Anda di halaman 1dari 120

RANCANGAN PERBAIKAN STRATEGI PEMELIHARAAN

PADA STASIUN PAPER MACHINE DI PT. XYZ

TESIS

Oleh:

DEJOI IRFIAN SITUNGKIR


147025002 / TI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


RANCANGAN PERBAIKAN STRATEGI PEMELIHARAAN
PADA STASIUN PAPER MACHINE DI PT. XYZ

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Magister Teknik
dalam Program Studi Teknik Industri
pada Fakultas Teknik Universitas Usmatera Utara

Oleh:

DEJOI IRFIAN SITUNGKIR


147025002 / TI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Telah di uji pada
Tanggal: 04 Mei 2017

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE


Anggota : Dr. Ir. Nazaruddin, MT
Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE
Dr. Ir. Juliza Hidayati, MT
Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Pemeliharaan adalah fungsi yang memonitor dan memelihara fasilitas pabrik,


peralatan, dan fasilitas kerja dengan merancang, mengatur, menangani, dan
memeriksa pekerjaan untuk menjamin fungsi dari unit selama waktu operasi
(uptime) dan meminimisasi selang waktu berhenti (downtime) yang diakibatkan
oleh adanya kerusakan maupun perbaikan. Perusahaan ini merupakan perusahaan
yang menghasilkan produk berupa kertas rokok dalam bentuk bobbin (gulungan
kecil) dan ream (lembaran kertas A3). Hasil pengamatan awal menunjukkan
bahwa tingginya kegagalan fungsi mesin menyebabkan efisiensi mesin sangat
rendah. Efisiensi mesin memberikan pengaruh yang cukup besar bagi
produktivitas perusahaan. Rendahnya efisiensi mesin mengakibatkan perusahaan
tidak bisa lebih leluasa memperluas pasar dan pesanan pelanggan dalam kuantitas
yang tinggi. Dalam hal ini, dilakukan upaya peningkatan efisiensi paper machine
menggunakan metode Reliability Centered Maintenance. Hasil analisa FMEA
menunjukkan bahwa bearing bush, antifriction bearing, carbon guide, press
capter dan lock washer merupakan komponen yang memiliki tingkat prioritas
paling tinggi.Tindakan pemeliharaan yang dapat dilakukan perusahaan
berdasarkan penelitian ini adalah untuk menyesuaikan ukuran perawatan dengan
kategori komponen penting. Komponen dengan kategori Condition Directed
diperlakukan melalui pembersihan dan inspeksi. Kategori Time Directed
diperlakukan dengan mengganti dan memperbaiki komponen sesuai dengan
jadwal yang dihitung melalui pendekatan pengujian distribusi dan Mean Time To
Failure (MTTF). Hasil perhitungan RCM menunjukkan adanya perbedaan rata -
rata nilai reliabilitas sebelum dan sesudah aplikasi RCM yaitu 0,5231 dengan
0,9393. Kenaikan nilai reliabilitas ini menyebabkan turunnya nilai downtime yang
dibuktikan dengan meningkatnya ketersediaan (Availability) komponen kritis.
Keywords: Strategi Pemeliharaan, Mean Time To Failure (MTTF), Reliability
Centered Maintenance

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Dejoi Irfian Situngkir lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 28 Januari
1989, merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Durman
Situngkir, SH dan Ibu Sri Maszone Br. Manik. Penulis menikah pada tanggal 28
Januari 2017 dengan Erika Silvia Br. Silaban, S.Kom. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SD St. Petrus Medan pada tahun 2000, pendidikan
sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 10 Medan pada tahun 2003, dan
pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 17 Medan pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 melanjutkan kuliah di Politeknik Negeri Medan, dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2009. Pada tahun 2009, melanjutkan kuliah
di Universitas Sumatera Utara program S-1 Ekstensi Teknik Industri, dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2013.
Pada tahun 2014 melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara
Departemen Teknik Industri. Pada saat ini merupakan Fungsional Pranata
Laboratorium Pendidikan Ahli Pertama di laboratorium Instrument dan
Pengolahan Pabrik Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Pencipta

alam semesta atas berkat penyertaan, pertolongan, dan pimpinan-Nya, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim

Matondang, MSIE selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Nazaruddin

Matondang, MT selaku Ka. Prodi Teknik Industri Sekolah Pasca Sarjana USU yang

sekaligus juga sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti hingga peneliti dapat

menyelesaikan tesis ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Dosen pengajar di

Prodi Teknik Industri Sekolah Pasca Sarjana USU yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria

Sinulingga, M.Eng., Bapak Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, D.E.A, Bapak

Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE, Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S., Bapak

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, dan Ibu Dr. Ir. Juliza Hidayati, MT, Ibu Dr.

Meilita Tryana Sembiring, ST, MT, Bapak Dr. Sutarman, M.Sc, Ibu Dr. Eng. Listiani

Nurul Huda, MT dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam perkuliahan peneliti. Peneliti

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pimpinan PT. XYZ beserta seluruh

jajarannya yang telah memberikan kesempatan untuk meneliti, membantu dan

membimbing peneliti dalam melakukan penelitian di PT. XYZ.

iv
Universitas Sumatera Utara
Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Drs,

Mujiono, MM dan seluruh jajaran Pusdiklat Kemenperin RI, dan Kepada Bapak

Direktur Politeknik Teknologi Kimia Industri yang telah memberikan kesempatan

bagi peneliti untuk menyelesaikan perkuliahan ini. Peneliti juga mengucapkan terima

kasih kepada dosen dan pegawai Politeknik Teknologi Kimia Industri yang tidak

dapat saya sebutkan satu per satu atas support dan doanya. Peneliti juga

mengucapkan terima kasih kepada abangda dan kakanda Mahasiswa Teknik Industri

Pasca Sarjana USU khususnya angkatan 19 yang telah memberikan dorongan moril

dan doa, dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini. Peneliti juga menyampaikan

terimakasih kepada ayahanda Durman Situngkir, SH, dan Ibunda Sri Maszone Br.

Manik yang telah senantiasa memberikan seluruh dukungan dan doanya. Peneliti

juga menyampaikan terimakasih kepada Istriku tercinta Erika Silvia Br. Silaban,

S. Kom. yang tidak habisnya memberikan semangat dan dukungan serta doa

dalam penyelesaian tesis ini. Peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada

Abang Setiady Laksono Situngkir, SH, MHum dan Kakak Novalina Kristina

Manurung, SH, MH, Adik-adik semuanya Monika Situngkir, Mega Situngkir, dan

Daniel Situngkir, dan seluruh keluarga yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, hal ini tidak terlepas

dari keterbatasan peneliti. Doa dan harapan peneliti tesis ini bermanfaat bagi

semua pihak yang membaca dan mempelajarinya.

Peneliti,

Dejoi Irfian Situngkir


147025002/TI

v
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian .......................................................... 5

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan ..................................................... 5

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 6

2.1 Pemeliharaan (Maintenance) .................................................... 7

2.2 Jenis-Jenis Pemeliharaan .......................................................... 9


2.2.1 Preventive maintenance ................................................ 10
2.2.2 Corrective Maintenance ............................................... 11

2.3 Strategi Pemeliharaan ............................................................... 12

2.4 Pemilihan Strategi Maintenance............................................... 13

Universitas Sumatera Utara


viii

2.5 Reliability Centered Maintenance (RCM) ................................ 15

2.6 Langkah-langkah Penerapan RCM........................................... 20


2.6.1 Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi ............ 20
2.6.2 Pendefenisian Batasan Sistem ...................................... 22
2.6.3 Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi ................. 22
2.6.4 Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi ........................... 24
2.6.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ................. 24
2.6.6 Criticality Analysis untuk Komponen-Komponen
Plant.............................................................................. 29
2.6.7 Logic Tree Analysis (LTA) ........................................... 29
2.6.8 Pemilihan Tindakan ...................................................... 31

2.7 Keandalan (Reliability) ............................................................. 32

2.8 Identifikasi Distribusi ............................................................... 34

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN.................................. 36

3.1 Model Konseptual .................................................................... 36

3.2 Definisi Operasional ................................................................. 37


3.2.1 Variabel Dependen…………………………………… 37
3.2.2 Variabel Independen………………………………….. 38

BAB 4 RANCANGAN PENELITIAN .......................................................... 39

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 39

4.2 Jenis Penelitian ......................................................................... 39

4.3 Metode Penelitian ..................................................................... 39


4.3.1 Pengumpulan Data ........................................................ 40
4.3.2 Pengolahan Data ........................................................... 41

4.4 Rekomendasi ............................................................................ 42

4.5 Kesimpulan dan Saran .............................................................. 43

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................... 44

5.1 Pengumpulan Data.................................................................... 44


5.1.1 Pengumpulan Data Downtime Mesin ........................... 44

Universitas Sumatera Utara


ix

5.1.2 Data Historis Kerusakan Paper Machine ..................... 45


5.1.3 Data Interval Waktu Antar Kerusakan Komponen
Paper Machine ............................................................. 46
5.1.4 Waktu Perbaikan Korektif Komponen Kritis ............... 48

5.2 Pengolahan Data ....................................................................... 49


5.2.1 Identifikasi Sistem Perawatan Aktual ........................... 49
5.2.2 Reliability Centered Maintenance ................................ 50
5.2.3 Pemilihan Pola Distribusi ............................................. 75
5.2.4 Perhitungan Indikator Fungsi Kehandalan ................... 77
5.2.5 Perbandingan Kehandalan Sebelum dan Sesudah
Perbaikan ...................................................................... 84

BAB 6 PEMBAHASAN ...... ........................................................................ 88

6.1 Analisis Failure Mode and Effect Analysis .............................. 88

6.2 Analisis Pengkategorian Komponen Kritis dengan Logic Tree


Analysis.................................................................................... 89

6.3 Perawatan Berdasarkan Pemilihan Tindakan RCM ................. 92

6.4 Rekomendasi Jadwal Pergantian Komponen Kritis ................. 94

6.5 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perbaikan Melalui


Pendekatan RCM ...................................................................... 95

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 99

7.1 Kesimpulan ............................................................................... 99

7.2 Saran ...................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Data Downtime Paper Machine PT. XYZ Tahun 2016..................... 3

2.1 Permasalahan dalam kegagalan komponen mesin ............................ 7

2.2 Kasus kegagalan material akibat perawatan /pemeliharaan komponen


mesin................................................................................................... 7

2.3 Penyebab kegagalan dalam komponen mesin .................................... 8

2.4 Penentuan Nilai Severity .................................................................... 27

2.5 Penentuan Nilai Occurrence .............................................................. 28

2.6 Penentuan Nilai Detection ................................................................. 28

5.1 Data Downtime Paper Machine Tahun 2016..................................... 44

5.2 Uraian Kerusakan Komponen Paper Machine .................................. 45

5.3 Interval Waktu Kerusakan Komponen Kritis Paper Machine........... 46

5.4 Data Waktu Perbaikan Komponen Kritis Paper Machine


Tahun 2016 ........................................................................................ 48

5.5 SWBS Paper Machine ....................................................................... 57

5.6 Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi ................................................ 58

5.7 Penentuan Risk Priority Number ....................................................... 62

5.8 Logic Tree Analysis............................................................................ 66

5.9 Pemilihan Tindakan Perawatan Komponen Paper Machine


PT. XYZ ............................................................................................. 72

5.10 Hasil Pengujian Distribusi Komponen Paper Machine ..................... 76

Universitas Sumatera Utara


xi

5.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Indikator Kehandalan Komponen


Kritis Paper Machine ......................................................................... 82

5.12 Rencana Jadwal Perawatan Komponen Kritis pada Paper Machine . 83

6.1 RPN Kegagalan Komponen Paper Machine ..................................... 88

6.2 Rekapitulasi Hasil Penyusunan LTA ................................................. 91

6.3 Tindakan Perawatan Condition Directed (CD) pada Paper Machine 93

6.4 Tindakan Perawatan Finding Failure (FF) pada Paper Machine ...... 94

6.5 Rekapitulasi Perhitungan MTTF (Mean Time To Failure)................ 95

Universitas Sumatera Utara


xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Tindakan Preventive Maintenance………………………………….. 10

2.2 Struktur Logic Tree Analysis……..…………………………………. 30

3.1 Kerangka Konseptual……………………………………………... 37

4.1 Penerapan Reliability Centered Maintenance .................................... 42

5.1 Blok Fungsi Paper Machine Pembuatan Kertas Rokok ...................... 56

5.2 Logic Tree Analysis ............................................................................ 66

5.3 Flowchart Pemilihan Tindakan Perawatan......................................... 71

5.4 Perbandingan Nilai Reliability Sebelum dan Sesudah Melakukan


Perbaikan dengan Metode Reliability Centered Maintenance ........... 86

5.5 Perbandingan Nilai Availability Sebelum dan Sesudah Melakukan


Perbaikan dengan Metode Reliability Centered Maintenance ........... 87

6.1 Perbandingan Reliabiliy Sebelum dan Sesudah Penerapan RCM ...... 97

6.2 Peningkatan Nilai Availability Komponen Kritis


pada Paper Machine ........................................................................... 98

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi saat ini, perusahaan harus kompetitif agar mampu

bersaing dengan industri serupa baik pada skala nasional maupun internasional.

Kompetisi tersebut ditandai dengan adanya perkembangan teknologi dan permintaan

pasar. Pesatnya perkembangan teknologi dan meningkatnya permintaan pasar

merupakan tantangan bagi pihak manajemen, salah satunya adalah pada

peralatan/mesin produksi. Permintaan pasar yang berubah-ubah memaksa

peralatan/mesin produksi bekerja ekstra sehingga memperpendek siklus hidup

peralatan/mesin tersebut (Wayenbergh & Pintelon, 2002).

Pemeliharaan peralatan/mesin merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh

perusahaan agar dapat menjaga siklus hidup peralatan/mesin. Menurut Dhillon

(2002), maintenance (pemeliharaan) sebagai kombinasi dari kegiatan yang dilakukan

untuk mengembalikan komponen atau mesin ke keadaan di mana ia dapat terus

melakukan fungsi yang ditetapkan. Pemeliharaan biasanya melibatkan perbaikan

dalam hal kegagalan (tindakan korektif) atau tindakan pencegahan (preventive). Di

sisi lain British Standard mendefinisikan pemeliharaan (B.S., 1993) “kombinasi dari

semua tindakan teknis dan administratif, dimaksudkan untuk mempertahankan item

didalamnya, atau mengembalikannya ke posisi di mana ia dapat memerlukan

tindakan”.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Pada saat ini, pemeliharaan sudah menjadi sebuah isu manajemen, sesuai

dengan fungsinya sebagai kontributor terhadap keuntungan dimana biaya

pemeliharaan adalah bagian utama biaya operasional dari seluruh manufaktur atau

production plants. Tergantung pada spesifikasi industrinya, biaya pemeliharaan dapat

menunjukkan antara 10% dan 40% dari biaya produksi barang. Oleh karena itu, agar

tetap dapat kompetitif dalam persaingan pasar, maka perusahaan harus membuat

strategi pemeliharaan yang benar seperti penggabungan terbaik antara korektif,

preventif, condition-based, dan pemeliharaan proaktif untuk hal mendasar peralatan

(Jasiulewicz-Kaczmarek, 2015).

Industri kertas rokok merupakan salah satu industri yang harus bekerja keras

untuk menjaga siklus hidup peralatan/mesin produksinya, sehingga industri ini dapat

bersaing dengan perusahaan serupa, baik itu produk dari kompetitor internasional

terutama China maupun dari kompetitor nasional.

PT. XYZ merupakan perusahaan yang menghasilkan produk berupa kertas

rokok dalam bentuk bobbin (gulungan kecil) dan ream (lembaran kertas A3). Produk

yang dihasilkan sebesar 40% dikirim ke perusahaan rokok PT. Sempoerna dan

selebihnya perusahaan rokok yang terdapat di sumatera dan jawa.

PT. XYZ memiliki 1 (satu) mesin yaitu paper machine yang beroperasi

selama 24 jam secara continue process dan merupakan mesin lama yang beroperasi

sejak didirikan, sehingga perlu diperhatikan pemeliharaan paper machine tersebut

agar tetap handal untuk mencapai performansinya dalam memenuhi kebutuhan

pelanggan.

Universitas Sumatera Utara


3

Pada kenyataannya strategi pemeliharaan yang berlaku saat ini yaitu

mengutamakan preventive maintenance masih belum optimal dalam mengurangi

downtime mesin. Hal tersebut terlihat dari nilai downtime perbulan sebesar 17,83%

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1 dimana nilai downtime saat ini masih

memiliki gap dengan target perusahaan yaitu sebesar 12%.

Tabel 1.1 Data Downtime Paper Machine PT. XYZ Tahun 2016
Bulan Downtime (Jam) Jam Operasi (Jam) % Downtime
Januari 92,79 599,22 15,49%
Februari 102,57 651,84 15,74%
Maret 123,98 700,34 17,70%
April 108,19 634,29 17,06%
Mei 164,68 648,05 25,41%
Juni 125,64 676,83 18,56%
Juli 77,35 585,04 13,22%
Agustus 118,77 676,57 17,55%
September 80,27 565,10 14,20%
Oktober 144,22 714,80 20,18%
November 102,87 551,22 18,66%
Desember 112,76 557,44 20,23%
Rata-rata 112,84 630,06 17.83%
Sumber: PT. XYZ

Berdasarkan data Tabel 1.1 tersebut terlihat bahwa rata-rata downtime pada

paper machine mencapai 17,83% perbulan atau 112,84 jam per bulan. Bila kapasitas

produksi 18 ton per hari (24 jam), maka potensial loss yang terjadi pada perusahaan
112,84
dalam setahun adalah sebesar x 18 to𝑛 = 84,63 ton atau
24

Rp. 20.000.000 x 84,63ton = Rp1.692.600.000, −. Walaupun pada kenyataannya

tidak pernah terjadi komplain pelanggan terkait keterlambatan pesanan, tetapi

mengingat bahwa potensial loss yang sangat besar, sangat disayangkan apabila tidak

Universitas Sumatera Utara


4

dimanfaatkan untuk memperluas pasar/market sehingga menambah keuntungan

perusahaan.Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap strategi yang berlaku saat ini

dan mengusulkan perbaikan strategi pemeliharaan untuk mengoptimalkan preventive

maintenance dengan mengimplementasikan Reliability centered Manintenance

(RCM). Dengan mengoptimalkan preventive maintenance, maka downtime dan

kegagalan prematur mesin dapat dicegah (Mobley, 2004). Metode RCM digunakan

karena mengarahkan program maintenance yang berfokus pada preventif

maintenance (Yssaad, 2014; Afefy, 2010).

Menurut Mungani & Visser (2013), untuk proses produksi yang bersifat

continious process, Sistem perawatan yang disarankan adalah dengan menggunakan

Reliability centered Manintenance (RCM) dibandingkan dengan metode Total

Produktive Maintenance (TPM) atau Bussiness Centered Maintennace (BCM).

Jasiulewicz (2015) menyatakan bahwa metode RCM focus pada fungsi system dan

mengarahkan upaya pemeliharaan di bagian-bagian dan unit-unit mana kehandalan

kritis. Dikarenakan proses poduksi di PT. XYZ bersifat continious process dan

penelitian ini difokuskan pada fungsi sistem dalam meningkatkan efisiensi mesin,

maka peneliti menggunakan metode RCM untuk melakukan perbaikan sistem

maintenance.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dapat di

rumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


5

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan downtime mesin?

2. Bagaimana strategi pemeliharaan yang seharusnya dijalankan perusahaan

agar downtime dapat diminimisasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengusulkan strategi

maintenance, sehingga dapat meminimalkan downtime mesin sehingga siklus hidup

mesin terjaga pada PT. XYZ.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: sebagai masukan bagi perusahaan dalam upaya

mereduksi delay proses produksi dengan meminimumkan downtime mesin dan

meminimalkan biaya maintenance.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan

Adapun yang menjadi ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Mesin-mesin yang diteliti adalah mesin-mesin pada Paper machine.

2. Tidak membahas kompetensi Sumber Daya Manusia.

3. Fokus pada kegiatan pemeliharaan mesin yang dapat menurunkan jumlah

kegagalan atau paling tidak menurunkan jumlah kerusakan akibat

kegagalan fungsi.

4. Tidak membahas sampai pada tahap pengaplikasian usulan strategi

pemeliharaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pemeliharaan (Maintenance)

Maintenance sangat dibutuhkan oleh industri untuk menjamin produksi dapat

berjalan dengan lancar. Maintenance merupakan kombinasi dari kegiatan yang

dilakukan untuk mengembalikan komponen atau mesin ke keadaan di mana ia dapat

terus melakukan fungsi yang ditetapkan (Dhillon, 2002).

Menurut Onawoga (2010), pada prinsipnya tujuan dari pelaksanaan

maintenance adalah:

1. Memperpanjang masa pakai dari barang/peralatan.

2. Meningkatkan ketersediaan dari peralatan yang dipasang.

3. Meyakinkan semua operasional peralatan yang dibutuhkan siap terutama

untuk tujuan emergensi.

4. Meyakinkan keamanan dari orang (personel) yang menggunakan

peralatan.

5. Menghindari biaya yang lebih besar pada saat perbaikan peralatan yang

mungkin terjadi jika beberapa peralatan tidak dipelihara (di-maintain) dan

rusak.

Pada dasarnya menurut sumber-sumber penelitian yang ada di dunia industri

(Brooks 2002). Faktor penyebab kegagalan yang sering terjadi di dunia industri dapat

dikarenakan:

6
Universitas Sumatera Utara
7

1. Faktor kesalahan pemilihan material

Hasil penelitian mengenai faktor kegagalan material yang dominan yaitu

faktor kesalahan dalam memilih material. Tabel 2.1 di bawah ini

menunjukkan statistik tentang permasalahan dalam kasus kegagalan

material.

Tabel 2.1 Permasalahan dalam kegagalan komponen mesin (Brooks 2002)


Permasalahan %
Kesalahan pemilihan material 38
Cacat produksi 15
Kesalahan perlakuan panas 15
Kesalahan desain mekanik 11
Kondisi operasi yang berlebihan 8
Kondisi lingkungan yang tidak terkontrol 6
Pemeriksaan yang kurang baik 5
Material yang tidak jelas 2

2. Perawatan/pemeliharaan komponen yang kurang baik

Proses perawatan/pemeliharaan komponen mesin yang kurang baik

termasuk salah satu penyebab kegagalan yang paling dominan. Tabel 2.2

menunjukan data mengenai kasus kegagalan material yang terjadi.

Tabel 2.2 Kasus kegagalan material akibat perawatan/pemeliharaan komponen


mesin (Brooks 2002)
Permasalahan %
Perawatan yang kurang baik 44
Cacat saat fabrikasi 17
Defisiensi desain 16
Pemakaian yang abnormal 10
Cacat material 7
Penyebab yang tidak jelas 6

Universitas Sumatera Utara


8

3. Kesalahan dalam perancangan komponen

Faktor kesalahan dalam proses perancanagan komponen mesin adalah

sebagai berikut:

a. Kegagalan ulet akibat pembebanan yang melebihi kekuatan material.

b. Kegagalan getas akibat beban kejut.

c. Kegagalan pada temperatur tinggi (pemuluran).

d. Static delayed fracture.

e. Proses perancangan yang terlalu banyak memicu konsentrasi tegangan

seperti takikan.

f. Analisa tegangan komponen yang kurang detail yang menyebabkan

rawan terjadi kegagalan akibat overload.

g. Kesalahan dalam menentukan material dari komponen mesin sehingga

mempengaruhi hitungan yang dilakukan.

4. Kondisi kerja yang ekstrim

Permasalahan yang spesifik dalam kegagalan komponen mesin akibat

kondisi kerja yang ekstrim disajikan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penyebab kegagalan dalam komponen mesin (Brooks 2002)


Penyebab Kegagalan %
Korosi 29
Kelelahan (fatigue) 25
Kegagalan getas (brittle fracture) 16
Kelebihan beban 11
Korosi temperature tinggi 7

Universitas Sumatera Utara


9

Tabel 2.3 (Lanjutan)


Penyebab Kegagalan %
Korosi retak tegang, korosi lelah, penggetasan hydrogen 6
Pemuluran ( creep ) 3
Abrasi, Erosi 3

Menurut Nanang, dkk (2014), salah satu jenis kegagalan yang terjadi pada

komponen yang diakibatkan beban dinamis (pembebanan yang berulang-ulang dan

berubah-ubah) dapat menyebabkan suatu material mengalami fracture. Diperkirakan

50%-90% kegagalan mekanis adalah disebabkan oleh kelelahan (fatigue). Kegagalan

komponen atau struktur dapat dibedakan menjadi dua katagori utama yaitu: pertama

kegagalan quasi statik (kegagalan yang tidak tergantung pada waktu, dan ketahanan

terhadap kegagalannya dinyatakan dengan kekuatan). Kedua kegagalan yang

tergantung pada waktu (ketahanan terhadap kegagalannya dinyatakan dengan umur

atau life time). Pada penelitian ini, masalah kegagalan yang diteliti adalah kegagalan

yang diakibatkan oleh perawatan/pemeliharaan yang kurang baik.

2.2 Jenis-Jenis Pemeliharaan

Dalam pelaksanaan pemeliharaan menurut Patrick (2001), Rausand (2004),

konsep pemeliharaan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance) serta perawatan pencegahan

(preventive maintenance). Kedua sistem perawatan tersebut memiliki peranan yang

sama pentingnya dan umumnya dilakukan bersamaan dan saling mendukung.

Universitas Sumatera Utara


10

2.2.1 Preventive maintenance

Menurut pendapat Patrick (2001, 401) preventive maintenance adalah

kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-

kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat

menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu proses produksi.

Menurut Bloon (2006), tindakan preventive maintenance itu sendiri terbagi

atas tiga tindakan yaitu time directed, condition directed, dan Failure Finding,

dimana masing-masing tindakan tersebut digunakan pada tingkatan yang berbeda.

Time directed dan condition directed mencegah terjadinya kegagalan pada

tingkat komponen, sedangkan Failure finding adalah tindakan preventive

maintenance yang bertujuan mencegah timbulnya konsekuensi kegagalan pada

tingkat plant. Hal tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Tindakan Preventive Maintenance

Pemeliharaan preventif, tidak seperti pemeliharaan korektif, merupakan

praktik mengganti komponen atau subsistem sebelum gagal dalam rangka

meningkatkan operasi sistem secara kontinyu. Jadwal pemeliharaan preventif

Universitas Sumatera Utara


11

didasarkan pada pengamatan perilaku sistem masa lalu, mekanisme keausan

komponen dan pengetahuan komponen mana yang penting untuk operasi sistem yang

berkelanjutan. Biaya selalu menjadi faktor dalam penjadwalan perawatan preventif.

Reliabilitas juga bisa menjadi faktor tapi biaya adalah istilah yang lebih umum karena

kehandalan dan risikonya dapat dinyatakan dari sisi biaya. Biasanya, secara finansial

lebih bijaksana untuk mengganti komponen atau komponen yang tidak gagal pada

interval yang telah ditentukan daripada menunggu kegagalan sistem yang dapat

menyebabkan gangguan operasi yang mahal (Oseghale, 2014).

2.2.2 Corrective Maintenance

Menurut pendapat Patrick (2001, p401) corrective maintenance (CM)

merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan setelah mesin atau fasilitas produksi

mengalami kerusakan atau gangguan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

Kegiatan CM ini sering disebut dengan kegiatan reparasi atau perbaikan. CM

biasanya tidak dapat kita rencanakan dahulu karena kita hanya bisa memperbaikinya

setelah terjadi kerusakan, bahkan terkadang perbaikan tersebut bisa tertunda dan

terlambat.

Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat

tidak dilakukannya preventive maintenance maupun telah diterapkannya preventive

maintenance, akan tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas produksi atau

peralatan yang ada tetap rusak. Dalam hal ini, kegiatan corrective maintenance

Universitas Sumatera Utara


12

bersifat perbaikan yaitu menunggu sampai kerusakan terjadi terlebih dahulu,

kemudian baru diperbaiki agar fasilitas produksi maupun peralatan yang ada dapat

dipergunakan kembali dalam proses produksi sehingga operasi dalam proses produksi

dapat berjalan lancar dan kembali normal.

2.3 Strategi Pemeliharaan

Peralatan / mesin merupakan bagian yang tidak terpisahkan di lantai produksi.

Seiring dengan pertambahan usia dan ditambah lagi dengan permintaan pelanggan

yang berubah-ubah tentu akan mempengaruhi kehandalan dan masa pakai peralatan

(Wayenbergh & Pintelon, 2002). Oleh karena itu, perlu dibuat strategi pemeliharaan

yang baik untuk menjaga kehandalan dan menambah masa pakai peralatan.

Strategi pemeliharaan adalah teknik pendekatan untuk sebuah kebijakan yang

bergantung kepada beberapa faktor/indikator untuk mencapai tujuan perawatan/

maintenance (Alsyouf, 2007). Menurut Pintelon (2006), strategi pemeliharaan secara

umum menunjukkan perpektif dari kebijakan pemeliharaan. Menurut Stanojevic et. al

(2000 &2004), strategi pemeliharaan merupakan satu dari banyak faktor yang

mempengaruhi keefektifan dari sistem maintenance. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa strategi pemeliharaan berkaitan dengan kebijakan pemeliharaan

yang diambil oleh pihak manajemen yang bergantung pada beberapa faktor/indikator

sebagai upaya untuk mempengaruhi keefektifan system pemeliharaan.

Universitas Sumatera Utara


13

Dalam penelitian Afefy (2010) yang menjadi faktor/indikator dalam strategi

pemeliharaan adalah Mean-time between failure (MTBF), total maintenance cost,

mean time to repair (MTTR), dan Availability dengan tujuan untuk mengurangi

perbaikan peralatan yang rusak tiba-tiba. Jian, et.al (2016) menggunakan safety,

availability, kesiapan operasi, Mean Time To Failure (MTTF) dan Mean Time

Between Unscheduled Replacement (MTBUR) untuk mengoptimasi interval

pemeliharaan preventif. Nafis, et.al (2015) dalam artikelnya menjadikan MTBF,

MTTR, total biaya pemeliharaan, pelaksanaan pemeliharaan korektif, safety, tindakan

preventif yang berlebih, kemampuan respon pada plan yang padam (keseluruhan atau

sebagian), dan lingkungan dengan tujuan meminimumkan maintenance dan downtime

serta meminimumkan biaya siklus hidup peralatan sebagai faktor untuk strategi

pemeliharaannya. Yssaad, et. al (2014) melihat beberapa faktor / indikator dalam

strategi pemeliharaannya yaitu, reliability, unreliability, failure rate, costs, MTBF,

MTTR, availability, dan maintainability. Yssaad, et. al (2015) menggunakan

reliability, maintainability, mean availability, safety, unreliability, costs, MTTF,

failure rate, MDT, mean uptime, repair rate, MTTR.

2.4 Pemilihan Strategi Maintenance

Dalam beberapa dekade terakhir ini banyak penelitian telah dilakukan di

seluruh dunia mengenai pemilihan strategi perawatan. Beberapa di antaranya adalah

M. Bevilacqua dkk. (Maret 2000), penelitian ini membahas tentang pemilihan strategi

Universitas Sumatera Utara


14

perawatan di pabrik yang masih dalam tahap konstruksi. Kemungkinan alternatif

dipertimbangkan sebagai pencegahan, perawatan berbasis kondisi, perbaikan dan

oportunistik. Ada sekitar 200 fasilitas yang harus dipilih oleh kebijakan perawatan

terbaik. Sebuah strategi ditetapkan berdasarkan kondisi teknis di lapangan dan biaya

yang ditimbulkannya (Mahapatra, 2015).

Strategi pemeliharaan adalah "metode manajemen yang digunakan untuk

mencapai tujuan pemeliharaan". Definisi ini memberikan indikasi yang jelas tentang

betapa pentingnya strategi pemeliharaan, karena memerlukan banyak hal untuk

dipertimbangkan sekaligus, seperti jenis perawatan, tenaga kerja, waktu dan tempat

yang paling sesuai untuk mencapai tujuan pemeliharaan. Strategi perawatan

bergantung pada serangkaian proses yang terorganisir, seperti pencarian dan seleksi,

sebelum keputusan diterapkan (Albarkoly, 2015).

Penelitian terus dikembangkan agar dapat menemukan strategi pemeliharaan

yang sesuai dengan spesifikasi industri yang ada. Pemilihan strategi yang salah akan

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, seperti kehilangan pangsa pasar yang

diakibatkan downtime peralatan/mesin yang tinggi sehingga jumlah produksi yang

dihasilkan tidak maksimal, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan menjadi tinggi

dikarenakan kegagalan premature peralatan/mesin, dan bahkan kehilangan asset yang

diakibatkan oleh kegagalan peralatan/mesin. Menurut Jian, et.al (2016), rencana

maintenance tradisional berbasis usia yang dihasilkan berdasarkan rekomendasi dari

Universitas Sumatera Utara


15

manufaktur, otoritas, dan standar yang ada biasanya tidak dapat menghindari

sebagian besar kegagalan yang tidak terduga.

Menurut Mobley (2004), dengan mengoptimalkan preventive maintenance,

maka downtime dan kegagalan prematur mesin dapat dicegah. Preventive

maintenance dan replacement dapat meningkatkan reliability dan availibility dari

suatu system (Kamran S. Moghaddam and John S.Usher, 2010). Pengaplikasian

preventive maintenance juga dilakukan oleh Jian, et. al (2016) dalam penelitiannya

untuk menjaga peralatan dan menurunkan kegagalan tidak terduga yang dapat

menyebabkan perawatan korektif mahal dan kehilangan produksi.

Banyak penelitian menggunakan metode Reliability Centered Maintenance

(RCM) dalam mengidentifikasi kebutuhan preventive maintenance seperti tulisan

Cheng, et. al (2008) yang menyatakan bahwa RCM sebagai prosedur untuk

mengidentifikasi kebutuhan preventive maintenance dari sistem yang kompleks yang

sudah diakui dan diterima di berbagai industri. Penelitian yang dilakukan J.H. Heo,

et. al (2014) adalah mengiplementasikan RCM untuk komponen transmisi pada

industri tenaga listrik dengan menggunakan partical swarm optimization (PSO) untuk

mengekstrak strategi maintenance yang optimal berdasarkan usia komponen.

2.5 Reliability Centered Maintenance (RCM)

Pada tahun 1960, sebuah konsep baru, Reliability Centered Maintenance

(RCM) telah dikembangkan. Awalnya RCM digunakan pada industri pesawat

Universitas Sumatera Utara


16

terbang, dan berorientasi pada perawatan pesawat terbang (Dekker, 1996). RCM

adalah kerangka kerja terstruktur dan proses secara logis untuk mengoptimalkan

sumber daya pemeliharaan dan pemeliharaan aset fisik. RCM difokuskan untuk

melestarikan fungsi sistem, bukan melestarikan aset fisik. RCM menganalisis fungsi,

potensi kegagalan peralatan dan dilakukan melalui tujuh langkah sistematis untuk

mengevaluasi "reliabilitas inheren", manajemen risiko. RCM dimungkinkan dengan

pemilihan strategi perawatan yang efektif dan akan menawarkan "keandalan"

peralatan (Altaf, 2014).

Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah sebuah proses teknik logika

untuk menentukan tugas-tugas pemeliharaan yang akan menjamin sebuah

perancangan system keandalan dengan kondisi pengoperasian yang spesifik pada

sebuah lingkungan pengoperasian yang khusus. Dengan kata lain Reliability Centred

Maintenance (RCM) dapat didefenisikan suatu proses yang digunakan untuk

menentukan apa yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap aset fisik terus

melakukan apa pun yang penggunanya ingin lakukan dalam konteks operasi

(Moubray, 1997).

Reliability Centered Maintenance merupakan teknik yang lebih maju dan

merupakan pengembangan Preventive Maintenance dalam menjamin aset beroperasi

sesuai dengan fungsi dan desain aslinya. Disisi lain, Al-Ghamdi, dkk (2005) juga

berpendapat bahwa metode Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah

pendekatan yang efektif untuk pengembangan program-program PM dalam

Universitas Sumatera Utara


17

meminimalkan kegagalan peralatan dan menyediakan plant di industri dengan alat-

alat yang efektif dan kapasitas optimal untuk memenuhi permintaan pelanggan dan

unggul dalam persaingan (Berger, 2007).

Dengan penerapan sistem kebijaksanaan perawatan yang tepat dan sistematis,

metode RCM dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dengan mereduksi biaya

perawatan namun tetap mempertahankan nilai dan keandalan dari asset yang dimiliki

oleh suatu perusahaan sebagai strategi dalam menghadapi lingkungan yang

kompetitif. Selain itu, metode RCM mempunyai keunggulan dalam menentukan

program pemeliharaan yang berfokus pada komponen atau mesinmesin yang kritis

(critical item list) dan menghilangkan kegiatan perawatan yang tidak diperlukan

dengan menentukan interval pemeliharaan yang optimal.

Menurut Rousand (1998) dalam proses RCM diperlukan 7 (tujuh) pertanyaan

mengenai aset atau system dalam melakukan tinjauan, adapun pertanyaan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Apa fungsi dan standar performa yang diharapkan dari aset dalam

pengoperasiannya (fungsi)?

2. Dalam wujud apa saja dapat aset tersebut tidak memenuhi fungsinya

(kegagalan fungsi)?

3. Apa yang menyebabkan kegagalan (moda kegagalan)?

4. Apa yang terjadi saat terjadi kegagalan (efek kegagalan)?

5. Apa akibat dari masing-masing kegagalan (konsekuensi kegagalan)?

Universitas Sumatera Utara


18

6. Apa yang sebaiknya dilakukan untuk meramalkan atau mencegah

kegagalan (tindakan preventif dan intervalnya)?

7. Apa yang sebaiknya dilakukan apabila tidak ditemukan tindakan preventif

yang cocok (tindakan standar)?

Program RCM secara umum adalah sebuah program yang digunakan oleh

industri/pabrik untuk menjaga kehandalan peralatan/fasilitas sesuai dengan standard

performance peralatan/fasilitas yang ada di dalamnya. Program preventif

maintenance (PM) yang berlaku baik dan efektif akan mampu menciptakan

kehandalan sesuai standard performance.

Menurut Bloom (2006) program RCM memiliki tiga fase/tahap, yaitu:

1. Tahap yang terdiri dari mengidentifikasi peralatan yang penting untuk

keselamatan instalasi, pembangkit (atau produksi), dan perlindungan aset.

2. Tahap yang terdiri dari menentukan tugas-tugas yang diperlukan PM untuk

peralatan diidentifikasi dalam fase 1. Tugas-tugas ini harus berjalan dengan

baik dan efektif.

3. Tahap yang terdiri dari pelaksanaan tugas yang ditentukan dalam fase 2

dengan benar.

Penerapan RCM terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya

adalah operasi yang dilakukan oleh mesin atau peralatan, kegagalan fungsi yang

berpotensi terjadi, konsekuensi dan alternatif pencegahan yang dapat dilakukan. Satu

hal yang menarik menurut peneliti yang sangat diperhatikan oleh RCM yaitu

Universitas Sumatera Utara


19

kegagalan fungsi. Kegagalan merupakan kondisi yang tidak memuaskan. Akibatnya,

jika informasi kegagalan ditemukan sangat banyak di lantai produksi, maka hal ini

akan membutuhkan beberapa pengetahuan tentang kondisi yang relevan. Seorang

pengawas di ruang mesin mungkin sering mengamati dan mencatat kegagalan

beberapa elemen. Oleh karena itu, pertanyaan tentang prevalensi kegagalan sangat

dibutuhkan untuk menghasilkan jawaban yang sesuai untuk mengatasi permasalahan

yang ada.

Kegagalan dapat dideteksi saat melakukan operasi, dengan pengamatan, atau

mereka dapat ditemukan melalui sebuah program pencegahan. Kegagalan tersebut

adalah "kegagalan fungsional", ketidakmampuan item (system-equipment-unit-part)

untuk memenuhi standard kinerja yang ditentukan. Kehilangan fungsi yang lengkap

jelas merupakan kegagalan fungsional. Setelah mendefinisikan kegagalan fungsional

tertentu, mungkin dapat dilakukan untuk mengidentifikasi atau menentukan beberapa

kondisi pra-kegagalan yang mengindikasikan bahwa kegagalan sudah dekat. Kondisi

seperti ini disebut "potensi kegagalan". Kemampuan untuk menentukan dan

mendeteksi potensi kegagalan merupakan bagian yang sangat penting dalam

perancangan program perawatan modern.

Konsekuensi paling penting dari kegagalan adalah ancaman terhadap

keselamatan. Ancaman terhadap keselamatan adalah ancaman terhadap kehidupan,

anggota badan, atau kesehatan kru atau orang lain. Ancaman terhadap kondisi

peralatan tidak termasuk. Konsekuensi paling mendesak berikutnya dari kegagalan

Universitas Sumatera Utara


20

adalah ancaman terhadap kemampuan operasional. Perlu diingat bahwa jika sistem

yang menyediakan kemampuan operasional memiliki redundansi yang mencegah

beberapa kegagalan menyebabkan hilangnya fungsi sistem, maka kehilangan

kemampuan operasional bukanlah konsekuensi dari kegagalan tunggal. Kegagalan

fungsi tersembunyi atau jarang digunakan tidak menimbulkan konsekuensi langsung.

Kendati demikian, konsekuensi utama mereka mungkin berdampak buruk pada

kemampuan keselamatan atau operasional. Hasil ini mungkin sangat parah jika fungsi

tersembunyi, pada kenyataannya akan menyebabkan kegagalan fungsional yang lebih

kritis (Catola, 1983).

2.6 Langkah-langkah Penerapan RCM

Menurut SAE (2002) yang dikutip dari Jagathy, RCM merupakan sebuah

pendekatan yang dapat diterapkan dalam spektrum industri yang luas. Implementasi

RCM yang dijelaskan dalam standar panduan adalah melalui proses 7 langkah berikut

ini:

2.6.1 Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

Berikut ini akan dibahas secara terpisah antara pemilihan sistem dan

pengumpulan informasi.

Universitas Sumatera Utara


21

1. Pemilihan Sistem

Ketika memutuskan untuk menerapkan program RCM pada fasilitas ada

dua hal yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu:

a. Sistem yang akan dilakukan analisis.

Proses analisis RCM sebaiknya dilakukan pada tingkat sistem bukan

pada tingkat komponen. Dengan proses analisis pada tingkat sistem akan

memberikan informasi yang lebih jelas mengenai fungsi dan kegagalan

fungsi komponen terhadap sistem.

b. Proses Analisis

Seluruh sistem akan dilakukan proses analisis dan bila tidak bagaimana

dilakukan pemilihan sistem. Biasanya tidak semua sistem akan

dilakukan proses analisis. Hal ini disebabkan karena bila dilakukan

proses analisis secara bersamaan untuk dua sistem atau lebih proses

analisis akan sangat luas. Selain itu, proses analisis akan dilakukan

secara terpisah, sehingga dapat lebih mudah untuk menunjukkan setiap

karakteristik sistem dari fasilitas (mesin/peralatan) yang dibahas.

2. Pengumpulan Informasi

Pengumpulan informasi berfungsi untuk mendapatkan gambaran dan

pengertian yang lebih mendalam mengenai sistem dan bagaimana sistem

bekerja. Pengumpulan informasi juga akan dapat digunakan dalam analisis

RCM pada tahapan selanjutnya. Informasi-informasi yang dikumpulkan

Universitas Sumatera Utara


22

dapat melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan sejumlah

buku referensi. Informasi yang dikumpulkan antara lain cara kerja mesin,

komponen utama mesin, spesifikasi mesin dan rangkaian sistem

permesinan

2.6.2 Pendefinisian Batasan Sistem

Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari

kekompleksitasan fasilitas, karena itu perlu dilakukan definisi batas sistem. Lebih

jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk menghindari tumpang tindih

antara satu sistem dengan sistem lainnya.

2.6.3 Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi

Menurut IAEA-TEC DOC 658 (1992), deskripsi sistem dan diagram blok

fungsi merupakan representasi dari fungsi-fungsiutama sistem yang berupa blok–blok

yang berisi fungsi–fungsi dari setiap subsistem yang menyusun sistem tersebut, maka

dibuat tahapan identifikasi detail dari sistem yang meliputi: deskripsi sistem, blok

diagram fungsi, dan System Work Breakdown Structure (SWBS).

1. Deskripsi Sistem

Langkah pendeskripsian sistem diperlukan untuk mengetahui komponen-

komponen yang terdapat di dalam sistem tersebut dan bagaimana

komponen-komponen yang terdapat dalam sistem tersebut beroperasi.

Universitas Sumatera Utara


23

Sedangkan informasi fungsi peralatan dan cara sistem beroperasinya dapat

dipakai sebagai informasi untuk membuat dasar untuk menentukan

kegiatan pemeliharaan pencegahan. Keuntungan yang didapat dari

pendeskripsian sistem adalah:

a. Sebagai dasar informasi tentang desain dan cara sistem beroperasinya

yang dipakai sebagai acuan untuk kegiatan pemeliharaan pencegahan

di kemudian hari.

b. Diperoleh pengetahuan sistem secara menyeluruh.

c. Dapat diidentifikasi parameter-parameter yang menyebabkan

kegagalan sistem.

2. Blok Diagram Fungsi

Melalui pembuatan blok diagram fungsi suatu sistem maka masukan,

keluaran dan interaksi antara susb-sub sistem tersebut dapat tergambar

dengan jelas.

3. System Work Breakdown Structure (SWBS)

System Work Breakdown Structure dikembangkan bersamaan dengan

Program Evaluation and Review Technique (PERT) oleh Departemen

Pertahanan Amerika Serikat (DoD). Pada tahap ini akan digambarkan

himpunan daftar peralatan untuk setiap bagian-bagian fungsi sub sistem.

Sistem ini terdiri dari dua komponen utama yaitu diagram dan kode dari

subsistem/komponen.

Universitas Sumatera Utara


24

2.6.4 Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Pada bagian ini, proses analisis difokuskan pada kegagalan fungsi, bukan

kegagalan peralatan. Biasanya kegagalan fungsi memiliki dua atau lebih kondisi yang

menyebabkan kegagalan parsial, minor maupun mayor pada sistem.

2.6.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain

sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari sistem

yang terdiri dari komponen-komponen dan menganalisis pengaruh-pengaruhnya

terhadap keandalan sistem tersebut (Dyadem Engineering Corp. 2003). Tujuan utama

dari FMEA adalah untuk menemukan dan memperbaiki permasalahan utama yang

terjadi pada setiap tahapan dari desain dan proses produksi untuk mencegah produk

yang tidak baik sampai ke tangan pelanggan, yang dapat membahayakan reputasi

perusahaan. Konsep FMEA adalah sebagai alat perencanaan kualitas untuk

mengidentifikasi kegagalan atau kerusakan. FMEA juga mengidentifikasi kegagalan

(kemunginan, mekanisme, pengaruh, mode deteksi, dan kemungkinan pencegahan).

Hasil dari FMEA berupa rencana tindakan untuk eliminasi atau penyelidikan

kegagalan.

Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah salah satu teknik

sistematis pertama untuk analisis kegagalan. Ini dikembangkan oleh para insinyur

Universitas Sumatera Utara


25

keandalan pada akhir tahun 1950 untuk menentukan masalah yang dapat timbul dari

pada sistem militer. Modus Kegagalan dan Analisis Efek sering menjadi langkah

awal dalam studi sistem keandalan. Ini melibatkan peninjauan sebanyak mungkin

tentang komponen, rakitan dan subsistem untuk mengidentifikasi kemungkinan mode

kegagalan dan sebab dan akibat dari kegagalan tersebut. Untuk setiap komponen,

mode kegagalan dan efek yang dihasilkannya pada keseluruhan sistem ditulis ke

bentuk FMEA tertentu (Vatn, 2007).

FMEA secara harfiah adalah:

1. Failure yaitu prediksi kemungkinan kegagalan atau cacat.

2. Mode yaitu penentuan mode kegagalan.

3. Effect yaitu identifikasi pengaruh tiap komponen terhadap kegagalan.

4. Analysis yaitu perbaikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyebab.

FMEA berusaha mengidentifikasi kemungkinan failure mode (deskripsi fisik

kegagalan), failure mechanism (proses yang menyebabkan kegagalan, dan failure

effect (akibat yang ditimbulkan oleh kegagalan) pada kinerja.FMEA

mengidentifikasikan metode mendeteksi failure mode dan kemungkinan

pencegahannya. FMEA juga merupakan suatu pendekatan sistematis yang

mengidentifikasikan failure mode yang potensial. FMEA digunakan untuk

mengidentifikasi karakteristik proses atau desain kritis yang memerlukan

pengendalian khusus untuk mencegah atau mendeteksi failure mode. Peran FMEA

antara lain:

Universitas Sumatera Utara


26

1. Mengevaluasi sistematis produk dan proses.

2. Pembuktian kegagalan dan identifikasi kegagalan.

3. Dokumentasi potensial untuk produk atau proses yang tidak memenuhi

syarat.

Kegunaan FMEA adalah:

1. Meningkatkan kualitas, reliability, dan keamanan dari produk dan proses.

2. Meningkatkan daya saing.

3. Meningkatkan kepuasan konsumen.

4. Mengurangi waktu dan biaya untuk pengembangan produk.

5. Melakukan dokumentasi aksi yang perlu dilakukan untuk mereduksi

resiko.

Risk Priority Number (RPN) adalah sebuah pengukuran dari resiko yang

bersifat relatif. RPN diperoleh melalui hasil perkalian antara rating Severity,

Occurrence dan Detection. RPN ditentukan sebelum mengimplementasikan

rekomendasi dari tindakan perbaikan, dan ini digunakan untuk mengetahui bagian

manakah yang menjadi prioritas utama berdasarkan nilai RPN tertinggi.

RPN = Severity * Occurrence * Detection

RPN = S * O * D ……………………………………(2.1)

Hasil RPN menunjukkan tingkatan prioritas peralatan yang dianggap beresiko

tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada tiga komponen yang

membentuk nilai RPN . Ketiga komponen tersebut adalah:

Universitas Sumatera Utara


27

1. Severity (Keparahan)

Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh

kegagalan terhadap keseluruhan mesin. Severity tersusun atas angka 1

hingga 10. Kriteria penentuan severity dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Penentuan Nilai Severity


EFEK RANKING KETERANGAN
Tingkat keseriusan operator maintenance dan
Berbahaya tanpa ada 10 keselamatan tidak sesuai dengan peraturan
peringatan pemerintah yang tidak disertai peringatan.
Berbahaya dan ada Tingkat operator maintenance dan keselamatan
peringatan 9 tidak sesuai dengan peraturan pemerintah yang
disertai peringatan
Sangat Tinggi 8 Downtime lebih dari 8 jam
Tinggi 7 Downtime diantara 4 – 8 jam
Sedang 6 Downtime diantara 1 - 4 jam
Rendah 5 Downtime diantara 0,5 – 1 jam
Sangat Rendah 4 Downtime diantara 10 - 30 menit
Kecil 3 Downtime terjadi hingga 10 menit
Variasi parameter proses tidak didalam batas
spesifikasi. Pengaturan atau pengendalian
Sangat Kecil 2
proses lainnya dibutuhkan selama
produksi.Tidak terdapat downtime
Variasi parameter proses didalam batas
spesifikasi. Pengaturan atau pengendalian
Tidak Ada 1
proses dapat dilakukan selama maintenance
rutin.

2. Occurence (Frekuensi Kejadian)

Occurence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan atau kegagalan.

Occurence berhubungan dengan estimasi jumlah kegagalan kumulatif yang

muncul akibat suatu penyebab tertentu pada mesin. Nilai rating Occurence

antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi

memiliki nilai kumulatif yang tinggi atau sangat sering terjadi.Tingkatan

frekuensi terjadinya kegagalan (occurrence) dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Universitas Sumatera Utara


28

Tabel 2.5 Penentuan Nilai Occurrence


Rating Probability of Occurance
10 Lebih besar dari 50 per 7200 jam penggunaan
9 35-50 per 7200 jam penggunaan
8 31-35 per 7200 jam penggunaan
7 26-30 per 7200 jam penggunaan
6 21-25 per 7200 jam penggunaan
5 15-20 per 7200 jam penggunaan
4 11-14 per 7200 jam penggunaan
3 5-10 per 7200 jam penggunaan
2 Lebih kecil dari 5 per 7200 jam penggunaan
1 Tidak pernah sama sekali
Sumber: Dyadem Engineering Corp.

3. Detection (Deteksi)

Detection diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini

yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyebab atau mode

kegagalan. Kriteria penilaian detection dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Detection


Rating Detection Design Control

10 Tidak mampu terdeteksi


9 Kesempatan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk terdeteksi
8 Kesempatan yang sangat rendah dan sulit untuk terdeteksi
7 Kesempatan yang sangat rendah untuk terdeteksi
6 Kesempatan yang rendah untuk terdeteksi
5 Kesempatan yang sedang untuk terdeteksi
4 Kesempatan yang cukup tinggi untuk terdeteksi
3 Kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi
2 Kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi
1 Pasti terdeteksi
(Sumber: Harpco Systems)

Universitas Sumatera Utara


29

2.6.6 Criticality Analysis untuk Komponen-Komponen Plant

Analisis kekritisan adalah sebuah alat untuk mengevaluasi bagaimana

kegagalan peralatan-peralatan mempengaruhi kinerja organisasi dari dalam rangka

sistematis peringkat aset-aset pabrik untuk pelaksaan pekerjaan prioritas, klasifikasi

bahan, pengambangan PM/PdM, dan inisiatif perbaikan kehandalan (Gomaa. 2003).

2.6.7 Logic Tree Analysis (LTA)

Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) memiliki tujuan untuk memberikan

prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan fungsi, kegagalan fungsi

sehingga status mode kerusakan tidak sama. Prioritas suatu mode kerusakan dapat

diketahui dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dalam LTA

ini. Analisis kekritisan menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam satu dari

empat kategori. Empat hal yang penting dalam analisis kekritisan yaitu sebagai

berikut:

1. Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah

terjadi ganguan dalam sistem?

2. Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah

keselamatan?

3. Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau

sebagian mesin terhenti?

Universitas Sumatera Utara


30

4. Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi

dalam 4 kategori, yakni:

a. Kategori A (Safety problem)

b. Kategori B (Outage problem)

c. Kategori C (Economic problem)

d. Kategori D (Hidden failure)

Pada Gambar 2.2 dapat dilihat struktur pertanyaan dari Logic Tree Analysis

(LTA).

Gambar 2.2 Struktur Logic Tree Analysis (Desphande& Modak. 2002)

Universitas Sumatera Utara


31

2.6.8 Pemilihan Tindakan

Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini

akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Perawatan

preventif (PM) dilakukan sesuai dengan tugas yang terencana atau spesifikasi yang

telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah atau menemukan kegagalan

perangkat keras sebelum berdampak pada keselamatan, atau operasi atau beberapa

fungsi pendukung penting lainnya. Rencana atau spesifikasi ini setidaknya memiliki

dua elemen penting yaitu objek dan waktu pelaksanaan. Seluruh gagasan tentang

pemeliharaan preventive bergantung pada keyakinan bahwa, semua hal

dipertimbangkan, pengguna akan lebih baik dengan melakukan tugas PM daripada

tidak melakukannya (Catola, 1983).

Menurut Neil B. Bloom (2006) terdapat tiga jenis tindakan yang dapat dipilih

sesuai dengan kondisi dari mesin atau peralatan yang digunakan.

1. Condition Directed (CD) adalah tindakan yang diambil biasanya

menganalisa, memantau kondisi suatu komponen untuk menentukan

apakah operasi akan berjalan lancar atau gagal.

2. Time Directed (TD) adalah tindakan yang diambil biasanya mencakup

pergantian dan perbaikan komponen mesin dengan prioritas tertentu.

3. Finding Failure (FF) adalah tindakan yang diambil dengan tujuan untuk

menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan

berkala.

Universitas Sumatera Utara


32

2.7 Keandalan (Reliability)

Reliability dapat didefenisikan sebagai probabilitas suatu sistem atau produk

dapat beroperasi dengan baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu kondisi tertentu

dan waktu yang telah ditentukan (Ebelling. 1997). Pemeliharaan komponen atau

peralatan tidak bisa lepas dari pembahasan mengenai keandalan (reliability). Selain

keandalan merupakan salah satu ukuran keberhasilan sistem pemeliharaan juga

keandalan digunakan untuk menentukan penjadwalan pemeliharaan sendiri. Akhir-

akhir ini konsep keandalan digunakan juga pada berbagai industri, misalnya dalam

penentuan interval penggantian komponen mesin.

Fungsi reliabilitas adalah fungsi matematis yang menunjukkan hubungan

reliabilitas dengan waktu. Nilai reliabilitas adalah nilai probabilitas, dan kemudian

nilai fungsi reliabilitas (R) berada pada rentang 0≤R≥1. (Beetling, 1997)

dilambangkan sebagai fungsi reliabilitas R(t) dari sistem m jika digunakan untuk unit

t Dari waktu. Konsep waktu dalam kehandalan adalah time to failure (TTF). Pada

dasarnya perhitungan reliabilitas mengikuti fungsi yang sesuai dengan distribusi

masing-masing komponen atau mesin. Terdapat empat jenis distribusi yang umum

digunakan dalam perhitungan fungsi reliabilitas yaitu weibull, normal, lognormal dan

eksponential.

Jika distribusi waktu kegagalan suatu komponen, subsistem atau sistem

mengikuti distribusi Weibull, maka:

Universitas Sumatera Utara


33

1. Persamaan fungsi distribusi Weibull reliabilitas (Dhilon B.2005, Ebeling

C.1997)

  t    
R(t) = exp     ……………………………….(2.2)
    

2. Laju kegagalan distribusi Weibull

 1
 t   
λ=    …………………..……………….(2.3)

3. Mean Time to Failure (MTTF)

 1
MTTF =   r 1   ……………………………….(2.4)
 

Jika distribusi waktu antara kegagalan sistem mengikuti distribusi normal

(Dhilon B.2005, Ebeling C.1997).

1. Keandalan persamaan fungsi distribusi normal sebagai berikut.

𝑡−𝜇
𝑅 𝑡 =1−𝜙 ................................................(2.5)
𝜎

2. Laju kegagalan distribusi normal

𝑡−𝜇 2
exp ⁡
[− ]
2𝜎 2
𝜆 𝑡 = ∞ …………………..………(2.6)
𝑡
exp ⁡
[− 𝑡−𝜇 2𝜎 2 ]𝑑𝑡
2

3. Mean time to failure (MTTF)

MTTF= μ………………………………………….(2.7)

Jika distribusi waktu antara kegagalan mengikuti distribusi lognormal,

(Dhilon B.2005, Ebeling C.1997).

Universitas Sumatera Utara


34

1. Persamaan fungsi distribusi reliabilitas lognormal

………….…………….(2.8)

2. Laju kegagalan distribusi lognormal

………….…………… ………(2.9)

3. Mean time to failure (MTTF)

……….…………… …..…(2.10)

Jika distribusi waktu antara kegagalan sistem mengikuti distribusi

eksponensial, (Dhilon B.2005, Ebeling C.1997).

1. Fungsi reliabilitas persamaan distribusi eksponensial

……….…………… ……..…(2.11)

2. Laju kegagalan distribusi eksponensial

……..…….…………… ……..…(2.12)

3. Mean time to failure (MTTF)

……..…….…………… …..…(2.13)

2.8 Identifikasi Distribusi

Pengujian distribusi data merupakan tugas yang sangat umum dalam statistik

dan terdiri dari pemilihan pemodelan distribusi probabilitas variabel acak, serta

Universitas Sumatera Utara


35

estimasi parameter untuk distribusi tersebut. Hal ini membutuhkan pertimbangan dan

keahlian dan umumnya membutuhkan proses iteratif pilihan distribusi, estimasi

parameter, dan kualitas penilaian. Pemilihan distribusi dilakukan berdasarkan nilai P-

value yang terbesar dengan menggunakan Software Easy Feat Professional.

Pengujian distribusi dilakukan untuk menemukan estimasi parameter yang terpilih

(Muller, 2015).

Dengan mengumpulkan data, pencocokan distribusi secara teoritis dapat

dipandang sebagai 3 tahapan proses yang terdiri dari:

1. Identifikasi distribusi, rumus-rumus yang digunakan dapat dilihat pada

lampiran.

2. Pendugaan parameter distribusi kehandalan.

3. Menampilkan distribusi data dengan uji Goodness of fit test.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

3.1 Model Konseptual

Kerangka teoritis adalah suatu model konseptual yang menunjukkan

hubungan logis antara faktor/ variabel yang telah diidentifikasi penting untuk

menganalisis masalah penelitian. Dengan kata lain, kerangka teoritis menjelaskan

pola hubungan antar semua faktor/variabel yang terkait.

Menurut Yssaad, Dkk (2014) Reliability Centered Maintenane (RCM)

merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan strategi

perawatan dengan biaya yang efektif dan peningkatan kapabilitas (kemampuan) dari

mesin yang digunakan. Pada penelitian ini indikator yang digunakan dalam strategi

perawatan (maintenance) adalah nilai kehandalan (reliability), ketidakhandalan

(unreliability), laju kegagalan (failure rate), rata-rata tingkat kegagalan (MTBF),

rata-rata tingkat perbaikan (MTTR) dan ketersedian pengoperasian mesin

(availability).

Berdasarkan penjelasan dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan,

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengurangan downtime paper

machine dengan cara memperbaiki strategi maintenance. Dengan demikian yang

menjadi kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di

bawah ini.

36
Universitas Sumatera Utara
37

Kehandalan

Ketidakhandalan

Strategi
Laju Kegagalan
Pemeliharaan

MTBF

MTTF

Ketersediaan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel kriteria yang nilainya atau valuenya

dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Yang menjadi variabel dependen

pada penelitian ini adalah:

1. Strategi Maintenance

Merupakan teknik pendekatan untuk sebuah kebijakan yang bergantung

kepada beberapa faktor/indikator untuk mencapai tujuan perawatan/

maintenance (Alsyouf, 2007).

Universitas Sumatera Utara


38

3.2.2 Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen

baik secara positif ataupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1. Kehandalan, kemampuan mempertahankan fungsi dari mesin/ peralatan

pada prestasi yang diharapkan dan pada kondisi yang ditentukan (Dhillon,

2006).

2. Ketidakhandalan, merupakan kebalikan dari reliability yang menunjukkan

ketidakmampuan fungsi peralatan untuk menghasilkan prestasi dan kondisi

yang diharapkan (Dhillon, 2006).

3. Laju Kegagalan, merupakan tingkat waktu probabilitas kegagalan suatu

fungsi dari mesin/ peralatan (Smith, 2004).

4. Mean Time Beetween Failure (MTBF), waktu rata-rata yang dibutuhkan

sebuah komponen dari awal pengoperasian sampai pengoperasian

selanjutnya setelah melewati fase kerusakan (Vatn, 2007).

5. Mean Time To Repair (MTTR), merupakan waktu rata-rata yang

dibutuhkan untuk memperbaiki fungsionalitas sistem atau komponen yang

gagal (Nasa, 2008).

6. Ketersedian mesin, waktu ketersediaan sistem atau mesin dapat digunakan

atau dioperasikan dengan baik (Nasa, 2008).

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

RANCANGAN PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi

kertas rokok (cigarette paper) dalam bentuk bobbin dan kertas A3 yang berlokasi di

Medan. Penelitian ini dilakukan pada Januari 2017 sampai April 2017.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research).

Penelitian tindakan ialah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan

temuan-temuan praktis/untuk keperluan pengambilan keputusan operasional

(Sinulingga, 2011). Tujuannya adalah untuk pengambilan keputusan operasional guna

mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru.

4.3 Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan

wawancara dengan pihak manajemen dan bagian maintenance mengenai hal yang

berkaitan dengan objek penelitian serta dalam melengkapi data yang diperoleh selama

observasi dilakukan.

39

Universitas Sumatera Utara


40

4.3.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari perusahaan. Data

primer dalam penelitian ini melalui wawancara yang dilakukan pada bagian

maintenance dan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Data sekunder terdiri dari data mesin produksi, frekuensi

kerusakan mesin, data downtime dan interval waktu kerusakan.

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu:

1. Teknik observasi

Teknik observasi yaitu teknik yang dilakukan dengan pengamatan

langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Data yang dikumpulkan

dengan teknik observasi ini yang dikumpulkan secara langsung sehingga

memberikan data dan informasi yang jauh lebih lengkap dan jelas.

2. Teknik wawancara

Teknik wawancara dilakukan secara langsung dengan menggunakan

format tanya jawab yang terstruktur maupun tidak terstruktur untuk

memenuhi kelengkapan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


41

3. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi atau dokumenter adalah teknik pengumpulan data

dengan menghimpun data melalui dokumen-dokumen. Data yang

dikumpulkan dengan teknik dokumentasi ini yaitu data jumlah mesin,

frekuensi kerusakan mesin, data waktu mesin rusak, waktu mesin

diperbaiki, waktu yang diperlukan untuk mengkoordinasikan tugas-tugas

dalam aktivitas maintenance atau perbaikan, waktu yang diperlukan untuk

mesin kembali beroperasi dengan normal, dan flow process produksi.

4.3.2 Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka tahap selanjutnya adalah dilakukan

pengolahan data menggunakan pendekatan Reliability Centered Maintenance (RCM).

Prosedur pengolahan data dilakukan melalui uraian berikut ini:

1. Penerapan Reliability Centered Maintenance (RCM)

Penerapan Reliability Centered Maintenance (RCM) dilakukan untuk

menemukan pemilihan tindakan yang tepat dalam strategi pemeliharaan.

penerapan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengikuti alur yang

ditunjukkan pada Gambar 4.1.

2. Pemilihan Pola Distribusi.

3. Perencanaan Jadwal Perawatan Komponen Mesin Kritis.

Universitas Sumatera Utara


42

MULAI

Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

Pendefinisian Batasan Sistem

Deskripsi Sistem dan Diagram Fungsi

Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Logic Tree Analysis (LTA)

Pemilihan Tindakan

SELESAI

Gambar 4.1 Penerapan Reliability Centered Maintenance

4.4 Rekomendasi

Rekomendasi merupakan alternatif usulan jadwal perencanaan maintenance

paper machine yang dapat diterapkan pada PT. XYZ, Medan.

Universitas Sumatera Utara


43

4.5 Kesimpulan dan saran

Kesimpulan penelitian diperoleh berdasarkan hasil usulan tindakan perawatan.

Sedangkan saran merupakan masukan terhadap perusahaan agar mampu

mengelaborasi hasil penelitian. Selain itu saran juga diberikan untuk pelaksanaan

penelitian sejenis berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di lantai produksi PT. XYZ. Data yang

dikumpulkan pada penelitian ini adalah data Downtime mesin, dan data historis

kerusakan mesin periode Januari 2016 sampai pada Desember 2016.

5.1.1 Pengumpulan Data Downtime Mesin

Data downtime yang terdapat pada PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Data Downtime Paper Machine Tahun 2016

Bulan Downtime (Jam) Jam Operasi (Jam) % Downtime


Januari 92,79 599,22 15,49%
Februari 102,57 651,84 15,74%
Maret 123,98 700,34 17,70%
April 108,19 634,29 17,06%
Mei 164,68 648,05 25,41%
Juni 125,64 676,83 18,56%
Juli 77,35 585,04 13,22%
Agustus 118,77 676,57 17,55%
September 80,27 565,10 14,20%
Oktober 144,22 714,80 20,18%
November 102,87 551,22 18,66%
Desember 112,76 557,44 20,23%
Sumber: PT. XYZ

44
Universitas Sumatera Utara
45

5.1.2 Data Historis Kerusakan Paper Machine

Paper machine mengalami kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan

komponen-komponen kritis yang terdapat pada masing-masing sub sistem pada

mesin tersebut. Tabel 5.2 ini merupakan uraian dari komponen kritis pada paper

machine yang mengalami kerusakan.

Tabel 5.2 Uraian Kerusakan Komponen Paper Machine

Nomor Equipment Kode Komponen Frekuensi Total


A-1 Carbon Guide 30
A Dryer Drum A-2 Spring 15 60
A-3 Rotary Join 15
B-1 Anti Friction Bearing 20
Condensate
B B-2 Bearing Bush 20 60
Drain
B-3 Mechanical Seall ID 24 20
Hydra C-1 Knives In Z 30 C 13 12
C Pulper 16
Agitator C-2 V-Belt SPC 6700 4
D-1 Vane Insert 8
D Sydra Pulper 12
D-2 Oil Seal ZF 20 4
Wear Ring f 120 - f
E-1 20
85 x 40
E-2 Press Capter 21
Pressure Ring IE 772 071
E E-3 25 104
Screen PAULSTRA
E-4 Joint R 40 20
Joint V-Ring, Type V
E-5 18
150
Bearing No: 23034 K
F-1 30
C3
Dryer Adapter Sleeve AH
F F-2 30 120
Bearing 3034
F-3 Lock Nut KM 32 30
F-4 Lock Washer MB 32 30
Sumber: PT. XYZ

Universitas Sumatera Utara


5.1.3 Data Interval Waktu Antar Kerusakan Komponen Paper Machine

Interval waktu kerusakan antar komponen merupakan selang waktu antara kerusakan saat ini dengan kerusakan

setelahnya pada komponen yang sama. Tabel 5.3 merupakan data selang waktu antar kerusakan komponen paper machine.

Tabel 5.3 Interval Waktu Kerusakan Komponen Kritis Paper Machine

Interval Waktu Kerusakan (Hari)


Wear Joint
Knives V- Oil Ring V- Bearing Adapter Lock
Anti Ring IE Lock
Carbon Rotary Bearing Mechanical In Z Belt Vane Seal f 120 Press Joint Ring, No: Sleeve Nut
No Spring Friction 772 071 Washer
Guide Join Bush Seall ID 24 30 C SPC Insert ZF -f Capter R 40 Type 23034 AH KM
Bearing PAULSTRA MB 32
13 6700 20 85 x V K C3 3034 32
40 150
1 12 27 21 16 13 22 29 94 46 92 19 20 14 18 20 13 15 9 12
2 10 23 29 19 17 15 31 95 43 89 19 16 16 20 19 13 15 9 16
3 15 21 27 17 16 20 31 89 43 91 18 17 13 19 16 11 8 15 12
4 9 25 22 16 21 22 31 87 47 87 19 19 16 20 21 10 10 11 13
5 15 25 27 17 17 21 30 45 19 16 12 16 22 14 10 12 11
6 9 25 22 18 20 13 29 46 20 18 14 17 20 9 12 11 12
7 9 23 21 19 17 19 31 48 19 21 15 19 17 10 9 13 10
8 11 24 25 21 13 21 33 47 18 16 12 16 21 14 10 14 10
9 14 21 26 19 22 20 31 17 21 16 21 18 14 8 9 12
10 16 23 25 17 16 18 29 17 14 15 18 18 13 8 15 13
11 11 24 21 21 18 14 29 21 15 15 18 18 14 11 11 9
12 16 23 22 20 20 19 31 16 19 16 18 20 14 17 12 13
Sumber: PT. XYZ

46
44
Universitas Sumatera Utara
47

Tabel 5.3 (Lanjutan)

Interval Waktu Kerusakan (Hari)


Wear Joint
Knives V- Oil Ring V- Bearing Adapter Lock
Anti Ring IE Lock
Carbon Rotary Bearing Mechanical In Z Belt Vane Seal f 120 Press Joint Ring, No: Sleeve Nut
No Spring Friction 772 071 Washer
Guide Join Bush Seall ID 24 30 C SPC Insert ZF -f Capter R 40 Type 23034 AH KM
Bearing PAULSTRA MB 32
13 6700 20 85 x V K C3 3034 32
40 150
13 12 22 25 19 17 20 18 15 16 19 22 10 17 14 10
14 9 27 26 22 15 14 17 17 16 15 17 12 13 13 11
15 9 22 26 20 20 19 17 21 12 17 21 12 11 14 10
16 10 13 21 20 17 16 15 18 22 12 8 15 10
17 13 14 21 20 17 17 17 19 21 11 15 11 13
18 16 19 21 13 18 13 16 18 22 13 15 15 14
19 8 14 19 14 19 18 17 20 11 8 10 13
20 14 21 21 21 20 19 12 19 10 13 11 12
21 9 17 17 13 13 13 12
22 13 15 11 11 9 9
23 8 12 12 16 9 14
24 14 13 14 9 15 10
25 14 13 13 11 11 8
26 8 12 9 9 15
27 13 16 12 11 10
28 15 10 11 11 15
29 8 11 17 9 12
30 15 13 13 14 11
Sumber: PT. XYZ

47
Universitas Sumatera Utara
48

5.1.4 Waktu Perbaikan Korektif Komponen Kritis

Setiap komponen mesin memiliki waktu perbaikan korektif yang berbeda

dengan komponen lainnya. Waktu yang diperlukan untuk memperbaiki komponen-

komponen kritis yang disebutkan pada Tabel 5.2 sebelumnya dapat dilihat pada Tabel

5.4.

Tabel 5.4 Data Waktu Perbaikan Komponen Kritis Paper Machine Tahun 2016

Equipment Komponen Kritis Waktu Perbaikan (Jam)


Carbon Guide 4
Dryer Drum Spring 5
Rotary Join 4
Anti Friction Bearing 5
Condensate Drain Bearing Bush 4
Mechanical Seall ID 24 4
Hydra Pulper Knives In Z 30 C 13 4
Agitator V-Belt SPC 6700 4
Vane Insert 6
Sydra Pulper
Oil Seal ZF 20 3
Wear Ring f 120 - f 85 x 40 4
Press Capter 4
Ring IE 772 071
Pressure Screen 3
PAULSTRA
Joint R 40 3
Joint V-Ring, Type V 150 4
Bearing No: 23034 K C3 4
Adapter Sleeve AH 3034 3
Dryer Bearing
Lock Nut KM 32 3
Lock Washer MB 32 4
Sumber: PT. XYZ

44
Universitas Sumatera Utara
49

Keterangan:

Waktu perbaikan komponen kritis diambil dari rata-rata waktu yang dibutuhkan

untuk memperbaiki komponen selama periode 2016.

5.2 Pengolahan Data

5.2.1 Identifikasi Sistem Perawatan Aktual

Sistem perawatan mesin dan peralatan pada PT. XYZ adalah sebagai berikut:

1. Perawatan mesin sebelum proses pengolahan dimulai

Perawatan dilakukan dengan membersihkan mesin-mesin.

2. Pembersihan mesin setelah proses pengolahan selesai

Membersihkan serbuk-serbuk yang terdapat pada mesin setelah

pengolahan kertas rokok selesai.

3. Pembongkaran mesin untuk mengganti komponen mesin yang rusak

Perawatan dilakukan dengan mengganti atau memperbaiki komponen

yang rusak bila terdapat kegagalan fungsi akibat kerusakan komponen-

komponen pada mesin tertentu.

4. Pembongkaran mesin secara keseluruhan jika diperlukan

Pembongkaran mesin secara keseluruhan dilakukan apabila mesin tidak

dapat berfungsi sama sekali. Lamanya waktu perbaikan bervariasi

tergantung pada kerusakan yang ditemukan pada waktu pembongkaran.

Tingkat kerusakan paper machinen berdasarkan pengumpulan data yang

telah dilakukan masih tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh konsep perawatan

Universitas Sumatera Utara


50

yang dilakukan belum optimal. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

dengan manager produksi, faktor-faktor penyebab kerusakan komponen paper

machine dapat digolongkan ke dalam 3 bagian, yaitu:

1. Manusia (Man)

Rendahnya ketelitian operator menjadi faktor penyebab dimana kurangnya

pemahaman operator terhadap spesifikasi dari mesin produksi. Selain itu

adanya gangguan kesehatan operator menjadikan tidak fokus dalam

melakukan pekerjaannya.

2. Mesin/Peralatan

Kerusakan komponen mesin juga disebabkan oleh kondisi dari mesin itu,

dalam hal ini yang dimaksud adalah umur ekonomis, kesalahan operasi

dan perawatan yang kurang tepat.

3. Metode Kerja

Proses perawatan yang kurang baik, dimana sistem perawatan perusahaan

sudah menerapkan preventif maintenance. Namun, pada pelaksanaannya

masih terdapat beberapa kekurangan secara teknis diantaranya jadwal

yang kurang tepat, konsep yang kurang matang dan sebagainya.

5.2.2 Reliability Centered Maintenance

Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan sebuah proses teknik

logika untuk menentukan tugas-tugas pemeliharaan yang akan menjamin sebuah

perancangan system keandalan dengan kondisi pengoperasian yang spesifik pada

Universitas Sumatera Utara


51

sebuah lingkungan pengoperasian yang khusus (Timoty C Kister, 2006). Langkah-

langkah yang dibutuhkan untuk menerakan konsep reliability centered maintenance

adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

2. Pendefinisian Batasan Sistem

3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi

4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

5. Failure Mode and Effect Analysisi (FMEA)

6. Logic Tree Analysis (LTA)

7. Pemilihan Tindakan

5.2.2.1 Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi

Proses analisis RCM dilakukan pada sebuah sistem yang memiliki beberapa

komponen kritis didalamnya. Sistem yang akan dianalisa menggunakan RCM terlebih

dahulu didefinisikan agar penyelesaian tidak meluas kepada sistem-sistem yang

lainnya. Proses analisis RCM ini dilakukan pada paper machine, dikarenakan paper

machine merupakan mesin yang memberikan kontribusi paling besar terhadap hasil

produksi. Selain itu, paper machine juga memiliki komponen-komponen kritis yang

layak dianalisa untuk meningkatkan efisiensi dari paper machine.

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat frekuensi kerusakan dari komponen-

komponen kritis yang terdapat pada paper machine. Kerusakan ini mengakibatkan

Downtime pada paper machine masih tinggi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan

Universitas Sumatera Utara


52

informasi yang bertujuan untuk memperoleh data terkait dengan paper machine.

Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui pengamatan langsung ke lantai

produksi, wawancara dengan bagian produksi dan data historis yang diberikan oleh

pihak perusahaan.

5.2.2.2 Pendefinisian Batasan Sistem

Pendefinisian batasan sistem sangat diperlukan dalam proses RCM ini. Hal

ini bertujuan untuk membatasi pembahasan dan menghindari tumpang tindih antara

satu sistem dengan sistem lainnya. Dengan adanya batasan yang jelas tentang apa

yang dilibatkan dan tidak dilibatkan dalam analisis RCM, komponen kritis yang

menjadi objek pengamatan akan semakin jelas dan tidak buram. Selain itu

pendefinisian sistem bertujuan untuk memberikan gambaran input dan output yang

dihasilkan dari analisis sistem yang akan dilakukan. Seperti yang dijelaskan pada

bagian sebelumnya bahwa sistem yang dianalisa adalah paper machine. Paper

machine memiliki beberapa bagian, namun yang diambil dalam penelitian ini hanya

sebagian, yaitu bagian yang memiliki komponen kritis paling dominan.

Sub sistem dari paper machine yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Dryer Drum 6. Dryer Bearing

2. Condensate Drain

3. Hydra Pulper Agitator

4. Sydra Pulper

5. Pressure Screen

Universitas Sumatera Utara


53

5.2.2.3 Deskripsi Sistem dan Blok Fungsi

5.2.2.3.1 Deskripsi Sistem

Sistem yang menjadi objek pengamatan adalah paper machine. Paper

Machine merupakan bagian yang berfungsi untuk pembuatan kertas rokok di lantai

produksi. Uraian dari proses pembuatan kertas rokok di paper machine adalah

sebagai berikut.

1. Pembersihan bubur kertas

Larutan pulp dari machine chest dibersihkan kotorannya melalui centi

cleaner agar endapan di dalam buburan kertas seperti pasir dan juga

benda-benda padatan lainnya, biji besi, batu kerikitl, dan lain-lain dapat

disaring dan dikeluarkan. Kemudian larutan digiling kembali dan

dihaluskan melalui stock master refiner sehingga kosistensinya tinggal

24–28 gr/ltr, dan kemudian buburan dimasukkan melalui high pressure

screen ke fourdinier.

2. Fourdinier

Buburan dari high pressure screen dimasukkan ke dalam head box

untuk dibagi rata atas wire yang berjalan. Buburan di atas wire tersebut

diayak dan diatur sedemikian rupa agar berat dasar (basis weight)

kertas diperoleh. Berat dasar kertas pada pembuatan kertas rokok

merupakan elemen/parameter yang terpenting sehingga proses ini

sangat diperhatikan. Kemudian buburan digiling lagi dengan dandy roll

Universitas Sumatera Utara


54

agar benar-benar homogeny. Dan setelah itu, buburan akan dibentuk

menjadi lembaran-lembaran.

3. Pressing

Lembaran (sheet) kemudian ditarik oleh pick-up press untuk

mengeluarkan air yang masih dikandungnya, walaupun masih basah

kertas tersebut sudah cukup kuat untuk ditarik. Kandungan air sesudah

proses ini diharapkan menjadi sekitar 60%-65%.

4. Embrossing

Setelah di press maka pada tahap ini dicetak garis-garis horizontal

(verge marking). Pencetakan ini dilakukan pada saat lembaran kertas

melewati roll yang sudah di set sesuai garis yang diinginkan.

5. Pengeringan I

Setelah dibentuk garis, kertas dikeringkan secara bertahap pada dryer I.

Pengeringan ini dilakukan pada roll dryer yang berjumlah sepuluh roll.

Dimana lembaran tersebut secara bergantian melewati roll-roll dan

panas dari roll tersebut akan mengeringkan kertas.

6. Pemberian Zat Kimia

Kertas yang sudah dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam size

press, yang kemudian ditambahkan zat kimia pada kertas dengan

menyentuhkan kertas pada roll yang berputar.

Universitas Sumatera Utara


55

7. Pengeringan II

Kertas yang ditambahkan zat kimia kembali basah sehingga perlu

dilakukan pengeringan kembali melalui dryer II dimana dryer tersebut

berbentuk roll sebanyak lima buah.

8. Pencetakan Logo

Kertas yang sudah kering kemudian diberi logo perusahaan (merek)

dari konsumen yang memesan. Apabila pada proses repping ini masih

dijumpai kertas yang tidak memenuhi standar maka bagian Filli

Grainedharus membuangnya (sebagai broke) setebal 1 cm.

9. Penggulungan Kertas

Kertas yang sudah diberi logo kemudian digulung dengan on rell

sehingga berbentuk gulungan besar atau disebut dengan jumbo roll.

10. Pemotongan Kertas

Roll yang lebih kecil dari jumbo roll kemudian dipotong kembali

menjadi roll dengan ukuran sesuai dengan permintaan konsumen pada

roll slitter. Dari roll slitter selanjutnya dibawa ke mesin ream cutter

ataupun bobbin slitter. Pada proses ini juga dilakukan pemeriksaan

kembali.

5.2.2.3.2 Blok Fungsi

Adapun diagram fungsi paper machine dalam proses pembuatan kertas

rokok ditunjukkan pada Gambar 5.1.

Universitas Sumatera Utara


56

Gambar 5.1 Blok Fungsi Paper Machine Pembuatan Kertas Rokok

5.2.2.3.2 System Work Breakdown Structure

Berdasarkan penjelasan sebelumnya sistem yang diamati pada penelitian

ini adalah paper machine. Bagaian dari paper machine yang akan dibahas adalah

bagian yang memiliki komponen kritis dengan frekuensi yang paling tinggi. Pada

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 5.5 ini merupakan tampilan system work breakdown structure dari paper

machine tersebut. SWBS merupakan struktur yang menggambarkan sejumlah

komponen, mesin, unit proses, dan sub sistem yang dapat mengakibatkan

kegagalan/downtime dalam sebuah sistem kerja. Pada tahapan ini akan digambarkan

himpunan daftar komponen untuk setiap bagian-bagian fungsi sub sistem.

Tabel 5.5 SWBS Paper Machine

Kode Equipment Kode Komponen Kritis


A-1 Carbon Guide
A Dryer Drum A-2 Spring
A-3 Rotary Join
B-1 Anti Friction Bearing
B Condensate Drain B-2 Bearing Bush
B-3 Mechanical Seall ID 24
Hydra Pulper C-1 Knives In Z 30 C 13
C
Agitator C-2 V-Belt SPC 6700
D-1 Vane Insert
D Sydra Pulper
D-2 Oil Seal ZF 20
E-1 Wear Ring f 120 - f 85 x 40
E-2 Press Capter
Ring IE 772 071
E Pressure Screen E-3
PAULSTRA
E-4 Joint R 40
E-5 Joint V-Ring, Type V 150
F-1 Bearing No: 23034 K C3
F-2 Adapter Sleeve AH 3034
F Dryer Bearing F-3 Lock Nut KM 32
F-4 Lock Washer MB 32
Sumber: Pengolahan Data

5.2.2.4 Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Fungsi sistem dan kegagalan fungsi dideskripsikan dengan menggunakan

simbol/kode, dimana angka pertama menunjukan nama unit proses, angka kedua

Universitas Sumatera Utara


58

menunjukkan fungsi unit proses dan angka ketiga menunjukan kegagalan fungsi unit

proses. Pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi unit proses digambarkan dengan

keterangan sebagai berikut.

1. Huruf melambangan nama unit dari paper machine.

2. Angka pertama menggambarkan komponen kritis pada paper machine.

3. Angka kedua melambangkan kegagalan fungsi unit proses.

Lebih jelasnya tentang deskripsi fungsi sistem dan kegagalan fungsi dapat

dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Kode Kode
Kode Uraian Kegagalan
Deskripsi Kegagalan Uraian Fungsi
Fungsi Fungsi
Fungsi fungsi
Menganggkat atau
Ditemukan sisa-sisa
menghilangkan sisa-sisa
karbon pada komponen-
A-1 A11 karbon yang tidak
komponen paper
dibutuhkan di dalam
machine
mesin
Membantu kinerja shock
A Spring aus dan tidak
A-2 A12 agar dapat kembali ke
bekerja secara optimal
posisi semula
Fluida tidak dapat
Mendistribusikan aliran
dialirkan karena adanya
A-3 A13 fluida ke dalam dryer
sumbatan pada
drum
komponen
Menahan/menyangga
Gesekan shaft terlalu
komponen-komponen
kuat dengan
B-1 B11 mesin yang bergerak
melemahnya antifriction
untuk mengurangi gesekan
bearing
pada shaft
B Merupakan sebuah
bantalan yang digunakan
B-2 B12 Bearing sompel
untuk tempat poros
berputar
Mencegah terjadinya
B-3 B13 Adanya kebocoran fluida
kebocoran fluida

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 5.6 (Lanjutan)

Kode Kode
Kode Uraian Kegagalan
Deskripsi Kegagalan Uraian Fungsi
Fungsi Fungsi
Fungsi fungsi
Mata Knives tumpul
Melakakukan pemotongan
C-1 C11 sehingga potongan tidak
kertas
sempurna
C Penyambung daya antar
Putaran poros tidak
poros melalui pully
C-2 C12 mengikuti laju putaran
mengikuti laju putaran
mesin
pada mesin
D-1 D11 Pipa sebagai aliran fluida Pipa pecah
Sebagai penyekat atau
Oil seal bocor
perapat pada bagian yang
D menyebabkan cairan dan
saling disambungkan
D-2 D12 debu masuk ke dalam
terhadap kebocoran cairan,
komponen mesin yang
debu, udara dan menjaga
lain
tekanan
Memperkecil kebocoran
cairan yang melewati
E-1 E11 bagian depan impeller Ring patah
ataupun bagian belakang
impeller
Tekanan pada kertas
Mengatur/mengkondisikat
terlalu kuat disebabkan
E-2 E12 tekanan pada kertas pada
press capter yang
paper machine
semakin longgar
E
penguat ikatan antara baut
E-3 E13 baut dan mur goyang
dan mur
penghubung poros
transmisi dan
terhadap output transmisi,
sambungan stir tidak
E-4 E14 sambungan stir dan poros
tersambung dengan
penggerak sesuai dengan
poros
sudut yang terjadi
penguat hubungan poros
E-5 E15 Joint V-Ring pecah
dengan output transmisi
untuk mengurangi gesekan Gesekan antar
F-1 F11 antara dua komponen di komponen semakin
dalam mesin mengeras
F Tegangan mesin
untuk mengatur dan
semakin tinggi
F-2 F12 menurunkan tegangan di
disebabkan melemahnya
dalam mesin
fungsi adapter

Universitas Sumatera Utara


60

Tabel 5.6 (Lanjutan)

Kode Kode
Kode Uraian Kegagalan
Deskripsi Kegagalan Uraian Fungsi
Fungsi Fungsi
Fungsi fungsi
berfungsi sebagai
F-3 F13 mur utama longgar
pengunci posisi mur utama
F untuk menjamin nut tidak
F-4 F14 mudah kendor akibat mur aur dan longgar
getaran atau vibrasi
Sumber: Pengolahan Data

5.2.2.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

FMEA berfungsi untuk memprediksi komponen mana yang sering

mengalami kerusakan dan sejauh mana pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara

keseluruhan sehingga komponen tersebut dapat perlakuan yang lebih dengan tindakan

pemeliharaan yang tepat. FMEA menggambarkan tingkat keseringan kejadian,

kerusakan, keparahan dan tingkat deteksi kerusakan yang dinyatakan dengan nilai

RPN (Risk Priority Number). Nilai RPN yang dihasilkan menunjukkan tingkat

prioritas perbaikan untuk area yang terdapat dalam sistem.

RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effect (severity),

kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan

dengan effect (occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum

terjadi (detection). RPN dapat ditunjukkan dengan menggunakan persamaan

RPN= Severity x Occurance x Detection ………………..(5.1)

Universitas Sumatera Utara


61

Hasil yang ditunjukkan dari perhitungan RPN merupakan tingkat prioritas

peralatan yang dianggap beresiko tinggi sebagai penunjuka untuk melakukan

tindakan perbaikan. Contoh pengisian tabel FMEA untuk carbon guide adalah

sebagai berikut.

A11 Ditemukan sisa-sisa karbon pada komponen-komponen paper machine

1. Komponen yang mungkin rusak adalah carbon guide

2. Mode kegagalan yang terjadi adalah carbon guide terkontaminasi atau

habis

3. Penyebab kerusakan diantaranya adalah kotoran/debu yang tergabung

dengan carbon guide.

4. Efek kegagalan yang ditimbulkan diantaranya adalah komponen-

komponen mesin kotor dan mengakibatkan mudah rusak.

5. Tingkat severity adalah 5 (mengurangi kenyamanan fungsi penggunaan)

6. Tingkat Occurance adalah 7 (26-30 per 7200 jam penggunaan)

7. Tingkat Detection adalah 5 (Kesempatan yang sedang untuk terdeteksi)

8. Nilai RPN= Severity x occurance x detection = 5 x 7 x 5 = 175

Hasil rekapitulasi perhitungan penentuan Risk Priority Number (RPN)

untuk masing-masing komponen dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 5.7 Penentuan Risk Priority Number

Sub
No Parts Failure Mode Occurance Failure Cause Detection Failure Effect Severity RPN
System
Dryer Ditemukan sisa-sisa
Carbon guide Komponen
Drum Carbon karbon pada
1 7 terkontaminasi 5 mesin kotor dan 5 175
Guide komponen-komponen
atau habis mudah rusak
paper machine
Shock tidak
Spring aus dan tidak elastis dan
2 Spring 5 Aus 3 6 90
bekerja secara optimal semakin
longgar
Aliran fuida
tidak mengalir
Fluida tidak dapat Sisa-sisa
sempurna
dialirkan karena karbon dan
3 Rotary Join 5 3 sehingga 5 75
adanya sumbatan pada kotoran yang
kualitas
komponen tertinggal
komposisi
bahan menuru
Condensate Gesekan shaft terlalu
Anti
Drain kuat dengan Antifriction Kerusakan pada
1 Friction 5 5 8 200
melemahnya bearing pecah komponen
Bearing
antifriction bearing
Komponen
yang
Benturan dan
Bearing bergesekan
2 Bearing sompel 5 gesekan antar 7 6 210
Bush saling
komponen
menghantam
dan pecah
Mechanical Adanya kebocoran Suhu terlalu Campuran
3 5 4 4 80
Seall ID 24 fluida tinggi bahan tumpah

44
Universitas Sumatera Utara
63

Tabel 5.7 (Lanjutan)

Sub
No Parts Failure Mode Occurance Failure Cause Detection Failure Effect Severity RPN
System
Hydra Mata pisau
Pulper Mata Knives tumpul terbentur
Knives In Z Potongan tidak
Agitator 1 sehingga potongan 4 dengan 6 7 168
30 C 13 sempurna
tidak sempurna komponen
lain
Putaran poros tidak Laju putaran tidak
V-Belt
2 mengikuti laju putaran 2 V-belt pecah 5 sesuai dengan 5 50
SPC 6700
mesin perputaran poros
Sydra Gesekan Aliran fluida
Pulper dengan benda menyimpang
1 Vane Insert Pipa pecah 3 6 5 90
padat yang ketempat yang
runcing tidak seharusnya
Oil seal bocor
Cairan, debu dan
menyebabkan cairan
Oil Seal kotoran melekat
2 dan debu masuk ke 2 Oil seal bocor 3 4 24
ZF 20 pada komponen
dalam komponen
mesin
mesin yang lain
Pressure Wear Ring
Kebocoran makin
Screen 1 f 120 - f 85 Ring patah 5 Patah 3 4 60
membesar
x 40
Tekanan pada kertas
Permukaan Kertas yang
Press terlalu kuat disebabkan
2 6 press capter 7 dihasilkan 6 252
Capter press capter yang
tidak rata berlobang
semakin longgar
Ring IE
Baut dan mur
3 772 071 baut dan mur goyang 6 Baut aus 3 8 144
lepas
PAULSTRA

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 5.7 (Lanjutan)

Sub
No Parts Failure Mode Occurance Failure Cause Detection Failure Effect Severity RPN
System
transmisi dan Pergeseran
Output transmisi
sambungan stir tidak transmisi dan
4 Joint R 40 5 6 dan poros tidak 5 150
tersambung dengan joint sompel
terhubung
poros akibat detaran
Joint R 40
Joint V-
Ring pada longgar bahkan
5 Ring, Type Joint V-Ring pecah 5 5 5 125
joint pecah kemungkinan bisa
V 150
lepas
Dryer Benturan antar
Bearing
Bearing Gesekan antar komponen
Bearing No: semakin halus
1 komponen semakin 7 3 mengakibatkan 6 126
23034 K C3 dan tidak
mengeras komponen
berfungsi
tersebut pecah
Tegangan mesin
Aliran tegangan
Adapter semakin tinggi
tidak teratur
2 Sleeve AH disebabkan 7 Adapter rusak 2 7 98
menyebabkan
3034 melemahnya fungsi
mesin cepat rusak
adapter
Lock Nut
3 mur utama longgar 7 Mur aus 3 mur utama lepas 8 168
KM 32
nut kendor
Lock Pengunci pada
sehingga getaran
4 Washer MB mur aur dan longgar 7 lock longgar 5 5 175
dan vibrasi
32 dan terkikis
mengeras
Sumber: Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


65

5.2.2.6 Logic Tree Analysis

Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 5.2 memiliki tujuan untuk mengklasifikasikan failure mode ke dalam

beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritas dalam

penanganan masing-masing failure mode bsrdasarkan kategorinya. Pembentukan

mode kegagalan untuk setiap komponen di dalam sebuah sistem memerlukan

pengelompokan berdasarkan pengaruh yang ditimbulkannya kepada sistem atau

peralatan (Petrovic, 2014). Empat hal yang penting dalam menentukan prioritas

LTA, yaitu:

1. Evident, yaitu apakah operator mengetahui telah terjadi gangguan pada

sistem dalam kondisi normal?

2. Safety, yaitu apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah

keselamatan?

3. Outage, yaitu apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau

sebagian mesin terhenti?

4. Category, yaitu pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab

pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi

dalam 4 kategori, yakni:

a. Kategori A (Safety Problem)

b. Kategori B (Outage Problem)

c. Kategori C (Economic Problem)

d. Kategori D (Hidden Failure)

44
Universitas Sumatera Utara
66

Gambar 5.2 Logic Tree Analysis

Logic Tree Analysis ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan operator

paper machine di lantai produksi sesuai dengan alur pertanyaan pada gambar diatas.

Hasil dari analisis logic tree dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Logic Tree Analysis

No Parts Failure Mode Evident Safety Outage Category


Ditemukan sisa-sisa
Carbon
1 karbon pada komponen- Y T T A
Guide
komponen paper machine
Spring aus dan tidak
2 Spring T T Y B
bekerja secara optimal
Fluida tidak dapat
Rotary
3 dialirkan karena adanya T T Y B
Join
sumbatan pada komponen

Universitas Sumatera Utara


67

Tabel 5.8 (Lanjutan)

No Parts Failure Mode Evident Safety Outage Category


Anti Gesekan shaft terlalu
4 Friction kuat dengan melemahnya T T T D
Bearing antifriction bearing
Bearing
5 Bearing sompel T T Y B
Bush
Mechanical
6 Adanya kebocoran fluida Y Y T A
Seall ID 24
Mata Knives tumpul
Knives In
7 sehingga potongan tidak Y T T C
Z 30 C 13
sempurna
Putaran poros tidak
V-Belt
8 mengikuti laju putaran T T T D
SPC 6700
mesin
Vane
9 Pipa pecah Y Y Y A
Insert
Oil seal bocor
menyebabkan cairan dan
Oil Seal
10 debu masuk ke dalam T T T D
ZF 20
komponen mesin yang
lain
Wear Ring
11 f 120 - f 85 Ring patah T T Y B
x 40
Tekanan pada kertas
Press terlalu kuat disebabkan
12 Y T T C
Capter press capter yang
semakin longgar
Ring IE
13 772 071 Baut dan mur goyang T T Y B
PAULSTRA
Transmisi dan
Joint R
14 sambungan stir tidak T T T D
40
tersambung dengan poros
Joint V-
15 Ring, Type Joint V-Ring pecah T Y Y B
V 150
Bearing
Gesekan antar komponen
16 No: 23034 Y T Y B
semakin mengeras
K C3

Universitas Sumatera Utara


68

Tabel 5.8 (Lanjutan)

No Parts Failure Mode Evident Safety Outage Category


Tegangan mesin semakin
Adapter
tinggi disebabkan
17 Sleeve AH T T T D
melemahnya fungsi
3034
adapter
Lock Nut
18 Mur utama longgar Y T Y B
KM 32
Lock
Mur pendukung aus dan
19 Washer Y T Y B
longgar
MB 32
Sumber: Pengolahan Data

5.2.2.7 Pemilihan Tindakan

Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini

akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Jika tugas

pencegahan secara teknis tidak menguntungkan untuk dilakukan, tindakan standar

yang harus dilakukan bergantung pada konsekuensi kegagalan yang terjadi. Tindakan

yang dipilih dalam RCM harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Aplikatif, tindakan tersebut harus dapat mencegah kegagalan dan

mendeteksi kegagalan. Jika tindakan pencegahan tidak dapat mengurangi

resiko terjadinya kegagalan majemuk sampai suatu batas yang dapat

diterima, maka perlu dilakukan tugas menemukan kegagalan secara

berkala. Jika tugas menemukan kegagalan berkala tersebut tidak

menghasilkan apa-apa, maka keputusan standard selanjutnya yang wajib

dilakukan adalah mendesain ulang sistem tersebut (tergantung dari

konsekuensi kegagalan majemuk yang terjadi).

Universitas Sumatera Utara


69

2. Efektif, tindakan tersebut merupakan pilihan dengan biaya yang paling

efektif. Jika tindakan pencegahan dilakukan, akan tetapi biaya proses

total masih lebih besar daripada jika tidak dilakukan, yang dapat

menyebabkan terjadinya konsekuensi operasional, maka keputusan

awalnya adalah tidak perlu dilakukan maintenance terjadwal (jika hal ini

telah dilakukan dan ternyata konsekuensi operasional yang terjadi masih

terlalu besar, maka sudah saatnya untuk dilakukan desain ulang terhadap

sistem).

Beberapa kategori tindakan pencegahan yang digunakan menurut Neil B.

Bloom (2006) adalah:

1. Condition Directed (CD) adalah tindakan yang diambil biasanya

menganalisa, memantau kondisi suatu komponen untuk menentukan

apakah operasi akan berjalan lancara atau gagal.

2. Time Directed (TD) adalah tindakan yang diambil biasanya mencakup

pergantian dan perbaikan komponen mesin dengan prioritas tertentu.

3. Finding Failure (FF) adalah tindakan yang diambil dengan tujuan untuk

menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan

berkala.

Dalam penyusunan tindakan pada RCM ini digunakan 7 buah pertanyaan

sistematis sehingga setiap komponen kritis dapat dikategorikan pemilihan

tindakannya dengan baik. 7 pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Apakah umur kehandalan untuk kerusakan ini diketahui?

Universitas Sumatera Utara


70

2. Apakah time directed task dapat diterapkan?

3. Apakah condition directed task dapat diterapkan?

4. Apakah mode kegagalan termasuk kategori D?

5. Apakah finding failure task dapat diterapkan?

6. Apakah dari ketiga task tersebut dapat diterapkan?

7. Apakah ditemukan sebuah desain modifikasi untuk mengeliminasi mode

kegagalan dan efek yang ditimbulkan?

Ketujuh pertanyaan tersebut digambarkan ke dalam flowchart yang

ditunjukkan pada Gambar 5.3 di bawah ini. Setiap jawaban dari pertanyaan yang

dihasilkan merupakan pemilihan tindakan perawatan komponen-komponen pada

paper machine PT. XYZ yang ditunjukkan pada Tabel 5.9.

Universitas Sumatera Utara


71

Gambar 5.3 Flowchart Pemilihan Tindakan Perawatan

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.9 Pemilihan Tindakan Perawatan Komponen Paper Machine PT. XYZ

Selection Guide Selection


No Parts Failure Mode
1 2 3 4 5 6 7 Task
Ditemukan sisa-sisa karbon pada komponen-
1 Carbon Guide Y T Y T - Y - CD
komponen paper machine
2 Spring Spring aus dan tidak bekerja secara optimal Y Y Y T - Y - TD
Fluida tidak dapat dialirkan karena adanya
3 Rotary Join Y T Y T - Y - CD
sumbatan pada komponen
Gesekan shaft terlalu kuat dengan melemahnya
4 Anti Friction Bearing Y T Y Y Y Y - FF
antifriction bearing
5 Bearing Bush Bearing sompel Y Y Y T - Y - TD
6 Mechanical Seall ID 24 Adanya kebocoran fluida Y T Y T - Y - CD
Mata Knives tumpul sehingga potongan tidak
7 Knives In Z 30 C 13 Y Y Y T - Y - TD
sempurna
8 V-Belt SPC 6700 Putaran poros tidak mengikuti laju putaran mesin Y T Y Y Y Y - FF
9 Vane Insert Pipa pecah Y Y Y T - Y - TD
Oil seal bocor menyebabkan cairan dan debu masuk
10 Oil Seal ZF 20 Y T Y Y Y Y - FF
ke dalam komponen mesin yang lain
Wear Ring f 120 - f 85 x
11 Ring patah Y Y Y T - Y - TD
40
Tekanan pada kertas terlalu kuat disebabkan press
12 Press Capter Y Y Y T - Y - TD
capter yang semakin longgar
Ring IE 772 071
13 baut dan mur goyang Y Y Y T - Y - TD
PAULSTRA

72
44
Universitas Sumatera Utara
73

Tabel 5.9 (Lanjutan)

Selection Guide Selection


No Parts Failure Mode
1 2 3 4 5 6 7 Task
transmisi dan sambungan stir tidak tersambung
14 Joint R 40 Y T Y Y Y Y - FF
dengan poros
15 Joint V-Ring, Type V 150 Joint V-Ring pecah Y Y Y T - Y - TD
16 Bearing No: 23034 K C3 Gesekan antar komponen semakin mengeras Y Y Y T - Y - TD
Tegangan mesin semakin tinggi disebabkan
17 Adapter Sleeve AH 3034 Y T Y Y Y Y - FF
melemahnya fungsi adapter
18 Lock Nut KM 32 mur utama longgar Y Y Y T - Y - TD
19 Lock Washer MB 32 mur aur dan longgar Y Y Y T - Y - TD
Sumber: PT. XYZ

Universitas Sumatera Utara


74

Pemilihan tindakan pencegahan berdasarkan hasil analisis terhadap FMEA

dan LTA adalah sebagai berikut:

1. Condition Directed (CD) tindakan yang diambil biasanya menganalisa,

memantau kondisi suatu komponen untuk menentukan apakah operasi

akan berjalan lancara atau gagal. Komponen yang termasuk dalam

pemilihan tindakan ini adalah:

a. Carbon Guide

b. Rotary Joint

c. Mechanical Seall ID 24

2. Time Directed (TD) yaitu tindakan yang diambil biasanya mencakup

pergantian dan perbaikan komponen mesin dengan prioritas tertentu.

Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan ini adalah:

a. Spring

b. Bearing bush

c. Knives In Z 30 C 13

d. Vane Insert

e. Wear Ring F 120

f. Press Capter

g. Ring IE 772

h. Joint V-Ring

i. Bearing No 23034 K C3

j. Lock Nut

44
Universitas Sumatera Utara
75

k. Lock Washer

3. Finding Failure (FF) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk

menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan

berkala. Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan ini adalah:

a. Anti Friction Bearing

b. V-belt SPC 6700

c. Oil Seal ZF 20

d. Joint R 40

e. Adapter Sleeve

5.2.3 Pemilihan Pola Distribusi

Berdasarkan hasil analisis RCM pada paper machine, maka perhitungan

reliability hanya didasarkan pada komponen yang bersifat time directed (TD).

Komponen TD merupakan komponen yang memerlukan jadwal untuk perbaikan

(repair) dan pergantian komponen (replacement) secara berkala. Komponen yang

bersifat time directed adalah Spring, Bearing Bush, Knives In Z 30, Vane Insert, Wear

Ring, Press Capter, Ring IE 772 071, Joint V-Ring, Bearing, Lock Nut dan Lock

Washer. Reliability memerlukan bentuk pola data interval kerusakan komponen yang

berdistribusi normal, lognormal, eksponensial, dan weibull. Pengujian pola distribusi

dilakukan dengan menggunakan data interval waktu antar kerusakan tiap-tiap

komponen. Pemilihan distribusi dilakukan berdasarkan nilai P-value yang terbesar

Universitas Sumatera Utara


76

dengan menggunakan Software Easy Feat Professional. Pengujian distribusi

dilakukan untuk menemukan estimasi parameter yang terpilih (Muller, 2015).

Goodness of fit yang digunakan adalah Uji kolmogorov-smirnov. Uji ini

digunakan untuk melihat kesesuaian/kecocokan antara distribusi teoritis (distribusi

dalam reliability) dan distribusi dari data yang teramati, khususnya untuk jumlah data

<35 (Facchinetti, 2009). Hasil rekapitulasi pengujian distribusi menggunakan

software easy feat professional dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Distribusi Komponen Paper Machine


Distribusi Distribusi
No. Komponen Parameter
Normal Weibull Eksponensial Lognormal Terpilih
α=1,697
1 Spring 0,704 0,828 1,80E-05 0,745 Weibull β=3,445
γ= 20,58
α=6,756
Bearing
2 0,429 0,542 2,43E-05 0,370 Weibull β=19,286
bush
γ= 20,30
Knives In Z μ= 30,417
3 0,313 0,181 6,87E-05 0,260 Normal
30 C 13 σ= 1,240
μ= 45,625
4 Vane Insert 0,825 0,744 2,17E-03 0,772 Normal
σ= 1,845
Wear Ring μ= 18,250
5 0,459 0,441 5,12E-07 0,407 Normal
F 120 σ= 1,292
Press μ= 2,847
6 0,772 0,791 5,89E-06 0,921 Lognormal
Capter σ= 0,130
α=8,649
Ring IE
7 0,288 0,425 1,16E-07 0,185 Weibull β=15,308
772
γ= 14,68
α=10,344
Joint V-
8 0,498 0,631 9,28E-06 0,436 Weibull β=20,496
Ring
γ= 17,82
Bearing No
μ= 12,167
9 23034 K 0,396 0,349 4,70E-08 0,272 Normal
σ=1,663
C3

Universitas Sumatera Utara


77

Tabel 5.10 (Lanjutan)


Distribusi Distribusi
No. Komponen Parameter
Normal Weibull Eksponensial Lognormal Terpilih
μ=2,454
10 Lock Nut 0,242 0,288 3,25E-08 0,431 Lognormal
σ=0,183
α=6,945
Lock
11 0,492 0,654 2,36E-07 0,439 Weibull β=12,366
Washer
γ= 7,21
Sumber: Pengolahan Data

5.2.4 Perhitungan Indikator Fungsi Kehandalan

Penentuan konsep keandalan (reliability) didasarkan pada distribusi yang

diperoleh dari hasil pengujian dan parameter dari distribusi tersebut. Dengan

menggunakan persamaan fungsi keandalan dapat diketahui keandalan dari suatu

mesin. Indikator yang digunakan di dalam kehandalan meliputi perhitungan

Reliability, Unreliability, Failure Rate, MTBF, MTTR dan Availability (Ysaad &

Abene, 2015). Fungsi reliabilitas matematis yang menunjukkan hubungan reliabilitas

dengan waktu, dengan nilai (R) berada pada rentang 0≤R≥ 1. (Beetling, 1997).

Komponen spring pada paper machine memiliki distribusi weibull dengan

estimasi parameter α=1,697, β=3,445 dan γ= 20,58.

1. Fungsi Reliabilitas (Dhilon, 2005).

Reliabilitas Sebelum Perbaikan, untuk komponen spring nilai t (rata-rata

interval kerusakan) adalah 23,67.

  t    
R(t) = exp    
    

Universitas Sumatera Utara


78

  23,67  20,58  3, 445 


= exp    
  1,697  

= 0,3886

Reliabilitas Sesudah Perbaikan

  MTTF     
R(t) = exp    
    

  21,4308  20,58  3, 445 


= exp    
  1,697  

= 0,9088.

2. Failure Rate

 1
 t   
λ = 
   

3, 4451
3,445  23,67  20,58 
=
1,697  1,697 

= 8,7647 hari

3. Unreliability

Sebelum Perbaikan

F = 1-R(t)

= 1- 0,377363

= 0,622637

Sesudah Perbaikan

F = 1-R(t)

Universitas Sumatera Utara


79

= 1- 0,9088

= 0,0911

4. Mean Time Beetwen Failure (MTBF)

MTBF merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah komponen dari awal

pengoperasian sampai pengoperasian selanjutnya setelah melewati fase

kerusakan (Vatn, 2007). MTTF (Mean Time to Failure) merupakan

waktu yang dibutuhkan oleh sebuah komponen dari pengoperasian awal

sampai terjadinya kerusakan. Sedangkan MDT (Mean Downtime Failure)

merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah komponen dari terjadinya

kerusakan sampai pada perbaikan terhadap kerusakan tersebut telah

diselesaikan (Vatn, 2007).

MTBF = MTTF + MDT

Mean Time To Failure (MTTF) Sebelum Perbaikan

 1
MTTF =   r 1  
 

 1 
= 20,58  1,697(0,377363)1  
 3,445 

= 21,4308 hari

MTTR = 5 jam (5/24=0,208 hari)

MDT = MTTR + persiapan (1 jam)

= 5 + 1 = 6 jam (6/24=0,25 hari)

MTBF = MTTF + MDT

Universitas Sumatera Utara


80

= 21,4308 + 0,25

= 21,6808 hari

Mean Time To Failure (MTTF) Sesudah Perbaikan

 1
MTTF =   r 1  
 

 1 
= 20,58  1,697(0,9088)1  
 3,445 

= 22,56995 hari

MTTR = 5 jam (5/24=0,208 hari)

MDT = MTTR + persiapan (1 jam)

= 5 + 1 = 6 jam (6/24=0,25 hari)

MTBF = MTTF + MDT

= 22,56995 + 0,25

= 22,81995 hari

5. Availability

Availability menunjukkan probabilitas suatu sistem atau peralatan dapat

digunakan dalam kondisi yang ideal dan sesuai dengan harapan

penggunakan (Nasa, 2008).

Availability sebelum perbaikan

MTBF
A =
MTBF  MTTR

21,6808
= = 0,9905
21,6808  0,25

Universitas Sumatera Utara


81

Availability sesudah perbaikan

MTBF
A =
MTBF  MTTR

22,81995
= = 0,9910
22,81995  0,25

Dengan melakukan cara yang sama diatas, maka perhitungan untuk

indikator reliability, unreliability, failure rate, MTBF, MTTR, dan availability untuk

komponen kritis lainnya dapat dilakukan berdasarkan distribusi masing-masing

komponen. Rekapitulasi hasil perhitungan indikator dari komponen kritis pada paper

machine dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Indikator Kehandalan Komponen Kritis Paper Machine

Indikator Kehandalan
Komponen Reliability Unreliability MTTF MTBF Availability
No Failure
Kritis Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah MDT Sebelum Sesudah MTTR Sebelum Sesudah
Rate
Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan
1 Spring 0.3886 0.9088 0.6114 0.0912 8.7647 21.4308 22.5699 0.25000 21.6808 22.8199 0.208 0.9905 0.9910
Bearing
2 0.4912 1.0000 0.5088 0.0000 16.2887 23.7903 27.4063 0.208333 23.9986 27.6146 0.167 0.9931 0.9940
bush
Knives In Z
3 0.9997 1.0000 0.0003 0.0000 8.6215 30.4170 30.4170 0.208333 30.6253 30.6253 0.167 0.9946 0.9946
30 C 13
4 Vane Insert 0.7967 1.0000 0.2033 0.0000 2.6420 45.6250 45.6250 0.291667 45.9167 45.9167 0.250 0.9946 0.9946
Wear Ring
5 0.4195 0.8065 0.5805 0.1935 5.8319 18.2500 18.2500 0.25000 18.5000 18.5000 0.167 0.9911 0.9911
F 120
Press
6 0.3043 0.8296 0.6957 0.1704 9.6653 17.3823 17.3823 0.208333 17.5906 17.5906 0.208 0.9883 0.9883
Capter
Ring IE
7 0.3152 1.0000 0.6848 0.0000 5.9918 17.5839 23.8940 0.166667 17.7506 24.0607 0.125 0.9930 0.9948
772
Joint V-
8 0.4986 1.0000 0.5014 0.0000 7.1914 23.2292 28.6687 0.208333 23.4375 28.8770 0.167 0.9929 0.9943
Ring
Bearing No
9 23034 K 0.4991 1.0000 0.5009 0.0000 7.4680 12.1670 12.1670 0.25000 12.4170 12.4170 0.167 0.9868 0.9868
C3
10 Lock Nut 0.3076 0.7107 0.6924 0.2893 13.4602 11.8313 11.8313 0.166667 11.9979 11.9979 0.125 0.9897 0.9897
Lock
11 0.6266 0.9920 0.3734 0.0080 5.1322 11.7853 14.4537 0.208333 11.9936 14.6620 0.167 0.9863 0.9888
Washer
Sumber: Pengolahan Data

44

82
Universitas Sumatera Utara
83

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dibuat jadwal (schedule)

pergantian atau perbaikan komponen kritis paper machine melalui nilai mean time to

failure (MTTF). Jadwal yang dihasilkan untuk perawatan menggunakan metode

RCM dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Rencana Jadwal Perawatan Komponen Kritis pada Paper Machine

44
Universitas Sumatera Utara
84

Tabel 5.12 (Lanjutan)

Universitas Sumatera Utara


85

Tabel 5.12 (Lanjutan)

5.2.5 Perbandingan Kehandalan Sebelum dan Sesudah Perbaikan

Perbandingan kehandalan (reliability) komponen kritis sebelum dan sesudah

perbaikan dilakukan untuk melihat peningkatan nilai kehandalan untuk setiap

komponen kritis. Melalui peningkatan reliability, maka availability (ketersediaan

beroperasi) paper machine akan meningkat. Sehingga hal ini dapat digunakan untuk

meningkatkan produktivitas perusahaan dan mengurangi downtime paper machine di

lantai produksi.

Universitas Sumatera Utara


86

Gambar 5.4 Perbandingan Nilai Reliability Sebelum dan Sesudah Melakukan


Perbaikan dengan Metode Reliability Centered Maintenance

Gambar 5.4 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai reliability

setelah melakukan perbaikan strategi maintenance menggunakan metode RCM. Garis

merah menunjukkan nilai reliability setelah melakukan perbaikan terhadap strategi

maintenance, sedangkan garis biru menunjukkan nilai reliability aktual sebelum

melakukan perbaikan. Peningkatan nilai reliability tersebut menyebabkan terjadinya

peningkatan availability setiap komponen kritis yang dapat dilihat pada Gambar 5.5.

44
Universitas Sumatera Utara
87

Gambar 5.5 Perbandingan Nilai Availability Sebelum dan Sesudah Melakukan


Perbaikan dengan Metode Reliability Centered Maintenance

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Analisis Failure Mode and Effect Analysis

Berdasarkan identifikasi masalah, faktor penyebab downtime mesin produksi

kertas rokok dikarenakan adanya kegagalan pada komponen. Dengan tingginya

downtime tersebut, menyebabkan efisiensi paper machine juga rendah. Tingkatan

prioritas yang dianggap beresiko tinggi pada kerusakan komponen ditunjukkan pada

nilai Risk Priority Number (RPN). RPN dipengaruhi oleh tingkat keseriusan effect

(severity), kemungkinan terjadinya cause menimbulkan kegagalan yang berhubungan

dengan effect (occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum

terjadi (detection).Nilai untuk masing-masing komponen yang telah diurutkan

berdasarkan prioritas dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 RPN Kegagalan Komponen Paper Machine

No Parts RPN
1 Carbon Guide 175
2 Spring 90
3 Rotary Join 75
4 Anti Friction Bearing 200
5 Bearing Bush 210
6 Mechanical Seall ID 24 80
7 Knives In Z 30 C 13 168
8 V-Belt SPC 6700 50
9 Vane Insert 90
10 Oil Seal ZF 20 24
Sumber: Pengolahan Data

88
Universitas Sumatera Utara
89

Tabel 6.1 (Lanjutan)

No Parts RPN
11 Wear Ring f 120 - f 85 x 40 60
12 Press Capter 252
Ring IE 772 071
13 144
PAULSTRA
14 Joint R 40 150
15 Joint V-Ring, Type V 150 125
16 Bearing No: 23034 K C3 126
17 Adapter Sleeve AH 3034 98
18 Lock Nut KM 32 168
19 Lock Washer MB 32 175
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan hasil FMEA dapat dilihat bahwa komponen kritis yang paling

utama dan memiliki prioritas paling tinggi adalah bearing bush, antifriction bearing,

carbon guide, press capter dan lock washer.

6.2 Analisis Pengkategorian Komponen Kritis dengan Logic Tree Analysis

Berdasarkan hasil analisis LTA (logic tree analysis) komponen paper

machine dikategorikan ke dalam 4 bagian, yaitu:

1. Kategori A (Safety Problem)

Yaitu komponen yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja pada

karyawan atau operator di lantai produksi. Adapun komponen yang

termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut.

a. Carbon Guide

b. Mechanical seall

Universitas Sumatera Utara


90

c. Vane Insert

2. Kategori B (Outage Problem)

Yaitu komponen yang dapat mengakibatkan kegagalan pada seluruh atau

sebagian sistem. Adapun komponen yang terdapat pada kategori ini adalah

sebagai berikut.

a. Spring

b. Rotary join

c. Bearing Bush

d. Wear Ring f 120 - f 85 x 40

e. Ring IE 772 071 PAULSTRA

f. Joint V Ring

g. Bearing

h. Lock Nut

i. Lock Washer

3. Kategori C (Economic Problem)

Yaitu komponen yang dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomis.

Adapun komponen yang merupakan bagian dari kategori ini adalah sebagai

berikut.

a. Knives In Z 30 C 13

b. Press capter

Universitas Sumatera Utara


91

4. Kategori D (Hidden Problem)

Yaitu komponen kritis yang tidak dapat terdeteksi oleh operator atau

karyawan akan kegagalan fungsinya yang disebabkan karena komponen

tersebut tidak terlihat secara kasat mata.

a. Anti Friction Bearing

b. V-Belt

c. Oil Seal ZF 20

d. Joint R 40

e. Adapter Sleeve

Rekapitulasi hasil penyusunan LTA dapat dilihat pada Tabel 6.2 tersebut

yang diperoleh berdasarkan persentasi kategori kerusakan yang bersifat Outage

problem (B) sebesar 47,36%.

Tabel 6.2 Rekapitulasi Hasil Penyusunan LTA

No Kategori Jumlah Komponen Persentase


1 A 3 15,78%
2 B 9 47,36%
3 C 2 10,53%
4 D 5 26,33%
Jumlah 19 100,00%
Sumber: Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


92

6.3 Perawatan Berdasarkan Pemilihan Tindakan RCM

Berdasarkan hasil pemilihan tindakan untuk komponen paper machine yang

mengalami kegegalan di sistem produksi kertas rokok maka diperoleh beberapa

tindakan pemilihan (Neil B. Bloom, 2006), yaitu:

1. Condition Directed (CD) yaitu tindakan yang diambil biasanya

menganalisa, memantau kondisi suatu komponen untuk menentukan

apakah operasi akan berjalan lancara atau gagal. Komponen yang termasuk

dalam pemilihan tindakan ini adalah:

a. Carbon Guide

b. Rotary Joint

c. Mechanical Seall ID 24

2. Time Directed (T.D) yaitu tindakan yang diambil biasanya mencakup

pergantian dan perbaikan komponen mesin dengan prioritas tertentu.

Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan ini adalah:

a. Spring

b. Bearing bush

c. Knives In Z 30 C 13

d. Vane Insert

e. Wear Ring F 120

f. Press Capter

g. Ring IE 772

h. Joint V-Ring

Universitas Sumatera Utara


93

i. Bearing No 23034 K C3

j. Lock Nut

k. Lock Washer

3. Finding Failure (F.F) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk

menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan

berkala. Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan ini adalah:

a. Anti Friction Bearing

b. V-belt SPC 6700

c. Oil Seal ZF 20

d. Joint R 40

e. Adapter Sleeve

Untuk condition directed (CD) dilakukan perencanaan berupa pemeriksaan

dan pergantian komponen apabila terdapat gejala-gejala kerusakan pada komponen

kritis. Tindakan-tindakan perawatan condition directed (CD) pada komponen paper

machine dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut.

Tabel 6.3 Tindakan Perawatan Condition Directed (CD) pada paper machine

Nomor Komponen Tindakan Condition Directed


Membersihkan sisa-sisa karbon yang terdapat pada
1 Carbon Guide paper machine secara rutin setelah mesin selesai
beroperasi.
Membersihkan kotoran-kotoran kecil yang
2 Rotary Joint
menyebabkan aliran fluida pada dryer drum tersumbat
Membersihkan serpihan-serpihan logam padat pada
Mechanical
3 aliran fluida secara rutin setelah mesin selesai
Seall ID 24
beroperasi
Sumber: Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


94

Sedangkan perencanaan komponen Finding Failure dilakukan berupa

tindakan perawatan untuk menemukan gejala/potensi kerusakan yang tidak dapat

dilihat secara kasat mata. Tindakan yang diambil untuk komponen Finding Failure

dapat dilihat pada Tabel 6.4 berikut.

Tabel 6.4 Tindakan Perawatan Finding Failure (FF) pada paper machine

Nomor Komponen Tindakan Finding Failure


Anti Friction
1 Melakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi
Bearing komponen-komponen yang tidak dapat dilihat secara
V-belt SPC kasat mata. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat
2
6700 apakah komponen-komponen beroperasi sesuai
3 Oil Seal ZF 20 fungsinya. selain itu, dilakukan pembersihan apabila
4 Joint R 40 ditemukan serpihan logam atau kotoran yang
5 Adapter Sleeve mengganggu kinerja komponen tersebut.
Sumber: Pengolahan Data

6.4 Rekomendasi Jadwal Pergantian Komponen Kritis

Berdasarkan hasil pendekatan RCM, untuk meningkatkan efisiensi mesin

maka dilakukan penjadwalan pergantian komponen kritis agar paper machine dapat

bekerja secara optimal. Penjadwalan dilakukan pada komponen yang bersifat Time

Directed (TD) yaitu komponen Spring, Bearing Bush, Knives In Z 30, Vane Insert,

Wear Ring, Press Capter, Ring IE 772 071, Joint V-Ring, Bearing, Lock Nut dan

Lock Washer. Penentuan jadwal pergantian komponen terlebih dahulu dengan

pengujian distribusi menggunakan software easy feat. Setelah itu dilakukan

Universitas Sumatera Utara


95

perhitungan reliability dan MTTF (mean time to failure). Hasil rekapitulasi

perhitungan MTTF dapat dilihat pada Tabel 6.5 berikut.

Tabel 6.5 Rekapitulasi Perhitungan MTTF (Mean Time To Failure)

Nomor Komponen MTTF

1 Spring 22.5699
2 Bearing bush 27.4063
3 Knives In Z 30 C 13 30.4170
4 Vane Insert 45.6250
5 Wear Ring F 120 18.2500
6 Press Capter 17.3823
7 Ring IE 772 23.8940
8 Joint V-Ring 28.6687
9 Bearing No 23034 K C3 12.1670
10 Lock Nut 11.8313
11 Lock Washer 14.4537
Sumber: Pengolahan Data

6.5 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perbaikan Melalui Pendekatan


RCM

Tindakan preventive maintenance yang sudah dilakukan pada saat ini oleh

perusahaan adalah dengan melakukan penjadwalan preventive maintenance.

Penentuan penjadwalan tersebut oleh pihak manajemen dilihat dari umur masa pakai

komponen (biasanya ukuran dalam jam operasi mesin/peralatan), pihak manajemen

perusahaan akan menggunakan data dari vendor/produsen komponen tersebut sebagai

dasar penentuan jadwal penggantian komponen. Akan tetapi umur masa pakai

komponen yang digunakan tersebut dapat berkurang apabila cara pengoperasian

Universitas Sumatera Utara


96

komponen yang tidak benar dan perawatan yang kurang baik (Suripto, 2003). Selain

itu, menurut Wayenbergh dan Pintelon (2002), memaksa mesin/peralatan produksi

untuk bekerja ekstra untuk memenuhi permintaan pasar yang berubah-ubah dapat

memperpendek siklus hidup peralatan/mesin tersebut. Nanang, dkk (2014), juga

menyebutkan bahwa salah satu jenis kegagalan yang terjadi pada komponen

diakibatkan oleh beban dinamis (pembebanan yang berulang-ulang dan berubah-

ubah) dapat menyebabkan suatu material mengalami fracture (patahan).

Selain melakukan preventive maintenance pihak manajemen juga

menggunakan korektif maintenance. Akan tetapi korektif maintenance jika dilakukan

pada komponen yang tidak tepat, maka akan terjadi kerusakan tidak terduga yang

mengakibatkan biaya korektif mahal dan kehilangan produksi (Jian, et,al, 2016).

Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang kongkrit dalam menentukan tindakan

maintenance.

Pada penilitian ini, peneliti membuat usulan rancangan perbaikan strategi

maintenance sebagai tindakan kongkrit untuk mengatasi permasalahan downtime

dengan menggunakan metode RCM. Menurut Yssaad et.al (2014), RCM adalah

metode sistematik untuk menjaga keseimbangan antara preventive maintenance dan

korektif maintenance. Metode ini memilih tindakan preventive maintenance yang

tepat untuk komponen yang tepat pada waktu yang tepat untuk menjangkau solusi

biaya yang lebih efisien. Usulan tersebut adalah melakukan preventive maintenance

dan replacement dimana Preventive maintenance dan replacement dapat

Universitas Sumatera Utara


97

meningkatkan reliability dan availibility dari suatu system (Kamran S. Moghaddam

and John S.Usher, 2010).

Reliability masing-masing komponen kritis mempengaruhi downtime paper

machine untuk memproduksi kertas rokok. Reliability mengacu kepada kemampuan

mesin atau komponen untuk menajalankan fungsinya sesuai dengan seperti yang

diharapkan. Perbandingan reliability sebelum dan sesudah penerapan RCM dapat

dilihat pada grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 6.1 berikut ini.

Gambar 6.1 Perbandingan Reliabiliy Sebelum dan Sesudah Penerapan RCM

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan reliability

komponen kritis paper machine dari sebelum perbaikan dengan rata-rata reliability

sebesar 0,5134 dengan setelah perbaikan dengan rata-rata reliability 0,9316.

Universitas Sumatera Utara


98

Peningkatan reliability ini dapat menyebabkan downtime paper machine di lantai

produksi akan semakin menurun. Hal ini dapat dibuktikan melalui peningkatan nilai

availability dari masing-masing komponen kritis. Availability mengacu kepada

ketersediaan komponen atau mesin untuk beroperasi sesuai dengan fungsinya.

Dengan meningkatnya nilai reliabilitas, maka hal ini juga mengakibatkan availability

komponen semakin tinggi. Secara otomatis downtime yang terjadi pada paper

machine di lantai produksi akan semakin rendah. Untuk lebih jelasnya, peningkatan

nilai availability komponen setelah melakukan perbaikan dapat dilihat pada Gambar

6.2 berikut ini.

Gambar 6.2 Peningkatan Nilai Availability Komponen Kritis pada Paper Machine

Universitas Sumatera Utara


BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan pengamatan dan data historis perusahaan, paper machine

memiliki 19 komponen kritis yang dapat mengurangi efisiensi paper

machine dalam memproduksi kertas rokok. Hasil analisa FMEA

menunjukkan bahwa bearing bush, antifriction bearing, carbon guide,

press capter dan lock washer merupakan komponen yang memiliki tingkat

prioritas paling tinggi.

2. Berdasarkan hasil perhitungan MTTF diperoleh jadwal pergantian

komponen untuk meningkatkan efisiensi paper machine yang dapat

diterapkan oleh perusahaan.

3. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan perusahaan berdasarkan

penelitian ini adalah dengan menyesuaikan tindakan perawatan dengan

kategori komponen kritis. Komponen yang memiliki kategori Condition

Directed dilakukan perawatan melaui pembersihan dan pemeriksaan.

Kategori Time Directed dilakukan perawatan dengan melakukan

99
Universitas Sumatera Utara
100

pergantian dan perbaikan komponen sesuai dengan jadwal yang telah

dihitung melalui pendekatan pengujian distribusi dan MTTF.

4. Hasil perbaikan sistem perawatan menggunakan metode reliability

centered maintenance (RCM) menunjukkan adanya peningkatan nilai raa-

rata reliability dari 0,5134 menjadi 0,9316 untuk komponen kritis di paper

machine. Melalui peningkatan nilai reliability, maka diperoleh

peningkatan availability komponen yang menyebabkan downtime pada

paper machine akan semakin rendah.

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah sebagai

berikut:

1. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan kondisi komponen kritis

sesuai dengan yang diusulkan pada penelitian ini dan menerapkan konsep

RCM untuk mengurangi downtime paper machine.

2. Diperlukan satuan kerja antar operator dalam memperhatikan kondisi

mesin yang dioperasikan agar kegiatan condition monitoring dapat

berjalan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adoghe, Dkk. 2012. Critical Review of Reliability Centred Maintenance (RCM) for
Asset Management in Electric Power Distribution System. Faculty of
Engineering, University of Lagos: Nigeria.
Altaf, Mariam. 2014. Study Reliability Centered Maintenance (Rcm) Of Rotating
Equipment Through Predictive Maintenance. University of the Punjab, Lahore:
Pakistan
Anthony, M. Smith. 2003. RCM Gateway to World Class Maintenance. USA:
Elsevier.
Besterfield, H. Dale. 2003. Quality Control. College of Engineering Southern Illinois
University.
Bloom, Neil. 2006 . Reliability Centred Maintenance: Implementation Made Simple.
London: McGraw-Hill.
Borris, Steven. 1976. Total Productive Maintenance. The McGraw-Hill Companies:
USA.
Brooks, Charlie and Choudhury, Ashok. 2002. Failure Analysis of Engineering
Materials. New York: McGraw-Hill.
Catola, 1983. Reliability-Centered Maintenance Handbook. Principal Deputy
Commander for Logistics: USA
Deepak Mahapatra, Dkk. 2015. Maintenance Strategy And Decision Making – Ahp
Method. Faculty at Bhilai Institute of Technology, Durg (CG): India.
Deepak Prabhakar & Jagathy Raj. 2013. A New Model For Reliability Centered
Maintenance In Petroleum Refineries. Mangalore Refinery and Petrochemicals
Ltd, Mangalore: India.
Devaraj Naik & Pradeep Kumar Soni. 2016. Research Review on Reliability Centred
Maintenance. Department of Mechanical Engineering, Maulana Azad National
Institute of Technology: India.
Deshpande & Modak. 2002. Application of RCM to a Medium Scale Industri. Journal
international Reliability Engineering And System Safety 77. Elsivier, Ltd.
Ebelling, Charles E. 1997. Reliability and Maintainability Engineering. London:
McGraw Hill Compenies inc.

Emovon, ikuobase, et. al. 2016. Elements of Maintenance System and Tools for
Implementation within the Framework of Reliability Centered Maintenance –
a Review. ISSN 21 80-1053 Vol. 8 No. 2 July-December 2016.

101
Universitas Sumatera Utara
102

Facchinetti, Silvia. 2009. A Procedure To Find Exact Critical Values Of


Kolmogorov-Smirnov Test. Dipartimento di Scienze statistiche, Università
Cattolica del Sacro Cuore, Milano: Italia.
Gomaa. A.H. 2003. Maintenanace Planning and Manangament. A Literature Study,
American University in Cairo, Cairo.
Gustav Fredriksson & Hanna Larsson. 2012. An analysis of maintenance strategies
and development of a model for strategy formulation. Department of Product
and Production Development Division of Production Systems: Sweden.
Guo, Jian et. al. Reliability Centered Preventive Maintenance Optimization for
Aircraft Indicators. 978-1-5090-0249-8/16/2016 IEEE.
Health and Safety Executive. 2000. Improving Maintenance a Guide to Reducing
Human Error. USA: HSE.
Jasiulewicz-kaczmarek, M. 2015. Practical Aspects of RCM to select Optimal
Maintenance Policy of the Production line. Safety and Reliability :
Methodology and Aaplication-Nowakowski et. al (Eds). Taylor & Francis
Group, London, ISBN 978-1-138-02681-0.
Khalid & Kenneth. 2015. Implementing a Strategy of Reliability Centered
Maintenance (RCM) in the Libyan Cement Industry. Aston University, Aston
Triangle: Birmingham.
Khalid M. Albarkoly & Kenneth S. Park. 2015. Implementing a Strategy of
Reliability Centered Maintenance (RCM) in the Libyan Cement Industry.
School of Engineering & Applied Science, Aston University, Aston Triangle:
Birmingham.
Manzini, R. 2010. Maintenance for Industrial Systems.London : Springer.
Mobley, R. Keith. 2004. Maintenance Fundamentals 2n Edition. Elsevier
Butterworth Heinamann. USA
Moubray, John, 1997. Reliability Centered Maintenance. NewYork: Industrial Press
Inc. 2nd edition.
Muller & Christophe. 2015. fitdistrplus: An R Package for Fitting Distributions.
Universit´e de Lyon: France.
Mungani, D.S. & Visser, J.K. . 2013. Maintenance Approaches For Different
Production Methods. South African Journal of Industrial Engineering.
Musytafa, Ali. 2015. Evaluation of the Reliability and Prediction Maintenance on the
Air Compressor System in Ammonia Plant PT. Petrokimia Gresik. Department
of Engineering Physics Faculty of Industrial Technology, Surabaya: Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


103

Nafis, Ahmad, Ahasan-Ul-Karim, Md. 2015. A Framework for Application of


Reliability Centered Maintenance in the Lead Oxide Production System.
DOI:10.13140/RG.2.2.247D0.54400
Nanang, dkk. 2014. Analisis Fatigue Failure Suhu Rendah Struktur Batang
Duralumin dengan Mesin Siklus Bending. Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3
Tahun 2014: 239-245 ISSN 0216-468X
Nasa. 2008. RCM Guide Reliability-Centered Maintenance Guide For Facilities and
Collateral Equipment. National Aeronautics and Space Administration: USA
Nowlan. 1978. Reliability Centered Maintenance. US Department of Commerce
National Technique: San Francisco, California.
Oseghale. 2014. Impact of Maintenance Strategies on the Performance Of Industrial
Facilities In Selected Industrial Estates In Lagos State, Nigeria. Department Of
Building, Obafemi Awolowo University, Ile-Ife, Osun State: Nigeria.
Rio Prasetyo, Dkk. 2013. Analisis Penerapan Metode RCM Dan MVSM Untuk
Meningkatkan Keandalan Pada Sistem Maintenance (Studi Kasus PG. X).
Teknik Mesin Program Magister Fakultas Teknik UB: Malang.
Riseno, Dkk. 2015. Analisis Kebijakan Perawatan Mesin Cincinnati Dengan
Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Di Pt. Dirgantara
Indonesia. Teknik Industri Itenas: Bandung.
Rausand, Marvin. 1998. Realibility Centered Maintenance, Realibility Engineering
and System Safety.
Smith, Anthony M dan Glenn R. Hinchcliffe. 2004. RCM – Gateaway to World Class
Maintenance. London: Elsevier Inc.
Suripto. 2013. REKAYASA OTOMATISSASI AIR HANDLING UNIT (AHU)
SISTIM PENDINGIN G.71. Prosiding Seminar Pengembangan Teknologi Dan
Perekayasaan Instrumentasi Nuklir, Serpong. ISSN NO:1693-3346
Syahruddin. 2013. Analisis Sistem Perawatan Mesin Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM) Sebagai Dasar Kebijakan Perawatan
yang Optimal di PLTD “X”. Teknik Mesin: Politeknik Negeri Balik Papan.
Tahril, Dkk. 2009. Penerapan Metode Reliability Centered Maintenance (Rcm)
Berbasis Web Pada Sistem Pendingin Primer Di Reaktor Serba Guna Ga.
Siwabessy. Fakultas Teknik UGM: Yogyakarta.
Vatn, John. 2007. Veien frem til “World Class Maintenance: Maintenance
Optimization. Norwegian University of Science and Technology: Norwegia

Universitas Sumatera Utara


104

Waeyenbergh, G & Pintelon, L. 2002. A Fremework for maintenance concept


development. Int.J. Production Economics 77 (2002) 299-313. Elsevier
Zoran Petrović, Dkk. 2014. Implementation of the RCM Methodology on the Example
of City Waterworks. Faculty of Mechanical and Civil Engineering in Kraljevo:
Serbia.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai