TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana
Oleh :
NOVI ANDRI
NIM : 140403016
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana
Oleh :
NOVI ANDRI
NIM : 140403016
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
ini dengan baik. Laporan tugas sarjana merupakan salah satu syarat yang harus
bidang produksi baja. Tugas Sarjana ini berjudul Pengendalian Kualitas Produk
Baja Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) dan Failure Mode
penulisan laporan ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih
terbatas. Oleh sebab itu, penulis menerima secara terbuka setiap kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan tulisan ini.
AGUSTUS 2018
Utara hingga penyelesaian tugas sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
terdidik, berguna dan memiliki integritas moral serta berakhlak dan mampu
mencapai kehidupan yang lebih baik. Penulisan tugas sarjana ini tidak akan
terselesaikan dengan baik jika penulis tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan
doa dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Mahmuddin Syah dan Risnawati yang telah
dukungan dan motivasi baik dari segi moril, doa, maupun materil.
2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT sebagai Ketua Departemen Teknik
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi panitera pada
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE selaku koordinator tugas sarjana
yang telah memberi saran dan masukan untuk laporan tugas sarjana.
6. Bapak Heini Manullang dari pihak PT. XYZ yang telah mengizinkan penulis
Sumatera Utara, Bang Tumijo, Bang Eddy, Bang Nurmansyah,Kak dede, Kak
9. Kedua saudari tercinta, Elita Mardiana dan Vivi Anggraini yang selalu
10. Afia Akmalia yang telah memberikan motivasi, saran dan dukungan selama
11. Rekan seperjuangan penelitian yaitu Caroline dan Afia Akmalia dalam
Pasca, M. Fachrowi, Prayogo Chandra, Adib Darari, Faisal Aptri dan Andre
penulis.
Fakultas Teknik USU yaitu Bang Wawan, bang Aji, Bang Nanda, Bang Agas,
Kak Arnita, Kak Ulfa, Jessica Utaminingrum, Nita Khairani, Sundari, Teuku
Nainggolan, Wanli, Ovie Claudia dan Claudia Indriya yang telah memberikan
Azhar dan Fahri Ramadhan yang telah memberikan dukungan motivasi dan
disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis
16. Seluruh pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam
penyelesaian tugas sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
AGUSTUS 2018
Kualitas menjadi faktor primer bagi konsumen untuk memilih produk. Kualitas
produk yang tidak sesuai keinginan konsumen akan menyebabkan perusahaan
mengalami kerugian, seperti turunnya kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan. PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi baja
dengan sistem produksi bersifat make to order. Permasalahan yang sedang
dihadapi PT. XYZ adalah banyaknya produk baja yang cacat untuk jenis baja
tulangan sirip. Jumlah rata-rata kecacatan produk baja tulangan sirip dalam satu
tahun sebesar 1.885.229 kg (4,01 % dari total produksi). Jumlah ini melebihi batas
tingkat kecacatan yang diinginkan oleh perusahaan yaitu maksimum sebesar 2%.
Berdasarkan kondisi tersebut maka PT. XYZ perlu melakukan penyelesaian
terhadap penyebab kecacatan produk dengan menggunakan Statistical Quality
Control (SQC). Tools yang digunakan pada penelitian ini adalah check sheet,
stratifikasi, histogram, pareto diagram, scatter diagram, peta kontrol dan cause
effect diagram. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan pareto diagram
diperoleh dua jenis kecacatan yang paling dominan yaitu cacat fisik (38,5 %) dan
gepeng (33,2 %) dengan kumulatif sebesar 71,7 %. Berdasarkan hasil analisis
Cause and Effect Diagram yang telah dilakukan, diketahui penyebab kecacatan
cacat fisik yaitu mesin rolling mill tidak bekerja optimal, terdapat serpihan baja
pada mesin dan operator kurang teliti saat menempatkan billet ke mesin
rolling.Sedangkan penyebab kecacatan gepeng adalah banyaknya jenis bahan
baku berkarbon tinggi, komposisi logam cair tidak standar dan terdapat ruang
yang tidak padat pada cetakan billet. Dari penyebab-penyebab yang didapat,
tindakan perbaikan yang dilakukan untuk jenis kecacatan cacat fisik yaitu
melakukan pemeriksaan terhadap mesin rolling mill sebelum memulai proses
produksi sedangkan tindakan perbaikan terhadap jenis kecacatan gepeng yaitu
memilih bahan baku dengan karbon yang diinginkan sebelum dituang ke tanur
induksi dan memeriksa cetakan billet sebelum melakukan proses produksi.
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
Number)............................................... V-24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL HALAMAN
TABEL HALAMAN
Fisik........................................................................................ VI-2
GAMBAR HALAMAN
GAMBAR HALAMAN
5.4. Scatter Diagram Antara Gepeng dan Jumlah Produksi .... V-9
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
yang semakin canggih. Dengan adanya kemajuan di bidang industri serta semakin
dunia perindustrian, kulitas atau mutu produk adalah salah satu faktor yang
produk dengan pemakainya, dalam arti sempit kualitas diartikan sebagai tingkat
kesesuain produk dengan standar yang telah ditetapkan. Kualitas produk yang
baik akan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga sangat
penting bagi perusahaan untuk tetap menjaga kualitas produk mereka agar dapat
perusahaan secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan
menghasilkanproduk baja tulangan polos, baja tulangan sirip, baja as dan wire
negeri seperti Aceh, Medan, Pekanbaru, Jambi, Padang, Surabaya dan Jakarta.
terbaik untuk konsumen baik dari segi harga maupun kualitas dengan menetapkan
permintaan pasar yang semakin meningkat dan menuntut mutu terbaik dari
memiliki kecacatan tertinggi yaitu baja tulangan sirip dan jenis cacat yang sering
terjadi yaitu cacat fisik, gepengdan bengkok. Data kecacatan produk pada PT.
baku kembali dalam proses peleburan. Meskipun dijadikan bahan baku kembali,
produk cacat yang melebihi angka 2% tetap dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan baik dari segi waktu maupun biaya. Untuk menghadapi tingkat
pengendalian kualitas dan perbaikan mutu. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kecacatan tersebut baik dari mesin, metode kerja, material yang
digunakan dan faktor lainnya. Namun dari faktor-faktor tersebut belum diketahui
secara spesifik bagian mana yang mempengaruhi kecacatan produk yang paling
Statistical Quality Control (SQC) dan metode Failure Mode and Effect Analysis
angka cacat produk vessel di PT. VME (Larisang, dkk. 2017). Kecacatan yang
terjadi terdapat pada incoming material, seperti bengkok, salah ukuran dan retak.
kecacatan terdapat pada metode kerja, material dan bahan baku sehingga proses
metode Statistical Quality Control (SQC) dan Failure Mode Effect Analysis
(FMEA). Persentase cacat terbesar pada produk kaleng aerosol adalah 2.64%.Dari
hasil pengamatan danpengolahan data, cacat pada produk kaleng aerosol 80%
terjadi pada saat proses can making, component making dan printing. Sedangkan
penyebab cacat yang paling beresiko adalah rusaknya mesincoating B pada proses
printingdengan nilai RPN sebesar 245. Solusi untuk mengurangi persentase cacat
adalah dengan mengganti mesin coating B yang rusak pada proses printinguntuk
yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga perlu dilakukan analisis terhadap faktor
2. Menentukan resiko kegagalan proses produksi terbesar dalam nilai RPN (Risk
Priority Number).
berikut:
4. Data kecacatan produk yang diperoleh selama bulan Mei 2017 sampai dengan
April 2018
1. Proses produksi berjalan dengan lancar tanpa ada kegiatan yang menghambat
gangguan
Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam Bab
penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika
manajemen perusahaan.
metode Statistical Quality Control (SQC) dan Failure Mode Effect Analysis
(FMEA)
penelitian, baik data primer maupun data sekunder, serta bagaimana data-data
permasalahan tersebut.
PT. XYZ berdiri tanggal 23 April 1969. Pada awalnya perusahaan ini
bernama PT. Industry Ltd Besi dan Baja Sumatra yang berlokasi di Jln. K.L. Yos
Sudarso Km. 10 Medan/ Belawan. Perusahaan ini merupakan salah satu badan
pengolahan baja.
perubahan nama pada tanggal 8 Februari 1971 menjadi PT. XYZ.Pada awalnya
yang masih sederhana dan terbatas jumlahnya seperti satu unit dapur peleburan
dan satu unit mesin penggilingan. Dengan perkembangan yang terjadi saat ini
perusahaan mengalami kemajuan yang sangat pesat dan keuntungan yang semakin
logam.
yang menghasilkan produk baja tulangan polos, baja tulangan sirip, baja as dan
maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam
menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan antara yang satu
Kabag Kabag Kabag Kabag Kabag Tarik Kabag Kabag Kabag Kabag Kabag Kabag Kabag Kabag
Kabag QC
Gilingan I Gilingan II Gilingan III Gilingan V As CCM Ladle Perawatan Tanur Gudang Keuangan Personalia ADM
Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor
Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan
Sumber: PT XYZ
1. Direktur Utama
2. Direktur Gilingan
sasaran dan kebijakan perusahaan serta instruksi dari direktur utama yang
3. Direktur Peleburan
sasaran dan kebijakan perusahaan serta instruksi dari direktur utama yang
4. Direktur Keuangan
sasaran dan kebijakan perusahaan serta instruksi dari direktur utama yang
Tugas dan tanggung jawab dari manajer gilingan adalah mengatur dan
6. Manager Peleburan
Tugas dan tanggung jawab dari manajer peleburan adalah mengatur dan
7. Manager Pembelian
kegiatan pemasukan bahan baik bahan baku dan bahan penolong, maupun
material.
8. Manajer Marketing
penjualan produk
9. Manager Personalia/Umum/Adm.
Tugas dan tanggungjawab kabag Gilingan I, II, III dan V adalah mengawasi
serta utilitas.
peleburan.
merencanakan kebutuhan spare part dan bahan penolong agar sesuai dengan
kebijaksanaan perusahaan.
dan menganalisis mutu produk sejak dari bahan baku sampai produk jadi agar
Tugas dan tanggungjawab mandor gilingan I, II, III dan V adalah mengawasi
mesin/peralatan gilingan.
menjadi billet.
kebutuhan scrap.
penuangan scrap.
produk.
produk tersebut. Bahan baku produksi baja PT. Growh Sumatera Industry adalah
1. Import scrap adalah scrap yang didatangkan dari luar negeri (Taiwan, Austalia
XYZ.
3. Local scrap adalah scrap yang berasal dari luar lingkunganPT. XYZ.
produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong ini
1. Batu Kapur (CaO), berfungsi untuk mengurangi kadar fosfor dan memisahkan
segala kotoran yang ada pada cairan baja sehingga cairan baja tetap bersih.
cairan baja, meningkatkan kadar karbon pada proses peleburan dan menaikkan
pemisahannya dengan cairan baja. Slag adalah setiap elemen-eleen logam cair
4. Ferro Silicon (FeSi), berfungsi untuk membuang gas dalam cairan sehingga
tidak terjadi oksidasi, menyempurnakan aliran baja pada waktu penuangan dan
oksigen.
peleburan.
setelah penuangan.
dan meningkatkan mutu produk. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai
berikut.
2. Minyak pelumas (Oli), digunakan untuk memperlancar putaran roda gigi yang
3. Bahan bakar yang digunakan untuk generator adalah bahan bakar solar.
Proses pengolahan baja pada proses peleburan dibagi atas dua unit,
1. Unit Scrap
Tugas utama unit scrap adalah pemotongan scrap, pemilihan scrap dan
a. Pemotongan Scrap
Natural Gas (LNG) dan oksigen yang bertujuan untuk mendapatkan ruang
yang efisien. Scrap yang berbentuk tabung juga dibelah agar tidak terjadi
b. Pemilihan Scrap
c.Pengangkatan Scrap
Alat yang digunakan untuk mengangkat scrap adalah magnetic crane dan
adalah 40 ton.
Setelah scrap dipilih, scrap dibawa menuju tanur induksi untuk dilakukan
kumparan primer dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan sekunder.
rupa agar arus induksi tersebut berubah menjadi panas yang sanggup
mencairkannya.
Proses penuangan cairan pada pabrik terdiri atas unit Ladle dan unit
1. Unit Ladle
Hasil cairan di unit IF kemudian dituangkan ke dalam ladle dan diangkut oleh
melalui sliding gate yang digerakkan secara manual. Cairan logam akan keluar
CCM adalah suatu mesin yang dapat melakukan pengecoran secara terus-
menghasilkan billet.
menggilingnya menjadi baja tulangan polos, sirip dan baja tulangan as.
Pembagian gilingan pada PT. XYZ dapat dilihat pada gambar 2.2.
Rolling Mill 2
Rolling Mill 3
Rolling Mill 5
Sumber: PT XYZ
1. Billet Distribution
Pada bagian ini dilakukan proses pemanasan kembali billet yang telah
2. Rolling Mill A
Pada bagian ini billet yang telah dipanaskan akan dibentuk menjadi ukuran
Pada bagian setiap Rolling Mill memiliki prosedur kerja yang sama tetapi
untuk jenis baja yang dihasilkan berbeda. Rolling Mill 1 menghasilkan baja
as. Rolling Mill 2 dan 3 menghasilkan baja tulangan polos dan sirip. Rolling
dalam proses produksi. Mesin yang digunakan pada PT. XYZantara lain sebagai
berikut:
1. Induction Furnance (IF), berfungsi sebagai tempat bahan baku untuk dilebur.
menerus.
6. Rolling Mill Machine, berfungsi untuk membentuk baja billet sesuai cetakan.
dicetak.
tempat peleburan.
2. Charging Bucket, berfungsi sebagai tempat pembuatan scrap baja yang akan
dimasukan ketanur.
BAB III
(Grant, 1996). Pernyataan ini sama seperti penawaran yang sering dilakukan
membuat sebuah tawaran melalui pengertian arti dari kualitas yang sebenarnya
cara mengidentifikasi kualitas adalah murni dari kata-kata orang saja. Ini didasari
ketentuan.
Produk yang baik dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kualitas
sebuah produk. 2Produk cacat adalahproduk yang tidak memenuhi standar mutu
lagi menjadi produk jadi yang baik. Kualitas adalah ukuran seberapa mampu suatu
barang atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan standar terntentu.
Standar tersebut mungkin berkaitan dengan waktu, bahan, kinerja, keandalan, atau
1
Douglas C.Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control, Sixth Edition (USA: John
Wiley & Sons, Inc, 2009). hlm. 4.
2
Suliantoro, Hery dkk, Analisis Penyebab Kecacatan dengan Menggunakan Metode Failure Mode
Effect Analysis (FMEA) dan Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT Alam Daya Sakti Semarang
(Semarang: UNDIP, 2017)
3
Dale H.Basterfield,QualityControl,FifthEdition(NewJersey:PrenticeHall,Inc.,1998),hlm. 2.
atau pelengkap.
5. Daya tahan (durability) berkatan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
Dimensi tersebut bersifat independen, oleh karena itu sebuah produk bisa
memiliki kualitas yang sangat baik pada satu dimensi namun tidak pada dimensi
hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan serta mengambil
tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan kinerja aktual dan
4
Ratnadi, dkk, Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat bantu Statistik (Seven Tools)
dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk, (Bandung: Universitas Nurtanio Bandung,
2016)
juga merupakan salah satu perkembangan teknologi terbesar abad kedua puluh
memiliki dampak yang signifikan dan dapat diterapkan untuk setiap proses.Tujuh
dan digunakan secara rutin untuk mengidentifikasi peluang peningkatan dan untuk
5
Douglas C Montgomery. Op.cit, hlm 180
6
Rosnani Ginting, Sistem Produksi(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) hlm 304-306
seven tools dapat membuat proses penyelesaian masalah menjadi lebih cepat dan
Konsep seven tools berasal dari Kaoru Ishikawa, ahli kualitas ternama dari
seven tools. Kunci sukses untuk memecahkan masalah ini adalah kemampuan
diagram dan cause-effect diagram sebelum mencoba menggunakan alat yang lain.
Dua alat ini digunakan secara luas oleh team perbaikan kualitas.
2. Check Sheet 7
sheetmenentukan tipe data yang akan dikumpulkan adalah hal yang penting.
Bagian atau jumlah operasi, tanggal, penganalisa dan informasi yang berguna
7
Douglas C Montgomery. Op.cit, hlm 199
8
Rosnani Ginting. Op.cit, hlm 307
dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai
Untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu
korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan jenis kesalahan dan
penyebabnya tersebut.
3. Histogram 9
9
Douglas C Montgomery. Op.cit, hlm 200-205
interval yang disebut sebagai interval kelas. Jika memungkinkan, setiap lebar
sebaran data. Histogram yang memiliki terlalu sediki ataupun terlalu banyak
sumbu horizontal untuk menunjukkan pengukuran skala dari data dan sumbu
Gambar 3.2.Histogram
4. Pareto chart
Pareto chart adalah distribusi frekuensi atau atribut data yang disusun
dengan cepat mengidentifikasi jenis cacat yang paling sering terjadi. Sebagai
catatan, pareto chart tidak secara otomatis mengidentifikasi jenis cacat yang
5. Cause-and-Effect Diagram
Pada saat cacat, kesalahan, ataupun masalah telah diidentifikasi dan diisolasi
untuk penelitian yang lebih lanjut, harus mulai dilakukan analisa dari potensi
b. Membentuk tim yang akan melakukan analisa. Biasanya tim tersebut akan
memberikan masalah.
6. Scatter Diagram
hubungan antara dua variabel. Bentuk dari scatter diagram inilah yang
7. Control Charts
Control Charts adalah tampilan grafis dari karakteristik kualitas yang telah
diukur atau dihitung dari sampel terhadap jumlah sampel atau waktu. Grafik
berisi garis tengah yang mewakili nilai rata-rata karakteristik kualitas yang
hadir. Dua garis horizontal lainnya, yang disebut batas kendali atas (UCL)
dan batas kendali bawah (LCL), juga ditampilkan pada grafik.Batas kontrol
ini dipilih sehingga jika proses yang memegang kendali, hampir semua titik
sampel akan jatuh antara mereka. Selama plot poin dalam batas kontrol,
proses diasumsikan dalam kontrol dan tidak ada tindakan yang diperlukan.
10
Produk dengan banyak komponen biasanya memiliki banyak
10
Ibid., hlm. 44
Peta kontrol terbagi dua yaitu peta kontrol atribut dan peta kontrol variabel.
11
Ibid., hlm. 289
1.) Peta p 12
𝑝𝑝(1 − 𝑝𝑝)
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝑝𝑝 + 3�
𝑛𝑛
GarisTengah= p
𝑝𝑝(1 − 𝑝𝑝)
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝑝𝑝 − 3�
𝑛𝑛
Batas kontrol yang dituliskan pada rumus diatas dinamai sebagai batas
kadang-kadang batas kendali bawah LCL < 0. Dalam kasus ini, lazim
12
Ibid., hlm. 290-291
kendali di tingkat p .
2.) Peta np 13
Garis Tengah= np
Jika nilai standar untuk p tidak tersedia, maka dapat digunakan untuk
13
Ibid., hlm. 300
3.) Peta c 14
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝑐𝑐 + 3√𝑐𝑐
Garis Tengah= c
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝑐𝑐 − 3√𝑐𝑐
14
Ibid., hlm. 309
4.) Peta u 15
harus dibatasi untuk satu unit inspeksi. Bahkan, sering akan lebih
15
Ibid., hlm. 315
𝑢𝑢�
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝑢𝑢� + 3�
𝑛𝑛
Center line = u
𝑢𝑢�
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝑢𝑢� − 3�
𝑛𝑛
16
Ibid., hlm. 227
dapat dipantau dengan baik peta kendali untuk standard deviasi, disebut
peta S kontrol, peta kendali untuk rentang disebut peta kendali R. Peta R
� dan R
1.) Peta 𝑿𝑿
−
X=
X 1 + X 2 + ... + X n
=
∑ Xi
n n
17
Ibid.hlm. 228-229.
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝑥𝑥 + 𝐴𝐴2 R
Garis tengah = x
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝑥𝑥 − 𝐴𝐴2 R
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝐷𝐷4 𝑅𝑅
Garis tengah = R
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝐷𝐷3 𝑅𝑅
� dan S
2.) Peta 𝑿𝑿
18
Peta kendali X-bar dan S merupakan peta kendali yang univariant
S=
∑(X i − X )2
n −1
3S
UCL =x+
C4 n
3S
LCL =x–
C4 n
18
Ibid. hlm. 251-254
secara baik dan dapat menghindari kegagalan proses produksi dan kerugian yang
tidak diinginkan.
(Automotive Industry Action Group) dan American Society for Quality Control
(ASQC) menetapkannya sebagai standar pada tahun 1993. Saat ini FMEA
proses dan produk. Jika digunakan dalam desain dan proses manufaktur, FMEA
produk dan proses secara cepat pada saat proses pengembangan. Pembuatannya
relatif mudah serta tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hasilnya adalah
proses menjadi lebih baik karena telah dilakukan tindakan koreksi dan
halberikut :
produk/proses.
19
Robin E. McDermot, The Basic of FMEA, Edisi 2 (USA: CRC Press, 2009), hlm. 1, 23
8. Mengetahui efek-efek dari kegagalan pada produk atau proses yang diteliti
dan fungsi-fungsinya.
1. Design FMEA
Fokus dari desain FMEA adalah pada desain produk yang akan dikirimkan ke
20
Ibid, hlm. 19-20
diakibatkan produk.
2. Process FMEA
proses.
kegagalan.
21
Ibid, hlm. 23-38
tindakan perbaikan.
10. Mengkalkulasi hasil RPN sebagai mode kegagalan yang dikurangi atau
dieliminasi.
Severity (S)
Efek Kriteria Ranking
Berbahaya tanpa Dapat membahayakan konsumen
ada peringatan Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah 10
Tidak ada peringatan
Berbahaya dan Dapat membahayakan konsumen
ada peringatan Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah 9
Ada peringatan
Sangat tinggi Mengganggu kelancaran lini produksi
100% scrap 8
Pelanggan sangat tidak puas
Tinggi Sedikit mengganggu kelancaran lini
produksi
Pelanggan tidak puas 7
Sebagian besar menjadi scrap, sisanya
dapat disortir
Sedang Sebagian kecil menjadi scrap, sisanya
tidak perlu disortir sudah baik 6
Pelanggan tidak puas
Berikut ini adalah hal-hal yang diidentifikasi dalam process FMEA yaitu:
selengkap dan sejelas mungkin. Jika proses yang dianalisa melibatkan lebih
disertai deskripsinya.
Proses FMEA, salah satu dari tiga tipe kesalahan harus disebutkan disini.
Yang pertama dan paling penting adalah cara dimana kemungkinan proses
dapat gagal. Dua bentuk lainnya termasuk bentuk kesalahan potensial dalam
produk.
4. Severity
5. Klasifikasi (class)
6. Potential cause
7. Occurance
diberikan untuk setiap penyebab kegagalan yang terdiri dari rating 1-10.
Occurance
Peluang
Tingkat Kemungkinan
TerjadinyaPenyebab Ranking
Kegagalan
Kegagalan
1 dalam 2 10
Sangat Tinggi
1 dalam 3 9
1 dalam 8 8
Tinggi
1 dalam 20 7
1 dalam 80 6
Sedang 1 dalam 400 5
1 dalam 2.000 4
1 dalam 15.000 3
Rendah
1 dalam 150.000 2
Sangat Kecil 1 dalam 1.500.000 1
Sumber: Robin E. McDermot, The Basic of FMEA
9. Detection
Merupakan seberapa jauh penyebab kegagalan dapat terjadi yang terdiri dari
rating 1-10. Semakin sering penyebab kegagalan terjadi, semakin tinggi nilai
rating yang diberikan. Kriteria occurance dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Keterangan Ranking
Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 1
Jelas bagi indrea manusia 2
Memerlukan inspeksi 3
Keterangan Ranking
Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indra manusia 5
Memerlukan bantuan atau pembongkaran sederhana 6
Diperlukan inspeksi dan pembongkaran 7
Diperlukan inspeksi dan pembongkaran kompleks 8
Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi 9
Tidak dapat di deteksi 10
Sumber: Robin E. McDermot, The Basic of FMEA
10. RPN
konsumen. RPN merupakan perkalian dari rating occurance (O), severity (S)
RPN = O x S x D
Nilai RPN berkisar dari 1-1000, dengan 1 sebagai kemungkinan risiko desain
masalah yang paling serius, dengan indikasi angka yang paling tinggi
kriteria yang menyusun RPN. Peringkat dalam tingkat design validation akan
mengontrol satu atau lebih dari penyebab/modus cacat melalui revisi desain
yang bisa berefek pada penurunan peringkat occurance. Dan hanya revisi
METODOLOGI PENELITIAN
Sudarso Km. 10 Medan/ Belawan. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei
2018 – selesai.
Objek penelitian yang diteliti adalah baja tulangan sirip yang tidak
bervariasi. Nilai dari variabel dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif (Sinulinggga
S, 2015).
1. Variabel Independen
yang mempengaruhi dan menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor penyebab kecacatan antara
lain:
baja.
b. Sumber daya manusia adalah orang yang terlibat dalam proses produksi baja.
c. Mesin adalah kesatuan alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau
produksibaja.
d. Metode adalah suatu tata cara dalam melaksanakan suatu proses produksi baja.
2. Variabel Dependen
oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas produk
baja.
variabel yang telah diidentifikasi yang penting dan menjadi fondasi dalam
Cacat Fisik
Mencari Faktor
Melihat Kecacatan Analisis Penyebab Usulan Perbaikan
Gepeng Penyebab Timbulnya
Paling Dominan Utama Kecacatan Kualitas Produk
Kecacatan
Bengkok
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
1. Kondisi Pabrik
1. Teori Buku
2. Proses Produksi
2. Referensi Jurnal Penelitian
3. Informasi Pendukung
Pengolahan Data
1. Check Sheet
2. Stratifikasi
3. Histogram
4. Diagram Pareto
5. Scatter Diagram
6. Peta Kontrol (Control Chart)
7. Cause Effect Diagram
8. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Selesai
1. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,
catatan dari perusahaan atau informasi dari laporan perusahaan seperti sejarah
kecacatan produk.
berikut :
Hasil dari wawancara ini berupa uraian proses produksi dan faktor-faktor
2. Data kecacatan produk dalam satu periode terakhir yang didapat dari bagian
Data Penelitian
Stratifikasi
Check Sheet
Histogram
Diagram Pareto
Scatter Diagram
Peta Kontrol
(Control Chart)
Solusi Perbaikan
diharapkan dari penelitian ini adalah kecacatan produk pada perusahaan dapat
mengalami kerugian.
Pengumpulan data yang diambil yaitu data sekunder yang berupa data
jumlah produksi dan data kecacatan baja tulangan sirip periode Mei 2017 sampai
Data produksi baja tulangan sirip selama bulan Mei 2017 sampai dengan
mutu perusahaan. Data kecacatan produk baja tulangan sirip selama bulan Mei
Jenis Kecacatan
No. Bulan Cacat Fisik Gepeng Bengkok Total (Kg)
(Kg) (Kg) (Kg)
1 Mei 2017 55.150 43.812 42.845 141.807
berikut:
1. Check Sheet
2. Stratifikasi
3. Histogram
4. Pareto Diagram
5. Scatter Diagram
6. Control Chart
sehingga dapat dikonversikan menjadi informasi. Data jumlah dan jenis kecacatan
cacat fisik dengan jumlah 725.958 kg, kemudian gepeng dengan jumlah 626.392
5.2.2. Stratifikasi
pengumpulan data maka kriteria kecacatan pada produk baja tulangan sirip yang
ditetapkan adalah cacat fisik, gepeng dan Bengkok. Identifikasi jenis kecacatan
pencatatan tentang jumlah kecacatan yang terjadi pada tiap jenis kecacatan.
5.2.3. Histogram
tertentu. Histogram jenis kecacatan produk baja tulangan siripdapat dilihat pada
Gambar 5.1.
Cacat Fisik
Gepeng
Bengkok
dominan dan yang perlu segera diatasi. Langkah awal yang dilakukan dalam
persentase kumulatif dari setiap jenis kecacatan. Pengurutan jenis kecacatan baja
Dari tabel diatas, maka dapat dibuat pareto diagram jenis kecacatan produk
baja tulangan sirip dengan software Minitab 18 yang dapat dilihat pada Gambar
5.2.
Sumber: Minitab 18
Gambar 5.2. Pareto Diagram Jenis Kecacatan Produk Baja Tulangan Sirip
kecacatan produk baja tulangan sirip adalah cacat fisik (38,5%) dan gepeng
yang timbul dari produk yang dihasilkan berasal dari 20% jenis kecacatan.
Sehingga untuk mengurangi jumlah produk cacat sampai tingkat 80% cukup
adalah cacat fisik dan gepeng.Scatter diagramantara cacat fisik dan total produksi
Sumber: Minitab 18
kecacatan cacat fisik dengan jumlah produksi. Perhitungan korelasi dapat dilihat
Tabel 5.7. Perhitungan Korelasi Antara Cacat Fisik dan Jumlah Produksi
Total
Cacat
No Produksi X2 Y2 XY
Fisik (X)
(Y)
1 55.150 3.575.000 3.041.522.500 12.780.625.000.000 197.161.250.000
2 30.079 1.873.000 904.746.241 3.508.129.000.000 56.337.967.000
3 68.064 5.057.000 4.632.708.096 25.573.249.000.000 344.199.648.000
4 69.160 3.942.000 4.783.105.600 15.539.364.000.000 272.628.720.000
5 66.705 4.136.000 4.449.557.025 17.106.496.000.000 275.891.880.000
6 58.790 4.051.000 3.456.264.100 16.410.601.000.000 238.158.290.000
7 63.410 5.047.000 4.020.828.100 25.472.209.000.000 320.030.270.000
8 56.810 3.350.000 3.227.376.100 11.222.500.000.000 190.313.500.000
9 65.410 3.612.000 4.278.468.100 13.046.544.000.000 236.260.920.000
10 59.240 4.091.000 3.509.377.600 16.736.281.000.000 242.350.840.000
11 64.790 3.627.000 4.197.744.100 13.155.129.000.000 234.993.330.000
12 68.350 4.616.000 4.671.722.500 21.307.456.000.000 315.503.600.000
Total 725.958 46.977.000 45.173.420.062 191.858.583.000.000 2.923.830.215.000
sebagai berikut:
n∑ XY − ∑ X ∑ Y
r=
2
2
n∑ X − ∑ X n∑ Y − ∑ Y
2 2
12(2.923.830.215.000) − (725.958)(46.977.000 )
r=
[12(45.173.420.062) − (725.958) ][12(191.858.583.000.000) − (46.977.000) ]
2 2
r = 0,8193
Gambar 5.4.
Sumber: Minitab 18
Total
Gepeng
No Produksi X2 Y2 XY
(X)
(Y)
1 43.812 3.575.000 1.919.491.344 12.780.625.000.000 156.627.900.000
2 23.773 1.873.000 565.155.529 3.508.129.000.000 44.526.829.000
3 64.290 5.057.000 4.133.204.100 25.573.249.000.000 325.114.530.000
Produksi(Lanjutan)
Total
Gepeng
No Produksi X2 Y2 XY
(X)
(Y)
4 57.936 3.942.000 3.356.580.096 15.539.364.000.000 228.383.712.000
5 56.792 4.136.000 3.225.331.264 17.106.496.000.000 234.891.712.000
6 56.035 4.051.000 3.139.921.225 16.410.601.000.000 226.997.785.000
7 57.118 5.047.000 3.262.465.924 25.472.209.000.000 288.274.546.000
8 52.402 3.350.000 2.745.969.604 11.222.500.000.000 175.546.700.000
9 58.630 3.612.000 3.437.476.900 13.046.544.000.000 211.771.560.000
10 46.904 4.091.000 2.199.985.216 16.736.281.000.000 191.884.264.000
11 57.416 3.627.000 3.296.597.056 13.155.129.000.000 208.247.832.000
12 51.284 4.616.000 2.630.048.656 21.307.456.000.000 236.726.944.000
Total 626.392 46.977.000 33.912.226.914 191.858.583.000.000 2.528.994.314.000
sebagai berikut:
n∑ XY − ∑ X ∑ Y
r=
2
2
n∑ X 2 − ∑ X n∑ Y 2 − ∑ Y
12(2.528.994.314.000) − (626.392 )(46.977.000 )
r=
[12(33.912.226.914) − (626.392) ][12(191.858.583.000.000) − (46.977.000) ]
2 2
r = 0,7814
Peta kontrol dibuat untuk melihat apakah jumlah kecacatan yang terjadi
pada produk masih dalam batas kewajaran atau tidak sehingga dapat dilakukan
analisis terhadap kecacatan produk. Peta kontrol yang digunakan adalah peta
kontrol atribut yaitu peta kendali p.Peta p menggambarkan bagian yang ditolak
karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dari jumlah produksi.
berikut:
np1 141.807
p1= = =0,0396
n1 3.575.000
∑ 𝑛𝑛𝑛𝑛 1.885.229
p� = = = 0,0401
∑ 𝑛𝑛 46.977.000
3. Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL) dan batas
�p (1- �)
p �
p
UCL = �+3
n
�p (1- �)
p
LCL = �p -3�
n
�p (1- �p)
UCL = �p+3�
n
0,0401 (1-0,0401)
UCL = 0,0401+3�
3.575.000
UCL = 0,0499
�p (1- �p)
LCL = �p -3�
n
0,0401 (1-0,0401)
LCL = 0,0401-3�
3.575.000
LCL = 0,0302
Berdasarkan perhitungan nilai LCL dan UCL di atas, terlihat bahwa proporsi
kecacatan (p) masih berada dalam batas kontrol. Adapun perhitungan batas
Total Total
No Produksi Kecacatan p CL UCL LCL
(Kg) (Kg)
1 3.575.000 141.807 0,0396 0,0401 0,0499 0,0302
Total Total
No Produksi Kecacatan P CL UCL LCL
(Kg) (Kg)
7 5.047.000 180.259 0,0357 0,0401 0,0484 0,0318
Dari hasil perhitungan Tabel 5.9. di atas, maka dapat digambarkan peta
p
CL
UCL
LCL
diagram sebab akibat.Pada tahap ini, dilakukan analisis penyebab terjadinya cacat
fisik dan gepeng. Diagram sebab akibat untuk produk baja tulangan sirip dapat
Mesin
Kurangnya pemeriksaan
sebelum proses produksi
Cacat
Fisik
Manusia Material
Gepeng
Manusia Material
Sirip Gepeng
mencegah masalah yang terjadi pada produk dan proses. Tujuan dari penerapan
FMEA adalah mencegah masalah terjadi pada proses dan produk. Tahapan
Dari diagram pareto, diperoleh dua jenis kecacatan yang berpotensial besar
terjadi selama proses produksi di lantai produksi yaitu cacat fisik dan gepeng.
sebab-akibat yang dapat dilihat pada gambar 5.6. dan gambar 5.7.
Dari kedua jenis kecacatan yang ada, maka dapat ditentukan efek yang
Efek yang ditimbulkan oleh kegagalan dapat dibuat kedalam tabel seperti
dibawah ini
faktor - faktor utama yaitu mesin, manusiadan material. Untuk itu, dilakukan
(severity) dari kedua jenis kecacatan tersebut. Adapun alasan pemberian nilai efek
Sirip baja tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan, menurunnya daya lekat
baja, produk tidak layak jual sehingga akan dijadikan scrap. Hal ini dapat
kekuatan tarik baja, produk tidak layak jual sehingga akan dijadikan scrap.Hal
Pemberian nilai rating untuk efek kegagalan dapat dilihat pada Tabel 5.11.
berikut.
Mode
Efek Kegagalan S
Kegagalan
Sirip baja tidak sesuai dengan spesifikasi
perusahaan, produk tidak layak jual
Cacat Fisik 7
sehingga akan dijadikan scrap,
menurunnya daya lekat baja
Bentuk permukaan baja tidak sesuai
spesifikasi, menurunnya ketahanan dan
Gepeng 7
kekuatan tarik baja, produk tidak layak
jual sehingga akan dijadikan scrap
1. Untuk efek “Sirip baja tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan, menurunnya
daya lekat baja, produk tidak layak jual sehingga akan dijadikan scrap”.
Disebabkan oleh :
c. Posisi billet yang tidak tepat saat akan dimasukkan ke mesin rolling
ketahanan dan kekuatan tarik baja, produk tidak layak jual sehingga akan
dibawah ini.
tersebut.Pemberian nilai rating untuk peluang kegagalan dapat dilihat pada Tabel
5.13. berikut.
Berdasarkan tabel pada lampiran, termasuk dalam kategori sedang dengan nilai
5.
penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali kurang lebih dalam 20-40
tinggidengan nilai 7.
4. Komposisi logam cair tidak standar diberikan nilai 4, dikarenakan penyebab ini
Berdasarkan tabel pada lampiran, termasuk dalam kategori sedang dengan nilai
4.
5. Ruang yang tidak padat pada cetakan billet diberikan nilai 5, dikarenakan
dengan nilai 5.
dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali kurang lebihdalam 80-
pada gambar 5.6. dan gambar 5.7, maka dapat dilakukan pengendalian terjadinya
Mode Penyebab
Efek Kegagalan Metode Deteksi
Kegagalan Kegagalan
Periksa mesin
Terdapat serpihan
sebelum memulai
baja pada mesin
proses produksi
Sirip baja tidak sesuai dengan Periksa mesin
Mesin Rolling Mill
spesifikasi perusahaan, produk Rolling Mill
tidak bekerja
Cacat Fisik tidak layak jual sehingga akan sebelum melakukan
optimal
dijadikan scrap, menurunnya proses produksi
daya lekat baja Operator kurang Melakukan
teliti saat pengawasan
menempatkan billet intensif terhadap
ke mesin rolling operator
Bentuk permukaan baja tidak Mengecek logam
sesuai spesifikasi, menurunnya cair yang telah
Komposisi logam
Gepeng ketahanan dan kekuatan tarik memenuhi
cair tidak standar
baja, produk tidak layak jual komposisi sesuai
sehingga akan dijadikan scrap syarat
Mode Penyebab
Efek Kegagalan Metode Deteksi
Kegagalan Kegagalan
Terdapat ruang Memeriksa cetakan
yang tidak padat billet sebelum
Bentuk permukaan baja tidak
pada cetakan billet proses produksi
sesuai spesifikasi, menurunnya
Gepeng ketahanan dan kekuatan tarik Memilih bahan
baja, produk tidak layak jual Banyaknya jenis baku dengan karbon
sehingga akan dijadikan scrap bahan baku yang yang dibutuhkan
berkarbon tinggi sebelum dituang ke
tanur induksi
Mode Penyebab
Efek Kegagalan Metode Deteksi D
Kegagalan Kegagalan
Periksa mesin
Terdapat serpihan
sebelum memulai 6
baja pada mesin
proses produksi
Sirip baja tidak sesuai dengan Periksa mesin
Mesin Rolling Mill
spesifikasi perusahaan, produk Rolling Mill
tidak bekerja 7
Cacat Fisik tidak layak jual sehingga akan sebelum melakukan
optimal
dijadikan scrap, menurunnya proses produksi
daya lekat baja Operator kurang Melakukan
teliti saat pengawasan
4
menempatkan billet intensif terhadap
ke mesin rolling operator
Bentuk permukaan baja tidak Mengecek logam
sesuai spesifikasi, menurunnya cair yang telah
Komposisi logam
Gepeng ketahanan dan kekuatan tarik memenuhi 5
cair tidak standar
baja, produk tidak layak jual komposisi sesuai
sehingga akan dijadikan scrap syarat
Mode Penyebab
Efek Kegagalan Metode Deteksi D
Kegagalan Kegagalan
Terdapat ruang Memeriksa cetakan
yang tidak padat billet sebelum 4
Bentuk permukaan baja tidak
pada cetakan billet proses produksi
sesuai spesifikasi, menurunnya
Gepeng ketahanan dan kekuatan tarik Memilih bahan
baja, produk tidak layak jual Banyaknya jenis baku dengan karbon
sehingga akan dijadikan scrap bahan baku yang yang dibutuhkan 5
berkarbon tinggi sebelum dituang ke
tanur induksi
sebagai berikut :
2. Periksa mesin Rolling Mill sebelum melakukan proses produksi diberikan nilai
pembongkaran
Dihitung nilai RPN (risk priority number) melalu hasil perkalian antara
rating severity (S), occurance (O) dan detection (D) untuk menentukan prioritas
RPN = S x O x D
=7x5x6
= 210
Mode
Efek Kegagalan S Penyebab Kegagalan O Metode Deteksi D RPN
Kegagalan
Terdapat serpihan baja pada Periksa mesin sebelum
5 6 210
mesin memulai proses produksi
Periksa mesin Rolling Mill
Sirip baja tidak sesuai dengan Mesin Rolling Mill tidak
7 sebelum melakukan proses 7 343
spesifikasi perusahaan, produk tidak bekerja optimal
Cacat Fisik 7 produksi
layak jual sehingga akan dijadikan
scrap, menurunnya daya lekat baja Operator kurang teliti saat
Melakukan pengawasan
menempatkan billet ke 6 4 168
intensif terhadap operator
mesin rolling
merupakan jenis kegagalan yang dijadikan prioritas utama untuk segera dilakukan
jenis kecacatan pada baja tulangan sirip yang akan diambil datanya, yaitu jenis
kecacatan cacat fisik, gepeng dan miring. Pada check sheet, diberikan informasi
mengenai jumlah kecacatan yang terjadi pada setiap bulan mulai dari bulan Mei
2017 sampai dengan bulan April 2018. Dari check sheet dapat dilihat bahwa
jumlah kecacatan produk baja berada diatas angka 2 % yang merupakan batas
standarisasi dari perusahaan. Jenis kecacatan yang paling besar adalah jenis
kecacatan cacat fisik. Pada histogram terlihat jelas bahwa urutan jenis kecacatan
yang palingbanyak terjadi pada jenis kecacatan cacat fisik, gepeng dan miring.
kecacatan produk.
Dari diagram pareto dapat dilihat bahwa persentase jenis kecacatan cacat
fisik (38,50%) dan jenis kecacatan gepeng (33,20%) adalah persentase kumulatif
yang paling dominan. Berdasarkan aturan Pareto 80-20 dimana 80% produk cacat
disebabkan oleh 20% jenis kecacatannya. Jadi untuk mengatasi masalah kecacatan
harus menyelesaikan jenis kecacatan paling dominan yaitu, jenis kecacatan cacat
fisik dan gepeng dengan menyelesaikan faktor dominan tersebut maka dapat
untuk jenis kecacatan cacat fisik dan untuk jenis kecacatan gepeng diperoleh nilai
koefesien korelasi sebesar 0,7814. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
batas kontrol (in control) yang berarti data yang diambil sudah seragam, sehingga
karakteristik kualitas output kerja. Pada cause and effect diagram sumber-sumber
potensial yang menjadi masalah dibagi menjadi 3 bagian yaitu manusia, mesin
berikut.
Dari hasil FMEA diperoleh nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi
pada jenis kecacatan cacat fisik yaitu sebesar 343 untuk penyebab kegagalan
karena mesin Rolling Mill tidak bekerja optimal. Cacat fisik terjadi ketika terdapat
part mesin yang rusak atau terdapat potongan baja yang tertinggal di mesin maka
mengakibatkan sirip pada baja tidak tercetak. Nilai tersebut merupakan mode
kegagalan paling kritis dan dijadikan sebagai prioritas pertama sehingga perlu
Selain itu nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi pada jenis kecacatan
gepeng yaitu sebesar 210 untuk penyebab kegagalan karena banyaknya jenis
bahan baku berkarbon tinggi pada jenis kecacatan gepeng. Scrap dengan kadar
karbon tinggi akan membuat komposisi baja tidak sesuai standarisasi, hal ini dapat
kegagalan kritis sehingga perlu dilakukan usulan perbaikan, yaitu memilih scrap
scrap dengan karbon rendah agar dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan
resiko kegagalan. Dari proses produksi masih ditemukan banyak kegagalan dan
tindakan usulan yang dapat dilihat pada Tabel 6.3. sebagai berikut.
7.1. Kesimpulan
1. Jenis kecacatan produk baja tulangan sirip yang paling dominan yaitu jenis
kecacatan cacat fisik (38,50 %) dan jenis kecacatan gepeng (33,20 %).
2. Penyebab terjadinya jenis kecacatan cacat fisik dan gepeng dapat dilihat dari
faktor mesin, manusia dan material.Untuk jenis kecacatan cacat fisik yaitu
mesin rolling mill tidak bekerja optimal,terdapat serpihan baja pada mesin
Sedangkan untuk jenis kecacatan gepeng yaitu komposisi logam cair tidak
standar, terdapat ruang yang tidak padat pada cetakan billet dan banyaknya
kecacatan yang memiliki nilai RPN tertinggi yakni mesin rolling mill tidak
bekerja optimal dengan nilai RPN 343. Untuk mengatasi penyebab tersebut,
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
perbaikan yang diberikan untuk meminimasi cacat seperti cacat fisik dan
gepeng.
menetapkan standar kualitas bahan baku agar didapatkan bahan baku yang
sesuai standar.
Hall
Departemen Teknik
McDermot, Robin E. 2009. The Basic of FMEA, Edisi 2. USA : CRC Press
Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Metode Fault Tree
Diponegoro