SKRIPSI
Oleh :
HANINDHITA SANDHYA
110903012
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Dekan,
FISIP USU MEDAN
ii
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PENGESAHAN
Panitia Penguji
Ketua : ( ..................................... )
Anggota I : ( ..................................... )
Anggota II : ( ..................................... )
iii3
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas nikmat dan
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata
1 (S1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
orang tua tercinta, Markam Edy Nurcahyo dan Tafipawati, SE. Cinta, doa dan
kasih sayang yang diberikan selalu menyertai dan menjadi penyemangat bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak ada yang dapat menggantikan
semuanya kecuali doa yang penulis panjatkan kepada Allah swt. memberikan
kesehatan dan umur yang panjang kepada kedua orang tua penulis, agar kelak
telah meluangkan waktu dan memberikan dukungan yang tiada henti sehingga
skripsi ini bisa terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaiakan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4 iv
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Ridwan Rangkuti, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah
5. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Dosen Penguji skripsi penelitian peneliti.
Administrasi Negara khususnya buat Kak Mega dan Kak Dian, yang telah
skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan
8. Ibu Drg. Trisna Prihatin selaku Kepala Seksi Pelayanan Medis yang telah
9. Bapak Letkol Ckm. Suhartono selaku Kepala Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah bersedia
v5
10. Ibu Sri Ermi, Ibu Deny dan Seluruh staf Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
11. Seluruh keluarga dan adik kandung penulis Dhanas Chandra Dwi Ariesta,
terimakasih untuk doa dan dukungan kalian semua kepada penulis selama
13. Fadhilla Dzikra terimakasih untuk persahabatan kita dari awal pendaftaran
cerita selama ini dan semoga kita tetap kompak dan solid.
14. Kepada sahabat penulis Debby Kartika, Adenovina, Indhy Fitriyani dan
vi6
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari
substansi penulisan. Hal ini karena penulis masih dalam tahap pembelajaran dan
skripsi ini selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
HANINDHITA SANDHYA
vii7
DAFTAR ISI
10 x
DAFTAR TABEL
12xii
DAFTAR GAMBAR
xiii13
DAFTAR LAMPIRAN
14
xiv
ABSTRAK
15xv
ABSTRAK
15xv
BAB I
PENDAHULUAN
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Dimana kita ketahui bahwa, salah satu tujuan nasional adalah memajukan
hidup, ada juga yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
1
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
dan masyarakat. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
organisasi, staf dan fasilitas medis yang tetap dan dapat memberikan pelayanan
anggota TNI dan PNS beserta keluarganya. Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Medan
merupakan Rumah Sakit diwilayah kerja Kodam I/BB dengan susunan Organisasi
organisasi dan tugas Kesdam I/BB termasuk Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau dan
termasuk ke dalam kalsifikasi Rumah Sakit kelas B. Rumah sakit ini termasuk
besar dimana memiliki kapasitas tempat tidur pada ruang rawat inap sebanyak 226
tempat tidur. Dokter yang melayani di rumah sakit ini juga terhitung banyak dari
rata-rata jumlah dokter dirumah sakit yang ada di Sumatera Utara, yakni 70 dokter
Dokter Spesialis. Pelayanan yang tersedia terdiri dari Departemen Bedah, Gawat
darurat dan Anestesi, Departemen Obsteri dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Anak,
2
Departemen Penyakit Dalam, Jantung dan Paru-paru, Departemen Mata, THT dan
Kulit, Departemen Gigi dan Mulut, Departemen Penyakit Syaraf dan Jiwa dan
kesehatan yang profesional yang semakin hari semakin tinggi. Namun ada
kesulitan yang dialami sama seperti Rumah Sakit lainnya di Indonesia, kesulitan
itu antara lain adalah dalam pengelolaan informasi baik untuk kebutuhan internal
yang efisien, cepat, mudah, akurat, murah, aman, terpadu dan akuntabel.
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini, peran dan fungsi
pelayanan data dan informasi yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit sebagai salah
satu unit kerja pengelola data dan Informasi, dituntut untuk mampu melakukan
informasi dengan lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu,
Rumah Sakit yang telah berupaya untuk membangun dan mengembangkan sistem
3
informasi, namun sebagian mengalami kegagalan, dan sebagian Rumah Sakit
yang relatif besar yang pada akhirnya ikut membebani biaya kesehatan bagi
pasien masyarakat.
dan perangkat lunak (software) aplikasi sistem informasi Rumah Sakit yang
bersifat sumber terbuka umum (open source generic) untuk Rumah Sakit di
(SIM RS) dan merupakan suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang
memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem
indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling
berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan
setiap Rumah Sakit wajib melakukan penerapan dan pengembangan SIM RS. SIM
RS yang ada harus dapat berinteraksi dengan program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, serta aplikasi lainnya yang merupakan bagian dari Sistem Informasi
dengan:
4
a. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK
BMN)
dari pelayanan utama sampai pelayanan administrasi yang ada pada Rumah Sakit.
Yang dimaksud pelayanan utama pada Rumah Sakit meliputi proses pendaftaran,
proses rawat (jalan dan inap) dan proses pulang. Sedangkan pelayanan
Rumah Sakit Dr. GL Tobing, Rumah Sakit Dr. Abdul Malik Lanud, Rumah Sakit
Dewi Maya, Rumah Sakit Bersalin Chandra, Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda
Zahara Rumah Sakit Bina Sejahtera, Rumah Sakit Umum Bina Persada, Rumah
Sakit Jiwa Bina Atma, Rumah Sakit Bhakti, Rumah Sakit Murni Teguh Memorial
Hospital, Rumah Sakit Bersalin Klinik Umum Milala, Rumah Sakit Bunda
Thamrin, Rumah Sakit Nur Sa’adah, Rumah Sakit Advent , Rumah Sakit Umum
Tembakau Deli, Rumah Sakit Umum Siti Hajar , Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara, Rumah Sakit Umum Sarah, Rumah Sakit Santa Elisabeth, Rumah Sakit
Umum Permata Bunda, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi, Rumah Sakit Adenin
5
Adenan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Rumah Sakit Martha
pelaksanaan SIM RS, namun tidak sedikit dari rumah sakit tersebut mendapatkan
kendala atau hambatan dalam pelakasanaan SIM RS. Hal ini terlihat dari hasil
berkala.
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi Medan, hambatan yang
ada selain yang disebutkan diatas adalah pada data, dimana pengaksesan data
yang dilakukan operator di unit terkait SIMRS sebagian besar tidak lengkap.
6
Ternyata tidak hanya rumah sakit yang ada dikota Medan saja yang masih
memiliki kendala, pelaksanaan SIM RS di rumah sakit yang ada diluar kota
Medan juga masih terdapat kendala, yakni terdapat pada penelitian yang
dilakukan oleh Titania (2012) dalam skripsinya yang berjudul evaluasi sistem
informasi manajemen di bagian rawat jalan rumah sakit Bhakti Yudha Depok,
umum pada berjalannya sistem aplikasi, pihak operator SIM RS tidak dapat
melakukan perbaikan karena tidak menemukan sumber kode (source code) sistem
pada aplikasi tersebut hal ini dikarenakan pihak vendor tidak memberikan source
code tersebut.
rumah sakit yang ada di Indonesia memang masih belum maksimal, maka dari itu
peneliti memilih untuk melakukan peneltian mengenai SIM RS disalah satu rumah
sakit milik TNI-AD yang ada dikota Medan yakni Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan. Pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan, SIM RS sebenarnya sudah telah dilaksanakan sejak tahun 2012,
namun pada saat ini pihak Rumah Sakit telah melakukan pergantian vendor SIM
RS dari yang lama ke vendor SIM RS yang baru, hal ini dilakukan karena adanya
kendala yang dirasakan pada vendor SIM RS yang lama, yakni tidak dapat
menyajikan output secara otomatis, artinya petugas Rumah Sakit masih harus
informasi mengenai Rumah Sakit, jadi petugas atau pegawai Rumah Sakit hanya
bisa melakukan input data tetapi tidak ada output dari pemasukan data tersebut.
Hal ini tentu membutuhkan proses yang lama, mengingat Rumah Sakit Tingkat II
7
Putri Hijau Kesdam I/BB termasuk Rumah Sakit dengan fasilitas kelas dua yang
cukup besar dan memiliki jumlah pasien diatas 150 orang setiap bulannya.
SIMRS dan atas dasar pernyataan dari pihak Rumah Sakit Tingkar II Putri Hijau
mengenai pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang
telah ada, peneliti merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang
pelaksanaannya disalah satu Rumah Sakit tersebut, maka peneliti memilih Rumah
Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB sebagai tempat untuk mendapatkan
infromasi secara langsung tentang berbagai hal yang merupakan kaitan dari
pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dan juga
Penelitian ini memiliki fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam
melakukan penelitian. Adapun fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk
pelayanan kesehatan terutama pada ruang rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II
8
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit TK.II Putri
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui seperti
apa pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah
Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam pemenuhan pelayanan
kesehatan terutama pada instalasi rawat inap, agar ditemukan sejauh mana dan
hambatan apa saja yang ada pada pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
1. Secara akademis, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi Strata-1 di
Departemen Ilmu Adminsitrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit selain program jaminan sosial.
4. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang Sistem
9
I.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
penelitian.
lapangan.
yang diajukan.
10
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
kebijakan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
seseorang aktor (misalnya seorang pejabat, atau kelompok maupun suatu badan
pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Definisi
kebijakan publik sendiri menurut para ahli sangan beragam. Menurut Easton
sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari
sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian
mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang
dilakukan oleh pemerintah. Konsep ini sangat luas karena kebijakan publik
sosial yang ada dalam masyarakat. Ini berarti kebijakan publik tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dan praktek sosial yang ada dalam masyarakat.
12
Ketika kebiajkan publik berisi nilai – nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat
dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis merupakan
kebijakan memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji, kebijakan
13
Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik
PERUMUSAN
KEBIJAKAN Penyusunan Agenda
PERAMALAN Implementasi
Kebijakan
2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
3. Adopsi Kebijakan
14
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
4. Implementasi Kebijakan
5. Evaluasi Kebijakan
Kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat
merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk
diseleksi.
publik. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi
15
kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau
102).
(tiga) kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan yaitu :
89), yaitu :
16
1) Komunikasi
harus jelas, apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan
tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan
2) Sumberdaya
financial, yang dapat berupa kewenangan atau otoritas yaitu hak untuk
dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa,
pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga, atau bisa juga disebut
program.
17
3) Disposisi
implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika
4) Struktur Birokrasi
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek
struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang
bertindak.
18
Gambar 2.2 Model Implementasi George C. Edwards III
Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
Van Meter dan Van Horn (Subarsono, 2005: 99) menerapkan model
Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak
dicapai oleh program atau kebijakan, maka dari itu harus jelas dan terukur
sehingga dapat direalisir. Apabila terjadi kekaburan, maka yang akan terjadi
implementasi.
2) Sumber daya
19
Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial atau non-
manusia dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.
opini publik yang ada dilingkungan, dan apakah elit politik mendukung
implementasi kebijakan.
6) Disposisi implementor
20
c. Intensitas disposisi impelementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn
dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan (content of policy) dan
tentang:
b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan dan diterima oleh kelompok sasaran.
21
program yang sekedar memberikan bantuan kredit atau bantuan beras kepada
a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dna strategi yang dimiliki oleh para
22
Gambar 2.4 Implementasi kebijakan Menurut Grindle
Tujuan
Kebijakan
Melaksanakan kegiatan
Dipengaruhi oleh:
(a) Isi kebijakan
1. Kepentingan yang dipengaruhi
2. Tipe manfaat
3. Derajat perubahan yang diharapkan
4. Letak pengambilan keputusan Hasil kebijakan
5. Pelaksana program a. Dampak pada
6. Sumber daya yang dilibatkan
masyarakat individu
(b) Konteks kebijakan
1. Kekuasaan, kepentingan dan dan kelompok
strategi aktor yang terlibats b. Perubahan dan
2. Karakteristik lembaga & penguasa penerimaan oleh
3. Kepatuhan dan daya tanggap masayarakat
Tujuan yang
ingin dicapai
Mengukur Keberhasilan
George C.Edward (Subarsono, 2005: 89) yang dipengaruhi oleh empat variabel,
yakni:
a. Komunikasi
23
serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam proses implementasi
dan bentuk koordinasi yang dilakukan, apakah koordinasi horizontal atau vertikal.
b. Sumberdaya
dana, dan fasilitas, Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan sangat
c. Disposisi
penolakan dari agen pelaksana merupakan sikap penerima atau penolakan dari
kebijakan publik.
d. Struktur Birokrasi
implementasi kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi
dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Sebagai bahan pertimbangan atas isu yang ada dalam penelitian ini akan
24
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang ada di beberapa kota di
Indonesia dan dilakukan oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca
tersebut yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Julia Megawarni (2013) dalam
b. Kekurangan pada hardware adalah lambatnya cara kerja dari komputer yang
secara berkala perlu pemanggilan seorang staf dari penyedia software yang
komputer serta sistem akan langsung mati sehingga tidak dapat dipergunakan
25
untuk melayani dan mengolah data pasien. Hal tersebut berdampak pada masa
Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah teknis ini adalah dengan
Power Supply (UPS) merupakan sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat
memberikan daya lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati, dan juga
Mengenai hambatan pada sumberdaya manusia, hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Roslenni Sitepu (2004) di SIMRS di RSUP Haji
Adam Malik Medan yakni unsur yang paling rendah hasilnya adalah unsur
komputerisasi. Masalah lain yang sama juga ditemukan yaitu kurangnya stabil
Selain rumah sakit di kota Medan yang memiliki masalah diatas, ternyata
tidak jauh beda dengan pelaksanaan SIM RS yang ada di luar kota Medan seperti
di pulau Jawa yang juga memiliki masalah yang hampir sama, penelitian yang
yang ada pada RSUD Brebes yakni belum semua sumberdaya manusia melakukan
input data pada SIM RS dan belum memahami pelaporan SIRS Online Kemenkes
RI. Kemudian adapun langkah yang harus ditemputh pihak rumah sakit adalah
pendidikan & pelatihan SIM RS, penambahan dan perbaikan sarana prasarana,
26
serta dibuatkannya SOP dan kebijakan tertulis dari pimpinan rumah sakit terkait
Penelitian yang dilakukan pada rumah sakit di Depok oleh Titania (2012)
kendala yang tidak umum pada berjalannya sistem aplikasi, pihak operator SIM
(source code) sistem pada aplikasi tersebut hal ini dikarenakan pihak vendor tidak
yang ada di Indonesia memang belum semuanya berjalan dengan baik, masih
terdapat hambatan yang umum terjadi disetiap rumah sakit yang ada di Indonesia.
bahwa teknologi ini tidak digunakan dan dikembangkan. Setiap Rumah Sakit
yang memiliki hambatan dan kendala dalam pengembangan SIM RS harus dengan
pelatihan dan insentif kepada setiap pegawai yang memanfaatkan SIM RS dengan
lebih optimal. Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)
yang optimal, maka akan memberikan banyak manfaat bagi rumah sakit tersebut.
27
Penelitian yang dilakukan oleh Rara Syafara (2009) dalam Skripsinya yang
dapat dirasakan sejauh ini setelah diterapkannya SIMRS di rumah sakit tersebut
pada pasien, mempercepat pelayanan pada pasien dan mengatur sistem keuangan
software. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan dari rumah sakit sebagai
salah satu pemeran dalam pengembangan rumah sakit memiliki andil yang besar
yang mempengaruhi implementasi SIM RS menurut Amin, Hussein dan Isa, yaitu
sebagai berikut :
28
proses implementasi dengan tambahan sumberdaya dan kompetensi yang
awal implementasi SIM RS, namun setelah sistem telah berjalan. Hal ini
rumah sakit.
Jangka menengah merupakan area taktis, dimana sistem perlu untuk fit
dengan alur kerja klinis yang sering kali berbeda antara pengembang sistem
dan manajer, dan tim yang ada pada pelayanan. Kelebihan dan kekurangan
implementasi sistem bergantung pada nilai yang dapat mereka berikan pada
29
tidak mau menggunakan sistem. Kecenderungan ini juga berkaitan dengan
Harmonisasi antara tujuan organisasi dan tujuan klinis individu pada tingkat
sistem.
dan penetapan standar pelayanan pada pelayanan publik yang ditetapkan dalam
mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan biaya
30
2. Partisipatif, yaitu penyusunan Standar Pelayanan dengan melibatkan
3. Akuntabel, yakni hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat
berkepentingan.
oleh masyarakat.
ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
kesehatan yakni suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
31
upaya pelayanan kesehatan, yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
atau masyarakat.
bahwa upaya pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara
bentuk :
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
32
2.3.2 Asas Pelayanan Kesehatan
33
g. asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
jenis-jenis pelayanan minimal yang harus disediakan rumah sakit terdiri dari:
Pelayanan gawat darurat, Pelayanan rawat jalan, Pelayanan rawat inap, Pelayanan
34
1) Klasifikasi Rumah Sakit
a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
luas.
b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
Ditinjau dari pemiliknya maka rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan atas:
35
Pemerintah daerah, sesuai dengan UU Pemerintah Daerah No.32 tahun
2004, maka rumah sakit yang berada di daerah di kelola oleh pemerintah
2009, beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia juga dikelola oleh pihak
kurangnya 20% dari tempat tidurnya untuk masyarakat golongan tidak mampu.
a) Kewajiban :
masyarakat;
muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa,
36
d. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
i. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
maupun nasional;
laws);
rokok.
37
b) Hak :
pelayanan;
perundangundangan;
kesehatan;
h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang
dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit
pemerintah dan swasta, serta Puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh
(2000), pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,
38
perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau kesehatan lainnya
dengan menempati tempat tidur. Batasan tempat tidur adalah tempat tidur yang
Menurut Sabarguna (2003: 5), Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan
terdiri dari berbagai faktor yang berhubungan atau diperkirakan berhubungan serta
satu sama lain mempengaruhi yang kesemuanya dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Taurany (1986: 41) adapun ciri-
c. terdiri dari kesatuan usaha dari bagian-bagian yang saling tergantung dan
Bentuk dasar dari sebuah sistem sangat sederhana, terdiri dari Input, Proses
dan Output.
Informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisa secara formal, dengan
cara yang benar dansecara efektif, sehingga hasilnya bisa bermanfaat dalam
39
operasional dan manajemen. Sabarguna (2005) menyatakan informasi mempunyai
b. menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima
ilmu dan seni yang mengatur prosespemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Manajemen sebagai suatu metode untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu
bagi manajemen tentang lingkungan luar organisasi dan kegiatan operasi di dalam
Manajemen adalah sistem buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari
40
digunakan oleh pembuat keputusan untuk merencana dan mengontrol kegiatan
perusahaan.
yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan
Sakit menurut Sabarguna (2005: 11) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
kegiatan rumah sakit. Penerapan sistem informasi rumah sakit meliputi medik,
perawatan, administrasi dan penunjang. Sistem Informasi Rumah Sakit terdiri atas :
dalam pelayanan medis selama pasien di rumah sakit. Misalnya: sistem yang
41
a) Permintaan tujuan dan target
e) Evaluasi program
Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang
memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem
Informasi Kesehatan.
SIM RS sudah harus diadakan oleh setiap rumah sakit oleh karena
wajar.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) tersebut terdiri dari :
b) Merubah budaya kerja menjadi lebih disiplin, dimana setiap unit akan
kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar bagian/unit dalam rumah sakit.
peningkatan pelayanan.
e) Lebih terintegrasi, bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan
di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan
di pendaftaran saja.
43
f) Peningkatan efisiensi dan efektifitas, yakni waktu yang dibutuhkan untuk
sesuai dengan fungsi dan jabatan. Secanggih apapun SIMRS yang dibuat,
kalau sumber daya manusia yang ada tidak siap dan belum memiliki
magnetic tape, optical disc, compact disc, flashdisc, atau paper form.
44
Sumber daya ini merupakan kumpulan dari perintah/fungsi yang ditulis
internet, intranet dan ekstranet. Sumber daya jaringan juga disebut juga
Local Area Network (LAN). Sumber daya ini menggunakan server untuk
5. Pemantauan (monitoring)
setiap sistem Rumah Sakit, yang terdiri dari Modul pendaftaran dan penerimaan,
Rawat Jalan, Modul Pelayanan Rawat Inap, Modul Akuntansi Pasien, Modul
Pada proses rawat inap, penerapan modul rawat inap ini terintegrasi dengan
modul rawat jalan dan IGD. Pasien yang bisa didaftarkan ke Pendaftaran Rawat
45
Inap hanya pasien-pasien yang berasal dari Rawat Jalan atau IGD. Modul Rawat
Inap terdiri dari 2 sub modul, yaitu Pendaftaran Rawat dan Kasir Rawat Inap.
karyawan;
organisasi.
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Definisi konsep diperlukan
46
diteliti secara tepat (Singarimbun, 2006). Untuk mendapatkan batasan yang jelas
Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sesuai dengan yang
a. Struktur Birokrasi
47
b. Sumberdaya
daya dana, dan fasilitas, Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan
c. Komunikasi
d. Disposisi
48
dianalisis dari variabel tersebut. Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan
sistem administrasi di bawah satu atap diukur dengan indikator sebagai berikut :
1. Komunikasi
3. Disposisi
pelaksanaan SIMRS.
4. Struktur Birokrasi
49
BAB III
METODE PENELITIAN
sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan
sehingga hasil atau produk penelitiannya dapat menjelaskan kenapa atau mengapa
(variabel anteseden apa saja yang mempengaruhi) terjadinya suatu gejala atau
atau lebih gejala atau variabel. Variabel pada penelitian ini telah dijelaskan pada
Hijau Kesdam I/BB Medan yang terletak di Jl. Putri Hijau no. 17 Medan,
Sumatera Utara.
50
3.3. Informan Penelitian
Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua
jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Menurut Suyanto (2005: 172),
Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi
mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.
1. Dalam penelitian ini adapun yang menjadi informan kunci adalah Kepala
3.4.1 Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah seluruh pasien yang sedang menjalani rawat inap di Rumah
51
3.4.2 Sampel
populasi yang menjadi sumber data sebenarnya, dengan kata lain sampel adalah
populasi.
Diketahui sampai akhir bulan Januari, jumlah pasien yang sedang menjalani
rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan adalah
sebanyak 182 orang. Menurut Arikunto (2005: 91) jika jumlah anggota subjek
dalam populasi kurang dari 200 orang, maka dapat ditentukan sampel sebanyak
kurang lebih 25 – 30% dari jumlah tersebut. Maka, penulis menentukan jumlah
sampel dari populasi sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30
orang.
lokasi penelitian untuk mencari kebenaran dan data yang lengkap dan
dengan cara :
buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi
suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Analisis data dalam penelitian kualitatif
Menurut Moleong (2006: 247), teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan
menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul,
53
berikutnya dna memeriksa keabsahan dan menafsirkannya dengan analisis dengan
Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 337), analisis terdiri dari
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
ini sebagai hipotesis yang apabila didukung oleh data maka akan dapat
menjadi teori.
54
BAB IV
4.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan
fasilitas kesehatan rumah sakit swasta yang ada disekitar medan. Karena rumah
sakit tentara satu-satunya yang ada di Sumatera Utara hanya ada di Pematang
yang memanfaatkan fasilitas kesehatan ini terus bertambah dari hari kehari, untuk
itu para pejuang kemerdekaan maupun dokter tentara yang ada di Medan berpikir
perlu adanya fasilitas kesehatan ( Rumah sakit ) khusus tentara di Kota Medan
ini. Pada tahun 1950 atas prakarsa dokter militer yang diketuai Letkol dr. Moh
Jalan Banteng 2A Medan. TPA ini dipergunakan untuk merawat anggota Tentara
maupun keluarga yang menderita penyakit ringan, sedangkan untuk penyakit berat
laboratorium kecil, kamar obat, kamar suntik, kamar bedah kecil serta dapur.
Pada tahun 1951 Letkol Dr. Moh Majoedin sekaligus selaku Kepala Dinas
Tentara Belanda yang sakit dan berlokasi di Jalan Putri Hijau Medan. Dengan
55
diserah terimakannya VDM tersebut maka TPA berubah menjadi satu Tempat
Medan.
Team Kesehatan PON III (1954) , dukungan kesehatan pada operasi PRRI (1957),
Team Kesehatan Pekan Olah raga Mahasiswa (1960 ), sebagai Duta Perdamaian
PBB dengan turut serta dalam Kontingen Garuda III ke Kongo (1963), Operasi
Militer di DI Aceh serta penanganan korban Gempa Bumi & Tsunami Aceh –
Nias (2004). Sampai saat sekarang ini Rumkit Tk II Putri Hijau Medan telah
secara terus menerus di wilayah medan pada khususnya dan wilayah Kodam I/BB.
Adanya kapasitas lebih Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB juga memberikan
56
4.2 Letak Gografis Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB beralamat di Jl. Putri Hijau No. 17
Kel. Kesawan Kecamatan Medan Barat Kodya Medan Sumatera Utara, tepatnya
pada pada 3°-35' Lintang Utara dan 98° 40’ Bujur Timur.
Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB berdiri diatas lahan dengan Luas
4.3 Tugas dan Kewajiban Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan dipimpin oleh Kepala Rumah
Sakit yaitu seorang Perwira Menengah Angkatan Darat (AD) berpangkat Kolonel
4.4 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan
57
keluarganya mempunyai Visi: “Menjadi Rumah Sakit Dambaan Warga TNI Dan
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan mempunyai Motto
Kami Solid..............,
Kami Profesional......................................”
4.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau dipimpin oleh seorang Kepala Rumkit
Tk II, disingkat Karumkit Tingkat II Putri Hijau yang bertanggung jawab kepada
1) Karumkit
2) Waka Rumkit
58
3) Komite Medik
17) Para Tenaga Medik yang merupakan Staf Medik Fungsional, disingkat
SMF.
59
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan
KARUMKIT
WAKA RUMKIT
KOMITE MEDIK
DEP BEDAH DEP PENY DALAM DEP DEP DEP SMF MATA INSTAL STAF MEDIS
& ANESTESI JANTUNG & PARU GILUT OBGYN & IKA SYARAF & JIWA THT & KULKEL FARMASI FUNGSIONAL
1
4.6 Jenis Pelayanan
1) Fasilitas Pelayanan :
a) Rawat Jalan/Poliklinik
(3) Hemodialisa
(f ) Pol. THT
1
(m) Pol. Besah Syaraf.
2) Sarana Penunjang
a) Penunjang Medis
(5) Apotik
2
b) Materiil / piranti lunak
(10) EKG Fukuda & Schiler AT ( 2 unit ) (Ruang ICU & UGD )
c) Penunjang Umum
(1) Administrasi
(3) Dapur
3
(4) Ruang Cuci
(7) Pergudangan
(8) Kantin
(9) Garasi
I/BB Medan
Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan, dibagi atas 2 (dua) bagian yakni : Organik dan Non Organik. Tenaga
kesehatan organik terdiri atas Personel yang bestatus TNI/PNS, tenaga Medis,
tenaga Paramedis dan Non Medis. Sedangkan tenaga kesehatan Non Organik
terdiri dari Tenaga Sukarela (TKS) yakni tenaga kesehatan Non Organik yang
kesehatan.
Jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan sebanyak 70 orang terdiri dari : dokter umum 26 orang, dokter gigi 9
242 orang dan tenaga penunjang medis sebanyak 68 orang. Dan tenaga non medis
sebanyak 62 orang.
4
4.8 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian tugas dan tanggung jawab personel yang ada di Rumah Sakit Tingkat
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dan menjadi lingkup dalam penelitian ini
antara lain:
Rumah sakit Tingkat II Putri Hijau kesdam I/BB Medan dipimpin oleh
seorang Kepala Rumah Sakit atau disingkat Karumkit yang berstatus aktif
penderita serta rujukan penderita dari tingkat bawah ketingkat atas serta
Medan.
5
e. Menyelenggarakan tugas lainnya yang ditentukan oleh Kakesdam I/BB
Medan.
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Bidang Turmin, Kaur Medis, Paur Rekam
6
b. Melaksanakan pengadaan formulir medik yang dibutuhkan untuk
Kasiyanmed yaitu :
yang dijabat oleh TNI / PNS akitf dengan pangkat Letnan Kolonel atau
- Kasubinstalwatnap A
- Kasubinstalwatnap B
- Kasubinstalwatnap C
- Kepala Ruangan
- Turyan
- Turmin
7
a. Mengendalikan seluruh ruangan perawatan.
d. Setiap pagi atau setiap saat ikut mengawasi penderita rawat inap.
ruangan.
8
BAB V
Bab ini berisikan data yang telah dikumpulkan selama penelitian mengenai
Kesdam I/BB Medan. Data dalam penelitian ini akan diuraikan pada bab ini
dengan dibagi menjadi 2 bagian yaitu, Data Primer dan Data Sekunder.
dengan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dalam
data primer yakni wawancara dan kuesioner. Maka, peneliti membagi kedalam
beberapa bagian yakni karakteristik informan dan responden serta data hasil
9
5.1.1 Karakteristik Informan
terlebih dahulu telah menentukan informan yang dibagi menjadi 2 (dua) bagian
yakni :
utama yakni :
a. Ibu drg. Trisna Prihatin sebagai Kepala Seksi Pelayanan Medis Rumah
Berikut ini uraian identitas dari 30 orang responden yakni Pasien yang
sedang menajalani rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan.
10
Tabel 5.1 Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Informan
Jenis Kelamin Persentase (%)
(orang)
Perempuan 14 46,70
Total 30 100,00
penelitian ini sebanyak 30 orang yang tersebar di Ruang Instalasi Rawat Inap.
11
Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Usia
Jumlah Informan
Usia Persentase (%)
(orang)
< 20 9 30,00
21 - 35 8 26,70
36 - 50 4 13,3 0
> 50 9 30,00
Total 30 100,00
tahun sebanyak 4 orang (13,3%) dan responden yang berusia diatas 50 tahun
Total 30 100,00
12
Dalam pengumpulan data responden berdasarkan pekerjaan, peneliti
SD 4 13,30
Total 30 100,00
13
Tabel 5.5 Identitas Responden Berdasarkan Lama Dirawat
Jumlah Informan
Lama Dirawat Persentase (%)
(orang)
Total 30 100,00
(26,7%) mengatakan bahwa mereka sedang dirawat sudah lebih dari 6 hari.
Namun sangat disayangkan ada juga yang tidak menjawab sebanyak 3 orang
(10%).
mengamati pasien yang masuk ke instalasi rawat inap. Dari mulai pasien
mendaftar sebagai pasien rawat jalan atau pasien masuk rawat inap melalui IGD.
Selama seorang pasien menjalani rawat inap, seorang pasien pasti mendapatkan
14
bagaimana Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dilaksanakan di
dari pihak rumah sakit kepada peneliti, karena peneliti bukanlah seseorang yang
berasal dari bidang kesehatan, agar peneliti mengetahui proses dan prosedur
pelayanan yang ada dirumah sakit dari mulai seorang pasien datang mendaftar
sebagai pasien apakah itu rawat jalan atau rawat inap sampai pasien itu pulang
atau keluar dari rumah sakit. Dan nantinya pengamatan diawal ini dapat
berbagai dokumen tertulis, profil Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/
BB Medan dan data lain yang berkaitan dengan Ssitem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIM RS). Selama melakukan pengumpulan data berupa dokumen,
sebagai tahapan yang terakhir dalam penelitian ini. Pada bagian ini, peneliti akan
menyajikan penyajian data hasil wawancara serta observasi dan penyajian data
hasil kuesioner.
15
A. Deskripsi Hasil Wawancara
dalam dari para informan utama. Dalam bagian ini wawancara yang telah
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan,
antara lain:
1. Struktur birokrasi
implementasi kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi
dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Pada bagian ini struktur birokrasi memiliki dua indikator yakni struktur organisasi
rumah sakit yang menangani pelaksanaan SIMRS atau dengan kata lain,
fragmentasi yakni pembagian atau penyebaran wewenang dan sumber daya yang
16
pelaksanaan SIM RS sesuai dengan berbagai ketentuan yang telah diatur atau SOP
Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) telah di instruksikan pada pasal 3 ayat 1
bahwa setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan SIM RS. Pembentukan Sistem
Atas dasar peraturan tersebut, Kesehatan Daerah Militer Angkatan Darat melalui
Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Kebijakan ini dibuat atas
dan analisa.
teknik informatika dan penyusunan program kerja serta pelaporan, dan dalam
17
pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Seksi Pelayanan Medis. Pada
diberikan kepala Seksi Pelayanan Medis nantinya akan menjadi bahan evaluasi
bagi pengelolaan SIM RS. Koordinasi dalam pengelolaan SIM RS pada ruang
rawat inap, dilakukan oleh petugas SIM RS yang telah ditetapkan dibeberapa
ruangan rawat inap. Petugas ini adalah petugas khusus SIM RS atau dengan kata
lain operator SIM RS dan petugas tersebut yang nantinya akan memasukkan data
pasien yang ada diruang rawat inap setiap harinya ke dalam sistem.
Data merupakan alur pertama dari SIM RS, rumah sakit harus memiliki
data yang jelas dan sudah di input ke komputer, misalnya seperti data obat-obatan,
tindakan tarif serta fasilitas yang ada dirumah sakit, serta fasilitas rawat inap,
harus memiliki ruangan kelas I, kelas II dan kelas III yang jelas, karena data-data
tersebut akan menjadi dasar dari pengolahan di sistem. Diakui seorang informan
bahwa, SIM RS yang saat ini sedang berjalan di Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau baru berjalan selama 2 minggu sejak peneliti memulai penelitiannya, ini
dikarenakan mereka baru saja berganti provider SIM RS. Dan provider yang baru
ini dirasa mererka lebih baik dan lebih terlihat kerjanya sistem karena provider
SIM RS yang baru ini menyediakan output dari kerjanya sistem. Dan menurut
penuturan informan juga, SIM RS yang baru ini akan terus dikembangkan
sehingga diharapkan segara efektif pada bulan Maret tahun ini. Adapun langkah
awal yang mereka lakukan adalah menertibkan data yang masuk, baik itu dari
pendaftaran rawat jalan, pendaftaran rawat inap atau IGD serta informasi pasien
harus diisi dengan benar dan dicek kelengkapannya, agar memudahkan untuk di
18
input dibagian rekam medik. Apabila kelengkapan data sudah terpenuhi, maka
kesehatan yang ada, mereka dapat dengan mudah mengetahui ketersediaan obat-
obatan, tarif dan jasa perawatan. Maka dari itu dengan bergantinya provider SIM
RS, maka kendala yang dialami adalah sumberdaya manusia yang ada belum
sepenuhnya memahami. Atas dasar komitmen yang kuat dari pimpinan rumah
sakit dalam pelaksanaan SIM RS ini, ada macam-macam langkah yang ditempuh
demi mengefektifkan sistem yang baru, seperti dengan pelatihan dan yang paling
mendasar namun yang penting adalah menertibkan pengisian data pasien dengan
2. Sumberdaya
dana, dan fasilitas. Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan sangat
seorang informan, khusus operator SIM RS, mereka sudah merekrut sebanyak 30
orang yang tersebar disetiap bagian rumah sakit yang sudah terkoneksi dengan
SIM RS seperti di server SIM RS sendiri, pendaftaran rawat inap dan IGD,
pendaftaran rawat jalan, charging rawat jalan, 12 ruangan rawat inap, OK/ICU,
operator tersebut dibagi lagi menjadi 4 grup atau tim, yakni grup rawat jalan, grup
rawat inap, grup penunjang sperti OK/ICU, laboratorium, radiologi, farmasi dan
19
Untuk menjamin keamanan dan kredibilitas data, para operator atau anggota
SIM RS memiliki sandi tertentu untuk bisa melakukan akses input data di aplikasi
SIM RS pada setiap bagian yang ada. Dalam perekrutan anggota SIM RS ini,
dengan kata lain pendidikannya. Rumah sakit masih lebih dominan memilih
anggota SIM RS yang berasal dari medis atau kesehatan, terutama dibagian
charging rawat inap dan rawat jalan, kemudian untuk pemasukan data yang
rumah sakit, karena seperti yang dikatakan informan, mereka yang pendidikannya
memang dari kesehatan lebih mengerti dan lebih paham. Dan nantinya para
operator SIM RS yang sekarang ini apabila sistem yang baru dipasang ini sudah
mulai berjalan baik, mereka akan menjadi pelatih untuk perawat yang ada
Sampai dengan saat ini, fasilitas yang mendukung para operator SIM RS
adalah sebanyak 20 unit set komputer, 2 buah laptop, 3 buah printer inkjet, 2 buah
bagian yang sudah terkoneksi dengan SIM RS. Berdasarkan penuturan seorang
bahwa dengan adanya pergantian pengelolaan SIM RS ini ke provider yang baru
lebih dirasakan perubahannya, dimana sampai saat ini mereka dapat melihat bukti
kerjanya sistem, sedangkan provider SIM RS yang sebelumnya tidak terlihat bukti
kerjanya sistem, hanya ada pemasukan data tapi tidak ada output, informan
merasa tidak efisien, setelah input harus melakukan pengerjaan manual untuk
20
dapat menghasilkan output. Sedangkan pada aplikasi SIM RS dengan provider
yang baru ini, nantinya tidak seperti aplikasi yang sebelumnya, jadi data yang di
dibutuhkan jadi tidak ada pengerjaan manual lagi. Bahkan informan merasa hal
seperti ini dapat menghemat kertas, jika ingin meakses data bisa disaksikan
dilayar monitor komputer tanpa harus melakukan tabulasi manual untuk melihat
output dari sistem. Kinerja operator SIM RS maupun pegawai atau petugas yang
lain jadi lebih mudah dan lebih teratur. Adapun kendala yang terjadi pada
sumebrdaya fasilitas ini menurut penuturan seorang informan juga jika terjadi
pemadaman listrik maka komputer yang terkoneksi dengan SIM RS juga ikut
mati.
3. Komunikasi
Komunikasi yang baik meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas,
informasi manajemen, yang tidak hanya terdiri dari informasi pasien saja, tetapi
juga informasi diantara petugas kesehatan, mengingat banyaknya bagian yang ada
dirumah sakit. Menurut mereka apabila SIM RS ini dapat dikelola dengan baik
maka kedepannya akan dapat memberikan manfaat yang sangat luar biasa dalam
21
Mengenai pelaksanaan SIM RS, pihak Rumah Sakit mengikuti sesuai
dilaksanakan sejak 2012 di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau. Namun, adapun
informasi yang didapatkan peneliti dari penuturan informan bahwa rumah sakit
baru saja mengganti provider SIMRS dari yang lama ke yang baru dan sedang
berjalan lebih kurang 2 minggu sejak pertama kali peneliti mulai melakukan
penelitian.
dengan seluruh bagian yang terhubung dengan SIM RS. Komunikasi berbentuk
sensus harian ini juga merupakan bentuk koordinasi, dimana setiap harinya akan
pada bagian rawat inap, sensus harian ini dilakukan setiap hari dalam hitungan
jam 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, bentuknya adalah sensus yang
berisikan jumlah pasien yang masuk berikut waktu saat pasien dinyatakan masuk
dokter yang merawat dan juga informasi mengenai pasien yang pulang, apakah
pasien pulang dengan keadaan sembuh, tidak sembuh atau dirujuk ke rumah sakit
lain atau meninggal dunia. Selain dengan sensus ini petugas-petugas SIM RS juga
pelaporan yang ada di bagian pelayanan medis dalam mengumpulkan data, karena
nantinya data – data yang telah dikumpulkan tersebut akan dikompilasi atau
22
digabungkan dan menjadi data bulanan, lalu data triwulan, lalu bisa menjadi
SIM RS yang sekarang ini, yang sudah dirasakan sejauh ini seperti pada bagian
pendaftaran, dirasakan lebih cepat dan jumlah kunjungan menjadi lebih tertib dan
teratur datanya, pasien juga menjadi merasa lebih terlayani. Kemudian, selain
manfaat yang dirasakan oleh pasien sendiri sebagai pengguna pelayanan, SIM RS
ini juga bermanfaat sangat banyak bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
sendiri dalam meningkatkan kinerja mereka, seperti bagi pimpinan rumah sakit
dapat dengan mudah memperoleh informasi seperti jumlah pasien yang sedang
dirawat inap sampai saat ini, jumlah pasien yang berkunjung ke bagian poliklinik,
mengakses data dari aplikasi SIM RS. Kemudian selain bagi pimpinan, SIM RS
itu nanti juga akan dirasakan sendiri oleh perawat diruangan rawat inap. Apabila
ada pasien yang ingin mengetahui biaya perawatannya saat itu, perawat dapat
disetiap nurse station yang ada di tiap ruangan rawat inap. Sebenarnya ini sudah
diterapkan dibeberapa nurse station pada ruangan rawat inap, namun terjadi
kendala dimana masih ada nurse station yang ruangannya belum mencukupi
4. Disposisi
23
atau kegagalan kebijakan publik. Dalam menimbulkan sikap menerima dari
petugas SIM RS, dilakukan usaha untuk menambah kemampuan dan pemahaman
dibuat. Pada pelatihan ini pihak rumah sakit mengadakan kerjasama dengan pihak
programmer SIM RS dan akademisi yang berasal dari STIKOM. Pelatihan ini
bertujuan agar petugas SIM RS lebih memahami bahwa SIM RS ini memang
sangat diperlukan di rumah sakit karena kecepatan dan akurasi data itu sangatlah
penting. Sebelum sistem terpasang, harus ada sumberdaya manusia yang dapat
mendukung kerjanya sistem, keduanya harus secara bersamaan agar lebih dini
harian, ke bagian pelayanan medis dalam mingguan dan ke pimpinan rumah sakit
setiap 2 minggu. Jadi data tidak bisa ditunda untuk di input ke dalam sistem,
karena status pasien itu terus berputar, tidak bisa terlalu lama berada di petugas
SIM RS, karena status pasien sangat dibutuhkan untuk mencatat setiap perawatan
yang diberikan kepada pasien. Kesalahan pada waktu pemasukan data itu sudah
terhadap tugasnya akan diberikan surat peringatan lalu teguran atau dipindahkan
informan, petugas ruangan tidak perlu lagi menghubungi kepala ruangan untuk
mengetahui keadaan ruangan yang kosong, petugas yang ada dipendaftaran dapat
melihat langsung dalam sistem yang terkoneksi ke bagian pendaftaran rawat inap
24
dan IGD, hal ini tentu membuat kinerja lebih cepat dan pasien cepat tertolong. Hn
al tersebut juga menjadi penilaian bagus atau tidaknya SIM RS, termasuk pasien
yang mendapatkan informasi dengan jelas mengenai informasi yang jelas tentang
keadaan penyakitnya.
(SIM RS).
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 8 26,70
b. Baik 22 73,30
c. Kurang Baik 0 -
d. Tidak Baik 0 -
Tidak menjawab 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
25
Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak 8 orang (26,7%) responden
mengatakan sangat baik dan 22 orang (73,3%) responden mengatakan baik. Hal
ini menunjukaan bahwa pelayanan yang mereka terima pada saat melakukan
pendaftaran sebagai pasien tidak mengalami proses yang berbelit-belit dan tidak
diterima selanjutnya.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
b. Sangat Mudah 7 23,30
d. Mudah 17 56,70
e. Sulit 0 -
f. Sangat Sulit 0 -
Tidak menjawab 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
baik dan mendapatkan penanganan lebih lanjut dalam waktu yang cepat.
26
Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengurusan
Administrasi Di Rumah Sakit (Seperti Registrasi Dan Apotek)
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 7 23,30
b. Baik 22 73,40
d. Tidak Baik 0 -
Tidak menjawab 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
orang (73,4%) mengatakan Baik, dan 1 orang (3,3%) mengatakan Kurang Baik.
tidak tahu sama sekali mengenai alurnya karena keluarga pasien yang
mengurusnya.
27
Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan
Peralatan Dan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Lengkap 2 6,70
c. Lengkap 15 50,00
e. Tidak Lengkap 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
peralatan dan fasilitas kesehatan yang ada sudah Cukup Lengkap, sebanyak 15
tersebut dikarenakan pada saat itu pasien tidak mendapatkan ketersediaan pen
28
Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan Obat-
Obatan Yang Ada Di Apotek Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Lengkap 4 13,30
c. Lengkap 14 46,70
d. Kurang Lengkap 0 -
e. Tidak Lengkap 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
rumah sakit mengaku bahwa mereka sama sekali tidak pernah membeli obat dari
luar apotek rumah sakit, mereka mengaku obat yang di resepkan dokter dan selalu
mendapatkannya di apotek yang ada di rumah sakit, dan ini sangat membantu
pasien dalam mengurangi biaya pengeluaran pembelian obat bagi pasien. Maka
dari itu sebanyak 4 orang (13,3%) mengatakan Sangat Lengkap, 11 orang (36,7%)
1 orang (3,3%) Tidak Menjawab, hal ini tentu sangat disayangkan oleh peneliti.
29
Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan
Pelayanan Yang Diberikan Pada Saat Diputuskan Untuk
Menjalani Rawat Inap.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Cepat 5 16,70
c. Cepat 17 56,70
d. Lambat 0 -
e. Sangat Lambat 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Cepat dan seorang (3,3%) Tidak Menjawab. Sebagian besar pasien mengaku
bahwa sejak pertama kali penerimaan pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD),
instruksi rawat inap dan pelayanan yang diberikan untuk perawatan selanjutnya
pun dirasa mereka sangat cepat. Menurut penuturan mereka bahwa dalam waktu
tidak lebih dari setengah jam, mereka sudah mendapatkan kepastian mengenai
30
Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi Yang
Diberikan Pada Saat Sebelum Ataupun Sesudah Pelayanan
Diberikan.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 5 16,70
b. Baik 24 80,00
c. Kurang Baik 0 -
d. Tidak Baik 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
dan akan diberikan kepada mereka, responden selama menjadi pasien mengaku
mereka menerima informasi dengan sangat baik pada saat sebelum ataupun
sesudah pelayanan tersebut diberikan oleh petugas kesehatan yang ada, oleh
karena itu 5 orang (16,7%) responden menjawab Sangat Baik dan 24 orang (80%)
31
Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Para
Perawat Yang Melayani.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Disiplin 4 13,30
b. Disiplin 22 73,40
d. Tidak Disiplin 0 -
Tidak menjawab 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
pelayanan yang diberikan oleh perawat, sebagian lagi menjawab Kurang Disiplin
mereka, pasien harus mengingati perawat mengenai infus tersebut. Dan juga
menurut penuturan mereka ada perawat yang tidak ramah dan melakukan
perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan kepada pasien pada saat pasien
32
Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan
Administrasi Yang Diterima Tidak Berbelit-Belit Dan
Menyulitkan.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Mudah 4 13,30
c. Mudah 18 60,00
d. Sulit 0 -
e. Sangat Sulit 0 -
Tidak menjawab 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Mudah dalam pengurusan pelayanan adminsitrasi yang ada. Tidak ada kesulitan
yang dirasakan mereka dan tidak ada prosedur yang berbelit-belit mengenai
33
Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman
Peraturan Keuangan Sebelum Masuk Ruang Perawatan.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Tidak Paham 6 20,00
d. Paham 3 10,00
e. Sangat paham 0 -
Tidak menjawab 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
(10%) mengatakan paham dan 7 orang (23,3%) mengatakan tidak paham dan 6
orang (20%) mengatakan sangat tidak paham. Responden yang menjawan Paham
jaminas sosial BPJS, mereka telah mengetahui sebelumnya bahwa dengan BPJS
mereka tidak mendapat pungutan biaya sama sekali, mulai dari dari perawatan
Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/BB Medan adalah pasien peserta BPJS.
Sedangkan responden yang menajwab Tidak Paham dan Sangat Tidak Paham,
mereka belum memahami dan belum mengetahui dengan pasti mengenai prosedur
34
menjelang pulang akan dikenakan atau tidak walaupun sudah menjadi peserta
BPJS.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 0 -
b. Baik 29 96,70
d. Tidak Baik 0 -
Tidak menjawab 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
puas dengan pelayanan yang diberikan kepada mereka selama mereka dirawat
inap. Tidak adanya keslahan dalam diagnosa yang mereka alami. Bahkan ada
yang beberapa dari respnden mengatakan bahwa Rumah Sakit Tingkat II Putri
Hijau Kesdam I/BB Medan adalah terbaik dikelas Rumah Sakit Umum
Pemerintah. Bahkan ada yang sudah menjadi pelanggan setia, tidak hanya ketika
pasien tersebut sakit tetapi juga dia membawa kerabat-kerabatnya yang apabila
mengalami sakit yang cukup parah ke Rumah Sakit ini. Ini menunjukkan bahwa
35
pelayanan yang telah diberikan oleh Rumah Sakit selama ini sangat diekanl baik
masyarakat, tidak hanya dari masyarakat umum tetapi juga yang merupakan
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 3 10,00
b. Baik 25 83,40
d. Tidak Baik 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
mengatakan Baik dan selebihnya 1 orang (3,3%) mengatakan Kurang Baik dan 1
medis yang ada telah sangat baik, memahami dan mengetahui riwayat penyakit
dan perawatan medis yang telah diberikan atau yang akan diberikan. Menurut
36
mereka para tenaga medis ini mengetahui dengan benar mengenai perawatan
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 3 10,00
b. Baik 21 70,00
c. Kurang Baik 0 -
d. Tidak Baik 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Pasien yang menjadi responden, sebagian besar adalah peserta BPJS. Dari
pasien mengakui akan mendapatkan rincian biaya tersebut. Dan pasien yang
merupakan pasien umum, mereka merasa tidak dirugikan dalam hal pembiayaan,
karena pihak rumah sakit akan memberikan rincian mengenai pembiayaan secara
jelas kepada mereka. Maka dari itu sebanyak 3 orang (10%) menjawab Sangat
Baik, sebanyak 21 orang (70%) mengatakan Baik dan selebihnya 6 orang (20%)
Tidak Menjawab.
37
Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pembayaran
Biaya Perawatan Selama Dirawat.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Mudah 4 13,30
c. Mudah 2 6,70
d. Sulit 0 -
e. Sangat Sulit 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
orang (16,7%) Tidak Menjawab. Sebagai pasien dan menjadi peserta BPJS
mererka mengatakan tidak ada kesulitan dalam hal pembayaran. Ketika akan
mereka. Sebagian besar dari responden yang merupakan pasien peserta BPJS
38
Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian
Administrasi Selama Dirawat Hingga Menjelang Pulang.
Jumlah Informan
Kategori Jawaban Persentase (%)
(orang)
a. Sangat Baik 7 23,30
b. Baik 22 73,40
c. Kurang Baik 0 -
d. Tidak Baik 0 -
Total 30 100,00
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
administrasi yang ada di rumah sakit dari awal mereka masuk hingga menjelang
pulang tidak pernah merasakan kesulitan dan bahkan termasuk mudah. Tidak ada
juga dari mereka yang merasa pernah ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.
Sementara 1 orang (3,3%) responden Tidak Menjawab, karena saat itu merupakan
pengalaman pertama dirawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan dan tidak mengetahui bagaimana prosedur admisinistrasi hingga saat
39
5.2 Data Sekunder
Data sekunder akan sangat membantu data primer dalam penelitian. Selain
lainnya, seperti peraturan yang menjadi acuan pelaksanaan SIM RS di rumah sakit
dan juga temuan dari sumber lain yang berhubungan dengan pelaksanaan SIM RS.
adalah :
(SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan seperti
susunan petugas SIM RS, susunan jaringan SIM RS, fasilitas pendukung SIM
RS yang ada, dan data lainnya yang berhubungan dengan implementasi SIM
RS.
Telah dijelaskan pada Pasal 168 dalam Undang – undang no. 36 tahun 2009
efektif dan efisien diperlukan infromasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem
informasi dan melalui lintas sektor. Kemudian, ditambah lagi di dalam Undang -
Undang No. 40 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dikatakan pada Pasal 11 dan
Pasal 52, bahwa Sistem Infromasi merupakan bagian dari prasarana rumah sakit.
40
Setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua
Sakit (SIM RS) dan telah menginstruksikan bahwa setiap rumah sakit wajib
menyelenggarakan SIM RS. SIM RS yang ada harus menggunakan aplikasi open
yang dibuat oleh rumah sakit. Atas dasar peraturan tersebut, Kepala Rumah Sakit
Manajemen Rumah Sakit. Kebijakan ini dibuat atas dasar pertimbangan dalam
Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dijelaskan bah yang dimaskud dengan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu sistem teknologi
pelayanan rumah sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh infromasi secara tepat dan akurat dan merupakan
41
bagian dari Sistem Informasi Kesehatan yang meliputi data, informasi, indikator,
prosedur, teknologi, perangkat dan sumber daya manusia yang saling berkaitan
dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang
diselenggarakan oleh rumah sakit harus memenuhi 3 unsur yaitu keamanan secara
menyajikan data berupa komponen yang mendasari SIM RS yang ada di Rumah
sesuai dengan fungsi dan jabatan. Secanggih apapun SIMRS yang dibuat, kalau
sumberdaya manusia yang ada belum siap dan belum memiliki kemampuan yang
Berikut adalah tabel jumlah petugas SIM RS yang ada di Rumah Sakit Tingkat II
42
Tabel 5.19 Jumlah Petugas SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan
Jumlah
No. Unit / Bagian Lokasi
Petugas
1 IT Database SERVER 2
5 Ruang 1, 2, Kemoterapi 1
6 Ruang 3, 4, 6 1
Billing Rawat Inap
7 Ruang 7, 8 1
(Central Rawat Inap)
8 Ruang 10a, 12 1
9 Ruang 10b, 11 1
11 Laboratorium Laboratorium 1
12 Radiologi Radiologi 1
13 Farmasi Farmasi 4
43
Terlihat pada tabel 5.19, rumah sakit memiliki sumber daya manusia
pemilihan petugas SIM RS, rumah sakit mengutamakan yang berlatar belakang
ruangan. Semua Petugas SIM RS ini setiap harinya bekerja dibawah koordinasi
pelaporan dan evaluasi setiap harinya mengenai pelaksanaan SIM RS apakah ada
Perangkat keras adalah semua bagian fisik komputer dan dibedakan dengan
berupa perangkat keras yang digunakan dalam sistem informasi, tidak hanya
berupa mesin (komputer, printer, scanner), namun juga berupa media seperti
database (tempat penyimpanan data), disket, magnetic tape, optical disc, compact
disc, flashdisc, atau paper form. Adapun rincian mengenai sumberdaya perangkat
keras SIM RS pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan
adalah :
a. SERVER,
1) Lokasi : Server
44
3) Keterangan barang : - Monitor : 2 buah
- Printer : 1 buah
- HUB : 1 buah
- HUB : 2 buah
1) Lokasi : IGD
- Printer : 1 buah
- HUB : 1 buah
- Printer : 1 buah
45
- HUB : 1 buah
- Printer : 1 buah
- HUB : 1 buah
f. OK/ICU,
1) Lokasi : OK / ICU
g. Farmasi,
1) Lokasi : Farmasi
- HUB : 2 buah
h. LAB,
1) Lokasi : Laboratorium
46
3) Keterangan barang : - Monitor : 1 buah
- Printer : 1 buah
i. RAD,
1) Lokasi : Radiologi
j. Kasir,
1) Lokasi : Yanmas
- Laptop : 1 buah
- HUB : 1 buah
tertentu, yang berupa system software, application software, dan prosedur. Dalam
membangun, mengelola dan mengembangkan SIM RS, pihak rumah sakit selalu
melakukan evaluasi terhadap SIM RS, ini membuktikan bahwa ada komitmen
kuat dari pimpinan dan juga para pegawai maupun petugas kesehatan, untuk
menciptakan sistem informasi yang bagus dan nanti juga akan berguna bagi
47
kinerja mereka. Dalam mengembangkan SIM RS, pihak rumah sakit berkerja
sama dengan PT. Infodata Perdana sebagai provider SIM RS dengan aplikasi
provider SIM RS dari yang lama ke yang baru dan baru berjalan selama 2
dianggap lebih bagus dan ada outputnya. Adapun contoh dari Sistem Infromasi
Manajemen Rumah Sakit yang ada menyangkut pelayanan rawat inap di Rumah
48
Gambar 5.1 Daftar Rawat Inap / IGD
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
dan masing-masing modul terdiri dari sub modul atau sub sistem. Pendaftaran
Rawat Inap / IGD merupakan Sub Modul dari Registrasi. Pendaftaran rawat inap
ini berada di IGD dan di isi oleh petugas SIM RS di bagian IGD. Apabila diisi
maka akan menghasilkan output berupa print out seperti gambar berikut :
49
Gambar 5.2 Output Daftar Rawat Inap / IGD
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Apabila sudah diisi maka akan mengeluarkan hasil print out seperti ini. Di
dalam sistem yang hanya bisa diisi adalah ruangan dan kelas ruangan, hari masuk
rawat inap, tanggal masuk rawat inap dan waktu masuk rawat inap, kemudian asal
kedatangan pasien, nama pasien, jenis kelamin pasien, umur pasien, tanggal lahir
penjelasan informan, pada kartu BPJS tidak mencantumkan kelas. Maka, pihak
rumah sakit harus berkoordinasi juga dengan bagian BPJS Center dalam
menentukan kelas pasien. Sampai saat ini, yang belum dapat diisi oleh sistem
adalah nomor peserta asuransi, nama dokter dan identitas dokter yang menangani.
50
Gambar 5.3 Daftar Rawat Jalan
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
rawat jalan berada di Pendaftaran BPJS Center dan diisi oleh petugas SIM RS
disana. Secara umum, modul registrasi yang terdiri dari sub modul pendaftaran
rawat inap dan rawat jalan juga terdiri dari submenu didalamnya. Submenu
Modul Registrasi :
1) Registrasi pasien
b) Pindah kamar
c) Cek out
q) Informasi ambulance
52
Gambar 5.4 Pindah Ruang Rawat Inap
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
bagi penyakitnya, hal ini disebut dengan jasa rawat inap. Maka dari itu, SIM RS
dirawat inap juga harus terintegrasi dengan bagian lainnya seperti laboratorium,
radiologi dan farmasi. Segala tindakan ini juga harus di input ke dalam aplikasi
SIM RS dan saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. Dan setiap harinya
53
Gambar 5.5 Input Jasa Rawat Inap
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
54
Adapun salah satu jasa dari rawat inap tersebut adalah Laboratorium,
bentuk sistem untuk laboratorium adalah pada Gambar 4.6. pada laboratorium
juga ada tindakan-tindakan yang dilakukan dan berikut adalah sistem SIM RS
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Modul Laboratorium :
Selain Laboratorium adapun jasa rawat inap yang lain adalah Radiologi.
Berikut adalah bentuk sistem dari Radiologi beserta tindakan yang ada pada
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
56
Gambar 5.9 Jasa Radiologi
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
1) Purchasing
2) Receipt order
3) Data Film
4) Label Amplop
8) Hasil Pemeriksaan
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Berikut ini adalah bentuk aplikasi SIM RS yang berisi database obat-obatan :
58
Gambar 5.11 Manajemen Obat (Farmasi)
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Modul Apotik :
2) Permintaan Pembelian
3) Penawaran
5) Penerimaan barang
6) Retur pembelian
7) Biaya perolehan
8) Penolakan barang
59
9) Penolakan espenses
60
Pasien dinyatakan pulang dari rawat inap dengan keadaan sembuh dan tidak
sembuh, maksud dari tidak sembuh adalah pasien pulang atas keinginan sendiri,
dirujuk ke rumah sakit lain atau meninggal dunia. Dalam proses pulang pasien
rawat inap juga diinput kedalam SIM RS, yang didalamnya juga terdapat biaya
tagihan rawat inap pasien apabila dia pasien umum. Gambar 4.12 adalah bentuk
dari sistem input untuk pasien pulang, yang di integrasikan ke bagian kasir juga.
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Sedangkan berikut ini adalah contoh output dari sistem input pasien pulang rawat
61
Gambar 5.13 Billing Pasien Rawat Inap
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Adapun modul dari pasien pulang ini adalah Modul Kasir, yang juga
Modul Kasir :
8) Jurnal / memorial
internet, intranet dan ekstranet. Sumber daya jaringan juga disebut juga Local
mendukungnya dan letaknya juga jangan terlalu jauh atau terhalang-halang untuk
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri
63
Sumber : Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 2015
Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan dibagi kedalam beberapa bagian,
yakni:
64
1) Pendaftaran Rawat Jalan ke bagian Rekam Medik, untuk koneksi printer
Tracer.
keuangan.
4) Dari Server ke bagian BPJS, namun ini tidak Bridging karena fungsinya
7) Dari Server ke bagian Billing atau dengan kata lain perjalanan status.
Laboratorium.
5. Pemantauan (monitoring)
dilakukan oleh bagian Server, selaku pusat dari semua data yang ada di SIM RS
berkerja di pagi hari, anggota SIM RS akan melakukan laporan pagi kepada
65
2) Monitoring Server : dilakukan setiap 5 hari kerja setiap minggunya. Ini
3) Monitoring Data : semua yang dikerjakan oleh SDM terlihat pada server,
jadi dilakukan pengecekan setiap hari agar diketahui apa saja yang
dilakukan SDM setiap harinya, ini juga menjadi bahan evaluasi bagi SDM
66
BAB VI
ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data, yaitu penyusunan secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain. Adapun analisis
yang dilakukan yakni analisis kualitatif, dengan tetap mengacu pada hasil
interpretasi data dan informasi tersebut sesuai dengan fokus penelitian. Seperti
telah diuraikan pada bab terdahulu bahwa perkembangan IT yang semakin pesat
dan kompleks serta berpengaruh pada perubahan tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara, tidak terkecuali juga pada bidang kesehatan. Rumah Sakit sebagai
kesehatan yang lebih baik, cepat, akurat, informatif, efisien serta akuntabel akan
terwujud apabila SIM RS dikelola dengan serius dan benar, dan pada gilirannya
juga akan memberikan kemudahan bagi kinerja pihak Rumah Sakit dan pasti akan
yang telah penulis sajikan pada bab sebelumnya, penulis akan menyesuaikan
67
tetapkan sebelumnya, yakni menggunakan 4 variabel implementasi kebijakan
(SIM RS)
Semua proses kebijakan publik merupakan tahapan yang penting dan harus
dilalui demi mencapai hasil dari suatu kebijakan. Salah satunya adalah,
panjang. Pemahaman yang paling penting bagi peneliti kebijakan dari proses
implementasi, pada gilirannya akan sangat membantu dalam rangka perbaikan dan
kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat
memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut
68
sampai merugikan masyarakat. Dalam mengkaji implementasi kebijakan,
sumber daya.
tentang Rumah Sakit, pada pasal 11 dan pasal 52 bahwa Sistem Infromasi
merupakan bagian dari prasarana rumah sakit. Setiap rumah sakit wajib
rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS).
yang efektif dan efisien, hal ini dituang dalam Undang-Undang no. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang menetapkan bahwa setiap
open source yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan atau dibuat oleh rumah
sakit. Hal ini tentu memudahkan pihak Rumah Sakit untuk memilih aplikasi
seperti apa yang akan diterapkan dilingkungan rumah sakit tersebut, mengingat
keadaan rumah sakit yang berbeda-beda, baik itu dari segi budaya organisasi
pelaksanaan SIM RS. Pada rumah sakit pemerintah dan swasta sudah pasti
69
berbeda dalam pelaksanaan SIM RS. Seperti halnya rumah sakit tingkat II Putri
Hijau Medan, yang merupakan rumah sakit milik TNI–AD yang mana kita
ketahui bahwa rumah sakit tersebut adalah milik TNI–AD yang juga termasuk
pada bagian dari rumah sakit milik pemerintah. Jika dlihat dari cara pelaporannya
setiap bulan, selain kepada Direktorat Angkatan Darat, rumah sakit tersebut juga
bagiannya termasuk juga rumah sakit TNI-AD. Maka dari itu, dalam memberikan
pemilihan provider aplikasi SIM RS, rumah sakit bekerja sama dengan pihak
pelayanan, walaupun pada dasarnya pelayanan yang diberikan adalah sama namun
ada pembedaan antara pasien umum dengan pasien anggota TNI/PNS maupun
keluarga, perbedaannya adalah pada status pasien yakni pasien yang merupakan
anggota TNI/PNS memiliki NIP anggota, nama satuan dan pangkat serta
beserta keluarga dengan pasien umum. Secara umum dari segi pelayanan yang
diberikan adalah sama, tidak ada pembedaan antara pasien umum dengan pasien
Dalam melaksanakan SIM RS, rumah sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan bisa dikatakan cukup serius, karena mereka memang menginginkan
adanya kemudahan dalam kinerja mereka melalui pelaksanaan SIM RS. Mereka
terus melakukan perubahan dan perbaikan dalam sistem, ini terlihat dari
70
penuturan informan utama yakni provider aplikasi yang ada di SIM RS telah
diganti dari provider yang lama ke provider yang baru, hal ini dikarenakan
provider SIM RS yang lama tidak dapat mengakomodir kebutuhan mereka secara
maksimal yakni provider yang lama tidak dapat memberikan output seperti yang
diinginkan, mereka hanya bisa meng-input data tanpa ada output yang dihasilkan,
tentu ini sangat tidak efisien bagi mereka, selain itu juga tidak efektif, harus
melakukan penghitungan dan pendataan secara manual ulang. Selain itu juga,
provider SIM RS yang lama juga kebanyakan digunakan oleh rumah sakit swasta,
hal ini tentu ada perbedaan yang jauh dari pelaksanaan manajemen rumah sakit.
sedang berjalan selama 2 minggu, ini merupakan masa percobaan dari sistem
tersebut. Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau bekerja sama dengan PT.
rumah sakit sendiri telah mengetahui track record provider tersebut yang
sebelumnya juga sudah digunakan oleh salah satu rumah sakit TNI yang ada di
Jawa.
pelayanan yang dirasakan oleh pasien sendiri. Berdasarkan hasil kuesioner kepada
responden yakni pasien yang sedang menjalani rawat inap dan telah dipaparkan di
bab penyajian data sebelumnya, sebagian besar pasien merasa pelayanan yang
diberikan oleh pihak Rumah Sakit semakin baik, dari segi administrasi maupun
pelayanan, mereka mengaku pelayanan yang diberikan lebih cepat dan tidak
berbelit-belit karena mereka selalu mendapatkan informasi yang jelas. Pada tabel
71
mendapatkan pelayanan yang cepat pada saat melakukan pendaftaran sebagai
pasien. Kemudian, pada tabel 5.7 mengenai proses pendaftaran pasien di rumah
mudah dan mudah. Pada Tabel 5.8 mengenai pengurusan administrasi di rumah
mengatakan baik. Lalu pada tabel 5.11 mengenai kecepatan pelayanan yang
diberikan pada saat diputuskan untuk menjalani rawat inap sebanyak 29 orang
responden berada di indikator sangat cepat, cukup cepat dan cepat. Pada Tabel
cukup mudah dan mudah. pada tabel 5.16 mengenai kecepatan dan ketepatan
baik dan cukup baik. Dari jawaban-jawaban responden tersebut sudah terlihat
bahwa adanya kepuasan dari pasien selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, pasien merasa tidak ada proses yang
keruangan rawat inap, untuk sementara waktu pasien harus menunggu di IGD
yang tersedia, mereka mengatakan dalam kurun waktu tidak sampai setengah jam
mereka sudah mendapatkan kabar mengenai ruangan rawat inap. Hal ini yang
72
sangat disenangi pasien, yakni mendapatkan kecepatan, ketepatan dan kepastian
dalam pelayanan.
kesehatan, Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau telah memenuhi asas pelayanan
nondiskriminatif dan asas norma agama, mereka tidak pernah menolak pasien
yang datang, pasien akan ditangani semampu mereka, jika tidak mampu pihak
rumah sakit akan merujuknya kerumah sakit lain yang dianggap mampu untuk
menangani penyakit pasien. Maka dari itu pihak rumah sakit mengharapkan
sistem aplikasi SIM RS yang bisa mengakomodir hal-hal seperti ini, yang juga
sakit, tidak hanya memudahkan kinerja para petugas dirumah sakit tetapi juga
akan berdampak pada pelayanan yang diberikan. Dan rumah sakit tingkat II Putri
RS, jika dilihat dari persepsi pasien sendiri. Tetapi jika dilihat dari persepsi
meningkatkan kinerja pegawai atau petugas yang ada, SIM RS masih memiliki
kekurangan, namun dengan adanya komitmen dari pimpinan dan dukungan dari
anggota yakni pegawai ataupun petugas, SIM RS masih terus terlaksana dengan
Secara keseluruhan, untuk sistem aplikasi SIM RS yang ada di rumah sakit
tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB, seperti sebelumnya telah dikatakan bahwa
73
sedang dalam percobaan dan pemasangan alat jaringan untuk sistem yang baru.
Pemasukan data di dalam sistem yang baru pun sedang dilakukan, serta
sehingga mereka terus melakukan usaha agar sistem bisa aktif sepenuhnya dan
bisa langsung cepat terkoneksi agar bisa cepat membantu kinerja mereka. Untuk
Hijau Kesdam I/BB Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada,
Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi pelaku kebijakan
menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Struktur
birokrasi memiliki dua indikator yakni struktur organisasi rumah sakit yang
pembagian atau penyebaran wewenang dan sumber daya yang ada untuk
RS sesuai dengan berbagai ketentuan yang telah diatur atau SOP (Standart
Operating Procedure).
pada pengembangan keterampilan sosial dan politik dari pengembang dan 20%
dikatakan bahwa kebijakan dari rumah sakit sebagai salah satu pemeran dalam
74
pengembangan rumah sakit memiliki andil yang besar dalam menentukan
Rumah Sakit tingkat II Kesdam I/BB Medan, telah diatur bersama dengan
suatu rumah sakit modern harus dilengkapi dengan bagian Informasi kesehatan
(Infokes) yang terstruktur dalam sebuah organsiasi dan dikelola secara efisien,
efektif dan modern. Bagian Infokes harus bertanggung jawab atas kelengkapan,
Sakit Tingkat II Putri Hijau agar tersedianya aplikasi SIM RS. Untuk dapat
dan dikelola sebagaimana mestinya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini
merasa ragu, namun keraguan itu dapat ditepis karena, Seksi Pelayanan Medis
memiliki segala informasi mengenai SIM RS, mulai dari pelaksanaan hingga
Seksi Pelayanan Medis, dan tidak hanya itu, jika diperhatikan juga dari jawaban
75
informan yang lain terhadap pedoman wawancara yang diberikan hampir sama
dan memahami alur pelaksanaan SIM RS, dari proses pelaksanaan hingga
pertanggung jawaban dalam laporan. Diakui informan bahwa hal ini akan terus
berlangsung hingga masa uji coba sistem selesai, sekitar 3 atau 6 bulan kedepan.
Namun hal seperti ini sebaiknya jangan dibairkan terlalu lama, karena akan
bagian, atau dengan kata lain tumpang tindih terhadap pembagian tugas.
sudah bagus, sering melakukan pengecekan setiap hari ke ruangan atau bagian
yang terkoneksi SIM RS, ini merupakan sebuah bukti komitmen dari pelaksana
Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan dapat dikatakan semakin membaik, walaupun
ada berbagai hambatan yang masih dirasakan, namun itu menjadi bahan evaluasi
bagi pihak rumah sakit untuk lebih berusaha dalam menuntaskan berbagai
hambatan tersebut. Hambatan yang dirasakan diantaranya adalah data yang tidak
dapat di migrasi ke sistem yang baru sepenuhnya, kemudian data tersebut juga
sudah harus ada di dalam komputer seperti data tindakan, data obat, data tarif.
Selain masalah data, hambatan lain yang ada adalah kejelasan fasilitas ruangan
76
rawat inap seperti kelas I, kelas II dan kelas III, karena data dasar seperti ini nanti
juga akan menjadi dasarnya di dalam sistem, maka harus dibuat jelas. Hambatan
yang lain lagi adalah pemecahan tindakan dokter seperti tarif dokter, tarif perawat
serta pajaknya. Selain yang telah disebutkan, hambatan yang lain adalah hambatan
yang berupa sumber daya manusia yang masih kurang, yakni untuk tenaga
Dari segi struktur birokrasi pelaksanaan SIM RS sudah pada bagian yang
tepat dan dikelola dengan baik dengan adanya komitmen yang kuat untuk
melakukan perbaikan pada sistem yang ada, yang nantinya akan terus dilakukan
secara bertahap menuju ke model sistem yang lebih baik agar kedepannya dapat
menghasilkan hasil dari sistem yang sesuai dengan yang diinginkan oleh institusi
sendiri seperti sistem yang mandiri dan dukungan dari SDM yang juga harus kuat.
Dari segi ketepatan atau kesesuaian pelaksanaan SIM RS sesuai dengan berbagai
ketentuan yang telah diatur atau SOP (Standart Operating Procedure), untuk
bagian pelaksana, bagian monitoring dan bagian pelaporan dan juga mereka saling
membantu satu sama lain ketika ada kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan
tugas masing-masing.
merealisasikan jalannya suatu kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan
berjalan dengan baik. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas
77
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk
melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya
daya manusia, sumber daya fasilitas dan sumber daya finansial. Van Meter daan
Van Horn menyebutkan bahwa sumber daya yang dimaksud mencakup dana atau
yang efektif. Sementara George Edward III menyebutkan sumber daya yang
merupakan soal yang sangat penting. Meskipun demikian, perlu juga diketahui
bahwa jumlah staff tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi
kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis
yang dimiliki oleh pimpinan ataupun staff itu sendiri, namun disisi lain kurangnya
efektif. Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu
charging rawat jalan, pendaftaran dan charging IGD & rawat inap, ruangan rawat
inap, OK/ICU, laboratorium, radiologi dan farmasi. Namun pihak rumah sakit
78
tidak menetapkan jumlah staff khusus operator ini, jika diperlukan mereka akan
orang ini dirasa masih kurang, terutama untuk bagian charging, namun untuk
ruangan rawat inap juga masih belum tersedia. Jadi untuk petugas operator SIM
RS, setiap harinya mereka berkeliling ke setiap ruangan untuk mengambil status
pasien dan melakukan input ke dalam sistem. Terkadang ini menjadi masalah,
apabila petugas tersebut terlalu lama menahan status tersebut, perawat yang ada
diruangan menjadi kesulitan apabila ingin mencatat perawatan yang ada untuk
pasien, harus mencari keberadaan status pasien yang bersama petugas operator
SIM RS tadi. Hal tersebut memang harus terpaksa terjadi demikian, karena para
petugas operator SIM RS itu sendiri mempunyai sistem kerja mereka yang
berkelilling ke setiap ruangan setiap harinya untuk sementara waktu ini sampai
SIM RS bisa berjalan dengan sempurna, sedangkan jumlah pasien dalam satu
ruangan perawatan bisa mencapai 6 sampai 10 pasien di tiap ruangan dan ruangan
Jika dianalisis dari segi sumber daya manusia, anggota operator SIM RS
terutama yang khusus menjadi operator SIM RS sebagian besar mereka berasal
dari tenaga sukarela (TKS) atau dengan kata lain honor, namun sebagian besar
dari mereka dipilih yang memang dasar pendidikannya adalah kesehatan seperti
karena mereka lebih mengetahui mengenai alur dan tindakan-tindakan yang ada di
rumah sakit sedangkan untuk pemahaman terhadap sistem itu sendiri, sebelum
79
telah menerima pelatihan untuk menjalankan sistem itu sendiri. Hal ini
maksimal dan ini merupakan suatu bukti bahwa adanya dukungan dari para
Sumber daya finansial atau dana juga merupakan hal yang akan sangat
informan, mengenai pembiayaan untuk SIM RS itu berasal dari anggaran rumah
tersebut juga menjadi pedoman bagi pelaksanaan SIM RS di Rumah Sakit tingkat
II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Ditambah lagi dengan penuturan informan,
pembayaran kepada pihak provider SIM RS yang baru akan dilakukan setelah
Selain sumber daya manusia yang telah dipaparkan sebelumnya, faktor yang
yang memadai dalam hal kualitas serta kuantitasnya dan mungkin memahami apa
yang harus dilakukan, tetapi tanpa fasilitas seperti bangunan sebagai kantor untuk
80
Rumah Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan berada dilokasi yang
Fasilitas untuk SIM RS sudah dipaparkan peneliti pada bab penyajian data
sudah mencukupi untuk jumlah sumber daya manusia yang ada sekarang. Untuk
untuk masing-masing ruangan rawat inap, namun kendala disini adalah ruangan
nurse station disetiap ruangan rawat inap sendiri tidak cukup untuk meletakkan
komputer tersebut. Dari segi jaringan, fasilitas SIM RS sudah cukup memadai,
data yang diinput kepada Server. Dari segi sistem aplikasi, mereka bekerja sama
provider itu sendiri sebelumnya juga sudah digunakan oleh salah satu rumah sakit
TNI yang ada di Jawa. Peneliti juga menemukan bentuk sistem aplikasi yang
bagus, yang tidak hanya bisa menginput data pasien, tetapi juga bisa melakukan
input berbagai tindakan perawatan yang ada dirumah sakit beserta rincian harga
terhadap tindakan perawatan tersebut. Dan juga dari segi kemudahan sistem
minggu dan mereka sudah dapat memahami dalam menggunakan sistem aplikasi
SIM RS tersebut.
81
Dari segi sumberdaya, implementasi SIM RS belum terlaksana secara
baik, dimana pengelola sistem aplikasi SIM RS baru saja diganti dan masih
manusia yang telah dilakukan tidak menjadi sia-sia, begitu juga halnya dengan
jumlah sumberdaya manusia yang ada agar keberadaan fasilitas tersebut menjadi
Power Supply (UPS) yakni sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat
memberikan daya lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati dan juga alat
otomatisasi genset yang berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis jika ada
pemadaman listrik, karena dikatakan bahwa komputer akan mati apabila terjadi
pemadaman listrik secara tiba-tiba, apabila tidak ditangani secara cepat akan
C. Analisis Komunikasi
Komunikasi yang baik meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas,
keseragaman dari tujuan dan sasaran suatu kebijakan sangat diperlukan agar
aparat pelaksana kebijakan paham terhadap apa yang akan dicapai. Selain itu
kesamaan cara pandang ini juga dapat mendorong terbentuknya motivasi yang
82
mendukung pelaksanaan pencapaian tujuan. Sebaliknya, jika tidak ada suatu
pelaksanaan suatu kebijakan tidak optimal. Keseragaman cara pandang ini hanya
dapat terwujud apabila ada komunikasi yang baik antara para pemimpin atau
para pelaksana SIM RS yang ada di rumah sakit adalah dengan melakukan
laporan setiap harinya atau dengan kata lain adalah sensus harian. Hal ini tentu
menuntaskan masalah tersebut dalam hari itu juga. Koordinasi dilakukan pada
saat pagi hari dilakukan apel harian, sedangkan laporan dilakukan pada sore hari
pada saat akan pulang, laporan mengenai pelaksanaan SIM RS dalam satu hari itu.
Hal ini tentu sangat berguna bagi bagian monitoring SIM RS, karena setiap hari
menghadapi hal serupa dan bisa mengetahui kendala apa saja yang sudah menjadi
kendala umum atau ada kendala yang secara tiba-tiba, dan semuanya bisa menjadi
bahan sebagai evaluasi terhadap sistem agar kedepannya pelaksanaan dari SIM
Apabila ada kendala yang tidak dapat diselesaikan di saat itu juga, atau
dirasakan terlalu rumit, maka mereka akan melapor dan berkoordinasi dengan
pihak provider yang ada di Jakarta. Dan adapun evaluasi yang mereka lakukan
terhadap provider sendiri adalah setiap 6 bulan sekali. Menurut informan, SIMRS
merupakan sebuah wadah aplikasi untuk informasi manajemen, yang terdiri dari
83
ada di rumah sakit. Komunikasi dan koordinasi yang dilakukan selama ini akan
dikumpulin sebagai data bulanan kemudian data triwulan lalu data tahunan, yang
mana data-data tersebut berguna nanti untuk menyusun renstra rumah sakit dan
bahan evaluasi. Karena SIM RS yang ada sekarang adalah provider yang baru
dipasang dan baru berjalan sekitar 2 minggu jadi belum banyak perubahan yang
dirasakan, karena menurut penuturan informan, saat ini adalah saat dimana sistem
itu sedang di uji cobakan sampai nanti akan mengeluarkan output seperti yang
mereka inginkan, apabila sesuai maka akan dilakukan pembayaran kepada pihak
dikemukakan peneliti di awal bahwa Rumah Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan merupakan rumah sakit milik TNI–AD yang berbeda dari rumah
sakit pemerintah lainnya maupun rumah sakit swasta. Perbedaannya adalah pada
sistem pelaporan bulanan, dimana pihak rumah sakit harus mengirimkan laporan
menginginkan adanya sistem yang bisa mengakomodir semua itu, karena pada
jumlah pasien yang berasal dari angkatan harus jelas, maka mereka membutuhkan
Provider SIM RS yang lama atau sebelum yang baru ini bukan tidak bagus
tetapi provider tersebut kebanyakan digunakan oleh rumah sakit swasta dan tidak
dilaksanakan, telah diketahui bahwa ada juga rumah sakit TNI yang menggunakan
provider SIM RS tersebut, maka ini bisa juga dikatakan sebagai alasan atau dasar
84
pihak Rumah Sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan memilih provider
tersebut.
setiap pagi dilaksanakan apel pagi, atau dengan kata lain laporan para petugas
operator SIM RS setiap harinya, mengenai kehadiran para petugas operator SIM
RS. Hal ini berguna untuk mengetahui kehadiran dan sikap dari para petugas
dilakukan adalah bentuk komunikasi yang berupa koordinasi harian yang nantinya
dan menjadi bahan untuk evaluasi. Komunikasi harian ini dilakukan agar
ditemukan masalah apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan SIM RS
dan apakah masih bisa diselesaikan sendiri atau melalui programmer provider
SIM RS. Ini merupakan suatu kemudahan yang mendukung kinerja para petugas
operator SIM RS juga. Karena adanya perhatian juga dari pimpinan mereka
terhadap kinerja mereka, dan merupakan sebuah bentuk kerjasama yang bagus
D. Analisis Disposisi
dalam menyikapi suatu kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dilupakan.
Jika para pelaksana program setuju dengan isi suatu kebijakan, dalam hal ini
85
berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka akan melaksanakannya
sikap dari para pelaksana terhadap pelaksanaan SIM RS di Rumah Sakit tingkat II
rumah sakit telah menempuh satu upaya yakni pergantian vendor aplikasi SIM RS
dari yang lama ke yang baru, hal ini dilakukan dengan tujuan menciptakan SIM
dilakukan karena vendor atau provider SIM RS yang lama tidak dapat
oleh rumah sakit swasta, sedangkan provider SIM RS yang baru ini sebelumnya
sudah melakukan kerjasama dengan rumah sakit TNI yang ada di Jawa oleh sebab
itu mereka menganggap provider SIM RS yang baru ini juga bisa memenuhi
kebutuhan mereka. Hal ini merupakan bukti adanya komitmen pihak rumah sakit
melalui disposisi seorang pimpinan untuk serius melaksanakan SIM RS. Tentunya
bentuk kewenangan pimpinan tersebut juga harus disertai dengan kesiapan dari
Untuk menilai bentuk disposisi diantara para pegawai dirumah sakit dalam
memahami dan melakukan tugasnya dengan baik dan benar, peneliti memberikan
kuesioner kepada pasien untuk mengetahui dari sisi persepsi pasien sebagai
86
penerima pelayanan yang ada di Rumah sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan. Adapun pada bab penyajian data bisa dilihat pada tabel 5.12 mengenai
informasi yang diberikan pada saat sebelum ataupun sesudah pelayanan diberikan
sebanyak 24 orang pasien (80%) menjawab baik, dan 5 orang (16,7%) memilih
jawaban sangaat baik. Mereka mengakui bahwa setiap petugas yagn datang akan
mereka. Berdasarkan penuturan pasien, komunikasi seperti ini sangat baik dan
mereka merasa sangat senang karena merekan menjadi merasa memang benar-
benar dirawat, tidak ditelantarkan. Kemudian, bisa dilihat juga pada tabel 5.17
mengenai apakah tenaga medis yang ada telah mengetahui catatan medis pasien
melakukan pemeriksaan kepada pasien, petugas medis yang ada telah mengetahui
riwayat atau catatan medis mereka, maka pasien merasa tidak pernah ada
penuturan seorang informan utama, bahwa pasien yang sedang dirawat di rumah
sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan menggunakan gelang pasien
ditangan. Fungsi dari gelang tersebut selain untuk menandakan bahwa dia adalah
seorang pasien rawat inap, juga berfungsi sebagai penanda bahwa ada alergi
tertentu yang diderita pasien sehingga petugas medis segera mengetahui bahwa
ada obat-obat tertentu yang tidak bisa diberikan kepada pasien. Hal-hal tersbeut
adalah bentuk komunikasi antara petugas medis dengan pasien yang merupakan
87
sikap dari petugas medis sebagai yang memiliki kewenangan memberikan
tindakan perawatan kepada pasien. Sikap-sikap petugas medis seperti ini yang
perhatian dari para petugas medis sendiri terhadap pasien, seperti yang telah
peneliti terangkan pada bagian variabel sumberdaya bahwa sebuah sistem tidak
akan berjalan efektif apabila tidak didukung oleh sumberdaya yang berkompeten.
Karena apabila sudah ada sistem maka, semua pengisian data pasien harus terisi
penuh dan lengkap, maka dari itu pihak rumah sakit memperbaiki sikap tersebut
yakni sikap rajin dari petugas medis untuk mengisi penuh status pasien dan lebih
berkeliling ke setiap ruangan yang terkoneksi dengan SIM RS, jadi walaupun
kegiatan para anggota operator SIM RS itu bisa dilihat di monitor yang ada di
jawab atas kewenangan yang telah diberikan seperti ini merupakan adanya
keseriusan dari implementor di rumah sakit tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan. Para implementor ini memang benar-benar memahami apa yang menjadi
tugas tersebut juga menjadi wilayah kendali mereka. Seperti halnya yang
dilakukan oleh Kepala Pengendali SIM RS ini juga merupakan wujud dari
implementor yang bertanggung jawab, tidak hanya kepada tugasnya tetapi juga
88
terlaksana dengan baik. Tidak hanya itu, hal serupa juga dilakukan pada seksi
pelayanan medis, Kepala Seksi Pelayanan Medis juga rajin dalam melakukan
Sesuai dengan yang telah peneliti sajikan pada bab penyajian data
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam menumbuhkan sikap menerima dari para
provider dan dari pihak akademisi yakni STIKOM. Langkah-langkah seperti ini
rumah sakit dan menjadikan keberadaan sistem menjadi tidak sia-sia nanti ketika
sudah dipasang. Kemudian adapun langkah lainnya yang ditempuh oleh pimpinan
untuk melihat intensitas ataupun sikap dari pelaksana kebijakan seperti anggota
operator SIM RS adalah dengan melakukan evaluasi kerja tiap grup secara harian,
hal ini dilakukan oleh seksi Pelayanan Medis untuk melihat sejauh mana
juga dituntut untuk mengerjakan dengan cepat agar status pasien dapat segera
implementor adalah, bahwa tidak hanya anggota operator SIM RS saja yang
II Putri Hijau tetapi juga dari sikap petugas medis sendiri yang diberikan lewat
pelayanannya terhadap pasien lewat perhatian dan sikap rajin untuk mengisi status
89
pasien secara lengkap, karena nantinya status tersebut akan dipindahkan ke sistem
aplikasi SIM RS dan hal ini mendukung terciptanya sistem yang bagus.
pelatihan terlebih dahulu merupakan langkah yang sangat bagus, karena sistem
yang mahal sekalipun akan menjadi tidak berguna apabila tidak ada sumberdaya
Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah masing-masing variabel
tersebut berkedudukan sejajar, ada pengaruh antar variabel, atau tidak saling
tahun 2013 pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah
dilaksanakan dengan cukup baik. Dengan adanya komitmen yang kuat dari
pimpinan tentu juga harus di dukung dengan kekuatan dari sumberdaya yang ada.
Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, terlihat adanya variabel
menunjukkan adanya komitmen dan kemauan yang kuat dari Kepala Rumah Sakit
untuk melaksanakan SIM RS, hal ini diwujudkan dengan dibuatnya pedoman
90
Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang Kebijakan
dan sistem hingga struktur organisasi yang mencakupi penangan SIM RS sendiri.
RS juga sudah telah dilaksanakan di rumah sakit tersebut sejak tahun 2012. Hal
ini selaras dengan keadaan vendor aplikasi SIM RS yang baru saja berganti dari
yang lama ke yang baru, hal ini merupakan bentuk disposisi dari seorang
untuk kedepannya dan bisa mengakomodir segala kebutuhan mereka. Hal ini juga
berarti bahwa SIM RS yang ada sekarang adalah upaya untuk meningkatkan
sistem ke arah yang lebih baik lagi. Namun perlu diketahui bahwa melakukan
resistensi atau penolakan. Seperti misalnya pada sikap anggota pelaksana sendiri
yang belum siap. Maka, berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa variabel
yang ada pada variabel disposisi yang akhirnya akan mempengaruhi variabel
sumber daya baik itu manusia, fasilitas maupun keuangan atau anggaran. Dimana
pengadaan sistem tersebut, namun hal ini ditepis oleh pernyataan informan yang
masa percobaan dan didapatkan output sesuai dengan yang diinginkan. Selain
91
keuangan, langkah disposisi tersebut juga akan mempengaruhi sumber daya
manusia, dimana juga harus ada orang yang menjalankan sistem tersebut.
Sehingga pengadaan sistem tersebut tidak menjadi sia-sia. Namun hal ini juga
tidak menjadi masalah bagi rumah sakit, karena para sumber daya manusia yang
pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan pihak vendor SIM RS sendiri dan
sumberdaya manusia tidak disertai dengan jumlah sumberdaya fasilitas yang ada
maka akan membuat kinerja mereka menjadi tidak efisien. Namun, masalah yang
terjadi pada pelaksanaan SIM RS di rumah sakit tersebut, adalah masih dirasakan
adanya kekurangan sumberdaya manusia untuk tenaga charging. Namun hal ini
disertai juga dengan sumberdaya fasilitas sendiri yang belum lengkap yakni belum
pernyataan informan hal in terjadi dikarenakan sedang masa uji coba sistem SIM
RS yang baru selama 3 – 6 bulan kedepan. Karena nantinya apabila sistem sudah
berjalan dengan sempurna, para operator SIM RS atau sumberdaya manusia yang
ada saat ini akan menjadi pembimbing bagi perawat diruangan untuk melakukan
input charging rawat inap dan juga akan disertai dengan penambahan fasilitas
tersebut. Hal ini kedepannya tentu akan sangat berguna dalam meningkatkan
yang memang sudah mempunyai dasar yang baik, dalam hal ini seperti pemilihan
92
sumebrdaya manusia untuk petugas SIM RS sendiri, dipilih yang berasal dari
Ketiga variabel yang ada bisa juga memiliki hubungan dengan variabel
dengan tugasnya. Dalam hal ini. koordinasi yang dilakukan adalah dengan
Koordinasi harian yang dilakukan sampai saat ini dirumah sakit tersebut setiap
tadi melalui masalah-masalah yang kerap dijumpai, bisa saja masalah tersebut
tersebut.
komunikasi, yakni dari struktur organisasi yang ada, SIM RS berada dibawah
sehari-sehari maupun secara berkala berada pada Seksi Pelayanan Medis. Namun,
baru ini, untuk sementara sebagian besar kegiatan pengawasan berada di bawah
pengawasan bagian Seksi Pelayanan Medis, karena tugas Seksi Pelayanan Medis
93
rumah sakit, dan juga segala macam data tentang pelaksanaan SIM RS ada pada
Seksi Pelayanan Medis. Hal ini menandakan adanya komunikasi diantara masing-
yang berhubungan dengan SIM RS. Hal seperti ini dapat berguna bagi tahap
yang terjadi pada bagian lain sehingga dapat ditemukan solusi pemecahan
sendiri tidak ada koordinasi antar satu bagian dengan yang lain, maka
variabel tersebut tidak ada pengaruh yang begitu signifikan. Sumberdaya yang ada
dapat dikatakan sudah sesuai atau bagus, yakni adanya koordinasi harian hingga
evaluasi bulanan. Hal ini juga berguna untuk mengukur kinerja para petugas SIM
akan berhasil apabila ada komitmen yang kuat dari pimpinan melalui
94
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil
interpretasi dan analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Bagian
terdapat dalam perumusan masalah. bagian kesimpulan juga harus selaras dan
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan peneliti pada bagian
pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam
adanya komitmen dari pimpinan sendiri untuk melaksanakan SIM RS. Jika
95
bagus selama dirawat, selain itu juga dalam hal kecepatan pelayanan,
Sedangkan bagi Rumah Sakit sendiri, komitmen dari pimpinan juga dapat
terlihat dari adanya tindakan penggantian provider SIM RS dari yang lama
ke yang baru, yang dinilai semakin membaik dan akan memudahkan kinerja
pasien secara manual agar nantinya mudah untuk di input ke dalam sistem.
Kemudian tidak hanya itu, sumberdaya manusia ini juga harus didukung
fasilitas ini juga harus selaras dengan jumlah sumberdaya manusia yang ada,
sebagai berikut :
96
a. Jika dilihat dari aspek struktur birokrasi secara umum sudah baik. Sudah
yang tercantum pada Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No:
Rumah Sakit. Dan terjadi kerjasama dan koordinasi yang diantara setiap
monitoring.
yakni komputer untuk setiap ruangan rawat inap. Hal ini terjadi karena
rawat inap dan anggota operator SIM RS yang dilakukan oleh Seksi
Pelayanan Medis. Hal ini disebut juga dengan koordinasi harian, dimana
Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dan koordinasi seperti itu merupakan
97
tugasnya masing-masing, yakni dari cara melakukan pengecekan
terhadap kinerja sistem dan anggota operator SIM RS. Selain itu juga
terlihat pada penelitian terdahulu yang sudah penulis paparkan pada bab
7.2 Saran
Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
(UPS) yakni sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat memberikan daya
lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati dan juga alat otomatisasi
pemadaman listrik.
98
2. Peneliti menyarankan agar diadakan perekrutan sumberdaya manusia
khususnya operator yang lebih banyak lagi dan terlatih dibidang sistem
SIMRS ini agar dapat diketahui jenis hambatan lainnya serta cara
penanggulangannya.
4. Saran tambahan dari pasien yang menjalani rawat inap, agar disesuaikan
jumlah tenaga perawat dengan pasien yang ada, supaya pasien lebih
terlayani dan diperhatikan. Karena menurut mereka selama ini perawat yang
99
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Kedokteran.
Arif, Saiful. dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Program Sekolah Demokrasi :
Malang.
Aksara, Jakarta.
Jakarta.
Ernawati, Etty. 2012. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit (Simr) Untuk
: Jakarta.
100
Hidayatullah, Moch. Taufiq. 2014. Analisis Penerapan Sistem Informasi
Bandung.
Nawawi, Hadari. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Press : Yogyakarta.
Rumah Sakit TK. II Putri Hijau Medan. Tesis. Universitas Sumatra Utara:
Medan.
Sabarguna, Boy S. 2005. Sistem Informasi Rumah sakit. Konsorsium Rumah Sakit
Shelly, Titania Nur. 2012. Evaluasi sistem informasi manajemen di bagian rawat
Depok.
Singarimbun, Masri & Effendi Sofian. 2006. Metode Penelitian Survai. LP3ES :
Jakarta.
RSUP Haji Adam Malik Medan. Tesis. Program Studi Magister Administrasi
Jakarta.
Yogyakarta.
Bandung.
Bandung.
Bandung.
Yogyakarta.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Pressindo Media :
Yogyakarta.
Wiyono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Buku 1,2, Airlangga
102
Sumber Internet :
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/02/sistem-informasi-
http://andrazain.wordpress.com/2013/04/28/contoh-penerapan-sistem-
http://independen.wordpress.com/2008/09/12/sistem-informasi-manajemen-
2014, 13:23
http://rumah-sakit.findthebest.co.id/l/878/Rumkit-Tk-II-Putri-Hijau-Medan
Sumber Perundang-Undangan :
Rumah Sakit
103
KEPMENKES No. 932/MENKES/SK/VII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
104