Anda di halaman 1dari 92

PENGUKURAN KADAR ANION DAN KATION

DALAM WET DEPOSITION


MENGGUNAKAN METODE ION CHROMATOGRAPHY

SKRIPSI

ADI MULYADI

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1441 H
PENGUKURAN KADAR ANION DAN KATION
DALAM WET DEPOSITION
MENGGUNAKAN METODE ION CHROMATOGRAPHY

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :
ADI MULYADI
11150960000062

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1441 H
©Hak Cipta Milik UIN, Tahun 2020

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

UIN.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulisan

ini dalam bentuk apapun tanpa izin UIN dan Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kualitas Laboratorium Lingkungan - Kementrian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (P3KLL – KLHK) Serpong.


ABSTRAK

ADI MULYADI. Pengukuran Kadar Anion dan Kation Dalam Wet Deposition
Menggunakan Metode Ion Chromatography. Dibimbing Oleh HENDRAWATI
dan BAMBANG HINDRATMO

Meningkatnya aktivitas dalam bidang industri dan transportasi berpotensi


meningkatkan sumber polutan,sehingga dapat menurunkan kualitas udara. Salah
satu dampak dari penurunan kualitas udara adalah fenomena hujan asam. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui kadar anion dan kation penyebab terjadinya
hujan asam di lingkungan sekitar pengambilan sampel.Anion dan kation yang
diuji adalah (SO42-, NO3-, Cl-, Na+, NH4+, K+, Ca2+, dan Mg2+) yang terkandung
didalam air hujan. Metode yang digunakan yakni deposisi basah (wet deposition)
karena sampel yang digunakan adalah air hujan.Pengambilan sampel di halaman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas Laboratorium Lingkungan.Sampel
diambil menggunakan instrument Automatic Rain Sampler dengan cara menaruh
wadah sampel ke dalam instrument secara tertutup hingga wadah terisi oleh air
hujan. Waktu pengambilan sampel dilakukan secara berkala saat terjadinya turun
hujan.Pengukuran deposisi basah menggunakan instrument pH meter,
Conductivity meter dan analisis anion kation menggunakan Kromatografi Ion.
Kadar kation yang didapatkan sebesar NH4+ (1,511 ppm + SD 0,376), Na+ (0,544
ppm + SD 0,149), K+ (0,211 ppm + SD 0,085), Ca2+ (0,535 ppm + SD 0,068),
Mg2+ (0,137 ppm + SD 0,039). Kadar anion yang didapatkan sebesarSO42- (1,222
ppm + SD 0,538), NO3- (1,19 ppm + SD 0,654), dan Cl- (0,575 ppm + SD 0,335),
dan Cl- (0,551 ppm). Nilai tersebut masih di bawah ambang batas yang
telahditetapkan pada Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010, namun untuk kadar NH4+ berada di atas ambang batas
sebesar 1,511 ppm dari nilai maksimum kadar sebesar 1,5 ppm.

Kata kunci : Anion & Kation, Hujan Asam, Industri, pH, Wet Deposition

vii
ABSTRACT

ADI MULYADI. Measurement of Anion and Cation Content in Wet Deposition


Using Ion Chromatography Method. Supervised by HENDRAWATI and
BAMBANG HINDRATMO

Increased activity in industry and transportation has the potential to increase


sources of pollutants so as to reduce air quality. One effect of the decline in air
quality is the acid rain phenomenon. The purpose of this study is to determine the
levels of anions and cations that cause acid rain in the environment around
sampling. The anions and cations tested were (SO42-, NO3-, Cl-, Na+, NH4+, K+,
Ca2+ and Mg2+) contained in rainwater.The method used is wet deposition because
the sample used is rain water. Sampling on the page of the Center for Research
and Development of Environmental Laboratory Quality. Samples were taken
using the Automatic Rain Sampler instrument by placing the sample container
into the instrument in a closed manner until the container was filled with rain
water. When sampling is done periodically when it rains.Measurement of wet
deposition using a pH meter, conductivity meter and anion cation analysis using
Ion Chromatography. Cation levels obtained were NH4+ (1,511 ppm + SD 0,376),
Na+ (0,544 ppm + SD 0,149), K+ (0,211 ppm + SD 0,085), Ca2+ (0,535 ppm + SD
0,068), Mg2+ (0,137 ppm + SD 0,039). The anion levels obtained were SO 42-
(1,222 ppm + SD 0,538), NO3- (1,19 ppm + SD 0,654), and Cl- (0,575 ppm + SD
0,335).This value is still below the threshold set in Ministry of Health Regulation
Number 492/Menkes/Per/IV/2010, but for NH4+ levels above the threshold of
1,511 ppm from the maximum value of 1.5 ppm.

Keywords: Anions & Cations, Acid Rain, Industry, pH, Wet Deposition

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulla. Wabarokatuh

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji dan syukur penulis Hanturkan

kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengukuran Kadar Anion dan

Kation dalam Wet Deposition Menggunakan Metode Ion Chromatography”.

Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita nabi

muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan,

bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. oleh sebab itu dalam kesempatan ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hendrawati, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan ide

penelitian, bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini;

2. Bambang Hindratmo, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini;

3. Nurhasni, M.Si selaku Penguji I yang telah memberikan saran dalam

penyusunan skripsi ini;

4. Nurmaya Arofah, M.Eng selaku Penguji II yang telah memberikan saran dalam

penyusunan skripsi ini;

5. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

6. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud., selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

ix
7. Kedua orang tua kakak dan adik saya tercinta atas segala doa, motivasi dan

dukungan moril maupun materil yang diberikan kepada penulis;

8. Teman-teman Kimia 2015, dan Himka UIN Jakarta yang telah menjadi

keluarga selama 4 tahun lebih ini;

9. Kak Resi, Nurmalia Safitri dan Miya Riski Utari yang sudah membantu proses

berjalannya penelitian ini;

10. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian hingga penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, Mei 2020

Adi Mulyadi

x
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.3 Hipotesis .................................................................................................................. 5
1.4 Tujuan ...................................................................................................................... 5
1.5 Manfaat .................................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Pencemaran Udara .................................................................................................. 7
2.2 Deposisi Asam ........................................................................................................ 9
2.3 Deposisi Basah ...................................................................................................... 13
2.4 Hujan ...................................................................................................................... 14
2.5 Hujan Asam ........................................................................................................... 18
2.6 Kualitas Udara & Air Berdasarkan Kadar Anion dan Kation .......................... 22
2.7 Automatic Rain Sampler ...................................................................................... 24
2.8 pH Meter ................................................................................................................ 24
2.9 Conductivity Meter ............................................................................................... 25
2.10 Ion Chromatography (IC) ................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................................ 32
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................................... 32
3.3 Bagan Alir Penelitian ........................................................................................... 33
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................................... 34
3.4.1 Persiapan Analisis....................................................................................... 34
3.4.2 Sampling Air Hujan .................................................................................... 35
3.4.3 Analisis Contoh Uji Sampel Air Hujan .................................................... 35

xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 37
4.1 Pengukuran pH...................................................................................................... 37
4.2 Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) ............................................................ 41
4.3 Ion Exchange......................................................................................................... 42
4.4 Kadar Anion Sampel Air Hujan .......................................................................... 43
4.5 Kadar Kation Air Hujan ....................................................................................... 48
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 54
5.1 Simpulan ................................................................................................................ 54
5.2 Saran....................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56
LAMPIRAN ......................................................................................................... 59

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter pencemar udara ....................................................................... 9

Tabel 2. Klasifikasi kualitas mutu air hujan ......................................................... 52

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus hidrologi (Triatmodjo, 2008) .................................................. 15


Gambar 2. Komponen alat kromatografi ion (Amin et al., 2005) ....................... 28
Gambar 3. Bagan alir penelitian .......................................................................... 33
Gambar 4. Rata-rata pH air hujan bulan Januari-Mei 2019 ................................ 37
Gambar 5. Rata-rata daya hantar listrik air hujan bulan Januari-Mei 2019 ........ 41
Gambar 6. Rata-rata konsentrasi SO42- air hujan bulan Januari-Mei 2019 ......... 44
Gambar 7. Rata-rata konsentrasi NO3- air hujan bulan Januari-Mei 2019 .......... 46
Gambar 8. Rata-rata konsentrasi Cl- air hujan bulan Januari-Mei 2019 ............. 47
Gambar 9. Rata-rata konsentrasi NH4+ air hujan bulan Januari-Mei 2019.......... 49
Gambar 10. Rata-rata kadar anion kation air hujan bulan Januari-Mei 2019...... 50

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar proses sampling dan analisis sampel menggunakan IC .... 59


Lampiran 2. Uji analisis regresi linear menggunakan aplikasi SPSS.................. 60
Lampiran 3. Data konsentrasi anion dan kation air hujan dan % recovery ......... 62
Lampiran 4. Data kadar Anion dan Kation bulan Januari-Mei 2019 .................. 73

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan pokok yang semakin banyak dalam memenuhi kehidupan

sehari-hari memacu terjadinya peningkatan dalam proses pembangunan kota

terutama dalam bidang industri. Meningkatnya proses pembangunan maka akan

meningkat pula kandungan pencemaran diudara. Contohnya adalah asap cerobong

dari berbagai kegiatan industri. Akibat dari proses tersebut adalah besarnya zat

pencemar yang tersebar di udara yang akan berpengaruh terhadap proses-proses

fisik dan kimia di udara, salah satunya yaitu deposisi asam.

Deposisi asam merupakan polusi udara yang disebabkan oleh adanya gas

SOx dan NOx yang turun ke permukaan bumi yang berdampak negatif pada

ekosistem daratan maupun perairan. Proses jatuhnya asam dari atmosfir ke bumi

dapat berlangsung dalam 2 (dua) cara yaitu cara basah (wet) dan cara kering (dry).

Deposisi asam cara basah dikenal sebagai hujan asam, meskipun kenyataannya

yang dimaksud hujan asam juga termasuk kabut dan salju yang bersifat asam.

Deposisi asam cara kering mengacu pada proses jatuhnya asam ke bumi melalui

gas dan debu atau partikel. Hampir 50% dari deposisi asam terjadi secara kering

(EPA, 2002).

Pencemaran udara dapat terjadi karena adanya bahan kontaminasi akibat

aktivitas industri yang dibuang langsung ke lingkungan. Kontaminasi ini melebihi

kemampuan lingkungan dalam mengatasi dan mengolahnya. Kontaminasi yang

berlebihan ini akan menumpuk di udara dan akan mengakibatkan polusi udara.

Polutan udara akibat aktifitas industri dapat berupa Sulfurdioksida (SO2), Karbon

1
dioksida (CO2), Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3-), Ammonia (NH3) dan Klorida (Cl-).

Zat pencemar di udara yang tercemar ini akan berakumulasi di atmosfer.

Akumulasi akan bereaksi dengan uap air menghasilkan berbagai asam sehingga

mengakibatkan uap air di atmosfer menjadi asam. Seperti SO x dan NOx di

atmosfer bereaksi dengan uap air menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat

(HNO3) yang berbahaya bagi ekosistem di bumi. Uap air yang tercemar

membentuk awan di atmosfer dan akhirnya turun sebagai hujan ke bumi (Sudalma

dan Purwanto, 2012). Seperti yang dijelaskan pada firman Allah dibawah ini Surat

Al Rum ayat 41 – 42 yang berbunyi,

‫ْض الَّ ِذي َع ِملُىا‬ ْ َ‫ظَهَ َز ْالفَ َسا ُد ِفي ْالبَزِّ َو ْالبَحْ ِز ِب َما َك َسب‬
ِ َّ‫ت أَ ْي ِدي الى‬
َ ‫اس ِليُ ِذيقَهُ ْم بَع‬

َ ‫ان َعاقِبَةُ الَّ ِذ‬


ۚ ‫يه ِم ْه قَ ْب ُل‬ ِ ْ‫ُىن قُلْ ِسيزُوا فِي ْاْلَر‬
َ ‫ض فَا ْوظُزُوا َكي‬
َ ‫ْف َك‬ َ ‫لَ َعلَّهُ ْم يَزْ ِجع‬

َ ‫ان أَ ْك َ ُز ُ ْم ُم ْ ِز ِك‬
‫يه‬ َ ‫َك‬

Artinya:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah
(Muhammad), “ Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-
orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
mempersekutukan.(Allah)."(42)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan alam semesta

dan segala isinya adalah untuk dimanfaatkan oleh manusia demi kesejahteraan

hidup dan kemakmurannya. Manusia diangkat sebagai khalifah di bumi yang

diamanati agar menjaga kelestarian alam jangan sampai rusak. Manusia

diperbolehkan menggali kekayaan alam, mengolahnya, dan memanfaatkan

sebagai bekal beribadah kepada Allah dan beramal soleh. Oleh karena itu manusia

harus bisa mengelola sumber daya alam yang telah tersedia dengan baik agar terus

2
terjaga kelestariannya hingga kelak nanti, sehingga tidak akan terjadinya

kerusakan pada lingkungan.

Deposisi adalah proses terjadinya pengkristalan terhadap suatu benda yang

memiliki zat-zat tertentu dan unsur-unsur zat yang memungkinkan terjadinya

perubahan warna saat mengeras (mengkristal). Gas-gas polutan dan partikel-

partikel akan tinggal berakumulasi di udara dan kemudian musnah terdeposisi.

Selama polutan berada di udara menyebabkan kualitas udara ambient menurun,

yang berakibat langsung pada kesehatan manusia.Konsentrasi pencemar di lapisan

atmosfer dapat berkurang melalui proses deposisi, baik sebagai deposisi kering

maupun deposisi basah (Kryza et al., 2012). Apabila terjadi pembersihan polutan

melalui proses deposisi basah terutama SOx dan NOx, maka akan menyebabkan

terjadinya hujan asam yang berdampak pada kerusakan bangunan dan tumbuhan.

Riri et al, (2018) telah melakukan penelitian tentang status deposisi basah

dibeberapa wilayah pemantauan di Indonesia sepertidi Jakarta, Serpong, Bandung,

Kototabang, dan Maros. Nilai pH di bawah 5,6 di Bandung dan Maros relatif lebih

kecil dibanding Jakarta, Serpong, dan Kototabang. Kadar Anion dan Kation yang

paling dominan didapatkan pada sampel air hujan di Serpong yaitu kadar

Ammonium. Dodi et al, (2018) melakukan penelitian yang berjudul analisis

kuantitatif acidity level sebagai indikator kualitas air hujan di kabupaten Cilacap

yang manahasil analisis aciditylevel air hujan dari 15 titik di Kabupaten Cilacap

menunjukkan bahwa tingkat keasaman air hujan berada pada kondisi asam.

Tingkat keasaman berada pada rentang pH 4,5-7,6. Sarina et al, (2015) melakukan

pengukuran Kualitas Air Hujan di Area Manufaktur Batu Bata di Kajhu Aceh

Besar, berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa terdapat perbedaan tingkat

3
keasaman pada titik-titik sampel yang telah diuji. Pada titik A, pH air hujan

sebesar 5,45, pada titik B sebesar 5,11, dan di titik C mencapai 6,13 berdasarkan

hasil tersebut dikatakan bahwa kualitas air hujan di sekitar lokasi sampling

bersifat asam dikarenakan jarak yang berdekatan dengan area manufaktur batu

bata. Dessy et al, (2003) melakukan penelitian yang berjudul Penentuan

Komposisi Kimia Air Hujan di Tepi Cekungan Bandung, Hasil penelitian derajat

keasaman (pH) dan komposisi kimia air hujan di cekungan Bandung

menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan keasaman air hujan di wilayah tepian

cekungan Bandung, namun belum seluruh wilayah terindikasikan mengalami

hujan asam. Dari ketujuh pengambilan sampel dilokasi sampling cekungan

Bandung diketahui bahwa polutan asam yang memberikan kontribusi terbesar

adalah berasal dari ion SO42-.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kadar anion kation dan keasaman

air hujan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium

Lingkungan dan sekitarnya serta mengetahui kualitas lingkungan di sekitar lokasi

sampling. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian

selanjutnya khususnya dalam pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan

antisipasi dan pencegahan terjadinya pencemaran udara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa kadar anion (SO42-, NO3- dan Cl-) dan kation (NH4+,Na+, K+, Ca2+,

dan Mg2+) yang didapatkan pada sampel air hujan yang diukur dengan Ion

Chromatography ?

2. Bagaimana kualitas udara di lokasi sampling berdasarkan parameter kadar

anion dan kation dibandingkan dengan baku mutu KEPMEN Lingkungan

4
Hidup Nomor 45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran

Udara yang telah ditetapkan?

1.3 Hipotesis

1. Kadar anion dan kation yang didapatkan pada sampel air hujan bergantung

pada saat proses pengukuran menggunakan instrumen Ion

Chromatography yang mana saat sampel diinjeksikan proses pengukuran

akan berlangsung untuk menentukan konsentrasi anion dan kation yang

didapatkan dalam air hujan tersebut. Diperkirakan kadar Anion dan Kation

di dalam sampel air hujan sekitar lokasi sampling masih cukup aman

dengan konsentrasi yang berada di bawah ambang batas yang telah

ditetapkan.

2. Kualitas udara di sekitar lokasi sampling masih cukup baik dapat dilihat

dari kadar sulfat dan nitrat yang masih berada di bawah ambang batas.

Untuk membuktikan suatu wilayah tercemar atau tidak dapat dilakukan

pengukuran pada kualitas udara ambient menurut baku mutu kualitas udara

ambient berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup Nomor

45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara lalu dapat

dilakukan juga pengukuran terhadap kadar Anion serta Kation pada

sampel air hujan.

1.4 Tujuan

1. Mengukur kadar anion dan kadar kation yang terdapat pada sampel air

hujan.

5
2. Membandingkan kualitas udara di lokasi sampling berdasarkan pada

KEPMEN Lingkungan Hidup Nomor 45/MENLH/1997 tentang Indeks

Standar Pencemaran Udara.

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kualitas

udara di sekitar lokasi sampling berdasarkan pengukuran kadar anion dan kation

pada sampel air hujan menggunakan instrument Ion Chromatography.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara

Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat

penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat Oksigen (O2)

untuk bernafas, Karbon Dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh klorofil

daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001)

Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.

Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air dan CO 2 kegiatan

yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah

tanaman, pembakaran atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas

yaitu karena proses pernapasan (Agusnar, 2007).

Menurut Sunu (2001), komposisi udara terutama uap air (H2O)

dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya.

Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya terdiri dari Nitrogen (N2)

78,09 %, Oksigen (O2) 20,94 %, Argon (Ar) 0,93 % serta Karbon dioksida (CO2)

0,032 %.

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,

sehingga kualitas udara menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya (Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup R.I No. KEP-03/MENKLH/II/1991).

7
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau

kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu,

sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta

dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material.

Pencemaran udara dikarenakan adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam

konsentrasi tertentu yang mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan

mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya. Pencemaran udara adalah

terdapatnya bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia (man made), yang

membedakan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja

(occupational air pollution) (Mukono, 2006).

Menurut Sunu (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2

macam, yaitu:

a. Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu:

1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.

2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas

vulkanik.

3) Proses pembusukan sampah organik.

b. Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu:

1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu atrisi

(attrition) penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion), dari ketiga

8
proses tersebut pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam

kemampuannya menimbulkan bahan polutan (Mukono, 2008).

Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth&Cormick (1976:690),

penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter

sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter pencemar udara

No Parameter Udara Bersih Udara Tercemar


1 Bahan Partikel 0,01-0,02 mg/m3 0,07- 0,7 ppm
2 SO2 0,003-0,02 ppm 0,02- 2 ppm
3 CO < 1 ppm 5- 200 ppm
4 NO2 0,003- 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm
5 CO2 310- 330 ppm 350 – 700 ppm
6 Hidrokarbon < 1 ppm 1 – 20 ppm
Sumber : Mukono, 2005

2.2 Deposisi Asam

Bentuk presipitasi yang mengandung polutan SO2, NO2, dan HNO3, dapat

mendorong pembentukan asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (NHO3) yang

membuat pH air hujan kurang dari (≤) 5,60 terutama karena pengaruh gas SOx dan

NOx (Pranoto, 2002). Sumber zat SOx dan NOx itu sendiri dapat berasal dari alam

dan dapat juga karena aktifitas manusia. Menurut Faust (1981) keasaman air hujan

ditentukan oleh 60- 70% H2SO4 dan 30- 40% HNO3.

Di udara beberapa zat pencemar seperti gas SOx dan NOx akan bereaksi

dengan oksigen dan air membentuk deposit yang dikenal sebagai deposisi asam.

Suatu deposit bersifat asam apabila mengandung ion hidrogen seperti Asam Sulfat

dan Asam Nitrat, terukur sebagai derajat keasaman (pH) yang memiliki tingkat

keasaman lebih asam atau memiliki pH lebih rendah dari nilai pH air hujan

9
normal sebesar 5,6. Deposit ini akan turun ke bumi melalui proses yang disebut

deposit asam (Stern, 1977).

Deposisi asam terdiri dari 2 jenis yaitu deposisi kering dan basah. Deposisi

kering adalah peristiwa terkenanya benda dan molekul hidup oleh asam yang ada

dalam udara atau transfer langsung dari gas-gas dan partikel-partikel asam yang

ada di atmosfer. Daerah yang mengalami deposisi kering biasanya mempunyai

ciri lalu lintas yang padat serta udara yang tercemar dari pabrik. Jenis gas sulfur

yang diendapkan adalah SO2, dari nitrogen adalah NO2, HNO3, dan Peroksi Asetil

Nitrat (PAN).

S(g) + O2(g) SO2(g)

2 SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

NOx lebih cepat dioksidasi menjadi nitrat daripada SO 2 menjadi sulfat karena

kadar pencemar NOx lebih besar dibandingkan dengan kadar pencemar SO2, maka

SO2 lebih penting sebagai komponen deposit kering yang diendapkan dalam

jumlah besar (Graham dan Trotman, 1983).

Depoisi basah terjadi apabila asam di dalam udara larut ke dalam butir-

butir air di awan, jika kemudian turun hujan dari awan itu, air hujannya akan

bersifat asam. Jenis senyawa yang diendapkan dalam jumlah besar adalah asam

sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang dilarutkan melalui medium air dan

dibawa menuju permukaan bumi melalui presipitasi (Graham dan Trotman, 1983).

Pengendapan proses deposit basa ini terjadi atas dua proses yaitu rain out dan

wash out.

Dampak Deposisi Asam

1) Pengasaman Lautan

10
Lautan menjadi asam pada saat kehilangan kebasaannya(Roth,et al.,

1985).Total kebasaan atau kapasitas penetralan asam adalah sumber basa

dalam larutan. Kapasitas penetralan asam dari suatu larutan buffer

berlawanan dalam perubahan pH. Dalam air bersih yang alami, sebagian

besar dari kapasitas penetralan asam terdiri dari ion bikarbonat dan OH-.

Tingkat kebasaan karbonat didefinisikan sebagai berikut:

Kebasaan = [HCO3-] + 2 [CO-] + [OH] - [H+]

Jika asam kuat seperti asam sulfat memasuki air yang mengandung

bikarbonat, penambahan keasaman dapat dinetralkan dengan cara bereaksi

dengan bikarbonat. Dengan istilah lain, penambahan keasaman dapat

diseimbangkan dengan suatu persamaan kesetimbangan, yang mengarah ke

pembentukan CO2.H2O.

H2SO4 + HCO3- SO3-.H+ + CO2.H2O

Pengasaman permukaan air dapat dicegah jika pemasukan kation basa

cukup dan jika kontak presipitasi tanah cukup lama sebelum dialirkan ke

permukaan air. Dampak pengasaman lingkungan perairan tersebur dapat

menurunkan pH air laut sehingga mengakibatkan ribuan ikan mati.

2) Kerusakan Hutan dan Tanaman

Deposisi asam yang disebabkan presipitasi asam dan keasaman gas-gas

dapat mengakibatkan keasaman tanah, ketidakseimbangan nutrien, yang

langsung merusak batang tanaman, dan dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan hutan. Namun proses kerusakan hutan ini relatif lambat dan cukup

lama sehingga dibutuhkan pemantauan terhadap proses kerusakan tersebut.

Agen buffer seperti garam, kalium, dan magnesium sangat berperan dalam

11
melindungi hutan dari dampak berbahaya deposisi asam. Saat agen buffer

terluruhkan, ion-ion alumunium dari mineral akan terlarut dan terlepas ke

dalam tanah. Kombinasi antara keberadaan alumunium dan menghilangkan

kalsium menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.

3) Kerusakan Material dan Struktur Bangunan

Terjadinya korosi pada dinding bangunan di perkotaan merupakan salah

satu dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam. Katedral St. Paul di London

yang dibangun dari semen kapur diperkirakan mengalami pengikisan setebal

15 mm dari konstruksinya (Sharpe, 1982).

Reaksi antara asam sulfat dan batu kapur diaplikasikan pada rangka

beton yang terakumulasi diawali cucuran atap. Di Amerika umumnya industri

automobil menggunakan cat yang tahan terhadap asam dengan biaya sebesar

61 juta US untuk produksi kendaraan baru (Griffin dan Lee, 1995).

4) Dampak Terhadap Kesehatan

Dampak lainnya yang diakibatkan oleh deposisi asam terhadap

kesehatan, antara lain: dapat mengakibatkan peristiwa kanker paru-paru,

bronkhitis, emphysema, dan asma sebagai tanda terhisapnya partikel-partikel

ukuran kecil yang berasal dari sulliir atau polutan lainnya, khususnya partikel

ukuran 10 um yang berasal dari emisi kendaraan. Selain itu penyakit jantung,

paru-paru saat ini merupakan penyebab utama sakit dan kelumpuhan di

Inggris. Fatalnya lagi kanker paru-paru di Amcrika meningkat dari 18.000

menjadi 153.000 penderita selama tahun 1950 - 1994 (Griffin dan Lee, 1995).

12
2.3 Deposisi Basah

Deposisi basah adalah proses turunnya asam dalam bentuk hujan yang

terjadi akibat adanya asap di dalam udara larut pada butir-butir air di awan. Jika

awan tersebut turun ke bumi dan menjadi hujan yang turun bersifat asam.

Deposisi asam juga bisa terjadi karena hujan turun melewati udara yang

mengandung asam dan akhirnya mengakibatkan asam tersebut ikut larut ke dalam

air hujan dan turun ke bumi. Deposisi basah dapat terjadi meskipun sangat jauh

dari pencemaran. Pada kenyataanya secara alami hujan memiliki sifat asam karena

Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut pada saat terjadinya proses hujan

memiliki bentuk sebagai asam lemah.

Metode pengambilan sampel deposisi basah dilakukan dengan

mengumpulkan air hujan yang ditampung pada alat automatic rain sampler setiap

hari pada saat turun hujan, kemudian dilakukan pengukuran volume dengan

melakukan penimbangan. Pengukuran pH dan DHL dilakukan secara langsung

tanpa ada proses penyaringan berdasarkan SNI 06-6989-11.2014 tentang cara

pengujian derajat keasaman (pH) dengan menggunakan alat pH meter dan SNI

06-6989-11.2014 mengenai cara uji daya hantar listrik. Setelah dilakukan proses

pengukuran sampel dengan pH meter dan Conductivity meter sampel lakukan

penyaringan pada sisa sampel dengan menggunakan kertas saring dan disimpan

dalam botol polietilen yang diberi kode untuk selanjutnya dilakukan analisis anion

dan kation menggunakan alat ion chromatography berdasarkan IK (Instruksi

Kerja)-12/U/LPDL (Penentuan anion Cl-, NO3-, dan SO42-) dan IK (Instruksi

Kerja)-13/U/LPDL (Penentuan kation Na+, K+, Ca2+, Mg2+ serta NH4+ dalam

contoh uji air dan air permukaaan dengan menggunakan alation chromatography).

13
2.4 Hujan

Hujan dikenal sebagai proses presipitasi yang berbentuk cairan hasil dari

kondensasi uap air yang turun ke daratan. Presipitasi merupakan proses

pengembunan uap air di atmosfer dari proses evaporasi, sehingga terjadi air hujan

dengan proses presipitasi berbentuk cairan yang turun sampai ke daratan. Hujan

terbentuk apabila terjadi proses kondensasi uap air yang terpisah dari awan dan

jatuh kedaratan (Glossary of Meteorology, 2009).

Hujan merupakan bagian dari siklus hidrologi yang terjadi dari air laut dan

sebagian air daratan yang menguap membentuk uap air yang terangkat dan

terbawa angin di atmosfer, kemudian mengembun dan akhirnya jatuh ke daratan

atau laut sebagai air hujan. Air hujan yang turun ke permukaan bumi selanjutnya

dimanfaatkan oleh ekosistem di bumi seperti tanaman, hewan, manusia, sebagian

diserap dan disimpan oleh tanah serta selebihnya mengalir di permukaan tanah

yang masuk ke dalam sungai, danau dan air laut. Air hujan yang tertampung di

permukaan tanah sebagian akan menguap kembali untuk membentuk awan di

atmosfer. Hujan dapat berwujud cairan, hujan es atau aerosol (seperti embun dan

kabut), serta salju. Hujan dalam bentuk kabut sering dijumpai di daratan tinggi

atau daerah pengunungan (Matahelumual, 2010)

14
Gambar 1. Siklus hidrologi (Triatmodjo, 2008)

Secara garis besar, proses siklus hidrologi yaitu yang pertama seluruh air

yang ada di bagian bumi mana pun akan menguap. Seluruh air akan menguap ke

atmosfer atau lebih tepatnya ke angkasa lalu air ini akan berubah menjadi awan di

langit. Setelah itu, air yang telah berubah menjadi akan berubah lagi menjadi

bintik air. Bintik air tersebut selanjutnya akan turun ke bumi dalam bentuk hujan

dapat pula dalam bentuk es dan dapat pula salju. Setelah hujan turun, air akan

masuk ke dalam celah atau pori tanah dengan arah gerak vertikal atau pun arah

horizontal. Air tersebut selanjutnya akan kembali ke aliran permukaan air yang

mana akan terus mengalir hingga kembali ke danau atau sungai.

Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada

tahap ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan laut

serta tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan

menjadi uap air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena panasnya sinar

matahari dan penguapannya disebut evaporasi.

Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan yang

terjadi bukan pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi adalah

penguapan yang terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya tumbuhan

15
dan hewan dan prosesnya sama dengan tahap evaporasi. Molekul cair pada tubuh

tumbuhan dan hewan akan berubah menjadi uap atau molekul gas.

Setelah molekul cair menguap, selanjutnya akan naik ke atas atau ke

atmosfer sama seperti proses yang ada saat tahap evaporasi. Transpirasi

khususnya terjadi pada jaringan yang ada di tumbuhan dan hewan, namun dari

tahap ini air yang dihasilkan tidak banyak. Pada proses transpirasi, molekul cair

yang menguap tak sebanyak saat proses evaporasi.

Evotranspirasi adalah proses gabungan dari tahap evaporasi dan tahap

transpirasi sehingga pada tahap ini air yang menguap banyak. Evotranspirasi ialah

suatu tahap penguapan yang mana molekul cair yang menguap ialah seluruh air

dan jaringan makhluk hidup. Tahap ini ialah tahap yang paling memengaruhi

siklus hidrologi atau jumlah air yang terangkut.

Selain ketiga proses yang telah dijelaskan di atas, ada pula proses

penguapan yang lain yaitu sublimasi. Sublimasi memiliki makna yang sama ialah

perubahan molekul cair menjadi molekul gas ke arah atas yaitu arah atmosfer.

Namun, penguapan yang terjadi ialah perubahan es yang ada di kutub dan di

gunung yang tidak melewati proses cair.

Hasil air yang terangkat pada saat tahap sublimasi memang tak sebanyak

hasil dari tahap evaporasi dan yang lainnya. Namun, tahap sublimasi tetap

berpengaruh terhadap berjalannya siklus hidrologi sehingga tak dapat dilewatkan

atau bahkan dihilangkan. Hal yang membedakan tahap sublimasi dari tahap

evaporasi, tahap ini memerlukan waktu yang lebih lama atau lambat.

Setelah melalui empat tahap di atas, selanjutnya yaitu tahap kondensasi

yang mana air yang telah menguap berubah menjadi partikel es. Partikel es yang

16
dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin pada ketinggian yang ada di

atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut akan berubah menjadi awan dan

semakin banyak partikel es, awan semakin berwarna hitam.

Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi panjang atau

dengan kata lain tidak terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada tahap ini yang

terjadi ialah perpindahan awan dari satu titik ke titik lainnya atau dikatakan awan

di langit menyebar. Perpindahan awan ini terjadi karena adanya angin dan akan

berpindah dari lautan ke daratan begitu pula sebaliknya.

Proses yang ketujuh ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena

tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah akan

terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri jatuhnya butiran

air ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di sekitar kurang dari 0 derajat

celcius, kemungkinan akan terjadi hujan salju atau bahkan es.

Tahap run off juga mempunyai nama lain limpasan yang mana pada tahap

ini air hujan yang telah turun akan bergerak. Pergerakan yang terjadi yaitu dari

permukaan yang lebih tinggi ke permukaan bumi yang lebih rendah melalui

berbagai saluran. Saluran yag dimaksud sebagai contoh saluran got, sungai dan

danau atau laut bahkan samudera.

Infiltrasi menjadi tahap terakhir dalam siklus hidrologi yang terjadi, tahap

ini merupakan tahap dimana air hujan menjadi air tanah. Air hujan yang turun ke

bumi tak seluruhnya akan mengalir seperti pada tahap limpasan, namun akan

mengalir pula ke tanah. Merembesnya air hujan ke pori tanah inilah yang disebut

dengan infiltrasi lalu seluruhnya akan kembali ke laut (Suyono, 2006).

17
2.5 Hujan Asam

Pencemaran lingkungan banyak terjadi disekitar kita. Menurut UU No.32

tahun 2009, lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi dan atau kompunen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan

manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang ditetapkan.

Masuknya bahan-bahan pencemar ini melebihi kemampuan alam dalam

mengolahnya senyawa-senyawa kimia yang lebihaman bagi lingkungan dan

dibutuhkan oleh komponen-komponen alam. Komponen ini didekomposisi oleh

jasad renik melalui reaksi kimia yang dikenal dengan biogeokimia (Sudalman dan

Purwanto, 2012).

Hujan asam ini dapat terbentuk akibat dari proses reaksi gas yang

mengandung sulfat. Sulfat dioksida (SO2) yang bereaksi dengan Oksigen (O2)

dengan bantuan dari sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari. Proses ini

akan menghasilkan sulfat trioksida (SO3) yang menyatu setelah reaksi tersebut,

yakni melalui air laut yang naik ke udara dengan tujuan menghasilkan asam

sulfida (H2SO4), proses ini kemudian menyatu dengan gas yang terdapat di

udaraseperti amonia yang menghasilkan susunan partikel baru yaitu asam sulfat

amonia. Partikel yang tersisa dan mengendap di udara akan membentuk tetesan

halus yang dipindahkan oleh angin dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Ketika tempat jatuhnya air hujan sudah tepat, maka tetesan asam belerang (sulfat)

dan butiran-butiran sulfat amonia akan terurai di air hujan dan jatuh ke permukaan

bumi menjadi hujan asam. Seperti mekanime reaksi pada pembentukan hujan

asam di bawah ini.

18
Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang

terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SO x. Mekanisme pembentukan

SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut:

S(g) + O2(g) SO2(g)

2 SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air

sangat rendah, jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO 3 dan uap air akan

segera bergabung membentuk asam sulfat (H2SO4) dengan reaksi sebagai berikut:

SO3(g) + H2O(l) H2SO4(l)

Pada siang hari terjadi reaksi fotokatalitik antara gas NO 2 dengan radikal

hidroksil di atmosfer:

NO2(l) + OH HNO3(l)

Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara dengan ozon:

NO2(l) + O3(g) NO3 + O2(g)

NO2 + NO3 N2O5

N2O5 + H2O(l) 2 HNO3(l)

Salah satu bentuk pencemaran terjadi adalah hujan asam. Hujan asam

diperkenalkan pertama kali oleh Smith (1872) dan Kupehella (1989) yang

mengambarkan keadaan Manchester sebagai sebuah daerah industri dibagian utara

Inggris. Istilah hujan asam ini digambarkan sebagai turunnya air dari atmosfer

yang bersifat asam dalam bentuk hujan. Hujan asam dapat pula terjadi disebabkan

air hujan yang turun benkontak secara langsung dengan udara yang mengandung

senyawa-senyawa asam sehingga senyawa tersebut larut di dalam hujan dan jatuh

19
ke bumi. Nilai keasaman dari hujan asam tersebut memiliki nilai pH di bawah 5,6

(Sudalman dan Purwanto, 2012).

Hujan asam terjadi karena larutnya polutan-polutan ke dalam uap air.

Polutan ini berupa Karbonat, Nitrat dan Sulfat. Polutan tersebut merupakan

produk samping dari pembakaran bahan bakar fosil yang bereaksi di atmosfer.

Polutan ini akan bereaksi dengan uap air di atmosfer sehingga terbentuk Asam

Sulfat, Asam Nitrat, Dan Asam Nitrit sehingga jatuh bersamaan dengan air hujan.

Air hujan yang jatuh ke daratan akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air

permukaan tanah (Sudalma dan Purwanto, 2012).

Hujan asam dapat disebabkan oleh proses alam yang terjadi dan aktifitas

manusia. Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat emisi gas dari gunung api

dan dari proses biologis di tanah, rawa dan laut. Tumbuhan yang membusuk dan

api melepaskan bahan-bahan kimia juga merupakan salah satu penyumbang

terbentuknya hujan asam, akan tetapi umumnya hujan asam yang banyak terjadi

disebabkan oleh aktifitas manusia (Matahelumual, 2010).

Sumber alam penyebab hujan asam ini sulit sekali untuk diketahui

jumlahnya. Misalnya saja sumber pencemar sulfur di alam bisa berasal dari 1)asap

gunung berapi yang mengandung sulfur dioksida (SO2) dan hidrogen sulfida

(H2S), 2) dekomposisi biologis dari senyawa organik dan reduksi sulfat yang

menghasilkan (CH3)2S dan H2S, serta 3) biodegradasi dari laut yang menghasilkan

(CH3)2S (Sudalma dan Purwanto, 2012).

Salah satu penyebab terbesar hujan asam akibat aktifitas manusia yaitu

polusi udara dari kendaraan bermotor, mobil, dan industri yang menggunakan

bahan bakar fosil minyak bumi dan batu bara. Salah satu contoh industri yang

20
menggunakan bahan bakar fosil bumi dan batubara adalah pembangkit tenaga

listrik, industri pengolahan pupuk untuk pertanian terutama Ammonia

(Sivakumaran, 2015).

Sudalma dan Purwanto (2012) menyebutkan bahwa transportasi bahan

pencemar dapat dikarenakan oleh angin (advection), sebaran (dispersion), serapan

oleh tanaman, grafitasi (dry deposition) dan air hujan (wet deposition). Gas-gas

polutan yang terbawa angin ini akan tersebar hingga ratusan kilometer di atmosfer

sebelum bereaksi dengan uap air menjadi hujan asam dan jatuh ke bumi.

Ketika manusia menggunakan bahan bakar, maka Sulfur Dioksida (SO2)

dan Nitrogen Oksida (NOX) dilepaskan ke atmosfer dan kemudian bereaksi

dengan Air, Oksigen, dan Senyawa lainnya membentuk Asam Sulfat dan Asam

Nitrat yang mudah larut dan jatuh bersama dengan air hujan. Hujan asam yang

mencapai bumi akan mengalir sebagai air limpasan pada permukaan tanah, masuk

ke dalam sistem air dan sebagian lagi terendapkan di dalam tahah. Hujan asam

dapat juga terjadi dalam bentuk salju, kabut, dan bahan halus yang jatuh ke bumi

(Sivakumaran, 2015)

Selain Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Oksida (NOX), Karbon

Dioksida juga memiliki peranan penting dalam menurunkkan pH air hujan.

Menurut Sudalma dan Purwanto (2012), kehadiran CO dapat menurunkan pH air

hujan hingga 5,6 meskipun tidak ada sumber polutan lain yang menyebabkan

hujan asam. Hujan asam memiliki banyak dampak negatif diantaranya kualitas air

permukaan menjadi berkurang sehingga berdampak buruk bagi biota berupa flora

dan fauna yang hidup didalamnya. Penurunan pH air sungai akan penurunan

populasi ikan dan biota air lainnya diperairan. Selain itu hujan asam dapat

21
merusak jaringan tanaman sehingga menghambat pertumbuhan tanaman dan dapat

menyebabkan kematian pada tanaman.

Bagi tanah, hujan asam dapat melarutkan logam-logam berat sehingga

logam berat akan larut dalam air tanah dan air permukaan. Hal ini dapat

mempengaruhi kualitas air. Air tanah dan air permukaan yang tercemar ini bila

dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi tanaman,

hewan dan manusia. Salah satu efek hujan asam bagi kesehatan manusia berupa

penyakit pernapaan, dan dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan meninggal.

Selain itu hujan asam bersifat korosif terhadap logam-logam sehingga dapat

merusak berbagai logam seperti motor, mobil, pagar, monumen dan patung

maupun bangunan (Sudalma dan Purwanto, 2012).

2.6 Kualitas Udara& Air Berdasarkan Kadar Anion dan Kation

Gas Nitrogen Dioksida (NO2) merupakan polutan udara ambien bersama

unsur Nitrogen Monoksida (NO) yang biasanya dihasilkan dari kegiatan manusia

seperti pembakaran bahan bakar mesin kendaraan, pembakaran sampah,

pembakaran batubara dan industri. Karakteristik gas ini memiliki bau tajam dan

berwarna cokelat dimana dampaknya terhadap kesehatan terutama adalah

penurunan fungsi paru, menyebabkan sesak napas, bahkan berujung pada

kematian (Suyono, 2014).

Sulfur Dioksida (SO2) adalah komponen pencemar udara dengan jumlah

paling banyak. Gas ini memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau tajam,

apabila bereaksi dengan uap air di udara akan menjadi dikenal sebagai hujan

asam yang dapat menimbulkan kerusakan baik material, benda, maupun tanaman

(Suyono, 2014). Dampak negatif dari bahan pencemar tersebut pada manusia ialah

22
iritasi saluran pernapasan dan penurunan fungsi paru dengan gejala batuk, sesak

napas, dan meningkatkan penyakit asma (Muziansyah et al., 2015).

Peningkatan gas buang seperti NH3, NO2, SO2 dan aerosol akan

mempengaruhi kadar keasaman air hujan. Aerosol dan gas-gas NH3, NO2 dan

terlarut dalam air dapat dibersihkan dari atmosfer melalui proses pembersihan

secara kering (dry deposition) atau basah (wet deposition). Menurut Seinfeld J.H.,

(1998) batas aman keasaman air hujan adalah 5,6 dimana berada dalam garis

kesetimbangan dengan konsentrasi CO2 atmosfer 330 ppm. Bila kadar keasaman

air hujan berada di bawah pH 5,6 maka dikatakan telah terjadi hujan asam.

Magnesium dan Amonium berada dalam beberapa sumber air dialam.

Magnesium dalam bentuk ion maupun senyawa terdapat pada sumber air seperti

laut, sungai dan air hujan, selain itu juga dapat ditemukan dalam limbah cair

industri kimia. Keberadaan Magnesium di lingkungan perairan berperan sebagai

mineral penting bagi makhluk hidup, namun magnesium juga dapat

mengakibatkan masalah kesadahan air. Berdasarkan standar kesadahan menurut

Per MENKES RI (2010), batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan

yaitu 500 mg/L. Amonium (NH4+) merupakan bentuk terionisasi dari ammonia

(NH3) ketika berada dalam larutan air dan pada pH yang rendah (Brigden &

Stringer, 2000). Amonium dalam perairan sawah berperan sebagai sumber

Nitrogen bagi tanaman, namun keberadaan Amonium di perairan dengan

konsentrasi yang besar dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya,

karena Amonium akan berinteraksi dengan Oksigen membentuk ion-ion nitrit dan

nitrat yang mengikat hemoglobin (Hb) darah ikatan Hb dengan Oksigen (O2)

sehingga tubuh akan kekurangan O2 (Lubis,1987). Nilai ambang batas

23
keberadaannya telah ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan Menteri

Lingkungan Hidup tahun 1995 berkisar 1-2,5 maksimal mg/L.

2.7 Automatic Rain Sampler

Automatic Rain Sampler adalah peralatan yang digunakan untuk

mengambil sampel air hujan dengan menggunakan metode Wet dan Dry

deposition dengan bantuan Acid Areparation Sampler (APS). Sampel air hujan

dapat diperoleh dengan menggunakan metode wet deposition dan dry deposition,

wet deposition secara sinergi juga mengukur pH pada air hujan (Nugroho, 2012).

Automatic Rain Sampler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

menentukan curah hujan dan nilai pH air hujan yang di dalamnya terdapat fitting,

wiring, board, computer, lid release, opycal sensors, collection funnel, plunger

coil, measuring valve, distribution valve, filter, sample bottle, baterai tub. Prinsip

kerjanya jika terjadi hujan maka sensor akan memberikan trigger kepada sistem

kontrol untuk membuka tutup tempat penampungan air yang digerakkan oleh

motor listrik, selama hujan penutup tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan

berhenti maka penutup akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang

di tempat penampungan tak terkena kotoran lain karena tertutup rapat.

2.8 pH Meter

pH meter adalah jenis alat ukur untuk mengukur derajat keasaman atau

kebasaan suatu cairan, pada pH meter digital terdapat elektroda khusus yang

berfungsi untuk mengukur pH bahan-bahan semi padat, elektroda (probe

pengukur) terhubung sebuah alat elektronik yang mengukur dan menampilkan

nilai pH. Probe atau Elektroda merupakan bagian penting dari pH meter,

Elektroda adalah batang seperti struktur biasanya terbuat dari kaca. Pada bagian

24
bawah elektroda ada bohlam, bohlam merupakan bagian sensitif dari probe yang

berisi sensor. Jangan pernah menyentuh bola dengan tangan dan bersihkan dengan

bantuan kertas tisu dengan tangan sangat lembut. Untuk mengukur pH larutan,

probe dicelupkan ke dalam larutan. Probe dipasang di lengan dikenal sebagai

probe lengan.

Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa

elektrode kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam

larutan. Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk

bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca non-konduktor atau

plastik memanjang, yang selanjutnya diisi dengan larutan HCl (0,1 mol/dm3). Di

dalam larutan HCl, terendam sebuah kawat elektrode panjang berbahan perak

yang pada permukaannya terbentuk senyawa setimbang AgCl. Konstannya jumlah

larutan HCl pada sistem ini membuat elektrode Ag/AgCl memiliki nilai potensial

stabil

2.9 Conductivity Meter

Conductivity meter adalah alat untuk mengukur nilai konduktivitas listrik

(specific/electric conductivity) suatu larutan atau cairan. Nilai konduktivitas listrik

sebuah zat cair menjadi referensi atas jumlah ion serta konsentrasi padatan (Total

Dissolved Solid / TDS) yang terlarut di dalamnya.

Konsentrasi ion di dalam larutan berbanding lurus dengan daya hantar

listriknya. Semakin banyak ion mineral yang terlarut, maka akan semakin besar

kemampuan larutan tersebut untuk menghantarkan listrik. Sifat kimia inilah yang

digunakan sebagai prinsip kerja conductivity meter.

25
Sebuah sistem conductivity meter tersusun atas dua elektrode, yang

dirangkaikan dengan sumber tegangan serta sebuah ampere meter. Elektrode-

elektrode tersebut diatur sehingga memiliki jarak tertentu antara keduanya

(biasanya 1 cm). Pada saat pengukuran, kedua elektrode ini dicelupkan ke dalam

sampel larutan dan diberi tegangan dengan besar tertentu. Nilai arus listrik yang

dibaca oleh ampere meter, digunakan lebih lanjut untuk menghitung nilai

konduktivitas listrik larutan.

Prinsip kerja conductivity meter Dimana besar tegangan listrik (V)

ditentukan oleh sistem, besar arus listrik (I) adalah parameter yang diukur, serta

konstanta (C) didapatkan sebelumnya dari proses kalibrasi conductivity meter

dengan menggunakan larutan yang diketahui nilai konduktivitas spesifiknya.

2.10 Ion Chromatography (IC)

Ion chromatography (IC) adalah suatu teknik analitik untuk pemisahan

dan penentuan larutan ionik dalam kuantitas bagian per satu juta (bpj) dari

berbagai macam anion (seperti Lithium, Natrium, Ammonium, dan Kalium).

Selain itu, dapat digunakan juga untuk penentuan senyawa biokimia seperti asam

amino dan protein. Ion chromatography ini merupakan bagian dari metode

kromatografi cair padat dengan fase cair yang disebut eluent mengalir melewati

fase padat yang bersifat statis dan menuju detector.

Dua jenis kromatografi ion adalah pertukaran anion dan kation.

Kromatografi penukar kation digunakan ketika molekul kimia bermuatan positif

sedangkan kromatografi penukar anion digunakan ketika molekul kimia bermatan

negatif. Pada kromatografi penukar kation, fase diam bermuatan negatif dan

26
molekul akan bermuatan positif. Sedangkan pada kromatografi penukar anion,

fase diam bermuatan positif dan molekul bermuatan negatif (Siegel, 1997)

Fasa yang disetimbangkan terdiri dari gugus fungsi yang dapat diionkan

dimana molekul target dari campuran yang akan dipisahkan dapat mengikat saat

melewati kolom. Fasa diam kationik digunakan untuk memisahkan anion dan fasa

diam anionik digunakan untuk memisahkan kation. Kromatografi penukar kation

digunakan ketika molekul yang diinginkan umtul memisahkan adalah kation dan

kromatografi penukar anion digunakan untuk memisahkan anion (Fritz JS, 1987)

Aplikasi dari ion chromatography digunakan untuk menganalisis air

seperti anion dan kation anorganik dan ion logam. Kation yang biasa ditemukan

dalam air adalah Na+, K+, Ca+, Mg2+ serta NH4+ dan anion yang biasa ditemukan

dalam air adalah Cl-, NO3-, dan SO42-. Aplikasi lebih lanjut dapat diterapkan

terhadap sampel berwujud cair (pelarut air) yang juga mengandung anion dan

kation terlarut.

Pada umumnya, anion dan kation dapat diketahui dan dipisahkan dengan

menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata lain, untuk sekali injek sampel

saja ke dalam sistem kromatografi ion, berbagai-bagai puncak kromatogram

(chromatogram peaks) dari anion atau kation akan muncul. Inilah salah satu yang

menjadikan teknik ini lebih populer, bukan saja sensitivitas dan selektivitasnya,

tetapi juga waktu analisisnya yang relatif singkat dan juga hasilnya yang

maksimal.

Teknik kromatografi ion merupakan salah satu subset dari kromatografi,

khususnya kromatografi cair (LC=liquidchromatography). Teknik ini dapat

menentukan kepekatan spesies ion-ion (anion atau kation) dengan

27
memisahkannya berdasarkan pada interaksinya dengan resin yang ada dalam

kolom pemisah dan mobile phase yang digunakan. Spesies ion-ion ini kemudian

dapat dipisahkan (separated) dalam kolom tersebut berdasarkan pada jenis,

ukuran dan afiniti elektronnya. Campuran anion dan kation dalam suatu sampel

dapat diketahui dan jumlah ion-ion tersebut dapat ditentukan dalam waktu yang

relatif singkat (relatively short time). Suatu ion dalam sampel dengan konsentrasi

yang sangat rendah, masih bisa diukur dengan teknik ini. Oleh sebab itu, teknik

kromatografi ion menjadi pilihan bagi peneliti dalam mengetahui jumlah dan jenis

ion yang ada dalam sampel air tua (bittern), karena teknik ini mempunyai

kemampuan menentukan konsentrasi ion atau logam pada level ppt (parts

pertrillion). Ia juga mudah digunakan serta tidak rumit dalam pengendalian

peralatan

ini (Amin et al., 2005).

Gambar 2. Komponen alat kromatografi ion (Amin et al., 2005)

Memperlihatkan rangkaian alat atau komponen dasar yang biasa dipakai dalam

teknik kromatografi ion, yang terdiri atas (Amin et al., 2005):

1.Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel

28
tersebut masuk ke dalam kolom pemisah.

2.Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk

ke dalam kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan

bisa mengakibatkan perbedaan hasil.

3.Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat

didistribusikan masuk ke dalam kolom.

4.Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam

sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang

maksimal, begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan

memunculkan puncak.

5.Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.

6.Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.

Kelebihan Kromatografi Ion

Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi ion sehingga menjadi pilihan

terbaik untuk menganalisis kadar bromin dan pemisahan ion-ion dalampenelitian

ini adalah sebagai berikut (Weiss, 1995):

1. Kecepatan (speed)

Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam

hal analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah klasikyaitu

untuk mengurangi biaya dan bisa menghasilkan data-data analisis yang akurat dan

cepat. Namun, sebenarnya yang lebih penting adalah memberikan andil dengan

maksimal dalam perhatian kepada kondisi lingkungan (environmental efforts)

yang dari hari ke hari jumlah sampel yang mau dianalisis (untuk diketahui

kandungan apa saja di dalamnya) semakin bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini

29
terus dikembangkan orang untuk mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian

yang lebih praktis dengan biaya yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa

limbah (waste) yang dihasilkan dari penggunaan eluen dapat dikurangi.

2. Sensitivitas (sensitivity)

Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang

mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional

(ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut

microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan jumlah sampel yang

sangatsedikit, misal 10 µl yang diinjeksikan ke dalam sistem kromatografi, ion-

ion yang ada dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.

3. Selektivitas (selectivity)

Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya

kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan. Itu

dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun hanya ion

tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain yang adadalam sampel.

4. Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)

Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan

menggunakan sistem analisis yang terpisah (different systems). Padahal sangat

penting dilakukan pendeteksian secara serempak (simultaneous) antara anion dan

kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel. Tentunya, pendekatan yang

terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan terpisah.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa kelebihan diantaranya dapat

menekan biaya operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis

30
berlangsung, memperpendek waktu analisis (short time analysis) serta dapat

memaksimalkan hasil yang diinginkan.

5. Kolom pemisah (stability of the separator column)

Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking (packing)

material yang diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun, kebanyakan kolom

pemisah bisa bertahan pada perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya

konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan mempengaruhi kestabilan material

penyusun kolom. Walapun diakui bahwa ada juga kolom pemisah yang

mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan paking

kolom yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya.

31
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai Oktober 2019

di Laboratorium Udara, di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas

Laboratorium Lingkungan - Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(P3KLL – KLHK), Kawasan Puspiptek Serpong Gedung 210, Serpong,

Tangerang Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter, Conductivity

meter, Ion Chromatography DIONEX ICS-5000, Neraca, Automatic Rain

Sampler, serta peralatan gelas.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan Na 2CO3 0,8 M, larutan

NaHCO3 0,5 M, larutan Methane Sulphonic Acid (MSA) 99%, Aquadest, larutan

standar induk Anion Cl-1000 ppm, standar induk Anion SO42- 1000 ppm, standar

induk kation Na+1000 ppm, standar induk kation K+ 1000 ppm,standar induk

kationMg2+1000 ppm,standar induk kation Ca2+1000 ppm dan standar induk

kation NH4+ 1000 ppm.

32
3.3 Bagan Alir Penelitian

Air Hujan disampling dengan Automatic Rain Sampler(Setiap


turun hujan dari bulan Januari-Mei 2019)

Diukur pH (pH meter) Disaring dengan


dan Daya Hantar kertas saring
Listrik (Conductivity whatman nomor 41.
Meter)

2- - -
Uji kadar Anion (SO4 , NO3 dan Cl )
+ + + 2+
dan Kation (NH4 ,Na , K , Ca , dan
2+
Mg ) menggunakan Ion
Chromatography DIONEX ICS-5000

Analisis Regresi Linear


(DHL dengan
Konsentrasi Anion &
Kation)

Analisis data dengan


SPSS
Statistic 20

Gambar 3. Bagan alir penelitian

33
3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mengacu pada IK (Instruksi Kerja)-1/U/LPDL, 2014:

Penentuan Konsentrasi Anion Kation Na+, K+, Ca2+, Mg2+, NH4+, Cl-, NO3-, dan

SO42-dalam Air Hujan dengan metode Ion Chromatography, diadopsi dari

panduan yang dipublikasikan oleh EANET.

3.4.1 Persiapan Analisis

1. Membuat eluen anion (SO42-, NO3-, Cl-)

Dipipet 10,8 mL larutan Na2CO3 0,8 M dan 1,2 mL larutan

NaHCO3 0,5 M menggunakan mikro pipet ke dalam labu ukur 2000 mL.

Kemudian menandabataskan dengan aquadest hingga volume 2000 mL

lalu menghomogenkannya.

2. Membuat eluen kation (NH4+, K+, Ca2+, Mg2+, K+)

Dipipet 2,6 mL larutan Methane Sulphonic Acid (MSA) 99%

menggunakan mikro pipet ke dalam labu ukur cokelat 2000 mL.

Kemudian menandabataskan dengan aquadest hingga volume 2000 mL ,

lalu menghomogenkannya.

3. Membuat larutan deret standar anion

Masing-masing dipipet10 mL larutan induk anion (Cl-,NO3-,dan

SO42-) dengan konsentrasi 1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu

ukur 100 mL yang sama sehingga membentuk larutan standar campuran

anion 100 ppm. Memipet 10 mL larutan standar campuran anion 100 ppm

kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL sehingga membentuk

standar campuran 10 ppm. Membuat deret larutan standar anion dengan

rentang kerja tertentu.

34
4. Membuat larutan deret standar kation

Masing-masing dipipet 10 mL larutan induk kation (Na+, K+, Ca2+,

Mg2+, dan NH4+) dengan konsentrasi 1000 ppm kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 mL yang sama sehingga membentuk larutan standar

campuran kation 100 ppm. Memipet 10 mL larutan standar campuran

anion 100 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

sehingga membentuk standar campuran 10 ppm. Membuat deret larutan

standar kation dengan rentang kerja tertentu.

3.4.2 Sampling Air Hujan (Riri et al, 2018)

Sampling air hujan dilakukan di halaman sekitar kantor P3KLL Serpong

setiap terjadinya turun hujan. Disiapkan wadah penampungan air hujan yang akan

digunakan untuk menampung sampel air hujan. Wadah penampungan air hujan

disimpan dibawah selang kecil yang akan mengalirkan air hujan saat turun.

Wadah ditutup secara rapat agar sampel tidak terkena debu. Alat Automatic Rain

Sampler disambungkan dengan arus listrik dan tombol ON ditekan untuk

menyalakan sistem. Jika terjadi hujan maka sensor akan memberikan trigger

kepada sistem kontrol untuk membuka tutup tempat penampungan air yang

digerakkan oleh motor listrik, selama hujan penutup tersebut tetap terbuka

kemudian setelah hujan berhenti maka penutup akan bergerak ke posisi semula.

3.4.3 Analisis Contoh Uji Sampel Air Hujan

Disiapkan contoh uji/sampel air hujan yang sudah tertampung pada alat

automatic rain sampler. Proses pengambilan sampel air hujan dilakukan setiap

hari saat turunnya hujan. Pengukuran dilakukan dengan cara mencatat bobot air

hujan dengan neraca teknis. Sampel dimasukkan ke dalam dua buah gelas piala

35
masing-masing 20 mL untuk diukur pH menggunakan pH meter dan DHL

menggunakan conductivity meter. Kemudian dicatat hasil pH dan DHL yang

sudah didapat. Lalu sampel air hujan disaring dengan kertas saring yang sudah

disiapkan pada corong yang sudah disangga. Hasil saringan sampel air hujan

ditampung di dalam botol polietilen 1000 mL (sesuai volume sampel air hujan

yang didapat). Alat ion chromathography disiapkan dan mengatur schedule. Poly

vial diisi dengan aquadest secara duplo untuk diletakkan pada awal dan akhir

pengujian sampel. Lalu poly vial yang baru diisi kembali dengan sampel air hujan

dan dilakukan secara duplo yang sudah disaring. Selanjutnya peletakan poly vial

yang sudah terisi aquadest dan sampel air hujan diatur ke dalam alat ion

chromathography sesuai data yang sudah dibuat (jangan sampai tertukar). Analisa

data pada dilakukan alat ion chromathography. Hasil pengukuran sampel air

hujan berupa Anion (Cl-, NO3-, dan SO42-) serta Kation (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan

NH4+). Setelah mendapatkan kadar Anion dan Kation dalam sampel air hujan,

data tersebut diolah menggunakan SPSS Statistic 20 untuk mencari nilai

keterkaitan pengaruh antara DHL air hujan dengan Anion dan Kation spesifik dari

sampel air hujan.

36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran pH

Pengukuran pH pada sampel air hujan dilakukan untuk mengetahui tingkat

keasaman yang dimiliki oleh sampel air hujan tersebut. Data pH pada sampel air

hujan dapat dilihat pada Gambar 4 rata-rata pH air hujan bulan Januari-Mei

2019.Komposisi udara pada atmosfer yang normal, hujan akan turun dengan pH

5,6 sehingga hujan yang memiliki pH < 5,6 dapat dikategorikan sebagai hujan

asam (Rukaesih, 2004).

6,6 6,5

6,4

6,2
6
6
pH

5,8
5,6
5,6 5,5 5,5

5,4

5,2

5
Januari Februari Maret April Mei
Waktu Sampling

Gambar 4. Rata-rata pH air hujan bulan Januari-Mei 2019

Nilai pH dari bulan Januari hingga bulan Mei menunjukkan hasil yang

berbeda-beda tiap bulannya. Nilai di atas merupakan nilai rata-rata tiap bulannya

dari setiap terjadinya turun hujan di sekitar wilayah sampling. Berdasarkan data di

atas pada bulan Januari (5,6+SD 0,6), Februari (5,5+SD 0,5) dan Mei (5,5+SD

37
0,8) menunjukan angka di bawah batas normal baku mutu yang sudah ditentukan

yaitu 5,6. Nilai pH yang bersifat asam disebabkan karena adanya kandungan

asam-asam kuat di dalam airhujan tersebut sedangkan nilai pH pada bulan Maret

(6,5+SD 0,9) April (6+SD 1) bersifat netral yang mengindikasikan adanya proses

netralisasi asam oleh CO32-, debu, dan mineral. Parameter pH saja atau ion H+

tidak dapat mengilustrasikan dampak deposisi asam terhadap ekosistem, karena

derajat kemasaman dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi setelah terdeposit air

hujan yang bersifat asam disebabkan adanya pencucian gas SO 2 oleh tetesan air

hujan akanmenaikkan keasaman air hujan. Sifat keasaman air hujan dapat berubah

tergantung pada tingkat pencemaran yang ada di udara.

Sifat keasaman pada air hujan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

meteorologi seperti suhu udara dan kelembaban udara, Berdasarkan data yang

diperoleh dari BMKG mengenai kondisi meteorology disekitar lokasi sampling

didapatkan bahwa nilai temperatur rata-rata udara pada bulan Januari (28,26 oC),

Februari (28,82 oC) serta Mei (28,74 oC) menunjukan bahwa temperature tersebut

dapat menyebabkan terjadinya pengasaman pada pH yang mana apabila suhu

udara di atmosfer meningkat/tinggi maka akan mempercepat reaksi kimia dan

meningkatkan produksi zat pencemar yang ada di udara seperti SO x dan NOx,

biasanya kondisi tersebut ditunjukan pada saat terjadi musim kemarau.

Lalu berdasarkan data kelembaban udara yang diperoleh pada bulan

Januari (74,78 %), Februari ( 74 %), serta Mei (75,07 %) hal tersebut pula yang

mempengaruhi terjadinya keasaman pada air hujan. Kelembaban udara yang

tinggi menunjukkan bahwa udara banyak mengandung uap air yang mana pada

saat terjadinya musim penghujan konsentrasi polutan di udara akan berkurang

38
terbawa oleh air hujan, pada saat kondisi tersebut maka suhu udara akan menurun

yang mana akan menurunkan pula tingkat pencemaran yang ada di udara.

Sementara nilai kelembaban yang didapat pada bulan Maret dan April

menunjukan nilai yang lebih besar yaitu 82,81 % dan 84,74% yang mana

menunjukan bahwa pH pada bulan tersebut lebih cenderung bersifat netral.

Berdasarkan data kecepatan angin rata-rata yang terjadi pada bulan

Januari (1,84 m/s), Februari (1,55 m/s), serta Mei (1,59 m/s) menunjukan bahwa

kecepatan angin rata-rata pada bulan tersebut lebih besar dibandingkan pada bulan

Maret (1,425 m/s) dan April (1,38 m/s). Faktor tersebut pula yang mendukung

bahwa semakin cepat angin bertiup ke arah lokasi sekitar sampling makan akan

berpengaruh pula terhadap nilai pH yang didapatkan.

Salah satu penyumbang penyebab terjadinya hujan asam yaitu emisi gas

yang dihasilkan oleh industri yang berbahan bakar batubara yang menyebabkan

terjadinya kenaikkan asiditas adsorpsi HCl. Jika dibandingkan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Riri et al, (2018) yang mana pH air hujan di Serpong (lokasi

sampling) setiap tahunnya lebih cenderung bersifat asam dengan pH < 5,6 hal ini

dapat terjadi karena setiap tahunnya perubahan yang terjadi pada pH air hujan

menunjukkan adanya perubahan kadar polutan di udara.

Semakin menurunnya pH ke arah asam berarti semakin tinggi tingkat

polutan udara di sekitar lokasi sampling, salah satunya adalah meningkatnya

kadar nitrat dan sulfat dalam air hujan. Tingkat keasaman pH air hujan dapat

diperkirakan karena bertambahnya volume pencemaran di udara yang disebabkan

oleh hasil buang emisi gas indusrti besar serta kendaraan bermotor yang terbawa

oleh angin ke sekitar lokasi sampling. Jumlah industri besar di sekitar lokasi

39
sampling diperkirakan menjadi salah satu penyumbang utama terhadap

pencemaran yang terjadi di udara.

Jumlah industri yang cukup banyak sekitar lokasi sampling yaitu daerah

Tangerang Selatan diperkirakan menjadi penyumbang utama pencemaran

lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar batubara, namun

kemungkinan lain seperti emisi gas buang industri dari wilayah lain yang

berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan seperti DKI Jakarta, Kabupaten

Tangerang, Kota Tangerang serta Kabupaten Bogor dapat pula menjadi

penyumbang kedua terjadinya keasaman pada pH air hujan di sekitar lokasi

sampling. Data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik di Kota Tangerang

Selatan tentang jumlah industri besar yang terdapat di sekitar lokasi sampling

diantaranya industri kimia (42), industri kertas (7), industri karet (35), industri

barang galian (18) serta industri logam (25). Penggunaan bahan bakar batubara

pada setiap industri memiliki keuntungan tersendiri yaitu harga yang relatif murah

serta energi yang dihasilkan cukup besar, namun memiliki dampak bagi

lingkungan sekitar yaitu menjadi tercemar akibat emisi buang dari bahan bakar

batubara tersebut. Kandungan-kandungan gas buang yang dihasilkan oleh industri

seperti gas SOx dan NOx, yang mana kedua gas tersebut merupakan sumber utama

terjadinya proses hujan asam di atmosfer. Pengaruh terjadinya deposisi asam akan

tergantung pada seberapa banyak asam yang jatuh ke permukaan bumi. Senyawa

asam dalam jumlah lebih banyak dapat terdeposisi saat turun hujan deras dengan

pH tidak terlalu rendah dibandingkan saat turun hujan bersifat ringan namun

dengan tingkat kemasaman tinggi.

40
4.2 Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengukuran daya hantar listrik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

suatu larutan dapat menghantarkan aliran listrik. Pengukuran kali ini dilakukan

terhadap sampel air hujan. Semakin besar nilai daya hantar listriknya, maka akan

semakin banyak pula kandungan ion-ion yang terdapat di dalam sampel tersebut.

Gambar 5 adalah grafik perolehan nilai rata-rata daya hantar listrik dari sampel air

hujan yang disampling setiap turun hujan dari bulan Januari hingga Mei.

40 36,3

30 27,6
20,7 22,4
18,2
u/s

20

10

0
Januari Februari Maret April Mei
Waktu Sampling

Gambar 5. Rata-rata daya hantar listrik air hujan bulan Januari-Mei 2019

Nilai daya hantar listrik dari bulan Januari hingga bulan Mei memiliki

nilai yang variatif, dapat dilihat dari naik turunnya nilai DHL pada grafik Gambar

5untuk bulan Januari (18,2 uS/cm + SD 12,1), Februari (20,7 uS/cm + 6,24),

Maret (22,4 uS/cm + SD 19,5), April (28 uS/cm + SD 15) serta Mei (36,3 uS/cm

+SD 20,6). Nilai di atas merupakan nilai rata-rata dari setiap bulannya saat

terjadinya hujan.

Konsentrasi ion di dalam larutan berbanding lurus dengan daya hantar

listriknya. Semakin banyak ion mineral yang terlarut, maka akan semakin besar

kemampuan larutan tersebut untuk menghantarkan listrik. Semakin tinggi nilai

41
DHL maka akan semakin tinggi pula tingkat pencemaran yang terkandung dalam

air hujan tersebut karena air hujan itu sendiri terdiri dari campuran-campuran

elektrolit yang mimiliki berbagai jenis ion didalamnya.

4.3 Ion Exchange

Ion exchange merupakan sutau metode unit proses yang terdiri dari reaksi

kimia antara ion dalam fase cair dengan ion dalam media padat tidak larut (resin).

Pada penelitian ini digunakan metode ion exchange, dengan Ion Chromatography

typeICS5000 dengan komponen kolom anion type AS12A disertai dengan eluen

Na2CO3 dan NaHCO3, lalu kolom kation type CS12A disertai dengan eluen

Methane Sulphonic Acid (MSA). Kelebihan dalam metode ini adalah

kemampuannya dalam menangkap ion-ion dalam sampel air hujan dengan

efisiensi yang tinggi. Dengan mereaksikan air hujan dengan bahan-bahan kimia

tertentu (resin) akan diperoleh kandungan anion serta kation dalam sampel air

hujan.

Pada penelitian yang saya lakukan digunakan resin buatan atau sintesis, yang

mana terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional dan matriks resin yang

sukar larut. Resin sintesis memiliki kapasitas ion exchange yang lebih besar dari

resin alami baik dari segi penukaran kation maupun anion. Resin yang digunakan

pada penelitian ini yakni resin sintesis divinylbenzene (DVB). Penggunaan

senyawa polimer stiren divinylbenze dikarenakan ikatan kimia pada polimer ini

amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi.

Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan

resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion-

42
ion yang dipertukarkan dengan ion-ion yang muatannya sama akan dipertukarkan

dengan ion-ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.

Sebelum ketahap pengukuran, sampel air hujan disampling menggunakan

instrument Automatic Rain Sampler. Pengambilan sampel menggunakan

Automatic Rain Sampler bertujuan agar sampel yang didapatkan tidak

terkontaminasi oleh pengotor lain yang terdapat dilingkungan.

4.4 Kadar Anion Sampel Air Hujan

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor

dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen

membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer

dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang

mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan

meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya

bagi kehidupan ikan dan tanaman (Sudalma dan Purwanto, 2012). Besarnya

konsentrasi Sulfat dan Nitrat dalam air hujan tergantung pada tingkat pencemaran

yang terjadi di udara, semakin besar tingkat pencemaran di udara maka akan

semakin besar pula konsentrasi Sulfat serta Nitrat di dalam sampel air hujan.

Seperti pada gambar 6 rata-rata konsentrasi Sulfat pada sampel air hujan dari

bulan Januari-Mei.

43
2,0
1,729 1,657

Konsentrasi (ppm)
1,5
1,431
1,0

0,5 0,670 0,622

0,0
Jan Feb Mar Apr Mei
Waktu Sampling

Gambar 6. Rata-rata konsentrasi SO42- air hujan bulan Januari-Mei 2019

Konsentrasi rata-rata ion sulfat setiap bulannya yang terdapat di dalam air

hujan sekitar lokasi sampling memiliki nilai yang bervariatif, dapat dilihat dari

naik turunnya grafik di atas yang berkisar antara 0,622 hingga 1,729 ppm.

Konsentrasi yang didapat pada bulan Januari (1,431 ppm + SD 0,652)

Februarisebesar(1,729 ppm + SD 0,710), Maret (0,670 ppm + SD 0,563) April

sebesar (0,622 ppm + SD 0,563) serta Mei (1,657 + SD 0,529). Nilai konsentrasi

di atas diperoleh dari hasil rataan setiap bulannya dikarenakan data yang diperoleh

sesuai dengan turunnya hujan yang tidak merata disetiap bulannya.

Cukup tingginya kadar sulfat pada bulan Januari, Februari serta Mei dan

rendahnya kadar sulfat pada bulan Maret dan Mei sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Riri et al, (2018) yang mana pada penelitian tersebut kandungan

sulfat tertinggi didapatkan pada bulan Januari, Februari dan Mei sedangkan

kandungan sulfat terendah didapatkan pada bulan Maret-April. Nilai ini

menjelaskan bahwa di wilayah kajian pun masih cukup aman. Namun demikian

apabila terjadi akumulasi tetap dapat mengancam kesehatan. Sumber pencemar

utama berasal dari kegiatan antropogenik seperti emisi kendaraan bermotor dan

44
industri (SO42-). Terjadinya peningkatan kepadatan penduduk dan kenaikan

jumlah volume kendaraan akibat pertumbuhan sektor industri akan memberikan

kontribusi terjadinya perubahan.

Ada dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2- dan SO3-. Gas SO2

berbautajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3- sangat reaktif.

Konsentrasi SO2- diudara mulai terdeteksi oleh indrapenciuman manusia ketika

konsentrasinyaberkisar antara 0,3 – 1 ppm. Gas hasil pembakaran umumnya

mengandung lebihbanyak SO2- dari pada SO3. PencemaranSOx di udara terutama

berasal daripemakaian batu bara pada kegiatan industri, transportasi dan lain

sebagainya (Wardhana, 2004).

Nitrat (NO3-) adalah ion–ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari

siklus nitrogen. Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti

Urea, Protein, dan Asam Nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti

Ammonia, Nitrit, dan Nitrat. Kandungan nitrat dalam air hujan disebabkan karena

adanya emisi gas buang industri dalam bentuk NOx yang akan berakumulasi

dengan uap air di atmosfer membentuk NO3-, akumulasi ini menyebabkan sifat air

hujan menjadi asam kuat. Dalam keadaan tertentu, kadar nitrat yang terkandung di

dalam sampel air hujan berbeda-beda setiap bulannya tergantung tingkat

pencemaran yang terjadi serta kondisi meteorologi di sekitar lokasi sampling.

Pada gambar 7 merupakan konsentrasi rata-rata nitrat yang terkandung dalam air

hujan dari bulan Januari-Mei.

45
2,5 2,204

Konsentrasi (ppm)
2,0
1,5 1,253

1,0 1,216
0,885
0,5
0,426
0,0
Jan Feb Mar Apr Mei
Waktu Sampling

Gambar 7. Rata-rata konsentrasi NO3- air hujan bulan Januari-Mei 2019

Konsentrasi rata-rata ion Nitrat pada air hujan setiap bulannya memilki

nilai yang bervariasi, nilai yang didapatkan cenderung naik dan turun hal ini

dikarenakan curah hujan yang turun pada wilayah sampling setiap bulannya

berbeda-beda. Kadar Nitrat tertinggi didapatkan pada bulan Januari (1,216 ppm +

SD 0,628), Februari (2,216 ppm + SD 0,461) serta Mei (1,253 ppm + 0,759).

Sedangkan kadar Nitrat terkecil didapatkan pada bulanMaret (0,426 ppm +

0,269), April (0,885 ppm + 0,859). Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan

oleh Riri et al, (2018) yang mana pada penelitian tersebut kandungan nitrat

tertinggi didapatkan pada bulan Januari, Februari dan Mei sedangkan kandungan

nitrat terendah didapatkan pada bulan Maret-April setiap tahunnya. Hal tersebut

dapat terjadi dikarenakan pada bulan Maret dan April curah hujan yang terjadi

cukup besar sehingga pengikisan nitrat di atmosfer tidak terlalu besar.Nitrat

dibentuk dari asam Nitrit yang berasal dari ammonia melalui proses oksidasi

katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen.Nitrat dan

Nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom

oksigen, dimana nitrat mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit mengikat dua

46
atom oksigen. Peningkatan kadar nitrat dalam air hujan ini signifikan disebabkan

oleh tingginya kadar NO diudaradan kadar ozon sebagai oksidan dalam reaksi

pembentukan asam nitrat bersama air hujan. Kegiatan antropogenik yang berasal

dari emisi kendaraan bermotor dan industri berpotensi meningkatkan konsentrasi

ion Nitrat di area perkotaan. Serpong merupakan wilayah sub perkotaan yang

memiliki batas wilayah dengan daerah kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor serta

Tangerang. Seluruh kota tersebut memiliki potensi akan pencemaran yang cukup

tinggi dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor serta industri disekitarnya.

Kandungan pencemaran tersebut memberikan kontribusi akanbesarnya kadar

Nitrat di wilayah serpong dengan terbawanya kandungan pencemar oleh angin ke

sekitar wilayah sampling.

Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl 2). Toksisitasnya tergantung pada

gugus senyawanya. Dalam jumlah banyak Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi.

Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. US

Public Health Service menyatakan bahwa Klorida hendaknya dibatasi hingga 250

mg/l dalam air yang digunakan umum.

1,2
Konsentrasi (ppm)

1,0
0,988 0,796
0,8
0,595
0,6
0,4
0,2 0,329
0,166
0,0
Jan Feb Mar Apr Mei
Waktu Sampling

Gambar 8. Rata-rata konsentrasi Cl- air hujan bulan Januari-Mei 2019

47
Pada grafik di atas konsentrasi Klorida setiap bulannya cenderung

mengalami penurunan, hal tersebut dapat terjadi diperkirakan karena sebelum

turunnya hujan kandungan garam Klorida dalam air laut sudah menguap karena

adanya pemanasan oleh panas matahari yang mana suhu disekitar lokasi sampling

terbilang cukup panas. Konsentrasi Klorida didapatkan pada bulan Januari (0,984

ppm + SD 0,896), Februari (0,796 ppm + SD 0,422), Maret (0,329 ppm + SD

0,287), April (0,166 ppm + SD 0,082) serta Mei (0,595 ppm + SD 0,462)

Tinggi rendahnya konsentrasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat

pencemaran di udara, pada bulan Januari, Februari dan Mei tingginya kadar

Klorida pada sampel air hujan dibandingkan dengan bulan Maret-April

dikarenakan pada bulan tersebut curah hujan yang terjadi tidak terlalu besar

sehingga proses pengikisan polutan di atmosfer pun tidak terlalu spesifik. Klorida

merupakan jenis anion yang tidak terlalu spesifik berpengaruh terdahap terjadinya

hujan asam jika dibandingkan dengan Sulfat dan Nitrat.

4.5 Kadar Kation Air Hujan

Senyawa Nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut dan bahan tersuspensi

dalam perairan. Di dalam air, senyawa Nitrogen terdiri dari Nitrogen Organik dan

Nitrogen Anorganik. Jenis-jenis Nitrogen Anorganik utama dalam air adalah ion

Nitrat (NO3-) dan Amonium (NH4+) (Efendi, 2003). Kadar kation pada air hujan

tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat keasaman, seperti halnya kadar

ammonium pada sampel air hujan di daerah lokasi sampling Serpong merupakan

jenis kation yang paling mendominasi dibandingkan ion-ion yang lain. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chao (2010) yang

memperlihatkan bahwa kadar NH4+ di daratan lebih besar dibandingkan pesisir.

48
NH3 yang dapat terdeposit dan berubah menjadi NH4+ sehingga menyebabkan

terjadinya peningkatan konsentrasi NH4+ dimana NH4+ berlaku sebagai penetral

untuk H2SO4 dan HNO3 (Aikawa dan Hiraki, 2010). Pada gambar 9 merupakan

rata-rata konsentrasi ammonium yang terdapat pada sampel air hujan sejak bulan

Januari-Mei 2019.

2,0 1,890 1,792


Konsentrasi (ppm)

1,5 1,618
1,261
1,0
0,992
0,5

0,0
Jan Feb Mar Apr Mei
Waktu Sampling

Gambar 9. Rata-rata konsentrasi NH4+ air hujan bulan Januari-Mei 2019

Sumber basa di atmosfer mempunyai pengaruh dalam penetralan

keasaman air hujan. Sumber basa yang utama adalah NH3 dan CaCO3 (Wang, et al

2002). Amonia dalam bentuk gas (NH3) berhubungan erat dengan kehadiran

ammonium (NH4+) di atmosfer, yang pada gilirannya amonium ini bertindak

sebagai senyawa penetral di atmosfer dan juga berkontribusi terhadap masalah

pengasaman atmosfer (Wameck, 1999).

Berdasarkan data Gambar 9, konsentrasi Ammonium yang didapatkan

pada bulan Januari (1,618 ppm + SD 0,305) , Februari (1,890 ppm + SD 0,307),

Maret (0,992 ppm + SD 0,233), April (1,261 ppm + SD 0,483) , serta Mei (1,792

ppm + SD 0,316). Berdasarkan dari pengukuran kandungan Anion serta Kation

pada sampel air hujan Ammonium merupakan kandungan dengan konsentrasi

49
terbesar yang didapatkan dibandingkan dengan kandungan Anion dan Kation

yang lainnya. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riri et

al, (2018). Seperti grafik pada Gambar 10 di bawah ini.

K Mg
2% 1%
Ca SO4
Na 7% 22%
9%

NH4 NO3
25% 19%

Cl
15%

Gambar 10. Rata-rata kadar anion kation air hujan bulan Januari-Mei 2019

Berdasarkan kompilasi Gambar 10 di atas dari bulan Januari hingga Mei,

kadar Ammonium (NH4+) mendominasi kandungan dari Kation pada sampel air

hujan dengan persentase 25%. Kandungan terbesar kedua didominasi oleh Sulfat

(SO4-) dengan persentase 22%. Dan kandungan terbesar ketiga yaitu Nitrat (NO3-)

dengan persentase 19%. Besarnya kandungan Ammonium pada sampel

disebabkan lokasi sampling yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun, adanya

proses pembuatan kompos, penimbunan sampah kota dan industri peternakan di

sekitar lokasi sampling yang berpotensi menghasilkan sumber-sumber ion

ammonium. Sumber-sumber pencemar akan menghasilkan polutan melalui proses

penguraian senyawa organik oleh mikro-organisme dan berpotensi menyebabkan

tingginya ion Ammonium pada sampel air hujan.

50
Kadar Natrium yang didapatkan pada sampel air hujan dari bulan Januari

hingga Mei sebesar 9%. Kadar tiap bulan yang didapatkan pada bulan Januari

(0,592 + SD 0,483), Februari (0,544 + SD 0,322), Maret (0,490 + SD 0,235),

April (0,343 + SD 0,133) serta Mei (0,751 + SD 0,675). Sumber utama ion

natrium ini sendiri berasal dari limbah cair industri rumah tangga dan pabrik serta

tiupan angin yang membawa partikel debu yang ada di udara kemudian turun ke

bumi melalui proses deposisi basah.

Kadar Kalsium yang didapatkan pada sampel air hujan dari bulan Januari

hingga Mei sebesar 7%. Januari (0,112 + SD 0,060), Februari (0,157 + SD0,034 ),

Maret (0,335 + SD 0,153), April (0,238 + SD 0,196) serta Mei (0,210 + SD

0,143). Sumber utama ion kalsium berasal dari banyaknya pencemar ion Kalsium

di udara yang berasal dari tanah dan debu di jalanan yang terbawa oleh angin di

udara yang kemudian terdeposisi melalui air hujan. Konsentrasi ion Kalsium

dapat terdeteksi jika kondisi udara di sekitar lokasi sampling mengindikasikan

adanya partikulat ion logam Kalsium dalam udara tersebut.

Kadar Kalium yang didapatkan pada sampel air hujan dari bulan Januari

hingga Mei sebesar 2%. Januari (0,448 + SD 0,191), Februari (0,615 + SD 0,178),

Maret (0,583 + SD 0,239), April (0,486 + SD 0,144) serta Mei (0,542 + SD

0,277). Sumber utama ion kalium itu sendiri berada dari udara bebas sebagai

K2CO3 yang terbentuk dari hasil pembakaran tumbuh-tumbuhan yang kemudian

akan terdeposisi melalui turunnya hujan dan dapat juga bersumber dari partikel

garam-garam laut. Hal ini yang menyebabkan kadar Kalium pada sampel air hujan

di sekitar lokasi sampling sangat kecil karena tidak adanya pembakaran tumbuh-

tumbuhan serta lokasi sampling yang jauh dari laut.

51
Kadar Magnesium yang didapatkan pada sampel air hujan dari bulan

Januari hingga Mei sebesar 1%. Januari (0,099 + SD 0,061), Februari (0,133 + SD

0,058), Maret (0,184 + SD 0,188), April (0,113 + SD 0,058) serta Mei (0,174 +

SD 0,103). Sumber utama ion Magnesium berasal dari air laut yang menguap dan

terkandung di dalam udara. Mengingat lokasi sampling yang jauh dari laut, hal ini

lah yang dapat menyebabkan rendahnya kandungan ion magnesium di dalam

sampel air hujan.

Analisis regresi linear merupakan studi pembahasan yang digunakan untuk

mengukur besarnya pengaruh satu variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y).

Pada penelitian ini digunakan metode analisis regresi linear bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh daya hantar litrik terhadap kandungan Anion

serta kation dalam air hujan. Dari hasil yang didapatkan menunjukan bahwa

persen pengaruh yang bervariasi dimana untuk SO42- sebesar 0,1 %, NO3- 13.1 %,

Cl- 17,5%, NH4+ 0,1 %, Na+ 17,6 %, K+ 12,2 %, Ca2+ 0,7 % serta Mg2+ 41,7 %.

Besarnya persen pengaruh Mg2+ menunjukan bahwa sifat dari air hujan yang tidak

terlalu asam serta dengan nilai pH yang lebih ke arah stabil atau menunjukan nilai

5,6 dari batas maksimum yang telat dianjurkan.

Tabel 2. Klasifikasi kualitas mutu air hujan

Senyawa Kimia Konsentrasi yang didapatkan Kadar Maksimum


(mg/L) (mg/L)
2-
SO4 1,222 250
-
NO3 1,19 20
Cl- 0,575 250
NH4+ 1,511 1,5
Na+ 0,544 200
K+ 0,211 500
2+
Ca 0,535 200
Mg2+ 0,137 0,4
Sumber: Hasil Analisa dengan Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010

52
Dari hasil pengukuran kadar anion dan kation air hujan setiap turunnya

hujan, dilakukan perhitungan secara rata-rata selama 5 bulan yaitu dari bulan

Januari-Mei 2019 didapatkan nilai rata-rata seperti Tabel 2 di atas. Berdasarkan

Tabel 2 di atas dilakukan perbandingan dengan baku mutu dari Peraturan

Kementrian Kesehatan Nomer 492/Menkes/Per/IV/2010 dan didapatkan

kandungan NH4+sebesar 1,511 mg/L yang mendominasi serta melebihi kadar

maksimum yang telah ditetapkan sebesar 1,5 mg/L. Untuk kadar anion dan kation

yang lainnya masih berada dalam level yang sangat aman karna berada di bawah

baku mutu yang ada.

Hubungan yang terjadi pada kadar anion dan kation dalam air hujan

terindikasikan dari konsentrasi anion dan kation yang didapatkan berbeda-beda.

Dimana semakin besar kadar anion (pembawa sifat asam pada air hujan) maka

kadar kation (pembawa sifat basa/netral pada air hujan) semakin kecil. Begitupun

sebaliknya semakin kecil kadar anion pada sampel air hujan maka akan semakin

besar kadar kationnya sehingga hujan akan bersifat lebih netral, karena tingginya

kadar kation merupakan pembawa sifat basa/netral pada air hujan. Sehingga

hubungan antara anion dan kation dalam pengukuran sampel air hujan memiliki

hubungan yang bersebrangan/ tidak berbanding lurus.

53
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kadar anion dan kadar kation yang didapatkan pada sampel air hujan

dalam kurun waktu selama lima bulan dari bulan Januari hingga Mei

didapatkan kadarnya sebesar SO42- (1,222 ppm + SD 0,538), NO3- (1,19

ppm + SD 0,654), dan Cl- (0,575 ppm + SD 0,335). NH4+ (1,511 ppm +

SD 0,376), Na+ (0,544 ppm + SD 0,149), K+ (0,211 ppm + SD 0,085),

Ca2+ (0,535 ppm + SD 0,068), Mg2+ (0,137 ppm + SD 0,039).

2. Kualitas udara di lokasi sampling berdasarkan KEPMEN Lingkungan

Hidup Nomor 45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran

Udaramasih cukup aman dari kontaminasi bahan-bahan pencemar, hal

tersebut dapat dilihat dari hasil pengukuran konsentrasi kadar SO42- dan

NO3- yang masih berada di bawah ambang batas.

5.2 Saran

1. Setelah dilakukan penelitian mengenai pengukuran kadar anion dan kation

dalam sampel air hujan disarankan agar penelitian ini dapat terus berlanjut

untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam memonitor kualitas

udara di sekitar kita salah salah satunya melaui pengukuran anion dan

kation pada smpel air hujan.

54
2. Demi kelancaran kegiatan penelitian adalah sumber daya dan peralatan

instrument analisis untuk mendukung kegiatan harus tersedia dengan

dengan baik sehingga proses analisis berjalan dengan baik dan lancer.

3. Melakukan Pengendalian Emisi sumber tidak bergerak dan emisi bergerak

untuk mengurangi gas buang yang menghasilkan dan menimbulkan hujan

asam yang ada di sekitar Serpong Tangerang.

55
DAFTAR PUSTAKA

Aikawa M, Hiraki T. 2010. Difference in the Use of a Quartz Filter and a PTFE
Filter as First-Stage Filter in the FourStage Filter-Pack Method.Water,
Air,& Soil Pollution. (1-4):3319.

Aldyan MO,Faust DO. 1981. Chemistry of Natural Water. Michigan. Ann Arbor
Science Publisher Inc/The Butter Group.

Agusnar H. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: USU Press.

Bambang Triatmodjo. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset. Yogyakarta.

Brigden K, Stringer R. 2000. Ammonia and Urea Production: Incidents of


Ammonia Release From The Profertil Urea and Ammonia Facillity, Bahia
blanca, Argentina. Greenpeace ResearchLaboratories. Departement of
BiologicalScience University. of Exeter. UK.

Caroll D. 1962. Rainwater as a chemical agent of geological processes are view.


USGS water supply. 1533:18–20.

Chao G, Zi-Fa W, Gbaguidi EA. 2010. Ammonium Variational Trends and the
Ammonia Neutralization Effect on Acid Rain over East Asia. Atmospheric
and Oceanic Science Letters.(2):120-6.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 492/menkes/per/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Jakarta: Depkes RI; 2010.

Dessy G,Tuti B, Iis S. Wiwiek S. 2003. Penentuan Komposisi Kimia Air Hujan
DiTepi Cekungan Bandung.Jurnal Bionatura. Vol. 5. No. 1. Maret 2003. 55 :
66.

Dodi S. 2018. Analisis Kuantitatif Acidity Level Sebagai IndikatorKualitas Air


Hujan Di Kabupaten Cilacap. Jurnal Rekayasa Sistem Industri. 3.2621-1262

Efendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber daya Lingkungan
Peraiaran. Kanisius. Yogyakarta.

Faust SD. dan Ally OM. 1981. Chemistry of Natural Water. Ann Arbor
Science Publiser Inc, New York. Hlm 336.

Fritz JS. 1987. Ion Chromatography. Analytical Chemistry. 59 (4): 335A-344A.

Glickman TS. 2009. Glossary of Meteorology.American Meteorological


Socierty.Retrievedfromhttp://amsglossary.allenpress.com/glossary/search?id
=westerliesI.

56
Graham, Trotman. 1983. Acid rain - A review of the phenomenon in the EEC &
Europe. Enviromental Resources.

GriffinM,Lee J. 1995. Picturing the Gulf War: Constructing an Image of War in


Time, and U.S. News and World Report. Journalism and Mass
Communication Quaterly, 72, 813–825.

Lubis AI, Tugaswati. 1987.Amonium dalam Air Sumur Penduduk.15(1). Buletin


Penelitian Kesehatan. 21-26.

Roth J, Hrmann, dan Blaschke, Goffried. 1985. Analisis Farmasi. Penerbit :


Gadjah Mada University Press.

MatahelumualBC. 2010. Potensi Terjadinya Hujan Asam di Kota Bandung.Jurnal


Lingkungan dan Bencana Geologi, 1 (2), Hal. 59-70.

Matejko M., Dore A.J., Hall J., Dore C.J., Blas M., Kryza M., Smith R. and
Fowler D., 2009, The influence of long term trends in pollutant emissions
ondeposition of sulphur and nitrogen and exceeandce of critical loads in the
United Kingdom, Environmental Science & Policy ;12: 882-896.

Muhammad A, Lee WL, Toyohide T. 2005. Peak parking technique for the
simulation determinations of anions and cations. Anal Bioanal Chem
381:1426-1431.

Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga


University Press.

Mukono. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan


Saluran Pernafasan.Cetakan Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press.

MuziansyahD, Sulistyorini R, Sebayang S. 2015. Model Emisi Gas Buang


Kendaraan Bermotor Akibat Aktivitas Transportasi (Studi Kasus: Terminal
Pasar Bawah Ramayana Kota Bandar Lampung). Jurnal Universitas
Lampung Volume 3 Nomor 1: 57-70.

Nugroho W. 2012. Pengembangan Sistem Peralatan Pengambil Sampel Air


Hujan Otomatis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Pranoto, Ina B. 2002. Deposisi Asam. Kementrian Lingkungan Hidup. Indonesia.


Acid Deposition and Oxidant Research Center. Japan

Retno Pl, Emalya R, Tuti B, Asri I, Riri IN. 2018. Status Deposisi Basah Di
Beberapa Wilayah Pemantauan Di Indonesia Periode 2008-2015. Ecolab Vol.
12 No. 2 Juli 2018 : 53 - 102.

Sarina, Nurul M, Riski R, Elin Y. 2015. Rainwater Quality Measurements in the


Area of BricksManufacturing at Kajhu Aceh Besar. Journal of Aceh Physics
Society (JAcPS), SS, Vol. 4, No.1 pp. 3-4, 2015.

57
SharpeGW. 1982. Interpreting The Environment.John Wiley and Sons Inc. New
York.

Seinfeld JH, Pandis SN. 1998. Atmospheric Chemistry and Physics from Air
Pollution to Climate Change. John Wiley and Sons. INC. New York, pp.
234-335; 1143-1145.

Sivakumaran S. 2015. Acid rain, causes, effects, and control strategies. Central
Environmental Authority, Battaramulla.

Siegel, Miles. 1997. Rapid purification of small molecule libraries by ion


exchange chromathography. Tetrahedron Latters. 38 (19): 3357-3358.

Stern. 1977. Introductory Plant Biology. Brown Co. Dubuque: Iowa.

Sudalma, Purwanto. 2012. Analisis Sifat Hujan Asam di Kota Semarang.


Prosiding Seminar Nasional Pengolahan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Semarang.

SunuP. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 1400. PT.


Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

Suyono.2014.Pencemaran KesehatanLingkungan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Suyono. 2006.Siklus Hidrologi. Fakultas Geografi UGM.

US Enviromental Protection Agency. 2002. EPA’s Clean Air Markets-Acid Rain


Program: Overview.

Vet, R., Artz., Carou, S., Shaw., Ro, CU., Aas, W., Reid, NW. 2014. A global
assessment of precipitation chemistry and deposition of sulfur, nitrogen, sea
salt, base cations, organic acids, acidity and pH, and phosphorus.
Atmospheric Environment, 93, 3–100.

Wardhana, W.2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.

Wang X, Dong Z, Zhang J, Liu L. 2003. Modern dust storms in China: an


overview. Journal of Arid Environments. 58: 559-574.

Warneck, P.1988. Chemistry of the Natural Atmosphere. San Diego. Academic


Press.

58
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar saat proses pengambilan sampling air hujan serta analisis
menggunakan ion chromathography

Instrumen Automatic Rain Sampler Wadah Penampung Sampel Air Hujan

Penyaringan Sampel Air Hujan Ion Chromatography

Pengukuran pH Sampel Air Hujan Pengukuran DHL Sampel Air Hujan

59
Lampiran 2. Uji analisis regresi linear menggunakan aplikasi SPSS 20

Model Summary SO42-

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,030 ,001 -,332 ,62173

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,001. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi SO42- (y) adalah sebesar 0,1 %
sedangkan 99,99 % konsentrasi SO42- dipengaruhi oleh variabel lain.

Model Summary NO3-

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,362 ,131 -,159 ,70012

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,131. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi NO3- (y) adalah sebesar 13,1
% sedangkan 86,9 % konsentrasi NO3- dipengaruhi oleh variabel lain.

Model Summary Cl-

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,418 ,175 -,100 ,35018

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,175. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi Cl - (y) adalah sebesar 17,5 %
sedangkan 82,5 % konsentrasi Cl- dipengaruhi oleh variabel lain.

Model Summary NH4+

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,027 ,001 -,332 ,43472

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,001. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi NH4+ (y) adalah sebesar 0,1 %
sedangkan 99,99 % konsentrasi NH4+ dipengaruhi oleh variabel lain.

60
Model Summary Na+

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,420 ,176 -,098 ,15658

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,176. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi Na + (y) adalah sebesar 17,6 %
sedangkan 82,4 % konsentrasi Na+ dipengaruhi oleh variabel lain.

Model Summary K+

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,350 ,122 -,170 ,09349

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,122. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi K+ (y) adalah sebesar 12,2 %
sedangkan 87,8 % konsentrasi K+ dipengaruhi oleh variabel lain.

Model Summary Ca2+

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,085 ,007 -,324 ,07902

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,007. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi Ca 2+ (y) adalah sebesar 0,7 %
sedangkan 99,93 % konsentrasi Ca2+ dipengaruhi oleh variabel lain.

Model Summary Mg2+

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

a
1 ,646 ,417 ,223 ,03354

Dari output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,417. Nilai ini mengandung
arti bahwa pengaruh DHL (x) terhadap konsentrasi Mg2+ (y) adalah sebesar 41,7
% sedangkan 58,3 % konsentrasi Mg2+ dipengaruhi oleh variabel lain.

61
Lampiran 3. Data konsentrasi anion dan kation air hujan bulan Januari-Mei dan
perhitungan % recovery

1. Kurva Kalibrasi Natrium

ppm Area Kurva Na+


0 0,005
0,1 0,050 3,5 y = 0,2865x + 0,0041
0,2 0,063 3,0 R² = 0,9999
0,4 0,123 2,5
2,0
Area
0,6 0,170
1,5
0,8 0,234 1,0
1 0,284 0,5
1,2 0,340 0,0
2 0,582 0 5 10 15
3 0,843 Kons (ppm)
5 1,448
10 2,870

Konsentras %
%
NO Tanggal Area ppm umol/L i rata-rata Recov
RPD
(ppm) ery
02/01/2019 0,116 0,392 17,027
1 0,386 3,0
02/01/2019 0,113 0,380 16,526
03/01/2019 0,073 0,239 10,380
2 0,236 2,1
03/01/2019 0,071 0,234 10,168
08/01/2019 0,072 0,238 10,350
3 0,237 1,2
08/01/2019 0,072 0,235 10,228
10/01/2019 0,057 0,183 7,952
4 0,180 3,3
10/01/2019 0,055 0,177 7,694
14/01/2019 0,089 0,295 12,839
5 0,282 9,7
14/01/2019 0,081 0,268 11,655
16/01/2019 0,116 0,390 16,936
6 0,376 7,0
16/01/2019 0,108 0,363 15,798
18/01/2019 0,249 0,853 37,089
7 0,853 0,1
18/01/2019 0,249 0,854 37,120
20/01/2019 0,331 1,142 49,655
8 1,147 0,8
20/01/2019 0,334 1,151 50,064
22/01/2019 0,117 0,394 17,133
9 0,406 6,1
22/01/2019 0,124 0,419 18,211
23/01/2019 0,070 0,229 9,940
10 0,223 5,5
23/01/2019 0,066 0,216 9,409

62
24/01/2019 0,176 0,599 26,041
11 0,601 0,6
24/01/2019 0,177 0,603 26,208
25/01/2019 0,082 0,273 11,883
12 0,267 4,4
25/01/2019 0,079 0,261 11,367
28/01/2019 0,396 1,367 59,428
13 1,369 0,3
28/01/2019 0,397 1,371 59,610
29/01/2019 0,512 1,771 77,001
14 1,775 0,4
29/01/2019 0,514 1,779 77,335
30/01/2019 0,162 0,550 23,902
15 0,546 1,5
30/01/2019 0,159 0,542 23,553
03/01/2019 + 0.6 k 0,210 0,719 31,262
0,789 92,3
03/01/2019 + 0.6 k 0,250 0,859 37,332
% Recovery =((0.789-(49,7/50*0.236))/0.6)*100%
92,3 %

2. Kurva Kalibrasi Ammonium

Kurva NH4+
ppm Area
0,4 y = 0,2864x + 0,0190
0 0,015
R² = 0,9992
0,1 0,046 0,3
Area

0,2 0,079 0,2


0,4 0,1406
0,1
0,6 0,188
0,8 0,2473 0
1 0,307 0 0,5 1 1,5
1,2 0,3607
Konsentrasi

NO Tanggal

Konsentr
% %
asi rata-
1 Area ppm umol/L Recover RP
rata
y D
(ppm)
02/01/2019
02/01/2019 0,556 1,876 104,205
1,900 2,5
2 03/01/2019 0,570 1,924 106,882
03/01/2019 0,448 1,497 83,139
1,502 0,8
3 08/01/2019 0,451 1,508 83,779
08/01/2019 0,417 1,389 77,145
1,406 2,5
4 10/01/2019 0,427 1,424 79,085
10/01/2019 0,513 1,724 95,787
1,732 0,9
5 14/01/2019 0,517 1,740 96,660
14/01/2019 0,472 1,580 87,775 1,583 0,4

63
6 16/01/2019 0,473 1,586 88,105
16/01/2019 0,386 1,282 71,229
1,311 4,3
7 18/01/2019 0,403 1,339 74,391
18/01/2019 0,515 1,732 96,214
1,733 0,1
8 20/01/2019 0,516 1,734 96,330
20/01/2019 0,529 1,779 98,832
1,782 0,4
9 22/01/2019 0,530 1,785 99,181
22/01/2019 0,606 2,051 113,943
2,038 1,3
10 23/01/2019 0,599 2,024 112,450
23/01/2019 0,578 1,952 108,454
1,944 0,8
11 24/01/2019 0,574 1,937 107,600
24/01/2019 0,325 1,067 59,261
1,049 3,3
12 25/01/2019 0,315 1,032 57,340
25/01/2019 0,497 1,669 92,703
1,511 20,9
13 28/01/2019 0,407 1,353 75,167
28/01/2019 0,504 1,694 94,099
1,694 0,0
14 29/01/2019 0,504 1,694 94,099
29/01/2019 0,587 1,981 110,083
1,976 0,6
15
30/01/2019 0,583 1,970 109,443
30/01/2019 0,342 1,126 62,558
1,107 3,4
03/01/2019 + 0.6 k 0,331 1,089 60,483
03/01/2019 + 0.6 k 0,609 2,059 114,370
2,059 94,2
% Recovery 0,609 2,059 114,370
=((2,059-(49,7/50*1,502))/0.6)*100%
94,2 %

3. Kurva Kalibrasi Kalium

ppm Area
Kurva K+
0 0,004
0,1 0,022
2,0
y = 0,1849x + 0,0014
0,2 0,040 R² = 1,0000
1,5
0,4 0,080
Area

0,6 0,113 1,0


0,8 0,146
0,5
1 0,185
1,2 0,222
0,0
2 0,371
0 5 10 15
3 0,546
Konsentrasi
5 0,925
10 1,853

64
Konsentr
%
asi rata- %
NO Tanggal Area ppm umol/L Recov
rata RPD
ery
(ppm)

02/01/2019 0,030 0,153 3,925


1 0,154 0,7
02/01/2019 0,030 0,154 3,952
03/01/2019 0,023 0,119 3,051
2 0,116 5,1
03/01/2019 0,022 0,113 2,898
08/01/2019 0,033 0,170 4,354
3 0,170 0,3
08/01/2019 0,033 0,169 4,341
10/01/2019 0,028 0,144 3,703
4 0,140 6,2
10/01/2019 0,027 0,136 3,481
14/01/2019 0,028 0,145 3,730
5 0,139 9,3
14/01/2019 0,026 0,133 3,398
16/01/2019 0,026 0,134 3,425
6 0,138 6,7
16/01/2019 0,028 0,143 3,661
18/01/2019 0,024 0,122 3,134
7 0,120 4,5
18/01/2019 0,023 0,117 2,995
20/01/2019 0,123 0,659 16,904
8 0,656 1,0
20/01/2019 0,122 0,653 16,738
22/01/2019 0,051 0,269 6,892
9 0,269 0,0
22/01/2019 0,051 0,269 6,892
23/01/2019 0,021 0,105 2,690
10 0,105 0,0
23/01/2019 0,021 0,105 2,690
24/01/2019 0,028 0,143 3,661
11 0,141 1,9
24/01/2019 0,027 0,140 3,592
25/01/2019 0,030 0,154 3,938
12 0,148 7,3
25/01/2019 0,028 0,143 3,661
28/01/2019 0,036 0,185 4,743
13 0,191 6,0
28/01/2019 0,038 0,196 5,034
29/01/2019 0,056 0,294 7,544
14 0,293 0,6
29/01/2019 0,056 0,293 7,502
30/01/2019 0,023 0,116 2,982
15 0,112 7,2
30/01/2019 0,021 0,108 2,774
03/01/2019 + 0.6
0,124
k 0,665 17,043
0,669 92,3
03/01/2019 + 0.6
0,126
k 0,673 17,265
% Recovery =((0.669-(49,7/50*0.170))/0.6)*100%
92,3 %

65
4. Kurva Kalibrasi Magnesium

ppm Area
0 0,004 Kurva Mg2+
0,1 0,058
0,2 0,106 6,0 y = 0,5550x - 0,0114
0,4 0,209 5,0 R² = 0,9999

0,6 0,315 4,0

Area
0,8 0,426 3,0
1 0,537 2,0
1,2 0,668 1,0
2 1,089
0,0
3 1,629
0 5 10 15
5 2,761
Konsentrasi
10 5,550

Konsentrasi
% %
NO Tanggal Area ppm umol/L rata-rata
Recovery RPD
(ppm)

02/01/2019 0,027 0,069 2,83


1 0,067 4,8
02/01/2019 0,025 0,066 2,70
03/01/2019 0,022 0,060 2,47
2 0,061 4,1
03/01/2019 0,023 0,063 2,57
08/01/2019 0,038 0,090 3,69
3 0,088 2,7
08/01/2019 0,037 0,087 3,59
10/01/2019 0,037 0,086 3,56
4 0,083 7,6
10/01/2019 0,033 0,080 3,30
14/01/2019 0,040 0,092 3,79
5 0,094 5,0
14/01/2019 0,042 0,097 3,98
16/01/2019 0,096 0,194 7,99
6 0,194 0,0
16/01/2019 0,096 0,194 7,99
18/01/2019 0,069 0,145 5,96
7 0,145 0,0
18/01/2019 0,069 0,145 5,96
20/01/2019 0,001 0,023 0,95
8 0,023 0,8
20/01/2019 0,001 0,023 0,94
22/01/2019 0,028 0,071 2,92
9 0,069 4,7
22/01/2019 0,026 0,068 2,79
23/01/2019 0,034 0,082 3,38
10 0,083 1,5
23/01/2019 0,035 0,083 3,43
24/01/2019 0,054 0,118 4,85
11 0,118 0,0
24/01/2019 0,054 0,118 4,85
12 25/01/2019 0,038 0,090 3,69 0,090 0,2

66
25/01/2019 0,038 0,090 3,69
28/01/2019 0,096 0,194 7,99
13 0,195 1,1
28/01/2019 0,098 0,196 8,07
29/01/2019 0,123 0,243 9,98
14 0,245 1,6
29/01/2019 0,125 0,246 10,14

30/01/2019 0,063 0,134 5,49


15 0,131 4,3
30/01/2019 0,060 0,128 5,26
03/01/2019 + 0.6 k 0,339 0,631 25,96
0,632 95,2
03/01/2019 + 0.6 k 0,340 0,633 26,05
% Recovery =((0.632-(49,7/50*0.061))/0.6)*100%
95,2 %

5. Kurva Kalibrasi Kalsium

ppm area
0 0,020
Kurva Ca2+
0,1 0,060
0,800
0,2 0,085
0,700 y = 0,3323x + 0,0184
0,4 0,147 0,600 R² = 0,9979
0,6 0,207 0,500
Area

0,8 0,272 0,400


0,300
1 0,371
0,200
1,2 0,413 0,100
2 0,683 0,000
3 1,027 0 0,5 1 1,5 2 2,5
5 1,718 Konsentrasi
10 3,455

Konsentr
% %
asi rata-
NO Tanggal Area ppm umol/L Recover RP
rata
y D
(ppm)

02/01/2019 0,120 0,305 7,64


1 0,305 0,0
02/01/2019 0,120 0,305 7,64
03/01/2019 0,107 0,267 6,67
2 0,256 8,2
03/01/2019 0,100 0,246 6,15
08/01/2019 0,179 0,483 12,08
3 0,473 4,5
08/01/2019 0,172 0,462 11,56
10/01/2019 0,123 0,314 7,85
4 0,314 0,0
10/01/2019 0,123 0,314 7,85
14/01/2019 0,214 0,589 14,73
5 0,600 3,7
14/01/2019 0,222 0,611 15,28
6 16/01/2019 0,142 0,373 9,31 0,374 0,9

67
16/01/2019 0,143 0,376 9,40
18/01/2019 0,210 0,576 14,40
7 0,576 0,0
18/01/2019 0,210 0,576 14,40
20/01/2019 0,275 0,773 19,33
8 0,746 7,4
20/01/2019 0,257 0,718 17,95
22/01/2019 0,100 0,245 6,12
9 0,241 3,5
22/01/2019 0,097 0,237 5,91
23/01/2019 0,116 0,294 7,36
10 0,302 5,3
23/01/2019 0,122 0,310 7,76
24/01/2019 0,140 0,364 9,11
11 0,349 9,0
24/01/2019 0,129 0,333 8,33
25/01/2019 0,132 0,341 8,53
12 0,351 5,3
25/01/2019 0,138 0,360 9,00
28/01/2019 0,129 0,334 8,34
13 0,334 0,0
28/01/2019 0,129 0,334 8,34
29/01/2019 0,295 0,834 20,84
14 0,853 4,6
29/01/2019 0,309 0,873 21,83
30/01/2019 0,233 0,645 16,11
15 0,645 0,0
30/01/2019 0,233 0,645 16,11
03/01/2019 + 0.6 k 0,307 0,868 21,70
0,857 100,4
03/01/2019 + 0.6 k 0,300 0,847 21,16
% Recovery =((0.857-(49,7/50*0.256))/0.6)*100%
100,4 %

6. Kurva Kalibrasi Klorida

ppm area
0 0,014 Kurva Cl-
0,1 0,045
3,5 y = 0,3135x + 0,0195
0,2 0,116 R² = 0,9993
3
0,4 0,144 2,5
0,6 0,193 2
Area

0,8 0,292 1,5


1 0,368 1
1,2 0,392 0,5
2 0,602 0
4 1,246 0 5 10 15
10 3,170 Konsentrasi

68
Konsentrasi %
%
NO Tanggal Area ppm umol/L rata-rata Recover
RPD
(ppm) y

02/01/2019 0,182 0,517 14,556


1 0,523 2,4
02/01/2019 0,185 0,529 14,907
03/01/2019 0,157 0,440 12,391
2 0,435 2,3
03/01/2019 0,154 0,430 12,112
08/01/2019 0,212 0,613 17,279
3 0,590 7,9
08/01/2019 0,197 0,567 15,958
10/01/2019 0,081 0,195 5,481
4 0,187 8,5
10/01/2019 0,076 0,179 5,032
14/01/2019 0,150 0,416 11,717
5 0,429 6,2
14/01/2019 0,158 0,443 12,472
16/01/2019 0,305 0,910 25,626
6 0,872 8,6
16/01/2019 0,281 0,835 23,515
18/01/2019 0,372 1,125 31,691
7 1,125 0,0
18/01/2019 0,372 1,125 31,691
20/01/2019 0,281 0,833 23,479
8 0,819 3,6
20/01/2019 0,272 0,804 22,652
22/01/2019 0,223 0,648 18,240
9 0,646 0,6
22/01/2019 0,221 0,644 18,132
23/01/2019 0,159 0,444 12,499
10 0,440 1,9
23/01/2019 0,156 0,435 12,265
24/01/2019 0,322 0,966 27,199
11 0,993 5,4
24/01/2019 0,339 1,019 28,717
25/01/2019 0,223 0,649 18,276
12 0,628 6,5
25/01/2019 0,210 0,608 17,126
28/01/2019 0,862 2,687 75,692
13 2,687 0,0
28/01/2019 0,862 2,687 75,692
29/01/2019 1,095 3,431 96,637
14 3,461 1,8
29/01/2019 1,114 3,492 98,362
30/01/2019 0,330 0,990 27,881
15 0,991 0,3
30/01/2019 0,331 0,993 27,971
02/01/19 0.6 A 0,382 1,156 32,563
1,170 108,4
02/01/19 0.6 A 0,391 1,184 33,354
% Recovery =((1.170-(49,7/50*0.523))/0.6)*100%
108,4 %

69
7. Kurva Kalibrasi Nitrat

ppm area
0 0,003
0,1 0,018
Kurva NO3-
0,2 0,064 2 y = 0,1723x + 0,0119
0,4 0,088 1,5 R² = 0,9993

Area
0,6 0,100
1
0,8 0,163
0,5
1 0,186
1,2 0,215 0
2 0,375 0 5 10 15
4 0,679 Konsentrasi
10 1,740

Konsentrasi
% %
NO Tanggal Area ppm umol/L rata-rata
Recovery RPD
(ppm)

02/01/2019 0,049 0,215 3,473


1 0,226 9,3
02/01/2019 0,053 0,236 3,810
03/01/2019 0,064 0,305 4,915
2 0,308 2,4
03/01/2019 0,066 0,312 5,036
08/01/2019 0,243 1,341 21,624
3 1,341 0,0
08/01/2019 0,243 1,341 21,624
10/01/2019 0,239 1,315 21,212
4 1,256 9,5
10/01/2019 0,218 1,196 19,293
14/01/2019 0,201 1,098 17,711
5 1,121 4,1
14/01/2019 0,209 1,145 18,460
16/01/2019 0,295 1,645 26,529
6 1,645 0,0
16/01/2019 0,295 1,645 26,529
18/01/2019 0,338 1,890 30,479
7 1,818 7,9
18/01/2019 0,313 1,747 28,177
20/01/2019 0,213 1,168 18,834
8 1,210 7,0
20/01/2019 0,228 1,252 20,201
22/01/2019 0,170 0,918 14,809
9 0,918 0,0
22/01/2019 0,170 0,918 14,809
23/01/2019 0,185 1,004 16,195
10 1,015 2,2
23/01/2019 0,189 1,026 16,550
24/01/2019 0,239 1,317 21,250
11 1,317 0,0
24/01/2019 0,239 1,317 21,250
25/01/2019 0,068 0,326 5,252
12 0,311 9,1
25/01/2019 0,063 0,297 4,793

70
28/01/2019 0,326 1,824 29,412
13 1,814 1,1
28/01/2019 0,323 1,804 29,103
29/01/2019 0,459 2,597 41,891
14 2,558 3,1
29/01/2019 0,446 2,519 40,627
30/01/2019 0,254 1,402 22,616
15 1,381 3,1
30/01/2019 0,246 1,360 21,933
02/01/19 0.6 A 0,163 0,877 14,144
0,868 107,3
02/01/19 0.6 A 0,160 0,859 13,854
% Recovery =((0.868-(49,7/50*0.226))/0.6)*100%
107,3 %

8. Kurva Kalibrasi Sulfat

No ppm
0 0,014
0,1
Kurva SO42-
0,023
0,2 0,071 2,5
y = 0,2269x + 0,0128
0,4 2 R² = 0,9996
0,107
1,5
Area

0,6 0,134
0,8 1
0,216
1
0,5
0,251
0
1,2 0,286
0 5 10 15
2 0,445
4 0,913 Konsentrasi
10 2,287

Konsentr
%
asi rata- %
NO Tanggal Area ppm umol/L Recov
rata RPD
ery
(ppm)

02/01/2019 0,127 0,505 5,257


1 0,503 0,8
02/01/2019 0,126 0,501 5,215
03/01/2019 0,106 0,409 4,265
2 0,391 9,2
03/01/2019 0,098 0,373 3,888
08/01/2019 0,329 1,394 14,516
3 1,376 2,5
08/01/2019 0,321 1,359 14,158
10/01/2019 0,341 1,445 15,049
4 1,377 9,8
10/01/2019 0,310 1,309 13,639
14/01/2019 0,320 1,356 14,121
5 1,344 1,7
14/01/2019 0,315 1,333 13,883
16/01/2019 0,343 1,454 15,145
6 1,397 8,1
16/01/2019 0,317 1,340 13,961
7 18/01/2019 0,427 1,827 19,029 1,750 8,8

71
18/01/2019 0,392 1,673 17,422
20/01/2019 0,353 1,497 15,595
8 1,556 7,6
20/01/2019 0,379 1,615 16,821
22/01/2019 0,479 2,054 21,393
9 2,089 3,3
22/01/2019 0,495 2,123 22,119
23/01/2019 0,517 2,221 23,138
10 2,218 0,3
23/01/2019 0,515 2,215 23,069
24/01/2019 0,657 2,838 29,561
11 2,893 3,8
24/01/2019 0,682 2,948 30,713
25/01/2019 0,250 1,046 10,894
12 1,018 5,5
25/01/2019 0,237 0,989 10,306
28/01/2019 0,246 1,026 10,688
13 1,025 0,1
28/01/2019 0,245 1,025 10,674
29/01/2019 0,210 0,869 9,049
14 0,879 2,3
29/01/2019 0,215 0,889 9,260
30/01/2019 0,387 1,647 17,161
15 1,651 0,4
30/01/2019 0,388 1,654 17,225
02/01/19 0.6 A 0,250 1,047 10,908
1,051 92,0
02/01/19 0.6 A 0,252 1,056 10,995
% Recovery =((1.051-(49,7/50*0.503))/0.6)*100%
92,0 %

Rumus ppm = Luas area sampel - Intercept


Slope
X = (y-b)
a

%RPD = ABS (( x1-x2)/(x1+x2)) x 100


2

%Recovery = (C)sampel+spike – ((C)sampel x pengenceran) x 100%


(C)spike

Keterangan

RPD : Relative Percent Difference

x1 : Pengujian ke-1

x2 : Pengujian ke-2

(C)sampel : Konsentrasi sampel

Spike : Larutan standar

72
Lampiran 4. Data kadar Anion dan Kation bulan Januari-Mei 2019

 Data kadar Anion dan Kation bulan Januari

Konsentrasi (ppm)
Tanggal 2- - -
SO4 NO3 Cl NH4+ Na+ K+ Ca2+ Mg2+
02/01/2019 0,503 0,226 0,523 1,900 0,386 0,067 0,305 0,053
03/01/2019 0,391 0,308 0,435 1,502 0,236 0,061 0,256 0,047
08/01/2019 1,376 1,341 0,590 1,406 0,237 0,088 0,473 0,081
10/01/2019 1,377 1,256 0,187 1,732 0,180 0,083 0,314 0,070
14/01/2019 1,344 1,121 0,429 1,583 0,282 0,094 0,600 0,081
16/01/2019 1,397 1,645 0,872 1,311 0,376 0,194 0,374 0,182
18/01/2019 1,750 1,818 1,125 1,733 0,853 0,145 0,576 0,132
20/01/2019 1,556 1,210 0,819 1,782 1,147 0,023 0,746 0,008
22/01/2019 2,089 0,918 0,646 2,038 0,406 0,069 0,241 0,051
23/01/2019 2,218 1,015 0,440 1,944 0,223 0,083 0,302 0,069
24/01/2019 2,893 1,317 0,993 1,049 0,601 0,118 0,349 0,105
25/01/2019 1,018 0,311 0,628 1,511 0,267 0,090 0,351 0,076
28/01/2019 1,025 1,814 2,687 1,694 1,369 0,195 0,334 0,183
29/01/2019 0,879 2,558 3,461 1,976 1,775 0,245 0,853 0,233
30/01/2019 1,651 1,381 0,991 1,107 0,546 0,131 0,645 0,118
Rata-rata 1,431 1,216 0,988 1,618 0,592 0,112 0,448 0,099
std. Deviasi 0,652 0,628 0,896 0,305 0,483 0,060 0,191 0,061

 Data kadar Anion dan Kation bulan Februari

Konsentrasi (ppm)
Tanggal 2- - -
SO4 NO3 Cl NH4+ Na+ K+ Ca2+ Mg2+
01/02/2019 2,263 1,494 1,363 2,129 0,555 0,191 0,524 0,091
04/02/2019 1,588 3,046 0,852 2,277 1,231 0,165 0,449 0,254
11/02/2019 1,677 2,583 1,271 1,910 0,623 0,196 0,784 0,139
12/02/2019 1,888 1,662 0,842 2,240 0,824 0,124 0,626 0,062
13/02/2019 2,485 2,150 0,339 1,618 0,486 0,200 0,771 0,094
18/02/2019 2,576 2,309 1,228 1,894 0,405 0,146 0,931 0,124
20/02/2019 1,781 2,342 0,320 1,978 0,217 0,129 0,522 0,063
22/02/2019 0,862 2,148 0,335 1,547 0,239 0,104 0,387 0,094
25/02/2019 0,444 2,106 0,611 1,416 0,316 0,157 0,543 0,099
Rata-rata 1,729 2,204 0,796 1,890 0,544 0,157 0,615 0,113
std. Deviasi 0,710 0,461 0,422 0,307 0,322 0,034 0,178 0,058

73
 Data kadar Anion dan Kation bulan Maret

Konsentrasi (ppm)
Tanggal 2- - -
SO4 NO3 Cl NH4+ Na+ K+ Ca2+ Mg2+
01/03/2019 1,235 0,837 0,647 0,750 0,234 0,308 0,390 0,074
04/03/2019 1,252 0,814 0,243 1,207 0,394 0,423 0,529 0,104
05/03/2019 0,560 0,761 0,184 0,703 0,360 0,137 0,228 0,066
06/03/2019 0,304 0,341 0,048 1,392 0,607 0,542 0,540 0,119
11/03/2019 0,236 0,216 0,036 1,192 0,913 0,113 0,973 0,404
12/03/2019 0,354 0,157 0,245 1,182 0,377 0,329 0,511 0,088
13/03/2019 0,200 0,224 0,170 0,917 0,199 0,398 0,406 0,085
15/03/2019 0,390 0,189 0,125 0,982 0,421 0,220 0,933 0,771
18/03/2019 0,104 0,117 0,144 0,824 0,482 0,612 0,518 0,305
19/03/2019 0,681 0,419 0,305 0,622 0,718 0,450 0,836 0,191
22/03/2019 1,879 0,409 1,033 0,968 0,297 0,126 0,541 0,098
25/03/2019 1,612 0,788 0,251 0,953 0,918 0,416 0,431 0,092
26/03/2019 0,231 0,226 0,223 1,294 0,577 0,438 0,393 0,098
27/03/2019 0,243 0,232 0,490 1,134 0,651 0,317 1,014 0,185
28/03/2019 0,761 0,660 0,787 0,762 0,200 0,198 0,508 0,081
Rata-rata 0,670 0,426 0,329 0,992 0,490 0,335 0,583 0,184
std. Deviasi 0,563 0,269 0,287 0,233 0,235 0,153 0,239 0,188

 Data kadar Anion dan Kation bulan April

Konsentrasi (ppm)
Tanggal 2- - -
SO4 NO3 Cl NH4+ Na+ K+ Ca2+ Mg2+
01/04/2019 0,255 0,435 0,175 1,233 0,222 0,135 0,716 0,097
04/04/2019 1,320 1,234 0,112 0,725 0,235 0,116 0,426 0,060
05/04/2019 0,092 0,210 0,115 1,086 0,349 0,186 0,286 0,061
08/04/2019 0,262 1,412 0,195 1,335 0,243 0,109 0,519 0,090
15/04/2019 0,866 0,476 0,248 0,916 0,257 0,626 0,272 0,082
16/04/2019 0,179 0,095 0,134 2,148 0,451 0,220 0,538 0,125
18/04/2019 0,160 0,100 0,073 2,259 0,350 0,236 0,571 0,118
22/04/2019 0,450 0,598 0,121 1,459 0,222 0,189 0,583 0,078
25/04/2019 0,369 0,491 0,095 0,984 0,527 0,664 0,590 0,222
26/04/2019 0,373 0,545 0,370 0,887 0,599 0,124 0,466 0,230
29/04/2019 1,427 2,501 0,150 1,059 0,221 0,086 0,280 0,066
30/04/2019 1,706 2,523 0,210 1,041 0,442 0,161 0,590 0,124
Rata-rata 0,622 0,885 0,166 1,261 0,343 0,238 0,486 0,113
std. Deviasi 0,563 0,859 0,082 0,483 0,133 0,196 0,144 0,058

74
 Data kadar Anion dan Kation bulan Mei

Konsentrasi (ppm)
Tanggal 2- - -
SO4 NO3 Cl NH4+ Na+ K+ Ca2+ Mg2+
02/05/2019 1,623 0,517 0,118 1,317 0,159 0,168 0,375 0,078
07/05/2019 1,245 1,140 0,152 1,869 0,209 0,190 0,834 0,084
09/05/2019 2,141 0,852 1,504 1,532 0,610 0,119 0,276 0,168
13/05/2019 2,006 1,704 0,489 1,670 0,817 0,172 0,968 0,154
15/05/2019 2,070 2,499 0,676 1,821 2,091 0,530 0,658 0,350
17/05/2019 0,681 0,365 0,540 2,178 0,321 0,168 0,351 0,108
22/05/2019 1,834 1,695 0,688 2,160 1,048 0,125 0,329 0,275
Rata-rata 1,657 1,253 0,595 1,792 0,751 0,210 0,542 0,174
std. Deviasi 0,529 0,759 0,462 0,316 0,675 0,143 0,277 0,103

 Data pH dan DHL

Tanggal
pH DHL
02/01/2019 5,5 6,6
03/01/2019 5,3 5,8
08/01/2019 5,8 11,9
10/01/2019 4,7 10,7
14/01/2019 5,6 15,1
16/01/2019 5,4 10,9
18/01/2019 6,7 93,3
20/01/2019 6,0 16,7
22/01/2019 4,6 12,9
23/01/2019 5,5 14,6
24/01/2019 5,6 16,7
25/01/2019 5,9 8,6
28/01/2019 5,0 24,3
29/01/2019 6,0 39,6
30/01/2019 6,7 45,4
Rata-rata 5,603 22,201
std. Deviasi 0,614 22,711

75
Tanggal
pH DHL
01/02/2019 5,9 17,5
04/02/2019 6,3 29,6
11/02/2019 5,5 24,8
12/02/2019 5,6 16,8
13/02/2019 5,4 23,3
18/02/2019 5,6 20,9
20/02/2019 4,5 26,1
22/02/2019 5,4 8,5
25/02/2019 5,6 18,4
Rata-rata 5,528 20,657
std. Deviasi 0,500 6,244

Tanggal
pH DHL
01/03/2019 5,8 16,3
04/03/2019 5,9 28,0
05/03/2019 4,2 33,0
06/03/2019 6,5 4,4
11/03/2019 6,6 46,4
12/03/2019 6,5 13,6
13/03/2019 6,3 7,8
15/03/2019 7,7 90,6
18/03/2019 7,8 76,6
19/03/2019 7,4 26,0
22/03/2019 6,6 16,2
25/03/2019 6,7 15,6
26/03/2019 6,8 1,6
27/03/2019 6,5 2,4
28/03/2019 5,9 16,8
Rata-rata 6,470 26,353
std. Deviasi 0,865 26,305

76
Tanggal
pH DHL
01/04/2019 4,40 30,60
04/04/2019 6,80 8,29
05/04/2019 4,53 22,10
08/04/2019 4,64 27,00
15/04/2019 7,57 11,75
16/04/2019 5,60 42,10
18/04/2019 4,22 27,80
22/04/2019 6,48 50,60
25/04/2019 5,88 17,00
26/04/2019 6,89 14,26
29/04/2019 4,61 24,60
30/04/2019 4,40 54,80
Rata-rata 5,50 27,58
std. Deviasi 1,19 14,90

Tanggal
pH DHL
02/05/2019 5,6 17,6
07/05/2019 5,6 23,3
09/05/2019 6,1 73,5
13/05/2019 4,3 33,8
15/05/2019 4,9 44,8
17/05/2019 5,0 14,8
22/05/2019 7,0 46,3
Rata-rata 5,5 36,287
std. Deviasi 0,888 20,603

77

Anda mungkin juga menyukai