Anda di halaman 1dari 21

KARYA ILMIAH

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Afis Yudha Pratama ()


Dian Widianingsih
(52134150)
Dwi Nugroho
()
Erwin Shidiq K
()
Lulu Fitriana
(5213415023)
Muslimatul Mufidati (5213415005)
Siti Ermi
(52134150)
Septiyani Fitrianingsih
(52134150)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Karya Ilmiah. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 19 September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Pengertian Karya Ilmiah


Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Jenis-Jenis Karangan yang Termasuk Karya Ilmiah
Kerangka Umum Karya Ilmiah
Penalaran dalam Karya Ilmiah

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karya ilmiah merupakan karangan yang dibuat berdasarkan cara yang
sistematis dan memiliki ciri-ciri tertentu. Dalam penulisan karya ilmiah harus
memeperhatikan aturan pembuatannnya . Pembahasan mengenai karya ilmiah sangat
kompleks mulai dari bahasa yang digunakan, kerangka yang harus diikuti dalam
pembuatan karya ilmiah serta pemilihan kata/diksi yang digunakan. Selain itu, karya
ilmiah juga terdapat beberapa bentuk mulai dari buku,makalah,kertas kerja,artikel,
tugas akhir,skripsi,tesis,desertasi, dan laporan penelitian. Dalam setiap pembuatan
bentuk karya ilmiah tersebut juga memiliki aturan tersendiri yang harus diiikuti.
Sebagai mahasiswa sering dituntut untuk membuat suatu karangan ilmiah
seperti makalah maupun tugas akhir baik berupa skripsi, tesis maupun desertasi.
Banyak yang kurang memahami aturan-aturan dalam penulisan karya ilmiah. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan diuraikan kembali mengenai pengertian karya
ilmiah, cirri-ciri karya ilmiah,jenis-jenis karya ilmiah, kerangka umum karya ilmiah
serta jenis penalaran dalam pembuatan karya ilmiah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan pada paparan di atas, ada
beberapa permasalahan yang bisa diangkat :
1. Apa pengertian karya ilmiah ?
2. Apakah ciri-ciri karya ilmiah ?
3. Jenis-jenis karangan apa saja yang termasuk karya ilmiah ?
4. Bagaimana kerangka umum karya ilmiah ?
5. Bagaimana penalaran dalam karya ilmiah ?

C. TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan di atas,
ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari karya ilmiah

2.
3.
4.
5.

Mengetahui ciri-ciri karya ilmiah


Mengetahui jenis karya ilmiah
Menjelaskan kerangka umum karya ilmiah
Menjelaskan penalaran dalam karya ilmiah

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KARYA ILMIAH

Istilah karya ilmiah disini yaitu mengacu kepada karya tulis yang menyusun
dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dilihat dari
panjang pendeknya atau kedalaman uraian, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah
dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian,
didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya
semacam itu didahului oleh studi pustaka dan lapangan. (Azyumardi, 2008: 111)
Dalam buku yang di tulis Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi
disebutkan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan
berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk
mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul
sebelumnya.
Menurut Brotowidjoyo, karya ilmiah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut Metodologi penulisan yang baik dan benar.
Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah laporan tertulis dan di
publikasikan dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya
dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu,
disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa
dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya (Eko
Susilo, M. 1995:11).
Karya ilmiah merupakan hasil kerja menulis yang membahas masalahmasalah tertentu ditinjau dari segi keilmuan (ilmiah) istilah ini sebenarnya berlaku
secara umum untuk semua karangan yang disusun secara ilmiah (Agus Harianta, Alex
Suryanto 2006: 132)
B. CIRI KARYA ILMIAH

Berdasarkan sifatnya karya ilmiah dapat dikelompokan menjadi empat


macam, yakni karya ilmiah yang bersifat non-teknis konkret, bersifat teknis umum,
bersifat abstrak formal, dan bersifat spesifik historis.
Karya ilmiah non-teknis konkret memiliki ciri sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hanya bersifat informatif


Bernada populer tanpa definisi istilah-istilah khusus
Topiknya spesifik
Konkret, tidak terdapat didalamnya ajakan yang bersifat emsional atau imajinatif
Bahasa figuratif hanya dipakai untuk meningatkan masalah
Tersusun sistematis
Ditujukan pada pembaca dengan pengetahuan ilmiah dasar.

Karya ilmiah teknis umum memiliki ciri sebagai berikut:


1. Seluruhnya informatif
2. Menggunakan kata-kata atau teknis tanpa definisi
3. Tidak mengejar keuntungan pribadi, tulus ikhlas
4. Tidak memuat penilaian tetapi mendudukan masalah secara umum
5. Bersifat konkret
6. Susunan dan nada formal
7. Tidak ada ajakan emosional
8. Ditujukan pada pembaca yang telah berpengetahuan teknis.
Karya ilmiah abstrak formal memiliki ciri sebagai berikut:
1. Bersifat rangkuman umum, informatif, non-teknis
2. Tidak mengejar keuntungan pribadi, tulus
3. Menyertakan informasi tentang pendapat-pendapat orang lain tetapi tanpa
dukungan bukti
4. Nada dan bahasanya formal
5. Tidak ada ajakan emosional
6. Isinya populer dan istilah-istilah yang dipakai juga populer.
Karya ilmiah spesifik historis memiliki ciri sebagai berikut:
1. Seluruhnya informatif
2. Berdasarkan sumber sejarah
3. Tanpa ajakan emosional
4. Tidak mengejar keuntungan pribadi, tulus
5. Tidak memuat penilaian
6. Konkret dan spesifik
7. Semi-teknis
8. Bahasa dan susunannya diatur secara formal
Secara umum karya ilmiah dapat dibedakan dengan karya non-ilmiah melalui
ciri-cirinya. Secara ringkas ciri-ciri karya ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menjanjiakan aplikasi hukum


alam pada situasi spesifik
2. Penulisannya cermat, tepat, dan benar, serta tulus. Tidak memuat terkaan.
Pernyataan-pernyataan yang disampaikan tidak mengandung penafsiran pribadi
dan tak berefek samping
3. Tidak mengejar keuntungan pribadi, yakni tidak berambisi agar pembaca
berpihak kepadanya. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan sesuatu.
Penulis ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.
4. Karangan ilmiah itu sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis
tekendali, secara konseptual dan prosedural
5. Karangan ilmiah itu tidak emotif, tidak menonjolkan perasaan. Karangan ilmiah
menyajikan sebab-musabab dan alasan yang dikemukakan induktif, mendorog
untuk menarik Simpulan tidak terlalu tinggi, dan bukan ajakan
6. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa data pendukung
7. Dirulis secara tulus dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing pertanyaanpertanyaan yang bernada keraguan
8. Karangan ilmiah tidak bersifat argumentatif. Karangan yang ilmiah mungkin
mencapai Simpulan tetapi penulisannya membiarkan fakta berbicara sendiri
9. Karangan ilmiah tidak bersifat persuatif; yang dikemukakan fakta dan apikasi
hukum alam kepada problem spesifik. Tujuan karangan ilmiah dapat mendorong
pembaca mengubah penadapat tetapi tidak melalui ajakan, argumentasi,
sanggahan, protes
10. Karangan ilmiah tidak melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karangan ilmiah hanya
menyajikan kebenaran fakta; oleh sebab itu memutarbalikan fakta akan
menghancurkan tujuan penulisan karangan ilmiah. Melebih-lebihkan sesuatu itu
umumnya didorong oleh motif mementingkan diri sendiri.
C. JENIS KARYA ILMIAH
Berdasarkan fungsinya, karya ilmiah dikelompokkan menjadi
dua, yakni karya ilmiah akademis dan karya ilmiah profesional.
1. Karya Ilmiah Akademis
Ciri-ciri karya ilmiah akademis adalah :
a. Karya ilmiah yang ditulis dalam rangka kegiatan akademis dan
biasanya ditulis sebagai syarat memperoleh gelar akademis.
Misalnya, untuk memperoleh gelar akademis sarjana mahasiswa

dituntut untuk menyusun karya ilmiah yang berupa skripsi atau


karya ilmiah lain yang setara dengan skripsi.
b. Karya ilmiah akademis ditulis oleh siswa/mahasiswa di bawah
bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional.
Mahasiswa mendapat bimbingan dari dosen dalam menyusun
makalah atau skripsi.
c. Karya ilmiah akademis biasanya tidak dipublikasikan, hanya
didokumentasikan

dalam

perpusatakaan.

Jika

akan

dipublikasikan harus disunting lagi dan disusun berdasarkan


format publikasi, misalnya artikel ilmiah atau buku. Bila telah
disunting dan diformat ulang maka tidak lagi menjadi karya
ilmiah akademis, tetapi telah menjadi karya ilmiah profesional.
d. Karya ilmiah akademis memerlukan proses pengujian oleh orangorang kaum profesional untuk menentukan kualitas karya
akademis.

Misalnya,

sebuah

makalah

yang

disusun

oleh

mahasiswa akan dinilai oleh dosen pengampu mata kuliah


tersebut, skripsi akan diuji dalam sidang skripsi, dan sebagainya.
e. Karya ilmiah akademis lebih menekankan pada proses daripada
hasil. Hal ini menunjukkan bahwa penyusun masih dalam taraf
belajar dan membutuhkan bimbingan sampai menghasilkan
karya yang bermutu baik. Proses penyusunan karya ilmiah
akademis dapat memakan waktu lama dan mengalami refisi
naskah berulang-ulang. Bahkan skripsi yang telah dipertahankan
dalam ujian sidang masih perlu disempurnakan kembali sebelum
dijilid menajdi skripsi jadi.
f. Karya ilmiah akademis biasanya ditulis oleh perorangan namun
ada pula yang diusun oleh tim.
g. Penulisan karya ilmiah akademis

atas

prakarya

pengelola

akademis karena karya ilmiah tersebut merupakan salah satu


syarat mencapai gelar akademis. Oleh karena itu, penulisan
karya ilmiah akademis bersifat wajib.

h. Contoh karya ilmiah akademis adalah makalah kuliah/tugas


kuliah/paper, skripsi, tesis, disertasi.
2. Karya Ilmiah Profesional
Karya ilmiah profesional ditulis sebagai sarana
pengembangan profesi bagi para kaum profesional. Ciri-ciri karya
ilmiah profesional adalah sebagai berikut :
a. Karya ilmiah profesional ditulis sebagai sarana pengembangan
profesi.
b. Penulisan

karya

ilmiah

profesional

tidak

memerlukan

pembimbing. Penulis bertanggung jawab penuh atas karya


ilmiahnya.
c. Karya ilmiah profesional tetap memerlukan penilaian untuk
menguji tingkat kualitas mutu karya ilmiah. Penilai karya ilmiah
ini dapat berupa penyunting ahli dalam sebuah jurnal ilmiah atau
evaluator dalam sebuah penelitian.
d. Karya
ilmiah
ini
pada
umumnya

diterbitkan

untuk

menyebarluaskan informasi akademis.


e. Penulisan karya ilmiah lebih menekankan haril daripada proses
f. Disusun oleh perorangan atau tim dengan cara mengajukan
usulan

dan

melalui

sistem

kompetisi

untuk

mendapatkan

pendanaan.
g. Contoh karya ilmiah profesional adalah laporan penelitian, artikel
ilmiah, buku teks, makalah, dan sebagainya.
D. BENTUK KARYA ILMIAH
1. Buku
Buku merupakan karya ilmiah yang paling mudah dijumpai
karena beredar secara umum. Tidak semua buku tergolong karya
ilmiah. Buku yang tergolong sebagai karya ilmiah adalah buku yang
memenuhi syarat ilmiah, yaitu berisi fakta umum yang ilmiah dan
ditulis dengan sistem penulisan yang standar. Buku ilmiah biasanya
bersifat informatif, berisi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Dibanding dengan jenis karya ilmiah yang lain isi buku

lebih lengkap, lebih luas, dan pembahasan masalahnya lebih


terperinci.
2. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu
masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang
bersifat empiris-objektif (Arifin 2000:2). Ada dua pola dalam
makalah, yaitu pola deskriptif dan pola argumentatif (Pranowo
1999:4). Pola deskriptif berarti makalah itu berupa iuran tentang
sesuatu yang sifatnya informatif, sedangkan pola argumentatif
berarti makalah itu berupa gagasan atau ide tertentu yang
didukung oleh argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Isi
makalah bergantung kepada kegunaan atau maksud makalah
tersebut dibuat. Jika makalah dibuat untuk disajikan dalam seminar
atau

untuk

memenuhi

tugas

kuliah

maka

isinya

bersifat

argumentatif. Jika makalah dibuat untuk pelatihan sifatnya lebih


informatif.
3. Kertas Kerja
Karya ilmiah yang berisi analisi terhadap fakta secara objektif.
Analisi yang dilakukan dalam kertas kerja lebih dalam daripada di
makalah.
4. Artikel
Artikel adalah karya ilmiah yang dikhusukan untuk diterbitkan
di jurnal ilmiah. Ada dua bentuk artikel ilmiah, yaitu artikel
konseptual-artikel yang diangkat dari gagasan atau ide penulis dan
artikel penelitian yang diangkat dari hasil penelitian.
5. Tugas akhir, skripsi, tesis dan disertasi
Merupakan karya ilmiah yang dibuat untuk memennuhi
persyaratan

dalam

pencapaian

gelar

akademik.

Tugas

akhir

digunakan sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana, tesis


untuk memperoleh gelar magister, dan disertasi untuk memperoleh
gelar doctor. Penulisan ketiga karya ilmiah ini dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu melalui penelitian lapangan dan melalui


penelitian pustaka.
6. Laporan penelitian
Laporan penelitian adalah karya ilmiah yang menyajikan data
dan analisi dari suatu penelitain. Dalm laporan penelitian selain
disajikan analisi data yang dapat dibuktikan kebenarannya juga
disajikan teori-teori yang melandasi penelitian tersebut.
E. KERANGKA UMUM KARYA ILMIAH
Pola dasar karya ilmiah secara umum paling sedikit berisikan
bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang
tubuh, dan kepustakaan (Rifai 1998:61-62). Isi untuk masingmasing bagian berbeda-beda antara jenis karya ilmiah yang satu
dan yang lain. Berikut diuraikan ketiga bagian tersebut secara lebih
rinci.
A. Pengenalan
Bagian pengenalan berisi hal-hal yang bersifat informatif
tentang karya ilmiah tersebut. Ada dua jenis pengenalan, yaitu
yang bersifat umum (ada pada semua jenis karya ilmiah) dan yang
bersifat khusus (hanya dimiliki jenis karya ilmiah tertentu). Bagian
pengenalan dari masing-masing jenis karya ilmiah adalah sebagai
berikut:
a. Buku : Judul; Nama penulis; Nama penerbit dan tahun terbit;
b.
c.
d.
e.

Identitas buku; Kata pengantar; Daftar isi


Makalah : Judul; Nama penulis
Artikel : Judul; Nama penulis; Abstrak; Kata kunci
Kertas Kerja : Judul; Nama penulis
Skripsi, Tesis, Disertasi : Judul; Nama penulis; Nama perguruan
tinggi; Halaman persetujuan; Halaman pengesahan; Halaman

motto dan persembahan; Abstrak; Kata pengantar; Daftar isi


f. Laporan Penelitian: Judul; Nama penulis; Nama lembaga; Lembar
pengesahan;

Abstrak;

pengantar; Daftar isi


B. Batang Tubuh

Daftar

tabel

dan

lampiran;

Kata

Batang tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara


umum bagian batang tubuh terbagi menjadi tiga, yaitu bagian
pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup.
Untuk karya ilmiah yang berbentuk buku, makalah, artikel,
dan kertas kerja bagian pendahuluan setidaknya berisi latar
belakang masalah dan rumusan masalah. Untuk karya ilmiah yang
berbentuk skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian bagian
pendahuluan berisi latar belakang maslah, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, dan sistematika.
Untuk karya ilmiah yang berbentuk buku, makalah, dan artikel
konseptual bagian isi berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti
yang ingin disajikan. Untuk karya ilmiah yang berbentuk skripsi,
tesis, disertasi, dan laporan penelitian bagian isi berupa landasan
teori, metodologi, dan hasil dan pembahasan.
Untuk semua jenis karya ilmiah penutup berisi simpulan dan
saran. Khusus untuk karya ilmiah yang diangkat dari gagasan/ide
penulis disarankan untuk tidak menggunakan saran.
C. Bagian Kepustakaan
Termasuk pada bagian ini adalah daftar pustaka dan lampiranlampiran, seperti indeks dan biografi pengarang.
F. PENALARAN DALAM KARYA ILMIAH
1. Penalaran, Pikiran, dan Bahasa
Pengembangan penalaran tidak dapat dilepaskan dari pemikiran tentang
bahasa dan pikiran. Berbicara mengenai pikiran dan Bahasa, tak ubahnya seperti dua
sisi mata uang, yakni sangat dekat dengan jarak dan hubungannnya, dan tidak dapat
dipisahkan. Hal ini benar, karena banyak diantara para ahli yang memperdebatkan
posisi dan kaitan antara pikiran dan bahasa dalam diri manusia secara normal. Dalam
hubungan dengan pikiran dan Bahasa, dikenal adanya inner speech dan external
speech.Inner speech merupakan suatu ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan
kata. Kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk, sedangkan external speech
menerangkan bahwa pikiran itu terwujud dalam kata-kata (Dardwidjojo, 2003:294).

Hubungan antara pikiran dan bahasa pernah diteliti oleh Piaget. Ia meneliti
bagaimana keterkaitan antara bahasa dengan pikiran yang terjadi pada anak-anak.
Piaget percaya bahwa ada derajat komunikasibilitas pada anak, saat anak berbicara
pada diri sendiri maupun kepada orang lain, Hal tersebut dinyatakan sebagai pkiran
egosentris dan bahasanya sebagai bahasa egosentris (Dardwidjojo, 2003:283).
Pada tahun 1874, Carl Wernicke, seorang peneliti Jerman, melaporkan bahwa
kerusakan pada bagian lain dalam korteks, berhubungan dengan kesulitan Bahasa
yang disebut aphasia reseptif, yaitu tidak dapat memahami kata-kata (Atkinson,
1997:68).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa jalan pikiran seseorang
sangat gerlihat dari bagaimana seseorang menggunakan bahasanya. Demikian juga,
bahasa seseorang akan menunjukkan bagaiman cara dia menggunakan pikiran atau
bernalar. Berkenaan dengan itu, peribahasa Bahasa menunjukkan bangsa
merupakan bentuk penegasan bahwa cara berbahasa seseorang menunjukkan jalan
pikirannya, bila nahasa yang digunakan tidak sistematis, merupakan jalan pikirannya
juga tidak sistematis, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, corak bahasa
seseorang menunjukkan pola penalarannya.
Berkenaan dengan pengertian penalaran, Keraf (1982) Moeliono (1989)
menegaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir dengan menghubung-hubungkan
bukti, fakta, petunjuk, eviden, atau hal lain yang bisa dianggap sebagai bahan bukti
yang dapat digunakan untuk menarik simpulan. Secara umum, penalaran dapat
dilakukan melalui dua cara, yakni secara induktif dan secar deduktif.
2. Jenis penalaran
a. Penalaran Induktif
Penalaran induktif yaitu suatu proses barpikir yang bertolak dari hal-hal
khusus menuju suatu yang bersifat umum. Penalaran induktif dapat dilakukan dengan
tiga cara yakni generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab akibat).
Generallisasi atau perampatan adalah proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik simpulan mengenai semua
atau sebagian gejala atau peristiwa tersebut. Berdasarkan pengalaman, seseorang

dapat melakukan generalisasi. Seorang ibu, misalnya akan dapat menyimpulkan


tangisan bayi sbagai tanda lapar atau sakit. Seorang dokter, setelah memeriksa gejalagejal yang terjadi pada seorang pasien akan dapat menyimpulkan jenis penyakit yang
diderita pasiennya.
Hasil generalisasi dianggap benar bila memenuhi syarat sebagai berikut.
Pertama, apakah jumlah gejala atau peristiwa khusus yang dijadikan dasar cukup
memadai. Kedua, gejala atau peristiwa yang dijadikan sebagai bahan generalisasi
meupakan contoh yang baik, yang dapat mewakili keseluruhan atau sebagian besar
populasi. Ketiga, seberapa banyak jumlah gejala atau peristiwa yang tidak sesuai
dengan generalisasi. Oleh karena itu hindarilah penggunaan kata-kata semua, setiap,
seluruh, selalu, biasanya, cenderung, pada umumnya, sebagian besar, rata-rata,
kebanyakan dan kata-kata lain yang memiliki maksud sama. Keempat, apakah
perumusan generalisasi itu didukung oleh data yang akurat.
Jenis penalaran induktif yang kedua adalah analogi induktif. Analogi induktif
adalah suatu proses penalaran yang bertolak daari dugaan, peristiwa, atau gejala
khusus yang satu dengan lainnya memiliki kesamaan. Kesamaan karakteristik atau
gejala dari dua hal yang dibandingkan menjadi titik tolak menarik kesimpulan.
Misalnya, seorang dokter melakukan penelitian tentang efek obat terhadap seekor
tikus. Hasil penelitian tersebut digunakan untuk menentukan efek obat yang sama
terhadap manusia dengan dosis yang seimbang dengan berat badan. Dasar penarikan
simpulan pada manusia adalah sebuah analoi yang didasarkan pada struktur anatomi
tubuh manusia dan tikus adalah sama dengan perbandingan proporsi tubuh yang
berbeda.
Jenis penalaran induktif yang ketiga adalah hubungan kausalitas (sebab
akibat). Berdasarkan hubungan kausalitas, semua kejadian yang ada di dunia ini
terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat. Kejadian tertentu merupakan akibat dari
adanyakejadian lain. Misalnya, ketika seorang ibu melihat awan tebal menghitam di
langit sebagai pertanda akan turun hujan (sebab) ia segera memunguti pakaian yang
dijemurnya (akibat). Tindakan seorang ibu tersebut adalah tindakan yang didasarkan
pada pengalaman hubungan sebab akibat yang pernah dialaminya. Mendung tebal

akan mengakibatkan hujan. Hujan akan mengakibatkan pakaian yang dijemur basah.
Dan seorang ibu tersebut tidak ingin pakaian yang dijemurnya basah kembali sebagai
akibat karena hujan. Oleh karena itu, dia memunguti pakaian tersebut sebagai bentuk
pencegahan terhadap akibat yang mungkin akan muncul akibat yang tidak diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penarikan simpulan yang didasarkan pada
hubungan kausalitas adalah kemungkinan ada kekeliruan atau kecerobohan
menguraikan dan menentukan sebab atau akibat sebuah peristiwa atau keadaan.
Misalnya, seorang ibu mendapati badan anaknya demam kemudian ia memberikan
obat penurun panas (paracetamol) kepada anaknya. Namun panas badan anaknya
tidak sembuh bahkan semakin parah. Hal ini merupakan bentuk kecerobohan,
ketidaktelitian, atau kesalahan menganalisis penyebab sehingga tindakan yang
dilakukan tidak mampu membendung munculnya akibat berikutnya.
Pola penalaran kausalitas tersebut muncul dalam pola: sebab-akibat, akibatsebab, akibat-akibat. Pola penalaran kausalitas sebab-akibat dimulai dari suatu gejala
yang timbul sebagai suatu sebab menuju suatu simpulan yang merupakan akibat dari
gejala atau peristiwa tersebut. Misalnya, keadaaan hutan di lereng gunung gundul,
sampah menumpuk dan menutupi saluran air, dan sedang terjadi hujan yang sangat
lebat. Sebaliknya, pola penalaran akibat-sebab, berangkat dari gejala atau peristiwa
yang diangggap sebagai akibat dari suatu tindakan atau peristiwa lain. Misalnya,
seorang dokter mendeteksi kondisi pasien: panas badan tinggi sampai 40 derajad
Celsius lebih dari tiga hari, pasien mengeluh kepala pusing, mual-mual dan muntah,
lidah putih, kotor, dan kasar. Pola penalaran kausalitas lain adalah akibat-akibat.
Berdasarkan beberapa keadaan yang merupakan akibat dari sebuah tindakan, ditarik
simpulan akan muncul akibat lainnnya karena sbuah sebab yan sama. Misalnya, Budi
pulang dari kantor mendapatkan pintu rumahnya terbuka paksa (dicongkel). Ketika ia
masuk rumah, didapatinya pula televise dan tape recorder yang diletakkan di ruang
keluarga juga telah raib. Demikian juga ketika dia masuk ke kamar tidur, didapatinya
pintu lemari juga terbuka dan pakaiannya acak-acakan. Sebuah benda yang berharga
sepuluh kali lipat harga rumah yang ditempatinya.

b. Penalaran Deduktif
Induksi adalah generalisasi (perampatan), sebaliknya deduksi adalah
spesifikaasi (pengkhususan). Kedduanya bekerja sama dalam penalaran, hal-hal
khusus menggiring sebuah simpulan yang bersifat umum menggiring sebuah
simpulsn yang bersifat general, sebaliknya hal-hal yang bersifat umum menggiring
sebuah simpulan yang lebih khusus (Guinn & Marder dalam Akhadiah 2001).
Pola penalaran deduktif dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni silogisme
dan entimen. Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua
proposisi (pernyataan) yang bersifat umum dan berlainan untuk menarik sebuah
simpulan yang merupakan proposisi ketiga yang bersifat khusus. Proposisi ketiga
yang merupakan simpulan yang bersifat khusus dari proposisi pertama dan kedua
yang bersifat umum dapat dibuktikan kebenarannnya melalui kebenaran proposisi
pertama dan kedua. Sebaliknya proposisi ketiga juga dapat ditolak karena penolakan
terhadap salah satu atau kedua proposisi umum yang menjadai dasar penyimpulan
(Keraf 1982).
Silogisme terdiri atas tiga bagian yakni premis mayor, premis minor, dan
simpulan. Yang dimaksud premis adalah pernyataan yang menjadai dasar argumentasi
terhadap suatu simpulan (Akhadiah 2001).
Premis mayor merupakan generalisasi yang telah dianggap benar menurut
semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor berisi proposisi yang
mengidentifikasi atau menunjuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota
dari kelas itu. Simpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku
bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya (Akhadiah dkk
2001:2.16; Suparno dan Yunus 2003:1.45). Perhatikan contoh berikut!
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir.
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan.
Simpulan

: Jadi, Habibie adalah pemikir.

Sifat silogisme pada contoh besifat mutlak. Silogisme yang besifat mutlak
dapat diubah menjadi silogisme relative dngan menerima adanya kekecualian pada
premis mayor dan simpulan yang juga bersifat relative. Perhatikan contoh berikut!

Premis mayor : Sebagian besar cendekiawan adalah pemikir.


Premis minor : Habibie adalah cendekiawan.
Simpulan

: Jadi, Habibie kemungkinan besar adalah pemikir.

Contoh silogisme yang telah diuaikan tersebut adalah silogisme kategorial.


Selain itu, ada pula jenis silogisme kondisional atau hipotesis (pengandaian) dan
silogisme alternative (pillihan).
Contoh silogisme pengandaian:
Premis mayor : Kalau gaji pegawai naik tingkat kesejahteraan juga naik.
Premis minor :Gaji pegawai naik.
Simpulan

: Tingkat kesejahteraan pegawai juga naik.

Contoh silogisme alternatif:


Premis mayor : Pnyebab penyakit typus adalah bakteri atau virus.
Premis minor : Penyebab penyakit typus Pak Manto bukan bakteri.
Simpulan

: Penyebab typus Pak Manto adalah virus.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menarik simpulan dalam pola
berpikir silogisme, yaitu:
(1) Silogisme hanya terdiri atas tiga proposisi, yakni premis mayor, premis minor,
dan simpulan.
(2) Jika salah satu premis negative maka simpulan harus negative.
(3) Jika kedua premis negative maka tidak dapat ditarik kesimpulan.
(4) Jika premis mayor dan minor benar, tidak otomatis simpulannya juga benar. Hal
ini masih bergantung pada kebenaran cara menarik simpulan.
c. Salah Nalar
Salah nalar (logical fallacy) adalah kekeliruan proses berpikir karena keliru
menafsirkan atau menarik simpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena factor
emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan (Suparno dan Yunus 2003:1.47).
Secara garis besar, salah nalar dapat dikelompokkan menjadi lima, yakni
generalisasi yang terlalu luas, kerancuan analogi, kekeliruan kausalitas, kesalahan
relevansi, penyandaran terhadap prsatise seseorang.

Generalisasi yang terlalu luas merupakan salah nalar yangn disebabkan oleh
kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan). Kerancuan analogi
merupakan salah nalar yang terjadai karena penggunaan analogi yang tidak tepat.
Kekeliruan kausalitas merupakan salah nalar yang terjadi sebagai akibat kekeliruan
menentukan gejala atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat. Kesalahan elevansi
merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika bukti, peristiwa, atau
alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak nenunjang sebuah simpulan. Jenis
salah nalar yang lain yaitu penyandaran prestise seseorang tanpa memperhatikan
keahlian seseorang, jenis pernyataan, serta kebenaran pernyataan yang menjadi
sandaran.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Karya ilmiah adalah karangan yang dibuat berdasarkan cara yang sistematis dan
memiliki ciri-ciri tertentu.
2. Berdasarkan fungsinya karya ilmiah dibedakan menjadi dua macam yaitu karya
ilmiah akademis dan karya ilmiah professional.
3. Bentuk karya ilmiah antara lain buku, kertas kerja, makalah, artikel, tugas akhir,
laporan penelitian.
4. Kerangka umum karya ilmiah yaitu pengenalan,

batag tubuh, dan bagian

kepustakaan. Di bagian pengenalan masing-masing bentuk karya ilmiah memiliki


bagian yang berbeda-beda.
5. Dalam pembuatan karya ilmiah ada 2 jenis penalaran yang digunakan yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif.
6. Penalaran induktif yaitu suatu proses barpikir yang bertolak dari hal-hal khusus
menuju suatu yang bersifat umum. Sedangka penalaran deduktif bertolak dari halhal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus.
7. Dalam pembuatan karya ilmiah juga dapat terjadi salah nalar (logical fallacy).
Salah nalar adalah kekeliruan proses berpikir karena keliru menafsirkan atau
menarik simpulan.
B. SARAN
Terima kasih atas bimbingan dari semua pihak dalam menyelesaikan makalah
yang berjudul KARYA ILMIAH, terutama pada Bayuselaku dosen pengampu
mata kuliah umum Bahasa Indonesia. Tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan,
apabila ada saran penulisan dalam makalah ini mohon di sampaikan pada penulis.
Dan semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa dalam mempelajari materi
tentang karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Suyantu, Alex & Haryanto, Agus.2006. Panduan Belajar Bahasa dan Sasatra
Indonesia. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Akhadiah, Sabarti, Maidar G Arsjad, dan Sakura H.Ridwan. 1996. Menulis. Jakarta :
Depdikbud.
Arifin,E.Zaenal. 1987. Penulisan Karya Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang
Benar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.Semarang::
Universitas Negeri Semarang Press.

Anda mungkin juga menyukai