Anda di halaman 1dari 6

Cakradonya Dent J 2013; 5(2):542-618

PANJANG RATA-RATA GIGI INSISIVUS SENTRALIS PERMANEN MAKSILA


PADA MAHASISWA SUKU ACEH

Cut Soraya, Kemala Hayati, Aci Saspita Reni

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Panjang kerja yang ditentukan dengan benar merupakan faktor utama keberhasilan dalam perawatan
saluran akar. Salah satu cara untuk menentukan panjang kerja adalah dengan mengetahui panjang
rata-rata gigi. Perbedaan dalam ukuran gigi telah dikaitkan dengan latar belakang etnis/suku yang
berbeda dan maloklusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui panjang rata-rata gigi insisivus
sentralis permanen maksila pada mahasiswa suku Aceh Program Studi Kedokteran Gigi Universitas
Syiah Kuala angkatan 2007-2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara subjek menandatangani informed consent, wawancara,
pengisian kuisioner dan pemeriksaan gigi insisivus sentralis permanen maksila oleh peneliti kemudian
dilanjutkan dengan pengambilan foto roentgen gigi tersebut menggunakan foto radiograf periapikal
dengan teknik paralelling. Kemudian foto diproses dan panjang gigi diukur dengan penggaris
endodonsia. Panjang rata-rata gigi insisivus sentralis permanen maksila pada mahasiswa suku Aceh
PSKG Unsyiah angkatan 2007-2010 adalah 25,86 mm dengan Standar Deviasi (SD) sebesar 1,45.
Simpulan pada penelitian ini adalah panjang rata-rata gigi insisivus sentralis permanen maksila pada
penelitian ini lebih panjang dibandingkan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya.

Kata Kunci: Panjang rata-rata gigi insisivus sentralis, suku Aceh

ABSTRACT
Correct working length determination is the main factor leading to success in root canal treatments.
One of methods to determine working length is using average length of the tooth. Differences in tooth
size have been associated to different ethnic backgrounds and malocclusions. The purpose of this
study was to find out the average length of permanent maxillary central incisor in Acehnese dentistry
students of Syiah Kuala University 2007-2010. This was a descriptive research with cross sectional
design. Data was collected from interview, fulfilled questioner from examination of permanent
maxillary central incisor, after obtaining written informed consent from subjects then continued with
processing the radiograph image using periapical projection with paralleling technic. Radiograph
image that have processed then permanent maxillary central incisor was measured with endodontic
ruler for its length. The average length of permanent maxillary central incisor in Acehnese dentistry
students of Syiah Kuala University 2007-2010 is about 25.86 mm with SD 1.45. Conclusion of this
study revealed that the average length of permanent maxillary central incisor is longer than the
previous study.

Keyword: The average length of central incisor, acehnese

586
Cakradonya Dent J 2013; 5(2):542-618

PENDAHULUAN Cina Eropa Hindia.15 Banyak di antara orang-


Perawatan saluran akar merupakan cara orang Aceh masa kini merupakan keturunan
yang efektif untuk melindungi dan bangsa Arab dan India.16
mempertahankan gigi.1 Menentukan dan Perkiraan panjang rata-rata gigi
mendapatkan panjang kerja yang benar insisivus sentralis permanen maksila pada
merupakan faktor utama keberhasilan dalam suku Aceh belum ada sampai sekarang. Data
perawatan saluran akar.2,3 Tujuan penentuan yang ada sekarang adalah penelitian Black
panjang kerja adalah untuk memperoleh jarak (cit: Geoffrey C. Van Beek) tentang panjang
dari titik acuan (edge insisal pada gigi anterior rata-rata gigi sulung dan permanen kedua
dan ujung cusp pada gigi posterior) ke rahang. Black melaporkan bahwa panjang
konstriksi apikal atau yang terletak kira-kira rata-rata gigi insisivus sentralis permanen
0,5 mm dari apeks.4,5 Beberapa penelitian maksila adalah 23,5 mm.17 Panjang rata-rata
menunjukkan bahwa panjang kerja yang gigi insisivus sentralis maksila menurut Ingle
optimal adalah 0,5–2 mm dari apeks.4,6,7,8 (cit: Tarigan) adalah 23,3 mm.5 Penelitian
Panjang kerja yang melebihi panjang Sumawinata (1976) (cit: Nursasongko)
optimal dapat menyebabkan perforasi dan panjang rata-rata gigi insisivus sentralis orang
overfilling dari saluran akar.5,9 Hal ini dapat Indonesia secara keseluruhan adalah 22,69
meningkatkan nyeri pasca operasi dan mm.18 Selanjutnya Fitria Sari (2003) meneliti
menunda atau menghambat proses tentang panjang rata-rata gigi insisivus
penyembuhan.9 Disamping hal tersebut di atas sentralis permanen maksila dan kaninus
panjang kerja yang kurang dapat menyebabkan permanen maksila pada mahasiswa suku Batak
debridemen yang tidak memadai dan FKG USU Medan, didapat panjang rata- rata
underfilling dari saluran akar.5,9 gigi insisivus sentralis maksila pada
Menurut penelitian Mian K. Iqbal et al mahasiswi 24,9 mm, pada mahasiswa 26,3
(2007) gigi yang sering dilakukan perawatan mm.19
saluran akar pada maksila adalah gigi molar
pertama, molar kedua, insisivus sentralis, BAHAN DAN METODE
premolar kedua, premolar pertama, insisivus Ini merupakan penelitian deskriptif
lateral, gigi kaninus, kemudian molar ketiga.10 dengan desain cross sectional. Populasi
Menurut Sommer et al (1962) gigi yang paling Penelitian adalah seluruh mahasiswa pada
sering dilakukan perawatan saluran akar pada Program Studi Kedokteran Gigi Universitas
maksila adalah gigi insisivus sentralis sebesar Syiah Kuala. Subjek penelitian adalah
14,3 %, kemudian gigi premolar kedua, mahasiswa suku Aceh pada Program Studi
insisivus lateral, premolar pertama, molar Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
pertama, molar kedua, kaninus, dan molar angkatan 2007-2010. Jumlah subjek pada
ketiga.11 penelitian ini adalah 60 orang.
Perbedaan dalam ukuran gigi telah Kriteria inklusi adalah mahasiswa suku
dikaitkan dengan latar belakang etnis yang Aceh asli, gigi insisivus sentralis tidak karies
berbeda dan maloklusi.12 Beberapa faktor insisal, mahkota gigi insisivus sentralis tidak
seperti keturunan, ras, pertumbuhan tulang, fraktur, gigi insisivus sentralis tidak atrisi, akar
erupsi dan inklinasi gigi, pengaruh eksternal, gigi insisivus sentralis tidak bengkok jika
sosial ekonomi, fungsi dan etnis dapat dilihat melalui foto roentgen, dan bersedia
mempengaruhi ukuran dan bentuk lengkung dijadikan subjek penelitian dan menandatangani
gigi.12,13,14 informed consent. Kriteria eksklusi adalah
Kelompok etnis/suku terbesar di tidak memiliki gigi insisivus sentralis,
provinsi Aceh adalah suku Aceh dan Gayo- memakai protesa khususnya gigi insisivus
Alas. Suku Gayo-Alas (30%) umumnya sentralis, pernah dilakukan restorasi pada gigi
berdiam di wilayah pegunungan di Aceh insisivus sentralisnya, seperti pemasangan
Tengah dan Aceh Tenggara, sementara suku jacket crown dan restorasi estetik lainnya yang
Aceh yang mendiami hampir seluruh provinsi melibatkan edge insisal gigi, dan sedang
Aceh, terutama di daerah pesisir. Banyak teori hamil.
tentang asal usul suku Aceh dan selama ini Alat yang digunakan pada penelitian ini
suku Aceh dipercayai adalah campuran adalah kursi, alat standar tiga serangkai
berbagai bangsa, sehingga ada anekdot yang (sonde, kaca mulut, pinset), alat foto roentgen
mengatakan Aceh adalah akronim dari Arab (Progeny dental preva), film holder, alat tulis,

587
Cakradonya Dent J 2013; 5(2):542-618

apron, lampu/senter, penggaris endodonsia, d. Penempatan Ujung Cone


dan viewer. Bahan penelitian yang digunakan Setelah posisi film dan cincin penjajaran
adalah : film roentgen dan bahan processing sinar dipastikan tepat, maka langkah
film (Developing and fixing monobath selanjutnya dilakukan pengaturan posisi ujung
solution). cone. Tabung sinar-x atau ujung cone
diluruskan dengan rod dan cincin penjajaran
Pemilihan Subjek sinar untuk mendapatkan angulasi vertikal dan
Sebelum wawancara terlebih dahulu horizontal yang tepat.21
dilakukan pengumpulan jumlah data e. Dilakukan Penyinaran
mahasiswa suku Aceh pada Program Studi Pertama-tama alat foto roentgen
Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala (Progeny dental preva) dinyalakan, Kemudian
dengan cara mensurvei secara langsung alat diatur untuk penyinaran gigi anterior
mahasiswa per angkatan. Selanjutnya permanen maksila subjek. Setelah itu tombol
ditentukan besar subjek penelitian (60 orang). untuk mengaktifkan sinar x ditekan selama 0,4
Subjek yang memenuhi kriteria inklusi peneliti detik dan sampai bunyi pada alat berhenti.
dijaga kerahasiaannya dan subjek menyatakan f. Dilakukan Pemrosesan
kesediaannya, serta sukarela ikut di dalam Film yang telah disinari dilakukan
penelitian dengan mengisi informed consent. pemrosesan dengan metode manual tanpa
Kemudian dilakukan wawancara, pengisian kamar gelap (self-processing) menggunakan
kuisioner dan pemeriksaan gigi. larutan pemroses yang mengandung developer
dan fixer dalam satu larutan yang disebut juga
Dilakukan pengambilan foto roentgen di monobath. Larutan ini disuntikkan ke dalam
Laboratorium Radiologi Dental PSKG pembungkus film yang sudah disinar, lalu
Unsyiah, dengan tahap-tahap sebagai dipijat-pijat dengan jari selama 15 detik
berikut : sampai dengan 30 detik. Kemudian
a. Pengaturan Posisi Duduk dan Kepala pembungkus film dibuka dan film dimasukkan
Pasien ke dalam larutan pengeras. Lalu dibilas dengan
Pertama-tama pasien dipasangkan apron air yang mengalir dan kemudian dikeringkan.20
guna mengurangi risiko dari bahaya radiasi
sinar x. Kemudian posisi kepala pasien diatur Pengukuran Panjang Gigi
vertikal tegak lurus pada bidang horizontal Pengukuran panjang gigi dilakukan
atau bidang lantai. Diimajinasikan suatu garis dengan menggunakan penggaris endodonsia.4
yang ditarik dari ala nasi ke tragus (garis Pengukuran ini dilakukan oleh dua orang
hidung-telinga), sehingga pada waktu pasien selaku first observer dan second observer
buka mulut bidang oklusal maksila sejajar untuk menghindari bias. Sebelumnya antara
dengan bidang horizontal atau bidang lantai.20 first observer dan second observer dilakukan
b. Penempatan dan pengaturan Posisi Film persamaan persepsi (kalibrasi) bahwa panjang
Film foto roentgen dimasukkan ke gigi diukur dari puncak tertinggi mahkota gigi
dalam lengan film holder. Film ditempatkan sampai ke apeks radiograf. Setelah didapatkan
dalam posisi vertikal.31 Kemudian instrumen seluruh panjang gigi maka dihitung panjang
atau film holder dimasukkan ke dalam mulut rata-rata gigi tersebut.19
pasien, lalu gigi insisivus sentralis permanen
maksila dipastikan berada di tengah-tengah HASIL PENELITIAN
film. Cincin penjajaran sinar diselipkan di atas Tabel 1. Panjang Rata-rata Gigi Insisivus Sentralis
rod dan didorong dengan hati-hati sampai Permanen Maksila pada Mahasiswa Suku
sedikit berkontak dengan kulit.21 Aceh PSKG Unsyiah Angkatan 2007-
c. Penempatan Ujung Cone 2010
Panjang
Setelah posisi film dan cincin penjajaran Jumlah Panjang
gigi Standar
sinar dipastikan tepat, maka langkah subjek
minimum-
rata-rata
deviasi
selanjutnya dilakukan pengaturan posisi ujung penelitian gigi (µ)
maksimum (SD)
cone. Tabung sinar-x atau ujung cone (N) (Milimeter)
(Milimeter)
diluruskan dengan rod dan cincin penjajaran 22,40 –
sinar untuk mendapatkan angulasi vertikal dan 61 orang 25,86 1,45
28,30
horizontal yang tepat.21

588
Cakradonya Dent J 2013; 5(2):542-618

Pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa keakuratan arah beam, centring dan
panjang rata-rata gigi insisivus sentralis mengimobilisasi film, sehingga menghasilkan
permanen maksila pada mahasiswa suku Aceh keakuratan anatomi gigi baik ukuran maupun
PSKG Unsyiah angkatan 2007-2010 adalah panjangnya. 23,24 Selain itu, teknik ini
25,86 mm dengan panjang gigi terkecil adalah sederhana dan mudah untuk dipelajari dan
22,40 mm dan panjang gigi yang terbesar diaplikasikan. Penggunaan film holder dengan
adalah 28,30 mm serta standar deviasi (SD) alat pengarah sinar mengeliminasi kebutuhan
adalah 1,45. operator untuk menentukan sudut horizontal
Penghitungan panjang rata-rata gigi dan vertikal, serta mengeliminasi perubahan
insisivus sentralis permanen maksila pada dimensi.25 Sedangkan kekurangan dari teknik
mahasiswa suku Aceh PSKG Unsyiah ini adalah kesulitan dalam penempatan film
angkatan 2007-2010 didapat jumlah subjek secara paralel pada semua area dalam rongga
penelitian sebesar 61 orang dengan perincian mulut dan membutuhkan ketinggian palatum
subjek perempuan 42 orang dan subjek laki- yang maksimal.24,26
laki 19 orang. Adanya perbedaan jumlah Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa
subjek perempuan dan laki-laki dikarenakan panjang rata-rata gigi insisivus sentralis
jumlah mahasiswa suku Aceh lebih banyak permanen maksila pada mahasiswa suku Aceh
yang perempuan dan ada beberapa mahasiswa PSKG Unsyiah angkatan 2007-2010 sebesar
yang tidak memenuhi kriteria inklusi serta ada 25,86 mm dengan SD (Standar Deviasi)
beberapa yang tidak bersedia dijadikan subjek sebesar 1,45. Panjang rata-rata ini ukurannya
penelitian. lebih panjang dari panjang rata-rata menurut
Ingle dan Black pada orang Barat. Adanya
PEMBAHASAN perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan ras.
Penelitian ini bertujuan untuk Ras adalah suatu kelompok manusia yang
mengetahui panjang rata-rata gigi insisivus memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Ras
sentralis permanen maksila pada mahasiswa dipengaruhi oleh kondisi geografis dan iklim,
suku Aceh PSKG Unsyiah angkatan 2007- faktor makanan dan faktor perkawinan.19
2010. Penelitian dimulai dengan melakukan Panjang rata-rata gigi insisivus sentralis
pengumpulan data jumlah mahasiswa suku permanen maksila pada mahasiswa suku Aceh
Aceh. Selanjutnya dilakukan wawancara, PSKG Unsyiah angkatan 2007-2010
pengisian kuisioner, pemeriksaan gigi dan ukurannya lebih besar dari panjang rata-rata
pengambilan foto roentgen periapikal, setelah menurut Sumawinata dan Fitria Sari.
itu diperoleh data untuk mendapatkan hasil Perbedaan ukuran ini disebabkan pada
secara keseluruhan mengenai tujuan penelitian penelitian Sumawinata tidak adanya
ini. Panjang gigi diukur dari titik acuan atau pemisahan panjang rata-rata terhadap suku
edge insisal ke apeks yang terlihat pada yang berbeda. Hasil penelitian ini berbeda
gambaran radiograf menggunakan penggaris dengan penelitian Fitria Sari karena penelitian
endodonsia.4 Distorsi yang terjadi pada dilakukan pada suku yang berbeda. Penelitian
radiograf antara lain disebabkan oleh ini dilakukan pada mahasiswa suku Aceh
penempatan film yang tidak benar, kesalahan sedangkan penelitian Fitria Sari pada
pengaturan sudut penyinaran, pengaturan mahasiswi suku Batak. Suku dan ras
posisi kepala atau dataran oklusal yang tidak merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
tepat, peningkatan object film distance (OFD), ukuran gigi.19 Penyebab lain karena pada
penurunan jarak konus dengan film serta penelitian Fitria Sari dilakukan pemisahan
karena kondisi rahang, gigi dan rongga mulut subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.
pasien.22 Semua faktor ini telah dikendalikan Penyebab lain dari perbedaan ukuran
seoptimal mungkin untuk mengurangi panjang rata-rata gigi insisivus sentralis
kesalahan. permanen maksila pada mahasiswa suku Aceh
Pembuatan foto rontgen dalam PSKG Unsyiah angkatan 2007-2010 dengan
penelitian ini menggunakan foto periapikal panjang rata-rata gigi insisivus sentralis yang
teknik paralelling dengan alat bantu film telah ada sebelumnya dapat disebabkan karena
holder. Teknik ini dipilih karena distorsinya alat ukur pada penelitian ini menggunakan
minimal. Hal ini terjadi karena film penggaris endodonsia biasa yang
ditempatkan paralel terhadap sumbu panjang pengukurannya dilakukan secara manual.
gigi, penggunaan film holder memberikan Keadaan seperti ini mungkin menimbulkan

589
Cakradonya Dent J 2013; 5(2):542-618

bias, tapi telah diminimalisir oleh adanya Narlan Sumawinata. (Walton RE,
second observer. Pengaruh pergeseran film Torabinejad M), Edisi 3. Jakarta: EGC,
holder di dalam mulut pasien yang tidak 2008: 223, 205-6, 223
seragam bisa menimbulkan pengaruh terhadap 5. Tarigan R. Perawatan pulpa gigi
hasil foto. Teknik paralelling tidak bisa (endodonti). Jakarta: EGC, 2006: 71-6
memperlihatkan pembengkokan akar ke 6. Nekoofar MH, Ghandi MM, Hayes SJ,
palatal karena teknik ini hanya memberikan Dummer PMH. The fundamental
gambar dua dimensi sehingga mempengaruhi operating principles of electronic root
hasil pengukuran panjang gigi. canal length measurement devices.
International Endodontic Journal 2006;
KESIMPULAN DAN SARAN 39: 595–609
Kesimpulan 7. Prescinotti R, Brochado VHD, Ramos
Berdasarkan hasil penelitian didapat CAS. Comparison of electronic root canal
bahwa panjang rata-rata gigi insisivus sentralis measurements using romiapex a-15 and
permanen maksila pada mahasiswa suku Aceh bingo 1020 foramen locators. an in vitro
PSKG Unsyiah angkatan 2007-2010 sebesar evaluation. State University of Londrina
25,86 mm dengan standar deviasi (SD) sebesar 2010; 10
1,45. Panjang rata-rata gigi Insisivus sentralis 8. European Society of Endodontology.
permanen maksila pada penelitian ini lebih Quality guidelines for endodontic
panjang dibandingkan dengan penelitian yang treatment: consensus report of the
telah ada sebelumnya. European Society of Endodontology.
International Endodontic Journal 2006;
Saran 39: 921-30
 Perlu dilakukan penelitian untuk 9. Taminaldu MGR. medical University.
mengetahui panjang rata-rata jenis gigi lain Evaluation of accuracy of two frequency
dalam rongga mulut pada suku Aceh based electronic root canal length
menggunakan subjek penelitian dengan measurement devices-an in vitro study.
jumlah yang lebih besar. 2005 (13 Februari 2011).
 Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut 10. http://www.tnmmu.ac.in/dis/24022053.pdf
sebaiknya digunakan alat ukur dan teknik 11. Iqbal MK, Shukovsky DG, Wong S,
foto roentgen yang lebih akurat misalnya Vohra G. A nonsurgical endodontics
teknik foto roentgen bisecting-angle. relational research database: the initial six
 Diharapkan hasil penelitian ini dapat years of experience. Journal of Dental
dijadikan data awal untuk penelitian
Education 2008; 72: 1059-60
selanjutnya.
12. Sommer RF, Ostrander FD, Crowley MC.
DAFTAR PUSTAKA Clinical Endodontics : a Manual of
Scientific Endodontics. London : WB
1. Glickman GN, Pileggi R. Preparation for
Saunders Comp., 1966:6
treatment. In: Pathway of the pulp.
(Cohen S, Burns RC., eds), 8th ed. St. 13. Al-Khateeba SN, Alhaija ESJA. Tooth
Louis: Mosby, 2004:106 size discrepancies and arch parameters
among different malocclusions in a
2. Martin CL, Gijon VR, Luque CMF, De
jordanian sample. Angle Orthodontist
Mondelo JMNR. In vitro evaluation of
2006; 76: 456
the accuracy of three electronic apex
locators. Journal of Endodontics 2004; 14. Ulijaszek SJ, Johnston FE, Preece MA.
30: 231 The cambridge encyclopedia of human
growth and development. Madrid:
3. Smadi L. Comparison between two
Cambridge University Press, 2000: 70
methods of working length determination
and it’s effect on radiographic extent of 15. Lukman D. Buku ajar ilmu kedokteran
root canal filling: a clinical study. BMC gigi forensik. Jakarta: CV. Sagung Seto,
Oral Health 2006;11: 6-12 2006:1-2
4. Walton RE. Preparasi akses dan 16. Danny I. Yatim. Sekelumit tentang Aceh.
penentuan panjang kerja. In: Prinsip dan 2005 (9 Desember 2010).
praktik ilmu endodonsia. Alih bahasa http://www.forumbangunaceh.org

590
Cakradonya Dent J 2013; 5(2):542-618

17. Ahira A. Suku Aceh. (13 Februari 2011).


http://www.anneahira.com/suku-aceh.htm
18. Geoffrey CVB. Morfologi gigi: penuntun
bergambar alih bahasa drg. Lilian
Yuwono. Jakarta: EGC, 1996:142
19. Nursasongko B. Penuntun pratikum
endodontik praklinik. Ed IV. Jakarta :
Bagian Ilmu Konservasi Gigi FKGUI,
2004: 5
20. Fitria Sari. Panjang rata-rata gigi insisivus
sentralis permanen maksila dan gigi
kaninus permanen maksila pada
mahasiswa suku Batak FKG USU Medan.
Skripsi. Medan: Program Sarjana
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, 2003: 13,15
21. Margono G. Radiograf intra oral: teknik,
prosessing, interpretasi radiogram.
Jakarta: EGC, 1998: 11-3, 29-2
22. Grossman LI, Oliet S. Ilmu endodontik
dalam praktek. Alih bahasa Rafiah
Abyono. Jakarta: EGC, 1995: 220, 383-9,
390-3, 196
23. Supriyadi. Distorsi radiograf periapikal
pada berbagai regio gigi. Dentika Dental
Journal 2008; 13: 33-4
24. Unett EM, Royle AJ. Radiographic
techniques and image evaluation.
United Kingdom: Nelson Thornes
Ltd, 2001: 274
25. Anderson PC, Pendleton AE. The
dental assistant. United States of
America: Delmar Thomson Learning,
2001: 608-10
26. Iannucci JM, Howerton LJ. Dental
radiography: principles and
techniques. United States of America:
Saunders Elsevier, 2006: 210
27. White SC, Pharoah MJ. Oral
radiology: principles and
interpretation. St. Louis: Mosby,
2006: 123-4

591

Anda mungkin juga menyukai