Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Karya Ilmiah. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karya ilmiah merupakan karangan yang dibuat berdasarkan cara yang
sistematis dan memiliki ciri-ciri tertentu. Dalam penulisan karya ilmiah harus
memeperhatikan aturan pembuatannnya . Pembahasan mengenai karya ilmiah sangat
kompleks mulai dari bahasa yang digunakan, kerangka yang harus diikuti dalam
pembuatan karya ilmiah serta pemilihan kata/diksi yang digunakan. Selain itu, karya
ilmiah juga terdapat beberapa bentuk mulai dari buku,makalah,kertas kerja,artikel,
tugas akhir,skripsi,tesis,desertasi, dan laporan penelitian. Dalam setiap pembuatan
bentuk karya ilmiah tersebut juga memiliki aturan tersendiri yang harus diiikuti.
Sebagai mahasiswa sering dituntut untuk membuat suatu karangan ilmiah
seperti makalah maupun tugas akhir baik berupa skripsi, tesis maupun desertasi.
Banyak yang kurang memahami aturan-aturan dalam penulisan karya ilmiah. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan diuraikan kembali mengenai pengertian karya
ilmiah, cirri-ciri karya ilmiah,jenis-jenis karya ilmiah, kerangka umum karya ilmiah
serta jenis penalaran dalam pembuatan karya ilmiah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan pada paparan di atas, ada
beberapa permasalahan yang bisa diangkat :
1. Apa pengertian karya ilmiah ?
2. Apakah ciri-ciri karya ilmiah ?
3. Jenis-jenis karangan apa saja yang termasuk karya ilmiah ?
4. Bagaimana kerangka umum karya ilmiah ?
5. Bagaimana penalaran dalam karya ilmiah ?
C. TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan di atas,
ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari karya ilmiah
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KARYA ILMIAH
Istilah karya ilmiah disini yaitu mengacu kepada karya tulis yang menyusun
dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dilihat dari
panjang pendeknya atau kedalaman uraian, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah
dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian,
didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya
semacam itu didahului oleh studi pustaka dan lapangan. (Azyumardi, 2008: 111)
Dalam buku yang di tulis Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi
disebutkan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan
berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk
mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul
sebelumnya.
Menurut Brotowidjoyo, karya ilmiah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut Metodologi penulisan yang baik dan benar.
Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah laporan tertulis dan di
publikasikan dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya
dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu,
disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa
dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya (Eko
Susilo, M. 1995:11).
Karya ilmiah merupakan hasil kerja menulis yang membahas masalahmasalah tertentu ditinjau dari segi keilmuan (ilmiah) istilah ini sebenarnya berlaku
secara umum untuk semua karangan yang disusun secara ilmiah (Agus Harianta, Alex
Suryanto 2006: 132)
B. CIRI KARYA ILMIAH
dalam
perpusatakaan.
Jika
akan
Misalnya,
sebuah
makalah
yang
disusun
oleh
atas
prakarya
pengelola
karya
ilmiah
profesional
tidak
memerlukan
diterbitkan
untuk
dan
melalui
sistem
kompetisi
untuk
mendapatkan
pendanaan.
g. Contoh karya ilmiah profesional adalah laporan penelitian, artikel
ilmiah, buku teks, makalah, dan sebagainya.
D. BENTUK KARYA ILMIAH
1. Buku
Buku merupakan karya ilmiah yang paling mudah dijumpai
karena beredar secara umum. Tidak semua buku tergolong karya
ilmiah. Buku yang tergolong sebagai karya ilmiah adalah buku yang
memenuhi syarat ilmiah, yaitu berisi fakta umum yang ilmiah dan
ditulis dengan sistem penulisan yang standar. Buku ilmiah biasanya
bersifat informatif, berisi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Dibanding dengan jenis karya ilmiah yang lain isi buku
untuk
memenuhi
tugas
kuliah
maka
isinya
bersifat
dalam
pencapaian
gelar
akademik.
Tugas
akhir
Abstrak;
Daftar
tabel
dan
lampiran;
Kata
Hubungan antara pikiran dan bahasa pernah diteliti oleh Piaget. Ia meneliti
bagaimana keterkaitan antara bahasa dengan pikiran yang terjadi pada anak-anak.
Piaget percaya bahwa ada derajat komunikasibilitas pada anak, saat anak berbicara
pada diri sendiri maupun kepada orang lain, Hal tersebut dinyatakan sebagai pkiran
egosentris dan bahasanya sebagai bahasa egosentris (Dardwidjojo, 2003:283).
Pada tahun 1874, Carl Wernicke, seorang peneliti Jerman, melaporkan bahwa
kerusakan pada bagian lain dalam korteks, berhubungan dengan kesulitan Bahasa
yang disebut aphasia reseptif, yaitu tidak dapat memahami kata-kata (Atkinson,
1997:68).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa jalan pikiran seseorang
sangat gerlihat dari bagaimana seseorang menggunakan bahasanya. Demikian juga,
bahasa seseorang akan menunjukkan bagaiman cara dia menggunakan pikiran atau
bernalar. Berkenaan dengan itu, peribahasa Bahasa menunjukkan bangsa
merupakan bentuk penegasan bahwa cara berbahasa seseorang menunjukkan jalan
pikirannya, bila nahasa yang digunakan tidak sistematis, merupakan jalan pikirannya
juga tidak sistematis, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, corak bahasa
seseorang menunjukkan pola penalarannya.
Berkenaan dengan pengertian penalaran, Keraf (1982) Moeliono (1989)
menegaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir dengan menghubung-hubungkan
bukti, fakta, petunjuk, eviden, atau hal lain yang bisa dianggap sebagai bahan bukti
yang dapat digunakan untuk menarik simpulan. Secara umum, penalaran dapat
dilakukan melalui dua cara, yakni secara induktif dan secar deduktif.
2. Jenis penalaran
a. Penalaran Induktif
Penalaran induktif yaitu suatu proses barpikir yang bertolak dari hal-hal
khusus menuju suatu yang bersifat umum. Penalaran induktif dapat dilakukan dengan
tiga cara yakni generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab akibat).
Generallisasi atau perampatan adalah proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik simpulan mengenai semua
atau sebagian gejala atau peristiwa tersebut. Berdasarkan pengalaman, seseorang
akan mengakibatkan hujan. Hujan akan mengakibatkan pakaian yang dijemur basah.
Dan seorang ibu tersebut tidak ingin pakaian yang dijemurnya basah kembali sebagai
akibat karena hujan. Oleh karena itu, dia memunguti pakaian tersebut sebagai bentuk
pencegahan terhadap akibat yang mungkin akan muncul akibat yang tidak diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penarikan simpulan yang didasarkan pada
hubungan kausalitas adalah kemungkinan ada kekeliruan atau kecerobohan
menguraikan dan menentukan sebab atau akibat sebuah peristiwa atau keadaan.
Misalnya, seorang ibu mendapati badan anaknya demam kemudian ia memberikan
obat penurun panas (paracetamol) kepada anaknya. Namun panas badan anaknya
tidak sembuh bahkan semakin parah. Hal ini merupakan bentuk kecerobohan,
ketidaktelitian, atau kesalahan menganalisis penyebab sehingga tindakan yang
dilakukan tidak mampu membendung munculnya akibat berikutnya.
Pola penalaran kausalitas tersebut muncul dalam pola: sebab-akibat, akibatsebab, akibat-akibat. Pola penalaran kausalitas sebab-akibat dimulai dari suatu gejala
yang timbul sebagai suatu sebab menuju suatu simpulan yang merupakan akibat dari
gejala atau peristiwa tersebut. Misalnya, keadaaan hutan di lereng gunung gundul,
sampah menumpuk dan menutupi saluran air, dan sedang terjadi hujan yang sangat
lebat. Sebaliknya, pola penalaran akibat-sebab, berangkat dari gejala atau peristiwa
yang diangggap sebagai akibat dari suatu tindakan atau peristiwa lain. Misalnya,
seorang dokter mendeteksi kondisi pasien: panas badan tinggi sampai 40 derajad
Celsius lebih dari tiga hari, pasien mengeluh kepala pusing, mual-mual dan muntah,
lidah putih, kotor, dan kasar. Pola penalaran kausalitas lain adalah akibat-akibat.
Berdasarkan beberapa keadaan yang merupakan akibat dari sebuah tindakan, ditarik
simpulan akan muncul akibat lainnnya karena sbuah sebab yan sama. Misalnya, Budi
pulang dari kantor mendapatkan pintu rumahnya terbuka paksa (dicongkel). Ketika ia
masuk rumah, didapatinya pula televise dan tape recorder yang diletakkan di ruang
keluarga juga telah raib. Demikian juga ketika dia masuk ke kamar tidur, didapatinya
pintu lemari juga terbuka dan pakaiannya acak-acakan. Sebuah benda yang berharga
sepuluh kali lipat harga rumah yang ditempatinya.
b. Penalaran Deduktif
Induksi adalah generalisasi (perampatan), sebaliknya deduksi adalah
spesifikaasi (pengkhususan). Kedduanya bekerja sama dalam penalaran, hal-hal
khusus menggiring sebuah simpulan yang bersifat umum menggiring sebuah
simpulsn yang bersifat general, sebaliknya hal-hal yang bersifat umum menggiring
sebuah simpulan yang lebih khusus (Guinn & Marder dalam Akhadiah 2001).
Pola penalaran deduktif dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni silogisme
dan entimen. Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua
proposisi (pernyataan) yang bersifat umum dan berlainan untuk menarik sebuah
simpulan yang merupakan proposisi ketiga yang bersifat khusus. Proposisi ketiga
yang merupakan simpulan yang bersifat khusus dari proposisi pertama dan kedua
yang bersifat umum dapat dibuktikan kebenarannnya melalui kebenaran proposisi
pertama dan kedua. Sebaliknya proposisi ketiga juga dapat ditolak karena penolakan
terhadap salah satu atau kedua proposisi umum yang menjadai dasar penyimpulan
(Keraf 1982).
Silogisme terdiri atas tiga bagian yakni premis mayor, premis minor, dan
simpulan. Yang dimaksud premis adalah pernyataan yang menjadai dasar argumentasi
terhadap suatu simpulan (Akhadiah 2001).
Premis mayor merupakan generalisasi yang telah dianggap benar menurut
semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor berisi proposisi yang
mengidentifikasi atau menunjuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota
dari kelas itu. Simpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku
bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya (Akhadiah dkk
2001:2.16; Suparno dan Yunus 2003:1.45). Perhatikan contoh berikut!
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir.
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan.
Simpulan
Sifat silogisme pada contoh besifat mutlak. Silogisme yang besifat mutlak
dapat diubah menjadi silogisme relative dngan menerima adanya kekecualian pada
premis mayor dan simpulan yang juga bersifat relative. Perhatikan contoh berikut!
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menarik simpulan dalam pola
berpikir silogisme, yaitu:
(1) Silogisme hanya terdiri atas tiga proposisi, yakni premis mayor, premis minor,
dan simpulan.
(2) Jika salah satu premis negative maka simpulan harus negative.
(3) Jika kedua premis negative maka tidak dapat ditarik kesimpulan.
(4) Jika premis mayor dan minor benar, tidak otomatis simpulannya juga benar. Hal
ini masih bergantung pada kebenaran cara menarik simpulan.
c. Salah Nalar
Salah nalar (logical fallacy) adalah kekeliruan proses berpikir karena keliru
menafsirkan atau menarik simpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena factor
emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan (Suparno dan Yunus 2003:1.47).
Secara garis besar, salah nalar dapat dikelompokkan menjadi lima, yakni
generalisasi yang terlalu luas, kerancuan analogi, kekeliruan kausalitas, kesalahan
relevansi, penyandaran terhadap prsatise seseorang.
Generalisasi yang terlalu luas merupakan salah nalar yangn disebabkan oleh
kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan). Kerancuan analogi
merupakan salah nalar yang terjadai karena penggunaan analogi yang tidak tepat.
Kekeliruan kausalitas merupakan salah nalar yang terjadi sebagai akibat kekeliruan
menentukan gejala atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat. Kesalahan elevansi
merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika bukti, peristiwa, atau
alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak nenunjang sebuah simpulan. Jenis
salah nalar yang lain yaitu penyandaran prestise seseorang tanpa memperhatikan
keahlian seseorang, jenis pernyataan, serta kebenaran pernyataan yang menjadi
sandaran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Karya ilmiah adalah karangan yang dibuat berdasarkan cara yang sistematis dan
memiliki ciri-ciri tertentu.
2. Berdasarkan fungsinya karya ilmiah dibedakan menjadi dua macam yaitu karya
ilmiah akademis dan karya ilmiah professional.
3. Bentuk karya ilmiah antara lain buku, kertas kerja, makalah, artikel, tugas akhir,
laporan penelitian.
4. Kerangka umum karya ilmiah yaitu pengenalan,
Akhadiah, Sabarti, Maidar G Arsjad, dan Sakura H.Ridwan. 1996. Menulis. Jakarta :
Depdikbud.
Arifin,E.Zaenal. 1987. Penulisan Karya Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang
Benar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.Semarang::
Universitas Negeri Semarang Press.