LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR
PENGUSUL
i
ii
RINGKASAN
Salah satu standar penalaran mulai dari pra TK sampai SMA dalam NCTM
adalah membuat dan menyelidiki conjecture matematis dan dalam kurikulum
2013 salah satu kompetensi dasar matematika adalah memahami pola dan
menggunakannya untuk menduga dan membuat generalisasi. Membuat dan
menyelidiki conjecture adalah penting karena berfungsi sebagai dasar untuk
mengembangkan wawasan baru dan meningkatkan kajian lebih lanjut. Conjecture
adalah pernyataan yang masuk akal, tapi yang kebenarannya belum dapat
dipastikan, dengan kata lain, belum diyakini kebenarannya namun tidak memiliki
contoh penyangkal.
Penelitian ini mendeskripsikan karakterisasi conjecture yang dihasilkan
oleh siswa dalam pemecahan masalah generalisasi pola. Tujuan jangka panjang
yang ingin dicapai adalah untuk memahami perbedaan proses berpikir siswa
dalam membangun conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola
sehingga perbedaan proses berpikir tersebut dapat dipahami dan diberikan solusi
dalam pembelajaran matematika.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap menggunakan instrumen
bantu yaitu Tugas Pemecahan Masalah Generalisasi Pola (TPMGP) dan
wawancara. Pada tahap pertama, siswa menyelesaikan TPMGP sambil think
alouds, peneliti fokus mengamati kegiatan siswa melalui komputer sambil
menulis catatan penting yang akan dikonfirmasi pada saat wawancara. Pada tahap
kedua, wawancara berbasis tugas untuk mendalami dan mengklarifikasi
karakteristik conjecture yang dihasilkan siswa serta menjaring data yang belum
diperoleh melalui think alouds. Data yang telah diperoleh tersebut di analisis
dengan tahapan mentranskrip data, mereduksi data, kategorisasi data,
menggambar struktur berpikir, dan membuat kesimpulan..
Hasil penelitian tentang karakterisasi conjecture siswa dalam pemecahan
masalah generalisasi pola terdiri dari conjecture yang diperoleh berdasarkan
proses global conjecturing dan proses local conjecturing. Proses global
conjecturing dalam pemecahan masalah generalisasi pola, terjadi pada tahap aksi,
dimana siswa mengamati dan mengorganisir kasus secara utuh sebagai dasar
untuk membangun conjecture. Proses local conjecturing dalam pemecahan
masalah generalisasi pola terjadi pada tahap aksi, dimana siswa mengamati dan
mengorganisir kasus secara terpisah sebagai dasar untuk membangun conjecture.
Proses local conjecturing dikelompokkan menjadi dua, yaitu proses local
conjecturing berdasarkan proximity dan local conjecturing berdasarkan contrast.
Proses local conjecturing berdasarkan proximity adalah proses membangun
conjecture berdasarkan faktor kedekatan, sedangkan proses local conjecturing
berdasarkan contrast adalah proses membangun conjecture berdasarkan faktor
perbedaan.
iii
PRAKATA
Dengan memanjat puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat
limpahan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga disertasi
“Karakterisasi Conjecture Siswa dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola”
ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada:
1. Rektor IKIP Mataram yang telah memberikan izin dan bantuan dana untuk
menempuh studi S3 Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Malang.
2. Rektor Universitas Negeri Malang yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan selama menempuh studi.
3. Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd. selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
4. Dr. H. Abdur Rahman As’ari, M.Pd., M.A. selaku koordinator program studi
pendidikan matematika pascasarjana UM yang telah memberikan dorongan
dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan laporan kemajuan
ini, serta pengarahan nya selama menempuh studi.
5. Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si. selaku promotor yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan yang berupa pemikiran, saran, dan
komentar yang sangat berharga kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal hingga terselesaikan nya laporan kemajuan ini.
6. Dr. Subanji, M.Si. selaku ko-promotor I yang telah banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan yang berupa gagasan, pemikiran, saran, dan
komentar yang sangat berharga kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal hingga terselesaikan nya laporan kemajuan ini.
7. Dr. Sisworo, M.Si. selaku ko-promotor II yang telah banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan yang berupa gagasan, pemikiran, saran, dan
iv
komentar yang sangat berharga kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal hingga terselesaikan nya laporan kemajuan ini..
8. Dr. Sudirman, M.Si. dan Dr. Makbul Muksar, M.Si. selaku validator yang
telah memberikan masukan demi kesempurnaan instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini.
9. Kepala Sekolah dan guru matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Malang, SMP
Negeri 3 Malang, SMP Negeri 5 Malang, SMP Negeri 1 Ponorogo, SMP
Negeri 1 Kempo, dan SMP Negeri 7 Dompu yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis melaksanakan penelitian di sekolah tersebut dan
membantu kelancaran selama pelaksanaan penelitian.
10. Segenap mahasiswa Pascasarjana S3 Pendidikan Matematika Universitas
Malang angkatan 2013 yang dengan penuh keakraban memberikan dorongan
moral dan segenap bantuan dalam penulisan disertasi ini.
11. Teristimewa dan rasa terima kasih yang sangat pribadi disampaikan kepada
Bapak dan Ibu ku tercinta Zainuddin ADT (Almarhum) dan Siti Ramlah yang
telah banyak memberikan motivasi dan do’a sehingga penulis kuat dalam
menghadapi dinamika hidup, lebih-lebih dalam penulisan disertasi ini. Ma
dan Muma terima kasih banyak untuk segalanya.
12. Teristimewa untuk Intan Dwi Hastuti, S.Pd., M.Pd. (istri tercinta) dan
Adzkiya Handayani Sutarto (putri tercinta) yang tanpa henti selalu
memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi dalam penulisan disertasi ini.
Teriring do’a yang tulus semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut
mendapat pahala dari oleh Allah SWT, dan semoga disertasi ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Amin
Sutarto
v
DAFTAR ISI
vi
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tugas Pemecahan Masalah Generalisasi Pola ........................... 63
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ............................................................... 64
Lampiran 3. Validator Instrumen Bantu ....................................................... 65
Lampiran 4. Artikel Seminar Nasional ......................................................... 72
Lampiran 5. Artikel Seminar International ................................................... 73
Lampiran 6. Artikel Jurnal International ....................................................... 75
Lampiran 7.Surat Keterangan Lulus .............................................................. 76
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Conjecture
Conjecture adalah kata benda, menurut kamus bahasa inggris conjecture
adalah terkaan, perkiraan, atau dugaan Echols (1996). Dalam bentuk kata kerja
conjecturing adalah menerka, memperkirakan atau menduga. Dalam penelitian
ini conjecture berarti dugaan, sedangkan conjecturing berarti menduga dan tetap
menggunakan istilah asli yaitu conjecture dan conjecturing .
Conjecture merupakan suatu pernyataan yang dihasilkan dari proses
penalaran tapi kebenarannya belum dapat dipastikan (Sutarto dkk, 2014). Menurut
Mason, Burton, & Stacey (2010) conjecture adalah pernyataan yang masuk akal,
tapi kebenarannya belum dapat dipastikan, dengan kata lain, belum diyakini
kebenarannya namun tidak memiliki contoh penyangkal. Canada & Castro (2005)
menyatakan bahawa conjecture adalah pernyataan berdasarkan fakta empiris,
yang belum divalidasi. Cañadas, dkk., (2007) menyatakan bahwa proses
conjecturing menggunakan berbagai jenis penalaran.
Conjecturing juga diartikan sebagai proses mental dalam menghasilkan
conjecture menggunakan berbagai penalaran. Menurut Mason, Burton, dan
Stacey (2010) bahwa conjecturing adalah proses siklus yang dimulai dengan
tahapan Mengartikulasikan conjecture (sambil membuat dan meyakini
conjecture); memeriksa conjecture mencakup semua kasus dan contoh-contoh
yang dikenal; mencurigai conjecture. Cobalah untuk membantahnya dengan
mencari kasus atau contoh penyangkal; menggunakannya untuk membuat prediksi
yang dapat diperiksa; Mendapatkan rasa mengapa conjecture tersebut benar, atau
bagaimana memodifikasi, pada contoh baru (kembali ke tahap awal).
Dalam Ontario Ministry of Education (2005) mengatakan bahwa conjecture
adalah menebak atau memprediksi dengan bukti yang kurang. Artinya Conjecture
sama dengan tebakan (guess), prediksi atau perkiraan berdasarkan informasi yang
diketahui, tebakan, prediksi, atau perkiraan yang tidak berdasarkan informasi yang
diketahui bukan atau tidak dinamakan Conjecture. Menurut Calder dkk (2006)
7
Conjecture ini dapat dibuat dengan analogi sesuatu yang sudah diketahui
faktanya. Aturan umum conjecture atas dasar aturan umum lain yang sudah
diketahui, atau conjecture fakta tertentu atas dasar fakta lain yang diketahui.
Tahapan conjecturing tipe 3 adalah sebagai berikut: mengamati dua kasus,
mencari kesamaan antara kasus-kasus, merumuskan conjecture berdasarkan
kesamaan, memvalidasi conjecture, generalisasi conjecture, membenarkan
generalisasi.
4. Tipe 4: Abduction
Conjecture ini dapat dibuat dari aturan umum yang akan menjelaskan suatu
kejadian yang tak bisa dijelaskan. Aturan umum dalam conjecture berdasarkan
atas kasus, contoh atau kejadian. Tahapan Conjecturing tipe 4 adalah sebagai
berikut: mengamati kasus, mengamati ciri yang mengejutkan atau signifikan dari
kasus, merumuskan conjecture bahwa ciri berlaku untuk kasus yang lain,
memvalidasi conjecture, generalisasi conjecture, membenarkan generalisasi
5. Tipe 5: Conjecturing berdasarkan persepsi
Conjecture ini dapat dibuat dari representasi visual masalah atau translasi
persepsi suatu pernyataan. Dasar dari tipe conjecture ini adalah representasi
terhadap masalah baik secara konkrit atau sebagai gambaran mental. Tahapan
conjecturing tipe 5 adalah sebagai berikut: menerjemahkan masalah menjadi
representasi persepsi, membangun representasi mental pribadi dari unsur-unsur
matematika yang terlibat, mengamati persepsi representasi ciri khusus,
merumuskan conjecture berdasarkan pada representasi ciri khusus,
menerjemahkan justifying atau formalizing, generalisasi conjecture, membenarkan
generalisasi.
2.3. Conjecture dalam pemecahan masalah matematika
Salah satu visi matematika sekolah adalah guru membantu siswa membuat,
memperbaiki, dan mengeksplorasi conjecture atas dasar bukti dan menggunakan
berbagai penalaran dan teknik bukti untuk memastikan atau menyangkal
conjecture tersebut (NCTM, 2000).
Conjecture dan menyelesaikan masalah merupakan dua hal yang saling
berhubungan karena dalam menyelesaikan masalah siswa terlibat dalam
penemuan, dan penemuan membutuhkan conjecture sebagai salah satu prosesnya
9
umum yang berlaku. Hal ini adalah perubahan pada pernyataan tersebut yang
diyakini. Jika seseorang percaya bahwa conjecture Goldbach adalah benar secara
umum, maka seseorang menggeneralisasinya. Jika tidak, tetap conjecture.
Melihat contoh tambahan tidak cukup untuk membenarkan generalisasi.
Membenarkan generalisasi conjecture mencakup pemberian alasan yang
menjelaskan conjecture tersebut, mungkin dengan maksud meyakinkan orang lain
bahwa generalisasi dibenarkan. Jika diperlukan, orang bisa membuat bukti
matematis sebagai justifikasi yang menjamin kebenaran conjecture tersebut.
Sejauh ini, belum ada yang berhasil untuk membenarkan conjecture Goldbach.
2.4. Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah merupakan bagian penting dari aktivitas matematis.
NCTM (2000) menguraikan bahwa pemecahan masalah merupakan pusat
penyelidikan dan aplikasi dan harus terjalin dalam seluruh kurikulum matematika
untuk memberikan konteks belajar dan menerapkan ide-ide matematika. Sutarto
(2011) mengatakan pemecahan masalah matematika penting untuk diperhatikan
dan diajarkan karena merupakan salah satu aspek penting dari matematika.
Kemampuan pemecahan masalah matematika bukan sekedar keterampilan
untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi merupakan keterampilan
dasar yang akan digunakan dalam masalah kehidupan sehari-hari siswa.
Pemecahan masalah memainkan peran penting dalam kurikulum karena beberapa
alasan: (1) dapat membangun pengetahuan matematika baru, (2) dapat
memecahkan masalah yang timbul dalam matematika dan dalam konteks lain, (3)
dapat menerapkan dan mengadaptasi berbagai strategi pemecahan masalah, dan
(4) memantau dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika (NCTM,
2000).
Menurut Sriraman (2003) bahwa situasi masalah mencakup (1) tugas yang
konseptual, (2) pada hakikatnya subjek mampu memahami dengan pembelajaran
sebelumnya oleh organisasi tugas atau orisinalitas, (3) tidak dapat dikerjakan
dengan prosedur yang familiar atau akrab, (4) siswa mengalami kebingungan
dalam situasi masalah, tapi tidak mengalami kebingungan yang sangat atau artinya
masih bisa dijangkau untuk dikerjakan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa suatu soal dapat dikatakan sebagai masalah matematika jika soal tersebut
12
dapat dijangkau untuk diselesaikan oleh siswa akan tetapi tidak dapat diselesaikan
dengan prosedur rutin.
Klasifikasi Yevdokimov tentang masalah "terbuka" dan "tertutup" mirip
dengan Polya (1945) membedakan antara masalah untuk membuktikan dan
masalah untuk menemukan. Dalam masalah membuktikan, tujuannya adalah
untuk menyimpulkan jika pernyataan, tanpa menyatakan ambiguitas, benar atau
salah. Tipe masalah kedua disebut "masalah untuk menemukan" atau masalah
konstruksi yang memiliki tujuan menemukan objek tertentu yang memenuhi
kondisi masalah dengan menghubungkan data dan variabel yang tidak diketahui.
Kesuksesan siswa dalam menyelesaikan masalah merupakan tujuan penting
dalam pembelajaran matematika. Beberapa tahapan yang harus dilewati siswa
agar siswa sukses dalam menyelesaikan masalah. Menurut Polya ada empat
tahapan dalam menyelesaikan masalah, yaitu (1) memahami masalah, (2)
membuat rencana, (3) melaksanakan rencana, dan (4) melihat kembali.
Selanjutnya dalam kerangka kerja multidimensional pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Carlson & Bloom (2005) bahwa ada empat tahap dalam
pemecahan masalah yaitu: (1) orientasi, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan, dan (4)
memeriksa.
Selanjutnya Polya mengemukakan empat langkah dalam memecahkan
masalah. Keempat langkah tersebut adalah: (1) memahami masalah
(understanding the problem) meliputi memahami berbagai hal yang ada pada
masalah seperti apa yang tidak diketahui, apa saja data yang tersedia, apa syarat-
syaratnya, dan sebagainya. Pada tahap ini, siswa dapat melakukan beberapa
langkah yang diperlukan untuk mengerti masalah, seperti membuat sketsa gambar,
mengenal notasi yang digunakan, mengelompokan bagian dan syarat-syarat, dan
sebagainya; (2) merencanakan pemecahan (devising a plan) meliputi berbagai
usaha untuk menemukan hubungan masalah dengan masalah lainnya atau
hubungan antar data dengan hal yang tidak diketahui, dan sebagainya. Pada
akhirnya seseorang hams memiliki suatu rencana pemecahan; (3) melaksanakan
pemecahan (Cariying out the plan) termasuk memeriksa setiap langkah
pemecahan, apakah langkah yang dilakukan sudah benar atau dapat dibuktikan
13
bahwa langkah tersebut benar; dan (4) memeriksa kembali (looking back)
meliputi menguji tahap pemecahan yang dihasilkan.
2.5. Generalisasi Pola
Pola merupakan ide yang mendasari pemikiran matematis. Menurut Vogel
(2005) analisis pola, mendeskripsikan pola, dan sifat-sifatnya merupakan salah
satu tujuan dari matemtika. Sedangkan menurut Mulligan, dkk., (2011: 796)
menyatakan bahwa hampir semua matematika didasarkan pada pola dan struktur.
Anak dalam melakukan generalisasi pola berusaha menuliskan bilangan
bilangan yang mewakili banyaknya pola dan urutan kesatu ke urutan berikutnya.
Kemudian mengamati perubahan bilangan satu ke bilangan berikutnya, untuk
mendapatkan aturan umum pola. Hasil penelitian Raford (2006), menemukan
bahwa anak dalam melakukan generalisasi pola melihat fitur-fitur umum dan
bilangan yang diberikan kemudian menggeneralisasikan bilangan-bilangan ini
dalam urutan berikutnya.
Untuk menggeneralisasikan pola, tidak cukup hanya menyatakan aturan
umum dan urutan pola. Anak dituntut memberikan ekspresi aturan umum pola ini
secara aljabar. Generalisasi pola sebagai rute aljabar terletak pada gagasan tentang
sifat korespondensi antara aljabar dan generalisasi. Ketika siswa mengekspresikan
aturan umum suatu pola tentunya memerlukan simbol aljabar. Proses inilah yang
dikatakan sebagai generalisasi. Generalisasi yang berdasarkan pada penelaran
induktif disebut conjecture (Ramussen & Miceli, 2008)
Dalam konteks generalisasi pola bergambar. Tingkatan awal yang
disampaikan (Radford, 2003, Radfor, 2006) generalisasi faktual, yaitu generalisasi
berdasarkan tindakannya numerik dalam bentuk skema operasional yang masih
terikat pada tingkat numerik, namun memungkinkan siswa untuk hampir nyata
dalam mengatasi kasus tertentu secara berhasil". Generalisasi berikutnya disebut
generalisasi kontekstual melibatkan penggantian setiap referensi untuk tahap
tertentu, termasuk ritme dan menunjuk, dengan "objectifying linguistik" tindakan
yang dilakukan tidak pada tahap konkret tetapi pada tingkat abstrak. Misalnya,
istilah “menambahkan" gambar 'dan " gambar berikutnya" dan tingkatan yang
terakhir symbolic adalah tipe generalisasi yang berhubungan dengan objek aljabar
atau simbol yang tidak terbatas pada objek tertentu.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
peneliti hanya fokus pada alat perekam audio visual (handycam) untuk merekam
proses siswa ketika mereka menyelesaikan masalah. Selanjutnya hasil rekaman ini
digunakan peneliti sebagai bahan untuk melakukan wawancara pada setiap subjek.
c. Analisis data
Pada tahap analisis data, kegiatan yang akan dilakukan setelah memperoleh
data meliputi: (1) mentranskrip data yang diperoleh dari think aloud dan
wawancara), (2) mereduksi data, (3) pengkodean data, (4) mendeskripsikan
karakterisasi conjecture dalam pemecahan masalah generalisasi pola , dan (5)
penarikan kesimpulan. Alur prosedur penelitian disajikan pada gambar 3.2
berikut.
Mentranskrip
Kategorisasi/penyajian data
Reduksi Data
Telaah Data
Penarikan Simpulan
Gambar 3.2 Alur analisis data
17
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian yang meliputi: (5.1) hasil
pengembangan instrumen pendukung penelitian, (5.2) hasil pemilihan subjek
penelitian, (5.3) pemaparan hasil penelitian. (5. 5) seminar nasional. (5.6) seminar
internasional. (5.7) Jurnal Internasional. Uraian terhadap masing-masing hasil
penelitian tersebut disajikan secara berturut-turut sebagai berikut.
Hal ini diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam mengamati kasus pada Gambar
5.1 berikut.
20
Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1 ada 7, gambar ke-2 ada 11,
dan gambar ke-3 ada 15, subjek S1 mengorganisir kasus dengan cara mengurutkan
pola barisan bilangan. Mengurutkan pola barisan bilangan dengan menuliskan
gambar ke-1, gambar ke-2, gambar ke-3, secara berturut-turut 7, 11, 15. Berikut
hasil kerja subjek S1 dalam mengorganisir kasus pada Gambar 5.2.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam mengorganisir kasus,
mencari dan memprediksi pola pada Gambar 5.3 berikut.
Gambar 5.3 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Mencari Dan Memprediksi Pola
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.4 berikut.
Gambar 5.4 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.5 berikut.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam mencari angka awal pada
Gambar 5.6 berikut
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S1 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.7 berikut
23
Gambar 5.7 Hasil Kerja Subjek S1 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur
Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S1 berikut.
P 14 : Ok. Yakin tidak dengan rumus yang adik peroleh ini?
S1 14 : Yakin.
P 15 : Apa yang membuat adik bisa yakin dengan rumus ini?
S1 15 : Iya, karena sudah di coba (tersenyum)
Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur
Hal ini diperkuat oleh petikan wawancara antara peneliti dan subjek S2 berikut.
P 04 : Saat pertama membaca masalah ini, apa yang pertama kali adik
pikirkan?
S2 04 : Karena kita disuruh mencari banyaknya persegi pada gambar
ke-n, berarti pertama-tama, kita harus menemukan pola nya
dulu, cara menemukannya, kita liat dari gambar pertama, kita
liat ada berapa persegi di sana, ternyata ada 7 persegi,
digambar ke-2 ada 11, dan digambar ke-3 ada 15. Dari, pola
seperti ini nanti, kita akan menemukan rumus tersendiri untuk
mencari persegi-persegi selanjutnya.
Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar
ke-3, subjek S2 mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk
mengaitkan gambar ke-1 dengan 7 (jumlah persegi gambar ke-1), gambar ke-2
dengan 11 (jumlah persegi gambar ke-2), dan gambar ke-3 dengan 15 (jumlah
persegi gambar ke-3). Hasil kerja subjek S2 dalam mengorganisir kasus dapat
dilihat pada Gambar 5.8 berikut.
Hal ini juga diperkuat oleh petikan data wawancara peneliti dan subjek S2 serta
hasil kerja subjek S2 dalam mengorganisir kasus, mencari dan memprediksi pola
pada Gambar 5.9.
P 06 : Ok, pola selanjutnya bagaimana maksudnya adik?
S2 06 : Pada gambar pertama kan ada 7, gambar ke-2 ada 11,
sedangkan pada gambar ke-3 ada 15. Jadi bisa dipastikan untuk
gambar ke-4 nanti ada 19 persegi, kenapa? karena tiap pindah,
dari satu--, misalnya gambar 1 ke gambar 2, itu akan bertambah
4, dari gambar 2 ke gambar 3 nanti akan bertambah 4 persegi,
jadi dari gambar ke-3ke gambar ke 4 nanti bertambah 4 persegi
lagi, begitu seterusnya.
Gambar 5.9 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Mencari dan Memprediksi Pola
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S2 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.10 berikut.
Gambar 5.10 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur
S2: Jadi kekeliruannya itu, harusnya rumus yang kita pakai itu 7 + ( −
1) × 4, jadi sama dengan 7 + 4( − 1). Kita sudah menemukan
rumusnya, coba kita masukan ke…, ke pola, ke--, untuk menentukan
gambar yang lain, misalnya saja, kembali ke tadi gambar ke-5. Kalau
kita hitung manual, harusnya 7 + 4 + 4 + 4 + 4 (sambil menunjuk Hasil
kerjanya), ada berapa tadi?, 7 + 4 + 4 + 4 + 4 (hitung ulang lagi
sambil menunjuk Hasil kerjanya), berarti sama dengan 7 + 28 = 35,
coba kita pakai gambar yang--, coba kita pakai rumus yang sudah kita
temukan tadi 7 + 4 , ke berarti 5 − 1 = 4 , 7 + 4, dikali, 7+4
(berpikir ), ooo salah, salah, maaf saya cek lagi. Eeee 7 + 4 + 4 + 4 +
4 kan, bukan 7 + 28, tapi 7 + 16. Huu aduh ya Allah, yang ini tu 23,
pola kelima itu jumlahnya 23. Kita masukan ke sini (sambil menunjuk
Hasil kerjaya), jadi 7 + 4( − 1), 7 + 4(5 − 1) = 7 + 4 × 4, berarti
7 + 16, hasilnya sama 23”.
29
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S2 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.11.
Gambar 5.11 Hasil Kerja Subjek S2 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur
ke-1 ada 7, gambar ke-2 ada 11, gambar ke-3 ada 15, gambar ke-4 ada 19, gambar
ke-5 ada 23, gambar ke-6 ada 27, gambar ke-7 ada 31 dan seterusnya. Dengan
menggunakan rumus 7 + 4( − 1), gambar − 6 = 7 + 4(6 − 1) = 7 + 20 =
27, gambar − 7 = 7 + 4(7 − 1) = 7 + 24 = 31. Selanjutnya S2 mengatakan
jumlahnya sama antara jumlah persegi yang diperoleh secara manual dan
menggunakan rumus, begitu juga untuk gambar-gambar yang lainnya. Berikut
petikan wawancara peneliti dengan subjek S2.
P 15 : Ok. Bagaimana sih kalau ada pertanyaan ini adik, bagaimana
caranya adik meyakinkan orang lain bahwa rumus yang adik
dapatkan ini, memang benar atau sesuai, untuk meyakinkan ke
orang lain?
S2 15 : Saya akan menggunakan, menggunakan rumus tersebut untuk
mencari, mencari banyaknya persegi pada gambar lain,
misalnya pada gambar ke-6, ke-7, atau ke-8 itu secara berturut-
turut dengan rumus saya. Jika memang hasilnya benar, maka
rumus saya itu kan berarti sesuai, berarti benar dengan, benar
dengan polanya. Maka secara otomatis mereka akan percaya
dengan rumus saya.
P 16 : Benar dengan pola bagaimana maksudnya adik?
S2 16 : Dengan, dengan pola--, dengan pola yang--, dengan rumus.
P 17 : Kalau ada yang adik mau tulis, tulis saja di belakangnya!
S217 : Huu, iya. Gambar pertama kan ada 4, ee, ada 7, gambar ke-2
ada 11, gambar ke-3 ada 15, ke-4 ada 19, ke-5 ada 23, ke-6 ada
27, ke-7 ada, ada 31 dan seterusnya. Kalau misalnya saya
ketemu teman, lalu teman saya itu menanyakan kebenaran
rumus saya. Saya akan menuliskan rumus--, pertama-tama saya
akan menuliskan rumus tersebut di samping soal ini 7+4(n-1).
Karena di soal tersebut kita sudah, eee kita sudah tahu banyak
nya persegi hingga gambar ke-3, saya akan cari untuk, saya
akan cari banyaknya persegi untuk gambar-gambar
selanjutnya. Misalnya kita mau cari gambar ke-5, ke-6, ke-6
saja ya, kita pakai pola saya 7+4(6-1), 7+4×5, 7+20 = 27,
hasilnya sama. Kita coba dengan gambar yang lainnya,
misalnya gambar ke-7, 7+4(7-1), 7+4×6, 7+24 = 31, hasilnya
juga sama. Berarti kan secara otomatis rumus saya sesuai atau
memang bisa digunakan untuk mencari banyaknya persegi
pada gambar-gambar yang lain, atau pada gambar selanjutnya.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S2 dalam membenarkan generalisasi
Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur
Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, ke-2, dan ke-3, subjek S3
mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk mengaitkan gambar ke-1
dengan 5 persegi mendatar, 1 persegi kanan atas, dan 1 persegi kiri bawah.
Gambar ke-2 dikaitkan dengan 7 persegi mendatar, 2 persegi kanan atas, dan 2
persegi kiri bawah, sedangkan gambar ke-3 dikaitkan dengan 9 persegi mendatar,
3 persegi kanan atas, dan 3 persegi kiri bawah. Berikut hasil kerja subjek S3 dalam
mengorganisir kasus pada Gambar 4.13.
33
Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S3 serta hasil
kerja subjek S3 dalam mencari dan memprediksi pola pada Gambar 5.14.
P 05 : Oh gitu, ok apa yang pertama kali adik pikirkan saat
membaca masalah ini?
S3 05 : Aa, kalau dilihat dari gambarnya gitu, itu polanya yang
mendatar bertambah 2 itu, terus yang berdiri itu juga
bertambah, bertambah terus.
P 06 : Bertambah bagai mana maksudnya?
S3 06 : Kalau yang mendatarkan bertambah 2, kalau yang berdiri
itu, gambar ke-1 itu kan 1, jadi berdirinya ke bawah 1. Kalau
gambar ke-2, ini berdirinya ke bawah 2, jadikan dari 1 ke
gambar ke-2 selisihnya 1, terus ke gambar ke-3 selisihnya
juga 1, dan seterusnya.
Gambar 5.14 Hasil Kerja Subjek S3 dalam Mencari dan Memprediksi Pola
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S3 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.15 berikut.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S3 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.16 berikut.
Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S3 berikut.
Diagram 5.3 Struktur Berpikir Subjek S3 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
39
Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur
Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar
ke-3, subjek S4 mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk
mengaitkan gambar ke-1 dengan 7 (jumlah persegi gambar ke-1), gambar ke-2
dengan 11 (jumlah persegi gambar ke-2), dan gambar ke-3 dengan 15 (jumlah
persegi gambar ke-3). Hasil kerja subjek S4 dalam mengorganisir kasus pada
Gambar 4.17
40
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S4 dalam mencari dan memprediksi
pola pada Gambar 5.18.
Gambar 5.18 Hasil Kerja Subjek S4 dalam Mencari dan Memprediksi Pola
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S4 dalam mengati kasus seperti pada
Gambar 4.18.
Selanjutnya, subjek S4 mencari dan memprediksi pola dengan cara
menuliskan bilangan yang mewakili gambar ke-1, ke-2, dan ke-3. Gambar
− 1 = 1 + 1 + 1 + 1 + 3 = 7, Gambar − 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 3 = 11,
Gambar − 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15 dan memprediksi gambar −4 =
4 + 4 + 4 + 4 + 3 = 19. Berikut pernyataan subjek S4 berdasarkan petikan data
think alouds.
S4: Nah, nah sekarang jika kita lihat eeeee, kalau yang gambar pertama,
jika yang gambar pertama ini rumusnya 1 + 1 + 1 + 1 + 3, untuk yang
ke-2, 2 + 2 + 2 + 2 + 3, untuk yang ke-3 ini 3 + 3 + 3 + 3 + 3 nah
sekarang coba kita jumlah dari ke tiga gambar tersebut, di sini ada
1 + 1 + 1 + 1, 4 + 3, 7, yang ke-2 2 + 2 + 2 + 2, 8 + 3, 11, yang ke-3
3 + 3 + 3 + 3 + 3 ummm, 12 + 3, 15. Humm berarti jika kita lihat pada
pola yang ke-4, hasilnya pasti akan, umm lo..lompat 4 juga, karena di
sini setiap dari pola ini, pasti terdiri, bahwa kanan dan atas ini
ditambah 1 persegi. Kita coba, kita lihat 1, 2, 3, 4 iya, jika yang persegi
pertama ini yang mendatar ini ada 1, 2, 3, 4, 5, maka di yang kedua ini
ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, yang ke-3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, berarti ini lompat
2, berarti ini pasti ada 11, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11, terus pada
gambar, ya ini. Jika yang pertama ini atasnya ada 1, yang ke-2 ada 2,
yang ke-3 ada 3 dan yang ke-4 pastinya ada 4, 1234 ya, yang ke bawah
juga pasti ada 4, 1234, kita coba, iya betul, berarti ini aaa..., ini, ini
putih hitam, putih hitam putih hitam putih hitam putih hitam, iya gini.
Ooo jika kita lihat pada gambar pertama di kiri ada satu digambar ke-2
yang kiri ada 2, yang gambar 3 yang kiri ada 3, dan gambar 4 yang kiri
ada 4, tetapi yang di tengah ini pasti tetap 3, terus sampai berapa pun
persegi yang berada di tengah tetap tiga, dan sampai berapa pun juga,
jika ini 4, seumpamanya pola ke-5, pada pola ke5 ini pasti di kiri sama
bawah iya pasti ditambah 1 persegi, dan atas sama yang kanan pasti
ditambah 1 persegi juga. Aaa, kita coba pola yang ke-4, pola ke-4 ini
sama 4 + 4 + 4 + 4 + 3, hasilnya adalah 19.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S4 dalam merumuskan
conjecure pada Gambar 5.19 berikut.
Diagram 5.4 Struktur Berpikir Subjek S4 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola
Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
44
Keterangan:
Hal ini diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam mengamati kasus pada Gambar
5.20 berikut.
masing persegi hitam dan putih serta memprediksi gambar ke-4. Setelah itu,
subjek S5 mengorganisir kasus dengan cara mengurutkan barisan bilangan untuk
masing-masing persegi hitam dan putih. Untuk persegi hitam gambarke-1, ke-2,
dan ke-3 secara terurut 3, 5, 7 sedangkan untuk persegi putih gambarke-1, ke-2,
dan ke-3 secara terurut 4, 6, 8. Berikut pernyataan subjek S5 berdasarkan petikan
data think alouds dan hasil kerja subjek S5 dalam mengorganisir kasus pada
Gambar 5.21.
S5: “Temukan rumus umum untuk menentukan banyaknya persegi pada
gambar ke-n, berarti kalau di teruskan gambar ke-4, berarti H nya plus
2, P nya plus 2”.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam mencari dan memprediksi
pola seperti pada Gambar 4.21 dan oleh petikan wawancara peneliti dan subjek
berikut.
P 10 : Yang ini, P, H ini persegi 3, 5, 7 terus ini, ini apa maksudnya?
S5 10 : Selisihnya 2, 2 maksudnya
P 11 : Berarti selisihnya 3, 5, 7?
S5 11 : Berarti 9 dan selanjutnya,
P 12 : Berarti selisihnya ini selalu 2 gitu?
S5 12 : Ya
Hal ini diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam memvalidasi konjektur pada
Gambar 5.22 berikut.
47
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam merumuskan dan
memvalidasi konjektur pada Gambar 5.23 berikut
48
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S5 dalam memvalidasi konjektur
pada Gambar 5.24 berikut
49
Hal ini juga diperkuat oleh petikan wawancara peneliti dan subjek S5 serta hasil
kerja subjek S5 dalam mencari dan memprediksi pola pada Gambar 5.25.
P 13 : Ok, aaa yakin ga dengan rumus yang adik peroleh ini?
S5 13 : Yakin
P 14 : Apa yang membuat adik yakin dengan rumusnya?
S5 14 : Aaa, yang membuat yakin karena, saya tadi sudah mencoba
satu-satu dari gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar ke-3
ternyata rumus ini sama dengan persegi yang ada di gambar.
S5 15 : Ya kita coba aja sama anak itu, misalnya , kalau misalnya mau
nyari gambar ke-3, gambar ke-3, tadi kan n nya 3,
n×2+1+3×2+2, n×2+1 kan 7, n×2+2, delapan, jumlahnya 15
sama seperti digambar ke-3, sama
Diagram 5.5 Struktur Berpikir Subjek S5 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
52
Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur
Berdasarkan jumlah persegi pada gambar ke-1, gambar ke-2, dan gambar
ke-3, subjek S6 mengorganisir kasus dengan cara membuat daftar untuk
mengaitkan gambar ke-1 dengan 3 persegi hitam dan 4 persegi putih, gambar ke-2
dengan 5 persegi hitam dan 6 persegi putih, dan gambar ke-3 dengan 7 persegi
hitam dan 8 persegi putih. Hasil kerja subjek S2 dalam mengorganisir kasus dapat
dilihat pada Gambar 5.26 berikut.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S6 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.27 dan petikan wawancara peneliti dan subjek S6 berikut.
P 16 : Terus setelah adik tau ini salah, apa yang adik lakukan lagi?
S6 16 : Mencoba lagi, terus, kan supaya bisa jadi 3 itu bagaimana,
berarti polanya di taruh didepan, berarti gambar ke--, gambar
ke-n di kali polanya ditambah sisanya.
P 17 : Ummm, apa yang adik pikirkan, kok bisa mendapatkan 2n+1
dengan 2n+2 itu, apa yang pertama adik pikirkan?
S6 17 : Ya langsung gitu, gambar keberapa, terus dikali pola di tambah
berapa biar hasilnya kayak itu dan dulu diajarin bisa juga dikali
terus ditambah sisanya.
Gambar 5.27 Hasil Kerja Subjek S6 dalam Merumuskan dan Memvalidasi Konjektur
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S6 dalam merumuskan konjektur
pada Gambar 5.28 dan petikan wawancara peneliti dan subjek S6 berikut.
P 16 : Terus setelah adik tau ini salah, apa yang adik lakukan lagi?
S6 16 : Mencoba lagi, terus, kan supaya bisa jadi 3 itu bagaimana,
berarti polanya di taruh didepan, berarti gambar ke, gambar ke-
n di kali polanya ditambah sisanya
P 17 : Ummm, apa yang adik pikirkan, kok bisa mendapatkan 2n+1
dengan 2n+2 itu, apa yang pertama adik pikirkan?
S6 17 : Ya langsung gitu, gambar ke berapa, terus dikali pola di tambah
berapa biar hasilnya kayak itu
Hal ini juga diperkuat oleh hasil kerja subjek S6 dalam mencari dan memprediksi
pola pada Gambar 5.29 dan petikan wawancara peneliti dan subjek S6 berikut.
P 18 : Oh gitu, rumus umum yang adik peroleh yang mana adik?
S6 18 : Ini, nanti rumus umumnya gambar ke-n itu, jumlah kotak hitam
ditambah jumlah kotak putih.
P 19 : Oh gitu, Yakin ga dengan rumus yang adik peroleh ini?
S6 19 : Yakin, insya Allah
P 20 : Apa yang membuat adik yakin dengan rumus yang adik peroleh
ini?
S6 20 : Soalnya tadi sudah saya coba masuk-masukin
56
Diagram 4.12 Struktur Berpikir Subjek S6 dalam Pemecahan Masalah Generalisasi Pola Berdasarkan Tahapan Proses Conjecturing
58
Keterangan:
Kode Penjelasan Kode Penjelasan
Aktivitas awal dan akhir Merumuskan konjektur
5.7 Disertasi
Disertasi yang telah ditulis sudah dipertanggung jawabkan dihadapan penguji
pada tanggal 25 Juli 2016 dan dinyatakan lulus tuntas pada program doktor
Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang pada tanggal 9 Agustus 2016.
Surat keterangan lulus dapat dilihat pada Lampiran 7.
59
Berdasarkan hasil dicapai yang telah peneliti jelaskan pada Bab 5, maka langkah
selanjutnya yang akan peneliti lakukan:
1. Mendalami dan mempublikasikan artikel ilmiah global conjecturing process in
the solving of pattern generalization problem pada seminar international atau
jurnal international yang terindex
2. Membuat laporan akhir.
60
DAFTAR PUSTAKA
Lin, P.J., & Tsai, W.H. 2013. A Task Design for Dugaan in Primary
Classroom Contexts. Proceedings of ICMI Study 22 (Vol. 1).
Oxford
Martha, G. & Alma, B. 2011. Using Multiple Representations to Make and Verify
conjecture. US-China Education Review B 3 (2011) 430-437 Earlier title:
US-China Education Review, ISSN 1548-6613 Dafid publishing.
Mason, J. 2002. Generalisation and algebra: Exploiting children’s powers. In L.
Haggerty (Ed.), Aspects of teaching secondary mathematics: Perspectives
on practice (pp. 105-120). London: RoutledgeFalmer
Mason, J., Burton, L., & Stacey, K. 2010. Thingking Mathematically Second
Edition. Pearson Education Limited.
Mullingan, J.T., Mitchelmore, M.C., English, L.D., & Robertson, G. 2011.
Implementing a pattern and structure mathematics awareness program
(PASMAP) in kindegarden. L. Sparrow, B. Kissane, & C. Hurst (Eds.)
Shaping the future of mathematics education: Proceedings of the 33rd
Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of
Australasia (pp. 797–804). Fremantle: MERGA.
Nasional Council of Teacher of Mathematics. 2000. Principles and standards for
school mathematics. Reston, VA: NCTM.
Pathak, H. K. (2008). Some problems and conjectures in number theory,
International Journal of Mathematical Education in Science and
Technology, 39, 77-82.
Ontario Ministry of Education. 2005. The Ontario curriculum: Grades 9 and 10
mathematics. Toronto, ON: Queen’s Printer for Ontario.
Polya, G. 1973. How To Solve It. 2nd ed, Princeton: Princeton University Press.
ISBN 0-691-08097-6.
Radford, L. 2003. Gestures, Speech, and the Sprouting of Signs: A Semiotic-
Cultural Approach to Students’ Types of Generalization. Mathematical
Thinking And Learning, 5(1), 37–70.
Radford. L. 2006. Algebraic Thinking and The Generalization of Patterns: A
Semiotic Perspective. Alatorre, S., Cortina, J.L., Sáiz, M., and Méndez,
A.(Eds) (2006). Proceedings of the 28 annual meeting of the North
American Chapter qf the international Group/or the Psychology of
Mathematics Education. Mérida, Méx ico: U ni vers idad Pedagogica
Nacional. Vol. 1. 1-21
Reid, D.A. (2002). Conjectures and refutations in grade 5 mathematics. Journal for
Research in Mathematics Education, 33(1), 5-29
Rivera, F.D. & Becker, J.R. 2007. Abduction in Pattern Generalization. lnWoo, J.
H., Lew. H. C., Park, K. S. &Seo, D. Y. (Eds.). Proceedings of the 31st
Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics
Education, Vol. 4, pp. 97-104. Seoul: PME.
62
Lampiran 1
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman wawancara ini dibuat dengan tujuan mengungkapkan proses conjecturing siswa dalam pemecahan masalah generalisasi
pola terhadap masalah yang diberikan, jika tidak terdeteksi melalui THINK ALOUDS. Proses conjecturing siswa tersebut mengacu pada
tahapan proses conjecturing tipe induksi empiris dari bilangan berhingga kasus diskrit.
Pedoman wawancara ini hanya sebagai petunjuk yang akan dijadikan pijakan peneliti dalam melakukan wawancara, agar pertanyaan
yang disampaikan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pertanyaan yang dirumuskan dalam pedoman wawancara ini akan
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan respon atau jawaban subjek. Kalimat yang digunakan pada saat wawancara tidak persis sama
dengan kalimat yang tertulis pada pedoman wawancara ini, namun tetap dalam substansi yang diinginkan.
KOMPONEN
TAHAPAN PROSES
PROSES BERPIKIR PERTANYAAN
CONJECTURING
“APOS”
Aksi Mengamati kasus 1. Apa yang pertama kali kamu pikirkan ketika membaca masalah ini? Ceritakan pada saya!
Mengorganisir kasus 2. Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah ini? Jelaskan dan tunjukan pada saya!
Proses Mencari dan memprediksi
pola
Objek Merumuskan conjecture 3. Apa rumus umum yang kamu peroleh?
Validasi conjecture 4. Apakah kamu yakin bahwa rumus umum ini benar?
Skema Generalisasi conjecture 5. Bagaimana cara kamu bisa yakin kalau rumus umum ini benar?
Membenarkan generalisasi 6. Bagaimana cara kamu meyakinkan orang lain bahwa rumus umum yang kamu hasilkan
ini benar?
65
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
ARTIKEL SEMINAR INTERNATIONAL
74
75
Lampiran 6
ARTIKEL JURNAL INTERNATIONAL
Didowload di http://www.academicjournals.org/journal/ERR/article-full-text-
pdf/1B733A858138
76
Lampiran 7