Disusun oleh :
Tujuan dari Kebijakan Bus Rapid Transit melalui Perda no.8 tahun
2008 ini tidak lain adalah untuk menarik minat warga masyarakat untuk
beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke kendaraan umum atau
massal. Selain itu, dengan adanya angkutan umum diharapkan akan
mampu mengurangi masalah kemacetan yang mulai dirasakan oleh warga
semarang saat ini.
Tujuan dari Kebijakan Bus Rapid Transit melalui Perda no.8 tahun 2008,
tentang RPJMD kota Semarang tahun 2010 – 2015 mengenai Rencana angkutan
umum yakni untuk menyediakan layanan transportasi Massal bagi seluruh warga
kota Semarang agar dapat tertarik dan beralih dari transportasi atau kendaraan
pribadi ke Transportasi Massal , karena Titik – titik jalanan yang dilalui Bus
Rapid Transit adalah kawasan yang padat penduduk, tempat tempat public seperti
kantor dan sekolahan, hingga daerah pinggiran kota Semarang dan diharapkan
dapat meningkatkan mobilitas warga kota Semarang.
4.1 Kesimpulan
Dengan banyak uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
a. Sopir angkot orange dan hijau kurang setuju dengan adanya BRT
Koridor VI jalur Undip-Unnes
b. Hanya dampak negative yang dirasakan para sopir angkot, hal ini
terbukti dengan berkurangnya pendapatan mereka.
4.2 Saran
a. Sebelum menetapkan suatu kebijakan ada baiknya Pemerintah
mengkaji kembali akan dampak yang ditimbulkan dari kebijakan
tersebut
b. Seharusnya Pemerintah mampu memberikan perhatian lebih
kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas kebijakan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Wibawa, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik , Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sumber regulasi.
Perda Kota Semarang No. 8 tahun 2008 tentang RPJMD kota Semarang tahun
2010-2015 tentang penyediaan BRT Trans Semarang.
Mess, P., Patrick M., John S., dan Michael, B., (2006), “Putting the Public
Interest Back Into Public Transport: A Report to the Victorian Community”,
Laporan Penelitian, University of Melbourne, Monash Universit, Swinburne
University, RMIT University, Melbourne.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran hasil wawancara
1. Dengan Bapak Irfa’I dan rekan-rekan sopir angkutan kota warna hijau rute
Ungaran-Unnes
Pewawancara :“Selamat pagi pak. Maaf mengganggu waktunya bapak
sebentar, kami ingin menanyakan soal BRT. Nama bapak
siapa, ya?”
Narasumber :“Pagi mbak. Iya mbak gak papa. Boleh mbak, nama saya
Irfa’i.”
Pewawancara :“Baik, sebelumnya apakah sudah pernah ada
pemberitahuan dari pihak terkait dalam hal ini pemerintah
khususnya untuk pengadaan BRT koridor Vi ini, pak?”
Pewawancara :“Pemberitahuannya ada mbak, tapi itu sifatnya memaksa.
Gimana ya, pokoknya mau nggak mau ya harus tetap mau
namanya juga cuman rakyat kecil mbak ya harus nurut sama
atasannya.”
Pewawancara :“Ooo begitu ya pak. Terkait pemberitahuan tersebut apakah
ada tindakan dari para sopir angkot untuk menolak
kebijakan tersebut, pak?”
Narasumber :“Kalau dari sopir angkot yang hijau ini kemaren sempat
berdiskusi dengan pihak yang bersangkutan namun hasilnya
nihil mbak. Trus kalau dari sopir angkot yang orange
kemaren sempet demo dan juga mogok kerja juga mbak.
Tapi semua percuma saja mbak.”
Pewawancara :“Lalu dampak yang paling dirasakan oleh Bapak Irfa’i dan
kawan-kawan apa, pak?”
Narasumber :“Ya itu mbak pendapatan menurun. Karena sekarang
peumpang berkurang sekitar 30% dari biasanya mbak. Tapi
itu tidak seberapa mbak, dibandingkan dengan sopir-sopir
angkutan orange yang saat ini sudah banyak yang menjual
angkutannya dan beralih ke pekerjaan yang lain.”
Pewawancara :“Baik, Pak. Selanjutnya harapan Bapak Irfa’i dan rekan-
rekan bapak kedepannya terkait kebijakan adanya BRT
koridor VI ini, apa pak?”
Narasumber :“Ya harapannya antara angkutan kota dan juga BRT tetap
bias berjalan beriringan, penempatan halte BRT harus tepat
jangan sampai malah menghabiskan penumpang angkutan
kota. Trus jangan ditambah armada lagi untuk koridor ini.
Dan untuk jalur Ungaran Unnes kalau bisa jangan dikasih
jalur BRT.”
Pewawancara :“Baik, Pak. Terima kasih atas kesediaan bapak untuk
memberikan sedikit tanggapan terkait pengadaan BRT jalur
Undip-Unnes ini. Sekali lagi terima kasih, pak. Selamat
pagi.”
Narasumber :“Iya sama-sama mbak. Pagi, mbak.”
2. Dengan Bapak Kirno salah satu sopir angkutan kota warna orange rute
Unnes-Jatingaleh
Narasumber :“Pagi mbak. Iya mbak gak papa. Boleh mbak, nama saya
Kirno.”