Anda di halaman 1dari 170

ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN METODE RULA PADA

STASIUN PEREBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT


PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk

KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
dari Syarat-syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

UTAMI SARTIKA
045204011

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK


P R O G R A M D I P L O M A IV
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN METODE RULA PADA
STASIUN PEREBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT
PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk

KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
dari Syarat-syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :
UTAMI SARTIKA
045204011

Disetujui Oleh,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Ir. Khawarita Siregar, MT ) ( Ir. Dini Wahyuni, MT )

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK


P R O G R A M D I P L O M A IV
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Pabrik kelapa sawit PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM
merupakan perusahaan yang bergerak pada pengolahan sawit yang tidak terlepas dari
masalah yang berhubungan dengan postur kerja. Hal ini dapat terlihat dengan adanya
postur dan cara kerja yang salah dari operator stasiun perebusan yang dapat
mengakibatkan cidera muculoskeletal, sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja.
Oleh karena itu diperlukan analisis beban kerja terhadap operator stasiun perebusan
untuk mendapatkan postur kerja yang efektif dalam melakukan pekerjaan sehingga
seorang operator dapat melakukan aktivitas pekerjaanya sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas kerjanya.
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk menilai
postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan tubuh
bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan
yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang
memanfaatkan tubuh bagian atas (upper limb).
Tahapan pertama dalam analisis beban kerja dengan metode RULA adalah
dengan menganalisis postur kerja saat ini yang kemudian dilanjutkan dengan analisis
postur kerja yang dapat menimbulkan cidera. Setelah didapatkan postur kerja yang
dapat menimbulkan cidera maka dilakukan pemecahan masalah dengan usulan
rancangan postur kerja yang nyaman dan tidak menimbulkan cidera.
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis beban kerja dengan metode RULA
bahwa postur kerja yang memiliki resiko tertinggi adalah postur kerja menarik kabel
sling dari winch. Posisi pengkait hook yang berada pada bagian bawah lorry juga sangat
mempengaruhi postur kerja operator. Kondisi ini menunjukkan bahwa postur kerja
operator pada stasiun perebusan memiliki resiko kelainan yang sangat besar yang dapat
mengakibatkan cidera musculoskeletal sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja.

Kata kunci: RULA, musculoskeletal, analisis beban kerja.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Berkat dan

Rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam penyelesaikan studi

pada Program Studi Teknik Manajemen Pabrik D-IV, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis mengangkat judul yaitu Analisis Beban Kerja

dengan Menggunakan Metode RULA pada Stasiun Perebusan di Pabrik Kelapa

Sawit PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk. diharapkan mampu memberikan

perbaikan metode kerja pada Stasiun Perebusan Pabrik Kelapa Sawit PT. PP. London

Sumatera Indonesia, Tbk.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa karya akhir

ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dari

para dosen dan teman-teman mahasiswa. Saya berharap tulisan ini dapat memberi

manfaat bagi pembacanya dan bagi Pabrik Kelapa Sawit PT. PP. London Sumatera

Indonesia, Tbk.

Medan, Mei 2010

Penulis

Utami Sartika

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan karya akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku Ayahanda Usman Effendi dan Ibunda Dra. Sri Rahayu yang

tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan dengan penuh cinta serta

kedua adikku Ulfah Dwi Safira dan Syafwan Tri Umarsyah, karena berkat doa restu

serta dukungan material kepada penulis hingga terselesainya karya akhir ini.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku dosen pembimbing II atas bimbingan,

pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian karya akhir ini.

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku ketua Departemen Teknik Industri yang telah

memberikan izin pelaksanaan karya akhir ini dan dukungan moril serta perhatian

yang diberikan kepada penulis.

5. Bapak Catur Riyadi, Bapak Michael Ben Philips Tambunan, Bapak Zulkarnain

selaku pembimbing perusahaan, serta Bapak Julianton Marbun yang telah

memberikan kami izin untuk melakukan penelitian di PT. PP. London Sumatera

Indonesia, Tbk.

6. Seluruh staff dan karyawan PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk yang telah

memberikan bantuan baik berupa informasi dan dukungan moril dalam melakukan

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


7. Seluruh pegawai Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara khususnya Bang Tumijo, Kak Dina, Bu Ani, Bang Ridho, Kak

Rahma, dan Bang Kumis Margono.

8. Teman-teman terbaikku Sonya Coriza, Yudha Wibowo, Melli Sribina, Dessy

Alemina, dan R.M Tri Cipto yang selalu memberikan semangat, canda dan tawa,

serta berbagi dalam keadaan susah dan senang.

9. Teman-teman seperjuanganku Program Studi Teknik Manajemen Pabrik 2004 yang

telah banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan karya akhir ini.

Kepada semua pihak yang telah ikut membantu yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu, saya mengucapkan banyak sebesar-besarnya. Semoga karya akhir ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010

Penulis,

Utami Sartika

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN
LEMBAR SAMPUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan .......................................................... I-1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... I-3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ I-4
1.3.1. Tujuan Peneletian ................................................................. I-4
1.3.1.1. Tujuan Umum ........................................................... I-4
1.3.1.2. Tujuan Khusus .......................................................... I-4
1.3.2. Manfaat Penelitan .................................................................. I-4
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi........................................................... I-5
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir .................................................. I-6
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan.......................... ................................................. II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha.......................... ................................ II-3
2.3. Lokasi Perusahaan ........................................................................... II-4
2.4. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................................... II-4
2.5. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ........................................... II-6
2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ................................................ II-7
2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja ............................................................. II-7
2.6.2. Jam Kerja............................................................................... II-9

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN
2.7. Proses Produksi ............................................................................... II-10
2.7.1. Standar Mutu Bahan / Produk ................................................. II-10
2.7.2. Bahan yang digunakan ............................................................ II-11
2.7.2.1. Bahan Baku ............................................................... II-11
2.7.2.2. Bahan Penolong ......................................................... II-12
2.7.3. Uraian Proses Produksi ........................................................... II-12
2.8. Mesin Peralatan dan Utilitas ............................................................ II-27
2.9. Safety and Fire Protection ............................................................... II-27
2.10. Pengolahan Limbah ....................................................................... II-28
2.10.1. Pengolahan Limbah Cair .................................................... II-28
2.10.2. Pengolahan Limbah Padat .................................................. II-29
III LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi......................................................................................... III-1
3.2. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi .................................................... III-2
3.3. Musculoskeletal ............................................................................... III-3
3.4. Biomekanika ................................................................................... III-4
3.5. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Musculoskeletal .................... III-5
3.6. Mengukur dan Mengenali Sumber Penyebab Keluhan
Musculoskeletal ............................................................................... III-8
3.7. Manual Material Handling (MMH) ................................................ III-11
3.7.1. Manual Material Handling (MMH) ...................................... III-11
3.7.2. Batasan Beban yang Boleh Diangkat ..................................... III-14
3.8. Nordic Body Map ........................................................................... III-16
3.9. Metode Penilaian Postur Kerja ........................................................ III-19
3.9.1. Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) .............. III-19
3.9.2. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) ................................ III-20

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN
3.9.2.1. Prosedur RULA ......................................................... III-22
3.9.3. Rapid Entire Body Assessment (REBA) ................................ III-32
3.9.4. Quick Exposure Check (QEC) ............................................... III-33
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian....................................................................... IV-1
4.3. Objek Penelitian .............................................................................. IV-1
4.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. IV-2
4.5. Instrumen Penelitian ........................................................................ IV-3
4.6. Pelaksanaan Penelitian..................................................................... IV-3
4.7. Pengolahan Data .............................................................................. IV-4
4.8. Analisa Data .................................................................................... IV-5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data........................................................................... V-1
5.1.1. Posisi Komponen dan Peralatan Kerja .................................... V-4
5.1.2. Postur Kerja ........................................................................... V-6
5.1.3. Standard Nordic Questionnare............................................... V-10
5.2. Pengolahan Data .............................................................................. V-12
5.2.1. Menarik Kabel Sling dari Winch ............................................. V-13
5.2.1.1. Postur Kerja 1 ............................................................ V-13
5.2.1.1.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 1 .. V-13
5.2.1.1.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 1 .. V-16
5.2.1.1.3. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 1 ........................................... V-18
5.2.1.2. Postur Kerja 2 ............................................................ V-19
5.2.1.2.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 2 .. V-19
5.2.1.2.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 2 .. V-21

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN
5.2.1.2.3. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 2 ........................................... V-23
5.2.1.3. Postur Kerja 3 ............................................................ V-24
5.2.1.3.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 3 .. V-24
5.2.1.3.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 3 .. V-26
5.2.1.3.3. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 3 ........................................... V-28
5.2.1.4. Postur Kerja 4 ............................................................ V-29
5.2.1.4.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 4 .. V-29
5.2.1.4.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 4 .. V-31
5.2.1.4.3. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 4 ........................................... V-33
5.2.1.5. Postur Kerja 5 ............................................................ V-34
5.2.1.5.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 5 .. V-34
5.2.1.5.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 5 .. V-36
5.2.1.5.3. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 5 ........................................... V-38
5.2.1.6. Postur Kerja 6 ............................................................ V-39
5.2.1.6.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 6 .. V-39
5.2.1.6.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 6 .. V-41
5.2.1.6.2. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 6 ........................................... V-43
5.2.1.7. Postur Kerja 7 ............................................................ V-44
5.2.1.7.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 7 .. V-44
5.2.1.7.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 7 .. V-46
5.2.1.7.3. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 7 ........................................... V-48

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN
5.2.2. Menarik Lorry dengan Menggunakan Winch .......................... V-49
5.2.2.1. Postur Kerja 8 ............................................................ V-49
5.2.2.1.1. Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 8 .. V-49
5.2.2.1.2. Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 8 .. V-52
5.2.2.1.3. Skor Postur Grup A dan Grup B untuk
Postur Kerja 8 ........................................... V-54
VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Masalah ............................................................................ VI-1
6.1.1. Analisa Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Upper
Limb Assessment (RULA) .................................................... VI-1
6.1.2. Analisa Berdasarkan Hasil Standard Nordic Questionnare .. VI-4
6.1.3. Hubungan Analisis Postur Kerja dengan Hasil Standard
Nordic Questionnare .............................................................. VI-6
6.2. Pemecahan Masalah ...................................................................... VI-8
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ................................................................................... VII-1
7.2. Saran ............................................................................................. VII-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Jumlah Tenaga Kerja di PT. PP. London Sumatera,Tbk

Begerpang POM ...... II-8

3.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai dengan Batasan

Angkat ......................................................................................... III-15

3.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai dengan

Batas Angkatnya ......................................................................... III-16

3.3 Skor Bagian Lengan Atas (upper arm)......................................... III-23

3.4 Skor Bagian Lengan Bawah (lower arm) .................................... III-24

3.5 Skor Pergelangan Tangan (wrist) ................................................ III-25

3.6 Skor Bagian Leher (neck) ............................................................ III-26

3.7 Skor Bagian Punggung (trunk) .................................................... III-26

3.8 Skor Bagian Kaki (legs) .............................................................. III-27

3.9 Skor Postur Grup A (Tabel A) .................................................... III-28

3.10 Skor Postur Grup B (Tabel B) ..................................................... III-29

3.11 Skor Penggunaan Tenaga (beban) ............................................... III-30

3.12 Kategori Tindakan RULA ........................................................... III-31

5.1 Hasil Standard Nordic Questionnare .......................................... V-11

5.2 Skor Postur Grup A Postur Kerja 1 ............................................. V-15

5.3 Total Skor Grup A Postur Kerja 1 ............................................... V-16

5.4 Skor Postur Grup B Postur Kerja 1 .............................................. V-17

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.5 Total Skor Grup B Postur Kerja 1 ................................................ V-17

5.6 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 1 ........................... V-18

5.7 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 1 ................................... V-18

5.8 Skor Postur Grup A Postur Kerja 2 ............................................. V-20

5.9 Total Skor Grup A Postur Kerja 2 ............................................... V-21

5.10 Skor Postur Grup B Postur Kerja 2 ............................................. V-22

5.11 Total Skor Grup B Postur Kerja 2 ............................................... V-22

5.12 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 2 ........................... V-23

5.13 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 2 ................................... V-18

5.14 Skor Postur Grup A Postur Kerja 3 ............................................. V-25

5.15 Total Skor Grup A Postur Kerja 3 ............................................... V-26

5.16 Skor Postur Grup B Postur Kerja 3 ............................................. V-27

5.17 Total Skor Grup B Postur Kerja 3 ............................................... V-27

5.18 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 3 ........................... V-28

5.19 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 3 ................................... V-28

5.20 Skor Postur Grup A Postur Kerja 4 ............................................. V-30

5.21 Total Skor Grup A Postur Kerja 4 ............................................... V-31

5.22 Skor Grup B Postur Kerja 4 ......................................................... V-32

5.23 Total Skor Grup B Postur Kerja 4 ............................................... V-32

5.24 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 4 ........................... V-33

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.25 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 4 ................................... V-33

5.26 Skor Postur Grup A Postur Kerja 5 ............................................. V-35

5.27 Total Skor Grup A Postur Kerja 5 ............................................... V-36

5.28 Skor Postur Grup B Postur Kerja 5 .............................................. V-37

5.29 Total Skor Grup B Postur Kerja 5 ............................................... V-37

5.30 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 5 ........................... V-38

5.31 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 5 ................................... V-38

5.32 Skor Postur Grup A Postur Kerja 6 ............................................. V-40

5.33 Total Skor Grup A Postur Kerja 6 ............................................... V-41

5.34 Skor Postur Grup B Postur Kerja 6 .............................................. V-42

5.35 Total Skor Grup B Postur Kerja 6 ............................................... V-42

5.36 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 6 ........................... V-43

5.37 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 6 ................................... V-43

5.38 Skor Postur Grup A Postur Kerja 7 ............................................. V-45

5.39 Total Skor Grup A Postur Kerja 7 ............................................... V-46

5.40 Skor Postur Grup B Postur Kerja 7 .............................................. V-47

5.41 Total Skor Grup B Postur Kerja 7 ............................................... V-47

5.42 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 7 ........................... V-48

5.43 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 7 ................................... V-48

5.44 Skor Postur Grup A Postur Kerja 8 ............................................. V-51

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.45 Total Skor Grup A Postur Kerja 8 ............................................... V-52

5.46 Skor Postur Grup B Postur Kerja 8 ............................................. V-53

5.47 Total Skor Grup B Postur Kerja 8 ............................................... V-53

5.48 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 8 ........................... V-54

5.49 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 8 ................................... V-54

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi Begerpang Palm Oil Mill .............................. II-5

2.2 Grafik Sistem Perebusan Tekanan vs Waktu ................................ II-14

3.1 Kegiatan mengangkat/menurunkan ............................................... III-12

3.2 Kegiatan mendorong/menarik ....................................................... III-13

3.3 Kegiatan memutar ......................................................................... III-13

3.4 Kegiatan membawa ....................................................................... III-14

3.5 Kegiatan menahan ......................................................................... III-14

3.6 Nordic Body Map ......................................................................... III-18

3.7 Standar RULA untuk postur lengan atas ...................................... III-23

3.8 Standar RULA untuk postur lengan bawah .................................. III-24

3.9 Standar RULA untuk postur pergelangan tangan ......................... III-24

3.10 Standar RULA untuk postur leher ................................................ III-25

3.11 Standar RULA untuk postur punggung ........................................ III-26

3.12 Diagram Penilaian RULA ............................................................ III-30

3.13 Grand Score (Tabel C) .................................................................. III-31

4.1 Block Diagram Prosedur Penelitian .............................................. IV-14

5.1 Posisi Komponen dan Peralatan Kerja pada Stasiun

Sterilizer ........................................................................................ V-5

5.2 Postur Kerja 1 ............................................................................... V-6

5.3 Postur Kerja 2 ............................................................................... V-7

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.4 Postur Kerja 3 ............................................................................... V-7

5.5 Postur Kerja 4 ............................................................................... V-8

5.6 Postur Kerja 5 ............................................................................... V-8

5.7 Postur Kerja 6 ............................................................................... V-9

5.8 Postur Kerja 7 ............................................................................... V-9

5.9 Postur Kerja 8 ............................................................................... V-10

5.10 Postur Kerja 1 ............................................................................... V-13

5.11 Postur Kerja 2 ............................................................................... V-19

5.12 Postur Kerja 3 ............................................................................... V-24

5.13 Postur Kerja 4 ............................................................................... V-29

5.14 Postur Kerja 5 ............................................................................... V-34

5.15 Postur Kerja 6 ............................................................................... V-39

5.16 Postur Kerja 7 ............................................................................... V-44

5.17 Postur Kerja 8 ............................................................................... V-49

6.1 Posisi Komponen dan Peralatan Kerja Sebelum Menggunakan

Sistem Hidrolik (A) dan Sesudah Menggunakan Sistem

Hidrolik (B) .................................................................................... VI-10

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Pabrik kelapa sawit PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM
merupakan perusahaan yang bergerak pada pengolahan sawit yang tidak terlepas dari
masalah yang berhubungan dengan postur kerja. Hal ini dapat terlihat dengan adanya
postur dan cara kerja yang salah dari operator stasiun perebusan yang dapat
mengakibatkan cidera muculoskeletal, sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja.
Oleh karena itu diperlukan analisis beban kerja terhadap operator stasiun perebusan
untuk mendapatkan postur kerja yang efektif dalam melakukan pekerjaan sehingga
seorang operator dapat melakukan aktivitas pekerjaanya sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas kerjanya.
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk menilai
postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan tubuh
bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan
yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang
memanfaatkan tubuh bagian atas (upper limb).
Tahapan pertama dalam analisis beban kerja dengan metode RULA adalah
dengan menganalisis postur kerja saat ini yang kemudian dilanjutkan dengan analisis
postur kerja yang dapat menimbulkan cidera. Setelah didapatkan postur kerja yang
dapat menimbulkan cidera maka dilakukan pemecahan masalah dengan usulan
rancangan postur kerja yang nyaman dan tidak menimbulkan cidera.
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis beban kerja dengan metode RULA
bahwa postur kerja yang memiliki resiko tertinggi adalah postur kerja menarik kabel
sling dari winch. Posisi pengkait hook yang berada pada bagian bawah lorry juga sangat
mempengaruhi postur kerja operator. Kondisi ini menunjukkan bahwa postur kerja
operator pada stasiun perebusan memiliki resiko kelainan yang sangat besar yang dapat
mengakibatkan cidera musculoskeletal sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja.

Kata kunci: RULA, musculoskeletal, analisis beban kerja.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk

peranan manusia adalah aktivitas pemindahan material secara manual (Manual Material

Handling / MMH). Penggunaan MMH yang dominan bukanlah tanpa sebab, MMH

memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas yang tinggi dan murah dibandingkan

dengan alat transportasi (alat bantu pemindahan material) lainnya.

Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan penanganan material menggunakan

alat bantu adalah pada fleksibilitas gerakan yang dapat dilakukan untuk beban-beban

ringan. Akan tetapi aktivias MMH dalam pekerjaan-pekerjaan industri banyak

diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang belakang (low back pain)

akibat dari penanganan material secara manual yang cukup berat dan posisi tubuh yang

salah dalam bekerja. Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah beban

kerja yang berat, postur kerja yang salah dan pengulangan pekerjaan yang tinggi, serta

adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan

adanya gangguan pada tubuh manusia jika pekerjaan berat dilakukan secara terus

menerus akan berakibat buruk pada kondisi kesehatan pekerja terutama dalam jangka

waktu panjang (Sumamur, 1995).

Dilihat dari sudut pandang ergonomis terutama dari sudut pandang biomekanika,

pemindahan material secara manual menimbulkan kecelakaan kerja yaitu cidera pada

tulang belakang, sedangkan dari sudut pandang fisiologi Manual Material Handling

Universitas Sumatera Utara


(MMH) atau pemindahan material secara manual membutuhkan energi yang cukup

besar. Tetapi pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara

ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri, yang disebut juga Over

Exertionlifting and carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh

beban angkat yang berlebihan (Nurmianto, 1996).

Aktivitas membungkuk dan memutar didalam tempat kerja saat melakukan

Manual Material Handling seharusnya dikurangi atau bahkan jika memungkinkan

aktivitas ini sebaiknya dihilangkan karena sikap ini rawan yang dapat menimbulkan

gangguan pada sistem musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada

bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan

sampai sangat sakit. Apabila seseorang menerima beban statis secara berulang dan

dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada

sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan

dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal.

Salah satu prinsip perancangan sistem kerja dalam aktivitas MMH adalah

menjaga posisi pinggul dan bahu lurus atau segaris ketika melakukan aktivitas MMH.

Hal ini untuk menjaga pembebanan pada punggung tetap sedikit, karena jarak antar

pusat beban dengan tubuh dekat sehingga momen dihasilkan relatif kecil.

Salah satu cara untuk menganalisis beban kerja karyawan dapat dilakukan

dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) yaitu sebuah

metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan

dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb).

Pada PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM stasiun

perebusan terlihat para pekerja melakukan aktivitas pekerjaan pemindahan material

Universitas Sumatera Utara


secara manual (Manual Material Handling) dengan sikap kerja yang tidak nyaman

yang dapat mengakibatkan cidera pada sistem musculoskeletal yang dapat mengurangi

produktivitas kerja.

1.2 Perumusan Masalah

Analisis beban kerja terhadap operator stasiun perebusan pada PT. PP. London

Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM perlu dilakukan karena terlihat ada postur

dan cara kerja yang salah dari operator stasiun perebusan yang dapat mengakibatkan

cidera musculoskeletal, sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan postur kerja (postur tubuh saat bekerja) yang efektif dalam

melakukan pekerjaan sehingga seorang operator dapat melakukan aktivitas

pekerjaanya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerjanya.

2. Memberikan saran bagi pihak PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang

POM dalam menerapkan postur kerja ergonomis dan efisien.

1.3.1.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis postur kerja yang dapat mengakibatkan cidera musculoskeletal.

2. Memberikan masukan kepada pihak PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk

Begerpang POM tentang bahaya sistem kerja operator secara manual.

Universitas Sumatera Utara


1.3.2 Manfaat Penelitian

Bagi mahasiswa sendiri manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengimplementasikan teori-teori pengukuran beban kerja dengan metode

RULA dengan cara praktek langsung dilapangan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian beban kerja.

3. Memperoleh pengetahuan baru yang berguna dalam perwujudan kerja yang akan

dihadapi kelak setelah penulis menyelesaikan studinya.

Adapun manfaat bagi perusahaan tempat dilakukannya penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Memberi masukan kepada perusahaan untuk dapat memperbaiki metode kerja.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menganalisa beban kerja untuk

mengambil kebijakan perbaikan perusahaan.

1.4 Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penyelesaian masalah tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari

kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti, maka penulis

membuat batasan masalah dan asumsi.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian beban kerja dilakukan pada pekerja di PT. PP. London Sumatera

Indonesia, Tbk Begerpang POM bagian perebusan (sterilizer).

2. Metode yang digunakan dalam menganalisa beban kerja adalah metode RULA.

Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Mekanisme dan aktivitas setiap stasiun pada perusahaan berjalan normal.

2. Proses produksi tidak mengalami perubahan.

Universitas Sumatera Utara


3. Tidak ada perubahan metode kerja selama penelitian berlangsung.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang

penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Gambaran ringkas dan jelas tentang objek studi meliputi sejarah

perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi, proses produksi, pemasaran

dan ringkasan lain.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Berisi konsep dan teori beban kerja menggunakan metode RULA,

ergonomi, postur kerja dan hal-hal yang menjadi dasar dalam menganalisa

dan membahas persoalan-persoalan penelitian.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengembangi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan

penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan

secara ringkas.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi pengumpulan dan pengolahan data untuk mendapatkan

hasil yang akan dipakai untuk membahas dan menyajikan hasil-hasil

analisa dari hasil pengolahan data-data.

Universitas Sumatera Utara


Ada pun data yang dikumpulkan pada bab ini meliputi:

1. Gambar komponen dan peralatan kerja.

2. Postur kerja operator ketika beraktivitas.

3. Standard Nordic Questionnare.

Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode

RULA (Rapid Upper Limb Assessment).

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan pemecahan

yang dilakukan pada bab sebelumnya.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil

penelitian serta saran yang perlu bagi perusahaan secara ringkas dan padat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk berdiri sejak tahun 1906 dengan nama

awal Harrisons and Crossfield Plc (H&C). Perusahaan ini merupakan bekas hak

Concessie berdasarkan perjanjian Zelfbes Turn tanah jawa dengan beberapa perusahaan

Rubber Company Ltd, yang disahkan dengan ketetapan Residen Sumatera Timur, dalam

kerangka konversi Undang-Undang Pokok Agraria (UU No. 5 tahun 1906). Hak

Concessie tersebut dikonversi menjadi Undang-Undang Hak Guna Usaha (UU HGU)

yang ditegaskan dalam surat Menteri Agraria 1 Maret 1962 No. Ka. 13/7/1962.

Perusahaan ini didirikan oleh Group Harrisons and Crossfield dari Inggris. Pada tahun

1962 perusahaan ini berganti nama menjadi PT. PP. London Sumatra Indonesia dengan

akte notaris Raden Kadiman di Jakarta tanggal 18 Desember 1962 dan akte

pembaharuan tanggal 9 September 1963 No. 2 dengan status Hak Guna Usaha (HGU).

PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk memiliki perkebunan dan pabrik yang

tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan serta Sulawesi. Namun dari semua itu

yang terbanyak dan terluas terletak di pulau Sumatera. Di pulau Sumatera terdapat 24

kebun yang terdiri dari 11 kebun di Sumatera Utara dan 13 kebun di Sumatera Selatan

berupa kebun kelapa sawit dan karet. Di Jawa terdapat 2 perkebunan cokelat, dan teh.

Sedangkan di Kalimantan timur terdapat 1 kebun kelapa sawit dan Sulawesi Selatan

terdapat 1 perkebunan karet.

PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk yang aktifitasnya mencakup

perkebunan kelapa sawit, karet, kopi dan teh adalah salah satu perusahaan perkebunan

Universitas Sumatera Utara


terkemuka di Indonesia. Pada Desember 2000, PT. PP. London Sumatera Indonesia,

Tbk telah melakukan penanaman kelapa sawit seluas 38.163 hektar, karet seluas 15.879

hektar, dengan 16 pabrik dan sejumlah kawasan yang masih mungkin untuk

pembangunan.

PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk mendirikan beberapa pabrik dan

kebun (estate) yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia terutama di Pulau

Sumatera. Di bawah ini adalah pabrik-pabrik yang telah berdiri :

1. Sumatera Utara, antara lain :

- TOM (Turangi Oil Mill), kapasitas 50 ton/jam

- Begerpang POM (Palm Oil Mill), kapasitas 45 ton/jam

- Dolok Palm Oil Mill, kapasitas 30 ton/jam

- Gunung Melayu POM, kapasitas 30 ton/jam

- Sei Rumbia, komoditi karet

2. Sumatera Selatan, antara lain :

- Sei Lakitan POM, kapasitas 60 ton/jam

- Belani Elok POM, kapasitas 60 ton/jam

- Artha Kencana POM, kapasitas 15 ton/jam

- Tirta Agung POM, kapasitas 45 ton/jam

- Gunung Bais POM, kapasitas 10 ton/jam

- Terawas POM, kapasitas 20 ton/jam

- Makp Crumb Rubber, komoditi karet

- Cengal Crumb Rubber, komoditi karet

Universitas Sumatera Utara


3. Di luar daerah Sumatera ada beberapa, diantaranya :

- Kertasari (Jawa Barat), komoditi teh

- Trebasala (Jawa Timur), komoditi kopi dan cokelat

- Palangisang (Sulawesi Selatan), komoditi karet

Begerpang POM (Palm Oil Mill) adalah salah satu Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

milik PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk, yang terdapat di Pulau Sumatera yang

terletak di Begerpang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Pabrik ini didirikan

pada tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tanggal 9 Juli 2003 dengan kapasitas

produksi 45 ton/jam.

PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk memiliki badan khusus peneliti

kelapa sawit yaitu BLRS (Bahlias Research Station), yang memproduksi sawit jenis

Tenera.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Begerpang POM (Palm Oil Mill) milik London Sumatra Indonesia Tbk,

bergerak dalam bidang pengolahan buah kelapa sawit dari Fresh Fruit Bunch (FFB)

menjadi minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti biji sawit atau Palm Kernel.

Sekitar awal bulan Juni 2006, pabrik menambah hasil produk yang dipasarkan yaitu

Palm Kernel Oil (PKO) yang bahannya berasal dari inti biji sawit.

2.3 Lokasi Perusahaan

Begerpang POM (Palm Oil Mill) milik London Sumatra Indonesia Tbk, terletak

di desa Begerpang kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang, dengan jarak 10

kilometer dari Tanjung Morawa atau sekitar 20 kilometer dari kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


2.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah sekelompok orang yang secara formal dipersatukan dalam

suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan struktur

organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit) kerja dalam organisasi.

Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana

fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut dikoordinasikan.

Selain daripada itu, struktur organisasi juga menunjukkan spesialiasi-spesialisasi

pekerjaan, saluran perintah,dan penyampaian laporan.

Suatu sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda memerlukan

struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumberdaya dengan cara yang

teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada didalam

organisasi dapat diarahkan sehingga mendorong mereka melaksanakan aktifitas masing-

masing dengan baik dan mendukung tercapainya sasaran perusahaan dengan efektif dan

efisien.

Struktur organisasi pada pabrik kelapa sawit PT. PP. London Sumatera

Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Shift Shift
Engineer Foreman
Shift
Coordinator Security

Adminitrasi

Daily

Mill
Assistant Shift Shift
Manager Compost Engineer Foreman

Head
Laboratory

Compost
Foreman

Maintenance
Foreman
Maintenance
Engineer
Go down
Master

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Begerpang Palm Oil Mill

Struktur organisasi yang digunakan pada PT. PP. London Sumatera Indonesia

Begerpang POM adalah lini fungsional. Dimana struktur organisasi lini fungsional

adalah bentuk organisasi yang didalamnya merupakan garis wewenang yang saling

menghubungkan langsung antara bawahan dan atasan berdasarkan atas fungsi-fungsi

yang ada dalam organisasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.5 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

1. Mill Manager

Mill Manager memiliki wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai

berikut:

1. Mempunyai garis komando langsung terhadap bawahannya.

2. Menganalisa penyusunan anggaran belanja tahunan dan dokumen keuangan.

3. Menciptakan dan mengendalikan teknologi serta komponen sesuai kebutuhan.

4. Menandatangani permintaan material sesuai program kerja yang dibutuhkan.

2. Assistant Maintenace

Assistant Maintenance memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai

berikut:

1. Bertanggung jawab merawat dan memelihara mesin dan peralatan produksi.

2. Bertanggung jawab melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap

masalah-masalah yang berkaitan di bidang teknik.

3. Bertanggung jawab mengawasi pengoperasian peralatan dan mesin produksi

sesuai prosedur untuk mencapai mencapai kapasitas pabrik.

3. Shift Coordinator

Shift Coordinator memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai

berikut:

1. Mengkoordinasi hampir keseluruhan pabrik mulai dari office, laboratorium,

security dan daily.

2. Membantu manager dalam melaksanakan tugasnya.

Universitas Sumatera Utara


4. Shift Engineer

Shift Engineer memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:

1. Mengatasi kelancaran proses produksi di lantai produksi secara langsung.

2. Memberikan pengarahan kepada operator di lantai produksi.

3. Membantu Assistant Manager dalam memelihara mesin dan peralatan.

5. Asisstant Compost

1. Bertanggung jawab atas pengolahan limbah hingga menjadi kompos.

2. Bertanggung jawab kepada Manager.

2.6 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.6.1 Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada pabrik kelapa sawit PT. PP. London Sumatera Begerpang

POM adalah tenaga kerja bulanan (MRP) dan tenaga kerja harian (DRP).

1. Month Rate Payment (MRP)

Month Rate Payment atau tenaga kerja bulanan adalah tenaga kerja dengan sistem

pengupahannya dilakukan setiap bulan.

2. Daily Rate Payment (DRP)

Daily Rate Payment atau tenaga kerja harian adalah tenaga kerja dengan sistem

pengupahaanya dilakukan setiap hari.

Adapun jumlah keseluruhan tenaga kerja pada pabrik kelapa sawit PT. PP.

London Sumatera Begerpang POM dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di PT.PP London
Sumatera, Tbk Begerpang POM
N0 Keterangan Jumlah

1 Manager 1

2 Maintenance Engineer 1

3 Compost Assistant 1

4 Shift Coordinator 1

5 Shift Engineer 2

6 Administrasi 5

7 Security 9

8 Maintenance 20

9 Pengolahan Kompos 28

10 Laboratorium 5

11 Daily 14

12 Go Down 2

13 Bagian Produksi 58

Total 147

Sumber : PT.PP London Sumatera.Tbk Begerpang POM

2.6.2 Jam Kerja

Pembagian jam kerja pada pabrik kelapa sawit PT. PP. London Sumatera

Begerpang POM dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu waktu kerja karyawan kantor dan

waktu kerja karyawan produksi.

Pengaturan jam kerja pada pabrik kelapa sawit PT. PP. London Sumatera

Begerpang POM adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Waktu kerja karyawan kantor :

Senin Jumat : 07.00 14.30 WIB

Sabtu : 07.00 12.00 WIB

2. Waktu kerja karyawan produksi :

Shift I : 07.00 17.00 WIB

Shift II : 17.00 24.00 WIB

2.7 Proses Produksi

2.7.1 Standard Mutu Bahan / Produk

Jenis FFB (Fresh Fruit Bunch) yang digolongkan didasarkan pada jumlah buah

yang loose fruit. Dimana jenis FFB ini nantinya akan menjadi standar mutu

bahan/produk. Jenis-jenis FFB tersebut dapat dikelompokkan dalam 10 kategori FFB,

yaitu :

1. Buah Immature (0%)

Digolongkan sebagai buah yang masih hitam dan keras, tidak ada loose fruit yang

lepas dari bunch.

2. Buah Unripe (0%)

Digolongkan sebagai buah mentah dan loose fruit yang lepas dari bunch kurang dari

10 loose fruit.

3. Buah Under Ripe (20%)

Digolongkan sebagai buah mengkal dengan kurang dari 10-24 loose fruit yang lepas

dari bunch.

Universitas Sumatera Utara


4. Buah Normal Ripe (75%)

Digolongkan sebagai buah yang telah matang dengan lebih dari 25 loose fruit yang

lepas dari bunch.

5. Buah Over Ripe (2%)

Buah dengan loose fruit yang lepas dari 75% atau masih tertinggal 25%.

6. Buah Rotten (2%)

Buah yang seluruhnya atau sebagian dari bunch telah lembek, warnanya hitam dan

bau. Buah ini mengandung FFA tinggi. Loose fruit tinggal 10%.

7. Buah Abnormal (0%)

Buah bunch pecah.

8. Buah Bruissed (0%)

Buah yang memar dan teroksidasi, ini juga mengandung asam lemak bebas (FFA)

yang tinggi.

9. Empty Bunch (0%)

Buah yang sudah 90% lebih loose fruit yang lepas.

10. Long Stalk (1%)

Tangkai bunch yang panjang lebih dari 2,5 cm, hal ini akan menambah berat saat

penimbangan dan menimbulkan looses saat perebusan.

2.7.2 Bahan yang Digunakan

2.7.2.1 Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk,

dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik maupun kimiawi dan ikut

dalam proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan

lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Adapun bahan baku di Bergepang POM adalah jenis kelapa sawit Tenera.

Tenera adalah jenis varietas kelapa sawit yang mempunyai bentuk buah agak lonjong,

dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tebal Daging buah (Pericarp) : 4 10 mm

2. Tebal cangkang : 79 80 mm

3. Pericarp terhadap buah (%) : 100 %

4. Inti terhadap buah (%) : 8 10 %

2.7.2.2 Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk

menambah mutu produk, tetapi tidak terdapat dalam produk akhir. Pada Begerpang

POM digunakan 2 macam bahan penolong, yaitu :

1. Air

Penggunaan air pada pabrik kelapa sawit adalah untuk proses pengolahan

sebagai sumber uap dan juga keperluan air panas.

2. Uap

Uap memegang peranan sangat penting dalam pabrik kelapa sawit. Karena

sebagian dari proses produksi menggunakan tenaga uap. Uap yang di supply dari boiller

yang digunakan untuk memutar turbin uap dengan tekanan 30 kg / cm2.

2.7.3 Uraian Proses Produksi

Dibawah ini merupakan uraian proses pengolahan FFB hingga menjadi CPO

Palm Kernel yang dibagi atas 6 tahapan, yaitu : penerimaan buah (Reception Station),

perebusan (Sterilizer Station), pembantingan (Thresing Station), pengepressan

(Pressing), pengolahan biji (Kernel Station), dan klarifikasi (Clarification Station).

Universitas Sumatera Utara


1. Stasiun Penerimaan Buah (Reception Station)

FFB hasil panen dari kebun diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk.

Selanjutnya dilakukan penimbangan buah untuk mengetahui berat bersih (netto) FFB

yang masuk dengan menggunakan jembatan timbang. Berat bersih FFB yang masuk

didapat dengan menghitung selisih antara berat truk beserta isinya (bruto) dengan berat

truk dalam keadaan kosong (tarra).

Setelah itu, FFB dibawa ke bagian penimbunan buah yaitu loading ramp.

Sebelumnya, buah disortir untuk mengetahui mutu buah yang akan diolah yang

didasarkan pada jumlah buah yang brondol sampai di loading ramp. Adapun fungsi

loading ramp adalah sebagai tempat penampungan sementara.

Buah yang telah disortasi dimasukkan ke dalam loading ramp dengan tujuan

untuk memudahkan masuknya buah ke dalam lori. Lantai loading ramp dibuat dari

plate baja dengan kemiringan 25-40o dan mempunyai 20 pintu dengan kapasitas 300 ton

dan tiap pintu loading ramp dapat menampung 15 ton yang dilengkapi dengan plat

penahan yang berguna untuk menahan FFB agar tidak keluar sewaktu FFB diturunkan

ke lorry. Pintu dari setiap ruangan dibuka secara mekanis dengan menggunakan tenaga

hidrolik.

Cara pengisian lorry :

1. Lorry yang digunakan untuk mengangkut dan tempat perebusan buah sawit di tarik

dan diposisikan di depan pintu loading ramp. Satu unit lorry berkapasitas sekitar 10

ton FFB.

2. Pintu loading ramp dibuka satu persatu dan FFB masuk ke dalam lorry.

3. Lorry yang sudah penuh ditarik dengan capstand ke stasiun perebusan

(sterilization).

Universitas Sumatera Utara


2. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)

Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana

uap bertekanan. Tujuan dari perebusan (Sterilizer) adalah:

1. Mematikan enzim untuk mencegah kenaikkan asam lemak bebas minyak yang

dihasilkan.

2. Memudahkan pelepasan loose fruit dari bunch.

3. Melunakkan buah untuk memudahkan dalam proses pengepresan dan pemecahan

biji.

Lorry yang telah berisi FFB di loading ramp dimasukkan ke rebusan (sterilizer)

dengan bantuan bollard dan tali Capstand. Pada Begerpang POM tedapat 2 unit

sterilizer, yang mana setiap sterilizer berkapasitas 50 ton FFB atau memuat 5 lorry di

dalamnya yang masing-masing lorry berkapasitas 10 ton FFB.

Waktu yang diperlukan untuk perebusan sebesar 90 menit.

Bar
3,5

2,5

1,5

20 24 41 46 95 105
Time

Gambar 2.2 Grafik Sistem Perebusan Tekanan Vs Waktu

Universitas Sumatera Utara


3. Stasiun Pembantingan (Treshing Station)

Treshing station adalah proses pemisahan loose fruit dari fruit bunch yang sudah

direbus dengan cara pembantingan. Pada Treshing station, fruit bunch yang sudah

direbus mengalami 8 proses yang terdiri dari :

a. Tippler

Tippler berfungsi mengeluarkan fruit bunch yang telah direbus dengan cara

memutar lorry 3600 kedalam bak hopper. Lorry ini kemudian dituang dengan

menggunakan tippler sehingga buah yang ada didalamnya akan masuk kedalam hopper

kemudian menggunakan rotary feder/gate tippler akan ditumpahkan ke bunch scraper

conveyor. Penuangan fruit bunch ini harus benar-benar dijaga agar tidak terjadi

kelebihan kapasitas pada tresher serta kehilangan minyak pada empty bunch.

b. Fruit Bunch Scraper Conveyor

Fruit bunch yang telah ditumpahkan oleh tippler selanjutnya dibawa oleh fruit

bunch scraper conveyor ke 1st tresher dengan bantuan top distributing bunch conveyor.

c. Tresher

Setelah fruit bunch masuk kedalam tresher, maka fruit bunch tersebut akan diputar

dan dibanting berulang-ulang dengan tujuan melepaskan semua loose fruit dari bunch.

Tresher dilengkapi dengan batang-batang besi yang memanjang sepanjang Tresher.

Putaran tresher 20 rpm, bila terlalu cepat bunch tidak terbanting secara sempurna dan

loose fruit tidak akan terlepas dari bunch.

d. Hard Bunch Recycling Conveyor

Empty bunch dari 1st tresher kemudian dibawa oleh hard bunch recycling conveyor

ke empty bunch crusher.

Universitas Sumatera Utara


e. Empty Bunch Crusher
2nd
Sebelum dimasukkan ke thresher, Empty bunch yang dibawa oleh hard bunch

recycling conveyor lalu dihancurkan oleh empty bunch crusher dengan tujuan

memudahkan pemisahan lebih lanjut loose fruit yang masih melekat pada bunch.

f. Fruit Conveyor

Loose fruit yang berasal dari tresher kemudian diangkut oleh fruit conveyor menuju

fruit elevator.

g. Empty Bunch Scraper Conveyor


2nd
Empty bunch dari tresher dibawa ke mesin empty bunch press dengan bantuan
1st
scraper conveyor. Hasil dari empty bunch press (Choping) dibawa ke empty bunch

hoper dengan bantuan empty bunch scraper conveyor 2nd.

h. Empty Bunch Hopper

Empty bunch yang dibawa empty bunch conveyor kemudian di tampung dan

disimpan sementara di empty bunch hopper untuk dikirim ke enriched mulch

location/composting area.

4. Stasiun Pengepresan (Pressing)

Pressing Station adalah stasiun dimana pengambilan minyak dari pericarp

dilakukan dengan cara pelumatan pengempaan. Pelumatan dilakukan di dalam Digester

sedangkan pengempaan dilakukan dengan Screw Press. Proses pada Press station terdiri

dari :

Universitas Sumatera Utara


1. Loose Fruit Elevator

Loose Fruit yang berasal dari Fruit Conveyor pada Threshing Station kemudian

diangkut dengan Loose Fruit Elevator ke bagian atas pembagian dari buah-buahan

tersebut (Distribution Conveyor).

2. Top Distributing Fruit Conveyor

Loose Fruit dari Loose Fruit Elevator selanjutnya didistribusikan oleh Top

Distributing Fruit Conveyor ke bagian Digester.

3. Digester

Digester adalah sebuah tabung silinder pelapis dan mempunyai as putar yang

dilengkapi dengan pisau pengaduk. Pisau-pisau ini dibuat bersilang antara satu dengan

yang lainnya, agar daya aduk pisau ini cukup besar maka letak pisau dibuat miring,

sehingga buah yang diaduk turun naik dan demikian pelumatan lebih sempurna. Alat ini

berfungsi untuk melumatkan Loose Fruit sebelum diproses di dalam mesin pengempa.

Tujuan pelumatan ini adalah membuka daging buah (Mesocarp), sehingga

mempermudah dalam proses pengempaan (Pressing). Dalam Digester loose fruit diaduk

dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga pericarp pecah dan

terlepas dari bijinya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan ini adalah:

1. Minyak yang berbentuk dalam proses pengadukan harus di keluarkan karena jika

minyak dan air tersebut tidak dikeluarkan maka akan bertindak sebagai bahan

pelumas sehingga gaya gesekan akan berkurang di mesin press.

2. Digester harus selalu penuh atau sedikitnya dari kapasitas Digester. Hal ini

dilakukan agar terjadi penekanan buah di dalam Digester untuk masuk kedalam

Screw Press sehingga akan terjadi pengepresan yang sempurna.

Universitas Sumatera Utara


3. Temperatur dijaga kira-kira 95 o C untuk mempermudah proses pada Digester.

4. Screw Press

Screw Press adalah peralatan yang memiliki fungsi untuk mengekstraksi minyak

dari daging buah. Prinsip dari pengepresan adalah suatu penekanan terhadap buah yang

telah diaduk sehingga terperas dan mengeluarkan minyak yang selanjutnya melalui Oil

Gutter dialirkan ke Sand Trap Tank, sedangkan campuran Nut dan Fibre dari Screw

Press dikirim ke Cake Breaker Conveyor pada bagian Kernel Recovery Station. Ekstrak

Crude Oil dari mesin Press kemudian ditambahkan dengan kondensat sebagai Dilution

Water. Campuran Crude akan Dilution Water ini dinamakan Diluted Crude Oil (DCO).

Dilution Water yang ditambahkan berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan

antara Crude Oil dengan Sludge di bagian Clarification Station.

5. Sand Trap Tank

Minyak yang berasal dari Screw Press selanjutnya diproses di Sand Trap Tank

untuk menahan pasir ke DCO sebelum diproses di Clarification Station.

5. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Station)

Pada proses Pressing diperoleh Crude Oil dan Nut. Crude Oil diproses di

Clarification Station sedangkan Nut dan Fibre diolah di stasiun ini hingga diperoleh

produk berupa inti sawit (Palm Kernel). Pada stasiun ini dapat dibagi menjadi 3 proses

yaitu Depericarper, Nut Cracking System, dan Kernel Drying.

Depericarper :

1. Cake Breaker Conveyor

Nut dan Fibre dari Screw Press yang masih bersatu masuk ke Cake Breaker

Conveyor (CBC). CBC adalah suatu Conveyor yang terdiri dari screw yang berputar

Universitas Sumatera Utara


pada poros. Pada alat ini Press Cake dipecahkan serta dibawa menuju Depericarper

untuk mempermudah proses pemisahan serat dan biji pada Separating Column.

2. Depericarper and Fibre Cyclone

Pada Depericarper dilakukan pemisahan Fibre dari Nut. Fibre yang merupakan

partikel ringan akan terhisap menuju Fibre Cyclone. Dari Fibre Cyclone, Fibre

ditransfer ke Boiller dengan menggunakan Fuel Conveyor untuk dijadikan sebagai

bahan bakar. Nut yang merupakan partikel berat akan dikirim ke Nut Polishing Drum.

3. Nut Polishing Drum

Nut yang berasal dari Depericarper kemudian dipoles atau dibersihkan di Nut

Polishing Drum sehingga Nut bebas dari Fibre.

4. Destoner

Dengan menggunakan Nut Auger Conveyor, biji-biji tersebut dari Nut Polishing

Drum diteruskan ke Destoner Nut Separating Column. Alat ini berfungsi untuk

memisahkan kotoran-kotoran seperti batu dan besi yang terdapat pada biji-biji tersebut.

Batu dan besi harus dipisahkan dari biji untuk mencegah kerusakan mesin pemecah biji

(Ripple Mill).

Nut Cracking:

1. Nut Grading Drum

Nut Separating Column yang berfungsi memisahkan fibre-fibre halus dan dihisap

oleh Nut Cyclone Fun, sedangkan biji-biji masuk ke Nut Grading Drum. Nut Grading

Drum berfungsi sebagai alat pembagi menurut besar kecilnya diameter biji. Kemudian

masuk ke Nut Hopper yang merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum Nut

diolah di Ripple Mill.

Universitas Sumatera Utara


2. Nut Hopper

Dengan menggunakan Nut Grading Drum, Nut dipisahkan menjadi tiga fraksi, yaitu

fraksi besar, sedang, dan kecil. Ketiga fraksi tersebut berfungsi juga untuk

mempermudah proses pemecahan biji. Biji-biji dari Nut Grading Drum ditampung di

Nut Hopper sebelum diproses di Ripple Mill. Nut Hopper berfungsi sebagai tempat

penyimpanan sementara sebelum Nut diolah di Ripple Mill.

3. Ripple Mill

Pada alat ini dilakukan pemecahan biji. Nut akan masuk ke dalam Ripple Mill di

antara Rotor Tube yang berputar dan Ripple Plate yang bergerigi. Nut akan bergesekan

dan terbentur berkali-kali oleh rotor dan gerigi Ripple Plate dan akhirnya memecahkan

Shell sehingga Kernel dapat keluar. Nut yang diproses oleh Ripple Mill disebut Cracked

Mixture selanjutnya melalui Cracked Mixture Conveyor diangkut ke Winnowing System.

4. Cracked Mixture Elevator

Nut yang diproses di Ripple Mill disebut Cracked Mixture. Selanjutnya Nut tersebut

diangkut ke 1st Winnowing System dengan menggunakan Cracked Mixture Elevator.


1st
5. Winnowing System

Dalam alat ini, Shell dari kernel dipisahkan. Shell yang merupakan partikel ringan
1st
akan ditarik ke Winnowing System dengan menggunakan Winnowing Cyclone Fan.
1st
Dari Shell Winnowing Cyclone kulit-kulit tersebut ditransfer oleh Fuel Conveyor

menuju Boiller sebagai bahan bakar. Kernel merupakan partikel berat akan masuk ke
2nd
Claybath. Sedangkan Cracked Mixture yang merupakan partikel menuju ke

Winnowing System.

Universitas Sumatera Utara


2nd
6. Winnowing System
1st
Shell dari kernel yang tidak bisa dipisahkan oleh Winnowing , selanjutnya

dipisahkan pada 2nd Winnowing System. Pada 2nd


Winnowing System, Shell yang berupa

partikel ringan akan ditarik ke Winnowing Cyclone dengan menggunakan Winnowing

fan. Dari Shell Cyclone Shell tersebut di transfer ke Boiller sebagai bahan bakar oleh

Fuel Conveyor. Kernel yang merupakan partikel berat selanjutnya menuju ke Kernel
2nd
Conveyor (pengangkut kernel). Cracked Mixture yang tidak dapat dipisahkan oleh

Winnowing System ditransfer ke Claybath.

7. Claybath
1st 2nd
Shell dari kernel yang tidak dapat dipisahkan oleh Winnowing System dan

Winnowing System kemudian di pisahkan dengan Claybath berdasarkan sensitifitas gaya

berat antara Shell dan kernel. Dengan menggunakan larutan CaCO3 (Specific grafity

1,140 1,160) sebagai media, kernel pecah yang memiliki berat jenis yang lebih kecil

dari pada Shell akan mengapung di atas dan mengalir ke Kernel Side pada Claybath

Screen. Berat jenis larutan makin lama makin turun karena terbawa atau lengket pada

inti sawit maupun cangkang, sehingga secara berkala dilakukan penambahan CaCO3.

Cangkang di transfer ke Shell Cyclone dan diangkut ke Boiller sebagai bahan bakar.

8. Wet Kernel Conveyor


1st
Kernel yang jatuh dari Winnowing System dan Claybath selanjutnya diangkut

oleh Wet Kernel Elevator.

9. Wet Kernel Elevator

Dengan menggunakan Kernel Elevator, kernel diangkut Wet Kernel Conveyor

menuju Kernel Dryer Silo.

Universitas Sumatera Utara


Kernel Drying :

1. Kernel Dryer Silo

Melalui Wet Kernel Elevator, kernel tersebut di distribusikan ke Kernel Dryer Silo.

Kernel Dryer Silo berfungsi untuk mengeringkan kernel dengan demikian dihasilkan

kernel dengan kualitas baik sesuai target. Proses pengeringan di Kernel Silo memakai

panas Steam dari BPV dengan menggunakan system air Heater. Kernel dari Kernel

Dryer Silo ditransfer ke Kernel Bulking Silo dengan menggunakan Kernel Transporter

yang memakai System fan.

Kualitas dari kernel kering (produksi kernel) adalah sebagi berikut :

- Dirt : < 6,00 %

- VM (Volatile Matter) : < 7,00 %

- FFA :<1%

2. Kernel Bulking Silo

Kernel yang berasal dari Kernel Dryer Silo selanjutnya dikirim ke kernel Bulking

Silo sebagai tempat penyimpanan produksi kernel sebelum dikirim pada pembeli dan

sebelum diproses pada Kernel Crushing Plant menjadi Palm Kernel Oil (PKO).

6. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)

Dari Condensate Tank, Crude Oil masih banyak mengandung kotoran seperti

lumpur, air, dan sebagainya. Hal ini tentunya dapat menyebabkan penurunan mutu

CPO. Untuk memperoleh CPO yang memenuhi standar mutu diperlukan pemurnian

CPO tersebut yang terjadi di Clarification station. Proses yang terjadi di Clarification

station terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


1. Sand Trap Tank

Dari screw press, minyak selanjutnya di press di Sand Trap Tank untuk memisahkan

pasir dengan minyak sebelum di press di Clarifier Station.

2. Vibrating Screen

Fungsi dari Vibrating Screen adalah untuk menyaring minyak (Crude Oil) dari

kotoran seperti serabut, ampas dan pasir yang dapat mengganggu proses pemisahan

minyak. Vibrating Screen yang digunakan bertipe Double Deck (dua kali penyaringan)

dengan saringan pertama 20 mesh dan saringan terakhir 40 mesh.

3. DCO Tank

Crude Oil dari Vibrating Screen disimpan sementara di DCO Tank sebelum di

distribusikan ke Clarification Tank. Pada DCO Tank dilengkapi dengan Steam Injection

agar minyak tetap encer.

4. Distribution Tank

Berfungsi untuk menerima Crude Oil dari DCO tank dan mendistribusikannya ke 2

unit Clarifier tank.

5. Clarifier Tank

Pada Clarifier Tank terjadi pemisahkan antara Crude Oil dengan Sludge dengan cara

pengendapan. Clarifier Tank dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk

mempercepat proses pemisahan minyak, dengan temperatur tetap pada suhu 95o C.

Minyak pada lapisan atas meluap melalui Skimmer ke bagian Clean Oil sedangkan

Sludge turun melalui Under Flow menuju Vibrating Screen Sludge.

6. Clean Oil Tank

Dari Clarifier Tank, Clean Oil yang masih mengandung air dan kotoran ditampung

di Clean Oil Tank. Pada Clean Oil Tank dilakukan pengendapan dengan Blow Drain

Universitas Sumatera Utara


Down Clean Oil Tank setiap 1 jam sekali. Kandungan air (Vm) pada Clean Oil Tank

sebesar 0,79% dan kotoran 0,061%.

7. Float Tank

Float Tank berfungsi menstabilkan air untuk Feeding pada Vacuum Drier agar

Vacum Drier tidak hanya akan menghisap udara.

8. Vacuum Drier

Vacuum Drier digunakan untuk memisahkan air dari Crude Oil yang masih

mengandung kadar air setelah dari Float Tank yang dihisap dengan bantuan Vacuum

Pump sehingga air terhisap dan keluar menuju Hot Water Tank.

9. Storage Tank

Storage Tank merupakan tempat penyimpanan CPO (Crude Palm Oil) yang telah

selesai diproduksi sebelum dipasarkan kepada konsumen. Pada tangki ini, CPO dijaga

pada suhu 55o C dengan tujuan agar tidak cepat beku.

10. Vibrating Screen Sludge

Vibrating Screen Sludge berfungsi untuk menyaring Sludge yang masih

mengandung kotoran padat. Vibrating Screen Sludge yang digunakan bertipe Single

Deck (satu kali penyaringan) dengan ukuran saringan 30 mesh.

11. Sludge Tank

Kotoran dari Vibrating Screen Sludge yang masih mengandung minyak ditampung

dalam Sludge Tank sebelum dipompakan ke Sand Cyclone. Sludge dipanaskan pada

suhu 95o C dengan menggunakan Steam Coil.

12. Sand Cyclone

Pada Sand Cyclone, pasir yang terikut pada Sludge dari Sludge Tank dipisahkan

dengan rutin setiap 5 menit. Pasir yang terpisahkan jatuh ke bawah dan ditampung

Universitas Sumatera Utara


dengan Sand Collecting Tank. Sludge yang bersih keluar dari bagian atas dan dialirkan

ke Balance Tank yang kemudian menuju ke Sludge Centrifuge.

13. Balance Tank

Sludge yang keluar dari Sand Cyclone ditampung sementara dalam Balance Tank

sebelum di distribusikan ke Sludge Centrifuge.

14. Sludge Centrifuge

Sludge Centrifuge berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih terdapat pada

Sludge. Dengan adanya gerak Vertical Centifugal maka Sludge yang masih banyak

mengandung minyak akan terkumpul ditengah dan akan mengalir ke Reclaimed Oil

Tank yang kemudian dipompakan ke DCO tank untk di Recycle, sedangkan Sludge akan

keluar melewati Nozzle dan keluar dari Sludge Centrifuge menuju Sludge Pit.

15. Sludge Pit

Sludge yang keluar dari Centrifuge dialirkan ke Sludge Pit untuk ditampung

sementara dan sebelum dialirkan kembali ke kolam limbah. Sludge turun melalui Under

Flow menuju bak Sludge Pit kedua dan dialirkan menuju Sediment Pond.

2.8 Mesin Peralatan dan Utilitas

Mesin, peralatan, dan utilitas yang digunakan dalam kegiatan produksi PT. PP.

London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM dapat dilihat pada Lampiran.1

2.9 Safety and Fire Protection

Upaya pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan

cara mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit

Universitas Sumatera Utara


akibat kerja, serta mengambil langkah pecegahan dan tindakan bila terjadi hal tersebut.

Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal penting, yaitu:

1. Memberikan pelatihan untuk karyawan sebelum diijinkan bekerja yang dapat

menimbulkan potensi bahaya.

2. Pemeriksaan kesehatan setidaknya dilakukan secara berkala misalnya satu tahun

sekali dan pada saat karyawan berhenti kerja.

3. Memberikan demonstrasi kepada karyawan tentang pentingnya pemakaian APD

(Alat Pelindung Diri) dan pentingnya keselamatan kerja.

4. Pelaksanaan housekeeping yang baik (pelaksanaan yang teratur dan baik).

5. Pemberian sanksi kepada pekerja jika kecelakaan kerja dapat dikurangi sehingga

dana yang dianggarkan oleh perusahaan untuk biaya dampak akibat kecelakaan

dapat dialihkan untuk kesejahteraan pekerja

Pada posisi dan jarak tertentu di lingkungan pabrik, disediakan peralatan

penganggulanan kebakaran seperti racun api, penyemporot air, dan mesin pompa.Pada

Begerpang POM ini, setiap pekerja diwajibkan untuk memakai alat pelindung diri

(APD) seperti helm safety, safety shoes, earplug dan seragam kerja.

2.10 Pengolahan Limbah

2.10.1 Pengolahan Limbah Cair

Dalam proses produksinya, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk

menghasilkan limbah cair yang disebut Palm Oil Mill Effluent (POME). Pada

perusahaan ini, limbah cair yang dihasilkan diolah sehingga dapat dipergunakan sebagai

penyiraman, dan limbah padat akan menjadi pupuk di afdeling.

Universitas Sumatera Utara


Untuk menentukan keberhasilan pengolahan limbah cair ada beberapa tahapan

yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan pengolahan limbah tersebut adalah :

1. Acidification Pond

Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi dialirkan kedalam

Acidification Pond dan secara bersamaan dialirkan juga Anaerobic Liqour atau Acid

Bacteri dari Anaerobic Pond dengan menggunakan pompa. Pada Acidification Pond

terjadi perubahan bahan-bahan organik limbah secara bertahap oleh Anerobic Liqour

(Acid Bacteri). Pada pond ini dilakukan penyimpanan selama 2 hari agar proses

perubahan berjalan lebih lama.

2. Anaerobic Pond

Bahan organik yang terkandung pada Anerobic Pond diubah menjadi bahan

organik yang mudah menguap (Volatile Fatty Acid) dan pada pond ini terjadi

pembentukkan gas-gas akibat terjadinya proses perubahan senyawa organik tersebut

menjadi metana, NH3, HZS, dan Nitrogen.

3. Sediment Pond

Pada pond ini dilakukan sirkulasi untuk membantu melepaskan gas-gas yang

masih terperangkap dan pond ini juga untuk menahan pasir yang mungkin terbawa dari

over flow.

4. Facultative Pond

Pada Facultative Pond terjadi proses pengenceran air untuk mengurangi kadar

parameter air limbah yang kemudian dipompakan ke lahan aplikasi secara teratur setiap

hari.

Universitas Sumatera Utara


2.10.2 Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan di pabrik kelapa sawit PT. PP London Sumatera

Indonesia, Tbk Begerpang POM mengalami pengolahan guna memperkecil pencemaran

lingkungan akibat pemakaian bahan kimia tambahan. Limbah padat yang dihasilkan

adalah berupa fibre, shell dan empty bunch. Fibre dan shell dari sisa proses produksi

dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler yang membantu proses produksi.

Sedangkan limbah padat yang berupa empty bunch (tandan kosong) disiram dengan

limbah cair untuk dimanfaatkan sebagai kompos.

Proses pembutan kompos dari empty bunch adalah sebagai berikut :

Setelah keluar dari proses produksi, empty bunch diletakkan pada mesin pemotong.

Pada mesin ini empty bunch akan dipotong menjadi potongan kecil dan menghancurkan

empty bunch menjadi serat yang teratur sehingga menghasilkan luas permukaan yang

keras untuk masuknya limbah cair kedalam serat.

Selanjutnya empty bunch yang telah dihancurkan dibawa ke area pengomposan

(Enriched Mulch Location). Limbah cair disiram secara manual pada empty bunch dan

tidak ada mengalami penambahan bahan kimia apapun. Empty bunch disiram dengan

limbah cair setiap hari selama jangka waktu 30 hari. Empty bunch yang telah disiram ini

dibalik secara teratur dua kali seminggu dengan menggunakan mesin pembalik window

self propelled.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Ergonomi

Aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi,

fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan desain /perancangan yang berkenaan pula

dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat

kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Dikenal dengan nama Ergonomi yang berasal dari

bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam).

Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas

kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan

suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors.

Ergonomi digunakan oleh berbagai macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya

ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi

pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. Selain itu, ergonomi juga dapat diterapkan

untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja

dan produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintah, militer, dan mahasiswa.

Peranan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain)

ataupun rancang ulang (re-desain). Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain

pekerjaan pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat,

pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan,

dan lain-lain. Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena

dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer.

Universitas Sumatera Utara


Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan

faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk

mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem rangka dan otot manusia, desain stasiun

kerja untuk peragaan visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk

mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja

(handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan

sistem pengendalian agar di dapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan

dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta

supaya didapatkan optimasi, efisien kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode

kerja yang kurang tepat.

3.2 Tujuan dan Pentingnya Ergonomi

Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada

suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara

pekerja dengan pekerjaannya. Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan

bagi pekerja dan pimpinan institusi.

Hal itu dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama

ergonomik, antara lain :

1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.

2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convinience) dan

bersemangat.

4. Memaksimalkan kinerja (performace) kerja yang meyakinkan.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Musculoskeletal

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga keluhan yang terasa sangat

sakit. Apabila otot statis menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang

lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan

tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut musculoskeletal

disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal.

Secara garis besar, keluhan otot dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi saat otot menerima

beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila

pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun

pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang terlalu

berlebihan akibat pembebanan kerja yang terlalu panjang dan durasi pembebanan yang

panjang. Sebalinya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot

berkisar antara 15-20 % dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot

melebihi 20% maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang

dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun,

proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan

asam laktat yang menyebabkan timbulkan rasa nyeri otot.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Biomekanika

Biomekanika merupakan studi tentang karakteristik-karakteristik tubuh manusia

dalam istilah mekanik. Biomekanika dioperasikan pada tubuh manusia baik saat tubuh

dalam keadaan statis ataupun keadaan dinamis. Contoh dari penerapan ilmu

biomekanika adalah untuk menjelaskan efek getaran dan dampak yang timbul akibat

kerja, menyelidiki karakteristik kolom tulang belakang, menguji penggunaan alat

prosthetic, dan lain-lain.

Sebuah lembaga di Amerika yang bernama NIOSH (National Institute Of

Occopational Safety And Health) pada tahun 1981 melakukan analisa terhadap kekuatan

manusia dalam mengangkat atau memindahkan beban, merekomendasikan batas beban

yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan

tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang cukup lama.

3.5 Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Musculoskeletal

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan

musculoskeletal, yaitu :

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) biasanya dialami pekerja yang

mengalami aktivitas kerja yang menuntut tenaga yang besar. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat

menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.

Universitas Sumatera Utara


2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus

menerus, tanpa memperoleh kesempatan untuk melakukan relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi-posisi

bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh

dari pusat gravitasi tubuh, semakin tinggi pula terjadinya keluhan otot skeletal.

4. Faktor penyebab sekunder

a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot lunak, seperti saat tangan harus

memegang alat dalam jangka waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan

pada otot tersebut akibat tekanan langsung yang diterima. Apabila hal ini

berlangsung terus menerus maka akan menyebabkan keluhan yang menetap.

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot

bertambah. Kontraksi statis ini akan menyebabkan darah tidak lancar, penimbunan

asam laktat meningkat dan akibatnya menimbulkan rasa nyeri otot.

c. Mikrolimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan

dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya menjadi lamban, sulit bergerak yang

disertai dengan menurunnya kekuatan otot.

Universitas Sumatera Utara


5. Faktor kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat dengan tugas

yang semakin berat oleh tubuh. Beberapa hal yang mempengaruhi faktor kombinasi

tersebut adalah:

a. Umur

Keluhan otot skeletal biasanya dialami orang pada usia kerja, yaitu 24-65 tahun.

Biasanya keluhan pertama dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan

meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

b. Jenis kelamin

Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin

pemakainya. Kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria, keluhan otot

juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria.

c. Kebiasaan merokok

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa meningkatnya frekuensi

merokok akan meningkatkan keluhan otot yang dirasakan.

d. Kesegaran jasmani

Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam aktifitas

kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi yang

dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga lebih besar dan tidak cukup

istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang

rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan

meningkat sejalan dengan bertambahnya aktifitas fisik.

Universitas Sumatera Utara


e. Kekuatan fisik

NIOSH menemukan keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang

menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya. Dan pekerja yang

memiliki kekuatan otot rendah lebih beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami

keluhan otot dibanding pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi.

f. Ukuran Antropometri

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan keluhan

otot skeletal. Wanita gemuk memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibandingkan

dengan wanita kurus. Temuan lain menyatakan bahwa tubuh yang tinggi umumnya

sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh yang tinggi tidak

mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan.

3.6 Mengukur dan Mengenali Sumber Penyebab Keluhan Musculoskeletal

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi

ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dan dengan resiko keluhan

otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena mengakibatkan

berbagai faktor seperti kinerja, motivasi, harapan, dan toleransi kelelahan. Alat ukur

ergonomi yang dapat digunakan antara lain :

1. Checklist

Checklist merupakan alat ukur ergonomi yang paling sederhana dan mudah, oleh

karena itu biasanya menjadi pilihan pertama untuk melakukan pengukuran yang masih

umum. Checklist berisi pertanyaan umum yang biasanya mengarah pada pengumpulan

data tentang tingkat beban kerja dan pertanyaan khusus yang berisi data yang lebih

spesifik seperti berat beban, jarak angkat, jenis pekerjaan, dan frekuensi kerja. Checklist

Universitas Sumatera Utara


merupakan cara yang mudah untuk digunakan, tetapi hasilnya kurang teliti. Oleh karena

itu, checklist lebih cocok digunakan untuk studi pendahuluan dan identifikasi masalah.

2. Model biomekanik

Model Biomekanik menerapkan konsep mekanik teknik pada fungsi tubuh untuk

mengetahui reaksi otot yang terjadi akibat tekanan beban kerja. Beberapa faktor yang

harus dicermati apabila pengukuran dilakukan dengan model biomekanik adalah

sebagai berikut :

a. Sifat dasar mekanik (statik atau dinamik).

b. Dimensi model (dua atau tiga dimensi).

c. Ketepatan dalam mengambil asumsi.

d. Input yang diperlukan cukup kompleks.

3. Tabel psikofisik

Psikofisik merupakan cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk menguji

hubungan antara persepsi dari sensasi tubuh terhadap rangsangan fisik. Melalui persepsi

dan sensasi tubuh, dapat diketahui kapasitas kerja seseorang. Tingkat kekuatan

seseorang dalam menerima beban kerja dapat diukur melalui perasaan subjektif, dalam

arti persepsi seseorang terhadap beban kerja dapat digunakan untuk mengukur efek

kombinasi dari tekanan fisik dan tekanan biomekanik akibat dari aktivitas yang

dilakukan. Untuk metode psikofisik ini hasil dari pengukuran tergantung dari persepsi

seseorang dan konsistensinya. Kemungkinan terjadi perbedaan antara persepsi yang satu

dengan persepsi yang lainnya.

4. Metode fisik

Salah satu penyebab timbulnya keluhan otot adalah kelelahan yang terjadi akibat

beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu salah satu metode untuk mengetahui

Universitas Sumatera Utara


keluhan fisik dapat dilakukan secara langsung dengan mengukur tingkat beban kerja.

Tingkat beban kerja dapat diketahui melalui indikator denyut nadi, konsumsi oksigen,

dan kapasitas paru-paru. Melalui beban kerja inilah dapat diketahui tingkat resiko

terjadinya keluhan otot skeletal. Apabila beban kerja melebihi kapasitas kerja, maka

resiko terjadinya keluhan otot akan semakin besar.

5. Pengukuran dengan video kamera

Melalui video kamera dapat direkam setiap tahap aktivitas kerja, selanjutnya hasil

rekaman dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap sumber

terjadinya keluhan otot.

6. Pengamatan melalui monitor

Sistem ini terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian tubuh pekerja

yang dapat mengukur berbagai aspek dari aktivitas tubuh, seperti posisi, kecepatan, dan

percepatan gerakan. Melalui monitor dapat dilihat secara langsung karakteristik dan

perubahan gerak yang dapat digunakan untuk mengestimasi keluhan otot yang akan

terjadi, dan sekaligus dapat dianalisa solusi ergonomiknya

7. Metode analitik

Metode analitik ini direkomendasikan oleh NIOSH (National Institute for

Accupational Safety and Health) untuk pekerjaan mengangkat. NIOSH memberikan

cara sederhana untuk mengestimasikan kemungkinan terjadinya peregangan otot yang

berlebihan (overexertion) atas dasar karakteristik pekerjaan, yaitu dengan menghitung

Recommended Weight Limit (RWLH) dan Lifting Index (LI). RWLH adalah persamaan

pengangkatan beban kerja yang direkomendasikan oleh NIOSH. RWLH digunakan

untuk pengangkatan beban kerja spesifik pada waktu tertentu untuk pekerja dalam

kondisi normal, untuk mengurangi resiko cidera pada musculoskeletal. NIOSH

Universitas Sumatera Utara


merekomendasikan menggunakan RWLH dan LI berdasarkan konsep pengangkatan

beban dan Low Back Pain (LBP).

3.7 Manual Material Handling (MMH)

Defenisi Manual Material Handling (MMH) adalah suatu kegiatan transportasi

yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan menlakukan kegiatan pengangkatan,

penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang. Selama ini

pengertian MMH hanya sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek

kekuatan vertikal. Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri

antara lain:

1. Kegiatan pengangkatan benda (Lifting Task)

2. Kegiatan pengantaran benda (Carryying Task)

3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)

4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)

Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan

material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapa

keuntungan sebagai berikut:

1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada

ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.

2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.

3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.

3.7.1 Manual Material Handling Menurut OSHA

Aktivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan

beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara


pendapat diatas menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA)

mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu:

1. Mengangkat / menurunkan (Lifting / Lowering)

Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi

yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan

barang.

Gambar 3.1 Kegiatan mengangkat/menurunkan

2. Mendorong / menarik (Push / Pull)

Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan

usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik kebalikan dari

itu.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2 Kegiatan Mendorong/menarik

3. Memutar (Twisting)

Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan memutar

tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada

dalam posisis tetap. Kegiatan memutar dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang

diam.

Gambar 3.3 Kegiatan Memutar

4. Membawa (Carrying)

Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan

memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Kegiatan membawa

5. Menahan (Holding)

Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).

Gambar 3.5 Kegiatan menahan

3.7.2 Batasan Beban yang Boleh Diangkat

Dalam rangka untuk menciptakan suasanan kerja yang aman dan sehat maka

perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan beberapa

batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Australia yang dipakai

untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.

Batasan angkat tersebut, yaitu:

1. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.

2. Pria usia 16-18 tahun, maksimum angkat 18 kg.

3. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.

Universitas Sumatera Utara


4. Wanita usia 16-18 tahun, maksimum angkat 11 kg.

5. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg.

Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada

tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to women). Disamping itu

akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator

untuk pekerjaan berat.

Tabel 3.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai

dengan Batasan Angkat

Batasan Angkat (Kg) Tindakan

Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan

Prosedur administrasi dibutuhkan untuk

mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam

16 - 34 mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang

berbahaya kecuali dengan perantara alat bantu

tertentu.

Sebaiknya operator yang terpilih dan terlatih.

34 55 Menggunakan sistem pemindahan material secara

terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor.

Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang

terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan


Diatas 55
kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus

dibawah pengawasan ketat.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai

dengan Batas Angkatnya

Level Batas Angkat (Kg) Tindakan

1 = 16 Tidak diperlukan tindakan khusus

Tidak diperlukan alat dalam mengangkat.


2 16 25
Ditekankan pada metode angkat.

Tidak diperlukan alat dalam mengangkat.


3 25 - 34
Dipilih job redesign.

4 > 34 Harus dibantu dengan peralatan mekanis.

3.8 Nordic Body Map

Untuk mengetahui keluhan muskulosletal pada pekerja maka dilakukan

pengukuran dengan alat ukur ergonomik. Alat ukur yang digunakan adalah Nordic Body

Map (NBM). Melalui Nordic Body Map dapat diketahui dapat diketahui bagian-bagian

otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa yang tidak

nyaman (agak sakit) sampai rasa sangat sakit.

Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) maka dapat diestimisasi

jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat

sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi.

Data keluhan muskulosletal didapat dengan menyebar kuisioner kepada pekerja

yang bekerja pada departemen yang akan diteliti. Dari kuisioner akan ditentukan bagian

tubuh dari pekerja yang mengalami keluhan muskulosletal. Tingkat keluhan terdiri dari,

tidak sakit, agak sakit, sakit, dan sangat sakit. Pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner

menyagkut bagian tubuh secara keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Kuisoner akan menetukan keluhan yang dirasakan pekerja pada waktu

bekerja. Nordic Body Map merupakan indikator awal, apabila terjadi keluhan

muskoloskeletal yang dirasakan oleh pekerja. Melalui kuisioner ini peneliti dapat

mengindikasikan keluhan yang dirasakan oleh pekerja.

Penilaian Nordic Body Map berdasarkan jawaban yang diberikan oleh pekerja

diantaranya tidak sakit, agak sakit, sakit, dan sangat sakit. Rasa sakit dengan nilai 1,

agak sakit dengan nilai 2, sakit dengan nilai nilai 3, dan sangat sakit dengan nilai 4. Dari

jawaban ini akan diketahu persentase dari pekerja yang mengalami keluhan akibat kerja.

Gambar 3.6 Nordic Body Map

Universitas Sumatera Utara


Keterangan Gambar
0 : Leher Bag. Atas 10 : Siku Kiri
1 : Leher Bag. Bawah 11 : Siku Kanan
2 : Bahu Kiri 12 : Lengan Bawah Kiri
3 : Bahu Kanan 13 : Lengan Bawah Kanan
4 : Lengan Atas Kiri 14 : Pergelangan Tangan Kiri
5 : Pinggang 15 : Pergelangan Tangan Kanan
6 : Lengan Atas Kanan 16 : Tangan Kiri
7 : Punggung 17 : Tangan Kanan
8 : Bokong 18 : Paha Kiri
9 : Pantat 19 : Paha Kanan
20 : Lutut Kiri 24 : Pergelangan Kaki Kiri
21 : Lutut Kanan 25 : Pergelangan Kaki Kanan
22 : Betis Kiri 26 : Kaki Kiri
23 : Betis Kanan 27 : Kaki Kanan

3.9 Metode Penilaian Postur Kerja

Penilaian postur kerja diperlukan ketika ketika didapati postur kerja pekerja

memiliki resiko menimbulkan cidera musculoskeletal yang diketahui secara visual atau

melalui keluhan dari pekerja itu sendiri. Dengan adanya penilaian dan analisis perbaikan

postur kerja, diharapkan dapat diterapkan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko

cidera musculoskeletal yang dialami pekerja.

3.9.1 Ovako Working Postures Analysis System (OWAS)

OWAS adalah suatu metode untuk mengevaluasi dan menganalisa sikap kerja

yang tidak nyaman dan berakibat cedera pada musculoskeletal (sistem otot rangka).

Metode OWAS didasarkan pada sebuah klasifikasi yang sederhana dan sistematis dari

postur kerja yang dikombinasikan dengan pengamatan dari tugas selama bekerja.

Universitas Sumatera Utara


Metode OWAS pertama kali dilakukan untuk menganalisis postur kerja pada

industri baja. Metode ini telah digunakan dalam penelitian dan pembangunan di

Finlandia, Swedia, Jerman, Belanda, India dan Australia. Metode ini dapat diterapkan

pada suatu area :

1. Pembangunan stasiun kerja (work place) atau sebuah metode kerja, untuk

mengurangi beban gangguan otot (musculoskeletal) agar lebih nyaman dan lebih

produktif.

2. Pengukuran ergonomi untuk beban postur kerja.

3. Pelayanan kesehatan yang mengalami sakit dalam suatu pekerjaan.

4. Riset dan pembangunan.

Dengan bantuan kamera digital dalam observasi dan teknologi komputer,

OWAS dapat digunakan secara efisien dalam mengidentifikasi postur kerja yang

kaku/tidak nyaman, untuk daerah bagian belakang punggung (back), lengan (arms), dan

kaki (legs).

Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil data

postur, beban/tenaga, dan fase kerja untuk kemudian dibuat kode berdasarkan data

tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari tingkat bahaya postur kerja yang

ada dan selanjutnya dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil.

Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS adalah pada pergerakan tubuh

bagian belakang (punggung), lengan (arms), dan kaki (legs). Setiap postur tubuh

tersebut terdiri atas 4 postur bagian belakang, 3 postur lengan, 7 postur kaki. Berat

badan yang dikerjakan juga dilakukan penilaian mengandung 3 skala point.

Universitas Sumatera Utara


3.9.2 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu

aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan tubuh bagian atas (upper limb).

Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh

seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh

bagian atas (upper limb).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk

memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-

faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh

McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load factors) yang meliputi :

1. Jumlah gerakan.

2. Kerja otot statis

3. Gaya

4. Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan

5. Waktu kerja tanpa istirahat

Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan diatas

(jumlah gerakan, otot statis, gaya dan postur), RULA dikembangkan untuk :

1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran

kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh

bagian atas.

2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan

melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal-hal yang dapat menyebabkan

kelelahan otot.

Universitas Sumatera Utara


3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih

luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan, dan

organisasional.

3.9.2.1 Prosedur RULA

Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap, yaitu :

1. Pengembangan metode untuk merekam postur kerja

2. Pengembangan sistem penilaian dengan skor

3. Pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan panduan pada tingkat

resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian yang lebih detail.

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh

dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A

dan grup B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan lengan bawah, serta pergelangan

tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk

memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau

batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur

anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

1. Pengembangan Metode untuk Merekam Postur Kerja

Jangkauan gerakan untuk tiap bagian tubuh dibagi dalam bagian-bagian

berdasarkan kriteria yang berasal dari literatur-literatur terkait yang telah ada. Bagian-

bagian ini diberi angka, kemudian angka 1 diberikan pada jangkauan gerakan atau

postur kerja yang memiliki faktor-faktor resiko paling kecil atau minimal. Angka yang

lebih besar diberikan pada jangkauan gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang

menunjukkan peningkatan kehadiran faktor resiko yang menyebabkan beban pada

struktur segmen tubuh.

Universitas Sumatera Utara


a. Lengan bagian atas (upper arm)

Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi skor

berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin, Herberts, Schuldt,

dan Harm-Ringdahl.

Gambar 3.7 Standar RULA untuk postur lengan atas

Skor gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dapat dilihat pada Tabel 3.1

berikut ini.

Tabel 3.3 Skor Bagian Lengan Atas (upper arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan maupun ke 1

belakang dari tubuh)

> 200 (ke belakang) atau 2 +1 jika bahu naik

20 - 450 +1 jika lengan berputar/bengkok

45 900 3

> 900 4

b. Lengan bagian bawah (lower arm)

Jangkauan untuk lengan bagian bawah (lower arm) dikembangkan berdasarkan

penelitian Grandjean dan Tichauer.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.8 Standar RULA untuk postur lengan bawah

Skor gerakan untuk lengan bagian bawah (lower arm) dapat dilihat pada Tabel

3.2 berikut ini.

Tabel 3.4 Skor Bagian Lengan Bawah (lower arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

60 1000 1 +1 jika lengan bawah bekerja melewati

< 600 atau > 1000 2 garis tengah atau keluar dari sisi tubuh

c. Pergelangan tangan (wrist)

Panduan untuk pergelangan tangan diterbitkan oleh Health and Safety Excutive.

Gambar 3.9 Standar RULA untuk postur pergelangan tangan

Skor gerakan untuk pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada Tabel 3.3

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.5 Skor Pergelangan Tangan (wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi netral 1
-1 jika pergelangan tangan
0
0 - 15 2
menjauhi sisi tengah
0
> 15 3

Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) pada posisi postur yang netral

diberi skor :

1 = posisi tengah dari putaran.

2 = posisi pada atau dekat dari putaran.

d. Leher (neck)

Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan oleh

Chaffin dan Kilbom.

Gambar 3.10 Standar RULA untuk postur leher

Skor gerakan dan jangkauan untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel 3.4

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.6 Skor Bagian leher (neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0 - 100 1

10 200 2 + 1 jika leher

> 200 3 berputar/bengkok

ekstensi 4

e. Punggung (trunk)

Jangkauan gerakan punggung (trunk) dikembangkan dari Drury dan Grandjean.

Gambar 3.11 Standar RULA untuk postur punggung

Skor untuk punggung (trunk) dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.7 Skor Bagian Punggung (Trunk)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 90 0 1

0 200 2 + 1 jika leher berputar/bengkok

20 600 3 + 1 jika punggung bungkuk

>600 4

f. Kaki (legs)

Skor postur kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.8 Skor Bagian Kaki (legs)

Pergerakan Skor

Posisi normal/seimbang 1

Tidak seimbang 2

2. Pengembangan Sistem Skor untuk Pengolompokkan Bagian Tubuh

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari grup A dan B yang dapat mewakili tingkat

pembebanan postur dari sistem musculoskeletal berkaitan dengan kombinasi postur

tubuh.

Rekaman yang dihasilkan dari postur grup A yang meliputi lengan atas, lengan

bawah, pergelangan tangan, dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan

skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam Tabel A

untuk memperoleh skor A

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.9 Skor Postur Grup A (Tabel A)

Wrist Posture Score


Upper Lower
1 2 3 4
Arm Arm
Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
Score Score
1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5 1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6 1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Universitas Sumatera Utara


Rekaman yang dihasilkan dari postur grup B yaitu leher, punggung, dan kaki

diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut

dimasukkan ke dalam Tabel B untuk memperoleh skor B.

Tabel 3.10 Skor Postur Grup B (Tabel B)

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Sistem penilaian dilanjutkan dengan melibatkan otot (mucle) dan tenaga

(force) yang digunakan. Skor untuk penggunaan tenaga (beban) dikembangkan

berdasarkan penelitian Putz-Anderson dan Stevenson dan Baida dapat dilihat pada

Tabel 3.9 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.11 Skor Penggunaan Tenaga (beban)

Beban Skor Skor Perubahan

< 2 kg 0

+1 jika postur statis dan


2 10 kg 1
dilakukan berulang-ulang

> 10 kg 3

Skor penggunaan otot (muscle) dan skor tenaga (force) pada grup tubuh

bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian

ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A dan B seperti pada Gambar 3.6

berikut ini.

Gambar 3.12 Diagram Penilaian RULA

Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle) dan tenaga (force)

dengan skor postur A menghasilkan skor C, sedangkan penjumlahan dengan skor postur

B menghasilkan skor D.

3. Pengembangan Grand Score dan Action List

Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi suatu

Grand Score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas penyelidikan /

Universitas Sumatera Utara


investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan Skor D telah diberikan

peringkat dari 1-7, yang disebut Grand Score berdasarkan estimasi resiko cidera yang

berkaitan dengan pembebanan musculoskeletal seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut

ini.

Gambar 3.13 Grand Score ( Tabel C)

Berdasarkan Grand Score dari tabel C, tindakan yang akan dilakukan dapat

dibedakan menjadi 4 level action yang dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.12 Kategori Tindakan RULA

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


3.9.3 Rapid Entire Body Assessment (REBA)

REBA dirancang oleh Lynn Mc Atamney dan Sue Hignett (2000) sebagai

sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh secara

keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh, kekuatan yang

digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan dan pegangan. Skor akhir REBA

dihasilkan untuk memberikan sebuah indikasi tingkat resiko dan tingkat keutamaan dari

sebuah tindakan yang harus diambil.

Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau grup yaitu

grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan postur tubuh kiri dari batang tubuh

(trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas postur kanan dan kiri

dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan

(wrist). Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu

pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan pegangan (coupling).

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan dalam

sebuah pekerjaan:

1. Keseluruhan bagian badan digunakan.

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

3. Melakukan sebuah pembebanana seperti mengangkat benda baik secara rutin

maupun sesekali.

4. Perubahan tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sehingga dilakukan dan

diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

Universitas Sumatera Utara


3.9.4 Quick Exposure Check (QEC)

QEC merupakan salah satu metode penilaian postur kerja yang digunakan untuk

menilai postur kerja pekerja yang berhubungan dengan gangguan otot (work related

musculoskeletal disorders). Metode ini diciptakan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle

pada tahun 1999. QEC didasarkan kepada riset dan penelitian para praktisi pada jenis

pekerjaan yang beresiko menimbulkan gangguan otot.

Penilaian postru kerja dengan metode QEC dilakukan dari dua sisi. Penilaian

pertama didasarkan kepada penilaian pengamat (Observers Assessment) dengan

mengisi Observers Assessement Checklist dan penilaian kedua berdasarkan kepada

penilaian pekerja (Workers Assessment) dengan mengisi Workers Assessment

Checklist. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belankang punggung

(back), bahu/lengan (shoulder/arm), pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck).

Selanjutnya menghitung skor penilaian untuk masing-masing bagian tubuh yang

dinilai dengan tabel skor penilaian sebagai skor akhir QEC untuk diwujudkan dalam

empat tingkatan tindakan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap operator pada stasiun perebusan pada PT. PP.

London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM yang terletak di Desa Begerpang,

Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pengamatan postur kerja

dilakukan selama 6 hari, yaitu dari tanggal 22 - 27 Maret 2010 pada 1 shift kerja yaitu

dari pukul 10:00 17:00 WIB. Keseluruhan penelitian berlangsung selama 4 bulan

(Februari hingga Mei 2010).

4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis pekerjaan dan

aktivitas yang dilakukan operator. Penelitian dilakukan untuk menyelediki aktivitas

pekerjaan yang dilakukan operator sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kerjanya.

Hasil-hasil penelitian yang didapat dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak PT. PP.

London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM dalam mengambil keputusan yang

lebih baik.

4.3 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah operator/pekerja yang bekerja pada PT.

PP. London Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM bagian perebusan (sterilizer)

dengan melihat postur kerja yang tidak nyaman pada saat melakukan pekerjaan yang

dapat mengakibatkan cidera musculoskeletal.

Universitas Sumatera Utara


4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam tugas akhir ini terdiri atas data primer dan data

sekunder, yaitu :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian

langsung terhadap objek penelitian dilapangan, yaitu data dari hasil penilaian postur

kerja operator pada bagian perebusan.

Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

cara sebagai berikut:

a. Observasi

Melakukan pengamatan dan pengukuran langsung terhadap postur kerja

operator yang menjadi objek penelitian di stasiun perebusan.

b. Kuisioner

Data dari keluhan operator (Standard Nordic Questionnare) pada stasiun

perebusan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan

referensi yang berhubungan dengan masalah yang dianalisis dan di evaluasi.

Cara yang digunakan untuk pengumpulan data sekunder adalah sebagai

berikut :

a. Studi Literatur

Melakukan studi kepustakaan yang bersumber dari literatur dokumen-

dokumen atau tulisan-tulisan yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

kamera untuk mengambil postur kerja operator ketika bekerja di lapangan yang akan

dianalisis dan di evaluasi serta mencatat data-data yang dibutuhkan dengan

menggunakan alat tulis.

4.6 Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian di lapangan adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan studi literatur.

2. Mengidentifikasi tujuan dan permasalahan.

3. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

4. Mengambil data postur kerja operator saat melakukan pekerjaan dengan

menggunakan instrumen penelitian.

5. Melakukan penilaian dengan pemberian skor pada postur kerja.

6. Melakukan perhitungan terhadap skor yang dihasilkan dari postur kerja sehingga

dapat dilakukan perbaikan postur kerja yang lebih nyaman.

4.7 Pengolahan Data

Dengan melihat aktivitas kerja operator pada saat bekerja lebih banyak

menggunakan tubuh bagian atas maka data yang diperoleh melalui pengamatan

langsung di lapangan diolah dengan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb

Assessment) untuk menentukan penyebab-penyebab beban kerja pada operator yang

Universitas Sumatera Utara


mengakibatkan cidera untuk kemudian dilakukan analisis dan evaluasi yang pada

akhirnya diperoleh kesimpulan.

Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan metode

RULA adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja.

Untuk menghasilkan metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi dua

bagian, yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah

serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan, dan kaki.

2. Pengembangan sistem untuk pengelompokkan skor postur bagian tubuh.

Dengan cara menentukan skor untuk masing-masing postur A dan B. Kemudian

skor tersebut dimasukkan kedalam tabel A untuk memperoleh skor A dan tabel B

untuk memperoleh skor B.

3. Pengembangan Grand Score dan daftar tindakan.

Penentuan Grand Score untuk memperoleh nilai action level dan tindakan yang

harus dilakukan.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menganalisis postur kerja operator dengan

menggunakan metode RULA, menemukan faktor-faktor utama penyebab beban kerja

yang dapat mengakibatkan cidera saat bekerja. Hasil analisis digunakan untuk

memperbaiki fasilitas dan tata letak peralatan agar di dapat postur kerja yang nyaman

terhadap operator.

Berikut ini Block Diagram prosedur penelitian yang dapat dilihat pada Gambar

4.1 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Studi Pendahuluan
1. Studi Literatur
2. Melakukan pengamatan langsung di PT. PP. Lonsum Indonesia Tbk

Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Pembagian aktivitas operator 1. Mengumpulkan data berdasarkan
2. Pengamatan postur kerja dengan Kamera Digital dari dokumen perusahaan
3. Data postur kerja operator

Pengolahan Data
1. Mengidentifikasikan tahapan-tahapan kerja operator.
2. Mengidentifikasi beban kerja operator.
3. Mengidentifikasi postur kerja operator.
4. Pemberian skor berdasarkan sikap dan postur kerja operator.
5. Melakukan perhitungan terhadap skor dari setiap elemen kerja yang
diamati sehingga diperoleh kategori tindakan yang perlu dilakukan.

Analisis Pemecahan Masalah


1. Analisis postur kerja kondisi saat ini.
2. Analisis postur kerja yang dapat menimbulkan cidera.
3. Pemecahan masalah usulan rancangan postur kerja yang nyaman dan tidak
menimbulkan cidera.

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 Block Diagram Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Subjek penelitian ini adalah operator yang melakukan aktivitas secara manual di

lantai produksi pada stasiun perebusan pabrik kelapa sawit PT. PP. London Sumatera

Indonesia, Tbk Begerpang POM. Penelitian diawali dengan memberikan penjelasan

kepada operator mengenai maksud, tujuan, dan cara melakukan pengambilan data,

dimana operator yang diamati ditugaskan untuk melakukan pekerjaan secara normal

tanpa ada perubahan apapun dalam kegiatan proses produksi.

Ketika operator melakukan aktivitas penanganan material secara manual pada

pekerjaannya, peneliti merekam aktivitas kerja operator dengan menggunakan kamera

digital. Bila terjadi perulangan gerakan maka proses merekam bisa dihentikan dan dapat

dilanjutkan pada proses aktivitas berikutnya. Waktu kerja pada stasiun perebusan terdiri

dari 2 shift kerja, dan pembagian tiap shift kerja adalah sebagai berikut:

1. Shift I : pukul 10.00 17.00 WIB

2. Shift II : pukul 17.00 01.00 WIB

Dalam melaksanakan tugasnya operator stasiun perebusan bekerja sesuai dengan

prosedur kerja dan waktu kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan diawasi oleh

seorang pengawas. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seluruh operator

stasiun perebusan harus mengetahui prosedur kerja dan peraturan yang telah ditetapkan

perusahaan.

Pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan foto-foto kegiatan

operator stasiun perebusan untuk memudahkan menganalisa postur kerjanya.

Universitas Sumatera Utara


Stasiun perebusan menggunakan 4 orang operator dan beberapa peralatan antara

lain:

1. Lorry

Jumlah : 33 unit.

Kapasitas : 10 ton/unit.

2. Transfer cariage

Jumlah : 1 unit.

Kapasitas : 10 ton/unit.

3. Winch

Jumlah : 4 buah.

Dimana setiap winch memiliki wire rope dan hook.

Panjang wire rope : 45 meter.

Berat wire rope : 1 meter 1,1 kg.

Hook : 5,5 kg.

Tahap kegiatan yang terjadi pada stasiun perebusan dapat dilihat pada Tabel 5.1

berikut ini.

1. Operator menarik kabel sling dari winch 4 dan memasang hook kabel sling ke lorry

paling akhir yang keluar dari tippler, kemudian operator kembali ke winch 4.

2. Operator melakukan penarikan lorry menggunakan winch 4 dengan menekan tombol

- Tombol atas untuk menarik kabel sling.

- Tombol bawah untuk menghentikan penarikan.

3. Operator winch 4 melepas hook dari cantolan lorry, kemudian menarik kabel sling

dari winch 1 dan memasang hook kabel sling ke lorry yang berada di tengah.

Universitas Sumatera Utara


4. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 hingga lorry penuh.

5. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 menuju transfer carriage.

6. Operator transfer carriage melepaskan hook dan membawa, kemudian

memasangnya ke lorry yang berada paling depan.

7. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1.

8. Operator transfer carriage melepaskan hook dan melakukan pemindahan jalur

(track) dengan tombol :

- Track 1, untuk memilih jalur dari loading ramp.

- Track 2, untuk memilih jalur sterilizer 1.

- Track 3, untuk memilih jalur sterilizer 2.

- Push Dock, untuk mendorong lorry keluar dari transfer carriage.

9. Operator transfer carriage mengeluarkan lorry dengan menekan tombol Push Dock.

10. Operator winch 1 menarik kabel sling dari winch 2 dan membawa, kemudian

memasang hook ke lorry dari transfer carriage.

11. Operator winch 2 melakukan penarikan dengan winch 2.

12. Operator winch 2 melepas hook dari cantolan, kemudian operator kembali ke winch

1.

13. Operator winch 3 menarik dan membawa kabel sling dari winch 3, kemudian

memasang hook ke lorry yang berada paling akhir.

14. Operator winch 3 melakukan penarikan dengan winch 3.

15. Operator winch 3 membuka pintu sterilizer dan menurunkan jembatan sterilizer

(cantilever) dengan tombol :

- Door Open, untuk membuka pintu sterilizer.

- Bridge Lower, untuk menurunkan jembatan sterilizer.

Universitas Sumatera Utara


16. Operator winch 3 menarik lorry ke dalam sterilizer dengan winch 3.

17. Operator winch 3 mendorong lorry ke dalam sterilizer dan mengangkat jembatan

serta menutup pintu sterilizer dengan tombol :

- Push Dock, untuk mendorong masuk lorry ke dalam sterilizer.

- Door Close, untuk menutup pintu sterilizer.

- Bridge Close, untuk menaikkan jembatan sterilizer.

5.1.1 Posisi Komponen dan Peralatan Kerja

Kondisi tempat kerja operator sterilizer terlihat tidak ergonomis, karena lantai

yang licin disebabkan oleh minyak yang pada jalur lorry. Posisi komponen dan

peralatan kerja pada sterilizer dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.1 Posisi Komponen dan Peralatan Kerja

No. Keterangan

A Tippler
B Winch 4
pada Stasiun Sterilizer

C Transfer Carriage
G H G
D Winch 1
F E
E Winch 2
G H G D
C F Winch 3
B
G Pintu Sterilizer
A
I H Sterilizer
I Control Panel
Panel Pintu & Jembatan
Sterilizer
Jembatan sterilizer
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Postur Kerja

Dalam melaksanakan aktivitasnya postur kerja operator perebusan adalah

berdiri, membungkuk, menarik, mengangkat, dan membawa. Hal ini dilakukan terus-

menerus oleh operator dengan frekuensi pengulangan 7-14 kali dan dilakukan setiap

hari kerja dalam 1 shift selama 7 jam kerja. Untuk lebih jelas mengenai kegiatan postur

kerja operator perebusan dapat dilihat sebagai berikut ini.

1. Operator menarik kabel sling dari winch.

Gambar 5.2 Postur kerja 1

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.3 Postur kerja 2

Gambar 5.4 Postur kerja 3

Universitas Sumatera Utara


2. Operator mengkaitkan hook pada lorry.

Gambar 5.5 Postur kerja 4

Gambar 5.6 Postur kerja 5

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.7 Postur kerja 6

Gambar 5.8 Postur kerja 7

Universitas Sumatera Utara


3. Operator melakukan penarikan lorry menggunakan winch dengan menekan tombol.

Gambar 5.9 Postur kerja 8

5.1.3 Standard Nordic Questionnare

Standard Nordic Questionnare dibuat untuk mengetahui keluhan dialami oleh

operator selama melakukan aktivitas di stasiun perebusan. Standard Nordic

Questionnare memuat 27 keluhan sakit pada seluruh bagian tubuh dengan metode

wawancara langsung kepada para operator di stasiun perebusan. Standard Nordic

Questionnare diberikan langsung kepada 4 orang operator yang merupakan populasi

shift I pada bagian perebusan. Hasil Standard Nordic Questionnare dari setiap operator

dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1 Hasil Standard Nordic Questionnare

Jenis Lama
No. Nama Pegawai Umur Jenis Keluhan
Kelamin Bekerja

Sakit dibahu kiri

Sakit dibahu kanan

Sakit lengan atas kiri

Sakit lengan atas kanan

Sakit pada pinggang

1. Operator 1 Laki-laki 45 tahun 6 bulan Sakit pada bokong

Sakit pada pantat

Sakit pada lengan bawah kiri

Sakit pada lengan bawah kanan

Sakit pada betis kiri

Sakit pada betis kanan

Sakit pada pinggang

2. Operator 2 Laki-laki 27 tahun 8 bulan Sakit pada bokong

Sakit pada pantat

Sakit pada pinggang

Sakit pada bokong

3. Operator 3 Laki-laki 46 tahun 6 bulan Sakit pada pantat

Sakit pada betis kiri

Sakit pada betis kanan

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1 Hasil Standard Nordic Questionnare (lanjutan)

Jenis Lama Jenis Keluhan


No. Nama Pegawai Umur
Kelamin Bekerja

Sakit pada pinggang

Sakit pada bokong

Sakit pada pantat

4. Operator 4 Laki-laki 51 tahun 7 bulan Sakit pada lengan bawah kiri

Sakit pada lengan bawah kanan

Sakit pada betis kiri

Sakit pada betis kanan

5.2 Pengolahan Data

Analisa ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan di stasiun perebusan dengan

menggunakan penilaian postur kerja menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb

Assesment). Pada gambar di bawah ini dapat dilihat penilaian postur kerja dengan

menggunakan metode RULA untuk setiap elemen kerja operator pada stasiun perebusan

di PT. PP. London Sumatera Indonesia Begerpang POM.

5.2.1 Menarik Kabel Sling dari Winch

Pada kegiatan ini operator menarik sling dari winch untuk mengkaitkan hook

yang ada pada sling ke lorry. Postur kerja operator adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.1 Postur Kerja 1

Gambar 5.10 Postur kerja 1

5.2.1.1.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 1

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan : > 900.

Skor : 4

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan : < 600 atau > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150.

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi tengah dari putaran.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 1 dapat dilihat pada Tabel 5.2

berikut ini.

Tabel 5.2 Skor Postur Grup A Postur Kerja 1

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Universitas Sumatera Utara


5. Penggunaan tenaga (beban)

Beban : 2 10 kg.

Skor : 1

Tabel 5.3 Total Skor Grup A Postur Kerja 1

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

4 1 5

5.2.1.1.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 1

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200.

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: 200 - 600.

Skor: 3

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : tidak seimbang.

Skor : 2

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.4

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4 Skor Postur Grup B Postur Kerja 1

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.5 Total Skor Grup B Postur Kerja 1

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

5 1 6

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.1.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 1

Tabel 5.6 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 1

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.7 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 1

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.2 Postur Kerja 2

Gambar 5.11 Postur kerja 2

5.2.1.2.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 2

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan: 450 - 900.

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan: < 600 > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi tengah dari putaran.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 2 dapat dilihat pada Tabel 5.8

berikut ini.

Tabel 5.8 Skor Postur Grup A Postur Kerja 2

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

5. Penggunaan tenaga (beban)

Beban : 2 10 kg.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.9 Total Skor Grup A Postur Kerja 2

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

4 1 5

5.2.1.2.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 2

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: 200 - 600.

Skor: 3

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : tidak seimbang.

Skor : 2

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.10

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.10 Skor Postur Grup B Postur Kerja 2

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.11 Total Skor Grup B Postur Kerja 2

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

5 1 6

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.2.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 2

Tabel 5.12 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 2

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.13 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 2

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.3 Postur Kerja 3

Gambar 5.12 Postur Kerja 3

5.2.1.3.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 3

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan: 450 - 900.

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan: < 600 atau > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi tengah dari putaran.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 3 dapat dilihat pada Tabel 5.14

berikut ini.

Tabel 5.14 Skor Postur Grup A Postur Kerja 3

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

5. Penggunaan tenaga (beban)

Beban : 2 10 kg.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.15 Total Skor Grup A Postur Kerja 3

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

4 1 5

5.2.1.3.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 3

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: 200 - 600.

Skor: 3

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : tidak setimbang.

Skor : 2

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.16

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.16 Skor Postur Grup B Postur Kerja 3

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.17 Total Skor Grup B Postur Kerja 3

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

5 1 6

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.3.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 3

Tabel 5.18 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 3

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.19 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 3

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.4 Postur Kerja 4

Gambar 5.13 Postur Kerja 4

5.2.1.4.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 4

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan: 450 - 900.

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan: < 600 > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi pada atau dekat dari putaran.

Skor : 2

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 4 dapat dilihat pada Tabel 5.20

berikut ini.

Tabel 5.20 Skor Postur Grup A Postur Kerja 4

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Universitas Sumatera Utara


5. Penggunaan tenaga (beban)

Beban : 2 10 kg.

Skor : 1

Tabel 5.21 Total Skor Grup A Postur Kerja 4

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

4 1 5

5.2.1.4.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 4

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: 200 - 600.

Skor: 3

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : tidak setimbang.

Skor : 2

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.22

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.22 Skor Postur Grup B Postur Kerja 4

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.23 Total Skor Grup B Postur Kerja 4

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

5 1 6

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.4.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 4

Tabel 5.24 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 4

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.25 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 4

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.5 Postur Kerja 5

Gambar 5.14 Postur Kerja 5

5.2.1.5.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 5

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan: 450 900

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan: < 600 > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi pada atau dekat dari putaran.

Skor : 2

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 5 dapat dilihat pada Tabel 5.26

berikut ini.

Tabel 5.26 Skor Postur Grup A Postur Kerja 5

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

5. Penggunaan tenaga (beban)

Beban : 2 10 kg.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.27 Total Skor Grup A Postur Kerja 5

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

4 1 5

5.2.1.5.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 5

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: > 600.

Skor: 4

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : tidak setimbang.

Skor : 2

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.28

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.28 Skor Postur Grup B Postur Kerja 5

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.29 Total Skor Grup B Postur Kerja 5

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

6 1 7

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.5.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 5

Tabel 5.30 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 5

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.31 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 5

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.6 Postur Kerja 6

Gambar 5.15 Postur kerja 6

5.2.1.6.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 6

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan 450 900

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan: < 600 > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi pada atau dekat dari putaran.

Skor : 2

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 6 dapat dilihat pada Tabel 5.32

berikut ini.

Tabel 5.32 Skor Postur Grup A Postur Kerja 6

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

5. Penggunaan tenaga (beban)

Beban : 2 10 kg.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.33 Total Skor Grup A Postur Kerja 6

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

4 1 5

5.2.1.6.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 6

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: > 600.

Skor: 4

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : tidak setimbang.

Skor : 2

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.34

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.34 Skor Postur Grup B Postur Kerja 6

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.35 Total Skor Grup B Postur Kerja 6

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

6 1 7

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.6.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 6

Tabel 5.36 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 6

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.37 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 6

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.7 Postur Kerja 7

Gambar 5.16 Postur Kerja 7

5.2.1.7.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 7

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan: 450 900

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan: < 600 > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi pada atau dekat dari putaran.

Skor : 2

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 7 dapat dilihat pada Tabel 5.38

berikut ini.

Tabel 5.38 Skor Postur Grup A Postur Kerja 7

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

5. Penggunaan tenaga (beban)

Beban : 2 10 kg.

Skor : 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.39 Total Skor Grup A Postur Kerja 7

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

4 1 5

5.2.1.7.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 7

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: 200 - 600.

Skor: 3

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : tidak setimbang.

Skor : 2

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.40

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.40 Skor Postur Grup B Postur Kerja 7

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.41 Total Skor Grup B Postur Kerja 7

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

5 1 6

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.7.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 7

Tabel 5.42 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 7

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.43 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 7

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


5.2.2 Menarik Lorry dengan Menggunakan Winch

5.2.2.1 Postur Kerja 8

Gambar 5.17 Postur Kerja 8

5.2.2.1.1 Skor Postur Grup A untuk Postur Kerja 8

1. Hasil penilaian terhadap lengan bagian atas (Upper Arm)

Pergerakan: > 900

Skor : 4

2. Hasil penilaian terhadap lengan bawah (Lower Arm)

Pergerakan: < 600 > 1000.

Skor : 2

3. Hasil penilaian terhadap pergelangan tangan (Wrist)

Pergerakan : > 150

Skor : 3

4. Hasil penilaian terhadap Wrist Twist

Pergerakan : posisi pada atau dekat dari putaran.

Skor : 2

Universitas Sumatera Utara


Penilaian skor postur grup A untuk postur kerja 8 dapat dilihat pada Tabel 5.44

berikut ini.

Tabel 5.44 Skor Postur Grup A Postur Kerja 8

Wrist

Upper Lower 1 2 3 4

Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 1 3 3 3 3 3 4 4

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

1 3 3 4 4 4 4 5 5

3 2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

1 4 4 4 4 4 5 5 5

4 2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

1 5 5 5 5 5 6 6 7

5 2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

1 7 7 7 7 7 8 8 9

6 2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.45 Total Skor Grup A Postur Kerja 8

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup A

5 0 5

5.2.2.1.2 Skor Postur Grup B untuk Postur Kerja 8

1. Hasil penilaian terhadap leher (Neck)

Pergerakan: > 200

Skor : 3

2. Hasil penilaian terhadap batang tubuh (Trunk)

Pergerakan: 00 - 200.

Skor: 2

3. Hasil penilaian terhadap kaki (Legs)

Pergerakan : posisi normal / seimbang

Skor : 1

Penilaian postur tubuh menarik kabel sling grup B dapat dilihat pada Tabel 5.46

berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.46 Skor Postur Grup B Postur Kerja 8

Trunk Posture
Neck
1 2 3 4 5 6
Posture
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Score
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 5.47 Total Skor Grup B Postur Kerja 8

Skor Skor Otot dan Beban Jumlah Akhir Skor Grup B

3 0 3

Universitas Sumatera Utara


5.2.2.1.3 Skor Postur Grup A dan Grup B untuk Postur Kerja 8

Tabel 5.48 Skor Total Grup A dan Grup B Postur Kerja 8

Skor Grup B
Skor Grup A
1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tabel 5.49 Kategori Tindakan RULA Postur Kerja 8

Skor Level Resiko Tindakan

12 Minimum Aman

34 Kecil Diperlukan beberapa waktu kedepan

56 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisa Masalah

6.1.1 Analisa Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Upper Limb Assessment

(RULA)

Dari hasil pengolahan data postur kerja pada bagian perebusan PT. PP. London

Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM dengan menggunakan metode Rapid Upper

Limb Assessment (RULA), maka dapat dilakukan analisa terhadap permasalahan yang

ada, yaitu:

a. Operator menarik kabel sling dari winch.

1. Postur kerja 1

Skor akhir untuk postur kerja 1 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan

sekarang juga. Postur kerja 1 memiliki resiko level resiko tinggi karena berdasarkan

perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang dibentu oleh bagian

tubuh operator cukup besar dan dapat mengakibatkan cidera tulang belakang dalam

waktu dekat.

2. Postur kerja 2

Skor akhir untuk postur kerja 2 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan

sekarang juga. Postur kerja 2 memiliki resiko level resiko tinggi karena berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang dibentu oleh bagian

tubuh operator cukup besar dan dapat mengakibatkan cidera tulang belakang dalam

waktu dekat.

3. Postur kerja 3

Skor akhir untuk postur kerja 3 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan

sekarang juga. Postur kerja 1 memiliki resiko level resiko tinggi karena berdasarkan

perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang dibentu oleh bagian

tubuh operator cukup besar dan dapat mengakibatkan cidera tulang belakang dalam

waktu dekat.

4. Postur kerja 4

Skor akhir untuk postur kerja 4 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan

perbaikan postur kerja sekarang juga. Postur kerja 4 memiliki level resiko tinggi

karena berdasarkan perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang

dibentuk oleh bagian tubuh operator cukup besar dan dapat mengakibatkan cidera

tulang belakang dalam waktu dekat.

5. Postur kerja 5

Skor akhir untuk postur kerja 5 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan

perbaikan postur kerja sekarang juga. Postur kerja 5 memiliki level resiko tinggi

Universitas Sumatera Utara


karena berdasarkan perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang

dibentuk oleh bagian tubuh operator cukup besar dan dapat mengakibatkan cidera

tulang belakang dalam waktu dekat.

6. Postur kerja 6

Skor akhir untuk postur kerja 6 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan

perbaikan postur kerja sekarang juga. Postur kerja 6 memiliki level resiko tinggi

karena berdasarkan perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang

dibentuk oleh bagian tubuh operator cukup besar dan dapat mengakibatkan cidera

tulang belakang dalam waktu dekat.

7. Postur kerja 7

Skor akhir untuk postur kerja 7 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan

perbaikan postur kerja sekarang juga. Postur kerja 7 memiliki level resiko tinggi

karena berdasarkan perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang

dibentuk oleh bagian tubuh operator cukup besar dan dapat mengakibatkan cidera

tulang belakang dalam waktu dekat.

8. Postur kerja 8

Skor akhir untuk postur kerja 8 operator menarik kabel sling dari winch pada

bagian perebusan adalah 3. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari

kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko kecil dan diperlukan tindakan

perbaikan postur kerja beberapa waktu kedepan.

Universitas Sumatera Utara


6.1.2 Analisa Berdasarkan Hasil Standard Nordic Questionnare

Hasil Standard Nordic Questionnare yang diperoleh melalui wawancara

langsung terhadap 4 orang operator pada bagian perebusan. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan oleh operator bagian perebusan akibat

postur kerja adalah:

a. Sakit pada pinggang yang dirasakan oleh semua operator perebusan. Rasa sakit

pada pinggang dirasakan terutama apabila terjadi perubahan postur kerja dari postur

kerja membungkuk untuk mengkaitkan hook pada lorry menjadi postur kerja

berdiri. Rasa sakit pada pinggang juga sangat terasa pada saat operator menarik

kabel sling dari winch.

b. Sakit pada bokong juga dirasakan oleh semua operator perebusan. Rasa sakit pada

bokong dirasakan terutama apabila terjadi perubahan postur kerja dari postur kerja

jongkok untuk mengkaitkan hook pada lorry menjadi postur kerja berdiri. Rasa

sakit pada bokong juga sangat terasa pada saat operator menarik kabel sling dari

winch.

c. Sakit pada pantat dirasakan juga oleh semua operator perebusan. Rasa sakit pada

pantat dirasakan terutama apabila terjadi perubahan postur kerja dari postur kerja

membungkuk untuk mengakaitkan hook pada lorry menjadi postur kerja berdiri.

d. Sakit pada lengan bawah kiri dan lengan bawah kanan juga dirasakan oleh beberapa

operator perebusan. Rasa sakit pada lengan bawah kiri dan lengan bawah kanan

dirasakan terutama pada saat operator membawa hook untuk dikaitkan pada lorry

dan saat operator mengakaitkan hook pada lorry.

e. Sakit pada betis kiri dan betis kanan juga dirasakan oleh beberapa operator

perebusan. Sakit pada betis kiri dan betis kanan dirasakan terutama pada saat terjadi

Universitas Sumatera Utara


perubahan postur kerja operator dari postur jongkok menjadi berdiri. Rasa sakit

pada betis kiri dan kanan juga dirasakan pada saat operator menarik kabel sling dari

winch.

Berdasarkan hasil Standard Nordic Questionnare, keluhan rasa sakit pada

bagian tubuh yang dirasakan oleh operator bagian perebusan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

a. Umur

Faktor umur operator juga sangat mempengaruhi keluhan rasa sakit yang

dirasakan dalam melaksanakan aktivitasnya. Berdasarkan hasil Standard Nordic

Questionnare, operator yang berumur diatas 35 tahun lebih banyak mengalami rasa

sakit pada bagian tubuhnya dibandingkan dengan operator yang berumur dibawah

35 tahun.

b. Kesegaran jasmani

Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam aktivitas

kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi yang

dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga lebih besar dan tidak cukup

istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang

rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot.

c. Kekuatan fisik

NIOSH menemukan keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang

menuntut pekerjaan otot diatas kekuatan otot maksimalnya. Dan pekerja yang

memiliki kekuatan otot rendah lebih beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami

keluhan otot dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara


6.1.3 Hubungan Analisis Postur Kerja dengan Hasil Standard Nordic

Questionnare

Hasil Standard Nordic Questionnare memiliki hubungan atau kesesuaian dengan

hasil perhitungan skor postur kerja dengan menggunakan metode RULA. Perbandingan

hasil Standard Nordic Questionnare dengan hasil perhitungan skor postur kerja dengan

metode RULA adalah:

1. Berdasarkan hasil Standard Nordic Questionnare, bagian tubuh yang dirasakan

sakit oleh semua operator bagian perebusan adalah pinggang, bokong, dan pantat.

Skor terbesar untuk postur batang tubuh (trunk) berdasarkan metode RULA adalah

4, yaitu pada postur kerja 5 dan postur kerja 6 dimana postur batang tubuh (trunk)

membungkuk sehingga membentuk sudut >600. Dengan kata lain, rasa sakit pada

pinggang, bokong, dan pantat yang dirasakan oleh operator bagian perebusan akibat

aktivitas membungkuk disebabkan karena batang tubuh (trunk) membentuk sudut

>600.

2. Rasa sakit pada lengan bawah kiri dan lengan bawah kanan juga dirasakan oleh

beberapa operator bagian perebusan. Skor terbesar untuk postur lengan bawah

(lower arm) adalah 2, yaitu pada seluruh postur kerja yang dilakukan pada bagian

perebusan. Skor tersebut diberikan karena postur lengan bawah (lower arm)

membentuk sudut <600 atau >1000. Dengan kata lain, rasa sakit pada lengan bagian

bawah (lower arm) yang dirasakan oleh operator bagian perebusan akibat postur

kerja disebabkan karena lengan bagian bawah (lower arm) membentuk sudut <600

atau >1000.

3. Rasa sakit pada betis kiri dan betis kanan juga dirasakan oleh beberapa operator

bagian perebusan. Skor terbesar untuk postur kaki (legs) adalah 2, yaitu pada postur

Universitas Sumatera Utara


kerja 1, postur kerja 2, postur kerja 3, postur kerja 4, postur kerja 5, postur kerja 6,

dan postur kerja 7. Skor tersebut diberikan karena postur kaki (legs) tidak

setimbang. Dengan kata lain, rasa sakit pada betis kiri dan betis kanan dirasakan

oleh operator bagian perebusan akibat postur kerja disebabkan kaki (legs) tidak

seimbang.

6.2 Pemecahan Masalah

Dari masalah-masalah yang ditemui pada bagian perebusan PT. PP. London

Sumatera Indonesia, Tbk Begerpang POM, maka diperoleh alternatif pemecahan

masalah yaitu perubahan sistem kerja manual yang dilakukan oleh operator stasiun

perebusan dengan menggunakan sistem hidrolik untuk menggerakkan dan

memindahkan lorry. Dengan menggunakan sistem hidrolik, operator tidak perlu

membungkuk untuk mengkaitkan hook pada lorry dan menarik kabel sling dari winch.

Operator cukup menekan tombol on off dan right left dari panel untuk menggerakkan

lorry dan menggeser lorry.

Sistem hidrolik adalah teknologi yang memanfaatkan zat cair, biasanya oli,

untuk melakukan suatu gerakan segaris atau putaran. Sistem ini bekerja berdasarkan

prinsip jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala

arah dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya. Prinsip dalam rangkaian

hidrolik adalah menggunakan fluida kerja berupa zat cair yang dipindahkan dengan

pompa hidrolik untuk menjalankan suatu sistem tertentu.

Proses perebusan setelah menggunakan sistem hidrolik tetap sama dengan

rancangan kerja manual. Hanya saja, rel yang digunakan pada sistem hidrolik dapat

menggerakkan lorry dengan otomatis tanpa harus mengkaitkan hook terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara


(aktivitas menarik winch dan mengkaitkan hook tidak diperlukan lagi) sehingga

aktivitas kerja operator tidak terlalu berat. Untuk lebih jelasnya mengenai aktivitas

kerja, posisi komponen dan peralatan kerja pada stasiun perebusan sebelum dan setelah

menggunakan sistem hidrolik, dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6.1 Posisi Komponen dan Peralatan Kerja Sebelum Menggunakan Sistem
Hidrolik (A) dan Sesudah Menggunakan Sistem Hidrolik (B)

G H G
F E No. Keterangan
A

G H G D A Tippler
B C
B Winch 4
A C Transfer Carriage
I
D Winch 1
E Winch 2
F Winch 3
G Pintu Sterilizer
H Sterilizer
I Control Panel
Panel Pintu & Jembatan
Sterilizer
G H G Jembatan sterilizer
B

G H G
Universitas Sumatera Utara

C
A
I
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan analisa pada penelitian ini, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode RULA maka dapat disimpulkan

bahwa postur kerja yang memiliki level resiko tertinggi adalah postur kerja menarik

kabel sling dari winch dengan skor 6 dan 7.

2. Posisi pengkait hook yang berada pada bagian bawah lorry sangat mempengaruhi

postur kerja operator. Sehingga operator harus membungkuk dan berjongkok untuk

mengkaitkan hook pada lorry. Hal ini menyebabkan operator bekerja dengan postur

kerja yang tidak alami.

3. Kabel sling yang ditarik operator dari winch juga sangat mempengaruhi postur

kerja operator. Karena operator harus membungkukan badan dan mengeluarkan

tenaga untuk menarik kabel sling yang membelit pada bollard winch. Hal ini

menyebabkan operator bekerja dengan postur kerja yang tidak alami.

4. Postur kerja pada bagian perebusan dapat diatasi dengan mengubah sistem kerja

manual menjadi sistem kerja hidrolik, sehingga operator tidak perlu membungkuk

atau berjongkok tetapi hanya menekan panel on off saat menggerakkan dan

memindahkan lorry.

Universitas Sumatera Utara


7.2 Saran

Saran yang diberikan kepada PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk

Begerpang POM adalah:

1. Perbaikan metode kerja pada stasiun perebusan dari sistem kerja manual menjadi

sistem kerja hidrolik.

2. Operator yang berusia diatas 40 tahun sebaiknya tidak ditempatkan pada stasiun

perebusan, dikarenakan usia mereka yang lebih rentan dalam mengalami rasa sakit

tulang belakang ketika beraktivitas.

3. Lingkungan kerja pada stasiun perebusan juga harap diperhatikan, keadaan lantai

yang licin dapat mengganggu kenyamanan kerja operator dan dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Nurmianto, Eko, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama, ITS,

Surabaya, 1998.

2. Santoso, G., Dr., Drs., M.Kes., Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan,

Cetakan I, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2004.

3. Sutalaksana, I. Z., dkk., Teknik Tata Cara Kerja, Bandung : Penerbit ITB, 1982.

4. Wignosoebroto, S., Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu, Edisi Pertama, Penerbit :

PT. Guna Widya, Surabaya, 1995.

5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11935/1/10E00380.pdf.

6. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/teknik_industri_modul_pelatihan_peran

cangan_ergonomika_menggunakan_ergoweb_40/4_rula.pdf.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1. Mesin, Peralatan, dan Utilitas

Mesin Produksi

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill

untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)

a. Sterilizer

Fungsi : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose

fruit dari bunch, melunakkan daging buah dan

mengurangi kadar air.

Kapasitas : 5 lorry atau 50 ton FFB

Jumlah : 2 unit

Merk/Tahun : Wang Yuen Clutch / 1999

Tipe : 2100 OXP

Temperatur : 125 - 1300 C

Tekanan : 2,5 3 kg/m2

2. Stasiun Pembantingan (Thresing Station)

a. Thresing

Fungsi : memisahkan loose fruit dari bunch dengan

cara pembantingan.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 2 unit

Panjang : 4000 mm

Diameter : 2000 mm

Kecepatan putar : 22 25 rpm

Universitas Sumatera Utara


Elektromotor

Power : 18 Kw

Tegangan : 380 Volt

Frekuensi : 50 Hz

Arus : 31 A

b. Empty Bunch Crusher

Fungsi : menghancurkan empty bunch sehingga

memudahkan pemisahan lebih lanjut loose fruit yang

masih melekat pada bunch.

Kapasitas : 45 ton FFB / jam

Jumlah : 1 unit

c. Empty Bunch Crusher

Fungsi : menghancurkan empty bunch sehingga

memudahkan pemisahan lebih lanjut loose fruit yang

masih melekat pada bunch.

Kapasitas : 45 ton FFB / jam

Jumlah : 1 unit

3. Stasiun Pengepresan (Press Station)

a. Digester

Fungsi : melumatkan loose fruit sehingga daging buah

terpisah dari biji.

Kapasitas : 15 ton/jam

Jumlah : 3 unit

Merk/Tahun : D 464 Luxemburg / 2002

Universitas Sumatera Utara


Tinggi : 2900 mm

Diameter : 1200 mm

Elektromotor

Power : 22 Kw

Tegangan : 380 Volt

Frekuensi : 50 Hz

Arus : 45 A

Putaran : 22 rpm

b. Screw Press

Fungsi : memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging

buah.

Jumlah : 3 unit

Kapasitas : 20 ton/jam

4. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Station)

a. Ripple Mill

Fungsi : memecahkan shell untuk mengeluarkan kernel.

Kapasitas : 6 ton/jam

Jumlah : 3 unit

b. Depericarper

Fungsi : memisahkan fibre dari nut.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

Universitas Sumatera Utara


c. Fibre Cyclone

Fungsi : menghisap fibre.

Jumlah : 1 unit

d. Polishing Drum

Fungsi : membersihkan fibre yang masih melekat pada nut.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

e. Destoner Nut Separating Column

Fungsi : memisahkan kotoran-kotoran yang terdapat pada nut.

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

f. Nut Grading Drum

Fungsi : memisahkan nut menurut besarnya diameter nut.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

g. Winnowing System

Fungsi : memisahkan kernel dari shell.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 2 unit

h. Claybath

Fungsi : memisahkan broken kernel.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

Universitas Sumatera Utara


5. Klarifikasi (Clarification Station)

a. Vibrating Screen

Fungsi : menyaring minyak dari sebut, ampas, dan pasir.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 3 unit

b. Vacuum Drier

Fungsi : misahkan air dari Crude Oil yang masih mengandung

kadar air.

Kapasitas : 12 m3 / jam

Jumlah : 1 unit

c. Vibrating Screen Sludge

Fungsi : menyaring minyak dari sludge yang masih mengandung

kotoran-kotoran padat.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

d. Sand Cyclone

Fungsi : memisahkan pasir halus dengan adanya gaya sentrifugal.

Kapasitas : 30 ton/jam

Jumlah : 2 unit

e. Sludge Centrifuge

Fungsi : memisahkan minyak yang masih terdapat pada sludge.

Kapasitas : 6 ton

Jumlah : 5 unit

Universitas Sumatera Utara


Peralatan

Adapun spesifikasi peralatan - peralatan yang berada di Begerpang Palm Oil

Mill untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan Buah (Reception Station)

a. Jembatan Timbang

Dimensi : 5000 mm x 3000 mm x 1000 mm

Kapasitas : 40 ton

Jumlah : 2 unit

b. Loading Ramp

Fungsi : untuk menerima dan menampung FFB sementara

sebelum dimasukkan ke dalam lorry untuk di rebus.

Dimensi : 5300 mm x 3000 mm x 3250 mm

Kemiringan : 25 40 0

Kapasitas : 15 ton FFB / pintu.

Jumlah : 20 pintu

c. Lorry

Fungsi : mengangkut FFB dari loading ramp ke tempat

perebusan FFB

Dimensi : 5400 mm x 1800 mm x 1220 mm

Kapasitas : 10 ton/unit

Jumlah : 33 unit

Universitas Sumatera Utara


d. Transfer Cariage

Fungsi : untuk memindahkan lorry buah dari jalur rel satu

ke rel yang lain.

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 10 ton/unit

2. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)

a. Capstand

Fungsi : menarik lorry keluar dan masuk ke sterilizer

Dimensi : 2600 mm x 1200 mm

Jumlah : 6 unit

3. Stasiun Pembantingan (Treshing Station)

a. Tippler

Fungsi : mengeluarkan bunch yang telah direbus dengan

cara memutar lorry 360o ke bak Hopper.

Kapasitas : 10 ton

Jumlah : 1 unit

b. Bunch Conveyor

Fungsi : membawa Bunch ke 1st tresher

Kapasitas : 50 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

c. Top Distributing Bunch Conveyor

Fungsi : membawa Bunch ke 1st tresher

Kapasitas : 50 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

Universitas Sumatera Utara


d. Hard Bunch Recyling Conveyor

Fungsi : membawa empty bunch dari 1st tresher ke empty

bunch crusher.

Jumlah : 1 unit

Panjang : 6000 mm

e. Fruit Conveyor

Fungsi : sebagai alat pengangkut loose fruit.

Jumlah : 2 unit

f. Empty Bunch Scrapper Conveyor

Fungsi : mengangkut empty bunch press.

Jumlah : 1 unit

g. Empty Bunch Hopper

Fungsi : penyimpanan sementara empty bunch.

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 100 ton empty bunch.

4. Stasiun Pengepressan (Press Station)

a. Loose Fruit Elevator

Fungsi : sebagai alat pengangkut loose fruit.

Kapasitas : 50 ton FFB/jam

Jumlah : 2 unit

b. Top Distributing Fruit Conveyor

Fungsi : sebagai alat pendistribusian loose fruit.

Jumlah : 1 unit

Universitas Sumatera Utara


c. Sand Trap Tank

Fungsi : memisahkan pasir dari minyak kasar (cruide oil).

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 5,4 m3

5. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Station)

a. Cake Breaker Conveyor

Fungsi : mengaduk-aduk ampas dari Screw Press dengan cara

berputar sambil mendorong ampas ke ujung talang untuk

memisahkan biji dan serabut di pemisah biji.

Kapasitas : 45 ton FFB/jam

Jumlah : 1 unit

b. Nut Hopper

Fungsi : tempat penyimpanan sementara sebelum nut diolah.

Kapasitas : 27 m3

Jumlah : 1 unit

c. Cracked Mixture Elevator

Fungsi : mengangkut nut dari Riplle Mill ke 1st Winnowing System

Kapasitas : 8 ton/jam

Jumlah : 1 unit

d. Wet Kernel Elevator

Fungsi : mengangkut kernel menuju kernel Dryer Silo.

Kapasitas : 8 ton/jam

Jumlah : 1 unit

Universitas Sumatera Utara


e. Kernel Dryer Silo

Fungsi : mengeringkan kernel.

Kapasitas : 88 m3

Jumlah : 2 unit

f. Kernel Bulking Silo

Fungsi : tempat penyimpanan kernel sebelum dikirim kepada

konsumen.

Kapasitas : 300 ton

Jumlah : 1 unit

6. Klarifikasi (Clarification Station)

a. Sand Trap Tank

Fungsi : memisahkan pasir dengan minyak

Kapasitas : 5,4 m3

Jumlah : 1 unit

b. DCO tank

Fungsi : penyimpanan sementara Crude Oil.

Kapasitas : 9 m3

Jumlah : 1 unit

c. Distribution tank

Fungsi : menerima crude Oil dari DCO tank dan

mendistribusikannya ke Clarifier tank.

Kapasitas : 1,5 m3

Jumlah : 1 unit

Universitas Sumatera Utara


d. Clarifier tank

Fungsi : memisahkan Crude Oil dengan Sludge

Kapasitas : 170 m3

Jumlah : 2 unit

e. Clean Oil tank

Fungsi : mengendapkan kotoran dan air yang masih terkandung di

dalam minyak.

Kapasitas : 28 m3

Jumlah : 1 unit

f. Float tank

Fungsi : menstabilkan feeding pada vacuum dryer

Kapasitas : 6 m3

Jumlah : 1 unit

g. Oil Transport (Transfer) Pump

Fungsi : memompa minyak kedalam Storage tank.

Jumlah : 1 unit

h. Storage tank

Fungsi : penyimpanan CPO sebelum dikirim kepada konsumen.

Kapasitas : 1000 ton

Jumlah : 2 unit

i. Sludge tank

Fungsi : menampung sludge dari hasil pemisahan di tangki

vibrating screen sludge.

Kapasitas : 28 m3

Universitas Sumatera Utara


Jumlah : 2 unit

j. Balance tank

Fungsi : penampungan sludge sementara sebelum ke Sludge

Centrifuge.

Kapasitas : 6 m3

Jumlah : 1 unit

k. Sludge Pit

Fungsi : penampungan sementara sebelum dialirkan ke kolam

limbah.

Kapasitas : 289 m3

Jumlah : 1 unit

Utilitas

Adapun spesifikasi utilitas yang ada pada Begerpang Palm Oil Mill untuk adalah

sebagai berikut :

1. Boiller

Fungsi : sebagai tempat penghasil uap (steam) untuk

menggerakkan turbin uap dan memenuhi kebutuhan

steam dari alat-alat yang dipakai seperti untuk sterilizer.

Merk : VICKERS

Jumlah : 2 unit

Temperatur steam : 29,42 kg/cm2 / 3500 C

Konsumsi bahan bakar : 7,65 kg/jam

Jenis bahan bakar : fibre 76 % dan cangkang 24 %.

Universitas Sumatera Utara


2. Turbin Uap

Fungsi : mengubah tenaga uap menjadi tenaga listrik.

Power : 1800 Kw

Putaran : 1500 rpm

Inlet Temp (stand) : 210 o C

Inlet Temp (max) : 213 o C

Inlet Press (stand) : 18,5 kg/cm2

Inlet Press (max) : 19,5 kg/cm2

Merk : NADROWSKI

Buatan : TUTHILL GmbH

Type : C50 S 11 6 Vs

Excitation : 51,1 V

Frekuensi : 50 Hz

Fasa :3

Aux Excitation : 166 V

Frekuensi Aux : 200 Hz

Coolant : 45 o C

Jumlah : 2 unit

3. Genset

Fungsi : sebagai pembangkit awal sebelum turbin

berfungsi.

Ada 3 jenis genset yang digunakan, yaitu:

a. Model No. 512 DFGB

Serial No. HS 220423/3

Universitas Sumatera Utara


b. Model No. 128 DGFA

Serial No. IS 220491/1

Rated Power KWH :

- Prime : 128 Kw

- Standby : 145 Kw

Rated Power KVA :

- Prime : 160 KVA

- Standby : 181 KVA

Voltage : 220/380 V

Frequency : 50 Hz

Rotating Speed : 1500 rpm

Merk : Cummins Power Generation

c. Model No. HT 855G4

Serial No. P2072/1

Voltage : 225 V

Frequency : 50 Hz

Rotating Speed : 1500 rpm

Merk : Cummins Power Generation

Rated Power KWH : 311 Kw

Rated Power KVA : 342 KVA

4. Water Treatment Station.

Air merupakan salah satu bagian penting untuk mendukung proses pengolahan

produksi. Selain untuk proses, air ini juga digunakan untuk keperluan kegiatan diluar

proses atau kegiatan diluar pabrik, misalnya untuk kantor dan perumahan.

Universitas Sumatera Utara


Adapun proses pengolahan air yang dilakukan di Begerpang POM adalah

sebagai berikut :

a. Water Intake.

Sebagai langkah awal dilakukan pada water intake yaitu pemompaan air dengan

menggunakan alat raw water intake pump dari sungai Kalitawang dan kemudian

dipompakan ke sediment tank melalui raw water pump.

b. Sediment Tank.

Pada Sediment tank atau bak pengendapan bertujuan untuk mengendapkan zat

padatan yang terikut aliran air dari water intake. Pada proses pengendapan ini

tidak dilakukan penambahan bahan kimia apapun. Pengendapan dilakukan pada

sebuah kolam dengan sebuah kran disampingnya yang berfungsi untuk

membuang endapan bila endapan telah terakumulasi banyak di dalam kolam.

Kapasitas sediment tank adalah 288 m3.

c. Clarifier Tank.

Setelah dari sediment tank, air yang keluar akan dipompakan menuju clarifier

tank menggunakan water reservoir pump sekaligus dicampurkan dengan bahan

kimia yang telah ditentukan dosisnya oleh laboratorium. Titik injeksi bahan

kimia :

1. Titik injeksi Aluminium Sulfat (Al2SO4), sebagai koagulasi. Koagulasi

berguna untuk proses pembentukan flok.

2. Titik injeksi Soda ash, berguna untuk menyesuaikan tingkat pH.

3. Titik injeksi Nalco 8173, berguna untuk menyatukan partikel - pertikel

yang sudah saling berdekatan (flok).

Universitas Sumatera Utara


Air umpan akan masuk ke clarifier tank dengan aliran berputar melalui bagian

bawah untuk membantu pengendapan flok flok yang telah terbentuk dan

dibuang melalui kran pembuangan lumpur. Air kemudian akan dialirkan ke

reservoir tank.

d. Reservoir Tank.

Dari clarifier sebelum air dialirkan ke sand filter dilakukan penampungan air

sementara pada reservoir tank dan juga dilakukan pengendapan flok yang masih

terikut di dalam air. Kapasitas reservoir tank 288 m3.

e. Sand Filter.

Air yang masuk ke sand filter masih mengandung padatan tersuspensi sehingga

disaring dengan pasir-pasir halus untuk menahan partikel-pertikel padatan.

Dilakukan back wash untuk memecahkan kepadatan pasir serta mebuang

padatan yang menempel pada pasir dengan cara mengalirkan air dari bawah ke

atas. Kapasitas sand filter sebesar 60 m3/jam dan berjumlah 2 unit tangki.

f. Water Tower Tank.

Water tower tank berfungsi untuk menampung air dari sand filter. Water tower

tank berjumlah 2 unit tangki, dimana tangki pertama berfungsi menyediakan air

untuk keperluan domestik. Sedangkan tangki kedua untuk penyediaan air untuk

keperluan proses pabrik, dimana kapasitas masing-masing tangki 56 m3.

g. Kation Tank.

Kation tank berfungsi untuk menghilangkan hardness dan natrium dari air.

h. Anion Tank.

Anion tank berfungsi untuk menghilangkan silica, sulfat, klorida dan kabonat.

Universitas Sumatera Utara


i. Demint Water Tank.

Demint water tank berfungsi untuk penyimpanan sementara air sebelum

dipompakan ke termal deaerator tank. Setelah dari anion tank, air yang selesai

diproses masuk ke demint water tank yang berkapasitas 140 m3 dengan pH 7

8.

j. Termal Deaerator Tank.

Air yang berasal dari tangki demint water tank diapanaskan hingga 90C dengan

steam injeksi dari BPV untuk menyeimbangkan pH serta menghilangkan kadar

O2 yang dapat menimbulkan korosi pada boiller. Termal dearator tank

merupakan tangki pemanas air dari demint water tank. Air yang telah

dipanaskan digunakan sebagai air umpan pemanas pada boiller.

k. Feed Water Tank.

Sebelum digunakan sebagai umpan di boiller, air ditampung ditempat

penampungan sementara Feed water tank dengan fungsi untuk mempertahankan

kondisi suhu air pada 90 C.

5. Bengkel

Pada PT. PP. London Sumatera Indonesia Begerpang POM, bengkel berfungsi

sebagai tempat perbaikan mesin-mesin dan peralatan produksi yang mengalami

kerusakan ataupun perawatan (maintenance). Bengkel tersebut dilengkapi beberapa

mesin antara lain :

1. Mesin bubut yang berukuran besar dan kecil

2. Mesin las

3. Mesin frais

4. Mesin gerinda

Universitas Sumatera Utara


5. mesin potong

6. dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2. Standard Nordic Questionnare

Standard Nordic Questionnare

Nama:

Usia: thn
TINGKAT KELUHAN
NO JENIS KELUHAN Tidak Agak Sakit Sangat
Sakit Sakit Sakit
0 Sakit kaku di leher bagian atas
1 Sakit kaku di leher bagian bawah
2 Sakit dibahu kiri
3 Sakit dibahu kanan
4 Sakit lengan atas kiri
5 Sakit di punggung
6 Sakit lengan atas kanan
7 Sakit pada pinggang
8 Sakit pada bokong
9 Sakit pada pantat
10 Sakit pada siku kiri
11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai