Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

Jurnal Administrasi Publik

http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma

Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja


Terhadap Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Medan

Chairika Nasution, Husni Thamrin*

Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, Indonesia

Diterima Agustus 2016; Disetujui Oktober 2016; Dipublikasikan Desember 2016

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan Program Pembinaan
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Tahun 2014. Penelitian ini di lakukan pada Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja Kota Medan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan Sumber data
dalam penelitian ini adalah pegawai di Disosnaker. Teknik Penarikan Sampel yang digunakan
adalah teknik “Purposive Sampling”. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan melalui
wawancara, observasi dan analisis dokumen serta mencatat dan merekam. Teknik Analisa Data
yang digunakan penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Implementasi kebijakan Program
Pembinaan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Tahun 2014 dilakukan sudah cukup baik. Hanya
kurangnya fasilitas dan dana untuk menjalankan pembinaan bagi gelandangan dan pengemis, ini
berarti Sistem komputerisasi di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) baik sehingga
pekerjaan pegawai menjadi efektif.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan; Program pembinaan Gelandangan dan Pengemis

Abstract
This research aimed to find out how the Policies implementation of program is creation with
vagrants and beggars by Social and Labor Office of Medan City. This study was taken place in
Social and Labor Office of Medan City. The data source used in this research was Disosnaker
employees. The sampling technique used was purposive sampling one. Techniques of collecting
data employed were interview, observation, document analysis as well as notes taking and
recording. Technique of analyzing data used was technique of analyzing qualitative data.The
Policies implementation of program is creation with vagrants and beggars by Social and Labor
Office of Medan City of 2014 was good enough, but minimize facility and fund to creation
vagrants and beggars cost.
Key Word : The Policies Implementation; Vagrants and Beggars Construction Program
How to Cite: Chairika Nasution, Husni Thamrin (2016). Implementasi Kebijakan Program
Pembinaan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota medan
4 (2): 105-119
*Corresponding author: P-ISSN-2549-9165
E-mail: husnithamrinuma@yahoo.co.id e-ISSN

105
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

PENDAHULUAN menurut Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)


Gelandangan dan Pengemis atau sering Kementerian Sosial :
disingkat Gepeng. Mereka pemandangan Tabel 1 : Jumlah Gelandangan dan Pengemis
umum di hampir semua kota di Indonesia. menurut Tahun
Potret yang meneguhkan keyakinan bahwa No. Tahun Jumlah
masalah sosial di negeri ini masihlah amat 1 2006 68.648 orang
besar. Ada banyak orang yang nasibnya 2 2007 61.090 orang
kurang beruntung, sehingga terpaksa 3 2008 60.226 orang
menggantungkan hidup di jalanan. Sebagian 4 2009 88.781 orang
memilih menjadi pengasong, penyemir sepatu, 5 2010 201.140 orang
pemulung, dan pengamen. Sedangkan 6 2011 194.908 orang
setengahnya lagi menempuh jalan lebih pintas 7 2012 178.262 orang
dalam mengais rejeki menjadi Pengemis. Sumber : Antara – Rab, 16 Jul 2014.
Permasalahan Gepeng saat ini masih
tetap menjadi menjadi beban pembangunan Penyebab banyaknya Gepeng di kota
nasional dewasa ini untuk itu peran besar, bukan hanya korban dari tidak adanya
pemerintah dan masyarakat untuk lapangan pekerjaan, tetapi juga dari faktor
menanggulangi permasalahan ini tentunya tidak adanya keinginan untuk berusaha dan
harus dilakukan secara bersama-sama, tidak memiliki keterampilan, dan pada
sehingga mampu mengurangi kesenjangan kenyataannya banyak kita lihat gelandangan
sosial yang ada, Gepeng merupakan kantong yang justru masih mampu untuk berusaha.
kemiskinan yang hidup diperkotaan. Hal ini Berusaha dalam arti apa saja yang penting
disebabkan karena faktor ekonomi dan bisa makan.
kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Pemerintah resah melihat realita sosial
Penertiban Gepeng membutuhkan yang memilukan tersebut. Sebab, fenomena
waktu untuk penanganannya, karena kadang Gepeng mencerminkan kegagalan Negara
diwaktu tertentu populasi Pengemis dalam mengurusi permasalahan
meningkat seperti yang terjadi dihari libur, kependudukan. Citra Indonesia di mata dunia
hari raya keagamaan, maupun di pusat-pusat pun memburuk oleh sebab bertambahnya
rekreasi dan perbelanjaan, tentunya secara jumlah penduduk miskin perkotaan. Maka,
grafik digambarkan jumlah populasi Pengemis sejumlah langkah pun diambil untuk
naik turun. Penyebab kesenjangan yang besar mengurangi jumlah penduduk liar yang hidup
adalah faktor ekonomi yang tidak merata di jalanan.
sehingga jurang sosial antara si kaya dan si Beberapa kota kemudian mengeluarkan
miskin tinggi terutama dikota-kota besar. Peraturan Daerah tentang penanganan
Mudahnya mencari uang di kota besar Gepeng. Seperti Jakarta, Medan, Batam,
seperti Jakarta, Medan dan kota besar lainnya Kepulauan Riau, Palembang, dan Denpasar.
telah menjadi daya tarik tersendiri buat Seolah ada instruksi, isi aturan itu seragam.
pendatang dari luar daerah tanpa membawa Bahwa menggelandang dan mengemis adalah
bekal skill dan pendidikan yang memadai perbuatan melanggar hukum. Memberi uang
untuk mengadu nasib. Ketiadaan skill yang kepada mereka juga dilarang. Gepeng serta
dimiliki serta tuntutan untuk memenuhi pendermanya terancam denda dan hukuman
kebutuhan hidup dan sifat kemalasan kurungan.
membuat orang memilih untuk menjadi Masalah sosial yang umumnya berakar
Pengemis. dari persoalan ekonomi itu, kini menjadi
Populasi Gelandangan, Pengemis dan problema hukum. Kebijakan penanganan
Pemulung secara nasional terlihat naik turun, kelompok masyarakat Gepeng itupun ada
106
Chairika Nasution, Husni Thamrin, Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial

yang pro-kontra. Melarang orang mengemis mencari akar permasalahan munculnya


dan menghukum warga yang coba bersedekah Gepeng, lalu mencari jalan mencabutnya.
dianggap bukan solusi. Tetapi ada yang Tentunya bukan dengan melarang-larang
setuju, karena percaya mampu mengurangi orang menjadi Pengemis dan mengancam
Pengemis, manakala orang takut mengasihani para pendermanya.
kelompok yang kerap disebut pemalas itu. Kita memang senantiasa risau melihat
Kini, salah satu kota yang menerapkan banyaknya masyarakat jalanan dan Pengemis
aturan adalah Pemerintah Kota Medan, yang di kota ini. Dulu, mereka hanya ada di
juga sedang coba membuat peraturan daerah sejumlah titik. Tetapi, sekarang sudah
untuk menangani Gepeng. Orang orang tersebar di banyak tempat. Mulai dari lampu
dilarang mengemis dan berkeliaran di jalan. merah, tempat pembuangan sampah, pusat
Mereka yang bersedekah kepada mereka akan perbelanjaan, sampai yang beroperasi dari
didenda atau dihukum. Aturan yang terbukti rumah ke rumah.
gagal mengurangi jumlah Gepeng ketika Pemandangan itu gampang kita
dipraktekkan oleh sejumlah kota di Tanah Air. saksikan, dengan penilaian beragam. Sebagian
Pemda DKI, misalnya, melarang memberi orang menganggap itu sebagai masalah sosial
uang kepada Gepeng sejak tahun 2007. karena mengganggu keindahan kota, karena
Tetapi, jumlah penyandang masalah sosial itu itu perlu ditertibkan. Sebagian lagi menilainya
tetap banyak dan selalu sulit ditangani. sebagai fakta bahwa distribusi kesejahteraan
Setelah disetujui DPRD Kota Medan, sungguh belum merata. Ada warga yang
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor: 6 terpaksa hidup di jalanan dengan menjadi
Tahun 2003 Tentang Larangan Gepeng dan preman dan Pengemis karena tidak mampu
Serta Praktek Susila di Kota Medan inilah mengakses sumber-sumber ekonomi.
yang menjadi pelindung hukum bagi Sungguh, memang banyak penyebab
pemerintah untuk menangani Gepeng di Kota mengapa masyarakat dan remaja terjerumus
Medan. Di kota ini ada lebih dari seribu anak hidup di jalanan. Tetapi, dari banyak alasan
yang hidup liar di lampu-lampu merah dan itu, kesulitan ekonomi dipercaya menjadi
pasar. Namun sayangnya data akurat berapa faktor determinan. Mereka tak bisa sekolah
sebenarnya jumlah Gepeng yang riel, sampai lantaran orangtuanya miskin. Maka, jalanan
dengan Tahun 2014, tidak tersedia. Padahal dipilih menjadi tempat beraktivitas.
data ini sangat diperlukan bagi pembinaan Dari sana masalah-masalah sosial
Gepeng itu sendiri. Pada musim-musim bermunculan. Hidup tanpa aturan dan
tertentu jumlah mereka meningkat, seperti pengawasan, masyarakat itu tumbuh liar dan
menjelang bulan Ramadan, Hari Raya, dan tak bermasa depan. Segala perbuatan
Tahun Baru. menyimpang mudah menghampiri para
Sejauh ini, jumlah mereka akan coba Gepeng tersebut. Karena hidup dijalanan yang
dikurangi, baik dengan cara preventif, keras, mereka tumbuh menjadi pribadi yang
represif, maupun rehabilitasi. Dan bahkan, kasar, susah diatur, dan tidak punya tata
warga dilarang memberi uang kepada krama. Seks bebas, mabuk-mabukan, senior
Gepeng, bocah-bocah liar itu juga bisa menindas junior, merupakan perilaku yang
ditangkapi dan dimasukkan ke panti asuhan. umum di kalangan mereka.
Tetapi sejumlah pihak melihat, Perda Kita mestinya resah atas fakta-fakta
tersebut belum dapat menyelesaikan masalah tersebut. Sebab, mereka adalah masyarakat
Gepeng di Kota Medan. Sebab, sama sekali kita juga. Mereka juga punya hak
tidak menjawab alasan mengapa warga memperoleh pendidikan dan perlindungan.
memilih mencari penghidupan di jalanan Selama ini, dengan berat harus disebut, dua
yang liar dan keras. Pemerintah mestinya hak dasar itu belum mereka terima. Sebab,
107
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

pembangunan memang belum memihak Walaupun telah ada upaya pemerintah


kaum lemah. kota Medan untuk membuat kebijakan-
Oleh sebab itu, kita wajib mencari cara kebijakan penanganan Gepeng, namun
menyelesaikan masalah sosial tersebut. Segala ternyata masih belum bisa menjangkau
aturan yang bersifat represif sedapat mungkin Gepeng secara keseluruhan. Dan bahkan
dihindari karena tidak akan menyelesaikan masih banyak Gepeng yang sudah dilakukan
persoalan. Untuk menekan jumlah Gepeng, pembinaan, namun masih turun ke jalanan
harus dikaji terlebih dahulu akar masalahnya. lagi.
Kalau dulu persoalannya adalah faktor Terlepas dari pembinaan yang
ekonomi, maka pemerintah mestinya bergegas diberikan kepada gepeng agar mereka
untuk membuat kebijakan dan langkah terampil dan mandiri dalam menuju
menyejahterakan masyarakat. kedewasaan nantinya, hal terpenting yang
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 diarahkan juga harus diperhatikan oleh Dinas Sosial
artinya pada mempertahankan eksistensi atau adalah pembinaan terhadap Gelandangan dan
mengembang-biakkan fakir miskin dan anak Pengemis tersebut. Jika karena kondisi
terlantar. Namun, kenyataan di masyarakat ekonomi keluarga yang kurang mendukung
hal itulah yang terjadi. Kaum miskin ini menjadi faktor anak turun ke jalanan untuk
semakin bertambah, karena tidak adanya bekerja membantu orang tuanya, maka
program pemberdayaan dan pengentasan pembinaan terhadap keluarga yang harus
mereka. Gelandangan, Pengemis, Pengamen, dilakukan oleh Dinas Sosial adalah dengan
dan Anak-anak jalanan semakin mudah pemberdayaan ekonomi keluarga yang
dijumpai di kota-kota besar. Terlepas dari menciptakan kemandirian, sehingga akhirnya
apakah Gelandangan, Pengemis, Pengamen, dengan berbagai program pembinaan yang
dan Anak-anak jalanan tersebut masuk dalam diberikan, baik kepada si anak maupun
golongan fakir miskin dan anak terlantar, kepada keluarganya diharapkan mereka tidak
yang jelas mereka adalah indikator kembali lagi ke jalanan.
kemiskinan yang terjadi di suatu daerah. Berdasarkan fenomena Gepeng tersebut
Harus diakui, beberapa pemerintah dan belum efektifnya kebijakan penanganan
kabupaten/kota telah mampu membersihkan Gepeng oleh Pemerintah Kota Medan
wajah kotanya dari Gelandangan, Pengemis, tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk
Pengamen, dan Anak jalanan, namun jumlah menganalisis Pemerintah Kota Medan dalam
kabupaten/kota yang demikian masih sangat pembinaan masalah Gepeng.
sedikit. Dari penelitian yang dilakukan
Klausul dalam Pasal 34 ayat (1) yang diharapkan dapat diketahui karakteristik
menyatakan “Fakir miskin dan anak-anak Gepeng yang ada di Kota Medan. Dengan
terlantar dipelihara negara” bisa menjadi mengetahui karakteristik Gepeng diharapkan
memiliki arti yang berbeda-beda. Hal ini kebijakan pembinaan akan tepat sasaran,
sangat bergantung pada dari sudut mana dengan demikian jumlah Gepeng yang ada di
seseorang memaknainya. Jumlah fakir miskin Kota Medan akan semakin berkurang dan
dan anak terlantar yang terus bertambah bisa kesulitan yang dialami Gepeng akan dapat
menunjukkan negara telah bersalah, karena teratasi
tidak memberikan penghidupan yang layak
kepada mereka. Namun, terus bertambahnya METODE PENELITIAN
mereka juga dapat dibenarkan berdasarkan Metode penelitian deskriptif dengan
Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 tersebut karena teknik analisis kualitatif (deskriptif –
negara memang “memelihara” (membiarkan kualitatif) data. Penelitian ini menggunakan
tumbuh) mereka. metode penelitian kualitatif, dimana
108
Chairika Nasution, Husni Thamrin, Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial

penelitian ini untuk menggambarkan peran memenuhi persoalan atau permasalahan.


aparatur dalam menangani gelandangan dan Proses penelitian, informan penelitian ini
pengemis di Kota Medan. Teknik ini meliputi beberapa macam (Suyanto, 2005.171)
digunakan dengan nalar bahwa kita sudah seperti :
mengetahui secara jelas kriteria sampel yaitu a. Informan Kunci, Kepala Bidang Pelayanan
para pembuat dan pelaksana kebijakan Sosial Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
tentang gelandangan dan pengemis. Data Medan, Bapak Zailun, SH, MAP.
akan dikumpulkan dengan cara mewancarai b. Informan Utama, Kasi Rehabilitasi Dinas
para pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, Ibu
Kota Medan, para gelandangan, dan pengemis Deli Marpaung, SH.
di kota Medan. c. Informan Biasa, Kepala Bidang Bina Sosial
Metode penelitian kualitatif digunakan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
dalam suatu penelitian untuk memperoleh Medan, Bapak Drs. Sahdin Sagala, MAP.
gambaran secara kualitatif dan akan banyak d. Informan Tambahan, Gelandangan dan
didominasi oleh kata-kata, kalimat maupun Pengemis.
uraian serta jarang menggunakan data-data Pengumpulan data merupakan langkah
angka, meskipun tidak menutup kemungkinan yang sangat penting dalam suatu penelitian.
ditampilkannya tabel atau grafik untuk Tanpa adanya kegiatan pengumpulan data,
mendukung kelengkapan data. maka data yang diperlukan tidak akan bisa
Dari permasalahan yang diangkat, diperoleh. Teknik pengumpulan data yang
penelitian ini akan menghasilkan penelitian tepat, sangat diperlukan untuk memperoleh
yang menggambarkan fenomena dan fakta- data yang akurat. Dalam pengumpulan data,
fakta. Sebagaimana diungkapkan Nawawi penelitian ini menggunakan teknik
(1987), penelitian deskriptif diartikan sebagai pengumpulan data primer, yaitu : data yang
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki diperoleh melalui kegiatan langsung ke lokasi
dengan menggambarkan atu melukiskan penelitian untuk mencari data yang lengkap
keadaan subjek atau objek penelitian dan berkaitan dengan masalah yang diteliti,
(seseorang, orang, masyarakat, dll) dan pada hal ini dilakukan dengan cara :
saat sekarang berisikan fakta-fakta yang Wawancara, yaitu : mengadakan tanya
tampak sebagaimana mestinya. jawab secara langsung dengan nara sumber,
Lokasi penelitian ini dilakukan pada untuk mendapatkan data dan informasi yang
Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja yang dibutuhkan, berkaitan dengan fokus
beralamat di Jalan K.H. Wahid Hasyim No.40 penelitian. Observasi, yaitu: melakukan
Medan., dimana pemilihan lokasi ini dilakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian
secara “purposive sampling” yaitu pemilihan dengan mencatat hal-hal yang terjadi
lokasi atau obyek penelitian secara sengaja terhadap fenomena-fenomena atau fakta-fakta
dengan beberapa pertimbangan tertentu. yang dijumpai yang berkaitan dengan fokus
Salah satu pertimbangan dipilihnya lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data
penelitian tersebut adalah di kota-kota sekunder, yaitu : pengumpulan data yang
tersebut memiliki jumlah Gepeng yang cukup dilakukan secara tidak langsung, yang
besar dibandingkan dengan kota-kota lainnya. diperoleh untuk melengkapi data primer. Hal
Informan adalah seseorang yang benar- ini dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu
benar mengetahui sesuatu persoalan atau : pengumpulan data dengan mempelajari dan
permasalahan tertentu yang dapat diperoleh menyalin dokumen-dokumen yang erat
informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya kaitannya dengan fokus penelitian, untuk
baik berupa pertanyaan, keterangan, atau melengkapi data hasil wawancara dan
data-data yang dapat membantu dalam observasi.
109
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

Teknik Analisa Data yang dipergunakan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu Organisasi Perangkat Daerah. Dinas Sosial
dengan mengkaji data yang dimulai dengan dan Tenaga Kerja sebagai salah satu Satuan
menelaah seluruh data yang tersedia dari Kerja Perangkat Daerah Kota Medan yang
berbagai sumber data yang terkumpul, melaksanakan kewenangan pemerintahan di
mempelajari data, menelaah, menyusunnya bidang sosial dan ketenaga-kerjaan di Kota
dalam suatu satuan, yang kemudian Medan, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
dikatagorikan pada tahap berikutnya, dan Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan
memeriksa keabsahan data serta Pemerintahan Kota Medan.
menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan Pelaksanaan kewenangan pemerintahan
kemampuan daya peneliti untuk membuat di bidang sosial dan ketenaga-kerjaan
kesimpulan penelitian. (Moleong, 2006:247) sebelumnya ditangani oleh 2 (dua) Satuan
Selain itu, data-data yang diperoleh Kerja Perangkat Daerah yaitu : Kantor Sosial
dalam penelitian ini akan dianalisis secara Kota Medan merupakan Satuan Kerja
kualitatif, artinya untuk analisis data tidak Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas
diperlukan model uji statistik dengan dan kewenangan pemerintah di bidang sosial,
mamakai rumus-rumus tertentu, melainkan dan Dinas Tenaga Kerja Kota Medan
lebih ditujukan sebagai tipe penelitian merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan yang melaksanakan tugas dan kewenangan
observasi sejauh mungkin akan ditampilkan pemerintah di bidang ketenaga-kerjaan.
untuk mendukung analisis yang disampaikan, Sebagaimana tugas dinas Sosial dan
sehingga pada akhirnya dapat ditari Tenaga Kerja yang melaksanakan sebagian
kesimpulan dari hasil penelitian tersebut. urusan rumah tangga daerah di bidang sosial
dan ketenaga-kerjaan dalam rangka
HASIL DAN PEMBAHASAN kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi,
Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja mempunyai
Sumatera Utara merupakan pusat fungsi SKPD yang melakukan Perencanaan,
pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi
perdagangan yang terletak di Pantai Timur Program dan Kegiatan yang berkaitan dengan
Sumatera dengan batas-batas wilayah: (1) urusan sosial dan urusan ketenaga-kerjaan di
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Kota Medan.
Malaka, (2) Sebelah Selatan, Timur dan Barat Penyusunan Laporan Akuntabilitas
berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas
Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 Sosial dan Tenaga Kerja Tahun 2014
km2, yang terdiri dari 21 kecamatan dan 151 merupakan pertanggung-jawaban atas
kelurahan dengan jumlah penduduk Kota pencapain sasaran tahun 2014 dan langkah
Medan tahun 2013 berdasarkan data dari strategis, sebagai amanat dalam Instruksi
Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang
adalah 2.132.061 jiwa dengan jumlah Rumah Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Tangga (Kepala Keluarga) sebanyak 472.202 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Kepala Keluarga. Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Perangkat Daerah Kota Medan yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah
merupakan tindak lanjut dari Peraturan Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas
110
Chairika Nasution, Husni Thamrin, Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial

yang berkedudukan di bawah dan d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan


bertanggung jawab kepada Walikota melalui oleh Walikota sesuai dengan tugas
Sekretaris Daerah. Dinas Sosial dan Tenaga dan fungsinya.
Kerja mempunyai tugas melaksanakan urusan Sekretariat mempunyai tugas pokok
pemerintahan daerah di bidang sosial dan melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup
ketenaga-kerjaan berdasarkan asas otonomi kesekretariatan meliputi pengelolaan
dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan administrasi umum, keuangan dan
tugas, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja penyusunan program. Sekretariat
menyelenggarakan fungsi: menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang a. Penyusunan rencana, program,dan
sosial dan ketenaga-kerjaan; kegiatan kesekretariatan
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan b. Pengkoordinasian penyusunan
pelayanan umum di bidang sosial dan perencanaan program dinas
ketenaga-kerjaan; c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di pelayanan administrasi kesekretariatan
bidang sosial dan ketenaga-kerjaan; dan dinas yang meliputi administrasi umum,
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepegawaian, keuangan, dan kerumah-
Walikota sesuai dengan tugas dan tanggaan dinas
fungsinya. d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber
daya manusia, pengembangan organisasi,
Struktur organisasi pada Dinas Sosial dan ketatalaksanaan
dan Tenaga Kerja Kota Medan berdasarkan e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tugas-tugas dinas
Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan
dan Tatakerja Perangkat Daerah Kota Medan dan pengendalian
jo. Peraturan Wali Kota Medan Nomor 12 g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan
Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan pelaporan kesekretariatan
Fungsi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Medan. Sesuai dengan struktur organisasinya, Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
unsur-unsur yang melaksanakan fungsinya
penyelenggaraan pelayanan bidang sosial dan Bidang Bina Sosial mempunyai tugas
ketenaga-kerjaan beserta rincian tugas pokok pokok melaksanakan sebagian tugas dinas
dan fungsi masing-masing, sebagai berikut : lingkup bantuan sosial, bimbingan sosial, dan
Dinas mempunyai tugas pokok kepahlawanan, keperintisan dan Kesetia-
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di kawanan sosial. Bidang Bina Sosial
bidang Sosial dan Tenaga Kerja berdasarkan menyelenggarakan fungsi:
asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas a. Penyusunan program dan rencana
menyelenggarakan fungsi: kegiatan Bidang Bina Sosial;
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup
sosial dan ketenaga-kerjaan bantuan sosial, bimbingan sosial,
b. Penyelenggaraan urusan kepahlawanan, keperintisan dan Kesetia-
pemerintahan dan pelayanan umum kawanan sosial;
di bidang sosial dan ketenaga-kerjaan c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di dalam penyelenggaraan bina sosial sesuai
bidang sosial dan ketenaga-kerjaan standar yang ditetapkan;
dan

111
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

d. Fasilitasi bagi para Penyandang Masalah penempatan tenaga kerja luar negeri, dan
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi informasi pasar kerja. Bidang Pembinaan dan
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS); Penempatan Tenaga Kerja menyelenggarakan
e. Pelaksanaan pembinaan dan pelestarikan fungsi:
nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, dan a. Penyusunan program dan rencana
Kesetia-kawanan sosial; kegiatan Bidang Pembinaan dan
f. Pemberdayaan Organisasi Sosial, Karang Penempatan Tenaga Kerja;
Taruna, Pekerja Sosial, Taruna Siaga b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup
Bencana, dan Potensi Sumber penempatan tenaga kerja dalam negeri,
Kesejahteraan Sosial lainnya; luar negeri, dan informasi pasar kerja;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan c. Pemberian bimbingan pengurusan
pelaporan lingkup bidang bina sosial; penyaluran dan penempatan tenaga kerja
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh serta perluasan tenaga kerja dalam dan
Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan luar negeri;
fungsinya. d. Pemberian informasi ketenaga-kerjaan;
Bidang Pelayanan Sosial mempunyai e. Pelaksanaan proses perijinan dan
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pelayanan lainnya lingkup penggunaan
dinas lingkup undian dan pengumpulan uang, tenaga kerja asing sesuai dengan urusan
rehabilitasi, pembinaan daerah kumuh dan pemerintahan kota;
penanggulangan bencana. Bidang Pelayanan f. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan
Sosial menyelenggarakan fungsi: pengendalian lingkup penempatan tenaga
a. Penyusunan program dan rencana kerja dan informasi pasar kerja;
kegiatan Bidang Pelayanan Sosial; g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pelaporan lingkup bidang pembinaan dan
undian dan pengumpulan uang, penempatan tenaga kerja;
rehabilitasi, pembinaan daerah kumuh dan h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
penanggulangan bencana Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama fungsinya
dalam penyelenggaraan pembinaan daerah Bidang Hubungan Industrial Syarat-
kumuh dan penanggulagan bencana sesuai Syarat Kerja dan Purna Kerja mempunyai
dengan urusan pemerintah kota. tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
d. Pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi para dinas lingkup organisasi pekerja, pengusaha
Penyenadang Masalah Kesejahteraan Sosial pendidikan, dan purna kerja, persyaratan
(PMKS), penanggulangan bencana dan kerja dan pengupahan serta perselisihan
penanganan daerah kumuh, hubungan industrial / PHK.
e. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan Bidang Hubungan Industrial Syarat-
kegiatan undian dan pengumpulan dana Syarat Kerja dan Purna Kerja
sosial; menyelenggarakan fungsi:
f. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan a. Penyusunan program dan rencana
pelaporan lingkup bidang bina sosial; kegiatan Bidang Hubungan Industrial
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja;
Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup
fungsinya hubungan Industrial, syarat-syarat kerja
Bidang Pembinaan dan Penempatan dan purna kerja ;
Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok c. Pelaksanaan pembinaan hubungan
melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup industrial, persyaratan kerja, organisasi
penempatan tenaga kerja dalam negeri, pekerja dan pengusaha;
112
Chairika Nasution, Husni Thamrin, Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial

d. Pemerantaraan dalam hal penyelesaian g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan


Perselisihan Hubungan Industrial dan pelaporan lingkup bidang pengawasan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK); ketenaga-kerjaan;
e. Penelitian, pengesahan, pendaftaran h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
(PKWT), Perjanjian Kerja (PK), Peraturan fungsinya
Perusahaan (PP), Perjanian Kerja Bersama Bidang Pelatihan dan Produktivitas
(PKB), Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja mempunyai tugas pokok melaksanakan
(PPJP), Pengerahan Pelaksana Pekerja sebagian tugas dinas lingkup instruktur dan
kepada Perusahaan Lain; lembaga, sertifikasi, bimbingan produktivitas
f. Pelaksanaan proses penetapan Upah tenaga kerja, dan pemagangan. Bidang
Minimum Kota (UMK) dan Upah Pelatihan dan Produktivitas
Minimum Sektor Kota (UMSK). menyelenggarakan fungsi:
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan a. Penyusunan program dan rencana
pelaporan lingkup bidang hubungan kegiatan Bidang Pelatihan dan
industrial syarat-syarat kerja dan purna Produktivitas;
kerja; b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan pelatihan dan produktivitas;
oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas c. Penyelenggaraan pelatihan terhadap
dan fungsinya pencari kerja dan menyiapkan standarisasi,
Bidang Pengawasan Ketenaga-kerjaan test kualifikasi dan memberikan perijinan
mempunyai tugas pokok melaksanakan kepada Lembaga Pelatihan Kerja Swasta;
sebagian tugas dinas lingkup pengawasan d. Penyelenggaraan kegiatan pemagangan,
norma kerja, pengawasan, keselamatan, dan pelatihan terhadap instruktur;
kesehatan kerja serta pengawasan e. Pelaksanaan pembinaan terhadap
JAMSOSTEK. Bidang Pengawasan Ketenaga- pelaksanaan latihan / kursus yang
kerjaan menyelenggarakan fungsi: dilakukan oleh Lembaga Latihan Swasta,
a. Penyusunan program dan rencana Pemerintah dan Perusahaan di bidang
kegiatan Bidang Pengawasan Ketenaga- ketenaga-kerjaan;
kerjaan; f. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pelaporan lingkup bidang pengawasan
pengawasan ketenaga-kerjaan; ketenaga-kerjaan;
c. Pelaksanaan pengawasan dan penyidikan g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
terhadap pelanggaran-pelanggaran Norma Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja, fungsinya.
Lingkungan Kerja, Perlindungan terhadap Sub Bagian Umum mempunyai tugas
Jaminan Sosial Tenaga Kerja; pokok melaksanakan sebagian tugas
d. Pelaksanaan pengawasan dan penggunaan Sekretariat lingkup administrasi umum. Sub
tenaga kerja asing dengan berkoordinasi Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:
kepada instansi terkait; a. Penyusunan rencana kegiatan Sub Bagian
e. Pelaksanaan pengawasan atas perusahaan- Umum;
perusahaan penyedia jasa tenaga kerja b. Penyusunan bahan petunjuk teknis
buruh; pengelolaan administrasi umum;
f. Pelaksanaan proses perijinan dan c. Pengelolaan administrasi umum yang
pelayanan lainnya lingkup Penggunaan meliputi pengelolaan tata naskah dinas,
Alat-alatK-3 antara lain sesuai dengan penataan kearsipan, perlengkapan, dan
urusan pemerintahan kota; penyelenggaraan kerumah-tanggaan dinas;
113
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

d. Pengelolaan administrasi kepegawaian; d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan,


e. Penyiapan bahan pembinaan dan dan pengendalian;
pengembangan kelembagaan, e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan
ketatalaksanaan, dan kepegawaian; pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
dan pengendalian; Sekretaris sesuai dengan tugas dan
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan fungsinya
pelaporan pelaksanaan tugas; Ukuran dan tujuan kebijakan, yaitu
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh meliputi mekanisme prosedur (Standard
Sekretaris sesuai dengan tugas dan Operating Procedurs) yaitu pengaturan yang
fungsinya mengatur tata cara kerja dalam melaksanakan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas kegiatan yang berkenaan dengan kebijakan
pokok melaksanakan sebagian tugas program pembinaan Gepeng.
Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi Berdasarkan hasil wawancara yang
keuangan. Kepala Sub Bagian Keuangan dilakukan penulis kepada beberapa orang
menyelenggarakan fungsi: yang terkait dalam Implementasi tersebut
a. Penyusunan rencana kegiatan Sub Bagian yaitu:
Keuangan; Bagaimana mekanisme prosedur
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis (Standart Operating Procedur) Implementasi
pengelolaan administrasi keuangan; Kebijakan Program Pembinaan Gepeng ?
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi Menurut Bapak Zailun, SH. MAP, selaku
keuangan meliputi kegiatan penyusunan Kepala Bidang Pelayanan Sosial, yang
rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, diwawancarai pada hari Rabu tanggal 25
pengusulan dan verifikasi; Januari 2015 pada pukul 14.30 Wib yaitu,
d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi “Kami melakukan bermitra dengan
pengelolaan administrasi keuangan; panti asuhan untuk melaksanakan program
e. Penyusunan laporan keuangan Dinas; pembinaan Gepeng dan tugas kami hanya
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, mengkoordinasi/ mengawasi saja.”
dan pengendalian; Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan Marpaung. SH, yang diwawancarai pada hari
pelaporan pelaksanaan tugas; Senin tanggal 25 Januari 2015 pada pukul
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh 14.30 Wib yaitu,
Sekretaris sesuai dengan tugas dan “Sebenarnya program pembinaan ini
fungsinya. banyak dilakukan oleh anak jalanan, Mungkin
Sub Bagian Penyusunan Program yang saya tau anak jalanan yang di bina di
mempunyai tugas pokok melaksanakan suatu tempat pembinaan seperti panti asuhan
sebagian tugas Sekretariat lingkup atau rumah singgah yang dimiliki oleh Dinas
penyusunan program dan pelaporan. Sub Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Sumatera
Bagian Penyusunan Program Utara, mereka di bina selama 1 minggu atau 7
menyelenggarakan fungsi: hari, dengan binaan secara mental dan
a. Penyusunan rencana kegiatan Sub Bagian kerohanian. Setelah itu mereka di kembalikan
Penyusunan Program; lagi ke orang tua dan yang tidak memiliki
b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis orang tua mereka menetap di panti asuhan
lingkup penyusunan rencana dan program yang telah disediakan oleh Dinas Sosial dan
dinas; Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara.
c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan Sementara Gepeng di bina dengan cara
program Dinas; memberikan pengarahan saja”.
114
Chairika Nasution, Husni Thamrin, Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial

Seksi Bidang Bina Sosial yang bernama “Menyangkut sumber daya manusia
Bapak Drs. Sahdin Sagala, MAP, yang saya bekerja sama dengan beberapa staf
diwawancarai pada hari Kamis tanggal 05 lainnya yang saling membantu, walaupun
Maret 2015 pada pukul 14.15 Wib yaitu, mereka berasal dari bidang atau seksi yang
“Saya tidak menangani masalah lain. Dari segi fasilitas kita memang belum
Gepeng, kami mempunyai tugas masing- ada, kita belum punya alat transportasi dan
masing dan saya menangani masalah beberapa rumah singgah, karena dana yang
kemiskinan yang lebih tau mengenai Gepeng kurang cukup, makanya kita selalu bekerja
itu adalah Bapak Zailun, SH, MAP dan Ibu sama dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Deli Marpaung, SH”. Provinsi Sumatera Utara.”
Sumber- sumber kebijakan, yaitu Kepala Bina Sosial yang bernama Bapak
meliputi: (1) Sumber daya manusia yang Drs Sahdin Sagala, MAP yang di
terdiri dari jumlah pegawai, tingkat wawancarai pada hari Rabu tanggal 05 Maret
pendidikan pegawai, keahlian, keterampilan, 2015 pada pukul 14.15 Wib yaitu,
dan kemampuan para pegawai untuk “Jika yang menyangkut dengan sumber
melaksanakan tugas dan fungsinya, (2) daya manusia adalah kami sebagai pelaksana
Sumber anggaran yaitu sumber dan besarnya dalam program pembinaan ini, ada 2(dua)
pembiayaan untuk melaksanakan program orang pegawai yang bersangkutan langsung
pembinaan Gepeng tersebut. Fasilitas yaitu dengan pembinaan Gepeng tersebut yaitu Ibu
sarana dan prasarana yang diperlukan dalam Deli Marpaung SH dan Bapak Zailun, SH.
melaksanakan program pembinaan Gepeng. MAP.”
Berapa orang yang terlibat langsung, Gepeng bernama susi usia 42 Tahun,
fasilitas apa yang di perlukan dan berapa diwawancarai pada hari Selasa tanggal 15
sumber anggaran yang di berikan untuk Februari 2015 pukul 11.00 WIB yaitu:
melakukan proses Pembinaan terhadap “Susi pernah terjaring disimpang
Gepeng yang telah terjaring rajia tersebut? glugur, ketika susi lagi mengemis di simpang
Menurut Bapak Zailun, SH. MAP, selaku lampu merah glugur, terus susi dirazia dan di
Kepala Bidang Pelayanan Sosial, yang bawa ke dinas sosial, kemudian susi di beri
diwawancarai pada hari Rabu tanggal 25 pembinaan dengan cara mendengarkan
Januari 2015 pada pukul 14.30 Wib yaitu, pengarahan dan nasehat.”
“Menyangkut masalah anggaran itu Ciri-ciri atau sifat badan/instansi
sudah ada dalam APBD Kota Medan sebesar pelaksana, yaitu meliputi struktur organisasi,
100jt rupiah dalam beberapa program yang pembagian tugas dan wewenang, garis
ada di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota komando atau rentang kendali serta
Medan, salah satunya penertiban, penyuluhan, ketepatan atau kesesuaian pelaksanaan
pembinaan dan pelatihan khusus bagi anak program dengan tingkat struktural organisasi
jalanan yang mana gepeng hanya mendapat yang melaksanakan program tersebut.
pengarahan saja, selama ini fasilitas untuk Kepala Bidang Pelayanan Sosial yang
penertiban belum ada, misalnya rumah bernama Bapak Zailun, SH. MAP, yang
singgah dan mobil pengangkut Gepeng dari diwawancarai pada hari Rabu tanggal 28
penertiban tersebut. Fasilitas tersebut Januari 2015 pada pukul 14.30 Wib yaitu,
diperoleh dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja “Agen pelaksana dari program pembinaan
Provinsi Sumatera Utara.” Gepeng adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli Kota Medan, sebagai perpanjang tanggan dari
Marpaung. SH, yang diwawancarai pada hari Gubernur Sumatera Utara dan dalam
Senin tanggal 28 Januari 2015 pada pukul pelaksanaannya ketika melakukan pembinaan-
14.30 Wib yaitu, pembinaan dibantu oleh dinas-dinas terkait
115
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

seperti : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Sosial yang bernama Bapak Zailun, SH. MAP,
Kesehatan dan dinas-dinas lainnya.” yang diwawancarai pada hari Rabu tanggal 28
Komunikasi antar organisasi terkait Januari 2015 pada pukul 14.30 Wib yaitu,
dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan, yaitu “Kalau masalah pengawasan yang
meliputi sosialisasi, baik itu sosialisasi internal dilakukan oleh dinas terhadap instansi lain,
maupun eksternal, ditambah dengan adanya mereka secara individual membuatkan
forum diskusi antar pegawai dan pihak-pihak laporan pertanggung jawaban ke pada Dinas
yang terlibat langsung dalam implementasi Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, kemana
kebijakan program pembinaan Gepeng. saja dana pembinaan itu dikeluarkan. Dan
Bagaimanakah komunikasi yang dilakukan kami bekerja sama dengan Satuan Polisi
oleh kepala bidang dalam melakukan suatu Pamong Praja untuk mengrajia para Gepeng
sosialisi pembuatan program kerja? yang berkeliaran ditempat-tempat tertentu.”
Kepala Bidang Pelayanan Sosial yang Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli
bernama Bapak Zailun, SH. MAP, yang Marpaung. SH, yang dilakukan pada hari
diwawancarai pada hari Rabu tanggal 28 Rabu tanggal 28 Januari 2015 pada pukul
Januari 2015 pada pukul 14.30 Wib yaitu, 14.30 Wib yaitu,
“Komunikasi yang kami bina dengan “Kami sudah melakukan program ini
pegawai-pegawai lain cukup baik, aktivitas- sesuai kebijakan yang dibuat oleh pusat dan
aktivitas yang kami jalankan untuk membina harus kami jalankan dengan tanggung jawab.
Gepeng tersebut lancar dan baik, mereka Karena respon yang diterima oleh pusat
selalu memberikan suatu masukan ataupun sangat baik sehingga kami tidak ingin
kritikan untuk membangun suatu program mengecewakan dan juga mengurangi citra
yang sedang berjalan ataupun yang akan mau buruk bagi dinas ini.”
di jalankan.” Kondisi sosial, ekonomi dan politik,
Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli yaitu meliputi sumber daya ekonomi yang
Marpaung. SH, yang dilakukan pada hari dimiliki oleh organisasi dan juga keadaan
Rabu tanggal 28 Januari 2015 pada pukul sosial ekonomi dari masyarakat yang
14.30 Wib yaitu, bersangkutan.
“Sejauh ini komunikasi dan sosialisasi Pendapat dari Gepeng yang menjadi
antar pegawai di Dinas Sosial dan Tenaga target implementasi kebijakan program
Kerja Kota Medan, amat erat dan saling bahu pembinaan Gepeng. Adanya penyesuaian
membahu, Kepala Bidang Bina Sosial selalu kondisi ekonomi Dinas Sosial dan Tenaga
berkomunikasi kepada bawahan yang terkait Kerja terhadap kelangsungan implementasi
dalam program pembinaan Gepeng tersebut, kebijakan program pembinaan Gepeng.
yaitu saya sendiri dan pegawai lainnya.” Seperti apa kondisi ekonomi, sosial dan
Sikap para pelaksana, yaitu kognisi para politik yang berada di lingkup organisasi
pelaksana dalam meleksanakan Implementasi untuk menjalankan program pembinaan anak
Kebijakan Program Pembinaan Gepeng jalan di Dinas Sosial Kota Medan?
meliputi: Kepala Bidang Pelayanan Sosial yang
1. Netralitas maupun obyaktivitas bernama Bapak Zailun, SH. MAP, yang
implementor, diwawancarai pada hari Rabu tanggal 28
2. Serta respon dari implementor terhadap Januari 2015 pada pukul14.30 Wib yaitu,
pelaksanaan Implementasi Kebijakan “Untuk melaksanakan program
Program Pembinaan Gepeng. pembinaan Gepeng ini dibutuhkan biaya yang
Bagaimana peran pegawasan Kepala sangat besar dari pusat dan dana yang keluar
Dinas dalam implementasi program sangat minim. jadi kami hanya bisa
pembinaan Gepeng. Kepala Bidang Pelayanan melakukan pembinaan Gepeng setahun sekali,
116
Chairika Nasution, Husni Thamrin, Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial

termasuk dalam lingkup penertiban dan jiwa dan tahun 2014 jumlah penertiban yang
penyulihan, yang kebijakan pembinaan itu telah dilakukan sebanyak 105 jiwa. Sedangkan
yang berasal dari pusat, kami hanya program kegiatan yang telah dilakukan oleh
menyusun laporan dan mengawasi jalannya Bidang Pelayanan Dinas Sosial dan Tenaga
kebijakan program pembinaan tersebut.” Kerja Kota Medan terhadap Penyandang
Kepala Seksi Bina Sosial yang bernama Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah
Ibu Deli Marpaung, SH yang dilakukan pada pengawasan, pengendalian dan penertiban
hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 pada pukul PMKS.
14.30 Wib yaitu, Dari uraian di atas dapat diperoleh
“Kondisi lingkup sosial, ekonomi dan gambaran bahwa Pengertian implementasi
politik program pembinaan Gepeng sangat kebijakan dan faktor-faktor yang
besar pengaruhnya dalam pembinaan mempengaruhi keberhasilan suatu
Gepeng, dimana pusat langsung implementasi sudah sesuai dan sejalan apa
mendistribusikan kebijakan kepada daerah
untuk menjalankannya, sehingga pegawai yang dikatakan oleh Van Meter dan Van Horn
yang terlibat langsung juga turut serta (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:79)
dalam pelaksanaan” yaitu beberapa hal yang dapat mempengaruhi
Gepeng bernama Mega berusia 36 keberhasilan suatu implementasi, adalah:
tahun yang diwawancarai pada pukul 16.00 a. Ukuran dan tujuan kebijakan
yaitu: b. Sumber-sumber kebijakan
“Kondisi ekonomi keluarga mega sangat c. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi
miskin tetapi mega bekerja di pagi hari pelaksana
sebagai tukang cuci namun tidak cukup d. Komunikasi antar organisasi terkait
menghidupi kebutuhannya sehari-hari dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
sehingga mega harus berada di jalanan untuk e. Sikap para pelaksana, dan
mengemis kemudian mega ditangkap oleh f. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
satpol pp di amplas dan akhirnya Mega Berdasarkan Hasil Wawancara dengan
ditertibkan dan dibina.” Informan Penelitian wawancara mendalam
Berdasarkan Wawancara Kepada Kepala dengan Kepala Bidang Pelayanan Dinas Sosial
Bidang Pelayanan Dinas Sosial dan Tenaga dan Tenaga Kerja Kota Medan Zailun, SH.
Kerja Kota Medan Zailun, SH. MAP dan Deli MAP dan Deli Marpaung, SH, yang telah
Marpaung, SH, yang telah diberi Kuasa oleh diberi Kuasa oleh Kepala Dinas Sosial dan
Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tenaga Kerja Kota Medan, untuk melakukan
Medan, untuk melakukan wawancara, pada wawancara, pada Rabu tanggal 28 Januari
Rabu tanggal 28 Januari 2015 pada pukul 2015 pada pukul 14.30:
14.30: Kendala-kendala yang dihadapi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Implementor dalam melaksanakan Program
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, Pembinaan Gepeng :
bahwa setiap tahun penertiban yang telah a. Kurangnya Sarana dan Prasarana utama
dilakukan mulai tahun 2012 sampai dengan dalam Program ini
tahun 2014, semakin menurun karena setiap Adanya penertiban yang membutuhkan
tahunnya terjadi merosotnya anggaran dalam fasilitas rumah singgah untuk menampung
penertiban Gepeng yang biasanya dilakukan Gepeng dan mobil pengangkut Gepeng
per tri wulan dalam setahun menjadi sekali tersebut tidak dimiliki oleh Dinas Sosial dan
atau dua kali dalam setahun, jumlahnya Tenaga Kerja dan Tenaga Kerja. Selama ini
sekitar 362 jiwa. alat transportasi tersebut berasal dari Dinas
Tahun 2012 dilakukan penertiban Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Sumatera
sebanyak 133 jiwa, tahun 2013 sebanyak 124 Utara.
117
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 4 (2) (2016): 105-119

Dan fasilitas rumah singgah atau panti menyebabkan semakin tumbuh suburnya para
tersebut pun milik Dinas Sosial dan Tenaga Gepeng yang berada di jalanan.
Kerja Provinsi Sumatera Utara, Panti Asuhan
Punge yang berada di Binjailah yang selalu SIMPULAN
dipakai atau menempatkan Gepeng yang Implementasi kebijakan program
terkena jaringan/razia. Maka dari keterbatasan pembinaan Gepeng oleh Dinas Sosial dan
dana lah yang menghambat proses Tenaga Kerja Kota Medan belumlah berjalan
pembentukan panti atau rumah singgah dan dengan efektif, hal ini terlihat dengan adanya
trasportasi pribadi milik Dinas Sosial dan berbagai kendala-kendala/hambatan yang
Tenaga Kerja Kota Medan. muncul, seperti keterbatasan dana untuk
b. Kurangnya Anggaran dalam Program ini mendirikan rumah singgah/panti sosial yang
Selama ini berjalannya program milik Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
pembinaan Gepeng, berasal dari Dinas Sosial Medan, karena rumah singgah/panti sosial
dan Tenaga Kerja Kota Medan yang mana yang selama ini digunakan adalah milik
seluruh pendanaan berasal dari pusat. Karena Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
terbatasnya anggaran yang diperoleh dari Disamping itu, sumber daya manusia dari
alokasi anggaran sangat minim, maka Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sendiri hanya
penertiban dan pembinaan Gepeng sangat sedikit dan sangat kurang untuk diturunkan
terkendala. Hal ini dapat dimaklumi setiap dalam membina dan membimbing Gepeng,
tahun Penyandang Masalah Kesejahteraan sehingga instansi lain turut ikut serta
Sosial (PMKS), semakin meningkat, sedangkan menangani pembinaan Gepeng tersebut.
anggaran Pusat harus dapat dibagi ke seluruh Maka dari itu mereka belum bisa
Wilayah Negara Republik Indonesia. menjalankan implementasi tersebut secara
c. Kurangnya Kesadaran yang dimiliki oleh efektif dan efisien secara maksimal.
Masayarakat Kebijakan program pembinaan Gepeng
Masyarakat pada umumnya yang ini merupakan salah satu upaya yang
terjaring pada penertiban Gepeng ialah dilakukan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja.
Gepeng yang usia 18 - 56 tahun yang sedang Namun, karena kebijakan program pembinaan
mengemis di lampu merah. Pada dasarnya yang dijalankan berasal dari acuan
adalah faktor ekonomi dan lingkup internal Departeman Sosial dan Tenaga Kerja tingkat
keluarga yang tidak menasehati keluarganya, pusat, maka Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
sehingga terjadilah penyimpangan Gepeng. Kota Medan sangat sulit untuk menampung
Sosialisasi yang diberikan ketika dalam semua aspirasi dari berbagai kalangan yang
penertiban baik pemberian nasihat, peduli akan masalah Gepeng, karena Dinas
pembinaan mental dan rohani, ternyata Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan,
sangat sulit untuk dinasehati karena dengan dikarenakan bawahan dari Dinas Sosial
mengemis di jalanan mereka lebih mudah Provinsi Sumatera Utara. Mengingat masalah
dalam mendapatkan uang tanpa bersusah Gepeng merupakan salah satu masalah yang
payah dan akhirnya setelah di bina selama 3 - sangat kompleks, maka Dinas Sosial dan
7 hari mereka kembali ke jalanan. Tenaga Kerja melakukan koordinasi dengan
Sedangkan masalah lainnya adalah, berbagai pihak yang terkait di dalamnya.
seringkali masyarakat memberikan sesuatu Dalam penanganan masalah Gepeng ini
kepada Gepeng -Gepeng yang berada di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan,
jalanan, baik berupa uang atau lainnya, hanya sebatas sebagai pihak yang
seakan-akan mereka berjiwa sosial, padahal memberikan sosialisasi tentang pembinaan
dengan kejadian seperti ini dapat Gepeng dengan memberi pengarahan dan
nasehat untuk mengarahkan hidup lebih
118
Chairika Nasution, Husni Thamrin, Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Dinas Sosial

mandiri lagi kedepannya. Kegiatan pendidikan Jalanan Terpadu Melalui Penguatan


dan keterampilan disertai kepada rumah- Ketahanan Ekonomi Keluarga
rumah singgah/panti sosial sebagai Berorientasi Desa. Kementerian Sosial RI,
pelaksanannya. Jakarta.
Subarsono, AG. 2006. Analisis Kebijakan
DAFTAR PUSTAKA Publik: Konsep, Teori dan
Agustino, L, 2006. Politik dan Kebijakan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Publik. Bandung: AIPI Bandung dan Soedijar, Z.A, 1990. Penelitian Profil Anak
Puslit KP2W Lemlit Unpad. Jalanan di DKI Jakarta, Badan Penelitian
-----------------, 2008. Dasar-Dasar Kebijakan dan Pengembangan Sosial, Departemen
Publik. Bandung: Alfabeta. Sosial RI, Jakarta.
Ali Marpuji, dkk., 1990. Gelandangan di Suharno, 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik:
Kertasura, dalam Monografi 3. Lembaga Kajian Proses & Analisis Kebijakan.
Penelitian Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta: UNY Press.
Surakarta. Sunggono, Bambang. 1994. Hukum dan
Andi Gadjong, 2007. Kebijakan Publik: Teori Kebijaksanaan Publik. Jakarta: Sinar
dan Proses, (Edisi Revisi), Yogyakarta: Grafika.
Media Pressindo. Suparlan, Parsudi, 1993. Metode Penelitian
Darwin. 1999. Implementasi Kebijakan. Kwalitatif. Jakarta: Program Kajian
Yogyakarta: Pusat Penelitian Wilayah Amerika – Universitas Indonesia.
Kependudukan UGM. Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian
Dunn, William N, 1998. Pengantar Analisis Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media
Kebijakan Publik Edisi kedua, Gadjah Group
Mada University Press, Yogyakarta. Thoha, Miftah, 1993, Pembinaan Organisasi:
Dwiyanto, Agus, 2000. Penilaian Kinerja Proses Diagnosa dan Intervensi, Jakarta:
Organisasi Publik. Jurusan Ilmu P.T Raja Grafindo Persada.
Administrasi Negara, Fisipol UGM, Wahab, Solichin Abdul, 2004. Pengantar
Yogyakarta. Analisis Kebijaksanaan Negara Jakarta:
Islamy, Irfan M. 2009, Prinsip-Prinsip Rineka Cipta, Universitas Negeri Malang.
Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta: -------------------------------, 2008. Analisis
Sinar Grafika. Kebijakan dari Formulasi ke
Ketaren, Nurlela, 1992, Asas-Asas Manajemen, Implementasi Kebijakan Negara. Edisi
Medan USU Press Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mangunhardjana, A. 1986. Pembinaan, Arti Winarno, Budi, 2007. Teori dan Proses
dan Metodenya, Kanisius Media.com, Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media
Jakarta. Pressindo.
Moleong, Lexy J, 2006, Metode Penelitian Wiriaatmadja, Soekandar, 1973, Pokok-Pokok
Kulitatif, Bandung: PT Remaja Penyuluhan Pertanian, Jakarta: C.V
Rosdakarya Yasaguna.
Nawawi, Ismail. 1987. Public Policy, Analisis,
Strategi Advokasi Teori dan Praktek.
Surabaya: PMN.
Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik
Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi,
Jakarta. Elex Media Komputindo.
Rohman, Arif. 2011. Program Penanganan
Gelandangan, Pengemis, dan Anak
119

Anda mungkin juga menyukai