Anda di halaman 1dari 180

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

(SIM RS) DALAM PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN


(Studi pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

HANINDHITA SANDHYA
110903012

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :


Nama : HANINDHITA SANDHYA
Nim : 110903012
Departemen : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Judul : IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
RUMAH SAKIT (SIM RS) DALAM PEMENUHAN
PELAYANAN KESEHATAN (Studi pada Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

Medan, Maret 2015


Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara

Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si


NIP : 196110041986011001 NIP : 196401081991021001

Dekan,
FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


NIP : 196805251992031002

ii
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen


Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara oleh :

Nama : HANINDHITA SANDHYA


NIM : 110903012
Departemen : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Judul : IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
(SIM RS) DALAM PEMENUHAN PELAYANAN
KESEHATAN (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

Yang dilaksanakan pada :


Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : ( ..................................... )

Anggota I : ( ..................................... )

Anggota II : ( ..................................... )

iii3
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas nikmat dan

karuania-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata

1 (S1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “IMPLEMENTASI SISTEM

INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIM RS) DALAM

PEMENUHAN PELAYAN KESEHATAN”.

Terkhusus dan teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua tercinta, Markam Edy Nurcahyo dan Tafipawati, SE. Cinta, doa dan

kasih sayang yang diberikan selalu menyertai dan menjadi penyemangat bagi

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak ada yang dapat menggantikan

semuanya kecuali doa yang penulis panjatkan kepada Allah swt. memberikan

kesehatan dan umur yang panjang kepada kedua orang tua penulis, agar kelak

penulis bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang

telah meluangkan waktu dan memberikan dukungan yang tiada henti sehingga

skripsi ini bisa terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaiakan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

4 iv
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Ridwan Rangkuti, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingannya kepada penulis dan telah bersedia meluangkan

waktunya bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Dosen Penguji skripsi penelitian peneliti.

6. Kepada seluruh Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen

Administrasi Negara khususnya buat Kak Mega dan Kak Dian, yang telah

membantu urusan administratif selama proses perkuliahan dan penyelesaian

skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan

banyak bekal ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan kepada penulis

selama penulis menimba ilmu pengetahuan di Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

8. Ibu Drg. Trisna Prihatin selaku Kepala Seksi Pelayanan Medis yang telah

meluangkan waktu sebagai informan dan banyak membantu dan

memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Tingkat

II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

9. Bapak Letkol Ckm. Suhartono selaku Kepala Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk menjadi informan dalam penelitian ini serta

memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis.

v5
10. Ibu Sri Ermi, Ibu Deny dan Seluruh staf Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan yang telah banyak membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian dan pengumpulan data.

11. Seluruh keluarga dan adik kandung penulis Dhanas Chandra Dwi Ariesta,

terimakasih untuk doa dan dukungan kalian semua kepada penulis selama

perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

12. Kepada kawan-kawan sekelompok magang di Desa Indra Yaman Kecamatan

Talawi Kabupaten Batubara – Sumatera Utara yakni Adynda Fathia, Sheila

Ramani, Dewi Anggiati, Depi Dahniar, Novita Olivia, Erlita Sinaga,

Josua Sitinjak, Felix G. Samosir, Sampai Anugrah, Daniel

Simangunsong dan Khainur Rahman, kalian luar biasa, terima kasih.

13. Fadhilla Dzikra terimakasih untuk persahabatan kita dari awal pendaftaran

ulang kuliah sampai penelitian, semoga selamanya kita tetap bersahabat.

Kepada Beby Yunita, Dian Andrian serta Teman-teman Departemen

Ilmu Administrasi Negara angkatan 2011. Terimakasih sudah berbagi

cerita selama ini dan semoga kita tetap kompak dan solid.

14. Kepada sahabat penulis Debby Kartika, Adenovina, Indhy Fitriyani dan

Dika Pratiwi. Terimakasih atas dukungan semangat dan nasehat motivasi

dari kalian selama ini. Semoga kita semakin kompak.

15. Kepada Seluruh teman-teman PPG Muda-Mudi Medan Barat,

Alhamdulillahi jazakumullahu khoiro untuk doa dan dukungan kalian semua

kepada penulis agar bisa menyelesaikan skripsi ini secepatnya.

vi6
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan, baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari

substansi penulisan. Hal ini karena penulis masih dalam tahap pembelajaran dan

peningkatan pengetahuan serta keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh

pembaca.

Medan, April 2015


Penulis

HANINDHITA SANDHYA

vii7
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
ABSTRAK .....................................................................................................
xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


I.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
I.2. Fokus Masalah ......................................................................................... 9
I.3. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
I.4. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
I.5. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10
I.6. Sistematika Penulisan .............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12


2.1 Kebijakan Publik ...................................................................................... 12
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ........................................................ 12
2.1.2 Proses Kebijakan Publik ............................................................... 13
2.2 Implementasi Kebijakan .......................................................................... 15
2.2.1 Teori Implementasi Kebijakan ..................................................... 16
2.2.2 Model Implementasi Yang Digunakan ........................................ 23
2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 25
2.4 Pelayanan Kesehatan ................................................................................ 30
2.4.1 Bentuk Pelayanan Kesehatan ....................................................... 32
2.4.2 Asas Pelayanan Kesehatan ........................................................... 33
2.4.3 Rumah Sakit ................................................................................. 34
2.4.4 Instalasi Rawat Inap ..................................................................... 39
8
viii
2.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) ............................. 39
2.5.1 Sistem Informasi Manajemen ....................................................... 39
2.5.1 Sistem Informasi Rumah Sakit ...................................................... 41
2.5.3 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) ................. 41
2.6 Definisi Konsep ....................................................................................... 47
2.7 Defenisi Operasional ................................................................................ 49

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 51


3.1. Bentuk Penelitian ..................................................................................... 51
3.2. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 51
3.3. Informan Penelitian .................................................................................. 52
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................ 52
3.5. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 53
3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................ 54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .......................................... 56


4.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan ...................................................................................................... 56
4.2 Letak Gografis Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan ...................................................................................................... 58
4.3 Tugas dan Kewajiban Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan .............................................................................................. 58
4.4 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan .............................................................................................. 59
4.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan ...................................................................................................... 59
4.6 Jenis Pelayanan Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan ...................................................................................................... 62
4.7 Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan ................................................................................ 65
4.8 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ......................................................... 66

BAB V PENYAJIAN HASIL PENELITIAN ............................................. 70

5.1 Data Primer .............................................................................................. 70


9
ix
5.1.1 Karakteristik Informan ................................................................. 71
5.1.2 Karakteristik Responden................................................................ 72
5.1.3 Data Hasil Penelitian .................................................................... 75
5.2 Data Sekunder .......................................................................................... 102

BAB VI ANALISIS DATA ........................................................................... 129


6.1 Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
................................................................................................................... (SIM

RS) ........................................................................................................... 130

6.2 Analisis Hubungan antar Variabel ........................................................... 153

BAB VII PENUTUP ...................................................................................... 158


7.1 Kesimpulan .............................................................................................. 158
7.2 Saran ........................................................................................................ 161

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 163


LAMPIRAN ................................................................................................... 168

10 x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Ruangan Rawat Inap .................................................................... 63


Tabel 5.1 Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 72
Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Usia ........................................ 73
Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ............................. 73
Tabel 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................ 74
Tabel 5.5 Identitas Responden Berdasarkan Lama Dirawat ........................ 75
Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan
Pada Saat Melakukan Pendaftaran Sebagai Pasien ..................... 87
Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesulitan
Pada Proses Pendaftaran Pasien Di Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan .............................. 88
Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengurusan
Administrasi Di Rumah Sakit (Seperti Registrasi Dan Apotek)
....................................................................................................... 89
Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan
Peralatan Dan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ............................... 90
Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan
Obat - Obatan Yang Ada Di Apotek Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ................................ 91
Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan
Pelayanan Yang Diberikan Pada Saat Diputuskan Untuk
Menjalani Rawat Inap .................................................................. 92
Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi Yang
Diberikan Pada Saat Sebelum Ataupun Sesudah
Pelayanan Diberikan .................................................................... 93
Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan
Para Perawat Yang Melayani ....................................................... 94
Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan
Administrasi Yang Diterima Tidak Berbelit-Belit
Dan Menyulitkan .......................................................................... 95
11
xi
Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman
Peraturan Keuangan Sebelum Masuk Ruang Perawatan ............. 96
Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan
Dan Ketepatan Pelayanan Yang Diberikan Selama Dirawat ...... 97
Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Tenaga
Medis Yang Ada Telah Mengetahui Catatan Medis
Pasien Sebelumnya ....................................................................... 98
Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Transparansi
Biaya, Menjelaskan Perihal Biaya Yang Dikenakan Ke Pasien
Secara Rinci .................................................................................. 99
Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pembayaran
Biaya Perawatan Selama Dirawat ................................................ 100
Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian
Administrasi Selama Dirawat Hingga Menjelang Pulang ............ 101
Tabel 5.19 Jumlah Petugas SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri ........... 105

12xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Proses Kebijakan Publik ............................................................... 14


Gambar 2.Model Implementasi George C. Edwards III ................................. 19
Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn ........ 21
Gambar 2.4 Implementasi kebijakan Menurut Grindle ................................... 23
Gambar 2.5 Bentuk dasar sistem ..................................................................... 40
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan Hijau Kesdam I/BB Medan .......................................... 61
Gambar 5.1Daftar Rawat Inap / IGD .............................................................. 111
Gambar 5.2 Output Daftar Rawat Inap / IGD ................................................ 112
Gambar 5.3Daftar Rawat Jalan ...................................................................... 113
Gambar 5.4Pindah Ruang Rawat Inap ........................................................... 115
Gambar 5.5Input Jasa Rawat Inap .................................................................. 116
Gambar 5.6Home Laboratorium ..................................................................... 116
Gambar 5.7Jasa Laboratorium ....................................................................... 117
Gambar 5.8Home Radiologi ........................................................................... 118
Gambar 5.9 Jasa Radiologi ............................................................................. 119
Gambar 5.10 Penjualan Obat Rawat Inap ....................................................... 120
Gambar 5.11 Manajemen Obat (Farmasi) ....................................................... 121
Gambar 5.12 Pasien Pulang Rawat Inap ......................................................... 123
Gambar 5.13Billing Pasien Rawat Inap .......................................................... 124
Gambar 5.14 Jaringan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau – INFODATA ......................................... 126

xiii13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul Skripsi


Lampiran 2 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
Lampiran 3 : Jadwal Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 5 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 6 : Berita Acara Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 7 : Surat Izin Permohonan Penelitian dari FISIP USU
Lampiran 8 : Surat Izin Melakukan Penelitian dari Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan
Lampiran 9 : Surat Izin Selesai Penelitian dari Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan
Lampiran 10 : Daftar Pertanyaan Wawancara
Lampiran 11 : Transkrip Wawancara
Lampiran 12 : Daftar Kuesioner
Lampiran 13 : Jawaban Kuesioner dari Pasien
Lampiran 14 : PERMENKES No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)
Lampiran 15 : Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No:
SK/MKI/10/12/2014 tentang Kebijakan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit
Lampiran 16 : Dokumentasi Penelitian

14
xiv
ABSTRAK

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) Dalam


Pemenuhan Pelayanan Kesehatan (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

Nama : Hanindhita Sandhya


NIM : 110903012
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara)
Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S

Meningkatnya kebutuhan akan pengolahan informasi yang efisien, efektif


dan akuntabel, dibutuhkan sarana berupa sistem informasi. Sistem Informasi dapat
dimanfaatkan juga untuk membantu dalam memperlancar dan mempermudah
pembentukan kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia. Atas dasar
inilah Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan mengenai kewajiban
penyelenggaraan SIM RS disetiap Rumah Sakit melalui Permenkes No.82 Tahun
2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiamana pelaksanaan
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan terutama
pada instalasi rawat inap, agar ditemukan sejauh mana dan hambatan apa saja
yang ada pada pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)
tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
eksplanatif, yakni bertujuan untuk menjelaskan dua atau lebih variabel. Variabel
tersebut yakni 4 variabel implementasi kebijakan George C. Edward III, yakni
komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 30 orang
pasien yang sedang menjalani rawat inap.
Implementasi SIM RS di seluruh rumah sakit di Indonesia, berkendala pada
sumberdaya baik itu manusia maupun fasilitas. Namun, Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan selangkah lebih maju, pihak rumah sakit telah
mengadakan pelatihan dan pendidikan terhadap penggunaan sistem sebelum
sistem tersebut dipasang. Mengingat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB merupakan rumah sakit pemerintah yang berada dibawah pengelolaan TNI-
AD, nilai-nilai kedisplinan yang dijunjung dalam TNI-AD tercermin dari
pelayanan kesehatan yang diberikan, begitu juga dalam pemilihan vendor aplikasi
SIM RS, pihak rumah sakit memilih yang dapat mengakomodir kebutuhan
mereka.
___________________________
Keywords : Implementasi Kebijakan, Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIM RS), Pelayanan Kesehatan, Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan

15xv
ABSTRAK

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) Dalam


Pemenuhan Pelayanan Kesehatan (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

Nama : Hanindhita Sandhya


NIM : 110903012
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara)
Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S

Meningkatnya kebutuhan akan pengolahan informasi yang efisien, efektif


dan akuntabel, dibutuhkan sarana berupa sistem informasi. Sistem Informasi dapat
dimanfaatkan juga untuk membantu dalam memperlancar dan mempermudah
pembentukan kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia. Atas dasar
inilah Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan mengenai kewajiban
penyelenggaraan SIM RS disetiap Rumah Sakit melalui Permenkes No.82 Tahun
2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiamana pelaksanaan
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan terutama
pada instalasi rawat inap, agar ditemukan sejauh mana dan hambatan apa saja
yang ada pada pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)
tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
eksplanatif, yakni bertujuan untuk menjelaskan dua atau lebih variabel. Variabel
tersebut yakni 4 variabel implementasi kebijakan George C. Edward III, yakni
komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 30 orang
pasien yang sedang menjalani rawat inap.
Implementasi SIM RS di seluruh rumah sakit di Indonesia, berkendala pada
sumberdaya baik itu manusia maupun fasilitas. Namun, Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan selangkah lebih maju, pihak rumah sakit telah
mengadakan pelatihan dan pendidikan terhadap penggunaan sistem sebelum
sistem tersebut dipasang. Mengingat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB merupakan rumah sakit pemerintah yang berada dibawah pengelolaan TNI-
AD, nilai-nilai kedisplinan yang dijunjung dalam TNI-AD tercermin dari
pelayanan kesehatan yang diberikan, begitu juga dalam pemilihan vendor aplikasi
SIM RS, pihak rumah sakit memilih yang dapat mengakomodir kebutuhan
mereka.
___________________________
Keywords : Implementasi Kebijakan, Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIM RS), Pelayanan Kesehatan, Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan

15xv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan

nasional yang diselenggarakan pada semua bidang kehidupan. Pembangunan

kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Dimana kita ketahui bahwa, salah satu tujuan nasional adalah memajukan

kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yakni

selain pangan, sandang, pangan, pendidikan, lapangan kerja dan ketentraman

hidup, ada juga yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting

bagi manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit

dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sejahtera

dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi

setiap penduduk merupakan tujuan pembangunan kesehatan dan juga menjadi

tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta untuk

terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian, pembangunan

kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang pada gilirannya mendukung percepatan pencapaian

sasaran pembangunan nasional.

Dalam hal pembangunan kesehatan, sudah menjadi tanggung jawab

Pemerintah dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan

1
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat. Upaya Kesehatan diselenggarakan dalam bentuk pencegahan

penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit

(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilakukan oleh pemerintah

dan masyarakat. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan

pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.

Karena, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi

utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan

pemulihan bagi pasien.

Berdasarkan SK Kasad Nomor: Skep/189/IV/2000, Rumah sakit TNI

adalah sebuah lembaga kesehatan Tentara Nasional Indonesia yang memiliki

organisasi, staf dan fasilitas medis yang tetap dan dapat memberikan pelayanan

kesehatan di bidang preventif, kuratif dan rehabilitatif medis terbatas kepada

anggota TNI dan PNS beserta keluarganya. Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Medan

merupakan Rumah Sakit diwilayah kerja Kodam I/BB dengan susunan Organisasi

telah ditetapkan berdasarkan SK Kasad Nomor Skep/69/XII/2004 tentang

organisasi dan tugas Kesdam I/BB termasuk Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau dan

termasuk ke dalam kalsifikasi Rumah Sakit kelas B. Rumah sakit ini termasuk

besar dimana memiliki kapasitas tempat tidur pada ruang rawat inap sebanyak 226

tempat tidur. Dokter yang melayani di rumah sakit ini juga terhitung banyak dari

rata-rata jumlah dokter dirumah sakit yang ada di Sumatera Utara, yakni 70 dokter

dengan 26 diantaranya adalah Dokter Umum dan sebanyak 44 orang adalah

Dokter Spesialis. Pelayanan yang tersedia terdiri dari Departemen Bedah, Gawat

darurat dan Anestesi, Departemen Obsteri dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Anak,

2
Departemen Penyakit Dalam, Jantung dan Paru-paru, Departemen Mata, THT dan

Kulit, Departemen Gigi dan Mulut, Departemen Penyakit Syaraf dan Jiwa dan

penunjang medis lainnya.

Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau dituntut untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang profesional yang semakin hari semakin tinggi. Namun ada

kesulitan yang dialami sama seperti Rumah Sakit lainnya di Indonesia, kesulitan

itu antara lain adalah dalam pengelolaan informasi baik untuk kebutuhan internal

maupun eksternal, sehingga perlu diupayakan peningkatan pengelolaan informasi

yang efisien, cepat, mudah, akurat, murah, aman, terpadu dan akuntabel.

Meningkatnya kebutuhan akan pengolahan informasi yang efisien, efektif

dan akuntabel, dibutuhkan sarana berupa sistem informasi. Pesatnya kemajuan

teknologi di bidang informasi telah melahirkan perubahan tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini, peran dan fungsi

pelayanan data dan informasi yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit sebagai salah

satu unit kerja pengelola data dan Informasi, dituntut untuk mampu melakukan

berbagai penyesuaian dan perubahan. Salah satu bentuk penerapannya melalui

sistem pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui penggunaan

Sistem Informasi berbasis komputer.

Sistem Informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan

informasi dengan lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu,

aman dan efisien, khususnya membantu dalam memperlancar dan mempermudah

pembentukan kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan

khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia. Banyak

Rumah Sakit yang telah berupaya untuk membangun dan mengembangkan sistem

3
informasi, namun sebagian mengalami kegagalan, dan sebagian Rumah Sakit

memilih untuk melakukan kerja sama operasional (outsourcing) dengan biaya

yang relatif besar yang pada akhirnya ikut membebani biaya kesehatan bagi

pasien masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Direktorat Jenderal yang

menyelenggarakan urusan di bidang Bina Upaya Kesehatan Kementerian

Kesehatan memandang perlunya membangun kerangka acuan kerja (framework)

dan perangkat lunak (software) aplikasi sistem informasi Rumah Sakit yang

bersifat sumber terbuka umum (open source generic) untuk Rumah Sakit di

Indonesia. Yang berwujud dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIM RS) dan merupakan suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang

memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit

dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk

memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem

Informasi Kesehatan, yakni seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,

indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling

berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan

yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.

Sesuai dengan yang diamanahkan pada PERMENKES no.82 tahun 2013,

setiap Rumah Sakit wajib melakukan penerapan dan pengembangan SIM RS. SIM

RS yang ada harus dapat berinteraksi dengan program Pemerintah dan Pemerintah

Daerah, serta aplikasi lainnya yang merupakan bagian dari Sistem Informasi

Kesehatan, yang dilaksanakan dalam bentuk kemampuan komunikasi data

dengan:

4
a. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK

BMN)

b. Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

c. Indonesia Case Base Group’s (INACBG’s)

d. aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemerintah

e. sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Penerapan SIMRS meliputi seluruh komponen kegiatan rumah sakit, mulai

dari pelayanan utama sampai pelayanan administrasi yang ada pada Rumah Sakit.

Yang dimaksud pelayanan utama pada Rumah Sakit meliputi proses pendaftaran,

proses rawat (jalan dan inap) dan proses pulang. Sedangkan pelayanan

administrasi meliputi perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan

stok/inventory, pengelolaan aset, pengelolaan sumberdaya manusia, pengelolaan

uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya).

Di Kota Medan sendiri, terdapat banyak rumah sakit yang telah

menerapkan SIMRS, diantaranya adalah Rumah Sakit TK II Kesdam-1 / BB,

Rumah Sakit Dr. GL Tobing, Rumah Sakit Dr. Abdul Malik Lanud, Rumah Sakit

Dewi Maya, Rumah Sakit Bersalin Chandra, Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda

Zahara Rumah Sakit Bina Sejahtera, Rumah Sakit Umum Bina Persada, Rumah

Sakit Jiwa Bina Atma, Rumah Sakit Bhakti, Rumah Sakit Murni Teguh Memorial

Hospital, Rumah Sakit Bersalin Klinik Umum Milala, Rumah Sakit Bunda

Thamrin, Rumah Sakit Nur Sa’adah, Rumah Sakit Advent , Rumah Sakit Umum

Tembakau Deli, Rumah Sakit Umum Siti Hajar , Rumah Sakit Umum Sari

Mutiara, Rumah Sakit Umum Sarah, Rumah Sakit Santa Elisabeth, Rumah Sakit

Umum Permata Bunda, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi, Rumah Sakit Adenin

5
Adenan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Rumah Sakit Martha

Friska dan Medan Eye Center.

Begitu banyaknya rumah sakit dikota Medan yang telah menerapkan

pelaksanaan SIM RS, namun tidak sedikit dari rumah sakit tersebut mendapatkan

kendala atau hambatan dalam pelakasanaan SIM RS. Hal ini terlihat dari hasil

beberapa penelitian yang dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Julia Megawarni (2013) dalam Skripsinya yang berjudul

Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit

Martha Friska Multatuli Medan mengemukakan bahwa adapun hambatan umum

yang ada pada pelaksanaan SIM RS adalah sebagai berikut :

a. Kekurangan pada SDM adalah masih kurangnya keahlian operator SIMRS.

b. Kekurangan pada hardware adalah lambatnya cara kerja dari komputer.

c. Kekurangan pada software adalah tidak adanya pembaharuan program secara

berkala.

d. Keterbatasan teknis lainnya seperti kurangnya kestabilan voltase listrik dan

sering adanya pemadaman aliran listrik.

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Rara Syafara (2009) dalam

Skripsinya yang berjudul hambatan dalam pelaksanaan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi Medan, hambatan yang

ada selain yang disebutkan diatas adalah pada data, dimana pengaksesan data

yang dilakukan operator di unit terkait SIMRS sebagian besar tidak lengkap.

Pelaksanaan SIMRS di RSU Dr. Pirngadi Medan sejauh ini cenderung

dimanfaatkan untuk mempermudah pentransferan data yang terbatas pada instalasi

rawat jalan saja.

6
Ternyata tidak hanya rumah sakit yang ada dikota Medan saja yang masih

memiliki kendala, pelaksanaan SIM RS di rumah sakit yang ada diluar kota

Medan juga masih terdapat kendala, yakni terdapat pada penelitian yang

dilakukan oleh Titania (2012) dalam skripsinya yang berjudul evaluasi sistem

informasi manajemen di bagian rawat jalan rumah sakit Bhakti Yudha Depok,

permasalahan yang diungkapkannya adalah apabila terjadi kendala yang tidak

umum pada berjalannya sistem aplikasi, pihak operator SIM RS tidak dapat

melakukan perbaikan karena tidak menemukan sumber kode (source code) sistem

pada aplikasi tersebut hal ini dikarenakan pihak vendor tidak memberikan source

code tersebut.

Dari beberapa hasil penelitian tersebutm ternyata pelaksanaan SIM RS di

rumah sakit yang ada di Indonesia memang masih belum maksimal, maka dari itu

peneliti memilih untuk melakukan peneltian mengenai SIM RS disalah satu rumah

sakit milik TNI-AD yang ada dikota Medan yakni Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan. Pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan, SIM RS sebenarnya sudah telah dilaksanakan sejak tahun 2012,

namun pada saat ini pihak Rumah Sakit telah melakukan pergantian vendor SIM

RS dari yang lama ke vendor SIM RS yang baru, hal ini dilakukan karena adanya

kendala yang dirasakan pada vendor SIM RS yang lama, yakni tidak dapat

menyajikan output secara otomatis, artinya petugas Rumah Sakit masih harus

melakukan pencatatan ulang secara manual untuk mendapatkan data atau

informasi mengenai Rumah Sakit, jadi petugas atau pegawai Rumah Sakit hanya

bisa melakukan input data tetapi tidak ada output dari pemasukan data tersebut.

Hal ini tentu membutuhkan proses yang lama, mengingat Rumah Sakit Tingkat II

7
Putri Hijau Kesdam I/BB termasuk Rumah Sakit dengan fasilitas kelas dua yang

cukup besar dan memiliki jumlah pasien diatas 150 orang setiap bulannya.

Dengan banyaknya Rumah Sakit di Kota Medan yang sudah menerapkan

SIMRS dan atas dasar pernyataan dari pihak Rumah Sakit Tingkar II Putri Hijau

mengenai pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang

telah ada, peneliti merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang

pelaksanaannya disalah satu Rumah Sakit tersebut, maka peneliti memilih Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB sebagai tempat untuk mendapatkan

infromasi secara langsung tentang berbagai hal yang merupakan kaitan dari

pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dan juga

sebagai yang tertuang dalam judul penelitian ini yaitu :

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

(SIMRS) DALAM PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH

SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN.

I.2. Fokus Masalah

Penelitian ini memiliki fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam

melakukan penelitian. Adapun fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana implementasi PERMENKES No. 82 Tahun 2013 tentang

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dalam pemenuhan

pelayanan kesehatan terutama pada ruang rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

I.3. Rumusan Masalah

8
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana proses pelaksanaan

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit TK.II Putri

Hijau dalam memenuhi pelayanan kesehatan.”

I.4. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun

tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui seperti

apa pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam pemenuhan pelayanan

kesehatan terutama pada instalasi rawat inap, agar ditemukan sejauh mana dan

hambatan apa saja yang ada pada pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIM RS) tersebut.

I.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi Strata-1 di

Departemen Ilmu Adminsitrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

2. Bagi penulis, untuk menambah wawasan tentang pelaksanaan program

pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit selain program jaminan sosial.

3. Bagi instansi terkait, dapat menjadi masukan terhadap peningkatan

penyelenggaraan program tersebut.

4. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) selanjutnya.

9
I.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat kerangak teori, temuan berdasarkan penelitian

terdahulu, definisi konsep serta defisni operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai karakteristik lokasi

penelitian.

BAB V PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil data – data yang diperoleh di

lapangan.

BAB VI ANALISIS DATA

Bab ini merupakan tempat melakukan analisis data yang diperoleh

saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan

yang diajukan.

BAB VII PENUTUP

10
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan

dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi

kebijakan.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Istilah kebijakan atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku

seseorang aktor (misalnya seorang pejabat, atau kelompok maupun suatu badan

pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Definisi

kebijakan publik sendiri menurut para ahli sangan beragam. Menurut Easton

dalam Tangkilisan (2003: 2) memberikan pengertian kebijakan publik sebagai

pengalokasian nilai – nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang

keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan

sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari

sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian

nilai–nilai kepada msayarakat.

Thomas R. Dye dalam Tangkilisan (2003: 1) memberikan pengertian dasar

mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang

dilakukan oleh pemerintah. Konsep ini sangat luas karena kebijakan publik

mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang

dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik.

Menurut Laswell dan Kaplan dalam Subarsono (2005: 3) mengemukakan

bahwa kebijakan publik hendakanya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktek-praktek

sosial yang ada dalam masyarakat. Ini berarti kebijakan publik tidak boleh

bertentangan dengan nilai-nilai dan praktek sosial yang ada dalam masyarakat.

12
Ketika kebiajkan publik berisi nilai – nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai

yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat

resistensi ketika diimplementasikan.

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor

atau bidang pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang pendidikan,

pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Maka dapat

disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang menjadi

keputusan pemerintah ketika menghadapi suatu masalah publik.

2.1.2 Proses Kebijakan Publik

Proses kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang

dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis merupakan

serangkaian kegiatan yang mencakup penyususnan agenda, formulasi kebijakan,

adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Sedangkan

aktivitas perumusan masalah, forcaseting, rekomendasi kebijakan, monitoring dan

evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual. Karena

kebijakan memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji, kebijakan

memiliki tahap-tahap yang cukup kompleks, seperti yang dikemukakan oleh

William Dunn dalam Dwiyanto (2009: 20), tahap-tahap tersebut adalah :

13
Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik

PERUMUSAN
KEBIJAKAN Penyusunan Agenda

REKOMENDASI Formulasi Kebijakan

PEMANTAUAN Adopsi Kebijakan

PERAMALAN Implementasi
Kebijakan

PENILAIAN Penilaian Kebijakan

Sumber : Subarsono 2005

1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Masalah yang diangkat kemudian ditempatkan pada agenda publik. Namun

sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat

masuk ke dalam agenda kebijakan.

2. Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah – masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

berbagai alternatif yang ada.

3. Adopsi Kebijakan

14
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga

atau keputusan peradilan.

4. Implementasi Kebijakan

Program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah

harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan atau unit-unit

pemerintah yang memobilisasikan sumber daya finanasial dan manusia.

5. Evaluasi Kebijakan

Kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat

sejauh mana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah, dengan

menentukan kriteria atau ukuran yang menajdi dasar penilaian apakah

kebijakan publik tersebut telah meraih dampak yang diinginkan.

2.2 Implementasi Kebijakan

Patton dan Savichi dalam Tangkilisan (2003: 29) menyebutkan bahwa

implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk

merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk

mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah

diseleksi.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan

publik. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi

15
kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau

diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap

implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana

disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002:

102).

Ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan

maupun ketidakberhasilan dari suatu kebijakan publik akan diketahui. Suatu

kebijakan publik dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu

menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Menurut Tangkilisan (2003: 18), ada 3

(tiga) kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan yaitu :

a. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna program ke dalam

pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan

b. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program

kedalam tujuan kebijakan.

c. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah

dan lain- lainnya.

2.2.1 Teori Implementasi Kebijakan

Berikut teori yang menjelaskan implementasi kebijakan (Subarsono, 2005:

89), yaitu :

1. Teori George C. Edwards III (1980)

George C. Edwards menyatakan bahwa ada empat faktor yang

mempengaruhi implementasi kebijakan:

16
1) Komunikasi

Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam mengimplementasi

kebijakan/program telah mentransmisikan (mengirimkan) perintah-perintah

implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat kepada kelompok

sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Perintah yang diterima

harus jelas, apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan

tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan

terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2) Sumberdaya

Sumberdaya dapat berwujud, Sumber Daya Manusia yang sangat diperlukan

dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan SDM itu untuk

menjalankan sebuah kebijakan. Sumberdaya manusia tersebut membutuhkan

informasi yang berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan

dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah.

Kemudian, selain sumberdaya manusia, diperlukan juga sumberdaya

financial, yang dapat berupa kewenangan atau otoritas yaitu hak untuk

mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana

dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa,

pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga, atau bisa juga disebut

dengan adanya fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai

persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau

program.

17
3) Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh

implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan

dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika

implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat

kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

4) Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek

struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang

standard (SOP) yang menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam

bertindak.

18
Gambar 2.2 Model Implementasi George C. Edwards III

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi

Sumber : Subarsono, 2005

2. Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn (1975)

Van Meter dan Van Horn (Subarsono, 2005: 99) menerapkan model

implementasi dengan lebih memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan

Horn, ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

1) Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak

dicapai oleh program atau kebijakan, maka dari itu harus jelas dan terukur

sehingga dapat direalisir. Apabila terjadi kekaburan, maka yang akan terjadi

adalah multiinterpretasi dan memudahkan timbulnya konflik diantara para agen

implementasi.

2) Sumber daya

19
Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial atau non-

manusia dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

3) Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program implementasi sebuah program perlu dukungan dan

kordinasi dengan instansi lain.

4) Karakterisktik agen pelaksana

Birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam

birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat

mendukung keberhasillam implementasi kebijakan, sejauhmana kelompok-

kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi impelementasi kebijakan,

kharakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat

opini publik yang ada dilingkungan, dan apakah elit politik mendukung

implementasi kebijakan.

6) Disposisi implementor

Disposisi impelementor mencakup tiga hal yang penting, yakni :

a. Respon impelementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan,

b. Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan

20
c. Intensitas disposisi impelementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh

implementor.

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber : Subarsono, 2005

3. Teori Merilee S. Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut Grindle (Subarsono, 2005: 93)

dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan (content of policy) dan

konteks implementasi (context of implementation). Isi kebijakan mencakup

tentang:

a. Sejauhmana kepentingan kelompok sasaran yang termuat dalam isi kebijakan.

b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan dan diterima oleh kelompok sasaran.

c. Derajat perubahan yang diinginkan, suatu program yang bertujuan mengubah

sikap dan ilaku kelompok sasaran relatif sulit diimplementasikan daripada

21
program yang sekedar memberikan bantuan kredit atau bantuan beras kepada

kelompok masyarakat miskin.

d. Apakah letak sebuah program sudah tepat.

e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci.

f. Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.

Sedangkan variabel konteks lingkungan mencakup :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dna strategi yang dimiliki oleh para

aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

b. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa.

c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

22
Gambar 2.4 Implementasi kebijakan Menurut Grindle

Tujuan
Kebijakan
Melaksanakan kegiatan
Dipengaruhi oleh:
(a) Isi kebijakan
1. Kepentingan yang dipengaruhi
2. Tipe manfaat
3. Derajat perubahan yang diharapkan
4. Letak pengambilan keputusan Hasil kebijakan
5. Pelaksana program a. Dampak pada
6. Sumber daya yang dilibatkan
masyarakat individu
(b) Konteks kebijakan
1. Kekuasaan, kepentingan dan dan kelompok
strategi aktor yang terlibats b. Perubahan dan
2. Karakteristik lembaga & penguasa penerimaan oleh
3. Kepatuhan dan daya tanggap masayarakat

Tujuan yang
ingin dicapai

Program aksi dan


proyek individu
yang didesain
dan dibiayai

Program yang dijalankan


seperti direncanakan?

Mengukur Keberhasilan

Sumber : Subarsono, 2005

2.2.2 Model Implementasi Yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan model teori implementasi

George C.Edward (Subarsono, 2005: 89) yang dipengaruhi oleh empat variabel,

yakni:

a. Komunikasi

Komunikasi adalah syarat utama dalam organisasi. Komunikasi mencakup

hubungan antar organisasi pelaksana implementasi. Komunikasi yang baik

meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten, menyeluruh

23
serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam proses implementasi

dan bentuk koordinasi yang dilakukan, apakah koordinasi horizontal atau vertikal.

b. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan

merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Sumber daya manusia, sumber daya

dana, dan fasilitas, Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan sangat

mempengaruhi pelaksanaan implementasi kebijakan tersebut.

c. Disposisi

Disposisi atau sikap para pelaksana merupakan sikap penerima atau

penolakan dari agen pelaksana merupakan sikap penerima atau penolakan dari

agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

kebijakan publik.

d. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi

pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya tanggung jawab

dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2.3 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan atas isu yang ada dalam penelitian ini akan

dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Implementasi Sistem

24
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang ada di beberapa kota di

Indonesia dan dilakukan oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca

diantaranya ditemukan masih adanya masalah dalam pelaksanaan SIM RS

tersebut yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Julia Megawarni (2013) dalam

skirpsinya yang berjudul pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan, mengemukakan bahwa

hambatan dalam pelaksanaan SIMRS adalah sebagai berikut :

a. Kekurangan pada SDM adalah masih kurangnya keahlian operator SIMRS

terutama di instalasi pendaftaran/penerimaan dan rekam medis. Hal ini

mungkin disebabkan staf masih kurang mampu untuk menggunakan SIMRS

secara langsung dikarenakan kurangnya pelatihan yang diikuti. Upaya yang

dilakukan untuk menangani kekurangan ini adalah melakukan pelatihan

kepada staf baru.

b. Kekurangan pada hardware adalah lambatnya cara kerja dari komputer yang

digunakan dikarenakan kemampuan memori yang kurang dan terlalu banyak

data yang akan di entri.

c. Kekurangan pada software adalah dalam melakukan pembaharuan program

secara berkala perlu pemanggilan seorang staf dari penyedia software yang

pada kenyataannya tidak melakukannya secara berkala.

d. Keterbatasan teknis lainnya juga terjadi dalam pelaksanaannya seperti

kurangnya kestabilan voltase listrik dan sering adanya pemadaman aliran

listrik. Hal ini mengakibatkan sering terjadi arus hubungan pendek/korsleting,

terganggunya kinerja komputer, dan dapat langsung merusak komponen

komputer serta sistem akan langsung mati sehingga tidak dapat dipergunakan

25
untuk melayani dan mengolah data pasien. Hal tersebut berdampak pada masa

operasional (lifetime) software dan hardware dari komputer yang digunakan.

Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah teknis ini adalah dengan

menggunakan alat stabilisator, memasang alat yang bernama Uninterruptible

Power Supply (UPS) merupakan sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat

memberikan daya lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati, dan juga

alat otomatisasi genset yang berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis

jika ada pemadaman listrik.

Mengenai hambatan pada sumberdaya manusia, hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Roslenni Sitepu (2004) di SIMRS di RSUP Haji

Adam Malik Medan yakni unsur yang paling rendah hasilnya adalah unsur

sumberdaya manusia, sesuai dengan masih banyak sumberdaya mnusia yang

belum mengikuti pelatihan dalam hal ini berhubungan dengan pelatihan

komputerisasi. Masalah lain yang sama juga ditemukan yaitu kurangnya stabil

voltase listrik dan sering adanya pemadaman aliran listrik.

Selain rumah sakit di kota Medan yang memiliki masalah diatas, ternyata

tidak jauh beda dengan pelaksanaan SIM RS yang ada di luar kota Medan seperti

di pulau Jawa yang juga memiliki masalah yang hampir sama, penelitian yang

Indra Gunawan (2013) mengatakan adanya kendala pada sumberdaya manusia

yang ada pada RSUD Brebes yakni belum semua sumberdaya manusia melakukan

input data pada SIM RS dan belum memahami pelaporan SIRS Online Kemenkes

RI. Kemudian adapun langkah yang harus ditemputh pihak rumah sakit adalah

melakukan perbaikan dari sisi sumberdaya manusia, dengan melakukan

pendidikan & pelatihan SIM RS, penambahan dan perbaikan sarana prasarana,

26
serta dibuatkannya SOP dan kebijakan tertulis dari pimpinan rumah sakit terkait

dengan pelaksanaan SIM RS di RSUD Brebes.

Penelitian yang dilakukan pada rumah sakit di Depok oleh Titania (2012)

dalam skripsinya yang berjudul evaluasi sistem informasi manajemen di bagian

rawat jalan rumah sakit Bhakti Yudha Depok, permasalahan yang

diungkapkannya selain masalah umum seperti diatas adalah apabila terjadi

kendala yang tidak umum pada berjalannya sistem aplikasi, pihak operator SIM

RS tidak dapat melakukan perbaikan karena tidak menemukan sumber kode

(source code) sistem pada aplikasi tersebut hal ini dikarenakan pihak vendor tidak

memberikan source code tersebut. Akibatnya, pihak operator SIM RS di rumah

sakit tersebut tidak dapat mengubah bahasa pemrograman.

Dari beberapa penelitian tersebut terungkap bahwa pelaksanaan SIM RS

yang ada di Indonesia memang belum semuanya berjalan dengan baik, masih

terdapat hambatan yang umum terjadi disetiap rumah sakit yang ada di Indonesia.

Dikemukakan dalam jurnal Etty Ernawati (2012) yaitu permasalahan yang

menghambat dan menjadi kendala bagi pengembangan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Indonesia bukan menjadi penghalang

bahwa teknologi ini tidak digunakan dan dikembangkan. Setiap Rumah Sakit

yang memiliki hambatan dan kendala dalam pengembangan SIM RS harus dengan

cepat mengatasi dan menyelesaikannya dengan memberikan pemahaman,

pelatihan dan insentif kepada setiap pegawai yang memanfaatkan SIM RS dengan

lebih optimal. Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

yang optimal, maka akan memberikan banyak manfaat bagi rumah sakit tersebut.

27
Penelitian yang dilakukan oleh Rara Syafara (2009) dalam Skripsinya yang

berjudul hambatan dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi Medan, mengemukakan adapun manfaat yang

dapat dirasakan sejauh ini setelah diterapkannya SIMRS di rumah sakit tersebut

yaitu memberikan data-data yg akurat dan segera, memberikan kepastian harga

pada pasien, mempercepat pelayanan pada pasien dan mengatur sistem keuangan

yang jelas dan transparan.

Menurut Kuhn dalam skripsi Titania (2012), kesuksesan sebuah proyek

80% bergantung pada pengembangan keterampilan sosial dan politik dari

pengembang dan 20% bergantung dari implementasi teknologi hardware dan

software. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan dari rumah sakit sebagai

salah satu pemeran dalam pengembangan rumah sakit memiliki andil yang besar

dalam menentuka kesuksesan SIMRS.

Kemudian didalam Titania (2012) dikutip lagi mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi implementasi SIM RS menurut Amin, Hussein dan Isa, yaitu

sebagai berikut :

1. Pada tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang merupakan area strategik, dimana implementasi

membutuhkan perencanaan yang baik dari pihak manajemen. Selanjutnya,

kontribusi manajemen yang efektif terhadap proses implementasi

bergantung pada asupan infromasi yang berkelanjutan mengenai kinerja

sistem. Jika manajemen pada proses implementasi tidak dapat mensuplai

28
proses implementasi dengan tambahan sumberdaya dan kompetensi yang

dibutuhkan, dapat dikatakan proses tersebut gagal.

Diperlukan pengembangan yang berkelanjutan tidak hanya pada saat

awal implementasi SIM RS, namun setelah sistem telah berjalan. Hal ini

disebabkan oleh kondisi rumah sakit yang senantiasa berubah, sehingga

seringkali membutuhkan penyesuaian secara teknis untuk dapat

mempertahankan kinerja sistem yang optimal. Jika manajemen kurang

memperhatikan kompleksitas dari rutinitas klinis dan pentingnya pengguna

untuk diikutsertakan pada proses implementasi SIMRS, hasil yang akan

diperoleh adalah inefisiensi dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja

rumah sakit.

2. Pada tujuan jangka menengah

Jangka menengah merupakan area taktis, dimana sistem perlu untuk fit

dengan alur kerja klinis yang sering kali berbeda antara pengembang sistem

dan manajer, dan tim yang ada pada pelayanan. Kelebihan dan kekurangan

implementasi sistem bergantung pada nilai yang dapat mereka berikan pada

pengguna akhir dan penyesuaian hubungan antara tugas pekerjaan dari

pengguna yang berbeda harus menjadi perhatian.

3. Pada tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek merupakan area operasional harian. Hal ini

diobservasi pada kasus dimana implementasi SIM RS tidak bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan pasien karena praktisi cenderung untuk

29
tidak mau menggunakan sistem. Kecenderungan ini juga berkaitan dengan

apakah klinisi dilibatkan dalam desain dan implementasi atau tidak.

Harmonisasi antara tujuan organisasi dan tujuan klinis individu pada tingkat

penggunaan harian merupakan hal yang penting, terutama karena

interpretasi kemudahan penggunaan sebuah sistem dapat berbeda antara

stakholder dan praktisi pelayanan. Pada berbagai penelitian, partisipasi dan

koalborasi lintas grup pengguna berkaitan kritis dengan implementasi sistem

klinis yang sukses. Profesional dari kedokteran, keperawatan dan disiplin

laboratorium perlu untuk belaajr berkolaborasi dalam pengembangan

SIMRS yang membutuhkan pengalaman personal mereka mengenai fungsi

sistem.

2.4 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan publik yang

termasuk dalam pelayanan dasar yang diselenggarakan oleh Kementerian

Kesehatan. Dalam setiap pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

penyelenggara pelayanan publik harus memenuhi 6 (enam) kriteria penyusunan

dan penetapan standar pelayanan pada pelayanan publik yang ditetapkan dalam

PERMENPAN No. 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan yaitu :

1. Sederhana, yakni standar pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti,

mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan biaya

terjangkau bagi masyarakat maupun penyelenggara.

30
2. Partisipatif, yaitu penyusunan Standar Pelayanan dengan melibatkan

masyarakat dan pihak terkait untuk membahas bersama dan mendapatkan

keselarasan atas dasar komitmen atau hasil kesepakatan.

3. Akuntabel, yakni hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat

dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan kepada pihak yang

berkepentingan.

4. Berkelanjutan yakni standar pelayanan harus terus-menerus dilakukan

perbaikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan inovasi pelayanan.

5. Transparansi yakni standar pelayanan harus dapat dengan mudah diakses

oleh masyarakat.

6. Keadilan yakni standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang

diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status

ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.

Menurut Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

seseorang, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar,1996: 44). Dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus didukung dengan fasilitas pelayanan

kesehatan yakni suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

31
upaya pelayanan kesehatan, yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,

atau masyarakat.

2.3.1 Bentuk Pelayanan Kesehatan

Dalam Undang–Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan

bahwa upaya pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara

terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan diselenggarakan dalam

bentuk :

a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatanmdan/atau serangkaian

kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang

bersifat promosi kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap

suatu masalah kesehatan/penyakit.

c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan

pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian

kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan

untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat

berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan

masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

32
2.3.2 Asas Pelayanan Kesehatan

Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang

memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya

kesehatan ini dicantumkan pada Undang- Undang No 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan, asas pelayanan kesehatan tersebut terdiri dari :

a. asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang

Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

b. asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan

mental, serta antara material dan sipiritual.

c. asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang

sehat bagi setiap warga negara.

d. asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat

memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan

penerima pelayanan kesehatan.

e. asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan

kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai

bentuk kesamaan kedudukan hukum.

f. asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat

memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan

masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.

33
g. asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan

tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.

h. asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan

dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.

2.3.3 Rumah Sakit

Dalam Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 dijelaskan bahwa Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik

tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap

mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008,

jenis-jenis pelayanan minimal yang harus disediakan rumah sakit terdiri dari:

Pelayanan gawat darurat, Pelayanan rawat jalan, Pelayanan rawat inap, Pelayanan

bedah, Pelayanan persalinan dan perinatologi, Pelayanan intensif, Pelayanan

radiologi, Pelayanan laboratorium patologi klinik, Pelayanan rehabilitasi medik,

Pelayanan farmasi, Pelayanan gizi, Pelayanan transfusi darah, Pelayanan keluarga

miskin, Pelayanan rekam medis, Pengelolaan limbah, Pelayanan administrasi

manajemen, Pelayanan ambulans/kereta jenazah, Pelayanan pemulasaraan

jenazah, Pelayanan laundry, Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit,

Pencegah Pengendalian Infeksi.

34
1) Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam

rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayanan rumah sakit:

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik

luas.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas

spesialistik dan subspesialistik luas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2) Pemilik Rumah Sakit

Ditinjau dari pemiliknya maka rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan atas:

a. Rumah Sakit Pemerintah, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

 Pemerintah pusat, Dapat dibedakan atas dua macam :

a) Dikelola Kementerian Kesehatan

b) Dikelola oleh Kementerian lainnya, seperti Kementerian Pertambangan,

Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Perhubungan.

35
 Pemerintah daerah, sesuai dengan UU Pemerintah Daerah No.32 tahun

2004, maka rumah sakit yang berada di daerah di kelola oleh pemerintah

daerah. Pengelola yang dimaksud disini seperti keuangan, dan kebijakan,

seperti pembangunan sarana, pengadaan peralatan, dan operasionalisasi

Rumah Sakit, serta penetapan tarif pelayanan.

b. Rumah Sakit Swasta, sesuai dengan Undang-Undang kesehatan No.36 tahun

2009, beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia juga dikelola oleh pihak

swasta. Sebagai akibat telah dibenarkannya pemilik modal bergerak dalam

perumahsakitan, menyebabkan mulai banyak ditemukannya rumah sakit swasta

yang telah dikelola secara komersial serta yang berorientasi mencari

keuntungan, walaupun untuk yang terakhir ini harus tetap mempertahankan

fungsi sosial rumah sakit swasta tersebut dan menyediakan sekurang-

kurangnya 20% dari tempat tidurnya untuk masyarakat golongan tidak mampu.

3) Kewajiban dan Hak Rumah Sakit

a) Kewajiban :

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada

masyarakat;

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit;

c. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas

pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang

muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa,

atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

36
d. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

e. Menyelenggarakan rekam medis;

f. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak;

g. Melaksanakan sistem rujukan;

h. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika serta peraturan perundang-undangan;

i. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien;

j. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

k. Melaksanakan etika Rumah Sakit;

l. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

m. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional;

n. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

o. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by

laws);

p. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas rumah

sakit dalam melaksanakan tugas; dan

q. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa

rokok.

37
b) Hak :

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai

dengan klasifikasi rumah sakit;

b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif,

dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan

pelayanan;

d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan;

e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan;

g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Universitas Sumatera Utara

h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang

ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.

2.3.4 Instalasi Rawat Inap

Menurut Muninjaya (2004: 232) Rawat inap adalah pelayanan kesehatan

perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik

dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit

pemerintah dan swasta, serta Puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh

karena penyakitnya penderita harus menginap. Sedangkan menurut Wiyono

(2000), pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,

38
perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau kesehatan lainnya

dengan menempati tempat tidur. Batasan tempat tidur adalah tempat tidur yang

tercatat dan tersedia di ruang rawat inap

2.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

2.5.1 Sistem Informasi Manajemen

Menurut Sabarguna (2003: 5), Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan

terdiri dari berbagai faktor yang berhubungan atau diperkirakan berhubungan serta

satu sama lain mempengaruhi yang kesemuanya dengan sadar dipersiapkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Taurany (1986: 41) adapun ciri-

ciri sistem adalah sebagai berikut :

a. adanya tujuan yang jelas

b. mempunyai struktur tertentu

c. terdiri dari kesatuan usaha dari bagian-bagian yang saling tergantung dan

berinteraksi satu sama lain.

Bentuk dasar dari sebuah sistem sangat sederhana, terdiri dari Input, Proses

dan Output.

Gambar 2.5 Bentuk dasar sistem

INPUT PROSE OUTPUT

Sumber : Mukhtar, 2008

Informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisa secara formal, dengan

cara yang benar dansecara efektif, sehingga hasilnya bisa bermanfaat dalam

39
operasional dan manajemen. Sabarguna (2005) menyatakan informasi mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut :

a. data yang telah diolah

b. menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima

c. menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata

d. digunakan untuk mengambil keputusan.

Menurut Hasibuan (2002: 1) mengemukakan bahwa Manajemen adalah

ilmu dan seni yang mengatur prosespemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

Menurut Sutabri (2005: 41), Sistem Informasi Manajemen merupakan

penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-

informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Menurut Drs.

Soetedjo Moeljodihardjo (Sutabri, 2005: 91) mendefinisikan Sistem Informasi

Manajemen sebagai suatu metode untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu

bagi manajemen tentang lingkungan luar organisasi dan kegiatan operasi di dalam

organisasi, dengan tujuan untuk menunjang proses pengambilan keputusan serta

memperbaiki proses perencanaan dan pengawasan.

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi

Manajemen adalah sistem buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari

komponen-komponen manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang

bertujuan untuk menyediakan fungsi-fungsi operasional dan mendukung

pembuatan keputusan manajemen dengan menyediakan informasi yang dapat

40
digunakan oleh pembuat keputusan untuk merencana dan mengontrol kegiatan

perusahaan.

2.5.2 Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem Informasi adalah suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi

yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan

untuk organisasi bisnis dengnan cara menguntungkan. Sistem informasi Rumah

Sakit menurut Sabarguna (2005: 11) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan

pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan

penyimpanana informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk

kegiatan rumah sakit. Penerapan sistem informasi rumah sakit meliputi medik,

perawatan, administrasi dan penunjang. Sistem Informasi Rumah Sakit terdiri atas :

1. Sistem Informasi Administrasi

Merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan administrasi rumah

sakit. Misalnya: billing system, pelaporan data obat-obatan, penggajian, dll.

2. Sistem Informasi Klinik

Merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien

dalam pelayanan medis selama pasien di rumah sakit. Misalnya: sistem yang

membantu pelayanan laboratorium, radiologi, obat-obatan, dll.

3. Sistem Informasi Manajemen

Merupakan sistem informasi yang membantu manajemen rumah sakit dalam

pengambilan keputusan. Misalnya: sistem informasi manajemen pelayanan,

keuangan, dan pemasaran.

Siklus manajemen di rumah sakit penting diperhaitkan dalam hal:

41
a) Permintaan tujuan dan target

b) Memperhatikan kebutuhan pelayanan

c) Alokasi sumber daya

d) Pengendalian mutu pelayanan

e) Evaluasi program

Untuk memenuhi kegiatan manajemen itu diperlukan adanya informasi,

jadi informasi berperan dalam hal pengambilan keputusan.

2.5.3 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

Dalam PERMENKES No. 82 Tahun 2013, Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang

memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit

dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk

memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem

Informasi Kesehatan.

SIM RS sudah harus diadakan oleh setiap rumah sakit oleh karena

teknologi kedokteran kini semakin berkembang, semakin kompleks dan semakin

mahal biayanya, sehingga memerlukan pengawasan yang ketat. Situasi

lingkungan yang mengharuskan pelayanan kesehatan di rumah sakit dilakukan

seefektif dan seefisien mungkin. Teknologi sistem informasi yang semakin

canggih sehingga memungkinkan pengawasan yang ketat dengan biaya yang

wajar.

Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) sering dianggap

sebagai senjata strategik manajemen dalam mengarungi kompetisi yang semakin


42
ketat dalam persaingan produk pelayanan kesehatan. Sistem informasi menyajikan

mengenai kegiatan operasional organisasi kepada para pelaku manajemen,

sehingga dapat dilakukan perencanaan, pengendalian dan pengembangan strategik

organisasi tersebut. Sistem informasi manajemen rumah sakit yang berlangsung

menangkap, menyalurkan dan merekam data untuk di tampilkan sebagai informasi

penting bagi manajemen. (Mahmudin, 2003)

1) Manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

SIM RS sangat bermanfaat dalam membantu meningkatkan kinerja rumah

sakit, dari kegiatan pelayanan sampai kegiatan administratif. Adapun manfaat

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) tersebut terdiri dari :

a) Meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit dimana terjadi

peningkatan pemahaman terhadap sistem

b) Merubah budaya kerja menjadi lebih disiplin, dimana setiap unit akan

bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya.

c) Meningkatkan koordinasi antar unit (Team working), yakni mendukung

kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar bagian/unit dalam rumah sakit.

d) Lebih akurat dan transparan, karena mencegah terjadinya duplikasi data

untuk transaksi-transaksi tertentu yang pasti akan berakibat pada

peningkatan pelayanan.

e) Lebih terintegrasi, bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan

di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan

di pendaftaran saja.

43
f) Peningkatan efisiensi dan efektifitas, yakni waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi akan berkurang serta

mengurangi biaya administrasi

g) Kemudahan pelaporan, yakni hanya memakan waktu dalam hitungan menit

sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut

dan juga kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi yang

membuat efektivitas kerja meningkat.

2) Komponen Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

Dalam pelaksanaan SIMRS terdapat 5 komponen utama yang mendasarinya

(Herlambang,2005: 49), yaitu:

1. SDM (Human Resources)

Sumber Daya Manusia merupakan petugas yang akan menjalankan SIMRS

sesuai dengan fungsi dan jabatan. Secanggih apapun SIMRS yang dibuat,

kalau sumber daya manusia yang ada tidak siap dan belum memiliki

kemampuan yang mencukupi untuk mengoperasikan, kecanggihan sistem

tersebut menjadi tidak berarti.

2. Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware Resources)

Sumber daya berupa perangkat keras yang digunakan dalam sistem

informasi, tidak hanya berupa mesin (komputer, printer, scanner), namun

juga berupa media seperti database (tempat penyimpanan data), disket,

magnetic tape, optical disc, compact disc, flashdisc, atau paper form.

3. Sumber Daya Perangkat Lunak (Software Resources)

44
Sumber daya ini merupakan kumpulan dari perintah/fungsi yang ditulis

dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas

tertentu, yang berupa system software, application software, dan prosedur.

4. Sumber daya jaringan komputer (Network Resources)

Sumber daya jaringan ini mencakup teknologi telekomunikasi seperti

internet, intranet dan ekstranet. Sumber daya jaringan juga disebut juga

Local Area Network (LAN). Sumber daya ini menggunakan server untuk

mendukungnya dan letaknya juga jangan terlalu jauh atau terhalang-halang

untuk mendapatkan jaringan yang mendukung.

5. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan merupakan suatu komponen penting dilakukan, untuk

memantau secara berkala data-data yang dimasukkan, yang bertujuan untuk

menjamin keakuratan informasi yang tersedia.

3) Modul – Modul SIM RS

Untuk memudahkan mengelola data di rumah sakit, diperlukan modul pada

setiap sistem Rumah Sakit, yang terdiri dari Modul pendaftaran dan penerimaan,

Modul Pencatatan Medik, Modul Pelayanan Gawat Darurat, Modul Pelayanan

Rawat Jalan, Modul Pelayanan Rawat Inap, Modul Akuntansi Pasien, Modul

Akuntansi Umum, Modul Sistem Piutang, Modul Sistem Utang, Modul

Penggajian, Modul Apotek, Modul Laboratorium, Modul Radiologi.

Pada proses rawat inap, penerapan modul rawat inap ini terintegrasi dengan

modul rawat jalan dan IGD. Pasien yang bisa didaftarkan ke Pendaftaran Rawat

45
Inap hanya pasien-pasien yang berasal dari Rawat Jalan atau IGD. Modul Rawat

Inap terdiri dari 2 sub modul, yaitu Pendaftaran Rawat dan Kasir Rawat Inap.

4) Syarat Keberhasilan SIM RS

Dalam pelaksanaan SIM RS terdapat hal-hal yang menjadi persyaratan yang

menentukan keberhasilannya (Affandie, 1994: 91), yakni:

1. Adanya komitmen dari pimpinan Rumah Sakit untuk menerapkan teknologi

ini di dalam organisasi dengan segala konsekuensinya;

2. Dukungan moral dan seluruh anggota tim manajemen dan seluruh

karyawan;

3. Pembentukan infrastruktur dengan baik dan benar;

4. Nilai investasi optimum yang sesuai dengan kebutuhan dengan

mempertimbangkan ruang gerak pertumbuhannya;

5. Proses pengembangan yang berjalan secara terus-menerus.

Suatu sistem informasi seharusnya terorganisir dengan baik sehingga dapat

menjalankan fungsinya sebagai alat pendukung bagi kegiatan operasional suatu

organisasi.

2.6 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau

individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Definisi konsep diperlukan

dalam penelitian yakni untuk menggambarkan sebuah fenomena yang hendak

46
diteliti secara tepat (Singarimbun, 2006). Untuk mendapatkan batasan yang jelas

dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan adalah :

1. Kebijakan Publik adalah peraturan pemerintah yang merupakan alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan penyelenggaran pemerintahan negara yang

biasanya didasarkan pada sebuah regulasi atau undang-undang dan bersifat

mengikat dan otoritatif. (Benny, 2013)

2. Implementasi Kebijakan adalah penting dalam proses kebijakan publik dalam

rangka untuk melaksanakan keluaran kebijakan (peraturan perundang-

undangan) oleh organisasi pelaksana kebijakan dalam rangka pencapaian

tujuan kebijakan. (Benny, 2013)

3. Implementasi Kebijakan dalam penelitian ini yaitu proses pelaksanaan Sistem

Informasi Manajemen Sistem Informasi Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah

Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sesuai dengan yang

diamanatkan pada PERMENKES no. 82 tahun 2013 tentang Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS), mengenai kewajiban penerapan SIM RS

di setiap rumah sakit. Adapun model implementasi yang digunakan untuk

melihat implementasi kebijakan publik dalam penelitian ini adalah model

implementasi menurut George C. Edwards III dengan variabel, yaitu :

a. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap

bagi pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya

tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai

tujuan yang ingin dicapai.

47
b. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan

merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Sumber daya manusia, sumber

daya dana, dan fasilitas, Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan

sangat mempengaruhi pelaksanaan implementasi kebijakan tersebut.

c. Komunikasi

Komunikasi adalah syarat utama dalam organisasi. Komunikasi mencakup

hubungan antar organisasi pelaksana implementasi. Komunikasi yang baik

meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten,

menyeluruh serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam

proses implementasi dan bentuk koordinasi yang dilakukan, apakah

koordinasi horizontal, vertikal.

d. Disposisi

Disposisi atau sikap para pelaksana merupakan sikap penerima atau

penolakan dari agen pelaksana merupakan sikap penerima atau penolakan

dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan

atau kegagalan kebijakan publik.

2.7 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah

dirumuskan dalam bentuk indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari

suatu penelitian. Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana cara menyusun suatu variabel sehingga dalam

pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang

48
dianalisis dari variabel tersebut. Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan

sistem administrasi di bawah satu atap diukur dengan indikator sebagai berikut :

1. Komunikasi

a) Sosialisasi teknis pelaksanaan SIMRS.

b) Koordinasi yang ada pada pelaksana SIMRS

2. Sumber daya, adapun fenomena yang diamati adalah :

a) Personil, terdiri dari :

1) Jumlah personil atau staf yang ada

2) Kompetensi yang dimiliki personil

3) Motivasi dan komitmen dalam memberikan pelayanan

b) Informasi dan fasilitas (sarana dan prasarana)

c) Pembiayaan (anggaran/dana, sumber dana, kondisi pembiayaan)

3. Disposisi

a) Pemahaman para pelaksana dalam memenuhi tanggung jawabnya terhadap

pelaksanaan SIMRS.

b) Intensitas yang berupa sikap dari para pelaksana SIMRS.

4. Struktur Birokrasi

a) Struktur organisasi rumah sakit yang menaungi pelaksanaan SIMRS.

b) Ketepatan atau kesesuaian pelakasanaan SIMRS sesuai dengan berbagai

ketentuan yang telah diatur.

49
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode

penelitan eksplanatif dengan pendekatan kualitatif. Dalam Nawawi (1990: 64),

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengemukakan gejala/keadaan

sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan

intrepretasi. Sedangkan metode penelitian ekspalanatif adalah suatu metode

penelitian yang dimaksudkan untuk menemukan dan mengembangkan teori

sehingga hasil atau produk penelitiannya dapat menjelaskan kenapa atau mengapa

(variabel anteseden apa saja yang mempengaruhi) terjadinya suatu gejala atau

kenyataan sosial tertentu (Sanapiah, 2007: 18).

Penelitian eksplanatif bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua

atau lebih gejala atau variabel. Variabel pada penelitian ini telah dijelaskan pada

definisi operasional yakni 4 variabel implementasi kebijakan Edward III, yakni

komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan yang terletak di Jl. Putri Hijau no. 17 Medan,

Sumatera Utara.

50
3.3. Informan Penelitian

Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua

jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Menurut Suyanto (2005: 172),

Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian. Sedangkan informan utama adalah

mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

1. Dalam penelitian ini adapun yang menjadi informan kunci adalah Kepala

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

2. Sedangkan yang menjadi informan utama adalah :

a. Kepala Seksi Pelayanan Medis Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan beserta staff

b. Kepala Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan

c. Kepala Pengendali SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 90).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien yang sedang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

51
3.4.2 Sampel

Menurut Singarimbun (1989: 53) sampel diartikan sebagai bagian dari

populasi yang menjadi sumber data sebenarnya, dengan kata lain sampel adalah

bagian dari populasi. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai representatif

dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan

populasi.

Diketahui sampai akhir bulan Januari, jumlah pasien yang sedang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan adalah

sebanyak 182 orang. Menurut Arikunto (2005: 91) jika jumlah anggota subjek

dalam populasi kurang dari 200 orang, maka dapat ditentukan sampel sebanyak

kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Maka, penulis menentukan jumlah

sampel dari populasi sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30

orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di

lokasi penelitian untuk mencari kebenaran dan data yang lengkap dan

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan cara :

a. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya-jawab

secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data lengkap dan

mendalam kepada pihak-pihak yang terkait.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan beberapa


52
alternatif jawaban yang sudah tersedia. Kuesioner dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk menjaring persepsi atau pengetahuan umum dari

pasien mengenai pelayanan dan administrasi yang ada di rumah sakit

dengan jumlah 5 alternatif jawaban pada setiap pertanyaan.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan untuk mendukung data primer.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan instrumen :

a. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yand ada data dilokasi penelitian atau

sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-

buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi

dengan masalah yang akan diteliti.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu

urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat

suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan.

Menurut Moleong (2006: 247), teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan

menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul,

menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap

53
berikutnya dna memeriksa keabsahan dan menafsirkannya dengan analisis dengan

kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 337), analisis terdiri dari

3 jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :

a. Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikan, akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data, yaitu mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut

maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan

semakin mudah dipahami, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan, yaitu dalam penelitian kualitatif, kesimpulan

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan

ini sebagai hipotesis yang apabila didukung oleh data maka akan dapat

menjadi teori.

54
BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan

Setelah masa kemerdekaan Tahun 1945 banyak anggota tentara maupun

keluarganya yang mengalami sakit dan berdomisili di Medan memanfaatkan

fasilitas kesehatan rumah sakit swasta yang ada disekitar medan. Karena rumah

sakit tentara satu-satunya yang ada di Sumatera Utara hanya ada di Pematang

Siantar ( merupakan peninggalan tentara Belanda ) sementara jumlah anggota

yang memanfaatkan fasilitas kesehatan ini terus bertambah dari hari kehari, untuk

itu para pejuang kemerdekaan maupun dokter tentara yang ada di Medan berpikir

perlu adanya fasilitas kesehatan ( Rumah sakit ) khusus tentara di Kota Medan

ini. Pada tahun 1950 atas prakarsa dokter militer yang diketuai Letkol dr. Moh

Majoedin mendirikan sebuah Tempat Perawatan Asrama (TPA) yang berlokasi di

Jalan Banteng 2A Medan. TPA ini dipergunakan untuk merawat anggota Tentara

maupun keluarga yang menderita penyakit ringan, sedangkan untuk penyakit berat

dirawat di RST P. Siantar. TPA ini memiliki fasilitas 10 tempat tidur,

laboratorium kecil, kamar obat, kamar suntik, kamar bedah kecil serta dapur.

Pada tahun 1951 Letkol Dr. Moh Majoedin sekaligus selaku Kepala Dinas

Kesehatan TK I menerima penyerahan 4 buah bangsal Rumah Sakit Verenigde

Deli Maatschkapy (VDM), yaitu RS PTPN II sekarang ( Dahulu RS PTP IX /

Tembakau Deli ) yang sebelumnya dipergunakan oleh Belanda untuk merawat

Tentara Belanda yang sakit dan berlokasi di Jalan Putri Hijau Medan. Dengan

55
diserah terimakannya VDM tersebut maka TPA berubah menjadi satu Tempat

Perawatan Tentara (TPT) yang selanjutnya disebut Rumkit Tk II Putri Hijau

Medan.

Tiga tahun setelah berdirinya Rumkit Tk II Putri Hijau Medan mengirimkan

personilnya untuk mendukung operasi DI/TII (1953), tahun berikutnya sebagai

Team Kesehatan PON III (1954) , dukungan kesehatan pada operasi PRRI (1957),

Team Kesehatan Pekan Olah raga Mahasiswa (1960 ), sebagai Duta Perdamaian

PBB dengan turut serta dalam Kontingen Garuda III ke Kongo (1963), Operasi

PGRS/Paraku Kalbar (1973), Operasi Timor Timur (1976-1998) dan operasi

Militer di DI Aceh serta penanganan korban Gempa Bumi & Tsunami Aceh –

Nias (2004). Sampai saat sekarang ini Rumkit Tk II Putri Hijau Medan telah

dipimpin oleh 24 Kepala Rumah Sakit.

Berdasarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad/265/XII/2007 tanggal 31

Desember 2007 tentang DSPP Kesdam, termasuk didalamnya Rumkit Tk II Tugas

Pokok Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB yaitu menyelenggarakan fungsi

kuratif dan rehabilitasi medik, preventif terbatas, dukungan kesehatan terbatas,

secara terus menerus di wilayah medan pada khususnya dan wilayah Kodam I/BB.

Adanya kapasitas lebih Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB juga memberikan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum.

56
4.2 Letak Gografis Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan

Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB beralamat di Jl. Putri Hijau No. 17

Kel. Kesawan Kecamatan Medan Barat Kodya Medan Sumatera Utara, tepatnya

pada pada 3°-35' Lintang Utara dan 98° 40’ Bujur Timur.

Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB berdiri diatas lahan dengan Luas

tanah 43.434 m2 (sesuai sertifikat BPN Sumut Nomor 02.01.01.03.1.01648) dan

Luas bangunan 18.293,2 m2.

4.3 Tugas dan Kewajiban Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan dipimpin oleh Kepala Rumah

Sakit yaitu seorang Perwira Menengah Angkatan Darat (AD) berpangkat Kolonel

Ckm, merupakan unsur pelaksana Kakesdam dalam menyelenggarakan fungsi

perumahsakitan ditingkat Kodam dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan dan membina serta mengendalikan fungsi perumahsakitan,

organisasi, sistem, metode dan prosedur kerja dilingkungan Rumkit.

2) Meningkatkan kesejahteraan, daya guna, hasil guna kemampuan kerja dan

pengembangan dalam rangka kesiapan satuan serta keserasian kerja di Rumkit.

4.4 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan

Rumkit Tk II Putri Hijau Medan yang merupakan pelaksana Kesdam I/BB

dalam memberikan pelayanan kepada prajurit TNI , PNS TNI beserta

57
keluarganya mempunyai Visi: “Menjadi Rumah Sakit Dambaan Warga TNI Dan

Masyarakat Dikawasan Barat Negara Kesatuan Republik Indonesia.” yang

diwujudkan melalui Misi :

1. Memberikan dukungan dan pelayanan kesehatan yang tepat, akurat bagi

personil beserta keluarga tni secara profesional.

2. Turut Berperan Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Dengan

Memberikan Pelayanan Dan Pendidikan Kesehatan Yang Bermanfaat Secara

Optimal, Sesuai Kemampuan Masayarakat.

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan mempunyai Motto

sebagai berikut : “Kami Banyak.........,

Kami Solid..............,

Kami Profesional......................................”

4.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan

Struktur organisasi Rumkit Tk II Putri Hijau berdasarkan pada Peraturan

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Nomor Perkasad/25/XII/2007 tanggal 31

Desember 2007 tentang Organisasi dan Tugas Kesehatan Daerah Militer

(Kesdam) termasuk Rumah Sakit Tk II Putri Hijau.

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau dipimpin oleh seorang Kepala Rumkit

Tk II, disingkat Karumkit Tingkat II Putri Hijau yang bertanggung jawab kepada

Kakesdam I/BB. Susunan organisasi Rumkit Tk II Putri Hijau terdiri dari :

1) Karumkit

2) Waka Rumkit

58
3) Komite Medik

4) Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam disingkat Situud

5) Seksi Pelayanan Medik, disingkat Siyanmed

6) Seksi Penunjang Medik ,disingkat Sijangmed

7) Seksi Penunjang Umum, disingkat Sijangum

8) Urusan Infokes, disingkat Urinfokes

9) Unit Pemeriksaan Kesehatan, disingkat Unit Rikkes

10) Departemen Bedah dan Anastesi

11) Departemen Penyakt Jantung dan Paru

12) Departemen Gigi dan Mulut

13) Departemen Obgyn dan Ibu Kesehatan Anak

14) Departemen Mata , THT dan Kulkel

15) Departemen Penyakit Syaraf dan Jiwa

16) Instalasi selaku Pelaksana Teknis

17) Para Tenaga Medik yang merupakan Staf Medik Fungsional, disingkat

SMF.

59
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

KARUMKIT

WAKA RUMKIT

KOMITE MEDIK

SIYANMED SIJANGUM SIJANGMED

UNIT RIKES UNIT INFOKES SITUUD

DEP BEDAH DEP PENY DALAM DEP DEP DEP SMF MATA INSTAL STAF MEDIS
& ANESTESI JANTUNG & PARU GILUT OBGYN & IKA SYARAF & JIWA THT & KULKEL FARMASI FUNGSIONAL

INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL


REHAB MEDIS WATLAN WATNAP KMR BEDAH JANGWAT DIK JANGDIAG

Sumber : Rumkit Tk.II Putri Hijau Kedam I/BB Medan

1
4.6 Jenis Pelayanan

Dalam operasionalnya Rumkit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB memiliki

Fasilitas Pelayanan dan Sarana Penunjang, yaitu :

1) Fasilitas Pelayanan :

a) Rawat Jalan/Poliklinik

(1) Instalasi Gawat Darurat 24 jam

(2) Poliklinik Gigi dan Laboratorium Gigi

(3) Hemodialisa

(4) Poliklinik Onkologi / Kemotherapi

(5) Poliklinik KB SUSI ( Suami Sayang Istri).

(6) Poliklinik HIV/AIDS

(7) Poliklinik Spesialis terdiri dari :

(a) Pol. Penyakit Dalam

(b) Pol. Bedah Umum, Ortopedi dan Bedah Syaraf

(c) Pol. Kebidanan & Peny. Kandungan

(d) Pol. Penyakit Anak

(e) Pol. Penyakit Paru

(f ) Pol. THT

(g) Pol. Penyakit Mata

(h) Pol. Penyakit Jiwa

( i) Pol. Penyakit Syaraf

( j) Pol. Penyakit Kulit & Kelamin

(k) Pol. Penyakit Jantung

(l) Pol. Besah Orthopedi

1
(m) Pol. Besah Syaraf.

b) Rawat Inap / Mondok

Instalasi rawat inap / mondok terdiri atas beberapa ruangan dengan

kapasitas sebanyak 226 tempat tidur dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Ruangan Rawat Inap


RUANG NAMA RUANG JUMLAH TT
I TERATAI 16
II ASTER 16
III SAKURA 20
IV ANGGREK (D) 21
V MELATI 8
VI FLAMBOYAN 18
VII DAHLIA 20
VIII BOUGENVILLE 27
IX MAWAR 12
X KENANGA 34
XI ANYELIR 14
ICU ICU 10
CHEMOTERAPI CHEMOTERAPI 10
JUMLAH 226
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2014

2) Sarana Penunjang

a) Penunjang Medis

(1) Unit Rehabilitasi Medik/Fisioterapi

(2) Kamar Bedah

(3) Unit Laboratorium Klinik

(4) Unit Radiologi, USG dan CT-Scan

(5) Apotik
2
b) Materiil / piranti lunak

(1) CT Scan 24 KW Type Aseion UP (Ruang Radiologi)

(2) USG Korea (Ruang Radiologi )

(3) Elektro Surgeri FFPF (Poliklinik Bedah)

(4) Haematology Analizer Tca Japan (Ruang Laboratorium )

(5) Roche Opticca ( 1 unit ) (Ruang Laboratorium )

(6) Jenway 6305 UV/Vis Spektophometer (Ruang Laboratorium)

(7) Accutrend Gct (Roche) (Ruang Laboratorium)

(8) Pesawat RO Shimadsu Japan (Ruang Radiologi )

(9) USG Korea (Ruang Radilogi )

(10) EKG Fukuda & Schiler AT ( 2 unit ) (Ruang ICU & UGD )

(11) EKG 3 Channel (Ruang ICU )

(12) EKG Fukuda ME ( 2 unit ) ( Ruang ICU Dan Polkilinik Jantung)

(13) EKG Monitoring biolog/Dash Australia ( 1 unit ) (Ruang ICU )

(14) EKG 1/3 Canel Fukuda Densi Japan (Ruang ICU )

(15) Bedside Monitor (Cardiac Science Japan) (Ruang ICU)

(16) Ro Photo elemen gigi (Ruang Radiologi )

(17) Ultrascan Plus ( Biometry) USG Mata (Ruang Poliklinik Mata )

(18) Endoscopy Larynk (Japan) (Ruang Poliklinik THT)

c) Penunjang Umum

(1) Administrasi

(2) Instalasi Pendidikan

(3) Dapur

3
(4) Ruang Cuci

(5) Kamar Jenazah

(6) Aula 2 ruangan

(7) Pergudangan

(8) Kantin

(9) Garasi

4.7 Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan

Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan, dibagi atas 2 (dua) bagian yakni : Organik dan Non Organik. Tenaga

kesehatan organik terdiri atas Personel yang bestatus TNI/PNS, tenaga Medis,

tenaga Paramedis dan Non Medis. Sedangkan tenaga kesehatan Non Organik

terdiri dari Tenaga Sukarela (TKS) yakni tenaga kesehatan Non Organik yang

dalam pelaksanaan tugasnya mendukung/membantu tugas-tugas pelayanan

kesehatan.

Jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan sebanyak 70 orang terdiri dari : dokter umum 26 orang, dokter gigi 9

orang, dokter spesialis 35 orang. Jumlah tenaga keperawatan seluruhnya sebanyak

242 orang dan tenaga penunjang medis sebanyak 68 orang. Dan tenaga non medis

sebanyak 62 orang.

4
4.8 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab personel yang ada di Rumah Sakit Tingkat

II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dan menjadi lingkup dalam penelitian ini

antara lain:

1. KEPALA RUMAH SAKIT (KARUMKIT)

Rumah sakit Tingkat II Putri Hijau kesdam I/BB Medan dipimpin oleh

seorang Kepala Rumah Sakit atau disingkat Karumkit yang berstatus aktif

sebagai TNI - AD dengan pangkat Kolonel. Karumkit bertanggung jawab

kepada Kakesdam I/BB Medan.

Uraian tugas pokok seorang Karumkit adalah sebagai pembantu dan

pelaksana Kesdam dibidang penyelenggaraan pengobatan, perawatan dan

rehabilitasi penderita, serta pendidikan tenaga kesehatan. Adapun uraian

tugas sehari – hari dari seorang Karumkit adalah sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan dan melaksanakan semua jenis kegiatan pengobatan

dan perawatan penderita berdasarkan tehnik dan pengetahuan kedokteran

umum dan spesialis sesuai dengan tingkatnya.

b. Menyelenggarakan dan melaksanakan sistem perawatan dan pengobatan

penderita serta rujukan penderita dari tingkat bawah ketingkat atas serta

rujukan ilmiah (asistensi) dari tingkat atas ketingkat bawah.

c. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan dan pengembangan

tehnik secara terbatas

d. Menyediakan fasilitas uji badan personil TNI AD pada tingkat Kodam,

sesuai dengan petunjuk kebijaksanaan dan pengarahan Kakesdam I/BB

Medan.

5
e. Menyelenggarakan tugas lainnya yang ditentukan oleh Kakesdam I/BB

Medan.

2. SEKSI PELAYANAN MEDIK (SIYANMED)

Dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Pelayanan Medis atau disingkat

Kasiyanmed yang berstatus TNI / PNS berpangkat Mayor atau Golongan

VI. Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Bidang Turmin, Kaur Medis, Paur Rekam

Medis, Penata Keperawatan, Tur Formulir Medik, Operasional Komputer

bertanggung jawab kepada Kasiyanmed.

Adapun uraian tugas pokok dari seorang Kasiyanmed adalah

membantu Karumkit melaksanakan tugas dalam bidang penyelenggaraan

administrasi pelayanan medis rumah sakit. Kemudian perincian lebih lanjut

mengenai tugas Kasiyanmed yang dibagi kedalam tugas sehari-hari, tugas

periodik dan tugas insidentil. Tugas sehari-hari Kasiyanmed adalah :

a. Menyelenggarakan dan melaksanakan administrasi rumah sakit

b. Menyelenggarakan dan melaksanakan administrasi pasien rawat jalan /

rawat inap pasien rujukan.

c. Menyelenggarakan dan melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data

rumah sakit serta penyajian

d. Menyelenggarakan dan melaksanakan administrasi untuk evakuasi.

Sedangakan tugas Periodik Kasiyanmed adalah :

a. Menyelenggarakan laporan bulan, triwulan, tahunan pasien rawat inap.

6
b. Melaksanakan pengadaan formulir medik yang dibutuhkan untuk

poliklinik dan ruangan rawat inap.

Dan yang terakhir, yang merupakan tugas Insidentil dari seorang

Kasiyanmed yaitu :

a. Melaksanakan laporan kejadian medis khusus.

b. Administrasi visum et refertum.

c. Laporan sewaktu-waktu diminta atasan.

3. INSTALASI RAWAT INAP (INSTALWATNAP)

Dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Rawat Inap (Kainstalwatnap)

yang dijabat oleh TNI / PNS akitf dengan pangkat Letnan Kolonel atau

golongan V. Bertanggung jawab kepala Kepala Rumah Sakit (Karumkit).

Adapun jabatan yang berada dibawah Instalwatnap dan bertanggung jawab

kepada Kainstalwatnap adalah :

- Kasubinstalwatnap A

- Kasubinstalwatnap B

- Kasubinstalwatnap C

- Kepala Ruangan

- Staf Fungsional Perawat

- Turyan

- Turmin

Adapun tugas pokok dari seorang Kainstalwatnap adalah mengatur

dan mengendalikan kegiatan pelayanan perawatan di rumah sakit. Dan yang

merupakan tugas sehari-hari Kainstalwatnap adalah :

7
a. Mengendalikan seluruh ruangan perawatan.

b. Mengkoordinir dan mengawasi petugas pekerjaan ruangan.

c. Meneliti kebutuhan ruangan.

d. Setiap pagi atau setiap saat ikut mengawasi penderita rawat inap.

e. Mengadakan koordinasi dengan Kadep, Kainstal, Kosi yang ada

hubungannya dengan penderita rawat inap.

Kemudian yang merupakan tugas periodik Kainstalwatnap adalah

mengadakan pertemuan rutin dengan Kepala ruangan 2x / bulan. Sedangkan

tugas insidentil Kainstalwatnap adalah mengatur pemindahan personil

ruangan.

8
BAB V

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisikan data yang telah dikumpulkan selama penelitian mengenai

Impelementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dalam

Pemenuhan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan. Data dalam penelitian ini akan diuraikan pada bab ini

dengan dibagi menjadi 2 bagian yaitu, Data Primer dan Data Sekunder.

Pengumpulan data Primer dilapangan dilakukan dengan cara melakukan

wawancara, observasi atau pengamatan langsung dilapangan dan memberikan

kuesioner kepada pasien. Sedangkan pengumpulan data Sekunder yakni dengan

mengumpulkan berbagai dokumentasi seperti dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dalam

Pemenuhan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan.

5.1 Data Primer

Bagian ini berisi penyajian data yang dikumpulkan melalui pengumpulan

data primer yakni wawancara dan kuesioner. Maka, peneliti membagi kedalam

beberapa bagian yakni karakteristik informan dan responden serta data hasil

penelitian yang kemudian akan menyajikan mengenai penyajian data hasil

wawancara serta observasi dan penyajian data hasil kuesioner.

9
5.1.1 Karakteristik Informan

Dalam melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner, peneliti

terlebih dahulu telah menentukan informan yang dibagi menjadi 2 (dua) bagian

yakni :

1. Informan Kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Mereka yang menjadi

informan kunci adalah :

a. Bapak Letkol Ckm dr.Sukirman, SpKK menjabat sebagai Kepala Rumah

Sakit Tingkat II Kesdam I/BB Medan.

2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang sedang diteliti. Peneliti telah menentukan informan

utama yakni :

a. Ibu drg. Trisna Prihatin sebagai Kepala Seksi Pelayanan Medis Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

b. Bapak Letkol Ckm Suhartono sebagai Kepala Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

c. Bapak Pelda Freddy S. Sebagai Kepala Pengawas Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan.

5.1.2 Karakteristik Responden

Berikut ini uraian identitas dari 30 orang responden yakni Pasien yang

sedang menajalani rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan.

10
Tabel 5.1 Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Informan
Jenis Kelamin Persentase (%)
(orang)

Laki – laki 16 53,30

Perempuan 14 46,70

Total 30 100,00

Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Dari data di atas, diketahui bahwa responden yang terlibat dalam

penelitian ini sebanyak 30 orang yang tersebar di Ruang Instalasi Rawat Inap.

Diurutkan berdasarkan jenis kelamin yakni sebanyak 16 orang (53,3%),

informana berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang (46,7%).

11
Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Usia

Jumlah Informan
Usia Persentase (%)
(orang)

< 20 9 30,00

21 - 35 8 26,70

36 - 50 4 13,3 0

> 50 9 30,00

Total 30 100,00

Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Responden yang berjumlah sebanyak 30 orang, terdiri dari usia dibawah

20 tahun sebanyak 9 orang (30%). Responden yang berusia diantara 21 – 35 tahun

sebanyak 8 orang (26,7%). Kemudian, responden yang berusia diantara 36 – 50

tahun sebanyak 4 orang (13,3%) dan responden yang berusia diatas 50 tahun

sebanyak 9 orang (30%).

Tabel 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Jumlah Informan Persentase


Pekerjaan
(orang) (%)

TNI / PNS 7 23,30

Pensiunan TNI / PNS 3 10,00

Dan lain - lain 20 66,70

Total 30 100,00

Sumber : Hasil Kuesioner 2015

12
Dalam pengumpulan data responden berdasarkan pekerjaan, peneliti

menemukan sebanyak 7 orang (23,3%) yang bekerja sebagai TNI/PNS. Untuk

pensiunan TNI/PNS sebanyak 3 orang (10%), kemudian dan lain-lain ini

sebanyak 20 orang (66,7%).

Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

Jumlah Informan Persentase


Pendidikan
(orang) (%)

SD 4 13,30

SLTP / Sederajat 3 10,00

SLTA / Sederajat 14 46,70

S-1 / Akademi 9 30,00

Total 30 100,00

Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Data yang diurutkan berdasarkan Pendidikan dari resoponden maka

didapatkan yang berpendidikan SD sebanyak 4 orang (13,3%). Untuk SLTP

/Sederajat sebanyak 3 orang (10%). Untuk SLTA /Sederajat sebanyak 14 orang

atau (46,7 %).

13
Tabel 5.5 Identitas Responden Berdasarkan Lama Dirawat

Jumlah Informan
Lama Dirawat Persentase (%)
(orang)

< 5 hari 19 63,30

> 6 hari 8 26,70

Tidak Menjawab 3 10,00

Total 30 100,00

Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Jika dilihat dari lamanya responden tersebut dirawat, sebanyak 19 orang

(63,3%) sedang dirawat belum mencapai 5 hari. Sedangkan sebanyak 8 orang

(26,7%) mengatakan bahwa mereka sedang dirawat sudah lebih dari 6 hari.

Namun sangat disayangkan ada juga yang tidak menjawab sebanyak 3 orang

(10%).

5.1.3 Data Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan selama ± 1 bulan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk

menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti,

yaitu yang pertama penelitian diawali dengan melakukan pengamatan, yakni

mengamati pasien yang masuk ke instalasi rawat inap. Dari mulai pasien

mendaftar sebagai pasien rawat jalan atau pasien masuk rawat inap melalui IGD.

Selama seorang pasien menjalani rawat inap, seorang pasien pasti mendapatkan

perawatan dan pelayanan lainnya dirumah sakit seperti radiologi, pemeriksaan

laboratorium dan obat-obatan. Dari pengamatan ini, peneliti mendapatkan

14
bagaimana Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dilaksanakan di

rumah sakit tersebut.

Pengamatan ini dilakukan diawal penelitian karena ini merupakan saran

dari pihak rumah sakit kepada peneliti, karena peneliti bukanlah seseorang yang

berasal dari bidang kesehatan, agar peneliti mengetahui proses dan prosedur

pelayanan yang ada dirumah sakit dari mulai seorang pasien datang mendaftar

sebagai pasien apakah itu rawat jalan atau rawat inap sampai pasien itu pulang

atau keluar dari rumah sakit. Dan nantinya pengamatan diawal ini dapat

memudahkan peneliti melakukan pengumpulan data yang lainnya.

Yang kedua, setelah pengamatan, peneliti melakukan pengumpulan

berbagai dokumen tertulis, profil Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/

BB Medan dan data lain yang berkaitan dengan Ssitem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIM RS). Selama melakukan pengumpulan data berupa dokumen,

peneliti juga melakukan penyebaran kuesioner kepada pasien.

Ketiga, peneliti melakukan wawancara terstruktur kepada 3 orang

informan utama kemudian setelah mendapatkan kesimpulan dari wawancara 3

orang informan utama, peneliti melakukan wawancara dengan informan kunci

sebagai tahapan yang terakhir dalam penelitian ini. Pada bagian ini, peneliti akan

menyajikan penyajian data hasil wawancara serta observasi dan penyajian data

hasil kuesioner.

15
A. Deskripsi Hasil Wawancara

Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu wawancara terstruktur dimana

sebelum memulai wawancara terlebih dahulu peneliti menyusun draft pertanyaan

yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun jelas berhubungan

dengan implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS).

Namun di dalam prosesnya sendiri peneliti tidak menutup kemungkinan akan

munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih

dalam dari para informan utama. Dalam bagian ini wawancara yang telah

dilakukan dan dikumpulkan oleh peneliti akan dideskripsikan berdasarkan

variabel-variabel implementasi kebijakan yang mempengaruhi Implementasi

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dalam pemenuhan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan,

antara lain:

1. Struktur birokrasi

Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi

pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya tanggung jawab

dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Pada bagian ini struktur birokrasi memiliki dua indikator yakni struktur organisasi

rumah sakit yang menangani pelaksanaan SIMRS atau dengan kata lain,

fragmentasi yakni pembagian atau penyebaran wewenang dan sumber daya yang

ada untuk melaksanakan suatu kebijakan dan ketepatan atau kesesuaian

16
pelaksanaan SIM RS sesuai dengan berbagai ketentuan yang telah diatur atau SOP

(Standart Operating Procedure).

Dalam PERMENKES No. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) telah di instruksikan pada pasal 3 ayat 1

bahwa setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan SIM RS. Pembentukan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dilakukan dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia.

Atas dasar peraturan tersebut, Kesehatan Daerah Militer Angkatan Darat melalui

Kepala Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB mengeluarkan

Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang

Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Kebijakan ini dibuat atas

dasar pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumkit Tingkat

II Putri Hijau, sehingga diperlukan adanya penyelenggaraan suatu rangkaian

kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau di semua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi

kepada pengelola untuk proses manajemen palayanan kesehatan yang

berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi

dan analisa.

Adapun struktur SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

berdasarkan keputusan Kepala Rumah Sakit Putri Hijau berada di bawah

penyelenggaraan Kepala Informasi Kesehatan (Infokes) dan pelaporannya kepada

Seksi Pelayanan Medis. Bagian Informasi Kesehatan bertanggung jawab

dalammenyelenggarakan kegiatan di bidang pembinaan sistem pengolahan data,

teknik informatika dan penyusunan program kerja serta pelaporan, dan dalam

17
pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Seksi Pelayanan Medis. Pada

implementasinya di rumah sakit, pengelolaan dan pelaporan seluruh kegiatan SIM

RS memang dilaksanakan oleh seksi Pelayanan Medis. Seluruh pelaporan yang

diberikan kepala Seksi Pelayanan Medis nantinya akan menjadi bahan evaluasi

bagi pengelolaan SIM RS. Koordinasi dalam pengelolaan SIM RS pada ruang

rawat inap, dilakukan oleh petugas SIM RS yang telah ditetapkan dibeberapa

ruangan rawat inap. Petugas ini adalah petugas khusus SIM RS atau dengan kata

lain operator SIM RS dan petugas tersebut yang nantinya akan memasukkan data

pasien yang ada diruang rawat inap setiap harinya ke dalam sistem.

Data merupakan alur pertama dari SIM RS, rumah sakit harus memiliki

data yang jelas dan sudah di input ke komputer, misalnya seperti data obat-obatan,

tindakan tarif serta fasilitas yang ada dirumah sakit, serta fasilitas rawat inap,

harus memiliki ruangan kelas I, kelas II dan kelas III yang jelas, karena data-data

tersebut akan menjadi dasar dari pengolahan di sistem. Diakui seorang informan

bahwa, SIM RS yang saat ini sedang berjalan di Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau baru berjalan selama 2 minggu sejak peneliti memulai penelitiannya, ini

dikarenakan mereka baru saja berganti provider SIM RS. Dan provider yang baru

ini dirasa mererka lebih baik dan lebih terlihat kerjanya sistem karena provider

SIM RS yang baru ini menyediakan output dari kerjanya sistem. Dan menurut

penuturan informan juga, SIM RS yang baru ini akan terus dikembangkan

sehingga diharapkan segara efektif pada bulan Maret tahun ini. Adapun langkah

awal yang mereka lakukan adalah menertibkan data yang masuk, baik itu dari

pendaftaran rawat jalan, pendaftaran rawat inap atau IGD serta informasi pasien

harus diisi dengan benar dan dicek kelengkapannya, agar memudahkan untuk di

18
input dibagian rekam medik. Apabila kelengkapan data sudah terpenuhi, maka

nantinya SIM RS itu masuk ke tahap selanjutnya yakni memudahkan petugas

kesehatan yang ada, mereka dapat dengan mudah mengetahui ketersediaan obat-

obatan, tarif dan jasa perawatan. Maka dari itu dengan bergantinya provider SIM

RS, maka kendala yang dialami adalah sumberdaya manusia yang ada belum

sepenuhnya memahami. Atas dasar komitmen yang kuat dari pimpinan rumah

sakit dalam pelaksanaan SIM RS ini, ada macam-macam langkah yang ditempuh

demi mengefektifkan sistem yang baru, seperti dengan pelatihan dan yang paling

mendasar namun yang penting adalah menertibkan pengisian data pasien dengan

lengkap secara manual.

2. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan

merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Sumber daya manusia, sumber daya

dana, dan fasilitas. Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan sangat

mempengaruhi pelaksanaan implementasi suatu kebijakan. Menurut penjelasan

seorang informan, khusus operator SIM RS, mereka sudah merekrut sebanyak 30

orang yang tersebar disetiap bagian rumah sakit yang sudah terkoneksi dengan

SIM RS seperti di server SIM RS sendiri, pendaftaran rawat inap dan IGD,

pendaftaran rawat jalan, charging rawat jalan, 12 ruangan rawat inap, OK/ICU,

laboratorium, radiologi, farmasi dan billing rawat inap. Kemudian, 30 orang

operator tersebut dibagi lagi menjadi 4 grup atau tim, yakni grup rawat jalan, grup

rawat inap, grup penunjang sperti OK/ICU, laboratorium, radiologi, farmasi dan

yang terakhir grup billing.

19
Untuk menjamin keamanan dan kredibilitas data, para operator atau anggota

SIM RS memiliki sandi tertentu untuk bisa melakukan akses input data di aplikasi

SIM RS pada setiap bagian yang ada. Dalam perekrutan anggota SIM RS ini,

informan menyatakan bahwa mereka melihat terlebih dahulu basicnya atau

dengan kata lain pendidikannya. Rumah sakit masih lebih dominan memilih

anggota SIM RS yang berasal dari medis atau kesehatan, terutama dibagian

charging rawat inap dan rawat jalan, kemudian untuk pemasukan data yang

berupa pembebanan seperti tindakan dokter, obat-obatan dan tindakan lainnya di

rumah sakit, karena seperti yang dikatakan informan, mereka yang pendidikannya

memang dari kesehatan lebih mengerti dan lebih paham. Dan nantinya para

operator SIM RS yang sekarang ini apabila sistem yang baru dipasang ini sudah

mulai berjalan baik, mereka akan menjadi pelatih untuk perawat yang ada

diruangan agar bisa mengaplikasikan SIM RS.

Sampai dengan saat ini, fasilitas yang mendukung para operator SIM RS

adalah sebanyak 20 unit set komputer, 2 buah laptop, 3 buah printer inkjet, 2 buah

printer thermal untuk tracer, 9 buah HUB yang masing-masingnya tersebar di

bagian yang sudah terkoneksi dengan SIM RS. Berdasarkan penuturan seorang

informan menuturkan bahwa seluruh pengadaan fasilitas SIM RS ini

menggunakan pembiayan dari rumah sakit. Seorang informan juga mengatakan

bahwa dengan adanya pergantian pengelolaan SIM RS ini ke provider yang baru

lebih dirasakan perubahannya, dimana sampai saat ini mereka dapat melihat bukti

kerjanya sistem, sedangkan provider SIM RS yang sebelumnya tidak terlihat bukti

kerjanya sistem, hanya ada pemasukan data tapi tidak ada output, informan

merasa tidak efisien, setelah input harus melakukan pengerjaan manual untuk

20
dapat menghasilkan output. Sedangkan pada aplikasi SIM RS dengan provider

yang baru ini, nantinya tidak seperti aplikasi yang sebelumnya, jadi data yang di

input akan menghasilkan output yang sewaktu-waktu dapat di akses apabila

dibutuhkan jadi tidak ada pengerjaan manual lagi. Bahkan informan merasa hal

seperti ini dapat menghemat kertas, jika ingin meakses data bisa disaksikan

dilayar monitor komputer tanpa harus melakukan tabulasi manual untuk melihat

output dari sistem. Kinerja operator SIM RS maupun pegawai atau petugas yang

lain jadi lebih mudah dan lebih teratur. Adapun kendala yang terjadi pada

sumebrdaya fasilitas ini menurut penuturan seorang informan juga jika terjadi

pemadaman listrik maka komputer yang terkoneksi dengan SIM RS juga ikut

mati.

3. Komunikasi

Komunikasi mencakup hubungan antar organisasi pelaksana implementasi.

Komunikasi yang baik meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas,

konsisten, menyeluruh serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam

proses implementasi dan bentuk koordinasi yang dilakukan. Berdasarkan

penuturan seorang informan, SIM RS adalah aplikasi dirumah sakit untuk

informasi manajemen, yang tidak hanya terdiri dari informasi pasien saja, tetapi

juga informasi diantara petugas kesehatan, mengingat banyaknya bagian yang ada

dirumah sakit. Menurut mereka apabila SIM RS ini dapat dikelola dengan baik

maka kedepannya akan dapat memberikan manfaat yang sangat luar biasa dalam

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan.

21
Mengenai pelaksanaan SIM RS, pihak Rumah Sakit mengikuti sesuai

dengan Juklak SIRS dari Kementerian Kesehatan. SIM RS sendiri sudah

dilaksanakan sejak 2012 di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau. Namun, adapun

informasi yang didapatkan peneliti dari penuturan informan bahwa rumah sakit

baru saja mengganti provider SIMRS dari yang lama ke yang baru dan sedang

berjalan lebih kurang 2 minggu sejak pertama kali peneliti mulai melakukan

penelitian.

Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan sensus harian

dengan seluruh bagian yang terhubung dengan SIM RS. Komunikasi berbentuk

sensus harian ini juga merupakan bentuk koordinasi, dimana setiap harinya akan

ada pelaporan dari masing-masing bagian mengenai keadaan pasien. Terutama

pada bagian rawat inap, sensus harian ini dilakukan setiap hari dalam hitungan

jam 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, bentuknya adalah sensus yang

berisikan jumlah pasien yang masuk berikut waktu saat pasien dinyatakan masuk

rawat inap, ruangan perawatannya, diagnosa penyakit serta informasi mengenai

dokter yang merawat dan juga informasi mengenai pasien yang pulang, apakah

pasien pulang dengan keadaan sembuh, tidak sembuh atau dirujuk ke rumah sakit

lain atau meninggal dunia. Selain dengan sensus ini petugas-petugas SIM RS juga

akan berkeliling ke masing-masing ruangan sesuai dengan pembagiannya setiap

hari untuk menginput tindakan-tindakan perawatan kepada pasien yang ada

diruangan rawat inap.

Dengan komunikasi berbentuk koordinasi seperti ini memudahkan bagian

pelaporan yang ada di bagian pelayanan medis dalam mengumpulkan data, karena

nantinya data – data yang telah dikumpulkan tersebut akan dikompilasi atau

22
digabungkan dan menjadi data bulanan, lalu data triwulan, lalu bisa menjadi

tahunan sebagai bahan evaluasi.

Adapun manfaat dari SIM RS dengan menggunakan aplikasi dari provider

SIM RS yang sekarang ini, yang sudah dirasakan sejauh ini seperti pada bagian

pendaftaran, dirasakan lebih cepat dan jumlah kunjungan menjadi lebih tertib dan

teratur datanya, pasien juga menjadi merasa lebih terlayani. Kemudian, selain

manfaat yang dirasakan oleh pasien sendiri sebagai pengguna pelayanan, SIM RS

ini juga bermanfaat sangat banyak bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit

sendiri dalam meningkatkan kinerja mereka, seperti bagi pimpinan rumah sakit

dapat dengan mudah memperoleh informasi seperti jumlah pasien yang sedang

dirawat inap sampai saat ini, jumlah pasien yang berkunjung ke bagian poliklinik,

semuanya akan menjadi mudah dengan kewenangannya sebagai pimpinan untuk

mengakses data dari aplikasi SIM RS. Kemudian selain bagi pimpinan, SIM RS

itu nanti juga akan dirasakan sendiri oleh perawat diruangan rawat inap. Apabila

ada pasien yang ingin mengetahui biaya perawatannya saat itu, perawat dapat

dengan mudah membuka aplikasi SIM RS di komputer yang akan disediakan

disetiap nurse station yang ada di tiap ruangan rawat inap. Sebenarnya ini sudah

diterapkan dibeberapa nurse station pada ruangan rawat inap, namun terjadi

kendala dimana masih ada nurse station yang ruangannya belum mencukupi

untuk penempatan komputer tersebut.

4. Disposisi

Disposisi atau sikap para pelaksana merupakan sikap penerima atau

penolakan dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan

23
atau kegagalan kebijakan publik. Dalam menimbulkan sikap menerima dari

petugas SIM RS, dilakukan usaha untuk menambah kemampuan dan pemahaman

petugas terhadap SIM RS, berdasarkan penuturuan seorang informan bahwa

mereka telah mengadakan pelatihan yang dilakukan di awal aplikasi SIM RS

dibuat. Pada pelatihan ini pihak rumah sakit mengadakan kerjasama dengan pihak

programmer SIM RS dan akademisi yang berasal dari STIKOM. Pelatihan ini

bertujuan agar petugas SIM RS lebih memahami bahwa SIM RS ini memang

sangat diperlukan di rumah sakit karena kecepatan dan akurasi data itu sangatlah

penting. Sebelum sistem terpasang, harus ada sumberdaya manusia yang dapat

mendukung kerjanya sistem, keduanya harus secara bersamaan agar lebih dini

dapat terlihat bukti kerjanya sistem SIM RS itu sendiri.

Mengenai intensitas yang berupa sikap dari pelaksana SIM RS sendiri,

informan mengungkapkan bahwa mereka melakukan evaluasi kerja grup secara

harian, ke bagian pelayanan medis dalam mingguan dan ke pimpinan rumah sakit

setiap 2 minggu. Jadi data tidak bisa ditunda untuk di input ke dalam sistem,

karena status pasien itu terus berputar, tidak bisa terlalu lama berada di petugas

SIM RS, karena status pasien sangat dibutuhkan untuk mencatat setiap perawatan

yang diberikan kepada pasien. Kesalahan pada waktu pemasukan data itu sudah

diperhitungkan sebelumnya, maka setiap petugas yang melakukan kelalaian

terhadap tugasnya akan diberikan surat peringatan lalu teguran atau dipindahkan

ke bagian lain. Dengan adanya SIM RS ini, berdasarkan penuturan seorang

informan, petugas ruangan tidak perlu lagi menghubungi kepala ruangan untuk

mengetahui keadaan ruangan yang kosong, petugas yang ada dipendaftaran dapat

melihat langsung dalam sistem yang terkoneksi ke bagian pendaftaran rawat inap

24
dan IGD, hal ini tentu membuat kinerja lebih cepat dan pasien cepat tertolong. Hn

al tersebut juga menjadi penilaian bagus atau tidaknya SIM RS, termasuk pasien

yang mendapatkan informasi dengan jelas mengenai informasi yang jelas tentang

keadaan penyakitnya.

B. Deskripsi Hasil Kuesioner

Peneliti telah menyajikan 15 pertanyaan kepada 30 orang responden yang

berkaitan dengan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM

RS). Menurut penuturan dari seorang pembimbing peneliti selama di lokasi

penelitan, bahwa kuesioner yang berkaitan dengan implementasi SIM RS adalah

tentang administrasi dan pelayanan. Berikut adalah penyajian distribusi jawaban

responden mengenai Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIM RS).

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Pada Saat


Melakukan Pendaftaran Sebagai Pasien.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 8 26,70

b. Baik 22 73,30

c. Kurang Baik 0 -

d. Tidak Baik 0 -

e. Sangat Tidak Baik 0 -

Tidak menjawab 0 -

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

25
Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak 8 orang (26,7%) responden

mengatakan sangat baik dan 22 orang (73,3%) responden mengatakan baik. Hal

ini menunjukaan bahwa pelayanan yang mereka terima pada saat melakukan

pendaftaran sebagai pasien tidak mengalami proses yang berbelit-belit dan tidak

menunggu lama untuk mendapatkan kepastian mengenai perawatan yang akan

diterima selanjutnya.

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesulitan Pada


Proses Pendaftaran Pasien Di Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
b. Sangat Mudah 7 23,30

c. Cukup Mudah 6 20,00

d. Mudah 17 56,70

e. Sulit 0 -

f. Sangat Sulit 0 -

Tidak menjawab 0 -

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 7 orang (23,3%) responden mengatakan Sangat Mudah, 6 orang

(20%) mengatakan cukup mudah dan 17 orang (56,7%) mengatakan Mudah.

Dimana berdasarkan pengakuan mereka, mereka mendapatkan pelayanan yang

baik dan mendapatkan penanganan lebih lanjut dalam waktu yang cepat.

26
Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengurusan
Administrasi Di Rumah Sakit (Seperti Registrasi Dan Apotek)

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 7 23,30

b. Baik 22 73,40

c. Kurang Baik 1 3.30

d. Tidak Baik 0 -

e. Sangat Tidak Baik 0 -

Tidak menjawab 0 -

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 7 orang (23,3%) responden mengatakan sangat baik dan 22

orang (73,4%) mengatakan Baik, dan 1 orang (3,3%) mengatakan Kurang Baik.

Sebagian besar responden mengatakan tidak menemukan adanya kesulitan yang

berbelit-belit dalam pengurusan administrasi kedua hal tersebut. Dan 1 orang

(3,3%) responden mengatakan Kurang Baik karena responden tersebut mengaku

tidak tahu sama sekali mengenai alurnya karena keluarga pasien yang

mengurusnya.

27
Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan
Peralatan Dan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Lengkap 2 6,70

b. Cukup Lengkap 10 33,30

c. Lengkap 15 50,00

d. Kurang Lengkap 2 6,70

e. Tidak Lengkap 0 -

Tidak menjawab 1 3,30

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Mengenai ketersediaan peralatan dan fasilitas kesehatan yang ada di

Rumah Sakit, sebanyak 10 orang (33,3%) responden mengatakan ketersediaan

peralatan dan fasilitas kesehatan yang ada sudah Cukup Lengkap, sebanyak 15

orang (50%) responden mengatakan Lengkap, 2 orang (6,7%) responden

mengatakan Sangat Lengkap dan 2 orang (6,7%) mengatakan Kurang Lengkap.

Responden yang menjawab Kurang Lengkap, menurut penuturan mereka hal

tersebut dikarenakan pada saat itu pasien tidak mendapatkan ketersediaan pen

sehingga harus mencari pen diluar rumah sakit.

28
Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan Obat-
Obatan Yang Ada Di Apotek Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Lengkap 4 13,30

b. Cukup Lengkap 11 36,70

c. Lengkap 14 46,70

d. Kurang Lengkap 0 -

e. Tidak Lengkap 0 -

Tidak menjawab 1 3,30

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Responden sebagai seorang pasien yang sedang menjalani rawat inap di

rumah sakit mengaku bahwa mereka sama sekali tidak pernah membeli obat dari

luar apotek rumah sakit, mereka mengaku obat yang di resepkan dokter dan selalu

mendapatkannya di apotek yang ada di rumah sakit, dan ini sangat membantu

pasien dalam mengurangi biaya pengeluaran pembelian obat bagi pasien. Maka

dari itu sebanyak 4 orang (13,3%) mengatakan Sangat Lengkap, 11 orang (36,7%)

mengatakan Cukup Lengkap dan 14 orang (46,7%) mengatakan Lengkap. Namun

1 orang (3,3%) Tidak Menjawab, hal ini tentu sangat disayangkan oleh peneliti.

29
Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan
Pelayanan Yang Diberikan Pada Saat Diputuskan Untuk
Menjalani Rawat Inap.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Cepat 5 16,70

b. Cukup Cepat 7 23,30

c. Cepat 17 56,70

d. Lambat 0 -

e. Sangat Lambat 0 -

Tidak menjawab 1 3,30

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 5 orang (16,7%) responden mengatakan Sangat Cepat, 7 orang

(23,3%) responden menagatakan Cukup Cepat dan 17 orang (56,7%) mengakatan

Cepat dan seorang (3,3%) Tidak Menjawab. Sebagian besar pasien mengaku

bahwa sejak pertama kali penerimaan pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD),

mereka mengaku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan

instruksi rawat inap dan pelayanan yang diberikan untuk perawatan selanjutnya

pun dirasa mereka sangat cepat. Menurut penuturan mereka bahwa dalam waktu

tidak lebih dari setengah jam, mereka sudah mendapatkan kepastian mengenai

ruangan perawatan selama menjalani rawat inap.

30
Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi Yang
Diberikan Pada Saat Sebelum Ataupun Sesudah Pelayanan
Diberikan.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 5 16,70

b. Baik 24 80,00

c. Kurang Baik 0 -

d. Tidak Baik 0 -

e. Sangat Tidak Baik 0 -

Tidak menjawab 1 3,30

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Apabila ada perawatan yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

dan akan diberikan kepada mereka, responden selama menjadi pasien mengaku

mereka menerima informasi dengan sangat baik pada saat sebelum ataupun

sesudah pelayanan tersebut diberikan oleh petugas kesehatan yang ada, oleh

karena itu 5 orang (16,7%) responden menjawab Sangat Baik dan 24 orang (80%)

mengatakan Baik dan 1 orang (3,3%) Tidak Menjawab.

31
Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Para
Perawat Yang Melayani.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Disiplin 4 13,30

b. Disiplin 22 73,40

c. Kurang Disiplin 4 13,30

d. Tidak Disiplin 0 -

e. Sangat Tidak Disiplin 0 -

Tidak menjawab 0 -

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 4 orang (13,3%) mangatakan kedisiplinan perawat Sangat

Disiplin dan 22 orang (73,4%) mengatakan Disiplin. Sedangkan 4 orang (13,3%)

mengatakan Kurang Disiplin. Sebagian responden merasa sangat senang dengan

pelayanan yang diberikan oleh perawat, sebagian lagi menjawab Kurang Disiplin

karena menurut mereka, perawat kurang memperhatikan ketersediaan infus

mereka, pasien harus mengingati perawat mengenai infus tersebut. Dan juga

menurut penuturan mereka ada perawat yang tidak ramah dan melakukan

perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan kepada pasien pada saat pasien

tersebut yang mengeluh mengenai pemindahan ruangan.

32
Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan
Administrasi Yang Diterima Tidak Berbelit-Belit Dan
Menyulitkan.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Mudah 4 13,30

b. Cukup Mudah 8 26,70

c. Mudah 18 60,00

d. Sulit 0 -

e. Sangat Sulit 0 -

Tidak menjawab 0 -

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 18 orang (60%) mengatakan Mudah, 8 orang (26,7%)

mengatakan Cukup Mudah dan 4 orang lainnya (13,3%) mengatakan Sangat

Mudah dalam pengurusan pelayanan adminsitrasi yang ada. Tidak ada kesulitan

yang dirasakan mereka dan tidak ada prosedur yang berbelit-belit mengenai

pengurusan dalam hal administrasi.

33
Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman
Peraturan Keuangan Sebelum Masuk Ruang Perawatan.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Tidak Paham 6 20,00

b. Tidak Paham 7 23,30

c. Cukup Paham 14 46,70

d. Paham 3 10,00

e. Sangat paham 0 -

Tidak menjawab 0 -

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 14 orang (46,6%) mengatakan cukup paham sementara 3 orang

(10%) mengatakan paham dan 7 orang (23,3%) mengatakan tidak paham dan 6

orang (20%) mengatakan sangat tidak paham. Responden yang menjawan Paham

dan Cukup Paham, dikatakan mereka sendiri karena mereka menggunakan

jaminas sosial BPJS, mereka telah mengetahui sebelumnya bahwa dengan BPJS

mereka tidak mendapat pungutan biaya sama sekali, mulai dari dari perawatan

hinggan ke persediaan obat-obatan. Karena sebagian besar pasien yang ada di

Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/BB Medan adalah pasien peserta BPJS.

Sedangkan responden yang menajwab Tidak Paham dan Sangat Tidak Paham,

mereka belum memahami dan belum mengetahui dengan pasti mengenai prosedur

dalam menggunakan BPJS, mereka tidak mengetahui apabila nanti diakhir

34
menjelang pulang akan dikenakan atau tidak walaupun sudah menjadi peserta

BPJS.

Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan Dan


Ketepatan Pelayanan Yang Diberikan Selama Dirawat.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 0 -

b. Baik 29 96,70

c. Kurang Baik 1 3,30

d. Tidak Baik 0 -

e. Sangat Tidak Baik 0 -

Tidak menjawab 0 -

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 29 orang (96,7%) mengatakan Baik dan 1 orang (3,3%)

mengatakan Kurang Baik. Berdasarka penuturan mereka, mereka merasa sangat

puas dengan pelayanan yang diberikan kepada mereka selama mereka dirawat

inap. Tidak adanya keslahan dalam diagnosa yang mereka alami. Bahkan ada

yang beberapa dari respnden mengatakan bahwa Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan adalah terbaik dikelas Rumah Sakit Umum

Pemerintah. Bahkan ada yang sudah menjadi pelanggan setia, tidak hanya ketika

pasien tersebut sakit tetapi juga dia membawa kerabat-kerabatnya yang apabila

mengalami sakit yang cukup parah ke Rumah Sakit ini. Ini menunjukkan bahwa
35
pelayanan yang telah diberikan oleh Rumah Sakit selama ini sangat diekanl baik

di masyarakat dan ini meningkatkan citra rumah sakit sendiri di kalangan

masyarakat, tidak hanya dari masyarakat umum tetapi juga yang merupakan

anggota TNI/PNS beserta keluarga.

Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Tenaga


Medis Yang Ada Telah Mengetahui Catatan Medis Pasien
Sebelumnya.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 3 10,00

b. Baik 25 83,40

c. Kurang Baik 1 3,30

d. Tidak Baik 0 -

e. Sangat Tidak Baik 0 -

Tidak menjawab 1 3,30

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Ada 3 orang (3,3%) mengatakan Sangat Baik, 25 orang (83,4%)

mengatakan Baik dan selebihnya 1 orang (3,3%) mengatakan Kurang Baik dan 1

orang (3,3%) Tidak Menjawab. Menurut penuturan mereka mengenai tenaga

medis yang ada telah sangat baik, memahami dan mengetahui riwayat penyakit

dan perawatan medis yang telah diberikan atau yang akan diberikan. Menurut

36
mereka para tenaga medis ini mengetahui dengan benar mengenai perawatan

medis yang telah diinstruksikan dokter untuk pasien tersebut.

Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Transparansi Biaya,


Menjelaskan Perihal Biaya Yang Dikenakan Ke Pasien Secara
Rinci.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 3 10,00

b. Baik 21 70,00

c. Kurang Baik 0 -

d. Tidak Baik 0 -

e. Sangat Tidak Baik 0 -

Tidak menjawab 6 20,00

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Pasien yang menjadi responden, sebagian besar adalah peserta BPJS. Dari

penuturan mereka, peneliti menyimpulkan bahwa jika ada pemungutan biaya,

pasien mengakui akan mendapatkan rincian biaya tersebut. Dan pasien yang

merupakan pasien umum, mereka merasa tidak dirugikan dalam hal pembiayaan,

karena pihak rumah sakit akan memberikan rincian mengenai pembiayaan secara

jelas kepada mereka. Maka dari itu sebanyak 3 orang (10%) menjawab Sangat

Baik, sebanyak 21 orang (70%) mengatakan Baik dan selebihnya 6 orang (20%)

Tidak Menjawab.

37
Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pembayaran
Biaya Perawatan Selama Dirawat.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Mudah 4 13,30

b. Cukup Mudah 19 63,30

c. Mudah 2 6,70

d. Sulit 0 -

e. Sangat Sulit 0 -

Tidak menjawab 5 16,70

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 4 orang (13,3%) menjawab Sangat Mudah dan 19 orang (63,3%)

menjawab Cukup Mudah dan 2 orang (6,7%) menjawab Mudah, sementara 5

orang (16,7%) Tidak Menjawab. Sebagai pasien dan menjadi peserta BPJS

mererka mengatakan tidak ada kesulitan dalam hal pembayaran. Ketika akan

pulang mereka akan menunggu petugas kesehatan mengembalikan surat rujukan

mereka. Sebagian besar dari responden yang merupakan pasien peserta BPJS

tidak mengalami adanya pungutan biayan tambahan selama dalam perawatan.

38
Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian
Administrasi Selama Dirawat Hingga Menjelang Pulang.

Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 7 23,30

b. Baik 22 73,40

c. Kurang Baik 0 -

d. Tidak Baik 0 -

e. Sangat Tidak Baik 0 -

Tidak menjawab 1 3,30

Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015

Sebanyak 7 orang (23,3%) menjawab Sangat Baik dan 22 orang (73,4%)

mengatakan Baik. Dari penuturan mereka, berdasarkan pengalaman yang pernah

mereka alami sendiri sebelumnya maupun mengetahu dari oranglain, pengurusan

administrasi yang ada di rumah sakit dari awal mereka masuk hingga menjelang

pulang tidak pernah merasakan kesulitan dan bahkan termasuk mudah. Tidak ada

juga dari mereka yang merasa pernah ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.

Sementara 1 orang (3,3%) responden Tidak Menjawab, karena saat itu merupakan

pengalaman pertama dirawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan dan tidak mengetahui bagaimana prosedur admisinistrasi hingga saat

menjelang pulang, dia hanya mengetahui bahwa administrasi yang dirasakan

diawal masuk cukup mudah, maka responden tersebut tidak menjawab.

39
5.2 Data Sekunder

Data sekunder akan sangat membantu data primer dalam penelitian. Selain

melakukan wawancara, peneliti juga melakukan pengumpulan data pendukung

lainnya, seperti peraturan yang menjadi acuan pelaksanaan SIM RS di rumah sakit

dan juga temuan dari sumber lain yang berhubungan dengan pelaksanaan SIM RS.

Data-data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini diantaranya

adalah :

2. Undang – Undang no. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Undang - Undang no. 40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

4. PERMENKES No. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIM RS).

5. Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang

Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

6. Data – data mengenai komponen Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan seperti

susunan petugas SIM RS, susunan jaringan SIM RS, fasilitas pendukung SIM

RS yang ada, dan data lainnya yang berhubungan dengan implementasi SIM

RS.

Telah dijelaskan pada Pasal 168 dalam Undang – undang no. 36 tahun 2009

tentang Kesehatan, bahwa adapun untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang

efektif dan efisien diperlukan infromasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem

informasi dan melalui lintas sektor. Kemudian, ditambah lagi di dalam Undang -

Undang No. 40 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dikatakan pada Pasal 11 dan

Pasal 52, bahwa Sistem Infromasi merupakan bagian dari prasarana rumah sakit.

40
Setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua

kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS).

Atas dasar hal tersebut, Kementerian Kesehatan mengeluarkan

PERMENKES no. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit (SIM RS) dan telah menginstruksikan bahwa setiap rumah sakit wajib

menyelenggarakan SIM RS. SIM RS yang ada harus menggunakan aplikasi open

source yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan atau menggunakan aplikasi

yang dibuat oleh rumah sakit. Atas dasar peraturan tersebut, Kepala Rumah Sakit

Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB mengeluarkan Keputusan Kepala Rumkit

TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang Kebijakan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit. Kebijakan ini dibuat atas dasar pertimbangan dalam

upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumkit Tingkat II Putri Hijau, sehingga

diperlukan adanya penyelenggaraan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup

semua pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau di semua

tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk

proses manajemen palayanan kesehatan yang berhubungan dengan pengumpulan

data, pengolahan data, penyajian informasi dan analisa.

Dalam PERMENKES no. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dijelaskan bah yang dimaskud dengan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu sistem teknologi

informasi komunikasi yang memproses dan mengintegreasikan seluruh alur proses

pelayanan rumah sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur

administrasi untuk memperoleh infromasi secara tepat dan akurat dan merupakan

41
bagian dari Sistem Informasi Kesehatan yang meliputi data, informasi, indikator,

prosedur, teknologi, perangkat dan sumber daya manusia yang saling berkaitan

dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang

berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Selain itu, SIM RS yang

diselenggarakan oleh rumah sakit harus memenuhi 3 unsur yaitu keamanan secara

fisik, jaringan dan sistem aplikasi.

Adapun 5 komponen yanng mendasari pelaksanan SIM RS adalah

sumberdaya manusia, sumberdaya perangkat keras, sumberdaya perangkat keras,

sumberdaya jaringan komputer serta pemantauan. Berikut ini, peneliti akan

menyajikan data berupa komponen yang mendasari SIM RS yang ada di Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, yakni :

1. Sumberdaya Manusia (Human Resources)

Sumber Daya Manusia merupakan petugas yang akan menjalankan SIMRS

sesuai dengan fungsi dan jabatan. Secanggih apapun SIMRS yang dibuat, kalau

sumberdaya manusia yang ada belum siap dan belum memiliki kemampuan yang

mencukupi untuk mengoperasikan, kecanggihan sistem tersebut menjadi sia-sia.

Berikut adalah tabel jumlah petugas SIM RS yang ada di Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I /BB Medan :

42
Tabel 5.19 Jumlah Petugas SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan

Jumlah
No. Unit / Bagian Lokasi
Petugas

1 IT Database SERVER 2

I. GROUP RAWAT JALAN :

2 Pendaftaran Rawat Jalan BPJS Center 3

Penyimpanan Rekam Medik


3 Charging Rawat Jalan 3
Central Rawat Jalan

II. GROUP RAWAT INAP :

Pendaftaran IGD &


4 IGD 8
Rawat Inap

5 Ruang 1, 2, Kemoterapi 1

6 Ruang 3, 4, 6 1
Billing Rawat Inap
7 Ruang 7, 8 1
(Central Rawat Inap)
8 Ruang 10a, 12 1

9 Ruang 10b, 11 1

III. GROUP PENUNJANG (OK/ICU. LAB, RAD, FARMASI

10 OK / ICU Central Rawat Inap 1

11 Laboratorium Laboratorium 1

12 Radiologi Radiologi 1

13 Farmasi Farmasi 4

IV. GROUP BILLING

14 Billing Rawat Inap Central Rawat Inap 2


Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

43
Terlihat pada tabel 5.19, rumah sakit memiliki sumber daya manusia

sebanyak 30 orang untuk SIM RS dan dibagi kedalam 4 grup/tim. Dalam

pemilihan petugas SIM RS, rumah sakit mengutamakan yang berlatar belakang

kesehatan, karena mereka mengerti tentang rumah sakit, pembebanan serta

tindakan kesehatan. Kemudian, pihak rumah sakit memberikan pelatihan

mengenai SIM RS kepada mereka, agar nantinya mereka bisa memberikan

pelatihan juga kepada perawat lainnya dalam mengaplikasikan SIM RS disetiap

ruangan. Semua Petugas SIM RS ini setiap harinya bekerja dibawah koordinasi

Bagian Informasi Kesehatan dan Seksi Pelayanan Medis, mereka mengadakan

pelaporan dan evaluasi setiap harinya mengenai pelaksanaan SIM RS apakah ada

kesulitan atau masalah yang dihadapi kepada Seksi Pelayanan Medis.

2. Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware Resources)

Perangkat keras adalah semua bagian fisik komputer dan dibedakan dengan

data yang berada di dalamnya atau yang beroperasi di dalamnya. Sumberdaya

berupa perangkat keras yang digunakan dalam sistem informasi, tidak hanya

berupa mesin (komputer, printer, scanner), namun juga berupa media seperti

database (tempat penyimpanan data), disket, magnetic tape, optical disc, compact

disc, flashdisc, atau paper form. Adapun rincian mengenai sumberdaya perangkat

keras SIM RS pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

adalah :

a. SERVER,

1) Lokasi : Server

2) Set Komputer : 3 Set

44
3) Keterangan barang : - Monitor : 2 buah

- Printer : 1 buah

- HUB : 1 buah

- CPU Lama : 3 buah

b. Pendaftarana Rawat Jalan,

1) Lokasi : - SIM RS BPJS Umum

- SIM RS BPJS TNI

2) Set Komputer : 4 buah

3) Keterangan barang : - Monitor : 4 buah

- HUB : 2 buah

- CPU Baru : 3 buah

- CPU Lama : 1 buah

c. Pendaftaran IGD & Rawat Inap,

1) Lokasi : IGD

2) Set Komputer : 1 buah

3) Keterangan barang : - Laptop : 1 buah

- Printer : 1 buah

- HUB : 1 buah

d. Charging Rawat Jalan/Central,

1) Lokasi : Gudang Rekam Medik

2) Set Komputer : 4 buah

3) Keterangan barang : - Monitor : 4 buah

- Printer : 1 buah

- Print Thermal : 2 buah

45
- HUB : 1 buah

- CPU Lama : 4 buah

e. Charging Rawat Inap/Billing,

1) Lokasi : Central BILLING

2) Set Komputer : 4 buah

3) Keterangan barang : - Monitor : 4 buah

- Printer : 1 buah

- HUB : 1 buah

- CPU Baru : 4 buah

f. OK/ICU,

1) Lokasi : OK / ICU

2) Set Komputer : 1 buah

3) Keterangan barang : - Monitor : 1 buah

- CPU Lama : 1 buah

g. Farmasi,

1) Lokasi : Farmasi

2) Set Komputer : 3 buah

3) Keterangan barang : - Monitor : 3 buah

- HUB : 2 buah

- CPU Baru : 1 buah

- CPU Lama : 2 buah

h. LAB,

1) Lokasi : Laboratorium

2) Set Komputer : 1 buah

46
3) Keterangan barang : - Monitor : 1 buah

- Printer : 1 buah

- CPU Lama : 1 buah

i. RAD,

1) Lokasi : Radiologi

2) Set Komputer : 1 buah

3) Keterangan barang : - Monitor : 1 buah

- CPU Lama : 1 buah

j. Kasir,

1) Lokasi : Yanmas

2) Set Komputer : 2 buah

3) Keterangan barang : - Monitor : 2 buah

- Laptop : 1 buah

- HUB : 1 buah

- CPU Baru : 2 buah

3. Sumber Daya Perangkat Lunak (Software Resources)

Sumber daya ini merupakan kumpulan dari perintah/fungsi yang ditulis

dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas

tertentu, yang berupa system software, application software, dan prosedur. Dalam

membangun, mengelola dan mengembangkan SIM RS, pihak rumah sakit selalu

melakukan evaluasi terhadap SIM RS, ini membuktikan bahwa ada komitmen

kuat dari pimpinan dan juga para pegawai maupun petugas kesehatan, untuk

menciptakan sistem informasi yang bagus dan nanti juga akan berguna bagi

47
kinerja mereka. Dalam mengembangkan SIM RS, pihak rumah sakit berkerja

sama dengan PT. Infodata Perdana sebagai provider SIM RS dengan aplikasi

bernama Infodata.com. Diakui informan bahwa mereka baru saja berganti

provider SIM RS dari yang lama ke yang baru dan baru berjalan selama 2

minggu. Banyak perubahan yang dirasakan, karena sistem yang sekarang

dianggap lebih bagus dan ada outputnya. Adapun contoh dari Sistem Infromasi

Manajemen Rumah Sakit yang ada menyangkut pelayanan rawat inap di Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB adalah sebagai berikut :

48
Gambar 5.1 Daftar Rawat Inap / IGD

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Secara umum, SIM RS terdiri dari modul-modul yang saling terintegrasi

dan masing-masing modul terdiri dari sub modul atau sub sistem. Pendaftaran

Rawat Inap / IGD merupakan Sub Modul dari Registrasi. Pendaftaran rawat inap

ini berada di IGD dan di isi oleh petugas SIM RS di bagian IGD. Apabila diisi

maka akan menghasilkan output berupa print out seperti gambar berikut :

49
Gambar 5.2 Output Daftar Rawat Inap / IGD

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Apabila sudah diisi maka akan mengeluarkan hasil print out seperti ini. Di

dalam sistem yang hanya bisa diisi adalah ruangan dan kelas ruangan, hari masuk

rawat inap, tanggal masuk rawat inap dan waktu masuk rawat inap, kemudian asal

kedatangan pasien, nama pasien, jenis kelamin pasien, umur pasien, tanggal lahir

pasien, kategori asuransi misalnya BPJS, alamat tinggal pasien. Menurut

penjelasan informan, pada kartu BPJS tidak mencantumkan kelas. Maka, pihak

rumah sakit harus berkoordinasi juga dengan bagian BPJS Center dalam

menentukan kelas pasien. Sampai saat ini, yang belum dapat diisi oleh sistem

adalah nomor peserta asuransi, nama dokter dan identitas dokter yang menangani.

50
Gambar 5.3 Daftar Rawat Jalan

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Registrasi rawat jalan merupakan sub modul dari Registrasi. Pendaftaran

rawat jalan berada di Pendaftaran BPJS Center dan diisi oleh petugas SIM RS

disana. Secara umum, modul registrasi yang terdiri dari sub modul pendaftaran

rawat inap dan rawat jalan juga terdiri dari submenu didalamnya. Submenu

tersebut adalah sebagai berikut :

Modul Registrasi :

1) Registrasi pasien

a) Pendaftaran ruanng inap

b) Pindah kamar

c) Cek out

d) Modifikasi data resgistrasi

e) Daftar registrasi harian


51
f) Mencari data pasien berdasarkan nama, alamat

g) Infromasi data kamar

h) Informasi Jadwal praktek dokter

i) Rekap pasien rawat inap

j) Pasien abru per instalasi

k) Grafik pasien Rawat Jalan per Poliklinik

l) Grafik pasien Rawat Inap per Bangsal

m) Informasi data umum rumah sakit

n) Informasi denah Rumkit

o) Informasi struktur organsiasi

p) Informasi jam kunjungan

q) Informasi ambulance

r) Informasi statistik jumlah pasien berdasarkan rujukan

s) Menerbitkan laporan daftar rawat tunggu

t) Informasi Sensus Harian

u) Informasi Data Tindakan Per SMF (Detail)

v) Informasi Data Kunjungan Berdasarkan Daerah

w) Informasi Kunjungan Berdasarkan Inap dan Pulang

52
Gambar 5.4 Pindah Ruang Rawat Inap

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Selama menjalani rawat inap, pasien mendapatkan berbagai tindakan yang

berupa pelayanan dan perawatan kesehatan dalam rangka memberi kesembuhan

bagi penyakitnya, hal ini disebut dengan jasa rawat inap. Maka dari itu, SIM RS

dirawat inap juga harus terintegrasi dengan bagian lainnya seperti laboratorium,

radiologi dan farmasi. Segala tindakan ini juga harus di input ke dalam aplikasi

SIM RS dan saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. Dan setiap harinya

dilaksanakan monitoring terhadap berjalannya sistem. Adapun bentuk sistem dari

jasa rawat inap tersebut adalah sebagai berikut:

53
Gambar 5.5 Input Jasa Rawat Inap

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Gambar 5.6 Home Laboratorium

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

54
Adapun salah satu jasa dari rawat inap tersebut adalah Laboratorium,

bentuk sistem untuk laboratorium adalah pada Gambar 4.6. pada laboratorium

juga ada tindakan-tindakan yang dilakukan dan berikut adalah sistem SIM RS

untuk input jasa Laboratorium :

Gambar 5.7 Jasa Laboratorium

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Bagian Laboratorium memiliki Modul tersendiri yang berisikan Submenu berupa :

Modul Laboratorium :

1) Standar pemeriksaan Laboratorium

2) Data pemeriksaan Laboratorium

3) Laporan Hasil Pemeriksaan

4) Kode Test dan Nilai Normal

5) Mencetak Buku Besar Pemeriksaan

6) Mencetak kertas kerja

7) Data Kegiatan Harian


55
8) Menerbitkan Rekap Pemeriksaan Laboratorium

9) Menerbitkan Rekap Pendapatan Lab

10) Menerbitkan Rekap Kunjungan Per Jenis Tarif Pasien

11) Menerbitkan Rekap Kunjjungan Per Kelas Tarif Pasien

12) Menerbitkan Laporan Buku Harian Kegiatan

13) Menerbitkan Laporan Harian Pendapatan

14) Menerbitkan Laporan Bulanan Kegiatan

Selain Laboratorium adapun jasa rawat inap yang lain adalah Radiologi.

Berikut adalah bentuk sistem dari Radiologi beserta tindakan yang ada pada

Radiologi yang bisa di input di dalam SIM RS, yaitu :

Gambar 5.8 Home Radiologi

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

56
Gambar 5.9 Jasa Radiologi

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Adapun rincian Submenu dalam Modul Radiologi adalah sebagai berikut :

Modul Radiologi dan CT-SCAN :

1) Purchasing

2) Receipt order

3) Data Film

4) Label Amplop

5) Data Filter Film

6) Laporan Inventory Film

7) Laporan Hasil Pemeriksaan

8) Hasil Pemeriksaan

9) Data Kegiatam Harian

10) Menerbitkan Rekap Pemeriksaan Laboratorium

11) Menerbitkan Rekap Pendapatan Lab


57
12) Menerbitkan Rekap Kunjungan Per Jenis Tarif Pasien

13) Menerbitkan Rekan Kunjungan Per Kelas Tarif Pasien

14) Menerbitkan Laporan Buku Harian Kegiatan

15) Menerbitkan Laporan Hairan Pendapatan

16) Menerbitkan Laporanan Bulanan Kegiatan

Adapun selain Laboratorium dan radiologi, pasien rawat inap juga

mendapatkan obat-obatan dari bagian farmasi, maka sistem SIM RS untuk

menginput obat-obatan pasien adalah sebagai berikut :

Gambar 5.10 Penjualan Obat Rawat Inap

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Berikut ini adalah bentuk aplikasi SIM RS yang berisi database obat-obatan :

58
Gambar 5.11 Manajemen Obat (Farmasi)

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Bagian obat-obatan atau farmasi juga merupakan bagian dari tindakan

perawatan di rawat inap. Aplikasi SIM RS untuk pengelolaan obat memiliki

modul tersendiri, yaitu :

Modul Apotik :

1) Kebutuhan barang / Budget Inventory

2) Permintaan Pembelian

3) Penawaran

4) Purchase Order / Order Pembelian

5) Penerimaan barang

6) Retur pembelian

7) Biaya perolehan

8) Penolakan barang
59
9) Penolakan espenses

10) Hutang jasa / lain-lain

11) Penjualan barang

12) Retur penjualan

13) Update mutasi piutang

14) Mutasi pemakaian barang

15) Mutasi pemindahan barang

16) Mutasi penyesuaian

17) Data saldo stok

18) Proses data inventory

19) Laporan mutasi persediaan

20) Laporan hutan (Account payable)

21) Laporan piutang (Account receivable)

22) Laporan PPN

23) Laporan kebutuhan barang

24) Laporan PO & Pricelist

25) Laporan penerimaan barang

26) Lapran pemindahan barang

27) Laporan pengeluaran barang

28) Laporan penjualan barang

29) Laporan stok / persediaan

30) Cetak kartu persediaan

60
Pasien dinyatakan pulang dari rawat inap dengan keadaan sembuh dan tidak

sembuh, maksud dari tidak sembuh adalah pasien pulang atas keinginan sendiri,

dirujuk ke rumah sakit lain atau meninggal dunia. Dalam proses pulang pasien

rawat inap juga diinput kedalam SIM RS, yang didalamnya juga terdapat biaya

tagihan rawat inap pasien apabila dia pasien umum. Gambar 4.12 adalah bentuk

dari sistem input untuk pasien pulang, yang di integrasikan ke bagian kasir juga.

Gambar 5.12 Pasien Pulang Rawat Inap

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Sedangkan berikut ini adalah contoh output dari sistem input pasien pulang rawat

inap di SIM RS.

61
Gambar 5.13 Billing Pasien Rawat Inap

Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Adapun modul dari pasien pulang ini adalah Modul Kasir, yang juga

terdiri dari beberapa Submenu, yaitu :

Modul Kasir :

1) Penerimaan kas danbank non perawatan

2) Penerimaan pembayaran biayan perawatan

3) Penerimaan pembayaran pembelian obat tunai

4) Pengeluaran kas dan bank

5) Penagihan tagihan perawatan

6) Entry selisih biaya perawatan

7) Pemberian diskon biaya perawatan

8) Jurnal / memorial

9) Update saldo kas / bank

10) Cetak daftar kas dan bank harian / per shift


62
11) Cetak daftar uang muka

12) Cetak daftar bon sementara

13) Cetak jurnal memorial

14) Cetak transaksi mutasi bank

15) Cetak ulang kwitansi perawatan

16) Cetak tagihan perawatan

17) Cetak penerimaan perawatan

18) Cetak pembayaran hutang

19) Laporan kas bank per nomor cek / BG

20) Cetak tagihan ke debitur

21) Cetak pengalihan biaya perawatan

22) Cetak potongan biaya perawatan

23) Cetak subsidi biaya perawatan

4. Sumber daya jaringan komputer (Network Resources)

Sumber daya jaringan ini mencakup teknologi telekomunikasi seperti

internet, intranet dan ekstranet. Sumber daya jaringan juga disebut juga Local

Area Network (LAN). Sumber daya ini menggunakan server untuk

mendukungnya dan letaknya juga jangan terlalu jauh atau terhalang-halang untuk

mendapatkan jaringan yang mendukung. Adapun bentuk jaringan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB adalah segaia berikut :

Gambar 5.14 Jaringan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Tingkat II


Putri Hijau – INFODATA

63
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015

Koneksi jaringan menggunakan LAN, segala aktifitas dari apliaksi SIM

RS yang ada di setiap bagian, semuanya terpusat di Server (jantung data),

termasuk database juga berada di Server. Adapun jaringan pada SIM RS di

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan dibagi kedalam beberapa bagian,

yakni:

64
1) Pendaftaran Rawat Jalan ke bagian Rekam Medik, untuk koneksi printer

Tracer.

2) Dari Server ke Charging rawat jalan secara terpusat.

3) Dari Tracer di Rekam Medik ke bagian Yanmasum untuk pencatatan

keuangan.

4) Dari Server ke bagian BPJS, namun ini tidak Bridging karena fungsinya

hanya untuk membuka jaringan di Rumah Sakit.

5) Dari Server ke bagian Farmasi.

6) Dari Server ke bagian pendaftaran Rawat Inao / IGD.

7) Dari Server ke bagian Billing atau dengan kata lain perjalanan status.

8) Dari Server ke bagian Penunjuang Rawat Inap seperti: Radiologi dan

Laboratorium.

9) Dari Server ke tempat penyimpanan Rekam Medik.

5. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan merupakan suatu komponen penting dilakukan, untuk

memantau secara berkala data-data yang dimasukkan, yang bertujuan untuk

menjamin keakuratan informasi yang tersedia. Monitoring merupakan bagian dari

komitmen pimpinan dalam pelaksanaan SIM RS. Bentuk monitoring yang

dilakukan oleh bagian Server, selaku pusat dari semua data yang ada di SIM RS

ada 3 hal yang dilakukan yakni :

1) Monitoring SDM : dilakukan pengecekan setiap hari dan setiap akan

berkerja di pagi hari, anggota SIM RS akan melakukan laporan pagi kepada

Kepala Pengendali SIM RS.

65
2) Monitoring Server : dilakukan setiap 5 hari kerja setiap minggunya. Ini

dilakukan untuk melakukan pengecakan terhadap kemanan sistem dan

jaringan yang ada di server serta kinerja SDM selama seminggu.

3) Monitoring Data : semua yang dikerjakan oleh SDM terlihat pada server,

jadi dilakukan pengecekan setiap hari agar diketahui apa saja yang

dilakukan SDM setiap harinya, ini juga menjadi bahan evaluasi bagi SDM

untuk SIM RS di rumah sakit.

66
BAB VI

ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data, yaitu penyusunan secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkannya ke dalam unit-unit dan menyusunnya ke dalam pola sehingga

dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain. Adapun analisis

yang dilakukan yakni analisis kualitatif, dengan tetap mengacu pada hasil

interpretasi data dan informasi tersebut sesuai dengan fokus penelitian. Seperti

telah diuraikan pada bab terdahulu bahwa perkembangan IT yang semakin pesat

dan kompleks serta berpengaruh pada perubahan tatanan kehidupan berbangsa dan

bernegara, tidak terkecuali juga pada bidang kesehatan. Rumah Sakit sebagai

instansi penyedia sarana kesehatan dalam operasionalisasinya dituntut untuk lebih

profesional selain dalam pelayanan yang diberikan juga pada administrasinya.

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) merupakan sebuah

langkah dari kebijakan yang dibuat Kementerian Kesehatan untuk mendukung

tercapainya profesionalitas dikalangan Rumah Sakit. Harapan akan pelayanan

kesehatan yang lebih baik, cepat, akurat, informatif, efisien serta akuntabel akan

terwujud apabila SIM RS dikelola dengan serius dan benar, dan pada gilirannya

juga akan memberikan kemudahan bagi kinerja pihak Rumah Sakit dan pasti akan

menghasilkan respon yang positif dari masyarakat. Di dalam menganalisis data

yang telah penulis sajikan pada bab sebelumnya, penulis akan menyesuaikan

dengan teori-teori tentang implementasi dengan variabel yang penulis sudah

67
tetapkan sebelumnya, yakni menggunakan 4 variabel implementasi kebijakan

menurut Georger C. Edwards III yakni komunikasi, struktur birokrasi, sumber

daya serta disposisi.

6.1 Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIM RS)

Semua proses kebijakan publik merupakan tahapan yang penting dan harus

dilalui demi mencapai hasil dari suatu kebijakan. Salah satunya adalah,

implementasi kebijakan publik yang merupakan pelaksanaan dari suatu keluaran

kebijakan (peraturan perundang-undangan) oleh organisasi pelaksana kebijakan.

Tujuan kebijakan tidak akan tercapai tanpa adanya tindakan implementasi.

Implementasi kebijakan juga merupakan sebuah proses yang kompleks dan

panjang. Pemahaman yang paling penting bagi peneliti kebijakan dari proses

implementasi adalah untuk dapat mengidentifikasi variabel-variabel apa saja yang

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah implementasi kebijakan.

Maka, akan ditemukan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan

implementasi, pada gilirannya akan sangat membantu dalam rangka perbaikan dan

penyempurnaan proses implementasi kebijakan kedepannya.

George C. Edwards dalam mengemukakan bahwa implementasi merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Pemerintah dalam membuat

kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat

memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut

bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi

68
sampai merugikan masyarakat. Dalam mengkaji implementasi kebijakan,

Edwards memiliki 4 variabel yang merupakan faktor untuk mempengaruhi

impelmentasi kebijakan, yaitu komunikasi, struktur birokrasi, disposisi dan juga

sumber daya.

Telah dikemukakan sebelumnya pada Undang - Undang No. 40 tahun 2009

tentang Rumah Sakit, pada pasal 11 dan pasal 52 bahwa Sistem Infromasi

merupakan bagian dari prasarana rumah sakit. Setiap rumah sakit wajib

melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan

rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS).

Sistem informasi juga dianggap pemerintah merupakan wujud dari informasi

kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan upaya kesehatan

yang efektif dan efisien, hal ini dituang dalam Undang-Undang no. 36 tahun 2009

tentang Kesehatan.

Untuk menopang pernyataan tersebut, pemerintah melalui Kementerian

Kesehatan telah mengeluarkan PERMENKES No. 82 tahun 2013 tentang Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang menetapkan bahwa setiap

rumah sakit wajib menyelenggarakan SIM RS dan melaksanakan pengelolaan

serta pengembangannya. SIM RS yang diselenggarakan menggunakan aplikasi

open source yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan atau dibuat oleh rumah

sakit. Hal ini tentu memudahkan pihak Rumah Sakit untuk memilih aplikasi

seperti apa yang akan diterapkan dilingkungan rumah sakit tersebut, mengingat

keadaan rumah sakit yang berbeda-beda, baik itu dari segi budaya organisasi

maupun lingkungannya, yang mengakibatkan perbedaan kebutuhan dalam tingkat

pelaksanaan SIM RS. Pada rumah sakit pemerintah dan swasta sudah pasti

69
berbeda dalam pelaksanaan SIM RS. Seperti halnya rumah sakit tingkat II Putri

Hijau Medan, yang merupakan rumah sakit milik TNI–AD yang mana kita

ketahui bahwa rumah sakit tersebut adalah milik TNI–AD yang juga termasuk

pada bagian dari rumah sakit milik pemerintah. Jika dlihat dari cara pelaporannya

setiap bulan, selain kepada Direktorat Angkatan Darat, rumah sakit tersebut juga

melakukan pelaporan kepada Kementerian Kesehatan.

Kinerja TNI-AD yang menjunjung kedisiplinan harus terwujud dalam setiap

bagiannya termasuk juga rumah sakit TNI-AD. Maka dari itu, dalam memberikan

pelayanan kesehatan, rumah sakit juga mengutamakan hal tersebut. Dalam

pemilihan provider aplikasi SIM RS, rumah sakit bekerja sama dengan pihak

swasta, karena mereka mempunyai kriteria tersendiri dalam memberikan

pelayanan, walaupun pada dasarnya pelayanan yang diberikan adalah sama namun

ada pembedaan antara pasien umum dengan pasien anggota TNI/PNS maupun

keluarga, perbedaannya adalah pada status pasien yakni pasien yang merupakan

anggota TNI/PNS memiliki NIP anggota, nama satuan dan pangkat serta

golongan. Maka dari itu, mereka menginginkan SIM RS yang dapat

mengakomodir hal-hal tersebut, yakni bisa membedakan antara pasien TNI/PNS

beserta keluarga dengan pasien umum. Secara umum dari segi pelayanan yang

diberikan adalah sama, tidak ada pembedaan antara pasien umum dengan pasien

dinas TNI/PNS beserta keluarga.

Dalam melaksanakan SIM RS, rumah sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan bisa dikatakan cukup serius, karena mereka memang menginginkan

adanya kemudahan dalam kinerja mereka melalui pelaksanaan SIM RS. Mereka

terus melakukan perubahan dan perbaikan dalam sistem, ini terlihat dari

70
penuturan informan utama yakni provider aplikasi yang ada di SIM RS telah

diganti dari provider yang lama ke provider yang baru, hal ini dikarenakan

provider SIM RS yang lama tidak dapat mengakomodir kebutuhan mereka secara

maksimal yakni provider yang lama tidak dapat memberikan output seperti yang

diinginkan, mereka hanya bisa meng-input data tanpa ada output yang dihasilkan,

tentu ini sangat tidak efisien bagi mereka, selain itu juga tidak efektif, harus

melakukan penghitungan dan pendataan secara manual ulang. Selain itu juga,

provider SIM RS yang lama juga kebanyakan digunakan oleh rumah sakit swasta,

hal ini tentu ada perbedaan yang jauh dari pelaksanaan manajemen rumah sakit.

Pelaksanaan SIM RS dengan bekerjasama dengan pihak provider yang baru,

sedang berjalan selama 2 minggu, ini merupakan masa percobaan dari sistem

tersebut. Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau bekerja sama dengan PT.

INFODATA PERDANA sebagai provider SIM RS yang baru. Dimana, pihak

rumah sakit sendiri telah mengetahui track record provider tersebut yang

sebelumnya juga sudah digunakan oleh salah satu rumah sakit TNI yang ada di

Jawa.

Selama melaksanakan SIM RS sejak tahun 2012, ada peningkatan dalam

pelayanan yang dirasakan oleh pasien sendiri. Berdasarkan hasil kuesioner kepada

responden yakni pasien yang sedang menjalani rawat inap dan telah dipaparkan di

bab penyajian data sebelumnya, sebagian besar pasien merasa pelayanan yang

diberikan oleh pihak Rumah Sakit semakin baik, dari segi administrasi maupun

pelayanan, mereka mengaku pelayanan yang diberikan lebih cepat dan tidak

berbelit-belit karena mereka selalu mendapatkan informasi yang jelas. Pada tabel

5.6 terlihat bahwa sebanyak 22 orang (73,3%) responden mengungkapkan mereka

71
mendapatkan pelayanan yang cepat pada saat melakukan pendaftaran sebagai

pasien. Kemudian, pada tabel 5.7 mengenai proses pendaftaran pasien di rumah

sakit, sebanyak 30 orang responden berada di indikator sangat mudah, cukup

mudah dan mudah. Pada Tabel 5.8 mengenai pengurusan administrasi di rumah

sakit (seperti registrasi dan apotek) sebanyak 22 orang (73,4%) responden

mengatakan baik. Lalu pada tabel 5.11 mengenai kecepatan pelayanan yang

diberikan pada saat diputuskan untuk menjalani rawat inap sebanyak 29 orang

responden berada di indikator sangat cepat, cukup cepat dan cepat. Pada Tabel

5.14 mengenai pelayanan administrasi yang diterima tidak berbelit-belit dan

menyulitkan, sebanyak 30 orang responden berada di indikator sangat mudah,

cukup mudah dan mudah. pada tabel 5.16 mengenai kecepatan dan ketepatan

pelayanan yang diberikan selama dirawat, sebanyak 29 orang (96,7%)

mengatakan baik. Pada tabel 5.18 mengenai penyelesaian administrasi selama

dirawat hingga menjelang pulang sebanyak 29 orang berada di indikator sangat

baik dan cukup baik. Dari jawaban-jawaban responden tersebut sudah terlihat

bahwa adanya kepuasan dari pasien selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit

Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, pasien merasa tidak ada proses yang

berbelit-belit yang diterima serta tidak menunggu lama untuk mendapatkan

konfirmasi untuk tingkat perawatan selanjutnya, seperti misalnya sebelum masuk

keruangan rawat inap, untuk sementara waktu pasien harus menunggu di IGD

untuk melakukan pemeriksaan awal dan mendapatkan kabar mengenai ruangan

yang tersedia, mereka mengatakan dalam kurun waktu tidak sampai setengah jam

mereka sudah mendapatkan kabar mengenai ruangan rawat inap. Hal ini yang

72
sangat disenangi pasien, yakni mendapatkan kecepatan, ketepatan dan kepastian

dalam pelayanan.

Jawaban-jawaban dari pasien seperti inilah yang dibutuhkan oleh pihak

rumah sakit dalam meningkatkan pelayanannya. Sebagai penyedia pelayanan

kesehatan, Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau telah memenuhi asas pelayanan

kesehatan yang ada, yakni asas perikemanusiaan, asas keseimbangan, asas

manfaat, asas pelindungan, asas penghormatan, asas keadilan, asas

nondiskriminatif dan asas norma agama, mereka tidak pernah menolak pasien

yang datang, pasien akan ditangani semampu mereka, jika tidak mampu pihak

rumah sakit akan merujuknya kerumah sakit lain yang dianggap mampu untuk

menangani penyakit pasien. Maka dari itu pihak rumah sakit mengharapkan

sistem aplikasi SIM RS yang bisa mengakomodir hal-hal seperti ini, yang juga

berpengaruh terhadap pertolongan yang diberikan kepada pasien dengan cepat.

Inilah sebabnya kenapa SIM RS itu memang sangat dibutuhkan di rumah

sakit, tidak hanya memudahkan kinerja para petugas dirumah sakit tetapi juga

akan berdampak pada pelayanan yang diberikan. Dan rumah sakit tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan cukup berhasil dalam mengimpelementasikaan SIM

RS, jika dilihat dari persepsi pasien sendiri. Tetapi jika dilihat dari persepsi

meningkatkan kinerja pegawai atau petugas yang ada, SIM RS masih memiliki

kekurangan, namun dengan adanya komitmen dari pimpinan dan dukungan dari

anggota yakni pegawai ataupun petugas, SIM RS masih terus terlaksana dengan

perbaikan yang terus menerus dilakukan.

Secara keseluruhan, untuk sistem aplikasi SIM RS yang ada di rumah sakit

tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB, seperti sebelumnya telah dikatakan bahwa

73
sedang dalam percobaan dan pemasangan alat jaringan untuk sistem yang baru.

Pemasukan data di dalam sistem yang baru pun sedang dilakukan, serta

pemasangan kabel-kabel penghubung hub juga belum lama selesai dilakukan,

sehingga mereka terus melakukan usaha agar sistem bisa aktif sepenuhnya dan

bisa langsung cepat terkoneksi agar bisa cepat membantu kinerja mereka. Untuk

memahami bagaimana implementasi SIM RS di Rumah Sakit tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada,

peneliti akan melakukan analisis berdasarkan 4 variabel implementasi kebijakan

dari George C. Edwards, yakni sebagai berikut :

A. Analisis Struktur Birokrasi

Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi pelaku kebijakan

dalam melaksanakan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam

menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Struktur

birokrasi memiliki dua indikator yakni struktur organisasi rumah sakit yang

menangani pelaksanaan SIMRS atau dengan kata lain, fragmentasi yakni

pembagian atau penyebaran wewenang dan sumber daya yang ada untuk

melaksanakan suatu kebijakan dan ketepatan atau kesesuaian pelaksanaan SIM

RS sesuai dengan berbagai ketentuan yang telah diatur atau SOP (Standart

Operating Procedure).

Kuhn menyatakan bahwa kesuksesan sebuah proyek, 80% bergantung

pada pengembangan keterampilan sosial dan politik dari pengembang dan 20%

bergantung dari implementasi teknologi hardware dan software. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kebijakan dari rumah sakit sebagai salah satu pemeran dalam

74
pengembangan rumah sakit memiliki andil yang besar dalam menentukan

kesuksesan SIMRS. Mengenai kebijakan pelaksanaan SIM RS di lingkungan

Rumah Sakit tingkat II Kesdam I/BB Medan, telah diatur bersama dengan

susunan struktur organisasi dalam pelaksanaan SIM RS dengan jelas dicantumkan

dalam Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014

tentang Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dikatakan bahwa

suatu rumah sakit modern harus dilengkapi dengan bagian Informasi kesehatan

(Infokes) yang terstruktur dalam sebuah organsiasi dan dikelola secara efisien,

efektif dan modern. Bagian Infokes harus bertanggung jawab atas kelengkapan,

kebenaran, ketelitian dan melaksanakan pemeliharaan Sistem Informasi Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau agar tersedianya aplikasi SIM RS. Untuk dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, bagian Infokes harus terorganissir

dan dikelola sebagaimana mestinya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini

menunjukkan bahwa SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau berada

dibawah pengelolaan Infokes, namun selama berada dilapangan peneliti diarahkan

untuk melakukan penelitian kepada Seksi Pelayanan Medis (Siyanmed), menurut

penuturan pembimbing peneliti selama dilapangan, seksi Pelayanan Medis juga

mengetahui seluk beluk pelaksanaan SIM RS karena semua yang berhubungan

dengan SIM RS di-monitoring oleh Seksi Pelayanan Medis. Awalnya peneliti

merasa ragu, namun keraguan itu dapat ditepis karena, Seksi Pelayanan Medis

memiliki segala informasi mengenai SIM RS, mulai dari pelaksanaan hingga

proses berjalannya sistem, bahkan peneliti mengumpulkan data sekunder dari

Seksi Pelayanan Medis, dan tidak hanya itu, jika diperhatikan juga dari jawaban

75
informan yang lain terhadap pedoman wawancara yang diberikan hampir sama

dengan jawaban Seksi Pelayanan Medis.

Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap bagian yang ada hubungannya

dengan pelaksanaan SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau mengetahui

dan memahami alur pelaksanaan SIM RS, dari proses pelaksanaan hingga

pertanggung jawaban dalam laporan. Diakui informan bahwa hal ini akan terus

berlangsung hingga masa uji coba sistem selesai, sekitar 3 atau 6 bulan kedepan.

Namun hal seperti ini sebaiknya jangan dibairkan terlalu lama, karena akan

menimbulkan kesenjangan dalam pembagian job description masing-masing

bagian, atau dengan kata lain tumpang tindih terhadap pembagian tugas.

Selain itu, dalam operasionalisasinya ada bagian Pengendali SIM RS yang

juga bertanggung jawab menyampaikan laporan kepada bagian seksi Pelayanan

Medis setiap harinya. Kepala Pengendali SIM RS dapat dikatakan kinerjanya

sudah bagus, sering melakukan pengecekan setiap hari ke ruangan atau bagian

yang terkoneksi SIM RS, ini merupakan sebuah bukti komitmen dari pelaksana

langsung dari SIM RS sendiri.

Dalam pelaksanaan SIM RS yang sudah dilaksanakan sejauh ini di Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan dapat dikatakan semakin membaik, walaupun

ada berbagai hambatan yang masih dirasakan, namun itu menjadi bahan evaluasi

bagi pihak rumah sakit untuk lebih berusaha dalam menuntaskan berbagai

hambatan tersebut. Hambatan yang dirasakan diantaranya adalah data yang tidak

dapat di migrasi ke sistem yang baru sepenuhnya, kemudian data tersebut juga

sudah harus ada di dalam komputer seperti data tindakan, data obat, data tarif.

Selain masalah data, hambatan lain yang ada adalah kejelasan fasilitas ruangan

76
rawat inap seperti kelas I, kelas II dan kelas III, karena data dasar seperti ini nanti

juga akan menjadi dasarnya di dalam sistem, maka harus dibuat jelas. Hambatan

yang lain lagi adalah pemecahan tindakan dokter seperti tarif dokter, tarif perawat

serta pajaknya. Selain yang telah disebutkan, hambatan yang lain adalah hambatan

yang berupa sumber daya manusia yang masih kurang, yakni untuk tenaga

charging di rawat inap.

Dari segi struktur birokrasi pelaksanaan SIM RS sudah pada bagian yang

tepat dan dikelola dengan baik dengan adanya komitmen yang kuat untuk

melakukan perbaikan pada sistem yang ada, yang nantinya akan terus dilakukan

secara bertahap menuju ke model sistem yang lebih baik agar kedepannya dapat

menghasilkan hasil dari sistem yang sesuai dengan yang diinginkan oleh institusi

sendiri seperti sistem yang mandiri dan dukungan dari SDM yang juga harus kuat.

Dari segi ketepatan atau kesesuaian pelaksanaan SIM RS sesuai dengan berbagai

ketentuan yang telah diatur atau SOP (Standart Operating Procedure), untuk

pelaksananya sendiri sudah tepat karena mereka terus melakukan koordinasi

setiap harinya dan masing-masing memahami tugasnya masing-masing seperti

bagian pelaksana, bagian monitoring dan bagian pelaporan dan juga mereka saling

membantu satu sama lain ketika ada kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan

tugas masing-masing.

B. Analisis Sumber Daya

Sumberdaya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan

merealisasikan jalannya suatu kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan

berjalan dengan baik. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas

77
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk

melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya

yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber

daya manusia, sumber daya fasilitas dan sumber daya finansial. Van Meter daan

Van Horn menyebutkan bahwa sumber daya yang dimaksud mencakup dana atau

perangsang (incentive) lain yang mendorong dan memperlancar implementasi

yang efektif. Sementara George Edward III menyebutkan sumber daya yang

penting dalam implementasi meliputi: staf yang memadai keahlian-keahlian yang

baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas

lain yang diperlukan untuk implementasi kebijakan publik.

Ketersediaan sumber daya manusia dalam pelaksanaan suatu kebijakan

merupakan soal yang sangat penting. Meskipun demikian, perlu juga diketahui

bahwa jumlah staff tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi

kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis

mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kemampuan

yang dimiliki oleh pimpinan ataupun staff itu sendiri, namun disisi lain kurangnya

staff juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang

efektif. Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu

kebijakan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya.

Peneliti telah memaparkan jumlah anggota atau petugas khusus operator

SIM RS sendiri berdasarkan penuturan informan sebanyak 30 orang yang

menempel disetiap bagian yang terkoneksi SIM RS seperti pendaftaran dan

charging rawat jalan, pendaftaran dan charging IGD & rawat inap, ruangan rawat

inap, OK/ICU, laboratorium, radiologi dan farmasi. Namun pihak rumah sakit

78
tidak menetapkan jumlah staff khusus operator ini, jika diperlukan mereka akan

melakukan penambahan. Dari pernyataan seorang informan, anggota sebanyak 30

orang ini dirasa masih kurang, terutama untuk bagian charging, namun untuk

sekarang ini penambahan belum dilakukan karena fasilitas komputer di setiap

ruangan rawat inap juga masih belum tersedia. Jadi untuk petugas operator SIM

RS, setiap harinya mereka berkeliling ke setiap ruangan untuk mengambil status

pasien dan melakukan input ke dalam sistem. Terkadang ini menjadi masalah,

apabila petugas tersebut terlalu lama menahan status tersebut, perawat yang ada

diruangan menjadi kesulitan apabila ingin mencatat perawatan yang ada untuk

pasien, harus mencari keberadaan status pasien yang bersama petugas operator

SIM RS tadi. Hal tersebut memang harus terpaksa terjadi demikian, karena para

petugas operator SIM RS itu sendiri mempunyai sistem kerja mereka yang

berkelilling ke setiap ruangan setiap harinya untuk sementara waktu ini sampai

SIM RS bisa berjalan dengan sempurna, sedangkan jumlah pasien dalam satu

ruangan perawatan bisa mencapai 6 sampai 10 pasien di tiap ruangan dan ruangan

perawatan rawat inap ada 12 ruangan.

Jika dianalisis dari segi sumber daya manusia, anggota operator SIM RS

terutama yang khusus menjadi operator SIM RS sebagian besar mereka berasal

dari tenaga sukarela (TKS) atau dengan kata lain honor, namun sebagian besar

dari mereka dipilih yang memang dasar pendidikannya adalah kesehatan seperti

tamatan D3 Keperawatan, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Sarjana Farmasi,

karena mereka lebih mengetahui mengenai alur dan tindakan-tindakan yang ada di

rumah sakit sedangkan untuk pemahaman terhadap sistem itu sendiri, sebelum

ditempatkan sebagai petugas operator SIM RS. Masing-masing anggota SIM RS

79
telah menerima pelatihan untuk menjalankan sistem itu sendiri. Hal ini

menjadikan pelaksanaan keinginan untuk melaksanakan SIM RS semakin

maksimal dan ini merupakan suatu bukti bahwa adanya dukungan dari para

petugas, yakni petugas operator SIM RS.

Sumber daya finansial atau dana juga merupakan hal yang akan sangat

penting dalam memaksimalkan keberhasilan suatu kebijakan. Menurut penuturan

informan, mengenai pembiayaan untuk SIM RS itu berasal dari anggaran rumah

sakit, tetapi peneliti tidak menemukan tentang pembahasan mengenai pembiayaan

pada Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014

tentang Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, karena keputusan

tersebut juga menjadi pedoman bagi pelaksanaan SIM RS di Rumah Sakit tingkat

II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Ditambah lagi dengan penuturan informan,

pembayaran kepada pihak provider SIM RS yang baru akan dilakukan setelah

sistem dapat menghasilkan output seperti yang diinginkan.

Selain sumber daya manusia yang telah dipaparkan sebelumnya, faktor yang

tidak kalah pentingnya bagi implementasi kebijakan adalah tersedianya fasilitas.

Seorang pelaksana atau implementor sebuah kebijakan mungkin mempunyai staff

yang memadai dalam hal kualitas serta kuantitasnya dan mungkin memahami apa

yang harus dilakukan, tetapi tanpa fasilitas seperti bangunan sebagai kantor untuk

melakukan koordinasi dan pelayanan, tanpa peralatan dan perlengkapan, maka

besar kemungkinan implementasi kebijakan yang telah direncanakan tidak akan

berhasil. Sementara itu, penyediaan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk

mendukung implementasi kebijakan yang efektif sangat dipengaruhi oleh

pendanaan terhadap implemetasi kebijakan tersebut. Dari segi lokasi, bangunan

80
Rumah Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan berada dilokasi yang

strategis yakni berada di tengah kota Medan. Dengan kapasitas 12 ruangan

perawatan dan tempat tidur sebanyak 226 tempat tidur.

Fasilitas untuk SIM RS sudah dipaparkan peneliti pada bab penyajian data

sebelumnya, dan menurut penuturan informan keadaan fasilitas tersebut dirasa

sudah mencukupi untuk jumlah sumber daya manusia yang ada sekarang. Untuk

kedepannya nanti akan dilakukan penambahan terhadap jumlah unit komputer

untuk masing-masing ruangan rawat inap, namun kendala disini adalah ruangan

nurse station disetiap ruangan rawat inap sendiri tidak cukup untuk meletakkan

komputer tersebut. Dari segi jaringan, fasilitas SIM RS sudah cukup memadai,

dimana disetiap bagian memiliki HUB yang berfungsi untuk menyambungkan

data yang diinput kepada Server. Dari segi sistem aplikasi, mereka bekerja sama

dengan PT. INFODATA PERDANA dan menurut penuturan informan, aplikasi

tersebut dapat mengakomodir kebutuhan mereka, mengingat track record dari

provider itu sendiri sebelumnya juga sudah digunakan oleh salah satu rumah sakit

TNI yang ada di Jawa. Peneliti juga menemukan bentuk sistem aplikasi yang

bagus, yang tidak hanya bisa menginput data pasien, tetapi juga bisa melakukan

input berbagai tindakan perawatan yang ada dirumah sakit beserta rincian harga

terhadap tindakan perawatan tersebut. Dan juga dari segi kemudahan sistem

tersebut cukup mudah untuk digunakan, karena berdasarkan penuturan informan,

pelatihan yang diberikan kepada petugas operator SIM RS dilakukan selama 2

minggu dan mereka sudah dapat memahami dalam menggunakan sistem aplikasi

SIM RS tersebut.

81
Dari segi sumberdaya, implementasi SIM RS belum terlaksana secara

baik, dimana pengelola sistem aplikasi SIM RS baru saja diganti dan masih

adanya kekurangan terhadap sumberdaya manusia untuk tenaga charging, namun

penambahan sumberdaya manusia ini harus juga disertakan dengan jumlah

fasilitas pendukung kinerja yang ada, agar nantinya penambahan sumberdaya

manusia yang telah dilakukan tidak menjadi sia-sia, begitu juga halnya dengan

fasilitas pendukung kinerja mereka jumlahnya juga harus disesuaikan dengan

jumlah sumberdaya manusia yang ada agar keberadaan fasilitas tersebut menjadi

tidak mubazir dan sia-sia. Serta penambahan fasilitas berupa Uninterruptible

Power Supply (UPS) yakni sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat

memberikan daya lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati dan juga alat

otomatisasi genset yang berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis jika ada

pemadaman listrik, karena dikatakan bahwa komputer akan mati apabila terjadi

pemadaman listrik secara tiba-tiba, apabila tidak ditangani secara cepat akan

menyulitkan kinerja dari sumberdaya yang lainnya yaitu manusia.

C. Analisis Komunikasi

Komunikasi mencakup hubungan antar organisasi pelaksana implementasi.

Komunikasi yang baik meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas,

konsisten, menyeluruh serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam

proses implementasi dan bentuk koordinasi yang dilakukan. Konsistensi dan

keseragaman dari tujuan dan sasaran suatu kebijakan sangat diperlukan agar

aparat pelaksana kebijakan paham terhadap apa yang akan dicapai. Selain itu

kesamaan cara pandang ini juga dapat mendorong terbentuknya motivasi yang

82
mendukung pelaksanaan pencapaian tujuan. Sebaliknya, jika tidak ada suatu

pemahaman yang sama antara semua aparat pelaksana kebijakan, tentu

pelaksanaan suatu kebijakan tidak optimal. Keseragaman cara pandang ini hanya

dapat terwujud apabila ada komunikasi yang baik antara para pemimpin atau

perumus kebijakan dengan aparat pelaksananya di lapangan.

Berdasarkan penuturan informan, komunikasi yang dilakukan dikalangan

para pelaksana SIM RS yang ada di rumah sakit adalah dengan melakukan

laporan setiap harinya atau dengan kata lain adalah sensus harian. Hal ini tentu

sangat berguna karena apabila ada ditemukan masalah-masalah atau hambatan

dalam pelaksanaannya dapat segera ditemukan solusi untuk memperbaiki atau

menuntaskan masalah tersebut dalam hari itu juga. Koordinasi dilakukan pada

saat pagi hari dilakukan apel harian, sedangkan laporan dilakukan pada sore hari

pada saat akan pulang, laporan mengenai pelaksanaan SIM RS dalam satu hari itu.

Hal ini tentu sangat berguna bagi bagian monitoring SIM RS, karena setiap hari

menghadapi hal serupa dan bisa mengetahui kendala apa saja yang sudah menjadi

kendala umum atau ada kendala yang secara tiba-tiba, dan semuanya bisa menjadi

bahan sebagai evaluasi terhadap sistem agar kedepannya pelaksanaan dari SIM

RS menjadi baik lagi dan lebih bagus.

Apabila ada kendala yang tidak dapat diselesaikan di saat itu juga, atau

dirasakan terlalu rumit, maka mereka akan melapor dan berkoordinasi dengan

pihak provider yang ada di Jakarta. Dan adapun evaluasi yang mereka lakukan

terhadap provider sendiri adalah setiap 6 bulan sekali. Menurut informan, SIMRS

merupakan sebuah wadah aplikasi untuk informasi manajemen, yang terdiri dari

informasi pasien dan infromasi untuk masing-masing dikalangan petugas yang

83
ada di rumah sakit. Komunikasi dan koordinasi yang dilakukan selama ini akan

dikumpulin sebagai data bulanan kemudian data triwulan lalu data tahunan, yang

mana data-data tersebut berguna nanti untuk menyusun renstra rumah sakit dan

bahan evaluasi. Karena SIM RS yang ada sekarang adalah provider yang baru

dipasang dan baru berjalan sekitar 2 minggu jadi belum banyak perubahan yang

dirasakan, karena menurut penuturan informan, saat ini adalah saat dimana sistem

itu sedang di uji cobakan sampai nanti akan mengeluarkan output seperti yang

mereka inginkan, apabila sesuai maka akan dilakukan pembayaran kepada pihak

provider dan dilanjutkan penggunaan provider SIM RS tersebut. Sudah

dikemukakan peneliti di awal bahwa Rumah Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan merupakan rumah sakit milik TNI–AD yang berbeda dari rumah

sakit pemerintah lainnya maupun rumah sakit swasta. Perbedaannya adalah pada

sistem pelaporan bulanan, dimana pihak rumah sakit harus mengirimkan laporan

kepada Kementerian Kesehatan dan Direktorat Angkatan Darat, maka mereka

menginginkan adanya sistem yang bisa mengakomodir semua itu, karena pada

laporan ke Direktorat Angkatan Darat harus ada laporan yaang mengatakan

jumlah pasien yang berasal dari angkatan harus jelas, maka mereka membutuhkan

SIM RS yang seperti itu.

Provider SIM RS yang lama atau sebelum yang baru ini bukan tidak bagus

tetapi provider tersebut kebanyakan digunakan oleh rumah sakit swasta dan tidak

bisa mengakomodir kebutuhan mereka, sedangkan SIM RS yang sekarang sedang

dilaksanakan, telah diketahui bahwa ada juga rumah sakit TNI yang menggunakan

provider SIM RS tersebut, maka ini bisa juga dikatakan sebagai alasan atau dasar

84
pihak Rumah Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan memilih provider

tersebut.

Adapun bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Kepala pengendali SIM RS

sendiri adalah dengan melakukan pegecekan ke ruangan setiap harinya, kemudian

setiap pagi dilaksanakan apel pagi, atau dengan kata lain laporan para petugas

operator SIM RS setiap harinya, mengenai kehadiran para petugas operator SIM

RS. Hal ini berguna untuk mengetahui kehadiran dan sikap dari para petugas

operator SIM RS yann setiap harinya bergelut di bidang pekerjaan yang

berhubungan dengan SIM RS.

Berdasarkan analisis dari keseluruhan dalam aspek komunikasi yang telah

dilakukan adalah bentuk komunikasi yang berupa koordinasi harian yang nantinya

akan dikumpulkan menjadi data bulanan kemudian dikumpulan untuk tahunan

dan menjadi bahan untuk evaluasi. Komunikasi harian ini dilakukan agar

ditemukan masalah apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan SIM RS

dan apakah masih bisa diselesaikan sendiri atau melalui programmer provider

SIM RS. Ini merupakan suatu kemudahan yang mendukung kinerja para petugas

operator SIM RS juga. Karena adanya perhatian juga dari pimpinan mereka

terhadap kinerja mereka, dan merupakan sebuah bentuk kerjasama yang bagus

dalam membangun sistem yang bagus juga.

D. Analisis Disposisi

Disposisi merupakan watak dan karakteristik dari para pelaksana program

dalam menyikapi suatu kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dilupakan.

Jika para pelaksana program setuju dengan isi suatu kebijakan, dalam hal ini

85
berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka akan melaksanakannya

sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan. Disposisi

implementor dapat dilihat dari pemahaman para pelaksana dalam memenuhi

tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan SIM RS serta intensitas yang berupa

sikap dari para pelaksana terhadap pelaksanaan SIM RS di Rumah Sakit tingkat II

Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Dalam disposisi seorang pimpinan yakni yang berhubungan dengan

penggunaan kewenangannya, dalam hal ini Kepala Rumah Sakit Tingkat II

Kesdam I/BB Medan, untuk memaksimalkan pelaksanaan SIM RS di lingkungan

rumah sakit telah menempuh satu upaya yakni pergantian vendor aplikasi SIM RS

dari yang lama ke yang baru, hal ini dilakukan dengan tujuan menciptakan SIM

RS yang dapat mengakomodir kebutuhan mereka. Alasan pergantian vendor ini

dilakukan karena vendor atau provider SIM RS yang lama tidak dapat

mengakomodir kebutuhan mereka dalam sistem dan juga kebanyakan digunakan

oleh rumah sakit swasta, sedangkan provider SIM RS yang baru ini sebelumnya

sudah melakukan kerjasama dengan rumah sakit TNI yang ada di Jawa oleh sebab

itu mereka menganggap provider SIM RS yang baru ini juga bisa memenuhi

kebutuhan mereka. Hal ini merupakan bukti adanya komitmen pihak rumah sakit

melalui disposisi seorang pimpinan untuk serius melaksanakan SIM RS. Tentunya

bentuk kewenangan pimpinan tersebut juga harus disertai dengan kesiapan dari

pegawai atau staff yang ada.

Untuk menilai bentuk disposisi diantara para pegawai dirumah sakit dalam

memahami dan melakukan tugasnya dengan baik dan benar, peneliti memberikan

kuesioner kepada pasien untuk mengetahui dari sisi persepsi pasien sebagai

86
penerima pelayanan yang ada di Rumah sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan. Adapun pada bab penyajian data bisa dilihat pada tabel 5.12 mengenai

informasi yang diberikan pada saat sebelum ataupun sesudah pelayanan diberikan

sebanyak 24 orang pasien (80%) menjawab baik, dan 5 orang (16,7%) memilih

jawaban sangaat baik. Mereka mengakui bahwa setiap petugas yagn datang akan

memberikan penjelasan mengenai keadaan penyakit mereka dan menjelaskan

informasi mengenai tindakan medis yang selanjutnya akan diberikan kepada

mereka. Berdasarkan penuturan pasien, komunikasi seperti ini sangat baik dan

mereka merasa sangat senang karena merekan menjadi merasa memang benar-

benar dirawat, tidak ditelantarkan. Kemudian, bisa dilihat juga pada tabel 5.17

mengenai apakah tenaga medis yang ada telah mengetahui catatan medis pasien

sebelumnya, sebanyak 25 orang (83,4%) pasien mengatakan baik dan sebanyak 3

orang (10%) mengatakan sangat baik. Ini membuktikan bahwa sebelum

melakukan pemeriksaan kepada pasien, petugas medis yang ada telah mengetahui

riwayat atau catatan medis mereka, maka pasien merasa tidak pernah ada

kesalahan dalam memberikan tindakan. Karena apabila salah, ini akan

berimplikasi terhadap perkembangan penyakit yang dialami pasien. Menurut

penuturan seorang informan utama, bahwa pasien yang sedang dirawat di rumah

sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan menggunakan gelang pasien

ditangan. Fungsi dari gelang tersebut selain untuk menandakan bahwa dia adalah

seorang pasien rawat inap, juga berfungsi sebagai penanda bahwa ada alergi

tertentu yang diderita pasien sehingga petugas medis segera mengetahui bahwa

ada obat-obat tertentu yang tidak bisa diberikan kepada pasien. Hal-hal tersbeut

adalah bentuk komunikasi antara petugas medis dengan pasien yang merupakan

87
sikap dari petugas medis sebagai yang memiliki kewenangan memberikan

tindakan perawatan kepada pasien. Sikap-sikap petugas medis seperti ini yang

dibutuhkan untuk mendukung pembangunan SIM RS yang bagus, dimana adanya

perhatian dari para petugas medis sendiri terhadap pasien, seperti yang telah

peneliti terangkan pada bagian variabel sumberdaya bahwa sebuah sistem tidak

akan berjalan efektif apabila tidak didukung oleh sumberdaya yang berkompeten.

Karena apabila sudah ada sistem maka, semua pengisian data pasien harus terisi

penuh dan lengkap, maka dari itu pihak rumah sakit memperbaiki sikap tersebut

yakni sikap rajin dari petugas medis untuk mengisi penuh status pasien dan lebih

peduli terhadap pasien, agar nantinya dapat memudahkan penggunaan SIM RS

sendiri untuk meng-input tindakan-tindakan tersebut didalam SIM RS.

Untuk memastikan bahwa anggota operator SIM RS itu sedang melakukan

tugasnya, Kepala Pengendali SIMRS setiap harinya juga melakukan pengecekan

berkeliling ke setiap ruangan yang terkoneksi dengan SIM RS, jadi walaupun

kegiatan para anggota operator SIM RS itu bisa dilihat di monitor yang ada di

server tetapi juga dilakukan pengecekan ke setiap ruangan, bentuk tanggung

jawab atas kewenangan yang telah diberikan seperti ini merupakan adanya

keseriusan dari implementor di rumah sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan. Para implementor ini memang benar-benar memahami apa yang menjadi

tugasnya dan dengan sukarela berinisiatif melakukan tugas tambahan apabila

tugas tersebut juga menjadi wilayah kendali mereka. Seperti halnya yang

dilakukan oleh Kepala Pengendali SIM RS ini juga merupakan wujud dari

implementor yang bertanggung jawab, tidak hanya kepada tugasnya tetapi juga

kepada atasan, sehingga benar-benar memastikan bahwa SIM RS itu benar-benar

88
terlaksana dengan baik. Tidak hanya itu, hal serupa juga dilakukan pada seksi

pelayanan medis, Kepala Seksi Pelayanan Medis juga rajin dalam melakukan

pengecekan terhadap laporan-laporan harian anggota SIM RS tersebut.

Sesuai dengan yang telah peneliti sajikan pada bab penyajian data

sebelumnya, adapun langkah-langkah yang ditempuh dari pimpinan sebagai

pembuat kebijakan pelaksanaan SIM RS dilingkungan Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam menumbuhkan sikap menerima dari para

anggota operator SIM RS sendiri adalah dengan melakukan pelatihan dan

pendidikan untuk penggunaan sistem yang bekerjasama dengan programmer dari

provider dan dari pihak akademisi yakni STIKOM. Langkah-langkah seperti ini

sangat berguna, agar anggota dapat memahami pentingnya SIM RS dilingkungan

rumah sakit dan menjadikan keberadaan sistem menjadi tidak sia-sia nanti ketika

sudah dipasang. Kemudian adapun langkah lainnya yang ditempuh oleh pimpinan

untuk melihat intensitas ataupun sikap dari pelaksana kebijakan seperti anggota

operator SIM RS adalah dengan melakukan evaluasi kerja tiap grup secara harian,

hal ini dilakukan oleh seksi Pelayanan Medis untuk melihat sejauh mana

pemahaman dan sikap mereka dalam menyelesaikan tugasnya, karena mereka

juga dituntut untuk mengerjakan dengan cepat agar status pasien dapat segera

dikembalikan untuk mencatat tindakan selanjutnya.

Berdasarkan analisis secara keseluruhan mengenai disposisi dari

implementor adalah, bahwa tidak hanya anggota operator SIM RS saja yang

bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan SIM RS di rumah sakit tingkat

II Putri Hijau tetapi juga dari sikap petugas medis sendiri yang diberikan lewat

pelayanannya terhadap pasien lewat perhatian dan sikap rajin untuk mengisi status

89
pasien secara lengkap, karena nantinya status tersebut akan dipindahkan ke sistem

aplikasi SIM RS dan hal ini mendukung terciptanya sistem yang bagus.

Kemudian, sikap pimpinan sebagai pembuat kebijakan dalam memberikan

pelatihan terlebih dahulu merupakan langkah yang sangat bagus, karena sistem

yang mahal sekalipun akan menjadi tidak berguna apabila tidak ada sumberdaya

yang mendukung berjalannya sistem.

6.2 Hubungan Antar Variabel

Pada bagian ini peneliti akan menghubungkan hasil analisis masing-

masing variabel implementasi kebijakan pada Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah masing-masing variabel

tersebut berkedudukan sejajar, ada pengaruh antar variabel, atau tidak saling

berpengaruh satu sama lain.

Secara umum implementasi SIM RS berdasarkan PERMENKES no.82

tahun 2013 pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah

dilaksanakan dengan cukup baik. Dengan adanya komitmen yang kuat dari

pimpinan tentu juga harus di dukung dengan kekuatan dari sumberdaya yang ada.

Dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan SIM RS di lingkungan Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, terlihat adanya variabel

disposisi yang dipengaruhi variabel struktur birokrasi. Variabel struktur birokrasi

menunjukkan adanya komitmen dan kemauan yang kuat dari Kepala Rumah Sakit

untuk melaksanakan SIM RS, hal ini diwujudkan dengan dibuatnya pedoman

penyelenggaraan SIM RS di lingkungan rumah sakit tersebut yakni Keputusan

90
Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang Kebijakan

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Di dalam keputusan tersebut tertuang

jelas unsur-unsur penyelenggaraan SIM RS dimulai dari kriteria pengadaan alat

dan sistem hingga struktur organisasi yang mencakupi penangan SIM RS sendiri.

Kemudian, melalui pernyataan seorang informan yang menyatakan bahwa SIM

RS juga sudah telah dilaksanakan di rumah sakit tersebut sejak tahun 2012. Hal

ini selaras dengan keadaan vendor aplikasi SIM RS yang baru saja berganti dari

yang lama ke yang baru, hal ini merupakan bentuk disposisi dari seorang

pimpinann yang menginginkan terselenggaranya SIM RS yang semakin bagus

untuk kedepannya dan bisa mengakomodir segala kebutuhan mereka. Hal ini juga

berarti bahwa SIM RS yang ada sekarang adalah upaya untuk meningkatkan

sistem ke arah yang lebih baik lagi. Namun perlu diketahui bahwa melakukan

perubahan bukanlah perkara mudah, bisa saja perubahan tersebut mengalami

resistensi atau penolakan. Seperti misalnya pada sikap anggota pelaksana sendiri

yang belum siap. Maka, berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa variabel

disposisi tersebut dipengaruhi oleh variabel struktur birokrasi.

Kemudian dengan adanya bentuk disposisi dari pimpinan tersebut yakni

yang ada pada variabel disposisi yang akhirnya akan mempengaruhi variabel

sumber daya baik itu manusia, fasilitas maupun keuangan atau anggaran. Dimana

dengan adanya sistem aplikasi SIM RS yang baru akan mempengaruhi

sumberdaya keuangan, yakni adanya pengeluaran yang lebih besar untuk

pengadaan sistem tersebut, namun hal ini ditepis oleh pernyataan informan yang

menyatakan bahwa pambayaran dengan vendor SIM RS dilakukan setelah selesai

masa percobaan dan didapatkan output sesuai dengan yang diinginkan. Selain

91
keuangan, langkah disposisi tersebut juga akan mempengaruhi sumber daya

manusia, dimana juga harus ada orang yang menjalankan sistem tersebut.

Sehingga pengadaan sistem tersebut tidak menjadi sia-sia. Namun hal ini juga

tidak menjadi masalah bagi rumah sakit, karena para sumber daya manusia yang

akan ditempatkan sebagai operator SIM RS tersebut telah mendapatkan

pendidikan dan pelatihan sebelum sistem tersebut dipasang. Pendidikan dan

pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan pihak vendor SIM RS sendiri dan

juga pihak akademisi. Kemudian, keadaan sumberdaya fasilitas juga harus

dibarengi dengan jumlah sumberdaya manusia yang ada. Apabila jumlah

sumberdaya manusia tidak disertai dengan jumlah sumberdaya fasilitas yang ada

maka akan membuat kinerja mereka menjadi tidak efisien. Namun, masalah yang

terjadi pada pelaksanaan SIM RS di rumah sakit tersebut, adalah masih dirasakan

adanya kekurangan sumberdaya manusia untuk tenaga charging. Namun hal ini

disertai juga dengan sumberdaya fasilitas sendiri yang belum lengkap yakni belum

tersedianya komputer di masing-masing ruangan rawat inap. Berdasarkan

pernyataan informan hal in terjadi dikarenakan sedang masa uji coba sistem SIM

RS yang baru selama 3 – 6 bulan kedepan. Karena nantinya apabila sistem sudah

berjalan dengan sempurna, para operator SIM RS atau sumberdaya manusia yang

ada saat ini akan menjadi pembimbing bagi perawat diruangan untuk melakukan

input charging rawat inap dan juga akan disertai dengan penambahan fasilitas

tersebut. Hal ini kedepannya tentu akan sangat berguna dalam meningkatkan

kecepatan pelayanan yang ada. Kemudian, disposisi juga berpengaruh terhadap

pemilihan kriteria sumberdaya manusia itu sendiri seperti pemilihan sumberdaya

yang memang sudah mempunyai dasar yang baik, dalam hal ini seperti pemilihan

92
sumebrdaya manusia untuk petugas SIM RS sendiri, dipilih yang berasal dari

kesehatan, yakni Sarjana Keperawatan, Sarjana Farmasi serta D3 Keperawatan.

Ketiga variabel yang ada bisa juga memiliki hubungan dengan variabel

komunikasi yakni, seperti variabel disposisi yang dianggap mempengaruhi

variabel komunikasi. Yaitu, akibat adanya pemahaman dikalangan impelementor,

mereka dapat melakukan tindakan-tindakan inisiatif lain yang tidak berlainan

dengan tugasnya. Dalam hal ini. koordinasi yang dilakukan adalah dengan

melakukan laporan atau sensus harian terhadap masing-masing anggota.

Koordinasi harian yang dilakukan sampai saat ini dirumah sakit tersebut setiap

harinya dilakukan oleh anggota SIM RS dengan memberikan laporannya kepada

bagian Seksi Pelayanan Medis. Kemudian, variabel disposisi juga dapat

dipengaruhi oleh variabel komunikasi, karena adanya bentuk komunikasi harian

tadi melalui masalah-masalah yang kerap dijumpai, bisa saja masalah tersebut

mempengaruhi disposisi sikap dari para pembuat kebijakan, seperti kewenangan

pengambilan keputusan-keputusan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah

tersebut.

Sedangkan variabel struktur birokrasi juga dapat mempengaruhi variabel

komunikasi, yakni dari struktur organisasi yang ada, SIM RS berada dibawah

pengawasan Urusan Informasi Kesehatan namun dalam pelaporan dan monitoring

sehari-sehari maupun secara berkala berada pada Seksi Pelayanan Medis. Namun,

berdasarkan penuturan informan, selama masa percobaan sistem SIM RS yang

baru ini, untuk sementara sebagian besar kegiatan pengawasan berada di bawah

pengawasan bagian Seksi Pelayanan Medis, karena tugas Seksi Pelayanan Medis

adalah melakukan evaluasi dan monitoring terhadap kegiatan dan pelayanan di

93
rumah sakit, dan juga segala macam data tentang pelaksanaan SIM RS ada pada

Seksi Pelayanan Medis. Hal ini menandakan adanya komunikasi diantara masing-

masing implementor, sehingga dapat mengetahui tugas masing-masing bagian

yang berhubungan dengan SIM RS. Hal seperti ini dapat berguna bagi tahap

evaluasi, karena masing-masing bagian dapat mengetahui kendala atau masalah

yang terjadi pada bagian lain sehingga dapat ditemukan solusi pemecahan

masalah tersebut. Apabila masing-masing bagian tersebut bekerja secara sendiri-

sendiri tidak ada koordinasi antar satu bagian dengan yang lain, maka

penyelesaian masalah akan menjadi lama, bahkan dapat tidak terselesaikan.

Sedangkan antara variabel sumberdaya dengan variabel komunikasi, peneliti

menyimpulkan ada hubungan sejajar diantara variabel tersebut, dimana diantara

variabel tersebut tidak ada pengaruh yang begitu signifikan. Sumberdaya yang ada

seharusnya memang dikoordinasikan melalui komunikasi atas disposisi dari

pembuat kebijakan. Komunikasi yang dilakukan terhadap sumberdaya selama ini

dapat dikatakan sudah sesuai atau bagus, yakni adanya koordinasi harian hingga

evaluasi bulanan. Hal ini juga berguna untuk mengukur kinerja para petugas SIM

RS itu sendiri. Karena pada dasarnya, keberhasilan suatu implementasi SIM RS

akan berhasil apabila ada komitmen yang kuat dari pimpinan melalui

kewenangannya untuk menimbulkan adanya dukungan dari sumberdaya yang ada.

94
BAB VII

PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan menyampaikan kesimpulan penelitian serta

rekomendasi atau saran-saran atas implementasi kebijakan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), sehingga saran-saran tersebut dapat menjadi

solusi atas tindakan-tindakan implementasi di masa yang akan datang.

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil

interpretasi dan analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Bagian

kesimpulan dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

terdapat dalam perumusan masalah. bagian kesimpulan juga harus selaras dan

sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan peneliti pada bagian

sebelumnya. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam

pemenuhan pelayanan kesehatan dapat dikatakan sudah cukup baik.

Melalui kewenangannya pimpinan rumah sakit yaitu Kepala Rumah Sakit

telah mengeluarkan Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No:

SK/MKI/10/12/2014 tentang Kebijakan Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit sebagai pedoman pelaksanaannya. Ini membuktikan bahwa

adanya komitmen dari pimpinan sendiri untuk melaksanakan SIM RS. Jika

dilihat dari persepsi pasien, pasien merasa mendapatkan pelayanan yang

95
bagus selama dirawat, selain itu juga dalam hal kecepatan pelayanan,

keakuratan dan ketepatan, pengurusan adminsitrasi dirasa baik dan mudah.

Sedangkan bagi Rumah Sakit sendiri, komitmen dari pimpinan juga dapat

terlihat dari adanya tindakan penggantian provider SIM RS dari yang lama

ke yang baru, yang dinilai semakin membaik dan akan memudahkan kinerja

petugas yang ada. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk

menimbulkan sikap menerima terhadap sistem tersebut seperti diadakan

pelatihan dan pendidikan, serta melakukan penertiban penulisan status

pasien secara manual agar nantinya mudah untuk di input ke dalam sistem.

Kemudian tidak hanya itu, sumberdaya manusia ini juga harus didukung

dengan adanya fasilitas yang menunjang kinerja mereka. Namun pengadaan

fasilitas ini juga harus selaras dengan jumlah sumberdaya manusia yang ada,

jangan sampai keberadaan fasilitas ini menjadi sia-sia karena kurangnya

sumberdaya pengelolanya, dan sebaliknya apabila kurang maka akan

mengganggu kinerja dari sumberdaya manusia. Tentu kewenangan untuk

mengadakan penambahan terhadap sumberdaya manusia dan fasilitas ini

merupakan kewenangan pimpinan atau disposisi sebagai pimpinan, karena

sumberdaya manusia dan fasilitas merupakan alat vital bagi implementor

dalam melaksanakan sebuah kebijakan, yakni supaya cita-cita untuk

membangun SIM RS yang bagus di lingkungan rumah sakit dapat terwujud.

2. Variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di

Rumah Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan adalah

sebagai berikut :

96
a. Jika dilihat dari aspek struktur birokrasi secara umum sudah baik. Sudah

diatur dengan baik berikut tugas dan tanggung jawab masing-masing

yang tercantum pada Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No:

SK/MKI/10/12/2014 tentang Kebijakan Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit. Dan terjadi kerjasama dan koordinasi yang diantara setiap

bagia yang menaungi SIM RS dimulai dari pelaksanaan hingga ke

monitoring.

b. Dari aspek sumber daya, dibagi menjadi 3 yakni, sumberdaya manusia,

sumberdaya finansial serta sumberdaya fasilitas. Untuk sumberdaya

manusia dirasa belum mencukupi untuk charging tindakan rawat inap,

namun hal ini selaras dengan belum lengkapnya sumberdaya fasilitas

yakni komputer untuk setiap ruangan rawat inap. Hal ini terjadi karena

adanya penggantian provider SIMRS dari yang lama ke provider SIM RS

yang baru, yangmana baru berjalan kurang dari 1 bulan.

c. Aspek komunikasi adalah dengan melakukan sensus harian dari bagian

rawat inap dan anggota operator SIM RS yang dilakukan oleh Seksi

Pelayanan Medis. Hal ini disebut juga dengan koordinasi harian, dimana

data tersebut dikumpulkan untuk menjadi bahan evaluasi untuk

mengetahui hambatan dan masalah dalam pelaksanaan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dan koordinasi seperti itu merupakan

sarana mendapatkan solusi dari pemecahan dan penyelesaian masalah

atau hambatan yang ada.

d. Aspek disposisi adalah keberhasilan pelaksanaan SIM RS tidak hanya

didukung oleh para pelaksana kebijakan melalui tanggung jawab atas

97
tugasnya masing-masing, yakni dari cara melakukan pengecekan

terhadap kinerja sistem dan anggota operator SIM RS. Selain itu juga

adanya kewenangan dari pimpinan untuk mengambil langkah yang

bertujuan untuk menimbulkan adanya dukugnan dari para implementor

yakni mengadakan pelatihan dan pendidikan sebelum sistem dipasang.

Tindakan seperti ini merupakan langkah awal untuk mencapai

implementasi SIM RS yang berhasil. Hal ini juga merupakan tindakan

paling fundamental namun cenderung banyak ditiadakan oleh berbagai

rumah sakit di Indonesia dalam melakukan implementasi SIM RS,

terlihat pada penelitian terdahulu yang sudah penulis paparkan pada bab

sebelumnya, akibatnya kegagalan dalam pelaksanaan SIM RS banyak

dirasakan pada kemampuan dari sumberdaya manusia yang ada.

7.2 Saran

Adapun saran dari peneliti mengenai pelaksanaan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan adalah sebagai berikut :

1. Masalah pemadaman listrik yang kerap terjadi dan mengakibatkan

gangguan pada komputer sebaiknya diatasi dengan menggunakan alat

stabilisator, memasang alat yang bernama Uninterruptible Power Supply

(UPS) yakni sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat memberikan daya

lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati dan juga alat otomatisasi

genset yang berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis jika ada

pemadaman listrik.

98
2. Peneliti menyarankan agar diadakan perekrutan sumberdaya manusia

khususnya operator yang lebih banyak lagi dan terlatih dibidang sistem

komputerisasi, agar penerapan dan pelaksanaan SIM RS dapat diperluas

cakupannya sampai ke unit-unit lainnya, dan penambahan fasilitas sehingga

fasilitas yang tersedia dapat digunakan secara maksimal.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hambatan dalam pelaksanaan

SIMRS ini agar dapat diketahui jenis hambatan lainnya serta cara

penanggulangannya.

4. Saran tambahan dari pasien yang menjalani rawat inap, agar disesuaikan

jumlah tenaga perawat dengan pasien yang ada, supaya pasien lebih

terlayani dan diperhatikan. Karena menurut mereka selama ini perawat yang

ada kebanyakan kurang memperhatikan hal kecil, seperti perhatian terhadap

penggantian cairan infus yang hampir habis.

99
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Affandie H. 1994. Penerapan Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan

Pelayanan Rumah Sakit Dalam Menyongsong PJPT-II. Cermin Dunia

Kedokteran.

Arif, Saiful. dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Program Sekolah Demokrasi :

Malang.

Azwar, A, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Binarupa

Aksara, Jakarta.

Bungin, Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media Group :

Jakarta.

Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijaakn Publik Berbasis Dynamic Policy Analisis.

Gava Media : Yogyakarta.

Ernawati, Etty. 2012. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit (Simr) Untuk

Meningkatkan Kualitas Pelayanan.

Faisal, Sanapiah. 2007.Format – Format penelitian social. Raja Grafindo Persada

: Jakarta.

Gunawan, Indra. 2013. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) RSUD Brebes Dalam Kesiapan Penerapan Sistem Informasi

Rumah Sakit (Sirs) Online Kemenkes RI Tahun 2013. Skripsi. Universitas

Dian Nuswantoro : Semarang.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian Dasar,

Pengertian, dan Masalah. PT. Toko Gunung Agung : Jakarta.

100
Hidayatullah, Moch. Taufiq. 2014. Analisis Penerapan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Instalasi Radiologi Menggunakan

Metode PRISM di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.

Skripsi. Universitas Diponegoro : Semarang.

Megawarni, Julia. 2013. Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan. Skripsi.

Fakultas Kedokteran GIGI, USU : Medan.

Moleong L. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya :

Bandung.

Muninjaya, AAG, 2004. Manajemen Kesehatan. Penerbit EGC, Jakarta

Nawawi, Hadari. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Press : Yogyakarta.

Novida, Sida. 2009. Hubungan Kenyamanan (Convenience) Pasien Dinas Kodam

I/BB dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit TK. II Putri Hijau Medan. Tesis. Universitas Sumatra Utara:

Medan.

Sabarguna, Boy S. 2005. Sistem Informasi Rumah sakit. Konsorsium Rumah Sakit

Islam Jateng : Yogyakarta.

Shelly, Titania Nur. 2012. Evaluasi sistem informasi manajemen di bagian rawat

jalan rumah sakit Bhakti Yudha, Depok. Tesis.Unieveristas Indonesia :

Depok.

Singarimbun, Masri & Effendi Sofian. 2006. Metode Penelitian Survai. LP3ES :

Jakarta.

Sitepu R. 2004.Evaluasi penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di

RSUP Haji Adam Malik Medan. Tesis. Program Studi Magister Administrasi

Rumah Sakit FKM USU : Medan


101
Soejadi. 1996. Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit Umum. Gramedia :

Jakarta.

Subarsono. AG.2005. Analisis Kebijakan Publik. Penerbit Pustaka Pelajar :

Yogyakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Alfabeta :

Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, Alfabeta,

Bandung.

Suharsimi, Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Sutabri, Tata .2005. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta.

Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Kencana Prenada Media Group :

Bandung.

Syafara, Rara. 2009. Hambatan dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Gigi, USU : Medan.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. YPAPI :

Yogyakarta.

Tanuwijaya H, Herlambang S. 2005. Sistem Informasi: Konsep, Teknologi &

Manajemen. Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta.

Taurany, Hendrik M. 1986. Editor. Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : FKM-UI,

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Pressindo Media :

Yogyakarta.

Wiyono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Buku 1,2, Airlangga

University Press, Surabaya.

102
Sumber Internet :

 http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/02/sistem-informasi-

manajemen-rumah-sakit.html diakses pada 5 November 2014, 13:27

 http://andrazain.wordpress.com/2013/04/28/contoh-penerapan-sistem-

informasi-manajemen/ diakses pada 5 Novembe4r 2014, 12:25

 http://independen.wordpress.com/2008/09/12/sistem-informasi-manajemen-

rumah-sakit-sim-rs/ diakses pada 5 November 204, 13:24

 http://kdskonsultan.blogspot.com/p/partner.html di akses pada 5 November

2014, 13:23

 http://venus-imedis.com/spesifikasi-software/modul-rawat-inap/ diakses pada

11 November 2014, pukul 11.54 WIB

 http://rumah-sakit.findthebest.co.id/l/878/Rumkit-Tk-II-Putri-Hijau-Medan

diakses pada 11 November 2014 pukul 12:37 WIB

Sumber Perundang-Undangan :

 Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

 Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

 PERMENKES No. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit

 PERMENKES No.129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal RS

 PERMENKES No. 1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem Informasi

Rumah Sakit, Revisi VI.

103
 KEPMENKES No. 932/MENKES/SK/VII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota.

 PERMENPAN No. 15 TAHUN 2014 Tentang Pedoman Standar Pelayanan.

 Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang

Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

104

Anda mungkin juga menyukai