dengan rumus yang adik peroleh ini?


S3 17 : Yakin sih, soalnya tadi sudah nyoba beberapa kali itu
dan hasilnya emang benar
P 18 : Nyoba beberapa kali bagaimana maksudnya adik?
S3 18 : Dua, jadi, yang tadi ini yang 2×n+3+n+n itu cocok ga ke
gambar ke-1, ke gambar ke-2, gambar ke-3 dan gambar
ke-4, itu hasilnya emang, emang benar.

Pada tahap membenarkan generalisasi, subjek S3 menunjukkan contoh


tertentu seperti yang telah dilakukan pada saat memvalidasi konjektur. Contoh
tertentu yang dimaksud, misalnya mencari jumlah persegi gambar ke-1 dengan
rumus 2 × + 3 + + = 2 × 1 + 3 + 1 + 1 = 7. Selanjutnya melihat
kesesuaian jumlah persegi yang dihasilkan dengan rumus tersebut dan jumlah
persegi yang diketahui pada masalah dengan tujuan meyakinkan orang lain bahwa
konjektur yang dihasilkan adalah benar. Berikut petikan wawancara peneliti
dengan subjek S3.
P 17 : Ooo gitu, ok. Terakhir, bagaimana cara nya adik menjelaskan
ke orang lain atau membuktikan ke orang lain bahwa rumus
umum yang adik peroleh ini benar?
S3 17 : Iya dengan cara membuktikannya dan memberitahukan ini dari
mana, ini dari mana gitu (sambil menunjuk Hasil kerjanya).
P 18 : Ok, bagaimana cara adik membuktikannya?
S3 18 : Membuktikannya pakai kayak gini tadi (sambil menunjuk Hasil
kerjanya). Terus dibandingkan dengan yang sudah diketahui di
soal, begitu.

Struktur berpikir subjek S3 dalam pemecahan masalah generalisasi pola


berdasarkan tahapan proses conjecturing disajikan pada Diagram 5.3.
38

Diagram 5.3 Struktur Berpikir Subjek S3 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
39

Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur

Mengamati kasus Memvalidasi konjektur

Mengorganisir kasus Menggeneralisasi konjektur

Mencari dan memprediksi Membenarkan konjektur


pola

d. Paparan data subjek S4


Bagian ini akan menguraikan tentang proses global conjecturing yang
dilakukan oleh subjek S4 berdasarkan tahapan proses conjecturing. Tahapan
proses conjecturing terdiri dari mengamati kasus, mengorganisir kasus, mencari
dan memprediksi pola, merumuskan konjektur, memvalidasi konjektur,
menggeneralisasi konjektur dan membenarkan konjektur.
Dalam menggeneralisasi konjektur rumus umum untuk menentukan
banyaknya persegi pada gambar ke − , subjek S4 mengamati kasus dengan cara
mengamati dan menghitung jumlah persegi secara terpisah berdasarkan faktor
kedekatan, tanpa membedakan persegi hitam dan persegi putih. Sebelum
mengamati kasus secara terpisah, subjek S4 mengamati kasus secara utuh dengan
menghitung dan menggambar ulang pola bangun persegi. Pada gambar ke-1 ada 7
persegi, gambar ke-2 ada 11 persegi, dan gambar ke-3 ada 15 persegi. Berikut
pernyataan subjek S4 berdasarkan petikan data think alouds.
S4: “jawabannya di sini, coba kita gambar digambar pertama, gambar
pertama coba kita gambar, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (menggambar pola bangun
persegi gambar ke-1) ya, dari gambar pertama ini kita lihat ada 7
persegi panjang, ee, ada 7 buah persegi, ini putih, ini hitam, ini hitam,
ini hitam, ini putih iya. Pada gambar pertama ini, kita lihat jumlahnya
adalah 7, 7 itu, ya 7. Sekarang kita coba gambar pada yang, pada
gambar ke-2, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 (menggambar bangun
persegi gambar ke-2) iya, ini putih, ini hitam, ini putih, ini hitam, putih,
hitam, putih, ini hitam, putih ini hitam, di gambar ke-2 ini kita lihat ada
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 (menghitung banyaknya persegi gambar
ke-2), ada 11 buah persegi. Pada gambar ke tiga, kita lihat ada berapa
persegi 123, 123, 123, 123, 123 yes, ini hitam putih, hitam putih hitam,
putih, hitam, putih, hitam , ini putih, hitam, putih, hitam putih. Di sini
ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 (menghitung banyaknya
persegi gambar ke-3) ada 15 persegi”

Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar
ke-3, subjek S4 mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk
mengaitkan gambar ke-1 dengan 7 (jumlah persegi gambar ke-1), gambar ke-2
dengan 11 (jumlah persegi gambar ke-2), dan gambar ke-3 dengan 15 (jumlah
persegi gambar ke-3). Hasil kerja subjek S4 dalam mengorganisir kasus pada
Gambar 4.17
40

Gambar 5.17 Hasil Kerja Subjek S4 dalam Mengorganisir Kasus

Pada tahap selanjutnya, subjek S4 mencari dan memprediksi pola dengan


cara memperhatikan penambahan antara gambar ke-1, gambar ke-2, gambar ke-3
dan berpikir gambar selanjutnya. Pada gambar ke-1 ke gambar ke-2 penambahan
nya 4, gambar ke-2 ke gambar ke-3 penambahan nya 4 dan berpikir bahwa
gambar selanjutnya juga bertambah 4. Berikut pernyataan subjek S4 berdasarkan
petikan data think alouds.
S4 : Nah, jika kita lihat dari ketiga gambar ini, masing-masing persegi, kan
ini adalah bilangan loncat, kan dari gambar pertama ke gambar ke-2,
gambar ke-3 itu loncat nya adalah loncat 4, loncat 4, begitupun gambar
selanjutnya.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S4 dalam mencari dan memprediksi
pola pada Gambar 5.18.

Gambar 5.18 Hasil Kerja Subjek S4 dalam Mencari dan Memprediksi Pola

Selanjutnya, subjek S4 mengamati dan menghitung jumlah persegi secara


terpisah berdasarkan faktor kedekatan, tanpa membedakan persegi hitam dan
persegi putih dan mengorganisir kasus dengan cara melingkari persegi untuk
memudahkan dalam mencari dan memprediksi pola. Sambil melingkari, pada
gambar ke-1 terdiri persegi bagian kiri 1, kiri bawah 1, kanan 1, kanan atas 1 dan
bagian utama 3. Gambar ke-2 terdiri persegi bagian kiri 2, kiri bawah 2, kanan 2,
kanan atas 2 dan bagian utama 3. Gambar ke-3 terdiri persegi bagian kiri 3, kiri
bawah 3, kanan 1, kanan atas 1 dan bagian utama 3. Berikut pernyataan subjek S4
berdasarkan petikan data think alouds.
S4: Nah di sini ada 1 persegi, 2, 3, 4 (sambil melingkari). Pada gambar ke-2
ada 1, 2, 3, 4 4 (sambil melingkari),. Gambar ke-3 1, 2, 3, 4 4 (sambil
melingkari).
41

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S4 dalam mengati kasus seperti pada
Gambar 4.18.
Selanjutnya, subjek S4 mencari dan memprediksi pola dengan cara
menuliskan bilangan yang mewakili gambar ke-1, ke-2, dan ke-3. Gambar
− 1 = 1 + 1 + 1 + 1 + 3 = 7, Gambar − 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 3 = 11,
Gambar − 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15 dan memprediksi gambar −4 =
4 + 4 + 4 + 4 + 3 = 19. Berikut pernyataan subjek S4 berdasarkan petikan data
think alouds.
S4: Nah, nah sekarang jika kita lihat eeeee, kalau yang gambar pertama,
jika yang gambar pertama ini rumusnya 1 + 1 + 1 + 1 + 3, untuk yang
ke-2, 2 + 2 + 2 + 2 + 3, untuk yang ke-3 ini 3 + 3 + 3 + 3 + 3 nah
sekarang coba kita jumlah dari ke tiga gambar tersebut, di sini ada
1 + 1 + 1 + 1, 4 + 3, 7, yang ke-2 2 + 2 + 2 + 2, 8 + 3, 11, yang ke-3
3 + 3 + 3 + 3 + 3 ummm, 12 + 3, 15. Humm berarti jika kita lihat pada
pola yang ke-4, hasilnya pasti akan, umm lo..lompat 4 juga, karena di
sini setiap dari pola ini, pasti terdiri, bahwa kanan dan atas ini
ditambah 1 persegi. Kita coba, kita lihat 1, 2, 3, 4 iya, jika yang persegi
pertama ini yang mendatar ini ada 1, 2, 3, 4, 5, maka di yang kedua ini
ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, yang ke-3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, berarti ini lompat
2, berarti ini pasti ada 11, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11, terus pada
gambar, ya ini. Jika yang pertama ini atasnya ada 1, yang ke-2 ada 2,
yang ke-3 ada 3 dan yang ke-4 pastinya ada 4, 1234 ya, yang ke bawah
juga pasti ada 4, 1234, kita coba, iya betul, berarti ini aaa..., ini, ini
putih hitam, putih hitam putih hitam putih hitam putih hitam, iya gini.
Ooo jika kita lihat pada gambar pertama di kiri ada satu digambar ke-2
yang kiri ada 2, yang gambar 3 yang kiri ada 3, dan gambar 4 yang kiri
ada 4, tetapi yang di tengah ini pasti tetap 3, terus sampai berapa pun
persegi yang berada di tengah tetap tiga, dan sampai berapa pun juga,
jika ini 4, seumpamanya pola ke-5, pada pola ke5 ini pasti di kiri sama
bawah iya pasti ditambah 1 persegi, dan atas sama yang kanan pasti
ditambah 1 persegi juga. Aaa, kita coba pola yang ke-4, pola ke-4 ini
sama 4 + 4 + 4 + 4 + 3, hasilnya adalah 19.

Pada tahap merumuskan konjektur, subjek S4 memperhatikan pola yang ang


diperoleh pada tahapan mencari dan memprediksi kasus, menghasilkan konjektur
rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi pada garnbar – = +
+ + + 3 = 4 + 3. Selanjutnya, subjek S4 memvalidasi konjektur tersebut
dengan gambar ke-1, ke-2, dan ke-3. Untuk gambar −1 = 4×1+3 =7
benar, gambar − 2 = 4 × 2 + 3 = 11 benar, mencoba untuk gambar −3=
4 × 3 + 3 = 15 benar dan mencoba untuk gambar − 10 = 4 × 10 + 3 = 43.
Berikut petikan think alouds subjek S4 berikut.
S4: “Jika yang ditanyakan di sini persegi, banyaknya persegi pada gambar
ke-n, banyak persegi pada gambar ke-n maka rumusnya adalah + +
+ + 3 ya, ini kenapa kok tiga, karena tadi yang di tengah pasti
sampai berapapun ada 3, karena yang ditambah itu hanya yang kiri
sama bawah, terus atas sama kanan, iya, kita coba. berarti jika rumus n
nya itu, n tambah, rumus ke-n itu + + + + 3 berarti ada 4 +
3. Iya sekarang coba buktikan pada gambar pertama. Pada gambar
42

pertama pertambahannya hanya 1, berarti 4 × 1 + 3 hasilnya 7


benarkan. Pada gambar ke-2, pada gambar ke-2 4 × 2 + 3 = 11,
benarkan, pada gambar ke-3, 4 × 3 + 3 = 15 ya, ini berarti n ini
sampai, ya seperti itu tadi. Coba kita, coba jika n nya itu 10, ya 10,
coba, berarti 4 × 10 + 3 = 43

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S4 dalam merumuskan
conjecure pada Gambar 5.19 berikut.

Gambar 5.19 Hasil Kerja Subjek S4 dalam Merumuskan Konjektur

Pada tahapan selanjutnya, subjek S4 meyakini bahwa rumus umum untuk


menentukan banyaknya persegi pada gambar ke − dari pola yang terbentuk
adalah 4 + 3. Subjek S4 meyakini rumus umum yang dihasilkan setelah
melakukan validasi. Dengan meyakini rumus umum tersebut, subjek S4 telah
menggeneralisasi konjektur yang dihasilkan. Berikut petikan wawancara peneliti
dan subjek S4.
P 15 : Yakin ga dengan rumus yang adik peroleh ini?
S4 15 : Saya sih yakin (tersenyum)

Selanjutnya, dalam membenarkan generalisasi, subjek S4 menunjukkan


contoh tertentu seperti yang telah dilakukan pada saat memvalidasi konjektur.
Contoh tertentu yang dimaksud, misalnya mencari jumlah persegi gambar ke-1
dengan rumus 4 + 3 = 4 × 1 + 3 = 7. Selanjutnya melihat kesesuaian jumlah
persegi yang dihasilkan dengan rumus tersebut dan jumlah persegi yang diketahui
pada masalah dengan tujuan meyakinkan orang lain bahwa konjektur yang
dihasilkan adalah benar. Berikut petikan wawancara peneliti dengan subjek S4.
S4 20 : Iya cara meyakinkannya, iya dengan ini tadi 4n ini,
ditambah hasil pertambahannya kan ini, yang gambar
pertama kan 1, kan 4×1 empat ditambah yang di tengah ini
3, ditambah 3, 4+3 = 7
P 21 : Aaa, berarti melihat kesesuaian jumlah ini (menunjuk hasil
pekerjaan siswa) dengan banyaknya gambarnya ini
S4 21 : Iya
43

Struktur berpikir subjek S4 dalam pemecahan masalah generalisasi pola


berdasarkan tahapan proses conjecturing disajikan pada Diagram 5.4.

Diagram 5.4 Struktur Berpikir Subjek S4 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola
Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
44

Keterangan:

Kode Penjelasan Kode Penjelasan

Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur

Mengamati kasus Memvalidasi konjektur

Mengorganisir kasus Menggeneralisasi konjektur

Mencari dan memprediksi Membenarkan konjektur


pola

e. Paparan Data Subjek S5


Bagian ini akan menguraikan tentang proses global conjecturing yang
dilakukan oleh subjek S5 berdasarkan tahapan proses conjecturing. Tahapan
proses conjecturing terdiri dari mengamati kasus, mengorganisir kasus, mencari
dan memprediksi pola, merumuskan konjektur, memvalidasi konjektur,
menggeneralisasi konjektur dan membenarkan konjektur.
Dalam menggeneralisasi konjektur rumus umum untuk menentukan
banyaknya persegi pada gambar ke − , subjek S5 mengamati kasus dengan cara
mengamati dan menghitung jumlah persegi hitam dan persegi putih secara
terpisah. Pada gambar ke-1 ada 3 persegi hitam dan 4 persegi putih, gambar ke-2
ada 5 persegi hitam dan 6 persegi putih, pada gambar ke-3 ada 7 persegi hitam.
Berikut pernyataan subjek S5 berdasarkan petikan data think alouds.
S5: “Berarti jawabnya, aaa (berpikir) menggunakan pola, pola, gambar ke-
1, gambar ke-1 (berpikir) hitamnya 3, putihnya 4. Ke-2 hitamnya 1, 2, 3,
4, 5 (menghitung persegi hitam gambar ke-2), lima, putihnya 1, 2, 3, 4,
5, 6 (menghitung persegi putih gambar ke-2), enam. Gambar ke-3, hitam
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (menghitung persegi hitam gambar ke-3), sementara
putihnya ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 (menghitung persegi putih gambar ke-
3), delapan.

Hal ini diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam mengamati kasus pada Gambar
5.20 berikut.

Gambar 5.20 Hasil Kerja Subjek S5 dalam Mengamati Kasus

Subjek S5 membaca lagi masalahnya untuk memastikan pertanyaan dari


masalah yaitu temukan rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi pada
gambar ke-n. Selanjutnya, mencari pola dengan menghitung selisih masing-
45

masing persegi hitam dan putih serta memprediksi gambar ke-4. Setelah itu,
subjek S5 mengorganisir kasus dengan cara mengurutkan barisan bilangan untuk
masing-masing persegi hitam dan putih. Untuk persegi hitam gambarke-1, ke-2,
dan ke-3 secara terurut 3, 5, 7 sedangkan untuk persegi putih gambarke-1, ke-2,
dan ke-3 secara terurut 4, 6, 8. Berikut pernyataan subjek S5 berdasarkan petikan
data think alouds dan hasil kerja subjek S5 dalam mengorganisir kasus pada
Gambar 5.21.
S5: “Temukan rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi pada
gambar ke-n, berarti kalau di teruskan gambar ke-4, berarti H nya plus
2, P nya plus 2”.

Gambar 5.21 Hasil Kerja Subjek S5 dalam Mengorganisir Kasus,


Mencari dan Memprediksi Pola kasus

Pada tahap selanjutnya, subjek S5 mencari dan memprediksi pola dengan


cara menghitung beda masing-masing persegi hitam dan putih serta berpikir
tentang objek selanjutnya. Setelah mengorganisir kasus untuk persegi hitam,
subjek S5 menghitung beda antara gambar ke-2 dan gambar ke-1 adalah 5 − 3 =
2, gambar ke-3 dan gambar ke-2 adalah 7 − 5 = 2 dan berpikir bahwa gambar
selanjutnya juga bedanya 2. Untuk persegi putih beda antara gambar ke-2 dan
gambar ke-1 adalah 6 − 4 = 2, gambar ke-3 dan gambar ke-2 adalah 8 − 6 = 2
dan berpikir bahwa gambar selanjutnya juga bedanya 2. Berikut pernyataan
subjek S5 berdasarkan petikan data think alouds.
S5 : “Temukan rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi pada
gambar ke-n, berarti kalau di teruskan gambar ke-4, berarti hanya plus
2, P nya plus 2. Ya... aa, sik, entar (berpikir ), hitam 3, 5, 7, selisih 2,
putih 4,6,8. 4,6,8 kan 2, beda 2, 2, bedanya 2. Gambar ke-n dari pola
(berpikir), gambar ke-n ke-1 3, 4, ke-2 5, 6, ke-3 7, 8. Dari gambar ke-1
3, 4, 5, 6,7, 8 berarti kan urut, berarti dimulai dari 3, aaa entar, aaa
(berpikir), entar, gimana, gimana ya?. (berpikir).

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam mencari dan memprediksi
pola seperti pada Gambar 4.21 dan oleh petikan wawancara peneliti dan subjek
berikut.
P 10 : Yang ini, P, H ini persegi 3, 5, 7 terus ini, ini apa maksudnya?
S5 10 : Selisihnya 2, 2 maksudnya
P 11 : Berarti selisihnya 3, 5, 7?
S5 11 : Berarti 9 dan selanjutnya,
P 12 : Berarti selisihnya ini selalu 2 gitu?
S5 12 : Ya

Pada tahap merumuskan konjektur, subjek S5 melihat beda dari masing-


masing persegi hitam dan putih. Dengan melihat beda dan jumlah persegi hitam
46

gambar ke-3 ada 7, maka subjek S5 merumuskan konjektur rumus untuk


menentukan banyaknya persegi hitam pada gambar − = + 4. Selanjutnya
subjek S5 memvalidasi konjektur dengan mencoba rumus − = + 4 pada
gambar ke-1= 1 + 4 = 5 nggak, gambar − 2 = 2 + 4 = 6 nggak. Setelah
menghitung jumlah persegi gambar ke-1 dan ke-2 dengan rumus dan melihat
kesesuaian dengan jumlah persegi pada gambar ke-1 dan ke-2 yang telah
diketahui, maka subjek S5 mengatakan bahwa rumus − nya bukan yang ini.
Berikut pernyataan subjek S5 berdasarkan petikan data think alouds.
S5: “Temukan rumus umum tersebut, rumus umum, rumus umum, ok,
sebentar (berpikir ), bedanya 2, berapa pola, pola, polanya? (berpikir).
Kalau misalnya H, H, kalau gambar 3, 3 hitamnya 7, H berarti n plus, n,
n+4, masa sih? (berpikir ). Gambar ke-1 mestinya tiga, 1, 1 + 4 nggak,
gambar ke-2, + 4, 2 + 4 = 6 nggak, eee, 2, 1, 2, 3, 4, 5, 6, plus 3, plus
3, 1 + 3 = 4 bukan, bukan, bukan, bukan, bukan, bukan”

Setelah mengetahui bahwa konjektur yang dirumuskan salah, S5 melakukan


proses dengan mencari pola berdasarkan beda untuk masing-masing persegi hitam
dan putih. Untuk persegi hitam 3, 5, 7 bedanya 2, untuk persegi putih bedanya
juga 2. Berdasarkan beda tersebut subjek S5 merumuskan konjektur baru yaitu
+ 2. Selanjutnya subjek S5 memvalidasi konjektur dengan mencoba gambar ke-
3= 3 + 2 = 5 nggak, gambar − 1 = 1 + 2 = 3 benar, terus untuk gambar
− 2 = 2 + 2 kan ga mungkin 5. Setelah melakukan validasi subjek S5
mengatakan bahwa rumusnya bukan + 2. Berikut pernyataan subjek S5
berdasarkan petikan data think alouds.
S5: Pola H nya berapa ya? dari 3 ke 5 ke 7, dua, dua. Putih dari 4, 6, 8 dua,
dua, n nya 1, 2, 3, plus 2, + 2, coba n nya 3, 3 + 2, lima, nggak, 1,
1 + 2 tiga benar, tapi 2 + 2 kan ga mungkin 5, berarti bukan, polanya
berarti bukan n+2.

Setelah mengetahui konjektur yang dihasilkan salah, subjek S5 mencoba


cara lain yaitu dikali, sehingga diperoleh konjektur baru rumus untuk menentukan
banyaknya persegi hitam adalah × 2 + 1. Selanjutnya S5 melakukan validasi
dengan gambar ke-3 atau n=3, diperoleh 3 × 2 + 1 = 7 benar karena bayaknya
persegi hitam gambar ke-3 adalah 7, terus divalidasi lagi dengan gambar ke-
2=2 × 2 + 1 = 5. Setelah melakukan validasi pada gambar ke-3 dan ke-2, subjek
S5 masih merasa ragu, kemudian di validasi ulang dengan gambar ke-3 dan
menyatakan bahwa yang diperoleh dengan rumus tersebut sama dengan
banyaknya persegi hitam gambar ke-3 yang telah diketahui. Berikut pernyataan
subjek S5 berdasarkan petikan data think alouds.
S5: n kali, kali mungkin?, n tiga, × 2 + 1, coba kalau misalnya = 3, n
tiga, berarti 3 × 2, 6, 6 + 1 tujuh, hanya 7, hitamnya 7, ke n 2, 2 × 2, 4,
4 + 1, 5. Ee, sik, sik, bentar, coba kalau misalnya ke-3 sama dengan H
nya 7, coba n nya kan 3, H nya kan 7, kalau × 2 kan 6, H nya masih 7.
Hitamnya 7 masih 6, × 2, 6 berarti plus 1, × 2 + 1, n nya kan 3
berarti 3 × 2 + 1, 6, 6, 7, hitam nya juga 7.

Hal ini diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam memvalidasi konjektur pada
Gambar 5.22 berikut.
47

Gambar 5.22 Hasil Kerja Subjek S5 dalam Memvalidasi Kasus

Selanjutnya, subjek S5 mencari dan memprediksi pola dengan menggunakan


× 2 dan di tambah dengan sisanya. Untuk gambar ke-3 putihnya 7, berdasarkan
× 2 diperoleh 3 × 2 = 6, karena putihnya 7 maka selisihnya 1, sehingga
disimpulkan bahwa penambahnya adalah 1. Dari uraian ini, subjek S5 belum
menyadari kekeliruannya tentang jumlah persegi putih gambar ke-3. Berikut
pernyataan subjek S5 berdasarkan petikan data think alouds.
S5: “Kalau misalnya nyari putih gambar ke-3, putih 7, n, n nya sama
dengan 3, putihnya 7. Eee (berpikir), × 2 berarti kan 3 × 2, 6, P nya,
putihnya 7, 6 sama 7 selisih 1, berarti plus 1.

Pada tahap merumuskan konjektur, subjek S5 menghasilkan rumus untuk


menentukan jumlah persegi putih gambar ke-n adalah × 2 + 1. Selanjutnya
subjek S5 memvalidasi konjektur rumus menentukan jumlah persegi hitam
× 2 + 1 dengan gambar ke-2, diperoleh 2 × 2 + 1 = 5 benar. Setelah itu
memvalidasi rumus menentukan jumlah persegi putih × 2 + 1 dengan gambar
ke-2, diperoleh 2 × 2 + 1 = 5, karena gambar ke-2 jumlahnya 6, subjek S5
berpikir lagi dan merumuskan konjektur baru dengan mengatakan bahwa rumus
untuk menentukan jumlah persegi putih gambar ke-n adalah × 2 + 2.
Selanjutnya divalidasi dengan gambar ke-3= 3 × 2 + 2 = 8 benar dan gambar ke-
2 = 2 × 2 + 2 = 6 benar. Subjek S5 sadar bahwa kesalahan merumuskan
konjektur untuk persegi putih gambar ke-n karena kesalahan menuliskan 7 untuk
jumlah persegi putih gambar ke-2 yang seharusnya 8. Berikut pernyataan subjek
S5 berdasarkan petikan data think alouds.
S5: Jadi rumusnya × 2 + 1, 7, putihnya 7 juga, berarti sama. Berarti,
coba kalau gambar ke-3, pembuktian dulu, bentar gambar ke-3, ee
gambar ke-2, gambar ke-2, hitamnya 5, n, n nya sama dengan 2, H nya
5. n, n, × 2, 2 × 2, 4, H nya 5, × 2 + 1, 4, 4 × 2 + 1, 5, H nya 5
berarti cocok. Kalau misalnya nyari P nya 2, ke-2, gambar ke-2
putihnya 6, oh, (berpikir) bentar-bentar, oooo, berarti nyari yang P
bukan × 2 + 1 tapi × 2 + 2, salah nulis P nya 8 tadi gambar ke-2,
gambar ke-3, 8 P nya, putih 8, n tiga, putihnya 8, × 2, 6, putihnya 8,
× 2 + 2, 8, P nya 8 juga, berarti kalau nyari P enam, nyari p gambar
ke-2, P nya kan 6 rumusnya kan × 2, 4, p nya 6, × 2 + 2 = 6 P 6.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.23 berikut
48

Gambar 5.23 Hasil Kerja Subjek S5 dalam Memvalidasi Konjektur

Setelah memvalidasi konjektur, subjek S5 membaca lagi masalahnya dan


menanyakan apakah banyaknya persegi yang dimaksud adalah persegi semuanya
atau hitam dan putihnya saja. Di sini subjek terlihat ragu, sehingga mengamati dan
menghitung bangun persegi secara utuh. Pada gambar ke-1 ada 7 persegi, gambar
ke-2 ada 11 persegi, dan gambar ke-3 ada 15. Selanjutnya subjek mengorganisir
kasus dengan menuliskan pola barisan bilangan 7, 11, 15 dan menemukan beda
barisan dengan memperhatikan penambahan nya. Setelah berpikir lagi subjek S5
memvalidasi lagi rumus × 2 + 1 + × 2 + 2 dengan gambar ke-3, diperoleh
3 × 2 + 1 + 3 × 2 + 2 = 15 benar. Setelah validasi ini pun subjek S5 masih
menanyakan apakah sudah tepat rumus yang dihasilkan dan melakukan validasi
kembali dengan menghitung persegi hitam dan putih gambar ke-3 × 2 + 1 =
3 × 2 + 1 = 7 dan × 2 + 2 = 2 × 2 + 2 = 8 selanjutnya dijumlahkan 7 + 8 =
15 hasilnya sama. Berikut petikan think alouds subjek S5.
S5: “Berarti rumus umumnya, rumusnya eee (berpikir). Perhatikan pola
bangun persegi, temukan rumus umum untuk menentukan banyaknya
persegi, banyaknya persegi semua atau hitam dan putihnya tok?, ayo
salah meneng tok, 1, 2, 3, 4, 5, 6. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, tujuh, tujuh, eeee he
he, tujuh, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 11. 7, 11, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 15. 7 sama 11 beda 4, beda 4, yo emang la opo
ngitung iki, ya aduh, ga apa. Berarti n, oh berarti ini ga usah wes,
× 2 + 1 + × 2 + 2, coba kalau gambar ke-3, gambar ke-3 kan,
× 2 + 1, × 2, 3 × 2 + 1 di tambah × 3 × 2 + 2, 6 + 1 + 6 + 2,
7 + 8, 15, jadi rumus umum nya × 2 + 1 + × 2 + 2, dah, ohhh,
udah nggak ya?, (berpikir) eee, eee bentar, udah final belum?, 7+8=15,
kalau pakai cara iki nambah juga

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam memvalidasi konjektur
pada Gambar 5.24 berikut
49

Gambar 5.24 Hasil Kerja Subjek S5 dalam Memvalidasi Konjektur

Pada tahap selanjutnya, subjek S5 meyakini bahwa rumus umum untuk


menentukan banyaknya persegi pada gambar ke − dari pola yang terbentuk
adalah × 2 + 1 + × 2 + 2. Subjek S5 meyakini rumus umum yang dihasilkan
benar setelah melakukan validasi. Dengan meyakini rumus umum tersebut, maka
subjek S5 telah menggeneralisasi konjektur yang dihasilkan. Berikut petikan think
alouds subjek S5 berikut.
S5: Berarti rumusnya , × 2 + 1 + × 2 + 2, udah.

Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S5 serta hasil
kerja subjek S5 dalam mencari dan memprediksi pola pada Gambar 5.25.
P 13 : Ok, aaa yakin ga dengan rumus yang adik peroleh ini?
S5 13 : Yakin
P 14 : Apa yang membuat adik yakin dengan rumusnya?
S5 14 : Aaa, yang membuat yakin karena, saya tadi sudah mencoba
satu-satu dari gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar ke-3
ternyata rumus ini sama dengan persegi yang ada di gambar.

Gambar 5.25 Hasil Kerja Subjek S5 dalam Menggeneralisasi Konjektur

Pada tahap membenarkan generalisasi, subjek S5 menunjukkan contoh


tertentu seperti yang telah dilakukan pada saat memvalidasi konjektur. Contoh
tertentu yang dimaksud yaitu mencari jumlah persegi gambar ke-3 menggunakan
rumus umum × 2 + 1 + × 2 + 2. Selanjutnya melihat kesesuaian jumlah
persegi yang dihasilkan dengan rumus tersebut dan yang telah diketahui dalam
masalah dengan tujuan meyakinkan orang lain bahwa konjektur yang dihasilkan
adalah benar. Berikut petikan wawancara peneliti dengan subjek S5.
P 15 : Oh, gitu, terakhir, bagaimana cara nya adik menjelaskan ke
orang lain atau membuktikan ke orang lain bahwa rumus yang
adik hasilkan ini benar? bagaimana caranya!
50

S5 15 : Ya kita coba aja sama anak itu, misalnya , kalau misalnya mau
nyari gambar ke-3, gambar ke-3, tadi kan n nya 3,
n×2+1+3×2+2, n×2+1 kan 7, n×2+2, delapan, jumlahnya 15
sama seperti digambar ke-3, sama

Struktur Berpikir subjek S5 berdasarkan contrast dalam pemecahan masalah


berdasarkan tahapan proses conjecturing disajikan pada Diagram 5.5.
51

Diagram 5.5 Struktur Berpikir Subjek S5 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
52

Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur

Mengamati kasus Memvalidasi konjektur

Mengorganisir kasus Menggeneralisasi konjektur

Mencari dan memprediksi Membenarkan konjektur


pola

f. Paparan data subjek S6


Bagian ini akan menguraikan tentang proses local conjecturing yang
dilakukan oleh subjek S6 berdasarkan tahapan proses conjecturing. Tahapan
proses conjecturing terdiri dari mengamati kasus, mengorganisir kasus, mencari
dan memprediksi pola, merumuskan konjektur, memvalidasi konjektur,
menggeneralisasi konjektur dan membenarkan konjektur.
Dalam menggeneralisasi konjektur rumus umum untuk menentukan
banyaknya persegi pada gambar ke − , subjek S6 mengamati kasus dengan cara
mengamati dan menghitung jumlah persegi hitam dan persegi putih secara
terpisah. Pada gambar ke-1 ada 3 persegi hitam dan 4 persegi putih, gambar ke-2
ada 5 persegi hitam dan 6 persegi putih, dan pada gambar ke-3 ada 7 persegi
hitam dan 8 persegi putih. Berikut pernyataan subjek S6 berdasarkan petikan data
think alouds.
S6: “Gambar, gambar ke-1 itu, kotak hitam, kotak hitamnya ada 1, 2, 3
(menghitung persegi hitam gambar ke-1), kotak putihnya 1, 2, 3, 4
(menghitung persegi putih gambar ke-1). Terus gambar ke-2, hitam,
kotak hitamnya ada, 1, 2, 3, 4, 5 (menghitung persegi hitam gambar ke-
2), kotak putihnya ada 1, 2, 3, 4, 5, 6 (menghitung persegi putih gambar
ke-2), gambar ke-3, kotak hitam, berarti 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (menghitung
persegi hitam gambar ke-3), tujuh. Kotak putihnya ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8 (menghitung persegi putih gambar ke-3).

Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar
ke-3, subjek S6 mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk
mengaitkan gambar ke-1 dengan 3 persegi hitam dan 4 persegi putih, gambar ke-2
dengan 5 persegi hitam dan 6 persegi putih, dan gambar ke-3 dengan 7 persegi
hitam dan 8 persegi putih. Hasil kerja subjek S2 dalam mengorganisir kasus dapat
dilihat pada Gambar 5.26 berikut.

Gambar 5.26 Hasil Kerja Subjek S6 dalam Mengorganisir Kasus,


Mencari dan Memprediksi Pola Kasus
53

Pada tahap selanjutnya, subjek S6 mencari dan memprediksi pola dengan


cara menghitung beda masing-masing persegi hitam dan putih serta berpikir
tentang gambar selanjutnya. Setelah mengorganisir kasus untuk persegi hitam,
subjek S6 menghitung beda antara gambar ke-2 dan gambar ke-1 adalah 5 − 3 =
2, gambar ke-3 dan gambar ke-2 adalah 7 − 5 = 2 dan berpikir bahwa gambar
selanjutnya juga berpola 2. Untuk persegi putih beda antara gambar ke-2 dan
gambar ke-1 adalah 6 − 4 = 2, gambar ke-3 dan gambar ke-2 adalah 8 − 6 = 2
dan berpikir bahwa gambar selanjutnya juga berpola 2, sehingga diperoleh gambar
ke-4 untuk persegi hitam ada 9, persegi putih ada 10 sedangkan pada gambar ke-5
untuk persegi hitam ada 11, persegi putih ada 12. Berikut pernyataan subjek S6
berdasarkan petikan data think alouds.
S6 : “Berarti kotak hitam berikutnya berpola 2, berarti kotak gambar ke-4
nya nanti itu kotak hitamnya tambah 2, kotak putihnya ini juga berpola
8, berarti putih gambar ke-4 8 + 2 = 10, gambar ke-5, kotak hitamnya
ada 11, terus putihnya, putihnya ada 12, polanya 2, 2, 2, 2, berarti
polanya 2, berpola 2.

Pada tahap merumuskan konjektur, subjek S6 memperhatikan jumlah persegi


hitam gambar ke-1 ada 3 dan polanya. Dengan memperhatikan hal tersebut,
subjek S6 menghasilkan konjektur rumus umum untuk gambar − =
ℎ …, selanjutnya subjek S6 memvalidasi konjektur
dengan mencari jumlah persegi hitam gambar ke-1 dengan rumus dan dicocokkan
jumlah persegi hitam gambar ke-1 yang telah diketahui. Jumlah persegi gambar
− 1 = 2 + 1 = 3 benar, kemudian divalidasi dengan persegi putih gambar
− 1 = 2 + 1 = 3 tidak sama. Selanjutnya divalidasi lagi dengan persegi putih
gambar − 2 = 2 + 2 = 4 tidak sama. Setelah mengetahui bahwa rumus yang
dihasilkan salah, subjek S6 merumuskan konjektur baru untuk persegi putih
dengan memperhatikan persegi putih gambar ke-1 yang berjumlah 4. Subjek S6
merumuskan konjektur baru untuk persegi putih gambar − = +3, dan
persegi hitam gambar − = + 2, setelah berpikir lagi, subjek S6
mengatakan bahwa rumusnya salah. Berikut pernyataan subjek S6 berdasarkan
petikan data think alouds.
S6: Kalau gambar ke-n (berpikir), gambar ke-n itu kan berarti pola
(berpikir ), pola di tambah gambar ke… (berpikir). Pola 2, gambar ke-1
(berpikir) ini di tambah 3, iya, kalau ini, Ooo gambar ke-1 tambah
polanya 2 berarti kan 3 betul. Kotak putih berarti gambar ke-1 sama
pola 2, gambar ke-1 sama dengan 3 ga sama. Ok, hitam gambar ke-2
plus 2 (sambil menghitung persegi hitam gambar ke-2), gambar ke-2
2+2 empat, jadi ga sama. Berarti, ini tadi pola putih nya n plus--,
gambar ke-1 di tambah 3 (berpikir), pola ke-2 di tambah 3, kan + 3.
Gambar ke-1 + 2, (berhenti lama), salah.

Setelah mengetahui bahwa konjektur yang dihasilkan salah, subjek S6


mengingat bahwa dalam menyelesaikan soal ini bisa dikali dan ditambah sisanya.
Berdasarkan hal tersebut, subjek S6 merumuskan konjektur rumus umum untuk
menentukan persegi hitam pada gambar − = 2 + 1 dan memvalidasi
dengan gambar − 2 = 2 × 2 + 1 = 5 benar, gambar −1= 2×1+1=3
benar. Berikut pernyataan subjek S6 berdasarkan petikan data think alouds.
54

S6: “Gambar ke-1 + 2, (berhenti lama). Ini hitam, polanya 2, berarti


tambah 1 (berpikir) hitamnya berarti jadi 2 + 1, ohh, kan berapa?,
berarti 2 kali gambarnya di tambah 1, 2 + 1 tiga, 2 + 2 + 1 lima betul,
jadi pola kotak hitam 2 + 1, iyakan 2 kali gambar ke-1. Dua, berarti
2 × 1 dua tambah 1 tiga, berarti benar.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S6 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.27 dan petikan wawancara peneliti dan subjek S6 berikut.
P 16 : Terus setelah adik tau ini salah, apa yang adik lakukan lagi?
S6 16 : Mencoba lagi, terus, kan supaya bisa jadi 3 itu bagaimana,
berarti polanya di taruh didepan, berarti gambar ke--, gambar
ke-n di kali polanya ditambah sisanya.
P 17 : Ummm, apa yang adik pikirkan, kok bisa mendapatkan 2n+1
dengan 2n+2 itu, apa yang pertama adik pikirkan?
S6 17 : Ya langsung gitu, gambar keberapa, terus dikali pola di tambah
berapa biar hasilnya kayak itu dan dulu diajarin bisa juga dikali
terus ditambah sisanya.

Gambar 5.27 Hasil Kerja Subjek S6 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur

Selanjutnya, subjek S6 merumuskan konjektur rumus umum untuk persegi


putih adalah 2 + 1 dan divalidasi dengan gambar − 2 = 2 × 2 + 1 = 4 salah.
Kemudian mencoba 2 − 1 divalidasi dengan gambar −2 = 2×2−1 =3
salah, sebelum merumuskan 2 + 1 subjek S6 mencoba lagi rumus + 3 dan
divalidasi dengan gambar − 1 = 1 + 3 benar, dan gambar −2=2+3=
5 salah. Setelah itu, subjek S6 merumuskan konjektur baru yaitu rumus umum
untuk persegi putih adalah 2 + 2 dan divalidasi dengan gambar −2= 2×
2 + 2 = 6 benar, gambar − 3 = 2 × 3 + 2 = 8 benar, gambar −4= 2×
4 + 2 = 10 benar, dan gambar − 5 = 2 × 5 + 2 = 12 benar. Berikut
pernyataan subjek S6 berdasarkan petikan data think alouds.
S6: Pola kotak putih, berarti (menghitung persegi putih gambar ke-2) n plus
3, iya 1 + 3 empat, 2 + 3 eee (berpikir), 2 + 1, 2 kali n, 2 × 2 empat
(menghitung persegi putih gambar ke-2), 2 − 1, 2 × 2 empat min 1
tiga, (menghitung persegi putih gambar ke-2), gambar putih, apa?
(berpikir) n, 2 + 2, 2 × 2 empat tambah 2 enam, 2 × 3 enam, tambah 2
delapan, 2 × 4 delapan, tambah 2 sepuluh, pola ke-5, 2 × 5 sepuluh
tambah 2 dua belas, iya kan. Berarti pola kotak hitam itu benar 2 + 1,
55

pola kotak putih 2 + 2. He,e, 1 × 2 dua, 2 + 2 empat, 2 × 2 empat


tambah 2 enam, 1, 2, 3, 4, 5, 6 (menghitung persegi putih gambar ke-2)
betul, 2 × 3 enam tambah 2 delapan, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 (menghitung
persegi putih gambar ke-3) betul.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S6 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.28 dan petikan wawancara peneliti dan subjek S6 berikut.
P 16 : Terus setelah adik tau ini salah, apa yang adik lakukan lagi?
S6 16 : Mencoba lagi, terus, kan supaya bisa jadi 3 itu bagaimana,
berarti polanya di taruh didepan, berarti gambar ke, gambar ke-
n di kali polanya ditambah sisanya
P 17 : Ummm, apa yang adik pikirkan, kok bisa mendapatkan 2n+1
dengan 2n+2 itu, apa yang pertama adik pikirkan?
S6 17 : Ya langsung gitu, gambar ke berapa, terus dikali pola di tambah
berapa biar hasilnya kayak itu

Gambar 5.28 Hasil Kerja Subjek S6 dalam Memvalidasi Kasus

Pada tahap selanjutnya, subjek S6 meyakini bahwa rumus umum untuk


menentukan banyaknya persegi pada gambar ke − dari pola yang terbentuk
adalah 2 × + 1 untuk persegi hitam dan 2× + 2 untuk persegi putih. Subjek
S6 meyakini rumus umum yang dihasilkan benar setelah melakukan validasi.
Dengan meyakini rumus umum tersebut, maka subjek S6 telah menggeneralisasi
konjektur yang dihasilkan. Berikut petikan think alouds subjek S6.
S6: Berarti kotak putih, ee, kotak hitam 2 + 1, kotak putih 2 + 2 hu, u.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S6 dalam mencari dan memprediksi
pola pada Gambar 5.29 dan petikan wawancara peneliti dan subjek S6 berikut.
P 18 : Oh gitu, rumus umum yang adik peroleh yang mana adik?
S6 18 : Ini, nanti rumus umumnya gambar ke-n itu, jumlah kotak hitam
ditambah jumlah kotak putih.
P 19 : Oh gitu, Yakin ga dengan rumus yang adik peroleh ini?
S6 19 : Yakin, insya Allah
P 20 : Apa yang membuat adik yakin dengan rumus yang adik peroleh
ini?
S6 20 : Soalnya tadi sudah saya coba masuk-masukin
56

Gambar 5.29 Hasil Kerja Subjek S6 dalam Menggeneralisasi Konjektur

Pada tahap membenarkan generalisasi, subjek S6 menunjukkan contoh


tertentu seperti yang telah dilakukan pada saat memvalidasi konjektur. Contoh
tertentu yang dimaksud yaitu mencari jumlah persegi gambar ke-1, ke-2, dan ke-3
menggunakan rumus umum × 2 + 1 + × 2 + 2. Selanjutnya melihat
kesesuaian jumlah persegi yang dihasilkan dengan rumus dan yang telah diketahui
dalam masalah dengan tujuan meyakinkan orang lain bahwa konjektur yang
dihasilkan adalah benar. Berikut petikan wawancara peneliti dengan subjek S6.
P 23 : Terus, terakhir, bagaimana caranya adik menjelaskan ke orang
lain atau membuktikan ke orang lain bahwa rumus yang adik
peroleh ini benar? gimana caranya?
S6 23 : Kan ini sudah diketahui rumusnya, jadikan jumlah kotak hitam
2n+1 ditambah 2n+2, terus, nanti dimasukkan, Apa, gambar,
gambar ke-n nya, gambar ke berapa, n nya dimasukkan, dicoba
terus dijumlahkan.
P 24 : Oo, gitu, artinya adik memasukkan, mencoba untuk, misalnya
gambar pertama gitu? Masukkan, terus kalau sama dengan ini
jadi benar gitu?
S6 24 : Hu,u, terus dicoba lagi ke gambar 2 benar dan gambar 3
benar, jadi benar.

Struktur berpikir subjek S6 dalam pemecahan masalah generalisasi pola


berdasarkan tahapan proses conjecturing, disajikan pada Diagram 5.6.
57

Diagram 4.12 Struktur Berpikir Subjek S6 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
58

Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur

Mengamati kasus Memvalidasi konjektur

Mengorganisir kasus Menggeneralisasi konjektur

Mencari dan memprediksi Membenarkan konjektur


pola

5.4 Publikasi Artikel Penelitian di Seminar Nasional


Hasil penelitian yang diperoleh didesiminasikan dalam seminar Seminar
Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan
oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016
di Kota Batu, Jawa Timur. Judul artikel yang diseminarkan Proses Berpikir Siswa
dalam Menggeneralisasi Pola berdasarkan teori APOS (penulis utama). Artikel
penelitian Seminar Nasional dapat dilihat pada lampiran 4.

5.5 Publikasi Artikel di Seminar Internasional


Hasil penelitian yang diperoleh didesiminasikan dalam International
Converence on Education Research and Development (ICERD) Universitas
Negeri Surabaya pada tanggal 5 Desember 2015. Judul artikel yang diseminarkan
Indicator of Conjecturing Process in Problem Solving of the Pattern
Generalization (penulis utama) dan Metacognitive Activities in a Conjecturing
Process toward Problem Solving of the Pattern Generalization (anggota). Artikel
penelitian di seminar international dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.6 Publikasi Artikel Ilmiah di Jurnal Internasional


Hasil penelitian yang diperoleh dipublikasikan di jurnal internasional yaitu
Educational Research and Reviews (terindex). Judul artikel yang dipublikasikan
adalah Local conjecturing process in the solving of pattern generalization problem,
Received 25 February , 2016; Accepted 14 April, 2016. Arikel penelitian yang di
publikasikan di jurnal international. Dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.7 Disertasi
Disertasi yang telah ditulis sudah dipertanggung jawabkan dihadapan penguji
pada tanggal 25 Juli 2016 dan dinyatakan lulus tuntas pada program doktor
Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang pada tanggal 9 Agustus 2016.
Surat keterangan lulus dapat dilihat pada Lampiran 7.
59

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Berdasarkan hasil dicapai yang telah peneliti jelaskan pada Bab 5, maka langkah
selanjutnya yang akan peneliti lakukan:
1. Mendalami dan mempublikasikan artikel ilmiah global conjecturing process in
the solving of pattern generalization problem pada seminar international atau
jurnal international yang terindex
2. Membuat laporan akhir.
60

DAFTAR PUSTAKA

Bergqvist, T. (2005). How students verify conjectures: Teachers’ expectations.


Journal of Mathematics Teacher Education, 8, 171-191.
Calder, N., Brown, T., Hanley, U., & Darby, S. 2006. Forming Conjectures
Within a Spreadsheet Environment. Mathematics Education Research
Journal. Vol. 18, No. 3, 100–116
Cañadas, M. C. & Castro, E. (2005). A proposal of categorisation for analysing
inductive reasoning. In M. Bosch (Ed.), Proceedings of the CERME 4
International Conference, (hal.401-408). Sant Feliu de Guíxols, Spain.
Cañadas, M.C., Deulofeu, J. Figueiras, L., Reid, D., & Yevdokimov, O. 2007: The
Conjecturing Process: Perspectives in Theory and Implications in
Practice: Journal Of Teaching And Learning, 2007, VOL. 5, NO.1
Caraher, D.W., Martinez, M.V., & Schielmann, A.D. 2008. Early Algebra and
Mathe-matical Generalization. ZDM Mathematics Education. 40:3-22.
Creswell, John W. 2012. Educational Research Fourth Edition. Boston: Pearson
education, Inc.
Dreyfus, T. (1999). Why Johnny can’t prove. Educational Studies in
Mathematics, 38(1–3), 85–109.
Dindyal, J. 2007. High School Students’ Use of Patterns and Generalisations.
Proceedings of the Fifth Congress of the European Society for Research in
Mathematics Education, 2007, hal. 844-851.
Echols, J.M. & Shadily, H. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. PT.
Gramedia.
Fischbein, E. (1987). Intuition in science and mathematics. An educational
approach. Dordrecht: Reidel.
Kaput, J. 1999, ‘Teaching and learning a new algebra’, in E. Fennema and T.
Romberg (eds.), Mathematics Classrooms that Promote Understanding,
Erlbaum, Mahwah, NJ, pp. 133–155.
Küchemann, D. 2010. Using patterns generically to see structure. An International
Journal Vol. 5, No. 3, July–September 2010, 233–250 © 2010 Taylor &
Francis
Lakatos, I. (1976). Proofs and Refutations: The Logic of Mathematical
Discovery. Cambridge University Press.
Lee, K.H., & Sriraman, B. 2010. Dugaan via reconceived classical analogy:
Educational Studies in Mathematic, DOI 10.1007/s10649-010-9274-1
Lin, F.L. 2006. Designing mathematics conjecturing activities to foster thinking
and constructing actively. APEC-TSUKUBA International Conference,
Tsukuba, Japan,
61

Lin, P.J., & Tsai, W.H. 2013. A Task Design for Dugaan in Primary
Classroom Contexts. Proceedings of ICMI Study 22 (Vol. 1).
Oxford
Martha, G. & Alma, B. 2011. Using Multiple Representations to Make and Verify
conjecture. US-China Education Review B 3 (2011) 430-437 Earlier title:
US-China Education Review, ISSN 1548-6613 Dafid publishing.
Mason, J. 2002. Generalisation and algebra: Exploiting children’s powers. In L.
Haggerty (Ed.), Aspects of teaching secondary mathematics: Perspectives
on practice (pp. 105-120). London: RoutledgeFalmer
Mason, J., Burton, L., & Stacey, K. 2010. Thingking Mathematically Second
Edition. Pearson Education Limited.
Mullingan, J.T., Mitchelmore, M.C., English, L.D., & Robertson, G. 2011.
Implementing a pattern and structure mathematics awareness program
(PASMAP) in kindegarden. L. Sparrow, B. Kissane, & C. Hurst (Eds.)
Shaping the future of mathematics education: Proceedings of the 33rd
Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of
Australasia (pp. 797–804). Fremantle: MERGA.
Nasional Council of Teacher of Mathematics. 2000. Principles and standards for
school mathematics. Reston, VA: NCTM.
Pathak, H. K. (2008). Some problems and conjectures in number theory,
International Journal of Mathematical Education in Science and
Technology, 39, 77-82.
Ontario Ministry of Education. 2005. The Ontario curriculum: Grades 9 and 10
mathematics. Toronto, ON: Queen’s Printer for Ontario.
Polya, G. 1973. How To Solve It. 2nd ed, Princeton: Princeton University Press.
ISBN 0-691-08097-6.
Radford, L. 2003. Gestures, Speech, and the Sprouting of Signs: A Semiotic-
Cultural Approach to Students’ Types of Generalization. Mathematical
Thinking And Learning, 5(1), 37–70.
Radford. L. 2006. Algebraic Thinking and The Generalization of Patterns: A
Semiotic Perspective. Alatorre, S., Cortina, J.L., Sáiz, M., and Méndez,
A.(Eds) (2006). Proceedings of the 28 annual meeting of the North
American Chapter qf the international Group/or the Psychology of
Mathematics Education. Mérida, Méx ico: U ni vers idad Pedagogica
Nacional. Vol. 1. 1-21
Reid, D.A. (2002). Conjectures and refutations in grade 5 mathematics. Journal for
Research in Mathematics Education, 33(1), 5-29
Rivera, F.D. & Becker, J.R. 2007. Abduction in Pattern Generalization. lnWoo, J.
H., Lew. H. C., Park, K. S. &Seo, D. Y. (Eds.). Proceedings of the 31st
Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics
Education, Vol. 4, pp. 97-104. Seoul: PME.
62

Sriraman, B. 2003. Mathematical Giftedness, Problem Solving, And The Ability


to Formulate Generalizations. The Problem Solving Experiences of Four
Gifted Students. The Journal of Secondary Gifted Education, 14 (3): 151-
Subanji. 2011.Teori Berpikir Psedudo Penalaran Kovariasional. Penerbit: UM
Press. Malang
Sutarto. 2011. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievement Divisions (STAD) dan tipe Jigsaw ditinjau dari motivasi
belajar, sikap, dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelas XI SMA. Jurnal Kependidikan Volume 10 Nomor 2 ISSN 1412-
6087 November 2011
Sutarto, 2013. Desain Pembelajaran Matematika. Penerbit: Samudra Biru
Yogyakarta.
Sutarto, Nusantara, T., Subanji, & Sisworo. (2014) Identifikasi Kesulitan Siswa
Dalam Membangun Conjecture Pada Pemecahan Masalah Matematika.
Makalah disajikan dalam seminar Nasional Pendidikan, UTY, Yogyakarta,
21 Juni.
Sutarto, Nusantara, T., Subanji, & Sisworo. (2014). Peran Conjecturing Dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam seminar Nasional
Pendidikan, USD, Yogyakarta, 13 September.
Sutarto & Subanji.(2014). Proses conjecturing dalam pemecahan Masalah
matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Exchange of
Experiencess TEQIP, UM, Malang, 1 Desember.
Vogel, R. 2005. Patterns: A Fundamental Idea of Mathematical Thinking and
Learning. ZDM Vol. 37 (5).
Yeo, J.B.W., & Yeap, B.H. 2010. Characterising the Cognitive Processes
Matthematical Investigation. International Journal for Mathematics
Teaching and Learning. ISSN 1473 – 0111. Articles published to date 5
Oct 2010.
Yevdokimov, S. 2005. About A Constructivist Approach For Stimulating
Students’ Thinking To Produce Dugaan And Their Proving In Active
Learning Of Geometry. Proceedings of the CERME 4 International
Conference (pp. 469-480). Sant Feliu de Guíxols, Spain
Ramussen, D., & Miceli, S. 2008. Discovering Geometry Condensed Lessons.
United States of America. Kendall Hunt Publishing.
63

Lampiran 1

TUGAS PEMECAHAN MASALAH GENERALISASI POLA


64

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara ini dibuat dengan tujuan mengungkapkan proses conjecturing siswa dalam pemecahan masalah generalisasi
pola terhadap masalah yang diberikan, jika tidak terdeteksi melalui THINK ALOUDS. Proses conjecturing siswa tersebut mengacu pada
tahapan proses conjecturing tipe induksi empiris dari bilangan berhingga kasus diskrit.
Pedoman wawancara ini hanya sebagai petunjuk yang akan dijadikan pijakan peneliti dalam melakukan wawancara, agar pertanyaan
yang disampaikan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pertanyaan yang dirumuskan dalam pedoman wawancara ini akan
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan respon atau jawaban subjek. Kalimat yang digunakan pada saat wawancara tidak persis sama
dengan kalimat yang tertulis pada pedoman wawancara ini, namun tetap dalam substansi yang diinginkan.
KOMPONEN
TAHAPAN PROSES
PROSES BERPIKIR PERTANYAAN
CONJECTURING
“APOS”
Aksi Mengamati kasus 1. Apa yang pertama kali kamu pikirkan ketika membaca masalah ini? Ceritakan pada saya!
Mengorganisir kasus 2. Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah ini? Jelaskan dan tunjukan pada saya!
Proses Mencari dan memprediksi
pola
Objek Merumuskan conjecture 3. Apa rumus umum yang kamu peroleh?
Validasi conjecture 4. Apakah kamu yakin bahwa rumus umum ini benar?
Skema Generalisasi conjecture 5. Bagaimana cara kamu bisa yakin kalau rumus umum ini benar?
Membenarkan generalisasi 6. Bagaimana cara kamu meyakinkan orang lain bahwa rumus umum yang kamu hasilkan
ini benar?
65

Lampiran 3

VALIDATOR ISTRUMEN BANTU

No Nama Bidang Keahlian Unit Kerja

1 Dr. Sudirman, M.Si Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang

2 Dr. Makbul Muksa, M.Si Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang


66
67
68
69
70
71
72

Lampiran 4

ARTIKEL SEMINAR NASIONAL


Di download dari http://apppi.org/wp-content/uploads/2016/06/makalah-1-pp.-1-134.pdf
73

Lampiran 5
ARTIKEL SEMINAR INTERNATIONAL
74
75

Lampiran 6
ARTIKEL JURNAL INTERNATIONAL
Didowload di http://www.academicjournals.org/journal/ERR/article-full-text-
pdf/1B733A858138
76

Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai