Anda di halaman 1dari 76

TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI

BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC


TREATMENT NEED (IOTN) DI SMP NEGERI 2
BERASTAGI

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
MEYLIA LESTARI BR PURBA
NIM: 130600004
Pembimbing:
Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ORTODONSIA

TAHUN 2017

Meylia Lestari Br Purba


Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index Of Orthodontic
Treatment Need (IOTN) di SMP Negeri 2 Berastagi.
x + 46 Halaman.
Salah satu organ yang berperan penting dalam proses metabolisme tubuh
adalah gigi. Banyak permasalahan yang dapat terjadi pada struktur gigi dan mulut
yang dapat mempengaruhi penampilan seseorang, salah satunya adalah kelainan
susunan gigi atau disebut maloklusi. Menurut World Health Organization (WHO)
maloklusi adalah cacat atau gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi
kesehatan fisik maupun emosional dari pasien yang membutuhkan perawatan. Salah
satu standar untuk menilai hasil perawatan ortodonti adalah Index of Orthodontic
Treatment Need (IOTN). IOTN terdiri dari dua komponen yaitu DHC (Dental Health
Component) dan AC (Aesthetic Component). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index Of Orthodontic
Treatment Need (IOTN) di SMP Negeri 2 Berastagi. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Prosedur penelitian ini
dilakukan dengan cara melakukan foto intra oral dan pencetakan gigi pada sampel
kemudian dilakukan penilaian terhadap foto dan melakukan pengukuran pada model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan DHC 55 orang (55%) tidak
membutuhkan perawatan, 40 orang (40%) sedikit membutuhkan perawatan, 3 orang
(3%) membutuhkan perawatan sedang, 2 orang (2%) membutuhkan perawatan dan
tidak ada (0%) sangat membutuhkan perawatan. Berdasarkan AC 89 orang (89%)
tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 7 orang (7%) membutuhkan perawatan sedang,
dan 4 orang (4%) sangat membutuhkan perawatan. Distribusi DHC berdasarkan jenis
kelamin diperoleh persentase tertinggi berada pada kategori tidak membutuhkan
perawatan yaitu 26 orang (53,1%) laki-laki dan 29 orang (56,9%) perempuan.

Universitas Sumatera Utara


Distribusi DHC berdasarkan usia diperoleh persentase tertinggi berada pada kategori
tidak membutuhkan perawatan yaitu usia 12-13 tahun sebanyak 26 orang (56,5%),
usia 14-15 tahun sebanyak 29 orang (53,7%). Distribusi AC berdasarkan jenis
kelamin diperoleh persentase tertinggi berada pada kategori tidak/sedikit
membutuhkan perawatan yaitu 42 orang (85,7%) laki-laki dan 47 orang (92,2%)
perempuan. Distribusi AC berdasarkan usia diperoleh persentase tertinggi berada
pada kategori tidak/sedikit membutuhkan perawatan yaitu usia 12-13 tahun sebanyak
41 orang (89,1%), usia 14-15 tahun sebanyak 48 orang (88,9%).

Daftar Rujukan : 33 (1998 – 2016)

Universitas Sumatera Utara


TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI
BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC
TREATMENT NEED (IOTN) DI SMP NEGERI 2
BERASTAGI

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
MEYLIA LESTARI BR PURBA
NIM: 130600004
Pembimbing:
Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


dihadapan tim penguji.

Medan, 1 November 2017

Pembimbing Tanda Tangan

Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort(K) .........................................
NIP: 195206221980031001

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


Pada 1 November 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort(K)

ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort(K)


2. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Tingkat Kebutuhan Perawatan
Ortodonti Berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN) di SMP Negeri
2 Berastagi” dapat diselesaikan yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua
orangtua, yaitu Ayahanda Antonius Purba dan Ibunda Rentah Br Saragih S.Pd yang
selalu ada untuk mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini sehingga semakin
termotivasi dalam pengerjaannya. Selain itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada kedua saudara penulis Erykson Purba S.E dan Maria Friska Purba yang juga
memberikan dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort(K) selaku dosen
pembimbing dan selaku dosen penasehat akademik yang telah meluangkan waktu,
tenaga, kesabaran serta memberikan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
3. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K), selaku Ketua Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort., selaku Koordinator skripsi Departemen
Ortodonsia yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort(K)., selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

iv

Universitas Sumatera Utara


6. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort., selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Dr. Drs. Eddi Suranta, M.Pd., selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Karo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di
SMP Negeri 2 Berastagi.
8. Dra. Kasriana Br Barus., selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Berastagi
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
9. Sahabat terkasih Firdaus Sembiring S.E, Afrita Rizky, Bella Ria, Bella
Thea, Chrisnawati, Dian Paulina, Eva Riris, Jelika Murni, Mira Sembiring, Ruth
Feronika, Yemima Helena Laura, Yolanda Simatupang dan Bayu yang memberi
semangat dan doa dari awal sampai akhir pengerjaan skripsi ini.
10. Kepada kelompok kecil Priskilla Domique dan adik-adik kost penulis
yaitu Agripina, Debora, Denni, Ridanti, dan juga abang terkasih yaitu Roben Suhadi,
Try Yudha dan Bendvri Silitonga, yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan
skripsi ini.
11. Teman seperjuangan yang sama-sama mengerjakan tugas akhir di
Departemen Ortodonsia serta teman-teman angkatan 2013 Cahaya dan Vanny juga
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang saling mendukung satu
sama lain dan memberikan semangat selama penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan pengembangan wawasan bagi
masyarakat.
Medan,1 November 2017
Penulis,

Meylia Lestari Br Purba


NIM: 130600004

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI.....................................................

KATA PENGANTAR............................................................................... iv

DAFTAR ISI............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1..Latar Belakang............................................................................. 1
1.2..Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3..Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4..Manfaat Penelitian....................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Maloklusi...................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Maloklusi..................................................................... 6
2.1.2 Etiologi Maloklusi..................................................................... 6
2.1.3 Klasifikasi Maloklusi................................................................. 7
2.1.4 Prevalensi Maloklusi................................................................. 9
2.2 Indeks Maloklusi.......................................................................... 9
2.2.1 Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN)......................... 10
2.2.1.1 Dental Health Component (DHC).......................................... 12
2.2.1.2 Aesthetic Component (AC)..................................................... 15
2.2.2 Dental Aesthetic Index (DAI).................................................... 16
2.2.3 The Peer Assesment Rating Index (PAR).................................. 17
2.2.4 Index Of Complexity, Outcome and Need (ICON).................... 18
2.3 Kerangka Teori............................................................................. 21

vi

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Konsep......................................................................... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian............................................................................. 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 23
3.3 Populasi Sampel........................................................................... 23
3.3.1 Populasi..................................................................................... 23
3.3.2 Sampel....................................................................................... 23
3.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi.................................................... 24
3.4 Variabel Penelitian....................................................................... 25
3.4.1 Variabel Bebas........................................................................... 25
3.4.2 Variabel Terikat......................................................................... 25
3.4.3 Variabel Terkendali................................................................... 25
3.4.4 Variabel Tidak Terkendali......................................................... 25
3.5 Definisi Operasional..................................................................... 26
3.6 Alat dan Bahan............................................................................. 28
3.7 Prosedur Penelitian....................................................................... 29
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data.............................................. 30
3.9 Etika Penelitian............................................................................. 30
3.9.1 Informed Consent...................................................................... 30
3.9.2 Ethical Clearance...................................................................... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN................................................................... 31

BAB 5 PEMBAHASAN........................................................................... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan................................................................................... 42
6.2 Saran............................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 44

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1..........Dental Health Component (DHC) dari IOTN.............................. 13

2..........Keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan.......................... 17

3..........Komponen-komponen indeks PAR.............................................. 18

4..........Protokol pemberian grade susunan oklusal.................................. 20

5..........Definisi Operasional..................................................................... 26

6..........Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada siswa


SMP Negeri 2 Berastagi............................................................... 31

7..........Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis usia pada siswa SMP


Negeri 2 Berastagi........................................................................ 31

8..........Distibusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DHC


pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi............................................. 32

9. Distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan AC


pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi............................................. 33

10. Distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri
2 Berastagi................................................................................... 34

11. Distribusi AC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 2


Berastagi...................................................................................... 35

12. Distribusi DHC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
..................................................................................................... 36

13. Distribusi AC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi


..................................................................................................... 37

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1..........Maloklusi Klas I Angle................................................................. 7

2..........Maloklusi Klas II Angle............................................................... 8

3..........Maloklusi Klas III Angle.............................................................. 8

4..........Aesthetic Component dari IOTN.................................................. 15

5..........Alat yang digunakan pada penelitian............................................ 28

6..........Bahan yang digunakan pada penelitian........................................ 28

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.....LembaranPenjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

2.....Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

3.....Lembar Pemeriksaan Penelitian

4.....Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Kesehatan (Ethical

Clearance)

5.....Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Karo

6.....Surat Izin Penelitian dari Sekolah SMP Negeri 2 Berastagi

7.....Hasil Penelitian

8.....Hasil foto penelitian berdasarkan indeks AC pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi

9.....Hasil Uji Statistik

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu organ yang berperan penting dalam proses metabolisme tubuh adalah

gigi.1 Gigi merupakan investasi bagi kesehatan sepanjang hidup, peranannya cukup

besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorpsi nutrisi pada saluran

pencernaan, disamping fungsi estetik dan bicara.1,2 Banyak permasalahan yang dapat

terjadi pada struktur gigi baik secara fungsional maupun estetis yang dapat

mempengaruhi penampilan seseorang, salah satunya adalah maloklusi.1,3

Maloklusi merupakan penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung

rahang yang abnormal, dapat berupa manifestasi dari variasi biologi yang juga terjadi

pada bagian tubuh yang lain. Variasi letak gigi mudah diamati, hal ini dapat

menyebabkan terganggunya fungsi pengunyahan, penelanan, bicara, dan keserasian

wajah atau fungsi estetik.4 Menurut World Health Organization (WHO) maloklusi

adalah cacat atau gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan

fisik maupun emosional dari pasien yang membutuhkan perawatan.2,5 Kelainan

maloklusi dapat menyebabkan terjadinya masalah terhadap seseorang yaitu,

diskriminasi sosial karena masalah penampilan dan estetik wajah atau dentofasial;

masalah dengan fungsi oral, termasuk adanya masalah dalam pergerakan rahang

(inkoordinasi otot atau rasa nyeri), Temporomandibular joint Dysfunction (TMD),

masalah mastikasi, penelanan, dan berbicara; serta lebih rentan terhadap trauma,

penyakit periodontal, dan karies.2,6

Universitas Sumatera Utara


2

Kebutuhan dan tuntutan akan perawatan ortodonti semakin meningkat pada era

modern seperti saat ini. Masyarakat semakin menyadari bahwa gigi yang tidak teratur

terlebih lagi jika disertai adanya kelainan bentuk wajah yang disebabkan oleh adanya

hubungan rahang yang tidak harmonis akan sangat mempengaruhi penampilan.

Disamping itu, keadaan gigi yang tidak teratur dan hubungan rahang yang tidak

harmonis sangat mempengaruhi sistem pengunyahan, serta sistem artikulasi atau

pembentukan suara.7 Terdapat tiga prinsip yang harus digaris bawahi untuk dapat

menerima perawatan ortodonti yaitu meningkatkan penampilan dentofasial,

memperbaiki hubungan oklusal, dan menghilangkan maloklusi yang mengganggu

kesehatan gigi dan jaringan periodontal dalam jangka panjang.8

Suatu upaya dilakukan untuk mengurangi derajat subjektivitas penilaian suatu

maloklusi dengan menggunakan indeks maloklusi. Terdapat beberapa jenis indeks

untuk mengkategorikan maloklusi berdasarkan kebutuhan perawatan yaitu:

Handicapping Malocclusion Assesment Record (HMAR), Occlusal Index , Dental

Aesthetic Index (DAI), Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Peer

Assesment Rating Index (PAR) dan Index of Complexity, Outcome and Need

(ICON).2,3,9,10

Salah satu standar untuk menilai hasil perawatan ortodonti adalah Index of

Orthodontic Treatment Need (IOTN). IOTN yang ditemukan oleh Brook dan Shaw

pada tahun 1989, telah diakui secara internasional sebagai salah satu metode dalam

menentukan kebutuhan perawatan. Indeks ini dibuat untuk membantu menentukan

kemungkinan dampak maloklusi terhadap kesehatan gigi dan kesehatan psikososial

seseorang. IOTN mempunyai dua komponen yaitu DHC (Dental Health Component)

Universitas Sumatera Utara


3

dan AC (Aesthetic Component). DHC dibuat untuk menyatakan keadaan oklusal yang

dapat mempengaruhi fungsi dan kesehatan gigi dalam jangka panjang dan menilai

beberapa jenis maloklusi seperti overjet, overbite, openbite, crossbite, crowding,

erupsi palatal yang terhalang, anomali palatal dan bibir, serta hypdontia.5 AC terdiri

dari 10 foto berwarna yang menunjukkan tingkatan derajat yang berbeda dari

penampilan estetik susunan gigi geligi. Dengan mengacu pada gambar ini, derajat

penampilan estetik gigi dari seseorang dapat dinilai dalam salah satu tingkatan derajat

tertentu. Tingkat 1 menunjukkan susunan gigi yang paling menarik dari segi estetik

gigi geligi, sedangkan tingkat 10 menunjukkan susunan gigi geligi yang paling tidak

menarik.5,11

Penelitian mengenai tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index

Of Orthodontic Treatment Need (IOTN) sebelumnya dilakukan oleh Axel B.Oley

dkk., di SMA Negeri 3 Tondano pada tahun 2015. Hasil dari penelitian yang

dilakukan terhadap 27 siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan menunjukkan bahwa

berdasarkan AC (85,94%) tidak atau sedikit membutuhkan perawatan, (9,37%)

membutuhkan perawatan borderline dan (4,69%) sangat membutuhkan perawatan,

sedangkan berdasarkan DHC (51,56%) tidak atau sedikit membutuhkan perawatan,

(35,94%) membutuhkan perawatan borderline dan (12,5%) sangat membutuhkan

perawatan.3

Liefany dkk., melakukan sebuah studi di SMP Negeri 1 Tareran pada tahun

2014. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 27 siswa laki-laki dan 34 siswa

perempuan menunjukkan bahwa berdasarkan AC (73,77%) tidak atau butuh

perawatan ringan, (22,95%) butuh perawatan borderline dan (3,28%) sangat

Universitas Sumatera Utara


4

membutuhkan perawatan. Berdasarkan DHC (16,39%) tidak atau butuh perawatan

ringan, (18,04%) butuh perawatan borderline dan (65,57%) sangat membutuhkan

perawatan.2

Pada penelitian Christy Hansu dkk., yang dilakukan terhadap 60 siswa laki-laki

dan 83 siswa perempuan di SMP Katolik Theodorus Kotamobagu menyimpulkan

bahwa berdasarkan indeks AC (95,1%) tidak atau sedikit membutuhkan perawatan,

(4,2%) membutuhkan perawatan borderline dan (0,7%) sangat membutuhkan

perawatan, sedangkan berdasarkan indeks DHC menunjukkan bahwa (85,3%) tidak

atau sedikit membutuhkan perawatan, (13,3%) membutuhkan perawatan borderline

dan (1,4%) sangat membutuhkan perawatan.5

Menurut penelitian Shahri Fariba dkk., yang dilakukan terhadap siswa yang

berusia 11-14 tahun di Zahedan pada tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa

berdasarkan AC (77,2%) tidak atau sedikit membutuhkan perawatan, (16,2%)

membutuhkan perawatan borderline dan (6,6%) sangat membutuhkan perawatan.

Berdasarkan DHC diperoleh (46,6%) tidak atau sedikit membutuhkan perawatan,

(17%) membutuhkan perawatan borderline dan (36,5%) sangat membutuhkan

perawatan.12

Prevalensi maloklusi telah diketahui tergolong tinggi dari penelitian

sebelumnya.3 Berastagi merupakan daerah yang dimana masyarakatnya berada pada

tingkat sosial ekonomi menengah kebawah. Hal tersebut menyebabkan rendahnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan gigi termasuk

dalam bidang ortodonti. Selain itu, belum ada penelitian sebelumnya mengenai

Universitas Sumatera Utara


5

tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment

Need (IOTN) di daerah Berastagi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1.2.1 Masalah Umum

Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of

Orthodontic Treatment Need di SMP Negeri 2 Berastagi?

1.2.2 Masalah Khusus

1. Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Dental

Health Component ditinjau dari jenis kelamin di SMP Negeri 2 Berastagi?

2. Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Dental

Health Component ditinjau dari usia di SMP Negeri 2 Berastagi?

3. Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Aesthetic

Component ditinjau dari jenis kelamin di SMP Negeri 2 Berastagi?

4. Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Aesthetic

Component ditinjau dari usia di SMP Negeri 2 Berastagi?

Universitas Sumatera Utara


6

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of

Orthodontic Treatment Need (IOTN) di SMP Negeri 2 Berastagi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
Dental Health Component ditinjau dari jenis kelamin di SMP Negeri 2 Berastagi.
2. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
Dental Health Component ditinjau dari usia di SMP Negeri 2 Berastagi.
3. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
Aesthetic Component ditinjau dari jenis kelamin di SMP Negeri 2 Berastagi.
4. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
Aesthetic Component ditinjau dari usia di SMP Negeri 2 Berastagi.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat teoritis adalah :

1. Sebagai data pendukung untuk membandingkan kebutuhan perawatan


ortodonti antara populasi masyarakat kota Berastagi dengan populasi lainnya.
2. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah data penelitian dan
bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
3. Sebagai informasi bagi pihak yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan gigi di kota Berastagi untuk mengoptimalkan pelayanan dan penyuluhan
mengenai maloklusi beserta pencegahan dan perawatannya.

Universitas Sumatera Utara


7

Manfaat praktis adalah :

1. Memberikan informasi kepada pihak sekolah SMP Negeri 2 Berastagi


mengenai kebutuhan perawatan ortodonti.
2. Memberikan informasi baik kepada rekan sejawat dan sarana pelayanan
kesehatan gigi dan mulut mengenai tingkat kebutuhan perawatan ortodonti pada
siswa SMP Negeri 2 Berastagi.

Universitas Sumatera Utara


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi

2.1.1 Definisi Maloklusi

Maloklusi dapat diartikan sebagai kelainan relasi kontak antara gigi yang satu

dengan yang lainnya, inter-arch dan intra-arch dan komponen lainnya pada

kraniofasial secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa adanya

penyimpangan dari konsep oklusi. Maloklusi mempengaruhi banyak aspek kehidupan,

seperti interaksi sosial, peluang mencari pekerjaan, memilih mitra kerja, dan

karakteristik kepribadian. Maloklusi menyebabkan gangguan pengunyahan dan dapat

juga mengakibatkan kelainan bicara dan nyeri otot wajah atau rahang.13

Maloklusi bisa juga merupakan variasi biologi sebagaimana variasi biologi

yang terjadi pada bagian tubuh yang lain. Tetapi karena variasi letak gigi mudah

diamati dan mengganggu estetika sehingga menarik perhatian dan memunculkan

keinginan untuk melakukan perawatan ortodonti. Terdapat bukti bahwa prevalensi

maloklusi meningkat, peningkatan ini sebagian dipercayai sebagai suatu proses

evolusi yang diduga akibat meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang

bercampur dalam kelompok ras. Maloklusi dapat disebabkan adanya kelainan gigi

dan malrelasi lengkung geligi atau rahang.4

2.1.2 Etiologi Maloklusi

Universitas Sumatera Utara


9

Etiologi maloklusi dibagi atas dua faktor yaitu faktor ekstrinsik atau disebut

juga faktor umum dan faktor intrinsik atau disebut faktor lokal. Yang termasuk faktor

ekstrinsik yaitu herediter, kelainan bawaan, lingkungan, kelainan metabolik,

malnutrisi dan kebiasaan buruk. Yang termasuk faktor intrinsik yaitu kelainan

(jumlah, ukuran dan bentuk) gigi, premature loss gigi desidui, erupsi gigi permanen

terlambat, ankilosis dan karies gigi.7,14

2.1.3 Klasifikasi Maloklusi7,15


Pada tahun 1899, Dr.EH Angle menggolongkan maloklusi berdasarkan relasi

mesio-distal dari gigi, lengkung gigi dan rahang. Dia menganggap gigi molar pertama

maksila sebagai titik anatomi yang tetap dalam suatu rahang dan merupakan kunci

oklusi. Klasifikasi Angle merupakan hubungan gigi molar pertama maksila terhadap

gigi-gigi yang lain pada mandibula. Klasifikasi Angle mudah dipahami dan

digunakan serta dapat menyampaikan persepsi secara tepat yaitu dengan hubungan

antar gigi mandibula terhadap gigi molar pertama maksila. Angle mengklasifikasikan

maloklusi menjadi tiga kelas, yaitu: Klas I, Klas II dan Klas III.

Klasifikasi Angle terdiri dari tiga kelas, yaitu:

1. Maloklusi Klas I Angle atau Neutroklusi


Memiliki hubungan mesiodistal yang normal antara lengkung gigi rahang

bawah dengan lengkung gigi rahang atas dan puncak tonjol mesiobukal molar

pertama permanen rahang atas berkontak dengan lekuk bukal (buccal groove) molar

pertama permanen rahang bawah (Gambar 1).

Universitas Sumatera Utara


10

Gambar 1. Maloklusi Klas I Angle16

2. Maloklusi Klas II Angle atau Disoklusi


Memiliki hubungan lengkung gigi rahang bawah yang lebih ke distal dari

lengkung gigi rahang atas. Puncak tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang

atas berada lebih ke anterior dari lekuk bukal (buccal groove) molar pertama

permanen rahang bawah (Gambar 2).

Gambar 2. Maloklusi Klas II Angle16

Maloklusi Klas II dibagi menjadi dua divisi, yaitu:

a. Maloklusi Klas II divisi 1


Memiliki hubungan molar disoklusi dengan gigi insisivus rahang atas labioversi.

b. Maloklusi Klas II divisi 2

Universitas Sumatera Utara


11

Memiliki hubungan molar disoklusi dengan inklinasi gigi insisivus sentral lebih

ke lingual yang juga dapat melibatkan gigi insisivus lateral.

3. Maloklusi Klas III Angle atau Mesioklusi


Memiliki hubungan lengkung gigi rahang bawah yang lebih ke mesial dari
lengkung gigi rahang atas. Hubungan molar memperlihatkan tonjol mesiobukal molar
pertama rahang atas berada lebih ke posterior dari lekuk bukal (buccal groove) molar
pertama rahang bawah (Gambar 3).

Gambar 3. Maloklusi Klas III Angle16

2.1.4 Prevalensi Maloklusi

Maloklusi merupakan masalah penting dalam kesehatan gigi di Indonesia, dan

menduduki urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal (Koesoemaharja,

1991).17 Sejak puluhan tahun yang lalu prevalensinya masih sangat tinggi, sekitar

80%.3,18 Prevalensi maloklusi di Kota Medan pada 4 Sekolah Menengah Umum

bahkan telah mencapai 83% (Marpaung, 2006). Hasil penelitian Agusni pada anak

Sekolah Dasar di Surabaya tahun 1998 menunjukkan 31% anak tidak membutuhkan

perawatan terhadap maloklusi, 45% membutuhkan perawatan perawatan ringan dan

Universitas Sumatera Utara


12

24% sangat membutuhkan perawatan karena keadaan maloklusi yang tergolong parah

sehingga mengganggu kesehatan fisik maupun kehidupan sosialnya.11 Banyaknya

jumlah tersebut disertai dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai

masalah maloklusi serta meningkatnya taraf hidup masyarakat menjadi penyebab

bertambahnya permintaan kebutuhan perawatan ortodonti. Prevalensi maloklusi dapat

diperoleh dengan melakukan survei pada masyarakat di daerah tertentu. Prevalensi

maloklusi di setiap daerah berbeda-beda dikarenakan kasus maloklusi di daerah

tersebut juga berbeda. Berdasarkan prevalensi maloklusi dapat diketahui kondisi

suatu maloklusi yang terdapat dalam suatu daerah tertentu sehingga dengan demikian

dapat direncanakan tindakan selanjutnya atau tindakan perawatan yang akan

dilakukan.1

2.2 Indeks Maloklusi

Syarat indeks menurut Jamison H.D dan Mc Millan R.S :

a. Indeks sebaiknya sederhana, akurat, dapat dipercaya, dan dapat ditiru


(dapat diulang).
b. Indeks harus objektif dalam pengukuran dan menghasilkan data kuantitatif
sehingga dapat dianalisis dengan metode statistik tertentu.
c. Indeks harus di desain untuk membedakan maloklusi yang merugikan dan
tidak merugikan (yang memerlukan perawatan dan yang tidak memerlukan
perawatan).
d. Pemeriksaan yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cepat oleh
pemeriksa walaupun tanpa instruksi khusus dalam diagnosis ortodonti.

Universitas Sumatera Utara


13

e. Indeks sebaiknya dapat dimodifikasi untuk sekelompok data epidemiologi


tentang maloklusi dari segi prevalensi, insiden dan keparahan, contonya: frekuensi
malposisi dari masing-masing gigi.
f. Indeks sebaiknya dapat digunakan pada pasien atau model studi.
g. Indeks sebaiknya mengukur derajat keparahan maloklusi tanpa
mengelompokkan atau mengklasifikasikan maloklusi.19
Banyak indeks maloklusi telah dihasilkan di antaranya indeks-indeks dibawah

ini berikut dengan penciptanya: Irregularity Index (Little), Handicapping

Malocclusion Assesment Record (HMAR, Salzmann), Occlusal Index (Summers),

Dental Aesthetic Index (DAI, Cons dkk), Index of Orthodontic Treatment Need

(IOTN, Shaw dkk), Peer Assesment Rating Index (PAR Index, Richmond dkk) dan

Index of Complexity, Outcome and Need (ICON, Daniels dan Richmond).4,20-2

2.2.1 Indeks Kebutuhan Perawatan Ortodonti (IOTN)

Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dikembangkan untuk membantu

mengurangi subjektivitas dalam menilai kebutuhan perawatan. Indeks ini pada

awalnya dikemukakan di Inggris oleh Evans dan Shaw untuk komponen estetika dan

kemudian penelitian dilanjutkan oleh Brook dan Shaw.21 IOTN dikembangkan oleh

Brook dan Shaw pada tahun 1989 dan dimodifikasi kembali oleh Richmond pada

tahun 1990 serta telah mendapat pengakuan nasional maupun internasional sebagai

metode objektif untuk mengukur kebutuhan perawatan. Brook dan Shaw

mengembangkan indeks IOTN untuk menentukan kebutuhan perawatan ortodonti.

IOTN berfungsi sebagai indeks untuk mengukur kebutuhan perawatan, dapat juga

dipakai untuk mengukur keberhasilan perawatan.11

Universitas Sumatera Utara


14

Keuntungan IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need) adalah:

A. IOTN merupakan indeks klinis untuk menilai kebutuhan perawatan ortodonti.


B. Indeks ini dapat digunakan baik secara langsung pada pasien atau pada
model.
C. Validitas dan reliabilitas dari IOTN telah diverifikasi.
D. IOTN merupakan salah satu indeks oklusal yang paling umum digunakan
untuk menilai kebutuhan perawatan ortodonti pada anak-anak dan orang dewasa.
E. Indeks mendefinisikan, kategori yang berbeda dari kebutuhan, termasuk
fungsi.
F. Penggunaan indeks IOTN memungkinkan peningkatan fokus layanan dan
memiliki potensi untuk menginduksi keseragaman yang lebih besar pikir profesi dan
standardisasi dalam menilai kebutuhan perawatan ortodonti.
G. IOTN telah mendapat pengakuan secara internasional sebagai metode
objektif dalam menilai kebutuhan perawatan.
H. Data IOTN memberikan dukungan untuk awal kebutuhan perawatan
ortodonti.
I. IOTN adalah tujuan, sintetis dan memungkinkan untuk perbandingan antara
kelompok populasi yang berbeda.
J. IOTN terbukti menjadi metode yang mudah digunakan dan dapat diandalkan
untuk menggambarkan kebutuhan perawatan ortodonti.
K. DHC dari IOTN membantu dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja untuk
perencanaan perawatan ortodonti.
L. AC dari IOTN menggambarkan kebutuhan sosial dan psikologis untuk
kebutuhan perawatan ortodonti.23

Universitas Sumatera Utara


15

Kebutuhan terhadap perawatan ortodonti dapat dibedakan menjadi kebutuhan

terhadap kesehatan gigi serta kebutuhan terhadap estetis, maka dalam Index of

Orthodontic Treatment Need (IOTN) terdapat dua komponen yaitu:22-5

1. Dental Health Component (DHC)


2. Aesthetic Component (AC)

2.2.1.1 Dental Health Component (DHC)26

DHC dibuat untuk menyatakan keadaan oklusal yang dapat mempengaruhi

fungsi dan kesehatan gigi dalam jangka panjang. Dental Health Component (DHC)

diajukan untuk mengatasi subjektivitas pengukuran dengan ambang batas yang jelas,

indeks ini terdiri atas 5 grade keparahan maloklusi (Tabel 1). Grade 1 menunjukkan

kelompok yang tidak/sedikit membutuhkan perawatan, sementara grade 5

menunjukkan keadaan maloklusi terparah dan diindikasikan sangat membutuhkan

perawatan. Grade DHC menunjukkan seberapa besar tingkat prioritas untuk

kebutuhan perawatan, dengan perincian sebagai berikut:12

Grade 1-2 : tidak/ sedikit membutuhkan perawatan

Grade 3 : membutuhkan perawatan borderline/sedang

Grade 4-5 : sangat membutuhkan perawatan

Meskipun maloklusi bisa merupakan gabungan beberapa keadaan oklusal,

misalnya terdapat gigi berdesakan disertai overjet dan overbite yang besar tetapi pada

indeks ini hanya satu gambaran maloklusi yang terparah saja yang dicatat sehingga

Universitas Sumatera Utara


16

tidak ada efek kumulatif. Terdapat alternatif untuk memilih salah satu dari keadaan

berikut:

a. Overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas dengan
permukaan labial dari gigi insisivus rahang bawah yang diukur secara horizontal.
Pada DHC, overjet ditandai dengan subdivisi “a”.
b. Overbite adalah jarak antara tepi insisal rahang atas terhadap tepi insisal
rahang bawah yang diukur secara vertikal, yang ditandai dengan subdivisi “f”.
c. Crossbite merupakan hubungan yang abnormal dalam arah labiolingual
atau bukolingual yang melibatkan satu gigi atau lebih terhadap satu gigi atau lebih
pada rahang yang berlawanan.
d. Open bite adalah tidak adanya kontak vertikal antara gigi di rahang atas
dengan gigi di rahang bawah, yang ditandai dengan subdivisi “e”.
e. Reverse overjet adalah jarak antara tepi insisal insisivus rahang atas dengan
gigi insisivus rahang bawah jika insisivus rahang atas oklusi dengan permukaan
lingual insisivus rahang bawah, ditandai dengan subdivisi “b”.
f. Hypodontia adalah Kekurangan gigi di dalam deretan lengkung gigi, yang
ditandai dengan subdivisi “h”.
g. Supernumerary teeth adalah kelebihan gigi di dalam deretan lengkung gigi
yang ditandai dengan subdivisi “x”.
Tabel 1. Indeks Dental Health Component (DHC) dari IOTN22,27-9
Grade 1
1. Maloklusi yang sangat ringan termasuk pergeseran titik kontak yang kurang
dari 1mm.
Grade 2
2.a Kenaikan overjet lebih besar dari 3,5 mm, tetapi kurang atau sama dengan 6
mm dengan bibir yang kompeten.
2.b Overjet negatif yang lebih besar daripada 0 mm, tetapi lebih kecil atau sama
dengan 1 mm.
2.c Gigitan silang anterior atau posterior dengan penyimpangan antara posisi
kontak retrusi dan posisi interkuspal yang kurang atau sama dengan 1 mm.
2.d Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 1 mm, tetapi kurang atau sama
dengan 2 mm.
2.e Gigitan terbuka anterior atau posterior yang lebih besar dari 1 mm, tetapi
kurang atau sama dengan 2 mm.

Universitas Sumatera Utara


17

2.f Kenaikan overbite yang lebih besar atau sama dengan 3,5 mm tanpa berkontak
dengan gingiva.
2.g Oklusi pranormal atau pascanormal tanpa anomali yang lain (termasuk separuh
kasus penyimpangan unit).

Grade 3
3.a Overjet meningkat lebih dari 3,5 mm, tetapi kurang atau sama dengan 6 mm,
dengan bibir yang tidak komponen.
3.b. Overjet negatif, lebih dari 1 mm, tetapi kurang atau sama dengan 3,5 mm.
3.c. Gigitan silang anterior atau posterior sama dengan penyimpangan antara posisi
kontak retrusi dan posisi interkuspal yang lebih besar dari 1 mm, tetapi kurang
atau sama dengan 2 mm.
3.d. Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 2 mm, tetapi kurang atau sama
dengan 4 mm.
3.e. Gigitan terbuka lateral atau anterior yang lebih besar dari 2 mm, tetapi kurang
atau sama dengan 4 mm.
3.f. Overbite dalam yang lengkap pada jaringan gingiva atau palatal, tetapi tanpa
adanya trauma.
Grade 4
4.h. Hipodontia yang tidak begitu ekstensif, yang membutuhkan perawatan ortodonti
prarestorasi atau perawatan ortodonti untuk menutup ruang, agar tidak perlu
dilakukan pembuatan protesa.
4.a. Kenaikan overjet lebih besar dari 6 mm, tetapi kurang atau sama dengan 9 mm.
4.b. Overjet negatif yang lebih besar dari 3,5 mm, tanpa gangguan pengunyahan atau
bicara.
4.m. Overjet negatif yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang dari 3,5 mm dengan
gangguan pengunyahan atau bicara.
4.c. Gigitan silang anterior atau posterior dengan penyimpangan lebih dari 2 mm
antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal.
4.l. Gigitan silang posterior lingual tanpa kontak oklusal fungsional pada satu atau
kedua segmen bukal.
4.d. Pergeseran titik kontak yang parah, lebih dari 4 mm.
4.e. Gigitan terbuka lateral atau anterior yang ekstrim, yang lebih besar dari 4 mm.
4.f. Kenaikan dan overbite komplit dengan trauma pada gingiva atau palatum.
4.t. Gigi-gigi yang erupsi sebagian, miring, dan impaksi terhadap gigi-gigi
didekatnya.
4.x. Adanya gigi supernumerary.
Grade 5
5.i. Erupsi gigi yang terpendam (kecuali untuk m3) yang disebabkan oleh berjejal,
pergeseran, adanya gigi supernumerary, gigi sulung yang tidak mau tanggal, dan
penyebab patologis lainnya.
5.h. Hipodonsia yang luas dengan dampak restoratif (pada setiap kuadran terdapat
lebih dari satu gigi yang tidak ada) membutuhkan perawatan ortodonti
praretorasi.

Universitas Sumatera Utara


18

5.a. Kenaikan overjet lebih dari 9 mm.


5.m. Overjet negatif yang lebih besar dari 3,5 mm dengan gangguan pengunyahan
dan bicara.
5.p. Cacat celah bibir dan palatum serta anomali kraniofasial lainnya.
5.s. Gigi sulung yang terpendam.

2.2.1.2 Aesthetic Component (AC)


Aesthetic Component (AC) adalah komponen estetika yang terdiri dari 10 foto

berwarna yang memperlihatkan berbagai tingkatan penampilan gigi yang menarik,

dapat digunakan untuk menentukan tingkatan penampilan kasus individual.27

Aesthetic Component (AC) terdiri atas satu set foto standar yang disusun berdasarkan

grade 1 sampai 10 (Gambar 4).12,26 Tingkat 1 menunjukkan susunan gigi yang paling

menarik dari sudut estetik geligi, sedangkan tingkat 10 menunjukkan susunan geligi

yang paling tidak menarik.11

Skor dikategorikan berdasarkan kebutuhan perawatan sebagai berikut:

Skor 1-4 : tidak/sedikit membutuhkan perawatan

Skor 5-7 : membutuhkan perawatan borderline/sedang

Skor 8-10 : sangat membutuhkan perawatan.

Universitas Sumatera Utara


19

Gambar 4. Aesthetic Component (AC) dari IOTN28

Skor akhir didapatkan dari rerata Dental Health Component (DHC) dan

Aesthetic Component (AC) tetapi Dental Health Component saja yang lebih sering

digunakan. Aesthetic component (AC) dianggap terlalu subjektif terutama bila

digunakan untuk memeriksa maloklusi Klas III atau gigitan terbuka anterior karena

foto-foto yang ada mencerminkan maloklusi Klas I dan Klas II.4

Universitas Sumatera Utara


20

2.2.1 Dental Aesthetic Index (DAI)22


Dental Aesthetic Index (DAI) telah digunakan oleh WHO sebagai indeks antar

budaya. Indeks ini terdiri atas 10 ciri-ciri keadaan oklusal yang menyimpang. Adapun

kriteria penilaian terhadap 10 ciri-ciri keadaan oklusal diatas adalah sebagai berikut:

1. Insisivus, kaninus dan premolar yang hilang: jumlah gigi permanen tersebut
dihitung dan dicatat.
2. Gigi berjejal pada segmen insisivus: kedua segmen insisivus atas dan
bawah harus diperiksa. Hal tersebut dicatat berdasarkan 0 = jika tidak ada gigi
berjejal, 1 = salah satu segmen ada yang berjejal, 2 = kedua segmen berjejal.
3. Spacing pada segmen insisivus: kedua segmen insisivus atas dan bawah
harus diperiksa. Hal tersebut dicatat berdasarkan 0 = jika tidak ada spacing, 1 = salah
satu segmen ada spacing, 2 = kedua segmen ada spacing.
4. Diastema: midline diastema diartikan celah di antara dua gigi insisivus
permanen maksila pada posisi normal kontak poin.
5. Maloklusi yang besar pada gigi geligi anterior maksila berupa: salah satu
gigi rotasi, atau pergeseran gigi dari susunan gigi yang normal. Keempat gigi
insisivus pada lengkung maksila harus diperiksa untuk menentukan lokasi maloklusi
terbesar.
6. Maloklusi yang besar pada gigi geligi anterior mandibula. Hal yang
diperiksa sama dengan diatas, namun gigi yang diperiksa adalah pada bagian
mandibula.
7. Overjet anterior maksila.
8. Overjet anterior mandibula: overjet pada mandibula dicatat ketika gigi
insisivus bawah lainnya pada keadaan crossbite.
9. Openbite anterior.
10. Hubungan anteroposterior gigi molar: kedua sisi kiri dan kanan dinilai
pada keadaan oklusi dan hanya penyimpangan hubungan molar terbesar yang dicatat.
Kode yang digunakan: 0 = normal, 1 = setengah cusp, 2 = satu cusp.

Universitas Sumatera Utara


21

Rumus persamaan untuk menilai Grade DAI adalah: (gigi yang hilang x 6) +

(gigi berjejal) + (spacing) + (diastema x 3) + (maloklusi yang besar pada gigi geligi

anterior maksila) + (maloklusi yang besar pada gigi geligi anterior mandibula) +

(overjet anterior maksila x 2) + (hubungan anteroposterior gigi molar x 3) + 13.

Keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan berdasarkan Grade DAI22,30

Keparahan Maloklusi Indikasi Perawatan Grade DAI


Tidak ada kelainan atau Tidak atau sedikit <25
maloklusi minor membutuhkan perawatan
Maloklusi yang nyata Perawatan pilihan 26-30
Maloklusi yang parah Keperluan yang tinggi 31-35
Maloklusi yang sangat parah Diharuskan ≥36

2.2.2 The Peer Assesment Rating Index (PAR)


Indeks PAR merupakan suatu nilai tunggal untuk semua anomali oklusi dan

dapat digunakan untuk semua tipe maloklusi. Indeks PAR dikembangkan oleh

Richmond dkk. (1992). Indeks ini digunakan untuk membandingkan maloklusi

sebelum dan sesudah perawatan dalam menentukan evaluasi standar kualitas hasil

perawatan. Indeks PAR dikembangkan khusus untuk model studi.4

Keuntungan indeks PAR dibanding dengan indeks ortodonti lainnya, adalah

telah diterima secara universal dengan reliabilitas dan validitas yang sudah terbukti,

ketepatan kriteria yang digunakan, metode kuantitatif yang objektif terhadap

pengukuran maloklusi dan efektivitas hasil perawatan ortodonti.

Cara pengukuran dilakukan dengan dua cara, yaitu menghitung pengurangan

bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan dan menghitung persentase

Universitas Sumatera Utara


22

pengurangan bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan. Penilaian antara

kasus sebelum dan sesudah perawatan menggunakan indeks PAR memiliki sebelas

komponen, masing-masing komponen memiliki beberapa skor yang dinilai dengan

kriteria tertentu berdasarkan keparahannya. (Tabel 3)

Tabel 3. Komponen-komponen Indeks PAR22

No. Komponen
1 Segmen bukal rahang atas kanan
2 Segmen anterior rahang atas
3 Segmen bukal rahang atas kiri
4 Segmen bukal rahang bawah kanan
5 Segmen anterior rahang bawah
6 Segmen bukal rahang bawah kiri
7 Oklusi bukal kanan
8 Overjet
9 Overbite
10 Garis median
11 Oklusi bukal kiri

Penggolongan keparahan maloklusi berdasarkan skor adalah sebagai

berikut:3

0 : oklusi ideal
1-16 : maloklusi ringan

17-32 : maloklusi sedang

33-48 : maloklusi parah

>48 : maloklusi sangat parah

Universitas Sumatera Utara


23

2.2.4 Index of Complexity, Outcome and Need (ICON)4,31


Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) telah dikembangkan dan

digunakan untuk mengevaluasi kompleksitas perawatan ortodonti. Indeks ini bisa

dikatakan merupakan gabungan dari IOTN dan PAR. ICON didasarkan pada penilaian

subjektif dari 97 ortodontis yang berasal dari sembilan negara. ICON ini terdiri dari

lima komponen, yaitu:

1. Komponen Estetis (AC): yang digunakan adalah komponen estetika dari


IOTN. Setelah grade diperoleh, kemudian dikalikan dengan bobot 7.
2. Crossbite: jika ditemukan hubungan antara gigi cusp to cusp atau lebih
buruk lagi di segmen bukal. Ini termasuk bukal dan lingual crossbite dari satu atau
lebih gigi dengan atau tanpa perpindahan mandibula.
3. Hubungan vertikal anterior: sifat ini termasuk openbite (tidak termasuk
kondisi pertumbuhan) dan deep bite. Jika kedua ciri dijumpai, hanya grade yang
tertinggi yang dicatat dan dihitung.
4. Lengkung gigi atas berjejal/spacing: jumlah mesio-distal mahkota gigi
geligi dibandingkan dengan lingkar lengkung yang tersedia.
5. Hubungan anteroposterior segmen bukal: dinilai sesuai dengan tabel untuk
setiap sisi secara bergantian, kemudian nilai keduanya ditambahkan.
Perhitungan nilai akhir: setelah semua nilai diperoleh dan dikalikan dengan

bobot masing-masing, kemudian ditambahkan untuk memperoleh ringkasan grade

akhir (Tabel 4).20,22

Skor total awal yang diperoleh merupakan gambaran kompleksitas dan

kebutuhan perawatan. Skor di atas 43 menunjukkan adanya kebutuhan perawatan

pada kasus tersebut. Skor derajat kompleksitas perawatan dapat dibaca sebagai

berikut:4

Universitas Sumatera Utara


24


Mudah : < 29

Ringan : 29-50

Moderate : 51-63

Sukar : 64-77

Sangat sukar : > 77
Setelah selesai perawatan kasus tersebut diskor lagi dan perbedaan skor

sebelum dan sesudah perawatan menunjukkan hasil perawatan yang dinyatakan

dengan rumus:

Derajat perbaikan = skor sebelum perawatan – (4 x skor sesudah perawatan)

Keberhasilan perawatan digolongkan sebagai berikut:4


Terjadi perubahan yang besar : > -1

Sangat berubah : -25 sampai -1

Cukup berubah : -53 sampai -26

Sedikit berubah : -85 sampai -54

Tidak berubah atau jadi jelek : < -85

Tabel 4. Protokol pemberian grade susunan oklusal (Daniels dan Richmond 2000)31
Grade 0 1 2 3 4 5
Estetik 1-10
menggunakan
AC dari IOTN
Berjejal Grade <2mm 2,1-5mm 5,1-9mm 9,1-13 13,1-17 >17mm
pada tertinggi dari mm mm atau gigi
leng- spacing atau impaksi
kung gigi berjejal
gigi atas
Spacing Transversal ≤2mm 2,1-5mm 5,1-9mm >9mm
pada
leng-
kung
gigi atas
Cross- Hubungan Tidak Cross-
bite cusp to cusp ada bite
atau lebih cross-
bite
Openbite Grade Gigitan <1mm 1,1-2mm 2,1-4mm >4mm

Universitas Sumatera Utara


25

gigi tertinggi dari Komplit


insisivus openbite atau
overbite
Overbite Mencakup ≤1/3 1/3-2/3 >1/3- Keselu-
gigi gigi insisivus gigi hampir ruhan
insisivus bawah keselu- mahkota
ruhan gigi
mahkota
Antero Kiri dan Hubu- Hubu- Cusp to
Posterior kanan ngan ngan cusp
segmen ditambahkan cusp cusp
bukal dengan yang
embra- lebih
sur, tinggi
Klas tetapi
I,II,III belum
cusp to
cusp

Universitas Sumatera Utara


26

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan crosssectional untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti

berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Berastagi, Jln. Kolam Renang No.6 Kel.

Gundaling 1 Kec. Berastagi dan dilaksanakan pada bulan Mei 2017. Alasan

pemilihan sekolah karena SMP Negeri 2 Berastagi merupakan lingkaran luar sekolah

menengah pertama di kota Berastagi dan belum adanya penelitian yang dilakukan

pada SMP Negeri 2 Berastagi.

3.3 Populasi Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah siswa/siswi SMP Negeri 2 Berastagi berjumlah 918 orang.

Universitas Sumatera Utara


27

3.3.2 Sampel

Besar sampel untuk penelitian ini diperoleh dari perhitungan yang

menggunakan rumus sebagai berikut:32

n = Z2(1-α/2) P (1-P)

d2

Dimana:

n = Jumlah sampel

Z2(1-α/2) = 1,96 pada α 0,05

P = Proporsi prevalensi kejadian (0,59)5

d = Presisi mutlak (10%)

n = (1,96)2 0,59(1-0,59)

(0,1)2

n = (3,84) (0,24)

(0,01)

n = 0,9216

0,01

n = 92,16

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 92 sampel. Untuk menghindari

adanya drop out sampel penelitian maka jumlah sampel ditambah ±10% dari sampel

yang ditentukan. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 100 orang.

Universitas Sumatera Utara


28

3.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

Penelitian ini akan dikumpulkan dengan teknik purposive sampling, yaitu suatu

teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang

telah ditetapkan oleh peneliti.

Kriteria Inklusi :

1. Siswa SMP Negeri 2 Berastagi usia 12-15 tahun

2. Tidak sedang dalam perawatan ortodonti

3. Kesehatan umum baik

4. Jumlah gigi permanen lengkap (kecuali M3)

Kriteria Eksklusi :

Tidak bersedia mengikuti penelitian

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

Penilaian Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN)

Universitas Sumatera Utara


29

3.4.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah :

Usia

Jenis Kelamin

3.5 Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur
1. Tingkat Penilaian secara objektif Kuesioner Ordinal
kebutuhan terhadap keadaan maloklusi.
perawatan
ortodonti

2. Penilaian IOTN Jarak horizontal antara Kaliper Nominal


Indeks DHC insisivus rahang atas dengan
terdiri atas: insisivus rahang bawah
Overjet sejajar dataran oklusal.
Diukur pada jarak
maksimum antara
permukaan labial insisivus
sentral atas dengan
permukaan labial insisivus
rahang bawah.

Crossbite Gigi insisivus rahang bawah Kaliper Nominal


anterior terletak anterior dari gigi
insisivus atas. Diukur pada
jarak maksimum antara
permukaan labial gigi
insisivus rahang atas dan
bawah sejajar permukaan
oklusal.

Crossbite Suatu keadaan oklusi Kaliper Nominal


posterior dimana salah satu atau lebih
gigi geligi posterior rahang
atas berada dalam posisi
tonjol lawan tonjol atau

Universitas Sumatera Utara


30

lebih ke arah lingual


dibandingkan gigi rahang
bawah.

Perpindahan titik Perubahan posisi titik kontak Kaliper Nominal


kontak yang diukur berdasarkan
titik kontak normal.

Overbite Jarak antara gigi insisivus Kaliper Nominal


rahang atas dengan mahkota
klinis insisivus rahang
bawah dalam arah vertikal.
Hipodonsia Terdapat ruang pada Visual Nominal
lengkung gigi dimana tidak
adanya benih gigi.

Indeks AC Salah satu komponen IOTN Visual Nominal


yang digunakan untuk
melihat kebutuhan
perawatan ortodonti dengan
menggunakan foto intra oral
yang terdiri atas 3 kategori.

Kategori pertama: skor 1-4


menunjukkan tidak
membutuhkan perawatan.
Kategori kedua: skor 5-7
membutuhkan perawatan
borderline.
Kategori ketiga: skor 8-10
sangat membutuhkan
perawatan.

3. Usia Lamanya hidup seseorang Kuesioner Ordinal


dari mulai lahir sampai
dengan sekarang yang
diukur dalam tahun.

4. Jenis kelamin Mempunyai ciri-ciri fisik Kuesioner Nominal


laki-laki dan perempuan
yang dilihat dari kartu tanda
pelajar.

Universitas Sumatera Utara


31

3.6 Alat dan Bahan

(1) (2) (3) (4) (5)

(6) (7) (8) (9) (10)

Gambar 5. (1) kaliper (2) penggaris besi (3) pulpen (4) penghapus (5) sendok cetak
(6) rubber bowl dan semen spatel (7) kamera (8) sarung tangan (9) masker
(10) cheek rectractor

Alat yang digunakan pada penelitian yaitu:

1. Kaliper 6. Rubber bowl dan semen spatel


2. Penggaris besi 7. kamera
3. Pulpen 8. Sarung tangan
4. Penghapus 9. masker
5. Sendok cetak 10. Cheek rectractor

(1) (2) (3) (4)

Universitas Sumatera Utara


32

Gambar 6. (1) Alginate merk hygedent (2) air (3) dental stone (4) lembar pemeriksaan DHC

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Alginate merk hygedent


2. Air
3. Dental stone
4. Lembar pemeriksaan

3.7 Prosedur Penelitian


1. Peneliti datang ke sekolah untuk meminta izin kepada kepala sekolah untuk
dapat melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Berastagi dan meminta pembagian kelas
yang dapat dimasuki oleh peneliti.
2. Memberikan informed consent kepada setiap responden serta menjelaskan
prosedur penelitian.
3. Pengambilan foto intra oral dilakukan dengan menginstruksikan responden
untuk membuka mulut dan memasang cheek rectractor kemudian responden diminta
untuk mengoklusikan giginya dan segera melakukan pengambilan foto.
4. Melakukan pencetakan gigi rahang atas dan rahang bawah pada responden
dengan terlebih dahulu menyesuaikan sendok cetak yang sesuai dengan ukuran mulut
responden.
5. Hasil cetakan yang sudah mengeras dikeluarkan dari mulut responden
setelah itu periksa kesesuaian cetakan. Melakukan pengkodean atau pemberian nomor
pada masing-masing model cetakan gigi.
6. Pemeriksaan dan pengukuran model gigi dilakukan dengan menggunakan
kaliper/jangka sesuai dengan lembar pemeriksaan Dental Health Component (DHC).
7. Hasil foto kemudian dicetak dan dilakukan penilaian sesuai dengan
penilaian Aesthetic Component (AC).

Universitas Sumatera Utara


33

3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data


Data tingkat kebutuhan perawatan ortodonti pada siswa SMP Negeri 2

Berastagi dianalisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif dengan menyajikan

data dalam bentuk frekuensi dan persentase.

3.9 Alur Penelitian


3.9.1 Informed Consent

Surat persetujuan penelitian diberikan kepada responden tujuannya adalah

agar subjek penelitian mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.

Apabila subjek bersedia maka harus menandatangani informed consent yang diajukan

peneliti.

3.9.2 Ethical Clearance

Ethical Clearance diperoleh dengan mengajukan surat permohonan izin

penelitian pada komisi etik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


34

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 100 orang murid di SMP Negeri 2
Berastagi yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian diperoleh dengan cara
melakukan foto intra oral dan pencetakan gigi pada sampel untuk melihat penilaian
Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index Of
Orthodontic Treatment Need (IOTN) di SMP Negeri 2 Berastagi.

Tabel 5. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 2
Berastagi
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 49 49%
Perempuan 51 51%
Total 100 100%

Data di atas menunjukkan sampel penelitian berjumlah 100 orang yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 49 orang (49%) dan perempuan sebanyak 51 orang (51%)
(Tabel 5).

Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Usia Jumlah (n) Persentase (%)
12-13 tahun 46 46%
14-15 tahun 54 54%
Total 100 100%

Universitas Sumatera Utara


35

Distribusi sampel penelitian berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu usia 12-13
tahun sebanyak 46 orang (46%) dan usia 14-15 tahun sebanyak 54 orang (54%)
(Tabel 6).

Tabel 7. Distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-DHC pada


siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Grade Kategori DHC Jumlah (n) Persentase (%)
1 Tidak Membutuhkan 55 55%
Perawatan
2 Sedikit Membutuhkan 40 40%
Perawatan
3 Membutuhkan Perawatan 3 3%
Sedang
4 Membutuhkan Perawatan 2 2%
5 Sangat Membutuhkan 0 0
Perawatan
Total 100 100%

Berdasarkan DHC diperoleh hasil sebanyak 55 orang (55%) berada dalam


kategori tidak membutuhkan perawatan, 40 orang (40%) kategori sedikit
membutuhkan perawatan, 3 orang (3%) kategori membutuhkan perawatan sedang, 2
orang (2%) kategori membutuhkan perawatan dan tidak ada (0%) dalam kategori
sangat membutuhkan perawatan (Tabel 7).

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 8. Distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC pada siswa
SMP Negeri 2 Berastagi
Skala Foto Kategori AC Jumlah (n) Persentase (%)
1 3 3%
2 Tidak/sedikit 38 38%
Membutuhkan
3 Perawatan 44 44%
4 4 4%
Total 89 89%
5 4 4%
6 Membutuhkan 1 1%
Perawatan Sedang
7 2 2%
Total 7 7%
8 3 3%
Sangat
9 Membutuhkan 0 0
10 Perawatan 1 1%
Total 4 4%
Total Nilai Keseluruhan 100 100%

Berdasarkan AC diperoleh hasil sebanyak 89 orang (89%) berada dalam


kategori tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 7 orang (7%) kategori membutuhkan
perawatan sedang, dan 4 orang (4%) tergolong dalam kategori sangat membutuhkan
perawatan (Tabel 8).

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel 9. Distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Jenis kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Kategori DHC Jumlah
Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak membutuhkan 26 53,1% 29 56,9% 55 55%
perawatan
Sedikit Membutuhkan 21 42,9% 19 37,3% 40 40%
Perawatan
Membutuhkan 1 2% 2 3,9% 3 3%
Perawatan Sedang
Membutuhkan 1 2% 1 2% 2 2%
Perawatan
Sangat Membutuhkan 0 0% 0 0% 0 0
Perawatan %
Total 49 49% 51 51% 100 100%

Distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil sebanyak 26 orang


(53,1%) laki-laki, 29 orang (56,9%) perempuan berada dalam kategori tidak
membutuhkan perawatan. Kategori sedikit membutuhkan perawatan diperoleh hasil
sebanyak 21 orang (42,9%) laki-laki, 19 orang perempuan (37,3%). Kategori
membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil yaitu 1 orang (2%) laki-laki, 2 orang
(3,9%) perempuan dan dalam kategori membutuhkan perawatan diperoleh hasil yaitu
1 orang (2%) laki-laki, 1 orang (2%) perempuan dan tidak ada (0%) berada dalam
kategori sangat membutuhkan perawatan (Tabel 9).

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 10. Distribusi AC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Jenis kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Kategori AC Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak/sedikit 42 85,7% 47 92,2% 89 89%
Membutuhkan
Perawatan
Membutuhkan 4 8,2% 3 5,9% 7 7%
Perawatan Sedang
Sangat membutuhkan 3 6,1% 1 2% 4 4%
perawatan
Total 49 49% 51 51% 100 100%

Distribusi AC berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil sebanyak 42 orang


(85,7%) laki-laki, 47 orang (92,2%) perempuan dalam kategori tidak/sedikit
membutuhkan perawatan. Kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil
sebanyak 4 orang (8,2%) laki-laki, 3 orang (5,9%) perempuan, dan kategori sangat
membutuhkan perawatan diperoleh sebanyak 3 orang (6,1%) laki-laki dan 1 orang
(2%) perempuan (Tabel 10).

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 11. Distribusi DHC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Usia Total
Usia 12-13 Usia 14-15
Kategori DHC Jumlah
Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak membutuhkan 26 56,5% 29 53,7% 55 55%
perawatan
Sedikit Membutuhkan 18 39,1% 22 40,7% 40 40%
Perawatan
Membutuhkan 1 2,2% 2 3,7% 3 3%
Perawatan Sedang
Membutuhkan 1 2,2% 1 1,9% 2 2%
perawatan
Total 46 46% 54 54% 100 100%

Distribusi DHC berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu usia 12-13 tahun
sebanyak 26 orang (56,5%), 29 orang (53,7%) usia 14-15 tahun dalam kategori tidak
membutuhkan perawatan. Kategori sedikit membutuhkan perawatan diperoleh hasil
sebanyak 18 orang (39,1%) usia 12-13 tahun, 22 orang (40,7%) usia 14-15 tahun,
kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh sebanyak 1 orang (2,2%) usia 12-
13 tahun dan 2 orang (3,7%) usia 14-15 tahun. Kategori membutuhkan perawatan
diperoleh hasil yaitu 1 orang (2,2%) usia 12-13 tahun, 1 orang (1,9%) usia 14-15
tahun dan tidak ada (0%) dalam kategori sangat membutuhkan perawatan (Tabel 11).

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 12. Distribusi AC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi
Usia Total
Usia 12-13 Usia 14-15
Kategori AC Jumlah
Jumlah % Jumlah % %
(n)
(n) (n)
Tidak/sedikit 41 89,1% 48 88,9% 89 89%
membutuhkan
perawatan
Membutuhkan 4 8,7% 3 5,6% 7 7%
Perawatan
Sedang
Sangat 1 2,2% 3 5,6% 4 4%
membutuhkan
perawatan
Total 46 46% 54 54% 100 100%

Distribusi AC berdasarkan usia diperoleh hasil sebanyak 41 orang (89,1%) usia


12-13 tahun, 48 orang (88,9%) usia 14-15 tahun dalam kategori tidak/sedikit
membutuhkan perawatan. Kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil
sebanyak 4 orang (8,7%) usia 12-13 tahun, 3 orang (5,6%) usia 14-15 tahun, dan
kategori sangat membutuhkan perawatan diperoleh sebanyak 1 orang (2,2%) usia 12-
13 tahun dan 3 orang (5,6%) usia 14-15 tahun (Tabel 12).

Universitas Sumatera Utara


41

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Berastagi. Besar sampel yang diteliti
berjumlah 100 orang. Penelitian ini menggunakan penilaian berdasarkan Index Of
Orthodontic Treatment Need (IOTN). Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN)
terdiri atas dua komponen yaitu Dental Health Component (DHC) dan Aesthetic
Component (AC). Dimana kelebihan dari indeks ini adalah telah terbukti menjadi
metode yang mudah digunakan dan dapat diandalkan untuk menggambarkan
kebutuhan perawatan ortodonti.22,23
Seluruh subjek pada penelitian ini dapat dibedakan karakteristiknya
berdasarkan jenis kelamin dan usia. Data distribusi jenis kelamin yang diperoleh pada
penelitian ini terdiri dari 49 orang laki-laki (49%) dan 51 orang perempuan (51%).
Berdasarkan distribusi usia, diperoleh data usia 12-13 tahun sebanyak 46 orang (46%)
dan usia 14-15 tahun sebanyak 54 orang (54%).
Tabel 7 merupakan tabel distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
berdasarkan DHC pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi diperoleh hasil yaitu 55%
dalam kategori tidak membutuhkan perawatan, 40% kategori sedikit membutuhkan
perawatan, 3% kategori membutuhkan perawatan sedang, 2% kategori membutuhkan
perawatan dan tidak ada (0%) kategori sangat membutuhkan perawatan. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Perillo dkk., tahun 2009
pada siswa di Italia yang berjumlah 703 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan
6,9% termasuk dalam kategori tidak membutuhkan perawatan, 28,9% kategori sedikit
membutuhkan perawatan, 36,7% kategori membutuhkan perawatan sedang, 24,6%
kategori membutuhkan perawatan dan 2,7% berada dalam kategori sangat
membutuhkan perawatan.10 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngom
dkk., berdasarkan penelitiannya menunjukkan hasil yaitu 23,3% berada dalam
kategori tidak membutuhkan perawatan, 34,1% kategori sedikit membutuhkan
perawatan dan 42,6 berada dalam kategori sangat mebutuhkan perawatan.31 Dimana

Universitas Sumatera Utara


42

pada penelitian ini persentase tertinggi berada pada kategori tidak membutuhkan
perawatan sedangkan dari penelitian Perillo dkk., persentase tertinggi berada pada
kategori membutuhkan perawatan sedang dan penelitian yang dilakukan oleh Ngom
dkk,m persentase tertinggi berada dalam kategori sangat membutuhkan perawatan.
Perbedaan hasil penelitian kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang
berbeda.
Tabel 8 merupakan distribusi tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
berdasarkan AC pada siswa SMP Negeri 2 Berastagi diperoleh hasil yaitu 89%
berada dalam kategori tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 7% kategori
membutuhkan perawatan sedang, dan 4% kategori sangat membutuhkan perawatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oley dkk., tahun
2015 dan juga Souames dkk., tahun 2006. Hasil penelitian Oley dkk., diperoleh
85,94% berada dalam kategori tidak membutuhkan perawatan, 9,37% kategori
membutuhkan perawatan sedang, dan 4,69% kategori sangat membutuhkan
perawatan.3 Penelitian yang dilakukan oleh Souames dkk., pada tahun 2006 di
Perancis menunjukkan hasil yaitu 57% berada dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan, 31% kategori sedikit membutuhkan perawatan dan 12% berada dalam
kategori sangat membutuhkan perawatan.25
Tabel 9 merupakan distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP
Negeri 2 Berastagi. Distribusi DHC berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil yaitu
53,1% laki-laki, 56,9% perempuan berada dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan. Kategori sedikit membutuhkan perawatan diperoleh hasil sebanyak 42,9%
laki-laki, 37,3% perempuan, kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil
2% laki-laki, 3,9% perempuan. Kategori membutuhkan perawatan diperoleh hasil 2%
laki-laki dan 2% perempuan dan tidak ada (0%) berada dalam kategori sangat
membutuhkan perawatan. Pada penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rumampuk
dkk., pada 460 orang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu 21,7% laki-laki, 22,5%
perempuan berada pada kategori tidak membutuhkan perawatan. Kategori sedikit
membutuhkan perawatan diperoleh hasil yaitu 16,9% laki-laki, 15,4% perempuan,
diperoleh hasil yaitu 8% laki-laki, 7,8% perempuan dalam kategori membutuhkan

Universitas Sumatera Utara


43

perawatan sedang. Kategori membutuhkan perawatan diperoleh hasil yaitu 1,6% laki-
laki, 2,5% perempuan dan dalam kategori sangat membutuhkan perawatan diperoleh
hasil yaitu 1% laki-laki, 2,5% perempuan.33
Tabel 10 merupakan distribusi AC berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP
Negeri 2 Berastagi. Distribusi AC berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil yaitu
85,7% laki-laki, 92,2% perempuan berada dalam kategori tidak/sedikit membutuhkan
perawatan. Pada kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil 8,2% laki-
laki, 5,9% perempuan, dan kategori sangat membutuhkan perawatan diperoleh yaitu
6,1% laki-laki dan 2% perempuan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oley dkk., diperoleh hasil yaitu 77,77% laki-laki, 91,86% perempuan
tidak membutuhkan perawatan. Kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh
hasil 14,81% laki-laki, 5,4% perempuan, dan dalam kategori sangat membutuhkan
perawatan diperoleh hasil yaitu 7,4% laki-laki dan 2,7% perempuan.3 Data yang
diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan yang
tidak membutuhkan perawatan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Oley dkk., dan Christy dkk., yang menyatakan bahwa
sebagian laki-laki tidak begitu peduli terhadap masalah kesehatan gigi dan mulutnya
sehingga dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Hal ini dikarenakan perempuan
lebih peka terhadap kondisi dan penampilan tubuh sampai pada penampilan gigi
geliginya sehingga apabila terjadi maloklusi dan gangguan estetik pada giginya,
mereka akan lebih cepat merespon dan melakukan kunjungan ke dokter gigi. Selain
itu, laki-laki lebih cepat merasa cukup puas terhadap estetika gigi geliginya dibanding
perempuan.3,5
Tabel 11 merupakan distribusi DHC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2
Berastagi. Distribusi DHC berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu sebanyak 56,5%
usia 12-13 tahun, 53,7% usia 14-15 tahun dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan. Kategori sedikit membutuhkan perawatan diperoleh hasil sebanyak 39,1%
usia 12-13 tahun, 40,7% usia 14-15 tahun, kategori membutuhkan perawatan sedang
diperoleh sebanyak 2,2% usia 12-13 tahun dan 3,7% usia 14-15 tahun. Kategori
membutuhkan perawatan diperoleh hasil yaitu 2,2% usia 12-13 tahun, 1,9% usia 14-

Universitas Sumatera Utara


44

15 tahun dan tidak ada (0%) dalam kategori sangat membutuhkan perawatan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Brook dan Shaw di Inggris pada
siswa yang berusia 11-12 tahun menunjukkan hasil yaitu 35,1% berada dalam
kategori tidak membutuhkan perawatan dan 32,7% berada dalam kategori sangat
membutuhkan perawatan. Perbedaan hasil penelitian kemungkinan disebabkan oleh
usia sampel yang diteliti berbeda.12
Tabel 12 merupakan distribusi AC berdasarkan usia pada siswa SMP Negeri 2
Berastagi. Distribusi AC berdasarkan usia diperoleh hasil yaitu sebanyak 89,1% usia
12-13 tahun, 88,9% usia 14-15 tahun dalam kategori tidak/sedikit membutuhkan
perawatan. Kategori membutuhkan perawatan sedang diperoleh hasil sebanyak 8,7%
usia 12-13 tahun, 5,6% usia 14-15 tahun, dan kategori sangat membutuhkan
perawatan diperoleh sebanyak 2,2% usia 12-13 tahun dan 5,6% usia 14-15 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Chestnutt dkk., pada tahun 2006 di Inggris
memperoleh hasil bahwa pada anak usia 12 tahun merupakan prevalensi tertinggi
berada dalam kategori membutuhkan perawatan.10
Banyak pendapat mengenai hasil AC yang kurang valid dikarenakan
pemeriksaan AC hanya menilai secara subjektif dengan melihat sisi penampilan gigi
seseorang saja, yang diperlihatkan yaitu hanya gigi anterior, sedangkan pada
pemeriksaan DHC menilai secara objektif dilakukan pemeriksaan dan pengukuran
terhadap keadaan gigi dan mulut. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan
hasil AC penampilan gigi geliginya terlihat baik, namun berdasarkan hasil DHC
mereka membutuhkan perawatan ortodonti. Adapun kelebihan dari penelitian ini
adalah mudah untuk digunakan dan diteliti sedangkan kelemahan dari penelitian ini
adalah siswa SMP Negeri 2 Berastagi yang kurang kooperatif sehingga sulit untuk
melakukan penelitian kepada beberapa subjek.

Universitas Sumatera Utara


45

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DHC di SMP Negeri 2
Berastagi diperoleh 55 orang (55%) berada dalam kategori tidak membutuhkan
perawatan, 40 orang (40%) kategori sedikit membutuhkan perawatan, 3 orang (3%)
kategori membutuhkan perawatan sedang, 2 orang (2%) kategori membutuhkan
perawatan dan 0 (0%) dalam kategori sangat membutuhkan perawatan.
2. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan DHC berdasarkan
jenis kelamin diperoleh 26 orang (53,1%) laki-laki, 29 orang (56,9%) perempuan
kategori tidak membutuhkan perawatan, 21 orang (42,9%) laki-laki, 19 orang
perempuan (37,3%) kategori sedikit membutuhkan perawatan, 1 orang (2%) laki-laki,
2 orang (3,9%) perempuan Kategori membutuhkan perawatan sedang, 1 orang (2%)
laki-laki, 1 orang (2%) perempuan kategori membutuhkan perawatan dan 0 (0%)
kategori sangat membutuhkan perawatan.
3. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan DHC berdasarkan
usia diperoleh Usia 12-13 tahun sebanyak 26 orang (56,5%), 29 orang (53,7%) usia
14-15 tahun kategori tidak membutuhkan perawatan, 18 orang (39,1%) usia 12-13
tahun, 22 orang (40,7%) usia 14-15 tahun kategori sedikit membutuhkan perawatan,
1 orang (2,2%) usia 12-13 tahun dan 2 orang (3,7%) usia 14-15 tahun kategori
membutuhkan perawatan sedang, 1 orang (2,2%) usia 12-13 tahun, 1 orang (1,9%)
usia 14-15 tahun kategori membutuhkan perawatan dan 0 (0%) kategori sangat
membutuhkan perawatan.
4. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan AC di SMP Negeri 2
Berastagi diperoleh 89 orang (89%) kategori tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 7
orang (7%) kategori membutuhkan perawatan sedang, 4 orang (4%) kategori sangat
membutuhkan perawatan.

Universitas Sumatera Utara


46

5. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan AC berdasarkan jenis


kelamin diperoleh 42 orang (85,7%) laki-laki, 47 orang (92,2%) perempuan kategori
tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 4 orang (8,2%) laki-laki, 3 orang (5,9%)
perempuan kategori membutuhkan perawatan sedang, 3 orang (6,1%) laki-laki dan 1
orang (2%) perempuan kategori sangat membutuhkan perawatan
6. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan AC berdasarkan usia
diperoleh 41 orang (89,1%) usia 12-13 tahun, 48 orang (88,9%) usia 14-15 tahun
kategori tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 4 orang (8,7%) usia 12-13 tahun, 3
orang (5,6%) usia 14-15 tahun kategori membutuhkan perawatan sedang dan 1 orang
(2,2%) usia 12-13 tahun dan 3 orang (5,6%) usia 14-15 tahun kategori sangat
membutuhkan perawatan.

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat
Berastagi mengenai pentingnya peranan susunan gigi geligi yang baik untuk estetika.
2. Perlu dilakukan penyuluhan secara berkala kepada siswa tentang maloklusi,
penyebab dan akibat yang dapat ditimbulkan sehingga dapat memotivasi untuk
melakukan perawatan ortodonti.
3. Pemeriksaan terhadap kebutuhan perawatan ortodonti pada anak dapat
dilakukan dari usia dini, dokter gigi mempunyai tanggung jawab dalam hal
memberikan informasi kepada orang tua mengenai kebutuhan perawatan ortodonti
pada anak.

Universitas Sumatera Utara


47

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi O. Analisis Hubungan Maloklusi dengan Kualitas Hidup pada Remaja


SMU Kota Medan Tahun 2007. Tesis. Medan: USU, 2008: 107.
2. Wilar LA, Rattu AJ, Mariati NW. Kebutuhan Perawatan Ortodonsi berdasarkan
Index of Orthodontic Treatment Need pada Siswa SMP Negeri 1 Tareran.
Jurnal e-Gigi 2014; 2(2).
3. Oley AB, Anindita PS, Leman MA. Kebutuhan Perawatan Ortodonti
berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada Usia Remaja 15-17
tahun. Jurnal e-Gigi 2015; 3(2): 292-7.
4. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Ed 2. Surabaya: Universitas Airlangga Pres, 2012:
2-3, 60, 198-200.
5. Hansu C. Kebutuhan Perawatan Ortodonsi berdasarkan Index of Orthodontic
Treatment Need di SMP Katolik Theodorus Kotamobagu. Jurnal e-Gigi 2013;
1(2): 99-104.
6. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM.Contemporary Orthodontics.4th ed.
Missouri: Mosby Elsevier,2007:12.
7. Sulandjari H. Buku Ajar Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gajah Mada Yogyakarta 2008: 6
8. Harry DR, J Sandy. Who Needs Orthodontics?. British Dental Jurnal 2003;
195(8): 433-7.
9. Borzabadi A, Farahani, Naretto S. An Overview of Selected Orthodontic
Treatment Need Indices, Principles in Contemporary Orthodontics 2011; 12(2):
132-142.
10. Perillo L, Masucci C, Ferro F, Apicella D, Baccetti T. Prevalence of
Orthodontic Treatment Need in Southern Italian Schoolchildren. European
Journal of Orthodontics 2009: 49-53.

Universitas Sumatera Utara


48

11. Dika DD, Hamid T, Sylvia M. Penggunaan Index of Orthodontic Treatment


Need (IOTN) sebagai Evaluasi Hasil Perawatan dengan Piranti Lepasan.
Orthodontic Dental Journal 2011; 2(1): 45-8.
12. Fariba S, Sirous R. Use of the Index of Orthodontic Treatment Need in a
School Population Zahedan. Life Science Journal 2013; 10 (2s): 240-4.
13. Reddy S, John J, Sarsavan S, Arumugham IM. Normative and Perceived
Orthodontic Needs among 12 Years Old School Children in Chennai, India-A
Comparative Study. Peer Reviewed & and Open Access Journal 2010; 3(1): 40-
7.
14. Alam MK. A to Z Orthodontics Malocclusion. Malaysia 2012: 3-21.
15. Singh G. Textbook of orthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee, 2007: 159-74
16. Xubair, Graber, Vanarsdall, Vig. Orthodontics Current Concept and Technique.
Edisi 5 Jhon E Kennedy Bhd, 2012: 21-2.
17. Wijayanti P, Krisnawati, Ismah N. Gambaran Maloklusi dan Kebutuhan
Perawatan Ortodonti pada anak usia 9-11 tahun studi pendahuluan di SD At-
Taufiq, Cempaka Putih. Jurnal PDGI 2014; 63(1): 25-9.
18. Sita SV. Gambaran Kebutuhan Perawatan Maloklusi Berdasarkan OFI pada
Santriwati Pondok Pesantren Al-Qodiri dan Pondok Pesantren An-Nuriyah
2011: 1-3.
19. Agusni T. Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) untuk Mengukur
Kebutuhan Perawatan Ortodonti pada Anak Indonesia di Surabaya. Maj Ked
Gigi 1998; 31:119-23.
20. Hariyanti SR, Triwardhani A, Rusdiana E. Gambaran Tingkat Keparahan
Maloklusi dan Keberhasilan Perawatan menggunakan Index of Complexity,
Outcome and Need (ICON) di RSGMP FKG Unair. Orthodontic Dental Journal
2011; 2(1): 26-31.
21. Sharma J, Sharma RD. IOTN-A Tool to Prioritize Treatment Need in Children
and Plan Dental Health Service. OHDM 2014; 13(1): 65-70.
22. Haag U, McGrath C, Zhang M. Quality of Life and Orthodontic Treatment
Need Related to Occlusal Indices. Dental Buletin Oktober 2007; 12: 8-12.

Universitas Sumatera Utara


49

23. Avinash B, Shivalinga BM, Balasubramanian & Shekar S. The Index of


Orthodontic Treatment Need- A Review. International Journal of Recent
Scientific Research 2015; 6(8): 5835-9.
24. Bilgic F, Gelgor IE, Celebi AA. Malocclusion Prevalence and Orthodontic
Treatment Need in Central Anatolian Adolescents Compared to European and
Other Nation’s Adolescents. Dental Press J Orthod 2015: 75-81.
25. Souames M, Bassigny F, Zenati N. Orthodontic Treatment Need in French
Schoolchildren: An Epidemiological Study Using the Index of Orthodontic
Treatment Need. Eur J Orthodont 2006; 28: 605-9.
26. Jawad Z, Bates C, Hodge T. Who Needs Orthodontic Treatment? Who Gets It?
And Who Wants It?. British Dental Jurnal 2015; 218(3): 99-102.
27. Gill DS. Ortodonsia at a Glance. London: Blackwell, 2008: 25-7.
28. Camilleri S, Mulligan K. The Prevalence of Malocclusion in Maltase
Schoolchildren as Measured by the Index of Orthodontic Treatment Need.
Malta Medical Journal 2007; 19(1): 19-24.
29. Zahid S, Bashir U, Arshad N, Hasan R, Kaleem OH, Iftikhar A & Shah AM.
Ortohodontic Treatment Need in 13-30 Years Patients by Using the Index of
Orthodontic Treatment Need. Pakistan Oral & Dental Journal 2010; 30(1): 108-
14.
30. Hedayati Z, Fattahi HR, Jahromi SB. The Use of Index Orthodontic Treatment
Need in an Iranian population. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2007: 10-4.
31. Ngom P, Diagne F. Orthodontic Treatment Need and Demand in Senegalese
School Children aged 12-13 years. Angle Orthodontist, 2007.
32. Hidayat AA. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta
2013: 64.
33. Rumampuk MAV, Anindita PS, Mintjelungan C. Kebutuhan Perawatan
Ortodonti berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment Need pada siswa kelas
II di SMP Negeri 2 Bitung. Jurnal e-Gigi (eG) 2014; 2(2): 1-6.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Saya, Meylia Lestari Br Purba adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian yang berjudul
TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI BERDASARKAN
INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED (IOTN) DI SMP NEGERI 2
BERASTAGI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan
perawatan ortodonti di SMP Negeri 2 Berastagi. Manfaat yang diperoleh untuk calon
subjek adalah meningkatnya kesadaran akan indikasi kebutuhan perawatan ortodonti.
Peneliti mengajak saudara/saudari untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini
mengikutsertakan 100 subjek penelitian. Dan penelitian akan berlangsung selama 10
menit tiap orang. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 2 Berastagi.
Prosedur Penelitian

Apabila saudara setuju mengikuti penelitian ini, maka saudara diminta

menandatangani lembar persetujuan yang telah diberikan. Prosedur selanjutnya

adalah:

8. Pengambilan foto intra oral


a. Subjek penelitian diminta duduk dengan posisi tegak
b. Pemasangan cheek rectractor pada mulut sampel penelitian
c. Sampel disuruh menelan ludah untuk mendapatkan oklusi sentrik
d. Foto diambil dengan menggunakan kamera.

2. Subjek penelitian akan diberikan bahan cetak dan di masukkan kedalam

mulut

3. Subjek diminta untuk mengatupkan mulut selama 3 menit.

Universitas Sumatera Utara


4. Setelah itu bahan cetak akan dikeluarkan dari dalam mulut dan akan didapat

hasil cetakan rahang atas dan rahang bawah subjek.

A. Kewajiban Subjek Penelitian

Sebagai subjek peneliti, saudara bersedia untuk mengikuti aturan dan petunjuk

seperti yang tertulis diatas. Subjek peneliti tidak akan dibebankan oleh biaya apapun.

Bila saudara merasa belum jelas, Anda dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti

(CP: 081269540895). Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek

penelitian akan dirahasiakan dan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan

dipublikasikan tanpa identitas subjek penelitian.

B. Kesukarelaan untuk ikut penelitian

Penelitian ini bersifat sukarela. Saudara/saudari bebas memilih keikutsertaan

dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila saudara/saudari memutuskan untuk ikut

serta dalam penelitian, saudara/saudari juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah

pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi apapun.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan

kesediaan waktu saudara sekalian, saya ucapkan terimakasih.

Sebagai ucapan terima kasih saya akan memberikan imbalan tanda terima kasih

berupa alat tulis dan gantungan kunci karena telah bersedia menjadi subjek penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Peneliti,

Meylia Lestari Br Purba

(081269540895)

Alamat: Jl.Jamin Ginting Gg.Sarmin P.Bulan Medan

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONCERN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ...........................................................................................................
Kelas : ............................................
Jenis Kelamin : L / P
No Telp/Hp :

Menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian mengenai Tingkat


Kebutuhan Perawatan Ortodonti berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN) di SMP Negeri 2 Berastagi dan tidak akan menyatakan keberatan maupun
tuntutan dikemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan sehat/ sadar dan tanpa
paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan, Agustus 2017


Saksi Pembuat pernyataan,

( ) ( )

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

DEPARTEMEN ORTODONTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTI

BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC

TREATMENT NEED (IOTN) DI SMP

NEGERI 2 BERASTAGI

No Kartu

Pemeriksa :

Nama :

Usia :

Kelas :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :1. Ayah :

2. Ibu :

Universitas Sumatera Utara


A. Pemeriksaan Model (di isi oleh peneliti) :
Pemeriksaan Model Hasil

Overjet

Overbite

Crossbite

Pergeseran Gigi

Hipodonsia

HASIL :

Tabel DHC

1 2 3 4 5

Overjet 3,5-6 mm 3,5-6 mm 6-9 mm >9 mm

Bibir

inkompeten

Crossbite <1 mm 1-2 mm 2 mm

(anterior/posterior)

Perpindahan titik 1-2 mm 2-4 mm > 2 mm

kontak

Oberbite >3,5 mm Kontak Kontak

Tidak ada gingival gingival

kontak tanpa dengan

gingiva trauma trauma

Universitas Sumatera Utara


Hipodonsia + +

KETERANGAN :

1. Grade 1-2 : tidak/sedikit membutuhkan perawatan


2. Grade 3 : membutuhkan perawatan borderline/sedang
3. Grade 4-5 : membutuhkan perawatan
Kategori Penilaian AC

Skor 1-4 : tidak/sedikit membutuhkan perawatan

Skor 5-7 : membutuhkan perawatan borderline/sedang

Skor 8-10 : sangat membutuhkan perawatan.

HASIL

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Kesehatan


(Ethical Clereance)

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

Surat Izin Penelitian Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

Surat Izin Penelitian Dari SMP Negeri 2 Berastagi

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7

HASIL UJI STATISTIK

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 49 49,0 49,0 49,0

Perempuan 51 51,0 51,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia


Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12-13 46 46,0 46,0 46,0

14-15 54 54,0 54,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Distribusi DHC pada Subjek Penelitian


DHC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Membutuhkan


55 55,0 55,0 55,0
Perawatan

Sedikit Membutuhkan
40 40,0 40,0 95,0
Perawatan

Membutuhkan Perawatan
3 3,0 3,0 98,0
Sedang

Membutuhkan Perawatan 2 2,0 2,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Distribusi AC pada Subjek Penelitian
AC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Membutuhkan


89 89,0 89,0 89,0
Perawatan

Membutuhkan Perawatan
7 7,0 7,0 96,0
Sedang

Sangat Membutuhkan
4 4,0 4,0 100,0
Perawatan

Total 100 100,0 100,0

Distribusi DHC Berdasarkan Jenis Kelamin


DHC * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

DHC Tidak Membutuhkan Count 26 29 55


Perawatan % within Jenis Kelamin 53,1% 56,9% 55,0%

Sedikit Membutuhkan Count 21 19 40


Perawatan % within Jenis Kelamin 42,9% 37,3% 40,0%

Membutuhkan Perawatan Count 1 2 3


Sedang % within Jenis Kelamin 2,0% 3,9% 3,0%

Membutuhkan Perawatan Count 1 1 2

% within Jenis Kelamin 2,0% 2,0% 2,0%


Total Count 49 51 100

% within Jenis Kelamin 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


Distribusi DHC Berdasarkan Usia
DHC * Usia Crosstabulation

Usia

12-13 14-15 Total

DHC Tidak Membutuhkan Count 26 29 55


Perawatan % within Usia 56,5% 53,7% 55,0%

Sedikit Membutuhkan Count 18 22 40


Perawatan % within Usia 39,1% 40,7% 40,0%

Membutuhkan Perawatan Count 1 2 3


Sedang % within Usia 2,2% 3,7% 3,0%

Membutuhkan Perawatan Count 1 1 2

% within Usia 2,2% 1,9% 2,0%


Total Count 46 54 100

% within Usia 100,0% 100,0% 100,0%

Distribusi AC Berdasarkan Jenis Kelamin


AC * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

AC Tidak Membutuhkan Count 42 47 89


Perawatan % within Jenis Kelamin 85,7% 92,2% 89,0%

Membutuhkan Perawatan Count 4 3 7


Sedang % within Jenis Kelamin 8,2% 5,9% 7,0%

Sangat Membutuhkan Count 3 1 4


Perawatan % within Jenis Kelamin 6,1% 2,0% 4,0%
Total Count 49 51 100

% within Jenis Kelamin 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


Distribusi AC Berdasarkan Usia
AC * Usia Crosstabulation

Usia

12-13 14-15 Total

AC Tidak Membutuhkan Count 41 48 89


Perawatan % within Usia 89,1% 88,9% 89,0%

Membutuhkan Perawatan Count 4 3 7


Sedang % within Usia 8,7% 5,6% 7,0%

Sangat Membutuhkan Count 1 3 4


Perawatan % within Usia 2,2% 5,6% 4,0%
Total Count 46 54 100

% within Usia 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai