TESIS
Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Dejoi Irfian Situngkir lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 28 Januari
1989, merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Durman
Situngkir, SH dan Ibu Sri Maszone Br. Manik. Penulis menikah pada tanggal 28
Januari 2017 dengan Erika Silvia Br. Silaban, S.Kom. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SD St. Petrus Medan pada tahun 2000, pendidikan
sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 10 Medan pada tahun 2003, dan
pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 17 Medan pada tahun 2006.
Pada tahun 2006 melanjutkan kuliah di Politeknik Negeri Medan, dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2009. Pada tahun 2009, melanjutkan kuliah
di Universitas Sumatera Utara program S-1 Ekstensi Teknik Industri, dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2013.
Pada tahun 2014 melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara
Departemen Teknik Industri. Pada saat ini merupakan Fungsional Pranata
Laboratorium Pendidikan Ahli Pertama di laboratorium Instrument dan
Pengolahan Pabrik Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Pencipta
Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim
Matondang, MT selaku Ka. Prodi Teknik Industri Sekolah Pasca Sarjana USU yang
sekaligus juga sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti hingga peneliti dapat
Prodi Teknik Industri Sekolah Pasca Sarjana USU yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria
Sinulingga, M.Eng., Bapak Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, D.E.A, Bapak
Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE, Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S., Bapak
Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, dan Ibu Dr. Ir. Juliza Hidayati, MT, Ibu Dr.
Meilita Tryana Sembiring, ST, MT, Bapak Dr. Sutarman, M.Sc, Ibu Dr. Eng. Listiani
Nurul Huda, MT dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pimpinan PT. XYZ beserta seluruh
iv
Universitas Sumatera Utara
Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Drs,
Mujiono, MM dan seluruh jajaran Pusdiklat Kemenperin RI, dan Kepada Bapak
bagi peneliti untuk menyelesaikan perkuliahan ini. Peneliti juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen dan pegawai Politeknik Teknologi Kimia Industri yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu atas support dan doanya. Peneliti juga
mengucapkan terima kasih kepada abangda dan kakanda Mahasiswa Teknik Industri
Pasca Sarjana USU khususnya angkatan 19 yang telah memberikan dorongan moril
dan doa, dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini. Peneliti juga menyampaikan
terimakasih kepada ayahanda Durman Situngkir, SH, dan Ibunda Sri Maszone Br.
Manik yang telah senantiasa memberikan seluruh dukungan dan doanya. Peneliti
juga menyampaikan terimakasih kepada Istriku tercinta Erika Silvia Br. Silaban,
S. Kom. yang tidak habisnya memberikan semangat dan dukungan serta doa
Abang Setiady Laksono Situngkir, SH, MHum dan Kakak Novalina Kristina
Manurung, SH, MH, Adik-adik semuanya Monika Situngkir, Mega Situngkir, dan
Daniel Situngkir, dan seluruh keluarga yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, hal ini tidak terlepas
dari keterbatasan peneliti. Doa dan harapan peneliti tesis ini bermanfaat bagi
Peneliti,
v
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
6.4 Tindakan Perawatan Finding Failure (FF) pada Paper Machine ...... 94
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini, perusahaan harus kompetitif agar mampu
bersaing dengan industri serupa baik pada skala nasional maupun internasional.
sisi lain British Standard mendefinisikan pemeliharaan (B.S., 1993) “kombinasi dari
tindakan”.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Pada saat ini, pemeliharaan sudah menjadi sebuah isu manajemen, sesuai
pemeliharaan adalah bagian utama biaya operasional dari seluruh manufaktur atau
menunjukkan antara 10% dan 40% dari biaya produksi barang. Oleh karena itu, agar
tetap dapat kompetitif dalam persaingan pasar, maka perusahaan harus membuat
(Jasiulewicz-Kaczmarek, 2015).
Industri kertas rokok merupakan salah satu industri yang harus bekerja keras
untuk menjaga siklus hidup peralatan/mesin produksinya, sehingga industri ini dapat
bersaing dengan perusahaan serupa, baik itu produk dari kompetitor internasional
rokok dalam bentuk bobbin (gulungan kecil) dan ream (lembaran kertas A3). Produk
yang dihasilkan sebesar 40% dikirim ke perusahaan rokok PT. Sempoerna dan
PT. XYZ memiliki 1 (satu) mesin yaitu paper machine yang beroperasi
selama 24 jam secara continue process dan merupakan mesin lama yang beroperasi
pelanggan.
downtime mesin. Hal tersebut terlihat dari nilai downtime perbulan sebesar 17,83%
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1 dimana nilai downtime saat ini masih
Tabel 1.1 Data Downtime Paper Machine PT. XYZ Tahun 2016
Bulan Downtime (Jam) Jam Operasi (Jam) % Downtime
Januari 92,79 599,22 15,49%
Februari 102,57 651,84 15,74%
Maret 123,98 700,34 17,70%
April 108,19 634,29 17,06%
Mei 164,68 648,05 25,41%
Juni 125,64 676,83 18,56%
Juli 77,35 585,04 13,22%
Agustus 118,77 676,57 17,55%
September 80,27 565,10 14,20%
Oktober 144,22 714,80 20,18%
November 102,87 551,22 18,66%
Desember 112,76 557,44 20,23%
Rata-rata 112,84 630,06 17.83%
Sumber: PT. XYZ
Berdasarkan data Tabel 1.1 tersebut terlihat bahwa rata-rata downtime pada
paper machine mencapai 17,83% perbulan atau 112,84 jam per bulan. Bila kapasitas
produksi 18 ton per hari (24 jam), maka potensial loss yang terjadi pada perusahaan
112,84
dalam setahun adalah sebesar x 18 to𝑛 = 84,63 ton atau
24
mengingat bahwa potensial loss yang sangat besar, sangat disayangkan apabila tidak
perusahaan.Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap strategi yang berlaku saat ini
kegagalan prematur mesin dapat dicegah (Mobley, 2004). Metode RCM digunakan
Menurut Mungani & Visser (2013), untuk proses produksi yang bersifat
Jasiulewicz (2015) menyatakan bahwa metode RCM focus pada fungsi system dan
kritis. Dikarenakan proses poduksi di PT. XYZ bersifat continious process dan
penelitian ini difokuskan pada fungsi sistem dalam meningkatkan efisiensi mesin,
maintenance.
Manfaat penelitian ini adalah: sebagai masukan bagi perusahaan dalam upaya
Adapun yang menjadi ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah:
kegagalan fungsi.
pemeliharaan.
LANDASAN TEORI
maintenance adalah:
peralatan.
5. Menghindari biaya yang lebih besar pada saat perbaikan peralatan yang
rusak.
(Brooks 2002). Faktor penyebab kegagalan yang sering terjadi di dunia industri dapat
dikarenakan:
6
Universitas Sumatera Utara
7
material.
termasuk salah satu penyebab kegagalan yang paling dominan. Tabel 2.2
sebagai berikut:
seperti takikan.
Menurut Nanang, dkk (2014), salah satu jenis kegagalan yang terjadi pada
komponen atau struktur dapat dibedakan menjadi dua katagori utama yaitu: pertama
kegagalan quasi statik (kegagalan yang tidak tergantung pada waktu, dan ketahanan
atau life time). Pada penelitian ini, masalah kegagalan yang diteliti adalah kegagalan
konsep pemeliharaan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat
atas tiga tindakan yaitu time directed, condition directed, dan Failure Finding,
tingkat plant. Hal tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.1 di bawah ini.
komponen dan pengetahuan komponen mana yang penting untuk operasi sistem yang
Reliabilitas juga bisa menjadi faktor tapi biaya adalah istilah yang lebih umum karena
kehandalan dan risikonya dapat dinyatakan dari sisi biaya. Biasanya, secara finansial
lebih bijaksana untuk mengganti komponen atau komponen yang tidak gagal pada
interval yang telah ditentukan daripada menunggu kegagalan sistem yang dapat
merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan setelah mesin atau fasilitas produksi
mengalami kerusakan atau gangguan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
biasanya tidak dapat kita rencanakan dahulu karena kita hanya bisa memperbaikinya
setelah terjadi kerusakan, bahkan terkadang perbaikan tersebut bisa tertunda dan
terlambat.
Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat
maintenance, akan tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas produksi atau
peralatan yang ada tetap rusak. Dalam hal ini, kegiatan corrective maintenance
kemudian baru diperbaiki agar fasilitas produksi maupun peralatan yang ada dapat
dipergunakan kembali dalam proses produksi sehingga operasi dalam proses produksi
Seiring dengan pertambahan usia dan ditambah lagi dengan permintaan pelanggan
yang berubah-ubah tentu akan mempengaruhi kehandalan dan masa pakai peralatan
(Wayenbergh & Pintelon, 2002). Oleh karena itu, perlu dibuat strategi pemeliharaan
yang baik untuk menjaga kehandalan dan menambah masa pakai peralatan.
(2000 &2004), strategi pemeliharaan merupakan satu dari banyak faktor yang
yang diambil oleh pihak manajemen yang bergantung pada beberapa faktor/indikator
mean time to repair (MTTR), dan Availability dengan tujuan untuk mengurangi
perbaikan peralatan yang rusak tiba-tiba. Jian, et.al (2016) menggunakan safety,
availability, kesiapan operasi, Mean Time To Failure (MTTF) dan Mean Time
preventif yang berlebih, kemampuan respon pada plan yang padam (keseluruhan atau
serta meminimumkan biaya siklus hidup peralatan sebagai faktor untuk strategi
M. Bevilacqua dkk. (Maret 2000), penelitian ini membahas tentang pemilihan strategi
oportunistik. Ada sekitar 200 fasilitas yang harus dipilih oleh kebijakan perawatan
terbaik. Sebuah strategi ditetapkan berdasarkan kondisi teknis di lapangan dan biaya
mencapai tujuan pemeliharaan". Definisi ini memberikan indikasi yang jelas tentang
dipertimbangkan sekaligus, seperti jenis perawatan, tenaga kerja, waktu dan tempat
bergantung pada serangkaian proses yang terorganisir, seperti pencarian dan seleksi,
yang sesuai dengan spesifikasi industri yang ada. Pemilihan strategi yang salah akan
manufaktur, otoritas, dan standar yang ada biasanya tidak dapat menghindari
preventive maintenance juga dilakukan oleh Jian, et. al (2016) dalam penelitiannya
untuk menjaga peralatan dan menurunkan kegagalan tidak terduga yang dapat
Cheng, et. al (2008) yang menyatakan bahwa RCM sebagai prosedur untuk
sudah diakui dan diterima di berbagai industri. Penelitian yang dilakukan J.H. Heo,
industri tenaga listrik dengan menggunakan partical swarm optimization (PSO) untuk
terbang, dan berorientasi pada perawatan pesawat terbang (Dekker, 1996). RCM
adalah kerangka kerja terstruktur dan proses secara logis untuk mengoptimalkan
sumber daya pemeliharaan dan pemeliharaan aset fisik. RCM difokuskan untuk
melestarikan fungsi sistem, bukan melestarikan aset fisik. RCM menganalisis fungsi,
potensi kegagalan peralatan dan dilakukan melalui tujuh langkah sistematis untuk
sebuah lingkungan pengoperasian yang khusus. Dengan kata lain Reliability Centred
menentukan apa yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap aset fisik terus
melakukan apa pun yang penggunanya ingin lakukan dalam konteks operasi
(Moubray, 1997).
sesuai dengan fungsi dan desain aslinya. Disisi lain, Al-Ghamdi, dkk (2005) juga
alat yang efektif dan kapasitas optimal untuk memenuhi permintaan pelanggan dan
metode RCM dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dengan mereduksi biaya
perawatan namun tetap mempertahankan nilai dan keandalan dari asset yang dimiliki
program pemeliharaan yang berfokus pada komponen atau mesinmesin yang kritis
(critical item list) dan menghilangkan kegiatan perawatan yang tidak diperlukan
mengenai aset atau system dalam melakukan tinjauan, adapun pertanyaan tersebut
1. Apa fungsi dan standar performa yang diharapkan dari aset dalam
pengoperasiannya (fungsi)?
2. Dalam wujud apa saja dapat aset tersebut tidak memenuhi fungsinya
(kegagalan fungsi)?
Program RCM secara umum adalah sebuah program yang digunakan oleh
maintenance (PM) yang berlaku baik dan efektif akan mampu menciptakan
3. Tahap yang terdiri dari pelaksanaan tugas yang ditentukan dalam fase 2
dengan benar.
adalah operasi yang dilakukan oleh mesin atau peralatan, kegagalan fungsi yang
berpotensi terjadi, konsekuensi dan alternatif pencegahan yang dapat dilakukan. Satu
hal yang menarik menurut peneliti yang sangat diperhatikan oleh RCM yaitu
jika informasi kegagalan ditemukan sangat banyak di lantai produksi, maka hal ini
beberapa elemen. Oleh karena itu, pertanyaan tentang prevalensi kegagalan sangat
yang ada.
untuk memenuhi standard kinerja yang ditentukan. Kehilangan fungsi yang lengkap
anggota badan, atau kesehatan kru atau orang lain. Ancaman terhadap kondisi
adalah ancaman terhadap kemampuan operasional. Perlu diingat bahwa jika sistem
kemampuan keselamatan atau operasional. Hasil ini mungkin sangat parah jika fungsi
Menurut SAE (2002) yang dikutip dari Jagathy, RCM merupakan sebuah
pendekatan yang dapat diterapkan dalam spektrum industri yang luas. Implementasi
RCM yang dijelaskan dalam standar panduan adalah melalui proses 7 langkah berikut
ini:
Berikut ini akan dibahas secara terpisah antara pemilihan sistem dan
pengumpulan informasi.
1. Pemilihan Sistem
pada tingkat komponen. Dengan proses analisis pada tingkat sistem akan
b. Proses Analisis
Seluruh sistem akan dilakukan proses analisis dan bila tidak bagaimana
proses analisis secara bersamaan untuk dua sistem atau lebih proses
analisis akan sangat luas. Selain itu, proses analisis akan dilakukan
2. Pengumpulan Informasi
buku referensi. Informasi yang dikumpulkan antara lain cara kerja mesin,
permesinan
Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari
kekompleksitasan fasilitas, karena itu perlu dilakukan definisi batas sistem. Lebih
jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk menghindari tumpang tindih
Menurut IAEA-TEC DOC 658 (1992), deskripsi sistem dan diagram blok
yang berisi fungsi–fungsi dari setiap subsistem yang menyusun sistem tersebut, maka
dibuat tahapan identifikasi detail dari sistem yang meliputi: deskripsi sistem, blok
1. Deskripsi Sistem
di kemudian hari.
kegagalan sistem.
dengan jelas.
Sistem ini terdiri dari dua komponen utama yaitu diagram dan kode dari
subsistem/komponen.
Pada bagian ini, proses analisis difokuskan pada kegagalan fungsi, bukan
kegagalan peralatan. Biasanya kegagalan fungsi memiliki dua atau lebih kondisi yang
terhadap keandalan sistem tersebut (Dyadem Engineering Corp. 2003). Tujuan utama
dari FMEA adalah untuk menemukan dan memperbaiki permasalahan utama yang
terjadi pada setiap tahapan dari desain dan proses produksi untuk mencegah produk
yang tidak baik sampai ke tangan pelanggan, yang dapat membahayakan reputasi
Hasil dari FMEA berupa rencana tindakan untuk eliminasi atau penyelidikan
kegagalan.
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah salah satu teknik
sistematis pertama untuk analisis kegagalan. Ini dikembangkan oleh para insinyur
keandalan pada akhir tahun 1950 untuk menentukan masalah yang dapat timbul dari
pada sistem militer. Modus Kegagalan dan Analisis Efek sering menjadi langkah
awal dalam studi sistem keandalan. Ini melibatkan peninjauan sebanyak mungkin
kegagalan dan sebab dan akibat dari kegagalan tersebut. Untuk setiap komponen,
mode kegagalan dan efek yang dihasilkannya pada keseluruhan sistem ditulis ke
pengendalian khusus untuk mencegah atau mendeteksi failure mode. Peran FMEA
antara lain:
syarat.
resiko.
Risk Priority Number (RPN) adalah sebuah pengukuran dari resiko yang
bersifat relatif. RPN diperoleh melalui hasil perkalian antara rating Severity,
rekomendasi dari tindakan perbaikan, dan ini digunakan untuk mengetahui bagian
RPN = S * O * D ……………………………………(2.1)
tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada tiga komponen yang
1. Severity (Keparahan)
hingga 10. Kriteria penentuan severity dapat dilihat pada Tabel 2.4.
muncul akibat suatu penyebab tertentu pada mesin. Nilai rating Occurence
3. Detection (Deteksi)
prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan fungsi, kegagalan fungsi
sehingga status mode kerusakan tidak sama. Prioritas suatu mode kerusakan dapat
ini. Analisis kekritisan menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam satu dari
empat kategori. Empat hal yang penting dalam analisis kekritisan yaitu sebagai
berikut:
keselamatan?
Pada Gambar 2.2 dapat dilihat struktur pertanyaan dari Logic Tree Analysis
(LTA).
Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini
akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Perawatan
preventif (PM) dilakukan sesuai dengan tugas yang terencana atau spesifikasi yang
telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah atau menemukan kegagalan
perangkat keras sebelum berdampak pada keselamatan, atau operasi atau beberapa
fungsi pendukung penting lainnya. Rencana atau spesifikasi ini setidaknya memiliki
dua elemen penting yaitu objek dan waktu pelaksanaan. Seluruh gagasan tentang
Menurut Neil B. Bloom (2006) terdapat tiga jenis tindakan yang dapat dipilih
3. Finding Failure (FF) adalah tindakan yang diambil dengan tujuan untuk
berkala.
dapat beroperasi dengan baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu kondisi tertentu
dan waktu yang telah ditentukan (Ebelling. 1997). Pemeliharaan komponen atau
peralatan tidak bisa lepas dari pembahasan mengenai keandalan (reliability). Selain
akhir ini konsep keandalan digunakan juga pada berbagai industri, misalnya dalam
reliabilitas dengan waktu. Nilai reliabilitas adalah nilai probabilitas, dan kemudian
nilai fungsi reliabilitas (R) berada pada rentang 0≤R≥1. (Beetling, 1997)
dilambangkan sebagai fungsi reliabilitas R(t) dari sistem m jika digunakan untuk unit
t Dari waktu. Konsep waktu dalam kehandalan adalah time to failure (TTF). Pada
masing-masing komponen atau mesin. Terdapat empat jenis distribusi yang umum
digunakan dalam perhitungan fungsi reliabilitas yaitu weibull, normal, lognormal dan
eksponential.
C.1997)
t
R(t) = exp ……………………………….(2.2)
1
t
λ= …………………..……………….(2.3)
1
MTTF = r 1 ……………………………….(2.4)
𝑡−𝜇
𝑅 𝑡 =1−𝜙 ................................................(2.5)
𝜎
𝑡−𝜇 2
exp
[− ]
2𝜎 2
𝜆 𝑡 = ∞ …………………..………(2.6)
𝑡
exp
[− 𝑡−𝜇 2𝜎 2 ]𝑑𝑡
2
MTTF= μ………………………………………….(2.7)
………….…………….(2.8)
………….…………… ………(2.9)
……….…………… …..…(2.10)
……….…………… ……..…(2.11)
……..…….…………… ……..…(2.12)
……..…….…………… …..…(2.13)
Pengujian distribusi data merupakan tugas yang sangat umum dalam statistik
dan terdiri dari pemilihan pemodelan distribusi probabilitas variabel acak, serta
estimasi parameter untuk distribusi tersebut. Hal ini membutuhkan pertimbangan dan
(Muller, 2015).
lampiran.
hubungan logis antara faktor/ variabel yang telah diidentifikasi penting untuk
merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan strategi
perawatan dengan biaya yang efektif dan peningkatan kapabilitas (kemampuan) dari
mesin yang digunakan. Pada penelitian ini indikator yang digunakan dalam strategi
(availability).
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengurangan downtime paper
menjadi kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di
bawah ini.
36
Universitas Sumatera Utara
37
Kehandalan
Ketidakhandalan
Strategi
Laju Kegagalan
Pemeliharaan
MTBF
MTTF
Ketersediaan
dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Yang menjadi variabel dependen
1. Strategi Maintenance
baik secara positif ataupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
pada prestasi yang diharapkan dan pada kondisi yang ditentukan (Dhillon,
2006).
RANCANGAN PENELITIAN
kertas rokok (cigarette paper) dalam bentuk bobbin dan kertas A3 yang berlokasi di
Medan. Penelitian ini dilakukan pada Januari 2017 sampai April 2017.
wawancara dengan pihak manajemen dan bagian maintenance mengenai hal yang
berkaitan dengan objek penelitian serta dalam melengkapi data yang diperoleh selama
observasi dilakukan.
39
1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari perusahaan. Data
primer dalam penelitian ini melalui wawancara yang dilakukan pada bagian
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
1. Teknik observasi
memberikan data dan informasi yang jauh lebih lengkap dan jelas.
2. Teknik wawancara
3. Teknik dokumentasi
MULAI
Pemilihan Tindakan
SELESAI
4.4 Rekomendasi
mengelaborasi hasil penelitian. Selain itu saran juga diberikan untuk pelaksanaan
dikumpulkan pada penelitian ini adalah data Downtime mesin, dan data historis
Data downtime yang terdapat pada PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 5.1.
44
Universitas Sumatera Utara
45
mesin tersebut. Tabel 5.2 ini merupakan uraian dari komponen kritis pada paper
Interval waktu kerusakan antar komponen merupakan selang waktu antara kerusakan saat ini dengan kerusakan
setelahnya pada komponen yang sama. Tabel 5.3 merupakan data selang waktu antar kerusakan komponen paper machine.
46
44
Universitas Sumatera Utara
47
47
Universitas Sumatera Utara
48
komponen kritis yang disebutkan pada Tabel 5.2 sebelumnya dapat dilihat pada Tabel
5.4.
Tabel 5.4 Data Waktu Perbaikan Komponen Kritis Paper Machine Tahun 2016
44
Universitas Sumatera Utara
49
Keterangan:
Waktu perbaikan komponen kritis diambil dari rata-rata waktu yang dibutuhkan
Sistem perawatan mesin dan peralatan pada PT. XYZ adalah sebagai berikut:
telah dilakukan masih tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh konsep perawatan
1. Manusia (Man)
melakukan pekerjaannya.
2. Mesin/Peralatan
Kerusakan komponen mesin juga disebabkan oleh kondisi dari mesin itu,
dalam hal ini yang dimaksud adalah umur ekonomis, kesalahan operasi
3. Metode Kerja
7. Pemilihan Tindakan
Proses analisis RCM dilakukan pada sebuah sistem yang memiliki beberapa
komponen kritis didalamnya. Sistem yang akan dianalisa menggunakan RCM terlebih
lainnya. Proses analisis RCM ini dilakukan pada paper machine, dikarenakan paper
machine merupakan mesin yang memberikan kontribusi paling besar terhadap hasil
produksi. Selain itu, paper machine juga memiliki komponen-komponen kritis yang
komponen kritis yang terdapat pada paper machine. Kerusakan ini mengakibatkan
informasi yang bertujuan untuk memperoleh data terkait dengan paper machine.
produksi, wawancara dengan bagian produksi dan data historis yang diberikan oleh
pihak perusahaan.
Pendefinisian batasan sistem sangat diperlukan dalam proses RCM ini. Hal
ini bertujuan untuk membatasi pembahasan dan menghindari tumpang tindih antara
satu sistem dengan sistem lainnya. Dengan adanya batasan yang jelas tentang apa
yang dilibatkan dan tidak dilibatkan dalam analisis RCM, komponen kritis yang
menjadi objek pengamatan akan semakin jelas dan tidak buram. Selain itu
pendefinisian sistem bertujuan untuk memberikan gambaran input dan output yang
dihasilkan dari analisis sistem yang akan dilakukan. Seperti yang dijelaskan pada
bagian sebelumnya bahwa sistem yang dianalisa adalah paper machine. Paper
machine memiliki beberapa bagian, namun yang diambil dalam penelitian ini hanya
Sub sistem dari paper machine yang diambil adalah sebagai berikut:
2. Condensate Drain
4. Sydra Pulper
5. Pressure Screen
Machine merupakan bagian yang berfungsi untuk pembuatan kertas rokok di lantai
produksi. Uraian dari proses pembuatan kertas rokok di paper machine adalah
sebagai berikut.
cleaner agar endapan di dalam buburan kertas seperti pasir dan juga
benda-benda padatan lainnya, biji besi, batu kerikitl, dan lain-lain dapat
screen ke fourdinier.
2. Fourdinier
untuk dibagi rata atas wire yang berjalan. Buburan di atas wire tersebut
diayak dan diatur sedemikian rupa agar berat dasar (basis weight)
menjadi lembaran-lembaran.
3. Pressing
kertas tersebut sudah cukup kuat untuk ditarik. Kandungan air sesudah
4. Embrossing
5. Pengeringan I
Pengeringan ini dilakukan pada roll dryer yang berjumlah sepuluh roll.
7. Pengeringan II
8. Pencetakan Logo
dari konsumen yang memesan. Apabila pada proses repping ini masih
9. Penggulungan Kertas
Roll yang lebih kecil dari jumbo roll kemudian dipotong kembali
roll slitter. Dari roll slitter selanjutnya dibawa ke mesin ream cutter
kembali.
ini adalah paper machine. Bagaian dari paper machine yang akan dibahas adalah
bagian yang memiliki komponen kritis dengan frekuensi yang paling tinggi. Pada
Tabel 5.5 ini merupakan tampilan system work breakdown structure dari paper
komponen, mesin, unit proses, dan sub sistem yang dapat mengakibatkan
kegagalan/downtime dalam sebuah sistem kerja. Pada tahapan ini akan digambarkan
simbol/kode, dimana angka pertama menunjukan nama unit proses, angka kedua
menunjukkan fungsi unit proses dan angka ketiga menunjukan kegagalan fungsi unit
proses. Pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi unit proses digambarkan dengan
Lebih jelasnya tentang deskripsi fungsi sistem dan kegagalan fungsi dapat
Kode Kode
Kode Uraian Kegagalan
Deskripsi Kegagalan Uraian Fungsi
Fungsi Fungsi
Fungsi fungsi
Menganggkat atau
Ditemukan sisa-sisa
menghilangkan sisa-sisa
karbon pada komponen-
A-1 A11 karbon yang tidak
komponen paper
dibutuhkan di dalam
machine
mesin
Membantu kinerja shock
A Spring aus dan tidak
A-2 A12 agar dapat kembali ke
bekerja secara optimal
posisi semula
Fluida tidak dapat
Mendistribusikan aliran
dialirkan karena adanya
A-3 A13 fluida ke dalam dryer
sumbatan pada
drum
komponen
Menahan/menyangga
Gesekan shaft terlalu
komponen-komponen
kuat dengan
B-1 B11 mesin yang bergerak
melemahnya antifriction
untuk mengurangi gesekan
bearing
pada shaft
B Merupakan sebuah
bantalan yang digunakan
B-2 B12 Bearing sompel
untuk tempat poros
berputar
Mencegah terjadinya
B-3 B13 Adanya kebocoran fluida
kebocoran fluida
Kode Kode
Kode Uraian Kegagalan
Deskripsi Kegagalan Uraian Fungsi
Fungsi Fungsi
Fungsi fungsi
Mata Knives tumpul
Melakakukan pemotongan
C-1 C11 sehingga potongan tidak
kertas
sempurna
C Penyambung daya antar
Putaran poros tidak
poros melalui pully
C-2 C12 mengikuti laju putaran
mengikuti laju putaran
mesin
pada mesin
D-1 D11 Pipa sebagai aliran fluida Pipa pecah
Sebagai penyekat atau
Oil seal bocor
perapat pada bagian yang
D menyebabkan cairan dan
saling disambungkan
D-2 D12 debu masuk ke dalam
terhadap kebocoran cairan,
komponen mesin yang
debu, udara dan menjaga
lain
tekanan
Memperkecil kebocoran
cairan yang melewati
E-1 E11 bagian depan impeller Ring patah
ataupun bagian belakang
impeller
Tekanan pada kertas
Mengatur/mengkondisikat
terlalu kuat disebabkan
E-2 E12 tekanan pada kertas pada
press capter yang
paper machine
semakin longgar
E
penguat ikatan antara baut
E-3 E13 baut dan mur goyang
dan mur
penghubung poros
transmisi dan
terhadap output transmisi,
sambungan stir tidak
E-4 E14 sambungan stir dan poros
tersambung dengan
penggerak sesuai dengan
poros
sudut yang terjadi
penguat hubungan poros
E-5 E15 Joint V-Ring pecah
dengan output transmisi
untuk mengurangi gesekan Gesekan antar
F-1 F11 antara dua komponen di komponen semakin
dalam mesin mengeras
F Tegangan mesin
untuk mengatur dan
semakin tinggi
F-2 F12 menurunkan tegangan di
disebabkan melemahnya
dalam mesin
fungsi adapter
Kode Kode
Kode Uraian Kegagalan
Deskripsi Kegagalan Uraian Fungsi
Fungsi Fungsi
Fungsi fungsi
berfungsi sebagai
F-3 F13 mur utama longgar
pengunci posisi mur utama
F untuk menjamin nut tidak
F-4 F14 mudah kendor akibat mur aur dan longgar
getaran atau vibrasi
Sumber: Pengolahan Data
mengalami kerusakan dan sejauh mana pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara
keseluruhan sehingga komponen tersebut dapat perlakuan yang lebih dengan tindakan
kerusakan, keparahan dan tingkat deteksi kerusakan yang dinyatakan dengan nilai
RPN (Risk Priority Number). Nilai RPN yang dihasilkan menunjukkan tingkat
tindakan perbaikan. Contoh pengisian tabel FMEA untuk carbon guide adalah
sebagai berikut.
habis
untuk masing-masing komponen dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini.
Sub
No Parts Failure Mode Occurance Failure Cause Detection Failure Effect Severity RPN
System
Dryer Ditemukan sisa-sisa
Carbon guide Komponen
Drum Carbon karbon pada
1 7 terkontaminasi 5 mesin kotor dan 5 175
Guide komponen-komponen
atau habis mudah rusak
paper machine
Shock tidak
Spring aus dan tidak elastis dan
2 Spring 5 Aus 3 6 90
bekerja secara optimal semakin
longgar
Aliran fuida
tidak mengalir
Fluida tidak dapat Sisa-sisa
sempurna
dialirkan karena karbon dan
3 Rotary Join 5 3 sehingga 5 75
adanya sumbatan pada kotoran yang
kualitas
komponen tertinggal
komposisi
bahan menuru
Condensate Gesekan shaft terlalu
Anti
Drain kuat dengan Antifriction Kerusakan pada
1 Friction 5 5 8 200
melemahnya bearing pecah komponen
Bearing
antifriction bearing
Komponen
yang
Benturan dan
Bearing bergesekan
2 Bearing sompel 5 gesekan antar 7 6 210
Bush saling
komponen
menghantam
dan pecah
Mechanical Adanya kebocoran Suhu terlalu Campuran
3 5 4 4 80
Seall ID 24 fluida tinggi bahan tumpah
44
Universitas Sumatera Utara
63
Sub
No Parts Failure Mode Occurance Failure Cause Detection Failure Effect Severity RPN
System
Hydra Mata pisau
Pulper Mata Knives tumpul terbentur
Knives In Z Potongan tidak
Agitator 1 sehingga potongan 4 dengan 6 7 168
30 C 13 sempurna
tidak sempurna komponen
lain
Putaran poros tidak Laju putaran tidak
V-Belt
2 mengikuti laju putaran 2 V-belt pecah 5 sesuai dengan 5 50
SPC 6700
mesin perputaran poros
Sydra Gesekan Aliran fluida
Pulper dengan benda menyimpang
1 Vane Insert Pipa pecah 3 6 5 90
padat yang ketempat yang
runcing tidak seharusnya
Oil seal bocor
Cairan, debu dan
menyebabkan cairan
Oil Seal kotoran melekat
2 dan debu masuk ke 2 Oil seal bocor 3 4 24
ZF 20 pada komponen
dalam komponen
mesin
mesin yang lain
Pressure Wear Ring
Kebocoran makin
Screen 1 f 120 - f 85 Ring patah 5 Patah 3 4 60
membesar
x 40
Tekanan pada kertas
Permukaan Kertas yang
Press terlalu kuat disebabkan
2 6 press capter 7 dihasilkan 6 252
Capter press capter yang
tidak rata berlobang
semakin longgar
Ring IE
Baut dan mur
3 772 071 baut dan mur goyang 6 Baut aus 3 8 144
lepas
PAULSTRA
Sub
No Parts Failure Mode Occurance Failure Cause Detection Failure Effect Severity RPN
System
transmisi dan Pergeseran
Output transmisi
sambungan stir tidak transmisi dan
4 Joint R 40 5 6 dan poros tidak 5 150
tersambung dengan joint sompel
terhubung
poros akibat detaran
Joint R 40
Joint V-
Ring pada longgar bahkan
5 Ring, Type Joint V-Ring pecah 5 5 5 125
joint pecah kemungkinan bisa
V 150
lepas
Dryer Benturan antar
Bearing
Bearing Gesekan antar komponen
Bearing No: semakin halus
1 komponen semakin 7 3 mengakibatkan 6 126
23034 K C3 dan tidak
mengeras komponen
berfungsi
tersebut pecah
Tegangan mesin
Aliran tegangan
Adapter semakin tinggi
tidak teratur
2 Sleeve AH disebabkan 7 Adapter rusak 2 7 98
menyebabkan
3034 melemahnya fungsi
mesin cepat rusak
adapter
Lock Nut
3 mur utama longgar 7 Mur aus 3 mur utama lepas 8 168
KM 32
nut kendor
Lock Pengunci pada
sehingga getaran
4 Washer MB mur aur dan longgar 7 lock longgar 5 5 175
dan vibrasi
32 dan terkikis
mengeras
Sumber: Pengolahan Data
peralatan (Petrovic, 2014). Empat hal yang penting dalam menentukan prioritas
LTA, yaitu:
keselamatan?
44
Universitas Sumatera Utara
66
paper machine di lantai produksi sesuai dengan alur pertanyaan pada gambar diatas.
Hasil dari analisis logic tree dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini
akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Jika tugas
yang harus dilakukan bergantung pada konsekuensi kegagalan yang terjadi. Tindakan
total masih lebih besar daripada jika tidak dilakukan, yang dapat
awalnya adalah tidak perlu dilakukan maintenance terjadwal (jika hal ini
terlalu besar, maka sudah saatnya untuk dilakukan desain ulang terhadap
sistem).
3. Finding Failure (FF) adalah tindakan yang diambil dengan tujuan untuk
berkala.
ditunjukkan pada Gambar 5.3 di bawah ini. Setiap jawaban dari pertanyaan yang
72
44
Universitas Sumatera Utara
73
a. Carbon Guide
b. Rotary Joint
c. Mechanical Seall ID 24
a. Spring
b. Bearing bush
c. Knives In Z 30 C 13
d. Vane Insert
f. Press Capter
g. Ring IE 772
h. Joint V-Ring
i. Bearing No 23034 K C3
j. Lock Nut
44
Universitas Sumatera Utara
75
k. Lock Washer
3. Finding Failure (FF) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk
c. Oil Seal ZF 20
d. Joint R 40
e. Adapter Sleeve
reliability hanya didasarkan pada komponen yang bersifat time directed (TD).
bersifat time directed adalah Spring, Bearing Bush, Knives In Z 30, Vane Insert, Wear
Ring, Press Capter, Ring IE 772 071, Joint V-Ring, Bearing, Lock Nut dan Lock
Washer. Reliability memerlukan bentuk pola data interval kerusakan komponen yang
dalam reliability) dan distribusi dari data yang teramati, khususnya untuk jumlah data
diperoleh dari hasil pengujian dan parameter dari distribusi tersebut. Dengan
Reliability, Unreliability, Failure Rate, MTBF, MTTR dan Availability (Ysaad &
dengan waktu, dengan nilai (R) berada pada rentang 0≤R≥ 1. (Beetling, 1997).
t
R(t) = exp
= 0,3886
MTTF
R(t) = exp
= 0,9088.
2. Failure Rate
1
t
λ =
3, 4451
3,445 23,67 20,58
=
1,697 1,697
= 8,7647 hari
3. Unreliability
Sebelum Perbaikan
F = 1-R(t)
= 1- 0,377363
= 0,622637
Sesudah Perbaikan
F = 1-R(t)
= 1- 0,9088
= 0,0911
1
MTTF = r 1
1
= 20,58 1,697(0,377363)1
3,445
= 21,4308 hari
= 21,4308 + 0,25
= 21,6808 hari
1
MTTF = r 1
1
= 20,58 1,697(0,9088)1
3,445
= 22,56995 hari
= 22,56995 + 0,25
= 22,81995 hari
5. Availability
MTBF
A =
MTBF MTTR
21,6808
= = 0,9905
21,6808 0,25
MTBF
A =
MTBF MTTR
22,81995
= = 0,9910
22,81995 0,25
indikator reliability, unreliability, failure rate, MTBF, MTTR, dan availability untuk
komponen. Rekapitulasi hasil perhitungan indikator dari komponen kritis pada paper
Indikator Kehandalan
Komponen Reliability Unreliability MTTF MTBF Availability
No Failure
Kritis Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah MDT Sebelum Sesudah MTTR Sebelum Sesudah
Rate
Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan
1 Spring 0.3886 0.9088 0.6114 0.0912 8.7647 21.4308 22.5699 0.25000 21.6808 22.8199 0.208 0.9905 0.9910
Bearing
2 0.4912 1.0000 0.5088 0.0000 16.2887 23.7903 27.4063 0.208333 23.9986 27.6146 0.167 0.9931 0.9940
bush
Knives In Z
3 0.9997 1.0000 0.0003 0.0000 8.6215 30.4170 30.4170 0.208333 30.6253 30.6253 0.167 0.9946 0.9946
30 C 13
4 Vane Insert 0.7967 1.0000 0.2033 0.0000 2.6420 45.6250 45.6250 0.291667 45.9167 45.9167 0.250 0.9946 0.9946
Wear Ring
5 0.4195 0.8065 0.5805 0.1935 5.8319 18.2500 18.2500 0.25000 18.5000 18.5000 0.167 0.9911 0.9911
F 120
Press
6 0.3043 0.8296 0.6957 0.1704 9.6653 17.3823 17.3823 0.208333 17.5906 17.5906 0.208 0.9883 0.9883
Capter
Ring IE
7 0.3152 1.0000 0.6848 0.0000 5.9918 17.5839 23.8940 0.166667 17.7506 24.0607 0.125 0.9930 0.9948
772
Joint V-
8 0.4986 1.0000 0.5014 0.0000 7.1914 23.2292 28.6687 0.208333 23.4375 28.8770 0.167 0.9929 0.9943
Ring
Bearing No
9 23034 K 0.4991 1.0000 0.5009 0.0000 7.4680 12.1670 12.1670 0.25000 12.4170 12.4170 0.167 0.9868 0.9868
C3
10 Lock Nut 0.3076 0.7107 0.6924 0.2893 13.4602 11.8313 11.8313 0.166667 11.9979 11.9979 0.125 0.9897 0.9897
Lock
11 0.6266 0.9920 0.3734 0.0080 5.1322 11.7853 14.4537 0.208333 11.9936 14.6620 0.167 0.9863 0.9888
Washer
Sumber: Pengolahan Data
44
82
Universitas Sumatera Utara
83
pergantian atau perbaikan komponen kritis paper machine melalui nilai mean time to
Tabel 5.12 Rencana Jadwal Perawatan Komponen Kritis pada Paper Machine
44
Universitas Sumatera Utara
84
beroperasi) paper machine akan meningkat. Sehingga hal ini dapat digunakan untuk
lantai produksi.
peningkatan availability setiap komponen kritis yang dapat dilihat pada Gambar 5.5.
44
Universitas Sumatera Utara
87
PEMBAHASAN
prioritas yang dianggap beresiko tinggi pada kerusakan komponen ditunjukkan pada
nilai Risk Priority Number (RPN). RPN dipengaruhi oleh tingkat keseriusan effect
No Parts RPN
1 Carbon Guide 175
2 Spring 90
3 Rotary Join 75
4 Anti Friction Bearing 200
5 Bearing Bush 210
6 Mechanical Seall ID 24 80
7 Knives In Z 30 C 13 168
8 V-Belt SPC 6700 50
9 Vane Insert 90
10 Oil Seal ZF 20 24
Sumber: Pengolahan Data
88
Universitas Sumatera Utara
89
No Parts RPN
11 Wear Ring f 120 - f 85 x 40 60
12 Press Capter 252
Ring IE 772 071
13 144
PAULSTRA
14 Joint R 40 150
15 Joint V-Ring, Type V 150 125
16 Bearing No: 23034 K C3 126
17 Adapter Sleeve AH 3034 98
18 Lock Nut KM 32 168
19 Lock Washer MB 32 175
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan hasil FMEA dapat dilihat bahwa komponen kritis yang paling
utama dan memiliki prioritas paling tinggi adalah bearing bush, antifriction bearing,
a. Carbon Guide
b. Mechanical seall
c. Vane Insert
sebagian sistem. Adapun komponen yang terdapat pada kategori ini adalah
sebagai berikut.
a. Spring
b. Rotary join
c. Bearing Bush
f. Joint V Ring
g. Bearing
h. Lock Nut
i. Lock Washer
Adapun komponen yang merupakan bagian dari kategori ini adalah sebagai
berikut.
a. Knives In Z 30 C 13
b. Press capter
Yaitu komponen kritis yang tidak dapat terdeteksi oleh operator atau
b. V-Belt
c. Oil Seal ZF 20
d. Joint R 40
e. Adapter Sleeve
Rekapitulasi hasil penyusunan LTA dapat dilihat pada Tabel 6.2 tersebut
apakah operasi akan berjalan lancara atau gagal. Komponen yang termasuk
a. Carbon Guide
b. Rotary Joint
c. Mechanical Seall ID 24
a. Spring
b. Bearing bush
c. Knives In Z 30 C 13
d. Vane Insert
f. Press Capter
g. Ring IE 772
h. Joint V-Ring
i. Bearing No 23034 K C3
j. Lock Nut
k. Lock Washer
3. Finding Failure (F.F) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk
c. Oil Seal ZF 20
d. Joint R 40
e. Adapter Sleeve
Tabel 6.3 Tindakan Perawatan Condition Directed (CD) pada paper machine
dilihat secara kasat mata. Tindakan yang diambil untuk komponen Finding Failure
Tabel 6.4 Tindakan Perawatan Finding Failure (FF) pada paper machine
maka dilakukan penjadwalan pergantian komponen kritis agar paper machine dapat
bekerja secara optimal. Penjadwalan dilakukan pada komponen yang bersifat Time
Directed (TD) yaitu komponen Spring, Bearing Bush, Knives In Z 30, Vane Insert,
Wear Ring, Press Capter, Ring IE 772 071, Joint V-Ring, Bearing, Lock Nut dan
1 Spring 22.5699
2 Bearing bush 27.4063
3 Knives In Z 30 C 13 30.4170
4 Vane Insert 45.6250
5 Wear Ring F 120 18.2500
6 Press Capter 17.3823
7 Ring IE 772 23.8940
8 Joint V-Ring 28.6687
9 Bearing No 23034 K C3 12.1670
10 Lock Nut 11.8313
11 Lock Washer 14.4537
Sumber: Pengolahan Data
Tindakan preventive maintenance yang sudah dilakukan pada saat ini oleh
Penentuan penjadwalan tersebut oleh pihak manajemen dilihat dari umur masa pakai
dasar penentuan jadwal penggantian komponen. Akan tetapi umur masa pakai
komponen yang tidak benar dan perawatan yang kurang baik (Suripto, 2003). Selain
untuk bekerja ekstra untuk memenuhi permintaan pasar yang berubah-ubah dapat
menyebutkan bahwa salah satu jenis kegagalan yang terjadi pada komponen
pada komponen yang tidak tepat, maka akan terjadi kerusakan tidak terduga yang
mengakibatkan biaya korektif mahal dan kehilangan produksi (Jian, et,al, 2016).
Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang kongkrit dalam menentukan tindakan
maintenance.
dengan menggunakan metode RCM. Menurut Yssaad et.al (2014), RCM adalah
tepat untuk komponen yang tepat pada waktu yang tepat untuk menjangkau solusi
biaya yang lebih efisien. Usulan tersebut adalah melakukan preventive maintenance
mesin atau komponen untuk menajalankan fungsinya sesuai dengan seperti yang
dilihat pada grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 6.1 berikut ini.
komponen kritis paper machine dari sebelum perbaikan dengan rata-rata reliability
produksi akan semakin menurun. Hal ini dapat dibuktikan melalui peningkatan nilai
Dengan meningkatnya nilai reliabilitas, maka hal ini juga mengakibatkan availability
komponen semakin tinggi. Secara otomatis downtime yang terjadi pada paper
machine di lantai produksi akan semakin rendah. Untuk lebih jelasnya, peningkatan
nilai availability komponen setelah melakukan perbaikan dapat dilihat pada Gambar
Gambar 6.2 Peningkatan Nilai Availability Komponen Kritis pada Paper Machine
7.1 Kesimpulan
press capter dan lock washer merupakan komponen yang memiliki tingkat
99
Universitas Sumatera Utara
100
rata reliability dari 0,5134 menjadi 0,9316 untuk komponen kritis di paper
7.2 Saran
berikut:
sesuai dengan yang diusulkan pada penelitian ini dan menerapkan konsep
Adoghe, Dkk. 2012. Critical Review of Reliability Centred Maintenance (RCM) for
Asset Management in Electric Power Distribution System. Faculty of
Engineering, University of Lagos: Nigeria.
Altaf, Mariam. 2014. Study Reliability Centered Maintenance (Rcm) Of Rotating
Equipment Through Predictive Maintenance. University of the Punjab, Lahore:
Pakistan
Anthony, M. Smith. 2003. RCM Gateway to World Class Maintenance. USA:
Elsevier.
Besterfield, H. Dale. 2003. Quality Control. College of Engineering Southern Illinois
University.
Bloom, Neil. 2006 . Reliability Centred Maintenance: Implementation Made Simple.
London: McGraw-Hill.
Borris, Steven. 1976. Total Productive Maintenance. The McGraw-Hill Companies:
USA.
Brooks, Charlie and Choudhury, Ashok. 2002. Failure Analysis of Engineering
Materials. New York: McGraw-Hill.
Catola, 1983. Reliability-Centered Maintenance Handbook. Principal Deputy
Commander for Logistics: USA
Deepak Mahapatra, Dkk. 2015. Maintenance Strategy And Decision Making – Ahp
Method. Faculty at Bhilai Institute of Technology, Durg (CG): India.
Deepak Prabhakar & Jagathy Raj. 2013. A New Model For Reliability Centered
Maintenance In Petroleum Refineries. Mangalore Refinery and Petrochemicals
Ltd, Mangalore: India.
Devaraj Naik & Pradeep Kumar Soni. 2016. Research Review on Reliability Centred
Maintenance. Department of Mechanical Engineering, Maulana Azad National
Institute of Technology: India.
Deshpande & Modak. 2002. Application of RCM to a Medium Scale Industri. Journal
international Reliability Engineering And System Safety 77. Elsivier, Ltd.
Ebelling, Charles E. 1997. Reliability and Maintainability Engineering. London:
McGraw Hill Compenies inc.
Emovon, ikuobase, et. al. 2016. Elements of Maintenance System and Tools for
Implementation within the Framework of Reliability Centered Maintenance –
a Review. ISSN 21 80-1053 Vol. 8 No. 2 July-December 2016.
101
Universitas Sumatera Utara
102