SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
MEYLIA LESTARI BR PURBA
NIM: 130600004
Pembimbing:
Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort(K)
DEPARTEMEN ORTODONSIA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
MEYLIA LESTARI BR PURBA
NIM: 130600004
Pembimbing:
Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort(K)
Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort(K) .........................................
NIP: 195206221980031001
TIM PENGUJI
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Tingkat Kebutuhan Perawatan
Ortodonti Berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN) di SMP Negeri
2 Berastagi” dapat diselesaikan yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua
orangtua, yaitu Ayahanda Antonius Purba dan Ibunda Rentah Br Saragih S.Pd yang
selalu ada untuk mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini sehingga semakin
termotivasi dalam pengerjaannya. Selain itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada kedua saudara penulis Erykson Purba S.E dan Maria Friska Purba yang juga
memberikan dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort(K) selaku dosen
pembimbing dan selaku dosen penasehat akademik yang telah meluangkan waktu,
tenaga, kesabaran serta memberikan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
3. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K), selaku Ketua Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort., selaku Koordinator skripsi Departemen
Ortodonsia yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort(K)., selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
iv
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1..Latar Belakang............................................................................. 1
1.2..Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3..Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4..Manfaat Penelitian....................................................................... 5
vi
BAB 5 PEMBAHASAN........................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 44
LAMPIRAN
vii
Tabel Halaman
1..........Dental Health Component (DHC) dari IOTN.............................. 13
5..........Definisi Operasional..................................................................... 26
10. Distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri
2 Berastagi................................................................................... 34
12. Distribusi DHC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
..................................................................................................... 36
viii
Gambar Halaman
1..........Maloklusi Klas I Angle................................................................. 7
ix
Lampiran
1.....LembaranPenjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
Clearance)
7.....Hasil Penelitian
8.....Hasil foto penelitian berdasarkan indeks AC pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
BAB 1
PENDAHULUAN
gigi.1 Gigi merupakan investasi bagi kesehatan sepanjang hidup, peranannya cukup
besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorpsi nutrisi pada saluran
pencernaan, disamping fungsi estetik dan bicara.1,2 Banyak permasalahan yang dapat
terjadi pada struktur gigi baik secara fungsional maupun estetis yang dapat
rahang yang abnormal, dapat berupa manifestasi dari variasi biologi yang juga terjadi
pada bagian tubuh yang lain. Variasi letak gigi mudah diamati, hal ini dapat
wajah atau fungsi estetik.4 Menurut World Health Organization (WHO) maloklusi
adalah cacat atau gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan
diskriminasi sosial karena masalah penampilan dan estetik wajah atau dentofasial;
masalah dengan fungsi oral, termasuk adanya masalah dalam pergerakan rahang
masalah mastikasi, penelanan, dan berbicara; serta lebih rentan terhadap trauma,
Kebutuhan dan tuntutan akan perawatan ortodonti semakin meningkat pada era
modern seperti saat ini. Masyarakat semakin menyadari bahwa gigi yang tidak teratur
terlebih lagi jika disertai adanya kelainan bentuk wajah yang disebabkan oleh adanya
Disamping itu, keadaan gigi yang tidak teratur dan hubungan rahang yang tidak
pembentukan suara.7 Terdapat tiga prinsip yang harus digaris bawahi untuk dapat
Assesment Rating Index (PAR) dan Index of Complexity, Outcome and Need
(ICON).2,3,9,10
Salah satu standar untuk menilai hasil perawatan ortodonti adalah Index of
Orthodontic Treatment Need (IOTN). IOTN yang ditemukan oleh Brook dan Shaw
pada tahun 1989, telah diakui secara internasional sebagai salah satu metode dalam
seseorang. IOTN mempunyai dua komponen yaitu DHC (Dental Health Component)
dan AC (Aesthetic Component). DHC dibuat untuk menyatakan keadaan oklusal yang
dapat mempengaruhi fungsi dan kesehatan gigi dalam jangka panjang dan menilai
erupsi palatal yang terhalang, anomali palatal dan bibir, serta hypdontia.5 AC terdiri
dari 10 foto berwarna yang menunjukkan tingkatan derajat yang berbeda dari
penampilan estetik susunan gigi geligi. Dengan mengacu pada gambar ini, derajat
penampilan estetik gigi dari seseorang dapat dinilai dalam salah satu tingkatan derajat
tertentu. Tingkat 1 menunjukkan susunan gigi yang paling menarik dari segi estetik
gigi geligi, sedangkan tingkat 10 menunjukkan susunan gigi geligi yang paling tidak
menarik.5,11
dkk., di SMA Negeri 3 Tondano pada tahun 2015. Hasil dari penelitian yang
perawatan.3
Liefany dkk., melakukan sebuah studi di SMP Negeri 1 Tareran pada tahun
2014. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 27 siswa laki-laki dan 34 siswa
perawatan.2
Pada penelitian Christy Hansu dkk., yang dilakukan terhadap 60 siswa laki-laki
Menurut penelitian Shahri Fariba dkk., yang dilakukan terhadap siswa yang
berusia 11-14 tahun di Zahedan pada tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa
perawatan.12
dalam bidang ortodonti. Selain itu, belum ada penelitian sebelumnya mengenai
sebagai berikut:
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi
Maloklusi dapat diartikan sebagai kelainan relasi kontak antara gigi yang satu
dengan yang lainnya, inter-arch dan intra-arch dan komponen lainnya pada
seperti interaksi sosial, peluang mencari pekerjaan, memilih mitra kerja, dan
juga mengakibatkan kelainan bicara dan nyeri otot wajah atau rahang.13
yang terjadi pada bagian tubuh yang lain. Tetapi karena variasi letak gigi mudah
evolusi yang diduga akibat meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang
bercampur dalam kelompok ras. Maloklusi dapat disebabkan adanya kelainan gigi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua faktor yaitu faktor ekstrinsik atau disebut
juga faktor umum dan faktor intrinsik atau disebut faktor lokal. Yang termasuk faktor
malnutrisi dan kebiasaan buruk. Yang termasuk faktor intrinsik yaitu kelainan
(jumlah, ukuran dan bentuk) gigi, premature loss gigi desidui, erupsi gigi permanen
mesio-distal dari gigi, lengkung gigi dan rahang. Dia menganggap gigi molar pertama
maksila sebagai titik anatomi yang tetap dalam suatu rahang dan merupakan kunci
oklusi. Klasifikasi Angle merupakan hubungan gigi molar pertama maksila terhadap
gigi-gigi yang lain pada mandibula. Klasifikasi Angle mudah dipahami dan
digunakan serta dapat menyampaikan persepsi secara tepat yaitu dengan hubungan
antar gigi mandibula terhadap gigi molar pertama maksila. Angle mengklasifikasikan
maloklusi menjadi tiga kelas, yaitu: Klas I, Klas II dan Klas III.
bawah dengan lengkung gigi rahang atas dan puncak tonjol mesiobukal molar
pertama permanen rahang atas berkontak dengan lekuk bukal (buccal groove) molar
lengkung gigi rahang atas. Puncak tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang
atas berada lebih ke anterior dari lekuk bukal (buccal groove) molar pertama
Memiliki hubungan molar disoklusi dengan inklinasi gigi insisivus sentral lebih
1991).17 Sejak puluhan tahun yang lalu prevalensinya masih sangat tinggi, sekitar
bahkan telah mencapai 83% (Marpaung, 2006). Hasil penelitian Agusni pada anak
Sekolah Dasar di Surabaya tahun 1998 menunjukkan 31% anak tidak membutuhkan
24% sangat membutuhkan perawatan karena keadaan maloklusi yang tergolong parah
suatu maloklusi yang terdapat dalam suatu daerah tertentu sehingga dengan demikian
dilakukan.1
Dental Aesthetic Index (DAI, Cons dkk), Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN, Shaw dkk), Peer Assesment Rating Index (PAR Index, Richmond dkk) dan
awalnya dikemukakan di Inggris oleh Evans dan Shaw untuk komponen estetika dan
kemudian penelitian dilanjutkan oleh Brook dan Shaw.21 IOTN dikembangkan oleh
Brook dan Shaw pada tahun 1989 dan dimodifikasi kembali oleh Richmond pada
tahun 1990 serta telah mendapat pengakuan nasional maupun internasional sebagai
IOTN berfungsi sebagai indeks untuk mengukur kebutuhan perawatan, dapat juga
terhadap kesehatan gigi serta kebutuhan terhadap estetis, maka dalam Index of
fungsi dan kesehatan gigi dalam jangka panjang. Dental Health Component (DHC)
diajukan untuk mengatasi subjektivitas pengukuran dengan ambang batas yang jelas,
indeks ini terdiri atas 5 grade keparahan maloklusi (Tabel 1). Grade 1 menunjukkan
misalnya terdapat gigi berdesakan disertai overjet dan overbite yang besar tetapi pada
indeks ini hanya satu gambaran maloklusi yang terparah saja yang dicatat sehingga
tidak ada efek kumulatif. Terdapat alternatif untuk memilih salah satu dari keadaan
berikut:
a. Overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas dengan
permukaan labial dari gigi insisivus rahang bawah yang diukur secara horizontal.
Pada DHC, overjet ditandai dengan subdivisi “a”.
b. Overbite adalah jarak antara tepi insisal rahang atas terhadap tepi insisal
rahang bawah yang diukur secara vertikal, yang ditandai dengan subdivisi “f”.
c. Crossbite merupakan hubungan yang abnormal dalam arah labiolingual
atau bukolingual yang melibatkan satu gigi atau lebih terhadap satu gigi atau lebih
pada rahang yang berlawanan.
d. Open bite adalah tidak adanya kontak vertikal antara gigi di rahang atas
dengan gigi di rahang bawah, yang ditandai dengan subdivisi “e”.
e. Reverse overjet adalah jarak antara tepi insisal insisivus rahang atas dengan
gigi insisivus rahang bawah jika insisivus rahang atas oklusi dengan permukaan
lingual insisivus rahang bawah, ditandai dengan subdivisi “b”.
f. Hypodontia adalah Kekurangan gigi di dalam deretan lengkung gigi, yang
ditandai dengan subdivisi “h”.
g. Supernumerary teeth adalah kelebihan gigi di dalam deretan lengkung gigi
yang ditandai dengan subdivisi “x”.
Tabel 1. Indeks Dental Health Component (DHC) dari IOTN22,27-9
Grade 1
1. Maloklusi yang sangat ringan termasuk pergeseran titik kontak yang kurang
dari 1mm.
Grade 2
2.a Kenaikan overjet lebih besar dari 3,5 mm, tetapi kurang atau sama dengan 6
mm dengan bibir yang kompeten.
2.b Overjet negatif yang lebih besar daripada 0 mm, tetapi lebih kecil atau sama
dengan 1 mm.
2.c Gigitan silang anterior atau posterior dengan penyimpangan antara posisi
kontak retrusi dan posisi interkuspal yang kurang atau sama dengan 1 mm.
2.d Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 1 mm, tetapi kurang atau sama
dengan 2 mm.
2.e Gigitan terbuka anterior atau posterior yang lebih besar dari 1 mm, tetapi
kurang atau sama dengan 2 mm.
2.f Kenaikan overbite yang lebih besar atau sama dengan 3,5 mm tanpa berkontak
dengan gingiva.
2.g Oklusi pranormal atau pascanormal tanpa anomali yang lain (termasuk separuh
kasus penyimpangan unit).
Grade 3
3.a Overjet meningkat lebih dari 3,5 mm, tetapi kurang atau sama dengan 6 mm,
dengan bibir yang tidak komponen.
3.b. Overjet negatif, lebih dari 1 mm, tetapi kurang atau sama dengan 3,5 mm.
3.c. Gigitan silang anterior atau posterior sama dengan penyimpangan antara posisi
kontak retrusi dan posisi interkuspal yang lebih besar dari 1 mm, tetapi kurang
atau sama dengan 2 mm.
3.d. Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 2 mm, tetapi kurang atau sama
dengan 4 mm.
3.e. Gigitan terbuka lateral atau anterior yang lebih besar dari 2 mm, tetapi kurang
atau sama dengan 4 mm.
3.f. Overbite dalam yang lengkap pada jaringan gingiva atau palatal, tetapi tanpa
adanya trauma.
Grade 4
4.h. Hipodontia yang tidak begitu ekstensif, yang membutuhkan perawatan ortodonti
prarestorasi atau perawatan ortodonti untuk menutup ruang, agar tidak perlu
dilakukan pembuatan protesa.
4.a. Kenaikan overjet lebih besar dari 6 mm, tetapi kurang atau sama dengan 9 mm.
4.b. Overjet negatif yang lebih besar dari 3,5 mm, tanpa gangguan pengunyahan atau
bicara.
4.m. Overjet negatif yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang dari 3,5 mm dengan
gangguan pengunyahan atau bicara.
4.c. Gigitan silang anterior atau posterior dengan penyimpangan lebih dari 2 mm
antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal.
4.l. Gigitan silang posterior lingual tanpa kontak oklusal fungsional pada satu atau
kedua segmen bukal.
4.d. Pergeseran titik kontak yang parah, lebih dari 4 mm.
4.e. Gigitan terbuka lateral atau anterior yang ekstrim, yang lebih besar dari 4 mm.
4.f. Kenaikan dan overbite komplit dengan trauma pada gingiva atau palatum.
4.t. Gigi-gigi yang erupsi sebagian, miring, dan impaksi terhadap gigi-gigi
didekatnya.
4.x. Adanya gigi supernumerary.
Grade 5
5.i. Erupsi gigi yang terpendam (kecuali untuk m3) yang disebabkan oleh berjejal,
pergeseran, adanya gigi supernumerary, gigi sulung yang tidak mau tanggal, dan
penyebab patologis lainnya.
5.h. Hipodonsia yang luas dengan dampak restoratif (pada setiap kuadran terdapat
lebih dari satu gigi yang tidak ada) membutuhkan perawatan ortodonti
praretorasi.
Aesthetic Component (AC) terdiri atas satu set foto standar yang disusun berdasarkan
grade 1 sampai 10 (Gambar 4).12,26 Tingkat 1 menunjukkan susunan gigi yang paling
menarik dari sudut estetik geligi, sedangkan tingkat 10 menunjukkan susunan geligi
Skor akhir didapatkan dari rerata Dental Health Component (DHC) dan
Aesthetic Component (AC) tetapi Dental Health Component saja yang lebih sering
digunakan untuk memeriksa maloklusi Klas III atau gigitan terbuka anterior karena
budaya. Indeks ini terdiri atas 10 ciri-ciri keadaan oklusal yang menyimpang. Adapun
kriteria penilaian terhadap 10 ciri-ciri keadaan oklusal diatas adalah sebagai berikut:
1. Insisivus, kaninus dan premolar yang hilang: jumlah gigi permanen tersebut
dihitung dan dicatat.
2. Gigi berjejal pada segmen insisivus: kedua segmen insisivus atas dan
bawah harus diperiksa. Hal tersebut dicatat berdasarkan 0 = jika tidak ada gigi
berjejal, 1 = salah satu segmen ada yang berjejal, 2 = kedua segmen berjejal.
3. Spacing pada segmen insisivus: kedua segmen insisivus atas dan bawah
harus diperiksa. Hal tersebut dicatat berdasarkan 0 = jika tidak ada spacing, 1 = salah
satu segmen ada spacing, 2 = kedua segmen ada spacing.
4. Diastema: midline diastema diartikan celah di antara dua gigi insisivus
permanen maksila pada posisi normal kontak poin.
5. Maloklusi yang besar pada gigi geligi anterior maksila berupa: salah satu
gigi rotasi, atau pergeseran gigi dari susunan gigi yang normal. Keempat gigi
insisivus pada lengkung maksila harus diperiksa untuk menentukan lokasi maloklusi
terbesar.
6. Maloklusi yang besar pada gigi geligi anterior mandibula. Hal yang
diperiksa sama dengan diatas, namun gigi yang diperiksa adalah pada bagian
mandibula.
7. Overjet anterior maksila.
8. Overjet anterior mandibula: overjet pada mandibula dicatat ketika gigi
insisivus bawah lainnya pada keadaan crossbite.
9. Openbite anterior.
10. Hubungan anteroposterior gigi molar: kedua sisi kiri dan kanan dinilai
pada keadaan oklusi dan hanya penyimpangan hubungan molar terbesar yang dicatat.
Kode yang digunakan: 0 = normal, 1 = setengah cusp, 2 = satu cusp.
Rumus persamaan untuk menilai Grade DAI adalah: (gigi yang hilang x 6) +
(gigi berjejal) + (spacing) + (diastema x 3) + (maloklusi yang besar pada gigi geligi
anterior maksila) + (maloklusi yang besar pada gigi geligi anterior mandibula) +
Keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan dapat dilihat pada (Tabel 2).
dapat digunakan untuk semua tipe maloklusi. Indeks PAR dikembangkan oleh
sebelum dan sesudah perawatan dalam menentukan evaluasi standar kualitas hasil
telah diterima secara universal dengan reliabilitas dan validitas yang sudah terbukti,
bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan dan menghitung persentase
pengurangan bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan. Penilaian antara
kasus sebelum dan sesudah perawatan menggunakan indeks PAR memiliki sebelas
No. Komponen
1 Segmen bukal rahang atas kanan
2 Segmen anterior rahang atas
3 Segmen bukal rahang atas kiri
4 Segmen bukal rahang bawah kanan
5 Segmen anterior rahang bawah
6 Segmen bukal rahang bawah kiri
7 Oklusi bukal kanan
8 Overjet
9 Overbite
10 Garis median
11 Oklusi bukal kiri
berikut:3
0 : oklusi ideal
1-16 : maloklusi ringan
dikatakan merupakan gabungan dari IOTN dan PAR. ICON didasarkan pada penilaian
subjektif dari 97 ortodontis yang berasal dari sembilan negara. ICON ini terdiri dari
pada kasus tersebut. Skor derajat kompleksitas perawatan dapat dibaca sebagai
berikut:4
Mudah : < 29
Ringan : 29-50
Moderate : 51-63
Sukar : 64-77
Sangat sukar : > 77
Setelah selesai perawatan kasus tersebut diskor lagi dan perbedaan skor
dengan rumus:
Terjadi perubahan yang besar : > -1
Sangat berubah : -25 sampai -1
Cukup berubah : -53 sampai -26
Sedikit berubah : -85 sampai -54
Tidak berubah atau jadi jelek : < -85
Tabel 4. Protokol pemberian grade susunan oklusal (Daniels dan Richmond 2000)31
Grade 0 1 2 3 4 5
Estetik 1-10
menggunakan
AC dari IOTN
Berjejal Grade <2mm 2,1-5mm 5,1-9mm 9,1-13 13,1-17 >17mm
pada tertinggi dari mm mm atau gigi
leng- spacing atau impaksi
kung gigi berjejal
gigi atas
Spacing Transversal ≤2mm 2,1-5mm 5,1-9mm >9mm
pada
leng-
kung
gigi atas
Cross- Hubungan Tidak Cross-
bite cusp to cusp ada bite
atau lebih cross-
bite
Openbite Grade Gigitan <1mm 1,1-2mm 2,1-4mm >4mm
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Berastagi, Jln. Kolam Renang No.6 Kel.
Gundaling 1 Kec. Berastagi dan dilaksanakan pada bulan Mei 2017. Alasan
pemilihan sekolah karena SMP Negeri 2 Berastagi merupakan lingkaran luar sekolah
menengah pertama di kota Berastagi dan belum adanya penelitian yang dilakukan
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
n = Z2(1-α/2) P (1-P)
d2
Dimana:
n = Jumlah sampel
n = (1,96)2 0,59(1-0,59)
(0,1)2
n = (3,84) (0,24)
(0,01)
n = 0,9216
0,01
n = 92,16
adanya drop out sampel penelitian maka jumlah sampel ditambah ±10% dari sampel
yang ditentukan. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Penelitian ini akan dikumpulkan dengan teknik purposive sampling, yaitu suatu
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
Usia
Jenis Kelamin
Gambar 5. (1) kaliper (2) penggaris besi (3) pulpen (4) penghapus (5) sendok cetak
(6) rubber bowl dan semen spatel (7) kamera (8) sarung tangan (9) masker
(10) cheek rectractor
Gambar 6. (1) Alginate merk hygedent (2) air (3) dental stone (4) lembar pemeriksaan DHC
agar subjek penelitian mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.
Apabila subjek bersedia maka harus menandatangani informed consent yang diajukan
peneliti.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 100 orang murid di SMP Negeri 2
Berastagi yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian diperoleh dengan cara
melakukan foto intra oral dan pencetakan gigi pada sampel untuk melihat penilaian
Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index Of
Orthodontic Treatment Need (IOTN) di SMP Negeri 2 Berastagi.
Tabel 5. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 2
Berastagi
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 49 49%
Perempuan 51 51%
Total 100 100%
Data di atas menunjukkan sampel penelitian berjumlah 100 orang yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 49 orang (49%) dan perempuan sebanyak 51 orang (51%)
(Tabel 5).
Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Usia Jumlah (n) Persentase (%)
12-13 tahun 46 46%
14-15 tahun 54 54%
Total 100 100%
Distribusi sampel penelitian berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu usia 12-13
tahun sebanyak 46 orang (46%) dan usia 14-15 tahun sebanyak 54 orang (54%)
(Tabel 6).
Tabel 8. Distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC pada siswa
SMP Negeri 2 Berastagi
Skala Foto Kategori AC Jumlah (n) Persentase (%)
1 3 3%
2 Tidak/sedikit 38 38%
Membutuhkan
3 Perawatan 44 44%
4 4 4%
Total 89 89%
5 4 4%
6 Membutuhkan 1 1%
Perawatan Sedang
7 2 2%
Total 7 7%
8 3 3%
Sangat
9 Membutuhkan 0 0
10 Perawatan 1 1%
Total 4 4%
Total Nilai Keseluruhan 100 100%
Tabel 9. Distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Jenis kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Kategori DHC Jumlah
Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak membutuhkan 26 53,1% 29 56,9% 55 55%
perawatan
Sedikit Membutuhkan 21 42,9% 19 37,3% 40 40%
Perawatan
Membutuhkan 1 2% 2 3,9% 3 3%
Perawatan Sedang
Membutuhkan 1 2% 1 2% 2 2%
Perawatan
Sangat Membutuhkan 0 0% 0 0% 0 0
Perawatan %
Total 49 49% 51 51% 100 100%
Tabel 10. Distribusi AC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Jenis kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Kategori AC Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak/sedikit 42 85,7% 47 92,2% 89 89%
Membutuhkan
Perawatan
Membutuhkan 4 8,2% 3 5,9% 7 7%
Perawatan Sedang
Sangat membutuhkan 3 6,1% 1 2% 4 4%
perawatan
Total 49 49% 51 51% 100 100%
Tabel 11. Distribusi DHC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Usia Total
Usia 12-13 Usia 14-15
Kategori DHC Jumlah
Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak membutuhkan 26 56,5% 29 53,7% 55 55%
perawatan
Sedikit Membutuhkan 18 39,1% 22 40,7% 40 40%
Perawatan
Membutuhkan 1 2,2% 2 3,7% 3 3%
Perawatan Sedang
Membutuhkan 1 2,2% 1 1,9% 2 2%
perawatan
Total 46 46% 54 54% 100 100%
Distribusi DHC berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu usia 12-13 tahun
sebanyak 26 orang (56,5%), 29 orang (53,7%) usia 14-15 tahun dalam kategori tidak
membutuhkan perawatan. Kategori sedikit membutuhkan perawatan diperoleh hasil
sebanyak 18 orang (39,1%) usia 12-13 tahun, 22 orang (40,7%) usia 14-15 tahun,
kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh sebanyak 1 orang (2,2%) usia 12-
13 tahun dan 2 orang (3,7%) usia 14-15 tahun. Kategori membutuhkan perawatan
diperoleh hasil yaitu 1 orang (2,2%) usia 12-13 tahun, 1 orang (1,9%) usia 14-15
tahun dan tidak ada (0%) dalam kategori sangat membutuhkan perawatan (Tabel 11).
Tabel 12. Distribusi AC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Usia Total
Usia 12-13 Usia 14-15
Kategori AC Jumlah
Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak/sedikit 41 89,1% 48 88,9% 89 89%
membutuhkan
perawatan
Membutuhkan 4 8,7% 3 5,6% 7 7%
Perawatan
Sedang
Sangat 1 2,2% 3 5,6% 4 4%
membutuhkan
perawatan
Total 46 46% 54 54% 100 100%
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Berastagi. Besar sampel yang diteliti
berjumlah 100 orang. Penelitian ini menggunakan penilaian berdasarkan Index Of
Orthodontic Treatment Need (IOTN). Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN)
terdiri atas dua komponen yaitu Dental Health Component (DHC) dan Aesthetic
Component (AC). Dimana kelebihan dari indeks ini adalah telah terbukti menjadi
metode yang mudah digunakan dan dapat diandalkan untuk menggambarkan
kebutuhan perawatan ortodonti.22,23
Seluruh subjek pada penelitian ini dapat dibedakan karakteristiknya
berdasarkan jenis kelamin dan usia. Data distribusi jenis kelamin yang diperoleh pada
penelitian ini terdiri dari 49 orang laki-laki (49%) dan 51 orang perempuan (51%).
Berdasarkan distribusi usia, diperoleh data usia 12-13 tahun sebanyak 46 orang (46%)
dan usia 14-15 tahun sebanyak 54 orang (54%).
Tabel 7 merupakan tabel distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
berdasarkan DHC pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi diperoleh hasil yaitu 55%
dalam kategori tidak membutuhkan perawatan, 40% kategori sedikit membutuhkan
perawatan, 3% kategori membutuhkan perawatan sedang, 2% kategori membutuhkan
perawatan dan tidak ada (0%) kategori sangat membutuhkan perawatan. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Perillo dkk., tahun 2009
pada siswa di Italia yang berjumlah 703 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan
6,9% termasuk dalam kategori tidak membutuhkan perawatan, 28,9% kategori sedikit
membutuhkan perawatan, 36,7% kategori membutuhkan perawatan sedang, 24,6%
kategori membutuhkan perawatan dan 2,7% berada dalam kategori sangat
membutuhkan perawatan.10 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngom
dkk., berdasarkan penelitiannya menunjukkan hasil yaitu 23,3% berada dalam
kategori tidak membutuhkan perawatan, 34,1% kategori sedikit membutuhkan
perawatan dan 42,6 berada dalam kategori sangat mebutuhkan perawatan.31 Dimana
pada penelitian ini persentase tertinggi berada pada kategori tidak membutuhkan
perawatan sedangkan dari penelitian Perillo dkk., persentase tertinggi berada pada
kategori membutuhkan perawatan sedang dan penelitian yang dilakukan oleh Ngom
dkk,m persentase tertinggi berada dalam kategori sangat membutuhkan perawatan.
Perbedaan hasil penelitian kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang
berbeda.
Tabel 8 merupakan distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
berdasarkan AC pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi diperoleh hasil yaitu 89%
berada dalam kategori tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 7% kategori
membutuhkan perawatan sedang, dan 4% kategori sangat membutuhkan perawatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oley dkk., tahun
2015 dan juga Souames dkk., tahun 2006. Hasil penelitian Oley dkk., diperoleh
85,94% berada dalam kategori tidak membutuhkan perawatan, 9,37% kategori
membutuhkan perawatan sedang, dan 4,69% kategori sangat membutuhkan
perawatan.3 Penelitian yang dilakukan oleh Souames dkk., pada tahun 2006 di
Perancis menunjukkan hasil yaitu 57% berada dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan, 31% kategori sedikit membutuhkan perawatan dan 12% berada dalam
kategori sangat membutuhkan perawatan.25
Tabel 9 merupakan distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP
Negeri 2 Berastagi. Distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil yaitu
53,1% laki-laki, 56,9% perempuan berada dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan. Kategori sedikit membutuhkan perawatan diperoleh hasil sebanyak 42,9%
laki-laki, 37,3% perempuan, kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil
2% laki-laki, 3,9% perempuan. Kategori membutuhkan perawatan diperoleh hasil 2%
laki-laki dan 2% perempuan dan tidak ada (0%) berada dalam kategori sangat
membutuhkan perawatan. Pada penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rumampuk
dkk., pada 460 orang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu 21,7% laki-laki, 22,5%
perempuan berada pada kategori tidak membutuhkan perawatan. Kategori sedikit
membutuhkan perawatan diperoleh hasil yaitu 16,9% laki-laki, 15,4% perempuan,
diperoleh hasil yaitu 8% laki-laki, 7,8% perempuan dalam kategori membutuhkan
perawatan sedang. Kategori membutuhkan perawatan diperoleh hasil yaitu 1,6% laki-
laki, 2,5% perempuan dan dalam kategori sangat membutuhkan perawatan diperoleh
hasil yaitu 1% laki-laki, 2,5% perempuan.33
Tabel 10 merupakan distribusi AC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP
Negeri 2 Berastagi. Distribusi AC berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil yaitu
85,7% laki-laki, 92,2% perempuan berada dalam kategori tidak/sedikit membutuhkan
perawatan. Pada kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil 8,2% laki-
laki, 5,9% perempuan, dan kategori sangat membutuhkan perawatan diperoleh yaitu
6,1% laki-laki dan 2% perempuan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oley dkk., diperoleh hasil yaitu 77,77% laki-laki, 91,86% perempuan
tidak membutuhkan perawatan. Kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh
hasil 14,81% laki-laki, 5,4% perempuan, dan dalam kategori sangat membutuhkan
perawatan diperoleh hasil yaitu 7,4% laki-laki dan 2,7% perempuan.3 Data yang
diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan yang
tidak membutuhkan perawatan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Oley dkk., dan Christy dkk., yang menyatakan bahwa
sebagian laki-laki tidak begitu peduli terhadap masalah kesehatan gigi dan mulutnya
sehingga dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Hal ini dikarenakan perempuan
lebih peka terhadap kondisi dan penampilan tubuh sampai pada penampilan gigi
geliginya sehingga apabila terjadi maloklusi dan gangguan estetik pada giginya,
mereka akan lebih cepat merespon dan melakukan kunjungan ke dokter gigi. Selain
itu, laki-laki lebih cepat merasa cukup puas terhadap estetika gigi geliginya dibanding
perempuan.3,5
Tabel 11 merupakan distribusi DHC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2
Berastagi. Distribusi DHC berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu sebanyak 56,5%
usia 12-13 tahun, 53,7% usia 14-15 tahun dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan. Kategori sedikit membutuhkan perawatan diperoleh hasil sebanyak 39,1%
usia 12-13 tahun, 40,7% usia 14-15 tahun, kategori membutuhkan perawatan sedang
diperoleh sebanyak 2,2% usia 12-13 tahun dan 3,7% usia 14-15 tahun. Kategori
membutuhkan perawatan diperoleh hasil yaitu 2,2% usia 12-13 tahun, 1,9% usia 14-
15 tahun dan tidak ada (0%) dalam kategori sangat membutuhkan perawatan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Brook dan Shaw di Inggris pada
siswa yang berusia 11-12 tahun menunjukkan hasil yaitu 35,1% berada dalam
kategori tidak membutuhkan perawatan dan 32,7% berada dalam kategori sangat
membutuhkan perawatan. Perbedaan hasil penelitian kemungkinan disebabkan oleh
usia sampel yang diteliti berbeda.12
Tabel 12 merupakan distribusi AC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2
Berastagi. Distribusi AC berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu sebanyak 89,1% usia
12-13 tahun, 88,9% usia 14-15 tahun dalam kategori tidak/sedikit membutuhkan
perawatan. Kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil sebanyak 8,7%
usia 12-13 tahun, 5,6% usia 14-15 tahun, dan kategori sangat membutuhkan
perawatan diperoleh sebanyak 2,2% usia 12-13 tahun dan 5,6% usia 14-15 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Chestnutt dkk., pada tahun 2006 di Inggris
memperoleh hasil bahwa pada anak usia 12 tahun merupakan prevalensi tertinggi
berada dalam kategori membutuhkan perawatan.10
Banyak pendapat mengenai hasil AC yang kurang valid dikarenakan
pemeriksaan AC hanya menilai secara subjektif dengan melihat sisi penampilan gigi
seseorang saja, yang diperlihatkan yaitu hanya gigi anterior, sedangkan pada
pemeriksaan DHC menilai secara objektif dilakukan pemeriksaan dan pengukuran
terhadap keadaan gigi dan mulut. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan
hasil AC penampilan gigi geliginya terlihat baik, namun berdasarkan hasil DHC
mereka membutuhkan perawatan ortodonti. Adapun kelebihan dari penelitian ini
adalah mudah untuk digunakan dan diteliti sedangkan kelemahan dari penelitian ini
adalah siswa SMP Negeri 2 Berastagi yang kurang kooperatif sehingga sulit untuk
melakukan penelitian kepada beberapa subjek.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DHC di SMP Negeri 2
Berastagi diperoleh 55 orang (55%) berada dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan, 40 orang (40%) kategori sedikit membutuhkan perawatan, 3 orang (3%)
kategori membutuhkan perawatan sedang, 2 orang (2%) kategori membutuhkan
perawatan dan 0 (0%) dalam kategori sangat membutuhkan perawatan.
2. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan DHC berdasarkan
jenis kelamin diperoleh 26 orang (53,1%) laki-laki, 29 orang (56,9%) perempuan
kategori tidak membutuhkan perawatan, 21 orang (42,9%) laki-laki, 19 orang
perempuan (37,3%) kategori sedikit membutuhkan perawatan, 1 orang (2%) laki-laki,
2 orang (3,9%) perempuan Kategori membutuhkan perawatan sedang, 1 orang (2%)
laki-laki, 1 orang (2%) perempuan kategori membutuhkan perawatan dan 0 (0%)
kategori sangat membutuhkan perawatan.
3. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan DHC berdasarkan
usia diperoleh Usia 12-13 tahun sebanyak 26 orang (56,5%), 29 orang (53,7%) usia
14-15 tahun kategori tidak membutuhkan perawatan, 18 orang (39,1%) usia 12-13
tahun, 22 orang (40,7%) usia 14-15 tahun kategori sedikit membutuhkan perawatan,
1 orang (2,2%) usia 12-13 tahun dan 2 orang (3,7%) usia 14-15 tahun kategori
membutuhkan perawatan sedang, 1 orang (2,2%) usia 12-13 tahun, 1 orang (1,9%)
usia 14-15 tahun kategori membutuhkan perawatan dan 0 (0%) kategori sangat
membutuhkan perawatan.
4. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan AC di SMP Negeri 2
Berastagi diperoleh 89 orang (89%) kategori tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 7
orang (7%) kategori membutuhkan perawatan sedang, 4 orang (4%) kategori sangat
membutuhkan perawatan.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat
Berastagi mengenai pentingnya peranan susunan gigi geligi yang baik untuk estetika.
2. Perlu dilakukan penyuluhan secara berkala kepada siswa tentang maloklusi,
penyebab dan akibat yang dapat ditimbulkan sehingga dapat memotivasi untuk
melakukan perawatan ortodonti.
3. Pemeriksaan terhadap kebutuhan perawatan ortodonti pada anak dapat
dilakukan dari usia dini, dokter gigi mempunyai tanggung jawab dalam hal
memberikan informasi kepada orang tua mengenai kebutuhan perawatan ortodonti
pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
adalah:
mulut
Sebagai subjek peneliti, saudara bersedia untuk mengikuti aturan dan petunjuk
seperti yang tertulis diatas. Subjek peneliti tidak akan dibebankan oleh biaya apapun.
Bila saudara merasa belum jelas, Anda dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti
penelitian akan dirahasiakan dan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan
dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila saudara/saudari memutuskan untuk ikut
serta dalam penelitian, saudara/saudari juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah
Sebagai ucapan terima kasih saya akan memberikan imbalan tanda terima kasih
berupa alat tulis dan gantungan kunci karena telah bersedia menjadi subjek penelitian.
(081269540895)
( ) ( )
DEPARTEMEN ORTODONTI
NEGERI 2 BERASTAGI
No Kartu
Pemeriksa :
Nama :
Usia :
Kelas :
Jenis Kelamin :
2. Ibu :
Overjet
Overbite
Crossbite
Pergeseran Gigi
Hipodonsia
HASIL :
Tabel DHC
1 2 3 4 5
Bibir
inkompeten
(anterior/posterior)
kontak
KETERANGAN :
HASIL
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sedikit Membutuhkan
40 40,0 40,0 95,0
Perawatan
Membutuhkan Perawatan
3 3,0 3,0 98,0
Sedang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Membutuhkan Perawatan
7 7,0 7,0 96,0
Sedang
Sangat Membutuhkan
4 4,0 4,0 100,0
Perawatan
Jenis Kelamin
Usia
Jenis Kelamin
Usia