Anda di halaman 1dari 106

ANALISIS KECACATAN DAN USULAN PERBAIKAN

KUALITAS PRODUK DENGAN SEVENTOOL DAN KAIZEN

PADA PT. SUMBETRI MEGAH

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

ANNISA ALARAAF ALMAEF HARAHAP


NIM. 150403032

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena

atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas

akhir ini dengan baik.

Pembuatan laporan tugas akhir ini ditujukan untuk memenuhi syarat-

syarat dan ketentuan dalam mengikuti kegiatan akademis di Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan tugas akhir ini terdiri dari struktur pengerjaan dan dasar-dasar dari

penelitian yang akan dilakukan di PT. Sumbetri Megah. Laporan ini memaparkan

tentang “Analisis Kecacatan Dan Usulan Perbaikan Kualitas Produk Dengan

Seventool Dan Kaizen Pada Pt. Sumbetri Megah”.

Saya menyadari bahwa penyusunan laporan belum sempurna sehingga

dibutuhkan perbaikan dan penyesuaian lebih lanjut. Untuk itu saya mengharapkan

kritik atau saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan tugas akhir ini.

Akhir kata, saya berharap agar laporan ini berguna bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, PENULIS

MEDAN JUNI, 2020

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan saya kesempatan untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen

Teknik Industri USU serta telah memberikan nikmat kesehatan dan ilmu kepada

saya selama masa kuliah dan dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini saya telah mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya saya mengucapkan terimakasih

kepada Kedua Orang tua yang tiada hentinya mendukung baik secara moril

maupun materil dan mendoakan selama penyelesaian Tugas Sarjana ini,

kemudian:

1. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST., MT., selaku Ketua Departemen dan

Bapak Buchari ST, M. Kes selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada

saya dalam penulisan laporan.

3. Bapak Buchari, ST., M.Kes, dan Bapak Erwin Sitorus, ST., MT,. Selaku

Dosen Pembanding yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan kepada saya dalam penulisan laporan.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Ramdani dan Bapak Hermansyah dari pihak PT. Sumbetri Megah yang

telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di pabrik dan memberikan

data yang mendukung penelitian tugas sarjana.

5. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik saya selama perkuliahan sebagai bekal

dalam penulisan tugas sarjana.

6. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara, yang telah membantu segala urusan administrasi dan

peminjaman buku di perpustakaan selama kegiatan perkuliahan dan

penyelesaian tugas sarjana.

7. Adik-adik saya yang tercinta, Arrijal Al-Araaf, Arrijal Al-A’la dan Arrijal Al-

Fajr yang selalu memberikan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan

tugas sarjana ini.

8. Sahabat-sahabat saya Tasya Jehan Tamara, Annisa Athirah, Safira Alifa yang

telah memberi dukungan jasmani dan rohani kepada penulis selama

penyelesaian laporan tugas sarjana ini.

9. Sahabat-sahabat saya Elizabeth Zalukhu, Titania Miranda Sari, Nurul

Arfidhilah, Novita Hasnah Harahap, Inda Puspa, Dila Syafrina yang

senantiasa mendampingi saya selama pengerjaan tugas sarjana ini.

10. Sahabat-sahabat saya Presidium HIMTI FT USU Periode 2018/2019 M. Fadli

Fachrurrozi, Harry Tusucces, Ridho Maulana, Chairul Syah, Irham Raja,

Rinaldi Apriza, Fransiskus Lauson, Hafiz Fahmi, Jefrincer Zalukhu, Tahfidzil

Adhawi yang telah mendukung saya dalam penyelesaian laporan ini.

Universitas Sumatera Utara


11. Rekan-rekan angkatan 2015 “LIBERTI” yang tidak dapat disebutkan satu per

satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian

Tugas Sarjana ini.

12. Sahabat terdekat saya mas Alwi Ahdi Fahrozi yang telah memberi banyak

dukungan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

13. Idola saya Bangtansonyeondan “BTS” Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min

Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook dan

kepada seluruh ARMY yang telah memberi harapan kepada saya bahwa kerja

keras tidak akan mengkhianati hasil hingga saya dapat menyelesaikan tugas

sarjana ini.

14. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

PT. Sumbetri Megah terkadang dihadapkan dengan tantangan dimana


produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan permintaan pelanggan atau dapat
disebut dengan produk cacat sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Perusahaan memiliki persentase kecacatan sebesar 3% tiap bulannya dan belum
memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu sebesar + 1%. Berdasarkan kondisi
ini, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab kecacatan serta
memberikan usulan perbaikan kualitas. Digunakan metode seven tools dan kaizen
sebagai usulan perbaikan. Terdapat 4 jenis kecacatan yaitu cacat bergelombang,
cacat keropos, cacat retak dan cacat patah. Dengan metode seventools langkah –
langkah yang dilakukan adalah check sheet, histogram, pareto diagram,
stratification, scatter diagram, control chart dan cause and effect diagram.
Berdasarkan pareto diagram, kategori kecacatan produk yang diprioritaskan
adalah cacat bergelombang (30,5%), cacat keropos (28,5%) dan cacat retak
(21,6%) dengan total kumulatif sebesar 80,6%. Faktor penyebab terjadinya
kecacatan produk ini adalah faktor manusia, metode, mesin, bahan dan
lingkungan. Adapun solusi yang diusulkan adalah dengan menerapkan konsep
kaizen yaitu siklus PDCA berdasarkan cause and effect diagram dengan
mengusulkan perbaikan dari tiap faktor penyebab masalah.

Kata Kunci: Seven Tools, Pareto Diagram, Kaizen, PDCA

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

PT. Sumbetri Megah is sometimes faced with challenges where the


product produced is not in accordance with customer demand or can be called a
defective product, resulting in losses for the company. The company has a
disability percentage of 3% per month and does not meet the established standards
of + 1%. Based on these conditions, this study aims to identify the causes of
disability and propose quality improvements. The seven tools and kaizen method
are used as a proposed improvement. There are 4 types of disability, namely
corrugated defects, porous defects, crack defects and broken defects. With the
seventools method the steps taken are check sheets, histograms, pareto diagrams,
stratification, scatter diagrams, control charts and cause and effect diagrams.
Based on the pareto diagram, the priority categories of product defects are
corrugated defects (30.5%), porous defects (28.5%) and crack defects (21.6%)
with a cumulative total of 80.6%. Factors causing this product defect are human
factors, methods, machines, materials and the environment. The proposed solution
is to apply the kaizen concept of the PDCA cycle based on cause and effect
diagrams by proposing improvements of each factor causing the problem.

Keyword : Seven Tools, Pareto Diagram, Kaizen, PDCA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA .................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................... v

ABSTRAK ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xii

I PENDAHULUAN .................................................................... I-1

1.1. Latar Belakang .................................................................. I-1

1.2. Perumusan Masalah........................................................... I-4

1.3. Tujuan Penelitian............................................................... I-5

1.4. Manfaat Penelitian............................................................. I-5

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ............................................ I-6

1.6. Sistematika Penulisan Laporan ......................................... I-6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................. II-1

2.1. Sejarah Perusahaan .............................................................. II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ............................................. II-2

2.3. Lokasi Perusahaan ............................................................. II-3

2.4. Daerah Pemasaran ............................................................. II-3

2.5. Organisasi dan Manajemen ............................................... II-3

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan .............................. II-3

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ................ II-5

2.6. Jumlah Tenaga Kerja dam jam Kerja ................................ II-7

2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja ................................................. II-7

2.6.2. Jam Kerja ................................................................... II-8

2.7. Proses Produksi ................................................................. II-8

2.7.1. Standar Mutu Bahan/Produk ................................... II-9

2.7.2. Bahan yang Digunakan ........................................... II-9

2.7.2.1. Bahan Baku ................................................. II-9

2.7.2.2. Bahan Penolong .......................................... II-10

2.7.2.3. Bahan Tambahan ........................................ II-11

2.7.3. Uraian Proses Produksi ........................................... II-11

2.8. Mesin dan Peralatan .......................................................... II-15

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... III-1

3.1. Defenisi Kualitas ............................................................... III-1

3.2. Dimensi Kualitas ............................................................... III-2

3.3. Pengendalian Kualitas ....................................................... III-3

3.4. Sevem Tools ....................................................................... III-3

3.4.1. Check Sheets ............................................................ III-4

3.4.2. Histogram ................................................................ III-5

3.4.3. Diagram Pareto ........................................................ III-7

3.4.4. Stratifikasi ............................................................... III-8

3.4.5. Scatter Diagram ...................................................... III-10

3.4.6. Peta Kontrol............................................................. III-12

3.5. Kaizen................................................................................ II-21

3.5.1. Konsep Utama Kaizen ............................................. III-21

3.5.2. Konsep Budaya Kaizen .......................................... III-22

3.5.3. Prinsip Budaya Kaizen ............................................ III-26

3.5.4. Langkah-langkah Pemecahan Masalah dengan

Metode Kaizen ......................................................... III-26

3.5.5. Langkah-langkah Pemeliharaan Tempat Kerja

(5S)........................................................................... III-28

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. I V-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... IV-1

4.2. Jenis Penelitian .................................................................. IV-1

4.3. Objek penelitian ................................................................ IV-1

4.4. Variabel Penelitian ............................................................ IV-2

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ....................................... IV-2

4.6. Blok Diagram Prosedur Penelitian .................................... IV-3

4.7. Pengumpulan Data ............................................................ IV-5

4.7.1. Sumber Data .............................................................. IV-5

4.7.2. Metode Pengumpulan Data ....................................... IV-5

4.8. Pengolahan Data ................................................................ IV-5

4.9. Kesimpulan dan Saran ....................................................... IV-6

VPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ................. V-1

5.1. Pengumpulan Data ............................................................ V-1

5.1.1.Proses Pengumpulan Data ........................................ V-1

5.2. Pengolahan Data ............................................................... V-2

5.2.1. Checksheet .............................................................. V-2

5.2.2. Histogram ............................................................... V-3

5.2.3. Pareto Diagram....................................................... V-4


xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.4. Stratifikasi ............................................................... V-5

5.2.5. Scatter Diagram ...................................................... V-6

5.2.6. Peta Kontrol............................................................. V-12

5.2.7. Cause and Effect Diagram ...................................... V-20

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ................................ VI-1

6.1. Analisis Masalah ............................................................... VI-1

6.2. Usulan Perbaikan .............................................................. VI-3

6.2.1. Siklus PDCA (Plan Do Check Action) .................... VI-4

6.2.2. Penerapan 5S di Lingkungan Pabrik ....................... VI-6

6.2.3. Penghapusan Pemborosan (Muda) .......................... VI-7

6.2.4. Standarisasi.............................................................. VI-8

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. VII-1

1.1. Kesimpulan........................................................................ VII-1

1.2. Saran .................................................................................. VII-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Sumbetri Megah............................ II-4

2.2. Blok Diagram Produksi Tiang Listrik ................................ II-12p

3.1. Check Sheet ........................................................................... III-5

3.2. Histogram .............................................................................. III-6

3.3. Pareto Chart ......................................................................... III-8

3.4. Stratifikasi Jumlah Cacat Produk .......................................... III-9

3.5. Scatter Diagram .................................................................... III-11

3.6. Peta Kontrol X....................................................................... III-13

3.7. Peta Kontrol R ....................................................................... III-15

3.8. Peta Kontrol s ........................................................................ III-16

3.9. Peta Kontrol p ....................................................................... III-17

3.10. Peta Kontrol u ....................................................................... III-18

3.11. Peta Kontrol c ....................................................................... III-19

3.12. Cause and Effect Diagram .................................................... III-21

3.13. Siklus PDCA........................................................................ III-23

3.14. Siklus SDCA........................................................................ III-23

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ......................................... IV-3

4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ...................................... IV-4

5.1. Histogram Jenis Kecacatan Produk ..................................... V-4

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.2. Pareto Diagram Jenis Kecacatan Produk ............................. V-5

5.3. Scatter Diagram Antara Cacat Bergelombang dengan

Jumlah Produksi .................................................................. V-8

5.4. Scatter Diagram Antara Cacat Retak dengan Jumlah

Produksi ............................................................................... V-10

5.5. Scatter Diagram Antara Cacat Keropos dengan Jumlah

Produksi ............................................................................... V-11

5.6. Peta Kontrol P ...................................................................... V-14

5.7. Cause and Effect Diagram Kecacatan Bergelombang ........ V-20

5.8. Cause and Effect Diagram Kecacatan Retak ...................... V-21

5.9. Cause and Effect Diagram Kecacatan Keropos .................. V-22

6.1. Histogram Kecacatan Produk ............................................... VI-1

xviii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Produksi dan Jumlah Produk Cacat Tahun 2019........... I-3

2.1. Rekapitulasi Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Sumbetri

Megah .................................................................................... II-7

2.2. Jam Kerja Normal .................................................................. II-8

2.3. Jam Kerja Shift ...................................................................... II-8

3.1. Rentang Nilai Koefisien Korelasi r ........................................ III-11

5.1. Jumlah Data Produksi dan Kecacatan Produk ....................... V-1

5.2. Check Sheet Kecacatan Produk .............................................. V-3

5.3. Persentase Kecacatan Produk Tiang Listrik Beton ................ V-4

5.4. Identifikasi Jenis Kecacatan Produk ...................................... V-6

5.5. Stratifikasi Kecacatan Produk ................................................ V-6

5.6. Perhitungan Korelasi Antara Cacat Bergelombang dengan

Jumlah Produksi ..................................................................... V-7

5.7. Interpretasi Koefisien Korelasi .............................................. V-8

5.8. Perhitungan Korelasi Antara Cacat Retak dengan Jumlah

Produksi ................................................................................. V-9

5.9. Perhitungan Korelasi Antara Cacat Keropos dengan Jumlah

Produksi ................................................................................. V-10

5.10. Perhitungan Peta P ................................................................. V-13

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.1. Faktor Penyebab Kecacatan Produk ................................. VI-3

6.2. Kondisi Aktual dan Usulan Perbaik ................................. VI-4

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang

memerlukan pembangunan secara masif untuk menunjang sarana prasarana dan

meningkatkan perekonomian masyarakat. Industri manufaktur bidang infrastruktur

memegang peranan penting proses pembangunan tersebut. Sehingga industri

infrastruktur berusaha menciptakan produk yang berkualitas untuk meyakinkan

kontraktor agar mempercayai produk yang dihasilkan. Karena umumnya pada

proyek besar pihak kontraktor sangat mementingkan keselamatan, terutama

keselamatan saat pelaksanaan proyek maupun keselamat penggunaan infrastruktur

yang telah selesai dibangun. Selain itu bagi perusahaan, mengendalikan kualitas

dengan baik juga dapat menguntungkan pihak perusahaan sebab semakin sedikit

produk yang cacat (kualitas buruk) maka dapat mengurangi biaya perbaikan

(repair), inventori, bahan baku dan waktu kerja yang berdampak pada profit

perusahaan. Metode untuk mengontrol stabilitas proses dan mengendalikan

kualitas produksi yang bisa digunakan yaitu metode Seven Tools dan New Seven

Tools. Metode Seven Tools merupakan alat statistik untuk mencari akar penyebab

permasalahan kualitas sehingga dapat mengendalikan kualitas. Sedangkan metode

1
Diniaty, D. 2016. Analisis Kecacatan Produk Tiang Listrik Beton Menggunakan Metode
Seven Tools dan New Seven Tools (Studi Kasus: PT. Kunango Jantan).

I-1
Universitas Sumatera Utara
I-2

New Seven Tools merupakan alat bantu dalam memetakan masalah secara

terstruktur, guna membantu perbaikan kualitas produksi Tiang Listrik Beton.


2
Pada penelitian terdahulu menggunakan metode pendekatan kaizen dan

analisis masalah dengan seven tools, dari penelitian diketahui adanya penurunan

cacat terbesar pada benang (meleset, loncat, kendor) sebesar 15,4%, dari 35,33

menjadi 19,93% alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah diagram

sebab-akibat, diagram pareto, histogram dan control chart.


3
Pada penelitian terdahulu metode kaizen adalah metode perbaikan secara

terus menerus dan bertujuan untuk meningkatkan keselamatan kerja, kualitas,

produktivitas dan biaya. Hasil dari perbaikan mengurangi biaya produksi Rp

180jt/bulan dengan menghilangkan loss time produksi, menghemat energi,

mengurangi kerusakan materi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.


4
Pada penelitian parwati dan sakti menggunakan metode SPC (Statistical

Process Control) dan diintegrasikan dengan metode kaizen 5W+1H (who, what,

where, when, dan why + how), sedangkan alat bantu yang digunakan adalah seven

tools. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 2 Januari 2013 hingga 9 Februari

2013. Hasil pengolahan data menunjukkan penyebab produk tidak standar

terbanyak adalah suhu non standar (32,6%).

2
Parwati, C. I., & Sakti, R. M. 2012. Pengendalian kualitas produk cacat dengan pendekatan kaizen
dan analisis masalah dengan seven tools.
3
Fatkhurrohman, A., & Subawa, S. 2016. Penerapan Kaizen Dalam Meningkatkan Efisiensi Dan
Kualitas Produk Pada Bagian Banbury PT Bridgestone Tire Indonesia.
4
Sari, N. M. D. A., Satriawan, I. K., & Sadyasmara, C. A. B. Analisis dan Strategi Mitigasi Risiko
Produksi Teh Botol Sosro di PT. Sinar Sosro Pabrik Bali. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri ISSN, 2503, 488X.

Universitas Sumatera Utara


I-3

5
PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang

memproduksi minyak kelapa sawit. Permasalahan yang sering timbul di lantai

produksi terutama di bagian pengolahan yaitu, produk jadi yang tidak memenuhi

standar 26.28 % (rusak). Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

konsep kaizen, seven tools pada bagian proses produksi dan analisis penerapan 5S,

pemborosan (muda), serta standarisasi yang dapat diterapkan perusahaan di lantai

pabrik. Dari hasil diperoleh pada histogram yang diperoleh dari check sheet, pareto

diagram terlihat kerusakan yang terjadi di bagian pengolahan kerusakan terbesar

adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi (33,79%), dan diikuti

dengan kadar air yang tinggi (33,49%) dan kadar kotoran yang tinggi (32,72%). Dari

hasil penelitian yang telah dilakukan didapati kerusakan yang paling besar adalah

adanya kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dilihat bahwa persentase

produk cacat yang dihasilkan melebihi batas yang ditentukan perusahaan yaitu

1%, sehingga perlu diketahui penyebab utama produk cacat dan tindakan apa yang

perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk.

1.3. Tujuan Penelitian

5
Lubis, R. P., Poerwanto, I., & Kes, A. M. (2013). Usulan Perbaikan Kualitas Produk Cpo dengan
Menggunakan Konsep Kaizen di PT Xyz. Jurnal Teknik Industri USU, 2(1), 219300.

Universitas Sumatera Utara


I-4

Tujuan umum dari penelitian adalah mengidentifikasi penyebab kecacatan

serta memberikan usulan perbaikan kualitas produk dengan menerapkan metode

Seven Tools dan Kaizen.

Tujuan Khusus dari Penelitian adalah :

1. Menetapkan kecacatan yang krusial dengan diagram pareto.

2. Mengidentifikasi penyebab kecacatan produk dengan metode Seven Tools.

3. Merekomendasi usulan perbaikan dalam mengurangi produk cacat dengan

metode Kaizen.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan tercapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Memberikan pengalaman dalam menerapkan teori yang telah di dapatkan selama

proses belajar mengajar ke dalam lingkungan industri secara langsung.

2. Manfaat bagi perusahaan

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi perusahaan mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas produk, penyebab yang menimbulkan

penurunan kualitas produk, serta masukan untuk melakukan tindakan

perbaikan kualitas dari hasil penelitian yang diperoleh.

3. Manfaat bagi Departemen Teknik Industri USU

Memberikan tambahan referensi tentang penelitian selanjutnya mengenai

pengendalian kualitas dan mempererat hubungan antara departemen Teknik

Industri dengan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


I-5

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan dalam penelitian adalah:

1. Penelitian dilakukan untuk produk Tiang Listrik Beton Pra-Tegang

2. Data yang digunakan adalah data produksi dan produk cacat dari November

2018 hingga September 2019.

3. Pada penelitian tidak dibahas aspek biaya.

4. Hasil dari penelitian hanya sebatas usulan perbaikan kualitas.

1. Proses produksi berjalan dengan normal sesuai SOP perusahaan tanpa ada

kegiatan yang menghambat penelitiaan pada perusahaan.

2. Operator bekerja normal dengan minimal pengalaman 1 tahun.

3. Fasilitas perusahaan yang digunakan selama proses produksi dalam keadaan

baik dan tidak mengalami kerusakan.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam Bab

I hingga Bab VII.

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang

mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat

penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika

penulisan laporan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


I-6

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan sejarah singkat dari PT

Sumbetri Megah, struktur organisasi perusahaan, tugas dan tanggung

jawab,tenaga kerja, lokasi perusahaan, daerah pemasaran, proses produksi.

Bab III Landasan Teori, membahas tinjauan pustaka yang berisi teori-teori

pendukung yang digunakan dalam menganalisis permasalahan penelitian. Teori-

teori yang digunakan meliputi teori buku, jurnal penelitian dan draft tugas sarjana

mahasiswa yang pernah mengangkat permasalahan yang sama.

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan langkah-langkah yang

dilakukan dalam penelitian seperti penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian,

objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual penelitian, blok diagram

prosedur penelitian, pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis

pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, diuraikan data-data yang

dikumpulkan peneliti yang berhubungan dengan pemecahan permasalahan

penelitian, baik data primer maupun data sekunder, serta bagaimana data-data

tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang menjadi dasar pemecahan

permasalahan tersebut.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, diuraikan analisis terhadap hasil dari

pengolahan data dan hasil pemecahan masalah dalam penelitian.

Bab VII Kesimpulan dan Saran, diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari

pemecahan masalah, serta saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan

pengembangan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan PT. Sumbetri Megah berdiri dengan nama awal PT. Sumatera

Beton Industri, yang disahkan berdasarkan akte notaris MU. Sembiring No. 25

Tanggal 13 Januari 1983, lalu berdasarkan akte notaris MU. Sembiring N0. 28

Tanggal 20 Mei 1983 nama perusahaan berganti menjadi PT. Sumbetri Megah.

PT. Sumbetri Megah dibeli oleh pemegang saham baru yaitu PLN (Perusahaan

Listrik Negara) berdasarkan akte Tanggal 9, 10, 11, 12 April 1995 dihadapan

Notaris Munir Nasution. Perusahaan ini juga tercatat sebagai anggota APTI

(Asosiasi Produsen Tiang Beton Indonesia) dan dalam proses produksinya

mengikuti Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971.

PT. Sumbetri Megah merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha

pembuatan tiang listrik beton pra-tegang. Pada awalnya, perusahaan ini bernama

Elektrika Timber yang bergerak dibidang pengawetan tiang listrik yang terbuat

dari kayu (wood pole). Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan

teknologi, maka tiang listrik kayu diganti dengan tiang listrik beton. Hal ini

didukung pula oleh adanya rencana pemerintah dalam melestarikan alam dan

lingkungan hidup sehingga usaha pengawetan wood pole diganti dengan usaha

pembuatan tiang listrik beton.

Uji coba produksi dilakukan pada tahun 1986, dan penjualan tiang beton

II-1
Universitas Sumatera Utara
II-2

baru terwujud pada bulan april 1987. Sampai saat ini perusahaan telah

memproduksi enam jenis tiang listrik yang dibagi berdasarkan ukuran panjang

tiang diantaranya adalah tiang 7 m, 9 m, 11 m, 12 m, 13 m, dan 14 m. Keenam

jenis tiang listrik ini dapat dibagi lagi berdasarkan ukuran diamater tiang, beban

rencana dan pemakaian kawat tembaga.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Sampai pada tahun 2010 PT. Sumbetri Megah telah memproduksi tiang

listrik beton dengan ukuran 7 m, 9 m, 11 m, 12 m, 13 m, dan 14 m. Dari semua

jenis tiang ini yang memiliki permintaan terbesar adalah tiang dengan ukuran 7 m,

9 m, 11 m, dan 12 m. Penjualan keempat jenis tiang ini meningkat karena banyak

digunakan sebagai tiang listrik jalan raya dan perumahan, sedangkan tiang tipe 14

m umumnya digunakan didaerah berlembah dan perbukitan.

Berdasarkan pemakaian kawat tembaganya, tiang listrik beton ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Tiang listrik tanpa menggunakan kawat tembaga

2. Tiang listrik yang menggunakan kawat tembaga

Tiang listrik beton menggunakan kawat tembaga sebagai grounding (E)

atau pentanahan. Jumlah produksi tiang ini sekitar 10% dari keseluruhan produksi

tiang. Tembaga dalam tiang berfungsi untuk menangkal petir dengan cara

mengalirkan elektron-elektron dari awan melalui kawat tembaga dan kemudian

meredamnya ke tanah.

Universitas Sumatera Utara


II-3

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Sumbetri Megah berlokasi di Jalan Medan-Banda Aceh Km. 91

Besitang, Kabupaten Langkat Sumatera Utara dengan luas 50.015 m2. Dan lokasi

kantor pusat berada di Jl. Bakti Luhur No.208, Dwi Kora, Kec. Medan Helvetia,

Kota Medan, Sumatera Utara 20123.

2.4. Daerah Pemasaran

Produk tiang listrik PT. Sumbetri Megah telah didistribusikan secara luas.

Daerah yang sudah menjadi langganan pemesanan tiang ini meliputi: Medan,

Padang, Aceh, Riau, Palembang, dan Jambi. Selain itu tiang ini juga akan dijual

keluar pulau sumatera seperti jawa, kalimantan, sulawesi dan irian jaya jika

pemesanan dari pihak luar ada yang membutuhkannya. Tiang yang dijual ke

berbagai daerah ini digunakan sebagai tiang listrik jalan raya, tiang lampu jalan,

tiang transformator, tiang tambak ikan dan tiang telepon.

2.5. Organisasi dan Manajemen

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan

kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk

pencapaian suatu tujuan tertentu. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT.

Sumbetri Megah adalah struktur organisasi lini. Struktur organisasi PT. Sumbetri

Megah dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


II-4

Dewan Komisaris

Direktur

Wakil Direktur

Manager
Keuangan
Manager Teknik Manager Pabrik
dan Administrasi

KB Keu ang an KB Ad min istrasi

KB pengawasan KB Seksi Evaluasi


KBS up erv iso r

KB Teknik dan
Pengembangan dan Laporan KB Produksi KB Pemeliharaan KB Quality Control KB Tata Usaha dan Akuntansi dan SDM Pemasaran

Ka Administrasi
Ka Shift 1 Ka Keuangan Umum

Ka Shift 2 Ka Akuntasi Ka SDM

Ka Regu Perangkaian

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Sumbetri Megah

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
II-5

2.5.2. Pembagian Tugas dan Wewenang

Adapun uraian tugas dan wewenang dari masing-masing bagian adalah

sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris

Tugas :

a. Mengawasi kebijaksanaan direktur dalam melaksanakan tugasnya serta

memberikan nasihat kepada direktur.

b. Meminta pertanggungjawaban direktur tentang keadaan perusahaan.

Wewenang :

a. Dewan komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara

waktu seorang atau lebih anggota direksi berdasarkan keputusan yang

disetujui oleh lebih dari ½ jumlah anggota komisaris jikalau mereka

bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan.

2. Direktur

a. Memimpin dan menentukan kebijakan opersional sehari-hari di dalam

perusahaan.

b. Menyusun kebijakan umum serta membina hubungan kerjasama secara

formal dan informal dengan seluruh pihak intern dan ekstern perusahaan.

c. Meminpin rapat kerja manajemen serta memberikan saran-saran evaluasi

atas hasil kerja manajemen.

Universitas Sumatera Utara


II-6

Wewenang :

a. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat demi kepentingan dan

kelangsungan jalannya perusahaan.

b. Mengembangkan mutu dan konsep perbaikan secara kontinu dan

pengembagan mutu pekerja.

3. Wakil Direktur

a. Membantu direktur dalam menjalankan organisasi perusahaan.

b. Membantu direktur dalam mengambil keputusan suatu perusahaan.

Wewenang :

a. Bertanggung jawab terhadap masalah perusahaan ke dalam dan keluar jika

direktur berhalangan.

4. Manager Pabrik

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja di pabrik, untuk mencapai

sasaran produksi yang telah ditetapkan perusahaan.

b. Mengawasi kontrak kerja di lapangan.

c. Membuat laporan bulanan tentang perkembangan kemajuan di pabrik

meliputi persediaan bahan baku, bahan penolong, barang jadi, produk

rusak dan kerusakan mesin.

d. Bertanggung jawab atas keamanan pabrik yang berada dibawah

pengelolaannya.

e. Bertanggung jawab pada direktur bila terjadi kecelakaan di pabrik.

Universitas Sumatera Utara


II-7

Wewenang :

a. Meminta pertanggung jawaban laporan dari staf bagian produksi.

5. Manager Teknik

a. Membuat rencana kerja jangka menengah dan jangka pendek untuk

pemeliharan dan pengoperasian mesin dan peralatan.

b. Bertanggung jawab dalam pengembangan detail desain tiang beton listrik

dan kemungkinan perbaikan dalam proses produksi.

c. Melakukan penelitian terhadap metode produksi atau peralatan yang

digunakan dan menghasilkan perbaikan untuk pencapaian kualitas dan

pengurangan biaya.

Wewenang :

a. Berhak dalam pengawasan penggunaan teknologi baru.

b. Berhak melakukan perbaikan berkala kepada mesin produksi.

6. Manager Keuangan dan Administrasi

Tugas :

a. Mengawasi kelancaran keuangan dan administrasi di kantor direksi dan

pabrik.

b. Bertanggung jawab dalam penggajian kepada karyawan kantor dan

karyawan pabrik.

Wewenang :

a. Berhak mempertanggungjawabkan hasil laporan keuangan yang dibuatnya.

Universitas Sumatera Utara


II-8

7. Kepala Bagian Keuangan dan Akuntansi

Tugas :

a. Mencatat semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan.

b. Mengelola secara tertib kas dan bank, baik berupa jaminan bank dan

masalah pajak.

c. Menyusun anggaran biaya dan kas untuk keperluan seluruh kegiatan

perusahaan.

d. Mencatat nilai persediaan, baik untuk bahan baku, bahan penolong, dan

barang jadi.

a. Mengawasi jalannya pelaksanaan kontrak dan pembayaran sesuai dengan

persyaratan yang telah ditetapkan, baik terhadap konsumen maupun

supplier.

8. Kepala Bagian administrasi dan SDM

a. Melakukan pembinaan kepada karyawan lama dan penerimaan karyawan

baru bila terjadi kekosongan.

b. Merencanakan pembagian tugas kepada para karyawan.

c. Memiliki hak untuk mengangkat karyawan baru.

9. Kepala Bagian Supervisor Pemasaran.

Tugas :

Universitas Sumatera Utara


II-9

a. Mengurus penjualan tiang listrik kepada PLN, swasta maupun industri lain

yang membutuhkan.

b. Mengurus kontrak penjualan tiang listrik dan mengawasi pelaksanaanya di

lapangan.

a. Berhak menentukan harga penjualan tiang kepada pihak swasta yang

membutuhkan.

b.

10. Kepala Bagian Produksi


a. Mengawasi proses pembuatan tiang listrik pada tiap-tiap bagian proses.

b. Melaporkan kerusakan-kerusakan atau masalah-masalah dalam proses

produksi kepada manager pabrik.

Wewenang :

a. Memberikan penyuluhan kepada pekerja pabrik yang ada di lantai

produksi.

11. Kepala Bagian Teknik dan Pengembangan

Tugas :

a. Mengawasi berlangsungnya kegiatan perbaikan komponen di bengkel trafo

dan kamar tera.

a. Mempunyai kebijakan untuk menggantikan kerusakan komponen di kamar

tera dan bengkel trafo.

Universitas Sumatera Utara


II-10

12. Kepala Bagian Pengawasan

Tugas :

a. Mengawasi serta menjaga kestabilan persediaan barang di unit perbaikan

trafo dan tera.

a. Berhak untuk membeli komponen dari trafo dan tera.

13. Kepala Bagian Seksi Evaluasi dan Laporan

a. Mencatat jenis komponen yang rusak pada bengkel trafo dan kamar tera.

Wewenang :

a. Memberitahukan jenis komponen pengganti kerusakan dari trafo dan tera.

14. Kepala Shift

a. Mengatur tenaga kerja di unit produksi.

Wewenang :

a. Berhak memberhentikan dan mengganti pekerja di unit produksi.

15 .Kepala Keuangan

Tugas :

a. Mencatat semua keuangan yang ada di perusahaan.

Wewenang :

a. Memberikan pernyataan mengenai keuangan perusahaan disaat perusahaan

tutup buku.

b.

Universitas Sumatera Utara


II-11

16. Kepala Akuntansi

Tugas :

a. Mencatat semua kegiatan yang ada diperusahaan.

Wewenang :

a. Memberikan pernyataan mengenai kegiatan yang sudah terjadi di

perusahaan disaat perusahaan tutup buku.

17. Kepala ADM Umum

Tugas :

a. Mencatat semua surat-surat yang masuk dan yang keluar dari perusahaan.

Wewenang :

a. Berhak memberikan persetujuan untuk kepentingan surat dan surat yang

keluar dari perusahaan.

18. Kepala SDM

a. Mencatat semua profil semua karyawan perusahaan

Wewenang :

a. Berhak menilai prestasi kerja karyawan perusahaan.

2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja

Rekapitulasi tenaga kerja PT. Sumbetri Megah dapat dilihat pada tabel

2.1.

Universitas Sumatera Utara


II-12

2.6.2. Jam Kerja

Jam kerja yang sudah ditetapkan oleh PT. Sumbetri Megah sebagai berikut:

a. Jam Kerja Kantor

Jam kerja ini berlaku untuk karyawan yang berada di kantor pabrik. Ada tiga

pembagian jam kerja, dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja Kantor

Jadwal Keterangan
Pukul 08.00 – 12.00 Kerja
Pukul 12.00 – 13.00 Istirahat
Pukul 13.00 – 17.00 Kerja

b. Jam Kerja Shift

Jam kerja shift berlaku untuk karyawan pada lantai produksi. Pembagian

shif kerja ada dua dan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jam Kerja Shift

Shift 1 Shift 2 Keterangan


Pukul 08.00 – 11.00 Pukul 16.00 – 20.00 Kerja
Pukul 11.00 – 13.00 Pukul 20.00 – 21.00 Istirahat
Pukul 13.00 – 16.00 Pukul 21.00 – 24.00 Kerja

2.7. Proses Produksi

Proses yang diterapkan PT. Sumbetri Megah sudah menggunakan teknologi

semi otomatis dimana menggunakan alat bantu seperti crane. Hal ini membantu

proses produksi lebih cepat dan hasil yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


II-13

2.7.1. Standar Mutu Bahan/ Produk

PT. Sumbetri Megah telah melakukan standarisasi produk yang produksi.

Oleh karena itu, perusahaan selalu melakukan pengujian produk yang akan di

pasarkan. Bentuk pengujian yang dilakukan ada 4, yaitu :

1. Hammer Test

Hammer Test adalah proses pengujian kekerasan tiang.

2. Promp Test (Tes Kubus)

Tes kubus digunakan untuk mengukur kekerasan beton.

3. Slump Test

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah adukan concrete sudah

sesuai dengan standar yang ditetapkan.

4. Proof Test

Proof test adalah tes untuk menguji kelenturan tiang.

2.7.2. Bahan yang Digunakan

Berikut dijelaskan bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi

perusahaan :

2.7.2.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi

dengan presentasi terbesar dari semua bahan. Bahan baku yang digunakan antara

lain :

Universitas Sumatera Utara


II-14

1. Semen

Semen yang digunakan adalah semen merk semen padang tipe 1 yang

merupakan semen Portland yang standarnya telah di tetapkan perusahaan.

2. Pasir

Pasir yang digunakan disesuaikan dengan Peraturan Beton Bertulang

Indonesia (PBI), yaitu pasir yang kasar dengan gradasi baik, tertahan

ayakan 30 mesh sebanyak 2%, ayakan 40 mesh minimum 2,5%., kandungan

tanah maksimum 5%.

3. Batu Pecah

Batu pecah yang digunakan berdiameter 5-12 mm. Batu split yang baik

adalah batu yang tidak pipih, mempunyai permukaan pecah pada seluruh

bidangnya. Kandungan tanah pada batu maksimum 1%. Umumnya batu

pecah digunakan 75% dalam kandungan concrete beton, sehingga

penyeleksian batu sangat diperhatikan oleh pihak pabrik.

4. Air

Air yang digunakan dalam proses produksi berasal dari sumur bor. Sebelum

digunakan, air akan diperiksa dahulu kesadahan dan keasamannya.

5. Rangka

Rangka diperoleh dari proses perakitan PC Wire, cincin rangka, dan

Spiral Wire.

2.7.2.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan didalam proses produksi

Universitas Sumatera Utara


II-15

untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak menjadi bagian dari produk

akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah mal huruf dan cat pilox. Mal huruf

dan cat pilox digunakan untuk pembuatan merk, logo, kode dan tanggal produksi

tiang.

2.7.2.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan dalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan

berfungsi untuk meningkatkan nilai produk. Berikut bahan tambahan yang

digunakan

1. Minyak Solar

Minyak solar ini digunakan sebagai pencuci baut cetakan mal.

2. Minyak Gemuk

Minyak gemuk digunakan untuk mengolesi baut press.

3. Minyak Trafo

Minyak trafo ini digunakan untuk mengolesi mal agar concreate (bahan

adukan) tidak melekat pada mal saat proses pembongkaran dilakukan.

4. Tembaga

Tembaga ini berfungsi untuk menetralkan elektron-elektron bila petir

menyambar.

5. Kuningan

Kuningan ini digunakan untuk mengikat tembaga pada tiang listrik beton.

2.7.3. Uraian Proses Produksi

Berikut uraian proses produksi tiang listrik beton pra tegang tipe 12-19-350.

Universitas Sumatera Utara


II-16

Proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Semen Pasir Batu Pecah Air

Mixing Plant PC. Wire 7 m/m Kawat Paku Kawat

Dipotong buat spiral &


Dipotong dan dibuat ulir Dipotong untuk pengikat
ring

Perangkaian

Penyetelan Mal

Pengecoran

Tutup dan Kunci Mal

Stressing

Spinning

Steaming

Pembukaan Mal

Pengecatan Identitas
Tiang

Penyimpanan & (Air


curing)

Stock Tiang

Gambar 2.3. Blok Diagram Produksi Tiang Listrik

1. Proses Perangkaian

a. Pemotongan PC Wire yang telah diuji tegangannya, dibawa ke tempat

pemotongan sesuai dengan tipe tiang yang diinginkan. PC Wire yang

telah di potong diberi ulir pada kedua ujungnya.

b. Kawat paku dibentuk menjadi spiral dengan jumlah lilitan yang

Universitas Sumatera Utara


II-17

disesuaikan dengan panjang tiang.

c. Kawat beton dipotong sepanjang 10-12 cm dengan menggunakan mesin

gerinda. Kemudian dibentuk U dan berfungsi untuk mengikat spiral dan

ring pada PC Wire.

d. PC Wire yang telah diulir dimasukkan ke meja perangkaian dan diikat

dengan baut.

2. Proses Pengecoran

Bahan-bahan seperti semen, pasir, batu pecah dan air dimasukkan ke dalam

mixer. Campuran bahan ini disebut concrete.

3. Penutupan Mal

Setelah mal diisi dengan concrete maka dilakukan penutupan dengan

menggunakan baut dan mur disepanjang cetakan mal. Setelah itu cetakan

mal dibawa menggunakan hoist crane menuju proses stressing.

4. Proses Stressing

Penegangan ini lebih mudah dilakukan, karena kedua ujung PC Wire telah

terlebih dahulu diberi ulir. Bagian ujung mal diberi Pen, yang berfungsi

untuk membuat lubang pada ujung tiang, kekuatan stressing ini diberikan

tergantung dari tipe tiang yang dibuat.

5. Proses Spinning

Spinning adalah proses pemutaran cetakan mal yang bertujuan untuk

memadatkan concrete dalam mal dengan menggunakan gaya sentrifugal

yang ditumbalkan oleh mesin spinning. Proses ini dilakukan dalam 3 tahap

yaitu : Tahap I 300 rpm selama 3 menit, Tahap II 600 rpm, dan Tahap III

Universitas Sumatera Utara


II-18

1000 rpm selama 10 menit.

6. Proses Steaming

Steaming adalah tahapan proses dengan menggunakan uap panas untuk

mempercepat proses pengeringan pada tiang beton. Pengeringan


0 2.
berlangsung selama 3-4 jam dengan suhu 30-80 C dan tekanan 10 kg/cm

Uap panas dimasukkan ke dalam mal melalui pipa-pipa yang berisi uap dari

boiler. Setelah selesai, mal dibiarkan dingin selama 30-60 menit.

7. Proses Pembukaan Mal

Setelah cetakan mal sampai di lokasi pembongkaran maka cetakan dibuka

dengan melepas penutup dikedua ujungnya.

8. Proses Pengecatan Identitas Tiang

Setelah tiang dingin maka diberi identitas, seperti jenis tiang, tanggal

pembuatan, unit pembuatan tiang dan kekuatan tiang dengan menggunakan

mal huruf dan cat pilox.

9. Proses Penyimpanan dan Air Curing

Setelah diberi identitas tiang disimpan untuk dilakukan perendaman selama

satu hari yang berfungsi untuk proses penyempurnaan pengerasan tiang.

10. Tahap Akhir

Setelah waktu yang ditentukan di penyimpanan tercapai, maka tiang beton

diangkut dengan crane ke truk pengangkut tiang. Tiang-tiang ini diangkut

menuju tampat penyimpanan stok jadi yang berada di lapangan terbuka

(sotck yard). Di sini beton diberi penutup yang terbuat dari campuran

semen, pasir dan air sehingga tiang yang awalnya berlubang atasnya

Universitas Sumatera Utara


II-19

menjadi tertutup. Proses pengeringan membutuhkan waktu 21 hari hingga

akhirnya dapat diangkut ke lokasi pemasaran.

2.8. Mesin dan Peralatan

PT. Sumbetri Megah menggunakan mesin dan peralatan dalam kegiatan

proses produksinya.

Mesin yang digunakan dalam proses produksi, yaitu:

1. Mixer

Mixer digunakan untuk mencampur pasir, batu split, semen dan air.

2. Water Dose System

Berfungsi untuk mengukur volume air yang akan digunakan.

3. Spinning Machine

Untuk memutar cetakan dengan menggunakan gaya sentrifugal yang

bertujuan untuk memadatkan adonan beton di dalam cetakan.

4. Boiler

Berfungsi untuk menghasilkan uap panas untuk membantu pengeringan

beton.

5. Mesin Penegang PC Wire

Berfungsi untuk menegangkan PC Wire.

6. Treading Machine

Untuk membuat ulir pada ujung PC Wire.

7. Spiral Machine

Berfungsi untuk membuat spiral dari kawat paku.

Universitas Sumatera Utara


II-20

8. Hoist Crane

Alat transportasi untuk memindahkan concrete tiang listrik beton pra

tegang yang masih berada di dalam mal.

9. Mesin Pengunci

Untuk mengunci PC Wire pada saat penegangan.

10. Mesin Pemotong PC Wire

Berfungsi untuk memotong PC Wire sesuai dengan ukuran tiang.

11. Gerinda

Gerinda berfungsi untuk menghaluskan permukaan tiang.

12. Las

1. Forklift

Forklift digunakan untuk mengangkut material dari gudang bahan

baku dan gudang bahan tambahan menuju lokasi pabrik. Adapun yang

diangkut meliputi pasir, semen dan batu split.

2. Scrap

Digunakan untuk meratakan adukan pada saat adukan baru dituang ke

dalam rangkaian tulang.

3. Kain

Kain digunakan untuk membersihkan cetakan mal dari debu

yang dihasilkan oleh tiang yang sudah jadi.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Defenisi Kualitas


1
Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu

produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas

desain merupakan fungsi spesifikasi produk sedangkan kualitas kesesuaian adalah

suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi

kualitas yang telah ditetapkan.

Menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2004) defenisi kualitas

adalah sebagai berikut:

1. Standar kinerja yang diharapkan pelanggan

2. Pertama kali dan setiap kali memenuhi kebutuhan pelanggan

3. Menyediakan produk dan layanan secara konsisten untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan

4. Melakukan hal yang benar, tim yang benar, selalu berusaha untuk perbaikan,

merupakan cara sukses untuk mengatur manusia dan mesin

5. Arti keunggulan

6. Pantang menyerah dan terus berusaha oleh semua anggota organisasi untuk

dapat memahami, memenuhi kebutuhan pelanggan

7. Produk terbaik yang dapat dihasilkan dengan bahan-bahan yang digunakan

1
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana 2004. Total Quality Management. (Yogyakarta, Andi) H.24

III-1
Universitas Sumatera Utara
III-2

8. Konsisten pada produk bagus yang dapat dipercayai pelanggan

9. Tidak hanya memuaskan pelanggan tapi juga menyenangkan pelanggan,

berinovasi dan menciptakan karya.


2
Kualitas adalah didasari dengan penglihatan kasat mata para pelanggan.

(Grant, 1996). Pernyataan ini sama seperti penawaran yang sering dilakukan

dalam menjawab pertanyaan dengan sembrono. Namun, mereka lebih sering

membuat sebuah tawaran melalui pengertian arti dari kualitas yang sebenarnya

daripada menanggapi pernyataan dari orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari,

cara mengidentifikasi kualitas adalah murni dari kata-kata orang saja. Ini didasari

oleh persepsi individu-individu atau sekelompok orang dalam membuat sebuah

ketentuan.

3
3.2. Dimensi Kualitas

Ada delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka

perencanaan strategi dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-

dimensi tersebut adalah:

1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) yaitu karateristik sekunder

atau pelengkap.

3. Kehandalan (reliability) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan

atau gagal pakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification).


2
Douglas C.Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control, Sixth Edition(USA:
John Wiley & Sons, Inc, 2009). H. 4.
3
Dale H.Basterfield, Quality Control, Fifth Edition (New Jersey:Prentice Hall,Inc.,1998). H. 2.

Universitas Sumatera Utara


III-3

5. Daya tahan (durability) berkatan dengan berapa lama produk tersebut dapat

terus digunakan.

6. Serviceability meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu citra dan reputasi.

Dimensi tersebut bersifat independen, oleh karena itu sebuah produk bisa

memiliki kualitas yang sangat baik pada satu dimensi namun tidak pada dimensi

lainnya.

3.3. Pengendalian Kualitas


4
Pengendalian kualitas adalah suatu pendekatan yang sistematik bahwa

produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan. Hal ini juga

merupakan sistem pengoperasian sebagai tanggapan korektif untuk memproduksi

barang dan jasa secara ekonomis dan memenuhi kebutuhan pelanggan.

Pengendalian kualitas terdiri atas pengembangan, perancangan, produksi,

pemasaran dan pelayanan produk dan jasa.

5
3.4. Seven Tools

Seven tools dapat digunakan untuk memperbaiki sebuah proses. Proses

penyelesaian masalah dan perbaikan kualitas dengan menggunakan seven tools

dapat membuat proses penyelesaian masalah menjadi lebih cepat dan sistematis.

4
Amin Widjaja Tunggal. 2013. Pengantar Manajemen Mutu. Jakarta:Harvarindo. H. 332-333
5
Duncan Neuhaesar. Personal Continous Quality Improvement, Sevent Edition (California,). H.8

Universitas Sumatera Utara


III-4

Seven tools dapat digunakan dengan profesional untuk memudahkan proses

perbaikan kualitas.

3.4.1. Check Sheets


6
Pada awal proses perbaikan, perlu dilakukan pengumpulan data

operasi tentang proses yang sedang diselidiki. Sebuah check sheet dapat sangat

berguna dalam aktivitas pengumpulan data. Saat mendesain sebuah check sheet

menentukan tipe data yang akan dikumpulkan adalah hal yang penting. Bagian

atau jumlah operasi, tanggal, penganalisa dan informasi yang berguna untuk

mendiagnosa penyebab performa yang buruk. (Montgomery, 2009)


7
Ada beberapa jenis check sheet yang dikenal dan umum dipergunakan untuk

keperluan pengumpulan data, yaitu:

a. Production process distribution check sheet

Check sheet ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari

proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan

klasifikasi yang telah ditetapkan dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga

akhirnya secara langsung akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi.

b. Defective check sheet

Untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses

kerja maka terlebih dahulu harus mampu diidentifikasikan jenis kesalahan

yang ada dan persentasenya. Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari

6
Douglas C Montgomery. Op.cit, H.199
7
Rosnani Ginting, 2007, Sistem Produksi, Yogyakarta :Graha Ilmu. H.307

Universitas Sumatera Utara


III-5

faktor-faktor penyebab yang berbeda sehingga tindakan korektif yang tepat

harus diambil sesuai dengan jenis kesalahan dan penyebabnya tersebut.

Gambar 3.1. Check Sheet


8
3.4.2. Histogram

Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data

sehingga dapat dianalisa dan diketahui distribusinya. Dari histogram ini dapat

terlihat gambaran penyebaran data apakah data tersebut telah sesuai dengan yang

diharapkan atau tidak. Selain itu, histogram dikenal juga sebagai grafik distribusi

frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu

dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai

standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Melalui gambar

Histogram yang ditampilkan, akan dapat diprediksi hal-hal sebagai berikut:

a. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi

berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten,

artinya seluruh faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan.

8
Ibid, H.309

Universitas Sumatera Utara


III-6

b. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi adalah

ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga

berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas.

c. Bila sebaran data melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan

bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu.

Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada di dalam batas-batas

spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu yang

ditetapkan.

Langkah-langkah pembuatan histogram adalah sebagai berikut:

a. Kumpulkan paling sedikit 30 data.

b. Tentukan kelas yang akan dibuat.

c. Masukkan dan susun data tadi ke dalam tabel frekuensi untuk mengetahui

frekuensi setiap kelas.

d. Gambarkan histogram berdasarkan tabel frekuensi dengan sumbu vertikal

sebagai jumlah frekuensi dan sumbu horizontal sebagai ukuran kelas.

Sumber: Rosnani Ginting (2007:314) Sistem Produksi.

Gambar 3.2. Histogram

Universitas Sumatera Utara


III-7

9
3.4.3. Diagram Pareto

Alfredo Pareto (1843-1923) melakukan penelitian secara intensif

memgenai distribusi di Eropa. Pareto melakukan pengamatan terhadap pendapatan

di Italia, dan menyimpulkan bahwa 80% besarnya pendapatan di Italia, hanya

diterima oleh 20% penduduk. Berawal dari sini, dia melakukan survei yang sama

di beberapa negara dan menemukan hal yang sama juga bahwa 80% pendapatan

diterima oleh 20% penduduk. Informasi penelitian distribusi yang tidak seimbang

ini menjadi sebuah bagian integral dari teori ekonomi. Dr. Joseph Juran

mengenalkan konsep ini secara universal yang dapat diaplikasikan dalam banyak

bidang dan menyarankan untuk memberi nama hukum 80/20 sebagai diagram

Pareto.

Pareto Diagram adalah grafik tingkatan klasifikasi data yang diurutkan

dari kiri ke kanan. Kadang-kadang pareto diagram mempunyai garis kumulatif.

yang direpresentasikan kepada jumlah data yang disatukan bersama dari kiri ke

kanan, dari yang paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah kanan.

Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas

kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Dengan bantuan

Pareto Diagram tersebut kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian

pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian

daripada meninjau berbagai sebab suatu waktu. Langkah-langkah membuat

diagram pareto adalah sebagai berikut:

9
Dale H Besterfield. Quality Control, Fifth Edition (USA, Prentice Hall.Inc). H.15

Universitas Sumatera Utara


III-8

1. Tentukan metode pengklasifikasian data : menggunakan masalah, penyebab,

tipe nonconformite dan seterusnya

2. Putuskan jika frekuensi (yang terbaik) atau frekuensi harus digunakan sebagai

tingkatan frekuensi

3. Kumpulkan data interval waktu yang tepat

4. Urutkan data atau kategori tingkatan dari yang terbesar hingga yang terkecil

5. Hitung persentasi kumulatif

6. Buat diagram dan temukan hal-hal yang penting

Sumber: Rosnani Ginting (2007:306) Sistem Produksi.

Gambar 3.3. Pareto Chart

10
3.4.4. Stratifikasi

Stratification merupakan usaha pengelompokkan data ke dalam

kelompok-kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Stratification

ini juga dapat dikelompokkan ke dalam teknik pengelompokan data ke dalam

kategori-kategori tertentu, agar data dapat menggambarkan permasalahan

secara jelas sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat lebih mudah diambil.

10
Rosnani Ginting. Op.cit, H.305

Universitas Sumatera Utara


III-9

Kategori-kategori yang dibentuk meliputi data relatif terhadap lingkungan,

sumber daya yang terlibat, mesin yang digunakan dalam proses, bahan baku,

dan lain-lain.

Kegunaan stratification adalah:

a. Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah.

b.Membantu pembuatan Scatter Diagram.

c. Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi.

Kriteria stratification yang efektif adalah:

a. Jenis Kerusakan

b. Sebab Kerusakan

c. Lokasi Kerusakan

d. Material

e. Produk

f. Tanggal Pembuatan

g. Kelompok Kerja

h. Operator Perorangan

i. Supplier Bahan

j. Supplier Suku Cadang

Gambar 3.4. Stratifikasi Jumlah Cacat Produk

Universitas Sumatera Utara


III-10

11
3.4.5. Scatter Diagram

Scatter Diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan

hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel. Walaupun terdapat

hubungan namun tidak berarti bahwa suatu variabel menyebabkan timbulnya

variabel yang lain. Scatter Diagram biasanya menjelaskan adanya hubungan

antara dua variabel dan menunjukkan keeratan hubungan tersebut.

Scatter Diagram juga dapat digunakan untuk mencek apakah suatu

variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Sebagai contoh

hubungan anatar temperatur dengan volume suatu bahan (misalnya gas) adalah

demikian erat sehingga dengan mengukur temperatur dapat memperkirakan

volumenya. Dengan demikian daripada mengukur volume secara langsung, akan

lebih murah dan lebih aman apabila mengukur temperaturnya.

Melalui penggambaran data tersebut dalam scatter diagram, akan dapat

dilakukan analisa lebih lanjut, sejauhmana antara faktor x dan y memiliki korelasi,

yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai nilai r (rho), yaitu nilai yang

menunjukkan tingkat keeratan hubungan antar faktor tersebut. Dikatakan kedua

faktor itu berhubungan sangat erat bila nilai rho mendekati angka + 1. Di samping

itu, juga akan dapat disimpulkan kecenderungan arah korelasi tersebut (positif

atau negatif).

Rumus koefisien korelai (r) antara dua variabel adalah sebagai berikut :

11
M.N. Nasution. Manajemen Mutu Terpadu. 2001. (Jakarta, Ghalia Indonesia). h.102

Universitas Sumatera Utara


III-11

Rentang nilai koefisien korelasi r dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rentang Nilai Koefisien Korelasi r


Koefisien Deskripsi
0,7 atau lebih tinggi Hubungan sangat kuat
0,5-0,69 Hubungan kuat
0,3-0,49 Hubungan sedang
0,10-0,29 Hubungan lemah
0,00-0,09 Diabaikan

Korelasi memiliki kecenderungan positif bila setiap pertambahan faktor x

menyebabkan pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif bila setiap

pertambahan menyebabkan pengurangan faktor y. Korelasi memiliki

kecenderungan positif bila setiap pertambahan faktor x menyebabkan

pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif bila setiap pertambahan

menyebabkan pengurangan faktor y.

Sumber: Douglas C. Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control

Gambar 3.5. Scatter Diagram

Universitas Sumatera Utara


III-12

12
3.4.6. Peta Kontrol

Control Chart merupakan suatu grafik yang digunakan untuk

menentukan apakah suatu proses maupun kualitas produk berada dalam

keadaan stabil atau tidak dengan kata lain apakah masih dalam keadaan

terkendali (sesuai dengan batas spesifikasi) atau di luar kendali (di luar batas

spesifikasi). Pada dasarnya alat bantu ini adalah berupa rekaman data suatu

proses yang sudah berjalan. Bila data yang terkumpul sebagian besar berada

dalam batas pengendalian, maka dapat disimpulkan bahwa proses berjalan

dalam kondisi stabil. Tetapi sebaliknya, bila sebagian besar data menunjukkan

deviasi di luar batas kendali, maka bisa dikatakan proses berjalan tidak normal,

yang bisa berdampak pada penurunan Mutu produk. Control Chart yang paling

umum digunakan adalah:

a. Control Chart untuk Variabel

Control Chart untuk pengukuran data variabel. Data yang bersifat variabel

diperoleh dari hasil pengukuran dimensi, seperti berat, panjang, tebal, dan

sebagainya. Control Chart untuk variabel ini terdiri dari:

1) Peta Kontrol x

Peta ini menggambarkan variasi harga rata-rata (mean) dari suatu

sampel lot data (data yang diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok)

yang ditarik dari suatu proses kerja. Untuk membuat peta kontrol x

dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

12
Rosnai Ginting, Op.cit H.312

Universitas Sumatera Utara


III-13

Garis tengah = x

Konstan A2 ditabelkan untuk berbagai ukuran sampel dalam tabel.

Rumus revisi peta kontrol x untuk data yang out of control adalah:

Dimana X = nilai rata-rata dari data

Xd = nilai rata-rata yang out of control

g = jumlah sampel

gd = jumlah sampel yang out of control

Contoh Peta Kontrol x dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Peta Kontrol x

Universitas Sumatera Utara


III-14

2) Peta kontrol R

Peta ini menggambarkan variasi dari range sample lot data yang ditarik

dari suatu proses kerja. Untuk membuat peta kontrol R dapat digunakan

rumus-rumus sebagai berikut:

Konstan D3 dan D4 ditabelkan untuk berbagai nilai sampel dalam tabel.

Rumus revisi peta kontrol R untuk data yang out of control adalah:

Dimana : R = Range dari data

Xd = Nilai Range yang out of control

g= Jumlah sampel

gd = Jumlah sampel yang out of control

Contoh Peta Kontrol R dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Universitas Sumatera Utara


III-15

Gambar 3.7. Peta Kontrol R

3) Peta kontrol s

Peta ini menggambarkan variasi standar deviasi dari sampel lot data

yang ditarik dari suatu proses kerja. Untuk membuat peta kontrol s

dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

Konstan B3 dan B4 ditabelkan untuk berbagai nilai sampel pada tabel.

Rumus revisi peta kontrol s untuk data yang out of control adalah:

Dimana : s = Standar deviasi dari data

sd = Nilai standar deviasi yang out of control

g = Jumlah sampel

gd = Jumlah sampel yang out of control

Universitas Sumatera Utara


III-16

Contoh Peta Kontrol s dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Peta Kontrol s

a. Control Chart untuk Atribut

Yaitu Control Chart untuk karakteristik kualitas yang tidak mudah

dinyatakan dalam bentuk numerik. Contohnya inspeksi secara visual seperti

penentuan cacat warna, goresan, berkarat, dan sebagainya. Control Chart untuk

atribut ini terdiri dari:

1) p-Chart

Peta control p digunakan untuk mengamati proporsi produk cacat

dibandingkan dengan keseluruhan produksi. Secara simbolis, dapat

ditulis sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


III-17

Garis Tengah= p

Di mana: p = proporsi produk cacat di dalam sampel atau

subgrup n = jumlah semua sampel atau subgrup

np = jumlah produk cacat di dalam sampel atau subgroup

Contoh Peta Kontrol p dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Sumber: Douglas C. Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control 6th Edition

Gambar 3.9. Peta Kontrol p

2) np-Chart

Peta np hampir sama dengan Peta p, keduanya digunakan untuk

menghitung proporsi produk cacat. Namun, penggunaan kedua peta ini

tidak sama. Peta np lebih mudah digunakan bagi personil operasi

daripada Peta p, karena hasil-hasil inspeksi dimasukkan ke dalam peta

tanpa perhitungan lebih lanjut. Perbedaan lainnya, Peta np hanya dapat

Universitas Sumatera Utara


III-18

digunakan untuk subgrup yang jumlahnya konstan, tidak seperti Peta p

yang dapat digunakan juga untuk jumlah subgrup yang tidak konstan.

3) u-Chart

Secara matematis, Peta u hampir sama dengan Peta p. Namun, peta u

digunakan untuk mengamati kecacatan yang terdapat pada tiap unit

produk. Berbeda dengan Peta c yang hanya dapat digunakan untuk

ukuran subgrup yang konstan, Peta u dapat juga digunakan untuk

ukuran subgrup yang bervariasi.

Contoh Peta Kontrol u dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Sumber: Douglas C. Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control 6th


Edition

Gambar 3.10. Peta Kontrol u

4) c-Chart

Peta kontrol c digunakan untuk mengamati kecacatan yang terdapat

pada total produksi. Sebuah produk cacat mengandung paling sedikit

satu kecacatan. Perlu diperhatikan, bahwa Peta c hanya dapat

Universitas Sumatera Utara


III-19

digunakan untuk menghitung kecacatan apabila jumlah subgroup

subgrupnya konstan. (Ginting Rosnani, 2007)

Contoh Peta Kontrol c dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Sumber: Douglas C. Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control 6th


Edition

Gambar 3.11. Peta Kontrol c

13
3.4.7. Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat adalah gambar garis dan simbol yang dirancang

untuk mewakili arti hubungan antara akibat dan sebab. Diagram sebab akibat

dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943 dan dikenal dengan

Diagram Ishikawa.

Diagram sebab akibat biasanya digunakan untuk menginvestigasi salah

satu akibat “buruk” dan melakukan tindakan membenarkan penyebabnya atau

akibat “baik” dan mempelajari hubungan penyebabnya. Untuk setiap akibat,

mungkin ada penyebab yang banyak.

Faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, adalah:

13
M.N. Nasution, Op.Cit, H.110

Universitas Sumatera Utara


III-20

1. Manusia (Man)

2. Metode Kerja (Work method)

3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (Machine/Equipment)

4. Bahan-bahan baku (Raw material)

5. Lingkungan kerja (Work environment)

1. Menganalisis kondisi aktual untuk tujuan suatu produk atau peningkatan

kualitas pelayanan, mengefisiensikan penggunaan sumber daya alam (SDA)

dan sumber daya manusia (SDM), dan pengurangan biaya-biaya yang tidak

perlu.

2. Mengeliminasi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidakseragaman produk

atau pelayanan, dan keluhan pelanggan.

3. Standarisasi dari keberadaan dan usul-usul terhadap operasi.

4. Pendidikan dan pelatihan personel-personel yang ada di dalam pengambilan

keputusan.

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat, yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah utama.

2. Menempatkan masalah utama tersebut di sebelah kanan diagram.

3. Mengidentifikasi penyebab mayor dan meletakkannya pada diagram utama.

4. Mengidentifikasikan penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab

mayor.

5. Diagram sebab akibat telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk

menentukan penyebab sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara


III-21

Sumber: Rosnani Ginting (2007:309) Sistem Produksi.

Gambar 3.12. Cause and Effect Diagram

14
3.5. Kaizen

Dalam bahasa Jepang Kaizen berarti perbaikan berkesinambungan.

Istilah ini mencakup pengertian perbaikan yang melibatkan semua orang baik

manajer dan karyawan dan melibatkan biaya dalam jumlah tak seberapa.

Filsafat kaizen berpandangan bahwa cara hidup kita apakah itu kehidupan kerja

atau kehidupan social maupun kehidupan rumah tangga hendaknya berfokus

pada upaya perbaikan terus menerus. Konsep ini dirasakan begitu alamiah dan

dipahami benar oleh banak orang Jepang, bahkan sampai mereka tak menyadari

bahwa mereka memilikinya.

3.5.1. Konsep Utama Kaizen

Manajemen harus belajar untuk menerapkan konsep dan sistem yang

mendasar tertentu dalam rangka mewujudkan strategi kaizen :

14
Imai, Masaaki. Gemba Kaizen : Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada Manajemen.
Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. 1997.

Universitas Sumatera Utara


III-22

1. Kaizen dan manajemen

2. Proses versus hasil

3. Siklus PDCA / SDCA

4. Mengutamakan kualitas

5. Berbicara dengan data

6. Kepuasan konsumen

3.5.2. Konsep Budaya Kaizen

Manajemen harus belajar untuk menerapkan konsep dan sistem yang

mendasar tertentu dalam rangka mewujudkan strategi kaizen :

1. Kaizen dan Manajemen

Dalam konteks kaizen, manajemen memiliki dua fungsi utama : pemeliharaan

dan perbaikan. Pemeliharaan berkaitan dengan kegiatan untuk memelihara

teknologi, sistem manajerial, standar operasional yang ada, dan menjaga

standar tersebut melalui pelatigan serta disiplin. Di bawah fungsi

pemeliharaan ini, manajemen mengerjakan tugas-tugasnya sehingga semua

orang dapat mematuhi prosedur pengoperasian standar (standard opertional

procedure - SOP). Perbaikan, pada sisi lain, berkaitan dengan kegiatan yang

diarahkan pada peningkatan standar yang ada. Pandangan manajemen Jepang

terhadap manajemen dalam hal ini dapat disimpulkan secara singkat sebagai

Pemeliharaan dan Perbaikan Standar.

Universitas Sumatera Utara


III-23

2. Proses versus Hasil

Kaizen menekankan pola pikir berorientasi proses, karena proses harus

disempurnakan agar hasil dapat meningkat. Kegagalan mencapai hasil

yang direncanakan merupakan cermin dari kegagalan proses. Manajemen

harus menemukan dan mengenali serta memperbaiki kesalahan pada

proses tersebut. Kaizen berfokus pada upaya manusia – suatu orientasi

yang sangat berbeda dengan orientasi hasil yang diterapkan di Barat.

3. Siklus PDCA / SDCA

Langkah pertama dalam kaizen adalah menerapkan siklus PDCA (plan-do-

check-act) sebagai sarana yang menjamin terlaksananya kesinambungan

dari kaizen guna mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan

memperbaiki/meningkatkan standar. Pada Gambar 3.13. dapat dilihat

bahwa, siklus ini merupakan konsep yang terpenting dari proses kaizen.

PERBAIKAN

ACT PLAN

A P

C D

CHECK DO

Gambar 3.13. Siklus PDCA


Sumber : Masaaki Imai (1997:4) Gemba Kaizen,

Siklus PDCA berputar secara berkesinambungan, segera setelah suatu

perbaikan dicapai, keadaan perbaikan tersebut dapat memberikan inspirasi

Universitas Sumatera Utara


III-24

untuk perbaikan selanjutnya. Karena karyawan umumnya lebih suka dengan

kemapanan dan mereka jarang memiliki prakarsa sendiri untuk

meningkatkan keadaan, manajemen harus secara terus-menerus

merumuskan sasaran dan target perbaikan yang memberikan tantangan.

Pada awalnya, setiap proses kerja baru belum cukup stabil. Sebelum kita

mengerjakan siklus PDCA berikutnya, proses tersebut harus distabilkan

melalui siklus SDCA (standardize-do-check-act) seperti pada Gambar 3.14.

PEMELIHARAAN

ACT STANDARDIZE

A S

C D

CHECK DO
Sumber : Masaaki Imai (1997:4) Gemba Kaizen

Gambar 3.14. Siklus SDCA

Setiap kali ketidakwajaran timbul dalam suatu proses, pertanyaan-

pertanyaan berikut hendaknya diajukan sebagai bahan koreksi : Apakah

hal itu terjadi karena kita tidak memiliki standar? Atau apakah hal itu

terjadi karena standar yang tidak cukup rinci atau kurang memadai?

Hanya setelah standar ditetapkan dan dipetuhi serta membawa kestabilan

pada proses, kita dapat beralih ke PDCA berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


III-25

4. Mengutamakan Kualitas

Tujuan utama dari kualitas, biaya, dan penyerahan (QCD) adalah

menempatkan kualitas pada prioritas tertinggi. Tidak jadi soal bagaimana

menariknya harga dan penyerahan yang ditawarkan pada konsumen,

perusahaan tidak akan mampu bersaing jika kualitas produk dan

pelayanannya tidak memadai.

5. Berbicara Dengan Data

Kaizen adalah proses pemecahan masalah. Agar suatu masalah dapat

dipahami secara benar dan dipecahkan, masalah itu harus ditemukan dan

dikenali untuk kemudian data yang relevan dikumpulkan serta ditelaah.

Mencoba menyelesaikan masalah tanpa data adalah pemecahan masalah

berdasarkan selera dan perasaan – seuatu pendekatan yang tidak ilmiah

dan tidak objektif.

6. Konsumen

Kebanyakan orang dalam bekerja selalu berhubungan dengan konsumen

internal. Kenyataan ini hendaknya dipakai sebagai dasar komitmen untuk

tidak pernah meneruskan produk cacat ataupun butiran infrmasi yang

salah kepada proses berikutnya. Bila semua orang di dalam perusahaan

mempraktekkan aksioma ini, konsumen yang sesungguhnya – konsumen

eksternal di pasar – dapat dipastikan akan menerima produk atau jasa

layanan berkualitas tinggi sebagai akibatnya.

Universitas Sumatera Utara


III-26

3.5.3. Prinsip Budaya Kaizen

Prinsip Budaya Kaizen menurut Imai terdiri dari:

1. Orientasi Pelanggan

2. PMT (Pengendalian Mutu Terpadu)

3. Robotik

4. Gugus Kendali Mutu

5. Sistem Saran

6. Otomatisasi atau Fleksibel

7. Disiplin di tempat kerja

8. Pemeliharaan Produktivitas Terpadu

9. Kamban (tepat waktu)

10. Penyempurnaan Mutu

11. Tepat Waktu

12. Tanpa Cacat

13. Aktivitas Kelompok Kecil

14. Hubungan Kooperatif Karyawan-manajemen

15. Pengembangan produk baru

3.5.4. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Dengan Metode Kaizen

Semua orang di dalam perusahaan bekerja sama dalam mematuhi tiga

aturan dasar penerapan kaizen di tempat kerja, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


III-27

1. Penataan

Penataan atau 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) merupakan unsur

esensial bagi manajemen yang baik. Melalui 5R, karyawan mempelajari dan

mempraktekkan disiplin diri. Karyawan tanpa disiplin diri tak mungkin

menghasilkan produk maupun jasa layanan yang berkualitas bagi konsumen.

Lima butir dari pemeliharaan tempat kerja (5R) ini merupakan kegiatan awal

bagi perusahaan bertanggungjawab yang berpotensi mendapatkan status kela

sedunia.

2. Penghapusan Muda (Pemborosan)

Dalam bahasa Jepang, istilah muda berarti pemborosan. Segala

macamkegiatan yang tak memberikan nila tambah adalah pemborosan.

Orang-orang di gemba hanya memiliki dua kemungkinan, apakah ia

memberikan nilai tambah atau tidak menghasilkan nilai tambah, yang berarti

pemborosan. Hal ini juga berlaku bagi sumber daya perusahaan lainnya,

seperti mesin dan material. Misalnya, karyawan sebuah perusahaan

melakukan Sembilan bagian pemborosan untuk satu bagian nilai tambah

nyata. Produktivitas mereka dengan mudah digandakan dengan mengurangi

pemborosan dengan delapan bagian.dan meningkatkan nilai tambah menjadi

dua bagian. Penghapusan pemborosan dapat menjadi cara yang paling hemat-

efektif alam meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasi.

Kaizen lebih menekankan penghapusan pemborosan dari pada menambah

investasi yang diharapkan akan member nilai tambah.

Universitas Sumatera Utara


III-28

3. Standarisasi

Standar dapat dirumuskan sebagai cara terbaik dalam melaksanakan suatu

tugas. Oleh karena produk atau jasa layanan tercipta sebagai hasil dari

serangkaian proses, maka standar tertentu harus diterapkan dan dipatuhi pada

setiap proses yang terlibat guna menjamin kualitas. Menjaga standar adalah

cara untuk menjamin kualitas pada setiap proses dan mencegah terjadinya

kesalahan yang berulang.

3.5.5. Langkah-langkah Pemeliharaan Tempat Kerja (5S)

5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang, yaitu : Seiri, Seiton, Seiso,

Seiketsu, dan Shitsuke, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi 5R,

yaitu : Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Kata – kata tersebut

mencerminkan urutan penerapan dari proses transformasi 5S. 5S merupakan

konsep yang sangat sederhana sehingga mudah dimengerti baik tujuan maupun

penerapannya. 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) yang merupakan lima

langkah penataan dan pemeliharaan tempat kerja dikembangkan melalui upaya

intensif dalam bidang manufaktur. Perusahaan jasa layanan dapat melihat adanya

konteks yang paralel dalam rangkaian proses jalur produksi mereka yang dapat

berbentuk prosedur permintaan proposal.

1. Ringkas (Seiri)

Langkah pertama pemeliharaan tempat kerja adalah ringkas, berkaitan de

gan kegiatan melakukan klasifikasi barang terdapat di gemba, diperlukan atau

tidak diperlukan dan menyingkirkan yang tidak diperlukan dari gemba. Batasan

Universitas Sumatera Utara


III-29

tentang barang yang diperlukan harus ditetapkan. Segala macam objek dapat

ditemukan di gemba.

Ringkas umumnya dimulai dengan kampanye label merah. Pilihlah suatu

daerah kerja dimana akan diterapkan ringkas. Anggota tim 5R pergi ke gemba

dengan membawa satu genggam label merah dan mencantumkan label merah

tersebut pada objek yang mereka yakini tak diperlukan. Ukuran label yang lebih

besar atau jumlah label yang makin banyak adalah makin baik.

2. Rapi (Seiton)

Setelah ringkas diterapkan, semua barang yang tidak diperlukan telah

disingkirkan dari gemba. Yang tersisa tinggallah sejumlah minimum barang yang

diperlukan.namun, barang – barang yang diperlukan ini, seperti alat kerja dan

sebagainya, tak dapat digunakan sebagaimana mestinya bila terletak jauh dari

tempat kerja atau bahkan ditempat yang sulit dicari.

Rapi berarti mengelompokkan barang berdasarkan penggunaannya dan

menatanya secara memadai agar upaya dan waktu untuk mencari/menemukan

menjadi minimum. Untuk menerapkan hal ini, semua barang harus memiliki

alamat tertentu, nama tertentu, dan volume yang tertentu pula. Tak hanya

lokasinya saja, jumlah maksimum barang yang diperbolehkan berada di gemba

harus pula ditetapkan. Misalnya, barang setengah jadi tak boleh diproduksi tanpa

batas.

Sebaliknya, lantai yang digunakan untuk menempatkan kotak barang

setengah jadi tersebut harus dinatakan secara jelas (yaitu dengan membuat garis

batas segi empat di lantai) dan jumlah tumpukan kotak yang diperkenankan

Universitas Sumatera Utara


III-30

(misalnya lima tumpuk) haru pula ditentukan. Sebuah tanda pembatas dapat

digantungkan dari atap sehingga tak memungkinkan menumpuklebih dari lima

kotak. Bila jumlah maksimum yang diperkenankan tercapai, produksi dip roses

sebelumnya harus dihentikan karena tak ada kebutuhan untuk berproduksi lebih

dari ang dapat dikonsumsi oleh yang tertib dengan penundaan yang minimum dari

pos kerja yang stu ke pos berikutnya dan aliran barang berasarkan antrian (first in

first 0ut).

3. Resik (Seiso)

Resik berarti membersihkan lingkungan kerja, termasuk di dalamnya:

mesin dan alat kerja, lantai tempat kerja, dan berbagai daerah di dalam tempat

kerja. Ada sebuah aksioma yang patut dianut, membersihkan berarti memeriksa.

Operator yang membersihkan mesin dapat menemukan berbagai fungsi ang gagal.

Bila mesin dilingkupi oleh minyak, debu, dan daki yang tebal sulit sekali

menemukan masalah yang mungkin akan mendadak menimbulkan gangguan. Saat

membersihkan mesin, seseorang dengan mudah menemukan kejadian oli bocor

atau baut dan mur kendor. Bila keadaan ini ditemukan secara dini, maka dengan

mudah dapat diperbaiki.

4. Rawat (Seiketsu)

Rawat dalam bahasa Jepang adalah seiketsu yang berarti tertib pribadi,

seperti mengenakan pakaian yang pantas dan bersih, kaca mata pengaman, sarung

tangan dan sepatu dan selalu menjaga keadaan lingkungan kerja yang bersih dan

sehat. Pengertian lain dari rawat adalah mempertahankan keadaan yang sudah

ringkas, rapi, dan resik setiap hari secara terus menerus.

Universitas Sumatera Utara


III-31

Misalnya, mudah sekali menerapkan ringkas satu kali pada suatu saat

perbaikan terjadi, namun tanpa upaya untuk melanjutkan kegiatan tersebut, tempat

kerja akan kembali keadaan semula. Melakukan kaizen satu kali di gemba adalah

sangat mudah. Menjaga agar kegiatan kaizen dapat berlangsung setiap hari

merupakan hal yang berbeda. Manajemen harus menjabarkan sistem dan prosedur

yang mampu menjamin kelangsungan ringkas, rapi, resik. Komitmen manjemen

beserta dukungan serta keterlibatan manajemen yang ditampilkan dalam kegiatan

5R sangatlah penting untuk diperhatikan. Manajer perlu menetapkan, misalnya

seberapa sering kegiatan ringkas, rapi, resik harus dilakukan dan siapa saja yang

harus dilibatkan.

5. Rajin (Shitsuke)

Berarti disiplin pribadi. Orang ang mempraktekkan ringkas, rapi, resik,

rawat secara teus menerus dan menjadikan kegiatan ini sebagai kebiasaan dalam

kehidupan sehari – harinya dapat menyebut dirinya memiliki disiplin pribadi.

Intisari dari 5R adalah mematuhi apa yang telah disepakati bersama.

Dimulai dengan menyingkirkan apa yang tidak dibutuhkan dari gemba (ringkas)

dan menata kembali semua barang yang dibutuhkan di gemba dengan tertib (rapi).

Kemudian, lingkungan yang bersih diciptakan (resik) dan dipelihara sehingga

ketidakwajaran dapat mudah dikenali. Dan tiga langkah tersebut harus dijaga agar

berlangsung setiap saat (rawat). Karyawan harus mengikuti aturan yang disepakati

dan ditetapkan pada tiap langkah tersebut dan pada saat mereka mencapai langkah

rajin, mereka telah cukup terbekali dengan disiplin pribadi untuk mengikuti dan

mematuhi berbagai aturan lain dalam pekerjaan mereka.

Universitas Sumatera Utara


IV-1

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di PT. Sumbetri Megah yang berlokasi di

Jalan Medan-Banda Aceh Km. 91 Besitang, Kabupaten Langkat Sumatera Utara

dengan luas 50.015 m2. Dan lokasi kantor pusat berada di Jl. Bakti Luhur No.208,

Dwi Kora, Kec. Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara 20123. Penelitian

ini dilakukan pada bulan Desember 2019.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yaitu jenis penelitian

dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengolah data serta menganalisis

data angka yang diperoleh saat pengamatan agar dapat memberikan gambaran

mengenai keadaan tertentu sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian

tersebut.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah objek terkait dengan produk yang diteliti. Objek

yang diteliti adalah kualitas dari tiang listrik beton PT. Sumbetri Megah.

Universitas Sumatera Utara


IV-2

4.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang memiliki nilai yang berbeda-beda atau

bervariasi. Nilai dari variabel dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif

(Sinulinggga, 2015).

Ada dua jenis variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

dan menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel lain. Variabel independen

pada penelitian ini adalah tiang listrik beton yang bergelombang, retak, patah dan

keropos.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel dependen pada

penelitian ini adalah kualitas dari tiang listrik beton.

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Suatu penelitian dapat dilaksanakan apabila terdapat sebuah rancangan

kerangka berfikir, sehingga langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka berfikir

inilah yang merupakan landasan awal. Sedangkan kerangka konseptual

menunjukkan hubungan antara variabel yang diidentifikasi penting untuk

menganalisis masalah penelitian (Sinulingga, 2013). Kerangka konseptual

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


IV-3

Gelombang

Retak

Jumlah Produk Cacat Kualiras produk

Keropos

Patah

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2. di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


IV-4

Mulai

Studi Literatur
1. Teori Kualitas
2. Seven Tools
3. Kaizen

Penentuan Objek Penelitian

Identifikasi Masalah dan Penetapan Tujuan

Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder

Pengolahan Data
Identifikasi penyebab kecacatan dengan seven tools

Analisis Pemecahan Masalah


Mengusulkan pemecahan masalah dengan konsep kaizen

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


IV-5

4.7. Pengumpulan Data

4.7.1. Sumber Data

Data yang dibutuhkan adalah data yang diperoleh dengan melakukan

analisis terhadap pekerjaan dan aktivitas yang berlangsung. Data mengenai hal-hal

yang ingin diselidiki kemudian dianalisis, diberikan interpretasi, dan diadakan

generalisasi dalam rangka menetapkan sifat-sifat dan kriteria usulan urutan

produksi ataupun urutan proses perakitan yang baik. Berdasarkan cara

memperolehnya, data penelitian ini dibagi menjadi :

1. Data primer

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung yang berhubungan

dengan objek yang akan diteliti yaitu permasalahan yang ada dan data

kuisioner terbuka terkait faktor penyebab kecacatan

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk dokumen, seperti data

produksi dan data kecacatan produk.

4.7.2. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan pihak perusahaan

saat penelitian berlangsung.

2. Dokumentasi

Universitas Sumatera Utara


IV-6

Dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder yang terdapat

di perusahaan dan berhubungan objek penelitian.

3. Survei

Teknik untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan dengan

menyebarkan kuisioner terbuka.

4.7.3. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner
1
Kuesioner merupakan suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam

format pertanyaan tertulis yang dilengkai dengan kolom dimana responden akan

menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya.. Tujuan pokok

pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan

tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas

dan mengarah ke tujuan.

4.7.4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Sampel adalah bagian

dari populasi yang akan diteliti. Untuk penyebaran kuesioner terbuka teknik

sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan non-probability sampling,

yaitu dengan menggunakan judgemental sampling yakni dipilih berdasarkan

pemahaman responden terhadap produk yang diteliti. Jumlah sampel yang diambil

pada kuesioner terbuka adalah sebanyak 1 responden.

1
Sinulingga, Sukaria. Metodologi Penelitian. (Medan:USU Press) hal. 170

Universitas Sumatera Utara


IV-7

4.8. Pengolahan Data

Pada pengolahan data, tools yang digunakan untuk mengetahui penyebab

kecacatan produk adalah seven tools yang meliputi check sheet, histogram, pareto

diagram, scatter diagram, stratifikasi, peta kontrol, dan cause effect diagram.

4.9. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan alat dan analisis yang dilakukan, diharapkan kesimpulan yang

dari penelitian ini dapat dikurangi dengan mempertimbangkan faktor penyebabnya

agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Universitas Sumatera Utara


V-1

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dari dua sumber utama, yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung

di bagian lantai produksi dengan melakukan wawancara dengan bagian

produksi untuk mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam

bentuk yang sudah jadi, seperti data produksi dan kecacatan produk.

5.1.1. Proses Pengumpulan Data

Data produksi dan data kecacatan produk dapat dilihat pada Tabel 5.1.

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode seven tools dan

metode Kaizen.

Langkah-langkah dalam melakukan metode seven tools adalah sebagai

berikut:

1. Check Sheet

2. Histogram

3. Pareto Diagram

Universitas Sumatera Utara


V-2

4. Stratification

5. Scatter Diagram

6. Control Chart

7. Cause and Effect Diagram

5.2.1. Check Sheet

Check Sheet adalah alat pencatat hasil pengumpulan. Check Sheet data

kecacatan produk dapat dilihat Tabel 5.2.

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat jenis kecacatan tertinggi adalah tiang

bergelombang dengan jumlah 165 buah, kemudian tiang retak dengan total 154,

cacat jeropos dengan total 117 buah dan yang terendah adalah tiang patah dengan

total 105 buah.

5.2.2. Histogram

Histogram adalah diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari

pengelompokan kecacatan produk. Histogram jenis kecacatan produk dapat dilihat

pada Gambar 5.1.

5.2.3. Pareto Diagram

Tujuan diagram pareto adalah untuk memprioritaskan masalah yang harus

dibahas. Kemudian dilakukan perhitungan persentase kecacatan dan persentase

Universitas Sumatera Utara


V-3

kumulatif dari setiap jenis kecacatan. Persentase kecacatan dapat dilihat pada

Tabel 5.3.

Dari tabel diatas, maka dapat dibuat diagram pareto jenis kecacatan produk

yang dapat dilihat pada Gambar 5.2.

5.2.4. Stratifikasi

Stratifikasi bertujuan untuk mengelompokkan data kedalam kelompok

yang mempunyai karakteristik yang sama. Stratifikasi juga bertujuan untuk

memudahkan pembuatan scatter diagram. Identifikasi jenis kecacatan dapat

dilihat pada Tabel 5.4.

Selain pengelompokan data kecacatan, pada stratifikasi juga dilakukan

pencatatan tentang jumlah kecacatan yang terjadi pada tiap jenis kecacatan.

Stratifikasi kecacatan produk dapat dilihat pada Tabel 5.5.

5.2.5. Scatter Diagram

Scatter Diagram bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara

karakteristik kualitas dan faktor yang mungkin mempengaruhinya. Berdasarkan

diagram pareto, karakteristik kualitas yang paling banyak cacat adalah cacat

bergelombang, retak dan keropos.

Perhitungan korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

kecacatan cacat bergelombang dengan jumlah produksi. Perhitungan korelasi

dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Universitas Sumatera Utara


V-4

Dari tabel di atas, dapat dihitung koefesien korelasinya dengan rumus

sebagai berikut:

Scatter diagram antara cacat bergelombang dengan total produksi dapat

dilihat pada Gambar 5.3.

Tabel 5.7. Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Korelasi

-1,00 ≤ r ≤ -0,8 Kuat secara negatif


-0,79 ≤ r ≤ -0,5 Sedang secara negatif
-0,49 ≤ r ≤ 0,49 Lemah
0,50 ≤ r ≤ 0,79 Sedang secara positif
0,80 ≤ r ≤ 1 Kuat secara positif
Sumber: Walpole, Pengantar Statistik

Perhitungan korelasi dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Dari tabel di atas, dapat dihitung koefesien korelasinya dengan rumus

sebagai berikut:

Scatter diagram antara cacat retak dengan total produksi dapat dilihat pada

Gambar 5.4.

Perhitungan korelasi dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Scatter diagram antara cacat keropos dengan total produksi dapat dilihat

pada Gambar 5.5.

5.2.6. Peta Kontrol

Peta kontrol digunakan untuk mendapat data proses produksi yang terjadi

dalam batasan kontrol , maka kita dapat mengetahui apakah proses tersebut berada

dalam batas kontrol dan dapat dikatakan in control. Untuk pembuatan peta

kontrol, perlu ditentukan terlebih dahulu proporsi kecacatan, batas atas (UCL),

Universitas Sumatera Utara


V-5

batas bawah (LCL) dan garis tengah (CL).Tingkat kepercayaan dan ketelitian

pada penelitian yang dipakai dalam penelitian adalah 99% dan 1% dengan nilai

K=3 sigma. Peta kontrol yang digunakan adalah peta kontrol atribut yaitu peta

kendali p. Peta p menggambarkan bagian yang ditolak karena tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan dari jumlah produksi. Adapun langkah-langkah untuk

membuat peta kendali p cacat bergelombang adalah sebagai berikut:

1. Menghitung proporsi kecacatan (p).

Proporsi kecacatan untuk p1 dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut:
np1 45
p1= n1 = 1465 =0,0307
2. Menghitung garis pusat yang merupakan rata-rata kecacatan produk (p).

Rata-rata kecacatan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ 541
p=
∑ = 17.127 = 0,0316

3. Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL) dan batas

kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL).

Rumus perhitungan UCL dan LCL dapat dilihat


p (1- p)
seperti dibawah ini.
UCL = p+3√
p (1- p)
LCL = p -3√

Perhitungan UCL dapat dilihat seperti dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara


V-6
p (1- p)
UCL = p+3√
0,0316 (1-0,0316)
UCL = 0,0316+3√

UCL = 0,0453

Perhitungan LCL dapat dilihat seperti dibawah


p (1- p)
ini:
LCL = p -3√

0,0316 (1-0,0316)
UCL = 0,0316-3√

LCL = 0,0179

Berdasarkan perhitungan nilai LCL dan UCL di atas, terlihat bahwa proporsi

kecacatan (p) masih berada dalam batas kontrol. Adapun perhitungan batas

kontrol lainnya untuk peta p dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Dari hasil perhitungan Tabel 5.10. di atas, maka dapat digambarkan peta

kendali p yang dapat dilihat pada Gambar 5.6.

5.2.7. Cause and Effect Diagram

Cause and effect diagram berguna untuk menganalisis faktor-faktor

penyebab terjadinya sebuah cacat produk. Dari diagram pareto dapat dilihat

kecacatan paling dominan adalah bergelombang dan retak pada tiang listrik beton.

Maka dilakukan analisis penyebab kecacatan tersebut dengan menggunakan cause

Universitas Sumatera Utara


V-7

and effect diagram, sehingga faktor penyebabnya dapat diketahui. Berikut

merupakan Cause and effect diagram untuk tiap kecacatan.

5.3. Penerapan Konsep Kaizen

5.3.1. Siklus PDCA

Langkah pertama dari kaizen adalah menerapkan siklus PDCA. Dalam

pengendalian manajemen Total Quality Control dilaksanakan dengan memutar

daur PDCA atau disebut juga siklus Deming, karena di perkenalkan pertama kali

oleh Dr. W Edward Deming.

1. Plan

Perencanaan dilakukan berdasarkan kesalahan yang terjadi saat proses

produksi maka dilakukan perencanaan ulang terhadap kondisi aktual. Yang

perlu direncanakan adalah semua faktor yang paling berpengaruh seperti

manusia, metode, dan mesin. Perencanaan dilakukan sesuai dengan cause

effect diagram.

Untuk kecacatan bergelombang, retak dan keropos dapat dilakukan

beberapa perbaikan berupa:

a. Dapat dilakukan pelatihan untuk operator proses produksi

b. Melakukan sosialisasi SOP pada semua karyawan dan operator

c. Memberikan waktu istirahat yang cukup pada operator

d. Perawatan mesin secara berkala dan perbaikan mesin jika terjadi

kerusakan.

Universitas Sumatera Utara


V-8

e. Mengganti mesin yang sudah tidak dapat digunakan

f. Bagian quality control lebih memperketat pemeriksaan bahan baku

2. Do

Setelah merencanakan perbaikan maka langkah berikutnya adalah

pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat diatas yaitu sebelum

pembuatan tiang listrik berikutnya maka terlebih dahulu dilakukan

pelatihan dan sosialisasi kepada operator dengan harapan tidak terjadi

kesalahan saat proses produksi. Sebelum memulai proses, bahan baku

harus telah melewati proses pemeriksaan kualitas agar nantinya produk

yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pelanggan. Mesin yang akan

digunakan harus optimal sehingga tidak menghambat proses produksi. Dan

memastikan semua semua operator dalam keadaan prima sehingga kerap

berkonsentrasi saat bekerja dan mengurangi resiko kecelakaan kerja.

3. Check

Tahap selanjutnya adalah melakukan pengecekan terhadap hasil penerapan

dari rencana untuk melihat apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan

rencana dan produk sesuai dengan standar produk yang di tetapkan

konsumen. Setelah dicek dilakukan evaluasi, apakah masih ada kesalahan

atau kekurangan pada bahan baku, mesin, operator dan metode kerja yang

terjadi dalam proses produksi dengan perbaikan yang telah dilakukan.

4. Action

Jika hasil yang diperoleh belum optimal dan masih terjadi banyak

kecacatan pada produk maka perbaikan harus dilakukan kembali dengan

Universitas Sumatera Utara


V-9

membuat rencana yang baru sesuai dengan yang dibutuhkan. Pada rencana

yang baru nanti akan kembali dilakukan sesuai dengan step awal dan akan

kembali di evaluasi apakah masih sesuai atau masih dibutuhkan perbaikan

kembali.

5.3.2. Penerapan 5S di Lingkungan Pabrik

Penerapan 5s adalah unsur penting pada manajemen yang baik. 5s

merupakan lima langkah penataan dan pemeliharaan tempat kerja. Melalui 5s

karyawan mempelajati dan mempraktekkan kedisiplinan sehingga menciptakan

lingkungan kerja yang nyaman. Dengan lingkungan yang nyaman maka akan

terlahir pula produk maupun jasa yang berkualitas bagi konsumen.

1. Seiri atau ringkas adalah memisahkan barang yang berguna dan tidak

berguna saat bekerja. Dengan menyediakan kotak atau rak untuk

menyimpan barang dengan diberi label.

2. Setelah memisahkan barang yang berguna maka dilakukan seiton atau rapi

dengan meletakkan barang dan peralatan sesuai dengan tempat yang telah

disediakan sehingga mudah diingat dan di jangkau.

3. Seiso atau resik adalah menempatkan peralatan dengan pola dan posisis

yang teratur sehingga mempermudah proses produksi selanjutnya. Alat-

alat yang digunakan dalam proses produksi diletakkan ditempat yang telah

disediakan sesuai dengan fungsinya sehingga proses produksi tidak

terhambat dengan adanya gerakan-gerakan lambat mencari peralatan.

Universitas Sumatera Utara


V-10

4. Seiketsu atau rawat adalah dimana para operator dan karyawan yang

bekerja harus selalu ikut menjaga barang dan peralatan pabrik, baik itu

kebersihan dari alat dan bahan maupun penempatannya.

5. Shitsuke artinya rajin dan disiplin diri terhadap implementasi 4s

sebelumnya dan melakukannya secara konsisten. Setiap karyawan dan

operator harus membangun disiplin diri dan membiasakan penerapan 5s ini

agar tercipta lingkungan kerja yang baik.

5.3.3. Penghapusan Pemborosan (Muda)

Muda artinya pemborosan atau segala macam kegiatan yang tidak

memberi nilai tambah produk jadi, untuk menghindari pemborosam maka

dilakukan penghapusan seperti :

1. Menetapkan jumlah bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong

setiap order sehingga mengetahui jumlah persediaan

2. Menetapkan 5s sehingga proses produksi lebih lancar

3. Kerja operator diamati agar diketahui apakah ada yang tidak memberi nilai

tambah atau malah merugikan.

5.3.4. Standarisasi

Seluruh kegiatan di pabrik dilakukan berdasarkan standar operation

procedure (SOP) yang disepakati bersama. Standarisasi ini dapat diubah dan

perbaiki jiwa memungkin untuk membawa perusahaan menjadi lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


V-11

Setelah melakukan penelitian di PT. Sumbertri Megah diperoleh beberapa

standarisasi yang dapat diterapkan, yaitu :

1. Berfokus pada kualitas produk

2. Menganalisis penyebab utama yang berpengaruh terhadap kualitas produk

3. Merencanakan tindakan penanggulangan berdasarkan penyebab utama

yang telah dianalisis

4. Menerapkan tindakan penanggulangan

5. Mengevaluasi tindakan perbaikan dan dampaknya

6. Menetapkan atau mengubah standar yang ada agar mencegah terulangnya

masalah

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Masalah

6.2. Usulan Perbaikan

Setelah dilakukan analisis masalah berdasarkan pengolahan data maka

selanjutnya diberikan usulan perbaikan dengan menggunakan metode Kaizen.

Berikut adalah kondisi aktual dan usulan perbaikan dari beberapa faktor penyebab

produk cacat pada PT. Sumbetri Megah.

Tabel 6.2. Kondisi Aktual dan Usulan Perbaikan

Kondisi Aktual Usulan Perbaikan

Operator kurang teliti, kurang terampil Memberikan pelatihan kepada operator


dan kurang bekonsentrasi dalam bekerja agar memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam bekerja

Mesin yang tidak bekerja optimal Perawatan mesin secara berkala dan
perbaikan mesin jika terjadi kerusakan

Mould yang digunakan tidak sesuai Melakukan pemeriksaan mould


standar sebelum memulai proses pengerjaan

Bahan baku yang tidak sesuai standar Melakukan pengecekan bahan baku
sebelum memulai proses produksi

VI-1
Universitas Sumatera Utara
VII-2

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan usulan perbaikan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis kecacatan produk yang paling krusial adalah cacat bergelombang,

cacat retak dan cacat keropos.

2. Penyebab terjadinya kecacatan dapat dilihat dari faktor bahan baku,

manusia, mesin, metode dan lingkungan. Kecacatan bergelombang yaitu

permukaan tidak rata dan bertekstur kasar. Kecacatan retak terdapat garis-

garis pada permukaan, dan keropos terdapat lubang-lubang pada

permukaan

3. Pada perbaikan dilakukan dengan menerapkan konsep kaizen, yaitu siklus

PDCA memecahkan masalah berdasarkan cause effect diagram dengan

mengusulkan perbaikan dari tiap faktor penyebab masalah. Penerapan 5S

yang diharapkan diterapkan seluruh karyawan, penghaousan muda yang

tidak memiliki nilai tambah dan standarisasi yang diubah menjadi lebih

baik.

VII-1
Universitas Sumatera Utara
VII-2

7.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan adalah :

1. Agar perusahaan lebih memeriksa kualitas bahan baku agar

menghasilkan produk yang berkualitas tinggi

2. Agar perusahaan dapat memberikan operator pelatihan dan sosialisasi

untuk meningkatkan kualitas SDM

3. Diharapkan agar metode kaizen dapat dilaksanakan untuk menjaga

kualitas produk

VII-1
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Basterfield, Dale H. 1998. Quality Control, Fifth Edition. New

Jersey:Prentice`Hall,Inc

Diniaty, D. 2016. Analisis Kecacatan Produk Tiang Listrik Beton Menggunakan

Metode Seven Tools dan New Seven Tools (Studi Kasus: PT. Kunango

Jantan). Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah

dalam Bidang Teknik Industri

Fatkhurrohman, A., & Subawa, S. (2016). Penerapan Kaizen Dalam

Meningkatkan Efisiensi Dan Kualitas Produk Pada Bagian Banbury PT

Bridgestone Tire Indonesia. Jurnal Administrasi Kantor

Gasperz, Vincent. 2001. Total Quality Manajemen. Penerbit PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Goetsch, D.L. dan Stanley B.D. 2002. Manajemen Mutu Total. Jakarta: PT.

Prenhallindo.

Imai, Maasaki. 1997. Gemba Kaizen : Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah

Pada Manajemen. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.

Montgomery, Douglas C. 2009. Introduction of Statistical Quality Control. USA:

John Wiley & Sons, Inc

Nasution, M. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).

Ghalia Indonesia

Universitas Sumatera Utara


Parwati, C. I., & Sakti, R. M. (2012, November). Pengendalian kualitas produk

cacat dengan pendekatan kaizen dan analisis masalah dengan seven tools.

Dalam Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sain dan Teknologi (SNATS)

Periode III

Tjiptono, F & Diana, A., 2004. Total Quality Management. Yogyakarta: PT Andi

Offset

Tunggal, Amin Widjaja. 2013. Pengantar Manajemen Mutu. Jakarta: Harvarindo.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai