2018
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9824
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KAJIAN PENGARUH AUS PAHAT TERHADAP KEKASARAN
PERMUKAAN PADA PEMBUBUTAN KERAS BAJA AISI 4340
MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
RICKY MAYCEL HESKIA PURBA
120401072
Disetujui Oleh:
Diketahui Oleh :
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
Kata Kunci : Kekasaran permukaan, Pahat PND AlTiN, Aus PAhat, Baja AISI
4340, Pembubutan Keras.
Keywords: surface roughness, chisel PVD AlTiN, Aus Pahat, AISI 4340 Steel,
Hard Turning.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul
“KAJIAN PENGARUH AUS PAHAT TERHADAP KEKASARAN
penulis merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah pada beberapa hal
1. Material yang digunakan adalah baja AISI 4340 yang telah diberi
pemotongan (drycutting).
permukaan”
1. BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup pengujian.
2. BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan yaitu mengenai
pemotongan logam dan mesin bubut, mata pahat, dan persamaan-
persamaan yang akan digunakan.
3. BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini memberikan informasi mengenai tempat pelaksanaan pengujian
bahan dan peralatan yang dipakai dan metode penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Keausan tepi dianggap sebagai kriteria keausan yang paling utama pada
proses permesinan dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akurasi
komponen termesin. Pengaruh parameter pemotongan terhadap keausan tepi dan
mekanismenya dalam permesinan keras pada percobaan yang berturut-turut telah
didiskusikan oleh A.K. Sahoo, B. Sahoo. (2013), juga telah dilakukan observasi
bahwa harga keausan tepi masih berkisar pada batas yang direkomendasikan yaitu
0.3 mm, yaknik ketika pemotongan dilakukan pada kedalaman potong 0.2 mm
dan 0.3 mm dibawah keseluruhan jangkauan harga dari kecepatan makan dan
kecepatan potong dari pahat berlapis AlTiN.
Dalam studi klasik oleh F.W. Taylor pada pemesinan suatu baja dilakukan
diawal tahun 1890, hubungan perkiraan berikut untuk umur pahat, dikenal sebagai
persamaan umur pahat taylor, yaitu :
𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑛𝑛 = 𝐶𝐶
Dimana, V adalah kecepatan pemotongan, T adalah waktu (dalam menit)
yang dibutuhkan untuk mengembangkan keausan tepi (flank wear) tertentu, n
adalah eksponen yang tergantung pada alat dan bahan benda kerja serta kondisi
pemotongan, dan C adalah konstan.
Pada mulanya untuk memotong baja digunakan baja karbon yang tinggi
sebagai bahan perkakas potong dimana kecepatan potong pada waktu itu hanya
bisa mencapai sekitar 10m/menit.Berkat kemajuan teknologi, kecepata potong
ini dapat dinaikan sehingga mencapai sekitar 700 m/menit yaitu dengan
menggunakan CBN (Cubic Boron Nitride).Kecepatan potong yang tinggi
tersebut dicapai berkat kekerasan yang relatif tinggi meskipun temperatur
kerjanya cukup tinggi. Meskipun demikian bukan berarti hanya merekalah yang
saat ini dipakai sebagai bahan potong tetapi jenis yang lain pun masih tetap
dipilih yaitu pada saat diperlukan sifat keuletan tinggi.
Hot hardness karbida yang disemen (diikat) ini akan menurun bila terjadi
pelunakan elemen pengikat. Semakin besar persentase pengikat Co maka
kekerasannya menurun dan sebaliknya keuletannya membaik.Modulus
elastisitasnya sangat tinggi demikian pula berat jenisnya (density, sekitar 2 kali
baja).Koefisien muainya setengah daripada baja dan konduktivitas panas HSS.
Ada 3 jenis utama pahat karbida sisipan, yaitu :
• Karbida WC-TiC-Co
• Karbida WC-TaC-TiC+Co
• Karbida berlapis
5. Keramik (Ceramics)
Keramik adalah material paduan metalik dan non metalik.Proses
pembuatannya melalui powder processing. Keramik secara luas mencakup
karbida, nitrida, borida, oksida, silikon, dan karbon. Keramik mempunyai
sifat yang relatif rapuh.Beberapa contoh jenis keramik sebagai perkakas
potong adalah :1. Keramik oksida atau oksida aluminium (Al2O3) murni
atau ditambah 30% titanium (TiC) untuk menaikkan
kekuatannonadhesif.Disertai dengan penambahan serat halus (whisker)
dari SiC dimaksudkan untuk mengurangi kegetasan disertai dengan
penambahan zirkonia (ZrO2) untuk menaikan jumlah retak mikro yang
PVD Coatings telah terbukti sangat baik melapisi material Stainless steel,
Tools steel dan hampir semua material yang dilapisi Nickel-Chrome dapat di PVD
Coating. Beberapa bahan yang langsung dapat melapisi ke bahan substrat (paduan
Titanium dan Graphite).Untuk Pemeliharaan Anda dapat menggunakan kain
lembut dengan sedikit sabun dan air.Hindari semua produk untuk menghilangkan
karat, dan yang mengandung Hydrochloric, Hydrofluoric, dan / atau Phosphoric
acid atau Coustic Agents.
− Perlakuan terhadap substrat/material sebelum dikirim ke jasa PVD
Coating.
− Lindungi base material dari karat, dan benturan dalam perjalanan dengan
melapisi oli anti karat, bantalan dll sebelum dikirim ke jasa PVD Coating .
− Harap diberi tanda dibagian mana yang akan di coating dengan
menunjukan Gambar atau langsung diberi tanda di substrat/material yang
akan dicoating.
− PVD Coating melibatkan pemanasan dan Vacuum, Mohon beri tahu kami
jenis Base material apa yang akan di coating, supaya tidak terjadi
Deformasi, Tranmutasi atau annealing.
− Hindari proses electroplating, perlakuan kimia, Blackening, Oksidasi,
Nitriding, Nitro sulfurizing dll, karena dapat menyebabkan masalah pada
saat proses PVD Coating.
Benda kerja dipegang oleh pencekam yang dipasang diujung poros utama
(spindle), dengan mengatur lengan pengatur yang terdapat pada kepala diam,
poros utama (n) dapat dipilih.Harga putaran poros utama umumnya dibuat
bertingkat, dengan aturan yang telah distandartkan, misalnya 630, 710, 800, 900,
1000, 1120, 1250, 1400, 1600, 1800, dan 2000 rpm.
Dalam kepatuhan yang ketat pada istilah, ada sebuah perbedaan arti
dalam singkatan NC dan CNC.NC adalah singkatan dari Numerical Control
teknologi yang awal dan original, sedangkan CNC adalah singkatan dari
Computerized Numerical Controlteknologi yang baru.Dalam prakteknya
CNC lebih diminati.Untuk menerangkan kedua istilah, perhatian pada
Chuck
Workpiece
Tail Stock
Gambar 2.4 Proses Bubut Rata, Bubut Permukaan dan Bubut Tirus
Karbon, C 0,410 %
Silicon , Si 0,220 %
Cu 0,050 %
Mangan, Mn 0,650 %
Fosfor, P 0,015 %
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Bahan
Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340 yang
telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pemilihan baja AISI 4340
karena baja ini banyak dipakai dalam pembuatan komponen-komponen
pemesinan, komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnya automotive dan
aircraftscrankshafts, rear axle shafts, connecting rod, propeller hub, gear, drive
shafts. Adapun karekteristik dari baja AISI 4340 adalah sebagai berikut :
Properties Metric
Reduction Area 55 %
Elongation 16 %
HRc (45-50)
3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- K = Kennametal
- C = Insert Material, Carbide
- U = Universal Workpiece Material
- 25 = Relative Hardness
M = Pengunci ganda,
S = Bentuk sisipan segiempat,
D = Sudut potong pahat 45°,
N = Sudut pahat 0°,
N = Arah pahat netral,
Tebal Holder = (20x20) mm,
K (panjang holder) = 125 mm,
Ukuran pahat sisipan = 12 mm
− Merk : Mitutoyo
− Koneksi : USB
v 80 95
a 1 2
Mulai
• Survey
Studi literatur
Tidak
Ya
Proses pembubutan
Dilakukan dengan 8 kondisi
pemotongan hingga
mencapai VB 0,2-0,3
Menghasilkan persamaan,
tabel, dan grafik
Kesimpulan
Selesai
Entry Point
End Point
f
Terlihat pada tabel bahwa Ra (untukVB awal dan akhir) ditemukan bahwa
nilai Ra yang paling besar adalah pada kondisi pemotongan 1 (v 95 m/min, f0.2
mm/rev, a 2 mm) dan diikuti kondisi pemotongan 5 (v 80 m/min, f 0.2 mm/rev, a
2 mm). Berikut gambar pengambilan nilai dan gambar alur kekasaran permukaan :
(b) Alur kekasaran pada VB 0,033 mm dengan nilai Ra 2,742 micron pada end
point
Gambar 4.2. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan HHH pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HHH pada end point
VB awal.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,3 mm dengan nilai Ra 2,481 micron pada end
point
Gambar 4.3. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan HHH pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HHH pada end point
VB akhir.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,072 mm dengan nilai Ra 2,450 micron pada
end point
Gambar 4.4.(a) permukaan termesin kondisi pemotongan HHL pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HHL pada end point
saat VB awal.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,2 dengan nilai kekasaran 1,771 pada end point
Gambar 4.5.(a) permukaan termesin kondisi pemotongan HHL pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HHL pada end point
saat VB akhir.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,078 mm dengan nilai Ra 2,245 micron pada end
point
Gambar 4.6 (a) permukaan termesin kondisi pemotongan HLH pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HLH pada end point
saat VB awal.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,2 dengan nilai Ra 1,872 pada end point
Gambar 4.7.(a) permukaan termesin kondisi pemotongan HLH pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HLH pada end point
saat VB akhir.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,054 dengan nilai Ra 2,282 micron pada end
point
Gambar 4.8.(a) permukaan termesin kondisi pemotongan HLL pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HLL pada end point
saat VB awal.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,2 mm dengan nilai Ra 1,713 micron pada end
point
Gambar 4.9.(a) permukaan termesin kondisi pemotongan HLL pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan HLL pada end point
saat VB akhir.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,065 mm dengan nilai Ra 2,135 micron pada end
point
Gambar 4.10.(a) permukaan termesin kondisi pemotongan LHH pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LHH pada end point
VB awal.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,2 dengan nilai Ra 2,161 micron pada end point
Gambar 4.11.(a) permukaan termesin kondisi pemotongan LHH pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LHH pada end point
VB akhir.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,043 mm dengan nilai Ra 2,422 micron pada
end point
Gambar 4.12. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan LHL pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LHL pada end point
saat VB awal.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,219 mm dengan nilai Ra 1,835 micron pada
end point
Gambar 4.13. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan LHL pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LHL pada end point
saat VB akhir.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,05 mm dengan nilai Ra 2,801 micron pada end
point
Gambar 4.14. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan LLH pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LLH pada end point
saat VB awal.
(b) Alur kekasaran padaVB 0,2 dengan nilai Ra 1,286 micron pada end point
Gambar 4.15. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan LLH pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LLH pada end point
saat VB akhir.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,082 dengan nilai Ra 2,470 micron pada end
point
Gambar 4.16. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan LLL pada entry point
saat VB awal, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LLL pada end point
saat VB awal.
(b) Alur kekasaran pada VB 0,3 dengan nilai Ra 2,171 pada end point
Gambar 4.17. (a) permukaan termesin kondisi pemotongan LLL pada entry point
saat VB akhir, (b) permukaan termesin kondisi pemotongan LLL pada end point
saat VB akhir.
TC VS Ra (VB awal)
3,5
Kekasaran (Micron)
Pada grafik 4.18 dapat dilihat nilai kekasaran (Ra) berbanding dengan
waktu permesinan pada Ra (VB awal) pada kongisi high dan pada grafik 4.19
dapat dilihat waktu permesinan pada Ra (VB awal) pada kondisi low. Dari kedua
grafik tersebut dapat kita lihat nilai Ra tertinggi pada kondisi high (pada VB awal)
yaitu pada saat kondisi pemotongan HHH (v = 95 f = 0,2 a = 2) dengan nilai
kekasaran (Ra) yaitu 2.982μm (pada entry point) dengan waktu permesinan 0,48 menit,
dan nilai kekasaran terendah pada kondisi high (pada VB awal) terjadi pada kondisi
pemotongan HLL (v = 95 f = 0,1 a = 1) dengan nilai (Ra) yaitu 2.136 μm (pada entry
point) dengan waktu permesinan 1,88 menit. Sedangkan nilai kekasaran tertinggi pada
kondisi low (pada VB awal)terjadi pada kondisi pemotongan LHH (v = 80 f = 0,2 a = 2)
dengan nilai kekasaran (Ra) yaitu 2.668 μm (pada entry point) dengan waktu permesinan
1.57 menit, dan nilai kekasaran (Ra) terendah pada kondisi low (pada VB awal)terjadi
pada kondisi pemotongan LLH (v = 80 f = 0,1 a = 2) dengan nilai kekasaran (Ra) yaitu
2.125μm (pada entry point).
TC VS Ra (VB akhir)
2,5
2
Kekasaran (Micron)
Pada grafik 4.20 dapat dilihat nilai kekasaran (Ra) berbanding dengan
waktu permesinan pada Ra (VB akhir) pada kondisi high dan pada grafik 4.21
dapat dilihat waktu permesinan pada Ra (VB akhir) pada kondisi low. Dari kedua
grafik tersebut dapat kita lihat nilai kekasaran (Ra) tertinggi pada kondisi high
(pada VB akhir) yaitu pada saat kondisi pemotongan HHH (v = 95 f = 0,2 a = 2)
dengan nilai kekasaran (Ra) yaitu 2.481μm (pada end point) dengan waktu
permesinan 5,9 menit, dan nilai kekasaran terendah pada kondisi high (pada VB akhir)
Gambar 4.22. Grafik perbedaan Ra (VB awal) pada entry point dan end point
Gambar 4.23. Grafik perbedaan Ra (VB akhir) pada entry point dan end point
2,5
0,5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Kondisi Pemotongan
Gambar 4.24. Grafik perbedaan Ra saat VB awal dan VB akhir pada entry point dan end point
Data yang terlihat pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat data yang
signifikan, oleh karena itu nilai terendah yang dapat diambil dan paling berpengaruh
terhadap kekasaran permukaan adalah variabel B–fdan A–vdibandingkan dengan
variabel C–a.
Berikut model matematik Ra pada entry point dalam coded factors dari regresi
oleh software design expert dijabarkan sebagai berikut:
Ra Entry = 1,80 + 0,064A + 0,14B + 0,027C – 0,014AB + 0,18AC + 0,17 BC
Berikut model matematik Ra pada entry point dalam actual factors dari regresi
oleh software design expert dijabarkan sebagai berikut:
Ra Entry = 7,80217 – 0,056333v – 4,40333f – 5,099a – 0,037333vf + 0,047va +
6,93fa
Data yang telah didapat dari Analysis of Varians (ANOVA) perangkat lunak
Design Expert memperlihatkan model kekasaran permukaan pada end point.Berikut
adalah nilai kekasaran permukaan yang terjadi pada end point yang telah dilakukan
analisis oleh perangkat lunak Design Expert terlihat pada tabel 4.4.
Hasil dari analisis varians (ANOVA) akan ditunjukkan pada tabel 4.4. yang
memperlihatkan model kekasaran permukaan (Ra) pada end point tersebut signifikan
dengan nilai F = 77.98 Dengan catatan bahwa nilai p-value (Prob>F) lebih besar
daripada 0,05 maka pemodelan tersebut signifikan. Pada tabel 4.4. terlihat bahwa
ketiga variabel tidak signifikan dikarenakannilai p-value (Prob>F) lebih dari 0,05, oleh
karena itu nilai yang paling kecil dari p-value (Prob>F) menjadi variabel yang paling
signifikan sehingga variabel B–f lebih berpengaruh terhadap pemodelan Ra pada entry
point daripada variabel A–v dan C–a.
Berikut model matematik Ra pada end point dalam coded factors dari regresi
oleh software design expert dijabarkan sebagai berikut:
Proses optimasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Design Expert yang
mana proses input data parameter pemotongan serta batas – batas nilai optimasi yang
ditetapkan. Optimasi yang dilakukan juga mengacu kepada hubungan antara Ra dengan VB
yang dilakukan dengan 2 bagian yaitu, pada optimasi terhadap Ra entry point dan end point
data, serta optimasi terhadap Ra dan VB yang dilakukan serempak. Terlihat pada tabel (goal,
lower limit, serta upper limit) telah dilakukan untuk optimasi terhadap nilai Ra entry point dan
end point, dengan acuan bahwa nilai tetapan untuk VB berada pada jangkauan nilai terendah
dan tertinggi keausan yang terjadi, dan nilai tetapan untuk Ra (entry dan end point) diatur
berada pada nilai minimal (terendah). Maka didapat hasil optimasi yang terlihat pada tabel
optimum. Dari data tersebut, didapat hasil optimasi yang dipilih sebagai nilai yang paling
optimum adalah v : 80 m/min, f : 0,1 mm/rev, a : 1,945 mm,Ra entry point : 1,300μm, Ra end
4.5 Perbandingan Performa Pahat Karbida PVD Berlapis AlTiN dan PVD Berlapis
TiCN
Hasil performansi dari pahat karbida PVD berlapis AlTiN ini akan dibandingkan
dengan pahat PVD berlapis TiCN yang sudah diuji sebelumnya oleh Skein (2017). Dalam hal
ini kedua pahat merupakan produk dari Kennametal asal USA, dan merupaka pahat karbida
PVD (Physical Vapour Deposition) namun berbeda dalam hal bahan pelapis.
4.5.1 Pemaparan Data Hasil Penelitian dengan PVD Berlapis TiCN
Tabel 4.7 Data Hasil Eksperimen Skein (2017)
v f a VB Ra (VB awal) Ra (VB akhir)
NO (m/min) (mm/rev) (mm) NOTE (mm) (micron) (micron)
entry End entry end
1 75 0,15 1,5 HHH 0,33 1,119 1,307 1,409 1,941
2 75 0,15 1 HHL 0,225 1,262 2,357 1,363 1,196
3 75 0,1 1,5 HLH 0,237 1,379 1,653 2,605 2,761
4 75 0,1 1 HLL 0,223 1,22 1,328 1,337 1,201
5 65 0,15 1,5 LHH 0,3 2,607 1,491 1,673 1,698
6 65 0,15 1 LHL 0,222 1,657 1,478 2,317 2,514
7 65 0,1 1,5 LLH 0,244 1,398 1,146 1,866 1,436
8 65 0,1 1 LLL 0,307 2,314 2,456 1,968 1,729
Tabel diatas merupakan hasil yang didapatkan dari peformansi pahat karbida berlapis
TiCN oleh Skein (2017). Dimana kondisi pemotongan pada kondisi high dilakukan dengan
karakteristik pemotongan yaitu (v = 75 f = 0,15 a = 1,5) dan pada kondisi pemotongan low
dilakukan dengan karakteritik pemotongan yaitu (v = 65 f = 0,1 a = 1)
Pada penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Skein
(2017).dimana pengukuran kekasaran permukaan pada VB akhir didapat bahwa kekasaran
permukaan lebih dominan terjadi pada end point yang disimpulkan terjadi akibat kenaikan
nilai keausan pahat yang terjadi selama proses pemotongan berlangsung. Kenaikan nilai
kekasaran permukan juga terlihat lebih signifikan pada tahap ini (Ra ; VB akhir). Namun pada
penelitian yang dilakukan Skein (2017)) nilai kekasaran permukaan tertinggi yang didapat
pada kondisi pemotongan LHH sedangkan pada penelitian ini nilai kekasaran permukaan
tertinggi didapat pada kondisi pemotongan HHH.
Menurut Suresh, et all. (2012) bahwa dalam rangka untuk meminimalisir kekasaran
permukaan, memerlukan adanya kecepatan potong yang tinggi, kecepatan makan yang
rendah, kedalaman potong yang rendah dan waktu permesinan yang pendek digunakan
mengingat minimalisasikan keausan pahat memerlukan kecepatan makan yang rendah dan
kecepatan potong yang juga rendah, sama halnya pada penelitian ini dimana pada kondisi
pemotongan kecepatan potong yang tinggi, kecepatan makan yang rendah dan kedalaman
potong yang rendah (HLL) menghasilkan nilai kekasaran permukaan yang terendah.
Berikut akan dibandingkan antara Pahat karbida PVD berlapis AlTiN dan pahat
karbida PVD berlapis TiCN dalam hal nilai optimum. Berikut nilai optimum pahat karbida
PVD berlapis TiCN yang didapat dari hasil penelitian Skein (2017)
Berikut nilai optimum pahat karbida PVD berlapis AlTiN yang didapat dari hasil
penelitian yang telah dilakukan
Tabel 4.9 Nilai optimum pahat karbida PVD berlapis AlTiN
Dari nilai optimum kedua mata pahat tersebut dapat disimpulkan bahwah Pahat
karbida PVD berlapis TiCN lebih baik dari pahat karbida PVD berlapis AlTiN dalam hal
hasil produksi, hal ini dapat kita lihat dari nilai kekasaran (Ra) yang diperoleh dengan
analisa desaign - expert dimana nilai kekasaran (Ra) yang dihasilkan oleh pahat karbida
PVD TiCN lebih baik dari pada nilai kekasaran (Ra) yang dihasilkan oleh pahat karbida
PVD berlapis AlTiN. Namun kedua pahat masih memenuhi standar medium finish (Ra < 6
μm).Namun dalam hal performansi pahat karbida PVD berlapis AlTiN lebih baik jika dibandingkan
dengan pahat karbida PVD berlapis TiCN.
5.1 KESIMPULAN
1. Semua data Ra hasil eksperimen merupakan data yang memenuhi syarat dengan
spesifikasi medium finish; (Ra ≤ 6.3 μm) sesuai dengan standar ISO 1302:2002. Dengan
nilai Ra pada entry point = 2,152 μm dan pada end point = 2,481 pada note HHH sebagai
batas atas. Dan pada note LLL sebagai batas bawah diperoleh nilai Ra pada entry point =
2,123 μm dan pada end point = 2,171 μm.
Pada beberapa permukaan termesin hasil pembubutan, ditemukan adanya pattern
irregularities (ketidakteraturan alur) akibat kondisi pemotongan dan juga ditemukan
adanya BUE (Built Up Edge) pada pahat. Ketidakseragaman pola pada benda kerja akibat
keausan pahat yang selain diakibatkan oleh proses abrasif juga terjadi akibat adanya
proses adhesif pada pahat atau lebih dikenal dengan BUE (Built Up Edge).
2. Kekasaran permukaan (Ra) dipengaruhi oleh parameter kondisi pemotongan yaitu gerak
makan f, yang dinilai sebagai parameter yang paling berpengaruh, disusul oleh kecepatan
potong v, dan terakhir adalah kedalaman potong a yang tidak terlalu memberikan
pengaruh terhadap nilai Sehingga dapat disimpulkan bahwah diperlukan kombinasi laju
pemakanan f yang rendah, dan kecepatan potong v yang tinggi untuk meminimalkan nilai
kekasaran permukaan.
3. Menghasilkan model matematik Ra yang di regresi oleh Software Design Expert yaitu:
Ra Entry = 7,80217 – 0,056333v – 4,40333f – 5,099a – 0,037333vf + 0,047va + 6,93fa
Ra End Point = 9,57250 – 0,0714v – 13,9333f – 5,409a + 0,042667vf + 0,0476va +
8,81fa
5.2 SARAN
Adapun saran dari penulis untuk mendukung terciptanya kualitas yang baik untuk
penelitian terkait yang akan dilakukan selanjutnya yaitu:
1. Selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja ketika dalam proses penelitian
(menyediakan kotak P3K dan alat keselamatan kerja selama proses penelitian
berlangsung).
2. Diharapkan agar selalu mengecek kondisi benda kerja yang sudah terpasang pada mesin
CNC terlebih dahulu sebelum memulai penelitian. Pastikan benda kerja dalam keadaan
center
3. Diharapkan pada saat melakukan foto permukaan benda kerja hendaknya digunakan
mikroskop dengan resdolusi yang lebih baik dan juga dengan menggunakan skala
pengaturan pembesaran gambar yang lebih baik
4. Diharapkan agar pada penelitian selanjutnya, semua pengukuran dilakukan diatas meja
ukur
5. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat segera memotong geram (chip) yang terlalu panjang
dengan menggunakan tang potong, untuk menghindari geram tersebut menggulung pada
benda kerja dan mengakibatkan kerusakan pada pahat yang sedang digunakan.
AZoM. (2012, 13 september). AISI 4340 Alloy Steel (UNS G43400). 28 Maret 2017, dari
http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6772
Fahlevi, M Reza. (2017) Hubungan Aus Pahat Dengan Kekasaran Permukaan. Teknik Mesin
USU
Gaurav Bartarya, S.K. Choudhury. (2012). State of the art in hard turning. Int. Journal of
Machine Tools and Manufacture, 53 : 1-14.
Ginting, A. dan Masyithah, Zuhrina. (2011). Kajian Ketermesinan Baja Perkakas Bahan
Produk Transportasi Dan Pertahanan Pada Pemesinan Laju Tinggi,Keras Dan Kering.
Teknik Mesin USU.
Ibrahim. Gusri Akhyar. (2012) Prestasi Pahat Karbida Berlapis TiN/AL2O3/TiCN Pada Saat
Pembubutan Baja Perkakas AISI D2No. 2
Montgomery, Dauglas C. 2009. Design And Analysis Of Ex[periments 8th Edition. New
Jersey : Wiley & Sons.
Nexhat Qehaja, et al. (2015). Effect of machining parameters and machining time on surface
roughness in dry turning process. Procedia Engineering,100 : 135-140.
R. Suresh, et al. (2012), Machinability investigations on hardened AISI 4340 steel using
coated carbide insert. Int. Journal of Refractory Metals and Hard Materials, 33 : 75-86